penggunaan media blog dalam pembelajaran menulis …

128
i PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 40 MAKASSAR THE USE OF MEDIA BLOG IN LEARNING WRITING INDONESIAN SHORT STORY TOWARD NINTH STUDENTS OF SMP NEGERI 40 MAKASSAR TESIS Oleh: ERNIWATI Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.863.2013 PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

i

PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BAHASA INDONESIA

SISWA KELAS IX SMP NEGERI 40 MAKASSAR

THE USE OF MEDIA BLOG IN LEARNING WRITING INDONESIAN SHORT STORY TOWARD NINTH STUDENTS OF SMP NEGERI 40 MAKASSAR

TESIS

Oleh:

ERNIWATI

Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.863.2013

PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

ii

PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IX

SMP NEGERI 40 MAKASSAR

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun dan Diajukan oleh

ERNIWATI Nomor Induk Mahasiswa : 04. 08. 863. 2013

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2015

Page 3: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

iii

HALAMAN PENGESAHAN Judul Tesis : Penggunaan Media Blog dalam Pembelajaran

Menulis Cerpen Bahasa Indonesia Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

Nama : Erniwati Nim : 04. 08. 863. 2013 Jurusan : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Program : Pascasarjana

Makassar, Mei 2015

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M,M.Pd. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. NBM. 988 463 NBM. 858 625

Mengetahui,

Direktur Ketua Prodi Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M,M.Pd. Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. NBM. 988 463 NBM. 922 699

Page 4: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

iv

TESIS

PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 40

MAKASSAR

ERNIWATI NIM. 04. 08. 863. 2013

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Panitia Penguji:

1. Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M, M.Pd. (…………………………) (Pembimbing I)

2. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. (……....……..………....) (Pembimbing II)

3. Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. (…………...…………...) (Penguji I)

4. Dr. Munirah, M.Pd. (………………………..) (Penguji II)

Page 5: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

v

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Erniwati.

Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.863.2013

Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Juni 2015

Yang menyatakan,

Erniwati.

Page 6: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis yang berjudul “Penggunaan Media Blog dalam

Pembelajaran Menulis Cerpen Bahasa Indonesia Siswa Kelas IX SMP

Negeri 40 Makassar”

Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tidak

terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama

menempuh Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar dan selama

penulisan tesis ini terutama kepada: Prof. Dr. H.M. Ide Said D.M., M.Pd.,

dosen pembimbing I dan Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., dosen

pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan

petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis mulai dari penyusunan

proposal penelitian hingga penulisan tesis ini. Demikian pula kepada

pimpinan, para dosen, dan staf Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar, diucapkan terima kasih atas kesempatan yang

Page 7: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

vii

diberikan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan (pendidikan) pada

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah.

Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Kepala SMP Negeri 40

Makassar, para guru dan staf tata usaha atas kesediaannya memberikan

informasi dan data yang dibutuhkan dan membantu dalam penulisan tesis ini.

Tak kalah pula pentingnya penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada suami tercinta Nur Alam yang telah memberikan

dorongan dan semangat sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan

penulisan tesis ini, juga kepada ananda tercinta Izhar Demitri yang dengan

tulus bersedia memberikan waktu kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

selama masa pendidikan..

Penulis menyadari adanya berbagai keterbatasan yang dimiliki, baik

dalam metodologi, statistik maupun wawasan keilmuan sehingga penulis

menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan

tesis ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, Juni 2015 Penulis, Erniwati

Page 8: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

viii

ABSTRAK

Erniwati. 2015. Penggunaan Media Blog dalam Pembelajaran Menulis

Cerpen Bahasa Bahasa Indonesia Siswa Kelas IX SMPN 40 Makassar. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing oleh: H. M. Ide Said D.M. dan Andi Sukri Syamsuri.

Penelitian ini bertujuan: (1) mengkaji kompetensi menulis cerpen siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan menggunakan media blog dalam pembelajaran, (2) mendeskripsikan perbedaan penggunaan media blog dengan metode konvensional/ceramah (yang selama ini dilakukan oleh guru) dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas IX SMPN 40 Makassar,(3) mendeskripsikan kompetensi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media blog dalam pembelajaran.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimen. Data yang diambil sebagai hasil penelitian adalah tes menulis cerpen yang dilakukan dengan strategi konvensional (ceramah) yang diterapkan oleh guru bidang studi Kelas IX SMPN 40 Makassar pada kegiatan pretes dan data tes menulis cerpen yang dilakukan dengan menggunakan Media Blog. Sumber data adalah siswa kelas IX yang berjumlah 30 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan rumus uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi penggunaan Media Blog efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa Kelas IX SMPN 40 Makassar. Hal ini tampak pada nilai yang diperoleh siswa sebelum menggunakan Media Blog yang mengalami peningkatan setelah pada postes. Keefektifan Media Blog ini diketahui pula berdasarkan hasil perhitungan nilai t. Perbandingan hasil kemampuan pretes dan postes menunjukkan bahwa nilai t hitung sebanyak 10,01 > nilai t tabel 1,70. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima, yaitu Penggunaan Media Blog efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa Kelas IX SMPN 40 Makassar.

Sesuai dengan hasil penelitian ini, diajukan saran yaitu (1) hendaknya pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra di kelas IX SMPN 40 Makassar lebih ditingkatkan dengan selalu memberikan pelatihan kepada siswa dalam menulis cerpen; (2) guru hendaknya menggunakan Media Blog dalam pembelajaran, karena strategi ini efektif diterapkan dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen; (3) siswa hendaknya lebih giat berlatih menulis cerpen sehingga kemampuannya dapat lebih meningkat.

Kata Kunci: Penggunaan, cerpen, blog

Page 9: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

ix

ABSTRACK

Page 10: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL I

LEMBAR PERBAIKAN TESIS ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iv

KATA PENGANTAR vi

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8

A. Kajian Pustaka 8

1. Menulis 8

2. Menulis Kreatif 10

3. Kegiatan Menulis pada Umumnya 13

4. Cerita Pendek 15

5. Pembelajaran Cerpen di SMP 35

6. Media Pendidikan 41

7. Media Blog 43

Page 11: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

xi

8. Penerapan Web Blog pada Pembelajaran Menulis Cerpen 45

B. Kerangka Pikir 49

C. Hipotesis Penelitian 52

D. Kriteria Pengujian Hipotesis 52

BAB III METODE PENELITIAN 53

A. Variabel dan Desain Penelitian 53

B. Definisi Operasional Variabel 56

C. Populasi dan Sampel 56

D. Instrumen Pengumpulan Data 56

E. Teknik Pengumpulan Data 57

F. Teknik Analisis Data 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 63

A. Penyajian Hasil Analisis Data 63

B. Pembahasan Hasil Penelitian 83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 87

A. Simpulan 87 B. Saran 88

DAFTAR PUSTAKA 89

LAMPIRAN 91

RIWAYAT HIDUP 110

Page 12: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Model Desain Penelitian 54

3.2 Keadaan Populasi 56

4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pretes Kemampuan

Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

Sebelum Menggunakan Media Blog (Pretes) 64

4.2 Konversi Angka ke dalam Nilai Berskala 1-10 68

4.3 Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Kemampuan Menulis

Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar Sebelum

Menggunakan Media Blog (Pretes) 69

4.4 Klasifikasi Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX

SMP Negeri 40 Makassar Sebelum Menggunakan Media Blog 70

4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Postes Kemampuan

Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan

Menggunakan Media Blog (Postes) 72

4.6 Konversi Angka ke dalam Nilai Berskala 1-10 75

4.7 Frekuensi dan Persentase Nilai Postes Kemampuan

Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar 76

4.6 Klasifikasi Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX

SMP Negeri 40 Makassar dengan Menggunakan

Media Blog 78

4.9 Daftar Skor Prestes dan Postes Kemampuan Menulis Cerpen

pada Siswa Kelas IX SMP

Negeri 40 Makassar 79

Page 13: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir 51

Page 14: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tanpa Menggunakan

Blog 92

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan

Menggunakan Blog 95

3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pretes Kemampuan

Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX

SMP Negeri 40 Makassar Sebelum Menggunakan Media Blog 99

4. Konversi Angka ke dalam Nilai Berskala 1-10 101

5. Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Kemampuan Menulis

Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

Sebelum Menggunakan Media Blog 102

6. Klasifikasi Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa

Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar Sebelum Menggunakan

Media Blog 102

7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Postes

Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX

SMP Negeri 40 Makassar dengan Menggunakan Media Blog 103

8. Konversi Angka ke dalam Nilai Berskala 1-10 104

9. Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Kemampuan Menulis

Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

Dengan Menggunakan Media Blog 105

10. Klasifikasi Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa

Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan Menggunakan

Media Blog 105

Page 15: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

xv

11. Daftar Skor Pretes dan Postes Kemampuan Menulis

Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar 106

12. Dokumentasi Kegiatan Penelitian 108

13. Izin Penelitian 109

Page 16: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

LEMBAR PERBAIKAN TESIS

PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 40

MAKASSAR

ERNIWATI NIM. 04. 08. 863. 2013

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Panitia Penguji:

1. Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M,M.Pd. (…………………………) (Pembimbing I)

2. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. (……....……..………....) (Pembimbing II)

3. Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. (…………...…………...) (Penguji I)

4. Dr. Munira, M. Pd. (………………………..) (Penguji II)

Page 17: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Penggunaan Media Blog dalam Pembelajaran

Menulis Cerpen Bahasa Indonesia Siswa Kelas IX

SMP Negeri 40 Makassar

Nama : Erniwati

Nim : 04. 08. 863. 2013

Jurusan : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia

Program : Pascasarjana

Makassar, Mei 2015

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M,M.Pd. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. NBM. 988 463 NBM. 858 625

Mengetahui,

Direktur Ketua Prodi Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M,M.Pd. Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. NBM. 988 463 NBM. 922 699

Page 18: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 40

MAKASSAR

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun dan Diajukan Oleh

ERNIWATI

NIM. 04. 08. 863. 2013

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2015

Page 19: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menulis adalah rangkaian proses berpikir. Proses berpikir berkaitan

erat dengan kegiatan penalaran. Penalaran yang baik dapat menghasilkan

tulisan yang baik pula. Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan

dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Salah satu jenis tulisan

sebagai suatu hasil pikiran adalah karya sastra, khususnya cerpen.

Pembelajaran menulis cerpen di SMP sesuai dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan bertujuan meningkatkan keterampilan siswa

dalam berbahasa secara tepat dan kreatif, meningkatkan kemampuan

berpikir logis dan bernalar, serta meningkatkan kepekaan perasaan dan

kemampuan siswa untuk memahami dan menikmati karya sastra. Selain itu,

pembelajaran menulis cerpen dimaksudkan agar siswa terdidik menjadi

manusia yang berkepribadian, sopan, dan beradab, berbudi pekerti yang

halus, memiliki rasa kemanusiaan, berkepedulian sosial, memiliki apresiasi

budaya dan penyaluran gagasan, berimajinasi, berekspresi secara kreatif,

baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran menulis cerpen juga

dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati

menghayati, dan memahami karya cerpen.

1

Page 20: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

2

Menulis cerpen sebagai salah satu aspek yang diharapkan dikuasai

siswa dalam pembelajaran cerpen menekankan pada kompetensi siswa

mengekspresikan cerpen dalam bentuk sastra tulis yang kreatif yang dapat

membangkitkan semangat, pikiran, dan jiwa pembaca. Dengan demikian,

pembaca dapat memperoleh hikmah berdasarkan cerpen yang dibaca.

Pembelajaran menulis cerpen di SMP selain bertujuan menggali dan

mengembangkan kompetensi dasar siswa dalam mengapresiasi sastra, juga

melatih keterampilan siswa menggali nilai-nilai yang terkandung dalam

cerpen sehingga dapat mencintai cerpen yang pada akhirnya diharapkan

mereka dapat menciptakan cerpen-cerpen yang bermutu.

Pembelajaran menulis cerpen dapat membantu siswa untuk

mengekspresikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya. Seorang guru

dapat membantu siswa mencurahkan isi batinnya, ide, dan pengalamannya

melalui bahasa yang indah, dengan melatih siswa menulis cerpen. Siswa

akan termotivasi untuk belajar bermain dengan kata-kata, menafsirkan

dunianya dengan suatu cara baru yang khas dan menyadari bahwa

imajinasinya dapat menjadi konkret bila ia dapat memilih kata-kata dengan

cermat untuk ditulis dalam cerpen.

Berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa pembelajaran menulis

cerpen sangat penting ditingkatkan dalam lingkup pendidikan. Menyadari

pentingnya pembelajaran menulis cerpen bagi siswa di SMP, maka

pembelajaran tersebut perlu mendapat perhatian yang serius. Akan tetapi,

Page 21: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

3

kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen di

sekolah masih mengalami kendala dan cenderung dihindari oleh siswa. Hal

ini disebabkan oleh tidak adanya pemahaman nilai dan manfaat lainnya yang

dapat diperoleh siswa ketika menulis cerpen. Selain itu, metode yang

digunakan dalam pembelajaran cerpen masih kurang sehingga minat dan

kompetensi siswa menulis cerpen juga tidak memadai.

Kendala yang terkadang ditemui oleh siswa dalam menulis cerpen

antara lain, siswa kesulitan menemukan ide, kesulitan menentukan kata-kata

dalam menulis cerpen, kesulitan dalam memulai menulis, kesulitan

mengembangkan ide menjadi cerpen karena minimnya penguasaan

kosakata, dan kesulitan menulis cerpen karena tidak terbiasa

mengemukakan perasaan, pemikiran, imajinasinya, serta kurang mampu

menghubungkan antara dunia khayal dengan dunia nyata ke dalam cerpen.

Fenomena tersebut juga dapat dijumpai di sekolah-sekolah, seperti di

SMA Negeri 1 Mare Kabupaten Bone sebagai salah satu sekolah yang telah

diteliti berdasarkan kompetensi menulis cerpen. Hal ini dilakukan oleh Asriani

A.Gani (2005), dengan judul: Keefektifan Penggunaan Metode Experiential

Learning dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri I

Mare Kabupaten Bone. Hasil penelitiannya tersebut menunjukkan dengan

menggunakan metode atau media tertentu terbukti efektif untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

Page 22: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

4

Kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

sangat rendah, menurut pengamatan penulis, rendahnya kemampuan siswa

tersebut dapat dilihat dari data nilai tugas-tugas menulis cerpen yang

diberikan oleh guru di semester II tahun pelajaran 2013/2014. Lebih dari 70%

siswa tidak mampu menulis cerpen dengan baik, yang ditandai dengan nilai

yang diperoleh siswa kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang

ditetapkan, yaitu 75. Apabila siswa diberi tugas menulis cerpen, mereka

menunjukkan rasa enggan dan merasa kesulitan. Banyak karangan siswa

yang bahasanya belum puitis dan isinya cenderung berupa deskripsi kejadian

yang tidak dikemas dalam bahasa cerpen.

Isu dan masalah pembelajaran menulis cerpen tersebut harus diatasi

sehingga siswa dapat menulis cerpen dengan jalan mencurahkan ide sesuai

dengan aturan-aturan dalam menulis cerpen. Salah satu langkah yang dapat

dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu menerapkan media yang

menarik dan sesuai dengan karakter dan minat belajar siswa. Media yang

dimaksud, yaitu blog. Media blog diharapkan dapat menjadi solusi dalam

pembelajaran menulis cerpen. Media blog akan memudahkan siswa untuk

lebih memperkaya wawasan tentang penulisan cerpen yang siswa peroleh

melalui blog sehingga siswa dapat dengan mudah menuangkan idenya

dalam bentuk cerpen.

Blog sebagai media pendidikan merupakan segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari web blog ke siswa sebagai

Page 23: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

5

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat,

dan kegiatan siswa sedemikian rupa dengan tujuan memperlancar proses

belajar mengajar.

Penggunaan media blog dalam pembelajaran menulis cerpen

diharapkan dapat memotivasi dan membantu siswa menciptakan ide,

gagasan, dan mengembangkan gagasan itu menjadi sebuah karya sastra.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media blog dapat diterapkan

dalam pembelajaran menulis cerpen.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis termotivasi melakukan penelitian

dengan judul: ”Penggunaan Media Blog dalam Pembelajaran Menulis Cerpen

Bahasa Indonesia Siswa Kelas IX SMPN 40 Makassar” Hal ini dilakukan

karena penelitian yang relevan kurang mendapat perhatian. Padahal,

penelitian hal ini sangat perlu dilakukan untuk menemukan pemahaman yang

lebih ilmiah tentang peran media blog dalam pembelajaran sehingga dapat

diterapkan oleh guru dalam setiap pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut;

1. Bagaimanakah kompetensi menulis cerpen siswa kelas IX SMP

Negeri 40 Makassar dengan menggunakan media blog dalam

pembelajaran?

Page 24: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

6

2. Apakah ada perbedaan penggunaan media blog dengan metode

konvensional/ceramah (yang selama ini dilakukan oleh guru) dalam

pembelajaran menulis cerpen siswa kelas IX SMP Negeri 40

Makassar?

3. Apakah media blog efektif digunakan dalam pembelajaran menulis

cerpen siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengkaji kompetensi menulis cerpen siswa kelas IX SMP Negeri

40 Makassar dengan menggunakan media blog dalam

pembelajaran;

2. Mendeskripsikan perbedaan penggunaan media blog dengan

metode konvensional/ceramah (yang selama ini dilakukan oleh

guru) dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas IX SMP

Negeri 40 Makassar;

3. Mendeskripsikan kompetensi siswa dalam pembelajaran menulis

cerpen dengan menggunakan media blog dalam pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini terdiri atas manfaat

teoretis dan praktis. Manfaat teoretis, yaitu (1) menambah pengetahuan bagi

Page 25: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

7

siswa tentang strategi yang dapat digunakan dalam menulis cerpen; (2)

memberikan gambaran dan teori baru kepada guru bahasa dan sastra

Indonesia, khususnya pada tingkat SMP tentang penggunaan media blog

dalam pembelajaran menulis cerpen.

Manfaat praktis, yaitu (1) memberikan masukan kepada guru bahasa

dan sastra Indonesia untuk mengembangkan pembelajaran sastra,

khususnya pembelajaran keterampilan menulis cerpen di tingkat SMP; (2)

memberikan masukan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia agar

menggunakan media blog dalam pembelajaran menulis cerpen; dan (3)

sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian

yang relevan.

Page 26: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan yang memerlukan proses yang

mencakup serangkaian kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topik

yang akan dibahas sampai pada penulisan buram (draft) akhir. Menurut

Nurlinda (1997: 4), menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

menghasilkan tulisan. Orang melakukan kegiatan coret-mencoret di tembok

juga mampu dikatakan dia sedang menulis, dengan atau tanpa maksud dan

perangkat tertentu. Menulis yang baik adalah menulis yang bisa dipahami

orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis berarti melahirkan

pikiran atau perasaan dengan tulisan.

Aktivitas menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan dan

keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah

kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Kemampuan menulis

lebih sulit dikuasai oleh penutur bahasa asli yang bersangkutan sekalipun.

Hal ini disebabkan oleh kemampuan menulis menghendaki penguasaan

berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan

menjadi isi karangan (Nurgiantoro, 1995: 270).

8

Page 27: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

9

Kemampuan menulis sangat penting dimiliki untuk menunjang tugas-

tugas keseharian yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis. Mulai dari

menulis laporan, karya sastra, menulis skripsi atau tesis, dan menulis karya

lainnya.

Beberapa alasan yang menyebabkan kemampuan menulis menjadi

penting menurut pendapat Hairston (dalam Darmadi (1996:3), yaitu:

a. Kegiatan menulis adalah suatu sarana untuk menemukan sesuatu dalam

hal ini kegiatan menulis pikiran dapat diransang dan kalau itu dilakukan

dengan intensif maka akan dapat membuka penyumbat otak dalam

rangka menyangkut ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar

pemikiran.

b. Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru, terutama terjadi jika

dibuat hubungan antara ide yang satu dengan yang lain dan melihat

keterkaitannya secara keseluruhan.

c. Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan

menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimiliki. Malalui kagiatan

menuliskan berbagai ide itu berarti penulis harus mengaturnya di dalam

suatu bentuk tulisan yang padu.

d. Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri

seseorang, dengan menuliskan ide-ide ke dalam suatu tulisan berarti

akan melatih diri untuk membiasakan membuat jarak tertentu terhadap

ide yang dihadapi dan mengevaluasinya.

Page 28: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

10

e. Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu dimungkinkan penulis untuk

menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.

Berbagai manfaat itu, menunjukkan bahwa dengan berlatih menulis

secara terus-menerus akan dapat menjadikan seseorang mahir dalam

menuangkan ide-idenya di dalam menulis, dan akan bertambah pula tingkat

kepercayaan dirinya.

Indikator keterampilan menulis menurut pendapat Halim, dkk.

(1974:35) yaitu:

a. Kemampuan memilih ide yang akan dipaparkan.

b. Kemampuan menata atau mengorganisasikan ide pilihannya secara

sistematis.

c. Kemampuan menggunakan bahasa menurut kaidah-kaidah serta

kebiasaan pemakaian bahasa yang sifatnya umum.

d. Kemampuan menggunakan gaya bahasa yaitu pilihan struktur dan

kosakata untuk memberikan nada dan makna terhadap karangan itu.

e. Kemampuan mengatur mekanisme tulisan lambang-lambang bahasa

tertulis (ejaan) yang dipaparkan dalam bahasa tersebut.

2. Menulis Kreatif

Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan

menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Menulis adalah rangkaian proses

berpikir. Proses berpikir berkaitan erat dengan kegiatan penalaran. Penalaran

yang baik dapat menghasilkan tulisan yang baik pula. Bahkan, tanpa

Page 29: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

11

penalaran tidak akan ada pengetahuan yang benar. Syafi’ie (1998: 27)

mengemukakan bahwa salah satu substansi retorika menulis adalah

penalaran yang baik. Hal ini berarti untuk menghasilkan simpulan yang benar

harus dilakukan penalaran secara cermat dengan berdasarkan pikiran yang

logis. Penalaran yang salah akan menuntun kepada simpulan yang salah.

Kegiatan menulis itu ialah suatu proses, yaitu proses penulisan yang

melewati beberapa tahap, yakni pramenulis, penulisan, dan perevisian.

Ketiga tahap penulisan tersebut menunjukkan kegiatan utama yang berbeda.

Dalam tahap pramenulis akan ditentukan hal-hal pokok yang akan ditulis,

sedangkan tahap penulisan akan dilakukan kegiatan mengembangkan

gagasan dalam kalimat, paragraf, dan wacana (Akhadiah, dkk., 1994: 2).

Menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi

gagasan. Banyak yang melakukannya secara spontan, tetapi juga ada yang

berkali-kali mengadakan koreksi dan penulisan kembali (Sumardjo, 2007:

30). Senada dengan hal itu, California Writing Project (Deporter & Hernacki,

2007: 50) menyatakan bahwa proses menulis itu meliputi (1) persiapan,

mengelompokkan, dan menulis cepat, (2) draf kasar, gagasan dieksplorasi

dan dikembangkan, (3) berbagi, seorang rekan membaca draf tersebut dan

memberikan umpan balik,(4) memperbaiki, dan umpan balik, perbaiki tulisan

tersebut dan bagikan lagi, (5) penyuntingan, perbaiki semua kesalahan, tata

bahasa, dan tanda baca, (6) penulisan kembali, memasukkan isi yang

Page 30: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

12

baru dan perubahan penyuntingan, dan (7) evaluasi, periksalah apakah tugas

ini sudah selesai.

Pada waktu proses menulis berlangsung, setiap orang akan melewati

tahapan menulis yang sama, yaitu pramenulis, pemburaman/pengendrafan,

dan perevisian untuk memperbaiki tulisan yang sudah dihasilkan. Pada

dasarnya ada lima tahap proses kreatif menulis, yaitu: (1) persiapan, pada

tahap ini penulis menyadari apa yang akan ditulis, (2) inkubasi, pada tahap ini

gagasan yang telah muncul direnungkan kembali oleh penulis, (3) inspirasi,

pada tahap ini penulis menyadari apa yang akan ditulis, (4) penulisan, pada

tahap ini penulis mengungkapkan apa yang ingin ditulis, dan (5) revisi.

Uraian dan penjelasan tentang proses menulis yang telah

dikemukakan di atas pada hakikatnya sama. Proses menulis merupakan

kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan, pikiran, perasaan, dan

pengalaman dengan melalui tahapan menulis. Seorang yang melakukan

kegiatan menulis disadari atau tidak akan selalu melalui suatu tahapan dalam

proses yang dilakukan. Tahapan dalam proses menulis tersebut secara

umum meliputi kegiatan pramenulis, penulisan, dan revisi hasil tulisan.

Tahap-tahap yang dilewati seorang penulis pada waktu menuangkan

gagasannya akan menjadi panduan untuk menghasilkan suatu tulisan yang

sesuai dengan yang direncanakan.

Page 31: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

13

3. Kegiatan Menulis pada Umumnya

Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

modern sekarang ini peranan komunikasi dengan bahasa tulis semakin

penting. Sejumlah penemuan dalam berbagai ilmu pengetahuan “diabadikan

“ dengan menggunakan tulisan, baik berupa artikel, buku, mikrofilm maupun

yang disebarkan melalui website di internet. Keadaan semacam ini, maupun

yang disebarkan melalui website di internet. Keadaan semacam itu menuntut

pembelajaran untuk menguasai keterampilan menulis, terutama menulis

karya ilmiah(Syafie, 1998).

Kegiatan menulis pada dasarnya adalah suatu bentuk kegiatan

berpikir yang membangkitkan pengetahuan dan pengalaman seseorang yang

tersimpan dalam alam bawah sadar. Tujuan kegiatan menulis adalah

menghasilkan ide-ide baru, menyerap, dan menguasai informasi baru. Ada

tiga unsur pokok yang perlu mendapatkan perhatian bagi seorang penulis

adalah cara penemuan, penataan, dan gaya penulisan. Unsur penemuan

merupakan proses didapatkan ide yang akan ditulis. Meskipun banyak

penulis berproses bersifat intuitif, cara mengarahkan dapat dipelajari dengan

jalan menggunakan prosedur formal. Yang dimaksudkan unsur penataan

adalah sebuah proses penemuan dasar-dasar pengaturan yang

memungkinkan diorganisasikan ide-ide sedemikian rupa mudah dipahami

Page 32: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

14

dan dipercayai pembaca, sedangkan unsur gaya adalah proses penentuan

pilihan mengenai struktur kalimat dan diksi yang dipakai dalam tulisan.

Sebuah tulisan dikatakan baik, apabila dapat dipahami oleh pembaca.

Pemahaman terhadap ide dan konsep subjek oleh pembaca hanya dapat

terjadi apabila gagasan tersebut dituangkan secara runtut, sistematis,

objektif. Sebuah tulisan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca apabila

memiliki penalaran yang baik. Sebuah tulisan dianggap baik apabila memiliki

ciri-ciri: bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah-

kaidah gramatikal.

Tulisan yang baik haruslah mencerminkan suatu pernyataan yang

bermakna bagi seseorang dan mempunyai bukti yang kuat terhadap apa

yang ditulis. Tulisan yang hanya mengulang apa yang diketahui kebanyakan

pembacanya akan membosankan. Untuk menghasilkan tulisan yang baik,

subjek, harus terlebih dahulu memahami sifat pembaca, kemudian

menyesuaikan dengan tulisannya.

Sebuah tulisan dikatakan jelas, jika pembaca dapat membacanya

dengan kecepatan yang tepat dan menangkap maknanya dengan cara yang

wajar. Tulisan yang jelas tidak harus sederhana, meskipun tidak sering

demikian. Pengarang yang akan menulis dengan jelas, biasanya akan

menggunakan berbagai jenis strategi, ada strategi yang khusus, dan ada pula

strategi yang umum.

Page 33: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

15

Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh, jika pembaca dapat

memahaminya dengan baik karena diorganisasikan secara wajar, dan

pembaca merasa tidak tersesat oleh pengaruh alur pikiran subjek. Penulis

yang baik tidak akan membiarkan waktu pembaca dengan sia-sia, sehingga

ia akan membuang semua kata yang berlebihan dari tulisannya. Seorang

penulis yang ingin mengikat perhatian pembacanya haruslah berusaha terus

untuk menjaga agar karangannya tetap padat dan lurus ke depan.

4. Cerita Pendek

a. Pengertian Cerita Pendek

Cerita pendek merupakan pengungkapan suatu kesan yang hidup dari

fragmen kehidupan manusia. Hal tersebut tidak dituntut terjadinya suatu

perubahan nasib dari pelaku-pelakunya. Hanya suatu lintasan dari secercah

kehidupan manusia pada saat suatu waktu (Esten 1990: 8).

Cerpen atau cerita pendek adalah prosa yang menceritakan salah satu

masalah kehidupan pelakunya sehingga hanya memiliki alur tunggal. Secara

sederhana, pengertian cerpen adalah sebuah karangan yang menceritakan

tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi cerita terbatas.

Sebuah cerpen biasanya akan langsung mengarah ke topik utama cerita

karena memang alur ceritanya cuma sekali dan langsung tamat.

(Kusmayadi,dkk. 2007)

Page 34: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

16

Selain ceritanya yang pendek, cerpen juga merupakan satu kebulatan

ide. Semua bagian dari sebuah cerpen mesti terikat pada satu kesatuan jiwa,

pendek dan lengkap. Cerpen juga harus mengandung interpretasi

pengarangnya. Tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Sebuah cerpen harus juga menimbulkan

perasaan pada pembacanya, bahwa ia merasa terbawa oleh jalan ceritanya.

Selanjutnya cerpen juga mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang

terpilih dengan sengaja dan yang bisa menimbulkan pertanyaan bagi

pembaca.

Jenis karya sastra pendek ini sekarang lebih dikenal umum dengan

singkatan cerpen. Predikat pendek pada cerita pendek bukan ditentukan oleh

jumlah halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang

terdapat di dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup

permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut.

Jadi, sebuah cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam

jenis cerita pendek, jika ruang lingkup permasalahan yang diungkapkannya

tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek.

Istilah cerpen (cerita pendek) diambil dari bentuk fisik karya sastra

yang pendek. Ada jenis cerita pendek namun bukan cerpen. Jenis tersebut

adalah fabel,yakni cerita yang pendek dengan tokoh-tokoh binatang yang

mengandung ajaran moral. Fabel juga cerita pendek yang mengandung

Page 35: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

17

ajaran-ajaran moral yang diambil dari kita suci. Cerita rakyat juga cerita yang

pendek berisih kisah lucu dan eksentrik dari tokoh-tokoh sejarah adalah

orang biasa, baik nyata maupun rekaan saja (Sumardjo 2007: 3).

Pengertian cerpen di atas bahwa cerpen adalah cerita atau narasi

(bukan analisis argumentasi) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi, tetapi

dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Cerpen

merupakan cerita pendek yang terungkap, bulat, dan singkat. Semua bagian

dari sebuah cerpen harus terikat pada kesatuan jiwa: pendek, padat, dan

lengkap. Ringkasnya bahwa cerpen menunjukkan kualitas yang bersifat

padat (compression) pemusatan (concentration) dan pendalaman (intensitiy)

yang kesemuanya berkaitan dengan panjang cerita dan kualitas struktur yang

diisyaratkan oleh panjang cerita ini.

Sebuah cerpen, novel atau roman sangat diutamakan eksplorasi

atau suatu kronik penghidupan, perenungan, dan melukiskan dalam bentuk

yang tertentu sehingga ditemukan suasana kehidupan yang nyata.

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah

cerita prosa yang fiktif dengan mempunyai panjang tertentu, yang melukiskan

para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang refresentatif dalam

suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

Page 36: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

18

b. Ciri-Ciri Cerita Pendek

Cerpen adalah sebuah karya sastra, namun dalam memahaminya

secara mendalam kita tidak boleh berhenti pada penguraiannya,

pengertiannya akan tetapi hendaknya selalu didasari bahwa terciptanya

sebuah cerpen ada yang melatarbelakangi dan mempunyai ciri khas

tersendiri yang menjadi ukuran atau standar diterima atau tidaknya sebuah

cerpen yang benar-benar bernilai sastra.

Ciri-ciri cerpen sebagai berikut:

1) Jumlah kata cerita pendek kurang dari 10.000 kata.

2) Bentuk ceritanya lebih pendek dari novel (singkat dan padat).

3) Isi ceritanya berasal dari kehidupan sehari-hari (biasanya dari

pengalaman pribadi atau orang lain).

4) Tidak mengangkat atau menggambarkan semua kisah pelakunya karena

yang dilukiskan hanyalah masalah tunggal atau intisarinya saja.

5) Pemakaian kata sangat sederhana dan ekonomis sehingga mudah

dikenal pembaca.

6) Kesan yang ditinggalkan sangat mendalam sehingga pembaca ikut

merasakan isi dari cerita pendek.

7) Hanya satu kejadian saja yang diceritakan.

8) Alur cerita tunggal dan lurus.

9) Penokohan pada cerpen sangat sederhana, tidak mendalam dan singkat.

Page 37: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

19

Ada tiga unsur yang dijadikan ciri penanda sebuah cerpen adalah:

1) Lingkupnya yang pendek, yakni kemampuannya mengungkapkan ruang

lingkup yang cukup besar dalam tuturan yang pendek. Dalam

kependekannya, cerpen mampu mengungkapkan masalah kemanusiaan

yang begitu kompleks.

2) Teknik penyampaian yang padat. Di dalam cerpen yang ditemukan

kepadatan makna, kekayaan tekstur, kekompakan bentuk. Dalam sebuah

cerpen tiap kata, setiap baris, bahkan pada strukturnya mengandung

unsur-unsur sugestif yang menawan, pengungkapan dengan kata, frasa,

atau kalimat sederhana, tetapi mengandung makna besar.

3) Efek yang padu, kepaduan ini agaknya menuntut pembaca secara

psikologis dalam proses pemahaman cerpen tersebut, seperti tuntutan

intuitif yang dihadapi penulis ketika menyusunnya.

Tarigan (1995: 177) mengemukakan beberapa ciri khas cerita pendek:

1) Ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (revit, unity,

intensif).

2) Unsur-unsur utama cerpen adalah adegan, tokoh, dan gerak (scene,

character, action).

3) Cerpen haruslah tajam, sugestif dan menarik perhatian (incisive,

suggestive, aler).

4) Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya

mengenai kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 38: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

20

5) Sebuah cerpen haruslah menimbulkan sebuah efek dalam pikiran

pembaca.

6) Cerpen haruslah menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa ceritalah

yang pertama-tama menarik perasaan baru, menarik pikiran.

7) Cerpen mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih dengan

sengaja dan dapat menimbulkan pertanyaan dalam pikiran pembaca.

8) Dalam sebuah cerpen dalam insiden yang terutama mengusai jalan

ceritanya.

9) Cerpen harus mempunyai seorang pelaku.

10) Cerpen harus mempunyai efek dan kesan yang menarik.

11) Cerpen bergantung pada suatu situasi.

12) Cerpen memberikan inspirasi tunggal.

13) Cerpen menyajikan suatu emosi.

14) Cerpen jumlah katanya biasanya di bawah 10.000 kata.

Cerpen modern biasanya menampakkan kepaduan itu pada materinya

yang tematik, dalam rangka membangun suatu kilasan wawasan yang

sekonyong-konyong memunculkan keseluruhan pesannya. Penulis cerpen

dengan cekatan menjalin perwatakan, episode, atau gaya yang tak

berhubungan menjadi satu kesatuan dan fungsi yang membangun kepaduan,

yaitu kepaduan gagasan, semangat, atau esensi pesan dalam cerpen

tersebut.

Page 39: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

21

Pengalaman dalam arti apresiasi yang kaya tentang sastra membuat

kita menjadi arif (apa sebenarnya yang memikit orang menikmati sebuah

cerpen). Bukan semata oleh isi cerpen yang menarik, tetapi yang pokok

adalah kita menemukan watak orang yang telah digaris bawahi oleh

pengarang.

Sebuah cerpen pada dasarnya menuntut adanya perwatakan yang

jelas pada tokoh cerita. Sang tokoh merupakan ide sentral dari cerita. Cerita

bermula dari sang tokoh dan nantinya berakhir pada nasib yang menimpa

sang tokoh itu pula.

Bentuk cerpen sebagai karya sastra, lahir dan berdiri dengan

keunikannya yang tersendiri. Cerpen adalah seni bercerita, di dalam

perwujudannya tidak bisa dipisahkan antara isi dan bentuknya. Isi yang

menarik serta berbobot mesti diimbangi dengan bentuk yang memudahkan

gaya berbahasa dengan gaya bercerita. Cerpen juga membutuhkan

kepekaan penulisannya untuk bersifat ekonomis dan memilih dalam segala

hal. Di dalam cerpen aspek masalahnya sangat dibatasi. Dengan

pembatasan ini, sebuah masalah yang dipaparkan akan tergambarkan lebih

jelas dan lebih mengesankan bagi pembaca. Dengan demikian, kesan yang

ditinggalkan oleh sebuah cerpen tajam dan dalam, sehingga sekali

membacanya tidak akan mudah melupakannya. Cerpen tidak membutuhkan

waktu yang lama untuk dibaca dan dipahami.

Page 40: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

22

c. Jenis-Jenis Cerita Pendek

Menurut Badrun (1983: 40), cerita pendek terbagi dua, yaitu:

1) Cerita pendek yang pendek (Short-short story).

2) Cerita pendek yang panjang (Long short story)

Short-short story ialah cerita pendek yang jumlah kata-katanya di

bawah 5. 000 kata atau 16 halaman kuarto, spasi rangkap, dan dapat dibaca

seperempat jam, sedangkan long short story ialah cerita pendek yang jumlah

kata-katanya 5. 000 kata atau 33 halaman kuarto, spasi rangkap, dan dapat

dibaca dalam waktu kira-kira setengan jam.

Berhubung dengan seringnya dijumpai cerita pendek yang panjang

dan novel yang pendek, maka perlu diuraikan perbedaan kedua hal itu.

Tarigan (1985: 63) mengemukakan perbedaan cerita pendek dan novel

sebagai berikut:

1) Jumlah kata. Cerpen, jumlah katanya hanya mencapai 10.000 kata saja,

sedangkan novel lebih dari 35.000 kata.

2) Jumlah halaman. Cerpen hanya mencapai maksimal 30 halaman kuarto,

sedangkan novel minimal 100 halaman kuarto.

3) Jumlah waktu. Waktu rata-rata yang dipergunakan buat membaca cerpen

adalah 10-30 menit, sedangkan untuk novel yang paling pendek

diperlukan waktu minimal 2 jam atau 120 menit.

4) Cerpen bergantung pada situasi dan hanya satu situasi, sedangkan novel

pelakunya labih dari satu.

Page 41: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

23

5) Cerpen menyajikan satu impresi tunggal, sedangkan novel menyajikan

lebih dari satu impresi.

6) Cerpen menyajikan satu kesatuan efek, sedangkan novel menyajikan

lebih dari satu efek.

7) Cerpen menyajikan satu emosi saja, sedangkan novel menyajikan lebih

dari satu emosi.

8) Cerpen skalanya lebih sempit daripada novel.

9) Seleksi lebih ketat dalam cerpen daripada dalam novel.

10) Unsur- unsur kepadatan dan intensitas lebih diutamakan dalam cerpen

daripada dalam novel.

d. Unsur-Unsur Cerita Pendek

Untuk memahami secara mendasar sebuah cerita pendek, perlu dikaji

dengan saksama enam aspek utama yaitu: (1). alur (plot), (2). Perwatakan

(character), (3). sudut pandang (poin of view), (4). teknik penceritaan, (5).

tempat dan waktu (setting), tema (theme). Sehubungan dengan aspek

cerpen, Menurut Juanda (2006: 33) unsur-unsur yang membangun sebuah

cerpen meliputi:

1) Tema

Pengarang dalam mencipta sebuah cerita rekaan, biasanya tidak hanya

sekedar ingin menyampaikan rentetan kejadian atau peristiwa dalam cerita

begitu saja. Pencerita biasanya memiliki suatu konsep, ide, atau pemikiran

Page 42: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

24

yang mereka kemas dalam ceritanya. Cerita yang tergolong karya fiksi

biasanya mengandung tema yang ingin disampaikan oleh pengarang atau

pencerita kepada pembaca. Dalam pembahasan mengenai ‘novel’,

Pradotokusumo (2001:17) mengemukakan dua pengertian tema (Yunani:

thema) dalam dua makna: a) tema adalah gagasan sentral atau gagasan

yang dominan di dalam suatu karya sastra; b) pesan atau nilai moral yang

terdapat secara implisit di dalam karya seni. Kedua batasan yang

dikemukakan di atas, yang pertama tampaknya lebih mengacu pada batasan

tema; sedangkan batasan yang kedua lebih sesuai dengan batasan amanat.

Tema merupakan gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari

suatu karya sastra. Di dalam tema biasanya didukung oleh pelukisan latar, di

dalam karya yang lain tersirat di dalam tokoh atau penokohan. Tema bahkan

menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa di dalam suatu alur.

Tema juga merupakan gagasan sentral di dalam suatu karya sastra,

gagasan yang terdapat atau ditemukan di dalam karya tersebut (makna

muatan). Akan tetapi, makna muatan itu tidak selalu sama dengan yang

dimaksud oleh pengarang sebagai tema (makna niatan). Hal tersebut terjadi

karena pertama, mungkin pengarang kurang pandai menjabarkan tema yang

dikehendaki di dalam karyanya sehingga yang termuat dan yang tertangkap

oleh pembaca tidak seperti yang dimaksud oleh pengarang. Kedua, dapat

saja beberapa pembaca berbeda pendapat tentang gagasan dasar suatu

karya yang sama.

Page 43: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

25

Sebuah karya sastra memang dapat ditaksir ganda (multi intervertable)

itulah salah satu ciri karya sastra. Namun yang terpenting adalah bahwa

tafsiran itu dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya unsur-unsur di

dalam karya sastra itu yang menunjang tafsiran tersebut. Dengan perkataan

lain, tema hanya boleh diangkat dari cerita, tidak dipaksakan adanya dari

luar.

2) Alur (Plot)

Pradotokusumo (2001:40), mengemukakan bahwa bila kita

berpandangan bahwa karya sastra adalah sebuah struktur, maka plot atau

alur harus mempunyai suatu keutuhan (wholeness). Oleh sebab itu, jalinan

berbagai unsur atau berbagai peristiwa sebaiknya dianalisis fungsinya dalam

kerangka keutuhan plotnya. Kaum formalis berpandangan bahwa plot (sujet)

adalah penyajian motif-motif yang telah disusun secara artistik dengan urutan

peristiwa cerita yang terjalin dalam hubungan sebab-akibat. Sesungguhnya

suatu narasi dari peristiwa-peristiwa yang disusun secara kronologis (time-

sekuence); dengan kata lain, cerita adalah suatu rantai motof-motif dalam

urutan kronologis atau dalam hubungan waktu. Sedangkan alur merupakan

suatu narasi dari berbagai peristiwa, akan tetapi dengan penekanan pada

penyebabnya. Sebuah contoh “Raja meninggal dan kemudian Ratu

meninggal” ini adalah sebuah cerita. Contoh kedua, “Raja meninggal dan

kemudian Ratu meninggal karena sedih” ini adalah sebuah alur. Atau: “Ratu

meninggal”, tidak ada satu orang pun yang mengetahui mengapa, sampai

Page 44: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

26

ditemukan bahwa kematian ratu adalah akibat kesedihan karena

meninggalnya Raja”, ini juga merupakan sebuah alur yang mengandung

misteri, yaitu suatu bentuk yang mungkin dikembangkan lebih jauh.

Untuk memahami alur dengan baik dibutuhkan inteligensi dan daya

ingat/memori (intelligency and memory) yang kuat. Dalam sebuah novel

(cerita narasi), ada kejadian atau fakta yang terorganisir dan bersifat

korespondensi, tetapi juga ada unsur yang surprais atau bersifat misteri

dalam sebuah alur. Misteri merupakan hal yang penting dalam sebuah alur

dan hanya dapat dipahami dengan intelegensi yang tinggi. Untuk dapat

memahami misteri yang ada, maka sebagian dari pemikiran kita harus

ditinggalkan di belakang secara sungguh-sungguh, sedangkan sebagian

yang lainnya maju terus ke depan.

Batasan mengenai alur tersebut sejalan dengan pandangan Semi

(1988:43-44), yang menjelaskan bahwa alur merupakan perpaduan unsur

yang membangun cerita sehingga lebih tepat disebut sebagai kerangka

utama cerita. Dalam kaitannya dengan struktur dan alur karya naratif,

Pradotokusumo (2001:40-41), mengemukakan bahwa motif menurut

pandangan Kaum Formalis termasuk salah satu unsur penting dalam analisis

teks yang tergolong jenis epik. Motif adalah suatu kesatuan struktural yang

paling kecil yang berfungsi sebagai penghubung unsur-unsur yang

mendukung struktur cerita.

Unsur alur yang terpenting adalah konflik dan klimaks. Konflik dalam

fiksi terdiri dari: konflik internal, yaitu pertentangan dua keinginan di dalam diri

Page 45: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

27

seorang tokoh; dan konflik eksternal, yaitu konflik antara satu tokoh dengan

tokoh lain, ataukah konflik antara tokoh dengan lingkungannya. Menurut

Semi (1988:45), di antara konflik kecil yang terdapat dalam alur cerita,

terdapat pula satu konflik sentral. Konflik sentral ini mungkin merupakan

konflik internal ataukah konflik eksternal yang kuat, mungkin pula gabungan

dari keduanya. Konflik sentral ini biasanya berupa pertentangan antara dua

kualitas atau dua kekuatan, misalnya antara kejujuran dengan kemunafikan;

atau antara kesucian dengan keangkaramurkaan. Konflik sentral inilah yang

merupakan inti dari struktur cerita, dan secara umum merupakan pusat

pertumbuhan alur. Dalam konflik, penceritaan banyak mengambil tempat dan

waktu bahkan tema cerita terkait langsung dengan konflik sentral ini.

Tambahan bahwa selain urutan waktu dan hubungan sebab-akibat, ada

unsur lain yang juga dapat mengikat peristiwa-peristiwa menjadi suatu

alur, yaitu tema. Semua peristiwa di dalam cerita yang demikian, saling kait-

mengait menjadi sebuah episode. Hampir-hampir tidak ada hubungan logis di

antara episode-episode itu, yang mengikatnya menjadi satu alur adalah tema

yang sama. Dengan cara yang sama pula, maka protagonis pun dapat

menjadi sarana pengikat episode di dalam suatu cerita, tetapi tidak begitu

banyak karya fiksi disusun dengan alur seperti ini.

Berbagai unsur yang membangun cerita seperti dikemukakan di atas,

adalah salah satu unsur yaitu alur (plot) yang erat kaitannya dengan

kajian hubungan sintagmatik sebuah cerita. Hal ini disebabkan

karena hubungan sintagmatik menyangkut alur. Dalam hal ini, segmentasi

Page 46: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

28

jalan cerita dalam peristiwa yang urutan satuan isi ceritanya diurutkan melalui

hubungan linear atau sebab-akibat.

Alur sebenarnya adalah pergerakan yang dibangun dalam sebuah

cerita. Cerita fiksi, menurut Tarigan (1995: 13), haruslah bergerak dari suatu

permulaan melalui suatu pertengahan, menuju suatu akhir atau istilah lain

dari suatu eksposisi melalui komplikasi menuju resolusi. Sesuatu yang terjadi

dalam pergerakan itu dapat diramalkan melalui alur sebuah karya fiksi. Alur

adalah serangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama, yang

menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks dan

penyelesaiannya (Sudjiman 1986: 13).

3) Tokoh dan Penokohan (Karakter)

Yang dimaksud tokoh adalah individu rekaan yang beraksi atau

mengalami berbagai bentuk peristiwa dalam cerita, baik peristiwa fisik

maupun peristiwa yang bersifat batiniah. Pradotokusumo (2001:51-53),

menjelaskan bahwa untuk memahami karya sastra biasanya kita gali melalui

strukturnya; dan melalui tokohnya akan kita pahami karya sastra itu secara

menyeluruh. Alur dan tokoh merupakan antarketergantungan; tokoh adalah

penentu peristiwa sedangkan peristiwa itu sendiri memberi gambaran

tentang tokoh.

Fiksi merupakan salah satu bentuk narasi yang memiliki sifat bercerita;

yang diceritakan adalah manusia dengan segala kemungkinannya. Oleh

Page 47: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

29

sebab itu, ciri utama yang membedakan antara narasi dengan deskripsi

adalah aksi atau tindak tanduk, atau prilaku. Tanpa prilaku maka karya

tersebut akan berubah menjadi deskripsi dengan paparan yang statis

(Semi, 1988:36). Karena tokoh-tokoh itu rekaan pengarang, maka hanya

pengaranglah yang ‘mengenal’ mereka. Untuk itu, tokoh tersebut perlu

digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar dapat

dipahami. Yang dimaksud dengan watak di sini adalah kualitas tokoh,

kualitas nalar dan jiwanya yang membedakannya dengan tokoh lain. Dari

uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyajian watak tokoh dan

penciptaan citra tokoh itulah sesungguhnya yang dimaksud dengan

penokohan.

Setiap cerita rekaan harus ada pelaku yang biasa disebut dengan

tokoh. Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami rekaan peristiwa atau

perlakuan berbagai peristiwa di dalam cerita. Tokoh lazim pula disebut

sebagai pelaku cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, tetapi dapat

pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

Tokoh dalam cerita rekaan berbeda dengan manusia dalam kehidupan

nyata. Tokoh rekaan tidak sepenuhnya bebas, ia dihadirkan, dikendalikan,

dan dikontrol sang pengarang dalam menunjang kebutuhan artistik dalam

karya sastranya. Meskipun bersifat rekaan, perlu ada relevansi antara tokoh

itu dengan pembaca, yakni sifat yang mirip dengan pembaca, atau setidak-

tidaknya ada sesuatu pada diri tokoh yang juga ada pada diri pembaca.

Page 48: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

30

Tokoh dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu: (a) tokoh sentral dan

tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah pemeran utama dalam suatu cerita dan

merupakan tokoh protagonis (b) tokoh datar dan tokoh bulat tokoh datar

adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan watak atau hanya terdiri dari

satu watak, sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang tampil dengan watak

yang kompleks.

Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita,

baik keadaan lahir maupun batin yang dapat berupa pandangan hidup, sikap,

keyakinan, adat-istiadat, dan sebagainya. Ada tiga macam cara yang sering

digunakan pengarang untuk melukiskan tokoh ceritanya, yaitu dengan cara

langsung, cara tidak langsung, dan cara campuran. Cara langsung atau yang

disebut juga cara analitik, artinya si pengarang secara terurai

menggambarkan ceritanya, bagaimana perwatakan tokoh cerita itu. Jadi,

diceritakan secara langsung watak yang dikehendaki pengarang, bilamana

pengarang hendak menggambarkan orang yang lemah lembut dikatakan

bahwa ia lemah lembut atau yang keras kepala digambarkan langsung

dengan kata-kata pengarang sendiri dan seterusnya.

4) Sudut Pandang

Ada empat perwujudan pusat pengisahan yaitu: 1) tokoh utama

menyampaikan kisah diri, jadi kisahan oleh tokoh utama dengan sorotan

pada tokoh utama pula. 2) tokoh bawahan menyampaikan kisah tentang

tokoh utama, jadi kisahan oleh tokoh bawahan dengan sorotan pada tokoh

Page 49: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

31

utama. 3) pengarang pengamat (observer author) menyampaikan kisah,

sorotan terutama pada tokoh utama. 4) pengarang serba tahu (omniscient

author) menyampaikan kisah dari segala sudut, sorotan utama pada tokoh

utama, Brooks (dalam Juanda, 2006: 44).

Lebih lanjut, Aminuddin (1991: 90) memaparkan sudut pandang atau

point of view sebagai berikut:

a) Narrator Omniscient adalah narrator atau pengisahan yang juga

berfungsi sebagai pelaku cerita.

b) Narrator Observer adalah bila pengisah hanya berfungsi sebagai

pengamat terhadap pemunculan para pelaku serta hanya tahu dalam

batas tertentu tentang perilaku batiniah para pelaku.

5) Latar (Setting)

Dalam teori naratif dijelaskan bahwa tidak ada satupun peristiwa yang

berlangsung dalam kehampaan, semua tokoh hanya bisa bergerak dalam

ruang dan waktu serta suasana tertentu. Oleh sebab itu, pembicaraan

mengenai latar (setting) selalu mencakup tiga aspek, yaitu latar tempat, latar

waktu, dan atmosfir. Dalam kaitan dengan latar sebuah drama; waktu

difahami sebagai tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama;

dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti

pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan: tataan.

Atmosfir dipahami sebagai suasana yang tergambar dalam karya sastra

Page 50: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

32

melalui penataan latar yang serasi dengan watak tokoh dan tema cerita

(suasana). Contoh dalam karya fiksi suasana perang kemerdekaan terasa

hidup dalam cerpen “Laki-Laki dan Mesiu” karya Trisnoyowono. Latar dapat

pula bermakna banyak, misalnya tempat tertentu atau wilayah tertentu,

orang-orang tertentu, orang tertentu dengan watak tertentu pula sebagai

akibat dari situasi lingkungan atau zamannya, juga cara hidup atau cara

berpikir tertentu.

Dalam kaitan dengan latar, termasuk di dalamnya alam sekitar atau

lingkungan, terutama lingkungan yang dapat dipandang sebagai

pengekspresian watak secara metonimik atau metaforik. Latar adalah tempat

dan waktu terjadinya cerita dalam drama. Sebuah peristiwa manusia selalu

terjadi di tempat tertentu, di daerah tertentu, dengan tata adat dan kebiasaan

tertentu. Latar tempat dan waktu dalam drama dapat diperjelas dengan

dekorasi atau hiasan pentas. Misalnya meja, kursi, tempat tidur, pot bunga,

dan sebagainya.

Latar cerita berkisah tentang seorang atau beberapa orang tokoh.

Peristiwa-peristiwa di dalam cerita tentulah terjadi pada suatu waktu atau di

dalam suatu rentan waktu tertentu dan suatu tempat tertentu. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan

yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam

suatu cerita membangun latar cerita (Sudjiman, 1986: 46).

Page 51: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

33

Secara garis besar (Suyuti, 2000: 126-128) membagi latar fiksi dalam

tiga bagian yakni:

a) Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan

berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, dan lokasi

tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang

dijumpai dalam dunia nyata. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama

tertentu haruslah mencerminkan atau paling tidak tak bertentangan dengan

sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.

b) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah

“kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual.

c) Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya

fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah

dalam lingkup yang cukup kompleks. Dapat berupa kebiasaan hidup, adat

istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.

Page 52: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

34

Ada beberapa fungsi yang dapat ditempati oleh latar fiksi misalnya:(1)

latar sebagai metaphora yaitu dalam sebuah fiksi kadang-kadang pembaca

jumpai detail-detail latar yang berfungsi sebagai suatu proyeksi atau

objektifikasi keadaan internal tokoh-tokohnya atau kondisi spriritual tertentu,

(2) latar sebagai atmosfer yaitu merupakan suatu hal yang lebih banyak

berhubungan dengan hal yang disarankan daripada hal yang dinyatakan, (3)

latar sebagai pengedepanan yaitu dapat berupa penonjolan tempat saja

(Suyuti, 2000: 132).

6) Gaya Bahasa

Seorang pengarang bukan hanya sekadar bermaksud memberitahu

pembaca mengenai hal yang dilakukan dan dialami tokoh ceritanya,

melainkan bermaksud pula mengajak pembacanya ikut serta merasakan

sesuatu yang dirasakan oleh tokoh cerita. Itulah sebabnya pengarang

senantiasa akan memilih kata dan menyusunnya sedemikian rupa sehingga

menghasilkan kalimat yang mampu mewadahi sesuatu yang dipikirkan dan

dirasakan tokoh cerita tersebut.

Dalam kalimat-kalimat khusus yang biasa dikenal dengan pigura-

pigura bahasa dengan aneka jenisnya seperti: metafora, metonomia,

hiperbola, litotes, pleonasme,dan lain-lain.

Secara singkat akan dipaparkan sebagai berikut:

Page 53: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

35

1) Metafora adalah pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau

konsep lain berdasarkan kias atau persamaan, misalnya: kaki gunung

atau kaki meja berdasarkan kias pada kaki manusia.

2) Metonimia adalah pemakaian nama untuk benda lain yang berasosiasi

atau menjadi atributnya, misalnya: Si kacamata untuk seseorang yang

berkacamata.

3) Hiperbola adalah hal melebih-lebihkan sesuatu, misalnya dalam kalimat

“Saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih”.

4) Litotes adalah pernyataan yang memperkecil sesuatu, misalnya untuk

mengatakan pandai orang memakai kalimat Ia tidak bodoh, (Kridalaksana,

1984: 62 - 64).

5. Pembelajaran Cerpen di SMP

a. Tujuan

Pada dasarnya tujuan pengajaran cerpen di SMP agar siswa dapat

mengungkapkan pengalamannya di dalam bentuk tulisan yang menarik

(termasuk cerita pendek). Meskipun hal ini tidak sekali jadi, tetapi melalui

tahapan dari hal yang mudah sampai pada yang kompleks.

b. Aspek Pembelajaran Cerpen

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa menulis

cerpen tidak sekali jadi, hal ini tentu dengan pertimbangan kemampuan

berpikir siswa yang masih sangat terbatas dari luasnya unsur bahasa yang

Page 54: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

36

harus dipelajari. Dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP

cukup banyak ditemukan aspek pembelajaran cerpen dan sebagai berikut:

1) Menulis pengalaman pribadi yang paling berkesan maupun pengalaman

orang lain.

2) Membaca, membandingkan, dan mendiskusikan karya sastra lama

dengan karya satra modern.

3) Mengumpulkan cerita pendek dan mengelompokkan berdasarkan

temanya.

4) Menceritakan kembali isi cerpen.

5) Membaca cerpen dan melaporkan isinya.

6) Membuat sinopsis cerpen.

7) Menelusuri isi novel terjemahan.

8) Menceritakan alur cerpen dengan tepat.

9) Membicarakan isi cerpen dan mengungkapkan hal yang paling menarik.

10) Menentukan penokohan dalam cerpen.

c. Teknik-teknik Penulisan Cerpen

Teknik menulis cerpen, yaitu:

1) Judul sebuah cerpen tidak boleh lebih dari 12 kata. Artinya, judul cerpen

harus singkat, padat, dan jelas yang dapat mencerminkan isi.

2) Tema harus jelas. Artinya, tema cerpen harus jelas melalui pembatasan

pokok permasalahan atau pembicaraan.

Page 55: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

37

3) Di dalam cerita harus ada konflik yang ditimbulkan. Maksudnya, penulis

harus memunculkan konflik, baik konflik lahir maupun batin antara para

pelaku-pelakunya. Konflik merupakan daya tarik tersendiri untuk terus

membaca sebuah cerpen. Bermakna dan berkesannya sebuah cerita jika

dibubuhi oleh konflik.

4) Cerita menunjuk kepada topik yang sebenarnya (tidak menggantung).

Maksudnya, pemaparan jalan dan alur cerita harus jelas sesuai dengan

topik yang telah ditetapkan. Pemunculan alur harus mengarah pada topik

dan tidak meluas ke masalah lain yang dapat membingungkan pembaca.

5) Ada perkenalan. Tahap perkenalan merupakan tahap sebagai ruang bagi

penulis untuk memperkenalkan siapa tokoh cerita, di mana, dan seperti

apa cerita yang akan dipaparkan.

6) Jumlah kata kurang lebih 500 kata. Cerita pendek idealnya mengandung

kata kurang lebih 500 kata, boleh lebih sampai 1000 kata, tetapi

memungkinkan terjadi kebosanan jika membacanya. Jadi, jumlah kata

(panjang) cerita diperkirakan dapat dibaca sekali duduk.

7) Biasanya menggunakan alur maju. Cerita pendek dapat menggunakan

semua jenis alur. Akan tetapi, alur maju dalam sebuah cerpen

memudahkan pembaca mengikuti dengan runtut alur dan pokok

permasalahan dalam cerita.

8) Penyelesaian. Tahap ini merupakan tahap yang ditunggu oleh pembaca

cerpen. Tahap inilah yang sering melahirkan kepuasan kepada pembaca.

Page 56: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

38

Apakah ia akan senang, sedih, dan sebagainya. Tahap penyelesaian

akan memberikan manfaat dan memberikan ruang kesan bagi pembaca

(Sumardjo, 2007: 72).

d. Proses dan Tahap Menulis Cerpen

Proses dan tahap menulis cerpen, yaitu:

1) Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, seorang penulis telah menyadari apa yang akan

ditulis dan bagaimana menuliskannya. Apa yang akan ditulis adalah

munculnya gagasan, isi tulisan. Sedang bagaimana menuangkan gagasan itu

adalah soal bentuk tulisan. Soal bentuk tulisan inilah yang menentukan syarat

teknis penulisan. Gagasan itu akan ditulis dalam bentuk cerpen, atau dalam

bentuk yang lain. Dengan demikian, yang pertama muncul adalah sang

penulis telah mengetahui yang akan ditulisnya dan bagaimana

menuliskannya. Munculnya gagasan seperti ini memperkuat si penulis untuk

segera memulainya atau mungkin juga masih diendapkannya.

2) Tahap Inkubasi

Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul disimpan dan dipikirkan

matang-matang, dan menunggu waktu yang tepat untuk menuliskannya.

Selama masa pengendapan ini, biasanya konsentrasi penulis hanya pada

gagasan itu saja. Di mana saja dia berada dia memikirkan dan mematangkan

Page 57: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

39

gagasannya. Di sela-sela pekerjaannya, ketika mandi, ketika buang air,

ketika menunggu angkutan kota, gagasan itu selalu dipikirkannya. Munculnya

anak-anak gagasan baru, ada yang bagus ada yang tidak bagus, ada yang

memperkaya gagasan semula atau menambah kedalaman gagasan semula.

Tahap ini ada yang merenungkannya selama berhari-hari atau mungkin

berbulan-bulan dan si penulis merasa belum sreg benar untuk dituangkan

dalam bentuk tulisan.

3) Tahap Inspirasi

Gagasan dan bentuk ungkapnya telah jelas dan padu. Ada desakan

kuat untuk segera menulis dan tak bisa ditunggu-tunggu lagi. Kalau saat

inspirasi ini dibiarkan lewat, biasanya gagasan akan mati sebelum lahir.

Gairah menuliskannya lama-lama akan hilang. Gagasan itu sendiri sudah

tidak menjadi obsesi lagi.

4) Tahap Penulisan

Kalau saat inspirasi telah muncul maka segeralah ambil bolpoin dan

segera menulis. Keluarkan segala hasil inkubasi selama ini. Tuangkan semua

gagasan yang baik atau kurang baik, muntahkan semuanya tanpa sisa dalam

sebuah bentuk tulisan yang direncanakannya. Orang menjadi kesetanan

menulis dan menulis.

Page 58: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

40

5) Tahap Revisi

Tahap revisi merupakan kegiatan memeriksa dan menilai berdasarkan

pengetahuan dan apresiasi yang dimiliki. Buang bagian yang dinalar tak

perlu, tambahkan yang mungkin perlu ditambahkan. Pindahkan bagian atas

ke tengah atau ke bawah. Potong, tambal dan jahit kembali berdasarkan

rasio, nalar, pola bentuk yang telah diapresiasi dengan baik. Di sinilah disiplin

diri sebagai penulis diuji. Ia harus mengulangi menuliskannya kembali. Inilah

bentuk tulisan terakhir yang dirasa telah mendekati bentuk idealnya. Kalau

sudah mantap, boleh diminta orang lain untuk membacanya. Kritik orang itu

boleh untuk bahan penilaian. (Sumardjo, 2007: 75)

e. Cerpen yang Baik

Sumardjo (2007: 99) menyatakan bahwa sebuah cerpen yang baik

adalah cerpen yang merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh, manunggal, tak

ada bagian-bagian yang tak perlu, tetapi juga tak ada sesuatu yang terlalu

banyak, semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti. Cerpen harus

memberikan gambaran sesuatu yang tajam. Inilah kelebihan bentuk cerpen

dan novel. Kependekan dan bentuk cerpen harus mampu memberikan

pukulan tajam pada pribadi pembaca. Cerpen yang kabur tidak akan

dikategorikan sebagai cerpen yang baik.

Setiap cerpen memiliki nilai-nilainya sendiri yang mengangkat menjadi

sebuah cerpen yang baik. Namun, ciri penting yang harus ada adalah tetap

Page 59: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

41

unsur kesatuan bentuk, meskipun bagaimana pun isinya. Segala gaya bisa

diterima asal bentuk cerpennya bisa dipertanggungjawabkan sebagai suatu

karya. Bentuk harus dipilih, bisa longgar, bisa ketat, bisa bertele-tele bisa

irama cepat, asal semua itu konsekuen dengan bentuk yang dipilihnya.

Sebuah cerpen yang sebagian iramanya cepat, sebagian lagi bernada keras,

kasar, tegas, sedang pada bagian yang lain sentimentil, serta halus, akan

merusak kesatuan.

6. Media Pendidikan

a. Pengertian Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa latin medius ‘tengah, perantara’

(Azhar, 2002: 3). Secara harfiah, kata media berarti perantara atau pengantar

pesan dari pengirim ke penerima pesan. Selanjutnya, istilah medium sebagai

perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima (Azhar,

2002: 4). Batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan

oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau

pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu

sampai kepada penerima yang dituju (Hamidjojo dalam Latuheru, 1993).

Media pendidikan adalah bentuk-bentuk komunikasi, baik media cetak

maupun audio visual serta segala peralatannya (Sardiman, dkk., 2007: 19).

Media pendidikan adalah jenis komponen dalam lingkungan siswa yang

dapat merangsang untuk belajar (Gagne dalam Sardiman, dkk., 2007: 19).

Page 60: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

42

Bigss ( dalam Sardiman, dkk., 2007: 19) mengungkapkan bahwa media

pendidikan adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

merangsang siswa untuk belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat, dan kegiatan siswa

sedemikian rupa dengan tujuan memperlancar proses belajar mengajar.

b. Fungsi Media sebagai Alat Peraga dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia

Azhar (2002: 16) mengemukakan bahwa ada empat fungsi media

pengajaran khususnya media visual, yaitu (1) fungsi atensi (2) fungsi afektif

(3) fungsi kognitif, dan (4) fungsi kompensatoris. Manfaat media pengajaran

dalam proses belajar siswa, taitu;

1) Media pengajaran akan lebih menarik perhatian sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa dapat menguasai dan

mencapai tujuan pengajaran.

3) Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga

Page 61: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

43

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru

mengajar pada setiap jam pelajaran.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab ia bukan hanya

mendengarkan uraian guru, melainkan juga aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemostrasikan, dan memerankan.

Dengan demikian, penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran

bahasa Indonesia berarti memberikan pengalaman belajar kepada siswa dari

pembelajaran yang bersifat abstrak menuju suatu pembelajaran yang

konkret.

7. Media Blog

Blog berasal dari kata Web Blog. Web artinya internet

sedangkan Blog mempunyai makna catatan. Jadi makna harfiahnya Blog

adalah catatan harian yang ditulis oleh pemiliknya dan dipublikasikan

di internet.

Blog merupakan salah satu aplikasi internet content yang sangat

digemari saat ini, karena selain tersedia secara gratis pada masing-masing

server-nya, seorang pemilik blog tidak harus menguasai script pemrograman.

Kesederhanan dan kemudahan dalam manajemenya menjadikan blog

semakin populer.

a. Jenis-jenis Blog

Secara Umum Blog dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

Page 62: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

44

1) Blog Portofolio

Blog yang menampilkan hasil karya dari blogger. pada umumnya

blog jenis ini dibuat untuk menampilkan karya desain, fotografi

(photoblog), dan komik (comicblog)

2) Blog Bertopik

Blog yang membahas tentang sesuatu, dan fokus pada bahasan

tertentu.

3) Blog Katalog

Blog yang kontennya berisikan daftar hal-hal yang menarik untuk blogger.

Pada umumnya catalog design, kumpulan link-link, dan lain-lain.

4) Blog General

Blog ini umumnya memiliki banyak topik dan tidak ada korelasi

antartopik. Karena sifatnya yang umum maka blog ini bisa kombinasi

antara Blog Personal dan Blog Specific.

5) Blog sebagai Newsroom

Blog yang berperan sebagai media elektronik yang menyebarluaskan

berita yang sedang terjadi. Perubahan kecenderungan manusia untuk

mengakses berita dari media cetak menjadi media elektronik menjadikan

tulisan-tulisan dalam blog sebagai sumber-sumber berita terkini secara

online.

Page 63: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

45

b. Sarana Pendukung

1) LAN atau Local Area Network

LAN adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup

wilayah kecil.

2) Modem

Modem merupakan singkatan dari modulator demodulator. Modulator

merupakan bagian yang mengubah sinyal informasi ke dalam sinyal

pembawa (carrier) dan siap untuk dikirimkan, sedangkan Demodulator

adalah bagian yang memisahkan sinyal informasi (yang berisi data atau

pesan) dari sinyal pembawa yang diterima sehingga informasi tersebut

dapat diterima dengan baik. Modem merupakan penggabungan kedua-

duanya, artinya modem adalah alat komunikasi dua arah.

8. Penerapan Web Blog pada Pembelajaran Menulis Cerpen

a. Perencanaan Pembelajaran

Untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal, dibutuhkan

adanya rencana pembuatan strategi pembelajaran. Seperti menyiapkan

RPP, silabus, materi ajar dan media pembelajaran. Strategi pembelajaran ini

sebagai pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu

ke waktu dan diarahkan untuk mencapai hasil belajar peserta didik yang

diharapkan. Hasil belajar yang dicapai diharapkan mampu mencapai lima

Page 64: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

46

kemampuan yakni kemampuan intelektual, informasi verbal, sikap,

keterampilan motorik serta strategi kognitif.

Pembelajaran akan menjadi lebih efektif bila dilaksanakan

menggunakan model-model pembelajaran atau menggunakan media

pembelajaran yang termasuk dalam pemrosesan informasi. Hal ini

disebabkan model-model pemrosesan informasi dan penggunaan media

menekankan pada seseorang untuk berpikir dan bagaimana akibatnya

terhadap cara-cara mengolah informasi. Inti yang baik dari sebuah

pembelajaran yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah. Sehingga

dasar dari pemecahan masalah ialah kemampuan untuk belajar dalam

situasi proses berpikir. Oleh karena itu, salah satu yang dilakukan di kelas IX

SMP Negeri 40 Makassar adalah menggunakan teknologi Blog sebagai

media dalam pembelajaran menulis cerpen.

Pembelajaran menulis cerpen kelas IX di SMP Negeri 40 Makassar

yang dilakukan oleh guru tidak sekadar menyampaikan materi saja yang

kemudian dipahami siswa. Akan tetapi, dilakukan dengan menerapkan

pembelajaran aktif yang menitikberatkan pada seluruh aspek yakni

kognitif dan afektif siswa. Pembuatan perencanaan pembelajaran di

dalamnya mencakup strategi, metode, serta media pembelajaran.

Harapan guru di dalam pembelajaran, agar materi yang disampaikan

kepada siswa dapat dipahami secara tuntas oleh peserta didik. Untuk

Page 65: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

47

memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu perkara yang mudah,

sebab setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi

minat, potensi, motivasi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri dalam

belajar. Oleh sebab itu, pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan

dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan siswa.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Teknologi Blog

Strategi yang digunakan di SMP Negeri dalam pembelajaran

menulis cerpen adalah dengan menggunakan teknologi blog. Media ini

diterapkan sebagai upaya dalam mengaktifkan siswa pada pembelajaran

selama ini ketika pembelajaran menulis cerpen, guru lebih banyak

menjelaskan materi sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.

Penggunaan media Blog dalam pembelajaran menulis cerpen di

kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dilakukan dengan cara memberikan

gambaran umum terlebih dahulu tentang materi yang dibahas. Kemudian

setelah siswa memahami meteri, selanjutnya guru mengarahkan siswa

untuk aktif dalam pembelajaran dengan membuka Blog yang telah di

siapkan oleh guru dan mencari refrensi atau artikel berkenaan dengan

materi cerpen untuk dipahami lebih lanjut.

Proses pembimbingan dalam penggunaan media Blog ini tetap

dilaksanakan oleh guru untuk mengarahkan siswa agar tidak keluar dari

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditetapkan.

Page 66: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

48

Setelah peserta didik telah menemukan bahan-bahan materi dari blog

tersebut dan berbagai sumber ajar, kemudian siswa diarahkan untuk

menganalisis hasil temuan mereka yang berupa materi tentang unsur-unsur

cerpen dan langkah-langkah dalam menulis cerpen, selanjutnya pada akhir

pembelajaran, guru mengarahkan siswa pada kesimpulan dari materi yang

dianalisis oleh siswa.

c. Evaluasi pembelajaran

Pada dasarnya penilaian adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan

dalam setiap proses pembelajaran karena penilaian memiliki fungsi untuk

mengukur pencapaian siswa, serta penunjang dalam penyusunan rencana-

rencana selanjutnya.

Penilaian yang digunakan pada pembelajaran menulis cerpen

dengan menggunakan media Blog yang menggunakan teknis tes. Teknik tes

yang dipakai adalah dengan memberi pertanyaan dan soal-soal yang

berbentuk uraian. Selanjutnya setiap peserta didik mengirimkan

jawaban mereka melalui Email. Dalam pemeriksaan hasil tes uraian, guru

menggunakan standar mutlak, yaitu penentuan nilai yang didasarkan pada

prestasi individual.

Sedangkan teknik non tes dilakukan lewat pengamatan atau

observasi secara langsung (direct observation). Teknik non tes dengan

Page 67: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

49

menggunakan observasi langsung menjadi pilihan guru pengajar

dikarenakan dalam proses pembelajaran menggunakan Blog dan

diperlukan adanya partisipasi dan keaktifan dari peserta didik.

B. Kerangka Pikir

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tingkat

sekolah menengah menuntut guru mengembangkan kompetensi di bidang

kebahasaan dan kesastraan dengan memiliki kebebasan menyediakan

kegiatan belajar mengajar dan sumber ajar yang sesuai dengan kondisi

lingkungan sekolah dan kemampuan siswa.

Salah satu kompetensi kesastraan yang diharapkan dikuasai oleh

siswa adalah menulis cerpen. Untuk mencapai hal tersebut, seorang guru

harus menguasai dan menerapkan strategi dalam proses belajar mengajar,

khususnya pembelajaran menulis cerpen.

Strategi pembelajaran pertama pada kegiatan pretes yang digunakan

adalah strategi konvensional (demonstrasi) yang diterapkan oleh guru mata

pelajaran di kelas IX SMP Negeri 40 Makassar. Sedangkan pada kegiatan

postes menggunakan media blog untuk mengetahui kemampuan menulis

cerpen siswa. Penggunaan media blog inilah yang diharapkan mampu

mengatasi isu pembelajaran menulis cerpen dewasa ini.

Untuk mengungkap hal tersebut perbandingan hasil menulis cerpen

siswa sebelum menggunakan media blog dengan sesudah menggunakan

Page 68: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

50

media blog dianalisis sehingga dapat dilihat perbandingan hasil belajar siswa

dalam menulis cerpen, secara sederhana, alur penelitian ini digambarkan

seperti berikut ini.

Page 69: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

51

Bagan Kerangka Pikir

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Menulis Cerpen

Kemampuan Menulis Cerpen Siswa dengan Menggunakan Media Blog

Tes

Analisis

Temuan

KTSP 2006

Page 70: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

52

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang, kajian

pustaka, maupun kerangka pikir, dalam penelitian ini digunakan hipotesis,

yaitu: ”media blog efektif diterapkan dalam meningkatkan kompetensi siswa

kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dalam menulis cerpen (H1).

D. Kriteria Pengujian Hipotesis

Rumusan hiipotesis diuji dengan menggunakan kriteria pengujian

hipotesis sebagai berikut: Hipotesis alternatif (H1) diterima apabila nilai t hitung

> nilai t tabel. Sebaliknya, H1 ditolak apabila nilai t hitung < nilai t tabel. Dengan

kata lain, hipotesis diterima apabila nilai t hitung lebih besar atau sama dengan

t tabel pada taraf signifikan 0,95%.

Page 71: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah penggunaan media blog sebagai variabel

bebas (X) dan pembelajaran menulis cerpen sebagai variabel terikat (Y).

2. Desain Penelitian

Untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan masalah

penelitian ini dirancang melalui penelitian eksperimen. Jadi, desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian eksperimen

semu. Menurut Best (1977: 95) bahwa penelitian eksperimental menyediakan

metode sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan. Peneliti dapat

memanipulasi kondisi tertentu agar subjek dapat dipengaruhi atau diubah

dengan memanipulasinya secara sengaja dan sistematis. Peneliti menyadari

faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil serta mengendalikan mereka

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat membangun hubungan logis antara

faktor yang dimanipulasi dan efek diamati.

Hal yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen adalah

variabel asing. Variabel asing adalah variabel-variabel tak terkendali

(misalnya, variabel tidak dimanipulasi oleh percobaan) yang mungkin memiliki

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Banyak peneliti yang gagal

Page 72: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

54

mengambil kesimpulan akibat pengaruh dari variabel-variabel yang asing,

bahkan peneliti sulit mengontrol variabel seperti kompetensi guru atau

antusiasme, usia, tingkat sosial ekonomi, atau kemampuan

akademik dari mata pelajaran siswa.

Mengacu pada uraian tersebut, desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design, dalam desain

ini, sebelum perlakuan berupa penggunaan media blog diberikan, terlebih

dahulu sampel diberi pretest (tes awal) dan diakhir pembelajaran, sampel

diberi posttest (tes akhir). Berikut merupakan tabel desain penelitian One

Group Pretest-Posttest Design:

Tabel 1. Model One Group Pretest-Posttest Design

Kelompok Tes awal Treatment Tes akhir A Y1 X Y2

Keterangan:

Y1 = Pretes Y2 = Postes X = Treatment

Sukmadinata (2011: 208)

.

Page 73: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

55

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pemahaman tentang variabel penelitian, perlu

dikemukakan definisi operasional penelitian.

1. Pembelajaran dengan media blog adalah suatu model

pembelajaran yang berbasis struktural dan bertolak dari kegiatan

pemahaman umum ke yang khusus, yakni diawali dengan

penjelasan materi menulis cerpen oleh guru. Setelah itu, siswa

diarahkan untuk memperkaya pemahaman tentang penulisan

cerpen dengan mencari tambahan materi dari blog dengan

bantuan guru.

2. Kemampuan menulis cerpen, yaitu tingkat pengetahuan dan

penguasaan siswa dalam menuangkan ide dalam bentuk cerpen.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini, yaitu keseluruhan siswa kelas IX SMP Negeri

40 Makassar yang berjumlah 108 orang yang terbagi dalam tiga kelas.

Populasi penelitian ini bersifat homogen karena penempatan siswa dalam

suatu kelas tidak didasarkan pada tingkat prestasi belajar yang dicapai oleh

siswa, dan siswa diajar oleh guru yang sama, metode yang sama, serta

Page 74: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

56

materi yang sama selama di kelas IX. Untuk lebih jelasnya, penyebaran siswa

tersebut berdasarkan kelas ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Keadaan Populasi

No. Kelas IX Jumlah 1. 2. 3.

A B C

39 orang 39 orang 30 orang

Jumlah 108 orang

Sumber: Diperoleh dari tata usaha SMP Negeri 40 Makassar Tahun

Ajaran 2014/2015.

2. Sampel

Sampel adalah wakil yang dipilih dari populasi dan dijadikan sebagai

subjek penelitian. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, artinya penentuan sampel dilakukan dengan

pertimbangan tertentu. Dengan demikian, ditetapkan kelas IX C sebanyak 30

orang sebagai sampel dalam penelitian ini.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian digunakan instrumen. Instrumen

yang digunakan, yaitu observasi, tes, dan RPP. Observasi dilakukan guna

memperoleh gambaran awal pembelajaran menulis cerpen di kelas terteliti.

Teknik tes, yaitu tes menulis cerpen untuk mengetahui kompetensi siswa.

Page 75: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

57

Rencana pelaksanaan pembelajaran digunakan sebagai acuan dan pedoman

pembelajaran dengan menggunakan media blog.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pembelajaran dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan; pertemuan

pertama dan kedua pretest, pertemuan ketiga dan keempat treatment

(tindakan) dan pertemuan kelima sebagai posttest. Setiap pertemuan

dilakukan dalam waktu 2 x 45 menit. Waktu yang dipergunakan tersebut

disesuaikan dengan jam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah

bersangkutan.

Beberapa tahap yang dilakukan sebelum penelitian yang meliputi:

1. Penyusunan RPP untuk kelas eksperimen

2. Penyusunan alat ukur atau instrumen penelitian berdasarkan teknik-

teknik penulisan cerpen.

3. Persiapan alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam

penelitian. Perlengkapan tersebut adalah komputer dan jaringan

internet.

Page 76: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

58

Adapun langkah-langkah prosedur penelitian, yaitu:

1. Kegiatan Awal (Pretest)

Kegiatan awal dilakukan sebelum treatment dengan langkah sebagai

berikut: (1) guru melakukan pembelajaran tanpa menggunakan media blog

dalam pembelajaran menulis cerpen, dan (2) siswa ditugasi menulis cerpen.

Kegiatan pembelajaran ini dilakukan sebanyak satu kali pertemuan.

2. Perlakuan (Treatment)

Pembelajaran dilakukan selama dua kali pertemuan. Langkah-

langkahnya, yaitu peneliti melakukan pembelajaran dengan memberikan

penjelasan dan instruksi tentang pembelajaran dengan menggunakan media

blog. Langkah yang dilakukan, yaitu (1) membelajarkan materi menulis

cerpen; (2) guru memperkenalkan dan menerapkan penggunaan media blog;

dan (3) guru menugasi siswa menulis cerpen;

3. Tes Akhir (Posttest)

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan memberi tes akhir untuk

melihat hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan (treatment)

Page 77: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

59

F. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan teknik statistik deskriptif. Adapun langkah-langkah analisis

data sebagai berikut:

1. Membuat data skor

Skor mentah yang ditetapkan berdasarkan aspek yang dinilai dari

cerpen siswa. Model penilaian penelitian ini adalah penilaian analitik dengan

skala penilaian 1-100. Jadi, skor maksimal tes menulis cerpen adalah 100

dengan kriteria penilaian sebagai berikut ini.

a. Kesesuaian tema dan isi cerpen dengan penilaian: (skor 1-20)

1) Kesesuaian isi cerpen dengan tema sehingga bermakna, menarik,

tepat. jalan pikiran baik, skor 17-20;

2) Pada umumnya tema baik, tetapi tidak dikembangkan sehingga terjadi

banyak pengulangan, skor 13-16;

3) Pengembangan tema kurang relevan dengan isi cerpen, skor 9-12;

4) Isi cerpen tidak relevan dengan tema yang diminta, skor 5-8;

5) Tidak tampak usaha penyusunan cerpen yang bermakna, skor 0-4.

b. Aspek amanat, berskor 0-15 dengan perincian sebagai berikut:

1) Amanat diungkapkan secara jelas, tetapi sulit dipahami, berskor 13-15;

2) Amanat baik, tetapi terlalu bertele-tele, berskor 10-12;

3) Pengungkapan amanat kurang jelas, tetapi bisa dipahami berskor 7-9;

4) Amanat tidak jelas dan penyampaiannya kacau berskor 4-6;

Page 78: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

60

5) Amanat sangat tidak jelas sehingga tidak dapat dipahami berskor 1-3.

c. Latar (skor 0-15)

1) Pengembangan latar tersusun rapi, jelas dan baik dan sesuai dengan

isi cerita, skor 13-15.

2) Pengembangan latar tersusun rapi, jelas dan baik, tetapi kurang

sesuai dengan isi cerita, skor 10-12;

3) Pengembangan latar kurang tersusun rapi, jelas dan baik, dan kurang

sesuai dengan isi cerita, skor 7-10;

4) Pengembangan latar tidak sesuai dengan isi cerita 4 - 6.

5) Pengembangan latar sama sekali tidak tampak sehingga isi cerita sulit

dipahami, skor 0-4.

d. Alur (skor 0-15):

1) Pengembangan alur tersusun rapi, pemakaian alur jelas dan baik,

struktur cerita meyakinkan, alur mudah diikuti, skor 13-15.

2) Alur tercermin dalam paragraf dengan baik, tetapi agak berbelit-belit,

skor 10-12;

3) Ada usaha pengembangan alur dengan baik tetapi batas ide tidak

jelas, skor 7-10;

4) Urutan dan keruntutan cerita sulit diikuti, sulit dipahami berskor 4 - 6.

5) Alur cerita tidak terencana dan tidak jelas, skor 0-4.

e. Perwatakan (skor 0-15)

1) Pengembangan watak pada setiap pelaku dengan jelas dan baik

Page 79: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

61

sehingga tampak peran dan penokohan setiap pelaku, skor 13-15.

2) Pengembangan watak pada setiap pelaku dengan jelas dan baik,

tetapi kurang tampak peran dan penokohan setiap pelaku, skor 10-12;

3) Pengembangan watak pada setiap pelaku kurang jelas sehingga tidak

tampak peran dan penokohan setiap pelaku, skor 7-10;

4) Pengembangan watak pada setiap pelaku tidak jelas sehingga tidak

tampak peran dan penokohan setiap pelaku, skor 4-6;

5) Tidak ada usaha pengembangan watak pada setiap pelaku, skor 0-3.

f. Gaya bahasa (skor 0-10)

1) Ide gagasan diungkapkan dalam gaya bahasa yang sangat tepat,

berskor 9 s.d. 10;

2) Sedikit sekali penggunaan gaya bahasa yang tidak tepat, berskor 7-8;

3) Sering menggunakan gaya bahasa yang kurang tepat, berskor 5-6;

4) Gaya bahasa yang digunakan kurang tepat mengungkapkan suatu

makna, berskor 3-4;

5) Gaya bahasa yang diungkapkan sangat terbatas, sehingga makna

yang diungkapkan kacau, berskor 1-2.

g. Sudut pandang (skor 0-10)

1) Penggunaan sudut pandang jelas, keterlibatan penulis dalam cerita

jelas, sehingga peran dan kedudukan para pelaku dalam cerita

terstruktur (skor 9-10);

Page 80: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

62

2) Penggunaan sudut pandang jelas, keterlibatan penulis dalam cerita

jelas, tetapi peran dan kedudukan para pelaku dalam cerita kurang

tampak (skor 7-8).

3) Penggunaan sudut pandang kurang jelas sehingga keterlibatan

penulis dan peran serta kedudukan para pelaku dalam cerita tidak

jelas (skor 5-6).

4) Penggunaan sudut pandang tidak jelas, sehingga keterlibatan penulis

dan kedudukan pelaku dalam cerita tidak ada (skor 3-4).

5) Tidak tampak usaha penggunaan sudut pandang, sehingga

kedudukan para pelaku cerita tidak dapat dipahami (skor 0-2).

(Diadaptasi dari Nurgiyantoro, 2005)

2. Mencari mean rata-rata, dengan menggunakan rumus:

Xi = 60% skor maksimal

Keterangan: Xi = mean ideal (Nurgiyantoro, 2005: 401).

3. Mengukur penyebaran dengan rumus:

Si = ¼ x Xi

Keterangan:

Si = simpangan baku ideal Xi = mean ideal (Nurgiyantoro, 1995: 401).

4. Untuk kepentingan standardisasi hasil pengukuran (skor) dilakukan

transformasi dari skor mentah ke dalam nilai berskala 1-10.

Page 81: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

63

5. Membuat distribusi frekuensi dan persentase nilai.

6. Menentukan perbandingan hasil pretes dan postes pembelajaran menulis

cerpen menggunakan media blog dengan rumus:

1

2

NNdx

Mdt

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pretes dan postes xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md) dx2 = jumlah kuadrat deviasi N = subjek pada sampel db = ditentukan dengan N-1 (Arikunto, 1990: 306).

Page 82: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Analisis Data

Berdasarkan data penelitian ini dapat diuraikan dan dideskripsikan

secara rinci hasil penelitian tentang penggunaan media blog dalam

pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar.

Untuk mengetahui keefektifan penggunaan media tersebut, terlebih dahulu

perlu dianalisis tentang (1) kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX

SMP Negeri 40 Makassar sebelum menggunakan media blog (pretest); dan

(2) kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40

Makassar dengan menggunakan media blog (posttes). Hasil penelitian

tersebut hasil kuantitatif yang dinyatakan dengan angka.

Penyajian yang bertujuan mengungkap keefektifan penggunaan media

blog dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri

40 Makassar dapat diamati analisis berikut ini yang dikelompokkan ke dalam

dua bagian, yaitu penyajian data pretesi dan data posttest.

1. Penyajian Data Pretes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar sebelum Menggunakan Media Blog

Berdasarkan analisis data pretes kemampuan menulis cerpen pada

siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar sebelum menggunakan

penggunaan media blog dengan 30 orang diperoleh gambaran, yaitu: tidak

63

Page 83: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

65

ada siswa yang mampu memperoleh skor 100 sebagai skor maksimal. Skor

tertinggi hanya 77,5 yang diperoleh oleh 2 orang dan skor terendah adalah

39 yang diperoleh oleh 1 orang.

Berdasarkan hal tersebut, maka gambaran yang lebih jelas dan

tersusun rapi mulai skor tertinggi ke skor terendah yang diperoleh siswa

beserta frekuensinya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pretes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar Sebelum Menggunakan Media Blog (Pretest)

No. Skor Mentah Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

1. 77,5 2 6,66

2. 75,5 1 3,33

3. 73,5 1 3,33

4. 72,5 1 3,33

5. 72 1 3,33

6. 58 1 3,33

7. 57 1 3,33

8. 56,5 1 3,33

9. 56 1 3,33

10. 53,5 2 6,66

Page 84: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

66

11. 53 2 6,66

1 2 3 4

12. 52,5 3 10

13. 51,5 1 3,33

14. 51 1 3,33

15. 50,5 1 3,33

16. 50 1 3,33

17. 49 1 3,33

18. 47 1 3,33

19. 45,5 3 10

20. 45 2 6,66

21. 44,5 1 3,33

22. 39 1 3,33

Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel 3.1 tersebut dapat diketahui bahwa skor tertinggi

yang diperoleh siswa yaitu 77,5 yang diperoleh oleh 2 orang (6,66%).

Selanjutnya, sampel yang mendapat skor 75,5 berjumlah 1 orang (3,33%);

sampel yang mendapat skor 73,5 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang

mendapat skor 72,5 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang mendapat skor

72 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang mendapat skor 58 berjumlah 1

Page 85: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

67

orang (3,33%); sampel yang mendapat skor 57 berjumlah 1 orang (3,33%);

sampel yang mendapat skor 56,5 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang

mendapat skor 56 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang mendapat skor

53,5 berjumlah 2 orang (6,66%); sampel yang mendapat skor 52,5 berjumlah

3 orang (10%); sampel yang mendapat skor 51,5 berjumlah 1 orang (3,33%);

sampel yang mendapat skor 51 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang

mendapat skor 50,5 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang mendapat skor

50 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang mendapat skor 49 berjumlah 1

orang (3,33%); sampel yang mendapat skor 47 berjumlah 1 orang (3,33%);

sampel yang mendapat skor 45,5 berjumlah 3 orang (10%); sampel yang

mendapat skor 45 berjumlah 2 orang (6,66%); sampel yang mendapat skor

44,5 berjumlah 1 orang (3,33%); dan sampel yang mendapat skor 39

berjumlah 1 orang (3,33%);

Berdasarkan perolehan skor, frekuensi, dan persentase kemampuan

menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar sebelum

menggunakan media blog, dapat pula diketahui distribusi nilai, frekuensi, dan

persentasenya. Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase tersebut sangat

membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan

kemampuan siswa.

Sebelum skor mentah ditransformasi ke dalam nilai berskala 1-10,

maka terlebih dahulu ditentukan ukuran tendensi sentral yang digunakan

dalam mengolah data dengan rumus:

Page 86: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

68

Xi = 60% dari skor maksimal

= 10010060 x

= 0,6 x 100

= 60

Langkah selanjutnya, mencari deviasi standar sebagai ukuran

penyebaran data. Rumus yang digunakan untuk menentukan deviasi standar,

sebagai berikut.

Si = ¼ x Xi

= ¼ x 60

= 15

Dengan demikian, deviasi standar data tersebut adalah 15.

Selanjutnya, mean dan deviasi standar yang tokoh diperoleh ditransfer ke

dalam konversi angka berskala 1-10. Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan

pada Tabel 4.2 berikut ini.

Page 87: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

69

Tabel 3.2 Konversi Angka ke dalam Nilai Berskala 1-10

Skala

Sigma Nilai Skala Angka Ekuivalensi Nilai Mentah

+2,25 10 60 + (2,25 x 15) =

93,7 94 – 100

+1,75 9

60 + (1,75 x 15) =

86,2 86– 93

+1,25 8

60 + (1,25 x 15) =

78,7 79 – 85

\+0,75 7

60 + (0,75 x 15) =

71,2 71 – 78

+0,25 6

60 + (0,25 x 15) =

63,7 64 – 70

-0,25 5

60 - (0,25 x 15) =

56,2 56 – 63

-0,75 4

60 - (0,75 x 15) =

48,7 49 – 55

-1,25 3

60 - (1,25 x 15) =

41,2 41 – 48

-1,75 2

60 - (1,75 x 15) =

33,7 34 – 40

-2,25 1

60 - (2,25 x 15) =

26,2 33

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, skor mentah siswa dapat dikonversikan

ke dalam nilai berskala 1-10, sekaligus dapat pula diketahui nilai, frekuensi,

dan persentase tingkat kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX

Page 88: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

70

SMP Negeri 40 Makassar sebelum menggunakan media blog seperti tampak

pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar Sebelum Menggunakan Media Blog

No. Skala Nilai Frekuensi Persentase (%) Jumlah Nilai

(Nilai x F) 1. 7 6 20 42

2. 6 0 0 0

3. 5 4 13,33 20

4. 4 12 40 48

5 3 8 26,67 21

6. 2 0 0 0

7 1 0 0 0

Jumlah 30 100 131

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diperoleh gambaran bahwa nilai yang

diperoleh sampel rendah. Nilai tertinggi hanya 7 yang diperoleh oleh 6 orang

(20%). Selanjutnya, sebanyak 4 siswa (13,33%) yang memperoleh nilai 5;

sampel yang memperoleh nilai 4 berjumlah 12 orang (40%); dan sampel yang

memperoleh nilai 3 berjumlah 8 orang (26,67%) Berdasarkan perolehan nilai

setelah persentasenya, dapat diketahui jumlah nilai dan nilai rata-rata

kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

Page 89: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

71

sebelum menggunakan media blog. Nilai rata-rata siswa yaitu 4,4 yang

diperoleh dari hasil bagi jumlah seluruh nilai dengan jumlah siswa sampel (N)

atau 131/30 = 4,4.

Sesuai hasil analisis data tersebut dapat dikonfirmasikan ke dalam

kriteria kemampuan yang telah ditetapkan, yaitu siswa dinyatakan mampu

apabila jumlah siswa mencapai 85% yang memperoleh nilai 75 ke atas.

Sebaliknya, siswa dikatakan tidak mampu apabila jumlah siswa kurang dari

85% yang memperoleh nilai 75. Untuk menggambarkan pernyataan ini, dapat

dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Klasifikasi Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar Sebelum Menggunakan Media Blog

No. Skala Nilai Frekuensi Persentase (%)

1. Nilai 75 ke atas 6 20

2. Nilai di bawah 75 24 80

Jumlah 30 100%

Berdasarkan pada Tabel 3.4 di atas, dapat diketahui frekuensi dan

persentase nilai kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP

Negeri 40 Makassar sebelum menggunakan media blog, yaitu hanya 6 siswa

yang mampu mendapatkan nilai 75 ke atas dan 24 siswa yang mendapat nilai

di bawah 75. Hal ini berarti siswa belum mampu menulis cerpen sebelum

menggunakan media blog. Hal ini dinyatakan karena hanya 6 siswa (20%)

Page 90: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

72

yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa

kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

sebelum menggunakan penggunaan media blog dikategorikan belum

memadai karena hanya 6 siswa (20%) yang memperoleh nilai 75 ke atas

atau tidak mencapai kriteria yang ditetapkan, yaitu 85%.

1. Penyajian Data Postes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan Menggunakan Media Blog

Berdasarkan analisis data postes kemampuan menulis cerpen pada

siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan menggunakan penggunaan

media blog dengan 30 orang diperoleh gambaran, yaitu: tidak ada siswa yang

mampu memperoleh skor 100 sebagai skor maksimal. Skor tertinggi hanya

91 yang diperoleh oleh 1 orang dan skor terendah adalah 60 yang diperoleh

oleh 2 orang.

Berdasarkan hal tersebut, maka gambaran yang lebih jelas dan

tersusun rapi mulai skor tertinggi ke skor terendah yang diperoleh siswa

beserta frekuensinya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Page 91: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

73

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Postes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan Menggunakan Media Blog (Pretes)

No. Skor Mentah Frekuensi Persentase (%)

1. 91 1 3,33

2. 86,5 1 3,33

3. 84 1 3,33

4. 79,5 1 3,33

5. 79 2 6,67

7. 78 2 6,67

8. 76 1 3.33

9. 75 1 3,33

10. 76,5 2 6,67

11. 75,5 1 3,33

12. 77 3 10

13. 77,5 1 3,33

14. 78,5 2 6,67

15. 80 1 3,33

16. 65,5 2 3,33

17. 65 4 13,33

18. 60 2 3,33

19. 58,5 2 3,33

Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa skor tertinggi

yang diperoleh siswa yaitu 91 yang diperoleh oleh 1 orang (3,33%).

Selanjutnya, sampel yang mendapat skor 86,5 berjumlah 1 orang (3,33%);

sampel yang mendapat skor 84 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang

Page 92: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

74

mendapat skor 79,5 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang mendapat skor

79 berjumlah 2 orang (6,67%); sampel yang mendapat skor 78 berjumlah 2

orang (6,67%); sampel yang mendapat skor 76 berjumlah 1 orang (3,33%);

sampel yang mendapat skor 75 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang

mendapat skor 76,5 berjumlah 2 orang (6,67%); sampel yang mendapat skor

75,5 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang mendapat skor 77 berjumlah 3

orang (10%); sampel yang mendapat skor 77,5 berjumlah 1 orang (3,33);

sampel yang mendapat skor 78,5 berjumlah 2 orang (6,67%); sampel yang

mendapat skor 80 berjumlah 1 orang (3,33%); sampel yang mendapat skor

65,5 berjumlah 2 orang (6,67%); sampel yang mendapat skor 65 berjumlah 4

orang (13,33%); sampel yang mendapat skor 60 berjumlah 2 orang (6,67%);

dan sampel yang mendapat skor 58,5 berjumlah 1 orang (3,33%).

Berdasarkan perolehan skor, frekuensi, dan persentase kemampuan

menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan

menggunakan media blog, dapat pula diketahui distribusi nilai, frekuensi, dan

persentasenya. Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase tersebut sangat

membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan

kemampuan siswa.

Sebelum skor mentah ditransformasi ke dalam nilai berskaka 1-10,

maka terlebih dahulu ditentukan ukuran tendensi sentral yang digunakan

dalam mengolah data dengan rumus:

Page 93: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

75

Xi = 60% dari skor maksimal

= 10010060 x

= 0,6 x 100

= 60

Langkah selanjutnya, mencari deviasi standar sebagai ukuran

penyebaran data. Rumus yang digunakan untuk menentukan deviasi standar,

sebagai berikut.

Si = ¼ x Xi

= ¼ x 60

= 15

Dengan demikian, deviasi standar data tersebut adalah 15.

Selanjutnya, mean dan deviasi standar diperoleh ditransfer ke dalam konversi

angka berskala 1-10. Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan pada Tabel 7

berikut ini.

Page 94: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

76

Tabel 4.6 Konversi Angka ke dalam Nilai Berskala 1-10

Skala

Sigma Nilai Skala Angka Ekuivalensi Nilai Mentah

+2,25 10 60 + (2,25 x 15) =

93,7 94 – 100

+1,75 9

60 + (1,75 x 15) =

86,2 86– 93

+1,25 8

60 + (1,25 x 15) =

78,7 79 – 85

+0,75 7

60 + (0,75 x 15) =

71,2 71 – 78

+0,25 6

60 + (0,25 x 15) =

63,7 64 – 70

-0,25 5

60 - (0,25 x 15) =

56,2 56 – 63

-0,75 4

60 - (0,75 x 15) =

48,7 49 – 55

-1,25 3

60 - (1,25 x 15) =

41,2 41 – 48

-1,75 2

60 - (1,75 x 15) =

33,7 34 – 40

-2,25 1

60 - (2,25 x 15) =

26,2 33

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, skor mentah siswa dapat dikonversikan

ke dalam nilai berskala 1-10, sekaligus dapat pula diketahui nilai, frekuensi,

dan persentase tingkat kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX

Page 95: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

77

SMP Negeri 40 Makassar dengan menggunakan media blog, seperti tampak

pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 4.7 Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan Menggunakan Penggunaan Media Blog

No. Skala Nilai Frekuensi Persentase (%) Jumlah Nilai (Nilai x F)

1. 9 2 6,67 18

2. 8 4 13,33 32

3. 7 14 46,67 98

4. 6 6 20 36

5. 5 4 13,33 20

6. 4 0 0 0

7. 3 0 0 0

Jumlah 30 100 204

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas diperoleh gambaran bahwa nilai yang

diperoleh sampel meningkat dibandingkan dengan nilai pretes. Nilai tertinggi,

yaitu 9 yang diperoleh oleh 2 orang (6,67%). Selanjutnya, sebanyak 4 siswa

(13,33%) yang memperoleh nilai 8; sampel yang memperoleh nilai 7

berjumlah 14 orang (46,67%); sampel yang memperoleh nilai 6 berjumlah 6

orang (20%); dan sampel yang memperoleh nilai 5 berjumlah 4 orang

(13,33%). Berdasarkan perolehan nilai setelah persentasenya, dapat

Page 96: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

78

diketahui jumlah nilai dan nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen pada

siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan menggunakan media blog.

Nilai rata-rata siswa, yaitu 6,8 yang diperoleh dari hasil bagi jumlah seluruh

nilai dengan jumlah siswa sampel (N) atau 204/30 = 6,8.

Sesuai hasil analisis data tersebut dapat dikonfirmasikan ke dalam

kriteria kemampuan yang telah ditetapkan, yaitu siswa dinyatakan mampu

apabila jumlah siswa mencapai 85% yang memperoleh nilai 75 ke atas.

Sebaliknya, siswa dikatakan tidak mampu apabila jumlah siswa kurang dari

85% yang memperoleh nilai 75. Untuk menggambarkan pernyataan ini, dapat

dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Klasifikasi Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar Sebelum Menggunakan Media Blog

No. Skala Nilai Frekuensi Persentase (%)

1. Nilai 75 ke atas 20 66,67

2. Nilai di bawah 75 10 33,33

Jumlah 30 100%

Berdasarkan ada Tabel 4.8 di atas, dapat diketahui frekuensi dan

persentase nilai kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP

Negeri 40 Makassar dengan menggunakan media blog yaitu sebanyak 20

siswa (66,67%) yang mampu mendapat nilai 75 ke atas. Sebaliknya,

mendapat nilai di bawah 75 sebanyak 10 siswa (33,33%). Hal ini berarti

Page 97: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

79

siswa belum mampu menulis cerpen dengan menggunakan media blog.

Namun, perlu dipahami bahwa kemampuan siswa menulis cerpen dengan

menggunakan penggunaan media blog meningkat atau lebih baik

dibandingkan dengan nilai siswa yang tidak menggunakan media blog.

2. Analisis Keefektifan Penggunaan Media Blog dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

Pada bagian ini dipaparkan keefektifan penggunaan media blog dalam

pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar .

Uraian keefektifan penggunaan media blog dalam pembelajaran menulis

cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar merupakan gambaran

keefektifan metode dalam pembelajaran menulis cerpen. Kecocokan atau

kesesuaian tersebut diukur berdasarkan perolehan skor pretes dan skor

postes. Gambaran skor pretes dan postes tampak pada Tabel 4.9 berikut ini.

Page 98: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

80

Tabel 4.9 Daftar Skor Pretes dan Postes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

Subjek Pretes Postes Gain (d) Postes-pretes d2

1 2 3 4 5 1. 53 73,5 20,5 420,25 2. 52,5 72,5 20 400 3. 50,5 73 22,5 506,25 4. 49 73 24 576 5. 53,5 71,5 18 324 6. 44,5 65 20,5 420,25 7. 53,5 71 17,5 306,25 8. 52,5 58,5 6 36 9. 58 78 20 400 10. 72,5 78 5,5 30,25 11. 57 74,5 17,5 306,25 12. 77,5 91 17,5 306,25 13. 72 79,5 7,5 56,25 14. 39 65,5 26,5 702,25 15. 56,5 65 8,5 72,25 16. 51,5 71,5 20 400 17. 75,5 76 0,5 0,25 18. 73,5 75 1,5 2,25 19. 50 58,5 8,5 72,25 20. 56 84 28 784 21. 77,5 79 1,5 2,25 22. 45 65,5 20,5 420,25 23. 45 65 20 400 24. 51 73 22 484 25. 47 74,5 27,5 756,25 26. 53 60 7 49 27. 52,5 79 26,5 702,25 28. 45,5 86,5 41 1681 29. 45,5 60 14,5 210,25 30. 45,5 65 19,5 380,25

N = 30 d 510,5 2d 11206,75

Page 99: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

81

Diketahui:

02,1730

5,510

Nd

Md

dx2 2519,74 yang diperoleh melalui rumus berikut:

2

22

Nd

ddx (Arikunto, 1990: 306)

2

2

Nd

d

= 30

5,51011206,752

= 30

25,26061011206,75

= 11206,75 – 8687,01

= 2519,74

Tes signifikansi untuk desain 2 adalah:

1

2

N

dXMdt

130302519,74

02,17

t

29302519,74

02,17t

Page 100: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

82

8702519,74

02,17t

90,202,17

t

70,102,17

t

t = 10,01

Berdasarkan hasil analisis data yang diuraikan, terlihat bahwa nilai

keefektifan penggunaan media blog dalam pembelajaran menulis cerpen

pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar sebesar 10,01. Berdasarkan

nilai t hitung tersebut dapat dibandingkan dengan nilai t tabel pada lampiran 2

dengan db = N-1 = 30-1 = 29. Jadi, db 30-1 = 29 dan t0 0,95 = 1,70.

Sementara, t hitung = 10,01 dan t tabel = 1,70 (signifikan 95%). Dengan

demikian, t hitung > t tabel.

Hipotesis yang diuji dengan statistik uji t (tes signifikansi untuk desain

2), yaitu penggunaan media blog efektif diterapkan dalam pembelajaran

menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar (H1). Dalam

penelitian ini, terungkap bahwa nilai kemampuan menulis cerpen siswa kelas

IX SMP Negeri 40 Makassar yang menggunakan penggunaan media blog

lebih baik dibandingkan dengan nilai siswa yang tidak menggunakan media

blog.

Dalam pengujian statistik, hipotesis ini dinyatakan sebagai berikut:

Page 101: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

83

H0 : th tt lawan H1 : th ≥ tt

Setelah diadakan perhitungan berdasarkan hasil statistik inferensial

jenis uji t desain 2 diperoleh nilai t hitung: 10,01. Kriteria pengujiannya adalah

H0 diterima jika t hitung < t Tabel dan H0 ditolak jika t hitung > t tabel. Nilai t tabel = db

=1= 30 -1 = 29 (Angka 29 inilah yang dilibat dalam tabel). Pada taraf

signifikan 0,95% diperoleh = 1,70, ternyata t hitung > t tabel.

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Dengan demikian, penggunaan media blog efektif diterapkan dalam

pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini diuraikan temuan yang diperoleh dari hasil analisis

data penelitian tentang keefektifan penggunaan media blog dalam

pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

Berdasarkan hasil analisis data pretes bahwa rata-rata kemampuan siswa

masih kurang. Dalam hal ini, masih banyak siswa yang belum mampu

menulis cerpen dengan baik. Sedangkan tujuan pengajaran cerpen di SMP

agar siswa dapat mengungkapkan pengalamannya di dalam bentuk tulisan

yang menarik (termasuk cerita pendek). Meskipun hal ini tidak sekali jadi,

tetapi melalui tahapan dari hal yang mudah sampai pada yang kompleks.

Page 102: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

84

Fenomena menunjukkan bahwa siswa menulis cerpen dengan

berbagai kendala. Tampak sebagian siswa mengalami kebingungan, hanya

tinggal diam, dan kurang bersemangat. Menurutnya, sulit menciptakan judul.

Kalaupun judulnya telah diciptakan, kesulitan selanjutnya adalah

pengembangan judul menjadi cerpen. Terdapat pula judul yang diciptakan

oleh siswa sama dengan judul karangan biasa. Fenomena lain yang tampak,

yaitu ketika siswa menulis cerpen hampir sama dengan menulis narasi atau

prosa biasa. Isi cerpen rata-rata hanya memberitahukan sehingga tidak

menyiratkan kesan penggunaan bahasa yang estetis dengan gaya bahasa

(stylistik), sementara salah satu unsur penting yang membangun cerpen

adalah gaya bahasa, diharapkan pengarang bukan hanya sekadar

bermaksud memberitahu pembaca mengenai hal yang dilakukan dan dialami

tokoh ceritanya, melainkan bermaksud pula mengajak pembacanya ikut serta

merasakan sesuatu yang dirasakan oleh tokoh cerita. Itulah sebabnya

pengarang senantiasa akan memilih kata dan menyusunnya sedemikian rupa

sehingga menghasilkan kalimat yang mampu mewadahi sesuatu yang

dipikirkan dan dirasakan tokoh cerita. Diharapkan pula agar siswa dapat

menggunakan metafora yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek

atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan, misalnya: kaki gunung

atau kaki meja berdasarkan kias pada kaki manusia.

Kondisi lain yang tampak pada cerpen siswa, yaitu kesesuaian tema

dan isi cerpen dinilai kurang relevan dengan isi cerpen, sementara tema

Page 103: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

85

merupakan gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari suatu karya

sastra. Di dalam tema biasanya didukung oleh pelukisan latar, di dalam karya

yang lain tersirat di dalam tokoh atau penokohan. Tema bahkan menjadi

faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa di dalam suatu alur. Pada aspek

amanat, pengungkapannya kurang jelas, sehingga tidak dapat dipahami.

Pada pengembangan latar kurang tersusun rapi sesuai dengan isi cerita.

Urutan dan keruntutan cerita sulit diikuti dan sulit dipahami. Pengembangan

watak pada setiap pelaku kurang jelas sehingga tidak tampak peran dan

penokohan setiap pelaku. Gaya bahasa yang digunakan kurang tepat

mengungkapkan suatu makna, dan gaya bahasa yang diungkapkan sangat

terbatas sehingga makna yang diungkapkan kacau, penulis seharusnya

senantiasa memilih kata dan menyusunnya sedemikian rupa sehingga

menghasilkan kalimat yang mampu mewadahi sesuatu yang dipikirkan dan

dirasakan tokoh cerita tersebut. Penggunaan sudut pandang kurang jelas

sehingga keterlibatan penulis dan peran serta kedudukan para pelaku dalam

cerita tidak jelas. Intinya, cerpen yang yang dibuat belum memenuhi

karakteristik/ciri cerpen yang baik.

Fenomena yang dialami oleh siswa dalam menulis cerpen sebelum

menggunakan media blog tersebut tentunya berdampak negatif terhadap nilai

akhir yang diperoleh. Dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase

kemampuan siswa pada saat pretes yaitu hanya 6 orang siswa yang

memperoleh nilai 75 ke atas.

Page 104: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

86

Berbeda dengan fenomena yang terjadi dalam pembelajaran

kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan media blog. Tampak

semua siswa seolah-olah tidak mengalami kendala dan bersemangat dalam

menulis, walaupun hasilnya belum memuaskan. Akan tetapi, tampak

perubahan yang signifikan terutama peningkatan hasil tulisan siswa (cerpen).

Keantusiasan siswa tampak pada proses penciptaan kalimat-kalimat

memberitahukan. Rata-rata siswa menyampaikan dan memberitahukan

tentang hal yang pernah dialami. Pengalaman itu ditulis sebanyak mungkin

dengan penuh kebebasan (tidak terikat oleh waktu dan tempat). Siswa

diberikan ruang kebebasan menuangkan ide dan gagasannya. Berdasarkan

ide-ide yang telah dikemas itu, lalu dituntun untuk mengembangkannya

menjadi cerpen melalui media blog.

Hasil cerpen dengan menggunakan media blog, yaitu: sudah tampak

kesesuaian tema dan isi cerpen. Pada aspek amanat, pengungkapannya

jelas, sehingga dapat dipahami. Pada pengembangan latar tersusun rapi

sesuai dengan isi cerita. Urutan dan keruntutan cerita mudah diikuti dan

dipahami. Pengembangan watak pada setiap pelaku jelas sehingga tampak

peran dan penokohan setiap pelaku. Gaya bahasa yang digunakan tepat

mengungkapkan suatu makna, dan gaya bahasa yang diungkapkan jelas.

Penggunaan sudut pandang jelas sehingga keterlibatan penulis dan peran

serta kedudukan para pelaku dalam cerita jelas.

Page 105: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

87

Fenomena yang dialami oleh siswa dalam menulis cerpen dengan

menggunakan media blog tersebut tentunya berdampak positif terhadap nilai

akhir yang diperoleh. Dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase

kemampuan siswa, yaitu sebanyak 20 siswa yang mendapat nilai 75 ke atas.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan siswa mengalami

peningkatan.

Page 106: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

88

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penyajian hasil analisis data dan pembahasan, dapat

ditarik simpulan tentang kemampuan siswa kelas IX SMP Negeri 40

Makassar menulis cepen dengan menggunakan media blog.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis cerpen dari

media blog siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar pada aspek tema, tokoh,

alur, latar, sudut pandang, aspek amanat, aspek organisasi, kosakata, dan

ejaan telah menunjukkan hasil yang signifikan.

Nilai yang diperoleh siswa meningkat setelah menggunakan media

blog dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional/ceramah yang

diterapkan oleh guru bidang studi dalam pembelajaran menulis cerpen.

Sebelum menggunakan media blog, hanya 6 siswa yang mampu

mendapatkan nilai 75 ke atas dan 24 siswa yang mendapat nilai di bawah 75.

Sedangkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40

Makassar dengan menggunakan media blog yaitu sebanyak 20 siswa yang

mampu mendapat nilai 75 ke atas. Sebaliknya, mendapat nilai di bawah 75

sebanyak 10 siswa.

Page 107: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

89

Setelah diadakan perhitungan berdasarkan hasil statistik inferensial

jenis uji t desain 2 diperoleh nilai t hitung: 10,01. Kriteria pengujiannya adalah

H0 diterima jika t hitung < t Tabel dan H0 ditolak jika t hitung > t tabel. Nilai t tabel = db

=1= 30 -1 = 29. Pada taraf signifikan 0,95% diperoleh = 1,70, ternyata t hitung >

t tabel. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Dengan demikian, penggunaan media blog efektif diterapkan dalam

pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP Negeri 40 Makassar.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, diajukan saran sebagai berikut.

1. Hendaknya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas IX SMP

Negeri 40 Makassar lebih ditingkatkan dengan selalu memberikan

pelatihan kepada siswa dalam menulis cerpen.

2. Guru hendaknya menggunakan media blog dalam pembelajaran, karena

strategi ini efektif diterapkan dalam meningkatkan kemampuan menulis

cerpen.

3. Siswa hendaknya lebih giat berlatih menulis cerpen sehingga

kemampuannya lebih meningkat.

Page 108: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

90

DAFTAR PUSTAKA

Ackhadiat, Sabarti, dkk. 1994. Pembinaan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar

Baru.

Arikunto, Suharsimi. 1990. Dasar-dasar Komposisi Penelitian Bahasa Indonesia. Malang:YE

Azhar, Arsyad. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo.

Badrun, Ahmad.1983. Ilmu Sastra.Surabaya: Usaha Nasional

Best, John W. 1977. Research in Education. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi.

DePorter, Bobby dan Hernacki. 2007. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. New York: KAIFA.

Esten, Mursal. 1990. Kesusastraan: Sebuah Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa.

Gani, Asriani A. 2005.Keefektifan Penggunaan Metode Experiantial Learning dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri Mare Kabupaten Bone.Skripsi. UNM Makassar.

Halim, Amran, dkk. 1974. Ujian Bahasa. Bandung: Ganaco NV.

Juanda. 2006. Teori Sastra, Makassar: Universitas Negeri Makassar

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.s

Kusmayadi, Ismail dkk. 2007. Think Smart Bahasa Indonesia untuk Kelas XII SMA/MA. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Page 109: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

91

Nurgiantoro, Burhan. 2005. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: UNY

Nurlinda. 1997. “Kemampuan Mengapresiasi Cerpen Ia Masih Kecil” Karya W.S.Rennra. dengan Pendekatan Pragmatik pada Siswa SMEA Negeri I Ujung Pandang. Skripsi. IKIP Ujung Pandang.

Paradotokusumo, Partini Sarjono. 2001. Pengkajian Sastra. Bandung: Wacana.

Sardiman, Arief, dkk. 2007. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Semi, M. Atar. 1988. Kritik Sastra. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Sudjiman, Panutti. 1986. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Sumardjo, Jacob. 2007. Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyuti. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi.Yogyakarta: Gama Media.

Syafi’ie, Imam. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Tamim, M. 2007. Blog dan Pendidikan. http://nformasi-pendidikan.com/ciri- ciri cerpen/mobile-friendly-.Akses 26 Februari 2013

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

http://mtamim.wordpress.com/2010/03/22/blog- dan-pendidikan/. Akses 25 November 2014

Page 110: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

92

LAMPIRAN

Page 111: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

93

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tanpa Menggunakan

Media Blog

Sekolah : SMP Negeri 40 Makassar

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : IX

Semester : II

A. Standar Kompetensi

Menulis: Menulis: Mengungkapkan kembali pengalaman dalam cerita

pendek

B. Kompetensi Dasar

Menulis kembali dengan kalimat sendiri, cerita pendek yang pernah

dibaca

C. Materi Pembelajaran

1. Contoh cerita pendek

2. Teknik penulisan cerita pendek

D. Indikator

1. Menentukan ide-ide pokok sesuai tahap-tahap alur dalam cerpen.

2. Mengembangkan ide-ide pokok menjadi cerpen

E. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu:

Page 112: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

94

1. Menentukan ide-ide pokok sesuai tahap-tahap alur dalam cerpen.

2. Mengembangkan ide-ide pokok menjadi cerpen

F. Metode Pembelajaran

Metode ceramah, penugasan dan resitasi

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan I

Kegiatan Awal

1. Guru membuka pelajaran.

2. Guru mengabsen siswa.

3. Guru melakukan apersepsi.

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran saat itu.

Kegiatan Inti

1. Guru memotivasi siswa dengan mengemukakan tujuan dan

tema pembelajaran, yakni menulis cerpen.

2. Guru menanyakan kepada siswa tentang pengetahuan awal

mereka tentang cerita pendek.

3. Guru menjelaskan tentang unsur-unsur cerpen

4. Guru menjelaskan cara penulisan cerpen

5. Siswa diarahkan untuk membaca contoh cerpen yang telah

dibagikan

6. Siswa diarahkan untuk menulis kembali dengan kalimat sendiri,

cerita pendek yang telah dibaca.

Page 113: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

95

Kegiatan Akhir

1. Refleksi

2. Guru menyimpulkan pembelajaran.

3. Menutup pembelajaran

H. Alokasi Waktu

2 x 45 menit

I. Sumber Belajar/Alat/Bahan

Buku kumpulan cerita pendek

Buku Bahasa Indonesia Kelas IX

J. Penilaian

Jenis Tagihan:

Tugas individu

Mengetahui, Makassar, Maret 2015 Kepala SMP NEGERI 40 MAKASSAR Guru Mata Pelajaran,

H.RAHMAT HIDAYAT, S.SOS,S.Pd,MH. ERNIWATI, S.Pd NIP 19640201 198203 1 002 NIP 19790425 200604 2 027

Page 114: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

96

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan

Media Blog

Sekolah : SMP Negeri 40 Makassar

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : IX

Semester : II

A. Standar Kompetensi

Menulis: Menulis: Mengungkapkan kembali pengalaman dalam cerita

pendek

B. Kompetensi Dasar

Menulis kembali dengan kalimat sendiri, cerita pendek yang pernah

dibaca

C. Materi Pembelajaran

1. Contoh cerita pendek

2. Teknik penulisan cerita pendek

D. Indikator

1. Menentukan ide-ide pokok sesuai tahap-tahap alur dalam cerpen.

2. Mengembangkan ide-ide pokok menjadi cerpen

E. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu:

1. Menentukan ide-ide pokok sesuai tahap-tahap alur dalam cerpen.

Page 115: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

97

2. Mengembangkan ide-ide pokok menjadi cerpen

F. Metode Pembelajaran

Metode ceramah, penggunaan media blog, penugasan dan resitasi

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan I

Kegiatan Awal

1. Guru membuka pelajaran.

2. Guru mengabsen siswa.

3. Guru melakukan apersepsi.

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran saat itu.

Kegiatan Inti

1. Guru memotivasi siswa dengan mengemukakan tujuan dan

tema pembelajaran, yakni menulis cerpen.

2. Guru menanyakan kepada siswa tentang pengetahuan awal

mereka tentang cerita pendek.

3. Guru mengarahkan siswa untuk membuka web blog

http://sambasmartadinata.blogspot.com/2012/11/cara-membuat-

cerpen-beserta-contoh.html

4. Guru membimbing siswa untuk memperkaya pengetahuan

tentang cerpen dan cara penulisannya melalui pencarian data

pada blog

Page 116: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

98

5. Siswa diarahkan untuk membaca contoh cerpen yang terdapat

pada blog

6. Siswa diarahkan untuk menulis kembali dengan kalimat sendiri,

cerita pendek yang telah dibaca.

Kegiatan Akhir

1. Refleksi

2. Guru menyimpulkan pembelajaran.

3. Menutup pembelajaran

Pertemuan II

Kegiatan Awal

1. Guru membuka pelajaran.

2. Guru mengabsen siswa.

3. Guru melakukan apersepsi.

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran saat itu.

Kegiatan Inti

1. Guru memotivasi siswa dengan mengemukakan tujuan dan

tema pembelajaran, yakni menulis cerpen.

2. Guru menanyakan kepada siswa tentang pengetahuan mereka

tentang cerpen.

3. Siswa diarahkan membuka blog

http://www.sambasmartadinata.blogspot.com/2012/11/cara-

membuat-cerpen-beserta -contoh.html dan

Page 117: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

99

http://www.rumpunnektar.com/2013/04/teknik-menulis-

cerpen.html

4. Siswa diarahkan untuk mengembangan kutipan yang terdapat

pada blog menjadi sebuah cerpen dengan menggunakan

kalimat sendiri.

Kegiatan Akhir

1. Refleksi

2. Guru menyimpulkan pembelajaran.

3. Menutup pembelajaran

H. Alokasi Waktu

4 x 45 menit

I. Sumber Belajar/Alat/Bahan

Buku kumpulan cerita pendek

Buku Bahasa Indonesia Kelas IX

Web blog

J. Penilaian

Jenis Tagihan:

Tugas individu

Mengetahui, Makassar, Maret 2015 Kepala SMP NEGERI 40 MAKASSAR Guru Mata Pelajaran,

H.RAHMAT HIDAYAT, S.SOS,S.Pd,MH. ERNIWATI, S.Pd NIP 19640201 198203 1 002 NIP 19790425 200604 2 027

Page 118: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

100

Lampiran 3.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pretes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar sebelum Menggunakan Media Blog (Pretes)

No. Skor Mentah Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

1. 77,5 2 6,66

2. 75,5 1 3,33

3. 73,5 1 3,33

4. 72,5 1 3,33

5. 72 1 3,33

6. 58 1 3,33

7. 57 1 3,33

8. 56,5 1 3,33

9. 56 1 3,33

10. 53,5 2

2

3

1

6,66

11.

12.

13.

53

52,5

51,5

6,66

10

3,33

14. 51 1 3,33

15. 50,5 1 3,33

16. 50 1 3,33

Page 119: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

101

17. 49 1 3,33

18. 47 1 3,33

19. 45,5 3 10

20. 45 2 6,66

21. 44,5 1 3,33

22. 39 1 3,33

Jumlah 30 100

Page 120: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

102

Lampiran 4.

Konversi Angka ke dalam Nilai Berskala 1-10

Skala

Sigma Nilai Skala Angka Ekuivalensi Nilai Mentah

+2,25 10 60 + (2,25 x 15) =

93,7 94 – 100

+1,75 9

60 + (1,75 x 15) =

86,2 86– 93

+1,25 8

60 + (1,25 x 15) =

78,7 79 – 85

\+0,75 7

60 + (0,75 x 15) =

71,2 71 – 78

+0,25 6

60 + (0,25 x 15) =

63,7 64 – 70

-0,25 5

60 - (0,25 x 15) =

56,2 56 – 63

-0,75 4

60 - (0,75 x 15) =

48,7 49 – 55

-1,25 3

60 - (1,25 x 15) =

41,2 41 – 48

-1,75 2

60 - (1,75 x 15) =

33,7 34 – 40

-2,25 1

60 - (2,25 x 15) =

26,2 33

Page 121: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

103

Lampiran 5.

Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar sebelum Menggunakan media blog

No. Skala Nilai Frekuensi Persentase (%) Jumlah Nilai (Nilai x F)

1. 7 6 20 42

2. 6 0 0 0

3. 5 4 13,33 20

4. 4 12 40 48

5 3 8 26,67 21

6. 2 0 0 0

7 1 0 0 0

Jumlah 30 100 131

Lampiran 6.

Klasifikasi Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar sebelum Menggunakan Media Blog

No. Skala Nilai Frekuensi Persentase (%)

1. Nilai 75 ke atas 6 20

2. Nilai di bawah 75 24 80

Jumlah 30 100%

Page 122: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

104

Lampiran 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Postes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan Menggunakan media blog

No. Skor mentah Frekuensi Persentase (%)

1. 91 1 3,33

2. 86,5 1 3,33

3. 84 1 3,33

4. 79,5 1 3,33

5. 79 2 6,67

7. 78 2 6,67

8. 76 1 3.33

9. 75 1 3,33

10. 76,5 2 6,67

11. 75,5 1 3,33

12. 77 3 10

13. 77,5 1 3,33

14. 78,5 2 6,67

15. 80 1 3,33

16. 65,5 2 3,33

17. 65 4 13,33

18. 60 2 3,33

19. 58,5 2 3,33

Jumlah 30 100

Page 123: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

105

Lampiran 8. Konversi Angka ke dalam Nilai Berskala 1-1075 Skala Sigma Nilai Skala Angka Ekuivalensi Nilai Mentah

+2,25 10 60 + (2,25 x 15) =

93,7 94 – 100

+1,75 9

60 + (1,75 x 15) =

86,2 86– 93

+1,25 8

60 + (1,25 x 15) =

78,7 79 – 85

+0,75 7

60 + (0,75 x 15) =

71,2 71 – 78

+0,25 6

60 + (0,25 x 15) =

63,7 64 – 70

-0,25 5

60 - (0,25 x 15) =

56,2 56 – 63

-0,75 4

60 - (0,75 x 15) =

48,7 49 – 55

-1,25 3

60 - (1,25 x 15) =

41,2 41 – 48

-1,75 2

60 - (1,75 x 15) =

33,7 34 – 40

Page 124: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

106

-2,25 1 60 - (2,25 x 15) =

26,2 33

Lampiran 9. Frekuensi dan Persentase Nilai Pretes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar dengan Menggunakan Penggunaan media blog

No. Skala Nilai Frekuensi Persentase (%) Jumlah Nilai (Nilai x F)

1. 9 2 6,67 18

2. 8 4 13,33 32

3. 7 14 46,67 98

4. 6 6 20 36

5. 5 4 13,33 20

6. 4 0 0 0

7. 3 0 0 0

Jumlah 30 100 204

Lampiran 10.

Klasifikasi Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar sebelum Menggunakan Media Blog

No. Skala Nilai Frekuensi Persentase (%)

1. Nilai 75 ke atas 20 66,67

2. Nilai di bawah 75 10 33,33

Jumlah 30 100%

Page 125: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

107

Lampiran 11. Daftar Skor Pretes dan Postes Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar

Subjek Pretes Postes Gain (d) Postes-pretest d2

1 2 3 4 5 1. 53 73,5 20,5 420,25 2. 52,5 72,5 20 400 3. 50,5 73 22,5 506,25 4. 49 73 24 576 5. 53,5 71,5 18 324 6. 44,5 65 20,5 420,25 7. 53,5 71 17,5 306,25 8. 52,5 58,5 6 36 9. 58 78 20 400 10. 72,5 78 5,5 30,25 11. 57 74,5 17,5 306,25 12. 77,5 91 17,5 306,25 13. 72 79,5 7,5 56,25 14. 39 65,5 26,5 702,25 15. 56,5 65 8,5 72,25 16. 51,5 71,5 20 400 17. 75,5 76 0,5 0,25 18. 73,5 75 1,5 2,25 19. 50 58,5 8,5 72,25 20. 56 84 28 784 21. 77,5 79 1,5 2,25 22. 45 65,5 20,5 420,25 23. 45 65 20 400 24. 51 73 22 484 25. 47 74,5 27,5 756,25 26. 53 60 7 49 27. 52,5 79 26,5 702,25 28. 45,5 86,5 41 1681 29. 45,5 60 14,5 210,25 30. 45,5 65 19,5 380,25

N = 30 d 510,5 2d 11206,75

Page 126: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

108

Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Page 127: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

109

Lampiran 14 Izin Penelitian

Page 128: PENGGUNAAN MEDIA BLOG DALAM PEMBELAJARAN MENULIS …

RIWAYAT HIDUP

Erniwati, lahir di Sengkang pada tanggal 25 April 1979.

Anak pertama dari empat bersaudara pasangan Muh. Abidin dan

Murnia. Penulis mulai masuk ke jenjang Pendidikan Dasar

pada tahun 1986 dan tamat tahun 1992 di SD Negeri

No. 29 Bontouse Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, dan pada tahun yang

sama masuk ke SLTP Negeri 1 Tanasitolo dan tamat pada tahun 1995. Pada tahun

yang sama penulis masuk ke SMU Negeri 2 Sengkang dan tamat tahun 1998.

Kemudian penulis melanjutkan ke Universitas Negeri Makassar pada tahun 1999

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Program Strata Satu (S-1). Saat ini penulis mengajar di SMP Negeri 40 Makassar

sejak tahun 2011 sampai sekarang. Penulis melanjutkan pendidikan (S-2) pada

tahun 2013 di Universitas Muhammadiyah Makassar Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Pada tahun 2015 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan dengan

judul tesis “ Penggunaan Media Blog dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Bahasa

Indonesia Siswa Kelas IX SMP Negeri 40 Makassar”, dan mendapat gelar

Magister Pendidikan.