penggunaan metode takriri dalam meningkatkan …
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN METODE TAKRIRI DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS HAFALAN TAHFIZH AL-QUR’AN
DI MA’HAD NURUL FALAH
KOTA JAMBI
SKRIPSI
SUSI SUSANTI
TP.161608
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHANTHAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
PENGGUNAAN METODE TAKRIRI DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS HAFALAN TAHFIZH AL-QUR’AN
DI MA’HAD NURUL FALAH
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (1)
Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
SUSI SUSANTI
TP.161608
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHANTHAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-
Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat aku cintai dan
aku sayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bukti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu (Almh Timah Juli) dan Ayah (Juliadi)
serta Ibu tiriku (Tima Sineng) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan,
ridho, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas
hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata persembahan. Semoga ini
menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia, karena kusadar
selama ini belum bisa berbuat lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku
termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu
menasehatiku serta selalu meridhoiku melakukan hal yang lebih baik.
Datuk nenek serta paman-pamanku dan adik-adik ku
Sebagai tanda terima kasih, aku persembahkan karya kecil ini untuk datuk (Ja’far)
Nenek (Zaimah) paman (Ramli, sarnubi, sapril, yazi) Adik-adik ku (Usron
rowalik, Reva mariska, Ririn, Ilna). Terima kasih telah memberikan semangat
serta doa dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang
terbaik yang kalian berikan menjadikanku orang yang baik pula. Terima kasih
Teman-teman
Buat kawan-kawan yang selalu memberikan motivasi, nasehat, dukungan moral
serta material yang selalu membuatku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Eka karmila sari, Putri Ramadhani, Alya Bela Noviani serta kawan-kawan PAI C
Angkatan 2016 dan tak lupa juga kawan-kawan PPL, KKN dan kawan
sepengurusan. Kalian telah memberikan banyak hal yang tak terlupakan
kepadaku.
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Bapak Drs.H.Kasful Anwar, M.Ag dan Bapak Drs.H.Nazari, M.Pd.I selaku dosem
pembimbing skripsi saya, terima kasih banyak bapak sudah membantu selama ini,
membimbing, menasehati, mengajari dan mengarahkan saya sampai skripsi ini
selesai.
x
MOTTO
⧫◆⧫⧫
◆⬧⧫❑→
⧫ “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr : 9)
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
AlhamdulillahRobbil‘Alamin,segalapujidansyukursenantiasapenulisucapk
an kehadiratAllahSwt. Sebagai pencipta, pengatur, dan pemelihara alam semesta
ini, dan Yang Maha Kuasa serta Maha Berkehendak atas apa yang di
kehendakinya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan sebuah skripsi dengan judul : ”Penggunaan
Metode Takriri dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Tahfizh Al-Qur’an
Santri di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi”
Shalawat dan salam penulis do’a kan semoga tetap dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. Sebagai pembawa rahmat bagi semua alam.
Penulisan skripsi ini bertujuan sebagai satu syarat untuk meraih sarjana
program S.I Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN STS Jambi, dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih
jauh dari kesempurnaan. Namun berkah dari Allah Swt. Serta usaha-usaha
penulis, skripsi ini juga dapat diselesaikan. Selama pembuatan skripsi ini banyak
halangan dan rintangan yang penulis hadapi. Tetapi berkat kerja keras, bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga semuanya masih bisa di atasi. Pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
3. Bapak Mukhlis, S.Ag, M.Pd. I, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam
4. Bapak Drs.H.Kasful Anwar, M.Ag sebagai pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan penulis dengan
penuh keikhlasan, kesabaran dan rasa tanggung jawab, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
xii
5. Bapak Drs.H.Nazari, M.Pd.I sebagai pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing, mengarahkan penulis dengan penuh
keikhlasan, kesabaran dan rasa tanggung jawab, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik
6. Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi dan Pengelola Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan serta
karyawan yang telah membantu penulis dalam melengkapi referensi dalam
penulisan skripsi ini.
7. Ustad Hendra,M.Pd.I selaku pimpinan Ma’had Nurul Falah serta Kepala
Sekolah Madrasah Aliyah Nurul Falah Kota Jambi yang telah memberikan
izin dan kerjasamanya kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Ustadz dan Ustadzah serta para Santri dan Santriwati Ma’had Nurul Falah
Kota Jambi
9. Kepada teman-teman sejawat dan seperjuangan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terkhusus kepada kawan-kawan PAI-C, PPL, KKN
serta kawan sepengurusan. Semoga kesuksesan senantiasa mengiringi
langkah kita semua, dan juga kakak angkatan maupun adik angkatan yang
turut serta memberikan semangat dan dukungan.
Kemudian dari pada itu, sebagai karya manusia tentu dalam skripsi ini ada
terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kepada seluruh pembaca
diharapkan kesediaannya untuk mengkritik skripsi ini yang sifatnya membangun,
seterusnya mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan maanfaat bagi para
pembaca dan umumnya kita semua.
Aminyaarabbalalamin.
Jambi, 2020
Penulis
SUSI SUSANTI
TP.161608
xiii
ABSTRAK
Nama : Susi Susanti
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Penggunaan Metode Takriri dalam Meningkatkan Kualitas
Hafalan Tahfizh Al-Qur’an Santri di Ma’had Nurul Falah Kota
Jambi.
Mengahafal Al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia dan
terpuji, dalam menghafal Al-Qur’an diperlukan metode-metode khusus untuk
memudahkan dalam proses menghafalnya. Diantara metode-metode itu ialah
metode takriri, metode takriri yaitu mengulang hafalan yang sudah
diperdengarkan kepada musyrifah atau guru tahfizh. Hal ini digunakan untuk
menjaga hafalan agar tetap melekat dalam pikiran. Penellitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan pelaksanaan penerapan metode takriri dalam meningkatkan
kualitas hafalan tahfizh Al-Qur’an Santri di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
Jenis penelitian ini adalah deskriftif kualitatif lapangan, yang mengambil
lokasi di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi. Data dan sumber data dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara snowball sampling. Metode pengumpulan data
menggunakan tiga metode, yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dari data yang diperoleh serta terkumpul kemudian dianalisis menggunakan
teknik analisis model data , yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Berdasarkan deskripsi dan penyajian data melalui wawancara, pelaksanaan
penerapan metode takriri dalam meningkatkan kualitas hafalan tahfizh Al-Qur’an
santri di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi. Dimulai dengan tiga tahapan. Tahap
pertama tahap persiapan yaitu, petama menyiapkan Al-Qur’an pojok, kedua
menentukan target materi yang akan dihafal, ketiga membaca berulang kali.
Kemudian tahap kedua tahap penerapan yaitu, pertama mentakrir hafalan kepada
Ustadz/Ustadzah, kedua Mudarosah kelompok, ketiga Istiqomah takrir Al-Qur’an
dalam Sholat. Kemudian tahap ketiga tahap evaluasi yaitu, Santri membawa bukti
setoran yaitu berupa buku catatan setoran hafalan, pada saat santri menyetorkan
hafalannya setiap hari kepada Ustadzah/Ustadzah.
Kata kunci: Metode Takriri, Menghafal, Al-Qur’an
xiv
ABSTRACT
Name : Susi Susanti
Major : Islamic Religious Education
Title : The Use of Takriri Method in Improving the Quality of Memories of
Tahfizh Al-Qur'an Santri in Ma'hadNurulFalah City of Jambi.
Memorizing the Qur'an is a very noble and praiseworthy act, in
memorizing the Qur'an, special methods are needed to facilitate the process of
memorizing it. Among those methods is the takriri method, the takriri method
which is to repeat memorization that has been played to the musyrifah or the
teacher of tahfizh. It is used to keep rote memorization sticking in the mind. This
research aims to describe the implementation of the application of the method of
takriri in improving the quality of memorizing the Koran's Qur'anic recitation in
Ma'hadNurulFalah, Jambi City.
This type of research is a qualitative descriptive field, which takes place
in Ma'hadNurulFalah, Jambi City. Data and data sources in this study were
conducted by snowball sampling. The data collection method uses three methods,
namely the method of observation, interviews and documentation. From the data
obtained and collected then analyzed using data model analysis techniques,
namely data reduction, data presentation and verification. By using a qualitative
approach.
Based on the description and presentation of data through interviews, the
implementation of the application of the method of takriri in improving the quality
of memorization of Al-Qur'an's Qur'an recitation in Ma'hadNurulFalah, Jambi
City.Starting with three stages. The first stage of the preparatory phase is, firstly
prepare a corner of the Qur'an, the second determines the target material to be
memorized, thirdly reads repeatedly. Then the second stage of the implementation
stage is first memorizing memorization of the Ustadz / Ustadzah, the second
group Mudarosah, the third Istiqomahtakrir Al-Qur'an in the Prayer. Then the
third stage of the evaluation stage, namely, Santri brought proof of deposit in the
form of a memorization deposit note book, at the time the santri deposited their
memorization every day to Ustadzah / Ustadzah.
Keywords: Takriri Method, Memorization, Al-Qur'an
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACT ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI. .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. ..................................................................... 1
B. Fokus penelitian ................................................................................... 8
C. Rumusan Masalah. ............................................................................. 8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.. ........................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerang kateori ...................................................................................... 11
1. Metode Takrar dan Menghafal Al-Qur’an ..................................... 11
2. Pengertian Menghafal Al-Qur’an ................................................... 13
3. Metode Menghafal Al-Qur’an........................................................ 15
4. Metode Jitu Menghafal Al-Qur’an ................................................ 17
5. Penerapan Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur’an ................ 21
6. Metode Muraja’ah Hafalan… ........................................................ 24
7. Kaidah dalam Melakukan Muraja’ah… ......................................... 25
8. Faedah Menghafal Al-Qur’an… .................................................... 25
B. Studi Relevan… ................................................................................... 28
xvi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ........................................................ 30
B. Setting dan Subjek Penelitian ............................................................... 31
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33
E. Teknik Analisis Data. ........................................................................... 35
F. Uji Keterpercayaan Data. ..................................................................... 36
G. Jadwal Penelitian .................................................................................. 38
BAB 1V TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan umum
1. Historis dan Geografis ..................................................................... 39
2. Visi dan Misi… ............................................................................... 41
3. Struktur Organisasi… ...................................................................... 41
4. Keadaan Ustadz, Ustadzah dan Santri Santriwati … ...................... 44
5. Sarana dan Prasarana… ................................................................... 49
B. Temuan Khusus
1. Proses Penerapan Metode Takriri dalam Meningkatkan
Kualitas Hafalan Tahfizhul Al-Qur’an Santri di Ma’had Nurul
Falah Kota Jambi ............................................................................. 50
2. Faktor Penghambat Penerapan Metode Takriri dalam
Meningkatkan Kualitas Hafalan Tahfizhul Al-Qur’an Santri
di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi ................................................. 57
3. Upaya dalam Mengatasi Penerapan Metode Takriri
dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Tahfizhul Al-Qur’an Santri
di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi … ............................................ 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. .......................................................................................... 64
B. Saran. .................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian.............................................................................. 38
Tabel 2.1 Strusktur Organisasi Kepengurusan Ma’had ................................... 42
Tabel 3.1 Strusktur Organisasi Madrasah Aliyah Nurul Falah ........................ 43
Tabel 4.1 Keadaan Tenaga Pengajar ................................................................ 45
Tabel 5.1 Keadaan Siswa Atau Santri .............................................................. 46
Tabel 6.1 Jadwal Aktivitas Harian Santri ........................................................ 47
Tabel 7.1 Sarana dan Prasarana ....................................................................... 50
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 1
Lampiran 2 : Daftar Informan .......................................................................... 2
Lampiran 3 : Daftar Responden ....................................................................... 3
Lampiran 4 : Kartu Konsul .............................................................................. 4
Lampiran 5 : Dokumentasi Kegiatan ............................................................... 5
Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup ................................................................ 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan mu’jizat yang diberikan oleh Allah kepada
NabiMuhammad ṣallallāh ‘alayhi wa sallam dan menjadi pedoman bagi seluruh
umatIslam. Oleh karena itu salah satu usaha yang paling mulia supaya Al-Qur’an
dapatterpelihara bacaannya adalah dengan cara menghafal secara baik dan benar.
Dalam menghafal Al-Qur’an banyak metode yang dikembangkan,
namunsetiap metode harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi. Metode juga
bisamemberikan bantuan kepada para penghafal untuk mengurangi
kesusahannyadalam menghafal Al-Qur’an. Setiap kesukaran dan kesusahan yang
akan dihadapioleh penghafal merupakan suatu tantangan yang wajib dilalui agar
terdorong lebihgiat dan bersungguh-sungguh dalam menghafalnya.Walaupun
banyak halangan dan rintangan yang dialami oleh penghafal,pada dasarnya telah
ada metode-metode menghafal Al-Qur’an sebagaimana yangpernah diterapkan
Rasulullah kepada para sahabatnya. Salah satu metode yangdiajarkan Rasulullah
kepada para sahabat adalah mengulang-ulang doa atau ayat-ayatAllah di hadapan
Rasulullah Saw sementara beliau menyimak bacaan parasahabat.(Fithriani
Gade,2014:hlm 414)
Berdasarkan pengalaman Rasulullah manusia selaku umat Islam yang
cintakepada Allah Swt, maka wajib berusaha mengikuti metode berulang-ulang
(takrār )untuk mendukung proses kuatnya hafalan dalam ingatan. Untuk
memperolehtingkatan hafalan yang baik dan benar tentu saja tidak cukup dengan
menghafalsekali saja, karena sebagian besar penghafal rata-rata banyak
mengalami kesulitansetelah menghafal kemudian terlupa lagi. Hal ini bisa saja
disebabkan olehberagam masalah yang dihadapi seperti: menghafal itu susah dan
banyak ayat-ayatyang serupa, gangguan kejiwaan, gangguan lingkungan, atau
banyaknya kesibukanyang lain. Oleh karena itu bagi penghafal Al-Qur’an
hendaknya bisa menjaga hafalannya.
2
Sebagaimana dalam sebuah riwayat dijelaskan.
واجذم من ق راءالقران ث نسيه لقي الل وه
Artinya:“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an kemudian ia
melupakannya, kelak (di hari kiamat) bertemu dengan Allah dalam
keadaan judzam”(HR.Imam Turmudzi 1998, juz V, hal 28, hadits no
2916).
Dari berbagai macam problema itu maka kesempatan seseorang yang
inginmenghafal juga berbeda-beda. Sebagai contoh, seorang orang tua dalam
menyimakhafalan Al-Qur’an anaknya bisa jadi menghadapi berbagai masalah,
baik ketikamenyetor hafalan atau ayat yang baru dihafal dan muraja’ah. Dari
berbagai macamproblema tersebut, orang tua perlu memikirkan dan bertanya
sendiri metode apayang paling mudah untuk menghafal Al-Qur’an. Secara
normatif, yang perlumenjadi dasar dalam menghafal adalah niat sungguh-sungguh
dan ikhlas karenaAllah. Namun demikian yang perlu digarisbawahi bahwa
kedisiplinan mengulang(takrār ) sangat dominan signifikansinyal untuk
memperkuat hafalan.
Salah satu metode yang dapat membantu menguatkan hafalan atau
mensimakkanhafalan yang telah dihafalkan atau yang sudah disimakkan kepada
guru tahfidz agarhafalan yang telah terhafal dapat terjaga dengan baik. Penerapan
metode takrār dalammenghafal Al-Qur’an berasal dari kenyataan bahwa
penggunaan metode belajar yangtepat akan membuah hasil yang baik
mempertinggi dan mempermudah tingkat hafalan.Allah menurunkan Al-Qur’an
secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hatiNabi Muhammad ṣallallāh
‘alayhi wa sallam menjadi kuat dan tetap. (Fithriani Gade,2014:hlm 415)
Kemudian tujuanditerapkan metode takrār tidak lain untuk memelihara
hafalan Al-Qur’an dan untukmemudahkan hafalan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an
mempunyai keistimewaan yang luarbiasa di antaranya mudah dibaca, mudah
dihafal dan dipahami. Selanjutnyaimplementasi metode takrār dalam menghafal
Al-Qur’an sangat terkait denganpenggunaan metode belajar untuk mencapai
keberhasilannya. Proses penghafalan Al-Qur’an tidak bisa dipisahkan dengan
ingatan manusia. Karena proses yang terjadi padamasa lampau bisa diaktifkan
3
kembali dengan menggunakan metode takrār sehinggadapat memperoleh tiga
fungsi ingatan yaitu menerima kesan-kesan, menyimpan kesan-kesan,dan
memperoleh kesan-kesan.
Untuk mencapai suatu tujuan, di butuhkan suatu strategi dan cara yang
pantas dancocok, sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula
dengan pelaksanaanmenghafal Al-Qur’an memerlukan suatu metode dan teknik
yang dapat memudahkan usaha-usaha tersebut,sehingga dapat berhasil dengan
baik. Oleh karena itu metode merupakan salah satufaktor yang turut menentukan
keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.
Dalam dunia tahfidzul Qur’an, metode repetitive atau pengulangan ini
dikenal dengannama “takrir”. Yakni, sebuah metode yang sering digunakan oleh
para penghafal Al-Qur’an dengan mengulang bacaan ayat atau surah yang telah
dihafal dengan baik.Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an tentang pentingnya
metode “pengulangan”, yakni:
⬧⬧◆ ◆▪
◆→ ◆
⧫◆ ➔⧫ ❑→
Artinya:”Dan Sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan
itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)”.(Q.S Al-
Isra’:41).
Fenomena yang terjadi di kalangan penghafal, biasanya ada yang sadar
akan perhatiannya terhadap kaidah bacaan yang benar, tetapi ada yang kurang
sadar akan hal tersebut, hanya mementingkan hafalan yang banyak dan cepat,
tanpa memperdulikan kaidah bacaan yang benar. Maka dari pada itu diperlukan
metode yang cocok dalam menghafal Al-qur’an.
Dalam dunia proses belajar mengajar (PBM), metode jauh lebih penting
dari materi. Demikian urgennya metode dalam prose pendidikan dan pengajaran.
Sebuah proses belajara mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses
tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua
4
terpenting setelah tujuan dari sederatan komponen-komponen pembelajaran:
tujuan, metode, materi, media dan evaluasi. (Armei Arif, 2002: hlm,109).
Sebuah metode dikatakan baik dan cocok manakala bisa mengantar pada
tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Al-Qur’an, metode yang baik
akan berpengaruh kuat terhadap proses hifzhul Qur’an, sehingga tercipta
keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.
Metode takrir adalah salah satu cara agar informasi-informasi yang masuk
ke memori jangka pendek dapat lansung ke memori jangka panjang adalah dengan
pengulangan (rehearsal atau takrir), dan merupakan salah satu metode dalam
menghafal Al-Qur’an. Peneliti berkeyakinan bahwa metode takrir sangat penting
dalam menghafal Al-Qur’an, karena tanpa proses takrir (mengulang-ulang bacaan)
mustahil dapat lansung menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu semakin sering
mentakrir bacaan akan semakin mudah menghafalnya. (Sa’dulloh, 2008: hlm,60).
Metode adalah cara sistematis dan terfikir dengan baik untuk dilaksanakan
dan mencapai tujuan.(Samiudin,2016:hlm.114). Takrir artinya mengulang
kembali.Metode takrir adalah mengulang bacaan ayat atau surah Al-Qur’an yang
sudah dihafal dengan baik. Mengahafal artinya telah masuk dalam ingatan atau
dapat mengucapkan sesuatu di luar kepala.Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT,
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mekjizat, disampaikan
dengan jalan mutawatir dari allah SWT, melalui perantaraan malaikat Jibril dan
membacanya bernilai ibadah. ( M.Hanafiah Lubis, 2017:hlm.67)
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam. Sebagai sumber ajaran
Islam, Allah SWT, telah menjamin penjagaannya. Sebagaimana disebutkan dalam
firmannya:
⧫ ◆⧫
⧫ ◆ ⬧
⧫❑→⧫
Artinya:”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (Q.S Al-Hijr : 9)
Salah satu alasan yang menjadikannya Al-Qur’an sebagai sumber ajaran
Islam ialah karena keontentikannya yang lansung dijaga oleh Allah SWT. Al-
Qur’an terkandung di dalamnya unsur petunjuk yang multidimensional, seperti
5
ibadah, aqidah, syariat, etika sosial, mua’amalat, kisah-kisah umat terdahulu, dan
sains. Allah SWT, juga dengan tegas telah memerintahkan untuk mengikuti Al-
Qur’an, beberapa ayat yang membicarakan ini minsalnya bisa dilihat dalam surah
Al-An’am : 155
◆ ⧫ ⧫
◆⧫ ◼❑➔⬧
❑→◆ ➔⬧
⧫❑❑➔
Artinya:”Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang
diberkati, Maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi
rahmat”.(Q.S Al-An’am : 155)
Al-A’raf:3
❑➔ ⧫ ⧫
⬧ ◼▪ ◆
❑➔⬧
◆◆ ⬧
⧫⬧
Artinya:”Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan
janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya”.(Q.S Al-
A’raf :3)
Al-Zumar:55.
❑➔◆ ⧫
⧫ ⬧ →◼▪
⬧ →◆⧫
➔ ⧫⧫ ◆
➔◼
Artinya:”Dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang
kamu tidak menyadarinya”.(Q.S Az-Zumar :55)
Kesadaran akan kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, maka
terlihat sejak awal diturunkannya beberapa upaya kaum muslimin untuk
mendalaminya.(M.Hanafiah Lubis, 2017:hlm.68)
6
Perangkat untuk memelihara dan menjaga Al-Qur’an adalah menyiapkan
orang yang menghafal Al-Qur’an pada setiap generasi ke generasi dengan cara
membentuk lembaga khusus (pondok pasantren) untuk menghafal, menjaga dan
melestarikan Al-Qur’an. Hal ini dimaksudkan ketika ada problematika dalam
menghafal Al-qur’an ataupun seorang pengampu Pondok Pasantren ( kyai maupun
ustaz/ustazah) mampu memilih solusi yang tepat untuk mengatasinya dan mampu
meningkatkan jaudah/mutu hafalan para santrinya dengan kaidah yang benar,
yaitu sesuai dengan tajwid dan fasahahnya.
Santri dapat mempunyai hafalan yang lancar dikarenakan seringnya
melakukan pengulangan (muraja’ah), tidak mungkin bisa mengahfal Al-Qur’an
tanpa continue melakukan muraja’ah(pengulangan). Tanpa muraja’ah hafalan
akan cepat lepas dan tidak lama kemudian akan cepat melupakan hafalan yang
telah diperolehnya. Selain itu juga selalu mengoreksi harakat dan selalu
mencermati akhir ayat dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu seseorang
dikatakan mempunyai jaudah hafalan yang baik adalah yang menghafal Al-
Qur’an sesuai dengan kaidah yang benar dan lancar dalam hafalannya.
Sekarang ini kesadaran umat Islam untuk menghafal Al-Qur’an semakin
besar. Buktinya, banyak dijumpai pondok-pondok yang di dalamnya mengajarkan
program tahfizh atau hafalan Al-Qur’an. Di dalam pondok pasantren terdapat
santri dan santriwati yang sedang mempelajari ilmu Agama salah satunya adalah
menghafal Al-Qur’an. Aktifitas santri dan santriwati dilakukan setiap hari sejak
pagi hingga malam hari. Santri dan santriwati selalu ditekankan supaya dapat
mendalami ilmu Agama Islam salah satu nya Al-Quran supaya bisa menjadi insan
yang Qur’ani.
Begitu pula dengan Ma’had Nurul Falah Kota Jambi adalah salah satu
asrama yang berbasis Pasantren yang mana memiliki program menghafal Al-
Qur’an yang lebih dikenal dengan program tahfizhul qur’an. Santri dan Santriwati
di latih dengan berbagai keahlian dan keterampilan untuk menghadapi zaman era
globalisasi. Ma’had Nurul Falah merupakan sebuah lembaga yang berdiri dibawah
naungan Madrasah Aliyah Nurul Falah Kota Jambi, berbagai program yang telah
dimiliki dan dirancang sedemikian rupa sehingga melahirkan generasi-generasi
7
yang Rabbani, Qur’ani, Islami dan memiliki berbagai kemampuan yang tentunya
bermamfaat untuk kehidupan.
Tahfizhul Qur’an merupakan salah satu program yang diterapkan di
Ma’had Nurul Falah Kota Jambi, dalam pelaksanaan program tersebut tentunya
membutuhkan suatu kepengurusan yang jelas agar semua pelaksanaan kegiatan
dapat teroganisir dengan baik. Di Ma’had Nurul Falah diajarkan berbagai ilmu
pengetahuan diantaranya adalah pembelajaran bahasa arab, bahasa inggris, fiqih,
aqidah akhlak, serta pembinaan minat bakat santri dan santriwati termasuk
didalamnya tahfizh qur’an. Dengan adanya kegiatan tahfidz qur’an yang
dilaksanakan di Ma’had Nurul Falah peneliti tertarik meneliti tentang tahfizh
qur’an yang ada di Ma’had Nurul Falah terfokus pada metode yang digunakan
dalam kegiatan tahfizh qur’an.
Berdasarkan Grand Tour awal Kondisi santri yang kadang kala menjadi
hambatan dalam proses menghafal adalah latar belakang santri yang heterogen,
yang tidak seluruhnya berasal dari institusi agama yang mengajarkan dasar-dasar
bahasa Arab, kepribadian yang sulit untuk menemukan pemecahan masalah yang
efektif ketika mengalami masalah dengan teman di asrama hingga mengganggu
proses menghafal, rendahnya kesadaran santri untuk mengulang hafalan dan
menyetorkan kepada guru serta kondisi fisik atau kesehatan yang terganggu,
kurang mampu mengatur waktu antara menambah hafalan baru dengan
mengulang hafalan yang lama serta mengerjakan tugas sekolah. Metode
menghafal sangat menentukan dalam proses menghafal, metode tahfizh jama’i
atau berjama’an yang diterapkan di pondok pasantren seringkali membuat tidak
nyaman santri yang terbiasa menghafal sendiri dalam suasana yang tenang.
Salah satu untuk melestarikan hafalan Al-Qur’an dari kelupaan adalah
dengan menciptakan kreativitas takrir (membaca berulang-ulang) hafalan secara
teratur sambil menambah hafalan yang baru. Dengan keistiqomahan membaca
berulang-ulang, hafalan akan terasa lebih mudah untuk diingat. Upaya ini
merupakan faktor penting dalam rangka menjaga ayat-ayat Al-Qur’an yang telah
dihafal agar tidak hilang.
8
Adapun yang menjadi alasan penulis memilih judul skripsi ini adalah
sebagai berikut
1. Mengingat pentingnya keefektifitas dalam sebuah proses pembelajaran yang
mengarah pada terukurnya suatu tujuan belajar, maka dari itu, perlu dilihat
sejauhmana tingkat keefektifitas metode takrir dalam meningkatkan kualitas
hafalan Al-Qur’an dan menjaga hafalan Al-Qur’an.
2. Penggunaan metode dalam proses menghafal di Ma’had Nurul Falah Kota
Jambi adalah hal yang sangat penting untuk mendukung dalam
mempertahankan hafalan Al-Qur’an santri. Karena dalam menghafal Al-
Qur’an kita tidak hanya bicara bagaimana cara mempermudah dan
memperbanyak hafalan tetapi juga cara bagaimana hafalan yang sudah di
dapat tidak mudah hilang.
3. Ma’had Nurul Falah Kota Jambi walaupun hanya asrama yang berbasis
pasantren, tetapi memiliki tujuan yang sangat bagus yaitu untuk membentuk
santri dan santriwati yang tidak hanya berkualitas dibidang umum, tetapi juga
berkualitas dibidang agama, salah satu caranya melalui bimbingan tahfizhul
Qur’an ini.
Penomena dalam menghafal Dari latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti fenomena tersebut dengan judul penelitian, Penggunaan
Metode Takriri dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Tahfizh Al-Qur’an di
Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini hanya terfokus pada penggunaan metode takriri dalam
meningkatkan kualitas hafalan tahfizh Al-Qur’an juz 30 santri kelas X XI XII di
Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat menimbulkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk penggunaan metode takriri dalam meningkatkan
kualitas hafalan tahfizh Al-Qur’an juz 30 santri kelas X XI XII di Ma’had
Nurul Falah Kota Jambi. ?
9
2. Apa faktor penghambat dalam meningkatkan kualitas hafalan tahfizh Al-
Qur’an juz 30 santri kelas X XI XIIdi Ma’had Nurul Falah Kota Jambi?
3. Bagaiamana pencapaian perkembangan kualitas hafalantahfizh Al-Qur’an
juz 30 santri kelas X XI XIIdengan metode takriri?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk
mengetahui, menemukan dan mengembangkan realita yang terjadi dilapangan.
Diantara tujuan penelitiannya adalah:
1. Ingin mengetahui bagaimana penggunaan metode takriri dalam
meningkatkan kualitas hafalan tahfizh Al-Qur’an juz 30 santri kelas X XI
XII di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
2. Ingin mengetahui faktor-faktor penghambat dalam meningkatkan kualitas
hafalan tahfizh Al-Qur’an juz 30 santri kelas X XI XII di Ma’had Nurul
Falah Kota Jambi.
3. Ingin mengetahui bagaimana pencapaian perkembangan kualitas hafalan
tahfizh Al-Qur’an juz 30 santri kelas X XI XII dengan menggunakan
metode takriri di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
a) Untuk menjadi pertimbangan peneliti dalam menentukan kegiatan yang
baik untuk diterapkan dilingkungan jika suatu saat nanti menjadi tenaga
pendidik.
b) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam dunia
pendidikan yang ditekuni saat ini.
10
c) Hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Serjana Strata Satu.
b. Kegunaan Praktis
a) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan metode takriri dalam
meningkatkan kualitas hafalan juz 30 santri di Ma’had Nurul Falah Kota
Jambi.
b) Untuk dapat mengetahui bagaimana penerapan metode takriri di Ma’had
Nurul Falah Kota Jambi.
c) Untuk perbandingan dari penggunaan metode yang lainnya. Karena dalam
menghafal Al-qur’an mempunyai beberapa metode yang berbeda.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskrifsi Teori
a. Metode Takrār dan Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Metode Takrir
Kata metode berasal dari bahasa YunaniMetodos, Meta artinya menuju,
melalui, sesudah, mengikuti, dan Hodos berarti jalan, cara atau arah. (Istilah
yunani itu berasal dari bahasa latin methodus). (Sudarto, 2002 hlm.41)
Secara etimologi, kata metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu
meta dan hodos. Meta berarti “melalui dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.
Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-
langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam
bahasa Indonesia. (Fatimah Zam Zam, 2017, hlm.71).
Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi
yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan
dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya :
1. Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(1999:767). Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik
untuk mencapai suatu maksud.
2. Menurut Sangidu (2004:14) Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
3. Winarno Surakhmad (1998: 96) mendefinisikan bahwa metode adalah cara
yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
4. Abu Ahmadi (2005: 52) mendefinisikan bahwa metode adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang
guru atau instruktur.
12
5. Ramayulis (2009: 3) mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik
pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode
mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
6. Omar Mohammad (1979: 553) mendefinisikan bahwa metode mengajar
bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam
rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri
perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong
murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Dari beberapa pendapat diatas penulis berpendapat bahwa metode adalah
suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang hendak
dicapai secara maksimal, hal ini sesuai dengan pendapat Sangidu (2004:14)
menyatakan bahwa Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai
pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna
berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan
merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan dapat
juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/konseptual.
Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai
pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di
dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
Metode yaitu sebagaimana yang diungkapkan Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi
adalah sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada
pesertadidik.
Kemudian istilah takrār berasal dari bahasa Arab ( تكررا -يكرر -كرر ) yang
berarti mengulang-ulang. Metode takrir adalah salah satu cara agar informasi –
informasi yang masuk ke memorijangka pendek dapat langsung ke memori jangka
panjang adalah dengan pengulangan(rehearsal atau takrir).
13
Berdasarkan pengertian tersebut maka implementasi metode takrār adalah
proses mempraktekkan sesuatu yang sistematis dengan cara berulang-ulang secara
teratur dan tertib serta berfikir dengan baik untuk memperoleh hasil yang
diharapkan. Kemudian kata menghafal juga mempunyai makna proses mengulang
sesuatu, baik dengan cara membaca maupun dengan cara mendengar ucapan
orang lain.
b. Pengertian Menghafal Al-Qur’an (Tahfizhul Qur’an)
Tahfizhul Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfizh dan Al-Qur’an
yang makna keduanya mempunyai arti yang berbeda. Tahfizh berasal dari bahasa
Arab (حفظ يحفظ حفظ) yang berarti memelihara, menjaga. Sedangkan kata menghafal
berasal dari kata hafal yang memiliki arti telah masuk dalam ingatan ( tentang
pelajaran), dapat mengucapkan diluar kepala ( tanpa melihat buku atau catatan
lain).
Menurut Abdul Aziz, Abdul Ra’uf mendefinisikan menghafal adalah
“proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar.” Pekerjaan
apapun jika sering diulang pasti menjadi hafal.
Namun makna tahfizh lebih luas dari makna menghafal, karena mempunyai tiga
tingkatan:
a. Menghafal
b. Menjaga (menyimpan kesan-kesan)
c. Memahami dan mengajarkan( mengucapkan kembali kesan-kesan).
Dari penjelasan diatas secara sederhana makna menghafal adalah suatu
usaha menggunakan ingatan untuk menyimpan data atau memori dalam otak,
melalui indra, kemudian diucapkan kembali tanpa melihar buku atau subjek
hafalan.(Lilis Suryani, 2016: hlm.9)
SedangkanAl-Quran, secara etimologi berasal dari kata qara’a-yaqra’u-
qur’anan yang bermakna bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang.
Sementara secara terminologi, Al-Quran diatrikan sebagai kalam Allâh SWT,
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, disampaikan
dengan jalan mutawatir dari Allâh SWT, melalui perantaraan Malaikat Jibril dan
membacanya dinilai ibadah. (M Hanafiah Lubis, 2017: hlm.68).
14
Menurut istilah pengertian Al-Qur’an dapat ditinjau dari sudut pandang
beberapa ahli. Manna’ Khathan mengungkapkan bahwa Al-Qur’an adalah Kitab
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ṣallallāh ‘alayhi wasallam dan
siapa yang membacanya akan mendapat pahala. Al-Jurjani menjelaskan bahwa
pengertian Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada (Fithriani
Gade,2014:hlm.415) Rasulullah Saw yang ditulis dalam mushaf dan
diriwayatkkan secara mutawatir tanpa keraguan.
Kemudian Abu Syabbah mendefinisikan Al-Qur’an sebagai kitab yang
diturunkan baik lafaz ataupun maknanya kepada Nabi Muhammad ṣallallāh‘alayh
wa sallam yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan
yakin dengan kesesuaian apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad
ṣallallāh ‘alayh wa sallam yang ditulis pada mushaf mulai dari surat al-fatihah
sampai surat terakhir yaitu al-nās. Sejalan dengan pendapat ini para ahli fiqh
sepakat bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad ṣallallāh ‘alayh wa sallam yang lafaznya mengandung mu’jizat dan
bagi siapa yang akan membacanya menjadi ibadah, yang diturunkan secara
mutawatir yang ditulis pada mushaf dimulai dari surat al-Fatihah sampai kepada
annās.
Berdasarkan uraian dan berbagai pendapat para ahli tentang definisi
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an adalah proses
untuk memilihara, menjaga, dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an yang
diturunkan kepada Rasulullah Saw diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan
pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keeluruhan maupun
sebagiannya.(Lilis Suryani, 2016: hlm 10)
1. Syarat Menghafal Al-Qur’an
Adapun syarat yang harus dimiliki oleh calon penghafal Al-Qur’an adalah
sebagai berikut:10
a. Mampu mengosongkan otaknya dari pikiran-pikiran dan permasalahan yang
akan mengganggunya.
b. Memiliki niat yang ikhlas.
c. Memiliki keteguhan hati dan kesabaran.
15
d. Bersikap konsisten (istiqāmah).
e. Menjauhi dari sifat tercela (madzmūmah).
f. Mendapat izin dari orang tua.
g. Mampu membaca dengan baik.
2. Faktor-faktor Pendukung dan Strategi Menghafal Al-Qur’an
Selain syarat-syarat menghafal Al-Qur’an juga terdapat beberapa hal yang
dianggap penting sebagai pendukung tercapainya tujuan menghafal Al-Qur’an.
Diantara faktor-faktor yang mendukung adalah usia calon penghafal yang
masih ideal yaitu umur 5-23 tahun, manajemen waktu, serta tempat menghafal
yang mendukung.
Berikutnya untuk membantu mempermudah membentuk kesan dalam
ingatan terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka diperlukan strategi yang baik.
Strategi itu antara lain sebagai berikut :
a. Strategi pengulangan ganda.
b. Tidak pernah beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal
benar-benar terhafal.
c. Menghafal urutan-urutan yang dihafalnya dalam satu kesatuan jumlah
setelah benar-benar hafal ayatnya.
d. Menggunakan satu jenis mushaf saja.
e. Memahami ayat-ayat yang dihaafalnya.
f. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa.
g. Disetorkan pada seseorang yang mampu menghafal al-Qur’an.
h. Adab menghafal al-Qur’an.
c. Metode dalam Menghafal Al-Qur’an
Penggunaan dan penerapan metode yang baik, akan memudahkan
seseorang dalam menghafal Al-Qur’an. Adapun metode-metode tersebut
membutuhkan bimbingan seorang ustadz/ustadzah dalam penerapannya, dimana
secara umum metode-metode tersebut adalah:
a. Bin-Nazhar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur’an yang akan
dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur’an secara berulang ulang. Proses
Bin-Nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh
16
satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafazh mapun
urutan ayat-ayat. Agar lebih mudah dalam proses menghafalnya.
b. Tahfizh, yaitu menghafal dikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah
dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar tersebut.
c. Talaqqi, yaitu menyetor atau memperdengarkan hafal yang baik dihafal
kepada seorang ustadz/ustadzah atau instruktur. Proses Talaqqi ini
dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan soerang hafizh dan
mendapatkan bimbingan seperlunya.
d. Takrir, yaitu mengulang hafalan atau mensima’kan kepada
ustadz/ustadzah. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal
tetap terjaga dengan baik. Selain dengan ustadz/ustadzah takrir juga
dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah
dihafal, sehingga tidak cepat lupa. Minsalnya pagi hari untuk menghafal
materi hafalan baru, dan sore harinya untuk mentakrir materi yang telah
dihafalkan.
e. Tasmi’, yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada
perseorangan maupun kepada jama’ah. Dengan tasmi’ ini seorang
penghafal Al-Qur’an akan diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa
saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dengan tasmi’ akan
lebih berkonsentrasi dalam hafalan. (Ridhoul Wahidi, 2017: hlm,63-67)
Menurut pendapat lain, metode yang dikenal untuk menghafal Al-Qur’an
ada tiga macam: pertama, metode seluruhnya, yaitu membaca satu halaman dari
baris pertama sampai baris terakhir secara berulang-ulang. Kedua, metode bagian,
yaitu menghafal ayat demi ayat, atau kalimat demi kalimat yang dirangkaikan
sampai satu halaman. Dan ketiga, metode campuran, yaitu kombinasi antara
metode seluruhnya dengan metode bagian. Mula-mula dengan membaca satu
halaman berulang-ulang, kemudian pada bagian tertentu dihafal tersendiri.
Kemudian diulang kembali secara keseluruhan. Diantara metode-metode tersebut,
metode campuran adalah yang paling banyak dipakai orang untuk menghafal Al-
Qur’an. (Sa’adulloh, 2008, hlm. 44-45)
17
d. Metode Jitu Menghafal Al-Qur’an
Dalam menghafal Al-Qur’an terdapat beberapa cara. Abdul Aziz Abdul
Rauf menyebutkan ada 4 teknik dalam menghafal Al-Qur’an (Zamani, 2014:
hlm.46-50), yaitu:
1. Teknik memahami ayat yang akan dihafal.
2. Teknik mengulang-ulang sebelum menghafal.
3. Teknik mendengarkan sebelum menghafal.
4. Teknik menulis sebelum menghafal.
Cara nomor satu paling baik untuk diterapkan. Dengan cara ini seseorang
bisa menyelesaikan hafalan dalam tempo relatif singkat. tetapi terapan cara ini
lebih ccocok untuk orang yang memiliki ilmu alat, yakni bahasa Arab. Bagi yang
ingin menerapkanya tetapi tidak menguasai bahasa Arab dapat menggunakan Al-
Qur’an terjemah. Untuk Al-Qur’an terjemah, penulis sarankan untuk memilih Al-
Qur’an yang tulisannya menggunakan standar Al-Qur’an pojok yang biasa
digunakan untuk menghafal, yang akhir-akhir ini jamak kita jumpai. Hal ini untuk
efektifitas dalam menghafal, karena hanya butuh satu mushaf.
Untuk cara nomor 3 dan 4, penulis menilai bahwa untuk menerapkan cara
ini banyak kelemahan walaupun tidak menuntut kemungkinan untuk dilakukan.
Ketika seorang penghafal harus mendengar (atau menuliskan) ayat-ayat yang akan
dihafal, yang dibaca oleh seorang guru, maka akan membutuhkan waktu yang
banyak. Karena disaat bersamaan guru harus menyimak hafalan dari murid yang
lainnya. Cara ini cocok digunakan untuk seorang anak yang menghafal Al-Qur’an
dalam bimbingan orang tuanya. Atau untuk lembaga pendidikan Al-Qur’an yang
digunakan metode privat.
Cara nomor 2 lebih cocok untuk diterapkan jika dilihat dari aspek
pemahaman bahasa dan waktu. Dengan alasan bahwa tidak semua penghafal Al-
Qur’an memiliki kemampuan untuk memahami bahasa Arab. Jika harus
menguasai bahasa terlebih dahulu sebelum menghafal Al-Qur’an maka waktu
yang dibutuhkan akan lebih banyak lagi dan tidak semua orang memiliki
kesempatan mempelajarinya. Tetapi jika menguasainya, tentu lebih baik. Bagi
18
para penghafal yang belum menguasainya, sangat disarankan untuk
mempelajarinya guna mendukung aktivitas menghafal.
Cara nomor 2 terasa lebih cocok untuk mayoritas penghafal Al-Qur’an.
Karena inti menghafal Al-Qur’an adalah dengan mengulang-ulangnya, bahkan
untuk orang menguasai bahasa Arab sekalipun. Hafalan Al-Qur’an tidak bisa
hanya bermodalkan faham bahasa Arab tanpa mengulang-ulangnya. Hal yang
membedakan antara yang faham bahsa Arab dan yang tidak hanya terletak pada
kemudahan yang lebih dalam mengingat yang didapat orang yang paham bahasa
Arab daripada yang tidak paham bahasa Arab.
Cara ini bisa digabungkan dengan cara nomor 3. Hanya saja ada
perbedaanya. Dalam kesempatan kali ini, yang mendengarkan bukan murid, tetapi
guru. Maksudnya, setelah seorang murid menyetorkan hafalan, maka dia harus
membaca binnadhar ayat-ayat yang akan dihafalkan selanjutnya dihadapan
gurunya. Hal ini untuk memberi tahu sang murid bagaimana membaca ayat-ayat
tersebut dengan benar, karena jika terjadi kesalahan akan mendapat teguran dari
sang guru.
Dengan membaca berulang-ulang, hafalan akan terasa lebih mudah untuk
diingat. Tentunya tidak hanya sekedar membaca, tetapi dengan diteliti letak dari
ayat yang dibaca. Di sini fungsi dari anjuran kepada seorang hafizh untuk tidak
berganti-ganti mushaf saat dia menghafal, karena itu akan membingungkannya
saat mengingat-ingat sebuah ayat. Ayat-ayat yang akan dihafal, dalam satu
halaman minsalnya, minimal dibaca berulang-ulang sampai sepuluh kali untuk
membiasakan mulut untuk melafalkannya. Dengan diabaikannya fase-fase di atas,
banyak dari para penghafal Al-Qur’an mendapat hasil kurang maksimal. Karena
itu, penghafal Al-Qur’an dibagi dalamtiga kelompok:
1. Hanya Hafal di Mulut (Bacaan)
Kelompok ini terkadang bisa membaca hafalannya dengan lancar, tetapi di
dalam pikirannya tidak terbayang dengan benar dimana letak ayat yang ia
baca. Akibat yang didapatnya adalah jika suatu saat ia mengalami kesalahan
dalam membaca hafalannya, dia akan sulit untuk membenarkannya kecuali
setelah dia membuka mushaf. Yang lebih parah jika dia bukan lupa letak ayat
19
yang dia baca, tetapi pada saat dia salah melafalkan sebuah ayat. Kesalahan
semacam ini lebih sulit untuk dibenarkan karena sudah menjadi kebiasaanya
saat membaca ayat-ayat tersebut. Butuh upaya ekstra, yaitu dia harus berhati-
hati saat akan membaca kembali ayat tersebut dan mengingat-ingat
bagaimana cara membaca yang benar.
2. Hanya Hafal di Kepala (Ingatan)
Berbeda dengan kelompok yang pertama yang tersebut di atas. Seorang
hafidh akan bisa menirukan atau mengikuti jika ada orang lain membaca Al-
Qur’an walaupun tidak seluruhnya. Tetapi jika dia disuruh membaca, dia
akan mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan kurangnya muraja’ah.
3. Hafal dalam Bacaan dan Ingatan
Kelompok inilah yang di inginkan setiap orang. Seorang hafidh yang
masuk kelompok ini akan terhindar dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan
dua kelompok sebelumnya. Kondisi ini akan berlanjut hingga hafalan Al-
Qur’an yang dia punya bisa masuk kerelung hati, yang membuat dia begitu
tentram.
Mungkin anda akan bertanya mengapa hal ini bisa terjadi? Inilah
kenyataan yang terjadi dalam dunia ke-tahfidh-an. Menjadi kewajiban kita
bersama untuk memperbaikinya. Kejanggalan ini buntut dari diabaikannya unsur-
unsur penting dalam menghafal. Pertama, membaca binnadhari (dengan melihat)
ayat-ayat yang akan dihafal. Minimal 10 kali ulang, sehingga anda terbiasa
melafalkan ayat-ayat tersebut sebelum mulai menghafal. Hal ini sangat membantu
anda dalam menghafal ayat-ayat tersebut. Kedua, meneliti dengan saksama tata
letak ayat-ayat tersebut, sehingga terbayang dalam ingatan anda. Lebih penting
lagi untuk memperhatikan harakat pada setiap kalimat, khusus pada akhir ayat
atau pada tanda waqaf. Agar anda terhindar dari kesalahan jika suatu saat ingin
membaca ayat tersebut secara washal (diteruskan).
Setelah anda membaca halaman tersebut secara berulang-ulang, langkah
selanjutnya adalah menghafalnya. Untuk batasan terserah anda, bisa per ayat, per
1/3 halaman atau setengah halaman. Anda coba semua cara tersebut dan rasakan
cara mana yang lebih cocok untuk anda jalani.
20
Dari 4 metode yang disebutkan diatas menurut pendapat penulis metode
yang nomor dua sangat cocok diterapkan dalam proses menghafal Al-Qur’an.
Baik di suatu lembaga pendidikan seperti rumah tahfizh maupun di rumah sendiri.
Karena mengulang-ulang hafalan sebelum menghafal dan sesudah mennghafal itu
sangatlah penting. Sekuat apapun seseorang dalam menghafal tanpa di ulang-
ulang maka hafalannya cepat atau lambat akan lupa. Dan metode inilah yang
diterapkan di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi tempat dimana penulis melakukan
penelitian skripsi.
Selain metode di atas ada beberapa metode dalam menghafal Al-Qur’an.
Antara lain sebagai berikut:
1. Menghafal satu ayat-satu ayat
Seorang penghafal Al-Qur’an berusaha menghafal satu ayat dengan lancar.
Setelah satu ayat dihafal, ia bisa melanjutkan ke ayat berikutnya. Lalu
mengulanginya dari awal ayat lagi, sehingga ia bisa merangkai setiap ayat pada
satu halaman dengan baik.
Biasanya, metode ini kelihatannya paling mudah karena hanya menghafal
satu ayat. Namun, dalam kenyataannya, kata Ir. Amjad Qasim dalam buku
“Hafal Al-Qur’an dalam Sebulan” adalah metode paling lambat, karena
menghabiskan waktu minimal 20 menit untuk satu halaman.
Apabila dalam satu halaman terdapat 15 ayat, maka ia harus menghafal
setiap ayat, lalu mengulanginya lagi dari awal, dari ayat pertama sampai ayat
ke-15. Kekurangan lain dalam metode ini adalah tuntutan menghafal ayat dan
menyambungkannya dengan ayat sebelumnya. Sehingga, ada kalanya
menimbulkan kesulitan dalam menghubungkan antar ayat hingga satu halaman
penuh.
2. Membagi 1 Halaman menjadi 2 atau 3 Bagian
Yaitu, dengan cara membagi satu halaman menjadi 2 atau 3 bagian.
Kemudian, ayat-ayat yang terdapat pada bagian itu dibaca berulang-ulang
sampai hafal. Jika ketiga bagian telah dihafal, maka ketiga bagian itu
disambung satu sama lain, sehingga menjadi 1 satu halaman.
21
Dengan metode ini, hubungan ayat yang satu dengan yang lainnya akan
sempurna. Selain itu, kita bisa menyingkat waktu yang kita habiskan untuk
mengulang-ulang setiap waktu.
3. Menghafal 1 Halaman Sekaligus
Ini mirip dengan metode sebelumnya, tapi targetnya adalah 1 halaman
penuh. Sepertinya metode ini paling sulit, tapi sesungguhnya ini metode paling
cepat, sekaligus paling mudah dilakukan, asal kita yakin dengan kemampuan
kita, full konsentrasi, dan tahu caranya.
Langkah pertama dalam metode ini adalah memperhatikan dengan
saksama posisi dan urutan ayatnya, saat membacanya.
Langkah kedua adalah dengan berusaha membayangkan dalam pikiran
tentang susunan ayat-ayat dalam halaman itu, walaupun tidak secara mendetail.
Proses memperhatikan dengan cermat dan membayangkan susunan ayat
ini akan sangat membantu dalam proses menghafal.
Langkah ketiga adalah berusaha menghafal dari ayat pertama sampai akhir
pada halaman tersebut setelah 2-3 kali baca. Mungkin, seseorang yang
mencoba menghafal akan berhenti pada satu ayat karena lupa. Hal itu tidak
masalah. Tidak mengapa bila anda membuka mushaf dan melihat ayat mana
yang lupa. Ketika teringat, tutup lagi mushafnya. Demikian sampai selesai satu
halaman.
Ketika membaca yang kedua kalinya, insya Allah tidak akan berhenti pada
ayat sebelumnya ia salah. Itu karena ayat yang ia hafal tadi sudah terpatri di
dalam hatinya. Selalu ulangi sampai lancar. Kemudian, setorkan kepada guru
tahfizh. (Al-faruq, 2014: hlm.87-88)
e. Penerapan Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur’an
a. Tahapan Penerapan Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur’an
Untuk menunjang keberhasilan dari penerapan metode Takrir dalam
menghafal Al-Qur’an ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, di
antaranya adalah sebagi berikut :
1) Tentukan batasan materi
2) Membaca berulang kali dengan teliti
22
3) Menghafal ayat perayat sampai batas materi
4) Mengulang hafalan sampai benar-benar lancar
5) Tasmi’
Istilah Tasmi’ berasal dari bahasa Arab (sami’a-yasma’u-tasmi’an). Kata
Tasmi’ mengikuti fi’il Tsulasi Mazid yang beribuhan me-kan yang berarti
memperdengarkan. Maksudnya yaitu memperdengarkan hafalan kepada
orang lain baik kepada perseorangan maupun kepada Jama’ah. Dengan
Tasmi’ ini seorang penghafal Al-Qur’an akan diketahui kekurangan pada
dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf dan harakat.
Dengan Tasmi’ seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan. Kegiatan
ini sangat bermamfaat bagi hafalan seseorang, karena semakin sering
aktivitas ini dilakukan semakin baik, untuk memperbaiki mutu hafalan.
Adapun bentuk dari Tasmi’ adalah sebgai berikut :
a) Menyetorkan hafalan kepada Guru
Menghafal Al-Qur’an memerlukan adanya bimbingan yang terus menerus
dari seorang Guru (pengampu), baik untuk menambah setoran hafalan baru
atau untuk Takrir, yakni mengulang-ulang kembali ayat-ayat yang telah
disetorkannya terdahulu. Menghafal Al-Qur’an dengan sistem setoran
kepada pengampu akan lebih baik dibanding dengan menghafal sendiri
dan juga akan memberikan hasil yang berbeda.
b) Takrir bersama
Seseorang yang menghafal perlu melakukan Takrir bersama dengan dua
teman atau lebih. Dalam takrir ini setiap orang membaca materi Takrir
yang ditetapkan secara bergantian, dan ketika seorang membaca, maka
yang lain mendengarkan.
c) Majlis Khotmil Qur’an
Membaca Al-Qur’an akan banyak sekali mendatangkan keutamaan
terutama ketika pada puncaknya khatam Al-Qur’an. Dari Abu Hurairah r.a
ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
Artinya : “Tidak ada orang-orang yang berkumpul disalah satu rumah
untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, melainkan
23
mereka akan memperoleh ketentraman, diliputi rahmat, dikitari
oleh para malaikat, dan nama mereka disebut-sebut oleh Allah di
kalangan Malaikat”. (HR. Muslim)
d) Musabaqah Hifdzil Qur’an
Musabaqah Hifdzil Qur’an merupakan sarana yang paling efektif untuk
menguatkan dan mematangkan hafalan. Hal ini disebabkan, sebelum
mendapatkan giliran membaca di mimbar seorang hafizh harus
mengulang-ulang (takrir) bacaan Al-Qur’annya sehingga tampil di mimbar
mampu menjawab semua pertanyaan dari tim penilai. Agar hafalnya tetap
kuat, maka ketika melakukan takrir seorang hafizh harus membiasakan
baca Al-qur’an dengan tartil (pelan sesuai dengan kaidah tajwidnya).
e) Istiqamah Takrir Al-Qur’an dalam Shalat
Seseorang yang menghafal Al-Qur’an hendaknya bisa memamfaatkan
hafalannya sebagai bacaan di dalam shalat, baik sebagi imam atau untuk
sholat sendiri. Selain menambah keutamaan, cara demikian juga akan
menambah kemantapan hafalan.
b. Mamfaat dan Tujuan Metode Takrir dalam menghafal Al-Qur’an
Mengulang-ulang memiliki banyak faedah dalam dunia
pendidikan, terutama juga dalam menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu,
ketika seorang hafizh mengulang ayat yang ia hafal, maka ketika itu pula
prosentase kekuatan hafalannya menambah. Dan prosentase kelancarannya
dalam membaca Al-Qura’an juga bertambah.
Pembahasan dan pengulangan adalah suatu yang harus dilakukan
agar tidak kehilangan apa yang telah dihafal sebelumnya. Berkenaan
dengan ini, maka ada teori yang mengatakan bahwa ketika seorang
menghafal pada waktu pagi, maka pada hakikatnya ia meletakkan apa
yang telah dihafal pada ingatan yang bersifat temporal. Setelah ia
mengulang-ulangnya pada waktu zuhur di hari kedua dan ketiga, barulah
hafalan itu dikirimkan ke ingatan (memori) yang bertahan dalam masa
yang panjang. Diantara mamfaat dan kelebihan metode ini antara lain :
1) Untuk mengetahui letak kesalahan bacaan daalm hafalan
24
2) Untuk memperkokoh hafalan yang pernah dihafal
3) Sebagai peringatan (mangasah otak) bagi otak dan hafalannya
4) Untuk memantapkan hafalannya sebelum waktunya dan menyingkat
waktu
Di samping beberapa kelebihan di atas, metode takrir memiliki
beebrapa kelemahan, diantaranya:
1) Cepat lupa yang selaras dengan cepatnya hafal. Hanya saja pelajar
dapat memperbanyak baca dan melamakannya
2) Memaksa akal fikiran yang diforsir dengan banyaknya masukan dalam
waktu singkat
3) Metode ini tidak cocok bagi seluruh pelajar, seperti pelajar yang terdiri
dari anak-anak kecil, orang-orang tua atau pelajar yang terikat dengan
undang-undang atau peraturan pelajaran-pelajaran lain harus dicerna
pada waktunya.
Banyak orang yang mudah dalam menghafal, tetapi sulit untuk
dapat selalu mengulang hafalannya agar tetap terjaga. Mengulang hafalan
adalah aktifitas yang melelahkan akal, akan tetapi menghasilkan sesuatu
yang sangat cemerlang dimasa depan.(Ghozali Abbas, 2011 : hlm.23-27)
f. Metode Muraja’ah Hafalan
Ada beberapa metode dalam melakukan muraja’ah dalam rangka
memantapkan hafalan (Amjad Qosim, 2008: hlm 162-163). Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Tahkmis Al-Qur’an. Yakni mengkhatamkan Al-Qur’an setiap 5 hari sekali.
Seorang ahli ilmu berkata, “siapa yang mengkhatamkan hafalannya selama
5 hari, maka ia tidak akan lupa.”
2. Tasbi’ Al-Qur’an. Maksudnya adalah mengkhatamkan Al-Qur’an setiap
seminggu sekali.
3. Mengkhatamkan setiap 10 hari sekali
4. Mengkhususkan dan mengulang-ualng (satu juz) selama seminggu, sambil
terus melakukan muraja’ah secara umum.
5. Mengkhatamkan muraja’ah hafalan Al-Qur’an setiap bulan sekali.
25
6. Mengkhatamkan dengan 2 metode, dan ini yang paling baik. Pertama,
dengan menggunakan metode kelima, yaitu mengkhatamkan muraja’ah
setiap bulan. Sedangkan yang kedua, menghafal dengan metode keempat,
yaitu berkonsentrasi terhadap juz tertentu.
7. Mengkhatamkan saat shalat (ketika berdiri membaca ayat atau ketika
shalat belum dan sudah dilaksanakan).
8. Konsentrasi melakukan muraja’ah terhadap 5 juz terlebih dahulu dan
mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.
g. Kaidah dalam Melakukan Muraja’ah
Kaidah ini sesuai untuk mereka yang belum khatam dan ingin
memantapkan juz-juz terntu (Amjad Qosim, 2008: hlm 164)
1. Apabila hafalan anda berkisar antara 1-10 juz, maka anda harus melakukan
muraja’ah terhadap semua yang telah anda hafal dalam waktu seminggu.
2. Apabila hafalan anda berkisar 10-15 juz, maka anda harus melakukan
muraja’ah terhadap semua yang telah anda hafal dalam waktu 2 minggu.
3. Apabila hafalan anda berkisar 15-20 juz, maka anda harus melakukan
muraja’ah terhadap semua yang telah anda hafal dalam waktu 3 minggu.
4. Apabila hafalan anda berkisar 20-30 juz, maka anda harus melakukan
muraja’ah terhadap semua yang telah anda hafal dalam waktu sebulan.
h. Faedah Menghafal Al-Qur’an
Menurut para ulama, diantara beberapa faedah menghafal Al-Qur’an
adalah:
a. Jika disertai amal soleh dan keikhlasan, maka ini merupakan kemenangan
dan kebahagian di dunia dan diakhirat.
b. Orang yang menghafal Al-Qur’an akan mendapat anugerah dari allah
berupa ingatan tajam dan pemikiran yang cemerlang, karena itu, para
penghafal Al-Qur’an lebih cepat mengerti, teliti dan hati-hati karena
banyak latihan untuk mencocokkan ayat serta membandingkan dengan
ayat yang lain.
c. Menghafal Al-Qur’an merupakan bahtera ilmu, karena akan mendorong
seseorang yang hafal Al-Qur’an untuk berprestasi lebih tinggi dari pada
26
teman-temannya yang tidak hafal Al-Qur’an, sekalipun umur, kecerdasan
ilmu mereka berdekatan.
d. Penghafal Al-Qur’an memiliki identitas yang baik, akhlak dan perilaku
yang baik.
e. Penghafal Al-Qur’an mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik Arab
dari landasannya secara thabi’i (alami) sehingga bisa fasih berbicara dan
ucapannya benar.
f. Jika menghafal Al-Qur’an mampu menguasai kalimat-kalimat didalam Al-
Qur’an, berarti ia telah banyak menguasai arti kosa kata bahasa Arab,
seakan-akan ia telah menghafal sebuah kamus bahasa Arab.
g. Dalam Al-Qur’an banyak sekali contoh-contoh yang berkenaan kata-kata
bijak (hikmah) yang sangat bermamfaat dalam kehidupan. Dengan
menghafal Al-Qur’an, seorang akan banyak menghafal kata-kata tersebut.
h. Bahasa dan uslub (susunan kalimat) Al-Qur’an sangatlah memikat dan
mengandung sastra Arab yang tinggi. Seseorang menghafal Al-Qur’an
yang mampu menyerap wahana sastranya, akan mendapatkan dzauq adabi
(rasa sastra) yang tinggi. Hal ini bisa bermamfaat dalam menikmati sastra
Al-Qur’an yang akan menggugah jiwa, sesuatu yang tak mampu dinikmati
orang lain.
i. Dalam Al-Qur’an banyak sekali contoh-contoh yang berkenaan dengan
ilmu Nahwu dan Shorof, seorang penghafal Al-Qur’an akan sangat cepat
menghadirkan dalil-dalil dari ayat Al-Qur’an untuk suatu kaidah dalam
ilmu Nahwu dan Shorof.
j. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat hukum. Seseorang penghafal
Al-Qur’an dengan cepat pula menghadirkan ayat-ayat hukum yang ia
perlukan dalam menjawab suatu persoalan hukum.
k. Seorang penghafal Al-Qur’an setiap waktu akan selalu memutar otaknya
agar hafalan Al-Qur’an tidak lupa. Hal ini akan menjadikan hafalannya
kuat. Ia akan terbiasa menyimpan memori dalam ingatannya.(Eriman
saputra, 2018 :hlm.12-13)
27
Selain keutamaan diatas, masih banyak keutamaan lainnya bagi penghafal
Al-Qur’an, Al-qur’an memiliki banyak fadhilah yang tidak terhingga sehingga
Al-qur’an bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Di antara
keutamaan itu ialah sebagai berikut: .(Rofiul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi,
2017:hlm.16)
a. Al-Qur’an memberi syafaat bagi penjaganya
b. Dibolehkan iri kepada penghafal Al-Qur’an
c. Penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda
d. Menjadi keluarga Allah
e. Orangtua penghafal Al-Qur’an akan diberi mahkota pada hari kiamat
f. Penghafal Al-Qur’an akan dipakaikan mahkota kehormatan dan jubah
karamah, serta mendapat keridhaan Allah.
g. Diberi ketengan jiwa
h. Penghafal Al-Qur’an dapat memberi syafaat kepada keluarganya
i. Ada perintah untuk memuliakan Ahli Al-Qur’an dan dilarang
menyakitinya
j. Penghafal Al-Qur’an diprioritaskan hingga wafat
Ketika wafat, para penghafal Al-Qur’an tetap memperoleh keistimewaan
dan keutamaan dibandingkan yang lainnya.(Rofiul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi,
2017:hlm.25)
28
B. Studi Relevan
Studi relevan adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-
penelitian lain) terkait dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang diteliti.
Di bawah ini adalah penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini,
yaitu :
1. Skripsi Ghozali abbas (2011) berjudul Penerapan Metode Takrir dalam
Menghafal al-qur’an di Pondok Pasantren Al-Mubarak Al-Islami Litahfidhil
Qur’an Al-Karim Kelurahan Tahtul Yaman Kota Jambi. Penelitian ini
menemukan bahwa hambatan dalam proses menghafal adalah latar belakang
santri yang heterogen, yang tidak seluruhnya berasal dari institusi agama
yang mengajarkan dasar-dasar bahasa Arab, kepribadian santri yang sulit
untuk menemukan pemecahan masalah yang efektif ketika mengalami
masalah dengan teman di asrama hingga mengganggu proses menghafal,
rendahnya kesadaran santri untuk mengulang hafalan dan menyetorkan
kepada guru serta kondisi fisik atau kesehatan yang terganggu, kurang
mampu mengatur waktu antara menambah hafalan baru dengan mengulang
hafalan yang lama, dan waktu udzur (haid) yang lama bagi wanita hingga
mengakibatkan menurunnya semangat mereka untuk mengulangi hafalannya.
2. Skripsi Evi zuraidah (2009) Berjudul Minat Santri Menghafal Al-Qur’an di
Pondok Pasantren Al-Mubarak Al-Islami Litahfizhil Qur’an Al-Karim
Kelurahan Tahtul Yaman Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Penelitian ini
menemukan bahwa minat santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pasantren Al-Mubarak masih rendah, karena beban mental banyaknya
hafalan, kejenuhan belajar dan merasa tidak betah lagi apalagi santri baru.
Upaya yang dilakukan guru untuk menumbuhkan minat santri untuk
menghafal Al-Qur’an di Pondok Pasantren Tahfizhul Qur’an Al-Mubarak
dengan meningkatkan komitmen mengajar dengan cara memperbaiki
kompetensi mengajar, meningkatkan disiplin dalam menghafal,
memperhatikan kesiapan santri dalam menghafal dan memberi nasehat untuk
tetap memiliki minat yang tinggi untuk menghafal Al-Qur’an dan
mengikutsertakan santri dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Faktor
29
penentu minat santri menghafal Al-Qur’an di Pondok Pasantren Tahfizhul
Qur’an Al-Mubarak adalah dukungan orangtua untuk memasukkan anaknya
di pasantren ini, tetapi ada sebagian santri yang memiliki minat sendiri untuk
menjadi Penghafal Al-Qur’an dan biaya pendidikan yang tidak tinggi bagi
ukuran ekonomi orangtua.
3. Skripsi Yusuf Effendi (2011) Nilai Tanggaung Jawab dalam Metode
Pembelajaran Tahfizh Siswa MAK AN-Nur Ngurukem Bantum. Hasil
penelitian adalah Siswa-siswi al-Ma’had An-Nur Ngurukem tidak hanya
mempunyai kewajiban belajar dibangku belajar saja, namun sebagian dari
mereka juga mempunyai kesibukan lain yaitu menghafal Al-Qur’an. Kedua
kesibukan yang telah menjadi pilihannya tentu mempunyai konsekuensi
untuk selalu menjadikan keduanya prestasi yang terbaik. Terlebih sekarang
ini hasil pendidikan dari lembaga pendidikan yang ada, tidak meperhatikan
nilai-nilai pendidikan seperti rasa tanggung jawab.
Penelitian Ghozali abbas (2011) berjudul Penerapan Metode Takrir dalam
Menghafal al-qur’an di Pondok Pasantren Al-Mubarak Al-Islami Litahfidhil
Qur’an Al-Karim Kelurahan Tahtul Yaman Kota Jambi. Penelitian Evi zuraidah
(2009) Berjudul Minat Santri Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pasantren Al-
Mubarak Al-Islami Litahfizhil Qur’an Al-Karim Kelurahan Tahtul Yaman
Kecamatan Pelayangan Kota Jambi.Atau penelitian Skripsi Yusuf Effendi (2011)
Nilai Tanggung Jawab dalam Metode Pembelajaran Tahfizh Siswa MAK AN-Nur
Ngurukem Bantum, keduanya tidak membahas tentang penggunaan metode
Takriri dalam menghafal Al-Qur’an dan ketiga penelitian tersebut tidak sama
lokasinya dengan yang penulis teliti.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Berdasarkan dengan judul yang penulis ambil, Kirk dan Miller dalam
Moleong mendefinisikan bahwa ”penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya. (Lexy J Moleong,
2011:hlm.3) Metode deskriptif juga dapat didefinisikan sebagai suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk
memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya
menggunakan penekatan analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini
berupaya menggambarkan, menguraikan suatu keadaan yang sedang berlangsung
berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan dan kemudian
dianalisis beradasarkan variable yang satu dengan lainnya sebagai upaya untuk
memberikan solusi tentang Pencapaian metode takriri dalam meningkatkan
kualitas hafalan juz 30 santri kelas X XI dan XII di Ma’had Nurul Falah kota
jambi.
Pemilihan metode ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dengan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih bisa menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Lexy J Moleong, 2011: hlm.5)
31
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi, atas berbagai
pertimbangan; banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi pada santri di Ma’had
Nurul Falah Kota Jambiseperti, latar belakang santri yang heterogen, yang tidak
seluruhnya berasal dari institusi agama yang mengajarkan dasar-dasar bahasa
Arab, kepribadian yang sulit untuk menemukan pemecahan masalah yang efektif
ketika mengalami masalah dengan teman di asrama hingga mengganggu proses
menghafal, rendahnya kesadaran santri untuk mengulang hafalan dan
menyetorkan kepada guru serta kondisi fisik atau kesehatan yang terganggu,
kurang mampu mengatur waktu antara menambah hafalan baru dengan
mengulang hafalan yang lama serta mengerjakan tugas sekolah.
2. Subjek Penelitian
Atas berbagai pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas maka yang
akan dijadikan sebagai informan (Subjek penelitian) ini adalah:
a). Pimpinan Ma’had Nurul Falah
b). Pengurus Asrama Putra dan Putri
Adapun teknik pengambilan sample dan informan dalam penelitian ini
menggunakan cara snow ball sampling. Snow ball sampling adalah “proses
penyebaran sample yang seibarat bola salju, yang mulanya kecil, kemudian
semakin membesar dalam proses “Bergulir menggelindir”. (Sanafiah Faisal,
2007:hlm. 38) Sebagai subjek utama (Key Informan) yaituPengurus Asrama.
Adapun sebagai sumber informasi untuk memperoleh data tentang realita
permasalahan santri, metodeyang diterapkan oleh pengurus dalam meningkatkan
kualitas hafalan juz 30 santri.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
utama melalui observasi dan wawancara di lapangan. Sedangkan data sekunder
32
yaitu data yang diperoleh dari bacaan literatur-literatur serta sumber-sumber lain
yang berhubungan dengan penelitian ini, dengan kata lain data sekunder dapat
diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat
lisan atau tulisan. Data sekunder ini digunakan sebagai data pelengkap atau data
pendukung dari data primer.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara. (Mukhtar, 2007:hlm.86) Yakni data yang
diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi)
terhadap perkembangan permasalahan di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
oleh peneliti minsalnya dari dokumentasi (profil sekolah dan struktur organisasi)
atau publikasi lainnya. (Mukhtar, 2007:hlm.90) Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui dokumentasi yang meliputi profil asrama dan struktur
organisasi di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
2. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah
subyek darimana data-data diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2002:hlm.106)Sumber
data yaitu berbentuk perkataan maupun tindakan, yang didapat melalui
wawancara. Sumber data peristiwa (situasi) yang didapat melalui observasi. Dan
sumber data dari dokumen didapat dari instansi terkait. “menurut Lofland sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.(Jam’an Satori,
2009:hlm.105)
Sumber data di sini merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh
yaitu :
a. Sumber data berupa manusia, yakni pimpinan, pengurus asrama, Para santri
dan santriwati di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi di Ma’had Nuru Falah Kota
Jambi.
33
c. Sumber data berupa dokumentasi, berupa foto kegiatan, arsip dokumentasi
resmi yang berhubungan dengan keberadaan santri, baik jumlah santri, dan
bentuk kehidupan para santri di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk mendapatkan
data/fakta yang terjadi pada subjek penelitian untuk memperoleh data yang valid.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode
observasi, wawancara, dokumentasi.
1. Metode Observasi
Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung,
(Lexy J Moleong, 2011:hlm.125)Metode ini dilakukan dengan jalan terjun
langsung kedalam lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan
pencatatan terhadap hal-hal yang muncul terkait dengan informasi data yang
dibutuhkan. Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara langsung
data yang ada dilapangan, terutama tentang data yang ada di Ma’had Nurul Falah
Kota Jambi.
Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data yang mana secara
langsung dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan menanamkan nilai-
nilai keagamaan di lingkungan sekitar.
Langkah-langkah yang dilakukan:
a) Mengamati sistem penggunaan metode takriri dalam meningkatkan
kualitas hafalan juz 30 santri kelas X XI dan XII di Ma’had Nurul Falah
Kota Jambi.
b) Mengamati bentuk pelaksanaan dan metode dalam meningkatkan kualitas
hafalan juz 30 santri kelas X XI dan XII di Ma’had Nurul Falah Kota
Jambi.
b) Memperhatikan metode yang diterapkan pengurus dalam mengatasi
masalah santri dalam menghafal di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
c) Memperhatikan upaya pengurus terhadap permasalahan-permasalahan
santri dalam menghafal di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
34
2. Metode Wawancara / interview
“interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi”(Nasution, 2011:hlm.
113) Metode wawancara ini penulis lakukan untuk mengambil data, dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden dan mendengarkan
langsung serta mencatat dengan teliti apa yang diterangkan oleh responden,
Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa
sumber data yang bersangkutan yaitu,Pengurus, santri dan yang lainnya. Sebelum
penulis melalukan wawancara, penulis sudah mempersiapkan seperangkat
pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian.
Adapun datanya meliputi:
a) Metode yang digunakan dalam meningkatkan kualitas hafalan juz 30 santri
kelas X XI dan XII di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
b) Strategi yang digunakan di dalam mengatasi permasalahan santri di
Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
c) Upaya-upaya pengurus dalam meningkatkan kualitas hafalan juz 30 santri
kelas X XI dan XII di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
d) Sejauh mana pencapaian yang diperoleh dari bentuk metode yang
digunakan.
Interview ditinjau dari segi pelaksanaannya, maka dibedakan menjadi:
a. Interview bebas (inguided interview) dimana pewancara bebas
menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan.
b. Interview terpimpin (guided interview) yaitu interview yang dilakukan
oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci seperti, yang dimaksud dalam interview terstruktur.
c. Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin. (Suharsimi Arikunto, 2010:hlm.132)
35
3. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah suatu cara mencari data terhadap hal-hal
seluk beluk penelitian baik berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
agenda dan lain sebagainya. (Sugiono, 2012:hlm.138) Data tersebut antara lain :
1) Historis dan geografis
2) Struktur Organisasi
3) Keadaan Asrama
4) Keadaan sarana dan prasarana.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini yang akan di analisis adalah melalui pendekatan
kualitatif dengan menggunakan cara deduktif. Deduktif adalah suatu proses
berfikir dengan mengemukakan permasalahan yang bersifat umum kemudian
dibahas kepada permasalahan yang bersifat khusus. Analisis data meliputi:
1. Reduksi Data
“Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi, dan dokumentasi”.(Jam’an
Satori, 2009:hlm.219) Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah
reduksi data.
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-data kasar yang muncul
dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan selama
penelitian berlangsung.
2. Penyajian data
Setelah melalui reduksi data langkah selanjutnya dalam analisa data adalah
penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti
melalukan penarikan kesimpulan.
3. Verifikasi / penarikan kesimpulan
Setelah data terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan. Maka
langkah terakhir dalam penganalisa data adalah menarik kesimpulan atau
36
verifikasi dan analisanya menggunakan analisa model interaktif, artinya analisa
ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut.
F. Uji Keterpercayaan Data (Trushwortnines)
Untuk menetapkan keterpercayaan data, maka diperlukan tehnik
pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu,
ada beberapa tehnik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan temuan,
diantaranya :
1. Perpanjang Keikutsertaan
Perpanjang keikutsertaan dalam artian memperpanjang waktu di lapangan
sehingga kejenuhan pengumpilan data tercapai. Jika hal ini dilakukan maka
membatasi membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks,
membatasikekeliruan peneliti, dan mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian
atau peristiwa yang memiliki pengaruh sesaat. Perpanjangan waktu di lapangan
akan memungkinkan penungkatan derajat kepercayaan data yang dikumpul.
(Sugiono, 2012:hlm.219)
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan dalam pengamatan berarti menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari dan kemudian memusatkan diri terhadap hal-hal tersebut secara rinci
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. (Sugiono, 2012:hlm.99)
Halini diharapkan dapat mengurangi distorsi data yang timbul akibat peneliti
terburu-buru dalam menilai suatu persoalaan, ataupun kesalahan responden yang
tidak benar dalam memberikan informasi.
3. Triangulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemerikasaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data pokok. Untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu, terdapat empat macam teknik
pemerikasaan menggunakan sumber, metode, penyidik, dan teori. (Lexy J
Moleong, 2011:hlm.178)
37
Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakyat biasa, dan orang berpendidikan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
38
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, mulai dari
September2019 sampai Februari 2020, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No egiatan
Bulan Ke, Tahun 2019-2020
September Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
penelitian
X
2 Menyusun atau
menulis konsep
proposal
X
3 Mengajukan judul
ke Fakultas untuk
persetujuan judul
X
4 Konsultasi dengan
dosen
pembimbing
x
5 Seminar proposal X
6 Izin atau perintah
riset
X
7 Pelaksanaan riset X X X
8 Penulisan konsep
skripsi
X
9 Konsultasi kepada
dosen
pembimbing
X
10 Penggandaan
skripsi
X
11 Munaqasah dan
perbaikan
X
12 Penggandaan
skripsi dan
penyampaian
skripsi kepada tim
Penguji dan
Fakultas
X
Catatan : Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah
39
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Letak Historis dan Geografi
Mengenai sejarah berdirinya Ma’had Nurul Falah yaitu diawali dengan
sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Nurul Falah itu sendiri, karena Ma’had Nurul
Falah berdiri dibawah naungan Madrasah Aliyah Nurul Kota Jambi. Yaitu atas
inisiatif para guru-guru Madrasah Aliyah Nurul Falah, karena melihat latar
belakang siswa yang notaben berasal dari daerah luar kota Jambi, sehingga
didirikan lah sebuah asrama.
Madrasah Aliyah Nurul Falah merupakan suatu sekolah yang dibawah
naungan yayasan Nurul Falah yang membawahi beberapa sekolah seperti Play
Group, PAUD, SMP, MTs dan MA. Nurul Falah. Yayasan ini diketahui oleh
bapak Tommy Efendi Manaf,SH. Berdasarkan piagam pendirian Madrasah Aliyah
swasta maka Madrasah Aliyah Nurul Falah didirikan pada tanggal 2 januari 1989
yang dikeluarkan oleh Departemen Agama.
Pendirian Madrasah Aliyah Nurul Falah dirintis oleh Drs.
Syamsuddin,ZA. Dimana beliau menginginkan para siswa yang lulus dari Mts
Nurul Falah bisa melanjutkan kejenjang Aliyah yang berada pada yayasan yang
sama. Atas prakeasa beliau Madrasah ini didirikan yang dibantu oleh guru-guru
yang sebelumnya mengajar MTS Nurul Falah Kota Jambi.
Berdirinya MA Nurul Falah Kota Jambi adalah hasil jerih payah dan
keikhlasan semua pihak yang terkait, baik dari pengurusan yayasan, majelis guru
dan masyarakat serta instansi yang terkait yang berupaya keras mendirikan
sekolah ini dengan tujuan menunjang pendidikan sebelumnya.
Selanjutnya didalam perjalanan madrasah ini mengalami pasang surut
didalam proses pendidikan itu sendirian persaingan yang ketat dengan sekolah
lain baik bersifat umum maupun khusus yang mulai tumbuh menjamur di kota
40
Jambi, sehingga berdampak secara langsung terhadap pertumbuhan Madrasah
Aliyah Nurul Falah.
Pelajaran tentunya di dukung oleh semangat guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran.Tenaga pendidik di MAS Nurul Falah adalah tenaga
pendidik yang memiliki potensi di bidang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya. Selain itu juga sebagian guru memiliki keahlian di bidang ekstra
dan seni yang realisasikan dalam bentuk kegiatan pramuka dan seni tari.
Kebanyakan guru yang ada di MAS Nurul Falah Kota Jambi berstatus
tidak tetap atau honorer, selain itu ada juga guru yang berstatus PNS. Apabila di
lihat dari latar belakang pendidikan MAS Nurul Falah Kota Jambi umumnya
adalah sarjana S1 alumni perguruan tinggi di Jambi, seperti IAIN/UIN STS Jambi,
UNJA, UNBARI dan perguruan tinggi lainnya.
Sedangkan Ma’had Nurul Falah berdiri pada tahun 2016, yaitu atas ide
para guru-guru Madrasah Aliyah Nurul Falah, karena melihat latar belakang siswa
yang kebanyakan berasal dari daerah luar Kota Jambi.
Pada awalnya Ma’had Nurul Falah hanya memiliki satu tempat asrama
bagi santri putri, sedangkan untuk santri putranya di tempatkan disekolah karena
ada ruang yang kosong jadi tempat tersebut dijadikan sebagai tempat bagi santri
putranya. Lokasi asrama putri pada waktu itu berada di belakang sekolah itu
sendiri yaitu di JL. Soemantri Brojonegoro Pall 3 Sipin Kelurahan Danau sipin
Kecamatan Jelutung Kota Jambi. Yang mana pihak sekolah mengontrakkan
sebuah rumah warga untuk dijadikan asrama bagi putri agar lebih dekat
kesekolahnya.
Pada tahun 2017 pihak sekolah mengontrakakan satu rumah lagi yang
dijadikan asrama bagi santri putra, posisinya masih berdekatan dengan asrama
putri. Beberapa tahun kemudian asrama putra dan putri nya dipindahakan ke
simpang rimbo tepatnya di Kelurahan Kenali Besar, Kecamatan Alam Berajo,
RT.04. Kota Jambi. Karena disitu telah didirikan gedung untuk dijadikan asrama
bagi santri dan santriwati Ma’had Nurul Falah.
41
2.Visi dan Misi Ma’had Nurul Falah
a. Visi
• Menciptakan siswa yang berilmu, berakhlakul Karimah, berkualitas
serta unggul dalam IMTAQ dan IPTEK
b. MISI
• Membekali nilai-nilai islam kepada siswa, agar terwujud siswa yang
memiliki ketakwaan kepada Allah Swt Serta berakhlak mulia.
• Mengembangkan aktifitas dan kreativitas siswa, agar tumbuhan dalam
diri siswa rasa kemandirian, selalu siap menerima tantangan dalam
kehidupan.
• Meningkatkan kopetensi siswa, tentang pendidik dan tenaga
kependidikan.
• Mempersiapkan siswa menjadi insan yang berpengalaman luas, disiplin,
bertanggung jawab, optimis dan bersemangat dalam menatap masa
depan.
• Mengembangkan kemampuan dan teknologi (IT)
3. Struktur Organisasi
Lembaga pendidikan normal sebagai penyelenggaraan organisasi kerja,
diselenggarakan secara sistematis, terpimpin dan terarah, karena organisasi di
laksanakan untuk menciptakan proses serangkaian yang terarah pada tujuan yang
telah ditetapkan. Sebagai organisasi kegiatan kerja maka untuk mencapai tujuan
organisasi itu harus disusun sebagai tata laksana yang dapat melaksanakan
tugasnya masing-masing baik tujuan umum maupun tujuan khusus menurut jenis
dan tugasnya masing-masing. Adapun struktur organisasi kepengurusan Ma’had
Nurul Falah Kota Jambi adalah sebagai berikut:
42
Tabel 2. Merupakan Struktur Kepengurusan Ma’had Nurul Falah Kota
Jambi. (Dokumentasi Ma’had 2020)
STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN
MA’HAD NURUL FALAH KOTA JAMBI
TAHUN 2016-2020
Pimpinan Asrama
Hendra, M.Pd.I
Bendahara asrama
Masyitah, S.Sos
Pengurus Santri
Putra
Pengurus Santri
Putri
1. Marisa Akila
2. Mulya
3. Rika
4. Susi Susanti
5. Nadia
1. M. Amin
2. Saman
3. Dona Lutobing
4. Sholihin
5. Hadi Siswanto
6. Hamdani
7. Hendri
8. Syeh
9. Yunus
10. Wawan
Pengasuh Asrama
Drs.Rd.H.Muhamma
d Jangcik Ja’far
43
Tabel 3. Merupakan Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Nurul Falah Kota
Jambi. (Dokumentasi Ma’had 2020)
SRTUKTUR ORGANISANI
MADRASAH ALIYAH SWASTA NURUL FALAH
KOORDINATOR URUSAN-URUSAN
YAYASAN KEPALA
SEKOLAH
HEDRA, M.Pd.I
KOMITE
WAKA
KURIKULUM
JUSMIATI, SE
BENDAHARA KEPALA
TATA USAHA
SAIPUL, S.PD.I
KOORDINATOR
HUMAS
TUTI ANDRIANI, S.Pd.I
KOORDINATOR
OSIS
SYAH ALBANI,
A.Md,S.Pd
KOORDINATOR
SAPRAS
MARIA ULFA, S.Pd
WALI KELAS
KELAS X :
Tuti Andriani,S.Pd
KELAS XI :
Mutiah, S.Pd
KELAS XII :
Masyithah, S.Sos
GURU MATA PELAJARAN
1. Hendra, M.Pd
2. Jusmiati, SE
3. Masyitah, S.Sos
4. Emi Hartati, S.Pd
5. Maria Ulfa, S.Pd
6. Syamirah tuafik, S.Pd
7. Mutiah, S.Pd
8. Tuti Andriani, S.Pd
9. Dra.Patemah, US
10. Syah Albani, A.Md,S.Pd
11. Edhi Santoso, S.Pd.I
12. Saipul, S.Pd.I
PEMBINA-PEMBINA
P.Pramuka :
Samsul, S.Hum
P.Uks :
Maria Ulfa,S.Pd
P.Osis :
Syah Albani, A.Md,S.Pd
P.Olah Raga :
Edhi Santoso, S.Pd.I
P.Seni :
Syamirah Taufik,S.Pd.I
44
4. Keadaan Ustadz, Ustadzah dan Santri/Santriwati
Ustadz/Ustadzah dan Santri/Santriwati merupakan dua hal yang
terpenting dalam melaksanakan program hafalan Al-Qur’an. Dimana
Ustadz/Ustadzah sebagai pengampu dan pembimbing hafalan Al-Qur’an dan
Santri/Santriwati sebagai orang-orang yang akan menghafal Al-Qur’an secara
terbimbing. Sehingga disini perlu dipaparkan bagaimana keadaan
Ustadz/Ustadzah dan Santri/Santriwati di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
a. Keadaan Ustadz/Ustadzah
Dalam suatu lembaga pendidikan peranan guru sangat mutlak dibutuhkan
dengan tujuan untuk menunjang terlaksananya proses pendidikan dan
pembelajran.
Menurut Madyo Ekosusilo, guru atau pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap
perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek
jasmani maupun rohaninya agar dia mampu untuk hidup mandiri dan dapat
memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai Individu dan juga sebagai
makhluk sosial. (Ramayulis,2005:hlm)
Devinisi diatas memberikan arti bahwa seorang guru atau pendidik tidak
hanya bertugas dalam proses pembelajaran tetapi juga bertugas dalam
memberikan bimbingan terhadap perkembangan kepribadian. Sehingga seorang
guru harus mampu memahami psikologis dari anak-anak didiknya untuk
membimbing terhadap perkembangan kepribadian. Sehingga sorang guru harus
mampu memahami psikologis dari anak-anak didiknya untuk membimbing
perkembangannya karena perkembangan anak tidak terlepas dari kondisi
psikologisnya. Seperti di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi walaupun para guru
atau Ustadz/Ustadzah pengampu hafalan sibuk kuliah dan hafalan Al-Qur’an
tetapi para Ustadz/Ustadzah tetap memikirkan bagaimana perkembangan jasmani
dan rohani/psikologis Santri/Santriwati di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.(
wawancara tanggal 12 Februari 2020)
45
Ustadz/Ustadzah pengampu hafalan Al-Qur’an di Ma’had Nurul Falah
Kota Jambi saat ini berjumlah 4 orang yaitu 2 orang pengurus santri putri dan 2
orang pengurus Santri putra. Kemudian guru-guru yang mengajar di Madrasah
Aliyah Nurul Falah Kota Jambi, juga diikutsertakan mengajar di Ma’had Nurul
Falah Kota Jambi tapi khusus untuk belajar sore. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4. Daftar Ustadz/Ustadzah serta Pengampu Hafalan Al-Qur’an di Ma’had
Nurul Falah Kota Jambi.
No Nama Jabatan Tamatan
1 Hedra, M.Pd.I Pimpinan S2 UIN STS Jambi
2 Jusmiati, SE Waka kurikulum S1 UNJA
3 Syah Albani, A.Md,S.Pd Koordinator osis UNBARI
4 Maria Ulfa, S.Pd Koordinator sapras S1 UIN STS Jambi
5 Tuti Andriani, S.Pd.I Koordinator humas S1 UIN STS Jambi
6 Syamirah Taufik, S.Pd.I Guru S1 UIN STS Jambi
7 Dra. Patemah, US Guru S1 UIN STS Jambi
8 Mutiah, S.Pd Guru S1 UIN STS Jambi
9 Emi Hartati, S.Pd Guru S1 UNJA
10 Saipul,S.Pd.I TU S1 UIN STS Jambi
11 Edhi Santoso, S.Sp.I Guru S1 UIN STS Jambi
12 Masyithah, S.Sos.I Bendahara Ma’had S1 UIN STS Jambi
13 Drs.Rd.H.Muhammad
Jangcik Ja’far
Pengasuh S1 UIN STS Jambi
14 Yunus Pengurus MAS Riyadhul
Muttaqin As-Adiyah
15 Wawan Pengurus Aliyah Nurul Falah
16 Susi Susanti Pengurus Aliyah Nurul Falah
17 Nadia Pengurus Aliyah Nurul Falah
(Sumber: Dokumentasi Madrasah Aliyah Nurul Falah Kota Jambi 2020)
46
b. Keadaan Santri dan Santriwati
Santri merupakan salah satu komponen pendidikan sehingga proses
pendidikan dapat berjalan. Mayoritas santri Ma’had Nurul Falah Kota Jambi
adalah anak-anak usia SMA, yang datang dari berbagai macam daerah yang ada di
provinsi Jambi. Menurut hasil wawancara dengan pengasuh Ma’had Nurul Falah,
jumlah santri saat penelitian adalah 13 orang, 6 orang santri putra dan 7 orang
santri putri. Selama Ma’had Nurul Falah berdiri telah mengeluarkan santri dan
santriwati sebanyak 25 orang.
Adapun keadaan santri Ma’had Nurul Falah saat penelitian jumlah
seluruhnya adalah 13 orang santri putra dan putri yang terbagi kedalam dua kelas,
yaitu kelas putra dan kelas putri karena dalam penyetoran hafalan santri putra dan
putri dipisahkan karena tidak digabungkan. Untuk mengetahui lebih lengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Keadaan Santri dan Santriwati Saat ini Berdasarkan Tingkatan
Hafalannya di Ma’had Nurul Falah Tahun 2019/2020
No Nama Santri dan
Santriwati
Jenis Kelamin Kelas Jumlah Hafalan
Laki-laki Perempuan
1 Angelina ✓ X Annas-Allail
2 Ari Gusmansyah ✓ XII Tuntas Juz 30
3 Basri ✓ VIII Annas-Adhuha
4 Dwi Yar Peka ✓ XI Annas-Alburuj
5 Ilhamsyah ✓ XII Annas-Alburuj
6 Irma Sholeha ✓ XI Annas-Al’ala
7 Kevin ✓ X Annas-Adhuha
8 Misnawati ✓ XII Tuntas Juz 30
9 Nadia Paramita ✓ XI Annas-Alqori’ah
10 Pela Andika Sari ✓ XI Annas-Alfajr
11 Restu ✓ X Annas-
Alghosyiyah
12 Rizki Amanda ✓ XI Annas-Alburuj
13 Sandi ✓ XI Annas-Adhuha
47
Dari tabel di atas dapat diperoleh gambaran bahwa keadaan santri di
Ma’had Nurul Falah sangat lah dikit, karena Ma’had Nurul Falah ini tidak
mewajibkan bagi siswa yang bersekolah di Madrasah Aliyah Nurul Falah untuk
tinggal di asrama, hanya saja asrama disediakan bagi siswa yang ingin tinggal di
asrama. Mayoritas santrinya adalah orang-orang yang datang dari daerah luar kota
jambi. Adapun aktivitas sehari-hari santri Ma’had Nurul Falah adalah sebagai
berikut:
Tabel 6. Jadwal Aktivitas harian santri Ma’had Nurul Falah Kota Jambi
Waktu Aktivitas
04:30-05:00 Bangun dan sholat lail
05:00-05:30 Jama’ah sholat subuh
05:30-06:00 Setoran Hafalan
06:00-07:00 Mandi dan siap-siap berangkat kesekolah
07:00-14:30 Sekolah Formal
14:30-15:30 Makan dan Istirahat
15:00-16:00 Sholat Asar berjama’ah
16:00-17:00 Belajar sore/mudarosah
17:00-18:00 Mandi
18:00-18:30 Sholat magrib berjama’ah
18:30-19:30 Mengaji Al-Qur’an serta muraja’ah hafalan
19:30-20:00 Sholat Isya berjama’ah
20:00-20:30 Makan malam
20:30-22:00 Belajar/mengerjakan tugas sekolah
20:00-04:00 Tidur
(Sumber: Dokumentasi Ma’had Nurul Falah Kota jambi)
Dari tabel di atas terlihat lah kegiatan sehari-hari santri dan santriwati
Ma’had Nurul Falah, kemudian untuk hari libur seperti hari minggu dan tanggal
merah kegiatan nya diisi dengan gotong royong membersihkan lingkungan
asrama, jalan-jalan, serta olah raga.
Selain kegiatan sehari-hari yang di jelaskan pada tabel 8. di atas, ada
beberapa peraturan yang harus ditaati oleh santri dan santriwati di Ma’had Nurul
48
Falah Kota Jambi, dan juga beberapa hukuman yang harus dijalani apabila
melanggar peraturan tersebut. Antara lain sebagai berikut:
a. Peraturan untuk Santri dan Santriwati di Ma’had Nurul Falah
1. Tidak boleh tidur malam lewat dari jam 10 dengan alasan yang tidak
tepat.
2. Tidak boleh membawa Handpone atau barang yang sejenisnya
3. Tidak boleh keluar dari lingkungan asrama tanpa izin dari pengurus
asrama
4. Tidak boleh merokok dilingkungan asrama bagi santri putra
5. Tidak dibenarkan membawa teman yang bukan anak Ma’had untuk
menginap di asrama tanpa izin dari pengurus asrama
6. Sholat berjama’ah setiap waktu kecuali bagi yang uzur/halangan
7. Tidak dibenarkan tidur di tempat kawan seperti kos atau kontraaan,
kecuali sudah mendapat izin dari pengurus dan itu hanya di bolehkan jika
menginap ditempat keluarganya.
8. Tidak dibenarkan keluar dari lingkungan asrama pada malam hari
9. Apabila keluar dari lingkungan asrama harus menggunakan pakaian yang
sopan, jilbab yang menutup dada khusus perempuan.
b. Apabila peraturan dari nomor 1-9 di atas dilanggar maka akan mendapat
hukuman sebagai berikut:
1. Satu kali melanggar maka akan di nasehati
2. Dua kali melanggar maka akan mendapat hukuman seperti: mencuci WC,
membersihkan lingkungan asrama, menghafal surah-surah tertentu yang
di berikan pengurus asrama, dan lain sebagainya
3. Tiga kali melanggar maka pengurus berhak memberitahukan pimpinan
asrama atau Ma’had. Dan kemudian segala konsekuensinya diserahkan
kepada pimpinan asrama. Dalam hal ini biasa nya orangtua atau wali dari
santri tersebut akan dipanggil menghadap pimpinan asrama, kemudian
disuruh untuk membuat surat perjanjian yang di tanda tangani oleh wali
dan santri. Dan apabila kesalahan tersebut masih diulangi maka santri
akan di keluarkan dari asrama atau Ma’had Nurul Falah tersebut.
49
5.Sarana dan Prasarana
Sarana merupakan wadah atau tempat berlansungnya proses belajar
mengajar. Baik buruknya sarana pendidikan akan mempengaruhi jalannya proses
belajar mengajar, sedangkan prasaraa adalah suatu alat yang dapat membantu
dalam menunjang kelancaran proses belajar mengajar.
Jadi, sarana dan prasarana dalam dunia pendidikan memiliki peranan
penting dalam mencapai suatu tujuan, yang dapat mempermudah dan
memperlancar proses pembelajaran dan tercapainya tujuan pendidikan. Tanpa
sarana dan prasarana yang lengkap maka tujuan pendidikan yang hendak
diinginkan tidak akan tercapai dengan baik. Pondok pasantren sebagai lembaga
pendidikan juga tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dimiliki sebagai
pusat pendidikan dan pembelajaran.
Dalam menunjang kegiatan belajar mnegajar serta minat dan bakat santri
dan santriwati, Ma’had Nurul Falah memiliki beberapa sarana dan prasarana yang
berguna untuk memperlancar kegiatan tersebut sebagai berikut:
50
Tabel 7. Sarana dan Prasarana
No Nama Barang Jumlah
Keterangan
1 Asrama 2 Unit Baik
2 Dapur Umum 1 Unit Baik
3 WC Santri 3 Unit Baik
4 Musollah 1 Unit Teras Rumah Guru
5 Kelas Belajar Sore 2 Unit Baik
6 Lapangan Bola kaki 1 Unit Baik
7 Lapangan Bola Volly 1 Unit Baik
8 Lapangan Batminton 1 Unit Baik
9 Lapangan Takraw 1 Unit Baik
10 Tempat Jemuran 2 Unit Baik
11 Papan Pengumuman 2 Unit Baik
12 Tempat Berenang 1 Unit Baik
13 Rumah Guru 2 Unit Baik
14 Kursi Belajar 20 Unit Baik
15 Meja Belajar 20 Unit Baik
16 Papan Tulis 2 Unit Baik
(Dokumentasi, Ma’had Nurul Falah)
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
a. Proses Penerapan Metode Takriri dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan
Tahfihzul Al-Qur’an Santri di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
Ma’had Nurul Falah Kota Jambi merupakan salah satu asrama yang
berbasis Pasantren yang mana didalamnya diterapkan beberapa program
diantaranya seperti: Muhadharoh, pelatihan Bahasa Arab, pelatihan Bahasa
Inggris, dan termasuk di dalamnya yaitu program Tahfizhul Qur’an yang
bertujuan untuk menciptakan santri/santriwati yang Qur’ani.
Menghafal Al-Qur’an membutuhkan pengulangan (takrir) yang intensif
dan terkontrol. Bila seseorang meremehkan hal itu, maka sesudah beberapa waktu
mungkin dia merasa lupa apa yang telah dihafalnya, dan Al-Qur’an telah terlepas
darinya. Takrir adalah salah satu cara untuk menimalisir hafalan dari kelupaan.
51
Metode takrir merupakan metode alternatif yang diterapkan di Ma’had
Nurul Falah setelah melihat kurang nya kuliatas hafalan santri dan santriwati.
Metode ini dilaksanakan di Ma’had tersebut dilatarbelakangi oleh keluhan yang
berasal dari santri/santriwati yang sedang menghafal, mereka merasa kesulitan
dalam menghafal dan melancarkan hafalannya. Dengan metode takrir,
santri/santriwati dapat memperbaiki, menjaga hafalan yang salah pernah dihafal
agar tetap melekat dalam hati para penghafalnya.
Hal tersebut senada dengan yang dipaparkan oleh salah satu pengurus
Ma’had Nurul Falah dalam sebuah wawancara dengan peneliti, ia menyebutkan
bahwa:
“Dalam keberlansungan Ma’had Nurul Falah dalam beberapa tahun ini
telah mengeluarkan santri dan santriwati yang hafal Al-Qur’an, meski
hafalan yang di wajibkan hanya sebatas Juz 30, tetapi juga ada sebagian
santri dan santriwati yang hafal beberapa Juz seperti 2 Juz, 3 Juz bahkan
ada yang lebih. Namun tidak sedikit juga diantara merekayang
menegluhkan akan menjaga hafalan yang telah mereka dapat di Ma’had
Nurul Falah. Hal tersebut juga sebenarnyabanyak dialami oleh santri yang
masih dalam proses belajar di Ma’had Nurul Falah. Hal tersebutlah yang
akhirnya membuat kami menerapkan metode takrir ini.”(wawancara
tanggal 24 Januari 2020).
Berdasarkan paparan wawancara tersebut diketahui bahwa, walaupun telah
melahirkan santri dan santriwati yang hafal Al-Qur’an, pihak Ma’had Nurul Falah
juga banyak mengalami keluhan yang berasal dari santri mereka tentang sulitnya
menghafal, serta mempertahankan hafalan yang telah didapatkan sebelumnya.
Dari banyaknya keluhan tersebutlah yang akhirnya pihak Ma’had terus mencari
metode-metode yang relevan dan mengena dalam mengatasi kendala tersebut.
Dan akhirnya metode takrir merupakan metode yang dirasa pas serta relevan
untuk diterapkan di Ma’had ini.
Adapun bentuk penerapan metode Takrir dalam meningkatkan kualitas
hafalan Tahfizh Al-Qur’an di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi, terbagi kepada
tiga tahapan, yakni tahap persiapan, penerapan dan evaluasi. Dimana akan
dijelaskan sebagai berikut:
52
1. Tahap Persiapan
Di mana pada tahap ini, seorang santri sebelum menyetorkan (Tasmi’)
hafalannya pada Ustadz/Ustadzah, mereka terlebih dahulu melakukan
persiapan yaitu mentakrirkan (mengulang-ulang) hafalan sampai benar-benar
lancar dan baik. Hal ini sesuai obsevasi penulis di lapangan para santri sebelum
menyetorkan hafalannya mereka terlebih dahulu telah duduk berkelompok di
kelompoknya masing-masing sambil mengulang-ulang materi hafalan yang
akan disetorkan kepada pembimbingnya. Sebagaimana wawancara penulis
dengan Misnawati salah satu santriwati disana yang mengatakan:
“Saya mengulang suatu ayat lima sampai sepuluh kali hingga benar-
benar hafal untuk selanjutnya diteruskan ke ayat berikutnya, kemudian
melihat surahnya dan saya berusaha memahami
maknanya.”(wawancara tanggal 24 Januari 2020).
Demikian juga yang dikatakan oleh Rizki Amanda seoarang santri putra
yang mengatakan bahwa:
“Saya mengulang satu ayat itu bahkan sampai dua puluh kali sehingga
saya benar-benar hafal, serta dengan membenarkan Makhraj dan
Tajwidnya dan kemudian baru saya setorkan kepada
pembimbingnya.”(wawancara tanggal 24 Januari 2020).
Adapun proses persiapan metode takrir dalam meningkatkan kualitas
hafalan tahfihzul Al-Qur’an di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi secara
terperinci meliputi hal-hal berikut, yaitu:
a. Menyiapkan Al-Qur’an Pojok
Al-Qur’an pojok merupakan Al-Qur’an yang mempunyai sistem
yang teratur, setiap halaman diawali dengan awal ayat dan diakhiri denagn
akhir ayat, setiap halamannya memuat 15 baris dan setiap juz terdiri dari 20
halaman.
Al-Qur’an model ini lazim digunakan di pondok pasantren yang
menghafal Al-qur’an pada umumnya, mengingat dengan sistem
penulisannya yang teratur bisa memudahkan santri dalam proses menghafal
Al-Qur’an. Begitu juga di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi, berdasarkan
53
hasil observasi penulis, Al-Qur’an model ini banyak dipakaisantri dalam
menghafal Al-Qur’an.
b. Menentukan target materi yang akan dihafalkan (sesuai kemampuan)
Dalam proses persiapan metode takrir ini, hal yang dilakukan juga
adalah dengan menentukan target materi yang akan dihafalkan, tentunya
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh santri sebelumnya.
Hal ini dijelaskan oleh Wawan selaku pengurus santri putra dalam
sebuah wawancara dengan peneliti, ia mengatakan bahwa:
“Kami memaklumi bahwa santri yang masuk ke sini adalah santri
yang dari latar belakang yang berbeda, ada yang dari pondok
pasantren dan ada juga yang dari sekolah umum. Karena siswa
yang masuk kesini adalah siswa yang ingin melanjutkan Sekolah
Menengah Atas. Setelah mengidentifikasi kemampuan masing-
masing santri, barulah kami menentukan materi-materi yang cocok
dengan masing-masing santri tersebut.”(wawancara tanggal 24
Januari 2020).
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketehui bahwa dalam
proses penghafalan santri ditargetkan berdasarkan atas kemampuan masing-
masing.
c. Membaca Berulang Kali
Aktifitas yang paling banyak dilakukan santri dalam menghafal Al-
Qur’an adalah membaca berulang kali, dengan upaya tersebut santri akan
terbiasa membaca ayat dan kemudian dapat menghafalnya dengan baik. Hal
ini dilakukan sebelum proses penyetoran kepada Ustadz/Ustadzah.
Sesuai dengan observasi yang dilakukan peneliti di Ma’had Nurul
Falah Kota Jambi, peneliti menemukan hal berikut ini, pertama-tama santri
membaca Al-Qur’an halaman 4, yaitu diawali dengan:
▪⧫ ⧫❑◆⧫⧫
Diakhiri dengan
❑➔⬧ ◼⬧
⧫
54
Kemudian dibaca dari sudut kanan atas
▪⧫ ⧫❑◆⧫⧫
Hingga sudut kiri bawah ❑➔⬧ ◼⬧
⧫
Dengan benar dan baik, tidak terlalu cepat juga tidak terlalu
lambat. Dibaca dengan berulang-ulang hingga yakin bahwa bacaan itu sudah
benar, baik dan lancar.
d. Menghafalkan ayat tersebut dengan cara berulang-ulang hingga terekam
dalam pikiran dikit demi sedikit, kalimat perkalimat hingga utuh satu ayat.
Setelah utuh satu ayat, ulangi lagi dari awal sampai akhir hingga benar-
benar hafal dengan benar, baik dan lancar.
2. Tahapan Penerapan
Tahap yang kedua yang dilakukan dalam meningkatkan kualiatas hafalan
tahfihzul Al-Qur’an santri di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi adalah tahap
penerapan atau pelaksanaan. Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap
sebelumnya, artinya apa-apa yang telah dipersiapkan dan direncanakan pada
tahap persiapan kemudian dilaksanakan pada tahap penerapan ini. Dan dalam
tahap penerapan ini, terdiri dari berbagai macam kegiatan, di antaranya adalah:
a. Mengulang hafalan kepada Ustadz/Ustadzah
Kegiatan mengulang hafalan ini pada hakikatnya adalah kegiatan
yang ditujukan untuk membangun kedipsilinan dalam menghafal Al-Qur’an,
karena menghafal Al-Qur’an tidak bisa dipaksakan. Peran pembimbing di
sini hanya membantu menumbuhkan kedisiplinan, meningkatkan minat,
membangkitkan motivasi, dan juga membenarkan bacaan, karena jika
hafalan tidak diperdengarkan kepada seorang guru atau Ustadz maka para
penghafal tidak akan tau betul atau tidak kesalahan bacaannya. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Nadia selaku pengurus santri putrinya ia
mengatakan bahwa:
“Setelah memasuki tahap menghafal, dan sudah dinyatakan
bacaannya sudah layak seorang santri wajib menghafal minimal
55
satu halaman, mereka mempersiapkan hafalannya pada malam hari
biasanya sesudah shalat magrib, dan disetorkan pada subuh nya
yaitu selesai sholat subuh sampai jam 06:30 kemudian kesekolah
untuk belajar formal.”(wawancara tanggal 24 Januari 2020).
Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa proses menyetorkan
hafalan merupakan kewajiban santri ketika masuk dalam kelas atau
kelompok menghafal, dan ini dilakukan minimal satu halaman, dan itu di
setorkan setiap habis subuh setelah shalat subuh sampai jam 06:30.
b. Mudarosah Berkelompok (sima’an)
Sima’an yang dimaksud di sini yaitu saling memperdengarkan dan
mendengarkan bacaan antar dua orang atau lebih. Jika satu orang yng
membaca maka yang lainnya akan mendengarkan dan ini bergantian
seterusnya hingga setiap orang mendapat kesempatan untuk membaca.
Sebagaimana wawancara penulis dengan Susi susanti selaku pengurus santri
putri ia mengatakan bahwa:
“Kegiatan ini sangat bermamfaat bagi hafalan seseorang sebelum
mengikuti sima’an, seseorang akan terlebih dulu mepersiapkan
ayat-ayat yang kan disetorkan yaitu dengan memperdengarkan
antar temannya, jumlah ayat nya berpariasi sesuai dengan batas
kemampuan masing-masing tapi minimalnya satu
halaman.”(wawancara tanggal 24 Januari 2020).
Berdasarkan wawancara penulis di atas dapat diketahui bahwa
sebelum melakukan proses penyetoran hafalan kepada Ustadz/Ustadzah
seorang santri melakukan sima’an antar sesama temannya. Hal ini berlaku
bagi seluruh santri baik santri putri maupun santri putra.
c. Istiqomah Takrir al-Qur’an dalam Shalat
Santri mendapatkan jadwal menjadi imam sholat lima waktu
dengan membacakan surat atau ayat yang telah ditentukan oleh pengurus.
Sebagaimana di katakan oleh Wawan selaku pengurus mengatakan:
“Kami selaku pengurus membuatkan jadwal giliran untuk menjadi
petugas imam shalat berjama’ah lima waktu. Hal ini sangat
bermamfaat untuk memnatapkan hafalan santri disamping itu untuk
membiasakan santri kalau pas lagi pulang kampung tidak ragu-ragu
56
lagi menjadi imam di kampungnya masing-masing. Hal ini sangat
di anjurkan bagi santri putra karena shalat berjama’ah nya
bergabung dengan santri putra, tetapi juga untuk santi putri khusus
di hari juma’at pada shalat zuhur berjama’ah.”(wawancara tanggal
24 Januari 2020).
3. Tahap Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penerapan metode takriri dalam
meningkatkan kualitas hafalan tahfihzul Al-Qur’an di Ma’had Nurul Falah
Kota Jambi. Bertujuan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh peserta
didik yaitu santri dalam menghafal Al-Qur’an apakah lancar atau tidak.
Dalam tahap ini, santri membawa bukti setoran yaitu buku catatan setoran
hafalan, pada saat santri menyetorkan hafalannya setiap hari kepada
Ustadz/Ustadzah. Dan penilaian pencapaian hafalan di Ma’had Nurul Falah
Kota Jambi yaitu dilihat dari berapa banyak hafalannya, kemudian pembimbing
mengetes hafalan yang sudah dihafalkan oleh santrinya, apabila menurut
pembimbing hafalannya sudah bagus dan benar maka santri diperbolehkan
melanjutkan hafalan nya, dan apabila hafalan santrinya masih dianggap belum
memuaskan maka pembimbing meminta santri untuk mengulang kembali
hafalannya sebelum melanjutkan hafalan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Susi susanti selaku pengurus sekaligus
pembimbing hafalan, ia mengatakan bahwa:
“Ketika seorang anak telah menyelesaikan beberapa surah, dia
harus mengulangi surah tersebut dan menghafalnya dengan baik
yang dibuktikan setoran bulanan. Jika dalam penyetoran itu
hafalannya sudah dianggap memuaskan maka si anak
diperbolehkan melanjutkan ke surah berikunya. Jika apabila tidak
maka si anak harus mengulang kembali hafalannya dan tidak
diperbolehkan melanjutkan hafalannya tanpa seizin pengurus.
Semua ini di maksud kan untuk membenarkan hafalan si anak.
Evaluasi ini biasanya di adakan satu bulan sekali yaitu pada akhir
bulannya.”(wawancara tanggal 24 Januari 2020).
Dalam hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa akhir dari
tahapan penerapan metode takrir ini adalah tahap evaluasi. Di mana dalam
tahap pelaksanaan tahapan ini siswa dibekali buku bukti kelulusan hafalan,
dan tes penyetoran hafalan kepada pembimbing.
57
b. Faktor Penghambat Penerapan Motede Takriri dalam Meningkatkan
Kualitas Hafalan Tahfizhul Al-Qur’an Santri di Ma’had Nurul Falah
Kota Jambi.
Setiap tujuan yang ingin dicapai tidak terlepas dari faktor
penghambat atau kendala yang menghadang, baik sifatnya urgensial maupun
biasa. Kendala-kendala tersebut bisa saja disebabkan karena faktor internal
maupun eksternal.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ustadz Jangcik dalam sebuah
wawancara dengan peneliti, ia mengatakan bahwa:
“Mustahil dalam menghafal Al-qur’an tanpa atau tidak melalui
sebuah rintangan dan hambatan dan tidak sedikit pula cobaan yang
datang silih berganti. Karena menjadi seorang Hafizh/Hafizhah itu
tidak gampang, perlu kesabaran, ketekunan, ketelatenan,
keistiqomahan, yng tinggi dan yang lebih penting lagi yaitu
keikhlasan karena Allah.”(wawancara tanggal 02 Februari 2020).
Wawancara dengan Restu salah satu santriwati, ia mengatakan
bahwa:
“Hambatan yang sering dialami dalam menghafal Al-Qur’an dan
menerapkan metode Takrir ini bermacam-macam, di antaranya
sulitnya untuk mempertahankan semangat agar tetap konstan,
minsalnya keletihan fisik dan juga kondisi fisik yang tidak
mendukung, ada masalah dengan teman yang belum terselesaikan,
timbulnya perasaan bosan dan jenuh, serta suasana hati yang
berubah-rubah, sampai dengan menghafal ayat-ayat sulit, dan
cobaan yang datang berbeda-beda dari waktu ke
waktu.”(wawancara tanggal 02 Februari 2020).
Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa hambatan-
hambatan yang muncul memberikan gambaran bahwa pada proses
pencapaian hafalan, selain aspek kognitif, aspek emosi memegang peranan
penting. Pada saat emosinya terganggu para hafizh mengaku sulit untuk
menghafal ataupun mengulang hafalannya.
Dalam menghafal Al-Qur’an tidak sedikit cobaan yang datang, dan
ini merupakan tantangan sendiri bagi seorang hafizh. Cobaan menghafal Al-
Qur’an dari hari ke hari berbeda-beda, cobaan yang dirasakan sulit di atasi
58
adalah membagi waktu antar kegiatan menambah hafalan dan mengulang
hafalan yang sudah didapat serta belum lagi ditambah dengan mengerjakan
PR dari sekolah. Hal ini kembali dijelaskan oleh Nadia selaku pengurus santri
putri dalam sebuah wawancara ia menjelaskan:
“Dalam penerapan metode takrir di Ma’had Nurul falah banyak
faktor penghambat, setidaknya terdapat beberapa faktor
penghambat yang kini banyak dirasakan oleh santri di Ma’had
Nurul Falah. Yakni, memeneg waktu yaitu antara menambah dan
mengulang hafalan serta juga mengerjakan PR dari sekolah yang di
berikan guru, kurang menyadari mamfaat metode takrir, serta
kurang istiqomah.”(wawancara tanggal 02 Februari 2020).
Dari hasil wawancara tersebut, jelas sekali diketahui bahwa
terdapat beberapa macam hambatan yang sering dialami oleh santri dalam
menghafal Al-Qur’an dengan metode takriri, yaitu dijelaskan sebagai berikut:
a. Memeneg atau mengatur waktu
Mengatur waktu adalah salah satu problem yang paling banyak
dialami oleh santri dalam menghafal Al-Qur’an. Begitu juga dalam
menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan metode takriri. Adapun
bentuk dari sulitnya santri mengatur waktu dalam menghafal Al-Qur’an
dijelaskan oleh Dwi Yar Peka, salah satu santriwati di Ma’had Nurul
Falah, dalam sebuah wawancara, ia mengatakan bahwa:
“Saya kadang merasa tidak sanggup membagi waktu antara
menghafal dan mengulang hafalan ditambah lagi mengerjakan PR
dari sekolah, belum lagi ditambah dengan aktivitas saya sehari-hari
seperti piket masak, mencuci pakaian, serta menyetrika pakaian
saya.”(wawancara tanggal 02 Februari 2020).
Pendapat ini di perkuat oleh Ustadz Jangcik, di sebuah wawancara
ia mengatakan:
“Selain karena banyak ayat yang sudah dihafal, maka akan semakin
sulit untuk mempertahankannya, sehingga akan menyebabkan
sebagian hafalan tidak lancar, sulitnyamengatur waktu yang
dirasakan santri juga disebabkan mereka harus beraktivitas sehari-
hari, mengingat mereka tinggal di asrama dan harus mengerjakan
urusan secara mandiri.”(wawancara tanggal 02 Februari 2020).
59
Dengan adanya kondisi yang digambarkan dalam wawancara di
atas, yakni kurang mampunya santri mengatur waktu mereka, maka akan
mengakibatkan hafalan mereka akan tersendat (kurang lancar).
b. Kurang menyadari mamfaat metode Takrir dalam menghafal Al-Qur’an
Berdasarkan observasi penulis di lapangan kendala ini lebih
dirasakan oleh para santri, ketidaksadaran mereka terhadap mamfaat
metode takrir dalam menghafal Al-Qur’an. Hal ini dibuktikan dalam
kegiatan takrir bersama (sima’an) yang semestinya santri mentakrir
hafalannya bersama. Tetapi dalam kenyataannya santri lebih cendrung dan
lebih suka mentakrir hafalannya sendiri-sendiri karena anak-anak kurang
konsentrasi disebabkan tidak adanya ruang khusus yang tersedia.
Hal ini di ungkapkan oleh Fela Andikasari, selaku santriwati di
Ma’had Nurul Falah, ia mengatakan bahwa:
“Saya senang mentakrir hafalan sendirian dari pada sima’an dengan
kawan-kawan, karena kondisi pada saat itu panas, ribut lagi, dan
tidak bisa berkonsentrasi, lagi pula saya senang mengulang pas lagi
sepi.”(wawancara tanggal 02 Februari 2020).
c. Kurang Istiqomah
Dalam proses menghafal Al-Qur’an yang terpenting adalah
ketekunan untuk melakukan pengulangan secara istiqomah. Jika seorang
memiliki tingkat kecerdasan yang baik dan kemampuan mengingat dengan
baik tetapi tidak melakukan pengulangan, hafalan yang diperoleh tidak
lama dalam otak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ari Gusmansyah
dalam sebuah wawancara, ia mengatakan bahwa:
“Kunci dalam menghafal itu harus sunggu-sungguh, istiqomah, dan
jangan main-main. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti
akan berhasil, tidak boleh juga berputus asa karena putus asa itu
temannya syaithan. Harus semangat, yakni bahwa kita pasti
bisa.”(wawancara tanggal 02 Februari 2020).
Berdasarkan observasi penulis dilapangan, santri yang kurang
istiqomah dalam mentakrir hafalan yang telah dihafal biasanya ini
dikarenakan kesibukan santri dan terpengaruh oleh teman-teman yang
60
belum menghafal Al-Qur’an khususnya santri yang masih tahap nazhar
untuk mengadakan aktivitas yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan
menghafal Al-Qur’an seperti ikutan ngobrol dengan teman, sehingga
banyak waktu yang terbuang.
Hal ini diakui oleh Ilhamsyah, ia mengatakan:
“Paling sulit untuk melakukan pengulangan kalau lagi sumpek dan
tempat yang ramai dan teman-teman ribut dan ngobrol, jadinya
ngulang tidak konsen, hafalan tidak masuk-masuk jadi ikut-ikutan
ngobrol, dan kalau lagi bete bangat sulit menghafal dan muncul
rasa malas akhirnya membaca apa aja, atau dengarin musik
kemudian tidur.”(wawancara tanggal 02 Februari 2020).
Berdasarkan observasi dan wawancara di atas, tidak istiqomahnya
santri dalam menerapkan metode takrir disebabkan adanya pengaruh
lingkungan sekitarnya yaitu teman-temannya sehingga terganggu dan
seringkali membuat para penghafal sulit untuk berkonsentrasi ditambah
lagi dengan situasi lingkungan yang terkadang membuat aktivitas takrir
sulit dilakukan.
c. Upaya dalam Mengatasi Hambatan Penerapan Metode Takriri dalam
Meningkatkan Kualitas Hafalan Tahfizhul Al-Qur’an Juz 30 Santri di
Ma’had Nurul Falah Kota Jambi.
Untuk mengetahui apa upaya Ma’had Nurul Falah terhadap santri
yang kesulitan memeneg waktunya adalah seperti yang diungkapkan oleh
Ustadz Jangcik selaku pengasuh di Ma’had Nurul Falah ini dalam sebuah
wawancara, ia mengatakan bahwa:
“Kami sadar bahwa kendala sulitnya mengatur waktu merupakan
masalah yang paling banyak dialami santri kami disini, mengingat
kendala ini juga merupakan masalah bagi sebagian besar santri
penghafal Al-Qur’an secara umum. Maka dari itu, pihak pengurus
Ma’had Nurul Falah telah melakukan pembenahan atau
managemen waktu dengan memberi tambahan jam kegiatan
mudarosah ba’da Asar.”(wawancara tanggal 09 Februari 2020).
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa mengatasi kendala
sulitnya santri dalam mengatur waktu mereka, pihak Ma’had Nurul Falah
61
telah melakukan pembenahan yaitu memberi tambahan jam kegiatan
mudarosah ba’da Asar. Dengan program ini, diharapkan santri dapat
memamfaatkannya dengan baik. Karena salah satu faedah yang sangat
penting dari pembagian waktu adalah pulihnya semangat, gairah dan
kemauan, mencegah kejenuhan dan rasa bosan yang dialami para penghafal,
dan mengurangi main-main.
Kemudian untuk kendala kurang menyadari mamfaat metode takrir
dalam menghafal Al-Qur’an oleh santri, pihak Ma’had Nurul Falah
mengatasinya dengan memberikan pemahaman dan memotivasi tentang
pentingnya metode takrir dalam menghafal Al-Qur’an, serta evaluasi hafalan
Al-Qur’an setiap satu bulan sekali, yaitu pada akhir bulannya.
Selanjutnya untuk upaya Ma’had Nurul Falah terhadap santri yang
kurang istiqomah dalam mentakrir hafalannya yaitu dengan cara mengabsensi
atau memberi bukti setoran yang berupa buku cacatan penyetoran, dan buku
tersebut akan di evaluasi setiap bulan sekali serta tes pengulangan hafalannya.
Yang dilakukan oleh pihak terkait, dalam hal ini yaitu pengasuh dan
pengurus.
Setelah melihat melihat dan menyadari bahwa metode takriri ini
sangat memberikan mamfaat dalam mengatasi kelupaan dalam menghafal,
maka ini menjadi alasan penulis mengambil metode takriri tidak metode yang
lain dalam penelitian ini karena sesuai yang di nyatakan oleh salah satu
pengurus Ma’had Nurul Falah dalam pembahasan sebelumnya yaitu pada
halaman 52 dalam sebuah wawancara dengan peneliti, ia menyebutkan
bahwa:
“Dalam keberlansungan Ma’had Nurul Falah dalam beberapa tahun
ini telah mengeluarkan santri dan santriwati yang hafal Al-Qur’an,
meski hafalan yang di wajibkan hanya sebatas Juz 30, tetapi juga
ada sebagian santri dan santriwati yang hafal beberapa Juz seperti 2
Juz, 3 Juz bahkan ada yang lebih. Namun tidak sedikit juga
diantara mereka yang menegluhkan akan menjaga hafalan yang
telah mereka dapat di Ma’had Nurul Falah. Hal tersebut juga
sebenarnya banyak dialami oleh santri yang masih dalam proses
belajar di Ma’had Nurul Falah. Hal tersebutlah yang akhirnya
62
membuat kami menerapkan metode takrir ini.”(wawancara tanggal
24 Januari 2020).
Karena sesungguhnya sehebat apapun dan sebanyak apupun
hafalan seseorang kalau tidak disertai dengan pengulangan maka cepat atau
lambat hafalannya akan hilang, maka dari itu perlu di terapkan metode takriri
ini dalam menghafal Al-Qur’an. Karena metode takriri ini sangat bermamfaat
bagi para penghafal untuk menjaga hafalannya, tetapi tidak bisa di pungkiri
juga bahwa metode ini memiliki kekurangan.
Adapun kelebihan dan kekurangan metode takriri, seperti yang
sudah di bahas juga pada pembahasan sebelumnya yaitu pada halaman 52
yaitu:
Diantara mamfaat dan kelebihan metode takriri antara lain :
1. Untuk mengetahui letak kesalahan bacaan daalm hafalan
2. Untuk memperkokoh hafalan yang pernah dihafal
3. Sebagai peringatan (mangasah otak) bagi otak dan hafalannya
4. Untuk memantapkan hafalannya sebelum waktunya dan menyingkat
waktu
Di samping beberapa kelebihan di atas, metode takrir memiliki
beebrapa kelemahan, diantaranya:
1. Cepat lupa yang selaras dengan cepatnya hafal. Hanya saja pelajar
dapat memperbanyak baca dan melamakannya
2. Memaksa akal fikiran yang diforsir dengan banyaknya masukan
dalam waktu singkat
3. Metode ini tidak cocok bagi seluruh pelajar, seperti pelajar yang
terdiri dari anak-anak kecil, orang-orang tua atau pelajar yang terikat
dengan undang-undang atau peraturan pelajaran-pelajaran lain harus
dicerna pada waktunya.
Banyak orang yang mudah dalam menghafal, tetapi sulit untuk
dapat selalu mengulang hafalannya agar tetap terjaga. Mengulang hafalan
adalah aktifitas yang melelahkan akal, akan tetapi menghasilkan sesuatu
yang sangat cemerlang dimasa depan.(Ghozali Abbas, 2011 : hlm.23-27)
63
Dengan demikian upaya tersebut diharapkan dapat mengatasi
hambatan metode takrir dalam menghafal Al-Qur’an di Ma’had Nurul Falah
Kota Jambi. Oleh karena itu, penghambat penerapan metode takrir dalam
menghafal Al-Qur’an tidak sama antara teori dan di lapangan. Maka tidak
heran kalau upaya dan solusi yang diberikan pun tidak sama.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menyajikan uraian yang ditampilkan dalam beberapa
bagian dan menganalisis secara terpadu, maka penulis akan mengambil
kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian ini. Untuk lebih jelasnya penulis
paparkan sebagai berikut:
1. Proses penerapan metode takriri dalam meningkatkan kualitas hafalan
tahfizhul Al-Qur’an juz 30 santri kelas X XI dan XII di Ma’had Nurul
Falah Kota Jambi sudah berjalan dengan baik, walaupun tidak dipungkiri
masih ada beberapa hambatan. Hal ini berdasarkan pada adanya realita
bahwa seluruh proses menghafal Al-Qur’an menerapkan metode takrir,
serta adanya beberapa penghambat yang telah dicarikan solusinya dengan
cepat dan tepat.
2. Faktor penghambat penerapan metode takriri dalam meningkatkan kualitas
hafalan tahfizhul Al-Qur’an juz 30 santri di Ma’had Nurul Falah Kota
Jambi yaitu: pertama, santri kesulitan dalam memeneg waktu. Kedua,
kurang menyadari mamfaat metode takriri dalam menghafal Al-Qur’an,
terutama dalam kelompok Mudarosah kelompok. Ketiga, santri kurang
istiqomah dalam mentakrir hafalan yang telah dihafal.
3. Upaya untuk mengatasi penghambat penerapan metode takriri dalam
meningkatkan hafalan tahfizhul Al-Qur’an juz 30 santri kelas X XI dan
XII di Ma’had Nurul Falah Kota Jambi, yaitu:pertama, melakukan
pembenahan atau managemen waktu dengan memberi tambahan jam
kegiatan Mudarosah ba’da Asar. Kedua , memberikan pemahaman dan
motivasi tentang pentingnya metode takriri dalam menghafal Al-Qur’an
serta evaluasi hafalan Al-Qur’an setiap 1 bulan sekali. Ketiga, mengabsen
atau memberi bukti setoran yang berupa buku catatan penyetoran serta tes
penyetoran hafalannya. Dengan demikian solusi tersebut diharapkan dapat
mengatasi penghambat metode takrir dalam menghafal Al-Qur’an.
66
B. SARAN
1. Bagi Ma’had
Untuk selalu mempertahankan dan mengoptimalkan metode takrir dalam
menghafal Al-Qur’an, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw, para
sahabat, dan para ulama mutakakhirin upaya menjaga hafalan Al-Qur’an.
2. Bagi penghafal Al-Qur’an
Agar tidak mengesampingkan untuk mentakrir (mungulang) secara
istiqomah dalam menghafal Al-Qur’an, karena istiqomah dalam takrir
adalah sangat penting sesudah menghafal. Serta marilah kita bangun
kembali rasa semangat itu untuk selalu menjaga dan mengamalkan Al-
Qur’an.
3. Bagi santri
Dengan adanya metode takrir, setiap santri diharapkan benar-benar
melaksanakan dan menerapkan metode tersebut dengan istiqomah yang
baik dan sungguh-sungguh serta meningkatkan kedisiplinan dalam setoran
maupun tasmi’ berkelompok. Karena dengan adanya rasa tanggung jawab
dan disiplin dari masing-masing santri itulah dapat mengoptimalkan dari
pelaksanaan metode takrir. Dengan demikian akan tercapai apa yang
dimaksud.
4. Bagi khanazah penelitian
Agar penerapan metode takrir dalam menghafal Al-Qur’an dapat
menjadikan motivasi serta sebuah wacana terhadap khanazah keilmuan
yang saat ini maupun lingkungan lainnya. Serta perlu adanya
pengembangan penelitian lebih lanjut tentang penerapan metode takrir
dalam menghafal Al-Qur’an, sehingga nantinya membawa kesempurnaan
dari bahasan tersebut.
67
C. Kata Penutup
Dengan memanjatkan syukur al-hamdulillah, yang telah
melimpahkan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang sederhana ini, kendati cukup banyak rintangan
yang menghalang namun berkat ketekunan dan kesabaran, semuanya dapat
diatasi dengan baik dan lancar hal ini tentu saja tidak terlepas dari petunjuk
dan rahmat Allah SWT.
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan skripsi
ini banyak sekali ditemui kekurangan, baik dalam penulisan atau pemikiran,
suku kata, pembahasan yang menurut penulis bukanlah sesuatu hal yang
disengaja akan tetapi semua itu karena keterbatasan dan kemampuan penulis.
Dengan penuh harap dan rendah hati, kepada pembaca agar kiranya
dapat memberikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi
kesempurnaannya skripsi ini di masa mendatang karena tidak ada yang bisa
disempurnakan jika tidak ada yang kurang, tidak ada yang bisa dikritik jika
tak ada yang tak memberi kepuasan. Akhirnya kepada Allah jualah, penulis
meminta rahmat dan hidayahnya. Amin ya rabbal ‘alamin.
Jambi, Maret 2020
Penulis
Susi susanti
NIM.TP.161608
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Al-Qur’anulkarim & Terjemahan, Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an, 2014.
Abdul Hamid, (2017), Pengantar studi Al-Qur’an, Jakarta: Kencana
Amjad Qosim. 2008. Hafal Al-Qur’an dalam Sebulan. Solo: Qiblat Press
Armei Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.
Jakarata:Ciputat Press
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina
Aksara.
Eriman Saputra, “Metode Menghafal Al-Qur’an di Ma’had Al-Mubarak Al-Islami
Litahfidzil Qur’an Al-Karim Tahtul Yaman Kecamatan
Pelayangan”,Skripsi PAI, UIN STS:Jambi, 2018.
Fatimah Zam Zam, M.G (2017).Metode Pendidikan Islam Perspektif Hadis
Rasulallah saw.Jurnal salbilarraspad,2,71.
Fithriani Gade, (2014). Implementasi metode takrār dalam Pembelajaran
menghafal al-qur’an. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA,14 , 415-416.
Ghozali Abbas, “Penerapan Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur’an di
Pondok Pasantren Al-Mubarak Al-Islami Litahfidzil Qur’an Al-Karim
Kelurahan Tahtul Yaman”, Skripsi PAI, UIN STS : Jambi, 2011.
Indra keswara,( 2017), pengelolaan pembelajaran tahfidzul qur’an (menghafal al
qur’an) di pondok pesantren al husain Magelang. Jurnal Hanata Widya
Volume 6:63.
Lexy, J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Lilis Suryani,“Pelaksanaan Pembelajaran Tahfizhul Qur’an Di Pondok
Pasantren Jauharul Falah Al-Islamiah”, Skripsi PAI, UIN STS: Jambi,
2016
M Hanafiah Lubis, (2017). Efektifitas pembelaran tahfizhil al-quran dalam
meningkatkan hafalan santri di islamic centre sumatera utara.Jurnal
ANSIRU PAI,1,68.
Mukhtar. 2007. Pembimbing Skripsi,Tesis dan Artikel Ilmiah,Jambi: Sulthan
Thaha Press.
Nasution. 2011. Metode Research (penelitian ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara
Rofiul wahyudi, Ridhoul Wahidi. (2017), Metode Cepat Hafal Al-Qur’an saat
Sibuk Kuliyah, Yogyakarta : Semesta Hikmah.
Sa’dulloh. (2008). 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani
Samiudin, (2016). Peran Metode Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran.Jurnal
study Islam, 2,114.
Sanapiah Faisal. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : Rajagrafindo
Persada
Sudarto, (2002), Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono,(2014), Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D), Bandung: Alfabeta
Zaki Zamani, Syukron Maksum. (2014). Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an.
Yogyakarta: Al-Barokah
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
(IPD)
A. PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Historis dan Geografis Ma’had Nurul Falah Kota Jambi
2. Struktur Organisasi Ma’had Nurul Falah Kota Jambi
3. Jumlah Tenaga pengajar dan Santri Ma’had Nurul Falah Kota Jambi
4. Sarana dan Prasarana Ma’had Nurul Falah Kota Jambi
5. Visi dan Misi Ma’had Nurul Falah Kota Jambi
B. PEDOMAN OBSERVASI
1. Pelaksanaan pembelajaran Tahfizhul Qur’an
2. Materi pembelajaran Tahfizhul Qur’an
3. Waktu dan tempat pelaksanaan metode Takriri
4. Langkah-langkah dalam penerapan metode Takriri
5. Proses penerapan metode Takriri
6. Hambatan dan pendudukung penerapan metode Takriri
7. Solusi dalam mengatasi hambatan penerapan metode Takriri
8. Evaluasi dan penerapan metode Takriri
C. PEDOMAN WAWANCARA
1. Pimpinan Ma’had
a. Bagaimana sejarah berdirinya Ma’had Nurul Falah?
b. Apa visi dan misi Ma’had Nurul Falah?
c. Bagaimana bentuk struktur organisasi kepengurusan Ma’had Nurul
Falah?
d. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki Ma’had Nurul Falah
saat ini dan bagaimana keadaannya?
e. Berapa jumlah tenaga pengajar atau Ustadz dan Ustadzah di Ma’had
Nurul Falah?
f. Siapa saja yang dilibatkan dalam kepengurusan Ma’had Nurul
Falah?
g. Berapa jumlah Santri dan Santriwati di Ma’had Nurul Falah?
h. Alasan kenapa kegiatan Tahfizh dijadikan salah satu program wajib
di Ma’had Nurul Falah?
i. Selain dari program Tahfizh, program apa saja yang di terapkan di
Ma’had Nurul Falah?
j. Apa saja prestasi yang sudah dicapai oleh santri, khusus nya yang
bersangkutan dengan Tahfizhul Qur’an?
2. Guru/Ustadz dan Ustdzah
a. Kapan waktu proses pembelajaran Tahfizhul Qur’an di Ma’had
Nurul Falah?
b. Bagaimana penerapan metode takriri dalam meningkatkan kualitas
hafalan Tahfizhul Qur’an yang diterapkan di Ma’had Nurul Falah?
c. Bagaimana cara guru memberi evaluasi terhadap hafalan yang sudah
dicapai pada santri?
d. Bagaimana antusias santri selama penerapan metode takrir dalam
menghafal?
e. Apa kendala yang sering ditemui santri dalam menerapkan metode
takrir?
f. Bagaimana upaya mengatasi kendala dalam penerapan metode
takrir?
g. Apa saja yang dilakukan pengurus atau Ustadz supaya santri selalu
menjaga hafalannya?
3. Santri
a. Bagaimana cara santri menghafal?
b. Bagaimana cara membagi waktu antara menghafal dan mengulang
hafalan?
c. Apa pandangan santri dengan diterapkannya metode takrir dalam
menghafal Al-Qur’an di Ma’had Nurul Falah?
d. Apa kendala yang dominan dalam menghafal dan mentakrir
(mengulang) hafalan?
e. Apa sebab tidak istiqomah dalam menerapkan takrir?
DAFTAR INFORMAN
NO NAMA KELAS
JUMLAH HAFALAN
1 Ari Gusmansyah XII Tuntas Juz 30
2 Dwi Yar Peka XI Annas-Al-Buruj
3 Ilhamsyah XII Annas-Al-Buruj
4 Misnawati XII Tuntas Juz 30
5 Pela Andika Sari XI Annas-Al-fajr
6 Restu X Annas-Al-Ghosyiyah
7 Rizki Amanda XI Annas-Al-Buruj
DAFTAR RESPONDEN
No NAMA JABATAN
1 Hendra, M.Pd.I Pimpinan Ma’had
2
Drs.Rd.H Muhammad
Jangcik Ja’far
Pengasuh Ma’had
3 Yunus Pengurus
4 Wawan Pengurus
5 Susi Susanti Pengurus
6 Nadia Pengurus
(Dokumentasi: wawancara dengan pimpinan Ma’had Nurul Falah 2020)
(Poto wawancara dengan pimpinan Ma’had Nurul Falah 2020)
(Poto Wawancara dengan pengasuh Ma’had Nurul Falah 2020)
(Poto wawancara dengan santriwati Ma’had Nurul Falah 2020)
(Poto wawancara dengan santriwati Ma’had Nurul Falah 2020)
(Buku setoran santri 2020)
(Buku setoran santri 2020)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Susi Susanti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat /tgl Lahir : Batu Kerbau 07 Mei 1997
Alamat Asal : Ds. Batu Kerbau Kec. Pelepat Kab. Bungo Prov.
Jambi
Alamat Sekarang : Simpang Rimbo Kota Jambi
Alamat Email : [email protected]
No. Kontak : 0853-8454-2390
Pendidikan Formal
1. SD, tahun tamat : SD NO 63/II Batu Kerbau, 2009
2. SMP, tahun tamat : SMP Negeri 6 Pelepat, 2013
3. MA, tahun tamat : M.A Nurul Falah Kota Jambi, 2016
Motto
Jambi, 13 Maret 2020
Penulis
SUSI SUSANTI
TP.161608