pengk muskulo untuk bahan ajar kmb iii

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal berkisar dari pemeriksaan dasar kemampuan fungsional sampai pemeriksaan fisik lanjut. Hal ini akan membantu dalam menegakkan diagnosa kelainan khusus tulang, otot dan sendi. Pengkajian ini juga meliputi evaluasi dampak masalah muskuloskeletal terhadap pasien. Kedalaman pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan serta semua petunjuk fisik yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pengkajian muskuloskeletal biasanya terintegrasi dengan pemeriksaan fisik rutin, namun dapat juga dilakukan sebagai pengkajian terpisah. Tehnik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengetahui integritas tulang, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan dan kemampuan pasien melakukan aktifitas sehari-hari. Pemeriksaan ini juga berhubungan dengan sistem saraf dan kardiovaskuler. Bila terdapat gejala yang khas terhadap gangguan muskuloskeletal sebaiknya pemeriksa melakukan dokumentasi yang cermat terhadap informasi tersebut. Integritas sistem muskuloskeletal sangat penting bagi manusia untuk bergerak dengan bebas dan merawat diri mereka sendiri. Gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan 1

Upload: rezky-amalia-arta

Post on 03-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengkajian muskuloskeletal ini di gunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran kmb III agar mempermudah dalam menentukan suatu diagnosa

TRANSCRIPT

Page 1: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal berkisar dari

pemeriksaan dasar kemampuan fungsional sampai pemeriksaan fisik lanjut. Hal ini akan

membantu dalam menegakkan diagnosa kelainan khusus tulang, otot dan sendi.

Pengkajian ini juga meliputi evaluasi dampak masalah muskuloskeletal terhadap pasien.

Kedalaman pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan serta

semua petunjuk fisik yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Pengkajian muskuloskeletal biasanya terintegrasi dengan pemeriksaan fisik rutin,

namun dapat juga dilakukan sebagai pengkajian terpisah. Tehnik inspeksi dan palpasi

dilakukan untuk mengetahui integritas tulang, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan

dan kemampuan pasien melakukan aktifitas sehari-hari. Pemeriksaan ini juga

berhubungan dengan sistem saraf dan kardiovaskuler. Bila terdapat gejala yang khas

terhadap gangguan muskuloskeletal sebaiknya pemeriksa melakukan dokumentasi yang

cermat terhadap informasi tersebut.

Integritas sistem muskuloskeletal sangat penting bagi manusia untuk bergerak dengan

bebas dan merawat diri mereka sendiri. Gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan

ketidaknyamanan seperti kerusakan ligamen sampai ke keadaan yang mengancam

kehidupan seperti distropi muscular, oleh karena itu perawat sebaiknya memberikan

perhatian lebih pada lokasi dimana terjadi ketiadaan atau keterbatasan gerakan untuk

menentukan tingkat ketidakmampuan pasien dalam beraktivitas..

B. Tujuan

1. Menggambarkan pengkajian fisik dalam mendiagnosis disfungsi muskuloskeletal .

2. Menguraikan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium ynag digunakan untuk

mengkaji sistem muskuloskeletal .

3. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang lazim pada gangguan muskuloskeletal.

1

Page 2: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

BAB II

PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

A. DATA SUBJEKTIF

1. Keluhan Utama

1.1. Persendian

1.1.1. Nyeri

Nyeri adalah masalah yang paling umum dari gangguan muskuloskeletal. Penting

untuk mengetahui lokasi dari nyeri, kualitas maupun tingkat keparahannya dan

waktu terjadinya nyeri. Disamping itu perlu diperoleh informasi mengenai

kondisi yang memperberat maupun yang meringankan keluhan. Termasuk juga

apakah ada keluhan lain yang menyertai nyeri seperti demam dan sakit

tenggorokan.

2. Kekakuan

Pada penyakit rheumatoid arthritis, kekakuan pada persendian biasanya terjadi

pada pagi hari dan setelah periode istirahat.

1.1.3. Pembengkakan, panas dan kemerahan pada sendi

Keluhan ini dikaji untuk mengetahui apakah terdapat inflamasi akut

1.1.4. Keterbatasan gerak

Penurunan rentang gerak biasanya muncul pada masalah persendian

1.2.Otot

1. Nyeri

Nyeri pada otot biasanya dirasakan seperti “KRAM” atau kejang pada otot

2.2. Kelemahan Otot

Perlu diketahui lama terjadinya keluhan, lokasi apakah terdapat distropi pada otot

tersebut. Kelemahan Otot dapat diindikasikan sebagai adanya gangguan

muskuloskeletal atau neurology.

2

Page 3: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

1.3. Tulang

1.3.1. Nyeri

Pada fraktur karakteristik nyeri tajam dan keluhan semakin parah jika ada

pergerakan. Meskipun demikian keluhan nyeri pada tulang biasanya tumpul dan

dalam yang juga mengakibatkan gangguan pergerakan.

1.3.2. Deformitas

Keluhan ini dapat terjadi karena trauma dan juga mempengaruhi rentang gerak.

Ini perlu dikaji dengan lebih teliti dan data yang terkait dengan waktu terjadinya

trauma serta penanganan yang dilakukan perlu diidentifikasi secara cermat.

1.4. Pengkajian Fungsional

Pengkajian ini terkait dengan kemampuan pasien dalam melakukana aktivitas

sehari-hari ( ADL ). Yang meliputi personal hygiene, eliminasi berpakaian dan

berhias, makan kemampuan mobilisasi serta kemampuan berkomunikasi.

2. Riwayat Kesehatan dan Pengobatan

2.1.Tanyakan pada klien mengenai masalah kesehatan yang pernah dialaminya,

khususnya yang terkait dengan ganguan muskuloskeletal. Informasi ini akan

memberi data dasar pada saat pemeriksaan fisik. Misalnya cedera yang pernah

dialami klien mungkin akan mempengaruhi nilai rentang gerak pada persendian dan

ekstremitas pada saat dilakukan pemeriksaan fisik. Demikian juga nyeri persendian

yang terjadi setelah menderita penyakit kerongkongan yang mungkin

mengindikasikan adanya demam rhematik.

2.2. Data tentang imunisasi juga diperlukan ( tetanus dan polio ), karena kekakuan pada

persendian maupun kejang pada otot dapat juga disebabkan oleh tetanus dan polio.

Kondisi seperti ini hampir mirip dengan arthritis.

2.3. Pada wanita paruh baya perlu juga ditanyakan mengenai riwayat menopause serta

apakah pasien tersebut mendapat terapi estrogen pengganti atau tidak. Wanita yang

3

Page 4: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

mengalami menopause lebih awal biasanya berisiko menderita osteoporosis karena

penurunan kadar estrogen dalam tubuh yang mengakibatkan penurunan kepadatan

tulang.

2.4. Selain penyakit muskuloskeletal, adanya penyakit lain seperti DM, anemia dan

sistemik lupus eritematosus, juga perlu dikaji. Karena hal ini juga dapat menjadi

resiko terjadinya masalah muskuloskeletal seperti osteoporosis dan osteomyelitis.

3. Riwayat Keluarga

Dapatkan informasi mengenai penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga

seperti riwayat rheumatoid arthritis, gout atau osteoporosis. Kondisi ini cenderung terjadi

pada hubungan keluarga.

4. Riwayat Sosial

Hal- hal yang dikaji disini meliputi pekerjaan yang berisiko terhadap terjadinya

gangguan muskuloskeletal. Termasuk juga aktivitas yang rutin dilakukan, pola diet/

kebiasaan mengkonsumsi makanan maupun minuman keras, berat badan, serta

penanganan yang biasanya dilakukan jika terdapat keluhan.

Overfield (1995) dalam Weber menyatakan bahwa pria memiliki tulang yang lebih

padat setelah pubertas dan orang kulit hitam mempunyai tulang yang lebih padat dari

orang kulit putih. Ia juga menyebutkan bahwa orang Cina, Jepang, dan Eskimo memiliki

kepadatan tulang yang lebih rendah dari pada orang kulit putih, tetapi pada wanita

Polynesia kepadatan tulangnya 20 % lebih tinggi dari wanita kulit putih.

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

1. 1. Persiapan klien

Persiapkan ruangan senyaman mungkin. Berikan informasi yang jelas kepada

klien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, bila perlu

4

Page 5: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

didemonstrasikan terlebih dulu mengenai gerakan yang akan dilakukan.

Beberapa posisi mungkin mengakibatkan ketidaknyamanan pada klien , oleh

karena itu hindarkan aktivitas yang tidak perlu dan berikan periode istirahat

pada waktu pemeriksaan jika diperlukan. Pencahayaan yang baik pada di

ruangan pemeriksaan juga sangat penting.

1.2. Inspeksi

Observasi kulit dan jaringan terhadap adanya perubahan warna, pembengkakan,

massa, maupun deformitas. Catat ukuran dan bentuk dari persendian.

Pembengkakan yang terjadi dapat dikarenakan adanya cairan yang berlebih

pada persendian, penebalan lapisan sinovial, inflamasi dari jaringan lunak

maupun pembesaran tulang. Deformitas yang terjadi termasuk dislokasi,

subluksasi, kontraktur ataupun ankilosis. Perhatikan juga postur tubuh dan

gaya berjalan klien, misalnya gaya berjalan spastik hemiparese ditemukan pada

klien stroke, tremor pada klien parkinson, dan gaya berjalan pincang. Jika klien

berjalan pincang, maka harus diobservasi apakah hal tersebut terjadi oleh

karena kelainan organik pada tubuh sejak bayi atau oleh karena cedera

muskuloskeletal. Untuk dapat membedakannya dengan melihat bentuk

kesimetrisan pinggul, bila tidak simetris artinya gaya berjalan bukan karena

cedera muskuloskeletal.

Gambar 1. Gambaran Postur Tubuh Abnormal

A. Kiposis B. Skoliosis C. Lordosis

5

Page 6: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

1.3. Palpasi

Lakukan palpasi pada setiap sendi termasuk keadaan suhu kulit, otot,

artikulasi dan area pada kapsul sendi. Normalnya sendi tidak teraba lembek

pada saat dipalpasi, demikian juga pada membran sinovial. Dan dalam jumlah

yang sedikit, cairan yang terdapat pada sendi yang normal juga tidak dapat

diraba. Apabila klien mengalami fraktur, kemungkinan krepitasi dapat

ditemukan, tetapi pemeriksaan ini tidak dianjurkan karena dapat memperberat

rasa nyeri yang dirasakan klien.

1.4. Rentang Gerak ( ROM )

o Buatlah tiap sendi mencapai rentang gerak normal penuh ( seperti pada

tabel 2 ). Pada kondisi normal sendi harus bebas dari kekakuan,

ketidakstabilan, pembengkakan, atau inflamasi.

o Bandingkan sendi yang sama pada kedua sisi tubuh terhadap keselarasan.

o Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing kelompok

sendi otot mayor yang berhubungan.

o Jangan paksa sendi bergerak ke posisi yang menyakitkan.

o Beri klien cukup ruang untuk menggerakkan masing-masing kelompok

otot sesuai rentang geraknya.

o Selama pengkajian terhadap rentang gerak, kekuatan dan tegangan otot ,

inspeksi juga memgenai adanya pembengkakan, deformitas, dan kondisi

dari jaringan sekitar, palpasi atau observasi terjadinya kekakuan,

ketidakstabilan, gerakan sendi yang tidak biasanya, sakit,nyeri, krepitasi

dan nodul-nodul.

o Bila sendi tampak bengkak dan inflamasi, palpasilah kehangatannya.

o Selama pengukuran rentang gerak pasif, minta klien agar rilek dan

memungkinkan pemeriksa menggerakkan sendi secara pasif sampai akhir

rentang gerak terasa. Pemeriksa membandingkan rentang gerak aktif dan

pasif yang harus setara untuk masing-masing sendi dan diantara sendi-

6

Page 7: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

sendi kontralateral. Dalam keadaan normal dapat bergerak bebas

tanpa sakit atau krepitasi.

o Bila diduga terjadi penurunan gerakan sendi, gunakan sebuah goniometer

untuk pengukuran yang tepat mengenai derajat gerakan. ( Caranya

tempatkan goniometer pada tengah siku dengan lengan melebar

disepanjang lengan bawah dan lengan atas klien. Setelah klien

memfleksikan lengan, goniometer akan mengukur derajat fleksi sendi).

o Ukur sudut sendi sebelum rentang gerak sendi secara penuh atau pada

posisi netral dan ukur kembali setelah sendi bergerak penuh. Bandingkan

hasilnya dengan derajat normal gerakan sendi.

o Tonus dan kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang gerak

sendi.

o Tonus dideteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rilek secara pasif

digerakkan melalui rentang geraknya. Tonus otot normal menyebabkan

tahanan ringan dan data terhadap gerakan pasif selamanya rentang

geraknya.

o Periksa tiap kelompok otot untuk mengkaji kekuatan otot dan

membandingkan pada kedua sisi tubuh. Caranya minta klien membentuk

suatu posisi stabil. Minta klien untuk memfleksikan otot yang akan

diperiksa dan kemudian menahan tenaga dorong yang dilakukan

pemeriksa terhadap fleksinya . Periksa seluruh kelompok otot mayor.

Bandingkan kekuatan secara bilateral, dalam keadaan normal kekuatan

otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tenaga dorong, lengan

dominan mungkin sedikit lebih kuat dari lengan yang tidak dominan.

o Bersamaan dengan tiap manuver : minta klien membentuk suatu posisi

kuatnya. Berikan peningkatan tenaga dorong secara bertahap terhadap

kelompok otot.

o Klien menahan dorongan dengan usaha untuk menggerakkan sendinya

berlawanan dengan dorongan tersebut.

7

Page 8: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

o Klien menjaga tahanan tersebut agar tetap ada sampai diminta untuk

menghentikannya.

o Sendi seharusnya bergerak saat pemeriksa memberi variasi kekuatan

tenaga dorong terhadap kelompok otot tersebut.

o Bila kelemahan otot terjadi, periksa ukuran otot dengan menempatkan

pita pengukur di sekitar lingkar otot tubuh tersebut dan

membandingkannya dengan sisi yang berlawanan.

Gambar 2. Teknik penggunaan Goniometer

Tabel 1. Terminologi untuk posisi rentang gerak sendi normal

Istilah Rentang Gerak Contoh Sendi

Fleksi Gerakan memperkecil sudut antara dua tulang yang menyatu ;

penekukan ekstremitas

Siku, jari dan lutut

Ekstensi Gerakan mempesar sudut antara dua tulang yang menyatu Siku, jari dan lutut

Hiperekstensi Gerakan bagian-bagian tubuh melebihi batas normal posisi Kepala

8

Page 9: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

ekstensinya

Pronasi Permukaan depan atau ventral bagian tubuh menghadap ke

bawah

Tangan dan lengan

bawah

Supinasi Permukaan depan atau ventral bagian tubuh menghadap ke atas Tangan dan lengan

bawah

Abduksi Gerakan ekstremitas menjauh dari garis tengah tubuh Tungkai, lengan dan

jari

Adduksi Gerakan ekstremitas ke arah garis tengah tubuh Tungkai, lengan dan

jari

Rotasi

internal

Rotasi sendi ke arah dalam Lutut dan panggul

Rotasi

eksternal

Rotasi sendi ke arah luar Lutut dan panggul

Eversi Pembalikan bagian tubuh menjauh dari garis tengah Telapak kaki

Inversi Pembalikan bagian tubuh ke arah garis tengah Telapak kaki

Dorsifleksi Fleksi dari telapak kaki dan jari-jarinya ke atas Telapak kaki

Plantar fleksi Penekukan telapak kaki dan jari-jarinya ke bawah Telapak kaki

Sumber : Potter, Patricia A, Pocket guide to health assessment, hal.345.

Tabel 2. Rentang Gerak Sendi Normal

Anggota

Tubuh

Gerakan Pengukuran

Rahang Membuka dan menutup rahang

Gerakkan rahang dari sisi ke sisi

Gerakkan rahang ke depan

Mampu memasukkan

tiga jari

Sisi dasar gigi tumpang

tindih dengan puncak sisi

gigi.

Puncak gigi jatuh di

belakang gigi bawah

Leher Menyentuh dagu ke sternum

Ekstensi leher dengan dagu mengarah ke atas

Menekuk leher secara lateral

Rotasi leher dengan telinga mengarah ke dada

Fleksi 70o – 90o

Hiperekstensi 55o

Penekukan lateral 35o

Rotasi 70o ke kiri dan ke

kanan.

9

Page 10: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Tulang

Belakang

Menekuk ke depan pada pinggang

Menekuk ke belakang

Menekuk ke tiap sisi

Fleksi 75o

Ekstensi 30o

Penekukan lateral 35o

Bahu Abduksi lengan lurus ke atas

Adduksi lengan ke arah garis tengah tubuh

Abduksi lengan secara horizontal lurus dengan lantai ;

tarik lengan ke belakang ke arah tulang belakang dan ke

depan menyilang terhadap dada

Fleksi ke depan atau elevasi dengan lengan lurus

Ekstensi ke belakang dengan lengan lurus

Abduksi 180o

Adduksi 45o

Ekstensi horizontal 45o

Fleksi horizontal 130o

Fleksi 180o

Ekstensi 60o

Siku Ekstensi lengan bawah ke batas terjauh normal

Fleksi lengan bawah ke arah bisep

Hiperekstensi lengan di luar batas normalnya

Supinasi lengan bawah

Pronasi lengan bawah

Ekstensi 150o

Fleksi 150o

Hiperekstensi 0o - 10o

Supinasi 90o

Pronasi 90o

Pergelangan

Tangan

Fleksi pergelangan ke arah lengan bawah

Fleksi pergelangan ke arah belakang

Simpangkan secara lateral pergelangan ke arah radial

Simpangkan lateral pergelangan ke arah ulnar

Fleksi 80o - 90o

Ekstensi 70o

Penyimpangan ke arah

radial 20o

Penyimpangan ke arah

ulnar 30o - 50o

Jari-jari Fleksikan jari-jari membentuk sebuah kepalan kemudian

Ekstensikan sampai datar

Buka jari-jari sampai terpisah

Silangkan jari-jari bersamaan

Oposisi – setiap jari mampu menyentu ibu jari

Fleksi 80o- 100o

( bervariasi tergantung

pada sendinya )

Ekstensi 0o - 45o

Abduksi antara jari-jari 20o

Abduksi ( jari-jari

bersentuhan )

Meliputi abduksi, rotasi

dan fleksi.

Panggul Naikkan tungkai dengan lutut lurus Fleksi 90o

10

Page 11: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Naikkan tungkai dengan lutut fleksi

Berbaring tengkurap, ekstensikan tungkai lurus ke

belakang

Abduksi sebagian tungkai yang fleksi ke arah luar

Adduksi sebagian tungkai yang fleksi ke arah dalam

Fleksi lutut dan ayunkan kaki menjauhi garis tengah

Fleksi lutut dan ayun kaki ke arah garis tengah

Fleksi 110o - 120o

Ekstensi 30o

Abduksi 45o - 50o

Adduksi 20o - 30o

Rotasi internal 35o- 40o

Rotasi eksternal 45o

Lutut Fleksi lutut dengan betis menyentuh paha

Ekstensikan lutut di luar batas normal ekstensinya

Putar lutut dan tungkai bawah ke arah garis tengah

Fleksi 130o

Hiperekstensi 15o

Rotasi internal 10o

Tumit Dorsifleksikan kaki dengan ibu jari mengarah ke kepala

Plantar kaki fleksi dengan ibu jari mengarah ke bawah

Putar balik kaki menjauh dari garis tengah

Putar balik kaki mengarah ke garis tengah

Dorsifleksi 20o

Plantar fleksi 45o

Eversi 20o

Inversi 30o

Ibu Jari Lekukan ibu jari kaki di bawah telapak kaki

Angkat ibu jari ke atas

Ibu jari kaki diregangkan

Fleksi 35o-60o

Ekstensi 0o- 90o

Bervariasi

Sumber : Potter, Patricia A, Pocket guide to health assessment, hal.346-348.

1.5. Tes kekuatan otot

Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggerakkan tiap

ekstremitas ( pergerakan penuh ) dalam menahan tahanan. Lakukan tindakan ini

dengan menggunakan beberapa tahanan yang bervariasi. Apabila klien tidak

mampu melakukan gerakan untuk melawan tahanan yang diberikan pemeriksa,

maka klien untuk meggerakan ekstremitas dalam melawan gravitasi. Jika hal ini

tidak dapat dilakukan, usahakan/ bantu klien untuk melakukan rentang gerak secara

pasif. Apabila cara ini juga tidak berhasil, maka perhatikan dan rasakan ( palpasi )

kontraksi otot pada saat klien berusaha menggerakkannya.

Gambar 3. Teknik Pemeriksaan Kekuatan Otot

11

Page 12: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Dokumentasikan skala ini dengan menggunakan skala berikut :

12

Page 13: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Tabel 3. Skala kekuatan otot

Skala Gambaran Persentasi

normal

Klasifikasi

5 Gerakan aktif, dapat melawan tahanan penuh 100 Normal

4 Gerakan aktif, hanya dapat menahan sebagian

tahanan

75 Kelemahan ringan

3 Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi 50 Cukup/ kelemahan

sedang

2 Rentang gerak ( ROM ) pasif 25 Buruk

1 Hanya terdapat kontraksi otot 10 Sangat buruk

( Kelemahan berat )

0 Tidak terdapat kontraksi otot 0 Paralisis

Umumnya penulisan kekuatan otot di institusi kesehatan menggunakan tanda atau

symbol : 4444 3333

5555 2222

Arti tanda tersebut adalah :

o Nilai kekuatan otot yang berada di sebelah kanan atas garis ( 4444)

menunjukkan kekuatan otot ekstremitas kanan bagian atas, sedangkan yang di

sebelah kiri atas (3333) menunjukan kekuatan otot ekstremitas kiri bagian atas.

o Nilai kekuatan otot yang berada di sebelah kanan bawah garis (5555)

menunjukkan kekuatan otot ekstremitas kanan bagian bawah, sedangkan yang di

sebelah kiri bawah (2222) menunjukan kekuatan otot ekstremitas kiri bagian

bawah.

o Nilai horizontal yang terjauh dengan garis menunjukkan kekuatan otot dari

persendian yang terdistal dari organ yang diuji.

Pada beberapa klien biasanya mengalami pergerakan yang lebih lambat dan

penurunan kekuatan otot yang diakibatkan oleh degenerasi serabut otot dan sendi

serta penurunan elastisitas dari tendon.

Hal yang perlu diperhatikan :

13

Page 14: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

- Jangan paksa organ tubuh/ ekstremitas untuk melakukan gerakan normal.

Hentikan gerakan pasif apabila klien merasa nyeri atau tidak nyaman. Lakukan

pemeriksaan dengan hati-hati khususnya pada pasien lanjut usia.

- Pada saat membandingkan kekuatan otot dengan ekstremitas lainnya, biasanya

otot ekstremitas yang lebih dominan cenderung lebih kuat.

1.6. Pemeriksaan Phalen ( Phalen’s test )

Minta klien untuk melakukan fleksi 90o pada kedua pergelangan tangan, dan kedua

punggung tangan saling merapat ( bersentuhan ). Pertahankan posisi ini selama 60

detik. Normal tidak ada keluhan, tetapi pada “ Carpal Tunnel Syndrome “, tangan

akan kebas dan terasa seperti terbakar.

1.7. Tanda Tinel ( Tinel’s Sign )

Lakukan perkusi langsung pada nervus yang berada di bagian tengah dari

pergelangan tangan. “ Tinel’s Sign “ positif apabila sewaktu perkusi dilakukan

klien merasa seperti terbakar ataupun merasa geli pada area pergelangan tangan,

dan sekitarnya. Ini juga dapat ditemukan pada “ Carpal Tunnel Syndrome “.

1.8. Tanda bulge ( Bulge Sign )

Lakukan gerakan (seperti masase) dengan agak kuat pada bagian medial paha

bagian dalam ke arah lutut lebih kurang 2-3 kali, kemudian tahan. Tangan yang

lain menahan pada sisi yang berlawanan. Perhatikan bagian tengah dari lutut pada

daerah yang agak cekung terhadap adanya tonjolan yang jelas dari gelombang

cairan. Normalnya tonjolan tersebut tidak ada ( “Bulge Sign” negative ).

1.9. Pemeriksaan ballotemen

Pemeriksaan ini dapat digunakan apabila terdapat sejumlah cairan pada area patela.

Gunakan tangan kiri untuk menekan rongga suprapatelar. Dengan jari tangan kanan

dorong patella dengan tajam kea rah femur. Apabila tidak terdapat cairan maka

patella yang terdorong akan kembali ke posisi semula.

14

Page 15: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

1.10. Pemeriksaan McMurray ( McMurray’s test )

Pemeriksaan ini dilakukan apabila klien melaporkan adanya riwayat trauma yang

diikuti dengan rasa nyeri pada lutut dan kesulitan dalam menggerakkannya. Klien

dibaringkan dengan posisi supine, dan pemeriksa berdiri di sisi klien pada bagian

yang akan diperiksa. Sokong tumit kaki dan fleksikan lutut dan pinggul. Tangan

yang lain memegang lutut. Kemudian rotasikan kaki dari dalam ke luar dan

sebaliknya, lalu sambil menahan tumit kaki dan memegang lutut dorong tumit

tersebut kea rah kepala. Setelah itu secara perlahan lutut diluruskan. “McMurray’s

test” positif apabila terdengar atau terasa bunyi “klik“ pada lutut. Normalnya kaki

dapat diluruskan kembali dengan lembut tanpa kekakuan dan tanpa nyeri.

Gambar 4. Teknik Pemeriksaan McMurray’s

1.11. Pemeriksaan LaSegue ( LaSegue’s test )

Berikan posisi supine pada klien, kemudian angkat salah satu tungkai bawah dan

tungkai yang lain tetap lurus di atas tempat tidur. Lalu dorsofleksikan telapak/

pergelangan kaki. Dilakukan pada kedua kaki secara bergantian. Hasilnya positif

apabila klien mengeluhkan nyeri sewaktu pemeriksaan. Keluhan ini biasanya

terjadi pada hernia nucleus pulposus ( HNP )

2 Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium

15

Page 16: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

2.1. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada sistem musculoskeletal dapat digunakan sebagai

pendukung untuk menegakkan diagnosa penyakit pasien. Adapun pemeriksaan ini

meliputi:

2.1.1. Bone X-Ray

X-Ray merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran

kondisi keadaan tulang sesorang, apakah ada fraktur, infeksi tulang seperti

osteomiletis, kelainan bawaan, destruksi sendi pada klien arthritis, osteoporosis

tahap lanjut atau tumor baik fase awal atau yang telah metastase.

Gambaran X-Ray pada klien osteoporosis tampak terjadi dimineralisasi yang

ditunjukkan dengan adanya radiolusensni tulang, vertebra torakalis berbentuk baji

sedangkan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.

Selain itu, dengan X-Ray juga dapat memonitor perkembangan penyembuhan

fraktur. Film radiograpis dapat memperlihatkan adanya cairan sendi, pembengkakan

dan kalsifikasi jaringan lunak .

Bila ditemukan tanda kalsifikasi pada jaringan lunak dapat menunjukkan adanya

peradangan kronis yang merubah bursa atau tendon di area tersebut, karena X-Ray

tidak mampu melihat secara langsung keaadaan kartilago dan tendon, begitu juga

fraktur kartilago, sprain, cedera ligamentum.

Umumnya untuk mendapatkan gambaran yang akurat diperlukan dua sudut yang

berbeda, yaitu anterior-posterior dan lateral.

Sebelum dilakukan pemeriksaan X-Ray ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

oleh seorang perawat, antara lain :

Menjelaskan tujuan dan gambarn prosedur tindakan.

Tidak perlu puasa atau pemberian sedasi, kecuali bila diperlukan.

16

Page 17: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Bagi anak-anak, umumnya merasa takut dengan peralatan yang besar dan asing

serta ia merasa terisolasi dari orang tuanya, pastikan pada bagian radiology

kemungkinan orang tua dapat mendampiringi anaknya pada saat prosedur.

Informasikan pada klien, prosedur ini tidak menyebabkan rasa nyeri, tetapi

mungkin merasa kurang nyaman terhadap papan pemeriksaan yang keras dan

dingin.

Sokong dengan hati-hati bagian yang cidera dengan cara memegang

ekstremitas dengan lembut pada papan pemeriksaan.

Lindungi testis, ovarium, perut ibu hamil dengan pelindung khusus terhadap

radiasi selama prosedur.

2.1.2. CT-Scan

Computed Tomography digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan luasnya cedera

yang sulit teridentifikasi oleh pemeriksaan lain. Sehingga CT Scan mempunyai tujuan

untuk mengevaluasi cedera ligament, tendon dan tulang serta dapat mengetahui adanya

tumor secara spesifik.

Bagi klien yang diamputasi pemeriksaan ini berfungsi untuk mengidentifikasi lesi

neoplastik , osteomielitis dan pembentukan hematoma.

Pemeriksaan ini dapat atau tidak menggunakan zat kontras. Waktu yang digunakan

kurang lebih 60 menit.

Yang perlu diperhatikan oleh perawat selama prosedur pelaksanaan adalah :

Jelaskan tujuan dan gambaran tindakan, seperti klien akan

dibaringkan di medan

magnet, kemudian dimasukkan dalam sebuah tabung.

Informasikan pada klien, prosedur ini tidak menyebabkan rasa nyeri, tetapi

mungkin merasa kurang nyaman terhadap papan pemeriksaan yang keras dan

dingin.

Anjurkan klien melepas semua bahan metal seperti : ikat pinggang,

arloji, kartu

17

Page 18: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

kredit, karena ini akan mempengaruhi hasil scaning dan medan magnet dapat

merusak fungsi benda-benda tersebut.

Informasikan bahwa perubahan posisi dapat menyebabkan

perubahan hasil scan.

Sehingga anak-anak sering diberikan obat penenang sebelum prosedur dilakukan.

2.1.3. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ).

MRI merupakan teknik scaning diagnostic yang non invasive dan menggunakan medan

magnet. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi tentang tulang, sendi , kartilago,

ligament dan tendon. Klien dengan keluhan nyeri leher dan pinggang dapat diketahui

dengan MRI untuk melihat kemungkinan adanya herniasi.

Kelebihan dari MRI adalah klien tidak terpapar oleh ion-ion radiasi. MRI penting dalam

pengkajian untuk mengetahui perbaikan dari suatu pembedahan ortopedik.

Hal yang perlu diperhatikan perawat pada pemeriksaan MRI ini adalah :

Tidak ada pembatasan input baik makan maupun minum sebelum

tindakan.

Jelaskan tujuan dan gambaran tindakan, seperti klien akan

dibaringkan di medan magnet, kemudian dimasukkan dalam sebuah tabung.

Kemungkinan klien merasakan keidaknyamanan seperti pusing,

tingling pada gigi yang mengandung tambalan metal. Sebenarnya klien yang

menggunakan implant logam tidak dianjurkan untuk MRI.

Anjurkan klien melepas semua bahan metal seperti : ikat pinggang,

arloji, kartu kredit, karena ini akan mempengaruhi hasil scaning dan medan

magnet dapat merusak fungsi benda-benda tersebut.

Bagi klien claustrophobia mungkin merasa takut berada di tabung

yang tertutup oleh karena itu perlu penjelasan dan bila memungkinkan mesin

tidak ditutup.

Informasikan bahwa perubahan posisi dapat menyebabkan

perubahan hasil scan. Sehingga anak-anak sering diberikan obat penenang

sebelum prosedur dilakukan.

18

Page 19: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Didalam tabung pemeriksaan, klien akan mendengarkan suara

mesin yang mungkin membuat rasa tidak nyaman atau takut. Sehingga salah satu

solusinya

klien dapat mengunakan earplug atau di ruang tersebut diperdengarkan alunan

musik.

Untuk kenyamanan, anjurkan klien mengosongkan bladder

sebelum

pemeriksaan.

Pemeriksaan ini memerlukan waktu 30 – 90 menit.

Kontraindikasi MRI adalah :

Klien obesitas ( BB > 150 kg ) karena meja pemeriksaan tidak mampu

menyokong berat badan klien.

Klien yang memakaki implant logam seperti : pacemaker, infuse pum, implant

telinga dalam, klien ortopedik dengan pemasangan screw dan plat, karena

magnet logam tersebut dapat memindahkan ion magnet ke tubuh klien dan

dapat menimbulkan cedera.

2.1.4. Angiography

Merupakan teknik pemeriksaan untuk mengetahui kondisi struktur vaskuler.

Arteriografi dilakukan dengan cara memasukkan zat kontras radioopak melalui

arteri. Setelah diinjeksi area tersebut di foto rongent. Hal ini untuk mengetahui

sirkulasi/ perfusi jaringan apakah masih baik atau buruk. Biasanya dilakukan untuk

mengetahui perfusi jaringan pada area yang akan diamputasi.

Setelah dilakukan tindakan klien dianjurkan untuk istirahat kurang lebih 12 – 24 jam

dan dibebat elastis guna mencegah terjadinya perdarahan paska injeksi.

2.1.5. Atroscopy

Dapat digunakan untuk mengetahui adanya robekan pada kapsul sendi atau ligament

penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul, pergelangan tangan dan temporomandibular.

19

Page 20: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Pemeriksaan ini merupakan tindakan endoskopi yang memungkinkan pandangan

langsung ke dalam ruang sendi.

Setelah dilakukan pemeriksaan ini, klien dianjurkan istirahat kurang lebih 12 – 24

jam dan diberikan bebat elastis pada area pemeriksaan.

Sebelum dilakukan prosedur ini, terutama bila pemeriksaan pada bagian sendi

ekstremitas bawah, pastikan klien mampu menggunakan alat Bantu jalan seperti

crucht. Crucht digunakan oleh klien hingga klien mampu menunjukkan kemampuan

berjalan tanpa pincang.

Setelah dilakukan pemeriksaan ini maka yang perlu diperhatikan perawat adalah

pengkajian TTV, status neurovaskuler pada area kaki : cek pulse, warna,

temperature, dan sensasi serta observasi tanda-tanda infeksi, termasuk panas,

bengkak, nyeri, kemerahan dan pengeluaran cairan.

Potensial komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh pemeriksaan ini adalah:

Infeksi (tindakan ini harus dilakukan dengan steril dan di kamar operasi).

Tromboplebitis yang dapat disebabkan oleh karena immobilisasi yang

lama.

Hemartrosis (perdarahan dalam sendi) yang dapat disebabkan oleh

aspirasi karena jarum.

Cedera sendi oleh karena pembedahan.

Rupture sinovial.

Hal-hal yang harus diketahui oleh perawat adalah :

Klien sebaiknya tidak diberikan obat-obat peroral sampai tengah malam

pada hari dimana prosedur tindakan dilakukan.

Pada umumnya tindakkan ini menggunakan anestesi spinal atau general

anestesi. Khususnya apabila pembedahan pada lutut diperlukan.

20

Page 21: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Sebelum pemeriksaan pada lutut, rambut halus sekitar 6 inci di bawah

dan di atas lutut harus dibersihkan.

Klien ditempatkan pada meja operasi dengan posisi supinasi. Kaki klien

ditinggikan kemudian dibalut dengan pembalut elastis dari ibu jari

sampai ke paha bagian bawah guna meminimalkan vaskularisasi ke bagian

distal.

Sebuah tourniquet ditempatkan pada tungkai proksimal klien. Kemudian

kaki dibuat lebih rendah, sehingga lutut membentuk sudut 45º.

Pembalut elastis dilepas lalu segera buat incici kecil di lutut, kemudian

alat atroskopi dimasukkan di sela persendian lutut untuk melihat keadaan

di dalam sendi lutut tersebut.

Setelah pemeriksaan dilakukan atroskope dilepas dan dilakukan irigasi

didaerah persendian, luka dibersihkan dan ditutup dengan kassa steril.

Prosedur ini dilakukan di ruang operasi oleh ahli ortopedik yang

memerlukan waktu 30 menit – 2 jam.

Kontraindikasi ;

Klien dengan ankylosis, karena tidak memungkinkan benda-benda untuk

bergerak pada sendi yang kaku oleh karena perlekatan.

Klien dengan luka infeksi karena resiko sepsis.

2.1.6. Bone Densitometry

Merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kadar mineral dalam tulang dan

kepadatannya untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi/ mengganggu hasil densitometri tulang

adalah:

Barium. Bila dilakukan pemeriksaan paska pemberia

barium hasilnya tidak terlalu bermakna kecuali setelah 10 hari dari waktu

pemasukan zat kontras ini.

Pengapuran pada vertebra posterior, arthritis sclerosis.

21

Page 22: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Aneurisme pada aorta abdominal yang disebabkan oleh

karena pengapuran.

Penggunaan alat-alat metal, sehinga alat –alat ini harus

dilepas sebelum pemeriksaan.

Riwayat fraktur tulang yang mana telah mengalami proses

penyembuhan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah :

Klien tdak perlu puasa atau diberikan sedasi.

Pemeriksaan ini memerlukan waktu 30 – 40 menit.

Jelaskan pada klien bahwa ia akan dibarinkan pada sebuah matras

pemeriksaan dengan kaki yang disokong dengan sebuah bantalan agar

pelvis dan lumal tetap pada posisi datar.

Sebuah alat “generator potton” akan ditempatkan didekat meja

pemeriksaan yang nantinya dimasukkan perlahan dibawah lumbal.

Sedangkan X-Ray detector akan berada diatas area yang akan diperiksa.

Gambaran lumbal dan tulang pinggul dengan mengunakan kamera

yang dihubungkan dengan monitoring computer.

Kaki atau tangan yang tidak dominant dimasukkan ke dalam

penjepit dan hasilnya akan diperlihatkan melalui computer baik hasil pada

bagian paha, pinggul, lumbal atau bagian tangan sendiri.

Komputer akan menghitung jumlah potton yang tidak dapat

diserap oleh tulang. Ini disebut BMC = Bone Mineral Content.

BMD ( Bone Mineral Density ) mempunyai rumus :

BMD = BMC (gm/ cm³) / permukaan area tulang.

Kemudian dari data tersebut akan dianlisa oleh ahli radiology.

Nilai Normal : < 1.0 ( SD di bawah normal > - 1.0 )

Osteopenia : 1.0 –2,5 ( SD di bawah normal - 1.0 – 2.5 )

Osteoporosis : > 2,5 ( SD di bawah normal < - 2.5 )

22

Page 23: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

2.2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan menggunakan specimen darah dan urine.

Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan darah lengkap ( HB, leukosit, waktu

pembekuan darah ) dan kimia darah.

Kadar kalsium serum umumnya nilai ini berbanding terbalik dengan kadar fosfor

serum. Pada klien Osteomalacia, Paget, tumor tulang yang telah metastase serta klien

yang immobilisasi lama, nilai kadar kalsium serum menurun.

Asam phosatase juga meningkat pada klien Paget dan kanker metastase. Sedangkan

bila alkali phospatase yang meningkat, hal ini menunjukkan adanya proses

penyembuhan patah tulang dan dapat pula menujukkan adanya peningkatan aktivitas

osteoblas pada klien tumor tulang yang telah metastase seperti osteomalacia.

Enzim serum kreatinin kinase dan SGOT akan meningkat pada kerusakan otot-otot.

Ekskresi kreatinin akan menurun pada klien osteomalasia.

N-telopeptide akan ditemukan di urine bila ada kerusakan tulang.

Tabel 4. Jenis pemeriksaan dan nilai normal laboratorium

No Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan

1 Asam Urat darah - Orang tua dapat

mengalami peningkatan

dari nilai normal

dewassa.

- Laki- laki : 2,1 – 8,5

mg/ dl

- Perempuan : 2,0 – 6.6

mg/ dl

- Anak-anak : 2,5 – 5,5

mg/ dl

- Bayi : 2,0 – 6,2 mg/ dl

Pada kasus Gout

dan artritis akan

megalami

peningkatan dari

nilai normal.

Nilai kritis bila

asam urat dalam

darah > 12 mg/ dl

2 Asam urat urine 250 – 750 mg / hari atau

1,48 – 4,43 mmol/ hari

Pada kasus Gout

dan artritis akan

megalami

23

Page 24: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

peningkatan dari

nilai normal

3 SGOT 10 – 40 / ml

( SI : 0,08 – 0,32 mol –1/ l )

Meningkat akibat

kerusakan otot.

4. Hb Darah LK : 13 – 18 mg/ dl

PR : 12 – 16 mg/ dl

Menurun bila

terjadi perdarahan

akibat trauma.

5. Leukosit 4300 – 10.800/ mm3 Meningkat

6 Kalsium Serum 8,5 – 10,5 mg /dl Menurun pada

Osteomalacia,

Paget, tumor

tulang yang telah

metastase serta

klien yang

immobilisasi lama,

7 Kreatinin Kinase ( CK ) < 100 mg/ hari Meningkat akibat

kerusakan otot

8. Hormon Paratiroid < 10 l equiv / ml

( SI : < 10 ml equiv/ l )

Meningkat

9. Tiroid ( TSH ) 0,5 – 3,5 u / ml

( SI : 0,5 – 3,5 mU/l )

Meningkat

10. Fosfor 3,0 – 4,5 mg/ dl Meningkat

24

Page 25: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

BAB III

DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Tehnik Analisa Data

Setelah pemeriksa melakukan pengumpulan data maka data tersebut perlu dianalisa

dengan menggunakan pertimbangan diagnostik dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Identifikasi data normal dan abnormal

Pelajari data yang telah terkumpul untuk melihat perbandingan dari yang normal

sampai yang menimbulkan resiko. Kemudian identifikasi data atau tanda abnormal

yang ditemukan.

2. Pengelompokan data

Kelompokkan data yang saling berhubungan. Gunakan kerangka pengkajian sebagai

panduan jika memungkinkan. Kelompokkan data baik yang normal maupun abnormal

3. Gambaran kesimpulan

Tuliskan kesimpulan sementara terhadap setiap data yang dikelompokkan. Putuskan

apakah perawat mampu menangani masalah yang ditemukan atau harus melakukan

kolaborasi.

4. Penyusunan kemungkinan diagnosa keperawatan

Jika perawat mampu menagani masalah tersebut maka susunlah diagnosa keperawatan

untuk semua kelompok data baik actual maupun resiko.

5. Penyesuaian data

25

Page 26: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

Bandingkan tanda dan gejala yang ditemukan dengan kemungkinan diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul.

6. Validasi

Sesuaikan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang ditemukan dan pastikan

bahwa diagnosa keperawtan tersebut benar-benar valid.

7. Pendokumentasian

Dokumentasikan semua kesimpulan terhadap data dan diangnosa keperawatan yang

telah disusun.

B. Penentuan Diagnosa Keperawatan

Setelah pengumpulan data subjektif dan objektif dari system muskuloskeletal

maka perawat perlu mengidentifikasi abnormalitas dari kelompok data yang dapat

menimbulkan masalah. Data ini kemudian akan digunakan untuk memutuskan diagnosa

keperawatan yang terkait dengan klien yang mengalami gangguan muskuloskeletal.

Berikut ini merupakan diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal :

1. Diagnosa keperawatan aktual

- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan pergerakan sendi,

penurunan kekuatan otot atau fraktur pada tulang.

- Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot atau nyeri pada

persendian.

- Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrik dan immobilitas.

- Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan nyeri pada punggung bagian

bawah.

- Nyeri : akut/ kronik berhubungan dengan masalah dengan masalah tulang, otot

maupun persendian.

- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan yang lama pada kulit

akibat immobilitas.

- Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan depresi atau immobilitas.

- Gangguan body image berhubungan dengan deformitas pada tulang.

26

Page 27: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

2. Diagnosa keperawatan risiko

- Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan pergerakan berulang/

monoton pada pergelangan tangan dan siku yang diakibatkan pekerjaan.

- Risiko terhadap cedera : fraktur patologis berhubungan dengan osteoporosis.

- Risiko tinggi terhadap cedera pada otot, tulang dan persendian berhubungan

dengan lingkungan yang berbahaya.

- Risiko tinggi terhadap saluran kemih berhubungan dengan adanya urin statis

akibat imobilitas.

3. Diagnosa keperawatan “Wellness”

- Kesempatan untuk meningkatkan pola aktivitas

C. Aplikasi Kasus

Tn. Z berusia 56 tahun datang ke rumah sakit umum Sembiring dengan keluhan

pada punggung. Ia bekerja sebagai pelayan di sebuah grosir beras yang mengharuskannya

banyak berdiri dan mengangkat barang-barang berat. Ia bekerja sejak pukul 6 pagi

sampai pukul 5 sore dan mendapatkan istirahat pada saat makan siang lebih kurang

selama 1 jam. Pada saat wawancara tn. Z menyatakan bahwa punggung bagian

bawahnya terasa panas seperti terbakar ( hanya dari daerah pinggang ke bawah ) dan

juga nyeri pada otot-otot bahunya. Tidak mengeluh nyeri pada daerah pinggul dan

tungkai. Selain itu tn. Z juga mengatakan banyak perubahan hidup yang ia alami saat ini.

Disamping itu tn.Z hanya mampu bekerja lebih kurang 4 tahun lagi. Oleh karena itu, ia

juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan setelah bekerja.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekakuan leher dan otot bahu (teraba tegang

pada leher), tetapi masih mampu untuk mengangkat bahu dan melakukan rotasi pada

leher, serta melawan tahanan, meskipun demikian rentang gerak pada rotasi leher

tersebut terbatas hanya 60o dan disertai nyeri. Adanya sedikit lengkungan pada sisi spinal

bagian kanan, tepat pada torakal 10 sampai ke lumbal 2. Tampak juga adanya lordosis

27

Page 28: PENGK MUSKULO untuk bahan ajar KMB III

ringan pada T 10 sampai ke L 2. Tidak tampak adanya pembengkakan pada otot di lokasi

ini, tetapi lokasi tersebut teraba lebih hangat dibanding lokasi lainnya.

BAB IV

PENUTUP

Pengkajian keperawatan merupakan suatu upaya dalam mengumpulkan, menguji,

menganalisa dan menginformasikan data tentang kien. Pengkajian system

muskuloskeletal tidak akan terlepas dari pengkajian system tubuh yang lain, seperti

system kardiaovaskuler dan system neurology, namun pengkajian ini dapat dilakukan

terpisah pada saat-saat tertentu.

Pengkajian system musculoskeletal meliputi pemeriksaan pada persendian, tulang

dan otot melalui teknik inspeksi, palpasi dan perkusi. Riwayat kesehatan dan gaya

hidup klien sangat mempengaruhi hasil pengkajian yang dilakukan.

Berdasarkan dari hasil pengkajian dapat dirumuskan diagnosa keperawatan yang

umumnya meliputi gangguan rasa nyeri, kerusakan moblitas fisik, intoleran aktivitas,

gangguan body image.

28