pengkajian metode perencanaan struktur beton untuk ......rapat pra-konsensus, dan telah disetujui...
TRANSCRIPT
Pengkajian Metode Perencanaan StrukturBeton untuk Jembatan di tulis olehPuslitbang Prasarana Transportasi padatahun 2004
LAPORAN AKHIR
PENGKAJIAN
METODE PERENCANAAN STRUKTUR
BETON UNTUK JEMBATAN
O E PARTEMEN PERMUKIMAN DAN P R ASAAA N A W ILAYA H
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA Wll.AYAH
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI
LAPORAN AKHIR
PENGKAJIAN
M'ETODE PERENCANAAN STRUKTUR
BETON UNTUK JEMBATAN
- -·- -----
Bandung, Desember 2002
D!t/Go
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI Jalan Raya nmur No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7802251 Fax. (022) 7802726 Bandung 40294 4HT!all:[email protected]
ABSTRAK
Ketepatan, keandalan dan kemudahan dalam perencanaan struktur beton untuk
jembatan sangatlah penting, mengingat hampir semua jembatan tidak terlepas dari
penggunaan material beton khususnya jembatan bentang panjang. Untuk
menjamin terpenuhinya semua kebutuhan tersebut di atas, perlu kiranya segera
dibuat suatu Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan, yang sesuai
dengan kaidah-kaidah teknik perencanaan struktur, dan bisa diterapkan pada
kondisi lokal untuk perencanaan berbagai jenis jembatan modern di Indonesia,
serta bisa mengakomodasi tuntutan kemajuan teknologi pelaksanaan jembatan
saat ini, untuk selanjutnya bisa dijadikan acuan ke~a bagi semua perencana
struktur jembatan di Indonesia, dalam setiap tahapan kegiatan mulai dari
perencanaan awal hingga semua aspek detailing, agar bisa dihasilkan konstruksi
jembatan yang andal dan optimal sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.
Penyusunan materi Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan ini,
didasarkan atas penulusuran ilmiah dari standar dan peraturan perencanaan
negara-negara lain (AASHTO, EUROCODE, AUSTROADS), Standar Nasional
Indonesia (SNI), dan BMS.
Tata Cara ini telah dilakukan beberapa kali Rapat Teknik bahkan telah dilakukan
Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa
dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia (SNI).
LEMBAR PERSETUJUAN
Kode Proyek I Bag ian Proyek Tahun
: Penerapan Teknologi Prasarana Wilayah : 2002
PENGKAJIAN METODE PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK JEMBATAN
Menyetujui : Kepala Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap jalan, .
Mengetahui :
11
Bandung, Desember2002
Penanggung Jawab,
(lr. Joko Purnomo) NIP. : 110 052 489
Pemimpin Proyek Penerapan Teknologi Prasarana
Wilayah
I
(Drs. Bambang Purwadi) NIP. : 110 027 596
TIM PELAKSANA
Penanggung Jawab : lr. Joke Purnomo
Tenaga Ahli : 1. lr. Lanny Hidayat, M.Si 2. lr. Lanneke Tristanto 3. Dr. lr. F.X. Supartono 4. lr. Elly Tjahjono, DEA 5. Dr. lr. Yuskar Lase
Anggota Tim : 1. lr. Suwandojo Siddiq, Dipi.E.Eng. 2. lr. Cecilia L.G.S., M.Sc. 3. Dr. lr. lswandi lmran, MSc. 4. lr. Davy Sukamta 5. Dr. lr. Gideon 6. lr. Redrik lrawan, M.T. 7. lr. Kgs. Ahmad A 8. lr. lwan Setiawan 9. M. Harijanto, 10. Hindun Hasanah, S.E. 11. Titing Sumiarti 12. Anang Mulyawan L 13. Rustandar
Ill
KATA PENGANTAR
Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan merupakan kajian yang
hasilnya merupakan bahan untuk SNI dengan judul "Tata Cara Perencanaan Struktur
Beton untuk Jembatan" yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para perencana
dalam bidang perencanaan jembatan yang selama ini belum mempunyai acuan. Tata
cara ini merupakan penyempurnaan dan lanjutan dari "Bridge Design Code" bagian 6
yaitu " Concrete Design" yang dibuat pada tahun 1992 oleh konsultan SMEC-Kinhill
dengan dana hibah dari pemerintah Australia, dan pada tahun 2000 telah dibuat konsep
dasar "Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan" oleh Kantor Menteri
Pekerjaan Umum, dan dilanjutkan pada tahun 2002 oleh Balai Jembatan .dan Bangunan
Pelengkap Jalan, Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Badan Litbang Kimpraswil.
Tata cara perencanaan struktur beton untuk jembatan ini diharapkan menjadi acuan bagi
para perencana dan pelaksana jembatan dalam melaksanakan pekerjaannya di Indonesia
yang memenuhi ketentuan minimum sehingga mendapatkan hasil struktur jembatan beton
yang a man, nyaman dan ekonomis. Diharapkan juga bagi para pengajar pada Perguruan
Tinggi dapat meneruskan tata cara perencanaan struktur beton untukjembatan ini kepada
para mahasiswa, sehingga akan didapat SDM yang mampu melaksanakan perencanaan
struktur beton untuk jembatan yang seragam di seluruh Indonesia.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan
melalui Gugus Kerja Konstruksi Jembatan dan Bangunan Jalan pada Sub Panitia Teknik
dan Standar Bidang Prasarana Transportasi, dengan dibantu oleh nara sumber yang
terdiri dari pakar-pakar yang sesuai dengan keahliannya. Penyusunan tata cara ini juga
mengacu pada standar-standar lain, baik berupa SNI maupun standar asing seperti
AASHTO, ASTM, EUROCODE, AUSTROADS.
Kami berharap rancangan standar ini segera diproses untuk menjadi SNI dan segera
dapat sebagai acuan bagi para pengguna di Indonesia.
Bandung, Desember 2002
Penyusun
IV
DAFTAR lSI
ABSTRAK oooooooooooooooooooooooOOoooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooOoooOoooooooooooooo
LEMBAR PERSETUJUAN Oo 0 0 0 0 0 0 0 00 0 00 00 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 000 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0 0 ii
TIM PELAKSANA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 iii
KA TA PENGANTAR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 iv
DAFTAR lSI 000 000 Ooo 000 000 000 000 000 000 Ooo 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 0 v
BAB I PENDAHULUAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 1 La tar Belakang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 • 0 0 0 0 0 1
102 Tujuan dan Sasaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
103 Luaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
1.4 Ruang Lingkup 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo 3
BAB Ill METODOLOGI 000000000 000 000 000 000000000 000 000 000 000 000000 000 000 000 000 000000000 0000 5
BAB IV HASIL LITBANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
40 1 Pra Studi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
402 Kegiatan-kegiatan studi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
403 Hasil Litbang 000 000 000 000 000 000 000 Ooo 000 Ooo 000 000 000 000 000 000 000 000 ooo 000 000 ooo 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
501 Kesimpulan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
502 S a r a n 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN - LAMPIRAN :
LAMPIRAN A:
LAMPIRAN B:
LAMPIRAN C:
Notulen rapat nara sumber tahap awal, 22 Agustus 2000
Notulen dan daftar hadir rapat tim teknik I, 23 Apri12002
Notulen dan daftar hadir diskusi teknik I, 7 Mei 2002
v
LAMPIRAN D:
LAMPIRAN E:
LAMPIRAN F:
Notulen rapat I pertemuan informal
Notulen dan daftar hadir rapat diskusi teknik II/ prakon -
sensus, 29 Oktober 2002
Materi "Draft Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Jembatan" (dalam buku terpisah).
VI
1.1 LATAR BELAKANG
BASI
PENDAHULUAN
Jembatan, sebagai prasarana transportasi, baik didarat, pegunungan, sungai,
maupun laut, haruslah selalu memenuhi syarat-syarat : aman, ekonomis, nyaman,
estetis, mudah pemeliharaan dan awet.
Sesuai dengan peningkatan pembangunan serta makin berkembangnya
masyarakat modem di Indonesia, dan seiring dengan tuntutan permasalahan
transportasi yang makin padat dan rumit, jumlah dan mutu serta kapasitas
jembatan juga dituntut untuk selalu ditingkatkan, terutama untuk mengimbangi
peningkatan ekonomi dan industri yang tersebar hampir disemua pulau besar di
Indonesia. Jembatan panjang merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk
menghubungkan antar pulau di Indonesia, untuk itu dengan sendirinya perlu
didukung oleh suatu teknik perencanaan dan teknologi pelaksanaan konstruksi
beton yang te~amin.
Kesemua aspek tersebut diatas telah menuntut suatu ketepatan dan keandalan
dalam perencanaan jembatan, terutama yang menggunakan material beton,
karena hampir semua jembatan bentang panjang tidak akan terlepas dari
penggunaan material beton sebagai elemen struktur utama. Untuk menjamin
terpenuhinya semua kebutuhan tersebut di atas, perlu kiranya segera dibuat suatu
peraturan dan standar spesifikasi yang andal untuk perencanaan jembatan beton,
yang sesuai dengan kaidah-kaidah teknik perencanaan struktur, dan bisa
diterapkan pada kondisi lokal untuk perencanaan berbagai jenis jembatan modem
di Indonesia, serta bisa mengakomodasi tuntutan kemajuan teknologi pelaksanaan
jembatan saat ini, untuk selanjutnya bisa dijadikan acuan kerja bagi semua
perencana struktur jembatan di Indonesia, dalam setiap tahapan kegiatan mulai
dari perencanaan awal hingga semua aspek detailing, agar bisa dihasilkan
konstruksi jembatan yang andal dan optimal sesuai dengan kebutuhan yang
direncanakan.
Pendahu!uan 1 - 1
1.2 TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk menyiapkan draft peraturan perencanaan
struktur beton untuk jembatan, yang nantinya akan dibawa keforum yang lebih
tinggi untuk menjadi Standar Nasionallndonesia (SNI).
Sasaran dari pengkajian ini adalah berupa SNI dengan judul "Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan", yang diharapkan dapat dipakai
sebagai acuan pad a perencanaan struktur beton untuk jembatan dan pengajaran
di Perguruan Tinggi.
1.3 LUARAN
Untuk lebih mendapatkan hasil yang optimal maka pengkajian ini dibagi dalam dua
tahap, dengan luaran sebagai berikut :
TA 2002
TA 2003
Draft Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan
Penyusunan SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Jembatan
1.4 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah menyiapkan materi K-0 "Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan", yang selanjutnya akan diproses
menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh Bagian Standar.
Penulisan "Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan" ini telah
mengikuti aturan penulisan baku untuk standar, yaitu BSN No. 8 Tahun 2000.
Untuk menyiapkan materi tersebut, maka dilakukan beberapa tahapan kegiatan
utama sebagai berikut :
a. Studi Literatur
b. Koordinasi dengan tenaga ahli dan narasumber yang terkait
c. Penyusunan konsep draft peraturan beton
d. Diskusi Teknik
e. Laporan, yang terdiri dari : Laporan Pendahuluan, Laporan triwulan, dan
Laporan Akhir yang dilengkapi dengan materi "Tata Cara Perencanaan
Struktur Beton untuk Jembatan".
Pendahuluan 1 - 2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam pengkajian ini penyusunan peraturan akan mengacu pada berbagai standar
yang berlaku dinegara-negara besar yang kemudian disesuaikan dengan kondisi lokal
di Indonesia, scperti Amerika (AASHTO), Eropa (EUROCODE), Australia
(AUSTROAD), Jepang (JIS), dan standar-standar nasional yang terkait seperti SNI dan
Sll serta BMS.
Cara perencanaan berdasarkan Allowable Stress Design (ASD) dan Load Resistance
Factor Design (LRFD), dengan penekanan pada LRFD.
Walaupun demikian, peraturan perencanaan beton untuk jembatan ini tidak akan
memuat secara lengkap prosedur dan kriteria perencanaan dan perhitungan struktur
tahan gempa, yang nantinya akan merupakan suatu bagian peraturan tersendiri.
Dengan demikian, walaupun penekanan materi peraturan ini akan lebih pada tata cara
perencanaan struktur beton, namun perlu kiranya ada bagian dari batasan
pengamanan struktur beton yang direncanakan sebagai elemen yang daktail dan tahan
gempa, seperti pada konfigurasi tulangan dan kolom beton bertulang.
Berdasarkan kelaziman pendekatan pemikiran dan prinsip dasar dalam proses
perencanaan jembatan seperti yang telah dijelaskan di atas, maka dalam menyiapkan
konsep materi peraturan ini, kami berpendapat bahwa pendekatan terbaik adalah
dengan menempuh pendekatan teori praktis, yaitu dengan tetap mendasarkan pada
kaidah-kaidah ilmiah perencanaan struktur jembatan seperti yang telah disampaikan di
atas, namun juga dengan memperhatikan aspek-aspek praktis pelaksanaan jembatan,
terutama yang berhubungan dengan kondisi-kondisi di Indonesia, yaitu antara lain
kondisi ketersediaan material, kondisi sumber daya manusia/tenaga kerja, dan
kondisi/tradisi pengendalian mutu pelaksanaan jembatan di Indonesia, termasuk juga
kondisi lokal di daerah-daerah.
Dalam hal pendekatan praktisnya, perlu juga kiranya dipertimbangkan dan diusahakan
suatu prosedur pemahaman dan penggunaan peraturan yang relatif mudah dimengerti,
agar bisa dihasilkan suatu peraturan yang handal (reliable) namun praktis dalam
penggunaannya.
Kajian Pustaka 2 - 3
Dalam melakukan pendekatan teoritis maupun praktis, tentu saja kita juga akan
mempertimbangkan prinsip peraturan tata cara perencanaan jembatan di negara
negara maju, agar bisa benar-benar menghasilkan suatu peraturan perencanaan
jembatan yang up to date, reliable dan practicable.
Kajian Pustaka 2 - 4
BAB Ill
METODOLOGI
Metodologi yang diterapkan dalam kegiatan ini yaitu dengan melakukan rapat
narasumber, rapat teknik dan diskusi teknik yang intensif dengan para pakar dibidang
teknologi dan struktur beton, baik dilingkungan Departemen Kimpraswil, Dinas PU
Daerah, Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, Konsultan, Kontraktor serta institusi-institusi
lain yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Dari hasil rapat tersebut akan
didapat suatu saran, masukan dan kesepakatan bersama untuk dituangkan dalam
penyusunan Standar Tata cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. Dalam
penyusunan dan penulisan mengikuti aturan yang diberlakukan dalam. penyusunan
standar, yaitu mengacu pada pedoman BSN No. 8 tahun 2000.
Penerapan metodologi sebagaimana tersebut diatas, dijabarkan dalam urutan kegiatan
sebagai berikut :
a. Studi Literatur
o Penyusunan materi ini merupakan penyempurnaan dari "Bridge Design Code"
bagian 6 yaitu "Concrete Design" yang dibuat pada tahun 1992 oleh konsultan
SMEC-Kinhill dengan dana hibah dari pemerintah Australia, dan pada tahun
2000 telah dibuat konsep "Tata cara perencanaan struktur beton untuk jembatan"
oleh Kementerian Negara Pekerjaan Umum.
a Penulusuran ilmiah dari standar dan peraturan perencanaan negara-negara lain
(AASHTO, EUROCODE, AUSTROAD), dan standar-standar dalam negeri (SNI).
o Mempelajari kaidah-kaidah dan pertimbangan teknik yang berlaku secara
nasional dan internasional dalam hal perencanaan jembatan, untuk
dipertimbangkan dalam penyiapan dan penyusunan materi.
b. Koordinasi dengan narasumber
o Melakukan rapat dan pertemuan dengan para narasumber yang terkait untuk
mendapatkan usulan yang diperlukan dalam pembuatan konsep materi.
o Narasumber meliputi : Dinas PU, Perguruan Tinggi, Peneliti, Organisasi profesi,
praktisi perencana, praktisi pelaksana, praktisi manajemen konstruksi, dan lain
lain.
Metodologi 3 - 5
c. Penyusunan konsep draft peraturan beton
o Pendalaman lingkup kegiatan dan materi
o Rapat narasumber
o Pendalaman ilmiah terhadap peraturan negara lain
o Pendalaman materi untuk kondisi lokal di Indonesia
o Penyusunan konsep materi draft peraturan
o Rapat teknik
o Perbaikan konsep materi draft peraturan
d. Diskusi Teknik
e.
o Diskusi T eknik I
o Diskusi Teknik !!
Diskusi teknik melibatkan perguruan tinggi, peneliti, organisasi profesi, praktisi
perencana, praktisi pelaksana, praktisi manajemen konstruksi, dan lain-lain.
Pelaporan
D Laporan Pendahuluan
D Laporan Triwulan
D Draft Laporan Akhir
D Laporan Akhir
------------------------------------- Metodologi 3 - 6
4.1 PRA STUDI
BABIV
HASIL LITBANG
Sebagaimana telah disampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dan
penyempurnaan dari "Bridge Design Code" bagian 6 yaitu "Concrete Design" yang
dibuat pada tahun 1992 oleh konsultan SMEC-Kinhill dengan dana hibah dari
pemerintah Australia, dan pada tahun 2000 telah dibuat konsep awal "Tata cara
perencanaan struktur beton untuk jembatan" oleh Kementrian Negara Peke~aan
Umum.
Rapat nara sumber tahap awal telah dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2000
dalam rangka persiapan penyusunan konsep peraturan beton untuk perencanaan
jembatan, yang mana bertujuan untuk mendapatkan masukan dan usulan, serta
menyamakan persepsi dalam prinsip dasar penyusunan konsep materi peraturan,
terutama yang berhubungan dengan kerangka dasar persyaratan umum dan teknis
yang sebaiknya dan seharusnya dimuat dalam peraturan.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan dapat diterima oleh semua pihak yang
terkait, maka sebagai narasumber telah dipilih para wakil pengguna da!1 pakar
dalam teknik jembatan sebagi berikut :
a. Wakil dari Kantor Menteri Negara PU
o DR. lr. Mustazir
o lr. Lanny Hidayat, MSi.
o lr. Luthfiel Annam, MM.
o lr. Sjovfa Rosliansjah, MM.
o lr. Decky Priambodo, MM., MSc.
b. Wakil dari Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah
o lr. lwan Zarkasji, MEngSc.
c. Wakil dari akademisi dan peneliti dari perguruan tinggi
o Prof. DR. lr. Widiadnyana Merati (ITB)
o lr. Jodi Firmansjah, MSE., PhD. (ITB)
o lr. Syahril A. Rahim, MEng. (UI)
Hasil Litbang 4- 7
d. Wakil dari peneliti dari pusat penelitian dan pusat kajian
o lr. Sutadji Yuwasdiki (mewakili Prof. DR. lr. Binsar Hariandja/Balitbang PU)
o lr. Panji Krisna Wardana (mewakili lr. Lanneke Tristanto/Puslitbang Jalan)
e. Wakil dari organisasi profesi
o lr. Davy Sukamta (Ketua HAKI)
f. Wakil dari praktisi perencana jembatan
o Prof. DR. lr. Wiratman Wangsadinata (PT. Wiratman & Associates)
g. Wakil dari praktisi pelaksana jembatan
o Dipl. lng. Paul Tanukhrisna (PT. Freyssinet Total Technology)
o lr. Sutikno Hadi (PT. Murinda Iron Steel)
Resume hasil rapat nara sumber tahap awal sebagaimana yang disajikan dalam
Lampiran A.
Dari konsep "Tata cara perencanaan struktur beton untuk jembatan" oleh
Kementrian Peke~aan Umum, juga telah dibahas mengenai studi banding faktor
reduksi kekuatan, dan studi banding terhadap peraturan-peraturan asing maupun
dalam negeri, yaitu BMS-1992, AASHTO, AUSTROAD, EUROCODE, ASIAN
CODE, dan SKSNI (untuk gedung).
4.2 KEGIATAN-KEGIATAN STUDI
Kegiatan utama dalam penelitian ini adalah melakukan rapat narasumber, rapat
teknik dan diskusi teknik yang intensif dengan para pakar dibidang teknologi dan
struktur beton, baik dilingkungan Departemen Kimpraswil, Dinas PU Daerah,
Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, Kosultan, Kontraktor serta institusi-institusi lain
yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Rapat dilakukan baik secara
formal maupun pertemuan informal.
Rapat-rapat formal yang dilakukan didalam penyusunan Standar Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan ini antara lain :
1. Rapat Tim Teknik I
Rapat Tim Teknik I dilaksanakan pada tanggal23 April2002 di Balai Jembatan
dan Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Prasarana Transportasi dan dihadiri oleh Tim Penelitian, Tenaga Ahli, Staf Balai
========--==--===--===========---==--=== Hasil Litbang 4 - 8
Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, serta Pemimpin Proyek. Dalam
pertemuan ini dibahas hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis, juga
adanya beberapa masukan serta pembagian tugas untuk tim teknis didalam
penyusunan materi selanjutnya.
Notulen dan daftar hadir Rapat Tim Teknik I sebagaimana dalam Lampiran B.
2. Diskusi Teknik I
Diskusi Teknik I dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2002 di Gedung Pertemuan
llmiah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi dan
dihadiri oleh Tim Penelitian, Tenaga Ahli, Perwakilan dari Perguruan Tinggi,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Stat Balai Jembatan dan
Bangunan Pelengkap Jalan, serta Bag ian Proyek. Dalam pertemuan ini dibahas
hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis, juga adanya beberapa
masukan dari para undangan.
Notulen dan daftar hadir Diskusi Teknik I sebagaimana dalam Lampiran C.
3. Diskusi Teknik II
Diskusi Teknik II dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2002 di Gedung
Pertemuan llmiah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana
Transportasi dan dihadiri oleh Tim Penelitian, Tenaga Ahli, perwakilan dari
Perguruan Tinggi, Sub Panitia Teknik, Gugus Kerja, perwakilan Gugus Kerja
Bidang lain, konsultan, kotraktor, Ditjen tata Perkotaan dan tata Perdesaan,
Ditjen Prasarana Wilayah, Pusat Penilaian Mutu Konstruksi, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Permukiman, Stat Balai Jembatan dan Bangunan
Pelengkap Jalan, serta Bagian Proyek. Dalam pertemuan ini dibahas hal-hal
yang bersifat teknis maupun non teknis, juga adanya beberapa masukan dari
para undangan.
Diskusi Teknik II ini juga merupakan Prakonsensus yang merupakan salah satu
tahapan didalam penyusunan Standar Nasional Indonesia.
Notulen dan daftar hadir Diskusi Teknik II sebagaimana dalam Lampiran E.
4. Rapat dan pertemuan informal
Disamping rapat atau diskusi teknik formal sebagaimana tersebut diatas, juga
sering dilakukan pertemuan/rapat yang sifatnya informal baik dengan tenaga
ahli maupun dengan bagian standar. Pertemuan-pertemuan ini dilakukan di
- Hasil Litbang 4- 9
Bandung dan Jakarta. Notulen Rapat dan pertemuan informal sebagaimana
dalam Lampiran D.
4.3 HASIL LITBANG
Hasil dari studi ini semula adalah bahan atau materi ''Tata Cara Perencanaan
Struktur Beton untuk Jembatan" yang merupakan materi K-0 untuk selanjutnya
diproses dalam rapat-rapat standarisasi. Namun karena masih memungkinkan
maka pada tahun anggaran ini sekaligus telah dilakukan Prakonsensus (RSNI 1),
Bahan keseluruhan dari "Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan"
sebagaimana dilampirkan dalam buku secara terpisah dari Laporan Akhir ini.
Hasil Lit bang 4- 10
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil Rapat Teknik, Diskusi Teknik dan Prakonsensus dengan judul "Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan", dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagaiberikut:
1. Pembahasan materi dalam Rapat Teknik maupun Disk1.1si Teknik I telah dihadiri
oleh para Tim Penelitian, Tenaga Ahli, Perwakilan dari Perguruan Tinggi, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Staf Balai Jembatan dan
Bangunan Pelengkap Jalan, serta Bagian Proyek. Dari Rapat Teknik dan
Diskusi Teknik tersebut secara aklamasi dapat diterima oleh semua pihak yang
terlibat, dengan adanya beberapa perbaikan dan masukan.
2. Pembahasan materi dalam Prakonsensus I Diskusi Teknik II telah dihadiri oleh
Tim Penelitian, Tenaga Ahli, perwakilan dari Perguruan Tinggi, Sub Panitia
Teknik, Gugus Kerja, perwakilan Gugus Kerja Bidang lain, konsultan, kotraktor,
Diljen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Ditjen Prasarana Wilayah, Pusat
Penilaian Mutu Konstruksi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
Produsen lndustri Konstruksi dan material perbaikan beton, Staf Balai
Jembatan dan Perwakilan Mahasiswa Pasca sarjana.
Dari Rapat Prakonsensus tersebut telah disepakati bahwa materi "Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan" dapat diterima dengan beberapa
perbaikan, untuk selanjutnya diproses menjadi Standar Nasional Indonesia
(SNI).
5.2 SARAN
Disarankan agar Rapat Konsensus dapat segera dilaksanakan pada tahun 2003
sehingga segera bisa menjadi SNI, mengingat bahwa standar "Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan", ini sangat ditunggu oleh para
pengguna.
Kesimpulan dan Saran 5 - II
LAMPIRAN A
NOTULEN RAPAT NARASUMBER TAHAP AWAL
22 AGUSTUS 2000
NOTULEN RAPAT NARASUMBER
PEKERJAAN PENYIAPAN MATERI TEKNIS PERATURAN BETON UNTUK
JEMBATAN
22 AGUSTUS 2000
a. Ruang lingkup dalam peraturan ini dibatasi pada permasalahan jembatan-jembatan
biasa, termasuk jembatan pejalan kaki (namun tidak termasuk jembatan kereta api)
dengan bentang kurang dari 200 meter dan umur rencana 50 tahun. Untuk struktur
jembatan khusus seperti Cable Stayed, segmental, Arched Bridge, dan lain
sebagainya, perencana perlu melakukan perencanaan khusus dan membuktikan
hasil perencanaan tersebut.
b. Acuan utama dalam penyusunan konsep peraturan adalah konsep BMS-1992,
namun perlu dilakukan studi banding terhadap AASHTO, EUROCODE, AUSTROAD,
dan Asian Concrete Model Code, serta memberi catatan-catatan atau rekomendasi
rekomendasi dimana perlu pada aturan-aturan BMS-1992 atau bagian lain dari BMS-
1992 yang terkait.
c. Notasi yang digunakan akan mengacu pada SK-SNI.
d. Prinsip-prinsip umum perencanaan yang akan digunakan adalah :
o Prinsip utama menggunakan cara Perencanaan berdasarkan Beban dan
Kekuatan Terfaktor (PBKT) atau Load Resistance Factor Design (LRFD).
o Faktor pembebanan akan menggunakan standar BMS-1992 bagian 2.
o Faktor reduksi kekuatan akan direncanakan berdasarkan cara probabilitas
statistik dari hasil pelaksanaan jembatan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,
bila datanya tersedia.
o Untuk perencanaan kekuatan beton pratekan tetap diberikan alternatif
perencanaan berdasarkan cara Perencanaan Batas Layan (PBL) atau Working
Stress Design (WSD).
e. Untuk permasalahan aspek kekakuan, lendutan, dan retak akan diperhitungkan
berdasarkan cara Perencanaan berdasarkan Batas Layan (PBL).
f. Perlu dimasukkan Acceptance Criteria yang jelas untuk pekerjaan beton, yang
kiranya bisa selaras dengan peraturan beton untuk gedung.
g. lstilah beton prategang atau beton pratekan akan dibahas lebih lanjut oleh Tim
Penyusun.
h. Masalah geoteknik tidak dibahas dalam peraturan ini.
i. Mengenai masalah gempa akan diberikan ketentuan untuk keperluan perencanaan
struktur beton yang tahan gempa, tetapi bukan merupakan analisis perhitungan atau
perencanaan· rinci struktur tahan gempa.
j. Untuk zona gempa akan mengikuti pembagian zona yang terdapat pada peraturan
perencanaan tahan gempa untuk gedung, bila zona gempa ini dianggap perlu
dimasukkan dalam peraturan beton.
k. Materi konsep peraturan beton disepakati sebagai berikut :
1 Syarat Umum Perencanaan
1.1 Ruang lingkup peraturan perencanaan beton
1.2 Definisi-definisi
1.3 Syarat umum perencanaan
1.4 Asumsi-asumsi dalam perencanaan
1.5 Sifat dan karakteristik material
1.6 Prinsip perencanaan
1.7 Faktor beban dan kombinasi pembebanan
1.8 Aspek korosi pada komponen struktur beton
2 Perencanaan kekuatan struktur beton bertulang
2.1 Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur (termasuk pembahasan
mengenai balok tinggi)
2.2 Perencanaan kekuatan balok terhadap geser (termasuk pembahasan pada
kondisi normal tarik serta kombinasi normal tarik dan lentur)
2.3 Perencanaan kekuatan terhadap lentur dan aksial
2.4 Perencanaan kekuatan terhadap geser dan puntir
2.5 Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap lentur
2.6 Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap geser
2. 7 Perencanaan komponen struktur tekan
2.8 Perencanaan komponen dinding
2.9 Aspek keamanan terhadap fatik
3 Perencanaan kekuatan struktur beton prategang
3.1 Tendon baja prategang
3.2 Kehilangan gaya prategang
3.3 Perencanaan balok terhadap lentur berdasarkan cara batas layan
3.4 Kuat rencana batas lentur (kekuatan terfaktor)
3.5 Pembatasan tu!angan prategang pada balok
3.6 Perencanaan balok terhadap geser dan puntir
3. 7 Perencanaan struktur balok menerus
3.8 Perencanaan komponen tekan
3.9 Perencanaan batang tarik
3.10 Perencanaan daerah pengangkuran
3.11 Perencanaan ketahanan jangka panjang
3.12 Penyaluran tegangan dalam tendon baja prategang
3.13 Ketentuan perencanaan untuk komponen prategang pracetak (termasuk
pembahasan balok komposit)
3.14 Aspek keamanan terhadap fatik
4 Ketentuan untuk perencanaan struktur bawah
4.1 Pondasi
o Pembahasan mengenai jenis-jenis pondasi
4.2 Struktur bangunan bawah
o Kepala jembatan
o Pilar jembatan
4.3 Dinding penahan tanah
5 Ketentuan untuk perencanaan struktur lain-lain
6 Batas layan pada aspek lendutan dan retak
6.1 Persyaratan dan pembatasan lendutan pada komponen jembatan
6.2 Pembatasan retak pada komponen jembatan
7 Aspek vibrasi dan gaya tumbukan
7.1 Kondisi batas terhadap vibrasi
o Batasan keamanan dan kenyamanan (dinyatakan dalam periode)
o Untuk pelat-pelat lantai daerah kepala jembatan yang mempunyai
kecenderungan retak dalam jangka waktu relatif singkat patut
dipertimbangkan besarnya Dynamic Load Factor didaerah tersebut.
7.2 Ketentuan pengamanan terhadap gaya tumbukan
8 Ketentuan untuk perencanaan struktur tahan gempa (termasuk ketentuan
detailing ditumpuan dan kaki jembatan)
LAMPIRAN B
NOTULEN DAN DAFTAR HADIR RAPAT TIM TEKNIK I
23 APRIL 2002
NOTULEN RAPAT TEKNIS I
" PENGKAJIAN METODE PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK
JEMBATAN"
Tanggal 23 April 2002
1. Penyusunan peraturan mengacu pada peraturan dinegara-negara maju seperti
Amerika, Eropa, Australia dan Jepang, serta peraturan atau pedoman dari dalam
negeri seperti BMS, SNI dan standar lain yang berlaku.
2. Perencanaan didasarkan pada Allowable Stress Design (ASD) dan Load Resistance
Factor Design (LRFD), dengan penekanan lebih pada LRFD.
3. Untuk penulisan standar nantinya, hendaknya mengikuti apa yang sudah dibakukan
di PBI untuk gedung.
4. Daftar notasi ditempatkan paling belakang atau masing-masing bab, disesuaikan
dengan SNI.
5. Halaman 19, tertulis 0,08 seharusnya 0,008.
6. Perlu konsistensi penulisan.
7. Perlu dimasukkannya diagram atau gambar atau grafik untuk memudahkan didalam
penggunaan standar ini.
8. Pembagian tugas :
Babl
Bab II
Bab Ill
BabiV
BabV
BabVI
Bab VII
Bab VIII
: lr. Lanny Hidayat, MSi.
: DR. lr. F.X. Supartono
: DR. lr. F.X. Supartono
: lr. Joko Purnomo
: lr. Lanneke Tristanto
: DR. lr. F.X. Supartono
: DR. lr. Yuskar Lase,
lr. Elly Tjahjono, DEA.,
lr. Lanneke T.
: lr. Lanneke Tristanto,
DR. lr. Yuskar Lase,
lr. Elly Tjahjono, DEA.
9. Direncanakan Diskusi Teknik I pada tangal 7 Mei 2002
10. Perlu diperhatikan agar tidak terjadi perbedaan antara beton untuk jembatan dengan
untuk gedung, untuk itu agar selalu berkoordinasi dengan PUSKIM.
11. Sistematika (lay out) materi standar adalah sebagai berikut :
DAFTAR lSI
BAB I SYARAT UMUM PERENCANAAN STRUKTUR BETON
1.1 Ruang Lingkup
1.2 Prinsip umum perencanaan
1.3 Sifat dan karakteristik material
1.4 Faktor beban dan faktor reduksi kekuatan
1.5 Korosi pada struktur beton
1.6 Penggunaan aditif sebagai bahan tambahan pada campuran beton
1. 7 Komponen be ton tidak bertulang
1.8 Daftar notasi
BAB II PERENCANAAN KEKUATAN STRUKTUR BETON BERTULANG
2.1 Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur
2.2 Perencanaan kekuatan balok terhadap geser
2.3 Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur dan aksial
2.4 Perencanaan kekuatan balok terhadap geser dan puntir
2.5 Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap puntir
2.6 Perencanaan pelat lantai terhadap geser
2.7 Perencanaan komponen struktur tekan
2.8 Perencanaan dinding
2.9 Perencanaan korbel
2.10 Daftar notasi
BAB Ill PERENCANAAN KEKUATAN STRUKTUR BETON PRATEGANG
3.1 Umum
3.2 Persyaratan material
3.3 Tendon baja prategang
3.4 Kehilangan gaya prategang
3.5 Metode perencanaan
3.6 Tegangan yang diijinkan pada perencanaan batas layan
3.7 Cara perencanaan batas layan
3.8 Cara perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor
3.9 Perencanaan komponen tekan akibat kombinasi lentur dan gaya aksial
3.10 Perencanaan batang tarik
3.11 Daerah pengangkuran untuk angkur prategang
3.12 Perencanaan untuk ketahanan
3.13 Perencanaan untuk kestabilan
3.14 Penyaluran tegangan dalam tendon
3.15 Ketentuan untuk komponen pategang pracetak
3.16 Daftar notasi
BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH
4.1 Pondasi
4.2 Struktur bangunan bawah
4.3 Dinding penahan
BAB V KETENTUAN UNTUK PERENCANAAN STRUKTUR KHUSUS
5.1 Ruang lingkup
5.2 Jembatan dengan tipe balok boks
5.3 Jembatan balok boks pracetak segmental
5.4 Jembatan balok boks segmental dengan cara pelaksanaan kantilever
5.5 Jembatan kabel
BAB VI BATAS LAVAN PADA ASPEK LENDUTAN DAN RETAK
6.1 Perencanaan untuk daya layan
6.2 Persyaratan dan pembatasan lendutan pada struktur jembatan
6.3 Pembatasan retak pada komponen jembatan
6.4 Daftar notasi
BAB VII PEMERIKSAAN PERENCANAAN TERHADAP FATIGUE, GETARAN
DAN TUMBUKAN
7.1 Pemeriksaan terhadap fatigue
7.2 Kondisi batas getaran
7. 3 Perencanaan terhadap resiko tumbukan
7.4 Daftar notasi
BAB VIII KETENTUAN UNTUK PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA
8.1 Persyaratan umum
8.2 Ketentuan untuk jembatan tipe A
8.3 Ketentuan untuk jembatan tipe B
8.4 Ketentuan untuk jembatan tipe C
8.5 Daftar notasi
Dalam masing-masing sub bab masih akan diuraikan dalam sub sub bab yang lebih kecil
dan detail.
Redrik lrawan, ST., MT.
Bandung, 26 April 2002
Pimpinan Sidang,
NO
2
3
4
5
6
7
8
9
IO
II
I2
I3
I4
I5
I6
I7
18
19
' 'l
DAFTAR HADIR DISKUSI TEKNIK
"PENGKAJIAN METODA PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK
JEI\lBA TAN"
NAMA
Ir. Lanny Hidayat, MSi.
Ir. Joko Purnomo
Ir. Lanneke Tristanto
Dr. Ir. F .X. Supartono
Ir. Elly Tjahjono, DEA.
Dr. Ir. Yuskar Lase
Redrik Irawan, ST.,MT.
Ir. Kgs. Ahmad
Ir. Iwan Setiawan 9.~/· -~~-/ Ir. Nandang Syamsudin
Ir. Rustaman, MSc.
Ir. Rabadi Sukirman
\ 10 ~~- ..... .. ~.V. ·. \\ {\ ~ (\ ~J . . ,.. .. .. .. .. .. . . .. 11. '':-!.\J:J ...... /\._ -~ :"
e:/
Ir. Sonny TarjamiharjaDra._. / ..
Lien Suharlinah _:_. 14. . 4 •• : ~ .': •• 0 •••• 0 •••
Drs. Bambang Purwadi
Tenn Rustandi, BE.
Ir. Setyo Hardono, MT.
Ir. Agus Surasno
Panji Krisna Wardana, ST., MT.
15.~~-h~l 11.L~ ~ .
·\ ' 18~\~ --\\-;;~u\c\\;~ ~ I
1 9 . . ............ :-:-::- I
20 Gatot, ST.
21 Deni Zaeni, ST.
22 Nana Suman1a, ST. I
\ 23 Sunardi, ST. 23 ................. .
24 .. 8.: .~.t~~ 0 H.~.:. rr. ... 25 V-:.!~. ~~-~~~.(. :~···(·S:':frkt'i~.Sr~
26 26 ................... .
27 27 ................. .
LAMPIRAN C
NOTULEN DAN DAFTAR HADIR DISKUSI TEKNIK I 7 MEl 2002
NOTULEN DISKUSI TEKNIK I
" PENGKAJIAN METODE PERENCANAAN STRUKTUR BETON
UNTUKJEMBATAN"
Tanggal 7 Mei 2002
1. Kata BMS agar dihilangkan karena bukan standar dan tidak dimiliki oleh semua
institusi, ganti dengan SNI atau ditulis langsung.
2. Penulisan harus konsisten, seperti angka % hendaknya semua ditulis dengan 0,5.
3. Formula susut dan rangkak, grafik akan dimasukkan, susut juga akan ditabelkan
sebagaimana dalam rangkak (Tabel1.3.1).
4. Saran agar arch bridge dimasukkan juga.
5. Kesalahan ketik agar diperbaiki.
6. Perbaikan format dan cara penulisan sebagaimana PBI untuk Gedung yang sudah
SNI
7. Penulisan tanda akar pada halaman 6 pada beton prategang penuh dengan angka
desimal saja.
8. Halaman 12, tebal selimut apa tidak lebih baik dihitung saja. Sementara tetap
menggunakan daftar saja agar lebih mudah
9. Halaman 11 faktor beban dan faktor reduksi kekuatan ditulis langsung saja.
10. Konsistensi rumus, diberi nomor.
11. Halaman 29, Iebar cukup besar, ini merupakan kuantitatif, diganti dengan angka.
12. Beberapa notasi seperti a, c diberi penjelasan.
13. Halaman 28, L perlu diberi penjelasan.
14. Halaman 24 sub bab 2.3.3., kompatibilitas tegangan diganti dengan kompatibilitas
regangan.
15. Halaman 41 (2.9.3.2) perlu penambahan notasi av dan (h-d).
16. Halaman 53 (3.7.4) perlawanan diganti dengan ketahanan
17. lstilah yang belum populer seperti PBKT, BMS dan lain-lain, dimasukkan dalam daftar
istilah.
18. Penulisan simbol yang belum ada, seperti halaman 53 (3.7.4).
19. Halaman 40- 50 pemeriksaan diganti pengecekan.
20. Balok boks diganti dengan gelagar boks
21. Cara penulisan masih banyak menggunakan point-point, ganti sesuai SNI (maksimal
3 digit)
22. Sub bab 4.2.2.2, jenis-jenis pangkal jembatan dimasukkan
230 Abutmen diganti pangkal jembatan/kepala jembatan ?
240 Oprit diganti dengan jalan pendekat
250 Judul bab IV diganti dengan Ketentuan-ketentuan perencanaan struktur bawah
260 Beberapa symbol belum ada dalam daftar notasi seperti bv, crcp. dll.
270 Halaman 103, penulisan satuan dijadikan satu dengan angka sebelumnya, jangan
ganti bariso
280 7020301, hal memungkinkan merupakan anjuran, dig anti dengan yang lebih tegaso
290 70201, rumus F = 18 sin ( .... o) merupakan rumus empiris dari EUROCODE, jadi
satuannya tidak akan cocok bila ditelusuri.
300 Daftar rujukan perlu ada/ harus jelaso
310 Penggunaan fatique diganti dengan fatik (bahasa Indonesia).
320 Kata seismic diganti dengan sismik (bahasa Indonesia)
330 801.4, perbaikan prosedur 1 atau 2 0
340 Klasifikasi A, 8, C. Notasi C supaya diganti dengan notasi lain (percepatan
dasar).Ragam =mode (pola)
350 Kalimat namun demikian ganti dengan kata "tetapi"
360 801.2, goncangan gempa ganti dengan gerakan gempao
370 hal. 112, rumus harus ringkas dan tegas, jangan seperti kalimat berita.
380 Kombinasi linear (1 00+30)% : 2 arah secara bergantian. 100% + 100% SRSS tidak
perlu untuk jembatan, kecuali gedungo
Bandung, 8 Mei 2002
Notulen Pimpinan Sidang
Redrik Irawan, STO,MT0
DAFTAR HADIR DISKUSI TEKNIK
"PENGKAJIAN METODA PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK
JEMBATAN"
7 Mei 2002
NO NAMA INSTANSI
~~-~~~ei~ .. $: AP ..... f.'!.$.k(m .... .. .
2
3
4
5
. ?.A J?. .\. k-.l. N ... .. .
.. Rfi.~ . .-.. ~us ~ l'vrCL~ /\[()
..........................
JOI\b t1Ji<N6MO ··························
...... fq~_K/':1. ..
. .... . ?...(j~ !.'!::?.!.~
}OCL~~)
6 . .((/:!!~ .. fh .~;tr._ +- ........... ~::: ...... .. .
fq._~?.~~.TI!ih.t~to ........ --:: .. ~ .... ~ .... . 7 -
8 . & .. fF.A1t.J. t.rr.J..
9 llY. 91.1lt.1J ... ¢.r7f'l~
10 t:J~~·~. L
:~ JJ;:-::.::~-13 .. ~'.::Y.-#..t:!!~· ... fj .
'J)cN/ 14 .. ~ ................... .
15 ."F.~X .. ~.8.){.P~-rL~v
((-
f ~7c-e Mr-.. c:l .......................... -;
...... //(y~f.~ ...
,Pz/r?~
1/
ru z.. .......... "-;\ ............. .
16 ... .f.~ty ..... ~J.~~lf.~ .......... .L!..-? .. ...... .
11 ... ~.v..~.~~c .. \fl~ ............ ~?: ......... .
18 .. ~:!~.· ..... $: ...... /J}/J.J ..... .
TANDA TANGAN
······;?1·~·-~·····
. ..... r ... /~~ .....
20 .)ff.F,r.{~ .. }~\r:q~T:?.
21 -~-~! .. ~ .. ~ 22 --~~.! ••• ~.~ 23 . NQr.Yh~L ...... >. 24 .. ~'0. ........ .
ff.uu. ~c- $ 25 ......................... .
2611-:!!/i!~ 27 ··························
28 ......................... .
29 ......................... .
30 ......................... .
31 ......................... .
32 ··························
33 ......................... .
34 ··························
UNPA({ ··························
...... P.~.~······ -? 1-V )-h--~
..........................
.. (.V.~h-~
~-r.r-···························
... f.~W.0.: ..... . P&ts fftL\
·······f[············· ................. · ...... .
.............. ········
········~········
LAMPIRAN D
NOTULEN RAPAT/PERTEMUAN INFORMAL
NOTULEN RAPAT/PERTEMUAN INFORMAL
II PENGKAJIAN METODE PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK JEMBATAN II
Pertemuan di Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Bandung (23 Juli 2002) :
1. Hal 1 : 50 MPa ganti dengan 60 MPa; K600 ganti K?OO.
2. Hal.2 no. 14 kg/momen ganti dengan kg/m3
3. Hal. 5, masih ada kata-kata BMS supaya dihilangkan.
4. Hal. 8, 0,4 ganti dengan 0,33.
5. Hal. 10, rumus 1.5-3 dilengkapi.
6. Hal. 13, Dalam hal ini ..... dst ..... s/d ...... beton yang dihasilkan, dihilangkan saja.
7. Hal. 18, ........ sub-pasal 1.3.1.1 ganti dengan 1.5.1.1.; pain 1.9.4.1 rumus diberi
nomor dan harus dalam satu baris.
8. Hal. 21, Sesuai dengan .... dst. ..... s/d ...... oleh yang berwenang, dihilangkan;
2.1.1.1 asumsi perencanaan supaya dicek ke bab Ill, kalau ada harus mengacu ke
2.1.1.1 saja.
9. Hal. 36, no.1 dan 2 ganti dengan a) dan b); baris ke 11 kalimat 2.6.2.1 ganti 2.6.2.
10. Hal. 37 rumus 2.6-10 fsy ganti fy; 2.6.4. lt/4 ganti 0,25 It
11. Hal 47, 2.8.4.3 iii, iv ganti i, ii; Dimana : ..... taruh didaftar notasi paling belakang.
12. Hal 57, 3.1. 20 MPa ganti 30 MPa.
13. Hal62, 3.7.1 Dalam perencanaaan ... dst s/d ... kurang dari 6 hilang, ganti dengan
IIMengacu Bab II"
14. Hal. 63, Keamanan suatu ... dst ... s/d .... (3.7-1) hilang, sudah ada di bab I.
15. Hal. 64, 3.8-1 dan 3.8-2 dihilangkan.
16. Hal 79, 3.15 Perencanaan untuk keawetan jangka panjang, mengacu ke bab I;
isinya dipindah ke bab I gabungkan dengan tebal selimut beton.
17. Format untuk bab IV diubah sesuai SNI terutama poin-poin yang tidak perlu diganti
dengan angka.
18. Hal. 89, terjungkit diganti dengan terguling.
19. Hal. 95 AASHTO dibuang dan diganti tabelnya langsung; BMS ganti.
20. Hal. 101, kegagalan daya dukung tanah diganti penurunan; gelincir ganti
pergerakan horizontal; gulingan ganti dengan terguling. Demikian juga hal. 103.
21. Hal. 111, 5.6 ganti 5.6.2; fundasi ganti pondasi; 5.6.1 ganti 5.6.2.1; 5.6.1.1 ganti
5.6.2.1.1 ;5.6.1.2 ganti 5.6.2.1.2; 5.6.2 ganti 5.6.2.2.
22. Hal 113, baris ke 6 rumus harus dalam satu baris, prosen juga dalam satu baris; box
girder ganti gelagar boks; actual ganti actual; mrnggunakan ganti menggunakan.
23. Hal. 116, rumus 6.2-7 a harus ada tabelnya.
24. Hal. 117, fcp, bv tidak ada notasi; fsy tidak ada dinotasi.
25. Hal. 119 Fr = Fcf dari hal. 8.
26. Hal 120, 7.1.1 fatigue ganti fatik.
27. Hal. 122, dimana T dst. Masuk dalam daftar istilah.
28. Hal. 123, perioda ganti periode.
29. Hal. 124, 8.1.2 goncangan gempa ganti gerakan gempa.
30. Hal. 125, table 8.1-1 C percepatan dibuat miring agar tidak. sama dengan C
sebelahnya; 8.1.4 dibuat strip kebawah agar lebih jelas; 8.1.6 Liquefaction ganti
8.1.6 Liquifaksi (liquefaction)
31. Hal.126, 8.2.5 detailing ganti pendetailan; .... Dijelaskan dalam Bab I ganti Bab II
dan Bab Ill.
32. Hal. 127, BMS ganti dengan SNI atau lainnya.
33. Hal. 130, rumus 8.3-5 Ag dan Ac dibuat subscript; masih ada kata BMS harus ganti.
34. Hal. 134, ps ganti Ps
35. Hal. 135 (fc')y, ganti dengan akar dan subsript
36. Hal. 136 notasi untuk H dibuat strip jangan =.
Pertemuan di Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Bandung (30 Juli 2002) :
1. Judul agar diubah sesuai untuk SNI, "Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Jembatan"
2. Halaman judul sebelah kanan atas agar ditulis RSNI 1 dipersiapkan untuk RSNI 2/3.
3. Kalau memang harus menjadi SNI, maka semua tata cara penulisan harus sesuai
dengan BSN, dan lebih baik dibuat beberapa bagian agar tidak terlalu tebal.
4. Rumus diberi nomor secara berurutan, rata kiri, dan keterangan rumus bisa ditulis
setelah rumus atau dibagian terakhir pada daftar notasi.
5. Agar segera dilakukan Rapat Pantek yang diperluas dengan mengundang orang
orang yang terkait, khususnya ketua dan anggota pantek, serta orang-orang teknis
dari semua institusi terkait.
6. Khusus untuk pasal 3, yaitu lstilah dan definisi, cara penulisannya adalah :
3 lstilah dan definisi
3.1 (arial 11 pt, bold, left}
[Click dan tuliskan definisi istilah disini] (arial 11 pt, bold, left)
[Click dan tuliskan definisi istilah disini] (arial 11 pt, regular, justified)
a. (arial 11 pt, bold, left}
begitu seterusnya.
7. Sedangkan untuk pasal 1 ,2,4 dst langsung ditulis disebelah kanan.
8. Tidak ada pembatasan jumlah digit dalam sub bab.
9. Rapat pantek agar direncanakan paling lambat bulan September ini.
10. Beberapa perbaikan dalam penulisan dan kesalahan ketik perlu diperbaiki.
11. Mengacu ..... harus yang sudah standar (mis. SNI, AASHTO, dll).
Pertemuan di Jakarta (12 agustus 2002) :
1. Penulisan tidak menggunakan bab I, II dan seterusnya, tetapi menggunakan angka
1, 2, dst dan rata kiri.
2. Perlu dibuat prakata
3. Perlu dibuat pendahuluan
4. Halaman 11, pas a I 4.4.1.1.1, ditengah-tengah masih ada sub pasal 4.6.1.1 0,
seharusnya sub pasal 4.4.1.1 0
5. Halaman 14, tercantum grafik 4.5-1 dan gam bar 4.5-1, padahal masih sub pas a I
4.4, seharusnya grafik 4.4-1 dan gambar 4.4-1.
6. Halaman 15, 16, 17 sama dengan hal. 14, semua tabel dan gambar yang tercantum
4.5-1, 4.5-2 diganti dengan 4.4-1 dan 4.4-2.
7. Halaman 20, korosi pada baja non prategang dan korosi pada baja prategang yang
awalnya terdapat dipasal 1.7.2 dan 1.7.3 kenapa hilang?
8. Halaman 32, pas a I 5.1.2, 5.1.2.1, 5.1.2.2, 5.1.2.2, 5.1.2.3 dihapus karen a sudah ada
dipasal 5.1 0.
9. Halaman 38, pasal 5.3.2 tertulis sesuai dengan pasal 4.6.2 seharusnya pasal 4.5.2.
10. Halaman 43, baris keempat dari atas tertulis pas a I 2.2.1 seharusnya 5.2.1.
11. Halaman 51, tabel2.7-1 seharusnya tabel5.7-1.
12. Halaman 53, 2 barus dari atas tertulis pasal 2.2.1 seharusnya 5.2.1.
13. Halaman 54, pasal 5.8.4.4 pada notasi e tertulis pasal 2.8.4.1 seharusnya 5.8.4.1.
14. Halaman 58, dari atas bagian c) dirapikan.
15. Halaman 59, pas a I 5.1 0.3 tercantum pasal 1.3.1.2 dan pas a I 1.3.3.2 seharusnya
pasal 5.8.4.1.
16. Halaman 61, Mm dihilangkan.
17. Halaman 55 dan 60 daftar notasi masih menggunakan yang lama, ganti yang
terbaru.
18. Bab 9, masih file lama, terutama daftar notasi, belum memasukkan koreksi bab 6
(lama).
Pertemuan di Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Bandung (3 September 2002) :
1. Dalam prakata agar dip8rhatikan dan dimasukkan hal-hal sebagai berikut :
o Apakah standar ini merupakan perbaikan/revisi standar yang lalu, kalau
benar maka harus disebutkan dengan jelas dan apakah standar yang lama
masih berlaku atau tidak.
o Da!am kalimat standar ini disusun ... dst., agar dimasukkan Panitia Teknik
Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan melalui Gugus Kerja
Konstruksi Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Sub Panitia
Teknik Standarisasi Bidang Prasarana Transportasi.
o Kalau perlu konseptor bisa juga dimasukkan didalam prakata ini.
2. Font untuk Prakata agar disesuaikan standar pada BSN no. 8 th. 2000.
3. Daftar isi untuk "istilah dan definisi" rasanya tidak perlu semuanya ditulis, cukup
pasal 3 nya saja, agar dalam daftar isi tidak terlalu menyita halaman.
4. Font untuk Daftar isi agar disesuaikan dengan standar pada BSN no. 8th. 2000.
5. Pendahuluan hanya merupakan optional, tetapi alangkah baiknya jika pendahuluan
juga dibuat, agar pembaca mengerti kira-kira isi yang akan diuraikan didalam.
6. Pada halaman 1 bagian atas agar ditulis judul dari standar ini.
7. Nomor halaman agar menggunakan .... dari .... (halaman "sekian" dari "sekian"),
agar bila standar ini dipakai untuk acuan kontrak maka bila terjadi kehilangan
halaman bisa jelas/terlacak.
8.. Konsistensi penulisan perlu dicek lagi.
9. Perlu kelengkapan daftar notasi yang belum lengkap.
10. Daftar notasi bisa per pasal atau dikumpulkan pad a bag ian akhir.
11. Judul tabel hendaknya disimpan diatas tabel, dan huruf besarnya hanya awal
kalimat saja, sedangkan kalimat lainya dengan huruf kecil.
12. Setelah rumus (penjelasan simbol) hendaknya semua diganti dengan kalimat
"dengan pengertian".
13. Lay outldaftar isi untuk bahan Diskusi Teknik 11/Prakonsensus adalah Sebagai berikut:
Daftar lsi
Daftar tabel
Daftar Gambar
Prakata
DAFTAR lSI
i
X
xi
xii
1. RUANG LINGKUP 1
2. ACUAN NORMATIF 1
3. DEFINISI DAN ISTILAH 2
4. SYARAT UMUM PERENCANAAN STRUKTUR BETON 8 4.1. Umur rencana jembatan 8 4.2. Satuan yang digunakan 8 4.3. Prinsip umum perencanaan 8
4.3.1. Dasar umum perencanaan 8 4.3.2. Asumsi dan anggapan perencanaan 8 4.3.3. Perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor (PBKT) 9 4.3.4. Perencanaan berdasarkan batas layan (PBL) 9 4.3.5. Metode analisis 10 4.3.6. Metode perencanaan khusus 10
4.4. Sifat dan karakteristik material 11 4.4.1. Beton 11
4.4.1.1. Kekuatan nominal 11 4.4.1.2. Tegangan ijin 12 4.4.1.3. Berat jenis 12 4.4.1.4. Lengkung tegangan-regangan 12 4.4.1.5. Modulus elastisitas 12 4.4.1.6. Angka Poisson 13 4.4.1.7. Koefisien muai panas 13 4.4.1.8. Susut beton 13 4.4.1.9. Rangkak pada beton 15 4.4.1.1 0. Kriteria penerimaan kekuatan beton 17
4.4.2. Baja tulangan non-prategang 18
4.4.2.1. Kekuatan nominal 18 4.4.2.2. Tegangan ijin 18 4.4.2.3. Lengkung tegangan - regangan 18 4.4.2.4. Modulus elastisitas 19 4.4.2.5. Koefisien muai panas 19
4.4.3. Baja tulangan prategang 19
4.4.3.1. Kekuatan nominal 19 4.4.3.2. Tegangan ijin 19 4.4.3.3. Modulus elastisitas 20 4.4.3.4. Lengkung tegangan - regangan 20 4.4.3.5. Relaksasi baja prategang 20
4.5. Faktor beban dan faktor reduksi kekuatan 20
4.5.1. Faktor beban dan kombinasi pembebanan 20 4.5.2. Faktor reduksi kekuatan 20 4.5.3. Kekuatan rencana penampang struktur beton 20
4.6. Korosi pada struktur beton 20
4.6.1. Korosi pada beton 20 4.6.2. Perencanaan untuk keawetan jangka panjang 21 4.6.3. Persyaratan selimut beton 23 4.6.4. Perlindungan terhadap karat untuk tendon prategang tanpa lekatan 25
4. 7. Penggunaan aditif sebagai bah an tambahan pad a campuran beton 26 4.8. Komponen beton tidak bertulang 27
4.8.1. Penggunaan . 27
4.8.2. Perencanaan 27 4.8.2.1. Prinsip dasar 27 4.8.2.2. Sifat-sifat penampang 27
4.8.3. Kekuatan lentur 27 4.8.4. Kekuatan geser 27
4.8.4.1. Aksi satu arah 27 4.8.4.2. Aksi dua arah 27
4.8.5. Kekuatan terhadap gaya aksial tekan 28 4.8.6. Kekuatan terhadap kombinasi lentur dan tekan 28
4.9. Daftar notasi 28
5. PERENCANAAN KEKUATAN STRUKTUR BETON BERTULANG 30
5.1. Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur 30 5.1.1. Kondisi batas perencaaan berdasarkan beban dan kekuatan
terfaktor(PBKT) 30 5.1.1.1. Asumsi perencanaan 31 5.1.1.2. Faktor reduksi kekuatan 31 5.1.1.3. Kekuatan rencana dalam lentur 31 5.1.1.4. Kekuatan minimum 31 5.1.1.5. Syarat tulangan minimum 31
5.1.1.6. Syarat tulangan maksimum 32 5.1.1.7. Jarak tulangan 32 5.1.1.8. Detail tulangan lentur 32
5.2. Perencanaan kekuatan balok terhadap geser 33
5.2.1. Kekuatan geser rencana pada balok 33 5.2.2. Penampang tapered 34
5.2.3. Gaya geser maksimum dekat tumpuan 34 5.2.4. Kuat geser yang disumbangkan oleh beton 34
5.2.5. Syarat-syarat tulangan geser 35 5.2.6. Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser 35 5.2.7. Tulangan geser minimum 36 5.2.8. Geser friksi 36 5.2.9. Tulangan gantung 38 5.2.10. Detail tulangan geser 38
5.3. Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur dan aksial 38
5.3.1. Asumsi perencanaan 38
5.3.2. Faktor reduksi kekuatan 38 5.3.3. Prinsip perencanaan 39 5.3.4. Efek kelangsingan 39
5.4. Perencaan kekuatan balok terhadap geser dan puntir 39 5.4.1. Penggunaan 39 5.4.2. Metode perencanaan 39 5.4.3. Redistribusi puntir 39 5.4.4. Kekuatan puntir balok 39 5.4.5. Syarat tulangan puntir 40
5.4.5.1. Tulangan puntir memanjang 41 5.4.5.2. Tulangan puntir minimum 41 5.4.5.3. Detaii tulangan puntir 41
5.5. Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap lentur 41
5.5.1. Umum 41
5.5.2. Tebal minimum pelat lantai 42
5.5.3. Tulangan minimum 42
5.5.4. Penyebaran tulangan untuk pelat lantai 42
5.5.5. Pengaku bagian tepi 43
5.6. Perencanaan pelat lantai terhadap geser 43
5.6.1. Umum 43
5.6.2. Kekuatan geser ultimit pada pelat lantai 44
5.6.3. Luas minimum dari sengkang tertutup 46
5.6.4. Detail tulangan geser 46
5. 7. Perencanaan komponen struktur tekan 46
5.7.1. Umum 46
5. 7.2. Metode perencanaan 46
5.7.3. Momen lentur minimum 46
5. 7.4. Prosedur perencanaan 46
5.7.4.1. Perencanaan dengan menggunakan analisis elastis linier 47
5.7.4.2. Perencanaan dengan memperhitungkan momen sekunder 47
5.7.4.3. Perencanaan dengan menggunakan analisis yang teliti 47
5.7.5. Perencanaan kolom pendek 47
5.7.6. Perencanaan kolom langsing 48
5.7.6.1. Pembesaran momen untuk kolom tak bergoyang 48
5.7.6.2. Pembesaran momen untuk kolom bergoyang 49
5.7.6.3. Beban tekuk 50
5. 7.6.4. Syarat kelangsingan 50
5.7.7. Kekuatan kolom dalam kombinasi lentur dan tekan 51
5.7.7.1. Asumsi perencanaan 51
5.7.7.2. Perencanaan berdasarkan pada masing-masing
momen lentur secara terpisah 51
5.7.7.3. Perencanaan lentur biaksial dan tekan 52
5.7.8. Persyaratan tulangan untuk kolom 52
5.7.8.1. Tulangan memanjang 52
5.7.8.2. Pengekangan tulangan memanjang 53
5.7.8.3. Pengekangan lateral 53
5.7.8.4. Ukuran dan jarak antara sengkang dan spiral 53
5.7.8.5. Pendetailan sengkang dan spiral 54
5.7.8.6. Penyambungan tulangan memanjang 54
5.8. Perencanaan dinding 54
5.8.1. Penerapan 54
5.8.2. Prosedur perencanaan 54
5.8.2.1. Umum 54
5.8.2.2. Dinding dibebani gaya vertikal sebidang 54
5.8.2.3. Dinding dibebani gaya vertikal dan horisontal sebidang 55
5.8.2.4. Dinding dibebani horisontal tegak lurus dinding 55
5.8.2.5. Dinding dibebani gaya vertikal sebidang dan gaya horisontal
tegak lurus dinding 55
5.8.2.6. Dinding merupakan bagian dari struktur portal 55
5.8.3. Pengaku I pengikat dinding 55
5.8.4. Metode perencanaan disederhanakan untuk dinding terikat yang
menerima hanya gaya vertikal 55
5.8.4.1. Eksentrisitas beban vertikal 55
5.8.4.2. Perbandingan tinggi efektif maksimum dengan ketebalan 56
5.8.4.3. Tinggi efektif 56
5.8.4.4. Kekuatan aksial rencana dari dinding 56
5.8.5. Perencanaan dinding untuk gaya horisontal sebidang 57
5.8.5.1. Lentur bidang 57
5.8.5.2. Penampang kritis untuk geser 57
5.8.5.3. Kekuatan geser 57
5.8.5.4. Kekuatan geser dinding tanpa tulangan geser 57
5.8.5.5. Sumbangan kekuatan geser dinding oleh tulangan geser 58 5.8.6. Persyaratan tulangan untuk dinding 58
5.8.6.1. Tulangan minimum 58
5.8.6.2. Tulangan horisontal untuk pengendalian retak 58
5.8.6.3. Jarak antar tulangan 58
5.8.6.4. Pengekangan tulangan vertikal 59
5.9. Perencanaan korbel 59 5.9.1. Penerapan 59
5.9.2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan 59
5.9.2.1. Tinggi muka sisi luar 59 5.9.2.2. Aksi pada korbel 59
5.9.3. Prosedur perencanaan 60 5.9.3.1. Umum 60
5.9.3.2. Penampang kritis 60 5.9.3.3. Kebutuhan tulangan total 60
5.9.4. Persyaratan tulangan 60
5.9.4.1. Tulangan minimum 60 5.9.4.2. Sengkang tertutup 60
5.9.4.3. Pengangkuran tulangan tarik utama 61
5.10. Perencanaan berdasarkan batas layan (PBL) 61 5.10.1. Asumsi perencanaan 61
5.10.2. Tegangan ijin dasar 61
5.10.3. Kekuatan rencana dalam lentur 61 5.11. Daftar notasi 61
6. PERENCANAAN KEKUATAN STRUKTUR BETON PRATEGANG 66 6.1 Umum 66
6.2 Persyaratan material 66 6.2.1 Selongsong 66 6.2.2 Angkur 66 6.2.3 Penyambung (coupler) 66
6.3 Tendon baja prategang 66 6.3.1 Umum 66 6.3.2 Kuat tarik baja prategang 67 6.3.3 Kuat leleh baja prategang 67 6.3.4 Modulus elastisitas 67 6.3.5 Lengkung tegangan - regangan 67 6.3.6 Relaksasi baja prategang 67
6.4 Kehilangan gaya prategang 67 6.4.1 Akibat gesekan 67 6.4.2 Akibat perpendekan elastis beton 68 6.4.3 Kehilangan prategang akibat slip pengakuran 68 6.4.4 Kehilangan akibat susut pada beton 68 6.4.5 Kehilangan akibat rangkak pada beton 69 6.4.6 Kehilangan akibat relaksasi baja prategang 69 6.4.7 Kehilangan akibat pengaruh lain 69
6.5 Metode perencanaan 70 6.6 Tegangan yang diijinkan pada Perencanaan Batas Layan (PBL) 70
6.6.1 Tendon 70 6.6.2 Beton 70
6.6.2.1 Tegangan sementara pada saat transfer 70 6.6.2.2 Tegangan pada beban layan setelah terjadi kehilangan
prategang 70
6.6.2.3 Tegangan tumpuan pengakuran 70
6. 7 Cara perencanaan berdasarkan Batas Layan (PBL) 70
6.7.1 Asumsi 70 6.7.2 Kombinasi beban rencana yang paling membahayakan 71
6.7.3 Pengaruh aksi rencana 71
6.7.4 Kekuatan rencana 71
6.7.5 Momen sekunder dan geser akibat prategang 71
6. 7.6 Penyebaran kembali (redistribusi) momen 71
6.7.7 Perencanaan balok terhadap geser 71
6. 7.8 Perencanaan balok terhadap puntir 71
6.7.9 Perencanaan balok terhadap geser memanjang 71
6.8 Cara Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor (PBKT) 72
6.8.1 Asumsi 72
6.8.2 Kombi!1asi beban rencana yang paling membahayakan 72
6.8.3 Faktor reduksi kekuatan 72
· 6.8.4 Pengaruh aksi rencana 72
6.8.5 Kekuatan rencana 72
6.8.6 Metode analisis 72
6.8. 7 Momen sekunder dan geser akibat prategang 72
6.8.8 Redistribusi momen pada balok statis tak tentu 73
6.8.9 Perencanaan balok terhadap lentur 73
6.8.9.1 Kekuatan batas nominallentur Mn 73
6.8.9.2 Blok tegangan tekan beton 73
6.8.9.3 Tegangan dalam tulangan dan tendon terlekat 74
6.8.9.4 Tegangan analitis batas baja prategang fps untuk
tendon yang tidak terlekat 7 4
6.8.9.5 Kekuatan rencana 75
6.8.9.6 Kekuatan minimum 75
6.8.9.7 Syarat tulangan maksimum 75
6.8.9.8 Tulangan minimum non-prategang 76
6.8.9.9 Sudut penyebaran prategang 76
6.8.10 Perencanaan balok terhadap geser 76
6.8.10.1 Kekuatan geser batas nominal 76
6.8.10.2 Kekuatan geser batas yang disumbangkan oleh beton 77
6.8.10.3 Kekuatan geser batas yang disumbangkan oleh
tulangan geser 78
6.8.10.4 Kekuatan geser batas rencana 78
6.8.1 0.5 Gaya geser maksimum de kat tumpuan 78
6.8.10.6 Tulangan geser minimum 79
6.8.1 0. 7 Persyaratan untuk tulangan geser 79
6.8.10.8 Pengaruh sekunder pada kekuatan geser beton 79
6.8.11 Perencanaan balok terhadap puntir 80
6.8.12 Perencanaan balok terhadap geser memanjang 80
6.9 Perencanaan komponen tekan akibat kombinasi lentur dan gaya aksial 80
6.9.1 Komponen beton prategang dengan kombinasi beban aksial dan
lentur 80
6.9.2 Batasan tulangan dari komponen prategang yang mengalami tekan 80
6.10 Perencc::naan batang tarik 81
6.10.1 Kekuatan batang tarik 81
6.1 0.2 Prinsip-prinsip dasar 81
6.11 Komponen struktur pelat 81
6.12 Daerah pengangkuran untuk angkur prategang 82
6.12.1 Angkur untuk komponen prategang pasca tarik 82
6.12.2 Pembebanan yang diperhitungkan 83
6.12.3 Perhitungan gaya tarik sepanjang garis kerja gaya angkur 83
6.12.4 Perhitungan gaya tarik yang timbul dekat dengan permukaan
yang dibebani 84
6.12.5 Jumlah dan distribusi tulangan 6.12.6 Angkur untuk komponen prategang pratarik 6.12.7 Detail penulangan khusus pada daerah pengangkuran
6.13 Penyaluran tegangan dalam tendon 6.13.1 Panjang penyaluran untuk tendon pratarik 6.13.2 Penyaluran tegangan pada tendon pasca-tarik dengan
pengangkuran 6.14 Pemberian dan pengukuran gaya prategang 6.15 Perencanaan untuk keawetan jangka panjang 6.16 Grout untuk tendon prategang dengan lekatan
6.16.1 Bahan grout 6.16.2 Pemilihan proporsi grout 6.16.3 Pengadukan dan pemompaan
6.1? Perlindungan untuk tendon prategang terhadap pembakaran atau pengelasan
6.18 Tendon prategang pasca tarik luar 6.19 Ketentuan untuk komponen prategang pracetak 6.20 Daftar notasi
84 84 85 85 85
85 86 86 86 86 86 87
87 87 87 88
7. PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH 92 7.1 Pondasi 92
7.1.1 Perencanaan Pondasi Dangkal 92 7.1.1.1 Umum 92 7.1.1.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perancangan pondasi dangkal 7.1.1.3 Perencanaan berdasarkan PBL 93 7.1.1.4 Perencanaan berdasarkan PBKT 93
7.1.2 Perencanaan Pondasi Tiang 94 7.1.2.1 Umum 94 7.1.2.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perancangan pondasi dalam 94 7.1.2.3 Perencanaan berdasarkan PBL 96 7.1.2.4 Perencanaan berdasarkan PBKT 97
7.2 Struktur Bangunan Bawah 98 7.2.1 Umum 98 7.2.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan
pondasi dalam 99 7.2.2.1 Beban 99 7.2.2.2 Penurunan 99
7.2.3 Pilar jembatan 99 7.2.3.1 Jenis pilar 99 7.2.3.2 Beban tumbukan 99 7.2.3.3 Perlindungan pilar 99 7.2.3.4 Kepala Jembatan (abutment) 100
7.2.4 Perencanaan berdasarkan PBKT 102 7.2.5 Pergerakan yang diijinkan 102
7.3 Dinding penahan tanah 102 7.3.1 Umum 102 7.3.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
dinding penahan 1 02 7.3.2.1 Jenis-jenis dinding penahan 102 7.3.2.2 Pemilihan jenis din ding 102 7.3,2.3 Stabilitas 103 7.3.2.4 Tekanan tanah 103 7.3.2.5 Tekanan air tanah, drainase dan timbunan 103 7.3.2.6Tekanan gaya gempa 104
7.3.2.7 Kapasitas dinding 7.3.2.8 Kapasitas dukung 7.3.2.9 Penurunan 7.3.2.1 0 Pergerakan yang diijinkan 7.3.2.11 Sambungan 7.3.2.12 Penulangan susut dan akibat suhu
7.3.3 Perencanaan berdasarkan PBKT 7.3.3.1 Keamanan struktural dinding 7.3.3.2 Keamanan terhadap kegagalan tanah
7.3.4 Perencanaan berdasarkan PBL
104 104 104 104 104 104 104 105 105 105
8. KETENTUAN UNTUK PERENCANAAN STRUKTUR KHUSUS 106 8.1 Ruang lingkup 106 8.2 Jembatan dengan tipe balok boks (box girder} 106 8.3 Jembatan balok boks pracetak segmental 106 8.4 Jembatan balok boks segmental dengan cara kantilever 107
8.4.1 Dasar perencanaan 107 8.4.2 Kantilever berimbang 107 8.4.3 Kantilever tidak berimbang dan kantilever penuh 108 8.4.4 Penyambungan di tengah bentang 108
8.5 Jembatan kabel (cable stayed) 109 8.5.1 Dasar perencanaan 109
8.5.1.1 Umum 109 8.5.1.2 Modelisasi struktur memanjang 109 8.5.1.3 Ana lisa dinamik struktur 110 8.5.1.4 Tingkah laku aero-dinamik 110
8.5.2 Kabel penggantung 110 8.5.2.1 Cara Perencanaan berdasarkan Batas Layan (PBL) 110 8.5.2.2 Cara Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan
Terfaktor (PBKT) 110 8.5.2.3 Kadaaan batas fatik 111
8.5.3 Batas dari kehancuran akibat aksi yang tidak disengaja 111 8.5.4 Angkur, sadel dan penyambung kabel 111
8.5.4.1 Perencanaan angkur, sadel dan penyambung kabel 111 8.5.4.2 Kegagalan angkur, sadel dan penyambung kabel 111
8.6 Jembatan pelangkung (arch bridge) 111
8.6.1 Umum 111 8.7 Dasar Perencanaan 112
8. 7.1 Perencanaan Kekuatan 112 8.7.1.1 Garis Aksial 112 8. 7 .1.2 Perhitungan kekuatan penampang 112 8.7.2 Pemeriksaan terhadap bahaya tekuk 112 8. 7.3 Persyaratan pendetailan 113
9. BATAS LAYAN PADA ASPEK LENDUTAN DAN RETAK 114 9.1 Perencanaan untuk daya layan 114 9.2 Persyaratan dan pembatasan lendutan pada struktur jembatan 114
9.2.1 Pembatasan dari lendutan balok dan pelat 114 9.2.2 Lendutan sesaat pada balok 115 9.2.3 Lendutan jangka panjang 116
9.2.3.1 Lendutan jangka panjang untuk balok tidak retak pada beban tetap 116
9.2.3.2 Lendutan jangka panjang untuk balok retak pada beban tetap 117
9.2.4 Lendutan balok dengan perhitungan yang lebih teliti 117 9.2.5 Lendutan pelat lantai dengan perhitungan yang lebih teliti 117 9.2.6 Lendutan pelat lantai dengan perhitungan yang disederhanakan 117 9.2.7 Getaran 118
9.3 Pembatasan retak pada komponen jembatan 118 9.3.1 Pengendalian retak pada balok beton bertulang 118 9.3.2 Pengendalian retak lentur pada balok beton prategang 119
9.3.2.1 Balok monolit 119 9.3.2.2 Komponen segmental pada hubungan yang tidak ditahan
tulangan 119 9.3.3 Pengendalian retak pada sisi muka dari balok 119 9.3.4 Pengendalian retak pada bukaan dan diskontinuitas 119 9.3.5 Pengendalian retak pada pelat lantai yang terlentur 119
9.3.5.1 Pelat lentur beton bertulang 119 9.3.5.2 Pelat lentur beton prategang 119
9.3.6 Pengendalian retak akibat susut dan suhu 120 9.3.7 Pengendalian retak di sekitar daerah terkekang 120 9.3.8 Pengendalian retak pada bukaan dan pelat lantai menerus 120 9.3.9 Tulangan untuk pelat lantai terkekang 120
9.4 Daftar notasi 120
10. PEMERIKSA.AAN PERENCANAAN TERHADAP FATIQUE, GETARAN DAN TUMBUKAN 122 10.1 Pemeriksaan terhadap fatik 122
1 0.1.1 Kondisi umum pemeriksaan dalam perencanaan 122 1 0.1.2 Gaya dalam dan tegangan untuk pemeriksaan fatik 122
10.2 Kondisi batas getaran 123 1 0.2.1 Pertimbangan umum 123 10.2.2 Jembatan jalan raya 123 10.2.3 Jembatan pejalan kaki 123
1 0.2.3.1 Kriteria perencanaan 123 10.2.3.2 Frekuensi dasar alami 123 10.2.3.3 Percepatan 123
10.3 Perencanaan terhadap resiko tumbukan 124 1 0.3.1 Kondisi umum perencanaan 124 10.3.2 Pencegahan 124 1 0.3.3 Pengamatan tambahan 124
10.4 Daftar notasi 125
11. KETENTUAN UNTUK PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 126 11.1 Persyaratan umum 126
11.1.1 Umum 126 11.1.2 Pembebanan gempa rencana 126 11.1.3 Klasifikasi berdasarkan kinerja seismik 126 11.1.4 Analisis seismik 127 11.1.5 lsolasi dasar dan peredam mekanikal 128 11.1.6 Likuifaksi 128
11.2 Ketentuan untuk jembatan tipe A 128 11.2.1 Umum 128 11.2.2 Persyaratan gaya rencana 128 11.2.3 Persyaratan jarak bebas horisontal 128 11.2.4 Persyaratan pondasi dan pangkal jembatan 128 11.2.5 Persyaratan pendetailan 128
11.3 Ketentuan untuk jembatan tipe B 129 11.3.1 Umum 129 11.3.2 Persyaratan gaya rencana 129
11.3.2.1 Gaya rencana untuk komponen struktur dan sambungan 129 11.3.2.2 Gaya rencana untuk pondasi 129 11.3.2. 3 Gay a rencana untuk pangkal jembatan dan dinding penahan 129
11.3.3 Persyaratan komponen penghubung 130 11. 3.4 Persyaratan jarak bebas horisontal 130
11.3.5 Persyaratan pondasi 130 11.3.5.1 Penyelidikan tanah 130 11.3.5.2 Perencanaan pondasi 130
11.3.5.3 Persyaratan pondasi tiang 130 11.3.6 Persyaratan pangkal jembatan 131
11.3.6.1 Pangkal jembatan yang berdiri bebas 131 11.3.6.2 Pangkal jembatan monolit 131
11.3. 7 Persyaratan detailing 131 11.3.7.1 Umum 131 11.3.7.2 Persyaratan tulangan transversal minimum 131
11.4 Ketentuan untuk jembatan tipe C dan D 132 11.4.1 Umum 132 11.4.2 Persyaratan gaya rencana 132
11.4.2.1 Gaya rencana untuk komponen struktur dan sambungan 132 11.4.2.2 Gaya rencana untuk pondasi 133 11.4.2.3 Gaya akibat sendi plastis pada kolom, pilar dan portal 133 11.4.2.4 Gaya rencana pada kolom dan portal tiang 133 11.4.2.5 Gaya rencana pada pilar 133 11.4.2.6 Gaya rencana pada komponen penghubung 134 11.4.2.7 Gaya rencana pada pondasi 134 11.4.2.8 Gaya rencana pada pangkal jembatan dan dinding penahan
tanah 134 11.4.3 Persyaratan jarak bebas horisontal 134 11.4.4 Persyaratan pondasi 134
11.4.4.1 Penyelidikan tanah 134 11.4.4.2 Perencanaan pondasi 134 11.4.4.3 Persyaratan pondasi tiang 135
11.4.5 Persyaratan pangkal jembatan 135 11.4.6 Persyaratan detailing 135
11.4.6.1 Umum 135 11.4.6.2 Persyaratan kolom 135 11.4.6.3 Persyaratan pilar 137 11.4.6.4 Persyaratan hubungan kolom 137 11.4.6.5 Sambungan konstruksi pada pilar dan kolom 137
11.5 Daftar notasi 137
LAMPIRAN E
NOTULEN DAN DAFTAR HADIR
DISKUSI TEKNIK II/ PRAKONSENSUS
29 OKTOBER 2002
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYA H
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI Jalln Raya Tlmur 264 Kotak Pos 2 Ujungberung, Telp. (022) 7802251 (Hunting) Fax. 7802726 Bandung (40294) e-rnall:pusjal@ melsa.net.ld
Nomor Lampiran
Urn .o.;.. -bS · lJ /IC'<3.C Ban dung, 22 Oktober 2002
Kepada Yth.
DAFTAR TERLAMPIR
di BANDUNG I JAKARTA
Perihal Pra Konsensus Rancangan SNI Bidang Konstruksi dan Bangunan.
Dengan hormat dimohon kehadirannya dalam rapat Pra Konsensus untuk pembahasan
yang akan diselenggarakan pada :
Hari/ tanggal
Waktu
Tern pat
Pemimpin rapat
Acara
Selasa, 29 OKtober 2002
9.30 - Setesai
Ruang Rapat Gd. Pengembangan,
Pusat Litbang Prasarana Transportasi
Jl. Raya Timur No. 264
Ketua Sub Pantek, Bidang Prasarana Transportasi
Pembahasan RSNJ 1 menjadi RSNI 2/3 dengan judul :
"lata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan".
Atas perhatian dan kesediaanya kami ucapkan terima kasih.
Ketua Sub Panitia Teknik/Sekretaris Sub Pantek
Bidang Prasarana Transportasi,
DR.Ir. M. Sjahdanulirwan. MSc ', NIP.: 110019271
") 1. Apablla berhalangan hadlr agar diwakilkan/memberikan tanggapan tertulis; 2. Apablla tldak hadir/Udak diwakllkanltidak member! tanggaparo tertulls dianggap menyetujui hasil rapat Pra Konsensus.
3. Tanggapan dapat dlsampalkan lewat surat (POS), email, fax ditujukan ke Sekretariat Sub Pantek.
Tembusan Kepada Yth.:
- Ketua Panitia Teknik Bidang Konstruksi dan Bangunan (sebagai laporan).
C:\Adminislnsi NSPM\S~n~-SIIl'&llln Konsensus til 29 Oklober 2002.doo
B"d I ang K k . J onstru s1 em b t d a an an B angunan Ja an *
NO. NAMA JABATAN/INSTANSI STATUS UNDANGAN
1. DR.Ir. M. Sjahdanulirwan, MSc Pusat Litbang Prasarana Ketua Sub Pantek Bidang Transportasi Prasarana Transportasi
2. lr. Heru Budi Santoso, CES Pusat Litbang Prasarana Sekretaris Sub Pantek
Transportasi Bid. Prasarana
Transportasi
3. lr. Lanny Hidayat Pusat Litbang Prasarana Ketua Gugus Kerja/
Transportasi Konseptor
4. lr. Herry Vaza Pusat Penilaian Mutu- Wakil Ketua Gugus Kerja
Badan Pembinaan
Konstruksi & lnvestasi
5. lr. Nandang Syamsudin ~ Pusat Litbang Prasarana Sekretaris Gugus Kerja
Transportasi
6. lr. lwan Zarkasi, M.Eng.Sc Dit. Bina Teknik- Ditjen Anggota Prasarana Wilayah
7. lr. Lanneke Tristanto Pusat Litbang Prasarana Anggota/Konseptor
Transportasi
8. lr. Jonny Simanta, MSc Univ. Parahyangan Bdg. Anggota
9. lr. Nana Priatna. MSc DPU Bina Marga, Anggota
" Kabupaten Bandung
10. lr. Arief Sutarli II PT.INDEC Anggota
11. DR.Ir. Poemomosidhi, MSc Dit. Jend. Penataan Ruang, Ketua GK Bidang Sistem Dit. Penataan Ruang Transportasi Wilayah Tengah
12. DR.Ir. Hedy Rahadian, MSc Pusat Litbang Prasarana Ketua GK Geoteknik
Transportasi Jalan
13. lr. Agus Sari Sailendra, MSc Pusat Litbang Prasarana Ketua GK Bidang TLL &
Transportasi Geometri
14. lr. Nany Kusminingrum Pusat Litbang Prasarana Ketua GK Bidang
Transportasi Lingkungan dan
Keselamatan Jalan
15. lr. Sigit Widhyharto, MSc Dit. Bina Teknik, Ditjen Ketua GK Bidang Prasarana Wilayah Kelayakan Proyek
16. lr. Joko Purnomo Pusat Litbang Prasarana Konseptor
Transportasi
17. DR.Ir. F.X. Supartono Universitas Indonesia Konseptor
18. lr. Elly Tjahjono, DEA Universitas Indonesia Konseptor
19. DR.Ir. Yuskar Lase Universitas Indonesia Konseptor ~· lr. Paulus Karta, MSc v Univ. Parahyangan Bdg. Perwakilan Perg. Tinggi
21. lr. Cecilia L.G.S., MSc v Univ. Parahyangan Bdg. Nara Sumber
22. lr. Suwandojo SiddiQ, Dipi.E.Eng Pusat Litbang Permukiman Nara Sumber
23. lr. Moh. Sadikin Pusat Litbang Permukiman Nara Sumber
24. Redrik lrawan, ST., MT. Pusat Litbang Prasarana Nara Sumber
Transportasi
25. lr. Roestaman, MSc Pusat Litbang Prasarana Nara Sumber Transportasi
26. lr. Benyamin Lumantarna, Universitas Petra Surabaya Perwakilan Perguruan
M.Eng.PhD. Tinggi
27. DR.Ir. lswandi lmran, MSc lnstitut Teknologi Bandung Perwakilan Perguruan Tinggi
28. lr. Sjofva Rodiansjah, MM HPJI- JAKARTA Perwakilan Asosiasi Profesi
29. Direktur PT. Waskita Karya Cab. Direktur PT. Waskita Karya Perwakilan Kontraktor
Bandung Cab.Bandung
30. Direktur PT. lndah Karya Cab. Direktur PT. lndah Karya Perwakilan Konsultan
Bandung
31. Ka. Jur. Teknik Sipil UNWIM Ketua Jurusan T. Sipil Perwakilan Perg. Tinggi
UNWIM
C:\Aclminisnsi NSPMIS~n~-S"'"'\Pra Konsmsus 1j;l 29 Obober 2002.doc
NO. NAMA
32. Ka. Jur. Teknik Sipil ITENAS
33. Retno S., ST., MT
34. lr. lwan Setiawan
35. Kiki, ST
36. Direktur Bina Teknik, Ditjen Tata
Perkotaan & Tata Perdesaan
37. Direktur Perkotaan Metropolitan,
Ditjen Tata Perkotaan dan Tata
Perdesaan.
~A Direktur Sistem Jaringan Prasarana, I
Ditjen Prasarana Wilayah.
39. Kepala Pusat Penilaian Mutu
Konstruksi, Badan Pembinaan
Konstruksi dan lnvestasi
40. Kepala Pusat Pendidikan Keahlian
Teknik, Bandung
41. Ketua Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Trisakti Jakarta
42. Ketua Jurusan Teknik Sipil.
Universitas Tarumanegara Jakarta
lf.~ ~
'~ t'WJ-o
C:\Adminlstnsi NSPM\S\RI·Sur.I\Pra Konsensus tgt 29 Oktober 2002.doc
JABATAN/INSTANSI STATUS UNDANGAN
Ketua Jurusan T. Sipil Perwakilan Perguruan
ITENAS. Tinggi
Pustran Narasumber
Pustran Narasumber
Jakarta Perwakilan Konsultan --
Direktur Bina Teknik, Ditjen Narasumber
Tata Perkotaan dan Perdesaan
Direktur Perkotaan Narasumber
Metropolitan, Ditjen Tata
Perkotaan dan Tata Perdesaan
Direktur Sistem Jaringan Narasumber Prasarana, Ditjen Prasarana Wilayah
Kepala Pusat Penilaian Narasumber Mutu Konstruksi, Badan
Pembinaan Konstruksi dan
lnvestasi
Kepala Pusat Pendidikan Narasumber Keahlian Teknik, Bandung
Ketua Jurusan Teknik Sipil, Perwakilan Perguruan
Universitas Trisakti Jakarta Tinggi
Ketua Jurusan Teknik Sipil. Perwakilan Perguruan
Universitas Tarumanegara Tinggi
Jakarta
Kepada Yth. :
Ketua Panitia Teknik Bidang Konstruksi dan Bangunan/ Ketua Sub Panitia Teknik Bidang Sumber Daya Air/Prasarana Transportasi/ Permukiman Pusat Litbang Sumber Daya Air/Prasarana Transportasi/Permukiman
di
SURAT PERNYATAAN
Berhubung kami berhalangan hadir dalam Sidang Pra Konsensus Standar sesuai surat undangan
No .................. , tanggal ............... untuk konsep standar:
1. . ..................................................................... .
2 ....................................................................... .
3 ....................................................................... .
4 ....................................................................... .
G . ....................................................................... .
dengan ini menyatakan : *) 1. Setuju sepenuhnya terhadap isi Rancanga n SNI tersebut. *) 2. Setuju tetapi dengan catatan-catatan usulan sebagaimana tercantum pada lembaran
tanggapan.
Demikian agar menjadi maklum.
Nama
lnstansi
Tanda Tangan
*) Corel yang tidak pe rlu
LEMBAR TANGGAPAN
JuduiKonsep
No. Halaman Butlr/Gambar/ Konsep Rancangan Standar Us ulan Dan Saran Alasan
Tabel
..
Catalan: Lembar Tanggapan harus disampaikan ke Sekretariat Sub Pantek!Pantek 2 hari sebelum acara rapat dimulai. d. a. Subbid Standardisasi Pusat Utbang Prasarana Transportasi Jl. Raya Timur No. 264 Ujungberung Bandung. Fax No. : 022- 7802726
DAFTAR HAOIR PESERTA SIDANG KC'NSENSUS RANCANGAN STANDAH.
NO.
BIDANG
JUDUL
NAMA
~ 13. ft:X~(}: ¥'- w .
I V I
Diketahui oleh : Ketua Pantek!Sekretaris Pantek,
INSTANSI ALAMAT TANDA TANGAN
dlt_
ITB1VA-s - --- -nt-'
~- 7
Jlct'
11\.\I\~
Ul..
Diperiksa oleh : Dibuat oleh : Pemimpin Sidang , Sekretariat/Panitia,
DAFTAR HADIR PESERTA SIDANG KONSI::NSU::> KA.N~AI'4uA.N;:, 1 ANUAt-< . '· I .,
BIDANG 0 i(:"'/}~frt_ ,f o J; ·':. j <~ ";- 0,{'·!
0> ·y;.· · ~ · :. .· .: ;1., :~ 0 - · ':?· · · ·J n - ·:, :--: __ . : ·
JUDUL ~: f.qf~ : ~qffi J:ilf~jif;i.;m() : J)( · (~~/ >fr.~ · ; · 6(Jkn ,.- . Ull .:_; 7_f? I i ra -an
NO. NAMA INSTANSI ALAMAT TANDA TANGAN
l(tJ)v \.fv .s \CtVv ~ \Jr (!1or /n ~~ ~ @ M u~ t-w(,y..\dnfq)..,· PfHK- ~~~ ..,.lfcr - \l
tiJ •f I
JL . YZ.L ;Jc~ Fvli (( -iPJ:r . .,.
(4) rf~K~ LA..#-.1.1' ~ ~~ 'P· ~
A~n!1Y_ ~ t 50 Pvstr.:?n B.D6 ~/
~- ~u plfr<..i:,.o 6t r:- V"-'Tk1L <JCUr _,_;w:Jt- .--- ~ -· - i'F-0-r -
0 '-1-/4-DJ O :P -,~ --"'7- ;-~ ~~ [.. 80 /:ahnd# - flAsh_ !2d_o ~~ J
6J WIUYA.) 111". yj~ ~'U b ~(U - ;:-v0!) v /
ltz.. Altl )<lfLYJlfwA/11 ,AAJ pr INPIIH K. ~Y-4 .]1<./
G ~ru PJqd,· S eL\\tT"n s f77cl q
t @ l'l8n~;:l11q ~ -
' 130 tv. <S 1c·LA, .i'; l'. i '' . .
.I
140 s C( (V\ <; : /-
l/-""'1
15. H\ (\) .. ) · ~ ·, 'r-: C•.·)\1 ,) iJ L . .--.
16.
17.
18.
190
20.
21 .
220 -
230
240
250 I
Bandung , 0 ~30 O Qo~-\0 0 0 ~0°0~ 0 0 0
Diketahui oleh : Diperiksa oleh : Dibuat oleh :
Pemimpin Sidang, Sekretariat/Panitia,
Andri
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI Jl. Raya Tlmur No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7802251 Fax. (022) 7802726 Bandung 40294 e-mall:[email protected]
NOTULEN DISKUSI TEKNIK II/PRAKONSENSUS
"TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BETON
UNTUK JEMBATAN"
Tanggal 29 OKtober 2002
Kata "perencanaan" tetap, tidak diganti dengan perancangan.
Notasi yang sama/ganda (mis. A, B, ... dst) supaya salah satu diberi subscripth.
Pasal 7, tentang bangunan bawah, apa tidak yang berkaitan dengan struktur beton saja, kalau yar
sekarang ditampilkan itu merupakan perencananaan jembatan ?. Judul ditambah "ketentua
ketentuan", pertanyaan ditampung.
Hal. 31, p seharusnya P1·
Hal. 32, dengan : diganti dengan pengertian :
Sifat karakteristik material ; teg. ijin dipindahkan ke bab yang bersangkutan (mis. prategang ke be:
prategang).
Detail ujung tul. geser(panjang, diameter dan pengangkuran) akan digambar lebih jelas/gamb.
diperbaiki.
Hal. 20, 4.5.1 ; faktor beban dan kombinasi pembebanan akan ditambahkan.
Evaluasi jembatan eksisting tidak dimasukkan disini, karena akan dibuat peraturan khusus terpisc:
"penilaian kondisi jembatan eksisting"
l Daftar notasi akan ditempatkan/dipindah ke depan untuk masing-masing bab.
1. Hal. 41, ada beberapa hal perlu gambar, mis. betf·
2. Hal. 95, 7.1.2.2.3, ..... dikurangi sampai 100 mm. kata "sampai" dihilangkan.
3. Benda uji kubus tidak eksplisit dalam standar ini, semua mengacu kesili11der. Jadi kalau ada uji kubl
konsultan harus bisa melakukan konversi atau dimasukkan ke spek.
4. Hal.1, perlu ditambah dengan "jembatan pertokoan".
5. Semua PBKT dikumpulkan saja agar tidak terjadi pengulangan.
6. Hal. 25, tabel4.6-7, judul tabel" ........ Beton Prategang" ganti "Beton non Prategang".
7. Hal. 33, penghentian tulangan sudah sesuai dengan PBI 2002.
B. Hal. 49, 5.7.6.2, a), ... lebih besar dari 1.; perlu ditambah monogram.
9. Hal. 51, 5.7.7, ditambah biaksial," .... lentur biaksial dan tekan".
D. Hal. 52, 5. 7.8.1.a), persyaratan tul. memanjang 1% - 8%, beda dengan yang digempa.? ditampung.
1. Hal. 5.7.8.3, Pengekangan lateral dapat dipasang ..... dst. Tidak ada ketegasan dipasang atau tidak.
2. Hal. 54, 5.7.8.6.a) maksud dan tujuan kalimat tersebut kurang jelas.
3. Hal. 55, perlu dilengkapi dengan gambar "dinding".
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI Jl. Raya Tlmur No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7802251 Fax. (022) 7802726 Bandung 40294 e-mall:[email protected]
~. Hal. 60, 5.9.4.1, tulangan minimum dicek kembali.
). Hal. 61, daftar notasi pindah kedapan masing-masing pasal.
5. Hal. 61, PBL apa hanya berlaku untuk momen saja, geser vtidak boleh ? geser pakai PBKT lagi ?.
r. Hal. 93, 7.1.1.3, PBL untuk pondasinya bukan betonnya. Pada pasal 7 ini akan ada beberapa yar
diambil dan beberapa dibuang.
3. Koefisien gempa perlu disesuaikan.
~. Untuk beton < 20 MPa atau > 60 MPa, tetap bisa digunakan standar ini c!engan sedikit modifika:
misalnya P1·
>. Hal. 8, umur 50 th, sulit memberikan parameter, perencana harus bisa membuktikan.
I. Hal. 14, grafik susut perlu dikoreksi lagi khususnya satuan yang arah horisontal (dikalikan 0,45).
> Hal. 19, 4.4.3.1.2, angka 0,85 tidak konsisten dengan hal. 90, disini memaksa 'fp = 0,4.
~. Panjang penyaluran dicek lagi.
L Pasal7, persyaratan dan ketentuan tul. min. akan dimasukkan.
>. Hal. 118, rumus 9.2-7, redaksionalnya diperbaiki, nilai a. tidak jelas (perlu keterangan).
>. Hal. 127, tabel 8.1-2 perlu dilengkapi lagi.
7 Hal. 7, 3.43, definisi "transfer'', perlu diperbaiki.
~. Hal. 3, 3.9, beban kerja, tam bah mjd. " ..... komponen struktur secara PBL.
). Hal. 31, 5.1.1.4, "Kekuatan ultimit nominal ... dst", kata ultimit dihilangkan.
). Yang benar tendon atau kebel ? ditampung.
I. Perlu ditambah tatacara splicing utk. tul., juga diameter bengkokan, jarak splicing, dll.
> Hal. 43, 5.6, perlu ditambah sketsa tul. geser utk. box girder.
Bandung, 29 Oktober 2002
Notulen Pimpinan Sidang
Redrik lrawan, ST.,MT. lr. Lanny Hidayat, MSi
BERITA - ACARA
HASIL SIDANG PRA KONSENSUS RANCANGAN STAN DAR BIDANG PRASARANA TRANSPORT ASI
Nomor :
Pada hari ini, Selasa tanggal 29 bulan Oktober tahun Dua Ribu Dua, Panitia TeknikiSub Panitia Teknik Standardisasi Naskah Rancangan SNI I Pedoman Teknik Bidang Prasarana Transportasi, telah
menyelengg~rakan sidang Pra Konsensus rancangan standar, sebagai berikut :
I. PELAKSANAAN
1. Judul Naskah Rancangan Standar (Bhs. Indonesia)
2. Ruang Lingkup (Bhs.
Indonesia
3. Tempat Sidang
4. Penyaji I Konseptor
5. Pemimpin Rapat
6. Judul Naskah Rancangan Standar (Bhs. lnggris)
7. Ruang Lingkup (Bhs.
lnggris)
8. Padanan
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan
Tata cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan ini digunakan untuk merencanakan jembatan jalan raya dan jembatan pejalan kaki di Indonesia, yang menggunakan komponen struktur beton bertulang dan beton prategang dengan
memakai beton normal, dan dengan panjang bentang tidak lebih dari 1 00 meter.
Ruang Rapat Gedung Pengembangan, Pusat Litbang Prasarana
Transportasi
\r-. jo\:.o ?ur"Pom o
SNI 03-2847-1992 Tata cara penghittungan struktur beton untuk bangunan gedung
SNI 03-3445-1994 Tata cara pengadukan dan pengecoran be ton
SNI 03-2458-1991
SNI 03-2492-1991
SNI 03-2495-1991 SNI 03-2834-1992
SNI 03-3403-1994
SNI 03-3449-1994
SNI 03-4433-1997 SNI 07-1050-1989
SNI7-2052-1997 SNI 07-2529-1991 SNI 07-1051-1989
Metode pengambilan contoh c.;ampuran beton segar Metode pengambilan contoh benda uji
beton inti Spesifikasi bahan tambahan untuk beton Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran. Tata cara pembuatan campuran dengan agregat ringan untuk beton ringan. Spesifikasi beton siap pakai Baja tulangan untuk konstruksi beton pratekan
Baja tulangan beton Metode pengujian kuat tarik baja beton Kawat baja karbon tinggi untuk konstruksi
9. Rujukan
beton pratekan SNI 07-1154-1989 Kawat baja tanpa lapisan bebas tegangan
untuk konstruksi beton pratekan, jalinan tujuh.
SNI 07-3651.1-1995 Persyaratan umum kawat baja beton pratekan.
SNI 07-3651.2-1995 Kawat tarik dingin, kawat baja be ton pratekan
SNI 07-3651.4-1995 Pilihan kawat baja beton pratekan
AASHTO Sisteenth edition, 1996 AASHTO T 26-79 Qaulity of water to be used in concrete ASTM A 421-91 Uncoated stress-relieved wire for prestresses
concrete ASTM A 722 Uncoated high-strength steel bar for
prestresses Concrete ASTM C 494 Water reducing, retarding, accelerating, high
range concrete
ASTM C 618 Pozzolans, fly ash and other mineral admixtures
AASHTO M31-95 Deformed and plain billet-steel bar for concrete reinforcement
AASHTO M32-94 Cold drawn steel wire for concrete reinforcement
ACI315
AWS D 2.0
Manual of standard practice for detailing reinforced concrete structures, American Concrrete Institute Standard specification for welded highway and railway bridges.
10. Daftar Undangan (tertampir)
11. Daftar Hadir
II. KESIMPULAN
2.1 Keputusan
(Terlampir)
[:0 diterima dengan perbaikan
0 ditolak untuk diajukan lagi ke sidang Pra Konsensus
0 Tidak ada kesepakatan
0 ditolak, dengan alasan ..................................... .
2.2 Padanan lain (kalau ada), dan penjelasan perbedaan.
2.3 Tanggapan terhadap materi (tertampir).
Demikian berita acara ini kami buat dengan penuh tanggung jawab untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandung, 29 Oktober 2002
WAKIL- WAKIL PESERTA PRA KONSENSUS
Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah,
( u r )
( ..... ' ....................... )
f\ . I
D'fpartemen Kimpraswil,
I i 'v v'"- -------
A~(lfPJJ)
< .I r : . ~)9 f. Y ~ .. ·. ~ ........ >
Ketua Gugus Kerja,
I.
RISALAH RAPAT PRA KONSENSUS
PENYELENGGARAAN
1.1 Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal
2. Jam
3. Tempat
4. Penyaji I Konseptor
5. Pemimpin Rapat
6. Judul Konsep Pedoman
(Bhs. Indonesia)
7. Ruang Lingkup (Bhs.
Indonesia
8. Judul Naskah Rancangan
Standar (Bhs. lnggris)
Selasa, 29 Oktober 2002
09.00 s/d selesai
Ruang Rapat Gedung Pengembangan, Pusat Litbang
Prasarana Transportasi.
\t jok.o P1.1r-00m 0
. If' . ~cmnJ l·hda.~~ ... M~t-
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan
Tata cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan ini
digunakan untuk merencanakan jembatan jalan raya dan
jembatan pejalan kaki di Indonesia, yang menggunakan
komponen struktur beton bertulang dan beton prategang
dengan memakai beton normal, dan dengan panjang bentang
tidak lebih dari 1 00 meter.
SNI 03-2847-1992
SNI 03-3445-1994
SNI 03-2458-1991
SNI 03-2492-1991
SNI 03-2495-1991
SNI 03-2834-1992
SNI 03-3403-1994
SNI 03-3449-1994
SNI 03-4433-1997
SNI 07-1050-1989
SNI 7-2052-1997
SNI 07-2529-1991
SNI 07-1051-1989
SNI 07-1154-1989
SNI 07-3651.1-1995
SNI 07-3651.2-1995
Tata cara penghittungan struktur beton
untuk bangunan gedung
Tata cara pengadukan dan pengecoran
be ton Metode pengambilan cortoh campuran
beton segar
Metode pengambilan contoh benda uji
beton inti
Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal
Metode pengujian kuat tekan beton inti
pemboran.
Tata cara pembuatan campuran dengan
agregat ringan untuk beton ringan.
Spesifikasi beton siap pakai
Baja tulangan untuk konstruksi beton
pratekan
Baja tulangan beton
Metode pengujian kuat tarik baja beton
Kawat baja karbon tinggi untuk konstruksi
beton pratekan
Kawat baja tanpa lapisan bebas tegangan
untuk konstruksi beton pratekan, jalinan
tujuh. Persyaratan umum kawat baja beton
pratekan.
Kawat tarik dingin, kawat baja beton
pratekan
9. Ruang Lingkup (Bhs.
lnggris)
10. Pad an an
11. Rujuan
12. Daftar Undangan
13. Daftar Hadir
Daftar Tidak Hadir
SNI 07-3651.4-1995 Pilihan kawat baja beton pratekan
AASHTO Sisteenth edition, 1996
AASHTO T 26-79 Qaulity of water to be used in concrete
ASTM A 421-91 Uncoated stress-relieved wire for prestresses concrete
ASTM A 722 Uncoated high-strength steel bar for prestresses Concrete
ASTM C 494 Water reducing, retarding, accelerating,
high range concrete
ASTM C 618 Pozzolans, fly ash and other mineral
admixtures AASHTO M31-95 Deformed and plain billet-steel bar for
concrete reinforcement
AASHTO M32-94 Cold drawn steel wire for concrete
reinforcement
ACI 315 Manual of standard practice for detailing reinforced concrete structures, American
Concrrete Institute
AWS D 2.0 Standard specification for welded highway and railway bridges.
(terlampir)
(terlampir) (terlampir)
II. KESIMPULAN
2.1 Keputusan oz(diterima dengan perbaikan
0 ditolak untuk diajukan lagi ke sidang Pra Konsensus
0 Tidak ada kesepakatan
0 ditolak, dengan alasan ..................................... .
2.2 Padanan lain (kalau ada), dan penjelasan perbedaan.
2.3 Tanggapan terhadap materi (terlampir).
Bandung, 29 Oktober 2002
Disimpulkan oleh Nama ) ( . ... C?-:QJ nk l .......... •'• ........ . tVO nrr ll s·
(Se~stf'anitla)
Tanda Tangan ...... /.~td ...
Disetujui oleh Nama (Pemimpin Rapat)
Tanda Tangan
Diketahui oleh Nama lr · t·hNJ &.!&.( ~ao-P\ o ., (.fj Ho~+tr\5
· · · · · · · · · · · · · · · . . . . . . . . . . . . . . (K~Atek!Sub Pantek) Standardisasi
T<mda Tangan
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)