pengkajian metode perencanaan struktur beton untuk ......rapat pra-konsensus, dan telah disetujui...

70
Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan di tulis oleh Puslitbang Prasarana Transportasi pada tahun 2004

Upload: others

Post on 30-Jul-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

Pengkajian Metode Perencanaan StrukturBeton untuk Jembatan di tulis olehPuslitbang Prasarana Transportasi padatahun 2004

Page 2: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LAPORAN AKHIR

PENGKAJIAN

METODE PERENCANAAN STRUKTUR

BETON UNTUK JEMBATAN

O E PARTEMEN PERMUKIMAN DAN P R ASAAA N A W ILAYA H

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA Wll.AYAH

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI

Page 3: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LAPORAN AKHIR

PENGKAJIAN

M'ETODE PERENCANAAN STRUKTUR

BETON UNTUK JEMBATAN

- -·- -----

Bandung, Desember 2002

D!t/Go

DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI Jalan Raya nmur No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7802251 Fax. (022) 7802726 Bandung 40294 4HT!all:[email protected]

Page 4: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

ABSTRAK

Ketepatan, keandalan dan kemudahan dalam perencanaan struktur beton untuk

jembatan sangatlah penting, mengingat hampir semua jembatan tidak terlepas dari

penggunaan material beton khususnya jembatan bentang panjang. Untuk

menjamin terpenuhinya semua kebutuhan tersebut di atas, perlu kiranya segera

dibuat suatu Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan, yang sesuai

dengan kaidah-kaidah teknik perencanaan struktur, dan bisa diterapkan pada

kondisi lokal untuk perencanaan berbagai jenis jembatan modern di Indonesia,

serta bisa mengakomodasi tuntutan kemajuan teknologi pelaksanaan jembatan

saat ini, untuk selanjutnya bisa dijadikan acuan ke~a bagi semua perencana

struktur jembatan di Indonesia, dalam setiap tahapan kegiatan mulai dari

perencanaan awal hingga semua aspek detailing, agar bisa dihasilkan konstruksi

jembatan yang andal dan optimal sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

Penyusunan materi Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan ini,

didasarkan atas penulusuran ilmiah dari standar dan peraturan perencanaan

negara-negara lain (AASHTO, EUROCODE, AUSTROADS), Standar Nasional

Indonesia (SNI), dan BMS.

Tata Cara ini telah dilakukan beberapa kali Rapat Teknik bahkan telah dilakukan

Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa

dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia (SNI).

Page 5: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LEMBAR PERSETUJUAN

Kode Proyek I Bag ian Proyek Tahun

: Penerapan Teknologi Prasarana Wilayah : 2002

PENGKAJIAN METODE PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK JEMBATAN

Menyetujui : Kepala Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap jalan, .

Mengetahui :

11

Bandung, Desember2002

Penanggung Jawab,

(lr. Joko Purnomo) NIP. : 110 052 489

Pemimpin Proyek Penerapan Teknologi Prasarana

Wilayah

I

(Drs. Bambang Purwadi) NIP. : 110 027 596

Page 6: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

TIM PELAKSANA

Penanggung Jawab : lr. Joke Purnomo

Tenaga Ahli : 1. lr. Lanny Hidayat, M.Si 2. lr. Lanneke Tristanto 3. Dr. lr. F.X. Supartono 4. lr. Elly Tjahjono, DEA 5. Dr. lr. Yuskar Lase

Anggota Tim : 1. lr. Suwandojo Siddiq, Dipi.E.Eng. 2. lr. Cecilia L.G.S., M.Sc. 3. Dr. lr. lswandi lmran, MSc. 4. lr. Davy Sukamta 5. Dr. lr. Gideon 6. lr. Redrik lrawan, M.T. 7. lr. Kgs. Ahmad A 8. lr. lwan Setiawan 9. M. Harijanto, 10. Hindun Hasanah, S.E. 11. Titing Sumiarti 12. Anang Mulyawan L 13. Rustandar

Ill

Page 7: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

KATA PENGANTAR

Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan merupakan kajian yang

hasilnya merupakan bahan untuk SNI dengan judul "Tata Cara Perencanaan Struktur

Beton untuk Jembatan" yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para perencana

dalam bidang perencanaan jembatan yang selama ini belum mempunyai acuan. Tata

cara ini merupakan penyempurnaan dan lanjutan dari "Bridge Design Code" bagian 6

yaitu " Concrete Design" yang dibuat pada tahun 1992 oleh konsultan SMEC-Kinhill

dengan dana hibah dari pemerintah Australia, dan pada tahun 2000 telah dibuat konsep

dasar "Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan" oleh Kantor Menteri

Pekerjaan Umum, dan dilanjutkan pada tahun 2002 oleh Balai Jembatan .dan Bangunan

Pelengkap Jalan, Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Badan Litbang Kimpraswil.

Tata cara perencanaan struktur beton untuk jembatan ini diharapkan menjadi acuan bagi

para perencana dan pelaksana jembatan dalam melaksanakan pekerjaannya di Indonesia

yang memenuhi ketentuan minimum sehingga mendapatkan hasil struktur jembatan beton

yang a man, nyaman dan ekonomis. Diharapkan juga bagi para pengajar pada Perguruan

Tinggi dapat meneruskan tata cara perencanaan struktur beton untukjembatan ini kepada

para mahasiswa, sehingga akan didapat SDM yang mampu melaksanakan perencanaan

struktur beton untuk jembatan yang seragam di seluruh Indonesia.

Standar ini disusun oleh Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan

melalui Gugus Kerja Konstruksi Jembatan dan Bangunan Jalan pada Sub Panitia Teknik

dan Standar Bidang Prasarana Transportasi, dengan dibantu oleh nara sumber yang

terdiri dari pakar-pakar yang sesuai dengan keahliannya. Penyusunan tata cara ini juga

mengacu pada standar-standar lain, baik berupa SNI maupun standar asing seperti

AASHTO, ASTM, EUROCODE, AUSTROADS.

Kami berharap rancangan standar ini segera diproses untuk menjadi SNI dan segera

dapat sebagai acuan bagi para pengguna di Indonesia.

Bandung, Desember 2002

Penyusun

IV

Page 8: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

DAFTAR lSI

ABSTRAK oooooooooooooooooooooooOOoooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooOoooOoooooooooooooo

LEMBAR PERSETUJUAN Oo 0 0 0 0 0 0 0 00 0 00 00 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 000 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0 0 ii

TIM PELAKSANA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 iii

KA TA PENGANTAR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 iv

DAFTAR lSI 000 000 Ooo 000 000 000 000 000 000 Ooo 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 0 v

BAB I PENDAHULUAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

10 1 La tar Belakang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 • 0 0 0 0 0 1

102 Tujuan dan Sasaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

103 Luaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

1.4 Ruang Lingkup 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo 3

BAB Ill METODOLOGI 000000000 000 000 000 000000000 000 000 000 000 000000 000 000 000 000 000000000 0000 5

BAB IV HASIL LITBANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7

40 1 Pra Studi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7

402 Kegiatan-kegiatan studi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8

403 Hasil Litbang 000 000 000 000 000 000 000 Ooo 000 Ooo 000 000 000 000 000 000 000 000 ooo 000 000 ooo 10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11

501 Kesimpulan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11

502 S a r a n 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN - LAMPIRAN :

LAMPIRAN A:

LAMPIRAN B:

LAMPIRAN C:

Notulen rapat nara sumber tahap awal, 22 Agustus 2000

Notulen dan daftar hadir rapat tim teknik I, 23 Apri12002

Notulen dan daftar hadir diskusi teknik I, 7 Mei 2002

v

Page 9: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LAMPIRAN D:

LAMPIRAN E:

LAMPIRAN F:

Notulen rapat I pertemuan informal

Notulen dan daftar hadir rapat diskusi teknik II/ prakon -

sensus, 29 Oktober 2002

Materi "Draft Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk

Jembatan" (dalam buku terpisah).

VI

Page 10: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

1.1 LATAR BELAKANG

BASI

PENDAHULUAN

Jembatan, sebagai prasarana transportasi, baik didarat, pegunungan, sungai,

maupun laut, haruslah selalu memenuhi syarat-syarat : aman, ekonomis, nyaman,

estetis, mudah pemeliharaan dan awet.

Sesuai dengan peningkatan pembangunan serta makin berkembangnya

masyarakat modem di Indonesia, dan seiring dengan tuntutan permasalahan

transportasi yang makin padat dan rumit, jumlah dan mutu serta kapasitas

jembatan juga dituntut untuk selalu ditingkatkan, terutama untuk mengimbangi

peningkatan ekonomi dan industri yang tersebar hampir disemua pulau besar di

Indonesia. Jembatan panjang merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk

menghubungkan antar pulau di Indonesia, untuk itu dengan sendirinya perlu

didukung oleh suatu teknik perencanaan dan teknologi pelaksanaan konstruksi

beton yang te~amin.

Kesemua aspek tersebut diatas telah menuntut suatu ketepatan dan keandalan

dalam perencanaan jembatan, terutama yang menggunakan material beton,

karena hampir semua jembatan bentang panjang tidak akan terlepas dari

penggunaan material beton sebagai elemen struktur utama. Untuk menjamin

terpenuhinya semua kebutuhan tersebut di atas, perlu kiranya segera dibuat suatu

peraturan dan standar spesifikasi yang andal untuk perencanaan jembatan beton,

yang sesuai dengan kaidah-kaidah teknik perencanaan struktur, dan bisa

diterapkan pada kondisi lokal untuk perencanaan berbagai jenis jembatan modem

di Indonesia, serta bisa mengakomodasi tuntutan kemajuan teknologi pelaksanaan

jembatan saat ini, untuk selanjutnya bisa dijadikan acuan kerja bagi semua

perencana struktur jembatan di Indonesia, dalam setiap tahapan kegiatan mulai

dari perencanaan awal hingga semua aspek detailing, agar bisa dihasilkan

konstruksi jembatan yang andal dan optimal sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan.

Pendahu!uan 1 - 1

Page 11: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

1.2 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk menyiapkan draft peraturan perencanaan

struktur beton untuk jembatan, yang nantinya akan dibawa keforum yang lebih

tinggi untuk menjadi Standar Nasionallndonesia (SNI).

Sasaran dari pengkajian ini adalah berupa SNI dengan judul "Tata Cara

Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan", yang diharapkan dapat dipakai

sebagai acuan pad a perencanaan struktur beton untuk jembatan dan pengajaran

di Perguruan Tinggi.

1.3 LUARAN

Untuk lebih mendapatkan hasil yang optimal maka pengkajian ini dibagi dalam dua

tahap, dengan luaran sebagai berikut :

TA 2002

TA 2003

Draft Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan

Penyusunan SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk

Jembatan

1.4 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah menyiapkan materi K-0 "Tata Cara

Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan", yang selanjutnya akan diproses

menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh Bagian Standar.

Penulisan "Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan" ini telah

mengikuti aturan penulisan baku untuk standar, yaitu BSN No. 8 Tahun 2000.

Untuk menyiapkan materi tersebut, maka dilakukan beberapa tahapan kegiatan

utama sebagai berikut :

a. Studi Literatur

b. Koordinasi dengan tenaga ahli dan narasumber yang terkait

c. Penyusunan konsep draft peraturan beton

d. Diskusi Teknik

e. Laporan, yang terdiri dari : Laporan Pendahuluan, Laporan triwulan, dan

Laporan Akhir yang dilengkapi dengan materi "Tata Cara Perencanaan

Struktur Beton untuk Jembatan".

Pendahuluan 1 - 2

Page 12: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam pengkajian ini penyusunan peraturan akan mengacu pada berbagai standar

yang berlaku dinegara-negara besar yang kemudian disesuaikan dengan kondisi lokal

di Indonesia, scperti Amerika (AASHTO), Eropa (EUROCODE), Australia

(AUSTROAD), Jepang (JIS), dan standar-standar nasional yang terkait seperti SNI dan

Sll serta BMS.

Cara perencanaan berdasarkan Allowable Stress Design (ASD) dan Load Resistance

Factor Design (LRFD), dengan penekanan pada LRFD.

Walaupun demikian, peraturan perencanaan beton untuk jembatan ini tidak akan

memuat secara lengkap prosedur dan kriteria perencanaan dan perhitungan struktur

tahan gempa, yang nantinya akan merupakan suatu bagian peraturan tersendiri.

Dengan demikian, walaupun penekanan materi peraturan ini akan lebih pada tata cara

perencanaan struktur beton, namun perlu kiranya ada bagian dari batasan

pengamanan struktur beton yang direncanakan sebagai elemen yang daktail dan tahan

gempa, seperti pada konfigurasi tulangan dan kolom beton bertulang.

Berdasarkan kelaziman pendekatan pemikiran dan prinsip dasar dalam proses

perencanaan jembatan seperti yang telah dijelaskan di atas, maka dalam menyiapkan

konsep materi peraturan ini, kami berpendapat bahwa pendekatan terbaik adalah

dengan menempuh pendekatan teori praktis, yaitu dengan tetap mendasarkan pada

kaidah-kaidah ilmiah perencanaan struktur jembatan seperti yang telah disampaikan di

atas, namun juga dengan memperhatikan aspek-aspek praktis pelaksanaan jembatan,

terutama yang berhubungan dengan kondisi-kondisi di Indonesia, yaitu antara lain

kondisi ketersediaan material, kondisi sumber daya manusia/tenaga kerja, dan

kondisi/tradisi pengendalian mutu pelaksanaan jembatan di Indonesia, termasuk juga

kondisi lokal di daerah-daerah.

Dalam hal pendekatan praktisnya, perlu juga kiranya dipertimbangkan dan diusahakan

suatu prosedur pemahaman dan penggunaan peraturan yang relatif mudah dimengerti,

agar bisa dihasilkan suatu peraturan yang handal (reliable) namun praktis dalam

penggunaannya.

Kajian Pustaka 2 - 3

Page 13: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

Dalam melakukan pendekatan teoritis maupun praktis, tentu saja kita juga akan

mempertimbangkan prinsip peraturan tata cara perencanaan jembatan di negara­

negara maju, agar bisa benar-benar menghasilkan suatu peraturan perencanaan

jembatan yang up to date, reliable dan practicable.

Kajian Pustaka 2 - 4

Page 14: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

BAB Ill

METODOLOGI

Metodologi yang diterapkan dalam kegiatan ini yaitu dengan melakukan rapat

narasumber, rapat teknik dan diskusi teknik yang intensif dengan para pakar dibidang

teknologi dan struktur beton, baik dilingkungan Departemen Kimpraswil, Dinas PU

Daerah, Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, Konsultan, Kontraktor serta institusi-institusi

lain yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Dari hasil rapat tersebut akan

didapat suatu saran, masukan dan kesepakatan bersama untuk dituangkan dalam

penyusunan Standar Tata cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. Dalam

penyusunan dan penulisan mengikuti aturan yang diberlakukan dalam. penyusunan

standar, yaitu mengacu pada pedoman BSN No. 8 tahun 2000.

Penerapan metodologi sebagaimana tersebut diatas, dijabarkan dalam urutan kegiatan

sebagai berikut :

a. Studi Literatur

o Penyusunan materi ini merupakan penyempurnaan dari "Bridge Design Code"

bagian 6 yaitu "Concrete Design" yang dibuat pada tahun 1992 oleh konsultan

SMEC-Kinhill dengan dana hibah dari pemerintah Australia, dan pada tahun

2000 telah dibuat konsep "Tata cara perencanaan struktur beton untuk jembatan"

oleh Kementerian Negara Pekerjaan Umum.

a Penulusuran ilmiah dari standar dan peraturan perencanaan negara-negara lain

(AASHTO, EUROCODE, AUSTROAD), dan standar-standar dalam negeri (SNI).

o Mempelajari kaidah-kaidah dan pertimbangan teknik yang berlaku secara

nasional dan internasional dalam hal perencanaan jembatan, untuk

dipertimbangkan dalam penyiapan dan penyusunan materi.

b. Koordinasi dengan narasumber

o Melakukan rapat dan pertemuan dengan para narasumber yang terkait untuk

mendapatkan usulan yang diperlukan dalam pembuatan konsep materi.

o Narasumber meliputi : Dinas PU, Perguruan Tinggi, Peneliti, Organisasi profesi,

praktisi perencana, praktisi pelaksana, praktisi manajemen konstruksi, dan lain­

lain.

Metodologi 3 - 5

Page 15: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

c. Penyusunan konsep draft peraturan beton

o Pendalaman lingkup kegiatan dan materi

o Rapat narasumber

o Pendalaman ilmiah terhadap peraturan negara lain

o Pendalaman materi untuk kondisi lokal di Indonesia

o Penyusunan konsep materi draft peraturan

o Rapat teknik

o Perbaikan konsep materi draft peraturan

d. Diskusi Teknik

e.

o Diskusi T eknik I

o Diskusi Teknik !!

Diskusi teknik melibatkan perguruan tinggi, peneliti, organisasi profesi, praktisi

perencana, praktisi pelaksana, praktisi manajemen konstruksi, dan lain-lain.

Pelaporan

D Laporan Pendahuluan

D Laporan Triwulan

D Draft Laporan Akhir

D Laporan Akhir

------------------------------------- Metodologi 3 - 6

Page 16: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

4.1 PRA STUDI

BABIV

HASIL LITBANG

Sebagaimana telah disampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dan

penyempurnaan dari "Bridge Design Code" bagian 6 yaitu "Concrete Design" yang

dibuat pada tahun 1992 oleh konsultan SMEC-Kinhill dengan dana hibah dari

pemerintah Australia, dan pada tahun 2000 telah dibuat konsep awal "Tata cara

perencanaan struktur beton untuk jembatan" oleh Kementrian Negara Peke~aan

Umum.

Rapat nara sumber tahap awal telah dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2000

dalam rangka persiapan penyusunan konsep peraturan beton untuk perencanaan

jembatan, yang mana bertujuan untuk mendapatkan masukan dan usulan, serta

menyamakan persepsi dalam prinsip dasar penyusunan konsep materi peraturan,

terutama yang berhubungan dengan kerangka dasar persyaratan umum dan teknis

yang sebaiknya dan seharusnya dimuat dalam peraturan.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan dapat diterima oleh semua pihak yang

terkait, maka sebagai narasumber telah dipilih para wakil pengguna da!1 pakar

dalam teknik jembatan sebagi berikut :

a. Wakil dari Kantor Menteri Negara PU

o DR. lr. Mustazir

o lr. Lanny Hidayat, MSi.

o lr. Luthfiel Annam, MM.

o lr. Sjovfa Rosliansjah, MM.

o lr. Decky Priambodo, MM., MSc.

b. Wakil dari Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah

o lr. lwan Zarkasji, MEngSc.

c. Wakil dari akademisi dan peneliti dari perguruan tinggi

o Prof. DR. lr. Widiadnyana Merati (ITB)

o lr. Jodi Firmansjah, MSE., PhD. (ITB)

o lr. Syahril A. Rahim, MEng. (UI)

Hasil Litbang 4- 7

Page 17: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

d. Wakil dari peneliti dari pusat penelitian dan pusat kajian

o lr. Sutadji Yuwasdiki (mewakili Prof. DR. lr. Binsar Hariandja/Balitbang PU)

o lr. Panji Krisna Wardana (mewakili lr. Lanneke Tristanto/Puslitbang Jalan)

e. Wakil dari organisasi profesi

o lr. Davy Sukamta (Ketua HAKI)

f. Wakil dari praktisi perencana jembatan

o Prof. DR. lr. Wiratman Wangsadinata (PT. Wiratman & Associates)

g. Wakil dari praktisi pelaksana jembatan

o Dipl. lng. Paul Tanukhrisna (PT. Freyssinet Total Technology)

o lr. Sutikno Hadi (PT. Murinda Iron Steel)

Resume hasil rapat nara sumber tahap awal sebagaimana yang disajikan dalam

Lampiran A.

Dari konsep "Tata cara perencanaan struktur beton untuk jembatan" oleh

Kementrian Peke~aan Umum, juga telah dibahas mengenai studi banding faktor

reduksi kekuatan, dan studi banding terhadap peraturan-peraturan asing maupun

dalam negeri, yaitu BMS-1992, AASHTO, AUSTROAD, EUROCODE, ASIAN

CODE, dan SKSNI (untuk gedung).

4.2 KEGIATAN-KEGIATAN STUDI

Kegiatan utama dalam penelitian ini adalah melakukan rapat narasumber, rapat

teknik dan diskusi teknik yang intensif dengan para pakar dibidang teknologi dan

struktur beton, baik dilingkungan Departemen Kimpraswil, Dinas PU Daerah,

Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, Kosultan, Kontraktor serta institusi-institusi lain

yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Rapat dilakukan baik secara

formal maupun pertemuan informal.

Rapat-rapat formal yang dilakukan didalam penyusunan Standar Tata Cara

Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan ini antara lain :

1. Rapat Tim Teknik I

Rapat Tim Teknik I dilaksanakan pada tanggal23 April2002 di Balai Jembatan

dan Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Prasarana Transportasi dan dihadiri oleh Tim Penelitian, Tenaga Ahli, Staf Balai

========--==--===--===========---==--=== Hasil Litbang 4 - 8

Page 18: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, serta Pemimpin Proyek. Dalam

pertemuan ini dibahas hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis, juga

adanya beberapa masukan serta pembagian tugas untuk tim teknis didalam

penyusunan materi selanjutnya.

Notulen dan daftar hadir Rapat Tim Teknik I sebagaimana dalam Lampiran B.

2. Diskusi Teknik I

Diskusi Teknik I dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2002 di Gedung Pertemuan

llmiah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi dan

dihadiri oleh Tim Penelitian, Tenaga Ahli, Perwakilan dari Perguruan Tinggi,

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Stat Balai Jembatan dan

Bangunan Pelengkap Jalan, serta Bag ian Proyek. Dalam pertemuan ini dibahas

hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis, juga adanya beberapa

masukan dari para undangan.

Notulen dan daftar hadir Diskusi Teknik I sebagaimana dalam Lampiran C.

3. Diskusi Teknik II

Diskusi Teknik II dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2002 di Gedung

Pertemuan llmiah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana

Transportasi dan dihadiri oleh Tim Penelitian, Tenaga Ahli, perwakilan dari

Perguruan Tinggi, Sub Panitia Teknik, Gugus Kerja, perwakilan Gugus Kerja

Bidang lain, konsultan, kotraktor, Ditjen tata Perkotaan dan tata Perdesaan,

Ditjen Prasarana Wilayah, Pusat Penilaian Mutu Konstruksi, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Permukiman, Stat Balai Jembatan dan Bangunan

Pelengkap Jalan, serta Bagian Proyek. Dalam pertemuan ini dibahas hal-hal

yang bersifat teknis maupun non teknis, juga adanya beberapa masukan dari

para undangan.

Diskusi Teknik II ini juga merupakan Prakonsensus yang merupakan salah satu

tahapan didalam penyusunan Standar Nasional Indonesia.

Notulen dan daftar hadir Diskusi Teknik II sebagaimana dalam Lampiran E.

4. Rapat dan pertemuan informal

Disamping rapat atau diskusi teknik formal sebagaimana tersebut diatas, juga

sering dilakukan pertemuan/rapat yang sifatnya informal baik dengan tenaga

ahli maupun dengan bagian standar. Pertemuan-pertemuan ini dilakukan di

- Hasil Litbang 4- 9

Page 19: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

Bandung dan Jakarta. Notulen Rapat dan pertemuan informal sebagaimana

dalam Lampiran D.

4.3 HASIL LITBANG

Hasil dari studi ini semula adalah bahan atau materi ''Tata Cara Perencanaan

Struktur Beton untuk Jembatan" yang merupakan materi K-0 untuk selanjutnya

diproses dalam rapat-rapat standarisasi. Namun karena masih memungkinkan

maka pada tahun anggaran ini sekaligus telah dilakukan Prakonsensus (RSNI 1),

Bahan keseluruhan dari "Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan"

sebagaimana dilampirkan dalam buku secara terpisah dari Laporan Akhir ini.

Hasil Lit bang 4- 10

Page 20: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil Rapat Teknik, Diskusi Teknik dan Prakonsensus dengan judul "Tata Cara

Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan", dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagaiberikut:

1. Pembahasan materi dalam Rapat Teknik maupun Disk1.1si Teknik I telah dihadiri

oleh para Tim Penelitian, Tenaga Ahli, Perwakilan dari Perguruan Tinggi, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Staf Balai Jembatan dan

Bangunan Pelengkap Jalan, serta Bagian Proyek. Dari Rapat Teknik dan

Diskusi Teknik tersebut secara aklamasi dapat diterima oleh semua pihak yang

terlibat, dengan adanya beberapa perbaikan dan masukan.

2. Pembahasan materi dalam Prakonsensus I Diskusi Teknik II telah dihadiri oleh

Tim Penelitian, Tenaga Ahli, perwakilan dari Perguruan Tinggi, Sub Panitia

Teknik, Gugus Kerja, perwakilan Gugus Kerja Bidang lain, konsultan, kotraktor,

Diljen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Ditjen Prasarana Wilayah, Pusat

Penilaian Mutu Konstruksi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,

Produsen lndustri Konstruksi dan material perbaikan beton, Staf Balai

Jembatan dan Perwakilan Mahasiswa Pasca sarjana.

Dari Rapat Prakonsensus tersebut telah disepakati bahwa materi "Tata Cara

Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan" dapat diterima dengan beberapa

perbaikan, untuk selanjutnya diproses menjadi Standar Nasional Indonesia

(SNI).

5.2 SARAN

Disarankan agar Rapat Konsensus dapat segera dilaksanakan pada tahun 2003

sehingga segera bisa menjadi SNI, mengingat bahwa standar "Tata Cara

Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan", ini sangat ditunggu oleh para

pengguna.

Kesimpulan dan Saran 5 - II

Page 21: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LAMPIRAN A

NOTULEN RAPAT NARASUMBER TAHAP AWAL

22 AGUSTUS 2000

Page 22: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

NOTULEN RAPAT NARASUMBER

PEKERJAAN PENYIAPAN MATERI TEKNIS PERATURAN BETON UNTUK

JEMBATAN

22 AGUSTUS 2000

a. Ruang lingkup dalam peraturan ini dibatasi pada permasalahan jembatan-jembatan

biasa, termasuk jembatan pejalan kaki (namun tidak termasuk jembatan kereta api)

dengan bentang kurang dari 200 meter dan umur rencana 50 tahun. Untuk struktur

jembatan khusus seperti Cable Stayed, segmental, Arched Bridge, dan lain

sebagainya, perencana perlu melakukan perencanaan khusus dan membuktikan

hasil perencanaan tersebut.

b. Acuan utama dalam penyusunan konsep peraturan adalah konsep BMS-1992,

namun perlu dilakukan studi banding terhadap AASHTO, EUROCODE, AUSTROAD,

dan Asian Concrete Model Code, serta memberi catatan-catatan atau rekomendasi­

rekomendasi dimana perlu pada aturan-aturan BMS-1992 atau bagian lain dari BMS-

1992 yang terkait.

c. Notasi yang digunakan akan mengacu pada SK-SNI.

d. Prinsip-prinsip umum perencanaan yang akan digunakan adalah :

o Prinsip utama menggunakan cara Perencanaan berdasarkan Beban dan

Kekuatan Terfaktor (PBKT) atau Load Resistance Factor Design (LRFD).

o Faktor pembebanan akan menggunakan standar BMS-1992 bagian 2.

o Faktor reduksi kekuatan akan direncanakan berdasarkan cara probabilitas

statistik dari hasil pelaksanaan jembatan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,

bila datanya tersedia.

o Untuk perencanaan kekuatan beton pratekan tetap diberikan alternatif

perencanaan berdasarkan cara Perencanaan Batas Layan (PBL) atau Working

Stress Design (WSD).

e. Untuk permasalahan aspek kekakuan, lendutan, dan retak akan diperhitungkan

berdasarkan cara Perencanaan berdasarkan Batas Layan (PBL).

Page 23: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

f. Perlu dimasukkan Acceptance Criteria yang jelas untuk pekerjaan beton, yang

kiranya bisa selaras dengan peraturan beton untuk gedung.

g. lstilah beton prategang atau beton pratekan akan dibahas lebih lanjut oleh Tim

Penyusun.

h. Masalah geoteknik tidak dibahas dalam peraturan ini.

i. Mengenai masalah gempa akan diberikan ketentuan untuk keperluan perencanaan

struktur beton yang tahan gempa, tetapi bukan merupakan analisis perhitungan atau

perencanaan· rinci struktur tahan gempa.

j. Untuk zona gempa akan mengikuti pembagian zona yang terdapat pada peraturan

perencanaan tahan gempa untuk gedung, bila zona gempa ini dianggap perlu

dimasukkan dalam peraturan beton.

k. Materi konsep peraturan beton disepakati sebagai berikut :

1 Syarat Umum Perencanaan

1.1 Ruang lingkup peraturan perencanaan beton

1.2 Definisi-definisi

1.3 Syarat umum perencanaan

1.4 Asumsi-asumsi dalam perencanaan

1.5 Sifat dan karakteristik material

1.6 Prinsip perencanaan

1.7 Faktor beban dan kombinasi pembebanan

1.8 Aspek korosi pada komponen struktur beton

2 Perencanaan kekuatan struktur beton bertulang

2.1 Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur (termasuk pembahasan

mengenai balok tinggi)

2.2 Perencanaan kekuatan balok terhadap geser (termasuk pembahasan pada

kondisi normal tarik serta kombinasi normal tarik dan lentur)

2.3 Perencanaan kekuatan terhadap lentur dan aksial

2.4 Perencanaan kekuatan terhadap geser dan puntir

2.5 Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap lentur

Page 24: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

2.6 Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap geser

2. 7 Perencanaan komponen struktur tekan

2.8 Perencanaan komponen dinding

2.9 Aspek keamanan terhadap fatik

3 Perencanaan kekuatan struktur beton prategang

3.1 Tendon baja prategang

3.2 Kehilangan gaya prategang

3.3 Perencanaan balok terhadap lentur berdasarkan cara batas layan

3.4 Kuat rencana batas lentur (kekuatan terfaktor)

3.5 Pembatasan tu!angan prategang pada balok

3.6 Perencanaan balok terhadap geser dan puntir

3. 7 Perencanaan struktur balok menerus

3.8 Perencanaan komponen tekan

3.9 Perencanaan batang tarik

3.10 Perencanaan daerah pengangkuran

3.11 Perencanaan ketahanan jangka panjang

3.12 Penyaluran tegangan dalam tendon baja prategang

3.13 Ketentuan perencanaan untuk komponen prategang pracetak (termasuk

pembahasan balok komposit)

3.14 Aspek keamanan terhadap fatik

4 Ketentuan untuk perencanaan struktur bawah

4.1 Pondasi

o Pembahasan mengenai jenis-jenis pondasi

4.2 Struktur bangunan bawah

o Kepala jembatan

o Pilar jembatan

4.3 Dinding penahan tanah

Page 25: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

5 Ketentuan untuk perencanaan struktur lain-lain

6 Batas layan pada aspek lendutan dan retak

6.1 Persyaratan dan pembatasan lendutan pada komponen jembatan

6.2 Pembatasan retak pada komponen jembatan

7 Aspek vibrasi dan gaya tumbukan

7.1 Kondisi batas terhadap vibrasi

o Batasan keamanan dan kenyamanan (dinyatakan dalam periode)

o Untuk pelat-pelat lantai daerah kepala jembatan yang mempunyai

kecenderungan retak dalam jangka waktu relatif singkat patut

dipertimbangkan besarnya Dynamic Load Factor didaerah tersebut.

7.2 Ketentuan pengamanan terhadap gaya tumbukan

8 Ketentuan untuk perencanaan struktur tahan gempa (termasuk ketentuan

detailing ditumpuan dan kaki jembatan)

Page 26: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LAMPIRAN B

NOTULEN DAN DAFTAR HADIR RAPAT TIM TEKNIK I

23 APRIL 2002

Page 27: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

NOTULEN RAPAT TEKNIS I

" PENGKAJIAN METODE PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK

JEMBATAN"

Tanggal 23 April 2002

1. Penyusunan peraturan mengacu pada peraturan dinegara-negara maju seperti

Amerika, Eropa, Australia dan Jepang, serta peraturan atau pedoman dari dalam

negeri seperti BMS, SNI dan standar lain yang berlaku.

2. Perencanaan didasarkan pada Allowable Stress Design (ASD) dan Load Resistance

Factor Design (LRFD), dengan penekanan lebih pada LRFD.

3. Untuk penulisan standar nantinya, hendaknya mengikuti apa yang sudah dibakukan

di PBI untuk gedung.

4. Daftar notasi ditempatkan paling belakang atau masing-masing bab, disesuaikan

dengan SNI.

5. Halaman 19, tertulis 0,08 seharusnya 0,008.

6. Perlu konsistensi penulisan.

7. Perlu dimasukkannya diagram atau gambar atau grafik untuk memudahkan didalam

penggunaan standar ini.

8. Pembagian tugas :

Babl

Bab II

Bab Ill

BabiV

BabV

BabVI

Bab VII

Bab VIII

: lr. Lanny Hidayat, MSi.

: DR. lr. F.X. Supartono

: DR. lr. F.X. Supartono

: lr. Joko Purnomo

: lr. Lanneke Tristanto

: DR. lr. F.X. Supartono

: DR. lr. Yuskar Lase,

lr. Elly Tjahjono, DEA.,

lr. Lanneke T.

: lr. Lanneke Tristanto,

DR. lr. Yuskar Lase,

lr. Elly Tjahjono, DEA.

Page 28: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

9. Direncanakan Diskusi Teknik I pada tangal 7 Mei 2002

10. Perlu diperhatikan agar tidak terjadi perbedaan antara beton untuk jembatan dengan

untuk gedung, untuk itu agar selalu berkoordinasi dengan PUSKIM.

11. Sistematika (lay out) materi standar adalah sebagai berikut :

DAFTAR lSI

BAB I SYARAT UMUM PERENCANAAN STRUKTUR BETON

1.1 Ruang Lingkup

1.2 Prinsip umum perencanaan

1.3 Sifat dan karakteristik material

1.4 Faktor beban dan faktor reduksi kekuatan

1.5 Korosi pada struktur beton

1.6 Penggunaan aditif sebagai bahan tambahan pada campuran beton

1. 7 Komponen be ton tidak bertulang

1.8 Daftar notasi

BAB II PERENCANAAN KEKUATAN STRUKTUR BETON BERTULANG

2.1 Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur

2.2 Perencanaan kekuatan balok terhadap geser

2.3 Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur dan aksial

2.4 Perencanaan kekuatan balok terhadap geser dan puntir

2.5 Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap puntir

2.6 Perencanaan pelat lantai terhadap geser

2.7 Perencanaan komponen struktur tekan

2.8 Perencanaan dinding

2.9 Perencanaan korbel

2.10 Daftar notasi

BAB Ill PERENCANAAN KEKUATAN STRUKTUR BETON PRATEGANG

3.1 Umum

3.2 Persyaratan material

3.3 Tendon baja prategang

3.4 Kehilangan gaya prategang

3.5 Metode perencanaan

3.6 Tegangan yang diijinkan pada perencanaan batas layan

Page 29: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

3.7 Cara perencanaan batas layan

3.8 Cara perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor

3.9 Perencanaan komponen tekan akibat kombinasi lentur dan gaya aksial

3.10 Perencanaan batang tarik

3.11 Daerah pengangkuran untuk angkur prategang

3.12 Perencanaan untuk ketahanan

3.13 Perencanaan untuk kestabilan

3.14 Penyaluran tegangan dalam tendon

3.15 Ketentuan untuk komponen pategang pracetak

3.16 Daftar notasi

BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH

4.1 Pondasi

4.2 Struktur bangunan bawah

4.3 Dinding penahan

BAB V KETENTUAN UNTUK PERENCANAAN STRUKTUR KHUSUS

5.1 Ruang lingkup

5.2 Jembatan dengan tipe balok boks

5.3 Jembatan balok boks pracetak segmental

5.4 Jembatan balok boks segmental dengan cara pelaksanaan kantilever

5.5 Jembatan kabel

BAB VI BATAS LAVAN PADA ASPEK LENDUTAN DAN RETAK

6.1 Perencanaan untuk daya layan

6.2 Persyaratan dan pembatasan lendutan pada struktur jembatan

6.3 Pembatasan retak pada komponen jembatan

6.4 Daftar notasi

BAB VII PEMERIKSAAN PERENCANAAN TERHADAP FATIGUE, GETARAN

DAN TUMBUKAN

7.1 Pemeriksaan terhadap fatigue

7.2 Kondisi batas getaran

7. 3 Perencanaan terhadap resiko tumbukan

7.4 Daftar notasi

Page 30: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

BAB VIII KETENTUAN UNTUK PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

8.1 Persyaratan umum

8.2 Ketentuan untuk jembatan tipe A

8.3 Ketentuan untuk jembatan tipe B

8.4 Ketentuan untuk jembatan tipe C

8.5 Daftar notasi

Dalam masing-masing sub bab masih akan diuraikan dalam sub sub bab yang lebih kecil

dan detail.

Redrik lrawan, ST., MT.

Bandung, 26 April 2002

Pimpinan Sidang,

Page 31: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

NO

2

3

4

5

6

7

8

9

IO

II

I2

I3

I4

I5

I6

I7

18

19

' 'l

DAFTAR HADIR DISKUSI TEKNIK

"PENGKAJIAN METODA PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK

JEI\lBA TAN"

NAMA

Ir. Lanny Hidayat, MSi.

Ir. Joko Purnomo

Ir. Lanneke Tristanto

Dr. Ir. F .X. Supartono

Ir. Elly Tjahjono, DEA.

Dr. Ir. Yuskar Lase

Redrik Irawan, ST.,MT.

Ir. Kgs. Ahmad

Ir. Iwan Setiawan 9.~/· -~~-/ Ir. Nandang Syamsudin

Ir. Rustaman, MSc.

Ir. Rabadi Sukirman

\ 10 ~~- ..... .. ~.V. ·. \\ {\ ~ (\ ~J . . ,.. .. .. .. .. .. . . .. 11. '':-!.\J:J ...... /\._ -~ :"

e:/

Ir. Sonny TarjamiharjaDra._. / ..

Lien Suharlinah _:_. 14. . 4 •• : ~ .': •• 0 •••• 0 •••

Drs. Bambang Purwadi

Tenn Rustandi, BE.

Ir. Setyo Hardono, MT.

Ir. Agus Surasno

Panji Krisna Wardana, ST., MT.

15.~~-h~l 11.L~ ~ .

·\ ' 18~\~ --\\-;;~u\c\\;~ ~ I

1 9 . . ............ :-:-::- I

Page 32: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

20 Gatot, ST.

21 Deni Zaeni, ST.

22 Nana Suman1a, ST. I

\ 23 Sunardi, ST. 23 ................. .

24 .. 8.: .~.t~~ 0 H.~.:. rr. ... 25 V-:.!~. ~~-~~~.(. :~···(·S:':frkt'i~.Sr~

26 26 ................... .

27 27 ................. .

Page 33: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LAMPIRAN C

NOTULEN DAN DAFTAR HADIR DISKUSI TEKNIK I 7 MEl 2002

Page 34: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

NOTULEN DISKUSI TEKNIK I

" PENGKAJIAN METODE PERENCANAAN STRUKTUR BETON

UNTUKJEMBATAN"

Tanggal 7 Mei 2002

1. Kata BMS agar dihilangkan karena bukan standar dan tidak dimiliki oleh semua

institusi, ganti dengan SNI atau ditulis langsung.

2. Penulisan harus konsisten, seperti angka % hendaknya semua ditulis dengan 0,5.

3. Formula susut dan rangkak, grafik akan dimasukkan, susut juga akan ditabelkan

sebagaimana dalam rangkak (Tabel1.3.1).

4. Saran agar arch bridge dimasukkan juga.

5. Kesalahan ketik agar diperbaiki.

6. Perbaikan format dan cara penulisan sebagaimana PBI untuk Gedung yang sudah

SNI

7. Penulisan tanda akar pada halaman 6 pada beton prategang penuh dengan angka

desimal saja.

8. Halaman 12, tebal selimut apa tidak lebih baik dihitung saja. Sementara tetap

menggunakan daftar saja agar lebih mudah

9. Halaman 11 faktor beban dan faktor reduksi kekuatan ditulis langsung saja.

10. Konsistensi rumus, diberi nomor.

11. Halaman 29, Iebar cukup besar, ini merupakan kuantitatif, diganti dengan angka.

12. Beberapa notasi seperti a, c diberi penjelasan.

13. Halaman 28, L perlu diberi penjelasan.

14. Halaman 24 sub bab 2.3.3., kompatibilitas tegangan diganti dengan kompatibilitas

regangan.

15. Halaman 41 (2.9.3.2) perlu penambahan notasi av dan (h-d).

16. Halaman 53 (3.7.4) perlawanan diganti dengan ketahanan

17. lstilah yang belum populer seperti PBKT, BMS dan lain-lain, dimasukkan dalam daftar

istilah.

18. Penulisan simbol yang belum ada, seperti halaman 53 (3.7.4).

19. Halaman 40- 50 pemeriksaan diganti pengecekan.

20. Balok boks diganti dengan gelagar boks

21. Cara penulisan masih banyak menggunakan point-point, ganti sesuai SNI (maksimal

3 digit)

22. Sub bab 4.2.2.2, jenis-jenis pangkal jembatan dimasukkan

Page 35: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

230 Abutmen diganti pangkal jembatan/kepala jembatan ?

240 Oprit diganti dengan jalan pendekat

250 Judul bab IV diganti dengan Ketentuan-ketentuan perencanaan struktur bawah

260 Beberapa symbol belum ada dalam daftar notasi seperti bv, crcp. dll.

270 Halaman 103, penulisan satuan dijadikan satu dengan angka sebelumnya, jangan

ganti bariso

280 7020301, hal memungkinkan merupakan anjuran, dig anti dengan yang lebih tegaso

290 70201, rumus F = 18 sin ( .... o) merupakan rumus empiris dari EUROCODE, jadi

satuannya tidak akan cocok bila ditelusuri.

300 Daftar rujukan perlu ada/ harus jelaso

310 Penggunaan fatique diganti dengan fatik (bahasa Indonesia).

320 Kata seismic diganti dengan sismik (bahasa Indonesia)

330 801.4, perbaikan prosedur 1 atau 2 0

340 Klasifikasi A, 8, C. Notasi C supaya diganti dengan notasi lain (percepatan

dasar).Ragam =mode (pola)

350 Kalimat namun demikian ganti dengan kata "tetapi"

360 801.2, goncangan gempa ganti dengan gerakan gempao

370 hal. 112, rumus harus ringkas dan tegas, jangan seperti kalimat berita.

380 Kombinasi linear (1 00+30)% : 2 arah secara bergantian. 100% + 100% SRSS tidak

perlu untuk jembatan, kecuali gedungo

Bandung, 8 Mei 2002

Notulen Pimpinan Sidang

Redrik Irawan, STO,MT0

Page 36: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

DAFTAR HADIR DISKUSI TEKNIK

"PENGKAJIAN METODA PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK

JEMBATAN"

7 Mei 2002

NO NAMA INSTANSI

~~-~~~ei~ .. $: AP ..... f.'!.$.k(m .... .. .

2

3

4

5

. ?.A J?. .\. k-.l. N ... .. .

.. Rfi.~ . .-.. ~us ~ l'vrCL~ /\[()

..........................

JOI\b t1Ji<N6MO ··························

...... fq~_K/':1. ..

. .... . ?...(j~ !.'!::?.!.~

}OCL~~)

6 . .((/:!!~ .. fh .~;tr._ +- ........... ~::: ...... .. .

fq._~?.~~.TI!ih.t~to ........ --:: .. ~ .... ~ .... . 7 -

8 . & .. fF.A1t.J. t.rr.J..

9 llY. 91.1lt.1J ... ¢.r7f'l~

10 t:J~~·~. L

:~ JJ;:-::.::~-13 .. ~'.::Y.-#..t:!!~· ... fj .

'J)cN/ 14 .. ~ ................... .

15 ."F.~X .. ~.8.){.P~-rL~v

((-

f ~7c-e Mr-.. c:l .......................... -;

...... //(y~f.~ ...

,Pz/r?~

1/

ru z.. .......... "-;\ ............. .

16 ... .f.~ty ..... ~J.~~lf.~ .......... .L!..-? .. ...... .

11 ... ~.v..~.~~c .. \fl~ ............ ~?: ......... .

18 .. ~:!~.· ..... $: ...... /J}/J.J ..... .

TANDA TANGAN

······;?1·~·-~·····

. ..... r ... /~~ .....

Page 37: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

20 .)ff.F,r.{~ .. }~\r:q~T:?.

21 -~-~! .. ~ .. ~ 22 --~~.! ••• ~.~ 23 . NQr.Yh~L ...... >. 24 .. ~'0. ........ .

ff.uu. ~c- $ 25 ......................... .

2611-:!!/i!~ 27 ··························

28 ......................... .

29 ......................... .

30 ......................... .

31 ......................... .

32 ··························

33 ......................... .

34 ··························

UNPA({ ··························

...... P.~.~······ -? 1-V )-h--~

..........................

.. (.V.~h-~

~-r.r-···························

... f.~W.0.: ..... . P&ts fftL\

·······f[············· ................. · ...... .

.............. ········

········~········

Page 38: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LAMPIRAN D

NOTULEN RAPAT/PERTEMUAN INFORMAL

Page 39: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

NOTULEN RAPAT/PERTEMUAN INFORMAL

II PENGKAJIAN METODE PERENCANAAN STRUKTUR BETON UNTUK JEMBATAN II

Pertemuan di Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Bandung (23 Juli 2002) :

1. Hal 1 : 50 MPa ganti dengan 60 MPa; K600 ganti K?OO.

2. Hal.2 no. 14 kg/momen ganti dengan kg/m3

3. Hal. 5, masih ada kata-kata BMS supaya dihilangkan.

4. Hal. 8, 0,4 ganti dengan 0,33.

5. Hal. 10, rumus 1.5-3 dilengkapi.

6. Hal. 13, Dalam hal ini ..... dst ..... s/d ...... beton yang dihasilkan, dihilangkan saja.

7. Hal. 18, ........ sub-pasal 1.3.1.1 ganti dengan 1.5.1.1.; pain 1.9.4.1 rumus diberi

nomor dan harus dalam satu baris.

8. Hal. 21, Sesuai dengan .... dst. ..... s/d ...... oleh yang berwenang, dihilangkan;

2.1.1.1 asumsi perencanaan supaya dicek ke bab Ill, kalau ada harus mengacu ke

2.1.1.1 saja.

9. Hal. 36, no.1 dan 2 ganti dengan a) dan b); baris ke 11 kalimat 2.6.2.1 ganti 2.6.2.

10. Hal. 37 rumus 2.6-10 fsy ganti fy; 2.6.4. lt/4 ganti 0,25 It

11. Hal 47, 2.8.4.3 iii, iv ganti i, ii; Dimana : ..... taruh didaftar notasi paling belakang.

12. Hal 57, 3.1. 20 MPa ganti 30 MPa.

13. Hal62, 3.7.1 Dalam perencanaaan ... dst s/d ... kurang dari 6 hilang, ganti dengan

IIMengacu Bab II"

14. Hal. 63, Keamanan suatu ... dst ... s/d .... (3.7-1) hilang, sudah ada di bab I.

15. Hal. 64, 3.8-1 dan 3.8-2 dihilangkan.

16. Hal 79, 3.15 Perencanaan untuk keawetan jangka panjang, mengacu ke bab I;

isinya dipindah ke bab I gabungkan dengan tebal selimut beton.

17. Format untuk bab IV diubah sesuai SNI terutama poin-poin yang tidak perlu diganti

dengan angka.

18. Hal. 89, terjungkit diganti dengan terguling.

19. Hal. 95 AASHTO dibuang dan diganti tabelnya langsung; BMS ganti.

20. Hal. 101, kegagalan daya dukung tanah diganti penurunan; gelincir ganti

pergerakan horizontal; gulingan ganti dengan terguling. Demikian juga hal. 103.

21. Hal. 111, 5.6 ganti 5.6.2; fundasi ganti pondasi; 5.6.1 ganti 5.6.2.1; 5.6.1.1 ganti

5.6.2.1.1 ;5.6.1.2 ganti 5.6.2.1.2; 5.6.2 ganti 5.6.2.2.

Page 40: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

22. Hal 113, baris ke 6 rumus harus dalam satu baris, prosen juga dalam satu baris; box

girder ganti gelagar boks; actual ganti actual; mrnggunakan ganti menggunakan.

23. Hal. 116, rumus 6.2-7 a harus ada tabelnya.

24. Hal. 117, fcp, bv tidak ada notasi; fsy tidak ada dinotasi.

25. Hal. 119 Fr = Fcf dari hal. 8.

26. Hal 120, 7.1.1 fatigue ganti fatik.

27. Hal. 122, dimana T dst. Masuk dalam daftar istilah.

28. Hal. 123, perioda ganti periode.

29. Hal. 124, 8.1.2 goncangan gempa ganti gerakan gempa.

30. Hal. 125, table 8.1-1 C percepatan dibuat miring agar tidak. sama dengan C

sebelahnya; 8.1.4 dibuat strip kebawah agar lebih jelas; 8.1.6 Liquefaction ganti

8.1.6 Liquifaksi (liquefaction)

31. Hal.126, 8.2.5 detailing ganti pendetailan; .... Dijelaskan dalam Bab I ganti Bab II

dan Bab Ill.

32. Hal. 127, BMS ganti dengan SNI atau lainnya.

33. Hal. 130, rumus 8.3-5 Ag dan Ac dibuat subscript; masih ada kata BMS harus ganti.

34. Hal. 134, ps ganti Ps

35. Hal. 135 (fc')y, ganti dengan akar dan subsript

36. Hal. 136 notasi untuk H dibuat strip jangan =.

Pertemuan di Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Bandung (30 Juli 2002) :

1. Judul agar diubah sesuai untuk SNI, "Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk

Jembatan"

2. Halaman judul sebelah kanan atas agar ditulis RSNI 1 dipersiapkan untuk RSNI 2/3.

3. Kalau memang harus menjadi SNI, maka semua tata cara penulisan harus sesuai

dengan BSN, dan lebih baik dibuat beberapa bagian agar tidak terlalu tebal.

4. Rumus diberi nomor secara berurutan, rata kiri, dan keterangan rumus bisa ditulis

setelah rumus atau dibagian terakhir pada daftar notasi.

5. Agar segera dilakukan Rapat Pantek yang diperluas dengan mengundang orang­

orang yang terkait, khususnya ketua dan anggota pantek, serta orang-orang teknis

dari semua institusi terkait.

6. Khusus untuk pasal 3, yaitu lstilah dan definisi, cara penulisannya adalah :

3 lstilah dan definisi

Page 41: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

3.1 (arial 11 pt, bold, left}

[Click dan tuliskan definisi istilah disini] (arial 11 pt, bold, left)

[Click dan tuliskan definisi istilah disini] (arial 11 pt, regular, justified)

a. (arial 11 pt, bold, left}

begitu seterusnya.

7. Sedangkan untuk pasal 1 ,2,4 dst langsung ditulis disebelah kanan.

8. Tidak ada pembatasan jumlah digit dalam sub bab.

9. Rapat pantek agar direncanakan paling lambat bulan September ini.

10. Beberapa perbaikan dalam penulisan dan kesalahan ketik perlu diperbaiki.

11. Mengacu ..... harus yang sudah standar (mis. SNI, AASHTO, dll).

Pertemuan di Jakarta (12 agustus 2002) :

1. Penulisan tidak menggunakan bab I, II dan seterusnya, tetapi menggunakan angka

1, 2, dst dan rata kiri.

2. Perlu dibuat prakata

3. Perlu dibuat pendahuluan

4. Halaman 11, pas a I 4.4.1.1.1, ditengah-tengah masih ada sub pasal 4.6.1.1 0,

seharusnya sub pasal 4.4.1.1 0

5. Halaman 14, tercantum grafik 4.5-1 dan gam bar 4.5-1, padahal masih sub pas a I

4.4, seharusnya grafik 4.4-1 dan gambar 4.4-1.

6. Halaman 15, 16, 17 sama dengan hal. 14, semua tabel dan gambar yang tercantum

4.5-1, 4.5-2 diganti dengan 4.4-1 dan 4.4-2.

7. Halaman 20, korosi pada baja non prategang dan korosi pada baja prategang yang

awalnya terdapat dipasal 1.7.2 dan 1.7.3 kenapa hilang?

8. Halaman 32, pas a I 5.1.2, 5.1.2.1, 5.1.2.2, 5.1.2.2, 5.1.2.3 dihapus karen a sudah ada

dipasal 5.1 0.

9. Halaman 38, pasal 5.3.2 tertulis sesuai dengan pasal 4.6.2 seharusnya pasal 4.5.2.

10. Halaman 43, baris keempat dari atas tertulis pas a I 2.2.1 seharusnya 5.2.1.

11. Halaman 51, tabel2.7-1 seharusnya tabel5.7-1.

12. Halaman 53, 2 barus dari atas tertulis pasal 2.2.1 seharusnya 5.2.1.

13. Halaman 54, pasal 5.8.4.4 pada notasi e tertulis pasal 2.8.4.1 seharusnya 5.8.4.1.

14. Halaman 58, dari atas bagian c) dirapikan.

15. Halaman 59, pas a I 5.1 0.3 tercantum pasal 1.3.1.2 dan pas a I 1.3.3.2 seharusnya

pasal 5.8.4.1.

16. Halaman 61, Mm dihilangkan.

Page 42: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

17. Halaman 55 dan 60 daftar notasi masih menggunakan yang lama, ganti yang

terbaru.

18. Bab 9, masih file lama, terutama daftar notasi, belum memasukkan koreksi bab 6

(lama).

Pertemuan di Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Bandung (3 September 2002) :

1. Dalam prakata agar dip8rhatikan dan dimasukkan hal-hal sebagai berikut :

o Apakah standar ini merupakan perbaikan/revisi standar yang lalu, kalau

benar maka harus disebutkan dengan jelas dan apakah standar yang lama

masih berlaku atau tidak.

o Da!am kalimat standar ini disusun ... dst., agar dimasukkan Panitia Teknik

Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan melalui Gugus Kerja

Konstruksi Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Sub Panitia

Teknik Standarisasi Bidang Prasarana Transportasi.

o Kalau perlu konseptor bisa juga dimasukkan didalam prakata ini.

2. Font untuk Prakata agar disesuaikan standar pada BSN no. 8 th. 2000.

3. Daftar isi untuk "istilah dan definisi" rasanya tidak perlu semuanya ditulis, cukup

pasal 3 nya saja, agar dalam daftar isi tidak terlalu menyita halaman.

4. Font untuk Daftar isi agar disesuaikan dengan standar pada BSN no. 8th. 2000.

5. Pendahuluan hanya merupakan optional, tetapi alangkah baiknya jika pendahuluan

juga dibuat, agar pembaca mengerti kira-kira isi yang akan diuraikan didalam.

6. Pada halaman 1 bagian atas agar ditulis judul dari standar ini.

7. Nomor halaman agar menggunakan .... dari .... (halaman "sekian" dari "sekian"),

agar bila standar ini dipakai untuk acuan kontrak maka bila terjadi kehilangan

halaman bisa jelas/terlacak.

8.. Konsistensi penulisan perlu dicek lagi.

9. Perlu kelengkapan daftar notasi yang belum lengkap.

10. Daftar notasi bisa per pasal atau dikumpulkan pad a bag ian akhir.

11. Judul tabel hendaknya disimpan diatas tabel, dan huruf besarnya hanya awal

kalimat saja, sedangkan kalimat lainya dengan huruf kecil.

12. Setelah rumus (penjelasan simbol) hendaknya semua diganti dengan kalimat

"dengan pengertian".

Page 43: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

13. Lay outldaftar isi untuk bahan Diskusi Teknik 11/Prakonsensus adalah Sebagai berikut:

Daftar lsi

Daftar tabel

Daftar Gambar

Prakata

DAFTAR lSI

i

X

xi

xii

1. RUANG LINGKUP 1

2. ACUAN NORMATIF 1

3. DEFINISI DAN ISTILAH 2

4. SYARAT UMUM PERENCANAAN STRUKTUR BETON 8 4.1. Umur rencana jembatan 8 4.2. Satuan yang digunakan 8 4.3. Prinsip umum perencanaan 8

4.3.1. Dasar umum perencanaan 8 4.3.2. Asumsi dan anggapan perencanaan 8 4.3.3. Perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor (PBKT) 9 4.3.4. Perencanaan berdasarkan batas layan (PBL) 9 4.3.5. Metode analisis 10 4.3.6. Metode perencanaan khusus 10

4.4. Sifat dan karakteristik material 11 4.4.1. Beton 11

4.4.1.1. Kekuatan nominal 11 4.4.1.2. Tegangan ijin 12 4.4.1.3. Berat jenis 12 4.4.1.4. Lengkung tegangan-regangan 12 4.4.1.5. Modulus elastisitas 12 4.4.1.6. Angka Poisson 13 4.4.1.7. Koefisien muai panas 13 4.4.1.8. Susut beton 13 4.4.1.9. Rangkak pada beton 15 4.4.1.1 0. Kriteria penerimaan kekuatan beton 17

4.4.2. Baja tulangan non-prategang 18

4.4.2.1. Kekuatan nominal 18 4.4.2.2. Tegangan ijin 18 4.4.2.3. Lengkung tegangan - regangan 18 4.4.2.4. Modulus elastisitas 19 4.4.2.5. Koefisien muai panas 19

4.4.3. Baja tulangan prategang 19

4.4.3.1. Kekuatan nominal 19 4.4.3.2. Tegangan ijin 19 4.4.3.3. Modulus elastisitas 20 4.4.3.4. Lengkung tegangan - regangan 20 4.4.3.5. Relaksasi baja prategang 20

4.5. Faktor beban dan faktor reduksi kekuatan 20

4.5.1. Faktor beban dan kombinasi pembebanan 20 4.5.2. Faktor reduksi kekuatan 20 4.5.3. Kekuatan rencana penampang struktur beton 20

Page 44: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

4.6. Korosi pada struktur beton 20

4.6.1. Korosi pada beton 20 4.6.2. Perencanaan untuk keawetan jangka panjang 21 4.6.3. Persyaratan selimut beton 23 4.6.4. Perlindungan terhadap karat untuk tendon prategang tanpa lekatan 25

4. 7. Penggunaan aditif sebagai bah an tambahan pad a campuran beton 26 4.8. Komponen beton tidak bertulang 27

4.8.1. Penggunaan . 27

4.8.2. Perencanaan 27 4.8.2.1. Prinsip dasar 27 4.8.2.2. Sifat-sifat penampang 27

4.8.3. Kekuatan lentur 27 4.8.4. Kekuatan geser 27

4.8.4.1. Aksi satu arah 27 4.8.4.2. Aksi dua arah 27

4.8.5. Kekuatan terhadap gaya aksial tekan 28 4.8.6. Kekuatan terhadap kombinasi lentur dan tekan 28

4.9. Daftar notasi 28

5. PERENCANAAN KEKUATAN STRUKTUR BETON BERTULANG 30

5.1. Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur 30 5.1.1. Kondisi batas perencaaan berdasarkan beban dan kekuatan

terfaktor(PBKT) 30 5.1.1.1. Asumsi perencanaan 31 5.1.1.2. Faktor reduksi kekuatan 31 5.1.1.3. Kekuatan rencana dalam lentur 31 5.1.1.4. Kekuatan minimum 31 5.1.1.5. Syarat tulangan minimum 31

5.1.1.6. Syarat tulangan maksimum 32 5.1.1.7. Jarak tulangan 32 5.1.1.8. Detail tulangan lentur 32

5.2. Perencanaan kekuatan balok terhadap geser 33

5.2.1. Kekuatan geser rencana pada balok 33 5.2.2. Penampang tapered 34

5.2.3. Gaya geser maksimum dekat tumpuan 34 5.2.4. Kuat geser yang disumbangkan oleh beton 34

5.2.5. Syarat-syarat tulangan geser 35 5.2.6. Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser 35 5.2.7. Tulangan geser minimum 36 5.2.8. Geser friksi 36 5.2.9. Tulangan gantung 38 5.2.10. Detail tulangan geser 38

5.3. Perencanaan kekuatan balok terhadap lentur dan aksial 38

5.3.1. Asumsi perencanaan 38

5.3.2. Faktor reduksi kekuatan 38 5.3.3. Prinsip perencanaan 39 5.3.4. Efek kelangsingan 39

5.4. Perencaan kekuatan balok terhadap geser dan puntir 39 5.4.1. Penggunaan 39 5.4.2. Metode perencanaan 39 5.4.3. Redistribusi puntir 39 5.4.4. Kekuatan puntir balok 39 5.4.5. Syarat tulangan puntir 40

5.4.5.1. Tulangan puntir memanjang 41 5.4.5.2. Tulangan puntir minimum 41 5.4.5.3. Detaii tulangan puntir 41

Page 45: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

5.5. Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap lentur 41

5.5.1. Umum 41

5.5.2. Tebal minimum pelat lantai 42

5.5.3. Tulangan minimum 42

5.5.4. Penyebaran tulangan untuk pelat lantai 42

5.5.5. Pengaku bagian tepi 43

5.6. Perencanaan pelat lantai terhadap geser 43

5.6.1. Umum 43

5.6.2. Kekuatan geser ultimit pada pelat lantai 44

5.6.3. Luas minimum dari sengkang tertutup 46

5.6.4. Detail tulangan geser 46

5. 7. Perencanaan komponen struktur tekan 46

5.7.1. Umum 46

5. 7.2. Metode perencanaan 46

5.7.3. Momen lentur minimum 46

5. 7.4. Prosedur perencanaan 46

5.7.4.1. Perencanaan dengan menggunakan analisis elastis linier 47

5.7.4.2. Perencanaan dengan memperhitungkan momen sekunder 47

5.7.4.3. Perencanaan dengan menggunakan analisis yang teliti 47

5.7.5. Perencanaan kolom pendek 47

5.7.6. Perencanaan kolom langsing 48

5.7.6.1. Pembesaran momen untuk kolom tak bergoyang 48

5.7.6.2. Pembesaran momen untuk kolom bergoyang 49

5.7.6.3. Beban tekuk 50

5. 7.6.4. Syarat kelangsingan 50

5.7.7. Kekuatan kolom dalam kombinasi lentur dan tekan 51

5.7.7.1. Asumsi perencanaan 51

5.7.7.2. Perencanaan berdasarkan pada masing-masing

momen lentur secara terpisah 51

5.7.7.3. Perencanaan lentur biaksial dan tekan 52

5.7.8. Persyaratan tulangan untuk kolom 52

5.7.8.1. Tulangan memanjang 52

5.7.8.2. Pengekangan tulangan memanjang 53

5.7.8.3. Pengekangan lateral 53

5.7.8.4. Ukuran dan jarak antara sengkang dan spiral 53

5.7.8.5. Pendetailan sengkang dan spiral 54

5.7.8.6. Penyambungan tulangan memanjang 54

5.8. Perencanaan dinding 54

5.8.1. Penerapan 54

5.8.2. Prosedur perencanaan 54

5.8.2.1. Umum 54

5.8.2.2. Dinding dibebani gaya vertikal sebidang 54

5.8.2.3. Dinding dibebani gaya vertikal dan horisontal sebidang 55

5.8.2.4. Dinding dibebani horisontal tegak lurus dinding 55

5.8.2.5. Dinding dibebani gaya vertikal sebidang dan gaya horisontal

tegak lurus dinding 55

5.8.2.6. Dinding merupakan bagian dari struktur portal 55

5.8.3. Pengaku I pengikat dinding 55

5.8.4. Metode perencanaan disederhanakan untuk dinding terikat yang

menerima hanya gaya vertikal 55

5.8.4.1. Eksentrisitas beban vertikal 55

5.8.4.2. Perbandingan tinggi efektif maksimum dengan ketebalan 56

5.8.4.3. Tinggi efektif 56

5.8.4.4. Kekuatan aksial rencana dari dinding 56

5.8.5. Perencanaan dinding untuk gaya horisontal sebidang 57

5.8.5.1. Lentur bidang 57

Page 46: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

5.8.5.2. Penampang kritis untuk geser 57

5.8.5.3. Kekuatan geser 57

5.8.5.4. Kekuatan geser dinding tanpa tulangan geser 57

5.8.5.5. Sumbangan kekuatan geser dinding oleh tulangan geser 58 5.8.6. Persyaratan tulangan untuk dinding 58

5.8.6.1. Tulangan minimum 58

5.8.6.2. Tulangan horisontal untuk pengendalian retak 58

5.8.6.3. Jarak antar tulangan 58

5.8.6.4. Pengekangan tulangan vertikal 59

5.9. Perencanaan korbel 59 5.9.1. Penerapan 59

5.9.2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan 59

5.9.2.1. Tinggi muka sisi luar 59 5.9.2.2. Aksi pada korbel 59

5.9.3. Prosedur perencanaan 60 5.9.3.1. Umum 60

5.9.3.2. Penampang kritis 60 5.9.3.3. Kebutuhan tulangan total 60

5.9.4. Persyaratan tulangan 60

5.9.4.1. Tulangan minimum 60 5.9.4.2. Sengkang tertutup 60

5.9.4.3. Pengangkuran tulangan tarik utama 61

5.10. Perencanaan berdasarkan batas layan (PBL) 61 5.10.1. Asumsi perencanaan 61

5.10.2. Tegangan ijin dasar 61

5.10.3. Kekuatan rencana dalam lentur 61 5.11. Daftar notasi 61

6. PERENCANAAN KEKUATAN STRUKTUR BETON PRATEGANG 66 6.1 Umum 66

6.2 Persyaratan material 66 6.2.1 Selongsong 66 6.2.2 Angkur 66 6.2.3 Penyambung (coupler) 66

6.3 Tendon baja prategang 66 6.3.1 Umum 66 6.3.2 Kuat tarik baja prategang 67 6.3.3 Kuat leleh baja prategang 67 6.3.4 Modulus elastisitas 67 6.3.5 Lengkung tegangan - regangan 67 6.3.6 Relaksasi baja prategang 67

6.4 Kehilangan gaya prategang 67 6.4.1 Akibat gesekan 67 6.4.2 Akibat perpendekan elastis beton 68 6.4.3 Kehilangan prategang akibat slip pengakuran 68 6.4.4 Kehilangan akibat susut pada beton 68 6.4.5 Kehilangan akibat rangkak pada beton 69 6.4.6 Kehilangan akibat relaksasi baja prategang 69 6.4.7 Kehilangan akibat pengaruh lain 69

6.5 Metode perencanaan 70 6.6 Tegangan yang diijinkan pada Perencanaan Batas Layan (PBL) 70

6.6.1 Tendon 70 6.6.2 Beton 70

6.6.2.1 Tegangan sementara pada saat transfer 70 6.6.2.2 Tegangan pada beban layan setelah terjadi kehilangan

prategang 70

Page 47: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

6.6.2.3 Tegangan tumpuan pengakuran 70

6. 7 Cara perencanaan berdasarkan Batas Layan (PBL) 70

6.7.1 Asumsi 70 6.7.2 Kombinasi beban rencana yang paling membahayakan 71

6.7.3 Pengaruh aksi rencana 71

6.7.4 Kekuatan rencana 71

6.7.5 Momen sekunder dan geser akibat prategang 71

6. 7.6 Penyebaran kembali (redistribusi) momen 71

6.7.7 Perencanaan balok terhadap geser 71

6. 7.8 Perencanaan balok terhadap puntir 71

6.7.9 Perencanaan balok terhadap geser memanjang 71

6.8 Cara Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor (PBKT) 72

6.8.1 Asumsi 72

6.8.2 Kombi!1asi beban rencana yang paling membahayakan 72

6.8.3 Faktor reduksi kekuatan 72

· 6.8.4 Pengaruh aksi rencana 72

6.8.5 Kekuatan rencana 72

6.8.6 Metode analisis 72

6.8. 7 Momen sekunder dan geser akibat prategang 72

6.8.8 Redistribusi momen pada balok statis tak tentu 73

6.8.9 Perencanaan balok terhadap lentur 73

6.8.9.1 Kekuatan batas nominallentur Mn 73

6.8.9.2 Blok tegangan tekan beton 73

6.8.9.3 Tegangan dalam tulangan dan tendon terlekat 74

6.8.9.4 Tegangan analitis batas baja prategang fps untuk

tendon yang tidak terlekat 7 4

6.8.9.5 Kekuatan rencana 75

6.8.9.6 Kekuatan minimum 75

6.8.9.7 Syarat tulangan maksimum 75

6.8.9.8 Tulangan minimum non-prategang 76

6.8.9.9 Sudut penyebaran prategang 76

6.8.10 Perencanaan balok terhadap geser 76

6.8.10.1 Kekuatan geser batas nominal 76

6.8.10.2 Kekuatan geser batas yang disumbangkan oleh beton 77

6.8.10.3 Kekuatan geser batas yang disumbangkan oleh

tulangan geser 78

6.8.10.4 Kekuatan geser batas rencana 78

6.8.1 0.5 Gaya geser maksimum de kat tumpuan 78

6.8.10.6 Tulangan geser minimum 79

6.8.1 0. 7 Persyaratan untuk tulangan geser 79

6.8.10.8 Pengaruh sekunder pada kekuatan geser beton 79

6.8.11 Perencanaan balok terhadap puntir 80

6.8.12 Perencanaan balok terhadap geser memanjang 80

6.9 Perencanaan komponen tekan akibat kombinasi lentur dan gaya aksial 80

6.9.1 Komponen beton prategang dengan kombinasi beban aksial dan

lentur 80

6.9.2 Batasan tulangan dari komponen prategang yang mengalami tekan 80

6.10 Perencc::naan batang tarik 81

6.10.1 Kekuatan batang tarik 81

6.1 0.2 Prinsip-prinsip dasar 81

6.11 Komponen struktur pelat 81

6.12 Daerah pengangkuran untuk angkur prategang 82

6.12.1 Angkur untuk komponen prategang pasca tarik 82

6.12.2 Pembebanan yang diperhitungkan 83

6.12.3 Perhitungan gaya tarik sepanjang garis kerja gaya angkur 83

6.12.4 Perhitungan gaya tarik yang timbul dekat dengan permukaan

yang dibebani 84

Page 48: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

6.12.5 Jumlah dan distribusi tulangan 6.12.6 Angkur untuk komponen prategang pratarik 6.12.7 Detail penulangan khusus pada daerah pengangkuran

6.13 Penyaluran tegangan dalam tendon 6.13.1 Panjang penyaluran untuk tendon pratarik 6.13.2 Penyaluran tegangan pada tendon pasca-tarik dengan

pengangkuran 6.14 Pemberian dan pengukuran gaya prategang 6.15 Perencanaan untuk keawetan jangka panjang 6.16 Grout untuk tendon prategang dengan lekatan

6.16.1 Bahan grout 6.16.2 Pemilihan proporsi grout 6.16.3 Pengadukan dan pemompaan

6.1? Perlindungan untuk tendon prategang terhadap pembakaran atau pengelasan

6.18 Tendon prategang pasca tarik luar 6.19 Ketentuan untuk komponen prategang pracetak 6.20 Daftar notasi

84 84 85 85 85

85 86 86 86 86 86 87

87 87 87 88

7. PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH 92 7.1 Pondasi 92

7.1.1 Perencanaan Pondasi Dangkal 92 7.1.1.1 Umum 92 7.1.1.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

perancangan pondasi dangkal 7.1.1.3 Perencanaan berdasarkan PBL 93 7.1.1.4 Perencanaan berdasarkan PBKT 93

7.1.2 Perencanaan Pondasi Tiang 94 7.1.2.1 Umum 94 7.1.2.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

perancangan pondasi dalam 94 7.1.2.3 Perencanaan berdasarkan PBL 96 7.1.2.4 Perencanaan berdasarkan PBKT 97

7.2 Struktur Bangunan Bawah 98 7.2.1 Umum 98 7.2.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan

pondasi dalam 99 7.2.2.1 Beban 99 7.2.2.2 Penurunan 99

7.2.3 Pilar jembatan 99 7.2.3.1 Jenis pilar 99 7.2.3.2 Beban tumbukan 99 7.2.3.3 Perlindungan pilar 99 7.2.3.4 Kepala Jembatan (abutment) 100

7.2.4 Perencanaan berdasarkan PBKT 102 7.2.5 Pergerakan yang diijinkan 102

7.3 Dinding penahan tanah 102 7.3.1 Umum 102 7.3.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan

dinding penahan 1 02 7.3.2.1 Jenis-jenis dinding penahan 102 7.3.2.2 Pemilihan jenis din ding 102 7.3,2.3 Stabilitas 103 7.3.2.4 Tekanan tanah 103 7.3.2.5 Tekanan air tanah, drainase dan timbunan 103 7.3.2.6Tekanan gaya gempa 104

Page 49: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

7.3.2.7 Kapasitas dinding 7.3.2.8 Kapasitas dukung 7.3.2.9 Penurunan 7.3.2.1 0 Pergerakan yang diijinkan 7.3.2.11 Sambungan 7.3.2.12 Penulangan susut dan akibat suhu

7.3.3 Perencanaan berdasarkan PBKT 7.3.3.1 Keamanan struktural dinding 7.3.3.2 Keamanan terhadap kegagalan tanah

7.3.4 Perencanaan berdasarkan PBL

104 104 104 104 104 104 104 105 105 105

8. KETENTUAN UNTUK PERENCANAAN STRUKTUR KHUSUS 106 8.1 Ruang lingkup 106 8.2 Jembatan dengan tipe balok boks (box girder} 106 8.3 Jembatan balok boks pracetak segmental 106 8.4 Jembatan balok boks segmental dengan cara kantilever 107

8.4.1 Dasar perencanaan 107 8.4.2 Kantilever berimbang 107 8.4.3 Kantilever tidak berimbang dan kantilever penuh 108 8.4.4 Penyambungan di tengah bentang 108

8.5 Jembatan kabel (cable stayed) 109 8.5.1 Dasar perencanaan 109

8.5.1.1 Umum 109 8.5.1.2 Modelisasi struktur memanjang 109 8.5.1.3 Ana lisa dinamik struktur 110 8.5.1.4 Tingkah laku aero-dinamik 110

8.5.2 Kabel penggantung 110 8.5.2.1 Cara Perencanaan berdasarkan Batas Layan (PBL) 110 8.5.2.2 Cara Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan

Terfaktor (PBKT) 110 8.5.2.3 Kadaaan batas fatik 111

8.5.3 Batas dari kehancuran akibat aksi yang tidak disengaja 111 8.5.4 Angkur, sadel dan penyambung kabel 111

8.5.4.1 Perencanaan angkur, sadel dan penyambung kabel 111 8.5.4.2 Kegagalan angkur, sadel dan penyambung kabel 111

8.6 Jembatan pelangkung (arch bridge) 111

8.6.1 Umum 111 8.7 Dasar Perencanaan 112

8. 7.1 Perencanaan Kekuatan 112 8.7.1.1 Garis Aksial 112 8. 7 .1.2 Perhitungan kekuatan penampang 112 8.7.2 Pemeriksaan terhadap bahaya tekuk 112 8. 7.3 Persyaratan pendetailan 113

9. BATAS LAYAN PADA ASPEK LENDUTAN DAN RETAK 114 9.1 Perencanaan untuk daya layan 114 9.2 Persyaratan dan pembatasan lendutan pada struktur jembatan 114

9.2.1 Pembatasan dari lendutan balok dan pelat 114 9.2.2 Lendutan sesaat pada balok 115 9.2.3 Lendutan jangka panjang 116

9.2.3.1 Lendutan jangka panjang untuk balok tidak retak pada beban tetap 116

9.2.3.2 Lendutan jangka panjang untuk balok retak pada beban tetap 117

9.2.4 Lendutan balok dengan perhitungan yang lebih teliti 117 9.2.5 Lendutan pelat lantai dengan perhitungan yang lebih teliti 117 9.2.6 Lendutan pelat lantai dengan perhitungan yang disederhanakan 117 9.2.7 Getaran 118

Page 50: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

9.3 Pembatasan retak pada komponen jembatan 118 9.3.1 Pengendalian retak pada balok beton bertulang 118 9.3.2 Pengendalian retak lentur pada balok beton prategang 119

9.3.2.1 Balok monolit 119 9.3.2.2 Komponen segmental pada hubungan yang tidak ditahan

tulangan 119 9.3.3 Pengendalian retak pada sisi muka dari balok 119 9.3.4 Pengendalian retak pada bukaan dan diskontinuitas 119 9.3.5 Pengendalian retak pada pelat lantai yang terlentur 119

9.3.5.1 Pelat lentur beton bertulang 119 9.3.5.2 Pelat lentur beton prategang 119

9.3.6 Pengendalian retak akibat susut dan suhu 120 9.3.7 Pengendalian retak di sekitar daerah terkekang 120 9.3.8 Pengendalian retak pada bukaan dan pelat lantai menerus 120 9.3.9 Tulangan untuk pelat lantai terkekang 120

9.4 Daftar notasi 120

10. PEMERIKSA.AAN PERENCANAAN TERHADAP FATIQUE, GETARAN DAN TUMBUKAN 122 10.1 Pemeriksaan terhadap fatik 122

1 0.1.1 Kondisi umum pemeriksaan dalam perencanaan 122 1 0.1.2 Gaya dalam dan tegangan untuk pemeriksaan fatik 122

10.2 Kondisi batas getaran 123 1 0.2.1 Pertimbangan umum 123 10.2.2 Jembatan jalan raya 123 10.2.3 Jembatan pejalan kaki 123

1 0.2.3.1 Kriteria perencanaan 123 10.2.3.2 Frekuensi dasar alami 123 10.2.3.3 Percepatan 123

10.3 Perencanaan terhadap resiko tumbukan 124 1 0.3.1 Kondisi umum perencanaan 124 10.3.2 Pencegahan 124 1 0.3.3 Pengamatan tambahan 124

10.4 Daftar notasi 125

11. KETENTUAN UNTUK PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA 126 11.1 Persyaratan umum 126

11.1.1 Umum 126 11.1.2 Pembebanan gempa rencana 126 11.1.3 Klasifikasi berdasarkan kinerja seismik 126 11.1.4 Analisis seismik 127 11.1.5 lsolasi dasar dan peredam mekanikal 128 11.1.6 Likuifaksi 128

11.2 Ketentuan untuk jembatan tipe A 128 11.2.1 Umum 128 11.2.2 Persyaratan gaya rencana 128 11.2.3 Persyaratan jarak bebas horisontal 128 11.2.4 Persyaratan pondasi dan pangkal jembatan 128 11.2.5 Persyaratan pendetailan 128

11.3 Ketentuan untuk jembatan tipe B 129 11.3.1 Umum 129 11.3.2 Persyaratan gaya rencana 129

11.3.2.1 Gaya rencana untuk komponen struktur dan sambungan 129 11.3.2.2 Gaya rencana untuk pondasi 129 11.3.2. 3 Gay a rencana untuk pangkal jembatan dan dinding penahan 129

11.3.3 Persyaratan komponen penghubung 130 11. 3.4 Persyaratan jarak bebas horisontal 130

Page 51: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

11.3.5 Persyaratan pondasi 130 11.3.5.1 Penyelidikan tanah 130 11.3.5.2 Perencanaan pondasi 130

11.3.5.3 Persyaratan pondasi tiang 130 11.3.6 Persyaratan pangkal jembatan 131

11.3.6.1 Pangkal jembatan yang berdiri bebas 131 11.3.6.2 Pangkal jembatan monolit 131

11.3. 7 Persyaratan detailing 131 11.3.7.1 Umum 131 11.3.7.2 Persyaratan tulangan transversal minimum 131

11.4 Ketentuan untuk jembatan tipe C dan D 132 11.4.1 Umum 132 11.4.2 Persyaratan gaya rencana 132

11.4.2.1 Gaya rencana untuk komponen struktur dan sambungan 132 11.4.2.2 Gaya rencana untuk pondasi 133 11.4.2.3 Gaya akibat sendi plastis pada kolom, pilar dan portal 133 11.4.2.4 Gaya rencana pada kolom dan portal tiang 133 11.4.2.5 Gaya rencana pada pilar 133 11.4.2.6 Gaya rencana pada komponen penghubung 134 11.4.2.7 Gaya rencana pada pondasi 134 11.4.2.8 Gaya rencana pada pangkal jembatan dan dinding penahan

tanah 134 11.4.3 Persyaratan jarak bebas horisontal 134 11.4.4 Persyaratan pondasi 134

11.4.4.1 Penyelidikan tanah 134 11.4.4.2 Perencanaan pondasi 134 11.4.4.3 Persyaratan pondasi tiang 135

11.4.5 Persyaratan pangkal jembatan 135 11.4.6 Persyaratan detailing 135

11.4.6.1 Umum 135 11.4.6.2 Persyaratan kolom 135 11.4.6.3 Persyaratan pilar 137 11.4.6.4 Persyaratan hubungan kolom 137 11.4.6.5 Sambungan konstruksi pada pilar dan kolom 137

11.5 Daftar notasi 137

Page 52: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LAMPIRAN E

NOTULEN DAN DAFTAR HADIR

DISKUSI TEKNIK II/ PRAKONSENSUS

29 OKTOBER 2002

Page 53: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYA H

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI Jalln Raya Tlmur 264 Kotak Pos 2 Ujungberung, Telp. (022) 7802251 (Hunting) Fax. 7802726 Bandung (40294) e-rnall:pusjal@ melsa.net.ld

Nomor Lampiran

Urn .o.;.. -bS · lJ /IC'<3.C Ban dung, 22 Oktober 2002

Kepada Yth.

DAFTAR TERLAMPIR

di BANDUNG I JAKARTA

Perihal Pra Konsensus Rancangan SNI Bidang Konstruksi dan Bangunan.

Dengan hormat dimohon kehadirannya dalam rapat Pra Konsensus untuk pembahasan

yang akan diselenggarakan pada :

Hari/ tanggal

Waktu

Tern pat

Pemimpin rapat

Acara

Selasa, 29 OKtober 2002

9.30 - Setesai

Ruang Rapat Gd. Pengembangan,

Pusat Litbang Prasarana Transportasi

Jl. Raya Timur No. 264

Ketua Sub Pantek, Bidang Prasarana Transportasi

Pembahasan RSNJ 1 menjadi RSNI 2/3 dengan judul :

"lata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan".

Atas perhatian dan kesediaanya kami ucapkan terima kasih.

Ketua Sub Panitia Teknik/Sekretaris Sub Pantek

Bidang Prasarana Transportasi,

DR.Ir. M. Sjahdanulirwan. MSc ', NIP.: 110019271

") 1. Apablla berhalangan hadlr agar diwakilkan/memberikan tanggapan tertulis; 2. Apablla tldak hadir/Udak diwakllkanltidak member! tanggaparo tertulls dianggap menyetujui hasil rapat Pra Konsensus.

3. Tanggapan dapat dlsampalkan lewat surat (POS), email, fax ditujukan ke Sekretariat Sub Pantek.

Tembusan Kepada Yth.:

- Ketua Panitia Teknik Bidang Konstruksi dan Bangunan (sebagai laporan).

C:\Adminislnsi NSPM\S~n~-SIIl'&llln Konsensus til 29 Oklober 2002.doo

Page 54: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

B"d I ang K k . J onstru s1 em b t d a an an B angunan Ja an *

NO. NAMA JABATAN/INSTANSI STATUS UNDANGAN

1. DR.Ir. M. Sjahdanulirwan, MSc Pusat Litbang Prasarana Ketua Sub Pantek Bidang Transportasi Prasarana Transportasi

2. lr. Heru Budi Santoso, CES Pusat Litbang Prasarana Sekretaris Sub Pantek

Transportasi Bid. Prasarana

Transportasi

3. lr. Lanny Hidayat Pusat Litbang Prasarana Ketua Gugus Kerja/

Transportasi Konseptor

4. lr. Herry Vaza Pusat Penilaian Mutu- Wakil Ketua Gugus Kerja

Badan Pembinaan

Konstruksi & lnvestasi

5. lr. Nandang Syamsudin ~ Pusat Litbang Prasarana Sekretaris Gugus Kerja

Transportasi

6. lr. lwan Zarkasi, M.Eng.Sc Dit. Bina Teknik- Ditjen Anggota Prasarana Wilayah

7. lr. Lanneke Tristanto Pusat Litbang Prasarana Anggota/Konseptor

Transportasi

8. lr. Jonny Simanta, MSc Univ. Parahyangan Bdg. Anggota

9. lr. Nana Priatna. MSc DPU Bina Marga, Anggota

" Kabupaten Bandung

10. lr. Arief Sutarli II PT.INDEC Anggota

11. DR.Ir. Poemomosidhi, MSc Dit. Jend. Penataan Ruang, Ketua GK Bidang Sistem Dit. Penataan Ruang Transportasi Wilayah Tengah

12. DR.Ir. Hedy Rahadian, MSc Pusat Litbang Prasarana Ketua GK Geoteknik

Transportasi Jalan

13. lr. Agus Sari Sailendra, MSc Pusat Litbang Prasarana Ketua GK Bidang TLL &

Transportasi Geometri

14. lr. Nany Kusminingrum Pusat Litbang Prasarana Ketua GK Bidang

Transportasi Lingkungan dan

Keselamatan Jalan

15. lr. Sigit Widhyharto, MSc Dit. Bina Teknik, Ditjen Ketua GK Bidang Prasarana Wilayah Kelayakan Proyek

16. lr. Joko Purnomo Pusat Litbang Prasarana Konseptor

Transportasi

17. DR.Ir. F.X. Supartono Universitas Indonesia Konseptor

18. lr. Elly Tjahjono, DEA Universitas Indonesia Konseptor

19. DR.Ir. Yuskar Lase Universitas Indonesia Konseptor ~· lr. Paulus Karta, MSc v Univ. Parahyangan Bdg. Perwakilan Perg. Tinggi

21. lr. Cecilia L.G.S., MSc v Univ. Parahyangan Bdg. Nara Sumber

22. lr. Suwandojo SiddiQ, Dipi.E.Eng Pusat Litbang Permukiman Nara Sumber

23. lr. Moh. Sadikin Pusat Litbang Permukiman Nara Sumber

24. Redrik lrawan, ST., MT. Pusat Litbang Prasarana Nara Sumber

Transportasi

25. lr. Roestaman, MSc Pusat Litbang Prasarana Nara Sumber Transportasi

26. lr. Benyamin Lumantarna, Universitas Petra Surabaya Perwakilan Perguruan

M.Eng.PhD. Tinggi

27. DR.Ir. lswandi lmran, MSc lnstitut Teknologi Bandung Perwakilan Perguruan Tinggi

28. lr. Sjofva Rodiansjah, MM HPJI- JAKARTA Perwakilan Asosiasi Profesi

29. Direktur PT. Waskita Karya Cab. Direktur PT. Waskita Karya Perwakilan Kontraktor

Bandung Cab.Bandung

30. Direktur PT. lndah Karya Cab. Direktur PT. lndah Karya Perwakilan Konsultan

Bandung

31. Ka. Jur. Teknik Sipil UNWIM Ketua Jurusan T. Sipil Perwakilan Perg. Tinggi

UNWIM

C:\Aclminisnsi NSPMIS~n~-S"'"'\Pra Konsmsus 1j;l 29 Obober 2002.doc

Page 55: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

NO. NAMA

32. Ka. Jur. Teknik Sipil ITENAS

33. Retno S., ST., MT

34. lr. lwan Setiawan

35. Kiki, ST

36. Direktur Bina Teknik, Ditjen Tata

Perkotaan & Tata Perdesaan

37. Direktur Perkotaan Metropolitan,

Ditjen Tata Perkotaan dan Tata

Perdesaan.

~A Direktur Sistem Jaringan Prasarana, I

Ditjen Prasarana Wilayah.

39. Kepala Pusat Penilaian Mutu

Konstruksi, Badan Pembinaan

Konstruksi dan lnvestasi

40. Kepala Pusat Pendidikan Keahlian

Teknik, Bandung

41. Ketua Jurusan Teknik Sipil,

Universitas Trisakti Jakarta

42. Ketua Jurusan Teknik Sipil.

Universitas Tarumanegara Jakarta

lf.~ ~

'~ t'WJ-o

C:\Adminlstnsi NSPM\S\RI·Sur.I\Pra Konsensus tgt 29 Oktober 2002.doc

JABATAN/INSTANSI STATUS UNDANGAN

Ketua Jurusan T. Sipil Perwakilan Perguruan

ITENAS. Tinggi

Pustran Narasumber

Pustran Narasumber

Jakarta Perwakilan Konsultan --

Direktur Bina Teknik, Ditjen Narasumber

Tata Perkotaan dan Perdesaan

Direktur Perkotaan Narasumber

Metropolitan, Ditjen Tata

Perkotaan dan Tata Perdesaan

Direktur Sistem Jaringan Narasumber Prasarana, Ditjen Prasarana Wilayah

Kepala Pusat Penilaian Narasumber Mutu Konstruksi, Badan

Pembinaan Konstruksi dan

lnvestasi

Kepala Pusat Pendidikan Narasumber Keahlian Teknik, Bandung

Ketua Jurusan Teknik Sipil, Perwakilan Perguruan

Universitas Trisakti Jakarta Tinggi

Ketua Jurusan Teknik Sipil. Perwakilan Perguruan

Universitas Tarumanegara Tinggi

Jakarta

Page 56: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

Kepada Yth. :

Ketua Panitia Teknik Bidang Konstruksi dan Bangunan/ Ketua Sub Panitia Teknik Bidang Sumber Daya Air/Prasarana Transportasi/ Permukiman Pusat Litbang Sumber Daya Air/Prasarana Transportasi/Permukiman

di

SURAT PERNYATAAN

Berhubung kami berhalangan hadir dalam Sidang Pra Konsensus Standar sesuai surat undangan

No .................. , tanggal ............... untuk konsep standar:

1. . ..................................................................... .

2 ....................................................................... .

3 ....................................................................... .

4 ....................................................................... .

G . ....................................................................... .

dengan ini menyatakan : *) 1. Setuju sepenuhnya terhadap isi Rancanga n SNI tersebut. *) 2. Setuju tetapi dengan catatan-catatan usulan sebagaimana tercantum pada lembaran

tanggapan.

Demikian agar menjadi maklum.

Nama

lnstansi

Tanda Tangan

*) Corel yang tidak pe rlu

Page 57: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

LEMBAR TANGGAPAN

JuduiKonsep

No. Halaman Butlr/Gambar/ Konsep Rancangan Standar Us ulan Dan Saran Alasan

Tabel

..

Catalan: Lembar Tanggapan harus disampaikan ke Sekretariat Sub Pantek!Pantek 2 hari sebelum acara rapat dimulai. d. a. Subbid Standardisasi Pusat Utbang Prasarana Transportasi Jl. Raya Timur No. 264 Ujungberung Bandung. Fax No. : 022- 7802726

Page 58: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

DAFTAR HAOIR PESERTA SIDANG KC'NSENSUS RANCANGAN STANDAH.

NO.

BIDANG

JUDUL

NAMA

~ 13. ft:X~(}: ¥'- w .

I V I

Diketahui oleh : Ketua Pantek!Sekretaris Pantek,

INSTANSI ALAMAT TANDA TANGAN

dlt_

ITB1VA-s - --- -nt-'

~- 7

Jlct'

11\.\I\~

Ul..

Diperiksa oleh : Dibuat oleh : Pemimpin Sidang , Sekretariat/Panitia,

Page 59: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

DAFTAR HADIR PESERTA SIDANG KONSI::NSU::> KA.N~AI'4uA.N;:, 1 ANUAt-< . '· I .,

BIDANG 0 i(:"'/}~frt_ ,f o J; ·':. j <~ ";- 0,{'·!

0> ·y;.· · ~ · :. .· .: ;1., :~ 0 - · ':?· · · ·J n - ·:, :--: __ . : ·

JUDUL ~: f.qf~ : ~qffi J:ilf~jif;i.;m() : J)( · (~~/ >fr.~ · ; · 6(Jkn ,.- . Ull .:_; 7_f? I i ra -an

NO. NAMA INSTANSI ALAMAT TANDA TANGAN

l(tJ)v \.fv .s \CtVv ~ \Jr (!1or /n ~~ ~ @ M u~ t-w(,y..\dnfq)..,· PfHK- ~~~ ..,.lfcr - \l

tiJ •f I

JL . YZ.L ;Jc~ Fvli (( -iPJ:r . .,.

(4) rf~K~ LA..#-.1.1' ~ ~~ 'P· ~

A~n!1Y_ ~ t 50 Pvstr.:?n B.D6 ~/

~- ~u plfr<..i:,.o 6t r:- V"-'Tk1L <JCUr _,_;w:Jt- .--- ~ -· - i'F-0-r -

0 '-1-/4-DJ O :P -,~ --"'7- ;-~ ~~ [.. 80 /:ahnd# - flAsh_ !2d_o ~~ J

6J WIUYA.) 111". yj~ ~'U b ~(U - ;:-v0!) v /

ltz.. Altl )<lfLYJlfwA/11 ,AAJ pr INPIIH K. ~Y-4 .]1<./

G ~ru PJqd,· S eL\\tT"n s f77cl q

t @ l'l8n~;:l11q ~ -

' 130 tv. <S 1c·LA, .i'; l'. i '' . .

.I

140 s C( (V\ <; : /-

l/-""'1

15. H\ (\) .. ) · ~ ·, 'r-: C•.·)\1 ,) iJ L . .--.

16.

17.

18.

190

20.

21 .

220 -

230

240

250 I

Bandung , 0 ~30 O Qo~-\0 0 0 ~0°0~ 0 0 0

Diketahui oleh : Diperiksa oleh : Dibuat oleh :

Pemimpin Sidang, Sekretariat/Panitia,

Andri

Page 60: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI Jl. Raya Tlmur No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7802251 Fax. (022) 7802726 Bandung 40294 e-mall:[email protected]

NOTULEN DISKUSI TEKNIK II/PRAKONSENSUS

"TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BETON

UNTUK JEMBATAN"

Tanggal 29 OKtober 2002

Kata "perencanaan" tetap, tidak diganti dengan perancangan.

Notasi yang sama/ganda (mis. A, B, ... dst) supaya salah satu diberi subscripth.

Pasal 7, tentang bangunan bawah, apa tidak yang berkaitan dengan struktur beton saja, kalau yar

sekarang ditampilkan itu merupakan perencananaan jembatan ?. Judul ditambah "ketentua

ketentuan", pertanyaan ditampung.

Hal. 31, p seharusnya P1·

Hal. 32, dengan : diganti dengan pengertian :

Sifat karakteristik material ; teg. ijin dipindahkan ke bab yang bersangkutan (mis. prategang ke be:

prategang).

Detail ujung tul. geser(panjang, diameter dan pengangkuran) akan digambar lebih jelas/gamb.

diperbaiki.

Hal. 20, 4.5.1 ; faktor beban dan kombinasi pembebanan akan ditambahkan.

Evaluasi jembatan eksisting tidak dimasukkan disini, karena akan dibuat peraturan khusus terpisc:

"penilaian kondisi jembatan eksisting"

l Daftar notasi akan ditempatkan/dipindah ke depan untuk masing-masing bab.

1. Hal. 41, ada beberapa hal perlu gambar, mis. betf·

2. Hal. 95, 7.1.2.2.3, ..... dikurangi sampai 100 mm. kata "sampai" dihilangkan.

3. Benda uji kubus tidak eksplisit dalam standar ini, semua mengacu kesili11der. Jadi kalau ada uji kubl

konsultan harus bisa melakukan konversi atau dimasukkan ke spek.

4. Hal.1, perlu ditambah dengan "jembatan pertokoan".

5. Semua PBKT dikumpulkan saja agar tidak terjadi pengulangan.

6. Hal. 25, tabel4.6-7, judul tabel" ........ Beton Prategang" ganti "Beton non Prategang".

7. Hal. 33, penghentian tulangan sudah sesuai dengan PBI 2002.

B. Hal. 49, 5.7.6.2, a), ... lebih besar dari 1.; perlu ditambah monogram.

9. Hal. 51, 5.7.7, ditambah biaksial," .... lentur biaksial dan tekan".

D. Hal. 52, 5. 7.8.1.a), persyaratan tul. memanjang 1% - 8%, beda dengan yang digempa.? ditampung.

1. Hal. 5.7.8.3, Pengekangan lateral dapat dipasang ..... dst. Tidak ada ketegasan dipasang atau tidak.

2. Hal. 54, 5.7.8.6.a) maksud dan tujuan kalimat tersebut kurang jelas.

3. Hal. 55, perlu dilengkapi dengan gambar "dinding".

Page 61: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI Jl. Raya Tlmur No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7802251 Fax. (022) 7802726 Bandung 40294 e-mall:[email protected]

~. Hal. 60, 5.9.4.1, tulangan minimum dicek kembali.

). Hal. 61, daftar notasi pindah kedapan masing-masing pasal.

5. Hal. 61, PBL apa hanya berlaku untuk momen saja, geser vtidak boleh ? geser pakai PBKT lagi ?.

r. Hal. 93, 7.1.1.3, PBL untuk pondasinya bukan betonnya. Pada pasal 7 ini akan ada beberapa yar

diambil dan beberapa dibuang.

3. Koefisien gempa perlu disesuaikan.

~. Untuk beton < 20 MPa atau > 60 MPa, tetap bisa digunakan standar ini c!engan sedikit modifika:

misalnya P1·

>. Hal. 8, umur 50 th, sulit memberikan parameter, perencana harus bisa membuktikan.

I. Hal. 14, grafik susut perlu dikoreksi lagi khususnya satuan yang arah horisontal (dikalikan 0,45).

> Hal. 19, 4.4.3.1.2, angka 0,85 tidak konsisten dengan hal. 90, disini memaksa 'fp = 0,4.

~. Panjang penyaluran dicek lagi.

L Pasal7, persyaratan dan ketentuan tul. min. akan dimasukkan.

>. Hal. 118, rumus 9.2-7, redaksionalnya diperbaiki, nilai a. tidak jelas (perlu keterangan).

>. Hal. 127, tabel 8.1-2 perlu dilengkapi lagi.

7 Hal. 7, 3.43, definisi "transfer'', perlu diperbaiki.

~. Hal. 3, 3.9, beban kerja, tam bah mjd. " ..... komponen struktur secara PBL.

). Hal. 31, 5.1.1.4, "Kekuatan ultimit nominal ... dst", kata ultimit dihilangkan.

). Yang benar tendon atau kebel ? ditampung.

I. Perlu ditambah tatacara splicing utk. tul., juga diameter bengkokan, jarak splicing, dll.

> Hal. 43, 5.6, perlu ditambah sketsa tul. geser utk. box girder.

Bandung, 29 Oktober 2002

Notulen Pimpinan Sidang

Redrik lrawan, ST.,MT. lr. Lanny Hidayat, MSi

Page 62: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

BERITA - ACARA

HASIL SIDANG PRA KONSENSUS RANCANGAN STAN DAR BIDANG PRASARANA TRANSPORT ASI

Nomor :

Pada hari ini, Selasa tanggal 29 bulan Oktober tahun Dua Ribu Dua, Panitia TeknikiSub Panitia Teknik Standardisasi Naskah Rancangan SNI I Pedoman Teknik Bidang Prasarana Transportasi, telah

menyelengg~rakan sidang Pra Konsensus rancangan standar, sebagai berikut :

I. PELAKSANAAN

1. Judul Naskah Rancangan Standar (Bhs. Indonesia)

2. Ruang Lingkup (Bhs.

Indonesia

3. Tempat Sidang

4. Penyaji I Konseptor

5. Pemimpin Rapat

6. Judul Naskah Rancangan Standar (Bhs. lnggris)

7. Ruang Lingkup (Bhs.

lnggris)

8. Padanan

Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan

Tata cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan ini digunakan untuk merencanakan jembatan jalan raya dan jembatan pejalan kaki di Indonesia, yang menggunakan komponen struktur beton bertulang dan beton prategang dengan

memakai beton normal, dan dengan panjang bentang tidak lebih dari 1 00 meter.

Ruang Rapat Gedung Pengembangan, Pusat Litbang Prasarana

Transportasi

\r-. jo\:.o ?ur"Pom o

SNI 03-2847-1992 Tata cara penghittungan struktur beton untuk bangunan gedung

SNI 03-3445-1994 Tata cara pengadukan dan pengecoran be ton

SNI 03-2458-1991

SNI 03-2492-1991

SNI 03-2495-1991 SNI 03-2834-1992

SNI 03-3403-1994

SNI 03-3449-1994

SNI 03-4433-1997 SNI 07-1050-1989

SNI7-2052-1997 SNI 07-2529-1991 SNI 07-1051-1989

Metode pengambilan contoh c.;ampuran beton segar Metode pengambilan contoh benda uji

beton inti Spesifikasi bahan tambahan untuk beton Tata cara pembuatan rencana campuran

beton normal Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran. Tata cara pembuatan campuran dengan agregat ringan untuk beton ringan. Spesifikasi beton siap pakai Baja tulangan untuk konstruksi beton pratekan

Baja tulangan beton Metode pengujian kuat tarik baja beton Kawat baja karbon tinggi untuk konstruksi

Page 63: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

9. Rujukan

beton pratekan SNI 07-1154-1989 Kawat baja tanpa lapisan bebas tegangan

untuk konstruksi beton pratekan, jalinan tujuh.

SNI 07-3651.1-1995 Persyaratan umum kawat baja beton pratekan.

SNI 07-3651.2-1995 Kawat tarik dingin, kawat baja be ton pratekan

SNI 07-3651.4-1995 Pilihan kawat baja beton pratekan

AASHTO Sisteenth edition, 1996 AASHTO T 26-79 Qaulity of water to be used in concrete ASTM A 421-91 Uncoated stress-relieved wire for prestresses

concrete ASTM A 722 Uncoated high-strength steel bar for

prestresses Concrete ASTM C 494 Water reducing, retarding, accelerating, high

range concrete

ASTM C 618 Pozzolans, fly ash and other mineral admixtures

AASHTO M31-95 Deformed and plain billet-steel bar for concrete reinforcement

AASHTO M32-94 Cold drawn steel wire for concrete reinforcement

ACI315

AWS D 2.0

Manual of standard practice for detailing reinforced concrete structures, American Concrrete Institute Standard specification for welded highway and railway bridges.

10. Daftar Undangan (tertampir)

11. Daftar Hadir

II. KESIMPULAN

2.1 Keputusan

(Terlampir)

[:0 diterima dengan perbaikan

0 ditolak untuk diajukan lagi ke sidang Pra Konsensus

0 Tidak ada kesepakatan

0 ditolak, dengan alasan ..................................... .

2.2 Padanan lain (kalau ada), dan penjelasan perbedaan.

2.3 Tanggapan terhadap materi (tertampir).

Demikian berita acara ini kami buat dengan penuh tanggung jawab untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 29 Oktober 2002

Page 64: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

WAKIL- WAKIL PESERTA PRA KONSENSUS

Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah,

( u r )

( ..... ' ....................... )

f\ . I

D'fpartemen Kimpraswil,

I i 'v v'"- -------

A~(lfPJJ)

< .I r : . ~)9 f. Y ~ .. ·. ~ ........ >

Ketua Gugus Kerja,

Page 65: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

I.

RISALAH RAPAT PRA KONSENSUS

PENYELENGGARAAN

1.1 Pelaksanaan

1. Hari/Tanggal

2. Jam

3. Tempat

4. Penyaji I Konseptor

5. Pemimpin Rapat

6. Judul Konsep Pedoman

(Bhs. Indonesia)

7. Ruang Lingkup (Bhs.

Indonesia

8. Judul Naskah Rancangan

Standar (Bhs. lnggris)

Selasa, 29 Oktober 2002

09.00 s/d selesai

Ruang Rapat Gedung Pengembangan, Pusat Litbang

Prasarana Transportasi.

\t jok.o P1.1r-00m 0

. If' . ~cmnJ l·hda.~~ ... M~t-

Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan

Tata cara Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan ini

digunakan untuk merencanakan jembatan jalan raya dan

jembatan pejalan kaki di Indonesia, yang menggunakan

komponen struktur beton bertulang dan beton prategang

dengan memakai beton normal, dan dengan panjang bentang

tidak lebih dari 1 00 meter.

SNI 03-2847-1992

SNI 03-3445-1994

SNI 03-2458-1991

SNI 03-2492-1991

SNI 03-2495-1991

SNI 03-2834-1992

SNI 03-3403-1994

SNI 03-3449-1994

SNI 03-4433-1997

SNI 07-1050-1989

SNI 7-2052-1997

SNI 07-2529-1991

SNI 07-1051-1989

SNI 07-1154-1989

SNI 07-3651.1-1995

SNI 07-3651.2-1995

Tata cara penghittungan struktur beton

untuk bangunan gedung

Tata cara pengadukan dan pengecoran

be ton Metode pengambilan cortoh campuran

beton segar

Metode pengambilan contoh benda uji

beton inti

Spesifikasi bahan tambahan untuk beton

Tata cara pembuatan rencana campuran

beton normal

Metode pengujian kuat tekan beton inti

pemboran.

Tata cara pembuatan campuran dengan

agregat ringan untuk beton ringan.

Spesifikasi beton siap pakai

Baja tulangan untuk konstruksi beton

pratekan

Baja tulangan beton

Metode pengujian kuat tarik baja beton

Kawat baja karbon tinggi untuk konstruksi

beton pratekan

Kawat baja tanpa lapisan bebas tegangan

untuk konstruksi beton pratekan, jalinan

tujuh. Persyaratan umum kawat baja beton

pratekan.

Kawat tarik dingin, kawat baja beton

pratekan

Page 66: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

9. Ruang Lingkup (Bhs.

lnggris)

10. Pad an an

11. Rujuan

12. Daftar Undangan

13. Daftar Hadir

Daftar Tidak Hadir

SNI 07-3651.4-1995 Pilihan kawat baja beton pratekan

AASHTO Sisteenth edition, 1996

AASHTO T 26-79 Qaulity of water to be used in concrete

ASTM A 421-91 Uncoated stress-relieved wire for prestresses concrete

ASTM A 722 Uncoated high-strength steel bar for prestresses Concrete

ASTM C 494 Water reducing, retarding, accelerating,

high range concrete

ASTM C 618 Pozzolans, fly ash and other mineral

admixtures AASHTO M31-95 Deformed and plain billet-steel bar for

concrete reinforcement

AASHTO M32-94 Cold drawn steel wire for concrete

reinforcement

ACI 315 Manual of standard practice for detailing reinforced concrete structures, American

Concrrete Institute

AWS D 2.0 Standard specification for welded highway and railway bridges.

(terlampir)

(terlampir) (terlampir)

II. KESIMPULAN

2.1 Keputusan oz(diterima dengan perbaikan

0 ditolak untuk diajukan lagi ke sidang Pra Konsensus

0 Tidak ada kesepakatan

0 ditolak, dengan alasan ..................................... .

2.2 Padanan lain (kalau ada), dan penjelasan perbedaan.

2.3 Tanggapan terhadap materi (terlampir).

Bandung, 29 Oktober 2002

Page 67: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

Disimpulkan oleh Nama ) ( . ... C?-:QJ nk l .......... •'• ........ . tVO nrr ll s·

(Se~stf'anitla)

Tanda Tangan ...... /.~td ...

Disetujui oleh Nama (Pemimpin Rapat)

Tanda Tangan

Diketahui oleh Nama lr · t·hNJ &.!&.( ~ao-P\ o ., (.fj Ho~+tr\5

· · · · · · · · · · · · · · · . . . . . . . . . . . . . . (K~Atek!Sub Pantek) Standardisasi

T<mda Tangan

Page 68: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia
Page 69: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia
Page 70: Pengkajian Metode Perencanaan Struktur Beton untuk ......Rapat Pra-Konsensus, dan telah disetujui oleh semua peserta rapat dan bisa dieruskan untuk menjadi Standar Nasionallndonesia

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)