pengolahan bahan pustaka

42

Upload: mustafa-mustari

Post on 11-Mar-2016

253 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Buku Materi Pokok Modul UT Pengolahan Bahan Pustaka oleh Yuyu Yulia dan B. Mustafa, tahun 2007

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan Bahan Pustaka
Page 2: Pengolahan Bahan Pustaka

1

Pendahuluan

• MODUL 9 Sistem Otomasi di Perpustakaan Drs. B. Mustafa, M.Lib.

odul ini membahas prinsip penerapan sistem otomasi

perpustakaan dalam kaitannya dengan organisasi

informasi dan dokumen di perpustakaan. Namun

sebelumnya akan dibahas dasar-dasar penerapan sistem otomasi

dalam menjalankan fungsi-fungsi dan kegiatan di perpustakaan

secara umum. Juga akan dibahas secara umum dan ringkas

mengenai penggunakan hardware dan software atau teknologi

informasi tertentu tertentu dalam mendukung sistem otomasi

perpustakaan. Sistem otomasi perpustakaan dapat dijelaskan secara

sederhana adalah “Menjalankan seluruh (sebagian besar)

kegiatan di perpustakaan untuk meningkatkan mutu layanan

dengan menggunakan sarana teknologi informasi (komputer)

secara terpadu.”

Bagian kegiatan di perpustakaan yang biasa diotomasikan

adalah:

1. Pengembangan koleksi (survei bahan pustaka, seleksi, verifikasi dan pemesanan serta pembelian buku dsb).

2. Pengolahan bahan pustaka yang akan dilayankan (penentuan nomor klasifikasi, penentuan subjek, pembuatan dan pemasangan sistem barcode dan sistem keamanan koleksi, dsb).

3. Pelayanan kepada pengguna: a. Penelusuran katalog melalui sarana OPAC (Online Public

Access Catalog) b. Sistem peminjaman, pengembalian, penagihan

keterlambatan, denda, pemesanan (reservasi). Semua kegiatan bagian ini biasa dikenal sebagai sistem layanan sirkulasi.

c. Sistem pelaporan dan pembuatan statistik.

M

Page 3: Pengolahan Bahan Pustaka

2

d. Sistem pencatatan anggota dan sistem pencatatan otomatis bagi pengunjung perpustakaan.

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan memahami

dan mampu menjelaskan:

1. Pengertian tentang prinsip sistem otomasi di perpustakaan

secara umum dan dalam kaitannya dengan organisasi

informasi dan dokumen.

2. Ruang lingkup kegiatan sistem otomasi perpustakaan.

3. Berbagai jenis contoh software dan hardware serta

teknologi informasi yang banyak diterapkan untuk sistem

otomasi perpustakaan di Indonesia.

4. Sistem otomasi yang biasa dimanfaatkan pada berbagai

kegiatan dalam perpustakaan.

5. Sistem database dan teknik pengelolaannya.

6. Sumberdaya manusia dalam sistem otomasi perpustakaan.

1 Sistem Otomasi Perpustakaan

ang dimaksud dengan sistem otomasi disini secara sederhana

adalah “Menjalankan seluruh (sebagian besar) kegiatan di

perpustakaan untuk meningkatkan mutu layanan dengan

menggunakan sarana teknologi informasi (komputer) secara

terpadu.”

Ada beberapa kata kunci yang telah dicetak tebal pada kalimat

penjelasan diatas, yaitu seluruh atau sebagian besar kegiatan. Jadi

Suatu sistem perpustakaan baru dapat dikatakan menggunakan sistem

otomasi kalau sudah memanfaatkannya untuk seluruh atau paling tidak

sebagian besar kegiatan yang dilakukan. Kalau hanya untuk satu

kegiatan, misalnya hanay untuk menginput dan menampilkan katalog

perpustakaan, belumlah dapat dikatakan menerapkan sistem otomasi.

Kalau penggunaan komputer hanya untuk satu atau dua kegiatan, itu

Y Pengertian

Page 4: Pengolahan Bahan Pustaka

3

berarti hanay menggunakan komputer di perpustakaan. Belum dapat

dikatakan sistem otomasi perpustakaan. Kata kunci lain yang dicetak

tebal adalah meningkatkan mutu layanan. Tujuan utama dari

penerapan sistem otomasi di perpustakaan, adalah untuk meningkatkan

mutu layanan di perpustakaan. Karena itu, sistem otomasi yang tidak

dapat meningkatkan mutu layanan, tidak dapat dikatakan suatu sistem

otomasi. Kata kunci terakhir yang tentu saja penting adalah

menggunakan sarana teknologi informasi atau komputer secara

terpadu. Ini berarti tidak hanya komputer yang digunakan dalam

mengembangkan sistem otomasi di perpustakaan, melainkan ada pula

bentuk teknologi informasi lainnya. Walaupun tentu saja intinya adalah

perangkat keras dan perangkat lunak komputer, seperti yang biasa

digunakan pada umumnya di kantor-kantor. Semua sistem dan sarana itu

digunakan secara terpadu atau saling terkait satu sama lain. Biasanya

dilakukan dalam suatu sistem jaringan.

Seperti telah disebutkan diatas, bahwa suatu sistem seharusnya

bermanfaat dalam meningkatkan mutu layanan perpustakaan. Tentu ini

menyangkut pula dua hal. Yaitu sistem otomasi akan bermanfaat bagi

pengguna yang akan memerlukan layanan perpustakaan dan akan pula

bermanfaat bagi petugas perpustakaan yang akan melakukan tugas

pelayanan, termasuk petugas penyiapan pelayanan di bagian lain

perpustakaan, misalnya bagian pengembangan koleksi, bagian

pengolahan bahan pustaka dan bermanfaat pula bagi petugas di berbagai

bagian lain yang ada di perpustakaan.

Keuntungan bagi pengguna dan petugas perpustakaan dengan adanya sistem

otomasi perpustakaan:

Keuntungan bagi pengguna perpustakaan dengan adanya sistem

otomasi:

• Pengguna akan lebih mudah dalam mencari informasi.

• Pengguna mendapat lebih banyak pilihan titik pencarian (kata kunci,

subjek, pengarang pertama, pengarang kedua dan seterusnya, semua

kata atau istilah yang terdapat pada judul buku). Bandingkan dengan

sistem katalog manual, yang biasanya sebuah buku hanya bisa

Page 5: Pengolahan Bahan Pustaka

4

dicari pada sistem katalog manual melalui nama pengarang, atau

melalui kata pertama dari judul buku, atau melalui kata atau istilah

subjek yang diangkat sebagai tajuk pencarian.

• Pengguna akan lebih nyaman menggunakan sistem temu-balik.

Diharapkan tentu saja akan lebih nyaman bagi pengguna dalam

mencari informasi, karena pengguna cukup menekan tombol-tombol

pada papan-ketik komputer, data katalog yang dicari dapat segera

muncul di layar komputer. Pengguna tidak perlu menarik laci

katalog, dan memilih-milih dari ratusan kartu katalog yang berjejer

dalam laci, seperti yang sering dialami pada pencarian katalog buku

pada sistem kartu katalog.

• Waktu layanan lebih cepat. Rata-rata pencarian informasi katalog

koleksi menggunakan komputer akan jauh lebih cepat dibandingkan

pencarian melalui katalog sistem manual. Tentu saja karena memang

komputer, apalagi menggunakan perangkat komputer yang paling

mutakhir, maka sistem kerja komputer semakin cepat, jauh lebih

cepat dibandingkan kemampuan manusia mencari informasi tertentu

dalam kumpulan informasi yang berjumlah banyak sekali.

• Ada kepastian bagi pengguna tentang keberadaan dokumen yang

dicari sebelum menuju rak penyimpanan koleksi. Hal ini karena

dalam sistem pencarian informasi pada katalog (OPAC) yang biasa

digunakan pada sistem otomasi, status keberadaan bahan pustaka

dapat diketahui melalui sistem katalog online yang diterapkan.

• Selain itu data pada sistem katalog terotomasi dengan mudah dapat

disalin (dicopy) jika diinginkan untuk berbagai keperluan, serta

berbagai keuntungan lain sistem otomasi perpustakaan yang dapat

dimanfaatkan oleh pengguna.

Keuntungan bagi petugas perpustakaan dengan adanya sistem

otomasi:

• Petugas akan lebih mudah dalam melaksanakan kegiatan dan

pekerjaannya.

• Petugas dapat memanfaatkan hasil pekerjaannya yang sudah

dilakukan untuk berbagai keperluan lain. Misalnya jika petugas

sudah melakukan input data untuk membuat katalog buku pada

sistem OPAC, maka data yang sama dapat pula dimanfaatkan untuk

Page 6: Pengolahan Bahan Pustaka

5

membuat bibliografi dengan penampilan dan susunan yang berbeda

dengan data katalog. Namun data yang diolah tetap sama. Hal ini

merupakan kelebihan utama dari sistem otomasi. Ini dikenal dengan

istilah reusable (dapat digunakan kembali) atau dikenal juga bahwa

sistem otomasi mengurangi atau menghilangkan kegiatan yang

bersifat redundan atau menghilangkan pengulangan pekerjaan yang

sesungguhnya tidak perlu.

• Pekerjaan tentu akan lebih cepat diselesaikan. Misalnya akan

mengurutkan atau mengabjad kartu katalog, yang pada sistem manual

dilakukan sendiri oleh petugas. Dengan sistem otomasi pengabjadan

atau pengurutan dapat dilakukan secara otomatis dengan komputer

dalam waktu yang sangat cepat, walau data akan yang diabjad atau

diurut berdasarkan nomor atau sistem tertentu berjumlah sampai

puluhan ribu. Pekerjaan seperti ini dengan mudah dapat diselesaikan

dengan cepat menggunakan sarana komputer dalam sistem otomasi.

• Bahkan dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi yang

semakin beragam bentuk, format dan tujuannya, berbagai kegiatan

yang dahulu susah payah dan memakan enerji banyak dan waktu

yang lama, kini dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Cobalah

misalnya menduplikasi gambar berwarna secara manual. Akan sulit

dan lama dilakukan. Tetapi dengan sistem terotomasi, gambar

berwarna dapat dipindai (discan) menggunakan peralatan document

scanner, lalu setelah gambar diubah ke dalam bentuk digital, dapat

dicetak (diprint) dengan printer berwarna sehingga dihasilkan

duplikasi gambar yang serupa. Bahkan gambar tersebut dapat pula

dimanipulasi (diedit dan diubah-ubah) sedemikian rupa sesuai

dengan keinginan baik ukuran, ketajaman warna dan sebagainya.

• Dengan sistem otomasi petugas dapat mengembangkan atau

meningkatkan sistem layanan baru secara lebih proaktif yang

sebelumnya sulit dilakukan secara manual. Misalnya pengguna yang

lokasinya jauh dari perpustakaan akan mudah dilayani menggunakan

sarana teknologi informasi. Bahkan jam layanan perpustakaan dapat

diperpanjang sampai 24 jam dalam sehari. Semua sistem layanan

tambahan ini dapat dilakukan secara otomatis, tanpa dilakukan

langsung oleh manusia atau pustakawannya.

Page 7: Pengolahan Bahan Pustaka

6

• Petugas dapat lebih kreatif memikirkan dan mengembangkan cara

kerja untuk kemudahan dalam memberi layanan yang semakin

bermutu kepada penggunanya.

KOMPONEN SISTEM OTOMASI

Sistem otomasi perpustakaan, sebagaimana sistem otomasi pada

umumnya, secara sederhana dapat terdiri atas beberapa komponen.

Komponen itu adalah (1) hardware, (2) software, (3) data atau database

dan yang juga penting dibahas disini adalah komponen (4) sumberdaya

manusia (SDM).

Hardware atau perangkat keras, yaitu benda atau peralatan

teknologi informasi yang digunakan dalam sistem otomasi perpustakaan.

Termasuk disini adalah perangkat komputer, printer, document scanner,

barcode scanner, peralatan sistem keamanan koleksi, modem untuk

fasilitas internet, hub untuk keperluan sistem jaringan dan berbagai

peralatan teknologi mutakhir lainnya yang semakin banyak digunakan di

perpustakaan. Penjelasan mengenai hardware untuk sistem otomasi

perpustakaan akan dibahas secara ringkas saja dalam Modul 9 ini.

Software atau perangkat lunak, yaitu program komputer yang

digunakan untuk menjalankan suatu pekerjaan dengan sistem otomasi.

Ada beberapa jenis software yang banyak digunakan, misalnya software

sistem operasi (misalnya Windows, Linux, dsb), software tool (misalnya

program pengelola database dsb), software aplikasi (misalnya MS Office,

CDS/ISIS) dan jenis software lain misalnya untuk hiburan (Game dsb).

Penjelasan mengenai software untuk sistem otomasi perpustakaan akan

dibahas secara ringkas pula dalam Modul 9 ini.

Data atau database adalah kumpulan informasi terstruktur dan

saling terkait yang akan diolah dan dimanfaatkan melalui sistem otomasi.

Istilah lain yang sering digunakan untuk pengertian yang sama adalah

basisdata atau pangkalan data. Dalam modul ini akan digunakan istilah

database. Database untuk sistem otomasi perpustakaan adalah database

katalog koleksi perpustakaan (misalnya katalog buku, majalah) atau

database lain, misalnya database anggota perpustakaan, database pegawai

perpustakaan dsb. Komponen ini akan dibahas secara lebih mendalam

dalam Modul 9 ini, karena sesuai dengan pokok bahasan dari

keseluruhan modul.

Page 8: Pengolahan Bahan Pustaka

7

Sumberdaya manusia (SDM) sebagai komponen sistem otomasi

tidak kalah pentingnya untuk dibahas dalam modul ini. SDM otomasi

adalah orang yang akan mengoperasikan sistem otomasi. SDM sistem

otomasi di perpustakaan dapat terdiri atas petugas perpustakaan sebagai

operator sistem, manajer sistem, dan pengguna sistem. Semua komponen

SDM ini perlu pula dikaji secara ringkas untuk mengetahui peranan dan

fungsi serta pembagian dan cara kerjanya masing-masing dalam

mendukung sistem otomasi perpustakaan secara keseluruhan.

Hardware atau perangkat keras dalam sistem otomasi

perpustakaan merupakan komponen yang cukup penting. Tentu saja

penting karena sistem otomasi tidak akan bisa dimulai tanpa adanya

peralatan untuk mendukung sistem otomasi. Dalam hal ini hardware

misalnya adalah perangkat komputer sebagai bagian inti dari penyiapan

peralatan sistem otomasi. Sistem otomasi tidak akan bisa dijalankan

tanpa adanya peralatan. Perangkat komputer biasanya adalah peralatan

pertama yang diadakan untuk memulai suatu pengembangan kearah

sistem otomasi perpustakaan.

Saat ini perkembangan hardware sudah sedemikian maju. Beragam

jenis dan fungsi hardware sudah dibuat untuk mendukung beragam jenis

pekerjaan, termasuk pekerjaan dalam bidang perpustakaan. Berikut

adalah uraian ringkas, dengan spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi

pada saat buku ini ditulis, mengenai hardware yang dapat digunakan

untuk mendukung kegiatan di perpustakaan.

(1) KOMPUTER: Monitor dengan ukuran 14, 15, 17, 21 inci dst (maksud dari ukuran ini adalah panjang diagonal layar monitor) Keyboard dengan tipe biasa dengan kabel (serial, PS/2 dan USB), optical atau wireless Mouse dengan tipe Serial (bulatan ujungnya besar) dan PS/2 (bulatan kecil), USB (berbentuk pipih). Sekarang ada tipe wireless dan tipe optical. CPU (Central Processsing Unit) Casing (Wadahnya CPU) dengan tipe Desktop dan Tower, ATX (otomatis mati saat shutdown) dan nonATX. Mainboard/motherboard dengan tipe OnBoard dan Tidak OnBoard. Cards (Kartu) berupa Kartu VGA dan kartu lainnya (jaringan-LAN Card, suara-Sound Card). Processor tipe Intel Pentium IV, AMD, dll.

Hardware Sistem Otomasi Perpustakaan

Page 9: Pengolahan Bahan Pustaka

8

Memory (RAM = Random Access Memory) ukuran 128, 256, 512Mb dst

HARDDISK: Pada mulanya hanya DUA MEGABYTE, kini sudah sampai puluhan dan ratusan GIGA BYTE. 1 GB=1000 MB, 1 MB=1000KB, 1 KB=1000 (sebenarnya 1024) Byte, 1 Byte=8 bit. Ukurannya 1300, 1700 sampai 7000 KBPS (Kilo Byte Per Second), jauh lebih tinggi kecepatan aksesnya dari pada CD.

CD-READER:

Berfungsi untuk membaca data/informasi digital dalam CD (Compact Disc). Tipe internal (pada umumnya, artinya bersatu dalam casing CPU)

Tipe eksternal (saat pertama kali muncul, kecepatannya baru 2X) Diukur dengan kecepatan membaca, saat ini 48, 56, 62 X (maksudnya dapat membaca 62X150 Kilobyte per detik)

CD-WRITER:

Berfungsi untuk merekam/menulis (burning) data/informasi digital ke CD. Internal, dipasang bersatu dengan casing.

Eksternal, dipasang diluar tidak bersatu dengan casing. Diukur dengan kecepatan, misalnya 32/12/40, maksudnya menulis (burning=membakar) data ke CD-R dengan kecepatan maksimum 32X, menulis ke CD-RW dengan kecepatan maksimum 12X dan membaca dengan kecepatan maksimum 40X. DOCUMENT SCANNER:

Non-ADF (Single feed), memindai (scanning) lembar per lembar. ADF (Automatic Document Feeder), dapat memindai secara beruntun banyak lembaran dokumen sekaligus. OCR (Optical Character Recognized), dokumen digital yang masih bisa diedit TMA (Transparent Materials Adapter), dapat memindai klise foto atau slide. Image, teks dokumen digital yang tidak bisa lagi diedit Editable text, dokumen yang dapat diedit dan dicopy-paste.

BARCODE READER/SCANNER:

Alat untuk membaca kode barcode atau kode garis Tipe handheld dan static

Jenis CCD (Closed Contact Device) dan LRD (Long Range Device=Laser) Jenis lainnya: wand (sensor biasanya di bawah permukaan meja konter pasar swalayan), dan lightpen (seperti pena).

PRINTER:

Tipe berwarna atau hitam putih. Jenis Laser. DeskJet, BubbleJet dan DotMatrix.

Tipe 4 in 1 (Fax, modem, fotocopy sekaligus printer) HUB:

Page 10: Pengolahan Bahan Pustaka

9

Penghubung/penyambung/pembagi/penguat arus data dalam suatu sistem jaringan.

Tipe 10 atau 100 MBPS (Mega Byte Per Second). MODEM:

Untuk mengakses internet secara dial-up. Tipe internal dan eksternal.

Diukur dengan kecepatan akses data: misalnya 56 Kbps (Kilo byte per second)

KABEL: BNC, mirip kabel antene TV, baik untuk jarak jauh, walau lebih lambat dari UTP. UTP berisi delapan lembar kabel warna-warni kecil. FO (Fiber Optic) kabel jaringan yang mengantar sinya dengan kecepatan tinggi.

CD (Compact Disc): CD-ROM (Compact Disc Read Only Memory), hanya dapat dibaca, tidak dapat dihapus dan ditulisi (burn) lagi. Biasanya CD yang diperoleh langsung dari penerbitnya. CD-R (CD-Recordable), dapat diisi lagi, sering juga disebut CD-WORM (Write Once Read Many) CD-RW (CD-Rewritable), dapat diisi, dihapus dan diisi ulang seperti layaknya disket atau floppy-disk.

CD-Audio, CD yang berisi rekaman suara (hanya suara saja), misalnya CD musik.

VCD (Video CD), yang berisi gambar gerak (motion dan suara) DVD (Digital Versatile Disc), jenis disc tipe baru yang daya tampungnya jauh lebih besar, serta tampilan resolusi gambarnya jauh lebih baik dari disc biasa.

CD-DUPLICATOR: Alat yang dapat memperbanyak CD master. Ada yang dapat menduplikat 1 CD ke 1 CD, ada yang dapat 1 CD ke 5 CD, dst.

CARD-READER: Alat yang dapat membaca kartu memory (memory card). Ada yang tipe 8 in 1, artinya satu alat dapat membaca delapan macam tipe kartu memori. Ada pula yang tipe 12 in 1 (satu alat dapat membaca 12 macam kartu memori) atau tipe All in One.

MEMORY CARD: Kartu memori berbentuk pipih kecil yang dapat menampung data dalam jumlah cukup besar. Tipenya macam-macam yaitu : SD (Secure Digital Card), CF (Compact Flesh Card), MS (Memory Stick), MMC (Multi Media Card), SM (Smart Media), xD (Extra Secure Card), dsb.

FLAHSDRIVE: Media penyimpanan data yang bentuknya kecil tetapi dapat menyimpan data besar dari 32 MB, 62 MB, 128 MB sampai giga byte. Dapat berfungsi seperti layaknya disket.

MEDIA KOMUNIKASI:

Page 11: Pengolahan Bahan Pustaka

10

Beberapa media atau saluran komunikasi antar peralatan misalnya Infrared, Bluetooth, USB (Universal Serial Bus), WiFi, RFID (Radio Frequency Indentification).

Software sistem otomasi perpustakaan adalah perangkat lunak yang

digunakan untuk menjalankan fungsi-fungsi atau pekerjaan di

perpustakaan. Seperti diketahui secara garis besar fungsi atau kegiatan di

perpustakaan terdiri atas fungsi atau kegiatan (1) pengembangan koleksi,

(2) pengolahan koleksi dan (3) pelayanan kepada pengguna. Untuk semua

fungsi dan kegiatan tersebut dapat dibuatkan software aplikasi untuk

mendukungnya dalam sistem otomasi.

1. Aplikasi Untuk Pengembangan Koleksi

Aplikasi untuk mendukung sistem otomasi kegiatan pengembangan

koleksi yang mencakup pemilihan, pemesanan dan pembelian bahan

pustaka kini banyak beredar, baik yang gratis maupun yang harus

dibeli. Ada yang dengan mudah dapat didownload dari internet secara

gratis, adapula yang harus dipesan dan dibeli dengan harga tertentu.

Kebanyakan memang aplikasi seperti ini menjadi bagian dari suatu

software aplikasi lengkap sistem otomasi perpustakaan. Jarang ada

aplikasi yang khusus menyediakan fitur untuk sistem pengembangan

koleksi. Namun ada sejumlah penerbit atau distributor buku yang

menerbitkan semacam katalog penerbit berbentuk digital dan

disebarkan ke seluruh dunia kepada calon pembeli buku dalam jumlah

besar misalnya perpustakaan. Katalog penerbit dalam bentuk digital

tersebut, selain memuat data dan informasi mengenai buku-buku yang

akan dijual, terdapat pula didalamnya software untuk melakukan

pencarian informasi dan melakukan pemesanan. Sebagai contoh

adalah BookWise yang diterbitkan oleh Booksellers Association di

Inggris. Lihat gambar berikut. Pada aplikasi ini terdapat fungsi

pencarian informasi buku yang dapat dibeli pada sejumlah penerbit

luar negeri, terutama di Eropah. Pencarian dan pemilihan judul buku

dapat dilakukan melalui kata kunci pada judul, nama pengarang, kata

atau istilah subjek dan berbagai titik-carian lain.

Software Sistem Otomasi Perpustakaan

Page 12: Pengolahan Bahan Pustaka

11

Dengan menggunakan aplikasi yang ada dalam paket promosi buku

dalam format digital ini, kita dapat mencari nomor klasifikasi sebuah

buku dalam subjek tertentu. Sehingga produk ini dapat pula digunakan

untuk membantu kegiatan di bagian pengolahan dalam menentukan

nomor klasifikasi suatu judul buku tertentu. Dalam produk seperti ini

biasanya yang digunakan adalah bagan klasifikasi DDC (Dewey

Decimal Classification). Bahkan seluruh data bibliografis dapat dengan

mudah dicopy untuk digunakan dalam database yang akan dibangun.

Hal ini karena dari BookWise on CD ini dapat dicopy data mengenai

judul, pengarang, penerbitan, kolasi, ISBN dan informasi lain yang

dibutuhkan untuk membangun suatu database katalog perpustakaan.

Ini akan berguna meringankan pekerjaan petugas katalogisasi. Cara

pengatalogan seperti ini biasa disebut sistem copy cataloging (katalog

salinan).

2. Aplikasi Untuk Pengolahan bahan Pustaka

Software aplikasi yang dapat digunakan untuk pengolahan bahan

pustaka juga semakin banyak dibuat oleh putera-putera Indonesia.

Aplikasi semacam ini digunakan untuk mengolah bahan pustaka

semacam proses katalogisasi. Dengan software seperti ini petugas

perpustakaan melakukan kegiatan input data bibliografi bahan pustaka

ke dalam database yang sudah dirancang. Data bibliografis ini pada

umumnya sama saja dengan data bibliografi yang dibuat dengan sistem

manual. Hanya tekniknya saja yang berbeda. Ada kalanya suatu

Page 13: Pengolahan Bahan Pustaka

12

aplikasi tertentu menuntut cara pemasukan tertentu. Ada kalanya pula

format tertentu yang digunakan, misalnya format INDOMARC

(Indonesian Machine Readable Catalog) yang digunakan menuntut

cara pemasukan data tertentu. Misalnya dengan menggunakan tanda ^

(tudung) dalam pengetikan data pada ruas-ruas data untuk menandai

sub-ruas. Mengenai format INDOMARC ini akan dibahas lebih

mendalam pada bagian lain modul ini. Aplikasi lain yang banyak

digunakan di Indonesia untuk pengolahan bahan pustaka adalah yang

dikenal dengan CDS/ISIS (Computerized Document

Service/Integrated Set of Information System). CDS/ISIS dibuat oleh

UNESCO dan disebarkan secara gratis untuk digunakan di seluruh

dunia, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. CDS/ISIS

yang kini sudah dalam versi Windows termasuk aplikasi yang paling

banyak digunakan di perpustakaan di Indonesia. Bahkan aplikasi ini

dapat dikembangkan lagi fitur-fiturnya sehingga dapat melakukan

fungsi-fungsi yang lebih lengkap dari software aslinya. Misalnya dapat

ditambahkan fitur-fitur untuk sistem sirkulasi, OPAC, pencatatan

pengunjung perpustakaan dan sebagainya. Pemanfaatan aplikasi

CDS/ISIS versi windows ini akan dibahas lagi lebih mendalam pada

bagian lain.

3. Aplikasi untuk Pelayanan kepada Pengguna

Aplikasi lain adalah untuk keperluan layanan kepada pengguna.

Termasuk di dalamnya adalah fungsi untuk mempermudah pencarian

informasi atau katalog perpustakaan. Fitur seperti ini misalnya dikenal

dengan istilah OPAC yang sudah dissinggung di bagian depan. OPAC

dengan kepanjangan Online Public Access Catalog berarti sistem

katalog yang dapat diakses pengguna secara umum secara online

menggunakan sistem komputer. Kelebihan fitur OPAC dibandingkan

dengan katalog berbentuk kartu antara lain adalah bahwa dengan fitur

ini, pengguna bukan saja dapat mencari informasi dari berbagai titik

carian (nama seluruh pengarang, setiap kata-kata dalam judul, subjek

dan sebagainya) namun lebih jauh lagi, pengguna dapat mengecek

apakah sebuah buku sedang dipinjam atau ada tersimpan di jajaran rak

sesuai dengan nomor penempatannya. Fitur aplikasi lain untuk layanan

kepada pengguna adalah fitur untuk sirkulasi buku yang akan

Page 14: Pengolahan Bahan Pustaka

13

dipinjamkan. Umumnya fitur-fitur untuk sirkulasi mencakup

peminjaman, pengembalian, pemesanan, dan denda bagi yang

terlambat mengembalikan buku pinjaman jika diperlukan. Selain itu

terdapat fitur untuk pencatatan pengunjung perpustakaan secara

otomatis. Sebagai pengganti sistem pencatatan secara manual yang

banyak dipraktekkan oleh perpustakaan di Indonesia.

PEMILIHAN SOFTWARE APLIKASI OTOMASI

PERPUSTAKAAN

Dalam mengembangkan sistem otomasi perpustakaan, banyak

pilihan yang dapat dilakukan. Sebagai pedoman dalam memilih

sistem aplikasi untuk otomasi perpustakaan, berikut diberikan

daftar hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Alasan dan tujuan untuk mengembangkan sistem otomasi.

Apakah sudah perlu mengembangkan sistem otomasi

perpustakaan atau belum saatnya. Untuk ini perlu dilihat atau

disurvei kebutuhan pengguna perpustakaan.

2. Anggaran yang tersedia apakah berbasis rutin atau berbasis

proyek. Pendanaan berbasis proyek biasanya cocok untuk

pengembangan awal, tetapi untuk pemeliharaan sistem

sebaiknya menggunakan sistem anggaran rutin. Dana proyek

biasanya cukup besar untuk memulai suatu proyek

pengembangan yang memerlukan dana besar untuk investasi

peralatan, software dan kegiatan awal. Tetapi perlu dipikirkan

dan diantisipasi apakah ada dana rutin untuk memelihara sistem

tersebut. Biasanya perangkat otomasi memerlukan dana

pemeliharaan yang cukup besar secara rutin. Termasuk yang

perlu diperhatikan adalah kemampuan untuk melakukan

pekerjaan besar dan lama yaitu kegiatan input data.

3. Apakah tersedia cukup SDM, baik kuantitas maupun kualitas

yang diperlukan untuk pengembangan dan pemeliharaan sistem

otomasi? Kebutuhan SDM sesungguhnya dapat pula dipenuhi

dengan memanfaatkan SDM dari luar, jika tidak ada SDM yang

mampu yang dimiliki perpustakaan. Karena memang sistem

Page 15: Pengolahan Bahan Pustaka

14

otomasi memerlukan SDM dengan keterampilan tertentu dan

khusus. Tentu saja ini pun menuntut tersedianya dana yang

cukup.

4. Dukungan infrastruktur lingkungan. Ini dimaksudkan bahwa

perpustakaan sering tidak bisa bekerja sendiri untuk memelihara

sistem otomasi. Diperlukan dukungan dan kerja sama dengan

unit lain dalam suatu lembaga induk. Misalnya unit lain yang

penya fasilitas atau SDM untuk perbaikan sistem otomasi.

5. Dukungan pengambil kebijakan apakah cukup baik? Pimpinan

perlu mendukung sepenuhnya program pengembangan sistem

otomasi. Kalau tidak, maka biasanya sistem otomasi tidak akan

bertahan lama, karena pimpinan kurang tertarik untuk

mengembangkannya. Mungkin pimpinan punya prioritas lain di

perpustakaan yang ingin dikembangkan pula yang juga

menuntut dana besar.

6. Secara teknis perlu diperhatikan fasilitas atau fitur yang

disediakan pada sistem otomasi tersebut. Apakah sesuai dengan

kebutuhan perpustakaan.

7. Jalur pengembangan sistem otomasi. Apakah akan membeli

software jadi atau sesungguhnya ada kemampuan untuk

membuat sendiri sistem otomasi. Kemampuan itu mungkin

terdapat pada unit lain dalam instansi induk yang sama.

Misalnya di unit komputer dalam instansi yang sama ada SDM

yang mampu membuat sistem otomasi perpustakaan. Tentu ini

merupakan salah satu pilihan. Namun secara umum, pilihan

jalur ini sering kurang berhasil. Karena harus mulai dari awal

dalam tahap pengembangan. Akan lebih baik, kalau ada dana,

untuk membeli sistem yang sudah jadi dan sudah lama teruji

kehandalannya.

8. Kalau dapat carilah sistem yang murah atau kalau perlu yang

gratis. Kini di internet tersedia banyak software gratis. Tentu

saja perlu dicari yang sesuai kebutuhan dan selanjutnya dapat

dipelihara dan diperbaiki sendiri oleh SDM perpustakaan.

Page 16: Pengolahan Bahan Pustaka

15

9. Kalau terpaksa harus membeli, sebaiknya aplikasi yang dipilih

yang mempunyai sistem pemeliharaan purna jual yang baik.

10. Kalau dapat pilih aplikasi yang dapat dikembangkan lagi atau

diupgrade..

Data atau database dalam suatu sistem otomasi perpustakaan merupakan

komponen yang sangat penting atau bahkan paling penting dari suatu

sistem otomasi. Tanpa adanya data atau database yang baik dan benar,

maka akan sia-sialah investasi besar dalam pengembangan sistem otomasi.

Karena itu tidak salah kiranya kalau diibaratkan bahwa data merupakan

jiwa dari suatu sistem otomasi. Ketiadaan database yang baik dan benar

secara berkesinambungan, akan membuat tujuan dari sistem otomasi

perpustakaan itu sendiri yaitu meningkatkan mutu layanan tidak akan

tercapai.

Oleh karena itu, pembahasan mengenai data ini akan diberikan secara

lebih lengkap dan mendalam dalam kegiatan belajar ini.

Sumberdaya manusia atau SDM dalam sistem otomasi perpustakaan

adalah petugas perpustakaan yang akan mengoperasikan sistem otomasi.

Namun dalam kegiatan belajar ini akan disinggung pula sedikit mengenai

pengguna perpustakaan sebagai pengguna akhir dari sistem otomasi

perpustakaan yang akan dibangun.

SDM sistem otomasi di perpustakaan sama halnya dengan SDM

sistem otomasi pada umumnya, yaitu ada yang berfungsi sebagai operator

yang akan menjalankan sistem otomasi dan ada yang disebut sebagai

manajer sistem otomasi yang akan mengelola sistem otomasi.

Sesungguhnya masih ada SDM lain dalam suatu sistem otomasi, misalnya

SDM perancang sistem dan SDM yang berfungsi untuk memelihara sistem

otomasi agar dapat digunakan untuk meningkatkan mutu layanan

perpustakaan secara berkesinambungan dan berkembang. Namun SDM

perancang sistem tidak akan dibahas disini. Sedangkan fungsi

pemeliharaan dan pengembangan sistem akan dicakup dalam fungsi

manajer sistem otomasi.

Data dalam Sistem Otomasi Perpustakaan

SDM dalam Sistem Otomasi Perpustakaan

Page 17: Pengolahan Bahan Pustaka

16

Operator Sistem Otomasi

Operator sistem adalah orang yang akan mengoperasikan dan

menjalankan fungsi-fungsi sistem otomasi untuk mendukung kegiatan di

perpustakaan, misalnya memilih buku pada katalog penerbit dalam bentuk

digital, melakukan pemesanan buku melalui internet, input data bibliografi

di bagian pengolahan, melaksanakan proses peminjaman buku di bagian

sirkulasi, atau membantu pengguna mencari data katalog buku melalui

OPAC.

Operator sistem otomasi seperti ini perlu menguasai penggunaan

aplikasi. Untuk itu mereka perlu mengikuti pelatihan-pelatihan dasar

komputer dan pelatihan mengenai aplikasi yang digunakan. Selain itu,

operator sistem perlu mengetahui karakteristik sistem secara keseluruhan,

agar dapat menggunakan aplikasi secara baik. Meskipun seorang operator

sistem tidak perlu menguasai sepenuhnya masalah sistem otomasi yang

digunakan. Karena tugasnya utamanya hanya akan menjalankan sistem,

bukan untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem. Selain

kemampuan teknis, seorang operator perlu pula memiliki sifat yang teliti

dan apik dalam bekerja menggunakan sistem otomasi. Hal ini karena agar

suatu sistem otomasi dapat dimanfaatkan dengan dengan baik, sistem

memerlukan data yang benar dan tepat, serta sistem diperlukan secara apik,

dalam arti tidak sembrono oleh operator sehingga cepat rusak.

Manajer Sistem Otomasi

Manajer sistem adalah orang yang bertanggungjawab memelihara

sistem otomasi secara keseluruhan. SDM ini perlu mengetahui secara

menyeluruh dan mendalam mengenai karakteristik dari sistem otomasi dan

menguasai aplikasi yang digunakan. Hal ini karena jika terjadi gangguan,

diharapkan manajer sistem dapat melakukan perbaikan-perbaikan kecil

seperlunya agar sistem layanan otomasi tetap dapat berjalan dengan baik

dan lancar. Bahkan seorang manajer sistem dapat saja mencoba

mengembangkan sistem ke arah yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan

pengguna. Dalam hal terjadi gangguan berat sedemikian rupa pada sistem

otomasi, sehingga manajer sistem sendiri tidak sanggup melakukan

perbaikan sistem, maka manajer sistem inilah yang dapat berkomunikasi

dengan perancang sistem tentang jenis kerusakan dan mekanisme

perbaikannya. Manajer sistem harus dapat menjelaskan dengan baik

gangguan yang timbul.

Page 18: Pengolahan Bahan Pustaka

17

Manajer sistem otomasi juga dapat bertugas dalam hal peliharaan

data yang dikelola dalam sistem otomasi. Hal ini jika memang jumlah SDM

dalam perpustakaan yang menerapkan sistem otomasi agak terbatas,

sehingga terjadi kerja rangkap dalam pengelolaan sistem otomasi.

Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi Kegiatan

Belajar 1, kerjakanlah latihan di bawah ini !

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem otomasi perpustakaan?

2. Sebutkan dan jelaskan komponen yang ada dalam sistem otomasi

perpustakaan!

3. Sebutkan dan jelaskan mengenai sumberdaya manusia yang diperlukan

dalam pengembangan sistem otomasi perpustakaan!

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengerjakan soal nomor 1

adalah:

1. Pelajari Kegiatan Belajar 1, pada bagian awal.

2. Bayangkan apa hakekat dan tujuan pengembangan suatu sistem

otomasi perpustakaan.

Langkah-langkah yang diambil untuk mengerjakan soal nomor 2 adalah:

1. Pelajari bagian tengah dari Kegiatan Belajar 1

2. Bayangkan dan catat hal-hal apa yang kiranya diperlukan dalam

pengembangan suatu sistem otomasi perpustakaan

Langkah-langkah yang diambil untuk mengerjakan soal nomor 3 adalah:

1. Pelajari bagian ke akhir dari Kegiatan Belajar 1

2. Bayangkan siapa dan kemampuan apa kiranya yang diperlukan untuk

mengelola sistem otomasi perpustakaan.

Yang dimaksud dengan sistem otomasi perpustakaan secara sederhana

adalah “Menjalankan seluruh (sebagian besar) kegiatan di

perpustakaan untuk meningkatkan mutu layanan dengan

menggunakan sarana teknologi informasi (komputer) secara terpadu.”

Petunjuk Jawaban Latihan

Rangkuman

Page 19: Pengolahan Bahan Pustaka

18

Sistem otomasi perpustakaan, sebagaimana sistem otomasi pada

umumnya, secara sederhana dapat terdiri atas beberapa komponen.

Komponen itu adalah (1) hardware, (2) software, (3) data atau database

dan yang juga penting dibahas disini adalah komponen (4) sumberdaya

manusia (SDM).

Sistem otomasi perpustakaan yang baik diharapkan akan bermanfaat

bukan saja bagi petugas perpustakan, namun lebih penting lagi akan

bermanfaat untuk kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna

perpustakaan.

Sistem otomasi perpustakaan dapat dilakukan pada semua bidang

kegiatan di perpustakaan, mulai dari bagian pengembangan koleksi, bagian

pengolahan bahan pustaka dan terutama sistem otomasi dapat dilakukan

pada bagian-bagian yang berhubungan dengan layanan kepada pengguna

perpustakaan.

Beri tanda (X) pada jawaban yang Anda anggap paling tepat.

1) Yang dimaksud dengan otomasi perpustakaan adalah :

a. Menggunakan komputer untuk mengerjakan satu atau dua jenis

kegiatan di perpustakaan.

b. Memanfaatkan komputer dan sarana teknologi lainnya di

perpustakaan untuk meningkatkan mutu layanan.

c. Memanfaatkan komputer dan sarana teknologi lainnya secara

terpadu di perpustakaan untuk meningkatkan mutu layanan.

2) Komponen dari sistem otomasi perpustakaan adalah:

a. Hardware, software dan data.

b. Hardware, software, data dan sumberdaya manusia.

c. Hardware, software, data dan dana.

3) Bagian di perpustakaan yang dapat diotomasikan:

a. Pengembangan koleksi dan pengolahan

b. Pengembangan koleksi dan pelayanan saja.

c. Pengembangan koleksi, pengolahan bahan pustaka dan pelayanan

4) Dalam mengembangkan sistem otomasi perpustakaan, aplikasi dapat

diadakan melalui cara:

Tes Formatif 1

Page 20: Pengolahan Bahan Pustaka

19

a. Membuat sendiri atau membeli jadi

b. Membuat sendiri sesuai dengan kebutuhan

c. Membeli saja aplikasi yang sudah jadi.

5) Manfaat sistem otomasi OPAC bagi pengguna perpustakaan dibawah

ini semua benar, KECUALI :

a. Dapat mencari dari berbagai titik carian

b. Dapat mengetahui status keberadaan suatu dokumen sebelum

dicari di rak

c. Dapat digunakan untuk mencetak sistem barcode.

Cocokanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes formatif 1

yang berada di bagian belakang modul ini. Hitung jumlah jawaban Anda

yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan

tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Rumus:

Jumlah jawaban yang benar Tingkat penguasaan : __________________________ x 100 %

5

Artinya tingkat penguasaan yangAnda capai :

90 % - 100 % = baik sekali

80 % - 89 % = baik

70 % - 79 % = cukup

< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat

meneruskan ke modul berikutnya. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan

Anda di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1 terutama

bagian yang belum Anda kuasai.

Page 21: Pengolahan Bahan Pustaka

20

2 Database pada Sistem Otomasi Perpustakaan

Seperti telah disinggung pada kegiatan belajar yang lalu bahwa

database dapat dianggap sebagai jiwa dari suatu sistem otomasi

perpustakaan. Tanpa adanya database yang benar sesuai dengan kondisi

bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dan sesuai dengan pengguna

yang menjadi anggota perpustakaan, maka sistem otomasi tidak akan

berjalan dengan baik.

Dalam kegiatan belajar ini, akan diuraikan secara lebih lengkap

mengenai prinsip-prinsip database dalam bidang perpustakaan. Istilah

database sering juga disebut sebagai basisdata atau pangkalan data. Namun

dalam kegiatan belajar ini akan digunakan saja istilah database.

Database dalam konteks sistem otomasi perpustakaan adalah

kumpulan data bibliografi atau data mengenai pengguna secara terstruktur

dan saling berkaitan. Contoh database di perpustakaan adalah database

koleksi buku atau database koleksi majalah yang dimiliki oleh

perpustakaan. Dapat juga berupa kumpulan data pengguna anggota

perpustakaan atau database anggota perpustakaan atau database petugas

perpustakaan. Unsur database adalah cantuman atau record. Jadi database

terdiri atas kumpulan cantuman (selanjutnya disebut saja cantuman). Satu

cantuman terdiri atas beberapa ruas atau field. Setiap ruas (selanjutnya

disebut saja ruas) dapat terdiri atas sub-ruas. Dalam ruas atau sub-ruas

inilah data bibliografi diketikkan pada komputer.

Berikut contoh pengetikan salah satu ruas pada database buku yang

menggunakan format INDOMARC, yaitu ruas Impresum (Penerbitan):

260 Impresum (abc) ^aBandung^bMQS Publishing^c2005

Data bibliografi diatas adalah cara pengetikan dengan format INDOMARC

pada ruas impresum (penerbitan). Terketik data mengenai kota terbit yaitu

Bandung pada sub-ruas 260a (ditandai dengan tanda tudung a), penerbit

Page 22: Pengolahan Bahan Pustaka

21

MQS Publishing pada sub-ruas 260b (ditandai dengan tudung b) dan tahun

terbit 2005 pada sub-ruas 260c (ditandai dengan dengan tudung c).

Kumpulan ruas impresum, bersama dengan ruas lain misalnya ruas

pengarang, judul, ISBN, Nomor Klasifikasi, dan ruas lainnya akan

membentuk suatu cantuman dalam suatu database di komputer yang

misalnya seperti berikut:

999 No. Induk (a) [R] ^a001/05%^a002/05%^a003/05

980 Jumlah Eksemplar (a) ^a3

20 ISBN (a) ^a979-3503-96-3

100 Pengarang (a) ^aGymnastiar, Abdullah

245 Judul (ab) ^aTaushiayah satu menit

260 Impresum (abc) ^aBandung^bMQS Publishing^c2005

300 Kolasi (a) ^avii, 100 hlm

650 Subjek (axyz) ^aAkhlak

695 Kata Kunci(ax) [R] ^aTaushiyah%^akepribadian^aIslam

99 Nomor Panggil (lab) ^a297.3^bGYM t

Contoh cantuman diatas pada layar komputer, dalam bentuk tampilan

katalog model tradisional kira-kira seperti berikut:

Uraian mengenai format INDOMARC akan dibahas lebih mendalam pada

bagian lain modul ini.

Kumpulan cantuman yang terdiri atas informasi bibliografi seperti diatas

untuk judul-judul buku yang lain, akan membentuk suatu database.

297.3

GYM Gymnastiar, Abdullah

T Taushiyah satu menit. Bandung: MQS Publishing,

2005.

vii, 100 hlm.

ISBN: 979-3503-96-3

Akhlak; Taushiyah; Kepribadian; Agama-Islam

Page 23: Pengolahan Bahan Pustaka

22

Misalnya selain buku karangan Abdullah Gymnastiar diatas, perpustakaan

masih memiliki ratusan, ribuan atau bahkan puluhan ribu buku lain dalam

berbagai subjek, dan semua data bibliografinya yang sudah diinput ke

dalam komputer dengan format INDOMARC seperti diatas, maka

kumpulan data itulah yang disebut database buku untuk perpustakaan

tersebut.

INDOMARC

INDOMARC (Indonesian MAchine Readable Catalog) adalah suatu

format cara menuliskan data bibliografi pada sistem komputer.

INDOMARC dibuat pertama kali oleh sebuah tim yang dibentuk

Perpustakaan Nasional tahun 1986. Namun sesungguhnya sejak tahun

1984, Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (waktu itu masih bernama

PDIN=Pusat Dokumentasi dan Informasi Nasional), sebenarnya sudah

menggunakan sistem MARC, tetapi bukan INDOMARC, karena sistem

penomoran ruasnya berbeda dengan INDOMARC. Lagi pula memang

waktu itu belum ada INDOMARC. Tahun 1988, Direktorat Pendidikan

Tinggi (DIKTI) melalui Unit Koordinasi Kegiatan Perpustakaan (UKKP),

membuat INDOMARC sendiri dengan mengadopsi INDOMARC yang

dibuat tim Perpustakaan Nasional tahun 1986. Kedua versi INDOMARC

ini pada dasarnya mengadopsi USMARC (United States of America

MAchine Readable Catalog), yang sudah lama ada dan diterapkan di

Amerika. Sebelumnya beberapa negara ASEAN sudah punya MARC

tersendiri, misalnya PHILMARC, MALMARC, SINGMARC. Juga negara

tetangga kita Australia telah lama menerapkan AUSMARC.

INDOMARC versi yang dibuat DIKTI inilah yang akhirnya banyak

digunakan oleh perpustakaan di Indonesia, terutama perpustakaan

perguruan tinggi, dan jenis perpustakaan lain selain perpustakaan daerah.

Perpustakaan daerah di tiap provinsi semuanya menggunakan INDOMARC

versi yang dibuat Perpustakaan Nasional, karena memang secara historis

perpustakaan daerah dibawah koordinasi Perpustakaan Nasional.

INDOMARC seperti telah disinggung diatas mengatur format

pengisian data bibliografi menggunakan komputer. MARC menggunakan

ISO 2907 sebagai standar pertukaran data elektronik. Memang tujuan

Page 24: Pengolahan Bahan Pustaka

23

dibuatnya MARC ini adalah untuk mengatur standar format database agar

memudahkan sistem pertukaran data elektronik terutama untuk buku.

Berikut daftar ruas INDOMARC versi Dikti lebih lengkap yang

banyak digunakan di Indonesia.

RUAS DATABASE BUKU DENGAN FORMAT INDOMARC :

Nama Ruas Kode Ruas

(TAG) Kode

Subruas Tanggal Pemasukan Data 980 -

Bahasa 990

-

ISBN 20

ab

No. Kendali 35

a

Kode Bahasa 41

abh

No. Panggil 80

a

No. Panggil Setempat 99

lab

Entri Utama [Orang] 100

aq

Entri Utama Badan Korporasi 110

ab

Entri Utama Nama Pertemuan 111

andc

J u d u l 245

abc

E d i s i 250 ab

Impresum 260

abc

Kolasi 300

abce

S e r i 440

anvx

Catatan Umum 500

aa

Entri Tambahan Subjek ( R ) 650

axyz

Kata Kunci ( R ) 695

a

Entri Tambahan [Orang] ( R ) 700

aq

Entri Tamb. Badan Korporasi 710

ab

Entri Tamb. Konperensi 711

andc

Badan Pemilik 850

a

Jumlah Eksemplar 985

abc

Page 25: Pengolahan Bahan Pustaka

24

Kode Operator 986

-

Nomor Induk (Nomor Barcode) ( R ) 999

a

Catatan: ( R ) berarti ruas terulangkan atau isi datanya bisa lebih dari

satu terulang-ulang. Kode abcd dan seterusnya adalah sub-ruas.

Kode ruas dengan format INDOMARC ini dapat dijadikan kode

standar saat memberi nama atau kode ruas-ruas database yang akan dibuat.

Dengan demikian akan menjadi standar dan sama untuk semua database

yang dibuat oleh perpustakaan yang berbeda-beda. Keuntungannya adalah

pada suatu saat jika perpustakaan akan bertukar data, struktur databasenya

sudah sama, sehingga tidak perlu lagi ada proses konversi atau penyesuaian

struktur database.

DUBLIN CORE

Dublin Core adalah standar format penulisan metadata atau database

untuk untuk sharing dokumen digital. Dublin Core banyak digunakan

dalam membangun metadata dokumen digital pada sistem perpustakaan

digital untuk tujuan sharing dokumen digital melalui internet. Gagasan

membuat suatu standar baru dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan

standar lama pertukaran data elektronik seperti MARC. MARC dianggap

terlampau rumit sehingga hanya dapat dimengerti dan bisa diterapkan oleh

pustakawan yang sudah ahli. MARC dianggap kurang bisa digunakan

untuk mengelola sumber-sumber informasi di internet. Dublin Core

dikembangkan sejak tahun 1995 di Dublin OHIO Amerika Serikat. Dublin

Core yang lebih sederhana dibandingkan dengan MARC diharapkan bisa

diterapkan secara luas oleh berbagai kalangan. Hal ini karena (Aditirto,

2003):

1. Dublin Core dibuat sesederhana mungkin agar dapat digunakan baik oleh awam (bukan pengatalog) maupun profesional. Diharapkan bahwa pencipta resource itu sendiri akan dapat membuat metadata (deskripsi) karya mereka tanpa memerlukan pelatihan khusus

2. Semua unsur bersifat opsional dan dapat diulang apabila diperlukan 3. Unsur-unsur diterima secara internasional, dan dapat diterapkan oleh

semua disiplin ilmu 4. Setiap unsur dapat diperluas agar data yang lebih khusus (misalnya

untuk disiplin ilmu atau aplikasi khusus) dapat tertampung 5. Dapat ditempatkan di dalam Web page (embedded) biasanya sebagai

bagian dari header, sehingga dapat dideteksi oleh web robot atau spider

Page 26: Pengolahan Bahan Pustaka

25

Dublin Core terdiri atas 15 ruas yaitu: Title, Creator, Subject, Description, Publisher, Contributor, Date, Type, Format, Identifier, Source, Language, Relation, Coverage, Rights.

Berikut adalah penjelasan mengenai ke 15 ruas tersebut:

1. Title. Nama atau judul dari sumber informasi.

2. Creator. Pembuat, yaitu orang atau badan yang paling bertanggung

jawab atas pembuatan suatu sumber informasi.

3. Subject. Topik atau subjek, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor kode klasifikasi. Dianjurkan agar ruas ini diisi dengan menggunakan panduan standar istilah misalnya tajuk subjek atau thesaurus, atau bagan klasifikasi standar.

4. Description. Keterangan atau penjelasan tentang isi dari sumber

informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi, uraian.

5. Publisher. Orang atau badan yang menayangkan atau mempublikasikan sumber informasi.

6. Contributor. Orang atau badan yang ikut menciptakan suatu sumber

informasi, misalnya editor, ilustrator, penerjemah, dsb. Peran orang atau badan tersebut cukup penting, namun tidak sama dengan creator

7. Date. Tanggal pembuatan atau tanggal publikasi di internet.

8. Type. Jenis atau kategori sumber informasi, misalnya situs, video,

audio, buku elektronik (e-book), laporan, prosiding, peta, foto, dsb.

9. Format. Format fisik, misalnya jenis media, ukuran, durasi, warna, dsb, yang berkaitan dengan perangkat lunak dan keras yang akan digunakan untuk menampilkan informasi.

10. Identifier. Nomor atau angka dan huruf yang mengidentifikasi sumber

informasi, seperti Uniform Resource Locator (URL) atau alamat situs web, Uniform Resource Number (URN), Uniform Resource Identifier (URI), Digital Object Identifier (DOI), atau ISBN (untuk sumber non-digital).

11. Source. Rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi, misalnya

ISBN dari buku yang menjadi asal suatu informasi.

12. Language. Bahasa yang digunakan dalam sumber informasi.

13. Relation. Hubungan sumber informasi dengan sumber yang lain. Misalnya asal gambar dari suatu dokumen, bab yang diambil dari sebuah buku.

14. Coverage. Cakupan isi ditinjau dari segi geografis (nama negara,

wilayah, dsb.), atau periode (tahun, kurun waktu).

Page 27: Pengolahan Bahan Pustaka

26

15. Rights. Hak cipta dan hak lain yang harus diperhatikan dalam proses mengakses, menggunakan, atau menyebarluaskan suatu sumber informasi.

Kini format metadata Dublin Core sudah banyak digunakan di

Indonesia, terutama oleh perpustakaan yang sudah mulai merintis layanan

perpustakaan digital. IndonesiaDLN (Indonesian Digital Library

Network) yang dirintis oleh KMRG ITB Bandung, kini anggotanya sudah

banyak sekali di Indonesia dan bahkan di luar negeri. Partner atau

anggotanya yang juga menyumbangkan informasinya untuk ditayangkan di

internet, menggunakan format Dublin Core untuk metadatanya.

Kebanyakan partner IndonesiaDLN menggunakan GDL (Ganesha Digital

Library) sebagai aplikasinya untuk mengelola dokumen full-text yang

ditayangkan di internet.

WINISIS

Database dapat dibuat menggunakan berbagai program aplikasi

database yang ada dan banyak beredar di kalangan perpustakaan di

Indonesia. Salah satu program aplikasi database yang dapat digunakan

adalah CDS/ISIS versi Windows.

CDS/ISIS Versi Windows atau lebih dikenal sebagai Winisis adalah

suatu program yang dapat digunakan untuk mengelola database

perpustakaan. Sesungguhnya memang software aplikasi ini dibuat untuk

digunakan pada perpustakaan, pusat-pusat informasi dan dokumentasi serta

kearsipan. Program ini dapat diperoleh secara gratis dari UNESCO. Jadi

bukan merupakan program komersial, dimana kita harus membeli untuk

dapat menggunakannya. Pada awalnya CDS/ISIS versi DOS yang dirilis

tahun 1985 hanya dapat digunakan untuk mengelola data berupa teks.

Namun dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, kini CDS/ISIS

versi Windows atau WINISIS dapat pula digunakan untuk menangani data

berbentuk selain teks. Dengan kata lain WINISIS dapat pula menangani

data multimedia. Yang dimaksud dengan data multimedia adalah

kombinasi data berupa teks, gambar diam atau gambar gerak (video), serta

data berupa suara.

Versi beta dari WINISIS dirilis bulan Oktober 1996 oleh Divisi

Pengembangan Software UNESCO. Versi beta dari suatu program

aplikasi adalah versi uji coba yang sengaja diluncurkan untuk digunakan

Page 28: Pengolahan Bahan Pustaka

27

oleh masyarakat secara umum. Diharapkan masyarakat umum yang

menggunakan program tersebut dapat memberi masukan berupa saran dan

kritik untuk perbaikan versi tersebut. Versi resmi yaitu veri 1.31 baru

diluncurkan bulan November 1998. Tanggal 17 Desember 1998 disket

program yang terdiri atas dua buah disket floppy secara resmi dikirimkan

ke distributor di seluruh dunia. Di Indonesia distributor resminya adalah

PDII-LIPI (Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah - Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia). Disket program juga disertai dengan contoh data

dari CDS/ISIS versi DOS (yaitu database dengan nama CDS dan THES)

dengan penambahan format tampilan yang sesuai untuk versi windows.

WINISIS sudah memenuhi kriteria standar yang diharapkan bagi program-

program berbasis windows. WINISIS versi 1.4 Build 19 telah diluncurkan

lagi pada bulan Januari 2001. Versi ini lebih lengkap dari versi

sebelumnya. Versi selanjutnya adalah versi 1.5 Build 2 yang diluncurkan

bulan Okrober 2003. Akhirnya pada tahun Desember 2003 dirilis versi 1.5

build 3 yang dianggap paling stabil.

Pengguna WINISIS yang sebelumnya sudah pernah menggunakan

CDS/ISIS versi DOS akan lebih mudah menggunakan program ini. Karena

prinsip-prinsip dasar program berbasis Windows ini sama dengan program

pendahulunya yang berbasis DOS.

WINISIS dapat dijalankan pada komputer berbasis Windows, baik

Windows versi 3.XX atau Windows versi 9X keatas. Windows versi 3.XX

adalah Windows 3.1 dan versi 3.11 (Work-groups) yang kini sudah sangat

jarang digunakan. Sedangkan yang dimaksusd dengan Windows 9X keatas

adalah Windows versi 95, atau Windows versi lebih baru yaitu versi 98,

2000, Me, NT atau Windows XP.

File Instalasi

WINISIS sangat mudah diinstal. Program sumber versi 1.5 berupa file

yang sebagian termampatkan (terkompres) dapat dimuat dalam satu CD

yaitu file yang dapat mekar sendiri (self-extracting) pada saat proses

instalasi. Ini berarti jika Anda melakukan instalasi maka program

instalasinya (INSTALL.EXE) akan mengekstrak file termampatkan

tersebut sehingga menjadi sejumlah file berikut foldernya, yang dibutuhkan

untuk menjalankan program. Selama proses instalasi berlangsung sejumlah

pertanyaan (pilihan) harus dijawab, misalnya nama grup windows, path dari

Page 29: Pengolahan Bahan Pustaka

28

data dan program, bahasa default (misalnya EN=English atau IT=Italy)

serta jenis font yang akan digunakan (S=small atau L=large). Proses

menginstal program ini pada komputer sangat mudah, sebagaimana

menginstal program pada umumnya. Pembaca hanya perlu mengikuti

perintah yang diberikan di layar saat proses instalasi berlangsung.

Pembaca dapat memperoleh sumber program dari PDII-LIPI Jalan

Gatot Subroto Jakarta. Sebenarnya program ini dapat pula diperoleh

dengan mudah di beberapa perpustakaan perguruan tinggi yang sudah

menginstalnya. Program dapat pula didownload dari internet pada alamat:

http://www.unesco.org/pub.

Berikut adalah contoh tampilan awal Winisis, setelah membuka

cantuman awal database contoh yaitu database CDS.MST.

KETERBATASAN DAN KAPASITAS WINISIS

Seperti diketahui Winisis dapat mengelola data teks dan data

multimedia. Winisis sudah banyak dimanfaatkan di bidang perpustakaan

untuk mengelola database koleksi perpustakaan seperti buku, majalah,

laporan penelitian, koleksi tugas akhir mahasiswa dan berbagai database

jenis koleksi lain seperti koleksi video dan rekaman suara. Winisis yang

sudah banyak digunakan di Indonesia, selain mempunyai kelebihan,

mempunyai keterbatasan pula dalam mengelola database. Berikut adalah

daftar kemampuan dan kapasistas Winisis dalam mengelola database:

Page 30: Pengolahan Bahan Pustaka

29

Fitur dan Jenis Kemampuan

Winisis

Kemampuan dan Kapasistas

Maksimum jumlah database Tak terbatasMaksimum jumlah cantuman dalam database 16 jutaMaksimum ukuran cantuman (record) 32000 karakterMaksimum ukuran ruas (field) 32000 karakter Maksimum jumlah ruas 200 (diluar repeatable)Maksimum jumlah baris FST 600Maksimum jumlah kata dalam Stopwords 799Maksimum jumlah karakter dalam format tampilan

10000 karakter

Maksimum ukuran buffer display format 64000 karakter

Prinsip Membuat Nama Database, Ruas dan Struktur Database pada Winisis

Dalam membuat nama database, beberapa prinsip berikut perlu

diperhatikan:

1. Nama database sebaiknya MNEMONIC atau nama sesuai dengan isi

database. Jadi kalau isinya adalah data buku, sebaiknya diberi nama

BUKU. Kalau isinya adalah jurnal, sebaiknya diberi nama JURNAL.

Jangan memberi nama suatu database sesuai dengan nama orang yang

membuat database tersebut. Hal ini sering terjadi pada para pemula

dalam membuat database. Namun jika database akan digunakan oleh

umum, sebaiknya perhatikan prinsip nomor satu ini.

2. Nama harus singkat. Bahkan jika akan digunakan Winisis untuk

membuat struktur databasenya, maka panjang nama maksimal 6 (enam)

digit.

3. Ruas-ruas database harus sesuai dengan unsur data yang diperlukan.

4. Ruas-ruas perlu diberi kode secara sistematik, atau sebaiknya sesuai

dengan standar format INDOMARC.

5. Perhatikan tipe data yang akan diisikan dalam ruas-ruas database.

Apakah huruf saja, angka saja atau campuran huruf dan angka, atau

data yang berpola, misalnya: HH/BB/TTTT. Ini misalnya berarti data

yang akan diisikan berpola DUA DIGIT TANGGAL lalu garis miring

kemudian DUA DIGIT BULAN lalu garis miring kemudian EMPAT

DIGIT TAHUN. Contoh: 30/11/2005, yang artinya tanggal 30

November 2005.

6. Apakah data yang akan diisikan dalam ruas akan terulangkan

(Repeatable) atau tidak? Data terulangkan adalah data yang dapat

muncul lebih dari satu kali yang dapat diisikan kedalam satu ruas

Page 31: Pengolahan Bahan Pustaka

30

dengan kedudukan setara. Misalnya ruas Kata Kunci pada database

BUKU, mungkin kata kuncinya lebih dari satu. Atau ruas Pengarang

Kedua dan Ketiga, bisa berisi lebih dari satu nama pengarang, dengan

kedudukan setara dalam database untuk diakses dan ditampilkan.

7. Apakah ada sub-ruas atau tidak? Sub-ruas adalah bagian kecil dari satu

ruas. Biasanya ada ruas yang masih terdiri dari sub-ruas lagi, karena isi

sub-ruas ini sangat berkaitan dengan isi sub-ruas lain, sehingga

ditempatkan dalam satu ruas saja. Pada format INDOMARC misalnya,

penerbitan (impresum) yaitu kota terbit, penerbit dan tahun terbit

diletakkan dalam satu ruas yaitu ruas 260, tetapi dalam sub-ruas yang

berbeda yaitu kota terbit pada sub-ruas 260^a ,penerbit pada sub-ruas

260^b dan tahun terbit pada sub-ruas 260^c. Ketiga unsur data ini

sangat erat kaitannya, sehingga ditempatkan dalam satu ruas yang

sama, walau berbeda sub-ruas.

CONTOH RUAS-RUAS BUKU

Perhatikan contoh berikut, yaitu struktur database BUKU yang akan

dibuat dengan program Winisis menggunakan format INDOMARC yang

sangat disederhanakan. Sebagian ruas saja yang dibuat karena hanya

sebagai contoh saja. Ruas lainnya yang tentu saja diperlukan dapat dibuat

sendiri oleh pembaca. Ruas yang dibuat adalah ruas Pengarang dengan

kode INDOMARC 100a, ruas Judul dengan kode INDOMARC 245ab,

Impresum dengan kode INDOMARC 260abc dan ruas Kolasi dengan kode

INDOMARC 300abc.

Page 32: Pengolahan Bahan Pustaka

31

Gambar diatas menunjukkan tampilan pada Winisis, saat kita akan

membuat struktur database BUKU dengan pilihan ruas-ruas dan sub-ruas

tertentu. Pembaca diharapkan menginstal dan mencoba sendiri, jika akan

mempraktekkan langsung pembuatan struktur database BUKU dengan

program aplikasi Winisis. Masih diperlukan langkah-langkah selanjutnya

untuk menjadikannya suatu database utuh di Winisis. Disini hanya

disinggung secara ringkas saja.

Perhatikan bahwa ruas-ruas yang dibuat ada yang mempunyai dua

sub-ruas yaitu ruas Judul, yakni untuk informasi judul utama dan anak

judul atau judul paralel; ada yang mempunyai tiga sub-ruas yaitu ruas

Impresum, yang akan menampung kota terbit, penerbit dan tahun terbit.

Ruas Pengarang dan Kolasi walau diberi kode sub-ruas a, namun dalam

praktek, kebanyakan hanya diisi satu sub-ruas. Pengarang yaitu ruas 100

biasa hanya diisi dengan data seperti berikut: ^aGymnastiar, Abdullah.

Sedangkan Kolasi, ruas 300, kini disarankan hanya diisi jumlah halaman,

jadi hanya diisi: ^avii, 100 hlm. Sub-ruas b yaitu catatan bibliografi dan

ilustrasi serta sub-ruas c yaitu informasi mengenai tinggi buku dalam

ukuran sentimeter (cm), yang dalam sistem manual masih digunakan, pada

umumnya dianjurkan tidak diisi lagi, karena manfaatnya sangat kurang

dalam sistem otomasi.

Dalam modul ini, petunjuk dan teknik menggunakan Winisis untuk

membuat database hanya diberikan secara sekilas dalam bentuk uraian teori

saja. Agar dapat menggunakan dengan baik program Winisis untuk

membuat dan mengelola database, pembaca dianjurkan mencari dan

menginstal program Winisis, lalu mencari buku petunjuk mengenai

Winisis untuk dipelajari secara lebih lengkap. Kini ada beberapa buku telah

ditulis mengenai pemanfaatan Winisis dalam mengelola database

perpustakaan. Sesungguhnya jika kita sudah berhasil menginstal program

Winisis, maka otomatis akan terbentuk pula file buku panduan yang

menjelaskan secara rinci dan lengkap bagaimana menggunakan Winisis

untuk berbagai keperluan di perpustakaan. Setelah program Winisis diinstal

dengan benar, maka pada sub-folder WINISIS/DOC, akan terbentuk secara

otomatis beberapa file, yang antara lain berisi buku panduan menggunakan

Winisis sebanyak kurang lebih 123 hakaman.

Page 33: Pengolahan Bahan Pustaka

32

STRUKTUR DATABASE LAIN

Selain koleksi BUKU, tentu saja di perpustakaan ada jenis koleksi

lain, misalnya MAJALAH atau JURNAL, dan koleksi multimedia misalnya

CD dan sebagainya. Semua jenis koleksi ini tentu kalau diperlukan dapat

dibuatkan pula databasenya agak dapat dimanfaatkan menggunakan sistem

otomasi yang diterapkan.

Prinsip pembuatan database untuk jenis koleksi lain sesungguhnya

sama saja dengan cara pembuatan database untuk jenis koleksi buku.

Perbedaannya hanya pada nama dan jumlah ruas atau sub-ruas serta cara

pengisian data pada ruas dan subruas tersebut. Pada koleksi majalah atau

jurnal misalnya, tentu akan ada ruas ISSN (International Standard Serial

Number), dan bukannya ISBN (InternationalStandr Book Number) seperti

pada database buku. Pada jurnal tentu ada informasi mengenai frekwensi

terbit, nomor dan edisi terbitan majalah atau jurnal, dan sebagainya.

Pada database multimedia tentu saja akan ada ruas yang berisi

informasi mengenai format media, misalnya apakah media dalam bentuk atau

format VCD atau DVD, film ril atau kaset. Akan ada ruas yang berisi

informasi mengenai durasi atau lamanya suatu media dapat dijalankan,

biasanya dalam satuan menit; akan ada ruas yang akan diisi dengan informasi

mengenai peralatan untuk menjalankan media tersebut dan berbagai ruas lain

yang akan diisi informasi sesuai dengan jenis media. Pembaca dapat secara

kreatif memikirkan informasi apa kiranya yang diperlukan oleh calon

pengguna media tersebut. Semua informasi yang kiranya akan diperlukan

oleh pengguna, jika seorang pengguna akan menggunakan media yang

disediakan di perpustakaan, perlu dibuatkan ruas atau sub-ruasnya dan

datanya diisikan dalam database, sehingga pada akhirnya dapat disajikan

dalam tampilan di layar komputer, jika ada pengguna yang memerlukannya.

Teknik pemberian kode untuk ruas atau sub-ruas tersebut, dapat mengikuti

estándar jika sudah ada estándar format penulisannya. Tetapi jika belum ada,

maka sistem penamaan ruas dan sub-ruas dapat dibuat sendiri oleh perancang

database. Yang perlu diperhatikan adalah kemudahan, manfaat serta

konsistensi dalam pembuatan struktur database. Konsistensi dalam

pembuatan kode ruas dalam struktur database akan membantu dalam

pembuatan struktur database lain, serta kemudahan jika di kemudian hari

akan dilakukan pengintegrasian beragam database. Hal ini karena untuk

nama ruas yang sama, kodenya sudah sama. Misalnya jika pada database

Page 34: Pengolahan Bahan Pustaka

33

buku, pengarang buku diberi kode 100 (sesuai dengan standar format

INDOMARC), maka pada database Multimedia misalnya, nama pencipta

produk sebaiknya digunakan pula angka 100 sebagai kode ruas database

multimedia tersebut.

PEMELIHARAAN DATABASE

Mengelola database mencakup kegiatan pembuatan database,

pemasukan, penghapusan dan pengeditan serta pemeliharaan data,

termasuk pembuatan data cadangan (backup). Pada bagian ini akan dibahas

mengenai pemeliharaan database, khususnya pembuatan dan pemanfaatan

data cadangan.

Pemeliharaan database adalah mengelola database secara rutin dan

teratur agar semua cantuman dapat digunakan dengan baik dalam waktu

yang lama dengan isi data yang benar dan mutakhir. Pemeliharaan data

diperlukan karena ada banyak gangguan yang dapat terjadi. Gangguan ini

dapat mengakibatkan data dalam jumlah besar yang sudah dibangun dalam

waktu yang lama dan menghabiskan dana besar dapat saja hilang tanpa

bekas dalam waktu sekejap. Tentu saja kejadian ini tidak diinginkan.

Dari waktu ke waktu, ada kalanya kita mengalami ‘musibah’ berupa

kehilangan atau kerusakan data. Karena musibah itu, maka data kita yang

jumlahnya mungkin sudah banyak sekali tidak bisa dimanfaatkan. Tentu

ini merupakan musibah yang sangat merugikan. Karena mungkin data itu

sudah dibangun selama bertahun-tahun. Kerusakan atau kehilangan data itu

dapat membuat kita repot karena tidak ada data cadangan. Untuk mengetik

ulang data itu diperlukan waktu, tenaga dan dana yang tidak sedikit. Tentu

semua orang tidak ingin mengalami kerepotan seperti itu.

Kerusakan atau kehilangan data dapat disebabkan karena kerusakan

komputer (harddisk) secara fisik, terserang virus atau komputer dicuri

orang. Agar terhindar dari masalah yang tidak perlu seperti itu, salah satu

jalan yang paling efektif adalah dengan secara rutin dan teratur membuat

data cadangan.

Masalah virus adalah suatu fenomena yang umum dialami kalau kita

bekerja dengan komputer. Gangguan virus dapat menghilangkan program

atau data. Kehilangan program sesungguhnya tidak terlalu menjadi

masalah karena dengan mudah kita dapat mencari dan mengcopy lagi

program yang hilang tersebut. Tetapi tidak demikian halnya kalau

Page 35: Pengolahan Bahan Pustaka

34

kehilangan data. Oleh karena data kita tidak bisa didapatkan dari pihak

lain, melainkan dari kita sendiri. Karena itulah maka sangat diperlukan

pembuatan data cadangan. Agar apabila suatu saat data hilang, karena

virus misalnya, maka kita masih mempunyai data cadangan yang disimpan

di tempat lain. Kehilangan program masih mungkin didapatkan dari toko

komputer atau pembuat program, tetapi kehilangan data tidak bisa

didapatkan dari toko-toko komputer.

Data dapat pula hilang karena kerusakan hardware atau komputer

tempat menyimpan data dicuri orang. Kembali pembuatan data cadangan

yang disimpan pada komputer lain sangat perlu disini. Kalau satu

komputer yang memuat data hilang, kita masih punya komputer lain yang

juga memuat data cadangan.

Berkas cadangan sebaiknya dibuat beberapa copy dan disimpan di

tempat yang berbeda. Lain dari pada itu perlu dibuatkan catatan atau

keterangan mengenai nama, lokasi penyimpanan dan tanggal melakukan

pembuatan data cadangan serta jumlah cantuman yang dibuat.

Data cadangan sebaiknya disimpan pada media lain, baik berupa

harddisk lain, disket atau CD-R. Semua media penyimpanan ini sebaiknya

dibuat beberapa copy dan disimpan pada tempat yang aman dan berbeda.

Kita selalu berharap dan berdoa agar data cadangan tidak perlu

dimanfaatkan. Jika data cadangan tidak dimanfaatkan, berarti data ril yang

sedang digunakan sehari-hari dalam keadaan utuh dan tidak terganggu.

Meskipun dalam waktu yang lama tidak pernah terjadi gangguan pada data

ril yang digunakan sehari-hari, jangan lalai melakukan pembuatan data

cadangan. Secara rutin dan berkala kita harus senantiasa melakukan proses

pembuatan data cadangan. Tidak ada seorang pun yang mutlak senantiasa

terhindar dari malapetaka kehilangan data. Yang penting dijaga adalah

bahwa jangan sampai layanan dengan sistem otomasi yang sudah dirintis

dan dibangun lama jangan sampai gagal total atau kembali ke titik awal

hanya karena kita kehilangan data.

PENGEMBANGAN KE ARAH PERPUSTAKAAN DIGITAL

Sistem otomasi yang sudah berjalan dengan baik, selanjutnya dapat

dikembangkan lagi kearah pengembangan perpustakaan digital. Kini trend

Page 36: Pengolahan Bahan Pustaka

35

untuk mengembangkan layanan perpustakaan digital semakin besar.Yang

dimaksud dengan perpustakaan digital adalah suatu sistem layanan

perpustakaan yang memberi layanan berupa sharing dokumen dalam

bentuk teks lengkap (full-text). Dengan kata lain pengguna layanan

perpustakaan digital dapat memanfaatkan koleksi lengkap suatu

perpustakaan dalam bentuk digital. Layanan seperti ini biasa digunakan

dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi seperti internet atau

melalui pemanfaatan media optik seperti CD dan DVD. Jika dimanfaatkan

menggunakan fasilitas internet, maka layanan dokumen fulltext bahkan

dapat dimanafaatkan oleh pengguna yang lokasinya berada jauh dari lokasi

perpustakaan. Bahkan pengguna dapat berjarak lain kota atau lain negara

dengan perpustakaan yang memberikan layanan. Waktu layanannya pun

bisa berlangsung selama 24 jam dalam sehari. Hal ini karena layanan

digital dilakukan menggunakan sistem komputer yang stand-by setiap saat.

Sesungguhnya layanan perpustakaan digital dapat pula memberikan

layanan kepada pengguna bukan saja dalam bentuk teks, tetapi dapat dalam

format lain seperti video, gambar, suara dan sebagainya. Namun semua

dalam format digital

Perpustakaan digital atau digital library didefinisikan oleh Witten dan

Bainbridge (2003) sebagai berikut:

A focused collection of digital objects, including texts, video, and audio, along with methods for access and retrieval, and selection, organization, and maintenance of the collection

Jadi sesungguhnya, dengan mempelajari definisi diatas, perpustakaan

digital sesungguhnya sama saja dengan perpustakaan konvensional. Hal ini

karena tetap mengoleksi berbagai jenis dokumen dalam bidang tertentu

(khusus atau fokus), ada pemilihan koleksi, sistem organisasi dan

pemeliharaan koleksi, ada sistem temu balik informasi. Yang

membedakannya hanya format dari koleksinya yaitu dalam bentuk digital.

Karena itu cara memanfaatkannya pun berbeda. Karena harus

menggunakan srana teknologi informasi, misalnya komputer.

Karena format dokumen yang dikelola dan dilayankan dalam

perpustakaan digital berbeda, maka tentu saja sistem dan teknik

pengelolaan serta pelayanan dokumennya berbeda. Standar yang

digunakan untuk mengelola dokumen dan databasenya pun berbeda. Untuk

Page 37: Pengolahan Bahan Pustaka

36

perpustakaan digital, seperti telah diuraikan di bagian depan, standar format

metadatanya menggunakan standar Dublin Core.

Pilihan perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan digital

tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan kemampuan

perpustakaan.

Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi Kegiatan

Belajar 2, kerjakanlah latihan di bawah ini !

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan database, cantuman dan ruas serta

sub-ruas?

2. Sebutkan dan jelaskan standar format yang digunakan dalam

merancang database!

3. Apakah persamaan dan perbedaaan prinsip antara perpustakaan

konvensional dengan perpustakaan digital?

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengerjakan soal nomor 1

adalah:

1. Pelajari Kegiatan Belajar 1, pada bagian awal.

2. Bayangkan apa hakekat dan tujuan suatu data akan dimanfaatkan oleh

pengguna.

Langkah-langkah yang diambil untuk mengerjakan soal nomor 2 adalah:

1. Pelajari bagian tengah dari Kegiatan Belajar 2

2. Bayangkan kesulitan yang akan dihadapi kalau akan membuat database

tanpa adanya panduan-panduan.

Langkah-langkah yang diambil untuk mengerjakan soal nomor 3 adalah:

4. Pelajari bagian ke akhir dari Kegiatan Belajar 2

5. Bayangkan apa unsur dan kegiatan pada sistem layanan perpustakaan

konvensional, lalu bayangkan pula jika dokumen yang dilayankan

berformat digital, yang tidak bisa dibaca secara manual. Database dalam konteks sistem otomasi perpustakaan adalah kumpulan

data bibliografi atau data mengenai pengguna secara terstruktur dan saling

berkaitan. Contoh database di perpustakaan adalah database koleksi buku

atau database koleksi majalah yang dimiliki oleh perpustakaan. Dapat juga

berupa kumpulan data pengguna anggota perpustakaan atau database

Petunjuk Jawaban Latihan

Rangkuman

Page 38: Pengolahan Bahan Pustaka

37

anggota perpustakaan atau database petugas perpustakaan. Unsur database

adalah cantuman atau record. Jadi database terdiri atas kumpulan

cantuman. Satu cantuman terdiri atas beberapa ruas atau field. Setiap ruas

dapat terdiri atas sub-ruas. Dalam ruas atau sub-ruas inilah data bibliografi

diketikkan pada komputer.

Untuk membuat database diperlukan software aplikasi yang dapat

membuat database. Salah satu aplikasi untuk membuat database yang

banyak digunakan perpustakaan di Indonesia adalah CDS/ISIS versi

Windows atau lebih dikenal dengan nama Winisis. Winisis dibuat oleh

UNESCO dan dibagikan secara gratis ke seluruh dunia, terutama ke negara

berkembang. Winisis dapat mengolah database berupa teks dan

multimedia.

Untuk merancang database di perpustakaan, misalnya untuk database

koleksi buku atau majalah atau jurnal di perpustakaan, diperlukan standar

format pengkodean ruas dan sub-ruas apabila diperlukan. Perpustakaan

Indonesia biasa menggunakan INDOMARC sebagai standar penulisan

format data bibliografi untuk sistem otomasi. Selain INDOMARC, dikenal

pula Dublin Core, sebagai standar pembuatan ruas-ruas dalam metadata

untuk perpustakaan digital atau digital library. Dublin Core lebih sederhana

dibandingkan INDOMARC.

Beri tanda (X) pada jawaban yang Anda anggap paling tepat.

1) Yang dimaksud database adalah :

a. Kumpulan data yang saling berkaitan.

b. Kumpulan data terstruktur.

c. Kumpulan data yang saling berkaitan dan terstruktur.

2) Suatu cantuman dalam suatu database perpustakaan, terdiri atas:

d. Ruas-ruas dan sub-ruas

e. Sejumlah jenis koleksi perpustakaan.

f. Format INDOMARC dan Dublin Core.

3) Winisis sebagai aplikasi pembuat database dapat digunakan untuk

mengelola:

a. Data teks dan data format multimedia

b. Data teks saja.

c. Data format multimedia saja

Tes Formatif 2

Page 39: Pengolahan Bahan Pustaka

38

4) INDOMARC adalah:

a. Salah satu software yang banyak digunakan di Indonesia

b. Sistem otomasi layanan perpustakaan

c. Format standar penentuan kode ruas database koleksi perpustakaan.

5) Dublin Core adalah:

a. Software yang digunakan untuk sistem perpustakaan digital

b. Sistem layanan perpustakaan digital

c. Format standar format metadata untuk dokumen digital.

Cocokanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes formatif 2

yang berada di bagian belakang modul ini. Hitung jumlah jawaban Anda

yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan

tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Rumus:

Jumlah jawaban yang benar Tingkat penguasaan : __________________________ x 100 %

5

Artinya tingkat penguasaan yangAnda capai :

90 % - 100 % = baik sekali

80 % - 89 % = baik

70 % - 79 % = cukup

< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat

meneruskan ke modul berikutnya. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan

Anda di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1 terutama

bagian yang belum Anda kuasai.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1

Page 40: Pengolahan Bahan Pustaka

39

1. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban C. Karena hanya pilihan jawaban C

yang memberikan manfaat sistem otomasi paling lengkap. Dua pilihan jawaban

lainnya (a dan b) tidak lengkap memberi manfaat sistem otomasi perpustakaan.

2. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban B. Karena hanya pilihan jawaban B

inilah yang secara tepat mendaftar semua komponen sistem otomasi

perpustakaan. Pilihan jawaban A kurang lengkap dan pilihan jawaban B, keliru

mendaftar dana sebagai komponen tetapi tidak mendaftar sumberdaya manusia

sebagai komponen penting sistem otomasi.

3. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban C, karena paling lengkap mendaftar

bagian di perpustakaan yang dapat diotomasikan. Pilihan A dan B kurang lengkap

mendaftar bagian di perpustakaan yang dapat diotomasikan.

4. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban A. Pilihan jawaban B dan C hanya

memuat satu pilihan yang dapat ditempuh dalam mengadakan aplikasi sistem

otomasi perpustakaan.

5. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban C, karena pilihan jawaban A dan B

memuat manfaat yang sesungguhnya dari OPAC, padahal yang diminta adalah

yang bukan manfaat OPAC, yang ditandai dengan kata KECUALI pada bagian

pertanyaan.

1. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban C. Karena hanya pilihan jawaban C

yang memberikan pengertian database secara lengkap. Dua pilihan jawaban

lainnya (a dan b) tidak lengkap memberi penjelasan tentang arti database.

2. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban A. Karena hanya pilihan jawaban A

inilah yang secara tepat menjelaskan unsur-unsur dari suatu cantuman yaitu ruas

dan sub-ruas. Pilihan jawaban B dan C salah memberi penjelasan.

3. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban A, karena paling lengkap mendaftar

data yang dapat dikelola dengan aplikasi Winisis, yakni data tekls dan data

multimedia. Pilihan B dan C kurang lengkap mendaftar jenis data yang dapat

dikelola dengan progrm Winisis.

4. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban C. Karena INDOMARC bukan

program aplikasi komputer dan bukan pula sistem pelayanan, melainkan standar

format database. Karena itu pilihan jawaban A dan B salah.

Tes Formatif 2

Page 41: Pengolahan Bahan Pustaka

40

5. Jawaban yang benar adalah pilihan jawaban C, karena Dublin Core bukan

software dan bukan pula sistem layanan perpustakaan digital, melainkan format

standar metadata dokumen digital. Karena itu pilihan A dan B salah.

Page 42: Pengolahan Bahan Pustaka

41

DAFTAR PUSTAKA Aditirto, Irma U. Dublin Core: Format metadata untuk web resources. Majalah

Marsela. Vol. 10. No. 5, 2003: 15-18. Mustafa, B. Winisis: Software tepat guna untuk pengelolaan perpustakaan, dokumentasi

dan informasi. Bogor: IPB Pres, 2005. Myburgh, Sue. The New information profesional: how to thrive in the information age

doing what you love. Oxford, England: Chandos Publishing, 2005. Witten, Ian H. dan Bainbrigde, David. How to build a digital library. Amsterdam:

Morgan Kaufmann, 2003.