pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

15
EFEKTIVITAS PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIKMETODE KOMPOSTING AEROB DENGAN BIOSTARTER FERMENTASI KULIT BUAH DI WISATA ECO GREEN PARK KOTA BATU Dian Kartika Dewi Program Studi S1 Kesehatan Lingkungan STIKES Widyagama Husada Malang Email: [email protected] ABSTRAK Ada beberapa macam pengolahan sampah organik, salah satunya menggunakan metode komposting aerob dengan atau tanpa menggunakan biostarter. Pengolahan sampah organik metode komposting aerob tanpa pemberian biostarter akan menghasilkan kompos dalam waktu cukup lama antara 45-75 hari, sedangkan dengan diberikan tambahan bisotarter memakan waktu kurang dari 30 hari. Biostarter yang digunakan di wisata Eco Green Park terbuat dari fermentasi kulit buah dengan takaran 0,5 liter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian biostarter 0,5 liter dengan penambahan takaran 1 liter, 1,5 liter, dan 2 liter. Metode penelitian menggunakan desain pre-experiment jenis One-shot Case Study. Analisa hasil penelitian menggunakan uji anova untuk mengetahui nilai signifikan. Berdasarkan hasil uji anova didapatkan nilai signifikan/p > δ atau sama dengan 0,225 > 0,5. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari biostarter takaran awal yakni 0,5 liter dengan penambahan takaran sebanyak 1 liter, 1,5 liter, dan 2 liter. Maka disarankan pihak wisata Eco Green Park tetap menggunakan biostrarter takaran 0,5 liter. Kata Kunci : Waktu, metode komposting aerob, biostarter.

Upload: dian-kartika-dewi

Post on 08-Jul-2015

2.077 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

EFEKTIVITAS PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIKMETODE

KOMPOSTING AEROB DENGAN BIOSTARTER FERMENTASI

KULIT BUAH DI WISATA ECO GREEN PARK KOTA BATU

Dian Kartika Dewi

Program Studi S1 Kesehatan Lingkungan STIKES Widyagama Husada Malang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Ada beberapa macam pengolahan sampah organik, salah satunya

menggunakan metode komposting aerob dengan atau tanpa menggunakan

biostarter. Pengolahan sampah organik metode komposting aerob tanpa

pemberian biostarter akan menghasilkan kompos dalam waktu cukup lama antara

45-75 hari, sedangkan dengan diberikan tambahan bisotarter memakan waktu

kurang dari 30 hari. Biostarter yang digunakan di wisata Eco Green Park terbuat

dari fermentasi kulit buah dengan takaran 0,5 liter.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian biostarter

0,5 liter dengan penambahan takaran 1 liter, 1,5 liter, dan 2 liter. Metode

penelitian menggunakan desain pre-experiment jenis One-shot Case Study.

Analisa hasil penelitian menggunakan uji anova untuk mengetahui nilai

signifikan. Berdasarkan hasil uji anova didapatkan nilai signifikan/p > δ atau sama

dengan 0,225 > 0,5.

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari

biostarter takaran awal yakni 0,5 liter dengan penambahan takaran sebanyak 1

liter, 1,5 liter, dan 2 liter. Maka disarankan pihak wisata Eco Green Park tetap

menggunakan biostrarter takaran 0,5 liter.

Kata Kunci : Waktu, metode komposting aerob, biostarter.

Page 2: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

ABSTRACT

DIAN KARTIKA DEWI, 2013.

EFFECTIVENESS OF ORGANIC

WASTE TREATMENT

METHODS USING aerobic

composting BIOSTARTER

FERMENTED FRUIT PEEL IN

TOURISM ECO GREEN PARK

KOTA BATU. Thesis. S-1

DEGREE ENVIROMENTAL

HEALTH SCIENCE STUDY

PROGRAM OF Widyagama

HUSADA SCIENCE COLLEGE.

ADVISOR: (1) IRFANY

RUPIWARDANI, MMRS (2) dr.

WIRA DARAMATASIA,

M.Biomed

There are several kinds of organic

waste, one is using aerobic

composting methods with or without

using biostarter. Processing of

organic waste aerobic composting

methods without giving biostarter

will produce compost in a long time

between 45-75 days, and is the

additional given biostarter take less

than 30 days. Biostarter used in

tourist Eco Green Park is made of

fermented fruit peel with a rate of 0.5

liters.

This study aims to determine the

effectiveness of providing biostarter

0.5 liter with the addition of 1 litre,

1.5 litre and 2 litre. Research method

design using pre-experiment, it is

kind of One-Shot Case Study.

Analysis of test results using

ANOVA to determine significant

values. Based on the results of the

ANOVA test obtained significant

value / p> δ or equal to 0.225> 0.5.

It can be concluded that there was no

significant difference from the initial

dose biostarter 0.5 liter with the

addition of 1 litre dose, 1.5 litre, and

2 litre. Then, it can be advised to the

Eco Green Park tour still uses 0.5

liters biostrarter dose.

Bibliography : 14 References

(1999-2012)

Keywords : time, aerobic

composting method, biostarter.

PENDAHULUAN

Keberadaan sampah hingga

saat ini masih cenderung dianggap

sebagai sesuatu yang tidak

bermanfaat dan bahkan merugikan.

Sampah telah menjadi permasalahan

dunia, meningkatnya jumlah sampah

tidak diimbangi oleh meningkatnya

kesadaran masyarakat untuk

mengusahakan lingkungan hidup

bersih dan sehat (Kanisius, 2007).

Kurangnya kesadaran masyarakat

untuk mengelola sampah menjadi

sesuatu yang bermanfaat sangat

kurang. Sumber sampah yang

terbanyak dari permukiman dan

pasar tradisional. Sampah pasar

khusus seperti pasar sayur mayur,

pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya

relatif seragam, sebagian besar

(95%) berupa sampah organik

sehingga lebih muda untuk ditangani.

Sampah yang berasal dari

Page 3: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

permukiman umumnya sangat

beragam. Tetapi secara umum

minimal 75% terdiri dari sampah

organik dan sisanya anorganik

(Sudradjat, 2006).

Sampah organik merupakan

sampah yang dihasilkan dari bahan-

bahan hayati yang dapat didegradasi

oleh mikroba atau bersifat

biodegradable. Sampah ini dengan

mudah dapat diuraikan melalui

proses alami. Sampah rumah tangga

sebagian besar merupakan bahan

organik. Salah satu pengolahan

sampah yang bisa diterapkan sesuai

dengan jenis sampah organik adalah

dengan metode komposting

(Kanisius, 2007).

Pengkomposan merupakan

upaya pengolahan sampah sekaligus

usaha untuk mendapatkan bahan

kompos yang dapat menyuburkan

tanah. Proses ini merupakan proses

penguraian bahan-bahan organik

secara terkontrol dengan

memanfaatkan aktivitas organisme.

Kompos merupakan hasil penguraian

sampah organik dengan bantuan

jasad renik. Tumpukan sampah

tersebut mengalami proses

penguraian dari bentuk kasar menjadi

bentuk yang lebih kecil dengan

bantuan makhluk hidup mikro

(Kanisius, 2007).

Tempat-tempat umum adalah

suatu tempat dimana banyak orang

berkumpul untuk melakukan

kegiatan secara insidentil maupun

terus menerus, secara membayar

maupun tidak membayar. Tempat

wisata merupakan bagian dari

tempat-tempat umum. Dimana

sanitasi lingkungannya harus terjaga

dengan baik. Sanitasi tempat-tempat

umum adalah usaha untuk

mengawasi dan mencegah kerugian

akibat dari pemanfaatan tempat

maupun hasil usaha (produk) oleh

dan untuk umum terutama terutama

yang erat hubungannya dengan

timbulnya / menularnya suatu

penyakit (Alwi, 2007). Eco Green

Park merupakan wisata edukasi

lingkungan dengan salah satu

wahana yang sangat mendidik bagi

siswa maupun masyarakat yakni

pengelolahan sampah, dimana salah

satunya menggunakan metode

komposting untuk mengolah sampah

organik yang dihasilkan dari

beberapa stan yang ada di wisata

tersebut. Volume sampah organik

maupun anorganik yang ada di

wisata Eco Green Park sendiri

Page 4: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

mencapai 3 kubik tiap harinya, dan

sampah organik yang dikelola

menggunakan metode komposting

aerob dengan biostarter yang dibuat

dari fermentasi kulit buah sebanyak 1

kubik. Takaran biostarter yang

digunakan di wisata Eco Green Park

untuk satu drum komposter dengan

volume 0,12 m3 adalah 0,5 liter

dengan waktu ± 3 minggu untuk

menghasilkan kompos.

Tujuan dari penelitian ini

adalah Mengetahui efektifitas

pengolahan sampah organik metode

komposting aerob dengan biostarter

fermentasi kulit buah di wisata Eco

Green Park Kota Batu dengan

penambahan takaran biostarter dari

takaran awal 0.5 liter menjadi 1 liter,

1,5 liter, dan 2 liter

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan jenisnya,

penelitian yang dilakukan di wisata

Eco Green Park Kota Batu pada

tanggal 30 Mei- 30 Juni 2013

merupakan penelitian pre-experiment

dengan menggunakan one-shot Case

Study. Penelitian ini dilakukan

dengan secara langsung memberikan

intervensi berupa pemberian

biostarter tanpa pengamatan awal,

selanjutnya dilakukan observasi atau

pengamatan terakhir pada kompos

setelah diberikan biostarter. Dalam

penelitian ini memerlukan 5 drum

komposter sebagai sampel kontrol 1,

yakni sampah organik tanpa

pemberian biostarter, kemudian

drum komposter kedua berisi sampah

organik dengan biostarter takaran

awal (0,5 liter), drum komposter

ketiga dengan biostarter takaran 1

liter, drum komposter keempat

dengan biostarter takaran 1,5 liter,

dan drum komposter kelima dengan

biostarter takaran 2 liter

Analisa Data

Teknik pengolahan data

dalam penelitian ini diuji secara

statistik dengan menggunakan uji

Anova (Analisis of Varian) dengan

bantuan program SPSS 16. Dimana

uji ini digunakan untuk menguji

perbedaan mean (rata-rata) data lebih

dari dua kelompok. Data dalam

penelitian ini yang diuji adalah

kelompok kontrol yaitu tanpa

pemberian biostarter dan kelompok

eksperimen dengan pemberian

biostarter 0,5 liter, 1 liter, 1,5 liter

dan 2 liter.

Page 5: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Eksperimen

Eksperimen yang dilakukan

pada penelitian ini adalah melakukan

perlakuan baru yakni penambahan

takaran biostarter pada pengolahan

sampah organik metode komposting

aerob dari takaran 0,5 liter dilakukan

penambahan takaran menjadi 1 liter,

1,5 liter, dan 2 liter. Pada takaran

biostarter 0,5 liter yang biasa

digunakan di objek wisata ini akan

menghasilkan kompos dalam waktu

kurang dari 30 hari dengan volume

sampah 0,12 m3

(standar volume

komposter) dan masing-masing

komposter menghasilkan ±10 kg

kompos. Dari hasil eksperimen yang

dilakukan selama 14 hari sampai

proses pengomposan berakhir, maka

didapatkan data waktu pengomposan,

kelembaban udara, pH dan suhu

sebagai berikut :

Biostarter Waktu Pengomposan Kelembaban pH Suhu

0,5 liter 14 hari 32% 6,8 350C

1 liter 14 hari 60% 6,4 350C

1,5 liter 14 hari 65% 6,6 380C

2 liter 13 hari 70% 6,6 390C

Page 6: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

Dari data di atas, maka dilakukan uji

statistik pada uji one way anova

untuk waktu efektif pengomposan

dengan takaran biostarter 0,5 liter, 1

liter, 1,5 liter, dan 2 liter adalah

sebagai berikut:

ANOVA

Biostarter

Sum of

Squa

res df Mean Square F Sig.

Between Groups .750 1 .750 3.000 .225

Within Groups .500 2 .250

Total 1.250 3

Hasil uji statistik uji one way anova

untuk selisih (delta) pemberian

biostarter dari takaran yang telah

dipakai yakni 0,5 liter pada

pengolahan sampah organik metode

komposting aerob didapatkan hasil

yang tidak signifikan.

Nilai signifikan/p : 0,225

δ : 0,5

Hasil uji statistik

menunjukkan nilai signifikan/ p >

dari δ atau 0,225 > 0,5. Jika nilai

signifikan/ p > δ, maka Ho diterima

dimana Ho tidak ada perbedaan yang

signifikan dari pengolahan sampah

organik metode komposting aerob

menggunakan biostarter takaran 0,5

liter (takaran yang telah dipakai), 1

liter, 1,5 liter, dan 2 liter.

Selain didapatkan hasil dari

uji statistik menggunakan uji one

way anova, juga dilakukan

pengamatan secara langsung

terhadap keadaan fisik hasil kompos,

yaitu sebagai berikut :

Biostarter 0,5 liter : Kering

(gembur)

Biostarter 1 liter : Sedang

Biostarter 1,5 liter : Basah

Biostarter 2 liter : Sangat basah.

Page 7: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

Gambar 5.1 Hasil Kompos dari

Takaran biostarter 0,5 liter

Gambar 5.2 Hasil Kompos dari

Takaran biostarter 1 liter

Gambar 5.3 Hasil Kompos dari

Takaran biostarter 1,5 liter

Gambar 5.4 Hasil Kompos dari

Takaran biostarter 2 liter

Berdasarkan gambar diatas,

hasil kompos yang telah jadi

langsung diambil dari drum

komposter dan belum dilakukan

pengayakan atau penyaringan,

sehingga kompos masih terlihat

adanya sedikit gumpalan.

Pengaruh Biostarter pada Kompos

Menurut Eko (2002) dalam

penelitiannya terhadap biostarter

EM4, yang juga memiliki kandungan

mikroba pengurai yang hampir sama

dengan biostarter alami seperti

fermentasi kulit buah ini menyatakan

jika pemberian biostarter terlalu

berlebih akan terjadi kompetisi

mikroorganisme yang berasal dari

biostarter itu sendiri dengan

mikroorganisme ikutan yang berasal

dari bahan (sampah), mengingat

Page 8: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

tidak dilakukannya sterilisasi

terhadap bahan awal. Kemudian

pengaruh keadaan lingkungan juga

akan membentuk jenis

mikroorganisme tertentu yang juga

akan mempengaruhi proses

pengomposan. Sejauh ini

tidak terdapat stadar takaran

biostarter dalam bentuk apapun

dengan penggunaanya terhadap

proses pengomposan yang bertujuan

untuk mempercepat proses

komposting, dikarenakan jenis dan

karakter sampah organik yang diolah

beberapa metode berbeda, kemudian

juga dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan sekitar. Biostarter

diperlukan untuk menambah jumlah

mikroorganisme pengurai dengan

tujuan mempercepat proses

pengomposan dan meminimalisasi

timbunan sampah jika produksi

sampah organik dihasilkan setiap

hari dan jumlah media pengolahan

sampah organik tidak

memungkinkan untuk mengelolanya

dalam waktu yang singkat.

Dari keadaan fisik hasil

kompos menunjukan takaran 0,5 liter

memiliki kualitas yang sangat baik,

kompos sangat gembur tidak berbau,

dan bentuk seperti tanah, cocok

digunakan sebagai kompos tanaman

yang mana penggunaanya memang

sebagai pupuk tabur. Kelembaban

pada takaran 0,5 liter ini mencapai

32%, menurut Alex S (2012),

kelembaban 40-60% adalah kisaran

optimum untuk metabolisme

mikroba. Apabila kelembaban

dibawah 40%, aktivitas mikroba

akan mengalami penurunan, tetapi

hal ini tidak menjadi masalah apabila

proses pengomposan sudah hampir

selesai, karena masih ada titik

terendah dari kelembaban kompos

yakni mencapai 15%, namun apabila

kelembaban lebih besar dari 60%,

hara akan tercuci, volume udara

berkurang, akibatnya aktivitas

mikroba akan menurun dan akan

terjadi fermentasi anaerobik yang

menimbulkan bau tidak sedap. Pada

penelitian ini kelembaban yang

sesuai standart adalah pada takaran 1

liter, namun dari segi kualitas fisik

tekstur kompos masih kurang

gembur jika dibandingkan dengan

takaran 0,5 liter, sedangkan pada

takaran 1,5 liter dan 2 liter

kelembaban sudah melampaui batas

maksimal yaitu 65% dan 70%,

sehingga kompos yang dihasilkan

sangat rendah unsur hara. Sedangkan

Page 9: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

pada pH, proses pengomposan dapat

terjadi pada kisaran pH yang lebar.

pH yang optimum untuk proses

pengomposan berkisar antara 6,5

sampai 7,5. Dari semua takaran

biostarter terdapat satu takaran yang

menunjukkan kadar keasaman atau

pH dibawah 6,5 yaitu pada takaran 1

liter yang hanya mencapai pH 6,4.

Pada suhu akhir proses

pengomposan, menurut Bach et al

(1987) dalam penelitian elvi (2009),

penguraian pada suhu 350C-60

0C

merupakan suhu yang memenuhi

persyaratan optimum, dalam

penelitian ini keempat komposter

dengan takaran biostarter yang

berbeda menunjukkan hasil kompos

dengan suhu yang memenuhi

standart.

6.3 Hasil Eksperimen dalam

Analisa One Way Anova

Berdasarkan data yang

didapat dari hasil penelitian yang

dilaksanakan pada tanggal 10-26 Juni

2013, proses pengolahan sampah

organik dengan metode komposting

aerob yang memprioritaskan pada

waktu proses pengomposan

dihasilkan perbedaan waktu yang

tidak signifikan. Proses terjadinya

kompos pada takaran biostarter 0,5

liter, 1 liter, 1,5 liter dan 2 liter

menunjukkan hasil yang sama yakni

memerlukan waktu 14 hari untuk

menghasilkan kompos, sedangkan

proses terbentuknya kompos paling

cepat terjadi pada takaran 2 liter yang

memerlukan waktu hanya selisih 1

hari dengan ketiga takaran lainnya,

yakni terjadi pada hari ke 13.

Data hasi uji statistik dengan

menggunakan uji one way

menunjukkan nilai signifikan/ p >

dari δ atau 0,225 > 0,5. Jika nilai

signifikan/ p > δ, maka Ho diterima.

Dimana Ho tidak ada perbedaan

yang signifikan dari pengolahan

sampah organik metode komposting

aerob menggunakan biostarter

takaran 0,5 liter (takaran yang telah

dipakai), 1 liter, 1,5 liter, dan 2 liter.

Dengan hasil perbedaan yang tidak

signifikan maka penggunaan takaran

biostarter yang lebih efektif

digunakan yakni pada takaran 0,5

liter.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada beberapa perlakuan

penambahan takaran biostarter dari

takaran awal 0,5 liter atau takaran

Page 10: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

yang telah dipakai di wisata Eco

Green Park Kota Batu untuk

pengolahan sampah organik metode

komposting aerob setelah dilakukan

analisa, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengolahan sampah organik

metode komposting aerob

dengan biostarter fermentasi

kulit buah di wisata Eco

Green Park Kota Batu,

dilaksanakan dengan

mengolah sampah organik

yang diproduksi oleh

kegiatan di dalam objek

wisata tersebut, berupa sisa

makanan, kotoran hewan, dan

daun-daunan. Begitu juga

dengan pembuatan biostarter

sebagai efektif

mikroorganisme yang

membantu mempercepat

proses pengomposan, bahan

yang digunakan diambil dari

kulit buah yang ada pada stan

food court. Sampah organik

yang dikelola akan

menghasilkan kompos yang

nantinya akan digunakan

sebagi pupuk pada tanaman

di objek wisata itu sendiri.

2. Biostarter yang telah dipakai

yakni 0,5 liter lebih efektif

dibandingkan dengan takaran

tambahan 1 liter, 1,5 liter, dan

2 liter. Maka pihak

pengelolah sampah organik di

wisata Eco Green Park ini

diharapkan tetap memakai

takaran biostarter 0,5 liter.

Pemakaian takaran biostarter

Page 11: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

0,5 liter lebih efesien, karena

oleh pihak pengelolah

sampah di Eco Green Park

biostarter ini selain sebagai

pempercepat proses

komposting, juga digunakan

sebagai peredam bau pada

kandang hewan yang ada di

objek wisata tersebut setiap

harinya.

7.2 Saran

Meskipun dalam penelitian

ini hasil yang didapatkan tidak

signifikan dalam pemberian

penambahan takaran biostarter pada

pengolahan sampah organik dengan

metode komposting aerob, namun

adanya biostarter lebih efektif untuk

pengolahan sampah sangat

diperlukan karena produksi sampah

organik di Indonesia semakin

bertambah, untuk itu kami

memberikan beberapa saran sebagai

berikut :

1. Bagi Intansi Kesehatan

a. Diperlukan adanya

penyuluhan sekaligus

pelatihan terhadap

masyarakat untuk

mengelolah sampah

organik dalam skala

besar maupun skala kecil

yang bertujuan untuk

meminimalisasi

timbunan sampah di TPA

(Tempat pembuangan

Akhir).

b. Perlu peningkatan

pemantauan terhadap

pengelolahan sampah di

wilayah kerja dalam

hubunganya dengan

sanitasi lingkungan yang

baik.

2. Bagi wisata Eco Green Park

a. Diperlukan adanya

penambahan drum

komposter yang sesuai

dengan volume produksi

sampah setiap harinya,

agar tidak terjadi

timbunan sampah yang

berlebih.

b. Eco Green park

mengajak pengunjung

untuk melakukan

pengolahan sampah

langsung pada hari-hari

tertentu agar pengunjung

mengetahui secara jelas

bagaimana proses

pengolahan sampah

organik metode

komposting aerob dan

Page 12: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

pembuatan biostarter

dari fermentasi kulit

buah, karena sejauh ini

pengunjung hanya

mengetahui teori yang

disampaikan oleh pihak

pegelolah.

3. Bagi Masyarakat

Pada pengololaan

sampah organik di

lingkungan sekitar,

masyarakat dapat

menggunakan metode

komposting aerob, yang bisa

dipakai dalam pengolahan

sampah dengan skala besar.

Tentunya dengan

menggunakan biostarter yang

dibuat dari fermentasi kulit

buah. Agar sampah dapat

terkelola dengan baik.

4. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini

dapat menjadi referensi untuk

melakukan penelitian tentang

pengolahan sampah organik

metode komposting aerob dan

penemuan biostarter yang

lebih efektif dalam

mempercepat dan

menghasilkan kualitas

kompos yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alex, S. (2012). Sukses Mengolah

Sampah Organik Menjadi Pupuk

Organik.

Sleman, Yogyakarta: Pustaka

Baru Press.

Alimul, A. (2003). Riset

Keperawatan dan Penulisan

Ilmiah. Jakarta: Salemba

Empat.

Alwi, Hasan. (2007). Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Annisa, B. (2009). Pengelolaan

Sampah Dengan Cara

Menjadikannya Kompos.

Sitasi Apri 15, 2013, dari

http://journal.unair.ac.id/filer

PDF/KESLING-2-1-08.PDF

Anonim. (2012). Dunia Hadapi

Krisis Sampah. Sitasi April 5, 2013,

dari

http://www.hijauku.com/20

12/11/10/dunia-hadapi-

krisis-sampah/

Antara News. (2010). Volume

Sampah Kota Malang Meningkat

10%. Sitasi April

5, 2013, dari

Page 13: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah

http://www.antarajatim.com/l

ihat/berita/100755/volumsam

pah-kota-malang-meningkat-

10-persen

http://digilib.unila.ac.id/77/2/

Revmon_BAB__II.pdf

Elvi. (2009). Kelembaban Bahan dan

Suhu Kompos Sebagai

Parameter yang

Mempengaruhi Proses

Pengomposan Pada Unit

Pengomposan Rumbai. Sitasi

Mei 29, 2013, dari

http://www.google.com/url?s

a=t&rct=j&q=jurnal%20kom

pos&source=web&cd=1&cad

=rja&ved=0CCkQFjAA&url

=http%3A%2F%2Fjst.eng.un

ri.ac.id%2Findex.php%2Fjst

%2Farticle%2Fdownload%2

F22%2F63&ei=x9PtUcuiJcO

qrAednYCYBg&usg=AFQjC

NF3gJ1NtD08oMMfbEjExU

NuWN1L_Q&bvm=bv.49478

099,d.bmk

Hartutik. (2008). Pembuatan Pupuk

Kompos dari Limbah Bunga

Kenanga dan Pengaruh

Presentase Zeolit Terhadap

Ketersediaan Nitrogen. Sitasi

Mei 29, 2013, dari

http://eprints.undip.ac.id/3008

/1/Jurnal_tutik.pdf

Juraidi. (2003). Kamus Istilah

Lingkungan. Jakarta: Bina Rena

Pariwara.

Kanisius. (2007). Memanen Sampah.

Yogjakarta: Kanisius (Anggota

IKAPI).

Kanisius, (1999). Petunjuk Praktis

Bertanam Sayuram: Kanisius

(Anggota IKAPI).

Nursalam. (2003). Konsep dan

Penerapan Metodologi

Peneltian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Slamet, J. S. 2002. Kesehatan

Lingkungan. Yogyakarta:

Gadjah Mada Universty

Press.

Soekidjo. (2005). Metode Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudradjat. (2006). Mengelolah

Sampah Kota. Bogor: Penebar

Swadaya.

Tim Penyusun. (2012). UKL dan

UPL Eco Green Park Kota Batu.

Batu

Page 14: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah
Page 15: Pengolahan sampah organik metode komposting aerob dengan biostarter fermentasi kulit buah