penguat daya
TRANSCRIPT
PENGUAT DAYA
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk terus dikaji dan dikembangkan.
Perkembangan ilmu Fisika akan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Namun untuk memahami dan menguasai ilmu Fisika tidaklah
terlalu mudah sebab cakupan ilmu Fisika sangat luas yakni menyangkut segala gejala alam baik
yang dapat diamati dengan mata telanjang maupun dengan menggunakan alat bantu. Untuk
mempermudah dalam mengkajinya, maka sangat dibutuhkan adanya praktikum sebab ilmu
Fisika tidak cukup jika hanya di pelajari secara teori. Selain itu, Fisika juga
dibagi/dikelompokkan dalam beberapa pokok pembahasan, salah satunya adalah elektronika.
Elektronika merupakan ilmu yang sangat penting bagi manusia sebab menyangkut tentang
kelistrikan yang menjadi salah satu energy terpenting dalam kehidupan manusia. Sebagai bagian
dari Fisika, pada elektronika juga tidak cukup jika hanya dipelajari secara teori sehingga
membutuhkan praktek/praktikum untuk membantu kita dalam memhami dan
mengaplikasikannya. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah praktikum elektronika dasar
ini yakni tentang rangkaian Penguat Daya Audio sekaligus untuk memenuhi persyaratan dari
mata kuliah Elektronika Fisis Dasar II.
I. 2 Ruang Lingkup
Pada percobaan penguat daya audio ini dilakukakan pengukuran nilai hambatan pada resistor
berdasarkan warna pada cincinnya membuat rangkaian yang terdiri dari resistor, kapasitor dan
transistor kemudian mengkemudian hubungkannya dengan catu daya, signal generator, dan
osiloskop untuk melihat mengukur Vinput dan Voutput-nya. Selnjutnya mengubah frekuensi
pada signal generator untuk menegetahui keadaan Vinput dan Voutput-nya.
I.3 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan praktikan telah memiliki kemampuan berikut :
1. Menguji suatu penguat daya audio yaitu mengamati bentuk isyarat keluaran,mengukur
hambatan masukan dan respon frekuensi.
2. Mengatur arus sisa agar distorsi cross over tepat hilang.
3. Mengukur daya keluaran maksimum dan daya masukan maksimum.
4. Menunjukkan pengaruh hubungan Darlington pada transistor keluaran pada daya keluaran
maksimum.
5. Menunjukkan pengaruh kapasitor Bootstrap terhadap penguatan (gain) tegangan dan bentuk
isyarat keluaran.
6. Mengenal komponen-komponen yang digunakan pada suatu penguat daya audio.
I.4 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 30 November 2010, pukul 14.00 -16.30 WITA yang
dilaksanakan pada Laboratorium Elektronika,Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam,Unuversitas Hasanuddin,Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGUAT DAYA
Pada penguat daya isyarat tegangan yang kecil diperkuat dan dibuat agar mampu memberikan
arus isyarat yang besar,untuk menggetarkan pengeras suara,menggerakkan motor listrik atau
beban lain yang memerlukannya.Jadi pada penguat daya,tegangan isyarat besar dan arus isyarat
juga besar.
Istilah penguatan pada dasarnya berarti membuat menjadi lebih kuat. Dalam bidang elektronika
maka yang diperkuat adalah amplitudo dari sinyal. Untuk mengerti bagaimana penguat bekerja
perlu dimengerti dua tipe penguatan yang utama yaitu :
1. Penguat tegangan yaitu penguat yang menguatkan tegangan dari sinyal masukan
2. Penguat arus yaitu penguat yang menguatkan arus dari sinyal masukan.
Sedangkan penguat daya yaitu kombinasi dari dua tipe penguat di atas. Meskipun pada
kenyataannya semua penguat adalah penguat daya karena tegangan tidak akan ada tanpa adanya
daya kecuali jika impedansinya tak terhingga.
Efisiensi dari penguat daya didefinisikan sebagai perbandingan dari daya yang diterima beban
dengan daya yang diberikan oleh catu daya.
B. MACAM-MACAM PENGUAT DAYA
Dalam elektronika banyak sekali dijumpai jenis penguat yang dapat dikelompokkan berdasarkan:
1. rentang frekuensi operasi,
a. gelombang lebar (seperti: penguat audio, video, rf dll)
b. gelombang sempit (seperti tuned amplifier).
2. metoda pemasangan rangkaian,
a. pemasangan AC semua komponen frekuensi rendah (termasuk dc) tidak diteruskan ke
rangkaian penguat
b. pemasangan DC : salah satu tipenya adalah penguat chopper,sinyal input terbelah menjadi seri
pulsa kemudian diperkuat oleh penguat ac sebelum dikembalikan lagi ke level dc.
3. titik bias pada penguat: kelas A, kelas B, kelas AB dan kelas C
4. tegangan
5. arus
6. daya
Penguat daya diklasifikasikan menurut titik kerjanya. Titik kerja (titik Q) yaitu titik pada garis
beban yang menggambarkan keadaan transistor saat tidak ada sinyal masukan. Menurut titik
kerjanya penguat diklasifikasikan menjadi penguat klas A, B, AB, C ,D dan masih banyak lagi.
- Penguat klas A
o Penguat dengan letak titik Q di tengah-tengah garis beban.
o Mempunyai sinyal keluaran yang paling bagus diantara penguat jenis yang lain.
o Mempunyai sinyal keluaran yang paling bagus diantara penguat jenis yang lain.
o Efisiensinya paling rendah, karena banyaknya daya yang terbuang di transistor.
Disipasi daya tertinggi terjadi saat tidak ada sinyal masukan. Besarnya disipasi daya pada
transistor dirumuskan
Daya keluaran maksimum dapat dicari dari persamaan :
sehingga
- Penguat klas B
Penguat dengan letak titik Q di titik cut off garis beban. Kelemahannya yaitu adanya cacat
penyeberangan (crossover distortion) yang terjadi karena adanya tegangan bias pada dioda basis
emitor. Sehingga saat sinyal masukan belum bernilai sebesar tegangan on dari dioda basis emitor
maka tidak akan ada sinyal keluaran. Karena letak titik Q penguat kelas B di titik cut-off maka
untuk satu transistor hanya bisa menguatkan setengah siklus dari sinyal masukan. Sehingga
untuk penguat kelas B digunakan konfigurasi Push-pull dimana dua transistor akan bergantian
bekerja menguatkan masing-masing setengah siklus sinyal masukan.
- Penguat klas AB
Merupakan perbaikan dari penguat klas B. Cacat penyeberangan bisa dihilangkan dengan
menambahkan prategangan pada dioda basis emitor. Dengan demikian transistor output sudah
aktif saat belum ada sinyal masukan. Tentu saja titik kerja penguat menjadi berubah karena
transistor tidak lagi berada pada keadaan cut off. Karena itulah disebut penguat klas AB. Penguat
audio yang banyak ada di pasaran pada umumnya adalah penguat klas AB. Untuk memberi
prategangan pada basis emitor tidak harus dengan dioda bisa juga dengan resistor atau transistor
asalkan bisa memberi tegangan untuk mengaktifkan dioda di basis emitor.
-Penguat klas C
Titik kerja diatur beropersi untuk arus (tegangan) output sama dengan nol dengan selang lebih
besar dari setengah siklus sinus. Sehingga penguat bekerja kurang dari setengah perioda sinyal
input.
C. PENGUAT DAYA AUDIO
Rangkaian penguat daya audio sederhana seperti terlihat pada Gambar di bawah ini yang
memiliki komponen utama berupa IC LM386. Dengan hanya menambah sedikit komponen
pendukung, maka IC LM386 sudah dapat difungsikan sebagai penguat daya audio sederhana.
Karena IC LM386 dapat dicatu tegangan dalam jangkah 4 - 12 volt maka sangat cocok untuk
piranti-piranti yang portable.
Gambar 1. Rangkaian penguat daya audio sederhana.
Penguat daya audio (power amplifier) adalah suatu pesawat elektronika yang berfungsi
menguatkan sinyal suara yang bisa berasal dari radio, tape recorder, cd player, preamp mic atau
yang lainnya. Penguat daya audio sistem OCL beban dengan penguat daya dihubung langsung
(direct copel) tanpa memakai kapasitor maupun transformator. Penerapan IC OP Amp 741
dipakai sebagai penguat depan dari penguat audio untuk menggantikan rangkaian transistor
sebagai penguat depannya.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat
Adapun alat/komponen yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Resistor , berfungsi sebagai hambatan dalam rangkaian.
2. Transistor,berfunsi sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching),
stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya
.
3. Kapasitor, berfungsi untuk menyimpan arus listrik untuk sementara waktu.
4. Kabel Jumper berfungsi untuk menghubungkan resistor yang satu dengan yang lainnya pada
suatu rangkaian.
5. Potensiometer digunakan untuk mengatur tegangan.
6. Multimeter berfungsi untuk mengukur tegangan,hambatan,dan arus.
7. Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat untuk membuat rangkaian.
8. Osiloskop, berfungsi untuk menampilkan bentuk gelombang yang selajutnya digunakan untuk
mengamati sinyal output yang dihasilkan oleh rangkain setelah diberikan frekuensi tertentu.
9. Catu Daya, berfungsi sebagai pembangkit tegangan AC untuk dialirkan pada rangkaian.
10. Sinyal Generator, berfungsi untuk memberikan sinyal masukan pada osoloskop.
III.2 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum penguat daya audio ini adalah:
1. Menyiapkan alat/komponen yang diperlukan.
2. Mengkalibrasi alat-alat ukur yang akan digunakan pada percobaan ini.
3. Membuat rangkaian penguat daya audio seperti pada gambar berikut.
4. Menghubungkan rangkaian dengan catu daya, signal generator dan osiloskop untuk melihat
isyarat keluaran.
5. Melepaskan kapasitor C2 dan mengukur tegangan masukan (Vinput) dan tegangan keluaran
(Voutput) dengan frekuensi 100 Hz, 200 Hz, dan 500 Hz.
6. Memasang/menyambung kapasitor C2 dan mengukur kembali tegangan masukan (Vinput) dan
tegangan keluaran (Voutput) dengan frekuensi 100 Hz, 200 Hz, dan 500 Hz.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel 1
Sebelum C2 dipasang
NO Vi (Volt) Vo (Volt) F (Hertz)
1. 3,8 - 100
2. 3,8 - 200
3. 3,8 - 500
Tabel 2
Setelah C2 dipasang
NO Vi (Volt) Vo (Volt) F (Hertz)
1. 3,8 3,2 100
2. 3,8 3,2 200
3. 3,8 3,2 500
IV.2 Gambar
Gambar bentuk gelombang sebelum C2 dipasang:
100 Hz
200 Hz
500 Hz
Gambar bentuk gelombang setelah C2 dipasang:
100 Hz
200 Hz
IV.2 Pembahasan
Pada pengambilan data untuk percobaan Penguat Daya Audio ini denagn C2 yang tidak
dipasang/di hubungkan, didapatkan nilai tegangan masukan (Vin) yaitu 3,8 Volt untuk frekuens
100Hz, 200Hz, dan 500Hz dan tidak ada nila tegangan keluaran (Vout). Adapun setelah C2
dipasang/di hubungkan diperoleh nilai tegangan masukan (Vin) 3,8 Volt dan nilai tegangan
keluaran (Vout) yaitu 3,2 Volt untuk frekuens 100Hz, 200Hz, dan 500Hz. Jadi, dapat dikatakan
bahwa nilai tegangan keluaran hanya dapat diperoleh apabila kapasitor C2 dipasang.
Adapun nilai tegangan masukannya adalah sama meskipun frekuensinya berubah-ubah dan yang
membedakannya hanya pada amplitudo terlihat semakin merapat jika frekuensinya diperbesar.
Selain itu, dari data yang diperoleh juga terlihat bahwa nilai tegangan masukan lebih besar
daripada nilai keluarannya (Vin > Vout) .
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sebelum kapasitor C2 dipasang hanya terdapat tegangan masukan (Vin ) dan tidak terdapat
tegangan keluaran (Vout) .
2. Setelah kapasitor C2 dipasang,sudah terdapat tegangan masukan (Vin ) dan juga terdapat
tegangan keluaran (Vout) .
3. Nilai teganan tegangan masukan (Vin ) tegangan keluaran (Vout) tidak berubah meskipun
dengan frekuensi yang berbeda.
4. Semakin besar frekuensi yang diberikan maka amplitudo tampak semakin merapat
V.2 Saran
V.2.1 Untuk Asisten
Asisten sudah cukup profesional dalam membimbing kami melakukan praktikum rangkaian arus
searah ini, hal ini terlihat dari cara menjawab pertanyaan-pertanyaan kami selaku praktikan
meskipun terdapat kendala sebelum melakukan praktikum yang disebabkan karena gambar
rangkaian pada buku penuntun kurang lengkap . Harapan saya semoga profesionalisme asisten
dapat terus terintegrasi demi kelancaran praktikum selanjutnya serta semoga bimbingan dan
arahannya sealma ini tidaklah sia-sia. InsyaAllah.
V.2.2 Untuk Laboratorium
Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak Laboratorium Elektronika Dasar yang telah
menyediakan sarana sehingga praktikum rangkaian arus searah ini relatif terlaksana dengan
lancar. Walaupun begitu saya tetap berharap agar supaya ada pembaharuan dan penambahan
alat/komponen dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas sarana di Laboratorium
Elektonika Dasar .
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Drs, M.T,. 2010 “Penuntun Praktikum Elektronika Dasar II”, Makassar : Jurusan Fisika
Universitas Hasanuddin.
Khbasar(2001).PenguatDaya. From http://phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Penguatdaya ,
29 Septenber 2010
Annonim(2001).penguatdaya.From http//google.co.id/dioda. 29 September 2010
Rusmadi, Dedi.2007”Belajar Rangkaian Elektronika Tanpa Guru”, Bandung:delfajar