pengujian serat kasar

Upload: asterina-wulan-sari

Post on 15-Oct-2015

418 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum "analisis pangan"

TRANSCRIPT

  • MAKALAH PRAKTIKUM ANALISIS PANGAN

    SERAT KASAR( Crude Fiber )

    Disusunoleh :

    Ahmad Nawwar Syarif (13032)

    Almira Islamei Pratiwi (12797)

    Anditya Candra S. (12980)

    Anjaring Luhur Jiwandana (12912)

    Asterina Wulan Sari (13030)

    Ibrahim Yusuf Ardiwidjaja (12796)

    Khafidhotul Khasanah (12849)

    Novita Sri Utami (12639)

    Sri Ningsih (12697)

    LABORATORIUM TEKNOLOGI IKAN

    JURUSAN PERIKANAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2014

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia danrahmat-

    Nyasehingga kamimampumenyelesaikantugasmakalahyang berjudul Serat Kasar

    (CrudeFiber ) gunamemenuhitugaspraktikumAnalisisPangan.

    Penulisanmakalah ikan disusun berdasarkan prinsip-prinsip yang telah

    diberikan.Makalah ini berisi tentang metode yang dapat digunakan dalam menentukan kadar

    serat kasar pada makanan. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih

    kepada teman-teman dan segenap asisten Analisis Pangan yang telah membantu demi

    kelancaran dalam pembuatan makalha ini.

    Makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mohon

    kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Kami berharap, makalah

    ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

    Yogyakarta, 16 Mei 2014

    Penyusun

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Manfaat

    konsumsi pangan diantaranya adalah sebagai pemenuh kebutuhan vitamin, karbohidrat,

    protein, lemak, dan mineral (Purnawidjayanti, 2001). Serat pangan merupakan salah satu

    komponen penting makanan yang sebaiknya ada dalam susunan diet sehari-hari karena dapat

    membantu menurunkan berat badan. Serat makanan atau serat pangan adalah bagian dari

    makanan yang tidak dapat di cerna oleh enzim pencernaan manusia. Asupan serat makanan

    yang tinggi dapat mengurangi resiko kanker kolon (Charles dkk., 1999).

    Serat telah diketahui mempunyai banyak manfaat bagi tubuh seperti mencegah

    sembelit, mencegah kanker, mencegah sakit pada usus besar, membantu menurunkan

    kadar kolesterol, membantu mengontrol gula dalam darah, serat membantu mempercepat sisa

    makanan melalui saluran pencernaan untukdiekskresikan keluar,dan mencegah wasir. Tetapi,

    serat belum termasuk kedalam komponen zat gizi (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

    Analisis serat pangan perlu dilakukan mengingat manfaat yang dimiliki serat penting bagi

    tubuh sehingga penetuan kadar serat kasar dalam bahan pangan perlu diketahui dengan

    pengujian serat kasar pada bahan makanan

    B. Tujuan

    1. Mengetahui metode yang dapat digunakan untuk pengujian serat kasar

    2. Mengetahui prinsip pengujian dari setiap metode yang digunakan

    3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap metode yang digunakan

    C. Manfaat

    1. Memahami metode yang dapat digunakan untuk pengujian serat kasar

    2. Memahami prinsip pengujian dari setiap metode yang digunakan

    3. Memahami kelebihan dan kekurangan setiap metode yang digunakan

    4. Memahami manfaat serat dalam kehidupan sehari-hari

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Istilah serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude

    fiber) yang biasa digunakan dalam analisis proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah

    bagian dari pangan yang tidak dapat terhidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan

    untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida

    (NaOH 1,25%). Sedangakan serat makanan adalag bagian dari bahan pangan yang tidak

    dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan (Piliang dan Djojosoebagio, 2002).

    Serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan

    asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses

    seperti ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan

    tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel. Oleh

    karena itu serat kasar merendahkan perkiraan jumlah kandungan serat sebesar 80% untuk

    hemisellulosa, 50-90% untuk lignin dan 20-50% untuk selulosa (Piliang dan Djojosoebagio,

    2002).

    Beberapa karbohidrat tidak dapat dihidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan pada

    manusai. Sisa yang tidak dicerna ini dikenal dengan diet serat kasar yang kemudian melewati

    saluran pencernaan dan dibuang dalam feses. Serat makanan ini terdiri dari dinding sel

    tanaman yang sebagian besar mengandung 3 macam polisakarida yaitu sellilosa, zat pectin

    dan hemisellulosa. Selain itu juga mengandung zat bukan karbohidrat yakni lignin

    (Piliangdan Djojosoebagio, 2002). Kandungan serat kasar yang relative tinggi juga

    dilaporkan dapat mencegah penyakit divertikulosis karena berkurangnya tekanan pada

    dinding saluran pencernaan. Data serat kasar yang ditentukan secara kimia tidak

    menunjukkan sifat serat secara fisiologis. Sedangkan kesalahan apabila menggunakan nilai

    serat kasar sebagai TDF adalah antara 10 sampai 50% (Robertson dkk., 1977).

  • BAB III

    METODOLOGI

    Penyusunan makalah ini dilakukan dengan cara mencari pustaka dari buku maupun

    jurnal tentang metode pengujian serat kasar pada berbagai makanan serat memahami prinsip

    dan cara kerja analisi serat kasar

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    Analisis serat kasar dapat dilakukan dengan menggunakam metode SNI 01-2891-1992

    dan dengan metode ISO 5498:1981. Berikut ini akan dijelaskan mengenai metode-metode

    yang digunakan dalam analisis serat kasar :

    A. Metode Analisis Serat Kasar Menurut SNI 01-2891-1992

    Analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tidak larut

    dalam asam encer atau basa encer dengan kondisi tertentu. Menurut Sudarmadji, dkk.

    (1989), langkah-langkah dalam analisa adalah sebagai berikut :

    1. Deffating yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel menggunakan

    pelarut lemak.

    2. Digestion terdiri dari dua tahap yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan

    basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam keadaan tertutup pada suhu

    terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin dihilangkan dari pengaruh luar.

    Penyaringan harus segera dilakukan setelah digestion selesai, karena penundaan

    penyaringan dapat mengakibatkan rendahnya hasil analisa karena terjadi perusakan

    serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai. Untuk bahan yang banyak

    mengandung protein sering mengalami kesulitan dalam penyaringan, maka sebaiknya

    dilakukan digesti pendahuluan dengan menggunakan enzim proteolitik. Residu yang

    diperoleh dalam pelarutan menggunakan asam dan basa merupakan serat kasar yang

    mengandung 97 % selulosa dan lignin. Serat kasar sangat penting dalam penilaian

    kualitas bahan makanan karena angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai

    gizi bahan makanan. Selain itu kandungan serta kasar dapat digunakan untuk

    mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses penggilingan atau proses

    pemisahan antara kulit dan kotiledon dengan demikian persentase serat kasar dapat

    dipakai untuk menentukan kemurnian bahan atau efisiensi suatu proses.

    Serat kasar dari lignin dan selulosa merupakan bahan yang tertinggal setelah bahan

    makanan dan mengalami proses pemanasan dengan asam dan basa kuat selama 30 menit

    berturut-turut dalam prosedur yang dilakukan dalam prosedur yang dilakukan dilaboratorium

    (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Metode gravimetri adalah metode yang digunakan untuk

    menentukan serat yang tidak larut dalam air. Kadar serat kasar diketahui berdasarkan

    perbandingan berat sampel dan kertas saring sebelum pengeringan dan sesudah pengeringan

    (gravimetri). Sehingga kertas saring yang digunakan sudah diketahui bobot konstannya.

  • Prinsip dari metode SNI 01-2891-1992 sampel dihidrolisis dengan asam kuat dan basa

    kuat encer. Sehingga karbohidrat, protein dan zat-zat lain terhidrolisis dan larut, kemudian

    disaring dan dicuci dengan air panas yang mengandung asam dan alkohol, selanjutnya

    dikeringkan dan ditimbang sampai bobot konstan. Berikut adalah cara kerja dari metode

    gravimetri menurut SNI

    Masukkan kedalam timble (kertas saring

    pembungkus)

    Sempel yang sudah dimasukkan kedalam timbel,

    kemudian dimasukkan kedalam soxhlet

    Pasang ependingin balik pada alat soxhlet,

    kemudian dihubungkan dengan labu alas bulat 250

    mlyang telah berisi 100 N-hexane

    Air dilalirkan sebagai pendingin, selanjutnya lakukan ekstraksi

    kurang lebih selama 4 jam, sampai pelarut turun kembali

    kedalam labu alas bulat berwarna jernih

    Keringkan sampel didalam oven (50 OC) sampai berat konstan

    Hasil ekstraksi yang sudah dikeringkan kemudian dipindahkan

    kedalam Erlenmeyer 500 ml

    Tambahkan 200 ml larutan H2SO4 pekat 0,2 N dan dihubungkan dengan

    pendingin balik, kemudian dididihkan selama 30 menit

    Timbang 4 gr bahan kering

  • Penentuan kadar serat kasar dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

    Kadar Serat Kasar = (a b) x 100%

    c

    Larutan hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan aquades

    panas yang suhunya 80-90 oC sampai air cucian tidak bersifat asam (Dipriksa dengan

    indikator universal)

    Residu dipindahkan kedalam Erlenmeyer, kemudian

    ditambahkan larutan NaOH 0,3 N sebanyak 200 ml

    Dihubungkan dengan pendingin balik dan di didihkan

    selama 30 menit

    Disaring dengan kertas saring kering

    yang diketahui beratnya

    Residu dicuci dengan larutan K2SO4 10%

    sebanyak 25 ml

    Residu dicuci lagi dengan aquades panas sebanyak 15 ml

    kemudian dicuci dengan alkohol 95% sebanayk 15 ml

    Kertas saring dan issnya dikeringkan

    dalam aven dengan suhu 105oC

    Dinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai

    berat konstan

  • Keterangan :

    a = berat kertas saring + residu

    b = berat kertas saring

    c = berat sampel

    Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka ini

    merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat

    kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses

    penggilingan atu proses pemisahan anatara kulit dan kotiledon dengan pemisahan presentasi

    serat dapat dipakai untuk menetukan kemurnian bahan atau efisiensi proses. Penentuan kadar

    serat kasar dengan metode gravimetri memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari

    metode ini adalah pengotor dalam sampel dapat diketahui, mudah dilakukan, hasil analisisnya

    spesifik dan akurat, presisi, dan sensitif. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan

    waktu yang lama dalam proses penentuan.

    B. Metode ISO 5498:1981

    Metode ini merupakan salah satu pengujian serat kasar yang digunakan

    dengan prinsip mendidihkan sampel dengan membuat saringan sampel, Setelah itu

    diabukan. Hasil pengabuan merupakan masa yang dihitung sebagai presentase serat

    kasar sampel.

    Sampel dihaluskan

    Residu yang didapat disaring dan

    dicuci

    Didihkan dalam 0,313 Sodium Hidrokside

    Disaring kemudian dicuci. Kemudian dioven pada suhu 132C selama 2 jam

    Masa yang hilang dihitung setelah pengabuan yang kedua

  • Berdasarkan pengujian serat kasar diatas terdapat kelebihan dan kekurangan, antara

    lain :

    a. Kelebihan

    Kelebihan dari metode ini merupakan metode yang berstandar nasional yang telah

    diakui oleh para ilmuwan dan praktisi penguji serat, sehingga hasil yang didapatkan

    sudah mendapat pengakuan internasional.

    b. Kekurangan

    Kekurangan dari metode ini adalah keefisienannya rendah, artinya waktu yang

    digunakan terlalu lama dan larutan yang digunakan relative lebih mahal.

  • BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. Metode yang digunakan dalam mengetahui kadar serat kasar adalah metode SNI

    01-2891-1992 dan metode ISO 5498:1981

    2. Prinsip dari metode SNI 01-2891-1992 sampel dihidrolisis dengan asam kuat dan

    basa kuat encer. Sehingga karbohidrat, protein dan zat-zat lain terhidrolisis dan

    larut, kemudian disaring dan dicuci dengan air panas yang mengandung asam dan

    alkohol, selanjutnya dikeringkan dan ditimbang sampai bobot konstan. prinsip

    Metode ISO 5498:1981 adalah mendidihkan sampel dengan membuat saringan

    sampel, Setelah itu diabukan. Hasil pengabuan merupakan masa yang dihitung

    sebagai presentase serat kasar sampel.

    3. Kelebihan dari metode SNI 01-2891-1992 adalah pengotor dalam sampel dapat

    diketahui, mudah dilakukan, hasil analisisnya spesifik dan akurat, presisi, dan

    sensitif, sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang lama dalam

    proses penentuan. Metode ISO 5498:1981 memiliki kelebihan yaitu, merupakan

    metode yang berstandar nasional yang telah diakui oleh para ilmuwan dan praktisi

    penguji serat, sehingga hasil yang didapatkan sudah mendapat pengakuan

    internasional, sedangkan kekurangan dari metode ini adalah keefisienannya

    rendah, artinya waktu yang digunakan terlalu lama dan larutan yang digunakan

    relative lebih mahal.

    B. Saran

    Diharapkan pengujian serat kasar juga dapat dipraktikumkan agar praktikan

    bisa lebih memahami metode-metode pengujian serat kasar secara langsung.

  • DAFTAR PUSTAKA

    BSN. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI 01-2891-1992. Badan Standar Nasional

    Jakarta.

    Charles, S., Edward, L. and Graham, A. 1999. Dietary Fiber and The Risk of Colorectal

    Cancer and Adenoma in Women. Journal 340(3)

    ISO 5498:1981. Determination of Crude Fiber Content B.S. Sparation by Filtration Trough

    Filter Paper General Method.

    Lubis, Z. 2010. Hidup Sehat dengan Makanan Kaya Serat. IPB Press. Bogor.

    Piliang, W. G dan S. Djojosoebagio. 1996. Fisiologi Nutrisi: Edisi Kedua. UI-Press. Jakarta.

    ________________________. 2002. Fisiologi Nutrisi Edisi Keempat. IPB Press. Bogor.

    Purnawidjayanti, H. A. 2001. Higiene, Sanitasi dan Keselamatan Kerja dam Pengolahan

    Pangan. Kanisius. Yogyakarta.

    Robertson, J.B. dan Van Soest P.J. 1977. Dietary Fiber Estimation in Concentrated

    Feedstuffs. Animal Science (45):254-255.

    Sudarmadji, S. dkk. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.

    Yogyakarta.