pengukuran biaya perolehan
DESCRIPTION
Materi Mata Kuliah Akuntansi KeuanganTRANSCRIPT
1
Ellyn Octavianty
Pengukuran Biaya Perolehan
Penentuan Biaya Aset Tetap
Aset tetap harus dicatat sebesar kos/biaya. Yaitu: jumlah sumber ekonomi yang dikorbankan untuk memiliki & menyiapkan aset tertentu sehingga dapat digunakan.
Kos diukur sebesar kas / setara kas yang dibayar / nilai wajar / konsideran lain yang terjadi saat pemerolehan untuk pengkonstruksian Aset.
Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi penentuan kos tetap. Yaitu, Potongan Tunai: Pembelian Aset tetap dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar / jumlah ekuivalensi kas yang diserahkan secara teoritis harga ekuivalen sama dengan harga awal dikurangi potongan tunai yang ditawarkan baik potongan tsb digunakan atau maupun tidak digunakan.
Penentuan Biaya Aset Tetap
Contoh
PT Utama membeli peralatan dgn daftar harga Rp. 88.000, syarat 2/10 n/30.
Aset dicatat sejumlah: Rp 88.000 x 2% = Rp 1.760
Rp 88.000 - Rp 1.760 = Rp 86.240
Jurnal:
Db. Peralatan Rp. 86.240 -
Cr. Utang Dagang - Rp. 86.240
(Diluar periode potongan)
Contoh
Pembayaran dalam periode potongan
Dibayar diluar periode potongan
Db. Utang Dagang Rp. 86.240 -
Cr. Kas - Rp. 86.240
Jurnal:
Db. Utang Dagang Rp. 86.240 -
Db. Rugi Potongan Rp. 1.760 -
Cr. Kas - Rp. 88.000
Pembayaran yang Ditangguhkan
Contoh:PT. ERFIN yg merupakan perusahaan sewa
menyewa truk membeli 2 buah truk dengan menyerahkan wesel dgn nilai nominal Rp 40 jt. Wesel akan jatuh tempo tgl 31 Des 2010. Diketahui tingkat bunga efektif sebesar 12% /th
Jawab: Kos Aset tetap adalah sebesar nilai tunai wesel pada tgl jatuh tempo.
PV Piutang Wesel = Rp 40 jt PVF 3,12%= Rp 40 jt x 0,71178= Rp 28.471.200
7
Jurnal :
Skedul berikut menunjukkan pengakuan bunga setiap akhir tahun:
Pembayaran yang Ditangguhkan
Db. Kendaraan Rp. 28.471.200 -
Cr. Utang Wesel - Rp. 28.471.200
Tgl Beban Bunga Nilai Buku Wesel
01/01/08 - Rp. 28.471.200
31/12/08 (Rp 28.471.200 x 12%) = Rp 3.416.544
Rp 28.471.200 + Rp 3.416.544 = Rp 31.887.744
31/12/09 (Rp 31.887.744 x 12%) = Rp 3.826.290
Rp 31.887.744 + Rp 3.826.290 = Rp 35.714.273
21/12/10 (Rp 35.714.273 x 12%) = Rp 4.285.270
Rp 35.714.273 + Rp 4.285.270 = Rp 40 jt
Amortisasi Bunga dilakukan dgn mendebit akun Bunga & mengkredit akun Utang Wesel
Jurnal untuk mengakui Bunga setiap tgl 31 Des:
Pembayaran yang Ditangguhkan
(b) Db. Utang Wesel Rp. 40 jt -
Cr. Kas - Rp. 40 jt
(a) Db. Kendaraan
Cr. Utang WeselRp. 3.416.440 Rp 3.826.298 Rp 4.285.727
31/12/08 31/12/09 31/12/10
Penghentian Aset Tetap
Ada beberapa transaksi yang menghentikan pemakaian Aset Tetap:
1. Transaksi penjualan Aset Tetap
2. Berakhirnya masa manfaat
3. Pertukaran dengan Aset lain
1. Transaksi penjualan Aset Tetap
Jika penggunaan Aset Tetap tertentu dihentikan, rekening yang bersangkutan dgn Aset tersebut dihapus. Jika penghentian disebabkan transaksi penjualan / selisih antara harga jual dengan nilai buku Aset Tetap yang tersisa harus diakui sebagai laba/rugi.
Jika nilai buku Aset Tetap lebih kecil dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan.
Jika nilai buku Aset Tetap lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul kerugian.
Contoh
Pd tgl 1 Jan 2001, PT Melani memperoleh sebuah gedung dengan kos Rp 600.000. Kos gedung didepresiasi dgn metode garis lurus, taksiran manfaat gedung 20 th. Dgn taksiran nilai residu Rp 60.000. Pd tgl 30 Juni 2009, gedung tsb dijual secara tunai dengan harga Rp 440.500. Perusahaan menggunakan th. Kalender sebagai dasar penggunaan L/R. Berdasarkan data tsb ada pencatatan yg harus dilakukan.
(1) Mencatat pemutakhiran depresiasi
(2) Mencatat transaksi penjualan
Contoh
Jawab:
Kos – NS = Rp 600.000 – Rp 60.000
UE 20 th
= Rp 27.000 /th
(Th 2001 – th 2008) = Rp 27.000 x 8 th = Rp 216.000
(Th 2009, 1 Jan – 30/6) = Rp 27.000 x 6/12= Rp 13.500
Total Akumulasi Gdg = Rp 229.500
13
Contoh
Db. Kas Rp. 440.500 -
Db. Akum. Penyusutan Rp. 229.500 -
Cr. Laba Penjualan - Rp. 70.000
Cr. Gedung - Rp. 600.000
Db. Beban Penyusutan Rp. 229.500 -
Cr. Akum. Penyusutan - Rp. 229.500
Jurnal:
2. Berakhirnya masa manfaat Aset Tetap
Apabila Aset Tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dgn Aset Tetap harus dihapus.
Dalam transaksi ini, saat Aset Tetap dihentikan, pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi penghentian Aset Tetap.
Contoh
PT Florida memiliki sebuah mesin yang diperoleh pada 1 Jan 2010 dgn kos Rp 1 jt, Umur Ekonomis 10 thn, dan taksiran nilai residu sebesar Rp 100.000.
Kos tsb didepresiasi menggunakan metode garis lurus. Jika pd tanggal 1 Juli 2009 mesin tsb tidak dapat digunakan lagi.
Buatlah jurnalnya!
Contoh
Jawab:
Kos – NS = Rp 1.000.000 – Rp 100.000
UE 10 th
= Rp 90.000 /th
(Th 2000 – th 2008) = Rp 90.000 x 9 th = Rp 810.000
(Th 2009, 1 Jul 2009) = Rp 90.000 x 6/12= Rp 45.000
Total Akumulasi Gdg = Rp 855.000
17
Contoh
Db. Akum. Penyusutan Rp. 855.000 -
Db. Rugi penghentian mesin Rp. 145.000 -
Cr. Mesin - Rp. 1.000.000
(Mencatat Penghentian Mesin)
Db. Beban Penyusutan Rp. 45.000 -
Cr. Akum. Penyusutan - Rp. 45.000
(Mencatat Depresiasi selama 6 bln)
Jurnal:
3. Pertukaran dengan Aset Lain
a. Pertukaran dengan surat berharga Harga pertukaran Aset Tetap yg didapat melalui
pertukaran dgn surat berharga diukur dgn jumlah uang yg dapat direaliasikan apabila surat berharga dpt dijual.
Jika harga pasar surat-surat berharga tidak dapat ditentukan harga pasar Aset Tetap yang diperoleh menjadi dasar pencatatan kos aset yang bersangkutan.
Jika harga pasar kedua aset tsb tidak ada, kos Aset Tetap tsb harus ditaksir oleh pihak yang independen, misal oleh penilai (Appraiser).
3. Pertukaran dengan Aset Lain
b. Pertukaran dengan Aset Non-Moneter Pada masa lalu akuntansi transaksi
pertukaran ditetapkan oleh jenis pertukaran sejenis / tdk sejenis.
Saat ini akt transaksi pertukaran ditentukan oleh ada tidaknya substansi komersial dlm transaksi pertukaran tsb.
Perusahaan harus mengakui laba jika transaksi pertukaran tsb memiliki substansi komersial, sebaliknya tdk perlu mengakui laba pertukaran
3. Pertukaran dengan Aset Lain
Transaksi pertukaran aset non-moneter dapat juga disertai dgn penerimaan/pengeluaran uang.
Pertukaran aset non-moneter memiliki substansi komersial, jika transaksi tsb menyebabkan perubahan pd aliran kas pada masa depan suatu entitas (PSAK 16).
Jika posisi ekonomi dua entitas yg bertransaksi berubah, transaksi pertukaran tsb memiliki substansi komersial.
3. Pertukaran dengan Aset Lain
Ada 2 faktor yg harus dipertimbangkan dalam menentukan perubahan aliran kas masa depan, yaitu:
1. Penentuan resiko, waktu dan jumlah aliran kas yang berubah.
2. Mengevaluasi apakah aliran kas berpengaruh atau tidak oleh transaksi pertukaran tsb.
3. Pertukaran dengan Aset Lain
Misal: pertukaran antara aset mesin dan tanah, waktu dan jumlah aliran kas yang ditimbulkan oleh mesin berbeda signifikan dengan aliran kas masa depan yang ditimbulkan oleh tanah. Dengan demikian transaksi pertukaran ini memiliki substansi komersial.
Contoh lain: pertukaran antara truk (lama) dan truk (baru), kedua aset ini adalah aset sejenis, truk baru memiliki umur manfaat yg lebih lama dibandingkan truk lama. Truk baru memiliki kemampuan menghasilkan aliran kas masa depan yang lebih tinggi dibandingkan truk lama. Dengan demikian transaksi ini memiliki substansi komersial.
3. Pertukaran dengan Aset Lain
Ada 2 hal yang harus ditentukan untuk mengakui transaksi pertukaran Aset Tetap, yaitu:
1. Menentukan kos aset yang diterima
2. Pengakuan atas laba/rugi pertukaran Laba/rugi pertukaran dihitung sebesar
perbedaan antara nilai wajar dengan nilai buku aset yang diserahkan.
Laba/rugi diakui tergantung ada tidaknya substansi komersial suatu transaksi pertukaran.
3. Pertukaran dengan Aset Lain
Transaksi Pertukaran Ada substansi
komersial Tanpa substansi
komersial
Akuntansi Mengakui laba/rugi
pertukaran segera Menunda pengakuan
laba Mengakui rugi
segera
Pertukaran - Situasi Rugi
Jika perusahaan melakukan transaksi pertukaran dgn aset non-moneter dan terjadi rugi tsb.
Perusahaan seharusnya tdk menilai aset lebih dari harga setara kas (cash equivalent price).
Jika rugi ditangguhkan pengakuannya akan menimbulkan nilai aset yang terlalu tinggi.
Oleh karena itu perusahaan harus mengakui kerugian segera jika transaksi pertukaran memiliki substansi komersial / tidak.
Pertukaran - Situasi Rugi
Contoh: Pd tanggal 1 Juli 2005 PT Sempati menukar sebuah
bus dgn sebuah truk milik PT Simpati. Nilai wajar bus sebesar Rp 13.000.000. Nilai wajar Truk Rp. 8.600.000. Kos bus sebesar Rp 45 jt, sampai tanggal pertukaran telah didepresiasi sebesar Rp 31 jt. Kos Truk Rp 50 jt dan sampai tgl pertukaran telah didepresiasi sebesar Rp 8.000.000. Selain itu PT Simpati menyerahkan uang sebesar Rp 4.400.000 kepada PT Sempati.
Jika truk memiliki kemungkinan menimbulkan aliran kas masa depan, kondisi ini memiliki substansi komersial.
Pertukaran - Situasi Rugi
Jawab: Perhitungan untuk PT Simpati
Kos bus Rp 45.000.000
Akum Penyusutan (Rp 31.000.000)
Nilai buku Rp 14.000.000
Nilai wajar Rp 13.000.000
Rugi pertukaran Aktiva Rp 1.000.000
Kos truk diakui sebesar nilai wajar bus dikurangi kos yang diterima Rp 8.600.000 (Rp 13.000.000 - Rp 4.400.000)
Pertukaran - Situasi Rugi
Jurnal:
Db. Truk Rp. 8.600.000 -
Db. Akum. Penyusutan Rp. 31.000.000 -
Db. Kas Rp. 4.400.000 -
Db. Rugi Pertukaran Rp. 1.000.000
Cr. Bus - Rp. 45.000.000
Pertukaran - Situasi Laba
Ada substansi komersial dalam situasi pertukaran aset non moneter dan memiliki substansi komersial dan terjadi laba. Laba segera diakui
Kas Aset Tetap yang diterima dan diakui sebesar nilai wajar aset tetap yang diserahkan ditambah uang yang diterima & segera mengakui laba yang terjadi
Nilai wajar aset tetap diterima dapat dipakai sebagai dasar mengakui aset baru jika terbukti memiliki nilai wajar yang lebih jelas.
Pertukaran - Situasi Laba
Contoh: Pd tanggal 1 Juli 2009 PT Sempati menukar sebuah
bus dgn sebuah truk milik PT Simpati. Nilai wajar bus sebesar Rp 16.000.000. Nilai wajar Truk Rp. 25.000.000. Kos Bus sebesar Rp 45 jt, sampai dengan tanggal pertukaran telah didepresiasi sebesar Rp 31 jt. Kos Truk sebesar Rp 50.000.000 dan sampai tgl pertukaran telah didepresiasi sebesar Rp 20.000.000
Selain itu PT Sempati menyerahkan uang sebesar Rp 9.000.000 kepada PT Simpati.
Jika truk memiliki kemungkinan menimbulkan aliran kas masa depan, kondisi ini memiliki substansi komersial.
Pertukaran – Situasi Laba
Jawab: Perhitungan untuk PT Simpati
Kos bus Rp 45.000.000
Akum Penyusutan (Rp 31.000.000)
Nilai buku Rp 14.000.000
Nilai wajar Rp 16.000.000
Laba pertukaran Rp 2.000.000
Kos truk diakui sebesar nilai wajar bus ditambah uang yang diserahkan Rp 25.000.000 (Rp 16.000.000 + Rp 9.000.000). Dalam hal ini laba pertukaran di akui sebesar Rp 2 jt.
Pertukaran - Situasi Laba
Jurnal:
Db. Truk Rp. 25.000.000 -
Db. Akum. Penyusutan Rp. 31.000.000 -
Cr. Laba Pertukaran - Rp. 2.000.000
Cr. Bus - Rp. 45.000.000
Cr. Kas - Rp. 9.000.000
Pertukaran - Situasi Laba Tanpa Substansi Komersial
Apabila posisi ekonomi PT Sempati dan Simpati tidak berubah secara signifikan krn transaksi pertukaran tsb, maka laba sebesar Rp 2 jt yg terjadi harus ditangguhkan pengakuannya oleh PT Sempati.
Dengan demikian, kos truk yang diterima PT Sempati akan diakui sebesar:
Nilai wajar truk = Rp. 25.000.000
Laba yg ditangguhkan = (Rp. 2.000.000)
Kos Truk = Rp 23.000.000
Pertukaran - Situasi Laba Tanpa Substansi Komersial
Nilai buku Bus = Rp. 14.000.000
Kas yang dibayar = Rp. 9.000.000
Kos Truk = Rp 23.000.000
Jurnal:
Db. Truk Rp. 23.000.000 -
Db. Akum. Penyusutan Rp. 31.000.000 -
Cr. Bus - Rp. 45.000.000
Cr. Kas - Rp. 9.000.000