pengukuran interferensi pada access point...
TRANSCRIPT
PENGUKURAN INTERFERENSI PADA ACCESS POINT (AP)
UNTUK MENGETAHUI QUALITY of SERVICE (QoS)
NURMALIA
205091000026
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010/1431 H
PENGUKURAN INTERFERENSI PADA ACCESS POINT (AP) UNTUK
MENGETAHUI QUALITY of SERVICE (QoS)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
Nurmalia
NIM. 205091000026
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Viva Arifin.MMSi Arini, MT
NIP. 19730810 200604 2 001 NIP. 19760131 200901 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Informatika
Yusuf Durachman, M.Sc, MIT
NIP. 19710522 200604 1 002
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul ”Pengukuran Interferensi pada Access Point (AP) untuk mengetahui
Quality of Service (QoS)” telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari
Rabu, tanggal 28 April 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Informatika
Jakarta, 28 April 2010
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Herlino Nanang, MT Yusuf Durachman, M.Sc, MIT
NIP. 19731209 200501 1 002 NIP. 19710522 200604 1 002
Pembimbing I Pembimbing II
Viva Arifin, MMSi Arini, MT
NIP. 19730810 200604 2 001 NIP. 19760131 200901 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Teknik Informatika
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Yusuf Durachman, M.Sc, MIT
NIP. 19680117 200112 1 001 NIP. 19710522 200604 1 002
iv
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 28 April 2010
Nurmalia
NIM. 205091000026
v
ABSTRAK
NURMALIA, Pengukuran Interferensi pada Access Point (AP) untuk mengetahui Quality of Service. Di bawah bimbingan VIVA ARIFIN dan ARINI.
Wireless merupakan teknologi yang berkembang pada saat ini, karena medianya tidak membutuhkan kabel sebagai media transmisi. Pada kesempatan ini penulis menggunakan Access Point yang merupakan Device dari wireless itu sendiri untuk mengetahui bagaimana terjadinya sebuah interferensi apabila menggunakan dua buah access point yang sama dengan frekuensi yang sama. Pada jaringan Wireless bisa menimbulkan sebuah interferensi yang merupakan pengganggu terberat dalam dunia wifi, interferensi adalah sesama sinyal gelombang radio yang beroperasi pada frekuensi, interval, dan area yang sama. Pengukuran Interferensi akan dilakukan melalui enam buah percobaan melalui sebuah implementasi yang telah di design pada sebuah topologi infrastruktur, dimana dari design topologi itu dilakukan pengukuran interferensi yang dilihat dari Quality of service dengan dilakukan tiga buah pengukuran yaitu, pengukuran bandwidth, pengukuran signal, dan pengukuran noise. Selain Metode Pengumpulan Data, penulis menggunakan Metode Operational of Construct yaitu berupa design framework yang dipaparkan melalui alur-alur penelitian yang dikejakan oleh penulis. Berdasarkan hasil pengujian untuk melihat kualitas pelayanan dari access point tersebut bandwidth yang dihasilkan kecil dikarenakan jumlah signal-to-noise ratio yang kecil, sedangkan signal dan noise pada setiap percobaan, persentase paling tertinggi adalah 61%. Kata Kunci : Interferensi, Access point, bandwidth, signal, noise
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah dan anugrah dalam setiap langkah penulis menyelesaikan
tugas akhir ini.
Melalui proses penulisan tugas akhir ini hingga selesai, penulis mengambil
judul ”PENGUKURAN INTERFERENSI PADA ACCESS POINT (AP) UNTUK
MENGETAHUI QUALITY of SERVICE (QoS)”, sebagai salah satu mata kuliah
dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Teknik
Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak yang
telah membantu dan mendorong penulis, diantaranya :
1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Yusuf Durachman M.Sc, MIT, selaku Ketua Program Studi Teknik
Informatika.
3. Ibu Viva Arifin MMSI dan Ibu Arini MT, selaku Dosen Pembimbing I dan
II yang telah membimbing penulis hingga penulisan tugas akhir ini selesai.
4. Bapak Herlino Nanang MT dan Bapak Yusuf Durachman M.Sc, MIT,
selaku Penguji yang memberikan kritik dan saran pada skripsi ini.
vii
5. Bapak Rusdin selaku Kepala Yayasan Sekolah SMA Islam Cakra
Nusantara yang lelah mengijinkan saya melakukan penelitian disekolah
ini.
6. Kedua Orang Tua, Kakak, dan Adik Tersayang yang selalu memberikan
penulis semangat
7. Sahabat-sahabat tercinta Kiki, Uswah, Dian, Iqbal, Haryo, Raihan,
Tommy, Dimas, Imam, Rosa, Ario, Husin, Setianingrum, dan teman-
teman TI/A, TI/B, dan SI angkatan 2005 program Non Reguler, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat doa dan dukungannya.
8. Dan seluruh pihak yang telah membantu penyusunan laporan tugas akhir
ini.
Demikian selesainya laporan tugas akhir ini, penulis mengharapkan saran dan
masukan untuk penyempurnaan penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi.
Semoga ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Amin
Jakarta, April 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 2
1.3. Batasan Masalah .............................................................. 3
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 3
1.4.1. Tujuan ................................................................. 3
1.4.2. Manfaat .............................................................. 4
1.5. Metodologi Penelitian ...................................................... 5
1.5.1. Metode Pengumpulan Data ................................. 5
1.5.2. Metode Operasional of Construct ...................... 5
ix
1.6. Sistematika Penulisan ....................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 8
2.1 Pengertian Pengukuran ................................................... 8
2.2 Pengertian Interferensi ................................................... 8
2.3 Arsitektur Protokol TCP/IP ............................................. 9
2.3.1 Lapisan-lapisan TCP/IP ....................................... 9
2.3.1 Cara Kerja TCP/IP .............................................. 11
2.4 Model OSI ....................................................................... 13
2.4.1 Application .......................................................... 13
2.4.2 Presentation ......................................................... 13
2.4.3 Session ................................................................ 14
2.4.4 Transport ............................................................ 14
2.4.5 Network .............................................................. 14
2.4.6 Data link ............................................................. 14
2.4.7 Physical .............................................................. 14
2.5 Jaringan Wireless ............................................................... 15
2.6 Teknologi Jaringan Wi-Fi .................................................. 16
2.7 Sinyal Propagasi ................................................................. 17
2.7.1 Line of Sight ....................................................... 18
2.7.2 Fresnel Zones ..................................................... 19
2.7.3 Perhitungan Link Budget .................................... 20
2.8 Antena ................................................................................ 22
x
2.8.1 Antena Directional .............................................. 23
2.8.2 Antena Omni Directional .................................... 24
2.9 Topologi Jaringan Wireless ................................................ 25
2.9.1 Topologi Ad-Hoc (Mode Ad-Hoc) ....................... 25
2.9.2 Topologi Infrastruktur (Mode Infrastruktur) ......... 25
2.10 Komponen Utama Jaringan Wireless ................................ 26
2.10.1 Access Point ........................................................ 26
2.10.2 Wireless LAN Device ........................................ 27
2.10.3 Mobile/Desktop PC ............................................ 27
2.10.4 Ethernet LAN ..................................................... 28
2.11 Keamanan Jaringan Wi-Fi ............................................. 28
2.12 Keunggulan dan Kelemahan Jaringan Wi-Fi ................ 29
2.12.1 Keunggulan jaringan Wi-Fi ................................ 29
2.12.2 Kelemahan jaringan Wi-Fi .................................. 30
2.13 Quality of Service (QoS) ................................................ 30
2.13.1 Pengujian Bandwidth .......................................... 31
2.13.2 Pengujian Noise .................................................. 34
2.13.3 Pengujian Signal ................................................. 35
2.14 Perangkat Lunak Pendukung ........................................ 36
2.14.1 EdrawNet Diagram ............................................. 36
2.14.2 Network Stumbler .............................................. 37
2.14.3 WirelessMon ...................................................... 39
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 41
3.1. Metode Pengumpulan Data ............................................... 41
3.1.1. Observasi ............................................................. 41
3.1.2. Studi literatur ...................................................... 41
3.2. Metode Operasional of Construct ..................................... 42
3.3. Mekanisme Kerja Penelitian .............................................. 44
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................... 46
Interferensi pada Access Point .................................................... 46
Perancangan ................................................................................ 49
Implementasi .............................................................................. 50
Pengujian pada Access Point ...................................................... 61
BAB V PENUTUP .................................................................................. 119
5.1. Kesimpulan .................................................................... 119
5.2. Saran ............................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 122
LAMPIRAN A
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model OSI .............................................................................. 13
Gambar 2.2. Interferensi pada Layer TCP/IP .............................................. 15
Gambar 2.3. Line of sight …………………………………………………19
Gambar 2.4. Fresnel zone ……………………………………………...… 19
Gambar 2.5. Jangkauan area antena directional.......................................... 24
Gambar 2.6. Jangkauan area Antena omnidirectional ................................ 24
Gambar 2.7. Ad Hoc .................................................................................. 25
Gambar 2.8. Infrastruktur ........................................................................... 26
Gambar 2.9. Access Point dari produk, Symaster,Linksys, D-link ............. 27
Gambar 2.10. WLAN Card ........................................................................... 28
Gambar 2.11. Tampilan awal EDrawNetDiagram ………………….……... 37
Gambar 2.12. Tampilan Awal Network Stumbler …………………..…..… 38
Gambar 2.13. Masuk ke Halaman Awal Network Stumbler ……………….39
Gambar 2.14. Tampilan awal WirelessMon …………………………....…..40
Gambar 3.1. Design Framework Methodology ............................................43
Gambar 3.2. Tahapan Penyusunan Penelitian ..............................................45
Gambar 4.1. Design Topologi Jaringan Infrastruktur ..................................50
Gambar 4.2. Router Wireless D-Link DIR 615 ………………..…….……51
Gambar 4.3. Spesifikasi D-Link DIR-615 Tampak Belakang .....................51
Gambar 4.4. Spesifikasi D-Link DIR-615 Tampak Depan .........................52
Gambar 4.5. Local Area Connection ………………..…………………….53
Gambar 4.6. Mengisi Internet Protocol (TCP/IP) .......................................54
Gambar 4.7. Tampilan awal masuk ke konfigurasi D-Link ........................54
Gambar 4.8. Masuk ke Internet Connection ................................................55
Gambar 4.9. Setup DHCP ...........................................................................56
Gambar 4.10. Wireless Setting .....................................................................57
Gambar 4.11. Masukkan SSID dan WEP .....................................................58
Gambar 4.12. Network Setting .....................................................................59
Gambar 4.13. Status akhir konfigurasi .........................................................60
xiii
Gambar 4.14. Percobaan 1 ...........................................................................62
Gambar 4.15. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 1.....62
Gambar 4.16. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ...........................63
Gambar 4.17. Koneksi ke Dlink 01 .............................................................64
Gambar 4.18. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ...................................65
Gambar 4.19. Bandwidth di WirelessMon ………........…………………..66
Gambar 4.20. Percobaan 2 ...........................................................................67
Gambar 4.21. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 2.....67
Gambar 4.22. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ...........................68
Gambar 4.23. Koneksi ke Dlink 01 .............................................................69
Gambar 4.24. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ...................................70
Gambar 4.25. Bandwidth di WirelessMon …............…………………….71
Gambar 4.26. Percobaan 3 …………....…………………………………..72
Gambar 4.27. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 3....72
Gambar 4.28. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ..........................73
Gambar 4.29. Koneksi ke Dlink 01 ............................................................74
Gambar 4.30. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ..................................75
Gambar 4.31. Bandwidth di WirelessMon ………………....………….....76
Gambar 4.32 Percobaan 4 ………………....……………………………..77
Gambar 4.33. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 4 ...77
Gambar 4.34. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ..........................78
Gambar 4.35. Koneksi ke Dlink 01 ............................................................79
Gambar 4.36. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ..................................80
Gambar 4.37. Bandwidth di WirelessMon ................................................81
Gambar 4.38. Percobaan 5 .........................................................................82
Gambar 4.39. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 5...82
Gambar 4.40. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 .........................83
Gambar 4.41. Koneksi ke Dlink 01 ...........................................................84
Gambar 4.42. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 .................................85
Gambar 4.43. Bandwidth di WirelessMon ……………….......………….86
Gambar 4.44. Perobaan 6 ………………………………………….......…87
xiv
Gambar 4.45. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 6 ...87
Gambar 4.46. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01 ..........................88
Gambar 4.47. Koneksi ke Dlink 01 ............................................................89
Gambar 4.48. Grafik Signal Strenght pada Dlink01 ...................................90
Gambar 4.49. Bandwidth di WirelessMon .................................................91
Gambar 4.50. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink02 ............................92
Gambar 4.51. Koneksi ke Dlink02 ..............................................................93
Gambar 4.52. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ....................................94
Gambar 4.53. Bandwidth di WirelessMon ..................................................95
Gambar 4.54. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 ...........................96
Gambar 4.55. Koneksi ke Dlink 02 .............................................................97
Gambar 4.56. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ....................................98
Gambar 4.57. Bandwidth di WirelessMon ………………....…………......99
Gambar 4.58. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 ..........................100
Gambar 4.59. Koneksi ke Dlink 02 ............................................................101
Gambar 4.60. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ..................................102
Gambar 4.61. Bandwidth di WirelessMon ................................................103
Gambar 4.62. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 .........................104
Gambar 4.63. Koneksi ke Dlink 02 ...........................................................105
Gambar 4.64. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 .................................106
Gambar 4.65. Bandwidth di WirelessMon ................................................107
Gambar 4.66. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 .........................108
Gambar 4.67. Koneksi ke Dlink 02 ...........................................................109
Gambar 4.68. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 .................................110
Gambar 4.69. Bandwidth di WirelessMon ...............................................111
Gambar 4.70. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02 ........................112
Gambar 4.71. Koneksi ke Dlink 02 ..........................................................113
Gambar 4.72. Grafik Signal Strenght pada Dlink02 ................................114
Gambar 4.73. Bandwidth di WirelessMon ……......…………….………115
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Chanel Jaringan Wireless 2.4 GHz................................................ 16
Tabel 2.2. Pengujian Signal ........................................................................... 36
Tabel 4.1. Perangkat Keras (Hardware) yang digunakan .............................. 47
Tabel 4.2. Perangkat Lunak (Software) yang digunakan .............................. 48
Tabel 4.3. Perangkat Lunak (Software Aplikasi) .......................................... 49
Tabel 4.4. Spesifikasi D-Link DIR-615 ........................................................ 52
Tabel 4.5. Enam Buah Percobaan ................................................................. 61
Tabel 4.6. Bandwidth Pada Dlink01 Pada Shannon .................................... 115
Tabel 4.7. Bandwidth Pada Dlink02 Pada Shannon .....................................115
Tabel 4.8. Bandwidth yang di dapat dari WirelessMon .............................. 116
Tabel 4.9. Pengujian Signal ..........................................................................116
Tabel 4.10. Pengujian Signal Dlink01 ............................................................117
Tabel 4.11. Pengujian Signal Dlink02 ............................................................117
xvi
DAFTAR ISTILAH
Access Point
Komponen yang berfungsi menerima dan mengirimkan data dari
adapter wireless.
Antena
Bagian sistem transmisi atau penerimaan yang dirancang untuk
meradiasikan atau menerima gelombang elektromagnetik.
Bandwidth
Perbedaan dalam Hertz antara frekuensi batas (atas dan bawah) suatu
spektrum.
Bridge
Sebuah IS yang digunakan untuk menghubungkan dua LAN yang
menggunakan protokol LAN serupa. Bridge bekerja sebagai saringan
alamat, mengambil paket-paket dari satu LAN yang ditujukan untuk
tujuan pada LAN lain dan meneruskan paket-paket itu. Bridge tidak
mengubah isi paket-paket itu dan tidak menambahkan apa pun
kedalam paket. Bridge bekerja pada lapisan 2 pada model OSI
Chanel
Pembagian lebar pita frekuensi pada jaringan wireless atau untuk
mudahnya chanel itu ibarat pembagian lajur lalu lintas jalan raya
misalnya ada lajur khusus pejalan kaki, lajur pengendara sepeda motor,
xvii
lajur mobil, lajur busway dan lainnya agar tidak terjadi keruwetan lalu
lintas. Berikut tabel Chanel jaringan wireless 2.4 GHz.
Derau (Noise)
Sinyal tak diinginkan yang bergabung dengan dan karenanya
mendistrosi sinyal yang dimaksudkan untuk transmisi dan penerimaan.
End System (ES, Sistem Akhir)
Sebuah perangkat yang terhubung kesalah satu jaringan internet yang
digunakan untuk mendukung aplikasi-aplikasi atau layanan-layanan
pengguna akhir.
Frekuensi
Laju osilasi siyal dalam hertz.
Gain (Antena)
Rasio intensitas radiasi dalam arah tertentu, terhadap intensitas radiasi
yang diperoleh jika daya yang diterima oleh antena tersebut
diradiasikan secara isotropik.
Interferensi
Interferensi adalah sinyal-sinyal yang berkompetisi dalam band
frekuensi yang saling tumpang tindih dapat mengubah atau
menghapuskan sinyal. Interferensi menjadi perhatian khusus untuk
media kabel, namun bagi media tanpa kabel interferensi juga menjadi
masalah yang cukup besar.
xviii
Intermediate System (IS, Sistem Penengah)
Sebuah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan dua jaringan
dan memungkinkan komunikasi antar sistem-sistem akhir yang
terhubung ke jaringan-jaringan berbeda.
Internet
Kumpulan jaringan penyambungan-paket yang dihubungkan melalui
router.
Internet Protocol (IP)
Protokol pengantar jaringan yang memberikan layanan kesinambungan
sepanjang beberapa jaringan penyambungan paket.
Intranet
Sebuah internet yang digunakan oleh organisasi tunggal yang
menyediakan aplikasi-aplikasi internet utama, terutama
World,Wide,Web. Intranet bekerja dalam organisasi untuk kepentingan
dalam dan ada sebagai internet terasing, swasembada, atau dapat
memiliki tautan ke Internet.
Kanal
Jalur tunggal untuk memancarkan sinyal listrik . Catatan : kata jalur
harrus di tafsirkan dalam artian luas untuk mencakup pemisahan oleh
pembagian frekuensi atau pembagian waktu. Istilah kanal dapat
mengartikan jalur satu-arah atau dua-arah.
xix
Lapisan aplikasi
Lapisan 7 model OSI. Lapisan ini menentukan antar-muka sistem
dengan penggunanya.
Lapisan fisik
Lapisan 1 dari model OSI. Berkenaan dengan aspek-aspek listrik,
mekanis, dan pewaktuan transmisi sinyal melalui medium.
Lapisan jaringan
Lapisan 3 dari model OSI. Bertanggung jawab untuk membuat rute
data melalui jaringan komunikasi.
Lapisan presentasi
Lapisan 6 dari model OSI. Memperhitungkan pemilihan sintaks sekutu
untuk mewakili data dan untuk transformasi data aplikasi ke dan dari
sintaks sekutu tadi.
Lapisan sesi
Lapisan 5 dari model OSI. Mengelola sambungan logika (sesi) antara
dua proses atau penggunaan yang berkomunikasi.
Lapisan transpor
Lapisan 4 dari model OSI. Memberikan pemindahan data yang handal,
transparan di antara titik-ujung.
MAC (Medium Access Control, kontrol akses medium)
Untuk jaringan broadcast, metode penentua perangkat mana yang
memiliki akses ke medium transmisi pada setiap saat.
xx
Nirkabel
Mengacu pada transmisi elektromagnetik melalui udara, vakum, atau
air dengan bantuan antena.
Pengukuran
Ukur adalah pengukur, ukuran, atau sudah tentu, sedangkan
pengukuran adalah proses atau cara perbuatan melakukan sebuah
pengukuran.
Quality of Service (QoS)
Hasil kolektif dari berbagai kriteria performansi yang menentukan
tingkat kepuasan penggunaan suatu layanan.
Router
Sebuah IS yang digunakan untuk menghubungkan dua jaringan yang
mungkin serupa atau tidak. Router menggunakan protokol internet
yang ada dalam tiap router dan tiap sistem akhir pada jaringan.
Routing bekerja pada lapisan 3 pada model OSI
SSID (Service Set Identification)
Istilah yang digunakan untuk penyebutan nama jaringan wireless atau
sama seperti nama workgroup pada jaringan yang menggunakan kabel.
Anggota jaringan wireless harus memiliki SSID yang sama agar dapat
saling berkomunikasi.
xxi
Transmission Control Protocol (TCP)
Protokol dengan menggunakan pendekatan hubungan komunikasi
connection oriented, dimana terdapat sebuah virtual circuit yang
digunakan selama proses komunikasi berlangsung.
TCP/IP
Sekelompok protocol untuk mengatur komunikasi data pada jaringan
komputer melalui internet.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Priyambodo (2005) Komunikasi tanpa kabel/nirkabel
(wireless) telah menjadi kebutuhan dasar atau gaya hidup baru masyarakat
informasi. LAN nirkabel yang lebih dikenal dengan jaringan Wi-Fi
menjadi teknologi alternatif dan relatif lebih mudah untuk
diimplementasikan di lingkungan kerja (SOHO/ Small Office Home
Office), seperti di perkantoran, laboratorium komputer, dan sebagainya.
Instalasi perangkat jaringan Wi-Fi lebih fleksibel karena tidak
membutuhkan penghubung kabel antar komputer. Tidak seperti halnya
Ethernet LAN (Local Area Network)/jaringan konvensional yang
menggunakan jenis kabel koaksial dan kabel UTP (Unshielded Twisted
Pair) sebagai media transfer. Komputer dengan Wi-Fi Device dapat saling
terhubung yang hanya membutuhkan ruang atau space dengan syarat jarak
jangkauan dibatasi kekuatan pancaran sinyal radio dari masing-masing
komputer.
Menurut Onno (2003) Pada jaringan Wireless bisa menimbulkan
sebuah interferensi yang merupakan pengganggu terberat dalam dunia
wifi. Interferensi adalah sesama sinyal gelombang radio yang beroperasi
pada frekuensi, interval, dan area yang sama, akibatnya device client akan
mengalami error saat menerjemahkan kode informasi yang sama.
2
Interferensi bisa menurunkan kinerja access point dalam
memancarkan dan menerima sinyal, access point akan kehilangan daya,
dan beberapa database bisa hilang, akibatnya terjadi error pada bit-bit
informasi yang sedang dikirim, dan client penerima menemukan error
tersebut sehingga menyebabkan delay atau penundaan pengiriman
meskipun akan dikirim lagi data-data yang error, oleh karena itu kita harus
melakukan penghematan daya yang kita miliki.
Interferensi dapat terjadi pada sinyal bluetooth, telepon tanpa kabel
(Cordless), Microwave, dan alam juga bisa menimbulkan interferensi
seperti hujan lebat, pepohonan, dan matahari(dalam skala yang kecil).
Jika terjadi interferensi, maka dapat dipastikan penurunan Quality
of Service pada kinerja access point. Untuk mengukur Quality of Service,
penulis menggunakan tiga buah pengukuran yaitu pengukuran bandwidth,
pengukuran signal, dan pengukuran noise. Pengukuran tersebut dilakukan
berdasarkan masalah yang ditemukan dalam sebuah jaringan wireless.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis tertarik untuk melakukan uji
coba disebuah sekolah, karena itu penulis mengambil judul Pengukuran
Interferensi pada Access Point (AP) untuk mengetahui Quality of
Service (QoS).
1.2 Rumusan Masalah
Atas dasar Latar belakang dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah yang di bahas untuk Skripsi ini adalah bagaimana mengukur
3
interferensi pada sebuah access point dengan dilakukan enam buah
percobaan sehingga dapat diketahui Quality of Service.
1.3 Batasan Masalah
Melihat ruang lingkup masalah yang sangat luas. Untuk itu perlu
diadakan batasan masalah agar penelitian lebih terarah. Dengan demikian
permasalahan penelitian ini di batasi pada :
1. Penggunaan Router Wireless D-Link DIR-615 sebagai alat untuk
memonitoring sebuah interferensi.
2. Keamanan Jaringan Wireless yang digunakan Router Wireless D-Link
DIR-615 adalah pengamanan yang sudah di setting di alat tersebut yaitu
menggunakan WEP (Wired Equivalent Privacy) 64 bit (10hex digits).
3. Penggunaan Software Network Stumbler dan WirelessMon untuk proses
monitoring.
4. Pada penelitian ini penulis membuat Topologi Infrastruktur.
5. Mengetahui performa access point setelah terkena interferensi dengan
dilakukan tiga buah pengujian, yaitu pengujian bandwidth, signal, dan
noise.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan access point yang
baik agar terhindar dari sebuah interferensi yang dapat menurunkan tingkat
kualitas dari access point tersebut.
4
1.4.2 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa :
1. Mahasiswa mampu memahami apa yang di maksud oleh
interferensi pada sebuah access point yang akan
digunakan sebagai bahan penelitian.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sebuah performance dari
sebuah access point.
3. Menyiapkan diri agar dapat menyesuaikan perkembangan
yang terjadi dalam era globalisasi pada masa yang akan
datang.
b. Bagi Institusi Perguruan Tinggi
1. Sebagai sarana wacana ilmu pengetahuan dan teknologi
dan evaluasi program, khususnya program studi Teknik
Informatika konsentrasi Networking di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Bagi Pengguna (User)
1. Pengguna dapat memilih access point mana yang baik
digunakan sebagai media penghubung pada jaringan
wireless.
2. Pengguna dapat mengetahui kualitas alat tersebut dilihat
dari parameter QoS (Quality of Service).
5
1.5 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan penelitian dibagi
menjadi dua, yaitu metode pengumpulan data dan metode pengembangan
sistem. Berikut penjelasan kedua metode tersebut :
1.5.1 Metode Pengumpulan data
Merupakan metode yang digunakan penulis dalam
melakukan analisis data dan menjadikannya informasi yang akan
digunakan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi.
a. Studi Lapangan
Metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan atau
datang langsung ke lokasi tempat penelitian.
b. Studi Literatur
Metode pengumpulan data melalui perbandingan hasil karya
tulis dengan menggunakan tema yang sama, namun berbeda
maksud dan tujuan. Dan dengan menggunakan referensi dari
judul-judul yang terkait menggunakan media buku dan
elektronik.
1.5.2 Metode Pengembangan Sistem
Metode yang digunakan pada penelitian skripsi ini adalah
Operational of Construct yaitu berupa Design Framework
Methodology.
6
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mensajikan dalam 5 bab
yang digambarkan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Permasalahan,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika
Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini akan diuraikan secara singkat teori tentang interferensi,
jaringan wireless, dan QoS untuk melihat performansi pada router
wireless tersebut yang akan di analisis untuk penyusunan dan
tugas akhir ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan dibahas mengenai pemaparan metode yang digunakan
dalam pengumpulan data maupun pengembangan sistem, metode
pengembangan sistem yang digunakan adalah Operational of
Construct yang berupa design framework methodology pada
jaringan wireless yang dilakukan pada penelitian ini.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas mengenai proses analisis data untuk
melakukan pengukuran Interferensi pada access point untuk
mengetahui Quality of Service (QoS). Dimana dalam bab ini kita
membuat design, mengkonfigurasikan router wireless, melakukan
7
perhitungan terhadap bandwidth, Signal, dan noise, dan tahap
terakhir proses analisis setelah seluruh data di monitoring.
BAB V PENUTUP
Bab ini penulis memberikan kesimpulan dari apa yang telah
dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan memberikan saran untuk
pengembangan keamanan wireless yang lebih baik lagi.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pengukuran
Ukur adalah pengukur, ukuran, atau sudah tentu, sedangkan
pengukuran adalah proses atau cara perbuatan melakukan sebuah
pengukuran. (KBBI :2008)
2.2 Pengertian Interferensi
Interferensi adalah dari sinyal-sinyal yang berkompetisi dalam
band frekuensi yang saling tumpang tindih dapat mengubah atau
menghapuskan sinyal. Interferensi menjadi perhatian khusus untuk media
kabel, namun bagi media tanpa kabel interferensi juga menjadi masalah
yang cukup besar. (Stallings, 2001:111).
Penyebab terjadinya interferensi pada jaringan lain yaitu
interferensi yang disebabkan pada jaringan wireless lain yang bekerja pada
band frekuensi yang sama, sedangkan interferensi yang terjadi pada
jaringan kita sendiri terjadi jika kita menggunakan frekuensi yang sama
lebih dari satu kali, menggunakan channel yang tidak mempunyai cukup
jarak/ spasi antar channelnya, atau menggunakan urusan frekuensi hopping
yang tidak benar, dan interferensi yang terjadi dari sinyal out-of-band
disebabkan oleh sinyal yang kuat di luar frekuensi band yang kita
gunakan, misalnya pemancar AM, FM, atau TV(Onno,2006:229)
9
2.3 Arsitektur Protokol TCP/IP
Arsitektur protokol TCP/IP adalah hasil penelitian dan
pengembangan protokol yang dilaksanakan pada jaringan penyambungan
paket eksperimental, ARPANET, yang dibiayai oleh DARPA (Defense
Advanced Research Projects Agency), dan umumnya di rujuk sebagai
paket protokol TCP/IP. Paket ptotokol ini terdiri dari sekumpulan besar
protokol yang telah diterbitkan sebagai standar Internet dan IAB (Internet
Architecture Board). (Stallings, 2007:76).
2.3.1 Lapisan-lapisan TCP/IP
Dalam istilah umum, komunikasi dapat dikatakan
melibatkan tiga agen : aplikasi, komputer, dan jaringan. Contoh
aplikasi termasuk perpindahan berkas dan surat elektronik.
Aplikasi-aplikasi yang kita bahas disini adalah aplikasi-aplikasi
tersebar yang melibatkan pertukaran data antara dua sistem
komputer. Aplikasi-aplikasi ini, dan yang lainnya, berjalan pada
komputer-komputer yang sering kali dapat mendukung aplikasi
berganda secara simultan. Komputer terhubung ke jaringan, dan
data yang hendak dipertukarkan dipindahkan menggunakan
jaringan dari satu komputer ke komputer lain. Maka, perpindahan
data dari satu aplikasi ke yang lain pertama-tama melibatkan
perpindahan data ke komputer tempat aplikasi berada lalu
memindahkan data ke aplikasi tujuan dalam komputer.(Stallings,
2007:76).
10
Sambil menginggat konsep-konsep ini, kita dapat
mengorganisasikan tugas komunikasi ke dalam lima lapisan yang
relatif berdiri sendiri :
a) Lapisan fisik (physical layer)
Mencakup antarmuka fisik antara sebuah perangkat
transmisi data (misal workstation, komputer) dan media
transmisi atau jaringan. Lapisan ini berurusan menentukan
karakteristik media transmisi, sifat sinyal, laju data, dan
masalah-masalah terkait lainnya.
b) Lapisan akses jaringan (network access layer)
Berurusan dengan pertukaran data antara sistem
akhir (server, workstation, dan lain-lain) dan jaringan yang
terhubung. Komputer pengirim harus menyediakan alamat
komputer tujuan kepada jaringan, sehingga jaringan dapat
merutekan data ke tujuan yang sesuai. Komputer pengirim
dapat menggunakan layanan-layanan tertentu, seperti
prioritas, yang mungkin disediakan jaringan.
c) Lapisan internet (internet layer)
Pada kasus-kasus ketika dua perangkat terhubung ke
jaringan-jaringan berbeda, diperlukan prosedur-prosedur
untuk memungkinkan data melewati banyak jaringan yang
saling terhubung. Ini adalah fungsi Lapisan internet.
Internet protokol (IP, Protokol Internet) digunakan pada
11
lapisan ini untuk menyediakan fungsi perutean melalui
banyak jaringan. Protokol ini diimplementasikan tidak
hanya pada sistem akhir tetapi juga dalam router. Router
adalah pengolah yang menghubungkan dua jaringan dan
fungsi utamanya adalah meneruskan data dari satu jaringan
ke jaringan lain dalam rutenya dari sistem akhir sumber
menuju tujuan.
d) Lapisan host-to-host, atau transport (transport layer)
Seperti yang akan kita lihat, mekanisme penyediaan
keandalan pada dasarnya terpisah dari sifat aplikasi. Maka,
masuk akal untuk mengumpulkan mekanisme-mekanisme
itu dalam lapisan bersama yang digunakan bersama oleh
semua aplikasi, lapisan ini disebut dengan lapisan transport
layer.
e) Lapisan aplikasi (application layer)
Berisi logika yang diperlukan untuk mendukung
berbagai aplikasi pengguna. Untuk tiap jenis aplikasi
berbeda, seperti perpindahan berkas, modul terpisah
diperlukan khusus untuk aplikasi tersebut.
2.3.2 Cara Kerja TCP/IP
Agar jelas bahwa fasilitas komunikasi keseluruhan dapat
terdiri dari banyak jaringan, tiap jaringan penyusun biasanya
12
disebut subjaringan (subnetwork). Sejenis protokol akses jaringan,
seperti misalnya logika Ethernet, digunakan untuk menghubungkan
komputer ke subjaringan. Protokol ini memungkinkan host
mengirimkan data menyeberangi subjaringan ke host lain atau,
dalam kasus host pada subjaringan lain, ke sebuah router. IP
diimplementasikan di semua sistem akhir dan router. IP bertugas
sebagai penerus untuk memindahkan suatu blok data dari satu host,
melalui satu atau lebih router, ke host lain. TCP diimplementasikan
hanya di sistem-sistem akhir. TCP mengawasi blok-blok data untuk
menjamin semua blok terkirim dengan andal ke aplikasi yang
sesuai.
Agar komunikasi berhasil, tiap entitas dalam sistem
keseluruhan harus memiliki alamat unik. Sebenarnya, diperlukan
dua tingkat pengalamatan. Tiap host dalam satu subjaringan harus
memiliki alamat internet global unik. Hal ini memungkinkan data
dikirimkan ke host yang benar. Tiap proses dalam host harus
memiliki alamat yang unik dalam host itu. Hal ini memungkinkan
protokol host-to-host (TCP) mengirimkan data ke proses yang
benar. Alamat-alamat yang disebut belakangan ini disebut juga
sebagai port. (Stallings, 2007:78).
13
2.4 Model OSI
Model rujukan Open Systems Interconnection (OSI) di
kembangkan oleh International Organization for Standardlization (ISO)
sebagai model arsitektur protokol computer dan sebagai bingkai kerja
untuk pengembangan standar-standar protokol. Model OSI terdiri dari
tujuh lapisan:
Gambar 2.1. Model OSI (Sumber : Danny, 2009 : 35)
2.4.1 Application
Menyediakan akses ke lingkungan OSI untuk pengguna dan
juga menyediakan layanan-layanan informasi tersebar.
2.4.2 Presentation
Menyediakan kemandirian kepada proses-proses aplikasi
dari perbedaan pada penyajian data (sintaks).
14
2.4.3 Session
Menyediakan struktur kendali untuk komunikasi antar
aplikasi; membentuk, mengelola, dan memutuskan sambungan
(sesi) antar aplikasi yang berkerja sama.
2.4.4 Transport
Menyediakan perpindahan data andal, transparan antar titik
akhir menyediakan pemulihan galat dan kendali aliran ujung ke
ujung.
2.4.5 Network
Menyediakan kemandirian kepada lapisan-lapisan atas dari
teknologi transmisi dan penyambungan data yang digunakan untuk
menghubungkan sistem bertganggung jawab membentuk,
mengelola, dan memutuskan sambungan.
2.4.6 Data link
Menyediakan perpindahan data andal menyebrangi tautan
fisik mengirimkan blok-blok (bingkai-bingkai) dengan
pensinkronan, kendali galat, dan kendali aliran yang diperlukan.
2.4.7 Physical
Berurusan dengan transmisi aliran bit tidak terstruktur
melalui media fisik; berurusan dengan ciri-ciri mekanis, elektris,
fungsional, dan prosedural terhadap akses ke media fisik.
(Stallings, 2007:82).
15
Gambar 2.2. Interferensi pada Layer TCP/IP
(Sumber : Danny, 2009 : 36)
2.5 Jaringan Wireless
Komunikasi tanpa kabel/nirkabel (wireless) telah menjadi
kebutuhan dasar atau gaya hidup baru masyarakat informasi. LAN
nirkabel yang lebih dikenal dengan jaringan Wi-Fi menjadi teknologi
alternatif dan relatif lebih mudah untuk diimplementasikan di lingkungan
kerja (SOHO/ Small Office Home Office), seperti di perkantoran,
laboratorium, komputer, dan sebagainya. Instalasi perangkat jaringan Wi-
Fi lebih fleksibel karena tidak membutuhkan penghubung kabel antar
computer. Tidak seperti halnya Ethernet LAN (Local Area Network)/
jaringan konvensional yang menggunakan jenis kabel koaksial dan kabel
UTP (unshield twisted pair) sebagai media transfer. Computer dengan Wi-
Fi Device dapat saling terhubung yang hanya membutuhkan ruang atau
16
space dengan syarat jangkauan dibatasi kekuatan pancaran sinyal radio
dari masing-masing komputer. (Priyambodo, 2005:1).
Chanel pada wireless merupakan Pembagian lebar pita frekuensi
pada jaringan wireless atau untuk mudahnya chanel itu ibarat pembagian
lajur lalu lintas jalan raya misalnya ada lajur khusus pejalan kaki, lajur
pengendara sepeda motor, lajur mobil, lajur busway dan lainnya agar tidak
terjadi keruwetan lalu lintas. Berikut tabel Chanel jaringan wireless 2.4
GHz, ditunjukkan pada tabel 2.3 (Wahidin, 2008:31)
Tabel 2.1 Chanel Jaringan Wireless 2.4 GHz
(Sumber: Wahidin, 2008:31)
2.6 Teknologi Jaringan Wi-Fi
Wi-Fi atau Wireless Fidelity adalah satu standar Wireless
Networking tanpa kabel, hanya dengan komponen yang sesuai dapat
terkoneksi ke jaringan. Teknologi Wi-Fi memiliki standar, yang ditetapkan
oleh sebuah institusi internasional yang bernama Institute of Electrical and
Electronic Engineers (IEEE), yang secara umum sebagai berikut:
a. Standar IEEE 802.11a yaitu Wi-fi dengan frekuensi 5 GHz yang
memiliki kecepatan 54 Mbps dan jangkauan jaringan 300 m.
Chanel Frekuensi (Mhz) Chanel Frekuensi (Mhz) 1 2412 8 2447 2 2417 9 2452 3 2422 10 2457 4 2427 11 2462 5 2432 12 2467 6 2437 13 2472 7 2442
17
b. Standar IEEE 802.11b yaitu Wi-fi dengan frekuensi 2.4 GHz yang
memiliki kecepatan 11 Mbps dan jangkauan jaringan 100 m.
c. Standar IEEE 802.11g yaitu Wi-fi dengan frekuensi 2.4 GHz yang
memiliki kecepatan 54 Mbps dan jangkauan jaringan 300 m.
Teknologi Wi-fi yang Akan diimplementasikan adalah standar
IEEE 802.11g karena standar tersebut lebih cepat untuk proses transfer
data dengan jangkauan jaringan yang lebih jauh serta dukungan vendor
(perusahaan pembuat hardware). Perangkat tersebut bekerja di frekuensi
2.4 GHz atau di sebut sebagai pita frekuensi ISM (Industrial, Scientific,
and Medical) yang juga digunakan oleh peralatan lain, seperti microwave
open, cordless phone, dan bluetooth. (Priyambodo, 2005:2).
2.7 Sinyal Propagasi
Sinyal yang meninggalkan antena, maka akan merambat dan
menghilang di udara. Pemilihan antena akan menentukan bagaimana jenis
rambatan yang akan terjadi. Pada 2,4 GHz sangat penting jika kita
memasang kedua perangkat pada jalur yang bebas dari halangan. Jika
rambatan sinyal terganggu, maka penurunan kwalitas sinyal akan terjadi
dan mengganggu komunikasinya. Pohon, gedung, tanki air, dan tower
adalah perangkat yang sering mengganggu rambatan sinyal.
Kehilangan daya terbesar dalam sistem wireless adalah free space
propagation loss. Free space loss dihitung dengan rumus.
FSL (dB) = 32.45 + 20 Log10 F(Mhz) + 20 Log10 D(Km).
18
Jadi free space loss pada jarak 1 km yang menggunakan frekuensi 2.4 GHz
:
FSL (dB) = 32.45 + 20 Log10 (2400) + 20 Log10 (1)
= 32.45 + 67.6 + 0
= 100.05 dB
(Sunggiardi, 2006:49).
2.7.1 Line of Sight
Menerapkan Line of Sight (LOS) antara antena radio
pengirim dan penerima merupakan hal paling penting, ada dua
jenis LOS yaitu:
a. Optical LOS – kemampuan untuk saling melihat antara satu
tempat dengan tempat lainnya
b. Radio LOS – kemampuan radio penerima untuk ‘melihat’ sinyal
yang dipancarkan
Untuk menentukan Line of Sight, teori Fresnel Zone harus
diterapkan. Fresnel Zone adalah bentuk bola rugby yang berada
diantara dua titik yang membentuk jalur sinyal RF.
WaveRider masih dapat bekerja pada kondisi Line of Sight
minimal 60% dari Fresnel Zone pertama ditambah 3 meter yang
bebas dari gangguan atau halangan.
19
Gambar 2.3. Line of sight
(Sumber : Sunggiardi, 2006:53).
2.7.2 Fresnel Zones
Gambar 2.4. Fresnel zone
(Sumber : Sunggiardi, 2006:54).
20
Pada saat terjadi gangguan di Fresnel Zone pertama, akan banyak
terjadi berbagai masalah yang akan berakibat di menurun-nya
unjuk kerja, Masalah utamanya adalah :
1. Reflection
a. gelombang yang merambat diluar kurva
b. Multipath fading terjadi pada saat gelombang yang
kedua tiba yang menyebabkan penurunan kwalitas
sinyal
2. Refraction
a. gelombang yang merambat di dalam kurva bergerak
membentuk sudut
b. frequency yang kurang dari 10GHz tidak berpengaruh
terhadap hujan besar atau kabut.
c. Pada 2,4 GHz, redamannya 0.01 dB/Km untuk keadaan
hujan 150mm/hr
3. Diffraction
a. gelombang merambat disekitar gangguan menuju ke
bagian bayang-bayang
2.7.3 Perhitungan Link Budget
Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya
yang dilakukan untuk memastikan bahwa level daya penerimaan
lebih besar atau sama dengan level daya threshold (RSL ≥ Rth).
21
Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna
mencapai SNR yang diinginkan di receiver. Parameter-parameter
yang mempengaruhi kondisi propagasi suatu kanal wireless adalah
sebagai berikut :
a. Lingkungan propagasi
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio.
Gelombang radio dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi
oleh noise dan interferensi. Tingkat peredaman tergantung
frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi redaman juga
semakin besar. Parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi
yaitu rugi-rugi propagasi, fading, delay spread, noise, dan
interferensi.
b. Rugi-rugi propagasi
Dalam lingkungan radio, konfigurasi alam yang tidak beraturan,
bangunan, dan perubahan cuaca membuat perhitungan rugi-rugi
propagasi sulit. Kombinasi statistik dan teori elektromagnetik
membantu meramalkan rugi-rugi propagasi dengan lebih teliti.
c. Fading
Fading adalah fluktuasi amplituda sinyal. Fading margin adalah
level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan
selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima dan level
sensitivitas penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan
peluang level fading yang terjadi., yang nilainya tergantung pada
22
kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan. Nilai fading
margin minimum agar sistem bekerja dengan baik sebesar 15
dBm.
d. Noise
Noise dihasilkan dari proses alami seperti petir, noise thermal
pada sistem penerima, dll. Disisi lain sinyal transmisi yang
mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan sebagai
interferensi.
2.8 Antena
Antena dapat didefinisikan sebagai konduktor elektrik atau suatu
sistem konduktor elektrik yang digunakan baik untuk meradiasikan energi
elektromagnetik atau untuk mengumpulkan energi elektromagnetik. Untuk
transmisi suatu sinyal, energi listrik frekuensi radio dari pemancar diubah
menjadi energi elektromagnetik oleh antena dan diradiasikan ke
lingkungan sekeliling (atmosfer, ruang ankasa, air) untuk penerimaan
sinyal, energi elektromagnetik yang menjalari antena diubah menjadi
energi elektrik frekuensi radio dan dimasukkan ke penerima. (Stallings,
2007:102).
Pada komunikasi dua arah, antena yang sama dapat dan sering
digunakan baik untuk transmisi dan penerimaan. Hal ini dapat dilakukan
karena antena apapun memindahkan energi dari lingkungan sekeliling ke
terminal penerima masukan dengan efisiensi yang sama saat antena
23
memindahkan energi dari terminal pemancar keluar ke lingkungan
sekeliling, dengan anggapan frekuensi yang sama digunakan pada kedua
arah. Dengan kata lain, ciri-ciri antena pada dasarnya sama baik antena
sedang mengirim ataupun menerima energi elektromagnetik.
Antena mengubah getaran listrik dari radio menjadi getaran
elektromagnetik yang disalurkan melalui udara. Ukuran fisik dari
radiasinya akan setara dengan panjang gelombangnya. Semakin tinggi
frekwensinya, antena-nya akan semakin kecil, Kedua perangkat radio
harus bekerja di frekwensi yang sama, dan antena akan melakukan dua
pekerjaan sekaligus, mengirim dan menerima sinyal.
Jenis antena yang akan dipasang harus sesuai dengan sistem yang akan
kita bangun, juga disesuaikan dengan kebutuhan penyebaran sinyalnya.
Ada dua jenis antena secara umum:
2.8.1 Antena Directional
Antena jenis ini merupakan jenis antena dengan narrow
beamwidth, yaitu punya sudut pemancaran yang kecil dengan daya
lebih terarah, jaraknya jauh dan tidak bisa menjangkau area yang
luas, contohnya : antena Yagi, Panel, Sektoral dan antena Parabolik
802.11b yang dipakai sebagai Station atau Master bisa
menggunakan jenis antena ini di kedua titik, baik untuk Point to
Point atau Point to Multipoint.
24
Gambar 2.5 Jangkauan area antena directional
(Sumber : Siwacak, 2008)
2.8.2 Antena Omni Directional
Antena ini mempunyai sudut pancaran yang besar (wide
beamwidth) yaitu 3600 dengan daya lebih meluas, jarak yang lebih
pendek tetapi dapat melayani area yang luas, Omni antena tidak
dianjurkan pemakaian-nya, karena sifatnya yang terlalu luas
sehingga ada kemungkinan mengumpulkan sinyal lain yang akan
menyebabkan interferensi.
Gambar 2.6 Jangkauan area Antena omnidirectional
(Sumber : Siwacak, 2008)
25
Dalam hal ini penulis menggunakan antena Directional yang
terdapat pada access point yang digunakan.
2.9 Topologi Jaringan Wireless
Kaidah atau aturan untuk menghubungkan unsur-unsur penyusun
jaringan atau dikenal dengan istilah topologi pada jaringan wireless terdiri
atas:
2.9.1 Topologi Ad-Hoc (Mode Ad-Hoc)
Dalam topologi ini komputer dihubungkan secara langsung
tanpa melalui perantara atau untuk lebih mudahnya topologi ini
mirip dengan model koneksi peer to peer pada jaringan
konvensional.
Gambar 2.7. Ad Hoc
2.9.2 Topologi Infrastruktur (Mode Infrastruktur)
Komunikasi antar client anggota jaringan dalam topologi
ini di jembatani oleh alat yang bernama access point.
26
Gambar 2.8. Infrastruktur
Penulis menggunakan topologi infrastruktur untuk melakukan
pengujian interferensi.
2.10 Komponen Utama Jaringan Wireless
Terdapat empat komponen utama untuk membangun jaringan
wireless:
2.10.1 Access Point
komponen yang berfungsi menerima dan mengirimkan data
dari adapter wireless. Access Point mengonversi sinyal frekuensi
radio menjadi sinyal digital atau sebaliknya. Komponen tersebut
bertindak layaknya sebuah hub/switch pada jaringan Ethernet. Satu
Access Point secara teori mampu menampung beberapa sampai
27
ratusan klien. Walaupun demikian, Access point direkomendasikan
dapat menampung maksimal 40-an klien.
Gambar 2.9. Access Point dari produk, Symaster,Linksys, D-link (Sumber : S’To, 2007 : 39)
2.10.2 Wireless LAN Device
komponen yang dipasangkan di Mobile/Desktop PC.
2.10.3 Mobile/Desktop PC
komponen akses untuk klien, mobile PC pada umumnya
sudah terpasang port PCMCIA (Personal Computer Memory Card
International Association), sedangkan Desktop PC harus
ditambahkan PCI (Peripheral Componen Interconnect) Card, serta
USB (Universal Serial Bus) Adapter.
28
Gambar 2.10. WLAN Card
(Sumber : Thomas Kuther, 2006)
2.10.4 Ethernet LAN
Jaringan kabel yang sudah ada (bila perlu).
Pada Komponen utama jaringan wireless penulis hanya
menggunakan access point sebagai media pedukung pada proses
penelitian.
2.11 Keamanan Jaringan Wi-Fi
Pancaran sinyal yang ditransmisikan pada jaringan Wi-Fi
menggunakan frekuensi secara bebas sehingga dapat di tangkap oleh
komputer lain sesama user Wi-fi. Untuk mencegah user yang tidak berhak
masuk kedalam jaringan, ditambahkan system pengamanan, misalnya
WEP (Wired Equivalent Privacy). Jadi, user tertentu yang telah memiliki
otorisasi saja yang dapat menggunakan sumber daya jaringan Wi-Fi.
Keamanan jaringan Wi-Fi secara umum terdiri dari NonSecure dan Share
key (Secure).
29
a. Non Secure/ Open: computer yang memiliki Wi-Fi dapat menangkap
transmisi pancaran dari sebuah Wi-Fi dan langsung dapat masuk ke
dalam jaringan tersebut.
b. Share Key: untuk dapat masuk ke jaringan Wi-Fi diperlukan kunci atau
password, contohnya sebuah network yang menggunakan WEP.
Selain pengamanan yang telah dituliskan diatas, masih terdapat cara lain
agar jaringan Wi-Fi dapat berjalan dengan baik dan aman, antara lain:
a. Membeli access point dengan fasilitas password bagi administrator-nya
sehingga user dapat dengan mudah mengacak-acak jaringan.
b. Selain menggunakan WEP, dapat ditambahkan WPA (Wi-Fi Protected
Access).
c. Membatasi akses dengan mendaftarkan MAC Address dari computer
klien yang berhak mengakses jaringan.
Pada Keamanan dari wireless tersebut penulis menggunakan Wired
Equivalent Privacy (WEP) yang sudah di setting pada access point
tersebut.
2.12 Keunggulan dan Kelemahan Jaringan Wi-Fi
2.12.1 Keunggulan jaringan Wi-Fi :
a. Biaya pemeliharaan murah
b. Infrastuktur berdimensi kecil
c. Pembangunannya cepat
d. Mudah dan murah untuk direlokasi
30
e. Mendukung portabilitas
2.12.2 Kelemahan jaringan Wi-Fi
a. Biaya peralatan mahal
b. Delay yang sangat besar
c. Kesulitan karena masalah propagasi radio
d. Mudah untuk terinterferensi.
e. Kapasitas jaringan kecil karena keterbatasan spectrum (pita
frekuensi yang tidak dapat diperlebar).
f. Keamanan/kerahasiaan data kurang terjamin
2.13 Quality of Service (QoS)
Dewasa ini, jaringan-jaringan tumbuh semakin kompleks. Beragam
tipe data (Voice, Video, and Dokumen) dibawa dari satu poin ke poin
lain dengan kapasitas besar. Trafik yang tinggi tanpa didukung
infrastruktur yang memadai dapat menimbulkan permasalahan pada
performa dan sumber daya jaringan. QoS atau Quality of Service diakui
menjadi solusi untuk memecahkan permasalahan ini.
QoS sangat membantu menjaga dan meningkatkan kapabilitas
jaringan, apakah itu jaringan-jaringan kompleks, jaringan perusahaan
kecil, Internet Service Provider (ISP), atau jaringan-jaringan enterprise.
QoS memberikan jaminan dan layanan yang lebih baik terhadap trafik-
trafik jaringan dalam beragam teknologi, termasuk jaringan frame relay,
31
ATM, Ethernet dan 802.1, dan SONET. Software Cisco IOS memberi
dukungan penuh terhadap layanan-layanan QoS.
Sasaran utama QoS tidak lain memberikan layanan jaringan yang
lebih baik dan dapat di prediksi, dengan penanganan dedicated
bandwidth, jitter, dan latensi yang terkontrol, juga karakteristik-
karakteristik loss. QoS mencapai tujuan-tujuan tersebut melalui sejumlah
tool untuk manajemen kongesti (kemacetan) jaringan, traffic shaping
jaringan, setting policy jaringan, dan lain-lain.
Untuk melihat kualitas yang dihasillkan oleh access point
dilakukan tiga pengujian. Dan pengujian tersebut dilakukan berdasarkan
standarisasi ITU dan IEEE 802.
2.13.1 Pengujian Bandwidth
Pengujian Bandwidth dilakukan dengan menggunakan
Rumus Bandwidth Nyquist dan Kapasitas Shannon.
a. Bandwidth Nyquist
Untuk memulai, mari kita lihat kasus suatu kanal yang bebas
derau, dalam lingkungan ini, batasan laju data hanyalah
bandwidth sinyal. Perumusan batasan ini, menurut nyquist,
dinyatakan bahwa bila laju transmisi sinyal adalah 2B, maka
suatu sinyal dengan frekuensi-frekuensi yang tidak lebih besar
daripada B sudah cukup untuk membawa laju sinyal.
Kebalikannya juga benar: bila dimiliki bandwidth B, laju sinyal
tertinggi yang dapat dibawa adalah 2B. Batasan ini adalah akibat
32
interferensi intersimbol, seperti yang dihasilkan distorsi tundaan.
Hasilnya berguna dalam pengembangan skema-skema penyandian
digital-ke-analog.
Perhatikan bahwa dalam paragraph sebelumnya, kita
merujuk kepada laju sinyal. Bila sinyal-sinyal yang hendak
dipancarkan berupa biner (hanya memiliki dua nilai), maka laju
data yang dapat didukung oleh B Hz adalah 2B bps. Contohnya,
misalkan suatu kanal suara sedang digunakan, melalui modem,
untuk memancarkan data digital. Anggap bandwidth 3100 Hz.
Maka Kapasitas, C, dari kanal adalah 2B = 6200 bps. Sinyal-
sinyal dengan lebih dari 2 tingkat dapat digunakan; yaitu, tiap
unsur sinyal dan melambangkan lebih dari satu bit. Sebagai
contohnya, bila digunakan empat kemungkinan tingkat tegangan
sebagai sinyal-sinyal, maka tiap unsure sinyal dapat
melambangkan dua bit. Dengan pensinyalan multitingkat,
perumusan Nyquist menjadi
C = 2B log2 M
Dengan M adalah banyak unsur sinyal diskrit atau tingkat
tegangan. Maka, untuk M=8, sebuah nilai yang digunakan
beberapa modem, bandwidth B = 3100 Hz memberikan kapasitas
C = 18.600bps.
Jadi, untuk suatu bandwidth, laju data dapat ditinggkatkan dengan
cara meningkatkan banyak unsur sinyal yang berbeda. Namun,
33
cara ini meningkatkan beben penerima. Bukannya membedakan
satu atau dua kemungkinan unsur sinyal selama tiap waktu sinyal,
penerima harus membedakan satu dari M kemungkinan sinyal.
Derau dan hambatan-hambatan lain pada jalur transmisi akan
membatasi nilai praktis M.
b. Rumus Kapasitas Shannon
Rumus Nyquist menunjukkan bahwa, bila hal-hal lain
sebanding, menggandakan bandwidth juga menggandakan laju
data. Sekarang perhatikan hubungan antara laju data, derau, dan
laju galat. Keberadaan derau dapat merusak satu atau lebih bit.
Bila laju data ditingkatkan, maka bit menjadi makin “pendek”
seiring waktu, sehingga making banyak bit yang dipengaruhi
suatu pola derau tertentu. Oleh karena itu, pada tingkatan derau
tertentu, making tinggi laju data, making tinggi pula laju galat.
Ke semua konsep ini dapat dihubungkan dengan rapi dalam
sebuah rumus yang dikembangkan oleh matematikawan Claude
Shannon. Seperti yang telah kita gambarkan, making tinggi laju
data, making besar kerusakan yang disebabkan derau tak
diharapkan. Untuk tingkatan derau tertentu, kita harapkan bahwa
kekuatan sinyal yang lebih besar akan meningkatkan kemampuan
menerima data dengan benar ditengah keberadaan derau.
Parameter penting yang terkait dalam penalaran ini adalah
perbandingan sinyal-terhadap-derau (signal-to-noise ratio, SNR,
34
atau S/N), yaitu perbandingan daya dalam sinyal terhadap daya
terkandung dalam derau yang ada pada suatu titik tertentu dalam
transmisi. Umumnya, perbandingan ini diukur pada sebuah
penerima, karena pada titik inilah usaha mengolah sinyal dan
menghapus derau tak diharapkan dilakukan. Agar mudah,
perbandingan ini sering dilaporkan dalam decibel:
SNRdB = 10 log10 daya sinyal/daya derau
Rumus ini menyatakan banyak, dalam decibel, sinyal asli
melebihi tingkat derau. SNR tinggi berarti sinyal bermutu tinggi.
Perbandingan sinyal terhadap derau penting dalam
transmisi data digital karena menentukan batas atas laju data yang
dapat dicapai. Hasil perhitungan Shannon adalah kapasitas kanal
terbesar, dala bit per detik, mematuhi persamaan
C = B Log2 (1 + SNR)
Dengan C adalah kapasitas kanal dalam bit per detik dan B
adalah bandwidth kanal dalam Hertz.. (Stallings, 2007:28)
2.13.2 Pengujian Noise
a. Bila semua telah berjalan normal, install semua utility yang
diperlukan dan mulai lakukan pengujian noise / interferensi,
pergunakan setting default
b. Tanpa antena perhatikan apakah ada signal strenght yang
tertangkap dari station lain disekitarnya, bila ada dan mencapai
good (sekitar 40 % – 60 %) atau bahkan lebih, maka dipastikan
35
station tersebut beroperasi melebihi EIRP dan potensial
menimbulkan gangguan bagi station yang sedang kita bangun,
pertimbangkan untuk berunding dengan operator BTS / station
eksisting tersebut, Perhatikan berapa tingkat noise, bila
mencapai lebih dari tingkat sensitifitas radio (biasanya adalah
sekitar – 83 dbm, baca spesifikasi radio), misalnya – 100 dbm
maka di titik station tersebut interferensinya cukup tinggi,
tinggal apakah signal strenght yang diterima bisa melebihi
noise.
2.13.3 Pengujian Signal
a. Perhitungan standar signal strenght adalah 0 % – 40 % poor, 40
% - 60 % good, 60 % - 100 % excellent, apabila signal strenght
yang diterima adalah 60 % akan tetapi noisenya mencapai 20 %
maka kondisinya adalah poor connection (60 % - 20 % - 40 %
poor), maka sedapat mungkin signal strenght harus mencapai
80 %.
b. Koneksi poor biasanya akan menghasilkan PER (packet error
rate – bisa dilihat dari persentasi jumlah RTO dalam continous
ping) diatas 3 % – 7 % (dilihat dari utility Planet maupun Wave
Rider), good berkisar antara 1 % - 3 % dan excellent dibawah 1
%, PER antara BTS dan station client harus seimbang.
c. Perhitungan yang sama bisa dipergunakan untuk
memperhatikan station lawan atau BTS kita, pada prinsipnya
36
signal strenght, tingkat noise, PER harus imbang untuk
mendapatkan stabilitas koneksi yang diharapkan.
d. Pertimbangkan alternatif skenario lain bila sejumlah
permasalahan di atas tidak bisa diatasi, misalkan dengan
memindahkan station ke tempat lain, memutar arah pointing ke
BTS terdekat lainnya atau dengan metode 3 titik (repeater) dll.
http://pardabuan.blogspot.com/2009_06_01_archive.html,
Tabel 2.2. Pengujian Signal Range Keterangan
0 – 40 % Poor 40 % - 60 % Good 60 % - 100 % Excellent
2.14 Perangkat Lunak Pendukung
2.14.1 EdrawNet Diagram
Merupakan sebuah piranti lunak yang dapat digunakan
untuk mendesign jaringan. Didalam EdrawNet Diagram memiliki
tools-tools yang dapat digunakan untuk mendesign jaringan.
37
Gambar 2.11. Tampilan awal EDrawNetDiagram
2.14.2 Network Stumbler
NetStumbler merupakan tool yang komplit yang dapat
berfungsi untuk mendeteksi sinyal wireless yang berada dalam
jangkauan device wireless kita, bahkan bisa menangkap sinyal
yang lebih jauh dari pada yang dapat ditangkap oleh device
wireless standar.
AP yang terdeteksi oleh NetStumbler dengan masing
masing AP diawali dengan simbol Kunci Gembok (indikator
bahwa AP tersebut memiliki system security WEP/WPA) dan
dibedakan dengan warna yang menunjukkan jangkauan dari AP
tersebut. Hijau berarti sinyal bagus, Kuning berarti sinyal kurang
38
bagus, Merah berarti sinyal sangat lemah sekali. Ini dapat kita
buktikan dengan melihat grafik dari sinyal tersebut dengan cara
mengklik pada Tree Menu [Channel] untuk meng-expand sub
menu, klik pada nomor channel, dan klik MAC address dari AP
yang ingin kita lihat grafiknya.
Jika ada 2 AP yang berada dalam channel yang sama yaitu
channel 6 (2.437 Ghz) yang berarti bahwa kemungkinan untuk
terjadi interferensi sangat besar. Sehingga jika kita adalah seorang
Network Administrator, sangat disarankan untuk merubah channel
yang kita gunakan antara channel 1 (2.413 Ghz) atau 11 (2.462
Ghz). Karena untuk koneksi nirkabel, channel 1, 6, 11 adalah
channel yang paling bagus. Tetapi jika ketiga channel tersebut
tidak memungkinkan, kita tetap bisa menggunakan channel
lainnya.
Gambar 2.12. Tampilan Awal Network Stumbler
39
Gambar 2.13. Masuk ke Halaman Awal Network Stumbler
2.14.3 WirelessMon
WirelessMon adalah sebuah perangkat lunak yang
memungkinkan pengguna untuk memantau status nirkabel WiFi
adapter dan mengumpulkan informasi tentang jalur akses nirkabel
terdekat dengan hotspot secara real time. WirelessMon dapat
masuk kedalam informasi yang dikumpulkan ke dalam sebuah file,
selain itu juga menyediakan grafik komprehensif tingkat sinyal dan
real time IP dan 802.11 WiFi statistik.
40
Gambar 2.14. Tampilan awal WirelessMon
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis dalam melakukan analisis data dan
menjadikannya informasi yang akan digunakan untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi, diantaranya :
3.1.1 Observasi
Observasi (Jogiyanto, 2008:89) merupakan teknik atau pendekatan
untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek
datanya. Pada kesempatan ini penulis melakukan pengambilan data di
sebuah laboratorium sekolah untuk memperoleh proses terjadinya sebuah
interferensi pada access point dimulai dari menyiapakan alat yang
dibutuhkan untuk dilihat performa dari access point tersebut setelah
terkena interferensi. Dalam hal ini observasi di buktikan melalui surat
keterangan penelitian pada lab sebuah sekolah yang ada pada lampiran
3.1.2 Studi Literatur
Studi Literatur (Jogiyanto, 2008:121) merupakan salah satu bentuk
metodologi penelitian yang menggunakan sebuah karya tulisan dari setiap
masing-masing penulis yang memiliki kemiripan judul yang akan diteliti.
Dalam proses pencarian dan perolehan data tersebut penulis mendapat
referensi melalui perpustakaan, internet. Setelah menemukan referensi
tersebut penulis menggunakan referensi tersebut sebagai acuan untuk
42
membuat landasan teori, metodologi penelitian, dan pembahasan yang
terkait pada judul yang penulis ambil. Dan referensi-referensi apa saja
yang digunakan oleh penulis dapat dilihat pada Daftar Pustaka.
Berdasarkan hasil pengamatan, penulis belum pernah menemukan
penelitian yang mengambil objek yang sama dengan yang penulis lakukan.
Banyak sistem-sistem yang dikembangkan dengan menggunakan
Wireless, namun tidak mengambil objek Pengukuran Interferensi.
Penelitian tersebut antara lain pembuatan antena wajanbolic untuk Line of
Sight (LoS) yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz untuk jaringan wireless
LAN dan Aplikasi Set Colouring untuk Alokasi Channel Wireless LAN
oleh Molin Adiyanto, Institut Teknologi Surabaya 2008. Sedangkan untuk
penelitian mengenai pengukuran interferensi, belum pernah penulis
temukan sebelumnya.
3.2 Metode Operasional of Construct
Metode Operational of Construct adalah metode yang akan
dilakukan untuk mengembangkan sebuah sitsem informasi, dalam hal ini
metode Operational of Construct yang di gunakan adalah Design
Framework Methodology, berikut ini adalah gambaran dari methodology
tersebut
43
Gambar 3.1. Design Framework Methodology
Interferensi adalah dari sinyal-sinyal yang berkompetisi dalam
band frekuensi yang saling tumpang tindih dapat mengubah atau
menghapuskan sinyal. Interferensi menjadi perhatian khusus untuk media
kabel, namun bagi media tanpa kabel interferensi juga menjadi masalah
yang cukup besar.
Access Point (AP) merupakan titik akses yang bertugas
menghubungkan komputer client yang telah dilengkapi dengan wireless
adapter untuk membentuk sebuah jaringan tanpa kabel.
Interferensi pada Access Point merupakan gangguan yang terjadi
pada access point dalam melakukan tugasnya.
Pada pengukuran interferensi ini dilihat dari Quality of Service
(QoS), pada kesempatan ini penulis mengukur QoS menggunakan
Bandwidth, Signal, dan Noise berdasarkan standar ITU dan IEEE 802.
Pengukuran Interferensi tersebut dilakukan pada enam buah
percobaan, dan dilakukan sebuah perancangan infrastruktur sebelum
dilakukan sebuah percobaan. Dimana setiap percobaan dibedakan jarak
access point dengan client, pada penelitian ini client berupa netbook.
Interferensi Pada Access Point (AP)
Mengetahui
Quality of Service (QoS)
Bandwidth
Signal
Noise
44
3.3 Mekanisme Kerja Penelitian
Pembuatan alur/proses penelitian dari tahap awal hingga selesai
dengan menggunakan metode Operational of Construct, sehingga
memudahkan proses perancangan system agar mudah untuk menganalisis,
berikut ini adalah tahap-tahap yang dilakukan penulis selama dalam masa
penyusunan skripsi.
45
Gambar 3.2. Tahapan Penyusunan Penelitian
START
Metode Pengumpulan Data
Studi Lapangan
Studi Literatur
Perumusan Kesimpulan Pembuatan Laporan
Interferensi pada Access Point (AP)
Penentuan Judul Penelitian
Menentukan Batasan Masalah dan Perumusan Masalah
Metode Operasional of Construct
Design Framework
Object
Variabel
End
Mengetahui Quality of Service (QoS)
Bandwidth
Signal
Noise
46
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan secara terperinci mengenai proses
pengukuran interferensi pada access point, pembahasan ini dilakukan sesuai
dengan metode pengembangan sistem yang digunakan, yaitu Design Framework.
Interferensi pada Access Point (AP)
Pada tahap ini penulis ingin mengidentifikasikan interferensi pada
jaringan wireless, dengan menggunakan access point sebagai media dalam
wireless, dan menentukan parameter yang digunakan untuk menentukan
Quality of Service meliputi pengujian Bandwidth, Noise, dan Signal.
Pada wireless (access point) yang digunakan secara bersamaan
dengan menggunakan frekuensi dan channel yang sama dan di setting
dengan menggunakan keamanan yang sama juga yaitu Wired Equivalent
Privacy (WEP). yang dilettakkan di daerah yang sama, hanya di bedakan
saja tempat peletakkan ke dua access point tersebut pada jarak 30 meter
antara ke dua access point tersebut, dan access point telah di setting
menggunakan PC, untuk melihat interferensi yang akan terjadi digunakan
notebook yang telah di instalkan software Network Stumbler dan
Wirelessmon untuk menangkap access point tersebut.
47
Konsep yang diterapkan dalam penulisan ini mengacu pada
interferensi yang terjadi pada jaringan wireless yang akan dimonitoring
menggunakan software NetStumbler dan WirelessMon.Untuk melihat
Quality of Service (QoS).
Kebutuhan sistem (Analisis Perangkat) merupakan aktor penunjang
untuk memperoleh hasil dari sebuah penelitian yang diinginkan dalam
penulisan ini.
Adapun peralatan atau perangkat yang digunakan dalam penelitian
dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software) yaitu :
a. Perangkat Keras
Perangkat Keras (hardware) yang digunakan dalam penelitian tugas
akhir ini dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut :
Tabel 4.1. Perangkat Keras (Hardware) yang digunakan
No Perangkat Jumlah Keterangan 1 PC Server 2 Windows XP Sp 2:
a. CPU Pentium 3 Ghz b. Hardisk 80 GB 7200 RPM c. Monitor 14” d. DVD RW 16x e. RAM 512 Mbytes
2 Notebook Client 1 Windows XP Sp 2 : a. Intel Core 2 duo T6500, 2.1
Ghz b. 250 GB (SATA) with
shock absorbers c. Monitor 14” d. DVD Supermulti Double
Layer Drive e. 2GB DDR2 SDRAM
Memory 3. Router Wireless 2 Spesifikasi Router Wireless :
48
D-Link DIR-615 a. Operating Frequency : 2.4 GHz
b. Dimensions : 11.7 cm x 19.3 cm x 3.1 cm
c. Weight : 318 g d. Network Connection :
Wireless router + 4-port switch (integrated)
e. Standards Protocol : IEEE 802.3, IEEE 802.3u, IEEE 802.11b, IEEE 802.11g, IEEE 802.11n (draft)
f. Features : Firewall protection, NAT support, auto-uplink (auto MDI/MDI-X), Stateful Packet Inspection (SPI), content filtering, VPN passthrough, parental control, Wi-Fi Protected Setup (WPS).
g. Others : System Requirements. Microsoft Windows 2000 SP4, Microsoft Windows XP SP2, Apple MacOS X 10.4, Microsoft Windows Vista.
b. Perangkat Lunak
Perangkat Lunak (Software) yang digunakan dalam penelitian tugas
akhir ini dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut :
Tabel 4.2. Perangkat Lunak (Software) yang digunakan
No Software Keterangan 1 Windows XP Sp 2 Sistem Operasi yang
digunakan oleh PC Server dan Notebook Client
49
Perangkat Lunak (Software Aplikasi) yang digunakan dalam
penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut :
Tabel 4.3. Perangkat Lunak (Software Aplikasi)
No Software Keterangan 1 Edraw
Network Program aplikasi untuk membuat sebuah design jaringan
2 Netstrumbler 0.4.0
Software/Aplikasi pada jaringan wireless yang dapat melihat dan menangkap aktivitas dari sebuah access point.
3 Wirelessmon 2.0
Software/Aplikasi pada jaringan wireless untuk melihat dan menangkap aktivitas dari sebuah access point.
Perancangan
Penulis menggunakan software edraw network untuk merancang
design topologi jaringan infrastruktur, maksud dari rancangan tersebut
untuk memperlihatkan interferensi dari dua buah access point, topologi
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini.
50
Gambar 4.1. Design Topologi Jaringan Infrastruktur
Implementasi
Pada fase konstruksi penulis melakukan proses implementasi dan
konfigurasi yang dilakukan pada sebuah ruangan dimana terdapat 2 buah
access point yang di beri nama Dlink01 dan Dlink02, berikut ini proses
konfigurasi dari Dlink DIR-615
51
Gambar 4.2. Router Wireless D-Link DIR 615
Dengan Spesifikasi Sebagai Berikut:
Gambar 4.3. Spesifikasi D-Link DIR-615 Tampak Belakang
52
Gambar 4.4. Spesifikasi D-Link DIR-615 Tampak Depan
Tabel 4.4. Spesifikasi D-Link DIR-615
Operating Frequency 2.4 GHz Dimensions 11.7 cm x 19.3 cm x 3.1 cm Weight 318 g Network Connection Wireless router + 4-port switch (integrated) Standards Protocol IEEE 802.3, IEEE 802.3u, IEEE 802.11b, IEEE
802.11g, IEEE 802.11n (draft) Features Firewall protection, NAT support, auto-uplink
(auto MDI/MDI-X), Stateful Packet Inspection (SPI), content filtering, VPN passthrough, parental control, Wi-Fi Protected Setup (WPS)
Others System Requirements Microsoft Windows 2000 SP4, Microsoft Windows XP SP2, Apple MacOS X 10.4, Microsoft Windows Vista
Langkah awal setting LAN pada PC yang akan dihubungkan dengan
Access Point, dapat dilihat pada gambar 4.5
53
Gambar 4.5. Local Area Connection
Pilih Internet Protocol (TCP/IP), Isi Use the following IP address dengan
default gateway 192.168.0.1 yang akan menjadi pembuka ke setting
Access Point Dlink DIR-615 yang akan di konfigurasi lebih dulu sebelum
dapat dikoneksikan. Dapat dilihat pada gambar 4.6
54
Gambar 4.6. Mengisi Internet Protocol (TCP/IP)
Setelah itu masuk ke browser mozilla isi address 192.168.0.1 maka akan
keluar tampilan pada gambar 4.7
Gambar 4.7. Tampilan awal masuk ke konfigurasi D-Link
55
Tanpa menggunakan password, klik log in. Masuk ke tampilan awal
setting internet untuk memulai melakukan sebuah konfigurasi. Dapat di
lihat pada gambar 4.8
Gambar 4.8. Masuk ke Internet Connection
Lalu pilih Manual Internet Connection Setup, di Setting menggunakan
Dynamic IP (DHCP), bukan IP Static untuk melakukan proses lebih lanjut.
Lihat pada gambar 4.9.
56
Gambar 4.9. Setup DHCP
Setelah itu Setting Wireless, untuk menentukan SSID, Channel yang
digunakan, dan standar IEEE, dapat di lihat pada gambar 4.10
57
Gambar 4.10. Wireless Setting
Lalu pilih Manual Wireless Network Setup, agar kita dapat melakukan
setting pada kedua buah access point tersebut, dimana pada penelitian ini
access point diberi nama Dlink01 dan Dlink02.
58
Gambar 4.12. Masukkan SSID dan WEP
Setting WEP hanya untuk menjaga keamanan pada wireless sequrity yang
Gambar 4.11. Masukkan SSID dan WEP
Setting WEP hanya untuk menjaga keamanan pada wireless sequrity yang
terdapat pada access point. Disini peneliti menggunakan 64 bit (10hex
digits). Dapat dilihat pada gambar 4.11
59
Setelah itu klik network setting, dapat dilihat pada gambar 4.12. pada
tahap ini di setting range IP yang dapat digunakan oleh pengguna access
point.
Gambar 4.12. Network Setting
60
Setelah semuanya di setting dengan benar, di cek status keseluruhan. Hasil
akhir dapat dilihat pada gambar 4.13
Gambar 4.13. Status Akhir Konfigurasi
Setelah proses setting selesai mulailah dilakukan proses pengambilan data
untuk melakukan pengujian quality of service dengan menggunakan
parameter bandwidth, signal, dan noise.
61
Pngujian Pada Access Point
Pada tahap pengujian menggunakan Netstumbler 0.4.0 dan
WirelessMon 2.1 yang dibuat dengan 6 Buah Percobaan. Berikut hasil
percobaan di tunjukkan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5. Enam Buah Percobaan
Percobaan Jarak Kedua AP
Jarak Laptop ke AP
Channel Dlink01
Channel Dlink02
1 30 Meter 15 Meter 6 6 2 30 Meter 20 Meter 6 6 3 30 Meter 30 Meter 6 6 4 30 Meter 15 Meter 5 6 5 30 Meter 20 Meter 5 6 6 30 Meter 30 Meter 5 6
I. Dlink 01
Percobaan 1 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 15 Meter, dan kedua Access point
Menggunakan Channel yang sama, yaitu channel 6
yang berada pada frekuensi 2437 Mhz. Berikut
datanya dapat dilihat pada 2 buah software yaitu
Network Stumbler dan WirelessMon.
62
Gambar 4.14. Percobaan 1
a. Network Stumbler
Gambar 4.15. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 1
Keterangan :
Dari gambar 4.15 dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan
dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai
SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit
berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai = 44, sedangkan pada
Dlink02 bernilai = 35. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut
yaitu pada Dlink01 bernilai = -50, sedangkan pada Dlink02 = -47.
Gambar grafik 4.16 pada Dlink01 dan grafik 4.50 pada Dlink02
63
merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point
tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan
pada gambar grafik 4.16
Gambar 4.16. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 1 dengan menggunakan software WirelessMon.
64
b. WirelessMon
Gambar 4.17. Koneksi ke Dlink 01
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.17. diatas yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan
strenght signal = -56 dBm dan persentase signal 42%. Gambar
grafik yang diperoleh dari software WirelessMon pada gambar
4.18 dibawah ini :
65
Gambar 4.18. Grafik Signal Strenght pada Dlink01
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink01 pada percobaan 1 dapat dilihat pada gambar 4.19. dibawah
ini :
66
Gambar 4.19. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 2 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 20 Meter, dan Menggunakan
Channel 6 yang berada pada frekuensi 2437 Mhz.
Berikut datanya dapat dilihat pada 2 buah software
yaitu Network Stumbler dan WirelessMon.
67
Gambar 4.20. Percobaan 2
a. Network Stumbler
Gambar 4.21. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 2
Keterangan :
Dari gambar 4.21 dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan
dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai
SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit
berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai =19, sedangkan pada
68
Dlink02 bernilai = 36. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut
yaitu pada Dlink01 bernilai = 0, sedangkan pada Dlink02 = -64.
Gambar grafik 4.22 pada Dlink01 dan grafik 4.54 pada Dlink02
merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point
tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan
pada gambar grafik 4.22
Gambar 4.22. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 2 dengan menggunakan software WirelessMon.
69
b. WirelessMon
Gambar 4.23. Koneksi ke Dlink 01
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.23 diatas yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan
strenght signal = -82 dBm dan persentase signal 10%. Gambar
grafik yang diperoleh dari software WirelessMon pada gambar
4.24 dibawah ini :
70
Gambar 4.24. Grafik Signal Strenght pada Dlink01
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink01 pada percobaan 2 dapat dilihat pada gambar 4.25
71
Gambar 4.25. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 3 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 30 Meter, dan Menggunakan
Channel 6 yang berada pada frekuensi 2437 Mhz.
Berikut datanya dapat dilihat pada 2 buah software
yaitu Network Stumbler dan WirelessMon.
72
Gambar 4.26. Percobaan 3
a. Network Stumbler
Gambar 4.27. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 3
Keterangan :
Dari gambar 4.27 dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan
dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai
SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit
berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai = 43, sedangkan pada
73
Dlink02 bernilai = 19. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut
yaitu pada Dlink01 bernilai = -39, sedangkan pada Dlink02 = -56.
Gambar grafik 4.28 pada Dlink01 dan grafik 4.58 pada Dlink02,
merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point
tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan
pada gambar grafik 4.28
Gambar 4.28. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 3 dengan menggunakan software WirelessMon.
74
b. WirelessMon
Gambar 4.29. Koneksi ke Dlink 01
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.29 diatas yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan
strenght signal = -60 dBm dan persentase signal 37%. Gambar
grafik yang diperoleh dari software WirelessMon pada gambar
4.30 dibawah ini :
75
Gambar 4.30. Grafik Signal Strenght pada Dlink01
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink01 pada percobaan 3 dapat dilihat pada gambar 4.31
76
Gambar 4.31. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 4 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 15 Meter, dan Menggunakan
Channel 5 dan 6 yang berada pada frekuensi 2432
dan 2437 Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2
buah software yaitu Network Stumbler dan
WirelessMon.
77
Gambar 4.32. Percobaan 4
a. Network Stumbler
Gambar 4.33. Netstumbler menangkap Access Point pada
Percobaan 4
Keterangan :
Dari gambar 4.33. dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan
dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai
78
SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit
berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai = 48, sedangkan pada
Dlink02 bernilai = 47. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut
yaitu pada Dlink01 bernilai = -48, sedangkan pada Dlink02 = -51.
Gambar grafik 4.34 pada Dlink01 dan grafik 4.62 pada Dlink02,
merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point
tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan
pada gambar grafik 4.34
Gambar 4.34. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 4 dengan menggunakan software WirelessMon.
79
b. WirelessMon
Gambar 4.35. Koneksi ke Dlink 01
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.35. yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan strenght
signal = -52 dBm dan persentase signal 47%. Gambar grafik yang
diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.36. dibawah
ini :
80
Gambar 4.36. Grafik Signal Strenght pada Dlink01
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink01 pada percobaan 4 dapat dilihat pada gambar 4.37.
81
Gambar 4.37. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 5 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 20 Meter, dan Menggunakan
Channel 5 dan 6 yang berada pada frekuensi 2432
dan 2437 Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2
buah software yaitu Network Stumbler dan
WirelessMon.
82
Gambar 4.38. Percobaan 5
a. Network Stumbler
Gambar 4.39. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 5
Keterangan :
Dari gambar 4.39 dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan
dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai
SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit
83
berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai = 16, sedangkan pada
Dlink02 bernilai = 27. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut
yaitu pada Dlink01 bernilai = -67, sedangkan pada Dlink02 = -64.
Gambar grafik 4.40 pada Dlink01 dan grafik 4.66 pada Dlink02,
merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point
tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan
pada gambar grafik 4.40
Gambar 4.40. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 5 dengan menggunakan software WirelessMon.
84
b. WirelessMon
Gambar 4.41. Koneksi ke Dlink 01
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.41 yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan strenght
signal = -80 dBm dan persentase signal 12%. Gambar grafik yang
diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.42 dibawah
ini :
85
Gambar 4.42. Grafik Signal Strenght pada Dlink01
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink01 pada percobaan 5 dapat dilihat pada gambar 4.43
86
Gambar 4.43. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 6 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 30 Meter, dan Menggunakan
Channel 5 dan 6 yang berada pada frekuensi 2432
dan 2437 Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2
buah software yaitu Network Stumbler dan
WirelessMon.
87
Gambar 4.44. Perobaan 6
a. Network Stumbler
Gambar 4.45. Netstumbler menangkap Access Point pada Percobaan 6
Keterangan :
Dari gambar 4.45 dapat dijelaskan bahwa speed yang dihasilkan
dari kedua access point tersebut adalah 54Mbps, dan pada nilai
SNR atau Signal to Noise Ratio memiliki angka/nilai yang sedikit
88
berbeda dimana pada Dlink01 SNR bernilai = 27, sedangkan pada
Dlink02 bernilai = 17. dan terjadi juga perbedaan sinyal tersebut
yaitu pada Dlink01 bernilai = -70, sedangkan pada Dlink02 = -83.
Gambar grafik 4.46 pada Dlink01 dan grafik 4.70 pada Dlink02,
merupakan gambar yang diperoleh dari kedua access point
tersebut. Berikut gambar grafik pada Dlink 01 yang ditunjukkan
pada gambar grafik 4.46
Gambar 4.46. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 01
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 6 dengan menggunakan software WirelessMon.
89
b. WirelessMon
Gambar 4.47. Koneksi ke Dlink 01
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.47 yang dikoneksikan pada Dlink01 didapatkan strenght
signal = -78 dBm dan persentase signal 15%. Gambar grafik yang
diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.48 dibawah
ini :
90
Gambar 4.48. Grafik Signal Strenght pada Dlink01
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink01 pada percobaan 6 dapat dilihat pada gambar 4.49
91
Gambar 4.49. Bandwidth di WirelessMon
II. Dlink 02
Percobaan 1 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 15 Meter, dan Menggunakan Channel
6 yang berada pada frekuensi 2437 Mhz. Berikut
datanya dapat dilihat pada 2 buah software yaitu
Network Stumbler dan WirelessMon.
92
a. Network Stumbler
Gambar 4.50. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink02
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 1 dengan menggunakan software WirelessMon.
93
b. WirelessMon
Gambar 4.51. Koneksi ke Dlink02
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.51 yang dikoneksikan pada Dlink02 didapatkan strenght
signal = -55 dBm dan persentase signal 43%. Gambar grafik yang
diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.52 dibawah
ini :
94
Gambar 4.52. Grafik Signal Strenght pada Dlink02
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink02 pada percobaan 1 dapat dilihat pada gambar 4.53
95
Gambar 4.53. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 2 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 20 Meter, dan Menggunakan
Channel 6 yang berada pada frekuensi 2437 Mhz.
Berikut datanya dapat dilihat pada 2 buah software
yaitu Network Stumbler dan WirelessMon.
96
a. Network Stumbler
Gambar 4.54. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 2 dengan menggunakan software WirelessMon.
97
b. WirelessMon
Gambar 4.55. Koneksi ke Dlink 02
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.55 yang dikoneksikan pada Dlink02 didapatkan strenght
signal = -41 dBm dan persentase signal 61%. Gambar grafik yang
diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.56 dibawah
ini :
98
Gambar 4.56. Grafik Signal Strenght pada Dlink02
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink02 pada percobaan 2 dapat dilihat pada gambar 4.57
99
Gambar 4.57. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 3 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 30 Meter, dan Menggunakan
Channel 6 yang berada pada frekuensi 2437 Mhz.
Berikut datanya dapat dilihat pada 2 buah software
yaitu Network Stumbler dan WirelessMon.
100
a. Network Stumbler
Gambar 4.58. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 3 dengan menggunakan software WirelessMon.
101
b. WirelessMon
Gambar 4.59. Koneksi ke Dlink 02
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.59 yang dikoneksikan pada Dlink02 didapatkan strenght
signal = -63 dBm dan persentase signal 33%. Gambar grafik yang
diperoleh dari software WirelessMon pada gambar 4.60 dibawah
ini :
102
Gambar 4.60. Grafik Signal Strenght pada Dlink02
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink02 pada percobaan 3 dapat dilihat pada gambar 4.61
103
Gambar 4.61. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 4 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 15 Meter, dan Menggunakan
Channel 5 dan 6 yang berada pada frekuensi 2432
dan 2437 Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2
buah software yaitu Network Stumbler dan
WirelessMon.
104
a. Network Stumbler
Gambar 4.62. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 4 dengan menggunakan software WirelessMon.
105
b. WirelessMon
Gambar 4.63. Koneksi ke Dlink 02
Keterangan:
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.63 yang dikoneksikan pada Dlink02 didapatkan strenght
signal = -57 dBm dan persentase signal 41%. Gambar grafik yang
diperoleh dari software WirelessMoon pada gambar 4.64 dibawah
ini :
106
Gambar 4.64. Grafik Signal Strenght pada Dlink02
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink02 pada percobaan 4 dapat dilihat pada gambar 4.65
107
Gambar 4.65. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 5 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 20 Meter, dan Menggunakan
Channel 5 dan 6 yang berada pada frekuensi 2432
dan 2437 Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2
buah software yaitu Network Stumbler dan
WirelessMon.
108
a. Network Stumbler
Gambar 4.66. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 5 dengan menggunakan software WirelessMon.
109
b. WirelessMon
Gambar 4.67. Koneksi ke Dlink 02
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.67 yang dikoneksikan pada Dlink02 didapatkan strenght
signal = -70 dBm dan persentase signal 25%. Gambar grafik yang
diperoleh dari software WirelessMoon pada gambar 4.68 dibawah
ini :
110
Gambar 4.68. Grafik Signal Strenght pada Dlink02
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink02 pada percobaan 5 dapat dilihat pada gambar 4.69
111
Gambar 4.69. Bandwidth di WirelessMon
Percobaan 6 : Jarak kedua Access Point 30 Meter dan Jarak Laptop
ke Access Point 30 Meter, dan Menggunakan
Channel 5 dan 6 yang berada pada frekuensi 2437
Mhz. Berikut datanya dapat dilihat pada 2 buah
software yaitu Network Stumbler dan WirelessMon.
112
a. Network Stumbler
Gambar 4.70. Grafik Sinyal yang didapat oleh Dlink 02
Di saat yang bersamaan dilakukan pengambilan data pada
percobaan 6 dengan menggunakan software WirelessMon.
113
b. WirelessMon
Gambar 4.71. Koneksi ke Dlink 02
Keterangan :
Dalam WirelessMon didapatkan keterangan strenght sinyal dalam
bentuk dBm dan percentase kekuatan sinyal. Pada keterangan
gambar 4.71 diatas yang dikoneksikan pada Dlink02 didapatkan
strenght signal = -84 dBm dan persentase signal 7%. Gambar
grafik yang diperoleh dari software WirelessMon pada gambar
4.72 dibawah ini :
114
Gambar 4.72. Grafik Signal Strenght pada Dlink02
Pada WirelessMon jumlah bandwidth yang dihasilkan pada
Dlink02 pada percobaan 6 dapat dilihat pada gambar 4.73
115
Gambar 4.73. Bandwidth di WirelessMon
III. Pengujian Bandwidth
Pengujian Bandwidth melalui data yang didapat pada software
Network Stumbler. Dapat dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7
Tabel 4.6. Bandwidth Pada Dlink01 Pada Shannon Percobaan C /
Kapasitas SNR B = C /
Log2(1+SNR) 1 54 Mbps 44 8072.285 Hz 2 54 Mbps 19 3587.682 Hz 3 54 Mbps 43 7892.901 Hz 4 54 Mbps 48 8789.822 Hz 5 54 Mbps 16 3049.53 Hz 6 54 Mbps 27 5022.755 Hz
Tabel 4.7. Bandwidth Pada Dlink02 Pada Shannon
Percobaan C / Kapasitas
SNR B = C / Log2(1+SNR)
1 54 Mbps 35 6457.828 Hz 2 54 Mbps 36 6637.212 Hz 3 54 Mbps 19 3587.682 Hz 4 54 Mbps 47 8610.438 Hz
116
5 54 Mbps 27 5022.755 Hz 6 54 Mbps 17 3228.914 Hz
Tabel 4.8. Bandwidth yang di dapat dari WirelessMon
Bandwidth Dlink 01 Dlink 02 Percobaan 1 65 Mbit 65 Mbit Percobaan 2 65 Mbit 65 Mbit Percobaan 3 10 Mbit 10 Mbit Percobaan 4 130 Mbit 130 Mbit Percobaan 5 65 Mbit 65 Mbit Percobaan 6 130 Mbit 29 Mbit
Keterangan : Jumlah Bandwidth yang dihasilkan oleh software
Network Stumbler penulis melakukan
perhitungan menggunakan rumus shannon, dan
dihitung menggunakan MS. Excel. Sedangkan
jumlah bandwidth yang dihasilkan oleh software
Wirelessmon penulis mendapatkan hasilnya
tanpa dihitung, melainkan sudah terdapat pada
software tersebut.
IV. Pengujian Signal
Tabel 4.9. Pengujian Signal Range Keterangan
0 – 40 % Poor 40 % - 60 % Good 60 % - 100 % Excellent
Keterangan lain:
Apabila signal strenght yang diterima adalah 60% akan tetapi
jika noise mencapai 20% maka kondisinya adalah poor
117
connection, maka sedapat mungkin signal strenght harus
mencapai 80%.
Tabel 4.10. Pengujian Signal Dlink01 Percobaan dBm Persentase Keterangan
1 -56 42% Good 2 -82 10% Poor 3 -60 37% Poor 4 -52 47% Good 5 -80 12% Poor 6 -78 15% Poor
Tabel 4.11.Pengujian Signal Dlink02 Percobaan dBm Persentase Keterangan
1 -55 43% Good 2 -41 61% Good 3 -63 33% Poor 4 -57 41% Good 5 -70 25% Poor 6 -84 7% Poor
Keterangan : Pengujian Signal Dlink01 dan Dlink02 di
dapatkan nilai dBm dan persentase melalui
software Wirelessmon. Tanpa dilakukan sebuah
perhitungan oleh penulis. Karna hasilnya sudah
didapatkan pada software tersebut.
V. Pengujian Noise
Menggunakan Netstrumbler, Noise yang di dapatkan pada
dlink01 maupun dlink02 adalah sama yaitu -100, Seperti yang
sudah dibahas pada landasan teori, pada pengujian noise pada
point ke tiga yaitu : Perhatikan berapa tingkat noise, bila
118
mencapai lebih dari tingkat sensifitas radio (biasanya adalah
sekitar -83 dbm, baca spesifikasi radio), misalnya -100dbm
maka di titik station tersebut interferensinya cukup tinggi,
tinggal apakah signal strenght yang diterima bisa melebihi
noise.
Jadi pada pengujian Noise dapat di simpulkan, percobaan yang
dilakukan sebanyak 6 buah percobaan telah mengalami
interferensi, berdasarkan data yang didapatkan oleh penulis.
119
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Topologi Infrastruktur pada jaringan wireless yang telah dibangun, untuk
melihat interferensi dari access point (AP) dengan menggunakan software
Network Stumbler dan WirelessMon yang telah di analisis dan dilakukan
pengujian dengan enam buah percobaaan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada enam buah percobaan,
didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
a) Bandwidth : pada percobaan pertama bandwidth yang dihitung
menggunakan rumus shannon didapatkan pada Dlink01 sebesar
8072.285 MHz, pada percobaan kedua pada Dlink01 sebesar 3587.682
MHz, untuk lebih rinci pada setiap percobaan dapat dilihat pada tabel
4.5
b) Bandwidth : pada percobaan pertama bandwidth yang dihitung
menggunakan rumus shannon didapatkan pada Dlink02 sebesar
6457.828 MHz, pada percobaan kedua pada Dlink02 sebesar 6637.212
MHz, untuk lebih rinci pada setiap percobaan dapat dilihat pada tabel
4.6
120
c) Bandwidth : pada percobaan pertama bandwidth yang didapat dari
software WirelessMon pada Dlink01 sebesar 65 Mbits dan pada
Dlink02 sebesar 65 Mbits, untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel
4.7
d) Signal : pada percobaan pertama signal yang didapat sebesar -56 dBm
pada persentase 42% didapatkan keterangan Signal yang baik (Good),
tapi dengan persentase yang sangat kecil pada Dlink01, untuk lebih
rinci dapat dilihat pada tabel 4.9
e) Signal : pada percobaan pertama signal yang didapat sebesar -55 dBm
pada persentase 43% didapatkan keterangan Signal yang baik (Good),
tapi dengan persentase yang sangat kecil pada Dlink02, untuk lebih
rinci dapat dilihat pada tabel 4.10
f) Noise : pada percobaan yang dilakukan pada Dlink01 dan Dlink02,
Menggunakan Netstrumbler, Noise yang di dapatkan pada dlink01
maupun dlink02 adalah sama yaitu -100, Seperti yang sudah dibahas
pada landasan teori, pada pengujian noise pada point ke tiga yaitu :
Perhatikan berapa tingkat noise, bila mencapai lebih dari tingkat
sensifitas radio (biasanya adalah sekitar -83 dbm, baca spesifikasi
radio), misalnya -100dbm maka di titik station tersebut interferensinya
cukup tinggi, tinggal apakah signal strenght yang diterima bisa
melebihi noise.
121
2. Berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan, secara umum signal
yang dihasilkan pada setiap percobaan kurang baik akibat terkena
interferensi.
3. Agar terhindar dari interferensi perlu diperhatikan cara instalasi yang baik
pada jaringan wireless, agar tidak menemukan gangguan yang dapat
menurunkan kualitas pelayanan dari access point tersebut.
5.1 SARAN
1. Untuk mendapatkan kualitas yang baik dari access point agar terhindar dari
interferensi, sebaiknya dilakukan proses instalasi WLAN yang baik.
2. Menggembangkan jaringan wireless lebih baik lagi, sehingga user tidak perlu
menggunakan kabel sebagai jalur komunikasi pada zaman modern saat ini.
3. Pada saat melakukan proses pemasangan jaringan wireless sebaiknya
menggunakan teknik site survey, yaitu melakukan pengecekan lokasi sehingga
tidak terjadi gangguan pada saat pemasangan alat wireless.
122
DAFTAR PUSTAKA
Priyambodo, Tri Kuntoro and Friends, “Jaringan Wi-Fi Teori dan Implementasi”,
Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005
Purbo, Onno W,“Infrastruktur Wireless Internet”, Penerbit : Andi, Yogyakarta, 2003
Purbo, Onno W,“Internet Wireless & Hotspot”, Penerbit : Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2006
Rafiudin, Rahmat, ” CISCO ROUTER konfigurasi Voice, Video, dan Fax”, Penerbit :
Andi Offset, Yogyakarta, 2006
Sukamto, Rosa A, “Rapid Application Development (RAD), Prototyping”, 2009 Sutanta, Edhy, “Komunikasi Data & Jaringan Komputer”, Penerbit : Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2005
Stallings,William, “Komunikasi & Jaringan Nirkabel”, Penerbit : Erlangga, Jakarta, 2007
Stallings,William, “Komunikasi Data & Komputer”, Penerbit : Salemba Teknika, Jakarta,
2001
S’to, “Wireless Kung Fu Networking & Hacking”, Penerbit : Jasakom E-Learning, 2007
Sugeng, Winarno, ”Instalasi Wireless LAN”, Penerbit : Informatika Bandung, Bandung,
2005
1. http://pardabuan.blogspot.com/2009_06_01_archive.html Wahana Teknologi
Informasi dengan judul Prosedur Instalasi Wireless LAN diakses pada 5
November 2009 pukul 12.09 WIB
2. http://3.bp.blogspot.com/_ZsA5QZplN3E/SJmmg_8QI_I/s320/hal13.jpg diakses
pada 10 Desember pukul 19.01
123
3. http://3.bp.blogspot.com/_ZsA5QZplN3E/SJmmUUmK90I/s320/hal12.jpg
diakses pada 10 Desember pukul 19.05
4. http://www.itreviews.co.uk/graphics/normal/hardware/h441.jpg diakses pada 10
Desember pukul 19.08
5. http://www.epcos.com/web/generator/WLAN4,property=Data_en.jpg diakses
pada 10 Desember pukul 19.15