penilaian persediaannur... · web viewpada perusahaan manufaktur untuk menghitung persediaan perlu...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen PersediaanPenilaian dan Pengendalian Persediaan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi & Bisnis Manajemen 03 31033 Dinar Nur Affini, SE., MM.
Abstract KompetensiModul ini menjelaskan tentang: Penilaian persediaan Pengendalian persediaan
Diharapkan mahasiswa mampu menilai dan mengendalikan persediaan
Penilaian PersediaanPenilaian persediaan merupakan suatu pembahasan dengan menggunakan pendekatan
akuntansi. Persediaan disini diartikan sebagai barang dagangan yang disimpan untuk dijual
kembali dan bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan
keduanya.
Persediaan dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Persediaan barang dagangan (merchandise inventory)
2. Persediaan bahan baku yang diproses dalam perusahaan manufaktur.
Barang dagangan merupakan barang yang secara kontinyu dibeli dan dijual kembali,
sehingga merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan baik untuk
pedagang besar (grosir) maupun pedagang eceran (retail).
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mempunyai kegiatan menghasilkan
barang,sehingga persediaan yang dimaksudkan disini dapat berupa persediaan bahan
baku, barang dalam proses dan barang jadi. Pendekatan akuntansi yang digunakan adalah
akuntansi biaya yang bertujuan untuk menetapkan harga pokok produksi barang jadi.
Penentuan persediaan berperan penting dalam membandingkan biaya dengan pendapatan
dalam suatu periode tertentu.
Persediaan akhir suatu periode akan menjadi persediaan awal pada periode berikutnya,
sehingga apabila terjadi kesalahan perhitungan pada akhir periode akan berakibat pada
pelaporan laba bersih yang salah pada periode yang bersangkutan dan periode berikutnya.
2017 2 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Pencatatan Persediaan
Dalam sistem akuntansi, persediaan dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Sistem pencatatan persediaan perpetual (Perpetual Inventory System) Metode BukuDisebut sistem perpetual karena pencatatan akuntansinya dilakukan secara kontinyu
(perpetual) baik untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau harga pokoknya.
Dengan demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat diketahui setiap saat.
Sistem ini seringkali diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang dagangan
dengan harga per unit relatif mahal dan setiap unit barang dimungkinkan memiliki
variasi spesifikasi sesuai dengan keinginan konsumen. Contoh perusahaan yang
menerapkan misalnya perusahaan mobil, perusahaan pesawat terbang, mebel, dan
peralatan rumah tangga. Sistem perpetual ini juga bisa diterapkan oleh perusahaan
selain yang dicontohkan di atas dikarena penggunaan wide spreadsheet yang
disediakan oleh computer dan penggunaan scanner untuk mengidentifikasi setiap item
persediaan.
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan perpetual adalah sebagai
berikut:
a. Pembelian barang dagangan akan di debit pada akun persediaan.
b. Beban angkut pembelian akan di debit pada akun persediaan.
c. Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
d. Potongan pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
e. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) diakui
bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun persediaan akan di kredit.
f. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar
pembantu untuk setiap jenis/item persediaan.
2. Sistem pencatatan persediaan periodik (Periodic Inventory System) Metode FisikDisebut sistem periodik karena penghitungan jumlah dan nilai persediaan hanya akan
diketahui pada akhir periode saja untuk penyiapan pembuatan laporan keuangan.
Setiap terjadi transaksi pembelian barang maupun penjualan barang akun persediaan
tidak pernah dimutasi atau tidak pernah didebit jika adapembelian atau dikredit jika ada
penjualan. Akun persediaan akan diperbaharui nilainya hanya pada akhir periode saja
sebelum penyusunan laporan keuangan melalui penghitungan fisik persediaan (stock
opname) di gudang. Saat ini sangat sedikit perusahaan yang menerapkan sistem
periodik kecuali untuk perusahaan kecil yang menjual barang barang tertentu secara
eceran dengan harga yang murah misal permen, korek api, dan lain lain.
2017 3 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah sebagai
berikut:
a. Pembelian barang dagangan akan didebit pada akun pembelian.
b. Tidak ada pencatatan pada akun persediaan.
c. Beban angkut pembelian akan didebit pada akun beban angkut pembelian.
d. Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun retur dan potongan
pembelian.
e. Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun potongan tunai pembelian.
f. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) dihitung
pada akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan penilaian persediaan
akhir.
Perbedaan dari metode perpetual dan periodik adalah sebagai berikut:
Metode Perpetual Metode PeriodikPerkiraan pembelian, retur pembelian, potongan pembelian, dan biaya angkut
Tidak ada Ada
Pencatatan transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian
Dalam persediaan barang dagangan
Dalam perkiraan masing-masing
Penjualan Harus diikuti adanya pencatatan harga pokok penjualan
Tidak perlu dilakukan pencatatan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode secara agregat
Penggunaan Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau distributor dengan sedikit macam barang yang diperdagangkan dan mudah untuk menentukan besarnya harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat
Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/retail yang mempunyai banyak macam persediaan barang dagangan dan sulit untuk ditentukan harga pokok setiap terjadi penjual
2017 4 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Perbedaan jurnal pencatatan persediaan menurut metode perpetual dan periodik adalah
sebagai berikut:
Metode Perpetual Metode Periodik
Transaksi Pembelian
a. Secara Tunai Dr. Persediaan (Inventory)Cr. Kas (Cash)
Dr. Persediaan (Inventory)Cr. Kas (Cash)
b. Secara Kredit Dr. Persediaan (Inventory)Cr. Hutang Dagang (Account Payable)
Dr. Pembelian (Purchases)Cr. Hutang Dagang (Account Payable)
Transaksi Retur Pembelian
a. Secara Tunai Dr. Kas (Cash)Cr. Penjualan (Sales)
Dr. Kas (Cash)Cr. Retur Pembelian (Purchases Return)
b. Secara Kredit Dr. Hutang Dagang (Account Payable)Cr. Penjualan (Sales)
Dr. Hutang Dagang (Account Payable)Cr. Retur Pembelian (Purchases Return)
Transaksi Penjualan
a. Secara Tunai Dr. Kas (Cash)Cr. Penjualan (Sales)
Dr. Harga Pokok Penjualan (COGS)Cr. Persediaan (Inventory)
Dr. Kas (Cash)Cr. Penjualan (Sales)
b. Secara Kredit Dr. Piutang Dagang (Account Receivable)Cr. Penjualan (Sales)
Dr. Harga Pokok Penjualan (COGS)Cr. Persediaan (Inventory)
Dr. Piutang Dagang (Account Receivable)Cr. Penjualan (Sales)
Dr. Harga Pokok Penjualan (COGS)Cr. Persediaan (Inventory)
Kesalahan dalam pencatatan persediaan akan berakibat kesalahan dalam menentukan
harga pokok persediaan yang pada akhirnya akan terjadi kesalahan pada laporan laba rugi.
Begitu juga pencatatan persediaan yang terlalu rendah atau tinggi akan mempengaruhi
perhitungan laba rugi, misalnya persediaan akhir yang benar adalah Rp. 40.000,- dan nilai
persediaan yang salah adalah Rp. 50.000,- dan Rp. 35.000,-
1. Pelaporan persediaan yang benar yaitu jumlah persediaan Rp.40.000,-
Penjualan Bersih…………………….. Rp. 40.000,-
Harga Pokok Penjualan…………….. Rp. 22.000,- (-)
Laba Kotor……………………………. Rp. 18.000,-
Biaya………………………………….. Rp. 7.000,- (-)
Laba bersih………………..………… Rp. 11.000,-
2. Pelaporan persediaan yang salah yaitu jumlah persediaan Rp.50.000,-
Penjualan Bersih…………………….. Rp. 40.000,-
Harga Pokok Penjualan…………….. Rp. 12.000,- (-)
Laba Kotor……………………………. Rp. 28.000,-
Biaya………………………………….. Rp. 7.000,- (-)
Laba bersih…………………..……… Rp. 21.000,-
2017 5 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
3. Pelaporan persediaan yang salah yaitu jumlah persediaan Rp.35.000,-
Penjualan Bersih…………………….. Rp. 40.000,-
Harga Pokok Penjualan…………….. Rp. 27.000,- (-)
Laba Kotor……………………………. Rp. 13.000,-
Biaya………………………………….. Rp. 7.000,- (-)
Laba bersih……………………..…… Rp. 6.000,-
Penentuan Harga Pokok Persediaan
Harga pokok persediaan terdiri atas harga beli persediaan/barang ditambah semua
pengeluaran yang terjadi pada saat pembelian barang tersebut. Jenis pengeluaran yang
umum adalah biaya transportasi, biaya masuk (impor) dan sauransi selama kerugian
perjalanan, harga barang lebih mudah diidentifikasi berdasarkan penentuan dari penjual,
sedangkan biaya yang nilainya sangat kecil dapat dibebankan pada biaya operasi periode
yang bersangkutan.
Apabila informasi harga tidak lengkap yaitu tidak diketahui sisa sisa persediaan berasal dari
harga yang mana,maka digunakan asumsi arus harga pokok (flow of cost) dari barang yang
keluar dari perusahaan. Asumsi ini meliputi :
1. Arus harga pokok berdasarkan urutan pembelian
2. Arus harga pokok berdasarkan urutan pembelian tetapi dibalik dan arus harga pokok
berdasarkan rata-rata seluruh pembelian.
Pada perusahaan manufaktur untuk menghitung persediaan perlu ditambahkan biaya-biaya
yang terlibat didalamnya, adapun biaya-biaya tersebut adalah:
1. Biaya pabrik (manufacturing cost) merupakan biaya yang terjadi dalam pabrik selama
suatu periode tertentu, sehingga biaya disini terjadi mulai dari awal proses sampai
akhir proses produksi berlangsung. Biaya pabrik terdiri dari :
a. Biaya bahan baku (raw material cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang dengan
mudah dapat diidentifikasi.
b. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) adalah biaya untuk tenaga yang
langsung menangani proses produksi
c. Biaya pabrikase (overhead) yaitu biaya yang tidak termasuk dalam biaya bahan
baku dan tenaga kerja langsung.
2017 6 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
2. Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi
selama satu periode yang terdiri dari biaya yang di bebankan pada proses awal
ditambah biaya pabrik dan biaya-biaya yangdibebankan pada persediaan dalam
proses pada akhir periode.
3. Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) merupakan biaya-biaya yang
telah diselesaikan selama satu periode. HPP terdiri dari biaya pabrik ditambah
persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir
periode. Harga pokok produksi selama satu periode ini dilaporkan dalam laporan harga
pokok produksi (cost of goods manufactured statement) dan laporan ini merupakan
bagian dari harga pokok penjualan (cost of goods sold).
Metode Penaksiran dan Penilaian Persediaan
Penaksiran seringkali digunakan dalam mengembangkan harga dan jumlah persediaan.
Dalam melakukan penafsiran dan penilaian terhadap persediaan terdapat beberapa metode:
1. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)Metode laba kotor didasarkan atas hubungan yang dianggap ada diantara laba kotor
penjualan. Diterapkan pada penjualan untuk menghitung harga pokok barang-barang
yang tersedia untuk dijual untuk mencapai suatu saldo persediaan yang ditaksir.
Metode laba kotor ini bermanfaat apabila :
a. Sistem berkala sedang digunakan dan persediaan diperlukan untuk laporan
sementara atau untuk menghitung persediaan dari minggu ke minggu atau dari
bulan ke bulan.
b. Suatu persediaan telah hancur atau hilang oleh bencana kebakaran, pencurian
atau yang lainnya dan data yang diperlukan untuk menilainya tidak ada
c. Dikehendaki untuk menguji atau memeriksa ketepatan angka-angka persediaan
yang dihitung dengan alat-alat lain yang disebut dengan uji laba kotor.
Untuk menggunakan metode ini harus memenuhi beberapa persyaratan :
a. Penggunaan metode laba kotor untuk perhitungan sementara persediaan.
Metode ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada pimpinan yang
tidak disediakan bila digunakan system berkala, memperkirakan persediaan yang
didasarkan pada periode jangka pendek (bulanan,mingguan dan lain-lain) dan
sebagai alat tindakan pengawasan untuk menghindari kelebihan atau kekurangan
barang dalam persediaan.
2017 7 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Untuk mengetahui perputaran persediaan dalam satu tahun dapat menggunakan
rumus :
HargaPokok PenjualanPersediaanRata−Rata
Untuk memperoleh perhitungan perputaran persediaan dapat diperoleh dengan
menganalisis penjualan dan pembelian dengan menggunakan perkiraan
persediaan bulanan dengan metode laba kotor.
Contoh :
Dari catatan pembukuan yang diperiksa, diperoleh informasi yang berhubungan
dengan persediaan sebagai berikut:
Persediaan awal (1 Januari) Rp 75.000,-
Pembelian Rp. 705.000,-
Penjualan Rp. 930.000,-
Atas dasar tingkat laba kotor sebesar 25 % dari hasil penjualan, seperti
kebijaksanaan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir ini, maka besarnya nilai
persediaan akhir (31 Desember) dapat ditentukan sbb :
Persediaan Awal Rp. 75.000,-
Pembelian Rp. 705.000,- (+)
Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 780.000,-
Hasil Penjualan Rp. 930.000,-
Laba Kotor Rp. 232.500,-
Taksiran Harga Pokok Penjualan Rp. 697.500,- (-)
Persediaan Akhir (Taksiran) Rp. 82.500,-
b. Penggunaan metode laba kotor untuk penghitungan kerugian karena bencana.
Metode ini digunakan untuk memperkirakan persediaan pada saat penghitungan
secara fisik tidak dapat dilakukan yang disebabkan oleh bencana/musibah seperti
banjir, kebakaran dan sebagainya.
Contoh :
Pada tanggal 10/11/2000 Gudang sebuah perusahaan terbakar. Berikut ini adalah
informasi yang berhubungan dengan persediaan yang berhasil dikumpulkan dari
awal bulan s.d kebakaran terjadi :
Persediaan 1 November 2000 Rp 1.000.000,-
Pembelian Bersih Rp. 7.500.000,-
Penjualan Bersih Rp. 8.000.000,-
Perusahaan menetapkan Laba Kotor sebesar 25 % dari Penjualan .
2017 8 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Barang yang masih ada setelah kebakaran diperkirakan dapat dijual dengan harga
Rp 500.000,-
Berdasarkan informasi di atas maka dapat dihitung (ditaksir) nilai persediaan yang
terbakar sebagai berikut:
Persediaan 1 November 2000 Rp. 1.000.000,-
Pembelian Bersih Rp. 7.500.000,- (+)
Barang Tersedia Untuk Dijual Rp. 8.500.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp. 6.000.000,- (-)
Persediaan Akhir Rp. 2.500.000,-
Persediaan yang masih ada Rp. 375.000,- (-)
Persediaan yang terbakar Rp. 2.125.000,-
Apabila perusahaan menetapkan laba kotor sebesar 25 % dari Harga Pokok
Penjualan, maka nilai persediaan yang terbakar dihitung sebagai berikut:
Persediaan 1 November 2000 Rp. 1.000.000,-
Pembelian Bersih Rp. 7.500.000,- (+)
Barang Tersedia Untuk Dijual Rp. 8.500.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp. 6.400.000,- (-)
Persediaan Akhir Rp. 2.100.000,-
Persediaan yang masih ada Rp. 400.000,- (-)
Persediaan yang terbakar Rp 1.700.000,-
2. Metode Persediaan Dengan Harga JualMetode harga jual banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan kecil
(pengecer/retailer) dengan tujuan untuk menentukan perkiraan keadaan persediaan
yang ada apabila dibutuhkan sewaktu-waktu. Metode ini dapat digunakan dengan
syarat pencatatan barang-barang yang dibeli dibedakan dengan harga jual.
Prosentase harga beli dihitung berdasarkan persediaan yang siap dijual dengan harga
beli persediaan dengan harga jual. Prosentase harga jual ini dapat digunakan untuk
persediaan akhir dengan harga jualnya yaitu dengan cara menguranngi penjualan
tahun yang bersangkutan dengan sejumlah persediaan yang siap dijual dengan harga
jualnya.
2017 9 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Persediaan Siap Jual Harga Jual
Persediaan barang, 1 jan………………………… Rp. 50.000 Rp. 65.000
Pembelian dalam bln januari…………………….. Rp. 35.000 Rp. 55.000
Barang tersedia dijual…………………………….. Rp. 85.000 Rp. 120.000
Prosentase harga (85.000:120.000) = 70,8%
Dikurangi penjualan bulan januari……………….. Rp. 60.000
Persediaan barang, 31 jan dengan harga jual Rp. 60.000
Persediaan barang, 31 jan dengan perkiraan harga
(Rp. 60.000x70,8%) RP. 42.480
Dengan menggunakan metode harga jual, maka dihasilkan penilaian persediaan
berdasarkan harga rata-rata dan prosentase harga terhadap harga jual untuk
persediaan akhir adalah sama dengan prosentase harga beli tehadap barang-barang
yang terjual.
Keuntungan penggunaan metode harga jual adalah perkiraan persediaan sementara
dapat diperoleh tanpa perhitungan fisik dan bila persediaan fisik dilakukan untuk
laporan berkala, maka persediaan tersebut dapat dihargai dengan harga jual dan
kemudian dirubah ke harga beli tanpa melihat biaya-biaya dan faktur satu-persatu,
sehingga dapat menghemat biaya dan waktu, kerugian yang diakibatkan adanya
pencurian/kehilangan dapat dihitung dan diawasi karena perhitungan fisik persediaan
harus sesuai dengan persediaan menurut harga jual yang dihitung dan apabila terjadi
kehilangan harus dicatat sebagai kehilangan.
Meskipun demikian penggunaan metode ini masih memungkinkan terjadinya
kesalahan penaksiran nilai persediaan yang disebabkan oleh pencatatan ganda.
Idealnya dalam perhitungan persediaan tidak terjadi perubahan-perubahan harga jual,
akan tetapi dalam kenyataannya adalah sebaliknya yaitu sering kali terjadi perubahan
harga jual, permintaan dan faktor-faktor lain.
2017 10 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Berdasarkan hal tersebut, maka perusahaan kemungkinan melakukan penyesuaian
dengan cara:
a. Markup dan markdown.
Pada saat perusahaan menetapkan harga jualnya diatas harga beli, maka selisih
nilai yang ditetapkan tersebut merupakan nilai mark-up. Besarnya mark-up tidak
ada ketentuan tergantung masing-masing perusahaan dan mark-up dapat
dinaikkan lagi yang disebut dengan markdown. Sebagai ilustrasi perusahaan
membeli persediaan seharga Rp. 2.000,. per unit kemudian perusahaan akan
menjual kembali dengan harga jualnya sebesar Rp. 2.500,. (markup Rp. 500,-)
karena penentuan harga jual ini dirasa masih kurang, maka perusahaan
menaikkan harga jual menjadi Rp. 2.700,- (tambahan markup Rp. 200,-).
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa terjadi kejenuhan dipasar,
sehingga perlu dilakukan penurunan harga dan bedasarkan penelitian pasar harga
yang dapat diterima pasar adalah Rp. 2.600., (pembatalan markup Rp. 100,-),
dengan harga yang sudah diturunkan ternyata pasar belum mampu menyerap oleh
karena perusahaan menurunkan lagi menjadi Rp. 2.200,- (markdown Rp. 300,-).
b. Biaya transportasi.
Dalam perhitungan persediaan, biaya transportasi harus dimasukkan dalam harga
pembelian, sedangkan potongan pembelian dan pembelian yang dikembalikan
serta cadangan harus dikurangkan. Adanya pengembalian barang yang dibeli akan
berpengaruh terhadap perhitungan baik menurut harga maupun harga jual,
sehingga pengembalian pembelian merupakan penyesuaian yang tepat terhadap
penjualan kotor karena persediaan kembali seperti semula. Sedangkan potongan
pembelian hanya mempengaruhi jumlah seluruh harga kecuali terdapat
penyesuaian harga jual terhadap potongan tersebut, sehingga potongan penjualan
dan cadangan penjualan tidak dikurangkan dalam menghitung taksiran persediaan
akhir menurut harga jual. Pengurangan hanya dilakukan pada saat harga suatu
barang ditambahkan pada perhitungan persediaan menurut harga jual pada waktu
barang dibeli dan dikurangkan pada waktu barang dijual yang semuanya
didasarkan pada harga penjualan kotor.
c. Permasalahan dalam metode harga jual.
Perhitungan prosentase harga untuk seluruh persediaan hanya berlaku apabila
persediaan dianggap homogen, sehingga apabila persediaan memiliki harga yang
bervariasi diperlukan pembukuan dan perhitungan yang terpisah. Kedua, metode
ini dapat digunakan apabila berkaitan dengan pajak pendapatan dengan syarat
pembayar pajak melaksanakan pencatatan yang valid dan memuaskan, sehingga
dapat mendukung perhatian persediaan yang konsisten terhadap laporan pajak.
2017 11 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
3. Metode First In First Out (FIFO). Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa perhitungan harga pokok didapatkan dari:
persediaan awal ditambah persediaan dikurangi persediaan akhir. Angka pembelian
bersih berasal dari saldo perkiraan yang bersangkutan dibuku besar, angka kuantitas
persediaan awal dan akhir diperoleh dengan cara melakukan perhitungan fisik. Harga
pokok persediaan dihitung dari perkalian kuantitas pada harga pokok per unit,
penentuan harga pokok yang digunakan tergantung pada metode penetapan harga
pokok yang dipilih.
Berikut contohnya:
Tanggal Keterangan Kuantitas HPP/unit Nilai HPP Total1 Jan Pers. Awal 200 Rp. 100 Rp. - Rp. 20.000,-
20 Feb Pembelian 1 150 Rp. 120 Rp. 18.000,-
15 Maret Pembelian 2 300 Rp. 130 Rp. 39.000,-
20 Okt Pembelian 3 250 (+) Rp. 200 Rp. 50.000,- Rp. 107.000,- (+)
31 Des Tersedia dijual 900 Rp. 127.000,-
Contoh diatas menunjukkan bahwa persediaan awal periode sudah ditentukan
kuantitas maupun harga pokok per unitnya, penentuan harga pokok persediaan ini
harus sama dengan penentuan akhir persediaan. Untuk melanjutkan pembahasan ini,
seandainya persediaan akhir periode 31 Desember bedasarkan perhitungan fisik
adalah 350 unit. Berdasarkan perhitungan dengan metode FIFO, maka persediaan
akan dinilai dengan harga pembelian yang terakhir dan apabila kuantitas pembelian
tidak mencakupi pada pembelian terakhir ini, maka akan diambilkan pada kuantitas
bulan sebelumnya dan seterusnya. Hal ini sesuai dengan metode FIFO yaitu biaya
yang akan dibebankan ke perhitungan laba rugi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
lebih awal.
Bedasarkan hasil perhitungan dengan metode FIFO didapatkan:
Tanggal Pembelian Kuantitas HPP/unit Total Harga Pokok
15 Maret 300 Rp. 100,- Rp. 30.000,-
20 Okt 50 Rp. 120 Rp. 6.000,- (+)
Rp. 36.000,-
Sehingga harga pokok penjualan dengan menggunakan metode FIFO adalah sebagai
berikut:
Persediaan awal, 1 januari Rp. 20.000
Pembelian bersih selama periode ybs Rp. 107.000,-
Persediaan tersedia di jual Rp. 127.000,-
Persediaan akhir, 31 desember Rp. 36.000,-
Harga pokok penjualan Rp. 91.000,-
2017 12 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
4. Metode Last In First Out (LIFO)Merupakan metode perhitungan harga pokok dengan cara menghitung persediaan
akhir bedasarkan ketentuan bahwa harga beli yang lebih awal yang didahulukan.
Tanggal Pembelian Kuantitas HPP/Unit Total Harga Pokok1 Jan 200 Rp. 130Rp. 39.000,-
20 Feb 150 Rp. 200Rp. 10.000,-
Rp. 49.000,-
Sehingga harga pokok penjualan dengan menggunakan metode FIFO adalah sebagai
berikut:
Persediaan awal, 1 januari Rp. 20.000,-
Pembelian bersih selama periode ybs Rp. 107.000,-
Pembelian tersedia dijual Rp. 127.000,-
Persediaan akhir, 31 desember Rp. 49.000,-
Harga pokok penjualan Rp. 78.000,-
5. Metode rata-rataHarga pokok rata-rata persediaan barang yang akan dijual dapat dihitung dengan
menggunakan metode rata-rata dan hasilnya adalah:
Harga pokok= harga pokok persediaan yang tersediadijualrata−rata kuantitas yang pe rsediaan yang tersedia dijual
Harga pokok=Rp .127 .000 ,− ¿900
=Rp .141,1¿
Dengan menggunakan metode rata-rata, maka dapat ditentukan harga pokok
persediaan pada akhir desember sebesar Rp. 49.385,- (350 x Rp. 141,1), sehingga
harga pokok penjualannya adalah sebesar:
Persediaan awal, 1 januari Rp. 20.000
Pembelian bersih selama periode ybs Rp. 107.000,-
Persediaan tersedia dijual Rp. 127.000,-
Persediaan akhir, 31 desember Rp. 49.385,-
Harga pokok penjualan Rp. 77.615,-
Pengaruh metode penetapan harga pokok. Dari tiga metode yang telah diterangkan
diatas terdapat perbedaan nilai persediaan dan harga pokok penjualannya, seperti
yang tertulis dibawah ini:
Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan
Metode FIFO Rp. 36.000,- Rp. 91.000,-
Metode LIFO Rp. 49.000,- Rp. 78.000,-
Metode rata-rata Rp. 49.385,- Rp. 77.615,-
2017 13 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Perbedaan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan ini mengakibatkan
jumlah laba bersih, total aktiva maupun total yang berbeda pula. Laba bersih tertinggi
diperoleh dengan menggunakan metode FIFO dan laba bersih terendah diperoleh
dengan menggunakan metode LIFO. Begitu juga dengan total aktiva dan total modal
tertinggi diperoleh dari perhitungan FIFO dan sebaliknya yang terendah dari
perhitungan LIFO. Sementara itu hasil perhitungan rata-rata berada diantara FIFO
dan LIFO. Pemilihan salah satu metode diantara metode yang ada bergantung pada
masing-masing perusahaan, yang jelas pemilihan tersebut harus didasarkan pada
manfaat yang akan diperoleh perusahaan. Yang perlu diingat analisis diatas hanya
terjadi apabila terjdi kenaikan harga, apabila harga mengalami penurunan tentu saja
akan terjadi hal sebaliknya. Penurunan harga akan berakibat, laba bersih dan nilai
persediaan terendah dengan menggunakan metode LIFO, laba bersih dan nilai
persediaan terendah dengan menggunakan metode FIFO. Sedangkan nilai rata-rata
tetap tidak berubah, dimana nilai persediaan dan harga pokok penjualan akan
berada diantar FIFO dan LIFO.
6. Metode identifikasi khususMerupakan metode yang digunakan untuk perhitungan harga pokok yang dibebankan
pada barang-barang yang dijual dan yang masih ada dalam persediaan didasarkan
atas harga pokok yang dikeluarkan khusus untuk barang-barang yang
bersangkutan. ,etode ini lebih cocok apabila digunakan untuk perhitungan barang-
barang yang jumlahnya terbatas dengan nila per unitnya tinggi seperti pada industry
otomotif dan elektronik. Sebagai gambaran sebuah perusahaan “laptop” yang bergerak
dalam jual beli laptop bekas memiliki persediaan sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Kuantitas Harga pokok/unit2 januari Pentium 1 1 Rp. 1.500.000,-
7 januari Pentium 2 1 Rp. 3.500.000,-
15 januari Pentium 3 1 Rp. 4.700.000,-
26 januari Celeron 1 Rp. 1.400.000,-
30 januari Pentium 4 1 Rp. 5.600.000,-
Persediaan yang tersedia dijual 5 Rp. 16.700.000,-
Sedangkan persediaan pada akhir periode bulan januari adalah sebesar:
Laptop Celeron Rp. 1.400.000,-Laptop Pentium 4 Rp. 5.600.000,-Persediaan 31 jan Rp. 7.000.000,-
2017 14 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
7. Metode TaksiranMerupakan metode yang dalam menentukan jumlah persediaan dengan menggunakan
perhitungan fisik terhadap persediaan yang ada, hal ini dimungkinkan apabila pihak
manajemen menginginkan laporan setiap saat. Akan tetapi metode model ini
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang lebih besar. Karena adanya kesulitan
mempertemukan dua kepetingan ini, maka diperlukan cara yang tepat untuk
menentukan harga pokok persediaan yaitu yang didasarkan pada metode taksiran.
Walaupun metode taksiran ini tidak setepat dengan metode perhitungan fisik, akan
tetapi berguna dalam pembuatan laporan secara periodik.
Pengendalian Persediaan
Pengendalian Persediaan
Masalah pengendalian persediaan merupakan masalah yang penting dalam fungsi
manajerial. Hal ini disebabkan karena nilai persediaan seringkali merupakan porsi yang
besar dalam neraca.
Persediaan dapat diartikan sebagai segala sesuatu atau sumber-sumber daya organisasi
yang disimpan dalam rangka mengantisipasi pemenuhan permintaan
Persediaan dapat meliputi bahan mentah, barang dalam proses barang jadi atau produk
akhir, bahan pembantu atau pelengkap serta komponen lain yang menjadi bagian dari
output suatu perusahaan.
Persediaan dapat juga diwujudkan dalam bentuk jenis persediaan yang lain seperti uang,
ruangan fisik (bangunan pabrik) peralatan dan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan
permintaan.
2017 15 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Fungsi Utama Pengendalian Persediaan
Fungsi utama pengendalian perusahaan adalah untuk “menyimpan” dalam rangka melayani
kebutuhan perusahaan akan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi dan jenis
persediaan yang lain dari waktu ke waktu.
Fungsi tersebut akan ditentukan oleh :
1. Jangka waktu. Semakin lama jangka waktunya berarti kebutuhan persediaan semakin
banyak.
2. Produksi atau jumlah yang dibeli melebihi dari yang dibutuhkan, maka sisanya akan
menjadi persediaan. Dan ini akan berfungsi menurunkan biaya produksi.
3. Bila permintaan bersifat musiman, sementara produksi bersifat konstan maka
persediaan akan berfluktuasi.
Masalah dan Komponen Biaya Persediaan
Masalah utama pengendalian persediaan adalah membantu meminimalkan biaya total
operasi perusahaan.
Dengan demikian terdapat dua keputusan penting yang harus diambil agar tujuan tersebut
dapat tercapai yaitu :
1. Berapa jumlah persediaan yang dipesan/diadakan setiap kali pemesanan (pemesanan
optimal)
2. Kapan pemesanan harus dilakukan
Sebagai konsekuensi dari masalah tersebut maka ada biaya-biaya yang harus ditanggung
perusahaan dalam mengelola persediaan. Komponen biaya pengendalian persediaan dapat
terdiri dari :
1. Biaya pemesanan dan pengadaan (Ordering & procurement cost) yang mencakup
biaya pengangkutan, biaya pengumpulan, pemilikan, penempatan dan penyusunan di
gudang sampai pada biaya-biaya manajerial yang berhubungan dengan pemesanan
sampai penempatan di gudang.
2. Biaya penyimpanan (Holding cost atau carrying cost ) yang terjadi karena perusahaan
menyimpan persediaan. Biaya-biaya ini sebagian besar merupakan biaya
penyimpanan secara fisik, disamping pajak, biaya asuransi dan lain-lain.
3. Biaya penyiapan (set up cost), terjadi bila barang tidak dipesan tetapi diproduksi
sendiri dalam pabrik di perusahaan.
2017 16 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
4. Biaya kekurangan bahan atau kehabisan barang (shortage cost) yaitu biaya yang
terjadi akibat persediaan tidak mencukupi kebutuhan permintaan. Termasuk dalam
biaya ini adalah kehilangan pelanggan, penjualan, biaya pemesanan khusus dan lain-
lain.
5. Biaya pembelian (purchasing cost), yaitu biaya untuk membeli persediaan.
Keakuratan Catatan dan Siklus Perhitungan
Tingkat kesalahan yang dapat diterima menurut rekomendasi APICS (The American
Production and Invetory Control) adalah ± 0,2% untuk item A, ± 1% untuk item B, dan ± 5%
untuk item C. Setiap sistem produksi harus memiliki kesepakatan antara persediaan yang
tercatat dan yang ada. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya perbedaan diantara
keduanya.
Cara yang ditempuh perusahaan agar pencatatannya akurat :
1. Apabila memiliki gudang tempat persediaan, maka harus ada petugas yang
bertanggungjawab dan gudang harus dikunci dan setiap gudang penyimpanan harus
memiliki mekanisme pencatatan yang baik.
2. Setiap pengambilan/pengeluaran persediaan harus ada pencatatan dan tidak semua
orang diperbolehkan mengeluarkan persediaan.
3. Menghitung jumlah fisik persediaan sesering mungkin dengan menggunakan metode
siklus perhitungan.
Cara termudah melakukan perhitungan adalah pada saat gudang persediaan tidak ada
kegiatan, biasanya dilakukan di akhir pekan. Apabila tidak memungkinkan dilakukan
persediaan secara fisik, maka dalam pembelian persediaan yang baru harus lebih hati-hati
dan ditempatkan yang agak terpisah, sehingga memudahkan membedakan dan
menghitungnya.
Permasalahan dalam Persediaan
Permasalahan-permasalah yang biasanya timbul dalam persediaan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan biaya yang realistis.
Beberapa model yang ditawarkan dapat megoptimalkan masalah persediaan
menghadapi beberapa kendala yang cukup sulit. Secara praktek banyak mengalami
kesulitan dalam menentukan biaya-biaya yang nyata seperti biaya pemesanan,
penyimpanan, persiapan, dan kehabisan bahan. Hal ini disebabkan oleh data
2017 17 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
perhitungan yang biasanya dalam bentuk rata-rata, sementara yang dibutuhkan adalah
marginalnya.
Contoh Grafik sebagai berikut :
Asumsi Realisasi
2. Permasalahan yang sama juga terjadi dalam menentukan biaya penyimpanan,
misalnya pada biaya gudang mencapai nol sampai saat gudang kosong. Banyak
perusahaan yang memperkirakan biaya persediaan didasarkan pada biaya
penyimpanan yang riil seperti biaya keusangan, biaya modal, dan biaya asuransi.
3. Terhadap dua pendekatan terhadap data yang tidak akurat yaitu pertama melakukan
analisis terhadap efek kesalahan dengan cara melakukan analisis sensivitas terhadap
model persediaan untuk mengetahui kesalahan pada biaya pemesanan, persiapan,
penyimpanan, dan pengaruh biaya total tahunan. Kedua, melakukan analisis terhadap
investasi persediaan dan beban kerja dan dibandingkan dengan biaya pemesanan dan
penyimpanan.
Kesalahan Biaya
Model persediaan pada umumnya dalam bentuk kuadrat, oleh karena itu kesalahan yang
signifikan sering kali memiliki efek yang lebih kecil daripada yang diharapkan, artinya tingkat
keakuratan yang tinggi kurang begitu diperhitungkan dalam menerima keuntungan potensial.
Dengan kata lain bukan berarti pengurangan dapat dilakukan pada jumlah pesanan tetapi
lebih mengarah pada pencarian penyebab timbulnya biaya persediaan dan menekankan
pada pos pengurangan biaya persediaan yang tepat.
2017 18 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Tabel Perbandingan biaya
No. Biaya Pemesanan (S)
Pemesanan Optimal (Q)
Biaya Variabel ∆VC
1 Rp. 5,- 40 250 29%
2 Rp. 10,- 56,57 353,55 0%
3 Rp. 20,- 80 500 41%
Total selisih yang diguanakan dengan menggunakan nilai S dari setengah sampai dua
kalinya terdapat perbedaan terhadap biaya total sebesar Rp. 250,- biaya total ini bervariasi
dengan nilai kurang dari 1% yaitu antara 0,4% yang terendah sampai dengan 0,6% yang
tertinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka perusahaan dapat mengurangi biaya persediaan
total dengan cara memotong biaya pemesanan sebesar 5-10% atau mengurangi tingkat
persediaan dengan lead time-nya.
Pengendalian Persediaan dalam Perusahaan Jasa
Berikut gambaran pentingnya pengendaian persediaan dalam perusahaan jasa :
1. Kebijakan persediaan swalayan.
Setiap swalayan harus memiliki bagian yang bertugas mengidentifikasi item
persediaan, perusahaan pemasok, dan biaya setiap item.
2. Jasa reparasi dan pemeliharaan kendaraan.
Perusahaan jasa ini berhubungan dengan beberapa distributor atau merupakan
perusahaan waralaba dari industry otomotif. Agar semua pelanggan dapat dilayani,
maka perusahaan dapat menyediakan berbagai komponen yang dibutuhkan oleh
setiap kendaraan. Untuk memudahkan menghitung jumlah persediaan yang tersedia
dan yang telah digunakan sebaiknya digunakan komputer yang akan memberikan
definisi ukuran, jenis, kemanfaatan, dan kesesuaiannya.
Pengaruh Perubahan Elemen Biaya
Biaya merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pembelian persediaan
karena biaya mempengaruhi jumlah pesanan dan jumlah produksi.
2017 19 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Dalam model EOQ, jumah pemesanan berbanding lurus dengan DS artinya perubahan
jumlah permintaan (D) ataupun jumlah pemesanan (S) akan meningkatkan EOQ. Pengertian
berbanding lurus adalah apabila D/S meningkat, maka EOQ meningkat dan sebaliknya.
Sedangkan hubungan EOQ dengan biaya penyimpanan berbanding terbalik artinya apabila
biaya penyimpanan meningkat, maka EOQ akan turun dan sebaliknya. Begitu juga dengan
iaya penyimpanan (C) dan harga barang/unit (P), peningkatan biaya penyimpanan dan
harga pembelian barang pemesanan akan menurunkan EOQ san sebaliknya.
Adanya perubahan-perubahan yang mugkin terjadi perlu diantisipasi dengan cara
mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan tersebut dapat disikapi dengan melakukan
analisis sensivitas, yaitu analisis yang menggambarkan kepekaan terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi artinya berapa besar perubahan satu variabel akan berdampak pada
variabel lain dan seberapa besar perubahan-perubahan itu diperbolehkan.
Pengaruh Perubahan Lead Time
Lead time merupakan waktu tunggu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang
sampai di perusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reorder point dan saat
penerimaan barang. Lead time muncul karena setiap pemesanan membutuhkan waktu dan
tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada “jeda” waktu. Dalam EOQ,
lead time diasumsikan konstan yang artinya dari waktu ke waktu selalu tetap. Akan tetapi
dalam preakteknya lead time banyak yang berubah-ubah, untuk mengantisipasinya
perusahaan sering menyediakan safety stock.
Lead time dalam EOQ dapat digambarkan sebagai berikut :
2017 20 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1
Daftar PustakaRichardus Eko Indrajit, (2005), Manajemen Persediaan, Grasindo, Jakarta
Heizer Jay, B. Rander, (2006), Manajemen Operasi, Salemba Empat, Jakarta
Hani Handoko (2002). Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogyakarta
Siswanto, (2005), Riset Operasi, Erlangga, Jakarta
M. Syamsul Ma’arif (2003). Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta
Sofyan Assauri (2001). Manajemen Operasi. BPFE. Yogyakarta
Martinich (2003). Operation Management. Prentice Hall. New York
2017 21 Manajemen Persediaan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1