peningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan desim

28
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DESIMAL MELALUI KELOMPOK – KELOMPOK KECIL BAGI SISWA K BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola pikir masyarakat. Program pendidikan yang ada pada saat ini diharapkan mampu menyediakan sumber daya manusia yang mampu menjawab dan memecahkan masalah sesuai dengan tuntutan zaman. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pembaharuan dunia pendidikan serta penekanan- penekanan pada hal-hal yang masih kurang diminati siswa. Perlu diperhatikan bahwa keberhasilan pendidikan tidak semata-mata ditentukan oleh sekolah. Keluarga dan masyarakat juga akan sangat berpengaruh. Maka sekolah, keluaraga, dan masyarakat perlu bekerja sama agar pendidikan dapat berhasil dengan baik.Salah satu pemecahan berbagai permasalahan yang digunakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan adalah pemanfaatan atau penelitian pendidikan.Penelitian pendidikan diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Tindakan kelas tersebut merupakan suatu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki atau meningkatkan layanan pendidikan yang dilaksanakan dalam kontek pembelajaran di kelas. Konsep-konsep dalam matematika adalah abstrak, sedangkan para siswa sekolah dasar memahami konsep dari hal yang kongkrit menuju hal yang abstrak. Oleh karena itu

Upload: yurmia-ana

Post on 24-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DESIMAL MELALUI KELOMPOK KELOMPOK KECIL BAGI SISWA K

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DESIMAL MELALUI KELOMPOK KELOMPOK KECIL BAGI SISWA K

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola pikir masyarakat. Program pendidikan yang ada pada saat ini diharapkan mampu menyediakan sumber daya manusia yang mampu menjawab dan memecahkan masalah sesuai dengan tuntutan zaman. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pembaharuan dunia pendidikan serta penekanan-penekanan pada hal-hal yang masih kurang diminati siswa. Perlu diperhatikan bahwa keberhasilan pendidikan tidak semata-mata ditentukan oleh sekolah. Keluarga dan masyarakat juga akan sangat berpengaruh. Maka sekolah, keluaraga, dan masyarakat perlu bekerja sama agar pendidikan dapat berhasil dengan baik.Salah satu pemecahan berbagai permasalahan yang digunakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan adalah pemanfaatan atau penelitian pendidikan.Penelitian pendidikan diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Tindakan kelas tersebut merupakan suatu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki atau meningkatkan layanan pendidikan yang dilaksanakan dalam kontek pembelajaran di kelas. Konsep-konsep dalam matematika adalah abstrak, sedangkan para siswa sekolah dasar memahami konsep dari hal yang kongkrit menuju hal yang abstrak. Oleh karena itu diperlukan jembatan berpikir dengan menggunakan media pembelajaran atau alat peraga.Matematika adalah ilmu yang mempunyai objek berupa fakta, konsep dan operasi serta prinsip. Kesemua objek tersebut harus dipahami secara benar oleh siswa, karena materi tertentu dalam matematika bisa merupakan prasarat untuk menguasai materi matematika yang lain, bahkan untuk pelajaran yang lain seperti fisika, keuangan dan lain-lain.Pecahan desimal biasanya banyak digunakan dalam pengukuran-pengukuran perhitungan keuangan dan kalkulator. Aplikasi pecahan desimal langsung dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Pecahan desimal juga merupakan pengetahuan prasyarat dalam perhitungan prosentase hitungan keuangan, penghitungan luas,penghitungan satuan, pengukuran, ( panjang, massa dan lain-lain), menghitung jarak atau kecepatan sebuah benda yang bergerak.Berdasarkan pengalaman peneliti, selama mengajar masih banyak siswa sekolah dasar SD Negeri Sumberwuluh OI khususnya kelas VB yang masih rendah kemampuannya dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Mengingat banyak sekali aplikasi pecahan yang langsung dipakai dalam kehidupan sehari-hari, maka penguasaan penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal oleh siswa harus mendapat perhatian khusus.Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru. Salah satu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membentuk kelompok-kelompok kecil agar siswa mau berpikir aktif dan mampu bertanya jawab dengan kelompoknya.

B. Rumusan MasalahPermasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah hasil belajar matematika pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok bagi siswa kelas V SD Negeri Sumberwuluh OI Tahun ajaran2008 - 2009 ?

C. Tujuan PenelitianSesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian masalah ini adalah Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal melalui model pembelajarn interaktif dengan kerja kelompok bagi siswa kelas VB SD Negeri Sumberwuluh OI Tahun ajaran2008 - 2009 ?D. Manfaat PenelitianHasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yangberarti bagi :1. Guru atau pendidikMenambah wawasan guru dengan menerapkan kelompok kecil yang senantiasa guru akan membawa siswa lebih menyenangi pelajaran matematika.2. SiswaDengan penelitian ini diharapkan siswa akan dapat mengatasi kesulitan yang dialami melalui kelompok-kelompoknya. Siswa juga lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya maupun memecahkan masalah teman-temannya.3. SekolahHasil penelitian ini diharapkan akan memberi wacana perubahan yang lebih baik sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

E. Hipotesis TindakanBerdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok bagi siswa kelas VB SD Negeri Sumberwuluh OI Tahun ajaran2008 - 2009 dapat ditingkatkan.

F. Landasan TeoriAgar tidak terjadi perbedaan dalam istilah dalam penafsiran judul tersebutpeneliti perlu memberi penegasan istilah-istilah dalam penelitian ini.1. Hasil belajar matematikaHasil belajar matematika pada skripsi ini dimaksudkan sebagai nilai tes yang diperoleh siswa pada tes formatif yang dilaksanakan setelah pembelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan decimal yang materinya meliputi cara mendatar, bersusun pendek dan soal bentuk cerita penelitian .

2. Kelompok-kelompok kecilSiswa satu kelas dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa. Anak akan belajar dengan baik jika mereka terlibat secara mental dalam kegiatan yang dia lakukan, baik secara mandiri maupun kelompok.Melalui kelompok anak akan belajar mengamati cara anak lain memecahkan masalah.3 Diskusi kelompokProses kegiatan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan.4.Pecahan desimalMenurut Muchtar A. Karim (2001-6.III), pecahan desimal adalah : pecahanyang menyatakan nilai tempat persepuluhan, perseratusan, perseribuan dan seterusnya.a. Bilangan di sebelah kiri tanda koma menyatakan bilangan bulatnya.b. Tanda koma sebagai pembatasc. Bilangan sebelah kanan koma menyatakan pecahannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian BelajarTujuan suatu proses belajar mengajar adalah memberi pemahaman materi kepada siswa agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Buku penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar (1995 : 91) menguraikan bahwa belajar adalah upaya untuk perubahan pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan yang pada gilirannya akan ada pengaruhnya dalam perubahan tingkah laku. Perubahan yang dimaksud selalu berhubungan peningkatan.Dengan demikian seseorang dikatakan belajar kalau ada perubahan tingkah lakunya. Menurut Rochman Natawidjaja (1984 : 13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperolaeh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalm interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Morgan (M. Dalyono, 1996:211) menyebutkan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.Herman Hudoyo (1988 : 1) mengatakan belajar merupakan kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Perubahan yang terjadi dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Menurut Rochman Natawidjaja (1984 : 13-15) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut :a. Terjadi secara sadar.b. Bersifat kontinu dan fungsional.c. Bersifat positif dan aktif.d. Bukan bersifat sementara.e. Bertujuan atau terarah.f. Mencakup seluruh aspek tingkah laku.Nana Sujana (1998 : 5) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang.Dari definisi di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. Perubahan sebagai hasil proses belajardapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,penalaran, kecakapan, kebiasaan, serta aspekaspek lain yang sedang ada pada diri individu yang sedang belajar.2. Belajar MatematikaPengertian belajar matematika yang dikemukakan oleh Jerome Brunner (Herman Hudoyo,1988:56) mengatakan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antara konsep-konsep dan struktur struktur itu . Lain dari itu peserta didik lebih mudah mengingat matematika itu bila yang dipelajari merupakan pola yang berstruktur.Dengan memahami konsep dan struktur akan mudah terjadinya transfer. Di dalam belajar matematika, Brunner hampir selalu menilai dengan memusatkan keteraturan intuitif peserta didik yang sudah dimiliki itu .Ini berarti peserta didik dalam belajar haruslah terlihat aktif mentalnya yang dapat diperhatikan keaktifan fisiknya.Selanjutnya Brunner (Herman Hudaya,1988:57) menuliskan anak berkembang dalam tiga tahap.Tiga tahap perkembangan mental itu adalah :a. EnactiveDalam tahapan ini proses anak-anak di dalam belajar akan menggunakan /memanipulasi obyek-obyek secara langsung.b. EconicTahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dan obyek-obyek. Dalam hal ini anak anak tidak memanipulasi obyek-obyek seperti dalam tahap enactive,melainkan sudah dapat ada lagi memanipulasi dengan menggunakan dari obyek.c. SimbolicTahap akhir ini menurut Brunner merupakan tahap manipulasi symbol simbolsecara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan obyek- obyek.Secara garis besar Brunner mengemukakan empat teori belajar sebagai berikut :a. Teorema kontruksi ( construction theorem )Teori ini mengatakan bahwa cara berfikir seorang peserta didik untukmenilai belajar konsep dan prinsip di dalam belajar matematika pesertadidik akan sangat terbantu sekali dengan adanya benda kongkrit.b. Teorema notasi ( notation theorem )Teori ini menyatakan bahwa kontruksi permulaan belajar dibuat lebih sederhana secara kognitif dan dapat dimengerti lebih baik oleh peserta didik, jika kontruksi itu menurut notasi yang sesuai dengan perkembangan mental peserta didik diharapkan dapat mengembangkan gagasan-gagasan berupa prinsip-prinsip kreasi baru.c. Teorema perbedaan dan variasi ( contrast theorem )Teori ini menyatakan bahwa prosedur belajar gagasan matematika yang berjalan dari kongkret menuju abstrak harus disertai perbedaan dan variasi, suatu konsep matematika akan lebih bermakna bagi peserta didik,jika konsep itu dibandingkan dengan konsep lain.d. Teori konektivitas ( conectivity theorem )Teori ini menyatakan bahwa di dalam konsep matematika struktur danketerampilan dihubungkan dengan konsep, struktur, dan keterampilan.Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar matematika mempunyaiempat aspek: fakta, konsep, prinsip, dan skill. Menurut Pandoyo (1984:3-5)pengertian tersebut di atas adalah sebagai berikuta. Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan atau sesuatu yangsesuai dengan keadaan yang sebenarnya.contoh : simbol, angka, dan notasi.b. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita untukmengelompokkan benda-benda (obyek) ke dalam contoh atau bukancontoh

Konsep ini memiliki tiga dimensi yaitu :1). internalisasi pengembangan pola mental yang memberikan pada kita untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut.2). verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep tersebut.3). nama, artinya mengetahui nama yang pada konsep konsep.c. Prinsip sebagai pola hubungan fungsional antara konsep-konsep.prinsippokok disebut hukum atau teorema yang disajikan dalam bentuk rumus. Contoh prinsip adalah penjumlahan dari bilangan real adalah komulatif, dua garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam satu bidang datar akan berpotongan di satu titik.d. Skil (keterampilan) adalah keterampilan mental untuk menjalankanprosedur untuk menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat.Contoh skil adalah kemampuan dapat menyelesaikan soal materi nilai tempat. (Amin Suyitno, dkk,1997:41) materi yang disajikan pada umumnya terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama adalah uraian, sedang bagian kedua adalah latihan. Kedua bagian tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan. Artinya mempelajari matematika mencakup dua bagian yaitu bagian teori yang mempelajari fakta, konsep, dan prinsip serta bagian lain yaitu berlatih keterampilan mempergunakan konsep dan prinsip untuk menyelesaikan soal-soal matematika.3. Prestasi Belajara. Pengertian prestasi belajarMenurut W.S. Winkel (Anomim, 1995 : 35) prestasi adalah keberhasilan yang dapat dicapai.Prestasi jika dihubungkan dengan belajar dapat diartikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajarAnak belajar karena bertujuan untuk mencapai suatu hasil atau prestasi. Dalam kegiatan belajar itulah yang dimaksud dengan prestasi belajar.Akan tetapi dalam pencapaiannya banyak hambatan-hambatan yang mempengaruhi akibat dari faktor-faktor tertentu.Ditinjau dari faktor guru dan siswa faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:1). Faktor internala). kelemahan fisikb). kelemahan mentalc). kebiasaan dari sikap yang salahd).tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan.2). Faktor eksternala). bahan dan buku yang dipergunakanb). beban studi yang terlalu beratc). populasi siswa dalam kelasd). metode pengajaran yang kurang tepate). sarana dan prasarana4. Kesulitan Belajara. Kesulitan belajar dan gejala-gejalanya.Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam prosesyang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapaihasil belajar. Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajardi antaranya adalah.1). menunjukkan prestasi yang rendah atau dibawah rata-rata nilai yangdicapai kelompok.2). hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan.3). lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.4). menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh,berpura - puradusta dan lain-lain.5). menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, datangterlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak mau mencatatpelajaran dan lain-lain.6).menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.b. Latar belakang kesulitan belajarMenurut Rachman Natawijaya (1984 :21) kesulitan belajar yang dihadapioleh siswa disebabkan oleh berbagai faktor baik yang terdapat dalamdirinya maupun di luar dirinya.1). Faktor dari dalam (intern)Faktor dari dalam diri siswa diantaranya adalaha). kurangnya kemampuan dasar yang ada dalam diri siswab). kurangnya bakat khusus yang mendasari kegiatan belajar.c). kurangnya motivasi untuk belajar.d).gangguan jasmani seperti : cacat tubuh dan gangguan pada panca indera.e). situasi pribadi (emosional)f). faktor-faktor bawaan seperti : buta warna, kidal, dan lain-lain.2). Faktor dari luar (ekstern)Faktor-faktor dari luar diri siswa diantaranya adalaha). faktor lingkungan sekolah yang kurang menunjang proses belajar.b). situasi dalam keluarga yang kurang menunjang untuk belajar.c). lingkungan sosial yang kurang memadai.5. Ketuntasan BelajarMenurut Suhito (1986) ketuntasan belajar menurut kurikulum 1984 meliputi :a. Ketuntasan belajar dapat dilihat secara kelompok maupun perorangan.b. Secara kelompok ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai jika sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah memenuhi ketuntasan secara perorangan.c. Secara perorangan ketuntasan belajar dinyatakan telah terpenuhi jikaseseorang siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan yang dipelajari.d. Dalam kurikulum1984 taraf penguasaan minimal yang ditetapkan dalam ketuntasan belajar secara perorangan adalah 1). 75% dari materi setiap satuan bahasan dengan melalui penilaian formatif.2). 60% dari nilai ideal rapor yang diperoleh melalui penghitungan hasiltes sumatif dan kokurikuler.6. Lembar Kerja (LKS)a. PengertianDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah, Balai Penataran guru (1998 : 4) menyebutkan pengertian lembar pengajaran yaitu lembar pengajaran atau LP pada umumnya disebut sebagai lembar kerja atau LK yang dirancang untuk menyusun berbagai macam lembar kerja agar dapat memenuhi kebutuhan kelas. Lembar kerja yang memuat berbagai permasalahan dapat dimanfaatkan untuk memberikan tugas tambahan, pekerjaan rumah dan proses belajar mengajar. Lembar kerja yang digunakan untuk kegiatan proses belajar mengajar di kelas adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS adalah salah satu bentuk program yang berdasarkan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan. Oleh sebab itu LKS harus dipersiapkan dengan baik, agar tujuan dapat dicapai. LKS juga digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mengecek tingkat pengalaman peserta didik terhadap materi yang disajikan. LKS dapat digunakan melalui kurikulum apabila bertujuan untuk mengembangkan materi yang telah disajikan atau tugasyang materinya dapat dipelajari secara mandiri tanpa melalui tatap muka.b. Tujuan LKS1). Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.2). Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.3). Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses belajar.c. Manfaat LKS1). Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.2). Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yangdipelajari melaui kegiatan belajar.3). Membantu guru dalam menyusun rencana pengajaran4). Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsepyang dipelajari secara sistematis.7. Alat PeragaUntuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu digunakan media pengajaran atau alat peraga secara tepat. Media pengajaran sangat berperandalam membimbing abstraksi para siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan alat peraga berupa kartu-kartu bilangan dari 0-9 yang dapat ditempelkan pada kolom-kolompenjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Dengan alat peraga tersebutdiharapkan siswa lebih mudah dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan desimal. Dalam proses pembelajaran ini peneliti juga membentuk kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan Lembar Kerja Siswa agar siswa lebih aktif dalam pemecahan masalah yang dihadapi.8. Sistem Belajar KelompokSistem belajar kelompok tersusun atas kelompok siswa, belajar dan kelompok. Sistem diartikan suatu metode atau cara. Belajar diartikan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman, seperti yang sudah diuraikan di atas. Kelompok adalah sejumlah orang yang berada/berkumpul di suatu tempat di mana orang-orang tersebut dihubungkan oleh beberapa faktor pengikat dalam suatu kerangka pencapaian tujuan tertentu.Dari pengertian belajar yang telah diuraikan di muka kemudian dihubungkan dengan pengertian kelompok sehingga dapat dijelaskan mengenai pengertian belajar kelompok yang mempunyai pengertian suatu proses kegiatan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Belajar bersama (kelompok) pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama, artinya setiap orang turut memberikan sumbangan pikiran dalam memecahkan persoalan tersebut, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik sebab cara belajar sendiri di rumah sering menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Untuk mengatasinya divariasikan dengan cara belajar bersama dengan teman yang paling dekat (belajar kelompok). Selanjutnya Nana Sudjana (2002:116) memberikan beberapa petunjuk untuk melakukan belajar kelompok yaitu sebagai berikuta. Pilih teman yang paling cocok untuk bergabung dalam satu kelompok yangterdiri dari 3 sampai 5 orang. Anggota yang terlalu banyak biasanya kurangefektif.b. Tentukan dan sepakati bersama kapan, di mana, dan apa yang akan dibahasserta apa yang perlu dipersiapkan untuk keperluan diskusi tersebut.c. Setelah berkumpul secara bergilir tetapkan siapa pemimpin yang akanmengatur diskusi dan siapa penulis yang akan mencatat hasil diskusi.d. Rumuskan pertanyaan atau masalah yang akan dipecahkan agarpembahasan tidak menyimpang.e. Bahas dan pecahkan setiap persoalan satu persatu sampai tuntas.f. Persoalan yang tidak dapat dipecahkan ditinggalkan dan dimintakanpendapatnya kepada guru.g. Kesimpulan atau hasilnya dicatat penulis dibagikan kepada anggotakelompok untuk dipelajari lebih lanjut.Belajar kelompok ini diperlukan sekali bagi para siswa yang mendapattugas untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa.a. Kelebihan belajar kelompok1). Dengan belajar kelompok memungkinkan adanya komunikasidiantara anggota kelompok.2). Siswa dapat lebih mudah melihat kesulitan siswa yang lain dalampemahaman dan kadang-kadang dapat menerangkan daripada yangdilakukan guru.3). Siswa dapat bekerja lebih baik daripada bekerja sendiri.4). Siswa lebih termotovasi dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.5). Melatih siswa untuk belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung dalam masyarakat.6). Menumbuhkan persahabatan, saling menghargai dan kerja sama yang lebih kuat karena adanya mengenal diantara anggota kelompoknya.b. Kelemahan belajar kelompokSelain memiliki kelebihan, belajar kelompok juga mempunyai kelemahan, antara lain:1). Sering kesulitan menilai keterlibatan siswa dan ketertarikan siswa.2). Jika ada siswa yang banyak bicara akan mengganggu jalannya belajar kelompok.3). Siswa yang memiliki sikap menutup diri akan menunjukkan sikap acuh tak acuh.Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok adalah:a. TujuanTujuan harus jelas bagi setiap anggota kelompok, agar diperoleh hasil kerja yang baik. Tiap anggota harus tahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Itulah sebabnya dalam setiap kerja kelompok perlu didahului dengan kegiatan diskusi untuk menentukan kerjaapa dan oleh siapa.b. InteraksiDalam kerja kelompok ada tugas yang harus diselasaikan bersamasehingga perlu dilakukan pembagian kerja. Salah satu persyaratan utamabagi terjadinya kerjasama adalah komunikasi yang efektif, perlu adanyainteraksi antar anggota kelompok.c. KepemimpinanTugas yang jelas, komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang baik akan berpengaruh terhadap suasana kerja, dan pada gilirannya suasana akan mempengaruhi proses penyelesaian tugas. Oleh karena itu maka produktivitas dan iklim emosional kelompok merupakan dua aspek yang saling terkait dalam proses kelompok(Hasibuan dkk, 1995:24-25).

9. Penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal.a. Penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal secara mendatar.Contoh :1). 12,26 + 15,23 = 27,492). 135,6 + 26,18 = 161,783). 2,36 + 13,5 + 16,8 = 32,664). 32,61 - 15,28 = 17,335). 45,6 - 26,18 = 19,426). 93,26 - 19,5 - 23,65 = 50,11b. Penjumlahan dan pengurangan secara bersusun pendekContoh :1). 63,76 2). 41,8 3). 6,23(76,5612,8(165,667123,867(25,1318,9(37,7312,64). 25,6 5). 32,67 6). 45,673,447,8- 5,88426,78632,8912,7117,0915,8c. Penyelesaian soal cerita tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal.Contoh :1). Pak Yanto memiliki dua kebun kopi. Masing-masing menghasilkan3,25 ton dan 5,6 ton. Berapa ton kopi yang dihasilkan kebun PakYanto?Jawab:Diketahui : Pak Yanto memiliki dua kebun kopi, masing-masing((kebun menghasilkan kopi 3,25 ton dan 5,6 ton.Ditanyakan : Berapa ton kopi yang dihasilkan kedua kebun itu?((Penyelesaian : Kopi yang dihasilkan kebun Pak Yanto = n ton.((3,25 ton + 5,6 ton = n tonn = 8,85 ton.Jadi kedua kebun Pak Yanto menghasilkan kopi sebanyak 8,85 ton.2). Sebuah KUD mempunyai pupuk untuk petani 7,5 kuintal. Dalamminggu ini diambil oleh anggota koperasi 0,85 kuintal dan 1,27kuintal. Berapa kuintal pupuk yang masih ada di KUD sekarang?Jawab :Diketahui : Sebuah KUD mempunyai pupuk 7,5 kuintal. Diambil((anggotanya sebanyak 0,85 kuintaldan 1,27 kuintal.Ditanyakan : Berapa kuintal pupuk yang masih ada di KUD sekarang?((Penyelesaian : Pupuk yang ada di KUD = n kuintal.((7,5 kuintal 0,85 kuintal 1,27 kuintal = n kuintal.6,65 kuintal - 1,27 kuintal = 5,38 kuintal.Jadi pupuk yang masih ada di KUD sekarang adalah 5,38 kuintal.

10. Kerangka BerpikirDengan melalui diskusi kelompok-kelompok kecil pembelajaran pada pokokbahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal dapat ditingkatkan, di mana dalam kelompok tersebut terdapat kerja sama dan saling membantuantar siswa dalam kelompoknya. Sehingga keaktifan siswa meningkat dansiswa lebih mudah memahami materi pembelajaran. Pembelajaran diskusikelompok menumbuhkan daya kreatifitas, mengasikkan, menyenangkan dantidak membosankan.

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Lokasi PenelitianPenelitian di SD Negeri Sumberwuluh OI sekolah yang terletak di desa sumberwuluh kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. SD Negeri Sumberwuluh OI memiliki siswa berjumlah 309 siswa,laki laki sebanyak 171, perempuan sebanyak 138.Yang dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2008/ 2009.B. Pendekatan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian t

B. Subyek PenelitianPenelitian mengambil subyek seluruh siswa kalas VB SD Sumberwuluh OI, desa Sumberwuluh kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang Tahun ajaran 2008/ 2009, berjumlah 25 Siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki, dan 8 siswa perempuan.Penelitian ini dilakukan di kelas VB sebab peneliti mengajar di kelas tersebut.Latar belakang orang tuanya sebagian besar sebagai petani, yaitu sebanyak 70 %, buruh 15 %, pedagang 10 %, dan pegawai negeri 5 %. Dengan data pekerjaan orang tua diatas sangat mempengaruhi perhatiannya terhadap perkembangan belajar anak di rumah. Sehingga perhatian guru di sekolah sangat menentukan keberhasilan pendidikan siswa.

C. Prosedur Kerja Dalam PenelitianPenelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK) yang dilaksanakandalam dua siklus. Setiapsiklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan,tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Siklus I meliputia. Perencanaan1).Dokumentasi kondisional, memeriksa buku tugas siswa, daftar nilai harian.2).Identifikasi masalah, siswa kelas VB SD Sumberwuluh OI kurang menguasai tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Dengan kata lain siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan desimal yang desimalnya tidak sama.3).Membuat skenario pembelajaran dengan melalui diskusi kelompok-kelompok kecil.4).Menyeleksi jenis keterampilan mana yang dapat dicapai siswa.5).Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.7).Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui daya serap hasil belajar siswa.

b. Tindakan1). Guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana.2). Guru bersama siswa membahas secara singkat materi penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal dengan melihat alat peraga,berupa kartu-kartu bilangan.3). Guru membagikan lembar kerja buatan guru dan didiskusikan secara kelompok.4). Guru mengarahkan jalannya diskusi serta membimbing membuat simpulan.5). Guru mengevaluasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan memberikan post tes.

c. ObsevasiObservasi meliputi langkah-langkah sebagai berikut:1). Observasi tentang persiapan pembelajaran.2). Observasi tentang aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.3). Observasi tentang aktivitas guru pada saat pembelajaran berlangsung.d. RefleksiSemua data yang telah dikumpulkan oleh observer dianalisis bersamasama peneliti. Refleksi dilaksanakan dengan cara mengukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data-data yang diperoleh selanjutnya disimpulkan, bagaimana hasil belajar siswa dan hasil pembelajaran guru. Langkah-langkah berikutnya refleksi hasil yang telah dikerjakan untuk membantu mencari jawaban peneliti menggunakan instrumen tes, lembar observasi, dan angket.

2. Siklus II meliputi:a. Perencanaan ulang.Berdasar hasil refleksi pada siklus I baik yang berkaitan dengan guru, siswa dan perangkatnya maka diadakan perencanaan ulang yang meliputi seluruh perencanaan pada siklus I.b. Tindakan1). Guru melakukan semua langkah sebagaimana pada siklus I.2). Guru mengadakan pos tes pada akhir pelaksanaan siklus II untuk mengukur hasil belajar siswa.c. Observasi1). Melakukan semua langkah-langkah sebagaimana pada siklus I.2). Observasi data hasil ulangan pos tes siklus II.d. RefleksiPeneliti bersama observer menganalisa semua tindakan kelas pada siklus II sebagaimana langkah yang telah dilakukan pada siklus II,selanjutnya peneliti mengadakan refleksi. Apakah melalui diskusikelompok-kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal?

D.Pelaksanaan pada Siklus ISesuai dengan gagasan yang dikemukakan maka peneliti mengembangkanrencana penelitian berupa prosedur kerja yang dilaksanakan di dalam kelas.Siklus I merupakan pembelajaran matematika dengan pokok bahasan penjumlahan pecahan desimal. Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dalam 4 jam pelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 Mei 2009, pada jam ke 3 dan ke 4, selama 80 menit. Dengan perincian 10 menit untuk apersepsi, 50 menit untuk kegiatan inti pembelajaran, 20 menit untuk tes individual dan pemberian pekerjaan rumah. Pertemuan ke dua dilaksanakan pada tangga 27 Mei 2009 pada jam ke 1 dan ke 2, selama 80 menit. Pembagian waktunya, 5 menit untuk persiapan dan apersepsi, 30 menit untuk kegiatan inti pembelajaran, 5 menit tanya jawab dan menarik kesimpulan serta 40 menit untuk tes akhir siklus I.1. Proses Perencanaana. Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu penjumlahan pecahan desimal.b. Merancang rencana pengajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.( Lampiran 4 )c. Merancang lembar kerja siswa yang dapat didiskusikan oleh kelompok-kelompok kecil tersebut. (Lampiran 4 )d. Merancang soal secara individu sebagai sarana untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. ( Lampiran 12 )e. Menyiapkan perangkat untuk pencatatan, dokumentasi dalam kegiatan mengajar dengan menggunakan lembar obsevasi dan angket.(Lampiran 13-14 )2. Proses Pelaksanaan Tindakan.a. Guru melaksanakan pembelajaran tentang penjumlahan pecahan desimal, sesuai dengan rencana pengajaran.b. Guru menggunakan metode tanya jawab, untuk mengamati pemahaman konsep tentang penjumlahan pecahan desimal.c. Guru memperagakan alat peraga berupa kartu-kartu bilangan untuk penjumlahan pecahan desimal.d. Pembentukan kelompok-kelompok kecil dengan melihat pemerataan kemampuan berpikir siswa. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok.Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.e. Guru membagi LKS, siswa mendiskusikan LKS tersebut bersama kelompoknya.f. Guru bersama siswa membahas LKS secara klasikal dan membimbing membuat simpulan tentang penjumlahan pecahan desimal.g. Guru memberikan latihan soal secara individuE.Pelaksanaan Siklus IISiklus II merupakan pembelajaran tentang pengurangan pecahan decimal dilaksanakan dua kali pertemuan dalam empat jam pelajaran. Pertemuan pertamadilaksanakan pada hari pada jam ke 2 dan ke 3 selama 80 menit. Dengan perincian 10 menit untuk persiapan dan apersepsi, 50 untuk kegiatan inti pembelajaran dan 20 menit untuk tes individual dan pemberian pekerjaan rumah. Pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari . Pada jam pertama dan ke dua selama 80 menit.Pembagian waktunya 5 menit untuk persiapan dan apersepsi 30 menit kegiatan inti pembelajaran, 5 menit untuk tanya jawab dan menarik simpulan serta 40 menit untuk tes akhir siklus II.1. Proses perencanaan:a. Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu tentangpengurangan pecahan desimal.b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatanbelajar mengajar.(Lampiran 17)c. Merancang pembentukan kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan penyebaran kemampuan berfikir siswa.(Daftar kelompok pada lampiran 20)d. Merancang lembar kerja siswa yang dapat didiskusikan oleh kelompok-kelompok kecil tersebut. (Lampiran 19)e. Merancang soal secara individu sebagai sarana untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan. (Lampiran 26)f. Menyiapkan pengamat sebagai pencatat dokumentasi dalam kegiatan dengan mengisi lembar obsevasi. ((Lampiran 27)2. Proses Pelaksanaan Tindakana. Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sesuai dengan rencanapembelajaran pada siklus II.b. Guru menggunakan metode tanya jawab untuk mengamati pemahaman konsep tentang pengurangan pecahan desimal.c. Guru memperagakan alat peraga berupa kartu-kartu bilangan untuk pengurangan pecahan desimal.d. Pembentukan kelompok-kelompok kecil dengan melihat pemerataan kemampuan berfikir siswa. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing masing kelompok beranggotakan 5 siawa.e.Guru membagi LKS, siswa mendiskusikan LKS tersebut bersama kelompoknya.f. Guru bersama siswa mebahas LKS secara klasikal dan membimbing siswa membuat simpulan tentang pengurangan pecahan desimal.g. Guru meberikan latihan soal secara individual.3. Proses PengamatanBerdasarkan pengamatan pada siklus I dan siklus II maka pelaksanaan kegiatan siklus II guru sudah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta telah mampu membangkitkan motivasi siswa untuk lebih aktif dalam diskusi pada kelompoknya.E. Pengumpulan DataData dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi semua hasil observasi, sedang data sekunder meliputi semua nilai hasil belajar.F. Indikator KeberhasilanIndikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini jika melalui diskusi kelompok-kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan kelas ini dilakukan analisis hasil instrumen penilaian. Analisis dilakukan sebagai berikut:1. Membuat tabel analisis.Tabel tersebut memuat analisis yang meliputi skor jawaban setiap item, jumlah skor yang diperoleh setiap siswa, skor maksimum yang ditentukan,nilai yang diperoleh setiap siswa, ketuntasan belajar dan nilai rata-rata kelas.2. Kriteria keberhasilan.Keberhasilan tindakan kelas pada pembelajaran ini apabila keaktifan siswamencapai 60%, hasil nilai rata-rata kelas mencapai 7,0 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 75%, dikarenakan sebelum diadakan penelitian tindakan kelas ini hasil nilai rata-rata kelas pada umumnya kurang dari 6,0 dan ketuntasan belajar klasikal kurang dari 70%.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA.Dari pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam kegiatan belajar di kelasdiperoleh temuan sebagai berikut:1. Ada satu anak yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir siklus Imemperoleh nilai 50. Dia lahir tanggal 28-12-1988. Jadi umurnya sudah 16tahun masih duduk di kelas VI. Hal ini dimungkinkan karena anak tersebutkemampuannya di bawah rata-rata.2.Ada dua anak dapat mengerjakan tes siklus I mendapat nilai 65. Dimungkinkankurang ketelitian meletakkan koma dan kurang lengkap dalam menjawab soalceritera.3.Ada dua anak dapat mengerjakan tes siklus I memdapat nilai 70. Dimungkinkan kurang ketelitian meletakkan koma dalam penjumlahan bersusun pendek sehingga terjadi kesalahan hasil penjumlahan.4. Ada lima anak dapat mengerjakan soal tes siklus I dengan memperoleh nilai 75.Dimungkinkan kelima anak tersebut tergesa-gesa sehingga kurang telitimembaca soal dan meletakkan koma pada jawaban serta kurang lengkap dalam menuliskan langkah-langkah pengerjaan soal ceritera.5. Ada 19 anak yang mempunyai kepandaian di atas rata-rata dalam menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari waktu yang ditentukan dengan memperoleh nilai 80 sampai dengan 95.6.Ada satu anak yang sangat pandai semua soal dijawab dengan langkah-langkah yang sempurna dan jawabannya benar mendapat nilai 100.B.Proses RefleksiSetelah melaksanakan pengamatan di atas tindakan pembelajaran di kelasselanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan dalamkegiatan pada siklus I. Hasil refleksi itu adalah:1. Kegiatan guru dalam proses pembelajaran pada siklus I sudah baik, hanyamasih menggunakan bahasa campuran (bahasa Indonesia dan bahasa Jawa)2. Keaktifan siswa dalam pelaksanaan siklus I:a. Siswa yang aktif bertanya ada 14 anak (47%), siswa yang aktif menjawabpertanyaan guru ada 16 anak (53%).b. Keaktifan siswa dalam membantu kelompoknya ada 10 siswa (33%).Siswa lainnya kurang aktif.c. Agar siswa meningkat keaktifannya, maka pada siklus berikutnya gurumemberikan motivasi, perhatian dan bimbingan kepada siswa untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.d. Berdasar hasil analisis nilai tes siklus I (lampiran 16) diperoleh nilai rataratakelas 82,8 ada lima siswa (16,7%) belum tuntas belajar, 25 siswa (83,3%) sudah tuntas. Kendala siswa yang belum tuntas karena kurang aktif dalam diskusi kelompok, tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan LKS, sehingga banyak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir siklus I.

C. Dari pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam kegiatan belajar di kelasdiperoleh temuan sebagai berikut:1.Ada satu anak yang mendapat nilai 60. Anak tersebut memang kemampuannya di bawah rata-rata.2. Ada satu anak mendapat nilai 65 dimungkinkan kurang ketelitian meletakkankoma dan kurang lengkap dalam menjawab soal ceritera.3. Ada empat anak mendapat nilai 70 dimungkinkan kurang memahami konseppengurangan pecahan desimal yang desimalnya tidak sama.4. Ada tiga anak mendapat nilai 75 dimungkinkan ketiga anak tersebut salahmengurangkan pecahan desimal tersebut.5. Ada 19 anak yang mendapat nilai 80 sampai dengan 95.6. Ada dua anak mendapat nilai 100 dengan waktu kurang dari yang ditentukan.D. Proses RefleksiPelaksanaan pengamatan pembelajaran di kelas dan dianalisa selanjutnyadiadakan refleksi atas kegiatan pada siklus II. Hasil refleksi ini adalah:1.Keaktifan siswa dalam pelaksanaan siklus II diperoleh:a. Anak yang aktif bertanya ada 15 siswa(66,7%) kurang aktif 7 siswa (26,7%),dan pasif 3 siswa (6,7%).b. Siswa yang aktif dalam diskusi kelompok ada 17 siswa (66.7%), kurangaktif 6 siswa (20%), dan pasif 2 siswa (6.7%).2. Peranan guru dalam pelaksanaan siklus II diperoleh:a. Guru selalu memberi motivasi kepada siswa untuk bertanya, sehingga adabeberapa siswa yang mengajukan pertanyaan pada materi yang kurangjelas.b. Guru selalu berkeliling untuk mengontrol kerja kelompok, sehingga semuaanggota kelompok aktif bekerja.c. Suasana kelas tertib, terkendali dan kondusif. Dengan demikian prosespembelajaran dapat berjalan dengan tertib dan lancar. d. Pelaksanaan siklus II dipandang cukup, karena keterampilan bertanyasiswa, keterampilan pemecahan masalah pada kelompok dapat meningkat.Nilai rata-rata hasil tes siklus II sudah mencapai 80,8 dan ketuntasan belajarklasikal 80%, berarti sudah melebihi tolok ukur yang ditetapkan yaitu 7,0.Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus II secara keseluruhanpembelajaran melalui diskusi kelompokkelompok kecil pada penguranganpecahan desimal dapat ditingkatkan.

E. Pembahasan.Pembahasan uraian berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I dihasilkan antara lain, pembelajaran kurang kondusif karena siswa kurang aktif dan masih ada beberapa siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Guru kurang memberikan motivasi menyebabkan siswa kurang tertarik terhadap pemecahan masalah di kelompoknya. Kegiatan diskusi masih didominasi oleh siswa yang pandai di kelompoknya. Berdasarkan angket yang dikumpulkan, siswa masih kurang berminat mengikuti pembelajaran, enggan bertanya dan tidak suka diberi PR. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 15. Dengan demikian masih diperlukan penelitian siklus II.Hasil refleksi sklus II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah aktif dan tidak takut bertanya pada materi yang kurang jelas. Siswa sudah dapat menjawab pertanyaan dengan benar, dan guru selalu mengontrol kerja kelompokmenyebabkan siswa lebih aktif kerja kelompok. Diskusi kelompok dapat berkembang dengan baik. Berdasar hasil angket yang dikumpulkan semua siswasenang belajar matematika melalui diskusi kelompok-kelompok kecil, karena jikakurang jelas teman dalam kelompok akan membimbing dan bisa bertukar pendapat. Siswa tidak lagi takut bertanya jika belum paham terhadap materi yang diberikan,siswa sudah merasa senang diberi PR karena dapat digunakan sebagai latihan di rumah. Dengan demikian pelaksanaan siklus II cukup berhasil. Karena hasil nilai rata-rata tes siklus I mencapai 82,8 sedang ketuntasan belajar 83,3% dan nilai rata - rata tes akhir siklus II mencapai 80,8, serta ketuntasan belajar mencapai 80%. Berarti sudah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu nilai rata-rata kelas 7,0 dan ketuntasan belajar 75%. Dari uraian di atas, hipotesis tindakan pada pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal bagi siswa kelas VI SD Rambeanak I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.

BAB VPENUTUPA. Simpulan.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melaluidiskusi kelompok-kelompok kecil hasil belajar matematika pada pokok bahasanpenjumlahan dan pengurangan pecahan desimal siswa kelas VI SD NegeriRambeanak I tahun pelajaran 2004-2005 dapat ditingkatkan.B. Saran.1. pembelajaran melalui diskusi kelompok-kelompok kecil dapat melatihkreatifitas siswa dan tidak membosankan, sehingga disarankan gurumenerapkan diskusi kelompok-kelompok kecil untuk mengajarkanmatematika.2. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok harus diberi motivasi agarsemua siswa dapat berinteraksi dengan teman-temannya sehingga dapatmenemukan prosesnya.

DAFTAR PUSTAKAAnonim 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.Amin Suyitno. 1997. Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika I. SemarangJurusan Pendidikan Matematika. F MIPA UNNESE.T. Roseffendi dkk. 1997. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ProyekPeningkatan Mutu Guru SD Setara D-II. Jakarta.Herman Hudoyo. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan TinggiProyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.Muchtar A. Karim. 2001. Pendidikan Matematika II. Jakarta: Universitas Terbuka.Nana Sudjana. 1989. Devinisi Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.Pandoyo. 1997 Matematika Kelas VI. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.Rahman Notowijoyo. 1984. Pengajaran Remidial. Jakarta: Departemen Pendidikandan Kebudayaan.Suhito. 1997. Hand Aut. Dasar-dasar penelitian. Semarang: UNNES.Sulistiyo. 1998. Lembar Kerja Siswa. Semarang: Departemen Pendidikan danKebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.