peningkatan kemampuan membaca puisi melalui
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM
PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
Skripsi
Oleh :
RININTA CITRA AYU SARI
X1207015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM
PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
RININTA CITRA AYU SARI
X1207015
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum Drs. Edy Suryanto, M.Pd.
NIP 197007162002122001 NIP 196008101986011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Pada hari : _________________
Tanggal : _________________
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Dr. Andayani, M.Pd.
Sekretaris : Dra. Raheni Suhita, M.Hum.
Anggota I : Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum
Anggota II : Drs. Edy Suryanto, M.Pd.
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
v
ABSTRAK
Rininta Citra Ayu Sari. X1207015. Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi
Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas VII B
SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,
Juni 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran keterampilan membaca puisi dengan Pendekatan Pembelajaran
Quantum pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian
kolaboratif antara guru dengan peneliti untuk mengatasi permasalahan dalam
pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten
Karanganyar yang berjumlah 31 siswa (16 putra dan 15 putri) dan guru bahasa
Indonesia kelas VII. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa,
informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan
(observasi), wawancara mendalam, kajian dokumen, dan angket. Untuk menguji
validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi
metode. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskripsi komparatif
dan analisis interaktif berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, sampai siklus III. Setiap siklus terdiri
dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini guru kelas
bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan peran peneliti sebagai pengamat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan
pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran membaca puisi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase
keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran
menulis argumentasi di setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif sebesar
45%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 48%, dan siswa yang berminat
dan termotivasi sebesar 48%. Pada siklus II siswa yang aktif sebesar 61%, siswa
yang perhatian dan konsentrasi sebesar 58%, dan siswa yang berminat dan
termotivasi sebesar 48%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar 84%, siswa yang
perhatian dan konsentrasi sebesar 80%, dan siswa yang berminat dan termotivasi
sebesar 80%. Selain itu, penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat
membuat guru mengelola kelas dengan baik ketika pembelajaran, (2) penerapan
pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
membaca puisi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase membaca puisi
siswa tiap siklusnya, yaitu siklus I sebesar 49%, siklus II sebesar 65% dan siklus III
84%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum
mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca puisi siswa
kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
vi
MOTTO
Manusia – manusia yang tidak pernah miskin, sedikit kaitannya dengan tingkatan
material maupun spiritual seseorang, melainkan lebih pada seberapa baik dan
seberapa bisa ia mampu menikmati dan mensyukuri hidupnya. Begitu kemampuan
menikmati dan mensyukuri terakhir melekat dalam pada kehidupan, maka
masuklah ia dalam kelompok manusia yang tidak akan pernah miskin.
(Gede Prama)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud
syukur, rasa cinta, kasih sayang, dan ucapan
terima kasihku kepada:
1. Kedua orang tuaku, Heri Setiono dan
Eny Widjajati yang tak putus-putusnya
mendoakan siang dan malam dengan
segenap cinta, kasih sayang, dan perhatian
yang tak ternilai harganya dari apapun;
2. Adikku tersayang, Herany Dyah Ayusari
yang senantiasa mendukung setiap
langkah yang kulalui dalam hidup ini dan
memberi keceriaan ketika di rumah;
3. Figur Rahman Fuad yang selalu
memberiku semangat dan saling berbagi
cerita serta keceriaan, semoga kita diberi
jalan terbaik;
4. Rekan-rekan almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penyusunan skripsi;
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini;
3. Dr. Andayani, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini;
4. Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum, dan Drs. Edy Suryanto, M.Pd.,
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dengan begitu
sabar dan memberikan semangat pada penulis serta masukan yang tak ternilai
harganya;
5. Dra. Raheni Suhita, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi dalam studi penulis;
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada
penulis;
7. Sri Djoko Widodo, S.H, M.H., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Jaten
yang telah memberikan izin peneliti terkait dengan penelitian yang
dilaksanakan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ix
8. Katrin Kusala S.Pd., selaku wali kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten sekaligus
sebagai kolaborator yang dengan senang hati membantu peneliti dalam
melaksanakan penelitiannya;
9. Siswa-siswi kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten yang membantu terlaksananya
penelitian ini;
10. Sahabat-sahabatku (umi,asih, ika, lia, dan epin) yang selalu memberi semangat
dan warna dalam hidup;
11. Figur Rahman Fuad (you know who you are);
12. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2007 atas persahabatan dan kebersamaan yang menjadi kenangan indah; dan
13. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat
pahala dan imbalan dari Allah SWT, amien. Penulis berharap semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam
pelajaran bahasa Indonesia.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .................................................................................................................... i
PENGAJUAN ........................................................................................................ ii
PERSETUJUAN ................................................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Manfaat Hasil Penelitian ........................................................................ 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG
RELEVAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ...................................................... 10
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 10
1. Hakikat Kemampuan Membaca Puisi .............................................. 10
a. Pengertian Kemampuan Membaca Puisi ..................................... 10
b. Tujuan dan Manfaat Membaca Puisi ........................................... 14
c. Materi Pembelajaran Membaca Puisi di SMP ............................. 15
d. Bentuk dan Gaya Membaca Puisi ................................................ 16
e. Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra ........................ 19
f. Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Puisi ............................ 22
2. Hakikat Puisi .................................................................................... 28
a. Pengertian Puisi ............................................................................ 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
xi
b. Ciri – ciri Puisi ............................................................................. 29
c. Unsur - unsur Puisi ....................................................................... 32
d. Jenis - jenis Puisi .......................................................................... 34
e. Cara Memilih Puisi untuk Siswa SMP ......................................... 36
3. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Quantum ................................... 41
a. Pengertian Pendekatan ................................................................. 41
b. Pengertian Pembelajaran .............................................................. 42
c. Komponen - komponen Pembelajaran ......................................... 44
d. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ..................... 45
e. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Quantum .......................... 46
f. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Quantum ....................... 47
g. Prinsip -prinsip Utama dalam Pendekatan Pembelajaran Quantum .. 49
h. TANDUR sebagai Metode dalam Pembelajaran Membaca Puisi 51
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 56
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 58
D. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 60
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 62
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 61
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................. 62
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 63
D. Data dan Sumber Data .......................................................................... 64
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 64
F. Teknik Validitas Data ........................................................................... 66
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 67
H. Indikator Keberhasilan Tindakan ......................................................... 68
I. Prosedur Penelitian ................................................................................ 69
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 73
A. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................................... 75
B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 79
1. Siklus Pertama .................................................................................. 80
a. Perencanaan Tindakan ................................................................. 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
xii
b. Pelaksanaan Tindakan .................................................................. 82
c. Observasi dan Interpretasi ............................................................ 84
d. Analisis dan Refleksi ................................................................... 88
2. Siklus Kedua ..................................................................................... 90
a. Perencanaan Tindakan ................................................................. 90
b. Pelaksanaan Tindakan .................................................................. 93
c. Observasi dan Interpretasi ............................................................ 95
d. Analisis dan Refleksi .................................................................. 99
3. Siklus Ketiga ................................................................................. 101
a. Perencanaan Tindakan .............................................................. 101
b. Pelaksanaan Tindakan ............................................................... 103
c. Observasi dan Interpretasi ......................................................... 105
d. Analisis dan Refleksi ................................................................. 108
4. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 110
C. Pembahasan ........................................................................................ 111
BAB IV. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................... 124
A. Simpulan ............................................................................................. 124
B. Implikasi ............................................................................................. 125
C. Saran ................................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 128
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Puisi ............................................... 23
2. Penilaian Hasil Pembelajaran Membaca Puisi ................................................. 26
3. Pedoman Penskoran Penilaian Hasil ................................................................ 26
4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .................................................. 62
5. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa .............................................................. 69
7. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian ..................................... 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Proses Membaca ................................................................................................ 13
2. Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................................ 59
3. Pendekatan Analisis Interaktif .......................................................................... 68
4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ...................................................................... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII ...................................... 132
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ................................................... 134
3. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 135
4. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar ............................................. 136
5. Pedoman Wawancara dengan Guru ................................................................ 139
6. Pedoman Wawancara dengan Siswa ............................................................... 141
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................... 142
8. Daftar Nilai Pratindakan Siswa ....................................................................... 145
9. Catatan Lapangan Survei Awal ....................................................................... 146
10.Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru ........................................ 150
11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa ..................................... 154
12. Angket Pratindakan Materi Membaca Puisi ................................................. 169
13. Tabel Hasil Pengisian Angket Pratindakan ................................................... 172
7. Refleksi Angket Pratindakan .......................................................................... 176
8. Contoh Angket Pratindakan yang Telah Diisi Siswa ....................................... 177
9. Dokumentasi Pratindakan ............................................................................... 189
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................................................ 192
11. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus I .......................................... 210
12. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus I ............................................. 211
13. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I .................................................. 212
14. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ...................................................... 213
15. Catatan Lapangan Siklus I ............................................................................ 216
16. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I ............................................................. 219
17. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus I .................................... 229
18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................................... 231
19. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus II ......................................... 247
20. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus II ............................................ 248
21. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ................................................. 229
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
xvi
22. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II .................................................... 250
23. Catatan Lapangan Siklus II ........................................................................... 253
24. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II ............................................................ 256
25. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus II .................................. 261
26. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ............................................. 263
27. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus III ....................................... 279
28. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus III ........................................... 280
29. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus III ............................................... 281
30. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ................................................... 282
31. Catatan Lapangan Siklus III .......................................................................... 285
32. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus III .......................................................... 287
33. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus III ................................. 297
25. Angket Pascatindakan ................................................................................... 299
26. Tabel Hasil Angket Pascatindakan ................................................................ 301
27. Refleksi Angket Pascatindakan ..................................................................... 303
28. Contoh Angket Pascatindakan yang Telah Diisi Siswa ................................ 304
30. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Dekan ........................................... 309
31. Surat Putusan Izin Penyusunan Skripsi oleh Dekan FKIP ............................ 310
32. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Rektor ........................................... 311
33. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kepala Sekolah SMP
Negeri 1 Jaten ................................................................................................ 312
34. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala Sekolah SMP
Negeri 1 Jaten ................................................................................................ 313
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang
disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan
bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran
bahasa. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Tujuan berkomunikasi
lewat isyarat bahasa ialah pencapaian saling paham antara pembicara dan
pendengar atau antara penulis dan pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan pemahaman teknik dan tata cara berbahasa karena komunikasi lewat
bahasa yang efektif tergantung dan terikat pada beberapa faktor. Faktor-faktor
penentu dalam komunikasi berbahasa yang efektif ialah (1) kekhasan ciri
hubungan antara para pemakai bahasa atau antara para penutur, (2) waktu dan
tempat pelangsungan komunikasi berbahasa, (3) sarana yang dipakai untuk
berkomunikasi berbahasa, (4) tujuan komunikasi berbahasa, (5) ciri amanat yang
berlangsung, dan (6) lingkungan pemakaian (Jos Daniel Parera, 1991: 3). Selain
itu, pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan
bernalar, meningkatkan kemampuan wawasan dan meningkatkan keterampilan
berbahasa. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
baik secara lisan maupun tertulis.
Pelajaran bahasa lebih diutamakan untuk kepentingan komunikasi dengan
memperhatikan kaidah kebahasaa, sedangkan sastra tak hanya berhenti pada
komunikasi namun juga pada nilai moral, emosi, seni, kreativitas, humanitas, dan
penghayatan nilai-nilai kehidupan.
Herman J. Waluyo (2008) menyatakan sastra adalah cabang kesenian
dengan bahasa sebagai mediumnya atau sarananya.Karya seni lainnya
menggunakan suara sebagai mediumnya (seni suara), warna sebagai mediumnya
(seni rupa), gerak sebagai mediumnya (seni tari), dan berperan sebagai
mediumnya (teater). Ditambahkan pula, hakikat karya sastra atau karya seni pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
umumnya adalah imajinatif. Artinya, metode yang digunakan untuk
menciptakannya dengan imajinasi (hasil fantasi) penciptannya. Hal ini berarti
bahwa karya seni atau karya sastra tidak diperoleh melalui penelitian,
pengamatan, dan pengalaman empirik namun melalui pengalaman batin ketika
seorang pencipta atau seniman memiliki mood atau passion atau suasana hati
yang luar biasa.
Pelajaran sastra harus dapat menunjang pembelajaran Bahasa Indonesia
pada umumnya sehingga murid-murid harus digiatkan dan dibangkitkan minatnya
agar mereka tertarik serta mau berhubungan dengan karya sastra. Murid-murid
harus membaca puisi, naskah drama, dan novel terutama karya-karya bermutu
agar mereka mendapatkan pemahaman mengenai sastra dengan baik. Ketertarikan
dan hubungan yang terjalin antara murid dan karya sastra tersebut akan
menghasilkan suatu kegiatan apresiasi sastra dari murid.
Menurut Andayani (2008: 1), apresiasi sastra adalah suatu aktivitas
dengan karya sastra secara sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra. Selain itu, apresiasi sastra juga dapat berupa tanggapan atau
pemahaman yang intensif terhadap karya sastra. Tanggapan atau pemahaman ini
bersentuhan langsung dengan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra.
Kegiatan apresiasi karya sastra bukan hanya sekedar kegiatan membaca
kemudian menggemari karya sastra tersebut. Namun, harus sampai pada tahap
yang lebih tinggi yakni tahap pemahaman karya sastra sehingga nilai-nilai yang
terdapat dalam karya sastra dapat dipahami oleh pembaca. Nilai-nilai yang
diungkapkan pengarang melalui karya sastra dapat memperkaya pengalaman,
wawasan, dan kehidupan batin pembaca. Seperti yang dinyatakan oleh Horace
bahwa karya sastra bukan sekedar memberi hiburan (dulce) kepada pembaca,
tetapi juga memberi kemanfaatan (utile) kepada pembaca. Menghibur karena
mementingkan keindahan dan bermanfaat karena karya sastra dicipta melalui
renungan yang sungguh-sungguh dari penciptaan sehingga pesan atau amanat
yang disampaikan pada pembaca dapat berguna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Herman J. Waluyo (2003: 44) menyatakan bahwa apresiasi puisi
berhubungan dengan kegiatan yang ada sangkut-pautnya dengan puisi, yaitu
mendengar dan membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh,
menulis puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini
menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam, merasakan apa yang
ditulis penyair, mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi, dan
menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan atau kelemahannya.
Dengan demikian, dalam pembelajaran apresiasi puisi pun murid harus
benar-benar dapat membaca puisi dengan baik. Hal tersebut dimaksudkan agar
mereka dapat menghayatinya sehingga dapat menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra.
Bahasa puisi lebih padat, lebih indah, lebih cemerlang, dan lebih hidup
daripada bahasa prosa ataupun bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa puisi
mengandung penggunaan lambang-lambang, metafora, dan bentuk-bentuk intuitif
untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, dan emosi (Mustopo dalam Herman J.
Waluyo, Swandono, dan Slamet Mulyono, 2001 : 1). Kepadatan bahasa puisi
sebenarnya sangat berkaitan secara sinkron dan integratif dengan penyair dalam
upaya memadatkan sejumlah pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup
yang diungkapkannya. Kegiatan apresiasi sastra yang dilakukan murid akan
membuat mereka menghayati pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup
penyair.
Menurut Didin Widyartono (2010) membaca puisi merupakan jenis
membaca indah dan salah satu kegiatan apresiasi sastra. Secara tidak langsung,
bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan mengenali, memahami, menggairahi,
memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan
memiliki kepekaan rasa. Semua komponen dalam karya sastra dipahami, dihargai
bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang
dikemukakan oleh pengarang. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait
perbait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan
pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dibacanya.Setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat
membaca puisi dengan indah.
Pada silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII disebutkan bahwa
pembelajaran membaca puisi termuat dalam standar kompetensi (SK) membaca
sastra, yang berbunyi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi
dan buku cerita anak. Adapun kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai adalah
membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik
sesuai dengan isi puisi.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap kegiatan mengajar di
kelas, penilaian guru terhadap kemampuan membaca puisi murid, hasil angket
dan diskusi antara guru Bahasa Indonesia dan peneliti dapat dikemukakan bahwa
kemampuan membaca, khususnya membaca indah puisi siswa kelas VII B SMP
Negeri 1 Jaten belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau maksimal. Hasil
tersebut ditunjukkan dengan pembacaan puisi yang dilakukan oleh murid. Pada
umumnya terkesan seadanya, artinya membaca puisi tidak layaknya seperti orang
membaca puisi. Intonasi, lafal, penghayatan maupun penampilan sangat kurang.
Jarang terlihat murid yang mampu membaca puisi dengan memperhatikan naik
turun, tinggi rendah, dan keras lembut volume suara dalam bacaannya. Para murid
juga malu dan tidak percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Tidak ada
siswa dengan kemauan sendiri tampil di depan kelas untuk membaca puisi.
Hasilnya, siswa membaca dengan semaunya dan tidak bersungguh-sungguh.
Penghayatan pada saat tampil membaca puisi di depan kelas masih sangat
kurang. Tercermin dari ekspresi saat membaca puisi. Hal itu disebabkan murid
tidak memahami terlebih dahulu puisi yang akan dibaca. Beberapa murid terlihat
menutupi wajahnya dengan buku pada saat membaca puisi. Demikian juga dalam
hal penampilan, siswa kurang memahami pembacaan puisi sebagai sebuah
pertunjukan yang harus memperhatikan tentang teknik, gerakan tubuh, pandangan
mata, dan bloking. Saat membaca puisi, penampilan murid adalah kaki dengan
sikap sempurna, kedua tangan memegang buku hingga pembacaan selesai dan
pandangan mata selalu tertuju pada teks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Adapun dari segi lafal murid kurang jelas dalam mengucapkan kata-kata,
dari deret belakang bangku hanya terdengar samar, bahkan ada pula yang tidak
terdengar. Tempo rata-rata pembacaan puisi murid terlalu cepat. Hal itu terkesan
bahwa membaca puisi adalah sesuatu yang terlalu memberatkan sehingga
sesegera mungkin menyelesaikan puisi tersebut.
Seseorang yang akan membaca sebuah puisi, sebelumnya harus
memahami dan menghayati isi puisi yang akan dibacanya dengan bersungguh-
sungguh. Dia harus dapat mewujudkan kembali apa yang dikehendaki penyair.
Seorang pembaca puisi adalah perantara antara penyair sebagai pencipta dengan
pendengar sebagai penikmat. Oleh karena itu, tugas seorang pembaca puisi tidak
dapat dikatakan ringan karena pembaca puisi harus berusaha mewujudkan
ide/pesan penyair dengan cara setepat-tepatnya. Persiapan sangat diperlukan
sebelum seseorang tampil membacakan puisi. Persiapan tersebut, antara lain:
memahami isi puisi yang akan dibaca, menghayati makna dari puisi,
mengekspresikan puisi, berlatih membaca sebelum tampil, dan memberi tanda
atau anotasi pada puisi.
Berdasarkan nilai dalam kegiatan membaca indah puisi tersebut diperoleh
deskripsi sebagai berikut: rentangan nilai 44-53 diperoleh 3 siswa; rentangan nilai
54-63 diperoleh 4 siswa; rentangan nilai 64-73 diperoleh 15 siswa; dan rentangan
nilai 74-83 diperoleh 9 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran membaca indah puisi hanya 9 siswa dari 31 siswa yang mampu
membaca puisi dengan indah. Jadi, ada 29,03% siswa yang mampu membaca
puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik sesuai dengan
isi puisi (kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah 74).
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, permasalahan tentang
kemampuan membaca puisi timbul karena: (1) siswa kurang antusias dalam
pembelajaran membaca puisi, (2) siswa kurang percaya diri dan masih malu
terhadap kemampuan membacanya karena siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran sejak awal, (3) guru belum menggunakan strategi atau model
pembelajaran yang tepat terhadap kemampuan membacanya, dan (4) guru kurang
memberikan motivasi kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Fakta-fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
kemampuan membaca puisi masih kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan
perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk dapat memahami dan
menghayati puisi yang akan dibacanya agar mereka mampu membaca puisi
tersebut dengan indah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran
membaca puisi di sekolah lebih menarik adalah dengan mengubah pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan lebih melibatkan keikutsertaan
siswa dalam proses pembelajaran, yakni dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran quantum. Pembelajaran tersebut akan lebih mengoptimalkan
kualitas proses dan hasil karena sesuai atau tepat dengan permasalahan yang
terjadi. Selain itu, pembelajaran tersebut lebih menekankan pada proses kreatif,
praktik, interaksi antara siswa dan lingkungan kelas, dan kegiatan berapresiasi.
Berkenaan dengan hal itu, Nyoman S. Degeng (dalam Andayani, 2008:
18-19) menyatakan bahwa indikator keberhasilan pembelajaran terwujud apabila
murid sejahtera dalam belajar. Untuk mewujudkannya maka perlu disajikan
sebuah orkestrasi pembelajaran yang berbentuk aktivitas belajar murid yang
menyenangkan dan menggairahkan. Agus Suprijono (2009: xi) menyatakan
bahwa kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan adalah
pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Murid merasakan
bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya,
melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada
dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya.
Pembelajaran menyenangkan menjadikan murid ikhlas menjalaninya.
Salah satu metode dari pendekatan pembelajaran quantum adalah metode
TANDUR (Tanamkan. Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan).
Metode tersebut juga mempertimbangkan segala sistem pembelajaran yang
berupa interaksi dengan mempertimbangkan perbedaan kondisi murid dan
mengoptimalkan peristiwa belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas serta menciptakan interaksi yang efektif untuk pembelajaran.
Melalui metode TANDUR, banyak hal positif yang bisa didapat. Bagi
siswa, mereka akan mampu mengaitkan apa yang mereka dapat di sekolah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah,
kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang dimiliki oleh
mereka. Bagi guru, bisa mengubah kelas dari yang biasa menjadi kelas yang
menarik. Perubahan keadaan ini akan memotivasi dan menumbuhkan minat
membaca puisi siswa, yakni pada saat membaca puisi di depan kelas murid tidak
merasa malu dan timbul kepercayan diri pada mereka.
Keunggulan lain dari pendekatan pembelajaran quantum dengan metode
TANDUR adalah (1) bisa mengubah keadaan kelas dari kelas biasa menjadi kelas
yang menarik; (2) bisa memotivasi dan menumbuhkan minat siswa; (3)
membangun rasa kebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya
ingat; dan (5) merangsang daya dengar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran kemampuan membaca puisi dengan judul: “Peningkatan
Kemampuan Membaca Puisi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Quantum Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun
Ajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP
Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 ?
2. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP
Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan penelitian di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan kualitas :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1. Proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1
Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 melalui penerapan pendekatan
pembelajaran quantum.
2. Hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1
Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 melalui penerapan pendekatan
pembelajaran quantum.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan khasanah keilmuan
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam
pembelajaran membaca puisi.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran quantum.
c. Sebagai pengembangan bahan ajar membaca puisi dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Menumbuhkan kesenangan siswa pada karya sastra khususnya
puisi;
2) Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa;
3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi; dan
4) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca puisi siswa.
b. Bagi guru
1) Dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar khususnya
dalam mengatasi kesulitan guru dalam pembelajaran membaca
puisi; dan
2) Dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengajarkan materi
membaca puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Bagi sekolah
1) Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya dalam
menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran bagi guru-guru yang
lain;
2) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah
berdasarkan indikator-indikator pembelajaran membaca puisi yang
telah ditentukan; dan
3) Meningkatkan kualitas pembelajaran membaca puisi baik proses
maupun hasil.
d. Manfaat bagi peneliti
1) Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian mengenai
pembelajaran terutama dalam pembelajaran membaca puisi; dan
2) Peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk
menyusun suatu rancangan pembelajaran membaca puisi dengan
pendekatan pembelajaran quantum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,
PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Membaca Puisi
a. Pengertian Kemampuan Membaca Puisi
I Gusti Ngurah Bagus, dkk (1981: 6) menyatakan bahwa pemakaian
bahasa sebagai alat komunikasi merupakan tanda kemampuan berbahasa yang
hanya dimiliki oleh manusia. Namun, kemampuan berbahasa adalah suatu daya
yang harus diusahakan dan dipelajari secara formal maupun informal sebelum
manusia memiliki kemampuan tersebut. Seseorang dikatakan mampu berbahasa
apabila orang tersebut dapat menggunakan bahasa lisan pada saat mendengarkan
dan berbicara dan atau dapat menggunakan bahasa tulis pada saat membaca dan
menulis.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Suharno, dkk. (2000: 17) mengartikan
kemampuan sebagai keterampilan proses. Keterampilan proses, yaitu
keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik,
dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih
tinggi. Dengan berbekal keterampilan proses itu, siswa mampu mengikuti
interaksi dalam kegiatan berbahasa secara penuh.
Menurut Satumahati (2010) kemampuan adalah tingkatan seberapa bisa
manusia untuk melakukan suatu hal dengan tenaga, kekuatan dan pengetahuan
yang dimiliki.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan merupakan kesanggupan individu dalam melakukan suatu kegiatan
secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau belajar tulis, yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
dipenuhi maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam
Henry Guntur Tarigan, 2008: 7).
Farris (dalam Abd.Rouf, 2010) mengungkapkan bahwa membaca sebagai
pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang
dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman awal pembaca. Dengan demikian pengalaman diperoleh apabila
pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya dengan apa yang terdapat dalam bacaan.
Ditambahkan pula oleh Syafi‟i (dalam Abd. Rouf, 2010) membaca adalah
suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanik, berupa kegiatan
mengamati tulisan secara visual, dan suatu proses psikologis berupa kegiatan
berpikir dalam mengolah informasi.
Menurut Nurhadi (1987: 13), membaca adalah sebuah proses yang
kompleks dan rumit. Kompleks, artinya dalam proses membaca terlibat berbagai
faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa
intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan
sebagainya.Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan
(sederhana–berat, mudah–sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang
sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.
“Reading as a general process if we keep in mind a few key terms which
apply to all kinds of reading” (Peters, 1991: 3). Ia mengatakan bahwa membaca
sebagai sebuah proses umum apabila kita menjaga atau mengingat di dalam otak
kita sebuah kunci atau istilah pendukung untuk menerapkan semua jenis kegiatan
membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Walaupun belajar membaca merupakan proses yang kompleks dan rumit,
itu merupakan salah satu hal yang dapat dicapai oleh otak manusia. Ketika kita
belajar membaca di tingkat sekolah dasar, mula-mula kita mempelajari huruf-
hurufnya, kemudian menghubungkan huruf-huruf tersebut menjadi kata-kata.
Pada saat itu, kita membaca satu demi satu kata. Setelah sampai pada tahap
tersebut, sebagian besar dari kita tidak mengalami kemajuan lagi dalam kegiatan
membaca. Ada beberapa upaya untuk meningkatkan kemampuan kita dalam hal
membaca. Bobbi DePorter dan Hernacki (2003: 252-259) menyatakan bahwa
terdapat upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan, antara lain: (1)
mengkondisikan keadaan mental dan fisik sebelum membaca. Meluangkan waktu
beberapa saat untuk menyesuaikan pikiran dan tubuh; (2) Meminimalkan
gangguan membaca. Dimulai dengan mencari tempat yang tenang dan nyaman
untuk membaca. Musik dapat pula membantu bagi sebagian orang namun dapat
pula menjadi penghambat konsentrasi dalam membaca. Apabila menginginkan
musik, pemilihan jenis musik pun juga harus dilakukan karena tempo musik
berpengaruh pada denyut jantung, otak kanan, dan kiri; (3) Duduk dengan sikap
yang tegak. Hal ini berhubungan dengan tulang punggung saat membaca karena
jika salah memposisikan tulang saat membaca dan berlangsung lama, akan
mengakibatkan tulang punggung tumbuh tidak normal; (4) Menggunakan jari atau
alat penunjuk. Seseorang ketika membaca secara alamiah akan bergerak
mengikuti benda yang bergerak, maka bila ada penunjuk yang bergerak maka
akan membantu gerak mata dalam melihat teks-teks bacaan secara cepat; dan (5)
Melihat sekilas terlebih dahulu teks yang akan dibaca. Kegiatan ini bertujuan
untuk mendapat harapan dan pikiran yang berguna untuk menuntun pemahaman
saat kegiatan membaca.
A. Teeuw (1983: 12) mengemukakan bahwa membaca dan menilai sebuah
karya sastra bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap pembaca roman atau puisi, baik
modern ataupun klasik, pasti pernah mengalami kesulitan, merasa seakan-akan
tidak memahami apa yang dikatakan ataupun dimaksudkan oleh pengarangnya.
Kita dapat mengatakan bahwa proses membaca, yaitu memberi makna pada
sebuah teks tertentu, yang kita pilih, atau yang dipaksakan kepada kita (dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Graphi
c
input
Aural
input
Oral
reading
meanin
g
pengajaran misalnya) adalah proses yang memerlukan pengetahuan sistem kode
yang cukup rumit, kompleks, dan aneka ragam.
Kode pertama yang kita kuasai jika ingin mampu memberi makna pada
teks tertentu adalah kode bahasa yang dalam teks itu.Kode ini mengharuskan kita
mampu membaca teks dengan sebaik-baiknya, melalui tata bahasa dan
kosakatanya. Kode kedua adalah diperlukan penguasaan kode kebudayaan secara
eksplisit dan implisit saat terciptanya teks tersebut. Jika pembaca tidak
mengetahui latar kebudayaan penciptaan teks tersebut, maka orang tersebut hanya
akan terdiam tidak mengerti maknanya. Kode terakhir adalah penguasaan kode
sastra yang lebih khas.Kode ini sangat sulit dibedakan dengan kode kebudayaan
namun pada prinsipnya pembaca harus mampu membedakannya.Masalah urutan
kata, pilihan kata, struktur kalimat, pemakaian bunyi, dan unsur tata bahasa pada
teks tidak hanya ditentukan oleh kode bahasa dan budaya tetapi juga kode sastra.
Ditambahkan oleh Strang (dalam Abu Wahidji, dkk., 1985: 6), kegiatan
membaca dibangun oleh lima kemampuan, yakni: (a) kemampuan mengerti yang
dibaca, (b) kecakapan rekonstruksi makna, (c) menilai apa yang dibaca, (d)
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, dan (e) sikap belajar membaca. Strang
menyimpulkan hal tersebut dari teori Jap dan Strang (dalam Abu Wahidji, dkk.,
1985: 6)yang mendasarkan teorinya sendiri pada taksonomi Bloom. Menurutnya,
gambaran proses membaca dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
+ recoding decoding
Gambar 1 : Proses Membaca
Dari pengertian kemampuan dan membaca di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan membaca pada dasarnya merupakan suatu proses
kesanggupan individu baik fisikmaupun psikologis yang dilakukan oleh individu
tersebut untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui makna yang
terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis secara maksimal. Makna
itu akan berubah karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda
yang akan dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tersebut. Selain itu, dalam pemaknaan apa yang dibaca menuntut beberapa kode,
yakni (1) kode bahasa, (2) kode kebudayaan, dan (3) kode kode sastra.
Kegiatan fisik pada saat membaca disebut proses mekanik yang berupa
kegiatan mengamati tulisan secara verbal sedangkan kegiatan psikologis berupa
kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
Hornby (dalam Didin Widyartono, 2010) menyatakan bahwa kegiatan
membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa
dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami,
menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir
kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami,
dihargai bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja
yang dikemukakan oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan
bait per bait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan
pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang
dibacanya setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat
membaca puisi.
Sawali Tuhusetya (dalam Maria Utami, 2010: vii-x) menyatakan bahwa
pembelajaran apresiasi sastra merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan
untuk mengembangkan, menyuburkan, dan mengakarkan pendidikan karakter.
Melalui pembelajaran sastra yang optimal, siswa akan dibawa pada situasi
pembelajaran yang memungkinkan mereka untuk menafsirkan, menilai,
menemukan, dan mengkonstruksi materi ajar yang mereka terima sesuai dengan
pengalaman belajar yang mereka temukan.
b. Tujuan dan Manfaat Membaca Puisi
Nurhadi (dalam Laodesyamri, 2010) mengatakan tujuan membaca dibagi
menjadi dua, umum dan khusus. Secara umum tujuan membaca adalah mendapat
informasi, memperoleh pemahaman, dan memperoleh kesenangan. Secara khusus
tujuan membaca adalah memperoleh informasi yang faktual, memperoleh
keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, memberikan penilaian
kritis terhadap karya tulis seseorang, memperoleh kenikmatan emosi, dan mengisi
waktu luang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Lebih lanjut Waples (dalam Laodesyamri, 2010) menyatakan beberapa
tujuan membaca, yakni: (1) mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah,
(2) mendapat hasil yang berupa prestis yaitu agar mendapat rasa lebih bila
dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya, (3) memperkuat
nilai pribadi atau keyakinan, (4) mengganti pengalaman estetika yang sudah
usang, dan (5) menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit
tertentu.
Aidh bin Abdullah al-Qarni (dalam Wijaya Kusumah, 2010)
mengungkapkan tentang banyaknya manfaat membaca, yaitu : (1) Menghilangkan
kecemasan dan kegundahan, (2) Ketika membaca, seseorang terhalang masuk ke
dalam kebodohan, (3) Kebiasaan membaca membuat seseorang terlalu sibuk
untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja, (4)
Mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata, (5) Membantu
mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, (6) Meningkatkan
pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman, (7)
Mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, (8) Mengembangkan
kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun
untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup, (9)
Menyegarkan pemikiran dari keruwetan dan menyelamatkan waktu agar tidak sia-
sia, dan (10) Menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan
pendekatan kalimat, lebih lanjut lagi membaca bisa meningkatkan kemampuan
untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris
demi baris” (memahami apa yang tersirat).
Dengan demikian tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari
serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Makna
(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita
dalam membaca (Henry Guntur Tarigan, 2008: 9).
c. Materi Pembelajaran Membaca Puisi di SMP
Materi pembelajaran membaca di Sekolah Menengah Pertama di kelas VII
semester I diarahkan pada standar kompetensi memahami ragam teks nonsastra
dengan berbagai cara membaca dengan kompetensi dasar menemukan makna kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang
diinginkan melalui kegiatan membaca memindai, menyimpulkan isi bacaan
setelah membaca cepat 200 kata per menit, dan membacakan berbagai teks
perangkat upacara dengan intonasi yang tepat sedangkan standar kompetensi
kedua dan memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca dengan
kompetensi dasar menceritakan kembali cerita anak yang dibaca dan
mengomentari buku cerita yang dibaca.
Pada semester II, diarahkan pada standar kompetensi memahami wacana
tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai dengan
kompetensi dasar mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku
biografi yang dibaca secara intensif, menemukan gagasan utama dalam teks yang
dibaca, dan menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca
dan standar kompetensi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca
puisi dan buku cerita anak dengan kompetensi dasar membaca indah puisi dengan
menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi
dan menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak
baik asli maupun terjemahan.
d. Bentuk dan Gaya Membaca Puisi
Setiap bentuk dan gaya membaca puisi selalu menuntut adanya ekspresi
wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan badan. Keempat ekspresi dan
gerakan tersebut harus memperhatikan (1) jenis acara: pertunjukkan, pembuka
acara resmi, performance-art, dll, (2) pencarian jenis puisi yang cocok dengan
tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan, perdamaian, ketuhanan,
percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan, dll, (3) pemahaman
puisi yang utuh, (4) pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, (5) tempat acara:
indoor atau outdoor, (6) audien, (7) kualitas komunikasi, (8) totalitas
performansi: penghayatan, ekspresi, (9) kualitas vokal, (10) kesesuaian gerak, dan
(11) jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, harus memperhatikan (a)
pemilihan kostum yang tepat, (b) penggunaan properti yang efektif dan efisien,
(c) setting yang sesuai dan mendukung tema puisi, (d) musik yang sebagai musik
pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Suwignyo (dalam Didin Widyartono, 2010) mengemukakan bahwa bentuk
dan gaya baca puisi dapat dibedakan mejadi tiga, yaitu (1) bentuk dan gaya baca
puisi secara poetry reading, (2) bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris,
dan (3) bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal.
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading adalah
diperkenankannya pembaca membawa teks puisi. Adapun posisi dalam bentuk
dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3)
berdiri, duduk, dan bergerak. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan
posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala,
wajah, dan tangan. Intonasi baca seperti keras-lemah, cepat-lambat, tinggi-rendah
dilakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah
dilakukan. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk,
maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan kepala: menengadah,
menunduk menoleh, (2) gerakan raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis,
(3) gerakan mata: membelakak, meredup, memejam, (4) gerakan bibir:
tersenyum, mengatup, melongo, dan (5) gerakan tangan, bahu, dan badan,
dilakukan seperlunya. Di lain pihak, intonasi baca dilakukan dengan cara (1)
membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata
tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika pembaca
memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang
harus dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan santai,
(2) arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan (3) melakukan
gerakan tangan dilakukan dengan seperlunya. Adapun hal yang dilakukan pada
saat berdiri adalah (1) mengambil sikap santai, (2) gerakan tangan, gerakan bahu,
dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, dan (3) ekspresi wajah: kerutan dahi,
gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar. Yang dilakukan pada saat
bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan terkendali, dan (2)
menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan. Intonasi baca dilakukan dengan
cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat
katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris adalah
lepasnya teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks
puisi harus dihafalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan
posisi (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri,
maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan: mengepal,
menunjuk, mengangkat kedua tangan, (2) gerakan-gerakan kepala: melihat ke
bawah, atas, samping kanan, samping kiri, serong, (3) gerakan-gerakan mata:
membelalak, meredup, memejam, (4) gerakan-gerakan bibir: tersenyum,
mengatup, melongo, (5) gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka
dilakukan dengan total. Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan
keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, (3)
membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika deklamator memilih bentuk
dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang dilakukan pada
posisi duduk adalah (1) memilih posisi duduk dengan santai, kaki agak ditekuk,
posisi miring dan badan agak membungkuk, dan (2) arah dan pandangan mata
dilakukan bervariasi: menatap dan menunduk. Adapun yang dilakukan pada posisi
berdiri (1) mengambil sikap tegak dengan wajah menengadah, tangan menunjuk,
dan (2) wajah berseri-seri dan bibir tersenyum.Yang dilakukan pada saat bergerak
(1) melakukan dengan tenang dan bertenaga, dan (2) kaki dilangkahkan dengan
pelan dan tidak tergesa-gesa. Intonasi dilakukan dengan cara (1) membaca dengan
keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3)
membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas
ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, seting, musik, dll.,
meskipun masih terikat oleh teks puisi/tidak. Bentuk dan gaya baca puisi secara
teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun deklamatoris. Puisi yang
sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat memesona. Ekspresi
jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan
kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi dan
potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan efek-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total.
Lakuan-lakuan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk,
berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi.
Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca. Inilah
bentuk dari gaya baca puisi yang paling menantang untuk dilakukan.
Cara mengucapkan puisi harus tunduk kepada aturan-aturan, yakni di
mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus
berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan
biasa dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi, maka harus dipakai
tanda-tanda tersendiri. Tanda/ anotasi tersebut antara lain: (-------) diucapkan
biasa saja, (/) berhenti sebentar untuk bernafas/ biasanya pada koma atau di
tengah baris, (//) berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih
berhubungan artinya dengan baris berikutnya, (///) berhenti lama sekali biasanya
pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi, (^) suara perlahan sekali
seperti berbisik, (^^) suara perlahan saja, (^^^) suara keras sekali seperti berteriak,
(V) tekanan kata pendek sekali, (VV) tekanan kata agak pendek, (VVV) tekan
kata agak panjang, (VVVV) tekan kata agak panjang sekali, (____/) tekanan
suara meninggi, dan (____) tekanan suara agak merendah.
e. Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra
Sejalan dengan pernyataan Didin Widyartono, Sawali (dalam Maria
Utami, 2010: vii-x) mengemukakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra yang
penting dan strategis adalah puisi. Melalui pembelajaran apresiasi puisi yang
optimal, siswa secara tidak langsung akan mendapatkan nutrisi dan gizi batin
yang akan mampu memberikan imbas positif terhadap perkembangan kepribadian
dan karakter mereka. Dengan puisi, hati dan perasaan siswa akan terlibat secara
intens dan emosional ke dalam teks puisi yang mereka pelajari, sehingga
kepekaan murni mereka menjadi lebih tersentuh dan terasah. Dengan cara
demikian, tanpa melalui pola instruksional dan indoktrinasi yang monoton dan
membosankan, siswa secara tidak langsung akan belajar mengenal, memahami,
dan menghayati berbagai macam nilai kehidupan, untuk selanjutnya mereka
aplikasikan dalam ranah kehidupan nyata sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa
yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Suharianto (dalam Nanang
Ismail, 2010) menyatakan bahwa membaca puisi tidak hanya menyuarakan
lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca puisi pada
hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau
dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya harus
menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir
merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi.
Ditambahkan pula bahwa, membaca puisi atau poetry reading juga
berupaya untuk menangkap curahan perasaan, buah pikiran, dan pengalaman
batin penyair yang tertuang dalam karya sastra berbentuk puisi. Membaca puisi
yang baik selalu didahului interpretasi yang tepat seperti yang diinginkan
penyairnya. Apapun yang dilakukan pembaca oleh puisi di depan publik
sebenarnya merupakan pencerminan perasaan, pikiran, dan pengalaman batin
penyairnya. Kesedihan, kegembiraan, kebencian, semangat yang menyala-nyala,
dan kebahagiaan pembaca puisi sebenarnya merupakan manifestasi pengalaman
batin penyairnya.
Suharianto (dalam Nanang Ismail, 2010) menambahkan pula bahwa
selama membaca puisi di depan publik atau hadirin yang dapat dilihat atau
didengar tidak dapat ditinggalkan. Semua yang terlahir pada waktu membaca
puisi, baik teknik vokal maupun performance atau penampilan adalah sesuatu
yang wajar sesuai dengan tuntunan puisi yang dibacanya. Bila puisi yang dibaca
menghendaki semangat yang menyala-nyala, maka pembaca puisi harus
bersemangat. Pembaca puisi akan bersedih, bila puisi yang dibacanya menuntut
untuk bersedih. Dengan demikian interpretasi puisi yang dilakukan pembaca puisi
sudah tepat, bila sudah mencerminkan apa yang diharapkan penyairnya. Jadi,
membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan
memperhatikan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai
dengan isi puisi.
Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan
menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup.Irama dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi
bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian
berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan
metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap
disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi
tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak
merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang
penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritme (M. Atar Semi, 1993:
120-121).
Bonita. D Sampurno (2010) menyatakan bahwa volume suara adalah
kekerasan suara yang dihasilkan oleh pembaca puisi. Volume suara yang
dihasilkan saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan situasi.
Volume suara pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang
bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar.
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa
puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai
dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan
dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. Terjadinya kontradiksi antara
apresiasi dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa menjadi bahan
tertawaan pendengar puisi.
Kartomiharjo (dalam Muhammad Zakii Al-aziz, 2010) menyatakan bahwa
kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai bagian
tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-jemari,
tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala.
Maria Utami (2010: 41) berpandangan bahwa setidaknya ada 9 karakter
yang bisa dikembangkan melalui pembelajaran apresiasi puisi, di antaranya: (1)
cinta Tuhan, (2) bertanggung jawab, mempunyai amanah, disiplin, dan mandiri,
(3) bersikap jujur, (4) bersikap hormat dan santun, (5) mempunyai rasa kasih
sayang dan peduli, (6) percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, (7)
mempunyai rasa keadilan dan sikap kepemimpinan serta mampu bekerja sama,(8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
baik, rendah hati dan mengampuni, dan (9) mempunyai toleransi dan cinta damai.
Pandangan ini cukup menarik dan sesuai jika dikaitkan dengan situasi kekinian
yang dinilai menunjukkan adanya kecenderungan perilaku anomali sosial yang
menghinggapi kaum remaja yang semakin mengabaikan nilai-nilai luhur baku.
f. Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Puisi
Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui keberhasilan (proses dan
hasil) dari suatu pogram kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria (Sarwiji
Suwandi, 2010: 7). Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan
dengan objek penelitian yang dilakukan.
Untuk mengkur keberhasilan tujuan pembelajaran dapat dilihat dari nilai
(baik proses maupun hasil) yang dicapai oleh siswa. Oleh karenanya, diperlukan
penilaian yang sesuai yang dapat mengukur hal tersebut. Format penilaian yang
biasa digunakan dalam pengajaran sastra ada beberapa, di antaranya adalah teknik
penilaian unjuk kerja. Format penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan sis dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa
melakukan tugas tertentu misalnya membaca puisi. Untuk mengamati unjuk kerja
peserta didik adalah dengan menggunakan instrumen skala penilaian (rating
scale). Sarwiji Suwandi (2010: 74) menemukakan bahwa rating scale merupakan
penilaian unjuk kerja yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap
penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana
pilihan kategori lebih dari dua. Skala penilaian tersebut terentang dari tidak
sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten; 2 = cukup
kompeten; 3 = kompeten; dan 4 = sangat kompeten.
1) Penilaian Proses Pembelajaran
Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/obyek. Sikap juga
merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki
seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang
diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Nana Sujana (2008: 56) mengungkapkan bahwa apa yang dicapai oleh
siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan
kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajar.
Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari proses
belajar yang dialaminya. Lebih lanjut Sarwiji Suwandi (2010: 80-81)
mengungkapkan bahwa secara umum obyek/sikap yang perlu dinilai dalam
proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi
pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap
terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap proses
pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.).
Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan
dalam pembelajaran apresiasi puisi adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran
(Diadaptasi dari Sarwiji, 2010 : 130)
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
1 = sangat kurang 4 = baik
2 = kurang 5 = amat baik
3 = cukup
b) Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....
Skor maksimal (15)
c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(1) Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4) Nilai = 70 – 89 baik
(2) Nilai = 30 – 49 kurang (5). Nilai = 90 – 100 sangat baik
No Nama
Siswa
Keaktifan
siswa
selama
apersepsi
Keaktifan
danperhatian
siswa pada saat
guru
menyampaikan
materi
Minat dan
motivasi siswa
saat mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Skor Nilai Ket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(3) Nilai = 50 – 69 cukup
1) Keaktifan siswa selama apersepsi
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi
(menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik)
Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan
cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)
Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)
Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau
menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat
apersepsi).
2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru
menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai,
serta memberikan tanggapan (terjadi interaksi), dan
mengerjakan setiap tugas.
Skor 4 : Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan
sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan
tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan
materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru
menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya,
menjawab, menamai serta memberikan tanggapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat
menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti
berbicara atau membuat gaduh).
3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan
adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang
diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara
sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).
Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta
tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk).
Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun
kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang
serius).
Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan
terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan,
meletakkan kepala di meja).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang
diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan,
tertidur).
2) Penilaian Hasil Pembelajaran
Nana Sujana (2008:3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa
dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai
adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Burhan Nurgiyantoro (2009: 326) menyatakan bahwa tes kesastraan
(termasuk puisi) mencangkup tes kognitif, tef afektif, dan tes psikomotorik.
Tes kognitif berhubungan dengan kemampuan proses berpikir. Ranah afektif
berhubungan dengan sikap, pandangan, dan nilai-nilai yang diyakini
seseorang. Tes psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
aktivitas otot, fisik atau gerakan anggota badan. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa tes-tes yang disusun guru tersebut hendaklah disesuaikan dengan
tujuan pengajaran kebahasaaan dan kesastraan yang hendak dicapai.
Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa tes atau penilaian yang
digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran maka
penilaian hasil dalam pembelajaran membaca indah puisi di kelas VII B ini
didasarkan pada hasil pekerjaan siswa memahami dan membaca indah puisi
dalam bentuk kegiatan membaca indah dengan irama, volume suara, mimik,
dan kinesik sesuaidengan isi puisi. Hal tersebut disesuaikan dengan
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan sekolah di semester II
dengan materi puisi. Di samping itu, pada pedoman penskoran tiap aspek juga
dinilai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Pada materi ini KKM yang
ditentukan adalah 74, ini berarti bahwa siswa dinyatakan tuntas dalam
pembelajaran jika mendapatkan nilai 74. Dalam penelitian ini peneliti
mengadaptasi format dan bobot penilaian hasil pembelajaran menulis puisi
sebagai berikut.
Tabel 2. Penilaian Hasil Pembelajaran
No Nama siswa Aspek yang Dinilai Skor Nilai
Irama Volume
Suara
Mimik Kinesik
(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 3. Pedoman Penskoran
No Aspek yang dinilai Skor
1. Penggunaan Irama
Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan
Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat menciptakan
keindahan
Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat menciptakan
keindahan
Belum dapat menggunakan irama dengan baik (Penggunaan
irama sama sekali tidak menciptakan keindahan)
Skor 1 – 4
4
3
2
1
2. Volume Suara
Volume suara sangat sesuai dengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana, keberadaan
pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Skor 1 – 4
4
3
2
1
3. Mimik
pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai dengan
isipuisi yang dibaca (sangat menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup sesuai
dengan isipuisi yang dibaca (cukup menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai dengan
isipuisi yang dibaca (kurang menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak sesuai
dengan isipuisi yang dibaca (tidak menghayati)
Skor 1 – 4
4
3
2
1
4. Kinesik
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau
wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau
wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau
wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan atau
wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Skor 1 – 4
4
3
2
1
Skor maksimal 1, 2, 3, 4 16
Nilai siswa = skor maksimum siswa X 100
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Hakikat Puisi
a. Pengertian Puisi
Puisi adalah salah satu karya seni sastra yang dapat dikaji dari berbagai
macam aspek, struktur dan unsurnya, jenis dan kesejarahannya. Sepanjang zaman,
puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini mengingat
hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan
pembaharuan/inovasi.
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Karya-karya besar
dunia yang bersifat monumental ditulis dalam bentuk puisi seperti Mahabaratha
dan Ramayana yang berasal dari India. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk
penulisan katya-karya besar, namun puisi juga sangat erat dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Menurut Rifaterre (dalam Maria Utami, 2010: 1), puisi selalu berubah-
ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya. Meskipun
sampai sekarang orang tidak dapat memberikan definisi setepatnya apakah puisi
itu tetapi untuk memahaminya perlu diketahui ancar-ancar pengertian puisi.
Menurut Jabrohim (dalam Maria Utami, 2010: 1), puisi merupakan bentuk
ekspresi dan konsentrasi rasa dan pengalaman jiwa penyair. Oleh karena itu, puisi
merupakan jenis/genre sastra paling pekat dan padat. Efek yang terjadi pada
keadaan puisi dari kondisi yang semacam itu adalah bahwa puisi itu singkat,
padat, konotatif, poliinterpretabel, ekspresif, dan penuh kata irasional serta
nongramatik.
Coleridge (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 7) mengemukakan
bahwa puisi adalah kata-kata yang indah dalam susunan terindah. Penyair atau
pengarang memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya,
misalnya seimbang, simetris antara satu unsur dengan unsur yang lain yang sangat
erat hubungannya.
Richards (dalam Henry Guntur Tarigan, 1984: 9-10) menyatakan puisi
mengandung suatu “makna keseluruhan”yang merupakan perpaduan antara tema
penyair (yaitu mengenai inti pokok puisi itu), perasannya (yaitu sikap penyair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tehadap bahan atau objeknya), nada (yaitu sikap sang penyair terhadap pembaca
atau penikmatnya), dan amanat (yaitu maksud dan tujuan sang penyair).
Brahim (dalam Suminto A. Sayuti, 1985: 14) bahwa unsur-unsur yang
membangun sebuah puisi meliputi imajinasi, emosi, dan bentuknya yang
khas.Senada dengan pernyataan di atas, William J. Grace (dalam Suminto A.
Sayuti, 1985: 14) menyatakan bahwa watak puisi lebih mengutamakan intuisi,
imajinasi dan sintesa dibandingkan dengan prosa yang lebih mengutamakan
pikiran, konstruksi, dan analisa.
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian puisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa puisi merupakan wacana berbentuk ekspresi dan konsentrasi
rasa dan pengalaman jiwa penyair yang berisi unsur-unsur emosi, imajinasi,
pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan,
kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Puisi merupakan jenis/genre sastra
paling pekat dan padat.Efek yang terjadi pada keadaan puisi dari kondisi yang
semacam itu adalah bahwa puisi itu singkat, padat, konotatif, poliinterpretabel,
ekspresif, dan penuh kata irasional serta nongramatik.
b. Ciri- ciri Puisi
Herman J. Waluyo (1995: 4) menyatakanbahwa jika menghadapi sebuah
puisi, tidak hanya berhadapan dengan unsur kebahasaan, tetapi juga kesatuan
bentuk pemikiran yang hendak diucapkan penyair. Unsur kebahasaan tersebut
antara lain (Herman J. Waluyo, 2003: 2- 43):
1) Pamadatan bahasa
Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. Jika puisi itu dibaca, deretan
kata-kata tidak membentuk kalimat dan alinea, tetapi membentuk larik dan
bait yang sama sekali berbeda hakikatnya. Larik memiliki makna yang lebih
luas dari kalimat. Dengan perwujudan tersebut, diharapan kata atau frasa juga
memiliki makna yang lebih luas dari kalimat biasa.
2) Pemilihan kata khas
Kata-kata yang dipilih oleh seorang penyair bukan kata-kata untuk prosa
atau bahasa sehari-hari. Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul
dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Tidak jarang kata-kata tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dicoret beberapa kali karena belum secara tepat mewakili pikiran dan suara
hati penyair. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan kata-kata
adalah sebagai berikut :
a) Makna kias
Makna kias adalah makna yang bukan sebenanya atau disebut pula
dengan makna konotatif.
b) Lambang
Lambang adalah suatu pola arti, sehingga antara apa yang
dikatakan dan apa yang dimaksudkan terjadi hubungan asosiasi.
Lambang sendiri tidak langsung menunjukkan sesuatu. Penikmatlah
yang menghubungkan lambang dengan apa yang dilambangkan.
Kebanyakan lambang-lambang bersifat metaforik namun beberapa
lambang masih bersifat konvensional (Jan van Luxenburg, Mieke Bal,
dan Willem G. Weststeijn, 1986: 190)
c) Persamaan bunyi atau rima
Kemiripan bunyi antara suku-suku kata. Bentuk-bentuk rima yang
paling sering nampak ialah aliterasi (rima konsonan), asonansi (rima
vokal), dan rima akhir.
3) Kata Konkret
Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karena
itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena
lebih konkret, namun pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya.
4) Pengimajian
Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya.
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau
memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa
yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji
auditif), atau dirasa (imaji taktil). Imaji visual menampilkan kata atau susunan
kata-kata yang menyebabkan apa yang digambarkan penyair lebih jelas seperti
dapat dilihat oleh pembaca. Imaji auditif adalah penciptaan ungkapan oleh
penyair, sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
digambarkan oleh penyair. Imaji taktil adalah penciptaan ungkapan oleh
penyair yang mampu mempengaruhi perasaan sehingga pembaca ikut
terpengaruh perasannya.
5) Irama (Ritme)
Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan
kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi
yang menimbulkan gelombang serta menciptakan keindahan.Irama dapat juga
berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata
secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang
memperindah puisi.
6) Tata Wajah
Puisi yang mementingkan tata wajah, menciptakan puisi seperti gambar,
disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang
mewakili maksud tertentu. Dibandingkan tata wajah non-konvensional, jauh
lebih banyak puisi dengan tata wajah konvensional (apa adanya, tanpa
membentuk gambar atau bentuk tertentu lainnya).
Beberapa hal yang diungkapkan penyair, antara lain :
1. Tema Puisi
Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang
dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu
pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar
belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi
tersebut. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari
penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan
lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya). Tema
yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan,
kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup,
alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan tema
kesetiakawanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Nada dan Suasana Puisi
Puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan.
Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca.Dari
sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis,
protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik,
belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis,
humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan
sebagainya.
3. Perasaan dalam Puisi
Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan
penyair akan dapat ditangkap jika puisi itu dibaca keras dalam
deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih
membantu menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi
terciptanya puisi tersebut.
4. Amanat Puisi
Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang
ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan
sendiri oleh pembaca.Sikap dan pengalaman pembaca sangat
berpengaruh kepada amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat
sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu
hal. Meskipun ditentukan cara pandang pembaca, amanat tidak
dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.
c. Unsur-unsur Puisi
Maria Utami (2010: 2-3) mengemukakan puisi dibangun atas dua unsur
pokok, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi, yaitu diksi,
pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi. Diksi adalah
pemilihan kata yang tercantum dalam puisi. Pengimajian adalah kata atau susunan
kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan,
pendengaran dan perasaan. Kata konkret adalah kata yang dapat membangkitkan
imaji (daya bayang), kata-kata yang dapat menyaran arti yang menyeluruh. Majas
adalah bahasa yang figuratif. Bahasa yang figuratif adalah bahasa yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
penyair atau pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa
yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Versifikasi rima, ritma, dan
metrum. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk
musikalitas atau orkestrasi, ritma adalah pertentangan bunyi tinggi/rendah,
panjang/pendek, keras/lemah yang mengalun dengan teratur sehingga membentuk
suatu keindahan tertentu dan metrum adalah pengulangan kata-kata yang tetap.
Tipografi adalah tata wajah puisi.
Struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Tema
adalah gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair.
Perasaan ialah suasana penyair yang terekspresikan di dalam puisi. Nada ialah
sikap penyair kepada pembaca yang tergambar di dalam puisi. Suasana adalah
keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang
ditimbulkan oleh puisi terhadap pembacanya. Amanat adalah pesan yang
disampaikan penyair melalui puisinya.
Marjorie Boulton (dalam M. Atar Semi, 1993: 107) mengungkapkan hal
yang sama mengenai unsur- unsur yang membangun puisi yakni bentuk fisik dan
bentuk mental. Namun ditambahkan oleh Boulton, tidak mungkin untuk
membedakan bentuk fisik dan bentuk mental secara komplit karena kedua bentuk
itu berinterrelasi satu dengan yang lain. Oleh sebabitu, bila harus membicarakan
bentuk fisik dan bentuk mental sebuah puisi maka dalam pembicaraan tidak dapat
dilihat pertalian satu sama lain.
Bentuk fisik mencakup penampilan puisi dalam bentuk nada dan larik
puisi, irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lain. Bentuk
mental terdiri dari tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang
dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi. Kedua bentuk ini, terjalin dan
terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi itu
memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembaca (M. Atar Semi,
1993: 107).
Bentuk fisik dan mental sebuah puisi dapat dilihat sebagi satu kesatuan
yang terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan bunyi, arti, dan tema. Lapisan bunyi
yakni lambang-lambang bahasa sastra. Lapisan ini yang merupakan bentuk fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sebuah puisi. Lapisan arti yakni sejumlah arti yang dilambangkan oleh struktur
atau lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan bunyi bahasa. Lapisan tema
yakni suatu “dunia” pengucapan karya sastra, sesuatu yang menjadi tujuan
penyair, atau sesuatu efek tertentu yang didambakan penyair. Lapisan arti dan
tema ini merupakan bentuk mental sebuah puisi. Ketiga lapisan tersebut saling
bertautan antara lapisan bunyi, arti, dan tema (M. Atar Semi, 1993: 108)
d. Jenis-jenis Puisi
Menurut Herman J. Waluyo (1995: 135- 140), puisi ditinjau dari aspek
jenisnya, dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
1) Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak
disampaikan, puisi dibedakan atas puisi naratif, puisi lirik, dan puisi
deskriptif.
Puisi naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan
penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang
kompleks. Puisi naratif misalnya epik, balada, romansa, dan syair. Epik adalah
salah satu jenis puisi yang panjang. Ia menceritakan sesuatu peristiwa atau
kejadian yang pada umumnya menyangkut tokoh-tokoh yang gagah perkasa,
pemberani dalam membela kebenaran. Pada umumnya epik menyuguhkan
sebagian besar tentang konflik fisik atau spiritual, atau keduanya. Beberapa
tokoh cerita biasanya digambarkan secara luas dan mendetail. Gaya
penyampaiannya megah dan formal serta cenderung untuk dibunga-bungai
secara indah sehingga menjadi sangat memikat (M. Atar Semi, 1993: 105).
Balada adalah puisi yang berisi tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan
atau orang yang menjadi pujaan. Romansa adalah jenis puisi cerita yang
menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah cinta yang berhubungan
dengan ksatria, dengan perkelahian dan petualangan yang menambah
percintaan mereka lebih istimewa.
Puisi lirik, yaitu puisi yang mengungkapkan gagasan pribadi penyair atau
aku lirik. Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik antara lain: elegi, ode, dan
serenade. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Ode adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
puisi yang berisi pujaan pada seseorang. Suatu hal, dan sesuatu keadaan.
Serenada adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan.
Puisi deskriptif, yaitu puisi hasil karya penyair yang bertindak sebagai
pemberi kesan terhadap keadaan peristiwa, benda, atau suasana yang
dipandang menarik perhatian penyair. Puisi deskriptif adalah puisi yang
mengedepankan penyair sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau
peristiwa, benda, dan suasana yang dipandang menarik perhatian penyair.
Jenis puisi deskriptif antara lainsatire, kritik sosial, dan puisi impresionistik.
Satire adalah puisi yang berisi sindiran atau kritik terhadap kepuncangan yang
terjadi.
2) Berdasarkan pada suara ataupun tempat yang cocok untuk pembacaannya dan
jumlah pembaca, puisi dibedakan atas puisi kamar dan puisi auditorium.
Puisi kamar, yaitu puisi yang cocok dibacakan sendirian atau dengan satu
atau dua pendengar. Puisi auditorium yaitu puisi yang cocok untuk dibacakan
di auditorium/ mimbar yang jumlah pendengarnya lebih dari puluhan orang.
3) Berdasarkan sifat atau isi yang dikemukakan puisi tersebut, puisi dibedakan
atas puisi fisikal, puisi platonik, dan puisi metafisikal.
Puisi fisikal bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan yang
dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan seperti hal yang didengar,
dilihat, atau dirasakan. Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-
hal spiritual atau kejiwaan, dapat juga puisi tentang pengungkapan cinta yang
luhur seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya, puisi ini juga
merupakan pengungkapan ide atau cita-cita. Puisi metafisikal adalah puisi
yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan Tuhan.
4) Berdasarkan cara menafsirkan makna puisinya, puisi dibedakan menjadi puisi
diafan, puisi gelap, dan puisi prismatik.
Puisi diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan
pengimajian, puisi ini biasanya menggunakan kata konkret dan bahasa
figuratif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang
demikian mudah dipahami maknanya seperti puisi anak-anak atau puisi karya
mereka yang baru mencoba belajar menulis puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Puisi gelap adalah puisi yang mempunyai banyak majas, lambang, dan
kiasan sehingga sulit ditafsirkan. Puisi prismatik adalah puisi yang berisi
majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca
tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya namun tidak terlalu gelap.
Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu namun makna itu bagaikan
makna yang keluar dari prisma sehingga ada bermacam-macam makna yang
muncul karena bahasa puisi bersifat multi interpretasi. Jika pembaca
mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup mengenai penyair dan
kenyataan sejarah maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan
makna puisi tersebut.
5) Berdasarkan kandungan nilai keilmuwan, puisi dibedakan menjadi puisi
parnasian dan puisi inspiratif.
Puisi parnasian merupakan puisi yang mengandung unsur atau nilai–nilai
keilmuwan. Puisi ini diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan
dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair.
Puisi inspiratif adalah puisi yang didasarkan pada mood atau passion penyair
benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin
penyair benar-benar terlibat dalam puisi tersebut.
e. Cara Memilih Puisi untuk Siswa SMP
Pemilihan bahan ajar oleh guru yang akan disajikan pada siswa harus
sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan tertentu. Tanpa adanya
kesesuaian antara bahan ajar dan siswanya maka pembelajaran yang disampaikan
akan gagal. Begitu pula pada pemilihan karya sastra sebagai materi harus
diklasifikasikan tingkat kesukarannya dengan kriteria tertentu.
Dalam memilih materi pengajaran ada beberapa hal penting yang harus
dipertimbangkan, yaitu tersedianya buku-buku di perpustakaan, kurikulum,
kesesuaian, kesesuaian dengan tes akhir, dan lingkungan siswa. Selanjutnya
terdapat tiga aspek dalam memilih bahan pengajaran sastra yaitu bahasa,
psikologi siswa, dan latar budaya (Moody dalam Maria Utami, 2010: 5- 22).
1) Aspek bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui
tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. Sementara perkembangan
karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak aspek kebahasaan. Aspek
kebahasan dalam sastra tidak hanya meliputi masalah-masalah yang dibahas tetapi
juga faktor-faktor lain seperti penulisan yang dipakai pengarang. Ciri-ciri karya
sastra pada waktu penulisan karya dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau
oleh pengarang (Rahmanto dalam Maria Utami, 2010: 6).
Oleh karena itu, agar pembelajaran sastra dapat berhasil guru perlu
mengembangkan keterampilan atau semacam bakat khusus untuk memilih bahan
pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa.
Jadi dalam usaha memilih bahan ajar kita akan bertolak dari kebutuhan siswa
yang dianggap telah melewati tahap penguasaan bahasa tingkat dasar. Dalam
praktiknya, ketepatan pemilihan bahan ini sering kurang diperhatikan dan dalam
beberapa hal faktor-faktor kebahasaan memang sulit dipisahkan dari faktor-faktor
lain.
Meski demikian, seorang guru hendaknya selalu berusaha memahami
tingkat kebahasan siswa sehingga berdasarkan pemahaman itu guru dapat
memilih materi yang cocok untuk disajikan.
2) Aspek Kejiwaan
Keterkaitan karya sastra dengan pembaca sebenarnya bukanlah hal yang
baru dalam penyajian karya sastra. Karya sastra akan dirasakan masyarakat atau
pembacanya sebagai suatu hal yang menyenagkan dan sekaligus berguna tentunya
apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan dan pemahaman mereka.
Tingkat pemahaman dan kebutuhan pembaca, antara lain ditentukan oleh
tingkat perkembangan kejiwaan mereka sebagai manusia. Sebab secara
psikologis, selama hidup manusia mengalami tingkat-tingkat perkembangan
tertentu dengan konsekuensi, jenis-jenis kebutuhannya pun menjadi bervariasi.
Sesuai dengan ciri masing-masing fase perkembangan (Monks dalam Maria
Utami, 2010: 7).
Oleh karena itu, pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan
pembaca menjadi faktor yang sangat penting dalam proses “penyapaian” karya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sastra kepada pembaca. Karya sastra yang sesuai dengan tingkat perkembangan
kejiwaan mereka akan dapat dengan mudah mereka “cerna”.
Dalam lingkup yang khusus, pemahaman terhadap tingkat perkembangan
kejiwaan siswa sangat berguna dalam upaya penentuan bahan ajar. Pemahaman
terhadap tingkat kejiwaan siswa akan berimplikasi pada pemahaman atas sifat-
sifat khusus dan bermacam-macam kebutuhan mereka. Hal itu akan sangat
membantu dalam proses penentuan dan pemberian bahan ajar yang sesuai dengan
mereka, sehingga proses penyampaian dan penerimannya akan berjalan dengan
optimal.
3) Aspek Budaya
Pemahaman akan suatu bahasa akan lengkap jika kita memahami kode
budaya pada bahasa itu (Herman J. Waluyo, 1995: 106). Banyak kata dan
ungkapan yang sulit dipahami secara tepat dan langsung jika kita tidak memahami
latar belakang budaya dari bahasa itu. Memahami bahasa memerlukan “cultural
understanding”.
Hal itu pula yang harus baerlaku dalam pemilihan bahan ajar puisi untuk
siswa SMP, selain harus memperhatikan kemampuan siswa hendaklah juga
memperhatikan keragaman lingkungan siswa (Hasjim dalam Maria Utami, 2010:
7).
Penduduk Indonesia tersebar di berbagai lingkungan hidup. Kehidupan
mereka pun terdiri dari bemacam tempat antara lain di desa, kota, pinggir pantai,
dan pegunungan. Di lingkungan petani, pedagang, pegawai dan sebagainya. Puisi
yang isinya akrab dengan kehidupan anak akan lebih mudah diterima dan
dimengerti daripada puisi-puisi yang renggang hubungan isinya dengan mereka.
Jadi dalam memilih bahan bacaan puisi, guru hendaknya juga
mempertimbangkan latar belakang budaya siswa sehingga tidak terjebak pada
kemonotonan yang membosankan yang akhirnya siswa tidak mampu menerima
dan mengapresiasi puisi dengan maksimal.
Pemilihan puisi pada bagian ini, dikhususkan untuk siswa SMP karena
penelitian ini ditujukan untuk siswa SMP khususnya kelas VII SMP. Terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
banyak pertimbangan dalam menentukan puisi. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut yakni:
a) Usia Siswa SMP
Jenjang tingkat pendidikan di Indonesia yang berlaku sampai saat ini
adalah Sekolah Dasr (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Masa yang ditempuh untuk
masing-masing jenjang adalah SD=6 tahun, SMP=3 tahun, SMA=3 tahun, dan
PT=bervariasi.
Anak-anak yang memasuki kelas satu SD pada umumnya berusia 6 atau 7
tahun. Dengan demikian, siswa SD berusia antara 6 atau 7 sampai 11 atau 12
tahun, siswaSMP berusia 12 atau 13 sampai 15 atau 16 tahun, SMA berusia 16
atau 17 tahun sampai 18 atau 19 tahun, dan mahasiswa berusia di atas 19 tahun.
Mengacu pada tahapan perkembangan yang telah disebutkan di atas maka
siswa SMP mempunyai karakteristik dari perkembangan bahasa, perkembangan
intelektual/kognitif, perkembangan moral, dan perkembangan emosional.
Dari segi perkembangan bahasa, siswa SMP berada pada tahap
kompetensi lengkap. Pada akhir masa kanak-kanak, perbendaharaan kata terus
meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih
dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performansi tata bahasa terus
berkembang ke arah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai
perwujudan dari kompetensi komunikasi. Pada usia ini, individu diharapkan telah
mempelajari semua sarana bahasa dan keterampilan-ketrampilan untuk
memahami dan menghasilkan bahasa tertentu dengan baik.
Dari perkembangan intelektual/kognitif, siswa SMP adalah remaja awal.
Pada masa ini, sejalan dengan perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu
mengaplikasikan berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik pada setiap
situasi dan mengurangi simbol-simbol dan terminologi konkret dalam
mengkomunikasikannya.
Sedangkan dari perkembangan moral siswa SMP sedang dalam tahap
mencari identitas versus kebingungan. Pada fase ini, anak mencari dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
mengembangkan identitas personal, berusaha mencari dan menemukan
identitasnya. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional.
Terakhir adalah perkembangan emosional. Siswa SMP memasuki masa
pubertas/ preadolence, yaitu umur 10/11 sampai 13/14 tahun. Pada masa pubertas,
anak mencari mengembangkan identitas personal, berusaha mencari dan
menemukan identitasnya. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional.
b) Kriteria Puisi untuk Siswa SMP
Kriteria puisi untuk siswa SMP dilihat dari unsur puisi, yaitu struktur fisik
puisi, struktur batin puisi dan jenis puisinya.
(1) Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi yaitu diksi, citraan/pengimajian, bahasa
figuratif/majas, verifikasi, dan tipografi. Dari segi fiksi, siswa kelas VII
bisa menerima kata lugas-kiasan, kata lugas-simbolik, dan kata lugas-
bertafsir luas. Dari segi citraan, semua jenis citraan bisa diterima dan
dimengerti oleh semua jenjang kelas. Namun, dari segi bahasa
figuratif/majas, ternyata tidak. Siswa kelas VII baru bisa menyerap majas
simile, personifikasi, dan metafora. Dari segi pelambangan, siswa kelas
VII mempunyai pemahaman mengenai lambang warna, lambang benda,
lambang bunyi, dan lambang suara.
Dari segi verifikasi, yaitu segi rima dan ritma, pemahaman siswa
kelas VII pemahaman rima mengenai anomatope/tiruan bunyi, bentuk
intern pola bunyi, alitersi/ pengulangan huruf yang sama di awal beberapa
kata dalam sebuah frasa/kalimat, repetisi bunyi dan kata. Sedangkan segi
ritme yaitu pengulangan kata, frasa, dan kalimat.
Strutur fisik yang terakhir adalah tipografi. Siswa kelas VII
mempunyai pemahaman tipografi tipe blok, zig-zag, dan tangga.
(2) Struktur Batin Puisi
Strutur batin puisi terdiri dari tema, nada, suasana, dan perasaan.
Tema puisi siswa kelas VII yakni persahabatan, pendidikan,
kepahlawanan/patriotisme, kemanusiaan, ketuhanan, nasionalisme, dan
lingkungan. Aspek nada puisi untuk siswa kelas VII yakni nada senang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sedih, main-main, religius, dan semangat. Aspek suasana yakni serius,
gembira, haru, santai, dan khusyuk. Aspek selanjutnya perasaan, yakni
serius, kagum, haru, khusyuk, simpati, sabar, dan sedih. Terakhir aspek
amanat, siswa kelas VII mampu memahami amanat secara eksplisit dan
beberapa jenis amanat yang bersifat menasehati atau mendidik.
(3) Jenis Puisi
Berdasarkan cara penafsirannya, siswa kelas VII mampu
menafsirkan puisi jenis diafan karena pada tahap tersebut, pada umumnya
siswa mempunyai pemahaman bahasa yang masih sederhana. Dari cara
pengungkapannya, mereka mampu mengungkapkan jenis puisi naratif
yakni epik, balada, dan syair sedangkan puisi lirik yaitu elegi dan ode.
Selanjutnya, berdasarkan pada sifat isi puisi, siswa kelas VII mampu
mengenal jenis puisi fisikal dan platonik karena puisi tersebut
manggambarkan kenyataan dan ide /cita-cita luhur.
c) Aspek Budaya
Latar budaya puisi yang mampu dipahami siswa kelas VII yakni puisi
yang isinya sudah terdengar akrab dalam kehidupan anak. Puisi yang berisi
sesuatu yang renggang dari kehidupan siswa, akan membuat siswa kesulitan
untuk memahami isi puisi tersebut. Oleh karena itu, sebelum memilih puisi guru
hendaknya mempertimbangkan latar belakang budaya siswa sehingga tidak
terjebak pada kemonotonan yang membosankan.
3. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Quantum
a. Pengertian Pendekatan
Menurut Hasan Alwi (2011: 246), pendekatan mengandung arti proses
atau cara mendekati. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, Wardani (2005:
10) memisahkan secara operasional tentang perbedaan pengertian strategi
pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik
pembelajaran. Menurutnya, strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan
kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah suatu keadaan pembelajaran kini
menjadi keadaan pembelajaran yang diharapkan. Untuk mengubah keadaan itu
dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pembelajaran adalah suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran berupa dicapainya kompetensi
tertentu oleh siswa sebagai hasil belajar. Pada tiap prosedur pembelajaran dapat
dipilih berbagai macam metode pembelajaran yang relevan. Metode pembelajaran
adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pada
setiap metode pembelajaran dapat dipilih berbagai macam teknik pembelajaran
yang relevan. Teknik pembelajaran adalah cara sistematis dalam melakukan suatu
kegiatan sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Imam Syafi‟ie (1993: 16) menjelaskan bahwa pendekatan dalam
pengajaran bahasa mengacu kepada teori-teori tentang hakikat bahasa dan
pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip-prinsip
pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi
dan tesis-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa,
serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu
masyarakat bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatis dalam arti bahwa kebenaran
teori-teori bahasa dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak perlu
dipersoalkan lagi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa pada hakikatnya pendekatan adalah cara umum yang digunakan untuk
mencapai tujuan bersama.
b. Pengertian Pembelajaran
Hasibuan (dalam Gino, dkk., 2000: 32) memberikan batasan
pembelajaran, yaitu usaha sadar guru untuk membuat siswa belajar dengan
mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam belajar. Faktor intern yang
dimaksud di sini meliputi minat, perhatian, motivasi, dan lain-lain. Faktor ekstern
yang berpengaruh meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2003: 57). Lebih
lanjut Oemar Hamalik mengungkapkan bahwa material meliputi buku-buku,
papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio, dan video tape. Fasilitas
dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,
belajar, ujian, dan sebagainya.
Pengertian pengajaran dan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003:
58), yaitu: (1) Pengajaran ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta
didik/ siswa di sekolah; (2) Pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah; (3) Pembelajaran adalah
upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta
didik; (4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menajdi
warga masyarakat yang baik; dan (5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu
siswa mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Agus Suprijono (2009: 11) menjelaskan tentang perbedaan antara
pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning
dan pengajaran terjemahan dari teaching. Lebih lanjut, Suprijono mengungkapkan
bahwa pengajaran adalah proses perbuatan, cara mengajarkan. Perbuatan atau cara
mengajarkan diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik; guru
menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didiksebagai pihak
penerima. Pengajaran seperti ini merupakan proses instruktif. Guru bertindak
sebagai „panglima‟, guru dianggap paling dominan, dan guru dipandang sebagai
orang yang paling mengetahui.
Lebih lanjut, Agus Suprijono (2009: 13) menjelaskan tentang
pembelajaran yang berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan
esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran
guru mengajar, peserta didik belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru
mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya
pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru yang
menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya untuk mempelajarinya. jadi
subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif.
Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti
halnya pengajaran.
Gino, dkk. (2000: 32-33) memberikan batasan pembelajaran atau
instruction sebagai usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
belajar, yaitu terjadi terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
belajar dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena andanya usaha. Dengan
demikian, ada tiga ciri utama pembelajaran, yaitu: (1) ada aktivitas yang
menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik langsung maupun
tidak langsung, (2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan
berlaku untuk waktu yang lama, dan (3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha
yang dilakukan secara sadar.
c. Komponen- komponen Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
komponen. Menurut Gino, dkk. (2000: 30) komponen tersebut antara lain sebagai
berikut:
1) Guru
Guru merupakan seseorang yang bertindak sebgai pengelola kegiatan
belajar mengajar yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik.
2) Siswa
Siswa adalah orang yang berperan sebagai pencari, penerima, dan
pelaksana pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3) Tujuan
Tujuan adalah perubahan yang diinginkan terjadi pada siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut meliputi
perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif.
4) Isi pelajaran
Isi pelajaran atau materi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta,
prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5) Metode
Metode merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh
guru yang meliputi seluruh kegiatan penyajian bahan pelajaran kepada siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
6) Media
Media merupakan bahan pengajaran yang digunakan untuk menyajikan
informasi kepada siswa.
7) Evaluasi
Evaluasi merupakan cara yang digunakan untuk menilai suatu proses
dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar
mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen tersebut.
d. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya
pembelajaran. Menurut Gino, dkk. (2000: 35-39) faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran antara lain:
a. Motivasi belajar
Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri
seorang secara sadar atau tidak untuk melakuakn suatu tindakan untuk
mencapai tujuan tertentu.
b. Bahan belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi
yang digunakan dalam pembelajaran harus dideusiakan dengan tujuan yang
akan dicapia oleh siswa dan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa agar
dapat dimintai olehnya.
c. Alat bantu belajar
Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan pembelajaran dari
sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Alat bantu belajar merupakan
alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya
buku, komputer, tape recorder, dan lain-lain.
d. Suasana belajar
Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam
lingkungan tempat proses pembalajaran berlangsung. Suasana yang dapat
mendukung kegiatan pembelajaran yang baik antara lain yaitu: susana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kekeluargaan, suasana sekolah yang nyaman, suasana kelas diatur fleksibel,
jumlah siswa tidak terlalu banyak, dan siswa belajar secara bervariasi.
e. Kondisi siswa
Kondisi siswa merupakan keadaan siswa pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud bukan hanya keadaan fisik,
melainkan juga keadaaan psikis siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu
proses atau usaha untuk menjadikan siswa belajar dengan memberikan stimulasi
kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat untuk mencapai tujuan
belajar yang diinginkan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tindakan ke arah yang
positif.
Dengan mengetahui hakikat belajar dan pembelajaran tersebut, kita
ketahui bahwa interaksi antar komponen menjadi faktor penting dalam
keberhasilan suatu proses belajar mengajar. Oleh karena itu kerjasama antara guru
dan murid sangat diperlukan demi kelancaran kegiatan belajar mengajar.
e. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Quantum
Pendekatan pembelajaran quantum berakar dari upaya Dr. Georgi
Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan
apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya
adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengeruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik
yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan siswa
secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi
individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil
menonjolkan informasi, dan menyediakan guru- guru yang terlatih baik dalam
seni pengajaran sugestif (Bobbi DePorter, 2003: 14).
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah
pemercepatan belajar (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan
sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai
persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan
kesehatah emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan
pengalaman belajar yang efektif (Bobbi DePorter, 2003: 14).
f. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Quantum
Pendekatan pembelajaran quantum yang diterapkan pada penelitian ini
mencakup aspek-aspek penting dalam accelerated learning. Selain itu, pada
pendekatan ini juga berupaya menghubungkan antara bahasa dan perilaku.
Pendekatan ini juga dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara
siswa dan guru. Keberagaman yang dimiliki siswa akan menghasilkan jalinan
antara siswa dan guru yang beragam pula oleh sebab itu diperlukan upaya guru
untuk menggubah atau menciptakan sebuah lingkungan belajar, cara presentasi,
dan rancangan pembelajaran (Lozanov dalam Andayani, 2000: 19)
Pendekatan ini semula diterapkan dalam pembelajaran di SuperCamp,
yaitu sebuah program pembelajaran yang mengacu pada percepatan. Pendekatan
pembelajaran quantum dipopulerkan oleh Learning Forum, yaitu sebuah asosiasi
pendidikan international yang menekankan keterampilan akademis, keterampilan
dalam hidup, dan tantangan fisik. Di SuperCamp ini, semua kurikulum secara
harmonis merupakan kombinasi dari tiga unsur tersebut. Pada dasarnya di Camp
ini semua siswa harus belajar efektif. Keefektifan ini dapat dicapai melalui
keadaan belajar yang menyenangkan (Bobbi DePorter,2003: 8).
Dalam program SuperCamp tersebut, para siswa harus menginap selama
kurang lebih dua belas hari. Para siswa terdiri dari usia sembilan sampai dua puluh
empat tahun. Mereka memperoleh kiat-kiat yang akan membantu dalam kegiatan
mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi, dan
membina hubungan. Hasil dari program ini adalah para siswa mendapatkan nilai
yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri
mereka sendiri (Vos Groenendal dalam Bobbi DePorter, 2003: 4).
Pendekatan pembelajaran quantum oleh Learning Forum kemudian
dikukuhkan sebagai salah satu metodologi pembelajaran dalam bentuk rancangan
pembelajaran, penyajian bahan ajar, dan fasilitas pembelajaran yang tidak harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dilaksanakan di SuperCamp namun dapat dilaksanakan di kelas-kelas biasa.
Pendekatan pembelajaran quantum merangkaikan suatu pendekatan pembelajaran
yang oleh asosiasi tersebut dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk
dikembangkan menjadi sebuah pendekatan pembelajaran. Dikatakan demikian
karena pendekatan ini mampu merangsang multi sensori, multi kecerdasan, dan
relevan dengan perkembangan otak pada masa anak-anak, sehingga pada akhirnya
dapat mengembangkan kemampuan guru untuk memacu kemampuan siswa agar
berprestasi (Andayani, 2000: 19-20).
Sebagai salah satu metodologi pembelajaran, pendekatan pembelajaran
quantum hampir sama dengan sebuah simfoni. Apabila seseorang menonton
sebuah simfoni, ada banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman musik orang
tersebut. Unsur-unsur tersebut dapat dibagi menjadi dua yakni konteks dan isi.
Konteks adalah latar untuk pengalaman guru. Konteks merupakan keakraban
ruang orkestra sendiri (lingkungan belajar siswa), semangat guru dalam
menyampaikan materi pada siswa, semangat siswa dalam menerima materi guru,
keseimbangan dalam pembelajaran, kerja sama antara guru, siswa dan lingkingan,
dan interpretasi guru terhadap materi yang akan diberikan pada siswa. Semua
unsur ini bersatu padu dan kemudian memunculkan pengalaman bermusik secara
menyeluruh. Isi berbeda dengan konteks, namun peranan ini juga sangat penting
dalam pembelajaran. Isi merupakan fasilitas berupa keahlian guru terhadap materi
yang akan disampaikan serta mengandung makna menggunakan bakat dan potensi
siswa.
Pendekatan pembelajaran quantum memiliki petunjuk yang berguna untuk
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,
menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Petunjuk-petunjuk tersebut
antara lain:
1) Partisipasi dengan menggubah keadaan kelas dari yang biasa menjadi
kelas yang menarik,
2) Menumbuhkan motivasi dan minat siswa dengan menerapkan metode
TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
3) Membangkitkan rasa kebersamaan baik antara siswa dan guru maupun
siswa dan siswa lainnya,
4) Meningkatkan daya ingat siswa, dan
5) Membangun daya dengar siswa. Semua petunjuk tersebut, akan
menempatkan guru dan siswa pada kesuksesan belajar (Bobbi DePorter,
2003: 4-5).
g. Prinsip-prinsip Utama dalam Pendekatan Pembelajaran Quantum
Pendekatan pembelajaran quantum mengaitkan apa yang akan diajarkan
guru dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasan yang diperoleh dari
kehidupan rumah, kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang
dimiliki oleh siswa. Setelah kaitan tersebut terbentuk, guru dapat mengkonstruksi
pembelajaran ke dalam benak mereka. Terdapat lima prinsip yang harus diketahui
guru untuk mampu mengaitkan dan mengkonstruksi pembelajaran yaitu:
1) Segalanya berbicara
Segalanya baik dari lingkungan kelas maupun bahasa tubuh merupakan
penunjang dalam pengiriman pesan pembelajaran.
2) Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi khususnya gubahan dari guru adalah kegiatan yang
bertujuan untuk siswa.
3) Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak manusia berkembang dengan pesat karena adanya rangsangan
kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu manusia. Oleh karena
itu, proses belajar terbaik terjadi pada saat siswa telah mengalami
informasi sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
4) Akui setiap usaha
Pada saat siswa mulai berkeinginan untuk belajar dengan menerima
setiap konsekuensi dari resiko belajar, mereka pantas menerima
pengakuan atas kemampuan dan kepercayaan diri mereka.
5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan digunakan sebagai perangsang motivasi dan minat siswa. Selain
itu, perayaan mampu memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar (Bobbi DePorter,
2003: 7-8).
Beberapa prinsip dan petunjuk penerapan pendekatan pembelajaran
quantum relevan dengan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Dikatakan
demikian karena menurut survei yang dilakukan penulis masih terdapat berbagai
masalah dalam pembelajaran apresiasi sastra di Sekolah Menengah Pertama
khususnya kompetensi dasar membaca indah puisi sebagai salah satu bentuk
apresiasi sastra siswa.
Permasalahan tersebut terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal.
Suasana dan keadaan belajar siswa di sekolah membuat siswa tidak termotivasi
sehingga mereka masih merasa malu dan tidak percaya diri terhadap
kemampuannya membaca puisi di depan kelas. Kemonotonan saat pembelajaran
juga menimbulkan kebosanan pada suasana hati siswa.
Selain itu, permasalahan di pihak guru juga mendorong terbentuknya
masalah pendidikan yang baru. Hal ini disebabkan karena tindakan efektif dalam
pembelajaran apresiasi sastra dianggap hanya akan menghabiskan waktu
pelajaran. Fenomena yang terjadi sekarang, waktu pelajaran yang seharusnya
digunakan guru untuk pembelajaran apresiasi sastra digunakan untuk memberikan
materi-materi yang lain yang akan keluar saat ujian akhir. Terlebih lagi, selama
ini format soal dalam ujian akhir yang terstandar tidak memadai untuk
menangkap dan mengukur kenikmatan siswa dalam bersastra (Annita Lie dalam
Andayani, 2000: 28).
Masalah-masalah yang muncul tersebut dapat dipecahkan dengan
penerapan pendekatan pembelajaran quantum. Petunjuk teknis pendekatan
pembelajaran quantum adalah sebagai berikut :
1. Tanamkan (T) : Sertakan diri mereka, pikat mereka,puaskan keingintahuan
mereka. Buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan
diajarkan.
2.Alami (A) : Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan
“kebutuhan untuk mengetahui”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3.Namai (N) : Berikan “data” tepat saat minat memuncak dengan
mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran.
4.Demontrasi (D) : Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data atau keterangan baru, sehingga mereka menghayati
dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
5.Ulangi (U) : Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan
melalui pertanyaan, post test, atau penugasan maupun membuat ikhtisar
hasil belajar.
6.Rayakan (R) : Ingat, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan!
Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif.
h. TANDUR sebagai Metode dalam pembelajaran Membaca Puisi
Keistimewaan pendekatan pembelajaran quantum adalah penerapan
petunjuk teknis langkah-langkah pembelajaran yang dikenal dengan Tanamkan,
Alami, Namai, Demontrasi, Ulangi, dan Rayakan. Petunjuk teknis ini disingkat
dengan metode TANDUR.
1) Penerapan metode T (Tanamkan)
Konsep tumbuhkan merupakan konsep operasional dari prinsip
“Bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Melalui usaha penyertaan siswa
dalam pikiran dan emosi, mereka dapat menciptakan jalinan dan
kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan akan
memanfaatkan pengalaman mereka untuk menstimulus tanggapan “Oke,
materi ini menarik dan bermakna”, selanjutnya akan mendapatkan
komitmen untuk menjelajah dengan belajar bersama. Menyertakan
pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, video, dan cerita.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa agar seseorang mengikuti
keinginan kita maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan
menarik perhatian orang lain. Dalam pembelajaran terutama saat apersepsi
untuk menarik minat siswa adalah dengan memfokuskan perhatian siswa.
Tidak harus dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari
materi sebelumnya, namun dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
misalnya: penyajian gambar atau media yang menarik, penyajian peta
konsep, puisi, cerita menarik atau lucu, dan sebagainya.
Andayani (2008: 74) mengungkapkan bahwa penerapan konsep
tumbuhkan khususnya dalam pembelajaran apresiasi sastra dapat pula
dilakukan dengan berbagai aktivitas, seperti: tepuk tangan, menyanyi, dan
bermain. Ditambahkan juga bahwa aktivitas murid pada saat bernyanyi
bersama-sama sambil bertepuk tangan, dapat digunakan untuk
menumbuhkan minat murid ketika memulai proses kegiatan awal
pembelajaran. Selain itu, kegiatan bermain juga dapat menumbuhkan
minat dan kesenangan siswa terhadap sesuatu. Namun pemilihan jenis
pemainan dan lagu yang akan dinyanyikan juga harus disesuaikan dengan
manfaat atau tema yang akan diajarkan. Garis besar dari tujuan konsep
“tumbuhkan” adalah memberi kebermaknaan yang cepat dan mudah
dipahami siswa.
2) Penerapan metode A (Alami)
Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa dan manfaatnya
dapat meningkatkan hasrat alami untuk menjelajah. Pengalaman membuat
seseorang dapat mengajar “melalui pintu belakang” untuk memanfaatkan
pengetahuan dan keingintahuan mereka. Tahap ini dapat menggunakan
permainan, simulasi, dan sebagainya. Perankan unsur-unsur pelajaran baru
dalam bentuk sandiwara. Beri mereka tugas individu atau kelompok dan
kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki.
Konsep alami merupakan suatu konsep murid mulai memasukkan
proses belajar dalam pembelajaran. Pada konsep ini dapat dilakukan
berbagai aktivitas, misalnya: murid mulai mencari dan menemukan bacaan
yang akan dibicarakan, murid berkelompok membicarakan cerita yang
dibaca, dan murid menyimak secara bersama-sama suatu cerita. Andayani
(2008: 75) mengungkapkan bahwa pada tahap ini pembelajaran akan
terkesan biasa atau tidak mencapai tujuan jika tidak didesaindengan baik.
Sugiyanto (2009: 87) mengungkapkan bahwa pengalaman dapat
menciptakan ikatan emosional sebagaimana yang kita ketahui bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pengalaman akan menciptakan peluang untuk pemberian makna
(penamaan). Dia mengungkapkan bahwa dalam konsep ini saat murid
mempelajari sesuatu dalam kenyataan nyata. Siswa telah memiliki
pemahaman awal yang telah berkaitan dengan konsep materi yang akan
dipelajari. Saat pengalaman terkait, siswa dapat mengumpulkan informasi
yang dapat membantunya untuk memaknai pengalaman tersebut sehingga
informasi yang mulanya abstrak menjadi konkret. Dengan demikian, maka
seorang siswa tidak hanya sekedar mendapatkan informasi tetapi melalui
pengalaman yang telah diperoleh dapat membuat siswa benar-benar
mendapatkan pengetahuan yang berarti.
3) Penerapan metode N (Namai)
Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan
identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dibangun di atas
pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan merupakan
sarana untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi
belajar. Dapat menggunakan media visual seperti susunan gambar, warna,
alat bantu, kertas tulis, poster di dinding,dan sebagainya.
Bobbi DePorter dkk (2003: 91) mengungkapkan bahwa konsep
namai dapat memuaskan otak siswa yaitu dengan membuat siswa
penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka. Konsep ini
dimulai dengan pengalaman siswa dan dari pengalaman dan informasi
yang saling terkait siswa diarahkan untuk dapat menamainya sehingga
pengalaman siswa tersebut akan lebih berarti.
Selaras dengan pendapat di atas, Andayani (2008: 76) juga
mengungkapkan bahwa konsep namai merupakan salah satu prosedur
yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pada konsep ini murid
berkesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya. Pengenalan murid
terhadap konsep ini dalam keseluruhan proses belajar berada dalam tataran
berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
4) Penerapan metode D (Demonstrasi)
Memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan
pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain yaitu dalam
permasalahan yang lebih riil sekaligus memberikan kesempatan kepada
mereka untuk menunjukkan tingkat pemahaman dan penguasaan mereka
terhadap materi yang telah dipelajari. Menggunakan sandiwara, video,
permainan, rap, lagu, penjabaran dalam grafik.
Setelah mengaitkan pengalaman dan nama, kemudian siswa
diminta untuk menunjukkan atau mempraktekkannya, tahap yang
demikian merupakan konsep demonstrasi. Konsep ini memberikan
kesempatan siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari
dengan mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman dalam memori
siswa.
Aktivitas dalam konsep demonstrasi berwujud aktivitas gerak.
Aktivitas ini dilakukan melalui praktik atau latihan. Praktik yang
dilatihkan dalam konsep demonstrasi dapat berupa praktik membaca,
berbicara, dan menulis. Praktik membaca misalnya membaca cerita di
depan kelas, membaca puisi, dan membaca dialog. Praktik berbicara dapat
berbentuk diskusi membahas puisi, cerita, dan drama yang
didemonstrasikan. Praktik menulis dapat dilakukan dengan pemberian
contoh menciptakan karangan oleh guru, atau seorang murid. Konsep
demonstrasi dapat dilakukan secara berulang-ulang, Andayani (2008: 77).
5) Penerapan metode U (Ulangi)
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa
“aku tahu bahwa aku tahu ini”! jadi pengulangan hendaknya dilakukan
secara multimodalis dan multikecerdasan, lebih baik lagi dalam konteks
yang berbeda dengan adanya (permainan, pertunjukkan, drama, dan
sebagainya). Tahap ini dapat membuat isian aku tahu bahwa aku tahu, ini
merupakan kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru
mereka kepada orang lain (kelompok lain) menirukan orang-orang seperti
guru atau tokoh idola, pendahuluan, isi, kesimpulan, bisa juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
menggemakan motto hidup tertentu yang bermakna, dan siswa diminta
untuk mengulangnya secara serentak. Selain itu, untuk menunjukkan
penguasaan atau pemahaman materi dapat juga dilakukan melalui
pertanyaan-pertanyaan post test.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa aktivitas gerak dapat
menjadikan murid memiliki keterampilan yang sempurna, khususnya
dalam berbahasa. Syaratnya adalah pendemonstrasian dalam latihan
keterampilan berbahasa yang dilakukan secara berulang-ulang.
Pengulangan-pengulangan tersebut dapat dilakukan secara lisan maupun
tulis yang disertai gerakan fisik. Hal ini lebih bermakna jika dalam
aktivitas disertai balikkan atau tanggapan baik dari siswa maupun guru.
Dari balikkan tersebut diharapkan siswa dapat memperoleh keterampilan
berbahasa atau kemampuan psikomotorik yang lebih baik dibanding
sebelum dilaksanakan pembelajaran.
6) Penerapan metode R (Rayakan)
Jika layak dipelajari, maka layak dirayakan! Perayaan merupakan
suatu bentuk rasa untuk menghomati ketekunan, usaha, dan kesuksesan,
yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasan dan kegembiraan.
Kondisi akhir pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa
bergairah untuk belajar lebih lanjut. Perayaan dapat dilakukan dengan
pemberian pujian, bernyanyi bersama, pameran, pesta kelas.
Andayani (2008: 77) berpendapat bahwa konsep “rayakan” dalam
penerapan TANDUR melahirkan aspek sikap. Hal ini karena konsep
rayakan tersebut murid diberi respon-respon khusus dari guru maupun
murid-murid lain di kelas secara serentak. Respon tersebut dapat berupa
tepuk tangan, gerakan toss yang diberikan guru kepada murid, dan
memberikan seruan dengan kata-kata serentak disertai gerakan dua tangan
diangkat di atas, dan sebagainya.
Selaras dengan pendapat di atas Sugiyanto (2009: 93) juga
mengemukakan bahwa konsep “rayakan” yang dilakukan dengan
pemberian tepuk tangan, hadiah, pujian, dan sebagainya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa. Penerapan konsep
rayakan juga dapat memberikan penguatan pada siswa dalam
pembelajaran.
Bobbi DePorter dkk (2003: 93) juga mengungkapkan bahwa untuk
memperkuat kesuksesan dan memotivasi maka anda harus mencobanya
berulang-ulang dan siswa membutuhkan penguatan prinsip yang sama
dalam belajar. Hal ini dikarenakan prinsip “rayakan” merupakan suatu
bentuk pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan
keterampilan dan ilmu pengetahuan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
respon dalam pendekatan pembelajaran quantum melibatkan seluruh
peserta pembelajaran. Seluruh murid terlibat secara fisik, psikis, dan
verbal. Predisposisi untuk tindakan positif yang dapat tumbuh dalam
pembelajaran apresiasi sastra ini adalah sikap yang berbentuk: rasa senang
menikmati, menghayati, menghargai karya sastra, dan sekaligus
menyenangi pembelajaran membaca sastra khusunya puisi.
B. Penelitian yang Relevan
Anita Kusuma (2009) dalam penelitiannya, yang berjudul “Mengatasi
Kesulitan Membaca Puisi Dengan Metode Variasi Dan Pemodelan Melalui VCD
Pada Siswa Semester I Kelas X SMK Texmaco Karawang Tahun Pelajaran
2008/2009” menyimpulkan bahwa kondisi siswa mengalami peningkatan dalam
membaca puisi dari hasil evaluasi akhir 80% siswa dapat dinyatakan tuntas secara
individu dalam pembelajaran membaca puisi. Dalam mengajarkan membaca puisi
menggunakan: (1) membaca nyaring tunggal, (2) membaca nyaring bersama, (3)
membaca nyaring dengan musik atau tepukan sangat diperlukan agar siswa tidak
merasa bosan, (4) metode Pemodelan melalui VCD. Selain itu, sebaiknya
didukung dengan pemilihan materi yang tepat sesuai sehingga siswa akan
senantiasa tertarik dan pada gilirannya akan senang membaca puisi.
Teti Rostikawati (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Mind
Mapping dalam Metode Pendekatan Quantum Pengaruhnya Terhadap Prestasi
Belajar dan Kreativitas Siswa”, menyimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam proses belajar, pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
memiliki dua unsur penting yakni guru dan siswa. Bagi siswa metode
pembelajaran sangat penting dalam menentukan prestasi dan pengembangan
potensi pribadi. Guru memiliki peranan penting dalam menerapkan metode
pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
Pendekatanquantum sebagai salah satu metode belajar yang dapat memadukan
berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Lingkungan belajar yang
menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang sehingga secara
langsung dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Metode pembelajaran
quantummelalui teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki manfaat yang
sangat besar untuk meningkatkan potensi akademik (prestasi belajar) siswa.
Herman Waluyo, Budhi Setiawan, dan Handoko (2007) dalam penelitian
yang berjudul “Pengembangan Pendekatan Keterpaduan Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia dengan Pendekatan Quantum Learning (Berbahasa dan
Bersastra dalam suasana Orkestra di SMP Daerah Surakarta)” menyimpulkan
bahwa berdasarkan hasil uji coba empirik penggunaan pendekatan Quantum
Learning dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Daerah
Surakarta dapat menciptakan keaktifan dan partisipasi siswa yang tinggi dan
signifikan pula. Selain itu, pendekatan pembelajaran ini juga dapat memotivasi
siswa khususnya dalam belajar sastra dengan rasa senang, tidak membosankan,
dan mempunyai kesempatan untuk menggunakan bahasa Indonesia secara nyata
dengan mengakrabi karya sastra. Berdasarkan uji statistik lebih dari itu
penggunaan pendekatan ini juga diterima oleh stakeholder di kota Surakarta.
Alasan peneliti memilih ketiga penelitian tersebut sebagai penelitian yang
relevan karena ketiga penelitian ini memiliki keterkaitan dengan penelitian yang
peneliti lakukan. Keterkaitan tersebut terdapat pada pendekatan pembelajaran dan
keterampilan berbahasa yang ditingkatkan melalui pendekatan pembelajaran
tersebut. Keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukisno terdapat
pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, yakni pendekatan pembelajaran
quantum. Pada penelitian yang dilakukan oleh Teti Rostikawati pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pembelajaran quantum juga terbukti dapat meningkatkan prestasi (hasil) belajar
dan kreativitas siswa.
Herman Waluyo, Budhi Setiawan, dan Handoko mengembangkan
pendekatan Quantum Learning dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di SMP dan hasilnya pun pendekatan ini dapat meningkatkan keaktifan dan
motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra (yang mana puisi
juga termasuk bagian dari sastra). Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti
menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca
indah puisi.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pada pembelajaran
membaca puisi di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan. Guru
cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak teoretis dan hafalan
sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku,monoton, dan membosankan.
Guru sering meminta siswa untuk praktek membaca puisi di depan kelas.
Pada umumnya siswa malu, tidak percaya diri, bosan dan malas ketika membaca
indah puisi. Selain itu, cara membaca siswa juga kurang baik, suara kurang jelas,
kurang lancar, mimik kurang menghayati, intonasi dan penampilan sangat kurang
sertakinesik yang dilakukan juga masih kurang variatif. Oleh karena itu,
diperlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk mampu
membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan
kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Pembelajaran akan lebih optimal jika pendekatan atau metode yang
digunakan tepat. Melalui pendekatan pembelajaran quantum dengan petujuk
teknis metode TANDUR diharapkan siswa akan berani membaca puisi dengan
menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi
puisi. Guru dapat menggubah suasana kelas menjadi lebih menarik bagi siswa.
Keunggulan lain yaitu membangkitkan rasa kebersamaan baik antara siswa dan
guru maupun siswa dan siswa lainnya, meningkatkan daya ingat dan dengar
siswa. Dengan demikian kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan
membaca indah puisi dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretik dan kerangka berpikir di atas dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran kemampuan membaca indah puisi pada siswa kelas VII B
SMP Negeri I Jaten Karanganyar.
2. Pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran kemampuan membaca indah puisi pada siswa kelas VII B
SMP Negeri I Jaten Karanganyar.
Kondisi awal pembelajaran membaca puisi di
SMP Negeri 1 Jaten
Siswa yang aktif saja
yang mau membaca indah
puisi, yang lain membaca
puisi dengan seadanya
(semaunya)
Siswa malu, takut,
tidak percaya diri,
dan bosan karena
monoton.
Guru belum menemukan
metode
pembelajaran yang tepat
dalam
pembelajaran membaca puisi
Model Pembelajaran Quantum Learninr Metode TANDUR (Tanamkan, Alami,
Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan)
Siswa berani
membaca indah puisi
di depan kelas
Siswa mau menghayati
puisi yang dibacanya,
bukan hanya siswa tertentu
saja
Prestasi kemampuan
membaca indah
puisi lebih tinggi
Kemampuan membaca puisi siswa meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Jaten yang beralamat di
sebelah barat Dukuh Jaten, Kecamatan Jaten-Kabupaten Karanganyar.
Pemilihan sekolah ini didasarkan beberap aalasan. Pertama, peneliti telah
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Dengan berbekal
pengalaman selama PPL itu, peneliti sedikit banyak sudah mengenal keadaan
lingkungan fisik, administrasi, akademik, dan sosial psikologis siswa. Kedua,
sekolah tersebut belum pernah menjadi objek penelitian yang sejenis, sehingga
terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, kemampuan membaca siswa
kelas VII, khususnya membaca puisi masih rendah.
Tindakan penelitian ini dilakukan di kelas VII B. Hal tersebut didasarkan
pada hasil survei awal bahwa permasalahan di dalam pembelajaran membaca
puisi terjadi di kelas VII B.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama enam bulan, yaitu mulai Desember
2010 sampai dengan Mei 2011. Pelaksanaan pembelajaran membaca puisi
diselenggarakan pada pertengahan semester II. Adapun rincian waktu dan jenis
kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Waktu
Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan survei
awal sampai
penyusunan
proposal
x x x x x x
2 Menentukan
informan,
menyiapkan
peralatan dan
instrumen
x x x x
3 Pelaksanaan
Pembelajaran
1. Siklus I
2. Siklus II
3. Siklus III
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
4 Penyusunan
Laporan
x x x x x x x x
B. Subjek dan ObjekPenelitian
Subjek penelitian ini adalah para siswa kelas VII B SMP Negeri I Jaten
tahun ajaran 2010/2011. Siswa kelas VII B berjumlah 31siswa, yang terdiri atas
15 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Dengan demikian, kelasVII B
ditetapkan sebagai setting kelas. Sementara itu, guru bahasa Indonesia yang
dijadikan subjek penelitian ini adalah Ibu Katrin Kusala, S. Pd. Adapun objek
penelitian ini adalah pembelajaran kemampuan membaca puisi di kelasVII B SMP
Negeri I Jaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
C. Bentuk dan StrategiPenelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian
kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa maupun staf sekolah lain untuk
menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam
Suharsimi Arikunto, dkk., 2008: 3), penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kegiatan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara bersama. Maksud kelas
tersebut bukan hanya dalam ruangan, namun lebih pada kelompok yang sedang
belajar.
Sarwiji Suwandi (2009: 10-11) menyatakan bahwa PTK merupakan
penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan
riil yang dihadapi guru dalam proses belajar-mengajar (PBM), kemudian
direfleksikan. Alternatif pemecahan masalah dan ditindaklanjuti dengan tindakan-
tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru (bersama pihak lain) untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam PBM. Tindakan itu harus
direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Jika ternyata
tindakan tersebut belum dapat menyelesaikan masalah yang ada, maka perlu
dilakukan penelitian siklus berikutnya untuk mencoba tindakan lain (alternatif
pemecahan yang lain sampai permasalahan tersebut dapat diatasi).
PTK memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian
lain. Suhadjono (dalam Suharsimi Arikunto, dkk., 2008: 62) menjelaskan ada
beberapa karakteristik PTK, antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang
dilakukan dalam situasi alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, (2)
PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoretis atau bersifat bebas
konteks, (3) dimulai dari permasalahan sederhana, nyata, jelas, dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas, (4) adanya kolaborasi antara praktisi
(guru, siswa, dan lain-lain) dan peneliti, dan (5) menambah wawasan keilmiahan
dan keilmuwan. Sejalan dengan itu, Supardi (dalam Suharsimi Arikunto, dkk.,
2008: 110) juga mengungkapkan ada tiga karakteristik penelitian tindakan kelas,
yaitu: (1) inkuiri reflektif; (2) kolaboratif; dan (3) reflektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan membaca puisi pada siswa
kelas VII B SMP Negeri I Jaten tahun ajaran 2010/2011 dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran quantum metode TANDUR. Strategi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk
menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang
dimaksud adalah proses pembelajaran membaca puisi sebelum dan sesudah diberi
tindakan berupa penerapan pendekatan quantum metode TANDUR.
D. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses
pembelajaran membaca, kemampuan siswa dalam membaca puisi, keaktifan siswa
dalam pembelajaran membaca puisi, serta kemampuan guru melaksanakan
pembelajaran membaca puisi di kelas. Data penilaian itu dikumpulkan dari
berbagai sumber yang meliputi:
1. Tempat dan peristiwa berlangsungnya proses belajar mengajar kemampuan
membaca puisi.
2. Informan atau nara sumber, yaitu guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas VII
B yang berjumlah 31 siswa.
3. Dokumen dari hasil rekaman dan catatan ujaran pembicaraan guru dan murid
dalam proses pembelajaran membaca puisi, serta rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang dibuat guru dan peneliti, catatan wawancara serta
hasil angket yang diisi oleh siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Observasi/Pengamatan
Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang
berlangsung di kelas, baik kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa
(tradisional) maupun dengan metode TANDUR. Dengan demikian, tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
observasi ini adalah untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang
dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat
pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan.
Dalam observasi ini, peneliti sebagai partisipasi pasif. Pengamatan itu
dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di
kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung.
Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang
sedang berlangsung. Peneliti hanya bertindak sebagai partisipan yang
mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti
mengambil posisi tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses
pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, peneliti dapat mengamati
seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas.
Pengamatan difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan
pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan metode TANDUR.
Pengamatan terhadap kinerja guru juga diarahkan pada kegiatan guru dalam
membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan pelajaran, mengajukan
pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, dan memancing
keaktifan siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya, pengamatan terhadap siswa
difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti
terlihat pada keaktifan siswa dalam pembelajaran, perhatian dan konsentrasi
siswa terhadap pembelajaran membaca puisi dengan pendekatan pembelajaran
quantum metode TANDURdan sebagainya.
Hasil pengamatan peneliti didiskusikan dengan guru yang
bersangkutan kemudian dianalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
yang ada dan mencari solusinya. Solusi dari hasil diskusi tersebut kemudian
diterapkan dalam siklus selanjutnya.
2. WawancaraMendalam (in deptinterview)
Wawancara dilakukan kepada guru bahasa Indonesia kelas VII B dan
beberapa siswa kelas VII B. Wawancara dengan guru dilaksanakan sebelum
dan selama melakukan pengamatan pembelajaran membaca. Dari wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
itu dan kegiatan pengamatan serta kajian dokuman yang telah dilakukan,
diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan dengan
pembelajaran membaca dan faktor-faktor penyebabnya.
Selain untuk mengidentifikasi permasalahan, wawancara dilakukan
setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen
dalam setiap siklus yang ada. Pada setiap akhir wawancara dan diskusi dengan
guru, akan disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya.
3. Kajian dokumen
Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada,
seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat guru, buku atau
materi pelajaran, dan nilai siswa.
4. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis,
yaitu angket pratindakan dan pascatindakan. Angket pratindakan digunakan
untuk mengetahui masalah pembelajaran membaca puisi yang dialami siswa
sedangkan angket pascatindakan digunakan untuk mengetahui pendapat siswa
siswa tentang pembelajaran membaca puisi.
F. TeknikValiditas Data
Untuk mengkaji validitas data, digunakan teknik triangulasi. Teknik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data
dan triangulasi metode. Triangulasi sumber atau data adalah mengumpulkan data
yang sama atau sejenis yang digali dari berbagai sumber yang berbeda.
Triangulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil observasi dan
wawancara. Data yang merupakan dokumen akan lebih mantap kebenarannya
apabila didukung dengan tindakan observasi dan wawancara dengan informan
sebagai sumber lain.
Dengan demikian, triangulasi data mengarahkan peneliti agar dalam
mengumpulkan data, wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia.
Misalnya, membandingkan nilai siswa dari survai awal sampai akhir atau dengan
indikator. Selain itu, juga digunakan review informan. Teknik ini digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
menanyakan kembali kepada informan dan kevalidan data yang diperoleh dari
hasil wawancara.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskripsi
komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan analisis interaktif. Teknik analisis
deskripsi komparatif mencakup analisis kritis terhadap kelemahan dan kelebihan
kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas
selama penelitian berlangsung, membandingkan nilai antarsiklus maupun
indikator kinerja. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan dasar untuk
menyusun tindakan selanjutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data
dilakukan bersama antara guru dan peneliti.
Dalam pendekatananalisis ini, peneliti akan mencoba untuk mengatasi
kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Hal ini
dilakukan agar menemukan cara atau strategi yang tepat untuk rencana
pelaksanaan tindakan yang berikutnya. Analisis ini bertujuan untuk memperbaiki
siklus yang sebelumnya agar dapat diperoleh pencapaian indikator yang telah
direncanakan. Adapun perbaikan siklus disusun berdasarkan hasil reflleksi dari
siklus sebelumnya.
Analisis pendekatan interaktif merupakan interaksi dari empat
komponen, yaitu: pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan
kesimpulan (ferifikasi). Pada saat melakukan tahap pengumpulan data, peneliti
sudah melakukan reduksi dan display data sekaligus sesuai kemunculan data yang
diperlukan. Proses analisis tersebut dapat dilihatpada gambar 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 3. Pendekatan Analisis Interaktif
(Miles dan Huberman, dalam H.B.Sutopo, 2006: 120)
H. Indikator Ketercapaian Tujuan
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
kualitas proses dan hasil belajar dalam pembelajaran membaca puisi. Enco
Mulyasa (2006: 101-102) berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan segi hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat
secara aktif, baik fisik, mental, sosial selama proses pembelajaran. Selain itu,
siswa juga menunjukkan kegairahan dan semangat yang tinggi terhadap
pembelajaran. Dilihat dari segi hasil pembelajaran dikatakan berhasil jika
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagaian besar (75%) siswa mengalami
perubahan positif dan output yang bermutu tinggi serta mendapat ketuntasan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut maka
indikator dalam penelitian ini dirumuskan seperti pada Tabel berikut.
Pengumpulan Data
Reduksi
Data Display Data
PenarikanKesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 5. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa
Aspek
yang Diukur
Persentase Pencapaian pada
Siklus Akhir
Cara Mengukur
Keaktifan siswa
selama apersepsi
75%
Diamati saat guru memberikan
apersepsi kepada siswa
dengan menggunakan lembar
observasi oleh peneliti dan
dihitung dari jumlah siswa
yang menampakkan keaktifan
yang ditandai dengan
kemauan merespon stimulus
yang diberikan guru saat
apersepsi.
Keaktifan dan
perhatian siswa
saat mengikuti
pelajaran
75%
Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan lembar
observasi oleh peneliti dan
dihitung dari jumlah siswa
yang menunjukkan keaktifan
bertanya, menjawab, serta
menanggapi, mengerjakan
tugas dan memperhatikan
materi yang disampaikan guru
(tidak berbicara dengan teman
serta tidak sibuk beraktivitas
sendiri).
Minat dan
motivasi siswa
saat mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Kemampuan siswa
dalam membaca
puisi (nilai 74)
75%
75%
Diamati saat pembelajaran
dengan menggunakan lembar
observasi oleh peneliti dan
dihitung dari jumlah siswa
memperlihatkan kesungguhan,
antusias, dan bersemangat.
Dihitung dari jumlah siswa
yang memperoleh nilai 74
dalam membacai ndah puisi.
Siswa yang mendapat nilai
74 dinyatakan telah
mencapai ketuntasan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah rangkaian tahapan penelitian dari awal hingga
akhir. Prosedur dalam PTK meliputi: persiapan, studi/survei awal, pelaksanaan
siklus, dan penyusunan laporan.
Pelaksanaan siklus meliputi kegiatan sebagai berikut: (1) perencanaan
tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis
dan refleksi.
Secara ringkas, tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut
ini
Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008)
Keterangan :
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah pembelajaran membaca puisi yang terdapat di
SMP Negeri I Jaten. Adapun langkah yang ditempuh, yaitu melakukan
Refleksi I
Perencanaan
Tindakan II
Refleksi II
Permasalahan
Baru Hasil
Refleksi
Apabila
Permasalahan
Belum Terselesaikan
Dilanjutkan ke Siklus
Berikutnya
Pengamatan/Pengumpulan
Data
PelaksanaanTindakan II
Pengamatan/Pengumpulan
Data
Siklus I
Siklus II
Permasalahan Perencanaan
Tindakan I
PelaksanaanTindakan I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
wawancara dengan siswa dan guru. Peneliti juga mengadakan diskusi
dengan guru untuk mengetahui sejauh mana permasalahan yang dihadapi
serta angket yang disebar pada siswa. Kemudian hasilnya diuji
kebenarannya dengan melakukan observasi pembelajaran membaca puisi
yang dilaksanakan guru;
b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu teori yang
relevan; menetapkan solusi atas permasalahan tersebut yaitu menerapkan
pendekatan pembelajaran quantum dengan metode TANDUR dan
menyusun tindakan untuk siklus pertama, kedua, dan ketiga;
c. Menyusun jadwal penelitian dan rancangan kegiatan penelitian; dan
d. Menyiapkan berbagai sarana pendukung kelancaran proses belajar
mengajar dan menyiapkan pedoman observasi guru dan siswa yang diisi
selama penelitian.
2. Tahap Aplikasi Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang akan
dilaksanakan dalam siklus-siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup
4 kegiatan, yaitu: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan
tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting)
(dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Sapardi, 2008: 104).
a. Rancangan Siklus I
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil identifikasi serta penetapan masalah dari
kegiatan observasi survei awal, wawancara serta nilai siswa, dan
hasil angket peneliti mengajukan alternatif pemecahan masalah
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran. Pada tahap ini,
peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran yang
menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dengan metode
TANDUR. Peneliti juga menyiapkan perangkat yang diperlukan
selama pembelajaran dan perangkat yang diperlukan untuk
observasi seperti lembar observasi, angket, dan dokumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Skenario pembelajaran sebagai berikut.
a) Guru memberikan apersepsi. Guru dan siswa bersama-sama
menyanyikan sebuah lagu dan menonton video pembacaan
puisi dalam sebuah lomba membaca puisi. Siswa bertanya
jawab dengan guru mengenai pengalaman siswa dalam
membaca puisi.
b) Siswa menerima penjelasan dari guru bahwa setelah
menonton video tersebut, siswa diminta berlatih memahami
dan menandai teks puisi dengan anotasi.
c) Siswa menerima penjelasan dari guru bahwa pengalaman-
pengalaman yang baru saja dilihatnya adalah sebuah
pembacaan puisi dengan menggunakan irama, volume
suara, mimik, dan kinesik.
d) Guru memberi kesempatan siswa untuk mencoba membaca
puisi di depan kelas.
e) Guru meminta siswa memahami makna, tema, dan amanat
yang terdapat dalam puisi dan menandai teks puisi dengan
anotasi.
f) Setelah itu, baru perwakilan siswa mendemonstrasikan
kemampuannya dalam membaca puisi sesuai dengan apa
yang dipahaminya, irama, volume suara, mimik, dan
kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
g) Guru kembali memutarkan video tersebut, dan siswa
mengamati kembali bagaimana cara membaca puisi yang
lebih baik.
h) Guru bertanya jawab pada siswa mengenai pembacaan puisi
di video dan di depan kelas, apa yang harus diperhatikan
dalam membaca indah puisi, menarikkah pembacaan puisi
di video dan di depan kelas, dan sebagainya.
i) Pembelajaran diakhiri dengan menyanyikan lagu lagi
sambil bertepuk tangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
j) Siswa mengerjakan evaluasi.
k) Selama proses pembelajaran dari awal sampai akhir, guru
melakukan penilaian dengan berkeliling. Guru mengisi
penilaian dalam lembar observasi.
l) Setelah selesai diskusi, guru melakukan refleksi atas
pembelajaran diskusi siklus pertama ini.
2) Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada dua
kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Tahap ini
dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan.
3) Observasi dan Interpretasi
Observasi dilakukan peneliti saat pembelajaran membaca
indah puisi berlangsung. Observasi berupa kegiatan pemantauan,
pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama
pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mengamati keaktifan siswa
selama apersepsi dan pembelajaran membaca indah puisi. Peneliti
juga mengamati aktivitas guru selama pembelajaran. Adapun
kegiatan guru adalah menilai kemampuan membaca puisi dengan
mengisi rubrik penilaian yang telah disiapkan. Pada akhir tindakan,
siswa diminta mengisi angket dan jurnal refleksi. Data yang
diperoleh dari observasi kemudian diinterpretasi guna mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan.
4) Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah
terkumpul dari hasil observasi kemudian menyajikannya pada guru
pengampu. Dari hasil analisis berupa kelemahan-kelemahan dalam
pembelajaran, peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan
langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus
berikutnya. Dari tahapan inilah diketahui berhasil tidaknya
tindakan yang telah diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
b. Rancangan Siklus II
Dalam siklus II ini tahap yang dijalankan sama seperti yang dilakukan
pada siklus I. Akan tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan
hasil yang telah diperoleh pada siklus I, sehingga kelemahan yang sudah
terjadi tidak terjadi pada siklus II. Termasuk perwujudan tahap pelaksanaan,
observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yang mengacu pada
siklus sebelumnya.
3. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini, peneliti menyusun laporan berdasarkan penelitian yang
telah dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah
yang telah dipaparkan dalam Bab I akan disajikan pada Bab IV. Namun
sebelumnya, akan diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi awal (pratindakan)
pembelajaran membaca puisi siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Dengan
demikian, pada bab ini akan dikemukakan mengenai: (1) kondisi awal proses
pembelajaran membaca puisi siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten; (2)
pelaksanaan tindakan dan hasil penelitian; dan (3) pembahasan hasil penelitian.
Penelitian tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 siklus, masing-
masing siklus terdiri atas 4 tahap. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi.
A. Deskripsi Kondisi Awal
Survei pratindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang
terjadi di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Dalam survei ini
peneliti melakukan beberapa langkah, yakni: (1) mengamati proses pembelajaran
membaca puisi di kelas VIIB (observasi); (2) menganalisis nilai membaca puisi
siswa; dan (3) wawancara dengan guru dan siswa. Wawancara dengan guru
dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Desember 2010. Wawancara yang dilakukan
peneliti dengan guru tersebut diketahui bahwa hasil pembelajaran membaca puisi
pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten kurang memuaskan. Menurut guru,
hasil pembelajaran puisi kurang memuaskan karena kurangnya minat siswa
terhadap pembelajaran membaca puisi, masih adanya perasaan malu pada diri
siswa saat membaca puisi dan guru belum menemukan cara atau metode mengajar
yang tepat untuk digunakan dalam materi pembelajaran sastra, termasuk puisi.
Kurangnya minat siswa terhadap puisi juga diperkuat oleh hasil
wawancara dengan siswa mengenai minat mereka terhadap pembelajaran puisi.
Dari beberapa siswa yang diwawancarai, hanya dua siswa yang menyatakan suka
(sepenuhnya) dengan pembelajaran puisi. Selain itu, pada umumnya mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran puisi masih terdapat kesulitan.
Sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan terutama dalam membaca puisi.
Pada umumnya mereka menyatakan masih kesulitan dalam memberikan anotasi
dan irama pada teks puisi yang akan dibaca.
Setelah wawancara dengan guru, peneliti melakukan observasi
pratindakan. Observasi ini dilakukan peneliti dengan melihat pembelajaran
membaca puisi di kelas VIIB pada hari Selasa, 28 Desember 2010 pukul 10.00 –
11.20 WIB. Pada saat observasi awal, guru melaksanakan proses belajar-mengajar
seperti biasa dan peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran serta aktivitas
siswa di dalam kelas. Segala kejadian yang terjadi pada saat survei awal peneliti
amati dalam lembar observasi. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai
partisipan pasif dengan mengambil posisi di tempat duduk paling belakang. Hal
ini dilakukan agar keberadaan peneliti tidak mengganggu jalannya proses
pembelajaran. Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan
keadaan saat pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB sebagai berikut.
1. Siswa kurang antusias dalam pembelajaran membaca puisi
Berdasarkan hasil survei awal terlihat bahwa pada saat kegiatan
pembelajaran siswa cenderung masih pasif. Hanya sebagian siswa yang
tampak memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru, sedangkan
sebagian lagi mereka kurang fokus dalam pembelajaran, seperti menopang
dagu, berbicara dengan teman sebangku, serta sibuk beraktivitas sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dan survei awal, kurangnya antusias siswa
terhadap pembelajaran membaca puisi dikarenakan pembelajaran tersebut
masih bersifat monoton. Hal ini terlihat dari penggunaan metode yang kurang
variatif, kurangnya keterlibatan siswa pada saat kegiatan pembelajaran, dan
belum adanya media yang digunakan saat pembelajaran membaca puisi. Pada
saat survei awal, metode ceramah masih sangat mendominasi dalam
pembelajaran membaca puisi. Penugasan yang diberikan guru juga terlihat
kurang variatif karena setelah selesai memberikan materi tentang puisi dan
meminta salah seorang siswa untuk maju dan membacakan puisi, guru
kemudian menugaskan siswa lain untuk membaca puisi tanpa contoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
pembacaan puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan
kinesik yang sesuai dengan isi puisi. Kemudian setelah semua siswa selesai
membaca puisi di depan kelas guru menutup pelajaran. Oleh karenanya, pada
saat survei awal ini guru juga terlihat belum memberikan diskusi mengenai
kesulitan siswa dalam membaca puisi.
Selain itu, pada saat survei awal siswa juga tampak kurang tertarik
mengikuti pembelajaran puisi. Mereka terlihat kurang menikmati
pembelajaran. Bahkan, pada saat guru menyampaikan materi terlihat seorang
siswa meletakkan kepalanya di atas meja sambil memainkan pensil, ada pula
siswa yang menguap dan menggaruk-garuk kepalanya (seperti bosan).
Kurangnya ketertarikan siswa terhadap materi puisi juga diperkuat dari hasil
angket pratindakan yang telah diisi siswa. Berdasarkan angket pratindakan
yang salah satunya menanyakan mengenai jenis materi sastra yang disenangi
siswa sekitar 6 siswa (19%) memilih puisi, sedangkan 25 siswa (81%)
lainnya memilih karya sastra lain (seperti dongeng atau cerita rakyat dan
drama). Ini berarti bahwa hanya sebagian kecil siswa saja yang ada di kelas
tersebut yang menyukai puisi.
2. Siswa terlihat kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa
pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang. Hal ini dilihat dari
keaktifan siswa untuk menanggapi pertanyaan guru. Pada saat guru
mengadakan tanya jawab, sebagian besar siswa lebih banyak diam (tidak
meresponss atau menjawab pertanyaan guru). Dalam proses pembelajaran
keaktifan siswa juga belum terlihat. Misalnya, pada saat guru bertanya
mengenai isi puisi yang telah dibacakan, tidak ada siswa yang menjawab
sehingga guru yang mengungkapkan isi puisi tersebut dan siswa-siswa hanya
mendengarkan apa yang dikatakan atau dijelaskan oleh guru. Selain itu, pada
saat guru meminta siswa untuk membacakan puisi di depan kelas sebagian
siswa tampak enggan dan kurang meresponss stimulus yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
3. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan
materi membaca puisi
Selama ini dalam mengajarkan puisi guru lebih banyak menggunakan
metode ceramah. Pada awal kegiatan belajar-mengajar, siswa lebih banyak
mendengarkan penjelasan guru yang berhubungan dengan puisi (secara
teoretis). Ini dilakukan guru dengan cara mendektekan materi tersebut pada
siswa dan kemudian menulisnya di papan tulis. Hal ini membuat siswa
menjadi terlihat pasif karena hanya cenderung diam dan mendengarkan
(meskipun ada beberapa siswa yang telah aktif, namun hanya sebagian kecil
saja). Oleh karenanya, model pembelajaran seperti ini dirasa kurang sesuai
jika digunakan karena kurang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa,
khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Hal tersebut sesuai dengan
yang diungkapkan guru bahwa adanya keterbatasan mengenai model
pembelajaran sehingga dalam pembelajaran puisi selama ini guru belum
menemukan model pembelajaran yang sesuai.
Pada saat observasi awal tampak sebagian siswa masih mengalami
kesulitan dalam membaca puisi. Pada saat siswa ditugaskan guru untuk
membaca sebuah puisi sebagian siswa masih terlihat enggan untuk maju dan
berani membacakan puisi tersebut di depan kelas. Sebagian besar siswa masih
merasa malu untuk tampil di depan kelas, selain itu siswa kebingungan
menemukan irama dan gerakan yang sesuai dengan isi puisi yang dibacanya.
Dari wawancara dengan siswa tampak bahwa kesulitan tersebut dikarenakan
guru belum menggunakan suatu media atau sarana yang mendukung yang
dapat membantu menginspirasi atau mempermudah siswa dalam membaca
puisi serta siswa masih kesulitan dalam memberikan volume suara dan
ekspresi wajah yang cocok dengan puisi.
Kurangnya kemampuan siswa dalam membaca puisi tampak dari nilai
siswa. Berdasarkan hasil evaluasi guru yang dilakukan pada saat survei awal
terlihat bahwa hanya sekitar 9 siswa (29,03%) yang telah mendapatkan nilai di
atas batas ketuntasan ( 74), sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di
bawah batas ketuntasan. Dari hasil pembacaan puisi siswa tersebut diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
bahwa kekurangan siswa dalam membaca puisi terletak pada pemakaian irama
yang masih tidak sesuai (dibaca dengan irama datar seperti membaca teks
nonsastra) dan kurangnya ekspresi siswa saat membaca puisi. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VIIB dalam
membaca puisi belum memuaskan.
4. Guru kurang dapat mengelola kelas pada saat mengajarkan materi membaca
puisi
Selama proses pembelajaran membaca puisi berlangsung, interaksi
antara guru dan murid kurang dioptimalkan sehingga lebih sering hanya
terjalin komunikasi satu arah. Selain itu, pada saat mengajar guru lebih banyak
berdiri pada satu titik sehingga kurang dapat menjangkau siswa secara
keseluruhan. Akibatnya, beberapa siswa yang tempat duduknya agak jauh dari
jangkauan guru kurang fokus terhadap pelajaran dan melakukan aktivitas lain
di luar pelajaran (seperti: berbicara dengan teman, melihat ke luar, memainkan
pensil, dan sebagainya).
Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya peneliti dengan guru
melakukan diskusi untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi
dalam pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB. Akhirnya, tercapailah
kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan penelitian bersama guru kelas
sebagai kolaborator dengan menerapkan pendekatan pembelajaran quantum
dalam pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
membaca puisi yang bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran
dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yang saling
berkaitan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
dan interpretasi, serta (4) analisis dan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan peneliti bersama Ibu
Katrin Kusala, S. Pd. pada hari Selasa, 4 Januari 2011 (setelah siswa pulang
sekolah) di ruang guru SMP Negeri 1 Jaten. Peneliti bersama dengan guru
berdiskusi untuk membuat rancangan tindakan beserta skenario pembelajaran
yang akan diberikan pada siswa dalam siklus pertama. Berdasarkan pertemuan
ini juga disepakati bahwa siklus pertama akan dilaksanakan selama dua kali
pertemuan (40 menit x 2), yakni pada hari Rabu dan Sabtu, 9 dan 12 Maret
2011.
Tahap perencanaan tindakan I pada pertemuan pertama meliputi kegiatan
berikut.
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran membaca puisi
dengan pendekatan pembelajaran quantum. Langkah-langkah yang
ditempuh antara lain:
a) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi untuk
menumbuhkan minat dan kesenangan siswa dengan bersama-sama
menyanyikan lagu “Sorak-Sorak Bergembira” sambil bertepuk tangan
(T = Tumbuhkan).
b) Guru memberikan pengantar bahwa sebagai generasi penerus bangsa
kita harus tetap berjuang untuk bangsa dan negara meski perjuangan
tersebut bukan lagi dalam bentuk peperangan. Kemudian siswa
menanggapi pertanyaan guru, “Mengapa kita harus berjuang untuk
bangsa dan negara”, “Mengapa di awal pembelajaran guru meminta
siswa untuk menyanyikan lagu terlebih dahulu”, “Bagaimana cara
siswa berjuang untuk bangsa dan negara di masa sekarang”, dengan
demikian siswa mengalami sendiri (A = Alami).
c) Guru memberi penjelasan mengenai materi membaca puisi disertai
dengan tanya jawab. Dari penjelasan guru tersebut siswa diarahkan agar
nantinya mereka dapat menyatakan pendapatnya sendiri mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
pembacaan puisi yang telah disajikan. Kemudian guru, membagikan
transkrip puisi yang akan disajikan (N = Namai).
d) Guru menyajikan pembacaan puisi oleh Fauziah (juara 1 lomba sajak
kepahlawanan siswa SLTP se-Jawa Tengah) dengan media LCD
(sebanyak 2-3 kali). Puisi yang disajikan puisi karya Asmara Hadi
berjudul Generasi Sekarang (D = Demonstrasikan).
e) Guru meminta siswa untuk memahami tema, suasana, perasaan, dan
pesan puisi yang baru saja disajikan. Kemudian, menandai
(membubuhkan anotasi) pada teks puisi yang diterimanya tadi. Hal ini
dilakukan guru karena dengan memahami isi puisi nantinya akan
mempermudah siswa dalam membaca puisi.
f) Guru bersama dengan siswa membahas hasil pekerjaan secara sekilas.
g) Guru memberi kesempatan pada siswa yang untuk bertanya hal-hal
yang dirasa siswa kurang jelas. Kemudian memberikan tugas rumah
pada siswa, yakni mengulangi menandai teks puisi yang pada
pertemuan selanjutnya akan dibaca di depan kelas.
Tahap perencanaan tindakan I pada pertemuan kedua meliputi kegiatan
berikut.
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kembali dilanjutkan
mengulas dan bertanya jawab dengan siswa mengenai materi membaca
puisi yang sudah didapatkan siswa/sebagai inspirasi (U = Ulangi).
b) Guru meminta siswa untuk mengeluarkan tugas rumah. Kemudian
siswa maju satu per satu untuk membaca puisi (yang sudah ditandai).
c) Guru memberikan hadiah bagi siswa dengan pembacaan puisi 3 terbaik
di kelas (R = Rayakan).
d) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar
yang telah dilakukan bersama.
e) Guru memberikan tugas rumah pada siswa untuk pembelajaran
berikutnya.
f) Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
2) Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) materi membaca puisi yang akan digunakan pada siklus I.
3) Guru dan peneliti berdiskusi memilih puisi dan video pembacaan puisi
(dibawa oleh peneliti) yang akan digunakan dalam siklus I dengan tema
“perjuangan atau kepahlawanan”.
4) Peneliti memberikan video rekaman puisi yang berjudul “Generasi
Sekarang”, yang akan digunakan dalam tindakan penelitian I.
5) Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian. Instrumen untuk
menentukan kualitas hasil pembelajaran membaca puisi dilakukan dengan
menyusun seperangkat tes. Tes yang digunakan meliputi penugasan siswa
secara individu. Kriteria penilaian instrumen tes yang digunakan adalah
membaca puisi. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran
membaca puisi, dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran
membaca puisi yang meliputi keaktifan, perhatian, dan sikap siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan I (pertemuan pertama dan kedua) dilakukan pada
hari Rabu dan Sabtu, 9 dan 12 Maret 2011 di kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten.
Tindakan dilaksanakan selama dua kali pertemuan (45 menit x 2), yakni pada
jam kelima dan keenam (10.00 – 11.20 WIB). Pembelajaran dilaksanakan
berdasarkan skenario yang telah dibuat dan disepakati oleh guru dan peneliti
pada tahap perencanaan.
Materi pada pelaksanaan tindakan I adalah video pembacaan puisi yang
telah dipilih guru bersama peneliti, yaitu video pembacaan puisi yang berjudul
“Generasi Sekarang” karya Asmara Hadi dan materi mengenai pembacaan
puisi. Adapun urutan pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini adalah
sebagai berikut.
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan
kondisi siswa.
2) Guru memulai apersepsi dengan meminta siswa untuk menyanyikan lagu
”Sorak-Sorak Bergembira” sambil bertepuk tangan (T = Tumbuhkan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3) Guru memberikan pengantar bahwa sebagai generasi penerus bangsa kita
harus tetap berjuang untuk bangsa dan negara meski perjuangan tersebut
bukan lagi dalam bentuk peperangan. Kemudian siswa menanggapi
pertanyaan guru, “Mengapa kita harus berjuang untuk bangsa dan negara”,
“Mengapa di awal pembelajaran guru meminta siswa untuk menyanyikan
lagu terlebih dahulu”, “Bagaimana cara siswa berjuang untuk bangsa dan
negara di masa sekarang”.(dengan demikian siswa mengalami sendiri)
(A = Alami).
4) Guru memberi penjelasan mengenai materi membaca puisi disertai dengan
tanya jawab. Dari penjelasan guru tersebut siswa diarahkan agar nantinya
mereka dapat menyatakan pendapatnya sendiri mengenai pembacaan puisi
yang akan disajikan. Kemudian guru membagikan transkrip puisi dan
lembar kerja siswa (N = Namai).
5) Guru kemudian menyajikan video pembacaan puisi dengan media LCD
(sebanyak 2-3 kali). Kemudian meminta siswa memahami tema, suasana,
perasaan, dan pesan puisi yang disajikan (D = Demonstrasikan).
6) Guru juga meminta siswa untuk memberikan anotasi pada transkrip puisi
yang telah diterimanya. Setelah itu guru membuka forum tanya jawab
dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi
yang telah disampaikan.
7) Guru menugasi siswa secara berkelompok (yang didasarkan pada tempat
duduk) untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai tema, suasana,
perasaan, dan pesan puisi yang disajikan.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan I pertemuan kedua ini adalah
sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kembali dilanjutkan mengulas
dan bertanya jawab dengan siswa mengenai materi membaca puisi yang
sudah didapatkan siswa. (sebagai inspirasi) (U = Ulangi).
2) Guru meminta siswa untuk mengeluarkan tugas rumah. Kemudian siswa
maju satu per satu untuk membaca puisi (yang sudah ditandai) di depan
kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
3) Guru dan siswa bersama memilih pembacaan puisi 3 terbaik di kelas,
kemudian guru memberikan hadiah bagi siswa yang dipilih tersebut
(R = Rayakan).
4) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan. Setelah itu semua siswa diminta untuk bertepuk tangan dan
agar termotivasi mengerjakan tugas berikutnya.
5) Sebelum mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Observasi dan Interpretasi
Observasi ini dilaksanakan selama dua kali, yakni hari Rabu dan Sabtu,
9 dan 12 Maret 2011 yang berlangsung selama (45 menit x 2) pada jam kelima
dan keenam (10.00 – 11.20 WIB) di ruang kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten.
Kegiatan peneliti selama tahap observasi adalah mengamati kegiatan
pembelajaran membaca puisi siswa kelas VIII dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran quantum. Pada saat tindakan I ini guru memberikan materi
membaca puisi dengan tema “perjuangan generasi muda”.
Peneliti memfokuskan pengamatan pada proses pembelajaran yang
terjadi pada saat kegiatan pembelajaran membaca puisi pada hari tersebut serta
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam
pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan mengambil
posisi duduk di kursi belakang.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan peneliti, secara garis
besar diperoleh gambaran mengenai jalannya kegiatan pembelajaran membaca
puisi dengan pendekatan pembelajaran quantum, sebagai berikut.
1) Sebelum mengajar, guru telah mempersiapkan rencana pembelajaran yang
akan digunakan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana pembelajaran
tersebut sesuai dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia yang
terdapat di dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, yakni Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Pelaksanaan tindakan I berlangsung dalam dua kali pertemuan dan diikuti
oleh seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 31 anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
3) Guru melaksanakan pembelajaran membaca puisi dengan baik, serta guru
mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal
pelajaran guru memberikan apersepsi dengan meminta siswa untuk
menyanyikan lagu perjuangan yang berjudul “Sorak-Sorak Bergembira”
sambil bertepuk tangan bersama. Pada saat apersepsi siswa tampak
menyanyikan lagu tersebut dengan semangat. Selanjutnya, guru
memberikan pengantar dan menanyakan , “Mengapa kita harus berjuang
untuk bangsa dan negara”, “Mengapa di awal pembelajaran guru meminta
siswa untuk menyanyikan lagu terlebih dahulu”, “Bagaimana cara siswa
berjuang untuk bangsa dan negara di masa sekarang”.
4) Guru memberi penjelasan mengenai materi membaca puisi disertai dengan
tanya jawab. Dari penjelasan guru tersebut siswa diarahkan agar nantinya
mereka dapat menyatakan pendapatnya sendiri mengenai pembacaan puisi
yang akan disajikan baik dari segi tema, suasana, perasaan, dan pesan yang
disampaikan lewat puisi. Kemudian guru membagikan transkrip puisi yang
akan disajikan.
5) Guru kemudian menampilkan video pembacaan puisi. Sebagian besar
siswa terlihat mendengarkan namun tampak beberapa anak yang kurang
fokus dan menolah-noleh. Setelah video selesai diperdengarkan guru
menegur beberapa siswa tersebut Kemudian meminta siswa untuk
menjawab pertanyaan di lembar kerja siswa mengenai tema, suasana,
perasaan, dan pesan yang ada pada puisi. Selanjutnya guru juga meminya
siswa untuk berlatih memberi anotasi pada transkrip puisi yang telah
diterimanya bersama teman sebangkunya. Siswa pun tampak mulai
memperhatikan guru. Dengan motode tanya jawab tersebut keaktifan dan
partisipasi siswa dalam pembelajaran mulai terlihat.
6) Pada pertemuan kedua, guru kembali menyampaikan tujuan pembelajaran
dan mengulang kembali materi pembacaan puisi. Setelah itu, guru
meminta pada setiap siswa untuk mengeluarkan tugas rumah pada
pertemuan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
7) Pada saat siswa diberikan tugas untuk membaca sebuah puisi yang sudah
dibagikan dan diberi anotasi, sekitar 16 siswa (52%) siswa masih terlihat
mengalami kesulitan, meski guru telah meminta siswa untuk menyaksikan
video pembacaan puisi lewat media LCD. Suasana kelas menjadi agak
gaduh karena beberapa anak terlihat menertawakan pembaca puisi di
dalam video.
8) Pada tahap evaluasi beberapa siswa terlihat mulai berani memberikan
penilaian mengenai pembacaan puisi siswa yang telah dibacakan. Sebagian
siswa berpendapat bahwa penggunaan irama dan volume sudah cukup baik
namun mimik dan kinesik pada pembacaan puisi tersebut masih kurang
(hanya sedikit). Hal ini mengakibatkan segi keekspresifan siswa pada
pembacaan puisi siswa belum tampak.
9) Guru meminta siswa untuk menilai 3 pembaca puisi terbaik di kelas
kemudian memberikan hadiah (reward) pada 3 siswa tersebut.
Selama pelaksanaan tindakan pada siklus I ini ditemukan beberapa
kelemahan baik dari guru maupun siswa sebagai berikut.
a) Kelemahan dari pihak guru:
(1) Guru kurang dapat memantau siswa secara keseluruhan karena posisi
guru lebih banyak di depan dan pada titik tertentu saja.
(2) Guru terkesan masih agak kaku dan terlalu tegas dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga siswa terlihat takut
untuk beraktualisasi.
(3) Guru belum dapat membangkitkan semangat siswa secara optimal
khususnya untuk memberikan pendapat atau menanggapi. Stimulus
yang diberikan guru kurang diresponsss dengan baik oleh siswa.
Selain itu, guru juga kurang mampu membaca puisi sebaik
pembacaan puisi di dalam video.
b) Kelemahan dari pihak siswa yaitu:
(1) Beberapa siswa kurang berkonsentrasi saat menyimak video
pembacaan puisi. Para siswa malah menertawakan pembaca puisi
yang membuat suasana kelas menjadi gaduh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
(2) Siswa terlihat belum sepenuhnya fokus saat pembelajaran
berlangsung. Sebagian siswa masih terlihat melakukan aktivitas lain,
seperti menolah-noleh, berbicara dengan teman satu meja.
(3) Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran, hanya
beberapa siswa yang sudah tampak antusias dan sungguh-sungguh
dalam pembelajaran. Sebagian siswa masih terlihat kurang
menikmati pembelajaran.
(4) Berdasarkan hasil karya siswa dalam membaca puisi tampak bahwa
pembacaan puisi sebagian siswa belum baik karena dari segi mimik
dan kinesik yang digunakan kurang sesuai dan masih sangat terbatas
dalam pemakaian dalam kegiatan membaca puisi.
10) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran
membaca puisi, diperoleh gambaran ketercapaian indikator dalam
pelaksanaan siklus I ini, sebagai berikut.
a) Siswa yang aktif saat apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria
“sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa
menyanyikan lagu dan memberikan respons terhadap stimulus yang
diberikan guru pada saat apersepsi sebanyak 14 siswa (45,16%);
sedangkan 17 siswa (54,83%) lainnya mengikuti apersepsi, namun
hanya sekedar menyanyi dan tidak ikut merespons stimulus yang
diberikan guru.
b) Siswa yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang
dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori
oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan respons (baik
menjawab/bertanya/menanggapi/menamai/mengalami) sebanyak 15
siswa (48,38%); sedangkan 16 siswa (51,61%) lainnya tampak
berbicara dengan siswa lain, kurang memperhatikan guru, kurang
meresponss guru, dan melakukan aktivitas lain (seperti berbicara
dengan teman sebangku, menolah-noleh, dan sebagainya). Hal ini
didasarkan pada hasil observasi selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
c) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran
yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta
diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiasan, dan semangat
dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran
sebesar 15 siswa (48,38%) sedangkan 16 siswa (51,61%) lainnya
tampak kurang sungguh-sungguh dan antusias.
d) Siswa yang sudah dapat membaca puisi dengan baik dan telah
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa (48,38%) sedangkan
16 siswa (51,61%) lainnya belum tuntas karena masih mendapatkan
nilai di bawah 74.
d. Analisis dan Refleksi
Seperti yang telah dikemukakan pada tahap observasi dan interpretasi di
atas bahwa dalam pelaksanaan siklus I sudah menunjukkan adanya
peningkatan proses dan hasil belajar, namun masih terdapat kelemahan-
kelemahan. Oleh karenanya, guru dan peneliti melakukan refleksi untuk
memperbaiki hambatan-hambatan tersebut dan meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa dengan merumuskan langkah-langkah perbaikan sebagai berikut.
1) Sebaiknya posisi guru pada saat kegiatan pembelajaran tidak hanya berada
pada titik tertentu saja. Guru dapat berkeliling untuk memantau siswa
secara keseluruhan sehingga siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran karena merasa diperhatikan guru.
2) Guru sebaiknya lebih berinteraksi dengan siswa dan dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang lebih akrab yang dapat dilakukan dengan
memberikan intermezo kepada siswa agar pembelajaran tidak berlangsung
kaku dan menegangkan.
3) Guru hendaknya lebih memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan guru misalnya dengan lebih
melibatkan siswa dalam pembelajaran melalui diskusi, meminta siswa
untuk menanggapi, bertanya, ataupun sekedar tanya jawab. Selain itu, agar
siswa lebih fokus maka guru sebaiknya juga dapat mengkondisikan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
seefektif mungkin sehingga lebih banyak siswa yang berani meresponss
stimulus yang diberikan guru.
4) Untuk meningkatkan keberanian dan minat siswa maka guru hendaknya
memotivasi siswa agar lebih berani untuk membaca puisi di depan kelas.
Oleh karenanya, untuk menumbuhkan minat siswa tersebut guru tidak
hanya bisa melakukannya dengan memberi tepuk tangan dan hadiah
(sesuai dengan prinsip “rayakan” yang telah dilaksanakan), namun bisa
juga reward lain seperti menggunakan kata-kata pujian: “bagus sekali”,
“baik sekali”, dan ”tepat sekali”, atau dengan memberi nilai tambahan
pada siswa.
5) Sesuai prinsip “demonstrasi”, video pembacaan puisi tidak dilakukan
melalui LCD tetapi peneliti langsung mendatangkan narasumber untuk
membacakan sebuah puisi pada siswa. Dengan penggantian ini, siswa
tidak akan membaca puisi sama persis dengan pembacaan puisi di dalam
video karena narasumber akan membaca puisi tersebut berkali-kali dan
dengan irama, volume, mimik, dan kinesik yang berbeda, namun tetap
signifikan terhadap isi puisi yang akan dibacanya.
6) Mengganti materi pembacaan pusi dengan materi yang lebih mudah
dipahami oleh siswa namun tetap mengandung hal-hal yang diperlukan
dalam membaca puisi.
7) Penghapusan tugas untuk memberi anotasi pada transkrip puisi karena
akan membuat siswa terlalu terpaku dengan anotasi yang dibuatnya
sehingga kurang ekspresif dalam membaca puisinya.
8) Guru diharapkan lebih banyak memberikan balikan atau penguatan
terutama pada pembacaan puisi siswa. Dengan adanya balikan atau
penguatan tersebut siswa dapat mengetahui kesalahannya sehingga ada
perbaikan-perbaikan pada tindakan selanjutnya.
Adapun dari hasil belajar siswa dalam membaca puisi pada siklus I
terlihat mulai ada peningkatan kemampuan siswa meskipun masih dalam skala
kecil. Hal ini ditandai dengan meningkatnya sejumlah indikator yang meliputi
penggunaan irama, volume, mimik, dan kinesik pada pembacaan puisi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Selain itu, dibandingkan dengan nilai pretes pada saat survei awal pada siklus
ini nilai rata-rata siswa juga mulai mengalami peningkatan sebesar 19,35 poin,
yakni dari 29,03 menjadi 48,38 dan nilai tertinggi yang diraih siswa adalah
87,5. Adapun perolehan nilai peningkatan kemampuan siswa membaca puisi
pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 19
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi, tindakan pada siklus I dikatakan
belum mencapai hasil yang memuaskan. Peningkatan memang terjadi pada
beberapa indikator yang telah ditentukan dibandingkan pada saat survei awal.
Akan tetapi, dalam siklus ini hanya beberapa siswa (15 anak) yang telah
tuntas, sedangkan sisanya masih jauh dari batas minimal ketuntasan yang telah
ditetapkan (nilai minimal ketuntasan adalah 74). Oleh karenanya, perlu
dilaksanakan siklus II untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus
I. Siklus II akan dilaksanakan pada 13 dan 20 April 2011.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan
Bertolak dari analisis dan hasil observasi tindakan siklus I, maka pada
siklus II ini peneliti bersama guru kelas selaku kolaborator melakukan diskusi
untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan yang ditemukan
pada siklus I. Diskusi ini dilakukan pada hari Selasa, 22 Maret 2011 di kantor
guru SMP Negeri 1 Jaten (setelah guru selesai mengajar). Pada saat itu,
peneliti juga menyampaikan beberapa kelebihan dan kekurangan yang
terdapat pada siklus I.
Untuk mengatasi beberapa kekurangan yang masih terdapat dalam siklus
I, disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru pada siklus II. Hal-hal
yang disepakati tersebut, antara lain:
1) Agar guru dapat memantau siswa secara keseluruhan maka guru lebih
fleksibel dalam menentukan posisinya selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
2) Agar dalam pembelajaran guru tidak terkesan kaku dan tegang maka guru
saat kegiatan pembelajaran memberikan intermezo. Misalnya, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
diselingi humor atau siswa diajak menyanyikan kembali lagu yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari sehingga kesenangan
siswa dapat dibangkitkan kembali.
3) Untuk dapat lebih mengaktifkan siswa maka pada siklus II nanti guru dan
peneliti sepakat untuk membentuk diskusi. Dengan adanya diskusi
diharapkan, siswa dapat bertukar pendapat dengan teman sebangku
mengenai pembacaan puisiyang sudah beberapa kali dibaca di depan kelas
dan mampu menampilkan pembacaan puisi yang lebih baik lagi.
4) Dihapuskannya tugas untuk memberi anotasi atau tanda pada teks puisi
siswa saat video pembacaan puisi disajikan dilakukan karena agar siswa
tidak terlalu terpaku pada anotasi yang mereka buat sehingga pembacaan
puisi yang ada malah terdengar tidak ekspresif.
5) Pada saat apersepsi, lagu yang akan dinyanyikan siswa akan dipilih oleh
siswa sendiri agar mereka tertarik pada pelajaran yang akan dilaluinya
nanti.
6) Materi mengenai puisi dan cara pembacaannya juga disederhanakan
menjadi lebih mudah dimengerti oleh siswa.
7) Puisi yang menjadi materi utama pada siklus I diganti menjadi puisi yang
lain, yang sudah disepakati guru bersama peneliti agar siswa dapat lebih
mudah memahami isi puisi yang ada. Dengan siswa mengerti isi puisi
yang akan dibacanya, mereka akan menampilkan mimik dan kinesik yang
sesuai saat pembacaan puisi.
8) Salah satu prinsip dalam metode TANDUR yang digunakan peneliti dan
guru adalah prinsip demonstrasi. Pemakaian prinsip ini pada siklus kedua
akan diganti, dari lewat LCD (video/tidak langsung) menjadi lewat
narasumber (langsung). Hal ini diharapkan, siswa bisa belajar banyak dari
narasumber saat membaca puisi selain itu untuk menghindari kesamaan
irama dan nada siswa dengan pembaca puisi di dalam video.
9) Guru mengkondisikan kelas agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
senang dan nyaman namun tetap tenang dan fokus pada pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Selain beberapa hal di atas, disepakati pula bahwa tindakan pada siklus
II akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan (40 menit x 2), yakni hari
Rabu dan Sabtu, 13 dan 16 April 2011. Adapun tahap perencanaan tindakan
siklus II pada pertemuan pertama meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran membaca puisi
dengan pendekatan pembelajaran quantum. Langkah-langkah yang
ditempuh antara lain:
a) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dengan meminta
siswa menyanyikan lagu yang siswa pilih sendiri. Hal ini dilakukan
untuk menumbuhkan minat dan semangat siswa sebelum memulai
pelajaran (T = Tumbuhkan).
b) Guru memberi materi puisi yang lebih sederhana tanpa mengurangi inti
dari materi yang akan disampaikan. Materi ini dibuat agar siswa lebih
mudah memahaminya. Selain itu, agar siswa dapat memahami isi puisi
yang akan dibacanya nanti dengan mudah. Dengan begitu siswa akan
menggunakan mimik dan kinesik yang tepat (A = Alami).
c) Guru membagikan trankrip puisi beserta lembar pertanyaan dan jawab
pada siswa. Setelah itu, siswa menjawab beberapa pertanyaan mengenai
puisi yang akan disajikan oleh guru. Hal ini dilakukan agar siswa
memahami isi puisi. Dari tema, suasana, perasaan, dan pesan yang
diungkapkan penyair dalam puisinya. Dengan memahami dan mengerti
isi puisi, siswa dapat dengan mudah untuk membacanya (N = Namai).
d) Guru menampilkan narasumber yang sudah dipersiapkan. Narasumber
tersebut akan membacakan puisi di depan kelas dan siswa yang lain
mengamatinya. Selain itu, siswa juga diperbolehkan untuk bertanya
kepada narasumber jika mengalami kemacetan dalam membaca puisi
baik mengenai irama, volume, mimik, maupun kinesiknya. Narasumber
juga akan beberapa kali meminta siswa untuk maju membaca puisi
tersebut. Hal ini dilakukan, untuk memperlihatkan kepada siswa yang
lain. Hal apa saja yang harus diperbaiki kembali (D = Demonstrasi).
e) Guru bersama siswa membahas hasil tugas yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
f) Guru menutup pembelajaran dengan menyanyi bersama-sama siswa.
Adapun tahap perencanaan tindakan pada siklus II pada pertemuan
kedua meliputi kegiatan sebagai berikut.
a) Guru membuka kembali pembelajaran, mengulangi kemampuan siswa
dalam membaca puisi dengan melontarkan beberapa pertanyaan pada
siswa (U = Ulangi).
b) Guru meminta pada setiap siswa untuk mengumpulkan lembar jawab
mereka. Kemudian membahasnya bersama agar siswa yang ingin
mengeluarkan pendapat dapat tertuangkan dalam diskusi bersama ini.
c) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk membaca puisi di
depan kelas, sedangkan siswa lain diminta untuk memberikan komentar
atau penilaian terhadap puisi yang telah dibuat temannya.
d) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan melakukan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru
memberikan pujian atau reward pada siswa dengan pembacaan puisi
terbaik, yang diikuti dengan tepuk tangan dari siswa lain
(R = Rayakan).
e) Guru mengucapkan salam dan mengakhiri pelajaran dengan bernyanyi
bersama.
2) Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) materi membaca puisi yang akan digunakan pada siklus II.
3) Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes
dan nontes. Instrumen tes untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam
membaca puisi secara tulis dan unjuk kerja. Instrumen nontes dinilai
berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran apresiasi puisi yang
meliputi keaktifan, perhatian, dan sikap siswa yang diamati selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yakni Rabu
dan Sabtu, 13 dan 16 April 2011 pada jam kelima dan keenam (10.00 – 11.20
WIB). Pelaksanaan tindakan tersebut dilakukan di ruang media SMP Negeri 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Jaten. Adapun urutan pelaksanaan tindakan II pada pertemuan pertama
meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
1) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi pada siswa dengan
meminta siswa untuk menyanyikan lagu yang dipilih siswa bersama-sama.
Setelah selesai menyanyi, guru mengungkapkan bahwa pada dasarnya lagu
merupakan puisi yang didendangkan dengan irama dan nada yang indah.
Seperti halnya lagu yang telah dinyanyikan (T = Tumbuhkan).
2) Guru menyampaikan kembali materi puisi disertai beberapa cara membaca
puisi yang lebih sederhana. Materi ini dibuat agar siswa lebih mudah
memahaminya. Selain itu, agar siswa dapat memahami isi puisi yang akan
dibacanya nanti dengan mudah. Dengan begitu siswa akan menggunakan
mimik dan kinesik yang tepat dalam membaca puisi (A = Alami).
3) Guru membagikan trankrip puisi yang berjudul “Aku” karya Chairil
Anwar. Puisi ini sudah banyak didengar siswa namun belum pernah siswa
membacanya di depan kelas. Transkrip juga disertai lembar pertanyaan
dan jawab pada siswa (tes untuk siswa secara tulis). Setelah itu, siswa
menjawab beberapa pertanyaan mengenai puisi yang akan disajikan oleh
guru. Hal ini dilakukan agar siswa memahami isi puisi. Dari tema,
suasana, perasaan, dan pesan yang diungkapkan penyair dalam puisinya.
Dengan memahami dan mengerti isi puisi, siswa dapat dengan mudah
untuk membacanya (N = Namai).
4) Guru menampilkan narasumber yang sudah dipersiapkan. Narasumber
tersebut membacakan puisi di depan kelas dengan irama, volume, mimik,
dan kinesik yang sangat sesuai yang membuat semua siswa diam
memperhatikan pembacaan puisi yang bersemangat tersebut. Setelah
narasumber selesai membaca puisi, narasumber bertanya jawab dengan
siswa mengenai pembacaan puisi. Terlihat beberapa siswa antusias pada
sesi tanya jawab tersebut dan beberapa kali bertanya kepada narasumber.
Narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa dengan sangat baik
dan tepat sehingga siswa menjadi lebih mengerti. Narasumber juga
meminta beberapa siswa untuk maju membaca puisi tersebut. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
dilakukan, untuk memperlihatkan kepada siswa yang lain. Hal apa saja
yang harus diperbaiki kembali dalam membaca puisi (D = Demonstrasi).
5) Guru bersama siswa membahas hasil tugas tes yang diberikan.
6) Guru menutup pembelajaran dengan menyanyi bersama-sama siswa.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan II pada pertemuan kedua meliputi
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Guru membuka kembali pembelajaran, mengulas sedikit materi yang
sudah diberikan dan dicatat siswa, dan mengulangi kemampuan siswa
dalam membaca puisi dengan melontarkan beberapa pertanyaan pada
siswa. Beberapa siswa tampak mampu menjawab dengan baik namun
beberapa siswa yang lain masih belum bisa menjawabnya bahkan terkesan
tidak peduli dengan pertanyaan guru (U = Ulangi).
2) Guru meminta pada setiap siswa untuk mengumpulkan lembar jawab
mereka. Siswa maju ke meja guru dengan membawa tugas masing-masing.
Kemudian guru dan siswa membahasnya bersama agar siswa yang ingin
mengeluarkan pendapat dapat tertuangkan dalam diskusi bersama ini.
3) Guru memberikan kesempatan pada siswa satu per satu untuk membaca
puisi di depan kelas, sedangkan siswa lain diminta untuk memberikan
komentar atau penilaian terhadap puisi yang telah dibuat temannya.
Setelah beberapa kali pembacaan puisi, dilakukan diskusi bersama agar
siswa yang belum membaca ke depan kelas bisa memperbaiki
pembacaannya.
4) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan melakukan refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan
pujian atau reward pada siswa dengan pembacaan puisi terbaik, yang
diikuti dengan tepuk tangan dari siswa lain (R = Rayakan).
5) Guru mengucapkan salam dan mengakhiri pelajaran dengan bernyanyi
bersama.
c. Observasi dan Interpretasi
Observasi tindakan II dilakukan pada hari Rabu dan Sabtu, 13 dan 16
April 2011 pukul 10.00 – 11.20 WIB di ruang media SMP Negeri 1 Jaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Kegiatan peneliti selama tahap observasi, yaitu mengamati proses
pembelajaran membaca puisi siswa kelas VII dengan penerapan pendekatan
pembelajaran quantum. Pada hari itu guru mengajarkan materi puisi dengan
tema ”semangat”.
Pengamatan difokuskan pada kegiatan pembelajaran yang berlangsung
di ruang media tersebut, baik proses maupun aktivitas siswa dan guru. Selain
itu, observasi pada siklus II ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelemahan
yang terdapat pada siklus I sudah dapat diatasi atau belum. Peneliti bertindak
sebagai partisipan pasif dan mengambil posisi di tempat duduk belakang agar
bisa mengamati kegiatan pembelajaran yang dipimpin guru. Namun, sesekali
peneliti berada di depan kelas untuk mengambil gambar untuk dokumentasi
dalam penelitian.
Berdasarkan pengamatan peneliti, secara garis besar diperoleh gambaran
tentang jalannya kegiatan belajar mengajar sebagai berikut.
1) Sebelum mengajar, guru sudah membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana
pembelajaran tersebut sesuai dengan silabus mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang ada di dalm kurikulum yang berlaku di sekolah, yakni
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung selama dua kali pertemuan dan
diikuti oleh 31 siswa.
3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca puisi sesuai dengan
rancangan pembelajaran yang telah dibuat.
4) Pada saat kegiatan apersepsi yang dilakukan guru dengan meminta siswa
menyanyikan lagu yang dipilih siswa, semua siswa terlihat bersemangat
dan antusias, meski ada beberapa siswa yang belum begitu hafal dengan
lagu tersebut namun mereka tetap mengikuti dan bernyanyi semampunya.
5) Pada saat guru menyampaikan materi, sebagian besar siswa tampak lebih
memperhatikan guru. Meski, masih ada beberapa siswa yang kurang serius
memperhatikan. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, siswa kurang
memperhatikan guru karena saat penyampaian materi guru terkesan masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
kaku dan timbul kebosanan pada diri siswa, sehingga pada siklus II ini
guru meminta siswa untuk mencermati pembacaan puisi secara langsung.
Dari kegiatan tersebut siswa dapat menghayati isi puisi yang disajikan.
Pada tindakan siklus II ini guru saat memberikan materi lebih sering
diselingi dengan tanya jawab. Selain itu, di tengah pembelajaran guru juga
memberikan intermezo dengan mengajak siswa untuk menyanyikan
sebuah lagu yang dipilih oleh siswa sehingga siswa pun terlihat lebih
antusias dan menikmati pelajaran.
6) Setelah guru selesai menyampaikan materi, selanjutnya siswa diberi tugas
untuk menjawab pertanyaan pada lembar jawab. Sama dengan siklus I
pada siklus II ini, siswa diarahkan untuk berdiskusi dengan teman
sebangku. Tugas ini merupakan tes secara tulis, yang diharapkan melalui
tugas ini guru bersama peneliti dapat mengukur kemampuan siswa dalam
hal membaca puisi. Oleh karenanya, setelah guru membahas tugas tersebut
guru memberi kesempatan siswa untuk membaca puisi satu per satu ke
depan kelas. Guru juga melakukan diskusi bersama dengan siswa agar
siswa lain mampu membaca dengan lebih baik lagi. Melalui diskusi ini
siswa pun terlihat lebih mudah dalam membaca puisi dibandingkan siklus
sebelumnya.
7) Kemampuan membaca puisi siswa pada siklus II ini terlihat mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini didasarkan pada pembacaan
puisi siswa yang lebih baik dibanding siklus sebelumnya. Ini dapat dilihat
dari pemakaian irama yang cocok, volume yang sesuai, dan mimik serta
kinesik yang lebih ekspresif .
8) Saat tahap evaluasi dan refleksi, jumlah siswa yang bersedia memberikan
penilaian atau pendapat mengenai puisi yang dibacakan teman bertambah.
Adanya reward dari guru yang berupa pujian, tepuk tangan, penambahan
nilai, maupun hadiah ternyata cukup efektif meningkatkan minat dan
motivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat, serta meresponss
pernyataan atau stimulus yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
9) Selama pelaksanaan tindakan pada siklus II ini ditemukan beberapa
kelemahan baik dari guru maupun siswa, sebagai berikut.
a) Kelemahan dari pihak guru:
(1) Guru masih terlihat kurang dalam pengelolaan kelas. Pada saat
pembelajaran berlangsung beberapa siswa masih kurang dapat
dikondisikan untuk tenang atau fokus dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini terutama terlihat pada saat guru
menyampaikan materi beberapa siswa masih melakukan aktivitas di
luar kegiatan pembelajaran.
(2) Guru masih kesulitan dalam mengkondisikan siswa agar tidak gaduh.
b) Kelemahan dari pihak siswa:
(1) Beberapa siswa masih terlihat belum sepenuhnya fokus dalam
kegiatan pembelajaran khususnya pada saat guru menyampaikan
materi. Beberapa siswa masih terlihat melakukan aktivitas lain,
seperti: menoleh-noleh ke belakang, mengganggu teman, melamun,
ataupun berbicara dengan teman sebangku.
(2) Belum semua siswa yang ikut meresponss stimulus atau pertanyaan
dari guru. Misalnya, pada saat tahap refleksi dan evaluasi masih ada
sebagian siswa yang belum bersedia memberikan penilaian atau
mengutarakan pendapatnya.
10) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran
membaca puisi, diperoleh gambaran ketercapaian indikator dalam
pelaksanaan siklus II ini, sebagai berikut.
a) Siswa yang menunjukkan keaktifan pada saat apersepsi yang
dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori
oleh kemauan siswa menyanyikan lagu dan memberikan respons
terhadap stimulus yang diberikan guru pada saat apersepsi sebanyak
19 siswa (61,29%), sedangkan 12 anak (38,70%) lainnya mengikuti
apersepsi namun baru terlihat sekedar ikut bernyanyi atau belum mau
untuk meresponss guru saat apersepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
b) Siswa yang menunjukkan keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti
pelajaran yang dinyatakan dengan “kriteria sangat baik dan baik” serta
diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan
respons pada guru dengan menjawab/bertanya/menanggapi/menamai)
sebanyak 18 siswa (58,06%), sedangkan 13 siswa (41,93%) sisanya
masih tampak kurang fokus dan aktif.
c) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran
yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta
diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiasan dan semangat
dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran
sebesar 15 siswa (48,38%), sedangkan 16 siswa (51,61%) lainnya
masih tampak kurang sungguh-sungguh dan antusias.
d) Siswa yang sudah dapat membaca puisi dengan baik dan telah
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 20 siswa (64,51%) karena
telah mendapatkan nilai 74 sedangkan 11 siswa (35,48%) lainnya
belum tuntas. Kemampuan siswa dalam membaca puisi semakin baik
dilihat dari pemakaian irama, volume, mimik, dan kinesik yang
digunakan siswa.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran membaca puisi pada siklus II (baik proses maupun hasil)
semakin menunjukkan adanya peningkatan daripada siklus I. Hal ini dapat
dilihat dari adanya peningkatan pada masing-masing indikator yang telah
ditetapkan guru dan peneliti. Secara rinci seperti berikut ini.
1) Keaktifan siswa selama apersepsi dalam pembelajaran membaca puisi
melalui penerapan pendekatan pembelajaran quantum pada siklus II
mengalami peningkatan dari 45,16% (pada siklus I) menjadi 61%. Siswa
pada tahap ini tampak lebih aktif dalam meresponss guru saat apersepsi.
2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran
pada siklus II telah mengalami peningkatan dari 48,38% (pada siklus I)
menjadi 58%. Pada siklus ini siswa terlihat lebih aktif untuk meresponss
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
stimulus guru (bertanya/menanggapi/menjawab/menamai), kemauan untuk
memperhatikan atau lebih fokus saat kegiatan pembelajaran.
3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada
siklus II tidak mengalami peningkatan atau penurunan dari 48,38% (pada
siklus I) tetap menjadi 48,38%. Pada siklus ini siswa tampak sungguh-
sungguh dalam mengerjakan tugas baik secara kelompok (teman
sebangku) maupun individu dan siswa pun tampak bersemangat saat
mengikuti pembelajaran.
4) Siswa yang telah mendapatkan ketuntasan belajar dalam membaca puisi
pada siklus II telah mencapai 64,51% dibanding siklus I hanya 48,38%.
Seperti siklus sebelumnya pada siklus II ini siswa membaca puisi
berdasarkan irama, volume, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi
puisi namun contoh atau panduan siswa dibuat secara langsung dengan
mendatangkan narasumber. Selain itu, dalam mengerjakan tugas ini siswa
dapat berdiskusi bersama teman sebangku dan guru. Hal ini bertujuan di
antara siswa dapat saling belajar atau pun bertukar pikiran meski cara
pembacaan puisi mereka berbeda. Cara ini dipandang cukup efektif karena
pada siklus ini nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan sebesar
16,13 poin dari 48,38 (siklus I) menjadi 64,51 (siklus II). Nilai tertinggi
yang diraih siswa adalah 93,75 dan nilai terendahnya 37,5. Adapun
kemampuan siswa membaca puisi pada siklus II dapat dilihat pada
lampiran 27.
Meskipun telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada beberapa
indikator yang berhubungan dengan kemampuan proses maupun hasil belajar
siswa, namun dalam siklus ini siswa yang telah mendapatkan ketuntasan
belajar belum mencapai indikator yang telah ditentukan (siswa yang tuntas
pada siklus ini 20 siswa). Oleh karenanya, perlu dilakukan siklus III yang
diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan proses dan hasil belajar
siswa serta dapat mengatasi kekurangan yang masih terjadi pada siklus II.
Adapun hal-hal yang dirumuskan pada tahap refleksi yang bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
meminimalkan kelemahan yang ditemukan pada siklus II dan nantinya akan
dilaksanakan dalam siklus III, adalah sebagai berikut.
1) Pada siklus II masih ada sebagian siswa yang belum meresponss stimulus
yang diberikan guru. Oleh karenanya, pada siklus III nanti guru akan lebih
memotivasi dan melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa
dapat lebih aktif dan diharapkan akan semakin banyak siswa yang
meresponss stimulus yang diberikan guru.
2) Agar siswa lebih tertarik dan antusias maka peneliti dan guru sepakat
untuk membuat pembelajaran membaca puisi lebih variatif dengan
mengadakan permaianan untuk guru dan siswa.
3) Puisi yang dibaca siswa saat evaluasi, adalah puisi hasil bermain saat
apersepsi sehingga siswa menjadi lebih antusias terhadap pembelajaran.
4) Unsur pendemonstrasian juga akan dilakukan oleh teman sekelas sehingga
siswa yang masih merasa malu akan merasa lebih baik dan nyaman.
5) Pemberian metode pengerjaan tugas secara berkelompok telah
memberikan hasil yang baik. Pengerjaan tugas secara berkelompok juga
memberikan pengalaman pada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain
sehingga masing-masing siswa dapat saling belajar ataupun bertanya.
Pengerjaan dengan berkelompok ini juga dimaksudkan sebagai dorongan
bagi siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa dapat mengerjakan
tugas secara mandiri dan dapat berhasil baik pula.
3. Siklus Ketiga
a) Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan ini dilakukan pada hari Sabtu, 30 April 2011 di
ruang guru SMP Negeri 1 Jaten (setelah guru selesai mengajar). Perencanaan
ini didasarkan pada hasil analisis dan refleksi tindakan siklus II, maka pada
siklus III ini peneliti bersama dengan guru berdiskusi untuk mengatasi
kekurangan yang masih ditemukan pada siklus sebelumnya.
Dalam diskusi tersebut disepakati bahwa untuk mengatasi kekurangan
yang terdapat pada siklus-siklus sebelumnya maka guru dan peneliti membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
pembelajaran membaca puisi yang lebih variatif, yakni pada tahap apersepsi
dibuat menjadi lebih menyenangkan agar siswa menjadi lebih antusias dan
aktif meresponss guru.
Disepakati pula bahwa tindakan pada siklus III dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan (40 menit x 2), yakni pada hari Rabu 11 dan 18 Mei 2011.
Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan dalam siklus III pada
pertemuan pertama sebagai berikut.
1) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran membaca puisi.
Adapun tahap perencanaan tindakan pada siklus ini meliputi langkah-
langkah pembelajaran sebagai berikut.
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengkondisikan
kelas, dan mengecek presensi siswa. Kemudian guru juga
menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Setelah itu, guru
melakukan apersepsi dengan sebuah permainan bersama siswa untuk
membuat sebuah puisi yang akan dibaca nanti (T = Tumbuhkan).
b) Guru meminta seorang siswa untuk membacakan hasil dari permainan
yang telah dilakukan tadi. Berdasarkan hasil yang berbentuk narasi
tersebut, guru mengaitkannya dengan pengalaman yang pernah dialami
atau diamati siswa yakni narasi tersebut akan diubah menjadi sebuah
puisi dan dibaca di depan kelas seperti pertemuan sebelumnya. Guru
juga mengulang kembali materi pembacaan puisi pada pembelajaran
sebelumnya (A = Alami).
c) Guru membagikan lembar pertanyaan dan lembar kosong (untuk
menuliskan teks puisi yang akan dibuat bersama-sama) kepada siswa,
guru juga memandu siswa sehingga dengan bimbingan guru, siswa
dapat menjawab beberapa pertanyaan yang tersedia dan menyimpulkan
sendiri bahwa pengalaman maupun pengamatan terhadap sesuatu yang
dilihat dan dirasakan dapat diungkapkan dalam sebuah tulisan. Dan jika
tulisan tersebut dibuat dengan pemilihan kata yang tepat dan indah akan
menjadi sebuah puisi. Puisi tersebut akan dibaca oleh siswa sendiri pada
pertemuan selanjutnya (N = Namai).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
d) Siswa bersama guru membuat puisi.
e) Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan sebuah puisi yang
sudah dibuat di depan kelas sebagai contoh bagi siswa lain
(D = Demonstrasi).
f) Guru menutup pembelajaran dengan menyanyikan sebuah lagu.
Adapun tahap perencanaan tindakan pada siklus III pada pertemuan
kedua meliputi kegiatan sebagai berikut.
a) Guru membuka pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran
kembali pada siswa. Guru juga mengulang kembali materi yang sudah
disampaikan melalui tanya jawab ringan. Kemudian siswa diminta
untuk mengumpulkan lembar pertanyaan beserta jawabannya
(U = Ulangi).
b) Guru meminta semua siswa untuk membacakan puisi yang sudah dibuat
di depan kelas satu persatu. Sementara guru menilai pembacaan puisi
siswa (baik dari pemggunaan volume, irama, mimik, dan kinesiknya).
c) Guru bersama siswa melakukan evaluasi dan bersama memilih
pembaan puisi terbaik. Guru memberikan pujian atau reward pada
siswa tersebut (R = Rayakan).
d) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar
yang telah dilakukan.
2) Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk materi membaca puisi yang akan digunakan pada siklus III.
3) Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes
dan nontes. Instrumen tes untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam
membaca puisi yang berupa pembacaan puisi hasil karya siswa. Instrumen
nontes dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran membaca
puisi yang meliputi keaktifan, perhatian, dan sikap siswa yang diamati
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
b) Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yakni pada
hari Rabu, 11 dan 18 Mei 2011 (40 menit x 2). Pelaksanaan tindakan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
dilakukan di ruang kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten pada jam pelajaran kelima
dan keenam (10.00 – 11.20 WIB). Adapun urutan pelaksanaan tindakan pada
siklus III (pertemuan I) ini meliputi langkah-langkah, sebagai berikut.
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengkondisikan
kelas, dan mengecek presensi siswa pada hari itu. Setelah itu, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siswa.
Kemudian guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersesi dalam
bentuk permainan. Permainan tersebut, yakni guru mengeluarkan secarik
kertas. Kemudian kertas tersebut diedarkan kepada seluruh siswa sesuai
urutan bangku. Setiap siswa yang menulisi kertas tersebut dengan satu
kata pilihan mereka sendiri (kertas sudah memiliki tema, yakni
“Ketuhanan” agar kata-kata yang dipilih siswa tidak melebar sehingga
sulit dirubah menjadi sebuah puisi). Setelah 31 siswa menulisi kertas
tersebut, guru meminta teks tersebut dan membacakannya di depan kelas.
Setelah itun guru menjelaskan bahwa teks tersebut bisa dijadikan sebuah
puisi. Kemudian guru dan siswa bersama-sama merubah teks menjadi
sebuah puisi beserta member judul puisi yang sudah mereka buat bersama
(T = Tumbuhkan).
2) Kemudian guru menjelaskan bahwa pada pertemuan tersebut, akan
mempelajari materi pembacaan puisi yang sudah dibuat tadi (A = Alami).
3) Berdasarkan apa yang telah disampaikan guru, siswa dapat menyimpulkan
bahwa rangkaian kata-kata bisa diubah menjadi sebuah puisi dengan tema,
suasana, amanat, dan perasaan yang sesuai pula. Dari puisi tersebut, siswa
harus berlatih membacanya di rumah (N = Namai).
4) Untuk memperkuat mimik dan kinesik siswadalam membaca puisi, guru
member tugas pada siswa untuk menentukan tema, suasana, perasan, dan
amanat puisi tersebut secara berkelompok (teman sebangku). Pemberian
tugas tersebut, melalui lembar pertanyaan yang berisi tugas mereka dan
lembar teks puisi yang akan mereka tulisi puisi yang baru saja dibuat tadi.
5) Setelah selesai, guru memberi kesempatan siswa untuk membacakan puisi
yang telah jadi. Secara sukarela siswa yang bernama Roisyah maju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
membacakan puisi tersebut, kemudian guru mendiskusikan cara
pembacaan puisi bersama siswa (D = Demonstrasikan).
6) Guru menutup pembelajaran dengan bertepuk tangan bersama untuk
Roisyah karena sudah mampu membaca puisi dengan menggunakan irama,
volume, mimik, dan kenesik yang sesuai.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan pada siklus III pada pertemuan
kedua meliputi langkah-langkah, sebagai berikut.
1) Guru kembali memberikan materi mengenai puisi dan membaca puisi pada
siswa. Kemudian guru melakukan tanya-jawab untuk apersepsi siswa.
2) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas pada lembar pertanyaan
kemarin. Siswa mengumpulkan di meja guru dengan maju hampir
bersamaan sehingga membuat kelas sedikit gaduh.
3) Setelah 31 tugas terkumpul, guru meminta siswa untuk menbacakan puisi
di depan kelas. Pembacaan pertama diambil dari tanggal pelaksanan
pembelajaran saat itu yakni tanggal 18, kemudian siswa dengan nomor
absen 18 maju dan membacakan puisi. Selanjutnya, siswa dengan nomor
absen 18, menunjuk salah seorang temannya untuk mendapat giliran untuk
maju dan seterusnya hingga selesai. Pembelajaran sedikit gaduh, tetapi
terlihat siswa lebih antusias dan senang (U = Ulangi).
4) Guru bersama dengan siswa mendiskusikan pembacaan puisi tadi dan
bersama memilih pembacaan puisi terbaik. P embacaan puisi terbaik jatuh
pada Roisyah, dan bersama mimik meberikan applaus meriah kepada
siswa tersebut (R = Rayakan).
5) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang
telah dilakukan.
6) Guru menutup pembelajaran dengan bernyanyi bersama.
c) Observasi dan Interpretasi
Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan observasi ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kekurangan yang terdapat pada siklus II sudah dapat teratasi
atau belum. Pelaksanaan tindakan pada siklus III dilakukan pada hari Rabu, 11
dan 18 Mei 2011 pukul 10.00-11.20 WIB (jam pelajaran kelima&keenam) di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
ruang kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Kegiatan peneliti selama tahap
observasi yaitu mengamati proses pembelajaran membaca puisi siswa kelas
VIIB dengan penerapan pendekatan pembelajaran quantum. Tindakan pada
siklus III ini guru mengajarkan materi puisi dengan tema ”Ketuhanan”.
Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan mengambil posisi di tempat
duduk di bagian belakang agar bisa mengamati proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan peneliti, secara garis besar diperoleh gambaran
tentang jalannya kegiatan belajar mengajar sebagai berikut.
1) Sebelum mengajar, guru telah mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang dijadikan sebagai pedoman saat mengajar.
Rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dengan silabus mata pelajaran
Bahasa Indonesia yang ada di dalam kurikulum yang digunakan sekolah,
yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Pelaksanaan tindakan siklus III berlangsung dalam dua kali pertemuan.
Pada kedua pertemuan, jumlah yang hadir 31 siswa.
3) Berdasarkan observasi pada siklus II tampak beberapa anak kurang begitu
fokus pada kegiatan pembelajaran, masih ada yang menengok ke luar
jendela jika ada keributan di luar atau berbicara dengan teman
sebangkunya. Selain itu masih terdapat pula siswa yang kurang merespons
guru misalnya pada saat berdiskusi bersama, tampak beberapa siswa di
bangku belakang tidak memperhatikan jalannya diskusi. Ada pula siswa
yang mengikuti tetapi kurang menikmatinya, berbeda dengan siklus III ini
semua siswa diajak untuk apersepsi bersama secara aktif, tidak hanya
bernyanyi tetapi juga berpikir kata apa yang harus ditilisnya sehingga
membuat hampir semua siswa berkonsentrasi dan fokus terhadap
pembelajaran. Pada siklus ini guru juga melaksanakan pembelajaran
membaca puisi dengan baik dan semakin menunjukkan adanya
peningkatan, terutama dalam pengelolaan kelas dan menerapkan
pendekatan pembelajaran quantum. Guru juga mengulang kembali materi
yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, kegiatan
inti diawali dengan penjelasan guru mengenai rangkaian kata-kata yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
terkumpul dari siswa mampu diubah menjadi sebuah puisi. Respons dan
interaksi siswa dengan guru pada tahap ini sangat baik. Siswa senang
sekali pada saat pembuatan puisi karena puisi tersebut hasil dari pemikiran
mereka dan bangga kelasnya bisa membuat sebuah puisi bersama.
4) Berbeda dengan siklus sebelumnya, pada siklus III ini demonstrasi tidak
dilakukan lewat media LCD atau nara sumber, tetapi salah seorang siswa
secara sukarela berani memberikan contoh membaca puisi pada teman-
temannya. Terlihat dari sini, siswa sudah tidak merasa malu dan
sebaliknya siswa sudah merasa nyaman dengan kegiatan membaca puisi di
depan kelas.
5) Guru juga yang membacakan rangkaian kata-kata yang akan dijadikan
puisi agar guru lebih dekat dengan siswa.
6) Pada saat tahap evaluasi dan refleksi, siswa terlihat lebih aktif dalam
merespons atau menjawab pertanyaan dari guru. Siswa terlihat lebih berani
untuk mengemukakan idenya dan berinteraksi dengan guru atau pun
teman.
7) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada tahap ini, hampir semua
siswa mengikutinya dengan baik, interaksi, keaktifan, maupun respons
siswa pada guru juga semakin baik.
8) Dapat dikatakan bahwa kekurangan atau kelemahan selama pelaksanaan
tindakan pada siklus III ini hampir tidak terlihat atau telah sesuai dengan
yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa guru telah mampu mengatasi
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada kedua siklus sebelumnya
dengan baik. Selain itu, dalam siklus ini sikap siswa dalam pembelajaran
juga terlihat semakin baik (saat apersepsi, kegiatan inti, maupun penutup).
9) Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi siklus III dapat
dilihat dari beberapa indikator, sebagai berikut.
a) Siswa yang menunjukkan keaktifan pada saat apersepsi yang
diindikatori oleh kemauan siswa menyanyikan lagu dan memberikan
respons terhadap stimulus yang diberikan guru pada saat apersepsi
mencapai 26 siswa (83,8%) dengan kriteria sangat baik dan baik. 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
siswa (16,12%) dengan nilai cukup karena tampak kurang merespons
guru saat apersepsi.
b) Siswa yang menunjukkan keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti
pembelajaran yang dinyatakan dengan “kriteria amat baik dan baik”
serta diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan serta
memberikan responss (menjawab/bertanya/menanggapi/menamai)
sekitar 25 siswa (80,64%), sedangkan 19,35% lainnya mendapatkan
kriteria cukup. Hal ini dikarenakan 6 siswa tersebut terlihat masih
kurang fokus saat pelajaran (salah satunya berbicara dengan teman
sebangku).
c) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran
yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta
diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusianan dan semangat
dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran
sebesar 25 siswa (80,64%), sedangkan 19,35% lainnya masih tampak
kurang bersungguh-sungguh saat pembelajaran.
d) Siswa yang sudah dapat menulis puisi dengan baik dan telah mencapai
ketuntasan belajar sekitar 26 siswa (83,87%), sedangkan 5 siswa
lainnya (16,12%) masih mendapatkan nilai di bawah 74.
d) Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran membaca puisi pada siklus III (baik proses maupun hasil) telah
menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
adanya peningkatan pada masing-masing indikator, sebagai berikut.
1) Keaktifan siswa selama apersepsi dalam pembelajaran membaca puisi
melalui penerapan pendekatan pembelajaran quantum pada siklus III
mengalami peningkatan dari 61% (pada siklus II) menjadi 84%. Penerapan
pendekatan pembelajaran quantum berhasil membuat siswa aktif pada saat
apersepsi. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan “prinsip tumbuhkan” yang
dilakukan guru dengan membuat sebuah puisi bersama. Semua siswa telah
merasa senang dan nyaman sehingga terlihat bersemangat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
melaksanakannya. Guru juga berperan aktif dalam permainan sehingga
membuat suasana lebih menyenangkan. Hal ini membuat siswa terlihat
lebih rileks dalam meresponss stimulus yang diberikan guru dan terlihat
menikmati pada saat apersepi.
2) Keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran membaca
puisi pada siklus III telah mengalami peningkatan dari 58% (pada siklus
II) menjadi 81%. Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, terlihat siswa lebih aktif untuk meresponss stimulus guru
(bertanya/menanggapi/menjawab/menamai) serta mau untuk
memperhatikan atau lebih fokus dalam pembelajaran.
3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran pada siklus III ini
juga mengalami peningkatan dari 48% (pada siklus II) menjadi 81%. Hal
ini berdasarkan pada kemauan dan kesungguhan siswa dalam mengerjakan
tugas, serta antusias dan semangat siswa saat mengikuti pelajaran.
4) Siswa yang telah mendapatkan ketuntasan belajar dalam membaca puisi
pada siklus III mengalami peningkatan daripada siklus II sebanyak 64,51%
menjadi 83,87%. Skor dalam setiap aspek membaca puisi telah mengalami
peningkatan meskipun puisi yang dihasilkan siswa masih sederhana. Pada
siklus ini terlihat lebih bisa menyesuaikan mimik dan kinesik dengan puisi
yang dibacanya. Hal ini terjadi karena merekalah sendiri yang membuat
puisi tersebut sehingga penghayatn terhadap puisi semakin terlihat jelas.
Pada siklus ini siswa yang telah tuntas karena telah mendapatkan nilai
ketuntasan belajar ( 74) sebanyak 26 siswa atau sekitar 84%. Adapun
kemampuan siswa membaca puisi pada siklus III dapat dilihat pada
lampiran 35
Melihat indikator keberhasilan proses dan hasil belajar yang telah
dicapai siswa dalam pelaksanaan siklus III maka penelitian ini dipandang
cukup untuk dilaksanakan. Meskipun dalam pelaksanaan siklus III masih
terlihat beberapa siswa belum aktif dalam mengikuti pembelajaran dan belum
mendapatkan nilai ketuntasan (belum mencapai nilai 74). Namun secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa pelaksanaan siklus III sudah berhasil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
sudah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan yakni 75%. Oleh
karenanya, pada penelitian ini selesai pada siklus III.
4. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil pelaksanaan pembelajaran membaca puisi setiap siklus tindakan di
atas dapat digambarkan secara rinci pada tabel rekapitulasi di bawah ini.
Tabel 6. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian
No Aktivitas dalam Pembelajaran Persentase
Siklus I Siklus II Siklus III
1
Siswa aktif selama apersepsi
(indikator: mau menyanyikan lagu
dan meresponss pada saat apersepsi)
45% 61% 84%
2
Siswa aktif dan memperhatikan saat
mengikuti pelajaran (indikator:
memperhatikan atau fokus terhadap
pelajaran, ikut meresponss, aktif
mengerjakan tugas)
48%
58%
80%
3
Siswa berminat dan memiliki
motivasi saat kegiatan pembelajaran
(indikator: semangat, antusias, dan
menunjukkan kesungguhan)
48%
48%
80%
4.
Siswa mampu membaca puisi
dengan baik (ketuntasan hasil
belajar dalam menulis puisi
mendapat nilai 74).
49%
65%
84%
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa telah terjadi peningkatan
pada indikator yang telah ditetapkan dari hasil siklus I, II, dan III. Peningkatan
terjadi dari siklus I ke siklus II pada indikator 1 sampai dengan 4 cukup
signifikan, meskipun pada indikator 3 tidak mengalami penurunan atau kenaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
(tetap). Demikian juga, peningkatan yang terjadi pada siklus II ke siklus III pada
indikator-indikator tersebut mencapai 10 % - 32%.
Pada siklus II ke siklus III persentase keberhasilan tersebut menunjukkan
bahwa tingkat keaktifan siswa pada saat apersepsi mengalami peningkatan 23%,
keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran meningkat sekitar
22%, dan minat serta motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pun
meningkat sebesar 32%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan proses pembelajaran
membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.
Selain itu, pada siklus ini persentase peningkatan keberhasilan juga terjadi
pada ketuntasan hasil belajar siswa dalam membaca puisi, berupa kemampuan
siswa dalam membaca puisi di depan kelas yang meningkat sekitar 19%.
Peningkatan tersebut tampak pada pembacaan puisi siswa yang pada setiap
siklusnya menunjukkan semakin adanya perbaikan baik dalam penggunaan irama,
volume, mimik, dan kinesik. Pada siklus III nilai rata-rata siswa lebih tinggi
dibanding pada saat survei awal dan siklus-siklus sebelumnya (siklus I dan II).
Siklus III nilai rata-rata siswa menjadi 78,83 atau mengalami peningkatan sekitar
5,25 poin dibandingkan pada saat survei awal (nilai rata-rata siswa 61,1). Dengan
demikian, dapat dikatakan pula bahwa penerapan pendekatan pembelajaran
quantum dapat meningkatkan hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas
VIIB SMP Negeri 1 Jaten.
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan pada
siklus I sampai dengan siklus III dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan
kualitas pembelajaran, baik pada proses maupun hasil kemampuan membaca puisi
dengan penerapan pendekatan pembelajaran quantum di kelas VIIB SMP Negeri 1
Jaten. Penilaian proses, dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/obyek. Sikap juga
merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang.
Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Ditambahkan pula oleh Sarwiji Suwandi (2010: 80-81) bahwa secara umum
obyek/sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal,
yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan,
semangat); sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respons); dan sikap terhadap
proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.) sedangkan penilaian
hasil, Nana Sujana (2008: 3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan
kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil
belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan
penilaian proses dan hasil yang sudah dilakukan guru dan peneliti di atas,
dihasilkan keberhasilan peningkatan dalam tingkat keaktifan siswa pada saat
apersepsi (23%), keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran
(22%), dan minat serta motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
(32%). Selain itu, peningkatan persentase keberhasilan juga terjadi pada
ketuntasan hasil belajar siswa dalam membaca puisi, berupa kemampuan siswa
dalam membaca puisi di depan kelas yang meningkat (19%). Peningkatan tersebut
tampak pada pembacaan puisi siswa yang pada setiap siklusnya menunjukkan
semakin adanya perbaikan baik dalam penggunaan irama, volume, mimik, dan
kinesik. Dengan demikian, penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan
masalah yang dikemukakan peneliti.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan uraian kegiatan
sebagai berikut: Sebelum dilaksanakan siklus I, peneliti terlebih dahulu
melakukan survei awal untuk mengetahui permasalahan yang terjadi sebenarnya
di lapangan. Berdasarkan hasil kegiatan pada survei awal, peneliti menemukan
bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB SMP
Negeri 1 Jaten masih kurang memuaskan. Hasil tersebut ditunjukkan dengan
pembacaan puisi yang dilakukan oleh murid. Pada umumnya terkesan seadanya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
artinya membaca puisi tidak layaknya seperti orang membaca puisi. Intonasi,
lafal, penghayatan maupun penampilan sangat kurang. Jarang terlihat murid yang
mampu membaca puisi dengan memperhatikan naik turun, tinggi rendah, dan
keras lembut volume suara dalam bacaannya. Para murid juga malu dan tidak
percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Melihat keadaan di lapangan
tersebut, guru bersama peneliti mencari sebuah solusi atau jalan keluar untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Diperlukan sebuah keadaan baru dan
positif dalam pembelajaran dimana dengan keadaan baru tersebut siswa akan
lebih fokus dan berkonsentrasi pada materi yang pada akhirnya mampu
meningkatkan proses dan hasil tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Keinginan guru dan peneliti untuk meningkatkan proses dan hasil siswa tersebut
diperkuat oleh pernyataan Agus Suprijono (2009: xi) bahwa kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan adalah pembelajaran
dengan suasana socio emotional climate positif. Murid merasakan bahwa proses
belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan
berkah yang harus disyukurinya. Belajar juga bukanlah tekanan jiwa pada dirinya,
namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Salah satu
penerapan pendekatan yang mampu mengubah keadaan pembelajaran dengan
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan adalah penerapan pembelajaran quantum.
Pendekatan pembelajaran quantum, mengaitkan apa yang akan diajarkan guru
dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasan yang diperoleh dari kehidupan
rumah, kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang dimiliki
oleh siswa. Oleh karenanya, peneliti melakukan kolaborasi bersama dengan guru
kelas untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca puisi.
Selain itu, pendekatan pembelajaran quantum memungkinkan siswa untuk
belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan
dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas
tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir
positif, kebugaran fisik, dan kesehatah emosional. Namun semua unsur ini bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif (Bobbi DePorter,
2003: 14).
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran quantum dalam siklus I sampai
siklus III didasarkan pada prinsip TANDUR. Prinsip TANDUR diterapkan
sebagai metode atau petunjuk teknis pendekatan quantum. TANDUR merupakan
singkatan dari beberapa langkah pembelajaran, yakni Tanamkan, Alami, Namai,
Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan. Semua langkah-langkah pembelajaran
tersebut, menghantarkan siswa pada prestasi yang luar biasa. Lebih lanjut Bobbi
DePorter dkk (2003: 93) mengemukakan bahwa respons dalam pendekatan
pembelajaran quantum dengan didasarkan pada prinsip TANDUR, melibatkan
seluruh peserta pembelajaran. Seluruh murid terlibat secara fisik, psikis, dan
verbal. Predisposisi untuk tindakan positif yang dapat tumbuh dalam
pembelajaran apresiasi sastra ini adalah sikap yang berbentuk: rasa senang
menikmati, menghayati, menghargai karya sastra, dan sekaligus menyenangi
pembelajaran membaca sastra khususnya puisi.
Sebelum melaksanakan siklus I peneliti bersama dengan guru kelas
sebagai kolaborator menyusun rencana pembelajaran (RPP). Siklus I ini
merupakan tindakan awal untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dalam pembelajaran membaca puisi di kelas tersebut. Berdasarkan
kesepakatan antara guru dan peneliti pada siklus I ini tema yang digunakan dalam
materi membaca puisi adalah “Perjuangan Generasi Muda”. Oleh karenanya, lagu
yang dinyanyikan pada saat apersepsi dan puisi yang digunakan disesuaikan
dengan temanya. Penilaian proses belajar didapat ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung sedangkan penilaian hasil belajar didapat dari tugas siswa untuk
membaca puisi yang sudah disepakati guru dan peneliti di depan kelas. Pada
siklus ini pembelajaran membaca puisi dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran quantum yang didasarkan pada prinsip “TANDUR” dilaksanakan
sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
Dari pelaksanaan siklus I tersebut diperoleh deskripsi hasil pembelajaran
membaca puisi yang menyatakan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan-
kekurangan di dalam pelaksanaan tindakan. Kekurangan tersebut berasal dari guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
dan siswa. Kekurangan dari pihak guru, yakni: (1) guru kurang dapat memantau
siswa secara keseluruhan karena karena posisi guru lebih banyak di depan dan
pada titik tertentu saja (dekat meja guru) pada saat melaksanakan kegiatan
pembelajaran; (2) guru masih terkesan agak kaku dan terlalu tegas dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga siswa terkesan takut untuk
beraktualisasi terhadap materi;dan (3) guru belum dapat membangkitkan
semangat siswa secara optimal khususnya untuk memberikan pendapat atau
menanggapi sehingga stimulus yang diberikan guru kurang diresponss dengan
baik oleh siswa. Kelemahan yang terdapat dari pihak siswa, yakni: (1) beberapa
siswa kelihatan kurang berkonsentrasi saat menyimak video pembacaan puisi; (2)
sebagian siswa terlihat belum sepenuhnya fokus saat pembelajaran berlangsung
(melakukan aktivitas lain, seperti menolah-noleh, berbicara dengan teman satu
meja, dan sebagainya); (3) sebagian siswa belum mampu menyesuaikan mimik
dan kinesik pada saat pembacaan puisi.
Kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam pelaksanaan tindakan
pada siklus I ini merupakan faktor penyebab kurang memuaskannya hasil tes
kemampuan membaca puisi siswa. Hal ini didasarkan pada jumlah siswa yang
telah memperoleh nilai 74 (dinyatakan tuntas) dalam membaca puisi hanya 15
siswa atau sekitar 48% dari jumlah keseluruhan. Selanjutnya, kekurangan-
kekurangan yang terdapat dalam siklus I tersebut dievaluasi oleh peneliti dan guru
hingga menghasilkan perencanaan pembelajaran baru. Melalui perencanaan ini
diharapkan dapat mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
pelaksanaan tindakan I.
Tindakan pada siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan yang
terdapat dalam siklus I. Pada siklus II ini guru juga menerapkan pendekatan
pembelajaran quantum yang didasarkan pada prinsip “TANDUR” dalam
pembelajaran membaca puisi. Berbeda dengan siklus I, pada siklus ini tema yang
diambil adalah “Pemberontakan Diri”. Adapun tugas yang dikerjakan siswa pada
siklus II sama dengan tugas pada siklus I, yakni membaca puisi dan menentukan
tema, amanat, suasana, dan perasaan dalam puisi. Perbedaan tugas yang diberikan
pada siswa dalam tidakan II adalah, ditiadakannya tugas untuk memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
anotasi/tanda pada teks puisi. Hal ini sudah disepakati oleh guru dan peneliti,
karena akan mengurangi konsentrasi siswa pada mimik dan kinesik saat membaca
puisi. Siswa terlalu bergantung pada anotasi tanpa mengindahkan ekspresi yang
seharusnya harus dimunculkan saat membaca puisi. Tugas membaca puisi ini
bersifat individu, namun tempat duduk siswa dibuat berkelompok seperti diskusi.
Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan siklus II terlihat bahwa terjadi
peningkatan proses dan hasil pembelajaran membaca puisi dari siklus I.
Peningkatan proses dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan siswa pada saat
apersepsi, dan keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi
pembelajaran sedangkan minat dan motivasi siwa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran tidak mengalami penurunan atau kenaikan yakni tetap. Peningkatan
hasil dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan
belajar dalam membaca puisi. Pada siklus I siswa yang dinyatakan telah tuntas
dalam membaca puisi sekitar 48% (15 orang) dan pada siklus II ini terjadi
peningkatan menjadi 65% ( 20 orang). Meskipun dalam siklus II ini telah ada
peningkatan baik dari proses maupun hasil namun dalam pelaksanaannya masih
ditemukan kekurangan-kekurangan, seperti guru masih terlihat kurang dalam
pengelolaan kelas dan mengkondisikan siswa agar tidak gaduh, beberapa siswa
masih terlihat belum sepenuhnya fokus dalam kegiatan pembelajaran, dan belum
semua siswa yang meresponss stimulus yang diberikan guru.
Selanjutnya, peneliti bersama-sama dengan guru berdiskusi untuk
merancang rencana pembelajaran baru yang bertujuan untuk mengatasi segala
kekurangan yang masih terdapat dalam pelaksanaan siklus II. Pada siklus III ini
guru dan peneliti berusaha untuk memperkecil segala kelemahan yang terjadi
selama pelaksanaan pembelajaran membaca puisi. Hal ini dikarenakan siklus III
merupakan perencanaan siklus terakhir dalam penelitian ini. Pada pelaksanaan
siklus III guru juga menerapkan pendekatan pembelajaran quantum yang
didasarkan pada kerangka prinsip “TANDUR” dalam pembelajaran membaca
puisi. Tema yang diambil pada siklus ini adalah “Ketuhanan”. Berbeda dengan
siklus-siklus sebelumnya, agar kegiatan pembelajaran lebih bervariatif maka pada
siklus ini dibuat apersepsi semenarik mungkin yang akan membuat siswa lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
konsentrasi, fokus dan senang dalam pembelajaran. Pemberian contoh pembacaan
puisi juga dilakukan secara langsung oleh salah seorang siswa dengan sukarela.
Dari pelaksanaan siklus III terlihat bahwa terjadi peningkatan proses dan
hasil pembelajaran membaca puisi dari siklus II. Peningkatan proses dapat dilihat
dari meningkatnya keaktifan siswa pada saat apersepsi, keaktifan dan perhatian
siswa pada saat guru menyampaikan materi pembelajaran, serta minat dan
motivasi siwa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, sedangkan untuk
peningkatan hasil dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang telah mencapai
ketuntasan belajar dalam membaca puisi yang berupa pembacaan puisi yang telah
dibuat siswa pada siklus ini mencapai 84% (pada siklus II sebesar 65%). Dalam
siklus III kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus-siklus sebelumnya
sudah dapat teratasi dan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan pun juga
telah tercapai. Oleh karenanya, dalam penelitian ini hanya dilaksanakan sampai
pada siklus III.
Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan, dapat dikatakan
bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum dalam pembelajaran
membaca puisi di kelas VIIB SMPNegeri 1 Jaten telah berhasil. Keberhasilan
pendekatan pembelajaran quantum dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran membaca puisi dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai
berikut.
1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran membaca puisi
Penentuan persentase kualitas proses dihitung dari jumlah siswa yang
telah mendapatkan kriteria “sangat baik dan baik” pada masing-masing
indikator selama kegiatan pembelajaran per jumlah siswa dalam kelas (31)
dikalikan 100. Adapun bentuk keaktifan yang diamati adalah sikap siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keaktifan dalam meresponss,
kesungguhan dalam mengerjakan tugas, dan semangat serta antusias dalam
mengikuti pembelajaran.
a. Siswa lebih aktif saat mengikuti apersepsi
Selama pelaksanaan penelitian pada siklus I hingga III, tampak bahwa
siswa antusias dalam mengikuti apersepsi. Keantusiasan ini ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
dengan kemauan siswa untuk menyanyikan lagu yang diminta guru
dengan penuh semangat, membaca puisi di depan kelas, dan respons siswa
terhadap stimulus yang diberikan guru pada saat apersepsi. Keaktifan
siswa saat apersepsi ditunjukkan dengan “kriteria sangat baik dan baik”
yang diindikatori adanya kemauan siswa untuk mengikuti apersepsi (ikut
menyanyikan lagu dan memberikan respons terhadap stimulus yang
diberikan guru). Dari siklus I hingga siklus III mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa antar siklus, yaitu 45%
atau sebanyak 14 siswa (siklus I) menjadi sekitar 61% atau sebanyak 19
siswa (pada siklus II) dan mencapai 84% atau sebanyak 26 siswa (pada
siklus III).
b. Siswa terlihat lebih aktif dan perhatian saat mengikuti pelajaran
Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran di setiap
siklus semakin menunjukkan adanya peningkatan. Indikator yang
menunjukkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah
kemauan siswa untuk memperhatikan atau fokus terhadap kegiatan
pembelajaran serta kemauan dan keaktifan siswa untuk meresponss
stimulus yang diberikan guru (bertanya/menjawab/menanggapi/menamai).
Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
pada siklus I hanya 48% atau sebanyak 15 siswa, siklus II sekitar 58% atau
sebanyak 18 siswa, dan siklus III menjadi 81% atau sebanyak 25 siswa.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat survei
awal, beberapa siswa terlihat kurang fokus pada saat kegiatan
pembelajaran. Selain itu, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
juga belum begitu terlihat, karena saat pembelajaran siswa lebih banyak
mendengarkan dan sebagian siswa kurang aktif dalam meresponss
stimulus yang diberikan guru. Setelah adanya tindakan melalui penerapan
pembelajaran quantum sebagai pendekatan pembelajaran dalam membaca
puisi keaktifan siswa semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
c. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi
Pada mulanya, pembelajaran yang dilakukan di kelas tampak monoton
dan membuat siswa menjadi jenuh dan bosan. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik. Saat pembelajaran
guru lebih banyak memberikan penjelasan yang menitik beratkan pada
aspek kognitif dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran pun
juga belum tampak, kemudian dilanjutkan dengan tugas membaca puisi
yang tanpa memanfaatkan suatu media sehingga dalam membaca pun
siswa tampak kesulitan dan bingung.
Dikarenakan kurang bervariasi dan monoton mengakibatkan siswa
kurang bersemangat dan kurang termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran. Namun setelah diterapkannya pendekatan pembelajaran
quantum siswa mulai menunjukkan adanya ketertarikan saat mengikuti
pembelajaran. Hal ini dilihat dari kesungguhan siswa saat mengerjakan
tugas, antusias dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa menjadi termotivasi karena dalam kegiatan pembelajaran siswa
tidak lagi hanya diam dan mendengarkan tetapi dibuat untuk lebih aktif.
Selain itu, siswa juga tampak termotivasi karena dalam membaca puisi
siswa dibuat seolah seperti kompetisi yang mana usaha siswa akan
diberikan penghargaan sehingga setiap siswa berusaha semaksimal
mungkin untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
Tindakan yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan pembelaran
quantum membuat siswa tampak lebih berminat dan termotivasi saat
mengikuti pembelajaran membaca puisi. Hal ini didasarkan pada
pengamatan peneliti dari jumlah siswa yang mendapatkan kriteria sangat
baik dan baik di setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang tampak
berminat dan memiliki motivasi saat mengikuti pembelajaran sekitar 48%
dan pada siklus II tetap menjadi 48%. Pada siklus terakhir terjadi
peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 81% atau sebanyak 25
siswa tampak berminat serta termotivasi pada pembelajaran membaca
puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran membaca puisi
Peningkatan kualitas hasil dapat dinilai dari hasil belajar siswa yang
mengalami peningkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Peningkatan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca puisi didasarkan pada
ketuntasan siswa dalam membaca puisi yang penilaiannya didasarkan pada
beberapa kriteria, yakni:
a. Penggunaan irama
Siswa telah mampu menggunakan irama dengan baik sesuai dengan isi
puisi yang dibacanya. Pada saat pretes siswa membaca puisi hanya
berdasarkan pada imajinasi atau pengetahuannya tanpa ada suatu media
yang mendukung. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa merasa
kesulitan dalam membaca karena siswa tidak memiliki gambaran.
Berbeda dengan saat adanya tindakan. Pendekatan pembelajaran
quantum mengoptimalkan segala hal yang terdapat di sekitar lingkungan
pembelajaran, termasuk pemanfaatan media. Oleh karenanya, pada saat
tindakan guru menggunakan media LCD dan nara sumber terjadi kenaikan
pada nilai hasil membaca puisi siswa. Dengan adanya media tersebut siswa
memperoleh gambaran atau inspirasi serta dapat mengimajinasikannya
kemudian membacakan puisi yang sudah dipersiapkan dengan
menirukankan video pembacaan puisi. Pada setiap siklus, aspek ini
mengalami peningkatan yang signifikan.
b. Volume
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa tampak bahwa siswa telah mampu
menggunakan tingkat volume yang tepat dan sesuai dengan isi puisi dan
jumlah pendengar meskipun masih sedikit malu. Sebagian besar siswa
dalam membaca puisi telah mampu menggunakan volume yang sesuai
sehingga pendengar puisi tersebut mampu menikmatinya. Berbeda saat
pretes, yang mana sebagian besar siswa saat pembacaan puisi masih belum
mampu menggunakan volulme yang sesuai. Hal ini menyebabkan unsur
keindahan pada puisi dirasa sangat kurang dan masih seperti cerita biasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Namun setelah adanya tindakan dapat dilihat pada karya siswa hal tersebut
dapat diminimalkan.
c. Mimik
Salah satu cara agar pendengar pembacaan puisi merasakan apa yang
dirasakan penulis puisi adalah dengan penggunaan mimik atau ekspresi
wajah pembaca puisi yang harus sesuai dengan isi puisi. Dengan
kesesuaian antar isi puisi dan mimik pembaca puisi, mampu meningkatkan
pemahaman dan penghayatan teks puisi yang dibaca. Setelah dilakukan
tindakan antara peneliti dan guru dalam setiap pembacaan puisi siswa telah
mampu menggunakan mimik yang sesuai. Dari siklus ke siklus siswa
mulai dapat menggunakan mimik dengan cukup baik sehingga puisi yang
dibacakan siswa juga terlihat semakin indah dan harmonis.
d. Kinesik
Sebagian siswa sudah terlihat menggunakan kinesik dalam pembacaan
puisinya (meski awalnya hanya beberapa siswa yang mendapatkan kriteria
baik). Hal ini diindikatori oleh penggunaan kinesik atau gerak tangan dan
tubuh yang sesuai dengan isi puisi. Pada awalnya, siswa merasa masih
malu untuk menggunakan kinesik namun setelah diberikan pendekatan
pembelajaran quantum oleh guru, peningkatan siswa yang menggunakan
kinesik tiap siklus bertambah secara signifikanl. Hal itu membuat
pembacaan puisi lebih indah dan menarik untuk didengarkan dan dihayati.
Adanya peningkatan pada setiap kriteria pembacaan puisi tersebut
menjadikan nilai siswa dalam membaca puisi juga mengalami peningkatan. Pada
saat pretes, terlihat bahwa kemampuan membaca puisi siswa masih kurang
memuaskan. Hal tersebut tampak pada jumlah siswa yang telah mendapatkan nilai
ketuntasan belajar yang telah ditetapkan ( 74). Persentase ketuntasan belajar yang
dicapai siswa pada saat pretes hanya sekitar 28% (9 siswa dari jumlah siswa
keseluruhan 31) dengan nilai rata-rata 68,51.
Peningkatan mulai tampak pada siklus I dari 31 siswa 15 siswa (sekitar
48%) telah mencapai ketuntasan hasil belajar dan nilai rata-ratanya adalah 68,34.
Pada siklus II kemampuan siswa dalam membaca puisi mengalami peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
yang signifikan. Hal ini tampak pada persentase ketuntasan hasil belajar siswa
yang mencapai 65% (20 siswa) dengan nilai rata-rata 73,5. Pada siklus III
persentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 84% (26 siswa dari jumlah
keseluruhan) dengan nilai rata-rata 78,83.
Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dalam
pembelajaran membaca puisi, kemampuan membaca puisi siswa dalam bentuk
pembacaan puisi di depan kelas mengalami peningkatan yang dinyatakan dengan
semakin banyaknya siswa yang telah mendapatkan nilai ketuntasan belajar.
Pada penelitian yang dilakukan peneliti ditemukan juga beberapa fakta
mengenai kemampuan siswa dalam membaca puisi baik proses maupun hasilnya.
Beberapa siswa menunjukkan nilai proses yang kurang baik (tidak tuntas), namun
pada nilai hasil membaca puisi siswa-siswa tersebut mencapai nilai yang tinggi
(tuntas). Begitupun sebaliknya, terdapat beberapa siswa lain yang nilai proses
membaca puisinya sangat baik (tuntas) namun nilai hasil membaca puisinya
kurang baik (tidak tuntas).
Menurut peneliti, keadaan di atas terjadi karena beberapa faktor. Bakat,
minat, jenis kecerdasan, dan tingkat kepercayaan diri menjadi faktor-faktor dalam
hal tersebut. Siswa yang kemampuan kognitifnya tinggi namun tidak memiliki
bakat membaca puisi, minat terhadap sastra dan kurang memiliki rasa
kepercayaan diri akan sulit sekali untuk mampu membaca puisi di depan kelas.
Mereka cenderung kurang mampu mengekspresikan diri saat membaca puisi di
depan kelas. Dari diskusi yang dilakukan antara guru dan peneliti, siswa-siswa
tersebut merasa malu dan kurang nyaman jika harus berada di depan kelas dan
menjadi pusat perhatian siswa lain. Sebaliknya, terdapat siswa-siswa yang tingkat
kognitifnya kurang namun memiliki bakat dan minat yang besar terhadap sastra
khususnya membaca puisi, mereka sangat berkompeten di bidang ini. Mereka
mampu berekspresi sesuai hatinya, merasa nyaman dan percaya diri ketika
membaca puisi di depan kelas. Mereka juga tidak malu jika harus berteriak atau
menangis demi penghayatan tehadap puisi yang dibacanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Siswa-siswa tersebut memang memiliki kecerdasan linguistik sehingga
mampu mengungkapkan apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan dalam
bentuk kemampuan membaca, menulis, atau berkomunikasi.
Berdasarkan pemaparan di atas tampak bahwa penerapan pendekatan
pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB
SMP Negeri 1 Jaten dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
Peningkatan proses didasarkan pada meningkatnya keaktifan dan perhatian siswa
saat mengikuti kegiatan pembelajaran baik pada saat apersepsi maupun keaktifan
siswa dalam meresponss stimulus yang diberikan guru, kesungguhan dalam
mengerjakan tugas, keantusiasan dan semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Dan peningkatan hasil didasarkan pada meningkatnya hasil
pekerjaan siswa dalam membacas puisi (jumlah siswa yang mendapatkan nilai
74). Selain itu, berdasarkan hasil angket pasca tindakan siswa kelas VIIB 25
siswa menyatakan bahwa melalui penerapan pendekatan pembelajaran quantum
dapat membantu mereka dalam pembelajaran ataupun pengajaran membaca puisi
sehingga kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten
pun meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan proses
pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Hal
ini terbukti dengan adanya peningkatan proses pembelajaran, yang meliputi:
(a) meningkatnya keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi. Hal tersebut dapat
dilihat dari peningkatan keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi pada tiap
siklus. Pada siklus I keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi sebesar 45%,
pada siklus II sebesar 61%, dan pada siklus III meningkat menjadi 84%; (b)
meningkatnya keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti pembelajaran. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam merespons stimulus
yang diberikan guru (bertanya, menjawab, menanggapi, menamai) dan
perhatian pada saat pembelajaran di setiap siklusnya. Siklus I siswa yang aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran sebesar 48%. Pada siklus-siklus berikutnya
keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami
peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut sebesar 58% pada siklus II
dan 81% pada siklus III; (c) meningkatnya motivasi dan minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran membaca puisi. Hal ini tampak pada kesungguhan
siswa saat mengerjakan tugas serta keantusiasan dn semangat siswa saat
mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada siklus I siswa yang tampak berminat
dan termotivasi sebanyak 43%, pada siklus berikutnya tetap pada hasil 43%
pada siklus II dan meningkat menjadi 81% pada siklus III.
2. Penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil
pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.
Adanya peningkatan hasil pembelajaran membaca puisi dilihat dari
meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca puisi. Hal ini terbukti
dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca puisi yang
penilaiannya didasarkan pada penggunaan irama, volume, mimik, dan kinesik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
yang sesuai dengan isi puisi yang dibaca. Peningkatan kemampuan siswa
terjadi pada siklus I hingga III yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya
siswa yang telah mencapai batas ketuntasan (KKM 74). Pada siklus I siswa
yang telah mencapai ketuntasan belajar sebesar 48% atau sebanyak 15 siswa,
pada siklus II meningkat menjadi 65% atu sebanyak 20 siswa, dan pada siklus
III sebanyak 84% atu sebanyak 26 siswa.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses
dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya guru,
siswa, pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar. Pemilihan model pembelajaran yang
kurang tepat akan berpengaruh pada kurangnya minat dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran serta rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karenanya, dalam memilih
model atau pendekatan pembelajaran guru hendaknya juga memperhatikan
kesenangan dan kebermanfaatannya bagi perkembangan peserta didik.
Penelitian ini membuktikan bahwa melalui penerapan pendekatan
pembelajaran quantum dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam
materi membaca puisi. Penerapan kerangka prinsip ”TANDUR” yang terdapat
dalam pendekatan pembelajaran quantum merupakan langkah-langkah
pembelajaran yang efektif. Dimulai dari ”tumbuhkan” yang dilakukan pada saat
apersepsi dengan menyanyikan sebuah lagu yang bertujuan untuk menumbuhkan
ketertarikan dan minat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Dan diakhiri
dengan ”rayakan” yang dilakukan guru untuk memberikan penghargaan atas
usaha atau kerja keras yang telah dilakukan siswa serta untuk memacu siswa agar
lebih baik dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. Oleh karenanya, penelitian
ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan pengajaran bahasa
yang lebih kreatif dan inovatif, seperta dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi tenaga pengajar yang ingin menerapkan pendekatan
pembelajaran quantum di kelasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan minat dan
kemampuan membacai puisi siswa karena melalui penerapan pendekatan
pembelajaran ini tidak sekedar dapat menumbuhkan kesenangan pada diri siswa,
namun juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran,
memupuk keberanian, serta merespons sesuatu yang ada di sekitar. Respons-
respons tersebut diungkapkan melalui kegiatan membaca puisi. Dengan demikian,
diakhir pembelajaran siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara
tertulis dalam bentuk puisi.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
mengajukan saran-saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Siswa disarankan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran hendaknya lebih
aktif dan mengikuti pelajaran dengan perasaan senang. Hal ini dikarenakan
dengan adanya rasa senang pada diri siswa maka akan menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari dan lebih memudahkan siswa
untuk mendalami materi tersebut. Selain itu, jika sekiranya siswa mengalami
kesulitan dan kurang menyenangi dengan cara guru mengajarkan suatu materi,
hendaknya siswa dapat menyampaikan hal tersebut pada guru sehingga ini
dapat menjadi masukan atau perbaikan bagi guru.
2. Bagi Guru
a. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya dapat memanfaatkan sarana
penunjang seperti media pembelajaran yang menarik dan dapat membuat
siswa lebih aktif. Penggunaan media pembelajaran ini selain bertujuan
untuk mempermudah siswa dalam mengerjakan tugas juga sebagai sarana
bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
b. Guru hendaknya melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap
segala tindakan yang akan ditempuh. Hal ini penting dilakukan agar dalam
pelaksanaannya, guru dapat memperkecil kemungkinan munculnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
hambatan dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru hendaknya juga
dapat menumbuhkan keaktifan dan kesadaran siswa agar kegiatan
pembelajaran membaca puisi berlangsung lebih kondusif.
3. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya menambah sarana atau fasilitas belajar-mengajar
yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk mendukung dan lebih
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Misalnya, untuk materi sastra,
khusunya puisi perlu ditambah kaset atau rekaman atau video pembacaan
puisi yang lebih variatif.
b. Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi dan memfasilitasi guru dalam
meningkatkan kemampuan mengajar. Baik dengan mengikut sertakan guru
dalam kegiatan seminar, workshop, penataran, maupun dengan
mendukung guru untuk melakukan berbagai penelitian dalam pendidikan
dan pengajaran.
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan bagi peneliti lain agar mampu berkolaborasi secara aktif
dengan guru dan dapat menciptakan pendekatan atau model atau metode
pembelajaran baru yang dapat mengembangkan bakat, potensi, dan kreativitas
siswa sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rouf. 2010. “Metode Pengajaran Membaca”, dalam
http://www.mtsppiu.sch.id/bahasa-indonesia/metode-pengajaran-membaca,
diakses 16 Januari 2011.
Abu Wahidji, Mansoer Pateda, Ny. M.M. Kasim, Husain Yunus, dan Ny. Aisa
Daud. 1985. Kemampuan Berbahasa Indonesia (Membaca dan Menulis)
Murid Kelas VI Sekolah Dasar di Daerah Gorontalo. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Agus Suprijono. 2009.Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Anita Kusuma. 2010. “Mengatasi Kesulitan Membaca Puisi dengan Metode
Variasi dan Pemodelan Melalui VCD pada Siswa Semester I Kelas X SMK
Texmaco Karawang Tahun Pelajaran 2008/2009”. Skripsi dalam
http://www. uis. edu/ servicelearning/ faculty/documents/
ReflectionJournals.pdf, diakses 25 Januari 2011.
Hasan Alwi. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Remadja
Rosdakarya.
Andayani. 2008. Pembelajaran Apresiasi Sastra Berbasis Quantum Learning di
Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.
A. Teeuw. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2003. Quantum
Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.
Bandung: Kaifa.
Bonita D. Sampurno. 2010. “Tips Sukses Berbicara di Muka Umum”, dalam
http://simpang5.wordpress.com/2010/09/24/tips-sukses-berbicara-di muka-
umum/, diakses 18 Januari 2011.
Burhan Nurgiyantoro. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Didin Widyartono. 2010. “Membaca Puisi”, dalam http:// endonesa.wordpress.
com/lentera-sastra/membaca-puisi/, diakses 3 Januari 2011.
Enco Mulyasa. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan: Pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran
I. Surakarta : Depdikbud.
H.B. Sutopo, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Herman J. Waluyo. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga.
Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia.
Herman J. Waluyo. 2008. Kesusastraan Jawa. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13.
Herman J Waluyo, Swandono, dan Slamet Mulyono. 2001. Sastra Jawa
(Tembang Dan Puisi Jawa). Jakarta: Pusat Bahasa.
Herman J. Waluyo, Budi Setiawan, Handoko. 2007. “Pengembangan Model
Keterpaduan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Pendekatan
Quantum Learning (Berbahasa dan Bersastra dalam Suasana Orkestrasi di
SMP Daerah Surakarta)”. Penelitian Tim PascaSarjana. Program Bahasa
Indonesia. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Henry Guntur Tarigan.1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Henry Guntur Tarigan, 2008. Membaca. Bandung: Angkasa.
I Gusti Ngurah Bagus, I Made Denes, Anom Meko Mbete, I Ketut Ginarsa, dan I
Ketut Mantra. 1981. Kemampuan Berbahasa Indonesia Murid Kelas VI
Sekolah Dasar Di Bali: Mendengarkan dan Berbicara. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Imam Syafi‟ie. 1993. Terampil Berbahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.
Jan van Luxenburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1986. Pengantar Ilmu
Sastra. Penerjemah Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.
Peters, John. 1991. The Elements of Critical Readings. New York: Macmillan
Publishing.
Jos Daniel Parera. 1991. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.
Laodesyamri. 2010. “Tujuan Membaca”, dalam http://id.shvoong.com/writing-
and-speaking/2060356-tujuan-membaca/, diakses 16 Januari 2011.
M. Atar Semi. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Maria Utami. 2010. Memilih puisi, Membangun Karakter. Semarang:
BandunganInstitute.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Muhammad Zakii Al-aziz. 2010. “Membahas Kinesik dan Contohnya”, dalam
http://bahasa.kompasiana.com/2010/10/29/membahas-kinesik-dan-
contohnya/, diakses 18 Januari 2011.
Nana Sujana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nanang Ismail. 2010. “Pengertian Membaca Puisi”, dalam http://na2ng-
ismail.blogspot.com/2010/11/hakikat- membaca- puisi- poetry
reading.htmlil.com, diakses 3 Januari 2011.
Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru.
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rachmat Djoko Pradopo. 2003. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
Sarwiji Suwandi. 2010. Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Karya Tulis Ilmiah.
Surakarta: UNS Press.
Satumahati. 2010. “Kemampuan, Wawasan dan Kejujuran”, dalam
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2054773-kemampuan-
wawasan-dan-kejujuran/, diakses 12 Januari 2011.
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS Press.
Suharno, Sukardi, Hj. Chodijah HA, dan Suwalni S. 2000. Belajar dan
Pembelajaran II. Surakarta. UNS Press.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Akasara.
Suminto A. Sayuti. 1985. Puisi dan Pengajarannya. Yogyakarta: IKIP Semarang
press.
Teti Rostikawati. 2005. “Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning
Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa”. Tesis :
Program PascaSarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta (tidak
dipublikasikan).
Sri Wardani. 2005. Pembelajaran Kontekstual. Yogyakarta: Ditjen PLP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Wijaya Kusumah. 2010. “Manfaat Membaca”, dalam http:// edukasi.kompasiana.
com/2010/01/19/manfaat-membaca/, diakses 16 Januari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Lampiran 1. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Nama Sekolah : SMP Negeri I Jaten
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VII
Semester : 2
Standar Kompetensi : Membaca
Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Tehnik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Membaca indah
puisi dengan
menggunakan
irama, volume
suara, mimik,
kinesik yang
sesuai dengan isi
puisi
- Puisi berjudul
“Berita Kepada
Kawan” karya Ebiet
G Ade
- Buku paket
Bahasa dan Sastra
Indonesia
- materi tentang
rima, diksi,
ekspresi/mimik,
vokal
• Mencermati dan
memahami
puisi/teks lagu
• Membaca
puisi/teks lagu
• Mendengarkan
dan berdiskusi
pembacaan puisi
teman
• Siswa dapat
membaca puisi
berjudul ”Berita
Kepada Kawan”
karya Ebiet G Ade
dengan irama,
volume, mimik,
dan kinesik yang
sesuai dengan isi
puisi
Terlampir Terlampir Terlampir 2 x 40
menit
Terlampir
Jaten, September 2010
Katrin Kusala, S. Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Lampiran :
Tehnik : Tes Unjuk Kerja
Bentuk Instrumen : Tes Simulasi
Uji Petik Kerja
Produk
Contoh Instrumen : 1. Bagaimana cara/teknik membaca indah pada puisi berjudul ”Berita Kepada Kawan” karya Ebiet G Ade!
Kegiatan Skor
Siswa menuliskan 4 teknik/cara membaca indah 4
Siswa menuliskan 3 teknik/cara membaca indah 3
Siswa menuliskan 2 teknik/cara membaca indah 2
Siswa menuliskan 1 teknik/cara membaca indah 1
Siswa tidak menuliskan teknik/cara membaca indah 0
Skor maksimal:
No 1= 4
Jumlah = 4
Perhitingan nilai akhir dalam skala 0s/d 10 adalah sebagai berikut:
Nilai akhir = Perolehan Skor X Skor Ideal (10) =
Skor Maksimum (4)
Sumber ajar : Teks Puisi (majalah, koran)
Kaset/VCD
Narasumber
Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Lampiran 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Membaca
3. Memahami wacana sastra melalui kegiatan
membaca puisi dan buku cerita anak
3.1 Membaca indah puisi dengan
menggunakan irama, volume suara,
mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi
3.2 Menemukan realitas kehidupan
anak yang terefleksi dalam buku cerita
anak baik asli maupun terjemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Lampiran 3. Instrumen Penelitian
No Aktivitas dalam Pembelajaran Persentase
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Siswa aktif selama apersepsi
2. Siswa aktif dan perhatian saat
kegiatan pembelajaran
3. Siswa berminat dan memiliki
motivasi saat kegiatan
pembelajaran
4. Siswa mampu membaca puisi
dengan baik (ketuntasan hasil
belajar membaca puisi mendapat
nilai 74)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Lampiran 4. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar
Siklus : (I/II/III)*
Nama Guru : Ibu Katrin Kusala, S. Pd
Hari/Tanggal :
Waktu :
No Aspek Keterangan
1. Materi
Interest (menarik)
2. Modal Kesiapan:
a. Gerak:
1). Posisi guru waktu menjelaskan
2). Posisi guru saat menulis
3). Mimik guru waktu menjelaskan
b. Suara:
1). Kekuatan/kekerasan
2). Intonasi lagu
3). Tekanan bicara pada hal yang
penting
c. Titik perhatian:
1). Pandangan guru terhadap siswa
2). Interaksi bertemu pandang guru-
siswa
3). Perhatian guru waktu
menjelaskan materi
d. Isyarat Verbal
1). Ucapan reward
2). Ucapan punishment
e. Waktu selang:
1). Ucapan
2). Diam produktif
(Keras/jelas/lemah)*
(Naik turun/menarik/datar)*
(Ada/sebagian kecil/tidak ada)*
(Menyeluruh/sebagian)*
(Ada/tidak ada)*
(Siswa/papan tukis/benda lain)*
(Ada/tidak ada)*
(Ada/tidak ada)*
3. Keterampilan Operasional
a. Membuka Pelajaran:
1) Membuka dengan salam
2) Memberikan sedikit pengantar
untuk menumbuhkn interest
siswa pada materi yang akan
dipelajari
3) Menjelaskan tujuan dan penilaian
materi secara rinci
b. Mendorong dan melibatkan siswa:
1). Guru mengajukan
pertanyaan/persoalan agar
dijawab/dipecahkan oleh siswa
2). Memberikan kesempatan pada
siswa untuk berpendapat.
c. Mengajukan pertanyaan:
1). Pertanyaan ditujukan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
seluruh siswa di kelas
2). Setiap siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk
diberi pertanyaan/menjawab
3). Suasana bertanya-jawab
4). Apabila tidak ada siswa yang
menjawab soal dan perhatian
dialihkan pada siswa lain
5). Pertanyaan yang diajukan sesuai
dengan pokok penting yang harus
diketahui siswa dan tujuan
pembelajaran
6). Pertanyaan untuk siswa yang
tidak memperhatikan
d. Menggunakan isyarat non-verbal
1). Gerakan guru yang dapat
mendukung kejelasan materi
2). Mimik guru yang dapat
mendukung kejelasan materi
e. Menanggapi siswa:
1). Memberikan penguatan di akhir
pembelajaran
2). Memberikan jawaban yang
meyakinkan atas pertanyaan
siswa
f. Alokasi waktu
g. Mengakhiri pelajaran:
1). Saran atau nasihat agar siswa
mempelajari lagi di rumah
2). Mengingatkan hal-hal yang harus
dipelajari siswa pada pertemuan
berikutnya
(Efektif/tidak efektif)*
Hal-Hal Lain
No Pertanyaan Nilai Sikap
A B C D
1. Penguasaan bahan ajar
2. Hubungan dengan siswa
3. Bahasa yang digunakan
4. Jawaban terhadap
pertanyaan siswa
Sumber: Nana Sujana, 2001 : 77)
Keterangan:
A = Baik sekali
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
* = Coret yang tidak perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Lampiran 5. Pedoman Wawancara dengan Guru
Hari/tanggal : ………………………………………
Waktu : ………………………………………
Jenis : ………………………………………
Informan : ………………………………………
Setting : ………………………………………
Daftar Pertanyaan :
Peneliti : Seperti yang telah saya sampaikan pada ibu kemarin, saya ingin
mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan penelitian
yang akan saya lakukan, bu.
Guru :: ………………………………………………………………………..
Peneliti : Selama ini pembelajaran sastra yang paling sulit dipahami oleh
siswa siswa, apa bu?
Guru : ………………………………………………………………………..
Peneliti : Untuk kelas VII sendiri siswa yang paling banyak mengalami
kesulitan dalam pembelajaran puisi, khususnya membaca puisi
terdapat pada kelas apa bu?
Guru : ………………………………………………………………………..
Peneliti : Selama ini, bagaimana proses pembelajaran membaca puisi di
kelas tersebut ?
Guru : ………………………………………………………………………..
Peneliti : Mengenai model, metode, atau media pembelajaran yang ibu
gunakan untuk mengajar materi membaca puisi seperti apa bu?
Guru : ………………………………………………………………………..
Peneliti : Bagaimana tingkat pemahaman siswa dalam materi pembelajaran
membaca puisi?
Guru : ………………………………………………………………………..
Peneliti : Kendala apa saja yang ibu hadapi dalam pembelajaran membaca
puisi?
Guru : ………………………………………………………………………..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Peneliti : Bagaimana cara ibu untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?
Guru : ………………………………………………………………………..
Peneliti : Baik, terima kasih atas waktu dan kerjasamanya bu. Saya rasa
wawancara kali ini cukup sampai disini dulu. Sekali lagi terima kasih ya bu.
Guru : ………………………………………………………………………..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Lampiran 6. Pedoman Wawancara dengan Siswa
Hari/tanggal : ………………………………………
Waktu : ………………………………………
Jenis : ………………………………………
Informan : ………………………………………
Setting : ………………………………………
Daftar Pertanyaan :
Peneliti : Nama adik siapa?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Kamu suka mendapat pelajaran puisi dik?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Kenapa dik kok suka/tidak suka?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Kalau membaca puisi suka ngga dik?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Kenapa kok suka/tidak suka?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Ada kesulitan waktu membaca puisi?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Bisa diceritakan dik bagaimana ibu guru mengajarkan puisi?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Menurut adik, pembelajaran dari ibu guru sudah menarik apa
belum?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Adik menginginkan pembelajaran puisi itu yang seperti apa?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Kenapa adik lebih menyukai pembelajaran yang adik ceritakan?
Siswa : …………………………………………………………………..
Peneliti : Mbak rasa cukup dik, terima kasih ya dik
Siswa : …………………………………………………………………..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Lampiran 7. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) Nomor : 15.1
Sekolah : SMP Negeri 1 Jaten
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas /Semester : VII /2
Standar Kompetensi : Membaca Sastra
15. Memahami wacana sastra melalui
kegiatan membaca puisi dan buku cerita
anak
Kompetensi Dasar : 15.1 Membaca indah puisi dengan
menggunakan irama, volume suara, mimik,
kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Indikator : (1) Mampu membaca indah puisi berjudul
“Berita Kepada Kawan” karya Ebiet G. Ade
dengan irama, volume suara, mimic, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume
suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
B. Materi Pembelajaran Pembacaan Puisi
1. Puisi berjudul “Berita Kepada Kawan” karya Ebiet G. Ade
2. Buku Paket Bahasa dan Sastra Indonesia Penerbit Erlangga
3. Rima, diksi, ekspresi/mimik,vokal
C. Metode Pembelajaran
1. Pemodelan
2. Inquiri
3. Demonstrasi
4. Diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Siswa mencermati wacana/teks puisi berjudul “Berita Kepada
Kawan”
b. Siswa memahami teks puisi berjudul “Berita Kepada Kawan”
2. Kegiatan Inti
- Eksplorasi
a. Siswa membaca aindah teks puisi yang berjudul “Berita Kepada
Kawan” karya biet G. Ade
b. Siswa mendengarkan pembacaan puisi dari siswa yang lain dengan
memperhatikan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai
dengan isi pusi
c. Siswa menanggapi pembacaan puisi siswa lai dengan
mendiskusikannya
d. Siswa dan guru menyepakati format penilaian pembacaan puisi
3. Kegiatan Akhir
a. Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan teknik/cara
membaca puisi yang indah
b. Siswa dan guru melakukan refleksi
c. Siswa dan guru merancang pembelajaran berikutnya berdasarkan
pengalaman pembelajaran saat ini.
E. Sumber Belajar
1. Teks Puisi (majalah, koran)
2. Kaset/VCD
3. Narasumber
4. Buku pelajaran Bahasa Indonesia
F. Penilaian
1. Teknik : Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk Instrumen : Tes Simulasi dan Uji Petik Kerja dan
Produk
3. Soal /Instrumen :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
1. Bagaimana cara/teknik membaca indah pada puisi berjudul
“Berita Kepada Kawan” karya biet G. Ade!
Pedoman Penskoran:
Kegiatan Skor
Siswa menuliskan 4 teknik/cara membaca indah
4
Siswa menuliskan 3 teknik/cara membaca indah
3
Siswa menuliskan 2 teknik/cara membaca indah
2
Siswa menuliskan 1teknik/cara membaca indah
1
Siswa tidak menuliskan apa-apa
0
Skor Maksimal:
No 1. = 4
Jumlah = 4
Penghitungan akhir nilai dalam skala 0 s.d 10 adalah sebagai berikut:
Perolehan Skor
Nilai akhir = -------------------------------- X Skor Ideal (10) = . . .
Skor Maksimun (4)
Mengetahui Jaten, September 2010
Kepala SMP Negeri 1 Jaten Guru Bahasa Indonesia
Sri Djoko Widodo, S.H Katrin Kusala, S.Pd
NIP 19510701 196712 1 002 NIP 19691122 200701 2 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Lampiran 8. Daftar Nilai Pratindakan Membaca Puisi
Keterangan : Siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 9 orang (29%), sedangkan
22 orang (71%) lainnya belum tuntas (mendapatkan
nilai di bawah 74).
No Nama Nilai
1 Abi Fernanda Majid 68
2 Aldila Tri Warsisso 78
3 Aprilia Nurul Fatimah 76
4 Bagas Aji Saputro 58
5 Catur Wulandari 70
6 Dody Arya Nugraha 56
7 Faradila Gita Intan Pratiwi 70
8 Feri Endah Suryan 66
9 Ikhsan Ananto W 78
10 Ipho Dhanys Priyambodo 64
11 Ipunk Divos Vorenso 50
12 KrisnataliaSukma Nigita 74
13 Kusuma Dewi Al Aminsyah 80
14 Linda Ayu Ningsih 82
15 Meyla Krisia 84
16 Monica Rachmawati 68
17 Mukharomah Nur MS 74
18 Mukhtar Khairudin Anwar 52
19 Nanda Maulana Wicaksono 58
20 Niccolast Adnandito Saputra 66
21 Nina Indriyani 64
22 Rahadrian Satrio Ajie 68
23 Rivan Aditya Pradana 68
24 Roisyah Ashashaddiqah 86
25 Rona Wahyu Wijaya 54
26 Rossela Ayu Neny 66
27 Siska Mutia Ardani 64
28 Stanislaus Agung Vincenza 68
29 Syandi Kresna Dwi Adhitama 78
30 Tri Solikhati Pamuji 72
31 Yodheta Apriliasari 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Lampiran 9. Catatan Lapangan Survai Awal
Hari / Tanggal : Selasa, 28 Desember 2010
Tempat : Ruang Kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten
Jenis : Observasi mendalam
Subjek Penelitian : - Guru kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten
- Siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten
Setting:
Survai awal dilaksanakan pada hari Selasa saat pelajaran V (10.00 WIB). Saat
observasi di dalam kelas VIIB terdapat 31 siswa yang terdiri atas 15 siswa putra
dan 16 siswa putri, ada 22 buah meja, 22 kursi, 1 buah almari, jam dinding, papan
tulis, penghapus, penggaris, kapur tulis, kaca, dan beberapa gambar pahlawan
yang terpasang pada dinding kelas. Selain itu, di kelas ini juga terdapat papan
hasil kreativitas siswa dan beberapa papan daftar kegiatan yakni daftar mata
pelajaran, daftar kalender pendidikan dan daftar regu kerja siswa.
Deskripsi:
Sebelum memberikan tindakan atau siklus, peneliti melakukan survai awal untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di dalam kelas. Peneliti mengamati
jalannya proses pembelajaran membacai puisi di kelas VIIB dengan bertindak
sebagai partisipan pasif. Agar tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran
maka peneliti menempati posisi duduk di kursi paling belakang.
Pada hari Selasa, 28 Desember 2010 pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIIB
dilaksanakan jam kelima sampai dengan jam keenam, yaitu pukul 10.00 – 11.20
WIB. Saat guru dan peneliti memasuki kelas, suasana kelas belum kondusif
karena siswa-siswa baru saja istirahat pertama dan beberapa siswa masih di luar
kelas. Mengetahui kondisi kelas yang demikian, guru kemudian menunggu
beberapa saat hingga semua siswa masuk kelas. Setelah siswa terlihat siap, guru
meminta ketua kelas untuk menyiapkan kemudian guru mengucapkan salam.
”Selamat pagi, anak-anak”. ”Selamat, pagi Bu”, jawab siswa dengan bersamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Dilanjutkan dengan guru menanyakan kondisi siswa dan mengabsen kehadiran
siswa.
Sebelum memulai pembelajaran guru meminta siswa untuk mengeluarkan buku-
buku dan catatan bahasa Indonesia. Guru membuka pembelajaran dengan
menanyakan keadaan siswa dan menyampaikan kepada siswa bahwa materi yang
akan dipelajari hari ini adalah mengenai membaca puisi. Guru memberikan
apersepsi mengenai puisi. Kemudian guru melakukan tanya jawab mengenai
pengertian membaca dan apa itu puisi, namun beberapa siswa terlihat pasif dan
mengabaikan pertanyaan guru tersebut. Guru tidak menegur siswa dan tetap
memberikan penjelasan mengenai pengertian membaca puisi dan mendekte untuk
catatan siswa.
Dalam survei awal ini guru lebih banyak mengajar dengan menggunakan metode
ceramah, meski sesekali guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa. Namun
beberapa siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan guru. Hal ini tampak
dari sikap-sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Mereka melakukan
aktivitas di luar pembelajaran, seperti berbicara dengan teman, melamun,
mengantuk, memainkan pensil, menyandarkan dagu di meja, dan mengganggu
teman disebelahnya. Bahkan ada siswa yang tidak ikut mencatat materi pelajaran
meski sudah didekte oleh guru. Siswa yang tidak memperhatikan pelajaran
tersebut terutama mereka yang berada di bangku bagian belakang. Mengetahui
siswa dalam keadaan demikian, guru berusaha memusatkan perhatian siswa
dengan menegur siswa tersebut. Namun, tidak berapa lama setelah ditegur guru
kebanyakan siswa kembali mengulangi perbuatannya sehingga kelas menjadi
gaduh.
Untuk lebih menarik perhatian siswa guru menunjukkan sebuah puisi yang
berjudul ”Pangeran Diponegoro” (yang diambil dari buku paket dari sekolah).
Guru kemudian menawarkan pada siswa untuk membacakan puisi tersebut ke
depan. Pada awalnya, tak ada satu siswapun yang mau membacakan puisi di
depan kelas, siswa hanya terlihat diam. Akhirnya, guru menunjuk salah seorang
siswa untuk membacakan puisi tersebut, karena siswa tersebut terlihat takut dan
tidak segera maju maka guru menunjuk siswa lain untuk menggantikan (siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
tersebut bernama Roisyah). Setelah siswa membacakan puisi, guru kemudian
menjelaskan bahwa dalam membaca puisi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yakni irama, volume, mimik, dan kinesik. Guru kemudian meminta
siswa untuk membacakan kembali puisi tersebut sesuai dengan apa yang telah
dijelaskan namun kebanyakan siswa terlihat malu-malu dan hanya ada dua orang
siswa yang berani (setelah ditunjuk guru) untuk membacakan puisi tersebut ke
depan kelas secara bergantian.
Guru melanjutkan pelajaran dengan menanyakan isi puisi yang telah dibacakan
tersebut. Semua anak terlihat diam dan tidak menjawab pertanyaan guru. Guru
kemudian mengajukan pertanyaan, ”apakah ada yang ingin kalian tanyakan
mengenai puisi?”, semua siswa terlihat kembali diam dan tidak ada yang
mengajungkan jari. Guru mengatakan bhawa puisi tersebut merupakan sebuah
puisi yang berisi perjuangan salah satu pahlawan kita yakni Pangeran Diponegoro
dalam mengusir penjajah.
Guru pun melanjutkan, ”Karena tidak ada yang bertanya berarti ibu anggap kalian
sudah paham. Sekarang, coba kalian memilih puisi yang ada di buku paket.
Setelah itu, guru meminta setiap siswa membacakan puisi pilihannya di depan
kelas. Guru kemudian terdiam sejenak dan melanjutkan perkataanya, ”Untuk
mempermudah kalian bisa melihat contoh pembacaan puisi oleh Roisyah tadi”.
Dari pengamatan penulis terlihat sebagian siswa masih mengalami kesulitan dan
belum mulai mengerjakan tugas yang diberikan guru mereka terlihat berbicara
dengan teman sebangku, memainkan pensil, menguap, dan menggaruk-garuk
kepala. Sebagaian besar dari mereka tidak segera berlatih membaca namun hanya
bercanda dengan teman sebangku.
Setelah semua siswa membaca puisi, bersamaan dengan itu bel istirahat berbunyi
dan guru mengakhiri pelajaran.
Refleksi :
Dari kegiatan survei awal ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses
pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten belum maksimal.
Siswa belum menunjukkan antusias dan keaktifannya dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyak siswa yang masih enggan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
(belum berani) untuk membacakan puisi di depan kelas dengan sukarela. Pada saat
guru menugaskan siswa untuk maju ke depan dan membaca puisi, siswa juga
masih terlihat kesulitan untuk mengerjakan tugas tersebut dan guru juga belum
menggunakan media apa pun (misal gambar, kartu kerja, dan sebagainya) untuk
mempermudah dan membantu siswa dalam mengerjakan tugas.
Selain itu, motivasi atau minat siswa dalam pembelajaran sastra khususnya
membaca puisi juga masih kurang. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang terkadang
kurang memperhatikan guru atau kurang fokus saat pembelajaran berlangsung.
Dalam kegiatan pembelajaran pun peran siswa dirasa belum dioptimalkan,
misalnya saat pembelajaran berlangsung siswa belum diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat mengenai materi atau tugas yang diberikan dan belum
guru belum sempat memberikan evaluasi. Oleh karenanya, guru dirasa perlu untuk
mengubah model pembelajaran yang diharapkan dapat lebih membangkitkan
minat siswa sehingga dapat membuat siswa lebih tertarik dan menyenangi
pembelajaran apresiasi puisi serta lebih melibatkan peran aktif siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
Peneliti
Rininta Citra Ayu Sari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Lampiran 10. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru
(PraTindakan)
Hari/Tanggal : Rabu, 22 Desember 2010
Waktu : 11.25 WIB
Tempat : Kantor Guru SMP Negeri 1 Jaten
Jenis : Wawancara mendalam (observasi awal)
Informan : Katrin Kusala, S. Pd. (guru kelas VII)
Setting
Wawancara ini dilaksanakan di ruang kantor guru SMP Negeri 1 Jaten, setelah
guru selesai mengajar jam ke enam. Suasana kantor pada waktu itu sedikit ramai
karena pada saat wawancara dilaksanakan merupakan jam istirahat. Meski
sesekali ada bapak atau ibu guru yang mengobrol namun semua itu tidak
mengganggu jalannya wawancara yang dilakukan.
Deskripsi:
Informan adalah guru kelas VII SMP Negeri 1 Jaten. Berikut transkrip wawancara
yang dilakukan antara peneliti dengan guru tersebut.
P : Seperti yang telah saya sampaikan pada ibu beberapa hari yang lalu saya
ingin mengajukan pertanyaan sehubungan dengan penelitian yang akan saya
lakukan, Bu.
G : Iya mbak, bagaimana?
P : Selama ini pembelajaran sastra yang paling sulit dipahami oleh siswa
siswa, apa bu?
G : Yang paling sulit pembelajaran sastra, khususnya membaca puisi.
P : Untuk kelas VII sendiri siswa yang paling banyak mengalami kesulitan
dalam pembelajaran puisi, khususnya membaca puisi terdapat pada kelas apa bu?
G : Sebagian besar kelas VII mengalami kesulitan tapi kelas VIIB itu yang
paling parah. Itu kelas saya mbak, saya wali kelasnya.
P : Selama ini, bagaimana proses pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB
ibu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
G : Proses pembelajarannya ya, saat di kelas siswa diajarkan mengenai puisi
termasuk hal-hal yang diperhatikan saat membaca puisi. Setelah saya beri puisi,
siswa langsung membacanya di depan kelas mbak.
P : Mengenai model, metode, maupun media pembelajaran yang biasa Ibu
gunakan dalam pembelajaran membaca puisi, seperti apa Bu?
G : Kalau model mengajar pada dasarnya sama mbak dengan mata pelajaran
lain karena untuk sastra sendiri saya juga belum menemukan cara mengajar yang
cocok. Saya juga tidak bisa memberikan contoh membaca puisi yang baik di kelas
karena saya memang tidak bisa membaca puisi.Tapi biasanya setelah memberikan
materi saya meminta siswa untuk tampil ke depan, mbak.
P : Maaf, Bu. Kalo siswa tampil ke depan biasanya atas kemauan siswa
sendiri atau ditunjuk?
G : Biasanya saya tunjuk dulu mbak.
P : Kalau untuk media pembelajarannya, Bu?
G : Biasanya saya meminta siswa memilih sendiri puisinya mbak. Kalau
anak yang memiliki bakat biasanya bisa membacakan puisi dengan baik. Dan
yang sudah bagus akan dilatih lagi untuk lomba puisi.
P : Bagaimana tingkat pemahaman siswa dalam materi membaca puisi, Bu?
G : Ya, ada yang sudah baik meski hanya beberapa sebagian lagi harus
ditingkatkan mbak.
P : Berarti masih ada kendala, ya Bu?
G : Iya, mbak.
P : Apa saja kendala yang ibu hadapi dalam pembelajaran membaca puisi?
G : Kendalanya mungkin pada alokasi waktu mbak, dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia waktunya sedikit sehingga dalam satu semester di RPP
pembelajaran puisi hanya beberapa kali pertemuan setelah itu berganti sehingga
pembelajarannya tidak dapat maksimal. Selain itu, masih banyak siswa yang
merasa malu untuk membaca puisi.
P : Bagaimana keantusiasan dan minat siswa saat proses pembelajaran, Bu?
G : Kalau minat siswa macam-macam mbak, ada yang suka puisi dan juga
yang mungkin kurang suka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
P : Apa upaya yang ibu lakukan dalam pembelajaran membaca puisi untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut?
G : Kalau cara mengatasinya, saya meminta siswa untuk berlatih membaca
di rumah saja mbak.
P : Apakah ibu pernah menerapkan model pembelajaran tertentu khususnya
dalam pembelajaran membaca puisi?
G : Belum mbak, karena ya kendalanya waktu itu dan pengetahuan saya
mengenai model-model pembelajaran juga terbatas.
P : Mohon maaf, Bu. Jika sebelum dilaksanakan tindakan terlebih dahulu
diadakan evaluasi namun dengan cara mengajar Bapak selama ini, Bagaimana
Bu? Untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan hasil dalam pembelajaran
membaca puisi setelah dilaksanakan tindakan
G : Iya, mbak silakan.
P : Iya, Bu. Terima kasih atas waktu dan kerjasamanya, Bu. Saya rasa
wawancara kali ini sudah cukup dulu. Sekali lagi terima kasih, Bu.
G : Sama-sama mbak.
Refleksi
Berdasarkan hasil wawancara, informan mengungkapkan bahwa pembelajaran
membaca puisi di kelas VII masih ditemukan beberapa kendala. Selain karena
kurangnya tingkat keaktifan dan antusias siswa dalam pembelajaran, guru juga
mengungkapkan bahwa adanya keterbatasan waktu, belum digunakannya media
pembelajaran, dan belum adanya cara yang sesuai untuk mengajarkan puisi
mengakibatkan hasil pembelajaran puisi selama ini belum maksimal.
Dari hasil wawancara dengan guru dan murid serta analisis yang dilakukan pada
saat survei awal maka peneliti kemudian mengusulkan kepada guru untuk
menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca
puisi untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Setelah peneliti
mengemukakan mengenai pendekatan pembelajaran tersebut serta langkah-
langkahnya yang diterapkan sehubungan dengan pembelajaran puisi maka guru
pun menyambut baik dan menyetujui saran peneliti. Selain itu, guru juga bersedia
untuk menjadi kolaborator dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Keterangan:
P = Rininta Citra Ayu Sari
G = Katrin Kusala, S. Pd.
Narasumber
(Ibu Katrin Kusala, S. Pd.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Lampiran 11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa
(PraTindakan)
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010
Waktu : 09.45 WIB ( jam istirahat)
Tempat : Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan : Roisyah A.
Setting :
Wawancara dilaksanakan pada saat jam istirahat, di kelas VII SMP Negeri 1
Jaten. Suasana kelas pada saat itu agak gaduh karena beberapa anak mendekati
peneliti dan informan. Selain itu, juga ada beberapa siswa yang bermain dan
berbicara dengan temannya di dalam kelas.
Deskripsi :
Informan adalah siswa di kelas VII. Berikut hasil wawancara dengan informan.
P : Nama adik siapa?
S : Rois, mbak.
P : Kamu suka mendapat pelajaran puisi, dhik?
S : iya mbak suka (sambil tersenyum).
P : Kenapa suka terhadap pelajaran puisi?
S : Ya dari kecil saya suka puisi mbak
P : Suka menulis atau membaca puisi?
S : Dua-duanya mbak.
P : Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?
S : Pernah mbak
P : Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?
S : Tidak ada mbak.
P : Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi,
dhek?
S : Diberi catatan trus dikasih beberapa contoh puisi mbak setelah itu diberi
tugas membacanya di depan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
P : Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan bu guru bagaimana,
apakah sudah menarik atau belum?
S : Kurang mbak (sambil senyum-senyum)
P : Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang
diajarkan bu guru saat ini kurang menarik?
S : Terlalu cepat mbak dan agak membosankan karena hanya mendengarkan
dan prakteknya sedikit. Bingung juga mbak karena tidak ada contoh cara
membaca puisi yang baik itu gimana.
P : Adik menginginkan bu guru dalam mengajarkan materi puisi bagaimana,
agar bisa membuat adik lebih tertarik?
S : Penjelasaannya tidak cepat mbak, sedang-sedang saja, dan ada contoh
membaca puisinya mbak.
P : Kenapa adik lebih menyukai pembelajaran yang adik ceritakan?
S : Karena jadi bisa lihat pembacaan puisi trus mencontohnya mbak.
P : Dalam pembelajaran jika diawali dengan menyanyi, ada gambar-gambar
yang mendukung juga yang ditempel di kelas, mengamati lingkungan sekitar
bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak?
S : Iya suka mbak.
P : Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.
S : Iya.
Refleksi
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa informan menyenangi pembelajaran puisi, tidak ada kendala namun juga
merasa masih bingung jika diminta maju ke depan kelas untuk membaca puisi
oleh guru. Selain itu, informan juga mengungkapkan bahwa dia kurang tertarik
dengan pembelajaran puisi yang diajarkan selama ini karena guru kurang
menggunakan media yang dapat menarik minat siswa dan dalam pembelajaran
siswa lebih sering mendengarkan sehingga muncul kebosanan. Oleh karenanya,
keaktifan siswa dan pemanfaatan media perlu lebih dioptimalkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Keterangan:
P = Rininta Citra Ayu Sari
S = Roisyah Ashashaddiqah
Informan
Roisyah Ashashaddiqah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Lampiran 12. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa
(PraTindakan)
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010
Waktu : 08.45 WIB ( jam istirahat)
Tempat : Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan : Tri Solikhati
Setting :
Wawancara ini dilaksanakan pada saat jam istirahat, di dalam kelas VIIB SMP
Negeri 1 Jaten (setelah peneliti mewawancarai informan I). Suasana lebih gaduh
karena sebagian besar siswa telah kembali masuk ke kelas. Namun situasi tersebut
tidak terlalu mengganggu karena atas pengertian dari siswa-siswa kondisi tersebut
dapat dikendalikan.
Deskripsi :
Informan adalah siswa di kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan informan.
P : Nama adik siapa?
S : Tri mbak
P : Kamu senang mendapat pelajaran puisi, dhik?
S : (Tidak menjawab tetapi malah senyum-senyum)
P : Lho kok senyum, suka atau tidak dhik dengan materi puisi?
S : Agak mbak.
P : Boleh tau kenapa dhik?
S : Kadang-kadang susah mbak.
P : Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?
S : Pernah mbak
P : Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?apa dhek?
S : Iya mbak, malu.
P : Kenapa malu dhik?
S : Ya malu mbak (sambil senyum-senyum)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
P : Bisa diceritakan bagaimana cara ibu guru mengajarkan materi puisi,
dhek?
S : Dijelaskan, disuruh memilih dan diminta untuk membaca puisi.
P : Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan ibu guru bagaimana,
apakah sudah menarik atau belum?
S : (Tidak menjawab dan hanya tersenyum terlihat malu)
P : Kok senyum dhek, bagaimana dhek sudah menarik atau belum?
S : Agak-agak mbak.
P : Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang
diajarkan ibu guru saat ini ”agak-agak” menarik?
S : Susah dan contoh cara membaca puisinya tidak ada mbak
P :Adik menginginkan bu guru dalam mengajarkan materi puisi bagaimana,
agar bisa membuat adik lebih tertarik?
S : Ada cara membaca puisinya mbak
P : Dalam pembelajaran jika diawali dengan menyanyi atau ada gambar-
gambar yang mendukung di kelas, mengamati lingkungan sekitar bagaimana dhik.
Kamu suka apa tidak?
S : Iya mbak.
P : Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.
S : Iya.
Refleksi
Berdasarkan hasil wawancara, dapat peneliti simpulkan bahwa informan tersebut
masih mengalami kesulitan dalam membaca puisi. Tidak seperti informan I,
informan II masih malu dalam membaca puisi. Informan juga mengungkapkan
bahwa menurutnya pembelajaran puisi kurang (agak-agak) menarik karena guru
kurang memberikan contoh pembacaan puisi sehingga informan masih merasa
kesulitan dan bingung dalam membaca sebuh puisi. Dengan demikian, melalui
penerapan pendekatan quantum sebagai pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran puisi diharapkan dapat membantu siswa dalam membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
puisi karena siswa mengalami sesuatu sendiri sehingga lebih mudah bagi siswa
dalam mengungkapkan perasaannya dalam membaca puisi.
Keterangan:
P = Rininta Citra Ayu Sari
S = Tri Solikhati
Informan
Tri Solikhati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Lampiran 13. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa
(PraTindakan)
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010
Waktu : 09.45 WIB ( jam istirahat)
Tempat : Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan : Rosella Ayu Neny
Setting :
Wawancara ini dilaksanakan pada saat jam istirahat, di dalam kelas VIIB SMPN 1
Jaten. Suasana cukup ramai karena siswa sedang istirahat dan banyak siswa yang
lalu-lalang di depan informan dan peneliti. Namun keadaan tersebut tidak
mengganggu informan sehingga wawancara ini tetap dapat berjalan lancar.
Deskripsi :
Informan adalah salah satu siswa kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan
informan.
P : Nama adik siapa?
S : Rosella
P : Kamu suka mendapat pelajaran puisi, dhik?
S : Senang.
P : Senang pembelajaran puisi kenapa dhik?
S : Ya senang mbak karena bisa mengekspresikan perasaan (sambil senyum-
senyum).
P : Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?
S : Pernah mbak
P : Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?
S : Lumayan, mbak (sambil senyum).
P : Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi, dhik?
S : Dijelaskan kemudian diminta membacakannya mbak.
P : Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan bu guru bagaimana,
apakah sudah menarik atau belum?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
S : Belum mbak.
P : Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang
diajarkan bu guru saat ini belum menarik?
S : Cuma disuruh membaca mbak, nggak dikasih contohnya.
P : Adik menginginkan ibu guru dalam mengajarkan materi puisi
bagaimana, agar bisa membuat adik lebih tertarik?
S : Ya sebelum membaca puisi itu dikasi tau isinya puisi apa mbak dan cara
membacanya biar bisa mengikuti.
P : Dalam pembelajaran jika diawali dengan menyanyi atau ada gambar-
gambar yang mendukung di kelas, pengamatan lingkungan sekitar bagaimana
dhik. Kamu suka apa tidak?
S : Suka.
P : Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.
S : Iya.
Refleksi
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa informan menyukai pembelajaran
membaca puisi. Namun berdasarkan keterangannya dapat disimpulkan bahwa
dalam membaca puisi informan masih mengalami kesulitan. Hal ini didasarkan
pada jawaban informan yang mengatakan bahwa ”sedikit” mengalami kesulitan
atau ”agak” bisa dalam dua hal tersebut. Selain itu, informan juga
mengungkapkan dalam pembelajaran puisi, contoh pembacaan puisi yang
diberikan guru tidak ada sehingga dalam mencontoh atau memahami puisi siswa
masih menemui kendala. Selain itu, siswa juga tidak diberi materi untuk
menganalisis isi puisi yang akan dibaca. Oleh karenanya, siswa sebaiknya
diberikan atau ditunjukkan beberapa contoh puisi, dari contoh tersebut siswa
diberi materi untuk memahami isi puisi agar lebih mengetahui bagaimana isi puisi
dan mampu mengungkapkan sesuatu lewat ekspresi membaca puisi. Selain itu
ketiadaan media lain membuat kebosanan pada siswa sehingga sehingga dapat
dipakai media pemelajaran yang dapat memberikan suasana baru dan agar
membuat siswa lebih tertarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
Keterangan:
P = Rininta Citra Ayu Sari
S = Rosella Ayu Nenny
Informan
Rosella Ayu Nenny
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
Lampiran 14. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa
(PraTindakan)
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010
Waktu : 09.45 WIB ( jam istirahat)
Tempat : Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan : Meyla Krisia
Setting :
Wawancara ini dilaksanakan pada saat jam istirahat, di dalam kelas VIIB SMP
Negeri 1 Jaten. Suasana agak ramai karena beberapa anak berada di dalam kelas
dan melakukan aktivitas sepeti mengobrol dengan teman dan berlarian. Namun
keadaan tersebut dirasa tidak mengganggu informan dan wawancara berlangsung
agak santai.
Deskripsi :
Informan adalah salah satu siswa kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan
informan.
P : Nama adik siapa?
S : Meyla
P : Kamu senang mendapat pelajaran puisi, dhik?
S : Suka mbak.
P : Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?
S : Pernah mbak
P : Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?apa dhek?
S : volumenya mbak, takut salah membacanya.
P : Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi,
dhek?
S : Diberi catatan, dijelaskan dan diberi tugas membaca puisi.
P : Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan bu guru bagaimana, h
sudah menarik atau belum?
S : Belum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
P : Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang
diajarkan ibuk guru saat ini belum menarik?
S : Bingung mbak, kalau puisinya panjang susah makai volumenya
P : Adik menginginkan ibuguru dalam mengajarkan materi puisi bagaimana,
agar bisa membuat adik lebih tertarik?
S : Ada salah satu teman yang membaca terlebih dahulu mbak untuk contoh
gitu (sambil tersenyum)
P : Dalam pembelajaran jika diawali dengan menyanyi atau ada gambar-
gambar yang mendukung di kelas, bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak?
S : Suka mbak.
P : Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.
S : Iya.
Refleksi
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa informan menyukai puisi namun masih
mengalami hambatan dalam masalah penggunaan volume membaca puisi,
sehingga dalam membaca puisi masih mengalami kesulitan dan bingung. Oleh
karenanya, perlu ditumbuhkan kesenangan yang lebih pada siswa terhadap puisi
sehingga memungkinkan siswa memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
membaca puisi. Selain itu, cara mengajar guru selama ini cenderung pada cara
mengajar lama (konvensional) yakni dijelaskan kemudian diberi tugas sedangkan
pemanfaatan sarana, misal media yang dapat membantu siswa agar siswa lebih
mudah dalam mengungkapkan perasaan ke dalam sebuah puisi belum digunakan.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran pun juga belum terlihat secara optimal.
Keterangan:
P = Rininta Citra Ayu Sari
S = Meyla Krisia
Informan
Meyla Krisia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Lampiran 15. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa
(PraTindakan)
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010
Waktu : 09.45 WIB ( jam istirahat)
Tempat : Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan : Rahadrian Satrio Ajie
Setting :
Wawancara dilaksanakan pada saat jam istirahat di dalam kelas VIIB SMP Negeri
1 Jaten. Meski berada di dalam kelas dan banyak siswa yang bermain di dalam
kelas namun suasana tersebut tidak mengganggu jalannya wawancara.
Deskripsi :
Informan adalah siswa kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan informan.
P : Nama adik siapa?
S : Rahadrian mbak
P : Kamu suka mendapat pelajaran puisi, dhik?
S : nggak suka mbak
P : Kenapa adik nggak suka terhadap pelajaran puisi?
S : Ribet mbak (sambil tersenyum)
P : Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?
S : Pernah mbak
P : Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?apa itu?
S : Malu mbak.
P : Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi,
dhek?
S : Diberi catatan trus tugas membaca puisi.
P : Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan ibu guru bagaimana,
apakah sudah menarik atau belum?
S : Belum mbak (sambil senyum-senyum)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
P : Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang
diajarkan ibu guru saat ini belum menarik?
S : Teman-teman seringnya rame, jadi gak kedengaran dan puisinya juga
susah mbak.
P : Adik menginginkan ibu guru dalam mengajarkan materi puisi
bagaimana, agar bisa membuat adik lebih tertarik?
S : Ya... (tidak menjawab dan kemudian tersenyum)
P : Dalam pembelajaran puisi nanti jika diawali dengan menyanyi, ada
gambar-gambar yang mendukung ditempel di kelas, atau mengamati lingkungan
sekitar bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak?
S : Iya mbak.
P : Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.
S : Iya (sambil mengangguk).
Refleksi
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, informan mengungkapkan bahwa dia tidak
menyenangi puisi. Hal ini dikarenakan, menurut informan membaca puisi
merepotkan. Banyak yang harus dikerjakan, lebih lanjut dikemukakan pula bahwa
hal ini dikarenakan belum adanya media penunjang yang digunakan oleh guru
pada saat mengajar yang dapat mempermudah siswa dalam membaca puisi. Selain
itu, pada saat pelajaran puisi sebagian siswa terlihat belum sepenuhnya aktif
sehingga beberapa siswa masih kurang fokus dalam pembelajaran. Oleh
karenanya, dalam pembelajaran puisi berikutnya diupayakan agar siswa dapat
lebih aktif pada saat mengikuti pelajaran dan lebih memanfaatkan penggunaan
media tertentu sehingga akan dapat mempermudah siswa khususnya dalam
menulis puisi.
Keterangan:
P = Rininta Citra Ayu Sari
S = Rahadrian Satrio Ajie
Informan,
Rahadrian Satrio Ajie
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
Lampiran 16. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa
(PraTindakan)
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010
Waktu : 09.45 WIB ( jam istirahat)
Tempat : Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan : Aldila Tri Warsisso
Setting :
Wawancara masih dilaksanakan pada jam istirahat di dalam ruang kelas VIIB.
Siswa yang lain sudah mulai memasuki kelas karena kurang beberapa menit bel
berbunyi, namun keadaan tersebut tidak mengganggu jalannya wawancara.
Deskripsi :
Informan adalah siswa kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan informan.
P : Nama adik siapa?
S : Aldila
P : Kamu senang mendapat pelajaran puisi, dhik?
S : Tidak suka mbak
P : Kenapa adik tidak suka terhadap pelajaran puisi?
S : Harus pakai perasaan mbak, sulit..
P :Waktu membacakan puisi kesulitannya apa dhik?
S : Takut salah memakai perasaan mbak.
P : Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi,
dhek?
S : Mencacat dan membaca puisi mbak.
P : Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan ibu guru bagaimana,
apakah sudah menarik atau belum?
S : Belum mbak.
P : Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang
diajarkan bu guru saat ini belum menarik?
S : Ya, karena nggak bisa tahu cara membaca puisi yang benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
P : Adik menginginkan bu guru dalam mengajarkan materi puisi bagaimana,
agar bisa membuat adik lebih tertarik?
S : Diterangin, puisinya gak susah dan ada contoh membaca puisinya juga
mbak.
P : Dalam pembelajaran puisi nanti jika diawali dengan menyanyi, ada
gambar-gambar yang mendukung ditempel di kelas, atau mengamati lingkungan
sekitar bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak?
S : Iya mbak.
P : Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.
S : Iya.
Refleksi
Berdasarkan hasil wawancara di atas, informan mengungkapkan bahwa dalam
pembelajaran puisi masih ditemukan kesulitan karena informan masih
menganggap puisi itu sulit dan masih binggung terutama dalam membaca puisi.
Selain itu, dalam pembelajaran puisi siswa terlihat kurang berperan aktif dan
kurang terlihat adanya variasi pembelajaran, di mana guru hanya memberikan
penjelasan atau catatan kemudian siswa diberi tugas untuk membaca puisi. Hal ini
mengakibatkan pembelajaran puisi terasa monoton dan kurang menarik minta
siswa. Oleh karenanya, perlu diupayakan dalam materi membaca puisi dibuat
lebih variatif sehingga siswa dapat lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran
membaca puisi.
Keterangan:
P = Rininta Citra Ayu Sari
S = Aldila Tri Warsisso
Informan
Aldila Tri Warsisso
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
Lampiran 17. Angket Pratindakan Materi Membaca Puisi
Angket Pratindakan Materi Membaca Puisi
1. Tes ini bertujuan untuk mengetahui pendapat adik terhadap pembelajaran membaca
puisi serta untuk mengungkap pembelajaran membaca puisi yang telah diajarkan.
2. Bentuk tes ini berupa tes objektif (pilihan ganda) yang terdiri atas tiga pilihan
jawaban yakni a, b, c.
3. Jumlah butir tes sebanyak 14 soal.
4. Dengan bimbingan guru adik diminta untuk memilih salah satu jawaban dengan
membubuhkan tanda silang (X).
5. Adik diminta untuk menjawab setiap soal dengan memilih jawaban yang adik
anggap paling sesuai.
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (X) pada
jawaban yang sesuai.
Nama : ________________________
Nomor: ________________________
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
1. Apakah adik suka dengan materi sastra
seperti drama, cerita rakyat, puisi?
a. Suka
b. Kurang suka
c. tidak suka
2. Di dalam pelajaran bahasa Indonesia
juga terdapat materi sastra. Materi sastra
yang diajarkan di bawah ini, yang mana
yang paling adik-adik suka?
a. Drama
b. Puisi
c. Dongeng atau cerita rakyat
3. Bagaimana perasaan adik-adik ketika
diajarkan materi puisi?
a. Senang
b. Cukup senang
c. Tidak senang
4. Menurut adik puisi itu termasuk
pelajaran yang sukar atau mudah?
a. Sukar
b. Mudah
c. Tidak tahu
5. Apakah adik suka melihat orang
membaca puisi (mendeklamasikan
puisi)?
a. Suka
b. Kurang suka
c. Tidak suka
6. Apakah adik-adik berani
membacakan puisi di depan
kelas?
a. Berani
b. Tidak berani
c. Malu
7. Apakah adik-adik pernah
membaca puisi di depan kelas?
a. Pernah
b. Belum pernah
c. Tidak tahu
8. Menurut adik-adik membaca puisi
sukar tau tidak?
a. Sukar
b. Mudah
c. Tidak Tahu
9. Menurut adik bahasa atau kata-
kata dalam puisi itu mudah
dipahami atau tidak?
a. Mudah dipahami
b. Kurang bisa atau sukar
dipahami
c. Tidak tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
10. Apakah adik sudah bisa memahami
tema, amanat, perasaan, dan suasana
puisi yang diajarkan oleh bu guru?
a. Sudah bisa
b. Kurang bisa
c. Tidak bisa
11. Kesulitan apa yang adik pernah alami
saat membaca puisi?
a. Memahami tema, amanat,
suasana, dan pesan dalam
puisi
b. Memberikan anotasi-anotasi
pada teks puisi
c. ................................................
................................................
................................................
............
12. Apakah adik-adik pernah mendapat
tugas dari bu guru untuk mencari puisi di
buku, koran, majalah, internet, atau
media yang lain?
a. Pernah
b. Belum pernah
c. Tidak tahu
13. Apakah adik-adik sering
membaca atau meminjam buku
karya sastra seperti buku, cerita
rakyat, kumpulan puisi, atau
dongeng di perpustakaan sekolah?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Belum pernah
14. Apakah adik-adik senang jika
nanti sebelum mulai
mempelajari puisi, kalian diajak
bu guru menyanyi, di sekitar ada
gambar-gambar, melihat
lingkungan sekitar dan
sebagainya?
a. Senang
b. Kurang senang
c. Tidak tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
Lampiran 18. Tabel Hasil Pengisian Angket Pratindakan
No. Uraian Pilihan Jawaban Keterangan
1. Siswa suka
dengan
materi sastra
seperti
drama,
cerita
rakyat, puisi.
Suka :
21 siswa
atau
67,74%
Kurang Suka :
9 siswa atau
29,03%
Tidak Suka :
1 siswa atau
3,22%
Sebagian
siswa
menyukai
materi sastra
2. Siswa lebih
meyukai
materi sastra
Drama :
11 siswa
atau
35,48%
Puisi :
4 siswa atau
12,90%
Dongeng :
16 siswa atau
51,61%
Hanya
sebagian
kecil siswa
yang
menyukai
materi sasra
berupa puisi
3. Perasaan
siswa ketika
diajarkan
materi puisi
Senang :
11 siswa
atau
35,48%
Cukup senang
:
16 siswa atau
51,61%
Tidak senang
:
4 siswa atau
12,90%
Siswa
mayoritas
senang dan
cukup
senang
dengan
materi puisi
4. Pendapat
siswa
mengenai
pelajaran
puisi
Sukar :
22 siswa
atau
70,96%
Mudah :
9 siswa atau
29,03%
Tidak tahu :
0
Sebagian
besar siswa
menganggap
puisi sebagai
pelajaran
yang sukar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
5. Perasaan
siswa saat
melihat
orang
membaca
puisi
Suka :
20 siswa
atau
64,51%
Kurang suka :
10 siswa atau
32,25%
Tidak suka :
1 siswa atau
3,22%
Sebagian
besar siswa
suka melihat
orang
membaca
puisi
6. Siswa yang
menyatakan
berani
membacaka
n puisi di
depan kelas
Berani :
6 siswa
atau
19,35%
Tidak berani :
10 siswa atau
32,25%
Malu :
15 siswa atau
48,38%
Sebagian
besar siswa
menyatakan
malu dan
tidak berani
saat disuruh
membacaka
n puisi
7. Siswa yang
menyatakan
pernah
membacaka
n puisi di
depan kelas
Pernah :
31 siswa
atau
100%
Tidak pernah :
0
Tidak Tahu
0
Hampir
seluruh
siswa sudah
pernah
membacaka
n puisi di
depan kelas
8. Pendapat
siswa
mengenai
membaca
puisi
Sukar :
25 siswa
atau
80,64%
Mudah :
2 siswa
atau 6,45%
Tidak tahu :
4 siswa atau
12,90%
Sebagian
siswa
menganggap
membaca
puisi sukar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
9. Pendapat
siswa
mengenai
bahasa
dalam puisi
Mudah :
10 siswa
atau
32,25%
Sulit :
21 siswa atau
67,74%
Tidak tahu :
0
Sebagian
besar siswa
sulit
memahami
bahasa
dalam puisi
10. Pendapat
siswa
mengenai
pemahaman
isi puisi
(tema,
amanat,
perasaan,
dan suasana
) yang
diajarkan
guru
Sudah :
11 siswa
atau
35,48%
Kurang :
20 siswa atau
64,51%
Tidak :
0
Sebagian
siswa kurang
bisa
memahami
materi guru
11. Pendapat
siswa
mengenai
kesulitan
dalam
membaca
puisi
Isi Puisi :
6 siswa
atau
19,35%
Anotasi :
18 siswa atau
58,06%
Lain-lain :
7 siswa atau
22,58%
Sebagian
besar siswa
mengalami
kesulitan
menggunaka
n anotasi
12. Guru
memberi
tugas siswa
untuk
mencari
puisi di
buku, koran,
majalah,
internet,
atau media
lain
Pernah :
22 siswa
atau
70,96%
Belum pernah:
9 siswa atau
29,03%
Tidak tahu :
0
Sebagian
besar siswa
menyatakan
bahwa guru
pernah
memberi
tugas siswa
untuk
mencari
puisi di
buku, koran,
majalah,
atau media
lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
13. Intensitas
siswa
membaca
atau
meminjan
buku karya
sastra
Sering :
5 siswa
atau
16,12%
Kadang-
kadang : 21
siswa atau
67,74%
Belum
Pernah : 5
siswa atau
16,12%
Sebagaian
siswa
terkadang
membaca
atau
meminjam
buku karya
satra
14. Perasaan
siswa jika
sebelum
memulai
pelajaran
diajak
bernyanyi,
melihat
gambar
ataupun
lingkungan
sekitar
Senang :
17 siswa
atau
54,83%
Kurang
senang:
12 siswa atau
38,70%
Tidak Tahu :
2 siswa atau
6,45%
Siswa
senang dan
cukup
senang jika
sebelum
memulai
pelajaran
diajak
bernyanyi,
melihat
gambar
ataupun
lingkungan
sekitar
d.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
Lampiran 19. Refleksi Angket Pratindakan
Setelah dilakukan penyebaran angket pratindakan dapat diketahui bahwa
hanya sebagian kecil siswa yang menyukai materi sastra berupa puisi. Menurut
mereka,materi membaca puisi merupakan pelajaran yang sukar karena bahasa
dalam puisi masih kurang bisa mereka pahami. Meskipun seluruh siswa pernah
membaca puis di depan kelas, tetapi hal itu tidak membuat siswa berminat
terhadap pembelajaran materi sastra khususnya puisi sehingga dalam pembacaan
puisi tersebut sebagaian siswa merasa malu dan tidak percaya diri saat membaca
puisi di depan kelas. Kesulitan yang paling sering dialami siswa adalah pemakaian
anotasi atau tanda pada teks puisi selain itu penjelasan dari guru juga kurang dapat
dipahami. Selain itu, dari hasil angket pratindakan diketahui siswa antusias dan
mau diajak bernyanyi atau melihat gambar atau mengamati lingkungan sekitar
yang merupakan pendekatan pembelajaran quantum dengan prinsip TANDUR
dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
Lampiran 20. Dokumentasi Pratindakan
Peneliti mewawancarai guru saat pratindakan.
Peneliti mewawancarai siswa I saat pratindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
Peneliti mewawancarai siswa II saat pratindakan
Peneliti mewawancarai siswa III saat pratindakan
Peneliti mewawancarai siswa IV saat pratindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
Peneliti mewawancarai siswa V saat pratindakan
Peneliti mewawancarai siswa VI saat pratindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
LAMPIRAN
SIKLUS I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : VII Bahasa/II
Alokasi Waktu : 80 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi :
Membaca
15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita
anak.
Kompetensi Dasar :
15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik,
kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Indikator :
1. Peserta didik mampu memahami tema, perasaan, suasana, dan pesan
penyair dalam puisi agar lebih menghayati isi puisi saat dibaca.
2. Peserta didik mampu memberikan anotasi-anotasi pada teks puisi agar
tercipta keindahan irama saat dibacakan.
3. Peserta didik mampu membaca indah puisi dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Tujuan Pembelajaran :
Peserta didik dapat membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume
suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Pendekatan dan Metode Pembelajaran :
Pendekatan Pembelajaran : Quantum
Metode Pembalajaran : TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
1. Tanya jawab
2. Ceramah
3. Inkuiri
4. Penugasan
5. Demonstrasi
Materi Pembelajaran :
Pengertian Puisi
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Karya-karya besar
dunia yang bersifat monumental ditulis dalam bentuk puisi seperti Mahabaratha
dan Ramayana yang berasal dari India. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk
penulisan katya-karya besar, namun puisi juga sangat erat dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Puisi juga merupakan wacana berbentuk ekspresi dan konsentrasi rasa dan
pengalaman jiwa penyair yang berisi unsur-unsur emosi, imajinasi, pemikiran,
ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan
perasaan yang bercampur baur. Puisi merupakan jenis/genre sastra paling pekat
dan padat. Efek yang terjadi pada keadaan puisi dari kondisi yang semacam itu
adalah bahwa puisi itu singkat, padat, konotatif, poliinterpretabel, ekspresif, dan
penuh kata irasional serta nongramatik.
Ciri- ciri Puisi
7) Pamadatan bahasa
Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. Jika puisi itu dibaca, deretan
kata-kata tidak membentuk kalimat dan alinea, tetapi membentuk larik dan
bait yang sama sekali berbeda hakikatnya.
8) Pemilihan kata khas
Kata-kata yang dipilih oleh seorang penyair bukan kata-kata untuk prosa
atau bahasa sehari-hari. Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul
dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam pemilihan kata-kata adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
d) Makna kias
Makna kias adalah makna yang bukan sebenanya atau disebut pula
dengan makna konotatif.
e) Lambang
Lambang adalah suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan
dan apa yang dimaksudkan terjadi hubungan asosiasi. Lambang sendiri
tidak langsung menunjukkan sesuatu.
f) Persamaan bunyi atau rima
Kemiripan bunyi antara suku-suku kata. Bentuk-bentuk rima yang
paling sering nampak ialah aliterasi (rima konsonan), asonansi (rima
vokal), dan rima akhir.
9) Kata Konkret
Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karena
itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena
lebih konkret, namun pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya.
10) Pengimajian
Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya.
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau
memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair.
11) Irama (Ritme)
Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan
kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi
yang menimbulkan gelombang serta menciptakan keindahan. Irama dapat juga
berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata
secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang
memperindah puisi.
12) Tata Wajah
Puisi yang mementingkan tata wajah, menciptakan puisi seperti gambar,
disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang
mewakili maksud tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
Hal-hal yang Diungkapkan Penyair
5. Tema Puisi
Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh
penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Tema yang banyak
terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan, kemanusiaan, cinta, patriotisme,
perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan
tema kesetiakawanan.
6. Nada dan Suasana Puisi
Puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Nada
mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah
suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak,
main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa
bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan
sebagainya.
7. Perasaan dalam Puisi
Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan
dapat ditangkap jika puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi
dengan suara keras akan lebih membantu menemukan perasaan penyair yang
melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.
8. Amanat Puisi
Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca
setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan
pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Meskipun
ditentukan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi
puisi yang dikemukakan penyair.
Membaca Puisi
Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa
yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Membaca puisi tidak hanya
menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca
puisi pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan,
dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang
lahir merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Sehingga membuat
saat membaca puisi, unsur emosi sangat penting. Jadi, membaca puisi ialah
membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan memperhatikan irama, volume
suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi puisi.
Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan
menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup. Irama dalam
bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi
bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian
berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan
metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap
disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi
tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak
merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang
penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritma
Volume suara adalah kekerasan suara yang dihasilkan pembaca puisi.
Volume suara pada saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan
situasi. Volume pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang
bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar.
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa
puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai
dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan
dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.
kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai
bagian tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-
jemari, tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala.
Tanda/ anotasi untuk Menandai Teks Puisi yang akan Dibaca
1. (-------) diucapkan biasa saja,
2. (/) berhenti sebentar untuk bernafas/ biasanya pada koma atau di
tengah baris,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
3. (//) berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih
berhubungan artinya dengan baris berikutnya,
4. (///) berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada
penghabisan puisi,
5. (^) suara perlahan sekali seperti berbisik,
6. (^^) suara perlahan saja,
7. (^^^) suara keras sekali seperti berteriak,
8. (V) tekanan kata pendek sekali,
9. (VV) tekanan kata agak pendek,
10. (VVV) tekan kata agak panjang,
11. (VVVV) tekan kata agak panjang sekali,
12. (____/) tekanan suara meninggi, dan
13. (____) tekanan suara agak merendah.
Langkah-langkah Pembelajaran :
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Alokasi
Waktu
Metode yang digunakan
1 Kegiatan Awal :
a. Guru memberi salam,
mengkondisikan kelas, dan
mengecek presensi peserta didik.
b. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
yaitu membaca indah puisi
dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi.
c. Guru memulai apresepsi dengan
meminta siswa untuk
10 menit (T=Tanamkan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
menyanyikan lagu ”Sorak-Sorak
Bergembira” sambil bertepuk
tangan.
2 Kegiatan Inti:
a. Guru memberikan sedikit
pengantar bahwa sebagai generasi
penerus bangsa kita harus tetap
berjuang untuk bangsa dan negara
meski perjuangan tersebut bukan
lagi dalam bentuk peperangan.
Kemudian siswa menanggapi
pertanyaan guru, ”Mengapa kita
harus berjuang untuk bangsa dan
negara kita”, ”Mengapa di awal
pembelajaran guru meminta siswa
untuk menyanyikan lagu ‟Sorak-
Sorak Bergembira”, bagaimana
cara kita berjuang untuk bangsa
dan negara di masa sekarang”.
b. Guru memberikan penjelasan
mengenai materi puisi (hal-hal
yang harus diperhatikan dalam
membaca puisi) disertai dengan
tanya jawab (dari penjelasan guru
tersebut siswa diarahkan agar
dapat menyatakan pendapat
tentang pertanyaan dari guru dan
20 menit
(A = Alami).
(N = Namai)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
materi yang telah disampaikan
guru).
c. Guru memperlihatkan video
pembacaan puisi oleh juara 1
lomba sajak kepahlawanan siswa
SLTP se Jawa tengah (Fauziyah
dari SMP 14 Pekalongan) dalam
sebuah pembacaan puisi yang
berjudul ”Generasi Sekarang
karya Asmara Hadi” yang telah
dipersiapkan serta membagikan
transkrip puisi tersebut.
d. Guru meminta siswa untuk
memahami tema, suasana,
perasaan, dan pesan puisi.
e. Kemudian menandai teks puisi
dengan anotasi yang digunakan.
f. Siswa menerima penjelasan dari
guru bahwa pengalaman-
pengalaman yang baru saja
dilihatnya adalah sebuah
pembacaan indah puisi dengan
menggunakan irama, volume
suara, mimik, dan kinesik.
(D = Demonstrasikan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
3 Kegiatan Penutup :
a. Guru bertanya jawab pada siswa
mengenai pembacaan puisi
dalam video, apa yang harus
diperhatikan dalam membaca
indah puisi, menarikkah
pembacaan puisi dalam video,
dan sebagainya.
b. Guru bersama siswa melakukan
refleksi dan menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
c. Guru memberikan kesempatan
siswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
d. Guru memberikan tugas rumah
untuk memperbaiki pemahaman
dan pemberian anotasi pada teks
puisi yang pada pertemuan
selanjutnya akan dibaca di depan
kelas.
e. Guru menutup pelajaran dengan
menyanyikan lagu lagi sambil
bertepuk tangan.
10 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
Pertemuan kedua
No Kegiatan Alokasi
Waktu
Metode yang digunakan
1 Kegiatan Awal :
a. Guru memberi salam,
mengkondisikan kelas, dan
mengecek presensi siswa.
b. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
yaitu membaca indah puisi
dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi.
c. Guru melakukan apersepsi dengan
mengulang sekilas materi yang
telah disampaikan dengan tanya
jawab.
5 menit (U = Ulangi)
2 Kegiatan Inti
a. Guru meminta setiap siswa
mengeluarkan tugas pada
pertemuan sebelumnya.
b. Guru meminta peserta didik
untuk membaca indah puisi
dengan menggunakan d irama,
volume suara, mimik, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi di
depan kelas satu persatu.
c. Setelah semua siswa mendapat
giliran membaca indah, bersama
guru memilih siswa dengan
30 menit
(R = Rayakan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
pembacaan puisi terbaik.
d. Guru memberikan hadiah
sebagai penghargaan kepada
siswa.
3 Kegiatan Penutup :
a. Guru bersama siswa melakukan
refleksi dan menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
b. Guru memberikan kesempatan
siswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Guru menutup pelajaran dengan
menyanyikan lagu lagi sambil
bertepuk tangan.
5 menit
Sumber Belajar
1. LKS
2. Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia.
3. Maria Utami. 2010. Mamilih Puisi, Membangun Karakter. Semarang:
bandunganInstitut.
Media
1. Video pembacaan puisi oleh juara 1 lomba sajak kepahlawanan
siswa SLTP se Jawa tengah (Fauziyah dari SMP 14 Pekalongan)
dengan judul ”Generasi Sekarang karya Asmara Hadi” dengan
menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang
sesuai dengan isi puisi. (audio-visual)
2. Materi disajikan dengan media Power Point melalui LCD.
3. Traskrip puisi berjudul ” Generasi Sekarang”, yang dibagikan pada
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
Penilaian / Evaluasi :
Jenis Tes : tes lisan (membaca indah puisi) dan tertulis
(pemahaman dalam bentuk tema, perasaan,
suasana, dan pesan puisi dan anotasi pada
teks puisi).
1. Bentuk Tes
a. teknik : tes unjuk kerja (lisan) dan produk (tertulis)
b. bentuk instrumen : tes praktik
c. Soal :
1. Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan:
a. Tema
b. Perasaan
c. Suasana
d. Pesan
2. Berilah tanda/anotasi pada teks puisi sesuai dengan pemahamanmu
terhadap isi puisi tersebut.
3. Bacalah puisi tersebut di depan kelas dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
d. Kunci Jawaban
Terlampir
1) Penilaian Hasil
Penilaian Hasil Pembelajaran
No Nama siswa Aspek yang Dinilai Skor Nilai
Irama Volume
Suara
Mimik Kinesik
(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
Pedoman Penskoran
No Aspek yang dinilai Skor
1. Penggunaan Irama
Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan
Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat
menciptakan keindahan
Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat
menciptakan keindahan
Belum dapat menggunakan irama dengan baik
(Penggunaan irama sama sekali tidak menciptakan
keindahan)
Skor 1 - 4
4
3
2
1
2. Volume Suara
Volume suara sanagt sesuai dengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi,
suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan
puisi
Skor 1 – 4
4
3
2
1
3. Mimik
pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai
dengan isi puisi yang dibaca (sangat menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup
sesuai dengan isi puisi yang dibaca (cukup menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai
dengan isi puisi yang dibaca (kurang menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak
sesuai dengan isi puisi yang dibaca (tidak menghayati)
Skor 1 – 4
4
3
2
1
4. Kinesik
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan
atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan
atau wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan
atau wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan
atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Skor 1 – 4
4
3
2
1
Skor maksimal 1, 2, 3, 4 16
Nilai siswa = skor maksimum siswa X 100
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
2. Bentuk Tes
a. teknik : Tes individu
b. Bentuk instrumen : Tes praktik
c. Soal : (Individu)
Rubrik penilaian proses saat berlangsung pembelajaran membaca indah puisi
di kelas VII-B SMP Negeri I Jaten.
d.Kunci jawaban :
kondisional.
2) Penilaian Proses
Penilaian Proses Pembelajaran
(Diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 130)
Pedoman Penskoran
d) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
1 = sangat kurang 4 = baik
2 = kurang 5 = amat baik
3 = cukup
e) Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....
Skor maksimal (15)
No Nama Siswa Keaktifan
siswa
selama
apersepsi
Keaktifan dan
perhatian
siswa pada
saat guru
menyampaika
n materi
Minat dan
motivasi
siswa saat
mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Skor Nilai Ket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
f) Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(4) Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4) Nilai = 70 – 89 baik
(5) Nilai = 30 – 49 kurang (5). Nilai = 90 – 100 sangat baik
(6) Nilai = 50 – 69 cukup
1) Keaktifan siswa selama apersepsi
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi
(menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik)
Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan
cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)
Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)
Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau
menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat
apersepsi).
2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru
menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai,
serta memberikan tanggapan (terjadi interaksi), dan
mengerjakan setiap tugas.
Skor 4 : Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan
sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan
tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan
materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru
menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya,
menjawab, menamai serta memberikan tanggapan.
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat
menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti
berbicara atau membuat gaduh).
3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan
adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang
diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara
sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).
Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta
tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk).
Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun
kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang
serius).
Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan
terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan,
meletakkan kepala di meja).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang
diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan,
tertidur).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
Surakarta, Februari 2011
Guru Kolaborator, Peneliti
Katrin Kusala, S. Pd Rininta Citra Ayu Sari
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Sri Djoko Widodo, S. H. M. H
NIP 195107 196712 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
Puisi
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku dan dari sana memandang ke bawah ke tempat berjuang
Generasi sekarang di padang masa
Menciptakan kemegahan baru
Panteon keindahan di Indonesia
yang akan menjadi kenang-kenangan pada zamannya dalam dunia
Bersorak jiwaku girang gemirang melihat bendera berkibar-kibar
Tamsil kegembiraan limpah melimpah dalam kencana sinar suminar
Sebagai angkatan kapal terbang gembira dahsyat getarkan udara
Begitulah angkatan zaman sekarang
Dunia raya penuh suara
Dan jiwaku mesra tau…
Generasi sekarang pasti kan menang
Akan meninggalkan berkas dan jejak
Dalam riwayat abadi dan terang.
Karya: Asmara Hadi
Ket :
Panteon = Kuil tempat pemujaan dewa-dewa.
Tamsil = persamaan sebagai umpama atau ibarat.
Jawaban:
1. Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan:
a. Tema
b. Perasaan
c. Suasana
d. Pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
2. Berilah tanda/anotasi pada teks puisi sesuai dengan pemahamanmu terhadap
isi puisi tersebut.
Puisi
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku dan dari sana memandang ke bawah ke tempat berjuang
Generasi sekarang di padang masa
Menciptakan kemegahan baru
Panteon keindahan di Indonesia
yang akan menjadi kenang-kenangan pada zamannya dalam dunia
Bersorak jiwaku girang gemirang melihat bendera berkibar-kibar
Tamsil kegembiraan limpah melimpah dalam kencana sinar suminar
Sebagai angkatan kapal terbang gembira dahsyat getarkan udara
Begitulah angkatan zaman sekarang
Dunia raya penuh suara
Dan jiwaku mesra tau…
Generasi sekarang pasti kan menang
Akan meninggalkan berkas dan jejak
Dalam riwayat abadi dan terang
Karya: Asmara Hadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
Lampiran 22. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus 1
No Nama Siswa Keaktifan
Siswa
selama
apersepsi
Keaktifan dan
perhatian siswa pada
saat guru
menyampaikan
materi
Minat dan
motivasi siswa
saat mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Skor Nilai Ket.
1 Abi Fernanda Majid 2 2 2 6 40 BT
2 Aldila Tri Warsisso 3 3 3 9 60 BT
3 Aprilia Nurul Fatimah 4 4 4 12 80 T
4 Bagas Aji Saputro 4 3 3 10 66,66 BT
5 Catur Wulandari 3 3 4 10 66,66 BT
6 Dody Arya Nugraha 2 4 3 9 60 BT
7 Faradila Gita Intan P 4 4 4 12 80 T
8 Feri Endah Suryan 3 3 4 10 66,66 BT
9 Ikhsan Ananto W 3 3 3 9 60 BT
10 Ipho Dhanys P 4 2 2 8 53,33 BT
11 Ipunk Divos Vorenso 2 3 3 8 53,33 BT
12 Krisnatalia Sukma N 4 4 4 12 80 T
13 K Dewi Al Aminsyah 3 5 4 12 80 T
14 Linda Ayu Ningsih 4 4 4 13 86,6 T
15 Meyla Krisia 4 4 4 13 86,6 T
16 Monica Rachmawati 4 4 4 12 80 T
17 Mukharomah Nur MS 4 5 3 12 80 T
18 Mukhtar Khairudin A 2 3 3 8 53,33 BT
19 Nanda Maulana W 4 4 5 13 86,6 T
20 Niccolast Adnandito S 3 3 2 8 53,33 BT
21 Nina Indriyani 5 3 4 12 80 T
22 Rahadrian Satrio Ajie 4 2 2 8 53,33 BT
23 Rivan Aditya Pradana 3 4 3 10 66,66 BT
24 Roisyah A 4 4 4 12 80 T
25 Rona Wahyu Wijaya 2 3 3 9 60 BT
26 Rosella Ayu Neny 4 4 4 12 80 T
27 Siska Mutia Ardani 3 4 4 11 73,33 BT
28 Stanislaus Agung V 2 2 2 6 40 BT
29 Syandi Kresna Dwi A 2 2 2 6 40 BT
30 Tri Solikhati Pamuji 3 3 3 9 60 BT
31 Yodheta Apriliasari 3 4 4 11 60 BT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
Lampiran 23. Daftar Penilaian Hasil Membaca Puisi Siklus 1
No Nama siswa Aspek yang Dinilai Skor Nilai Ket
Irama Volume
Suara
Mimik Kinesik
1 Abi Fernanda Majid 1 1 2 1 5 31,25 BT
2 Aldila Tri Warsisso 3 3 3 3 12 75 T
3 Aprilia Nurul Fatimah 3 4 3 2 12 75 T
4 Bagas Aji Saputro 3 3 3 2 11 68,75 BT
5 Catur Wulandari 3 3 2 3 11 68,75 BT
6 Dody Arya Nugraha 2 2 2 2 8 50 BT
7 Faradila Gita Intan Pratiwi 3 4 3 4 14 87,5 T
8 Feri Endah Suryan 3 3 3 3 12 75 T
9 Ikhsan Ananto W 3 3 3 2 11 68,75 BT
10 Ipho Dhanys Priyambodo 2 3 2 1 8 50 BT
11 Ipunk Divos Vorenso 3 3 3 2 11 68,75 BT
12 Krisnatalia Sukma Nigita 3 3 3 3 12 75 T
13 K. Dewi Al Aminsyah 3 3 2 2 10 62,5 BT
14 Linda Ayu Ningsih 4 3 3 2 12 75 T
15 Meyla Krisia 3 4 3 3 13 81,2 T
16 Monica Rachmawati 3 4 3 3 13 81,2 T
17 Mukharomah Nur MS 3 3 3 3 12 75 T
18 Mukhtar Khairudin Anwar 2 3 3 2 10 62,5 BT
19 Nanda Maulana W 4 4 3 3 14 87,5 T
20 Niccolast Adnandito S 2 3 3 2 10 62,5 BT
21 Nina Indriyani 4 4 3 3 14 87,5 T
22 Rahadrian Satrio Ajie 3 3 3 2 11 68,75 BT
23 Rivan Aditya Pradana 3 3 3 2 11 68,75 BT
24 Roisyah Ashashaddiqah 4 4 3 3 14 87,5 T
25 Rona Wahyu Wijaya 3 3 3 3 12 75 T
26 Rosella Ayu Neny 3 4 3 3 13 81,2 T
27 Siska Mutia Ardani 3 3 3 3 12 75 T
28 Stanislaus Agung V 1 2 1 1 5 31,25 BT
29 Syandi Kresna Dwi A 2 3 3 2 10 62,5 BT
30 Tri Solikhati Pamuji 2 2 2 2 8 50 BT
31 Yodheta Apriliasari 2 2 2 2 8 50 BT
Keterangan
BT = Belum Tuntas
T = Tuntas
Pada tindakan siklus I sebanyak 15 siswa (48,38 %) mendapatkan nilai 74 dan dinyatakan
tuntas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
Lampiran 24. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1
No Aktivitas dalam Pembelajaran Presentase
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Siswa aktif selama apersepsi 45,16 %
2. Siswa aktif dan perhatian saat
kegiatan pembelajaran
48,38 %
3. Siswa berminat dan memiliki
motivasi saat kegiatan
pembelajaran
48,38 %
4. Siswa mampu membaca puisi
dengan baik (ketuntasan hasil
belajar membaca puisi mendapat
nilai 74)
48,38 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
Lampiran 25. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus 1
Siklus : (I/II/III)
Nama Guru : Katrin Kusala, S. Pd.
Hari/Tanggal : 9 dan 12 Maret 2011
Waktu : 10.00 - 11.20
No Aspek Keterangan
1. Materi
Interest (menarik)
Ketertarikan siswa sudah mulai
terlihat pada materi yang
disampaikan guru karena pada
saat memberikan materi guru
lebih banyak disertai tanya jawab.
2. Modal Kesiapan:
a. Gerak:
1) Posisi guru waktu
menjelaskan
2) Posisi guru saat menulis
3) Mimik guru waktu
menjelaskan
b. Suara:
1) Kekuatan/kekerasan
2) Intonasi lagu
3) Tekanan bicara pada hal yang
penting
c. Titik perhatian:
1) Pandangan guru terhadap
siswa
2) Interaksi bertemu pandang
guru-siswa
3) Perhatian guru waktu
menjelaskan materi
d. Isyarat Verbal
1) Ucapan reward
2) Ucapan punishment
e. Waktu selang:
1) Ucapan
2) Diam produktif
Posisi guru saat memberikan
materi berdiri namun lebih sering
hanya berada di depan (tidak
berjalan mengelilingi siswa).
Guru diam atau saat menulis guru
tidak dengan menjelaskan.
Dengan ekspresi wajah datar dan
terlihat tegas
(Keras/jelas/lemah)*
(Naik turun/menarik/datar)*
(Ada/sebagian kecil/tidak ada)*
(Menyeluruh/sebagian)*
(Ada/tidak ada)*
(Siswa/papan tulis/benda lain)*
(Ada/tidak ada)* Sesuai dengan
prinsip rayakan
(Ada/tidak ada)*
(Ada/tidak ada)*
Kata perkata yang diucapkan guru
berganti dalam waktu kurang
lebih 1 detik
Hanya berlangsung sebentar dan
diam ini digunakan guru sebagai
jeda di sela-sela menjelaskan
materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
212
3. Keterampilan Operasional
a. Membuka Pelajaran:
1) Membuka dengan salam
2) Memberikan sedikit pengantar
untuk menumbuhkan interest
siswa pada materi yang akan
dipelajari
3) Menjelaskan tujuan dan
penilaian materi secara rinci
b. Mendorong dan melibatkan siswa:
1) Guru mengajukan
pertanyaan/persoalan agar
dijawab/dipecahkan oleh
siswa
2) Memberikan kesempatan pada
siswa untuk berpendapat.
c. Mengajukan pertanyaan:
1) Pertanyaan ditujukan pada
seluruh siswa di kelas
2) Setiap siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk
diberi pertanyaan/menjawab
3) Suasana bertanya-jawab
4) Apabila tidak ada siswa yang
menjawab soal dan perhatian
dialihkan pada siswa lain
5) Pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan pokok penting
yang harus diketahui siswa
dan tujuan pembelajaran
6) Pertanyaan untuk siswa yang
tidak memperhatikan
d. Menggunakan isyarat non-verbal
1) Gerakan guru yang dapat
mendukung kejelasan materi
Ya (Selamat pagi anak-anak)
Ya (Guru mengawali apersepsi
dengan mengajak siswa untuk
menyanyikan lagu perjuangan dan
keterkaitan lagu dan ungkapan
perjuangan)
Tidak
Ya (Guru menanyakan
keterkaitan lagu perjuangan yang
dinyanyikan dengan teks puisi
yang akan dibaca)
Ya (pada sat kegiatan inti dan
evaluasi guru lebih banyak
memberi kesempatan siswa untuk
berpendapat meski baru sebagian
yang bersedia)
Ya
Ya
Siswa sudah mulai menunjukkan
adanya keaktifan meski hanya
sebagian siswa
Ya (karena siswa yang ditunjuk
tidak berani membacakan puisi
maka guru menunjuk siswa lain)
Ya (pertanyaan yang diberikan
guru berhubungan erat dengan
materi)
Ya (siswa yang tidak
memperhatikan ditegur dan diberi
pertanyaan secara tiba-tiba)
Disertai gerakan tangan yang
mendukung materi yang
dijelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
213
2) Mimik guru yang dapat
mendukung kejelasan materi
e. Menanggapi siswa:
1) Memberikan penguatan di
akhir pembelajaran
2) Memberikan jawaban yang
meyakinkan atas pertanyaan
siswa
f. Alokasi waktu
g. Mengakhiri pelajaran:
1) Saran atau nasihat agar siswa
mempelajari lagi di rumah
2) Mengingatkan hal-hal yang
harus dipelajari siswa pada
pertemuan berikutnya
Telah menunjukkan raut wajah
dengan ekspresi yang mendukung
saat menjelaskan materi
Guru belum sepenuhnya
memberikan penguatan pada
siswa
Cukup meyakinkan
(40 menit x 4)
-
-
Hal-Hal Lain
No Pertanyaan Nilai Sikap
A B C D
1. Penguasaan bahan ajar v
2. Hubungan dengan
siswa
v
3. Bahasa yang digunakan v
4. Jawaban terhadap
pertanyaan siswa
v
Peneliti
Rininta Citra Ayu Sari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
214
Lampiran 26. Catatan Lapangan Siklus I
Hari / tanggal : 9 dan 12 Maret 2011
Tempat : Ruang kelas VIIB Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jaten
Deskripsi :
Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 9 dan 12
Maret 2011 yang dilaksanakan pada jam kelima dan keenam yakni pukul 10.00 –
11.20. Pada saat memasuki kelas, siswa terlihat belum siap karena belum semua
siswa masuk kelas dan sebagian lagi masih berkerumun di depan kamar mandi
siswa. Guru pun memberikan waktu beberapa saat pada siswa untuk masuk kelas.
Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kondisi
siswa. Guru juga mengabsen semua siswa dsan menanyakan siapa siswa yang
tidak masuk sekolah pada hari itu. Kemudian guru meminta siswa untuk
menyanyikan lagu ”Sorak-Sorak Bergembira” bersama-sama sambil bertepuk
tangan. Semua siswa terlihat bersemangat dalam menanyikan lagu perjuangan
tersebut. Selanjutnya guru menanyakan keterkaitan antara lagu tersebut dan teks
puisi yang akan dibaca siswa, sebagian siswa terlihat menjawab pertanyaan guru
dengan berbagai jawaban sehingga kelas sedikit gaduh. Guru pun mencoba untuk
menenangkan kelas kembali. Guru pun kembali bertanya pada siswa dan siswa-
siswa pun dapat menjawab bahwa tulisan tersebut merupakan puisi yang
bertemakan perjuangan atau kepahlawanan.
Guru melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan mengenai beberapa cara
membaca puisi yang baik (beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membaca
puisi meliputi bagaimana menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik
yang sesuai dengan isi puisi yang dibaca). Dalam siklus I ini guru lebih banyak
mengajar dengan menggunakan metode tanya jawab dan siswa menyambut
pertanyaan guru tersebut dengan cukup antusias. Beberapa siswa terlihat antusias
memberikan jawaban atas pertanyaan dan merespon pertanyaan guru. Setelah itu,
guru memperdengarkan sebuah pembacaan puisi melalui video yang telah
dipersiapkan sebelumnya serta membagikan teks puisi pada masing-masing siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
215
Hampir semua siswa terlihat mendengarkan pembacaan puisi tersebut sambil
mencermati teks puisi yang dipegangnya. Namun ada beberapa anak yang terlihat
kurang memperhatikan dan menolah-noleh, guru pun menegur siswa tersebut.
Setelah guru memberikan contoh pembacaan puisi, kemudian siswa diberi waktu
untuk memahami puisi tersebut. Guru membagi siswa secara berkelompok,
masing-masing kelompok 2 orang yang didasarkan pada teman sebangku (teman
satu meja), kemudian guru menugaskan untuk memahami isi puisi (termasuk
tema, amanat, suasana, dan perasaan di dalam puisi) serta belajar membaca puisi
melalui kegiatan mendengarkan video pembacaan puisi. Pada saat itu, siswa
menjadi gaduh dan terlihat masih bingung terhadap tugas yang diberikan guru.
Guru pun menenangkan serta membimbing siswa dan mulai mengarahkan agar
setiap kelompok menjawab pertanyaan di lembar jawab yang sudah dibagikan
tersebut dan memaknainya. Siswa pun terlihat lebih tenang setelah dibimbing
guru. Akhirnya, guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi tugas yang telah
dikerjakan.
Guru kemudian kembali melakukan tanya jawab dengan siswa. ”Mengapa
generasi muda seperti kita harus berjuang untuk bangsa dan negara?”, ”agar nera
kita maju buk”, jawab beberapa siswa. ”Iya, benar selain itu agar bangsa dan
negara kita tetap terjaga persatuan dan kesatuannya, tambah bu guru. Guru pun
melanjutkan perkataannya ”Sekarang coba kalian melihat teks puisi yang sudah
dibagikan”. Ada juga beberapa siswa yang terlihat tidak mendengarkan dan
merespon. Guru melanjutkan bahwa siswa dapat melihat video pembacaan puisi di
layar. Setelah selesai melihat, guru bertanya “Ada yang ingin ditanyakan?”.
Kemudian seorang siswa terlihat mengacungkan jari dan berkata, “Bu, pemberian
anotasinya bagaimana”. “sesuai dengan materi yang sudah ibu catatkan tadi”,
jawab guru. Beberapa siswa masih terlihat kesulitan, namun sebagian besar siswa
mulai mengerjakan tugas sambil sesekali melihat catatan dan pembacaan puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
216
Pada siklus ini ada tiga orang siswa pertama yang membacakan karyanya di depan
kelas sedangkan siswa lain diminta untuk memberikan penilaian terhadap puisi
yang telah dibacakan. Sebagian siswa berpendapat bahwa puisi yang dibacakan
tersebut sudah baik namun mimik dan kinesik kurang ditunjukkan. Guru
kemudian memberikan reward pada tiga orang siswa karena telah berani dan
dapat membacakan puisi dengan baik serta diikuti dengan tepuk tangan dari siswa
lain. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.
Diakhir pembelajaran guru memberikan tugas rumah pada siswa agar
memperbaiki tugas yang telah diberikan tadi di rumah. Kemudian pada pertemuan
berikutnya, semua siswa diminta untuk membacakan puisinya di depan kelas.
Refleksi:
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini memiliki beberapa kelemahan, yakni (1)
guru kurang dapat memantau siswa secara keseluruhan karena posisi guru hanya
berada pada titik tertentu saja pada saat mengajar sehingga kurang menyeluruh
atau tidak menjangkau siswa yang ada dibagian belakang; (2) guru masih terkesan
agak kaku dalam pembelajaran sehingga suasana pembelajaran agak terasa kaku
dan tegang; (3) pada saat evaluasi guru belum sepenuhnya memberikan penguatan
pada hasil pekerjaan yang telah dibuat siswa; (4) siswa belum dapat terkondisikan
dengan baik sehingga saat pembelajaran berlangsung masih terlihat gaduh; (5)
sebagian siswa keaktifannya masih kurang terutama dalam menjawab pertanyaan
yang diberikan atau menanggapi stimulus yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
217
Lampiran 27
Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus I
Guru sedang mengajar materi membaca puisi
Siswa belum sepenuhnya fokus pada saat pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
218
Sebagian siswa masih kurang berkonsentrasi saat guru memberikan materi
Beberapa siswa juga tampak belum menikmati pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
219
LAMPIRAN
SIKLUS II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
220
Lampiran 29. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : VII Bahasa/II
Alokasi Waktu : 80 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi :
Membaca
15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita
anak.
Kompetensi Dasar :
15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik,
kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Indikator :
1. Peserta didik mampu memahami tema, perasaan, suasana, dan pesan
penyair dalam puisi agar lebih menghayati isi puisi saat dibaca.
2. Peserta didik mampu membaca indah puisi dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Tujuan Pembelajaran :
Peserta didik dapat membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume
suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Pendekatan dan Metode Pembelajaran :
Pendekatan Pembelajaran : Quantum
Metode Pembalajaran : TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
221
1. Tanya jawab
2. Ceramah
3. Inkuiri
4. Penugasan
5. Demonstrasi
6. Diskusi
Materi Pembelajaran :
Pengertian Puisi
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Puisi tidak hanya
dipergunakan untuk penulisan karya-karya besar, tetapi puisi juga sangat erat
hubungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Puisi juga merupakan wacana berbentuk ekspresi yang berisi unsure-unsur emosi,
imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata
kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Puisi merupakan
jenis/genre sastra yang paling pekat dan padat.
Ciri- ciri Puisi
1) Pamadatan bahasa
Bahasa dipadatkan agar membentuk larik dan bait yang sama sekali
berbeda hakikatnya.
2) Pemilihan kata khas
Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek
dan efek pengucapannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
pemilihan kata-kata adalah sebagai berikut :
a) Makna kias
Makna kias adalah makna yang bukan sebenanya atau disebut pula
dengan makna konotatif.
b) Lambang
Lambang adalah suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan
dan apa yang dimaksudkan terjadi hubungan asosiasi. Lambang sendiri
tidak langsung menunjukkan sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
222
c) Persamaan bunyi atau rima
Kemiripan bunyi antara suku-suku kata.
3) Kata Konkret
Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Bagi penyair
mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun pembaca sering lebih
sulit ditafsirkan maknanya.
4) Pengimajian
Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya.
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau
memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair.
5) Irama (Ritme)
Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan
kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi
yang menimbulkan gelombang serta menciptakan keindahan.
6) Tata Wajah
Puisi yang mementingkan tata wajah, menciptakan puisi seperti gambar,
disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang
mewakili maksud tertentu.
Hal-hal yang Diungkapkan Penyair
1. Tema Puisi
Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh
penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Tema yang banyak
terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan, kemanusiaan, cinta, patriotisme,
perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan
tema kesetiakawanan.
2. Nada dan Suasana Puisi
Puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Dari sikap itu
terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui,
memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam,
santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis,
khusyuk, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
223
3. Perasaan dalam Puisi
Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan
dapat ditangkap jika puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi
dengan suara keras akan lebih membantu menemukan perasaan penyair yang
melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.
4. Amanat Puisi
Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca
setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan
pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Meskipun
ditentukan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi
puisi yang dikemukakan penyair.
Membaca Puisi
Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa
yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Membaca puisi tidak hanya
menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca
puisi pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan,
dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya
harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang
lahir merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Sehingga membuat
saat membaca puisi, unsur emosi sangat penting. Jadi, membaca puisi ialah
membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan memperhatikan irama, volume
suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi puisi.
Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan
menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup. Irama dalam
bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi
bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian
berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan
metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap
disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi
tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
224
merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang
penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritma
Volume suara adalah kekerasan suara yang dihasilkan pembaca puisi.
Volume suara pada saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan
situasi. Volume pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang
bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar.
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa
puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai
dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan
dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.
kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai
bagian tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-
jemari, tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala.
Langkah-langkah Pembelajaran :
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Alokasi
Waktu
Metode yang digunakan
1 Kegiatan Awal :
a. Guru memberi salam,
mengkondisikan kelas, dan
mengecek presensi peserta didik.
b. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
yaitu membaca indah puisi
dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi.
c. Guru memulai apresepsi dengan
meminta siswa untuk
10 menit (T=Tanamkan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
225
menyanyikan lagu yang sudah
dipilih sendiri oleh siswa sambil
bertepuk tangan.
2 Kegiatan Inti:
a. Guru menyampaikan kembali
materi puisi disertai beberapa
cara membaca puisi yang lebih
sederhana. Dilakukan tanya
jawab dengan siswa sehingga
siswa terarah untuk dapat
menyatakan pendapat tentang
pertanyaan dari guru dan materi
yang telah disampaikan guru.
b. Guru membagikan trankrip puisi
yang berjudul “Aku” karya
Chairil Anwar. Transkrip juga
disertai lembar pertanyaan dan
jawab untuk siswa (tes untuk
siswa secara tulis).
c. Guru menampilkan narasumber
yang sudah dipersiapkan. Setelah
narasumber selesai membaca
puisi, narasumber bertanya jawab
dengan siswa mengenai
pembacaan puisinya.
d. Siswa kembali menerima
penjelasan dari guru bahwa
pengalaman-pengalaman yang
baru saja dilihatnya adalah sebuah
pembacaan indah puisi dengan
20 menit
(A = Alami).
(N = Namai)
(D = Demonstrasikan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
226
menggunakan irama, volume
suara, mimik, dan kinesik yang
sesuai dengan isi puisi.
3 Kegiatan Penutup :
a. Guru meminta siswa menjawab
pertanyaan di lembar kerja yang
sudah dibagikan bersama
kelompok (teman sebangku).
b. Guru memberikan kesempatan
siswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Guru memberikan tugas rumah
untuk memperbaiki jawaban
pertanyaan pada lembar kerja
tersebut.
d. Guru menutup pelajaran dengan
menyanyikan lagu sambil
bertepuk tangan.
10 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
227
Pertemuan kedua
No Kegiatan Alokasi
Waktu
Metode yang digunakan
1 Kegiatan Awal :
a. Guru memberi salam,
mengkondisikan kelas, dan
mengecek presensi siswa.
b. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
yaitu membaca indah puisi
dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi.
c. Guru melakukan apersepsi dengan
mengulang sekilas materi yang
telah disampaikan melalui tanya
jawab.
5 menit (U = Ulangi)
2 Kegiatan Inti
a. Guru meminta setiap siswa
mengeluarkan tugas pada
pertemuan sebelumnya.
b. Guru meminta peserta didik
untuk membaca indah puisi
dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi di
depan kelas satu persatu.
(diselingi dengan diskusi
pembacaan puisi)
c. Setelah semua siswa mendapat
30 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
228
giliran membaca indah, bersama
guru memilih siswa dengan
pembacaan puisi terbaik.
d. Guru memberikan pujian atau
reward sebagai penghargaan
kepada siswa.
(R = Rayakan)
3 Kegiatan Penutup :
a. Guru bersama siswa melakukan
refleksi dan menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
b. Guru memberikan kesempatan
siswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Guru menutup pelajaran dengan
menyanyikan lagu sambil
bertepuk tangan.
5 menit
Sumber Belajar
4. LKS
5. Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia.
6. Maria Utami. 2010. Mamilih Puisi, Membangun Karakter. Semarang:
bandunganInstitut.
Media
4. Materi disajikan dengan media Power Point melalui LCD.
5. Traskrip puisi berjudul ” Aku ”, yang dibagikan pada siswa.
Penilaian / Evaluasi :
Jenis Tes : tes lisan (membaca indah puisi) dan tertulis
(pemahaman dalam bentuk tema, perasaan,
suasana, dan pesan puisi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
229
1. Bentuk Tes
a. teknik : tes unjuk kerja (lisan) dan produk (tertulis)
b. bentuk instrumen : tes praktik
c. Soal :
1) Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan:
e. Tema
f. Perasaan
g. Suasana
h. Pesan
2) Bacalah puisi tersebut di depan kelas dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
b. Kunci Jawaban
Terlampir
3) Penilaian Hasil
Penilaian Hasil Pembelajaran
No Nama siswa Aspek yang Dinilai Skor Nilai
Irama Volume
Suara
Mimik Kinesik
(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78)
Pedoman Penskoran
No Aspek yang dinilai Skor
1. Penggunaan Irama
Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan
Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat
menciptakan keindahan
Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat
menciptakan keindahan
Belum dapat menggunakan irama dengan baik
(Penggunaan irama sama sekali tidak menciptakan
keindahan)
Skor 1 - 4
4
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
230
2. Volume Suara
Volume suara sanagt sesuai dengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi,
suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan
puisi
Skor 1 – 4
4
3
2
1
3. Mimik
pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai
dengan isi puisi yang dibaca (sangat menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup
sesuai dengan isi puisi yang dibaca (cukup menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai
dengan isi puisi yang dibaca (kurang menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak
sesuai dengan isi puisi yang dibaca (tidak menghayati)
Skor 1 – 4
4
3
2
1
4. Kinesik
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan
atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan
atau wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan
atau wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan
atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Skor 1 – 4
4
3
2
1
Skor maksimal 1, 2, 3, 4 16
Nilai siswa = skor maksimum siswa X 100
16
2. Bentuk Tes
a. teknik : Tes individu
b. Bentuk instrumen : Tes praktik
c. Soal : (Individu)
Rubrik penilaian proses saat berlangsung pembelajaran membaca indah puisi di
kelas VII-B SMP Negeri I Jaten.
d.Kunci jawaban :
kondisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
231
4) Penilaian Proses
Penilaian Proses Pembelajaran
(Diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 130)
Pedoman Penskoran
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
1 = sangat kurang 4 = baik
2 = kurang 5 = amat baik
3 = cukup
b) Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....
Skor maksimal (15)
c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(7) Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4) Nilai = 70 – 89 baik
(8) Nilai = 30 – 49 kurang (5). Nilai = 90 – 100 sangat baik
(9) Nilai = 50 – 69 cukup
1) Keaktifan siswa selama apersepsi
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi
(menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik)
Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan
cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)
Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)
No Nama Siswa Keaktifan
siswa
selama
apersepsi
Keaktifan dan
perhatian
siswa pada
saat guru
menyampaika
n materi
Minat dan
motivasi
siswa saat
mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Skor Nilai Ket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
232
Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau
menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat
apersepsi).
2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru
menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai,
serta memberikan tanggapan (terjadi interaksi), dan
mengerjakan setiap tugas.
Skor 4 : Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan
sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan
tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan
materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru
menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya,
menjawab, menamai serta memberikan tanggapan.
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat
menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti
berbicara atau membuat gaduh).
3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan
adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang
diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara
sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
233
Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta
tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk).
Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun
kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang
serius).
Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan
terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan,
meletakkan kepala di meja).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang
diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan,
tertidur).
Surakarta, April 2011
Guru Kolaborator, Peneliti
Katrin Kusala, S. Pd Rininta Citra Ayu Sari
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Sri Djoko Widodo, S. H. M. H
NIP 195107 196712 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
234
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku,
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari berlari hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Karya: Chairil Anwar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
235
Lembar pertanyaan :
1) Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan:
e. Tema
f. Perasaan
g. Suasana
h. Pesan
Lembar Jawab :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
236
Lampiran 30. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus II
No Nama Siswa Keaktifan
Siswa
selama
apersepsi
Keaktifan dan
perhatian siswa
pada saat guru
menyampaikan
materi
Minat dan
motivasi siswa
saat
mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Skor Nilai Ket.
1 Abi Fernanda Majid 2 2 2 6 40 BT
2 Aldila Tri Warsisso 3 3 3 9 60 BT
3 Aprilia Nurul Fatimah 4 4 4 12 80 T
4 Bagas Aji Saputro 4 3 3 10 66,66 BT
5 Catur Wulandari 4 4 4 12 80 T
6 Dody Arya Nugraha 2 4 3 9 60 BT
7 Faradila Gita Intan P 4 4 4 12 80 T
8 Feri Endah Suryan 4 3 5 12 80 T
9 Ikhsan Ananto W 4 5 3 12 80 T
10 Ipho Dhanys P 4 2 2 8 53,33 BT
11 Ipunk Divos Vorenso 2 3 3 8 53,33 BT
12 Krisnatalia Sukma N 4 4 4 12 80 T
13 K Dewi Al Aminsyah 3 5 4 12 80 T
14 Linda Ayu Ningsih 4 4 4 13 86,6 T
15 Meyla Krisia 4 4 4 13 86,6 T
16 Monica Rachmawati 4 4 4 12 80 T
17 Mukharomah Nur MS 4 5 3 12 80 T
18 Mukhtar Khairudin A 2 3 3 8 53,33 BT
19 Nanda Maulana W 4 4 5 13 86,6 T
20 Niccolast Adnandito S 3 3 2 8 53,33 BT
21 Nina Indriyani 5 3 4 12 80 T
22 Rahadrian Satrio Ajie 4 2 2 8 53,33 BT
23 Rivan Aditya Pradana 3 4 3 10 66,66 BT
24 Roisyah A 4 4 4 12 80 T
25 Rona Wahyu Wijaya 2 3 3 9 60 BT
26 Rosella Ayu Neny 4 4 4 12 80 T
27 Siska Mutia Ardani 3 5 4 12 80 T
28 Stanislaus Agung V 2 2 2 6 40 BT
29 Syandi Kresna Dwi A 2 2 2 6 40 BT
30 Tri Solikhati Pamuji 5 4 3 12 80 T
31 Yodheta Apriliasari 4 4 4 12 80 T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
237
Lampiran 31. Daftar Penilaian Hasil Membaca Puisi Siklus 1I
No Nama siswa Aspek yang Dinilai Skor Nilai Ket
Irama Volume
Suara
Mimik Kinesik
1 Abi Fernanda Majid 2 2 1 1 6 37,5 BT
2 Aldila Tri Warsisso 4 3 3 3 13 81,25 T
3 Aprilia Nurul Fatimah 3 4 3 3 13 81,25 T
4 Bagas Aji Saputro 3 4 3 2 12 75 T
5 Catur Wulandari 3 3 3 3 12 75 T
6 Dody Arya Nugraha 2 2 1 1 6 37,5 BT
7 Faradila Gita Intan Pratiwi 4 4 3 4 15 93,75 T
8 Feri Endah Suryan 3 4 2 3 12 75 T
9 Ikhsan Ananto W 3 4 3 2 12 75 T
10 Ipho Dhanys Priyambodo 3 3 3 3 12 75 T
11 Ipunk Divos Vorenso 3 4 3 3 13 81,25 T
12 Krisnatalia Sukma Nigita 3 3 3 3 12 75 T
13 K. Dewi Al Aminsyah 2 4 3 2 11 68,75 BT
14 Linda Ayu Ningsih 2 3 2 2 9 56,25 BT
15 Meyla Krisia 4 3 3 3 13 81,25 T
16 Monica Rachmawati 4 4 3 3 14 87,5 T
17 Mukharomah Nur MS 4 4 4 3 15 93,75 T
18 Mukhtar Khairudin Anwar 2 3 2 2 11 68,75 BT
19 Nanda Maulana W 4 4 3 4 15 93,75 T
20 Niccolast Adnandito S 2 3 2 3 11 68,75 BT
21 Nina Indriyani 4 3 4 4 15 93,75 T
22 Rahadrian Satrio Ajie 3 4 3 2 12 75 T
23 Rivan Aditya Pradana 3 3 3 3 12 75 T
24 Roisyah Ashashaddiqah 4 4 3 4 15 93,75 T
25 Rona Wahyu Wijaya 2 3 2 2 9 56,25 BT
26 Rosella Ayu Neny 4 4 4 3 15 93,75 T
27 Siska Mutia Ardani 3 3 3 3 12 75 T
28 Stanislaus Agung V 2 2 1 1 6 37,5 BT
29 Syandi Kresna Dwi A 3 3 3 2 11 68,75 BT
30 Tri Solikhati Pamuji 2 3 2 2 9 56,25 BT
31 Yodheta Apriliasari 2 3 2 2 9 56,25 BT
Keterangan
BT = Belum Tuntas
T = Tuntas
Pada tindakan siklus II sebanyak 20 siswa (64,51%) dinyatakan tuntas
dengan nilai 74.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
238
Lampiran 32. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1I
No Aktivitas dalam Pembelajaran Presentase
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Siswa aktif selama apersepsi 45,16 % 61 %
2. Siswa aktif dan perhatian saat
kegiatan pembelajaran
48,38 % 58 %
3. Siswa berminat dan memiliki
motivasi saat kegiatan
pembelajaran
48,38 % 48 %
4. Siswa mampu membaca puisi
dengan baik (ketuntasan hasil
belajar membaca puisi mendapat
nilai 74)
48,38 % 64,51 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
239
Lampiran 33. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus 1I
Siklus : (I/II/III)
Nama Guru : Katrin Kusala, S. Pd.
Hari/Tanggal : 13 dan 16 April 2011
Waktu : 10.00 - 11.20
No Aspek Keterangan
1. Materi
Interest (menarik)
Ketertarikan siswa sudah mulai
terlihat pada materi yang
disampaikan guru karena pada
saat memberikan materi guru
lebih banyak disertai tanya
jawab.
2. Modal Kesiapan:
a. Gerak:
1). Posisi guru waktu menjelaskan
2). Posisi guru saat menulis
3). Mimik guru waktu
menjelaskan
b. Suara:
1). Kekuatan/kekerasan
2). Intonasi lagu
3). Tekanan bicara pada hal yang
penting
c. Titik perhatian:
1). Pandangan guru terhadap
siswa
2). Interaksi bertemu pandang
guru-siswa
3). Perhatian guru waktu
menjelaskan materi
d. Isyarat Verbal
1). Ucapan reward
2). Ucapan punishment
e. Waktu selang:
1). Ucapan
2). Diam produktif
Posisi guru saat memberikan
materi berdiri namun lebih sering
hanya berada di depan (tidak
berjalan mengelilingi siswa).
Guru diam atau saat menulis
guru tidak dengan menjelaskan.
Dengan ekspresi wajah yang
gembira.
(Keras/jelas/lemah)*
(Naik turun/menarik/datar)*
(Ada/sebagian kecil/tidak ada)*
(Menyeluruh/sebagian)*
(Ada/tidak ada)*
(Siswa/papan tulis/benda lain)*
(Ada/tidak ada)* Sesuai dengan
prinsip rayakan
(Ada/tidak ada)*
Kata perkata yang diucapkan
guru berganti dalam waktu
kurang lebih 1 detik
Hanya berlangsung sebentar dan
diam ini digunakan guru sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
240
jeda di sela-sela menjelaskan
materi
3. Keterampilan Operasional
a. Membuka Pelajaran:
1) Membuka dengan salam
2) Memberikan sedikit pengantar
untuk menumbuhkan interest
siswa pada materi yang akan
dipelajari
3) Menjelaskan tujuan dan
penilaian materi secara rinci
b. Mendorong dan melibatkan siswa:
1). Guru mengajukan
pertanyaan/persoalan agar
dijawab/dipecahkan oleh
siswa
2). Memberikan kesempatan pada
siswa untuk berpendapat.
c. Mengajukan pertanyaan:
1). Pertanyaan ditujukan pada
seluruh siswa di kelas
2). Setiap siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk
diberi pertanyaan/menjawab
3). Suasana bertanya-jawab
4). Apabila tidak ada siswa yang
menjawab soal dan perhatian
dialihkan pada siswa lain
5). Pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan pokok penting
yang harus diketahui siswa
dan tujuan pembelajaran
6). Pertanyaan untuk siswa yang
tidak memperhatikan
d. Menggunakan isyarat non-verbal
1). Gerakan guru yang dapat
mendukung kejelasan materi
Ya (Selamat pagi anak-anak)
Ya (Guru mengawali apersepsi
dengan mengajak siswa untuk
menyanyikan lagu yang dipilih
siswa)
Ya
Ya (Guru menanyakan apakah
terdapat hubungan antara lagu
dan puisi)
Ya (pada sat kegiatan inti dan
evaluasi guru lebih banyak
memberi kesempatan siswa
untuk berpendapat, sudah lebih
banyak siswa yang berani
berpendapat)
Ya (untuk diskusi penilaian
pembacaan puisi)
Ya
Siswa sudah mulai menunjukkan
adanya keaktifan meski hanya
sebagian siswa
Ya (karena siswa yang ditunjuk
tidak berani membacakan puisi
maka guru menunjuk siswa lain)
Ya (pertanyaan yang diberikan
guru berhubungan erat dengan
materi membaca puisi)
Ya (siswa yang tidak
memperhatikan ditegur dan
diberi pertanyaan secara tiba-
tiba)
Disertai gerakan tangan yang
mendukung materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
241
2). Mimik guru yang dapat
mendukung kejelasan materi
e. Menanggapi siswa:
1). Memberikan penguatan di
akhir pembelajaran
2). Memberikan jawaban yang
meyakinkan atas pertanyaan
siswa
f. Alokasi waktu
g. Mengakhiri pelajaran:
1). Saran atau nasihat agar siswa
mempelajari lagi di rumah
2). Mengingatkan hal-hal yang
harus dipelajari siswa pada
pertemuan berikutnya
dijelaskan
Telah menunjukkan raut wajah
dengan ekspresi yang
mendukung saat menjelaskan
materi membaca puisi
Guru belum sepenuhnya
memberikan penguatan pada
siswa
Cukup meyakinkan
(40 menit x 4)
-
-
Hal-Hal Lain
No Pertanyaan Nilai Sikap
A B C D
1. Penguasaan bahan ajar v
2. Hubungan dengan
siswa
v
3. Bahasa yang digunakan v
4. Jawaban terhadap
pertanyaan siswa
v
Peneliti
Rininta Citra Ayu Sari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
242
Lampiran 34. Catatan Lapangan Siklus II
Hari/Tanggal : 13 dan 16 April 2011
Tempat : Ruang kelas VIIB Sekolah Menengah Negeri 1 Jaten
Deskripsi :
Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Rabu,
13 April dan Sabtu, 16 April 2011 yang keduanya dilaksanakan pada jam kelima
dan keenam yakni pukul 10.00 – 11.20 WIB. Seperti biasanya, jam kelima
dimulai setelah jam keempat selesai diteruskan istirahat pertama, oleh karenanya
meski sudah terdengar bel jam kelima, beberapa anak terlihat masih di luar kelas
dan sebagian lagi masih membawa makanan. Siswa diberikan waktu 5 menit
untuk masuk kelas dan mempersiapkan pelajaran. Setelah guru mengucapkan
salam dan menanyakan kondisi siswa, kemudian guru mengajak siswa untuk
bernyanyi namun sebelumnya guru dan siswa memilih bersama lagu yang akan
dinyanyikan bersama. Terlihat beberapa siswa mulai memberikan pilihan-pilihan
judul lagu yang membuat kelas sedikit gaduh karena secara bersama-sama. Semua
siswa menyanyikannya dengan serentak. Ada beberapa siswa yang terlihat kurang
hafal, namun mereka tetap mengikuti dan menyanyikan lagu tersebut dengan
bertepuk tangan. Guru mengungkapkan bahwa lagu pada dasarnya merupakan
sebuah puisi yang dinyanyikan. Seperti halnya lagu yang telah dinyanyikan guru
dan siswa di awal pembelajaran.
Guru selanjutnya, menanyakan pada siswa mengenai materi membaca
puisi yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru mengulangi materi
dengan cara yang lebih sederhana. Tampak beberapa siswa terlihat memahami
materi yang disampaikan. Kemudian guru membagikan teks puisi, lembar
pertanyaan, dan lembar jawab untuk siswa. Guru menjelaskan bahwa sebelum
membaca puisi sebaiknya harus memahami isi puisi. Isi puisi berupa tema,
amanat, suasana, dan perasaan yang terdapat di dalam puisi. Guru kemudian
menampilkan seorang narasumber untuk membacakan puisi tersebut di depan
kelas. Pembacaan puisi oleh narasumber membuat siswa fokus terhadap
pembelajaran kemudian narasumber juga bertanya jawab dengan siswa mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
243
cara membaca puisi yang baik. Guru memberikan tugas rumah untuk dibawa saat
di pertemuan selanjutnya dan menutup pelajaran.
Pada pertemuan kedua guru mengulas materi dengan beberapa
pertanyaan pada siswa. Setelah siswa dan guru berdiskusi, guru memberikan
kesempatan pada siswa yang ingin membacakan puisi yang telah dibawa. Seorang
siswa yang bernama Nanda maju membacakan puisi. Mendengar cara membaca
Nanda, siswa-siswa lain tertawa hingga suasana agak gaduh namun guru berusaha
mengkondisikan kelas kembali. Setelah itu guru menanyakan isi puisi tersebut,
ada yang menjawab mengenai semagat manusia, pemberontakan manusia,
keberanian manusia, dan sebagainya. Suasana kelas pun menjadi gaduh. Gurupun
kembali menenangkan siswa bahwa apa yang mereka ungkapan tidak salah.
Guru memandu siswa untuk berlatih membaca puisi. Guru pun bertanya,
“siapa yang mau membaca puisi pertama kali”? Terlihat siswa saling menunjuk
teman-temannya. Suasana ini membuat kelas gaduh penuh dengan canda tawa dan
guru kembali menormalkan keadaan dengan meminta siswa yang memiliki nomor
absen sama dengan tanggal pada hari itu. Siswa yang merasa nomor absennya,
malu-malu maju untuk membaca puisi. Siswa pun terlihat mendengarkan
pembacaan puisi teman-temannya. Pada saat memberikan materi guru lebih
banyak menggunakan metode tanya jawab dan terlihat lebih banyak siswa yang
memperhatikan serta merespon pertanyaan guru daripada saat siklus sebelumnya.
Setelah semua siswa membaca puisi di depan, guru pun meminta siswa
lain untuk memberikan tanggapan mengenai puisi yang telah dibacakan. Dalam
siklus ini lebih banyak siswa yang mau berpendapat, kebanyakan mereka
berpendapat bahwa pembacaan puisi temannya sudah bagus. Guru juga memberi
pengutan bahwa pembacaan puisi tersebut sudah menggunakan irama, volume,
mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. Guru bersama-sama siswa
menentukan beberapa siswa dengan hasil pekerjaan terbaik dan memberikan
reward pada mereka. Guru pun mengajak siswa lain untuk bertepuk tangan dan
mengakhiri pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
244
Refleksi:
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini secara keseluruhan sudah cukup
baik namun masih terdapat beberapa kelemahan, yakni: (1) Guru masih kesulitan
dalam mengkondisikan siswa yang gaduh; (2) Guru masih belum total dalam
pelaksaan metode pembelajaran sehingga terlihat masih kaku; (3) siswa belum
terkondisi dengan baik sehingga masih terlihat gaduh di dalam kelas; (4) untuk
lebih mendorong siswa agar lebih merespon guru dalam mengikuti pembelajaran
membaca puisi maka pembelajaran sebaiknya dibuat lebih bervariasi lagi
misalnya dengan kegiatan apersepsi yang lebih menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
245
Lampiran 36. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi siklus II
Guru menerangkan materi dengan mimik dan gerakan yang
mendukung
Narasumber membaca puisi di depan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
246
Siswa lebih memperhatikan guru saat pembelajaran
Narasumber juga meminta siswa untuk berlatih membaca puisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
247
LAMPIRAN
SIKLUS III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
248
Lampiran 37. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : VII Bahasa/II
Alokasi Waktu : 80 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi :
Membaca
15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita
anak.
Kompetensi Dasar :
15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik,
kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Indikator :
1. Peserta didik mampu memahami tema, perasaan, suasana, dan pesan
penyair dalam puisi agar lebih menghayati isi puisi saat dibaca.
2. Peserta didik mampu membaca indah puisi dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Tujuan Pembelajaran :
Peserta didik dapat membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume
suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Pendekatan dan Metode Pembelajaran :
Pendekatan Pembelajaran : Quantum
Metode Pembalajaran : TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
249
1. Tanya jawab
2. Ceramah
3. Inkuiri
4. Penugasan
5. Demonstrasi
6. Diskusi
Materi Pembelajaran :
Pengertian Puisi
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Puisi juga
merupakan wacana berbentuk ekspresi, konsentrasi rasa dan pengalaman jiwa
penyair yang berisi unsur-unsur emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama,
kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang
bercampur baur. Puisi merupakan jenis/genre sastra paling pekat dan padat. Efek
yang terjadi pada keadaan puisi dari kondisi yang semacam itu adalah bahwa puisi
itu singkat, padat, konotatif, poliinterpretabel, ekspresif, dan penuh kata irasional
serta nongramatik.
Ciri- ciri Puisi
1) Pamadatan bahasa
Bahasa dipadatkan agar membentuk larik dan bait yang sama sekali
berbeda hakikatnya.
2) Pemilihan kata khas
Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek
dan efek pengucapannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
pemilihan kata-kata adalah sebagai berikut :
a) Makna kias
Makna kias adalah makna yang bukan sebenanya atau disebut pula
dengan makna konotatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
250
b) Lambang
Lambang adalah suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan
dan apa yang dimaksudkan terjadi hubungan asosiasi. Lambang sendiri
tidak langsung menunjukkan sesuatu.
c) Persamaan bunyi atau rima
Kemiripan bunyi antara suku-suku kata.
3) Kata Konkret
Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Bagi penyair
mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun pembaca sering lebih
sulit ditafsirkan maknanya.
4) Pengimajian
Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya.
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau
memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair.
5) Irama (Ritme)
Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan
kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi
yang menimbulkan gelombang serta menciptakan keindahan.
6) Tata Wajah
Puisi yang mementingkan tata wajah, menciptakan puisi seperti gambar,
disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang
mewakili maksud tertentu.
Hal-hal yang Diungkapkan Penyair
1. Tema Puisi
Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh
penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Tema yang banyak
terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan, kemanusiaan, cinta, patriotisme,
perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan
tema kesetiakawanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
251
2. Nada dan Suasana Puisi
Puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Dari sikap itu
terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui,
memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam,
santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis,
khusyuk, dan sebagainya.
3. Perasaan dalam Puisi
Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan
dapat ditangkap jika puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi
dengan suara keras akan lebih membantu menemukan perasaan penyair yang
melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.
4. Amanat Puisi
Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca
setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan
pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Meskipun
ditentukan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi
puisi yang dikemukakan penyair.
Membaca Puisi
Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa
yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Membaca puisi tidak hanya
menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca
puisi pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan,
dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya
harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang
lahir merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Sehingga membuat
saat membaca puisi, unsur emosi sangat penting. Jadi, membaca puisi ialah
membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan memperhatikan irama, volume
suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi puisi.
Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan
menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup. Irama dalam
bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
252
bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian
berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan
metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap
disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi
tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak
merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang
penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritma
Volume suara adalah kekerasan suara yang dihasilkan pembaca puisi.
Volume suara pada saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan
situasi. Volume pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang
bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar.
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa
puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai
dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan
dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.
kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai
bagian tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-
jemari, tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala.
Langkah-langkah Pembelajaran :
Pertemuan Pertama
No Kegiatan Alokasi
Waktu
Metode yang digunakan
1 Kegiatan Awal :
d. Guru memberi salam,
mengkondisikan kelas, dan
mengecek presensi peserta didik.
e. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
yaitu membaca indah puisi
35 menit (T=Tanamkan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
253
dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi.
f. Guru memulai apresepsi dengan
permainan untuk siswa yakni guru
akan mengeluarkan secarik kertas
bertemakan Ketuhanan dengan
judul yang belum ditentukan
(karena akan ditentukan bersama
murid). Kertas tersebut akan
diputar ke seluruh kelas
(berurutan). Setiap siswa yang
memegang kertas tersebut harus
menuliskan satu kata, begitu
seterusnya sampai semua siswa
mendapat bagian untuk
menulisinya.
g. Kemudian guru meminta beberapa
orang siswa secara sukarela untuk
membaca rangkaian kata tersebut
di depan kelas.
h. Guru menjelaskan bahwa
rangkaian kata tersebut bisa
menjadi sebuah puisi.
i. Setelah beberapa siswa maju dan
guru memberi penjelasan, guru
dan siswa bersama-sama
memperbaiki rangkaian kata
tersebut menjadi sebuah puisi
yang indah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
254
2 Kegiatan Inti:
g. Siswa mendapatkan penjelasan
dari guru bahwa pada pertemuan
kali ini mereka akan belajar
membaca puisi dengan puisi yang
mereka buat sendiri bersama
teman-teman. Guru juga memberi
materi mengenai membaca puisi.
h. Guru membagikan lembar
kosong, lembar pertanyaan dan
lembar jawab untuk siswa (tes
tertulis untuk siswa).
i. Setelah puisi tersebut selesai
dibuat dan siswa sudah
menuliskannya di lembar kosong
yang sudah dibagikan, siswa
ditugasi untuk mencari tema,
suasana, perasaan, dan pesan yang
terkandung di dalam puisi buatan
mereka sendiri tersebut di lembar
yang sudah dibagikan (secara
berkelompok, teman sebangku)
j. Guru kembali meminta salah
seorang siswa untuk membaca
puisi yang baru saja di buat tadi di
depan kelas.
k. Siswa kembali menerima
penjelasan dari guru bahwa
pengalaman-pengalaman yang
baru saja dilihatnya adalah sebuah
pembacaan indah puisi dengan
30 menit
(A = Alami).
(N = Namai)
(D = Demonstrasikan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
255
menggunakan irama, volume
suara, mimik, dan kinesik yang
sesuai dengan isi puisi.
3 Kegiatan Penutup :
f. Guru meminta siswa untuk
memperbaiki tugas yang sudah
diberikan tadi dan belajar
membaca puisi tersebut di
rumah.
g. Guru memberikan kesempatan
siswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
h. Guru menutup pelajaran dengan
menyanyikan lagu sambil
bertepuk tangan.
15 menit
Pertemuan kedua
No Kegiatan Alokasi
Waktu
Metode yang digunakan
1 Kegiatan Awal :
d. Guru memberi salam,
mengkondisikan kelas, dan
mengecek presensi siswa.
e. Guru kembali menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai yaitu membaca indah
puisi dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi.
f. Guru melakukan apersepsi dengan
5 menit (U = Ulangi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
256
mengulang sekilas materi yang
telah disampaikan melalui tanya
jawab.
2 Kegiatan Inti
e. Guru meminta setiap siswa
mengeluarkan tugas pada
pertemuan sebelumnya.
f. Guru meminta peserta didik
untuk membaca indah puisi
dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik
yang sesuai dengan isi puisi di
depan kelas satu persatu.
(diselingi dengan diskusi
pembacaan puisi)
g. Setelah semua siswa mendapat
giliran membaca indah, bersama
guru memilih siswa dengan
pembacaan puisi terbaik.
h. Guru memberikan pujian atau
reward sebagai penghargaan
kepada siswa.
70 menit
(R = Rayakan)
3 Kegiatan Penutup :
e. Guru bersama siswa melakukan
refleksi dan menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
f. Guru memberikan kesempatan
siswa untuk menanyakan hal-hal
5 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
257
yang kurang jelas.
g. Guru menutup pelajaran dengan
menyanyikan lagu sambil
bertepuk tangan.
Sumber Belajar
1. Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia.
2. Maria Utami. 2010. Mamilih Puisi, Membangun Karakter. Semarang:
Bandungan Institut.
Media
1. Materi disajikan dengan media Power Point melalui LCD.
2. 2 lembar kertas yang dibagikan pada siswa.
Penilaian / Evaluasi :
Jenis Tes : tes lisan (membaca indah puisi) dan tertulis
(pemahaman dalam bentuk tema, perasaan,
suasana, dan pesan puisi)
1. Bentuk Tes
a. teknik : tes unjuk kerja (lisan) dan produk (tertulis)
b. bentuk instrumen : tes praktik
c. Soal :
1. Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan:
a. Tema
b. Perasaan
c. Suasana
d. Pesan
2. Bacalah puisi tersebut di depan kelas dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
d. Kunci Jawaban
Terlampir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
258
1) Penilaian Hasil
Penilaian Hasil Pembelajaran
No Nama siswa Aspek yang Dinilai Skor Nilai
Irama Volume
Suara
Mimik Kinesik
(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78)
Pedoman Penskoran
No Aspek yang dinilai Skor
1. Penggunaan Irama
Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan
Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat
menciptakan keindahan
Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat
menciptakan keindahan
Belum dapat menggunakan irama dengan baik
(Penggunaan irama sama sekali tidak menciptakan
keindahan)
Skor 1 - 4
4
3
2
1
2. Volume Suara
Volume suara sanagt sesuai dengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana,
keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi,
suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan
puisi
Skor 1 – 4
4
3
2
1
3. Mimik
pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai
dengan isi puisi yang dibaca (sangat menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup
sesuai dengan isi puisi yang dibaca (cukup menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai
dengan isi puisi yang dibaca (kurang menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak
sesuai dengan isi puisi yang dibaca (tidak menghayati)
Skor 1 – 4
4
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
259
4. Kinesik
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan
atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan
atau wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan
atau wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan
atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Skor 1 – 4
4
3
2
1
Skor maksimal 1, 2, 3, 4 16
Nilai siswa = skor maksimum siswa X 100
16
2. Bentuk Tes
a. teknik : Tes individu
b. Bentuk instrumen : Tes praktik
c. Soal : (Individu)
Rubrik penilaian proses saat berlangsung pembelajaran membaca indah puisi di kelas
VII-B SMP Negeri I Jaten.
d.Kunci jawaban :
kondisional.
2) Penilaian Proses
Penilaian Proses Pembelajaran
(Diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 130)
Pedoman Penskoran
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
No Nama Siswa Keaktifan
siswa
selama
apersepsi
Keaktifan dan
perhatian siswa
pada saat guru
menyampaikan
materi
Minat dan
motivasi
siswa saat
mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Skor Nilai Ket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
260
1 = sangat kurang 4 = baik
2 = kurang 5 = amat baik
3 = cukup
b) Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....
Skor maksimal (15)
c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(10) Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4) Nilai = 70 – 89 baik
(11) Nilai = 30 – 49 kurang (5). Nilai = 90 – 100 sangat
baik
(12) Nilai = 50 – 69 cukup
1) Keaktifan siswa selama apersepsi
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi
(menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik)
Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan
cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)
Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)
Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau
menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat
apersepsi).
2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru
menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai,
serta memberikan tanggapan (terjadi interaksi), dan
mengerjakan setiap tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
261
Skor 4 : Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan
sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan
tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan
materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru
menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya,
menjawab, menamai serta memberikan tanggapan.
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat
menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti
berbicara atau membuat gaduh).
3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan
adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang
diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara
sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).
Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta
tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk).
Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun
kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang
serius).
Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan
terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan,
meletakkan kepala di meja).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang
diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan,
tertidur).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
262
Surakarta, Mei 2011
Guru Kolaborator Peneliti
Katrin Kusala, S. Pd Rininta Citra Ayu Sari
NIP 19691122 200701 2 014 X1207015
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Sri Djoko Widodo, S. H. M. H
NIP 195107 196712 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
263
Lembar Pertanyaan
3. Pahamilah teks puisi yang sudah kalian buat, kemudian tentukan:
i. Tema
j. Perasaan
k. Suasana
l. Pesan
4. Bacalah puisi tersebut dengan menggunakan irama, volume, mimik, dan
kinesik yang sesuai dengan isi puisi.
Lembar Jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
264
Lampiran 38. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus III
No Nama Siswa Keaktifan
Siswa
selama
apersepsi
Keaktifan dan
perhatian siswa pada
saat guru
menyampaikan
materi
Minat dan
motivasi siswa
saat mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Skor Nilai Ket.
1 Abi Fernanda Majid 4 4 4 12 80 T
2 Aldila Tri Warsisso 4 4 4 12 80 T
3 Aprilia Nurul Fatimah 4 4 4 12 80 T
4 Bagas Aji Saputro 4 4 4 12 80 T
5 Catur Wulandari 4 4 4 12 80 T
6 Dody Arya Nugraha 4 4 3 11 73,33 BT
7 Faradila Gita Intan P 4 5 4 13 86,66 T
8 Feri Endah Suryan 4 4 5 13 86,66 T
9 Ikhsan Ananto W 4 4 3 11 73,33 BT
10 Ipho Dhanys P 4 4 4 12 80 T
11 Ipunk Divos Vorenso 5 4 4 13 86,66 T
12 Krisnatalia Sukma N 4 3 4 11 73,33 BT
13 K Dewi Al Aminsyah 4 4 5 13 86,66 T
14 Linda Ayu Ningsih 5 5 4 14 93,33 T
15 Meyla Krisia 4 3 5 12 80 T
16 Monica Rachmawati 4 5 3 12 80 T
17 Mukharomah Nur MS 4 4 5 13 86,66 T
18 Mukhtar Khairudin A 3 5 4 12 80 T
19 Nanda Maulana W 4 4 5 13 86,66 T
20 Niccolast Adnandito S 4 4 3 11 73,33 BT
21 Nina Indriyani 4 5 4 13 86,66 T
22 Rahadrian Satrio Ajie 4 4 4 12 80 T
23 Rivan Aditya Pradana 5 5 4 14 93,33 T
24 Roisyah A 5 4 4 13 86,66 T
25 Rona Wahyu Wijaya 5 3 5 13 86,66 T
26 Rosella Ayu Neny 3 4 5 12 80 T
27 Siska Mutia Ardani 3 3 4 10 66,67 BT
28 Stanislaus Agung V 3 2 3 8 53,33 BT
29 Syandi Kresna Dwi A 3 3 3 9 60 BT
30 Tri Solikhati Pamuji 4 4 5 13 86,66 T
31 Yodheta Apriliasari 4 4 4 12 80 T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
265
Lampiran 39. Daftar Penilaian Hasil Membaca Puisi Siklus 1II
No Nama siswa Aspek yang Dinilai Skor Nilai Ket
Irama Volume
Suara
Mimik Kinesik
1 Abi Fernanda Majid 3 2 3 2 10 62,5 BT
2 Aldila Tri Warsisso 4 3 3 3 13 81,25 T
3 Aprilia Nurul Fatimah 4 4 3 3 14 87,5 T
4 Bagas Aji Saputro 4 4 3 3 14 87,5 T
5 Catur Wulandari 3 2 3 3 11 68,75 BT
6 Dody Arya Nugraha 3 3 3 3 12 75 T
7 Faradila Gita Intan P 3 4 4 3 14 87,5 T
8 Feri Endah Suryan 4 4 3 3 14 87,5 T
9 Ikhsan Ananto W 4 3 3 2 12 75 T
10 Ipho Dhanys Priyambodo 3 3 3 3 12 75 T
11 Ipunk Divos Vorenso 3 3 3 3 12 75 T
12 Krisnatalia Sukma Nigita 4 4 3 3 14 87,5 T
13 K. Dewi Al Aminsyah 4 3 4 3 14 87,5 T
14 Linda Ayu Ningsih 4 3 3 3 13 81,25 T
15 Meyla Krisia 4 3 4 3 14 87,5 T
16 Monica Rachmawati 3 4 3 3 13 81,25 T
17 Mukharomah Nur MS 4 4 4 3 15 93,75 T
18 Mukhtar Khairudin A 4 4 2 2 12 75 T
19 Nanda Maulana W 4 3 3 4 14 87,5 T
20 Niccolast Adnandito S 4 3 3 3 13 81,25 T
21 Nina Indriyani 3 4 3 3 13 81,25 T
22 Rahadrian Satrio Ajie 3 4 3 3 13 81,25 T
23 Rivan Aditya Pradana 4 3 3 3 13 81,25 T
24 Roisyah Ashashaddiqah 4 4 3 4 15 93,75 T
25 Rona Wahyu Wijaya 2 3 3 3 11 68,75 BT
26 Rosella Ayu Neny 4 4 3 4 15 93,75 T
27 Siska Mutia Ardani 3 4 3 3 13 81,25 T
28 Stanislaus Agung V 3 2 3 2 10 62,5 BT
29 Syandi Kresna Dwi A 2 3 3 2 10 62,5 BT
30 Tri Solikhati Pamuji 3 4 3 3 13 81,25 T
31 Yodheta Apriliasari 3 3 3 3 12 75 T
Keterangan
BT = Belum Tuntas
T = Tuntas
Pada tindakan siklus III sebanyak 26 siswa (83,87%) dinyatakan tuntas dengan
nilai 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
266
Lampiran 40. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1II
No Aktivitas dalam Pembelajaran Presentase
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Siswa aktif selama apersepsi 45,16 % 61 % 83,8 %
2. Siswa aktif dan perhatian saat
kegiatan pembelajaran
48,38 % 58 % 80,64
3. Siswa berminat dan memiliki
motivasi saat kegiatan
pembelajaran
48,38 % 48 % 80,64
4. Siswa mampu membaca puisi
dengan baik (ketuntasan hasil
belajar membaca puisi mendapat
nilai 74)
48,38 % 64,51 % 83,87 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
267
Lampiran 41. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus 1II
Siklus : (I/II/III)
Nama Guru : Katrin Kusala, S. Pd.
Hari/Tanggal : 11 dan 18 Mei 2011
Waktu : 10.00 - 11.20
No Aspek Keterangan
1. Materi
Interest (menarik)
Ketertarikan siswa sudah mulai
terlihat pada materi yang
disampaikan guru karena pada
saat memberikan materi guru
lebih banyak disertai tanya jawab
dan diskusi
2. Modal Kesiapan:
a. Gerak:
1) Posisi guru waktu menjelaskan
2) Posisi guru saat menulis
3) Mimik guru waktu
menjelaskan
b. Suara:
1) Kekuatan/kekerasan
2) Intonasi lagu
3) Tekanan bicara pada hal yang
penting
c. Titik perhatian:
1) Pandangan guru terhadap siswa
2) Interaksi bertemu pandang
guru-siswa
3) Perhatian guru waktu
menjelaskan materi
d. Isyarat Verbal
1). Ucapan reward
2). Ucapan punishment
e. Waktu selang:
1). Ucapan
2). Diam produktif
Posisi guru saat memberikan
materi berdiri (berjalan
mengelilingi siswa)
Guru memberikan pertanyaan
saat sebelum menulis
Dengan ekspresi wajah yang
mendukung pembelajaran
(Keras/jelas/lemah)*
(Naik turun/menarik/datar)*
(Ada/sebagian kecil/tidak ada)*
(Menyeluruh/sebagian)*
(Ada/tidak ada)*
(Siswa/papan tulis/benda lain)*
(Ada/tidak ada)* Sesuai dengan
prinsip rayakan
(Ada/tidak ada)*
Kata perkata yang diucapkan
guru berganti dalam waktu
kurang lebih 1 detik
Hanya berlangsung sebentar dan
diam ini digunakan guru sebagai
jeda di sela-sela menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
268
materi
3. Keterampilan Operasional
a. Membuka Pelajaran:
1) Membuka dengan salam
2) Memberikan sedikit pengantar
untuk menumbuhkan interest
siswa pada materi yang akan
dipelajari
3) Menjelaskan tujuan dan
penilaian materi secara rinci
b. Mendorong dan melibatkan siswa:
1) Guru mengajukan
pertanyaan/persoalan agar
dijawab/dipecahkan oleh siswa
2) Memberikan kesempatan pada
siswa untuk berpendapat.
c. Mengajukan pertanyaan:
1) Pertanyaan ditujukan pada
seluruh siswa di kelas
2) Setiap siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk
diberi pertanyaan/menjawab
3) Suasana bertanya-jawab
4) Apabila tidak ada siswa yang
menjawab soal dan perhatian
dialihkan pada siswa lain
5) Pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan pokok penting
yang harus diketahui siswa dan
tujuan pembelajaran
6) Pertanyaan untuk siswa yang
tidak memperhatikan
d. Menggunakan isyarat non-verbal
1) Gerakan guru yang dapat
mendukung kejelasan materi
Ya (Selamat pagi anak-anak)
Ya (Guru mengawali apersepsi
bermain games yang sudah
disiapkan peneliti dan guru)
Ya
Ya (Guru menanyakan mengenai
rangkaian kata yang sudah dibuat
tadi dan hubungannya dengan
membaca puisi)
Ya (pada sat kegiatan inti dan
evaluasi guru lebih banyak
memberi kesempatan siswa
untuk berpendapat, sudah lebih
banyak siswa yang berani
berpendapat)
Ya (untuk diskusi penilaian
pembacaan puisi teman secara
langsung)
Ya
Sebagian besar siswa sudah
mulai menunjukkan adanya
keaktifan
Ya (karena siswa yang ditunjuk
tidak berani membacakan puisi
maka guru menunjuk siswa lain)
Ya (pertanyaan yang diberikan
guru berhubungan erat dengan
materi membaca puisi)
Ya (siswa yang tidak
memperhatikan ditegur dan
diberi pertanyaan secara tiba-
tiba)
Disertai gerakan tangan yang
mendukung materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
269
2) Mimik guru yang dapat
mendukung kejelasan materi
e. Menanggapi siswa:
1) Memberikan penguatan di
akhir pembelajaran
2) Memberikan jawaban yang
meyakinkan atas pertanyaan
siswa
f. Alokasi waktu
g. Mengakhiri pelajaran:
1) Saran atau nasihat agar siswa
mempelajari lagi di rumah
2) Mengingatkan hal-hal yang
harus dipelajari siswa pada
pertemuan berikutnya
dijelaskan
Telah menunjukkan raut wajah
dengan ekspresi yang
mendukung saat menjelaskan
materi membaca puisi
Guru belum sepenuhnya
memberikan penguatan pada
siswa
Cukup meyakinkan
(40 menit x 4)
-
-
Hal-Hal Lain
No Pertanyaan Nilai Sikap
A B C D
1. Penguasaan bahan ajar v
2. Hubungan dengan
siswa
v
3. Bahasa yang digunakan v
4. Jawaban terhadap
pertanyaan siswa
v
Peneliti
Rininta Citra Ayu Sari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
270
Lampiran 42. Catatan Lapangan Siklus III
Hari/Tanggal : 11 dan 18 Mei 2011
Tempat : Ruang kelas VIIB Sekolah Menengah Negeri 1 Jaten
Deskripsi :
Siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari
Rabu,11 Mei dan Rabu, 18 Mei 2011 yang keduanya dilaksanakan pada jam
kelima dan keenam yakni pukul 10.00 – 11.20 WIB. Seperti hari Rabu biasanya
jam kelima dimulai setelah istirahat pertama. Oleh karenanya, beberapa anak
terlihat masih di luar kelas dan sebagian lagi masih membawa makanan. Siswa
diberikan waktu 5 menit untuk masuk kelas dan mempersiapkan pelajaran. Setelah
guru mengucapkan salam dan menanyakan kondisi siswa, kemudian guru
mengajak siswa untuk bermain games secara bersama-sama. Guru mengeluarkan
selembar kertas dan membagikan ke seluruh kelas. Setiap siswa menulis sebuah
kata pilihannya. Beberapa siswa terlihat berdiskusi kata apa yang dipilih karena
kata tersebut harus bertemakan Ketuhanan. Setelah semua siswa menulis, guru
membacanya di depan kelas dan mengungkapkan bahwa rangkaian kata yang
ditulis tadi bisa menjadi sebuah puisi. Kemudian rangkaian kata tadi di diskusikan
bersama agar menjadi sebuah puisi yang nantinya akan dibaca siswa.
Guru selanjutnya, membagikan lembar kosong, pertanyaan, dan jawab
pada siswa. “Bu, lembar yang kosong buat apa?” Tanya seorang siswa bernama
Rosella. Guru menjawab, lembar yang kosong kalian gunakan untuk menuliskan
puisi yang sudah dibuat bersama. Kemudian di lembar jawab kalian tulis jawaban
dari pertanyaan di lembar pertanyaan. Setelah itu, guru meminta tugas tersebut
dikerjakan di rumah dan akan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Tak lupa
guru meminta secara sukarela salah seorang siswa mau membacakan puisi di
depan. Siswa bernama Roisyah maju untuk membaca puisi dengan sanagt bagus
sehingga mendapat tepuk tangan dari teman-teman yang lain. Guru mengucapkan
terimakasih pada siswa tersebut dan mempersilakan duduk. Di akhir pelajaran
guru mengingatkan untuk tetap berlatih membaca puisi di rumah kemudian guru
menutup pelajaran.
Pada pertemuan kedua, guru membahas sedikit materi dengan tanya
jawab. Beberapa siswa sudah mampu menjawab pertanyaan dari guru. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
271
bernama Yodheta bertanaya “Bu, tugasnya dikumpulkan tidak?” Guru menjawab
“Ya tugasnya dikumpulkan di meja saya.” Siswa maju ke depan bersama-sama
dan membuat gaduh di depan kelas karena ada siswa yang masih belum selesai
mengerjakan tugas. Guru menenangkan kegaduhan dengan meminta siswa
tersebut mengerjakan terlebih dahulu tugasnya di bangkunya sendiri. Kemudian
guru meminta siswa membacakan puisinya di depan kelas satu persatu dengan
diselingi diskusi pembacaan puisi. Guru bertanya “menurut kalian, dari semua
pembacaan puisi, siapa yang terbaik?‟ Siswa terlihat gaduh karena saling
menunjuk teman-temannya. Kemudian guru dan siswa berdiskusi dan Roisyah lah
yang mempu menjadi pembaca puisi terbaik di kelasnya.
Guru memberikan reward pada Roisyah dan diikuti tepuk tanagan dari
siswa lain. Setelah suasana tenag kembali, guru menutup pelajaran dengan
bernyanyi bersama.
Refleksi:
Secara keseluruhan, proses pembelajaran membaca puisi dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran Quantum dengan dipadukan dengan
metode TANDUR pada siklus III ini berjalan dengan baik. Kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada siklus I dan siklus II telah dapat diatasi pada
tindakan siklus III ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran
membacas puisi pada siklus ini telah berhasil sesuai dengan indikator yang telah
disepakati antara guru dan peneliti. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
peningkatan baik dari proses maupun hasil belajar menulis puisi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
272
Lampiran 44. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus III
Siswa lebih berkonsentrasi pada pembelajaran siklus III
Siswa lebih fokus pada pembelajaran siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
273
Siswa membaca puisi di depan kelas dengan sukarela
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
274
LAMPIRAN PASCATINDAKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
275
Lampiran 45. Angket Pascatindakan Materi Membaca Puisi
Angket Pascatindakan Materi Membaca Puisi
Petunjuk mengisi angket:
1. Tes ini bertujuan untuk mengetahui pendapat adik terhadap pembelajaran
membaca indah puisi serta untuk mengungkap pembelajaran membaca indah
puisi dikelas.
2. Bentuk tes ini berupa tes objektif berbentuk check list.
3. Jumlah butir tes sebanyak 7 soal.
4. Dengan bimbingan guru adik diminta untuk memberi tanda (V) pada kolom
yang sesuai dengan kondisi adik.
5. Adik diminta untuk menjawab setiap soal dengan melengkapi kolom yang
tersedia.
No Pertanyaan Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
Apakah adik sekarang ini masih mengalami kesulitan dalam
membaca indah puisi menggunakan:
a. Irama
b. Volume suara
c. Mimik
d. Kinesik
Apakah penjelasan materi tentang puisi saat ini oleh bu guru
cukup jelas?
Apakah adik senang dengan penerapan pendekatan
pembelajaran quantum pada pembelajaran membaca indah
puisi yang diajarkan bu guru saat ini, (misalnya dimulai
dengan menyanyi; menonton video, merayakan; dan
lainnya)?
Apakah dengan pendekatan pembelajaran quantum seperti
ini adik-adik lebih mudah dalam memahami dan membaca
puisi?
Apakah adik sekarang menjadi lebih senang dan
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
Nama : ………………………
No : ……………………....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
276
6.
7.
Apakah sekarang ini adik lebih senang terhadap karya sastra,
terutama puisi?
Apakah dengan penerapan pendekatan pembelajaran
quantum pada pembelajaran puisi yang diajarkan bu guru
saat ini, (misalnya dimulai dengan menyanyi; menonton
video; merayakan; mengamati lingkungan sekitar; dan
lainnya), dapat meningkatkan kemampuan adik atau adik
saat ini merasa lebih bisa dalam membaca indah puisi?
.....
.....
.....
.....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
277
Lampiran 46. Tabel Hasil Angket Pascatindakan
No Daftar Pertanyaan Ya Tidak
1. Siswa sudah tidak mengalami
kesulitan dalam membaca puisi
menggunakan :
a. Irama
b. Volume suara
c. Mimik
d. kinesik
30 siswa
atau 96,77%
30 siswa
atau 96,77%
27 siswa
atau 87,09%
25 siswa
atau 80,64%
1 siswa atau
3,22%
1 siswa atau
3,22%
4 siswa atau
12,90%
6 siswa atau
19,35%
2. Siswa menyatakan penjelasan materi
puisi oleh ibu guru cukup jelas. 29 siswa
atau 93,54%
2 siswa atau
6,45%
3. Siswa senang dengan penerapan
pendekatan pembelajaran quantum
pada pembelajaran membaca indah
puisi yang diajarkan bu guru saat ini,
(misalnya dimulai dengan menyanyi;
menonton video, merayakan; dan
lainnya).
28 siswa
atau 90,32%
3 siswa atau
39,67%
4. Siswa lebih mudah dalam memahami
dan membaca puisi dengan
pendekatan pembelajaran quantum.
25 siswa
atau 80,64%
6 siswa atau
19,35%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
278
5. Siswa menjadi lebih senang dan
bersemangat dengan materi puisi yang
diajarkan ibu guru.
27 siswa
atau 87,09%
4 siswa atau
12,90%
6. Siswa menjadi lebih senang dan
bersemangat dengan materi puisi yang
diajarkan ibu guru.
30 siswa
atau 96,77%
1 siswa atau
3,22%
7. Siswa dapat meningkatkan
kemampuan dalam membaca indah
puisi dengan penerapan pendekatan
pembelajaran quantum (misalnya
dimulai dengan menyanyi; menonton
video; merayakan; mengamati
lingkungan sekitar; dan lainnya).
26 siswa
atau 83,87%
5 siswa atau
16,12%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
279
Lampiran 47. Refleksi Angket Pascatindakan
Setelah dilakukan penyebaran angket pascatindakan dapat diketahui bahwa
siswa yang mulanya tidak berminat dengan pembelajaran puisi sekarang menjadi
berminat untuk membaca puisi. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa saat survai
awal mulai dapat teratasi dengan adanya tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III.
Penjelasan materi dari guru juga menunjukkan peningkatan yang dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi membaca puisi. Selain itu,
penerapan pendekatan pembelajaran quantum pada pembelajaran membaca indah
puisi dapat meningkatkan minat siswa untuk membaca puisi.
Pendekatan pembelajaran quantum merupakan pendekatan pembelajaran
baru yang sangat disukai siswa. Hal tersebut terlihat dari pengisian angket
pascatindakan bahwa 90,32 % siswa menyatakan senang dengan penerapan
pendekatan pembelajaran quantum pada pembelajaran membaca indah puisi.
Pendekatan pembelajaran quantum memberikan inovasi pembelajaran baru yang
lebih menarik dan menyenangkan sehingga menimbulkan suasana pembelajaran
yang tidak menegangkan dan monoton. Penerapan pendekatan pembelajaran
quantum tersebut, mampu meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa
dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang sesuai
dengan isi puisi. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa siswa
menjadi senang dengan materi puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
280
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
281
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
282
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
283
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
284