peningkatan kemampuan menulis pantun melalui …...peningkatan kemampuan menulis pantun melalui...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 4
(2011/ 2012)
SKRIPSI
Oleh:
ALFIAH FITRIKA LUSIANTI
K7108078
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Alfiah Fitrika Lusianti
NIM : K7108078
Jurusan/ Program Studi : IP/ PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul
MENULIS PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS
ini benar- benar merupakan hasil karya saya
sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Alfiah Fitrika Lusianti
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 4
(2011/ 2012)
Oleh:
ALFIAH FITRIKA LUSIANTI
K7108078
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juni 2012
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 25 Juni 2012
Disahkan Oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup
yang diidamkan dan berhati- hatilah karena beberapa kesenangan adalah cara
gembira menuju kegagalan
(Mario Teguh)
Allah meninggikan orang- orang yang beriman di antara kamu dan orang- orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(Depag RI)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua
(Aristoteles)
Keberhasilan tak dapat diraih tanpa adanya usaha dan tawakal
(Alfiah Fitrika Lusianti)
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta (Trimo, SH dan Siti Sufrotun)
yang selalu mendoakan, memotivasi, membimbing, mengasihi dan menyayangiku
sepanjang waktu. Kasih sayangmu akan selalu terukir indah dalam hidupku.
Mas Eno, Alfiatu Rahmawati Ningrum, dan Mursyid Ulil Albab
yang senantiasa memberikan dorongan dalam setiap langkahku dengan doa, kasih
sayang, perhatian, semangat, dan memberikan warna dalam hidupku.
Anis Lailatur Rohmah, Indra Dwi Rachdhiastuti, Sri Wuryani, dan Anisa
Yulianingsih
terimakasih untuk semangat, perjuangan, dan kerjasamanya dalam meraih cita-
cita yang sudah menjadi idaman kita semua.
Mahasiswa PGSD FKIP UNS Kelas A angkatan 2008
yang selalu memberikan semangat untuk menimba ilmu dan mengajariku untuk
saling menghargai satu sama lain.
PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
tempat yang tepat di mana aku menimba ilmu untuk menjadi seseorang yang
mempunyai karakter kuat dan cerdas sebagai generasi muda penerus bangsa.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Alfiah Fitrika Lusianti. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS
PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 4 (2011/ 2012). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 yang berjumlah 29 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 tahun ajaran 2011/ 2012. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kemampuan menulis pantun dari sebelum tindakan dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Pada saat pra tindakan nilai rata- rata sebesar 62,43, pada siklus I meningkat menjadi 71,52, dan pada siklus II meningkat menjadi 79,15. Sedangkan untuk prosentase ketuntasan siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, pada saat pra tindakan siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 41,4% dari jumlah keseluruhan 29 siswa. Pada siklus I prosentase ketuntasan menunjukkan peningkatan sebesar 31% yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 41,4% pada saat pra tindakan, meningkat menjadi 21 siswa atau 72,4% pada saat siklus I dari jumlah keseluruhan 29 siswa. Pada siklus II prosentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan sebesar 17,2%, yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa atau 72,4% pada saat siklus I, meningkat menjadi 26 siswa atau 89,6% pada saat siklus II dari jumlah keseluruhan 29 siswa. Sedangkan untuk kualitas proses pembelajaran menulis pantun mengalami peningkatan dari sebelum tindakan, kualitas proses pembelajaran menulis pantun adalah 2,87 dan mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 3,26 dan meningkat lagi menjadi 3,53 pada siklus II. Simpulan penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 tahun ajaran 2011/ 2012. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), kemampuan menulis pantun
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Alfiah Fitrika Lusianti. IMPROVEMENT OF PANTUN WRITING SKILL BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL OF THINK PAIR SHARE (TPS) TYPE AMONG 4TH GRADE STUDENTS OF SDN PAJANG 4 (2011/2012). Minithesis. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. June 2012.
Purpose of the research is to improve ability of writing pantun and quality of learning process in writing pantun of 4th grade students of SD Negeri Pajang 4 by applying cooperative learning model of think pair share (TPS).
The research is a classroom action research. The research is performed in two cycles, and each one consists of planning, action implementation, observation, and reflection. Subject of the research is 4th grade students of SD Negeri Pajang 4 amounting to 29 individuals. Source of data is teacher and students. Data is collected by using observation, interview, test, and documentation techniques. Data analysis of the research is an interactive analysis model, namely, relationship among three components: data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.
Based on results of the research, it can be concluded that the use of cooperative learning model of think pair share (TPS) type is able to improve pantun writing skill and quality of learning process in writing pantun of 4th grade students of SD Negeri Pajang 4 of 2011/2012 Academic year. It can be seen from the improvement of pantun writing skill of the students after the action had been implemented. Before the action implementation, average grade of the students in writing pantun was 62.43. In cycle I, the average grade increased to 71.52, and it
completeness according to minimal completeness criteria is 65. Before implementation of the action, students who had achieved the minimal completeness criteria were 12 students or 41.4% of 29 students. In cycle I, percentage of the completeness showed an increase of 31% from all students, namely, 21 students or 72.4% of 29 students had achieved completeness. In cycle II, the percentage of students who had achieved minimal completeness criteria increased further, namely, 26 or 89.6% of 29 students. As for the quality of the learning process of writing pantun has increased from the prior action, quality of learning process in writing pantun is 2,87 and an increase in cycle I to 3.26 and increased to 3.53 in cycle II. The conclusions of this research is to use cooperative learning model of think pair share (TPS) type can increase skill of pantun writing and quality of learning process in writing pantun of 4th grade students of SD Negeri 4 Pajang of 2011/2012 academic year. Key words: Cooperative learning model of think pair share (TPS), skill of pantun
writing
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas IV SDN
Pajang 4 (2011/ 2012)
Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan
penelitian dan guna memperoleh gelar Sarjana pada program studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa
bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Matsuri, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Yuliana Theresia Sumarmi, S. Pd. selaku Kepala SD Negeri Pajang 4.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Juni 2012
Alfiah Fitrika Lusianti
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN vii
viii
ix
x
xii
DAFTAR xv
DAFTAR G xvi
. xviii
. 1
A. Latar Belaka 1
B. Rumusan 5
C. 6
D. Manfaat 6
8
A. Tinjauan 8
1. Hakikat Kemampuan M 8
a. Penge 8
b. 8
c. Pengerti 12
d. Macam- 13
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) 16
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Pengertian Mode 16
b. Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) 16
c. Karakteristik Pembelajaran . 17
d. Tujuan Model Pe 19
e. Macam- macam Model Pem 19
f. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
21
g. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share 22
h. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) pada Pembelajaran Menulis
25
3. Hakikat Kualitas Proses 26
a. Pengertian Kualitas 26
B. Penelitian yang Releva 29
C. Kerangka Berpikir 33
D. Hipotesis Penelitia 34
.. 35
A. Tempat dan Waktu 35
B. Subyek Pene 37
C. Bentuk dan Strategi 37
D. Data dan Sumber Data 38
E. Teknik Pengumpu 39
F. Validitas D 40
G. Teknik Anali 41
H. Indikator Ki 42
I. Prosedur P 42
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 47
A. Deskripsi Loka 47
1. Tinjauan Historis S 47
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Letak Geografis 47
3. Keadaan Siswa SD Negeri Pajan 48
4. Keadaan Sarana dan Pras 48
B. Deskripsi K 48
C. Deskripsi Has 52
1. Deskrips 52
2. Deskrip 62
D. Pembahasan Ha 71
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 83
A. Si 83
B. Imp 84
C. 86
88
LAMPIRAN 92
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jadwal Kegiatan 35
4.1 Data Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri Pajang 4 pada Kondisi Awal 50
4.2 Data Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun Pada Kondisi Aw 51
4.3 Data Distribusi Frekuensi Nilai Men 60
4.4 Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa dari Sebelum 61
4.5 Da 69
4.6 Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV 70
4.7 Perkembangan Nilai Kemampuan Menulis Pantun Kondisi Awal,
Siklus I, 72
4.8 Data Nilai Aktivitas Siswa Sik 73
4.9 Perkembangan Nilai Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan 74
4.10 Hasil Observasi RPP Guru pada Siklus I d 75
4.11 Penilaian RPP Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 76
4.12 Kinerja Guru Siklus 77
4.13 Peningkatan Kinerja Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II 78
4.14 Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun dari Kondisi Awal, Siklus 79
4.15 Perkembangan Hasil Diskusi Kelomp 80
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berp 33
3.1 Model Siklus Pene 37
4.1 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada Kon 50
52
4.3 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri Pajang 4 61
4.4 Grafik Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa dari
62
4.5 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada Sik 69
4.6 Grafik Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada Siklus 70
4.7 Grafik Perkembangan Nilai Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II .. 72
4.8 Graf 74
4.9 Grafik Perkembangan Nilai Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan 74
4.10 Grafik Penilaian RPP Guru Si 76
4.11 Grafik Peningkatan Nilai RPP Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Si 76
4.12 Grafik Kinerja Guru Sik 78
4.13 Grafik Peningkatan Kinerja Guru dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Si 78
4.14 Grafik Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun dari Kondisi Awal, Siklus 80
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4.15 Grafik Perkembangan Hasil Diskusi Kelompok Siklus I
dan Sik 81
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silab 92
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajara 96
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajara 103
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 110
5. 117
6. Kisi- kisi 124
7. Soal Diskusi Kelompok Sik 125
8. 126
9. Soal Diskusi Kelompok Sikl 127
10. Soal Evaluasi Individu Siklus 128
11. Soal Diskusi Kelompok Siklu 129
12. Soal Evaluasi Individu Sikl 130
13. Soal Diskusi Kelompok Sikl 131
14. Soal Evaluasi Individu Siklus 132
15. Kunci Jawaban Soal Diskusi Kelompok 133
16. Kriteria Penilaian Soal 135
17. Kriteria Penilaian Soal Evaluas 137
18. 139
19. Hasil Wawancara dengan Guru Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 141
20. Hasil Wawancara dengan Siswa Sebelum Dilaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ( . 144
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21. Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 148
22. Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Dilaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 150
23. Nilai Menulis Pantun pada Siklu 152
24. Nilai Menulis Pantun Siklus 154
25. Nilai Menulis Pantun Siklus 156
26. Nilai Menulis Pantun Siklus 158
27. Nilai Menulis Pantun pada 160
28. Rata- rata Nilai Menulis Pan 161
29. Rata- rata Nilai Menulis Pantu 162
30. Nilai Diskusi Kelompok Siklus I Per 163
31. Nilai Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 164
32. Nilai Diskusi Kelompok Siklu 165
33. Nilai Diskusi Kelompok Sikl 166
34. 167
35. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam 168
36. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam Kelas Siklus I 170
37. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam Kel 172
38. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam Kelas Siklus II P 174
39. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam Kelas Siklus I 176
40. Lembar Observasi RPP Gu 178
41. Lembar Observasi RPP Guru S 180
42. Lembar Penilaian Kinerja Guru Kon 182
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43. Lembar Penilaian Kinerja Gur 185
44. Lembar Observasi RPP Guru Siklus I Pertemu 188
45. Lembar Penilaian Kinerja Guru 190
46. Lembar Observasi RPP Guru Siklus II Pert 193
47. Lembar Penilaian Kinerja Guru 195
48. Lembar Observasi RPP Guru Siklus II Pertemua 198
49. Lembar Penilaian Kinerja Guru 200
50. Hasil Pekerjaa 203
51. Dokumentasi Siklus I 207
Lampiran Surat- 210
xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa persatuan yang dapat
menyatukan berbagai suku di Indonesia yang pada mulanya memiliki bahasa
daerah masing- masing. Dengan menggunakan bahasa Indonesia maka kita dapat
berkomunikasi dengan siapa saja dengan mudah. Untuk itu bahasa Indonesia
digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Hal tersebut seperti pada fungsi
penggunaan bahasa Indonesia baku.
Menurut Iam (2010: 1), bahasa Indonesia yang baku itu mempunyai 4 fungsi, sebagai 1) pemersatu; bahasa Indonesia baku dapat mempersatukan atau menghubungkan penutur berbagai dialek bahasa. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mengatasi batas- batas kedaerahan, 2) penanda kepribadian; bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa- bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa Indonesia baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita sebagai warga negara Indonesia, 3) penambah kewibawaan; pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku, 4) kerangka acuan; bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang telah ditetapkan dengan jelas.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang wajib dipelajari oleh semua
warga negara Indonesia. Untuk itu bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran di
setiap jenjang pendidikan. Diharapkan semua warga negara Indonesia dapat
mendalami bahasa Indonesia dengan sebaik- baiknya melalui organisasi
kependidikan baik formal maupun nonformal. Bahasa Indonesia ada di setiap
satuan pendidikan diantaranya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi (PT), dan berbagai
satuan pendidikan non formal.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri terdiri dari empat keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), dimana empat
keterampilan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Keterampilan berbahasa ini
dalam Slamet, 2008: 4).
Keterampilan menulis yang merupakan salah satu keterampilan
berbahasa sangatlah penting kegunaannya dalam kehidupan manusia dalam
peradabannya. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide- ide yang
ada dalam pikirannya kepada orang lain.
St. Y. Slamet (2008: 72), mengungkapkan bahwa kemampuan menulis
merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat produktif. Dalam menulis
memerlukan kemampuan berpikir secara teratur dan logis serta memerlukan
kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan dengan menggunakan bahasa
yang efektif.
Keterampilan menulis seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik faktor dari dalam individu maupun dari luar individu itu sendiri. Seperti
halnya keterampilan menulis pada anak- anak Sekolah Dasar. Keterampilan
menulis itu dapat berasal dari dalam anak itu maupun faktor dari luar. Faktor yang
mempengaruhi keterampilan anak yang berasal dari luar diantaranya adalah
strategi guru dalam mengajar keterampilan menulis itu sendiri. Strategi guru
dalam mengajar keterampilan menulis haruslah menggunakan strategi yang tepat.
Begitu pula dengan strategi guru untuk mengajarkan kepada anak didiknya
tentang keterampilan menulis pantun.
Pantun tergolong dalam puisi lama. Pantun terdiri dari empat baris,
bersajak akhir dengan pola a-b-a-b. Pantun terdiri atas sampiran dan isi. Sampiran
pantun adalah baris pertama dan ke-dua, sedangkan isi pantun terletak pada dua
baris terakhir pada pantun tersebut. Sampiran dan isi pada pantun keduanya tidak
ada keterkaitan. Pantun merupakan ide yang berasal dari pemikiran seseorang
dengan tujuan berkreatifitas, sehingga ada tujuan tertentu seseorang dalam
membuat pantun, di mana tujuan itu terdapat dalam dua baris terakhir pantun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tersebut. Sehingga seseorang yang membuat pantun mereka harus memperhatikan
aturan- aturan dalam penulisan pantun. Tidak mudah bagi seseorang untuk
menentukan kesesuaian antar baris agar bersajak a-b-a-b, kemudian seseorang
yang membuat pantun mereka juga harus membuat sampiran dan isi dari pantun
tersebut. Untuk itu dibutuhkan kreatifitas pribadi seseorang untuk membuat
pantun.
Untuk itu penulis meneliti kemampuan menulis pantun pada siswa
Sekolah Dasar, khususnya siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan
Surakarta. Pembelajaran menulis pantun ada pada semester I dan semester II.
Berdasarkan wawancara dan observasi dengan siswa dan guru kelas IV
yang telah penulis laksanakan di SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta didapati
bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran menulis pantun. Permasalahan-
permasalahan tersebut diantaranya: 1) siswa merasa kesulitan menulis pantun
yang disebabkan karena siswa kesulitan untuk menemukan kata- kata yang tepat,
2) siswa kesulitan untuk menuangkan ide- ide yang ada dalam pikirannya, 3)
siswa kesulitan untuk menentukan sampiran dan isi pantun, 4) guru saat mengajar
masih menggunakan metode ceramah yang pada akhirnya siswa diberikan tugas
menulis pantun sehingga siswa belum sepenuhnya menguasai materi tentang
pantun, 5) kebanyakan dari siswa, mereka tidak membuat pantun sendiri,
melainkan mereka mencontoh dari buku- buku yang telah ada.
Permasalahan- permasalahan menulis pantun ini selain dapat dilihat dari
proses kegiatan belajar mengajar yang permasalahannya telah diuraikan di atas,
juga dapat dilihat melalui nilai yang didapat oleh siswa kelas IV SD Negeri
Pajang 4 Laweyan Surakarta ternyata masih banyak siswa yang mendapat nilai di
bawah KKM (65). Dari jumlah 29 siswa kelas IV, berdasarkan nilai prasiklus
terdapat 17 (58,6 %) siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Sedangkan nilai
siswa yang sudah mencapai KKM hanya terdapat 12 siswa (41,4 %).
Untuk kualitas proses pembelajaran menulis pantun sebelum adanya
tindakan, kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada kelas IV tergolong
masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai kualitas proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menulis pantun sebelum tindakan adalah 2,87 yang berarti kualitas proses
pembelajarannya cukup baik.
Untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV
SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta maka harus ditingkatkan pula proses
kegiatan belajar mengajarnya. Untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajarnya,
maka peneliti menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan disenangi oleh
siswa yaitu metode diskusi. Metode diskusi ini terdapat dalam model
pembelajaran kooperatif.
Anita Lie, dalam Isjoni & Mohd. Arif Ismail (2008: 150),
gotong royong, yaitu kelompok pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
anak didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugasan- tugasan yang
pembelajaran yang menyebutkan bahwa adanya kerjasama antar siswa untuk
menyelesaikan suatu masalah secara bersama- sama dengan tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Agus
kooperatif terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: 1) Jigsaw, 2) Think- Pair-
Share, 3) Numbered Heads Together, 4) Group Investigation, 5) Two Stay Two
Stray, 6) Make a Match, 7) Listening Team, 8) Inside- Outside Circle, 9) Bamboo
Dancing, 10) Point- Counter- Point, dan 11) The Power of Two
Menurut Sahrudin & Sri Iriani (2011: 1), model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa bekerjasama dalam diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengutarakan pendapatnya dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. Adapun langkah- langkah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) antara lain: 1) guru menyampaikan inti pembelajaran, 2) siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi atau permasalahan yang disampaikan oleh guru, 3) guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya, 4) atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi atau permasalahan yang belum diungkap siswa, 5) kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini sangat
tepat untuk digunakan guru dalam meningkatkan kemampuan menulis pantun
pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta. Adapun kelebihan
dari model ini diantaranya: 1) meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat
suatu informasi, selain itu siswa juga dapat saling bertukar pikiran satu sama lain,
2) meningkatkan rasa percaya diri pada siswa, 3) memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpartisipasi dalam kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) itu terdiri
dari tiga tahapan yaitu: 1) Thinking (berpikir), 2) Pairing (berpasangan), 3) Share
(berbagi). Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini
dapat memperkecil kesulitan- kesulitan yang dialami siswa dalam menulis pantun,
karena siswa bisa saling berdiskusi baik berpasangan maupun diskusi pleno
sehingga siswa tidak merasa terbebani akan suatu permasalahan atau materi
pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk itu penulis akan melakukan
INGKATAN KEMAMPUAN
MENULIS PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang penulis ambil adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada
siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/
2012?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV
SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari adanya penelitian ini antara lain:
a. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis pantun melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas
IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012.
b. Untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD
Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012 setelah diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah teori yang terkait
dengan proses pembelajaran menulis pantun dengan model kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan
Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Siswa
1) Menambah pemahaman siswa bahwa dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) akan membantu
kemampuannya dalam menulis pantun.
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pantun.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan ide- ide
menulis pantun dan saling bertukar pikiran.
b. Bagi Guru Kelas
1) Mengembangkan kemampuan guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran menulis pantun yang benar- benar efektif
dengan jalan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) sehingga hasilnya akan lebih baik.
2) Menambah pengalaman guru untuk melaksanakan PTK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Bagi Sekolah
1) Memberi gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar.
2) Memberi gambaran tentang kompetensi siswa dalam menulis pantun.
3) Memberi gambaran proses dan hasil pembelajaran menulis pantun.
d. Bagi Peneliti Lain
Menambah pemahaman wawasan keilmuan dan penelitian guna
merancang penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian dan fokus
masalah yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Menulis Pantun
a. Pengertian Kemampuan
ability (kemampuan, kecakapan)
merupakan suatu istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk
Sejalan dengan pendapat diatas menurut chaplin dalam Syafaruddin,
dkk (2012: 72) ability adalah kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,
kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
perbuatan.
Sementara itu, menurut Robbin (2007) dalam Milman Yusdi (2011:
1), berpendapat ba emampuan berarti kapasitas seseorang individu
untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, lebih lanjut Robbin
menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas
apa yang dapat dilakukan seseorang
Dari beberapa definisi kemampuan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan merupakan kapasitas, kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh
seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Di mana kemampuan
setiap orang dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan sangat tergantung
pada pendidikan, pengalaman, maupun keseriusan seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan atau tugas. Jadi, kemampuan yang dimiliki
individu satu dengan yang lainnya itu berbeda- beda.
b. Hakikat Menulis
Menulis menurut St. Y. Slamet (2008: 72), adalah kegiatan yang
memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks, yang terdiri dari aktivitas
(kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan
pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).
(2001: 51), menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat
fleksibel. Rangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi: pramenulis, penulisan
draft, revisi, penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan.
Puji Santosa, dkk (2008: 6.3), mengemukakan bahwa menulis adalah
kegiatan menggunakan bahasa tulis sebagai sarana untuk mengungkapkan
gagasan. Selanjutnya Suparno dan M. Yunus (2007: 1.29), berpendapat
bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan
secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis
sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan,
dan pembaca sebagai penerima pesan. Sebagai suatu keterampilan berbahasa,
menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk
dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya
dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya.
Berdasarkan jurnal internasional yang dikemukakan oleh
Andrzejczak, N., Trainin, G., & Poldberg, M. (2005: 2) dalam International
journal of education & the arts disebutkan bahwa:
The process of writing is more than putting words on a piece of paper. Effective authors are able to create imagery and to communicate ideas using well-chosen words, phrases, and text structures. Emergent writers struggle with the mechanics of the writing process, i.e., fine motor control for printing legibly, recall of spelling patterns, and the use of syntax and grammar rules. Secara garis besar dapat diartikan bahwa proses menulis adalah lebih dari meletakkan kata- kata di selembar kertas. Penulis yang efektif mampu menciptakan citra dan mengkomunikasikan ide menggunakan kata- kata yang dipilih dengan baik, frasa, dan struktur teks.
Dari beberapa definisi menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa
menulis lahir dari pemikiran dan perasaan seseorang dengan tujuan
menyampaikan pesan, ide atau gagasan dari penulis kepada pembacanya
melalui bahasa tulis yang dapat dipahami oleh pembacanya. Sedangkan
tahapan- tahapan dari kegiatan menulis itu meliputi: fase pramenulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
(persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan
(telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).
1) Tujuan Menulis
Hugo Hartig dalam Henry Guntur Tarigan (2008: 25),
mengemukakan beberapa tujuan menulis antara lain:
a) Assignment purpose (tujuan penugasan) Tujuan penugasan ini tidak mempunyai tujuan sama sekali. Hal ini dikarenakan penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.
b) Altruistic purpose (tujuan altruistik) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c) Persuasive purpose (tujuan persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
d) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi, keterangan atau penerangan kepada para pembaca.
e) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
f) Creative purpose (tujuan kreatif) Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan parnyataan diri. Tetapi
dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai- nilai artistik, nilai- nilai kesenian.
g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) Penulis ingin memecahakan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran- pikiran dan gagasan- gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
2) Manfaat Menulis
Menulis mempunyai banyak manfaatnya baik bagi si penulis
maupun para pembacanya. Seperti halnya diungkapkan oleh Sabarti
Akhadiah, dkk dalam St. Y. Slamet (2008: 169) yang mengungkapkan
manfaat dari kegiatan menulis antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
a) Dapat mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis;
b) Dapat mengembangkan dan menghubung- hubungkan beberapa gagasan atau pemikiran;
c) Dapat memperluas wawasan dan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir tetapan;
d) Dapat memperjelas dan mempertegas permasalahan yang kabur; e) Dapat menilai gagasan sendiri secara objektif; f) Dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat; dan g) Dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.
Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 1.4), mengemukakan
beberapa manfaat yang dapat dipetik dari menulis. Kemanfaatan itu
diantaranya dalam hal:
a) Peningkatan kecerdasan;
b) Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas;
c) Penumbuhan keberanian; dan
d) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
3) Kiat- kiat Menulis
Puji Santosa, dkk (2008: 6.15), mengemukakan bahwa:
Dilihat dari prosesnya, pembelajaran menulis menuntut kerja keras guru untuk membuat pembelajarannya di kelas menjadi kegiatan
dapat membuat sebuah karangan, tetapi sebaliknya, siswa merasa senang karena diajak guru untuk mengarang atau menulis.
Adapun kiat- kiat yang dapat digunakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran menulis sebagai suatu proses menurut Puji
Santosa, dkk (2008: 6. 15) antara lain:
a) Langsung menulis, teori belakangan Menulis itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai ilmu. Terlalu banyak aturan menulis akan membuat siswa gamang menulis.
b) Mulai dari mana pun boleh Tidak ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai. Mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian mana pun yang kita sukai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c) Belajar sambil bercanda Guru harus mempunyai banyak teknik yang dapat membuat kelas menjadi cair, dan tidak tegang. Kelas harus dipenuhi seloroh dan canda yang muncul dari guru ataupun dari siswa. Seloroh dan canda sangat membantu bagi munculnya ide yang segar dalam setiap pelajaran menulis.
d) Pembelajaran menulis nonlinear Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada urut- urutan tertentu dari a sampai ke z. Proses pembelajaran menulis tidak mengenal urutan seperti itu sebab kegiatan menulis merupakan proses yang berputar- putar dan berulang- ulang.
e) Berbicara meniru mendengarkan, menulis meniru membaca Setiap guru bahasa selalu ingat bahwa ada empat keterampilan pokok dalam berbahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan di atas diperoleh siswa dari kegiatan meniru lingkungannya.
c. Pengertian Pantun
Undang Misdan dan Nurbaiti Jamalus (1983: 6), mengemukakan
mlah
empat, per baris terdiri dari empat kata, bersajak a-b-a-b, jumlah sampiran
Menurut Okrek (2009: 1), pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda
Melayu yang sampai sekarang masih dikembangkan. Kata pantun mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik. Pantun juga dapat berarti sindiran. Zaman dahulu, pantun digunakan sebagai bahasa pengantar atau bahasa pergaulan. Pantun dikenal di berbagai daerah, namun dengan nama yang berbeda. Di Jawa Tengah dikenal dengan parikan, di Toraja dikenal bolingoni, di Jawa Barat dapat ditemukan pantun dalam bentuk nyanyian doger, di Surabaya ludruk, di Banjarmasin tirik dan ahui, gandrung di Banyuwangi, dan di Makassar kelong-kelong. Selain merupakan ungkapan perasaan, pantun dipakai untuk menghibur orang. Pantun juga memiliki ciri-ciri, antara lain: 1) Mempunyai bait dan isi 2) Setiap bait terdiri atas baris-baris 3) Jumlah suku kata dalam tiap baris antara delapan sampai dua belas 4) Setiap bait terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi 5) Bersajak a-b-a-b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Aditya Bagus Pratama (2008: ix), berpendapat bahwa untuk membuat
pantun, maka terlebih dahulu harus memenuhi syarat- syaratnya. Adapun
syarat- syaratnya adalah:
1) Terdiri dari empat baris 2) Tiap- tiap baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata 3)
4) Mementingkan sajak atau rima akhir, maksudnya bunyi akhir baris
pertama (1) harus sama dengan bunyi pada baris ketiga (3) dan bunyi baris kedua (2) harus sama dengan bunyi baris keempat (4).
Menurut Im Tri Suyoto dan Trimo (2010: 113), menjelaskan bahwa
pantun sebenarnya adalah puisi gaya lama yang terikat oleh jumlah baris,
jumlah suku kata, dan persajakan atau bunyi akhir. Adapun ciri- ciri pantun
adalah:
1) Satu bait pantun terdiri dari 4 baris 2) Setiap baris pantun terdiri dari 8- 12 suku kata 3) Baris pertama bersajak dengan baris ketiga 4) Baris kedua bersajak dengan baris keempat 5) Baris pertama dan kedua disebut dengan sampiran 6) Baris ketiga dan keempat merupakan isi
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pantun
merupakan puisi lama yang sangat dikenal luas oleh seluruh nusantara, di
mana pantun itu sendiri memiliki ciri- ciri, antara lain: 1) Terdiri dari empat
baris, 2) Tiap- tiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata, 3) Dua baris yang
Mementingkan sajak atau rima akhir, dengan sajak a-b-a-b.
d. Macam- macam Pantun
Aditya Bagus Pratama (2008: ix), menggolongkan macam- macam
pantun yang ada di Indonesia ada dua jenis pantun, antara lain:
1) Pantun dilihat dari isinya Adapun pantun menurut isinya, dapat dibedakan menjadi lima
bagian yaitu: a) Pantun anak- anak
Contoh: Cempedak di luar pagar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tarik galah tolong jolokkan Saya budak baru belajar Kalau salah tolong tunjukkan
b) Pantun remaja Contoh:
Ambil asahan pengasah pisau Parang dan tombak diasah jua Tujuh bukit Sembilan pulau Wajahmu adik tampak jua
c) Pantun orang tua Contoh:
Jamu ini obat kuat Obat penawar racun dan bisa Pegang janji erat- erat Ingkar janji badan binasa
d) Pantun jenaka Contoh:
Elok rupanya pohon belimbing Tumbuh dekat pohon mangga Elok rupanya berbini sumbing Biar marah tertawa juga
e) Pantun teka- teki Contoh:
Kalau puan, puan cemara Ambil gelas di dalam peti Kalau tuan bijak laksana Binatang apa tanduk di kaki
2) Pantun dilihat dari bentuknya Adapun pantun menurut bentuknya, dapat dibedakan menjadi
empat macam, antara lain: a) Pantun biasa
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja. Contoh : Kalau ada jarum patah Jangan dimasukkan ke dalam peti Kalau ada kataku yang salah Jangan dimasukan ke dalam hati
b) Seloka (Pantun berkait) Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Ciri- ciri seloka antara lain: 1) Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris
pertama dan ketiga bait kedua. 2) Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris
pertama dan ketiga bait ketiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Contoh : Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan, Turun angin patahlah dahan Ibu mati bapak berjalan, Ke mana untung diserahkan
c) Talibun Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi. Jadi, apabila enam baris sajaknya a b c a b c. Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a b c d a b c d. Contoh :
sampiran: Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak pun beli Ikan panjang beli dahulu
isi: Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari Induk semang cari dahulu
d) Pantun kilat atau karmina Ciri- cirinya: 1) Setiap bait terdiri dari 2 baris 2) Baris pertama merupakan sampiran 3) Baris kedua merupakan isi 4) Bersajak a a 5) Setiap baris terdiri dari 8 12 suku kata
Contoh : Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a)
Dari beberapa definisi hakikat kemampuan menulis pantun di atas,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun adalah kemampuan,
kecakapan atau kapasitas seseorang (peserta didik) dalam menuangkan ide-
ide atau gagasan yang ada di dalam pikirannya ke dalam tulisan dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pantun yang merupakan puisi lama di mana penulisan pantun ini terdapat
kriteria dalam penulisannya yaitu: 1) Terdiri dari empat baris, 2) Tiap- tiap
baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata, 3) Dua baris yang pertama disebut
n, 4) Mementingkan
sajak atau rima akhir, dengan sajak a-b-a-b.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu, dkk (2008: 2-4), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah:
Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Joyce dalam Trianto (2007: 5), bahwa model pembelajaran adalah
merencanakan pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-
Dari definisi model pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka atau pola yang
sistematis dan dijadikan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan
sebelumnya.
b. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative Learning berasal
dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama- sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Anita Lie dalam Isjoni (2010: 16), menyebutkan bahwa cooperative learning sama dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas- tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4- 6 orang saja.
merupakan strategi pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai t
Hal ini diungkapkan oleh Kauchak dan Eggen dalam Isjoni (2010: 18).
Selanjutnya Djahiri K dalam Isjoni (2010: 19), mengungkapkan bahwa cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau di sekolah. Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Isjoni (2010: 20), menyebutkan ciri- ciri dari cooperative learning antara lain: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman- teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan- keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Dari beberapa pendapat mengenai cooperative learning di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran di mana siswa saling berkelompok untuk menyelesaikan suatu
masalah yang diberikan oleh guru atau siswa mendiskusikan suatu materi
pembelajaran yang mana sesama anggota kelompok mempunyai kewajiban
untuk saling membantu demi mempelajari atau memecahkan apa yang
menjadi tanggung jawab kelompok masing- masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Bennet dalam Isjoni (2010: 41), menyatakan ada lima unsur dasar
yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:
1) Positive Interdepedence Positive Interdepedence yaitu adanya hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota kelompok di mana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2) Interaction Face to face Interaction Face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal di antara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok Dengan adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota keolmpok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.
4) Membutuhkan keluwesan Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5) Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok) Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learning adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.
Menurut Johnson, Smith, dan Anita Lie dalam Mohammad Jauhar
(2011: 55), menjelaskan beberapa elemen dalam pembelajaran kooperatif
antara lain:
1) Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
2) Tanggung jawab perseorangan Masing- masing siswa memiliki tanggung jawab dalam penguasaan materi maupun tugas meskipun mereka disatukan dalam kelompok- kelompok.
3) Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Komunikasi antar anggota Komunikasi dalam kelompok sangat diperlukan untuk memecahkan suatu masalah atau penadalaman suatu materi.
5) Evaluasi Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Adapun tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative
learning sebagaimana dikemukakan Slavin dalam Isjoni (2010: 21), yaitu
d. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk
mencapai tiga tujuan penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. dalam Isjoni
(2010: 27), yaitu:
1) Hasil belajar akademik Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, namun juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas- tugas akademis penting lainnya.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain dari model cooperative learning yaitu penerimaan secara luas dari orang- orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan model pembelajaran kooperatif yang ketiga yaitu, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan- keterampilan sosial penting dimiliki siswa, karena saat ini banyak anak muda masih kurang dalam ketermpilan sosial.
e. Macam- macam Model Pembelajaran Kooperatif
Macam- macam model pembelajaran kooperatif menurut Agus Suprijono (2010: 89), ada 11 macam antara lain: 1) Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mempunyai ciri adanya kelompok asal dan kelompok ahli.
2) Think- Pair- Share Think- Pair- Share adalah model pembelajaran di mana dalam pelaksanaannya terdapat tahap- tahap pembelajaran yaitu; thinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Numbered Head Together Pembelajaran ini terdapat beberapa tahap antara lain; a) Numbering: guru membagi kelompok, kemudian memberi penomoran kepada setiap anggota kelompok, b) Heads Together: Siswa menyatukan pendapatnya atas pertanyaan atau tugas guru, dan jika guru memanggil sebuah nomor maka nomor yang dipanggil tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru tersebut.
4) Group Investigation Ciri dari group investigation ini adalah dengan guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian guru dan peserta didik memilih dan menentukan topik dengan mengembangkan permasalahan- permasalahan yang ada dalam topik tersebut.
5) Two Stay Two Stray Metode two stay two stray juga disebut dengan metode dua tinggal dua tamu, dengan guru membagi kelompok dan memberikan tugas yang berupa permasalahan yang harus didiskusikan. Setelah diskusi kelompok selesai maka dua orang dari anggota kelompok bertamu ke kelompok lain, sedangkan dua orang yang tidak mempunyai tugas bertamu mereka harus menerima tamu yang datang. Setelah selesai tugasnya masing- masing maka anggota kelompok yang bertamu ke kelompok lain harus kembali ke kelompoknya masing- masing untuk mencocokkan dan membahas hasil kerjanya.
6) Make a Match Pembelajaran dengan make a match ini memiliki ciri adanya kartu- kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban.
7) Listening Team Pembelajaran dengan model ini, bercirikan adanya kelompok- kelompok di mana setiap kelompok memiliki perannya masing- masing.
8) Inside- Outside Circle Pembelajaran model ini terdapat kelompok- kelompok yang terdiri dari 2 kelompok besar dengan tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.
9) Bamboo Dancing Pembelajaran dengan metode ini sama dengan model pembelajaran dengan metode inside outside circle.
10) Point- Counter- Point Metode pembelajaran point- counter- point ini berguna untuk mendorong peserta didik untuk berpikir dalam berbagai perspektif.
11) The Power of Two Pembelajaran dengan metode the power of two diawali dengan guru mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tersebut harus merangsang siswa untuk berpikir secara kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
f. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Menurut Miftahul Huda (2011: 132), Think Pair Share (TPS)
merupakan metode yang sangat sederhana, namun sangat bermanfaat ini
dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Dimana
aturannya adalah:
1) Siswa diminta untuk duduk berpasangan, 2) kemudian guru mengajukan pertanyaan atau masalah kepada siswa, 3) Setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri- sendiri terlebih dahulu, 4) Siswa berdiskusi dengan pasangannya untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka berdua, 5) Guru meminta siswa untuk menshare , menjelaskan, atau menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa yang lain di ruang kelas.
Trianto (2007: 61), mengemukakan bahwa strategi Think Pair Share
(TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Adapun
langkah- langkah model pembelajaran ini antara lain:
1) Langkah 1: Berpikir (Thinking) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa untuk beberapa menit untuk berpikir.
2) Langkah 2: Berpasangan (Pairing) Guru meminta siswa untuk berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh, kemudian mereka harus menyatukan pendapatnya.
3) Langkah 3: Berbagi (Sharing) Guru meminta pasangan- pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
Lie dalam Isjoni (2010: 78), menjelaskan tipe Think Pair Share ialah
tehnik yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama
Think Pair Share
merupakan pembelajaran pikir bareng dan berbagi yang dikembangkan oleh Frank
35).
Think Pair Share memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Menurut N. A. Nik Azlina dalam jurnal internasional (2010: 21)
menyebutkan bahwa:
Think-Pair-Share is a technique involves sharing with a partner which enables students to assess new ideas and if necessary, clarify or rearrange them before presenting them to the larger group. Secara garis besar, dapat diartikan bahwa Think-Pair-Share merupakan teknik yang melibatkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang memungkinkan siswa untuk menilai ide-ide baru dan jika perlu, klarifikasi atau mengatur ulang mereka sebelum menghadirkan mereka ke kelompok yang lebih besar.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) merupakan model
pembelajaran yang mengelompokkan siswa secara berpasangan. Adapun
langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
antara lain: 1) berpikir (thinking), 2) berpasangan (pairing), dan 3) berbagi
(sharing).
g. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share (TPS)
Arif Fadholi Wahid Assyafi'i (2009: 1), berpendapat bahwa terdapat
beberapa kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share (TPS), adapun kekurangan dan kelebihan itu antara lain;
1) Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), yaitu: a) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. b) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. c) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu
pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
d) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. e) Lebih sedikit ide yang muncul. f) Jika ada perselisihan,tidak ada penengah. g) Menggantungkan pada pasangan. h) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,
karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan. i) Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan
pelaksanaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
j) Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
k) Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
l) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.
m) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
n) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.
o) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak. p) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
2) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), yaitu: a) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain. b) Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana. c) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok. d) Interaksi lebih mudah. e) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya. f) Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
g) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
h) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
i) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
j) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
k) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
l) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
m) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
n) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
o) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
p) Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
q) Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
r) Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
s) Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah pendengar materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
t) Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
u) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
h. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
pada Pembelajaran Menulis Pantun
Berdasarkan pendapat dari Trianto (2007: 61), mengenai model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), maka peneliti dapat
menerapkan model pembelajaran ini pada pembelajaran menulis pantun siswa
kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta, dengan langkah- langkah
pembelajaran sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi menulis pantun.
2) Berpikir (Thinking): Guru memberikan tugas untuk menulis pantun kepada
siswa, dengan siswa diminta untuk berpikir mengenai pantun apa yang
ingin dibuat.
3) Berpasangan (Pairing): Guru membagi siswa ke dalam kelompok-
kelompok, dengan setiap siswa saling berpasangan untuk mendiskusikan
menulis pantun bersama pasangannya sehingga masing- masing kelompok
dapat menyatukan jawaban atas menulis pantun.
4) Berbagi (Sharing): Guru meminta setiap pasangan untuk berbagi tentang
hasil diskusinya mengenai pantun yang telah mereka buat dengan
membacakan pantun itu di depan kelas agar semua siswa tahu hasil diskusi
menulis pantun dari kelompok lain.
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
(TPS) ini, maka siswa akan lebih paham dan mudah untuk menyusun kata- kata
yang ada dalam pikirannya ke dalam pantun yang telah ditugaskan oleh guru
karena mereka mengerjakan tugas itu secara berpasangan, sehingga mereka lebih
yakin dan mudah untuk menulis pantun.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) merupakan suatu pola atau
kerangka pembelajaran, di mana siswa dirancang untuk bekerja secara
berkelompok dengan saling berpasangan untuk mengerjakan tugas dari guru
kemudian siswa menyampaikan tugas tersebut di depan kelas selanjutnya siswa
diarahkan guru untuk berdiskusi secara pleno (menyeluruh).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3. Hakikat Kualitas Proses Pembelajaran
a. Pengertian Kualitas Proses Pembelajaran
1) Pengertian Kualitas
Juran (1995) dalam Sambas Ali Muhidin (2009: 1), mengemukakan bahwa, kualitas (mutu) didefinisikan sebagai M-Kecil dan M-Besar. M-Kecil merupakan mutu dalam arti sempit, yang berkenaan dengan kinerja bagian dari suatu organisasi, dan tidak dikaitkan dengan kebutuhan dari semua jenis pelanggan. M-Besar adalah mutu dalam arti luas, berkenaan dengan seluruh kegiatan organisasi yang dikaitkan dengan kebutuhan semua jenis pelanggan. M-Besar inilah yang dimaksudkan dengan mutu terpadu.
Sedangkan Depdiknas (2001: 4) dalam Sambas Ali Muhidin
(2009: 1), mengemukakan paradigma mutu dalam konteks pendidikan,
mencakup Input, proses, dan output pendidikan .
Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan kinerja dari
suatu organisasi dalam artian organisasi pendidikan. Kualitas dalam dunia
pendidikan ini mencakup input, proses, dan output dari pendidikan itu
sendiri.
2) Pengertian Pembelajaran
merupakan suatu gabungan yang tersusun dari unsur- unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
Sedangkan Yusufhadi Miarso dalam Benny A. Pribadi (2009: 29),
aktivitas yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar (learner
centered
Walter Dick dan Lou Carey dalam Benny A. Pribadi (2009: 31),
peristiwa yang disampaikan secara terstruktur dan telah direncanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang terstruktur dan
telah direncanakan dengan sebaik- baiknya untuk mencapai suatu tujuan
yang telah direncanakan.
3) Pengertian Proses Pembelajaran
Nana Sudjana dalam Sambas Ali Muhidin mengemukakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.
Lebih lanjut, Nana Sudjana (2008: 56), menjelaskan hasil belajar
yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal akan
menunjukkan hasil yang mempunyai ciri sebagai berikut:
a) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa
b) Menambahkan keyakinan akan kemampuan dirinya c) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
dirinya terutama menilai proses dan hasil belajarnya.
4) Tujuan dan Dimensi Penilaian Proses Belajar Mengajar
Nana Sudjana (2008: 57), menyebutkan tujuan penilaian proses
belajar mengajar ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan
belajar mengajar yang terutama adalah efisiensi- keefektifan-
produktivitasnya yaitu:
a) Efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional b) Keefektifan dan relevansi bahan pengajaran c) Produktivitas kegiatan belajar mengajar d) Keefektifan sumber dan sarana pengajaran e) Keefektifan penilaian hasil dan proses belajar.
Sejalan dengan tujuan di atas, terdapat komponen pengajaran
sebagai dimensi penilaian proses belajar mengajar yang mencakup:
a) Tujuan pengajaran atau tujuan instruksional b) Bahan pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c) Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya d) Kondisi guru dan kegiatan mengajarnya e) Alat dan sumber belajar yang digunakan f) Teknik dan cara pelaksanaan penilaian
5) Kriteria dalam Menilai Proses Belajar Mengajar
Nana Sudjana (2008: 59), menyebutkan beberapa kriteria yang
bisa digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain:
a) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum b) Keterlaksanaannya oleh guru c) Keterlaksanaannya oleh siswa d) Motivasi belajar siswa e) Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar f) Interaksi guru dengan siswa g) Kemampuan atau keterampilan guru dalam mengajar h) Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
6) Sumber Data dan Teknik Pengumpulan
Nana Sudjana (2008: 63), mengemukakan bahwa dalam penilaian
aspek atau dimensi setiap komponen belajar mengajar, memerlukan sumber
data dan informasi dari berbagai pihak antara lain:
a) Tenaga kependidikan Tenaga kependidikan yang meliputi wali kelas dan guru pembimbing.
b) Informasi dari siswa Sumbernya yaitu siswa yang menjadi subyek penelitian.
c) Informasi dari orang tua siswa Sumbernya yaitu dari informasi orang tua siswa yang menjadi subyek penelitian.
7) Komponen Utama Kualitas Pembelajaran
Winarno Surakhmad (2009), mengemukakan adanya lima
komponen utama sebagai penentu kualitas pembelajaran, antara lain:
a) Pembelajar (peserta didik) Sesuai dengan Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 03), ditegaskn bahwa setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan. Namun dengan berkembangnya zaman, semakin banyak tantangan kehidupan yang harus dihadapi. Untuk itu setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas.
b) Program pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Program pembelajaran yang berkualitas mencakup dua aspek utama yaitu, materi dan proses, di mana keduanya harus mencerminkan perpaduan kualitas yang tinggi.
c) Ekosistem pembelajaran Ekosistem atau lingkungan pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dalam perspektif yang sangat luas, mencakup lingkungan politik, sosial, dan budaya yang berdimensi nasional maupun global.
d) Lembaga pembelajaran Lembaga pembelajaran berkualitas adalah sekolah. Namun tidak semua komponen ekosistem, terutama sekolah, telah menjadi komponen berkualitas.
e) Fasilitator pembelajaran Dalam komponen ini menjelaskan bahwa tugas seorang guru adalah mengajar, bukan (lagi) belajar, memfasilitasi, dan mengelola kualitas.
Dari beberapa definisi hakikat kualitas proses pembelajaran, maka
dapat disimpulkan bahwa kualitas proses pembelajaran merupakan kinerja
dari suatu organisasi pendidikan yang meliputi input, proses, dan output
dari suatu kegiatan atau aktivitas yang terstruktur dan telah direncanakan
dengan sebaik- baiknya untuk mencapai suatu tujuan yang telah
direncanakan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muna Dwi Pangestu pada tahun 2010, di mana
Melalui Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas IV
model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan
kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Sondakan
Surakarta. Hal ini terbukti dari kemampuan menulis pantun pada siklus I nilai
rata-ratanya adalah 67,96 dan prosentase siswa yang mencapai KKM
sebanyak 66,79% (25 siswa), dan meningkat lagi pada siklus II dengan nilai
rata-rata 79,28 dan prosentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 86,84%
(33 siswa dari 38 siswa). Penelitian ini hampir sama dengan yang akan penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
teliti yaitu sama- sama meneliti kemampuan menulis pantun, namun ada
perbedaan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu penulis
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD
Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012.
2.
Menulis Pantun Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas
ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
keterampilan menulis pantun pada siswa kelas IV SDN 1 Gombang Tahun
Ajaran 2010/ 2011. Hal ini terbukti dari siklus I keterampilan menulis pantun
4 dari 15 siswa (26,67%) yang baru mempunyai keterampilan menulis pantun,
dan meningkat pada siklus II menjadi 9 siswa (60%) kategori terampil dan 5
siswa (33,33%) dalam kategori sangat terampil. Penelitian ini hampir sama
dengan penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu sama- sama
meningkatkan kemampuan menulis pantun, hanya saja perbedaannya terdapat
pada tindakannya yaitu penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun
pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta tahun ajaran
2011/ 2012.
3.
Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jeron Nogosari
Boyolali Tahun Ajaran 2010/ 2011. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat
meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
Jeron Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Hal ini terbukti dari
siklus I nilai rata-rata evaluasi matematika meningkat menjadi 68 sebanyak 26
siswa memperoleh nilai di atas KKM (68%), dan siklus II nilai rata-rata
evaluasi matematika siswa meningkat menjadi 74,5 sebanyak 32 siswa
memperoleh nilai di atas KKM (84%). Penelitian ini hampir sama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu sama- sama menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), walaupun terdapat
perbedaan permasalahannya yaitu penulis mengambil masalah kemampuan
menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta
tahun ajaran 2011/ 2012, sedangkan dalam skripsi Ratna Gunarti mengambil
masalah pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron
Nogosari Boyolali tahun ajaran 2010/ 2011.
4.
Hasil Belajar Tentang Operasi Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas IV SDN Soko 4 Miri
bahwa, model kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil
belajar tentang operasi bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Soko 4 Miri
Sragen Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Hal ini terbukti dari saat sebelum
tindakan nilai hasil belajar siswa adalah 6,0, dengan 10 siswa (55,5%) siswa
mendapatkan nilai di atas KKM (> 6,5), dan meningkat pada siklus I dengan
nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 6,4, dengan 12 siswa (66,6%)
mendapatkan nilai di atas KKM, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi
7,8, dengan 16 siswa (88,8%) mendapatkan nilai di atas KKM, dan mengalami
peningkatan lagi pada siklus III menjadi 8,8 dengan 18 siswa (100%)
mendapatkan nilai di atas KKM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan penulis laksanakan yaitu penulis mengambil masalah kemampuan
menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta
tahun ajaran 2011/ 2012, sedangkan dalam skripsi Danang Dwi Kuncoro
diambil permasalahan hasil belajar tentang Operasi Bilangan Bulat. Adapun
persamaan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu sama- sama
menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share sebagai
tindakan perbaikannya.
5.
Hasil Belajar Perkalian Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SD Negeri 2 Jagalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat
meningkatkan hasil belajar perkalian pada siswa kelas II SD Negeri 2 Jagalan
Karangnongko Klaten Tahun Ajaran 2010/ 2011. Hal ini terbukti dari saat
kondisi awal nilai rata-rata siswa hanya 54,05, dan meningkat pada siklus I
dengan nilai rata-rata siswa adalah 63, dan nilai rata-rata pada siklus II adalah
72, sedangkan untuk ketuntasan klasikalnya pada saat kondisi awal nilai di
atas KKM (60) sebanyak 13 siswa (41%), dan meningkat pada siklus I
ketuntasan klasikalnya adalah 16 siswa (68,18%), dan meningkat lagi pada
siklus II dengan ketuntasan klasikal siswa adalah 20 siswa (91%)
mendapatkan nilai di atas KKM (60). Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu permasalahan yang diambil
yaitu penulis mengambil permasalahan kemampuan menulis pantun pada
siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta tahun jaran 2011/
2012, sedangkan dalam skripsi Ristina Prihatiningsih diambil permasalahan
hasil belajar perkalian pada siswa kelas II SD Negeri 2 Jagalan Karangnongko
Klaten tahun jaran 2010/ 2011. Adapun persamaan skripsi Ristina
Prihatinigsih dengan penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu sama-
sama menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share sebagai
tindakan perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1: Kerangka Berpikir
Dari bagan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa sebelum pelaksanaan
PTK kemampuan menulis pantun siswa masih rendah dan kualitas proses
pembelajaran menulis pantun juga tergolong rendah. Hal ini dikarenakan guru
menggunakan metode konvensional dalam KBM dan guru belum menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Namun sesudah
pelaksanaan PTK melalui siklus I dan siklus II, guru sudah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada siswa kelas IV SDN Pajang 4,
sehingga kualitas proses pembelajaran menulis pantun dapat meningkat dan
kemampuan menulis pantun siswa diduga nilainya dapat meningkat. Untuk itu,
dapat disimpulkan bahwa diduga dengan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share (TPS) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis
pantun dan kemampuan siswa dalam menulis pantun.
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Tindakan
Guru belum menggunakan model kooperatif tipe think pair share
Guru menggunakan model kooperatif tipe think pair share
Diduga dengan menggunakan model kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis pantun
Kualitas proses pembelajaran menulis pantun dan kemampuan menulis pantun rendah
Kualitas proses pembelajaran menulis pantun dan kemampuan menulis pantun meningkat
Diduga dengan menggunakan model kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pantun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS),
maka kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SD
Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 akan meningkat.
2. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
maka kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4
Laweyan Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 akan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV SD Negeri Pajang
4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta semester II tahun ajaran 2011/ 2012.
Peneliti memilih tempat ini dikarenakan beberapa alasan diantaranya
menghemat waktu, biaya, dan keberadaan sampel yang memudahkan peneliti
memperoleh data- data yang dibutuhkan, serta lokasinya mudah dijangkau
oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yang terdiri dari beberapa
tahap, dari tahap penyusunan proposal sampai dengan tahap ujian. Penelitian
ini dimulai dari bulan Januari sampai Juni tahun 2012.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Waktu
Januari Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2 Pengajuan dan revisi proposal
3 Seminar proposal
4 Perizinan
5 Siklus I
6 Analisis data siklus I
7 Siklus II
8 Analisis data siklus II
9 Penyusunan Laporan
10 Revisi laporan dan ujian
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Adapun rincian jadwal penelitian adalah sebagai berikut:
a. Januari 2012
1) Minggu ke-3: Penyusunan proposal
2) Minggu ke-4: Penyusunan proposal
b. Februari 2012
1) Minggu ke-1: Penyusunan proposal
2) Minggu ke-2: Pengajuan proposal dan revisi proposal
3) Minggu ke-3: Pengajuan proposal dan revisi proposal
4) Minggu ke-4: Seminar proposal
c. Maret 2012
1) Minggu ke-1: Perizinan penelitian
2) Minggu ke-2: Pelaksanaan siklus I
3) Minggu ke-3: Analisis data siklus I
4) Minggu ke-4: Pelaksanaan siklus II
d. April 2012
1) Minggu ke-1: Analisis data siklus II dan penyusunan laporan
2) Minggu ke-2: Penyusunan laporan
3) Minggu ke-3: Penyusunan laporan
4) Minggu ke-4: Penyusunan laporan
e. Mei 2012
1) Minggu ke-1: Revisi hasil laporan
2) Minggu ke-2: Revisi hasil laporan
3) Minggu ke-3: Revisi hasil laporan
4) Minggu ke-4: Revisi hasil laporan
f. Juni 2012
1) Minggu ke-1: Revisi hasil laporan
2) Minggu ke-2: Revisi hasil laporan
3) Minggu ke-3: Revisi hasil laporan
4) Minggu ke-4: Ujian skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang
4 kecamatan Laweyan kota Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012, dengan jumlah
siswa 29 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki- laki dan 15 siswa perempuan.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
karena data- data yang digunakan adalah data yang diperoleh secara langsung
dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
2. Strategi Penelitian
Strategi yang dipilih dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model siklus dari Iskandar (2009: 48), yang mengungkapkan
yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) .
Adapun tahap- tahapnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Siklus I Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 3.1 Model Siklus Penelitian Iskandar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
D. Data dan Sumber Data
Sugiyono (2009: 225), menyebutkan bahwa umber data dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber data primer dan sekunder .
1. Sumber Primer
Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data kemampuan siswa
dalam menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun. Data
kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun
didapat dari siswa dan guru.
2. Sumber Sekunder
Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini,
yang dijadikan sebagai sumber sekunder adalah dokumen dan hasil observasi.
a) Dokumen
Dokumen yang akan dijadikan sebagai sumber data berupa: nilai
menulis pantun siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta dan
data kualitas proses pembelajaran menulis pantun sebelum adanya PTK dan
sesudah adanya PTK. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan sumber data
lain berupa: silabus Bahasa Indonesia kelas IV, RPP Bahasa Indonesia
kelas IV semester II, dan foto atau video selama proses pembelajaran.
b) Pengamatan peristiwa proses belajar mengajar menulis pantun
Data yang dikumpulkan yaitu tentang bagaimana proses
pembelajaran menulis pantun yang berlangsung di kelas IV SD Negeri
Pajang 4 Laweyan Surakarta. Misalkan untuk mengetahui bagaimana cara
guru dalam menyampaikan materi, penggunaan model dan media
pembelajaran, kondisi kelas maupun siswa dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik- teknik pengumpulan data untuk penelitian ini adalah:
1. Observasi
menggunakan metode observasi yang paling efektif adalah melengkapinya
Observasi dilakukan untuk memperoleh data- data secara langsung
dengan peneliti terjun langsung ke lapangan. Observasi ini dilakukan dengan
memantau proses pembelajaran, sehingga peneliti mendapatkan hasil kegiatan
belajar mengajar yang dapat melengkapi data- data yang berguna untuk
penelitian.
2. Tes
mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti,
Tes di sini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis pantun.
Dengan ini maka peneliti dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa
dalam pembelajaran menulis pantun.
3. Wawancara
St. Y. Slamet dan Suwarto (2007: 48), mengemukakan bahwa:
sekarang dalam suatu konteks mengenai tanggapan atau pesepsi, tingkat dan
bentuk ket
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data
mengenai kemampuan siswa dalam menulis pantun dan kualitas proses
pembelajaran menulis pantun. Wawancara ini bisa didapatkan dari berbagai
sumber, yaitu guru dan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4. Metode Dokumentasi
menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk
Dokumentasi ini diperoleh dari arsip- arsip atau dokumen mengenai
kemampuan siswa dalam menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran
menulis pantun.
F. Validitas Data
Dalam penelitian, diperlukan adanya kebenaran data atau validitas data.
Maksudnya adalah data yang berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam
kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya.
Adapun yang dimaksud trianggulasi data atau sumber dan trianggulasi metode
adalah:
1. Trianggulasi data sering disebut juga trianggulasi sumber. Cara ini
mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib
menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama
atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber
data yang berbeda.
2. Trianggulasi metode, dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda.
Dalam trianggulasi metode ini yang ditekankan adalah penggunaan teknik
atau metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk
diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji
kemantapan informasinya. Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan
data yang berupa observasi kemudian dilakukan wawancara dan hasilnya diuji
dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi
pada pelaku kegiatan. Dari berbagai teknik pengumpulan data di atas, hasilnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dapat dibandingkan kemudian dapat ditarik kesimpulan data yang kuat
validitasnya.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu teknik untuk meneliti, memeriksa,
mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang
diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data secara
interaktif. Teknik analisis data secara interaktif terdapat tiga langkah (Miles dan
Huberman, 2007: 16), yang meliputi:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan t
dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain reduksi data
merupakan proses pemilihan data atau informasi kemampuan menulis pantun
dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SD
Negeri Pajang 4 yang relevan dengan penelitian. Jika data tidak relevan maka
data tersebut dibuang.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan
bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang telah
disusun dalam suatu bentuk yang padu. Dengan demikian peneliti dapat
melihat apa yang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang
benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang telah disajikan.
3. Menarik Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pada reduksi data dan
penyajian data. Setelah ditarik kesimpulan, maka peneliti tetap terbuka
menerima masukan dari orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
H. Indikator Kinerja
Berdasarkan observasi, dokumentasi, dan wawancara didapatkan data
atau informasi bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) bahasa Indonesia
adalah 65. Untuk itu, penelitian tindakan kelas ini berhasil jika kemampuan siswa
dalam menulis pantun telah mencapai indikator ketercapaian yaitu sebanyak 75%
dari jumlah siswa berhasil mencapai KKM (65) dan kualitas proses pembelajaran
menulis pantun juga telah mencapai nilai 3,3. Kemudian apabila belum berhasil
mencapai indikator ketercapaian yaitu 75% untuk kemampuan siswa dalam
menulis pantun dan 3,3 untuk kualitas proses pembelajaran menulis pantun maka
penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diwujudkan
dalam bentuk siklus yang terdiri dari 2 siklus. Di mana setiap siklusnya terdiri dari
dua pertemuan. Setiap siklus terdapat empat tahap, yaitu: perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus ini
akan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), di mana masing-
masing pertemuan dalam setiap siklus ini waktunya 2 x 35 menit. Adapun
rancangan siklus tersebut seperti berikut:
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
1) Merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dan
menerapkannya dalam pembelajaran menulis pantun.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
menulis pantun dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS).
3) Menyusun soal evaluasi individu dan kelompok.
4) Membuat media pembelajaran.
5) Menyiapkan sumber belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
6) Membuat format observasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS) dalam pembelajaran menulis pantun sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya. Adapun langkah- langkah pembelajarannya
adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal (10 menit)
a) Apersepsi berkaitan dengan materi menulis pantun
b) Orientasi
c) Motivasi
Kegiatan Inti (45 menit)
a) Guru bertanya kepada siswa mengenai materi pantun
b) Guru menjelaskan materi menulis pantun
c) Guru menunjukkan contoh pantun
d) Siswa menganalisis pantun yang dicontohkan guru berdasarkan ciri-
ciri pantun
e) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi
pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun
f) Guru meminta siswa untuk berpikir tentang materi pantun
g) Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan
h) Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat pantun
i) Masing- masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan
kelas
j) Kelompok yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju di
depan kelas
k) Guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi siswa
Kegiatan Akhir (15 menit)
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran menulis
pantun
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Tahap Observasi (Observing)
Tahap observasi dilakukan dengan peneliti mengamati
berjalannya kegiatan belajar mengajar menulis pantun, dari prosesnya
hingga peristiwa- peristiwa yang ada di dalam kelas. Observasi ini
dilakukan berdasarkan panduan observasi yang telah dibuat peneliti
sebelumnya.
d. Tahap Refleksi (Reflecting)
Tahap refleksi dilakukan dengan cara menganalisis proses
pembelajaran dan hasil dari pembelajaran. Proses pembelajaran dapat
dilihat dari hasil observasi, sedangkan hasil pembelajaran dapat dilihat dari
hasil pekerjaan siswa atau nilai siswa. Dari analisis proses dan hasil
pembelajaran, maka dapat ditarik kesimpulan fase mana yang perlu
peningkatan dan fase mana yang sudah memenuhi target yang telah
direncanakan. Dari analisis siklus I nilai kemampuan menulis pantun siswa
yang mencapai KKM (65) adalah sebanyak 72,4%.
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II ini peneliti berusaha memperbaiki siklus pertama yang
sudah dilaksanakan.sebelumnya. Hal ini dikarenakan siklus pertama belum
mencapai target yang telah direncanakan. Adapun tahap- tahap siklus kedua
ini antara lain:
a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
1) Merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dan
menerapkannya dalam pembelajaran menulis pantun.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
menulis pantun dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS).
3) Menyusun soal evaluasi individu dan kelompok.
4) Membuat media pembelajaran.
5) Menyiapkan sumber belajar.
6) Membuat format observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS) dalam pembelajaran menulis pantun sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya. Adapun langkah- langkah pembelajarannya
adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal (10 menit)
a) Apersepsi berkaitan dengan materi menulis pantun
b) Orientasi
c) Motivasi
Kegiatan Inti (45 menit)
a) Guru bertanya kepada siswa mengenai materi pantun
b) Guru menjelaskan materi menulis pantun
c) Siswa yang berani maju ke depan kelas untuk memberikan contoh
pantun
d) Siswa menganalisis pantun yang dicontohkan temannya di depan kelas
e) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi
pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun
f) Siswa berpikir sejenak mengenai materi pantun
g) Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan
h) Setiap kelompok berdiskusi membuat pantun
i) Masing- masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan
kelas
j) Kelompok yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju di
depan kelas
k) Guru memberikan penilaian terhadap hasil diskusi siswa dan memberi
tanggapan atas pekerjaan siswa.
Kegiatan Akhir (15 menit)
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran menulis
pantun
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Tahap Observasi (Observing)
Tahap observasi dilakukan dengan peneliti mengamati
berjalannya kegiatan belajar mengajar menulis pantun, dari prosesnya
hingga peristiwa- peristiwa yang ada di dalam kelas. Observasi ini
dilakukan berdasarkan panduan observasi yang telah dibuat peneliti
sebelumnya.
d. Tahap Refleksi (Reflecting)
Hasil analisis data dari siklus II ini, digunakan sebagai acuan
untuk menentukan ketercapaian dari tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya. Adapun tujuannya yaitu memperbaiki proses dan hasil
kemampuan menulis pantun melalui model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share (TPS) pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 Laweyan
Surakarta. Dari analisis siklus II nilai kemampuan menulis pantun siswa
yang mencapai KKM (65) adalah sebanyak 89,6%, untuk itu penelitian
dinyatakan berhasil dan dihentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Tinjauan Historis SD Negeri Pajang 4
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pajang 4 yang berdiri
pada tahun 1981 dan beralamat di Blag Bligan RT 02/ XII kelurahan Pajang
kecamatan Laweyan kota Surakarta. Asal mula SD Negeri Pajang 4 ini, bahwa
dahulunya merupakan tanah pemakaman, dan atas persetujuan warga sekitar maka
dibangunlah SD Negeri Pajang 4 di atas pemakaman ini. Luas tanah keseluruhan
dari SD Negeri Pajang 4 ini adalah 1335 m2. SD Negeri Pajang 4 letaknya sangat
strategis dikarenakan berada di tengah- tengah pemukiman warga.
SD Negeri Pajang 4 memiliki ruang kelas sebanyak 6 kelas. Dari kelas I
sampai dengan kelas VI. Namun hanya kelas IV saja yang dijadikan kelas untuk
penelitian. Hal ini dikarenakan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV
masih rendah. Sehingga perlu adanya peningkatan kemampuan menulis pantun
dan proses pembelajaran menulis pantun.
2. Letak Geografis SD Negeri Pajang 4
Secara geografis, SD Negeri Pajang 4 No. 232 terletak di kelurahan
Pajang, kecamatan Laweyan, kota Surakarta. SD Negeri Pajang 4 berdiri di
tengah- tengah pemukiman warga, sehingga letaknya sangat strategis karena
warga di sekitar SD Negeri Pajang 4 dapat menimba ilmu di SD ini. Di depan dan
di samping SD Negeri Pajang 4 terdapat jalan utama perkampungan, jadi sangat
memudahkan warga sekolah untuk menuju SD Negeri Pajang 4 ini.
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3. Keadaan Siswa SD Negeri Pajang 4
Jumlah siswa tahun ajaran 2011/ 2012 SD Negeri Pajang 4 adalah 197
siswa, yang terdiri dari 102 siswa laki- laki dan 95 siswa perempuan. Siswa SD
Negeri Pajang 4 terbagi dalam 6 kelas yaitu kelas I berjumlah 32 siswa, kelas II
berjumlah 34 siswa, kelas III berjumlah 33 siswa, kelas IV berjumlah 29 siswa,
kelas V berjumlah 31 siswa, dan kelas VI berjumlah 38 siswa. Siswa mempunyai
latar belakang yang berbeda- beda satu sama lain. Sebagian besar pekerjaan orang
tua siswa adalah buruh yang pendidikannya mayoritas masih rendah.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana SD Negeri Pajang 4
Bangunan gedung SD Negeri Pajang 4 berdiri di atas tanah seluas 715
m2. Bangunan yang ada yaitu 6 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang Kepala
Sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 4 kamar mandi, 1 rumah dinas, dan
1 tempat parkir. SD Negeri Pajang 4 ini sangat aman dan nyaman karena dijaga
oleh Penjaga Sekolah yang tinggal di rumah dinas yang letaknya di dalam SD
Negeri Pajang 4. Halaman SD Negeri Pajang 4 sangat luas, sehingga bisa
digunakan untuk upacara bendera, senam, dan kegiatan pramuka.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti melaksanakan
observasi di kelas IV SD Negeri Pajang 4 untuk mengetahui kemampuan menulis
pantun dan proses pembelajaran menulis pantun.
Pada kondisi awal atau sebelum adanya pelaksanaan tindakan kelas, guru
menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran menulis pantun dengan
guru menjelaskan materi pantun, kemudian guru memberikan tugas menulis
pantun kepada siswa yang pada akhirnya siswa belum jelas akan materi menulis
pantun. Hal tersebut memicu siswa untuk membuat pantun dengan mencontoh
pantun- pantun yang telah ada dalam buku panduan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, peneliti
mendapati bahwa kinerja guru belum maksimal dalam melaksanakan
pembelajaran karena dalam mengajar guru masih menggunakan metode
konvensional dan guru belum menggunakan media pembelajaran menulis pantun
sehingga siswa banyak mengalami kesulitan dalam menulis pantun. Hal ini
dikarenakan siswa kesulitan untuk menemukan kata- kata yang tepat, siswa
kesulitan untuk menuangkan ide- ide yang ada dalam pikirannya, siswa kesulitan
untuk menentukan sampiran dan isi pantun, Guru saat mengajar masih
menggunakan metode konvensional yang pada akhirnya siswa diberikan tugas
menulis pantun sehingga siswa belum sepenuhnya menguasai materi tentang
pantun, kebanyakan dari siswa, mereka tidak membuat pantun sendiri, melainkan
mereka mencontoh dari buku- buku yang telah ada. Akibatnya masih banyak
siswa yang mendapatkan nilai menulis pantun di bawah KKM (65). Nilai menulis
pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 pada kondisi awal dapat dilihat pada
lampiran 27 halaman 160.
Dari nilai menulis pantun pada kondisi awal (lampiran 26), diketahui
bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM mata pelajaran
Bahasa Indonesia yaitu 65. Rata- rata nilai menulis pantun siswa adalah 62,43.
Dari 29 siswa kelas IV, yang mendapatkan nilai yang memenuhi KKM hanya 12
siswa (41,4%), sedangkan 17 siswa (58,6%) mendapat nilai di bawah KKM.
Untuk memperjelas nilai menulis pantun siswa pada kondisi awal, maka
dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 4.1 Data Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada Kondisi
Awal
Sumber: dokumentasi nilai Bahasa Indonesia kelas IV pada materi menulis
pantun.
Dari tabel distribusi frekuensi nilai menulis pantun siswa kelas IV SDN
Pajang 4 saat kondisi awal, maka dapat disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 4.1 sebagai berikut ini:
0
2
4
6
8
10
12
Interval nilai
7
10
3
6
12
50 56 62 68 74 80 86
Gambar 4.1 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada
Kondisi Awal
No. Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 49,5- 55,5 7 52,5 367,5 24,2 2 55,5- 61,5 10 58,5 585 34,5 3 61,5- 67,5 3 64,5 193,5 10,4 4 67,5- 73,5 6 70,5 423 20,7 5 73,5- 79,5 1 76,5 76,5 3,4 6 79,5- 85,5 2 82,5 165 6,8
29 1810,5 Nilai rata- rata = 1810,5 : 29 = 62,43
Ketuntasan klasikal = (12 : 29) x 100% = 41,4% Nilai di bawah KKM = (17 : 29) x 100% = 58,6%
Nilai tertinggi = 85 Nilai terendah = 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran menulis pantun saat
kondisi awal dapat diketahui dari 3 aspek yaitu melalui aktivitas siswa saat
pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran guru, dan kinerja guru saat
mengajar. Rata- rata aktivitas siswa saat pembelajaran adalah 2,27 yang berarti
aktivitas siswa saat pembelajaran adalah tidak baik, dan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 34. Sedangkan berdasarkan observasi yang telah peneliti
laksanakan, rencana pelaksanaan pembelajarannya adalah 3,22 yang berarti
rencana pelaksanaan pembelajarannya baik, dan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 39. Untuk kinerja guru saat melaksanakan pembelajaran menulis pantun,
nilainya adalah 3,12 yang berarti baik, dan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 41. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa kualitas proses pembelajaran
menulis pantun pada kondisi awal dapat dilihat dari rata- rata ketiga aspek yang
telah disebutkan di atas. Untuk memperjelas kualitas proses pembelajaran menulis
pantun dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun Pada Kondisi Awal
Aspek- aspek Kualitas Proses Pembelajaran Kualitas Proses
Pembelajaran Aktivitas Siswa RPP Guru Kinerja Guru
2,27 3,22 3,12 2,87
Keterangan :
1- 2 = sangat tidak baik 3 3,5 = baik
2 2,5 = tidak baik 3,6 - 4 = sangat baik
2,6 - 2,9 = cukup baik
Dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa kualitas proses
pembelajaran menulis pantun pada kondisi awal adalah 2,87 (cukup baik). Untuk
memperjelas kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada kondisi awal
maka dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti gambar 4.2 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Aspek - aspek Kualitas Proses Pembelajaran
Gambar 4.2 Grafik Kualitas Proses Pembelajaran Pada Kondisi Awal
C. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap- tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada
tanggal 14 Maret 2012 dan 15 Maret 2012, yang diikuti oleh siswa kelas IV
sebanyak 29 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti berperan langsung sebagai guru
yang melaksanakan pembelajaran menulis pantun dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan diamati oleh guru
kelas IV yaitu Ibu Sri Widiyatmini, A. Ma. serta teman sejawat peneliti yang
bernama Indra Dwi Rachdhiastuti. Adapun tahapan- tahapan yang dilaksanakan
dalam siklus I adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Jumat, 9 Maret
2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis pantun
dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran menulis pantun. Selanjutnya
peneliti dengan guru menyepakati bahwa pelaksanaan siklus I berlangsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pada hari Rabu, 14 Maret 2012 dan Kamis, 15 Maret 2012. Adapun deskripsi
pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dan menerapkannya
dalam pembelajaran menulis pantun.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi
menulis pantun dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
(TPS).
c. Menyusun soal evaluasi individu dan kelompok.
d. Menyiapkan media pembelajaran.
e. Menyiapkan sumber belajar sebagai panduan pembelajaran menulis
pantun.
f. Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan dalam
pembelajaran menulis pantun.
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah membuat perencanaan tindakan, peneliti melaksanakan
pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS). Di sini peneliti berperan langsung
sebagai guru yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), sedangkan guru kelas IV
berperan sebagai observe. Siklus I ini, penulis laksanakan dalam 2 kali
pertemuan sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pembelajaran menulis pantun kelas IV
mempelajari pantun dengan tema persahabatan. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya yaitu:
1) Kegiatan Awal
a) Siswa dan guru berdoa sebelum memulai pelajaran.
b) Absensi.
c) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai materi menulis pantun
yang sudah dipelajari pada semestar I dan II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
(1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang pengertian pantun.
(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pantun.
(3) Siswa menganalisis pantun yang dicontohkan guru di depan kelas.
(4) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi
pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun.
b) Elaborasi
(1) Siswa berpikir sejenak ± 2 menit mengenai materi pantun yang
telah dijelaskan oleh guru (Think).
(2) Siswa berpasangan dan mendiskusikan tugas dari guru untuk
membuat pantun persahabatan (Pair). Dikarenakan jumlah siswa
ganjil (29), maka sebanyak 14 kelompok berkelompok secara
berpasangan, namun ada satu kelompok yang anggota
kelompoknya terdiri dari 2-3 orang siswa.
(3) Masing- masing anggota kelompok, maju ke depan kelas untuk
menyampaikan hasil diskusi membuat pantun persahabatan
dengan kelompok lain menanggapi hasil pantun karya kelompok
yang maju di depan kelas (Share).
c) Konfirmasi
(1) Siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya mengenai materi
menulis pantun yang kurang jelas.
(2) Siswa yang dibimbing guru bersama- sama menyimpulkan materi
pelajaran menulis pantun.
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk membuat pantun
persahabatan.
b) Guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi menulis
pantun lebih mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c) Salam penutup.
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pembelajaran menulis pantun mempelajari materi
pantun yang dikhususkan pada pembelajaran menulis pantun dengan tema
pendidikan. Adapun langkah- langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
a) Siswa dan guru berdoa sebelum memulai pelajaran.
b) Absensi.
c) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai pengertian pantun.
2) Kegiatan Inti
a) Ekplorasi
(1) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai tema pantun itu ada
apa saja.
(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi menulis
pantun dengan tema pendidikan.
(3) Siswa menganalisis pantun pendidikan yang dicontohkan guru.
(4) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi
pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun.
b) Elaborasi
(1) Siswa berpikir sejenak ± 2 menit mengenai materi pantun dengan
tema pendidikan yang telah dijelaskan oleh guru (Think).
(2) Siswa berpasangan dan mendiskusikan tugas dari guru untuk
membuat pantun dengan tema pendidikan (Pair). Dikarenakan
jumlah siswa ganjil (29), maka sebanyak 14 kelompok
berkelompok secara berpasangan, namun ada satu kelompok yang
anggota kelompoknya terdiri dari 3 orang siswa.
(3) Masing- masing anggota kelompok, maju ke depan kelas untuk
menyampaikan hasil diskusi membuat pantun dengan tema
pendidikan, sedangkan kelompok lain menanggapi hasil pantun
karya kelompok yang maju di depan kelas (Share).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
c) Konfirmasi
(1) Siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya mengenai materi
menulis pantun dengan tema pendidikan yang kurang jelas.
(2) Siswa yang dibimbing guru bersama- sama menyimpulkan materi
pelajaran menulis pantun dengan tema pendidikan.
4) Kegiatan Akhir
a) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk membuat pantun
dengan tema pendidikan.
b) Guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi menulis
pantun dengan tema pendidikan lebih mendalam lagi.
c) Salam penutup.
c. Pengamatan atau Observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS). Pengamatan ini dilakukan untuk
memperoleh data mengenai kemampuan menulis pantun siswa dan data
tentang kualitas proses pembelajarannya. Hal ini juga dapat berfungsi untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan pembelajaran menulis pantun dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Hasil
pengamatan atau observasi selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap refleksi
siklus I.
Peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan menulis pantun dan
meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Tahap ini, peneliti
mengadakan kolaborasi dengan guru kelas IV dalam melaksanakan
pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan lembar
observasi. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
peneliti dan aktivitas siswa dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran
yang disusun dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Dari hasil observasi siklus I selama 2 kali pertemuan diperoleh hasil
observasi sebagai berikut :
1) Hasil Observasi Kemampuan Guru
a) Pada aspek pra pembelajaran, guru sudah menyiapkan ruang, alat,
dan media pembelajaran dengan baik.
b) Pada aspek membuka pembelajran, guru sudah melakukan absensi
dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan
baik.
c) Pada aspek penguasaan materi pelajaran, guru sudah menguasai
materi menulis pantun dengan baik dan materi tersebut sudah
dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari siswa.
d) Pada aspek strategi pembelajaran, dalam melaksanakan pembelajaran
guru sudah melaksanakannya sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, melaksanakan pembelajaran secara runtun, guru sudah dapat
menguasai kelas dengan baik, dan melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan sebelumnya.
e) Pada aspek pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran,
guru sudah guru sudah menggunakan media pembelajaran menulis
pantun yaitu dengan kertas karton yang diisi dengan kertas pantun
acak dan guru juga sudah menggunakan sumber belajar sebagai
panduan materi pembelajaran menulis pantun.
f) Pada aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa, guru sudah memicu siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Hanya saja saat siklus I ini, hanya sebagian
siswa saja yang mengikuti arahan guru untuk lebih aktif.
g) Pada aspek penilaian proses dan hasil, guru sudah memantau
kemajuan pembelajaran selama proses pembelajaran dan guru juga
melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
h) Pada aspek penggunaan bahasa, guru sudah menggunakan bahasa
lisan dan tulis dengan jelas, baik, dan lancar.
i) Pada aspek penutup, guru sudah menyimpulkan materi pembelajaran
yang melibatkan siswa dan memberikan tugas individu untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam menulis pantun
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS).
2) Hasil Observasi Siswa
Adapun hasil observasi kegiatan siswa selama proses
pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Dinilai dari aspek perhatian, mayoritas siswa perhatiannya dalam
menerima materi pembelajaran dari guru tergolong baik. Hal ini
dibuktikan dengan siswa mendengarkan penjelasan guru, dan saat guru
memberikan umpan balik berupa pertanyaan siswa bisa menjawabnya.
b) Dinilai dari aspek kerjasama, mayoritas siswa saat bekerjasama dengan
kelompoknya tergolong baik. Namun ada sebagian siswa yang kurang
bisa bekerjasama dengan kelompoknya.
c) Dinilai dari aspek ketekunan, mayoritas siswa tekun dalam
mengerjakan tugas- tugas dari guru. Walaupun masih terdapat siswa
yang belum tekun dalam mengerjakan tugas, dikarenakan mereka
masih asyik berbicara dengan temannya dan menganggu temannya
dalam mengerjakan tugas.
d) Dinilai dari aspek keaktifan, keaktifan siswa tergolong baik dan aktif
dalam kegiatan pembelajaran, namun masih terdapat sebagian siswa
yang masih asyik dengan kegiatannya sendiri yang tidak berhubungan
dengan kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Data- data yang telah diperoleh melalui observasi dan penilaian
kemampuan menulis pantun dikumpulkan untuk dianalisis dan direfleksi. Hal
ini dilakukan untuk pedoman atau acuan pengambilan langkah siklus II.
Adapun hasil refleksinya yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1) Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru belum dijelaskan secara
rinci, dikarenakan guru hanya menyampaikan materi pembelajaran secara
umumnya saja. Untuk siklus II, guru harus menyampaikan materi
pembelajaran dengan rinci, sehingga siswa dapat lebih mendalami akan
materi menulis pantun.
2) Masih terdapat siswa yang asyik dengan kegiatannya sendiri saat guru
menjelaskan materi pembelajaran maupun saat mengerjakan tugas
individu dan kelompok. Masih terdapat siswa yang mengganggu temannya
saat ada siswa yang mendengarkan penjelasan guru maupun saat
mengerjakan tugas. Untuk siklus II guru harus bisa mengkondisikan kelas
dengan baik agar perhatian siswa tertuju kepada guru dan tugas yang
diberikan oleh guru.
3) Saat diskusi kelompok, masih terdapat siswa yang belum bisa bekerjasama
dengan kelompoknya. Hal ini dikarenakan siswa yang cara berpirkirnya
lebih di atas dibanding dengan temannya, lebih memilih untuk
mengerjakan tugas kelompoknya sendiri tanpa meminta pendapat dengan
teman kelompoknya. Untuk siklus II, guru harus bisa memberikan
pengertian kepada siswa bahwa pekerjaan kelompok harus dikerjakan
secara berkelompok, dan hasil pekerjaan kelompok akan lebih maksimal
bila dibandingkan dengan pemikiran sendiri atau satu orang saja.
4) Dalam menulis pantun, masih terdapat siswa yang menulis pantun tidak
sesuai dengan tema yang ditentukan dan pantun yang dibuat belum
memenuhi ciri- ciri pantun sempurna. Hal ini dikarenakan siswa merasa
kesulitan untuk menentukan kata yang tepat dengan mengacu pada tema.
Untuk siklus II guru harus lebih mendalam lagi dalam menjelaskan materi
pembelajaran, agar siswa benar- benar paham dan siswa dapat menulis
pantun dengan baik.
5) Masih terdapat kelompok yang ramai saat kelompok lain maju ke depan
kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok dalam membuat
pantun. Sehingga kelompok yang ramai ini belum bisa menanggapi hasil
pekerjaan kelompok lain. Untuk siklus II guru harus memusatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
perhatian siswa untuk memberi tanggapan kepada kelompok yang maju di
depan kelas atas pekerjaan yang telah dibuat.
6) Pada saat guru memberikan waktu untuk berpikir (think) sebelum
pembentukan kelompok, siswa belum memanfaat waktu untuk mendalami
materi menulis pantun sebagai bekal mengerjakan soal diskusi kelompok.
Untuk siklus II guru harus bisa memberikan pengertian kepada siswa akan
pentingnya waktu berpikir sebelum mengerjakan soal diskusi kelompok.
Guru juga harus mengamati benar- benar setiap kegiatan siswa.
Perolehan hasil nilai kemampuan menulis pantun siswa pada siklus I
dengan KKM bahasa indonesia (65) dan jumlah siswa sebanyak 29 siswa, didapati
nilai siswa yang belum mencapai KKM adalah sebanyak 8 siswa (27,6%),
sedangkan jumlah siswa yang nilainya sudah mencapai KKM adalah 21 siswa
(72,29%). Untuk lebih jelasnya, nilai kemampuan menulis pantun siswa pada
siklus I dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 161.
Berdasarkan nilai kemampuan menulis pantun siswa pada siklus I
(lampiran 28 halaman 161), maka dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Distribusi Frekuensi Nilai Menulis Pantun pada Siklus I
No Interval Nilai Frekuensi
(fi) Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%) 1 42,5- 51,5 2 47 94 6,9 2 51,5- 60,5 3 56 168 10,3 3 60,5- 69,5 8 65 520 27,6 4 69,5- 78,5 8 74 592 27,6 5 78,5- 87,5 4 83 332 13,8 6 87,5- 96,5 4 92 368 13,8
29 2074 Nilai rata- rata = 2074 : 29 = 71,52
Ketuntasan klasikal = (21 : 29) x 100% = 72,4% Nilai di bawah KKM = (8 : 29) x 100% = 27,6%
Nilai tertinggi = 92,5 Nilai terendah = 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dari tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan menulis pantun siswa
kelas IV SD Negeri Pajang 4 pada siklus I di atas, maka dapat disajikan dalam
grafik pada gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri Pajang 4
pada Siklus I
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui frekuensi dari nilai siswa siklus
I dalam bentuk interval. Nilai siswa dari dari kondisi awal sampai setelah
diberikan tindakan pada siklus I mengalami perkembangan, untuk lebih jelasnya
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa dari Sebelum Tindakan dan
siklus I
Keterangan Kondisi Awal Siklus I
Rata- rata nilai 62,43 71,52
Ketuntasan klasikal 41,4% 72,4%
Dari hasil nilai pada kondisi awal dan nilai siklus I pada tabel 4.4 di atas,
dapat digambarkan dalam grafik pada gambar 4.4 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62.43
41.4
71.52 72.4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Rata- rata Nilai Ketuntasan Klasikal (%)
Kondisi Awal
Siklus I
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa dari Kondisi
Awal dan Siklus I
2. Deskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap- tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada
tanggal 27 Maret 2012 dan 28 Maret 2012, yang diikuti oleh siswa kelas IV
sebanyak 29 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti berperan langsung sebagai guru
yang melaksanakan pembelajaran menulis pantun dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan diamati oleh guru
kelas IV yaitu Ibu Sri Widiyatmini, A. Ma. serta teman sejawat peneliti yang
bernama Indra Dwi Rachdhiastuti.
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui
bahwa ada peningkatan pada proses pembelajaran menulis pantun dan
kemampuan siswa dalam menulis pantun. Hanya saja peningkatannya belum
maksimal, yang dapat dilihat dari siswa yang nilainya belum mencapai KKM (65)
sebanyak 8 siswa dari 29 siswa, yang dikarenakan saat proses pembelajaran siswa
asyik dengan kegiatannya sendiri sehingga mereka belum paham dengan materi
menulis pantun. Untuk memperbaiki dan memaksimalkan kemampuan menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pantun siswa dan kualitas proses pembelajarannya maka peneliti melaksanakan
siklus II sebagai perbaikan dari siklus I. Adapun langkah- langkahnya meliputi:
a. Perencanaan
Deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II
dengan memperbaiki siklus I yang berpedoman pada alternatif pemecahan
masalah yang telah diungkapkan pada refleksi siklus I.
2) Menyusun soal evaluasi individu dan kelompok.
3) Menyiapkan media pembelajaran.
4) Menyiapkan sumber belajar sebagai panduan pembelajaran menulis
pantun.
5) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan dalam
pembelajaran menulis pantun.
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah membuat perencanaan tindakan, peneliti melaksanakan
pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS). Pelaksanaan siklus II berpedoman pada
siklus I yang sudah dilaksanakan sebelumnya, namun dalam siklus II terdapat
beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus I. Adapun pelaksanaan
tindakannya adalah sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pembelajaran menulis pantun kelas IV
mempelajari pantun dengan tema persahabatan. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya yaitu:
1) Kegiatan Awal
a) Siswa dan guru berdoa sebelum memulai pelajaran.
b) Absensi.
c) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai pantun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
(1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri- ciri pantun.
(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pantun
dengan tema persahabatan.
(3) Siswa maju ke depan kelas untuk membuat contoh pantun dengan
tema persahabatan dengan kata- katanya sendiri berdasarkan
dengan ciri- ciri pantun.
(4) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun persahabatan
acak, menjadi pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun.
b) Elaborasi
(1) Siswa berpikir sejenak ± 2 menit mengenai materi pantun yang
telah dijelaskan oleh guru (Think).
(2) Siswa berpasangan dan mendiskusikan tugas dari guru untuk
membuat pantun persahabatan (Pair). Dikarenakan jumlah siswa
ganjil (29), maka sebanyak 13 kelompok berkelompok secara
berpasangan, namun ada satu kelompok yang anggota
kelompoknya terdiri dari 3 orang siswa.
(3) Masing- masing anggota kelompok, maju ke depan kelas untuk
menyampaikan hasil diskusi membuat pantun persahabatan dengan
kelompok lain menanggapi hasil pantun karya kelompok yang
maju di depan kelas (Share).
c) Konfirmasi
(1) Siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya mengenai materi
menulis pantun yang kurang jelas.
(2) Siswa yang dibimbing guru bersama- sama menyimpulkan materi
pelajaran menulis pantun.
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk membuat pantun
persahabatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b) Guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi menulis
pantun lebih mendalam.
c) Salam penutup.
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pembelajaran menulis pantun mempelajari materi
pantun yang dikhususkan pada pembelajaran menulis pantun dengan tema
pendidikan. Adapun langkah- langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
a) Siswa dan guru berdoa sebelum memulai pelajaran.
b) Absensi.
c) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai jumlah baris dalam satu
bait pantun.
2) Kegiatan Inti
a) Ekplorasi
(1) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai pengertian pantun.
(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi menulis
pantun dengan tema pendidikan.
(3) Siswa maju ke depan kelas untuk membuat contoh pantun
pendidikan dengan kata- katanya sendiri sesuai dengan ciri- ciri
pantun.
(4) Semua siswa menganalisis pantun yang dibuat oleh siswa yang
maju di ke depan kelas berdasarkan ciri- ciri pantun.
(5) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi
pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun.
b) Elaborasi
(1) Siswa berpikir sejenak ± 2 menit mengenai materi pantun dengan
tema pendidikan yang telah dijelaskan oleh guru (Think).
(2) Siswa berpasangan dan mendiskusikan tugas dari guru untuk
membuat pantun dengan tema pendidikan (Pair). Dikarenakan
jumlah siswa ganjil (29), maka sebanyak 13 kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
berkelompok secara berpasangan, namun ada satu kelompok yang
anggota kelompoknya terdiri dari 3 orang siswa.
(3) Masing- masing anggota kelompok, maju ke depan kelas untuk
menyampaikan hasil diskusi membuat pantun dengan tema
pendidikan, sedangkan kelompok lain menanggapi hasil pantun
karya kelompok yang maju di depan kelas (Share).
c) Konfirmasi
(1) Siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya mengenai materi
menulis pantun dengan tema pendidikan yang kurang jelas.
(2) Siswa yang dibimbing guru bersama- sama menyimpulkan materi
pelajaran menulis pantun dengan tema pendidikan.
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk membuat pantun
dengan tema pendidikan.
b) Guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi menulis
pantun dengan tema pendidikan lebih mendalam lagi.
c) Salam penutup.
c. Pengamatan atau Observasi
Pada tahap pengamatan atau observasi, peneliti mengamati proses
pembelajaran menulis pantun dan kemampuan siswa dalam menulis pantun
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
(TPS). Hasil pengamatan atau observasi untuk mendapatkan data mengenai
kualitas proses pembelajaran menulis pantun dan kemampuan siswa dalam
menulis pantun, selanjutnya digunakan oleh peneliti sebagai data hasil
penelitian. Adapun hasil pamgamatan dari siklus II selama 2 kali pertemuan
diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
1) Hasil Observasi Kemampuan Guru
a) Pada aspek pra pembelajaran, guru sudah menyiapkan ruang, alat, dan
media pembelajaran dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b) Pada aspek membuka pembelajran, guru sudah melakukan absensi
dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan
baik.
c) Pada aspek penguasaan materi pelajaran, guru sudah menguasai
materi menulis pantun dengan baik dan materi tersebut sudah
dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari siswa.
d) Pada aspek strategi pembelajaran, dalam melaksanakan pembelajaran
guru sudah melaksanakannya sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, melaksanakan pembelajaran secara runtun, guru sudah dapat
menguasai kelas dengan baik, dan melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang telah direncanakan sebelumnya.
e) Pada aspek pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran,
guru sudah menggunakan media pembelajaran menulis pantun yaitu
dengan kertas karton yang diisi dengan kertas pantun acak dan guru
juga sudah menggunakan sumber belajar sebagai panduan materi
pembelajaran menulis pantun.
f) Pada aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa, guru sudah memicu siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran sehingga siswa menjadi aktif dalam mengikuti
pembelajaran menulis pantun.
g) Pada aspek penilaian proses dan hasil, guru sudah memantau
kemajuan pembelajaran selama proses pembelajaran dan guru juga
melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
h) Pada aspek penggunaan bahasa, guru sudah menggunakan bahasa
lisan dan tulis dengan jelas, baik, dan lancar, sehingga dapat dipahami
oleh siswa.
i) Pada aspek penutup, guru sudah menyimpulkan materi pembelajaran
yang melibatkan siswa dan memberikan tugas individu untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam menulis pantun
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2) Hasil Observasi Siswa
Adapun hasil observasi kegiatan siswa selama proses
pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Dinilai dari aspek perhatian, mayoritas siswa perhatiannya dalam
menerima materi pembelajaran dari guru tergolong baik. Hal ini
dibuktikan dengan siswa mendengarkan penjelasan guru, dan saat guru
memberikan umpan balik berupa pertanyaan siswa bisa menjawabnya.
b) Dinilai dari aspek kerjasama, mayoritas siswa saat bekerjasama dengan
kelompoknya tergolong baik karena siswa begitu antusias untuk
berdiskusi dengan kelompoknya masing- masing.
c) Dinilai dari aspek ketekunan, mayoritas siswa tekun dalam
mengerjakan tugas- tugas dari guru.
d) Dinilai dari aspek keaktifan, keaktifan siswa tergolong baik dan aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan bahwa siswa
aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru. Sehingga suasana kelas
sangat hidup dan kondusif.
d. Refleksi
Dari pengamatan yang telah peneliti laksanakan, menunjukkan bahwa
dalam siklus II, proses pembelajaran dan kemampuan menulis pantun di kelas
IV SDN Pajang 4 mengalami peningkatan. Dalam kegiatan belajar mengajar
menulis pantun siswa lebih aktif dibandingkan saat siklus I, karena siswa
benar- benar paham akan materi menulis pantun. Siswa sudah membuat
pantun dengan menggunakan kata- katanya sendiri tanpa melihat buku
panduan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai kemampuan menulis
pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4. Dari 29 siswa kelas IV didapati
bahwa berdasarkan nilai KKM (65), nilai siswa yang mencapai KKM adalah
26 siswa (89,6%), sedangkan nilai siswa yang belum mencapai KKM
sebanyak 3 siswa (10,4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa jika dibandingkan
dengan siklus I, nilai kemampuan menulis pantun siswa siklus II mengalami
peningkatan. Adapun nilai kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SDN
Pajang 4 pada siklus II dapat dilihat dalam lampiran 29 halaman 162.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan nilai siswa pada siklus II (lampiran 29), maka dapat
disajikan dalam bentuk tabel daftar distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.5 Data Distribusi Frekuensi Nilai Menulis Pantun pada siklus II
No Interval Nilai Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase (%)
1 56,5- 62,5 2 59,5 119 6,9 2 62,5- 68,5 3 65,5 196,5 10,3 3 68,5- 74,5 6 71,5 429 20,7 4 74,5- 80,5 1 77,5 77,5 3,4 5 80,5- 86,5 8 83,5 668 27,6 6 86,5- 92,5 9 89,5 805,5 31,1
29 2295,5 Nilai rata- rata = 2295,5 : 29 = 79,15
Ketuntasan klasikal = (26 : 29) x 100% = 89,6% Nilai di bawah KKM = (3 : 29) x 100% = 10,4%
Nilai tertinggi = 92,5 Nilai terendah = 57
Dari tabel daftar distribusi frekuensi nilai kemampuan menulis
pantun siklus II si atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.5
berikut ini:
Gambar 4.5 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui frekuensi dari nilai siswa
siklus II dalam bentuk interval. Dapat dibandingkan bahwa nilai siswa saat
siklus I sampai dengan siklus II mengalami perkembangan, untuk lebih
jelasnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4
dari Siklus I sampai dengan Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II
Rata- rata nilai 71,52 79,15
Ketuntasan klasikal 72,4% 89,6%
Dari hasil perkembangan nilai siklus I dan nilai siklus II pada tabel 4.6 di
atas, dapat digambarkan grafik pada gambar 4.6 sebagai berikut:
71.52 72.479.15
89.6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Rata- rata Nilai Ketuntasan Klasikal (%)
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN
Pajang 4 pada Siklus I sampai siklus II
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti menyimpulkan bahwa dilihat
dari nilai rata-rata kelas dan ketuntasan siswa secara klasikal, kemampuan
menulis pantun siswa kelas IV SDN Pajang 4 mengalami peningkatan dari siklus I
maupun saat kondisi awal sebelum diadakan tindakan. Peningkatan kemampuan
menulis pantun siswa sudah mencapai indikator yang telah ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
sebelumnya, maka siklusnya tidak perlu dilanjutkan karena sudah berhasil. Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SDN Pajang 4
tahun ajaran 2011/ 2012.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan dan analisis data yang sudah dilakukan, dapat
dilihat adanya peningkatan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses
pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).
Peningkatan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran
menulis pantun ini, dapat dilihat dari tiga aspek, yang meliputi aspek kognitif
(pengetahuan/ pemikiran), aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik
(keterampilan).
1. Aspek Kognitif
Aspek kognitif merupakan aspek- aspek yang berkaitan dengan perilaku
peserta didik yang menekankan aspek intelektualnya seperti pengetahuan,
keterampilan, dan berpikirnya. Aspek kognitif dalam penelitian ini dapat dilihat
dari data nilai siswa dalam menulis pantun dari kondisi awal (lampiran 27
halaman 160), tindakan pada siklus I (lampiran 28 halaman 161), dan tindakan
pada siklus II (lampiran 29 halaman 162). Berdasarkan data nilai siswa tersebut,
dapat diketahui adanya peningkatan dari kondisi awal sampai siklus II. Untuk
lebih jelasnya perkembangan pada aspek kognitif berupa nilai dari kondisi awal,
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.7 Perkembangan Nilai Kemampuan Menulis Pantun Kondisi Awal, Siklus
I, dan Siklus II
Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata 62,43 71,52 79,15
Ketuntasan Klasikal 41,4% 72,4% 89,6%
Dari tabel di atas, maka perkembangan nilai menulis pantun dari kondisi
awal, Siklus I, dan Siklus II di atas dapat digambarkan menjadi grafik pada
gambar 4.7 berikut ini:
62.43
41.4
71.52 72.479.15
89.6
0
20
40
60
80
100
Nilai Rata- rata Kertuntasan klasikal (%)
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Nilai Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.7 di atas, dapat diketahui adanya
peningkatan kemampuan menulis pantun dari kondisi awal, siklus I sampai siklus
II sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata siswa dalam menulis pantun pada kondisi awal adalah 62,43
kemudian mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 71,52 dan mengalami
peningkatan lagi pada siklus II yang nilai rata- ratanya menjadi 79,15.
b. Persentase ketuntasan klasikal pada kondisi awal adalah 41,4% mengalami
peningkatan menjadi 72,4% pada siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II
menjadi 89,6%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2. Aspek Afektif
Aspek afektif merupakan aspek yang berhubungan dengan perilaku-
perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi yang meliputi minat dan
sikap. Aspek afektif dalam penelitian ini meliputi aktivitas siswa, perencanaan
pembelajaran guru, dan kinerja guru saat kegiatan belajar mengajar dalam
pembelajaran menulis pantun. Ketiga aspek ini dapat menunjukkan kualitas proses
pembelajaran menulis pantun. Untuk lebih jelasnya, dari ketiga aspek kualitas
pembelajaran tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah semua yang dilakukan
siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang meliputi perhatian,
kerjasama, ketekunan, dan keaktifan siswa. Pengamatan terhadap aktivitas
siswa ini dilakukan sebanyak dua siklus, di mana setiap siklusnya terdiri dari
dua kali pertemuan. Untuk mengetahui nilai aktivitas siswa pada siklus I
pertemuan I dapat dilihat pada lampiran 36 halaman 170, sedangkan untuk
nilai aktivitas siswa pada siklus I pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 37
halaman 172. Untuk mengetahui nilai aktivitas siswa siklus II pertemuan I
dapat dilihat pada lampiran 38 halaman 174, sedangkan untuk nilai aktivitas
siswa pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 39 halaman 176.
Dari nilai aktivitas siswa siklus I dan siklus II tersebut, maka dapat disajikan
dalam bentuk tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8 Data Nilai Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Nilai Aktivitas Siswa
Pertemuan Siklus I Siklus II
I 2,55 3,09
II 2,76 3,16
Rata- rata 2,65 3,13
Keterangan :
1- 2 = sangat tidak baik 3 3,5 = baik
2 2,5 = tidak baik 3,6 - 4 = sangat baik
2,6 - 2,9 = cukup baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari tabel 4.8 di atas, maka nilai aktivitas siswa dapat disajikan dalam
bentuk grafik seperti grafik 4.8 berikut:
2.552.76
3.09 3.16
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Pertemuan I Pertemuan II
Nilai
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.8 Grafik Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Dari data nilai aktivitas siswa saat kondisi awal, siklus I, dan siklus II
maka dapat disajikan perbandingan perkembangannya dalam tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Perkembangan Nilai Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I,
dan Siklus II
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
2,27 2,65 3,13
Dari tabel 4.9, maka dapat dibuat grafik untuk mengetahui
peningkatan nilai aktivitas siswa seperti gambar 4.9 berikut:
2.272.65
3.13
00.5
11.5
22.5
33.5
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Nilai
Gambar 4.9 Grafik Perkembangan Nilai Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Dari tabel 4.9 dan gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa nilai aktivitas
siswa kondisi awal adalah 2,27, dan mengalami peningkatan pada siklus I
menjadi 2,65, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 3,13.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru
Observasi terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran guru sangat
mempengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran, sehingga dapat berdampak
pada kualitas proses pembelajaran menulis pantun. Observasi RPP guru pada
siklus I dan II ini, dilakukan oleh guru kelas IV saat peneliti mengajarkan
materi menulis pantun kepada siswa kelas IV. Untuk lebih jelasnya, lembar
observasi RPP guru pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada lampiran 41
halaman 180, sedangkan siklus I pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 44
halaman 188. Untuk lembar observasi RPP guru pada siklus II pertemuan I
dapat dilihat pada lampiran 46 halaman 193, sedangkan untuk siklus II
pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 48 halaman 198. Dari hasil observasi
RPP guru pada siklus I dan II, maka dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.10
berikut ini:
Tabel 4.10 Hasil Observasi RPP Guru Pada Siklus I dan Siklus II
Nilai RPP Guru
Pertemuan Siklus I Siklus II
I 3,43 3,68
II 3,6 3,76
Rata- rata 3,52 3,72
Keterangan :
1- 2 = sangat tidak baik 3 3,5 = baik
2 2,5 = tidak baik 3,6 - 4 = sangat baik
2,6 - 2,9 = cukup baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Dari tabel 4.10 di atas, maka dapat dibuat grafik hasil observasi RPP
guru pada siklus I dan II seperti gambar 4.10 berikut.
3.43
3.6
3.68
3.76
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
Pertemuan I Pertemuan II
Nilai
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.10 Grafik Penilaian RPP Guru Siklus I dan Siklus II
Dari data observasi penilaian RPP guru saat kondisi awal, siklus I,
dan siklus II dapat diketahui peningkatan RPP guru. Untuk lebih jelasnya
dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11 Peniaian RPP Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
3,22 3,52 3,72
Dari tabel 4.11 di atas, maka dapat disajikan grafik peningkatan RPP
guru seperti gambar 4.11 berikut:
3.22
3.52
3.72
2.93
3.13.23.33.43.53.63.73.8
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Nilai RPP Guru pada Kondisi Awal, Siklus
I, dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dari tabel 4.11 dan gambar 4.11 dapat diketahui peningkatan RPP
guru dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat dibuktikan dari
kondisi awal nilai RPP guru adalah 3,22, kemudian mengalami peningkatan
pada siklus I menjadi 3,52, dan meningkat lagi menjadi 3,72 pada siklus II.
c. Kinerja Guru
Kinerja guru merupakan faktor penting dalam pembelajaran selain
rencana pembelajaran dan akivitas siswa. Pembelajaran dapat dikatakan baik
atau tidak tergantung bagaimana guru dapat mengatur dan menjalankan
pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran, sehingga dapat berdampak
pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti
berperan sebagai guru sedangkan guru kelas IV berperan sebagai observer.
Untuk mengetahui kinerja guru saat siklus I pertemuan I dapat dilihat pada
lampiran 43 halaman 185, sedangkan kinerja guru pada siklus I pertemuan II
dapat dilihat pada lampiran 45 halaman 190. Untuk mengetahui kinerja guru
pada siklus II pertemuan I dapat dilihat pada lampiran 47 halaman 195,
sedangkan kinerja guru pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada lampiran
49 halaman 200. Dari observasi kinerja guru siklus I dan siklus II, maka dapat
dibuat tabel 4.12 di bawah ini.
Tabel 4.12 Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II
Kinerja Guru
Pertemuan Siklus I Siklus II
I 3,58 3,67
II 3,64 3,78
Rata- rata 3,61 3,73
Keterangan :
1- 2 = sangat tidak baik 3 3,5 = baik
2 2,5 = tidak baik 3,6 - 4 = sangat baik
2,6 - 2,9 = cukup baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dari tabel 4.12 di atas, dapat dibuat grafik seperti gambar 4.12
sebagai berikut:
Gambar 4.12 Grafik Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II
Dari data kinerja guru pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II maka
dapat dilihat peningkatannya pada tabel 4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13 Peningkatan Kinerja Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus
II
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
3,12 3,61 3,73
Dari tabel 4.13 di atas, untuk memperjelas adanya peningkatan kinerja
guru dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II maka dapat disajikan gambar
4.13 berikut.
Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Kinerja Guru dari Kondisi Awal, Siklus I,
dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Dari tabel 4.13 dan gambar 4.13 dapat disimpulkan bahwa kinerja
guru mengalami peningkatan dari kondisi awal adalah 3,12, meningkat pada
siklus I menjadi 3,61, dan mengalami peningkatan lagi menjadi 3,73 pada
siklus II.
d. Kualitas Proses Pembelajaran
Kualitas proses pembelajaran menulis pantun diperoleh peneliti dari
observasi aktivitas siswa, kinerja guru, dan rencana pelaksanaan pembelajaran
guru. Untuk itu peneliti melakukan pengolahan data rata- rata dari aktivitas
siswa, kinerja guru, dan rencana pelaksanaan pembelajaran guru. Untuk lebih
jelasnya ada tidaknya peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis
pantun, dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut.
Tabel 4.14 Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun dari
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun
Aspek Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Aktivitas Siswa 2,27 2,65 3,13
RPP Guru 3,22 3,52 3,72
Kinerja Guru 3,12 3,61 3,73
Rata- rata Kualitas Proses
Pembelajaran 2,87 3,26 3,53
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa kualitas proses pembelajaran
menulis pantun dari kondisi awal adalah 2,87, kemudian meningkat pada
siklus I menjadi 3,26, dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II yaitu
menjadi 3,53. Untuk memperjelas adanya peningkatan kualitas proses
pembelajaran dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II maka dapat disajikan
grafik seperti gambar 4.14 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 4.14 Grafik Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis
Pantun dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
3. Aspek Psikomotorik
Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berhubungan dengan
perilaku yang menekankan pada aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan dan penyampaian hasil diskusi kelompok dalam menulis pantun. Hasil
diskusi siswa dalam menulis pantun dapat dilihat dalam lampiran 34 halaman 167,
sedangkan untuk mengetahui perkembangan hasil diskusi kelompok dari siklus I
dan siklus II, dapat dilihat dalam tabel 4.15 di bawah ini.
Tabel 4.15 Perkembangan Hasil Diskusi Kelompok Siklus I dan Siklus II
Siklus Nilai Rata- rata Ketuntasan Klasikal I 73,04 85,71% II 83,72 100%
Dari tabel 4.15 di atas, untuk memperjelas adanya peningkatan hasil
diskusi kelompok dari siklus I hingga siklus II maka dapat dibuat grafik hasil
diskusi kelompok pada gambar 4.15 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
73.0485.7183.72
100
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Rata- rata Ketuntasan Klasikal (%)
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.15 Grafik Perkembangan Hasil Diskusi Kelompok Siklus I dan Siklus
II
Dari tabel 4.15 dan gambar 4.15 di atas, maka dapat diketahui adanya
peningkatan hasil diskusi kelompok dalam menulis pantun. Hal ini dapat
dibuktikan dari nilai rata- rata hasil diskusi kelompok saat siklus I adalah 73,04,
kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yaitu menjadi 83,72. Persentase
ketuntasan klasikal diskusi kelompok juga meningkat dari siklus I ketuntasan
klasikalnya adalah 85,71% meningkat pada siklus II menjadi 100%.
Dilihat dari data aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dari siklus I
maupun siklus II maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun dan
kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4
dinyatakan telah meningkat jika dibandingkan dengan kondisi awalnya. Hal ini
dapat dibuktikan dari aspek kognitif yaitu pada kondisi awal nilai menulis pantun
siswa adalah 62,43 kemudian mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 71,52
dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II yang nilai rata- ratanya menjadi
79,15. Persentase ketuntasan klasikal pada kondisi awal adalah 41,4%, kemudian
mengalami peningkatan menjadi 72,4% pada siklus I, dan meningkat lagi pada
siklus II menjadi 89,6%. Dilihat dari aspek afektif dari aktivitas siswa, RPP guru,
dan kinerja guru menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran menulis
pantun meningkat dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat
dibuktikan saat kondisi awal, kualitas proses pembelajaran adalah 2,87, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
meningkat pada siklus I menjadi 3,26, dan mengalami peningkatan lagi pada
siklus II menjadi 3,53, sedangkan dilihat dari aspek psikomotorik perkembangan
diskusi kelompok meningkat dari siklus I yang nilai rata- ratanya 73,04 dengan
ketuntasan klasikal 85,71%, dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan
nilai rata- rata 83,72 dengan ketuntasan klasikal 100%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis pantun dan juga dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 tahun 2011/ 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilaksanakan
dalam dua siklus yang setiap siklusnya diadakan pembelajaran dalam dua kali
pertemuan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
(TPS) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada
siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4, kecamatan Laweyan, kota Surakarta tahun
ajaran 2011/ 2012. Hal ini terbukti dari kondisi awal nilai kualitas proses
pembelajaran menulis pantun adalah 2,87, dan mengalami peningkatan pada
siklus I menjadi 3,26, dan meningkat lagi menjadi 3,53 pada siklus II. Dengan
demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis
pantun.
Kedua, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD
Negeri Pajang 4, kecamatan Laweyan, kota Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012.
Hal ini terbukti pada saat sebelum tindakan atau kondisi awal nilai rata- rata kelas
adalah 62,43 dengan ketuntasan klasikal yang hanya mencapai 41,4%. Kondisi
tersebut mengalami peningkatan pada siklus I dengan nilai rata- rata kelas
menjadi 71,52 dengan ketuntasan klasikal 72,4%, dan meningkat lagi pada siklus
II dengan nilai rata- rata kelas meningkat menjadi 79,15 dan ketuntasan
klasikalnya adalah 89,6%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan menulis pantun.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
kemampuan siswa dalam menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran
menulis pantun juga meningkat.
B. Implikasi Penelitian
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share (TPS) pada pembelajaran menulis pantun. Berdasarkan hasil penelitian
di atas, terbukti bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS) dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis pantun dan
kemampaun siswa dalam menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4
tahun ajaran 2011/ 2012. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat
dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan proses pembelajaran
menulis pantun dan meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas
IV SDN Pajang 4 tahun ajaran 2011/ 2012. Hal ini menunjukkan bahwa secara
teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dalam
pembelajaran bahasa Indonesia pada materi yang sesuai. Dari hasil penelitian ini,
maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat
dioptimalkan untuk meningkatkan proses pembelajaran menulis pantun dan
kemampuan siswa dalam menulis pantun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran
menulis pantun dan kemampuan siswa dalam menulis pantun dapat ditingkatkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon
guru dalam upaya meningkatkan nilai kemampuan menulis pantun siswa dan
kualitas pembelajaran menulis pantun dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelajaran yaitu: penggunaan model, metode dan media
pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) ini juga dapat
membantu peneliti dalam mengatasi hambatan- hambatan dalam pembelajaran
menulis pantun maupun dalam mengatasi permasalahan pembelajaran yang
sejenis. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat
mengatasi hambatan- hambatan yang ada karena model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share (TPS) ini mempunyai banyak kelebihan diantaranya: dengan
adanya kelompok- kelompok yang terdiri dari 2-3 orang siswa, maka siswa dapat
saling bertukar pikiran satu sama lain untuk menjawab permasalahan yang
diberikan oleh guru, interaksi antar anggota kelompok sangat mudah dikarenakan
jumlah anggota kelompoknya kecil, menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa
karena siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya
di depan kelas, sebelum dibentuk berkelompok siswa diminta untuk berpikir
sendiri beberapa menit tentang materi menulis pantun sehingga siswa dapat
mengingat kembali materi yang dijelaskan oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) juga dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga
pembelajaran dapat hidup dan pembelajaran berpusat pada siswa bukan berpusat
pada guru. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat
menciptakan pembelajaran yang memancing siswa untuk aktif dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga pembelajaran berpusat pada siswa sedangkan guru
hanya berperan sebagai fasilitator saja. Model pembelajaran kooperatif tipe think
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pair share (TPS) juga melatih siswa untuk saling menghargai pendapat antar
siswa, dalam mencapai suatu kesepakatan bersama untuk memecahkan persoalan
atau permasalahan yang diberikan oleh guru.
Untuk itu, model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) ini
dapat digunakan oleh guru maupun calon guru untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis pantun dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran
menulis pantun. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
(TPS) ini dapat digunakan oleh guru dalam mengajarkan mata pelajaran Bahasa
Indonesia maupun mata pelajaran yang lain, serta dapat digunakan untuk
mengatasi masalah- masalah dalam pembelajaran menulis pantun dan masalah-
masalah dalam mata pelajaran lain yang permalahannya sejenis.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada
beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah memberikan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung
guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesioanalannya dengan
merancang kegiatan belajar mengajar yang kreatif dan inovatif sehingga
dapat menarik perhatian siswa dan pembelajaran dapat berlangsung sangat
hidup dan kondusif.
b. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share (TPS) dalam mata pelajaran yang lain tidak hanya pada
pembelajaran menulis pantun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar kelas dapat
dirasakan hidup dan kondusif serta ide dan gagasan yang dimiliki siswa dapat
terealisasikan.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya cermat
dan lebih mendalami teori yang berkaitan dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) guna melengkapi
kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan
kemampuan siswa yang belum mencapai hasil yang diinginkan.