peningkatan pemecahan masalah matematika …eprints.ums.ac.id/23170/11/02._naskah_publikasi.pdf ·...

14
PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DENGAN TUTOR SEBAYA BAGI SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan matematika Disusun Oleh : WINDI PRASETYOWATI A 410 090 136 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: trinhduong

Post on 08-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI

STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DENGAN

TUTOR SEBAYA BAGI SISWA SMP

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan matematika

Disusun Oleh :

WINDI PRASETYOWATI

A 410 090 136

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi :

Nama : Prof. Dr. Sutama, M.Pd

NIP/NIK : 131943782

Telah membaca dan mencermati naskah artikel pubilkasi ilmiah, yang merupakan

ringkasan skripsi dari mahasiswa :

Nama : Windi Prasetyowati

NIM : A 410 090 136

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA MELALUI STRATEGI

REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

DENGAN TUTOR SEBAYA BAGI SISWA SMP

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.

Demikian surat persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 18 Februari 2013

Pembimbing

Prof. Dr. Sutama, M.Pd

NIP : 131943782

PENGESAHAN

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI

STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DENGAN

TUTOR SEBAYA BAGI SISWA SMP

Dipersiapkan dan disusun oleh :

WINDI PRASETYOWATI

A 410 090 136

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji

Pada tanggal, Februari 2013

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Susunan Dewan Penguji:

1. Prof. Dr. Sutama, M.Pd (...........................)

2. Drs. Slamet HW, M.Pd (...........................)

3. Dr. Tjipto Subadi, M.Si (...........................)

Surakarta, Februari 2013

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dekan,

Drs. Sofyan Anif, M.Si.

NIK. 547

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI

STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DENGAN

TUTOR SEBAYA BAGI SISWA SMP

Windi Prasetyowati

A 410 090 136

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan peningkatan pemecahan masalah

matematika melalui strategi Realistic Mathematics Education dengan tutor

sebaya. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur penelitian

melalui tahap dialog awal, perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, evaluasi

dan penyimpulan dilakukan secara siklus. Penelitian dilaksanakan selama empat

bulan. Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VIIIG SMP N 1 Gesi yang

berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi,

catatan lapangan dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif

kualitatif dengan metode alur yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi penyidik dan

triangulasi metode. Hasil penelitian ada peningkatan pemecahan masalah dalam

pembelajaran matematika melalui strategi realistic mathematics education dengan

tutor sebaya. Pemecahan masalah diamati dari meningkatnya 1) Memahami

masalah pada kondisi awal sebesar (21,87%) dan diakhir siklus mencapai

(84,37%), 2) Merencanakan cara menyelesaikan pada kondisi awal sebesar

(18,75%) dan diakhir siklus mencapai (81,25%), 3) Melaksanakan cara

menyelesaikan pada kondisi awal sebesar (15,62%) dan diakhir siklus mencapai

(81,25%), 4) Menafsirkan hasil pada kondisi awal sebesar (15,62%), dan diakhir

siklus mencapai (78,12%). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan

strategi RME dengan tutor sebaya pada pembelajaran matematika dapat

meningkatkan pemecahan masalah.

Kata kunci : Realistic, tutor sebaya, pemecahan masalah

Pendahuluan

Dalam proses pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan

salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi keberhasilan pembelajaran

matematika. Melalui pemecahan masalah siswa dapat memahami masalah dari

soal yang ada dengan benar. Selain itu mampu merencakan dan menyelesaikan

cara penyelesaiannya. Siswa diharapkan untuk dapat memecahkan masalah

matematika tersebut, sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang materi

pelajaran yang diajarkan. Keterlibatan siswa dalam melakukan langkah - langkah

pembelajaran dapat mempertajam ingatan tentang materi pelajaran. Dengan

demikian, sekolah perlu meningkatkan pemecahan masalah siswa dalam belajar

matematika.

Berdasarkan pengamatan awal, pemecahan masalah matematika di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Gesi sangat bervariasi. Siswa kelas VIIIG

SMP N 1 Gesi berjumlah 32 siswa mempunyai kemampuan pemecahan masalah

yang tinggi hanya 25% dan yang rendah sebanyak 75%. Permasalahan pemecahan

masalah diatas akar penyebabnya bersumber dari guru, siswa, dan peralatan

belajar.

Akar penyebab bervariasinya pemecahan masalah dalam pembelajaran yang

paling dominan disebabkan oleh faktor pembelajaran yang berpusat pada guru

terutama dalam strategi pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut,

hendaknya guru mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang

efektif dan efisien. Salah satu alternatif yang digunakan adalah strategi

pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dengan tutor sebaya untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah belajar siswa.

Strategi RME merupakan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang

„real„ bagi siswa, menekankan keterampilan „proses of doing mathematics’,

berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga

mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika

itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada

pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau

evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan, melatih nuansa

demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.

Keunggulan strategi pembelajaran RME antara lain: 1) Membangun

pengetahuan sendiri, maka siswa tidak pernah lupa, 2) Suasana dalam proses

pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga

siswa tidak cepat bosan belajar matematika, 3) Siswa merasa dihargai dan

semakin terbuka, karena sikap belajar siswa ada nilainya, 4) Memupuk kerjasama

dalam kelompok, 5) Melatih keberanian, karena siswa harus menjelaskan

jawabannya, 6) Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan

pendapat.

Tutor sebaya merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal

ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/ harga

diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa

begitu terpaksa untuk menerima ide – ide dan sikap dari gurunya yang tidak lain

adalah teman sebanya itu sendiri. (Djamarah dan Zain 2002 : 29).

Keunggulan dari tutor sebaya antara lain: 1) Bagi tutor pekerjaan tutoring

akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas. 2) Bagi tutor merupakan

kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban

suatu tugas dan melatih kesabaran. 3) Mempererat hubungan antar siswa sehingga

mempertebal perasaan sosial.

Hipotesis penelitian ini yaitu “Adakah peningkatan pemecahan masalah

dalam pembelajaran matematika setelah dilakukan strategi pembelajaran RME

dengan tutor sebaya bagi siswa kelas VIII semester II SMP N 1 Gesi tahun

2012/2013?

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peningkatan

pemecahan masalah matematika dengan strategi RME dengan tutor sebaya.

Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk mendiskripsikan peningkatan

pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika melalui strategi

pembelajaran RME dengan tutor sebaya. Pemecahan masalah dalam belajar

matematika diamati dari indikator a) Memahami masalah b) Merencanakan cara

menyelesaikan c) Melaksanakan rencana d) Menafsirkan hasil.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan

guru kelas. Sutama (2010: 15) menyatakan bahwa PTK adalah tindakan nyata

(action) yang dilakukan praktisi pendidikan untuk memecahkan masalah yang

dihadapai dalam tugas pokok dan fungsinya Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

atau Classroom Action Research (CAR) yaitu suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersama. Arikunto (2010: 3).

Prosedur penelitian ini merupakan kegiatan pemecahan masalah yang

dimulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action),

mengumpulkan data (observing), menganalisa data atau informasi untuk

memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut

(reflecting). Proses penelitian berbentuk siklus yang dilakukan beberapa kali,

sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu bulan November 2012

sampai dengan Februari 2013. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP

N I Gesi tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 32 siswa, terdiri dari laki-

laki sebanyak 16 siswa dan siswa perempuan sebanyak 16 siswa.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

metode observasi, catatan lapangan dan wawancara. Teknik analisis data

dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode alur yang terdiri dari reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Menurut Sutama (2010: 44)

langkah – langkah dalam metode alur meliputi reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi dengan

jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan

kembali derajat kepercayaan data. Penelitian ini menggunakan triangulasi

penyidik dan triangulasi metode.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Proses pembelajaran matematika melalui strategi RME dengan tutor sebaya

dilakukan dengan lima tahap. Tahap 1) perencanaan dengan memahami soal

kontekstual 2) persiapan dengan menjelaskan masalah kontekstual 3) pelaksanaan

dengan menyelesaikan masalah kontekstual 4) evaluasi dengan membandingkan

dan mendiskusikan jawaban. 5) penutup dengan menyimpulkan.

Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian menurut Hayley Barnes (2004)

yang menyatakan bahwa langkah – langkah dalam pengajaran matematika dengan

strategi pembelajaran RME yaitu dalam tahap awal, pembelajaran diawali dengan

masalah kontekstual (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata sebagai

matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi, siswa akan

mengembangkan konsep yang lebih komplit. Siswa dapat mengaplikasikan

konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata. Siswa

mengembangkan model matematika sendiri dalam menyelesaikan masalah dari

matematika informal ke matematika formal. Selanjutnya melakukan refleksi pada

bagian yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.

Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian menurut Gintings (2008)

yang menyatakan bahwa langkah – langkah dalam pengajaran matematika dengan

strategi pembelajaran tutor sebaya menggunakan lima tahap antara lain, 1)

Langkah perencanaan yaitu guru mempelajari bahan ajar dan mengidentifikasi

bagian – bagian yang sulit dari isi bahan ajar. 2) Langkah persiapan, yaitu guru

menyiapkan bahan ajar tambahan seperti variasi contoh – contoh penyelesaian

soal dan tahapan penyelesaian soal. 3) Langkah pelaksanaan yaitu guru

mengidentifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dan melaksanakan tutorial

dengan menggunakan bahan dan langkah – langkah yang telah disiapkan. 4)

Langkah evaluasi yaitu guru melakukan tanya jawab untuk meyakinkan bahwa

siswa tersebut telah mengatasi kesulitan belajarnya, 5) Langkah penutup yaitu

guru dengan siswa bersama – sama menyimpulkan materi yang sudah dibahas

dalam pembelajaran.

Pada tindakan siklus I, guru menerapkan strategi pembelajaran RME dengan

tutor sebaya untuk meningkatkan pemecahan masalah dlalam pembelajaran.

Dalam strategi pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang

hiterogen, setiap kelompok terdapat 1 siswa yang memiliki prestasi terbaik di

kelas (berdasarkan urutan ranking di kelas). Siswa yang ditunjuk membantu

temanya yang kurang paham.

Pada tindakan siklus II, strategi pembelajaran yang digunakan sama dengan

siklus sebelumnya yaitu strategi RME dengan tutor sebaya. Namun, pembagian

kelompok dalam siklus ini berbeda dengan siklus sebelumnya. Setiap kelompok

terdapat siswa yang mampu memahami masalah, siswa yang paham dalam

perencanaan cara menyelesaikan soal, siswa yang mampu melaksanaan rencana

dalam menyelesaikan soal dan siswa yang berani dalam menafsirkan hasil dalam

menyelesaikan masalah.

Penerapan strategi pembelajaran RME dengan tutor sebaya dapat

meningkatkan pemecahan masalah matematika. Peningkatan tersebut terlihat dari

meningkatnya indikator-indikator pemecahan masalah dalam penelitian ini.

Pemecahan masalah matematika diamati dari empat indikator, yaitu 1) mampu

memahami masalah dengan benar, memahami apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan, 2) mampu merencanakan cara penyelesaian, dengan memilih konsep

atau rumus yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, 3) mampu

melaksanakan cara menyelesaikan, dengan memproses data dengan rencana yang

telah dipilih kemudian membuat jawaban penyelesaian dengan perhitungan secara

runtut, 4) mampu menafsirkan hasil, dengan menarik kesimpulan dan mengecek

kembali perhitungan yang diperoleh

Data peningkatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

melalui strategi RME dengan tutor sebaya dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 1

Peningkatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika

No Indikator

pemecahan

masalah

Kondisi

Awal

(32

anak)

Siklus I

pertemuan

1

(32 anak)

Siklus I

pertemuan

2

(32 anak)

Siklus II

pertemuan

1

(32 anak)

Siklus II

pertemuan

2

(32 anak)

1 Pemahaman

Masalah

7 siswa

(21,87%)

13 siswa

(40,62%)

14 siswa

(50%)

23 siswa

(71,87%)

27 siswa

(84,37%)

2 Perencanaan

cara

Penyelesaian

6 siswa

(18,75%)

12 siswa

(37,5%)

16 siswa

(50%)

22 siswa

(68,75%)

26 siswa

(81,25%)

3 Pelaksanaan

Rencana

5 siswa

(15,62%)

10 siswa

(31,25%)

15 siswa

(46,87%)

22 siswa

(68,75%)

26 siswa

(81,25%)

4 Penafsiran

Hasil

5 siswa

(15,62%)

9 siswa

(28,12%)

14 siswa

(43,75%)

20 siswa

(62,5%)

25 siswa

(78,12%)

Berdasarkan table 1 peningkatan pemecahan masalah dapat diilustrasikan pada

grafik dibawah.

Gambar 1 Peningkatan pemecahan masalah Belajar Matematika

Peningkatan pemecahan masalah pada indikator mampu memahami masalah

pada kondisi awal penelitian sebanyak 7 siswa yang tuntas (21,87%), setelah

siklus I sebanyak 16 siswa yang tuntas (50%), dan setelah siklus II sebanyak 27

siswa yang tuntas (84,37%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Kocak,

Bozan dan Isik (2009) yang menyatakan bahwa siswa yang belajar matematika

dengan kerja kelompok dapat memahami suatu permasalahan dengan baik. Siswa

lebih mengedepankan ide – ide baru dengan menerapkan apa yang telah mereka

pahami bukan dari menghafal rumus. Proses pembelajaran ini dengan

menggunakan model pembelajaran problem solving yaitu memecahkan suatu

permasalahan melalui metode diskusi dan tanya jawab. Dengan dihadapkannya

permasalahan – permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata, sehingga

memudahkan siswa dalam memecahkan masalah.

Peningkatan pemecahan masalah pada indikator mampu merencanakan cara

menyelesaikan pada kondisi awal penelitian sebanyak 6 siswa yang tuntas

(18,75%), setelah siklus I sebanyak 16 siswa yang tuntas (50%), dan setelah siklus

II sebanyak 26 siswa yang tuntas (81,25%). Hal tersebut didukung oleh hasil

penelitian Shamsid-Deen dan Smith (2006) menyatakan bahwa dengan

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

Pemahaman masalah

Perencanaan CaraPenyelesaian

Pelaksanaan Rencana

Penafsiran Hasil

menggunakan strategi pembelajaran kontekstual yang diterapkan dalam

pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis penyelesaian masalah,

siswa mampu menyampaikan ide – ide yang dimilikinya. Strategi kontekstual

dapat diterapkan di lingkungan keluarga dan di lingkungan pendidikan. Strategi

pembelajaran kontekstual ini merupakan suatu inisiatif yang relatif baru.

Peningkatan pemecahan masalah pada indikator mampu melaksanakan cara

menyelesaikan pada kondisi awal penelitian sebanyak 5 siswa yang tuntas

(15,62%), setelah siklus I sebanyak 15 siswa yang tuntas (46,87%), dan setelah

siklus II sebanyak 26 siswa yang tuntas (81,25%). Hal tersebut didukung oleh

hasil penelitian Suryawati, Kamisah Osman & T. Subahan Mohd Meerah (2010)

menyatakan bahwa strategi kontekstual RANGKA (Rumuskan, Amati, Nyatakan,

Gabungkan, Komunikasi, Amalkan) membutuhkan kerjasama di antara guru dan

siswa dimana guru berperan besar dalam memotivasi siswa. Strategi pembelajaran

kontekstual yang dapat diterapkan adalah pemecahan masalah, pembelajaran dari

lingkungan, kerjasama sosial, bekerja kelompok dan menerapkan pembelajaran

dalam materi melalui pengalaman kehidupan nyata. RANGKA kontekstual dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, tetapi tidak

memberikan pengaruh terhadap sikap siswa siswa.

Peningkatan pemecahan masalah pada indikator mampu menafsirkan hasil

pada kondisi awal penelitian sebanyak 5 siswa yang tuntas (15,62%), setelah

siklus I sebanyak 14 siswa yang tuntas (43,75%), dan setelah siklus II sebanyak

25 siswa yang tuntas (78,12%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian

Edmonds dan Knights (Marsigit 1996) yang menyatakan bahwa dengan

menerapakan open-ended dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam

berpikir matematika dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama

kegiatan – kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasikan melalui proses

belajar mengajar. Hal ini dikarenakan dalam penerapan open-ended pada

pembelajaran, siswa diminta untuk menemukan cara yang berbeda dalam

menjawab permasalahan yang diberikan dan tidak berorientasi pada jawaban akhir

dengan tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih

menekankan pada cara bagaimana menemukan suatu jawaban. Terhadap peneliti

berikutnya, hendaknya melakukan penelitian pada hal – hal yang belum dicapai

secara maksimal dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Simpulan

Proses pembelajaran matematika melalui strategi RME dengan tutor sebaya

dilakukan melalui lima tahap. Tahap 1) perencanaan dengan memahami soal

kontekstual 2) persiapan dengan menjelaskan masalah kontekstual 3) pelaksanaan

dengan menyelesaikan masalah kontekstual 4) evaluasi dengan membandingkan

dan mendiskusikan jawaban. 5) penutup dengan menyimpulkan.

Strategi RME dengan tutor sebaya dapat meningkatkan pemecahan masalah

dalam proses pembelajaran matematika. Peningkatan pemecahan masalah dapat

diamati dari empat indikator. 1) Kemampuan siswa memahami masalah, kondisi

awal 7 siswa yang tuntas (21,87%), siklus I sebanyak 16 siswa yang tuntas (50%),

siklus II sebanyak 27 siswa yang tuntas (84,37%). 2) Kemampuan siswa

merencanakan cara penyelesaian, kondisi awal sebanyak 6 siswa yang tuntas,

siklus I sebanyak 16 siswa yang tuntas (50%), siklus II sebanyak 26 siswa yang

tuntas (81,25%). 3) Kemampuan siswa melaksanakan rencana penyelesaian,

kondisi awal sebanyak 5 siswa yang tuntas (15,62%), siklus I sebanyak 15 siswa

yang tuntas (46,87%), siklus II sebanyak 26 siswa yang tuntas (81,25%). 4)

Kemampuan siswa menafsirkan hasinya, kondisi awal sebanyak 5 siswa yang

tuntas (15,62%), siklus I sebanyak 14 siswa yang tuntas (43,75%), siklus II

sebanyak 25 siswa yang tuntas (78,12%).

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, dapat disarankan kepada

kepala sekolah, guru, dan peneliti berikutnya. Kepala sekolah hendaknya

menganjurkan kepada guru untuk menerapkan strategi pembelajaran tersebut

dalam kegiatan belajar mengajar. Guru, hendaknya menerapkan strategi RME

dengan tutor sebaya sebagai inovasi dalam pembelajaran matematika, karena

dengan menggunakan strategi RME dengan tutor sebaya memberikan pengaruh

lebih besar terhadap peningkatan pemecahan masalah pada siswa. Kepada peneliti

berikutnya, hendaknya melakukan penelitian pada hal – hal yang belum dicapai

secara maksimal dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain

tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada 1) Drs. Sofyan Anif, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 2) Dra. Sri Sutarni, M.Pd, selaku

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan kesempatan untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3) Prof. Dr. Sutama, M.Pd, selaku

Pembimbing yang telah sabar memberi petunjuk, membimbing, selalu

memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis sampai skripsi ini dapat

terselesaikan. 4) Dosen-dosen matematika yang telah mendidik dan memberikan

ilmu selama studi. 5) Suprapto, S.Pd,M.Pd. dan Suharno S.Pd selaku Kepala

Sekolah dan Guru Matematika Kelas VIII SMP Negeri I Gesi yang telah

memberikan ijin dan kesempatan serta membantu dalam pelaksanaan penelitian.

6) Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Barnes, Hayley. 2004. ”Realistic Mathematics Education: Eliciting Alternative

Mathematical Conceptions of Learners”. International Journal

mathematical in science and Technology. Vol 8(1), pp. 53-64, University of

Pretoria, hbarnes.

Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :

Bineka Cipta

Gintings, Abdorrakhman. 2008. Esensi Belajar dan Pembelajaran Disiapkan

untuk pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen (Edisi Revisi).

Bandung: Humaniora

Koçaka*, Zeynep Fidan; Radiye Bozana; Özlem Isıka. 2009. “The importance of

group work in mathematics”. Procedia Social and Behavioral Sciences 1

2363–2365

Marsigit. (1996). “Teaching Styles of Mathematics Teachers in Junior High School. “

Unpublished master’s thesis. London.

Shadiq fajar. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah,dan Komunikasi dalam

Pembelajaran Matematika.Yogyakarta : Departemen apendidikan Nasional

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan

Penataran Guru (PPPG) Matematika

Shamsid-Deen, Ifraj dan Bettye P. Smith. 2006. “Contextual Teaching and

Learning Practices in The Family and Consumer Sciences Curriculum”,

Journal of Family and Consumer Sciences Education / Vol. 24 No. 1

Suryawati, Evi. Kamisah Osman & T. Subahan Mohd Meerah. 2010.” The

Effectiveness of RANGKA Contextual Teaching and Learning on Students‟

Problem Solving Skills and Sciectufic attitude”. 9: 1717-1721

Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan

PTBK. Semarang : CV. Citra Mandiri Utama.