peningkatan perkembangan motorik halus melalui …...peningkatan perkembangan motorik halus melalui...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A
TK BANGSRI 01 KARANGPANDAN
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
SKRIPSI
Oleh :
KALIH DIAN SUKOWATI
X8110025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS MELALUI
FINGER PAINTING PADA SISWA KELOMPOK A
TK BANGSRI 01 KARANGPANDAN
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
SKRIPSI
Oleh:
KALIH DIAN SUKOWATI
X8110025
PROGRAM STUDI TRANSFER S1 PG PAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
TAHUN 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A
TK BANGSRI 01 KARANGPANDAN
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Oleh:
KALIH DIAN SUKOWATI
X8110025
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Guru PAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Kalih Dian Sukowati
NIM : X8110025
Jurusan/Program Studi : PG PAUD/Transfer S1 PG PAUD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS MELALUI FINGER PAINTING
PADA ANAK KELOMPOK A TK BANGSRI 01 KARANGPANDAN
TAHUN PELAJARAN 2011-2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri. Selain itu, Sember informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Kalih Dian Sukowati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUATT
Slaipsi ini telah disetlrjui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan llmu Pendidilan Universitas Sebelas Maret
Surakartra-
Surakart4 23 Jruli20lz
Pelsetujuan Pembimbing
Pembimbing tr
Dr. P4dufr Rint+va4 M.PdNIP. 19540224'.t 982032 001
Drs. Ilapan l\4ahfud. M.Pd,NIP. 19590515 198703 1002
Pedimbing I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
unttrk memenuhi saldr safu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 31 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Ketua
Sekertasis
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing U
Dra. Hj. Siti Watryuningsih, M
Dra. Yulianti, M.Pd
Dr. Peduk Rintayati, M.Pd
Drs. Hasan Mahfud, M.Pd
Disusun oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
.19660415 199103 t 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Kalih Dian Sukowati. PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK
HALUS MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TK
BANGSRI 01 KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN 2011-2012.
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Juli 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan perkembangan
motorik halus pada anak kelompok A TK Bangsri 01 melalui penggunaan finger
painting.
Jenis penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah
anak kelompok A TK Bangsri 01. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan teknik teknik observasi, tes unjuk kerja, wawancara, dan
dokumentasi. Instrumen yang digunakan lembar observasi, daftar wawancara, dan
instrumen penilaian. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode.
Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan
Hasil penelitian ini, data awal anak yang mencapai ketuntasan adalah 20%,
pada siklus I hasil belajar anak yang mencapai ketuntasan meningkat menjadi
60%. Pada siklus II hasil belajar anak yang mencapai ketuntasan meningkat
menjadi 90%. Yang mana pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan
yaitu 90%.
Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan finger painting dapat
meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok A TK Bangsri
01 Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran
2011-2012.
Kata kunci : Perkembangan motorik halus, finger painting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAC
Kalih Dian Sukowati. MAKE-UP OF SMOOTH GROWTH THROUGH
MOTORIK THE FINGER PAINTING AT CHILD OF GROUP A TK BANGSRI
01 KARANGPANDAN SCHOOL YEAR 2011-2012. Skripsi, Faculty of
Teachership and Science of Sebelas Maret University Surakarta. July 2012
Intention of this research is to improve the smooth growth motorik at
child of group A TK Bangsri 01 passing usage of finger painting.
This research type is including Classroom Action Research. Research executed in
two cycle, with every cycle consisted of the planning, action execution,
observation, and refleksi. Subyek in this research is child of group A TK Bangsri
01. Technique of data collecting by using technique of observation technique, tes
of the work, interview, and documentation. Instrument used by a observation
sheet, enlist the interview, and assessment instrument. Data validity use the
technique triangulat the method. Research procedure is model spiral which each
other interconnected
Result of this research, data of early complete tired student is 20%, at
cycle I of result of learning complete tired student mount to become 60%. At
cycle II of result of learning complete tired student mount to become 90%. Which
at cycle II have reached the efficacy indicator that is 90%.
Node from this research is usage of finger painting can improve the
smooth growth motorik at child of group A TK Bangsri 01 District of
Karangpandan of Sub-Province Karanganyar School Year 2011-2012.
Keyword : smooth growth motorik, finger painting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai anak-anak bangsa.
(Seto Mulyadi)
Pendidikan dimulai dari pangkuan Ibu, dan setiap kata yang diucapkan di
telinga anak akan membangun karakter mereka.
(Hoase Ballon)
Tiada berkah yang lebih berharga selain melahirkan anak-anak yang bisa
tumbuh menjadi manusia tercerahkan.
(Tiru Kular)
Kita tidak cukup hanya mengetahui keunggulan luar biasa, tetapi kita harus
memilikinya dan menerapkannya.
(Aristoteles)
Memberi kebebasan bermain kepada anak-anak bukan suatu ancaman
melainkan permulaan dan proses kemandirian anak.
Orang bisa menjadi kuat karena makan, menjadi lebih bijaksana dengan
membaca.
Jangan pernah takut dan menyerah sebelum mencoba. Jangan takut gagal
karena kegagalan adalah guru kita.
Keseriusan dan kesungguhan, kewibawaan dan keagungan, serta kebijakan
dan kelebihan yang sempurna akan terus di kenang orang.
Rasa takut bukanlah untuk dinikmati, tetapi untuk dihadapi.
Semua orang dapat melakukan apa pun bila ia percaya dan menginginkannya.
Langkah pertama mencapai keberhasilkan adalah melakukan suatu pekerjaan
kecil dengan sebaik-baiknya dan dengan cara yang benar, hingga keberjasilan
dapat tercapai. Sekolah itu lakukanlah pada hal-hal yang lebih besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring Syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
”Bapak dan Ibu”
Do’amu yang tiada yerputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak
terbatas dan kasih sayang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga
memiliki kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.
”Danang Pribadi dan Latifa Darra Dinda”
Terima kasi Ayah karena engkau senantiasa membantu, mendorong,
memotifasi, dan selalu ada untuk Bunda selama ini. Putri Bunda yang
selamanya Bunda sayangi Ananda Darra, kamu selalu di hati, di pikiran, dan
di denyut nadi Bunda karena kamu memberi semangat dalam hidup Bunda.
Bunda Sayang Ayah dan Ananda Darra.
”Semua Teman-temanku Transfer SI PG PAUD
Angkatan 2010-2012”
Teman –temanku kita sudah 2 tahun bersama ada suka dan ada duka kita
rasakan bersama-sama, aku sangat senang sekali mempunyai saudarra dan
teman seperti kalian jadi takkan aku lupakan serta terima kasih ya teman
kalian semua menemani dan mau menjadi temanku selama kuliah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya. Atas Kehendak-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsinya dengan judul ”Peningkatan Perkembangan Motorik
Halus Melalui Finger Painting Pada Siswa Kelompok A TK Bangsri 01
Karangpandan Tahun Pelajaran 2011-2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar.Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru, Jurusan
Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak.
Untuk itu, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Ketua Program Studi Transfer S1 PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Dr. Peduk Rintayati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing, membantu, dan mengajarkan segala hal kepada Penulis.
5. Bapak Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing, membantu, dan mengajarkan segala hal kepada Penulis.
6. Kepala TK Bangsri 01 Karangpandan yang telah membimbing, membantu,
dan mengajarkan segala hal kepada Penulis, sehingga penulisan proposal ini
dapat terselesaikan dengan baik.
7. Bunda Tri Giyatmi selaku Guru Kelompok A TK Bangsri 01 Karangpandan
yang telah ikut membantu.
8. Para Peserta Didik di Kelompok A TK Bangsri 01 yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Semua pihak yang telah membantu dalam mencari data dan kelancaran
penyusunan proposal penelitian ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penyusun
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
halaman
Halaman Judul Penelitian ................................................................................ i
Halaman Pernyataan........................................................................................ ii
Halaman Pengajuan ......................................................................................... iii
Halaman Persetujuan ....................................................................................... iv
Halaman Pengesahan ...................................................................................... v
Halaman Abstrak ............................................................................................. vi
Halaman Motto................................................................................................ viii
Persembahan ................................................................................................... ix
Kata Pengantar ................................................................................................ x
Daftar Isi.......................................................................................................... xii
Daftar Gambar ................................................................................................. xv
Daftar Tabel .................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... ........ 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E..Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8
1. Tinjauan Tentang Perkembangan Motorik Halus ............... 8
a. Pengertian Perkembangan ............................................ 8
b. Pengertian Motorik Halus ........................................ .... 9
c. Pengertian Perkembangan Motorik Halus .................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
d. Tahap Perkembangan Motorik Halus Anak ................. 15
2. Tinjauan Tentang Finger Painting (Melukis dengan Jari) ... 16
a. Pengertian Seni ............................................................. 16
b. Pengertia Finger Painting .............................................. 18
c. Langkah-langkah dan Hasil Pembuatan Finger Painting 21
3. Tinjauan Tentang Belajar Sambil Bermain pada AUD ....... 23
4. Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ...... 26
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ........... 26
b. Karakteristik Anak Usia Dini ......................................... 28
c. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini .............................. 29
d. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini ................................ 29
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 30
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 32
D. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 35
B. Subjek Penelitian ....................................................................... 35
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................. 36
D. Sumber Data dan Variabel Penelitian ........................................ 37
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 38
F. Validasi Data ............................................................................. 39
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 40
H. Indikator Kinerja ........................................................................ 42
I. Prosedur Penelitian .................................................................... 43
1. Rancangan Siklus I .............................................................. 44
2. Rancangan Siklus II ............................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 49
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 49
1. Tempat Penelitian................................................................. 49
2. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
3. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................... 54
a. Deskripsi Siklus I ........................................................... 54
b. Deskripsi Siklus II .......................................................... 68
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 84
A. Simpulan .................................................................................... 84
B. Implikasi .................................................................................... 85
C. Saran .................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kegiatan Finger Painting dan Hasil Finger Painting ...................... 21
2.2 Skema Penjelasan Kondisi Awal Sampai Kondisi Akhir dari Siklus I
Sampai Siklus II .............................................................................. 34
3.1 Model Analisis Interaktif ................................................................ 41
3.2 Prosedur Penelitian .......................................................................... 43
4.1 Grafik Tingkat Keberhasilan Pra Siklus ........................................... 52
4.2 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus I Pertemuan I ........................... 63
4.3 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus I Pertemuan II .......................... 64
4.4 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus I Pertemuan I dan Pertemuan II 65
4.5 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus II Pertemuan I .......................... 78
4.6 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus II Pertemuan II ......................... 79
4.7 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus II Pertemuan I dan Pertemuan II 80
4.8 Grafik Rekapitulasi Tingkat Keberhasilan Siklus I dan Siklus II ..... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.2 Indikator Kinerja dalam Kegiatan Finger Painting ........................... 42
4.1 Daftar Nilai Anak Prasiklus .............................................................. 51
4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Interval Tingkat Keberhasilan Pada
Kegiatan Prasiklus ............................................................................. 52
4.3 Daftar Nilai Anak yang Dicapai Pada Pertemuan Siklus I ............... 62
4.4 Daftar Disrtibusi Frekuensi Nilai Interval Tingkat Keberhasilan
Siklus I Pertemuan 1 ......................................................................... 63
4.5 Tingkat Keberhasilan Siklus I Pada Pertemuan II ............................ 64
4.6 Daftar Nilai yang Dicapai Pada Pertemuan Siklus II ........................ 77
4.7 Daftar Disrtibusi Frekuensi Nilai Interval Tingkat Keberhasilan
Siklus II Pertemuan I ......................................................................... 78
4.8 Tingkat Keberhasilan Siklus II Pada Pertemuan II ........................... 79
4.9 Tingkat Keberhasilan Siklus II Pada Pertemuan I dan Pertemuan II 80
4.10 Rekapitulasi hasil penilaian Siklus I dan Siklus II ........................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................. 90
2. Daftar Siswa .................................................................................... 91
3. RKM Siklus 1 .................................................................................. 92
4. RKM Siklus 2 .................................................................................. 98
5. RKH Siklus 1 .................................................................................. 104
6. RKH Siklus 2 .................................................................................. 136
7. Buku Ajar .......................................................................................... 154
8. Lembar Observasi Peningkatan Perkembangan Motorik Halus ....... 157
9. Lembar Observasi Proses Pembelajaran ......................................... 158
10. Daftar Wawancara Dengan Pendidik Kelompok A ......................... 159
11. Daftar Wawancara Dengan Kepala Sekolah ................................... 160
12. Instrumen Penilaian Praktek Pembelajaran ..................................... 161
13. Instrumen Penilaian RKH ............................................................... 169
14. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Anak ..................................... 173
15. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan Kegiatan
Motorik Halus Melalui Finger Painting .......................................... 175
16. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan
Kegiatan Motorik Halus Melalui Finger Painting ........................... 176
17. Foto Kegiatan Anak Sewaktu Diterapkan
Kegiatan Motorik Halus Melalui Finger Painting ........................... 177
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Beberapa hal yang menjadi solusi agar bisa dilakukan untuk
menstimulasi perkembangan motorik anak adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan belajar anak untuk mempelajari kemampuan
motoriknya, agar ia tak mengalami kelambatan perkembangan.
b. Memberikan kesempatan mencoba seluas-luasnya agar ia bisa
menguasai kemampuan motoriknya.
c. Memberikan contoh yang baik, karena mempelajari dan
mengembangkan kemampuan motoriknya lewat cara meniru, si kecil
perlu mendapat contoh (model) yang tepat dan baik.
d. Memberikan bimbingan karena meniru tanpa bimbingan tak akan
mendapatkan hasil optimal. Ini penting agar ia mengenali
kesalahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang memegang
peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan utama
pendidikan adalah memberi kemampuan pada manusia untuk hidup di
masyarakat. Kemampuan ini berupa pengetahuan atau keterampilan, serta perilaku
yang diterima masyarakat. Kemampuaan seseorang akan dapat berkembang
secara optimal apabila memperoleh pengalaman belajar yang tepat.
Pertumbuhan dan perkembangan anak sampai usia sekitar 6 tahun sangat
menentukan derajat kesehatan, intelegensi, kematangan emosional, dan
produktivitas manusia pada tahap berikutnya. Dengan demikian investasi
pembangunan manusia pada usia dini merupakan investasi yang amat penting bagi
pembangunan sumber daya manusia berkualitas.
TK merupakan suatu instansi atau lembaga pendidikan yang mampu
berperan dalam proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada
kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat
khususnya anak didik), dan proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik). Untuk itu lembaga pendidikan dalam hal ini TK, harus
memberi pengalaman belajar yang sesuai dengan potensi dan minat peserta didik.
Bagi anak-anak, bermain adalah belajar, maka belajar itu menjadi
menyenangkan. Pada dasarnyam anak-anak belajar melalui permainan, karena
tidak ada cara lain bagi mereka untuk mencapai segala hal yang secara normal
harus mereka capai. Orang tua harus memastikan bahwa masa prasekolah anak-
anak penuh dengan kesenangan. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar
dapat mencapai potensi optimalnya.
Pada saat mulai sekolah, anak sudah dapat mengomunikasikan pikiran
dan perasaannya dengan bahasa yang lugas. Dia dapat membuat hipotesa
mengenai mengapa segala hal dapat terjadi, serta mengenal dan mengingat
tempat-tempat dan kejadian tertentu. Sehingga anak dapat menceriterakan dan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menggambar melalui coretan dan tulisan sederhana. Untuk mencapai begitu
banyak hal dalam masa pra sekolah, anak harus mau belajar secara ikjlas dan
gembira. Cara belajar anak yang baik adalah bermain. Bermain adalah hal yang
alami bagi anak-anak. Dan pada setiap tahap perkembangannya, anak-anak akan
bermain dengan cara yang paling sesuai untuk hal-hal yang harus mereka pelajari.
Perkembangan motorik anak usia dini ditingkatkan melalui kegiatan
yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan otak. Perkembangan fisik-
motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf,
dan otot yang terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan
kegiatan yang telah ada sejak lahir. Dengan demikian, sebelum perkembangan
gerak motorik ini mulai berproses, maka anak tetap tak berdaya. Laura E. Berk
dalam Suyadi (2010: 67-68)
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa
berkembang dengan optimal. Ketrampilan motorik halus atau ketrampilan
manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap
bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan. (Junita Dwi Wardhani
dan Tri Asmawulan, 2011: 36)
Bakat alami seorang anak berkembang melalui pengalaman, tetapi dia
hanya akan mencari pengalaman tersebut bila menurutnya menyenangkan. Cara
paling mudah untuk memastikan mereka belajar adalah dengan memastikan tubuh
dan pikirannya terlibat. Pelatihan, penjelasan, perbaikan, atau demontrasi
sebanyak apapun tidak akan memperkaya anak kecuali bila pengalaman atau hal
itu terjadi.
Pada anak usia 2-6 tahun sudah mampu memegang pensil dengan cukup
kuat dengan keterampilannya ini, orang tua dapat saja mulai melatih anak menulis
dengan cara bermain. Dengan bermain melalui mewarnai gambar dan melukis
termasuk suatu cara melatih otot-otot motorik halus anak agar semakin lentur.
Anak usia dini diberi kegiatan untuk perkembangan motorik halus yang semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
baik dan terarah. Misalnya menulis adalah membuat huruf, angka dan bentuk
tertentu dengan pensil, coretan sekalipun sangat berharga.
Anak taman kanak-kanak merupakan individu yang sedang berada dalam
proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perilaku dari tidak
matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evaluasi
manusia dari ketergantunan menjadi mahkluk dewasa yang mandiri. Usia antara
4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Masa peka adalah masa terjadinya
pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan.
Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Anak Usia Dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses
pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk dalam Yuliani
Nurani Sujiono, 2009: 6).
Pada dasarnya belajar merupakan suatu hal yang alamiah, terjadi pada
diri manusia seperti halnya anak-anak di rumah, di tempat bermain, juga di
sekolah, anak mengalami proses belajar. Terlebih ketika orang dewasa menyadari
betul bahwa anak terutama di usia dini masih sangat senang melakukan kegiatan
bermain, bereksplorasi dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Pada
saat itulah sebetulnya mereka sedang mengalami proses belajar.
Bermain adalah dunia sekaligus sarana belajar anak. Memberikan
kesempatan kepada anak untuk belajar dengan cara-cara yang dapat dikategorikan
sebagai bermain berarti telah berusaha membuat pengalaman belajar itu dirasakan
dan dipersepsikan secara alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi
bermakna baginya dicetus oleh Solehuddin. (Tadkirotun Musfiroh, 2005 : 36)
Pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) dilaksanakan dengan prinsip
“bermain sambil belajar”, atau “belajar seraya bermain”. Sesuai dengan
perkembangan, diharapkan seorang pendidik kreatif dan inovatif agar anak bisa
merasa senang, tenang, aman, dan nyaman selama dalam proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dalam standar kopetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan
pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai
potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nila agama, sosial
emosional, koknitif, bahasa, fisik-motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki
pendidikan dasar.
Berdasarkan observasi di TK Bangsri 01 Karangpandan Semester II
Tahun Pelajaran 2011-2012, anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam
perkembangan motorik halusnya yang terlihat melalui finger painting (melukis
dengan jari) dan ditandai dengan kurang terampilnya siswa dalam pengembangan
kreativitas menggunakan media kertas dalam pembelajaran, khususnya dalam
kegiatan finger painting (melukis dengan jari). Aktivitas anak dalam keterampilan
menggerakkan motorik halus melalui finger painting (melukis dengan jari) dari
kreativitas anak masih asing, kaku dan belum trampil
Peningkatan kemampuan motorik halus pada anak terutama di PAUD
dari mulai umur 0-6 tahun anak sudah dapat dilatih. Banyak permainan yang dapat
mendukung perkembangan motorik halus anak, misalnya: bermain melukis
dengan jari (finger painting), playdog, mencetak, menjahit, menggambar,
mewarnai, dan lain-lain. Permainan tersebut mendukung perkembangan motorik
halus pada anak usia dini dan otot-ototnya berkembang dengan baik.
Perkembangan motorik halus pada siswa juga ada kendala dan berkembang tidak
maksimal.
Dalam ketidak maksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas
kurang menguasai, penggunaan metode pembelajaran kurang dan kreativitas guru
kurang luas agar dalam menumbuh kembangkan kreativitas anak dalam
meningkatkan kerterampilan motorik halusnya. Untuk pengembangan
kemampuan dasar anak terlihat dari kemampuan fisik/motoriknya maka guru-guru
TK Bangsri 01 Karangpandan akan membantu meningkatkan perkembangan
fisik/motorik anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerak motorik kasar
dan halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakkan
tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sehat sehingga dapat menunjukkan pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan
terampil.
Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa sampai saat ini di TK
Bangsri 01 Karangpandan kemampuan perkembangan motorik anak masih rendah
tidak disebabkan oleh proses belajar mengajar yang tidak sesuai, Kemampuan
jari-jari anak masih kaku dan dominan Saat ini masih banyak guru yang
menggunakan model pembelajaran yang lama tidak menggunakan metode yang
baru, sehingga anak tidak berminat dalam kegiatan belajar mengajar. Pada proses
pembelajaran di sekolah-sekolah guru hanya membacakan atau membawakan
media atau alat peraga yang kurang menarik untuk anak dan kurangnya
kreatifitas guru dalam mengemas permainan dalam pembelajaran terutama dalam
berhitung. Hal ini menyebabkan kurangnya interaksi antara guru dan anak.
Menjadikan anak pasif, kurang perhatian untuk belajar kreatif dan mandiri. Untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut dalam pembelajaran belajar mengajar harus
digunakan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode pembelajaran yang
dianggap sesuai yaitu melalui permainan finger painting (melukis dengan
jari) agar anak dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
Guru juga dapat menggunakan solusi seperti merencanakan bentuk
evaluasi untuk perkembangan motorik halus anak. Tujuan kegiatan adalah untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK Bangsri 01 Karangpandan
dengan kegiatan finger painting (melukis dengan jari). Kegiatan finger painting
(melukis dengan jari) di samping dapat meningkatkan kemampuan motorik halus
pada siswa kelompok A, hal ini juga dapat menumbuhkan daya tarik bagi siswa,
sehingga dapat memberikan siswa lebih senang dan semangat dalam proses
belajar dan pada akhirnya dapat menghsilkan belajar yang baik. Berkaitan hal
tersebut, peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang: “PENINGKATAN
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS MELALUI FINGER PAINTING
PADA ANAK KELOMPOK A TK BANGSRI 01 KARANGPANDAN
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011-2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dalam penelitian ini
penulis mengangkat permasalahan ini sebagai berikut ”Apakah dengan melalui
finger painting dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak di
kelompok A TK Bangsri 01 Karangpandan semester II tahun pelajaran
2011-2012?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini merupakan
sarana yang diinginkan dicapai dengan menetapkan suatu tujuan dari arah
penulisan. Diharapkan tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui
peningkatkan perkembangan motorik halus anak melalui finger painting pada
anak di kelompok A TK Bangsri 01 Karangpandan semester II tahun pelajaran
2011-2012”.
D. Manfaat Penelitian
Ada dua macam yang diharapkan dalam penulisan penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti Lain
Mendapatkan teori baru tentang peningkatan perkembangan motorik halus
anak TK kelompok A melalui finger painting, sehingga dapat dijadikan
dasar untuk penelitian selanjutnya.
b. Bagi Pengambil Kebijakan
Memberi landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan diambil
guna peningkatan mutu pendidikan, khususnya peningkatan
perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan finger painting
(melukis dengan jari).
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penulisan penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
a. Bagi Anak
Dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak melalui bermain
finger painting (melukis dengan jari) agar kelenturan otot jari,
meningkatkan hasil belajar anak, serta agar dalam proses belajar anak dan
hasil bisa seimbang. Keseimbagan antara otak kanan dan otak kiri
berkembang norma..
b. Bagi Guru/ Calon Guru
Dapat digunakan sebagai informasi untuk memprebaiki pembelajaran yang
dikelola agar guru dapat berkembang secara profesional, kreatif dan
inovatif. Sebagai bahan pedoman dalam mengembangkan daya penalaran/
imajinasi anak dalam proses pembelajaran khusus perkembangan motorik
halus anak, guru lebih percaya diri, guru dapat berkesempatan untuk
berperan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mempermudah
dalam mengajari anak dalam segala hal dengan melalui kegiatan finger
painting.
c. Bagi Lembaga atau Sekolah
Dapat menjadi catatan pelajaran bahwa kemampuan anak berbeda-beda
dalam perkembangan motorik halusnya, semua itu dirangsang agar minat
berlajar anak tidak bosan. Memberi sumbangan yang positif terhadap
kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan
profesional pada guru dan perbaikan proses dari hasil belajar anak. Dapat
membantu memperbaiki pelayanan terhadap anak dalam proses
pembelajaran di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Perkembangan Motorik Halus
a. Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan proses perubahan menuju ke arah yang
lebih baik yang merupakan perubahan kualitatif. Berkaitan dengan
perkembangan kemampuan motorik, Sukintaka (2004: 79) menyatakan
”Perkembangan kemampuan motorik merupakan perubahan kualitas hasil
gerak individu”. Hal ini artinya, sering dengan perkembangan dan
pertumbuhannya, maka kemampuan motorik juga berkembang.
Menurut Junita Dwi Wardhani dan Tri Asmawulan (2011: 1-4)
perkembangan adalah perubahan kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks. Atau deretan progresif dari perubahan yang
teratur dan koheren. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang yaitu
faktor genetikdan faktor lingkungan.
Perkembangan motorik merupakan cara tubuh untuk meningkatkan
kemampuan sehingga performanya menjadi lebih kompleks. Perubahan ini
terjadi terus menerus sepanjang siklus kehidupan. Perkembangan motorik
mencakup dua klasifikasi, yaitu kemampuan motorik kasar dan
kemampuan motorik halus.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan
motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan
tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak,
dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.
Menurut Suyadi (2010: 67) perkembangan fisik-motorik adalah
perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot
yang terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan
kegiatan yang telah ada sejak lahir. Dengan demikian, sebelum
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
perkembangan gerak motorik ini mulai berproses, maka anak tetap tak
berdaya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan dan saran, bahwa perkembangan adalah perubahan
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek,
sehingga perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf,
dan otot dapat terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan
refleks dan kegiatan yang telah ada sejak lahir.
b. Pengertian Motorik Halus
Menurut pendapat Bambang Sujiono (2009: 1.3-1.4) motorik
adalah semua gerakan yang mungkin didapatkan oleh seluruh tubuh,
sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan
dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Secara umum ada
tiga tahap perkembangan keterampilan motorik pada anak usia dini, yaitu
tahap kognitif, asosiatif, dan autonomous.
Berkaitan dengan kemampuan motorik Waharsono (1999: 53)
menyatakan, ”Sejak dengan meningkatnya ukuran tubuh dan
meningkatnya kemampuan fisik, maka meningkat pulalah.kemampuan
geraknya”. Menurut Mulyono B. (1994: 298) bahwa, ”Kemampuan
motorik atau kemampuan gerak dasar adalah hadirnya kemampuan
bawaan dan kemampuan yang diperoleh dalam melakukan keterampilan
gerak (motor skill) dari sifat yang umum atau fundamental, di luar
kemampuan olahraga spesialisasi tingkat tinggi”.
Menurut pendapat Junita Dwi Wardhani dan Tri Asmawulan
(2011: 36) motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot
halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat
penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Ketrampilan motorik
halus atau ketrampilan manipulasi seperti menulis, menggambar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memotong, melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda
atau alat-alat mainan.
Menurut pendapat Moelichatoen (2004) motorik halus adalah
merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan
tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak. Sedangkan menurut Nursalam
(2005) perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat
serta tidak memerlukan banyak tenaga.
Menurut pendapat Mudjito (2007) mencatat beberapa alasan
tentang fungsi perkembangan motorik motorik halus yaitu:
a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang.
b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi
helpessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah.
Karakter perkembangan motorik halus menurut Mudjito (2007)
keterampilan motorik halus yang paling utama adalah:
a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak blum
berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi.
b. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial
sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan
cenderung sempurna.
c. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi
tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.
d. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana
menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan
ujung pensil.
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan
bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti
keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan
tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan
yang cermat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain
adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu
sendiri, dan sebagainya. (Arifuddin: 2011)
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot
besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.
Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang
dengan optimal. (Deeantyshe: 2011)
Motorik halus adalah gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otot-
otot kecil, misalnya otot-otot jari tangan, otot muka, dan lain-lain. Gerakan
motorik halus terutama yang melibatkan otot tangan dan jari biasanya
membutuhkan kecermatan tinggi, ketekunan dan koordinasi antara mata
dan otot kecil. Beberapa gerakan yang dapat dimasukan dalam gerakan
motorik halus, misalnya: menggunting, merobek, menggambar, melukis,
menulis, melipat, meronce, menjahit, meremas, menggenggam, menyusun
balok, meringis, melotot, tertawa dan sebagainya.
Menurut pendapat Hurlock (2008: 1.32) bahwa, motorik halus
adalah gerakan yang hanya membutuhkan otot-otot kecil dan tidak
memerlukan tenaga yang besar. Motorik halus seperti: menulis,
menggunting, melipat, meronce, dan sejenisnya.
Sementara gerak yang menggunakan otot-otot halus yang disebut
motorik halus (fine motor) cenderung hanya digunakan untuk aktivitas
menggambar, meronce, menggunting, menempel atau melipat. Berbagai
kemampuan yang dimiliki anak dalam menggunakan otot-otot fisiknya
baik otot halus maupun otot kasar dapat menimbulkan rasa percaya diri
pada anak bahwa anak mampu menguasai keterampilan-keterampilan
motorik. (Ernawulan Syoidih, 2005: 31)
Ada pula pendapat lain menurut Hirmaningsih (2011), motorik
halus adalah kemampuan seorang anak melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan pengendalian gerak dan kemampuan memusatkan perhatian.
Menurut Admin (2010), Motorik halus adalah pergerakan yang
melibatkan otot-otot halus pada tangan dan jari yang terkoordinasi dengan
penglihatan. Sedangkan pendapat Agus Hamdani (2010), motorik halus
(fine motor skills) adalah aktivitas - aktivitas yang memerlukan pemakaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
otot - otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil
seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang
pencil dengan benar, menggunting, melipatkertas, mengikat tali sepatu,
mengancing dan menarik ritsleting.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa, motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-
otot halus dan otot-otot kecil yang melibatkan sebagian anggota tubuh
tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Motorik halus memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak
memerlukan banyak tenaga.
c. Pengertian Perkembangan Motorik Halus
Menurut Hurlock, E. Berk dalam Suyadi (2010: 69) berpendapat
bahwa Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya
pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh
lebih kecil atau detail. kelompok otot dan syaraf inilah yang nantinya
mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti meremas kertas,
merobek, menggambar, menulis, dan lain-lain. Berbeda dengan Hurlock,
E. Berk menjelaskan gerak motorik halus ini dengan membandingkannya
dengan gerak motorik kasar. Ia menyatakan bahwa pada anak usia
prasekolah telah terjadi perubahan besar (giant) pada gerak motoriknya.
Sekedar contoh, gerakan tangan dan jari yang meningkat.
Ada dua istilah dalam perkembangan motorik, yaitu yang disebut
dengan gerak (movement) & motorik (motor). Motorik (motor) merujuk
pada faktor biologis dan mekanis yang memengaruhi gerak
(movement)…(Gellahue, 1997). Sedangkan gerak (movement) merujuk
pada perubahan aktual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat diamati.
Maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa motorik merupakan
kemampuan yang bersifat lahiriah yang dimiliki seseorang untuk
mengubah beragam posisi tubuh.
Perkembangan motorik merupakan cara tubuh untuk meningkatkan
kemampuan sehingga performanya menjadi lebih kompleks. Perubahan ini
terjadi terus menerus sepanjang siklus kehidupan. Perkembangan motorik
mencakup dua klasifikasi, yaitu kemampuan motorik kasar dan
kemampuan motorik halus.
Menurut pendapat dari Meggitt (2002) mengungkapkan istilah
perkembangan motorik merujuk pada makna perkembangan fisik, di mana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
perkembangan fisik memiliki arti bahwa anak telah mencapai sejumlah
kemampuan dalam mengontrol diri mereka sendiri. Sementara Dodge
(2002) berpendapat bahwa pencapaian kemampuan motorik kasar dan
motorik halus pada anak usia prasekolah merupakan tujuan dari
pengembangan fisik anak. Perkembangan motorik anak akan melalui tiga
proses, yaitu: pertama, perkembangan dari otot kasar menuju otot kecil,
kemudian pertumbuhan dari kepala ke jari kaki (cephalocaudal) serta
perkembangan dari sumbu tubuh menuju ke luar (proximoditssal).
Perkembangan fisik-motorik adalah perkembangan jasmaniah
melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Gerak
tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang telah ada
sejak lahir. Dengan demikian, sebelum perkembangan gerak motorik ini
mulai berproses, maka anak tetap tak berdaya.
Hasil pengamatan Laura E. Berk menunjukkan bahwa ketika anak-
anak bermain, akan muncul adanya keterampilan motorik baru yang
masing-masing membentuk pola kehidupannya. Ia menyatakan, ”You will
see that an explosion of new motor skills occurs in early chealhood, each
of which build on the simpler movement patterns of toddlerhod”, (Anda
akan melihat adanya keterampilan motorik baru yang muncul pada anak-
anak yang masing-masing membentuk pola kehidupannya). Laura E. Berk
dalam Suyadi (2010: 67-68)
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan
secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara
detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory
yang dikembangkan Thelen dan whiteneyerr. Teori tersebut
mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak
harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka
untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut
untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak.
Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak
mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya.
Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu
bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik
baginya.
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi
untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik
yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor,
yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang
memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya
untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan
kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system
syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan
anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa
pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan
individu menurut Hurlock (1996) adalah sebagai berikut:
1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap
bola atau memainkan alat-alat mainan.
2) Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak
berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi
yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3) Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas
awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar,
melukis, dan baris-berbaris.
4) Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak
dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang
tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan
teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak
yang fringer (terpinggirkan).
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan, bahwa perkembangan gerak motorik halus adalah
meningkatnya pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan
syaraf yang jauh lebih kecil atau detail.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Tahap Perkembangan Motorik Halus Anak
Menurut Silawati (2008: 42) bahwa, tahap perkembangan motorik
halus anak usia 4-5 tahun yaitu:
1) Membangun menara setinggi 11 kotak;
2) Mengambar dan melukis sesuatu yang berarti bagi anak tersebut dan
dapat dikenali oleh orang lain;
3) Menjiplak gambar kotak;
4) Menulis beberapa huruf dengan finger painting;
5) Menggambar orang beserta rambut dan hidung;
6) Memegang pensil dengan baik lalu menulis nama depan;
7) Memotong bentuk-bentuk sederhana.
Menurut Suyadi (2010: 71) bahwa, tahap perkembangan gerak
motorik kasar dan motorik halus pada AUD usia 4-5 tahun yaitu:
1) Naik turun tangga tanpa pegangan;
2) Berjalan dengan ritme kaki yang sempurna;
3) Dapat memutar tubuh;
4) Dapat melempar dan menangkap bola;
5) Dapat menyetir sepeda roda tiga;
6) Bisa menggambar orang dengan enam titik tubuh;
7) Mengunting mengikuti garis;
8) Menirukan gambar segitiga;
9) Menirukan lukisan sederhana dengan jari jemari.
Menurut pendapat Yuliani Nurani Sujiono (2009: 65) bahwa, pola
perkembangan fisik motorik halus pada AUD usia 4-5 tahun yaitu :
1) Dapat memegang dan bermain krayon dan lem dengan jari;
2) Koordinasi antara mata dan tangan;
3) Dapat menjiplak gambar geometris;
4) Dapat memotong sesuai dengan garis.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan, bahwa kelompok otot dan syaraf inilah yang nantinya mampu
mengembangkan gerak motorik halus, seperti meremas kertas, merobek,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menggambar, menulis, dan lain-lain. Motorik anak perlu dilatih agar dapat
berkembang dengan baik. Perkembangan motorik anak berhubungan erat
dengan kondisi fisik dan intelektual anak. Faktor gizi, pola pengasuhan
anak, dan lingkungan ikut berperan dalam perkembangan motorik anak.
Perkembangan motorik anak berlangsung secara bertahap tapi memiliki
alur kecepatan perkembangan yang berbeda pada setiap anak.
2. Tinjauan Tentang Finger Painting (Melukis Dengan Jari)
a. Pengertian Seni
Menurut pendapat Slamet Suyanto (2008: 110-112) bahwa, seni
sebagai media untuk mengekspresikan diri. Dalam kegiatan seni, anak-
anak dapat menyatakan perasaannya melalui gambar, nyanyian, dialog
dalam drama, maupun melalui seni kriya. Anak dapat mengekspresikan
rasa senang, gembira, sedih, dan kecewa melalui objek seni seperti cat,
kuas, lempung, pasirm sabun, dan balok.
Seni juga mengembangkan kemampuan motorik anak. Melalui
berbagai kegiatan kesenian, seperti: menggambar, membuat patung,
menggunakan instrumen musik, melukis, dan merajut akan melatih
kemampuan motorik. Pendidikan dalam seni juga mengembangkan
kreativitas, daya pikir, dan daya cipta. Melalui seni anak dapat
menggunakan berbagai benda untuk menciptakan sesuatu sesuai imajinasi
dan fantasinya. ada empat ciri anak yang kreatif, yaitu: orisinal, tepat,
relevan, menyesuaikan keadaan, dan fleksibel.
Menurut pendapat Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi S. (2010: 1.3-
1.4) karya rupa yaitu karya anak yang dapat dilihat, serta dapat dinikmati
dan disentuh. Keterampilan seni rupa adalah menciptakan sesuatu bentuk
baru dan mengubah fungsi bentuk. Tujuan keterampilan berseni rupa
diberikan kepada anak adalah agar anak dapat mengungkapkan perasaan
dan pikiran serta angan-angan anak tentang diri dan lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak
ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan
kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta
merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang
dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai
catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang
mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Proses berkarya seni
adalah proses belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar,
sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8
tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk
berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan dapat
memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta
kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak
akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode
deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana cara mengajarkan
pembelajaran seni rupa pada anak usia dini. Dalam kehidupan kita untuk
melengkapi dirinya dengan berbagi peralatan dan penunjang untuk
menyempurnakan pekerjaannya. Seni sebagai alat terapi, ungkapan dan
komunikasi.
Pembelajaran seni rupa pada anak usia dini memerlukan
pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan situasi social yang kondusif
untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sehingga anak dapat
mengungkapkan pengalaman-pengalaman hidup mereka sendSeni rupa
atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau
tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi
juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat
dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan, bahwa seni sebagai media untuk mengekspresikan diri. Seni
juga mengembangkan kemampuan motorik anak melalui berbagai kegiatan
kesenian, seperti: menggambar, membuat patung, menggunakan instrumen
musik, melukis, dan merajut akan melatih kemampuan motorik.
Pendidikan dalam seni juga mengembangkan kreativitas, daya pikir, dan
daya cipta. Karya rupa yaitu karya anak yang dapat dilihat, serta dapat
dinikmati dan disentuh. Keterampilan seni rupa adalah menciptakan
sesuatu bentuk baru dan mengubah fungsi bentuk. Tujuan keterampilan
berseni rupa diberikan kepada anak adalah agar anak dapat
mengungkapkan perasaan dan pikiran serta angan-angan anak tentang diri
dan lingkungannya. Pembelajaran seni rupa pada anak usia dini
memerlukan pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik dan situasi
sosial yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini.
b. Pengertian Finger Painting
Finger painting (melukis dengan jari) atau tangan merupakan
pengalaman yang menarik dan mengesankan bagi setiap anak. Anak akan
merasakan sensasi rabaan saat tangan menyentuh cat dan melakukan
serangkaian gerak eksploratif yang bervariasi di atas kertas. Dengan bebas
dan spontan anak dapat membuat gambar atau sapuan-sapuan warna yang
ekspresif. Melalui kegiatan ini koordinasi kemampuan motorik dengan
pengamatan dan rabaan anak dilatih menjadi lebih peka dan kuat. Kegiatan
ini cocok dilakukan pada saat anak berusia 2 tahun keatas. Namun
kegiatan ini membutuhkan persiapan dan waktu yang tidak singkat. (Widia
Pekerti, dkk, 2009: 9.29)
Menurut Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi S. (2010: 3.6-3.19)
Lukisa terbagi menjadi dua yaitu: (1) lukisan non-realis, yaitu lukisan
yang menampilkan figur-figur orang maupunbinatang tidak senyawa; (2)
lukisan realis yang menampilkan figur orang yang tampak jelas. Perbedaan
utama melukis dengan menggambar adalah objek yang ditampilkan akan
berbeda, walaupun objek yang diamati sama. Tujuan menggambar dan
melukis adalah melatih ketelitian melalui pengamatan dengan seksama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Melukis memiliki manfaat bagi perkembangan anak, yaitu: media
mencurahkan perasaan, alat bercerita, alat bermain, media sublimasi
perasaan, dapat melatih keseimbangan, melatih kreativitas anak, dan
mengembangkan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi.
Menurut pendapat Salim (2008) bahwa, Finger Painting adalah
teknik melukis dengan mengoleskan cat pada kertas basah dengan jari atau
dengan telapak tangan. Salah satu teknik melukis sederhana yang bisa kita
ajarkan pada si kecil adalah melukis dengan jari atau finger painting.
Kegiatan melukis ini dapat melatih motorik halusnya juga dapat
mengembangkan imajinasi dan kreatifitas anak dengan baik.
Seni finger painting (Melukis Dengan Jari Tangan) seni memang
bisa dibuat dengan menggunakan bahan apa saja, termasuk juga seni untuk
melukis dengan menggunakan jari-jari tangan. Memang biasanya juga
menggunakan tangan, tetapi dengan bantuan kuas, maka media permainan
dengan menggunakan jari-tangan tanpa media apapun.
Menurut Slamet Suyanto (2008: 116-126) biasanya di TK yang
baik dilengkapi dengan pojok seni (art center). Tempatnya biasanya di
dalam atau didesain sebagai ruangan tersendiri. Pojok seni merupakan
tempat anak melakukan berbagai kegiatan bermain dan belajar seni. Anak
senang sekali dengan bahan alam jadi semua bahan dibuat sendiri. Ada
empat tahapan perkembangan seni lukis pada anak, yaitu: coret-coret,
melukis praskematis, melukis skematis, dan melukis realis.
Kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan
atau bisa dikenal dengan nama finger painting. Tujuan dari kegiatan ini
adalah :
1) Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-
otot kecil dan kematangan syaraf.
2) Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-
warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak,
kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi
warna yang sekunder dan tersier.
4) Mengendalkan estetika keindahan warna, .
5) Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting
yaitu: menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu) dan menggunakan
teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi).
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya
kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan
anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali
oleh anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan
untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger
painting, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil
bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka
kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil
bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu
bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga
agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka
mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.
Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, ciri khas kelompok umur
mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-
ngan dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang
suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu.
Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar
bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkan
ide-ide.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan, bahwa Finger Painting adalah teknik melukis dengan
mengoleskan cat pada kertas basah dengan jari atau dengan telapak tangan.
Ada empat tahapan perkembangan seni lukis pada anak, yaitu: coret-coret,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
melukis praskematis, melukis skematis, dan melukis realis. Kegiatan
melukis tidak hanya dengan jari dan dengan tangan ada juga dengan
menggunakan kuas besar, krayon di atas cat air, dan juga melukis dengan
stiroform. Bahan melukis juga tidak harus dengan cat akan tetapi dapat
juga dengan tanah liat/ lempung, sabun cair/ sunlaigh, dan tepung pati/
kanji. Melukis memiliki manfaat bagi perkembangan anak, yaitu: media
mencurahkan perasaan, alat bercerita, alat bermain, media sublimasi
perasaan, dapat melatih keseimbangan, melatih kreativitas anak, dan
mengembangkan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi.
c. Langkah-langkah dan Hasil Pembuatan Finger Painting
Pojok seni merupakan tempat anak melakukan berbagai kegiatan
bermain dan belajar seni. Anak senang sekali dengan bahan alam jadi
semua bahan dibuat sendiri. Anda bisa melakukannya bersama si kecil,
sambil mengisi hari libur atau waktunya yang senggang. Untuk
mempermudah pengetahuan dan proses kegiatan finger painting dapat
dilihat pada Gambar 2.1 contoh hasil dari finger painting sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kegiatan Finger Painting dan Hasil Finger Painting
Alat & bahan :
1. 1/2 cangkir tepung kanji 6. karton tebal
2. 3 sdm gula pasir 7. celemek
3. 1/2 sdt garam halus 8. koran untuk alas
4. 2 cangkir air dingin 9. sabun sunglakh
5. pewarna kue 10. lem fox
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Cara membuat adonan :
1. Campur semua bahan (kecuali pewarna kue) ke dalam panci, lalu
masak dalam api sedang sampai kental dan meletup-letup.
2. Setelah masak, angkat dari panci dan bagi ke dalam beberapa wadah.
Berikan masing-masing adonan dengan warna yang berbeda-beda.
Dinginkan.
3. Setelah dingin, Anda siap melukis bersama si kecil.
4. Boleh dengan menggunakan sabun cair dicampur dengan lem fok dan
pewarna sampai merata.
5. Setelah merata sudah bisa untuk melukis.
6. Jangan lupa, gunakan celemek agar adonan tidak mengotori pakaian
dan gunakan koran bekas sebagai alas agar cat tidak mengotori lantai
dan meja.
Ada empat tahapan perkembangan seni lukis pada anak, yaitu:
coret-coret, melukis praskematis, melukis skematis, dan melukis realis.
Berikut ini disajikan beberapa contoh membuat mainan atau kegiatan
finger painting lebih higienis dan bersih, sebagai berikut :
1) Pewarna untuk Finger Painting (melukis dengan jari/ tangan)
Bahan :
(a) 3 cangkir tepung kanji atau pati
(b) 2 cangkir air
Cara membuat :
(a) Campur tepung dengan air dingin, lalu aduk merata.
(b) Tambahkan 9 cangkir air panas dan panaskan.
(c) Tambahkan 1 cangkir sabun mandi yang digerus atau sabun
sunlaigt cair.
(d) Aduk-aduk atau tekan-tekan selama masih panas.
(e) Adonan ditambahkan dengan cat oker atau pewarna makanan yang
bisa dicuci jika akan digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Kegiatan Finger Painting (melukis dengan jari/ tangan)
Kegiatan ini melatih otot kasar dan otot halus pada tangan dan jari
anak. Anak menggunakan jari dan tangannya untuk melukis, tanpa
kuas. Oleh karena itu, sebaiknya bahan yang digunakan aman bagi
anak.
Bahan :
(a) Pewarna untuk finger painting
(b) Kertas manila atau kertas khusus untuk finger painting
(c) Kain lap dan rompi plastik
(d) Karpet plastik atau plastik lebar
Prosedur :
(a) Tutup tempat dengan plastik lebar, jika di lantai dapat
menggunakan karpet plastik.
(b) Biarkan anak menuangkan bahan untuk finger painting di beberapa
bagian dari kertas. Teteskan pewarna berbeda-beda pada bagian
tadi.
(c) Gunakan jari tangan, telapak tangan, sampai lengan bawah dan
siku untuk menggambar.
(d) Segera anak diajak untuk membersihkan tangan setelah selesai
kegiatan finger painting.
3. Tinjauan Tentang Belajar Sambil Bermain pada AUD
Menurut pendapat Conny R. Semiawan (2008: 20-21) bahwa, bagi
anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, tetapi mengasyikkan.
Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaannya terwujud. Bermain adalah
aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan bukan karena
akan memperoleh hadiah atas pujian. Bermain adalah salah satu alat utama
yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya. Bermain adalah medium, di
mana si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar
nyata secara aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun
sesuai kecepatannya sendiri, maka ia melatih kemampuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang
tidak ia kenali sampai pada ia ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya,
sampai mampu melakukannya. Jadi, bermain mempunyai nilai dari ciri yang
penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari seorang anak.
Dengan memahami arti bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan
bagi anak. Dengan merancang perlajaran tertentu untuk dilakukan sambil
bermain, maka anak belajar sesuai dengan tuntutan saraf perkembangannya.
Menurut pendapat Yuliani Nurani Sujiono (2009: 144-145) bermain
adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak
bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty, 1990: 196-197).
Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar, dan bekerja.
Menurut Piaget dalam Mayesty (1990: 42) mengatakan bahwa bermain adalah
suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan
bagi diri seseorang; sedangkan Partne dalam Dockett dan Fleer (2000: 14)
memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui
bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan,
mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain
itu, dengan bermain anak dapat mengenal dirinya sendiri, dengan siapa ia
tinggal dan di mana ia hidup.
Bermain sambil belajar, dimana esensi bermain menjiwai setiap
kegiatan pembelajaran yang amat penting bagi PAUD. Pembelajaran anak usia
dini menggunakan esensi bermain meliputi perasaan senang, domokratis, aktif,
tidak terpaksa, dan merdeka. Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian
rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta dan
tidak terpaksa.
Menurut pendapat Suyadi (2010: 298) belajar sambil bermain menurut
pendapat Montessori, sebagaimana dikutip oleh Anggani Sudono, ketika
sedang bermain, anak akan menyerap segala sesuatu yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian anak yang bermain adalah anak yang
menyerap berbagai hal baru di sekitarnya. Proses penyerapan inilah yang
disebut Montessori sebagai aktivitas belajar.
Bermain adalah dunia sekaligus sarana belajar anak. Memberikan
kesempatan kepada anak untuk belajar dengan cara-cara yang dapat
dikategorikan sebagai bermain berarti telah berusaha membuat pengalaman
belajar itu dirasakan dan dipersepsikan secara alami oleh anak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya dicetus oleh Solehuddin.
(Tadkirotun Musfiroh, 2005: 36)
Menurut pendapat Suyadi (2010: 283-284) bermain atau permainan
sebagai aktivitas-aktivitas untuk memperoleh kesenangan. Hurlock
menegaskan bahwa bermain lawan dari kerja. James Sully, sebagaimana
dikutip oleh Mayke S. Tedjasaputra, menyatakan bahwa tertawa adalah tanda
dari kegiatan bermain, dan tertawa ada di dalam aktivitas sosial yang
dilakukan bersama sekelompok teman. Bermain adalah aktivitas yang sangat
menyenangkan dengan ditandai gelak tawa oleh anak yang melakukannya.
Mayke, mengemukakan ciri-ciri kegiatan bermain. Berikut ini adalah ciri-ciri
bermain tersebut, antara lain :
a. Dilakukan atas pilihan sendiri, motivasi pribadi, dan untuk kepentingan
sendiri.
b. Anak yang melakukan aktivitas bermain mengalami emosi-emosi positif.
c. Adanya unsur fleksibilitas, yaitu mudah ditinggalkan untuk beralih ke
aktivitas yang lain tanpa beban.
d. Tidak ada tekanan tertentu atas permainan tersebut, sehingga tidak ada
target yang harus dicapai.
e. Bebas memilih. Ciri ini mutlak bagi anak usia dini.
f. Mempunyai kualitas pura-pura, seperti anak memegang kertas dilipat pura-
pura menjadi pesawat dan sejenisnya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat di tarik
kesimpulan, bahwa bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan
sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
permainan. Belajar sambil bermain ketika sedang bermain, anak akan
menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Bermain
bukan hanya menjadi kesenangan tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak
mau harus terpenuhi, jika tidak akan ada satu tahapan perkembangan yang
berfungsi kurang baik yang akan terlihat kelak jika si anak sudah menjadi
remaja.
Bermain dengan alat sangat memotivasi anak untuk belajar secara baik
tanpa paksaan. Tinjauan tentang meningkatkan perkembangan motorik halus
melalui bermain finger painting (melukis dengan jari) serta berbagai macam
permainan dan kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting,
menggambar, mengeblat, mewarnai, playdhog, dan menulis lebih mudah
dilakukan oleh anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Menurut pendapat Berk dalam Yuliani Nurani Sujiono
(2009: 6-7) bahwa, Anak Usia Dini (AUD) adalah sosok individu yang
sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan
fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak Usia Dini berada pada
rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang
cepatdalam rentang perkembangan hidup manusia.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh
upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam
proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan
menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi
pengalaman yang memberikan kesempatan ke padanya untuk mengetahui
dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan
melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung
secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan
anak.
Menurut pendapat Soegeng Santoso (2006: 1.3-2.9) anak usia dini
menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, ialah anak sejak lahir sampai usia enam tahun.
Sementara itu, Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini menyatakan
bahwa rentangan usia anak usia dini. Pendidikan anak usia dini mengacu
pada pendidikan yang diberikan kepada anak usia 0-6 tahun atau sampai
usia 8 tahun. National Association for the Education of young Children
(NAEYC) membagi anak usia dini menjadi 0-3 tahun, 3-5 tahun, dan 6-8
tahun.
Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun
(Depdiknas, Kurikulum Taman Kanak – Kanak dan Raudlatul Athfal,
2004: 2).
Tujuan Taman Kanak – kanak berdasarkan kurikulum Taman
Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal dari Depdiknas (2004: 2) adalah untuk
membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan
fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif,
bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk
sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat
fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah
karakteristik tertentu. Anak usia dini adalah suatu organisme yang
merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala
struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok
yang unik.
Anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap
perkembangan kepribadian. Lingkungan yang diupayakan oleh pendidik
dan orang tua yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk
mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana, harus
memperhatikan keunikan anak-anak dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan kepribadian anak.
Suyadi (2010: 9) berpendapat bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, bab 1,
pasal 1, butir 14). Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui
pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. dalam UU
NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 ayat 1 tentang perlindungan anak. :Setiap anak
berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakatnya.
Yuliani Nurani Sujiono (2009: 16-17) berpendapat, bahwa peran
pendidikan anak usia dini dijelaskan dalam sejarah dan perkembangan
PAUD mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Para ahli psikologi
perkembangan memandang bahwa masa ini merupakan masa yang sangat
penting (golden age) yang hanya datang satu kali dan tidak dapat diulangi.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Bloom bahwa perkembangan
intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupannya.
Rangsangan belajar pada usia dini memberikan pengalaman yang sangat
berharga untuk perkembangan berikutnya. untuk itu pengalaman belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pada dini usia perlu dirancang dan ditata sedemikian rupa, sehingga tidak
menjadi kontra produktif terhadap pengalaman belajar yang akan diikuti
pada pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat di tarik
kesimpulan, bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak
usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang
mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu
b. Karakteristik Anak Usia Dini
Menurut pendapat dari Hartati dalam Siti Aisiyah (2007: 5)
terdapat tujuh Karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
1) Bersifat Egosentris Naif
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan
pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan
pikiran yang masih sempit.
2) Kesatuan Jasmani dan Rohani yang Hampir Tidak Terpisahkan
Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah. Isi
lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh.
3) Relasi Sosial yang Primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris naif.
4) Sikap Hidup yang Fisiognomis
Anak bersifat fisiognomis terhadap dunianya artinya secara langsung
anak memberikan sifat kongkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya.
5) Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia disekitarnya dan ingin
mengetahui segala sesuatu yang terjadi disekelilingnya.
6) Sebagai Bagian Makhluk Sosial
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman
sebayanya. Mereka mulai belajar berbagi, mengalah, dan antri
menunggu giliran saat bermain dengan teman-temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
c. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut pendapat dari Yuliani Nurani Sujiono (2009: 42) tujuan
pendidikan anak usia dini yang ingin dicapai adalah untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta
pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia
dini. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai, adalah: (a) dapat
mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan
mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologis
yang bersangkutan; (b) dapat memahami perkembangan kreativitas anak
usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya; (c)
dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan
anak usia dini; (d) dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak
usia dini; dan (e) dapat memahami pendekatan pembelajaran dan
aplikasinya bagi pengembangan anak usia kanak-kanak.
d. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut pendapat dari Yuliani Nurani Sujiono (2009: 46)
mengemukakan fungsi pendidikan anak usia dini dapat dijelaskan sebagai
berikut: (a) untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki
anak sesuai dengan tahapan perkembangnnya; (b) mengenalkan anak
dengan dunia sekitar; (c) mengembangkan sosialisasi anak; (d)
mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak; (e)
memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya;
(f) memberikan stimulus kultural pada anak; dan (g) memberikan ekspresi
stimulasi kultural.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa, tujuan pendidikan anak usia dini yang ingin dicapai
adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan
guru serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan
anak usia dini. Usia dini merupakan masa yang sangat penting (golden
age) yang hanya datang satu kali dan tidak dapat diulangi. Rangsangan
belajar pada usia dini memberikan pengalaman yang sangat berharga
untuk perkembangan berikutnya. untuk itu pengalaman belajar pada dini
usia perlu dirancang dan ditata sedemikian rupa. Batasan pengertian anak
usia dini adalah 0-6 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang hampir sama berkaitan dengan penelitian
saat ini, dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hardi Mulyono Wibawa (2008) dengan judul
”Pengaruh Finger Painting Terhadap Perubahan Perilaku Agresif Anak di
Kelompok B”. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dengan
pendekatan yang keras bukanlah suatu solusi yang diharapkan oleh setiap
orang tentunya, dan bukanlah merupakan pendekatan yang baik. Pendekatan
tersebut bahkan dapat memperburuk dan menciptakan masalah yang baru yang
dapat timbul di kemudian hari bagi kehidupan anak tersebut.
a. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencoba menemukan sebuah
pendekatan yang lebih baik, lebih bersahabat dan dapat diterima oleh anak.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan metode penelitihan
tindakan dan menemukan melalui pendekatan seni, khususnya Finger
Painting. Dapat digunakan sebagai media untuk membantu anak
mengontrol dirinya dan dapat mengurangi perilaku agresif anak, seperti
bertengkar, mencari masalah, mengejek, dan juga dapat meningkatkan
tanggung jawab anak.
b. Peneliti melakukan penelitian literatur dan menemukan bahwa bermain air
dan Finger painting merupakan aktivitas yang dapat menenangkan anak.
Anak-anak yang frustasi dapat mengeluarkan frustasi dengan cara
mengaduk-aduk cat di atas kertas dengan kedua tangannya atau dengan
menciprat-cipratkan air atau dengan meremas-remas spon. Dengan
aktivitas tersebut, anak memindahkan energi-energi yang kurang baik ke
bentuk yang tidak membahayakan (Beaty, J, 2006). Peneliti juga
menemukan pada sebuah film dokumenter, para ilmuwan menemukan
bahwa dengan membelai atau melalui sentuhan dapat terjadi pelepasan
endorfin ke dalam aliran darah. Endorfin adalah zat kimia yang dapat
membawa rasa enak (BBC, 2004).
c. Teknik ini cocok digunakan untuk penelitihan kualitatif, atau penelitian
yang tidak melakukan generalisasi. Peneliti melakukan wawancara kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pengurus sekolah untuk mendapatkan sampel dengan karakterisitik yang
sesuai untuk penelitian ini. Sampel yang mempunyai masalah perilaku
yang kurang baik di sekolah, seperti suka membuat masalah di sekolah,
merusak dan melempar barang, berisik di kelas, bertengkar, suka dimarahi
oleh guru dan sebagainya. Sampel penelitian adalah seorang anak berjenis
kelamin laki-laki, Ia lahir pada tanggal 1 Mei 2002, berumur 6 tahun,
tetapi pada saat penelitihan masih berumur 5 tahun akhir..
d. Setelah apa yang dipelajari cukup jelas, peneliti mengembangkan
instrumen berupa kuesioner, observasi, wawancara dan dokumen berupa
hasil gambar.
2. Penelitian yang di lakukan Arifudin (2011), yang berjudul: ”Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam di
Kelompok B Taman Kanak-kanak Kartika V-15 Loa Janan Samarinda”
a. Berdasarkan observasi di TK Kartika V-15 Loa Janan anak-anak
menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya dalam
menganyam,yang ditandai dengan kurang trampilanya siswa dalam
pengembangan kreativitas menggunakan media kertas dalam
pembelajaran. Aktivitas anak dalam keterampilan menggerakan motorik
halus dalam perkembangan menganyam dari kreativitas anak masih belum
trampil dengan ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan
kelas, yaitu penggunaan metode dalam menumbuhkembangkan kreativitas
anak dalam meningkatkan ketrampilan motorik halusnya
b. Tujuan kegiatan adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik halus
anak TK Kartika V-15 dengan menganyam. Dari kegiatan ini anak berlatih
menggerakkan pergelangan tangan saat memegang kertas dan juga agar
anak dapat menyalurkan perasaannya dan menciptakan keindahan. Topik
yang dipilih adalah keterampilan mengayam. Kegiatan akan dilaksanakan
didalam kelas. Guru pun sudah merencanakan langkah kegiatan apa saja
yang akan dilakukannya bersama anak-anak di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Kerangka Berfikir
Kemampuan motori halus pada anak kelompok A TK Bangsri 01
Karangpandan tergolong masih rendah. Rendahnya kemampuan motorik halus
anak tersebut dikarenakan kurang maksimalnya dalam kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak misalnya dengan finger painting
(melukis dengan jari) dan dalam proses pelaksanaannya kegiatan finger painting
untuk meningkatkan motorik halus anak. Semula guru dalam memberikan
rangsangan-rangsangan hanya sekedar menyediakan sarana dan prasarana yang
menjadikan anak bermain, tapi belum memberikan arahan dan motivasi anak
untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Salah satu kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus diantaranya dengan kegiatan melukis
dengan jari ( finger painting).
Rendahnya perkembangan motorik halus pada siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor dari luar diri anak yang dapat mempengaruhi rendahnya
perkembanga motorik halus anak misalnya pembelajaran yang kurang kreaktif,
tidak menyenangkan, pembelajaran yang monoton dan media pembelajaran yang
kurang menarik sehingga membuat anak bosan dan kurang bersemangat, sehingga
perkembangan motorik halus rendah. Dengan meningkatkan kemampuan
berhitung anak, melalui permainan finger painting (melukis dengan jari) yang
menarik dan berwarna warni untuk anak diharapkan anak tertarik, semangat, dan
senang. Sehingga tanpa anak sadari sedikit demi sedikit perkembangan motorik
halus anak dapat meningkat dan berkembang.
Menurut kenyataan yang ada, setiap selesai materi pokok dalam
pembelajaran diadakan praktek, hasil belajar siswa sangat rendah, walaupun
diadakan berulang kali. Melihat kenyataan yang ada maka guru perlu melalukan
tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses peningkatan
perkembangan motorik halus dalam bermain dan belajar guru sering
menggunakan media sebagai alat peraganya, namun hasilnya masih kurang
maksimal. Sehinnga guru memilih permainan finger painting (melukis dengan
jari) sebagai salah satu media dalam mencapai tujuan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus peneliti
membagi pada sikus pertama dengan sub materi pokok permainan finger painting
(melukis dengan jari). Alat dan bahan yang akan dipergunakan sudah disiapkan
oleh Guru sebelum pembelajaran yang dimulai. Permainan finger painting
merupakan suatu permainan yang menarik bagi anak karena di dalamnya anak
akan belajar mengenal warna, cara pencampuran warna, berexperimen, kreatifitas,
imajinasi anak terpancing, cara bersosial dengan teman, dan sabar dalam
menunggu giliran. Anak-anak lebih tertarik pada permainan ini karena bahan
finger painting dengan bahan yang aman untuk siswa dan berwarna warni. Guru
juga bisa kreatif dalam membuat berbagai variasi contoh finger painting yang
bermakna sesuai tingkat kemampuan siswa dan sesuai usia siswa. Misalnya saja
variasinya dengan melukis dengan jari membentuk gambar matahari bersinar dan
awan biru, serta guru mengarahkan warna yang akan dipadukan agar
menghasilkan gambar yang indah.
Kegiatan finger painting menjadi hidup, tidak monoton dan bervariasi
semua itu dipengaruhi oleh kreatifitas dan pengelolaan kelas dengan persiapan
yang matang, baik, dan maksimal sehingga menghasilkan yang terbaik dan
sukses. Adapun ditemui guru yang sudah senior akan tetapi tidak kreatif dan
monoton dalam mengajar sehingga anak-anak tidak berkembang dengan baik
dalam segala hal baik kognitif, fisik. sosial-emosional, bahasa serta nilai agama
dan moral.
Pada kondisi akhir dari proses pembelajaran ini, melalui kegiatan finger
painting (melukis dengan jari) diharapkan akan meningkatkan perkembangan
motorik halus anak pada anak kelompok A di TK Bangsri 01 Semester II Tahun
Pelajaran 2011-2012. Untuk memperjelas kondisi awal dari belum menggunakan
media finger painting sebagai kegiatan, siklus I proses awal perkenalan kegiatan
finger painting, silkus II anak mulai melakukan variasi dan refleksi, maka lebih
jelas lagi kerangka berfikir dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 2.2 Skema Penjelasan Kondisi Awal Sampai Kondisi Akhir
dari Siklus I Sampai Siklus II
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir penulis dapat
mengemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: ”Dengan melalui kegiatan
finger painting (melukis dengan jari) dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus pada anak kelompok A di TK Bangsri 01 Karangpandan Semester II Tahun
Pelajaran 2011-2012”.
Kondisi Awal
Guru tidak pernah
menggunakan media
pada waktu
pembelajaran
melukis
Perkembangan
motorik halus anak
Kelompok A masih
rendah
Tindakan
Guru menggunakan
finger painting dalam
peningkatan
perkembangan motorik
halus
Siklus I: Dalam
perkembangan
motorik halus guru
menggunakan finger
painting kegiatan
belum divariasikan
Siklus II: Dalam
peningkatan motorik
halus guru
menggunakan
finger painting
kegiatan yang sudah
divariasikan dan
diarahkan menjadi
bermakna
Kondisi
Akhir
Melalui kegiatan finger
painting dapat meningkatkan
perkembangan motorik halus
pada siswa Kelompok A TK
Bangsri 01 Karangpandan
Semester II Tahun Pelajaran
2011-2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waku Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Bangsri 01 Karangpandan yang
beralamat di Dukoh Jangganan, Kelurahan Bangsri, Kecamatan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Lokasi TK Bangsri 01 sangat stategis
karena berada tidak jauh dari jalan Solo-Tawangmangu, samping SDN 02
Bangsri Kecamatan Karangpandan dan transportasinya mudah dijangkau.
Alasan memilih tempat penelitian adalah penelitian ini untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus siswa kelompok A, maka peneliti memilih melalui
kegiatan finger painting. Selain itu, peneliti mengambil lokasi atau tempat ini
dengan pertimbangan peneliti bekerja pada sekolah tersebut, sehingga
memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek
penelitian yang sangat sesuai dengan profesi peneliti.
2. Waktu
Penelitian ini akan dilakukan selama 5 bulan yaitu bulan Januari 2012
s.d Mei 2012. Waktu dari penyusunan dan pengajuan proposal pada bulan
Januari 2012 minggu ke empat, mengurus ijin penelitian pada bulan April
2012 minggu ke tiga, pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II dimulai dari
bulan April s.d bulan Mei, sehingga penulisan laporan hasil penelitian tersebut
pada bulan Juni s.d bulan Juli 2012, dan rencana pelaksanaan ujian sekripsi
pada bulan Juli 2012. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1
pada lampiran yang pertama.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah anak kelompok A di TK Bangsri 01
Karangpandan pada Semester II Tahun Pelajaran 201I-2012 dengan jumlah murid
20 anak, yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 9 anak perempuan serta yang
menjadi peneliti adalah guru.
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.
Menurut I.G.A.K Wardhani (2007: 1.4) Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat. Adapun tahapan penting dalam PTK menurut
Kemmis Mc Taggart (1998) dalam Kunandar (2010: 71), yaitu perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting),
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning)
Yaitu mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk
meningkatkan apa yang telah terjadi.
2. Tindakan (acting)
Yaitu tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan
variasi praktik yang cermat dan bijaksana.
3. Observasi (observasing)
Kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja PBM
4. Refleksi (reflecting)
Yaitu mengingat dan merenungkan sustu tindakan persis seperti yang telah
dicatat dalam observasi.
Secara rinci prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus pertama (I)
a. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan;
b. Melakukan tindakan sesuai yang direncanakan;
c. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan dan
mengidentifikasi masalah;
d. Melakukan refleksi oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Siklus pertama (II)
a. Merencanakan tindakan berdasarkan siklus pertama untuk perbaikan
meningkatkan prosentase.
b. Melakukan tindakan sesuai yang direncanakan.
c. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus II dan
mengidentifikasi masalah.
d. Melakukan refleksi oleh peneliti.
D. Sumber Data dan Variabel Penelitian
Guna memperoleh data dalam penelitian tersebut, maka penulis perlu
mencari data, baik yang diiperoleh dari pihak-pihak yang berhubungan dengan
obyek penelitian ataupun dari dokumen maupun buku-buku, sehingga untuk
memperoleh data yang lengkap dan jelas peneliti mengikuti kegiatan pelaksanaan
pembelajaran di TK Bangsri 01 Karangpandan Semester II Tahun Pelajaran
2011-2011 sekaligus menjadi penelitian partisipan, karena peneliti ikut
memberikan ide-ide atau gagasan untuk pelaksanaan pembelajaran di tempat
penelitian. Dengan demikian maka sumber data dalam penelitian ini terdiri dari
sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
datanya. Teknik untuk mengumpulkan data, observasi, wawancara,
dokumentasi, dan pengukuran hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data primer adalah :
a. Kepala Sekolah TK Bangsri 01 Karangpandan
b. Para pendidik di TK Bangsri 01 Karangpandan
c. Anak kelompok A di TK Bangsri 01 Karangpandan yang terdiri dari 11
anak laki-laki dan 9 anak perempuan jadi berjumlah 20 anak.
2. Sumber Data Sekunder
Yaitu sumber data yang secara tidak langsung memberikan keterangan
yang bersifat melengkapi sumber data primer. Sumber data sekunder adalah
dokumen sekolah atau buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
penelitian, catatan-catatan penting yang berkaitan dengan kegiatan siswa yang
diteliti serta hasil penilaian anak. Tehnik ini dilakukan untuk mengumpulkan
data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang ada di TK Bangsri 01
Karangpandan sebagai lokasi dan obyek penelitian.
3. Variabel Penelitian
a. Variabel Terikat ( Variabel Y )
Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh
variabel lain atau variabel yang mau diatasi. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah peningkatan perkembangan motorik halus.
b. Variabel Bebas ( Variabel X )
Variabel bebas yaitu variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya
terhadap variabel terikat atau variabel yang digunakan untuk mengatasi
masalah. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah finger painting
(melukis dengan jari).
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dari sumber data yang telah penulis sebutkan
di atas, maka penulis mempergunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Lapangan (Field research)
Sebagai salah satu cara untuk langsung terhadap obyek penelitian
dalam rangka memperoleh data, adapun studi lapangan yang penulis lakukan
adalah sebagai berikut :
a. Wawancara (interview)
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara peneliti dengan responden (bisa dengan guru
patner, anak, orang tua maupun kepala sekolah)
b. Pengamatan (observasi)
Sebagai salah satu cara dalam mengumpulkan data dalam rangka
penelitian dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap
keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti, kemudian dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pencatatan secara sistematis terhadap kenyataan yang dilakukan
dilapangan.
c. Pengukuran Hasil Belajar Anak (Penugasan)
Merupakan teknik pengukuran hasil belajar anak seberapa jauh anak
tersebut memahami pelajaran yang diberikan oleh Guru.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersumber
dari dokumen atau arsip. Dokumen prangkat berupa daftar nilai, daftar hadir
anak, dan arsip-arsip yang dimiliki oleh Guru kelas TK. Dokumen media
berupa foto dan vidieo.
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam penarikan kesimpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan
review informan kunci
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembanding data itu (Lexy J. Moleong: 2011). Teknik triangulasi yang
digunakan antara lain berupa triangulasi sumber, trianggulasi data dan triangulasi
metode pengumpulan data. Sedangkan review informan kunci adalah
mengkonfirmasikan data atau interpretasi temuan kepada informan kunci sehingga
diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang data atau interpretasi
temuan tersebut.
Trianggulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari sumber
yang berbeda. Trianggulasi sumber dengan mengkroscekkan data yang diperoleh
dengan informasi dari siswa, guru lain, sumber. Trianggulasi metode yaitu
mengumpulkan data dengan metode pengumpulan data yang berbeda tapi
mengarah pada sumber data yang sama. Dengan menggunakan metode tes,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
observasi, wawancara diharapkan di dapat hasil yang akurat. Sehingga dalam
penelitian ini perlu validasi data melalui informasi dari anak, guru lain, dengan
pengamatan terhadap anak maupun wawacara.
G. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting didalam suatu
penelitian. Pada bagian ini peneliti akan merangkai data yang diperoleh,
mengorganisir data, menyusun dan merakit dalam suatu kesatuan yang logis dan
sistematis sehingga jelas keterkaitannya.
Menurut HB. Sutopo (2011), yang dimaksud dengan analisis data yaitu
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Adapun rincian model
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
yang tertulis pada saat di lapangan. Jumlah murid di TK Bangsri 01 adalah 58
anak. Akan tetapi dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah
anak kelompok A yang berjumlah 20 anak terdiri dari 11 anak laki-laki dan 9
anak perempuan di mana perkembangan motorik halus anak kurang
berkembang, maka melalui kegiatan finger painting untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus anak.
2. Penyajian Data
Penyajian data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan lembar kerja
anak dan format observasi untuk mengetahui perkembangan motoriknya
melalui finger painting anak TK Bangsri 01 Karangpandan. Pada lembar kerja
anak ditulis nama anak, tanggal kegiatan sedangkan format observasi ditulis
nama anak didik, aspek penilaian, dan keterangan hasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Kesimpulan-kesimpulan : Penarikan atau Verifikasi
Setelah data-data direduksi, disajikan langkah terakhir yaitu
dilakukannya penarikan kesimpulan. Data-data yang telah didapatkan dari
hasil kemudian diujikan kebenarannya. Penarikan kesimpulan ini merupakan
bagian dari konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasikan selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu
pemeriksaan tentang benar tidaknya hasil laporan penelitian. Kesimpulan yaitu
tinjauan ulang pada catatan di lapangan dapat diuji kebenaran merupakan
validitas.
Adapun lebih jelasnya, model tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1
sebagai berikut:
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif
(H.B. Sutopo, 2002 : 87)
Berdasarkan dari Gambar 3.1 bagan tersebut diatas, langkah yang akan
ditempuh dalam penelitian ini adalah:
a. Melakukan analisis awal, apabila data yang didapat di kelas sudah cukup.
b. Mengembangkan sajian data.
c. Mengembangkan analisis data.
d. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data kurang lengkap atau kurang
jelas maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
e. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
Pengumpulan Data
Penyajian Data Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
atau Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
f. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan
sarana dalam laporan akhir.
H. Indikator Kinerja
Indikator Kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Pada rencana
penelitian ini indikator kinerjanya yaitu peningkatan perkembangan motorik halus
melalui finger painting. Pada siklus berikutnya Guru dapat melaksanakan kegiatan
finger painting dengan cara bervariasi yang dibuat oleh Guru.
Ukuran keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu apabila
pada siklus I dalam kegiatan finger painting terdapat 10 anak yang memperoleh
nilai tuntas ( 4) dan mencapai 50% dari jumlah anak. Pada siklis II terdapat 16
anak yang memperoleh nilai tuntas ( 4) dan mencapai 80% dari jumlah anak.
Tindakan pada penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila pada siklus
terakhir pencapaian lebih dari 80% dari jumlah anak yang memperoleh nilai
tuntas. Akan tetapi apabila pada siklus I dan pada siklus II tidak berhasil untuk
meningkatkan motorik halus pada anak, maka akan ditindak lanjuti pada siklus
berikutnya.
Indikator-indikator dalam aspek perkembangan fisik motorik halus yang
diamati untuk menentukan keberhasilan penelitian ini. Adapun lebih jelasnya lagi
dapat dilihat pada Tabel 3.2 seperti berikut:
Tabel 3.2 Indikator Kinerja dalam Kegiatan Finger Painting
Aspek yang Diukur
Persentase
Siswa yang
Ditargetkan
Cara Mengukur
KREATIFITAS
a. Anak mampu menggambar
bebas dari bentuk lingkaran dan
persegi empat.
b. Anak mampu menggambar
orang lengkap dan sederhana.
c. Anak mampu menggambar
bebas dengan berbagai media
pensil warna, krayon, arang, dll
d. Anak mampu melukis dengan
jari / finger painting
90%
Diamati saat pembelajaran dan
dihitung dari jumlah anak yang
kreatif dalam kegiatan meng-
gambar, finger painting, dan
bermain warna dengan berbagai
media krayon, cat air, dll
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
e. Anak mampu bermain warna
dengan berbagai media krayon,
cat air, dll
KEAKTIFAN
a. Anak mampu membuat garis
tegak, datar, lengkung, dan
lingkaran.
b. Anak mampu memegang pensil
belum sempurna.
90% Diamati saat pembelajaran dan
dihitung dari jumlah anak yang
keaktifan dalam kegiatan mem-
buat garis tegak, datar,
lengkung, dan lingkaran dengan
media finger painting dan pensil
TANGGUNG JAWAB
a. Anak mampu merekat /
menempel.
b. Anak mewarnai bentuk-bentuk
geometri dengan ukuran besar.
90% Diamati saat pembelajaran dan
dihitung dari jumlah anak yang
tanggung jawab dalam merekat
/ menempe kegiatan yang telah
diselesaikan.
KEBERHASILAN
a. Anak mampu menggunting
sesuai bentuk lingkaran , zik-
zak, dll
b. Anak mampu meremas koran/
kertas, meremas parutan
kelapa, dll.
c. Anak mampu mencetak
berbagai media pasir, adonan
tepung, dll
90% Diamati saat pembelajaran dan
dihitung dari jumlah anak yang
kreatif dalam kegiatan meng-
gunting bentuk gambar
geometri meremas koran/
kertas, meremas parutan kelapa,
dan kegiatan mencetak berbagai
media pasir, adonan tepung,
finger painting dl
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua
siklus penelitian yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus melalui 4
tahap, yaitu: 1)perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action),
pengamatan (observation), dan refleksi (Reflect). Adapun lebih jelasnya lagi dapat
dilihat pada Gambar 3.2 seperti berikut:
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
Plan
Reflect
ctctct Act
Observe
Plan
Reflect Act
Observe
Siklus 1 Siklus 2
dst
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasarkan Gambar 3.2 di atas dapat dijelaskan secara rinci dari siklus I
ke siklus II seperti berikut:
1. Rancangan Siklus I
Prosedur pada siklus I ini terdiri dari pertemuan I dan pertemuan II
dimana penjelasan lebih rinci sebagai berikut:
a. Pertemuan I
1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam PTK disusun berdasarkan masalah
yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Pada
perencanaan tindakan ini peneliti menyusun perencanaan tindakan
yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan. Adapun
langkah-langkah dalam persiapan penelitian yaitu:
a. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi,
wawancara dan pencatatan arsip.
b. Membuat skenario pembelajaran dengan metode kontekstual. .
c. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH).
d. Menyiapkan media dan peralatan untuk mengajar.
e. Menyiapkan lembar kerja anak.
f. Menyiapkan lembar penilaian.
g. Menyiapkan lembar wawancara
h. Membuat lembar observasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini merupakan penerapan dari perencanaan yang
telah dibuat dalam bentuk RKH disertai jumlah pertemuannya yang
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak
dengan melalui kegiatan finger painting yang akan disajikan dalam
pertemuan I pada bulan April minggu ke tiga.
3) Observasi Tindakan
Kegiatan observasi tindakan dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan dengan format observasi yang berisi proses,
ketepatan hasil dan hambatan pada anak saat pelaksanaan tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
berlangsung anak belum berhasil menghasilkan sebuah karya finger
painting secara mandiri.
4) Refleksi Tindakan
Refleksi dilakukan setelah melakukan pengamatan. Karena di
dalam kegiatan pembelajaran pada pertemuan I ini didapatkan suatu
kendala yaitu adanya nilai tuntas anak yang belum mencapai hasil
yang diharapkan atau tindakan belum tercapai hanya 20% dari 20anak
hanya 4 anak belum optimal, maka perlu adanya perbaikan pada
pertemuan II.
b. Pertemuan II
1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam PTK disusun berdasarkan masalah
yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Pada
perencanaan tindakan ini peneliti menyusun perencanaan tindakan
yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan. Adapun
langkah-langkah dalam persiapan penelitian yaitu:
a) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi,
wawancara dan pencatatan arsip.
b) Membuat skenario pembelajaran dengan metode kontekstual. .
c) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH).
d) Menyiapkan media dan peralatan untuk mengajar.
e) Menyiapkan lembar kerja anak.
f) Menyiapkan lembar penilaian.
g) Menyiapkan lembar wawancara
h) Membuat lembar observasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini merupakan penerapan dari perencanaan yang
telah dibuat dalam bentuk RKH disertai jumlah pertemuannya yang
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak
dengan melalui kegiatan finger painting yang akan disajikan dalam
pertemuan II pada bulan Mei minggu pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3) Observasi Tindakan
Kegiatan observasi tindakan dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan dengan format observasi yang berisi proses,
ketepatan hasil dan hambatan pada anak saat pelaksanaan tindakan
berlangsung anak belum berhasil menghasilkan sebuah karya finger
painting secara mandiri.
4) Refleksi Tindakan
Refleksi dilakukan setelah melakukan pengamatan. Karena di
dalam kegiatan pembelajaran pada pertemuan II ini didapatkan suatu
kendala yaitu adanya nilai anak yang belum mencapai hasil yang
diharapkan atau tindakan belum tercapai hanya 50% dari 20 anak
hanya 10 anak yang mencapai setengah optimal, maka perlu adanya
perbaikan pada pertemuan I dan II dilanjutkan pada siklus II.
2. Rancangan Siklus II
Prosedur pada siklus II ini terdiri dari pertemuan I dan pertemuan II
dimana penjelasan lebih rinci sebagai berikut:
a. Pertemuan I
1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam PTK disusun berdasarkan masalah
yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Pada
perencanaan tindakan ini peneliti menyusun perencanaan tindakan
yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan. Adapun
langkah-langkah dalam persiapan penelitian yaitu:
a) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi,
wawancara dan pencatatan arsip.
b) Membuat skenario pembelajaran dengan metode kontekstual. .
c) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH).
d) Menyiapkan media dan peralatan untuk mengajar.
e) Menyiapkan lembar kerja anak.
f) Menyiapkan lembar penilaian.
g) Menyiapkan lembar wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
h) Membuat lembar observasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini merupakan penerapan dari perencanaan yang
telah dibuat dalam bentuk RKH disertai jumlah pertemuannya yang
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak
dengan melalui kegiatan finger painting yang akan disajikan dalam
pertemuan I pada bulan Meil minggu pertama.
3) Observasi Tindakan
Kegiatan observasi tindakan dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan dengan format observasi yang berisi proses,
ketepatan hasil dan hambatan pada anak saat pelaksanaan tindakan
berlangsung anak belum berhasil menghasilkan sebuah karya finger
painting secara mandiri.
4) Refleksi Tindakan
Refleksi dilakukan setelah melakukan pengamatan. Karena di
dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I yang sudah diadakan belum
berhasil, maka ditindaklanjuti pada siklus II pertemuan I ini didapatkan
suatu kendala yaitu adanya nilai anak yang belum mencapai hasil yang
diharapkan atau tindakan belum tercapai hanya 60% dari 20 anak
hanya 12 anak yang belum optimal, maka perlu adanya perbaikan pada
pertemuan II.
b. Pertemuan II
1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam PTK disusun berdasarkan masalah
yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Pada
perencanaan tindakan ini peneliti menyusun perencanaan tindakan
yang didasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan. Adapun
langkah-langkah dalam persiapan penelitian yaitu:
a) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi,
wawancara dan pencatatan arsip.
b) Membuat skenario pembelajaran dengan metode kontekstual. .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH).
d) Menyiapkan media dan peralatan untuk mengajar.
e) Menyiapkan lembar kerja anak.
f) Menyiapkan lembar penilaian.
g) Menyiapkan lembar wawancara
h) Membuat lembar observasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini merupakan penerapan dari perencanaan yang
telah dibuat dalam bentuk RKH disertai jumlah pertemuannya yang
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak
dengan melalui kegiatan finger painting yang akan disajikan dalam
pertemuan II pada bulan Mei minggu ke tiga.
3) Observasi Tindakan
Kegiatan observasi tindakan dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan dengan format observasi yang berisi proses,
ketepatan hasil dan hambatan pada anak saat pelaksanaan tindakan
berlangsung anak sudah berhasil menghasilkan sebuah karya finger
painting secara mandiri.
4) Refleksi Tindakan
Refleksi dilakukan setelah melakukan pengamatan. Karena
sudah ada perbaikan dalam kegiatan pembelajaran pada pertemuan I
dan pertemuan II didapatkan suatu peningkatan yaitu adanya nilai anak
yang sudah meningkat mencapai nilai yang diharapkan mencapai 90%
dari 20 anak diantaranya 18 anak yang berhasil dan 10% dari 20 anak
diantaranya 2 anak yang belum tuntas. Bagi anak yang belum tuntas
sepenuhnya peneliti menyerahkan kembali kepada guru kelas agar
dibimbing dalam belajar anak yang lebih maksimal dan menghasilkan
hasil dari proses yang memuaskan, sehingga tidak akan dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK BANGSRI 01 Karangpandan.
Sekolah ini terletak di Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten
Karanganyar. Sekolah ini memiliki 1 kantor (terdiri dari ruang kepala sekolah
dan ruang guru), 6 ruang kelas, 2 kamar kecil peserta didik, 1 kamar kecil guru
dan 1 dapur. Suasana di TK BANGSRI 01 sangat setrategis dan nyaman. TK
Bangsri 01 juga terletak berdampingan dekat dengan SD dan sumber
pembelajaran. Media APE yang terdapat di TK Bangsri 01 masih minim dan
kurang baik.
Karakter peserta didik kelompok A sebagai tempat penelitian, sebagian
besar menganggap finger painting itu sebagai suatu kegiatan belajar mengecap
atau menggambar yang sulit, membosankan, dan antusiasme peserta didik
dalam pembelajaran dan perkembangan motorik anak kurang optimal. Dalam
pembelajaran yang dilaksanakan di kelompok A TK Bangsri 01
Karangpandan, guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran terutama
pada materi yang ingin diajarkan kepada anak dengan media yang kurang
menarik sehingga anak tidak termotifasi dalam kegiatan belajar. Hal ini
menyebabkan rendahnya perkembangan motorik halus dapat terlihat dalam
kegiatan finger painting. Latar belakang ini yang dijadikan pangkal dalam
berbagai permasalahan dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik
halus anak melalui finger painting.
Penelitian ini diharapkan peserta didik TK BANGSRI 01 Bangsri,
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar lebih tertarik dan termotivasi untuk
belajar meningkatkan perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan
finger painting yang sudah divariasikan agar peserta didik tidak bosan dalam
kegiatan.
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Deskripsi Kondisi Awal
Sebagai gambaran kondisi awal peserta didik, digunakan hasil pra
siklus sebelum dilakukan siklus I. Nilai kriteria ketuntasan pada kegiatan
finger painting adalah ( 4) tuntas. Berdasarkan hasil pra siklus diperoleh
data awal bahwa di TK Bangsri 01 Karangpandan, siswa kelompok A banyak
yang nilai hasil kegiatan finger painting tergolong rendah atau belum tuntas
( 2). Pada saat unjuk kerja kegiatan pembelajaran finger painting,
kebanyakan dari mereka tidak tuntas dalam menyelesaikan hasil finger
painting dengan baik. Dari hasil observasi peningkatan motorik halus peserta
didik terhadap proses kegiatan pembelajaran finger painting yang dilakukan
oleh guru, hanya 4 anak (20 %) dari 20 anak yang tuntas ( 4) hasil kegiatan
finger paintingnya. Nilai yang harus dicapai adalah nilai terendah adalah
( 2) belum tuntas ( 0 %), nilai tertinggi yang dicapai adalah ( 4) tuntas
(90 %) dari 20 anak hanya 18 anak, dan rata-rata nilai dalam kelas tersebut
adalah ( 3) setengah tuntas (10 %) dari 20 anak hanya 2 anak.
Hal ini dikarenakan kebanyakan peserta didik masih malu-malu dalam
mengekspresikan ide atau imajinasinya dalam kegiatan finger painting dan
motorik halusnya, kebanyakan siswa hanya meniru hasil finger painting
(melukis dengan jari) Guru di buku gambar, sehingga peserta didik kurang
bebas dalam menuangkan kreatifitas finger paintingnya. Selain itu,
dikarenakan kurangnya tema dan objek dalam kegiatan finger painting dan
proses kegiatan finger painting masih konvensional yaitu siswa hanya
mencontoh hasil lukisan yang dibuat oleh guru di buku gambar. Dalam arti
yang lebih subtansial bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih
memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik
untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya.
Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu
siswa untuk memahami kegiatan belajar dan aplikasinya dalam kehidupan
sehari- hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan hasil pra siklus dapat memperoleh hasil nilai pada Daftar
Nilai Pra Siklus unjuk kerja kegiatan finger painting pada siswa kelompok A
dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Nilai Anak Pra Siklus
Kegiatan Melukis Bendera Merah Petih dengan Jari
No Nomor
Induk siswa
Nilai Pra Siklus No Nomor
Induk siswa
Nilai Pra
Siklus
1 155 3 11 165 2
2 156 2 12 166 2
3 157 3 13 167 2
4 158 2 14 168 4
5 159 4 15 169 3
6 160 2 16 170 4
7 161 2 17 171 3
8 162 2 18 172 2
9 163 2 19 173 2
10 164 4 20 174 2
4 = Tuntas 20 %
3 = Setengah Tuntas 20 %
2 = Belum Tuntas 60 %
Berdasarkan dari Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa hasil
kegiatan yang dilaksanakan pada pra siklus belum berhasil, hal ini dibuktikan
dengan masih ada beberapa anak yang belum berhasil. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 4.2 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Interval Tingkat Keberhasilan
Pra Siklus Kegiatan Melukis Bendera Merah Petih dengan Jari
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) (fi.xi)
Persentase
(%) Keterangan
1 0,0-1,0 12 0,5 6 60 Tidak Tuntas
2 1,0-2,0 2 1,5 3 10 Tidak Tuntas
3 2,0-3,0 2 2,5 5 10 Tuntas
4 3,0-4,0 4 3,5 14 20 Tuntas
Jumlah 20 28 100
Ketidak tuntasan = (14 : 20) x 100% = 70%
Ketuntasan klasikal = (6 : 20) x 100% = 30%
Nilai Rata-rata Kelas = (28 : 20) x 100% = 140%
Tingkat
Keberhasilan Frekuensi
Frekuensi
Dalam Persen Keterangan
4 4 20% Tuntas
3 4 20% Setengah
Tuntas
2 12 60 % Belum Tuntas
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat disajikan dengan bentuk grafik
pada Gambar 4.1 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
0,0-1,0 1,0-2,0 2,0-3,0
INTERVAL
3,0-4,0
3,0-4,0
Tuntas
2,0-3,0
Tuntas
1,0-2,0
Belum
Tuntas0,0-1,0
Tidak
Tuntas
Gambar 4.1. Grafik Tingkat Keberhasilan Pra Siklus
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa hasil prasiklus
peningkatan motorik halus pada siswa kelompok A sebelum menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kegiatan finger painting diperoleh rata-rata pencapaian nilai yang dicapai
peserta didik masih rendah yaitu ( 2) dan ketuntasan klasikal sebesar 60%.
Adapun rincian ketuntasan klasikal dalam kemampuan motorik halus siswa di
kelompok A pada pertemuan prasiklus adalah sebagai berikut:
a. yang memperoleh nilai 0,0-1,0 tidak tuntas terdapat 12 peserta didik atau
60%;
b. yang memperoleh nilai 1,0-2,0 tidak tuntas terdapat 2 peserta didik atau
10%;
c. yang memperoleh nilai 2,0-3,0 tuntas terdapat 2 peserta didik atau 10%;
d. yang memperoleh nilai 3,0-4,0 tuntas terdapat 4 peserta didik atau 20%.
Berdasarkan penjelasan dari hasil uraian nilai juga terdapat
penjelasan yang lain, sebagai berikut:
a. yang memperoleh nilai 4 tuntas ada 4 peserta didik atau 20 %;
b. yang memperoleh nilai 3 setengah tuntas ada 4 peserta didik atau 20%;
c. yang memperoleh nilai 2 belum tuntas ada 12 peserta didik atau 60%.
Rendahnya nilai atau ketidaktuntasan kemampuan motorik halus
pada kegiatan finger painting berdasarkan observasi, disebabkan beberapa
faktor, diantaranya: 1) Pada saat pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar
peserta didik cenderung pasif, 2) Guru menggunakan model pembelajaran
konvensional, artinya guru menggunakan model pembelajaran yang relatif
monoton sehingga pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna. Hal ini
mengakibatkan peserta didik tidak tertarik dalam proses pembelajaran, karena
peserta didik cenderung cepat jenuh atau mengalami kebosanan dalam
menerima materi pembelajaran, 3) Guru jarang menggunakan media dalam
pembelajaran, sehingga perkembangan motorik halus peserta didik kurang, 4)
Kurang adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Oleh karena itu diperlukan suatu perbaikan dan media yang tepat
untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penggunaan kegiatan
finger painting. Diharapkan dengan melalui kegiatan finger painting maka,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
nilai kemampuan motorik halus peserta didik kelompok A akan mengalami
peningkatan sehingga ketuntasan belajar peserta didik dapat tercapai.
3. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana setiap
siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: 1) Perencanaan,
2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan atau Observasi dan 4) Refleksi, sebagai
berikut:
a. Deskripsi Siklus I
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing
terdiri atas dua tahap yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi, (4) refleksi tindakan. Tindakan siklus I
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu siklus
pertama pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7
dan 11 Mei 2012 selama (2 x 60 menit). Pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari Jum’at tanggal 11 Mei 2012 selama (2 x 60 menit). Adapun
tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut
1) Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan tindakan siklus 1 pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Mei 2012 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari rabu, 11 Mei 2012. Adapun kegiatan
perencanaan pembelajaran pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
a. Menyusun RKH pembelajaran.
Rencana Kegiatan Harian disusun 2x pertemuan. Masing-masing
pertemuan 2 x 60 menit. Perencanaan RKH mencakup penentuan:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, langkah-
langkah/skenario pembelajaran, media, model dan sumber
pembelajaran serta sistem penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Menyiapkan media pembelajaran.
Menyiapkan skenario pembelajaran dengan tema (Tanah Airku dan
Alam Semesta) dan subtema (Tatacara Kehidupan di Desa dan
Kegunaan Matahari). Serta alat peraga Tanah Airku berupa:
bendera merah putih, jagung dan padi dan Alam Semesta berupa:
gambar matahari, gambar gejala alam (pagi, siang, dan malam).
c. Menyiapkan lembar kegiatan.
Menyusun lembar kegiatan unjuk kerja/tugas kelompok. Kegiatan
ini untuk mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran
kontekstual. Serta menyusun tugas kegiatan unjuk kerja untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai atau tidak.
d. Menyiapkan lembar penilaian.
Lembar penilaian digunakan untuk menilai keterampilan finger
painting pada anak kelompok A TK Bangsri 01 Karangpandan.
e. Membuat Lembar observasi.
Lembar observasi digunakan untuk menilai keaktifan peserta didik
dan keefektifan penggunaan model pembelajaran kontekstual.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan Rencana
Kegiatan Harian yang telah disusun. Siklus I dilaksanakan selama 2
kali pertemuan.
a. Pertemuan I
Dalam tahapan ini guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual dengan Rencana Kegiatan Harian yang telah disusun.
Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Pada pertemuan I
materi kegiatan yang diajarkan pada pertemuan ini adalah dengan
tema tanah airku dan subtema tatcara kehidupan di desa. Siklus I
dilaksanakan 2 x 60 menit dalam satu kali pertemuan. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual.
Media penunjang yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran ini adalah tanaman jagung, padi, gambar pelangi,
gambar matahari, dan gambar bintang. Kegiatan dimulai dengan
berdo’a bersama-sama kemudian mengabsen siswa. Sebelum guru
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu, terlebih
dahulu guru mengelola kondisi kelas agar siswa siap dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Selanjutnya
guru memberikan apersepsi dengan melakukan Tanya jawab
tentang materi yang akan dilakukan pada hari itu yaitu dengan
tema tanah airku dan subtema tatacara kehidupan di desa dan
Tanya jawab macam-macam tanaman hasil pedesaan. Setelah
Tanya jawab berlangsung guru guru mempertegas tujuan yang
akan dicapai kepada siswa.
Pada pertemuan I guru dan siswa memulai inti kegiatan
pembelajaran dengan diawali guru membagi siswa menjadi 5
kelompok dilanjutkan penjelasan guru tentang kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Agar lebih jelas guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
proses kegiatan yang akan dilakukan (tanya jawab). Anak memulai
tugas kegiatan finger painting (melukis dengan jari) secara
kelompok sesuai masing-masing kelompok yang telah dibagi oleh
guru. Guru membagi lembar kegiatan yang berupa kertas hvs dan
bahan finger painting kepada setiap kelompok dan masing-masing
anak mendapatkan satu kertas gambar (penilaian sebenarnya).
Guru membagi perintah untuk mengambar bendera merah
putih dan rumah adat joglo kepada semua kelompok sama dan anak
mulai melukis setelah menulis nama masing-masing, hari dan
tanggal (pemodelan). Anak mulai melukis langsung dengan jari
sesuai perintah dan contoh yang sudah disediakan oleh guru di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
setiap masing-masing kelompok (inkuiri dan masyarakat belajar).
Anak diberi waktu untuk melukis membentuk sebuah lukisan.
Dilanjutkan anak menuliskan nama benda atau gambar tersebu dan
dikerjakan secara kelompok dilakukan dengan bimbingan oleh
guru (refleksi).
Pada kegiatan akhir guru mengulas lagi tentang kegiatan
yang telah dilakukan pada hari itu serta Tanya jawab dengan anak
mengenai macam-macam tanaman hasil pedesaan dan bendera
Indonesia dan susunan perangkat desa dari Bapak Lurah sampai
dengan Rt (refleksi).guru memberikan reward atau hadiah berupa
bintang kepada anak yang proses dan hasil melukisnya bagus. Dan
guru memberikan semangat kepada anak lain yang belum
mendapatkan hadiah agar mereka bersungguh-sungguh dalam
melukis dengan jari supaya pada pertemuan selanjutnya mereka
mendapatkan reward dari guru.
b. Pertemuan II
Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan
Rencana Kegiatan Harian yang telah disusun. Siklus I dilaksanakan
selama 2 kali pertemuan. Pada pertemuan 1 kegiatan pembelajaran
yang telah diajarkan dan dilakukan oleh anak adalah dengan tema
alam semesta dan subtema tanaman. Siklus 1 dilaksanakan 2 x 60
menit dalam satu kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan
dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual. Media
penunjang yang digunakan pada pembelajaran ini adalah macam-
macam tanaman, gambar dan alat gambar untuk menggambar dan
mewarnai gambar yang dibuat oleh anak.
Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama kemudian
mengabsen anak. Sebelum guru menjelaskan dan memberikan
kegiatan, terlebih dahulu guru mengelola kondisi kelas agar anak
siap dalam proses pembelajaran. Selanjutnya memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
apersepsi dengan melakukan Tanya jawab tentang macam-macam
tanaman. Setelah Tanya jawab berlangung guru mempertegas
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kepada anak.
Pada pertemuan ke 2 guru dan anak memulai kegiatan inti
dengan diawali guru mengajak anak keluar kelas untuk finger
painting macam-macam tanaman yang mereka lihat dan temukan
di luar lingkungan kelas. Kemudian guru menjelaskan dan
menunjukan kepada anak macam-macam tanaman dengan cara
tanya jawab dan anak menebak tanaman apa yang dibawa oleh
guru dan tanaman apa yang mereka temukan di lingkungan sekitar
anak (pemodelan). Guru membawa tanaman yang masih kecil dan
anak menebak setelah besar tanaman nanti seperti apa. Anak
menunjuk mataharei yang mereka lihat yang sesuai dengan
matahari yang dibawa oleh guru misal: tanaman pohon mangga,
pohon jambu dan lain-lain. Guru membawa kartu yang sudah
ditulisi nama tanaman dan guru meminta anak yang berani untuk
maju dan memilih kartu yang dibawa guru dan anak
menempelkanya ke gambar yang sesuai dengan tulisan tersebut.
Misal matahar, bintang pelangi dan lain-lain (kontruktivisme).
Guru membagi kertas gambar, meja untuk finger painting,
dan bahan finger painting yang akan digunakan anak untuk
menggambar, kemudian guru memberikan waktu kepada anak
untuk mulai menggambar macam-macam pohon sesuai yang anak
suka, yang anak lihat dan anak temukan di sekitar lingkungan anak
belajar (penilaian sebenarnya). Anak mulai melukis matahari yang
mereka lihat dan sesuai keinginan anak (inkuiri dan masyarakat
belajar). Kemudian mewarnai gambar yang telah anak buat secara
individu. Setelah selesai guru melakukan tanya jawab tentang
kegiatan apa saja yang telah di lakukan oleh anak dan tanya jawab
tentang macam-macam tanaman (refleksi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Setelah menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dan
menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Guru
memberikan reward kepada anak yang hasil finger painting yang
bagus dan kepada anak yang mampu menjawab pertanyaan dari
guru dan yang berhasil meceritakan hasil lukisan jarinya kepada
teman-teman dan guru di depan kelas.
3) Observasi Siklus 1
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dengan menggunakan
alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan video dan
kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data
mengenai kesesuaian pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan Rencana
Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun serta untuk mengetahui
seberapa besar kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
kontekstual yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada proses
pembelajaran keterampilan finger painting (melukis dengan jari) pada
anak kelompok A. oleh karena itu pengamatan tidak hanya ditujukan
pada aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga
pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.
Uraian observasi tiap pertemuan pada siklus 1 sebagai berikut:
Pertemuan: 1 (satu)
Tema : Tanah Airku
Subtema : Tatacara Kehidupan di Desa
Hasil Observasi :
Kegiatan Pembelajaran Anak
Pada lembar aktivitas anak dan pada hasil kegiatan unjuk kerja
pada siklus 1 pertemuan 1 dapat disimpulkan sebagai berikut: a)
kreatifitas anak saat proses pembelajaran dalam kriteria baik; b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
keaktifan anak saat proses kegiatan pembelajaran dalam kriteria cukup;
c) tanggung jawab anak pada saat melaksanakan kegiatan pemodelan
dan kelompok dalam criteria cukup, dan d) kemampuan anak dalam
mengerjakan kegiatan unjuk kerja dalam kriteria cukup.
Berdasarkan hasil observasi diatas dapat disimpulkan bahwa
anak dapat melakukan kegiatan pemodelan dengan cukup baik. Ada
sebagian anak yang dapat melukis dengan satu jari dengan proses dan
hasil yang bagus dan kreatif. Akan tetapi, masih ada sebagian anak
yang hasil melukisnya masih biasa, belum bagus, kurang kreatif dalam
menuangkan ide lukisan sesuai petunjuk dan malu dalam imajinasi
gambarnya. Kerjasama antar siswa cukup baik, hal ini menunjukkan
anak belum maksimal dalam kegiatan masyarakat belajar masih
individu. Hanya sebagian kecil anak yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran terutama bertanya. Baik kepada guru maupun temannya.
Dari hasil tugas kelompok/ unjuk kerja, masih ada sebagian anak yang
belum mendapatkan nilai maksimal, sehingga dapat dikatakan kegiatan
inkuiri dan kontruktivisme belum maksimal dan masih perlu
bimbingan lagi.
Pada lembar observasi aktivitas guru dapat disimpulkan
sebagai berikut: a) pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran dalam
kriteria baik; b) pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam kriteria
baik; c) pengelolaan interaksi kelas dalam kondisi baik; d) sikap
terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif anak
terhadap kegiatan pembelajaran dalam kriteria baik; e) pelaksanaan
proses kegiatan unjuk kerja dalam kriteria baik.
Pertemuan: II (dua)
Tema : Alam Semesta
Subtema : Kegunaan Matahari
Hasil Observasi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Kegiatan Anak
Berdasarkan pada lembar aktivitas anak dan hasil kegiatan tes
unjuk kerja pada siklus I pertemuan II dapat disimpulkan sebagai
berikut: a) perhatian anak saat proses kegiatan pembelajaran dalam
kriteria baik, b) kerjasama anak saat proses kegiatan pembelajaran
dalam kriteria cukup; c) keaktifan anak saat proses kegiatan
pembelajaran dalam kriteria cukup; d) tanggung jawab anak saat
melaksanakan kegiatan pemodelan dan diskusi kelompok dalam
kriteria baik; dan hasil akhir anak dalam kegiatan finger painting baik.
Berdasarkan hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa
anak dapat melakukan kegiatan pemodelan dengan cukup baik. Anak
mampu mengikuti dan melakukan tes unjuk kerja dengan baik tanpa
rasa malu dalam menuangkan idenya dalam melukis dengan jari. Anak
mampu melakukan kegiatan melukis dengan jari (finger painting)
sesuai model gambar tema yang mereka lihat dan mereka temukan
secara langsung, hanya beberapa siswa yang masih pasif dan malu
dalam mengekspresikan ide dan gagasanya dalam menuangkan
imajinasinya ketika melukis.
Kerjasama antar anak berjalan dengan baik, lebih baik dari
pertemuan sebelumnya. Hanya sebagian kecil anak yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran terutama bertanya, dalam hasil tugas unjuk
kerja secara individu, hanya beberapa anak yang belum mendapatkan
nilai tuntas, sehingga dapat dikatakan anak dapat melakukan kegiatan
unjuk kerja dan pemodelan lebih baik dari pertemuan sebelumnya.
Berdasarkan dari hasil perbaikan yang penulis lakukan terhadap
hasil belajar anak pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan
kedua dapat dilihat pada Tabel 4 penulis sampaikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.3 Daftar Nilai yang Dicapai Pada Pertemuan I dan Pertemuan II
dalam Siklus I Kegiatan Finger Painting
No
Absen
Kemampuan yang dicapai pada pertemuan
Pertemuan Ke-1
Kegiatan Melukis Berbentuk
Bendera dan Rumah Joglo
Pertemuan Ke-2
Kegiatan
Melukis Membuat Matahari
kreatifitas keaktifan Tanggung
jawab kreatifitas keaktifan
Tanggung
jawab
1 3 3 3 4 4 4
2 2 2 2 4 4 4
3 3 3 3 4 4 4
4 2 2 2 2 2 2
5 4 4 4 4 4 4
6 2 2 2 2 2 2
7 2 2 2 2 2 2
8 2 2 2 4 4 4
9 2 2 2 3 3 3
10 4 4 4 4 4 4
11 2 2 2 4 4 4
12 2 2 2 2 2 2
13 2 2 2 3 3 3
14 4 4 4 4 4 4
15 3 3 3 4 4 4
16 4 4 4 4 4 4
17 3 3 3 4 4 4
18 2 2 2 3 3 3
19 2 2 2 4 4 4
20 2 2 2 3 3 3
4
Tuntas 20% 20% 20% 60% 60% 60%
3 Setengah
Tuntas
20% 20% 20% 20% 20% 20%
2 Tidak
tuntas 60% 60% 60% 20% 20% 20%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berdasarkan dari Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa hasil
kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 1 pertemuan pertama dan ke
dua belum berhasil, hal ini dibuktikan dengan masih ada beberapa anak
yang belum berhasil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Interval Tingkat Keberhasilan
Siklus I Pertemuan I Kegiatan Melukis Bentuk Rumah Adat Joglo
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) (fi.xi)
Persentase
(%) Keterangan
1 0,0-1,0 12 0,5 6 60 Tidak Tuntas
2 1,0-2,0 2 1,5 3 10 Tidak Tuntas
3 2,0-3,0 2 2,5 5 10 Tuntas
4 3,0-4,0 4 3,5 14 20 Tuntas
Jumlah 20 28 100
Ketidak tuntasan = (14 : 20) x 100% = 70%
Ketuntasan klasikal = (6 : 20) x 100% = 30%
Nilai Rata-rata Kelas = (28 : 20) x 100% = 140%
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat disajikan dengan bentuk
grafik pada Gambar 4.2 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
0,0-1,0 1,0-2,0 2,0-3,0
INTERVAL
3,0-4,0
3,0-4,0
Tuntas
2,0-3,0
Tuntas
1,0-2,0
Tidak
Tuntas
0,0-1,0
Tidak
Tuntas
Gambar 4.2 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus I Pertemuan I Kegiatan
Melukis Bentuk Rumah Adat Joglo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa, masih terdapat 4 anak yang memperoleh nilai tidak tuntas 20%
dan 12 anak yang memperoleh nilai tuntas 60%., dan dibawah ini
terdapat hasil nilai dari pertemuan II dijelaskan pata Tabel 4.5 sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Tingkat Keberhasilan Siklus I Pertemuan II
Kegiatan Melukis Membuat Matahari
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) (fi.xi)
Persentase
(%) Keterangan
1 0,0-1,0 4 0,5 2 20 Tidak Tuntas
2 1,0-2,0 2 1,5 3 10 Tidak Tuntas
3 2,0-3,0 2 2,5 5 10 Tuntas
4 3,0-4,0 12 3,5 42 60 Tuntas
Jumlah 22 52 100
Ketidak tuntasan = (6 : 20) x 100% = 30%
Ketuntasan klasikal = (14 : 20) x 100% = 70%
Nilai Rata-rata Kelas = (52 : 20) x 100% = 260%
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat disajikan dengan bentuk
grafik pada Gambar 4.3 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
0,0-1,0 1,0-2,0 2,0-3,0
INTERVAL
3,0-4,0
3,0-4,0
Tuntas
2,0-3,0
Tuntas
1,0-2,0
Tidak
Tuntas
0,0-1,0
Tidak
Tuntas
Gambar 4.3 Grafik Tingkat Keberhasilan
Siklus I Pertemuan II Kegiatan Melukis Membuat Matahari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa hasil
siklus I peningkatan motorik halus pada siswa kelompok A sebelum
menggunakan kegiatan finger painting diperoleh rata-rata pencapaian
nilai yang dicapai peserta didik masih rendah yaitu 2 dan ketuntasan
klasikal sebesar 70%. Adapun rincian ketuntasan klasikal dalam
kemampuan motorik halus siswa di kelompok A pada pertemuan 1 dan
pada pertemuan II siklus 1 dapat disajikan dengan bentuk grafik pada
Gambar 4.4 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
Pertumuan I Pertemuan II
INTERVALl
0,0-1,0
Tidak
Tuntas
1,0-2,0
Tidak
Tuntas
2,0-3,0
Tuntas
3,0-4,0
Tuntas
Gambar 4.4. Grafik Tingkat Keberhasilan
Siklus I Pertemuan I dan Pertemuan II
Berdasarkan Gambar 4.4 di atas dapat diketahui bahwa hasil
siklus I peningkatan motorik halus pada siswa kelompok A sebelum
menggunakan kegiatan finger painting diperoleh rata-rata pencapaian
nilai yang dicapai peserta didik masih rendah yaitu 2 dan ketuntasan
klasikal sebesar 70%. Adapun rincian ketuntasan klasikal dalam
kemampuan motorik halus siswa di kelompok A pada pertemuan 1
siklus 1 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
a. yang memperoleh nilai 0,0-1,0 tidak tuntas terdapat 12 anak
(60%);
b. yang memperoleh nilai 0,1-2,0 tidak tuntas terdapat 2 anak atau
10%;
c. yang memperoleh nilai 0,2-3,0 tuntas terdapat 2 anak atau 10%
d. yang memperoleh nilai 0,3-4,0 tuntas terdapat 4 anakik atau 20%.
Adapun rincian ketuntasan klasikal dalam kemampuan motorik
halus siswa di kelompok A pada pertemuan II siklus 1 adalah sebagai
berikut:
a. yang memperoleh nilai 0,0-1,0 tidak tuntas terdapat 4 anak (20%);
b. yang memperoleh nilai 0,1-2,0 tidak tuntas terdapat 2 anak (10%);
c. yang memperoleh nilai 0,2-3,0 tuntas terdapat 2 anak (10%);
d. yang memperoleh nilai 0,3-4,0 tuntas terdapat 12 anak (60%).
Berdasarkan penjelasan dari hasil uraian nilai juga dapat
dijelaskan seperti sebagai berikut:
a. yang memperoleh nilai 4 tuntas terdapat 4 anak (20%).
b. yang memperoleh nilai 3 setengah tuntas terdapat 4 anak (20%).
c. yang memperoleh nilai 2 belum tuntas terdapat 12 anak (60%).
Adapun rincian ketuntasan klasikal dalam kemampuan motorik
halus siswa di kelompok A pada pertemuan II siklus 1 adalah sebagai
berikut:
a. yang memperoleh nilai 4 tuntas terdapat 12 anak (60%);
b. yang memperoleh nilai 3 setengah tuntas terdapat 4 anak (20%);
c. yang memperoleh nilai 2 belum tuntas terdapat 4 anak (20%).
Rendahnya nilai atau ketidaktuntasan kemampuan motorik
halus pada kegiatan finger painting berdasarkan observasi, disebabkan
beberapa faktor, diantaranya: 1) Pada saat pembelajaran atau kegiatan
belajar mengajar peserta didik cenderung pasif, 2) Guru menggunakan
model pembelajaran konvensional, artinya guru menggunakan model
pembelajaran yang relatif monoton sehingga pembelajaran yang
dilakukan kurang bermakna. Hal ini mengakibatkan peserta didik tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
tertarik dalam proses pembelajaran, karena peserta didik cenderung
cepat jenuh atau mengalami kebosanan dalam menerima materi
pembelajaran, 3) Guru jarang menggunakan media dalam
pembelajaran, sehingga perkembangan motorik halus peserta didik
kurang, 4) Kurang adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Oleh karena itu diperlukan suatu media yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penggunaan kegiatan
finger painting. Diharapkan dengan melalui kegiatan finger painting
maka, nilai kemampuan motorik halus peserta didik kelompok A akan
mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar peserta didik
dapat tercapai. Hasil keseluruan guru berpendapat bahwa, hasil siklus 1
kurang memuaskan dan berlum berhasil.
4) Refleksi Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama belum membuahkan
hasil yang baik seperti yang diharapkan. Pada pertemuan pertama hasil
peningkatan keterampilan finger painting pada anak kelompok A
masih rendah. Banyak anak yang masih malu dalam menuangkan
imajinasi dan ide kreatifitasnya dalam kegiatan melukisnya, karena
anak belum terbiasa. Ada anak yang sangat aktif dan tertarik dalam
mengikuti kegiatan melukis dengan jari (finger painting) tersebut akan
tetapi ada juga beberapa anak yang belum tertarik untuk mengikuti
kegiatan menggambar tersebut. Dalam kegiatan menggambar secara
kelompok, kebanyakan anak-anak mencontoh gambar yang dibuat oleh
temanya,meskipun sudah menggunakan media atau model yang sudah
disediakan oleh guru untuk melukis dengan jari (finger painting).
Namun ada beberapa anak yang asyik berkreasi dan menuangkan ide
dan imajinasinya dalam kegiatan finger painting tersebut sesuai dengan
media/ model dan tema yang telah disediakan oleh guru. Dalam
pertemuan kedua sudah ada kemajuan anak dalam mengikuti kegiatan
dalam melukis dengan variasi jari melalui model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kontekstual tersebut. Anak sudah mulai percaya diri dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran melukis dan berani dalam menuangkan ide dan
imajinasinya dalam melukis dengan jari melalui model pembelajaran
kontekstual tersebut dan anak-anak merasa senang dalam mengikuti
kegiatan finger painting tersebut. Namun secara keseluruhan tujuan
pembelajaran pada siklus pertama masih belum maksimal. Dengan
demikian tindakan I, perlu dilanjutkan dengan tindakan II sebagai
upaya perbaikan.
b. Deskripsi Siklus II
Pada siklus II terdapat tahapan-tahapan yang sedikit berbeda
dengan siklus I. pada siklus ini guru menggunakan materi yang berbeda
pada kegiatan pembelajaran pada siklus I, yaitu dengan tema alam semesta
dan subtema lingkungan sekitar. Dalam kegiatan pembelajaran finger
painting pada siklus II ini guru mengajak anak untuk belajar di luar
lingkungan kelas yaitu dengan cara mengajak anak secara langsung
mengamati benda-benda yang ada di llingkungan sekitar anak. Dan
kemudian guru mulai menjelaskan kegiatan melukis yang akan dilakukan
oleh anak, guru memberi kegiatan apersepsi tanya jawab kepada anak
tentang benda-benda yang anak amati di lingkungan sekitar anak dan
kemudian anak langsung menuangkannya dalam kegiatan finger painting
(melukis dengan jari) secara langsung sesuai imajinasi dan kreatifitas anak
dalam melukis. Guru mulai menjelaskan kegiatan finger painting yang
akan dilakukan pada siklus II yaitu dengan media yang ditunjukan oleh
guru dan anak-anak mencari benda-benda apa saja yang ada di lingkungan
sekitar anak yang sesuai dengan media gambar yang dibawa oleh guru.
Dan kemudian anak-anak mulai melukis dengan jari dan bervariasi
mengamati secara langsung benda-benda yang anak amati di llingkungan
sekitar anak belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
1) Perencanaan tindakan siklus II
Kegiatan perencanaan tindakan siklus II pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari senin, tanggal 14 Mei 2012 dan pertemuan
kedua dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 22 Mei 2012. Adapun
kegiatan perencanaan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
a. Menyusun RKH pembelajaran.
Rencana Kegiatan Harian disusun 2 x pertemuan. Masing-masing
pertemuan 2 x 60 menit. Pada siklus kedua dilaksanakan dua kali
pertemuan. Perencanaan Rencana Kegiatan Harian (RKH)
mencakup penentuan: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indicator, langkah-langkah/ scenario pembelajaran, media, model
dan sumber pembelajaran, serta system penilaian.
b. Menyiapkan media pembelajaran.
Menyiapkan alat peraga berupa gambar-gambar yang sesuai
dengan rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam
melukis tersebut. Dan merencanakan tempat lingkungan sekitar
anak yang akan digunakan anak secara langsung dalam mengamati
benda-benda yang ada di lingkungan sekitar yang akan anak lukis
secara langsung.
c. Menyiapkan lembar kegiatan.
Menyusun lembar kegiatan unjuk kerja/tugas individu. Kegiatan ini
untuk mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran
kontekstual. Serta menyusun tugas kegiatan unjuk kerja untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai atau tidak.
d. Menyiapkan lembar penilaian.
Lembar penilaian digunakan untuk menilai keterampilan melukis
dengan jari (finger painting) pada anak kelompok A TK Bangsri 01
e. Membuat Lembar observasi.
Lembar observasi digunakan untuk menilai keaktifan peserta didik
dan keefektifan penggunaan model pembelajaran kontekstual
dalam kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Dalam tahapan ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan
Perencanaan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun.
Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan.
a. Pertemuan I
Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan
Perencanaan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun.
Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan.
Pada pertemuan 1 materi/ kegiatan menggambar yang
diajarkan pada pertemuan ini adalah dengan tema alam semesta
dan subtema lingkungan sekitar. Siklus II dilaksanakan 2 x 60
menit dalam satu kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual.
Media penunjang yang digunakan dalan kegiatan finger painting
ini adalah bintang benda angkasa yang ada di alam semesta missal:
gambar matahari, gambar binatang, gambar bunga, gambar awan
dan tempat yang sudah direncanakan oleh guru untuk mengajak
anak mengamati dan menemukan secara langsung tentang benda-
benda apa saja yang ada di lingkungan sekitar yanga akan
diguanakan oleh anak sebagai objek untuk melukis. Kegiatan
diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian mengabsen anak.
Sebelum guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan .terlebih
dahulu guru mengelola kondisi kelas agar anak siap dalam proses
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya guru
memberikan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang
kegiatan minggu lalu dan Tanya jawab tentang macam-macam
benda yang ada di lingkungan sekitar anak. Setelah tanya jawab
berlangsung guru mempertegas tujuan pembelajaran yang ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dicapai kepada anak tedntang kegiatan melukis dengan jari (finger
painting).
Pada pertemuan 1 guru dan anak memulai inti kegiatan
pembelajaran dengan diawali guru mengajak anak untuk berjalan
keluar lingkungan kelas dan guru menjelaskan kegiatan
pembelajaran finger painting yang akan dilaksanakan di luar
lingkungan kelas dan mengamati macam-macam benda yang ada di
lingkungan sekitar secara langsung. Agar lebih jelas guru
memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya tentang
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru membagi anak
menjadi beberapa kelompok untuk kegiatan tanya jawab (inkuiri &
masyarakat belajar). Kemudian guru menunjukan macam-macam
gambar dan anak menebak gambar apa yang dibawa guru tersebut,
kemudian anak mencari dan mengamati secara langsung benda
yang sesuai dengan gambar yang di bawa oleh guru,missal: rumah,
pohon, sepeda,bunga, sepeda motor, macam-macam binatang, dan
lain-lain (tanya jawab).
Guru membagi papan, kertas gambar dan bahan melukisnya
yang akan digunakan untuk finger painting. Anak mulai
menuliskan nama , hari dan tanggal pada kertas gambar yang telah
dibagikan oleh guru, kemudian guru memberikan waktu kepada
anak untuk mulai melukis dengan mengamati secara langsung
macam-macam benda yang ada di lingkungan sekitar anak secara
bebas sesuai imajinasi dan kreatifitas anak dalam melukis dan
anak- anak dilarang untuk mencontoh gambar yang dibuat oleh
temanya, anak melukis sesuai dengan kreatifitas dan imajinasi
masing-masing anak untuk mengetahui kemampuan anak dalam
melukis (pemodelan & kontrukstivisme). Guru berkeliling
mengamati kegiatan finger painting yang anak lakukan.
Setelah selesai melukis guru member waktu kepada anak
untuk mengeringkan hasil lukisan jarinya di halaman sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
(penilaian sebenarnya) dilanjutkan guru bertanya kepada masing-
masing anak tentang macam-macam benda apa yang anak lukis
yang bertujuan untuk mengetahuai sejauh mana anak mengikuti
kegiatan melukis melalui pengamatan secara langsung tersebut
yang sesuai dengan kreatifitas anak masing-masing (refleksi). Guru
mengakiri kegiatan pembelajaran dengan memberikan Tanya
jawab dan refleksi tentang kegiatan apa saja yang telah anak
lakukan pada hari itu dan Tanya jawab tentang gambar apa saja
yang dibuat oleh anak. Guru memberikan reward kepada anak yang
mampu menjawab dan menyebutkan macam-macam benda yang
ada dilingkungan sekitar pada waktu kegiatan menggambar. Guru
memberikan pesan-pesan kepada anak dan memberikan dorongan
kepada anak agar belajar dengan rajin. Kemudian mengajak anak
untuk berdo’a sebelum pulang.
b. Pertemuan II
Dalam tahapan ini guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual dengan Perencanaan Rencana Kegiatan Harian (RKH)
yang telah disusun. Siklus II dilaksanakan selama dua kali
pertemuan.
Pada pertemuan ke2 kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan pada pertemuan ini adalah menggajak anak secara
langsung untuk mengamati macam-macam benda yang ada
dilingkungan sekitar, akan tetapi guru mengajak anak ketempat
yang berbeda dari pertemuan ke 1 agar anak-anak tidak bosan dan
anak mampu menemukan hal dan objek baru dalam kegiatan
melukis dengan jari (finger painting) yang akan dilakukan pada
pertemuan ke 2 pada siklus II tersebut. Siklus II dilaksanakan 2 x
60 menit dalam satu kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual.
Media penunjang yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
macam-macam gambar seperti gambar pemandangan di waktu
malam hari, siang hari, pagi hari, dan lain-lain serta menyiapkan
tempat yang bebeda dari pertemuan sebelumnya sebagai objek
yang akan digunakan oleh anak untuk kegiatan finger painting
dengan mengamati secara langsung tentang macam-macam benda
yang ada di lingkungan sekitar.
Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian
mengabsen anak. Sebelum memulai kegiatan, terlebih dahulu guru
mengelola kondisi kelas agar anak siap dalam proses kegiatan
pembelajaran selanjutnya guru mengajak anak untuk berjalan
keluar lingkungan kelas ketempat yang sudah di siapkan oleh guru
yang akan digunakan oleh anak sebagai objek anak dalam
menggambar. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya
jawab tentang macam-macam benda yang ada di lingkungan
sekitar. Setelah Tanya jawab berlangsung guru mempertegas tujuan
kegiatan pembelajaran yang ingin dicapai kepada anak.
Pada pertemuan kedua guru dan anak memulai inti
pelajaran dengan diawali guru menjelaskan kegiatan pembelajaran
yang akan dialaksanakan yaitu tentang macam-macam benda apa
saja yang anak temukan di lingkungan sekitar anak, guru
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan
pendapatnya. Agar lebih jelas guru memberikan kesempatan
kepada anak untuk bertanya tentang kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan (tanya jawab).
Guru menunjukkan beberapa media gambar lingkungan
sekitar dan media berupa bentuk rumah, kemudian guru
memberikan kesempatan kepada anak untuk menyebutkan benda
apa saja yang anak temukan dan anak amati yang ada di
lingkungan sekitar anak sebelum anak melakukan kegiatan
menggambar seperti: masjid, rumah, toko, pohon, bunga, sepeda
motor, awan, jalan, matahari, binatang dan orang. Setelah kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
tanya jawab selanjutnya guru membagikan papan untuk
menggambar, kertas gambar, dan bahan finger painting yang akan
digunakan oleh anak untuk kegiatan melukis dengan jari dengan
mengamati macam-macam benda disekitar anak secara langsung,
anak diberi waktu untuk melukis secara bebeas sesuai dengan
kreatifitas dan imajinasi anak dengan mengamati secara langsung
benda yang ada di lingkungan sekitar (pemodelan dan
kontrustivisme). Setelah kegiatan finger painting selesai guru
memberikan waktu kepada anak untuk menjemur di halaman
sekolahi lukisan yang telah dibuat secara bebas sesuai kreasi dan
imajinasi masing-masing anak (penilaian sebenarnya) dilanjutkan
dengan kegiatan anak menceritakan hasil lukisan yang telah dibuat
oleh anak satu persatu secara bergiliran.
Guru mengakhiri kegiatan dengan mengajak anak untuk
merefleksi tentang kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama
satu hari, kemudian guru memberikan Tanya jawab kepada anak
dan memberikan reward dan hadiah kepada anak yang telah
berhasil menjawab dan hasil lukisannya bagus. Guru mengajak
anak bernyanyi dan bertepuk kemudian dilanjutkan dengan
memberikan pesan-pesan dan berdo’a sebelum pulang.
3) Observasi Siklus II
Dalam tahapan ini dilaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dengan menggunakan
alat bantu berupa lembar observasi, perekaman dengan kamera foto
dan video. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kontekstual dengan dengan Perencanaan Rencana
Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun serta untuk mengetahui
seberapa besar pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada proses pembelajaran
keterampilan melukis dengan jari pada siswa kelompok A. Oleh karena
itu pengamatan tidak hanya ditunjukan pada aktivitas atau partisipasi
dalam proses kegiatan pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran termasuk suasana
pada setiap pertemuan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Uraian observasi tiap kegiatan pada siklus II sebagai berikut:
a. Kegiatan pembelajaran Anak
Pada lembar aktivitas anak dan pada hasil kegiatan unjuk
kerja pada siklus II pertemuan 1 dapat disimpulkan sebagai
berikut: a) kreatifitas anak saat proses pembelajaran dalam kriteria
baik; b) keaktifan anak saat proses kegiatan pembelajaran dalam
kriteria baik; c) tanggung jawab anak pada saat melaksanakan
kegiatan pemodelan dan kelompok dalam criteria cukup, dan d)
kemampuan anak dalam mengerjakan kegiatan unjuk kerja dalam
kriteria cukup.
Berdasarkan hasil observasi diatas dapat disimpulkan bahwa
anak dapat melakukan kegiatan pemodelan dengan cukup baik.
Ada sebagian anak yang dapat melukis dengan bagus dan rapi.
Akan tetapi, masih ada beberapa anak yang hasil melikisnya masih
belum bagus, namun dalam pertemuan 1 pada siklus II ini anak
sudah tidak malu lagi karena anak sudah terbiasa dan hasil kegiatan
anak lebih bagus, lebih kreatif dan imajinasi dalam melukis dengan
jari sudah mulai muncul dan sudah mulai bagus. Kerjasama antar
siswa cukup baik, hal ini menunjukkan anak sudah maksimal
dalam kegiatan masyarakat belajar. Sebagian anak sudah aktif
dalam kegiatan pembelajaran terutama bertanya. Dari hasil tugas
unjuk kerja, anak sudah mendapatkan nilai maksimal, sehingga
dapat dikatakan kegiatan kontruktivisme sudah maksimal,
meskipun ada sebagian kecil anak yang belum berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b. Kegiatan Anak
Berdasarkan pada lembar aktivitas anak dan hasil kegiatan
tes unjuk kerja pada siklus I pertemuan II dapat disimpulkan
sebagai berikut: a) perhatian anak saat proses kegiatan
pembelajaran dalam kriteria baik, b) kerjasama anak saat proses
kegiatan pembelajaran dalam kriteria baik; c) keaktifan anak saat
proses kegiatan pembelajaran dalam kriteria baik; d) tanggung
jawab anak saat melaksanakan kegiatan pemodelan dan diskusi
kelompok dalam kriteria baik; dan hasil akhir anak dalam kegiatan
finger painting baik.
Berdasarkan hasil observasi di atas dapat disimpulkan
bahwa anak dapat melakukan kegiatan pemodelan dengan baik.
Anak mampu mengikuti dan melakukan tes unjuk kerja dengan
baik tanpa rasa malu dalam menuangkan idenya dalam melukis.
Anak mampu melakukan kegiatan melukis dengan jari sesuai
model macam-macam benda yang ada di lingkungan sekitar yang
mereka lihat, mereka amati dan mereka temukan secara langsung.
Anak sudah mulai aktif dan tidak malu lagi dalam
mengekspresikan ide dan gagasanya dalam menuangkan
imajinasinya ketika melukis dengan jari (finger painting).
Kerjasama antar anak berjalan dengan baik, lebih baik dari
pertemuan sebelumnya. Anak sudah aktif dalam kegiatan
pembelajaran melukis dengan jari, dalam hasil tugas unjuk kerja
secara individu, anak sudah mendapatkan nilai tuntas, sehingga
dapat dikatakan anak dapat melakukan kegiatan unjuk kerja dan
pemodelan dengan baik dari pertemuan sebelumnya.
Berdasarkan dari hasil penilaian perbaikan pada siklus I
dengan menggunakan siklus II dapat dibuktikan pada Tabel 4.6
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.6 Daftar Nilai yang Dicapai Pada Pertemuan Siklus II
Kegiatan Finger Painting
No
Absen
Kemampuan yang dicapai pada pertemuan
Pertemuan Ke-1
Kegiatan Melukis Membentuk
Pelangi Sambil Bernyanyi
Pertemuan Ke-2
Kegiatan Melukis Membuat
Lingkaran Membentuk Matahari
dan Gejala Alam Sambil Menyanyi
kreatifitas keaktifan Tanggung
jawab kreatifitas keaktifan
Tanggung
jawab
1 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4
4 2 2 2 3 3 3
5 4 4 4 4 4 4
6 4 4 4 4 4 4
7 2 2 2 3 3 3
8 4 4 4 4 4 4
9 3 3 3 4 4 4
10 4 4 4 4 4 4
11 4 4 4 4 4 4
12 3 3 3 4 4 4
13 4 4 4 4 4 4
14 4 4 4 4 4 4
15 4 4 4 4 4 4
16 4 4 4 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4
19 3 3 3 4 4 4
20 4 4 4 4 4 4
4
Tuntas 70% 70% 70% 90% 90% 90%
3
Setengah
Tuntas
15% 15% 15% 10% 10% 10%
2
Tidak
tuntas
15% 15% 15% - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berdasarkan dari Tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa hasil
kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II pertemuan pertama dan ke
dua sudah berhasil sesuai harapan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7
dan Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Interval Tingkat Keberhasilan
Siklus II Pertemuan I Kegiatan Melukis Membentuk Pelangi Sambil
Bernyanyi
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) (fi.xi)
Persentase
(%) Keterangan
1 0,0-1,0 1 0,5 0,5 5 Tidak Tuntas
2 1,0-2,0 2 1,5 3 10 Tidak Tuntas
3 2,0-3,0 3 2,5 7,5 15 Tuntas
4 3,0-4,0 14 3,5 49 70 Tuntas
Jumlah 20 60 100
Ketidak tuntasan = (3 : 20) x 100% = 15%
Ketuntasan klasikal = (17 : 20) x 100% = 85%
Nilai Rata-rata Kelas = (60 : 20) x 100% = 300%
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat disajikan dengan bentuk
grafik pada Gambar 4.5 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0,0-1,0 1,0-2,0 2,0-3,0
INTERVAL
3,0-4,0
3,0-4,0
Tuntas
2,0-3,0
Tuntas
1,0-2,0
Tidak
Tuntas
0,0-1,0
Tidak
Tuntas
Gambar 4.5 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus II Pertemuan I
Kegiatan Melukis Membentuk Pelangi Sambil Bernyanyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berdasarkan Gambar 4.5 di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa, masih terdapat 3 anak yang memperoleh nilai tidak tuntas 15%
dan 14 anak yang memperoleh nilai tuntas 70% setelah menggunakan
kegiatan finger painting untuk meningkatkan perkembangan motorik
anak. Selanjutnya dilaksanakan kegiatan pada pertumuan ke II dan
dibawah ini terdapat hasil nilai dari pertemuan II dijelaskan pada
Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Tingkat Keberhasilan Siklus II Pertemuan II Kegiatan Melukis
Membuat Lingkaran Membentuk Matahari dan Gejala Alam Sambil
Menyanyi
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) (fi.xi)
Persentase
(%) Keterangan
1 0,0-1,0 0 0,5 0 0 Tidak Tuntas
2 1,0-2,0 0 1,5 0 0 Tidak Tuntas
3 2,0-3,0 2 2,5 5 10 Tuntas
4 3,0-4,0 18 3,5 63 90 Tuntas
Jumlah 20 68 100
Ketidak tuntasan = (0 : 20) x 100% = 0%
Ketuntasan klasikal = (20 : 20) x 100% = 100%
Nilai Rata-rata Kelas = (68 : 20) x 100% = 340%
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat disajikan dengan bentuk
grafik pada Gambar 4.6 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0,0-1,0 1,0-2,0 2,0-3,0
INTERVAL
3,0-4,0
3,0-4,0
Tuntas
2,0-3,0
Tuntas
1,0-2,0
Tidak
Tuntas
0,0-1,0
Tidak
Tuntas
Gambar 4.6 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus I Pertemuan II Kegiatan
Melukis Membuat Lingkaran Membentuk Matahari dan Gejala Alam
Sambil Menyanyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Berdasarkan Gambar 4.6 di atas dapat diketahui bahwa hasil
siklus II peningkatan motorik halus pada siswa kelompok A sesudah
menggunakan kegiatan finger painting diperoleh rata-rata pencapaian
nilai yang dicapai peserta didik tidak ada nilai rendah yaitu 2 atau
0% dan ketuntasan klasikal sebesar 90% atau 4 sebanyak 18 anak.
Adapun rincian ketuntasan klasikal dalam kemampuan motorik halus
siswa di kelompok A pada pertemuan 1 dan pada pertemuan II siklus 1
dapat disajikan pada Tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Tingkat Keberhasilan Siklus II
Pertemuan I dan Pertemuan II dalam Kegiatan Finger Painting
Tingkat
Keberhasilan
Frekuensi
Pertemuan 1
Frekuensi
Pertemuan 2
Frekuensi
Pertemuan 1
(%)
Frekuensi
Pertemuan 2
(%)
Keterangan
0,0-1,0 1 - 5% - Tuntas
1,0-2,0 2 - 10% - Tuntas
2,0-3,0 3 2 15% 10% Tidak Tuntas
3,0-4,0 14 18 70% 90% Tidak Tuntas
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dapat disajikan dengan bentuk
grafik pada Gambar 4.7 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Pertumuan I Pertemuan II
Interval
0,0-1,0
Tidak
Tuntas1,0-2,0
Tidak
Tuntas2,0-3,0
Tuntas
3,0-4,0
Tuntas
Gambar 4.7 Grafik Tingkat Keberhasilan Siklus II Pertemuan I dan
Pertemuan II dalam Kegiatan Finger Painting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Berdasarkan Gambar 4.7 di atas dapat diketahui bahwa hasil
siklus II peningkatan motorik halus pada anak kelompok A sesudah
pertemuan I dan pertemuan II dengan menggunakan kegiatan finger
painting diperoleh rata-rata pencapaian nilai yang dicapai peserta didik
tidak tuntas yaitu 2 atau 0% dan ketuntasan 4 sebesar 90 %.
Adapun rincian ketuntasan klasikal dalam kemampuan motorik halus
siswa di kelompok A pada pertemuan I siklus II adalah sebagai
berikut:
a. yang memperoleh nilai 4 tuntas terdapat 14 anak 70%.
b. yang memperoleh nilai 3 setengah tuntas terdapat 3 anak 15 %.
c. yang memperoleh nilai 2 belum tuntas terdapat 3 anak 15%.
Adapun rincian ketuntasan klasikal dalam kemampuan
motorik halus siswa di kelompok A pada pertemuan II siklus II adalah
sebagai berikut:
a. yang memperoleh nilai 4 tuntas terdapat 18 anak 90 %.
b. yang memperoleh nilai 3 setengah tuntas terdapat 2 anak 10%.
c. Tidak ada anak yang memperoleh nilai 2 belum tuntas.
Rendahnya nilai atau ketidaktuntasan kemampuan motorik
halus pada kegiatan finger painting berdasarkan observasi, disebabkan
beberapa faktor, diantaranya: 1) Pada saat pembelajaran atau kegiatan
belajar mengajar peserta didik cenderung pasif, 2) Guru menggunakan
model pembelajaran konvensional, artinya guru menggunakan model
pembelajaran yang relatif monoton sehingga pembelajaran yang
dilakukan kurang bermakna. Hal ini mengakibatkan peserta didik tidak
tertarik dalam proses pembelajaran, karena peserta didik cenderung
cepat jenuh atau mengalami kebosanan dalam menerima materi
pembelajaran, 3) Guru jarang menggunakan media dalam
pembelajaran, sehingga perkembangan motorik halus peserta didik
kurang, 4) Kurang adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Oleh karena itu diperlukan suatu media yang tepat untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu dengan penggunaan kegiatan finger painting.
Diharapkan dengan melalui kegiatan finger painting maka, nilai kemampuan
motorik halus peserta didik kelompok A akan mengalami peningkatan
sehingga ketuntasan belajar peserta didik dapat tercapai.
Dari data siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa pencapaian
hasil anak semakin meningkat dari hari pertama siklus I sampai hari ke empat
siklus II. Penulis merasa bahwa kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang
telah dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan profesional telah
mencapai hasil yang diharapkan. Berikut ini adalah Tabel 4.10 rekapitulasi
hasil penilaian siklus I dan siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.10. Rekapitulasi Hasil Penilaian
Siklus I dan Siklus II Kegiatan Finger Painting
Pertemuan ke
Tingkat Keberhasilan
SIKLUS I SIKLUS II
Pertemuan
1
Pertemuan
2
Pertemuan
1
Pertemuan
2
0,0-1,0 12 4 1 0
1,0-2,0 2 2 2 0
2,0-3,0 2 2 3 2
3,0-4,0 4 12 14 18
Berdasarkan dari Tabel 4.10 diatas secara grafik tingkat
keberhasilan dalam perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan
finger painting (melukis dengan jari) bervariasi jari lebih meningkat. Adapun
dari tabel diatas dapat digambarkan dengan grafik pada Gambar 4.8 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
INTERVAL
Pertemuan 4
0,0-1,0
Tidak
Tuntas
1,0-2,0
Tidak
Tuntas
2,0-3,0
Tuntas
3,0-4,0
Tuntas
Gambar 4.8 Grafik Rekapitulasi Tingkat Keberhasilan
Siklus I dan Siklus II Kegiatan Finger Painting
B. Pembahasan
Berdasarkan dari Gambar 4.8 diketahui hasil pengamatan dan analisis
data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas anak dan perkembangan
motorik halus anak dalam kegiatan finger painting pada anak kelompok A
TK Bangsri 01 Karangpandan. Peningkatan aktivitas anak dalam kegiatan
pembelajaran antara lain peningkatan persentase ketuntasan dari prasiklus hanya
4 anak (20%) dikarenakan anak masih takut, malu mengungkapkan ide
imajinasinya, dan belum mengerti tentang finger painting. Kemudian mengalami
peningkatan pada siklus I pertemuan II telah terjadi peningkatan persentase
ketuntasan sebesar 60% anak mulai tertarik untuk mencoba kegiatan finger
painting meskipun anak masih malu dalam mengungkaokan ide-idenya. Dengan
demikian ditindaklanjuti pada siklus II pada pertemuan I mengalami peningkatan
menjadi 70% dari 20 anak terdapat 14 anak mulai mengeluarkan ide-ide
imajinasinya dan tidak malu lagi. Sedangkan pada pertemuan II anak mengalami
kemajuan yang pesat meningkat menjadi 90% dari 20 anak terdapat 18 anak
dikarenakan anak mulai mandiri, kreatif, imajinasinya keluar, tidak malu dan tidak
takut lagi, sehingga tidak akan dilanjutkan penelitian pada siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dalam dua
siklus dengan menggunakan media Finger Painting (melukis dengan jari) di TK
Bangsri 01 Bangsri Kecamatan Karangpandan tahun pelajaran 2011-2012. Maka
dapat ditarik simpulan yaitu penggunaan media Finger Painting (melukis dengan
jari) dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok A TK
Bangsri Bangsri Kecamatan Karangpandan tahun pelajaran 2011-2012. Hal ini
terbukti pada kondisi prasiklus sebelum dilaksanakan tindakan mendapatkan nilai
proses dan hasil anak kelompok A yaitu sebelum tindakan berjumplah 4 anak
dengan persentase ketuntasan 20%. Berdasarkan dari proses dan hasil yang
diperoleh pada siklus I nilai dari pertemuan ke dua yaitu 4 anak dengan nilai
belum tuntas ( 2) sebesar 20%, sedangkan 4 anak dengan nilai setengah tuntas
( 3) sebesar 32%, dan 12 anak mendapat nilai tuntas ( 4) sebesar 60%
kemampuan dalam kegiatan finger painting mengalami peningkatan di siklus I.
Pelaksanaan perbaikan dan peningkatan untuk mensukseskan proses dan hasil
kegiatan finger painting, maka dilaksanakan pada siklus II yang sudah diketahui
hasil dari proses kegiatan finger painting yang pertama yaitu pada 3 anak belum
tuntas ( 2) sebesar 15%, sedangkan pada 3 anak setengah tuntas ( 3) sebesar
15%, dan terdapat 14 siswa nilai tuntas ( 4) sebesar 70%. Pada pertemuan ke
dua dalam siklus II diketahui nilai tuntas ( 4) dari terdapat 18 anak sebesar
90%, dan diketahui hasil dari proses 2 anak setengah tuntas ( 3) sebesar 10 %.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penerapan kegiatan finger painting
(melukis dengan jari) dapat berjalan lancar dan terdapat anak yang belum tuntas
diserahkan kembali kepada guru kelas agar ditindaklanjuti. Kegiatan dapat
diterapkan oleh guru sebagai upaya meningkatkan perkembangan motorik halus
juga memperbaiki kualitas kegiatan belajar seraya bermain, sehingga dapat
meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak dengan melukis dengan
jari dan kegiatan seni lainnya.
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada penggunaan kegiatan finger painting dalam meningkatkan perkembangan
motorik halus. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus,
dimana model siklus yang digunakan terdiri dari dua siklus. Dalam setiap
pelaksanaan siklus terdapat dua langkah kegiatan yaitu perencanaan, tindakan,
pelaksanaan, dan refleksi. Sedangkan setelah melaksanakan siklus I menuju Siklus
berikutnya, sebelum melaksanakan tindakan perlu adanya perencanaan dengan
memperhatikan proses, keberhasilan dan kelemahan siklus sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terbukti bahwa penggunaan
kegiatan finger painting (melukis dengan jari) dapat meningkatkan perkembangan
motorik halus pada peserta didik kelompok A TK Bangsri 01 Bangsri, Kecamatan
karangpandan. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Saat menyajikan materi pelajaran, guru harus menggunakan media
pembelajaran yang tepat agar peserta didik mampu menguasai konsep-konsep
dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan
kegiatan finger painting dapat meningkatkan perkembangan motorik halus
pada siswa secara baik.
2. Mendorong peserta didik untuk bekerjasama dan mengemban tanggung jawab
bersama dengan tim atau kelompok serta pada diri sendiri.
3. Menunjukkan pentingnya penggunaan kegiatan finger painting dapat menarik
perhatian peserta didik, sehingga membuat peserta didik menjadi aktif.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada
beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan penggunaan kegiatan finger painting pada
setiap kegiatan atau permainan yang meningkatkan motorik halus anak. Hal
tersebut bertujuan agar dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
serta peningkatkan perkembangan motorik halus serta pemberdayaan
penggunaan media dalam proses pembelajaran, dan lebih meningkatkan
interaksi antar peserta didik dengan sumber belajar.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam proses pembelajaran, karena hal tersebut sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang akhirnya
berpengaruh pada peningkatan motorik halus dan kemampuan peserta didik.
Seharusnya guru juga berusaha untuk lebih memahami karakteristik peserta
didik serta lebih kreatif lagi. Karena dengan guru memahami karakteristik
peserta didik, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar.
Selain itu, guru juga harus mengoptimalkan penggunaan kegiatan, media dan
penggunaan strategi belajar yang bervariasi dan kreatif, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran.
3. Bagi Peserta Didik (anak)
Peserta didik hendaknya lebih siap dalam mengikuti pembelajaran
(menyiapkan buku dan alat tulis lainnya), ikut berperan aktif dalam
pembelajaran dan kegiatan, tidak malu untuk bertanya, dan berusaha
meningkatkan hasil dari proses kegiatan pembelajaran.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih
cermat, lebih mengupayakan pengkajian teori-teori, dan dengan kasus yang
berbeda dengan solusi pemecahan yang lebih kreatif dan inovatif yang
berkaitan dengan peningkatan motorik halus melalui finger painting guna
melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam
meningkatkan perkembangan motorik halus dalam penelitian ini agar
diperoleh hasil dari proses kegiatan yang lebih baik.