penyakit arteri koroner

25
Penyakit Arteri Koroner Angina Pektoris Konsep dasar 1. Etiologi Akibat kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah, keadaan biofisika dan biokimia dinding arteri. 2. Patofisiologi : Arterosklerosis di mulai ketika kolesterol berlemak tetimbun didinding arteri besar. Timbunan ini di namakan arteroma atau palk akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, di ikuti oleh penyakit tromboemboli,yang merupakan komplikasi tersering arterosklerosis. Mekanisme yang mungkin adalah pembentukkan trombus pada permukaan plak, konsolidasi trombus akibat efek fibrin, perdarahan ke dalam plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah. 3. Komplikasi : Arterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat (iskemia) yang di timbulkan akan membuat sel-sel otot kekurangan komponen darah yang di butuhkan untuk hidup.

Upload: syamsulrijal

Post on 30-Sep-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

arteri

TRANSCRIPT

A

Penyakit Arteri KoronerAngina Pektoris

Konsep dasar

1. Etiologi

Akibat kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah, keadaan biofisika dan

biokimia dinding arteri.

2. Patofisiologi :

Arterosklerosis di mulai ketika kolesterol berlemak tetimbun didinding arteri besar. Timbunan ini di namakan arteroma atau palk akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, di ikuti oleh penyakit tromboemboli,yang merupakan komplikasi tersering arterosklerosis. Mekanisme yang mungkin adalah pembentukkan trombus pada permukaan plak, konsolidasi trombus akibat efek fibrin, perdarahan ke dalam plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.

3. Komplikasi :

Arterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat (iskemia) yang di timbulkan akan membuat sel-sel otot kekurangan komponen darah yang di butuhkan untuk hidup. Manifestasi utama iskemia miokardium adalah nyeri dada. Angina pectoris adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan irreversible sel-sel jantung. Iskemia yang berat yang di sertai kerusakan sel yaitu infark miokardium. Jantung yang mengalami kerusakan irreversible akan mengalami degenerasi dan kemudian diganti dengan jaringan parut.

Factor risiko

Factor risiko ada yang dapat di modifikasi dan ada yang tidak dapat di modifikasi. Factor yang dapat di modifikasi yaitu mengubah gaya hidup atau kebiasaan pribadi sedangkan factor yang tidak dapat di modifikasi yaitu gen. pencegahan dapat di lakukan. Ada dua cara pencegahan yaitu primer dan sekunder. Pencegahan primer adalah segala usaha yang di lakukan sebelum timbulya gejala proses penyakit. Sedangkan pencegahan sekunder meliputi segala usaha yang di lakukan untuk mengurangi perkembangan atau mencegah kekambuhan proses penyakit. Ada lima factor yang dapat di rubah ; merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, hiperglikemia dan berbagai pola tingkah laku yang mendapat perhatian besar dalam program promosi kesehatan.

4. Pemeriksaan diagnostic

a. Enzim/ isoenzim jantung, biasanya DBM: menigkat, menunjukkan kerusakan miokard.

b. EKG: biasanya normal bila pasien istirahat tetapi datar atau depresi pada segmen ST gelombang T menunjukkan iskemia.

c. Pemantauan EKG 24 jam (Holter) ; dilakukan untuk melihat episode nyeri sehubungan dengan segmen ST berubah. Depresi ST tanpa nyeri menunjukkan iskemia.

d. Foto dada : biasanya normal, namun infiltrate mungkin ada menunjukkan dekompensasi jantung atau komplikasi paru.

e. PCO2 kalium dan laktat miokard : mungkin meningkat selama serangan angina .

f. Kolesterol/ trigliserida serum : mungkin meningkat (factor risiko CAD).

g. Pacu stress takikardi atrial : dapat menunjukkan perubahan segmen ST.

h. Kateterisasi jantung dengan angiografi : di indikasikan pada pasien dengan iskemia yang di ketahui dengan angina atau nyeri dada tanpa kerja, pada pasien dengan kolesterolemia dan penyakit jantung keluarga yang mengalami nyeri dada, dan pasien dengan EKG istirahat abnormal.

i. Injeksi ergonovine (Egrotrate) : pasien yang mengalami angina saat istirahat menunjukkan hiperspastik pembuluh koroner.

5. Penatalaksanaan medik

a. Pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.

b. Pemberian anti angina, sesuai indikasi

c. Memantau perubahan seri EKG

d. Intervensi pembedahan

6. Penatalaksanaan diit

Memberikan makanan lembut untuk menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja pensernaan, sehingga dapat menurunkan risiko serangan angina. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan.

7. Farmakologi

pemberian obat anti angina seperti ;

a. Nitrogliserin ; sublingual (nitrosat, bukal atau tablet oral, sprei sublingual)

b. Penyekat beta, contoh ; atenolol (Tenormin), nadolol (Corgard), metropolol (Lopressor), propanolol (Inderal)

c. Analgesic

d. Morfin sulfat

Proses keperawatan angina pectoris

1. Pengkajian

Perawat mengumpulkan informasi tentang seluruh segi aktivitas pasien, terutama mereka yang di temukan beresiko mengalami serangan jantung atau nyeri angina.

Data dasar pengkajian pasien

Aktivitas/ istirahat

Gejala : pola hidup monoton, kelemahan, kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan, nyeri dada bila kerja

Tanda : dispnea saat kerja.

Sirkulasi

Gejala : riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan.

Tanda : takikardia, disritmia, tekanan darah normal,meningkat atau menurun, S4 lambat atau murmur sistolik transient lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat nyeri, kulit/ membrane mukosa lembab, dingin pucat pada adanya vasokontriksi.

Makanan/ cairan

Gejala : mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan.

Tanda : ikat pinggang sesak, distensi gaster.

Integritas ego

Gejala : stressor kerja, keluarga dan lain-lain.

Tanda : ketakutan, mudah marah.

Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu dan ekstremitas atas

Tanda :wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan pada midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah, respon otomatis seperti ; takikardi, perubahan TD.

Pernapasan

Gejala : dispnea saat kerja

Tanda : meningkat pada frekuensi/ irama dan gangguan kedalaman.

Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat yang di jual bebas, penggunaan alcohol teratur, obat narkotik seperti koakain, amfetamin.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian diagnosa keperawatan untuk klien ;

a. Nyeri berhubungan dengan iskemia miokardium

b. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian

c. Kurang pengetahuan tentang sifat dasar penyakit dan metode untuk meghindari komplikasi.

d. Potensial terjadi ketidakpetuhan terhadap peraturan terapeutik berhubungan dengan tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.

3. Perencanaan dan implementasi

Tujuan utama mencakup mencegah nyeri, mengurangi cemas, menghindari salah pemahaman terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan yang di berikan mematuhi program perawatan diri dan mencegah komplikasi.

4. Intervensi

a. Nyeri berhubungan dengan iskemia miokardium

Intervensi :

Mandiri ;

a. anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.

Rasional ;

Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang system saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar noeepinefrin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan mengeluarkan tromboxane A2.

b. Identifikasi terjadinya pencetus, bila ada : frekuensi durasinya, intensitas dan lokasi nyeri.

Rasioanl ;

Membantu membedakan nyeri dada dinidan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3-5 menit sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.

c. Observasi gejala yang berhubungan, seperti dispnea, mual/muntah, pusing, palpitasi, keinginan berkemih.

Rasioanal ;

Penurunan curah jantung merangsang system saraf simpatis/ parasimpatis, menyebabkan berbagai rasa sakit/ sensasi dimanapasien tidak dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode angina.

d. Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien napas pendek.

Rasional ;

Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang.

e. Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina.

Rasional ;

TD dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung di pengaruhi.

f. Pertahankan tenang, lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu.

Rasional ;

Stress mental/ emosi meningkatkan kerjamiokard.

g. Beriakn makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan.

Rasioanl ;

Menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja pencernaan, menurunkan risiko serangan angina.

Kolaborasi ;

a. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional ;

Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/ mencegah iskemia.

b. Berikan anti angina sesuai indikasi.

b. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian

Intervensi :

Mandiri ;

a. jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress

rasional ;

menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan prognosis

b. tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh menolak, depresi dan marah.

Rasional ;

Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri. Pernyataan masalah menurunkan tegangan, mengklarofikasi tingkat koping, dan memudahkan pemahaman persaan.

c. dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti sebelumnya.

Rasional ;

Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.

d. Beritahu pasien programmedis yang telah di buat untuk menurunkan/ membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.

Rasional ;

Mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala (contoh, tak ada angina dengan tingkat aktivitas tertentu

Kolaborasi ;

Berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi.

Rasional ;

Mungkin di perlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat.

c. Kurang pengetahuan tentang sifat dasar penyakit dan metode untuk meghindari komplikasi.

Intervensi :

Mandiri ;

a. kaji ulang patofisiologi kondisi. Tekankan perlunya mencegah serangan angina.

Rasional ;

Pasien dengan angina membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat di control. Ini adalah focus manajemen terapeutik supaya menurunkan infark miokard.

b. Dorong untuk menghindari factor/ situasi yang sebagai pencetus episode angina, contoh stress emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/ berat, terpajan pada suhu lingkungan ekstrem.

Rasional ;

Dapat menurunkan incident/ beratnya episode iskemik.

c. Kaji pentingnya control berat badan, menghentikan merokok perubahan diet dan olahraga.

Rasional ;

Pengetahuan factor risiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan.

d. Diskusikan dampak penyakit sesuai pola hidup yang di inginkandan aktivitas, termasuk kerja, menyetir, aktivitas seksual dan hoby. Memberikan informasi, privacy, atau konsultasi sesuai indikasi.

Rasional ;

Pasien enggan melakukan/ melanjutkan aktivitas biasanya karena takut serangan angina/ kematian. Pasien harus menggunakan nitrogliserin secara profilaktik sebelum beraktivitas yang di ketahui sebagai pencetus angina

e. Tunjukkan/ dorong pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/ aktivitas sederhana, hindari regangan.

Rasional ;

Membiarkan pasien untuk mengidentifikasi aktifitas yang dapat di modifikasi untuk menghindari stress jantung dan tetap di bawah ambang angina.

f. Diskusikan langkah yang di ambil bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.

Rasional ;

Menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkn tidak tahu apa yang harus di lakukan bila terjadi serangan.

g. Kaji ulang obat yang di resepkan untuk mengontrol/ mencegah serangan angina.

Rasional ;

Angina adalah kondisi rumit yang sering memerlukan penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi koroner dan mengontrol terjadinya serangan.

5. Evaluasi

Hasil yang di harapkan yaitu ;

1. Bebas dari nyeri

2. Menunjukkan penurunan kecemasan

a. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya

b. Mematuhi semua aturan medis

c. Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah

d. Menghindari tinggal sendiri saat terjadinya episode nyeri

3. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas dari komplikasi

a. Menjelaskan proses terjadinya angina

b. Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi

c. EKG dan kadar enzim jantung normal

d. Bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut

4. Mematuhi program perawatan diri

a. Menunjukkan pemahaman mengenai terapi farmakologi

b. Kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup

Infark Miokardium

Konsep Dasar

1. Etiologi

Infark miokard (IM) di sebabkan oleh penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengkibatkan iskemia miokard dan nekrosis.

2. Patofisiologi

Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa di akibatkan oleh syok atau pendarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung. Infark miokardium terjadi di dinding miokard inferior (posterior) atau lateral. Meskipun ventrikel kiri merupakan tempat cedera yang paling serius di temukan namun ventrikel kanan juga dapat mengalami infark.

Manifestasi klinis

Banyak penelitian menunjukkan pasien dengan infark miokardium biasanya pria, di atas 40 tahun dan mengalami arterosklerosis pada pembuluh koronernya, sering di sertai hipertensi arterial. Serangan juga terjadi pada wanita dan pria muda di awal 30-an dan bahkan 20-an. Wanita yang memakai kontrasepsi pil dan merokok mempunyai risiko sangat tinggi. Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus-menerus, terletak di bagian bawah sternum dan perut atas adalah gejala utama yang muncul. Rasa nyeri yang berat dan tajam, biasa menyebar ke bahu dan lengan kiri. Nyeri muncul secara spontan dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher. Nyeri sering di sertai dengan napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala ringan, mual serta muntah.

Pasien dengan DM mungkn tidak merasa nyeri berat bila menderita infark miokardium, karena neuropati yang menyertai diabetes mempengaruhi neuroreseptor sehingga menumpulkan nyeri yang di alaminya. Insiden infark miokardium meningkat dengan tajam pada wanita pasca menopause.

Pertimbangan gerontology

Pasien manula mungkin tidak mengalami nyeri tajam yang berhubungan dengan infark miokardium karena menurunnya respon neurotransmitter yang terjadi seiring proses menua. Sering terjadi nyeri tidak khas, seperti ; nyeri dagu, pingsan juga dapat terjadi. Arterosklerosis yang menyertai proses menua dapat memperburuk perfusi jaringan karena kekakuan arteri menyebabkan peingkatan tekanan vaskuler perifer. Karena manula biasanya telah mengalami sirkulasi kolateral pada jantung, maka semakin besar komplikasi.

Evaluasi diagnosis

Diagnosis infark miokardium biasanya berdasar pada riwayat penyakit sekarang, elektrokardiogram dan serangkain enzim serum.pemeriksaan fisik selalu di lakukan namun hal ini tidak cukup untuk menegakkan diagnosis. Pengmabilan riwayat pasien di lakukan dalam dua tahap ;

1. Riwayat penyakit sekarang

2. Riwayat peyakit dahulu dan riwayat kesehatan keluarga, khususnya yang berhubungan dengan insiden penyakit jantung dalam keluarga.

Elektrokardiogram (EKG) memberikan informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Dengan EKG dapat di baca perkembangan dan resolusi suatu infark miokardium, dan lokasi dan ukuran infark juga dapat di tentukan dengan EKG. Elektrokardiogram di gunakan untuk evaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung khususnya fungsi ventrikel. Enzim dan isoenzim serum pemeriksaan rangkaian enzim meliputi keratin kinase dan laktat dehidrogenase. Kreatin dan isoenzimnya di pandang sebagai indicator yang paling sensitive dan dapat di percaya di antara semua enzim jantung dalam menegakkan infark miokardium. Terdapat tiga macam isoenzim yaitu ;

ck_MM (otot skelet), ck_MB (otot jantung), dan ck_BB (jaringan otak). Ck_ MB adalah isoenzim yang khusus untuk jantung. Laktat dehidrogenase dan isonzimnya sangat berguna untuk mengdiagnosa infark miokard akut, pada pasien yang mengalami infark miokard akut tetapi terlambat di bawah ke Rumah Sakit.

3. Komplikasia. Angina pectoris

b. Gagal jantung kongestif

c. Disritmia

d. Kondisi inflamasi jantung

e. Tromboflebitis

4. Pemeriksaan diagnosisa. EKG : menunjukkan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti ;penurunan atau datarnya gelombang T, menunjukkan cedera, dan adanya gelombag Q, nekrosis berarti.

b. Enzim jantung dan iso enzimc. Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas, contoh hipokalemia/ hiperkalemia.

d. Sel darah putih : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari kedua setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi.

e. Kecepatan sedimentasi : meningkat pada hari kedua-ketiga setelah IM, menunjukkan inflamasi.

f. Kimia : mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi/ perfusi organ akut/ kronis.

g. Kolesterol/ trigliserida serum : meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab IM.

h. Foto dada : mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung di duga GJK atau aneurisma Ventrikuler.

i. Ekokardiogram : mungkin di lakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup/ dinding ventrikuler, dan konfigurasi atau fungsi katup.

j. Pencitraan darah jantung/ MUGA : mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).

k. Angigrafi koroner : menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner dan biasanya di lakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).

l. Tes stress olahraga : menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktivitas.

5. Penatalaksanaan medis

Tujuannya adalah untuk memperkecil kerusakan jaringan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung di perkecil dengan cara, segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. terapi obat-obatan pemberian oksigen dan tirah baring di lakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung.

6. Penatalaksanaan diit

Berikan makanan kecil/ mudah di kunyah karena makanan besar dapat meningkatan kerja miokardia dan menyebabkan rangsangan vagal mengakibatkan bradikardia/ denyut ektopik. Batasi pula asupan kafein seperti ; kopi, coklat, cola, karena kafein adalah perangsang langsung pada jantung yang dapat meningkatkan frekuensi jantung.

7. Farmakoterapi

1. Ada tiga kelas obat-obatan yang bisa di gunakan untuk menigkatkan suplai oksigen ; vasodilator (khususnya nitrat), anti koagulan dan trombolik.

2. Vasodilator

Pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah nitrogliserin (NTG) intravena

3. Anti koagulan

Heparin adalah anti koagulan pilihan untuk membantu mempertahankan integritas jantung. heparin memperpanjang waktu pembekuan darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan pembentukan trombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.

4. Trombolik

Tujuannya untuk melarutkan setiap trombus yaitu streptokinase, activator plasminogen jaringan (tEPA : tissue plasminogen activator) dan anistreplase. Streptokinase bekerja secara sistemik pada mekanisme pembekuan dalam tubuh. Activator plasminogen tipe jaringan mempunyai kerja spesifik dalam melarutkan bekuan darah sehingga risiko perdarahan sistemik bisa di kurangi. Anistreplase obat trombolitik spesifik bekuan darah, mempunyai efektifitas yang sama dengan streptokinase dan t- PA.

Pemberian oksigen

Terapi oksigen di mulai saat awitan nyeri. Analgesik di batasi hanya untuk pasien yang tidak efektif di obati dengan nitrat dan anti koagulan.

Proses Keperawatan Pasien Infark Miokardium

1. Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien

Aktivitas :

Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur

Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat/ aktivitas

Sirkulasi

Gejala : riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, diabetes mellitus

Tanda : TD ; dapat normal atau naik/ turun, Nadi ; dapat normal, Bunyi jantung ekstra, murmur, friksi, irama jantung dapat teratur atau tak teratur dan edema.

Intregitas ego

Gejala : menyangkal gejala penting/ adanya kondisi, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit/ perawatan yang :tak perlu

Tanda : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang

Eliminasi

Tanda : normal atau bunyi usus menurun

Makanan/ cairan

Gejala : mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/ terbakar.

Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering/ berkeringat, muntah, perubahan berat badan

Higiene

Gejala/ tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan

Neurosensori

Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat)

Tanda : perubahan mental, kelemahan.

Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat/ tak berhubungan dengan aktivitas) tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.

Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, menarik diri.

Pernapasan

Gejala : dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea noltural, batuk dengan/ tanpa produksi sputum.

Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, napas sesak atau kuat, pucat atau sianosis

Interaksi social

Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada contoh penyakit, perawatan di RS.

Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon selalu emosi(marahterus menerus, takut), menarik diri dari keluarga.

Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : riwayat keluarga penyakit jantung/ IM, diabetes, stroke, hipertensi, penyakit vaskuler perifer.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup sebagai berikut ;

1. Nyeri dada berhubungan dengan berkurangnya aliran darah koroner.

2. Risiko pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan cairan berlebih.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya curah jantung.

4. Cemas berhubungan dengan takut akan kematian.

5. Risiko tidak menjalankan program perawatan berhubungan dengan mengingkari diagnosa

3. Perencanaan dan implementasi

Tujuan utama perawatan pasien meliputi penghilangan nyeri dada, tidak ada kesulitan bernapas, pemeliharaan atau pencapaian perfusi jaringan yang adekuat, mengurangi kecemasan, mematuhi program asuhan sendiri, dan tidak adanya komplikasi

4. Intervensi keperawatan

1. Nyeri dada berhubungan dengan berkurangnya aliran darah koroner.

Intervensi :

Mandiri ;

a. Catat karakteristik nyeri,laporan verbal, petunujuk nonverbal dan respon hemodinamik (contoh ; meringis, menangis, gelisah, berkeringat, napas cepat, TD/ frekuensi jantung berubah)

Rasional ;Kebanyakan pasien dengan IM akut tampak sakit, distraksi dan berfokus pada nyeri. Pernapasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri dan berhubungan dengan cemas, sementara hilangnya stress menimbulkan katekolamin akan meningkatkan kecepatan jantung dan TD.

b. Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri meyerupai angina atau nyeri IM.

Rasional ;Dapat membandigkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan identifikasi komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru atau perikarditis

c. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera

Rasional ;Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaan nyeri/ memerlukan peningkatan dosis obat. Selain itu, nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang system saraf simpatis, mengakibatkan kerusakan lanjut dan mengganggu diagnostic dan hilangnya nyeri.

d. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman (contoh ; sprei yang kering/ tak terlipat)

Rasional ;Menurunkan rangsangan eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini.

e. Bantu melakukan teknik relaksasi misal ; napas dalam/ perlahan

Rasional ;

Membantu dalam penurunan persepsi/ respon nyeri. Memberikan control situasi, meningkatkan perilaku positif

Kolaborasi :

a. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi

Rasional ;Menigkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia dan juga mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan

b. Berikan obat sesuai indikasi contoh ;

Antiangina contoh nitrogliserin (nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)

Rasioanal ;

Nitrat berguna untuk control nyeri dengan efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokardia.

Penyekat- contoh atenolol (tenormin), pindolol (visken), propanolo (inderal)

Rasional ;Agen penting kedua untuk mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis, dengan begitu menurunkan FJ, TD sistolik, dan kebutuhan oksigen miokard

Analgesic contoh morfin, meperidin (Demerol)

Rasional ;Suntikan narkotik dapat di pakai pada fase akut/ nyeri dada berulang yang tak hilang dengan nitrogliserin untuk menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja miokard.

Penyekat saluran kalsium contoh verapamil (calan), diltiazem (prokardia)

Rasional ;Efek vasodilatasi dapat meningkatkan aliran darah koroner. Sirkulasi kolateral dan menurunkan preload dan kebutuhan oksigen miokardia. Beberapa di anataranya mempunyai property antidisritmia.

2. Potensial pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan cairan berlebih.

Intervensi :

Mandiri ;

a. auskultasi bunyi napas untuk adanya krekels.

Rasional ;Dapat mengindikasikan edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.

b. catat DVJ, adanya edema dependen.

Rasional ;Di curigai adanya gagal kongestif/ kelebihan volume cairan.

c. ukur masukkan/ haluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi.

Rasional ;Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/ air, dan penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukkan kelebihan volume atau gagal jantung.

d. Timbang berat badan tiap hari

Rasional ;Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukkan gangguan keseimbagan cairan.

e. Pertahankan pemasukkan total cairan 2000 ml/ 24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.

Rasional ;Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.

Kolaborasi ;

a. Berikan diet natrium rendah atau minuman.

Rasional ;Natrium meningkatkan retensi cairan dan harus di batasi

b. Berikan diuretic, contoh ; furosemid (lazix), hidralazin (apresoline), spironolakton dengan hidronolakton (aldaktone).

Rasioanl ;

Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihancairan. Obat piulihan biasanya tergantung gejala asli akut/ kronis

c. Pantau kalium sesuai indikasi.

Rasional ;Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi dan dapat terjadi dengan penggunaan diuretic penurun kalium.

3. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya curah jantung.

Intervensi :

Mandiri ;

a. selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu contoh ; cemas, bingung, letargi, pingsan.

Rasional ;Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung dan juga di pengaruhi oleh elektrolit/ variasi asam basa, hipoksia, atau emboli sistemik.

b. Terlihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin atau lembab. Catat kekuatan nadi perifer.

Rasional ;Vasokontriksi sitemik di akibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin di buktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.

c. Kaji tanda homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.

Rasioanal ;

Indicator trombosis vena dalam

d. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.

Rasional ;

Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress perbapasan.Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukan komplikasi tromboemboli paru.

e. Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan/ tak ada bising usus, mual/ muntah, distensi abdomen, konstipasi.

Rasional ;Penurunan aliran darah kemesenteri dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal contoh ; kehilangan peristaltic. Masalah potensial/ actual karena penggunaan analgesic, penurunan aktivitas dan perubahan diet.

f. Pantau pemasukan dan catat perubahan haluaran urine. Catat berat jenis sesuai indikasi.

Rasional ;Penurunan pemasukan/ mual terus- menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negative pada perfusi dan fungsi organ.

Kolaborasi ;

a. Pantau data laboratorium, contoh ; GDA, BUN, kreatinin, elektrolit

Rasional ;Indicator perfusi/ fungsi organ.

b. Beri obat sesuai indikasi misal ; heparin/ natrium warfarin (coumadin), simetidin (tagamet), ranitidine (zantac), antasida.

4. Cemas berhubungan dengan takut akan kematian.

Intervensi :

Mandiri ;

a. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/ situasi

Rasional ;Koping terhadap nyeri dan trauma emosi IM sulit. Pasien dapat takut mati dan atau cemas tentang lingkungan. Cemas berkelanjutan mungkin terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu dan dapat di manifestasikan oleh gejala depresi.

b. Catat adanya kegelisahan, menolak dan atau menyangkal

Rasional ;Penelitian terhadap frekuensi hidup antara individu tipe A/tipe B dan dampak penolakan telah berarti dua. Namun penelitian menunjukkan beberapa hubungan antara derajat/ ekspresi marah atau gelisah dan penigkatan risiko IM

c. Mempertahankan gaya percaya (tanpa keyakinan yang salah)

Rasioanal ;

Pasien dan orang terdekat dapat di pengaruhi oleh cemas/ ketidaktenangan anggota team kesehatan. Penjelasan yang jujur dapat menghilangkan kecemasan.

d. Kaji tanda verbal/nonverbal kecemasan dan tinggal dengan pasien. Lakukan tindakan bila pasien menunjukkan perilaku merusak

Rasional ;Pasien mungkin tidak menunjukkan masalah secara langsung, tetapi kata-kata atau tindakan dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah. Intervensi dapat membantu pasien meningkatkan control terhadapperilakunya sendiri.

e. Orientasikan pasien/ orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang di harapkan. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.

Rasional ;Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.

f. Dorong pasien/ orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah

Rasional ;Berbagi informasi membentuk dukungan / kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekhawatiran yang tidak di ekspresikan.

g. Berikan periode istirahat/ waktu tidur tidak terputus, lingkungan tenang, dengan tipe control pasien, jumlah rangsang eksternal.

Rasional ;

Penyimpanan energi dan meningkatkan kemampuan koping.

h. Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.

Rasional ;Memungkinkan waktu untuk mengekspresikan perasaan menghilangkan cemas, dan perilaku adaptasi.

Kolaborasi ;

Berikan anticemas/ hipnotik sesuai indikasi contoh ; diazepam (valium), flurazepam (dalmane), lorazepam (ativan).

Rasional ;Meningkatkan relaksasi atau istirahat dan menurunkan rasa cemas.

5. Evaluasi

Hasil yang di harapkan

1. Pasien menunjukkan pengurangan nyeri

2. Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernapas

3. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat

4. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan

5. Mematuhi program perawatan diri

6. Tidak menunjukkan adanya komplikasi