penyakit karantina muhammad fauzi
DESCRIPTION
EpidemiologiTRANSCRIPT
PENYAKIT KARANTINA
PES
1. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984
Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU No.4 / 1984 tentang wabah
penyakit menular, yang termasuk penyakit wabah adalah :
1. Penyakit Karantina, yang terdiri dari :
a. Pes (Plague)
b. Kolera (Cholera)
c. cacar (Smallpox)
d. Demam Kuning (Yellow Fever)
e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever)
f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus Epidemika)
Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai dengan International
sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang pencegahan dan pemberantasannya
dilaksanakan secara internasional.
Karantina artinya pembatasan kebebasan/penahanan seseorang yang diduga telah
mendapat penularan suatu penyakit Karantina selama masa inkubasi dari penyakit
karantina yang diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar-benar menderita
penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan, dan bila setelah masa inkubasi
tersebut ia tetap sehat, ia akan dibebaskan.
Panjangnya masa inkubasi bagi masing-masing penyakit karantina sesuai ketentuan
dari ISR adalah :
- Pes : 6 hari
- Kolera : 5 hari
- Cacar : 14 hari
- Demam Kuning : 6 hari
- Demam Balik – Balik : 8 hari
- Typhus Bercak Wabahi : 14 hari
Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina, ISR juga memuat
kententuan – ketentuan yang diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO
untuk :
1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina di
negara masing-masing.
2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan yang
dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah keluarnya penyakit – penyakit
karantina melalui segala alat perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat
udara, kereta api, bus dan lain – lain.
Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah dikeluarkan 2 undang –
undang yaitu :
1. Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut.
2. Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara.
2. Sejarah Penyakit PES
Penyebaran penyakit PES yang mematikan sudah dimulai abad ke 14 sampai kini.
Diawali perang antara pasukan tartar dengan pedagang dari Genoa yang ada di kota
Caffa, semenanjung krim. Pasukan tartar berhenti menyerang dengan batu kemudian
menggantinya dengan melemparkan mayat-mayat tentara mereka sendiri yang meninggal
karena pes. Akibatnya seluruh kota Caffa terinfeksi. Orang Genoa yang masih hidup
segera kembali ke kapal dan berlayar lagi. Banyak di antara mereka meninggal di kapal,
tetapi sisanya mendarat di Konstatinopel, Genoa, Venesia, dan kota-kota pelabuhan, dan
disana menulari keluarga dan kawannya. Dengan demikian wabah pes tiba di Eropa.
Penyakit ini menyebar dari kota-kota pelabuhan Laut Tengah ke pedalaman utara dan
barat, dari Italia dan Yunani ke Perancis, Spanyol, dan Inggris.
Pada tahun 1348 dua pertiga penduduk Eropa telah terkena. Selama delapan tahun
wabah raya berkecamuk dan sekurang-kurangnya separuh dari jumlah penderita
meninggal. Jumlah korbannya 25 juta orang. Pada waktu itu tak ada tempat untuk
bersembunyi. Mereka yang melarikan diri ke laut pun menemukan penyakit pes sebagai
penumpang gelap di atas kapal.
Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad ke-6,
berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat. Setelah menyapu Eropa pada
Abada ke-14, penyakit pes tetap membara selam 300 tahun, sekali-kali meledak bila
orang rentan tinggal berdesak-desakan di suatu tempat. Lama-kelamaan penyakit ini
menjadi penyakit kota, terutama pelabuhan dan pusat perdagangan yang kerap terserang.
Wabah-wabah ini mencapai puncaknya di London dalam wabah raya tahun 1665.
Pada bulan September tahun itu, daftar kematian mingguan kota London menunjukkan
bahwa lebih dari 30.000 orang meninggal dunia. Di London, semua perdagangan dan lalu
lintas sempat terhenti. Orang takut dekat-mendekati anatar satu sama lain. Dokter-dokter
terkemuka pada zaman itu pun tak dapat menghentikan penyakit pes itu. Bubo atau
pembengkakan kelenjar, yang memberikan nama pada penyakit ini (pes bubonic),
umumnya timbul di ketiak atau di selangkangan. Dokter menggunakan tapal panas, bahan
tajama yang dapat membakar kulit, dan pisau dalam usaha mereka memecahkan
pembengkakan serta mengeluarkan cairannya, dengan keyakinan bahwa bila ini terjadi,
orang sakit akan tertolong. Akhirnya pada musim gugur tahun 1666, penyakit pes mulai
menghilang dari London. Setelah tahun 1720 penyakit pes lenyap pula dari Eropa Barat.
Dari awal mula penyebaran penyakit PES tersebut bisa disimpulkan bahwa sudah
sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap
kesehatan manusia. Di masa kini, penyakit ini Pes(sampar) merupakan penyakit yang
terdaftar dalam Karantina International dan juga disebut remerging disease dan masih
merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa ataupun
wabah. Pes masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1910 melalui pelabuhan Tanjung
Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, semarang, tahun
1923 melalui pelabuhan cirebon dan tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban yang
diakibatkan karena penyakit pes dari tahun 1910 sampai deng tahun 1960 tercatat 245.375
orang dengan angka kematian tertinggi yaitu 23.275 orang yang terjadi pada tahun 1934.
3. Definisi PES
Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia
pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Selain jenis
kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan negara2
Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat
gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan
tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai
berbulan- lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari
percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara.
Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat
ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut disebabkan
oleh kuman/bakteri. Selain itu pes juga dikenal dengan nama Pesteurellois atau
Yersiniosis/Palgue.
4. Penyebab PES
Pes disebabkan oleh :
- Kuman/Bakteri Yersinia pestis (Pasteurellois pestis)
- Kuman berbentuk batang, ukuran 1,5-2x0,5-0,7 mikron
- Bersifat biopolar, non motil, non sporing
- Gram negatif
- Pada suhu 280C merupakan suhu optimum tetapi kapsul terbentuk tidak sempurna
- Pada suhu 370C merupakan suhu yang terbaik bagi pertumbuhan bakteri tersebut.
Organisme ini tidak motil dan tumbuh sebagai anaerob fakultatif di beberapa media
bakteriologi. Pertumbuhan lebih cepat bila berada pada media yang mengandung darah
atau cairan jaringan dalam suhu 300C. Pada kultur darah dimana suhunya 370C,
koloninya akan semakain mengecil dalam waktu 24 jam. Inokulum virulen yang
diturunkan dari jaringan yang terinfeksi menghasilkan koloni yang berwarna abu-abu dan
kental, namun bila dipindahkan dalam media laboratorium koloni tersebut berubah menjai
irregular dan kasar. Kingdom: Bacteria; Phylum: Proteobacteria, bagian: gamma
proteobacteria;Ordo: Enterobacteriales ;Famili: Enterobacteriacheae ; Genus: Yersinia ;
Spesies : Yersinia pestis.
5. Vektor PES
Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia yang membawa penyakit yang
menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit. Vektor menyebabkan agent
infeksi dari manusia atau hewan yang rentan melalui, kotoran, gigitan, dan cairan
tubuhnya, atau secara tidak langsung melalui kontaminasi pada makanan. Vektor pes
adalah pinjal. Di Indonesia saat i ni ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis,
culexiritans, Neopsylla sondaica dan stivalus cognatus.
6. Reservoir
Reservoir (sumber penularan) adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, atau zat
organic (seperti tinja dan makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak
infeksius. Sewaktu organisme infeksius berkembang biak dalam reservoir, mereka
melakukannya sedemikian rupa sehingga penyakit dapat ditularkan pada pejamu rentan.
Manusia sering berperan sebagai reservoir sekaligus pejamu. Reservoir utama dari
penyakit pes adalah hewan –hewan rodent (tikus,kelinci) Kucing di Amerika juga pada
bajing. Sumber penularan ini dapat merupakan risiko bagi kesehatan masyarakat.
7. Masa Inkubasi
Masa inkubasi untuk penyakit pes bubo adalah 2-6 hari, sedang masa inkubasi untuk
pes paru-paru adalah 2-4 hari.
8. Jenis Pes Dan Gejalanya Pada Manusia
Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat
dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan
(disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya
mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di
tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang
lain.
Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut,
shock, pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada
saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik.
Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang
lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague
yang tidak diobati dengan benar.
Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas
pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling
berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga
merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak
diobati dengan benar.
9. Penularan Penyakit PES
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-
kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat ditularkan ke hewan lain atau
manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes
tadi,dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia
dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. Penularan pes secara eksidental dapat
terjadi pada orang – orang yang bila digigit oleh pinjal tikus hutan yang infektif.Ini dapat
terjadi pada pekerja-pekerja di hutan, ataupun pada orang-orang yang mengadakan
rekreasi/camping di hutan.
Penularan pes ini dapat terjadi pada para yang berhubungan erat dengan tikus hutan,
misalnya para Biologi yang sedang mengadakan penelitian di hutan, dimana ianya terkena
darah atau organ tikus yang mengandung kuman pes. Kasus yang umum terjadi dimana
penularan pes pada orang karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit tikus
domestik/komersial yang mengandung kuman pes. Penularan pes dari tikus hutan
komersial melalui pinjal; pinjalyang efektif kemudian menggigit manusia. Penularan pes
dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui gigitan pinjal manusia Culex Irritans
(Human flea). Penularan pes dari orang yang menderita pes paru-paru kepada orang lain
melalui percikan ludah atau pernapasan.
10. Upaya Pencegahan dan Pengobatan
a. Pencegahan
Pencegahan penyakit pes dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat dengan cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak
dengan tikus serta pinjalnya. Cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak antara
tikus beserta pinjalnya dengan manusia dapat dilakukan seperti berikut.
1. Penempatan kandang ternak di luar rumah.
2. Perbaikan konstruksi rumah dan gedung-gedung sehingga mengurangi kesempatan
bagi tikus untuk bersarang (rat proof).
3. Membuka beberapa buah genting pada siang hari atau memasang genting kaca
sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah sebanyak-banyaknya.
4. Menggunakan lantai semen.
5. Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi di tempat yang tidak mungkin dicapai
atau mengundang tikus.
6. Melaporkan kepada petugas Puskesmas bilamana menjumpai adanya tikus mati tanpa
sebab yang jelas (rat fall).
7. Tinggi tempat tidur lebih dari 20 cm dari tanah.
Surasetja (1980), menyatakan bahwa selain upaya pencegahan, ada pula upaya
pemberantasan penyakit pes yaitu sebagai berikut.
1. Keharusan melaporkan terjadinya penyakit pes oleh para dokter supaya tindakan
pencegahan dan pemberantasan penyakit dapat dijalankan. Keharusan ini tercantum
dalam undang-undang karantina danepidemi (UU Wabah 1962).
2. Keharusan melaporkan adanya kematian sebelum mayat dikubur. Pada mayat itu
dilakukan fungsi paru, limfa dan pada bubo. Pes paru primer dapat dinyatakan bila
cairan paru pasitif dan pes cairan limpa negatif. Pes paru sekunder terjadi bila cairan
paru dan cairan limpa positif. Pes septichaemi jika cairan paru negatif dan cairan
limpa positif.
3. Tindakan selanjutnya jika telah dinyatakan diagnosa pes adalah penderita pes paru
(primer dan sekunder) harus diisolasi dan dirawat di rumah sakit. Penduduk di sekitar
rumah pes divaksinasi. Rumah disemprot dengan DDT. Kemudian rumah itu dibuka
atapnya agar matahari dapat masuk. Lalu rumah tersebut diperbaiki kembali.
4. Suntikan anti pes secara umum.
5. Pembasmian pinjal tikus dilakukan dengan bubuk DDT yang ditaruh pada tempat
yang biasa dilalui oleh tikus. Bubuk DDT akan melekat pada bulu tikus sehingga akan
membunuh pinjal-pinjal itu. Hal ini dapat pula dilakukan serangkaian pemberantasan
nyamuk malaria melalui penyemprotan.
6. Pembasmian tikus dengan racun, perangkap dan kucing.
7. Pengawasan angkutan padi dan lain-lain dengan pikulan, gerobak, dan sebagainya
agar tikus yang tertular pes tidak terangkut dari satu daerah ke daerah yang lain.
8. Perbaikan rumah agar tikus tidak bersarang di dalam rumah.
9. Tindakan kebersihan seperti menjemur alat-alat tidur setiap minggu. Jangan ada sisa-
sisa makanan yang berhamburan dan menarik tikus.
b. Pengobatan
Upaya pengobatan terhadap penderita penyakit pes, baik yang menularkan maupun
yang tertular adalah sebagai berukut.
1) Untuk tersangka pes
- Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut atau
- Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut
2) Untuk Penderita Pes
- Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-turut,
kemudian dosis dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari berturut-
turut.Setelah panas hilang.
- Dilanjutkan dengan pemberian :
- Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut,kemudian dosis diturunkan
menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau
- Chlomphenicol 6-8 gram/hari selama 5 hari berturut –turut, kemudian dosis
diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut.
3) Untuk pencegahan terutama ditujukan pada:
- Penduduk yang kontak (serumah) dengan pendeita pes bobo.
- Seluruh penduduk desa/dusun/RW jika ada penderita pes paru.
Tetapi yang dianjurkan adalah dengan pemberian Tertracycline 500mg/hari selama 10
hari berturut-turut.
11. Penggunaan Epidemiologi Dalam Studi Kasus Penyakit Pes
Menggunakan metode epidemiologi dimana dipelajari faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi timbulnya kejadian suatu penyakit. Epidemiologi memiliki kemampuan
untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan
mengarahkan intervensi yang diperlukan karena epidemiologi dalam menangani suatu
penyakit selalu menganalisa dari segi tempat, waktu dan jumlah orang yang terkena
Konsep segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa apabila keseimbangan tidak
tercapai, dalam artian ada 1 faktor lingkungan yang terganggu, maka manusia bisa sakit.
Dalam hal ini dapat dilihat lingkungan memegang peranan penting dalam penyebaran
penyakit pes ini. Penyakit pes yang digolongkan ke pola penyakit menular yang
berhubungan dengan adanya infeksi/kesehatan lignkungan. Lingkungan yang tidak sehat
membuat perkembangan penyakit tersebut semakin cepat, kemudian menginfeksi
makhluk hidup yang tinggal didalamnya. Karena didalam suatu lingkungan kita
berinteraksi, maka kemudian penyakit ini menyebar ketika orang sehat tertular saat
sedang berinteraksi dengan pengidap pes. Jika tidak dilakukan penanganan serius, maka
penyakit ini bisa menjadi endemik. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah penyebaran penyakit berdasarkan ilmu epidemiologi adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya penyakit PES
Studi epidemiologi mempelajari. Dengan cara ini bisa dianalisa tempat, waktu dan
jumlah orang yang terkena penyakit pes. Dengan mengetahui hal itu dapat dianalisa
selanjutnya mengenai apa penyebab penyebarannya
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan.
3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan.
4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisa keadaan sautu penyakit dalam upaya
mengatasi atau menanggulanginya.
5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu
dipecahkan.
Dalam penggunaan ilmu epidemiologi untuk memecahkan solusi permasalahan suatu
kasus kita perlu menggunakan beberapa pendekatan epidemiologi. Ada 3 (tiga)
pendekatan epidemiologi yaitu :
1. Pendekatan Logis
Merupakan pendekatan epidemiologi dengan ilmiah sesuai dengan dasar teori
melalui program-program dengan menggunakan indikator Morbiditas dan Mortalitas.
2. Pendekatan Progmatif
Merupakan suatu bentuk pendekatan epidemiologi yang berkeinginan bebas dari
rasa sakit dan rasa tidak nyaman.
3. Politis
Merupakan pendekatan epidemiologi dengan pertimbangan pendapat-pendapat
orang-orang penting dalam pengambilan keputusan.
12. Kasus-kasus Penyakit PES di Indonesia
a. Penularan Penyakit Pes Di Dusun Sulorowo, Perbukitan Tengger Bromo,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Penularan penyakit Pes di dusun Sulorowo, perbukitan Tengger Bromo,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Penyakit pes pada dasarnya terjadi akibat adanya
hubungan antara manusia dengan kondisi lingkungan yang menyangkut rodent, pinjal
dan habitat. Di dusun ini dilakukan penelitian kualitatif mengenai hal ini dengan
pendekatan sosio-ekologi. Data yang dikumpulkan menyangkut aspek sosial budaya
yang meliputi adat, tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, persepsi serta sikap dan kebiasaan
penduduk yang diduga ada kaitan dengan penularan pes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat dusun Solorowo masih
tradisional. Penduduk sangat akrab terhadap lingkungan alam sekitarnya. Masyarakat
sangat mensakralkan tempat-tempat tertentu yang dianggap mempunyai nilai
kesejarahan serta nilai budaya seperti Petrenan, yaitu tempat yang disakralkan yang
dipercaya sebagai tempat makam leluhur dijadikan tempat pemujaan dan untuk
menyelenggarakan upacara ritual dan keagamaan.
Adanya hubungan antara manusia dengan kondisi lingkungan alam sekitarnya
yang menyangkut rodent, pinjal dan habitat juga sifat tradisional tersebut menunjang
tetap terpeliharanya penularan pes di masyarakat dusun Solorowo. Ditunjang pula
oleh pengetahuan dan persepsi penduduk yang salah terhadap penyakit pes, maka
penyakit tersebut sewaktu-waktu akan tetap menjadi wabah di dusun Solorowo.
b. Penularan penyakit Pes di Banten
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Banten, dari 192 tikus yang tertangkap di perkantoran sekitar area Pelabuhan Merak,
Bojonegara, Karangantu, Anyer, dan Labuan, ditemukan 173 pinjal dalam tubuh
tikus-tikus tersebut.
Bakteri pes atau pasteurella pestis hidup dengan menempel pada tubuh tikus. Tak
hanya tikus, pinjal juga dapat ditemukan di semua binatang pengerat seperti marmut,
hamster, tupai, kucing, anjing, kelinci, rusa, dan kambing. Penyakit ini dapat menular
ke manusia hingga menyebabkan infeksi apabila tergigit.
Kepala Seksi Pengendalian Resiko Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Banten Juanda mengatakan, jika diporsentasekan terdapat 0,91 persen pinjal
dari 192 tikus yang berhasil ditangkap. Untuk menangkap tikus-tikus itu pihaknya
telah menyebar 250 perangkap yang disebar di beberapa lima wilayah kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten.
Untuk mengendalikan penyakit ini, pihaknya memberlakukan program pelabuhan
sehat. Dalam pelaksanaannya, setiap pelabuhan dan titik rawan seperti permukiman
warga sekitar pelabuhan juga akan dipasang perangkap tikus. Masing-masing daerah
sebanyak 250 perangkap tikus.
Pengambilan tikus akan dilakukan mulai setiap Senin dan Sabtu. Kemudian tikus-
tikus itu dikumpulkan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten guna diuji
laboratorium. Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten
Endang Syarifuddin menambahkan, pelaksanaan program pelabuhan sehat ini tak
hanya memberantas tikus sebagai antisipasi penyebaran pes. Melainkan pihaknya juga
akan melakukan fogging, pemberian bubuk abate, dan pemantauan jentik nyamuk
pembawa penyakit DBD.
Di Indonesia, situasi kasus pes pada manusia cenderung fluktuatif selama 2004-
2008. Pada tahun 2007 terjadi 1 kasus pes pada manusia dan pada tahun 2008 tidak
ditemukan kasus pes pada manusia, tetapi ditemukan positif pada beberapa rodent di
beberapa daerah survey.
Dari beberapa kasus diatas dapat disimpulkan walaupun penyakit pes terjadi 1
kasus pada tahun 2007 penyakit ini hampir tidak ada lagi kejadian pada manusia
tetapi pinjal yang berada di tubuh tikus-tikus penyebab pes masih banyak disekitar
lingkungan masyarakat.
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT KARANTINA
PES
Disusun Oleh:
MUHAMMAD FAUZI
NIM. 1011015006
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA2013