penyakit penting tanaman padi

13
Penyakit Penting Tanaman Padi 1. Penyakit tungro Penyakit tungro mulai ditemukan di Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak tahun 1972, bersamaan dengan munculnya penyakit tungro di Jawa, Bali dan Sulawesi Selatan. Ledakan penyakit tungro terbesar terjadi di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur pada areal seluas lebih dari 10.000 ha tahun 1999. Kerusakan tanaman akibat tungro terus-menerus ditemukan khususnya di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu dan Bima, dengan intensitas serangan yang beragam. Kondisi ini perlu segera diatasi agar ledakan penyakit dapat dihindari yakni melalui pengelolaan tanaman yang benar dan pengendalian yang terintegrasi. Penyebab Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama. Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya. Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian

Upload: martin-sianturi

Post on 07-Nov-2015

102 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

penyakit tanaman padi

TRANSCRIPT

Penyakit Penting Tanaman Padi1. Penyakit tungroPenyakit tungro mulai ditemukan di Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak tahun 1972, bersamaan dengan munculnya penyakit tungro diJawa, Bali dan Sulawesi Selatan. Ledakan penyakit tungro terbesar terjadi di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur pada areal seluas lebih dari 10.000 ha tahun 1999. Kerusakan tanaman akibat tungro terus-menerus ditemukan khususnya di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu dan Bima, dengan intensitas serangan yang beragam. Kondisi ini perlu segera diatasi agar ledakan penyakit dapat dihindari yakni melalui pengelolaan tanaman yang benar dan pengendalian yang terintegrasi.

Penyebab

Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama. Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya. Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namunNephotettix virescensmerupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor. wereng hijau (vector)Gejala Serangan

Secara morfologis tanaman padi yang tertular virus tungro menjadi kerdil, daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai bercak-bercak berwarna coklat. Perubahan warna daun di mulai dari ujung, meluas ke bagian pangkal. Jumlah anakan sedikit dan sebagian besar gabah hampa. Infeksi virus tungro juga menurunkan jumlah malai per rumpun, malai pendek sehingga jumlah gabah per malai rendah. Serangan yang terjadi pada tanaman yang telah mengeluarkan malai umumnya tidak menimbulkan kerusakan fatal.

Tinggi rendahnya intensitas serangan tungro ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: ketersediaan sumber inokulum (tanaman terserang), adanya vektor (penular), adanya varietas peka dan kondisi lingkungan yang memungkinkan, namun keberadaan vektor yang mengandung virus adalah faktor terpenting. Intensitas penyakit tungro juga dipengaruhi oleh tingkat ketahanan varietas dan stadia tanaman. Tanaman stadia muda, sumber inokulum tersedia dan populasi vektor tinggi akan menyebabkan tingginya intensitas serangan tungro. Ledakan tungro biasanya terjadi dari sumber infeksi yang berkembang pada pertanaman yang tidak serempak.

Daur Hidup

Masa inkubasi dalam tanaman adalah 6 9 hari. Serangga dapat menularkan virus dengan segera dalam waktu 2 jam setelah memperoleh virus dan mempertahankan dalam tubuhnya selama tidak lebih dari 5 hari. Setelah masa itu, serangga menjadi tidak infektif lagi. Kembali menjadi infektif setelah menghisap tanaman sakit.

Nimfa wereng hijau dapat menularkan virus, tetapi infektif setelah ganti kulit. Virus tidak dapat ditularkan melalui telur serangga maupun melalui biji, tanah, air dan secara mekanis (pergesekan antara bagian tanaman sakit dengan yang sehat).

Siklus Penyakit

Virus dapat menginfeksi tunggul padi sisa panen dan beberapa gulma jenis rumput-rumputan (Dactyloctenium aegyptium, Eleusine indica, Echinochloa colonum, E. crusgalli) Selain itu tunggul pada yang tumbuh dari tanaman terinfeksi juga dapat menjadi sumber inoculum.

2. Penyakit Hawar Bakteri

Penyakit hawar daun bakteri merupakan salah satu penyakit penting tanaman padi karena dapat menurunkan hasil tanaman padi hingga mencapai 60%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keparahan sebesar 20% pada sebulan menjelang panen dapat mengakibatkan penurunan hasil panen. Jika keparahan penyakit mencapai >20%, maka hasil tanaman padi akan turun 4% pada setiap kenaikan keparahan sebesar 10%. Kerusakan terberat terjadi ketika patogen menyerang tanaman padi muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dan mengakibatkan kematian tanaman (Balai Besar Tanaman Padi, 2009).

Penyebab

Penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Awalnya bakteri ini disebut dengan nama Bacillus oryzae Hori et Bokura, kemudian bakteri ini berubah nama menjadi Pseudomonas oryzae Uyeda et Ishiyama, Bacterium oryzae (Uyeda et Ishiyama), lalu Xanthomonas oryzae (Uyeda et Ishiyama) Dawson. Sampai dengan tahun 1991 bakteri ini dikenal dengan nama Xanthomonas campestris pv. oryzae (Ishiyama 1922) Dye 1978 (Semangun, 1991). Triny et al. (2004), Wibowo (2010), dan Zuraida (2011) menginformasikan bahwa penyebab penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi adalah Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Bakteri Xoo berbentuk batang, berukuran 0,72,4 x 0,3-0,45 m (Gambar 2). Sel bakteri ini dapat hidup tunggal atau berpasangan, memiliki kapsula, tidak memiliki spora, serta bergerak dengan satu bulu cambuk (flagellum) di ujungnya. Bakteri ini memiliki sifat gram negatif dan memiliki 8 kelompok atau patotipe.

Gejala SeranganGejala penyakit hawar daun bakteri pada fase awal pertumbuhan padi umumnya mulai timbul pada 1-2 minggu setelah padi dipindah dari persemaian. Daun-daun yang terinfeksi mengalami perubahan warna hijau menjadi kekuningan hingga cokelat, kemudian mengering, helaian daunnya melengkung dan diikuti oleh melipatnya daun di sepanjang ibu tulang daunnya. Pada umumnya gejala yang pertama tampak pada daun-daun yang dipotong ujungnya. Sering kali ibu tulang daun menguning dan daun-daun yang kering berubah warna menjadi kuning jerami sampai cokelat muda (Semangun, 1991). Gejala penyakit hawar daun bakteri yang muncul pada tanaman muda lebih dikenal dengan sebutan kresek (Balai Besar Tanaman Padi, 2009).

Pada umumnya gejala penyakit hawar daun bakteri muncul pada daun-daun tua, dan biasanya gejala hanya tampak pada beberapa daun saja, tetapi seringkali juga gejala berkembang terus sehingga tanaman akhirnya mati (Gambar 1). Pada tingkatan gejala yang lebih lanjut tanaman membusuk, yang sering dikenal dengan sebutan hama lodoh. Bakteri penyebab penyakit ini umumnya berkembang di dalam berkas-berkas pembuluh tanaman, dan jika dipotong dan diletakkan pada ruangan yang lembab akan mengeluarkan lendir yang mengandung jutaan sel bakteri (Semangun, 1991). Pada keadaan lembab (terutama pagi hari), koloni bakteri tampak seperti butiran embun berwarna kuning keemasan dapat ditemukan pada daun yang bergejala. Koloni bakteri tersebut akan menyebar ke daun lain melalui angin, gesekan antar daun, serta percikan air hujan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009).

Daur Hidup

Bakteri Xoo dapat menginfeksi tanaman padi melalui beberapa cara, yaitu luka pada daun akibat pemotongan sebelum tanam, luka pada akar akibat pencabutan, pori air yang terdapat pada daun, luka yang terjadi karena gesekan pada daun, serta melalui luka karena gigitan hama dan hewan lain. Bakteri ini tidak dapat bertahan lama pada bulir padi, sehingga penyakit ini bukan termasuk penyakit terbawa benih. Ramlan et al. (1985, dalam Semangun, 1991) menyebukan bahwa bakteri ini dapat bertahan pada rumput Leersia oryzoides L.. Pada pertanaman, bakteri ini dapat menyebar melalui hujan yang berangin (Semangun 1991). Penyakit hawar daun bakteri umumnya muncul pada tanaman yang dipindahkan dari persemaian pada umur yang lebih muda. Intensitas penyakit ini dipengaruhi oleh curah hujan, banjir, air pengairan yang dalam serta angin kencang. Pemupukan juga berpengaruh terhadap ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri. Pemberian pupuk nitrogen, silikat dan magnesium yang berlebihan dapat berakibat pada menurunnya ketahanan tanaman terhadap penyakit ini. Pemupukan fosfor dan kalium dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit ini (Semangun, 1991).Bakteri berkembang baik dalam tanaman, bakteri yang masuk dalam akar menyumbat jaringan penyalur air, sehingga menyebabkan layu, sedangkan bakteri yang masuk dalam daun melalui pori-pori dari luka dan berkembang baik.

Siklus Penyakit

Bakteri dapat bertahan pada tunggul padi dan gulma (Leersia oryzoides, Zizania latifolia, Leptochloa chinensis, Cyperus rotundis). Bakteri dalam biji padi tidak bertahan lama. Selain itu bakteri dapat hidup dalam air irigasi. Infeksi melalui hidatoda atau luka pada daun dan akar akibat pemotongan ujung bibit dan kerusakan akar akibat dicabut.

3. Penyakit Blas

Penyakit blas merupakan salah satu penyakit penting pada pertanaman padi gogo di seluruh sentra produksi padi gogo Indonesia. Namun demikian, penyakit blas mulai menjadi kendala penting bagi pertanaman padi sawah terutama menyerang varietas-varietas unggul yang rentan terhadap blas. Daerah endemik penyakit blas di Indonesia antara lain Sumut, Sumsel, Lampung, Jawa Barat, Bali, dan NTB. Serangan blas di wilayah Sukabumi, Jawa Barat menurunkan produksi 15-20%. Serangan blas di daerah endemik dapat menyebabkan kehilangan hasil 11-50%).Penyebab

Penyakit blas disebabkan oleh jamurPyricularia grisea(Cooke) Sacc. atau juga dikenal dengan namaPricularia oryzae. Jamur ini termasuk ke dalam Ascomycetes, konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua. Jamur ini bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia.

Penyakit blas pada tanaman padi bersifat kosmopolit, artinya menyerang tanaman padi di seluruh dunia. Factor pemicu serangan penyakit P. oryzae adalah pemupukan N yang terlalu tinggi serta curah hujan dan kelembaban yang tinggi. (Andoko, 2002).

Gejala Serangan

Jika tanaman telah ditulari dengan spora-spora jamur maka pada daun tampak bintik-bintik kecil. Warna bintik-bintik itu ungu kekuningan-kuniangan kemudian lama-lama menjadi membesar dan terdapat titik kecil berwarna putih ditengahnya. Jumlah titik ungu kekuningan bisa banyak atau sedikit tergantung tingkat serangan jamur dan ketahanan varietas padi yang ditanam. (Siregar, 1981).

Gejala pada daun, yang sering disebut sebagai blas daun (Leaf blas), berbentuk bercak-bercak jorong dengan ujung-ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-puthan dan biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Bentuk dan warna bercak bervariasi tergantung dari keadaan lingkungan, umur bercak, dan derajat ketahanan jenis padi. Pada daun tua bercak agak kecil dan lebih bulat, sehingga mirip dengan bercak D.oryzae (Semangun, 1993).

Gejala tipe akut berbentuk bulat, bercak hijau tua dengan bagian ujung runcing, akhirnya berkembang menjadi berbentuk gelendong/ kumparan. Pada bagian tengah kelihatan adanya koloni penyebab penyakit yang disebabkan oleh konidiapor dan konidia. Biasanya penyebab penyakit tumbuh pada kondisi yang sesuai yang menyebabkan tanaman rentan.

Daur Hidup

Proses infeksi pada saat daun dalam keadaan basah dan kondisi lingkungan yang mendukung, perkecambahan akan terjadi setelah 3 jam. Jika kondisi melewati masa kering 24 jam maka perkecambahan akan tertunda. Setelah terjadi infeksi hifa akan mempenetrasi melalui epidermis. Kolonisasi tergantung dari salah satu factor seperti genetic, umur tanaman inang, nutrisi dan factor lingkungan seperti suhu dan tanah.

Sporulasi terjadi ketika kelembaban diatas 90% dibawah kondisi optimum, konidiofor dibentuk selama 4-6 jam. 1 konidium dibentuk 40 menit. Sejumlah spora dihasilkan oleh beberapa luka yang telah ditentukan pada hari yang ke enam berupa luka. Sporulasi maksimum terjadi pada 7-12 hari setelah inokulasi, sporulasi berlanjut sampai 60 hari.

Siklus Penyakit

Penularan terutama terjadi dengan kodinia yang dapat dipencarkan jauh oleh angin, terutama malam hari atau siang hari sehabis turun hujanKonidium lepas bila kelembaban udara lebih dari 90% secara ekplosif karena pecahnya sel kecil di bawah konidium akibat tekanan osmotik.

Tersapat cairan bahan pelengket pada permukaan inang dikeluarkan di ujung konidia. Konidia berkecambah, penetrasi kutikula inang dengan apresorium. Bila Infeksi berhasil maka akan muncul gejala dengan sporulasi (12 hari) sehingga bersifat polisiklik. Patogen bertahan sebagai konidia atau miselium pada biji, sisa tanaman dan gulma (famili Graminea: Panicum repens, Pennisetum purpureum, Setaria italica, Eleusine indica)

Daftar Pustaka

Priyo, Kridanto. 2014. Penyakit Penting Tanaman Padi. http://www.agronomers.com/2014/12/penyakit-penting-pada-tanaman-padi.html. Diakses pada tanggal 01 Mei 2015.

Wirajaswadi, Lalu. 2010. Penyakit Tungro dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=300:penyakit-tungro-dan-pengendaliannya-pada-tanaman-padi&catid=53:artikel&Itemid=49. Diakses pada tanggal 01 Mei 2015.Yolanda, Kiki. 2013. Penyakit Blast Padi. http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=198:penyakit-blast-padi&catid=15:info-teknologi. Diakses pada tanggal 01 Mei 2015.

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Daur Hidup Penyakit Tungro. http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1221. Diakses pada tangga 01 Mei 2015.

Andoko.A., 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar.H., 1981. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Sutra Hudaya. JakartaSemangun.H., 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. UGM-Press. Yogyakarta.