penyakit periodontal
TRANSCRIPT
PENYAKIT PERIODONTALEKA FITRIA. A
1
Jaringan Periodontal
gingiva sementum
ligamen periodontal tulang alveolar2
mahkota
akar
G I G I
Anatomi Gingiva
3
akumulasi plak pada sulkus gingiva
keradangan pada sulkus gingiva
poket
periodontal probe plak keradangan4
Definisi Poket : sulkus gingiva yg bertambah dalam oleh karena proses patologis
kedalaman sulkus bertambah karena :gingival margin bergerak ke koronal dasar sulkus bergerak ke apikal kombinasi
5
Klasifikasi
Poket
Menurut morfologinya : Gingival pocket (false pocket) Periodontal pocket (true pocket) : Suprabony pocket Infrabony pocket Menurut jumlah permukaan gigi yg terlibat : Simple pocket Compound pocket Complex pocket6
migrasi gingival margin ke koronal
poket kombinasi sulkus normalmigrasi dasar sulkus ke apikal
Poket Kombinasi7
8
Periodontal Pocket Suprabony Pocket Infrabony Pocket Perbedaan Prinsip
Posisi dasar poket terhadap tulang alveolar Pola kerusakan tulang Arah transseptal fibers ligamen periodontal9
Posisi Epithelial Attachment terhadap Alveolar Crest
epithelial attachment alveolar crest
alveolar crest epithelial attachment
Poket Supraboni
Poket Infraboni10
11
Pola Kerusakan Tulang & Arah Transseptal Fibers
trasseptal fibers
tulang alveolar
Poket SupraboniKerusakan tulang : horisontal Transseptal fibers : horisontal
Poket InfraboniKerusakan tulang : anguler Transseptal fibers : anguler12
Simple pocket
Compound pocket
Complex pocket
Klasifikasi poket berdasarkan jumlah permukaan yg terlibat13
Gambaran klinis poket :-Free gingiva mengalami sedikit pembesaran warna merah kebiruan -Gingiva tidak melekat pada permukaan gigi -Pemeriksaan dgn probe : > 2mm dan mudah berdarah -Parah : gigi goyang
normal
poket14
Patogenesa Periodontal Pocketbakteri pada sulkus gingiva terjadi perubahan komposisi dan proporsi bakteri menjadi patogen inflamasi pada sulcular epithelium kerusakan jaringan (junctional epithelium) junctional epithelium migrasi ke15apikal
Feedback mechanism
Plaque
Gingival inflammation
Pocket formation
More plaque formationJenis bakteri : - porpyromonas gingivalis - prevotella intermedia - actinobacillus actinomycetemcomitans 16
Histopatologi (HPA) dinding poketterjadi proliferasi, degenerasi dan nekrosis infiltrasi sel plasma, limfosit dan PMN dilatasi pembuluh darah ukuran sel junctional epithelium < normal
keparahan degenerasi tidak selalu berhubungan dgn kedalaman poket : degenerasi yg ringan dpt tjd pd poket yg dalam dan sebaliknya17
Interaksi host - bakteri Dinding poket selalu mengalami perubahanPembagian area pada dinding jaringan lunak poket : 1. Area yg relatif stabil 2. Area akumulasi bakteri 3. Area keluarnya leukosit 4. Area interaksi leukosit bakteri 5. Area deskuamasi epitel 6. Area ulserasi 7. Area hemorrhage18
host
bakteri
repair POKET destruksi - rekonstruksi
inflamasi
klinis : -perubahan warna -perubahan konsistensi -perubahan tekstur permukaan19
epitel dinding poket : kemerahan, halus, mengkilat, lunak dan rentan
edematousdominasi cairan inflamasi dan eksudat
epitel poketdominasi sel-2 dan serat-2 jaringan ikat baru
fibrousepitel dinding poket : padat kenyal, warna merah muda20
periodontal pocket fibrous
21
periodontal pocket edematous
22
edematous
fibrous
gingival pocket23
isi poket : -debris -gingival fluid -leukosit -sel epitel yg terkelupas -kalkulus -eksudat purulen
24
Dinding jaringan keras poket (permukaan akar)bakteri pada permukaan akar serat kolagen rusak permukaan sementum terbuka perawatan semakin sulit
bakteri semakin masuk
tjd demineralisasi akibat bakteri penetrasi ke tubuli dentin timbul rasa sakit regenerasi jaringan pulpa dentin sekunder rasa sakit berkurang25
remineralisasi sementum
Pembagian zona pada dinding jaringan keras poket
1. Zona sementum yg tertutup oleh kalkulus 2. Zona attached plaque 3. Zona unattached plaque 4. Zona perlekatan junctional epithelium ke gigi 5. Zona apikal dari junctional epithelium
26
zona pada dinding jaringan keras poket
27
Aktifitas penyakit periodontal(konsep the specificity of plaque bacteria )penyakit periodontal bersifat episodikaktif (eksaserbasi) inaktif (laten)
bakteri gram bleeding on probing eksudat gingiva
bakteri gram + derajad inflamasi kerusakan tulang kerusakan jaringan ikat
28
aktif
inaktif
sembuh
sehat
regenerasi jaringan
gingival margin pada berbagai kondisi29
principal differencelevel of attachment pocket depth loss of attachment
the distance between pocket / sulcus base pocket / sulcus base
cemento-enamel junction
gingival margin 30
gingival margin cemento-enamel junction pocket / sulcus base pocket / sulcus depth
level / loss of attachment
pocket/sulcus depth VS level/loss of attachment31
A
B
C
A, B, C A, B, C
kedalaman poket = level gingival margin dan level dasar poket 32
probing (pocket) depth dan level of attachment pada berbagai posisi gingival margin
33
POLA KERUSAKAN TULANG34
3 kemungkinan terjadinya kerusakan tulangresorpsi pembentukan resorpsi pembentukan : normal : normal : :
35
penyebab umum kerusakan tulang
akibat keradangan gingiva
akibat trauma oklusi
akibat gangguan sistemik
36
kerusakan tulang akibat keradangan gingiva
patogenitas bakteri
gingivitisdaya tahan tubuh
periodontitis
37
Sisi interproksimal : -melalui puncak tulang bagian tengah (1) -menyusuri ligamen masuk ke tulang (2) -menyusuri sepanjang ligamen period. (3)
2
1 3
arah penyebaran radang dari gingiva38
Sisi fasial dan lingual : -dari gingiva menyusuri oral epitelium (1) -dari periosteum ke dalam tulang (2) -dari gingiva ke ligamen periodontal .. (3)3
2 1
arah penyebaran radang dari gingiva39
penyakit periodontal bersifat episodik & intermitten
periode remisi reaksi radang akut limfosit-T limfosit-B gram + gram aerob anaerob bakteri nonmotile motile
periode eksaserbasi
40
peran interleukin-1 interleukin41
respons tulang terhadap keradanganresorpsi radang aposisi rekontruksi destruksi
tulang alveolar
area terjadinya resorpsi
area terjadinya aposisi42
kerusakan tulang akibat trauma oklusi
keradangan
trauma oklusi
tanpa keradangan
memperparah kerusakan
tekanan & tarikan aktivitas osteoklas nekrosis ligamen & tulang resorpsi tulang & gigi
cenderung irreversible
43 cenderung reversible
kerusakan tulang akibat gangguan sistemik
keseimbangan tulang secara fisiolgis
lokal
sistemik
bakteri
osteoporosis hyperparathyroidism
44
MORFOLOGI BENTUK TULANG PADA PENYAKIT PERIODONTAL
45
variasi normal tulang alveolarplate tulang tipis
plate tulang tebal
46
eksostosis
palatum rahang atas
palatum rahang bawah
47
trauma oklusi
trauma oklusi keradangan
48
buttresing bone formation (lipping)
49
POLA KERUSAKAN TULANG PADA PENYAKIT PERIODONTAL
50
defek horisontal
51
deformitas tulang
52
defek anguler / vertikal
53
tipe defek anguler / vertikal1 dinding 3 dinding
2 dinding
kombinasi54
crater
55
KONTOUR TULANG BULBOUS
56
reversed architecture
57
LEDGE
58
furcation involvement
01
02
03
04
59
02
01
Radiografik pada furcation involvement
03
- 04
60
area furkasi rentan thd trauma oklusi
61
RESPONS PERIODONTAL TERHADAP TEKANAN DARI LUAR
62
pembagian zona dalam periodonsiumzona iritasi tempat akumulasi plak awal tjdnya keradangan meliputi daerah margin & interdental gingiva tidak dipengaruhi trauma oklusi zona ko-destruksi kotempat terjadinya kerusakan akibat bakteri / trauma oklusi meliputi ligamen, tulang alveolar & sementum63
interproksimal
fasial/lingual
zona iritasi dan zona ko-destruksi ko64
tekanan oklusalbesar arah lama frekuensi
periodonsium
adaptasi65
tekanan dalam arah vertikaltekanan oklusal
periodonsium jumlah & ukuran ligamen periodontal kepadatan tulang alveolar
66
tekanan dalam arah horisontal
tekanan
periodonsium
cedera
resorpsi pada sisi tekanan aposisi pada sisi tarikan
67
tekanan dalam arah rotasitekanan
periodonsium
cedera
gigi terlepas dari soketnya68
trauma oklusidefinisi : tekanan oklusal yg melebihi kapasitas adaptasi reparasi jaringan sehingga menimbulkan kerusakan
trauma oklusi oklusi traumatik
cedera jaringan pola oklusi
69
trauma oklusi akut - kronis
akut
perubahan tekanan oklusal yg tiba-2 contoh: over-contour tumpatan
kronis
oklusi abnormal yg terus-menerus contoh: bruxism, clenching
70
trauma oklusi primer - sekunderprimer tekanan meningkat; kemampuan jaringan normal tidak menyebabkan terbentuknya poket sekunder tekanan normal; kemampuan jaringan menurun akibat adanya keradangan periodonsium
71
respons jaringan terhadap peningkatan tekanan oklusaltahap I injury peningkatan resorpsi; penurunan formasi tahap II repair penurunan resorpsi; peningkatan formasi tahap III adaptive remodeling resorpsi dan formasi kembali normal72
respons jaringan terhadap tekanan di bawah normaltekanan oklusal kurang (di bawah normal) kurang stimulasi ukuran ligamen menipis kepadatan tulang berkurang contoh : gigitan terbuka gigi antagonis mengunyah 1 sisi
injuri pada periodonsium73
tandatanda-2 radiografik trauma oklusi
kadang tampak resorpsi akar periodontal space melebar, lamina dura menebal tjd kerusakan septum interdental umumnya bentuk anguler tampak area radiolusen & area kondensasi pd tulang alveolar
74
tandatanda-2 radiografik trauma oklusi
normal
trauma oklusi75
migrasi gigi patologispenyebab radang pada periodonsium tekanan oklusi akibat gigi goyang gigi terlepas dari soket76
PERIODONTITIS KRONIS77
periodonsium jaringan periodontal(investing & supporting tissue)
attachment aparatusgingiva ligamen periodontal sementum tulang alveolar
gingivitis
periodontitis78
daya tahan tubuh
gingivitisvirulensi bakteri
periodontitis
mampu berkolonisasi mampu memproduksi toksin mampu melawan sistem pertahanan
actinobacillus actinomycetemcomitans porpyromonas gingivalis prevotella intermedia eikenella corrodens tannerella forsythia 79 treponema denticola
chronic adult periodontitis adult periodontitis
periodontitis kronis
periodontitis marginalis kronis80
periodontitis kronis
berkembang lambat
berkembang cepatfaktor sistemik penyakit DM, pemakaian obat2an faktor lingkungan merokok, stress81
localized
< 30%
periodontitis kronisgeneralized > 30%82
indikator radiografiknormallamina dura periodontal space alveolar crest tulang alveolar kontinyu normal posisi normal radiopak
abnormaldiskontinyu melebar menurun kabur83
klasifikasi keparahan periodontitis
clinical attachment loss
slight
moderate
severe
1-2mm
3-4mm
>5mm
84
keluhanumumnya tidak ada keluhan sensitif thd perubahan suhu gingiva terasa lunak dan gatal85
daerah rawan akumulasi plak (rawan kerusakan)proksimal konkavitas permukaan akar margin tumpatan enamel projection bukal gigi M386
bifurkasi
faktor resiko- pernah menderita periodontitis - akumulasi plak - diabetes mellitus - stress - merokok - genetik - poor nutrition - puberty , pregnancy - pengaruh obat2an87
88
A = normal B = lamina dura terputus, pelebaran periodontal space C = densitas alveolar crest menurun D = bone loss parah
periodontitis
89
perubahan radiografik pada periodontitis90
PERIODONTITIS AGRESIF91
periodontitis agresif
early onset
terjadi pada penderita sehat perkembangan penyakit 3-4x periodontitis kronis
localized juvenile periodontitis generalized juvenile periodontitis rapidly progressive periodontitis92
aggressive periodontitis
periodontitis agresif periodontitis kronis
-
usia penderita < 30 tahun perkembangan penyakit cepat perubahan respons imun penderita keterlibatan faktor keturunan komposisi bakteri
93
localized (LAP)M1 & I1 + max 2 gigi permanen
periodontitis agresifgeneralized (GAP)M1 & I1 + min 3 gigi permanen94
kerusakan pada LAP terlokalisir, karena :
peran respons imun tubuh thd bakteri peran bakteri lain yg antagonistik produksi toksin bakteri terhenti defek pada sementum95
tanda-tanda klinis dan ronsenologis[ Molar pertama & (Insisif) ]
- akumulasi plak supra dan subgingiva ~ kerusakan - inflamasi gingiva (nyata / tidak) - poket (umumnya dalam) - pembesaran margin gingiva (nyata/tidak) - papila interdental tampak normal - aktifitas GCF meningkat - goyang dan bahkan migrasi - sensitif, deep & dull pain - parah abses disertai pembesaran kelenjar limfe - R: resorpsi tulang alveolar (bentuk anguler)96
tanda-tanda klinis dan ronsenologisgeneralized
respons antibodi rendah episodik: eksaserbasi laten radang akut radang kronis
penurunan berat badan, malaise, depresi mental R: bone loss pada sebagian besar gigi-gigi bone loss 25-60% dlm waktu 9 minggu97
faktor resiko :mikrobiologi : bakteri AA imunologi : defek neutrofil monosit hyperresponsive genetik : familial aggregation merokok : memperparah kerusakan98
99
CU FRIDAY..
100
BEDAKAN PEMBESARAN GINGIVA KARENA KERADANGAN DAN YG BUKAN, BAIK SECARA KLINIS MAUPUN HPA
101
NUP ( NECROTIZING ULCERATIVE PERIODONTITIS )
102
NECROTIZING ULCERATIVE PERIODONTITIS ( NUP )
NUP : kelanjutan dari NUG ke jar. Periodontal Gejala : nekrosis, ulseratif pada interdental papila / margin gingiva, sangat sakit, margin gingiva berwarna merah terang, mudah berdarah, halitosis, manifestasi sistemik : demam, malaise, lymphadenopati103
KLINIS : hampir sama dgn NUG, nekrosis dan ulserasi pada interdental papila dan margin gingiva, sangat sakit, mudah berdarah, destruksi melanjut hingga terjadi bone loss, crater yg dalam. Pada keadaan yg parah : severe bone loss, tooth mobility, tooth loss. HPA : zona yg hampir sama dgn NUG, terdapat bakteri t.u spirochaeta, leukosit t.u neutrophil, dan jaringan nekrotik.104
Pada pasien HIV / AIDS : keadaan gingiva dan jaringan periodontal seperti keadaan NUP sering ditemukan pada pasien dengan HIV / AIDS. Keadaan lain yg biasanya di temukan pada pasien dengan HIV / AIDS yaitu Linear gingival erythema (LGE).
105
Etiologi : bakteri spirochaeta, disertai faktor predisposisi spt : OH yg buruk, penyakit periodontal yg sudah ada sblmnya, merokok, infeksi virus, malnutrisi, dan gangguan sistem imun.
106
107
108
109
110
PATHOLOGY AND MANAGEMENT OF PERIODONTAL PROBLEMS IN PATIENTS WITH HIV INFECTION
111
AIDS DAN PERIODONSIUMAIDS : menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus : HIV Manifestasi AIDS pada rongga mulut & jaringan periodontal, bisa sangat beragam.
112
MANIFESTASI RONGGA MULUT & JAR. PERIODONTAL PD INFEKSI HIVMeski tidak selalu lesi rongga mulut timbul pada penderita HIV Beberapa manifestasi lesi rongga mulut pada penderita HIV : 1. Candidiasis Mrp flora normal RM, tetapi berproliferasi pada keadaan2 tertentu , spt : pasien yg menerima perawatan immunosuppresive.113
Candidiasis lesi RM yg paling sering ditemukan pada hampir 90% HIV/AIDS, dengan gambaran klinis : pseudomembranes, erythematous, hyperplastic candidiasis, angular cheilitis. Bila ditemukan candidiasis, tanpa adanya faktor predisposisi waspada HIV. Pasien HIV/AIDS yang terkena candidiasis, biasanya rekuren, meski sudah dilakukan terapi anti fungal.114
Terapi : lokal : fluoconazole sistemik : ketoconazole 2. ORAL HAIRY LEUKOPLAKIA Primer pasien HIV klinis : lateral lidah, tdk ada gejala, daerah yang keratotik. HPA : permukaan yang hyperparakeratotic, akantosis, bentukan balloon cells yg berisi partikel virus ( epstein barr virus ).115
Etiologi : human papilloma virus, Epstein-barr Virus DD: dysplasia, carcinoma, idiopathic keratosis, lichen planus. Pemeriksaan mikroskopis pada pasien dengan resiko tinggi tanda awal infeksi HIV dan mrp indikasi berkembangnya AIDS. Terapi : biasanya lesi merespons terapi HIV, anti viral. Dilakukan laser/bedah konvensional.116
3. KAPOSIS SARCOMA DAN KEGANASAN LAINNYA Keganasan pada RM lebih sering pada pasien dengan gangguan imun. Seseorang dgn HIV positif yg terkena kaposis sarcoma AIDS KS keganasan RM yg paling utama pada penderita AIDS.
117
Klinis : nodul, papula, non elevated makkulae, berwarna coklat, biru, atau ungu. HPA : proliferasi sel endotel, infiltrasi sel keradangan terutama sel plasma. Terapi : antiretroviral agents, eksisi laser, cryotherapy, terapi radiasi.
118
4. Hyperpigmentasi oral Oral pigmentasi infeksi HIV Pada kasus2 tertentu : di karenakan penggunaan obat seperti ketokenazole dan adrenokortikoid. 5. Atypical ulcers Pasien HIV : insidens yg tinggi terjadinya lesi herpetic dan stomatitis. Pada pasien sehat, lesi seperti di atas mudah remisi dan sembuh dengan sendirinya.119
Macam bentuk lesi ulser : Herpes simplex virus (HSV), Epstein-Barr virus (EBV), Cytomegalovirus (CMV).
120
121
122
123
124
125
Penyakit periodontal ~ AIDS Linear gingival erythema (LGE), NUG, NUP, Periodontitis kronis
126
127
Penanganan periodontal pasien dgn HIV/AIDS. Anamnesa yang tepat Mulai kapan terinfeksi HIV Riwayat penggunaan obat terlarang, penyakit yang menular melalui hubungan seksual Obat2an yang digunakan Penanganan meliputi, kontrol infeksi, terapi konvensional128