penyebab kematian akibat luka bakar

13
Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar (Manner of Death) a. Keracunan Zat Karbon Monoksida Kebanyakan kematian pada luka bakar biasanya terjadi pada kebakaran yang hebat yang terjadi pada gedung-gedung atau rumah-rumah bila dibandingkan dengan kebakaran yang terjadi pada kecelakaan pesawat terbang atau mobil. Pada kasus-kasus kebakaran yang terjadi secara bertahap maka CO poisoning dan smoke inhalation lebih sering bertanggung jawab dalam penyebab kematian korban dibanding dengan luka bakar itu sendiri. CO poisoning merupakan aspek yang penting dari penyebab kematian pada luka bakar, biasanya korban menjadi tidak sadar dan meninggal sebelum api membakarnya, ini dapat menjawab pertanyaan mengapa korban tidak melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran. Sehingga dalam menentukan penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka bakar serta saturasi darah yang mengandung CO harus dinilai secara hati – hati. Gas CO ini dibentuk dari pembakaran yang tidak sempurna misalnya kayu yang terbakar, kertas, kain katun, batu bara yang terbakar akan menghasilkan gas CO. CO dalam darah merupakan indikator yang paling berharga yang dapat menunjukkan bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran. Oleh karena gas ini hanya dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru. Pada perokok dapat dijumpai saturasi CO dalam darah hanya lebih dari 5%, dan ini dapat menunjukan bahwa korban masih bernafas pada waktu terjadinya kabakaran, demikian juga pada korban atherosclerosis coroner yang berat dapat meninggal dengan

Upload: panggih-sekar-palupi-ii

Post on 15-Apr-2017

229 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar

Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar (Manner of Death)

a. Keracunan Zat Karbon Monoksida

Kebanyakan kematian pada luka bakar biasanya terjadi pada kebakaran yang hebat

yang terjadi pada gedung-gedung atau rumah-rumah bila dibandingkan dengan

kebakaran yang terjadi pada kecelakaan pesawat terbang atau mobil. Pada kasus-

kasus kebakaran yang terjadi secara bertahap maka CO poisoning dan smoke

inhalation lebih sering bertanggung jawab dalam penyebab kematian korban

dibanding dengan luka bakar itu sendiri. CO poisoning merupakan aspek yang penting

dari penyebab kematian pada luka bakar, biasanya korban menjadi tidak sadar dan

meninggal sebelum api membakarnya, ini dapat menjawab pertanyaan mengapa

korban tidak melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran. Sehingga dalam

menentukan penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka bakar serta saturasi

darah yang mengandung CO harus dinilai secara hati – hati. Gas CO ini dibentuk dari

pembakaran yang tidak sempurna misalnya kayu yang terbakar, kertas, kain katun,

batu bara yang terbakar akan menghasilkan gas CO. CO dalam darah merupakan

indikator yang paling berharga yang dapat menunjukkan bahwa korban masih hidup

pada waktu terjadi kebakaran. Oleh karena gas ini hanya dapat masuk melalui

absorbsi pada paru-paru. Pada perokok dapat dijumpai saturasi CO dalam darah hanya

lebih dari 5%, dan ini dapat menunjukan bahwa korban masih bernafas pada waktu

terjadinya kabakaran, demikian juga pada korban atherosclerosis coroner yang berat

dapat meninggal dengan kadar COHB yang lebih rendah dari pada individu yang

sehat. Bila CO merupakan penyebab mati yang utama maka saturasi dalam darah

paling sedikitnya dibutuhkan 40% COHB, kecuali pada orang tua, anak-anak dan

debilitas dimana pernah dilaporkan mati dengan kadar 25 %. Sebenarnya kadar

COHB pada korban yang sekarat selama kebakaran, sering tidak cukup tinggi untuk

menyebabkan kematian. Banyak kasus-kasus fatal menunjukan 50- 60 % saturasi,

walaupun kadarnya secara umum kurang dari kadar yang terdapat dalam darah pada

keracunan CO murni, seperti pembunuhan dengan gas mobil atau industrial exposure,

dimana konsentrasinya dapat mencapai 80 %. Selain itu adanya gas-gas toksik dan

pengurangan oksigen dalam atmosfer dapat menyebabkan kematian dengan kadar CO

yang rendah.

Page 2: Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar

b. Menghirup asap pembakaran (Smoke Inhalation)

Pada banyak kasus kematian, dimana cedera panas pada badan tidak sesuai dengan

penyebab kematian maka dikatakan penyebab kematian adalah smoke inhalation.

Asap yang berasal dari kebakaran terutama alat-alat rumah tangga seperti furniture,

cat , kayu, pernis, karpet dan komponen-komponen yang secara struktural terdiri

polystyrene, polyurethane, polyvinyl dan material-material plastik lainnya dikatakan

merupakan gas yang sangat toksik bila dihisap dan potensial dalam menyebabkan

kematian.

c. Trauma Mekanik

Kematian oleh karena trauma mekanik biasanya disebabkan karena runtuhnya

bangunan disekitar korban, atau merupakan bukti bahwa korban mencoba untuk

melarikan diri seperti memecahkan kaca jendela dengan tangan. Luka-luka ini harus

dicari pada waktu melakukan pemeriksaan luar jenasah untuk memastikan apakah

luka-luka tersebut signifikan dalam menyebabkan kematian. Trauma tumpul yang

mematikan tanpa keterangan antemortem sebaiknya harus dicurigai sebagai suatu

pembunuhan.

d. Anoksia dan hipoksia

Kekurangan oksigen dengan akibat hipoksia dan anoksia sangat jarang sebagai

penyebab kematian. Bila oksigen masih cukup untuk menyalakan api maka masih

cukup untuk mempertahankan kehidupan. Sebagai contoh tikus dan lilin yang

diletakkan dalam tabung yang terbatas kadar oksigennya ternyata walaupun lilin

padam lebih dahulu tikus masih aktif berlari disekitarnya.

Radikal bebeas dapat diajukan sebagai salah satu kemungkinan dari penyebab

kematian, oleh karena radikal bebas ini dapat menyebabkan surfaktan menjadi inaktif,

jadi mencegah pertukaran oksigen dari alveoli masuk kedalam darah.

e. Luka bakar itu sendiri

Secara general dapat dikatakan bahwa luka bakar seluas 30 – 50 % dapat

menyebabkan kematian. Pada orang tua dapat meninggal dengan presentasi yang jauh

lebih rendah dari ini, sedangkan pada anak-anak biasanya lebih resisten. Selain oleh

derajat dan luas luka bakar prognosis juga dipengaruhi oleh lokasi daerah yang

terbakar, keadaan kesehatan korban pada waktu terbakar. Luka bakar pada daerah

Page 3: Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar

perineum, ketiak, leher, dan tangan dikatakan sulit dalam perawatannya, oleh karena

mudah mengalami kontraktur.

f. Paparan panas yang berlebih

Environmental hypertermia dapat menjadi sangat fatal dan bisa menyebabkan

kematian. Bila tubuh terpapar gas panas, air panas atau ledakan panas dapat

menyebabkan syok yang disertai kolaps kardiovaskuler yang mematikan.

Penentuan Intravitalitas Luka BakarFaktor yang tidak kalah penting dalam patologi forensik adalah bagaimana cara

membedakan apakah korban mati sebelum atau sesudah kebakaran.3,8

a) Jelaga dalam saluran nafas

Pada kebakaran rumah atau gedung dimana rumah atau gedung beserta isi

perabotannya juga terbakar seperti bahan-bahan yang terbuat dari kayu, plastik akan

menghasilkan asap yang berwarna hitam dalam jumlah yang banyak. Akibat dari

inhalasi ini korban akan menghirup partikel karbon dalam asap yang berwarna hitam.

Sebagai tanda dari inhalasi aktif antemortem, maka partikel-partikel jelaga ini dapat

masuk kedalam saluran nafas melalui mulut yang terbuka, mewarnai lidah, dan faring,

glottis , vocal cord , trachea bahkan bronchiolus terminalis. Sehingga, secara histologi

ditemukan jelaga yang terletak pada bronchiolus terminalis merupakan bukti yang

absolut dari fungsi respirasi. Sering pula dijumpai adanya jelaga dalam mukosa

lambung, ini juga merupakan bukti bahwa korban masih hidup pada wakrtu terdapat

asap pada peristiwa kebakaran. Karbon ini biasanya bercampur dengan mukus yang

melekat pada trachea dan dinding bronchus oleh karena iritasi panas pada mukosa.

Ditekankan sekali lagi bahwa ini lebih nyata bila kebakaran terjadi didalam gedung

dari pada di dalam rumah.

b) Saturasi COHB dalam darah

CO dalam darah merupakan indikator yang paling berharga yang dapat menunjukkan

bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran. Oleh karena gas ini hanya

dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru. Akan tetapi bila pada darah korban

tidak ditemukan adanya saturasi COHB maka tidak berarti korban mati sebelum

Page 4: Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar

terjadi kebakaran. Pada nyala api yang terjadi secara cepat, terutama kerosene dan

benzene, maka level karbonmonoksida lebih rendah atau bahkan negative dari pada

kebakaran yang terjadi secara perlahan-lahan dengan akses oksigen yang terbatas

seperti pada kebakaran gedung. Satu lagi yang harus disadari bahwa kadar saturasi

CO dalam darah tergantung beberapa faktor termasuk konsentrasi CO yang terinhalasi

dari udara, lamanya eksposure, rata-rata dan kedalaman respiration rate dan

kandungan Hb dalam darah. Kondisi-kondisi ini akan mempengaruhi peningkatan

atau penurunan rata-rata absorbsi CO. sebagai contoh api yang menyala dalam

ruangan tertutup, akumulasi CO dalam udara akan cepat meningkat sampai

konsentrasi yang tinggi, sehingga diharapkan absorbsi CO dari korban akan

meningkan secra bermakna. Pada otopsi biasanya relatif mudah untuk menentukan

korban yang meninggal pada keracuan CO dengan melihat warna lebam mayat yang

berupa cherry red pada kulit, otot, darah dan organ-organ interna, akan tetapi pada

orang yang anemik atau mempunyai kelainan darah warna cherry red ini menjadi sulit

dikenali. Warna cherry red ini juga dapat disebabkan oleh keracuan sianida atau bila

tubuh terpapar pada suhu dingin untuk waktu yang lama.

c) Reaksi jaringan

Tidak mudah untuk membedakan luka bakar yang akut yang terjadi antemortem dan

postmortem. Pemeriksaan mikroskopik luka bakar tidak banyak menolong kecuali

bila korban dapat bertahan hidup cukup lama sampai terjadi respon respon radang.

Kurangnya respon tidak merupakan indikasi bahwa luka bakar terjadi postmortem.

Pemeriksaan slide secara mikroskopis dari korban luka bakar derajat tiga yang

meninggal tiga hari kemudian tidak ditemukan reaksi radang, ini diperkirakan oleh

karena panas menyebabkan trombosis dari pembuluh darah pada lapisan dermis

sehinggga sel-sel radang tidak dapat mencapai area luka bakar dan tidak

menyebabkan reaksi radang. Blister juga bukan merupakan indikasi bahwa korban

masih hidup pada waktu terjadi kebakaran, oleh karena blister ini dapat terjadi secara

postmortem. Blister yang terjadi postmortem berwarna kuning pucat, kecuali pada

kulit yang hangus terbakar. Agak jarang dengan dasar merah atau areola yang

erythematous, walaupun ini bukan merupakan tanda pasti. Secara tradisionil banyak

penulis mengatakan bahwa untuk dapat membedakan blister yang terjadi antemortem

dengan blister yang terjadi postmortem adalah dengan menganalisa protein dan

chlorida dari cairan itu. Blister yang dibentuk pada antemortem dikatakan

Page 5: Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar

mengandung lebih banyak protein dan chloride, tetapi inipun tidak merupakan angka

yang absolute.

d) Pendarahan subendokardial ventrikel kiri jantung

Perdarahan subendokardial pada ventrikel kiri dapat terjadi oleh karena efek panas.

Akan tetapi perdarahan ini bukan sesuatu yang spesifik karena dapat disebabkan oleh

berbagai mekanisme kematian. Pada korban kebakaran perdarahan ini merupakan

indikasi bahwa sirkulasi aktif sedang berjalan ketika tereksposure oleh panas tinggi

yang tidak dapat ditolerasi oleh tubuh dan ini merupakan bukti bahwa korban masih

hidup saat terjadi kebakaran.

Keadaan Umum yang Ditemukan pada Mayat dengan Luka Bakar

Pada kebakaran yang hebat, apakah di dalam gedung atau yang terjadi pada kecelakaan mobil

yang terbakar, sering terlihat bahwa keadaan tubuh korban yang terbakar sering tidak

mencerminkan kondisi saat matinya. Berikut keadaan umum yang ditemukan pada mayat

dengan luka bakar.1,5,6,7,8

1. Skin split

Kontraksi dari jaringan ikat yang terbakar menyebabkan terbelahnya kulit dari

epidermis dan korium yang sering menyebabkan artefak yang menyerupai luka sayat dan

sering disalah artikan sebagai kekerasan tajam. Artefak postmortem ini dapat mudah

dibedakan dengan kekerasan tajam antemortem oleh karena tidak adanya perdarahan dan

lokasinya yang bervariasi disembarang tempat. Kadang-kadang dapat terlihat pembuluh

darah yang intak yang menyilang pada kulit yang terbelah.

2. Abdominal wall destruction

Kebakaran partial dari dinding abdomen bagian depan akan menyebabkan keluarnya

sebagian dari jaringan usus melalui defek yang terjadi ini. Biasanya ini terjadi tanpa

perdarahan, apakah perdarahan yang terletak diluar atau didalam rongga abdomen.

3. Skull fractures

Bila kepala terpapar cukup lama dengan panas dapat menyebabkan pembentukan uap

didalam rongga kepala yang lama kelamaan akan mengakibatkan kenaikan tekanan

intrakranial yang dapat menyebabkan terpisahnya sutura-sutura dari tulang tengkorak.

Pada luka bakar yang hebat dan kepala sudah menjadi arang atau hangus terbakar dapat

Page 6: Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar

terlihat artefak fraktur tulang tengkorak yang berupa fraktur linear. Disini tidak penah

diikuti oleh kontusio serebri, subdural atau subarachnoid.

4. Pseudo epidural hemorrhage

Keadaan umum yang biasanya terdapat pada korban yang hangus terbakar dan kepala

yang sudah menjadi arang adalah pseudo epidural hemorrhage atau epidural hematom

postmortem. Untuk membedakan dengan epidural hematom antemortem tidak sulit oleh

karena pseudo epidural hematom biasanya berwarna coklat, mempunyai bentukan seperti

honey comb appearance, rapuh tipis dan secara tipikal terletak pada daerah frontal,

parietal, temporal dan beberapa kasus dapat meluas sampai ke oksipital.

5. Non-cranial fractures

Artefak berupa fraktur pada tulang-tulang ekstremitas juga sering ditemukan pada

korban yang mengalami karbonisasi oleh karena tereksposure terlalu lama dengan api

dan asap. Tulang – tulang yangterbakar mempunyai warna abu-abu keputihan dan sering

menunjukan fraktur kortikal pada permukaannya. Tulang ini biasanya hancur bila

dipegang sehingga memudahkan trauma postmortem pada waktu transportasi ke kamar

mayatatau selama usaha memadamkan api. Mayat sering dibawa tanpa tangan dan kaki,

dan mereka sudah tidak dikenali lagi di TKP karena sudah mengalami fragmentasi.

6. Pugilistic Posture

Pada mayat yang hangus terbakar, tubuh akan mengambil posisi “pugilistic”.

Koagulasi dari otot-otot oleh karena panas akan menyebabkan kontraksi serabut otot otot

fleksor dan mengakibatkan ekstremitas atas mengambil sikap seperti posisi seorang

boxer dengan tangan terangkat didepannya, paha dan lutut yang juga fleksi sebagian atau

seluruhnya. Posisi “pugilistic” ini tidak berhubungan apakah individu itu terbakar pada

waktu hidup atau sesudah kematian. “pugilistic” attitude atau heat rigor ini akan hilang

bersama dengan timbulnya pembusukan.

Page 7: Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar

Aspek Medikolegal

Akhirnya dalam pemeriksaan sedapat mungkin dokter bisa menentukan cara kematian

yang dapat berupa :

1) Kecelakaan

Sering dijumpai pada kebakaran rumah dan gedung. Banyak pada wanita dan anak

karena sering bekerja di dapur. Pada anak-anak luka bakar terjadi karena mereka tidak

menyadari bahwa ada kebakaran di sekelilingnya. Pada penderita epilepsy mendapat

serangan sewaktu dekat dengan api.

2) Pembunuhan

Kematian yang disebabkan oleh adanya kebakaran di suatu tempat, biasanya adalah

merupakan suatu kebetulan. Akan tetapi, kebakaran merupakan kumpulan dari suatu

kesengajaan dimana kematian yang ada di sini, adalah diklasifikasikan sebagai suatu

pembunuhan massal atau homocida. Di dalam kasus-kasus yang terjadi, dimana ada

suatu kecurigaan dari rumah yang mengalami kebakaran, maka suatu putusan yang

berhubungan dengan kematian yang disebabkan oleh adanya kebakaran yang terjadi,

seharusnya ditunda hingga dilakukan penyelidikan secara sempurna terhadap masalah

yang dihadapi tersebut. Kebakaran merupakan hal yang dianggap sebagai adanya

tujuan dan alasan-alasan tertentu dari satu atau beberapa orang. Dimana alasan yang

biasanya ada adalah untuk alasan profit, yaitu untuk mendapatkan asuransi.

Kebakaran juga mungkin saja merupakan suatu tindakan balas dendam, karena

adanya mental yang tidak normal dari seseorang, atau untuk menyembunyikan suatu

tindakan kriminal sebagaimana pencurian atau homocida jarang terjadi, seperti

biasanya sia-sia, sebagai yang pertama pemeriksa badan menentukan bahwa

seseorang meninggal sebelum terbakar. Artinya, sesungguhnya, berbeda sekali

dengan membakar tubuh , karena airnya yang tinggi. Jadi, tubuh bagian luar

menunjukkan bagian hangus yang luas, dengan patah tulang dan sebagian hilang dari

alat gerak, akan sering memperlihatkan penjaggaan sepenuhnya pada Internal rongga

perut. Api jarang sekali menghasilkan suhu yang cukup tinggi, diatas waktu yang

cukup lama, untuk membakar tubuh. Temperatur yang berubah-ubah dimana tubuh

terlindungi, tergantung pada material yang terbakar; begitu cepatnya material

(mereka) terlalap;apakah ada material baru, jika ada, gantikan material yang terbakar

dan dengan segera pemadam kebakaran mengatasinya. Bagian luar krematorium, api

kekurangan intensitas dan waktu untuk menyelesaikan pembakaran tubuh

manusia .Suatu cara yang pantas untuk membakar tubuh bagian luar krematorium

Page 8: Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar

adalah meninggikannya pada panggangan seperti kerangka, sehingga saat dibakar,

pencairan lemak akan dilalap oleh api dan menambah komsumsi dari tubuh.19

3) Bunuh diri

Bunuh diri jarang terjadi. Pada beberapa orang biasanya menyiram diri mereka

dengan cairan yang mudah terbakar, biasanya dengan bensin, dan kemudian

membakar dirinya ke api. Pada keaadaan seperti itu biasanya ditemukan korek api.

Temuan korek api seharusnya diperiksa untuk keperluan sidik jari. Kematian mungkin

tidak cepat, akan tetapi, meninggalnya individu/seseorang disebabkan karena

komplikasi dari membakar dirinya.

Ahli forensik patologi seharusnya mengumpulkan bagian-bagian dari pakaian untuk

menganalisis adanya zat yang mudah menguap. Pakaian ini harus ditempatkan dalam

sebuah botol kaca dengan tutup sekrup pada bagian atasnya. Pakaian itu tidak boleh

disimpan pada sebuah tas plastik, sebagai zat yang mudah menguap kemungkinan

besar dapat menguap melalui plastik. Cara lain sebelum menyiapkan pakaian untuk

pemeriksaan terhadap zat yang mudah menguap adalah menempatkannya pada sebuah

kaleng cat dan menutup kaleng tersebut. Satu kemungkinan juga ingin diambil tanah

dari bawah dimana individu awalnya membakar diri mereka untuk menganalisa

adanya zat yang mudah menguap.

Pada kematian yang disebabkan oleh bunuh diri, jarang ditemukan bahwa konsentrasi

karbon monoksida darah tidak dapat ditinggikan tetapi dapat menjadi normal sejak api

menyala. Begitu seringnya hal tersebut tidak disadari/dimengerti, pada sebagian besar

kematian yang disebakan oleh bunuh diri dan sebagian lagi disebabakan oleh kobaran

api, tingginya konsentrasi karbon monoksida. Saat bunuh diri terjadi diluar ruangan

atau ditempat yang besar (ruangan yang besar) konsentrasi karbon monoksida rendah

atau karbon monosida yang negatif.