penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan sidogiri …
TRANSCRIPT
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
ii
PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PEMBIAYAANMURABAHAH DI LEMBAGA MIKRO SYARIAH BMT UGT
SIDOGIRI CABANG WIROLEGI
SKRIPSI
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri JemberUntuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I.) Fakultas SyariahJurusan Mu’amalah (MU)
Oleh:
Haris SuhudNIM : 083 102 031
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBERFAKULTAS SYARIAH
MARET, 2015
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
ix
ABSTRAK
Haris Suhud, 2015: Penyelesaian Wanprestsi Dalam Pembiayaan Murabahahdi Lembaga Mikro Syariah Studi Kasus BMT Sidogiri Cabang Wirolegi
BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama yaitu Baitul mal watTamwil (Rumah Pengembangan Harta) melakukan usaha-usaha produktif daninfestasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro, antara lainmendorong kegiatan menabung dan menyalurkan dana. Penyaluran dana adalahmerupakan kegiatan yang dilakukan oleh BMT Sidogiri Cabang Wirolegi,Pemberian pembiayaan yang tertuang dalam suatu perjanjian, sebelum melakukantransaksi antara pihak BMT dan nasabah selalu membuat kesepakatan yangdisetujui oleh kedua belah pihak dan kesepaktan tersebut tertuang dalam sebuahakad pembiayaan seperti murabahah. Dengan demikian keduanya telah terikatdalam satu perjanjian atau hukum yang telah dibuat bersama, akan tetapi didalamperjanjian tersebut terkadang nasabah cedera janji (Wanprestasi) atas perjanjianyang telah dibuatnya, sehingga BMT harus berusaha keras mengatasi kasuswanprestasi, BMT Sidogiri berasal dari pondok pesantren Sidogiri yangkaryawanya adalah para alumni santri Sidogiri, apakah ada kaitanya penyelesaianWanprestasi dengan status mereka sebagai santri?
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. Bagaimana mekanismepembiayaan murabahah di BMT Sidogiri Cabang Wirolegi Dan sub masalahdalam penelitian ini adalah 1). Apa saja faktor-faktor terjadinya Wanprestasidalam pembiayaan murabahah di BMT Sidogiri Cabang Wirolegi 2) Bagaimanapenyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan murabahah di BMT UGT SidogiriCabang Wirolegi
Tujuan penelitian ini secara umum adalah 1). Untuk mengetahuimekanisme pembiayaan murabahah di BMT Sidogiri. untuk mengetahuipenyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan murabahah di BMT Sidogiri Cab.Wirolegi. Sedangkan secara khusus adalah 1) Untuk mengetahui faktor-faktorterjadinya Wanprestasi di BMT Sidogiri Cabang Wirolegi. 2) untuk mengetahuipenyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan murabahah di Sidogiri Cab.Wirolegi.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif , maka dalam pengumpulan datanyamenggunkan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun analisisdatanya menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan melakukan pengecekankeabsahan data melalui beberapa sumber.
Hasil dari penelitian ini BMT Sidogiri Cabang Wirolegi dalam mekanismepembiayaan murabahah BMT sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeliditambah keuntungan yang disepakati, sedangkan faktor faktor Wanprestasiberasal dari interen yaitu berasal dari pihak BMT yang kurang teliti dalam menilainasabah dan eksteren yaitu berasal dari nasabah dikarenakan beberapa faktor,yaitu nasabah tidak amanah dan kebangkrutan dari nasabah tersebut. BMT dalammenyelesaikan kasus Wanprestasi yaitu dengan sistem kekeluargaan, artinya pihakBMT mengutamakan nilai-nilai kesantrianya yaitu menggunakan ahlaqurkarimahyang baik tidak menggunakan kekerasan dan paksaan.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
KATA PENGANTAR.................................................................................. vii
ABSTRAK................................................................... ................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 7
E. Definisi Istilah ...................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu.............................................................. 12
B. Kajian Teori........................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................ 41
B. Lokasi Penelitian................................................................... 41
C. Subyek Penelitian…………………...................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 42
E. Analisis Data ......................................................................... 44
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
xi
F. Keabsahan Data..................................................................... 44
G. Tahap-Tahap Penelitian ......................................................... 44
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
A. Gambaran Obyek Penelitian................................................... 46
B. Penyajian Data dan Analisis ................................................... 60
C. Pebahasan Temuan ................................................................. 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 95
B. Saran-Saran............................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Matrik penelitian
2. Surat keterangan izin penelitian
3. Surat keterangan selesai penelitian
4. Jurnal kegiatan penelitian
5. Surat pengukuhan pembiayaan
6. Formulir berita acara penagihan
7. Formulir akad pembiayaan
8. Formulir permohonan pembiayaan
9. Foto-foto penelitian
10. Biodata Penulis
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu negara, apalagi negara yang
sedang bekembang seperti Indonesia. Peran strategis bank tersebut disebabkan
oleh fungsi utama bank sebagai lembaga yang dapat menghimpun dana dan
menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efesien. Dengan berperan
sebagai perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
kekurangan dana, sehingga dana tersebut diharapkan dapat memberikan
kemanfaatan yang besar bagi masyarakat. Serta diberi kebebasan dalam
memilih antara bank syriah dengan bank konvensional, bagi mereka yang
mempuyai kehawatiran adanya bunga bank (riba) maka bank syariah bisa
menjadi alternatif yang lebih inofativ sebagai sarana peminjaman modal atau
meng investasikan dana.1
Semangat umat Islam untuk melaksanakan ajaran Islam khususnya
dalam bidang ekonomi semakin kokoh, terlebih ditandai dengan munculnya
gerakan ekonomi Islam sebagai alternatiflain dari sistem ekonomi
konvensional yang berbasis sistem bunga (ribawi) yang dianggap tidak adil
dan eksploitatif.2Fenomena tersebut didukung dengan masyarakat muslim
yang semakin kuat kesadarannya untuk melakukan berbagai bisnis dan
1Jundiani. Hukum Perbankan Syariah, (UIN Malang Press. 2009). 42.
2Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, (Jakarta: Tazkia Institute,
1999), 124-125.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
2
transaksi ekonomi yang berdasarkan prinsip syariah. Hal ini ditandai dengan
semakin berkembangnya lembaga-lembaga berbasis ekonomi syariah, seperti
perbankan syariahdan lembaga keuangan syariah,Baitul maal wattamwil
(BMT), dan lainnya.
Baitul maal wattamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro
yang paling terjangkau dan sarana paling mudah untuk memenuhi kebutuhan
terhadap dana pinjaman (loan).Karena persoalan pinjam meminjam atau utang
piutang adalah persoalan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
perekonomian.Dalam sekala mikro, BMT cukup ampuh dalam membantu
mengkikis praktek-praktek rentenir yang telah berlangsung lama dalam
kehidupan masyarakat pedesaan, pada dasarnya salah satu fungsi lembaga
keuangan syariah adalah intermediasi antar masyarakat yang kelebihan dan
masyarakat yang membutuhkan dana.3 Untuk memulai suatu usaha diperlukan
modal seberapapun kecilnya, jika tidak tersedia peran institusi keuangan
menjadi sangat penting karena dapat menyediakan modal bagi orang-orang
yang berusaha untuk memajukan usaha atau bagi masyarakat yang
membutuhkan dana.4
Untuk dapat mengakses sumber pendanaan dari pihak bank, bagi
masyarakat menengah kebawah dan pengusaha mikro mengalami kesulitan,
hal ini disebabkan karena terbentur pada sistem dan prosedur perbankan yang
berlaku dan terkesan rumit, sehingga mereka tidak mampu untuk memenuhi
prosedur perbankan tersebut, melihat fenomena tersebut pondok pesantren
3 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 1.
4 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 169.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
3
sidogiri merasa prihatin terhadap kondisi usaha kecil dan menengah, sehingga
mulai merumuskan sistem keuangan yang lebih sesuai dengan kondisi usaha
kecil dan sesuai dengan prinsip syariahIslam yaitu BMT.
BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, BMT sesuai namanya terdiri dari dua
fungsi utama yaituBaitul Mal wat Tamwil (rumah pengembangan harta)
melakukan usaha-usaha produktif dan infestasi dalam meningkatkan kualitas
ekonomi pengusaha mikro, antara lain mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi, Baitul Mal wat Tamwil(rumah
harta), menerima titipan dana zakat, Infaq dan Sadakah serta mengoptimalkan
distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. 5
BMT Sidogiri merupakan salah satu lembaga keuangan yang sudah
berkembang di berbagai kota dan pedesaan termasuk di Wirolegi, dan BMT
Sidogiri menjadi sasaran bagi pedagang pasar dikarnaakan tempatnya yang
strategis yaitu berdekatan dengan pasar Wirolegi yang menjadi salah satu
alternatif peminjaman atau pembiayaan bagi pedagang pasar dan salah satu
bentuk pembiayaan yang sangat mendominasi adalah pembiayaan
Murabahah, murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan
barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
keuntungan (mark-up) yang disepakati. Karakteristik Murabahah adalah
5 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Kuangan Syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2009), 447.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
4
bahwa penjual harus memberitahu pembeli mengenaharga produk dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambah pada biaya (cont) tersebut.6
Sebelum melakukan transaksi pihak BMT Sidogiri dengan nasabah
selalu membuat kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak, dan
kesepatakan tersebut tertuangdalam sebuah akad pembiayaan, baik untuk
pembiayaan murabahah, musyarakah dan mudharabah.Dengan demikian
secara otomatis keduanya telah terikat oleh perjanjian dan hukum yang telah
dibuat bersama.7 Sedangkan dalam hukum Islam seseorang itu diwajibkan
untuk menghormati dan mematuhi perjanjian atau amanah yang sudah
dipercayakan kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam Q.S a-Anfal: 27
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.8
Dari penjelasan ayat diatas Islam melarang keras bagi orang yang tidak
amanah akan, akan tetapi dalam prakteknya kadang dijumpai cedera janji tau
Wanprestasi yang dilakukan oleh masyarakat, tidak melaksanakan
kewajibannya terhadap BMT Sidogiri Cabang Wirolegi sesuai perjanjian yang
telah disepakati sebelumnya entah karena keadaan memaksa atupun tidak
sengaja.Wanprestasiatau tidak terpenuhinya prestasi mengakibatkan pihak
6 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogjakarta: UUI Press, 2005), 13.
7 Subakti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1996), 1.
8Q.S al-Anfal: 27
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
5
lain (lawan dari pihak yang wanprestasi) dirugikan, karna dana yang sudah
dikeluarkan terlambat untuk dikembalikan sehingga butuh penyelesaian yang
bersifat damai dan paksaan, setiap lembaga keuangan pasti mempunyai cara
tersendiri dalam menyelesaikan wanprestasi termasuk BMT Sidogiri Cabang
Wirolegi. BMT Sidogiri Adalah BMT yang bersasis syariah dan
karyawanyapun adalah alumni pondok pesantren Sidogiri, apakah ada
kaitanya status santri dengan penyelesaian wanprestasi di BMT Sidogiri, BMT
Sidogiri merupakan salah satu lembaga keuangan yang sudah berkembang di
Jember lebih tepatnya di daerah Wirolegi.Sebelum melakukan penelitian di
BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, peneliti terlebih dahulu sudah melakukan
magang mandiri yang dilakukan oleh Jurusan Syariah Prodi Muamalah, dari
praktikum ini kemudian peneliti berupaya untuk menjadikan BMT Sidogiri
Cabang Wirolegi sebagai lokasi penelitian.
Dari uraian latar belakan diatas, penulis tertarik untuk membahasnya
lebih mendalam karena untuk dapat bertahan ditengah-tengah persaingan
lembaga Islam khusunya BMT, perlu adanya upaya-upaya yang
harusdilakukan BMT Sidogiri dalam mengatasi pembiayaan bermasalah atau
Wanprestasi atas perjanjian yang telah desepakati keduanya.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah perlu dilakukan karna bertujuan untuk mencegah
kekaburan didalam menafsirkan apa yang terkandung didalam penelitian
sekaligus digunakan sebagai landasan dalam langkah-langkah berikutnya.
Didalam penulisan karya tulis ilmiah perumusan masalah merupkan hal yang
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
6
prinsipil dalam rangka menentukan atau memperoleh jawaban atas masalah
yang diteliti. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan fokus
penelitian sebagai berikut:
1. Fokus Masalah
Bagaimana mekanisme pembiayaan murabahah dilembaga Mikro Syariah
BMT-UGT Sidogiri Cabang Wirolegi
2. Sub Masalah
a. Apa saja faktor-faktor terjadinya Wanprestasi dalam pembiayaan
murabahah di lembaga Mikro Syariah BMT UGT Sidogiri Cabang
Wirolegi
b. Bagaimana penyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan Murabahah
di lembaga mikro Syariah BMT-UGT Sidogiri Cabang Wirolegi.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan murabahah di lembaga mikro
Syrariah BMT UGT Sidogiri Cabang Wirolegi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya Wanprestasi di BMT-UGT
Sidogiri Cabang Wirolegi.
b. Untuk mengetahui penyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan
murabahah dilembaga mikro Syariah BMT UGT Sidogiri Cabang
Wirolegi
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
7
D. Mamfaat Penelitian
Penelitian dengan judul “Penyelesaian Wanprestasi dalam Pembiayaan
Murabahah di Lembaga Mikro Syariah” (Stud Kasus di BMT UGT Sidogiri
Cabang Wirolegi).
Adapun manfaat yang diharapkan bagi penelitian ini sebagai berikut:
1. Kegunaan Teortis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbang
pemikiran secara teoritik maupun konseptual dalam rangka pengembangan
ilmu pengetahuan dibidang menejemen organisasi Islam, terkait dengan
masalah penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan murabahah, dengan
tidak mengesampingkan aturan atau prinsip syariahIslam.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi lembanga keuangan syariah, khususnya bagi BMT Sidogiri
agar dalam menyelesaikan suatu masalah, khususnya yang berhubungan
dengan wanprestasi, harus menggunakan strategi yang sesuai dengan
kondisi masyarakat setempat, sehingga dari strategi tersebut pihak BMT
dapat menyelesaikan dengan baik bagi nasabah yang mengalami
wanprestasi serta diharapkan penelitian ini menjadi bahan acuan bagi
lembaga keuangan lain agar dalam mengambil keputusan selalu
menggunakan prinsip kehati-hatian.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
8
E. Definisi Istilah
Penegasan judul merupakan suatu langkah untuk memperoleh
gambaran yang jelasdanmemberikanarahan agar tidak terjadi kesalahfahaman
dalam menginterpretasikan maksud dari penelitian tersebut.Secara formalitas
penegasan istilah dalam judul dipandang perlu karena mengarahkan jalannya
penelitian.
Adapun beberapa istilah dalam judul yang perlu mendapatkan
penegasan adalah sebagai berikut:
1. Penyelesaian
Adalah proses, cara, perbuatan, menyelesaikan.9
2. Wanprestasi
Wanprestasi adalah suatu keadaan dimana debitur tidak memenuhi
janjinya atau tidak memenuhi prestasi sebagaimana semestinya yang telah
disepakati bersama.10
3. Pembiayaan
Adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara satu pihak dengan pihak yang lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.11
9Tim Penyusun Pusat dan Pengembangan Bahasa Indonesia.Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Perum Penerbit dan Percetakan Balai Pustaka, 2000. 10
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Moderent di Era Global, (Bandung: PT
Citra Adyta Bakti, 2002), 17. 11
Zainul Arifin, Dasar-dasar Menejemen Bank Syari’ah (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 1076.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
9
4. Murabahah
Adalah merupakan jual beli pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang telah disepakati, dan penjual harus memberitahukan
terlebih dahulu harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang
diinginkannya.12
5. Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Adalah suatu lembaga keuangan non bank yang didirikan dengan tujuan
untuk membantu mengembangkan usaha-usaha kecil menengah dengan
pemberian pinjaman modal berdasarkan prinsip syariah.13
6. BMT(Baitul mal wat tamwil)
BMT merupakan kependekatan dari balai usaha Mandiri terpadu atau
Baitul Mal Wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro yang beroprasi
berdasarkan Prinsip-prinsip Syariah. BMT sesuai namanya terdiri dari 2
fungsi utama yaitu:
a. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta) melakukan
pengembangan-pengembangan usaha produktif dan infestasi dalam
meningkatkan ekonomi pengusaha mikro dengan antara lain
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonomi.
b. Baitul mal (rumah harta) menerima titipan dana zakat infak dan
sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai peraturan dan
amanahnya14
12
Abdul Wadud Nafis, Bank Syari’ah Teori dan Praktek, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), 98. 13
UU Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah. 14
Andri Soemitra, Bank dan lembaga keuangan Syariah, (Jakarta: kencana.2009),447.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
10
F. Sistemika Pembahasan
Sistemika Pembahasan untuk memberikan gambaran tentang isi dari
satu BAB ke BAB yang lain yang dijadikan sebagai rujukan sehingga akan
lebih mudah untuk menanggapi isinya, untuk lebih jelasnya akan dipparkan
mulai dari BAB Satu hingga akhir.
BAB I: Pendahuluan yang berisiskan latar belakang masalah, Fokus
Penelitian, Tujuan Penelitian, Memfaat Penelitian, Definisi Istilah, Sistemika
pembahasan.
BAB II: Pada Bab ini Kajian kepustakaan, yang berisikan Penelitian
terdahulu, Kajian Teori.
BAB III: Bab ini memuat tentang Metode Penelitian, yang
berisiskan, pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian subyek
penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, ke absahan data, tahap-
tahap penelitian.
BAB VI: Hasil Penelitian,pada Bab ini penyajian data dan analisis,
yang berisiskan, gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis
tentang Penyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan murababahah di
lembaga mikro syraiah BMT Sidogiri Cabang Wirolegi.
BAB V: Penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil
penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan yang telah diuraikan serta
saran bagi semua pihak yang terkait dengan Penyelesaian Wanprestasi
dalampembiayaan murabahah di lembga mikro syariah BMT Sidogiri Cabang
Wirolegi.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian terdahulu
Dapat dikatakan bahwa penelitian tentang pembiayaan bermasalah atau
wanprestasi sudah banyak dilakukan sebelumnya.Uapaya untuk melihat posisi
penelitian dalam skripsi ini, menjadi penting untuk di deskripsikan penelitian-
penelitan terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Skripsi yang ditulis oleh Durroh Abdur Rokhis yang berjudul
pelaksanaan “Rescheduling Terhadap Nasabah Wanprestasi Pada Akad
Murabahah” (Studi Kasus BRI Syariah Yogjakarta), dalam penelitian ini
menjelaskan tahap-tahap dalam penyelesaian wanprestasi pada BRI Syariah
Cabang Yogjakarta, dengan menggunakan cara rescheduling yaitu
memperkecil uang angsuran dan memperpanjang waktu angsuran. Hasil
penelitian ini dalam melaksanakan rescheduling terhadap nasabah yang
melakukan wanprestasi pada akad murabahah telah sesuai dengan hukum
Islam.Bank BRI Syariah Yogjakarta dalam melaksanakan rescheduling
memperhatikan kemampuan nasabah dalam mengangsur dan tidak
menambahkan angsuran terhadap sisa angsuran.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu sama-sama
menjelaskan tentang tahap-tahap penyelesain pembiayaan bermasalahdan
metode yang dipakai dalam penelitian tersebut sama dengan peneliti.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terhadulu yaitu pada
penelitian terdahulu lebih menekankan pada penyelesaian dengan
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
12
rescheduling, sedangkan penelitian ini menjelaskan penyelesaian Wanprestasi
secara keseluruhan. Dan juga perbedaanya terdapat pada tempat lokasi
penelitian, jika penelitian terdahulu penelitinya di Bank BRI Syariah Cabang
Yogjakarta, sedangkan pada penelitian ini di BMT Sidogiri Cabang Wirolegi
Jember.
Skripsi yang ditulis oleh M.Irham yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam TerhadapPenyelesaian Kredit Macet di BMT Kube 020 Melati Sleman
Yogjakarta”. Dalam skripsi ini berisi bahwa penyelesaian kredit macet belum
sesuai dengan hukum Islam, karena dalam penyelesaian kredit macet yang
dilakukan oleh BMT Kube 020 dengan menggunakan penyelesaian salah
satunya dengan menggunakan pemutihan atau dengan cara mengikhlaskan dan
cara tersebut belum mendapatkan persetujuan dari anggota BMT tersebut.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama
mambahas masalah penyelesaian wanprestasi atau kredit macet yang terjadi
pada lembaga keuangan khususnya di BMT dan juga menggunakan metode
penelitian yang sama.
Perbedaannya pada penelitian ini dengan penelitian terhadulu yaitu
didalam penelitian terdahulu membahas tentang tinjauan hukum islamterhadap
penyelesaian kredit macet.
Sedangkan penelitian ini tidak ditulis tentang tinjauan hukum
islam,akan tetapi penelitian ini membahas penyelesaian wanprestasi didalam
pembiayaan murabahah, dan juga perbedaanya terdapat pada tempat lokasi
yang dijadikan objek penelitian, pada penelitian ini objek penelitian di BMT
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
13
Sidogiri Cabang Wirolegi di Jember, sedangkan pada penelitian terdahulu
objek penelitiannya di BMT Kube 020 Melati Sleman Yogjakarta.
Seperti yang diuraikan di atas bisa disimpulkn bahwa penelitian tentang
pembiayaan bermasalah atau Wanprestasi telah banyak dilakukan, penelitian
ini menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut, karna penelitian ini mengkaji
tentang bagaimana penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan murabahah di
lembaga mikro syaraiah, BMT UGT Sidogiri Cabang Wirolegi serta mengkaji
bagaimana pelaksanaan pembiayaan murabahah.
B. Kajian Teori
1. Analisis Pencegahan terjadinya Wanprestasi
Dalam dunia perbangkan analisis kredit sering menggunakan
krangka 3R dan 5C karangka tersebut pada intinya menganalisis
kemampuan melunasi kewajiban dari calon nasabah bank. Karangka
tersebut bisa dipakai juga untuk menganalisis resiko kredit yang dihadapi
perusahaan.
Adapun pedoman 3R sebagi berikut:
a. Returns
Returns berkaitan berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari
penggunaan kredit yang diminta, apakah hasil kredit tersebut bisa
menghasilkan Returns (pendapatan) yang memadai untuk melunasi
utang dan bunganya.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
14
b. Repayment capacity
Repament capacity berkaitan dengan kemampuan perusahaan
mengembalikan pinjaman dan bunganya pada saat pembayaran
tersebut jatuh tempo.
c. Risk bearing ability
Risk bearing ability berkaitan dengan kemampuan perusahaan
menanggung resiko kegagalan atau ketidak pastian yang berkaitan
yang berkaitan dengan penggunaan kredit tersebut, jaminan merupakan
hal yang perlu dipertimbangkan oleh kreditur dalam kaitanya dengan
Risk-bearing ability.
Sedangkan pedoman 5C berkaitan dengan krakteristik yang
meliputi:
1) Charactermenunjukan kemauan peminjam(Debitur) untuk
memenuhikewajibanya. Kemauwan tersebut lebih berkaitan dengan
sifat dan watak peminjam. Seorang yang mempuyai kemampuan
mengembalikan pinjaman, tetapi tidak mau mengembalikan, akan
tetapi mempuyai krakter yang tidak mendukung pemberian kredit.
Peminjam harus memperhatikan krakteristik ini dengan seksama.
2) Capacity
Capacity adalah kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban
utangnya.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
15
3) Capital
Capital adalah posisi keuangan peminjam secara keseluruhan kondisi
keuangan bisa dilihat melalui analisis keuangan, seperti anlisis rasio.
Dalam hal ini Bank perlu memperhatikan komposisi utang dengan
kekayaaan nasabah, kalau hutang lebih besar dari pada harta nasabah
maka semakin besar pula resikonya.
4) Collateral
Collateral adalah aset yang dijaminkan(dijadikan angunan) untuk
suatu pinjaman, Jika pinjaman tidak bisa dikembalikan, jaminan bisa
dijual untuk menutup pinjaman tersebut. Dan Lembaga keuangan bisa
meminta jaminan yang nilainya melebihi jumlah pinjaman.
5) Conditions
Conditions adalah sejauh mana kondisi perekonomian akan
mempengaruhi kemampuan mengembalikan pinjaman, jika
perekonomian memburuk, maka debitur akan kesulitan untuk
mengembalikan pinjamanya dan berujung kapada Wanprestasi1
2. Kelayakan penyaluran Dana
Bank syariah atau unit usaha syariah harus mempuyai keyakinan
atau kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk
melunasi seluruh kewajiaban pada waktunya, sebelum bank syariah atau
unit usaha syariah menyalurkan dana kepada nasabah penerima fasilitas
tersebut.
1Mamduh Hanafi,Manajemen Risiko,(Yogyakarta: UPP STIM YKPN,2012), 165-166.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
16
Didalam Undang-Undang perbankan Syariah pasal 23 tentang
kelayakan penyaluran dana, Bank Syariah atau UUS harus mempunyai
keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas
untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah
atau UUS menyalurkan dana kepada nasabah penerima fasilitas. Untuk
memperoleh keyakinan sebagimana dimaksud pada ayat (1) Bank Syariah
atau UUS wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, angunan, dan prospek uasaha dari calon nasabah
penerima fasilitas.2
Sehubungan dengan upaya Bank syariah untuk memperoleh
keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas
dalam melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, maka bank syariah dan
unit usaha Syariah Wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap
watak nasabah, kemampuan, modal, angunan, dan prospek usaha dari
calon nasabah penerima fasilitas. Penjelasan dari pasal tersebut
menjelaskan bahwa yang di maksud penilaian yang seksama adalah sebagi
berikut:
a. Penilaian watak calon nasabah penerima fasilitas, terutama didasarkan
pada hungan yang telah terjalin antara Bankyang Syariah atau unit
usaha Syariah dan nasabah atau calon nasabah yang bersangkutan atau
informasi yang diperoleh dari pihak lain yang dapat dipercaya
sehingga Bank Syariah atau unit usaha Syariah dapat menyimpulkan
2Pasal 23 ayat 1 undang-undang perbankan syariah,(pustaka mahardika),20.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
17
bahwa calon nasabah penerima fasilitas yang bersangkutan jujur,
beritikad baik dan tidak menyulitkan Bank Syariah atau unit usaha
Syariah dikemudian hari.
b. Penilaian kemampuan calon nasabah penerima fasilitas, terutama bank
harus meneliti tentang ke ahlian nasabah penerima fasilitas dalam
bidang usahanya atau kemampuan menejemen calon nasabah.
Sehingga Bank syariah atu unit usaha Syariah merasa yakin bahwa
usaha yang akan dibiyayai dikelola oleh orang yang yang tepat.
c. Penilaian terhadap modal yang dimiliki oleh calon nasabah penerima
fasilitas, terutama Bank Syariah atau unit usaha Syariah harus
melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara keseluruhan, baik
untuk masa yang telah lalu, maupun perkiraan untuk masa yang akan
datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon
nasabah penerima fasilitas dalam menunjang pembiayaan proyek atau
usaha calon nasabah yang bersangkutan.
d. Dalam melakukan penilaian terhadap angunan bank Syariah atau unit
usaha Syariah harus menilai barang, proyek atau hak tagih yang
dibiyayai dengan fasilitas pembiayaan yang bersangkutan dan barang
lain, surat usaha atau garansi resiko yang ditambahkan sebagai agunan
tamabahan, apakah sudah cukup memadai sehingga apabila nasabah
penerima fasilitas kelak tidak dapat melunasi kewajibanya, agunan
tersebut dapat digunakan untuk menanggung pembayaran kembali
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
18
pembiayaan dari Bank Syariah atau unit usaha Syariah yang
bersangkutan.
e. Penilaian terhadap proyek usaha calon nasabah penerima fasilitas,
Bank Syariah aharus melakukan anlisis mengenai keadaan pasar, baik
di dalam maupun di luar negeri, baik untuk masa yang telah lalu
maupun masa yang akan datang, sehingga diketahui prospek
pemasaran dari hasil proyek atau usaha calon nasabah yang akan
dibiyayai dengan fasilitas pembiayaan.3
3. Wanprestasi dalam skema murabahah
Dalam skema murabahah, apabila terjadi cedera janji(wanprestasi)
akan ada resiko yang timbul, yaitu kewajiaban untuk memberikan ganti
rugi(adh-dhaman) dari pihak yang lalai.
Seorang bisa disebut telah melakukan Wanprestasi apabila:
a. Objek jual beli bukan milik penjual.
Oleh karena itu, dalam setiap skema murabahah yang dilakukan
melalui bank syariah harus didahului dengan “pembelian” oleh bank.
Setelah barang yang dibeli secara prinsip beralih menjadi mmilik bank,
maka bank baru dapat menjual kembali barang tersebbut, pembelian
barang oleh bank syriah tidak harus dilakukan sendiri oleh bank
bersangkutan, melainkan bisa melalui nasabah yang bertindak selaku
kuasa bank dengan menggunakan akad wakalah, akad wakalah ini
3Jundiani, Pengantar hukum perbankan Syariah di Indonesia,(Malang:UIN Malang
Press,2009),124-126
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
19
harus ditandatangani sebelum pelaksanaan akad murabahah, walaupun
kadang dilakukan pada hari yang sama.
b. Objek hasil curian
c. Menyalahi kesepakatan
d. Objek rusak dalam perjalanan
e. Objek berbeda dari contoh yang disepakati.
Jika diperhatikan dari pembatasan dan syarat-murabahah dapat
dilihat bahwa selain selain prinsip yang spesifik mengenai larangan jual
beli terhadap barang yang diharamkan oleh syariat islam, pada dasarnya
syarat sah dan syarat objek yang diperjualbelikan dengan menggunakan
prinsip murabahah sama dengan syarat sah dan syarat objek perjanjian jual
beli biasa berdasarkan hukum positif yang diatur dalam kitab undang-
undang hukum perdata indonesia.
Disetiap pembiayaan pasti terdapat resiko yang bisa berdampak
buruk, termasuk dalam pembiayaan murabahah.
Adapun resiko dalam pembiayaan murabahah yang mengakibatkan
Wanprestasi sebagai berikut:
a. Objek jual beli bukan milik penjual
b. Objek hasil curian
c. Objek rusak dalam perjalanan
d. Objek berbeda dari contoh yang disepakati.4
4Irma Devita purnama sari, Akad Syariah,(Bandung:PT Mizan Pustaka,2011),52-53.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
20
4. Faktor-faktor Terjadinya Wanprestasi
Bank dalam memberikan kredit berharap bahwa kredit tersebut bisa
berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan, akan tetapi tidak
semua kredit yang diberikan oleh Bank sesuai dengan apa yang diharapkan
melainkan banyak nasabah yang cedera janji dengan apa yang telah
disepakati.
Pada setiap lembaga keuangan syariah pasti dijumpai yang
namanya kredit macet, Bank berharap biya yang dikeluarkan bisa kembali
dengan lancar, artinya nasabah mematuhi apa yang ada dalam parjanjian
dan membayar lunas bila jatuh tempo, akan tetapi bisa saja nasabah cedera
janji, kesulitan dalam pembayaran yang berakibat kerugian bagi bank itu
sendiri.5
Adapun pembiayaan bermasalah atau wanprestasi, banyak terjadi
dikalangan lembaga keuangan,termasuk BMT Sidogiri Cabang Wirolegi
akan tetapi tidak secara tiba-tiba akan melaikan karena dua hal.
a. Faktor Interen (berasal dari pihak bank)
Dari pihak bank, artinya dalam melakukan analisisnya pihak
analisis kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak
diprediksi sebelumnya, yaitu meliputi:
1) Kurang tahunya atas bisnis nasabah
2) Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah
3) Perhitungkan modal kerja tidak di dasarkan kepada bisnis nasabah
5Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis,17.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
21
4) Aspek jaminan tidak diperhitungkan.6
b. Faktor eksteren (berasal dari nasabah)
Artinya dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan
akibat dua hal, yaitu:
1) Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja untuk
tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga
kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsure
kemauan untuk membayar.
2) Adanya unsur tidak sengaja, artinya sidebitur mau membayar,
tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai
mengalami musibah, seperti kebakaran, kenak hama, kebanjran dan
sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak
ada.7
Untuk menentukan golongan kualitas pembiayaan pada masing-
masing komponen di tetapkan criteria sebagai berikut
1) Lancar
Suatu pembiayaan dikatakan lancar apabila, angsuran tepat
waktu, tidak ada tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu
menyampaikan laporan keuangan secara akurat serta documentasi
perjanjian piutang lengkap.
6 Mudrajat Kuncoro, Suharjono, Menejemen Perbankan Teori dan Aplikasi, (Yogjakarta: BPFE,
2002), 128. 7 Kasmir, Bank dan Lembaga Kuangan Lainnya, (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2007), 110.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
22
2) Dalam perhatian khusus
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok
atau margin sampai 90 hari, selalu menyampaikan laporan
keuangan secara teratur dan akurat, documentasi perjanjian piutang
lengkap dan pengikatan agunan kuat.
3) Kuranglancar
Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok
atau margin yang telah melewati 90 hari samapi dengan 180 hari,
pembiayaan laporan keuangan tidak teratur dan meragukan,
document perjanjan piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan
kuat dan berupaya perpanjangan piutang untuk menyembunyikan
kesulitan keuangan.8
4) Diragukan
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria,
diantaranya terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok yang
telah melampui 180 hari, terjadi Wanprestasi lebih dari 180, terjadi
curukan yang bersifat permanen, terjadi kapitalisasi bunga,
document hukum yang lemah baik perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan.
5) Macet(loss)
Dikatakan macet apabili telah memenuhi kriteria sebagai
berikut:
8 Fithurrahman Djamil, Penyelesaian Pembiyaan Bermasalah di Bank Syari’ah, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), 69-70.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
23
Terdapat tunggakan pembiayaan angsuran pokok yang telah
melampui 270 hari, kerugian operasional ditutup dengan pinjaman
baru, dari segi hukum kondisi pasar jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai yang wajar.9
5. Tehnik Penyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan murabahah
Pada tahap pelaksanaan perjanjian para pihak harus melaksanakan
apa yang telah dijanjikan atau apa yang telah menjadi kewajibanya dalam
perjanjian tersebut kewajiban memenuhi apa yang dijanjikan itulah yang
disebut prestasi, sedangkan apabila salah satu pihak tidak melaksanakan
kewajibanya sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya, itu yang
disebut dengan Wanprestasi.
Pihak yang Wanprestasi dalam perjanjian bisa dituntut oleh pihak
lain yang merasa dirugikan.
Wanprestasi atau tidak terpenuhinya janji dapat terjadi baik karena
disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja Wanprestasi
ini dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi
tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak melakukan prestasi tersebut.
Wanprestasi dapat berupa:
a. Samasekali tidak memenuhi prestasi
b. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna
c. Terlambat memenuhi prestasi
9Kamir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 124-125.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
24
d. Melakukan apa yang didalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.10
Secaragaris besar, penanggulangan pembiayaan bermasalah dapat
dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif dan upaya-
upaya yang bersifat represif/kuratif.
Upaya-upaya yang bersifat preventif dilakukan oleh bank sejak
permohonan pembiayaan diajukan nasabah, pelaksanaan analisa yang
akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan perjanjian pembiayaan yang
benar, pengikatan angunan yang menjamin kepentingan bank, sampai
dengan sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap pembiayaan
yang di berikan. Sedangkan upaya-upaya yang bersifat represif/kuratif
adalahpaya-upaya penanggulangan yang bersifat penyelesaian terhadap
pembiayaan bermasalah.
Penyelesaian pembiayaan bermasalah atau Wanprestasi, adalah
upaya dan tindakan untuk menarik kembali pembiayaan debitur dengan
kategori wanprestasi, pembiayaan bermasalah atau wanprestasi merupakan
salah satu pembiayaan bermasalah yang perlu diadakan penyelamatan dan
penyelesaian, yaitu dengan cara restrukrisasi.
Restrukrisasi pembiayaan adalah upaya perbaikan yang dilakukan
oleh bank dalam kegiatan pembiayaan, terhadap Debitur yang mengalami
kesulitan untuk memenuhi kewajibanya.
Dalam peraturan perundang –undangan yang berlaku bagi bank
yang melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah terdapat beberapa
10
Ahmadi Miru, Hukum kontrak perancangan kontrak, (Jakarta:PT Raja Grafindu persada,
2007),67-75
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
25
ketentuan Bank Indonesia yang memberikan pengertian tentang
restrukrisasi pembiayaan yaitu,
Peraturan Bank Indonsia No.10/18/PBI/2008/2008 tentang
Restrukrisasi pembiayaan bagi Bank syriah dan unit usaha syariah, dalam
rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibanya, semua
pembiayaan dapat dilakukan restrukrisasi dengan memperhatikan
krakteristik masing-masing bentuk pembiayaan berdasrkan surat edaran
Bank Indonesia no.10/34/DPbs tanggal 20 oktober 2008, antara lain
dijelaskan restrukrisasi untuk masing-masing jenis pembiayaan.
Restrukrisasi dalam piutang Murabahah antara lain sebagi berikut:
a. Penjadwalan kembali (rescheduling)
Restrukrisasi dilakukan dengan memperpanjang jangka waktu
jatuh tempo pembiayaan tanpa mengubah sisa kewajiaban nasabah
yang harus dibayarkan kepada BUS atau UUS.
b. Persyaratan kembali (reconditioning)
Restrukrisasi dilakukan dengan menetapkan kembali syarat
syarat pembiayaan antra lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah
angsuran, jangka waktu atau pemberian potongan sepanjang tidak
menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayar kepada BUS
atau UUS.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
26
c. Penataan kembali(restructuring).
Dengan melakukan konversi piutang murabahah sebesar sisa
kewajiaban nasabah menjadi ijarah muntahiyyah bittamlik atau
mudharobah atau musyarokah.
Penataan kembali(restructuring).
Dengan melakukan konversimenjadi Surat Berharga Sayriah
Berjangka Waktu Menengah.
d. Penataan kembali(restructuring).
Dengan melakukan konversi menjadi Penyertaan Modal
Sementara.Dari ketentuan Bank Indonesia di atas dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan dari tujuannya, penyelamatan pembiayaan
merupakan upaya dan langkah-langkah Restrukrisasi yang dilakukan
bank dengan mengikuti ketentuan yang berlaku agar pembiayaan non
lancar(golongan kurang lancar,diragukan, dan macet) dapat menjadi
atau secara bertahap menjadi golongan lancar kembali.
Pembiayaan yang mengalami Wanprestasi merupakan salah
satu pembiayaan bermasalah yang perlu di adakan penyelesaian
apabila Restrukrisasi tidak dapat dilakukan atau Restrukrisasi tidak
berhasil dan pembiayaan bermasalah menjadi atau tetap berada dalam
golongan Wanprestasi. Dalam rangka penyelesaian pembiayaan
bermasalah, Bank melakukan tindakan-tindakan hukum yang bersifat
represif/kuratif, secara garis besar, usaha penyelesaian Wanprestasi
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
27
dapat dibedakan berdasarkan kondisi hubunganya dengan nasabah
yaitu sebagai berikut.
a) Penyelesaian pembiayaan dimana pihak debitur masih koperatif,
sehingga usaha penyelesaian dilakukan secara kerja sama antara
debitur dan bank, yang dalam hal ini disebut sebagai “penyelesaian
secara damai” atau penyelesaian secara persuasif.
b) Penyelesaian dimana debitur tidak koperatif lagi, sehingga usaha
penyelesaian dilakukan pemaksaan dengan melandaskan pada hak-
hak yang dimiliki oleh Bank. Dalam hal ini penyelesaian tersebut
disebut ”penyelesaian secara paksa”.
Adapun penyelesaian pembiayaan bermasalah yang dapat
ditempuh oleh bank adalah berupa tindakan-tidakan sebagai berikut.
a. Penyelesaian oleh bank sendiri
b. Penyelesaian melalui debt collector
c. Penyelesaian melalui kantor lelang
d. Penyelesaian mellui badan peradilan
e. Penyelesaian melalui badan arbitrase.11
6. Skema Pembiayaan Murabahah
Murabahahdidefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang
seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
ketuntungan (mark-up) yang disepakati. Karena krakteristik murabahah
adalah bahwa penjual harus member tahu pembeli mengenai harga
11
Djamil, penyelesaian Pembiayaan, 82-100.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
28
pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambah
pada biaya (cost) tersebut.12
Murabahah adalah akad jual beli atas barang
tetentu dimana penjual menyebutkan harga barang pada pembeli kemudian
menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang
diharapkan sesuai jumlah tertentu.Dengan akad murabahah, penjual
menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan
harga jual.
Dalam aplikasi bank syariah bank merupakan penjual atas objek
barang dan nasabah merupakan pembeli.Bank menyediakan barang yang
dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian
menjualnya kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibanding
dengan harga beli yang dilakukan oleh bank syariah. Pembayaran atas
transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus
pada saat jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama
jangka waktu yang disepakati.
Dalam pembiayaan murabahah, sekurang-kurangnya terdapat dua
pihak yang melakukan transaksi jual beli yaitu bank syariah sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli barang.
12
Wiro, Jual beli Murabahah, 13.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
29
Adapun skema pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:
1.Negosiasi dan Pembayaran
2.Akad jual beli
6. Bayar
5.Terima
barang
dan dokumen
3.Beli barang
4.Kirim Barang
Sumber : Irma Devita Purnamasari & Susminarno, Akad Syariah, (Bandung:
Kaifa, 2011), 46.
Dari sekema diatas dapat dijelaskan langkah-langkah dalam
pembiayaan murabahah yaitu sebagai berikut:
1. Negosiasi dan pembayaran
2. Akad jual beli antara nasabah dan Bank
Bank Syari’ah
SUPPLIER
NASABAH
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
30
3. Beli barang yaitu Bank kepada Supplier
4. Kirim barang yang dilakukan oleh Supplierkepada nasabah
5. Nasabah terima barang beserta dokumentasi dari Supplier
6. Pembayaran yang dilakukan nasabah kepihak Bank13
7. Aplikasi Pembiayaan Murabahah Dalam Bank Syariah
a. Penggunaan akad murabahah
1) Pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang sering
diaplikasikan dalam bank syariah yang pada umumnya digunakan
dalam transaksi jula beli barang investasi dan barang-barang yang
diperlukan oleh individu.
2) Jenis pembiayaan murabahah lebih sesuai untuk konsumsi,
biasanya barang yang akan dikonsumsi oleh nasabah jelas dan
terukur. Pembiayaan murabahah kurang cocok untuk pembiayaan
modal kerja yang diberikan langsung dalam bentuk uang.
3) Bank
Bank berhak menentukan dan memilih supplier dalam
pembelian barang. Bila nasabah menunjuk supplier lain, maka
bank syariah berhak melakukan penilaian terhadap supplier untuk
menentukan kelayakannya sesuai kriteria yang ditetapkan oleh
bank syariah.
Bank menerbitkan purchase order (PO) sesuai dengan
kesepakatan antara bank syariah dan nasabah agar barang
13
Irma Devita Purnamasari & Susminarno, Akad Syariah, (Bandung: Kaifa, 2011), 46.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
31
dikirimkan ke nasabah.Cara pembayaran yang dilakukan oleh bank
syariah yaitu dengan mentransfer langsung pada rekening supplier
bukan pada rekening nasabah.
4) Nasabah
Nasabah harus sudah cakap menurut hukum sehingga dapat
melaksanakan transaksi.Nasabahmemilikikemauan dan
kemampuan dalam melakukan pembayaran.
5) Supplier
Supplier adalah orang atau badan hukum yang menyediakan
barang sesuai dengan permintaan nasabah.Supplier menjual
barangnya kepada bank syariah kemudian bank syariahakan
menjual barang tersebut kepada nasabah.
Dalam kondisi tertentu, bank syariah memberikan kuasas
pada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan dalam akad.Purchese oreder (PO) atas
pembelian barang tetap diterbitkan oleh bank syariah dan
pembayarannya tetap dilakukan oleh bank kepada supplier.Namun
penyerahan barang dapat dilakukan langsung oleh supplier kepada
nasabah atas kuasa dari bank syariah.
6) Harga
Harga jual barang telah ditetapkan sesuai dengan akad jual
beli antara bank syariah dan nasabah dan tidak dapat berubah
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
32
selama masa perjanjian.Harga jual bank syariah merupakan harga
jual yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
Uang muka (urbun) atas pembelian barang yang
dikeluarkan oleh nasabah (bila ada) akan mengurangi piutang
murabahah yang akan diangsur oleh nasabah jika transaksi
murabahah dilaksanakan.
7) Jangka waktu
Jangka waktu pembiayaan murabahah, dapat diberikan
dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, sesuai dengan
kemampuan pembayaran oleh nasabah dan jumlah pembiayaan
yang diberikan oleh bank syariah.
Jangka waktu pembiayaan tidak dapat diubah oleh selah
satu pihak, bila terdapat perubahan jangka waktu maka perubahan
ini harus disetujui oleh bank syariah dan nasabah.14
8. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah
Dalam hukum pembiayaan murabahah dilembaga keuangan syariah
BMT berlandaskan pada ayat al-Qur’an, diantaranya:
Q.S al-Baqarah: 275
Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Q.S an-Nisa’: 29
14
Ismail, Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grub, 2011), 138-142.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
33
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa asal hukum murabahah adalah
halal, hal ini dikarenakan prinsip murabahah yaitu jual beli yang
didalamnya terdapat sarana tolong menolong.15
Adapun murabahah meliputi rukun dan syarat yaitu sebagi berikut:
a. Rukun Murabahah
Rukun jual beli ada tiga, yaitu: Akad (ijab dan qabul), orang-
orang yang berakad (penjual dan pembeli) dan ma’kud alaih (objek
akad).16
Adapun menurut jumhur ulama’ ada empat, yaitu:
1) Penjual
2) Pembeli
3) Ijab dan qabul
4) Benda atau barang.17
b. Syarat Murabahah
15
Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wattamwil (BMT), 48-49. 16
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Radja Wali Press, 2011), 70. 17
Rahmad Syafi’I, Fiqih Muamalah, (Bandung Pustaka Setia, 2001), 76.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
34
1) Penjual memberi tahu biaya modal pada nasabah
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
3) Kontrak harus bebas dari riba
4) Penjual harus menjelaskan pada pembeli bila terjadi cacat pada
barang sesudah pembelian
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.18
9. Pokok-pokok yang diatur dalam akad Murabahah
Pada dasarnya, akad murabahah hampir sama dengan dengan
perjanjian jual beli yang dilaksanakan dalam hukum positif yang berlaku
di indonesia pokok-pokok yang diatur dalam akad murabahah adalah
sebagi berikut:
1) Subjek perjanjian
Dalam akad murabahah, bank bertindak selaku penjual dan nasabah
bertindak selaku pembeli keteria subjek disini sama dengan syarat dan
ketentuan umum dalam akad syariah yang sudah dibahas sebelumnya.
2) Hal spesifik yang harus dipenuhi dalam akad murabahah
a) Barang telah dimiliki oleh penjual dan barang yang diperjual
belikan tersebut bukan merupakan barang yang diharamkan oleh
syariat islam.
b) Keuntungan dan resiko ditangan penjual
c) Harus ada informasi harga dan biaya yang wajar
18
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori Kepraktek, (Jakarta: Gama Insani,
2001),102.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
35
d) Informasi keuntungan yang jelas
e) Bank maupun nasbah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba (bunga)
Jadi sebenarnya konsep akad hampir sama dengan jual beli biasa
pada hukum positif. Meski begitu, dalam akad murabahah ada
pembatasan yang tidak diatur dalam hukum positif yaitu:
a) Penjual (dalam hal ini bank) harus membelikan barang yang
diperlukan oleh pembeli atas nama penjual sendiri, dan pembelian
ini harus bebas dari riba(bunga). Artinya kalau bank menjual
kembali rumah yang sudah dibelinya dengan cara mencicil, tidak
diperbolehkan adanya penambahan bunga.
b) Bank harus memberi tahu secara jujur tentang harga pokok barang
kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan, jadi margin
keuntungan yang akan diterima oleh bank harus dinyatakan dalam
perjanjian. Biasanya hal tersebut dinyatakan pada pokok perjanjian
dimana dinyatakan berapa bank membeli barang tersebut, berapa
margin keuntungan bank dan berapa total harga jualnya. Dalam
akad biasanya juga disebutkan bahwa harga tersebut harus bersifat
tetap, dan tidak berubah dalam kondisi apapun.
c) Nasabah dapat membeli barang atas nama bank(selaku kuasa dari
bank dengan menggunakan prinsip wakalah) setelah dibeli oleh
bank, barulah dilakukan akad murabahahnya.
3) Unsur kesepakatan(ijab qabul)
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
36
Dalam akad harus ada pernyataan yang tegas mengenai
a) Harga barang, yang terdiri dari harga beli bank, keuntungan
(margin) yang diambil oleh bank dan harga jual dari bank.
b) Cara pembayaran, apakah tunai ataukah dengan cicilan
c) Jika dilakukan dengan cara cicilan, harus diperhitungkan jangka
waktu pembayaranya, semakin lama jangka waktu cicilan, nasabah
semakin diuntungkan, sebaliknya semakin singkat waktu cicilan,
bank yang akan lebih diuntungkan.
4) Apabila terjadi kegagalan pembayaran(event of defalaut) haruslah
ditetapkan mengenai:
a) Apakah yang menyebabkan kegagalan tersebut, apabila karena
force majeur, biasanya akan dilakukan penjadwalan ulanag untuk
melunasinya. Apabila kelalayan nasbah, bank berhak mengenakan
pinalti sebagai hukuman yang mendidik bagi nasabah bersangkutan.
b) Jika memang sudah macet sepenuhnya harus ditentukan tatacara
pengembalian modal yang sudah dikeluarkan oleh bank.19
Secara umum kontrak lahir pada saat tercapainya kesepakatan para
piahak mengenai hal yang pokok atau unsur isensial dari kontrak tersebut
sebagai contoh, apabila kontrak dalam jual beli telah tercapai kesepakatan
tentang barang dan harga, lahirlah kontrak, sedangkan hal-hal yang tidak
diperjanjikan oleh para pihak akan diatur oleh undang-undang. Walaupun
dikatakan bahwa kontrak lahir pada saat terjadinya kesepakatan mengenai
19
Irma, Akad Syariah, 50-52.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
37
hal pokok dalam kontrak tersebut, namun masih ada hal lain yang aharus
diperhatikan yaitu syarat sahnya kontrak sebagai mana diatur adalam
pasal12320 BW, yaitu:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Kesepakatan merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu
kontrak, kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara namun
yang paling penting adalah adanya penawaran da penerimaan atas
penawaran tersebut. cara-cara untuk terjadinya penawaran dan
penerimaan dapat dilakukan secara tegas maupun dengan tidak tegas
yang penting dapat dipahami dan dimengerti oleh para pihak bahwa
telah terjadi penawaran dan penerimaan.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Kecakapan yang dimaksud disini adalah untuk mengadakan
kontrak para pihak harus cakap, namun dapat saja terjadi bahwa para
pihak atau salah satu pihak yang mengadakan kontrak adalah tidak
cakap menurut hukum, seorang oleh hukum dianggap tidak cakap
untuk melakukan kontrak jika orang tersebut belum berumur 21 tahun,
kecuali jika ia telah kawin sebelum cukup 21 tahun, sebaliknya setiap
orang yang berumur 21 tahun ke atas, oleh hukum dianggap cakap,
kecuali karna suatu hal dia ditaruh dibawah pengampuan, seperti gelap
mata, dungu, sakit ingatan, atau pemboros.
c. Suatu hal tertentu dan
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
38
Dalam suatu kontrak objek perjanjian harus jelas dan
ditentukan oleh para pihak, objek perjanjian tersebut dapt berupa
barang maupun jasa, namun dapat juga berupa tidak berbuat sesuatu.
Hal tertntu ini dalam kontrak disebut prestasi.
d. Suatu sebab yang halal.
Yaitu tidak bertentangan dengan undang-undang.20
Didalam
suatu perjanjian atau akad terdapat proses penandatanganan khususnya
dalam akad murabahah akantetapi sebelum akad murabahah
ditandatangani biasanya dilakukan proses sebagi berikut:
1) Nasabah menentukan barang pilihan atas barang yang akan dibeli.
2) Setelah menentukan tujuan pembiayaan, nasabah kemudian
mengajukan permohonan kepada bank untuk mendapatkan
pembiayaan tersebut dengan melampirkan seluruh persyaratan
yang diminta oleh bank.
3) Bank menganalisis kemampuan nasabah dan menentukan skema
pembiayaan mana yang akan digunakan dalam membiayai tujuan
nasabah. Jika tujuanya untuk membeli sutu barang yang sudah
tersedia dipasaran, dapat ditentukan skema murabahah.
4) Nasabah dapat bertindak selaku kuasa dari bank untuk melakukan
pembelian langsung dari pemasok atau pemilik awal,setelah
terlebih dahulu melakukan negosiasi mengenai harga barang
spesifikasi,cara, dan tempat pembayaran.
20
Ahmadi, Hukum kontrak,13-31.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
39
5) Setelahnegosiasi difinalisasi, calon nasabah akan mengajukan
permohonan kepada bank untuk melakukan pengambilalihan aset
dengan mengirimkan dokumen pemberitahuan pengikatan secara
lengkap beserta surat permohonan nasabah.
6) Banak akan melakukan pemeriksaan dokumen apakah sudah
memenuhi persyaratan pendahuluan.
7) Apabila persyaratan pendahuluan sudah terpenuhi, bank akan
memberikan surat persetujuan pengamblan aset atau dalam praktek
disebut offering letter.
Setelah menerima persetujuan pengambilalihan aset dan
penyerahan telah dilaksanakan secara prinsip, calon nasabah
berjanji secara mutlak untuk mengambil alih barang dari bank pada
tanggal penyerahan yang telah ditetapkan dalam perjanjian dan
membayar harga jual belinya kepada bank.
8) Penandatanganan akad murabahah
Pada saat penandatanganan akad murabahah, ditandatangani juaga
sebagai lampiran tanda terima barang dan surat permohonan
pencairan pembiayaan(SP3).
9) Pencairan uang murabahah
10) Pembayaran cicilan harga pembelian21
21
Irma Devita, Akad Syariah,48-50.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif yaitu jenis
penelitian yang melukiskan keadaan objek atau peristiwa tanpa suatu maksud
untuk mengmbil kesimpulan-kesimpulan secara yang berlaku secara umum.1
Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan penyelesaian
Penyelesaian wanprestasi dan pembiayaan murabahah
1. Penelitian ini dilakukan di BMT Sidogiri Cabang Wirolegi yaitu BMT
adalah sebuah lembaga keumgan yang terdapat pembiayaan bermasalah
atau wanprestasi dlam pembiayan murabahah, sehingga dibutuhkan
penyelesaian.Sehingga peneliti hendak melakukanpenelitian terkait dengan
bagaimana penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan murabahah
2. Penentuan Subyekpenelitian
Subjek penelitianIstilah subjek penelitian adalah meneunjukan pada
orang atau individu atau kelompok yang dijadikan unit atau sasaran kasus
yang diteliti. Adapun subjek penelitian ini adalah:
a. Pimpinan BMT UGT Sidogiri Cab. Wirolegi
b. Semua karyawan BMT UGT Sidogiri Cab.wirolegi
c. Nasabah yang melakukan Wanprestasi
1MasriSingarimbun,danSetevanEffendi,MetodePenelitianSurvei,(Jakarta:LP3S,1989),192.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
41
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer,yatu data yang diperoleh dari sumber utama, dalam penelitian
ini yang menjadi sumber utamanya adalah seluruh anggota BMT mulai
dari pimpinan,karyawan, serta nasabah, data primer ini didapat melalui
wawancara dengan para anggota BMT Sidogiri Cab,Wirolegi.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literature-literatur atau
bacaan yang relevan, serta dokumentasi dari BMT yang terkait dengan
penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data adalah suatu prosedur yang sistematik dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mempermudah
didalam pengumpulan data dan untuk mendapatkan fakta kebenaran yang
terjadi pada subjek atau objek penelitian, maka penulis menggunakan
beberapa metode yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Observasi yang
peneliti gunakan adalah observasi non partisipan, yaitu peneliti datang ke
tempat kegiatan yang di amati, akan tetapi peneliti tidak ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut.2
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), 226.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
42
Alasan peneliti memakai data observasi karena dengan observasi di
lapangan bisa memahami dan mengamati konteks data, peneliti juga
memperoleh ilmu dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu pengumpulan data pencarian
informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.3Dalam
penelitian ini digunakanWawancara tidak tersruktur yaitu wawancara yang
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya,
pedoman yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.4
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal atau variable
yang berupa catatan atau benda-benda tulis seperti Buku,Majalah,
Dokumentasi,Brosur,tulisan-tulisan yang menempel didinding.5 Metode
ini,peneliti digunakan untuk memperoleh data yang mencatat di antaranya
meliputi,letak geografis, sejarah mula berdirinya, Visi Misi, tujuan,serta
struktur organisasi di BMT Sidogiri Cabang Wirolegi.
3Ibid.,193.
4Ibid., 140.
5 AbudinNata, MetodologiStudiIslam,(Jakarta:PTRajaGrafindoPersada,1999),64.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
43
D. Tehnik Analisis Data
Dalam menganalisis Data peneliti menggunakan analisis kualitatif
maksudnya adalah dari data yang telah dikumpulkan dan telah dicetak
keabsahanya serta dinyatakan valid.
E. Tehnik Pengecekan Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, triangulasi sumber
yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang diperoleh melalui beberapa sumber, sebagai contoh untuk menguji
kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan
dan pengujian data yang diperoleh dilakukan kebawahan yang di pimpin,ke
atasan yang menugasi, dan keteman kerja yang merupakan kelompok kerja
sama. Data dari ketiga sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam
penelitian kuantitatif tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sama, yang berbeda dan mana yang spesifik dari ketiga
sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member
check) dengan tiga sumber data tersebut.6
F. Tahap-tahap Penelitian
Terdapat tiga tahap dalam penelitian, yaitu:7
1. Tahap Pra-lapangan.
a. Memilih lapangan penelitian dan menyusun rancangan penelitian
6Sugiono metode penelitian kuantitat kualitatifl 274.
7Ibid., 127.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
44
b. Mengurus perizinan lokasi penelitian di BMT Sidogiri Cabang
Wirolegi
c. Menjajaki dan menilai lapangan.
d. Memilih dan memanfaatkan informan.
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian.
f. Persoalan etika penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan.
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri.
b. Memasuki lapangan: melakukan wawancara kepada informan yang
sudah ditentukan sebelumya serta melakukan.Serta melakukan
pengamatan terkait tentang judul penelitian.
3. Berperanserta sambil mengumpulkan data.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu dengan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari semua hasil data-
data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi, maka
akan mendapatkan temuan-temuan
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
45
BAB IV
ANALISIS DATA
A. GambaranObjekPenelitian
1. Sejarah Berdirinya BMT UGT SIDOGIRI
BMT UGT Sidogiri adalah BMT yang sudah lama berada ditengah-
tengah masyrakat.Tentu cukup banyak pengalaman, rintangan dan
hambatan yang sudah dialami. Akan tetapi alhamdulillah, koperasi BMT
UGT Sidogiri hingga kini masih tetap eksis bahkan lebih maju dan
berkembang dari tahun-tahun sebelumnya, perkembangan BMT UGT
Sidogiri tidak telepas dari semangat dan kegigihan serta usaha para
karyawan BMT Sidogiri.
Usaha ini diawali oleh keprihatinan KH. Nawawi Thoyib (Alm.)
pada 1993 akan maraknya praktik rentenir di Desa Sidogiri dan sekitarnya.
Karna hal yang seperti ini sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia
yang tentunya mengandur unsur ribha, Beliau mengutus beberapa orang
untuk mengganti hutang masyarakat tersebut dengan pola pinjaman tanpa
bunga. Alhamdulillah program tersebut bisa berjalan hampir 4 tahun
meskipun masih terdapat sedikit kekurangan dan praktik renten masih
belum hilang1
Dari semangat dan tekad itulah para pendiri koperasi yang pada
waktu itu dimotori oleh Ust H. Mahmud Ali Zain bersama asatidz
madrasah ingin sekali meneruskan apa yang menjadi keinginan KH.
1 Kantor BMT UGT Sidogiri Cabang Wirolegi, Dokumentasi, 21September2014.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
46
Nawawi Thoyib (Alm.) agar segera terwujud lembaga yang diatur rapi dan
tertata bagus. Seperti dawuhnya Sayyidina Ali R.A. bahwa, ”Suatu
kebaikan yang tidak diatur secara benar akan terkalahkan oleh Keburukan
yang terencana dan teratur.”Pada 1996 di Probolinggo, tepatnya di
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong berlangsung seminar dan
sosialisasi Konsep Simpan-Pinjam Syariah yang dihadiri oleh KH. Nur
Muhammad Iskandar SQ dari Jakarta sebagai Ketua Inkopontren, DR.
Subiakto Tjakrawardaya, Menteri Koperasi dan DR. Amin Aziz sebagai
Ketua PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) Pusat.
Kemudian Ust H. Mahmud Ali Zain mengajak para asatidz untuk
mengikuti acara tersebut. Tidak hanya berhenti di situ saja, namun
dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi tentang perbankan syariah di
Pondok Pesantren Sidogiri yang dihadiri oleh Direktur Utama Bank
Muamalat Indonesia, Bpk H. Zainul Bahar yang dilanjutkan dengan
pelatihan BMT dengan mengirim 10 orang untuk mengikuti acara tersebut
selama 6 hari.Maka dari panduan dan materi yang telah disampaikan itulah
para asatidz yang terdiri dari: Ust H. Mahmud Ali Zain (saat itu sebagai
Ketua Kopontren Sidogiri), M. Hadlori Abd. Karim (saat itu sebagai
Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Sidogiri), A. Muna’i
Achmad (saat itu sebagai Wk. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pondok
Pesantren Sidogiri), M. Dumairi Nor (saat itu sebagai Wk. Kepala
Madrasah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Sidogiri) dan Baihaqi Utsman (saat
itu sebagai TU Madrasah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Sidogiri) serta
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
47
beberapa pengurus Kopontren Sidogiri yang terlibat, berdiskusi, dan
bermusyawarah.2
Pada akhirnya seluruh tim pendiri sepakat untuk mendirikan
Koperasi BMT yang diberi nama Baitul Mal wat-Tamwil Maslahah
Mursalah lil Ummah Pasuruan disingkat BMT MMU. Mengapa memakai
nama MMU? Karena seluruh pendiri pada waktu itu adalah guru-guru
MMU (Madrasah Miftahul Ulum) Pondok Pesantren Sidogiri. Pendirian
Koperasi BMT MMU Pasuruan ditetapkan pada tanggal 12 Rabiul Awal
1418 H. (bertepatan dengan tanggal lahir Rasulullah SAW) atau 17 Juli
1997 M, di kecamatan Wonorejo Pasuruan.
Saat itu kantor pelayanan pertama BMT MMU masih sewa dengan
ukuran luas + 16 m2 dan modal awal sebesar Rp 13.500.000,- yang
terkumpul dari anggota sebanyak 148 orang, terdiri dari para asatidz,
pengurus dan pimpinan MMU Pondok Pesantren Sidogiri. Menurut
sumber dan pelaku langsung, bahwa dari dana sebesar Rp 13.500.000,-
pada waktu itu untuk bisa memutar dan memproduktifkan dana tersebut
sangat banyak sekali hambatan, rintangan dari lingkungan sekitar. Namun
sedikitpun para pendiri ini tidak ada yang putus asa ataupun menyerah
bahkan menjadikan semangat untuk terus maju.Seiring berjalannya waktu,
pada tanggal 4 September 1997, disahkanlah BMT MMU Pasuruan
sebagai Koperasi Serba Usaha dengan Badan Hukum Koperasi nomor
2 Ibid
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
48
608/BH/KWK.13/IX/97.3
Setelah Koperasi BMT MMU berjalan selama dua tahun, maka
banyak masyarakat madrasah diniyah yang mendapat bantuan guru dari
Pondok Pesantren Sidogiri lewat Urusan Guru Tugas (UGT) mendesak
dan mendorong untuk didirikan koperasi dengan jangkauan yang lebih
luas yakni Koperasi Jawa Timur, juga ikut mendorong berdirinya koperasi
itu adalah para alumni Pondok Pesantren Sidogiri yang berdomisili di luar
Kabupaten Pasuruan.
Maka pada tanggal 05 Rabiul Awal 1421 H (juga bertepatan
dengan bulan lahirnya Rasulullah SAW) atau 22 Juni 2000 M diresmikan
dan dibuka satu unit Koperasi BMT UGT Sidogiri di Jalan Asem Mulyo
48 C Surabaya. Lalu tidak lama kemudian BMT UGT mendapatkan Badan
Hukum Koperasi dari Kanwil Dinas Koperasi, PK dan M Propinsi Jawa
Timur dengan Surat Keputusan no: 09/BH/KWK/13/VII/2000, tertanggal
22 Juli 2000 dengan nama Koperasi Usaha Gabungan Terpadu (UGT)
Sidogiri. Mengapa memakai nama UGT? Karena mayoritas pendiri pada
waktu itu adalah Pondok Pesantren atau Madrasah yang tergabung dalam
Urusan Guru Tugas (UGT) yang mengambil guru tugas dari Pondok
Pesantren Sidogiri.
Alhamdulillah, kini Koperasi BMT UGT Sidogiri sudah berumur
13 tahun dengan kemajuan yang cukup pesat. Berdasarkan data per
Oktober 2013 assetnya sebesar Rp 950 miliar. Sementara jumlah cabang,
3Ibid
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
49
cabang pembantu dan kantor kas sebanyak 228 outlet yang tersebar di
Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Timur.4
Sejarah berdirinya BMT-UGT Cabang Wirolegi berawal dari
keinginan pengurus pusat agar di setiap kecamatan terutama di Jawa timur
ada Unit BMT UGT untuk meminimalisir bahkan menghilangkan rentenir
di rata-rata pasar khususnya di wilayah Jember dan untuk
mengembangkan koperasi BMT yaitu dengan cara membuka Cabang di
berbagai tempat, prektek rentenir cukup membuat pedagang pasar tertekan
dengan besarnya prosentase bunga yang mereka terapkan, serta untuk
menghindari keharaman riba yang berarti menerapkan akad-akad syariah
di tengah masyarakat. Keputusan rapat koordinasi tgl 05 Januari 2011
kemudian mengutus Mukhith Arfai selaku pengurus wilayah (Korwil)
bagianJember. Yaitu mengumpulkan beberapa alumni dan simpatisan PP.
SIDOGIRI di beberapa daerah di Jember utamanya kecamatan Wirolegi
untuk bermusyawarah mengenai rencana tersebut. Akhirnya, terkumpulah
dana sekitar 150 juta yang kemudian diajukan ke BMT UGT pusat untuk
memenuhi salah satu syarat pengajuan pendirian Unit BMT-UGT
SIDOGIRI di daerah Wirolegi. Akhirnya BMT UGT pusat memberikan
modal awal sebesar 250 juta, maka tepatnya pada tanggal 14 April 2007
BMT-UGT CABANG Wirolegi diresmikan bertempat di Wirolegi daerah
4Ibid
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
50
pasar Wirolegi Kabupaten Jember.5
2. Visi dan Misi
a. Visi
1) Terbangunnya dan berkembangnya ekonomi umat dengan landasan
Syari’ah Islam.
2) Terwujudnya budaya ta’awun dalam kebaikan dan ketakwaan
dibidang sosial ekonomi.
b. Misi
1) Menerapkan dan memasyarakatkan Syariat Islam dalam aktifitas
ekonomi.
2) Menanamkan pemahaman bahwa sistem syariah dibidang ekonomi
adalah ADIL, MUDAH dan MASLAHAH.
3) Meningkatkan kesejahteraan Ummat dan anggota.
3. Struktur Organisasi BMT Sidogiri Cabang Wirolegi
5Abd. Rohman, acconut officer, Wawancara BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, 25 September 2014,
jam 10:30.
Pimpinan
Munif Romli
Wakil Pimpinan
Anshori
a
Kasir
Fauzan
Account officer
Ihsan Saifur
Account Officer
ABD. Rohman
Account officer
Hidayatullah
Account Officer
Hanif Saifur
Account Officer
Hasinul Hisni
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
51
4. Job Deskriptions (Pembagian Tugas)
a. Kepala Cabang
1) Bertanggung jawab berkembang dan tidaknya BMT cabang.
2) Melakukan monitoring kesetiap BMT Capem binaanya.
3) Membuat strategi pencapaian hasil pembuatan proyeksinya, lalu
memonitoring danmengevaluasi serta melakukan langkah-langkah
yang diperlukan demi perbaikan.
4) Melaksanakan pemeriksaan, persetujuan dan pencairan
pembiayaan sesuai denganplafond yang telah ditentukan.
5) Melakukan audit secara berkala. Melakukan pengawasan dan
monitoring secara rutin dan terus menerus sertamelakukan evaluasi
atas kinerja karyawan bawahannya.
6) Mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan SDI (sumber daya
insani) bawahannya
7) Mengusulkan promosi jabatan atau mutasi jabatan serta rooling
tempat kerja diwilayah binannya.
8) Memastikan semua SOM (standar operasinal manajemen) dan SOP
(StandarOperasional Prosedur) dilakukan dengan baik dan
sebagaimana mestinya.
9) Mengendalikan likuiditas.
10) Mempertanggung jawabkan segala aktivitas pekerjaannya secara
kontinyu kepadamanajerial.
11) Mengadakan rapat koordinasi dengan capem binaannya minimal 1
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
52
bulan sekali.
12) Mengadakan pembinaan pada seluruh karyawan binaannya
minimal 1 bulan sekali.
b. Wakil pimpinan
Wakil pimpinan bertugas sebagi berikut
1) Menggantikan aktivitas kepala Cabang di BMT cabang Wirolegi
ketika pimpinan tidak ada
2) Melakukan audit secara berkala. Melakukan pengawasan dan
monitoring secara rutin dan terus menerus sertamelakukan evaluasi
atas kinerja karyawan bawahannya.
3) Melaksanakan pemeriksaan, persetujuan dan pencairan
pembiayaan sesuai dengan plafond yang telah ditentukan.
c. Kasir/ CS (Customer Service)
Bertanggung jawab terhadap pencatatan keuangan sebagai
berikut:
1) Setiap transaksi langsung di entry menggunakan si BMT.
2) Setiap proses transaksi baik tabungan maupun pembiayaan di isi
lengkap diBMT.
3) Back up laporan transaksi harian
4) Melakukan pengecekan terhadap chek list accounting
5) Melakukan kas opname bersama pimpinan dan semua karyawan
6) Mendokumentasikan hasil transaksi harian
7) Menyusun pembukuan laporan harian antara lain :
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
53
8) Arus Kas
9) Neraca harian
10) Rekap jurnal harian
11) Laporan pendapatan
12) Mutasi tabungan per kode transaksi
13) Melayani penyetoran dan penarikan produk simpanan baik umum
maupunsimpanan berjangka.
14) Melayani setoran angsuran pembiayaan.
15) Menyusun dan menyerahkan laporan keuangan kepada
pimpinannya.
16) Bertanggung jawab terhadap kesesuaian catatan keuangan baik
catatan maupunjumlah uang tunai maupun bank opname dengan
kas bank.
17) Merapikan dan menertibkan pemberkasan serta administrasi kantor
18) Bersama pimpinannya membuat dan menyusun laporan keuangan
bulanan antaralain:
a) Arus kas
b) Neraca bulanan
c) Tabel Pendapatan
d) Laporan laba rugi
e) Tabel distribusi pendapatan
f) Posisi kekayaan
g) Jumlah penabung dan pembiayaan
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
54
h) Melayani pembukaan rekening tabungan umum dan tabungan
berjangka.
i) Melayani dan menerima pengajuan pembiayaan.
j) Memeriksa kelengkapan dokumen administrasi pengajuan
pembiayaan.
k) Memberikan penjelasan mengenai produk jasaBMT UGT
SIDOGIRI kepada calon anggota yang membutuhkan.
l) Menyelesaikan dengan cepat dan tepat setiap komplain
anggota.
m) Melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap seluruh tugas
yang diberikan oleh atasan.
n) Mempertanggung jawabkan seluruh aktifitasnya kepada Kepala
Cabang BMT Sidogiri Wirolegi.
o) Pembukuan
Meliputi: Laporan keuangan, Transaksi-transaksi dari berbagai
produk yangada,
d. Account Officer
Tugas dan tanggung jawab Account Officer adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan calon debitur yang layak dibiayai usahanya serta
menawarkan produk-produk dan jasa bank
2) Menerima permohonan pembiayaan dari calon debitur dan
membuat analisis pembiayaan untuk permohonan pembiayaan
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
55
yang dipandang layak
3) Menjadi saksi pada saat penandatanganan perjanjian pembiayaan
dan pengikatan jaminan
4) Melakukan kunjungan berkala kelokasi usaha debitur untuk
memantau perkembangan usahanya dan mendorong penggunaan
fasilitas pembiayaan
5) Menyusun jadwal kunjungan untuk verifikasi
6) Membuat daftar nama calon debitur yang akan dikunjungi
berdasarkan prioritasagar pelaksanaan kunjungan efisiensi dan
efektif.
7) Memasarkan semua produk jasa keuangan yang dimiliki oleh
koperasi.
8) Melaksanakan survey pembiayaan.
9) Memeriksa dan memastikan kondisi maupun kepemilikan dari
setiap agunan(jaminan) serta menentukan taksiran nilai nominal
agunan.
10) Bertanggung jawab terhadap penagihan pembiayaan dan mengawal
kelancaran setoran tagihan angsuran pembiayaan dengan selalu
memonitoring calon anggota/anggota peminjam.6
5. Rapat Umum
a. Rapat Anggota Tahunan (RAT): Dilaksanakan setiap bulan Februari
(tgl tidak tentu).
6Munif Romli, Pimpinan BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, Wawancara, Wirolegi, 27 september
2014 jam 13: 30.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
56
b. Rapat Pra RAT: Dilaksanakan beberapa bulan sebelum RAT (bulan
tidak tentu).
c. Rapat seluruh Cabang dan Capem : Dilaksanakan setiap 3 bulan sekali
d. Rapat seluruh Capem Jember timur: Dilaksanakan setiap bulan di
Kantor Cabang Wirolegi dihadiri semua kepala Capem.
e. Rapat Internal Cabang : Dilaksanakan minimal setiap minggu sekali7
6. Jam Kerja : Adapun jam kerja yang telah ditetapkan adalah sebagai
berikut : 07.30 S/D 16.00 WIB
7. Legalitas Lembaga
Badan Hukum No: 09/BH/KWK/13/VII/2000, tertanggal 22 Juli 2000
dengan nama Koperasi Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri.
8. Kegiatan Operasional
a. Tabungan
1) Tabungan Umum Syariah
Simpanan yang dapat disetor dan diambil sewaktu-waktu dengan
menggunakan akad wadiah yad addlomanah/qord.
2) Tabungan Haji Al Haromain
Tabungan untuk membantu pelaksanaan ibadah haji dengan akad
wadiah yad addlomanah.
3) Tabungan Umrah Al Hasanah
Tabungan untuk membantu melaksanakan ibadah umrah dengan
akad yas addlomanah
7Dokumentasi, BMT Sidogiri Cabang Wirolegi 27 September.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
57
4) Tabungan Idul Fitri
Simpanan dana dengan akad wadiah yad addlomanah yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hari raya Idul fitri
5) Tabungan Lembaga Peduli Siswa
Layanan penyimpanan dana yang diperuntukkan bagi lembaga
pendidikan guna menghimpun danatabungan siswa dengan akad
wadiah yad addlomanah
6) Tabungan Berjangka Mudharabah
Simpanan ini bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah
disepakati yaitu 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan dan 24 bulan
Pembiayaan meliputi
a) Mudharabah
Pembiayaan modal usaha penuh dari BMT kepada/nasabah
untuk mengelola sebuah usaha dan bagi hasilnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan dua belah pihak.
b) Murabahah (jual beli)
Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan ketentuan
yang disepakati, BMT harus memberitahu harga pokok
produk yang dibeli dan menentukan keuntungan sebagai
tambahannya.
c) Syirkah (kerja sama)
Kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang
keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama oleh kedua
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
58
belah pihak.
d) Rahn (Gadai)
Pembiayaan dengan jaminan barang bergerak ataupun surat
berharga yang dititipkan di BMT. BMT menerapkan sistem
keuntungan atau biaya pemeliharaan penyimpanan barang
tersebut berdasarkan kesepakatan bersama.
e) Deposito
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasrkan perjanjian nasabah penyimpan
dengan pihak BMT.8
B. Penyajian Data dan Analisis
Penyajian data merupakan bagian yang mengungkapkan data yang
dihasilkan dalam penelitian yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan
analisa data yang relevan.Dalam buku pedoman karya ilmiah (makalah,
propossal dan skripsi) STAIN Jember disebutkan bahwa dalam bab ini harus
dikemukakan scara rinci buki-bukti yang diperoleh merupakan hasil dari
penelitian sehingga penting dikemukakan setelah latar belakang objek adalah
penyajian data dan analisa data. Berdasarkan yang diperoleh, maka dapat
diketahui dan dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1. Mekanisme Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah skema pembiayaan dengan menggunakan
metode transaksi jual beli biasa. Dalam skema murabahah BMT Sidogiri
8Dokumentasi BMT UGT Sidogiri Cabang Wirolegi, 28 September.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
59
Cabang Wirolegi membeli barang dari produsen, kemudian menjual
kembali kepada nasabah ditambah keuntungan yang disepakati oleh BMT
dan nasabah dalam akad murabahah yaitu terdapat syarat Murabahah yaitu
Penjual memberi tahu biaya modal pada nasabah,Kontrak pertama harus
sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan Kontrak harus bebas dari riba,
Penjual harus menjelaskan pada pembeli bila terjadi cacat pada barang
sesudah pembelian, penjual harus menyampaikan semua hal yang
berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara
utang.
Sebelum dilakukan akad jual beli antara nasabah dan pihak BMT,
ada dua hal hal yang harus di negosiasikan dalam akad jual beli ini, yaitu
harga dan jangka waktu cicilan.Akan tetapi sebelum proses negosiasi
dilangsungkan,pihak BMT maupun nasabah sudah memiliki informasi
harga barang yang dipesan(penjual barang) berdasarkan informasi tersebut
pihak BMT dan nasabah akan melakukan negosiasi harga yang bersedia
dibayar oleh nasabah kepada BMT, adapun skema dalam pembiayaan
murabahah sebagai berikut:
Menurut bapak Hidayat yang berposisi sebagai marketing
menjelaskan:
Langkah awal yang harus dilakukan yaitu akad jual beli antara
nasbah dan BMT dalam akad ini yang yang dibahas harga barang
dan cicilan, setelah akad selesai selanjutnya jangka waktu
pembayaran,selanjutnya membeli barang yang dipesan oleh
nasabah yaitu pihak BMT membelikan barang untuk nasabah, akan
tetapi tidak semua jenis barang BMT yang membelikanya akan
tetapi bisa juga nasabah yang membeli sendiri seperti barang-
barang dapur dan semacamnya dengan menggunakan akad
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
60
murabahah bilwakalah, akantetapi kalau seperti pembelian sepeda
motor biasanya pihak BMT yang mengurus semuanya kepada
Suplier, setelah itu kirim barang kepada nasabah.9
Sebelum pihak nasabah mendapatkan pembiayaan BMT Sidogiri
Cabang Wirolegi menerapkan prosedur-prosedur tertentu yang harus
dipenuhi oleh calon nasabah yaitu memenuhi persyaratan-persyratan yang
telah di tetapkan oleh BMT Sidogiri Cabang Wirolegi yaitu mengisi
formolir pembiayaan yang telah disediakan oleh BMT Sidogiri Cabang
Wirolegi dengan melampirkan sebagai berikut:
Menurut Fauzan Said umur 27 yang berposisi kasir di BMT
Sidogiri Cabang Wirolegi menjelaskan bahwadidalam setiap pemberian
pembiayaan harus memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan oleh BMT
Sidogiri Cabang Wirolegi yaitu meliputi
1. Foto copy KTP suami istri
2. Harus jadi nasabah BMT.
Ini dimaksudkan untuk memanimalisir terjadinya wanprestasi
yaitu dengan adanya buku tabungan nasabah bisa menabung
dan apabila nasabah tidak ada yang mau disetorkan ke BMT
maka bisa diambil dari tabungan itu
3. Foto copy buku tabungan BMT Sidogiri Cabang Wirolegi.
4. Fotob copy KK 2 lembar
Yaitu untuk memperkuat identitas nasabah
5. Foto copy jaminan 2 embar yaitu untuk mengikat jaminan.10
a. Prosespemberian pembiayaan dalam akad murabahah
Sebelum menyetujui permohonan pembiayaan yang di ajukan oleh
nasabah, BMT Sidogiri Cabang mangli perlu melakukan penelitian lebih
mendalam terhadap calon nasabah sehingga dikatakan layak untuk
9Bapak Hidayat yang berposisi sebagai marketing, wawancara, wirolegi, 15 Desember 2015, jam
10:30. 10
Fauzan Said, Kasir BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, Wawancara, Wirolegi, 23 Desember 2014,
jam 09:30.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
61
mendapatkan pembiayaan. Sehingga jaminan hanya berfungsi untuk
mengantisipasi terjadinya wanprestasi.
Menurut bapak Ansori yang berposisi sebagai wakil pimpinan
menjelaskan bahwa dalam proses persetujuan pembiayaan dilakukan
beberapa tahap di antaranya:
a) Tahap survei/kunjungan
b) Tahap analisis
Tahap ini mengacu pada prinsip 5C+1C yaitu
1.Character
1. Capacity
2. Capital
3. Collateral
4. Condition
Akan tetapi BMT hanya menggunakan 3 prinsip yakarakter
kemampuan dan jaminan tapi yang paling penting
karakter,sedangkan untuk menilai krakter debitur yaitu
bertanya ke beberapa rumah disekitarnya
c) Rapat komisi
Rapat komisi ini dihadiri oleh pimpinan BMT dan marketing, yaitu
membahas tentang hasil survei dan analisis, dan selanjutnya
diserahkan kepada kasir BMT
d) Tahap pencairan
e) Tahap munitoring.11
b. Resiko dalam pembiayaan murabahah
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
lembaga dengan nasabah yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uanag atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil, di BMT Sidogiri cabang Wirolegi banyak
macam-macam pembiayaan, mudharabah musyarokah murabahah dan
11
Monif Romli, pimpinan BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, Wawancara, Wirolegi, 25 Desember
2014, jam 08:10.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
62
sebaginya akan tetapi setiap pembiayaan pasti terdapat yang namanya
resiko termasuk pembiayaan murabahah, murabahah adalah model
pembiayaan sistem jual beli, yaitu piahak lembaga sebagai penjual dan
nasabah sebagai pembeli di tambah dengan keuntungan yang disepakati.
Dalam skema murabahah, apabila terjadi cedera janji (wanprestasi)
akan ada resiko yang timbul yaitu memberikan kewajiban untuk
memberikan ganti rugi dari pihak yang lalai.
Adapun resiko dalam pembiayaan murabahah adalah sebagi berikut
Menurut Ansori umur 35 yang berposisi sebagi wakil pimpinan BMT
Sidogiri Wirolegi adalah sebagai berikut
pertama.kelalayan nasabah tidak mau membayar angsuran krakter
mereka tida beresMeyebabkan wanprestasi dalam pembiayaan
murabahah
kedua BMT rugi apabila membelikan barang untuk nasabah lalu
harga barang naik beberapa kemudian
ketiga .Penolakan nasabah terhadap barang yang dikirim oleh
BMT karena tidak sesuai keinginan
keempat barangnya dijual duluan oleh nasabah, setelah dijual
tidak mau membayar angsuran karna barangnya sudah tidak
ada.12
2. Faktor-faktor terjadinya wanprestasi dalam pembiayaan murabahah
Peranan BMT Sidogiri dalam menjaga kualitas pemberian
pemberian dana pembiayaan terasa sangat berat dibandingkan pada saat
dana tersebut belum mengucur di tangan nasabah. Untuk menghindari
terjadinya kegagalan pembiayaan maka BMT Sidogiri Cabang Wirolegi
harus melakukan pembinaan dan regular monitoring yaitu dengan cara
12
Ansori, wakil pimpinan BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, Wawancara, Wirolegi, 25 Desember
2014 jam 10: 00.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
63
monitoring aktif dan monitoring pasif. Monitoring aktif yaitu mengunjungi
nasabah secara regular, memantau laporan keuangan secara rutin dan
memberikan laporan kunjungan nasabah/call report kepada komite
pembiayaan/supervisor,sedangkan monitoring pasif yaitu memonitoring
pembayaran kewajiban nasabah kepada bank syariah setiap akhir bulan.
Bersamaan pula diberikan pembinaaan dengan memberikan saran,
informasi maupun pembinaan tehnis yang bertujuan untuk menghindari
pembiayaan bermasalah.
Pada jangka waktu (masa) pembiayaan tidak mustahil terjadi suatu
kondisi pembiayaan yaitu adanya suatu penyimpangan utama dalam hal
pembayaran yang menyebabkan keterlambatan dalam pembayaranatau
diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemingkinan
potensial loss. Kondisi ini yang disebut dengan pembiayaan bermasalah,
keadaan turunnya mutu pembiayaan tidak terjadi secara tiba-tiba akan
tetapi selalu memberikan ” warning sign” atau faktor-faktor penyebab
terlebih dahulu dalam masa pembiayaan. Ada beberapa faktor penyebab
pembiayaan bermasalah
a. Faktor Intern (berasal dari pihak bank)
Menurut Hanif saifur umur 30 yang berposisi sebagai Accont
officcer menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
wanprestasi dalam pembiayaan murabahah selain dari pihak debitur,
juga disebabkan oleh karyawan BMT Sidogiri yaitu meliputi
Pertama kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah
Kedua kurang tepat dalam menganalisis krakter nasabah
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
64
Ketiga kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah
Keempat perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis
usaha nasabah
Kelima lemahnya supervisi dan monitoring
b. Faktor ekstern
Faktor ini berasal dari nasabah, yaitu nasabah tidak memenuhi
kewajibanya kepada BMT Sidogiri di sebabkan oleh beberapa faktor.
karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan
informasi dan laporan tentang kegiatannya).
ketidak mampuan nasabah dilam menyicil angsuran dan
kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga
kalah dalam persaingan usaha13
Adapun menurut salah satu nasabah BMT yang bernama bapak
Saiful penyebab terjadinyaWanprestasi dalam pembiayaan murabahah
adalah:
tidak punya uang untuk disetorkan ke BMTdikarnakan sulitnya
persaingan dipasar sehingga tidak punya uanag untuk
disetorkan k BMT,kerugian terjadi karna rusaknya usaha yang
disebabkan oleh gangguan alam 14
3. PenyelesaianWanprestasi dalam pembiayaan murabahah di BMT
Sidogiri Cabang Wirolegi
Sebagaimana diketahui bahwa BMT memiliki dua fungsi utama
yakni funding atau penghimpuna dana financing atau pembiayaan. Dua
fungsi ini memiliki keterkaitan yang sangat erat keterkaitan ini terutama
13
Hanif Saifur, Accont Officer BMT Sidogir Cabang Wirolegi, Wawancara, Wirolegi, 28
Desember 2014 jam 08:00. 14
Bapak Saiful nasabah BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, Wawancara, Wirolegi , 28 Desember
2014 jam 10.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
65
berhubungan dengan rencana penghimpunan dana supaya tidak
menimbulkan terjadinya dana menganggur (idle money) disatu sisi dan
rencana pembiayaan untuk menghindari kurangnya dana/likuiditas saat
dibutuhkan di sisi yang lain.
BMT Sidogiri Cabang Wirolegi dalam memberikan pembiayaan
barharap berjalan dengan lancar, nasabah mematuhi apa yang telah
disepakati dalam perjanjian dan membayar lunas bila jatuh tempo akan
tetapi bisa terjadi dalam jangka waktu pembiayaan nasabah mengalami
kesulitan atau memang karakter nasabah yang tidak amanah sehingga
angsuranya menjadi nonggak.setiap pembiayaan pasti ada resikonya
termasuk dalam pembiayaan murabahah, terjadinya pembiayaan
bermasalah tidak secara langsung akan tetapi ada gejala sebelurm terjadi
wanprestasi, BMT Sidogiri Cabang Wirolegi menetapkan kualitas
pembiayaan menjadi 5 golongan yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus,
Kurang Lancar dan wanprestasi, yang dikategorikan pembiayaan
bermasalah adalah kualitas pembiayaan yang mulai masuk golongan dalam
perhatian khusus sampai golongan wanprestasi.
Bilamana terjadi pembiayaan bermasalah maka BMT Sidogiri
Cabang Wirolegi akan melakukan upaya untuk menangani pembiayaan
bermasalah tersebut dengan melakukan upaya penyelamatan dan
penyelesaian pembiayaan bermasalah, agar dana yang telah disalurkan
oleh BMT Sidogiri Cabang Wirolegi dapat diterima kembali.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
66
Penyelesaian Wanprestasi adalah upaya atau tindakan untuk
menarik kembali pembiayaan debitur dengan kategori Wanprestasi, secara
umum penyelesaian wanprestasi di lebaga syariah terdapat dua cara yaitu
secara legitasi dan non legitasi, yang dimaksud penyelesaian secara
legitasi yaitu dengan cara lewat badan peradilan agama sesuai pasal 55
ayat (1) Undang-Undang RI tentang Perbankan Syariah no 21 tahun 2008,
yaitu penyelesaian sangketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan
dalam lingkungan peradilan agama.15
Sedangkan yang dimaksud penyelesaian secara non legitasi yaitu
penyelesaian secara damai artinya diselesaiakan oleh pihak Bank itu
sendiri berdasarkan ketentuan-ketentuan KUH Perdata, Pasal 1320 tentang
syrat sahnya perjanjian, penyelesaian ini biasanya dilakukan oleh piahak
debt collector, sesuai Pasal 1792 tentang peberian kuasa, bank juga dapat
memberikan kuasa kepada pihak lain yaitu debt collector, untuk
melakukan upaya-upaya penagihan pembiayaan macet, tentu dengan cara-
cara tidak melawan hukum dan ketentuan Syariah.16
Akan tetapi setiap lembaga pasti mempuyai cara tersendiri untuk
mengatasi pembiayaan bermasalah atau wanprestasi termasuk di BMT
Sidogiri Cabang Wirolegi.
Adapun cara penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan
murabahah di BMT sidogiri Cabang Wirolegi yaitu dengan cara non
legitasi, yaitu menggunakan sistem kekeluargaan yang selalu
15
Kitab Undang-Undang tentang perbankan Syariah tahun 2008, 34. 16
Fathur Rahman, penyelesaian pembiayaan bermasalah , 97.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
67
mengedepankan ahlaqulkarimah yang baik dengan menggunakan cara
sebagai berikut:
a. Berupa Teguran
teguran ini bertujuan untuk memberikan peringatan kepada
nasabah yang dianggap telah melakukan cedera janji atau
Wanprestasidikarnakan nasabah tersebut tidak memenuhi kewajibanya
kepada BMT Sidogiri Cabang Wirolegi.
Menurut bapak Munif Romli yang berposisi sebagi pimpinan
BMT Sidogiri Cabang Wirolegi menjelaskan bahwa dalam mengatasi
nasabah yang melakukan Wanprestasi BMT Sidogiri Cabang Wirolegi
mempuyai beberapa cara yaitu sebagai berikut:
Pertama memberikan teguran lewat telepon kepada nasabah
yang telat melakukan pembayaran, sebelum nasabah
mendapatkan cairan dana, nasabah harus mengisi formolir
yang ada di BMT disitu terdapat nomor telepon jadi ketika
nasabah sudah telat pembayranya bisa ditegur lewat telepon.
Kedua Pemberian suratpenagihanAngsuran belum terbayarkan
selama beberapa bulan.
Ketiga apabila surat-surat penagihan tersebut tidak berhasil,
selanjutnya pihak BMT melakukan penagihan langsung dengan
mendatangi ke rumah nasabah tersebut. Yaitu membicarakan
masalah angsuran yang sudah nunggak, atau memberikan
teguran kepada nasabah yang sudah di anggap cendera janji
atau Wanprestasi sehingga angsuran yang dulunya macet
menjadi lancar kembali.17
b. Rescheduling
Rescheduling adalah strategi BMT Sidogiri Cabang Wirolegi
dalam mengatasi nasabah yang dianggap telah melakukan
17
Munif Romli, pimpinan BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, Wawancara, Wirolegi, 12 oktober
2014, jam 10:00.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
68
wanprestasiatau cedera janji, Rescheduling iniadalah langkah kedua
yang dilakukan oleh pihak BMT Sidogiri Cabang Wirolegi apabila
cara pertama tidak berhasil(berupa teguran).
Menurut bapak Ansori selaku wakil pimpinan BMT Sidogiri
Cabang Wirolegi menjelaskan, bahwa ketika cara yang diatas tidak
berhasil maka menggunakan cara yang selanjutnya yaitu Rescheduling.
Adapun proses Rescheduling yaitu meliputi:
Pertama memperpanjang jangka waktu pembiayaan dalam hal
ini anggota diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu
pembiayaan misalnya perpanjangan jangka waktu dari 5 bulan
menjadi 1 tahun sehingga anggota mempuyai waktu lama untuk
mengembalikanya,
kedua memperpanjang jangka waktu angsuran misalnya dari
50 kali menjadi 100 kali dan tentu saja jumlah angsuranyapun
mengecil sesuai jangka waktu angsuran.18
Adapun peran adanya Resheduling bagi nasaba sebagi berikut:
Menurut salah satu nasabah BMT Sidogiri Cabang Wirolegi yang di
anggap telah melakukan Wanprestasi dalam pembiayaan murabahah
yang bernama bapak ABD Rozik adalah:
Bagi saya adanya Resheduling ini sangat membantu saya,
karna cicilan saya jadi mengicil, tapi saya sangat malu kepada
orang BMT tapi mau gimna lagi saya emang tidak punya uang
yang mau dikasih ke BMT. Kalau sekarang agak meringankan
beban saya karna anguran saya jadi mengecil,19
c. Eksekusi jaminan
BMT dalam menyelesaiakan kasus Wanprestasi dengan
menggunakan macam-macam penyelesaian akan tetapi terkadan
18
Ansori, wakil pimpinan BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, Wawancara, Wirolegi, 13 Oktober jam
15:10. 19
ABD Rozik Nabah BMT Sidogi ,Wawancara, Wirolegi, 5 November 2014 , jam 8:30.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
69
terdapat kesulitan sehingga BMT harus menggunakan langkah terahir
dalam menyelesaiakn Wanprestasi yaitu dengan cara eksekusi jaminan.
Menurut Hidayatullah umur 27 yang berposisi sebagai Accon officer
menjelaskan:
BMT Sidogiri dalam mengeksukusi jaminan yaitu secara
kekeluargaan yaitu menggunakan nilai-nilai kesantrianya atau
menggunkan akhlaqul kariamah yang baik, yaitu enunggu
pihak debitur ihlas jaminanya di eksekusi oleh BMT Sidogiri,
jika tetap tidak mau jaminnya di eksekusi maka pihak BMT
terus menerus mendatangi nasabah sampai membayar lunas
hutangnya,akantetapi kalau dengan cara itu tidak berhasil
BMT Sidogiri memberikan keringanan atau dispensasi yaitu
nasabah cukup membayar harga pokoknya saja. Dan ini sering
terjadi dalam pembiayaan Murabahah akantetapi proses
pemutihanya pihak BMT merahasiakan hanya pihak BMT saja
yang tahu20
d. Proses Eksekusi Jamainan
Proseseksekusi jaminan, proses eksekusi jaminan dilakukan
apabila nasabah memang sudah benar-benar tidak bisa melunasi
hutang-hutangnya kepada BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, secara
umum proses eksekusi jaminan bisa dilakukan melalui pihak lembaga
dan juga bisa dilakukan melalui kantor lelang untuk melakukan
penjualan barang jaminan yang telah diikat dengan hak tanggungan
berdasarkan janji bahwa pemegang hak tanggungan berdasarkan janji
bahwa pemigang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk
menjual atas kekuasaan sendiri objek hak tanggungan apabila debitur
jedera janji, (pasal 11 ayat (2) dan pasal 20 ayat (1) UU No.4 Tahun
1996 tentang hak tanggungan.Pihak lembaga bisa mengambil
20
Hidayat, Accont officer, BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, Wawancara, Wirolegi, 13 Desember
2014, jam 03:00.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
70
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan sesuai (Pasal 29 ayat (1) UU
No.42 tahun 1999.
BMT Sidogiri dalam meng eksekusi jaminan biasanya dilakukan oleh
pihak BMT sendiri.
Menurut bapak ansori yang berposisi sebagai wakil ketua pimpinan
BMT Sidogiri Cabang Wirolegi menjelaskan
BMT dalam mengeksekusi jaminan dilakukan sendiri karna
pihak nasabah harus tahu berapa harga barang yang dijual
oleh pihak BMT, dari penjualan tersebut pihak BMT bisa
mengambil piutangnya akan tetapi apabila harga penjualan
melebihi dari hutang-hutang nasabah maka sisa dari penjualan
itu dikembalikan kepada nasabah21
C. Pembahasan Temuan
1. Mekanisme pembiayaan murabahah
Murabahah dalah pembiayan sistem jual beli dimana pihak BMT
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli ditambah keuntungan yang
disepakati antara pihak BMT dan nasabah, BMT sidogiri adalah lembaga
keungan yang berbasis syariah karna kalau dilihat dari namanya yaitu
baitulmal wat tamwil yang artinya rumah pengembangan harta yang
berlandaskan prinsip syariah yang tetunya didalam setiap pembiayaan
haruslah sesuai dengan prinsip syariah, adapun mikanisme dalam
pembiayaan murabahah di BMT Sidogiri sebagai berikut:
Pertama harus dilakukan akad jual beli antara nasbah dan BMT
dalam akad ini yang dibahas harga barang dan cicilan.
21
Bapak Ansori, Wakil pimpinan BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, Wawancara, wirolegi, 13
Desember 2014 ,Jam 09:30.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
71
sebelum negosiasi dilangsungkan pihak BMT Sidogiri dan nasabah sudah
memiliki informasi harga beli barang itu.
Kedua setelah akad selesai selanjutnya jangka waktu pembayaran.
Jangka waktu pembayaran cicilan ini harus disepakati sejak awal
karena lamanya jangka waktu cicilan tidak mengubah harga barang itu
yang harus dibayar oleh nasabah.
Ketiga selanjutnya membeli barang yang dipesan oleh nasabah
yaitu pihak BMT membelikan barang untuk nasabah. akan tetapi tidak
semua jenis barang BMT yang membelikanya tapi bisa juga nasabah yang
membeli sendiri seperti barang-barang dapur dan semacamnya dengan
menggunakan akad murabahah bilwakalah, akantetapi kalau seperti
pembelian sepeda motor biasanya pihak BMT yang mengurus semuanya
kepada Suplier. Murabahah adalah sistem jual beli yaitu BMT sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli di tambah keuntungan yang
disepakati, artinya BMT membelikan barang yang di inginkan oleh
nasabah lalu pihak BMT menjualnya kembali kepada nasabah dengan
keuntungan yang disepakati keduanya, akan tetapi pihak BMT terkadang
memberikan amanah kepada nasabah untuk membeli barangnya sendiri
dengan menggunakan akad murabahah bilwakalah yang parakteknya sama
dengan murabahah yaitu sama-sama jual beli tapi BMT membeli barang
diwakilkan kepada nasabah.
Mekanisme yang dijalankan oleh BMT sudah sesuai dengan teori
yang ada karena disana terdapat negosiasi masalah barang yang dipesan
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
72
beserta cicilan dan jangka waktu, arinya pihak BMT tidak memutuskan
sebelah pihak melainkan melalui kesepakatan bersama
Adapun menurut penulis mikanisme dalam pembiayaan
murabahah yang ada di BMT sudah bagus, karena disitu terdapat keadilan,
artinya pihak BMT dalam mengambil hasil yaitu dengan kesepakatan
bersama yang tentunya nasabah sudah setuju dengan apa yang ditawarkan
oleh BMT kepada nasabah.
Setiap permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur,
tentu harus dilakukan penilaian secara seksama oleh pihak BMT. Supaya
BMT terhindar dari nasabah yang mempunyai potensi terjadi
Wanprestasi,Namun sebelum menyalurkan dana kepada debitur, pihak
lembaga terlebih dahulu meneliti kelengkapan syarat-syarat pengajuan
pembiayaan yang telah diberikan oleh nasabah. Syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh pihak lembaga merupakan prosedur awal yang harus
diserahkan oleh debitur atau calon penerima pembiayaan.Kelengkapan ini
menjadi berometer kesiapan pihak debitur untuk melakukan pengajuan
pembiayaan. Semua syarat yang telah ditentukan harus komplit karena
nantinya syarat-syarat yang telah diajukan akan dinilai oleh pihak lembaga
Adapun syarat-syarat mengajukan pembiayaan di BMT UGT Sidogiri
Cabang wirolegi adalah sebagai berikut
1. Foto copy Kartu anggota BMT
2. Foto copy Buku Tabungan
Untuknasabah yang mengajukan pembiayaan diharuskan
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
73
menyetorkan foto copy buku tabunga atau rekening yaitu bertujuan
memanimalisir terjadinya wanprestasi terutama dalam pembiayaan
murabahah,yaitu dengan dibukanya rekening baru dimaksudkan untuk
nasabah yang mau membayar angsuranya lewat tabungan harian.bagian
markeing tiap hari mendatangi nasabah ke tempatnya untuk menabung,
ketika nasabah cedera janji dengan apa yang disepakati diawal maka
pihak BMT mengambil dari tabunganya sebagai ganti dari setoranya
yang nunggak dengan syarat ada pemberitahuan kepada nasabah
3. Foto copy KTP suami Istri / Saksi 3 lembar
Setiap lembaga khususnya BMT Sidogiri Cabang Wiroegi
ketika ada nasabah yang mengajukan pembiayaan maka pihak BMT
harus tahu identitas nasabah tersebut yaitu melalui foto copy KTP, yang
bertujuan untuk mempermodah dalam penagihan angsuran ketika
terjadi wanprestasi atau pembiayaan bermasalah
4. Foto Copy KK 2 lembar
Yaitu bertujuan untuk memperkuat dentitas nasabah, karna
besarkemungkinan nasabah berbohong mengenai identitas dan ini
sangat berbahaya bagi pihak BMT apabila terjadi Wanprestasi
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
74
5. Foto Copy Jaminana 2 lembar
Foto copy jaminan adalah syrat apabila mengajukan
pembiayaan di BMT yaitu bertujuan untuk mengikat jaminan kepada
BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, pengikatan jaminan sangat penting
sekali takut terjadi wanprestasi, sehingga apabila nasabah cedera janji
tidak mau melunasi hutang-hutangnya maka pihak BMT bisa bertindak
dengan cara meng eksekusi jaminan.
contoh jaminanya rumah dan tanah maka nasabah harus
menyetor foto copy surat-surat jaminanya tersebut.Persyratan adalah
langkah pertama yang dilakukan oleh nasabah ketika mengajukan
pembiayaan di BMT Sidogiri, kelengkapan persyaratan adalah hal yang
sangat penting mengingat BMT adalah lembaga yang fungsinya
penghimpun dana dan menyalurkan dana yaitu Funding dan lending.
Akan tetapi tugas BMT Sidogiri lebih berat ketika dana sudah mencair
dan dana yang belum dicairkan, karna BMT tidak tahu apa yang akan
terjadi dikemudian hari, maka untuk mengantisipasi terjadinya sesuatu
yang tidak diinginkan BMT mempuyai prosedur tersendiri dalam
permohonan kredit, yaitu persyaratan seperti di atas.
Menurut penulis prosedur yang diterapkan oleh BMT sudah
bagus apalagi terdapat tabungan harian dimana bertujuan untuk
nasabah yang ingin mengangsur melalui tabungan harian tersebut
sehingga nasabah tidak terlalu berat untuk mengangsur apalagi nasabah
BMT mayoritas pedagang pasar yang memang rata-rata ekonominya
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
75
menengah kebawah sehingga dengan adanya tabungan harian bisa
membuat nasabah ringan dalam mengangsur semua itu tiada lain
bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya wanprestasi.
BMT Sidogiri dalam mengantisipasi terjadinya Wanprestasi
yaitu melakukan penilaian terhadap calon nasabah, penilaian ini sangat
penting mengingat lancar atau tidaknya suatu pembiayaan tergantung
kepada nasabah, sehingga penilaian perlu dilakukan secara teleti, karna
setiap pembiayaan mengandung resiko dan ketidak pastian, ibarat kita
berada ditengah-tengah kegelapan yang ada hanyalah gelap dan gelap
akan tetapi digelepan itu kita tidak tahu ada apa disana, apakah ada
setan ataukah ada bidadari yang menunggu kita, begitu pula bagi
lembaga lebih tepatnya BMT Sidogiri yang tidak tahu apakah calon
nasabah mampu mengembalikan pinjamanya kepada BMT, atau
sebaliknya yaitu nasabah tidak memenuhi janjinya kepada BMT
sehingga terjadi Wanprestasi, maka untuk mengantisipasi terjadinya
Wanprestasi BMT berpegang teguh kepada prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Tahap survei/kunjungan
Tahap ini berfungsi untuk menilai kelayakan calon nasabah
serta meneliti dan mencocokan kebenaran dukumen dan data-data
yang diserahkan nasabah, dalam hal ini dilkukan kegiatan
pemeriksaan lapangan dan wawancara untuk meninjau kebenaran
usaha danjaminan,apabila sesuai maka bagian marketing
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
76
membuat rangkuman hasil pelaksanaan survei dan kesimpulan
hasil pengecekan.
2. Tahap analisis
Tahap ini mengacu pada prinsip 5C+1C yaitu
a. Character
BMT akan melakukan penilaian watak calonnasabah, baik
dalam kehidupan pribadi maupun bermsyarakat, untuk
menganalisis krakter calon debitur, pihak lembga mempuyai cara
khusus yaitu dengan cara bertanya kepada masyarakat setempat
untuk memastikan calon debitur tersebut amanah atau tidaknya.
b. Capacity
Kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman pokok
beserta marginnya.
c. Capital
Modal yang dimiliki oleh debitur sendiri, biasanya bisa dilihat
dari pendapatan nasabah per bulan dikurangi pengeluarannya.
d. Collateral
Nilai barang jaminan yang digunakan oleh debitur sepadan
dengan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT.
e. Condition
Kondisi dunia usaha, prospek ekonomi dan kepastian hukum.
Bertujuan untuk melihat dan memprediksi resiko yang
akanterjadi.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
77
3. Rapat komisi
Rapat komisi dihadiri oleh pimpinan BMT Sidogiri Cabang
Wirolegi. Kabag marketing, dalam rapat ini akan dibahas mengenai
pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah dengan
pertimbangan survei dan analisis setelah Rapat komisi selesai maka
diserahkan kepada kasir BMT Sidogiri untuk selanjutnya setelah
pengajuan pembiayaan diterima, maka antara nasabah dan pihak
BMT Sidogiri Cabang Wirolegi melakukan kesepakatan mengenai
administrasi pembiayaan. Beberapa hal yang akan ditetapkanya
antra lain sebagi berikut:
1) Jumlah pembiayaan yang akan dicairkan beserta tanggal
pencairan
2) Besarnya margin murabahah
3) Biaya administrasi pembiayaan dan harga titipan jaminan
4) Setiap nasabah harus mempuyai rekening simpanan di BMT
Sidogiri Cabang Wirolegi
4. Tahap pencairan
Pada tahap ini akan melibatkan ketua pimpinan BMT
Sidogiri Cabang Wirolegi atau wakil ketua dan kasir, akad
pembiayaan akan sah apabila telah memenuhi syarat dan rukun
pembiayaan, pada saat akad juga akan terjadi pengikatan jaminan
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
78
5. Tahap monitoring
Yang dimaksud pada tahap ini adalah BMT Sidogiri
Cabang Wirolegi ikut memonitor aktivitas nasabah serta memantau
jangkaangsuran jatoh tempo selama masa jangka angsuran
berlangsung.BMT Sidogiri dalam menganalisis yaitu menggunakan
tiga poin yaitu carakter, Capacity dan jaminan, akantetapi BMT
Sidogiri Cabang Wirolegidari tiga kompnen tersebut pihak BMT
Sidogiri Cabang Wirolegi lebih mengedepankan krakter karna bagi
BMT krakter itu sangatlah penting, akan tetapi BMT Sidogiri
mempunyai strategi khusus dalam menilai krakter seseorang yaitu
BMT Sidogiri bertanya langsung kepada masyarakat setempat ke
selatan pling tidak tiga rumah yang ditanyakan dan kebarat, timur
dan utara, pling tidak tiga rumah yang ditanyakan, apakah calon
nasabah tersebut amanah atau sebaliknya.
BMT dalam menganalisis nasabah kurang pas dengan teori
yang ada karena BMT hanya menggunakan tiga metode yaitu
karakter, kemampuan, jaminan. dan BMT dari ketiga poin tersebut
yang di anggap pling penting adalah krekter. Sedangkan teori yang
ada dalam menganilis yaitu berpatokan kepada 5C
Menurut penulis Cara yang dilakukan oleh BMT sidogiri
yang lebih mengedepankan krakter seseorang sudah bagus karena
kalau cuma unsur tidak mampu masih bisa diselesaikan dengan
cara yang lain, yaitu masih bisa dilakukan dengan cara
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
79
Rescheduling, menurut penulis Rescheduling hanya bisa maksimal
ketika berhadapan dengan nasabah yang krakternya amanah tapi
unsur kemampuan tidak ada, maka dengan adanya Rescheduling
bisa meringankan nasabah dalam mengangsur hutang-hutangnya
kepada BMT sidogiri, akan tetapi bedalagi dengan nasabah yang
ekonominya lumayan bagus tapi krakternya tidak amanah maka
Rescheduling hasilnya tidak akan maksimal dan menjadi sumber
malapetaka bagi BMT itu sendiri. Dan juga BMT mempunyai
jaminan ketika nasabah sudah tidak mampu lagi untuk mengangsur
maka insallah nasabah akan mengijinkan jaminanya untuk di
eksekusi karna pada dasarnya nasabah mempunyai ihtikad baik tapi
tidak mampu untuk mengangsur. Bada dengan nasabah yang tidak
amanah maka yang terjadi sebaliknya, akan tetapi lebih bagus lagi
ketika BMT Sidogiri menggunakan 5C+ 1C karna teori seperti ini
sudah cukup bagus, dan juga menurut penulis cara yang digunakan
BMT dalam menilai karater seseorang sangat bagus karena BMT
bertanya kepada masyrakat setempat dikarnakan baik atau tidaknya
seseorang yang tahu pasti orang-orang terdekatnya yaitu masyarat
setempat.
Setiap pembiayaan terdapat resiko yang kita tidak tahu.
Termasuk dalam pembiayaan murabahah dalam praktek jual beli
ini terdapat resiko yaitu sebagai berikut:
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
80
1. Defalaut atau kelalaian
Artinya nasabah sengaja tidak membayar angsuran sehingga terjadi
WanprestasiIni lebih mengarah terhadap krakter nasbah, biasa banyak
sekali dari segi kempuan sudah memenuhi syarat akan tetapi terkadang
debitur tidak amanah sehingga menyebabkan terjdi wanprestasi, ketika
sudah terjadi Wanprestasi tentu sangat merugikan pihak BMT
2. Fluktuasi harga komparatif
Ini terjadi apabila harga dalam suatu pasar naik setelah membelikanya
untuk nasabah, BMT Sidogiri tidak mengubah harga jual beli tersebut
artinya tetap sesuai kesepakatan di awal
3. Penolakan nasabah
Barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagi
faktor. Misalnya terjadi kerusakan dijalan saat dikirim sehingga
nasabah menulaknya atau bisa saja tidak cocok dikarnakan beberapa
faktor sehingga nasabah kecewa terhadap kinerja BMT, dan ini sangat
memungkinkan sekali terjadi Wanprestasi dikarnakan debitur sudah
kecewa dari awal. Karna biasanya debitur apalagi orang desa tidak bisa
komentar apa-apa selagi ada orang yang bersangkutan akantetapi
ketika pihak lembaga sudah tidak ada baru debitur mengeluarkan rasa
kecwanya, nah faktor seperti ini yang bisa membuat debitur enggan
yang mau mengangsur.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
81
4. Dijual
Karna murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka ketika
kontrak jual beli dengan hutang, maka ketika kontrak di tanda tangani,
barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun
terhadap assetnya tersebut. Termasuk mau menjualnya, Ketika barang
sudah tidak ada maka rasa tanggung jawab akan berkurang apalagi
kalau krakter nasabah tidak amanah, sehingga besar sekali peluang
terciptannya wanprestasi, adapun yang perlu mendapatkan perhatian
khusus dari pihak BMT adalah Resiko yang paling besar dalam
pembiayaan yaitu Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi apabila harga
dipasar naik setelah BMT membelikanya untuk nasabah. Disamping
itu ketidak cocokan barang yang di minta nasabah tentu membuat
nasbah kecewa, memang nasabah tidak menolaknya akan tetapi
biasanya nasabah kecewa atas kinerja yang dilakukan oleh BMT,
sehingga debitur enggan yang mau memenuhi janjinya kepada BMT.
Menurut penulis BMT harus lebih hati hati dalam kasus seperti
ini, jangan sekali-kali mengecewakan hati orang lain karna dampaknya
sangat besar bagi BMT Sidogiri dan tahap monitoring harus lebih kuat
lagi untuk mengantisipasi terjadinya barang dijual setelah jadi milik
debitur, akibatnya nasabah bisa saja tidak memenuhi prestasinya
kepada BMT karena barangnya sudah tidak ada dan nasbah pernah
dikecewakan oleh debitur, debitur itu ibarat rekan bisnis, artinya ketika
satu sudah tidak sejalan maka akan jauh dari kesempurnaan, jadi
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
82
jangan sekali-kali mengecewakan rekan bisnis kalau masih
menginginkan kesempurnaan.
2. Faktor-faktor Terjadinya Wanprestasidalam pembiayaan
murabahah.
Wanprestasi adalah tidak tercapainya suatu prestasi atu cedera janji yang
dilakukan nasabah kepada BMT Sidogiri , Terjadinya Wanprestasi tidak
langsung melainkan perlahan-lahan dan ini terjadi karna beberapa sebab
yaitu sebagai berikut:
1. faktor intern
Yaitu berasal dari BMT Sidogiri Cabang Wirolegi, dimana
BMT Sidogiri Cabang Wirolegi kurang teliti dalam menganalisis
seorang debitur, BMT dalam mengalisis menggunakan prinsip-
prinsip 5 C + 1C yaitu character, Capacity, Colateral, Capital,
Condition, Constraint. Dalam penilaian yang dilakukan oleh
karyawan BMT Sidogiri hanya menggunakan tiga poin yaitu krakter,
kemampuan, dan jaminan, itu yang di anggap paling penting, akan
tetapi dari ketiganya yang sangat penting adalah krakter, namun BMT
Sidogiri terkadang salah dalam memprediksi dikarnakan berpatokan
pada krakter, memang BMT mempuyai cara khusus untuk
menganalisis krakter seseorang yaitu dengan cara bertanya kepada
masyarakat setempat/ tetangganya. Tapi terkadang strategi ini tidak
maksimal dikarnakan sebagian tetangga berusaha menutupi krakter
dari orang tersebut sehingga BMT mengalami kesulitan.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
83
Disamping itu aspek pekerjaan kurang diperhitungkan sehingga
nasabah kesulitan dari segi finansial, artinya debitur ngajukan
pembiayaan kepada BMT terlalu besar dibandingkan dengan
penghasilan setiap bulanya sehingga debitur kesulitan dalam
mengangsur.
Menurut penulis alangkah baiknya BMT Sidogiri Cabang
Wirolegi lebih memperhatiakan 5C+1C sesuai teori yang ada
sehingga BMT tidak terlalu sibuk dengan pembiayaan bermasalah
apalagi dalam menganalisis seharusnya BMT menggunakan prinsip
5C+1C jangan hanya berpatokan pada 3 poin tersebut apalagi
mengedepankan karakter.
2. Faktor ekstern
Ini terjadi disebabkan oleh nasabah, yaitu nasabah mengalami
beberapa faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya Wanprestasi
yaitu sebagai berikut:.
a. Faktor ekonomi, mengingat mayoritas nasabah BMT adalah
petani dan pedagang di pasar (UMK) usaha mikro kecil, yang
memang peadang pasar adalah terget BMT. yang ekonominya
tergolong menengah kebawah. Sehingga untuk membayar
angsurannya para debitur masih agak kesulitan,
b. Kurangnya kejujuran dari nasabah atau karakter yang tidak
mendukung, sehingga nasabah mengalami Wanprestasi
c. Musibah (bencana alam) yang menimpa debitur memang jarang
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
84
terjadi, namun tidak menutup kemungkinan bencana alam itu
akan terjadi dan menimpa usahayang telah dijalankan oleh
debitur, misalnya hasil panenya anjlok gara2 dimakan hama dan
semacamnya, atau harga jual petani menurun sehingga ini dapat
juga menimbulkan kendala untuk membayar angsuran yang telah
menjadi kewajiban debitur kepada BMT.
Faktor-faktor terjadinya wanprestasi yang ada di BMT
sidogiri memeng sesuai dengan teori yang ada yaitu berasal dari
Intern dan ektern, akan tetapi faktor Interen tersebut yaitu
kecorobohan piahak BMT daalam menganalisis karena hanya
berpatokan pada tiga poin.
Menurut penulis BMT Sidogiri Cabang Wirolegi harus
lebih teliti lagi lebih serius lagi dalam menganalisis calon debitur
agar tidak berdampak fatal bagi BMT sidogiri. Yaitu dengan cara
memperhatikan seluruh aspek yang berkaitan dengan nasabah,
terutama dalam menilai karakter seseorang, dan BMT ketika
sudah menerima permohonan pembiayaan harus lebih dekat lagi
dengan nasabah yaitu melakukan pendekatan emosional kalau
memang BMT Sidogiri lebih mengedepankan krakter supaya
nasabah tersebut mempunyai rasa sadar kalau dirinya mempunyai
kewajiaban kepada BMT Sidogiri Cabang Wirolegi. Dan juga
pemantauwan harus lebih ditingkatkan atas bisnis nasabah.
Sedangkan untuk nasabah masalah ekonomi penulis tidak bisa
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
85
memberikan sumbang pemikiran dikarnakan maju atau tidaknya
usaha itu tergantung bagaimana kita menjalankan dan tergantung
rezki yang diberikan oleh sang pencipta. Akan tetapi dalam
masalah karakter nasabah harus bisa memenuhi janjinya kepada
BMT karna uang yang dicairkan oleh BMT adalah milik orang
lain dan hukumnya haram ketika kita mengambil hak mlik orang
lain.
3. Penyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan murabahah
Penyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan murabahah secara
umum terdapat dua penyelesaian yaitu secara legitasi dan non legitasi
akan tetapi penyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan Murabahah
yang dilakukan oleh BMT Sidogiri Cabang Wirolegi yaitu diselesaiakn
dengan cara non ligitasi aratinya diselesaiakn sendiri oleh pihak BMT
Sidogiri, yaitu menggunakan sistem kekeluargaan artinya tidak ada
paksaan atau kekerasan karna pihak BMT lebih mengedepankan nilai-
nilai kesantrianya sesuai dengan status mereka sebagai santri (alumni
pondok pesantren Sidogiri) pihak BMT Sidogiri Cabang Wirolegi
selalu mengedepankan nilai-nilai kesantrianya yaitu menggunakan
ahlaqulkarimah yang baik dalam menyelesaikan wanprestasi dalam
pembiayaan murabahah.
Setiap lembaga pasti mempunyai cara tersendiri dalam
menyelesaiakan kasus wanprestasi mulai penyelesaian secara legitasi
atau non legitasi begitupunBMT Sidogiri yang tentu mempuyai macam-
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
86
macam cara dalam menyelesaikan wanprestasi tiada lain bertujuan
untuk menghindari kerugian sehingga diperlukan penyelesaian-
penyelesaian yang seksama supaya dana yang sudah dikeluarkan bisa
kembali lagi kepada BMT dan membuahkan hasil bagi BMT Sidogiri
Cabang Wirolegi karena maju atau tidaknya setiap lembaga keuangan
tentu tidak terlepas dari hasil yang didapatkannya.
Adapun penyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan
murabahah di BMT Sidogiri Cabang Wirolegi sebagi berikut:
1) Pemberitahuan melalui telepon kepada nasabah yang telat
melakukan angsuran.
Disetiap nasabah ketika mengajukan pembiayaan calon nasabah
harus mengisi formolir yang telah disiapkan oleh pihak BMT Sidogiri
yaitu sebagai langkah awal untuk mendapatkan pembiayaan, pengisian
formolir ini menjadi syarat dalam permohonan pembiayaan karna
terdapat idintitas nasabah dan terdapat nomer telepon yang bisa
dihubungi, disini dimaksudkan untuk mempermodah pihak BMT dalam
menindak lanjuti ketika nasabah sudah cedera janji dengan apa yang
telah disepakati diawal, BMT memberikan teguran atau peringatan
lewat telpon, meskipun terkadang ada sebagian nasabah yang tidak
mengangkat telepon dari pihak BMT Sidogiri Cabang Wirolegi,
sehingga pihak BMT terpaksa menggunakan cara yang lain.
Menurut penulis cara seperti ini sudah cukup bagus dengan
adanya teguran lewat telepon BMT tidak harus susah payah dalam
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
87
memberikan teguran kepada nasabah, dan juga pihak BMT bisa tahu
apa penyebab dari tidak tercapainya prestasi dari nasabah itu sendiri,
sehingga pihak BMT bisa memikirkan dengan cara apa nasabah bisa
lancar kembali angsuranya sesuai situasi dan kondisi.
b. Pemberian surat penagihan Angsuran belum terbayarkan selama
beberapa bulan, adapun surat penagihan pertamadilayangkan apabila
angsuran nasabah terdapat tunggakan melampaui 90 hari/ 3 kali
angsuran atau telah dinyatakan sebagai pembiayaan yang kurang
lancar, untuk surat kedua dilayangkan apabila dalam angsuran tersebut
terdapat tunggakan melampaui 180hari/6kali angsuran atau disebut
Wanprestasi, dan untuk surat yang ketiga dilayangkan apabila dalam
angsuran tersebut terdapat angsuran tunggakan yang melampaui
270hari/9 kali angsuran atau pada saat pembiayaan tersebut telah
dinyatakan sebagai pembiayaan macet. Surat-surat tersebut berisi
pemberitahuan mengenai nominal tunggakan angsuran pokok dan bagi
hasil yang harus dibayar sampai bulan bersangkutan.
Menurut penulis pemberian surat penagihan sudah bagus,
karena cara seperti ini bisa menggertak nasabah, dan juga nasabah
bisa tahu berapa bulan mereka tidak memenuhi kewajibanya kepada
pihak BMT,apalagi nasabah yang sudah kenal dengan karyawan BMT
Sidogiri pasti nasabah tersebut sedikit banyak merasa malu karna
tidak tercapai prestasinya kepada BMT,
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
88
c. Apabila surat-surat penagihan tersebut tidak berhasil, selanjutnya
pihak BMT melakukan penagihan langsung dengan mendatangi
rumah nasabah tersebut untuk melakukan penagihan dengan cara
sistem kekeluargaan. Sistem kekeluargaan adalah cara yang digunakan
BMT Sidogiri Cabang Wirolegi dan menggunakan ahlak yang baik
dan pihak BMT bisa tahu keadaan nasabah tersebut.
Menurut penulis cara seperti ini sudah bagus karana BMT
datang langsung kerumah nasabah, pendekatan emosionalnyapun pasti
sangatlah berbeda dengan cara-cara yang dikemukakan diatas,
disampng itu BMT bisa tahu keadaan nasabah itu, sehingga BMT bisa
menarik kesimpulan penyebab tidak tercapainya prestasi, pihak BMT
sangatlah penting mengetahui keadaan nasabah karna dengan
mengetahui penyebab tidak tercapainya suatu prestasi bisa
merumuskan cara yang pas untuk nasabahnya. Apalagi pihak BMT
menggunakan nilai-nilai santrinya yaitu dengan menggunakan
ahlaqulkarimah yang baik, karna seseorang bisa luluh hatinya ketika
kita menunjukan rasa hormat kepada orang lain begitupun sebaliknya.
d. Apabila dengan cara tersebut tidak berhasil maka pihak BMT
menggunakan cara yang lain yaitu dengan cara nasabah diminta
datang ke BMT Sidogiri Cabang Wirolegi yaitu bertujuan untuk
dilaksanakan Rescheduling
Adapun Rescheduling.yaitu bertujuan untuk membantu
nasabah dalam menyelesaikan angsurannya kepada BMT Sidogiri
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
89
Cabang Wirolegi, karna dalam proses Rescheduling ini terdapat
beberapa poin yang di anggap sangat penting mengingat nasabah
BMT yang mayoritas pedagang pasar dan petani, sehingga dengaan
adanya Rescheduling sangat membantu pihak debitur, Resheduling ini
meliputi poin-poin dibawah ini
a) memperpanjang jangka waktu pembiayaan dalam hal ini anggota
diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan
misalnya perpanjangan jangka waktu dari 5 bulan menjadi 1 tahun
sehingga anggota mempuyai waktu lama untuk mengembalikanya,
b) memperpanjang jangka waktu angsuran misalnya dari 50 kali
menjadi 100 kali dan tentu saja jumlah angsuranyapun mengecil
sesuai jangka waktu angsuran.
Reschedulingini bertujuan untuk meringankan beban nasabah,
karna didalam Rescheduling ini meliputi jangka waktu angsuran
dan jangka waktu pembiayaan.
Menurut penulis Rescheduling bisa membuahkan hasil
apabila krekter nasabah amanah karna kalau kita amati dari poin-
poin Resheduling ini hanya tertuju bagi nasabah yang krakternya
amanah, dan tentu membantu nasabah dalam memenuhi
kewajiabanya kepada BMT Sidogiri, akan tetapi usha seperti ini
bisa saja tidak ada pengaruh yang positif apbila dihadapkan dengan
krakter nasbah yang tidak amanah samasekali, sebaiknya pihak
BMT dalam proses Rescheduling ini memberikan pemahaman
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
90
yang baik yang sekiranya bisa membuat nasabah sadar akan
pinjamanya.
e. Apabila Rescheduling tidak berhasil maka BMT Sidogiri Cabang
Wirolegi menggunakan cara terahir yaitu eksekusi jaminan,
Eksekusi jaminan dalah cara terahir yang dilakukan BMT
Sidogiri Cabang wirolegi bila dengan cara yang lain sudah tidak bisa.
akan tetapi dalam mengeksekusi jaminan tersebut pihak BMT
mempuyai cara tersendiri tidak seperti di lembaga-lembaga pada
umumnya, yaitu secara kekeluargaan artinya pihak BMT musyawaroh
dengan nasabah untuk mengeksekusi jaminanya. kalau nasabah tidak
mau jaminanya di eksekusi maka pihak BMT tidak bisa berbuat apa-
apa karna tidak mendapatkan ijin dari nasabah jaminanya untuk
dieksekusi, BMT tidak mau mengeksekusi jaminanya kalau tidak ada
persetujuan dari nasabah karna BMT dalam menyelesaikan
wanprestasi dengan cara kekeluargaan tidak dengan kekerasan atau
paksaan BMT selalu menjaga nama santri mereka yaitu tidak
enggunakan kekerasan akan teteapi dengan kekeluargaan dan
menggunakan ahlaqulkarimah yang baik, BMT meyakini kalau
dengan cara tersebut bisa meluluhkan hati nasabah.akan tetapi pihak
BMT tidak menyerah sampai disitu saja andaikata debitur tetap tidak
mengijinkan jaminanya dieksekusi BMT punya cara khusus untuk
mengambil hati nasbah supaya melunasi hutang-hutangnya atau
mengijinkan jaminannya di eksekusi yaitu dengan cara pihak BMT
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
91
terus menerus datang k rumah nasabah tersebut untuk minta ijin
jaminannya di eksekusi atau melunasi hutang hutangnya karna
menurut Hidayat yang berposisi sebagai Accont officer kalau tiap hari
karyawan BMT datang kerumah nasabah yang cedera janji maka
nasabah tersebut akan bersedia jaminananya dieksekusi atau melunasi
hutang hutangnya tanpa harus diselesaikan secara paksa. Eksekusi
jaminan hanya khusus bagi nasabah yang benar-benar sudah tidak bisa
mengembalikan pinjamannya kepada BMT Sidogiri,
Cara yang dilakukan oleh BMT dalam menyelesaiakn
wanprestasi kurang pas dengan teori yang ada karena BMT terlalu
memberikebebasan kepada nasabah. Sedangkan didalam teori apabila
terjadi wanprestasi dimana nasabah tidak ada potensi untuk
membayarnya maka langkah yang dilakukan yaitu dengan cara
penyitaan jaminan yaitu lewat hak jalur hukum sebagaimana yang
tertera dalam Undang-Undang RI tentang Perbankan Syariah no 21
tahun 2008, yaitu penyelesaian sangketa Perbankan Syariah dilakukan
oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan agama.
Menurut penulis cara seperti itu kurang efektif karna terlalu
memberi kebebasan kepada nasabah sehingga nasabah terlalu
mengintengkan, sebaiknya pihak BMT harus pintar-pintar memilah
dan memilih artinya BMT harus melihat karakter nasabah itu sendiri,
apabila nasabah tersebut memang karakternya buruk maka sebaiknya
pihak BMT harus lebih tegas lagi. Dan juga proses seperti ini cukup
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
92
memakan waktu yang cukup lama dan kurang efektif karna BMT
terlalu mengedepankan kekeluargaan sehingga nasbah mengintengkan
apalagi ketika dihadapkan dengan karakter nasabah yang tidak
amanah karna setiap manusia butuh yang namanya paksaan.
Sebaiknaya pihak BMT lebih tegas lagi yaitu dengan cara minta
tolong kepada tokoh masyrakat setempat atau sanak family debitur,
untuk memberikan nasehat kepada debitur.
Akantetapi bukan tidak mungkin dari sekian banyak nasabah di
BMT Sidogiri yang bersikeras jaminanya tidak mau dieksekusi dan
tidak bisa memenuhi kewajibanya kepada BMT dikarnakan alasan-
alasan tersendiri, maka pihak BMT terpaksa memberikan dispensasi
kepada debitur berupa pemutihan artinya pihak BMT mengihlaskan
dana yang sudah dicairkan kepada nasabah. yaitu debitur cukup
membayar hutang pokoknya saja kepada BMT, dan penagihanya
setiap hari nasabah didatangi oleh karyawan BMT atau bisa lewat
tabungan harian ketika sampai pada ahir bulan BTM akan memotong
tabunganya nasabah untuk menutupi hutang- hutangya kepada BMT,
ini sering terjadi dalam pembiayaan murabahah, pemutihan ini bisa
dilakukan dengan syrat nasabah benar-benar tidak ada kemampuan
untuk membayar akan tetapi masih mempunyai nitan baik untuk
melunasi hutang-hutangnya adapun proses pemutihanya ini hanya
diketahui oleh pihak BMT tanpa memberi tahu kepada nasabah, Akan
tetapi apabila nasabah angsuranya lancar atau mempunyai potensi
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
93
untuk melunasi hutang-hutangnya beserta marginya maka pihak BMT
tetap melakukan penagihan secara rutin kepada nasabah samapai
semua hutang-hutangnya lunas.
Menurut penulis cara seperti ini cukup merugikan BMT itu
sendiri, karena BMT dalam melukan transaksi jual beli dalam
pembiayaan murabahah tiada lain utuk mendapatkan keuntungan dari
jual beli tersebut, akan tetapi ketika BMT mengihlaskan bagi hasilnya
maka BMT dalam melakukan transaksi jual beli murabahah akan rugi
karana tidak mendapatkan keuntungan dari transaksi itu dan memakan
waktu yang cukup lama untuk mengembalikan pinjamanya.
Sebaiknya BMT Sidogiri lebih giat lagi dalam memonitor kegiatan
nasabah karna besar kemungkinan nasabah berbohong atas keadaanya,
sehingga nasabah mengulur waktu untuk tidak mengangsur lagi.
Padahal berkembangnya lembaga keuangan itu tergantung
pembiayaan yang disalurkan kepada debitur, karna setiap pembiayaan
membuahkan hasil bagi setiap lembaga sehingga lembaga terus
berkembang dan menunjukan eksistensinya.
Adapun proses eksekusi jaminan adalah dilakukan secara
bersama antara pihak BMT dan debitur artinya debitur berhak tahu
harga penjualan barang yang dieksekusi oleh BMT, karna BMT tidak
sepenuhnya mempunyai hak atas jaminan tersebut, BMT hanya
memotong dari harga jual barang tersebut sesuai hutang-hutang
debitur kepada BMT. Dan sisanya dikembalikan lagi kepada debitur.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
94
Menurut penulis cara ekksekusi jaminan sudah bagus karna
memanimalisir biaya ketika diserahkan kepada pihak ketiga, dan juga
sangat bagus sekali ketika pihak BMT melibatkan nasabahnya dalam
meng eksekusi jaminan itu karna pada dasarnya mereka juga punya
hak atas jaminanya, dan juga bisa menghilangkan diskriminasi bahwa
BMT memanipulasi masalah harga barang terhadap nasabah atas
penjualan itu.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
DiBMT Sidogiri terdapat macam-macam pembiayaan salahsatunya
pembiayaan murabahah, yaitu pembiayaan sistem jual beli antra nasabah
dan BMT di tambah keuntungan yang disepakati.
Adapun mekanisme pembiayaan murabahah di BMT Sidogiri
Cabang Wirolegi sebagai berikut:
1. Harus dilakukanakad jual beli antara nasbah dan BMT dalam akad ini
yang dibahas harga barang dan cicilan.
2. Setelah akad selesai selanjutnya jangka waktu pembayaran.
Jangka waktu pembayaran cicilan ini harus disepakati sejak awal
karenalamanya jangka waktu cicilan tidak mengubah harga barang itu
yang harus dibayar oleh nasabah.
3. Selanjutnyamembeli barang yang dipesan oleh nasabah.
2. Kesimpulan Khusus
1. Untuk mengetahui Faktor-Faktor terjadinya Wanprestasi di BMT
Sidogiri Cabang Wirolegi.
Pada jangka waktu (masa) pembiayaan tidak mustahil terjadi
suatu kondisi yang mengakibatkan Wanprestasi dikarenakan terdapat
beberapa faktor yaitu:
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
96
1) Faktor Interen
Yaitu bersal dari pihak BMT Sidogiri Cabang Wirolegi artinya
pihak BMT kurang teliti dalam menganalisis nasabah sehingga
nasabah mempunyai peluang untuk tidak memenuhi kewajibanya
kepada BMT Sidogiri Cabang Wirolegi.
2) Faktor eskteren
Yaitu bersal dari pihak debitur artinya pihak debitur tidak ada
kemauan untuk membayar dan terkadang debitur terkena musibah
dengan usahanya sehingga debitur tidak mampu memenuhi
kewajibanya kepada BMT Sidogiri Cabang Wirolegi.
2. Untuk mengetahuipenyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan
murabah
Setiap lembaga tidak mungkin terlepas dari yang namanya
pembiayaan bermasalah atau Wanprestasi termasuk di BMT UGT
Sidogiri Cabang Wirolegi akan tetapi setiap lembaga mempuyai cara
tersendiri untuk menyelesaiankan Wanprestasi supaya dana yang
dikeluarkan bisa kembali.
Adapun proses penyelesaian Wanprestasi dalam pembiayaan
murabahah diBMT Sidogiri Cabang Wirolegi yaitu terdapat poin-poin
sebagai berikut:
1. Berupa teguran
Untuk tahap pertama teguran melalui telepon stelah itu diberikan
surat teguran bahwa angsuranya sudah macet.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
97
2. Rescheduling
Rescheduling ini terdapat bebepa poin yaitu :
1) Memperpanjang jangka waktu pembiayaan dalam hal ini
anggota diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu
pembiayaan.
2) Memperpanjang jangka waktu angsuran misalnya dari 50 kali
menjadi 100 kali dan tentu saja jumlah angsuranyapun
mengecil sesuai jangka waktu angsuran.
3) Eksekusi jaminan
Eksekusi jaminan adalah cara terahir yang dilakukan
oleh BMT Sidogiri Cabang Wirolegi untuk mengatasi kasus
Wanprestasi dalam pembiayaan murabahah.
B. Saran
BMT dalam menyelesaikan wanprestasi harus pinter-pinter memilah
dan memilih, artinya ketika BMT di hadapkan dengan krakter orang yang
tidak amanah maka BMT harus lebih tegas lagi akan tetapi tegas bukan berarti
tidak harus menggunakan akhlakul karimah. Melainkan yang di maksud tegas
disini adalah melibatkan family-family nasabah supaya membujuk nasabah
yang cedera janji tersebut.mungkin dengan melibatkan family nasbah bisa
meluluhkan hati dari nasbah tersebut. BMT harus tegas dalam menyelesaikan
wanprestasi. Karena menurut Steven Robbin dalam bukunya manusia itu harus
di paksa. Akan tetapi sebaliknya kalau BMT berhadapan dengan nasabah yang
amanah akan tetapi tidak bisa memenuhi kewajibanya kepada BMT maka
BMT bisa menerapkan sistem kekeluargaan.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
1
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta:Gema Insani Press.
Antonio, Syafi’i. 1999. Bank Syariah Bagi Bank dan Praktisi Keuangan. Jakarta:Tazkia Institute.
Arifin, Zainul. 2007. Dasar-dasar Menejemen Bank Syariah. Jakarta: BalaiPustaka.
Djamil, Fithurrahman. 2012. Penyelesaian Pembiyaan Bermasalah di BankSyariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Fuady, Munir. 2002. Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di EraGlobal. Bandung: PT Citra Adyta Bakti.
Hanafi, Hamduh.2012.Manajemen Risiko.Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grub.
Jundiani. 2009. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Malang:UIN-Malang press.
Kasmir. 2007. Bank dan Lembaga Kuangan Lainnya. Jakarta: PT Radja GrafindoPersada
.Miru, Ahmadi.2007. Hukum kontrak perancangan kontrak. Jakarta:PT Radja
Grafindo Persada
Nafis, Abdul Wadud. 2009. Bank SyariahTeoridanPraktek. Jakarta: MitraAbadiPress.
Nata, Abudin.1999. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Panduan Praktis Operasional Baitul Maal Wattamwil (BMT).
Purnamasari,Irma,Devita. 2011. Akad Syariah. Bandung: PT Mizan Pustaka
Singarimbun,Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Kuangan Syariah, (Jakarta: KencanaPrenada Media Grup.
DIG
ITA
L LI
BR
AR
Y IN
STIT
UT
AG
AM
A IS
LAM
NEG
ERI J
EMB
ER
2
Subakti. 1996. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, (Bandung : CV.Alfabeta)
Suharjono , Mudrajat Kuncoro. 2002. Menejemen Perbankan Teori danAplikasi.(Yogjakarta: BPFE)
Suhendi ,Hendi. 2011. Fiqih Muamalah. Jakarta: Radja Wali Press.
Syafi’I,Rahmad . 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
Tim Penyusun Pusat dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Perum Penerbit dan Percetakan Balai Pustaka, 2000.
UU Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembagan Keuangan Mikro Syariah.
UUD Nomor 21.Tahun 2008.Undang-Undang RI Tentang Perbankan Syariah.Pustaka Mahardika
Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogjakarta: UUI Press.
Pedoman karya ilmiah STAIN Jember 2013