penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di panti ......tingkat penyesuaian remaja di panti...

43
PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA AWAL YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN MUHAMADIYAH ABU HURARIAH SALATIGA OLEH DAVID SETYAWAN 802008012 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 15-Feb-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA AWAL YANG TINGGAL

    DI PANTI ASUHAN MUHAMADIYAH ABU HURARIAH SALATIGA

    OLEH

    DAVID SETYAWAN

    802008012

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • i

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian sosial dari remaja awal yang

    tinggal pada suatu lembaga perlindungan anak yaitu Panti Asuhan di Kota Salatiga, Jawa

    Tengah. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode

    observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk mengamati kebiasaan dan perilaku

    dari partisipan, sedangkan wawancara digunakan untuk memperoleh data yang dapat

    diaplikasikan ke dalam bentuk naskah wawancara atau verbatim. Partisipan dalam

    penelitian ini merupakan dua remaja awal dengan karakteristik usia 12-15 tahun yang

    tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga, yang sebelumnya tinggal

    dirumah dengan orangtuanya kemudian pindah ke Panti Asuhan. Hasil penelitian ini ialah

    kedua partisipan masih menyesuaikan dirinya ketika pindah ke Panti Asuhan, melakukan

    sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya, dan

    mudah untuk menyesuaikan diri dimanapun mereka berada. Selain itu, dengan adanya

    peraturan yang terdapat di Panti Asuhan membuat mereka disiplin dalam mengatur waktu

    serta membentuk sikap dan berinteraksi dengan dinamika sosial yang mereka rasakan

    pada lingkungan sosial yang baru.

    Kata Kunci: Penyesuaian Sosial, Remaja Awal, Panti Asuhan.

  • ii

    Abstract

    The aim of this research is to know about social adjustment of early teens who live in a

    child protection agency such as Orphanage in Salatiga, Central of Java. Qualitative

    method is used in this research by using observation and interview method. Observation

    method is used to observe habit and behaviour of the participant, meanwhile interview

    method is used to get the data which can be applied to the script interview or verbatim.

    Participants in this research are two early teens aged 12-15 years old who live in

    Muhamadiyah Abu Hurairah Orphanage in Salatiga that had lived with their parents

    before. The result is two participants are still adapting after move to the Orphanage,

    doing socializing with surroundings, responsible with their tasks and feeling easy to

    adapt themselves whereever they are. Moreover, the rule of the Orphanage makes them

    discipline in arranging their time, forms their behaviour and the way they interect with

    social dynamics that they feel in their new environment.

    Key words: Social Adjustment, Early Teens, Orphanage.

  • PENDAHULUAN

    Kehidupan remaja tidak terlepas dari berbagai macam permasalahan yang ada dalam setiap

    tahap perkembangannya. Permasalahan yang ada tersebut dapat bersumber dari berbagai macam

    faktor seperti dari dalam diri sendiri, keluarga, teman sepergaulan atau lingkungan sosial.

    Masalah-masalah yang dihadapi memberikan suatu bentuk ujian bagi para remaja agar mampu

    menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Hal ini karena berbagai macam

    pertimbangan pada masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-

    kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional

    (Santrock, 2007).

    Santrock (2007) melanjutkan bahwa masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama

    dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Selain

    itu menurut Papalia dan koleganya (2008) menyatakan bahwa masa remaja dimulai pada usia 11

    atau 12 tahun sampai masa remaja akhir atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut

    membawa perubahan besar saling bertautan dengan semua ranah perkembangan. Selanjutnya

    menurut Monks (2002) bahwa masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan

    terbagi menjadi masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun,

    dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun.

    Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan

    dengan penyesuaian sosial (Hurlock,1980). Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri

    dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,

    pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru

    dalam dukungan dan penolakan sosial (Nurdin, 2009). Penyesuaian sosial merupakan

    keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan

  • terhadap kelompok pada khususnya (Hurlock, 2000). Selanjutnya Schneiders (1964)

    menyebutkan bahwa istilah penyesuaian sosial berarti sejauh mana individu mampu bereaksi

    secara efektif terhadap hubungan, situasi, dan kenyataan sosial yang ada.

    Penyesuaian sosial akan menjadi salah satu bekal penting dalam membantu remaja pada

    saat terjun dalam masyarakat luas. Penyesuaian sosial juga merupakan salah satu persyaratan

    penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Banyak remaja yang tidak dapat

    mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri,

    baik dengan lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan dan masyarakat pada umumnya. Akibatnya

    cenderung menjadi remaja yang rendah diri, tertutup, suka menyendiri, kurang adanya percaya

    diri serta merasa malu jika berada diantara orang lain atau situasi yang terasa asing baginya.

    Begitu juga pada remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhan menjadi

    lingkungan utama dalam mengadakan penyesuaian sosial. Keberadaannya di panti asuhan

    membuat mereka mampu belajar mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya baik

    dengan teman-teman panti atau pengasuh. Remaja dituntut dapat berkembang dan menyesuaikan

    diri agar menjadi modal utama mereka ketika berada dalam masyarakat luas (Kumalasari &

    Ahyani, 2012).

    Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1979 pasal 2 ayat 1,

    menjelaskan bahwa setiap anak berhak untuk mendapat kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan

    bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus

    untuk tumbuh dan berkembang wajar (Dewi, 2011). Sejalan dengan Peraturan Perundang-

    undangan tersebut, Pemerintah menyediakan suatu wadah yang sekiranya dapat membantu

    memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial dari anak-anak yang hidup tanpa didampingi

  • oleh orang tua dan keluarganya, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang layaknya anak yang

    diasuh dalam keluarga yang sebenarnya, yaitu panti asuhan.

    Panti asuhan adalah salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi untuk

    memberikan perlindungan terhadap anak-anak atau remaja yang tidak mendapatkan haknya

    (Prabadewi & Widiasavitri, 2014). Panti asuhan juga terbuka untuk anak-anak dan remaja yang

    masih memiliki orang tua lengkap yang dalam status ekonomi keluarga yang rendah, namun

    tetap menginginkan pendidikan yang terjamin untuk anaknya. Menurut Prabadewi &

    Widiasavitri (2014) bahwa keberadaan remaja di panti asuhan membuat mereka mampu belajar

    mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya baik dengan teman-teman panti atau

    pengasuh. Remaja diharapkan dapat memahami arti penting dari penyesuaian sosial dan dapat

    mengambil nilai-nilai yang positif misalnya tidak menggantungkan diri pada orang lain,

    bertanggung jawab dan dapat menempatkan diri sebagai mana mestinya, sehingga mudah

    menyesuaikan diri dimanapun mereka berada dan mampu mengembangkan kepribadiannya pada

    diri secara optimal (Septanti, 2009).

    Berdasarkan hasil penelitian Lusiawati (2013), diketahui bahwa remaja yang tinggal di

    panti asuhan dengan peraturan baru yang berbeda dengan di rumah, mampu menyesuaikan

    dirinya. Selain itu remaja yang tinggal di panti asuhan dapat mengendalikan perasaannya ketika

    dihadapkan pada masalah dan mampu bersosialisai dilingkungan panti asuhan dengan baik. Hal

    ini diperkuat oleh penelitian Kumalasari & Ahyani (2012) dengan hasil bahwa remaja mudah

    menyesuaikan diri dimana pun mereka berada dan mampu mengembangkan kepribadiannya pada

    dirinya secara optimal.

    Hasil penelitian-penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian Ningrum (2013)

    diketahui bahwa tidak semua remaja mampu menyesuaikan dirinya pada lingkungan baru, karena

  • mereka belum mampu menerima keadaan yang ada serta mengalami kesulitan bergaul di

    lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan penelitian Dhyani & Singh (2013) yang membandingkan

    tingkat penyesuaian remaja di panti asuhan dengan remaja yang tinggal bersama keluarganya.

    Diperoleh hasil, bahwa remaja perempuan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang lebih

    baik dari pada remaja laki-laki, namun tidak semua remaja laki-laki tidak dapat menyesuaikan

    dirinya, hal tersebut disebabkan perbedaan tempat tinggal dengan sebelumnya yang

    mempengaruhi penyesuaian dirinya. Di perkuat dari hasil penelitian Naqshbandi, dkk (2012)

    menyatakan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami trauma dalam hidup mereka,

    dipaksa untuk mengikuti semua peraturan-peraturan di panti asuhan. Ditunjukkan fakta bahwa

    sebagaian besar yang tinggal di panti asuhan menghadapi masalah psikologis dan hampir semua

    dari mereka mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka seperti susah bergaul, kurang

    bisa beradaptasi dengan lingkungan.

    Berdasarkan fenomena di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga, terdapat dua

    remaja disana yang berusia 12-15 tahun memiliki kendala dalam penyesuaian sosialnya. Masalah

    yang dihadapi oleh kedua remaja tersebut ialah pada masalah peralihan penyesuaian diri dari

    tempat tinggal mereka sebelumnya ke panti asuhan. Dari teori penyesuaian sosial Hurlock (2000)

    menyatakan bahwa keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada

    umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan

    baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan

    secara diplomatis dengan orang lain, baik teman maupun orang yang tidak dikenal.

    Hurlock (2000) mengatakan bahwa penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan

    seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok

    pada khususnya. Hurlock (2000) mengemukakan empat kriteria penyesuaian sosial, sebagai

  • berikut: penampilan nyata, penampilan yang dipilih remaja sesuai dengan norma yang berlaku

    untuk dirinya maupun untuk kelompoknya, berarti remaja harus dapat memenuhi harapan sebuah

    kelompok dan dapat diterima. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, individu yang

    dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik teman sebaya maupun

    dengan orang dewasa, dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Sikap sosial, individu

    menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain, bersikap baik dalam

    menjalankan perannya serta ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Kepuasan pribadi,

    penyesuaian sosial dapat dikatakan baik jika individu merasa puas terhadap kontak sosialnya dan

    terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial.

    Mengacu pada uraian tersebut diatas, penulis ingin mengadakan penelitian dan ingin

    mengetahui tentang penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah

    Abu Hurairah Salatiga.

    METODE

    Jenis penelitian

    Metode penelitian yang dilakukan ini adalah metode penelitian kualitatif sehingga hal ini

    disesuaikan dengan sifat masalah yang akan diteliti karena tidak bisa diungkap dengan

    menggunakan kuantitatif atau angka. Selain itu tujuan penelitian ini digunakan untuk

    mendeskripsikan mengenai penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan

    Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga.

    Partisipan

    Subjek penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu

    Hurairah Salatiga dengan karakteristik umur 12-15 tahun dan yang sebelumnya tinggal dirumah

  • bersama keluarganya kemudian pindah di panti asuhan. Ada pun gambaran umum partisipan

    yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

    Nama P1 P2

    TTL Boyolali, 03 Oktober 2001 Salatiga, 03 Desember 1999

    Umur 13 tahun 15 tahun

    Jenis kelamin Laki-Laki Laki-Laki

    Pendidikan SMP SMP

    Pekerjaan - -

    Agama Islam Islam

    Alamat Wonosegoro, Boyolali Noborejo, Salatiga

    Anak ke 4 dari 4 saudara 1 dari 2 bersaudara

    Lama tinggal di PA 6 bulan 6 bulan

    Ditinjau secara umum, P1 merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Ia memiliki

    dua kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Kedua kakak laki-lakinya bekerja sebagai buruh

    bangunan di Jakarta, sedangkan kakak perempuannya masih menuntut ilmu di SMA. Ayahnya

    bekerja sebagai buruh bangunan dan Ibunya bekerja sebagai petani di desa mereka tinggal.

    Pelajar berumur tiga belas tahun ini duduk dibangku kelas satu SMP atau kelas tujuh di salah

    satu SMP Muhamadiyah di Salatiga. Dalam harapannya, ia menginginkan untuk menyelesaikan

    pendidikannya hingga keperguruan tinggi dan menjadi orang yang sukses dikemudian hari.

    Dalam hubungan dengan keluarga, remaja berambut cepak bergelombang ini sangat dekat

    dengan kedua orang tuanya. Setiap ia memiliki masalah dengan teman di Panti Asuhan, ia

    mencoba terbuka kepada orang tuanya dan keputusan mereka cukup berpengaruh dalam

    keputusan baginya. Relasi P1 dengan lingkungan sosialnya menjadi semakin berkurang, setelah

    ia tinggal di Panti Asuhan. Hal tersebut dikarenakan peraturan-peraturan di Panti Asuhan yang

    membatasinya untuk bersosialiasi dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya, sebelum tinggal di

    Panti Asuhan ia tinggal bersama orang tuanya di Boyolali. Karena perekonomian keluarga yang

    kurang mampu untuk menyekolahkannya, membuat orang tuanya memberikan pilihan untuk ia

    tetap dapat sekolah namun tinggal di Panti Asuhan demi masa depannya.

  • Sedangkan P2 merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuannya berusia

    13 tahun. Usia P2 lebih tua dua tahun dari adik perempuannya. Ayahnya bekerja sebagai buruh

    dan Ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Remaja berusia 15 tahun ini duduk dikelas

    1 disalah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga. Hubungannya dengan keluarga kurang baik,

    kurang mendapatkan kasih sayang yang utuh, karena orang tuanya sudah sekitar satu tahun lebih

    telah berpisah (divorce). Ia dan adik perempuannya tinggal bersama Ibunya saja. Ibunya yang

    bekerja sebagai pembantu rumah tangga menjadi penopang kehidupan mereka yang serba

    kekurangan dalam perekonomian, sehingga ia terpaksa harus tinggal di Panti Asuhan untuk dapat

    melanjutkan sekolahnya. Selanjutnya, sejak ia tinggal di Panti Asuhan hubungan dengan

    lingkungan sekitar menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan peraturan-peraturan yang mengikat di

    Panti Asuhan sehingga membuatnya kurang cukup bisa bersosialisasi. Waktu luangnya

    dihabiskan berkumpul dengan remaja-remaja lain yang tinggal di Panti Asuhan saja.

    Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang menunjang dalam penelitian kualitatif ini adalah dengan

    menggunakan observasi dan wawancara. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati

    kebiasaan dan perilaku dari kedua partisipan. Sedangkan metode wawancara digunakan untuk

    memperoleh data yang dapat diaplikasikan ke dalam bentuk naskah wawancara atau verbatim.

    Kedua metode pengumpulan data ini digunakan dengan tujuan dapat mendeskripsikan realitas

    empiris di balik fenomena yang ada secara mendalam, rinci, dan tuntas. Instrumen yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah interview guide. Interview guide ini digunakan sebagai

    pengumpul data berupa panduan wawancara. Selain itu media elektronik seperti handphone

    dapat digunakan sebagai alat untuk merekam semua hasil wawancara peneliti dengan kedua

    partisipan. Peneliti juga menggunakan media tulis seperti kertas dan bolpoint untuk menulis

    semua aktifitas kedua partisipan dalam berperilaku.

  • Proses Pengambilan Data

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat perizinan secara formal agar dapat

    melakukan penelitian dan pengambilan data dari pihak Fakultas Psikologi dengan persetujuan

    dari kedua dosen pembimbing dan kaprogdi. Surat izin yang diberikan oleh pihak fakultas,

    dipergunakan peneliti untuk meminta izin kepada Kepala Yayasan Panti Asuhan Muhamadiyah

    Abu Hurairah Salatiga untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin dari pihak kepala

    yayasan, maka peneliti segera menuju ke Panti Asuhan dan mencari pihak pengurus atau

    pengasuh Panti Asuhan untuk mendapatkan izin agar dapat mewawancarai dan mengambil data

    partisipan yaitu remaja awal dengan karakteristik umur 12-15 tahun.

    Awal mula peneliti membangun rapport kepada kedua partisipan dan kemudian

    dilanjutkan proses wawancara mendalam mengenai topik yang peneliti akan teliti. Proses

    pengambilan data melalui wawancara dan observasi dilakukan sebanyak tiga kali terhadap

    partisipan pertama dan tiga kali juga terhadap partisipan kedua. Pelaksanaan wawancara kepada

    para partisipan dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Februari 2015.

    Analisis Data

    Proses analisis data di mulai dari pengetikan transkrip wawancara dalam bentuk verbatim

    dengan mendengarkan hasil rekaman wawancara. Selanjutnya peneliti melakukan proses

    pengkodean pada transkip wawancara agar memudahkan dalam proses analisis data. Hasil

    wawancara ini di analisis menggunakan teknik analisis tematik yaitu dengan mencari tema-tema

    penting untuk mendeskripsikan fenomena yang muncul serta memberikan makna hasil

    pernyataan yang diungkapkan oleh partisipan (Fereday & Muir-Cochrane, 2006). Langkah

  • terakhir yang akan dilakukan adalah mengelompokkan data ke dalam aspek-aspek yang

    digunakan dalam penelitian ini.

    HASIL

    Hasil analisis data memunculkan beberapa tema seperti penampilan nyata mempengaruhi

    penyesuaian sosial partisipan dengan kelompoknya, usaha partisipan dalam menyesuaikan diri

    dengan lingkungan sosialnya, sikap sosial partisipan dalam menjalankan peran di lingkungan

    sosial, dan usaha menuju kepuasan pribadi partisipan terhadap kontak sosialnya.

    Penampilan Nyata

    Dengan penampilan nyata dapat membantu dalam penyesuaian sosial dari kedua partisipan

    yaitu dengan berpenampilan simple, sederhana, dan tidak aneh-aneh sehingga dapat memenuhi

    harapan kelompok dalam penerimaan partisipan di lingkungan atau kelompok. Hal ini dapat

    digambarkan oleh kedua partisipan dalam kutipan berikut:

    Tabel 1 : Penampilan Nyata Dari Kedua Partisipan

    Partisipan pertama Partisipan kedua

    Penilaian dari teman panti:

    “Menurut teman-teman panti asuhan, saya berpenampilan yang agak

    sederhana, misalnya ada yang memakai

    celana jeans dan ada yang memakai baju

    panjang dan lain-lain”.

    “Paling saya tanya ke mereka kenapa kok ketawa gitu, jika ada yang tidak sesuai,

    ya perbaiki, ya biasa saja, dari pada di

    tertawakan oleh orang yang tidak dikenal

    mending di tertawakan sama teman

    sendiri”.

    Penilaian dari teman sekolah:

    Penilaian dari teman panti:

    “Menurut teman-teman saya di panti, penampilan saya itu simple, biasa, gak

    aneh-aneh seperti orang lain. Kalau orang

    lain biasanya terlalu ribet memakai

    pakaiannya”.

    Penilaian dari teman sekolah:

    “Kalau menurut teman sekolah, baik-baik saja. Suka becandaan, kalau potongan

    rambut saya bagus, mereka suka gitu.

    Kata teman, setelah potong rambut saya

    lebih ganteng, kayak gitu”.

    Penilaian dari pengasuh:

  • “Menurut teman-teman sekolah, penampilan saya itu penampilan yang

    agak sederhana”.

    Penilaian dari pengasuh:

    “Biasanya pengasuh menegur kalau saya pakai pakaian tidak rapi atau kusut.

    Kalau teman-teman di panti itu tidak

    begitu suka komentar, paling

    diketawakan jika penampilan saya tidak

    rapi atau sopan”.

    Penilaian terhadap diri sendiri:

    “Gaya penampilan saya yang simple, tidak suka celana pendek, tidak berbaju

    pendek atau berbaju yang simple”.

    “Ya kalau ada acara pengajian gitu, pengasuh menyuruh memakai pakaian

    yang lebih baik. Memakai baju atau

    kemeja yang baik, bersih, dan celana

    panjang yang baik bersih”.

    Penilaian terhadap diri sendiri:

    “Penampilan saya itu ya baik, simple. Saya itu tidak suka memakai gelang atau

    kalung, atau topi, kacamata. Suka yang

    simple saja, pakai celana pendek, kaos

    sudah itu”.

    Penyesuaian Sosial Terhadap Berbagai Kelompok

    Usaha kedua partisipan dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan sosialnya seperti

    mengajak berkomunikasi atau memulai menyapa dengan teman sebaya, hal tersebut pun

    dilakukan oleh kedua partisipan ketika sebelum tinggal di panti asuhan. Dengan orang yang lebih

    dewasa diluar maupun didalam lingkungan panti asuhan, kedua partisipan pun melakukan hal

    tersebut sebelum dan sesudah tinggal di panti asuhan. Hal itu dapat telihat dari beberapa

    pernyataan kedua partisipan yaitu:

    Tabel 2 : Penyesuaian Sosial Terhadap Berbagai Kelompok

    Partisipan pertama Partisipan kedua

    Penyesuaian sosial terhadap teman seumuran:

    “Penyesuaian saya terhadap teman seumuran, saya dengan teman seumuran

    saya, saya mengajak teman saya makan

    siang, makan pagi, dan makan malam.

    Caranya mengajak dengan baik dan

    mengajak piket serta bersih-bersih

    rumput”.

    Penyesuaian sosial terhadap orang yang lebih

    dewasa:

    “Penyesuaian saya dengan yang lebih

    Penyesuaian sosial terhadap teman seumuran:

    “Ya saya itu orang suka guyon, biasa kalau saya lagi ketemu atau kenal gitu,

    saya menyapa mereka, lalu dibalas. Saya

    ajak omong-omong, kenalan, diajak

    cerita gitu”.

    Penyesuaian sosial terhadap pengasuh:

    “Terus kalau didalam panti menyapa pengasuhnya, selamat pagi pak. Lalu

    tanya kabar bagaimana, kabarnya baik,

    gitu”.

  • dewasa, saya kagum terhadap mereka.

    Misalnya ada yang kelas tiga dan ada

    yang kuliah, dia yang menyapa saya

    karena dia tinggal di panti asuhan juga.

    Saya dengan teman saya diajak untuk

    belajar bersama”.

    Penyesuaian sosial terhadap orang diluar

    lingkungan panti asuhan:

    “Penyesuaian saya diluar lingkungan itu tidak sama dengan lingkungan di panti.

    Saya berkata yang sopan dan menyapa

    dengan kata-kata yang baik”.

    Penyesuaian sosial terhadap orang yang lebih

    dewasa:

    “Kayak menyapa, lebih dahulu menyapa. Kemudian mendekatkan diri untuk

    menyesuaikan diri dengan orang yang

    lebih dewasa dari pada kita”.

    Penyesuaian sosial terhadap orang diluar

    lingkungan panti asuhan:

    “Diluar panti asuhan ya biasanya saya suka menyapalah, selamat pagi, selamat

    siang”.

    Sikap Sosial

    Sikap kedua partisipan dalam menjalankan perannya di lingkungan sosialnya, bertanggung

    jawab, tidak mudah menyerah, dan berusaha mematuhi peraturan-peraturan yang ada di Panti

    Asuhan. Kedua partisipan pernah mendapatkan hukuman akibat melanggar peraturan yang ada di

    Panti Asuhan membuat mereka berusaha mematuhi peraturan, beberapa contoh hukuman yang

    pernah mereka dapat yaitu hukuman membersihkan halaman, membersihkan WC, dan lain

    sebagainya. Hal tersebut dapat ditemukan dari paparan kedua partisipan sebagai berikut:

    Tabel 3 : Sikap Sosial Kedua Partisipan

    Partisipan pertama Partisipan kedua

    Sikap tanggung jawab dalam menyelesaikan

    tugas-tugas individu di panti:

    “Tugas-tugas di panti ini ada banyak yaitu bangun pagi lalu mandi, piket,

    disiplin, menata rapi kasur, pakaiannya

    dan menyabuti rumput”.

    Sikap tanggung jawab para penghuni panti:

    “Seperti memasak kita bergantian, membersihkan ruangan, bersihkan WC

    juga. Tapi kalau bersih-bersih diluar di

    halaman panti kita bareng-bareng.

    Bersihkan kamar itu tugas masing-

    Sikap tanggung jawab para penghuni panti:

    “Biasanya itu subuh sekitar jam empat, bangun, sikat gigi, kemudian sholat

    subuh. Setelah sholat kita belajar atau

    mengaji sebentar, bersih-bersih kamar

    atau persiapan untuk sekolah, lalu mandi.

    Setelah mandi, lalu makan bersama.

    Setelah makan, kita berangkat ke sekolah

    sekitar jam setengah tujuh berangkat

    sekolah. Kalau pelajaran biasa, biasanya

    pulang jam dua. Setelah jam dua pulang,

    makan siang bareng-bareng, kemudian

    sholat adzar. Setelah sholat itu kalau ada

  • masing. Kalau mengepel lantai dan

    menyapu itu kita bergantian juga”.

    “Pengasuh juga ikut membantu kalau bersih-bersih halamanan, kalau tugas

    lainnya kita yang mengerjakan”.

    Bersikap tanggung jawab dalam mematuhi

    peraturan di panti:

    “Ada peraturan-peraturan untuk tidak diperbolehkan keluar pada malam atau

    siang hari. Jadi ada kegiatan yang tidak

    boleh ditinggalkan dan harus

    dilaksanakan”.

    “Ya kalau melakukan kesalahan atau melanggar peraturan pasti merasa

    bersalah, sedih. Karna dapat hukuman

    juga dari pengasuh, namun itu bikin saya

    jera agar tidak melakukannya lagi”.

    “Kena hukuman dari pengasuh, seperti mengepel lantai, membersihkan WC,

    kamar, membersihkan halaman panti”.

    “Bukan marah, hanya menegur jika melanggar peraturan yang ada di panti”.

    Sikap bertanggung jawab dalam

    menyelesaikan tugas-tugas di rumah:

    “Waktu tinggal dirumah, tugas-tugas saya misalnya mencuci pakaian,

    menggosok pakaian, membersihkan

    rumah, membersihkan rumput-rumput,

    dan membersihkan halaman”.

    “Tidak jauh beda sama di panti ini, ya bersih-bersih, lalu mengepel dan

    menyapu lantai, seperti itu”.

    uang perlu dibersihkan, bersih-bersih

    bersama. Kalau ngga ada ya kita santai-

    santai. Kemudian sore, kita sholat

    maghrib Setelah sholat maghrib, mengaji

    sebentar sampai ishak. Setelah itu sholat

    ishak, setelah sholat, kita belajar sampai

    jam sembilan. Sebelum tidur, sikat gigi,

    lalu tidur”.

    “Bersih-bersih kasur itu sendiri-sendiri, tapi kalau kamar ya bareng-bareng, kalau

    ngga ya giliran”.

    Bersikap tanggung jawab dalam mematuhi

    peraturan di panti:

    “Ya baik-baik sajalah, di panti ini peraturannya sangat baik untuk saya.

    Kadang saya itu tidak suka, kok

    pengasuhnya begini, kadang ngga suka.

    Terus sukanya itu kita bisa belajar

    kebersamaan melalui makan bersama,

    bersih-bersih bersama gitu”.

    “Ya kalau kita tidak mematuhi peraturan, seumpamanya kita boleh keluar kalau

    malam, batasannya itu sampai jam

    sembilan malam, kalau melebihi jam

    sembilan malam itu dikasih hukuman ya

    kalau ada yang perlu dibersihkan,

    dibersihkan sendiri. Seperti kamar mandi

    terus dibersihkan sendiri biar kapok

    orangnya, biar ngga mengulangi kejadian

    tersebut”.

    “Ya kalau ada perlu, seumpamanya ada tugas sekolah perlu ke warnet tapi jam

    sembilan harus sudah sampai di panti”.

    Sikap bertanggung jawab dalam

    menyelesaikan tugas-tugas di rumah:

    “Bantu-bantu Ibu, di rumah ya bantuin bersih-bersih, nyuci pakaian, ya

    begitulah”.

    Kepuasan Pribadi

    Kedua partisipan dalam penelitian ini berusaha merasa puas terhadap kontak sosialnya,

    dengan membangun rasa nyaman ketika pindah ke panti asuhan, dan menghilangkan rasa ragu

    saat tinggal di panti asuhan. Awalnya kedua partisipan pun merasakan kurang nyaman dari

    dalam diri mereka sendiri dan dari lingkungan kedua partisipan. Seiring berjalannya waktu,

  • kedua partisipan mulai merasa nyaman dan dapat menyesuaikan diri tinggal di Panti Asuhan. Hal

    ini dapat terlihat dari pernyataan yang dikemukakan oleh kedua partisipan sebagai berikut:

    Tabel 4 : Kepuasan Pribadi Kedua Partisipan

    Partisipan pertama Partisipan kedua

    Membangun rasa nyaman:

    “Saat saya tinggal dirumah, saya senang namun setelah tinggal di panti, saya ragu-

    ragu tetapi setelah tinggal di panti saya

    merasa senang. Sejak pertama kali saya

    masuk disini, saya menangis ke orang

    tua. Tapi saya senang tinggal disini,

    dirumah pun juga”.

    “Lama kelamaan ya nyaman, tidak seperti dulu yang masing merasa asing,

    tidak kenal. Tapi sekarang hmm hilang,

    sudah suka dan menikmati”.

    “Waktu itu ya jadi sering sendirian, tapi ya teman-teman disini ngajak ngobrol

    duluan, jadinya ya tidak merasa asing

    lagi atau tidak nyaman lagi. Karna pas itu

    juga merasa agak kurang nyaman, tapi

    sudah tidak”.

    “Di panti itu enaknya bisa sekolah tanpa dipunggut biaya, lalu dapat tempat

    tinggal, bisa makan bersama-sama,

    memasak bareng”.

    Merasakan kurang nyaman:

    “Perasaan saya tinggal di panti asuhan, saya agak tidak senang , kadang ada anak

    panti yang mengajak berantem membuat

    saya tidak suka. Misalnya anak kelas tiga

    mengajak berantem anak kelas satu,

    membuat saya tidak suka”.

    “Saya diejek dan diajak berantem, tapi saya tidak suka. Ada teman yang saya

    suka, yang bergaul baik dengan saya”.

    “Ya aneh saja, kan belum kenal sama yang lainnya, jadi merasa asing dan

    kurang nyaman”.

    “Kalau tidak enaknya ya kurang bebas, ada peraturan, harus meminta ijin bila

    pergi keluar, lalu tidak bisa sering nonton

    TV, waktu hari libur saja. Terus pakai HP

    juga waktu hari libur, sabtu-minggu.

    Bersih-bersih halaman panti, kamar, dan

    ruangan di panti”.

    Membangun rasa nyaman:

    “Ya di panti, enak, ya nyamanlah. Di rumah, ya sama kayak gitu”.

    “Kalau dirumah tinggal sama Ibu, sepi juga. Kalau di panti ada temannya, rame,

    jadi ngga sepi”.

    “Saya senanglah, disini itu diberikan fasilitas. Seperti mesin cuci, bisa sekolah

    gratis, Kita cuma bisa manut, mematuhi

    peraturan disini”.

    “Kalau di panti itu setelah sholat terus belajar, setelah mandi, terus makan

    bareng-bareng Setelah pulang sekolah itu

    disuruh belajar lima belas menit atau dua

    puluh menit. Nonton TV nya itu kalau

    hari-hari libur saja”.

    Merasakan kurang nyaman:

    “Kadang-kadang ada yang iseng kalau jam belajar, ya di gangguin, usil”.

    “Paling tak tegur, tapi kalau ngga, aku pindah tempat belajarnya di ruangan

    rapat atau di kamar gitu”.

    “Yaa kalau di ganggu ya jengkel juga, tapi tak biarin saja, paling juga kesel

    sendiri tho”.

    “Waktu dirumah itu lebih enaklah, bisa nonton TV sampai malam, setiap waktu,

    kapan saja. Kalau di panti cuma hari

    tertentu saja”.

    “Kalau dirumah itu biasanya bangun, sholat, kadang ngga belajar, terus nonton

    TV, langsung berangkat sekolah. Habis

    pulang sekolah itu biasanya nonton TV

    sambil makan, santai-santai”.

  • PEMBAHASAN

    Kedua partisipan dalam penelitian ini merupakan remaja awal usia 12-15 tahun dan

    sebelumnya tinggal di rumah bersama keluarganya kemudian pindah di Panti Asuhan. Fokus

    penelitian ini adalah bagaimana penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan

    Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga. Untuk memahami proses tersebut, menurut Hurlock

    (2000) mengatakan bahwa penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk

    menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya.

    Terdapat empat kriteria penyesuaian sosial (Hurlock, 2000) sebagai berikut: penampilan nyata,

    penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.

    Penampilan nyata, penampilan yang dipilih kedua partisipan sesuai dengan norma yang

    berlaku untuk dirinya maupun untuk kelompoknya, yang berarti kedua partisipan harus dapat

    memenuhi harapan sebuah kelompok dan dapat diterima. Dalam berpenampilan dan berpakaian

    partisipan pertama mendapatkan penilaian yang baik dari teman, kelompok, serta lingkungan

    sosialnya. Walaupun ia pernah mendapatkan reaksi kurang baik dari teman-temannya,

    ditertawakan karena penampilannya kurang sesuai dengan penampilan teman-teman lain. Hal

    tersebut membuat partisipan pertama berusaha menyesuaikan diri sebelum tinggal di Panti

    Asuhan dengan memperbaiki penampilannya dan mendapatkan saran dari teman atau kelompok

    mengenai cara berpakaiannya. Adanya dukungan yang tinggi dari kelompok, hal itu membuatnya

    menjadi mudah untuk menyesuaikan diri ke dalam berbagai kelompok. Hal tersebut pun

    dilakukan oleh partisipan kedua ketika sebelum tinggal di Panti Asuhan, untuk dapat

    menyesuaikan diri dalam memenuhi harapan kelompok dan penerimaan di kelompok mau pun di

    lingkungan saat ia tinggal di Panti Asuhan. Dengan uraian dari pernyataan diatas oleh kedua

    partisipan, diperkuat dengan hasil penelitian Kumalasari & Ahyani (2012) bahwa remaja akan

  • mudah menyesuaikan diri dan dapat diterima oleh kelompoknya dimana pun mereka berada

    apabila mampu mengembangkan diri dalam gaya berpenampilan, interaksi sosial, dan

    penerimaan pada kelompok tertentu. Hurlock (2000) menyatakan bahwa ketika seorang remaja

    merasa kurang menarik dalam penampilannya, maka mereka akan mencari jalan keluar untuk

    memperbaiki penampilan nyata mereka, agar mendapat penilaian yang baik dari kelompok atau

    lingkungan sekitarnya.

    Kriteria kedua adalah penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, individu yang dapat

    menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik teman sebaya maupun dengan

    orang dewasa, dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Partisipan kedua melakukan

    usaha yang maksimal agar dapat menyesuaikan dirinya ke berbagai kelompok. Misalnya,

    melakukan komunikasi kepada orang yang lebih dewasa, bertegur sapa, dan sebagainya. Dalam

    kesehariannya ketika sebelum tinggal di panti asuhan, partisipan kedua dikenal mudah bergaul

    dengan lingkungan sekitarnya serta tidak sedikit memiliki teman di sekolah atau pun luar

    sekolah. Partisipan pertama juga melakukan usaha tersebut, menjadi salah satu cara dalam

    menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya dengan kelompok dan kepada orang yang lebih

    dewasa diluar maupun didalam lingkungan panti asuhan. Sebelum tinggal di panti asuhan,

    partisipan pertama tidak menemukan kesulitan dalam menjalin relasi dengan siapapun di sekolah

    dan di lingkungan tempat tinggalnya. Dari uraian oleh kedua partisipan, diperkuat dengan hasil

    penelitian Prabadewi & Widiasavitri (2014) bahwa keberadaan remaja di dalam suatu

    lingkungan sosial yang menuntut mereka untuk menyesuaikan dirinya dengan menjalin

    hubungan komunikasi kepada lapisan masyarakat serta melakukan kegiatan-kegiatan yang

    berguna membangun sosialisasi dengan lingkungan sosialnya. Menurut Dharamvir, Tali dan

    Goel (2011) bahwa lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu lokasi sosial yang penting

  • bagi remaja dalam melakukan kontak dengan teman sebaya, membentuk persahabatan, dan

    berpartisipasi dalam suatu kelompok sosial dengan lingkungan sekitarnya.

    Selanjutnya kriteria ketiga ialah sikap sosial, individu menunjukkan sikap yang baik dan

    menyenangkan terhadap orang lain, bersikap baik dalam menjalankan perannya serta ikut

    berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Sikap partisipan kedua sesuai dalam menjalankan

    perannya di lingkungan sosialnya dan bertanggung jawab atas tugas-tugasnya serta mematuhi

    peraturan yang ada di Panti Asuhan. Begitu pula partisipan pertama yang tidak mudah menyerah

    dan mampu mematuhi peraturan-peraturan yang ada di Panti Asuhan. Kedua partisipan pernah

    mendapatkan hukuman akibat melanggar peraturan yang ada di Panti Asuhan membuat mereka

    berusaha mematuhi peraturan, beberapa contoh hukuman yang pernah mereka dapat yaitu

    hukuman membersihkan halaman, membersihkan WC, dan lain sebagainya. Namun ketika

    mereka masih tinggal bersama orang tua masing-masing, terjadi perbedaan karena saat tinggal di

    rumah dengan orang tua tidak semua tugas-tugas dilakukannya sendiri, tetapi ketika mereka

    tinggal di Panti Asuhan semua tugas wajib dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang

    ada di Panti Asuhan sehingga kedua partisipan harus menyesuaikan dirinya untuk mematuhi

    peraturan-peraturan tersebut. Kenyataan tersebut diperkuat dan sesuai dengan hasil penelitian

    Septanti (2009) bahwa remaja diharapkan dapat memahami arti penting dari penyesuaian sosial

    dan dapat mengambil mematuhi peraturan-peraturan misalnya tidak menggantungkan diri pada

    orang lain, bertanggung jawab atas tindakannya, dan dapat menempatkan diri sebagai mana

    mestinya, sehingga mudah menyesuaikan diri dimanapun mereka berada dan dapat mematuhi

    segala aturan yang di panti asuhan tersebut.

    Kriteria yang terakhir yaitu kepuasan pribadi, penyesuaian sosial seorang remaja dapat

    dikatakan baik jika individu merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap perannya untuk

  • dapat mengendalikan perasaan saat menghadapi masalah yang ada dalam suatu situasi sosial.

    Partisipan pertama merasa puas terhadap kontak sosial dan membangun rasa nyaman dengan

    lingkungan sosialnya. Namun sebelumnya ia pernah merasakan kurang nyaman saat awal tinggal

    atau pindah ke panti asuhan, misalnya pernah diajak berkelahi dengan penghuni panti yang lain,

    diolok-olok (diejek), dan kurang bebas ketika di Panti Asuhan yang tidak seperti saat di rumah.

    Partisipan pertama mencoba bertahan dengan rasa ketidaknyamanan tersebut dengan cara tidak

    menghiraukan, tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik, dan membiasakan diri

    dengan situasi di dalam Panti Asuhan. Tidak jauh bedanya dengan partisipan kedua yang berani

    serta mampu menghadapi permasalahan dan menghilangkan rasa ragu saat tinggal di Panti

    Asuhan. Partisipan kedua juga pernah mengalami rasa yang kurang nyaman ketika ia pindah dan

    tinggal di Panti Asuhan, ketika waktu belajar diganggu oleh teman yang lain, ia menjadi kesal

    dan merasa bahwa di rumah lebih enak dari pada di Panti Asuhan. Partisipan kedua pun berusaha

    menegur dan tidak menanggapi atau membiarkan saja pada teman yang sering mengganggunya.

    Hasil uraian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Lusiawati (2013), diketahui bahwa remaja

    yang tinggal di panti asuhan dengan peraturan baru yang berbeda dengan di rumah, mampu

    menyesuaikan dirinya. Selain itu remaja yang tinggal di panti asuhan dapat mengendalikan

    perasaannya ketika dihadapkan pada masalah dan mampu bersosialisai dilingkungan panti

    asuhan dengan baik.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh kesimpulan

    mengenai penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu

    Hurairah Salatiga. Penyesuaian sosial kedua partisipan tersebut menjadi usaha besar dalam

    mereka belajar untuk menyesuaikan dirinya ketika masih dirumah lalu pindah di Panti Asuhan,

    bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, bertanggung jawab akan tugas-tugasnya, tidak

  • menggantungkan diri pada orang lain, mengembangkan kepribadiannya secara optimal, dan

    mudah untuk menyesuaikan diri dimanapun mereka berada. Selain itu, dengan adanya peraturan

    yang terdapat di panti asuhan membuat mereka disiplin dalam mengatur waktu serta membentuk

    sikap, dan berinteraksi dengan dinamika sosial yang mereka rasakan pada lingkungan sosial yang

    baru.

    Dari hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan peneliti dari penelitian ini

    ialah:

    1. Bagi remaja atau partisipan, diharapkan agar mereka tetap belajar menyesuaikan

    dirinya ke dalam lingkungan yang baru, bertanggung jawab, dan perbanyak komunikasi

    dengan orang lebih dewasa diluar maupun didalam lingkungan panti asuhan.

    2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneliti partisipan yang berjenis

    kelamin perempuan dan yang berusia diatas 15 tahun agar dapat dilihat adakah

    perbedaan penyesuaian sosial remaja yang ditinggal di yayasan yang sama dengan yang

    berjenis kelamin laki-laki. Selain itu juga, diharapkan untuk dapat melibatkan atau

    meneliti pengasuh yang ada di dalam panti asuhan tersebut. Ataupun dapat meneliti

    dengan membandingkan remaja yang tidak tinggal di Panti Asuhan serta yang orang

    tuanya tidak berpisah (divorce).

    DAFTAR PUSTAKA

    Dewi, S. S. (2011). Perlindungan hak-hak anak pelaku kejahatan dalam proses peradilan

    pidana. Retrieved september 01, 2014, from http://www.kumham-jogja.info/karya ilmiah/37-

    karya-ilmiah-lainnya/257-perlindungan-hak-hak-anak-pelaku-kejahatan-dalam-proses

    peradilan-pidana.

    http://www.kumham-jogja.info/karya%20ilmiah/37-karya-ilmiahhttp://www.kumham-jogja.info/karya%20ilmiah/37-karya-ilmiah

  • Dharavir., Tali, D. B., & Goel, A. (2011). A comparative study on anxiety and emotional

    maturity among adolescents of coeducational and unieducational school. ACADEMICA, 1 (3),

    2249-7137.

    Dhyani A, Singh R. 2013. A Study of Adjustment Level of Adolescents from Foster Home and

    Biological Families. Journal of Psychology, 7(1):7-12.

    Fereday, J. Dan Muir-Cochrane, E. (2006). Demonstrating rigor using thematic analysis: A

    hybrid approach of inductive and deductive coding and theme development. International

    Journal of Qualitative Methods 51, 1-11.

    Hurlock, E. B. (2000). Perkembangan anak (jilid 1). Jakarta: Erlangga.

    Kumalasari, F., & Ahyani, L.N. 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian

    Diri Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi: 21-31. Alumni dan Staf Pengajar Fakultas

    Psikologi Universitas Muria Kudus.

    Lusiawati, 2013. Kecerdasan Emosi Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal yang Tinggal Di

    Panti Asuhan Uswatun Hasanah Samarinda. Jurnal Psikologi:167-176.

    Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam

    Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

    Naqshbandi M, dkk. Orphans in orphanages of Kashmir “and their Psychological problems”.

    International NGO Journal, vol. 7(3):55-63.

    Ningrum, P.R. 2013. Perceraian Orang Tua Dan Penyesuaian Diri Remaja (studi kasus para

    remaja sekolah menengah atas/kejurusan di Kota Samarinda). Jurnal Psikologi: 69-79.

    Nurdin. (2009). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial siswa di sekolah.

    Administrasi pendidikan, IX, 1, 86-108. Di akses pada tanggal 20 november 2014 dari

    http//www.file.upi.edu/Direktori/FIP?JUR.../Karya_Ilmiah_8.pdf.

    Papalia, D.E., Old, S. W., Feldman, R. D. (2008). Human Development: Psikologi

    Perkembangan. Jakarta: Kencana.

    Prabadewi, K. D. L., & Widiasavitri, P. N. 2014. Hubungan Konsep Diri Akademik dengan

    Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar. Jurnal

    Psikologi Udayana: Vol. 1, No. 2 261-270.

    Ruyon, R.P., Haber, A. 1984. Psychology of Adjustment. Illinois: The Dorsey Press.

    Santrock, W. (2002). Life span development: Perkembangan masa hidup (jilid 2 edisi kelima).

    Jakarta: Erlangga.

    ___________. (2007). Remaja, Edisi 11. Jakarta: Erlangga.

  • Schneiders, A. A. (1964). Personal adjustment and mental hygiene. New York: Halt Rinehart &

    Winston.

  • LAMPIRAN

    Interview Guide:

    Penyesuaian Sosial Remaja Awal Yang Tinggal

    Di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga

    Aspek Indikator Pertanyaan

    Penampilan nyata Gaya berpenampilan

    mempengaruhi penyesuaian

    diri remaja di

    lingkungan/kelompok

    1. Apa yang kamu ketahui tentang gaya

    berpenampilan?

    2. Bagaimana pendapat kamu tentang

    penampilanmu?

    3. Bagaimana pendapat orang lain (seperti

    teman-teman sekolah

    maupun di panti asuhan

    dan pengasuh) tentang

    gaya berpenampilanmu?

    Penyesuaian diri terhadap

    berbagai kelompok

    Remaja dapat menyesuaikan

    diri dengan baik terhadap

    berbagai kelompok, teman

    sebaya maupun dengan orang

    dewasa

    1. Bagaimana penyesuaian diri kamu dengan teman

    yang seumuran di panti

    asuhan?

    2. Bagaimana cara kamu menyesuaikan diri

    terhadap orang yang

    lebih dewasa didalam

    dan diluar lingkungan

    panti asuhan?

    Sikap sosial Menjalankan perannya di

    lingkungan sosialnya,

    bertanggung jawab, tidak

    mudah menyerah, dan tidak

    menunjukkan sikap yang

    agresif

    1. Untuk setiap kalian yang tinggal di panti

    asuhan, apa saja tugas-

    tugas yang harus

    dilakukan setiap

    harinya?

    2. Bagaimana pendapat kamu mengenai aturan-

    aturan yang ada di panti

    asuhan?

    3. Apabila kamu tidak mematuhi peraturan,

    hukuman apa yang

    diberikan dari

    pengasuh?

    4. Dengan semua aturan

  • yang ada sebelum dan

    setelah tinggal di panti

    asuhan, bagaimana

    kamu menyesuaikan diri

    antara tugas-tugas

    sebelum dan sesudah

    tinggal di panti asuhan?

    Coba ceritakan.

    Kepuasan pribadi Merasa puas terhadap kontak

    sosialnya dan tidak

    menunjukkan perilaku

    mencari perhatian

    1. Apapun yang pernah kamu lakukan dalam hal

    yang positif, kamu puas

    dengan apa yang sudah

    kamu lakukan?

    Mengapa?

    2. Bagaimana perasaan kamu setelah tinggal di

    panti asuhan?

    3. Pengalaman apa saja yang pernah kamu alami

    selama tinggal di panti

    asuhan?

    ANALISIS DATA

    1. Partisipan 1

    a. Gambaran Umum Partisipan 1

    Identitas

    Nama : AWB

    TTL : Boyolali, 03 Oktober 2001

    Umur : 13 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Pendidikan : SMP

    Pekerjaan : -

    Agama : Islam

    Alamat : Wonosegoro, Boyolali

    Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

    Lama tinggal di PA : 6 bulan

  • AWB merupakan anak keempat dari empat bersaudara. AWB memiliki dua

    kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Kedua kakak laki-lakinya bekerja sebagai

    buruh bangunan di Jakarta, sedangkan kakak perempuannya masih menuntut ilmu di

    SMA. Ayah AWB bekerja sebagai buruh bangunan dan Ibu AWB bekerja sebagai

    petani di desa mereka tinggal.

    Pelajar berumur tiga belas tahun ini duduk dibangku satu SMP atau kelas tujuh

    di salah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga. Dalam harapannya, AWB

    menginginkan untuk menyelesaikan pendidikannya hingga keperguruan tinggi dan

    menjadi orang yang sukses dikemudian hari.

    Dalam hubungan dengan keluarga, remaja berambut cepak bergelombang ini

    sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Setiap AWB memiliki masalah dengan

    teman di Panti Asuhan, AWB mencoba terbuka kepada orang tua AWB dan

    keputusan mereka cukup berpengaruh dalam keputusan yang dibuat AWB.

    Relasi AWB dengan lingkungan sosialnya menjadi semakin berkurang, setelah

    AWB tinggal di Panti Asuhan. Hal tersebut dikarenakan peraturan-peraturan di Panti

    Asuhan yang membatasi AWB untuk bersosialiasi dengan lingkungan sekitar.

    Selanjutnya, sebelum tinggal di Panti Asuhan AWB tinggal bersama orang

    tuanya di Boyolali. Karena perekonomian keluarga yang kurang mampu untuk

    menyekolahkan AWB, membuat orang tua AWB memberikan pilihan untuk AWB

    tetap dapat sekolah namun tinggal di Panti Asuhan. Demi masa depan, AWB memilih

    untuk tetap dapat bersekolah.

    b. Laporan Observasi Saat Wawancara

    Kunjungan pra-penelitian dilakukan peneliti pada tanggal 12 Desember 2014 di

    Panti Asuhan dengan tujuan perkenalan dan menjalin rapport karena sebelumnya

    peneliti belum mengenal AWB. Sebelumnya, peneliti meminta ijin kepada pengasuh

    dan peneliti diijinkan untuk bertemu AWB di ruang aula. AWB menyambut peneliti

    dengan berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada peneliti sambil tersenyum.

    AWB duduk berhadapan dengan peneliti sambil menggenggam menaruh kedua

    tangan di atas meja. AWB mengenakan celana pendek jeans berwarna gelap dengan

    atasan kaos berwarna kuning. Peneliti menjelaskan tujuan kedatangannya dan

  • memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan identitas AWB. AWB dengan santai

    menjawab serta sedikit bercerita mengenai keluarganya dan Panti Asuhan.

    Wawancara pertama dilakukan peneliti pada tanggal 18 Desember 2014

    bertempat di ruang rapat Panti Asuhan. AWB terlihat siap untuk diwawancara dan

    berjabat tangan dengan peneliti. AWB menggunakan kaos biru muda dan celana

    panjang berwarna hitam. Sebelum peneliti melakukan wawancara kepada AWB,

    peneliti memberikan sedikit penjelasan terkait pelaksanaan wawancara. AWB

    mempersilakan dan duduk bersebelahan dengan peneliti. Saat dilakukan wawancara

    AWB terlihat santai, namun AWB sering kali menundukkan kepala. Ketika proses

    wawancara AWB beberapa saat terdiam dan terlihat sedang berpikir lalu tersenyum.

    Dikarenakan lokasi ruang rapat berjarak tidak jauh dengan jalanan, sering terdengar

    suara motor dan mobil melintas sehingga sedikit membuat AWB bernada tinggi.

    Bertempatkan di ruang tengah (ruang belajar) Panti Asuhan, peneliti

    melakukan wawancara kedua pada tanggal 06 Februari 2015. Pada wawancara ini

    AWB menggunakan kemeja berwarna gelap dan kain sarung bermotif. Sebelum

    dilakukan wawancara, AWB selesai melaksanakan ibadah sholat jumat di Masjid.

    Kali ini AWB terlihat santai, sering berkontak mata dengan peneliti saat ia di

    wawancarai. AWB duduk berhadapan dengan peneliti, suara AWB terdengar jelas,

    dan lebih tenang. Tempat pelaksanaan wawancara sangat mendukung, sehingga AWB

    terlihat nyaman. Namun, terkadang AWB masih terlihat diam sejenak lalu

    melanjutkan kata-katanya.

    Wawancara ketiga dilaksanakan tanggal 22 Februari 2015 di teras tempat

    tunggu PA. Saat itu minggu pagi akan dilakukan kegiatan kerja bakti di panti asuhan,

    AWB memakai kaos oblong berwarna hitam bergambar dan bercelana kain warna

    gelap. Peneliti memulai proses wawancara dengan sapaan yang dibalas oleh AWB

    dengan ramah. Ketika proses wawancara AWB sering menundukkan kepala ke bawah

    dan jarang untuk menatap mata peneliti. Namun AWB terlihat santai dan tenang,

    berbicara dengan nada yang stabil dan jelas.

  • c. Analisis Verbatim Partisipan

    Makna Verbatim Gaya berpenampilan yang sopan, berlogika,

    simple, dan sederhana.

    Gaya berpenampilan yang sopan santun, yang

    berlogika, dan sederhana (P1W1 2-3).

    Gaya yang berlogika itu bergaya dengan sopan,

    misalnya gaya memakai baju yang panjang dan

    memakai celana yang panjang (P1W1 6-8).

    Gaya penampilan saya yang simple, tidak suka

    celana pendek, tidak berbaju pendek atau berbaju

    yang simple (P1W1 10-11).

    Gaya yang simple yaitu yang berbaju rapi, sopan,

    sederhana. Misalnya saya menyukai berpakaian

    yang sopan dan tidak ketat (P1W1 13-15).

    Tidak suka gaya berpenampilan yang tidak rapi. Yang tidak suka dari mereka misalnya baju

    seragam yang tidak dimasukkan, sudah sering

    diingatkan tapi tidak mau dimasukkan bajunya

    (P1W1 20-22).

    Lingkungan sekitar menilai P berpenampilan

    yang sederhana dan sopan.

    Menurut teman-teman sekolah, penampilan saya

    itu penampilan yang agak sederhana (P1W1 19-

    20).

    Menurut teman-teman panti asuhan, saya

    berpenampilan yang agak sederhana, misalnya

    ada yang memakai celana jeans dan ada yang

    memakai baju panjang dan lain-lain (P1W1 23-

    26).

    Menurut pengasuh, penampilan saya itu sopan,

    berpenampilan sopan kepada anak panti, kepada

    orang lain, dan lain-lain (P1W1 26-28).

    Melakukan penyesuaian sosial dengan sesama

    melalui melakukan kegiatan bersama.

    Penyesuaian saya terhadap teman seumuran, saya

    dengan teman seumuran saya, saya mengajak

    teman saya makan siang, makan pagi, dan makan

    malam. Caranya mengajak dengan baik dan

    mengajak piket serta bersih-bersih rumput

    (P1W1 31-35).

    Ada perbedaan komunikasi ketika P berada di

    luar panti asuhan dan di dalam panti asuhan.

    Penyesuaian saya dengan yang lebih dewasa,

    saya kagum terhadap mereka. Misalnya ada yang

    kelas tiga dan ada yang kuliah, dia yang menyapa

    saya karena dia tinggal di panti asuhan juga. Saya

    dengan teman saya diajak untuk belajar bersama

    (P1W1 39-43).

    Penyesuaian saya diluar lingkungan itu tidak

    sama dengan lingkungan di panti. Saya berkata

    yang sopan dan menyapa dengan kata-kata yang

  • baik (P1W1 46-48).

    Masing-masing anak menyelesaikan tugas-tugas

    di panti asuhan.

    Tugas-tugas di panti ini ada banyak yaitu bangun

    pagi lalu mandi, piket, disiplin, menata rapi

    kasur, pakaiannya dan menyabuti rumput (P1W1

    51-53).

    Sejak pertama kali masuk disini, ada tugas- tugas

    dan peraturan. Misalnya tugas membersihkan

    lantai, mengepel, dan lain sebagainya (P1W1 82-

    84).

    Terdapat peraturan untuk mengatur yang boleh

    dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

    Ada peraturan-peraturan untuk tidak

    diperbolehkan keluar pada malam atau siang hari.

    Jadi ada kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan

    dan harus dilaksanakan (P1W1 56-58).

    Ada kegiatan yang harus dilaksankan, contohnya

    piket membersihkan lantai, mengepel, dan lain

    sebagainya (P1W1 60-62).

    Contoh hukuman ketika melanggar peraturan di

    panti asuhan.

    Hukuman yang diberikan kepada kita itu

    membersihkan WC, menyabuti rumput, mengepel

    lantai, dan mem bersihkan kaca-kaca kotor

    ataupun rusak (P1W1 65-67).

    Awalnya P merasa ragu dan sedih ketika tinggal

    di panti asuhan namun akhirnya P merasa senang

    layaknya tinggal di rumah.

    Saat saya tinggal dirumah, saya senang namun

    setelah tinggal di panti, saya ragu-ragu tetapi

    setelah tinggal di panti saya merasa senang. Sejak

    pertama kali saya masuk disini, saya menangis ke

    orang tua. Tapi saya senang tinggal disini,

    dirumah pun juga (P1W1 72-76).

    Sebelum tinggal disini saya tinggal dirumah, saya

    disini senang (P1W1 81-82).

    Gambaran tugas-tugas P ketika di rumah. Waktu tinggal dirumah, tugas-tugas saya

    misalnya mencuci pakaian, menggosok pakaian,

    membersihkan rumah, membersihkan rumput-

    rumput, dan membersihkan halaman (P1W1 86-

    89).

    Kekerasan verbal dari senior sehingga membuat

    P tidak senang tinggal di panti asuhan.

    Perasaan saya tinggal di panti asuhan, saya agak

    tidak senang , kadang ada anak panti yang

    mengajak berantem membuat saya tidak suka.

    Misalnya anak kelas tiga mengajak berantem

    anak kelas satu, membuat saya tidak suka (P1W1

    92-96).

    Saya diejek dan diajak berantem, tapi saya tidak

    suka. Ada teman yang saya suka, yang bergaul

    baik dengan saya (P1W1 99-101).

    Pengalaman P ketika di panti asuhan membuat P

    menjadi lebih baik.

    Pengalaman saya tinggal disini, saya dapat

    bermain futsal dan menjadi baik kepada orang

    tua, dan sebagainya (P1W1 104-106).

  • Makna Verbatim

    P melakukan kewajiban sebagai umat muslim. Ceramahan mengenai perlunya sholat lima waktu

    yang wajib dan harus dilakukan bagi umat

    muslim. Tidak boleh lupa, harus kita selalu

    tunaikan (P1W2 7-9).

    Kadang bolong sholatnya, tapi diusahakan untuk

    menunaikan sholat lima waktu tiap saat. Karna

    itu wajib hukumnya (P1W2 11-13).

    P berpakaian sopan, sederhana, dan bersih sesuai

    tempatnya.

    Pakaian yang sopan, sederhana, sesuai dimana

    tempat (P1W2 16-17).

    Yang tidak terlihat kotor, lalu rapi, bersih, dan

    baik. Biasanya saya pakai baju, kemeja, atau kaos

    yang rapi. Dengan celana panjang jika diluar

    panti, tapi kalau di dalam panti sering pakai

    celana pendek. Yang penting sesuai tempatnya

    (P1W2 20-24).

    Tidak ada perbedaan berpenampilan P di panti

    asuhan atau pun di rumah.

    Selama ini masih belum ada bedanya, pakaian

    kaos dan sering pakai celana pendek, yang

    sederhana saja (P1W2 29-30).

    Penilaian gaya berpenampilan P dari orang di

    sekitar.

    Biasanya pengasuh menegur kalau saya pakai

    pakaian tidak rapi atau kusut. Kalau teman-teman

    di panti itu tidak begitu suka komentar, paling

    diketawakan jika penampilan saya tidak rapi atau

    sopan (P1W2 33-36).

    Karna di sekolah memakai seragam, paling tidak

    begitu diperhatikan, tapi kalau baju tidak

    dimasukkan dan ketahuan guru, pasti dapat

    teguran (P1W2 38-40).

    Ya disuruh rapikan dan masukkan baju seragam

    dengan baik, dan agar tidak diulangi lagi (P1W2

    42-43).

    Perasaan enak dan tidak enak setelah tinggal di

    panti asuhan.

    Ya ada enaknya dan ada tidak enaknya. Karna

    beda saja tidak seperti saat masih tinggal dirumah

    (P1W2 45-46).

    Di panti itu enaknya bisa sekolah tanpa

    dipunggut biaya, lalu dapat tempat tinggal, bisa

    makan bersama-sama, memasak bareng. Kalau

    tidak enaknya ya kurang bebas, ada peraturan,

    harus meminta ijin bila pergi keluar, lalu tidak

    bisa sering nonton TV, waktu hari libur saja.

  • Terus pakai HP juga waktu hari libur, sabtu-

    minggu. Bersih-bersih halaman panti, kamar, dan

    ruangan di panti (P1W2 48-55).

    Kebebasan yang diperoleh P ketika di rumah. Lebih bebas, bisa nonton TV sepuasnya, bisa

    main kapan pun sama teman (P1W2 57-58).

    Contoh hukuman dari pengasuh ketika melanggar

    peraturan di panti asuhan.

    Kena hukuman dari pengasuh, seperti mengepel

    lantai, membersihkan WC, kamar, membersihkan

    halaman panti (P1W2 63-65).

    Bukan marah, hanya menegur jika melanggar

    peraturan yang ada di panti (P1W2 67-68).

    Contoh tugas-tugas bergilir yang berlaku bagi

    penghuni panti asuhan.

    Seperti memasak kita bergantian, membersihkan

    ruangan, bersihkan WC juga. Tapi kalau bersih-

    bersih diluar di halaman panti kita bareng-bareng.

    Bersihkan kamar itu tugas masing-masing. Kalau

    mengepel lantai dan menyapu itu kita bergantian

    juga (P1W2 72-76).

    Pengasuh juga ikut membantu kalau bersih-bersih

    halamanan, kalau tugas lainnya kita yang

    mengerjakan (P1W2 78-79).

    Pengalaman dan kebersamaan P dengan

    temannya yang tinggal di panti asuhan.

    Kebersamaan, selama tinggal di panti kita semua

    ya serba barengan, seperti belajar, makan, cuci

    pakaian, bersih-bersih, berangkat sekolah, sholat

    (P1W2 81-83).

    Oh di panti kita dapat belajar bahasa Inggris dari

    para donatur yang ada disini, dari luar negeri.

    Kadang tiap sore kira-kira jam empat, kita

    belajarnya dengan mereka di ruang rapat (P1W2

    92-95).

    Perasaan P tinggal di panti asuhan. Lama kelamaan ya nyaman, tidak seperti dulu

    yang masing merasa asing, tidak kenal. Tapi

    sekarang hmm hilang, sudah suka dan menikmati

    (P1W2 85-87).

    P merasakan asing dan tidak nyaman di panti

    asuhan.

    Ya aneh saja, kan belum kenal sama yang

    lainnya, jadi merasa asing dan kurang nyaman

    (P1W2 89-90).

    Ilmu yang diperoleh ketika belajar bahasa inggris

    dengan donatur.

    Ya kata benda, kata kerja, perkenalan, yang kita

    masih kurang tau, dan pelajaran itu jadi

    membantu kita saat di sekolah juga pas mata

    pelajaran bahasa Inggris (P1W2 97-99).

  • Makna Verbatim

    Kegiatan kerja bakti di panti asuhan setiap hari

    minggu.

    Maaf sebelumnya, nanti ada kerja bakti di panti

    jadi tidak bisa lama-lama ngobrolnya, tidak enak

    dengan yang lainnya. Kalau hari minggu di panti

    ada kerja bakti bersih-bersih gitu (P1W3 4-7).

    Perasaan P ketika melanggar peraturan dan

    melakukan kesalahan di panti asuhan.

    Ya kalau melakukan kesalahan atau melanggar

    peraturan pasti merasa bersalah, sedih. Karna

    dapat hukuman juga dari pengasuh, namun itu

    bikin saya jera agar tidak melakukannya lagi

    (P1W3 15-18).

    Perasaan P ketika mendapatkan teguran dari

    pengasuh.

    Selagi teguran itu baik dan untuk kebaikan saya,

    saya menerima, saya senang, karna ada yang

    masih mau memperhatikan saya (P1W3 21-23).

    Respon dan reaksi P ketika mendapatkan

    penilaian tentang berpenampilan P dari teman.

    Paling saya tanya ke mereka kenapa kok ketawa

    gitu, jika ada yang tidak sesuai, ya perbaiki, ya

    biasa saja, dari pada di tertawakan oleh orang

    yang tidak dikenal mending di tertawakan sama

    teman sendiri (P1W3 27-30).

    Ya agak malu-malu, tapi tidak begitu jadi

    masalah (P1W3 32).

    Aktivitas P sehari-hari di panti asuhan. Ya melakukan aktivitas, entah belajar atau main

    sama teman-teman, biar tidak merasa bosan karna

    tidak ada hiburan (P1W3 36-38).

    P mengatasi perasaan asing dan kurang nyaman. Waktu itu ya jadi sering sendirian, tapi ya teman-

    teman disini ngajak ngobrol duluan, jadinya ya

    tidak merasa asing lagi atau tidak nyaman lagi.

    Karna pas itu juga merasa agak kurang nyaman,

    tapi sudah tidak (P1W3 42-45).

    Tidak ada perbedaan tugas-tugas yang dilakukan

    P ketika di panti asuhan atau di rumah.

    Tidak jauh beda sama di panti ini, ya bersih-

    bersih, lalu mengepel dan menyapu lantai, seperti

    itu (P1W3 50-51).

    2. Partisipan 2

    a. Gambaran Umum Partisipan 2

    Identitas

    Nama : DM

    TTL : Salatiga, 03 Desember 1999

    Umur : 15 tahun

  • Jenis Kelamin : Laki-laki

    Pendidikan : SMP

    Pekerjaan : -

    Agama : Islam

    Alamat : Noborejo, Salatiga

    Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

    Lama tinggal di PA : 6 bulan

    DM merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuan DM

    berusia 13 tahun. Usia DM lebih tua dua tahun dari adik perempuannya. Ayah DM

    bekerja sebagai buruh dan Ibu DM bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Remaja

    berusia 15 tahun ini duduk dikelas 1 disalah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga.

    Hubungan dalam keluarga DM kurang mendapatkan kasih sayang yang utuh,

    karena orang tua DM sudah sekitar satu tahun lebih telah berpisah (divorce). DM dan

    adik perempuannya tinggal bersama Ibunya. Ibu DM yang bekerja sebagai pembantu

    rumah tangga menjadi penopang kehidupan mereka yang serba kekurangan dalam

    perekonomian, sehingga DM terpaksa harus tinggal di Panti Asuhan untuk dapat

    melanjutkan sekolahnya.

    Selanjutnya, sejak DM tinggal di Panti Asuhan hubungan dengan lingkungan

    sekitar menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan peraturan-peraturan yang mengikat di

    Panti Asuhan sehingga membuat DM kurang cukup bisa bersosialisasi. Waktu luang

    DM dihabiskan berkumpul dengan remaja-remaja lain yang tinggal di Panti Asuhan

    saja.

    b. Laporan Observasi Saat Wawancara

    Kunjungan pra-penelitian dilakukan peneliti pada tanggal 12 Desember 2014 di

    Panti Asuhan dengan tujuan perkenalan dan menjalin rapport karena sebelumnya

    peneliti belum mengenal DM. Sebelumnya, peneliti meminta ijin kepada pengasuh

  • dan dipersilakan peneliti untuk bertemu DM di ruang aula. DM menyambut peneliti

    dengan berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada peneliti sambil tersenyum.

    DM duduk berhadapan dengan peneliti sambil bersandar dikursi. DM memakai kaos

    oblong warna hitam dan celana bahan pendek. Peneliti menjelaskan tujuan

    kedatangannya dan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan identitas DM.

    DM bercerita kepada peneliti saat DM masih tinggal dirumah dan sekarang tinggal di

    Panti Asuhan.

    Wawancara pertama dilakukan peneliti pada tanggal 16 Desember 2014

    bertempat di ruang rapat Panti Asuhan. DM terlihat siap untuk diwawancara dan

    berjabat tangan dengan peneliti. DM menggunakan kaos berkerah lengan pendek

    berwarna coklat muda dan celana panjang berwarna coklat tua. Sebelum peneliti

    melakukan wawancara kepada DM, peneliti memberikan sedikit penjelasan terkait

    pelaksanaan wawancara. DM duduk disebelah kanan peneliti. Saat dilakukan

    wawancara DM terlihat santai dan tenang. Ketika proses wawancara DM beberapa

    detik diam dan seperti berpikir. Dikarenakan lokasi ruang rapat berjarak tidak jauh

    dengan jalanan, sering terdengar suara motor dan mobil melintas sehingga membuat

    DM beberapa kali mengulang kata-kata.

    Peneliti melakukan wawancara kedua pada tanggal 07 Februari 2015 di ruang

    serba guna Panti Asuhan. Wawancara dilakukan siang hari, DM masih menggunakan

    seragam pramuka. DM terlihat gerah setelah mengikuti kegitan pramuka di sekolah.

    Saat peneliti melakukan wawancara, DM duduk berhadapan dengan peneliti. DM

    terlihat sesekali butuh menghela nafasnya, namun DM berusaha tetap tenang dan

    tidak terburu-buru. Beberapa saat DM di wawancarai sambil minum air putih dan

    tersenyum. Nada suara DM terdengar jelas dan sedikit kurang tenang karena

    kegerahan.

    Peneliti melakukan wawancara ketiga di ruang tamu PA, tanggal 23 Februari

    2015. DM baru pulang sekolah dan masih memakai seragam sekolah warna putih dan

    biru tua. DM terlihat lelah dan capek, DM merasa berkeringat dan gerah kepanasan

    karena cuaca yang panas. Saat peneliti melakukan proses wawancara DM terlihat

    tenang, namun sering melakukan perpindahan posisi duduk dan kipas-kipas dengan

  • salah satu buku pelajarannya. Sorotan mata DM terlihat kurang nyaman, sehingga

    nada bicara DM terdengar tidak stabil, kadang pelan, kadang jelas.

    c. Analisis Verbatim Partisipan

    Makna Verbatim

    Gaya berpenampilan yang simple dan memakai

    pakaian yang tidak ribet.

    Gaya berpenampilan menurut saya yaitu cara

    seseorang bergaya memakai pakaian ya seperti

    memakai celana, baju, dan sebagainya (P2W1 2-

    4).

    Memakai pakaian yang simple, yang ngga ribet.

    Saya suka pakai pakaian yang seperti sehari-hari

    memakai celana pendek, kaos. Ya kalau mau

    berpergian memakai celana panjang dan memakai

    kemeja (P2W1 7-10).

    P tidak suka memakai gelang, atau kalung, atau

    topi, kacamata namun suka berpenampilan yang

    simple.

    Penampilan saya itu ya baik, simple. Saya itu

    tidak suka memakai gelang atau kalung, atau topi,

    kacamata. Suka yang simple saja, pakai celana

    pendek, kaos sudah itu (P2W1 12-14).

    Definisi P tentang penampilan yang simple. Yang biar gak ribetlah, kayak yang cepat

    memakainya, yang gak ribet pokoknya (P2W1

    17-18).

    Opini orang-orang di sekitar P tentang

    penampilan P.

    Menurut teman-teman saya di panti, penampilan

    saya itu simple, biasa, gak aneh-aneh seperti

    orang lain. Kalau orang lain biasanya terlalu ribet

    memakai pakaiannya (P2W1 22-25).

    Kalau menurut teman sekolah, baik-baik saja.

    Suka becandaan, kalau potongan rambut saya

    bagus, mereka suka gitu. Kata teman, setelah

    potong rambut saya lebih ganteng, kayak gitu

    (P2W1 27-30).

    Penampilan P ketika di acara keagamaan. Ya kalau ada acara pengajian, disuruh memakai

    pakaian yang lebih baik. Memakai baju atau

    kemeja yang baik, bersih, dan celana panjang

    yang baik bersih (P2W1 33-35).

    Penyesuaian sosial P dengan teman-teman di

    panti asuhan.

    Ya saya itu orang suka guyon, biasa kalau saya

    lagi ketemu atau kenal gitu, saya menyapa

    mereka, lalu dibalas. Saya ajak omong-omong,

    kenalan, diajak cerita gitu (P2W1 38-41).

    Pengalaman-pengalaman P yang menyenangkan

    dan menyedihkan.

    Biasanya cerita tentang pengalaman-pengalaman,

    seperti itulah (P2W1 43-44).

    Pengalaman yang menyenangkanlah, yang

    menyedihkan juga bisa (P2W1 46-47).

    Ya pengalaman yang menyedihkan yang pernah

  • saya alami, waktu saat di sekolah, tidak

    mengerjakan PR Bahasa Indonesia. Disuruh

    keluar kelas, disuruh untuk mengerjakan seratus

    kali (P2W1 50-53).

    Pengalaman yang menyenangkan ya waktu

    piknik sama teman-teman, sekeluarga (P2W1 56-

    57).

    Pengalamannya itu seperti tadi ya, kalau di

    sekolah itu saya pernah tidak mengerjakan PR

    Bahasa Indonesia disuruh mengerjakan seratus

    kali. Lalu, kalau di panti saya pernah melanggar

    peraturan keluar ngga ijin, terus dimarahi sama

    pengasuh. Kemudian saya itu diberi hukuman

    disuruh bersih-bersih kamar mandi sendiri

    (P2W1 131-136).

    Penyesuaian sosial P dengan orang yang senior

    ketika di dalam dan di luar lingkungan panti

    asuhan.

    Diluar panti asuhan ya biasanya saya suka

    menyapalah, selamat pagi, selamat siang. Terus

    kalau didalam panti menyapa pengasuhnya,

    selamat pagi pak. Lalu tanya kabar bagaimana,

    kabarnya baik, gitu (P2W1 61-64).

    Kayak menyapa, lebih dahulu menyapa.

    Kemudian mendekatkan diri untuk menyesuaikan

    diri dengan pengasuh atau pembina yang lebih

    dewasa dari pada kita (P2W1 67-70).

    Kegiatan masing-masing anak di panti asuhan

    dan menyelesaikan tugas-tugas mereka.

    Biasanya itu subuh sekitar jam empat, bangun,

    sikat gigi, kemudian sholat subuh. Setelah sholat

    kita belajar atau mengaji sebentar, bersih-bersih

    kamar atau persiapan untuk sekolah, lalu mandi.

    Setelah mandi, lalu makan bersama. Setelah

    makan, kita berangkat ke sekolah sekitar jam

    setengah tujuh berangkat sekolah. Kalau

    pelajaran biasa, biasanya pulang jam dua. Setelah

    jam dua pulang, makan siang bareng-bareng,

    kemudian sholat adzar. Setelah sholat itu kalau

    ada uang perlu dibersihkan, bersih-bersih

    bersama. Kalau ngga ada ya kita santai-santai.

    Kemudian sore, kita sholat maghrib Setelah

    sholat maghrib, mengaji sebentar sampai ishak.

    Setelah itu sholat ishak, setelah sholat, kita

    belajar sampai jam sembilan. Sebelum tidur, sikat

    gigi, lalu tidur (P2W1 73-87).

    Opini P tentang peraturan-peraturan di panti

    asuhan.

    Ya baik-baik sajalah, di panti ini peraturannya

    sangat baik untuk saya. Kadang saya itu tidak

    suka, kok pengasuhnya begini, kadang ngga suka.

    Terus sukanya itu kita bisa belajar kebersamaan

    melalui makan bersama, bersih-bersih bersama

    gitu (P2W1 90-94).

  • Terdapat peraturan dan hukuman untuk mengatur

    yang tidak boleh dilakukan di panti asuhan.

    Ya kalau kita tidak mematuhi peraturan,

    seumpamanya kita boleh keluar kalau malam,

    batasannya itu sampai jam sembilan malam,

    kalau melebihi jam sembilan malam itu dikasih

    hukuman ya kalau ada yang perlu dibersihkan,

    dibersihkan sendiri. Seperti kamar mandi terus

    dibersihkan sendiri biar kapok orangnya, biar

    ngga mengulangi kejadian tersebut (P2W1 97-

    103).

    Terdapat perkecualian peraturan guna memenuhi

    tugas akademik.

    Ya kalau ada perlu, seumpamanya ada tugas

    sekolah perlu ke warnet tapi jam sembilan harus

    sudah sampai di panti (P2W1 105-107).

    Terdapat perbedaan ketika P tinggal di rumah

    dengan tinggal di panti asuhan.

    Kalau dirumah itu biasanya bangun, sholat,

    kadang ngga belajar, terus nonton TV, langsung

    berangkat sekolah. Habis pulang sekolah itu

    biasanya nonton TV sambil makan, santai-santai.

    Kalau di panti itu setelah sholat terus belajar,

    setelah mandi, terus makan bareng-bareng

    Setelah pulang sekolah itu disuruh belajar lima

    belas menit atau dua puluh menit. Nonton TV

    nya itu kalau hari-hari libur saja (P2W1 112-

    119).

    Waktu dirumah itu lebih enaklah, bisa nonton TV

    sampai malam, setiap waktu, kapan saja. Kalau di

    panti cuma hari tertentu saja (P2W1 121-123).

    Perasaan P ketika tinggal di panti asuhan. Saya senanglah, disini itu berikan fasilitas.

    Seperti mesin cuci, bisa sekolah gratis, Kita cuma

    bisa manut, mematuhi peraturan disini (P2W1

    126-128).

    Makna Verbatim

    Gambaran kegiatan pramuka yang dilakukan P di

    sekolah.

    Banyak sebenernya kegiatannya, seperti games

    antar kelompok, tali menali, dan sebagainya

    (P2W2 9-10).

    Tebak-tebakan kata dengan memakai simbol

    bendera, jadi gantian setiap kelompok, bergiliran

    gitu (P2W2 12-13).

    Manfaat dari kegiatan pramuka bagi P dan

    kelompoknya.

    Kegiatan pramuka itu bisa tambah ilmu juga,

    bukan karna wajib tapi menyenangkan juga,

    melatih kita untuk berkerja sama dalam

    berkelompok, ya banyak manfaatnya (P2W2 18-

    21).

    Kalau kerja kelompok itu kan ngga bisa egois,

    saling kerja sama-sama, dan percaya satu sama

    lain, apalagi saat games yang membutuhkan kerja

  • kelompok (P2W2 23-25).

    Contoh permainan-permainan ketika P mengikuti

    kegiatan pramuka.

    Seperti games jaring laba-laba, jadi satu anggota

    harus masuk kedalam jaring yang dari tali-tali

    tapi kakinya ngga boleh nyentuh tanah, kan

    anggota yang lainnya kerja sama saling

    membantu agar bisa sampai finish (P2W2 27-

    30).

    Perasaan dan pengalaman P ketika mengikuti

    kegiatan pramuka di sekolah.

    Senangnya itu belajar untuk bekerja sama dengan

    kelompok. Asyiklah.. Kalau yang lainnya, ya

    kadang kalau kelompoknya kalah dalam

    permainan apa gitu, disuruh nyanyi,

    hukumannya, agak malu (P2W2 33-36).

    Contoh kegiatan-kegiatan P dan teman-temannya

    di panti asuhan.

    Ya kalau di panti, kebanyakan kegiatannya kita

    itu serba bareng-bareng. Contohnya, bersih-

    bersih ruangan, nyapu halaman, kerja bakti gitu,

    satu minggu sekali, kadang masak juga barengan

    tapi udah ada jadwalnya. Ya gitu, lebih

    kebersamaannya. Pas sabtu malam dan hari

    minggu pada nonton TV di ruangan serba guna

    (P2W2 38-43).

    Sikap dan perasaan P ketika sedang belajar di

    ganggu oleh temannya.

    Kadang-kadang ada yang iseng kalau jam belajar,

    ya di gangguin, usil (P2W2 46-47).

    Paling tak tegur, tapi kalau ngga, aku pindah

    tempat belajarnya di ruangan rapat atau di kamar

    gitu (P2W2 49-50).

    Yaa kalau di ganggu ya jengkel juga, tapi tak

    biarin saja, paling juga kesel sendiri tho (P2W2

    52-53).

    Perbedaan rasa nyaman P ketika tinggal di rumah

    dengan tinggal di panti asuhan.

    Beda. Tetep di rumah lebih santai, kalau di panti

    itu kan ngga bisa seenaknya sendiri juga, ada

    peraturannya juga (P2W2 56-57).

    Kalau dirumah tinggal sama Ibu, sepi juga. Kalau

    di panti ada temannya, rame, jadi ngga sepi

    (P2W2 59-60).

    Ya di panti, enak, ya nyamanlah. Di rumah, ya

    sama kayak gitu (P2W2 62-63).

    Jangka waktu dua atau tiga minggu sekali P

    pulang ke rumah.

    Ngga tentu kak, bisa dua minggu sekali, tiga

    minggu sekali, kalau ngga ya pas ada hari libur

    lama gitu (P2W2 65-66).

    Kegiatan P dan teman-temannya setelah pulang

    dari sekolah.

    Paling bersih-bersih kamar, nyapu, cuci pakaian

    (P2W2 68).

  • Bersih-bersih kasur itu sendiri-sendiri, tapi kalau

    kamar ya bareng-bareng, kalau ngga ya giliran

    (P2W2 72-73).

    Makna Verbatim

    Ada perbedaan dalam kegiatan pramuka ketika P

    duduk dibangku SD dengan di SMP.

    Iya, ada, tapi sedikit lebih santai, ngga pas saat

    ini pas SMP (P2W3 10-11).

    Kalau pas SD, lebih banyak mainnya. Kalau

    sekarang sudah SMP ya sudah ada materi-

    materinya (P2W3 13-14).

    Perasaan P ketika mengikuti kegiatan pramuka di

    SD dan di SMP.

    Menyenangkan, waktu masih SD mau pun

    sekarang sudah SMP (P2W3 17-18).

    Permainan yang membutuhkan kerjasama

    kelompok.

    Pasti ada, kebanyakan permainannya

    berkelompok. Jadi dibutuhkan kerjasama antar

    anggotanya, ya gitu (P2W3 21-22).

    Contoh kegiatan yang membutuhkan kerjasama

    dengan teman atau orang lain.

    Banyak hal dan kegiatan pastinya yang harus

    kerjasama dengan teman dan orang lain (P2W3

    26-27).

    Contohnya, kalau di sekolah dapat tugas dari

    guru bikin kelompok lalu mengerjakan dan

    diskusi soal-soal. Kalau di panti, seperti bersih-

    bersih kamar, halaman, ya gitu dan lain-lain

    (P2W3 29-32).

    Perasaan P ketika kerjasama dengan teman di

    sekolah dan di panti asuhan.

    Ya kalau di sekolah itu kadang ada teman yang

    susah di ajak kerjasama, seenaknya sendiri, jadi

    males juga. Kalau di panti, mereka semua tau

    dengan tugas-tugas yang sudah ada, jadi

    dikerjakan bareng-bareng, lebih cepat

    dikerjainnya lebih cepat juga selesainya (P2W3

    35-39).

    Ketika di rumah P suka membantu Ibunya. Bantu-bantu Ibu, di rumah ya bantuin bersih-

    bersih, nyuci pakaian, ya begitulah (P2W3 42-

    43).

    Rasa capek dan senang ketika P dapat

    menyelesaikan tugasnya.

    Kadang capek, tapi kalau sudah beres itu senang,

    karna sudah bersih dan bisa main kalau sudah

    beres kerjaannya (P2W3 45-47).