peramalan penjualan untuk menentukan pola …/peramalan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENENTUKAN POLA PRODUKSI OPTIMAL PRODUK GREY LOKAL
PADA PERUSAHAAN PT. PRIMISSIMA YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Ahli Madya Manajemen Industri
Oleh :
DINI PANGASTUTI
F3507076
PROGRAM STUDI DIII MANAJEMEN INDUSTRI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
MOTTO
Jangan pernah menuntut perubahan dari orang lain sebelum kita mampu
mengubah diri sendiri kearah yang lebih baik (Penulis)
Bermimpi tanpa mau melakukan sesuatu untuk membuat mimpi menjadi
kenyataan ,menggiring kita kepada kehidupan yang tidak pernah
menghasilkan buah (Penulis)
Kesuksesan tidak di lihat dari hasil akhir tetapi dari perjuangannya
(Penulis)
Orang-orang yang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena
mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka
lebih suka bekera dan mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk
menunggu inspirasi (Ernest Newman)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
PERSEMBAHAN
Karya tugas akhir ini diperembahkan kepada :
© Papaku yang telah berkorban segalanya untukku dan telah
mengajarkan kedewasaan dan arti kehidupan dalam lingkup cinta dan
kasih sayang
© Mamaku yang telah menjagaku dari rahim sampai sekarang dan telah
memberikan motivasi dengan rasa cinta dan kasih sayang
© Kakak-kakakku tersayang
© Sahabat-sahabatku
© Teman-teman seperjuangan Manajemen industri angkatan 2007
© Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga laporan tugas akhir
dengan judul PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENENTUKAN POLA
PRODUKSI OPTIMAL PRODUK GREY LOKAL PADA PERUSAHAAN
PT.PRIMISSIMA YOGYAKARTA ini dapat di selesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai sebagian dari syarat-syarat
memperoleh derajat Ahli Madya (Amd) pada program Diploma III Manajemen
Industri Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan
tugas akhir ini.
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Intan Novela, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III
Manajemen Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Bapak Lilik Wahyudi, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing dengan penuh
kesabaran bersedia membimbing, mengarahkan dan memberi saran
selama penyusunan tugas akhir sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta, semoga ilmu yang didapat penulis menjadi berkah dan
bermanfaat untuk hidup dan masa depan.
5. Pakde Mueljatno yang telah membantu mencarikan tempat magang
6. Bapak Iskak selaku bagian di PT. Primissima Yogyakarta yang telah
memberikan izin untuk Magang.
7. Ibu Yanti selaku Bagian di PT. Primissima Yogyakarta yang telah
membantu perjalanan pelaksanaan Magang dan memberikan data-data
yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir.
8. Papa dan mama serta kakak-kakakku yang aku sayangi, terimakasih atas
segala kasih sayang, doa, perhatian, dorongan dan nasihatnya.
9. Keluarga besar Dr. Sumar Hendayana, Msc yang telah memberikan
dorongan moral maupun material
10. Keluarga besar Mujio yang telah memberikan dorongan secara moral dan
material
11. Sahabat-sahabatku D3 Manajemen Industri angkatan 2007, terima kasih
atas dukungannnya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan
Tugas Akhir ini, untuk itu penulis berharap masukan kritik dan saran yang
membangun sekaligus masukan bagi penyempurnaan tugas akhir ini.
Harapan penulis semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dan pembaca umumnya, serta semoga bisa menjadi awal kesuksesan untuk
penulis pada langkah selanjutnya.
Surakarta, 5 November 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
MOTTO ........................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 4
C. Batasan Masalah ........................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ........................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ......................................................... 4
F. Kerangka Pemikiran ....................................................... 5
G. Metode Penelitian .......................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Manajemen Produksi ................................... 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
B. Pengertian Proses Produksi ........................................... 12
C. Jenis – Jenis Proses Produksi ....................................... 13
D. Pengertian Pola Produksi .............................................. 16
E. Jenis Pola Produksi ....................................................... 16
F. Faktor Pola Produksi ...................................................... 19
G. Peramalan ...................................................................... 20
BAB III. PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Perkembangan Perusahaan ........................ 23
2. Lokasi Perusahaan ................................................... 25
3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ............................ 28
4. Personalia ................................................................. 29
5. Produksi .................................................................... 45
6. Mesin – Mesin Produksi ............................................ 59
7. Pemasaran ................................................................ 64
B. Laporan Magang Kerja
1. Pengertian Magang Kerja ......................................... 64
2.Pelaksanaan Magang Kerja ....................................... 65
C. Analisis Data Dan Pembahasan
1. Faktor yang Mempengaruhi Pola Produksi ............... 66
2. Analisis Biaya Tambahan ( Incremental Cost ) ......... 67
3. Analisis Incremental Cost ......................................... 75
4. Pembahasan ............................................................. 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 91
B. Saran ......................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman
Tabel III.1 Penjualan Kain Grey Lokal dalam Meter ( m )
di PT. Primissima ........................................................... 68
Tabel III.2 Perhitungan Trend Penjualan Grey Lokal ...................... 69
Tabel III.3 Volume Penjualan Triwulan Produk Grey Lokal ............ 70
Tabel III.4 Peramalan Penjualan / Triwulan .................................... 72
Tabel III.5 Tingkat Kesalahan Peramalan ....................................... 72
Tabel III.6 Perhitungan Persediaan Grey Lokal P.P Konstan .......... 76
Tabel III.7 Perhitungan Persediaan Grey Lokal P.P Bergelombang 79
Tabel III.8 Perhitungan Persediaan Grey Lokal P.P Moderat .......... 81
Tabel III.9 Rekapitulasi Total Incremental Cost .............................. 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
Gambar I.1 Kerangka Pemikiran ...................................................... 5
Gambar II.1 Pola Produksi ……………………………………………… 18
Gambar III.1 Proses Produksi Spinning ............................................. 46
Gambar III.2 Proses produksi Weaving .............................................. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Magang Kerja
Lampiran 2 Layout pabrik PT Primissima Yogyakarta
Lampiran 3 Struktur Organisasi PT Primissima Yogyakarta
Lampiran 4 Perhitungan Peramalan dengan POM FOR
Windows
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
“PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENENTUKAN POLA PRODUKSI OPTIMAL PRODUK GREY LOKAL PADA PERUSAHAAN PT.PRIMISSIMA
YOGYAKARTA”
Dini Pangastuti
F3507076
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ramalan penjualan tahun 2010 produk grey lokal di PT. Primissima Yogyakarta. Mengetahui pola produksi apakah yang sesuai untuk produk grey lokal di PT Primissima Yogyakarta. Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah Trend Linier dengan metode Least Square dan analisis incremental cost yang terdiri dari biaya simpan, biaya lembur, biaya perputaran tenaga kerja dan biaya sub kontrak. Dari hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa hasil ramalan penjualan tahun 2010 produk grey lokal di PT Primissima Yogyakarta adalah sebesar 69.829.278 meter dimana ramalan penjualan pada triwulan I tahun 2010 sebesar 16.409.880 meter, triwulan II tahun 2010 sebesar 17.981.039 meter, triwulan III tahun 2010 sebesar 17.282.746 meter dan pada triwulan IV tahun 2010 sebesar 17.806.466 meter dan untuk analisis incremental cost dari masing-masing pola produksi dapat diketahui pada pola produksi konstan total incremental cost sebesar 596.203.860, pada pola produksi bergelombang total incremental cost sebesar 262.902.900 dan pada pola produksi moderat total incremental cost sebesar 837.951.420. Pola produksi yang optimal untuk produk grey lokal di PT Primissima Yogyakarta adalah pola produksi bergelombang karena pola produksi ini menghasilkan biaya tambahan paling sedikit sebesar Rp 262.902.900 yang ditimbulkan dari biaya simpan dan lembur.Saran yang diajukan untuk PT Primissima Yogyakarta adalah untuk dapat menggunakan ramalan penjualan dengan metode Trend Linier metode Least Square karena dengan menggunakan metode ini jumlah MFE (Mean Forecast Error) = 0,1 masih diterima dari batas 5% yang menjadi dasar membuat suatu prediksi.
Kata kunci : peramalan, Trend Linier dengan metode Least Square
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
“SALE FORECASTING TO DETERMINE THE OPTIMUM PRODUCTION PATTERN OF LOCAL GREY PRODUCT IN PT. PRIMISSIMA YOGYAKARTA
COMPANY”
Dini Pangastuti
F3507076
The objective of research is to find out the 2010 sale forecasting of local grey product in PT. Primissima Yogyakarta. It also aims to find out which production pattern is appropriate for the local grey product in PT. Primissima Yogyakarta. The analysis technique used in this research was Trend Linear with Least Square method and incremental cost analysis consisting of inventory cost, overtime cost, labor rotation cost and sub contract cost. From the result of analysis, it can be found that the result of 2010 sale forecasting for the local grey product in PT. Primissima Yogyakarta is 69,827,278 meters in which the sale forecasting for the first quarter of 2010 is 16,409,880 meters, second quarter is 17,981,039 meters, third quarter is 17,287,746 meters and fourth quarter is 17,806,466 meters; and for incremental cost of each production pattern, it can be found that in the constant production pattern the total incremental cost is 596,203,860, in fluctuated production pattern, the total incremental cost is 262,902,900 and in moderate production pattern, the total incremental cost is 837,951,420. The optimum production for local grey product in PT. Primissima Yogyakarta is the fluctuated production pattern because this production pattern incurs the least incremental cost of Rp. 262,902,900 generated from the inventory and overtime costs. The recommendation given to PT. Primissima Yogyakarta is to be able to use the sale forecasting with Trend Linear method with Least Square because by using this method, the MFE (Mean Forecast Error) value = 0.1 is still acceptable from 5% limit underlying a prediction making.
Keyword : Forcasting, Trend Linier with Least Square Method
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam era globalisasi saat ini, persaingan di dunia bisnis untuk
memenuhi permintaan dari konsumen semakin ketat.Tidak hanya dari
dalam negeri tetapi dari luar negeri, oleh karena itu perusahaan harus
siap apabila tidak mau tertinggal, oleh karena itu manager harus
mempunyai kemampuan dalam merencanakan suatu produksi. Sama
dengan industri-industri lainnya, industri tekstil juga mengalami
perkembangan dan perubahan-perubahan.
Adapun sasaran atau tujuan dari perusahaan adalah untuk
menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan yang telah di
tetapkan baik jumlah, kualitas, waktu, maupun mutunya dengan teknik
yang tepat di harapkan perusahaan dapat mencapai sasaran dan
tujuan yaitu dengan terjaminnya kelangsungan hidupnya dan
berkembang melalui keuntungan yang diperolehnya (Assauri, 1999:1-2).
Suatu perusahaan akan berkembang apabila mampu
mengantisipasi permintaan, maka peramalan penjualan menjadi
sangat penting karena dari ramalan ini akan di ketahui pola penjualan
sehingga perusahaan dapat mengatur proses produksinya dan juga
dapat menentukan pola produksi yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Penentuan pola produksi yang tepat akan sangat membantu
manager dalam merencanakan produksi, merencanakan kebutuhan
bahan baku dan merencanakan kebutuhan sumber daya manusia.
Pada umumnya pola produksi di bagi menjadi 3 yaitu: Pola produksi
konstan, pola produksi moderat dan pola produksi bergelombang, akan
tetapi suatu perusahaan tidak dapat focus pada satu pola produksi dan
setiap perusahaan akan di hadapkan akan pada pola produksi yang
selalu berubah-ubah setiap periodenya.
Pola produksi konstan akan diterapkan suatu perusahaan apabila
jumlah produksinya setiap periode sama atau naik sehingga kelebihan
dan kekurangan akan dipenuhi dari persediaan dan sub-kontrak.
Pola produksi bergelombang diterapkan pada perusahaan apabila
jumlah dari produksi setiap periodenya tidak sama. Perusahaan akan
menerapkan pola produksi moderat apabila produksi dan
persediaannya berfluktasi bersama-sama.
Suatu perusahaan akan sangat terbantu dengan penerapan pola
produksi karena selain dapat mengetahui penggunaan komponen dari
produksi juga akan dapat meminimalkan biaya tambahan yang perlu
dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan produksinya.
Setiap perusahaan dalam menerapkan pola produksinya belum
tentu sama karena banyak faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor
itu di antaranya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
1. Pola Biaya
2. Pola Penjualan
3. Kapasitas Produksi
PT Pabrik Cambrics Primissima atau dikenal dengan nama PT
Primissima adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
tekstil. Salah satu produksi yang paling besar diperusahaan ini adalah
kain Grey. PT Primissima sampai saat ini belum pernah menggunakan
peramalan dengan menggunakan Trend Linier dengan Metode Least
Square, yang memiliki volume penjualan dari tahun ke tahun, sehingga
mengantarkan PT Primissima pada kondisi penjualan masa depan
yang penuh dengan ketidakpastian. Untuk itu PT Primissima perlu
melakukan suatu peramalan penjualan guna menentukan pola
produksi yang sesuai untuk PT Primissima dalam kegiatan
produksinya, sehingga dapat memperkecil resiko krugiaan dengan
pemilihan metode peramalan yang tepat.
Dari uraian latarbelakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui pola
produksi apakah yang sesuai untuk PT. PRIMISSIMA YOGYAKARTA
dalam kegiatan produksinya, maka dalam penulisan tugas akhir ini
penulis mengambil judul:
“PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENENTUKAN POLA PRODUKSI OPTIMAL PRODUK GREY LOKAL PADA PERUSAHAAN
PT.PRIMISSIMA YOGYAKARTA”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut di atas rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Berapakah ramalan penjualan tahun 2010 produk grey lokal di
PT. Primissima Yogyakarta ?
2. Pola produksi apakah yang sesuai untuk produk grey lokal di
PT. Primissima Yogyakarta ?
C. BATASAN MASALAH
Untuk mempermudah dalam analisis, maka penelitian hanya pada
produk grey lokal.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ramalan penjualan tahun 2010 produk grey
lokal.
2. Untuk mengetahui pola produksi apakah yang sesuai untuk
produk grey lokal.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
terutama dalam menentukan pola produksi
2. Bagi Penulis
Dapat mengapllikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku
kuliah ke dalam dunia usaha yang nyata
3. Bagi Pembaca
Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya tentang pola produksi.
F. KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar I.1
Kerangka Pemikiran
Data penjualan Produk grey lokal 2005-2009
Biaya tambahan
Penentuan pola produksi
Pola produksi optimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
G. METODE PENELITIAN
1. Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada saat kegiatan magang kerja di PT
Primissima yang berlokasi di JL Magelang Km 15, Desa Medari,
Kecamatan Triharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
2. Sumber Data
a) Data Primer
Adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan
kegiatan wawancara dengan karyawan PT. PRIMISSIMA.
b) Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dengan secara tidak langsung.
3. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi
Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan secara
langsung.
b) Wawancara
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak-
pihak yang terkait.
c) Studi Pustaka
Data yang diperoleh dengan mempelajari buku-buku yang
terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
4. Analisis Data
Agar sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka perlu
adanya analisis data adapun langkah-langkah tersebut adalah:
a) Peramalan Penjualan Tahunan
Untuk membuat peramalan penjualan tahunan digunakan trend
Linier dengan metode kuadrat terkecil (Least Square Method)
dengan rumus:
Y = a + bx
Di mana nilai a dan b diperoleh dengan rumus:
dan
Keterangan :
Y : Nilai Trend atau forecast
a : Bilangan konstan
b : Slope atau koefisian kecondongan garis trend
x : Mewakili tahun atau waktu
b) Peramalan Penjualan Triwulan
Peramalan Penjualan triwulan dapat di hitung dengan rumus:
Keterangan:
IT : Indeks Musim Tahunan
X : Nilai Trend atau forecast penjualan tahunan
∑x : Rata-rata dari rata-rata penjualan triwulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Dan untuk mencari penjualan triwulan dapat di cari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
TW : Ramalan penjualan triwulan
Y : Nilai trend atau forecast penjualan tahunan
IT : Indeks musim triwulan
c) Tingkat kesalahan peramalan
1) MAD ( Mean Absolute Deviation ) atau rata-rata deviasi
mutlak.
Diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
MAD = ∑ = ∑│ │
Keterangan:
At = Penjualan pada periode t
Ft = Ramalan pada periode t
N = Jumlah periode
2) MSE ( Mean Square Error ) atau rata-rata kuadrat kesalahan
diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
MSE = ∑
Keterangan:
At = Penjualan pada periode t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Ft = Ramalan pada periode t
N = Jumlah periode
3) MFE ( Mean Forecast Error ) atau rata-rata kesalahan
peramalan diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
MFE = ∑ = ∑
Keterangan :
At = Penjualan pada periode t
Ft = Ramalan pada periode t
N = Jumlah periode
d) Analisis Pola Biaya
Untuk mencari pola produksi optimal perusahaan harus
melakukan analisis biaya dari biaya tambahan (incremental
cost), adapun unsur dari biaya tersebut adalah:
1) Biaya Simpan
Yang di maksudkan dengan biaya simpan disini adalah biaya
tambahan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menyimpan hasil-hasil dari produksi yang tidak laku atau
belum laku terjual hal ini terjadi pada saat jumlah produksi
meningkat lebih tinggi dari jumlah penjualan sehingga
terdapat sisa produksi yang harus di simpan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
sehubungan dengan adanya penarikan atau pengeluaran
tenaga kerja
3) Biaya lembur
Yaitu biaya yang harus dikeluarkan apabila perusahaan
mengalami kekurangan produksi atau jumlah produksi
melebihi dari kapasitas produksi maksimal yang dimiliki
perusahaan
4) Biaya Sub kontrak
Adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan apabila
kapasitas maksimal dari suatu perusahaan tidak mampu
untuk memenuhi volume produksi yang di inginkan dan
kekurangan tersebut di penuhi dengan melakukan sub
kontrak dengan perusahaan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN MANAJEMEN PRODUKSI
Sebelum membahas pengertian dari manajemen produksi, terlebih
dahulu melihat pengertian dari manajemen dan pengertian dari
produksi.
Manajemen mengandung pengertian ilmu dan seni merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkordinasikan, serta
mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Swastha dan Sukotjo, 1997: 82).
Sedangakan produksi dalam arti luas mengandung pengertian segala
kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran
(output) tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan
produk tersebut dan pengertian produksi dalam arti sempit adalah
sebagai kegiatan yang menghasilkan barang baik barang jadi maupun
barang maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku
cadang atau spare parts (Assauri, 1999: 11)
Manajemen produksi adalah kegiatan untuk mengantar agar
menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang / jasa.
(Assauri, 1998: 7)
Pengertian lain dari menajemen produksi adalah usaha-usaha
pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(atau sering disebut faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin,
peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi
bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa
(Handoko 1994: 3).
B. PENGERTIAN PROSES PRODUKSI
Proses menurut Assauri (1998: 65) mengandung pengertian cara,
metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga
kerja, mesin, bahan baku, dan dana) yang ada dirubah untuk
memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi kegiatan yang dapat
menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru(Ahyari,
1994: 6)
Menurut Assauri (1998:65) proses produksi mengandung
pengertian suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau
menambah kegunaan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-
bahan dan dana) yang ada.
Pengertian lainnya dari proses produksi adalah sebagai suatu
kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia, bahan serta peralatan
untuk menghasilkan produk yang berguna (Yamit, 1998: 116)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
C. JENIS-JENIS PROSES PRODUKSI
Menurut Ahyari (1994: 66 – 93) jenis-jenis dari proses produksi
dapat dilihat berdasarkan:
1. Berdasarkan sifat
Menurut Ahyari berdasarkan sifatnya proses produksi dibedakan
menjadi :
a) Proses produksi terus-menerus
Proses produksi ini dilakukan berdasarkan jumlah pesanan
yang diterima oleh perusahaan maka jumlah produksinya yang
dihasilkan cenderung sedikit karena kegiatan produksinya
hanya berdasarkan jumlah pesanan yang diterima
b) Proses produksi terus-menerus
Proses produksi jenis ini dilakukan berdasarkan jumlah
ramalan yang dibuat oleh perusahaan artinya kegiatan
produksinya tidak berdasar pada jumlah pesanan yang
diterima tetapi pada ramalan penjualan yang dibuat.
2. Berdasarkan wujud proses produksinya
Menurut Ahyari berdasarkan wujudnya proses produksi dibedakan
menjadi:
a) Proses kimiawi
Adalah proses produksi yang menggunakan sifat-sifat kimia
atau menitik beratkan pada senyawa-senyawa kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b) Proses perubahan bentuk
Adalah proses produksi yang menitik beratkan pada
perubahan bentuk dari masukan (input) menjadi keluaran
(output).
c) Proses assembling
Adalah proses produksi dengan jalan menciptakan jasa
pemindahan-pemindahan tempat dari barang ataupun
manusia.
d) Proses jasa administrasi
Adalah proses produksi yang memberikan data atau informasi
kepada perusahaan.
3. Berdasarkan keutamaan produksinya
Menurut Ahyari berdasarkan keutamaan produksinya proses
produksi dibedakan menjadi:
a) Proses produksi utama
Proses produksi dimana proses produksi tersebut sesuai
dengan tujuan produksi dari di dirikannya perusahaan yang
bersangkutan atau merupakan inti dari kegiatan-kegiatan
produksi.
b) Proses produksi bukan utama
Adalah kegiatan penunjang bagi perkembangan perusahaan
yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4. Berdasarkan penyelesaian produksinya
Menurut Ahyari berdsasarkan penyelesaian produksinya proses
produksi dibedakan menjadi:
a) Proses produksi type A
Yaitu status type dari proses produksi dimana dalam setiap
tahap proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan
tersebut diperiksa dengan mudah.
b) Proses produksi type B
Yaitu proses produksi dimana dalam penyelesaian proses
produksinya akan terdapat beberapa keterangan dari masing-
masing tahap produksi, pemeriksaan hanya dapat
dilaksanakan pada beberapa tahap tertentu saja.
c) Proses produksi type C
Yaitu perusahaan dalam melaksanakan proses produksinya
dengan jalan melaksanakan proses penggabungan atau
pemasangan sehingga menjadi produk perusahaan yang
bersangkutan.
d) Proses produksi type D
Yaitu proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan
dengan menggunakan mesin dan peralatan produksi otomatis
e) Proses produksi type E
Yaitu proses produksi dari perusahaan dagang dan jasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
D. PENGERTIAN POLA PRODUKSI
Pola produksi mengandung pengertian distribusi dari produksi
tahunan ke dalam periode yang lebih kecil misalnya bulanan atau
mingguan (Ahyari, 1994:184).
Pola produksi menurut Yamit (1998:77) mengandung pengertian
distribusi dari produksi tahunan ke dalam periode yang lebih kecil
(seperti bulanan, mingguan,atau unit waktu lainnya) untuk
mengantisipasi rencana penjualan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan Pola produksi
mengandung pengertian yaitu distribusi dari distribusi tahunan ke
dalam periode yang lebih kecil misalkan seperti bulanan, mingguan,
atau unit waktu untuk mengantisipasi rencana pernjualan akan datang.
E. JENIS POLA PRODUKSI Pola produksi dibagi menjadi 3 macam yaitu: Pola produksi
konstan, pola produksi bergelombang dan pola produksi moderat.
(Yamit, 1998: 77-78).
1) Pola produksi konstan
Adalah jumlah produksi yang dihasilkan selalu sama dalam
setiap satuan waktu (Yamit, 1998: 78).
Pola produksi ini bersifat konstan artinya jumlah produksi
yang dihasilkan dari setiap periode akan selalu sama sehingga
kekurangan atau kelebihan produksi akan masuk atau di ambil
dari persediaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Pola produksi bergelombang
Menurut Ahyari (1994:186) yang dimasukkan dengan pola
produksi bergelombang adalah suatu distribusi dari jumlah
produksi selama satu tahun ke dalam jumlah produksi setiap
tahun dimana, jumlah produksi dari bulan ke bualan tersebut
akan selalu berubah mengikuti perubahan tingkat penjualan
dalam perusahaan tersebut.
Pola produksi ini bersifat berubah-ubah dimana jumlah
produksinya mengikuti penjualan, apabila penjualan mengalami
kenaikan maka jumlah produksi yang dihasilkan juga akan
mengalami kenaikan begitu pula sebaliknya,apabila penjualan
mengalami penurunan maka jumlah produksi yang dihasilkan
juga akan mengalami penurunan artinya pola produksi jenis ini
sangat dipengaruhi oleh perubahan penjualan
3) Pola produksi moderat
Pola produksi moderat ini mengandung pengertian suatu
distribusi jumlah produksi selama satu tahun ke dalam jumlah
produksi setiap bulan dimana baik jumlah produksinya maupun
jumlah persediaan barang jadi yang ada dalam perusahaan
bersangkutan ini akan berubah-ubah untuk menutup
perubahan-perubahan yang ada didalam penjualan produk
perusahaan tersebut atau dengan kata lain perubahan yang
terjadi dalam penjualan produk perusahaan setiap bulannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
akan bersama-sama ditutup oleh perubahan persediaan
barang jadi dan kegiatan produksi dalam perusahaan yang
bersangkutan (Ahyari, 1994:186).
Sedangkan menurut Yamit (1998: 78) pola produksi
moderat adalah jumlah produksi dalam periode tertentu konstan
dan dalam periode tertentu mengalami kenaikan untuk
kemudian konstan kembali.
Pola produksi ini disebut juga sebagai produksi dan
persediaan akhirnya tidak tetap artinya jumlah produksi dan
persediaan berfluktasi bersama-sama tetapi fluktasi yang terjadi
Jumlah
C
A
B
Waktu
Gambar II.1.
Pola Produksi Konstan (A), Bergelombang (B) dan Moderat (C)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tidak terlalu tajam dan kenaikan atau penurunan penjualan
tidak berpengaruh pada pola produksi ini.
F. FAKTOR-FAKTOR POLA PRODUKSI
Menurut (Gitosudarmo, 2002: 173-175) faktor-faktor yang
mempengaruhi poal produksi antara lain:
1) Pola penjualan
Produksi pada umumnya berusaha memproduksi barang untuk
dijual. Perusahaan berproduksi adalah untuk memenuhi
kebutuhan penjualan oleh karena itu maka volume penjualan
(pola penjualan) akan mempengaruhi pola produksinya.
2) Pola biaya
Biaya yang harus dikeluarkan oleh karena kebutuhan
perusahaan. Biaya yang diperkirakan disini adalah biaya yang
harus dikeluarkan sebagai akibat dari adanya perubahan-
perubahan dalam produksi.
3) Kapasitas produksi
Merupakan kemampuan perusahaan dalam memproduksi
barang dengan menggunakan seluruh fasilitas produksi.
G. PERAMALAN
Peramalan (forecasting) adalah peramalan (perkiraan) mengenai
sesuatu yang belum terjadi (Subagyo 2002: 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut Gitosudarmo (2002: 5) peramalan adalah merupakan
perkiraan terhadap masa depan, apa yang akan terjadi.
Pengertian lain dari peramalan adalah seni dan ilmu memprediksi
peristiwa-peristiwa masa depan (Render dan Heizer: 2001:46)
Berdasarkan diatas dapat disimpulkan peramalan mengandung
pengertian yaitu perkiraan seni dan ilmu dalam memprediksi
peristiwa-peristiwa yang belum terjadi maupun yang akan terjadi
terhadap masa depan. Dan jenis-jenis ramalan menurut (Render
dan Heizer: 2001: 47) adalah:
1) Ramalan Ekonomi
Membahas siklus bisnis dengan memprediksi tingkat
inflasi, suplai uang permulaan perumahan dan indikator-
indikator perencanaan lain.
2) Ramalan Teknologi
Berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi yang akan
melahirkan produk-produk baru yang mengesankan,
membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3) Ramalan Permintaan
Proyeksi permintaan untuk produk atau jasa perusahaan
peramalan yang baik adalah peramalan yang meminimumkan
tingkat kesalahan atau eror.
Metode yang digunakan untuk dalam membuat peramalan ini
adalah metode Trend Linier dengan metode Leart Square.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Langkah-langkah dalam peramalan metode Trend Linier dengan
metode Least Square menurut (Subagyo:2002:34-36) adalah:
a. Peramalan Penjualan Tahunan
1) Susunlah data sesuai dengan urutan tahunnya dan letakan
nilai X-nya sesuai dengan tahunnya.
2) Hitung nilai XY kemudian carilah jumlah Y, jumlah XY dan
jumlah X2.Carilah a dan b dengan rumus:
dan
Keterangan: a = Bilangan konstan
b = Slope
Y = Nilai Trend
X = Waktu atau tahun
N = Banyaknya data
3) Masukan nilai a dan b pada persamaan linier Y = a+bx.
4) Setelah mengetahui persamaan trendnya maka bisa di
cari nilai trend tiap-tiap tahunnya dengan cara
mensubsitusi nilai x pada tahun-tahun yang di maksud.
b. Peramalan Penjualan Triwulanan
1) Penjualan setiap triwulan di jumlahkan,kemudian di cari
rata-ratanya yang di dapatkan dan rata-rata penjualan
triwulannya.
2) Dengan menggunakan rata-rata penjualan triwulan di cari
rata-ratanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3) Dapatkan indeks musim dengan membagi poin di atas
dengan menggunakan rumus :
Keterangan: IT = Indeks musim triwulan
X = Rata-rata penjualan per triwulan
∑X =Rata-rata dari rata-rata penjualan per
triwulan.
4) Untuk mencari penjualan triwulannya diperoleh dengan
mengalikan ramalan penjualan yang akan datang yang
telah di bagi empat dengan rumus :
Keterangan: TW = Peramalan penjualan triwulan
Y = Nilai trend penjualan triwulan
IT = Indeks musim triwulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
PEMBAHASAN
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PT.PRIMISSIMA
1. Sejarah Perusahaan
Sejarah berdiri dan berkembangnya perusahaan dan saat
Negara kita masih kekurangan bahan baku, untuk pembuatan
kain batik halus sejak jaman penjajahan sampai berkisar awal di
canangkannya 5 (lima) tahun tahap I. Pemerintah RI
memenuhinya dengan import dari Negara-negara Benalux, India,
Cina, dan jepang. Namun lambat laun kebutuhan semakin tinggi
dan dirasakan biaya import semakin tinggi pula, sementara
pemerintah perlu menghemat devisa guna membiayai
pembangunan-pembangunan yang mutlak diperlukan untuk
memperbaiki kualitas hidup bangsa Indonesia. Maka pemerintah
mulaii berfikir untuk memenuhi kebutuhan itu dengan cara
memproduksi dan tercetuslah suatu gagasan untuk mendirikan
perusahaan yang memproduksi kain mori dengan kualitas halus
identik dengan kain mori cap “sen” pada saat itu. Pemerintah RI
mengadakan kerjasama dengan perusahaan swasta nasional
yaitu gabungan koperasi batik Indonesia pada tanggal 22 juni
1991 . Berdirilah pabrik cambric berkualitas halus dengan nama
PT. Primissima, berdasarkan akta notaris R. Surojo
Wongsowidjojo SH,no 31 tahun 1971 di Jakarta. Modal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dimiliki PT. Primissima terdiri atas grant dari kerajaan negeri
Belanda kepada Pemerintah RI dalam bentuk mesin yang nilai
mesin-mesin tersebut merupakan saham pemerintah RI c.q
Departemen Keuangan RI.
Pada saat didirikan PT. Primissima berkapasitas 9.072 mata
pintal terdiri mesin-mesin buatan Rieter Swiss,dan 180mesin
tenun lengkapdengan mesin –mesinpersiapan dan grey finishing
buatan Belgia dan Jerman. Setelah diresmikan oleh Menteri Ekuin
Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang didampingi Menteri
perindustrian M.Yusuf pada tanggal 2 Februari 1972,pabrik ini
mulai berproduksi dengan kapasitas 4juta yard per tahun . Tahun
demi tahun permintaan konsumen bertambah disamping juga
kapasitas mesin-mesin persiapan pre-sppiningmasih belum
maksimal, maka pada tahun 1974 PT. Primissima mengadakan
perluasan tahap I, dengan tambahan mesin pemintalan 22 mesin
atau 11.088 mata pintal 192 mesin tenun merk sama. Perluasan
ini selesai tanggal 7 agustus 1976 dan diresmikan Presiden RI
Bapak Jendral Soeharto. Perluasan tahap I disebut pabrik II dan
mampu meningkatkan produksinya 8.250.000 yard per tahun.
Mengingat saham pemerintah RI diatas 50% maka status
PT. Primissima adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Tahun-tahun berikutnya setelah tahun 1992 pencapaian mutu
ekspor cenderung turun, terutama produk pabrik yang paling lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(pabrik I). juga dirasakan konsumen mulai meminta prioduk-
produk kain dari mesin-mesin tenun, di samping produksinya bias
tinggi juga lebar kain yang diproses bias lebih variasi serta
pencapaian ekspor lebih tinggi.Bertambahnya kebutuhan akan
tekstil dan adanya sambutan positif dari konsumen terhadap
produk yang di hasilkan,menuntut PT. Primissima lebih
meningkatkan kualitas dan kuantitas.
2. Lokasi Perusahaan
Pabrik sebagai tempat dan fungsi teknis perusahaan berada
dan sangat penting untuk direncanakan. Pemilihan lokasi ini tidak
akan berdiri sebagai suatu permasalahan sendiri, melainkan akan
terkait dengan beberapa proses produksi diperusahaan tersebut.
Ada beberapa faktor yang memperngaruhi lokasi pabrik. Menurut
Ahyari (1990:224) secara teoritis seluruh faktor pemilihan lokasi
pabrik dipisahkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Faktor utama
Merupakan faktor-faktor yang diperlukan oleh seluruh industri
yang ada. Adapun faktor-faktor utama tersebut adalah:
1). Lokasi
2). Letak pasar produk perusahaan
3). Fasilitas Transportasi
4). Tersedianya Tenaga Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. Faktor bukan utama
1). Rencana masa depan perusahaan
2). Kemungkinan perluasan perusahaan
3). Kemungkinan perluasan kota
4). Fasilitas pelayanan mesin dan peralatan mesin
5). Fasilitas pembelanjaan perusahaan
6). Terdapatnya persediaan air
7). Perumahaan dan fasilitas-fasilitas lainnya
8). Biaya tanah dan gedung
9). Peraturan daerah setempat
10). Iklim
11). Keadaan tanah
12). Keadaan lingkungan
Dari berdirinya sampai dengan sekarang PT.Primissima berlokasi di
daerah Medari Kabupaten Sleman ± 10 km dari kota Yogyakarta.
PT Primissima mempunyai areal tanah seluas 73.738 m yang
terbagi atas 34.513 m untuk bangunan dan 41.032 m untuk garasi,
jalan dan tanah lapang dan terdapat 6 bangunan utama yaitu:
1). Bangunan Produksi (terdapat 2 buah pabrik produksi).
a). Pabrik I : Bagian spinning
b). Pabrik II : Bagian weaving
2). Bangunan serba guna
3). Bangunan aktifitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4). Bangunan penunjang
5). Bangunan gudang
6). Lapangan utama
Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut:
1). Letaknya berada di dekat jalan besar antara Yogyakarta dan
Magelang sehingga mudah untuk menyalurkan atau
mendistribusikan produknya ke konsumen- konsumen yang
berada di luar kota Yogyakarta
2). Tanah disekitar perusahaan sangat luas sehingga sangat
memungkinkan bagi perusahaan untuk mengadakan perluasan
perusahaan,yaitu dengan memanfaatkan areal tanah yang
belum digunakan
3). Letaknya yang berada di pedesaan diharapkan dapat
memperoleh tenaga kerja dari warga desa sekitar lokasi
perusahaan
4). Membantu program pemerintah untuk menyediakan lapangan
kerja bagi masyarakat yang masih menganggur dan mata
pencaharian yang baru bagi masyarakat sekitar
5). Biaya tenaga kerja relative rendah dibanding daerah- daerah
lain
3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
a. VISI
Visi perusahaan adalah menjadikan PT.Primissima sebagai
produsen tekstil halus terkemuka di Indonesia yang produknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
memiliki daya cipta nilai tinggi dan mampu bersaing di dalam
pasar global.
b. MISI
1).Sebagai agen pembangunan yang berwawasan bisnis,
berperan aktif dalam bidang industri tekstil dan menyediakan
bahan baku bagi industri pembatikan
2).Sebagai unit ekonomi yang dapat memberikan kontribusi bagi
penerimaan Negara serta pemegang saham lainnya.
3).Menunjang program Pemerintah dalam peningkatan ekspor
non-migas.
c. Tujuan dari PT. Primissima Yogyakarta adalah:
1). Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian
Negara terutama dalam meningkatkan eksport nonmigas.
2). Menyelenggarakan kegiatan usaha yang dapat dapat
mendorong perkembangan sektor wisata dan sektor koperasi.
3). Meningkatkan kenerja perusahaan di segala sektor untuk
memperoleh keuntungan yang optimal.
4. Personalia
a. Jumlah Karyawan
Dalam perekrutan tenaga kerja, PT. Primissima merekrut
karyawan dengan pendidikan minimal D3 untuk staf kantor,
minimal SMK untuk bagian mesin, dan minimal SMA untuk bagian
selain yang di atas. Saat ini PT. Primissima mempunyai jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
tenaga kerja sebanyak 1.236 orang karyawan. Berikut ini adalah
rincian karyawan menurut bagian masing-masing:
Data Karyawan PT. Primissima
Tahun 2009
1). Bagian Spinning = 416 orang 2). Bagian Weaving = 586 orang 3). Bagian Teknik Umum = 86 orang 4). Bagian PPK = 16 orang 5). Bagian Personalia = 37 orang 6). Bagian Sekertariat = 54 orang 7). Bagian Keuangan = 11 orang 8). Bagian Komersial = 42 orang 9). Bagian SPI = 8 orang Sumber: Departemen HRD PT. Primissima Ditambah dengan direksi yang berjumlah 4 orang dan komisaris
berjumlah 5 orang sehingga seluruhnya ada 1.247 orang.
b. Jam Kerja
a) Bagian produksi dan satpam
Bagian ini dibagi menjadi ke dalam empat grup dan tiga shift
jam kerja yang ditetapkan sebagai berikut:
1. Shift I = pukul 06.00 – 14.00 (istirahat 09.00 – 10.00)
2. Shift II = pukul 14.00 – 22.00 (istirahat 17.00 – 18.00)
3. Shift III = pukul 22.00 – 06.00 (istirahat 01.00 – 02.00)
b) Bagian administrasi dan keuangan serta bagian teknik umum
1. Senin – kamis = pukul 07.30 – 15.30 (istirahat 11.30 –
12.30)
2. Jum’at = pukul 07.30 – 15.30 (istirahat 11.30 –
13.00)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Sabtu = pukul 07.30 – 13.00 (tanpa istirahat)
c) Jenis Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja yang berada di PT. Primissima Yogyakarta
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Karyawan Tetap
2. Karyawan Kontrak
3. Karyawan Thirdparty
d) Kesejahteraan Karyawan
Didalam peningkatan kinerja karyawan PT Primissima
Yogyakarta, manajemen memberikan beberapa fasilitas,
diantaranya adalah:
1. Uang Lembur
2. Fasilitas Kesehatan
3. Rumah dinas dll.
e) Struktur Organisasi
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai
mekanisme-mekanisme formal dengan nama organisasi
dikelola. Struktur organisasi dapat menunjukkan kerangka dan
susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara
fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun
orang-orang menunjukkan kedudukan suatu organisasi.
Struktur ini mengandung spesialisasi kerja, standarlisasi,
kordinasi. Sentralisasi dan desentralisasi dalam pembuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
keputusan dan besaran satuan kerja. Fungsi struktur
organisasi merupakan cermin jalannya lalu lintas wewenang
dan tanggung jawab dalam suatu perusahaan yang dijalankan
baik secara vertical maupun horizontal.
Adapun tujuan dari struktur organisasi ini adalah:
1). Mempermudah pelaksanaan kerja
2). Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan
bawahannya
3). Mengkordinasikan kegiatan yang dilakukan oleh bawahan
sehingga dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan
Dalam hal ini PT Primissima Yogyakarta untuk menunjukkan
hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau
posisi-posisi maupun orang-orang didalam perusahaan
menggunakan bagan organisasi berbentuk pyramid. Bentuk ini
digunakan karena bentuknya sederhana, jelas, dan mudah
dimengerti. Dari struktur organisasi tersebut dapat di jelaskan
mengenai tugas dan wewenang dari masing-masing bagian
secara garis besar sebagai berikut:
Direktur Produksi serta Direktur Keuangan dan Pemasaran.
A. Direktur Utama
1). Fungsi Pokok
Menetapkan kebijakan umum perusahaan, mengatur dan
mengarahkan kegiatan direktorat-direktorat dan
mengendalikan semua kegiatan pencapaian tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b). Tugas
1.Mengatur dan mengarahkan kegiatan direktorat-
direktorat.
2.Mengendalikan kegiatan-kegiatan perusahaan.
c). Wewenang
Menetapkan kebijakan umum perusahaan dalam
kaitannya dengan penyusunan rencana kerja, rencana
anggaran pendapatan dan belanja perusahaan.
d). Tanggung jawab
1. Melaksanakan pengendalian mutu terpadu (PMT).
2.Penanggung jawab pelaksanaan tujuan perusahaan.
B. Direktur Administrasi dan Personalia
1). Fungsi pokok
Menyusun kebijakan umum system organisasi,
pembinaan personalia dan manajemen perusahaan
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
2). Tugas
a. Mengolah sistem administrasi dan menguasai
serta mengamankan kekayaan milik perusahaan.
b. Mengelola sistem personalia dan organisasi serta
organisasi perusahaan.
3). Wewenang
a. Mengatur kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
rangka perlindungan keselamatan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Melakukan hubungan dengan pihak luar yang
berasal dari instansi pemerintah, swasta, maupun
pihak asing dalam kaitannya dengan kegiatan
administrasi dan personalia.
4). Tanggung jawab
Mengelola kegiatan ketatausahaan, pelayanan umum,
perawatan kesehatan dan kerumahtanggaan serta
kegiatan-kegiatan protokoler yang ada di lingkungan
perusahaan.
C. Direktur Keuangan dan Pemasaran.
1). Fungsi Pokok
Menyusun kebijakan umum bidang keuangan dan
pemasaran dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
2). Tugas
a. Menyusun RAPB perusahaan yang akan diajukan
pada Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan
rencana kerja yang telah ditetapkan oleh direksi.
b. Menyusun serta melaksanakan rencana-rencana dari
penjualan tahunan.
c.Melaksanakan pengadaan barang-barang umum atas
permintaan direktorat-direktorat lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
d.Menetapkan pedoman-pedoman dalam
kebijaksanaan dalam pengadaan serta pengendalian
pelaksanaannya.
3). Wewenang
a. Menetapkan serta mengelola administrasi
keuangan perusahaan
b. Mengelola perbendaharaan perusahaan.
c. Mengatur penyediaan dan penggunaan dana.
d. Menetapkan pedoman dan kebijakan penjualan
hasil produksi.
e. Mengkoordinir pemberian dan permintaan jasa.
f. Mengelola kegiatan penyelenggaraan riset dan
promosi.
4). Tanggung jawab
a. Mengatur pelaksanaa anggaran berdasarkan RAPB
perusahaan yang telah disahkan oleh Rapat
Umum Pemegang Saham.
b. Mengamankan pelaksanaan PMT pada
direktoratnya.
D. Direktur Produksi
1). Fungsi Pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Menyusun kebijaksanaan umum di bidang produksi
dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.
2). Tugas
a. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan kesekretariatan
yang meliputi pembuatan dan penerimaan surat-
surat, pengadaan barang umum kebutuhan
kantor, menyusun anggaran belanja kantor.
b. Menyelenggarakan notulen rapat dinas,
menyimpan dokumen –dokumen kontrak asli.
3). Wewenang
Mengurusi hal-hal menyangkut pelayanan umum dan
kerumahtanggaan kantor.
4). Tanggung jawab
Melaksanakan PMT pada bagian umum dan
personalia.
E. Kepala Departemen Personalia
1). Fungsi Pokok
Mengelola personalia perusahaan secara efisien
sesuai dengan perusahaan.
2). Tugas
a. Menyusun rencana kebutuhan personil
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Mengelola sistem penggajian dan jaminan sosial
karyawan.
c. Mengatur kerja serta mengurusi mutasi, promosi,
demosi, dan penilaian konduite untuk karyawan
bagian personalia.
3). Wewenang
a. Melakukan analisis secara berkala atas
perkembangan bidang personil.
b. Merencanakan program pendidikan dan latihan
karyawan baik di dalam maupun luar negeri.
4). Tanggung jawab
a. Menyelenggarakan pembinaan personil dan
perburuhan.
b. Mengatur pembinaan karyawan di bidang
kesehatan, pembinaan mental.
F. Kepala Departemen Pemintalan (spinning) .
1). Fungsi Pokok
Melaksanakan dan mengamankan kebijaksanaan
umum perusahaan dalam memproduksi benang secara
efisien .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2). Tugas
a. Mengatur dan merawat semua alat kerja yang ada
di bagiannya.
b. Membantu pengadaan akan kebutuhan tenaga
kerja, bahan baku, mesin-mesin dan alat produksi.
c. Memproduksi benang dengan kualitas dan kuantitas
sebaik-baiknya sesuai rencana.
3). Wewenang
Mengadakan hubungan dengan kepala departemen
lainnya di dalam lingkungan perusahaan demi
lancarnya produksi.
4). Tanggung jawab
Melaksanakan PMT di Departemen Pemintalan.
G. Kepala Departemen Pertenunan (weaving).
1). Fungsi Pokok
Melaksanakan dan mengamankan kebijaksanaan
umum perusahaan dalam memproduksi kain grey
secara efisien.
2). Tugas
a. Merencanakan produksi dari tiap-tiap macam
produksi dengan menyelesaikan rencana yang di
susun oleh Direktorat Keuangan dan Pemasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Menentukan alokasi mesin untuk macam-macam
produksi.
c. Membuat percobaan produk baru yang sekiranya
akan laku di pasaran.
d. Menghitung kebutuhan benang baik nomornya
maupun beratnya.
e. Menentukan cutting (pos).
3). Wewenang
Mengkordinir semua aktivitas departemen.
4). Tanggung jawab
Melaksanakan PMT di Departemen Pertenunan.
H. Kepala Departemen Teknik Umum
1). Fungsi Pokok
Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan
maintenance, overhaul, rehabilitasi, pemasangan baru
dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan umum
direksi.
2). Tugas
a. Mengawasi kegiatan mesin-mesin, reparasi listrik
untuk mencapai hasil yang maksimal.
b. Menyelenggarakan kebutuhan suku cadang dan
alat-alat proses produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
c. Perawatan, perbaikan, dan penyempurnaan
bangunan.
3). Wewenang
Mengadakan hubungan dengan kepala departemen
lainnya di dalam perusahaan.
4). Tanggung jawab
Melaksanakan PMT di departemen teknik umum.
I. Kepala Departemen Keuangan
1). Fungsi Pokok
Menyelenggarakan kebijaksanaan pokok Direksi
(Direksi Keuangan dan Pemasaran) di dalam
pengelolaan bagian keuangan dan akuntansi
perusahaan.
2). Tugas
a. Menyusun dan melaporkan posisi keuangan secara
berkala.
b. Menyusun administrasi dan inventarisasi kekayaan
perusahaan yang berupa aktiva dan pasiva
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3). Wewenang
Melakukan kegiatan-kegiatan transaksi perusahaan dan
menyusun administrasinya, termasuk pula kelengkapan
dokumennya.
4). Tanggung jawab
Melaksanakan PMT di Departemen Keuangan
J. Kepala Departemen Pemasaran
1). Fungsi pokok
Mengelola hasil produksi dalam rangka pelaksanaan
kebijaksanaan umum Direksi (Direktur Keuangan dan
Pemasaran).
2). Tugas
a. Mengelola penjualan barang yang meliputi hasil
produksi perusahaan, waste, barang bekas (yang
tidak terpakai), meneliti sah dan lengkap tidaknya
jaminan (surat berharga sehubungan dengan
penjualan kredit).
b. Mengelola pengadaan barang yang meliputi,
penerimaan barang, penyimpanan dan
pemeliharaan barang, barang inventaris, tools, dan
bahan pembantu (penolong), spare part dan
accessories.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3). Wewenang
Mengelola penelitian pasar dan promosi.
4). Tanggung jawab
Melakukan analisa secara berkala atas pelaksanaan
tugasnya dibidang penjualan dan pengadaan.
K. Kepala Biro Pengendalian Intern/ SPI (Satuan
Pengawasan Intern).
1). Fungsi Pokok
Melakukan pengawasan intern dalam rangka
mengamankan kebijaksanaan umum Direksi
berdasarkan standar-standar, penaksiran-penaksiran
tentang saran-saran kualitas, prosedur dan lain-lain.
2). Tugas
a. Mengkoordinir kepala-kepala bagian dalam
pelaksanaan intern.
b. Mengadakan analisa atau evaluasi perusahaan
disegala aspek kegiatan bulanan, triwulan,
semester maupun tahunan.
3). Wewenang
a. Membutuhkan input berupa informasi mengenai
hasil pengawasan intern kepada Direktur Utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Membina disiplin kerja agar tugas-tugas
Departemen dapat dilaksanakan secara efisien.
4). Tanggung jawab
Melaksanakan PMT di Biro Pengendalian dan
mengawasi PMT di seluruh bagian perusahaan.
Pengawasan intern ini dilakukan di segala bidang,
meliputi Bidang Operasional, Akuntansi, Organisasional
serta Kompuasi.
5. Produksi
a. Dalam proses produksi produk grey di PT. Primissima
Yogyakarta dibutuhkan bahan-bahan yang terdiri dari 2
jenis bahan, yaitu:
1). Bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi
utamanya adalah berupa kapas ± 14.000 per tahun
yang diimpor dari Amerika dan Australia yang
digunakan oleh unit spinning (pemintalan).
2). Bahan Penolong
Dengan bahan pembantu berupa tapioca, emcee,
elvanol, sunsize, digowak, fungisida dan kentek.
b. Proses Produksi
Proses produksi kain grey di PT Primissima Yogyakarta,
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
PROSES PRODUKSI
Sumber Data: PT. Primissima
Gambar III.1
KAPAS
BLOWING
FLOCK FEEDER
CARDING
PRE DRAWING
SLIVER LAP
RIBBON LAP
COMBER
DRAWING PASSAGE
DRAWING PASSAGE
RING SPINNING
TWISTING
WINDING I
FLYER
CARDING CARDING
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
A. Proses produksi unit spinning (pemintalan)
Spinning merupakan satu departemen yang membawahi bagian
persiapan (pre spinning) dan pemintalan kapas menjadi benang
cone (kelos).sebelum dilakukan prosesan bahan baku kapas
menjadi benang, kapas dari gumpalan pres antara 24 - 25 jam,
agar kapas dapat mengembang dan menyesuaikan kelembaban
udara disekitarnya, kemudian dilakukan pencampuran (mixing)
kapas.
1. Bagian persiapan (pre-spinning)
Proses ini mempersiapkan kapas untuk dipintal, bagian ini
mempunyai 5 proses, yaitu:
a). Proses Blowing
Adalah membuka gumpalan kapas pres untuk dikembalikan
ke bentuk semula, mencampur kertas,serta membersihkan
kotoran-kotoran terutama dari benda-benda asing .
Pada proses ini terdapat tiga kegiatan pokok, yaitu:
- Opening : Membuka kapas yang masih berbentuk padat
agar mudah di urai.
- Mixing : Proses pencampuran berbagai jenis kapas
- Cleaning : Membersihkan kotoran-kotoran yang
menempel pada kapas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b). Proses carding
Adalah pemisahan dan pembersihan serat serta membentuk
serat menjadi sliver. Silver adalah gulungan kapas yang
seratnya sudah diatur satu per satu. Proses carding merupakan
bagian penting dari proses pemintalan karena bagian ini
menentukan mutu benang yang di hasilkan.
Proses:
Serat dibentuk menjadi sumbu yang panjang kemudian
digulung di dalam can (drum besar) sampai penuh dengan
ditandai lampu pada mesin menyala.Serat-serat tersebut
berasal dari kapas pada mesin ERM 2 yang termasuk ke kitcher
melalui 2 rol sisir dan feed roller yang di kontrol oleh regular flap
yang mengatur pemasukan kapas ke heater. jumlah aliran
kapas dalam saluran di kontrol oleh flock meter.
c). Proses combing
Proses ini berfungsi untuk membuat kapas menjadi bentuk
sliver dan membersihkan kotoran serta seleksi terhadap serat
pendek.
Proses:
Hasil dari mesin ribbon lap masuk ke mesin comber disisir oleh
sisir atas dan bawah yang berfungsi untuk memisahkan serat
pendek dan serat panjang. Melalui contact roller dilakukan
peregangan, pembukaan lap (jalur), perataan yang kemudian
terjadi web (jaringan) dan masuk ke kondensor berupa sliver.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
d). Proses drawing
Proses drawing digunakan untuk mensejajarkan dan meratakan
serat, karena hasil dari mesin comber sudah tidak rata lagi.
Proses ini juga berfungsi untuk menyesuaikan berat sliver
persatuan panjang dengan cara penarikan untuk keperluan
pada proses berikutnya.
Proses:
Sliver hasil mesin comber masuk melalui feed table menuju
drafting arrangement dam mengalami peregangan dan keluar
dalam bentuk sliver.
e). Proses roving frame
Adalah proses pengecilan sliver hasil mesin drawing sehingga
menjadi bentuk roving, selain itu pada proses ini terjadi
pemberian twist agar roving tidak mudah putus.
Proses:
Sliver dari mesin drawing masuk melalui rak universal dan
masuk draft arrangement (alat peregang), kemudian terjadi
peregangan dan penambahan twist serta keluar dalam bentuk
roving gulung pada bobbin.
B. Bagian pemintalan (ring spinning)
1). Ring spinning
Ring spinning adalah proses terakhir pembuatan benang yaitu
benang-benang tersebut merupakan bahan-bahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berasal dari serat sintetis / alami yang satu sama lainnya
memiliki kekuatan dan panjang dalam satuan tertentu.
Pada bagian ring spinning hanya terdapat sebuah proses
pemintalan benang yaitu mengubah roving menjadi benang
dengan kelipatan 33,333 kali 1 meter roving akan menjadi
33,333 meter benang.
Proses:
Roving masuk melalui drafting arrangement kemudian di beri
twisting dan menjadi benang yang akan di gulung pada bobbin.
2). Winding
Proses winding dilakukan setelah proses mesin ring spinning
dimana roving ditarik oleh rol peregang karena perbedaan
kecepatan dan arah putaran yang saling tegak lurus antara
front dan spindle, maka terjadi lilitan atau twist yang
dikehendaki yang kemudian benang di gulung dalam bentuk
cone (kelos).
Proses:
Benang yang berbentuk cone dilewatkan melalui sensor di
dalam alat splitzer dan di gulung dalam bentuk cone.
3). Doubling
Proses doubling adalah menyatukan 2 helai benang single
menjadi satu atau lebih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Proses:
Dari 2 benang single (satu) dirangkap dan dijadikan satu
sehingga menjadi benang yang kuat dengan diameter menjadi
lebih besar karena adanya perangkapan benang single
tersebut.
4).Twisting
Proses twisting adalah membakar bulu-bulu pada benang dan
melilitkan (twisting) benang satu dengan benang yang lain.
Proses:
Dari benang hasil rangkapan mesin doubling kemudian dilakukan
twisting sesuai yang dilakukan. Pembakaran bulu-bulu pada
benang dilakukan melalui heating element.
Proses Pembuatan benang ini dibagi menjadi dua jalur yaitu:
a. Jalur I: kapas di campur secara otomatis oleh mesin uniflock
(mesin pencampur kapas) dan masuk ke dalam unit bowing,
secara otomatis masuk kedalam mesin carding yaitu
sebelumnya ditampung ke dalam mesin flock feeder, dalam
mesin carding bahan baku kapas berubah menjadi sliver.
b. Jalur II: kapas dicampur secara manual di unit blowing yang
kemudian masuk secara otomatis ke dalam mesin carding,
yang sebelumnya ditampung ke dalam mesin flock feeder,
dalam mesin carding bahan baku kapas berubah menjadi
sliver.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Sumber Data: PT.Primissima
Gambar III.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
C. Proses Produksi Unit Weaving (Pertenunan)
1). Proses pemaletan
Dalam proses ini, gulungan palet yang baik harus memiliki
syarat yaitu gulungan harus penuh dan padat sehingga lapisan-
lapisan benang palet tidak akan tergelincir atau lepas saat
proses pertenunan dalam kecepatan tinggi, namun benang
harus terurai selapis demi selapis yang sesuai dengan
terpotong.
Gerakan-gerakan pokok dalam pemaletan:
- Perputaran bobbin untuk menggulung benang
- Gerakan penyuapan benang
- Perpindahan atau pergeseran penyuapan benang
Di PT. Primissima nomor benang yang digunakan adalah
system penomoran tidak langsung (nel) dengan kode PS
Primissima.
2). Proses penghanian
Tujuan penghanian adalah menggulung benang dari
beberapa cone (kelos) ke dalam beam (balok) hani sesuai
kontruksi, yang dipasang pada mesin kanji dengan bentuk
gulungan sejajar.
Cara kerja:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
- Benang ditarik dari bobbin penyuap yang ditempatkan pada
creel (pengantat silver) melalui pengantar benang yang terbuat
dari porselen. Mesin ini di lengkapi dengan peralatan otomatis
yang salah satunya adalah alat stop motion yang berfungsi
member tanda bila ada benang putus sehingga secara otomatis
mesin akan berhenti.
- Benang berjalan melalui rol pengantar, rol pemegang dan rol
pengungkit, fungsi rol pengungkit adalah mencari ujung benang-
benang yang terputus apabila sudah tergulung pada beam hani.
Benang-benang setelah malalui bagian bawah rol penegang dan
bagian atas pengungkit, dicucuk pada mesin hani, tiap lubang
dicucuk satu helai, lalu benang di gulung pada beam hani,
benang di data dan diberi dan diberi tanda sesuai. Pemberi tanda
ini berlaku pada benang lusi maupun benang pakan . Benang
dengan label tak sesuai digunakan untuk mesin tenun jenis
shuttle loom untuk konsumsi lokal. Sedangkan benang dengan
label sesuai digunakan untuk jenis mesin Air jet loom. Setelah di
data, benang disiapkan di rak hani sesuai standar produksi
preparation I.
- Setelah proses penghanian selesai, operator mengisi kartu
hani dan memberi status pada beam yang sudah diproduksi yaitu
berterima bila angka putusnya kecil dari standar, dan tak
berterima bila angka putusnya besar dari standar. Setelah itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
beam diparkir satu jenis satu baris untuk menghindari kesalahan
pengambilan dan memudahkan stok harian. Salah satu untuk
meningkatkan kualitas harian agar proses di mesin kanji dan
dimesin loom lancer adalah dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Setelah proses hani habis, set creel hani yang diatas dan
mesin blower harus dibersihkan menggunakan kompresor.
b. Setelah benang terpasang di careel dan telah selesai
disambung dan benang ditarik kedepan, mesin blower
dijalankan terlebih dahulu, maju mundur 4kali.
c. Penyetelan sisir untuk benang pinggir harus betul-betul
rata, tidak boleh menumpuk untuk menjaga agar proses
pengganjian tidak terjadi pinggiran kendo atau pinggiran
lengket.
3). Proses penganjian
Yang dimaksud penganjian adalah saat benang dilewatkan
pada bak larutan kanji (size box), yang di dalamnnya terdapat
rol rendam dan rol pemeras. Isi larutan kanji pada bak tidak
boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak, sebab ini dada
hubungannya dengan lamanya dalam larutan kanji.
Tujuan dari proses penganjian adalah meningkatkan daya
tenun dari benang. Peningkatan daya tenun yang disebabkan
setelah proses penganjian adalah:
- Bulu-bulu menjadi tidur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
- Sifat licin permukaan bertambah
- Kekuatan tarik benang bertambah
- Gaya gesek bertambah
- Benang-benang menjadi kompak
4). Proses pemisahan
Untuk penenunan yang menggunakan mesin tenun air jet loom,
maka benang yang sudah dikanji dipisahkan (leasing) terlebih
dahulu. Maksudnya adalah untuk memisahkan benang atas
dengan benang bawah. Selain itu proses ini dimaksudkan untuk
mengetahui jika benang ada yang kurang jumlah helainya
sehingga tidak sesuai dengan konstruksi yang diinginkan.
Proses ini membutuhkan ketelitian operator.
5). Proses pencucukan
Sebelum masuk ke mesin tenun, kain yang sudah dikanji
diadakan pencucukan. Fungsi pencucukan ini adalah agar
benang lusi masuk ke gun dan droffer lalu dimasukan ke dalam
sisir. Setelah masuk ke mesin tenun,lusi yang sudah dikanji
mengalami pencucukan yaitu setiap helai masuk ke dalam gun,
sisir, droffer, dapat dilakukan secara elektronik maupun manual.
Di PT. Primissima proses tersebut dilakukan oleh tenaga
operator.
Cara kerja:
Benang beam dimasukan ke droffer, lalu di gun, terakhir kesisir
/ cara memasukan lusi menggunakan penjepit secara bersilang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sehingga ketika ditenun membentuk anyaman yaitu antara
benang pakan dan benang lusi akan saling mengait
membentuk anyaman.
Pengambilan benang dari droffer melalui selector agar benang
berurutan. Setelah proses pencucukan, benang siap dip roses
di mesin tenun.
a. Tahap penenunan
Benang lusi setelah di cucuk pada droffer, gun, dan sisir tenun
atau disambung (trying), bersama benang pakan dianyam, yaitu
benang pakan diluncurkan memakai teropong. Pada bagian ini
mesin-mesin yang digunakan adalah mesin tenun dan mesin
sambung.
- Mesin tenun (loom)
Benang-benang lusi dari mesin cucuk dan benang-benang dari
mesin palet akan ditenun/dianyam pada mesin jenis air jet
loom. Mesin jenis ini menggunakan angin sebagai tenaga
penggerak. Untuk menghemat penggunaan angin,maka
perabukan mulut lusi sekecil mungkin.mesin tenun ini
menghasilkan kain grey terutama untuk ekspor.
- Penyambungan
Fungsi mesin ini adalah untuk menyambung benang lusi yang
tersisa dari proses pertenunan dengan lusi baru yang kan
ditenun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pada mesin ini terjadi penyambungan boom benang lusi dari
mesin tenun yang telah habis dengan boom lusi baru.
Penyambungan ini dilakukan tiga kali dan sekali penggantian
sisir, gun, dan droffer.
b. Tahap finishing
Finishing merupakan proses terakhir dari pertenunan. Pada
bagian ini tujuannya adalah memperbaiki cacat-cacat yang ada
pada grey. Untuk grey yang dihasilkan oleh mesin air jet loom
tidak diadakan pencucukan bulu.
6. Mesin-mesin Produksi
Pada proses produksi mesin-mesin yang digunakan terdiri dari:
A. Departemen Unit Pemintalan (Spinning).
1) . Mesin Bale Opener
Fungsinya untuk membuka dan membersihkan kapas
pada tingkat pertama terhadap kotoran dan debu. Disini
kotoran yang besar akan jatuh dan yang halus akan
terhisap oleh fan. Sedangkan kotoran yang berwujud
metal akan dihisap oleh magnet.
2) Mesin Waste Opener
Fungsinya sama dengan bale opener, hanya yang
dimasukan ke mesin ini berupa sisa kapas yang
terbuang dari mesin Carding, Drowing, dan Silver Lap
yang masih dapt dipakai atau diproses lagi (panjang
serat kapas masih memenuhi syarat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3). Mesin Monocylinder Cleaner
Pada mesin ini untuk kedua kalinya kapas mengalami
pembersihan dari kotoran-kotoran yang tertinggal.
Bagian utama mesin ini adalah silinder berpaku yang
diputar oleh motor.
4). Mesin Automixer
Mesin ini mencampur kapas agar kualitasnya benang
dapat lebih merata. Kapas dari Monocylinder dihisap
oleh fan, kemudian masuk ke mesin ini.
5). Mesin ERM Cleaner
Berfungsi membersihkan kotoran dan memisahkan
sebelum diproses dimesin carding. Kapas dikirim dengan
jalan penghisapan.
6). Mesin Flock Feeder
Mesin ini adalah bagian terakhir dari proses blowing
membersihkan kapas dengan silinder yang berpaku.
7). Mesin Carding
Adalah mesin pengurai kapas, fungsinya antara lain:
Ø Membersihkan kapas yang terakhir dam
memisahkan serat-serat pendek
Ø Mengurai bekas kapas kedalam bentuk individu
kepada bentuk - bentuk jaringan serat-serat panjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Ø Distribusi serat-serta menjadi sumbu panjang
(Draftable Silver)
8). Mesin Pre Drawing
Adalah mesin untuk mensejajarkan dan meratakan
dengan tarikan-tarikan rol .
9). Mesin Sliver Lap
Berfungsi membuat lap atau jajaran sliver untuk
memberikan umpan pada mesin comber.
10). Mesin Ribbon Lap
Hasil dari sliver dirangkap agar kualitas bahan baku
pemintalan benang lebih merata
10). Mesin Comber
Berfungsi menyisir dan memisahkan serat yang
panjang dan pendek, juga berfungsi menghilangkan
kotoran. Disini dikeluarkan serat-serat kapas yang
pensek dan tidak terpakai.
11). Mesin Kelos (Cone Winder)
Berfungsi menggulung benang dari beberapa bobbin
(gulungan benang dari ring spinning) menjadi sebuah
kelos yang panjangnya 106.000 yard dengan berat
netto 1 kg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
12). Mesin Doubling (Fadis)
Berfungsi untuk merangkap benang dua helai atau
lebih.
13). Mesin pembakar dan pengintiran (Volkmann)
Berfungsi untuk membakar bulu benang dan
pengintiran benang.
B. Departemen Pertenunan (Weaving)
1). Mesin Prin Winder (palet)
Berfungsi mengubah benang kelos menjadi benang yang
disebut benang palet, sebuah gulungan benang kelos
menjadi 70 buah gulungan palet.
2). Mesin Warper (Hani)
Berfungsi untuk mengubah benang kelos menjadi
benang lusi yang digulung dalam sebuah boom yang
panjangnya 52.000 yard.
3). Mesin Sizing (kanji)
Benang perlu kanji untuk menambah kekuatan, tahan
gesekan sewaktu ditenun dan bulu-bulu pada benang
tidak mudah keluar. Disini dilakukan perangkapan
beberapa boom menjadi sebuah boom yang sekaligus
dikanji (menjadi boom kanji).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4). Mesin Reaching (cucuk)
Berfungsi memasukan benang lusi kedalam yang disebut
dropper gun dan sisir.
5). Mesin cukur (Shearing)
Berfungsi mencukur bulu-bulu pada grey dan
menghasilkan grey agar mudah diadakan pemeriksaan.
6). Mesin Periksa dan lipat (Inspecting Folding)
Berfungsi untuk memeriksa grey bila ada cacat,
memeperbaikinya dan sekaligus melipatnya.
7). Mesin infecting dan mesin folding
Berfungsi memeriksa kain yang cacat seperti beang
rangkap, benang tidak rata, sobek, kotor dan
sebagainya. Dalam pemeriksaan perusahaan telah
menetapkan standar kelas grey yaitu berdasarkan
jumlah atau point cacat di alami grey.
7. Pemasaran
Beberapa strategi perusahaan yang di jalankan antara lain:
a. Meningkatkan kualitas hasil produksi khususnya untuk
pemasaran luar negeri.
b. Mengadakan pendekatkan / komunikasi yang baik dengan
para pelanggan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c. Mencari pembeli baru melalui pemasaran bersama grup
GKBI maupun dengan pemasaran langsung
d. Pengenaan persyaratan penjualan yang fleksibel bagi
para pengusaha kecil
e. Penjajakan dalam rangka mencari kemungkinan
pemasaran tekstil ke luar negeri
B. LAPORAN MAGANG KERJA
1. Pengertian Magang Kerja
Magang kerja merupakan kegiatan penunjang perkuliahan yang
wajib dilakukan oleh mahasiswa dengan diterjunkan secara
langsung ke dunia kerja dengan tujuan agar mahasiswa dapat
melihat secara langsung aplikasi dari berbagai teori yang dipelajari
dalam perkuliahan.
Adapun keuntungan dari melakukan kegiatan magang kerja ini
adalah sebagai berikut:
a) Kemudahan dalam identifikasi masalah tugas akhir
b) Kemudahan dalam akses data pada instansi terkait untuk
keperluan penulisan tugas akhir ini
c) Memperoleh sertifikat magang kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Pelaksanaan Magang Kerja
Magang kerja dilakukan di PT Primissima Yogyakarta, adapun
alasan dipilihnya PT Primissima Yogyakarta adalah sebagai berikut:
a) Perusahaan berstatus hukum Perseroan Terbatas (PT)
b) Perusahaan bersedia memberikan data yang diperlukan
c) Perusahaan sudah memiliki pangsa pasar yang luas
d) Perusahaan bersedian membimbing mahasiswa yang
melakukan magang kerja.
Magang kerja dilaksanakan pada tanggal 8 februari – 8 maret 2010,
perusahaan tidak menetapkan waktu kerja bagi mahasiswa yang
melakukan kegiatan magang kerja dan hal ini disebabkan karena
pekerjaan yang harus dilaksanakan peserta magang kerja tidak
banyak.
Pada saat pelaksanaan magang kerja penulis ditempatkan pada
bagian perpustakaan, penempatan ini tidak sesuai dengan
konsentrasi yang diambil yaitu bidang studi manajemen industri
seharusnya penulis ditempatkan dibagian produksi namun akibat
keterbatasan tempat maka penulis ditempatkan pada bagian
Perpustakaan akan tetapi penulis diijinkan untuk observasi ke
bagian produksi dan juga bagian-bagian lainnya untuk mengambil
data yang diperlukan untuk penulisan tugas akhir.
Selama pelaksanaan magang kerja penulis melakukan beberapa
kegiatan diantaranya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
a. Mewawancarai karyawan bagian produksi
b. Meminta data-data yang dibutuhkan
c. Mengobservasi kegiatan proses produksi
d. Melihat bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi
e. Melihat mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi
C. ANALISIS DATA
Pada Bab ini akan dibahas mengenai beberapa analisis guna
memberikan gambaran tentang peramalan penjualan untuk
menentukan pola produksi optimal produk grey lokal pada
perusahaan PT Primissima Yogyakarta,permasalahan disini adalah
menentukan pola produksi yang menghasilkan biaya tambahan atau
incremental cost paling rendah, maka akan dilakukan analisis
mengenai:
1. Faktor yang mempengaruhi pola produksi
Digunakan untuk menentukan pola produksi yang sesuai dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pola
produksi antara lain:
a) Pola penjualan
b) Pola biaya
c) Biaya simpan
d) Biya perputaran tenaga kerja
e) Biaya sub kontrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
f) Biaya lembur
g) Kapasitas produksi
2. Analisis Biaya Tambahan (Incremental Cost)
Incremental Cost disini terdiri dari biaya biaya simpan, biaya
lembur, biaya perputaran tenaga kerja dan biaya sub kontrak,
dengan analisis ini dapat diketahui pola produksi apa yang sesuai
yaitu pola produksi yang menghasilkan total incremental cost nya
paling rendah.
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pola
produksi dan analisis biaya:
a) Faktor yang mempengaruhi pola produksi
1. Pola Penjualan
Untuk mementukan pola penjualan perlu dilakukan
peramalan penjualan yang didasarkan pada data penjualan
produk grey lokal pada PT Primissima Yogyakarta dalam 5
tahun terakhir mulai tahun 2005 sampai dengan tahun
2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel III.1
Penjualan Produk Grey Lokal di PT Primissima Yogyakarta
tahun 2005 – 2009 (dalam meter).
No Tahun Penjualan
1 2005 7.998.301
2 2006 8.699.831
3 2007 7.736.576
4 2008 9.190.621
5 2009 6.137.007 Sumber : Primissima 2010
Dari data penjualan diatas, dapat dipakai sebagai dasar peramalan
penjualan tahun 2010 dan metode yang digunakan adalah Trend Linier
dengan metode Least Square. Berikut ini adalah perhitungannya:
a). Menyusun data sesuai dengan urutan tahunnya dan meletakkan nilai
X sebagai periode waktunya
Tabel III.2
Perhitungan Trend Penjualan Produk Grey Lokal di PT Primissima
Yogyakarta tahun 2005 – 2009.
No Tahun Penjualan
(Y) X XY X²
1 2005 7 998.301 -2 -15.996.602 4 2 2006 8.699.831 -1 -8.699.831 1 3 2007 7.736.576 0 0 0 4 2008 9.190.621 1 9.190.621 1 5 2009 6.137.007 2 12.274.014 4 39.762.336 - 3.231.798 10
Sumber : Data sekunder yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b). Menghitung XY dan X2,, kemudian mencari jumlah nilai Y dan jumlah
XY dan jumlah X2
c). Mencari nilai a dan b dengan rumus:
dan b
=
= 79. 524. 672 = - 3. 231.798
d). Memasukkan nilai a dan b pada persamaan linier Y = a+bX sehingga
dapat diperoleh persamaan trendnya:
Y =79.524.672 + (-3.231.798) (×)
e). Menghitung ramalan penjualan tahun 2010 dengan cara
mensubtitusikan nilai X pada tahun yang bersangkutan:
=
=
Untuk mempermudah dalam penghitungan akan diramalkan adanya
fluktuasi musiman dari ramalan penjualan yang telah dihitung dengan
indeks musim, dalam penghitungan indeks musim dibutuhkan data
penjualan beberapa tahun sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel III.3 Volume Penjualan Triwulan Produk Grey Lokal tahun 2005-2009 di PT
Primissima Yogyakarta tahun 2010 (dalam meter).
Tahun Triwulan
I Triwulan
II Triwulan
III Triwulan
IV Jumlah
2005 1774729 2318133 1821125 2084314 7998301 2006 2082680 2081726 2387828 2147597 8699831 2007 1779139 1978085 2006684 1972668 7736576 2008 2300532 2394819 2353076 2142194 9190621 2009 1418304 1554711 1364783 1799209 6137007
Jumlah 9355384 10327474 9933496 10145982 Rata-rata 18710768 20654948 19866992 20291964 19881168
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari hasil perhitungan Indeks Musiman ini akan menghasilkan
ramalan penjualan triwulanan, berikut ini adalah langkah-langkah
perhitungannya:
a). Menjumlahkan penjualan triwulan, kemudian dicari rata-rata per
triwulan
b). Mencari rata-rata total yang diperoleh dari rata-rata penjualan per
triwulan
c). Dari perolehan tersebut, didapatkan indeks musim dengan
menggunakan rumus :
IT =
IT1 = = 0,94
IT2 = = 1,03
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
IT3 = = 0,99
IT4 = = 1,02
d). Setelah diperoleh angka indeks musim maka selanjutnya dapat
dihitung ramalan penjualan triwulan untuk tahun 2010, yaitu:
Triwulan 1 = × 0,94 = 16.409.880
Triwulan 2 = ×1,03 = 17.981.039
Triwulan 3 = × 0,99 = 17.282.746
Triwulan 4 = × 1,02 = 17.806.466
Tabel III.4
Ramalan Penjualan Per Triwulan tahun 2010 Produk Grey Lokal di PT
Primissima Yogyakarta.
Triwulan Penjualan (Dalam Meter (m)
I 16.409.880
II 17.981.039
III 17.282.746
IV 17.806.466
Jumlah 69.480.131
Sumber: Data Sekunder yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari hasil ramalan diatas diketahui tingkat kesalahan peramalan atau
forecast error adalah sebagai berikut:
Tabel III.5
Tingkat Kesalahan Peramalan Penjualan tahun 2010 Produk Grey Lokal di
PT Primissima Yogyakarta.
Jumlah Kesalahan
MAD ( Mean Absolute Deviation ) 794.207,1
MSE ( Mean Square Error ) 878.346.400.000
MFE ( Mean Forecast Error ) 0,1
Sumber: Data Sekunder yang diolah *) Keterangan: Perhitungan pada lampiran
2). Pola Biaya
Biaya yang dimaksud disini adalah biaya tambahan yang
dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari adanya
perubahan-perubahan dalam produksi, yang termasuk dalam
pola biaya ini adalah:
a. Biaya Simpan
Yang dimaksud dengan biaya simpan adalah biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan akibat dari adanya
penyimpanan barang-barang yang laku terjual atau
disimpan. Biaya simpan terdiri dari:
(1).Biaya Operasional Gedung = Rp 8.750.000 / Bulan
(2).Daya Simpan Gedung = 62.500
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Sehingga besarnya biaya simpan yang ditetapkan oleh
perusahaan adalah = Rp 8.750.000 ; 62.500 = Rp 140
Bulan atau Rp 140 x 3 = Rp 420 ( Rp 420 / Triwulan )
b. Biaya Lembur
Yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila
jumlah produk yang dihasilkan melebihi dari kapasitas
maksimal produk yang dimilikiperusahaan maupun
adanya kekurangan produksi dan biaya lembur yang
ditetapkan oleh perusahaan adalah Rp 300 / meter (m).
c. Biaya Peputaran Kerja
Pada pola produksi konstan ini tidak terdapat biaya
perputaran tenaga kerja karena biaya perputaran tenaga
kerja dilakukan apabila perusahaan memerlukan tenaga
kerja baru untuk memproduksi sejumlah barang yang tidak
mampu dikerjakan oleh tenaga kerja produksi yang ada, di
PT Primissima Yogyakarta biaya perputaran tenaga kerja
tidak ada karena sejumlah produksi dapat diselesaikan
oleh tenaga kerja yang ada.
d. Biaya Sub Kontrak
Adalah biaya yang diperlukan untuk memesan kepada
perusahaan lain yang dapat memproduksi barang hasil
produksi yang sama. Di PT Primissima Yogyakarta
melakukan sub kontrak dengan perusahaan lain karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
unutk memenuhi kebutuhan dalam proses produksi dan
apabila jumlah produksi melebihi kapasitas produksi
maksimal yang dimiliki perusahaan maupun terjadi
kekurangan produksi maka akan dipenuhi dengan
melakukan jam lembur.
(3). Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan per bulan
adalah:
Kapasitas Normal = 5.755.414 meter
Kapasitas Maksimal = 5.818.527 meter
Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan per triwulan
adalah:
Kapasitas Normal = 17.266.242 meter
Kapasitas Maksimal = 17.455.581 meter
3. Analisis Incremental Cost
Untuk dapat menentukan pola produksi apakah yang sesuai untuk
produk grey Lokal di PT Primissima Yogyakarta maka digunakan
analisis biaya tambahan atau incremental cost terendah yang
ditimbulkan oleh adanya pengadaan barang untuk memenuhi
permintaan. Untuk menganalisis incremental cost ini dapat
digunakan 3 alternatif pola produksi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
a. Pola Produksi Konstan
Pada pola produksi ini, rencana produksi dari triwulan ke
triwulan adalah sama,sehingga:
1). Rencana produksi dari triwulan I. II. III, dan IV selalu sama
dengan kapasitas produksi normal yang dimiliki oleh
perusahaan yaitu sebesar 17.266.242 /triwulan.
2). Persediaan awal tahun 2010 adalah nol karena persediaan
akhir tahun telah 2009 telah habis terjual.
Tabel III.6.
Perhitungan Persediaan Grey Lokal pada PT Primissima Yogyakarta
tahun 2010 (dalam meter).
Triwulan Persediaan
Awal
Produksi Jumlah
Persediaan
Penjualan Persediaan
Akhir
I 0 17266242 17266242 16409880 856362
II 856362 17266242 18122604 17981039 141565
III 141565 17266242 17407807 17282746 125061
IV 125061 17266242 17391303 17806466 - 415163
Sumber: Data sekunder yang diolah
Keterangan :
*) Nilai negatif pada persediaan akhir menunjukkan kekurangan produksi yang harus
dilemburkan.
Dari tabel diatas dapat dihitung incremental cost nya, yaitu:
1). Biaya Simpan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dari tabel III.6 dapat diketahui bahwa pada triwulan I, II, III terdapat
persediaan akhir yang harus disimpan sehingga menimbulkan biaya
simpan sebesar:
Triwulan I = 856.362 × Rp 420= Rp359.672.040
Triwulan II = 141.565 × Rp 420 = Rp 59.457.300
Triwulan III = 125.061 × Rp 420 = Rp 52.525.620
Rp 471.654.960
2). Biaya Lembur
Lembur dilakukan apabila terdapat produksi di atas kapasitas produksi
maksimal perusahaan yaitu 17.455.581meter / triwulan maupun
kekurangan produksi. Dari tabel diatas diketahui bahwa pada triwulan
IV terdapat kekurangan produksi sehingga menimbulkan biaya lembur
sebesar :
Triwulan IV = Rp 415.163 × 300 = Rp 124.548.900
3). Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Pada pola produksi konstan ini tidak terdapat biaya perputaran tenaga
kerja karena biaya perputaran tenaga kerja dilakukan apabila
perusahaan memerlukan tenaga kerja baru untuk memproduksi
sejumlah barang yang tidak mampu dikerjakan oleh tenaga kerja
produksi yang ada, di PT. Primissima Yogyakarta biaya perputaran
tenaga kerja tidak ada karena sejumlah produksi dapat diselesaikan
oleh tenaga kerja yang ada sehinnga biaya perputaran tenaga kerja
nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
4). Biaya Sub Kontrak
Pada pola produksi bergelombang ini, di PT Primissima Yogyakarta
biaya sub kontrak tidak ada karena perusahaan tidak memesan hasil
produk yang sama kepada perusahaan lain dan apabila terdapat
jumlah produksi yang melebihi kapasitas produksi maksimal
perusahaan maupun kekurangan produksi, maka perusahaan akan
melakukannya dengan kerja lembur.
Berikut ini adalah rekapitulasi incremental cost pada pola produksi
konstan:
Biaya Simpan = Rp 471.654.960
Biaya Lembur = Rp 124.548.900
Biaya Perputaran Tenaga Kerja = Rp -
Biaya Sub Kontrak = Rp -
Total incremental cost Rp 596.203.860
b. Pola Produksi Bergelombang
Pada pola produksi ini, rencana produksi dari triwulan ke triwulan
adalah mengikuti penjualan, sehingga:
1). Rencana produksi dari triwulan I,II, III dan IV selalu mengikuti
penjualan.
2). Persediaan awal tahun 2010 adalah nol karena persediaan akhir
tahun 2009 telah habis terjual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel III.7
Perhitungan Persediaan Grey Lokal pada PT Primissima Yogyakarta 2010
(dalam meter).
Triwulan Persediaan
Awal
Produksi Jumlah
Persediaan
Penjualan Persediaan
Akhir
I 0 16409880 16409880 16409880 0
II 0 17981039 17981039 17981039 0
III 0 17282746 17282746 17282746 0
IV 0 17806466 17806466 17806466 0
Sumber: Data yang diolah
Dari table diatas dapat dihitung incremental cost nya, yaitu:
1) Biaya Simpan
Dari tabel III.7 dapat diketahui bahwa pada triwulan I, II, III dan IV
tidak terdapat persediaan akhir yang harus disimpan sehingga tidak
menimbulkan biaya simpan.
2) Biaya Lembur
Lembur dilakukan apabila terdapat produksi di atas kapasitas produksi
maksimal perusahaan yaitu sebesar 17.455.581 meter / Triwulan
maupun kekurangan produksi. Dari tabel di atas diketahui bahwa pada
triwulan I dan III tidak terdapat jumlah produksi yang melebihi
kapasitas produksi maupun kekurangan produksi, sehingga tidak
menimbulkan biaya lembur dan pada triwulan II dan IV terdapat
produksi yang melebihi kapasitas produksi maksimal yang dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
perusahaan, sehingga harus dilakukan lembur yang menimbulkan
biaya lembur sebesar :
Triwulan II = (17.981.039 – 17.455.581) × Rp 300 = Rp 157.637.400
Triwulan IV = (17.806.466 - 17.455.581) × Rp 300 = Rp 105.265.500
Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Pada pola produksi ini tidak terdapat biaya perputaran tenaga kerja
karena biaya perputaran tenaga kerja dilakukan apabila perusahaan
memerlukan tenaga kerja baru untuk memproduksi sejumlah barang
yang tidak mampu dikerjakan oleh tenaga kerja produksi yang ada, di
PT Primissima Yogyakarta biaya perputaran tenaga kerja tidak ada
karena sejumlah produksi dapat diselesaikan oleh tenaga kerja yang
ada sehingga biaya perputaran tenaga kerja nol.
3) Biaya Sub Kontrak
Pada pola produksi bergelombang ini, di PT Primissima Yogyakarta
biaya sub kontrak tidak ada karena perusahaan tidak memesan hasil
produksi yang sama kepada perusahaan lain dan apabila terdapat
jumlah produksi yang melebihi kapasitas produksi maksimal
perusahaan maupun kkurangan produksi, maka perusahaan akan
melakukannya dengan kerja lembur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Berikut ini adalah rekapitulasi incremental cost pada produksi
bergelombang:
Biaya Simpan = Rp -
Biaya Lembur = Rp 262.902.900
Biaya Perputaran Tenaga Kerja = Rp -
Biaya Sub Kontrak = Rp -
Total incremental cost Rp 262.902.900
c. Pola produksi moderat
1). Rencana produksi triwulan I dan triwulan II, mengikuti
penjualan pada triwulan I
2). Rencana produksi triwulan III dan triwulan IV, mengikuti
penjualan pada triwulan II
3). Persediaan awal tahun 2010 adalah nol karena
persediaan akhir tahun 2009 habis terjual.
Tabel III.8
Perhitungan Persediaan Grey Lokal pada PT Primissima Yogyakarta
tahun 2010 (dalam meter).
Triwulan Persediaan
Awal
Produksi Jumlah
Persediaan
Penjualan Persediaan
Akhir
I 0 16409880 16409880 16409880 0
II 0 16409880 16409880 17981039 -1571159
III 0 17981039 17981039 17282746 698293
IV 0 17981039 17981039 17806466 174573
Sumber: Data yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Keterangan:
*) Nilai negatif pada persediaan akhir menunjukkan kekurangan produksi
yang harus dilemburkan.
Dari table diatas dapat dihitung incremental cost nya, yaitu:
1) Biaya Simpan
Dari tabel III.8 dapat diketahui bahwa pada triwulan I dan II tidak
terdapat persediaan akhir yang harus disimpan sehingga tidak
menimbulkan biaya simpan sedangkan pada triwulan III dan IV
diketahui terdapat persediaan akhir yang harus disimpan sehingga
menimbulkan biaya simpan sebesar:
Triwulan III = Rp 698.293 × 420 = Rp 293.283.060
Triwulan IV = Rp 174.573 × 420 = Rp 73.320.660
2). Biaya Lembur
Lembur dilakukan apabila terdapat produksi di atas kapasitas
maksimal yaitu sebesar 17 455 581 meter / triwulan maupun
kekurangan produksi. Dari tabel diatas diketahui bahwa pada triwulan
I,III dan IV tidak terdapat jumlah produksi yang melebihi kapasitas
produksi maupun kekurangan produksi, sehingga tidak menimbulkan
biaya lembur dan pada triwulan II terdapat kekurangan produksi,
sehingga harus dilakukan lembur yang menimbulkan biaya lembur
sebesar:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Triwulan II = 1.571.159 × 300 = Rp 471.347.700
3). Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Pada pola produksi konstan ini terdapat biaya perputaran
tenaga kerja karena biaya perputaran tenaga kerja dilakukan apabila
perusahaan memerlukan tenaga kerja baru untuk memproduksi
sejumlah barang yang tidak mampu dikerjakan oleh tenaga kerja
produksi yang yang ada, di PT Primissima Yogyakarta biaya
perputaran tenaga kerja tidak ada karena sejumlah produksi dapat
diselesaikan oleh tenaga kerja yang ada sehingga biaya perputaran
tenaga kerja nol.
4). Biaya Sub Kontrak
Pada pola produksi bergelombang ini, di PT Primissima
Yogyakarta biaya sub kontrak tidak ada karena perusahaan tidak
memesan hasil produksi yang sama kepada perusahaan lain dan
apabila terdapat jumlah produksi yang melebihi kapasitas produksi
maksimal akan melakukannya dengan kerja lembur .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berikut ini adalah rekapitulasi incremental cost pada produksi
moderat:
Biaya Simpan = Rp 366.603.720
Biaya Lembur = Rp 471.347.700
Biaya Perputaran Tenaga Kerja = Rp -
Biaya Sub Kontrak = Rp -
Total Incremental cost Rp 837.951.420
4. Pembahasan
Setelah melakukan analisis data maka akan diuraikan
mengenai pola penjualan tahun 2010, pola biaya, kapasitas produksi
dan analisis total incremental cost pada pola produksi konstan, pola
produksi bergelombang dan pola produksi moderat untuk produk grey
lokal per meter (m) di PT. Primissima Yogyakarta
Pola penjualan tahun 2010 ditentukan oleh hasil ramalan yang
didasarkan pada data penjualan pada tahun-tahun sebelumnya dari
hasil perhitungan diperoleh hasil ramalan penjualan tahun 2010 untuk
produk grey lokal di PT Primissima Yogyakarta adalah sebesar
69.829.278. Pada triwulan I tahun 2010 diramalkan penjualannya
sebesar 16.409.880, triwulan II tahun 2010 sebesar 17.981.039,
triwulan III tahun 2010 sebesar 17.282.746 dan pada triwulan IV tahun
2010 sebesar 17.806.466.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Pola biaya yang digunakan untuk analisis incremental cost
meliputi biaya simpan, biaya lembur, biaya perputaran tenaga kerja
dan biaya sub kontrak. Biaya simpan disini diperoleh dari biaya
operasional gudang dan daya simpan gudang dan diperoleh biaya
simpan sebesar Rp 420 / triwulan yang merupakan hasil dari biaya
operasional gudang sebesar Rp 8.750.000 / bulan dibagi dengan daya
simpan gudang sebesar sebesar 62.500 dikalikan 3 sehingga
diperoleh biaya biaya simpan. Biaya lembur yang ditetapkan
perusahaan sebesar Rp 300 / per meter (m) dimana lembur dilakukan
apabila jumlah produksi melebihi dari kapasitas maksimal produksi
yang dimiliki oleh perusahaan atau terdapat kekurangan produksi.
Biaya perputaran tenaga kerja dilakukan apabila perusahaan
memerlukan tenaga kerja baru untuk memproduksi sejumlah barang
yang tidak mampu dikerjakan oleh tenaga kerja produksi yang ada, di
PT Primissima Yogyakarta biaya perputaran tenaga kerja tidak ada
karena sejumlah produksi dapat diselesaikan oleh tenaga kerja yang
ada. Biaya sub kontrak tidak dikeluarkan oleh PT Primissima
Yogyakarta karena apabila terdapat kekurangan produksi maupun
jumlah produksi melebihi dari kapasitas maksimal perusahaan
melakukan dengan kerja lembur.Kapasitas yang dimiliki oleh
perusahaan untuk produk grey lokal adalah kapasitas normal dan
kapasitas maksimal, kapasitas normal yang ditetapkan oleh
perusahaan adalah sebesar 5.755.414 meter /
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
bulan, sedangkan untuk kapasitas maksimal perusahaan menetapkan
sebesar 5.818.527 meter / bulan, dengan demikian dapat diperoleh
kapasitas normal per triwulan sebesar 17.266.242 meter dan
kapasitas maksimal prusahaan per triwulan sebesar 17.455.581`
meter
Analisa total incremental cost pada pola produksi konstan
untuk tahun 2010 dihasilkan sebesar Rp 596.203.860 yang diperoleh
dari biaya simpan sebesar Rp 471.548.900 dan lembur sebesar Rp
124.548.900 . Pada pola produksi ini jumlah produksinya selalu sama.
Pada analisa ini rencana produksi dari triwulan I, II, III dan IV sama
dengan jumlah kapasitas normal yang dimiliki oleh perusahaan yaitu
sebesar 17.266.242 meter / triwulan dan persediaan awal tahun 2010
adalah nol karena persediaan akhir tahun 2010 telah habis terjual, dari
hasil analisis yayng dilakukan diketahui bahwa pada triwulan I, II, III
terdapat sisa produksi yang harus disimpan sehingga menimbulkan
biaya simpan sebesar Rp 471.654.960, pada pola produksi ini trdapat
biaya lembur karena lembur dilakukan apabila jumlah produksinya
melebihi dari kapasitas maksimal perusahaan atau terdapat
kekurangan produksi dan pada triwulan IV terdapat jumlah produksi
yang menunjukkan kekurangan produksi sehingga menimbulkan biaya
lembur sebesar Rp 124.548.900. Pada pola produksi konstan
perusahaan tidak mengeluarkan biaya perputaran tenaga kerja karena
biaya perputaran tenaga kerja dikeluarkan apabila perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
memerlukan tenaga kerja baru untuk memproduksi barang sejumlah
barang yang tidak mampu dikerjakan oleh tenaga kerja produksi yang
ada, di PT Primissima Yogyakarta biaya perputaran tenaga kerja tidak
ada karena sejumlah produksi dapat diselesaikan oleh tenaga kerja
yang ada dan biaya sub kontrak juga tidak dikeluarkan oleh PT
Primissima Yogyakarta karena perusahaan tidak memesan kepada
perusahaan lain untuk produk yang sama sehingga tidak menimbulkan
biaya sub kontrak.
Analisa total incremental cost pada pola produksi
bergelombang untuk tahun 2010 dihasilkan sebesar Rp 262.902.900
yang diperoleh dari biaya lembur sebesar Rp 262.902.900. Pada pola
produksi ini jumlah produksinya selalu mengikuti penjualan. Pada
analisis ini rencana produksi dari triwulan I, II, III, dan IV mengikuti dari
penjualan dan persediaan awal tahun 2010 adalah nol karena
persediaan akhir tahun 2009 telah habis terjual, dari hasil analisis
yang dilakukan diketahui bahwa pada triwulan I, II, III dan IV tidak
terdapat sisa produk yang harus disimpan sehingga tidak
menimbulkan biaya simpan, pada pola produksi ini pada triwulan I,
dan III tidak terdapat jumlah produksi yang melebihi dari kapasitas
maksimal perusahaan sebesar 17.455. 581 meter maupun terdapat
kekurangan produksi sehingga tidak ada biaya lembur karena lembur
dilakukan apabila jumlah produksinya melebihi dari kapasitas
maksimal perusahaan atau terdapat kekurangan produksi dan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
triwulan II dan IV terdapat jumlah produksi yang melebihi dari
kapasitas maksimal perusahaan sebesar 17.455.581 meter sehingga
memimbulkan biaya lembur sebesar 262.902.900. Pada pola produksi
bergelombang perusahaan tidak mengeluarkan biaya perputaran
tenaga kerja karena biaya perputaran tenaga kerja dikeluarkan apabila
perusahaan memerlukan tenaga kerja baru untuk memproduksi
barang sejumlah barang yang tidak mampu dikerjakan oleh tenaga
kerja produksi yang ada, di PT Primissima Yogyakarta karena
perusahaan tidak memesan kepada perusahaan lain untuk produk
yang sama sehingga tidak menimbulakn biaya sub kontrak.
Analisa total incremental cost pada pola produksi moderat untuk
tahun 2010 dihasilkan sebesar Rp 837.951.420 yang diperoleh dari
biaya simpan sebesar Rp 366.603.720 dan lembur sebesar Rp
471.347.700. Pada pola produksi ini jumlah produksi pada triwulan I
dan II selalu mengikuti penjualan pada triwulan I dan rencana produksi
pada triwulan II dan IV mengikuti penjualan dari triwulan II. Persediaan
awal tahun 2010 adalah nol karena persediaan akhir 2009 telah habis
terjual, dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa pada
triwulan III dan IV terdapat sisa produk yang harus disimpan sehingga
menimbulkan biaya simpan sebesar Rp 366.603.720, pada pola
produksi ini pada triwulan I dan II, tidak terdapat jumlah produksi yang
melebihi dari kapasitas maksimal perusahaan sebesar 17.445.581
meter maupun terdapat kekurangan produksi sehingga tidak ada biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
lembur karena lembur dilakukan apabila jumlah produksinya melebihi
dari kapasitas maksimal perusahaan,dan terdapat kekurangan
produksi dan pada triwulan II dan terdapat kekurangan produksi
sehingga menimbulkan biaya lembur sebesar Rp 471.347.700. Pada
pola produksi bergelombang perusahaan tidak mengeluarkan biaya
perputaran tenaga kerja karena biaya perputaran tenaga kerja
dikeluarkan apabila perusahaan memerlukan tenaga kerja baru untuk
memproduksi barang sejumlah barang yang tidak mampu dikerjakan
oleh tenaga kerja produksi yang ada, di PT. Primissima Yogyakarta
biaya perputaran tenaga kerja tidak ada karena sejumlah produksi
dapat diselesaikan oleh tenaga kerja yang ada dan biaya sub kontrak
juga tidak dikelurkan oleh PT Primissima Yogyakarta karena
perusahaan tidak memesan kepada perusahaan lain untuk produk
yang sama sehingga tidak menimbulkan biaya sub kontrak.
Berikut ini merupakan rekapitulasi dari pola produksi konstan,
pola produksi moderat dan pola produksi bergelombang:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel III.9
Rekapitulasi Total Incrumental Cost untuk Produksi Produk Grey
Lokal / dalam meter (m).Di PT Primissima Yogyakarta.
Biaya Pola Produksi
Konstan
Pola Produksi
Bergelombang
Pola Produksi
Moderat
Biaya
Simpan Rp.471.654.960 Rp. - Rp.366.603.720
Biaya
Lembur Rp.124.548.900 Rp. 262.902.900 Rp.471.347.700
BiayaPerputaran
tenaga kerja Rp. - Rp. - Rp. -
Biaya sub Kontrak Rp. - Rp. - Rp. -
Total Biaya Rp 596.203.860 Rp 262.902.900 Rp. 837.951.420
Dari tabel III.9 dapat diketahui bahwa pola produksi yang sesuai
untuk produk grey lokal di PT. Primissima Yogyakarta adalah pola
produksi bergelombang karena jumlah biaya tambahan atau total
incremental cost paling rendah dibandingkan dengan pola produksi
konstan dan pola produksi moderat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisis pada bab sebelumnya maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Ramalan penjualan produk grey lokal di PT. Primissima Yogyakarta
untuk tahun 2010 sebesar 69.829.278 meter dimana pada triwulan I
tahun 2010 penjualan diramalkan sebesar 16.409.880 meter, pada
triwulan II tahun 2010 penjualan diramalkan sebesar 17.981.039
meter, pada triwulan III tahun 2010 penjualan diramalkan sebesar
17.282.746 meter dan pada triwulan IV tahun 2010 penjualan
diramalkan sebesar 17.806.466 meter.
2. Pola produksi PT. Primissima Yogyakarta ditentukan dari hasil
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola produksi diantaranya:
pola penjualan, pola biaya dan kapasitas produksi. Total biaya
tambahan atau total incremental cost pada pola produksi konstan
adalah sebesar Rp 596.203.860 biaya ini timbul dari biaya simpan
sebesar Rp 471.854.960 dan biaya lembur sebesar Rp 124.548.900,
pada pola produksi bergelombang total incremental cost sebesar Rp
262.902.900 dimana biaya ini timbul dari lembur sebesar Rp
262.902.900 dan pada pola produksi moderat total dari biaya
tambahan atau incremental cost nya sebesar Rp 837.951.420 yang
berasal dari biaya simpan sebesar Rp 366.603.720 dan biaya lembur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
sebesar Rp 471.347.700 dan pola produksi yang sesuai untuk produk
grey lokal adalah pola produksi bergelombang karena total
incremental cost nya paling rendah yaitu sebesar Rp 262.902.900
yang berasal dari adanya biaya simpan dan biaya lembur sebesar Rp
262.902.900.
B. SARAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan, saran yang diberikan untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang
berkaitan dengan kebijakan pola produksi, dan saran-saran itu antara lain
adalah :
1. Dalam merencanakan produksi untuk periode selanjutnya PT
Primissima Yogyakarta sebaiknya membuat ramalan penjualan
dengan Trend Linier metode Least Square karena dengan
menggunakan metode ini jumlah MFE ( Mean Forecast Error ) = 0,1
masih dapat diterima dari batas 5% yang menjadi dasar membuat
suatu prediksi.
2. Supaya perusahaan mencapai efisiensi biaya dalam hubungannya
dengan pola produksi, sebaiknya pada tahun 2010 perusahaan
menggunakan pola produksi bergelombang untuk produk grey lokal,
karena pada pola produksi ini menghasilkan biaya tambahan atau
incremental cost paling rendah yaitu sebesar Rp 262.902.900 yang
berasal dari biaya simpan dan biaya lembur.