peran dokter gigi dalam tindak pidana
TRANSCRIPT
Rika Susanti
Dellery Mela Usman
Buku II KUHP
Untuk menilai berat ringannya cedera,
penyidik memerlukan bantuan tenaga
medis
Berkaitan dengan pasal dan sanksi hukum
thd pelaku
Penyidik
dalam menangani kasus luka, keracunan
atau mati
Yang diduga karena tindak pidana
Dapat meminta bantuan dokter ahli
kehakiman, dokter atau ahli lainnya
Dokter gigi sebagai ahli lainnya
Dapat dimintai bantuannya untuk
Memberikan bantuan kepada penyidik dan
hakim dalam rangka pengungkapan kasus
tindak pidana
Supaya berat cedera dapat ditentukan secara
akurat
Vonis dijatuhkan secara adil
Yang bersalah dapat dihukum sesuai
perbuatannya
Yang tidak bersalah dapat dibebaskan
Merupakan kewajiban hukum
Jika dilanggar: sanksi pidana
1. Ps. 224 KUHP: 9 bulan penjara
2. Ps. 216 KUHP: 4 bulan penjara
Kasus cedera pada daerah mulut
Kasus susila: penentuan umur
Kasus cedera/keracunan dengan komplikasi penyakit gigi dan mulut
Kasus identifikasi: Bencana massal, pembunuhan
Kasus kedokteran olahraga: jenis kelamin
Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
Pembuatan VeR bersama dokter
Pembuatan surat keterangan ahli
Pemberian kesaksian ahli di pengadilan
Meyakinkan hakim mengenai TP yang terjadi
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana, kecuali dengan sekurangnya 2 ALAT BUKTI yang sah dia memperoleh KEYAKINAN bahwa benar terjadi Tindak Pidana dan benar terdakwalah yang bersalah melakukannya
Sistim pembuktian negatif
Alat bukti yang sah, adalah:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli *
3. Surat *
4. Petunjuk *
5. Keterangan terdakwa
Disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan
memerlukan ahli kedokteran gigi khusus,
bukan hanya dokter gigi yang berkualifikasi
dalam pengobatan
Ahli Odontologi Forensik sangat sedikit
sulit mendatangkannya
Jika ada kasus
dipanggil
material pemeriksaan disimpan dan dikirim
1. Interpretasi jejas gigitan
2. Identitas korban: kasus individual dan bencana
massal
Bukti dental digunakan untuk
mengidentifikasi pelaku suatu kejahatan
yang meninggalkan bekas gigitan
Penganiayaan anak
Kejahatan seksual
Pada bayi lokasi gigitan biasanya di lengan,
tangan, bahu,pipi,bokong dan trunkus
Pada kejahatan seksual : mamae dan puting
susu
Jejas gigitan tidak hanya terbentuk akibat
gigi. Bibir dapat menyebabkan jejas jika
terjadi hisapan yang kuat
Jejas gigitan menggambarkan deretan gigi
depan (6 gigi atas dan 6 gigi bawah bagian
depan)
Gigi seri dapat memberikan bantuan khusus
ketika dia mencolok
Gigitan manusia berbentuk oval yang dangkal
Gigitan hewan berbentuk parabola/ U
hilang karena proses abrasi hanya bertahan
sampai penyembuhan kulit lengkap
Jejas gigitan: abrasi, kemerahan, laserasi
dan kombinasi
Langkah pertama, jejas gigitan difoto dari
beberapa sudut berbeda
Langkah kedua adalah swab air liur di jejas
gigitan lalu dikirim ke laboratorium serologi
Langkah ketiga adalah membuat cetakan gigi
di jejas gigitan
Langkah keempat pengawetan area kulit
yang meliputi daerah jejas gigitan dengan
formalin untuk pemeriksaan selanjutnya
Setelah beberapa hari periksa ulang jejas
gigitan
Pasien datang meminta pertolongan medis.
Apakah dokter wajib lapor ke penyidik? Lihat
pasal 108 KUHAP
Pasien mengadu ke polisi, datang ke RS
bersama polisi yang membawa SPV
Pasien datang dengan membawa SPV tanpa diantar oleh penyidik. Keabsahan pasien sebagai barang bukti TP ?
SPV datang terlambat. Pemeriksaan yang mana yang akan dimasukkan dalam VER? Ingat dokter takut pasal 322 KUHP
Sebagai attending doctor (dokter klinik)
- anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium
- Pengobatan untuk kesembuhan pasien
Sebagai assessing doctor (dokter ’forensik”)
- anamnesis, pemeriksaan forensik klinik,
pemeriksaan penunjang
- dalam rangka pembuatan VER dan saksi ahli
Dokter Unit Gawat Darurat RS
Dokter spesialis bukan forensik, yang
merawat pasien
Dokter gigi
Dokter spesialis forensik (klinik)
Lihat penjelasan pasal 133(1) KUHAP
Anamnesis
• Riwayat kejadian
– WHAT, WHEN, WHERE, HOW, WHO
• Luka-luka / cedera
• Penyebab luka
• Pengobatan yang telah diterima
• Riwayat penyakit / cedera terdahulu
Pemeriksaan terhadap adanya noda, bercak, kotoran, debu
Pemeriksaan terhadap adanya robekan
Pengumpulan barang bukti
Pakaian dilepaskan untuk memeriksa tubuh secara keseluruhan
Dokumentasi Dekskripsi tertulis
Foto
Menyeluruh (ujung rambut-ujung kaki)
Pemeriksaan Umum:
Kesadaran, nadi, tekanan darah, nutrisi, berat, tinggi,
dll
Jantung, paru, perut, anggota badan
Pemeriksaan Khusus:
Luka-luka
Pemeriksaan lain: syaraf, radiologis, Lab, dll
Deskripsi harus akurat dan menggunakan istilah yang
tepat
Gunakan bahasa yang dapat dimengerti Gunakan
diagram tubuh untuk menggambarkan letak luka
Foto bila perlu
Analisa pola luka
Pemeriksaan Laboratorium• Pengambilan dan pengiriman sampel
Dilakukan secara lengkap
Untuk menentukan jenis luka, posisi, gambaran
luka, ukuran
Penentuan penyebab luka
Kalau perlu dengan dokumentasi foto atau
gambaran skematis
Luka lecet: lecet geser, lecet tekan, jejas kuku, jejas gantung, jejas jerat
Memar: memar, memar kacamata, jejas ban, jejas pukulan rotan
Luka terbuka tajam: luka iris, bacok dan tusuk
Luka terbuka tumpul
Luka tembak
Luka bakar
Bagian tubuh yang terkena, posisi luka, sisi
kanan atau kiri
Ketinggian dari tumit: perkiraan posisi dan
ketinggian pelaku
Pelaku kidal/kinan
Rekonstruksi penyerangan
Luka tajam: dari ukuran luka dapat
diperkirakan ukuran pisau, bermata
satu/dua
Luka tembak: dari ukuran luka dapat
diperkirakan sudut tembakan, perkiraan
jarak tembak
Luka lecet tekan dan perdarahan tepi:
gambaran permukaan benda, cetakan
ukuran benda
Memar: dari warna dapat ditentukan saat
perlukaan
Lecet akibat basa atau asam: dari pola lelehan
dapat diketahui posisi korban saat penyerangan
Luka percobaan bunuh diri: pergelangan tangan,
leher dan perut
Luka perlawanan (tangkis)
Pasien rawat jalan: pada saat kontrol/
Masalah: jika berobat ke 2 tempat berbeda
Pasien rawat inap: perkembangan dicatat
selama perawatan. Masalah: dokter yang
menangani banyak
Luka derajat I: identik dengan penganiayaan
ringan
- pasal 352 KUHP: maks 3 bulan
-” Cedera tersebut tidak menyebabkan
penyakit atau halangan daral menjalankan
pekerjaan jabatan/pencaharian”
Luka derajat II: identik dengan penganiayaan
Pasal 351 (1): maks 2 tahun 8 bulan
“ Luka tersebut TELAH menyebabkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerajaan jabatan/pencaharian UNTUK SEMENTARA WAKTU”
Luka derajat III: identik dengan
penganiayaan berat
Pasal 351(2) KUHP
Luka tersebut telah menyebabkan …. (Pasal
90 KUHP) ”
Dapat menunjukkan arah
Dapat menunjukkan benda penyebab
Dapat menunjukkan permukaan benda penyebab
Dapat menunjukkan perkiraan Waktu kekerasan
Dapat menunjukkan ciri pelaku: kidal/ kinan
Dapat untuk memperkirakan waktu kekerasan:
dari warnanya
Dapat mrenunjukkan bentuk benda penyebab
Letak: dapat menunjukkan aksi-reaksi korban dan
pelaku (rekonstruksi)
Dari bentuknya mungkin dapat menunjukkan
kemungkinan benda penyebab
Kadang dapat membantu rekonstruksi
Efek luka umumnya berat dan mengundang
banyak komplikasi
Dokter klinik sering tidak memperhatikan perbedaannya
Dampaknya besar secara hukum: menentukan senjata penyebab perlukaan
Harus memperhatikan cerita kejadian dari pasiennya.
Ketinggian pelaku
Posisi pelaku pada saat penyerangan
Kidal/kinan
Kerokan kuku: golongan darah, DNA
Kekerasan seksual: golongan darah dan DNA