peran ekonomi, sosial budaya, teknologi dan industri ... · teknologi dan industri pangan dalam...
TRANSCRIPT
WNPG XI BIDANG 5
PERAN EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PANGAN
DALAM PENURUNAN STUNTING
Prof. Dr. Aman WirakartakusumahGuru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB)
Jakarta, 3 Juli 2018
1
OUTLINE MAKALAH
2
PERAN EKONOMI DALAM PENURUNAN STUNTING
PERAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENURUNAN STUNTING
POSISI TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PANGAN DALAM PENURUNAN STUNTING
REKOMENDASI
A
B
C
D
A. PERAN EKONOMI DALAM PENURUNAN STUNTING
3
4
Dampak Ekonomi dari Stunting
Potensi kerugian ekonomi setiap
tahunnya: 2-3% dari GDP
The Worldbank, 2016
Potensi keuntungan ekonomi
dari investasi penurunan stunting di
Indonesia:
48 kali lipat
Hoddinott, et al, 2013International Food Policy Research Institute
Jika PDB Indonesia
Rp 13.000 Triliun
Potensi Kerugian
Rp 260-390 Triliun/tahun
Rp
Prevalensi Stunting pada Balita menurut Kuintil
5
Sumber: Riskesdas 2013
Stunting terjadi pada laki-laki dan perempuan, baik dari keluarga miskin maupun kaya, di desa maupun di kota
38.1 36.232.5
42.1
48.442.4
38.5
32.329.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
Laki-Laki Perempuan Perkotaan Perdesaan Terbawah Menengahbawah
Menengah Menengahatas
Teratas
Jenis Kelamin Tempat Tinggal Kuintil indeks kepemilikan
Prevalensi Stunting pada Balita menurut Karakteristik
• Stunting pada keluarga termiskin mengindikasikan keterbatasan akses terhadap gizi yang cukup• Stunting pada keluarga menengah ke atas mengindikasikan bahwa terdapat faktor di luar kemiskinan yang menyebabkan stunting, seperti pola
asuh yang tidak benar
6
Korelasi antara Kemiskinan dengan Status Gizi
Bukti empiris
Rendahnya Status Pendidikan &
Tingginya Ukuran Rumah Tangga
Rendahnya Pendapatan
Pengeluaran Meningkat
Kemiskinan Meningkat
Rendahnya Akses Pangan dan Gizi
Rendahnya Asupan Pangan Sehat dan
Bergizi
RendahnyaKemampuan
Kognitif
Latent Poverty
Sumber: Erdawitha dan Hafiszha (2017)
7
Bukti empiris
• Disparitas undernourishment yang cukup besar antar kelompok pendapatan i.e
rumah tangga berpendapatan rendah dengan rumah tangga pendapatan atas.
• Disparitas undernourishment antar provinsi. Prevalensi yang tinggi di propinsi
miskin dan relatif rendah di propinsi yang kaya. Gambaran yang sama terjadi
antar Kabupaten, contoh kesenjangan nutrisi di Propinsi Banten (Lebak vs
Tangerang) dan Jawa Barat (Kabupaten Pantai Utara dengan Pantai Selatan
Korelasi yang Kuat antara Undernourisment dan Pendapatan
8
Chronic Poverty dipengaruhi oleh banyak faktor –gizi dan nutrisi hanya salah satu faktor
Skills : dipengaruhi oleh gizi dan pendidikan
Sumber: Vakis, Rigolini dan Luccetti (2016)
B. PERAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENURUNAN STUNTING
10
11
Gizi sepanjang siklus hidup manusia(Sumber : Endang Achadi modifikasi dari ACC/SCN, 2002)
RENDAH)
BBLR
BALITA KEP
REMAJA &
USIA SEKOLAH
GANGGUAN
PERTUMBUHAN
& KOGNITIF
IMR, perkembanganmental terhambat, risiko penyakit kronispada usia dewasa
ProsesPertumbuhanlambat, ASIeksklusif kurang,MP-ASI tidak benar
Kurang makan,sering terkenainfeksi, pelayanan kesehatan kurang,pola asuh tidakmemadai
Konsumsigizi tidak cukup,pola asuh kurang
Tumbuhkembangterhambat
Produktivitasfisik berkurang/rendah
Pelayanankesehatan tidakmemadai
MMRKonsumsi Kurang
PelayananKesehatan kurangmemadaiKonsumsi tidakseimbang
Gizi janintidak baik
WUS KEK
BUMIL KEK(KENAIKAN BB
USIA LANJUTKURANG GIZI
IMR, perkembanganmental terhambat, risiko penyakit kronispada usia dewasa
ProsesPertumbuhanlamba
t
, ASI,
MP-ASI tidak benar
Kurang makan,sering terkenainfeksi, pelayanan kesehatan kurang,pola asuh tidakmemadai
Konsumsigizi tidak cukup,pola asuh kurang
Tumbuhkembangterhambat
Produktivitas
Pelayanankesehatan tidakmemadai
MMRKonsumsi Kurang
PelayananKesehatanmemadaiKonsumsi tidakseimbang
Gizi janintidak baik
Dimensi Sosial Budaya
12
Kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
1) Keberlangsungan (sustenance)
Menjadi manusia yang utuh,memiliki harga diri dan rasahormat kepada diri sendiri
2) Martabat (self-esteem)
Kebebasan dalam arti memiliki pilihan, tidak terpinggirkan atau dibatasi dalam menuju pembangunan
3) Kebebasan (freedom from servitude)
Kesempatan yang samauntuk semua orang
1) Equity-kesetaraan
Kebebasan setiap orang untuk dapat memengaruhi keputusan atau kebijakan yang memengaruhi hajat hidup mereka
2) Empowerment-pemberdayaan
Partisipasi dan rasa memiliki dalam masyarakat dan kelompok sebagai alat untuk memperkaya hidup dan sumber kehidupan sosial yang berarti bagi individu
3) Cooperation-kerja sama
Konsep inti pembangunan manusia:
Sumber: Todaro dan Smith (2006)
Faktor-faktor integral dalam pembangunan manusia mencakup:
Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa merusak kemampuan untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang
4) Sustainability-keberlangsungan
Dapat memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh pembangunan dengan rasa percaya dan rasa aman
5) Security - jaminan
Produktivitas masyarakat dalam proses menghasilkan pendapatan dan melakukan pekerjaan yang bermanfaat
6) Productivity-produktivitas
Sumber: UNDP
Dimensi Sosial Budaya
13
Sebagai hasil terbentuknyakebudayaan yang ada di masyarakat
Pengetahuan & Perilaku Masyarakat
Dapat dipengaruhi oleh local wisdom
Derajat KesehatanMasyarakat
Erat kaitannya denganperilaku masyarakat
Budaya
Dipengaruhi oleh perilakukesehatan dan ketersediaansumber pangan
Pemilihan Pangan & Pola Konsumsi
Dipengaruhi oleh intervensispesifik dan sensitif
Kualitas KehidupanMasyarakat
Perwujudan kolektif darikebudayaan yang ada di masyarakat
Membangun Nilai & Sistem
14
REMAJA PEREMPUAN -PERNIKAHAN ANAK/DINI
- Pergaulan bebas muda mudi dipengaruhirendahnya pengawasan ortu, teknologi informasi(internet, medsos)
- Ekonomi: orangtua menerima mahar,berbagi/melepas tanggung jawab kepada suami
- Malu sebagai perawan tua
- Hukum adat (Gubalan di Mesuji-Lampung) yangmembolehkan perkawinan remaja/anak dg alasannorma agama dan adat
- Hamil usia muda: BBLR, pola asuh anak,pengetahuan gizi rendah
- Kebutuhan gizi remaja kurang diperhatikan
15
Ibu Hamil & Antenatal Care
Indikator Realita
Kepercayaan/religi • Bidan hanya sebagai penolong persalinan• Dukun dipercaya terkait ritual & tradisi• Merawat ibu dan bayi sesuai tradisi & kekeluargaan• Banyak kepercayaan berupa pantangan dan anjuran
perilaku & makanan
Struktur Sosial • Dukun sebagai toma yang diakui kedudukan dan perannya di masyarakat
Ekonomi • Dirawat keluarga & dukun lebih murah
Psikologi • Keluarga lebih tenang karena percaya kepada dukununtuk merawat bayi
• Pengasuhan anak oleh ibu/nenek/keluarga besar
16
Kehamilan & Persalinan
• Menyembunyikan kehamilan berakibat tidak ANC adanya budaya malu dan ada juga kepercayaan agar tidak diganggu setan
• Mempercayakan perawatan kehamilan, persalinan dan nifas dengan dukun kampung adanya hubungankeluarga, rasa nyaman, kebiasaan dan biaya lebih murah
• Ibu diasingkan saat persalinan (Muyu) atau tanpa bantuan penolong persalinan (Baduy)
• Pantangan makanan tertentu bagi ibu hamil sepertiibu hamil tidak boleh makan makanan yang manis, makanan yang bersantan, makan jenis ikan tertentu(etnis Asmat/makassar). Ibu hamil tidak boleh makanmakanan yang enak seperti daging dan sayur (etnisBuru di Maluku)
Sando atauDukun
Bersalin di Bima
Pantangan makanan pada Ibu Hamil & Nifas
NIFAS
Larangan makan daging, ikan
NIFAS
-Hanya makan jagung bose-Ibu & bayi menlakukan ritual “Sei”
PERSALINAN & NIFAS
- Ibu diasingkan saatbersalin & nifas
- Pantangan daging, buahpisang dan ikan
HAMIL
- Sembunyikan kehamilan
- Pantangan makan ikan
HAMIL
- Pantangan makan sayur,
ikan & daging segar
HAMIL
- Sembunyikan kehamilan
- Pantangan makan sayur, ikan & daging segar
POLA MAKAN PADA BAYI & BALITABayi diberi madu, kopi, teh, pisang dll.
Susu formula dianggaplebih baik
Kolustrum dibuang
Anak pendek tidakmasalah asal kuat
Kurus karena dihisaproh jahat
Kolustrum dibuang
Bayi baru lahir diberimadu dan telor ayamkampung
Kolustrum dibuang
Banyak anak banyak rejeki
Bayi 1 bln makan nasi, mie instant
Kolustrum dibuang
Kolostrum dibuang
Pemberian makanantambahan sebelumwaktunya
Beli makanan / jajanuntuk mknan balita
Bayi baru lahir diberidaging kelapa muda, campuran pisang dannasi
Kolostrum dibuang
Balita diberi kopi, teh
20
Perlunya menampilkan informasi dengan sederhana, menarik, dan mudahdimengerti (salient)
Dapat diterapkanpada:
• Menjawabkesenjanganinformasi tentangASI eksklusif dansanitasi dan mencucitangan
21
Indonesia dapat memanfaatkan media sosial untuk mendorong perilaku sehatmelalui messenger yang tepat
Pengguna Twitter*
1. USA2. BRASIL3. JEPANG4. INGGRIS5. INDONESIA
*pada tahun 2014
143 000 00041 000 00034 000 00032 000 00029 000 000
Orang Indonesia
menyebarkan400 hingga
500 juta tweet per hari
PenggunaTwitter dari
Jakarta mengepos 2,4% dari tweet dunia, lebih banyak dari
kota manapun
Dukunganselebriti
memungkinkanpenyebaran
informasi“Stunting Goodwill
Ambassador”
Kampanye online yang didukung
selebriti tentangimunisasi
mempengaruhipemahaman danperilaku secara
marginal
C. POSISI TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PANGAN DALAM PENURUNAN STUNTING
22
23
Peran Teknologi Pangan dalam Pencegahan & Penurunan Stunting
• Penanganan, proses, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi yangtepat perlu menjadi perhatian untuk menghasilkan pangan yang aman,dan bergizi untuk pencegahan stunting di Indonesia
• Pengolahan beras di Indonesia harus diperhatikan untuk menghasilkanberas bergizi
• Diversifikasi perlu didukung dengan pengembangan teknologi yang tepatuntuk produk lokal yang berdaya guna
24
Proses/Pengolahan
PenangananSortasi PRODUK/ PACKAGING
BAHAN
PANGAN
PENCUCIAN
PEMOTONGAN
BLANSIR
PENYAJIAN DAN
KONSUMSI
STORAGE/ DISTRIBUTION AND SHIPING
PASCAPANEN
PROPER:
➢ HANDLING
➢ PROCESSING
➢ PACKAGING
➢ STORAGE AND
➢ DISTRIBUTION
Menunjang
Gizi
Seimbang
25
PELAJARAN: Pengolahan Beras di Indonesia
RPT
1945-1965 Traditional Technology
1965-1985 Conventional Technology
1985-2005 Modern Technology
2005-2025 Advanced TechnologyFreedom
Era
Before
Freedom
Era
New-Orde
Era
Reformation
Era
Self-sufficient for Rice
Has close relationship
with the condition of rice
process technology in
Indonesia
?
26
TINGGAL KARBOHIDRAT, ZAT GIZI LAINNYA HILANG
Kulit ari
Lembaga
ZAT GIZI BERAS
UNIT(SATUAN)
BERAS PK
BERAS GILING
Karbohidrat Persent 64-73 77-89
Protein Persent 5,8-7,7 2,0-2,8
Lipid Persent 1,5-2,3 0,3-0,8
Mineral Persent 2,9-5,2 0,3-0,8
Fibre Persent 7,2-9,4 0,2-0,5
Vitamin B1 g/g 2,6-3,3 0,3-1,1
PENGGILINGAN LEBIH DARI 80 %
1 2 3
Perlunya Pengembangan Teknologi untuk MenghindariKehilangan Zat Gizi pada Beras
27
Polished Rice Colored Rice
White (Colored) RicePolished Rice (70%)Brown Rice
28
LINGKUNGAN SOSIAL dan EKONOMI yang KONDUSIF
PERBAIKAN GIZI
Peningkatan gaya hidup sehat (khususnya yang berhubungan dengan pola makan)
INISIATIF LANGSUNG(melalui peningkatan “nilaimakanan” yang diproduksi)
INISIATIF TIDAK LANGSUNG(melalui program pelabelan
yang bertanggung jawab, iklan & pendidikan)
INISIATIF CSR(kemitraan denganmasyarakat dalam
meningkatkan keamanan)
Pengaruh/Peranan Industri terhadap Perbaikan Gizi
Peningkatan MutuAsupan (diet)Keamanan & Gizi/ Mutu
Pengaruh/Peranan Industri terhadap Perbaikan Gizi
29
LINGKUNGAN SOSIAL dan EKONOMI yang KONDUSIF
PERBAIKAN GIZI
Peningkatan gaya hidup sehat (khususnya yang berhubungan dengan pola makan)
INISIATIF LANGSUNG(melalui peningkatan“nilai makanan” yang
diproduksi)
INISIATIF TIDAK LANGSUNG
(melalui program pelabelan yang
bertanggung jawab, iklan & pendidikan)
INISIATIF CSR(kemitraan denganmasyarakat dalam
meningkatkankeamanan)
Pengaruh/Peranan Industri terhadap Perbaikan Gizi
Peningkatan MutuAsupan (diet)Keamanan & Gizi/ Mutu
• Perlunya dukungan masyarakat dan Pemerintah dalam:
1. Menciptakan permintaan untukdiet sehat
2. Insentif bisnis untuk memenuhipermintaan itu
3. Prakarsa Pemerintah lain untukmenciptakan lingkungan untukmemungkinkan
Pengaruh/Peranan Industri terhadap Perbaikan Gizi … (2)
30
Pengaruh/Peranan Perdagangan Dunia terhadap Perbaikan Gizi
• Specific trade concerns referencing Codex Standards raised from 2012 to 2016(Source: WTO Secretariat)
33
Pengaruh/Peranan Perdagangan Dunia terhadap Perbaikan Gizi … (4)
34
Pengaruh/Peranan Perdagangan Dunia terhadap Perbaikan Gizi … (2)
• Standar keamananpangan internasionalyang semakin ketat
• Membatasi akses pasar
• Dapat menyebabkankerugian ekspor/ penghasilan secarasignifikan
• Diplomasi keamanan pangan
• Memastikan:
a. Perlindungan kesehatanpublik, dan
b. Perdagangan internasionalyang adil
• SDM diplomat keamanan pangantangguh
• Penyediaan dan pengelolaandata ilmiah
Tantangan Peluang
35
Complexity of a food system Ensuring Food SECURITY for
reducing STUNTING
1
…when the supply is SUFFICIENT
2
…Innovation through PROCESSING
Source: https://doi.org/10.1016/j.tifs.2017.08.014
36
Let’s think about our INDONESIA! COMBATTING STUNTING
Blue, or purple (new) are risk factors, orange or yellow (new)
are interventions, green are consequences of stunting.
Logic model
showing direct
linkages between
stunting risk
factors, intervention
and
mortality/disability
Source: DOI: 10.1002/14651858.CD011695
HYGIENE AND SANITATION
NUTRITION & FOOD SECURITY
37
Food Security: Combating STUNTING
Access(Akses)
Availability (Ketersediaan)
Safety
(Aman)
Nutrition
(Bernutrisi)
PHYSICAL &
ECONOMIC
AL driver
QUALITY
driverPRODUCTIVITY
Healthy & Active Life
FOOD SECURITY
38
Combating undernutrition through
CURRENT/EMERGING TECHNOLOGIES 2 Innovation through PROCESSING
Food Fortifications
Definition of food fortification: the nutrient added and the food chosen as a carrier have met certain criteria, so that the fortified product will become a good source of the nutrient for a targeted population.
Nutrients added for food fortification may or may not have been present in the food carrier originally.
39
Combating undernutrition through
CURRENT/EMERGING TECHNOLOGIES
Can be a high-dose vitamin A capsule
Vitamin A-rich fortified palm oil developed in cooperation with the private sector.
Only 61percent of children aged 6 to 59 months received vitamin A supplements in 2012
which was well below the 2012 target of 80 percent.
Vitamin A supplementation
The consumption of iodized salt is regulated nationally
For about and 77.1 percent of households consumed salt with sufficient iodine (Riskesdas, 2013)
which is well below the universal salt iodization target of 90 percent.
Another 14.8 percent have consumed salt without sufficient iodine content and 8.1 percent
consumed salt without any iodine
The province with the lowest consumption of iodised salt was Aceh (45.7 percent).
Micronutrients Fortification of Flour with Fe and Zn
Controllingiodine deficiency disorder (IDD)
Food Fortifications
2 Innovation through PROCESSING
40
Turning “Social Business for Nutrition Improvement”
Example of Partnership in Transfer of Technology
PA
RT
NE
RS
HIP
S Government/authorizing
bodies
Academicians
Aid agencies
International agencies
Product✓ Accessible/Affordable
✓ Acceptable
✓ Aspirational/Nutritional
Delivery system
INNOVATIONS
Loss minimization
Traceability
Current and emerging-
technologies
Well-
de
velo
ped in
du
str
ies
TECHNOLOGICAL TRANSFER
Product✓ Accessible/Affordable
✓ Acceptable
✓ Aspirational/Nutritional
Delivery system
INNOVATIONS
Loss minimization
Traceability
Current and emerging-
technologies
Sm
all-
scale
foo
d e
nte
rprises
Production-driven local resources
41
HAMBATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI dan INDUSTRI
• Belum maksimalnya pemanfaatan sumber pangan pokok alternatif potensialpengganti atau pendamping beras seperti: jagung, sagu, singkong, ubi jalar, sukun,uwi-uwian, sorghum, talas, labu parang, pisang, jawawut, jali-jali dsb
• Lemahnya insentif untuk pengembangan pangan local non-beras dengan nilaiekonomi yang belum jelas sehingga kurang menarik minat petani untukmengembangkan secara ekstensif
• Adanya anggapan inferioritas terhadap pangan non-beras seperti jagung, sorghum,dan umbi-umbian’ dimana berkurang tingkat konsumsinya seiring denganpeningkatan pendapatan masyarakat.
• Kebanyakan komoditas pangan non beras tidak siap dikonsumsi secara langsung.Sebagian besar bahan pangan yang potensial tersedia dalam bentuk utuh/segardengan jumlah relative kecil
42
HAMBATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI dan INDUSTRI
• Infrastruktur penunjang baik pada industri hulu maupun hilir masih kurang sepertifasilitas penyimpanan dan pergudangan, sarana pengolahan, sarana transportasi jalan,angkutan untuk memudahkan distribusi pangan antarwilayah
• Komoditas non-beras belum diproduksi secara luas, bersifat local atau sporadis, dantidak tersedia dalam jumlah yang secara ekonomis layak untuk dibangun satu industry
• Harga jual menjadi lebih mahal misal tepung sukun dan tepung ubi lebih mahal daritepung terigu.
• Belum ada standar mutu dan keamanan pangan untuk ingridient yang terbuat darisumber pangan local non-beras
• Terbatasnya menu-menu pilihan dengan bahan baku beragam dan masih langkanyaresto/catering yang secara khusus menyediakan menu non beras seperti: kapurung,sempolet, papeda, bubur ose, nasi singkong, mie glosor, tiwul menyebabkan masyarakatsulit untuk beralih
43
HAMBATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI dan INDUSTRI
• Komoditas beras dianggap merupakan komoditas dengan teknologi yang sudahtersedia di masyarakat dari pemanenan sampai pengolahan jadi nasi atauhidangan lainnya tapi tidak demikian untuk komoditas non-beras
• Bahan baku pangan non-beras belum banyak dimanfaatkan dengan produksimenyebar dan jumlahnya sedikit-sedikit sehingga menjadi masalah dalampenyediaan dalam jumlah yang mencukupi sesuai dengan kapasitas produksidari mesin yang digunakan
• Belum fokusnya penelitian dalam mengembangkan teknologi dan inovasi untukpenanganan pasca panen, pengolahan dan pembuatan ingridien pangan localseperti pembuatan aneka tepung
• Kualitas SDM terutama pada industri lokal masih rendah
D. REKOMENDASI
44
45
Perbaikan Gizi untuk Memutuskan Rantai Kemiskinan
• Indonesia harus menetapkan target yang terukur dalam memperbaiki status nutrisikeluarga Indonesia dengan fokus pada stunting
• Strategi yang ditempuh : integrated approach antara smart agriculture led , social protection serta targeted nutrition intervention)
• Smart agriculture led – pendekatan kesejahteraan dengan menekankan peningkatanproduktivitas dan high value added crops.
– Pendekatan supply chain dalam mengidentifikasi fokus produksi akan memperkuatketahanan pangan.
• Social protection : memperbaiki program raskin menuju cash transfer.
• Selected nutrition intervention : spatial approach dan enhanced PKH.
• Last but not least: Effective social campaign STUNTING GOODWILL AMBASSADOR
46
Mengubah Perilaku Kesehatan adalah Kunciuntuk Mengatasi Stunting
Praktik nutrisi (ASI eksklusif, beragam pangan – jumlahkelompok makanan, makananhewani)
Praktik higenis
Praktik pengasuhan (pemberianmakan responsif, pengasuhanresponsif, stimulasi verbal, kegiatan/ bahan permainan)
PerilakuIndividu
Informasi: malnutrisi kronis tidak terlihat; orang tuamungkin tidak sadar akan pengaruh perilaku merekaterhadap perkembangan anak (mis. tentang pentingnyaberbicara ke bayi)
Keyakinan dasar tentang peran orangtua: orangtua mungkin tidak sadar akan peranmereka sebagai pendidik atau tidak merasadapat membuat keputusan
Norma sosial: misalnya tentang BAB terbuka, atau norma setempat mengenai ciri-ciri anakyang ‘sehat’
Banyak faktor yang menghambat perilaku kunci, antara lain informasi, keyakinan, dan norma
47
Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan Lokal
• Peningkatan SDM di bidang Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan
• Peningkatan produksi bahan baku lokal agar memenuhi kebutuhan industri.
• Memberdayakan Riset dan Inovasi serta pemberdayaan antara PT dengan Pemda dan Dunia Usaha Dunia Industri dan CSOs
• Penyediaan sarana dan prasarana untuk mengurangi kehilangan pasca panen:
– Cold chain untuk produk hortikultura, hasil ternak dan ikan
– Gudang kering semacam silo untuk produk biji-bijian
– Sistem logistik pangan
48
• Mendorong terbangunnya industri pengolahan yang menghasilkanpangan yang bisa berperan sebagai pangan pokok (seperti mie ataupasta) dengan dasar bahan baku lokal: Mie instant, bihun instan,sempolet, kapurung, tiwul, dll
• Menciptakan image dan membangun trust akan produk pangan lokal
– Public campaign akan pentingnya mengkonsumsi pangan lokal
– Public campaign untuk sosialisasi keunggulan pangan lokal
– Private Public Partnership mendukung industri pangan lokal pada skala UMKM
• Membangun nasionalisme dan kedaulatan pangan rakyat Indonesia
Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan Lokal
49
• Pembinaan Penerapan standar keamanan pangan dan mutu internasional pada industri pangan lokal terutama yang masih bersifat UMKM
• Pemberian kemudahan dalam perizinan untuk pendirian industri pasca panen dan pengolahan pangan berbasis bahan lokal
• Pembuatan PERDA yang mewajibkan pasar modern dan minimarket memasarkan produk pangan berbahan bahan baku lokal dari petani setempat.
• Menyediakan insentif untuk Riset dan Inovasi bagi pengembangan teknologi pengembangan pangan lokal
Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan Lokal
50