peran guru pendidikan agama islam dalam...
TRANSCRIPT
1
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BERAGAMA SISWA
DI MADRASAH TSANAWIAH AL-FITROH CIPONDOH TANGERANG
Disusun Oleh:
FITRI LUTHFIATI
NIM: 106011000006
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
2
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BERAGAMA SISWA
DI MADRASAH TSANAWIAH AL-FITROH CIPONDOH TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
FITRI LUTHFIATI
NIM: 106011000006
Dibawah Bimbingan
Drs. H. M. Alisuf Sabri
NIP: 150 034 454
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M /1431 H
3
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa Di Madrasah Tsanawiah Al-Fitroh
Cipondoh Tangerang” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasyah pada tanggal 08 Desember 2010 dihadapan dewan penguji. Karena
itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang
Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 08 Desember 2010
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Bahrissalim, M. Ag
NIP. 19680307 199803 1 002 ________ ____________
Sekretaris Jurusan
Sapiudin Sidhiq, M. Ag
NIP. 19670328 00003 1 001 ________ ____________
Penguji I
Sapiudin Sidhiq, M. Ag
NIP. 19670328 00003 1 001 ________ ____________
Penguji II
Bahrissalim, M. Ag
NIP. 19680307 199803 1 002 ________ ____________
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP. 19571005 198703 1 003
i
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Lengkap : Fitri Luthfiati
Tempat/ Tgl Lahir : Tangerang, 02 Juni 1988
NIM : 106011000006
Fakultas/ Jurusan : FITK/ Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
Motivasi Beragama Siswa Di Madrasah Tsanawiah
Cipondoh Tangerang
Pembimbing : Drs. H. M. Alisuf Sabri
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah penulis
cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya penulis,
maka penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 Desember 2010
Penulis
Fitri Luthfiati
ii
ABSTRAK
Fitri Luthfiati
106011000006
(Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Beragama
Siswa)
Peranan guru sangatlah besar pengaruhnya dalam perkembangan jiwa
keagamaan siswa, termasuk di dalamnya bagaimana guru memberikan perhatian
kepada anak didik dalam mendidik, mengajar dan mengevaluasi baik dalam
menyampaikan materi di kelas ataupun dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
siswa di sekolah. Apabila guru kurang memberikan perhatian kepada siswa dan
salah dalam mendidik dan mengajar anak maka anak pun akan mudah terbawa
kepada hal-hal yang tidak baik.
Pendidikan Agama Islam membentuk aspek jasmani dan rohani seseorang
berdasarkan kepada nilai-nilai ajaran agama Islam yang terkandung dalam kitab
suci al-Qur’an dan sunah Rasulullah. Kedua aspek tersebut diharapkan tumbuh
seimbang, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara kebutuhan rohaniah
dan kebutuhan jasmaniah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran guru
PAI dalam meningkatkan motivasi beragama siswa. Penelitian ini memakai
metode deskriptif analisis dengan menggunakan instrument kuesioner (angket)
dan wawancara sebagai sumber datanya. Dari penelitian yang telah dilakukan
kepada sejumlah siswa yang menjadi sampel, maka dilakukan analisa data yang
merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah
penelitian ini.
Dalam menganalisa data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peranan
guru PAI dalam bentuk perhatiannya sangat besar sekali sehingga berimplikasi
pada sikap keberagamaan siswa yang terlihat baik sekali. Selain itu, madrasah
juga memainkan peranannya sebagai lembaga pendidikan dengan memberikan
pengajaran dan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuh kembangkan sikap
keagamaan siswa.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Pendidikan Islam. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada pimpinan umat, Nabi Muhammad saw beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan dapat terselesaikan melalui bantuan dari berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan dan sumbangan pikiran demi terselesaikannya skripsi
ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M. Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, MA selaku Penasehat Akademik yang
telah membantu penulis baik berupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan.
4. Bapak Drs. H. M. Alisuf Sabri, pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berarti bagi
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu yang
bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Dra. Hj. Sri Latifah selaku Kepala Madrasah, Bapak Nahrowi, S. Ag
selaku Guru Bidang Studi PAI (Fiqih), Staff Tata Usaha, Dewan guru dan
siswa kelas VIII MTs. Al- Fitroh yang telah banyak membantu memberikan
informasi berguna kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
iv
7. Buya dan Ummi tercinta (HM. Aslie Elhusyairy S. Ag dan Hj. Nuryanah)
yang dengan tulus ikhlas mengajarkan, mendidik dan merawat penulis.
Kepada mereka penulis haturkan sembah sujud sedalam-dalamnya, karena jasa
mereka tidak akan dapat penulis balas sampai kapanpun.
8. Kakak dan Adik-adik penulis, Aa Embay, Jahri, Enday, Rehan dan Neng Muti
yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan canda dan tawa.
9. Sahabat penulis Hasmidar Azlina, Siti Uviyati dan R. Siti Fadhilah,
terimakasih atas semua bantuan, kritik, saran, dan segala yang telah diberikan
kepada penulis. Semoga persahabatan kita akan terjalin sampai akhir hayat.
Amin…
10. Teman-teman seperjuangan di Jurusan PAI 2006, khususnya kelas A, She_ty,
Yanti “Uni”, Romet, Teh Lina, Nenk, Ais, Erika, Nervi, dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan namanya yang telah banyak membantu penulis selama
belajar di bangku kuliah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Canda tawa kita
akan menjadi kenangan yang abadi untuk selamanya. Dan rekan-rekan
seperjuangan sidang Munaqosah, Dhe-Dhe, Sarly, dan Nta, akhirnya kita bisa
merasakan gimana rasanya sidang Munaqosah yang penuh dengan deg-deg’an
dan Alhamdulilah usaha dan kerja keras kita tidak sia-sia.
11. Semua rekan yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini
yang belum dapat disebutkan diatas.
Semoga segala usaha, bantuan dan amal bakti yang tulus ikhlas dari semua
pihak menjadi amal shaleh dan mendapat balasan dari Allah swt. Amin.
Akhirnya harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan dapat memberikan perbaikan pada dunia Pendidikan
Agama Islam.
Jakarta, 08 Desember 2010
Fitri Luthfiati
v
DAFTAR ISI
JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN SIDANG
PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................................. i
ABSTRAKS ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 8
D. Perumusan Pembahasan ................................................................ 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Peran Guru PAI ............................................................................. 10
1. Pengertian Peran...................................................................... 10
2. Pengertian Guru PAI ............................................................... 11
3. Pengertian Peran Guru PAI ..................................................... 13
4. Tanggung Jawab Guru PAI ..................................................... 23
5. Indikator Peran Guru PAI ....................................................... 27
B. Motivasi Beragama ...................................................................... 28
1. Pengertian Motivasi Beragama ............................................... 28
2. Jenis Motivasi ......................................................................... 31
3. Fungsi Motivasi Beragama ..................................................... 36
4. Indikator Motivasi Beragama Siswa ....................................... 37
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 39
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 39
C. Metode Penelitian.......................................................................... 40
D. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................ 41
E. Tehnik Pengolahan Data ............................................................... 43
F. Tehnik Analisa Data ...................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Kondisi Sekolah ................................ 45
B. Deskripsi Data ............................................................................... 49
C. Analisa Data .................................................................................. 50
D. Interpretasi Data ............................................................................ 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 67
B. Saran .............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi angket tanggapan siswa terhadap peran guru PAI dalam
meningkatkan motivasi beragama yang ada pada diri siswa .......... 42
Tabel 2 Daftar Dewan Guru MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang ........... 48
Tabel 3 Keadaan Siswa MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang ................... 49
Tabel 4 Guru agama memerintahkan saya untuk melaksanakan shalat
lima waktu ....................................................................................... 50
Tabel 5 Guru agama menasehati saya agar berpakaian rapi dan sopan ....... 50
Tabel 6 Guru agama menyarankan saya untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang berkaitan dengan keagamaan di sekolah ....... 50
Tabel 7 Guru agama mengajarkan saya untuk mengucapkan salam apabila
bertemu dengan guru, dan teman di jalan ........................................ 51
Tabel 8 Guru agama mengajarkan saya pelajaran mengenai macam-macam
ibadah yang wajib dikerjakan........................................................... 51
Tabel 9 Guru agama mengajarkan saya untuk bersikap jujur ....................... 52
Tabel 10 Guru agama melarang siswa untuk merokok ................................... 52
Tabel 11 Guru agama mengajarkan saya untuk tidak berbohong atau
membicarakan kejelekan orang lain ................................................. 52
Tabel 12 Guru agama melarang siswa tawuran sesama pelajar ...................... 53
Tabel 13 Guru agama menasehati saya untuk menghormati orang tua, guru,
dan teman ......................................................................................... 53
Tabel 14 Guru agama membantu siswa yang mengalami kesulitan/belum
mengerti dalam belajar pendidikan agama Islam ............................. 54
Tabel 15 Guru agama mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan
dengan materi yang telah diajarkan setiap akhir pelajaran .............. 54
Tabel 16 Guru agama selalu memperhatikan sikap dan tingkah laku siswa
dalam kehidupan sehari-hari ............................................................ 55
Tabel 17 Guru agama selalu mengontrol siswa saat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan ........... 55
Tabel 18 Saya mempunyai kemauan yang tinggi untuk beribadah ................. 56
viii
Tabel 19 Saya melaksanakan shalat wajib 5 waktu tanpa paksaan dari orang
lain .................................................................................................... 56
Tabel 20 Saya melaksanakan ajaran agama agar mendapatkan ridha dari
Allah swt ......................................................................................... 56
Tabel 21 Saya selalu bertanya hal-hal yang tidak diketahui tentang agama
kepada guru, orang tua atau Ustadz yang ada .................................. 57
Tabel 22 Saya menyukai ceramah agama yang diberikan oleh guru agama
Islam atau Ustadz di tempat pengajian............................................. 57
Tabel 23 Saya selalu mengikuti kegiatan tadarus yang dilaksanakan setiap
pagi hari secara berjama’ah di halaman sekolah .............................. 58
Tabel 24 Saya mengikuti kegiatan keagamaan di luar sekolah. Seperti:
pengajian remaja, pengajian baca tulis al-Qur’an ........................... 58
Tabel 25 Saya mempraktekkan materi pelajaran PAI yang telah di ajarkan
di sekolah dalam kehidupan sehari-hari .......................................... 58
Tabel 26 Saya bertutur kata dan berperilaku yang sopan kepada semua
orang, baik di sekolah maupun di luar sekolah ............................... 59
Tabel 27 Saya mendapatkan dorongan dari orang tua, guru dan teman-
teman untuk lebih rajin beribadah ................................................... 59
Tabel 28 Saya mengikuti kegiatan muhadhoroh di sekolah agar dapat
perhatian dari guru dan teman-teman ............................................. 60
Tabel 29 Saya ikhlas mengikuti kegiatan tadarus di sekolah agar menjadi
pintar membaca al-Qur’an ............................................................... 60
Tabel 30 Saya giat belajar agama Islam agar mendapatkan nilai yang
memuaskan ....................................................................................... 61
Tabel 31 Saya melaksanakan shalat 5 waktu karena takut akan dosa dan
ganjaran di akhirat nanti .................................................................. 61
Tabel 32 Saya mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan agama Islam di
sekolah karena takut dimarahi guru jika tidak mengikutinya ......... 61
Tabel 33 Saya melaksanakan shalat 5 waktu sebagai kebutuhan hidup ........ 62
Tabel 34 Rekapitulasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam ........................ 63
Tabel 35 Rekapitulasi Motivasi Beragama Siswa .......................................... 65
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket
2. Pedoman Wawancara
3. Hasil Wawancara
4. Surat Pengajuan Proposal Skripsi
5. Surat Bimbingan Skripsi
6. Surat Izin Penelitian
7. Surat Izin Wawancara
8. Surat Pernyataan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan alat untuk mengantarkan manusia kepada
kebahagiaan, kesempurnaan dan kemakmuran serta menjadikan manusia yang
paripurna. Dalam hal ini Emmanuel Kant mengemukakan bahwa “Manusia
dapat menjadi manusia karena pendidikan.”1
Pendidikan yaitu proses pemupukan pengetahuan, keterampilan dan
sikap untuk mewujudkan segenap potensi yang ada dalam diri seseorang.2
Karena tujuan utama dan yang paling penting dari pendidikan adalah membuat
murid menemukan dirinya sendiri (dimensi batin) memahami kapasitasnya
dan mendisiplinkan dirinya sendiri.
Dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang dikutip oleh H. M. Alisuf Sabri dikatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.3
1Proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan Tinggi Islam/ IAIN di Jakarta, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kopertais, 1984), h. 92 2Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, (Yogyakarta: Ikip
Muhammadiyah Jakarta Press, 1994), cet. Ke-1, h. 54 3H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet.
Ke-1, h.73
2
Kalau diamati secara seksama, tujuan pendidikan baik pendidikan
Nasional maupun pendidikan Islam mempunyai arah yang sama. Adapun
tujuan pendidikan Nasional atau pendidikan di Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999
adalah sebagai berikut:
“Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara
terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif
oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara
optimal di sertai dengan hak dukungan sesuai dengan potensinya.”4
Sedangkan tujuan pendidikan Islam tidak begitu berbeda dengan
tujuan pendidikan pada umumnya, hanya di dasari dengan prinsip-prinsip
kehidupan beragama sesuai dengan tujuan hidup muslim yakni untuk
mendapatkan ridha Allah swt serta mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat kelak.
Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta
menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi
dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.5 Karena tujuan utama dan pertama
dalam pendidikan agama adalah penumbuhan dan pengembangan sikap positif
dan cinta kepada agama, itulah yang nantinya akan membuat anak menjadi
orang dewasa yang hidup mengindahkan ajaran agama, dimana akhlak atau
moralnya, tingkah laku, tutur kata dan sopan santun menggambarkan ajaran
agama dalam pribadinya. Sikap itulah yang nantinya akan menjauhkan dirinya
dari berbagai godaan duniawi yang bertentangan dengan ajaran agama.6
Unsur dominan dalam tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan
sikap, akhlak terpuji dan budi pekerti yang luhur yang mampu dan sanggup
menghasilkan manusia-manusia yang berkarakter, bermoral baik, keras
kemauan, sopan dalam berbicara, dan berbuat mulia dalam tingkah laku, jujur
dan menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Allah dalam
4Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Garis-Garis Besar Haluan Negara, (Jakarta: PT.
Pabelan Jaya, 1999), h. 33 5H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-3, h. 41
6Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), cet.
Ke-3, h. 101
3
setiap aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian dapat membentuk
kepribadian murid yang Islami.
Selain itu, pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat
memberikan kemampuan seseorang memimpin kehidupannya sesuai dengan
cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai corak kepribadiannya.
Dan pendidikan Islam juga mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena dalam Islam mempedomani
seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.7
Dan tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian
muslim atau insan kamil dengan pola taqwa yaitu terbentuknya pribadi yang
beriman, berakhlak, berilmu dan berketerampilan yang senantiasa berupaya
mewujudkan dirinya dengan baik secara maksimal guna memperoleh
kesempurnaan hidup karena dorongan oleh sikap ketaqwaan dan penyerahan
dirinya kepada Allah swt agar memperoleh ridho-Nya.8
Demi tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan tersebut, maka
dalam hal ini seorang guru harus memperhatikan perkembangan muridnya,
terutama dalam Pendidikan Agama Islam. Karena pendidikan agama dalam
sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan sikap
keagamaan seorang murid karena pendidikan agama mempunyai dua aspek
penting yaitu:
1. Aspek pertama dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada jiwa
atau pembentukan kepribadian.
2. Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada fikiran
yaitu pengajaran agama itu sendiri.9
Pendidikan menjadi kunci utama dalam pembentukan sikap
keberagamaan anak. Pertambahan usia anak memiliki konsekuensi pada
perubahan proses pendidikan yang mereka terima. Oleh sebab itu, dengan
bertambahnya usia anak dan berubahnya perilaku mereka maka harus disertai
7H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,………………., hal. 10-11
8H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, …………….., h. 160
9Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2001), h.
124
4
pendidikan yang tepat sehingga memiliki sikap dan tingkah laku serta budi
yang luhur.
Dengan sikap keberagamaan yang mereka miliki, maka akan dapat
mengontrol dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan
norma agama. Karena pendidikan agama yang bersifat dresser dan
menggugah akal serta perasaan memegang peranan penting dalam
pembentukan sikap keagamaan.10
Pendidikan agama menempati posisi yang vital menyertai proses
pendidikan anak. Akibat kurangnya pendidikan agama pada jiwa peserta didik
maka dapat memicu adanya tindakan yang tidak sesuai dengan sikap
keagamaan.
Jika sikap keagamaan sudah tertanam dalam diri seseorang maka akan
timbul adanya ketaatan beragama. Ketaatan agama membawa dampak positif
terhadap kesehatan mental peserta didik karena seseorang yang taat beragama
ia akan selalu mengingat Allah swt, dan hal tersebut akan membuat jiwa
semakin tentram. Sebagaimana Firman Allah swt dalam surat Ar-Ra’d ayat
28:
Artinya:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.”11
Agar dapat mendekatkan diri kepada Allah swt, maka seseorang harus
mensucikan jiwanya terlebih dahulu. Untuk mensucikan jiwa salah satunya
adalah dengan beribadah. Semakin taat seseorang beribadah semakin suci
jiwanya dan semakin dekatlah ia kepada Allah swt. Dan ketaatan beribadah ini
pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat memotivasi
seseorang dalam meningkatkan sikap keagamaan.
10
H. Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia,2002), cet. Ke-7, h. 96 11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Asy Syifa,
1999), h. 373
5
Peranan motivasi itu sangat besar artinya dalam membimbing dan
mengarahkan seseorang terhadap tingkah laku keagamaan. Namun, ada
motivasi tertentu yang sebenarnya timbul dalam diri manusia karena
terbukanya hati manusia terhadap hidayah Allah. Sehingga orang tersebut
menjadi orang yang beriman dan kemudian dengan iman itulah ia lahirkan
tingkah laku keagamaan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi atau yang dapat memberikan
motivasi kepada murid dalam beribadah adalah guru atau pendidik sebagai
orang tua kedua yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik
di sekolah.
Dalam proses pendidikan, pendidik memiliki peran kunci dalam
menentukan kualitas pembelajaran. Yakni menunjukkan cara mendapatkan
pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (affektif), dan keterampilan
(psikomotor). Dengan kata lain tugas dan peran pendidik yang utama terletak
pada aspek pembelajaran. Pembelajaran merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan
sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidiknya.12
Dan seorang guru dalam
kehidupan sehari-harinya selalu dijadikan sebagai figur manusia yang selalu
dapat digugu dan ditiru oleh anak didiknya.
Seorang guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam harus dapat
membawa semua muridnya kearah pembinaan pribadi yang sehat dan baik.
Setiap guru harus menyadari bahwa segala sesuatu pada dirinya akan menjadi
unsur-unsur pembinaan bagi para murid. Disamping mendidik dan mengajar
yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru kepada murid-muridnya,
kepribadian guru, sikap, cara bergaul dan berbicara gurupun ikut
mempengaruhi keadaan para muridnya dalam bersikap dan belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peranan guru adalah
terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan
dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan
12
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press,
2008), cet. Ke-1, h. 67
6
tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.13
Di dalam
proses pembelajaran, seorang guru tidak hanya berperan sebagai seorang
pendidik atau pengajar saja. Tetapi juga sebagai pemberi bimbingan dan
penyuluhan.
Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Guru mengetahui bahwa pada akhir
setiap satuan pelajaran kadang-kadang hanya terjadi perubahan dan
perkembangan pengetahuan saja. Mungkin pula guru telah bersenang hati bila
telah terjadi perubahan dan perkembangan di bidang pengetahuan dan
keterampilan, karena dapat diharapkannya efek tidak langsung, melalui proses
transfer bagi perkembangan di bidang sikap dan minat murid.
Dengan kata lain, bahwa kemungkinan besar selama proses belajar-
mengajar hanya tercapai perkembangan di bagian minat. Sedang efek dan
transfernya kepada keseluruhan perkembangan sikap dan kepribadian
berlangsung di luar situasi belajar-mengajar itu sendiri. Hal demikian itu
tampaknya bersifat umum, walaupun sesungguhnya kurang memenuhi
harapan dari pengajaran agama. Dari kenyataan itu pulalah terbukti bahwa
peranan guru sebagai pendidik dan pembimbing masih berlangsung terus
walaupun tugasnya sebagai pengajar telah selesai.
Sebagai pembimbing, guru lebih suka kalau mendapatkan kesempatan
menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi belajar-mengajar. Ia
memberi dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga
mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain
dengan tenaganya sendiri.
Pemberian bimbingan bagi guru agama meliputi bimbingan belajar dan
bimbingan perkembangan sikap keagamaan. Dengan demikian membimbing
dan pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap murid diinsyafkan
mengenai kemampuan dan potensi diri murid yang sebenarnya dalam
kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai murid-murid menganggap
13
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2009), h. 4
7
rendah atau meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk
belajar dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam.14
Selain itu juga, guru berperan sebagai pengarah belajar (director of
learning). Dalam hal ini guru berperan untuk senantiasa menimbulkan,
memelihara, meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungan ini,
guru mempunyai peran sebagai motivator keseluruhan kegiatan belajar siswa.
Sebagai motivator belajar guru harus mampu untuk: (1) membangkitkan
dorongan siswa untuk belajar, (2) menjelaskan secara konkret kepada siswa
apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran, (3) memberikan reward
(hadiah) untuk prestasi yang dicapai siswa, dan (4) membuat regulasi (aturan)
perilaku siswa.15
Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran adalah pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi
ini, diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih
mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama
Islam di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
Pendidikan Agama Islam untuk menanamkan sikap keberagamaan pada diri
siswa. Masalah ini sangat penting untuk diteliti karena berkaitan dengan
Pendidikan Agama Islam yang diberikan guru di sekolah agar para siswa
mempunyai sikap keberagamaan dalam seluruh aspek kehidupannya. Oleh
sebab itu, penelitian ini penulis beri judul: "Peran Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa Di MTs. Al-Fitroh
Cipondoh Tangerang."
B. Identifikasi Masalah
Seperti telah diuraikan dalam latar belakang masalah diatas, maka
timbul beberapa masalah. Masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
14
Zakiah Daradjat. dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi
Aksara, 2008), cet. Ke- 4, h. 265-267 15
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 78
8
1. Kurangnya peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pendidik
2. Penguasaan guru terhadap bahan materi dan metode pengajaran
3. Kurangnya perhatian guru terhadap aktivitas keseharian siswa di sekolah
4. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan
5. Rendahnya pengamalan siswa dalam melaksanakan kegiatan
keagamaan/ibadah
6. Perlunya bimbingan keagamaan bagi anak didik sebagai generasi muda
Masalah-masalah diatas sangat menarik sekali untuk diteliti terutama
dalam upaya meningkatkan motivasi beragama siswa di MTs. Al-Fitroh
Cipondoh Tangerang
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Motivasi Beragama Siswa sangat luas. Karena itu, agar
masalah tidak rancu dalam skripsi ini, maka permasalahan dibatasi pada
persoalan berikut:
1. Peran guru PAI dalam skripsi ini dibatasi pada tugas dan pengaruh guru
PAI sebagai guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di MTs. Al-
Fitroh Cipondoh Tangerang.
2. Motivasi dalam skripsi ini adalah sebagai pendorong atau niat siswa dalam
menjalankan ajaran agama Islam/ibadah. Dan beragama sendiri merupakan
kata yang berawalan ber- yang mempunyai arti melakukan dan
mempunyai. Jadi, motivasi beragama disini adalah motivasi siswa untuk
melakukan ajaran agama Islam/ibadah yang berkaitan dengan motivasi
intrinsik yaitu Lillahi Ta’ala. Dan yang akan diteliti adalah motivasi dan
pelaksanaan kegiatan keagamaan/ibadah siswa di MTs. Al- Fitroh
Cipondoh Tangerang.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan diatas,
maka perumusan masalah yang akan difokuskan sebagai berikut:
9
1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
motivasi beragama siswa?
2. Bagaimana kondisi motivasi beragama (Intrinsik) siswa dalam
pelaksanaan kegiatan agama/ibadah?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk melacak dan mengetahui bagaimana peran guru PAI dalam
meningkatkan motivasi beragama pada diri siswa.
b. Untuk melacak dan mengetahui bagaimana motivasi siswa dalam
pelaksanaan kegiatan agama.
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk memperoleh data tentang peranan guru Pendidikan Agama
Islam dalam meningkatkan motivasi beragama pada diri siswa sebagai
bahan penelitian untuk skripsi.
b. Untuk memberikan masukan dan khazanah ilmu pengetahuan bagi
penulis sebagai calon guru pada khususnya dan dapat memberikan
informasi kepada guru, siswa dan pihak sekolah tentang betapa
pentingnya motivasi dalam meningkatkan kegiatan keagamaan siswa.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peran Guru PAI
1. Pengertian Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dapat
dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat atau yang
merupakan bagian utama yang harus dilakukan.1 Sumber lain mengartikan
kata peran sebagai karakter yang dimainkan oleh objek.
Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang
saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta
berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan
siswa yang menjadi tujuannya.2
Peran yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah keikutsertaan
guru agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama pada diri
siswa. Dimana dalam usaha pembelajaran Pendidikan Agama Islam
seorang guru berperan untuk menciptakan pribadi muslim dari seorang
siswa dengan cara mendidik, mengajar dan mengevaluasi siswa kepada hal
yang lebih baik dan sempurna dan mengajarkan kepada siswa sesuatu yang
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.751 2Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, …………….., h. 4
11
dapat membuat mereka menjadi manusia yang berakhlakul karimah dan
taat beribadah.
2. Pengertian Guru PAI
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah swt, khalifah di permukaan bumi, sebagai
makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.3
Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik adalah guru.
Kedua istilah tersebut bersesuaian artinya. Bedanya, istilah guru seringkali
dipakai di lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di
lingkungan formal, informal maupun nonformal.
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di
mesjid, surau/musalla, di rumah dan sebagainya.4
Istilah guru sebagaimana dijelaskan oleh Hadari Nawawi adalah
orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di
sekolah/kelas. Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru adalah
orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut
bertanggungjawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan
masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut, menurutnya, bukanlah
sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi
pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus
ikut aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam mengarahkan
3H. Ihsan Hamdani; H. A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2007), h. 93 4Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 31
12
perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai
orang dewasa.5
Menurut Langeveld, Pendidik adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak. Jadi
sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan
tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak.6
Dari berbagai pengertian diatas, maka guru atau pendidik dapat
diartikan sebagai orang yang mendidik, yaitu yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan atau
kedewasaan seorang anak.
Mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam sendiri ada
beberapa pendapat para ahli. Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid
dan Dian Andayani dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi” sebagai berikut:
Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi
manusia bertakwa kepada Allah swt.
Menurut A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.7
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya
mencakup bidang studi Al-Qur’an Hadis, Keimanan, Akhlak, Fiqh/Ibadah
5H. Abuddin Nata, filsafat Pendidikan Islam 1, (Ciputat: Logos, 2001), cet.Ke-4, h. 62-63
6H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, ……………., h. 10
7Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-3, h. 130
13
dan Sejarah. Hal tersebut menggambarkan bahwa ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan
manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan makhluk
lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
Pendidikan Agama Islam adalah seseorang yang membimbing peserta
didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agama Islam melalui proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Guru
Pendidikan Agama Islam membantu orang tua dalam mengajarkan
pendidikan Agama Islam bagi peserta didik melalui pembelajaran di kelas.
3. Pengertian Peran Guru PAI
Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam skripsi dapat diartikan
sebagai tugas seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar
mengajar yang meliputi 3 langkah yaitu: mendidik, mengajar dan
mengevaluasi.
E. Mulyasa, dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional”
mengatakan bahwa diantara tugas guru yang utama dalam pembelajaran
adalah:
a. Sebagai Pendidik
Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya baik secara jasmani
maupun rohani. Oleh karena itu, mendidik dikatakan sebagai upaya
pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. Dibandingkan
dengan pengertian “mengajar”, maka pengertian “mendidik” lebih
mendasar. Mendidik tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga
transfer of values. mendidik diartikan lebih komprehensif, yakni usaha
membina diri anak didik secara utuh, baik matra kognitif, psikomotorik
14
maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia-manusia yang
berpribadi.8
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena
itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui,
serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha
berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru
juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.9
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama
Islam sebagai pendidik sangatlah berat sekali. Karena dalam mendidik
seorang guru PAI secara tidak langsung dituntut untuk memelihara dan
membimbing anak didik untuk berakhlak mulia dan mempunyai
kecerdasan pikiran yang dewasa. Dengan kata lain, seorang guru
mempunyai tugas untuk membina diri anak didik secara utuh.
b. Sebagai Pengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. kalau belajar
dikatakan milik siswa maka mengajar sebagai kegiatan guru.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik
dengan menanamkan pengetahuan kepada anak didik dengan suatu
harapan terjadi proses pemahaman yang terjadi melalui proses
belajar.10
8Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2000),
h. 53 9E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), cet.
Ke-4, h. 37 10
Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, ……………, h. 47-48
15
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan
guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor diatas dipenuhi, maka
melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan
sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan
masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru
dalam pembelajaran, sebagai berikut:
1) Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu
yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah
diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan
pengalaman kepada mereka.
2) Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas
dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta
pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.
3) Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian
demi bagian, sebagaimana orang mengatakan : “cuts the learning
into chewable bites”.
4) Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke
dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan
antara bagian yang satu dengan yang lain Nampak jelas, dan setiap
masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih
besar.
5) Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan
tajam agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang
dilakukan Socrates.
6) Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.
Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap
pertanyaan peserta didik.
16
7) Mendengarkan: memahami peserta didik, dan berusaha
menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak
jelas bagi guru maupun peserta didik.
8) Menciptakan kepercayaan: pesetra didik akan memberikan
kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan
pembentukan kompetensi dasar.
9) Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang
dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam
kombinasi yang bervariasi.
10) Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan
pengalamn yang bervariasi melalui media pembelajaran dan
sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar.
11) Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaian metode
pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan
peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu
yang telah dipelajari.
12) Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakna, dan hidup melalui antusias dan semangat.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-
guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari
materi standar. Sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan yang
jelas, membuat keputusan secara rasional agar peserta didik memahami
keterampilan yang dituntut oleh pembelajaran. Untuk kepentingan
tersebut, perlu dibina hubungan yang positif antara guru dengan
peserta didik. Hubungan ini menyangkut bagaimana guru merasakan
apa yang dirasakan peserta didiknya dalam pembelajaran, serta
bagaimana peserta didik merasakan apa yang dirasakan gurunya.
Sebaiknya guru mengetahui bagaimana peserta didik memandangnya,
karena hal tersebut sangat penting dalam pembelajaran, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Hal ini akan menjadi jelas jika secara hati-hati
17
menguji bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didik
dalam pembelajaran (empati).11
Selain itu, Salah satu dari tahapan mengajar yang harus dilalui
oleh seorang guru dalam proses pengajaran adalah “menyusun
perencanaan pengajaran atau dengan kata lain disebut juga dengan
“mendisain program pengajaran”.
R. D. Conners mengemukakan pula bahwa mengajar adalah
suatu perbuatan terpadu dan dilaksanakan secara bertahap, seperti
digambarkan melalui analisis mengajar berikut ini: 12
TUGAS GURU
Tahap sebelum pengajaran
(Pre- active)
Tahap pengajaran
(Inter- active)
Tahap sesudah pengajaran
(Post- active)
Perencanaan semester,
catur wulan unit, satuan
pelajaran
- Pengelolaan control
- Penyampaian
informasi
- Penggunaan tingkah
laku verbal dan non
verbal
- Menilai kemajuan
siswa
- Merencanakan kegiatan
- Menilai proses belajar
mengajar
- Bekal bawaan siswa
- Perumusan tujuan
- Pemilihan metode,
pengalaman belajar,
bahan dan peralatan
- Balikan
- Penerapan prinsip
psikologi
Mempertimbangkan ciri-
ciri siswa, langkah
pengajaran, pola
pengelompokan dan
prinsip belajar.
- Mendiagnosis
kesulitan belajar
- Pelayanan perben-
Evaluasi
Hasil belajar siswa:
kognitif, dan
psikomotorik.
Agar bahan pelajaran dapat disajikan kepada siswa dalam jam
pelajaran tertentu guru harus membuat persiapan pelajaran yang
dilakukan berdasarkan pedoman instruksional. Tiap pengajar harus
membuat persiapan pelajaran sebelum ia dengan penuh tanggungjawab
memasuki kelas. Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan
11
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ……………, h. 37-40 12
H. Syafruddin Nurdin, dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. Ke-1, h. 84
18
maha, sehingga tak dapat dilakukan dengan baik oleh siapa pun tanpa
persiapan, sekalipun ia telah berpengalaman bertahun-tahun.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama
Islam sebagai pengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak
didik dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini diperlukan
interaksi dan pemahaman psikologi yang mendalam dari seorang guru
mengenai diri anak didik agar materi yang diberikan dapat dengan
mudah dipahami oleh anak didik.
c. Sebagai Evaluator
Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data
atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan.13
Selain itu juga, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator
yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh
aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih
menyentuh kepada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai
(values). Berdasarkan hal ini, guru harus bisa memberikan penilaian
dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian anak didik
tentu lebih diutamakan daripada penilaian terhadap jawaban anak didik
ketika diberikan tes.14
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan
hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa
penilaian, karena penilaian merupakan proses penetapan kualitas hasil
belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran oleh peserta didik.
13
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran¸ (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), cet. Ke-1, h. 290 14
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, …………, h. 48
19
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non-tes.
Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan
prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan dan tindak lanjut.
Kemampuan yang harus dikuasai guru sebagai evaluator adalah
memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non-tes yang meliputi
jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan,
serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi,
validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal.15
Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila
memiliki ciri-ciri:
1) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh
siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing
dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian.
Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang,
maka hasil pengajaran itu berarti tidak efektif.
2) Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”.
Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-
olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa,
sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya
mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan
penuh makna bagi dirinya.16
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama
Islam sebagai evaluator adalah menilai bagaimana hasil belajar siswa
dan pengaplikasian materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan menggunakan skala sikap yang meliputi aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik.
15
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ……………, h. 61-62 16
Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, ……………, h. 49-50
20
Ketiga rangkaian peran guru Pendidikan Agama Islam diatas
adalah peran guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar
secara umum yang dilakukan di dalam kelas. Dan dapat diambil
kesimpulan bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam proses
belajar mengajar dituntut untuk menyampaikan materi/pengetahuan
kepada anak didik agar terjadi proses pemahaman dan pengamalan dalam
kehidupan sehari-hari serta dapat menilai sejauh mana pemahaman anak
didik akan materi yang telah diajarkan.
Sedangkan peran utama dari seorang guru Pendidikan Agama
Islam yang tidak kalah pentingnya dari ketiga peran diatas adalah sebagai
pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru
di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa
susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi perkembangan dirinya.17
Sebagai pembimbing, guru lebih suka kalau mendapatkan
kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi
belajar-mengajar. Ia memberi dorongan dan menyalurkan semangat
menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari
ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri.
Pemberian bimbingan bagi guru agama meliputi bimbingan belajar
dan bimbingan perkembangan sikap keagamaan. Dengan demikian
membimbing dan pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap murid
diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri murid yang sebenarnya
dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai murid-murid
menganggap rendah atau meremehkan kemampuannya sendiri dalam
potensinya untuk belajar dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam.18
Dalam referensi lain dikatakan bahwa, peran guru Pendidikan
Agama Islam adalah sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid,
mudarris, dan mu’addib.
17
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, ………., h. 46 18
Zakiah Daradjat. dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi
Aksara, 2008), cet. Ke- 4, h. 266-267
21
a. Sebagai ustadz, seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap
profesionalisme dalam mengemban tugasnya.
b. Sebagai mu’allim, seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan
hakikat ilmu pengetahuan yang diajarkannya, serta menjelaskan
dimensi teoritis dan praktisnya, dan berusaha membangkitkan peserta
didik untuk mengamalkannya.
c. Sebagai murabbiy, seorang guru bertugas untuk mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur
dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka
bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
d. Sebagai mursyid, seorang guru harus berusaha untuk menularkan
penghayatan (transinternalisasi) akhlak dan/atau kepribadiannya
kepada peserta didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya, etos
kerjanya, etos belajarnya, maupun dedikasinya yang serba Lillahi
Ta’ala (karena mengharapkan ridha Allah semata).
e. Sebagai mudarris, seorang guru harus berusaha untuk mencerdaskan
peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas
kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuannya.
f. Sebagai mu’addib, seorang guru dituntut untuk membangun peradaban
(civilization) yang berkualitas di masa depan.
Dari hasil tela’ah terhadap istilah-istilah guru dalam literatur
kependidikan Islam ditemukan bahwa guru adalah orang yang memiliki
fungsi dan karakteristik serta tugas-tugas sebagai berikut.
Fungsi Guru/Pendidik Serta Karakteristik Dan Tugasnya
Dalam Perspektif Pendidikan Islam
No Fungsi Guru/
Pendidik Karakteristik dan Tugas
1. Ustadz Orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang
melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu
proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement.
2. Mu’allim Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya
serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan
22
dimensi teoritis dan praktisnya, atau sekaligus melakukan
transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi, serta amaliah
(implementasi).
3. Murabbiy Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil
kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya.
4. Mursyid Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi
diri, atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi
peserta didik.
5. Mudarris Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta
memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan
mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
6. Muaddib Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang
berkualitas di masa depan.
Dalam konteks pendidikan islam, karakteristik Ustadz (guru yang
profesional) selalu tercermin dalam segala aktivitasnya sebagai murabbiy,
mu’allim, mursyid, mudarris dan mu’addib. Dengan demikian,
guru/pendidik PAI yang profesional adalah orang yang menguasai ilmu
pengetahuan (agama islam) sekaligus mampu melakukan transfer
ilmu/pengetahuan (agama islam), internalisasi, serta amaliah
(implementasi); mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan
berkembang kecerdasannya dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri
dan masyarakatnya; mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri
dan konsultan bagi peserta didik; memiliki kepekaan informasi, intelektual
dan moral-spiritual serta mampu mengembangkan bakat, minat dan
kemampuan peserta didik; dan mampu mneyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diridhai oleh
Allah.19
Dengan demikian dapat disimpulan bahwa, tugas guru agama tidak
hanya melaksanakan pendidikan agama dengan baik, akan tetapi guru
19
H. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2009), h. 44-51
23
agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan agama yang terlanjur salah
diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, maupun masyarakat
sekitarnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiyah Daradjat dalam
bukunya “Ilmu Jiwa Agama”.
4. Tanggung Jawab Guru PAI
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yag diharapkan
ada pada setiap diri anak didik. Tidak ada seorang guru pun yang
mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat.
Selain itu, sudah menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan
sejumlah norma kebaikan kepada anak didik agar tahu mana perbuatan
yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua
norma itu tidak mesti harus guru berikan ketika di kelas, di luar kelas pun
sebaiknya guru contohkan melalui sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
Pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan
sikap, tingkah laku dan perbuatan.20
Pendidik dalam proses pendidikan baik melalui kegiatan belajar-
mengajar di lembaga formal (sekolah) maupun informal (luar sekolah),
pada hakikatnya memiliki tugas dan tanggung jawab yang apabila
dijabarkan indikatornya antara lain menurut Oemar Hamalik, adalah, (a)
pendidik sebagai model, (b) pendidik sebagai perencana, (c) pendidik
sebagai peramal, (d) pendidik sebagai pemimpin, dan (e) pendidik sebagai
penunjuk jalan atau sebagai pembimbing kearah pusat-pusat belajar.
Djamarah merinci lagi bahwa tanggung jawab pendidik adalah
sebagai berikut:
a. Korektor, yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk, koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh
dari afektif sampai ke psikomotor.
20
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, ………., h.34-35
24
b. Inspirator, yaitu pendidik menjadi inspirator/ilham bagi kemajuan
belajar siswa/ mahasiswa, petunjuk bagaimana belajar yang baik, dan
mengatasi permasalahan lainnya.
c. Informator, yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Organisator, yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan
akademik (belajar).
e. Motivator, yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar
bergairah dan aktif belajar.
f. Inisiator, yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran.
g. Fasilitator, yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang
memungkinkan memudahkan kegiatan belajar.
h. Pembimbing, yaitu pendidik harus mampu membimbing anak didik
menjadi manusia dewasa susila yang cakap.
i. Demonstrator, yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemontrasikan
bahan pelajaran yang susah dipahami.
j. Pengelola kelas, yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk
menunjang interaksi edukatif.
k. Mediator, yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat
komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif.
l. Supervisor, yaitu pendidik hendaknya dapat memperbaiki, dan menilai
secara kritis terhadap proses pengajaran dan
m. Evaluator, yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan
jujur.21
Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku,
dan perbuatan dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan
demikian, tugas dan tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak
21
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, …………… , h. 81-83
25
didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa
dan bangsa di masa yang akan datang.22
Keutamaan profesi guru dalam agama Islam sangatlah besar
sehingga Allah menjadikannya sebagai tugas yang diemban Rasulullah
saw, sebagaimana diisyaratkan lewat firman-Nya dalam surat Ali Imran
ayat 164:
Artinya:
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al
Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu,
mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” 23
Dari gambaran ayat-ayat diatas, guru agama Islam memiliki dua
fungsi, yaitu:
1) Fungsi penyucian; artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih
diri, pemelihara diri, pengembang serta pemelihara fitrah manusia.
2) Fungsi pengajaran; artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai
ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar
mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-
hari.24
Sedangkan tanggung jawab guru yang terpenting ialah
merencanakan dan menuntut para peserta didik melakukan kegiatan-
kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
22
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, ………….., h. 36 23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ……………,h. 104 24
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 169-170
26
diinginkan. Guru harus membimbing peserta didik agar mereka
memperoleh keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan
berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan
sikap yang serasi. Oleh karena itu, seorang guru harus melakukan banyak
hal agar pengajarannya berhasil, antara lain:
a. Mempelajari setiap peserta didik di kelasnya
b. Merencanakan, menyediakan, dan menilai bahan-bahan belajar yang
akan dan/atau telah diberikan
c. Memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai, kebutuhan dan kemampuan peserta didik
dan dengan bahan-bahan yang akan diberikan
d. Memelihara hubungan pribadi seerat mungkin dengan peserta didik
e. Menyediakan lingkungan belajar yang serasi
f. Membantu para peserta didik memecahkan berbagai masalah
g. Mengatur dan menilai kemajuan belajar peserta didik
h. Membuat catatan-catatan yang berguna dan menyususn laporan
pendidikan
i. Mengadakan hubungan dengan orang tua peserta didik secara kontinu
dan penuh saling pengertian
j. Berusaha sedapat-dapatnya mencari data melalui serangkaian
penelitian terhadap masalah-masalah pendidikan
k. Mengadakan hubungan dengan masyarakat secara aktif dan kreatif
guna kepentingan pendidikan para siswa.25
Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh H. M. Alisuf Sabri dalam
bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan, mengatakan bahwa seorang guru
yang dapat diharapkan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar
siswanya minimal harus memiliki empat kemampuan:
a. Menguasai bahan/mata pelajaran yang diajarkan
b. Mampu merencanakan program belajar mengajar
25
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga
Kependidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 76-77
27
c. Mampu melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar
d. Mampu menilai kemajuan proses belajar mengajar siswanya.26
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa tanggung jawab seorang
guru Pendidikan Agama Islam di sekolah maupun di luar sekolah sangat
penting sekali. Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai tanggung jawab
untuk memberikan norma kebaikan kepada anak didik agar tahu mana
perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan
amoral. Dengan demikian, tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam
adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang
cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.
5. Indikator Peran Guru PAI
Peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran karena
guru merupakan aktor yang berperan aktif dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya guru, proses
pembelajaran menjadi lebih teratur dan nyaman sehingga peserta didik
dapat fokus dalam belajar.
Oleh sebab itu seorang guru Pendidikan Agama Islam haruslah
mengikuti langkah-langkah pengajaran secara sempurna dengan
berpedoman pada kurikulum yang digunakan pada jenjang pendidikan
yang berlangsung.
Tugas dan tanggung jawab guru mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan anak didik, mulai dari penyampaian materi agar anak
didik menjadi pintar dan berilmu pengetahuan, sampai bagaimana cara
mendidik anak didik agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah dan
mempunyai sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan ajaran
agama Islam.
26
H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, ……………, h. 14
28
Jadi indikator peran guru Pendidikan Agama Islam adalah sebagai
berikut:
Pendidik
pengajar
Pengevaluasi
B. Motivasi Beragama
1. Pengertian Motivasi Beragama
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,
tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,
dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita
menelaah pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah
daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu,
demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan
perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannnya.27
Mengenai pengertian motivasi terdapat beberapa pengertian
sebagai berikut:
Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya
suatu tingkah laku.28
Motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu
organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal).29
27
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & pengukurannya (Analisis Di Bidang Pendidikan),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. Ke- 3, h. 3 28
H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 85 29
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985), cet. Ke-
2, h. 65
29
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong
individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.30
Motivasi adalah usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru
untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya
secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa tujuan memotivasi peserta didik
adalah untuk menggerakkan, menggugah, menimbulkan keinginan yang
kuat serta menyadarkan mereka untuk belajar secara sungguh-sungguh
mengikuti proses belajar mengajar secara sadar dan bertujuan. Maka bagi
guru peranan motivasi ini sangat penting dalam proses belajar mengajar,
karena dapat menimbulkan kemauan, memberi semangat, menimbulkan
kesadaran untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Berbagai cara dapat
ditempuh guru untuk memotivasi peserta didiknya. Misalnya: dengan
memberi contoh, pujian, nasihat, memberi pekerjaan rumah, mengerjakan
tugas bersama, diskusi, memberikan tugas baca dan sebagainya.31
Sedangkan menurut Mc. Donald, yang dikutip oleh Wasty
Soemanto, memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu
perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.32
Dan Hasan Langgulung berpendapat dalam buku “Psikologi
Agama” yang dikutip oleh H. Ramayulis, bahwa motivasi merupakan
suatu keadaan psikologis yang merangsang dan memberi arah terhadap
aktivitas manusia. Motivasi itulah yang menggerakkan dan mendorong
aktivitas seseorang. Motivasi itulah yang membimbing seseorang ke arah
tujuan-tujuannya termasuk tujuan seseorang dalam melaksanakan tingkah
laku (amal keagamaan).33
30
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
h. 70 31
H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press &
Yayasan Pep-Ex 8, 2003), cet. Ke- 4, h. 93 32
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), cet. Ke-3, h. 91 33
H. Ramayulis, Psikologi Agama, ……………, h. 79
30
Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan diatas
dapat disimpulkan, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh
adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang
berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu
lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan
atas pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini, motivasi merupakan motor
penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi.
b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai
c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Dengan demikian, seorang guru harus mempelajari bagaimana
melaksanakan motivasi secara efektif. Dan guru harus senantiasa
mengingat bahwa setiap motif yang baru, harus tumbuh dari keadaan anak
sendiri, yaitu dari motif-motif yang telah dimiliki, dorongan-dorongan
dasarnya, sikapnya, minatnya, tingkah lakunya, hasil belajarnya dan
sebagainya.
Dengan demikian tugas guru dalam meningkatkan motivasi siswa
adalah untuk menimbulkan kesadaran diri anak didik agar dapat mencapai
tujuan yang ingin dicapainya dengan tanpa adanya paksaan.
Dalam kaitannya dengan tingkah laku beragama, motivasi penting
untuk dibicarakan untuk mengetahui apa sebenarnya latar belakang suatu
tingkah laku keagamaan yang dikerjakan seseorang.
Karena agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada
Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk
dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang
nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung jawab kepada Allah,
kepada masyarakat serta alam sekitarnya.
Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman
dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah
hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
31
militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku
manusia yang menuju kepada keridhaan Allah.34
Karena agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang
paling sempurna, dan juga perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian
kita tertuju sepenuhnya kepada adanya suatu dunia yang tidak dapat dilihat
(akhirat), namun agama (juga) melibatkan dirinya dalam masalah-masalah
kehidupan sehari-hari di dunia ini.35
Jadi agama dapat didefinisikan sebagai “relasi dengan Tuhan
sebagaimana dihayati oleh manusia.” Karena dengan beragama seseorang
dapat mendorong atau memotivasi seseorang untuk selalu bertingkah laku
sesuai dengan ajaran agama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi beragama
adalah suatu kekuatan atau dorongan yang menggerakkan aktivitas
seseorang untuk mengarahkan dan membimbing orang tersebut ke arah
tujuan-tujuan dalam melaksanakan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran
agama.
2. Jenis Motivasi
Seorang guru sangat penting peranannya dalam memberikan
motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk
bertingkah laku dengan baik. Pendorong timbulnya tingkah laku atau
motivasi itu ada dua macam, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau
motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar.36
Dalam referensi lain dikatakan bahwa motivasi intrinsik, yaitu
motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar. Memang
34
H. Abu Ahmadi; Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), cet. ke- 4, h. 4 35
Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1994), cet. Ke- 5, h. 3 36
H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ……………, h. 85
32
dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang
yang gemar membaca tidak usah ada yang mendorongnya telah
mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya, orang yang rajin dan
bertanggung jawab tidak usah menanti komando sudah belajar secara
baik-baiknya.37
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:
1) Adanya kebutuhan
2) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri
3) Adanya cita-cita atau aspirasi.38
Sedangkan diantara motivasi beragama yang tinggi dalam Islam
yang erat kaitannya dengan motivasi intrinsik, sebagaimana yang
dikutip oleh H. Ramayulis sebagai berikut:
a. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal yang
memotivasi orang dalam beragama adalah keinginan untuk benar-
benar menghamba atau mengabdikan diri serta mendekatkan
jiwanya kepada Allah, yang tujuannya adalah nilai-nilai ibadah dan
pendekatan dirinya kepada Allah swt.
b. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
mendapatkan keridhaan Allah dalam hidupnya. Motivasi orang
dalam hal ini didorong oleh rasa ikhlas dan benar kepada Allah
sehingga yang memotivasinya dalam beribadah dan beragama
semata-mata karena keinginan untuk mendapatkan keridhaan
Allah.
c. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Seseorang
yang mempunyai motivasi kategori ini merasakan agama itu
sebagai suatu kebutuhan dalam hidupnya yang mutlak dan bukan
37
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ……………., h. 73 38
Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama Semarang,1996), cet. Ke-
1, h. 75
33
merupakan suatu kewajiban atau beban, akan tetapi bahkan sebagai
permata hati.
d. Motivasi beragama karena didorong ingin bidul (mengambil
tempat untuk menjadi satu dengan Tuhan).
e. Motivasi beragama karena didorong oleh kecintaan (mahabbah)
kepada Allah swt.
f. Motivasi beragama karena ingin mengetahui rahasia Tuhan dan
peraturan Tuhan tentang segala yang ada (ma’rifah).
g. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk al-
ittibad (bersatu dengan Tuhan).39
Dengan motivasi intrinsik, diharapkan agar anak didik
mempunyai kesadaran dan kemauan yang tinggi unttuk mempelajari
dan mempraktekkan ajaran agama tanpa adanya paksaan dari orang
lain. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan
keagamaan yang diadakan di sekolah serta berperilaku sesuai dengan
norma agama.
b. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motivasi yang datangnya dari luar diri individu, atau
motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti: belajar
karena takut kepada guru atau karena ingin lulus, karena ingin
memperoleh nilai tinggi, yang semuanya ini tidak berkaitan langsung
dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.40
Dalam referensi lain dikatakan bahwa motivasi ekstrinsik, yaitu
motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi
akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal
itu harus dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaan, dan
sebagainya.41
39
H. Ramayulis, Psikologi Agama, ……………, h. 82-84 40
H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ……………, h. 85 41
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ……………, h. 72
34
Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab
pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai
dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering kali para siswa belum
memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah.
Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh
guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Usaha yang dapat
dikerjakan oleh guru memang banyak, dan karena itu di dalam
memotivasi siswa kita tidak akan menentukan suatu formula tertentu
yang dapat digunakan setiap saat oleh guru.42
Sedangkan diantara motivasi beragama yang rendah dalam Islam
yang erat kaitannya dengan motivasi ekstrinsik, sebagaimana yang
dikutip oleh H. Ramayulis sebagai berikut:
a. Motivasi beragama karena didorong oleh perasaan jah dan riya’,
seperti motivasi orang dalam beragama karena ingin kepada
kemuliaan dan keriya’an dalam kehidupan masyarakat.
b. Motivasi beragama karena ingin mematuhi orang tua dan
menjauhkan larangannya.
c. Motivasi beragama karena demi gengsi atau prestise, seperti ingin
mendapat predikat alim atau taat.
d. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
mendapatkan sesuatu atau seseorang, seperti motivasi seseorang
dalam shalat untuk menikah.
e. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk
melepaskan diri dari kewajiban agama. Dalam hal ini orang
menganggap agama itu sebagai suatu beban, sesuatu yang wajib
dan tidak menganggapnya sebagai suatu kebutuhan yang penting
dalam hidup. Jika dilihat dari kaca mata psikologi agama, sikap
seseorang yang demikian terhadap agama akan buruk dampaknya
secara kewajiban karena ia rasakan agama ini sebagai tanggungan
42
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. Ke-2,
h.163
35
atau beban dan bukan dirasakan sebagai kebutuhan. Untuk itu perlu
diubah kesan wajib, beban atau tanggungan terhadap agama itu
menjadi kebutuhan, agar agama itu menjadi berkah dan rahmat
dalam hidup.43
Motivasi ektrinsik memang diperlukan untuk membangkitkan
kemauan anak didik untuk mempelajari Pendidikan Agama Islam.
Namun yang dikhawatirkan dari anak didik yang belum mempunyai
kemauan dan kesadaran pribadi dalam menjalankan ajaran agama
adalah mereka menjalankan ajaran agama karena hanya ingin
mendapatkan perhatian atau pujian, atau hanya sekedar untuk
memenuhi kewajiban agar terhindar dari hukuman atau teguran.
Antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sulit untuk
menentukan mana yang lebih baik. Yang dikehendaki adalah timbulnya
motivasi intrinsik, tetapi motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu dapat
timbul. Di pihak lain, guru bertanggung jawab supaya anak didik
mempunyai kemauan dalam menjalankan ajaran agama, dan oleh
karenanya guru berkewajiban membangkitkan motivasi ekstrinsik pada
peserta didiknya. Dan dengan demikian, diharapkan lambat laun timbul
kemauan pada diri anak didik untuk menjalankan ajaran agama dengan
kesadaran sendiri.
Diantara jenis motivasi tersebut yang akan memberikan kepuasan
dalam beribadah adalah motivasi beragama yang tinggi yang erat
kaitannya dengan motivasi intrinsik. Karena dengan motivasi ini seseorang
beribadah didorong dengan keikhlasan hatinya tanpa adanya paksaan dari
orang lain, yaitu karena mahabbah terhadap Rabbnya dan beribadah
semata-mata karena keinginan untuk mendapatkan ridha Allah swt.
Dengan demikian, seseorang akan mempunyai sikap keagamaan
yang mana sikap tersebut merupakan suatu keadaan yang ada dalam
dirinya dan mendorong orang tersebut untuk bertingkah laku sesuai
dengan ajaran agama. Yaitu menjalani perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
43
H. Ramayulis, Psikologi Agama, ……………, h. 81
36
3. Fungsi Motivasi Beragama
Motivasi dalam proses belajar dapat memberikan siswa semangat
dan dorongan untuk lebih giat belajar, dan dengan demikian dapat
mewujudkan hasil belajar yang berkualitas.
Dan hal tersebut dapat dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga
fungsi motivasi sebagai berikut:
a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
b. Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak di capai.
c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai
motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin
dicapai.44
Sedangkan fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik meliputi
sebagai berikut:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi
maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi
mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan.45
Dan M. Ngalim Purwanto dalam Bukunya menegaskan bahwa
guna/fungsi motivasi itu adalah:
a. Motivasi itu mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motivasi itu
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan
energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan.
b. Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan
suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas
tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.
44
H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ………….., h. 86 45
H. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2006), h. 176
37
c. Motivasi itu penyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-
perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai
tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi
tujuan ittu. Seorang yang benar-benar ingin mencapai gelar sarjana,
tidak akan menghambur-hamburkan waktunya dengan berfoya-
foya/bermain kartu, sebab perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan.46
Dari uraian-uraian diatas, jelaslah kiranya bahwa setiap motivasi
itu bertalian erat dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Makin berharga
tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi
motivasi itu sangat berguna bagi tindakan/perbuatan seseorang.47
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan
hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga
merupakan penentu hasil perbuatan.
Dalam agama Islam, ada sejenis motivasi yang arti dan fungsinya
sama yaitu “niat”, seperti yang dikemukakan oleh Rasulullah saw dalam
sebuah hadist:
“sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya, dan setiap orang
akan mendapatkan sesuatu (balasan perbuatan) sesuai dengan niatnya.”48
Dari pernyataan diatas, kata motivasi yang telah dijabarkan dalam
agama Islampun dapat disamakan dengan niat. Yang keduanya
mempunyai persamaan makna yaitu sesuatu yang dapat mendorong
seseorang untuk berbuat atau melakukan suatu pekerjaan dengan sungguh-
sungguh agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan mendapatkan
hasil yang memuaskan.
4. Indikator Motivasi Beragama Siswa
Peranan motivasi sangat besar artinya dalam membimbing dan
mengarahkan peserta didik terhadap tingkah laku keagamaan. Namun, ada
motivasi tertentu yang sebenarnya timbul dalam diri manusia karena
46
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ……………, h. 76-77 47
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ……………, h. 76 48
H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ………….., h. 86
38
terbukanya hati manusia terhadap hidayah Allah. Sehingga orang tersebut
menjadi orang yang beriman dan kemudian dengan iman itulah ia lahirkan
tingkah laku keagamaan.
Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seorang
anak dalam pelaksanaan ibadah. Dalam lingkungan sekolah, seorang anak
sangat memerlukan dorongan atau motivasi dari seorang guru agar lebih
bersemangat dalam beribadah dan menjalankan ajaran agama. Karena
dalam proses peningkatan pelaksanaan ibadah, motivasi adalah unsur
utama yang menentukan terselenggaranya proses pendidikan tersebut.
Jadi indikator motivasi siswa dalam meningkatkan pelaksanaan
agama/ibadah siswa adalah:
1. Motivasi Intrinsik, yang meliputi:
Kesadaran untuk beribadah
Meningkatkan keimanan
Senang mengikuti kegiatan keagamaan
Berperilaku sesuai dengan norma agama
2. Motivasi Ekstrinsik, yang meliputi:
Ingin mendapat perhatian
Ingin mendapat pujian
Menghindari hukuman atau teguran
Memenuhi kewajiban
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Untuk mendapatkan data yang penulis butuhkan dalam penelitian
ini adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Fitroh yang berlokasi di Jl.
Panglima Polim Kelurahan Poris Plawad Utara Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang Banten.
2. Waktu Penelitian
Sesuai rencana yang penulis susun dari hasil konfirmasi kepada
pihak Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Fitroh yaitu pada bulan Oktober 2010.
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII MTs Al-Fitroh Waktu pelaksanaan
penelitian adalah pada semester I Tahun Pelajaran 2010 - 2011.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penulis dalam
sebuah ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi berhubungan
dengan data, bukan manusianya.1 Populasi target dalam penelitian ini adalah
seluruh kelas VIII yang berjumlah 103 siswa.
1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet. Ke-
6, h. 118
40
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.2
Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, maka
penulis mengambil teknik pengambilan sampel, dengan mengacu pada
pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu: apabila subyeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15%, atau 20-
25% atau lebih.3
Dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil 48,55% saja dari
jumlah populasi yang ada yaitu 50 siswa, yang penentuannya dilakukan secara
acak (Random Sampling) dalam bentuk ordinal. Dalam random sampling ini
semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
diberi kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai responden.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk
mencari, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha untuk
menyajikan data dan fakta-fakta yang sesungguhnya tentang peran guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama siswa
dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada responden di tempat
diadakannya penelitian.
Dalam menyusun skripsi, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis yang didasarkan pada data atau informasi yang diperoleh melalui
penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan (Field Research)
Setiap penelitian ilmiah akan banyak bersandarkan dan
ketergantungan kepada kepustakaan. Dan seperti yang dimaklumi bahwa
hasil penelitian yang sudah ada belumlah final, artinya masih terbuka
2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), cet. Ke- 13, h. 131 3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ……………., h. 134
41
kesempatan bagi orang lain untuk mengoreksi dan bila perlu menguji
kembali hasilnya agar ada kesempurnaan. Untuk dapat mempersoalkannya
harus betul-betul mendalami mengenai tulisan-tulisan dari kepustakaan.
Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
membaca, mempelajari dan meneliti berbagai buku yang berhubungan
dengan masalah yang akan penulis bahas. Penelitian kepustakaan yakni
untuk memperoleh bahan-bahan dan konsep yang berkaitan dengan kajian
teori.
2. Penelitian Lapangan (Library Research)
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan
mengadakan penelitian lapangan terhadap obyek yang akan dituju untuk
memperoleh dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Penelitian
lapangan ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial,
individu, kelompok, lembaga dan masyarakat. Penelitian lapangan yaitu
mengadakan riset lapangan tempat penulis mengadakan penelitian tersebut
dengan tujuan memperoleh data secara konkrit.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik:
1. Teknik Observasi
Peneliti langsung mengamati objek penelitian yang meliputi
keadaan gedung, sarana dan prasarana, struktur organisasi, keadaan guru
dan siswa, serta kegiatan belajar mengajar di MTs. Al- Fitroh Cipondoh
Tangerang.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.4 Berkaitan
dengan masalah ini maka wawancara dilakukan dengan Bapak Nahrowi,
4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ……………., h. 155
42
S.Ag selaku guru bidang studi Pendidikan Agama Islam pada mata
pelajaran fiqih.
3. Teknik Angket
Angket adalah pengumpulan data dengan cara menyusun item-item
pernyataan dalam suatu daftar pernyataan agar responden mengisi
pernyataan tersebut dan dengan menambahkan petunjuk pengisian.
Metode ini ditujukan kepada siswa-siswi yang dijadikan responden untuk
mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan peran guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama siswa
yang berjumlah 50 Siswa. Kuesioner yang dibuat merupakan kuesioner
tertutup, disertai dengan lima alternatif jawaban yang sudah disediakan,
dan terdiri dari 30 item pertanyaan.
Adapun kisi-kisi kuesioner dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Peran Guru PAI Dalam
Meningkatkan Motivasi Beragama Yang Ada Pada Diri Siswa
Variabel Dimensi Indikator Butir Soal Jumlah
Peran
Guru PAI
Peran guru PAI
sebagai pendidik
1. Mendidik siswa untuk
menjalankan perintah agama
2. Mendidik siswa agar
berpakaian rapi dan sopan
3. Mendidik siswa dalam
kegiataan keagamaan
4. Mengajarkan siswa untuk
bersikap dan berperilaku sopan
santun
5. Mengajarkan siswa untuk
mengamalkan perbuatan terpuji
1
2
3
4
5, 6
1
1
1
1
2
Peran guru PAI
sebagai pengajar
1. Mengajarkan siswa untuk
menjauhi perbuatan tercela
2. Mengajarkan siswa untuk
saling hormat-menghormati
3. Mengajarkan siswa pelajaran
yang tidak dipahami
7, 8, 9
10
11
3
1
1
43
Peran guru PAI
sebagai
pengevaluasi
1. Mengevaluasi hasil belajar
yang diperoleh siswa setelah
proses belajar mengajar
2. Mengevaluasi aspek
kepribadian siswa dari segi
sikap keberagamaan, tingkah
laku dan perbuatan
12
13, 14
1
2
Motivasi
Beragama
Siswa
Motivasi intrinsik 1. Kesadaran untuk beribadah
2. Meningkatkan keimanan
3. Senang mengikuti kegiatan
keagamaan
4. Berperilaku sesuai dengan
norma agama
15, 16
17, 18, 19
20, 21
22, 23
2
3
2
2
Motivasi
ekstrinsik
1. Ingin mendapat perhatian
2. Ingin mendapat pujian
3. Menghindari hukuman atau
teguran
4. Memenuhi kewajiban
24, 25
26, 27
28, 29
30
2
2
2
1
JUMLAH 30
E. Teknik Pengolahan Data
Penggunaan teknik pengolahan data dalam penelitian ini disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun teknik pengolahan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Editing
Yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diolah para pengumpul
data. Jadi setelah angket diisi oleh responden dan diserahkan kembali
kepada penulis, maka penulis memeriksa satu per satu angket tersebut. Hal
ini dilakukan agar angket terhindar dari kesalahan dan kekurangan
sehingga hasil yang diperoleh benar-benar obyektif.
2. Coding
Yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam
kategori-kategori.
3. Tabulating
Yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori jawaban,
dimasukkan dalam tabel frekuensi sesuai dengan item pernyataan yang
diajukan.
44
F. Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan angket akan
diseleksi dan di susun berdasarkan urutan permasalahan yang diteliti.
Kemudian penulis mengadakan klasifikasi data yaitu usaha untuk
menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu sesuai dengan sub-sub
masalah yang dibuat berdasarkan analisis variabel.
Data-data yang telah diklasifikasikan kemudian dianalisis. Dalam
penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan penulis adalah data kualitatif
dalam bentuk prosentase.
Adapun rumus yang digunakan dalam mencari prosentase adalah:
%100xN
FP
Keterangan:
P = Prosentase Tiap Jawaban
F = Frekuensi Jawaban
N = Jumlah Responden5
Data yang didapat dari setiap item pernyataan akan dibuat suatu tabel
yang di dalamnya akan langsung dibuat frekuensi dan prosentase.
Untuk mengetahui Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan motivasi beragama siswa di MTs. Al- Fitroh Cipondoh
Tangerang. Maka penulis menentukan kriteria berdasarkan jumlah nilai
prosentase angket seluruhnya dengan ketentuan sebagai berikut:
No Prosentase Kategori
1 80% - 100% Sangat Baik
2 60% - 79% Baik
3 40% - 59% Cukup Baik
4 < 39% Kurang Baik
5Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 43
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Kondisi Sekolah
1. Sejarah dan Perkembangannya
Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh Cipondoh Tangerang adalah suatu
lembaga pendidikan formal dibawah naungan Departemen Agama
(DepAg), yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah
pertama serta menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata
pelajaran utama dan dasar disamping mata pelajaran umum.
Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh merupakan salah satu madrasah di
kelurahan poris plawad utara kecamatan Cipondoh Kota Tangerang
Provinsi Banten. Madrasah tersebut letaknya di Jl. Panglima Polim Rt
03/04 Kelurahan Poris Plawad Utara.
Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh didirikan pertama kali pada tahun
1976. Berawal dari keinginan para alim ulama dan masyarakat setempat
yang dipelopori oleh KH. M. Ramlie Fadhil. Berdirinya madrasah ini
sebagai wadah untuk melanjutkan pendidikan dan pengajaran anak didik
yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Karena pada
waktu itu, amat jauhnya letak Madrasah Tsanawiyah di sekitar kelurahan
Poris Plawad Utara. Dan sebelum berdirinya MTs. Al-Fitroh ini, telah
lebih dahulu berdiri Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Fitroh pada tahun 1973.
46
Tujuan dengan didirikannya MTs. Al-Fitroh ini agar menjadi
salah satu sarana/lembaga formal untuk mengembangkan ajaran agama
Islam. Pada awalnya lembaga pendidikan ini hanya mengajarkan ilmu
keagamaan. Keinginan para tokoh ulama dan masyarakat setempat
mendirikan lembaga pendidikan tersebut selain tujuan utamanya untuk
mengajarkan ajaran agama Islam, juga untuk mengajarkan pengetahuan
umum seperti yang diajarkan di Sekolah-sekolah Menengah Pertama
(SMP).
Madrasah Tsanawiyah Al-Fitroh sejak berdirinya hingga kini, terus
mengalami perkembangan secara kuantitatif seperti jumlah ruang belajar,
ruang guru. Dan bangunan-bangunan lainnya yang digunakan sebagai
sarana untuk kepentingan belajar para siswanya. Begitu pula jumlah murid
dari tahun ke tahun yang senantiasa bertambah.
2. Tujuan Sekolah
Adapun tujuan MTs. Al- Fitroh ini cukup jelas sebagaimana
terungkap pada visi dan misinya, yaitu:
Visi :
“Wadah untuk membina umat yang mempunyai kredibilitas dan
akhlakul karimah”
Misi :
1. Membina peserta didik yang beraklakul karimah dilandasi
pengetahuan IMTAQ dan IPTEK.
2. Membentuk peserta didik yang Qur’ani dan Haditsi.
3. Membentuk peserta didik yang Produktif, Dinamis & Agamis.
3. Sarana dan Prasarana
a. Luas Penggunaan Tanah
Penggunaan Tanah Luas (m2)
Bangunan 586 m2
Lapangan Olahraga 177 m2
Kebun 310 m2
Dipakai Lainnya 177 m2
47
b. Kondisi Bangunan Serta Ruangan
No Ruangan/Bangunan Jumlah
1 Ruang Kelas 12
2 Ruang Kepala Madrasah 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang Tata Usaha 1
5 Laboratorium Komputer 1
6 Laboratorium Bahasa 1
7 Perpustakaan 1
8 Ruang BP/BK 1
9 Ruang UKS 1
10 Ruang Aula 1
11 Masjid/Mushalla 1
12 Kantin 1
13 WC Guru 2
14 WC Siswa 4
4. Struktur Organisasi Sekolah
KETUA YAYASAN
KH. M. ROMLIE FADHIL
KEPALA MTs. AL- FITROH
Dra. Hj. SRI LATIFAH
TATA USAHA
SITI MARIA ULFAH
WAKIL KEPALA SEKOLAH
NURDIN NASRUDIN, SE
BP / BK
Drs. H. JAELANI
BIDANG
KURIKULUM
NURDIN. N, SE
BIDANG
EKSTRAKURIKULER
MUHDI
BIDANG
KESISWAAN
H. RAHMAT,
BA
BIDANG
HUMAS
H. HUSNI
SARANA &
PRASARANA
H. SUHARNO, S
WALI KELAS
DEWAN GURU
OSIS
SISWA
48
5. Keadaan Guru dan Siswa
Guru-guru yang mengajar di Mts. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang
ini berjumlah 28 orang guru, sesuai dengan wawancara peneliti dengan
kepala Mts. Al- Fitroh Ibu Hj. Dra. Sri Latifah, disebutkan bahwa “guru-
guru yang mengajar di Mts. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang berjumlah 28
orang dengan latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi, S1 Pendidikan,
Sarjana Muda, D2, D3, dan SMEA. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di
bawah ini :
Tabel 2
Daftar Dewan Guru MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang
No Nama Jabatan Mata Pelajaran
1 Dra. Hj. Sri Latifah Kepala Sekolah -
2 Supinah, BA Guru Bhs. Arab
3 Nurdin Nasrudin, SE Guru IPA
4 Astuti, S. Pd Guru IPA
5 H. A. Rahmat. HS, BA Guru Penjas
6 Drs. Andre Makmun Guru IPS
7 Encun Suryati Guru IPS
8 Siti Umayah Guru MTK
9 Muhammad Said, SE Guru MTK
10 Jamaludin Saputra, S. Pdi Guru Bhs. Inggris
11 Nunung Susanti, S. Ag Guru Bhs. Inggris
12 Dra. Hj. Nuriyah Guru Al- Qur’an Hadits
13 Drs. H. Jaelani Guru Bhs. Indonesia
14 Masturi, A. Md Guru Bhs. Indonesia
15 Nahrowi, S. Ag Guru Fiqih
16 Mayunih Guru PPKN
17 Devi Indriyani, S. Pd Guru PPKN
18 Hj. Een Nur’ani, Amd Guru KTK
19 Maryanah, S. Hum Guru SKI
20 H. A. Royani, S. Ag Guru SKI
21 Imam Murodi Guru TIK
22 H. Komarudin, S. Ag Guru Tahsin
23 Agus Hasibuan, S. Ag Guru Tahsin
24 Drs. H. Husni. T Guru Aqidah Akhlak 25 Siti Maria Ulfa, Amd TU -
26 Hj. Nurul Fadilah Bendahara -
27 Nurusin Office Boy -
28 Jayadih Penjaga Sekolah -
49
Sedangkan keadaan siswa MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang
pada tahun pelajaran 2010/1011 seluruhnya berjumlah 337 siswa
Tabel 3
Keadaan Siswa MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang
No Kelas Putra Putri Jumlah
1 VII A 13 26 39
2 VII B 19 24 43
3 VII C 18 23 41
4 VIII A 21 8 29
5 VIII B 8 26 34
6 VIII C 13 27 40
7 IX A 26 10 36
8 IX B 24 14 38
9 IX C 7 30 37
JUMLAH 337
Sedangkan pakaian seragam yang dikenakan pada siswa/siswi
sebagaimana yang telah ditentukan oleh sekolah, yaitu:
No Hari Pakaian
1 Senin – Selasa Putih – putih, dan putri memakai jilbab
warna putih
2 Rabu – Kamis Putih biru dan Batik
3 Jum’at Hitam putih (putra baju koko), jilbab putih
(putri)
4 Sabtu Pramuka, dan putri memakai jilbab warna
coklat tua
B. Deskripsi Data
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan. Diperoleh data
mengenai Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
Motivasi Beragama Siswa. Kemudian data tersebut diolah dalam tabel tabulasi
dan dianalisa sebagai berikut:
C. Analisa Data
Analisa data yang diperoleh dari Peran Guru PAI dalam meningkatkan
motivasi beragama siswa adalah:
50
1. Peran Guru PAI
TABEL 4
Guru agama memerintahkan saya untuk melaksanakan
shalat lima waktu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
1 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
42
7
1
-
-
84 %
14 %
2 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (98 %) menyatakan menyukai perintah yang diberikan oleh guru agama
untuk melaksanakan shalat lima waktu. Dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan ragu (2 %).
TABEL 5
Guru agama menasehati saya agar berpakaian rapi dan sopan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
2 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
39
9
2
-
-
78 %
18 %
4 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (96 %) menyatakan menyukai nasehat guru agama untuk berpakaian
rapi dan sopan. Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (4 %).
TABEL 6
Guru agama menyarankan saya untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang berkaitan dengan keagamaan di sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
3 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
15
26
8
1
-
30 %
52 %
16 %
2 %
-
Jumlah 50 100 %
51
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar
siswa (82 %) menyatakan menyukai saran yang diberikan oleh guru agama
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan keagamaan
di sekolah. Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (16 %) dan
sedikit sekali yang menyatakan tidak setuju (2 %).
TABEL 7
Guru agama mengajarkan saya untuk mengucapkan salam apabila
bertemu dengan guru, dan teman di jalan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
4 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
25
21
4
-
-
50 %
42 %
8 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (92 %) menyatakan setuju jika guru agama mengajarkan untuk
mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru, dan teman di jalan. Dan
hanya sedikit sekali yang menyatakan ragu (8 %).
TABEL 8
Guru agama mengajarkan saya pelajaran mengenai macam-macam
ibadah yang wajib dikerjakan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
5. Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
30
18
2
-
-
60 %
36 %
4 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (96 %) menyatakan setuju jika guru agama mengajarkan mengenai
macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan. Dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan ragu (4 %).
52
TABEL 9
Guru agama mengajarkan saya untuk bersikap jujur
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
6 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
28
21
1
-
-
56 %
42 %
2 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (98 %) menyatakan set7uju jika guru agama mengajarkan untuk
bersikap jujur. Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (2 %).
TABEL 10
Guru agama melarang siswa untuk merokok
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
7 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
34
14
1
1
-
68 %
28 %
2 %
2 %
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (96 %) menyatakan menyukai perintah guru agama untuk tidak
merokok. Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (2 %) dan yang
menyatakan tidak setuju (2 %).
TABEL 11
Guru agama mengajarkan saya untuk tidak berbohong atau
membicarakan kejelekan orang lain
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
8 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
32
16
2
-
-
64 %
32 %
4 %
-
-
Jumlah 50 100 %
53
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (96 %) menyatakan menyukai jika guru agama mengajarkan untuk tidak
berbohong atau membicarakan kejelekan orang lain. Dan hanya sebagian kecil
yang menyatakan ragu (4 %).
TABEL 12
Guru agama melarang siswa tawuran sesama pelajar
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
9 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
29
17
2
2
-
58 %
34 %
4 %
4 %
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (92 %) menyatakan setuju jika guru agama melarangansiswa untuk tidak
tawuran sesama pelajar. Dan sebagian kecil yang menyatakan ragu (4 %) dan
yang menyatakan tidak setuju (4 %).
TABEL 13
Guru agama menasehati saya untuk menghormati orang tua,
guru, dan teman
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
10 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
45
5
-
-
-
90 %
10 %
-
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa seluruh siswa
(100 %) menyatakan setuju jika guru agama memberikan nasehat untuk
menghormati orang tua, guru, dan teman.
54
TABEL 14
Guru agama membantu siswa yang mengalami kesulitan/belum mengerti
dalam belajar pendidikan agama Islam (Fiqih, Aqidah Akhlak dan SKI)
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
11 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
37
2
-
1
20 %
74 %
4 %
-
2 %
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (94 %) menyatakan setuju jika guru agama membantu siswa yang
mengalami kesulitan/belum mengerti dalam belajar pendidikan agama Islam.
Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (4 %) dan yang menyatakan
sangat tidak setuju (2 %).
TABEL 15
Guru agama mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan
dengan materi yang telah diajarkan setiap akhir pelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
12 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
8
32
8
1
1
16 %
64 %
16 %
2 %
2 %
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar
siswa (80 %) menyatakan setuju jika guru agama mengajukan pertanyaan
yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan setiap akhir pelajaran. Dan
hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (16 %). Dan hanya sedikit sekali
yang menyatakan tidak setuju (2 %) dan yang menyatakan sangat tidak setuju
(2%).
55
TABEL 16
Guru agama selalu memperhatikan sikap dan tingkah laku siswa dalam
kehidupan sehari-hari
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
13 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
13
30
6
1
-
26 %
60 %
12 %
2 %
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar
siswa (86 %) menyatakan menyukai apabila guru agama memperhatikan sikap
dan tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dan hanya sebagian kecil
yang menyatakan ragu (12 %). Dan sedikit sekali yang menyatakan tidak
setuju (2 %).
TABEL 17
Guru agama selalu mengontrol siswa saat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
14 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
14
24
12
-
-
28 %
48 %
24 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar
siswa (76 %) menyatakan menyukai apabila guru agama selalu mengontrol
siswa saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan kegiatan
keagamaan. Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (24 %).
56
2. Motivasi Beragama Siswa
TABEL 18
Saya mempunyai kemauan yang tinggi untuk beribadah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
15
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
33
14
3
-
-
66 %
28 %
6 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (94 %) menyatakan mempunyai kemauan yang tinggi untuk beribadah.
Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (6 %).
TABEL 19
Saya melaksanakan shalat wajib 5 waktu tanpa paksaan dari orang lain
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
16 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
30
12
7
-
1
60 %
24 %
14 %
-
2%
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar
siswa (84 %) menyatakan mereka melaksanakan shalat wajib 5 waktu tanpa
paksaan dari orang lain. Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu
(14%). Dan hanya sedikit sekali yang menyatakan sangat tidak setuju (2 %).
TABEL 20
Saya melaksanakan ajaran agama agar mendapatkan
ridha dari Allah swt
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
17 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
28
20
2
-
-
56 %
40 %
4 %
-
-
Jumlah 50 100 %
57
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (96 %) menyatakan mereka melaksanakan ajaran agama agar
mendapatkan ridha dari Allah swt. Dan hanya sedikit sekali yang menyatakan
ragu (4 %).
TABEL 21
Saya selalu bertanya hal-hal yang tidak diketahui tentang agama kepada
guru, orang tua atau Ustadz yang ada
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
18 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
17
23
8
1
1
34 %
46 %
16 %
2 %
2 %
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar
siswa (80 %) menyatakan selalu bertanya hal-hal yang tidak diketahui tentang
agama kepada guru, orang tua atau Ustadz yang ada. Dan hanya sebagian kecil
yang menyatakan ragu (16 %). Dan sedikit sekali yang menyatakan tidak
setuju (2 %) dan yang menyatakan sangat tidak setuju (2 %).
TABEL 22
Saya menyukai ceramah agama yang diberikan oleh guru agama Islam
atau Ustadz di tempat pengajian
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
19 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
18
23
9
-
-
36 %
46 %
18 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar
siswa (82 %) menyatakan menyukai ceramah agama yang diberikan oleh guru
agama Islam atau Ustadz di tempat pengajian. Dan hanya sebagian kecil yang
menyatakan ragu (18 %).
58
TABEL 23
Saya selalu mengikuti kegiatan tadarus yang dilaksanakan setiap
pagi hari secara berjama’ah di halaman sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
20 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
25
23
2
-
-
50 %
46 %
4 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (96 %) menyatakan selalu mengikuti kegiatan tadarus yang
dilaksanakan setiap pagi hari secara berjama’ah di halaman sekolah. Dan
hanya sedikit sekali yang menyatakan ragu (4 %).
TABEL 24
Saya mengikuti kegiatan keagamaan di luar sekolah. Seperti: pengajian
remaja, pengajian baca tulis al-Qur’an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
21 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
18
22
10
-
-
36 %
44 %
20 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar
siswa (80 %) menyatakan selalu mengikuti kegiatan keagamaan di luar
sekolah. Seperti: pengajian remaja, pengajian baca tulis al-Qur’an. Dan hanya
sebagian kecil yang menyatakan ragu (20 %).
TABEL 25
Saya mempraktekkan materi pelajaran PAI yang telah diajarkan
di sekolah dalam kehidupan sehari-hari
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
22 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
7
31
11
1
-
14 %
62 %
22 %
2 %
-
Jumlah 50 100 %
59
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian besar
siswa (76 %) menyatakan mereka mempraktekkan materi pelajaran PAI yang
telah di ajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Dan hanya sebagian
kecil yang menyatakan ragu (22 %). Dan sedikit sekali yang menyatakan tidak
setuju (2 %).
TABEL 26
Saya bertutur kata dan berperilaku yang sopan kepada semua orang,
baik di sekolah maupun di luar sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
23 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
22
25
2
-
1
44 %
50 %
4 %
-
2 %
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (94 %) menyatakan mereka selalu bertutur kata dan berperilaku yang
sopan kepada semua orang, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dan
hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (4 %) dan yang menyatakan
sangat tidak setuju (2 %).
TABEL 27
Saya mendapatkan dorongan dari orang tua, guru dan teman-teman
untuk lebih rajin beribadah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
24 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
23
25
2
-
-
46 %
50 %
4 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarka tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (96 %) menyatakan mendapatkan dorongan dari orang tua, guru dan
teman-teman untuk lebih rajin beribadah. Dan hanya sedikit sekali yang
menyatakan ragu (4 %).
60
TABEL 28
Saya mengikuti kegiatan muhadhoroh di sekolah agar dapat perhatian
dari guru dan teman-teman
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
25 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
12
6
13
16
3
24 %
12 %
26 %
32 %
6 %
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir setengah
siswa (36 %) menyatakan mereka selalu mengikuti kegiatan muhadhoroh di
sekolah agar dapat perhatian dari guru dan teman-teman. Dan hanya sebagian
kecil yang menyatakan ragu (26 %), yang menyatakan tidak setuju (32 %).
Dan sedikit sekali yang menyatakan sangat tidak setuju (6 %).
TABEL 29
Saya ikhlas mengikuti kegiatan tadarus di sekolah
agar menjadi pintar membaca al-Qur’an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
26 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
35
13
2
-
-
70 %
26 %
4 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (96 %) menyatakan ikhlas mengikuti kegiatan tadarus di sekolah agar
menjadi pintar membaca al-Qur’an. Dan hanya sedikit sekali yang
menyatakan ragu (4 %).
TABEL 30
Saya giat belajar agama Islam agar mendapatkan nilai yang memuaskan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
27 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
23
24
3
-
-
46 %
48 %
6 %
-
-
Jumlah 50 100 %
61
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (94 %) menyatakan mereka giat belajar agama Islam agar mendapatkan
nilai yang memuaskan. Dan hanya sedikit sekali yang menyatakan ragu (6 %).
TABEL 31
Saya melaksanakan shalat 5 waktu karena takut akan dosa dan ganjaran
di akhirat nanti
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
28 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
32
17
-
1
-
64 %
34 %
-
2 %
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (98 %) menyatakan mereka melaksanakan shalat 5 waktu karena takut
akan dosa dan ganjaran di akhirat nanti. Dan hanya sedikit sekali yang
menyatakan tidak setuju (2 %).
TABEL 32
Saya mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan agama Islam di sekolah
karena takut dimarahi oleh guru jika tidak mengikutinya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
29 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
12
14
17
3
4
24 %
28 %
34 %
6 %
8 %
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa lebih dari
setengah siswa (52 %) menyatakan mereka mengikuti kegiatan yang berkaitan
dengan agama Islam di sekolah karena takut dimarahi oleh guru jika tidak
mengikutinya. Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan ragu (34 %). Dan
hanya sedikit sekali yang menyatakan tidak setuju (6 %) dan yang menyatakan
sangat tidak setuju (8 %).
62
TABEL 33
Saya melaksanakan shalat 5 waktu sebagai kebutuhan hidup
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
30 Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
23
23
4
-
-
46 %
46 %
8 %
-
-
Jumlah 50 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir seluruh
siswa (92 %) menyatakan mereka melaksanakan shalat 5 waktu sebagai
kebutuhan hidup. Dan hanya sedikit sekali yang menyatakan ragu (2 %).
D. Interpretasi Data
Data yang sudah diperoleh dari siswa dalam bentuk angket, dan diolah
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan prosentase
dengan menggunakan rumus:
%100xN
FP
Keterangan:
P = Prosentase Tiap Jawaban
F = Frekuensi Jawaban
N = Jumlah Responden
Kemudian di interpretasikan dengan mencari jumlah rata-rata
prosentase yang terdapat dalam tabel. Langkah ini digunakan untuk
mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
motivasi beragama siswa di MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang.
Dalam menginterpretasikan nilai rata-rata prosentase yang diperoleh,
penulis menentukan kriteria sebagai berikut:
No Prosentase Kategori
1 80 % - 100 % Sangat baik
2 60 % - 79 % Baik
3 40 % - 59 % Cukup Baik
4 < 39 % Kurang Baik
63
Tabel 34
Rekapitulasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam
No Item Pernyataan
Alternatif Jawaban
SS S R TS STS
1 Guru agama memerintahkan saya untuk
melaksanakan shalat lima waktu
42
(84 %)
7
(14 %)
1
(2%)
0
(0 %)
0
(0 %)
2 Guru agama menasehati saya agar
berpakaian rapi dan sopan
39
(78 %)
9
(18 %)
2
(4 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
3
Guru agama menyarankan saya untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
berkaitan dengan keagamaan di sekolah
15
(30 %)
26
(52 %)
8
(16 %)
1
(2 %)
0
(0 %)
4
Guru agama mengajarkan saya untuk
mengucapkan salam apabila bertemu
dengan guru, dan teman di jalan
25
(50 %)
21
(42 %)
4
(8 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
5
Guru agama mengajarkan saya pelajaran
mengenai macam-macam ibadah yang
wajib dikerjakan
30
(60 %)
18
(36 %)
2
(4 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
6 Guru agama mengajarkan saya untuk
bersikap jujur
28
(56 %)
21
(42 %)
1
(2 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
7 Guru agama melarang siswa untuk
merokok
34
(68 %)
14
(28 %)
1
(2 %)
1
(2 %)
0
(0 %)
8
Guru agama mengajarkan saya untuk
tidak berbohong atau membicarakan
kejelekan orang lain
32
(64 %)
16
(32 %)
2
(4 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
9 Guru agama melarang siswa tawuran
sesama pelajar
29
(58 %)
17
(34 %)
2
(4 %)
2
(4 %)
0
(0 %)
10 Guru agama menasehati saya untuk
menghormati orang tua, guru, dan teman
45
(90 %)
5
(10 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
11
Guru agama membantu siswa yang
mengalami kesulitan/belum mengerti
dalam belajar pendidikan agama Islam
(Fiqih, Aqidah Akhlak dan SKI)
10
(20 %)
37
(74 %)
2
(4 %)
0
(0 %)
1
(2 %)
12
Guru agama mengajukan pertanyaan
kepada siswa yang berkaitan dengan
materi yang telah diajarkan setiap akhir
pelajaran
8
(16 %)
32
(64 %)
8
(16 %)
1
(2 %)
1
(2 %)
13
Guru agama selalu memperhatikan sikap
dan tingkah laku siswa dalam kehidupan
sehari-hari
13
(26 %)
30
(60 %)
6
(12 %)
1
(2 %)
0
(0 %)
14
Guru agama selalu mengontrol siswa
saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
yang berkaitan dengan kegiatan
keagamaan
14
(28 %)
24
(48 %)
12
(24 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
Total Prosentase 728 % 554 % 102 % 12 % 4 %
Rata-rata Prosentase 52 % 39,57 % 7, 29 % 0, 86 % 0, 28 %
64
Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa peran guru Pendidikan
Agama Islam secara keseluruhan dari ketiga dimensi yaitu mendidik,
mengajar dan mengevaluasi masuk dalam kategori sangat baik karena
mencapai rata-rata 91,57 %. Dan rata-rata tersebut diperoleh dari penjumlahan
rata-rata prosentase jawaban siswa yang menyatakan sangat setuju dan setuju.
Hal ini dapat ditunjukkan dari rincian peran guru yang terlihat sangat
efektif dalam mendidik yang mencapai jumlah rata-rata prosentase 93,67 %,
yang dapat ditunjukkan dari guru agama yang selalu memberikan nasehat dan
masukan kepada para siswanya untuk selalu mengucapkan salam dan
melaksanakan shalat lima waktu.
Dalam mengajar yang mencapai rata-rata prosentase 95,6 %, yang
dapat ditunjukkan dari guru agama yang selalu mengajarkan para siswanya
untuk selalu menghormati orang tua, guru dan teman serta membantu para
siswanya yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Dan dalam mengevaluasi yang mencapai jumlah rata-rata prosentase
80,66 %, yang dapat ditunjukkan dari intensitas guru agama yang selalu
mengontrol para siswa dalam menjalankan aktivitas mereka sehari-hari.
Tabel 35
Rekapitulasi Motivasi Beragama Siswa
No Item Pernyataan
Alternatif Jawaban
SS S R TS STS
1 Saya mempunyai kemauan yang tinggi
untuk beribadah 33
(66 %)
14
(28 %)
3
(6 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
2 Saya melaksanakan shalat wajib 5 waktu
tanpa paksaan dari orang lain 30
(60 %)
12
(24 %)
7
(14 %)
0
(0 %)
1
(2 %)
3 Saya melaksanakan ajaran agama agar
mendapatkan ridha dari Allah swt 28
(56 %)
20
(40 %)
2
(4 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
4
Saya selalu bertanya hal-hal yang tidak
diketahui tentang agama kepada guru,
orang tua atau Ustadz yang ada
17
(34 %)
23
(46 %)
8
(16 %)
1
(2 %)
1
(2 %)
5
Saya menyukai ceramah agama yang
diberikan oleh guru agama Islam atau
Ustadz di tempat pengajian
18
(36 %)
23
(46 %)
9
(18 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
65
6
Saya selalu mengikuti kegiatan tadarus
yang dilaksanakan setiap pagi hari secara
berjama’ah di halaman sekolah
25
(50 %)
23
(46 %)
2
(4 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
7
Saya mengikuti kegiatan keagamaan di
luar sekolah. Seperti: pengajian remaja,
pengajian baca tulis al-Qur’an
18
(36 %)
22
(44 %)
10
(20 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
8
Saya mempraktekkan materi pelajaran
PAI yang telah di ajarkan di sekolah
dalam kehidupan sehari-hari
7
(14 %)
31
(62 %)
11
(22 %)
1
(2 %)
0
(0 %)
9
Saya bertutur kata dan berperilaku yang
sopan kepada semua orang, baik di
sekolah maupun di luar sekolah
22
(44 %)
25
(50)
2
(4 %)
0
(0 %)
1
(2 %)
10
Saya mendapatkan dorongan dari orang
tua, guru dan teman-teman untuk lebih
rajin beribadah
23
(46 %)
25
(50 %)
2
(4 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
11
Saya mengikuti kegiatan muhadhoroh di
sekolah agar dapat perhatian dari guru
dan teman-teman
12
(24 %)
6
(12 %)
13
(26 %)
16
(32 %)
3
(6 %)
12
Saya ikhlas mengikuti kegiatan tadarus
di sekolah agar menjadi pintar membaca
al-Qur’an
35
(70 %)
13
(26 %)
2
(4 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
13 Saya giat belajar agama Islam agar
mendapatkan nilai yang memuaskan 23
(46 %)
24
(48 %)
3
(6 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
14
Saya melaksanakan shalat 5 waktu
karena takut akan dosa dan ganjaran di
akhirat nanti
32
(64 %)
17
(34 %)
0
(0 %)
1
(2 %)
0
(0 %)
15
Saya mengikuti kegiatan yang berkaitan
dengan agama Islam di sekolah karena
takut dimarahi oleh guru jika tidak
mengikutinya
12
(24 %)
14
(28 %)
17
(34 %)
3
(6 %)
4
(8 %)
16 Saya melaksanakan shalat 5 waktu
sebagai kebutuhan hidup 23
(46 %)
23
(46 %)
4
(8 %)
0
(0 %)
0
(0 %)
Total Prosentase 716 % 630 % 190 % 44 % 20 %
Rata-rata Prosentase 44, 75% 39, 37 % 11, 88 % 2, 75 % 1, 25 %
Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa motivasi beragama
siswa masuk dalam kategori sangat baik karena mencapai rata-rata 84,12%.
Dan rata-rata tersebut diperoleh dari penjumlahan rata-rata prosentase jawaban
siswa yang menyatakan sangat setuju dan setuju. Hal ini dapat ditunjukkan
dari motivasi yang dimiliki oleh para siswa sangat baik karena mereka
mempunyai kesadaran dan kemauan yang sangat tinggi dalam menjalankan
ibadah. keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikulur yang berkaitan
66
dengan keagamaan di sekolah dan juga perilaku mereka yang sopan dan
santun dalam kehidupan sehari-hari. Dan melaksanakan ibadah wajib seperti
shalat lima waktu tanpa paksaaan dari orang lain.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis
dapat mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mendidik, mengajar dan
mengevaluasi sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian
yang menunjukkan rata-rata peran guru Pendidikan Agama Islam
tergolong sangat baik karena mencapai rata-rata 91,57 %.
2. Motivasi beragama siswa dalam pelaksanaan kegiatan agama Islam/ibadah
sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang
menunjukkan rata-rata motivasi beragama siswa dalam pelaksanaan
kegiatan agama Islam/ibadah tergolong sangat baik karena mencapai rata-
rata 84,12 %.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran kepada
semua pihak yang terlibat dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya di
lingkungan MTs. Al- Fitroh Cipondoh Tangerang.
1. Bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI), diharapkan untuk selalu
mencari dan menambah wawasan terkait dengan materi PAI agar dalam
proses belajar mengajar PAI dapat tersampaikan dengan lebih baik lagi.
68
Dan diharapkan juga agar guru PAI mencari strategi yang dapat menarik
minat siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah.
2. Bagi siswa, diharapkan untuk selalu menunjukan konsistensi sikapnya
dalam upaya melaksanakan ajaran agama Islam agar memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
69
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press,
2000)
Ahmadi, H. Abu; Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004)
An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1995)
Arifin, H. M., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta:
Rineka Cipta, 2006)
Azhari, Akyas Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama Semarang,1996)
B. Uno, Hamzah, Teori Motivasi & pengukurannya (Analisis Di Bidang
Pendidikan), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Buchori, Mochtar, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, (Yogyakarta: Ikip
Muhammadiyah Jakarta Press, 1994)
Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk,
2001)
_____________, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi
Aksara, 1981)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Asy Syifa,
1999)
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005)
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000)
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet.
Ke-2
Hamdani, H. Ihsan; H. A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2007)
K. Nottingham, Elizabeth, Agama dan Masyarakat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994)
70
Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Garis-Garis Besar Haluan Negara,
(Jakarta: PT. Pabelan Jaya, 1999)
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
Muhaimin, H., Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009))
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2006)
Nata, H. Abuddin, filsafat Pendidikan Islam 1, (Ciputat: Logos, 2001)
Nurdin, H. Syafruddin; M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)
Proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan Tinggi Islam/ IAIN di Jakarta, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kopertais, 1984)
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985)
Ramayulis, H., Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia,2002)
___________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2001)
Rasyad, H. Aminuddin, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press
& Yayasan Pep-Ex 8, 2003)
Sabri, H. M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996)
_______________, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005)
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran¸ (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008)
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990)
Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008)
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008)
71
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996)
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006)
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2009)
Yamin, H. Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Ciputat: Gaung
Persada Press, 2006)
Yasin, A. Fatah, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang
Press, 2008)
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
73
ANGKET UNTUK SISWA
Nama : ………..……. Hari : …………………
Kelas : ……………... Tanggal : ………………...
Petunjuk
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan sungguh-sunguh.
2. Berilah tanda Check List ( √ ) pada salah satu kolom sesuai jawaban yang anda
anggap benar.
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu-Ragu
TS = Tidak setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
3. Bacalah basmalah sebelum anda menjawab pernyataan.
N
o Pernyataan SS S R TS STS
1 Guru agama memerintahkan saya untuk melaksanakan shalat
lima waktu
2 Guru agama menasehati saya agar berpakaian rapi dan sopan
3 Guru agama menyarankan saya untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang berkaitan dengan keagamaan di sekolah
4 Guru agama mengajarkan saya untuk mengucapkan salam
apabila bertemu dengan guru, dan teman di jalan
5 Guru agama mengajarkan saya pelajaran mengenai macam-
macam ibadah yang wajib dikerjakan
6 Guru agama mengajarkan saya untuk bersikap jujur
7 Guru agama melarang siswa untuk merokok
8 Guru agama mengajarkan saya untuk tidak berbohong atau
membicarakan kejelekan orang lain
9 Guru agama melarang siswa tawuran sesama pelajar
10 Guru agama menasehati saya untuk menghormati orang tua,
guru, dan teman
11
Guru agama membantu siswa yang mengalami
kesulitan/belum mengerti dalam belajar pendidikan agama
Islam (Fiqih, Aqidah Akhlak dan SKI)
74
12
Guru agama mengajukan pertanyaan kepada siswa yang
berkaitan dengan materi yang telah diajarkan setiap akhir
pelajaran
13 Guru agama selalu memperhatikan sikap dan tingkah laku
siswa dalam kehidupan sehari-hari
14 Guru agama selalu mengontrol siswa saat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan
15 Saya mempunyai kemauan yang tinggi untuk beribadah
16 Saya melaksanakan shalat wajib 5 waktu tanpa paksaan dari
orang lain
17 Saya melaksanakan ajaran agama agar mendapatkan ridha dari
Allah swt
18 Saya selalu bertanya hal-hal yang tidak diketahui tentang
agama kepada guru, orang tua atau Ustadz yang ada
19 Saya menyukai ceramah agama yang diberikan oleh guru
agama Islam atau Ustadz di tempat pengajian
20 Saya selalu mengikuti kegiatan tadarus yang dilaksanakan
setiap pagi hari secara berjama’ah di halaman sekolah
21 Saya mengikuti kegiatan keagamaan di luar sekolah. Seperti:
pengajian remaja, pengajian baca tulis al-Qur’an
22 Saya mempraktekkan materi pelajaran PAI yang telah di
ajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari
23 Saya bertutur kata dan berperilaku yang sopan kepada semua
orang, baik di sekolah maupun di luar sekolah
24 Saya mendapatkan dorongan dari orang tua, guru dan teman-
teman untuk lebih rajin beribadah
25 Saya mengikuti kegiatan muhadhoroh di sekolah agar dapat
perhatian dari guru dan teman-teman
26 Saya ikhlas mengikuti kegiatan tadarus di sekolah agar
menjadi pintar membaca al-Qur’an
27 Saya giat belajar agama Islam agar mendapatkan nilai yang
memuaskan
28 Saya melaksanakan shalat 5 waktu karena takut akan dosa dan
ganjaran di akhirat nanti
29
Saya mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan agama Islam
di sekolah karena takut dimarahi oleh guru jika tidak
mengikutinya
30 Saya melaksanakan shalat 5 waktu sebagai kebutuhan hidup
75
PEDOMAN WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 20 Oktober 2010
Tempat Wawancara : Ruang guru MTs. Al- Fitroh
Responden : Guru Mata Pelajaran PAI
1. Bagaimana proses belajar mengajar PAI di Mts. Al- fitroh?
2. Metode apa saja yang Bapak terapkan dalam pembelajaran PAI?
3. Kendala apa saja yang Bapak hadapi dalam pembelajaran PAI?
4. Bagaimana upaya Bapak dalam proses pembelajaran dalam mengatasi
kendala-kendala tersebut?
5. Usaha apa saja yang bapak lakukan dalam menciptakan suasana belajar
mengajar yang kondusif?
6. Strategi yang seperti apakah yang Bapak lakukan dalam memotivasi siswa
untuk meningkatkan keimanan siswa tentang agama Islam?
7. Faktor-faktor apa saja menurut pendapat Bapak yang dapat mempengaruhi
motivasi siswa dalam meningkatkan pelaksanaan ibadah?
8. Usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan motivasi beragama
siswa dalam beribadah?
9. Bagaimana hasil kegiatan siswa dalam pelaksanaan kegiatan
ibadah/keagamaan yang telah Bapak usahakan dalam meningkatkan motivasi
beragama siswa?
76
HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 20 Oktober 2010
Tempat Wawancara : Ruang guru MTs. Al- Fitroh
Responden : Guru Mata Pelajaran PAI
1. Proses belajar mengajar yang terjadi di MTs. Al- Fitroh cukup baik. Walaupun
ada saja hambatannya.
2. Metode yang saya terapkan dalam pembelajaran sangat bervariatif mulai dari
metode Ceramah, Tanya jawab, Praktek, Demonstrasi, Tugas dan yang paling
penting adalah keteladanan.
3. Kendala yang sering saya hadapi adalah sikap siswa yang kadang
menyimpang ketika proses pembelajaran, diantaranya ketika saya menjelaskan
materi siswa ngobrol sendiri dengan teman sebangkunya, ada juga yang
mengantuk. Selain itu kurangnya minat baca anak akan materi Pendidikan
Agama Islam.
4. Awalnya saya menegur mereka terlebih dahulu, dan seandainya dengan
teguran tersebut tidak berhasil, maka saya akan memberi hukuman kepada
mereka, tetapi hukuman itu setidaknya adalah hukuman yang mendidik (bukan
fisik).
5. Sebelum saya memulai pelajaran terlebih dahulu mengkondisikan kelas, yang
saya perhatikan terlebih dahulu diantaranya kebersihan kelas dan kelengkapan
alat-alat pengajaran, kemudian siswa dikondisikan artinya sebelum pelajaran
dimulai pastikan kalau mereka sudah siap untuk mengikuti pembelajaran.
Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran tidak ditemukan sikap atau
perilaku yang menyimpang yang dapat mengganggu kelancaran proses
pembelajaran.
6. Untuk langkah awal, mungkin saya mengenalkan Pendidikan Agama Islam
sebagai suatu mata pelajaran yang menarik dengan menggunakan metode
77
pembelajaran yang bervariatif tadi dalam penyampaiannya. Sehingga timbul
rasa senang dalam diri siswa untuk mempelajari materi PAI. Dan tentunya
mereka akan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
7. Faktor internal = kemauan dari dalam diri siswa sendniri
Faktor eksternal = faktor pendukung dari orang terdekat mereka seperri guru
agama di sekolah dan tersedianya sarana dan pra sarana yang dapat digunakan
sebagai wadah pembinaan mereka.
8. Usaha yang saya lakukan dan tentunya atas dukungan dari pihak sekolah
adalah dengan mengadakan kegiatan ekskul yang bersifat keagamaan seperti:
marawis, muhadhoroh, Qiro’atul kutub, kaligrafi dan tentunya pembinaan
tadarus yang rutin kami lakukan setiap pagi hari di halaman sekolah secara
berjama’ah sebelum memulai aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
9. Alhamdulillah, hasil dari usaha yang saya dan pihak sekolah lakukan berjalan
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa untuk mengikuti berbagai
macam kegiatan tersebut. Dan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut lebih
memiliki skill/kemampuan yang lebih baik dari siswa-siswa yang lainnya.
Tangerang, 20 Oktober 2010
Yang di Interview Yang Menginterview
Nahrowi, S.Ag Fitri Luthfiati