peran kepemimpinan kepala sekolah dalam...
TRANSCRIPT
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI AL-IHSAN
PAMULANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
DISUSUN OLEH
M. Dzikri Abdul Rohman
NIM. 1113018200004
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
I
ABSTRAK
M. Dzikri Abdul Rohman (1113018200004). Peran Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di MI Al-Ihsan PAMULANG. Skripsi
program strata satu (S-1), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kegiatan budaya
disiplin siswa di sekolah bambu apus PAMULANG. Penelitian ini termasuk ke
dalam penelitian deskriptif kulaitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengungkapkan kejadian atau fakta, dan keadaan yang terjadi saat penelitian
berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, angket, dan studi
dokumentasi.
berbicara budaya disiplin sekolah, dimana sekolah adalah sebuah
organisasi yang setiap anggotanya mempunyai tujuan yang di cita-citakan
bersama, maka kita juga akan akan berbicara tentang pimpinan organisasi
tersebut yakni kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkkan peran kepala
sekolah sangat mempengaruhi prestasi belajar dan prilaku siswa.
Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu kepala
sekolah harus bisa menanamkan prilaku disiplin kepada peserta didik, karena
disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang
berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan
yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.
Kepala sekolah di tuntut untuk kreatif dan beradaptasi dengan
perubahan-perubahan zaman. Kepala sekolah harus mengetahui budaya
sekolah mereka, mampu membentuk budaya disiplin yang baik dan pada
akhirnya tujuan yang di cita-citakan oleh sekolah dapat tercapai.
Berdasarkan hasil penelitian ini menujukkan pengelolaan budaya
disiplin di MI Al-Ihsan Pamulang Sudah bagus, namun masih terdapat
kekurangan dari konisitensi dalam menegakkan peraturan. kepala sekolah
harus lebih berani mengontrol setiap elemen yang ada di sekolah. supaya
budaya disiplin di sekolah bisa meningkat dan kegiatan belajar mengajar bisa
lebih efektif. Setiap siswa juga bisa merasakan kenyamanan dalam
melaksanakan pembelajaran.
Kata Kunci: Budaya Disiplin, peran kepala sekolah
II
ABSTRACT
M. Dzikri Abdul Rohman (1113018200004). Role of School Principals in
Improving Student Discipline in MI Al-Ihsan PAMULANG. Undergraduate
thesis program (S-1), Education Management Department, Faculty of Tarbiyah
and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
2018.
This study aims to describe the disciplinary cultural activities of
students at Bambu Apus School PAMULANG. This research is included in
descriptive descriptive research, namely research that aims to reveal events or
facts, and the circumstances that occur when the research takes place by
presenting what actually happened. Data collection techniques through
observation, interviews, questionnaires, and documentation studies.
speaking of school discipline culture, where school is an organization
that each member has a common goal, then we will also talk about the
leadership of the organization, the principal. The results of the study show that
the role of the principal greatly influences student achievement and behavior.
Discipline is very important for students. Therefore the school principal
must be able to instill discipline behavior in students, because the discipline
will become a habit for students. People who are successful in their respective
fields generally have high discipline. Conversely people who fail, generally not
disciplined.
The principal is required to be creative and adapt to the changing times.
Principals must know their school culture, be able to form a good culture of
discipline and ultimately the goals aspired by the school can be achieved.
Based on the results of this study, the management of disciplinary
culture in MI Al-Ihsan Pamulang is already good, but there are still
shortcomings in the consistency in enforcing regulations. the principal must be
more courageous in controlling every element in the school. so that a culture of
discipline in schools can improve and teaching and learning activities can be
more effective. Every student can also feel comfortable in carrying out
learning.
Keywords: Discipline Culture, the role of the principal
III
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil „alamiin Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani. Berkat ridho,
hidayah, dan inayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa di MI Al-Ihsan Pamulang”. Shalawat dan salam tak lupa tak
lupa penulis curahkan kepada junjungan ku, Baginda Rasulullah, Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan skripsi ini berkat bantuan
dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebersar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan skripsi
ini. Dengan rendah hati penulis mengucapkan terimah banyak khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA,Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Uneversitas Islam Negeri Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy‟ari M.Pd, selaku ketua Jurusan Manajemen Pendidikan.
Terima kasih atas pengarahannya dalam kuliah selama ini sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
3. Dr. Jejen Musfah, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. Terima
kasih telah memberikan saran dan nasehat dalam perkuliahan selama ini.
4. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih
banyak atas meluangkan waktunya untuk bimbingan, mengarahkan,
memberikan motivasi, nasihat, dan saran dalam bimbingan skripsi sehingga
pengerjaan skripsi ini terselesaikan dengan lancar dalam pengerjaan skripsi
ini.
5. Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd selaku dosen pembimbing II. Terima kasih
banyak atas meluangkan waktunya untuk bimbingan, memberikan motivasi,
nasihat, saran dan terutama memberikan ilmu-ilmu mendalam tentang arsip
IV
dalam bimbingan skripsi sehingga pengerjaan skripsi ini terselesaikan dengan
lancar.
6. Seluruh dosen FITK khususnya dosen Manajemen Pendidikan. Terima kasih
atas ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat, mendidik, memotivasi dan
membimbing penulis semoga ilmu yang telah diberikan berguna kedepanya.
7. Bapak Ali Daud S.Pd selaku Kepala Sekolah MI Al-Ihsan Pamulang. Terima
kasih atas diberi pelayanan secara baik dalam proses penelitian selama
pengerjaan skripsi ini
8. Bapak Regista S.Pd sebagai informan penelitian di MI Al-Ihsan Pamulang.
Terima kasih atas informasi yang telah diberikan sehingga pengerjaan skripsi
dapat dikerjakan secara lancar.
9. Yang tercinta Bapa dan Mama yang telah mendukungku, menyemangati,
memotivasi, mendoakan dan selalu ada untuk penulis dalam pengerjaan
skripsi ini sehingga dapat dikerjakan dengan lancar.
10. adik tercinta, terima kasih atas dukungan dan doanya sehingga penulis
mendapatkan semangat dan motivasi pada pengerjaan skripsi ini.
11. Sahabat terdekat yaitu fikri, ade, irul, masluh, titin, erlita, dan indah Terima
kasih selalu memberi motivasi, menjadi tempat curhatan drama skripsi dan
selalu memberikan semangat sesama pejuang skripsi.
12. Teman-teman Manajemen Pendidikan 2013. Terima kasih atas dukungan, dan
doa nya selama ini, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini.
13. Keluarga PMII Manajemen Pendidikan Cabang Ciputat yang telah
memberikan dukungan dan semangat selama proses penulisan skripsi.
14. Untuk teman-teman dari PMII Cabang Ciputat yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan dan
memberi dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.
15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan doa dan dukungan secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas semua jasa yang
telah mereka berikan dan menjadikannya sebagai amal shaleh. Amin
V
Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika masih banyak kekurangan
yang terdapat dalam skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Ciputat, September 2018
Penulis
VI
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. I
ABSTRACT ......................................................................................................... II
KATA PENGANTAR ......................................................................................... III
DAFTAR ISI ........................................................................................................ VI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... IX
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... X
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah ..................................... 6
1. Identifikasi Masalah ............................................................................ 6
2. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
3. Perumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 7
1. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
2. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori.......................................................................................... 9
1. Peran kepemimpinan kepala sekolah ................................................... 9
a) kepemimpinan ..................................................................................... 9
b) Kepala sekolah ................................................................................... 10
c) peran kepala sekolah .......................................................................... 11
VII
2. Meningkatkan kedisiplinan peserta didik .......................................... 23
a) Pengertian Disiplin ............................................................................ 23
b) Pentingnya Disiplin ........................................................................... 25
c) Disiplin Peserta Didik ........................................................................ 27
d) Disiplin dan tata tertib ....................................................................... 28
e) pembinaan Disiplin peserta didik ...................................................... 32
f) Problematika hukuman ...................................................................... 41
g) Kode etik peserta didik ....................................................................... 42
h) Pengadilan peserta didik...................................................................... 45
i) Hukuman Peserta didik...................................................................... 46
B. Kerangka Pikir ........................................................................................ 48
C. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 49
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 50
1. Tempat Penelitian .............................................................................. 50
2. Waktu Penelitian................................................................................ 50
B. Metode Penelitian ................................................................................... 51
C. Populasi dan sampel ................................................................................ 51
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 51
1. Observasi ........................................................................................... 51
2. Wawancara ........................................................................................ 52
3. Metode Kuisioner (Angket) ............................................................... 52
4. Studi Dokumentasi............................................................................ 54
E. Teknik Analisis Data............................................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
VIII
A. Gambaran Umum MI AL-Ihsan PAMULANG ...................................... 58
1. Profil sekolah dan letak Geografis ..................................................... 58
2. Sejarah berdirinya MI Al Ihsan Pamulang ....................................... 59
3. Visi, Misi MI Al_Ihsan PAMULANG .............................................. 61
B. Deskripsi dan Analisis Data .................................................................... 62
1. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah .............................................. 62
2. Kedisiplinan Siswa ............................................................................ 66
3. faktor yang mempengaruhi belajar siswa di sekolah ......................... 73
4. Kendala-kendala pembinaan ............................................................. 75
C. Penyajian data Angket ............................................................................ 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 85
B. Saran ....................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
IX
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Rincian Kegiatan Penelitian ................................................................. 50
Tabel 3. 2 Pedoman Wawancara ........................................................................... 52
Tabel 3. 3 Pedoman Studi Dokumentasi ............................................................... 54
Tabel 4. 1 Tata tertib MI Al-Ihsan Pamulang ....................................................... 69
Tabel 4. 2 Kepala sekolah bersama guru memberikan sanksi kepada siswa yang
tidak disiplin .......................................................................................................... 77
Tabel 4. 3 kepala sekolah senantiasa melakukan pengawasan ............................. 78
Tabel 4. 4 kepala sekolah mampu menciptakan kondisi yang baik disekolah ..... 78
Tabel 4. 5 kepala sekolah bersama guru menindak siswa yang tidak disiplin ...... 79
Tabel 4. 6 kepala sekolah memberikan teladan yang baik bagi siswa .................. 80
Tabel 4. 7 kepala madrasah bersama guru menetapkan aturan tata tertib ............. 80
Tabel 4. 8 kepala sekolah menjalankan aturan secara adil kepada seluruh siswa. 81
Tabel 4. 9 kepala madrasah selalu melibatkan guru dan orang tua menyelesaikan
persoalan siswa...................................................................................................... 82
Tabel 4. 10 Rekapitulasi hasil data angket ........................................................... 82
X
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 - LEMBAR UJI REFERENSI
LAMPIRAN 2 - SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
LAMPIRAN 3 - SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 4 - SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN
PENELITIAN
LAMPIRAN 5 - PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN 6 - HASIL WAWANCARA
LAMPIRAN 7 - KEGIATAN BELAJAR DAN EKTRAKULIKULER
LAMPIRAN 8 – REKAP SISWA
LAMPIRAN 9 – ANGKET
LAMPIRAN 10 – HASIL ANGKET
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena
sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh sebab itu, pendidikan
juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor
pembangunan. Terdapat suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum
tentang arti pembangunan lazimnya bersifat menjurus. Pembangunan
semata-mata hanya beruang lingkup pembangunan material atau
pembangunan fisik berupa gedung, jembatan, pabrik, dan lain-lain.
Padahal sukses tidaknya pembangunan fisik justru sangat ditentukan oleh
keberhasilan di dalam pembangunan rohaniah/spiritual, yang secara bulat
diartikan pembangunan manusia.1
Pendidikan lahir dari pergaulan antar orang dewasa dan orang yang
belum dewasa dalam suatu kesatuan hidup. Melalui pendidikan manusia
berharap nilai-nilai kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar di wariskan
melainkan menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Nilai-nilai
kemanusiaan menjadi penuntun manusia untuk hidup berdampingan
dengan manusia lain. Upaya pendidikan melalui internalisasi nilai-nilai
kemanusiaan menuntun untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu,
pendidikan menjadi kebutuhan manusia.2
Adapun dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
1 Umar Tirtarahardja dan S. L. La sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka
Cpta, 2008) h. 300 2 Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2014). h.1
2
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.3
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dipahami bahwa pendidikan
harus direncanakan dengan matang mulai dari kepala sekolah, guru,
metode belajar, bahkan mengenai budaya kedidiplinan di lingkungan
sekolah, agar terwujud suasana belajar dan mengajar yang aktif dan
efektif.
Sekolah sebagai institusi pendidikan yang diharapkan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam peningkatan mutu,
perlu dikelola, diatur, ditata dan diberdayakan, agar dapat menghasilkan
produk atau hasil secara optimal. Secara internal, Sekolah memiliki
perangkat guru, murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Sedangkan secara
eksternal, sekolah memiliki dan berhubungan dengan isntansi lain baik
secara vertikal maupun horizontal.
Untuk tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas,
maka diperlukan kerjasama yang baik antara setiap personel yang terdapat
disekolah, seperti kepala sekolah, guru, Tu, dan siswa. dan saling sinergi
antara lingkungan Sekolah dan lingkungan masyarakat. Sekolah sebagai
salah satu lingkungan pendidikan harus senantiasa memperhatikan
kedisiplinan anak dalam setiap kegiatan yang di selenggarakan khususnya
dalam setiap proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara
kepala Sekolah, guru, dan orang tua siswa dalam rangka menumbuhkan
atau membina kedisiplinan pada siswa.
Kepala sekolah merupakan satu komponen yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, yang memiliki tanggung jawab lebih
dibandingkan dengan personel lainnya disekolah. Sekolah seperti
diberikan tanggung jawab yang berlebih untuk memajukan pendidikan
yang ia pimpin. Seperti diungkapkan supriadi (1998) bahwa “Erat
hubungannya antara mutu kepala Madrasah dengan berbagai kehidupan
3 Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015), h. 9
3
sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya
prilaku nakal peserta didik”.4
Dalam proses pelaksanaan pendidikan tentunya ada berbagai komponen
yang mampu untuk menunjang proses keberhasilan belajar mengajar.
Keberhasilan tersebut sangat dititik beratkan kepada kepemimpinan kepala
sekolah selaku direktur yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya
layaknya seorang leader ship. Begitupun komponen lain, dalam hal ini
guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang mampu
untuk mengkomunikasikan berbagai kepentingan dan kebutuhan proses
mengajar.
Dengan perkataan lain, kepala sekolah harus mampu memberikan suatu
pengaruh terhadap keyakinan peserta didiknya dalam pelaksanaan
pendidikan, karena hakikat imam baru akan sempurna jika dinyatakan
dengan amaliah yang nyata.
Salah satu aspek penting yang dapat menciptakan suasana yang
kondusif dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu proses
pengaplikasian ketaatan dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan fungsi
siswa selaku peserta didik di lingkungan sekolah. Hal ini sejalan dengan
pengertian kedisiplinan bahwa “Kedisiplinan siswa dalam belajar perlu
diupayakan oleh kepala sekolah selaku pimpinan pendidikan di
lingkungannya dan dibantu oleh guru selaku tenaga pengajar dan pendidik.
Sekolah yang disiplin akan melahirkan kondisi yang baik, nyaman ,
tentram dan teratur. Istilah disiplin berasal dari kata yang sama dengan
„disciple‟ yang artinya seorang yang belajar dari atau secara sukarela
mengikuti seorang pemimpin.5 Disiplin pada dasarnya taat aturan pada
ketentuan yang berlaku.
Disiplin merupakan kepatuhan untuk menghormati dan suatu sistem
yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan perintah atau
4 E. Mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, ( Bandung : Remaja Rosda Karya,
2003) h. 24 5 Choirun Nisak Aulia, “Peneneman Disiplin Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Pedagogia,
Vol 2, 2013, h. 37
4
peraturan yang berlaku. Kemudian disiplin adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang
berlaku.
Dengan demikian dapat disimpulkan disiplin itu merupakan kesediaan
atau ketaatan seseorang untuk mematuhi aturan, tata tertib, norma yang
telah dibuat oleh pemimpin dan guru yang dilandasi oleh kesadaran dan
kesediaan dalam diri setiap siswa.
Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat belarti bagi kemajuan
sekolah. Disekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses
pembelajaran yang baik. Sebaliknya, disekolah yang tidak tertib
kondisinya akan jauh berbeda dari sekolah yang disiplin. Pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk
meperbaiki keadaan demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja
keras dari berbagai pihak untuk menubahnya, terutama kepala sekolah
yang sangat berperan sekali dalam mendisiplinkan siswa.
Salah satu cara mengukur kemampuan kepala sekolah dalam memimpin
sekolahnya adalah dalam mendisiplinkan siswa. Bahkan berhasil tidaknya
suatu sekolah dalam persoalan disiplin sangat tergantung kepada kepala
sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam lembaga pendidikan
tersebut. Oleh karenanya, disiplin dapat digunakan sebagai barometernya
dan kepala sekolah memiliki andil yang sangat besar dalam menjalankan
dan melaksanakan setiap peraturan yang dibuat dengan sebaik-baiknya.
Peran disiplin disuatu sekolah bertujuan agar semua siswa bersedia
dengan rela memenuhi dan mentaati segala peraturan dan tata tertib yang
berlaku tanpa ada paksaan. Kemudian, aturan tersebut diterapkan melalui
guru-guru kepada siswa, apabila guru-guru mampu melaksanakan aturan
yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah, seharusnya setiap siswa dapat
mengendalikan diri dan memenuhi semua norma yang berlaku, maka hal
ini dapat dijadikan sebagai modal untuk menentukan pencapaian dalam
pencapaian tujuan.
5
Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Pamulang, telah menjalankan
tugasnya dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai pemimpin.
Tetapi masih kurang dalam hal kordinasi dengan para guru. Sehingga
masih cukup tingginya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para
siswa.
Jadi sudah sepatutnya kepala sekolah harus mempunyai kordinasi yang
baik dengan guru, Untuk bisa meminimalisir setiap pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh para siswa dan para guru juga harus
mempunyai pendekatan yang baik pula dengan para murid, suapay guru
memgetahui apa saja penyebab para siswa tersebut melanggaran peraturan.
berdasarkan hasil pengamatan awal di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan
PAMULANG ada beberapa masalah yang sering dilanggar oleh para
siswa, Pelanggaran tersebut seperti:
1. Adanya siswa yang berkeliaran di luar sekolah pada jam pelajaran.
2. Masih adanya siswa yang tidak berpakaian rafi.
3. Masih adanya siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
4. Masih adanya siswa yang menyerahkan tugas pribadinya melebihi
waktu yang telah ditentukan.
5. Adanya siswa yang mengganggu temannya pada saat jam pelajaran.
6. Adanya siswa yang datang terlambat.
Seperti kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini disiplin siswa
mengalami beberapa penurunan. Penurunan disiplin pada para siswa ini
dapat terjadi karena adanya beberapa faktor. Seperti masih terdapatnya
guru yang tidak mencontohkan sikap disiplin disekolah, faktor keluarga,
faktor lingkungan atau faktor pergaulan. Selain itu juga banyaknya media
yang dengan mudah dijumpai atau dimiliki siswa dapat menjadi salah satu
penyebab menurunnya disiplin pada siswa. Adanya internet selain
mempunyai pengaruh posistif juga mempunyai pengaruh negative. Hal
ini dapat terlihat dari antusias anak menggunakan internet sebagai sarana
bermain dari pada untuk sarana belajar. Akibatnya disiplin belajar hilang
6
karena terlalu asyik menikmati internet dan kurangnya kesadaran dari
dalam dirinya untuk mengontrol prilakunya. Berprilaku tidak Disiplin
juga berpengaruh banyak terhadap menurunnya prestasi siswa.
Selain faktor lingkungan disiplin juga biasanya mengalami penurunan
karena faktor teman dekat, seperti karena kita terlalu menghargai teman
sehingga sering menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama-sama,
ketimbang belajar. Padahal keesokan harinya akan menghadapi ujian atau
ada tugas sekolah yang harus dikerjakan. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan prestasi sekolah menurun, yang nantinya akan membuat
guru, dan orang tua menjadi kecewa. Kelalaian atau ketidak disiplinan
dalam menyimak dan mengulang pelajaran seringkali membuat kita
mengambil jalan pintas, menyontek pada waktu ulangan. Padahal ini
hanya akan memperkeruh keadaan, menimbulkan persoalan baru seperti
sanksi dari guru atau semakin tidak mengertinya siswa terhadap suatu
pembelajaran.
Sehubungan dengan gejala diatas, penulis tertarik dan berkeinginan
untuk mengetahui lebih lanjut dengan melakukan penelitian ilmiah yang
berjudulkan “Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam
meningkatkan Mendisiplinkan Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan
PAMULANG”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang, ada beberapa
permasalahan yang dapat diindentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya kordinasi antara kepala Madrasah dan guru dalam
menerapkan peraturan.
2. Kurangnya pendekatan dari kepala Madrasah dan setiap guru terhadap
prilaku para siswa.
3. Tidak adanya tindak lanjut dari setiap pelanggaran yang sudah
dilakukan oleh setiap siswa.
4. Masih terdapatnya guru yang tidak mencontohkan sikap disiplin di
dalam lingkungan Madrasah.
7
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang dimaksudkan untuk menetapkan batasan-
batasan dan permasalahan yang akan diteliti. Bertitik tolak dari uraian latar
belakang masalah di atas yang diidentifikasi, maka dilakukan pembatasan
masalah agar tercapainya tujuan penelitian secara tepat yakni: Peran
Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mendisiplinkan Siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG.
D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
peran kepemimpinan kepala Madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan
siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala Madrasah dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan
PAMULANG.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang di hadapi oleh
kepala Madrasah dalam meingkatkan kedisiplinan siswa di Madrasah
Ibtidaiyah PAMULANG.
3. Mengetahui faktor pendukung peran kepala Madrasah dalam
mendisiplinkan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG.
4. Mengetahui faktor penghambat peran kepala Madrasah dalam
mendisiplinkan siswa di Madrasah Ibtidaiyah PAMULANG.
5. Memberikan Masukan sebagai pertimbangan manajemen
Madrasahdalam menjaga kedisiplinan di Madrasah Ibtidaiyah
PAMULANG.
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari skripsi ini adalah
sebagai berikut:
8
1. Bagi Madrasah, penelitian ini dapat memberikan sebuah ide atau
gagasan dalam upaya meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang
sering dilakukan oleh peserta didik.
2. Bagi kepala Madrasah, penelitian ini sebagai bahan informasi dalam
menyelesaikan permasalahan mengenai disiplin disekolah terkhusus
kedisiplinan siswa.
3. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan masukan untuk
menambah wawasan yang profesional bagaimana cara menangani
permasalahan-permasalahan yang sering dilakukan oleh para peserta
didik di lingkungan sekolah.
4. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
tentang penanganan kedisiplinan di lingkungan mereka tinggal.
5. Bagi penulis lainnya, penelitian ini sebagai informasi baru yang
berguna untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme dalam
menangani permasalahan-permasalahan kedisiplinan di Madrasah.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peran Kepemimpinan Kepala sekolah
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk
mengambil langkah-langkah atau tindakan menuju suatu sasaran
bersama. Karena itu kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi
orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.6
Kepemimpinan dalam organisasi merupakan suatu hal yang sangat
menarik dibicarakan, baik berkaitan dengan peranan, fungsi, ataupun
gaya kepemimpinan. Berbagai hal yang melekat dalam kepemimpinan
berpengaruh pada aktivitas organisasi (baik organisasi Formal ataupun
Nonformal, organisasi Profit ataupun organisasi nonprofit) untuk
mencapai tujuan . organisasi Formal memiliki Struktur yang relatif
permanen, seperti pembagian kerja, baik secara berjenjang (vertikal)
maupun merata (horisontal). Organisasi nonformal memiliki struktural
semi permanen, mudah berubah dan berkembang, sehingga dapat
berbeda-beda antara jenis organisasi yang sama.
Organisasi dengan berbagai bentuk (formal atau non-formal)
memerlukan seorang pemimpin (leader). Seseorang yang mengemban
tugas sebagai pemimpin dalam melakukan kegiatannya memerlukan
kemampuan kepemimpinan (leadership). Menurut sejarah, masa
“kepemimpinan” muncul pada abad 18, dengan beragam definisi atau
pengertian yang dibuat.7
Kepemimpinan menurut surat keputusan Badan Administrasi
Kepegawaian Negara No.27 /KEP/1972 ialah kegiatan untuk
6Sri Purwanti, “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Disiplin Kerja
Guru Dan Pegawai Di SMA Bakti Sejahtera Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur”,
Ejurnal Administrasi Negara, Vol 1, 2013, h. 212. 7 Alben Ambarita, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h. 52
10
menyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam
suatu pekerjaan. Kepemimpinan menurut surat edaran Kepala Badan
Administrasi kepegawaian Negara No.02/SE/1980 ialah kemampuan
seorang pegawai negeri sipil untuk menyakinkan orang lain sehingga
dapat dikerahkan secara optimal.8
Kepemimpinan adalah (cara atau teknik= gaya) yang digunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam
melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.9
Howard H. Hoyt dalam bukunya Aspect of Modern Public
Administration menyatakan kepemimpinan adalah seni untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing
orang.10
Kepemimpinan adalah sebagai ciri-ciri, perilaku, pengaruh, pola
interaksi, hubungan peran, dan aktivitas posisi Administratif.11
Kepemimpinan merupakan suatu aktivitas seseorang dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, secara terintegrasi untuk mencapai
tujuan dalam suatu organisasi, melalui proses sitematis dan melibatkan
atau adanya dukungan orang lain yang bersifat mengikuti atau
melaksanakan perintah, arahan, dorongan serta larangan kepada
anggota organisasi.12
2. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah terdiri dari Dua Kata Yaitu Kepala dan Sekolah.
Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu
organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah
lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan demikian, secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan
8 Husaini Usman, manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009). H.280 9 Harbani Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi, (Bandung: ALFABETA,2008). h.5
10 Kartini kartono, pemimpin dan kepemimpinan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2016) h.57 11
Gary Yuki, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: PT Indeks, 2015). h.3 12
Akif Khilmiyah, kepemimpinan Transformasional Berkeadilan Gender: Konsep dan
Implementasi di Madrasah, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2015). h. 6
11
sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses
pembelajaran, atau tempat di mana interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima palajaran.13
Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh
orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun
yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui
prosedur serta persyaratan tertentu seperti latar belakang, pendidikan,
pengalaman, usia, pangkat, dan integritas.14
Sebuah organisasi sudah barang tentu memiliki sejumlah komponen
yang terintegrasi serta terpadu. Efisiensi dan efektivitas tiap komponen
biasanya bersimbiosis bebas sesuai peran yang disyaratkan untuk suatu
tujuan tertentu. Organisasi dalam lingkup pendidikan misalnya,
senantiasa berhubungan bebas dengan pluralitas komponen untuk
mewujudkan visi dan misi serta target lembaga pendidikan tersebut.
Karenanya, kemajemukan komponen dalam melakukan transaksi
education diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai totalitas
kompetensi.15
3. Peran kepala Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang bersifat kompleks dan unik,
bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya
terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan
saling menetukan. Sedangkan sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah
sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh
organisasi-organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah
karakteristik tersendiri di mana terjadi proses belajar menagajar,
tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia.
13
Kompri, Manajemen Sekolah “Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah”,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h. 1 14
Wahjosumidjo, “Kepemimpinan Kepala Sekola “Tinjauan Politik dan
Permasalahannya”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010) h. 84 15
Kompri, op. cit., h. 1
12
Karena sifatnya komplek dan unik tersebutlah sekolah sebagai
organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan
sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.
Peran kepala sekolah dalam mengerakan kehidupan sekolah untuk
mencapai tujuannya adalah peran yang sangat penting. Ada dua hal
yang perlu diperhatikan dalam rumusan tersebut.
a. Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi
kekuatan penggerak kehidupan sekolah.
b. Kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi
keberhasilan sekolah serta memiliki kepedulian pada staf dan
siswa.
Sesuai dengan ciri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat
Kompleks dan unik, tugas dan fungsi kepala sekolah dapat dipandang
sebagai pejabat formal, sedang dari sisi lain kepala sekolah dapat
berperan sebagai manajer, sebagai pemimpin (leader), sebagai
pendidik (educator), sebagai supervisor dan kepala sekolah juga
berperan sebagai staf. Sebagaimana dijelaskan pada poin 1 di atas,
bahwa betapa luasnya makna dan rumusan pengertian kata pemimpin
dan banykanya variabel berarti yang terkandung atau kepemimpinan
tersebut memberikan indikasi betapa luasnya pula peran kepala
sekolah sebagai seorang pemimpin organisasi sekolah yang bersifat
kompleks dan unik.16
a. Kepala sekolah sebagai pejabat Formal
Menurut schermerhon yang dikutip oleh Qomari Anwar
(2002;99) bahwa di dalam lingkungan organisasi kepemimpinan
terjadi melalui dua bentuk:
1) Kepemimpinan formal (formal leadership) yang biasanya
dipilih melalui seleksi dengan persyaratan tertentu dan kriteria
tertentu yang menjadi bahan pertimbangan yang harus
diperhatikan betul seperti latar belakang, pengalaman, usia,
16
Ibid., h. 21
13
kepangkatan, pembinaan karier, masa jabatan atau golongan,
integritas, kepribadian atau harga diri.
2) Kepemimpinan informal yang biasanya diakui karena seseorang
memiliki kemampuan tertentu untuk membantu memecahkan
berbagai persoalan yang muncul di tengah masyarakat.
Jadi kepemimpinan formal terjadi, apabila di lingkungan
organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi
oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui seleksi.
Sedangkan informal terjadi di mana kedudukan pemimpin dalam
satu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul karena
mempunyai pengaruh atau kecakapan di tengah-tengah organisasi.
Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi
oleh orang lain tanpa disadari oleh pertimbangan-pertimbangan.
Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus
ditentukan melaui proses serta persyaratan-persayaratan tertentu
seperti: Latar belakang pendidikan, penagalaman, usia pangkat, dan
integritas. Oleh karena itu, kepala sekolah pada hakikatnya adalah
pejabat formal sebab pengangkatannya melalui proses dan prosedur
yang didasarkan atas peraturan yang berlaku.
Don Hellriegel menjelaskan bahwa, ada tiga macam peran
pemimpin dilihat dari otoritas dan status formal seorang
pemimpin. Tiga macam peran seorang pemimpin tersebut yaitu:
Interpersonal, Informasional, dan Decisional Rules. Ketiga peran
tersebut apabila dikaitkan atau diintegrasikan kedalam status
formal kepala sekolah secara singkat dapat di jelaskan sebagai
berikut:
1) Peran hubungan antar perseorangan (Interpersonal roles) peran
ini timbul akibat otoritas dari seorang manajer meliputi:
a) Figurehead, belarti lambang. Dalam pengertian sebagai
lembaga kepala sekolah mempunyai kedudukan yang selalu
14
melekat dengan sekolah. Kepala sekolah dianggap lambang
sekolah.
b) Kepemimpinan (leadership) peran sebagai pemimpin
mencerminkan tanggung jawab sekolah untuk
menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah,
sehingga lahir kerja dan produktivitas yang tinggi.
c) Penghubungan (leasion) dalam fungsi ini kepala sekolah
berperan menjadi penghubungan antara kepentingan
sekolah dengan lingkungan luar sekolah.
2) Peran Informasional (Informasional roles). Kepala sekolah
berperan menerima dan menyebarluaskan atau meneruskan
informasi kepada guru, staf, siswa dan orang tua siswa. Dalam
fungsi informasional inilah kepala sekolah berperan sebagai
“pusat urat syaraf” (nerve senter) sekolah.
3) Berbagai pengambilan keputusan (Desicional Roles). Ada
empat macam peran kepala sekolah sebagai pengambil
keputusan. Yaitu:
a) Entrepreneur. Dalam peran ini kepala sekolah selalu
berusaha untuk memperbaiki penampilan sekolah melalui
berbagai macam pemikiran program-program yang baru.
b) Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance
Handler) gangguan yang timbul pada suatu sekolah tidak
hanya diakibatkan kepala sekolah yang tidak
memperhatikan situasi, tetapi bisa juga akibat kepala
sekolah yang tidak mampu mengantisipasi semua akibat
pengambilan keputusan yang telah diambil.
c) Orang yang menyediakan segala sumber (a Resource
Allokater). Kepala sekolah bertanggung jawab untuk
menetukan siapa memperoleh atau menerima sumber-
sumber yang telah disediakan. Sumber yang dimaksud
15
meliputi sumber daya manusia, dana peralatan dan berbagai
kekayaan sekolah lainnya.
d) A Negotiator Rules. Dalam fungsi ini kepala sekolah harus
mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah
dengan pihak luar. Menjalin dan memenuhi kebutuhan baik
untuk sekolah maupun dunia usaha.17
b. Kepala Sekolah Sebagai Pendidik. (Educator)
Arti dari definisi pendidik dapat digali dari berbagai sumber di
antaranya dalam kemampuan individu, kamus besar bahasa
indonesia pendidik adalah orang yang mendidik. Sedangkan
mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, sehingga pendidikan
dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam rangka mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Salah satu fungsi selaku kepala sekolah adalah sebagai pendidik.
Dan jika di hubungkan dengan definisi dari berbagai sumber di
atas, peran kepala sekolah sebagai pendidik merupakan peran yang
sangat berat dan sekaligus mulia.
Wahjosumidjo menjelaskan, sebagai seorang pendidik seorang
kepala sekolah harus mampu menanamkan, memajukan dan
meningkatkan paling tidak empat macam nilai:
1) Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak
manusia.
2) Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk
mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang
diartikan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesusilaan.
3) Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau
badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriyah.
17
Ibid., h. 22
16
4) Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia
terhadap seni dan keindahan.
Suatu hal yang harus diperhatikan oleh sikap kepala sekolah
terhadap peranannya sebagai pendidik, mencakup dua hal pokok
yaitu: sasaran atau kepada siapa prilaku sebagai pendidik itu
diarahkan dan bagaimana peranan sebagai pendidik itu
dilaksanakan.
Ada 3 tugas utama yang dilakukan oleh seorang pendidik yaitu:
enlight, educate, empower. Ketiga hal utama itu akan melahirkan
iman, ilmu, dan amal. Apa yang dilakukannya mencerahkan. Dia
mampu memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan
mempunyai kekuatan yang tangguh untuk menaklukkan dirinya
sendiri. Dia harus mampu memimpin dirinya sendiri sebelum
memimpin orang lain. Selain itu, kepala sekolah yang ideal adalah
kepala sekolah yang memiliki sifat kenabian seperti sidiq, tabligh,
amanah, dan fatonah. Dia mampu berbuat jujur, tidak pernah
berdusta, mampu berkomunikasi dengan baik, bertanggung jawab,
cerdas. Dia memiliki tingkat kedewasaan yang tinggi dan pantang
mengeluh. Dia merupakan simbol dari perjuangan seorang guru
tangguh berhati cahaya.
c. Kepala sekolah sebagai manajer
Seorang manajer atau seorang kepala sekolah pada hakikatnya
adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang
pengendali. Keberadaan manajer suatu organisasi sangat
diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan
organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam
pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina
dan mengembangkan karier-karier sumberdaya manusia,
memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan agar
organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
17
Menurut stoner ada delapan macam fungsi seorang manajer
yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi, yaitu bahwa para
manajer:
1) Bekerja dengan, dan melalui orang lain.
2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan.
3) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi
berbagai persoalan.
4) Berpikir secara realistik dan konseptual.
5) Adalah juru penengah
6) Adalah seorang politisi
7) Adalah seorang diplomat, dan
8) Pengambil keputusan sulit.
Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh stoner
tersebut tentu saja berlaku bagi setiap manajer dari organisasi apa
pun, termasuk kepala sekolah sehingga kepala sekolah yang
berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan
kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari. Walaupun pada
pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya
manusia, seperti para guru, staf, siswa, dan orang tua siswa, dana,
sarana, serta suasana dan faktor lingkungan di mana sekolah itu
berada.
Hersey membedakan ketiga macam jenjang manajer, yaitu: top
manager, middle manager, dan supervisory manager. Masing-
masing jenjang manager memerlukan tiga keterampilan tersebut.
Demikian pula peran kepala sekolah sebagai manager sangat
memerlukan ketiga macam keterampilan tersebut.
Agar seorang kepala sekolah secara efektif dapat
melaksanakan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus
memahami dan mampu mewujudkannya kedalam tindakan atau
perilaku nilai-nilai yang terkandung di dalam ketiga keterampilan
tersebut:
18
1) Tehnical Skills
a) Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur,
dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus.
b) Kemampuan untuk memamfaatkan serta mendayagunakan
sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung
kegiatan bersifat khusus tersebut.
2) Human Skills
a) Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan
proses kerja sama.
b) Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap, dan motif
orang lain, mengapa mereka berkata dan berprilaku.
c) Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif.
d) Kemampuan menciptakan kerjasama efektif, kooperatif,
praktis, dan diplomatis.
e) Mampu berprilaku yang dapat diterima.
3) Conceptual Skills
a) Kemampuan analisis.
b) Kemampuan berpikir rasional.
c) Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi.
d) Mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu
memahami berbagai kecendrungan.
e) Mampu mengantisipasi perintah.
f) Mampu menganalisis macam-macam kesempatan dan
problem-problem sosial.
d. Kepala sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung
jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran
di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik kepala sekolah hendaknya memahami, menguasai dan
mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan
fungsinya sebagai administrasi pendidikan.
19
Kepala sekolah sebagai administrator hendaknya mampu
mengaplikasikan fungsi-fungsi tersebut kedalam pengelolaan
sekolah yang dipimpinnya. Menurut ngalim purwanto, fungsi yang
harus dilaksanakan kepala sekolah selaku administrator yaitu:
1) Membuat perencanaan, salah satu fungsi utama dan pertama
yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah adalah membuat
dan penyusun perencanaan. Paling tidak setiap kepala sekolah
harus membuat rencana tahunan. Setiap tahun menjelang tahun
ajaran baru, kepala sekolah hendaknya sudah siap menyusun
rencana yang akan dilaksanakan untuk tahun ajaran berikutnya.
2) Menyusun organisasi sekolah. Kepala sekolah sebagai
administrator pendidikan perlu menyusun organisasi sekolah
yang dipimpinnya. Melaksanakan pembagian tugas, serta
wewenagnya kepada guru-guru dan pegawai sekolah sesuai
dengan struktur organisasi sekolah yang telah disusun dan
disepakati bersama.
3) Bertndak sebagai kordinator dan pengarah. Adanya kordinasi
serta pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat
menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak
sehat antar bagian atau antar personel sekolah.
4) Melaksanaan pengelolaan kepegawaian, yang mencakup di
dalamnya penerimaan dan penempatan guru dan pegawai
sekolah, pembagian tugas pekerjaan guru dan pegawai sekolah,
usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, mutasi atau
promosi guru dan pegawai sekolah.
Semuanya yang telah dibicarakan diatas memerlukan adanya
kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan bijaksana disertai
pengawasan dan pembinaan yang tepat dan berkelanjutan.
e. Kepala sekolah sebagai supervisor
Supervisi adalah salah satu tugas pokok dalam administrasi
pendidikan bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para inspektur
20
maupun pengawas saja melainkan juga tugas pekerjaan kepala
sekolah terhadap pegawai-pegawai sekolahnya18, seperti yang
dikemukakan oleh ngalim purwanto, bahwa yang termasuk kategori
supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, pemilik
sekolah, dan para pengawas di tingkat kabupaten/kota madya serta
staf kantor bidang yang ada di tiap provinsi. Oleh karena itu, salah
satu fungsi kepemimpinan kepala sekolah adalah fungsi supervisor
terhadap guru-guru dan pegawai lainnya. Kegiatan pengawasan
kepala sekolah dalam keseluruhan proses pendidikan merupakan
bagian yang integral terhadap keseluruhan proses kegiatan
pendidikan lainnya, sehingga tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dapat tercapai dengan efektif dan
efisien melalui kegiatan guru-guru sebagai para pelaksananya.
Tugas dan kewajiban kepala sekolah di samping mengatur
jalannya sekolah, juga harus dapat bekerja sama secara harmonis
dengan guru-guru dalam memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses pembelajaran. Ia berkewajiban membangkitkan
semangat staf dan guru-guru, pegawai dan siswanya,
mengembangkan kurikulum sekolah, memperhatikan dan
mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan pegawainya,
merumuskan rencana sekolah dan tahun bagaimana
melaksanakannya. Tugas-tugas kepala sekolah seperti itu adalah
bagian dari fungsi-fungsi supervisi (pengawasan) yang menjadi
kewajibannya sebagai pemimpin sekolah.
Dalam penerapannya di lapangan secara umum kegiatan
pengawasan kepala sekolah tersebut meliputi kegiatan meneliti,
menilai, memperbaiki, membina dan bekerja sama dengan guru-
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh
karena itu pada hakikatnya, tujuan pengawasan kepala sekolah ini
adalah untuk membina dan membimbing guru-guru dalam
18
Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 84
21
memperbaiki dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang
optimal sehingga mendukung tercapainya tujuan pendidikan
sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kurukulum. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa pelaksanaan kegiatan pengawasan
kepala sekolah bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki
kesalahan atau penyimpangan terhadap kegiatan yang dilakukan
oleh guru-guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajar.
Proses pengawasan yang efektif memperlihatkan beberapa
karakteristik:
1) Pelaksanaan pengawasan disesuaikan dengan sifat dan
kebutuhan organisasi.
2) Pelaksanaan pengawasan diarahkan kepada menemukan fakta-
fakta tentang bagaimana tugas-tugas yang dijalankan.
3) Pelaksanaan pengawasan mengacu kepada tindakan perbaikan.
4) Pelaksanaan pengawasan harus bersifat fleksibel.
5) Pelaksanaan pengawasan harus dapat dipahami.
f. Kepala sekolah sebagai pemimpin (Leader)
Kata “memimpin” mempunyai arti memberikan bimbingan,
menuntun, mengarahkan dan berjalan didepan. Sebagaimana telah
dijelaskan juga sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan
kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh atau kiat
memengaruhi orang lain sehingga mereka dengan penuh kemauan
berusaha untuk mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah selaku
seorang pemimpin harus mampu memengaruhi, membujuk dan
menyakinkan para bawahannya yaitu guru-guru dan karyawan agar
mereka dengan penuh kemauan serta sesuai dengan kemampuan
secara maksimal berusaha mencapai tujuan organisasi. Kepala
sekolah merupakan contoh teladan dalam setiap perilaku bagi
semua bawahan dalam lingkungannya.
22
g. Kepala sekolah sebagai Staf
Di samping peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal yang
mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dan
memberikan instruksi atau perintah, kepala sekolah juga berperan
sebagai staf. Karena keberadaan kepala sekolah dalam organisasi
yang lebih luas atau di luar sekolah berada di bawah kepemimpinan
pejabat lain, baik langsung maupun tidak langsung yang berperan
sebagai atasan kepala sekolah. Oleh sebab itu, sebagai bawahan,
seorang kepala sekolah juga melakukan tugas sebagai staf, artinya
seorang yang bertugas membantu atasan dalam proses pengelolaan
organisasi.
Pengertian membantu atasan, mengandung arti memberikan
saran, pendapat, pertimbangan serta nasihat dalam merencanakan,
dan mengendalikan kegiatan, pengambilan keputusan dan kegiatan
manajemen lain, memecahkan masalah yang dihadapi,
mengordinasikan kegiatan oprasional dan melakukan penilaian.19
Agar tugas-tugas kepala sekolah sebagai staf dalam membantu
atasan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka kepala
sekolah selalu:
1) Melihat, memperhatikan dan mencari cara-cara baru untuk
maju.
2) Memberikan informasi yang dipelukan tentang sebab-sebab dan
akibat suatu tindakan.
3) Memiliki perasaan prioritas, cara berpikir tepat waktu,
strategisc, perspektif dan pertimbangan-pertimbangan yang
lain.
4) Menyadari kedudukannya sebagai pemikir (Brainpower), dari
pemimpin bukan sebagai pengambil keputusan dan pemberi
perintah.
19
Kompri, op.cit., h. 32-37
23
B. Kedisiplinan peserta didik
1. Pengertian Disiplin
Disiplin punya makna dan konotasi tersendiri yang berbeda- beda.
Ada yang mengartikan disiplin sebagai hukuman, pengawasan,
kepatuhan, latihan, kemampuan tingkah laku.20
Tim kelompok kerja gerakan disiplin nasional 1995, merumuskan
pengertian disiplin sebagai berikut: disiplin sebagai ketaatan terhadap
peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara
yang berlaku , yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin,
sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan
keyakinan bahwa bahwa hal itulah yang benar, dan keinsyafan bahwa
hal itu bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.21 Pada sisi lain,
menurut Martsiswati dan suryono menjelaskan bahwa disiplin
merupakan suatu ketaatan terhadap peraturan yang telah disepakati
bersama, sehingga disiplin perlu untuk diajarkan sedini mungkin
kepada siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang
berlaku di masyarakat. Dengan memiliki perilaku disiplin, siswa akan
lebih mudah dalam memecahkan masalahyang dihadapi dihidupnya
dan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Sehingga, siswa yang memiliki perilaku disiplin diharapkan dapat
membentuk pribadi dan sosial yang baik.22
Rumusan tersebut menekankan disiplin sebagai alat dan sarana
untuk membentuk, mengendalikan dan menciptakan pola perilaku
seseorang sebagai peribadi yang berada dalam satu lingkungan atau
kelompok tertentu. Disiplin muncul terutama karena adanyakesadaran
20
Piet sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di sekolah, (Surabaya:
Usana Offset, 1994), cet 01, h. 126 21
Siti Haryuni, “Penerapan Bimbingan Konseling Pendidikan Dalam Membentuk
Kedisiplinan Layanan Bimbingan Pengembangan Diri”, Jurnal Edukasia, vol. 8, 2013, h. 396 22
Jihan, Hariyono, dan M. Ramli, “Bentuk Pola Asuh Demokratis Dalam Kedisiplinan
Siswa SD”, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, 2016, h. 669
24
batin dan iman kepercayaan bahwa yang dilakukan itu baik dan
bermanfaat bagi diri dan lingkungan.23
Sedangkan Ibnu Suwandi dan Anno D. sanjari menjelaskan secara
rinci mengenai pengertian disiplin sebagai berikut:
a. Latihan yang memperkuat
Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat,
terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkan
kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya. Latihan-
latihan dalam rangka menghasilkan kebiasaan patuh dapat dilihat
pada penanaman disiplin dikalangan Angkatan Bersenjata. Ibadah
puasa dapat di golongkan sebagai suatu latihan dalam arti
peneneman disiplin yang tujuannya untuk mempertinggi daya
kendali diri.
b. Koreksi dan sanksi
Arti disiplin dalam kaitannya dengan koreksi dan snksi
terutama di perlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai
tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata tertib dapat
dilakukan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi untuk
memperbaiki kesalahan dan snksi. Keduanya harus dilaksanakan
secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan
pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati
bersama.
c. Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan
Orang-orang yang disiplin adalah orang-orang yang mampu
mengendalikan dirinya. Demikian ketertiban masyarakat,
pembinaan disiplin harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan teknologi dan tingkat perkembangan masyarakat
perpaduan antara ketertiban dan keteraturan menghasilkan suatu
aturan tata laku.
d. Sistem aturan dan tata laku
23
Siti Haryuni, loc. Cit.
25
Setiap kelompok manusia (masyarakat) atau bangsa selalu
terikat pada berbagai peraturan yang mengatur hubungan sesama
anggotanya maupun masyrakat, bangsa atau negara. Jika ingin
masyarakat atau bangsa iitu disebut disiplin, dalam setiap
peraturan harus melihat perkembangan teknologi dan
perkembangan masyarakat. Karena disiplin tidak dapat
ditanamkan dalam wkatu yang singkat, karena pembinaan generasi
yang dimulai dari lingkungan keluarga khusunya pada masa anak-
anak adalah masa yang paling peka bagi pembentukan watak
manusia. Berdasarkan prinsip ini maka pembinaan disiplin melalui
pemanfaatan lembaga formal maupun non formal sangat penting
artinya.24
2. Pentingnya Disiplin
Perilaku negatif sebagian remaja, pelajar, dan peserta didik pada
akhir-akhir ini telah melampaui batas kewajaran karena telah menjurus
pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib, melanggar moral
agama, kriminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan
masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikatakan wajar, jika prilaku itu
dilakukan dalam rangka mencari identitas diri, serta tidak membawa
akibat yang membahayakan kehidupan orang lain dan masyarakat.
Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab
mengarahkan, berbuat baik, menjadi contoh, sabar dan penuh
pengertian. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan
kasih sayang, terutama disiplin diri (self-discipline). Untuk
kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Membantu peserta didik mengembangkan pola prilaku untuk
dirinya.
b. Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunya.
24
M. Yusuf, “Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran
Melalui Etos Kerja Mandiri Guru SMK Negeri 1 Bireuen”. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Vol
25, 2016, h. 172
26
c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan
disilin.25
Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menanamkan
kedisiplinan, seperti kedisiplinan saat belajar mengajar. Karena
disiplin belajar merupakan salah satu faktor pendukung proses belajar
mengajar dengan baik. Sardiman menegaskan bahwa disiplin dalam
pendidikan sangat diperlukan untuk menjaga suasana belajar dan
mengajar berjalan dengan lancar serta menciptakan pribadi yang kuat
bagi peserta didik. Disiplin dapat mengajarkan anak untuk melakukan
yang baik dan benar serta menghindari perbuatan yang tidak baik
sehingga dapat menjadi investasi atau berdampak seumur hidup.26
Winataputra menjelaskan bahwa disiplin itu perlu di ajarkan
kepada siswa dengan alasan sebagai berikut:
a. Disiplin perlu diajarkan serta di pelajari dan dihayati oleh siswa.
Agar siswa mampu mendisiplinkan dirinya sendiri dan mampu
mengendalikan diri sendiri tanpa di control guru.
b. Disiplin sebagai mana diakui oleh pakar sejak dahulu, merupakan
titik pusat dari tingkat ketercapaiannya dalam menerapkan
disiplin yang sempurna.
c. Tingkat ketaatan siswa yang sangat tinggi terhadap aturan kelas
lebih-lebih jika ketaatan itu tumbuh dari diri sendiri, bukan
dipaksa, akan memungkinkan terciptanya iklim belajar yang
kondusip, yaitu iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa
terpaku untuk belajar.
25
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru, ( Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2009) h. 123 26
Angelia Prasastha Widi nugraheni, “Meningkatkan Disiplin Belajar Di Kelas Melalui
Metode Reward Berjenjang Dan Konsekuensi Logis” Jurnal Pendidikan Penabur, No 21, 2013,
h.15
27
d. Kebiasaan untuk mentaati aturan dalam kelas akan memberi
dampak lebih lanjut bagi kehidupan di dalam aturan yang ada
dalam masyarakat.27
3. Disiplin peserta didik
Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia
harus di tanamkan secara terus menerus maka disiplin tersebut akan
menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil
dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan
yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.
Apa yang dimaksud dengan disiplin? Banyak para ahli yang
memberikan pengertiam sesuai dengan sudut pandang mereka.
Menurut The Liang Gie disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana
orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang.28
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa
disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam
keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu
pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung.
Adapun pengertian peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan
teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap
sekolah secara keseluruhan.
Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun
berdasarkan konsep otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, peserta
didik di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau
duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru ketika sedang
27
Mardia Bin Smith, “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Terhadap Disiplin
Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara”, jurnal Penelitian dan
pendidikan, Vol 8, 2011, h. 26 28
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)
h. 172
28
mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa
yang dikehendaki guru, dan tidak boleh dibantah. Dengan demikian,
guru bebas memberikan tekanan kepada peserta didik, dan memang
harus menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut
dan terpaksa mengikuti apa yang diingini oleh guru.
Kedua, disiplin yang di bangun berdasarkan konsep permissive.
Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan
seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah di
longgarkan dan tidak perlu mengikat kepada peserta didik. Peserta
didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik.
Konsep permissive ini merupakan antitesa dari konsep otoritarian.
Keduanya sama-sama berada dalam kutub ekstrim.
Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan
yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin
demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik
untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah
ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep
otoritarian dan permissive di atas.29
4. Disiplin dan Tata tertib
Disiplin merupakan bagian dari solusi yang mampu menjadikan
norma-norma aturan dapat teraplikasikan secara benar dan tepat
sasaran, sehingga proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
menjadi kondusif. Peran sekolah dalam membentuk disiplin siswa
menjadi kebutuhan pokok bagi sekolah yang mendambakan kemajuan.
Sekolah yang selalu menambakan kemajuan. Sekolah yang selalu
menegakkan disiplin kepada siswanya maka akan mampu menjadi
sekolah yang berkualitas.
Tu‟u menjelaskan bahwa membudayakan disiplin dalam kehidupan
sekolah pada siswa dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan
siswa di luar sekolah. Disiplin yang baik dapat menghasilkan
29
Ali Imron, op. cit., h.173
29
kehidupan teratur, sebab disiplin dapat mengatur perilaku dan menjadi
unsur yang fundamental tersebut akan berpengaruh pada kemajuan
pembangunan, martabat dan mengantarkan pada kesejahteraan bangsa.
Menurut Tu‟u alasan yang menjadi dasar pentingnya disiplin dalam
kegiatan disekolah adalah sebagai berikut:
Pertama, disiplin yang muncul karena kedaran diri, maka siswa
akan berhasil dalam belajarnya, sebaliknya siswa yang seringkali
melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat oleh
optimalisasi potensi dan prestasinya. Kedua, tanpa disiplin yang
baik, suasana sekolah menjadi kurang kondusif bagi kegiatan
pembelajaran. Ketiga, disiplin merupakan cara bagi siswa untuk
belajar.
Disiplin disekolah sangat penting untuk mendidik siswa berprilaku
sesuai dengan norma yang telah ditentukan. Disiplin siswa disekolah
merupakan cerminan langsung dari kepatuhan siswa dalam melakukan
peraturan yang ada di sekolah. Kepatuhan siswa dalam menjalankan
segala peraturan yang berlaku dapat mendukung terciptanya kondisi
belajar mengajar yang nyaman, efektif dan berguna sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal.
Pembentukan disiplin siswa sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa, dan kondisi
sekolah. Guru memiliki peranan penting untuk pembentukan disiplin
siswa. Hal ini karena guru memiliki kewajiban untuk mendidik,
mengajar dan membimbing siswa untuk berprilaku yang baik sesuai
dengan nilai dan norma yang ada dimasyarakat. Guru diharapkan
mampu membentuk pribadi siswa yang berbudi luhur dan
meningkatkan disiplin siswa di sekolah. Dengan membiasakan siswa
bersiakap disiplin suasana sekolah akan menjadi teratur dan tertib
sehingga nantinya diharapkan apabila siswa sudah terbiasa bersikap
disiplin maka ini akan mewujudkan perubahan yang lebih baik
kedepannya.
Pembentukan disiplin siswa dapat dilakukan melalui aktifitas
intrakulikuler, kokulikuler maupun ekstrakulikuler. Pembentukan
30
disiplin melalui intrakulikuler dapat dilakukan melalui
pengintegrasian terhadap mata pelajaran dan tata tertib.30
Pada hakikatnya tat tertib sekolah baik yang berupa umum maupun
khusus meliputi tiga unsur:
a. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan dilarang.
b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau
pelanggar peraturan.
c. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan atau subjek
yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.31
Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau
aturan yang harus di patuhi setiap warga sekolah tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaannya tata tertib
sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika kepala sekolah, guru,
aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib
sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan
mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan
disekolah.
Peraturan sekolah adalah berupa tata tertib, di dalamnya terdapat
kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat
dilingkungan sekolah. Dari pengertian diatas Dapat dipahami bahwa
tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di
sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan
efisien.
Penegakan tata tertib di sekolah sangat penting dilakukan. Hal ini
dikarenakan dengan melakukan implementasi tata tertib di sekolah
dapat mengurangi tindakan-tindakan negatif dari siswa seperti
terlambat datang sekolah atau kebiasaan membolos. Dengan
30
Dewi & Totok, “Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Membentuk Disiplin Siswa
di SMP NEGERI 28 Surabaya”, Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol. 2, 2014, h. 344 31
Leli Siti Hadianti, “Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Terhadap
Kedisiplinan Belajar Siswa” Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol 02, 2008, h. 3
31
melakukan penegakan disiplin yang ketat melalui implementasi tata
tertib dapat menjadikan siswa untuk terbiasa bersikapp disiplin
sehingga pelanggaran-pelanggaran di sekolah dapat dikurangi. Oleh
karena itu, sekolah harus menjalankan tata tertib dengan konsisten
baik guru maupun siswa sehingga mampu meningkatkan kualitas
tingkah laku siswa.32
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tata tertib sekolah:
a. Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan
pertama dan utama dalam menetukan perkembangan pendidikan
seseorang., dan tentu saja merupakan faktor peratama dan utama
pula dalam menentukan belajar seseorang.
b. Faktor lingkungan sekolah
Sekolah adalah lembaga formal terjadinya proses belajar
mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan di
sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis, bertingkat
mulai dari tTK hingga perguruan tinggi.
c. Faktor lingkungan masyarakat
1) Kegiatan siswa dala masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam
masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan
pribadinya. Tetapi kalau kegiatan siswa terlalu banyak maka
akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur
waktu.
2) Teman bergaul. Pengaruh ini siswa lebih cepat masuk dalam
jiwanya. Dari pada yang kita duga. Teman yang baik
membawa kebaikan, seperti membawa belajar bersama, dan
teman teman pergaulan yang kurang baik adalah yang suka
begadang, pecandu rokok, dan sebagainya maka berpengaruh
sifat buruknya.
32
Dewi & Totok, op. cit h. 344
32
3) Bentuk kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan
masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan,
terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan
moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang tidak
terpelajar, pejudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan
yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang
berada di lingkungan itu.33
5. Pembinaan disiplin peserta didik.
Seorang kepala sekolah, para guru, dan tenaga fungsional yang
lain, menyadari bahwa titik pusat tujuan sekolah adalah menyediakan
program pendidikan yang direncanakan untuk memenuhi kebutuahan
hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pribadi dan kebutuhan
masyarakat serta kepentingan individu siswa.
Para siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, oleh
sebab itu para siswa harus dilibatkan secara aktif dan tepat, tidak hanya
di dalam proses belajar mengajar, melainkan juga dalam kegiatan
sekolah.
Langkah tepat harus diambil kepala sekolah dan para guru harus
mengembangkan pengertian yang lebih besar dari dan memahami isi
hati para siswa, untuk melibatkan para siswa secara aktif di dalam
berbagai keputusan. Wahana yang paling tepat untuk melibatkan para
siswa tersebut adalah kegiatan-kegiatan di luar kurikuler atau kegiatan
ekstrakurikuler.
Tanggung jawab legal kepada kepala sekoah dalam hal ini
mengadakan pengendalian kehadiran para siswa, penerapan disiplin,
kebebasan mengemukakan pendapat dan menghormati proses hak-hak
seluruh siswa secara tepat.34
Pembinaan disiplin peserta didik, kita dapat menganalisis:
33
Leli Siti Hadianti op. cit h. 4 34
Wahyusumidyo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 239
33
a. Disiplin Kelas
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi
kebebasan dan kemerdekaan siswa akan tetapi sebaliknya ingin
memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam
batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan
siswa terlampau dikurangi atau dikekang dengan peraturan maka
siswa akan berontak dan mengalami frustasi kecemasan.
Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan disiplin kelas
yang baik. Kelas dinyatakan disiplin apabila setiap siswanya patuh
pada aturan main/ tata tertib yang ada, sehingga dapat terlibat
secara optimal dalam kegiatan belajar. Kelas yang disiplin tidak
sama dengan kelas yang tenang.
Penanggulangan pelanggaran disiplin dapat dilakukan dengan:
1) Pengenalan siswa
2) Tindakan korektif yang meliputi:
a) Lakukan tindakan dan bukan ceramah.
b) Do not bargain.
c) Gunakan kontrol kerja.
d) Menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas
3) Tindakan penyembuhan
b. Tahapan untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik
dalam kelas
Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan
disiplin yang baik untuk membantu mengembangkan disiplin yang
baik di kelas, yaitu sebagai berikut.
1) Perencanaan
Ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan
konsekuen untuk aturan yang dilanggar. Jauh sebelum siswa
datang, guru harus mencoba meramalkan organisasi apa yang
diperlukan dan menentukan bagaimana merespons masalah
yang tak terelakkan.
34
2) Mengajar Siswa Bagaimana mengikuti Aturan
Pekerjaan ini harus dimulai dari hari pertama masuk kelas.
Hasil dari penelitian yang kita bahas dalam bab ini
menujukkan bahwa beberapa minggu pertama dalam kelas
adalah masa kritis dalam mengembangkan pola-pola disiplin
yang efektif dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
Dalam rangkaian sistem pengelolaan kelas yang sukses, guru
harus mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik.
Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari
semua kejadian.
3) Merespon Secara tepat dan Kontruktif Ketika Masalah Timbul
(seperti yang selalu guru lakukan). Contoh, apa yang akan kita
lakukan ketika siswa menantang kita terbuka dimuka kelas;
ketika seorang siswa menanyakan kita bagaimana
menyelesaikan masalah yang sulit; ketika kita menangkap
seorang siswa yang mencontek, ketika seorang siswa hilang,
dan tidak mau berpartisipasi.
c. Fungsi dan Tujuan pembinaan peserta didik
Adapun secara khusus, pembinaan kesiswaan dotujukan untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didik (siswa) melalui
penyelenggaraan program bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan,
agar peserta didik dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan di bawah
ini:
1) Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa
Bentuk kegiatannya antara lain:
a) Pelaksanaan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya
masing-masing.
b) Kegiatan-kegiatan keagamaan.
c) Peringatan hari-hari besar keagamaan.
d) Perbuatan amaliah.
e) Bersikap toleran terhadap penganut agama lain.
35
f) Kegiatan seni bernapaskan keagamaan.
g) Lomba yang bersifat keagamaan.
2) Kepribadian utuh dan budi pekerti yang luhur.
Kegiatannya dalam bentuk pelaksanaan:
a) Tata tertib sekolah
b) Tata krama dalam kehidupan sekolah.
c) Sikap hormat kepada guru, orang tua, sesama siswa, dan
lingkungan masyarakat.
3) Kepemimpinan.
Kegiatan kepemimpinan antara lain siswa dapat berperan aktif
dalam Osis, kelompok belajar, kelompok ilmiah, latihan dasar
kepemimpinan, forum diskusi, dan sebagainya.
4) Kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan.
Dalam hal ini bentuk kegiatannya, antara lain:
a) Keterampilan menciptakan suatu barang menjadi lebih
berguna
b) Kreativitas dan keterampilan di bidang elektronika,
pertanian/perkebunan, pertukangan kayu atau batu, dan tata
laksana rumah tangga (PKK).
c) Kerajinan dan keterampilan tangan.
d) Koperasi sekolah dan unit produksi.
e) Praktek kerja nyata.
f) Keterampilan baca-tulis.
5) Kualitas jasmani dan kesehatan.
Kegiatannya dapat dalam bentuk:
a) Berprilaku sehat di lingkungan sekolah, rumah, dan
masyarakat.
b) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
c) Kantin sekolah.
d) Kesehatan mental.
e) Palang merah remaja (PMR).
36
f) Pembiasaan 5 K (keamanan, kebersihan, ketertiban,
keindahan, dan kekeluargaan.)
6) Seni-Budaya.
Kegiatannya dapat dalam bentuk:
a) Wawasan keterampilan siswa di bidang seni suara, tari,
rupa, musik, drama, fotografi, sastra, dan pertunjukkan.
b) Penyelenggaraan sanggar seni.
c) Pementasan/pameran berbagai cabang seni.
d) Pengenalan dan apresiasi seni-budaya bangsa
7) Pendidikan pendahuluan bela negara dan wawasan
kebangsaan.
Bentuk kegiatannya antara lain:
a) Upacara bendera.
b) Bakti sosial/masyarakat.
c) Pertukaran pelajar.
d) Baris-berbaris.
e) Peringatan hari besar bersejarah bangsa.
f) Pelestarian lingkungan.35
d. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin
Penanggulanagan pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan
secara penuh kehati-hatian, demokratis dan edukatif. Cara-cara
penanggulanagan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap
memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya,
apakah dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut
mulai dari tahapan pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan,
dengan tetap bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi
peserta didik. Di samping itu juga harus tetap menjaga perasaan
kecintaan terhadap peserta didik bukan karena rasa benci atau
emosional. Namun demikian perlu disadari benar bahwa disiplin
kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor
35
Badruddin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT INDEKS, 2014). H. 53
37
lingkungan siswa seperti lingkungan rumah. Oleh karena itu, guru
juga perlu menjalin kerja sama dengan orang tua siswa, agar
kebiasaan dsiplin di sekolah yang henadak dipelihara itu semakin
tumbuh sumbur.
Berikut ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan disiplin
kelas, yaitu:
1) Teknik Inner Control
Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru
dalam membina disiplin peserta didiknya. Teknik ini
menumbuhkan kepekaan/penyadaran akan tata tertib dari pada
akhirnya disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam
peserta didik itu sendiri (self dicipline). Dengan kata lain
peserta didik di harapkan dapat mengendalikan dirinya sendiri.
2) Teknik External Control
Teknik external contol yaitu mengendalikan diri dari luar
berupa bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam
menumbuhkan disiplin cenderung melakukan pengaeasan (yang
kadang perlu di perketat dan kalau perlu menjatuhkan hukuman
terhadap setiap pelanggaran).
3) Teknik Cooperative Control
Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan
dengan bekerja sama guru dengan peserta didik dalam
mengendalikan situasi kelas kearah terwujudnya tujuan kelas
yang bersangkutan. Dimana guru dengan peserta didik saling
mengontrol satu sama lain terhadap pelanggaran tata tertib.
Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembinaan
disiplin kelas adalah perbedaan-perbedaan individual peserta
didik dalam kesanggupan mengadakan mawas diri (intropeksi
diri) dan pengendalian dirinya (Self control). Karena itu teknik
cooperative control sangat dianjurkan untuk menetralisir teknik
inner control (yang menganggap peserta didik belum dewasa).
38
e. Membentuk Disiplin Sekolah
Sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan prasyarat agar
siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat
terjadi jika disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan
siswa dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukkan
kedisiplinan. Siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan
situasi sekolah. Jika situasi sekolah disiplin, siswa akan ikut
disiplin. Kepala sekolah memegang peran penting dalam
membentuk disiplin sekolah, mulai dari merancang, melaksanakan
dan menjaganya.
1) Bagaimana cara merancang kedisiplinan sekolah?
a) Penyusun rancangan harus melibatkan guru, staf
administrasi, wakil siswa, dan wakil orangtua siswa.
Dengan ikut menyusun, diharapkan mereka merasa
bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya.
b) Rancangan harus sesuai dengan misi dan tujuan sekolah.
Artinya, disiplin yang dirancang harus dijabarkan dari
tujuan sekolah.
c) Rancangan harus singkat dan jelas, sehingga mudah
dipahami. Jika rancangan cukup panjang perlu dibuat
rangkumannya.
d) Rancangan harus memuat secara jelas daftar prilaku yang
dilarang beserta sanksinya. Sanksi yang diterapkan harus
yang bersifat mendidik dan telah disepakati oleh siswa,
guru, dan wakil orangtua siswa.
e) Peraturan yang telah disepakati bersama harus
disebarluaskan, misalnya melalui rapat, surat
pemberitahuan, dan majalah sekolah sehingga semua pihak
terkait memahaminya. Jika perlu dilakukan “kampanye”
untuk itu,
39
f) Kegiatan yang terkait dengan aktifitas siswa, harus
diarahkan dalam pembentukan disiplin sekolah.
2) Jika rencana sudah jadi, bagaimana agar dapat terlaksana
dengan baik?
Peraturan dapat terlaksana dengan baik, perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut.
a) Memasyarakatkan peraturan tersebut, sehingga mendapat
dukungan berbagai pihak.
b) Yakinkan guru, siswa dan orangtua bahwa peraturan
tersebut dapat menumbuhkan kedisiplinan warga sekolah.
c) Berilah kepercayaan kepada guru, staf administrasi untuk
melaksanakan kedisiplinan sehari-hari.
d) Lakukan pemantauan terhadap pelaksanaan peraturan antara
lain dengan mengunjungi kelas.
e) Menjadi teladan, dengan berprilaku disiplin sesuai dengan
peraturan, di setiap tempat dan setiap waktu.
f) Segera atasi jika ada pelanggaran, dengan menetapkan
sanksi secara konsisten. Dorong guru untuk memberi
peringatan jika tampak ada gejala penyimpangan dari siswa.
g) Secara periodik dilakukan peninjauan kembali, untuk
mengetahui apakah peraturan tersebut masih cocok atau
perlu penyempurnaan.
3) Apakah masih ada catatan di samping langkah-langkah
tersebut?
Di samping langkah-langkah diatas, masih ada strategi yang
perlu dijalankan yaitu:
a) Berilah penghargaan kepada guru, karyawan, dan siswa
yang berprilaku disiplin, baik secara perorangan atau
kelompok. Penghargaan dapat berupa piagam atau
diumumkan dalam suatu acara tertentu atau yang lainnya.
40
b) Tumbuhkan lingkungan yang saling menghargai, sesuai
dengan budaya setempat. Misalnya: jika memberi kritik,
kritik pelakunya dan bukan orangnya, fokuskan pada
kerjasama dan kompetisi yang sehat, dan hindari kata-kata
dan hukuman fisik.
c) Bangunlah rasa kepedulian, dan kebersamaan di sekolah,
dengan menyakinkan semua pihak bahwa sekolah milik
bersama, sehingga baik buruknya sekolah, termasuk
disiplin, merupakan tanggung jawab semua pihak.
d) Ikut sertakan orangtua siswa, sehingga mereka dapat
mendorong anaknya untuk berprilaku disiplin, baik
disekolah maupun di rumah. Dengan keikutsertaan ini,
orang tua tidak akan kaget jika ternyata anaknya
mendapatkan sanksi dari sekolah.
e) Ikut sertakan osis. Seringkali siswa lebih mudah menerima
jika diingatkan oleh teman sendiri. Dengan melibatkan osis,
diharapkan akan terjadi mekanisme saling mengingat antar
siswa.
f) Hindarkan sekolah dari ancaman pihak luar, agar siswa
merasa aman disekolah. Untuk itu periksa situasi
lingkungan sekolah dan temukan di mana kemungkinan
terjadi gangguan.
g) Siapkan prosedur yang harus ditempuh jika ada keadaan
darurat dan bila perlu keadaan tersebut dilaporkan ke pihak
yang berwajib.
h) Buatlah daftar siswa yang bermasalah (peta siswa) agar
mereka memperoleh pembinaan khusus.
i) Lakukan evaluasi tentang pelaksanaan kedisiplinan melalui
pertemuan warga sekolah.36
36
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011) h. 95
41
6. Problematika Hukuman
Membahas tentang disiplin maka tidak dapat lepas dengan
hukuman. Pada pokoknya segala hukuman diberikan karena ada
kesalahan dan bertujuan agar siswa jangan berbuat salah lagi, dengan
demikian mengandung nilai positif. Menghukum tidak sama dengan
balas dendam atau bertindak sewenang-wenang.
a. Macam hukuman
1) Hukuman badan.
2) Penahanan di kelas.
3) Menulis sekian kali.
4) Menghilangkan hak tertentu (tidak boleh ikut ulangan,
pelajaran).
5) Lain-lain seperti tatapan mata, teguran, ancaman, dsb.
Perlu diingat bahwa berdasarkan penelitian, pengaruh ganjaran
atau reinforcement lebih kuat dari pada hukuman, karena itu
sebaiknya guru lebih banyak memberi ganjaran atau reinforcement
kepada siswa dari pada menghukumnya.
Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin memang
perlu, kendati pun kadang-kadang hukuman kurang efektif dari
ganjaran yang perlu diambil. Karena itu hukuman yang diberikan
kepada peserta didik yang melanggar peraturan hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1) Hukuman di berikan secara hormat dan penuh pertimbangan.
2) Berikan kejelasan/ alasan mengapa hukuman diberikan.
3) Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau
emosional.
4) Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada
akhir kejadian.
5) Hindari hukuman yang bersifat badaniah atau fisik.
6) Jangan menghukum kelompok/ kelas apabila kesalahan
dilakukan oleh seseorang.
42
7) Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman.
8) Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan.
9) Pelajari tipe hukuman yang diizinkan oleh sekolah.
10) Jangan menggunakan standar hukuman ganda.
11) Jangan mendendam.
12) Konsisten dengan pemberian hukuman.
13) Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan.
14) Jangan memberi hukuman berdasarkan selera.37
7. Kode Etik Peserta didik
Kode etik (ethical code), adalah norma-norma yang mengatur
tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan
tertentu, yang berisi rumusan baik-buruk, boleh-jangan, terpuji-tidak
terpuji, yang menjadi pedoman dalam suatu lingkungan tertentu. Kode
etik juga berasal dari kata kode dan etik. Kode berarti simbol atau
tanda, sedangkan etik adalah norma, nilai, kaidah, dan ukuran bagi
tingkah laku manusia.38
Kode etik peserta didik adalah aturan-aturan, norma-norma yang
dikenakan kepada peserta didik, berisi tentang hal yang boleh
dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan, tentang baik dan buruk,
tentang benar dan tidak benar, layak dan tidak layak, aturan tersebut
bisa dalam bentuk tulisan yaitu peraturan yang berlaku, dan bisa juga
dengan tidak tertulis yang di dalamnya terdiri dari tradisi atau budaya
yang harus ditaati dalam dunia pendidikan.
a. Tujuan Kode Etik
1) Merupakan standar tingkah laku yang dijadikan sebagai
pedoman bagi peserta didik di sekolah tertentu. Standar itu
sendiri amat penting diterapkan di suatu sekolah karena peserta
didik tidak homogen akan tetapi berasal dari berbagai latar
belakang dan kultur yang berbeda.
37
Ibid 38
Ali Imron, op. cit., 163
43
2) Agar tercipta kesamaan bahasa, gerak dan langkah antara
sekolah, peserta didik, orang tua dan masyarakat. Kesamaan
arah sangat penting agar semuanya seirama untuk menuju pada
tujuan yang telah ditetapkan berkaitan dengan peserta didik.
3) Menjungjung tinggi citra peserta didik, karena dengan adanya
ucapan, tingkah laku, perbuatan serta sikap yang pantas. Hal itu
juga pada akhirnya akan meningkatkan citra lembaga
pendidikan itu sendiri.
4) Menciptakan suatu aturan yang ditaati bersama, khususnya
peserta didik demikian juga oleh seluruh civitas akademika.
Hal itu untuk menjaga harkat dan martabat peserta didik secara
keseluruhan.
5) Mengajarkan serta menerapkan aturan yang harus di taati,
sehingga kita harus selalu menjaga kepentingan orang lain
dengan tidak berprilaku yang sesuai aturan, serta mengajarkan
bahwa ketika berprilaku kita harus memperhitungkan dan
melakukan instropeksi diri apakah prilaku kita sudah sesuai
dengan aturan atau tidak.
b. Isi yang Terkandung pada Kode Etik
1) Pertimbangan dan atau rasionalitas mengapa kode etik tersebut
harus diterapkan serta di taati.
2) Standar tingkahlaku yang layak ditampilkan oleh peserta didik,
baik ketika ada disekolah, dilingkungan keluarga mauapun di
lingkungan sekolah.
3) Kedisiplinan yang wajib diikuti oleh peserta didik, seperti
kapan waktunya disekolah, kapan waktunya dirumah, kapan
waktu belajar, waktu istirahat.
4) Pakaian yang seperti apa yang patut/ layak dipakai
dilingkungan sekolah.
5) Apa saja yang wajib dilakukan oleh peserta didik berkaitan
dengan lembaga pendidikan/sekolah.
44
6) Bagaimana hubungan peserta didik dengan guru, kepala
sekolah, personalia lainnya, dengan teman (junior dan senior,
orang tua, masyarakat pada umumnya, tamu yang datang ke
sekolah dll.
c. Proses penyusunan kode etik
1) Mengundang wakil-wakil peserta didik yang terdiri dari
mereka yang duduk secara formal dalam struktur organisasi
sekolah dan mereka yang menjadi tokoh non-formal.
2) Memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyusun kode
etik peserta didik, dengan memberikan bahan serta arahan
seperti pentingnya kode etik, tata cara penyusunan kode etik,
isi yang terkandung dalam kode etik, serta kemungkinan sanksi
bagi yang melanggar.
3) Sampaikan masukan-masukan pada konsep kode etik yang
telah disusun, maksudnya masukan tersebut akan mereka
utarakan, seakan memiliki dan bertanggung jawab terhadap
kode etik tersebut.
4) Berikan kepada peserta didik untuk menjadi tim perumus kode
etik, dan menawarkan kepada mereka apakah memerlukan
pembimbing untuk mendampingi mereka merumuskan kembali
konsep yang sudah mendapatkan banyak masukan.
5) Konsep akhir kode etik hendaknya di tandatangani oleh ketua
tim perumus dan ditanda tangani oleh ketua OSIS yang
selanjutnya diajukan kepada kepada kepala sekolah untuk
mendapatkan pengesahan.
6) Ketika sudah sampai di tangan kepala sekolah kemudian di
sahkan melalui surat keputusan (SK), maka sejak itu kode etik
sah untuk diberlakukan dan ditaati, berlaku sampai batas waktu
yang telah ditentukan.
7) Kode etik yang telah disahkan disosialisasikan kepada seluruh
peserta didik, yang menjadi pedoman peserta didik dalam
45
berperilaku, dan tentu saja pelanggaran yang terjadi akan di
kenakan sanksi tergantung dari kesepekatan yang ada.39
8. Pengadilan peserta didik
Pengadilan peserta didik (student court’s) adalah suatu lembaga
pengadilan yang ada disekolah yang bertugas mengadili peserta didik
yang mempunyai kesalahan atau tidak mentaati peraturan yang ada.
Jadi apabila ada anak yang telah melakukan kesalahan tidak langsung
diberikan sanksi akan tetapi harus dilakukan persidangan di
pengadilan. Dengan memakai asas praduga tidak bersalah, maka
sebelum dijatuhkan vonis maka ia tidak dapat disebutkan bersalah
akan tetapi hanya sebagai tersangka. Dimana dalam persidangan
tersebut diperlukan:
a. BAP yang bertugas untuk menulis berita acara pemeriksaan.
b. Penuntut peserta didik.
c. Hakim bagi peserta didik.
d. Saksi.
e. Pembela.
f. Pemeriksa/hakim.
g. Tersangka.
Tugas dari pemeriksa adalah melakukan pemeriksaan terhadap
kesalahan apasaja yang diperbuat oleh peserta didik, kemudian dicatat
dalam BAP. Penuntut bertugas untuk melakukan tuntutan kepada
peserta didik sesuai dengan BAP yang diterima. Dewan hakim
bertugas untuk menentukan vonis yang harus dijatuhkan kepada
peserta didik yang terbukti bersalah, berdasarkan masuka dari BAP,
tuntutan penuntut umum, pembela dan keterangan saksi. Pembela
bertugas untuk melakukan pembelaan terhadap peserta didik yang
menjadi kliennya, sedangkan saksi bertugas untuk memberikan
kesaksian berdasarkan apa yang ia lihat.
39
Eka Prihatin, op. cit., h. 100
46
Keputusan final yang telah di jatuhkan dapat dipertanyakan
kembali oleh tersangka, apakah ia menerima putusan tersebut atau
tidak, dan apabila peserta didik merasa keberatan dengan vonis
tersebut maka ia berhak untuk mengajukan banding dala arti vonis
tersebut di tinjau kembali.
9. Hukuman Peserta Didik
Setelah vonis dijatuhkan kepada peserta didik, maka hukuman yang
dijatuhkan kepada peserta didik siap direalisasikan, dimana realisasi
ini sangat penting kerana vonis, hal itu akan menjatuhkan wibawa dari
pengadilan peserta didik tersebut.
Hukuman adalah suatu sanksi yang diterima oleh peserta didik
sebagai akibat dari pelanggraran pada aturan-aturan yang telah
ditentukan. Sanksi tersebut dapat berupa material maupun non
material.
Tujuan dari hukuman itu sendiri adalah sebagai alat pendidikan.
Intinya hukuman itu sendiri harus berhasil mendidik peserta didik
untuk tidak melakukan pelanggaran kembali, hukuman juga bisa
menunjukkan bahwa kode etik yang dibuat itu sungguh-sungguh
dijalankan sesuai dengan perencanaan semula.
Langeveld yang dikutipdari buku Ali Imron memberika pedoman
hukum sebagai berikut:
a. Punitur, qunnia no peccatum yang artinya adalah dihukum karena
memang peserta didik bersalah.
b. Punitur no peccatum, artinya adalah agar peserta didik tidak lagi
berbuat kesalahan.
Ada beberapa macam hukuman, yaitu hukuman badan, penahanan
dikelas, dan menghilangkan privalage, denda dan sanksi tertentu.
Hukuman badan misalnya memukul, menjewer, menendang,
mencubit, menyepak, push up, lari, di jemur di matahari dsb, hukuman
demikian sebaiknya tidak dipergunakan karena hal itu terbukti tidak
efektif untuk mengubah perilaku peserta didik, di samping itu
47
hukuman tersebut bisa menyeret seorang tenaga pendidik ke
pengadilan keran peserta didik tidak terima perlakuan tersebut.
Penahanan dikelas adalah jenis hukuman yang diterapkan kepada
peserta didik atas pelanggaran yang dilakukan, akan tetapi hukuman
kelas ini bisa efektif dan bisa juga tidak, dikatakan efektif manakala
hukuman tersebut dikaitkan dengan beban pekerjaan yang bersifat
mendidik seperti, mengerjakan soal, menyapu kelas, melakukan
pekerjaan-pekerjaan di perpustakaan atau laboratorium. Yang
dimaksud menghilangkan privalage adalah pencabutan hak-hak
istimewa yang berada pada diri peserta didik, hal itu perlu dilakukan
agar peserta didik mengetahui bahwa setiap keslahan tidak boleh
diperbuat dan tidak boleh diulangi.
Hukuman denda dikenakan kepada peserta didik sepanjang hal
tersebut dalam batas kewajaran/kemampuan peserta didik. Dengan
adanya denda diharapkan peserta didik tidak akan mengulangi
kesalahannya, dan pembayaran denda tersebut harus diikuti dengan
pemberian kwitansi/tanda terima.
Sanksi lain yang dapat dilakukan adalah skors untuk beberapa hari
bagi peserta didik yang melakukan pelanggaran, prosedur pemberian
skorsing adalah di mulai dengan teguran, peringatan ringan, keras,
lisan dan tertulis.
Hukuman lain yang biasa dilakukan oleh seorang guru adalah
dengan menatap tajam siswa, memberikan teguran dengan tembusan
kepada orang tua atau wali, penyampaian secara lisan maupun tulisan
yang pasti hendaknya hukuman tersebut tidak di berlakukan dalam
keadaan si penghukum sedang marah.40
40
Ibid
48
C. Kerangka berfikir
Input Proses Output
Kondisi yang ada
1. Kurangnya
kordinasi antara
kepala sekolah
dan guru dalam
menerapkan
peraturan
2. kurangnya
pendekatan dari
kepala sekolah
dan guru
terhadap
prilaku siswa.
3. Tidak adanya
tindak lanjut
dari setiap
hukuman atas
pelanggaran
yang sudah
dilakukan oleh
setiap siswa.
4. Masih
terdapatnya
guru yang tidak
mencontohkan
sikap disiplin di
dalam
lingkungan
sekolah.
Masalah
Kurang
optimalnya
peran
kepemimpinan
kepala sekolah
dalam proses
mendisiplinkan
siswa.
Harapan
1. Budaya disiplin
yang baik akan
meningkat
kegiatan belajar
dari setiap
siswa.
2. Budaya disiplin
akan
mempengaruhi
karakter dari
setiap siswa
agar lebih patuh
terhadap
peraturan yang
ada
lingkungannya.
3. Budaya disiplin
dapat
meminimalisir
pelanggaran-
pelanggran yang
dilakukan oleh
para siswa.
4. Meningkatnya
kedekatan dari
kepala sekolah
dan guru
terhadap semua
siswa.
5. Setiap siswa
bisa
mempalajari
tentang
kedisiplinan di
luar kegiatan
belajar
mengajar.
Strategi
a. Pengembangan
budaya
sekolah dan
pusat kegiatan
belajar.
b. Menerapkan
kegiatan ko-
kurikuler dan
kegiatan ekstra
kulikuler.
49
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Selama ini penelitian yang mengkaji tentang kedisiplinan telah ada
yang meneliti. Meningkatkan kedisiplinan melalui keteladanan pada murid
Raudhatul At-fhal Az-zahra Kecamatan Kandis Kabupaten Siak oleh Sri
Astuti.
Kemudian penelitian terbaru yang dilakukan oleh ahmad wafi tahun
2017 mengenai Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Disiplin
Peserta Didik di Madrasah Aliyah Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan
dengan hasil mengenai kedisiplinan belum berejalan efektif. Karena pihak
sekolah beralasan bahwa masih ada saja peserta didik yang melanggar tata
tertib peraturan. pelanggaran seperti datang terlambat ke sekolah, dan
berpakaian tidak sesuai aturan masih terus menerus dilnaggar oleh peserta
didik.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa penilitian di atas
memberikan suatu gambaran bahwa kedisiplinan siswa di atas sudah disiplin
akan tetapi perlu ditingkatkan, sedangkan penelitian penulis lakukan siswa
belum disiplin maka, apa tindakan kepala sekolah dalam mendisiplinkan siswa
serta faktor pendukung dan penghambat peran kepala sekolah mendisiplinkan
siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Pamulang.
50
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Setelah mempertimbangkan beberapa hal, maka peneliti memilih MI Al-Ihsan
Pamulang sebagai objek penelitian untuk penulisan skripsi ini.
2. Waktu Penelitian
Tabel 3. 1
Rincian Kegiatan Penelitian
No Jenis
Kegiatan
Bulan Ket sep
tember
Okto
ber
Nov
Des
Jan
Feb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1 Observasi
Pendahuluan
2 Bimbingan
dengan Dosen
Pembimbing
3 Pembuatan
Instrumen
Penelitian
4 Wanwancara
dan
Pengambilan
Data
Lapangan
51
5 Pengolahan
dan Analisis
Data
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei (survey reseach),
yaitu penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus),
terhadap variabel-variabel yang diteliti. Adapun metode penelitian yang
digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini juga merupakan library Reseach
(penelitian lapangan) karena peneliti mengadakan kajian dengan mencari dan
membaca buku-buku untuk mendalami teori yang berkenaan dengan masalah
yang diteliti. Selain itu skripsi ini juga merupakan Field Reseach (penelitian
lapangan) karena peneliti mengadakan penelitian langsung ke MI Al-Ihsan
Pamulang.
Adapun Penelitian Ini bersifat Deskriptif analisis, yaitu dengan menganalisis
data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi yang sesuai
dengan permasalahan yang dimaksud.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah 1 orang, dikarenakan
populasinya sedikit dan tidak memungkinkan untuk mengambil sampel, tetapi
sangat di perlukan sumber data yang bisa mendukung penelitian ini maka penulis
mengambil data dari 30 orang siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kondisi, prasarana dan tata
tertib. Observasi dilakukan dengan mengamati keadaan sekolah, sarana dan
prasarana serta penegakan hukum dari tata tertib yang yang sudah di tetapkan.
52
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban
responden. Wanwancara ini dapat dilakukan langsung maupun tidak langsung
dengan sumber data.
Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara langsung dengan sekolah
diantaranya kepala sekolah, kepala bagian kesiswaan, guru dan siswa untuk
mengetahui dan mendapatkan informasi tentang Peran Kepala sekolah dalam
mendisiplinkan Siswa di MI Al-Ihsan pamulang.
Tabel 3. 2
Pedoman wawancara
Obyek penelitian Aspek Indikator
Kepala sekolah Sejarah 1. Sejarah awal
berdirinya sekolah
2. Visi, misi, dan tujuan
sekolah
Pengelolaan budaya
disiplin
1. Keadaan budaya
disiplin
2. Upaya untuk
menciptakan budaya
disiplin
3. Program yang di
laksanakan
4. Mengadakan
pertemuan dengan
wali murid
membahas tentang
kedisiplinan
5. Penerapan tata tertib
Pelaksanaan 1. Factor yang
53
mempengaruhi
terciptanya
kedisiplinan
Hasil 1. Respon wali murid
Guru Penerapan budaya disiplin 1. Pelaksanaan
pembelajaran
2. Kinerja kepala
sekolah
3. Penerapan tata tertib
4. Pengawasan kepada
prilaku siswa
5. Tanggapan tentang
adanya peraturan
HAM
Siswa Prilaku siswa 1. Tanggapan siswa
tentang prilakunya
sendiri
2. Konsekuensi bila
melanggar peraturan
3. Tanggapan terhadap
kinerja kepala
sekolah
4. Tanggapan tentang
prilaku guru
3. Metode Kuesioner (Angket)
Metode Kuesioner adalah suatu daftar yang bersisikan rangkaian
pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.41
Angket ini untuk siswa, teknik ini penulis lakukan dengan cara mengajukan
41
Cholid narbuko & Abu Achmadi, Metodologi penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 76
54
sejumlah pertanyaan kepada responden yaitu siswa dengan myediakan
alternatif jawaban untuk memperoleh data mengenai peran kepemimpinan
kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditunjukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah
catatan tertulis yang isisnya pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang
atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi
sumber data, bukti informasi kealamiahan untuk memperluas pengetahuan
terhadap sesuatu yang diselidiki.42
Pada tahap ini penulis mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, pedoman dan sebagainya yang
berkaitan dengan Peran Kepala Sekolah.
Tabel 3. 3
Pedoman Studi Dokumentasi
NO Dokumentasi
1 Profil dan letak geografis
2 Sejarah berdirinya MI Al-Ihsan Pamulang
3 Visi dan Misi MI Al-Ihsan Pamulang.
4 Struktur Organisasi MI Al-Ihsan Pamulang.
5 Keadaan Guru dan Kependidikan MI Al-Ihsan Pamulang.
6 Keadaan siswa MI Al-Ihsan Pamulang.
7 Sarana dan Prasarana MI Al-Ihsan Pamulang.
8 Tata tertib MI Al-Ihsan Pamulang.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisi data merupakan suatu yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data tersebut dapat
dipahami.
42
Ibid., h. 183.
55
Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala
sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siwa di MI Al-Ihsan Pamulang , maka
data yang peneliti peroleh dari angket diolah dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengelolaan data, yang pertama kali dilakukan adalah editing, yaitu
meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisannya. Dalam
tahap ini dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisian.
2. Tabulating dan skorsing
Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel atau kartu-kartu tabulasi untuk
memasukan jawaban-jawaban responden yang kemudian dicari prosentasenya
untuk kemudian di analisis. Setelah data dibuat dalam tabel kemudian semua
pernyataan angket diberi skor nilai setiap itemnya dengan cara jawaban yang
berupa huruf akan diubah menjadi nilai angka sebagai berikut:
a) Jawaban A, diberi nilai 3
b) Jawaban B, diberi nilai 2
c) Jawaban C, diberi nilai 1
Adapun data-data yang diperoleh dari wawancara diolah tanpa menggunakan
daftar tabulasi dan angka prosentase. Dalam hal ini penulis mendeskrisikan data-
data tersebut secara sistematis, logis dan bermakna kemudian di padukan dengan
data-data yang diperoleh dari angket.
3. Analiting dan Interpretasi
Dalam menganalisis data penelitian, penulis menyesuaikan dengan tujuan
yang akan di capai dari penelitian ini, yakni berdasarkan jenis data yang
dikumpulkan. Adapun data itu berupa data kualitatif yang kemudian diubah
menjadi data kuantitatif, dengan menggunakan rumus statistik prosentil
(prosentase) setelah sebelumnya data ditabulasikan dalam jumlah frekuensi
jawaban responden untuk setiap alternatif, dengan rumus sebagai berikut:
56
P = F/N x 100%
Keterangan
P = Angka presentasi
K = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Number of Case (jumlah responden)43
Setelah dilakukan perhitungan, selanjutnya penulis mengkatagorikan hasil
angket mengenai peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa tersebut berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu:
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan ketika sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam penelitian
kuliatatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data.44
Dalam hal ini digunakan predikat kategori: berperan
Baik sekali, Baik, Sedang, Rendah, dan Rendah seali.
81% - 100% : Baik sekali
61% - 80% : Baik
41% - 60% : Sedang/cukup
21% - 40% : Rendah
0% - 20% : Rendah sekali
Demikian metode yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian ini.
4. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berati merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan.
43
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 43
44 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2011)
Cet.11, h.245.
57
5. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antyar katagori, flowchart dan sejenisnya.
Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
6. Conclusion Drawing/ Verification
Pada tahap ini dalam analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dengan demikian dalam
penelitian kuaitatif mungkin menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mukngkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian berada di lapangan.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PE,BAHASAN
A. Gambaran Umum MI Al-Ihsan PAMULANG
Berikut ini merupakan profil objek penelitian di MI Al-Ihsan
PAMULANG diantaranya:
1. Profil dan Letak Geografis
a. Identitas Madrasah
1) Nama Madrasah : MI AL – IHSAN Pamulang
2) Nama Yayasan : AL – IHSAN
3) Kepala madrasah : Ali Daud, S.Pd
4) NSM : 111236740051
5) Jenjang : Madrasah Ibtidaiyah / SD
6) Status : Swasta
7) Tahun Berdiri : 1974
8) Alamat : Jl. Bambu Apus Raya Komplek
Departeman Agama Bambu Apus, Kec.
Pamulang. Tangerang Selatan.
9) Desa/Kelurahan : Bambu Apus
10) Kecamatan : Pamulang
11) Kabupaten / Kota : Tangerang Selatan
12) Provinsi : Banten
13) Telepon : [021] 7428430
b. Keadaan Madrasah
1) Luas Tanah : 1850 m2
2) Luas yang sudah dibangun : 1430 m2
3) Luas Tanah yang masih bias dibangun : 0 m2
4) d. Luas halaman : 420 m2
c. Gedung
Bangun gedung yang tersedia
59
1) Ruang Kelas [Atas] : 8 ruang [standar]
2) Ruang Kelas [Bawah] : 6 ruang [non standar]
3) Ruang Kelas lantai 11 [Atas] : 2 ruang [standar]
4) Ruang Kepala : 1 ruang [ ukuran : 4x4 m ]
5) Ruang Guru : 1 ruang [ ukuran : 5x7 m ]
6) Ruang TU : 1 ruang [ ukuran : 4x7 m ]
7) WC Guru : 1 ruang [ ukuran : 2x3 m]
8) WC Siswa : 10 ruang
9) Perpustakaan : 1 ruang
10) Dapur : -
11) Kantin : 1 ruang
12) UKS : 1 ruang
13) Gudang : 1 ruang
2. Sejarah berdirinya MI Al-Ihsan Pamulang
Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) AL – IHSAN Pamulang berdiri tangga
1 Juni 1999. Madrasah Ibtidaiyah ini berada di bawah naungan
Yayasan AL – IHSAN yang berafiliasi ke Departemen Agama.
Madrasah ini merupakan peralihan dari Sekolah Dasar AL – IHSAN
yang berafiliasi ke Departemen Pendidikan Nasional yang beroperasi
tahun 1986 – 1999. Atas pertimbangan pengurus yayasan, SD Islam ini
berubah menjadi Ibtidaiyah yang kelas satunya dimulai pada Tahun
Pelajaran 1999 / 2000.
Tanggal 1 september 1999, Pengurus Yayasan AL – IHSAN
yang diketuai oleh Bapak Drs. H. Mustoha, MA dan sekretarisnya
Bapak Drs. H.Idris Elby, MA mengangkat Bapak Drs. Agus Sunardi,
salah seorang guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri
Pamulang, sebagai Kepala Sekolah untuk Madrasah Ibtidaiyah ( MI )
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Bapak Drs. Agus Sunardi
menggantikan Bapak H.M. Idris sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah
60
( MI ) dan Ibu Dra. H. Yenni Triasih sebagai Kepala Sekolah
Menengah pertama (MTs). Kemudian diangkat pula Bapak Yatiman,
pensiunan Pegawai Departemen Agama, sebagai Kepala Tata Usaha
(TU). Mulai saat itulah kedua sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala
sekolah, yaitu Bapak Drs. Agus Sunardi yang masih berstatus sebagai
guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang.
Pagi hari Bapak Drs. Agus Sunardi bertugas sebagai Kepala
Sekolah di Yayasan AL – IHSAN dan sore hari bertugas sebagi guru
dinas pada Madrasah Tsanawiyah ( MTs) Negeri Pamulang.
Kemudian tanggal 5 Juni 2003 Bapak Drs. Agus Sunardi, resmi
diangkat oleh pemerintah sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah
(MTs) AL – IHSAN Pamulang berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Banten, Nomor :
Kw.28/I/Kp.076/ 483/ 2003 tertanggal 05 Juni 2003, yang
ditandatangani oleh Kepala Kanwil Bapak Drs. H. M. Suroh, M.Si
atas nama Menteri Agama. Sejak saat itu Bapak Drs. Agus Sunardi
resmi sebagai kepala sekolah difinitif yang diperbantukan pada
yayasan AL – IHSAN dan tidak lagi sebagai guru pada Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang.
Seiring perkembangan zaman dan sejalan dengan visi Madrasah
Ibtidaiyah (MI) AL – IHSAN Pamulang, yaitu Unggul Dalam
Prestasi dan Berakhlakul Karimah, Madrasah yang didukung oleh
pengurus yayasan terus berbenah diri dengan menyiapkan berbagai
fasilitas yang memadai dan berupaya meningkatkan kualitas
lulusannya. Alhamdu lillah, pada tahun Pelajaran 2011/ 2012
Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL – IHSAN Pamulang bukan hanya
memiliki Laboratorium Komputer besrta jaringan internet on line,
bahkan sekolah ini mendapatkan bantuan perangkat Laboratorium
IPA, Laboratorium Bahasa, Perangkat Pembelajaran IPS dan Jaringan
Berbasis Pembelajaran dari Kementerian Agama Republik Indonesia.
Selain itu sekolah ini memiliki tenaga pendidik yang professional,
61
muda, cakap dan berpengalaman serta berpendidikan S1 dan S2.
Mereka loyal dan berdedikasi tinggi menjalankan tugasnya dalam
mengemban amanat orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan
amanat Allah Subhanahu Wata‟ala.
Dengan jerih payah dan dedikasi tinggi dari seluruh pendidik dan
tenaga kependidikan disertai dengan tekad baik dari para siswa dan
peran orang tua siswa, alumni Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL – IHSAN
Pamulang ada yang telah lulus sarjana dari Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Gajah Mada (UGM )
Yogyakarta, dan ada pula yang masih berstatus sebagai mahasiswa
UGM, UIN, dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Tri Sakti dan
Fakultas Kedokteran Universitas Syekh Kuala, Sumatra Utara, dan
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi lainnya.
Pengurus yayasan sebagai penyelenggara pendidikan, unsur
pimpinan madrasah, dewan guru dan karyawan-karyawati terus
berupaya mengembangkan misinya, yaitu memberikan sumbangan
kepada Bangsa dan Negara dengan cara membentuk,
menyelenggarakan dan mengembangkan program pendidikan untuk
membina umat secara mantap dan terencana serta dijiwai oeh ajaran
Islam.
3. Visi dan Misi MI Al-Ihsan Pamulang.
a. Visi Madrasah
“Unggul Dalam Prestasi Dan Berakhlakul Karimah”
b. Misi Madrasah
Mengacu pada visi madrasah di atas, maka misi yang akan dirumuskan
oleh Madrasah AL – IHSAN Pamulang adalah sebagai berikut :
1) Menciptakan suasana belajar yang kondusif
2) Melasanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, kreatif
dan efisien
3) Mengembangkan sikap dan prilaku sopan, tanggung jawab,
62
jujur dan dapat dipercaya
4) Menumbuhkan semangat keuanggulan secara intensif bagi
seluruh warga madrasah
5) Mengembangkan bakat, minat, dan potensi siswa secara
maksimal mealui kegiatan ekstrakurikuler
6) Meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana
7) Mengembangkan dan membiasakan perilaku disiplin warga
madrasah
B. Deskripsi dan analisis data
1. Peran kepemimpinan kepala sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang bersifat komplek dan unik,
bersifat kompleks karena seolah sebagai organisasi di dalamnya
terdapat berbagai dimensi yang satu sama lainnya saling berkaitan dan
saling menetukan. Sedangkan unik, menunjukkan bahwa sekolah
sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh
organisasi-organisasi lain. Sekolah sebagai salah satu organisasi yang
bersifat komplek dan unik membuat setiap kepala sekolah harus
menjalankan peran yang sangat ektra di berbagai bidang. Baik itu yang
berhubungan dengan pemerintah, guru, siswa, wali murid dan
masyarakat.
a. Peran kepala sekolah sebagai pendidik
Dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidikan,
kepala sekolah senantiasa harus bisa menciptakan budaya yang
baik di lingkungan sekolah. hasil wawancara guru MI Al-Ihsan
Pamulang menunjukkan bahhwa iklim yang baik itu di ciptakan
dengan memberikan contoh yang baik kepada setiap elemen yang
ada di sekolah, terutama kepada para siswa. kepala sekolah kita
termasuk orang yang leadership. Dia suka berinisiatif untuk datang
lebih awal sambil awal untuk mengawasi kegiatan greeting. Beliau
juga memberi teladan yang baik seperti yang di katakan bapak
Sodikin “bapak kepala sekolah suka memberikan contoh tentang
63
kebersihan, Dia ga pernah malu dia nyapu dan ngepel semuanya
dia lakukan”45
Menjalankan peran sebagai pendidik tidaklah semudah yang
dibayangkan, selain harus memberikan teladan yang baik, kepala
sekolah sebagai pendidik juga harus dapat memberikan
memberikan dorongan dan nasehat kepada seluruh warga sekolah
khusunya guru dan para siswa agar dana meningkatkan kinerja
guru serta meningkatkan semangat belajar dari setiap siswa.
b. Peran kepala sekolah sebagai manajer
Melakukan peran fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif. kepala sekolah
membuat program “pertama masuk tepat waktu. Jam 7 anak-anak
sudah harus masuk. Yang terlambat menunggu, di haruskan membaca
doa melalui guru piket. Setelah selesai membaca doa anak-anak di
persilahkan masuk dan siswa yang terlambat di catat. Kalau dia
mengulang lagi maka kemudian dikenakan sangsi.
Pada saat jam masuk sekolah juga kami mengadakan greeting (cium
tangan). Jadi setengah jam sebelum masuk guru piket harus udah stay
di gerbang untuk melaksanakan greeting. Greeting ini salah satu cara
disiplin dan tatakrama. Dan juga guru sebagai orang yang melayani
kemudian anak merasa di hormati dan di hargai. Karena saat mereka
masuk gerbang sudah di sambut oleh para guru.
Yang kedua shalat duha pada hari jum‟at stelah shalat ada
penampilan anak-anak baik itu shalawat, doa, hafalan qur‟an dan
yang lainnya. Jadi setiap kelas harus ada perwakilan yang tampil.
Tujuannya untuk menanamkan keberanian dan sikap disiplin.”46
kepala sekolah sekolah MI Al-Ihsan Pamulang seharusnya
membuat suatu strategi diantaranya:
45
Hasil wawancara dengan bapak Sodikin S.Pd pada hari kamis 11 mei 2018 46
Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 7 mei
2018
64
1) Kepala sekolah melakukan kerjasama yang baik dengan guru
dalam pembuatan tata tertib dan penegakkan pelanggran yang
terjadi di sekolah. seperti terus mengadakan evalusi
pembelajaran sertiap seminggu sekali, dengan memfokuskan
satu minggu dalam sebulan khusus membahs tentang
kedisiplinan.
2) Kepala sekolah mendorong semua guru untuk melakukan tugas
Disamping kepala sekolah bekerja sama dengan guru-guru
dalam penyusunan tata tertib dan penegakkan pelanggran yang
terjadi di lingkungan sekolah, kepala sekolah juga mendorong
guru-guru melaksanakan tugasnya secara professional penuh
dengan tanggung jawab.
3) Kepala sekolah mendorong guru agar terus melakukan
perbaikan dalam pelaksanaan tugasnya.
c. Kepala sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah sebagai administrator harus mampu menerapkan
kemampuannya dalam tugas-tugas operasionalnya. Seperti halnya
kepala sokolah MI Al-Ihsan Pemulang, ada beberapa kegiatan yang
beliau lakukan sambil mengawasi setiap pengelolaan tugas-tugas
operasional yang terjadi di sekolah. diantaranay:
1) Pengelolaan administrasi peserta didik
2) Pengelolaan kurikulum
3) Pengelolaan administrasi personalia
4) Pengelolaan administrasi sarana prasarana
5) Pengelolaan administrasi keuangan
6) Pengelolaan admintrasi kearsipan
d. Kepala sekolah sebagai supervisor
Kepala sebagai supervisor disini adalah untuk meningkatkan
pengawasan dan pengendalian terhadap guru-guru, siswa dam
personel lain untuk selalu membiasakan budaya disiplin yang baik
di sekolah. salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh
65
kepala sekolah MI Al-Ihsan Pamulang adalah dengan melakukan
kunjungan kelas. Kunjungan kelas yang sewaktu-waktu dilakukan
oleh kepala sekolah untuk melihat atau mengamati seorang guru
yang sedang belajar.
Kegiatan supervisi juga dilakukan dengan selalu mengadakan
evaluasi, yang di mulai pada saat tahun ajaran baru. Seperti yang
sudah dikatan kepala sekolah MI Al-Ihsan pamulang kegiatan kita
“diawali pada saat ajaran baru di mulai. Jadi ada rapat wali kelas
bersama wali murid. Karena wali kelas harus tau dengan wali
murid apa yang mau di programkan untuk satu tahun pembelajaran
yang ada di sekolah.”47
tujuannya biar setiap elemen yang ada di
sekolah bisa saling mengadakan pengawasan satu sama lain untuk
membuat kondisi yang baik di sekolah.
e. Kepala sekolah sebagai pemimpin
Sebagai pimpinan, kepala sekolah sudah sepatutnya harus memiliki
kemampuan untuk memberikan petunjuk dan pengawasan.
Menurut hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis, kepala
sekolah MI Al-Ihsan Pamulang suka memberikan masukan
kepada setiap guru dengan memberikan pertunjuk-petunjuk yang
diharapkan mampu meningkatkan budaya disiplinan yang baik di
sekola. Seperti:
1) Mencontohkan datang tepat waktu ke sekolah
2) Memberikan kiat-kiat dalam menghadapi siswa yang sering
melanggar peraturan.
3) Mengadakan pelatihan-pelatihan kepala guru dalam menangani
siswa.
f. Kepala sekolah sebagai inovator
Dalam melakukan perannya sebagai inovator, sebaiknya kepala
sekolah harus bisa memberikan teladan yang baik kepada setiap
47
Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 7 mei
2018
66
elemen yang ada di lingkungan sekolah. selain memberikan teladan
yang baik kepala sekolah harus bisa membuat program yang tepat
suapaya budaya disiplin bisa terus meningkat. Dalam meminimalisir
pelanggaran-pelanggaran kepala sekolah harus tau kondisi yang di
perlukan oleh setiap siswa. Seperti yang di lakukan oleh kepala
sekoalah MI Al-Ihsan Pamulang yang mengadakan “shalat duha pada
hari jum‟at stelah shalat ada penampilan anak-anak baik itu shalawat,
doa, hafalan qur‟an dan yang lainnya. Jadi setiap kelas harus ada
perwakilan yang tampil. Tujuannya untuk menanamkan keberanian
dan sikap disiplin.”48
g. Kepala sekolah sebagai staf
Peran kepala sekolah sebagai staf disini, kepala sekolah selalu
belajar untuk meningkatkan kinerjanya dan selalu bekerja sama
dengan setiap elemen yang ada di sekolah dalam melakukan setiap
tindakan yang akan dilakukan. Karena pemimpin tidak bisa
melaksanakan semua kegiatan yang ada di sekolah sendiri, harus
melibatkan setiap elemen agar nisa berjalan dengan optimal.
2. Kedisiplinan siswa
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan di sekolah
Sikap disiplin akan terwujud jika di tanamkan disiplin secara
serentak di semua lingkungan kehidupan masyarakat, termasuk
dakam lingkungan sekolah. Penanaman disiplin pelajar indonesia
harus berlanjut dengan pemeliharaan disiplin dan pembinaan terus
menerus, karena disiplin sebagai sikap mental dapat berubah dan
dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya kedisiplinan di
sekolah adalah:
1) Faktor internal
48
Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 7 mei
2018
67
Faktor internal adalah faktor yang ada di lingkungan
sekolah itu sendiri, baik itu dari kepala sekolah, guru, karyawan
dan siswa. Oleh karena itu, kedisiplinan yang dipengaruhi
faktor internal ini meliputi:
a) Minat
Minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif
untuk menerima sesuatu dari luar. Apabila seorang guru
atau siswa yang memiliki kesadaran atau respon yang baik
terhadap aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh pihak
sekolah sedikit akan berpengaruh terhadap kesadaran
mereka untuk melakukan prilaku disiplin di sekolah. Seperti
yang dilakukan oleh salah satu siswa MI Al-Ihsan Pamulng
yang merasa “Ga pernah telat”49
saat datang kesekolah.
b) Emosi
Emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi
dan menyertai penyesuaian di dalam diri secara umum,
keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi
individu dan dapat dilihat melalui tingkah laku luar.
Contohnya seperti prilaku rasyid, pada saat di tanyakan apa
yang membuat adik tidak berprilaku disiplin di sekolah
jawabannya cukup mencengangkan, rasyid menjawab
“palingan caper”.50
Emosi sangat menentukan sekali
terhadap kedisiplinan di sekolah. Karena emosi
menggerakkan rasa kepedulian dari seiap guru dan para
murid dalam mentaati peraturan yang telah di tetapkan di
sekolah.
2) Faktor eksternal
49
Hasil wawancara dengan hardi (siswa) pada hari Jum‟at 25 mei 2018 50
Hasil wawancara dengan Rasyid (siswa) pada hari jum‟at 25 mei 2018.
68
Faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar
tetapi sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan di sekolah:
a) Sanksi dan hukuman
Fungsi hukuman di sekolah sebagai alat untuk
membrikan sanksi kepada guru, siswa dan komponen
sekolah lainnya terhadap pelangaran yang telah dilakukan,
sehinggga sanksi atau hukuman ini sebagai bentuk
penyadaran. Karena jika setiap individu mendapat hukuman
dari perbuatan tidak baik yang dia lakukan, maka akan
terjadi perubahan dalam sistem motivasi dalam diri
individu. Perubahan yang terjadi dalam sitem motivasi
tersebut mengakibatkan penurunan pada para setiap
individu untuk mengulangi atau menurunkan frekuensi
perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan pelanggran
karena atas dasar hukuman dia bisa dapatkan. Tujuan
adanya hukuman untuk melatih kedaran tentang tatak rama
bersosilisasi di masyarakat. Contohnya seperti di MI Al-
Ihsan, salah seorang siswa yang bernama wika menuturkan
bahwa dia akan mendapat hukuman “Kadang berdiri dan
ngerjain diluar”51
apabila ia tidak mengerjakan pekerjaan rumah
tepat waktu, seperti yang sudah diperintahkan sebelumnya oleh
guru oleh para guru. Tujuannya ada hukuman, untuk melatih para
siswa rasa tanggung jawab dalam setiap kepercayaan yang orang
lain berikan kepada dirinya.
b) Situasi dan kondisi sekolah
Faktor situasional sangat berpengaruh pada
pembentukan prilaku manusia seperti faktor ekologis,
suasana prilaku dan faktor sosial. Tetapi setiap mempunyai
pemahaman yang berpariatif terhadap setiap situasi yang di
hadapinya sesuai dengan karakteristik personal dan ilmu
51
Hasil wawancara dengan wika (siswa) pada hari jum‟at 25 mei 2018.
69
yang di milikinya. Perilaku manusia tentang interaksi
memang begitu menarik karena melibatkan keunikan
individu dengan keunikan situasional.
b. Bentuk-bentuk kedisiplinan di sekolah
Sikap disiplin bukanlah sesuatu yang ada sejak lahir. Faktor
kebiasaan dan ilmu yang diajarkanlah yang dapat membentuk
kedisiplinan dalam diri setiap siswa. Karena perkembangan anak
sangat dipengaruhi oleh pembelajaran dan tingkah laku yang
diajarkan oleh orang tua beserta guru. Seperti yang sudah di
utarakan oleh kepala sekolah MI Al-Ihsan Bahwa “kedisiplinan itu
lahir dari diri kita sendiri. jadi kita itu harus kompak. Pertama guru,
memberikan contoh dulu kalau gurunya engga disiplin gimana
dengan elemen lainnya. Terus kita selalu meningatkan tentang
pakaian yang dipakai karena dengan tertib memakai pakaian yang
sudah diinstruksikan itu salah satu sifat disiplin juga. Kadang-
jkadang mengadakan rajia untuk menciptakan budaya disiplin juga.
Faktor pendukung lainnya dengan menggunakan pelayanan prima
terhadap semua bidang”.52
Untuk merealisasikan kedisiplinan sekolah, maka
kedisiplinan sekolah dapat berupa:
1) Disiplin dalam mentaati peraturan
Kedisiplinan di sekolah pasti berhubungan dengan
mentaati tata tertib, pada dasarnya tata tertib itu menjadi salah
satu alat pendidikan bagi pengembangan kepribadian yang
lebih dewasa. Tata tertib sekolah dibuat dan disusun tujuannya
untuk menolong para siswa menjadi lebih mandiri dan
bertanggung jawab. Supaya saat nanti berada di masyarakat,
setiap siswa bisa cepat beradaptasi dengan baik serta
52
Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 24 mei
2018
70
mempunyai kepribadian yang baik saat besrsosialisasi dengan
warga sekitar rumahnya.
MI Al_Ihsan Pamulang mempunyai tata tertib sebagai
berikut:53
TABEL 4.1
TATA TERTIB MI AL-IHSAN PAMULANG
NO
TATA TERTIB SISWA
MADRASAH IBTIDAIYAH
AL-IHSAN PAMULANG
1 Kehadiran siswa a. Setiap siswa harus sudah hadir
di sekolah 10 menit sebelum
bel masuk ( 07.00 ).
b. Setiap siswa yang terlambat
datang, harus melapor kepada
guru piket.
c. Siswa yang meninggalkan
sekolah sebelum waktunya
karena suatu kepentingan,
harus mendapat izin dari guru
mata pelajaran dan guru piket.
d. Jika bel masuk dibunyikan,
seluruh siswa harus masuk ke
kelas secara tertib dan
mempersiapkan diri untuk
mengikuti proses belajar
mengajar.
e. Jika guru belum hadir di ruang
kelas 5 menit setelah bel
masuk / pergantian jam
pelajaran, maka Ketua Kelas
memberitahukan kepada guru
piket.
f. Selama berada di ruang kelas
atau di halaman sekolah, siswa
tidak boleh mengganggu
ketertiban dan kelancaran
53
Dokumentasi Tata tertib MI Al-Ihsan Pamulang
71
proses belajar mengajar.
2 Ruang kelas a. Ruang kelas dan
perlengkapannya harus selalu
bersih dan siap untuk dipakai.
b. Menjaga kebersihan ruang
kelas menjadi tanggung jawab
warga kelas.
c. Pemeliharaan alat pelajaran
milik sekolah yang ada di
ruang kelas mejadi tanggung
jawab setiap warga kelas.
d. Alat-alat pelajaran yang sudah
dipakai harus dikembalikan
pada tempat semula.
3 Kode etik siswa a. Semua siswa harus bersikap
sopan santun kepada semua
personil sekolah, sesama
teman dan kepada siapapun.
b. Pergaulan siswa putra dan
putri harus sesuai dengan
akhlak Islam.
c. Setiap siswa harus
mengucapkan salam apabila
masuk kelas, ruang TU, ruang
guru / kepala sekolah dan bila
bertemu dengan
guru atau sesasma teman.
d. Siswa tidak boleh membawa
HP dan barang terlarang ,
seperti rokok, ganja, dan
sejenisnya, peledak, senjata
tajam, senjata api, photo,
gambar dan buku bacaan yang
tidak sepantasnya bagi siswa.
e. Bagi siswa putra tidak boleh
berkuku panjang, memakai
kalung, gelang, anting, atau
giwang.
72
f. Bagi siswa putri tidak boleh
berkuku panjang, memakai
kutex dan memakai perhiasan,
kecuali giwang atau anting.
g. Bagi siswa putra harus
berambut sopan, rapih, tidak
bercat, pantas dan tidak
mengenai krah baju.
h. Semua siswa harus membuang
sampah pada tempat yang
telah ditentukan, dan tidak
boleh membang sampah di
sembarang tempat.
i. Semua siswa harus berpakain
sesuai dengan ketentuan yang
telah berlaku.
j. Tidak dibenarkan
mengganggu ataupun
mengambil barang milik
sekolah aau orang lain tanpa
seizin pemiliknya.
4 Sanksi Jika siswa melanggar tata tertib di
atas, maka kepadanya dikenakan
sanksi / hukuman sebagai berikut :
a. Diberi peringatan dan teguran
b. Pemberitahuan kepada orang
tua / wali siswa.
c. Diskorsing / tidak diizinkan
masuk sekolah selama waktu
tertentu.
d. Diserahkan kembali kepada
orang tua / wali siswa.
2) Disiplin waktu sekolah
73
Waktu itu merupakan hal yang tidak bisa ternilai
harganya. Karena waktu itu merupakan masa yang berjalan,
sehingga yang tidak memamfaatkan waktu sebaik-baiknya,
seseorang akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Waktu
itu hal yang sangat berharga, tetapi seseorang bisa merasakan
berharga atau tidaknya suatu waktu tergantung pandangan
orang itu beserta dengan aktivitas sehari-hari yang ia kerjakan.
Karena waktu sangat berharga, setiap siswa pada saat di
sekolah diajarkan untuk selalu menghargai waktu, dan diberi
masukan untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
Untuk menanamkan soal waktu tiap sekolah salah satunya
sering menetapkan peraturan untuk datang tepat waktu. Di MI
Al-Ihsan Pamulang ada yang unik pada saat jam masuk
sekolah, yaitu dengan adanya kegiatan greeting, jadi ada
sebagian guru yang di tugaskan untuk menyambut para siswa
pada saat jam masuk sekolah sambil mereka melaksanakan
cium tangan. Di MI Al-Ihsan Pamulang apabila ada yang telat
masuk sekolah pada saat jam masuk sekolah, maka akan
adanya hukuman sambil mengintrogasi alasannya. Seperti
yang sudah di paparkan oleh bapak Mu‟min pada saat
wawancara, apabila ada yang terlambat masuk sekolah
“biasanya mempertanyakan dulu maslahanya apa. Biasanya
yang bertanggung menanyakan itu guru piket, kemudian
sesudah itu apabila guru piket sudah bisa memperbolehkan
masuk kemudian baru wali kelas trakhir. Biasanya
menanyakan dulu sih masalahnya apa yang menjadikan dia
terlambat itu apa. Kemudian kalau memang ada masalah
seperti bangun kesiangan belarti itu dari individunya yang
kurang baik. Kadang-kadang ada non teknis kalau dia
terlambat karena jemputannya motornya mogok, kena macet
bisa kita maklumilah.kita pertanyakan dulu masalahnya apa.
74
baru kemudian kita bisa menilai, apakah mereka terlambat di
sengaja atau tidak terhadap disiplin waktunya soalnya kita ga
tau”.54
3) Disiplin dalam berpakaian
Meskipun setip orang sebenarnya mempunyai hak untuk
memakai pakaian sesuai dengan keinginannya, namun dalam
hal-hal tertentu berpakaian juga harus diatur, lebih-lebih dalam
lingkungan sekolah. Melatih para siswa untuk berseragam
tujuannya mendidik. Karena hal ini akan menciptakan jati diri
siswa yang bersih, peduli tentang penampilan dirinya. Di
lingkungan sekolah biasanya peraturan pakaian sangat ketat di
bandingkan dengan hal-hal yang lain. Seperti yang sudah di
paparkan oleh bapak regi, dalam sebuah wawancara dia
mengutarakan “Kalau masalah disiplin saya biasanya pakaian
atau aksesoris kalau ada siswa yang tidak berpakaian dengan
semestinya pasti saya langsung tindak langsung siswanya”55
.
c. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa di sekolah
antara lain.
1) Anak
Agar siswa disiplin pihak sekolah bersama wali murid di
harapkan bekerja sama. Tetapi sangat diharapkan juga
kesadaran anak itu sendiri dalam upaya membina disiplin.
Untuk memunculkan kesadaran dari setiap siswa sudah
sepatutnya pihak sekolah selalu berkordinasi dengan baik
dengan wali murid terhadap semua kegiatan yang dilakukan
oleh setiap siswa. Kalau di MI Al-Ihsan suka berkondinasi
“diawali pada saat ajaran baru di mulai. Jadi ada rapat wali
kelas bersama wali murid. Karena wali kelas harus tau dengan
wali murid apa yang mau di programkan untuk satu tahun
54
Hasil wawancara dengan bapak Mu‟min (Guru) pada hari selasa 29 mei 2018 55
Hasil wawancara dengan bapak regista (Guru) pada hari kamis 24 mei 2018
75
pembelajaran yang ada di sekolah.”56
Tujuannya untuk saling
bekerja sama dalam mengoptimalkan pemblajaran, baik itu
yang bersifat teori ataupun prilaku.
2) Hukuman
Hukuman merupakan salah satu upaya untuk
mempengaruhi prilaku seseorang. Apabila anak tersebut
berbuat pelanggaran atau melakukan tindakan yang tidak baik
dan tidak ada teguran dari para orang tua, maka hal tersebut
akan menjadi kebiasaan yang tidak baik bagi para siswa saat
berada di lingkungan sekolah. Di MI Al-Ihsan pamulang
menurut Rasyid apabila ada siswa yang tidak berprilaku
disiplin, maka suak ada guru yang memberikan “Teguran”57
.
Untuk itu sudah sepatutnya para guru selalu bersifat tegas
terhadap prilaku yang dilakukan oleh setiap siswa dan selalu
memberikan teladan yang baik. Agar setiap siswa senantiasa
berprilaku disiplin, baik itu di dalam lingkungan sekolah
maupun diluar lingkungan sekolah.
3) Lingkungan
Faktor lingkungan merupkan faktor yang tidak kalah
penting dan sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyrakat. Apabila
kehidupan lingkungannya baik, maka akan berdampak baik
pula terhadap setiap perbuatan siswa dan begitu juga
sebaliknya.
d. Kendala-kendala pembinaan dalam upaya meningkatkan
kedisiplinan siswa
Dalam usaha membimbing siswa akan muncul beberapa
kendala yang harus dihadapi, dan berbagai macam respon dari
56
Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 24 mei
2018 57
Hasil wawancara dengan Rsyid (siswa) pada hari jum‟at 25 mei 2018
76
siswa yang menerima bimbingan. Demikian juga yang terjadi di
MI Al-Ihsan PAMULANG berikut akan dipaparkan hasil observasi
wawancara, telaah dokumentasi mengenai kendala yang dirasakan
oleh kepala sekolah, wali kelas, dan guru bidang studi. Terdapat
beberapa faktor yang dirasakan dalam upaya pembinaan untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu:
1) Faktor Sekolah: sarana dan prasarana yang belum memadai
dan ketiadaan ruangan khusus untuk bimbingan menjadi salah
satu kendala terciptanya budaya disiplin yang baik disekolah.
Karena apabila para siswa kurang di pasilitasi seperti cukup
tersedianya tong sampah, maka kedisiplinan akan semakin
menurun. Seperti yang terjadi di MI Al-Ihsan PAMULANG
yang kurang tersedianya tong sampa, yang menyebabkan
sering adanya siswa yang tidak buang sampah pada tempatnya.
Dan para siswa yang melanggar tidak ditempatkan di ruangan
khusus, sehingga para siswa tidak bisa leluasa dalam
membeberkan apa yang dialaminya. Oleh karena itu, sekolah
harus berusaha mencukupi kekurangan tersebut dengan
perkembanagan dan pembangunan. Tetapi bisa diminimalisir
apabila pihak sekolah mampu mengontrol setiap aktivitas yang
ada di sekolah.
2) Faktor Guru; kurangnya guru bimbingan yang berbasis
pendidikan bimbingan dan konseling. Sehingga kesadaran guru
untuk berdisiplin masih sangat kurang. Seperti masih adanya
guru yang terlihat datang dan masuk kelas tidak tepat pada
waktunya.
3) Faktor pribadi siswa ; keterbukaan siswa tentang masalah yang
dihadapinya masih kurang, sehingga para guru perlu ekstra
untuk mempengaruhi siswa yang melanggar tersebut supaya
tidak melakukan pelanggaran kembali.
77
4) Faktor keluarga; Broken home adalah salah satu penyebab
sering termenung. Sehingga psikologis dari siswa tersebut
terganggu yang menyebabkan siswa tidak bisa optimal dalam
melaksanakan belajar mengajar.di samping itu terkadang para
siswa banyak yang kurang di perhatikan oleh orang tua yang
menyebabkan mereka mencari perhatian dengan cara yang
salah.
5) Faktor teman sebaya; ikut-ikutan adalah salah satu faktor yang
paling sering terjadi hampir disetiap kasus pelanggaran
kedisiplinan dan faktor pemahaman yang salah juga tentang
pandangan perhatian. Banyak permaslahan kedisiplina itu
terjadi karena faktor cari perhatian.
Semua kendala-kendala yang sudah disebutkan diatas akan
sangat berpengaruh terhadap peningktan dan penurunan
kedisiplinan siswa di sekolah. sehingga memaksa pihak sekolah
agar membuat suatu aturan da perencanaan yang tepat untuk
menanggulangi kedisiplinan siswa pada saat di sekolah.
3. Penyajian data angket
Penyajian data berikut ini berdasarkan penelitian yang sudah
dilaksnakan di MI Al-Ihsan PAMULANG. Penelitian ini tujuannya
untuk mendapatkan data tentang peran kepemimpinan kepala sekolah
dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Untuk pengumpulan data
sesuai dengan apa yang telah dikemukakan pada Bab III yaitu
wawancara, angket dan dokumentasi.
Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian yang diperoleh
melalui angket dan disajikan dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui
peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan
siswa di MI Al-Ihsan PAMULANG, maka penulis menggunakan
angket yang di tunjukan kepada peran siswa sebagai data pendukung
78
sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Angket di sebarkan kepada 30 responden.
Angket ini disebarkan sebanyak 30 eksemplar, kemudian data yang
terkumpul melalui angket disajikan dalam bentuk tabel, untuk
mempermudah pemahaman terhadap tabel, maka penulis menggunaka
symbol “F” untuk frekuensi dan symbol “P” untuk persentase, tiap-tiap
pertanyaan diberi 3 option (pilihan jawaban) dan di beri bobot sebagai
berikut:
a. Option atau pilihan jawaban A, diberi bobot 3
b. Option atau pilihan jawaban B, diberi bobot 2
c. Option atau pilihan jawaban C, diberi bobot 1
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pedoman angket yang telah
disebarkan serta hasilnya yang diperoleh dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
TABEL 4.2
KEPALA SEKOLAH BERSAMA GURU MEMBERIKAN
SANKSI KEPADA SISWA YANG TIDAK DISIPLIN
Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)
A Ya 14 46,66%
B Kadang-kadang 16 53,33%
C Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “Ya” berjumlah 14 orang dengan persentase (46,66%). Yang
menjawab “kadang-kadang” berjumlah 16 orang dengan persentase
(53,33%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang
denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah dan guru telah memberikan sanksi kepada siswa yang
tidak disiplin. Seperti tindakan yang dilakukan oleh bapak Regista
79
Kalau masalah disiplin saya biasanya pakaian atau aksesoris kalau ada
siswa yang tidak berpakaian dengan semestinya pasti saya langsung
tindak langsung siswanya.
TABEL 4.3
KEPALA SEKOLAH SENANTIASA MELAKUKAN
PENGAWASAN
Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)
A Ya 10 33,33%
B Kadang-kadang 20 66,66%
C Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “Ya” berjumlah 10 orang dengan persentase (33,33%). Yang
menjawab “kadang-kadang” berjumlah 20 orang dengan persentase
(66,66%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang
denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah kadang-kadang melakukan pengawasan kepada setiap
siswa. Kadang-kadang disini itu timbul pada saat proses pembelajaran
dimulai. Karena pada saat observasi terdapat beberapa tindakan
indisipliner dari para siswa dibiarkan saja oleh para guru. Sehingga
menyebabkan kondisi pembelajaran menjadi tidak kondusif dan selalu
muncul pelanggaran lainnya.
TABEL 4.4
KEPALA SEKOLAH MAMPU MENCIPTAKAN KONDISI
YANG BAIK DI SEKOLAH
Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)
A Ya 17 56,66%
B Kadang-kadang 13 43,33%
80
C Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “Ya” berjumlah 17 orang dengan persentase (56,66%). Yang
menjawab “kadang-kadang” berjumlah 13 orang dengan persentase
(43,33%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang
denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah mampu menciptakan kondisi yang baik di sekolah.
Mampu disini itu kepala sekolah selalu berupaya terus untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa dengan mengadakan program-
program baru untuk bisa meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan oleh para ssiswa. Dalam beberapa pandangan guru bahwa
sekolah sekolah MI Al-Ihsan PAMULANG memang selalu
mencontohkan hal-hal yang baik seperti membuang sampah pada
tempatnya dan kadang mengepel kalau ada lantai yang keliatan tidak
bersih. Tujuannya agar menanamkan kedisiplina kepada setiap siswa.
TABEL 4.5
KEPALA SEKOLAH BERSAMA GURU MENINDAK TEGAS
SISWA YANG TIDAK DISIPLIN
Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)
A Ya 27 90%
B Kadang-kadang 3 10%
C Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “Ya” berjumlah 27 orang dengan persentase (90%). Yang
menjawab “kadang-kadang” berjumlah 3 orang dengan persentase
(10%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang denga
persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala
81
sekolah dan guru selalu menindak tegas para siswa yang melanggar
peraturan. selalu menindak tegas para siswa yang melanggar disini
contohnya seperti penerapan greeting pada saat masuk sekolah.
Persentase keterlambatan jadi semakin berkurang karena kepala sekolah
dan para guru konsisten dalam melakukan pengawasan pada saat
penerapan program greeting.
TABEL 4.6
KEPALA SEKOLAH MEMBERIKAN TELADAN YANG BAIK
BAGI SISWA
Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)
A Ya 16 53,33%
B Kadang-kadang 14 46,66%
C Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “Ya” berjumlah 16 orang dengan persentase (53,33%). Yang
menjawab “kadang-kadang” berjumlah 14 orang dengan persentase
(46,66%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang
denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah memberikan teladan yang bagi seiap siwa.. teladan
disini kepala sekolah selalu memberikan contoh-contoh positif kepada
setiap siswa dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan
dateng tepat waktu pada saat jam masuk sekolah.
TABEL 4.7
KEPALA MADRASAH BERSAMA GURU MENETAPKAN
ATURAN TATA TERTIB
Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)
A Ya 26 86,66%
B Kadang-kadang 4 13,33%
82
C Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “Ya” berjumlah 26 orang dengan persentase (86,66%). Yang
menjawab “kadang-kadang” berjumlah 4 orang dengan persentase
(13,33%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang
denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah bersama para guru suka memuntuskan peraturan secara
bersama-sama. Suka memutuskan bersama disini adalah bahwa kepala
sekolah selalu mengadakan rapat dengan guru bersama wali murid pada
saat masuk ajaran baru. Dan melakukan rapat seminggu sekali dengan
para guru mengenai evaluasi kegiatan belajar mengajar, termasuk
membuat tata tertib.
TABEL 4.8
KEPALA MADRASAH MENJALANKAN ATURAN SECARA
ADIL KEPADA SELURUH SISWA
Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)
A Ya 12 40%
B Kadang-kadang 18 60%
C Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “Ya” berjumlah 12 orang dengan persentase (40%). Yang
menjawab “kadang-kadang” berjumlah 18 orang dengan persentase
(60%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang denga
persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah dan guru kadang-kadang menetapkan aturan secara adil.
Kadang-kadang disini karena terdapat beberapa pelanggran para siswa
yang luput dari pengawasan kepala sekolah dan guru. Yang
83
menyebabkan adanya pelanggaran yang tidak di tindak lanjuti oleh
kepala sekolah dan para guru.
TABEL 4.9
KEPALA MADRASAH SELALU MELIBATKAN GURU DAN
ORANG TUA MENYELESAIKAN PERSOALAN SISWA
Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)
A Ya 23 76,66%
B Kadang-kadang 7 23,33%
C Tidak 0 0%
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab “Ya” berjumlah 23 orang dengan persentase (76,66%). Yang
menjawab “kadang-kadang” berjumlah 7 orang dengan persentase
(23,33%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang
denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah selalu melibatkan para guru dalam setiap penyelesian
persoalan prilaku siswa. Melibatkan disini kepala sekolah selalu
memberikan peran para guru untuk menerapkan kedisiplinan disekolah
dan memberikan informasi kepada para wali murid mengenai kondisi
para siswa pasa saat pembelajaran berlangsung.
4. Analisis data angket
TABEL 4.10
REKAPITULASI HASIL DATA ANGKET
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KEDISISPLINAN SISWA DI MI-AL-IHSAN
PAMUILANG
No
Alternatif Jawaban Jumlah
A B C
F P(%) F P(%) F P(%) F P(%)
84
1 14 46,66% 16 53,33% 0 0% 30 100%
2 10 33,33% 20 66,66% 0 0% 30 100%
3 17 56,66% 13 43,33% 0 0% 30 100%
4 27 90% 3 10% 0 0% 30 100%
5 16 53,33% 14 46,66% 0 0% 30 100%
6 26 86,66% 4 13,33% 0 0% 30 100%
7 12 40% 18 60% 0 0% 30 100%
8 23 76,66% 7 23,33% 0 0% 30 100%
Jumlah 145 483,3% 95 316,64 0 0% 240 100%
Dari hasil tabel di atas, dapat diketahui bahwa:
a. Alternatif jawaban A seluruhnya sebanyak : 145
b. Alternatif jawaban B seluruhnya sebanyak : 95
c. Alternatif jawaban C seluruhnya sebanyak : 0
Pada data angket, penulis menggunakan 3 option, yaitu : Ya,
Kadang-kadang, dan tidak.
Untuk memilih option “Ya” diberi bobot = 3
Untuk memilih option “Kadang-kadang” diberi bobot = 2
Untuk memilih option “Tidak” diberi bobot = 1
Untuk selanjutnya, jumlah setiap alternatif jawaban dikalikan dengan
bobotnya masing-masing untuk mengetahui unsur N dan F, hasilnya
sebagai berikut:
Alternatif jawaban A : 145 x 3 = 435
Alternatif jawaban B : 95 x 2 = 190
Alternatif jawaban C : 0 x 1 = 0 +
250 = 625
Jumlah nilai N = 250 x 3 = 750
Jumlah nilai F = 625
Maka, nilai N dan F dapat diketahui, selanjutnya di jabarkan kedalam
rumus sebagai berikut:
85
F
P = X 100%
N
625
P = X 100%
750
P = 0,8333 X 100%
P = 83,33%
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa data yang
diperoleh dari hasil penyebaran angket tentang peran kepemimpinan
kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinkan siswa di MI Al-Ihsan
Pamulang, dapat dikelompokkan atau di kategorikan “berperan Baik
sekali”.
Sedangkan faktor pendukung dan penghambat peran kepemimpinan
kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MI Al-Ihsan
Pamulang sebagai berikut :
a. Faktor pendukung : faktor ini merupakan faktor yang timbul
dari kepala sekolah, guru, dan siswa. Baik itu mengenai program
unggulan yang harus dilakukan dengan baik disertai
pengontrolan dan evaluasi secara bertahap. Serta kemampuan
kepala sekolah memimpin, bekerja sama dengan banyak pihak
dalam membina kedisiplinan siswa.
b. Faktor penghambat : faktor ini melihat dari kondisi sekolah dan
kesadaran dari setiap elemen sekolah. Baik itu kepala sekolah,
guru, TU, siswa dan wali murid. Disamping itu setiap elemen
harus saling kerja sama dengan baik untuk menciptakan budaya
disiplin yang baik di sekolah.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian, dapat dikemukakan bahwa faktor
utama budaya disiplin bisa meningkat di sekolah berawal dari pemikiran
kepala sekolah. kemudian para guru dan siswa mengaplikasikan apa yang
sudah di atur dan di programkan oleh kepala sekolah.
Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa 83,33%
peran kepala sekolah MI Al-Ihsan Pamulang sudah sangat baik. Hasil
tersebuat hasil dari angket yang sudah di sebar ke setiap-setiap siswa.
Sedangkan peran kepala sekolah MI AL-Ihsan yang sudah dilakuakan:
1. Peran kepala sekolah sebagai pendidik ditunjukkan dengan datang
tepat waktu kesekolah.
2. Peran kepala sekolah sebagai manajer dilakukan dengan mengadakan
program greeting dan shalat dzuha bersama pada hari jum‟at.
3. Peran kepala sekolah administrator adalah dengan melakukan
pengelolaan di berbagai bidang yang terdapa disekolah.
4. Peran kepala sekolah sebagai supervisi dengan melakukan
pengawasan dan pengendalian terhadap guru, siswa dan semua elemen
yang ada di lingkungan sekolah.
5. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin dilakukan dengan selalu
memberikan arahan (masukan) dan pengawasan kepada setiap guru
dan siswa.
6. Peran kepala sekolah sebagai Inovator dengan pengadakan program
greeting dan shalat duha bersama pada hari jum‟at.
7. Peran kepala sekolah sebagai staf dilakukan dengan selalu bekerja
sama dengan semua stekholder yang ada di sekolah.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan dan kesimpulan hasil penelitian, maka
terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan guna perbaikan di masa
yang akan datang, yaitu:
87
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Membuat kalender pertemuan dengan orang tua para siswa,
khusus membahas evaluasi tentang kedisiplinan.
b. Membuat kalender akademik khusus untuk sekolah yang berisi
tentang perencanaan kegiatan supervisi yang akan dilakukan.
c. Melaksanakan supervisi individul seperti observasi atau kunjungan
kelas untuk mengetahui kekurangan guru dalam menerapkan
peraturan dan memberikan berbagai penguatan untuk guru dalam
menjalankan kedisiplinan.
2. Bagi Guru
a. guru agar meningkatkan tingkat kedisiplinan dengan datang ke
sekolah tepat waktu.
b. Melakukan tindakan atas pelanggran yang dilakukan para siswa
dengan memperhatikan faktor psikologis siswa.
88
DAFTA PUSTAKA
Ambarita, Alben. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2015.
Arifin, Syamsul . Leadership “Ilmu dan seni kepemimpinan”. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2012.
Bin Smith, Mardia. “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Terhadap
Disiplin Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara”,
Jurnal Penelitian dan pendidikan, Vol 8, 2011
Cholid narbuko & Abu Achmadi, Metodologi penelitian.Jakarta: Bumi
Aksara, 2007.
Daryanto. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Dewi & Totok, “Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Membentuk
Disiplin Siswa di SMP NEGERI 28 Surabaya”, Kajian Moral dan
Kewarganegaraan, Vol. 2, 2014.
E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru,. Bandung :
Remaja Rosda Karya, 2009.
Hariyono, Jihan. dan M. Ramli, “Bentuk Pola Asuh Demokratis Dalam
Kedisiplinan Siswa SD”, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, 2016.
Haryuni, Siti. “Penerapan Bimbingan Konseling Pendidikan Dalam
Membentuk Kedisiplinan Layanan Bimbingan Pengembangan Diri”. Jurnal
Edukasia, vol. 8, 2013.
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara, 2011.
kartono, Kartini. pemimpin dan kepemimpinan, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2016.
Khilmiyah, Akif. kepemimpinan Transformasional Berkeadilan
Gender: Konsep dan Implementasi di Madrasah. Yogyakarta: Samudra Biru,
2015.
Kompri. Manajemen Sekolah “Orientasi Kemandirian Kepala
Sekolah”.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
89
M. Yusuf, “Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses
Pembelajaran Melalui Etos Kerja Mandiri Guru SMK Negeri 1 Bireuen”. Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu, Vol 25, 2016.
Mulyasa. Menjadi Kepala sekolah Profesional. Bandung : Remaja
Rosda Karya, 2003.
Musfah, Musfah. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Grup,
2015
Nisak Aulia, Choirun. “Peneneman Disiplin Pada Anak Usia Dini”,
Jurnal Pedagogia, Vol 2, 2013
Pasolong, Harbani. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung:
ALFABETA,2008.
Prasastha Widi nugraheni, Angelia. “Meningkatkan Disiplin Belajar Di
Kelas Melalui Metode Reward Berjenjang Dan Konsekuensi Logis” Jurnal
Pendidikan Penabur, No 21, 2013.
Prihatin, Eka. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta, 2011.
Purwanti, Sri. “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Dan Pegawai Di SMA Bakti Sejahtera
Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur”, Ejurnal Administrasi Negara,
Vol 1, 2013.
Sahertian, Piet. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di sekolah.
Surabaya: Usana Offset, 1994.
Siti Hadianti, Leli. “Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah
Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa” Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol
02, 2008.
Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta,2011Cet.11.
Tirtarahardja, Uar dan S. L. La sulo, Pengantar Pendidikan. Jakarta:
PT Rineka Cpta, 2008
Triwiyanto,Teguh. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,2014
90
Usman, Husaini. manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Wahjosumidjo. “Kepemimpinan Kepala Sekola “Tinjauan Politik dan
Permasalahannya”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Wahyusumidyo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007.
Yuki, Gary. Kepemimpinan dalam Organisasi.Jakarta: PT Indeks,
2015.
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Responden :
Jabatan :
Tempat Wawancara :
Waktu :
Hari/tanggal :
1. Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai kepala sekolah MI Al-
Ihsan Pamulang?
2. Apakah bapak membuat target pencapaian program untuk masa satu
tahun kedepan?
3. Berbicara peningkatan mutu pendidikan, banyak faktor yang
mempengaruhinya diantaranya budaya sekolah, bagaimana budaya
disiplin di MI Al-Ihsan Pamulag?
4. Upaya apa saja yang sudah dilakukan selama kepemimpinan bapak
sebagai kepala sekolah untuk menciptakan budaya yang sehat,
terutama budaya disiplin?
5. Apa program real yang di jalankan untuk menciptakan sikap disiplin
pada diri siswa/i MI Al-Ihsan Pamulang?
6. Apakah kepala sekolah menjadwalkan secara teratur pertemuan
dengan wali murid guna membicarakan kedisiplinan pada diri siswa/i
MI Al-Ihsan Pamulang?
7. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam usaha menciptakan
budaya disiplin di sekolah?
8. Adakah buku petunjuk tat tertib sekolah untuk siswa, guru dan
karyawan?
9. Bagaimana respon wali murid terhadap perubahan pada diri siswa/i
MI Al-Ihsan Pamulang?
10. Bagaimana respon masyarakat sekitar terhadap aktivitas akademik di
MI Al-Ihsan Pamulang?
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Responden :
Jabatan :
Tempat Wawancara :
Waktu :
Hari/tanggal :
1. Bagaimana pembelajaran yang anda lakukan di kelas? apakah anda sudah
mengajar sesuai standar yang di tetapkan pemerintah? bagaimana
pendekatan dan metode pembelajaran yang anda gunakan?
2. Apakah dengan pendekatan dan metode yang anda gunakan mendapatkan
respon yang positif dari siswa?
3. Bagaimana cara yang anda gunakan untuk mengembalikan semangat
belajar dan situasi yang kondusif ketika ada siswa yang memberikan
respon negatif terhadap pembelajaran?
4. Apakah anda selalu memberikan tugas kepada siswa untuk mengetahui
kedisiplinan siswa tersebut? Bagaimana jika ada siswa anda tidak
mengerjakan tugas yang anda berikan? apa yang anda lakukan?
5. Apa yang sudah di lakukan oleh kepala sekolah untuk menciptakan budaya
disiplin disekolah?
6. Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik kepada siswa
anda?
7. Apakah kepala sekolah selalu mengawasi dan mengontrol kedisiplinan
siswa anda terutama dalam hal disiplin waktu?
8. Apa yang anda lakukan jika siswa anda tidak disiplin waktu?
9. Bagaimana kepala sekolah dan para guru menanamkan kedisiplinan siswa
dalam bersikap?
10. Apa yang anda lakuka jia ada siswa yang bersikap tidak sopan kepada
guru?
11. Bagaimana problematika yang dihadapi oleh guru dalam penanaman
kedisiplinan siswa?
12. bagaimana tanggapan anda tentang peraturan HAM?
13. Apakah dengan adanya peraturan HAM, membuat anda menjadi tidak
leluasa dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa?
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Nama Responden :
Tempat Wawancara :
Waktu :
Hari/tanggal :
1. Adik kalau di sekolah berperilaku disiplin apa tidak? Apa yang membuat adik
tidak berperilaku disiplin di sekolah?
2. Jika ada yang melanggar peraturan/tidak berperilaku disiplin, konsekuensi yang
adik terima apa dari guru /pihak sekolah?
3. Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik kepada para
siswa?
4. Bagaimana sikap seorang guru, jika pelajaran berlangsung dikelas ada siswa yang
bermain sendiri dan berbicara dengan teman ?
5. Bagaimana tanggapan seorang guru, jika kamu telat masuk kelas ataupun
terlambat masuk sekolah?
6. Bagaimana sikap seorang guru, jika adik tidak mengerjakan PR?
7. Biasanya kalau di rumah adik juga berperilaku disiplin atau tidak? Alasannya
kenapa? Apa contoh perilaku disiplin kalau ada di rumah ?
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Responden : Ali Daud S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah
Waktu : 09:00-09:30
Hari/tanggal : Senin 7 Mei 2018
1. Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai kepala sekolah MI Al-
Ihsan Pamulang?
Jawab: selama 6 tahun
2. Apakah bapak membuat target pencapaian program untuk masa satu
tahun kedepan?
Jawab: membuat
3. Berbicara peningkatan mutu pendidikan, banyak faktor yang
mempengaruhinya diantaranya budaya sekolah, bagaimana budaya
disiplin di MI Al-Ihsan Pamulag?
Jawab: budaya disiplin kita sudah menerapkan. Supaya anak itu
memahami tata tertib, sehingga anak itu mau tidak mau harus
komitmen terhadap tata tertib yang sudah kami buat.
4. Upaya apa saja yang sudah dilakukan selama kepemimpinan bapak
sebagai kepala sekolah untuk menciptakan budaya yang sehat,
terutama budaya disiplin?
Jawab: yang pertama itu kita mensosialisasikan atau memberi
informasi bahwa disiplin itu menjadi tolak ukur bagusnya sebuah
sekolah. Dan saya suka mengintruksikan kepada semua guru suapaya
memberikan tauladan yang baik kepada setiap anak.
5. Apa program real yang di jalankan untuk menciptakan sikap disiplin
pada diri siswa/i MI Al-Ihsan Pamulang?
Jawab: yang pertama masuk tepat waktu. Jam 7 anak-anak sudah
harus masuk. Yang terlambat menunggu, di haruskan membaca doa
melalui guru piket. Setelah selesai membaca doa anak-anak di
persilahkan masuk dan siswa yang terlambat di catat. Kalau dia
mengulang lagi maka kemudian dikenakan sangsi.
Pada saat jam masuk sekolah juga kami mengadakan greeting (cium
tangan). Jadi setengah jam sebelum masuk guru piket harus udah stay
di gerbang untuk melaksanakan greeting. Greeting ini salah satu cara
disiplin dan tatakrama. Dan juga guru sebagai orang yang melayani
kemudian anak merasa di hormati dan di hargai. Karena saat mereka
masuk gerbang sudah di sambut oleh para guru.
Yang kedua shalat duha pada hari jum‟at stelah shalat ada
penampilan anak-anak baik itu shalawat, doa, hafalan qur‟an dan
yang lainnya. Jadi setiap kelas harus ada perwakilan yang tampil.
Tujuannya untuk menanamkan keberanian dan sikap disiplin.
6. Apakah kepala sekolah menjadwalkan secara teratur pertemuan
dengan wali murid guna membicarakan kedisiplinan pada diri siswa/i
MI Al-Ihsan Pamulang?
Jawab: kalau itu kita awali pada saat ajaran baru di mulai. Jadi ada
rapat wali kelas bersama wali murid. Karena wali kelas harus tau
dengan wali murid apa yang mau di programkan untuk satu tahun
pembelajaran yang ada di sekolah.
Kalau pihak sekolah setiap minggu mengadakan evaluasi bersama
guru-guru setiap hari jum‟at. sebulan sekali ada rapat khusus untuk
evalusi pembelajaran kedisiplinan juga giman kedepannya.kalau wali
murid kondisional aja.
7. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam usaha menciptakan
budaya disiplin di sekolah?
Jawab: kedisiplinan itu lahir dari diri kita sendiri. jadi kita itu harus
kompak. Pertama guru, memberikan contoh dulu kalau gurunya
engga disiplin gimana dengan elemen lainnya. Terus kita selalu
meningatkan tentang pakaian yang dipakai karena dengan tertib
memkai pakaian yang sudah diinstruksikan itu salah satu sifat disiplin
juga. Kadang-jkadang mengadakan rajia untuk menciptakan budaya
disiplin juga. Faktor pendukung lainnya dengan menggunakan
pelayanan prima terhadap semua bidang.
8. Adakah buku petunjuk tat tertib sekolah untuk siswa, guru dan
karyawan?
Jawab: ada
9. Bagaimana respon wali murid terhadap perubahan pada diri siswa/i
MI Al-Ihsan Pamulang?
Jawab: di kita anak-anak dan wali murid itu kritis. Tidak boleh ada
sesuatu yang menurut pandangan mereka itu ada yang kurang sesuai
dengan semestinya. Intinya harus kerja sama yang kuat
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Responden : Rhegista S.Pd
Jabatan : Guru dan BK
Tempat Wawancara : Ruang Marawis
Waktu : 11:20-11:50
Hari/tanggal : Rabu 9 Mei 2018
1. Tanya: Bagaimana pembelajaran yang anda lakukan di kelas? apakah
anda sudah mengajar sesuai standar yang di tetapkan pemerintah?
bagaimana pendekatan dan metode pembelajaran yang anda gunakan?
Jawab: campur. Tergantung kebutuhan. Dengan melihat kondisi, jadi
menyesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu.
2. Tanya: Apakah dengan pendekatan dan metode yang anda gunakan
mendapatkan respon yang positif dari siswa?
Jawab: ada yang memang suka. Sayakan ngajar fiqih. Semisalkan praktek
shalat jum‟at ada yang seru ada yang males-malesan.
3. Tanya: Apakah anda selalu memberikan tugas kepada siswa untuk
mengetahui kedisiplinan siswa tersebut? Bagaimana jika ada siswa anda
tidak mengerjakan tugas yang anda berikan? apa yang anda lakukan?
Jawab: kalau tugas lihat dulu. Kadang-kadang kalau banyak tugas dari
guru lain. Saya tidak ngasih tugas. Kalau masalah disiplin saya biasanya
pakaian atau aksesoris kalau ada siswa yang tidak berpakaian dengan
semestinya pasti saya langsung tindak langsung siswanya.
Kalau saya dalam tugas suka memakai poin. Jadi kalau tidak mengerjakan
tugas saya kasih poin 10 kalau sampai 100 saya
4. Tanya: Apa yang sudah di lakukan oleh kepala sekolah untuk menciptakan
budaya disiplin disekolah?
Jawab: wah banyak salah satunya kebersihan.
5. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik
kepada siswa anda?
Jawab: dia suka memberikan contoh tentang kebersihan. Dia ga pernah
malu dia nyapu dan ngepel semuanya dia lakukan.
6. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu mengawasi dan mengontrol
kedisiplinan siswa anda terutama dalam hal disiplin waktu?
Jawab: kepala sekolah tidak tiap hari ada disini. Tapi tepatnya kalau ada
pelanggaran pasti turun langsung.
7. Tanya: Apa yang anda lakukan jika siswa anda tidak disiplin waktu?
Jawab: kalau saya suruh mengaji di lapangan sampai bel masuk, kalau bel
masuk sudah berbunyi maka baru saya suruh masuk, tapi kalau telat
berturut-turut maka saya akan kasih skorsing.
8. Tanya: Bagaimana kepala sekolah dan para guru menanamkan
kedisiplinan siswa dalam bersikap?
Jawab: banyak, pertama pasti uapaya-upaya hukuman. Contoh disini jam 7
teng gerbang di tutup. Guru dan murid terlambat gerbang di kunci
9. Tanya: Apa yang anda lakuka jia ada siswa yang bersikap tidak sopan
kepada guru?
Jawab: saya pribadi saya pasti marah banget. Tapi selama ini untuk MI
insaallah tidak.
10. Tanya: Bagaimana problematika yang dihadapi oleh guru dalam
penanaman kedisiplinan siswa?
Jawab: karakter yang berbeda. Karena ga Cuma disini hampir dimana-
mana pasti itu kendalanya.
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Responden : Sodikin S.Pd
Jabatan : Guru
Tempat Wawancara : Ruang Komputer
Waktu : 12:00-12:40
Hari/tanggal : Jum‟at 11 Mei 2018
1. Tanya: Bagaimana pembelajaran yang anda lakukan di kelas? apakah anda
sudah mengajar sesuai standar yang di tetapkan pemerintah? bagaimana
pendekatan dan metode pembelajaran yang anda gunakan?
Jawab: kalau saya tidak terpaku terhadap metode yang di tetapkan
pemerintah. kalau saya melihat kondisi kebutuhan siswa. Lebih pariatiflah
intinya.
2. Tanya: Apakah dengan pendekatan dan metode yang anda gunakan
mendapatkan respon yang positif dari siswa?
Jawab: Tidak semua bisa merespon dengan baik paling beberapa
persentase. Ya 70-80 lah. Soalnya saya ngajar MI nalarnya masih belum
stabil apalagi ngajar bahasa inggris. Jadi lebih fokus ke kosah kata. Yang
penting tidak membuat anak jenuh.
3. Tanya: Bagaimana cara yang anda gunakan untuk mengembalikan
semangat belajar dan situasi yang kondusif ketika ada siswa yang
memberikan respon negatif terhadap pembelajaran?
Jawab: ngajar 2 ski sama b. inggris. Kalau ski sendirikan anak-anak lebih
suka terhadap kisah-kisah. Jadi lebih buat anak penasaran saat
menerangkan seorang tokoh. kalau bahasa inggris saya buat games atau
postes. Jadi ada daya Tarik kalau mengadakan postes. Jadinya kalau tidak
belajar takut nilainya kecil, tapi tidak setiap pertemuan, melihat situasi dan
kondisi aja.
4. Tanya: Apakah anda selalu memberikan tugas kepada siswa untuk
mengetahui kedisiplinan siswa tersebut? Bagaimana jika ada siswa anda
tidak mengerjakan tugas yang anda berikan? apa yang anda lakukan?
Jawab: kadang-kadang. Saya suruh maju kedepan, diem didepan. Tapi saya
tidak suruh keluar, kasian soalnya kalau sampe di keluarkan. Kalau
diluarkan dia tidak mengikuti pelajaran. Jadi saya Cuma suruh kedepan
mengerjakan di depan sampe selesai. tapi saya liat dulu ada niat ngerjain
tugasnya apa engga.
5. Tanya: Apa yang sudah di lakukan oleh kepala sekolah untuk menciptakan
budaya disiplin disekolah?
Jawab: kepala sekolah kita termasuk orang yang leadership. Dia suka
berinisiatif untuk datang lebih awal sambil awal untuk mengawasi kegiatan
greeting. Beliau juga memberi teladan yang baik bila ada sampah kepala
sekolah suka memungutnya dan membuang ketempat yang semestinya.
6. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik
kepada siswa anda?
Jawab: ya. Dia suka mencontohkan kepada setiap siswa untuk buang
sampah sembarangan. Dan terkadang saat jam istirahat tiba dia suka
menyapu. Tapi itu terkadang. Tapi menurut saya itu contoh yang baik.
7. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu mengawasi dan mengontrol
kedisiplinan siswa anda terutama dalam hal disiplin waktu?
Jawab: iay. Dia suka dating lebih awal. Dengan mengawasi kegiatan siswa
pada saat masuk kesekolah apakah ada yang terlambat atau tidak. Karena
dia suka mengawasi kegiatan greeting.
8. Tanya: Apa yang anda lakukan jika siswa anda tidak disiplin waktu?
Jawab: biasanya kita panggil kenapa terlambat, rumahnya dimana. Kalau
alasannya memang bisa dianggap wajar kita mempersilahkan dia masuk.
Apabila yang melanggar itu-itu lagi mungkin itu akan terkena hukuman
dan di panggil orang tuanya.
9. Tanya: Bagaimana kepala sekolah dan para guru menanamkan
kedisiplinan siswa dalam bersikap?
Jawab: kita mengadakan greeting. Jadi ada beberapa guru yang sudah sdi
beri tugas untuk mengawasi setiap siswa pada saat masuk sekolah n.
Tujuannya untuk menenemkan sikap tepat waktu kepada setiap siswa.
Selanjutnya apabila bell sudah berbunyi kami setiap guru mengusahakan
paling tidak gurunya sudah ada dikelas.
Kalau kepala sekolah ada program shalat dzuha pada hari jum‟at. Program
baru ini baru sebulan 2 bulanan berlangsung.
10. Tanya: Apa yang anda lakuka jia ada siswa yang bersikap tidak sopan
kepada guru?
Jawab: kalau saya melihat biasanya saya tegur. Kami sudah insaallah
sudah melakukan semaksimal mungkin itu tidak terjadi. Sebetulnya kalau
terjadi hal sepeti itu, kita sebetulnya tidak bisa menyalahkan kepada guru.
karena kalau untuk masalah siakap, sebenarnya lebih banyak terbentuk di
luar kegaiatan di sekolah. Jadi sudah sepatutnya orang tua wali murid ikut
mengawasi. Karena di sekolah biasanya bersifat teoritis di luar sekolah itu
pengaplikasiannya atau prakteknya.
11. Tanya: Bagaimana problematika yang dihadapi oleh guru dalam
penanaman kedisiplinan siswa?
Jawab: problematikanya biasanya kita menghadapi berbagai macam
karakter. Karena yang sifatnya aktif, pendiem, dan super aktif. Yang ke
dua karena pembagian kelas suka dilihat dari kalsifikasi nilai. Jadi terkesan
ada gret-retnya. Misalkan kelas tiga a kalem, 3b menengah, dan tiga c aktif
(kurang kondusif).
12. Tanya: bagaimana tanggapan anda tentang peraturan HAM?
Apakah dengan adanya peraturan HAM, membuat anda menjadi tidak
leluasa dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa?
Jawab: kalau tingkat MI yang saya jalani tidak sampe ketahap kekerasan.
Kita lebih memakai tindakan lisan. Jadi Cuma mengingatkan, apabila
keslahannya masih berulang maka saya coba dengan nada yang lebih
keras.
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Responden : Mu‟min S.Pd
Jabatan : guru
Tempat Wawancara : depan ruang guru
Waktu : 10:10-10:21
Hari/tanggal : Jum‟at 18 Mei 2018
1. Tanya: Bagaimana pembelajaran yang anda lakukan di kelas? apakah anda
sudah mengajar sesuai standar yang di tetapkan pemerintah? bagaimana
pendekatan dan metode pembelajaran yang anda gunakan?
Jawab: sejauh ini saya melakukakan pembelajaran sesuai standar yang di
tetapkan pemerintah. Apalagi sekarang sistemnya kurikulum 2013 jadi
semua yang dilaksanakan di sekolah dikelas terutama, ya mengikuti acuan
yang ada di buku..soalnya dalam kurikulum 2013 semuanya udah ada
panduannya cara kita mau ngajar kemudian kita praktekitu di dalam buku
panduan kurikulum 2013 udah ada apa saja yang harus disiapkan.
Kalau metode hanya mencing aja, jadi Cuma mengarahkan selebihnya
anak-anak.
2. Tanya: Apakah dengan pendekatan dan metode yang anda gunakan
mendapatkan respon yang positif dari siswa?
Jawab: ya pasti.
3. Tanya: Bagaimana cara yang anda gunakan untuk mengembalikan
semangat belajar dan situasi yang kondusif ketika ada siswa yang
memberikan respon negatif terhadap pembelajaran?
Jawab: itu terjadi katika anak itu tidak ikut peran aktip, jadi yang tidak
peran aktif itulah kadang-kadang justru yang rusuh. Contoh misalkan
kalau di kurikulum 2013 itu lebih banyak pengelompokan biasanya seperti
itu. Kalau mereka aktif, ini yang namanya rusuh itu pasti tidak ada.
rusuhnya itu biasanya karena waktu mengadakan praktek menggunting
sesatu, membuat prakarya atau apa biasanya rusuhnya seperti itu. Atau
biasanya rusuhnya yang tidak aktif biasanya keran bercanda. Itukan
artinya begini mau tidak mau anak itu bagaimana bisa aktif ikut kegiatan
pembelajaran terutama apabila nanti dalam kegiatan pengelompokkan.
Solusinya yam au tidak mau jadi mereka harus di arahkan supaya bisa ikut
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
4. Tanya: Apakah anda selalu memberikan tugas kepada siswa untuk
mengetahui kedisiplinan siswa tersebut? Bagaimana jika ada siswa anda
tidak mengerjakan tugas yang anda berikan? apa yang anda lakukan?
Jawab: tidak pernah sih. Sudah hampir jarang ngasih tugas (pr) karena
dengan beban yang sangat banyak kemudian anak-anak pulang sampai
sore maka mau tidak mau kegiatan pembelajaran diselesaikan dise3kolah.
Kalau dulu biasanya kalau tugas itu tidak selesai kemudian dijadikan pr
maka sekarang ini diusahakan kegiatan belajar mengajar di selesiakan di
sekolah kalau saya biasanya seperti itu.
Kalau saya kalaupun siswa tidak mengerjakan tugas, saya akan menyuruh
mereka mengerjakan lagi dikelas kalau sudah selesaikan baru dilanjutkan
ke pembelajaran selanjutnya.
5. Tanya: Apa yang sudah di lakukan oleh kepala sekolah untuk menciptakan
budaya disiplin disekolah?
Jawab: sejauh ini greeting dan sholat duha bareng pada hari jum‟at.
6. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik
kepada siswa anda?
Jawab : biasanya kepala sekolah dengan pengeras suara biasanya suka
menginstruksikan siswa untuk melaksanakan shalat dzuhur berjamaah.
membuang sampah pada tempatnya, dan tidak makan didalam kelas
terutama itu. Untuk mendisiplinkan anak bagaimana menjaga lingkungan
sekolahnya biar nyaman maka biaanya anak itu dilarang untuk tidak
makan di dalam kelas saat waktu jam istirahat.
7. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu mengawasi dan mengontrol
kedisiplinan siswa anda terutama dalam hal disiplin waktu?
Jawab : suka karena beliau suka mengingatkan kepada para siswa tentang
pentingnya shalat dzuhur berjamaah dan shalat dzuha.
8. Tanya: Apa yang anda lakukan jika siswa anda tidak disiplin waktu?
Jawab : biasanya mempertanyakan dulu maslahanya apa. Biasanya yang
bertanggung menanyakan itu guru piket, kemudian sesudah itu apabila
guru piket sudah bisa memperbolehkan masuk kemudian baru wali kelas
trakhir. Biasanya menanyakan dulu sih masalahnya apa yang menjadikan
dia terlambat itu apa. Kemudian kalau memang ada masalah seperti
bangun kesiangan belarti itu dari individunya yang kurang baik. Kadang-
kadang ada non teknis kalau dia terlambat karena jemputannya motornya
mogok, kena macet bisa kita maklumilah.kita pertanyakan dulu
masalahnya apa. baru kemudian kita bisa menilai, apakah mereka
terlambat di sengaja atau tidak terhadap disiplin waktunya soalnya kita ga
tau.
9. Tanya: Bagaimana kepala sekolah dan para guru menanamkan
kedisiplinan siswa dalam bersikap?
Jawab : dengan memberikan sebuah nasehat, memberikan sebuah
motivasi kemudian mengontrol
10. Tanya: Bagaimana problematika yang dihadapi oleh guru dalam
penanaman kedisiplinan siswa?
Jawab : kesadaran dirinya. Kadang-kadang kembali kepada kesadaran
dirinya anak-anak. dengan memberikan sebuah nasehat, memberikan
sebuah motivasi kemudian mengontrol. Tapi ternyata tingkat kesadaran
diri dari siswanya blm ada itu yang berat sih. Siswanya itu sendiri yang
kadang-kadang ketika kita disiplinkan dia tidak melaksanakan apa yang
sudah kita perintahkan. Sehingga ini kadang-kadang menjadi beban kita
kerasin salah kalau tidak di kerasin takutnya seperti it uterus. Tapi tetap
selalu mengingatkan.
11. Tanya: bagaimana tanggapan anda tentang peraturan HAM?
Apakah dengan adanya peraturan HAM, membuat anda menjadi tidak
leluasa dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa?
Jawab: sebenarnya begini, HAM itukan perlu ada, Cuma kadang-kadang
dari wali murid itu yang menapsirkannya yang berlebihan. Itu yang jadi
maslah, itu pandangan orang tu murid itu karena adanya HAM sehingga
anaknya sedikit-sedikit justru sebentulnya tujuan guru mendisiplinkn
mereka tanggapannya berbeda. Harus di beri pemahaman tentang HAM itu
apa wali murid. Biar mereka paham tujuan guru seperti apa. Karena
kadang- kadang wali murid suka salah menafsirkan.
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Nama Responden : Rasyid
Tempat Wawancara : Depan Ruang Guru
Waktu : 10:00-10:20
Hari/tanggal : Kamis 10 Mei 2018
1. Tanya: Adik kalau di sekolah berperilaku disiplin apa tidak? Apa yang membuat
adik tidak berperilaku disiplin di sekolah?
Jawab: tengah-tengah. Ya palingan caper
2. Tanya: Jika ada yang melanggar peraturan/tidak berperilaku disiplin,
konsekuensi yang adik terima apa dari guru /pihak sekolah?
Jawab: teguran
3. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik
kepada para siswa?
Jawab: iya
4. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika pelajaran berlangsung dikelas ada
siswa yang bermain sendiri dan berbicara dengan teman ?
Jawab: nasehatin biar ga ngobrol
5. Tanya: Bagaimana tanggapan seorang guru, jika kamu telat masuk kelas ataupun
terlambat masuk sekolah?
Jawab: setrap
6. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika adik tidak mengerjakan PR?
Jawab: sangsi
7. Tanya: Biasanya kalau di rumah adik juga berperilaku disiplin atau tidak?
Alasannya kenapa? Apa contoh perilaku disiplin kalau ada di rumah ?
Jawab: disiplin. Dengan tidak ber4main yang berbahaya
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Nama Responden : Hardi
Tempat Wawancara : Depan Kelas
Waktu : 12:00-12:20
Hari/tanggal : Selasa 15 Mei 2018
1. Tanya: Adik kalau di sekolah berperilaku disiplin apa tidak? Apa yang membuat
adik tidak berperilaku disiplin di sekolah?
Jawab: Kadang- kadang
2. Tanya: Jika ada yang melanggar peraturan/tidak berperilaku disiplin,
konsekuensi yang adik terima apa dari guru /pihak sekolah?
Jawab: hukuman
3. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik
kepada para siswa?
Jawab: iya
4. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika pelajaran berlangsung dikelas ada
siswa yang bermain sendiri dan berbicara dengan teman ?
Jawab: Suruh diem
5. Tanya: Bagaimana tanggapan seorang guru, jika kamu telat masuk kelas ataupun
terlambat masuk sekolah?
Jawab: Ga pernah telat
6. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika adik tidak mengerjakan PR?
Jawab: Hukum, setrap suruh berdiri
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Nama Responden : Wika
Tempat Wawancara : Depan kelas
Waktu : 11:00-11:20
Hari/tanggal : Rabu 16 Mei 2018
1. Tanya: Adik kalau di sekolah berperilaku disiplin apa tidak? Apa yang membuat
adik tidak berperilaku disiplin di sekolah?
Jawab: kadang-kadang disiplin kadang-kadang tidak.
2. Tanya: Jika ada yang melanggar peraturan/tidak berperilaku disiplin,
konsekuensi yang adik terima apa dari guru /pihak sekolah?
Jawab: Di suruh kerjain kalau engga di setrap
3. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik
kepada para siswa?
Jawab: baik
4. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika pelajaran berlangsung dikelas ada
siswa yang bermain sendiri dan berbicara dengan teman ?
Jawab: Disuruh diem
5. Tanya: Bagaimana tanggapan seorang guru, jika kamu telat masuk kelas ataupun
terlambat masuk sekolah?
Jawab: Ga pernah telat
6. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika adik tidak mengerjakan PR?
Jawab: Kadang berdiri dan ngerjain diluar
7. Tanya: Biasanya kalau di rumah adik juga berperilaku disiplin atau tidak?
Alasannya kenapa? Apa contoh perilaku disiplin kalau ada di rumah ?
Jawab: Ya gitulah
A. Ringkasan Data Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kelas 1 - TP 2016/2017
1. Daya tampung madrasah untuk siswa baru di Kelas 1 TP 2016/2017 : siswa
2. Jumlah Pendaftar di Kelas 1 pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) TP 2016/2017 : pendaftar
3. Jumlah Siswa Baru Yang Diterima di Kelas 1 pada PPDB TP 2016/2017 : siswa
B. Rincian Jumlah Pendaftar & Jumlah Siswa Baru Yang Diterima di Tingkat 1 TP 2016/2017
C. Data Rombongan Belajar pada Semester Ganjil TP 2016/2017 (Tahun Pelajaran Sekarang)
1) Tingkat/Kelas : 1 : Kelas 1 2 : Kelas 2 3 : Kelas 3 4 : Kelas 4 5 : Kelas 5 6 : Kelas 62) Kurikulum Yang Digunakan : 1 : Kurikulum 2013 2 : KTSP 2006 3 : Mandiri3) Nama Ruang Kelas yang digunakan untuk Kegiatan Belajar Mengajar mengacu pada data Sarpras Bagian E.
D. Kondisi Siswa dan Rombel Akhir TP 2015/2016 (Tahun Pelajaran Lalu)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
A. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Kurikulum Yang Digunakan : 1 : Kurikulum 2013 3 : Kurikulum Mandiri
2 : KTSP 2006 4 : Kombinasi
2. Durasi 1 Jam Tatap Muka : 1 : < 45 Menit 2 : 45 Menit 3 : > 45 Menit
3. Jam Belajar : Mulai pukul :
4. Buku Penunjang Pembelajaran
a. Buku Teks Siswa : 1 : Lengkap 2 : Kurang Lengkap 3 : Tidak Ada
b. Buku Teks Guru : 1 : Lengkap 2 : Kurang Lengkap 3 : Tidak Ada
c. Buku Referensi Lainnya : 1 : Lengkap 2 : Kurang Lengkap 3 : Tidak Ada
5. : √ Pesantren Kilat √ Sholat Berjamaah √ Tadarus
√ Sholat Dhuha √ Baca Tulis Qur'an Qiyamul Lail
Sholat Tarawih Latihan Dakwah Lainnya
B. Kegiatan Ektstrakurikuler Yang Diselenggarakan Madrasah
1) Apakah Diselenggarakan? 2) Prestasi Yang Pernah Diraih :
1 : Ya 0 : Belum Ada 3 : Tingkat Provinsi
0 : Tidak 1 : Tingkat Kecamatan 4 : Tingkat Nasional
2 : Tingkat Kab./Kota 5 : Tingkat Internasional
Renang11.
20.
V. Kegiatan Belajar Mengajar dan Ekstrakurikuler
IV. Rekap Siswa
Jumlah Siswa Akhir TP 2015/2016 49 52 41 45 35 33 45 35 30 34 21
Jumlah Siswa Lulus 21 24
Jumlah Rombel 3 3 2 3 2 2
Jumlah Siswa Drop-out Kembali
Jumlah Siswa Naik Tingkat 49 52 41 45 35 33 45 35 30 34
24
Jumlah Siswa Pindah Keluar 2 2 1
Jumlah Siswa Drop-out Keluar
Jumlah Siswa Awal TP 2015/2016 49 52 43 45 37 34 45 35 30 34 21 24
Jumlah Siswa Pindah Masuk
No. Uraian Siswa & Rombel Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5 Tingkat 6
Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr.
6. TK di Luar Negeri
53 31 33
1. RA 2 2
No. Asal Sekolah Jumlah Pendaftar Jumlah Siswa Baru Diterima
Lk. Pr. Lk. Pr.
TK 45
4
1
07.00 sampai pukul : 14.30
2. Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)
No. Jenis EkstrakurikulerApakah
Diselenggarakan? 1)
Jumlah Siswa
Yang Mengikuti
Prestasi Yang
Pernah Diraih 2)
1. Pramuka 1 456
1
1
1
Kegiatan Rutin Keagamaan(Jika memiliki dan boleh lebih dari
1 pilihan)
5. Matematika
6. Sepakbola/Futsal 1 25
3. Marching Band 1 30
4. Robotik
9. Olahraga Bela Diri (Karate, Silat, dll) 1 30
10. Catur
7. Bola Basket 1
8. Bulutangkis 1 7
13.
Seni Musik/Alat Musik14.
Seni Tari Tradisional/Daerah
Grup Band12.
Seni Suara/Vocal Grup
19.
Lainnya
17.
Marawis/Nasyid 1 2018.
Kaligrafi
15.
Seni Tari Modern16.
Seni Drama/Teater
Langsung dari Orangtua
11 1 1 33 33
66
100
66
4.
7. Lainnya
Tingkat/
Kelas 1)Nama Rombel
Kurikulum2) Nama Wali Kelas
Nama Ruang
Kelas 3)
Jumlah Siswa
Lk. Pr.
3. Lembaga PAUD
5. TK Luar Biasa
2.
REKAP SISWA KELAS 1 – 6
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ihsan Pamulang
Tahun Pelajaran 2017/2018
NO. Kelas L P Jumlah Keterangan
1 1-A 20 16 36
2 1-B 15 21 36
3 2-A 16 18 34
4 2-B 15 14 29
5 3-A 17 17 34
6 3-B 14 21 35
7 3-C 17 18 35
8 4-A 8 22 30
9 4-B 19 11 30
10 4-C 18 8 26
11 5-A 13 22 35
12 5-B 23 14 37
13 6-A 24 16 40
14 6-B 19 20 39
TOTAL JUMLAH 238 238 476
REKAP SISWA KELAS 1 – 6
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ihsan Pamulang
Tahun Pelajaran 2017/2018
NO. Kelas L P Jumlah Keterangan
1 1-A 35 37 72
2 2-A 31 32 63
3 3-A 48 51 104
4 4-A 45 41 86
5 5-A 36 36 72
6 6-A 43 36 79
TOTAL JUMLAH 476
INSTRUMEN PENELITIAN ANGKET TENTANG PERAN KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINKAN SISWA
DI MI AL-IHSAN PAMULANG
I. Identitas Responden
Nama :
Hari/Tanggal :
Usia :
Waktu :
II. Petunjuk pengisian angket
1. Angket ini semata-mata bertujuan untuk penelitian ilmiah.
2. Kerahasiaan angket ini dijamin sepenuhnya.
3. Pengisisan terhadap angket ini tidak berpengaruh terhadap status
anda sebagai siswa.
4. Dimohon kesediaan anda untuk mengisi lembar angket ini sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
5. Berilah tanda silang (x) pada alternatif jawaban yang anda pilih dari
beberapa alternatif jawaban yang tersedia.
III. Pertanyaan:
1. Jika kepala sekolah mengetahui terdapat siswa yang tidak displin,
apakah kepala sekolah bersama guru menindak siswa yang
bersangkutan
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
2. Apakah kepala sekolah selalu melakukan pengawasan terhadap
aktiitas siswa di sekolah
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
3. Apakah ade merasa nyaman atau terhadap budaya kedisiplinan di
sekolah
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4. Apakah kepala sekolah dengan guru suka memberikan sanksi
kepada siswa yang tidak disiplin
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
5. Menurut ade, apakah kepala sekolah suka memberikan teladan
yang baik kepada siswa
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
6. Apakah kepala sekolah bersama guru menetapkan aturan yang ada
sekolah bersama
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
7. Apakah kepala sekolah menjalankan seluruh aturan secara adil bagi
semua siswa
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
8. Dalam menyelesaikan persoalan disiplin siswa kepala sekolah dan
guru bekerjasama dengan orang tua siswa
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah
3 2 3 3 2 3 3 3 22
2 2 2 3 3 3 2 2 19
2 2 2 3 2 2 2 2 17
3 2 3 3 3 3 2 3 22
2 2 2 3 3 3 2 3 20
2 3 3 2 3 3 2 3 21
3 2 3 3 2 3 3 3 22
2 2 3 2 2 3 2 3 19
2 2 2 3 2 2 2 3 18
2 2 2 3 2 2 2 3 18
2 2 3 2 2 3 2 3 18
2 2 2 3 3 3 2 3 20
2 2 2 3 2 2 2 2 17
2 2 2 3 3 3 2 2 19
3 2 3 3 3 3 2 3 22
3 2 3 3 2 3 3 3 22
3 3 3 3 3 3 3 3 24
3 3 2 3 3 3 3 3 23
3 2 2 3 3 3 3 3 22
3 2 2 3 3 3 2 3 21
2 3 3 3 3 3 2 3 22
2 3 3 3 2 3 2 2 20
3 2 2 3 3 3 3 3 22
2 3 3 3 3 3 2 3 22
3 2 3 3 3 3 2 3 22
2 3 3 3 2 3 3 2 21
3 3 2 3 3 3 3 3 23
3 3 3 3 3 3 3 3 24
3 2 3 3 2 3 3 3 22
2 3 3 3 2 3 2 2 20