peran pemerintah desa lidung dalam melestarikan …
TRANSCRIPT
PERAN PEMERINTAH DESA LIDUNG DALAM
MELESTARIKAN KESENIAN ISLAM BAGHAMI
(STUDI SAKASUS DI DESA LIDUNG KECAMATAN
SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN PROVISI
JAMBI)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah
Oleh:
SYUKRON MAKMUN
NIM :UK. 140137
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
ii
Agus Salim. M.Pd.I Jambi, 2018
Adi Iqbal.S.Sos.I.,M.Ud
Alamat : Fak. Dakwah Kepada Yth
UIN STS Jambi Bapak Dekan
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Fak. Dakwah
Simp. Sungai Duren
Muaro Jambi UIN STS Jambi
di-
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikumWr. Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan
yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa
Skripsi saudara Syukron Makmundengan judul ”Peran Pemerintah Desa Lidung
dalam melestarikan kesenian Islam Baghmi (Studi kasus Desa Lidung Kecamatan
Sarolangun Kabupaten Sarolangun Jambi)telah dapat diajukan untuk
dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam dalam Ilmu
Komunikasi Dan Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jambi, 08 Januari 2018
Pembimbing I Pembimbing II
Agus Salim.S.Ag., M.Pd.I Adi Iqbal.S.Sos.I.,Mud.
NIP:197008171998031002 NIP: 198001052014111002
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI
Saya yang bertandatangan di bawahini:
Nama : Syukron Makmun
Nim : UK. 140137
Tempat/TanggalLahir : Desa Lidung10 Juli 1993
Konsentrasi : Komunikasi dan Penyiran Islam
Alamat : Sarolangun
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini yang
berjudul“Peran Pemerintah Desa Lidung dalam melestarikan kesenian Islam
Baghami (Studi kasus di Desa Lidung Kecamatan Sarolangun Kabupaten
Sarolangun Jambi)”. adalah benar karya hasil saya, kecuali kutipan-kutipan yang
telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila di kemudian
hari ternyata pertanyaan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung
jawab sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui
Skripsi ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Jambi, 2018
Penulis
Syukron Makmun
UK. 140137
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS DAKWAH
Jalan Raya Jambi-Ma. Bulian, Simp. Sungai Duren Telp. (0741) 582020
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Syukron Makmun NIM UK:140137 dengan
judul”Peran Pemerintah Desa Lidung dalam Melestarikan Kesenian Baghami
(Studi di Desa Lidung Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Jambi)”
yang dimunaqasyahkan oleh Sidang Fakultas Dakwah UIN STS Jambi pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 08 November 2018
Jam : 15.00 WIB
Tempat : Fakultas Dakwah
Telah diperbaiki sebagaimana hasil sidang Munaqasyah dan telah diterima
sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program StudiKomunikasi dan Penyiaran Islam, Konsentrasi dalam bidang
keilmuan Penyuluhan Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS
Jambi.
Jambi, 2018
TIM PENGUJI
Ketua Sidang : Drs.Sururudin.M.Pd ( )
NIP. 196512101996031001
Sekretaris Sidang : Ulfiati.S.Ag.,M.Pd.I. ( )
NIP. 196705251997032001
Penguji I : Drs.Saripudin.M.Pd.I ( )
NIP.195712311984011002
Penguji II : Usrial Husein.S.Ag.,M.M ( )
NIP.2109126701
Pembimbing I : Agus Salaim.S.Ag.,M.Pd.I. ( )
NIP.197008171998031002
Pembimbing II : Adi Iqbal.S.Sos.I, M.Ud ( )
NIP. 198001052014111002
Dekan Fakultas Dakwah
Samsu, S.Ag., M.Pd.I., Ph.D.
NIP.197010082003121002
v
MOTTO
Artinya:
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik. 1 (Q. S Al-A‟raf 56)
1Kementrian Agama RI.Al-Fattah:Al.Qur’an 20 Baris&Terjemahan 2 Muka.(Jakarta:
Wali), 80
vi
PERSEMBAHAN
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku,
sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman
bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.
Kubersujud dihadapan Mu,Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai Di
penghujung awal perjuanganku, namun aku yakin dan percaya ini bukanlah akhir
dari segala-galanya, tapi ini adalah titik awal kehidupanku dalam menggapai
kebahagiaan dunia dan akhirat, Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil‟alamin,
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Ya Allah atas takdirmu telah kau
jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah
awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam..seraya tanganku
menadah”.. ya Allah ya Rahman ... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara
kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,,
membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus
untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya api nerakamu..
Kupersembahkan Skripsi ini
Untuk Alm. ayahku tercinta (Abdullah Efendi) dengan nasehat dan kasih sayang
yang tulus, dengan wajah datar, keringat yang bercucuran menyimpan segala
perjuangan dan pengorbanan yang tak bisa kubalas dengan apapun, kesabaran dan
pengertian luar biasa diberikan segala untukku
Serta belahan jiwaku, bidadari syurgaku, yang tanpamu aku bukan siapa-siapa,
Ibundaku tersayanag (Dahniar)yang senantiasa mendoakan ku untuk mencapai
keberhasilan. Kepada kakakku yang selalu memberi semangat (Hidayaturahman,
Deni afriandi, Nur Hilmiah, Beserta Suami Raziman ) Kepada (Farum Da‟i Muda
Khoirul Umam Provinsi Jambi) kepada Keluarga Besa Jurusan (KPI) dan
terimakasih kepada seluruh keluarga yang tikad dapat disebut satu-persatu, terima
kasih atas support yang telah diberikan selama ini, semoga dengan gelar ini
vii
menambah barokah dan menjadi saya semakin tawadu‟dan kita semua semoga
tidak luput dari rasa syukur kepada yang maha kuasa.
Untuk keluarga besarku dari pihak ayah dan ibu, serta keluarga besar Desa Lidung
Dan keluarga besar Ponpes Saadatuddaren Tahtul Yaman Seberang Kota Jambi
Terima Kasih kepda abang Arfan Aziz, teman seperjuanganku Tim Tawakkal dan
Addinu, dan semua yang telah membantu ku hingga samapai pada saat ini,
semoga kebaikan kalian smeua dibalas oleh ALLAH swt, Amin ya Rabbal
Alamin..
viii
ABSTRAK
Hubungan antara pemerintah dengan pengembangan dakwah Islam telah
dilakukan oleh banyak peneliti. Namun, penelitian tentang hubungan peran
pemerintah, terutama pemerintah desa di Sarolangun dengan pelestarian kesenian
Islam masyarakat lokal belum dilakukan. Maka, tujuan penelitian ini memberikan
gambaran mengenai pelaksanaan kesenian Baghamidi Desa Lidung, Kecamatan
Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi; peran pemerintah desa,serta
hambatan upaya pelestarian kesenian Islam tersebut; Pendekatan penelitian yang
penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu peneliti berusaha memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya prilaku,
motivasi tindakan, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulam
data observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara
terhadap tujuh orang informan tokoh agama dan tokoh masyarakat desa Lidung,
serta melakukan observasi dan dokumentasi pada bulan Februari 2018. Data yang
terkumpul dianalisa denganmelakukan reduksi, display, melakukan verifikasi dan
kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Baghami sebagai budaya
masyarakat desa Lidung tetap bertahan melalui grup Baghami yang masih
bertahan hingga saat ini. PeranPemerintah Desa Lidung dalam melestarikan
kesenian Islam Baghamitelah dilakukan, terutamadalam pesta-pesta pernikahan,
aqikah, hitanan dan acara sosial lainnya. Peran pemerintah juga dalam
bentukmempertahankan pelarangan musik moderen, seperti organ tunggal, di
Desa Lidung dalam pesta maupun acara sosial.Kesenian Baghamitetap
dipertahankan sebagai penarik dan salah satu hiburan pada acara sosial di Desa
Lidung. Pelestarian Baghamijuga mengalami hambatan seperti
desakanmodernisasi melalui perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
koordinasi atau kerjasama antara lembaga adat dan pemerintahan Desa yang
kurang aktifserta adanya keinginan dari tokoh pemuda untuk mengadakan selain
Baghami. Kesadaran kaum muda terhadap pelestarian kesenian Baghami semakin
memudar disebabkan beberapa faktor, antara lain:Kesenian modern yang
ix
memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung; Kurangnya minat para
pemuda terhadap kesenian Baghami karena dianggap kurang gaul; Pengaruh
budaya dari desa-desa tetangga, termasuk budaya yang ada di kawasan
perkebunan kelapa sawit sekitar desa Lidung, dimana sebagian warga desa
bekerja.
Penelitian ini menyarankan beberapa hal secara praktis: pertama, peran
pemerintah desa tetap dipertahankan dalam melestarikan Baghami dalam pesta
pernikahan, aqikah dan hitanan serta acara lainnya, bahkan peran pemerintah
kabupaten dapat dilakukan dengan menjadikan Baghami sebagai identitas lokal
masyarakat Sarolangun. Kedua, masyarakat desa Lidung, terutama kaum muda
seharusnya tetap aktif melestarikan Baghamisebagai budaya yang telah
diwariskan turun temurun dan identitas dakwah Islam melalui kesenian di desa
Lidung.
x
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat-nya dan karunia-nya sehingga atas izin-nya kepada saya sehingga saya
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta salam
tak terlupa saya haturkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW,
yang dengan perjuangan beliau kita dapat menuju jalan terang yang dipancari oleh
sinar ilmu, iman dan islam.
Seiring dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dan mengadakan penyepurnaan agar menjadi sebuah karya ilmiah yang
bermutu namun penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan
yang perlu diperbaiki, oleh karena itu penulis berharap kepada seluruh pembaca
ata kritik dan sarannya yang dapat membangun dan meningkatkan nilai ilmiah
dalam skripsi ini. Dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul
“Peran Pemerintah Desa Lidung dalam melestarikan kesenian Islam
Baghami (Studi kasus di Desa Lidung Kecamatan Sarolangun Kabupaten
Sarolangun Jambi)”.Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu tugas akhir dari
studi pendidikan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar serjana
pada Jurusan komunikasi dan penyiaran Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin jambi.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan, dan
do‟a dari beberapa pihak yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.
Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka saat ini kecuali rangkaian
do‟a kepada Allah SWT. Semoga Allah membalas segala amal kebaikan dan
pengorbanan mereka serta mengangkat derajat mereka kedalam tingkat yang lebih
tinggi. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Agus Salim.S.Ag.,M.pd.I selaku dosen pembimbing I sekaligus yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran dan tulus
meluangkan banyak waktu untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
xi
2. Bapak Adi Iqbal.S.Sos.I.,Mud. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran dan tulus meluangkan
banyak waktu untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Sururuddin M. Pd.I selaku ketua jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Komunikasi dan
Penyiaran Islam
4. Ibu Mardalina.M.Ud selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam
5. H Abdul, Latif M.A yang membimbingdari semester satusampai semester
tujuh yang selalumemberikanarahan yang positif.
6. Bapak Samsu, S Ag, M, PdI, Ph.D selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi
7. Bapak Ruslan Adul Gani M.Hum selaku wakil Dekan bidang akademik
8. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
9. Bapak prof.Dr. H. Su‟aidi.M.A.,Ph.D. selaku Wakil Rektor Bidang Akademik
dan Pengembangan Lembaga Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
10. Bapak Dr. H. HidayatM.Pd selaku Wakil Rektor Bagian Administrasi Umum
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
11. Ibu Dr. Hj. Fadillah M.Pd selaku Wakil Rektor Bagian Kemahasiswaan dan
Kerjasama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
12. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan dan karyawati
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
13. Orang tua saya, bapak Alm Efendi dan Ibu Dahniar beserta keluarga saya
yang tak hentinya memberikan dukungan, motivasi, serta do‟anya demi
keberhasilan dan kesuksesan saya.
14. Sahabat-sahabat saya yang ku sayang dan selalu memberikan motivasi untuk
selalu berjuang dan semangat belajar untuk saya.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, sehingga allah SWT
xii
membalasnya. Akhir kata penulis ucapkan sekali lagi terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Atas segala kesalahan dan kekeliruan penulis ucapkan
mohon maaf yang sebesar besarnya dan kepada Allah penulis mohon ampun dan
semoga semua amal ini di terima oleh Allah SWT, Amin.
Jambi, 2018
Penulis,
Syukron Makmun
NIM.UK 140137
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
NOTA DINAS ...................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Permasalahan ....................................................................................... 4
C. Batasan Masalah .................................................................................. 4 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 4
E. KerangkaTeori ..................................................................................... 5
F. MetodePenelitian ................................................................................. 20
G. PemeriksaanKeabsahan Data .............................................................. 24
H. StudiRelevan ....................................................................................... 26
BAB II PROFIL DESA LIDUNG KECAMATAN SAROLANGUN
KABUPATEN SAROLANGUN
A. Historis .............................................................................................. 28
B. Geografis ........................................................................................... 31
C. Visi Misi ............................................................................................ 36
D. Struktur organisasi ............................................................................ 37
E. SaranadanPrasarana .......................................................................... 38
F. Kegiatan Baghami ............................................................................. 39
BAB III PELAKSANAAN KESENIAN BAGHAMI DI DESA LIDUNG
A. Sejarah kesenian Baghami ................................................................. 41
B. Persiapan pelaksanaan kesenian Baghami ......................................... 47
C. pelaksanaan kesenian Baghami .......................................................... 48
D. Dakwah islam melalui Baghami ........................................................ 49
BABIVPERAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN
BAGHAMI A. Peran pemerintah dalam Dakwah Islam ............................................. 53
B. Peran pemerintah dalam pelestarian Baghami ................................... 54
C. Peluang dan hambatan pelestarian Baghami ...................................... 55
D. Penghambat ........................................................................................ 60
xiv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 68
B. ImplikasiPenelitian ............................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah Islam pada era revolusi teknologi informasi ini telah dilakukan
melalui banyak media atau disebut dakwah multimedia Dakwah ini dilakukan
melalui perangkat teknologi komunikasi dan informasi yang memudahkan hal
yang tadinya sulit dan menyederhanakan hal yang tadinya rumit.2Dakwah juga
telah meliputi banyak dimensi kehidupan umat, yaitu tidak hanya agama, tetapi
juga ekonomi, seni dan sastra hingga politik.
Dakwah dalam bidang ekonomi seperti lahirnya model ekonomi syariah
yang dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat pada 1 November 1991. Bank
Muamalat Indonesia, adalah bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan
prinsip Syariah Islam dalam menjalankan operasionalnya.3Mulai beroperasi pada
tahun tersebut yang didukung oleh cendekiawan Muslim dan pengusaha, serta
masyarakat luas. Pada tahun 1994, Bank Muamalat telah menjadi bank devisa.
Produk pendanaan yang ada menggunakan prinsip Wadiah (titipan) dan
Mudharabah (bagi-hasil). Sedangkan penanaman dananya menggunakan prinsip
jual beli, bagi-hasil, dan sewa.
Pada bidang politik, dakwah dilakukan dengan mendirikan partai-partai
berbasis Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengusung
semboyan sebagai Partai Dakwah. PKS meneruskan partai-partai yang
sebelumnya sudah ada dan hilang yaitu Partai Masyumi dan Partai Islam yang ada
pada hari ini seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 4.
Dakwah dalam bidang budaya, seni dan sastra umpamanya apa yang telah
dilakukan oleh Habbiburrahman el Shirazy yang telah melahirkan karya sastra
dalam bentuk novel yang terkenal dan telah dijadikan filem layar lebar berjudul
2Abdul Aziz Ahmad. Multi Media dalam Pengembangan Dakwah Islamiyah. (jakarta: Al-
fikar .2011). 171-179 3Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah dan Teori ke Praktek, Jakarta:Gema Insani,
2001,.25 4Muhammad Anis Matta. Integrasi politik dan Dakwah. (Jakarta:Sekjen DPP PKS dan
Arah Pres.) 145
2
Ayat-Ayat Cinta pada tahun 2004.5Novel ini bercerita tentang kisah hidup
seorang pemuda Indonesia yang menuntut ilmu di Uiversitas Al Azhar Mesir,
yang bernama Fahri. Hidupnya digambarkan penuh dengan ujian. Pesan Dakwah
yang ingin disampaikan Novel ini adalah bagai mana Islam mengajarkan tentang
kewajiban menuntut ilmu dan adab hubungan antara pemuda dan pemudi walu
ditempat yang jauh. Namun dakwah dalam bidang kesenian ini sebenarnya sudah
sejak lama dilakukan. Bahkan pada zaman Nabi nilai nilai Islam telah disebar
melalui kebudayaan dan kesenian. Pada masyarakat Indonesia dakwah melalui
kesenian juga dalam bentuk kesenian popular dalam masyarakat. Para sunan telah
menyebar dakwah melalui kesenian wayang dan nyanyian-nyanyian lokalyang
telah diubah isinya dengan ajaran Islam. Lagu Tombo Ati menjadi salah satu
produk nyanyian lokal yang telah diubah menjadi dakwah Islam dalam bidang
kesenian.
Hubungan Seni dan Islam dalam masyarakat melayu Jambi ditunjukkan
dalam cara yang luas. Seni Melayu yang indah mempunyai beberapa jenis,
diantaranya: seni tradisional, pencak silat, tarian melayu, arak-arakan dan
Baghami.
Desa Lidung Kecamatan Sarolangun juga memiliki kesenian Melayu Islam
yang menarik seperti pencak silat yang biasa disebut oleh masyarakat Desa
Lidung Silek Sinding. Silat ini merupakan peninggalan nenek moyang. Silek
Sinding selain untuk bela diri, juga digunakan menyambut mempelai laki-laki
dalam acara resepsi pernikahan. Silat atau Silek sinding ini dulu diwajibkan untuk
dipelajari bagi semua pemuda-pemudi Desa Lidung sebelum pergi merantau. Silek
Sinding juga digunakan untuk menyambut raja-raja dimasa dahulu, dan pada masa
sekarang digunakan untuk penyambutan pejabat seperti Gubernur dan Bupati.
Selain Silat, tarian Melayu juga menjadi kesenian tradisional masyarakat Provinsi
Jambi yang juga digunakan oleh masyarakat Desa Lidung untuk pembukaan
acara hari besar Islam seperti pembukaan MTQ tingkat Desa Lidung yang
mengiringi tradisi tahunan penyambutan hari Raya Idul Fitri.
5Habbiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta : Republika Pesantren Basmala,
2003.) 67
3
Kesenian daerah biasanya muncul dalam pesta pernikahan, khitanan,
akikah dan lainnya. Setiap daerah dalam masyarakat Melayu melakukan tradisi
arak-arakan mempelai laki-laki menuju rumah mempelai perempuan.
Dalam grand tour penelitian ini, peneliti melihat bahwa masyarakat Desa
Lidung juga mengadakan hal serupa, tetapi berbeda tata cara melakukannya. Jika
di daerah lain menggunakan kompangan, di Desa Lidung alat-alat musik dilarang.
Maka yang digunakan hanya pengeras suara atau mik maupun toa. Adat larangan
menggunakan alat musik ini didasari hadist Rasulallah SAW:
ذا ظهرت ف هذه الأمة خسف و مسخ و قذف ف قال رجل من المسلمين: يا رسول الله و مت ذلك قال: إ
القيان و المعازف و شربت المور
Artinya: “Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang
ditenggelamkan (kedalam bumi), dilempar batu dan dirubah rupanya” lalu seorang
laki-laki dari kalangan kaum muslimin bertanya, “ya Rosulullah kapankah hal itu
terjadi. ”Beliau menjawab, “ketika para penyanyi dan alat-alat musik telah
bermunculan dan telah diminum minuman keras.”6
Hadist di atas menunjukkan bahwa tanda adanya fitnah umat Islam adalah
dengan munculnya biduanita, minuman keras dan musik di kalangan umat Islam.
Di sini jelas bahwa alat musik disandingkan dengan mabuk-mabukan yang jelas-
jelas haramnya di kalangan umat Islam.
Larangan musik tersebut kemudian menimbulkan adat budaya Baghami.
Hiburan pesta, baik pada acara pernikahan, khitanan, aqikah dan lainya, diisi
dengan lagu-lagu qasidah padang pasir yang dinyanyikan oleh para tamu dan
panitia yang hadir secara bergantian. Nyanyian lagu qasidah secara bergantian
tersebut yang dikenal oleh masyarakat Desa Lidung dengan sebutan Baghami.
Tradisi Baghami masih dilestarikan sampai saat ini yang menurut sejarah dibawa
oleh seorang ulama keturunan Turki yang bernama Singo Dipati.
Berdasarkan perbedaan tatacara masyarakat Desa Lidung dalam kesenian
Baghami, maka penulis tertarik untuk membuat kajian lebih dalam tentang
kesenian masyarakat Lidung yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam. melalui
6Al-Imam Al-Hafiz Muhammad Bin Isa, Sunan Turmizi (Jakarta, Gema Insani : 2017), 221
4
tugas akhir atau skripsi ini dengan judul “Peran Pemerintah Desa Lidung
dalam melestarikan Kesenian Islam Baghami (Studi kasus di Desa Lidung
Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Jambi)’’
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah utama penelian ini adalah Bagaimana peran pemerinah
desa dalam melesarikan kesenian islam Baghami? Dalam upaya mengkonkritkan
pokok masalah tersebut, maka dapat penulis rumuskan dalam penelitian ini,
permasalahan yang diangkat sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan program kesenian dakwah Baghami ?
2. Apa peran pemerintah Desa dalam menlestarikan kesenian Baghami ?
3. Apa saja peluang dan hambatan dalam usaha pelestarian kesenian Islam
Baghami di Desa Lidung?
C. Batasan Masalah
Melihat akan luasnya masalah yang dihadapi, agar peneliti tidak keluar dari
pokok permasalahan maka perlunya batasan masalah. Penelitian ini secara
geografis dibatasi pada lingkup Desa Lidung Kecamatan Sarolangun Kabupaten
Sarolangun, dan secara teori dibatasi pada topik Dakwah dalam bidang seni
budaya masyarakat lokal.7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini secara umum
adalah untuk mengetahui bagaimana dakwah menggunakan media seni adat
pernikahan di desa Lidung Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, secara
khusus adalah untuk:
1 Meneliti bagaimana pelaksanaan dakwah Islam melalui seni Baghami
dalam adat penikahan di desa Lidung Kecamatan Sarolangun Kabupaten
Sarolangun.
2 Mengetahui apa saja bentuk-bentuk peran pemerintah dalam usaha
pelestarian Barghami pada masyarakat Desa Lidung
7Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN STS Jambi (Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 63
5
3 peluang dan hambatan dalam usaha pelestarian kesenian islam Baghami
di Desa Lidung?
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumbangan penulis bagi dunia dakwah Islam khususnya, serta
menambah pengetahuan dalam dunia dakwah seni adat pernikahan,
penelitian ini disamping sebagai memberikan pemahaman kita semua
tentang tata cara berdakwah dengan seni adat pernikahan, juga
berkontribusi untuk memperkenalkan adat pernikahan desa Lidung.
2. Selanjutnya bagi penulis pribadi, penelitian ini berguna sabagai
pengembangan diri penulis dalam berfikir ilmiah, sekaligus sebagai bukti
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1)
dalam program studi ilmu komunikasi dan penyiaran Islam di UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
Teori atau landasan berfikir yang peneliti gunakan untuk mempermudah
penelitian ini adalah melalui beberapa teori atau konsep yang selanjutnya dapat
diperjelas melalui definisi konseptual sebagai berikut:
1. Baghami
Baghami adalah suatu adat budaya yang ada di Desa Lidung. Baghami ini
mulai diperkenalkkan oleh Singo Dipati pada tahun 1597 menurut cerita salah
seorang tokoh adat masyarakat Desa Lidung adat istiadat melayu ini dibawa oleh
singo Dipati dari negeri turki, setelah lamanya Singo Dipati menuntut ilmu di
negeri Turki dan Arab, setelah selesai Singo Dipati putra bungsu dari Cokro
aminoto pulanglah ke Indonesia terutama ke Desa Lidung maka timbulah seni
budaya dalam adat pernikahan di Desa Lidung salah satunya arak-arak pengantin
dan Baghami,
Baghami juga hampir sama dengan Seni Hadrah yang merupakan kegiatan
sosial budaya masyarakat dimana dalam perjalanannya seni merupakan bentuk
kegiatan adi luhur yang diwariskan oleh nenek moyang kepada kita. Hadrah
adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke hati, karena
6
orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat kesadarannya akan
kehadiran Allah dan Rasulnya.8
Namun tata cara dalam seni budaya arak-arak dan Baghami ini berbeda
dengan seni Hadroh yang menggunakan alat musik, tetapi seni Baghami hanya
menggunakan pengeras suara seperti mik dan toa, sedikit penulis menuliskan lagu
dalam arak-arak mempelai laki-laki menuju kerumah mempelai perempuan,
“Nabi Muhammad anak Abdullah
lahir di Mekah ibunya aminah.
Nabi Muhammad anak Abdullah
lahir di Mekah ibunya aminah.
Nabi Muhammad pembawa agamo
agamo lah Islam. la.... la... la.... laaaaa... lalala.... laaaaa.. lalalaaaa..”.
Sholawat ini digunakan saat mengiringi memplai Laki-laki menuju rumah
mempelai perempuan. Dalam adat istiadat Busana mempelai Laki-laki seperti
orang arab, memakai jubah laksana raja arab, tradisi ini di bawa pada kisaran
tahun 1597 oleh Singo Dipati.9
Setelah pulangnya putra bungsu Raden Cokro Aminoto dari Turki banyak
seni-seni yang dibawa dan dikembangkan kemasyarakat Desa Lidung, adat ini
jauh berbeda dengan adat-istiadat di provinsi Jambi terutama di kabupaten
Sarolangun. Setelah penulis menemukan bahwa adat istiadat di Desa Lidung ini
berasal dari tiga suku negeri Turki, Mataram, Melayu 10
Baghami ini juga tradisi yang di bawa oleh Singo Dipati dari Turki, dalam
adat istiadat pesta pernikahan, khitanan, akikah dan lainnya, karna dalam adat
melayu Desa Lidung sangat melarang Organ tunggal dan alat musik lainnya.11
Maka Baghami inilah yang dijadikan hiburan saat pesta pernikahan,
khitanan dan aqiqah dan lainnya, Kesenian daerah biasanya muncul dalam pesta
8https://media.neliti.com/media/publications/122011-ID-penerapan-nilai-keagamaan-
melalui-seni-h.pdf Wahyu Dkk , Penerapan Nilai Keagamaan Melalui Seni Hadrah Maullatan Al-
Habsyi Di Kelurahan Pelambuan Kecamatan Banjarmasin Barat. diakses 29 Maret 2018 9Zaiyadi kepala syara‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018, Desa
Lidung. kab. Sarolangun 17-02-2018 10Tiblawi Tokoh agama masyarakat Lidung di kota Jambi, Wawancara dengan penulis pada
tanggal 09-02-2018) Desa Lidung Kab. Sarolangun
7
pernikahan, khitanan, aqiqah dan lainnya. Setiap daerah dalam masyarakat
Melayu melakukan tradisi arak-arakan mempelai laki-laki menuju rumah
mempelai perempuan. Masyarakat Desa Lidung juga mengadakan hal serupa,
tetapi berbeda tata cara melakukannya. Jika di daerah lain menggunakan
kompangan, di Desa Lidung alat-alat musik dilarang untuk dugunakan. Maka
yang digunankan hanya pengeras suara atau mik maupun toa. Adat larangan
menggunakan alat musik ini didasari hadits Rasulallah SAW:
سف و مسخ و قذف ف قال رجل من المسلمين: يا رسول الله و مت ذلك قال: إذا ظهرت ف هذه الأمة خ
القيان و المعازف و شربت المور
Artinya: “Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang
ditenggelamkan (kedalam bumi), dilempar batu dan dirubah rupanya”, lalu
seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin bertanya, “ya Rosulullah
kapankah hal itu terjadi.” Beliau menjawab, “ketika para penyanyi dan alat-alat
musik telah bermunculan dan telah diminum minuman keras.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa tanda adanya fitnah umat Islam adalah
dengan munculnya biduanita, minuman keras dan musik di kalangan umat Islam.
Di sini jelas bahwa alat musik disandingkan dengan mabubukan yang jelas-jelas
haramnya di kalangan umat Islam.
Larangan musik tersebut kemudian menimbulkan adat budaya Baghami.
Hiburan pesta, baik pada acara pernikahan, khitanan, aqikah dan lainnya, diisi
dengan lagu-lagu qasidah padang pasir yang dinyanyikan oleh para tamu dan
panitia yang hadir secara bergantian. Nyanyian lagu qasidah secara bergantian
tersebut yang dikenal oleh masyarakat Desa Lidung dengan sebutan Baghami.
Tradisi Baghami masih dilestarikan sampai saat ini yang menurut sejarah dibawa
oleh seorang ulama keturunan Turki yang benama Singo Dipati.
Baghami juga disebut Basidah oleh masyarakat Desa Lidung karena
mengandung Sholawat-sholawat Qosidah, dan juga disebut oleh masyarakat
Kabupaten Batanghari Bakohak, tetapi tata cara pelaksananya berbeda dengan
Bakohak, kalau Bakohak menggunakan alat-alat musik tradisional sedangkan
8
Baghami atau Basidah ini tidak menggunakan musik, hanya menggunakan
pengeras suara mik dan toa saja, sedikit contoh syair yang peneliti tuliskan:
„‟Ilaaaaahunaaa ilaaaahunaaa
walhaaalikuuuul hakuuul mubiiiiiiin
allahula sariiiikalah warobbukum lil‟alamin.
Lalalaaaaaaaa... lalaaaaaaa... laaaaaaaaa
Lalalaaaaaaaa... lalaaaaaaa... laaaaaaaaa.”12
2. Dakwah
Dakwah menurut etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari kata
bahasa Arab, yaitu da’a- yad’u-da’watan, artinya mengajak, menyeru,
memanggil. Sedangkan menurut terminologi atau istilah menurut beberapa ahli
adalah:
Menurut Dr. Quraisy Syihab dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan
sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup
saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini,
ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih
menyeluruh dalam berbagai aspek.13
Sedangkan menurut Drs. Hamza, dakwah adalah mengajak manusia dengan
hikmah kebijaksanaaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya. Menurut
Team Proyek penerangan bimbingan dan dakwah Departemen Agama RI adalah
setiap usaha yang mengarahkan untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih
baik dan layak sesuai dengan kehendak dan tuntunan kebenaran.14
Menurut Abu Bakar Zakaria dalam kitabnya Ad- dakwat Ila Al- Islam
mendefinisikan dakwah sebagai kegiatan para Ulama‟ dengan mengajarkan
manusia apa yang baik bagi mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat menurut
kemampuan mereka, adapun menurut Muhammad Al-Khaydar Husayn
12Zaiyadi kepala syara‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018, Desa
Lidung. kab. Sarolangun 13Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah ( Jakarta:Amzah,2009), 1-5 14Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Islam ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), 17-20
9
mengatakan Dakwah adalah mengajak kepada kebaikan dan petunjuk, serta
menyuruh kepada kebajikan (ma‟ruf) dan melarang kepada kemungkaran agar
mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Adat
Adat dalam pandangan para pakar hukum positif adalah kebiasaan manusia
atas perilaku tertentu dalam satu sisi kehidupan sosial mereka sehingga muncul
darinya kaidah yang diyakini secara umum dan harus dihormati sebagai undang-
undang yang melanggarnya berakibat pada dijatuhnya hukuman materi.
Adat membuat aturan-aturan adat hukum adat istiadat masyarakat Jambi,
khusus mengatur mengenai ketentuan hukum pidana adat. Masyarakat mengenali
hukum pidana adat dengan istialah “Kesalahan atau “Salah‟‟ dan “Sumbang‟‟
untuk menyatakan terhadap perbuatan yang bertentangan dengan hukum adat.15
Ada dua bentuk kesalahan atau sumbang, yaitu kesalahan kecil atau
sumbang kecil dang kesalahan besar atau sumbang besar. Di sebut kesalahan kecil
atau sumbang kecil apabila perbuatan tersebut hanya mengakibatkan kerugian
terhadap seseorang atau beberapa orang (keluarga atau kerabat), Kesalahan besar
atau sumbang besar apabila perbuatan itu merupakan kejahatan yang
mengakibatkan kerugian dan mengganggu keseimbangan masyarakat adat secara
keseluruhan.16
Aturan-aturan hukum pidana adat tersebut sudah dikenal oleh masyarakat
sejak dari nenek moyang sebelum agresi belanda masuk ke Indonesia. Tata cara
upacara adat dalam penikahan, Upacara penikahan merupakan peristiwa yang
sangat penting bagi seorang anak manusia. upacara yang suci ini akan
menentukan masa depan suatu keluarga baru dalam pergaulan antar warga dan
antara keluarga, serta akan merubah struktur warga masyarakat lingkungan atas
kehadiran keluarga baru ini.17
15Ibid., 23 16Kemas Arsyad Somad, Mengenal Adat Jambi dalam Perspektif Modern, (Dinas
pendidikan provinsi Jambi) 24-27 17Ibid.,.28
10
1. Persiapan Pernikahan
Dua malam menjelang hari “H”, masing-masing calon mempelai
mempersiapkan diri untuk mengikuti prosesi malam Batangas, yaitu semacam
mandi uap hal ini dimaksudkan untuk mengurangi keluarnya keringat pada
upacara hari “H” nanti, selain itu juga calon mempelai wanita menjalani malam
berinai, memeriahkan kuku-kukunya dengan daun pacar atau daun inai.
2. Upacara Pernikahan
Umumnya berlangsung dikediaman wanita, diawali dengan penjemputan
CMP (Calon Mempelai Pria) kerumahnya, (calon mempelai perempuan) CMP
disertai ortu, keluarga dan kerabat menuju rumah Calon Mempelai
perempuan setelah sampainya arak iringan mempelai laki-laki dihalaman rumah
mempelai perempuan, maka disambut dengan pencak silat. Kemudian dilakukan
bejawab dan gayung bersambut antara juru pengantar mempelai laki-laki dan juru
penunggu dari mempelai perempuan. Setelah kato bajawab gayung bersambut dan
romongan nenek mamak tuo tengganai serta arak dan pengiring dipersilahkan
masuk, maka dilakukan tabor beras kunyit oleh ibu-iubu dari pihak mempelai
perempuan.18
kemudian mempelai perempuan dipersilahkan duduk diatas kasur
kecil/kain permadani untuk persiapan menghadap penghulu. Sebelum prosesi
Akad Nikah, mempelai perempuan akan menunjukkan kemahirannya membaca
Al-Qur‟an.
3. Serah terima upacara pernikahan
Dilaksanakan setelah Ijab Kabul, dengan diawali dengan datangnya
beberapa utusan nenek mamak pihak si gadis dengan membawa berbagai barang
ketempat mempelai pria, lalu dengan iringan musik rabana dan kompangan (alat
musik khas Jambi) pengantin pria diarak menuju kediaman pengantin wanita,
dengan di dampingi nenek mamak-nya menuju kamar pengantin wanita,19
18Lembaga adat provinsi Jambi, (Pokok-pokok adat sepucuk Jambi Sembilan lurah[2001],
95 19Kemas Arsyad Somad, Mengenal adat Jambi dalam perspektif modern, (dinas
pendidikan provinsi Jambi) 28-29
11
Pada saat itulah dicegat oleh keluarga pihak pengantin wanita (tahapan ini
disebut membuka lanse) sehingga terjadilah dialog secara spontan namun penuh
dengan petatah-petitih yang mempunyai makna yang sakral, setelah proses itu
barulah kedua pengantin disandingkan diatas putro ratno/pelaminan.
Lamaran ini di Jambi, disebut sebagai anter tando. Sebelum diadakan acara
lamaran, biasanya akan ada utusan dari pihak laki laki, yg akan bertanya, ataupun
bersilaturahmi ke keluarga wanita. Utusan ini akan mencari tau, apakah wanita
nya sudah ada yg melamar. Setelah itu, baru akan dilakukan prosesi lamaran.
Lamaran ini biasanya dihadiri tuo tengganai dari kedua belah pihak keluarga.
Adakalanya hari pelaksanaan akad nikah atau ijab kobul ditangguhkan
mendekati hari peresmian pernikahan atau hari labuh lek. Pada hari yang sudah di
sepakati bersama antara nenek mamak pihak laki-laki dan perempuan, maka
dilaksanakan upacara akad nikah atau ijab Kabul antara mempelai laki-laki dan
mempelai perempuan, yang merupakan kewajiban hukum syra‟.20
Pada saat lamaran, keluarga laki laki akan membawa syarat adat,
diantaranya:
Cincin pengikat. Cincin ini hanya untuk dipakai wanita, bukan satu
pasang. Karena, tukar cincin baru akan dilakukan saat akad nikah
nanti.
Pakaian sepelulusan. Berupa bahan kebaya untuk akad, dan kain
bawahan, bisa berupa batik atau songket. Terkadang juga
dilengkapi selop dan dompet.
Sirih Pinang. Berupa perlengkapan untuk makan sirih, berupa
daun sirih, kapur sirih, tembakau, serta pinang, yang diletakkan di
tempat sirih khusus.
Prosesi lamaran biasanya berupa seloko seloko (seperti berbalas pantun)
antar wakil keluarga terlebih dahulu, yang isinya adalah menanyakan maksud dan
tujuan keluarga laki laki bertamu ke keluarga wanita. Setelah itu, prosesi lamaran
itu sendiri, berupa pemasangan cincin ke calon pengantin wanitanya.
20Lembaga adat provinsi Jambi, (pokok-pokok adat sepucuk Jambi Sembilan lurah [2001]
16
12
Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama. Setelah selesai makan,
maka dilakukan perundingan keluarga inti, dimana membicarakan tentang
kelanjutan lamaran tadi, berupa, pembicaraan tanggal, adat dll. Pembicaraan yang
dilakukan antara lain:
• Tanggal pernikahan. Apakah upacara pernikahan akan dilaksanakan
sepanen jagung (3 bulan) sepanen padi (6 bulan) atau yang lain
• Adat yang digunakan. Apakah menggunakan pure adat jambi, atau ada
campurannya.
• Seserahan. Apa saja hantaran yang akan diberikan keluarga laki laki.
• Uang adat. Uang adat disini ada 2, yaitu uang adat, dan uang selemak
semanis. Klo uang adat, biasanya kecil, berkisar 50-100 ribu saja, nah, uang
selemak semanis ini yang cukup besar, disesuaikan dgn kemampuan keluarga laki
laki.21
Uang selemak semanis ini, merupakan urunan atau membantu belanja
untuk acara resepsi pernikahan nanti.
Demikian tata upacara dan persiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh
para nenek mamak dan tuo tengganai dari pihak pengantin perempuan untuk
mengsukseskan prosesi akad nikah atau ijab kobul.22
D. Seni
Seni adalah berupa hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti, ludruk,
Wayang, drama, menyayi, hadroh, dan sebagainya. Melihat kenyataan budaya
bangsa Indonesia yang memiliki beranekaragam media tradisional, maka dapat
dipahami kenapa para wali songo mengunakan media ini sebagai media dakwah
dan ternyata pilihan media para wali songo tersebut menghasilkan masyarakat
muslim yang mayoritas penduduk Indonesia.23
Seni yang indah mempunyai beberapa macam ma`na, diantaranya: Melukis,
menggambar, dan musik. Ada juga yang bermakna sesuatu yang biasa dilakukan
21Lembaga adat provinsi Jambi, (Pokok-pokok adat pucuk Jambi Sembilan lurah [2001],
16 22Kemas Arsyad Somad , Mengenal adat Jambi Perspektif modern, (dinas pendidikan
Jambi[ 2002], 30 23Moh. Ali Aziz. Ilmu dakwah (Jakarta:kecana, 2004), 148-149
13
oleh manusia seperti seni bertanam, berdagang, dongeng, memasak dan
pengetahuan. Oleh karena banyaknya perbedaan tentang makna tersebut maka ia
mempunyai satu arti atau satu makna dasar yaitu الحذق( ) yang berarti: mahir,
cakap dan ulet. Atau kemampuan yang diperoleh seseorang melalui cara
pentadaburan dan angan-angan.
Adapun seni itu mempunyai dua arti: umum dan khusus, umum ialah:
mencakup suatu perbuatan atau tingkah laku manusia yang tersusun dengan rapi
dan dimaksudkan pada tujuan-tujuan tertentu, baik berupa kecakapan, keuletan
dan kepandaian. Adapun makna khusus ialah: setiap perbuatan yang timbul dan
ditujukan pada kemunculan hal-hal yang indah baik berupa: gambar, suara,
gerakan dan perkataan.
Masih banyak definisi seni dari berbagai literatur namun yang ditekankan
dari makna “Seni” disini adalah unsur keindahan sebagamana terdapat dari
beberapa definisi. Kenapa keindahan? Karena seni itu mengandung unsur
keindahan, sebagaimana kita lihat dalam berbagai karya seni.
A. Al-Qu’ran dan Seni
Kitab suci Al-Quran dalam menurut dan menuntun manusia mengenal Allah
SWT mengajak untuk memandang keseluruh jagad raya yang diciptakan-nya
dengan serasi dan amat indah. Sebagaimana terdapat dalam beberapa penggalan
firman Allah SWT, sebagai berikut:
نا فيها من كل زوج بيج نا فيها رواسي وأن بت والأرض مددناها وألقي
“Tidakkah mereka melihat kelangit bagaimana Kami meninggikan dan
menghiasinya” (QS 50: 6).24
Langit tidak hanya diciptakan oleh Allah sebagai hifzah tetapi juga sebagai
hiasan yang indah. Begitu pernyataanNya dalam surat 37:6-7 dan surat 41 : 12.
Laut pun diciptakan antara lain agar dapat diperoleh darinya bukan sekedar
“daging segar” tetapi jug hiasan yang memperindah penampilan seseorang.
ولكم فيها جال حين تريحون وحين تسرحون
24Depertemen Agama RI, Al-qur’an terjemahan (Semarang cv asy syifan 2000), 1162
14
Artinya: “ Gunung-gunung dengan ketegarannya, malam ketika hening,
matahari saat naik sepenggalan, bahkan pemandangan ternak ketika dibawa
pulang kekandang dan ketika dilepas ketempat pengembalaan, dinyatakan sebagai
Lakum fihaa Jamaal (merupakan pemandangan indah bagi kamu)” (Q.S. 16:6).25
Ayat terakhir ini melepaskan kendali kepada manusia yang memandangnya
untuk menikmati dan melukiskan keindahan itu, sesuai dengan subjektivitas
perasaannya. Begitu lebih kurang uraian para mufassir, ketika menganalisis
redaksi ayat itu.
Ini berarati bahwa seni dapat dicetuskan oeh perorangan berdasarkan
kecenderungannya atau kelompok masyarakat sesuai budayanya, tanpa diberi
batasan ketat kecuali yang digariskan-Nya pada awal uraian ayat ini yakni “Maha
suci Allah dari segala kekurangan”.
Al-Qur‟an itu sangat kaya dengan sastra dilihat dari struktur yang penuh
dengan nilai seni, seperti dalam seni puisi ada istilah bersajak ab ab, aa bb, ba ba.
Contok sajak seperti ini dalam Al-Quran:
“1). Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia. 2) Raja manusia. 3) Sembahan manusia. 4) Dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.
5) Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. 6) Dari (golongan)
jin dan manusia.26
Dalam Surat An-Nas diatas dapat kita lihat letak sajak nya . kata " الناس " ,
kata ini terdapat pada setiap akhir ayat surat An-Nas, sehingga menjadi nilai
keindahan yang sangat luarbiasa.
Mengabaikan sisi-sisi keindahan yang terdapat di alam raya ini, berarti
mengabaikan satu sisi dari bukti keesaan Allah SWT, dan dengan demikian
mengekspresikan dapat merupakan upaya membuktikan kebesaran-Nya, Rasa
naluriah manusia, melalui ekspresi perasaannya akan lebih kuat dari upaya
25Ibid.,257 26Depertemen Agama RI, Alqur’an Terjemahan (Semarang cv asy syifan 2000), 1429
15
membuktikannya dengan akal pikiran. Bukankah seperti ditulis oleh Imanuel Kant
dan dikuatkan juga oleh mantan pimpinan tertinggi Al-Azhar Syekh Abdulhalim
Mahmud,, bahwa bukti terkuat tentang wujud Tuhan adalah terdapat pada rasa
manusia bukan pada akalnya. Dan rasa itu akan kita miliki melalui rangkaian seni
yang ada di sekitar kita, termasuk keindahan yang ter maktub dalam Kitabullah,
Al-Quran Al-Kariim.
B. Macam – macam Media Seni
1. Media stasiun Televisi yang Meng-Global
Power Shift atau pergeseran sedang terjadi dimana-mana. Kalau dulu siaran
melalui stasiun Televisi dan Radio di Indonesia dimonopoli oleh TVRI dan RRI,
dengan semboyan “Sekali di udara tetap di udara”, maka sekarang situasinya
sudah berubah. Lebih dari 500 stasiun radio Non RRI setiap hari menjadi pesaing
RRI. Muncul RCTI pada tahun 1989 mengalahan TVRI yang telah berdiri sejak
tahun 1962 sebagai televisi nomor 1 di Indonesia.
Televisi merupakan media audio Visual yang sangat efektif dalam
menyebarkan informasi kepada khalayak atau pemirsa, televisi sangat efektif
untuk digunakan sebagai media penyampai pesan-pesan dakwah karena
kemampuannya yang dapat menjangkau daerah sangat luas.27
Begitu hebatnya dampak yang timbulkan oleh biusan stasiun televisi saat
ini. Banyak sekali acara yang memonopoli di setiap stasiun televisi yang ada.
Seperti Amerika yang mampu menguasai 80% dibawah kuasa Yahudi, melalui
pasar entertainment dan informasi dunianya. Sementara jutaan serial episodenya
jadi kegemaran banyak orang termasuk di Indonesia.
Sejak lama Amerika sudah berhasil mengarahkan opini publik ke arah yang
menguntungkan dirinya. Dia membuai masyarakat dunia dengan cerita-cerita
kehebatan negaranya denga menciptakan cerita tentang super hero dimulai dari
Superman hingga Rambo.
Serangan-serangan melalui para pemainnya yang memukau banyak
penonton, belum lagi tontonan a moralnya seperti beberapa adegan serono yang
meledak, dimana hal ini menjadi produk yang dikonsumsi bukan hanya oleh
27Samsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta:amzah,2013), 120
16
warga Amerika sendiri melainkan semua Negara termasuk Negara-negara yang
mayoritas muslim.
Itulah sekelumit pengaruh media Televisi dalam membius umat, membius
para penikmatnya dari fenomena tayangan televisi yang negativ. Sehingga menilik
dari ke efektifitasannya pengaruh pada umat melaui televisi ini, maka perlu juga
dipikirkan metode berdakwah melaui stasiun televisi, yang dimana penikmat dari
media ini cukup banyak.
Media Televisi ini sangat kaya dengan unsur seninya, sehingga ketika kita
mau berdakwah melalui media ini, hal yang tidak bisa kita hindari adalah seni
dakwah. Bagaiman caranya agar kita mampu menarik banyak telinga untuk
mendengarkan ajakan kita, mata yang mau menatap lama ceramah kita.
Seni dakwah melalui media televisi ini bisa dilihat dari retorika pendakwah,
gaya bahasanya, juga selogan-selogan yang sering menjadi inisial yang melekat,
dan masih banyak metode melalui seni yang di tampilkan melalui media televisi
ini. Karena Stasiun Televisi ini hanya sebatas media dan esensi dari dakwahnya
itu tergantung pada tayangan dan acara televisinya itu. Bisa melaui seni musik
Religi, Sinetron Islami seperti hidayah, Acara kultum atau ceramah, bahkan
dewasa ini acara dakwah dilihat dari namanya saja sudah mengandung nilai seni
seperti “Chatting bareng YM” dan sebagainya.
C. Media Lain Yang Juga Sama Pengaruhnya
Dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga
menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah. Dakwah
masih dipahami secara sempit, hanya berkutat pada ceramah dan khutbah yang
cenderung hanya mengedepankan retorika belaka. Kondisi ini mengakibatkan
dakwah kurang mendapatkan apresiasi, baik dalam dataran praktis di lapangan
maupun kajian teoritis di dunia akademik. Situasi ini merupakan cermin wajah
dakwah yang belum berpijak di atas realitas sosial yang ada. Padahal dakwah dan
realitas sosial memiliki hubungan interdependensi yang kuat.
Kreatifitas budaya ini dapat dijadikan sebagai pengantar untuk
menyampaikan dakwah. Melalui aktifitas seni, musik, teater dan puisi, sebagai
media berdakwah kepada masyarakat, mengajak kepada masyarakat menuju hal
17
yang baik di dalam melaksanakan aktifitas kehidupan dunia. Kehidupan dunia
dalam hal ini bisa berbentuk sosial, ekonomi, politik, agama maupun budaya.
Dakwah yang dilakukan seringkali merupakan bentuk dakwah yang
mengedepankan nilai-nilai kultural dalam bingkai masyarakat yang plural.
Semangat persatuan, menebar kasih sayang dan kedamaian, menjadi bagian dari
uraian dakwah yang dikemas dengan balutan seni musik, puisi dan bahkan teater
yang terus berkembang.
1. Yunus bin Sulaimān Al-Khatīb (wafat tahun 785 M.). Beliau adalah
pengarang musik pertama dalam Islam. Kitāb-kitāb karangannya dalam
musik sangat bernilai tinggi sehingga pengarang-pengarang teori musik
Eropa banyak yang merujuk ke ahli musik ini.
2. Khalīl bin Ahmad (wafat tahun 791 M.). Beliau telah mengarang buku
teori musik mengenai not dan irama.
3. Ishāk bin Ibrāhīm Al-Mausully (wafat tahun 850 M.), telah berhasil
memperbaiki musik Arab jāhilliyah dengan sistem baru. Buku musiknya
yang terkenal adalah Kitab-ul-Alhan wal-Angham (Buku Not dan Irama).
Beliau sangat terkenal dalam musik sehingga mendapat julukan Imam-ul-
Mughanniyin (Raja Penyanyi).
D. Islam Dan Kesenian
Seni dalam Islam muncul seiring dengan diutusnya Rosulullah SAW. Hal
ini bisa kita jumpai dalam hadist nabawi yang diriwayatkan didalam shahih
Bukhori dan Muslim : bahwa Abu Bakar pernah masuk ke rumah Aisyah untuk
menemui Nabi SAW. Ketika itu ada dua gadis disisi Aisyah yang sedang
bearnyanyi, lalu Abu Bakar menghardiknya seraya berkata: “Apakah pantas ada
seruling syetan dirumah Rosulullah?” kemudian Rosulullah SAW. Menimpali :
“Da‟huma ya Aba Bakrin, fainnaha Ayyamu „idin”-biarkanlah mereka
wahai Abu Bakar sesungguhnya hari ini adalah hari raya”.
Dimasa generasi tabi‟in, teori musik juga dikenal dikalangan kaum
muslimin mereka mempelajari buku-buku musik yang diterjemahkan dari bahasa
Yunani dan Hindia. Diantara para ahli musik yang muncul dikala itu adalah Ibnu
Misyah (wafat tahun 705 M), Yusuf bin Sulaiman al-Khotib (wafat tahun 785 M),
18
Khalil bin Ahmad yang telah mengarang buku teori musik mengenai note dan
irama .
Perhatian cukup besar terhadap seni musik diberikan dimasa akhir Daulah
Umayyah, kemudian juga dimasa Daulah Abbasiah. Salah satu pendorong
didirikannya sekolah musik dimasa kekuasaan daulah Abbasiah karena keahlian
seni musik dan menyanyi merupakan salah satu syarat bagi pelayan (budak),
pengasuh, dayang-dayang di Istana dan di Rumah-rumah para pejabat.
Meskipun seni telah dikenal sejak awal kemunculan Islam, namun
perdebatan mengenai batasan-batasan yang membolehkan maupun tidak
membolehkan hingga saat ini masih terus tumbuh berkembang, seiring dengan
beragamnya alat musik yang diproduksi. Bahkan, pembahasan mengenai hukum
memperdagangkan alat-alat musik masih terus menjadi diskusi yang cukup
menarik, termasuk mengenai batasan-batasan yang diperbolehkan secara syar‟i
dalam mengekspresikan seni.
Seni Islam merupakan sebagian daripada kebudayaan Islam dan perbedaan
antara seni Islam dengan bukan Islam ialah dari segi niat atau tujuan dan nilai
akhlak yang terkandung dalam hasil seni Islam. Pencapaian yang dibuat oleh seni
Islam itu juga merupakan sumbangan daripada tamadun Islam di mana tujuan seni
Islam ini adalah kerana allah swt. Walaupun seni merupakan salah satu unsur
yang disumbangkan tetapi Allah melarang penciptaan seni yang melampaui batas.
Firman Allah SWT yang berbunyi: "Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang
yang melampaui batas."
E. Prinsip-prinsip (ciri-ciri) Kesenian
1. Mengangkat martabat insan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai
kemanusiaan dan nilai-nilai yang ada disekelilingnya, manakala manusia
menjadi seniman yang menggarap segala unsur kesenian untuk tunduk
serta patuh kepada keridhaan Allah swt.
2. Mementingkan persoalan akhlak dan kebenaran yang menyentuh aspek-
aspek estitika, kemanusiaan, moral dan lain-lain.
3. Kesenian Islam menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung
kepada keseluruhan kesahihan Islam itu sendiri. menurut Islam, kesenian
19
yang mempunyai nilai tertinggi ialah yang mendorong ke arah
ketaqwaan, kema'rufan, kesahihan dan budi yang mantap.
4. Kesenian Islam terpancar daripada wahyu Allah, sama seperti undang-
undang Allah dan syariatnya. maknanya ia harus berada di bawah
lingkungan dan peraturan wahyu. ini yang membedakan kesenian Islam
dengan kesenian bukan Islam.
Kesenian Islam menghubungkan manusia dengan tuhan, alam sekitar dan
sesama manusia Dan juga makhluk. Terdapat lima hukum dalam seni dapat
diperincikan. di antaranya:
Wajib: jika kesenian itu amat diperlukan oleh muslim yang mana tanpanya
individu tersebut boleh jatuh kepada mudarat seperti keperluan manusia untuk
membina dan untuk memperindah bentuk masjid yang dimaksudkan untuk
menarik hati orang agar ramai untuk mengunjungi rumah Allah swt tersebut.
Sunnah: jika kesenian itu diperlukan untuk membantu atau menaikkan
semangat penyatuan umat Islam seperti dalam nasyid, qasidah dan shalawat
kepada Rasulullah saw yang diucapkan beramai-ramai dalam sambutan maulid
rasul atau seni lagu Al-Quran (tilawah).
Makruh: jika kesenian itu membawa unsur yang sia-sia seperti karya seni
yang tidak diperlukan oleh manusia.
Haram: Jika kesenian itu berbentuk hiburan yang melengahkan manusia
sehingga mengabaikan kewajiban-kewajiban yang berupa tanggung jawab asas
terhadap Allah SWT khasnya seperti ibadah dalam fardhu ain dan kifayah.
Memberi khayalan kepada manusia sehingga tidak dapat membedakan antara
yang hak (benar) dan yang bathil (salah).
Dicampuri dengan benda-benda haram seperti arak, judi, narkotika dan
berbagai kemaksiatan yang lain. Ada percampuran antara lelaki dan perempuan
yang bukan mahram seperti pergaulan bebas tanpa batas dalam bentuk bersuka-
suka yang melampaui batas.
Objek atau arca dalam bentuk ukiran yang menyerupai patung sama ada
yang dibuat dari kayu, batu dan lain-lain. Seni yang merusak akhlak dan
memudaratkan individu atau yang berbentuk tidak bermoral seperti tarian terkini
20
(kontemporari). Jenis-jenis seni yang dipertontonkan sebagai maksud atau niat
untuk memamerkan dengan sikap kesombongan.
F. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai suatu usaha pencarian
kebenaran terhadap fenomena, fakta, atau gejala dengan cara ilmiah untuk
memecahkan masalah atau mengembangkan ilmu pengetahuan.28
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitan kualitatif
desktritif,penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian lapangan, yaitu
penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu
lembaga dalam meneliti gejala-gejala tertentu yang ada di lapangan dalam hal ini
peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian di Desa Lidung, pendekatan
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan yang menekankan aspek
subyektifitas anggota Baghami: Studi terhadap Kesenian Islam dalam Adat
Pernikahan Masyarakat Desa Lidung Kabupaten Sarolangun.
2. Setting Dan Subjek Penelitian
Berhubungan penelitian ini berkaitan dengan ”Baghami: Studi terhadap
Kesenian Islam dalam Adat Pernikahan Masyarakat Desa Lidung Kabupaten
Sarolangun”. Maka lokasi yang diambil untuk melakukan penelitian ini bertempat
di Desa Lidung Kabupaten Sarolangun, Kecamatan Sarolangun‟‟.
Subjek penelitian berpusat kepada ketua Lembaga Adat, ketua Lembaga
Sarak dan Masyrakat yang merupakan sumber data untuk memperoleh informasi
tentang bagaimana ”Baghami: Studi terhadap Kesenian Islam dalam Adat
Pernikahan Masyarakat Desa Lidung Kabupaten Sarolangun”
Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat aktif, cukup
mengetahui, memahami, dan berkepentingan dengan aktivitas yang diteliti, serta
memiliki waktu untuk memberikan informasi secara benar.
28Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN STS Jambi (Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 63
21
3. Sumber dan Jenis Data
Sumberdata dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi/peristiwa dan
dokumentasi.Sumber data manusia berbentuk perkataan maupun tindakan orang
yang bisa memberikan data melalui wawancara, sumber data suasana/peristiwa
berupa suasana yang bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana) meliputi
ruangan, suasana, dan proses.Sumber data dokumenter atau berbagai referensi
yang menjadi bahan rujukan dan berkaitan langsung dengan masalah yang
diteliti.29
Secara umum sumber data penelitian kualitatif adalah tindakan dari
pendekatan manusia dalam suatu yang bersifat alamiah. Sumber data lain ialah
bahan-bahan pustaka, seperti dokumen, arsip, koran, majalah, buku, laporan
tahunan dan lain sebagainya30
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah:
a. Ketua Lembaga Adat di Desa Lidung
b. Kepala sarak di Desa Lidung
c. Masyarakat Desa Lidung
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (first
hand) melalui observasi atau wawancara di lapangan.31
Dalam hal ini data yang
diperoleh langsung oleh peneliti dari para informan atau kenyataan yang diamati
secara langsung di lapangan tentang Bakohak: Studi terhadap Kesenian Islam
dalam Adat Pernikahan Masyarakat Desa Lidung Kabupaten Sarolangun
b. Data sekunder
Data sekunder adalahdata yang diperoleh atau dikumpulkan bukan oleh
orang yang melakukan penelitian akan tetapi diperoleh dari sumber-sumber yang
29Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN STS Jambi (Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 62. 30Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Teori Dan Praktek (Jakarta:
Grafindo Persada 2002), 63. 31Ibid.62
22
ada32data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan penelitian
terdahulu. Metode dokumentasi yang peneliti maksud ialah untuk mendapatkan
data tentang:
a) Historis dan geografis Desa Lidung
b) Struktur organisasi Desa Lidung
c) Keadaan yang ada di dalam Desa Lidung
d) Dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan yang
diteliti
4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi ialah melakukan pengamatan terhadap sumber, data observasi
bisa dilakukan secara terlibat (partisipan) dan tidak terlibat (non-partisipan).
Dalam pengamatan terlibat, peneliti ikut terlibat dalam aktivitas orang-orang yang
dijadikan sumber data penelitian, sedang pengamatan yang tidak terlibat peneliti
tidak ikut langsung dalam aktivitas orang-orang yang dijadikan sumber data
peneliti.33
Observasi dalam penelitian ini memiliki tiga elemen, yakni:
a) Lokasi penelitian.
b) Manusia yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penelitian.
c) Kegiatan dan aktifitas yang dikerjakannya.
b. Wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur yang sering
juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif,
atau wawancara terbuka. Dengan menggunakan metode wawancara keberhasilan
mendapatkan data atau informasi dari obyek yang diteliti bergantung kepada
kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara.34
32Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2010),
226.
33Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN STS Jambi (Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 67 34Ibid., 2016- 63
23
Dalam hal peneliti diajukan dalam wawancara tersebut adalah Lebaga adat,
lembaga syara‟ dan masyarakat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sarana pembantu bagi peneliti dalam mengumpulkan
data atau informasi dengan cara berupa catatan, membaca surat-surat, transkrip,
buku, dan bahan-bahan tulisan lainya yang dapat memberikan informasi tentang
objek yang diteliti. Pengumpulan data melalui dokumen bisa menggunakan alat
kamera, video shooting atau dengan cara merekam, Dalam hal ini dokumen yang
digunakan pada penelitian ini berupa foto kegiatan ” Baghami: Studi terhadap
Kesenian Islam dalam Adat Pernikahan Masyarakat Desa Lidung Kabupaten
Sarolangun”
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Lexy J. Moleong adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
data dapat disusun secara tematis dan dapat dirumuskan dalam situasi kerja35
Sebaiknya, agar data tersebut memberi makna maka dalam analisis perlu
dilakukan langkah-langkah berikut:
a. Reduksi data
Pada langkah reduksi data, pelaku riset, harus melakukan seleksi data dan
memfokuskan data pada permasalahan yang sedang dikaji, melakukan upaya
penyederhanaan, melakukan abstraki, dan melakukan transformasi. Hal ini berarti
pelaku riset memilih mana yang benar-benar data dan mana yang bersifat kesan
pribadi, dan kesan-kesan pribadi itu dieliminasi dari proses analisis. Selain itu,
dalam melakukan seleksi itu juga dilakukan ketegorisasi antara data yang penting
dan kurang penting, meskipun tidak berarti bahwa data yang yang termasuk
kategori kurang penting harus dibuang.Mengkategorikan ini semata-mata
dimaksudkan untuk tujuan memperkuat tafsiran terhadap hasil analisis data
tersebut.
35Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2000).
280
24
b. Display data
Display data adalah langkah mengorganisasi data dalam suatu tatanan
informasi yang padat atau kaya makna sehingga dengan mudah dibuat
kesimpulan. Display data biasanya dibuat dalam bentuk cerita atau teks, display
ini disusun dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan pelaku riset dapat
menjadikannya sebagai jalan untuk menuju pada pembuatan kesimpulan.
c. Verifikasi data
Verifikasi data adalah upaya membuktikan kembali benar atau tidaknya
kesimpulan yang dibuat, sesuai atau tidaknya kesimpulan dengan
kenyataan.Verifikasi dapat dilakukan dengan jalan melakukan pengecekan ulang,
atau dengan melakukan trianggulasi. Cara lain yang dapat dilakukan dengan
merekomendasikan kepada pelaku riset lain untuk mengulangi riset yang telah
dilakukan itu terhadap masalah yang sama. Apabila terbukti temuan-temuan yang
dihasilkan tidak berbeda secara signifikan berarti kesimpulan itu terverifikasi.36
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpecaya dan dapat dipercayai, maka peneliti
melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu :
1. Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti di lokasi secara Iangsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden,
disengaja atau tidak sengaja.
2. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara seksama dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang diutamakan
dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti
36Muhammad Ali, Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,
2014), 288-290
25
dapat memahaminya ketekunan pengamatan dilakukan dalam upaya mendapatkan
karakteristik data yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.Hal ini
diharapkan pula agar dapat mengurangi kesalahan data yang mungkin timbul
akibat keterburuan peneliti untuk menilai suatu persoalan, ataupun kesalahan data
yang timbul dari kesalahan responden yang memberikan data secara tidak tepat.
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan reabilitas
data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang
diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik trianggulasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan
sumber, metode, penyidik, dan teori.
a. Trianggulasi sumber merupakan teknik yang dilaksanakan dengan
membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu
informasi yang didapatkan tersebut.
b. Trianggulasi metode merupakan teknik yang dilaksanakan dengan
mengecek informasi yang didapatkan bersamaan dengan metode yang
dilakukan.
c. Trianggulasi penyidik merupakan teknik yang dilaksanakan dengan jalan
memanfaatkan peneliti dan pengamat lainnya dalam mengecek kepercayaan
data.
d. Trianggulasi teori merupakan teknik yang dilaksanakan dengan melakukan
perbandingan terhadap data yang didapatkan.
4. Diskusi
Diskusi merupakan langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti
akan melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data
yang diterima benar-benar nyata dan bukan persepsi sepihak dari peneliti atau
informan.Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan,
26
masukan,dan saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau orisinalitas
data yang telah didapatkan.37
H. Studi Relevan
Dalam penentuan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan pustaka,
demi untuk menghindari pengulangan atau plagiat. Berikut peneliti menyajikan
beberapa studi relevan diantaranya adalah:
Pertama Skripsi Ismail Suardi Wekke Yuliana Ratna Sari Jurusan Dakwah,
STAIN Sorong, Jl. Klamono-Sorong, KM 17, Klablim Sorong, Papua Barat
95131. Berjudul.”Tifa syawat dan entitas dakwah dalam budaya Islam Studi Suku
Kodo Sorong Papua Barat”. Hasil penelitiannya yaitu, dalam konteks dakwah
dengan menggunakan metode kesenian, salah satunya adalah dengan
menggunakan lagu-lagu shalawat. Kemudian apresiasi seni berkembang hingga
sekarang dengan tetap menggunakan kesenian Tifa Syawat tersebut. Melalui
media tersebut muatan-muatan dakwah dengan mudah dipahami oleh masyarakat
Kokoda, karena menggunakan pendekatan sosio-kultural sehingga terasa dekat
dan menyatu dengan kehidupan masyarakat38
Kedua Syarifah Ema R. Multikulturalisme dan Hegemoni Politik
Pernikahan Endogami 434 Walisongo,22, Nomor 2, November 2014. Oleh karena
itu dibutuhkan upaya penyebaran nilai-nilai. Hasil penelitiannya yaitu, agama
yang multikulturalis agar tertanam nilai saling menghargai dalam keragaman
komunitas dan budaya yang ada di Indonesia39
Ketiga Ismail Suardi Wekke Jurusan Dakwah, STAIN Sorong.” Islam dan
Adat dalam Pernikahan maysarakat Bugis di Papua. Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa Islam diterima sebagai pegangan hidup walaupun tidak
menggunakan tata cara yang digunakan dalam tradisi Arab40
.
37Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN STS Jambi. 66-68 38Ismail Suardi Wekke Yuliana Ratna Sari, .”Tifa syawat dan entitas dakwah dalam budaya
Islam Studi Suku Kodo Sorong Papua Barat” di akseshttp://melalui http://ejournal.uin-
suka.ac.id/adab/thaqafiyyat/article/view/42/40 39Syarifah Ema R. “Multikulturalisme dan Hegemoni Politik Pernikahan Endogami. 40Ismail Suardi Wekke .” Islam dan Adat dalam Pernikahan maysarakat Bugis di Papua.
27
Sebagaimana terlihat dari studi relevan di atas bahwa belum ada diantara
kajian yang membahas tentang Baghami: Studi terhadap Kesenian Islam dalam
Adat Pernikahan (Studi di Desa Lidung Kecamatan Sarolangun Kabupaten
Sarolangun Jambi)
Karya-karya diatas fokus kepada. Tifa syawat dan entitas dakwah dalam
budaya Islam Studi Suku Kodo Sorong Papua Barat. Multikulturalisme dan
Hegemoni Politik Pernikahan Endogami. Islam dan Adat dalam Pernikahan
maysarakat Bugis di Papua
Selain itu berbedanya setting penelitian juga akan menghasilkan data yang
berbeda.
28
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA LIDUNG
A. Historis
Di bumi sepucuk Jambi sembilan Lurah ini untuk memberi nama suatu
daerah atau Desa berdasarkan kesepakatan dan sejarah yang pernah dialami
daerah tersebut. Demikianan juga dengan Asal mula Desa Lidung banyak persi
dan pendapat tentang nama Desa Lidung.
pada dahulu kala datang lah tiga orang yang bernma Taher dengan gelar
Raden Cokro Aminnoto Joyo Dilago, Pang Lima Joyo Sakti dan Bujang Kurap.
Dari mataram samapi lah kesuatu tempat yang bernama sungai itik Kabupaten
Tanjung Jabung Timur setelah dari daerah itu mereka bertiga menyusuri sungai
batang hari sampailah di sungai tembesi, setelah nyamapi di tembesi kebingungan
karna di sungai tembesi ada tiga persimpangan satu kearah Kabupaten Tebo saat
sekarang, yang satunya ke Kabupaten Sarolangun sekarang, maka ditibang lah air
ini mana yang lebih berat maka kesana lah tujuan perahu untuk melaju, ketika di
timbang ternyata yang berat kearah Kabupaten Sarolangu. dalam perjalanan dari
tembesi menuju Sarolangun hari mulai sore awan-awan mulai kelihatan hitam
sepertinya akan turun hujan, berhentilah tiga orang tadi di tepi sungai tembesi di
bawah pohon yang rimbun tepat di Desa Lidung sekrang berada, setelah tidak
lama berhenti hujan turun sangat deras tidak ada tanda-tanda hujan mau berhenti
sampai lah keesok harinya.
Setelah beberapa harikemudian satu dari mereka yang bergelar bujang
kurab pindah kesuatu tempat yang bernama gunung kembang pusat perkantoran
Bupati Kabupaten Sarolangun saat sekarang ini, sedangkan cokrok aminoto dan
pang lima joyo sakti tetap berada di daerah pertama dia dtang, di Desa Lidung,
singkat cerita cokrok aminoto menikah dengan seorang wanita dari daerah
palembang dikaruniai tujuh orang anak, lima orang laki-laki dua orang
perempuan, tujuh anak-anaknya menyebar di beberapa daerah di Kabupaten
Sarolangun seperti, sebakul, lubuk sepuh, ujung tanjung, bernai, yang ketiga dari
tujuh anaknya ini, di Dusun Tanjung Putus dan Dusun Tuo.
29
Semua anaknya mempunyai keahlian masing-masing terutama dalam ilmu
pertanian, dengan melihat anak-anak nya hanya mempunyai keahlian dalam
pertanian walaupun ilmu agama sudah diajar oleh bapaknya dari kecil, rasanya
tidak cukup kalau hanya belajar agama dengan bapaknya karna kesibukan
bapaknya dalam memperjuangkan kerajaan Batin Limo maka dari itu supaya
pendidikan agama yang diajarkan bapaknya lebih mantap lagi maka anak yang
paling bungsu dari cokro aminoto dikirim keturky, Pada umur 14 tahun, kemudian
melanjutkan perjalanan ke Mekah dan Palestina untuk memperdalam ilmu agama
Islam.
Setelah sekian lama menuntut imu di turky , mekah dan palestina, kembali
ke Desa Lidung kemudian menerus perjuangan bapaknya dalam mensyi‟ar agama
Islam di Desa Lidung, di Kabupaten Sarolangun terdapat beberapa Desa yang ada
pada saat sekrang menjadi sejarah dalam asal usul sarolangun salah Desa Lidung
merupakan daerah pusat pendidikan, kemudian daerah lubuk sepuh pada masa itu
menjadi pusat pertahanan, sedangkan ujung tanjung dan bernai menjadi pusat
kepemerintahan pada masa kerajaan Batin Limo yang kemudin menjadi margo
batin Lim .
Sebelum adanya Nama Desa Lidung, di daerah tersebut ada beberapa
Dusun . Dusun Biaro,dusun Tanjung Putus, Dusun Senaneng, Dusun Alai, Dusun
aro, Dusun tuo. Setelah berapa tahun kemudian Dusun-Dusun tersebut disatukan
menjadi satu daerah menjadi Desa Lindung, Desa lidung dipimpin oleh kepala rio
dibawah Margo Batin Limo, setelah beberapa Tahun kemudian kepala rio menjadi
kepala Desa Margo Batin Limo berubah menjadi Kecamatan Sarolangun.
Desa Lidung juga perna pecah menjadi dua kepala Desa, kepala Desa
Lidung satu dan kepala Desa Lidung dua, dengan demikian Masyarakat merasa
kurangnya persatuan dan kesatuan dengan terciptanya Deas Lidung satu dan Desa
Lidung dua masyarakat juga merasa berpisahnya persaudaraan dan juga bisa
menimbulkan keributan kedepannya nanti karena sering sekali terjadinya tauran
antar Desa di Kabupaten Sarolangun, mengingat hal ini masyarakat mengutusksn
Desa Lidung tetap satu sampailah saat sekarang ini di pimpim oleh satu kepala
Desa.
30
Kata dari Desa Lidung dan Batin Limo ini merupakan simbol dari rukun
iman dan rukun islam, yang mana Lidung enam hurup Batin Limo melambangkan
agka Lima, sejarah asal mula Desa Lidung ini bermacam persi
Namun ada juga pendapat yang lain tetang asal mula Desa Lidung
diceritakan oleh Shaleh Yayah selaku masyarakat Desa Lidung menceritakan:
[S]ewaktu Kabuten sarolangun dikuasai penjajahan sekitar tahun 1916
daerah ini menjadi tempat perlindung atau berlindungnya para pejuang kita
pada saat itu, maka jadilah desa ini desa lindung. Namun ketika masuknya
penjajah belanda kedaerah ini, belanda menyebutnya Lidung dan
masyarakat terbiasa menyebutnya Desa Lidung.41
Persi lain menceritakan, seperty Zayadi (alim ulma) menceritakan “[D]esa
ini pertama didiamin oleh orang yang bernama. Taher dengan gelar Raden
Cokro Aminnoto Joyo Dilago yang memberi nama daerah ini menjadi Desa
Lidung yang berasal dari kitab kromo injil yang berati pohon beringin yang
rimbun tempat perlindung dan berteduh.42
Dari paparan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Desa Lidung
banyak pendapat mualai dari lembaga adat Desa, tokoh agama dan tokoh
masyrakat Desa lidung, merupakan Desa yang mempunyai sejarah dalam
kemajuan dan perkembangan Islam di provinsi jambi kabupaten Srorangaun
terhusus di Desa Lidung, dan asal mula Desa Lidung tempat perlidunggan orang
pada zaman penjajahan belanda, maka di namailah Desa tersebut menjadi Desa
Lidung sampailah saat sekarang ini.
Desa Lidung juga pernah menjadi pusat penddikan di kabupaten sarolangun
pada masa kesultanan Jambi yang dipimpin oleh shultan thaha, konon katanya
masyarakat di sekitar kabupaten sarongun seperti daerah kecemapatan batang asai,
cerminangedang pernah mencicipi pendidikan madrasah di Desa Lidung. Namun
setelah beberapa tahun kemudian dengan perkembangan zaman dan mudahnya
transportasi maka masyarakat yang tadinya menuntut ilmu di Desa Lidung mulai
menuntut ilmu di Jambi pondok-pondok pesantren yang ada di Seberang Kota
Jambi seperti pondok pesantren Saadatuddaren, Nurul Iman, Jauharen, sampailah
41 Zaiyadi kepala alim ulama‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018,
Desa Lidung. kab. Sarolangun 7-05-2018 42 Buku Dokumentasi Desa Lidung 14-04-2013-2019
31
saat ini semua masyarakat banyak yang menuntut ilmu di pondok di provinsi
jambi, di luar provinsi bahkan sampai keluar negri seperti Kairo Mesir, Makah,
Mdinah.
Demikinlah beberapa keterangan tentang nama daerah Desa Lindung yang
kemudian menjadi Desa Lidung kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun
provinsi Jambi.
jauh sebelum kemerdekaan republik indonesia 1945 sekitar tahun 16000 desa
Lidung belum menjadi Desa tetapi masih kenegrian batin V yang dikepalai oleh
seorang rio dipati (camat) yaitu H Taher dengan gelar Raden Cokro Aminnoto
joyo dilago.
B. Geografis
Secara administrative, desa Lidung berada di Kecamatan Sarolangun,
Kabupaten Sarolangun,Provinsi Jambi. Desa Lidung memiliki luas wilayah 8000
KM,. Desa Lidung terletak lima km sebelah timur pusat kota sarolangun, serta
mempunyai luas daerah 8000 km persegi dibatasi oeleh wilayah sebagai berikut:
- Sebelah utara dibatasi oleh Kecamatan Pauh
- Sebelah selatan dibatasi oleh Kelurahan Dusun Sarolangun
- Sebela barat dibatas oleh Desa Kasang Melintang Kecamatan Air Hitam
- Sebelah timur dibatasi Kelurahan sarkam atau pusat kota
Secara Geografis Desa Lidung terletak dianatara 02 ‟41.7” LU dan
diantara 10224‟54 BT sampai dengan10207‟19.20” BT.Desa Lubuk Bedorong
berada di ketinggian 150 – 650 meter dari permukaan laut dengan curah hujan
tahunan lebih 3.000 mm pertahun. Topologi wilayah ini umumnya dataran rendah
dengan jenis tanah dominan padzolik merah kuning dan litasol
Desa Lidung memiliki orbit (jarak dari pusat pemerintahan ) sejauh 5
kilometer dari pusat kabupaten dan 170 kilometer dari ibu kota provinsi. Akses
untuk menuju desa dapat ditempuh melalui jalan darat yang dapat dilalui kendaran
roda dua maupun roda empat. Pada saat sekarang kondisi jalan yang beraspal
yang menghubungkan antara Desa Lidung dengan pusat Ibu Kota semuanya bagus
sehingga waktu tempuh untuk keluar dan masuk desa relative sangat cepat.
32
Dengan demikian Desa Lidung merupakan Desa yang masih dalam radius
Kota, Desa Lidung merupakan daerah dataran rendah yang dikelilingi oleh sungai
dan danau sehingga daerah ini juga merupakan daerah rawan banjir.
Desa Lidung mempunyai tanah yang subur untuk bertani, Desa Lidung
mempunyai banyak tempat berladang yang dinamakan tanah batin, tannah Desa a
dan ada juga tanah pribadi, oleh sebab itu kebanyakan masyarakat Desa Lidung
merupakan petani ladang berpindah-pindah tempat, karna berladang pindah-
pindah ini sudah menjadi tradisi masyarakat Desa Lidung setiap tahunnya, setelah
habis lebaran masarakat Desa Lidung khusus nya ibu-ibu musawaron bersama
dengan kepala desa dan ibu-ibu PKK untuk mengetahui berladang tahun ini
dimana, karna berladang di Desa Lidung kebiasaannya berkelompok-kelompok.
Masyrakat Desa Lidung juga menam padi secara bersama-sama dengan
bergilir-giliran biasa disebut masyarkat Desa Lidung baselang nugal,
kebersamaan ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala turun
menurun menjadi kebiasaan masyarakat sampailah saat ini.
Sedangkan petani karet kebiasaan sebelum menanam karet kebanyakan
diawali dengan berkebun seperti menanam sayur-sayuran dan berladang padi di
tanah pribadi, setelah padi mulai hampir besar petani mulai menanam karet, habis
manen padi, maka bibit karet yang ditanam mulai besar sampai lah menjadi kebun
karet kurang lebih 5 tahun baru bisa menghasilkan karet, Berladang dan karet
merupakan mata pencarian masyarakat Desa Lidung
1. Demografi
Jumlah penduduk desa Lidung berdasarkan data monografi desa tahun 2017
, penduduk desa Lubuk Bedorong terdiri atas jiwa dan kepala keluarga (KK).
Secara lengkap memiliki penduduk sebnyak 1.740 Jiwa, yang terdiri dari 389
kepala keluarga
C. Kelembagaan Desa
Di desa Lidung terdapat beberapa kelembagaan desa, baik lembaga resmi
maupun lembaga yang tidak resmi (kelompok-kelompok yang dibentuk
masyarakat).
33
1. Lembaga Resmi
Adapun lembaga resmi terdiri dari pemerintahan desa (Pemdes), badan
permusyawaratan desa (BPD), Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), dan
pembina kesejahteraan keluarga (PKK).Pemerintahan desa Lidung merupakan
lembaga yang terdiri dari Pemdes dan BPD menjadi penyelenggara pemerintah
desa. Kedua lembaga ini mempunyai tugas sebagai apresiasi masyarakat dan
membuat aturan serta keputusan yang mengakomodir kepentingan masyarakat.
Pemerintahan Desa Lidung dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih secara
demokratis oleh masyarakat.
Dalam menjalankan roda pemerintahan seorang kepala desa dibantu oleh
seorang sekretaris desa (Sekdes) dan perangkat desa lainnya yang terdiri dari
kepala urusan (Kaur) Pemerintah, Kaur Pembangunan, dan Kaur Umum. Selain
itu penyelenggaraan pemerintah di desa Lubuk Bedorong juga dibantu oleh tiga
orang kepala dusun (Kades) dan delapan orang ketua rukun tetangga (RT).
BPD mempunyai peran penting dalam membantu pemerintahan desa untuk
merencanakan arah pembangunan desa. Di desa Lidung, BPD cukup aktif
membantu pemerintahan desa dalam merencanakan pembangunan yang tergambar
dari peran yang dilakukan dalam pengajuan usulan pembangunan desa, baik
usulan kepada pemerintah yang tertuang dalam rencana pembangunan Desa
ataupun kepada beberapa sumber pembangunan lainnya. Selain membuat rencana
pembangunan, BPD dan Pemdes juga membuat peraturan Desa, seperti peraturan
Desa Lidung, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun Nomor 01 tahun
2006 tentang pengolahan hutan, lubuk larangan yang ada di Desa Lidung
2. Lembaga Non Resmi
Di Desa Lidung terdapat beberapa lembaga tidak resmi atau kelompok-
kelompok yang dibentuk oleh masyarakat. Saat ini lembaga tidak resmi yang ada
di Desa Lidung terdiri dari lembaga adat, kelompok tani, karang taruna dan
kelompok pengajian. Beberapa lembaga lain yang masih berperan aktif seperti
lembaga adat, kelompok tani dan pengajian.
Lembaga adat masih cukup berperan didalam kehidupan masyarakat sehari-
hari. Peran lembaga adat dalam pengelolaan sumber daya alam, tercermin dari
34
keberadaan hutan adat, hutan desa dan lubuk larangan Desa Lidung. Di Desa
Lidung, terdapat juga kelompok tani yang dibentuk setiap tahun berladang dengan
satu tempat melalui musyawarah kepala Desa dengan ibu-ibu yang ada Desa.
Sedangkan di Desa-Desa sekitar Desa Lidung banyak yang bertani dengan cara
bersawah berbeda dengan masyarakat Desa Lidung yang menghasilkan asil bumi
dengan cara berladang.
Selain aktifitas pertanian di Desa Lidung juga ada pengajian yang bersifat
formal dan non formal pendidikan pormal maupun non pormal contohnya
pendidikan madrasah mengaji disore hari dan pengajian umum setiap malam
selasa, rabu dan malam jum‟at.
Pendidikan pormal maupau non pormal yang pormal Pengajian sore seperti
dimadrasah, merupakan pengajian anak-anak tingkat madrasah ibtidayah, yang
menerapkan ilmu-ilmu agama untuk bekal di kemudian hari nanti seperti ilmu
piqih,ilmu tauhid, ilmu ahklak, ilmu tajwid, ilmu shorop, ilmu nahu. Pengajian
tingkat anak-anak dan juga tingkat dini di Desa Lidung sudah mulai diterapkan
dalam mengenal hurup, bacaan dan tulisan, oleh kerena itu pengajian diterapkan
dari umur dini untuk mengetahui baca tulis hurup alqur‟an supaya supaya
memudahkan anak-anak dalam membaca tuli alqur‟an, dan juga menimtimbulkan
bibit penerus atau generasi masa depan untuk penegak agama di Desa Lidung.
Setelah tamat dari madrasah di Desa Lidung anak-anak bnyak yang menyambung
kebermacam-macam pondok psantren untuk menambah dan mengembang ilmu
yang sudah dipelajari di madrasah tersebut, kemudian ketika sudah tamat dari
pondok pesantren maka di diminta mengajar atau mengabdi menjadi guru
madrasah di sore hari dan pengajian-pengajian alqur‟an pada waktu habis magrib
menjelang isya.
Sebagai mana dikatakan Manan kepala madrasah ibtidayah Desa Lidung
Mnan bahwa:
[P]engajian anak-anak dilaksanakan siang sampai sore hari karna pagi
harinya anak-anak di Desa Lidung sekolah dasar, pengajian ini
dilaksanakan mulai dari jam 14:00 sampai 16:00, ana-anak di Desa
Lidung kita tanamkan ilmu ilmu agama mulai dari umur dini hingga
dewasa, setelah tamat dari madrasah ibtidayah anak-anak di Desa Lidung
bnyak yang menyambung kesekolah-sekolah umum dan sekolah pondok
35
psantren, bagi yang tamat psantren kita pinta untuk mengabdi di
madrasah tersebut.43
Dalam menuntut ilmu dan belajar mengaji masyarakat di Desa Lidung
tidak hanya untu anak-anak dan remaja saja namun ada juga pengajian yang
terbuka untuk umum yang disi oleh semua kalngan. pengajian umum biasa
dilaksanakan pada malam selasa, malam rabu dan malam jum‟at, pengajian
tersebut dilaksanakan pada malam hari, karna pada siang hari masyarakat Desa
Lidung banyak yang sibuk dengan pekerjaan rumah tangga dan mencari
napkah seperti keladang, kebun dan pekkerjaan lainnya, dalam pengajian
tersebut mayoritas ibu-ibu dan bapa-bapak oleh karena itu pengajian tersebut
dilaksanakan pada malam hari,
pengajian umum biasa dilaksana padawaktu habis sholat magrib hingga
sholat isha kemudian di sambung setelah habis sholat isya. Adapun mata
pelajaran rutin yang diajarkan pada malam selasa kitab piqih, adapun yang di
peljari dalam kitab piqih tersebut mulai dari bab bersuci, bab sholatbab haji,
bab zakat, bab puasa, dan bab masalah yang berkaitan dengan ilmu piqih.
Pengajian rutin malam rabu pelajaran masalah siksaan kubur, persiapan untuk
menghadap mati kemudian mengulang-ngulang doa-doa seperti doa sesudah
sholat, kemudian pengajian pada malam jum‟at adalah pelajaran kitab tauhid
dasar dalam mengenal allah , sipat-sipat yg wajib yang mustahil, harus bagi
allah dan rosul, dan dalil-dalil seperti adanya allah. Sebagai mana dikatakan
oleh alim ulama di Desa Lidung Zayadi bahwa :
[P]engajian dilaksanakan pada mlam selasa, malam rabu dan malam
jum‟at, karna siang hari banyak yang sibuk keladang kebun dan kerja
maka pengajian tersebut dilaksana pada malam hari, mata pelajaran
dalam pengajian tersebut, malam selasa kitab pikih, masalah bersuci,
masalah sholat, malam rabu pengajian siksaan kubur dan doa-doa harian
seperti doa sesudah sholat, malam jum‟atnya belajar kitab tauhid
mengenai sipat-sipat yang wajib, mustahil, harus bagi allah dan rosul.44
43 Manan kepala Madrasah‟, Wawan cara dengan penulis 18-07-2018, Desa Lidung. Kab.
Sarolangun 44 Zaiyadi kepala syara‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018, Desa
Lidung. kab. Sarolangun 17-02-2018
36
Dalam memudahkan membaca altulis alqu‟an Masyrakat Desa Lidung
juga menerapkan belajar buta aksara al qu‟an setiap sesudah sholat magrib,
biasa di sebut pengajian magrib menjelang isya (PAMI). Pbelajar mengaji al
qur‟an di waktu magrib menjelang isya bukan hanya anak-anak dan usia dini
saja namu ada juga para remaja, pengajian tersebut biasa delaksanakan
dirumah-rumah guru-guru, warga, masjid dan mushola
Sebagai mana diktakan oleh guru madrasah ibtidyah Desa Ldung fauzan
bahwa [S]elain pengajian sore, pengajian umum, anak-anak dan remaja juga
belajar mengaji al qur‟an sesudah sholat magrib hingga isya‟‟.45
Visi
Visi adalah suatu gambaran yang menantang suatu keadaan masa depan
yang dinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan Desa. penyusunan visi
Desa Lidung ini di lakukan dengan pendekatan parisipatif, melibatkan pihak-
pihak yang berkepentingan di Desa Lidung seperti pemerintah Desa, BPD, tokoh
masyarakat, tokoh Agama, tokoh Adat, lembaga Desa dan masarakat Desa pada
umumnya.
Pertimbangan kondisi eksternal di Desa seperti satuan kerja wilayah
pembangunan di Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun mempunyai titik
berat sector infrastruktur maka berdasarkan pertimbangan diatas visi Desa Lidung
adalah:
Terwujudnya Desa Lidung yang bersih, amaa, aktif, indah dan nyaman
Misi
Selain penyusunan visi juga sudah ditetapkan misi-misi memuat sesuatu
pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa agar tercapainya visi tersebut. Visi
berada diatas misi. Pernyataan visi kemudian dijabarkanke dalam misi agar dapat
dioperasional/ dikerjakan sebagai penyusunan visi, misi pun dalam dalam
penyusunannya menggunakan pendekatan parsitipatif dan pertimbangan potensi
dan kebutuhan Desa Lidung sebagai proses yang dilakukan maka misi Desa
Lidung adalah:
45Fauzan guru Madrasah‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018, Desa
Lidung. kab. Sarolangun 17-02-2018
37
Mewujudkan pemerintah Desa Lidung yang efektif dan efesien dalam
rangka mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.
D. Struktur organisasi
Setiap lembaga atau organisasi sudah tentu mempunyai struktur yang jelas,
baik organisasi maupun pemerintahan dan swasta. Begitu juga dengan
pemerintahan Desa Lidung tahun 2017 dapat dilihat dalam tabel
Bagan struktur organisasi pemerintahan Desa Lidung
Struktur pemerintah Desa Lidung Kabupaten Sarolangun Kecamatan Sarolangun46
Berdasarkan gambaran struktur organisasi diatas, dapat dimengerti bahwa
Desa Lidung dikapali oleh Herman47
. Dalam melaksanakan tugas tugas keseharian
kepala Desa Lidung dibantu sekretaris Desa, yaitu subhan secara langsung
membawahi lima orang kaur pemerintahan, ekonomi, pembangunan, keuangan
dan umum. Dalam menjalankan tugasnya para kaur ini bertanggung jawab kepada
kepla Desa melalui sekretaris.
46 Sumber Dokumentasi Desa Lidung 14-04-2013-2019 47Ibid., 14-04-2013-2019
HERMAN
SUBHAN.S.PDI
ABUNARI RAHMAT HIDAYAT NISA OKTAPIANA
FAZULI
KADES
SEKDES
KAUR UMUM KAUR PEMBANGUNAN KAUR KEUANGAN
KADUS 3
ASMAWI ZURNI
KADUS 1 KADUS 2
38
E. Sarana dan prasana
1. Serana pemerintahan Desa dan serana ibadah agama
Yang dimaksud di sini adalah srana yang digunakan oleh kepala desa
dalam mengembangkan kesenian islam di Desa Lidung. Untuk sarana yang
digunakan oleh kepla Desa dalam mengembangkan kesenian islam di Desa
Lidung adalah sarana umum yang ada dalam lingkungan masyarakat. Sarana
tersebut seperti Didalam tabel tabel berikut ini
Tabel 1: sarana Desa48
No Jenis Sarana Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Bangunan masjid
Bangunan mushola
Gedung taman kanak kanak
Gedung madrasah Ibtidayah
Gedung sekolah Dasar
Gedung MTS
Kantor desa
Gedung serbaguna
2 buah
4 buah
1 buah
1 buah
1buah
1 buah
1 buah
1buah
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
1. Prasarana
Prasarana adalah saran yang mendukung atau melengkapi serana pokok
yang sudah ada. Prasarana yang digunakan oleh Kepala Desa Lidung dalam
melestarikan kesenian islam sudah mencukupi dan dapat dikatakan sudah lengkap.
Seabab serana yang ada dalam tabel diatas dapat dianalisa bahwa didalam setiap
serana yang ada mempunyai prasarana yang cukup memadai.
48Dokumentasi penulis pada tanggal 21april 2018
39
Walaupun tidak adanya gedung khusus untuk lembaga adat dalam
melestarikan kesenian Islam Baghami di Desa Lidung, akan tetapi bisa
menggunakan gedung serbaguna masjid dan musholah namun dengan adanya
kegiatan yang fositif terutama melestarikan kesenian islam masjid mushola tidak
menjadi masalah, atau menggunakan pasilitas Desa yang mana pada saat
sekarang di setiap Desa khusus di Kabupaten Sarolangun sekarang sudah ada
gedung serbaguna bisa digunanakan untuk kegiatan apa saja yang fositif terutama
kegiatan Desa.
F. Kegiatan Baghami
Baghami adalah suatu bagian dari adat budaya yang ada di Desa Lidung.
Menurut informan penelitian ini, Baghami mulai diperkenalkan oleh Singo
Dipati pada tahun 1597. Singo Dipati adalah putra bungsu dari Cokro Aminoto
Singodilago Joyodiningrat yang membawa ajaran Islam di Desa Lidung. Singo
Dipati adalah anak bungsu dalam keluarganya, Pada umur 14 tahun dia dikirim
oleh orang tuanya ke Turki, kemudian melanjutkan perjalanan ke Mekah dan
Palestina untuk memperdalam ilmu agama Islam.
Setelah dari Mekah dan Palestina, Singo Dipati kemudian pulang
kembali ke Desa Lidung dengan mengajarkan ilmu-ilmu tentang Islam dan
mengembangkan kesenian yang berunsur Islam. Kesenian ini kemudian disebut
dengan Baghami, atau dalam bahasa Indonesia berarti beramai-ramai. Pada
saat itu di Desa Lidung juga banyak budaya lain yang mungkin merupakan
peninggalan agama lama. Singo Dipati mengembangkan kesenian ini sebagai
bagian dari dakwah Islamnya. Budaya Islam lain yang diajarkan oleh Singo
Dipati selain kesenian Baghami juga penggunaan pakaian Islam tradisional
dalam aktivitas sehari-hari, seperti memakai kopiah, kain sarung dan baju teluk
belango sebagai penutup aurat bagi laki-laki. Bagi perempuan Singo Dipati
mengharuskan menutup aurat. Oleh karena itu, Singo Dipati dianggap sebagai
peletak dasar kebudayaan Islam di desa Lidung, seperti yang diungkapkan oleh
informan Tiblawiberikut:
[A]dat istiadat melayu ini dibawa oleh singo Dipati dari negeri Turki,
setelah lamanya Singo Dipati menuntut ilmu di negeri Turki dan Arab,
kemudian selesai menuntut ilmu agama di Negri Turki dan Abarab Singo
40
Dipati putra bungsu dari Cokro aminoto ini pulanglah ke Indonesia
terutama ke Desa Lidung dengan membawa ajaran Islam, maka timbulah
seni budaya dalam adat pernikahan di Desa Lidung salah satunya arak-
arak pengantin dan Baghami.49
Sejarah Baghami juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah masuknya Islam ke
kawasan Melayu secara umum hingga ke tanah Melayu Jambi. Sebagaimana
diceritakan oleh seorang datuk dari tanah seberang mengatakan bahwa Masuknya
islam kejambi, Banyak versi yang dikemukakan tentang masuknya Islam ke Jambi
baik yang kita peroleh dari cerita tradisional maupun catatan resmi sejarah dan
sumber lokal, dari sumber lokal kita ketahui bahwa orang yang pertama membawa
Islam ke Jambi adalah seorang berkebangsaan Turki bernama Ahmad Salim,
beliau adalah seorang saudagar yang diutus oleh ayah nya dari Turki untuk
melakukan perdagangan ke Asia terutama di daerah Jambi.
Adapun kegiatan baghami di Desa Lidung diadakan setiap adanya acara
pesta pernikahan, Aqikqh, Hitanan, kesenian Baghami seperti kesenian islam
lainnya dipimpin oleh seorang ketua yang berpungsi meng kordinasikan
seluruh anggoda kelompok kesenian Baghami. Tugas ketua selain
mempersiapkan anggota juga memimpin paduan suara pada saat pelaksanaan
Baghami.
Pelaksaanaa Baghami tergantung kepada pesta keagamaan apa yang
hendak dilkukan. Pada acra pernikahan pelaksanaa Bahgami biasa dilakukan
pada malam hari sekitar jam 21:00- sampai selesai, karna kebiasan adat dan
budaya masyrakat Desa Lidung bahwa ijab qabul dilaksanakan pada dimalam
hari dirumah mempelai wanita, oleh karena itu setelah selesai melaksanakan
arak-arak mempelai laki-laki menuju rumah mempelai perempuan dan ijab
qabul, maka kesenian Islam Baghami segera dimulai, dalam pelaksnanaan
kesenian Bahgami maka dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok dirumah
memplai laki-laki yang satu kelompok dirumah menlapai perumpuan.
49Tiblawi tokoh agam Desa Lidung‟, wawancara dengan penulis pada tanggal 07-08-
2018,Desa Lidung. kabupaten. Sarolangun 17-02-2018
29
41
BAB III
PELAKSANAAN KESENIAN BAGHAMI DI DESA LIDUNG
A. Sejarah kesenian Baghami
Baghami adalah suatu bagian dari adat budaya yang ada di Desa Lidung.
Menurut tiga orang informan penelitian ini, Baghami mulai diperkenalkan oleh
Singo Dipati pada tahun 1597. Singo Dipati adalah putra bungsu dari Cokro
Aminoto Singodilago Joyodiningrat yang membawa ajaran Islam di Desa
Lidung. Singo Dipati adalah anak bungsu dalam keluarganya. Pada umur 14
tahun dia dikirim oleh orang tuanya ke Turki, kemudian melanjutkan
perjalanan ke Mekah dan Palestina untuk memperdalam ilmu agama Islam.
Setelah dari Mekah dan Palestina, Singo Dipati kemudian pulang
kembali ke Desa Lidung dengan mengajarkan ilmu-ilmu tentang Islam dan
mengembangkan kesenian yang berunsur Islam. Kesenian ini kemudian disebut
dengan Baghami, atau dalam bahasa Indonesia berarti beramai-ramai. Pada
saat itu di Desa Lidung juga banyak budaya lain yang mungkin merupakan
peninggalan agama lama. Singo Dipati mengembangkan kesenian ini sebagai
bagian dari dakwah Islamnya. Budaya Islam lain yang diajarkan oleh Singo
Dipati selain kesenian Baghami juga penggunaan pakaian Islam tradisional
dalam aktivitas sehari-hari, seperti memakai kopiah, kain sarung dan baju teluk
belango sebagai penutup aurat bagi laki-laki. Bagi perempuan Singo Dipati
mengharuskan menutup aurat. Oleh karena itu, Singo Dipati dianggap sebagai
peletak dasar kebudayaan Islam di desa Lidung, seperti yang diungkapkan oleh
informan Tiblawi berikut:
[A]dat istiadat Melayu ini dibawa oleh Singo Dipati dari negeri Turki,
setelah lamanya Singo Dipati menuntut ilmu di negeri Turki dan Arab,
kemudian selesai menuntut ilmu agama di Negeri Turki dan Arab, Singo
Dipati putra bungsu dari Cokro aminoto ini pulanglah ke Indonesia
terutama ke Desa Lidung dengan membawa ajaran Islam, maka timbulah
seni budaya dalam adat pernikahan di Desa Lidung salah satunya arak-
arak pengantin dan Baghami.50
50Tiblawi tokoh agam Desa Lidung‟, wawan cara dengan penulis pada tanggal 07-08-
2018,Desa Lidung. kab. Sarolangun 17-02-2018
42
Sejarah Baghami juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah masuknya Islam ke
kawasan Melayu secara umum hingga ke tanah Melayu Jambi. Sebagaimana
diceritakan oleh seorang datuk dari tanah seberang mengatakan bahwa Masuknya
islam ke Jambi. Banyak versi yang dikemukakan tentang masuknya Islam ke
Jambi baik yang diperoleh dari cerita tradisional maupun catatan resmi sejarah
dan sumber lokal, dari sumber lokal kita ketahui bahwa orang yang pertama
membawa Islam ke Jambi adalah seorang berkebangsaan Turki bernama Ahmad
Salim, beliau adalah seorang saudagar yang diutus oleh ayahnya dari Turki untuk
melakukan perdagangan ke Asia terutama di daerah Jambi. Sebagaimana
dikatakan oleh Abdurahman guru Ponpes Saadatuddaren bahwa:
[S]etelaha sampai di Jambi Ahmad Salim kemudian menikah dengan salah
seorang putri dari Raja Aditiawarman yang beragama Budha dan dikenal
dengan gelar Putri Selaras Pinang Masak kemudian menganut agama Islam.
Ahmad Salim mulai mengembangkan Agama Islam dan mengikis pengaruh
agama Budha. Ahmad Salim diberi gelar Datuk Paduko Berhalo dan beliau
dianggap sebagai orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Jambi
pada abad ke XV.51
Menurut Beny Agus Putra dalam penyebaran Islam di dunia Melayu Jambi.
Faktor Islam masuk ke Jambi ada tiga, pertama dengan melihat hubungan luar
negeri antara Jambi dengan negeri luar dengan aspek perdagangan. Kedaaan
perdagangan di Jambi pada saat itu, para pedagang silih berganti wilayah pantai
Sumatera akhirnya singgah di Jambi. yang kedua Pengaruh Sufistik merupakan
salah satu faktor-fator Islamisasi di Nusantara secara umum. Penguasa lokal
merupakan bentuk dari proses Islamisasi di nusantara secara umum. Islamisasi
melalui tiga pola: yang pertama Pola Asimilasi. Proses asimilasi yang cukup lama
melalui kegiatan kaum sufi memperhatikan kegiatan ibadah masyarakat Jambi.
Kaum sufi mulai masuk kedalam lapisan masyarakat Jambi yang memegang
ajaran Mahayana. Pola keduan, akomodasi. Pola akomodasi Islam di Jambi terjadi
pada abad XIII dalam bentuk perkawinan dan perdagangan.52
51Wawancara dengan Abduraman, guru Ponpes Saadatuddarein Seberang Kota Jambi‟,
pada tanggal 20-07-2018 di seberang kota Jambi. 52Benny Agusti Putra Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Jln. Prof.KH.
Zainal Abidin No. 1 KM. 3,5 Palembang [email protected]
43
Dalam sudut pandang agama, sikap mengambil pelajaran terhadap peristiwa
sejarah menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan. Sudut Pandangan
Islam menyatakan sesungguhnya Allah SWT memberikan sinyal hukum
kesejarahan yang berlaku di alam atau dalam masyarakat. Penyebaran agama
Islam di Alam Melayu melalui dua tahap, yaitu tahap kedatangan dan
perkembangan. Berbagai pendapat tentang tarikh atau sejarah kedatangan Islam
ke Alam Melayu menyatakan, Islam datang pada abad IX Masehi, dan ada yang
mengatakan pada abad VIII Masehi, bahkan ada pula yang mengatakan lebih awal
lagi, yaitu sejak zaman Nabi Muhammad SAW abad VII Masehi Islam sudah tiba
di Alam Melayu. Satu perkara yang tidak dapat bisa dinafikan bahwa kapal-kapal
perniagaan Arab telah sampai di Alam Melayu beberapa tahun sebelum kelahiran
Islam. Gugusan kepulauan Melayu telah terkenal dengan kawasan yang kaya
dengan hasil bumi yang sangat diperlukan oleh negara-negara asing.53
Islam
dipercaya telah berkembang di kepulauan Nusantara pada abad VIII-XI Masehi.
Dalam penyebarannya Islam itu, dinyatakan Mahyuddin, para pedagang Arab,
Persia, Turki, dan Melayu memainkan peranan penting.
Dalam berita para pedagang Muslim Tiongkok disebut sebagai orang orang
Tashih. Tempat tinggal mereka adalah Posse dan diidentikkan dengan Pasai di
Aceh sekarang. Berita Dinasti mengatakan bahwa orang-orang Tashih itu pernah
berni menyerang kerajaan Kalingga di Jawa Tengah pada masa pemerintahan
Ratu Sima akhir abad ke-7, namun niat itu dibatalkan karena kuatnya
pertahanan Kalingga. Mereka juga dikatakan membantu orang Islam di Peulak,
Aceh mendirikan kerajaan Islam pada abad ke-10 M.54
Dengang masuknya Islam di Provinsi Jambi maka timbulah adat istiadat
dan kesenian Islam disetiap daerah masing-masing, seperti yang sudah ada dari
dahulu kala ditanah melayu jambi masyrakat ptovinsi Jambi mempunyai kesenian
islam tradisional biasa disebut kesenian Islam nusantra seperti, Hadrah,
53Muhayudin Haji Yahaya, Islam di Alam Malayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
danPustaka, 1998), hlm. 3 54Syed M. Naquib al-Attas, Preliminary Statement on A General Theory of the Islamization
of the Malay- Indonesia Archipelago, (Kualu Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1979), hal. 11;
Uka Tjandrasasmita. Arkeologi Islam Nusantara. (Jakarta: KBG, Ecole francaise d‟Extreme Orient
& Fakultas Adab Humaniora UIN Syarif Hidayatullah: 2009) hlm. 11-13
44
kompangan, Rabana, Baghami dan kesinian-kesenian Islam lainnya. Begitu pula
di daerah Desa Lidung mempunyai kesenian Islam yang di sebut dengan
Baghami
Sebagai perumpamaan, Baghami juga hampir sama dengan Seni Hadrah,
yang merupakan kegiatan sosial budaya masyarakat Melayu Jambi secara umum.
Baik Baghami maupun hadrah merupakan kegiatan kesenian adiluhur yang
diwariskan oleh nenek moyang muslim Melayu. Kesenian ini juga membawa
dampak kepada mental spiritual pelaksana dan pendengarnya. Menurut Wahyu,
kesenian Hadrah adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan
masuk ke hati, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat
kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasulnya.55
Perbedaan antara Baghami dan Hadrah adalah pada peralatan yang
digunakan dalam pelaksanaannya. Seni budaya Baghami hanya menggunakan
pengeras suara dan dilakukan semata-mata dengan suara tanpa perlengkapan
kesenian apapun. Sedangkan Hadrah menggunakan alat musik seperti gendang,
rebana dan drum. Hadrah boleh dilakukan oleh kaum perempuan, sedangkan
Baghami hanya dilakukan kamu laki-laki.
Baghami juga dilakukan secara berkelompok. Suara yang dikeluarkan
secara tinggi oleh anggota kelompok terkadang tidak terdengar oleh orang di
sekitarnya. Namun kalimat yang diucapkan sedikit banyak dihafal oleh warga
desa Lidung. Kalimat Baghami dalam arak-arakan pengantin seperti satu kalimat
pertama Baghami berikut:
“Nabi Muhammad anak Abdullah
lahir di Mekah ibunya aminah.
Nabi Muhammad anak Abdullah
lahir di Mekah ibunya aminah.
Nabi Muhammad pembawa agamo
Agamo lah Islam. la.... la... la.... laaaaa... lalala.... laaaaa.. lalalaaaa..”
55 Wahyu Dkk , Penerapan Nilai Keagamaan Melalui Seni Hadrah Maullatan Al-Habsyi Di
Kelurahan Pelambuan Kecamatan Banjarmasin Barat. diakses 29 Maret 2018
45
Ucapan ini digunakan saat mengiringi mempelai laki-laki menuju rumah
mempelai perempuan. Dalam adat istiadat Lidung, busana mempelai laki-laki
menggunakan pakaian seperti pakaian orang Arab, memakai jubah, igal, dan
sorban penutup kepala (lihat lampiran). Tradisi ini dibawa pada kisaran tahun
1597 oleh Singo Dipati.
Dapat disimpulkan bahwa di Desa Lidung dalam mengirim mempelai
laki-laki menuju kerumah mempelai perempuan juga tidak mengunakan musik
kompangan atau rebana seperti lazimnya masyarakat Melayu Jambi ketika
menyambut mempelai laki-laki, maupun mengiringi mempelai laki-laki.
Tetapi tradisi di Desa Lidung penyambutan mempelai laki-laki hanya
menggunakan pengeras suara atau toa.
Setelah pulangnya putra bungsu Raden Cokro Aminoto dari Turki
banyak seni-seni yang dibawa dan dikembangkan kemasyarakat Desa Lidung,
adat dan tradisi ini jauh berbeda dengan adat-istiadat di provinsi Jambi dan
terutama di kabupaten Sarolangun secara umum. Setelah penulis menemukan
bahwa adat istiadat di Desa Lidung ini berasal dari tiga suku, negeri Turki,
Mataram, Melayu.
Baghami ini juga merupakan tradisi yang di bawa oleh Singo Dipati dari
Turki, dalam adat istiadat pesta pernikahan, khitanan, akikah dan lainnya,
karna dalam adat Melayu di Desa Lidung, dilarang musik organ tunggal dan
alat musik lainnya. Sebagai mana dijelaskan oleh tokoh agama Desa Lidung
Tiblawi bahwa:
„‟Dengan dilarangnya hiburan musik di Desa Lidung ini maka Baghami
inilah yang dijadikan hiburan saat pesta pernikahan, khitanan dan aqiqah
dan lainnya”56
Kesenian daerah biasanya muncul dalam pesta pernikahan, khitanan,
aqiqah dan lainnya. Setiap daerah dalam masyarakat Melayu melakukan tradisi
arak-arakan mempelai laki-laki menuju rumah mempelai perempuan.
56Tiblawi tokoh agama Desa Lidung‟, Wawan cara dengan penulis pada tanggal 10-018-
2018. Desa Lidung.kab. sarolangun 17-18-2018
46
Masyarakat Desa Lidung juga mengadakan hal serupa, tetapi berbeda
tata cara melakukannya. Jika di daerah lain menggunakan rebana, di Desa
Lidung alat-alat musik dilarang untuk digunakan. Maka yang digunakan hanya
pengeras suara atau mik maupun toa. Adat larangan menggunakan alat musik
ini dinyatakan berasal dari hadits Rasulullah SAW:
قذف ف قال رجل من المسلمين: يا رسول الله و مت ذلك ف هذه الأمة خسف و مسخ و قال: إذا ظهرت القيان و المعازف و شربت المور
Artinya: “Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang
ditenggelamkan (kedalam bumi), dilempar batu dan dirubah rupanya”, lalu
seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin bertanya, “ya Rosulullah
kapankah hal itu terjadi.” Beliau menjawab, “ketika para penyanyi dan alat-
alat musik telah bermunculan dan telah diminum minuman keras.57
Hadits diatas menunjukkan bahwa tanda adanya fitnah umat Islam adalah
dengan munculnya biduanita, minuman keras dan musik di kalangan umat
Islam. Di sini jelas bahwa alat musik disandingkan dengan minuman keras
yang jelas-jelas haramnya di kalangan umat Islam.
Larangan musik tersebut kemudian menimbulkan adat budaya Baghami.
Hiburan pesta, baik pada acara pernikahan, khitanan, aqikah dan lainnya, diisi
dengan lagu-lagu Arab yang disebut qasidah padang pasir yang dinyanyikan
oleh para tamu dan panitia yang hadir secara bergantian. Nyanyian lagu
qasidah secara bergantian tersebut yang dikenal oleh masyarakat Desa Lidung
dengan sebutan Baghami. Tradisi Baghami masih dilestarikan sampai saat ini
yang menurut sejarah dibawa oleh seorang ulama keturunan Turki yang
bernama Singo Dipati.
Baghami juga disebut Qasidah oleh masyarakat Desa Lidung karena
mengandung sholawat-sholawat Qosidah, dan juga disebut oleh masyarakat
Kabupaten Batanghari Bakohak, tetapi tata cara pelaksananya berbeda dengan
Bakohak. Jikalau Bakohak menggunakan alat-alat musik tradisional sedangkan
Baghami atau Basidah ini tidak menggunakan musik, hanya menggunakan
57 Al-Imam Al-Hafiz Muhammad Bin Isa, Sunan Turmizi (Jakarta, Gema Insani : 2017),
221
47
pengeras suara mik dan toa saja, sedikit contoh syair yang peneliti dapat
tuliskan, seperti
:
„‟Ilaaaaahunaaa ilaaaahunaaa
walhaaalikuuuul hakuuul mubiiiiiiin
allahula sariiiikalah warobbukum lil‟alamin.
Lalalaaaaaaaa... lalaaaaaaa... laaaaaaaaa
Lalalaaaaaaaa... lalaaaaaaa... laaaaaaaaa
Dapat kita simpulkan bahwa kesenian Baghami ini sangat sederhana
sekali tidak mengunakan alalat-alat musik tradisional apalagi alat-alat
moderen, karna masyarakat Desa Lidung berpatokan dengan hadis di atas, yang
mengenai larangan musik, musik juga merupakan larangan adat di Desa
Lidung, sehinggga setiap acara pesta-pesata pernikahan, hitanan dan cukuran
tida mengunakan alat-alat musik.
B. Persiapan pelaksanaan kesenian Baghami
Baghami berkaitan erat dengan acara acara tradisi keislaman di desa
Lidung. Tradisi tersebut adalah upacara perubahan status sosial, seperti dari
upacara cukuran dan aqikah pada bayi, menandai adanya anggota masyarakat
yang baru. Upacara hitanan menandai perubahan anak-anak ke remaja,
pernikahan menandai perubahan status dari gadis atau perjaka menjadi
berumah tanggga. Oleh karena itu semua persiapan Baghami berkaitan dengan
berkaitan siapa saja yang akan terlibat, peralatan apa saja yang akan digunakan,
dan bagaimana prosesi pelaksanaan dalam setiap upacara diatas.
Dalam persiapan pelaksanaan kesenian Baghami dilaksanakan pertemuan
kepala keluarga dengan ketua grup baghami sebelum acara pesta pernikahan,
hitanan dan aqikah dimulai. Pertemuan tersebut merupakan perundingan antara
ketua grup Baghami dengan kepala keluaga yang berniat melaksanakan acara
untuk memastikan waktu pelaksanaan pesta tersebut, apa saja yang perlu
dipersiapkan. Perundingan dengan grup Baghami harus dilakukan sejak jauh
48
hari, sebelum acara dilaksanakan, karena mengundang grup Baghami berarti
melibatkan atau menyerahkan rangkaian acara kepada grup tersebut secara
penuh, yaitu sebagai pembawa acara, pembaca ummulqur’an, pembacaan ayat
suci al qur‟an, hingga melakukan arak-arakan mempelai dalam pesta
pernikahan. Semua rangkaian acara dipandu oleh kelompok Baghami tersebut.
Sebagai mana dikatakan oleh salah satu anggota pelaksanaan Baghami,
Zohar, bahwa:
[K]etika mengundang grub Baghami ada sedikit perundingan antara
keluarga dengan ketua grub Baghami di jauh hari nya, karna dalam grub
tersebut semua lengkap mulai dari lembaga syara‟, lembaga adat dan
masyarakat biasa oleh karena itu semua acara dalam penikahan, hitanan,
akikah di isi oeleh semua anggota-anggota Baghami.58
Adapun ala-alat yang perlu dipersiapkan pada pelaksanaan kesenian
Islam Baghami sangatlah sederhana, karena hanya mempersiapkan pengeras
suara seperti mikropon dan toa. Sebagaimana dikatakan oleh angota Baghami
Pa‟i, sebagai berikut:
„‟peralatan yang digunakan pengeras suara microfon dan toa.59
C. Pelaksanaan kesenian Baghami
Kesenian Baghami seperti kesenian Islam lainnya dipimpin oleh seorang
ketua yang berfungsi mengkoordinasikan seluruh anggota kelompok kesenian
Baghami. Tugas ketua selain mempersiapkan anggota, juga memimpin paduan
suara pada saat pelaksanaan Baghami.
Pelaksaanaa Baghami tergantung kepada pesta keagamaan apa yang
hendak dilakukan. Pada acara pernikahan, pelaksanaa Bahgami biasa dilakukan
pada malam hari sekitar jam 21 WIB hingga acara selesai. Pernikahan atau ijab
qobul memang lazim dilakukan pada malam hari dan telah menjadi adat dan
budaya masyarakat Desa Lidung, dan dilaksanakan di rumah mempelai wanita.
58 Zohar alim ulama Desa Lidung‟,wawancara dengan penulis tanggal 12-07-2018,Desa
Lidung.kab.Sarolngu.12-07-2018 59 Pa‟i anggota Baghami ‟,wawancara dengan penulis tanggal 12-07-2018,Desa
Lidung.kab.Sarolngu.12-07-2018
49
Oleh karena itu, setelah selesai melaksanakan arak-arakan, mempelai laki-laki
menuju rumah mempelai perempuan untuk pelaksanaan ijab qabul. Setelah ijab
qobul maka kesenian Islam Baghami segera dimulai. Pelaksanaan kesenian
Baghami dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok dirumah mempelai
laki-laki, yang satu kelompok lain di rumah mempelai perempuan.
Setiap mengawali atau memulai acara, supaya mendapat berkah dari
Allah SWT dan safaat dari Rosulullah, maka diawali dengan pembacaan umul
al qur‟an sebagai pembukaan. Pelaksanaan Baghami dilakukan sesudah
ummulquran dan semuanya mengambil posisi masing-masing secara
berlingkaran agar memudahkan untuk mengambil giliran.
Saat pelaksanaan Baghami panduan suara yang pertama biasanya dimulai
dari ketua kelompok, namun tidak mesti. Setelah itu pelaksanaan Baghami
diadakan secara bergiliran, satu-persatu menyumbangkan lagu berurutan sesuai
dengan lingkaran yang sudah dibuat. Setelah selesai satu-persatu, maka
kembali lagi ke panduan suara yang pertama sesuai dengan waktu yang
ditentukan oleh kepala keluarga yang mengundang. Sebagai mana dikatakan
oleh informan penelitian yang merupakan salah seorang tokoh agama Desa
Lidung, Zohar berikut ini:
„„Pelaksanaa Baghami ini dilakukan secara bergiliran satu-persatu
nyambung menyambung dalam menyumbang lagu dan mengambil
posisi masing-masing secara berlingkaran.”60
D. Dakwah Islam melalui Baghami
Menurut Yusuf Qardhawi seni adalah suatu kemajuan yang dapat
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Ia merupakan ekspresi jiwa yang
mengalir bebas, memerdekakan manusia dari rutinitas dan kehidupan mesin
produksi, yang terus memaksa berpikir, bekerja dan berproduksi.61
60Zohar alim ulama Desa Lidung‟,wawancara dengan penulis tanggal 12-07-2018,Desa
Lidung.kab.Sarolngu.12-07-2018 61Yusuf Al-Qardhawi, Seni da Hiburan Dalam Islam, Alih Bahasa, Hadi Mulyo (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm. 20.
50
Berangkat dari pendapat Yusuf Qardawi diatas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa yang disebut seni adalah usaha manusia yang bertujuan
untuk menjelmakan rasa indah yang ada dalam lubuk hati manusia dalam
bentuk yang dapat menyenangkan orang yang sedang menikmatinya. Demikian
pulah di Desa Lidung. Dakwah melalui kesenian Islam Baghami adalah proses
menaikkan harkat dan martabat manusia dan prosesi upacara kenaikan status
sosialnya. Namun, dakwah di Desa Lidung juga meliputi banyak hal dan tidak
hanya melalui kesenian saja. Dakwah dilakukan melalui pendidikan formal
maupun non formal, seperti madrasah atau mengaji agama pada sore hari.
Pendidikan lain yang mengandung dakwah seperti pengajian umum setiap
malam Selasa, Rabu dan malam Jum‟at.
Berdasarkan observasi penulis, pendidikan formal maupau non formal
seperti di madrasah merupakan pengajian untuk anak-anak usia sekolah dasar
atau tingkat madrasah ibtidayah, yang mengajarkan dasar-dasar ilmu-ilmu
agama untuk bekal mereka di kemudian hari seperti ilmu Fiqih, ilmu Tauhid,
ilmu Ahklak, ilmu Tajwid, ilmu Shorop, ilmu Nahwu.
Pengajian tingkat anak-anak atau tingkat usia dini di Desa Lidung sudah
mulai diterapkan dengan memperkenal huruf-huruf ijayah, pungsi pengajaran
huruf ijayah bacaan dan tulisan tersebut agar mereka bisa membaca alquran
dari awal, dan juga melahirkan generasi penerus yang kuat secara agama.
Setelah menamatkan dari madrasah di Desa Lidung anak-anak banyak
tersebut menyambung melanjut pendidikan di berbagai pondok psantren
didalam maupun di luar provinsi Jambi, pondok pesantren yang menjadi
sasaran di Provinsi Jambi seperti pondondok pesantren Saaadatuddaren, Asaad,
Nurul Iman di seberang kota Jambi, pondok pesantren Al-Hidayah pal 10 Kota
jambi, pondokpesantren munawaro, pondok pesantren Gontor 12 di tanjung
Tabung Timur, pondok pesantren yang jadi sasaran di luar provinsi Jambi
seperti Umul quru‟ Bogor Jawa Barat, pondok pesantren Mustopawiah Purba
Baru Sumatera Utara. Mereka melanjut kan kepesantren-pesantren tersebut
untuk menambah ilmu yang sudah dipelajari di Madrasah Ibtidayah Desa
51
Lidung Sebagai mana dikatakan Manan kepala madrasah ibtidayah Desa
Lidung:
[P]engajian anak-anak dilaksanakan siang sampai sore hari karna pagi
harinya anak-anak di Desa Lidung sekolah dasar, pengajian ini
dilaksanakan mulai dari jam 14:00 sampai 16:00, ana-anak di Desa
Lidung kita tanamkan ilmu ilmu agama mulai dari umur dini hingga
dewasa, setelah tamat dari madrasah ibtidayah anak-anak di Desa Lidung
bnyak yang menyambung kesekolah-sekolah umum dan sekolah pondok
psantren, bagi yang tamat psantren kita pinta untuk mengabdi di
madrasah tersebut.62
Pendidikan agama Islam di di desa Lidung tidak hanya di berikan kepda
anak-anak usia dini dan anak-anak sekolah Dasar, tetapi juga pengajian yang
terbuka untuk umum yang di ikuti oleh semua kalangan. Pengajian untuk
umum tersebut dillakukan pada malam selasa, malam rabu dan malam jum‟at.
Materi pengajian antara lain tentang Fiqih ibadah, Adapun materi pengajian
rutin yang diajarkan pada malam Selasa yaitu berkaitan dengan, kitab piqih
tersebut mulai dari bab bersuci, bab sholat bab haji, bab zakat, bab puasa, dan
bab masalah yang berkaitan dengan ilmu fiqih. Pengajian rutin malam rabu
berisi tentang Tuhid dan Tasauf masalah siksaan kubur, persiapan untuk
menghadap mati, kemudian mengulang beberapa doa seperti doa sesudah
sholat. pengajian pada malam jum‟at adalah pelajaran kitab tauhid dasar dalam
mengenal Allah, sifat-sifat yang wajib, yang mustahil, dan yang harus bagi
Allah dan Rosul, serta dalil-dalil seperti adanya Allah. Sebagaimana dikatakan
oleh alim ulama di Desa Lidung Zayadi berikut ini :
[P]engajian dilaksanakan pada mlam selasa, malam rabu dan malam
jum‟at, karna siang hari banyak yang sibuk keladang kebun dan kerja
maka pengajian tersebut dilaksana pada malam hari, mata pelajaran
dalam pengajian tersebut, malam selasa kitab pikih, masalah bersuci,
masalah sholat, malam rabu pengajian siksaan kubur dan doa-doa harian
62Manan kepala Madrasah‟, Wawan cara dengan penulis 18-07-2018, Desa Lidung. Kab.
Sarolangun
52
seperti doa sesudah sholat, malam jum‟atnya belajar kitab tauhid
mengenai sipat-sipat yang wajib, mustahil, harus bagi allah dan rosul.63
Dalam memudahkan membaca tulis alqu‟an Masyrakat Desa Lidung juga
menerapkan belajar buta aksara al qu‟an setiap sesudah sholat magrib, biasa di
sebut pengajian magrib menjelang isya (PAMI). belajar mengaji al qur‟an di pada
waktu magrib menjelang isya di iukuti oleh para remaja, pengajian tersebut biasa
delaksanakan dirumah-rumah guru, warga, masjid dan mushola. Sebagai mana
diktakan oleh guru madrasah ibtidyah Desa Ldung fauzan berikut „„[S]elain
pengajian sore, pengajian umum, anak-anak dan remaja juga belajar mengaji al
qur‟an sesudah sholat magrib hingga isya‟‟.64
Dakwah melalui pendidikan diiringi juga oleh dakwah melalui kesenian
islam Baghami yang dapat dilihat melalui pesan-pesan keagaman yang diucapkan
oleh anggota Baghami, seperti sejarah keluaga nabi muhammad. Informan
penelitian ini, pa‟i yang juga anggota menyatakan “[B]aghami ini menceritakan
tetang sejarah Rosulullah dan solawat kepada baginda Muhammad Rosulullah
sebagai kecintaan kita kepada Rusulullah.”65
Kesimpulkan yang dapat diambil dari sub bab ini bahwa dakwah di
Desa Lidung telah dilakukan melalui kesenian dan pendidikan, dan Baghami
adalah salah satu bentuk dakwah melalui kesenian.
63Zaiyadi kepala syara‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018, Desa
Lidung. kab. Sarolangun 17-02-2018 64Fauzan guru Madrasah‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018, Desa
Lidung. kab. Sarolangun 17-02-2018 65Pa‟i anggota Baghami,‟ wawancara dengan penulis padat tanggal, 12-07-2018, di Desa
Lidung, Kab. Sarolangun
53
BAB IV
PERAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN BAGHAMI
A. Peran pemerintah dalam Dakwah Islam
Dakwah berasal dari kata da’a, yad’u-da’watan, yang artinya mengajak,
memanggil atau menyeru kepada lisan Sesuai dan seiring dengan lajunya
perkembangan zaman. Usaha penyelenggaraan dakwah akan semakin berat dan
kompleks. Ini disebabkan karena masalah-masalah yang dihadapi dakwah
semakin berkembang dan juga kompleks. Dakwah adalah ajakan atau seruan
untuk mengajak kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mengikuti dan
mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam.66
Islam merupakan agama dakwah dalam segala dimensi kehidupan ajaran
amar ma‟ruf nahi mungkar yang terdapat dalam alquran merupakan dakwah yang
diemban oleh umat Islam agar, agar umat manusia hidup selamat, (sejahtera) di
dunia dan di akhirat
Pemerintah kabupaten sudah berperan aktif dalam perngembangan dakwah
Islam sejak berdirinya kabaputen Sarolangun 2001. pekembangan dakwah Islam
di Sarolngun itu berhubungan dengan pemerintah kementrian agama kabupaten
sarolangun dan organisasi-organisasi Islam diluar pemerintah aktifitas pemerintah
yang paling utama dalam pengembanagan dakwah islam sekurang kurangnya
meliputi tiga kegiatan: Pertama, pelaksanaan musyabaqoh tilawatil qur‟an., kedua,
pembiayaan penyuluhan agama islam diluar kementrian agama ketiga:pelestarian
kebudayaan Islam Sarolangun seperti Bhagami, hadrah, barzanjidanrabana.
Dakwah yang dilakukan pemerintah kabupaten sarolangun merupakan
suatu upaya penyampaian pesan (ajaran-ajaran Islam) kepada seluruh umat warga
sarolangun dan untuk dapat menyampaikan isi pesan Islam pemerintah
memerlukan penghubung antara da‟i dan mad‟u.
66 A andra Zudantoro Nugroho Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Dakwah
54
B. Peran pemerintah dalam pelestarian Baghami
Peran pemerintah dalam melestarikan Baghami telah dilakukan melaului
pemerintah Desa, walaupun sedikit banyak pemerintah Desa memintak bantuan
pemerintah kabupaten dan kecamatan. Pelestarian Baghami di lakukan dengan
cara dalam grub Baghami mengupulkan anggotanya tiga dalam seminggu untuk
pelatiahan bersama dan persiapan mengisi acara-acara pernikahan, khitanan, dan
aqikah. Ketua grup Dalam hal ini mengumpulkan pera remaja dan pemuda agar
dapat menarik warga Desa Lidung. Ketua mempunyai kesadaran jika tidak
dilestarikan dan tidak ada remaja tanpil mka seni Baghami tersebut akan hilang.
Seperti kelompok seni pada umumnya, kelompok Baghami tentu saja ingin
menampilkan seni tersebut dengan penampilan yang sebaik mungkin, mulai dari
busana persatuan seperti baju kelompok, kedisplinan dalam penampilan dan
kekompakan saat seni Baghami di pertunjukan.
Pada proses kesenian baghami di Desa Lidung, kelompok seni tersebut tidak
luput dalam segala hal untuk kepentingan memajukan Baghami. Namun dalam
meleslestarikan kesenian Islam di Desa Lidung tidak luput dari dukungan
masyarakat Desa Lidung dan pemerintah Desa. Dukungan warga Desa dalam
menghidupkan kesenian dan budaya ini adalah dengan membantu menciptakan
sesuatu kondisi yang baik, dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Warga Desa juga memberikan dukungan secara tidak langsung melalui
implementasi ajaran-ajaran keagamaan pembagunan situs peribadatan dan juga
berupa tindak tindakan konplit.
Peran pemerintah Dsa Lidung dalam melestarikan seni Baghami antara lain
menghimbau agar masyarakat bersama tidak hanya sebatas bentuk–bentuk situs
peribadatan, namun dilengkapi juga dengan tindakan-tindakan kongkrit berupa
aksi sosial kemasyarakatan yang sekaligus bersifat keagamaan juga mengandung
unsur-unsur pendidikan atau hiburan seperti yang terpola dalam berkesenian
seperti kesenian Islam Baghami di Desa Lidung.
Dalam hal ini pemerintah Desa Lidung menghimbau masyarakat agar bisa
bersama belajar kesenian Islam yang ada di Desa Lidung sebagai mana dikatakan
oleh Herman Kepala Desa Lidung sebagai berikut:
55
[P]emerintah sudah berusaha mengajak seluruh masyarakat yang ada di
Desa Lidung, agar bisa sama-sama melesstarikan kesenian yang
ditinggalkan oleh nenek moyong dahulu, dengan melalui lembaga adat dan
syara‟ agara kesenian Islam bisa diterapkan kepada masyarakat di Desa
Lidung tersebut.67
Pemerintah Desa bekerja sama dengan pemerintah kecamatan dan
pemerintah kabupaten sarolangun mendukung kesenian yang ada di Desa-Desa
terutama desa Lidung. sehingga Kelompok Baghami mendapat bantuan dari
pemerintah kabupaten seperti baju persatuan dan uang kas. Sebagaimana
diungkapkan oleh Zohar bahwa„„[P]emerintah sangat mendukung sekali kesenian
Baghmi di Desa Lidung, pemerintah juga menyumbang baju kelompok dan
sedikit uang kas untuk keperluan kelompok Baghami”.68
Pemerintah memberi bantuan baju persatuan yang sudah jadi dengan ukuran
yang sama berwarna hijau dengan model baju laki-laki batik sebanyak dua puluh
lembar baju.
C. Peluang dan hambatan pelestarian Baghami
Peluang yang memungkinkan pelestarian kesenian Baghami antara lain
keberpihakan pemerintah, kesadaran sejarah sossial, tokoh Agama lokal dan
nilai-nilai yang ada pada masyarakat sendiri( kearipan lokal).
1. Keberpihakan pemerintah terhadap syiar islam
Sebangai mana di uraraikan di atas keberpihakan pemerintah sudah
nampak dalam kesenian Baghami di Desa Lidung walaupun di rasakan oleh
masyarakat masih kurang. Namun, masyarakt secara umum dan para informan
secara khusus menyatakan pemerintah cukup berpihak untuk melestarikan jenis-
jenis adat dan tradisi masyarakat.
keberpihakan pemerintah terhadap syi‟ar islam dapat dilihat dalam
beberapa kebijakan dan program
67Herman Kepala Desa Lidung‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018,
Desa Lidung. kab. Sarolangun 17-02-2018 68Zohar alim ulama‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018, Desa Lidung.
Kabupaten Sarolangun 17-02-2018
56
2. Kesadaran masyarakat terahdap Baghami
Meskipun Dalam ajaran Islam seni bukanlah masuk ke dalam wilayah
agama, akan tetapi dikatagorikan masuk ke dalam wilayah kebudayaan, sebagai
mana dikatan oleh Andra Zudantoro Nugroho seni merupakan hasil karya cipta
manusia untuk menjelmakan rasa indah dalam hati untuk dinikmati orang. Dalam
Islam membolehkan penganutnya untuk berseni, selama di dalam berseni itu tidak
membawa ke arah yang menyesatkan atau dilarang oleh syari‟at agama.69
Kesadaran Masyarak Desa Lidung dalam menjaga kesenian Bhagami dan
grup Baghami masih cukup tinggi. Bagi masyrakat kesenian ini dapat menjadi
ajang tali silahturahim sesama angta masyarakat, masyarakat juga menyadari
bahwa kesenian asli tersebut adalah peninggaklan tokoh agama lokal yang
dianggap keramat yaitu Singo Dipati. Masyrakat juga menganggap Baghami di
Desa Lidung juga dapat berfungsi sebagai fasilitas belajar bersama sebagai ajang
bersosialisasi dengan masyarakat dan internalisasi nilai-nilai keutamaan hidup
(Islami) ditengah- tengah kondisi keberagamaan.
Proses pembinaan yang terjadi pada anggota Baghami meliputi: aspek
mentalitas spiritual, berapresiasi seni serta cara menghargai orang lain. Pada ranah
afektif maupun kognitif, anggota grup Baghami diarahkan menjadi pribadian
manusia sholeh dan memiliki kecakapan spiritual dan tingkat intelgensia yang
baik.
3. Sejarah Sosisol Masayrakat tokoh agama lokal Desa Lidung sejarah
(Orang Tuo Biro)
Sejarah tokoh agam lokal Desa Lidung yang mewaris Baghami tidak dapat
di pastikan tahunnya namun menurut masyarakat pada jauh sebelum zaman
penjajahan belanda tokoh agama lokal sudah ada cerita mulut kemulut telah di
susun secara tertulis oleh tiblawi. Menurutnya ada tiga orang tokoh yang datang
ke Desa Lidung sekaligus pendiri Desa Lidung yaitu: Taher dengan gelar Raden
Cokro Aminnoto Joyo Dilago bersama Pang Lima Joyo Sakti dan Bujang Kurap.
Ketiga orang tersebut berasal Dari mataram samapi lah kesuatu tempat yang
bernama sungai itik di Kabupaten Tanjung Jabung Timur setelah dari daerah itu
69Andra Zudantoro Nugroho Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Dakwah
57
mereka menyusuri sungai batang hari sampailah di sungai tembesi, setelah
saamapai di tembesi mereka kebingungan karna di sungai tembesi ada tiga
persimpangan satu kearah Kabupaten Tebo pada saat sekarang yang satunya ke
Kabupaten Sarolangun sekarang, maka ditibang lah air mana yang lebih berat
maka kesitulah arah dan tujuan perahu mengarah, sebagai mana dikatakan oleh
Aspondi kepala Adat Desa Lidung bahwah “[K]etika perjalanan menelusuri
sungai sempat kebingungan karna ada simpang tiga di sungai batang tembesi,
maka di timbang lah air tersebut ternyata lebih berat ke arah kabupaten
Sarolangun maka mereka pergilah ke Kabupaten Sarolangun.”70
Maka dari itu mereka mulai menuju Kabupaten Sarolangun dalam
perjalanan dari tembesi menuju Sarolangun hari mulai sore awan-awan mulai
kelihatan hitam sepertinya akan turun hujan, berhentilah tiga orang tadi di tepi
sungai tembesi di bawah pohon yang rimbun tepat di Desa Lidung sekrang berada,
setelah tidak lama berhenti hujan turun sanagat deras dan tidak ada tanda-tanda
hujan mau berhenti, maka bermalamlah sampai lah keesokan harinya.
Setelah beberapa hari kemudian satu dari mereka yang bergelar bujang
kurab pindah kesuatu tempat yang bernama gunung kembang pusat perkantoran
Bupati Kabupaten Sarolangun saat sekarang ini, sedangkan Cokrok Aminoto dan
Pang Lima Joyo Sakti tetap berada di daerah pertama dia datang yaitu di Desa
Lidung, singkat cerita Cokrok Aminoto menikah dengan seorang wanita dari
daerah Palembang dikaruniai tujuh orang anak, lima orang laki-laki dua orang
perempuan, tujuh anak-anaknya menyebar di beberapa daerah di Kabupaten
Sarolangun seperti, di Sebakul, Lubuk Sepuh, Ujung Tanjung, Bernai, yang ketiga
dari tujuh anaknya, di Dusun Tanjung Putus dan Dusun Tuo.
Kedatanagan Cokro Aminoto Singo Dilago merupakan yang pertama kali
pembawa ajaran Islam dan manusia yang pertama kali tinggal di daerah Desa
Lidung tersebut, sebagai mana di katakan Tiblawi tokoh Agama bahwa “[O]rang
70Aspondi Kepala Lembaga Adat‟, wawancara dengan penulis pada tanggal 17-07-2018,
Desa Lidung Kab Sarolangun 17-07-2018
58
tua kita Cokro Aminoto ini merupakan orang pertama yang mengajar dan
mensyi‟arkan islam di Desa Lidung71
Sehingga pada saatu itu beliau mendirikan kerajaan kecil yang bernama
Batin Limo, pernah dikenal Margo Batin Limo setelah beberapa lama kemudian
diganti menjadi Kecamatan sampailah saat sekarang ini,
Tahun berganti tahun bulan berganti bulan umur semakin tua kerajaan di
Desa Lidung hampir tuntas Cokro Amino Singo Dilago meninggal dunia, maka
diteruskan oleh anak bungsunya yang bernama Singo Dipati yang mana bapaknya
Cokro Aminoto belum begitu luas dalam mensyia‟r agama Islam hanya orang-
orang terdekat dan pengikutnya saja karena kesibukan dalam membentuk
kerajaan, setelah pulang anaknya dari Turky ke Desa Lidung Singo Dipatilah yang
akan menyebar luas syi‟ar Islam di Desa Lidung dan sekitarnya, orang tuanya
sudah terlihat sudah sangat tua maka Singo Dipati mulai melanjukan syi‟ar islam
yang sudah dilakui oleh orang tuanya, dengan mengandal ilmu yang ia miliki
maka Singo Dipati mulai mengajarkan ajaran islam dan memperkenalkan
kesenian-kesenian Islam seperti silat, tari, Baghami dan kesenian Islam lainya.
Sehingga sampailah saat ini kesenian Baghami masih dilestarikan oleh masyarakat
saat pesta-pesta Pernikahan, Hitanan dan Aqikah
4. Kearipan lokal
Kearifan lokal adalah nila-inilai luhur yang merupakan buah atau hasil dari
masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh
masyarakat lain. Kearifan lokal ini melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu.
Nilai-nilai kearifan lokal dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat,
petuah nenek moyang atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah
dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan
disekitarnya72
.
Budaya yang ada pada masyarakat Desa Lidung adalah perpaduan antara
budaya Arab dan budaya Melayu jambi, masyarakat Desa Lidung yang disepakati
71 Tiblawi tokoh agama‟, wawancara dengan penulis 18-02-2018 Desa Lidung Kab.
Sarolangun 72 Jainab Rayanti Damanik kearifan masarakat melayu UNIVERSITAS JAMBI
59
dan dijalankan secara bersama. Budaya masyrakat di Desa Lidung merupakan
salah satu budaya yang ada pada masyarakat kecamatan Sarolangun yang
memiliki nilai-nilai tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai tersebut
adalah sebagai berikut:
Dalam masyarakat Desa Lidung dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk
didalam bertindak di kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dalam kebiasaan
gotong royog masyarakat Desa Lidung dalam membantu warga yang
melaksanakan acara Pernikahan, Hitanan, Aqikah, atau hajatan lain nya. Jadi nilai
budaya itu merupakan pendorong bagi masyarakat dalam mencapai tujuan
tertentu.
Nilai Agama Budaya Desa Lidung sangat kental dengan nuansa
keislamannya, sehingga nilai agama menjadi nilai yang paling menonjol dari
budaya Desa Lidung. Selain itu, nilai agama ini menjadi pedoman hidup bagi
masyarakat. Hal ini sesuai dengan salah satu seloko adat melayu Jambi yang
berbunyi “adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah”.
Nilai Seni Budayadi Desa Lidung juga memiliki seni yang berlatar belakang
Islami. Seni merupakan suatu keindahan yang diciptakan oleh seseorang atau
sekelompok masyarakat. Seni yang dimaksud adalah seni seperti kesenian Islam
Baghami biasa digunakan dalam pesta Pernikahan, Hitanan dan Aqikah.
Nilai kekeluargaan yang ada pada masyarakat Desa Lidung dapat kita lihat
dari sikap masyarakatnya yang selalu ingin menjaga silaturahim kepada sesama
warga masyarakat maupun kepada orang yang datang kesana. Budaya dan tradisi
keagamaan yang ada selalu dilakukan oleh masyarakat setempat secara bersama-
sama. Bahkan hal ini juga terlihat pada saat masyarakat secara beramai-ramai
bersama kerabat dan keluarganya datang ke pemakaman untuk berziarah dan
membersihkan kuburan. seperti setiap mau menyambut puasa masyarakat di Desa
Lidung mengadakan gotong royong untuk membersih kuburan, kemudian pada
hari lebaran pertama setelah habis sholat Idil fitri masyrakat berziarah kemakam
keluarganya masing-masing, setelah masuk lebaran ke tiga seluruh masyarakat
60
masyarakat Desa Lidung yang ada di Desa Lidung maupun yang di rantau di
himbau agar dapat berkumpul di masjid bersilaturahim dengan keluarga teman
kerabat yang datang jauh dari rantau kemudian setelah itu ziarah bersama-sama ke
makam leluhur yang membawa ajaran Islam ke Desa Lidung, setelah pulang dari
ziarah tersebut diadakan makan bersama.73
Kesenian Islam Baghami merupakan salah satu kesenian yang membawa
kearipan lokal di Desa Lidung, kesenian Islam Baghami dapat membuat
masyarakat bekumpul bertatapan muka besosialisasi, tersenyum, bersedagura,
bersama-sama sehingga bisa menjalinkan tali persaudaraan dan silaturahim.
Namun bukan itu saja yang bisa dilihat dari kekompakan bapak-bapak dan ibu-ibu
dalam pengajian misalnya sehingga masyarakat di Desa Lidung keluargaannya
sangat terlihat seperti diungkapkan oleh Tiblawi alim ulama Desa Lidung yang
ada di Kota Jambi Saat ini bahwa “[D]i Desa Lidung sangat lah erat tali
persadaraannya mulai dari pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu juga kebersamaan
dalam gotong royong dan ziarah kemakam leluhur maupun ke makam keluarga.”74
D. Penghambat
1. Moderisasi (teknologi informasi, organ tunggal)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan
kemajuan di bidang media informasi dan teknologi pada saat ini telah berjalan
begitu pesat, sehingga dalam menempatkan suatu bangsa pada kedudukan sejauh
mana bangsa tersebut maju didasarkan atas seberapa jauh bangsa itu menguasai
kedua bidang tersebut. Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang hidup
dalam lingkungan global, maka mau tidak mau juga harus terlibat dalam maju
mundurnya penguasaan media informasi teknologi, khususnya untuk kepentingan
bangsa sendiri. Namun dengan kemajuan teknologi informasi tersebut bisa
membuat penhambatan bagi pemerintah Desa Lidung dalam membudi dayakan
kesenian Islam di Desa Lidung, seperti masuknya adat dan kesenian barat
dikalangan masyarakat yang ada dipedesaan, sehingga sangat susah untuk
73 opservasi 74 Tiblawi wawancara dengan penulis 11-07-2018 Desa Lidung Kab. Sarolangun
61
mengumpulkan masyarakat dan para pemuda-pemudi di Desa Lidung untuk
melestarikan adat istiadat kesenian Islam dalam pesta pernikahann Desa Lidung.
Begitu pula ketika dunia musik mulai maju di Indonesia mulai dari dangdut,
pop dan lagu lainnya, sperti di Indosiar menayangkan liga dangdut, dangdut
pancora hingga danggdut Asia, ketika program ini sering muncul maka dapat
menghambat kemajuan kesenian tradisional di Desa Lidung. Terutama kesenian
Islam Baghami di Desa Lidung, ketika Indosiar menayangkan artis Ibu Kota yang
banyak dikenal masyarakat sehingga membuat pengaruh besar bagi seluruh
kalangan muda mulai dari anak-anak hingga ibuk-ibuk, bapak-bapak semuanya
menikmati musik-musik dan lagu-lagu tersebut hingga larut malam. Begitu pula
ketika salah satu penyanyi dari Kabupaten Sarolangun Ayudya masuk ke lima
besar liga dangdut, membuat heboh masyarakat yang ada di Kabupaten Sarongun
khususnya di Desa Lidung.
Dengan tertariknya masyarak dengan lagu-lagu dangdut yang ada di
tayangkan di televi maupun media teknologi lainnya membuat para pemuda ingin
sekali menikmati organ tunggal ketimbang melestarikan kesenian Islam yang ada
di Desa Lidung seperti lagu-lagu yang dibawa oleh kelompok Baghami yang
ditinggal oleh nenek moyang dahulu, ketika bermunculan lagu-lagu baru yang
dinyanyikan oleh artis-arti lokal di Kabupaten Sarolangun maupun nasional maka
sangat sulit bagi pemerintah Desa untuk melestarikan atau menghidup kembali
kesenian Islam di Desa Lidung. Masyarakat banyak mengenalkan lagu-lagu yang
dinyanyikan artis-astis di televisi, yang menampilkan bermacam-macam gaya-
gaya dan kesenian baru ketimbang lagu-lagu islam yang ada di Desa Lidung.
2. Kemajuan dan teknologi informasi
Kemajuan media informasi dan teknologi secara umum sudah dirasakan
oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, baik dari segi positif maupun negatif dari
penggunaanya. Hal ini dikarenakan pengaksesan media informasi dan teknologi
ini tergolong sangat mudah atau terjangkau untuk berbagai kalangan, baik untuk
para kaula muda maupun tua dan kalangan kaya maupun menengah ke bawah.
Bahkan pada umumnya, saat ini anak-anak hingga orang dewasa yang menjadi
62
pengguna, namun para remaja yang paling banyak mengunakan dan
memanfaatkan kemajuan media informasi dan teknologi pada saat ini.
Kemajuan teknologi informasi saat ini banyak sekali mempengaruhi
masyarak dizaman kehidupan moderen saat ini, Bahkan banyak remaja saat ini
cenderung menyukai sampai meniru kebudayaan dari luar. Menurut Ika Monika
dengan Adanya kemajuan teknologi informasi seperti internet,tv,radio,majalah
yang banyak menampilkan kebudayaan asing membuat para remaja tidak dapat
membendung rasa keingintahuan mereka untuk mencoba dan meniru,sehingga
kebudayaan lokal mereka anggap sebagai hal yg kuno dan ketinggalan zaman dan
kebudayaan asing mereka anggap sebagai yang modern dan maju75
.
Kemajuan teknologi informasi juga dapat membawa dampak buruk terhadap
kesenian Islam di Desa Lidung dan diseluruh daerah, ketika majunya teknologi di
Repulik Indonesia maka Dengan mudahnya dalam mengakses berbagai media
informasi dan teknologi, banyak sekali masyarakat kehilanagan adat istiadat
terutama kesenian Islam di berbagai daerah, dikarenakan kemajuan teknologi dan
informasi, dahulu masyarakat hanya bisa mengetahui informasi melalui media
panggung dan pentas seperti Musabaqoh Tilawati Qur‟an, Drama Islam, yang ada
di daerah-daerah tersebut, namun setelah muncul televisi di tengah-tengah
masyarakat sekarang sehinga bisa menikmatinya kapan saja maka banyak sekali
kebiasaan baru yang terjadi pada masyrakat-masyarat sekrang, yang mana
kemajuan teknologi informasi bisa merubah pola pikir dan gaya hidup
masyarakat terutama pada perkembangan pemuda dan remaja sehingga budaya-
budaya dan kesenian Islam yang ditinggalkan oleh nenek moyang dahulu sudah
hamir ditinggalkan oleh masyrakat, seperti kebiasaan berbusana dalam mekai
pakayan sehari-hari dahulu masyarakat Desa Lidung di wajibkan memakai
kopiah, baju panjang, kain sarung dan menutup aurat bagi perempuan, apa bila
keluar rumah, namun desaat zaman yang moderen masyarakat sudah melupakan
kebiasaan tersebut . oleh karena itu televisi merupakan salah satu pengaruh yang
amat besar bagi masyarakat awam yang menengah dan yang bawah.
75Ika Monika Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar
63
Kemajuan teknologi dan informasi juga memudahkan masyarakat terutama
para pemuda pemudi di Desa Lidung untuk mengakseskan musik-musik yang ada
di tanah air, seperti lagu dangdut, lagu pop. dengan melalui media sosial seperti
yuotube, teknologi sangat memudahkan masyrakat untuk melihat dunia luar, di
segi positif mau pun negatif , diesegi positifnya bisa menambah wawasan yang
sangat luas bagi anak-anak remaja hingga dewasa, namun disegi negatifnya
dengan maju begitu pesatnya teknologi informasi tamapa disadari bisa membuat
masyrakat melupakan kesenian-kesenian lokal yang ditinggalkan oleh nenek
moyang dan para waliallah dahulu,. Sebagai mana dikatakan oleh Halil tokoh
masyarakat di Desa Lidung sebagai berikut:
“[D]engan maraknya media sosial yang ada pada kalangan masyarakat
seperti televisi, yuotube dan alat-alat teknologi lainnya, sangat dihawatirkan
mempengaruhi pemuda, remaja dan masyarat Desa Lidung sehingga adat-
adat yang ditinggal oleh nenek moyang dahulu bertahap-tahap hilang, ini lah
yag sangat dihawatirkan untuk kedepan”.76
3. Kesadaran pekerja perkebunan kelapa sawit yang berubah
Perbedaan merupakan keindahan dibangsa indonesia ini mulai dari
perbedaan bahasa, suku, adat budaya hingga kesenian Islam pada bangsa
Indonesia, begitu pula kesenian Islam masyarakat Desa Lidung merupakan
kekayaan adat budaya di Nusantara yang ditinggal oleh leluhur dahulu, dalam adat
istiadat tentu saja banyak yang berbeda-beda, ada yang membolehkan menguna
alat musik seperti organ tunggal, rebana. Seperti yang di lakukan oleh masyrakat
didaerah bernai, sukasari dan disekitar daerah Desa Lidung. daerah tersebut
mengunakan organ tunggal dalam merayakan pesta Ulang Tahun, Hitanan,
Aqikah dan pesta Pernikahan. perbedaan ini sangat mempengaruhi masyarakat
dan para pemuda yang ada di Desa Lidung. terutama kesenian islam Baghami di
Desa Lidung.
Pengaruh bukan hanya dari Desa tetangga saja namun juga banyak
pengaruh dari masyarakat yang berpindah-pindah tempat, seperti masyrakat Desa
Lidung yang pindah ke perumahan di pondok dua PT sinarmas, kemudian kembali
76 Halil tokoh masyarakat Desa Lidung‟, wawacara dengan penulis pada tgl 15-07-2018,
Desa Lidung. kab. Sarolangun 17-02-2018
64
lagi ketanah kelahirannya Desa Lidung. Ada juga masyarakat setelah kerja pulang
tidak tinggal di perumahan tersebut. pekerja yang menetap atau tinggal di
perumahan perkebunan sawit seperti perumahan Pondok Dua tersebut bermacam-
macam, ada muslim dan ada juga yang nonmuslim mereka berbaur sehingga
terjadi lah pola pikir yang berbeda-beda dan menimbul kebudayaan baru, sehingga
masyarak yang tinggal di perumahan tersebut merayakan pesta Ulang Tahun,
pesta Pernikahan, pesta Aqikah dan Hitanan, menggunakan organ tunggal, mereka
melupakan adat istiadat Desa. masyarakat yang ada diperkebunan kelapa sawit
pondok dua mulai terbiasa dengan adat budaya yang ada di perumahan pondok
dua.
Kesadaran pekerja kelapa sawit juga dirasakan pada masyarakat pendatang,
masyarakat ynag pendatang bisa mempengaruhi keberadaan kesenian Islam di
Deas Lidung karna terjadi percampuran antara penduduk asli dengan pendatang,
yang berbeda-beda adat dan suku, karna kebiasaan masyrakat luar dalam perayaan
pesta mereka menggunakan alat musik sedangkan masyarakat di Desa Lidung
melarang alat musik tersebut, maka masyarakat yang pendatang berusaha
mengajak merayakan pesta dengan mengunakan musik, sehingga masyarakat
menginginkan perayaan pesta-pesta menggunakan alat musik seperti organ
tunggal, namun di daerah Desa Lidung masih memegang adat dan pesan leluhur
dahulu, bahwa di Desa Lidung dilarang menggunakan alat musik sejenis apapun,
apa lagi organ tunggal. larangan alat musik tersebut bukan karna masyarakat yang
tinggal di Desa Lidung alim-alim akan tetapi menghindar dari kemudoratan,
seperti diuangkapkan oleh Zaiyadi alim ulama sebagai berikut „„[D]ilarang nya
musik di Desa Lidung seperti organ tunggal, bukanlah karna masyarakat Desa
Lidung alim, akan tetapi banyak mudorat dari pada manfaatnya bagi masyarat
terutama pemud-pemudi”.77
Masyarakat yang tinggal di perumahan pondok dua tersebut membuat adat
kesenian Islam di Desa Lidung menjadi hampir punah, karna masyarakat yang
bertahun-tahun tinggal di perumahan pondok dua tersebut mualai banyak yang
77Zaiyadi kepala syara‟, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18-02-2018, Desa
Lidung. kab. Sarolangun 17-02-2018
65
kembali lagi ke tanah kelahirannya. oleh karna itu banyak masyarakat yang sudah
lama tinggal diluar terutama diperkebunan sawit perumahan pondok dua PT
sinarmas sudah biasa pesta dengan organ tunggal, sehingga ketika mereka
membuat semua acara mereka menginkan organ tunggal sebagai hiburan acara
pesta Pernikahan, Khitanan dan Aqikah seperti di tempat sebelumnya mereka
tinggal, sedangkan di Desa Lidung sangat melarang menggunakan musik dalam
merayakan semua pesta. Dengan kedatangan kembali masyrakat dari pekebunana
sawit perumahan pondok dua Pt sinarmas membuat bertantangan dengan adat
istiadat yang melarang menggunakan alat musik di Desa Lidung.
Sebagai mana diungakapkan oleh salah satu kariawan PT sinarmas di
pondok dua bahwa “[D]engan kembalinya masyrakat Desa Lidung dari
perumahan pondok dua PT sinarmas perkebunan kelapa sawit banyak yang
menginginkan organ tunggal menjadi hiburan dalam merayakan semua pesta, ini
semua sangat bertantangan dengan adat yang sudah ada sejak dahulu kala.78
Kesenian Islam dan adat budaya di Desa Lidung yang ditinggalkan oleh
nenek moyang terutama para Alim Ulama dahulu sudah hampr tidak dikenal lagi
oleh masyarakat yang ada di pedalaman perkebunan kelapa sawit karna
banyaknya masyarakat yang datang dari luar daerah bahkan luar provinsi jambi,
oleh karena itu masyarakat Desa Lidung yang tinggal di perumahan tersebut
menimbulkan buya baru, sehngga timbullah ide-ide ingin merubahkan adat
istiadat yang sudah ada sejak dahu, namun di Desa Lidung tidak boleh terlalu
bergembira dan tidak boleh terlalu bersedih, sebagai mana diungkapkan oleh
tokoh masyarakat Desa Lidung Mastina mengatakan bahwa ayahnya Kadir Kepala
Rio di Desa Lidung mengatakan bawha „„[C]okro Aminoto Singo Dilago
Joyodiningrat di Desa Lidung tidak membolehkan masyarakat di Desa Lidung
terlalu gembira dan tidak boleh pula terlalu sedih insyaallah di Desa Lidung tidak
ada yang terlalu kaya dan tidak ada yang terlalu miskin79
78 Kariawan Pt sinarmas kelapa sawit‟, wawan cara dengan penulis pada tgl 12-07-
2018.Desa Lidung Kab.Kec. Sarolangun.12-07-2018
79 Mastina warga Desa Lidung‟,Wawan cara dengan penulis pada 13-07-2018. Desa Lidung
kab.sarolangun kec. Sarolangun 13-07-2018
66
Seperti opserpasi penulis bahwa di Desa Lidung tidak ada yang terlalu kaya
dan tidak ada yang terlalu miskin semua masyarak di Desa Lidung hidup dalam
keadaan sederhana80
. Namun masyarakat yang datang kembali ke Desa lidung
tersebut merasa tidak puas pesta tampa organ tunggal, mereka selalu berusaha
agar organ tunggal biasa ada saat peta pernikahan, hitanan dan aqikah, namun
dalam hal ini alim ulama dan lembaga adat sepakat agar tetap berpegang dengan
adat para leluhur dahulu,miskipun ada juga yang sudah berani melanggar adat
seperti mengadakan organ tunggal saat pesta pernikahan. Sebagai mana
diungkapkan oleh aspondi kepala adat Desa Lidung bahwa „„[K]ami tetap
memegang adat lamo budayo lamo karna banyak yang melanggar adat hidupnya
celaka, meskipun sudah ada yang melanggar kami tetap berusaha melestarikan
adat yang sudah lama ditinggalkan.81
Baghami merupakan kesenian islam yang ditinggalkan oleh leluhur dahulu
jika organ tunggal sudah di budayakan maka kesenian Islam Baghami akan
hilang, pengaruh masyarakat luar, pendatang dan masyarakat Desa Lidung tinggal
diluar kemudian pindah lagi ke Desa Lidung snagat membuat perubhan kepada
adat kesenian islam desa Lidung terutama kesenian Baghami, Kesadaran pekerja
perkebunan kelapa sawit yang berubah sebagai mana dikatakan oleh ridho
kariawan Pt perkebunanan sawit bahwa “[S]angat disayangkan masyrakat Desa
Lidung yang datang kembali lagi ke Desa Lidung bukan memperbaiki dan
mengikuti adat dan kesenian islam yang ditinggalkan oleh leluhur terdahulu, tatapi
malah mengajak dan merubah kesenian Islam menjadi organ tunggal sebgai
hiburan.82
Dalam adat kesenian Islam yang ditinggalkan oleh leluhur dahulu sangat
bekaitan dengan agama islam tidak ada yang bertantangan. Seperti kesenian
Baghami isinya sholawatan kepada nabi Muhammad SAW dan memuji allah dan
rosulnya. Maka dari itu bagi yang melanggar janji adat maka dianggap tidak
80 Observasi penulis di Desa Lidung , 20-01-2018. 81 Aspondi ketua adat Desa Lidung‟,wawancara dengan penulis pada tgl 22-07-
20182018.Desa Lidung Kab.Kec. Sarolangun.22-07-2018 82 Ridho Kariawan Pt sinarmas kelapa sawit‟, wawan cara dengan penulis pada tgl 12-07-
2018.Desa Lidung Kab.Kec. Sarolangun.12-07-2018
67
selamat hidupnya atau celaka hidupnya, sebgaimana diungkapkan oleh kepala
adat Desa Lidung aspondi mengatakan bahwa “[B]agi yang yang melanggar adat
ibarat atas dak bapucuk, bawah dak baakar, tengah di makan kumbang, maka bagi
yang melanggar adat di Desa Lidung tidak selamat hidupnya karna adat beseni
syarak, syarak berseni kitabullah.83
Dapat penulis analisa bahwah jikalau pohon mati tentu saja daunnya layu,
dan tidak akan pernah hidup suatu pohon tampa akar, ditengah di makan kumbang
ini juga menandai bahwa pohon tersebut mati brgitu lah di umpamakan dalam
perktaan bagi masyarakat yang melanggar adat Desa Lidung tidak selamat dunia
ahirat karna seperti penulis jelaskan diatas bahwa hukum adat tidak jauh berbeda
dengan hukum syarak.
Setiap daerah mempunyai hukum adat masing-masing maka bagi yang
melanggar harus bayar denda, seperti hamil luar nikah di denda dengan satu ekor
kerbau, kawin lari denda satu ekor kambing. Kurang lebihnya begitu hukum adat
yang ada di Desa Lidung.
83Aspondi kepala adat Desa Lidung‟, wawancara dengan penulis pada tgl 12-07-2018.Desa
Lidung Kab.Kec. Sarolangun.12-07-2018
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan program kesenian Baghami telah ada di desa Lidung sejak
kepemimpinan Singo Dilago Joyo Ningrat pada tahun 1597. Kesenian ini tidak
menggunakan alat apapun kecuali suara pelaksananya, dan telah diwariskan turun
temurun. Kesenian ini merupakan pemahaman litral keagamaan masyarakat
terhadap hadis rusullah yang menyatakan larangan bermusik. Pada saat ini
kesenian Baghami melibatkan beberapa orang dalam satu grup. Grup tersebut
sekaligus bertanggung jawab menjadi pelaksana rangkaiyan suatu acara pada
keluarga tertentu yang mengundang mereka, sejak pembukaan hingga pembacaan
Baghami pada ahir acra.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan dapat
disimpulkan bahwa peran Pemerintah Desa Lidung dalam melestarikan kesenian
Islam Baghami telah dilaksanakan dengan baik. Beberapa kekuranagan yang
ditemui melalui penelitian ini adalah pada pelaksnaannya, yaitu kurangnya
pengorganisasian oleh pemerintah Desa serta kurangnya pengawasan dari
lembaga adat Desa.
Hambatan-hambatan dalam pelestarian kesenian Islam Baghami di Desa
Lidung antaran lain: petama, masyarakat Desa Lidung semakin moderen ditandai
pengunaan alat-alat teknologi informasi dan pengaruh budaya kesenian
organtunggal. Mereka mendatang acara di desa tetangga karna kesenian tersebut
di larang di Desa Lidung. Kedua, teknologi informasi telah memberikan gagasan
baru untuk melakukan perubahan budya dan kesenian di Desa Lidung. Sebagian
warga dapat menikmati musik moderen melalui teknologi informasi komunikasi
terkini yang ada pada mereka. Ketiga, kehadiran pekebunan kelapa sawit dan
pasilitasnya seperti perumahan pekerja perkebunan mendorong perubahan
kesadaran terhadap kesenian islam baghami. Intraksi dengan pekerja pekebunan
dari luar serta tempat yang jauh dari Desa memudahkan sebagian warga Desa
69
Lidung melaksanakan corak kesenian yang baru. Bahkan, corak kesenian baru
tersebut ingin juga dilakukan di Desa ketika mereka pulang ke Desa, tapi
mendapat penolakan dari sebagian warga Desa Lidung lainnya.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah Desa di Desa Lidung agar dapat memberikan peranannya
sebagai organisisasi yang diberikan wewenang mendorong anggota-
anggota masyarakat untuk melakukan kegiatan pelestarian serta
pengembangan kesenian Baghami di Provinsi Jambi
2. Bagi masyarakat, agar lebih banyak lagi berpartisipasi dalam pelestarian
setiap adat budaya Jambi, khususnya Kesenian Islam Baghami dalam pesta
Pernikahan, Aqikah dan Hitanan
3. Kepada generasi muda agar menanamkan rasa cinta terhadap adat
budayanya sendiri dengan tetap menjaga dan melestarikan adat istiadat
budaya Desa Lidung yang ditimggal oleh leluhur.
4. Bagi pemerintah khususnya dinas terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan masyarakat dan dapat
membantu secara moril dan materil.
DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an terjemahan, Depertemen Agama Ri(Semarang cv asy syifan
2000)
Abdul Aziz Ahmad. Multi Media dalam Pengembangan Dakwah
Islamiyah.Al-fikar Moh. (Jakarta:kecana, 2004), Ahmad Abdul Aziz.
Multi Media dalam Pengembangan Dakwah Islamiyah. (jakarta: Al-fikar
.2011).
Ali Muhammad, Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan (Jakarta:Bumi
Aksara, 2014),
Ali Sayuti, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Teori Dan
Praktek(Jakarta: Grafindo Persada 2002),
Amin Samsul Munir Ilmu Dakwah( Jakarta:Amzah,2009),
Arifullah Mohd, Dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi (Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi,
2016),
Arsyad Somad Kemas, mengenal adat Jambi Perspektifmoderen, (dinas
pendidikan Jambi,2002)
El Shirazy Habbiburrahman, Ayat-Ayat Cinta, Jakarta : Repulika Pesantren
Basmala, 2003.
Lembaga adat propinsi jambi, (pokok-pokok adat pucuk jambi Sembilan
lurah 2001)
Muhammad Anis Matta. Integrasi plitik dan Dakwah.Jakarta:Sekjen DPP
PKS dan Arah Pres.
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2000).
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah dan Teori ke Praktek, Jakarta:
Gema Insani,2001.
.
Novel Ayat-Ayat Cinta diproduseri oleh Manoj Punjabi dan Dhamod
Punjabi pada tahun 2004 melalui produksi MDP Picttures.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2010),
Syukir Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983)
Skripsi
Andra Zudan Toro Nugroho. Dakwah Islam Melalui Seni Hadroh (studi di
Desa Plosokuning IV, Minomartaani, Nganglik, Sleman,
Yogyakarta),.Yogyakarta: skripsi S1 Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2010.
Ema R Syarifah. . “Multikulturalisme dan Hegemoni Politik Pernikahan
Endogami” studi diDesa Plosokuning IV, Minomartaani, Nganglik, Sleman,
Yogyakarta),.Yogyakarta: skripsi S1 Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2013.
Suardi Ismail Wekke Ratna Sari Yuliana, .”Tifa syawat dan entitas
dakwah dalam budaya Islam Studi Suku Kodo Sorong Papua Barat”
Benny Agusti Putra Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Jln.
Prof.KH. Zainal Abidin
Syed M. Naquib al-Attas, Preliminary Statement On A General Theory of
the Islamization of the Malay- Indonesia Archipelago, (Kualu Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1979)
Uka Tjandrasasmita. Arkeologi Islam Nusantara. (Jakarta: KBG, Ecole
francaise d‟Extreme Orient & Fakultas Adab Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah: 2009)
Internet
http://akademik2.walisongo.ac.id/ejournal/index.php/walisongo/article/vie
w/ 14-05-2017
Diakseshttp://melalui.http://ejournal.uinsuka.ac.id/adab/thaqafiyyat/article/
view20-11-2017
https://media.neliti.com/media/publications/122011-ID-penerapan-nilai-
keagamaan-melalui-seni-h.pdf 17-12-2018
Diakses http://digilib.uin-
suka.ac.id/5562/1/BAB%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
12-07-2018
Wawancara
Tiblawi, tokoh agama masyarakat Lidung,wawancara dengan penulis, 09-
Februari-2018 di kabupaten sarolangun rekaman audio
Zaiyadi, kepalak saryarak Desa Lidung wawancara dengan penulis,18-
0Februari-2018) di kabupaten sarolangun rekaman audio
Manan, (kepala Madrasah wawancara dengan penulis,18-Juli-2018 di
kabupaten sarolangun rekaman audio
Fauzan, guru Madrasah wawancara dengan penulis 18-Februari-2018 di
kabupaten sarolangun rekaman audio
Abduraman, guru ponpes saadatuddarein seberang kota jambi wawancara
dengan penulis, 20-Juli-2018 di kabupaten sarolangun rekaman audio
Zohar alim ulama Desa Lidung wawancara dengan penulis 12-Juli-2018 di
kabupaten sarolangun rekaman audio
Pa‟i anggota Baghami Wawancara dengn penulis, 12-juli-2018 di kabupaten
sarolangun rekaman audio
Herman Kepala Desa Lidung, Wawancara dengan penulis, 18-februari-2018
Kabupaten Sarolangun, rekaman audio
Halil tokoh masyarakat Desa Lidung wawancara dengan penulis, 15-Juli-
2018 Kabupaten Sarolangun, rekaman audio
Kariawan Pt sinarmas kelapa sawit wawancara dengan penulis 12-Juli-2018
Kabupaten Sarolangun, rekaman audio
Mastina warga Desa Lidung, wawancara dengan penulis, 13-Juli-2018
Kabupaten Sarolangun, rekaman audio
Aspondi ketua adat Desa Lidung Wawancara dengan penulis pada tgl 22-
Juli-20182018 Kabupaten Sarolangun, rekaman audio
Ridho Kariawan Pt sinarmas kelapa sawit wawancara dengan penulis 12-07-
2018 Kabupaten Sarolangun, rekaman audio
LAMPIRAN
Dokumentasi saat pelaksanaan Baghami bersamasa dengan anggota Baghami, yang
memakai kopiah putih Zohar tengah Pa‟i samping kanan Ilias
Dokumentasi saat wawancara dengan Zohar anggota Baghami di Desa Lidung
Arak-arakan mempelai laki-laki menuju rumah mempelai perempuan dalam hal ini
tidak ada mengunakan alat-alat musik
Busana Turqi yang digunakan menplai laki-laki saat arak-arakan menuju rumah
mempelai perempuan, dizaman yang penuh dengan kemajuan, adat dalam busana ini
hampir punah
Dokuntasi sebelum pelaksaan Baghami di laksanakan di Desa Lidung
Dokumentasi wawancara dengan Zaiyadi Alim Ulam Desa Lidung
Dokumentasi pelaksaan cukuran anak dari keluarga yuli yang di laksanakan oleh anggota
Baghami di Desa LIdung
CURICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Syukron Makmun
Tempat/ Tanggal Lahir : Desa Lidung 10 juli 1993
alamat : Bluran RT 15
Fakultas/ Jurusan : Dakwah/ Komunikasi dan Penyiaran Islam
Nama Ayah : Abdullah Efendi
Nama Ibu : Dahniar
Email :
A. Riwayat Pendidikan
NO PENDIDIKAN TEMPAT TAHUN
1 SDN.1 40/VII Desa
Lidung
2006
2 Ponpes
Saadatuddaren
Sebrang
Kota Jambi
2010
3 Ponpes
Saadatuddaren
Sebrang
Kota Jambi
2013
4 UIN STS Jambi Jambi 2018