peran pemimpin agama, guru dan pemimpin adat dalam

130

Upload: vananh

Post on 03-Jan-2017

268 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam
Page 2: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam
Page 3: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam
Page 4: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar …………………………………………………………. i

Daftar Isi ……………………………………………………………….. ii

Daftar Tabel ……………………………………………………………. iii

Daftar Gambar …………………………………………………………. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............………………………………….. 1

1.2. Rumusan Masalah ………………………………………. 5

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………. 6

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ........................................... 6

1.5. Sistimatika Penyajian ................................................ 6

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1. Political Voluntarism…………………………………… 8

2.1.1. Pengertian Politik..…….………………………….. 8

2.1.2. Pengertian Voluntarism......................………..… 9

2.1.3. Pengertian Political Voluntarism ………….………. 12

2.2. Pemilu ……………………………………………………. 12

2.2.1. Pengertian Pemilu………………………………….. 12

2.2.2. Sistim Pemilu ………………………………………. 13

2.2.3. Sejarah Pemilu Indonesia ………………………… 14

Page 5: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

2.3. Organisasi Kepemudaan………………………………. 17

2.3.1. Pengertian Organisasi …………………………….. 17

2.3.2. Organisasi Kepemudaan …………………………. 19

2.3.3. Organisasi Kepemudaa Bidang Keagamaan ….. 20

2.3.4. Pengertian Kabupaten …………………………… 28

2.3.5. Pengertian Masyarakat Adat ……………………. 33

2.3.6. Sekilas Budaya Manggarai ……………………… 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian……… …………………………….. 41

3.2. Metodologi dan Rancangan Penelitian ................. 41

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ............................. 42

3.4. Populasi dan Sampel ........................................ 51

3.5. Metode Pengumpulan Data ............................... 52

3.6. Instrumen Pengumpulan Data ............................ 52

3.7. Prosedur Penelitian .......................................... 53

3.8. Teknik Analisis Data ........................................ 53

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data …………………………………………….. 54

4.1.1. Kelompok Masyarakat Adat.……………………….. 54

4.1.2. Kelompok Pendidikan………………………………. 72

4.1.3. Kelompok Keagamaan………………………………. 87

4.2. Pembahasan …………………………………………….... 104

Page 6: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ……………………………………………….. 105

5.2. Rekomendasi dan Saran ............………………………… 111

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hajatan pesta demokrasi nasional yakni pemilu legislatif dan pemilu Presiden dan

Wakil Presiden tahun 2014 sudah berakhir. Dalam konteks nasional, rakyat Indonesia

sebagai pemegang kedaulatan tertinggi telah berhasil memilih wakil-wakilnya yang

terbaik untuk duduk di Seyanan. Dalam perhelatan pemilu legislatif, partai PDI

Perjuangan berhasil mendapat kursi terbanyak di DPR pusat.

Para wakil rakyat yang telah terpilih diharapkan menjadi penyuara aspirasi rakyat demi

terwujudnya kesejatraan bangsa. Selanjutnya dalam pemilu Presiden dan Wakil Presiden

tampil dua kekuatan politik yang bersaing ketat antara kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla

dengan Prabowo subianto–Hatta Rajasa. Selama proses pemilu Presiden berlangsung

rivalitas antara kedua kekuatan ini sungguh sangat menegangkan. Namun sebagai bangsa

yang besar dan ditopang oleh kedewasaan berpolitik yang semakin matang, rakyat

Indonesia berhasil keluar dari ketegangan itu dan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dipilih

oleh rakyat menjadi Presiden dan Wakil Presdien.

Dalam skop yang lebih kecil Kabupaten Manggarai Timur, atmosfir yang sama

yakni hingar bingar perhelatan pesta demokrasi pemilu legislatif dan pemilu Presiden dan

Wakil Presiden tahun 2014 yang lalu juga terasa. Bahkan atmosfir hajatan pesta rakyat

yakni pemilu terasa lebih panjang di Kabupaten Manggarai Timur, karena sejak tahun

2013 hajatan pesta demokrasi sudah mulai dilaksanakan. Dimulai dengan pemilukada

Gubenur dan Wakil Gubenur NTT, Lanjut dengan Pemilukada Bupati dan Wakil Bupati

Page 8: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

2

Kabupaten Manggarai Timur, selanjutnya pemilu legislatif dan berpuncak pada pemilu

Presiden dan Wakil Presdiden. Satu catatan penting yang sangat terjaga dari seluruh

rangkaian perhelatan pesta demokrasi di Kabupaten Manggarai Timur adalah bahwa

seluruh perhelatan itu berlasung dalam suasana aman, damai dan tertib. Dikatakan catatan

fakta yang masih terjaga, karena suasana harmoni-damai dalam pemilu sudah terasa sejak

pemilu pertama dilaksanakan di Kabupaten Manggarai Timur. Sejak Pemilu pertama

dilaksanakan tahun 2008/2009, suasana gaduh, demo, kerusuhan, konflik bahkan

pertumpahan darah belum sekalipun terjadi. Jelas ini fakta yang membagakan. Sebuah

Prestasi yang luar biasa yang diaktori oleh KPU Kabupaten Manggarai Timur, dan

didukung oleh pemerintah, Panwaslu, partai politik dan segenap elemen masyarakat.

Lalu pertanyaan yang paling menukik adalah mengapa setiap hajatan pemilu di

kabupaten Manggarai Timur selalu berlangsung aman? Bila dibandingkan dengan tiga

kabupaten di Manggarai Raya kenapa hanya di Manggarai Timur saja harmoni-damai

dalam pemilu masih terjaga? Pada hal masyarakat dari ketiga kabupaten ini lahir dari

kandung sejarah nenek moyang yang sama, di pengaruhi oleh adat istiadat budaya yang

sama dan mengalami kehidupan di satu tanah yang sama yakni kuni agu kalo tanah

Manggarai.Pasti ada suatu keunikan – khas Manggarai Timur yang mungkin diperankan

oleh KPU, partai atau elit politik atau kekuatan lain di luar penyelenggara dan partai yang

hidup di Manggarai Timur yang terabaikan namun punya peran fundematal dalam

merendah harmoni-damai pemilu. Bila dicermati dari segi penyelenggara pemilu jelas

sangat mudah dinilai. Bahwa integritas dan kompetensi seorang penyelenggara pemilu

yakni KPU adalah garansi yang paling fundamen untuk meredam pontensi konflik dalam

pemilu. Dan dalam rangkain pelaksanaan pemilu 2013 – 2014 pengakuan tulus dari

Page 9: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

3

tokoh-tokoh partai, pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh agama bahwa KPU

Kabupaten Manggarai Timur sudah memainkan peranya dengan tepat. Aspek integritas,

kompetensi dan penekanan pada pelayanan yang sudah dilaksanakan oleh KPU

Kabupaten Manggarai Timur merupakan kekuatan ampuh untuk mencekal potensi

terciptanya kekacauan dalam pemilu.

Pertanyaan paling merangsang adalah adakah kekuatan non-partisan hidup di

Manggarai Timur yang lahir dari kesukarelaan politik (Politic voluntarism) dan sangat

kuat merangkai simpul-simpul terciptanya harmoni-damai dalam pemilu? Selama pemilu

berlangsung adakah orang atau kelompok yang dengan sukarela menggalang kekuatan

untuk menciptakan suasana politik yang damai dan suasana kemasyarakatan yang lega?

Pertanyaan ini muncul karena dipicu oleh tema riset yang ditawarkan oleh KPU Propinsi

kepada KPU Manggarai Timur yakni Kesukarelaan Politik (Politic Voluntarism). Alasan

mendasarnya adalah karena Kabupaten Manggarai Timur adalah salah satu kabupaten di

NTT yang pelaksanaan pemilunya paling aman. Tema riset ini menjadi sangat menarik

karena belum ada orang yang melakukan studi khusus tentang mengapa pemilu di

Manggarai Timur selalu berlangsung aman. Tema riset ini merangsang akal untuk

melakukan studi ilmiah yang lebih mendalam tentang denyut nadi kehidupan komunal

masyarakat Manggarai Timur terutama selama perhelatan pemilu 2013/2014 berlangsung.

Bertitik tolak dari pertanyaan-pertanyaan panduan di atas , kami mencoba menelisik lebih

jauh untuk mencari kelompok non partisan (tidak terikat pada parpol/tim sukses kandidat),

yang memiliki visi dan orientasi perubahan politik, dan mempunyai agenda aksi

menyuburkan atmosfir politik yang kondusif, dan mencerahkan rasionalitas berpolitik

masyarakat. Setelah melalui pencarian dan pengumpulan informasi, kami berani

Page 10: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

4

mengakatan bahwa pada pemilu 2013/2014 tidak ada kelompok masyarakat sipil, seperti

LSM di bidang demokrasi yang berperan sebagai aktor penggerak politik voluntaris di

Manggarai Timur. Tidak ada kelompok yang terorganisir secara rapi yang menjadi aktor

intelektual dari gerakan memperbaiki sistem pemilu yang lebih demokratis dan

mendukung kandidat yang membawah perubahan dalam masyarakat. Lalu di manakah

kekuatan voluntaris politik itu berada? Lewat diskusi yang mendalam bersama rekan-

rekan Komisioner KPU Kabupaten Manggarai Timur, kami menemukan tiga pilar dasar

penggerak politik voluntaris di Manggarai Timur. Ketiga pilar itu adalah agama,

pendidikan dan budaya/adat istiadat. Titik pijaknya adalah bahwa agama, pendidikan, dan

budaya adalah pilar dasar dimana masyarakat hidup dan berada. Agama, pendidikan dan

budaya adalah kekuatan yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia. Ketiga

kekutan ini menuntun sekaligus membentuk manusia mejadi manusia yang beriman,

berilmu dan berbudaya. Masyarakat Manggarai Timur juga hidup dan dipengaruhi oleh

ketiga pilar tersebut. Ketiga pilar tersebut menuntun dan membimbing masyarakat dalam

berbagai segi kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama, pendidikan

dan budaya adalah kekuatan terdepan dan yang paling dasariah dalam membentuk sikap,

kepribadian, sekaligus menjadi panduan langkah hidup dalam berbagai segi kehidupan

setiap insan masyarakat Manggarai Timur.

Salah satu segi kehidupan yang digeluti oleh masyarakat Manggarai Timur adalah

kehidupan politik terutama perhelatan pemilu. Lalu bagaimana nilai-nilai agama,

pendidikan dan budaya menjadi simpul kekuatan penggerak harmoni aman – damai

dalam pemilu? Melalui ajaran agama yang disampaikan oleh para pemimpin agama

seperti Pastor, Pendeta dan Imam Mesjid umat beragama dipandu tentang bagaimana

Page 11: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

5

berpolitik yang benar dan santun. Melalui pendidikan yang disampaikan oleh guru-guru

di sekolah setiap insan dibekali pengetahuan bagaimana berpolitik yang cerdas. Melalui

nilai-nilai budaya yang dihidupi dan disampaikan oleh tua-tua adat, Masyarakat adat

dituntun, bahwa hubungan darah – kekerabatan yang sudah kental tidak boleh dikikis

oleh kepentingan politik yang sempit. Jadi jelas ketiga pilar yakni agama, pendidikan dan

budaya memberi sumbangsi yang sangat fundamental bagi terwujudnya harmoni aman-

damai pemilu di Manggarai Timur. Selanjutnya, dari ketiga pilar tersebut, siapakah aktor

penggerak dari gerakan sukarelawan politik? Dari pemaparan di atas jelas tersaji bahwa

pemimpim agama, guru dan pemimpin adat adalah penggerak dari terwujudnya suasana

aman-damai dalam pemilu di Manggarai Timur. Pemimpin agama , guru dan pemimpin

adat telah bersama-sama membangun simpul-simpul kekuatan yang menuntun

masyarakat Manggarai Timur merajut harmoni aman dan damai dalam pemilu 2013/2014.

Karena itu berdasarkan latar belakang kajian yang telah kami paparkan di atas kami

merumuskan judul riset adalah: PERAN PEMIMPIN AGAMA, GURU DAN

PEMIMPIN ADAT DALAM MEWUJUDKAN GERAKAN KESUKARELAAN

POLITIK DI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR . Kami menyadari judul ini

adalah hipotesis yang perlu pembuktian faktual. Karena itu lewat wawancara dan

quisioner yang telah kami lakukan secara jujur dalam riset ini, pembaca akan menemukan

jawaban dari hipotesis judul diatas.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Agenda utama dari riset ini adalah mencari dan menemukan aktor atau kelompok

non partisan penggerak kesukarelaan politik di Kabupaten Manggarai Timur dalam

pemilu legislatif dan pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Dari latar belakang

Page 12: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

6

yang sudah dipaparkan diatas tersaji inti permasalahan yang akan digarap dalam riset ini.

Benang merahnya dapat dirumuskan demikian: “ Sejauh manakah Pemimpin agama,

guru dan pemimpin adat mengambil peran sentral dalam menggerakkan kesukarelaan

politik masyarakat Manggarai Timur dalam pemilu legislatif dan pemilu Presiden

2014 “ ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemimpin agama, guru dan

pemimpin adat dalam menggerakkan kesukarelaan politik masyarakat Manggarai

Timur pada pemilu legislatif dan pemilu Presiden 2014.

1.4. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang likup penelitian ini adalah mendalami seputar peran Pemimpin agama,

guru dan pemimpin adat dalam menggerakan energi kesukarelaan politik (Political

Voluntarism) masyarakat manggarai Timur dalam pemilu legislatif dan pemilu Presiden

dan Wakil Presiden tahun 2014. Lembaga agama dan pemimpin agama yang digarap

dalam penelitian ini adalah lembaga dan pemimpin agama yang hidup di Kabupaten

Manggarai Timur yakni agama Katolik, Islam dan Protestan. Dalam lingkup agama

Katolik riset akan mendalami peran Pastor atau imam Gereja Katolik sebagai aktor

penggerak kesukarelaan politik umat Katolik. Dalam Llingkup agama Islam riset akan

mendalami peran imam mesjid sebagai aktor penggerak kesukarelaan politik umat islam.

Dalam lingkup agama Protestan riset akan menggarap peran Pendeta sebagai aktor

penggerak kesukarelaan politik umat Protestan. Dalam lingkup dunia pendidikan wilayah

penelitian adalah menggarap peran guru Sekolah Menengah Atas dalam menyebarkan

energi kesukarelaan politik bagai siswa pemilih pemula dan pemilih potensial.

Page 13: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

7

Selanjutnya dalam lingkup dunia adat riset akan mendalami paran tua adat sebagai aktor

penggerak kesukarelaan politik masyarakat adatnya.

1.5. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Garapan riset ini akan disajikan dalam lima bab. Dengan rincian penyajian adalah sebagai

berikut :

BAB I Pendahuluan : meyajikan tentang latar belakang, ruang lingkup penelitian dan

tujuan penelitian

BAB II Landasan Teori: menyajiakan teori-teori yang berkaitan dengan tema riset ini

yakni pemilu, pendidikan, agama dan adat istiadat masyarakat Manggarai Timur.

BAB III Metode Penelitian : terutama menyajikan metode yang dipakai dalam melakukan

riset ini.

BAB IV Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat adalah penggerak Kesukarelaan

Politik di Kabupaten Manggarai Timur : bab ini merupakan baba inti . Dalam bab ini

akan disajikan hasil wawancara kepada peimpin agama (Katolik, Islam dan

Protestan), Guru Sekolah Menengah Atas dan para Pemimpin adat atau Tua-tua

Gendang. Bab ini juga menampilkan hasil Quisioner dalam bentuk tabel yang

disebarkan ke masyarakat adat, kaum muda agama ( Katolik, Islam dan Kristen

Protestan) dan pemilih potensial di SMA. Kajian penting bab ini adalah menemukan

jawaban atas hipotesis: PERAN PEMIMPIN AGAMA, GURU DAN PEMIMPIN

ADAT DALAM MEWUJUDKAN GERAKAN KESUKARELAAN POLITIK DI

KABUPATENMANGGARAI TIMUR .

BAB V Merupakan bab penutup yang menyajikan kesimpulan dan saran

Page 14: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

8

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1. Political Voluntarism

2.1.1. Pengertian Politik

Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang

berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian

kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,

khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara

berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu

politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional

maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang

berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk

mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles), politik adalah hal yang

berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara, politik merupakan

kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di

masyarakat, serta politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan

pelaksanaan kebijakan publik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain:

kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses

politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai

politik. (Wikipedia.org;Selasa, 21 Juli 2015).

Page 15: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

9

2.1.2 Pengertian Voluntarism

Voluntarism is sometimes used to mean the use of, or reliance on voluntary

action to maintain an institution, carry out a policy, or achieve an end.[1] In this

context the word voluntary action means action based on free will, which in turn

means action which is performed free from certain constraints. The constraint of

(government) coercion is often considered in this context, where it remains the

question what constitutes coercion. (Wikipedia.org;Selasa, 21 Juli 2015).

Pengertian voluntarism tersebut jika diterjemahkan secara bebas sebagai

berikut : voluntarism biasanya digunakan untuk menjelaskan arti sesuatu, atau

kepercayaan pada sikap voluntir dalam mempertahankan oragnisasi/institusi,

membawa kebijakan, atau mencapai tujuan akhir. Pada konteks ini, aksi voluntir

menujukkan aksi yang didasari oleh kemauan yang bebas, atau dalam arti lain

merupakan aksi yang dibuat secara bebas tanpa paksaan. Ketidakleluasaan

(pemerintah) dalam memaksan voluntir juga dapat dipertimbangkan dalam konteks

voluntir ini, yang pada gilirannya menyisakan pertanyaan apa yang dipaksakan oleh

Undang-Undang terhadap voluntir ini.

Voluntarismei adalah paham yang menyatakan bahwa kehendak adalah kunci

untuk segala yang terjadi dalam hidup manusia.Kehendak manusia memiliki kontrol

penuh atas apa yang ia anggap baik dan benar (Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004 : 330-

332).

a. Asal Volunterisme

Istilah ini berasal dari bahasa Latin voluntas yang artinya 'kehendak'. F.

Toennies adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah ini pada tahun

Page 16: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

10

1883. Ketika itu, Tonnies sedang melakukan kajian atas pemikiran Spinoza.

Menurutnya, voluntarisme bertolak belakang dengan rasionalisme yang sedang

berkembang saat itu.

Jenis-Jenis Voluntarisme dibedakan atas beberapa jenis antara lain sebagai

berikut :

1) Voluntarisme Metafisis

Voluntarisme metafisis adalah paham voluntarisme yang memandang bahwa

kehendak adalah inti terdalam dari realitas. Filsuf yang mendukung pandangan

ini misalnya Schopenhauer dan Eduard von Hartmann. Schopenhauer

mengatakan bahwa dasar paling fundamental yang mengatur segala hal di

dunia bukanlah rasio atau moral melainkan kehendak. Lebih jelasnya,

Schopenhauer mengatakan bahwa kehendak untuk hidup adalah hakikat dari

segala realitas di dunia.

2) Voluntarisme Psikologis

Paham voluntarisme model ini menyatakan bahwa kehendak memiliki posisi

lebih tinggi dibandingkan intelek manusia. Misalnya saja, Yohanes Duns

Scotus menyatakan bahwa intelek hanya merupakan tambahan bagi kehendak.

3) Voluntarisme Teologis

Paham ini percaya bahwa tatanan dunia dan segala hal di dalamnya bergantung

mutlak pada kehendak Allah.Contoh teolog yang termasuk jenis ini dalam taraf

tertentu adalah Martin Luther dan William Ockham. Mereka menjadikan

seluruh hukum moral tergantung pada kemauan Allah.

4) Voluntarisme Epistemologis

Page 17: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

11

Voluntarisme model ini berasal dari pemikiran Kant. Kant mengatakan bahwa

akal budi praktis lebih unggul ketimbang akal budi teoretis.

5) Voluntarisme Etis

Paham voluntarisme etis ini didasarkan pada pemikiran Friedrich Nietzsche.

Menurut Nietzsche, kehendak untuk berkuasa adalah nilai tertinggi yang harus

dicapai oleh manusia.

6) Voluntarisme Sejarah

Voluntarisme sejarah menyatakan bahwa kehendak manusia adalah faktor

utama berjalannya sejarah. Pandangan model ini amat bertentangan dengan

pandangan Marxisme terhadap sejarah.

b. Pandangan Filsafat Volunterisme

Voluntarisme adalah istilah yang diterapkan pada aliran-aliran filosofis

yang dengan cara apa saja condong kepada kehendak ketimbang intelek

(bertentangan dengan intelektualisme). Namun, voluntarisme dapat terjadi dengan

banyak cara yang berlainan.

Menurut voluntarisme metafisis, realitas dalam intinya yang terdalam

adalah kehendak (Schopenhauer, Eduard von Hartmann). Voluntarisme psikologis

tidak berjalan sejauh itu, akan tetapi voluntarisme psikologis sungguh

mengunggulkan kehendak atas intelek (Henry of Ghent: Intelek pasif semata-mata

dan objeknya tunduk kepada objek kehendak. Duns Scotus, dengan cara lebih

moderat: Intelek adalah sebab tambahan bagi kehendak, namun kebenaran tidak

tergantung pada kehendak). Voluntarisme psikologis biasanya diperluas sampai ke

voluntarisme teologis (hakikat keindahan adalah cinta Allah.Tatanan alam dan

Page 18: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

12

hukum moral sebagian tergantung pada kehendak Allah).Martin Luther dan dalam

arti tertentu William Ockham menjadikan seluruh tatanan moral tergantung pada

kemauan Allah. Menurut Luther, Allah tidak bisa diketahui, sebab Dia adalah

kehendak mutlak. (Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004 : 330-332)

c. Politics Voluntary (Sukarelawan Politik)

Sukarelawan politik adalah gerakan/aktifitas dari orang (actor)/kelompok

orang yang bersifat idependen untuk mencapai tujuan perubahan kondisi politik

yang lebih baik dengan cara mendudukung rezim, parpol atau kandidat tertentu

yang dinilai dapat membawa perubahan politik yang lebih baik (demokratis, adil,

sejahtera,dll). Gerakan ini berusaha menciptakan suasana politik dan

kemasyarakatan yang lega (Kleden,Ignas: Kembalinya Voluntarime Dalam

Politik: Tempo 15 -21 Desember 2014).

2.1.3. Pengertian Political Voluntarism (Kesukarelaan Dalam Berpolitik)

Dalam pedoman Riset KPU tentang political vluntarism kesukarelaan

berpolitik (2015:2) dijelaskan bahwa political vluntarism/kesukarelaan berpolitik

berpengaruh luas dalam kehidupan berpolitik. Absennya kesukarelaan warga dapat

merusak sendi-sendi demokrasi. Dalam jangka pendek, biaya politik mahal menjadi

resiko yang harus ditanggung karena segalanya serba berbayar. Dalam jangka panjang,

korupsi menjadi virus endemik yang pasti menyerang. Sebaliknya, tatanan demokrasi

akan semakin kuat apabila kesukarelaan warga tumbuh dan hidup dalam masyarakat.

Jadi berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa political

vluntarism/kesukarelaan berpolitik merupakan aksi yang didasari oleh kemauan yang

Page 19: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

13

bebas, atau dalam arti lain merupakan aksi yang dibuat secara bebas tanpa paksaan

dalam berpolitik warga negara.

2.2. Pemilu

2.2.1. Pengertian Pemilu

Pemilihan Umum (pemilu) merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat

dimana rakyat dapat memilih pemimpin politik secara langsung. Yang dimaksud

dengan pemimpin politik disini adalah wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga

perwakilan rakyat (parlemen) baik di tingkat pusat maupun daerah dan pemimpin

lembaga eksekutif atau kepala pemerintahan seperti presiden, gubernur, atau

bupati/walikota (Modul Pendidikan Pemilih KPU RI, Buku 1, 2010:1).

2.2.2. Sistim Pemilu

a. Sistim Distrik

Sistim Distrik biasa disebut juga single member constituency. Pada intinya sistim

distrik merupakan sistim pemilihan dimana suatu negara dibagi menjadi beberapa

daerah pemilihan (distrik) yang jumlahnya sama dengan jumlah wakil rakyat yang

akan dipilih dalam suatu lembaga perwakilan.

b. Sistim Proporsional

Sistim proporsional pada dasarnya lahir untuk menjawab kelemahan dari sistim

distrik. Sistim proporsional merupakan sistim pemilihan yang memperhatikan

proporsi atau perimbangan antara jumlah penduduk dengan jumlah kursi di suatu

daerah pemilihan. Dengan sistim ini, maka dalam lembaga perwakilan, daerah

yang memiliki penduduk yang lebih besar akan memperoleh kursi lebih banyak di

suatu daerah pemilihan, begitu pun sebaliknya.

Page 20: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

14

c. Sistim Campuran

Sistim ini menggabungkan kedua sistim yang telah dijelaskan terdahulu (sistim

distrik dan sistim proporsional) dimana setengah dari anggota parlemen dipilih

melalui sistim distrikdan setengahnya lagi melalui mekanisme proporsional

sehingga pada gilirannya akan ada keterwakilan sekaligus terdapat kesatuan

geografis. (Modul Pendidikan Pemilih KPU RI, Buku 1, 2010:3)

2.2.3. Sejarah Pemilu di Indonesia

a. Pemilu Tahun 1955

Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa

Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Pemilihan Umum yang

diadakan sebanyak dua kali yaitu pertama pada tanggal 29 September 1955 untuk

memilih anggota DPR dan kedua pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih

anggota konstituante.

Sejak berdirinya negara Indonesia, Bapak Hatta telah memikirkan untuk

segera melakukan pemilu sesuai maklumat X tanggal 3 November 1945. Tidak

terlaksananya pemilu pertama pada bulan Januari 1946 seperti yang diamanatkan

oleh Maklumat 3 Nopember 1945, paling tidak disebabkan 2 (dua) hal yaitu

belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU

Pemilu dan belum stabilnya kondisi keamanan negara akibat konflik internal antar

kekuatan politik yang ada pada waktu itu, apalagi pada saat yang sama gangguan

dari luar juga masih mengancam. Dengan kata lain para pemimpin lebih

disibukkan oleh urusan konsolidasi.

Page 21: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

15

Pemilu tahun 1955 memilih 257 anggota DPR dan 514 anggota

konstituante (harusnya 520 anggota, namun irian barat memiliki jatah 6 kursi,

tidak melakukan pemilihan) dengan 29 jumlah partai politik dan individu yang

ikut serta. Pemilu ini dilaksanakan pada pemerintahan perdana menteri

Burhanuddin Harahap, setelah menggantikan Perdana Menteri Ali Sastromidjojo

yang mengundurkan diri.

b. Pemilu Tahun 1971

Setelah pemilu pertama tahun 1955, Indonesia baru melakukan pemilu kembali

pada tanggal 5 Juli 1971, pertama di jaman Orde Baru dibawah pemerintahan

Presiden Kedua Indonesia, Bpk (alm) Soeharto. Pada pemilu kali ini, terdapat 9

partai politik dan 1 organisasi masyarakat yang berpartisipasi.

c. Pemilu Tahun 1977 – 1997

Pemilu pada periode ini, dilakukan setiap 5 tahun sekali, mulai tahun 1977, 1982,

1987, 1992, dan 1997 dengan 3 peserta yaitu Golongan Karya (GolKar), Partai

Demokrasi Indonesia (PDI), dan Partai Pembangunan Persatuan (PPP). Peserta

pemilu kali ini lebih sedikit dibanding pemilu sebelumnya. Ini terjadi setelah

sebelumnya pemerintah bersama-sama dengan DPR berusaha menyederhanakan

jumlah partai dengan membuat UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan

Golkar. Kedua partai itu adalah Partai Persatuan Pembangunan atau PPP dan

Partai Demokrasi Indonesia atau PDI) dan satu Golongan Karya atau Golkar.

Dalam setiap kali digelar pemilu, partai golkar selalu menduduki peringkat

pertama perolehan kursi di DPR dengan meraih lebih dari 62% suara dalam setiap

gelaran pemilu, diikuti oleh PPP dan terakhir PDI.

Page 22: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

16

Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21

Mei 1998 jabatan presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf

Habibie. Atas desakan publik, Pemilu yang baru atau dipercepat segera

dilaksanakan, sehingga hasil-hasil Pemilu 1997 segera diganti. Kemudian ternyata

bahwa Pemilu dilaksanakan pada 7 Juni 1999, atau 13 bulan masa kekuasaan

Habibie. Pada saat itu untuk sebagian alasan diadakannya Pemilu adalah untuk

memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik, termasuk dunia

internasional, karena pemerintahan dan lembaga-lembaga lain yang merupakan

produk Pemilu 1997 sudah dianggap tidak dipercaya. Hal ini kemudian

dilanjutkan dengan penyelenggaraan Sidang Umum MPR untuk memilih presiden

dan wakil presiden yang baru. Pemilu ini dilakukan untuk memilih anggota DPR,

DPRD Tingkat I, dan DPRD Tingkat II.

d. Pemilu Tahun 1999

Pemilu tahun 1999 merupakan pemilu pertama sejak zaman orde baru runtuh dan

dimulailah era reformasi di Indonesia. Setelah tahun 1999, Indonesia pun kembali

melakukan pemilu setiap lima tahun sekali secara langsung. Bahkan pemilu 2004

merupakan pemilu pertama kali di Indonesia dimana setiap warga negara

Indonesia yang mempunyai hak pilih, dapat memilih langsung presiden dan

wakilnya selain pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Tingkat I, dan DPRD

tingkat II. Selain itu, sejak pemilu 2004, juga dilakukan pemilihan Dewan

Perwakilan Daerah (DPD). Pada pemilu tahun 2004 dan 2009, ditetapkan

parliamentary threshold (PT) sebesar 2.5%. Apabila partai politik yang

Page 23: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

17

memperoleh suara dengan persentase kurang dari 2,50% tidak berhak memperoleh

kursi di DPR.

e. Pemilu Tahun 2004 – 2014

Sejak pemilu tahun 2004 sampai dan puncaknya pada pemilu tahun 2014, seluruh

rakyat Indonesia kembali akan melakukan pesta demokrasi terbesar yaitu

pemilihan umum untuk menentukan tidak hanya anggota DPR, DPRD Tingkat 1,

DPRD Tingkat 2, dan DPD, tetapi juga memilih presiden dan wakil presiden

negeri ini. Pemilu legislatif akan dilakukan pada tanggal 09 April 2014 dan

pemilu presiden akan dilakukan pada tanggal 09 Juli 2014. Khusu Pemilu

Legislatif tahun 2014, dalam pelaksanaannya, terdapat 12 partai politik skala

nasional dan 3 partai lokal khusus untuk Provinsi Nangroe Aceh

Darrusalam.(kpu.go.id, 18 Juli 2015).

2.3. Pengertian Organisasi Kepemudaan

2.3.1. Organisasi

Pengertian organisasi pada dasarnya bermacam-macam. Menurut Kemala

et.al.(2004), terdapat dua teori penstrukturan, teori pertama (Negotiated-order theory)

berlandaskan pada pengertian struktur yang pertama yaitu struktur dinyatakan sebagai

suatu hubungan formal yang abstrak, yang membatasi bagaimana tingkah laku sosial

kita sehari-hari sedangkan teori kedua (Structuration) berlandaskan pada pengertian

struktur yaitu sebagai suatu perilaku, interaksi, kebiasaan, dan perasaan yang teratur

dan berpola. Pengertian kedua ini sangatlah bertentangan dengan pengertian pertama,

dimana pengertian pertama melihat struktur sebagai suatu aksi atau tindakan yang

berdiri sendiri dan sulit untuk dimengerti, pengertian kedua melihat bahwa struktur itu

Page 24: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

18

merupakan suatu aksi atau tindakan yang sudah jelas dan dapat dimengerti. Walaupun

kedua teori ini berbeda, namun pada dasarnya mereka sama-sama melihat struktur

sebagai suatu proses dan bentuk, sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur dapat

dilihat sebagai alur tindakan atau aksi yang secara teratur dan sebagai tradisi yang

sudah terbentuk yang merefleksikan dan membatasi tindakan atau aksi tersebut.

Dengan penjelasan ini, maka teori penstrukturan melibatkan penyelidikan

bagaimana perilaku dasar institusi dan aksi saling membentuk dan mempengaruhi satu

sama lainnya. Dari penjelasan-penjelasan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa

sekuensial perubahan struktur (teori penstrukturan) dipengaruhi oleh institusi dan aksi

secara bersamaan (paralel). Institusi menjadi awal tolak ukur perubahan struktur,

sedangkan aksi menjadi batasan perubahan struktur tersebut.

Secara umum, terdapat beberapa prinsip dasar organisasi (Sutarto, 1999)

sebagai berikut :

1. Perumusan tujuan yang jelas

Sebuah organisasi yang didirikan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas agar dapat dipahami oleh anggota

organisasi. Hal ini dapat menambah keyakinan dan motivasi anggota organisasi

dalam menjalankan tugas. Dan anggota organisasi dapat mengetahui beberapa hal

antara lain :

a. Hal-hal yang diharapkan organisasi dari anggota masing-masing.

b. Hal-hal yang diharapkan anggota dari organisasi.

c. Kesesuaian tujuan organisasi dengan tujuan pribadi anggota.

Page 25: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

19

2. Pembagian tugas pekerjaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi sangat banyak. Hal ini

memerlukan pembagian tugas pekerjaan, baik dalam satuan-satuan organisasi, dan

sub unit sampai dalam satuan pelaksana. Pembagian tugas ini dimaksudkan untuk

meringankan beban masing-masing anggota. Jadi pembagian tugas pekerjaan

merupakan aktivita untuk membagi tugas pekerjaan kedalam satuan tertentu atau

dalam bagian-bagian yang khusus.

3. Delegasi kekuasaan

Adalah penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan, dari

atasan kepada bawahan atau dari karyawan yang sederajat dalam suatu organisasi.

4. Rentangan kekuasaan

Adalah asas yang berkenaan dengan penentuan jumlah bawahan atau tanggung

jawab yang harus berada di bawah pengawasan pimpinan.

5. Tingkatan tata jenjang

Adalah jumlah tingkatan menuntut kedudukan dari atas ke bawah yang tiap-tiap

tingkatan terdapat pejabat dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab tertentu.

6. Kesatuan perintah dan tanggung jawab

Adalah perintah dan tanggung jawab yang diterima setiap pelaksana hanya dari

satu atasan saja sehingga saluran komunikasinya tegas.

7. Koordinasi

Adalah kondisi keharmonisan hubungan orang-orang dan pekerjaannya dalam

kerjasama yang selaras dan serasi yang diarahkan pada pencapaian tujuan.

Koordinasi dapat dilakukan dengan :

Page 26: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

20

a. Integrasi : usaha menyatu padukan unsur kegiatan sehingga tercipta kesatuan

yang utuh.

b. Simplifikasi : usaha membuat pekerjaan yang ruwet menjadi mudah.

c. Sinkronisasi : upaya menciptakan hubungan selaras, serasi dan seimbang antar

orang-orang dalam organisasi

2.3.2. Organisasi Kepemudaan

Dalam organisasi kepemudaan tercantum suatu tujuan yang harus dicapai sesuai

dengan bentuk organisasi tersebut bergerak pada bidang apa dan bagaimana cara

kerjanya. Bila dilihat dari tujuan organisasi kepemudaan yang ada pada saat awal

kemerdekaan, suatu organisasi pemuda hanya bergerak dalam pendidikan dan seni

budaya dan tidak terlalu jauh dari pada itu. Seperti halnya pada organisasi Boedi

Oetomo yang direkrut sebagai angota hanya terbatas dalam suatu wilayah. Namun

seiring dengan berjalanya waktu suatu oraganisasi berubah dan berkembang tujuannya

dan terbuka mengenai hal-hal yang bersifat umum, namun suatu oraganisasi di tuntut

untuk sangat peka terhadap lingkungan, kebijakan pemerintah, aparatur Negara, sosial

dan keagamaan.

Selain itu, organisasi kepemudaan juga merupakan lembaga nonformal yang

tumbuh dan eksis dalam masyarakat antara lain ikatan remaja masjid, kelompok pemuda

(karang taruna) dan sebagainya (Warastuti, 2006). Pengertian lain menyatakan

organisasi kepemudaan adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi

sehingga pada gilirannya organisasi kepemudaan memiliki tujuan terarah yang sesuai

dan diharapkan menjadi wadah komunikasi dan pemersatu generasi muda, sebagai

wadah penempatan diri bagi generasi muda.

Page 27: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

21

2.3.3. Organisasi Kepemudaan Bidang Keagamaan

a. Orang Muda Katolik (OMK)

Yang dimaksud dengan OMK menurut Pedoman Karya Pastoral Kaum

Muda (PKPKM) yang dikeluarkan Komisi Kepemudaan KWI adalah mereka yang

berusia 13 s.d. 35 tahun dan belum menikah, sambil tetap memperhatikan situasi

dan kebiasaan masing-masing daerah. OMK mencakup jenjang usia remaja, taruna

dan pemuda.

Kaum muda (youth) adalah kata kolektif untuk orang yang berada pada

rentang umur 11-25 tahun. Sedangkan Komisi Kepemudaan mengambil batas 13-35

tahun. Rentang umur ini merujuk pada buku “Pendidikan Politik Bagi Generasi

Muda dan Keputusan Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembinaan dan

Pengembangan Generasi Muda No. 01/BK tahun 1982 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda” yang dikeluarkan oleh

Kantor Menpora tahun 1985.

Rentang umur tersebut menunjukkan bahwa kaum muda terdiri atas usia

remaja sampai dengan dewasa awal. Rentang umur tersebut dikategorisasi lebih

rinci demi efektivitas pendampingan . Kategorisasi tersebut sebagai berikut:

1. Kelompok usia remaja (13 - 15 tahun)

2. Kelompok usia taruna (16 - 19 tahun)

3. Kelompok usia madya (20 - 24 tahun)

4. Kelompok usia karya (25 - 35 tahun)

Dalam pendampingan OMK harus dipandang sebagai pribadi yang sedang

berkembang. Mereka memiliki ciri khas dan keunikan yang tak tergantikan,

Page 28: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

22

kualitas, bakat dan minat yang perlu dihargai. Mereka mempunyai perasaan, pola

pikir, tata nilai dan pengalaman tertentu, serta masalah dan kebutuhan yang perlu

dipahami. Mereka memiliki hak dan kewajiban, tanggung jawab dan peran

tersendiri yang perlu diberi tempat. Semua itu merupakan potensi untuk

dikembangkan dalam proses pembinaan, sehingga kaum muda dapat berperan aktif-

positif dalam kehidupan Keluarga, Gereja dan Masyarakatnya.

Hendaknya OMK diberi kemungkinan, kesempatan, kepercayaan dan

tanggung jawab sebagai subyek dan pelaku utama proses bina diri dan saling bina.

Mereka bukan lagi bejana kosong yang perlu diisi atau lilin yang harus dibentuk

menurut selera para pembina. Dengan demikian, segala bentuk pembinaan yang

sifatnya menggiring, mendikte, mengobyekkan dan memperalat kaum muda demi

suatu kepentingan di luar perkembangan diri mereka dan peran serta tersebut di atas

haruslah dihindari dan dihilangkan. Hakekat pembinaan kaum muda, sebagai karya

pastoral, adalah pelayanan dan pendampingan.

Secara teritorial OMK, sebagai umat muda dalam suatu paroki adalah

OMK paroki, walaupun mereka dapat juga menjadi anggota pelbagai

wadah/kelompok/organisasi/gerakan kategorial sesuai minat, bakat dan keinginan

mereka. Dengan demikian, dimanapun mereka aktif dan melibatkan diri, bahkan

juga bila sama sekali belum aktif, secara teritorial merupakan warga paroki

setempat dengan OMK paroki sebagai “home base” (pangkalan induk) mereka.

Oleh karena itu, OMK haruslah menjadi basis pembinaan serta sumber inspirasi dan

motivasi untuk keterlibatan dalam berbagai wadah/ kelompok/organisasi/gerakan

kategorial, baik intern maupun ekstern gerejawi. Apabila konsep akomodatif OMK

Page 29: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

23

ini dipahami, maka pelbagai wadah/kelompok/organisasi/gerakan kaum muda

katolik dalam berbagai tingkatan tidak perlu saling menganggap sebagai pesaing

apalagi ancaman, melainkan justru sebagai kekayaan dan kekuatan OMK.

b. Remaja/Pemuda Masjid (REMAS)

Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan

aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan suatu masjid. Pembagian tugas dan

wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang

menggunakan konsep Islam dengan menerapkan asas musyawarah, mufakat, dan

amal jama'i (gotong royong) dalam segenap aktivitasnya. Di Indonesia, organisasi

pemuda remaja masjid seperti BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda remaja

Masjid Indonesia, Tahun berdiri 1977), JPRMI (Jaringan Pemuda Remaja Masjid

Indonesia, tahun berdiri 2003).

Terdapat dua jenis organisasi kepemudaan Agama Islam yaitu Remaja

Masjid dan Pemuda Masjid. Remaja Masjid memiliki kriteria rentang umur antara

Usia 15 - 25 tahun, hanya Mampu menjadi Muadzin dan pembaca Acara Hari Besar

Islam, serta hanya mampu membantu manajerial Dakwah dalam upaya

memakmurkan Masjid. Sedangkan Pemuda Masjid memiliki kriteria usia antara

Usia 25 - 40 tahun dan telah mampu menjadi Imam dan Khatib Salat Jama'ah serta

memiliki kemampuan manajerial secara fiqud Dakwah Islamiyah.

Komposisi yang mengisi struktur organisasi pengurus REMAS dan Pemuda

Masjid yang lengkap umumnya terdiri dari Ketua Umum, Ketua Bidang Pembinaan

Anggota, Ketua Bidang Kemasyarakatan, Ketua Bidang An-nisa', Sekretris Umum,

Bendahara Umum, Wakil Sekum Bidang Pembinaan anggota, Wakil Sekum Bidang

Page 30: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

24

Kemasyarakatan, Wakil Sekum Bidang An-Nisa', Wakil Bendahara Umum,

Departemen Dakwah, Departemen Pendidikan & Olahraga, Departemen

Perpustakaan, Departemen Mading & Buletin (Jurnalistik), Departemen Humas,

Departemen Sosial, dan Departemen An-Nisa'.

c. Organisasi Kepemudaan GMIT

Jabatan Keorganisasian menurut tata aturan Gereja Masehi Injili Di timor

(GMIT) Jabatan keoganisasian lingkup jemaat terdiri atas Jabatan pada kemajelisan,

Jabatan pada badan pembantu pelayanan (BPP) dan Jabatan pada penbantu

pelayanan (UPP).

Jabatan kemajelisan berpola pada dan pada prinsip presbiterialsinodal yaitu

dilaksanakan secara kolektif dengan jiwa saling menunjang dan saling melengkapi

sebagai wujud tanggung jawab timbal balik antara jemaat, klasis dan sinode.

Kemudian Jabatan pada badan pembantu pelayanan (BPP) dibentuk oleh

persidangan majelis jemaat atas rekomendasi persidangan untuk membantu

penyelenggaran pelayanan oleh majelis dalam bidan tertentu. Sedangkan Jabatan

pada unit pembantu pelayanan (UPP) dibentuk oleh majelis jemaat sebagai unit

pelayanan lingkup jemaat unutk melaksanakan tugas majelis jemaat pada kategorial

dan funsional dan profesional tertentu.

Pejabat pada kemajelisan dan pejabat pada badan pembantu pelayanan

(BPP) adalah prebister sedangkan pejabat pada unit pembantu Pelayanan (UPP)

diangkat oleh prebister dan/atau anggota jemaat non prebister.

Majelis jemaat adalah badan pelayanan jemaat yang menjalakan funsi

keorganisasian yang memimpin dan mengoordinasikan pelayanan jemaat. Anggota

Page 31: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

25

majelis jemaat terdiri dari semua anggota sidi jemaat dan telah dipilih dan

ditabiskan dalam pelayanan penatua, diaken dan pengajar ditambah pendeta yang

ditempatkan oleh MS GMIT. Majelis jemaat terbentuk sesudah pentabisan penatu

dan diaken serta pengajar. Majelis jemaat terbentuk diri dan pelaksanaan tugas

kepemimpinan dalam rapat majelis jemaat. Menurut aturan seharusnya majelis

jemaat mengadakan rapat paling kurang tiga kali setahun. Diluar majelis jemaat

tidak berfunsi.

Sebagai badan pemimpin jemaat maka majelis jemaat memiliki dua tugas

penting yaitu merencanakan kepemimpinan dan pelayanan serta mengakomodir

pelaksanakan pelayanan. Dalam jemaat. Kedua tugas itu dilaksanakan melalui

persidangan majelis jemaat. Supaya sidang majelis jemaat dapat berlangsung

dengan baik maka sinode GMIT menetapkan asa kerja yaitu presbiterial – sinodal

yang menekankan kemajelisan, kebersamaan, kesetaraan dalam pemusyaaratan, jadi

dalam sistim presbiterial sinodal, sidang merupakan kata kunci bagi kebersamaan

yang mencari dan merumuskan kehendak Allah Tritungal.

Dalam praktek ada kendala dalam melaksanakan asas presbiterial sinodal

antara lain usia dan usia kerja dalam jemaat, budaya (soal gender) kendala sosial

(jabtan dalam masyarakat asli dan pendatang) Hasil rapat jemaat umumnya

dituangkan dalam program pelayanan dilengkapi APBJ dan dan keputusan non

program yang menyangkut hal teknis kepemimpinan dan koordinasi dan kebijakan

lainya.

Materi rapat untuk meyusun program diperoleh, sebagai konsep, dari

majelis jemaat harian , UPP kategorial-funsional,profesional. Dll. Untuk

Page 32: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

26

kelancaraan tugas tugas kepemimpinan dan pelayanan maka majelis jemaat

menetapkan, menata dan membentuk hal-hal yang menunjang pelaksanaan

pelayanan yaitu menata jemaat dan rayon .

Menetapkan adanya kantor dan sistim kerja di kantor dan tenaga tata usaha

serta fasilitas penunjangnya. Mengatus pembagian tugas para pendeta (kalau lebih

dari satup pendeta menetapkan pengajar, penatua diaken ditiap rayon.

Merencanakan bentuk pelayanan lain sesuai kebutuhan dalam jemaat. Dan dalam

masyarakat.

Majelis jemaat membatu mejelis jemaat harian untuk melaksanakan tugas

kepemimpinan sehari-hari. Majelis jemaat majelis jemaat harian bertanggung jawab

kepada majelis jemaat pada persidangan MJ. Dengan kata lain majelis jemaat

harian adalah alat kerja majelis jemaat dan bertanggung jawab kepada mejelis

jemaat.sekali pun mejellis jemaat harian juga memiliki kewenangan unutk

memutuskan hal-hal yang belum diatur oleh majelis jemaat dengan kewajiban

untuk melaporkan kepada mejelis memaat dalam rapat berikut.

Tugas mejelis jemaat harian adalah melaksanakan tugas administrasi MJ,

memimpin dan mengawasi pelaksanaan progaram pelayanan jemaat,

mengkoordinasi pelaksanaan tugas, UPP, mentusun konseb anggaran dan

pendapatan jemaat, megelola dan mengawasi pembendaharaan GMIT. Yang ada di

jemaat, merencanakan dan melaksanakan sidang MJ, dan persidangan jemaat.

Teknis nya dapat dirinci sebagai berikut : menyipkan alak kerja (buku catatan),

mejelaskan alur laporan kerja dan hasih kerja penatua diaken di rayon, mengawasi

pelayanan rayon, menyiapkan alat kerja bagi UPP kategorial, funsional, temaksuk

Page 33: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

27

keuangan untuk dibukukan, meminta laporan pelayanan dan hasil pelayanan dari

rayon da UPP, kategorial, funsional termaksud keuangan unutk di bukukan,

mengadakan hubungan kerja dan menyelaisaikan tugas-tugas kejemaatan dengan

dengan jemaat GMIT. Lainya, dengan mejelis klasik dan mejelis sinode, mengelola

dan melaksanakan pelayanan yang diadakan terousat digedung ibadah ( kebaktian

hari minggu, pelayanan sakramen, pelayanan khusus) dan bersama dengan penatua

diaken yang bertugas di rayon, mengatur pelayana khusus, di rayon, mengeatur dan

menyebar informasi pelayanan, menerima dan meyebar informasi pelayanan,

menerima dan melayani permintaan warga dibidang organisasi administrasi,

mempersiapkan segala hal, bagi lancarnya rapat mejelis jemaat, waktu, tempat dan

agenda rapat.

Materi rapat seperti surat masuk surat keluar, mesalah yang hendak dibahas

termaksud meminta konseb program dari UPP kategorial dan funsional, dari

penatua diaken di rayon, dari penatuan dan diaken dirayon, dan menyatukannya

sebagai konseb PP Jemaat. Untuk kelancaraan tugas mejelis jemaat harian

mengadakan rapat majelis harian sekurang kurangnya sekali sebulan.

Penatua dalam GMIT memiliki tugas antara lain bersama dengan pendeta

melaksanakan panca pelayanan, melaksankan kunjungan rumah tangga dan

pelayanan pastoral secara mandiri dan/atau bersama dengan pejabat pelayanan

lainya, ikut menjaga dan memelihara keuntuhan dan persekutuan jemaat sebagai

keluarga Allah, ikut melaksanakan pelaynan terhadap kelopok keterogial dan

funsional, memimpin kebaktian dan pemahanan alkitabiah di rumah tangga, serta

memimpin kebaktian orang mati.

Page 34: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

28

Penatua melaporkan pertanggung jawapkan kepada Tuhan dan melaporkan

pelaksanaan tugasnya melalui laporan majelis jemaat kepada persidangan jemaat.

Sedangkan wewenang diaken antara lain melaksanakan pelayanan kasih, dalam

dalam berbagai bentuk yaitu diakonia karikatif dan tranformasi, mengikuti

persidangan jemaat dan turut mengambil keputusan, serta mengemban jabatan

keorganisasian dalam majelis jemaat. Selain itu, Diaken bertugas untuk bersama

dengan pendeta melaksanakan panca pelayanan, mendoakan, dan merawat anggota

jemaat yang sakit, mengoganisasian pemberian bantuan bagi kaum miskin di dalam

dan diluar jemaat, memfasilitasi pemberdayaan ekonomi anggota jemaat, bekerja

sama dengan berbagai pihak didalam dan dilluar jemaat unutk menjelangaraan

pendidikan formal dan informal dalam jemaat, serta mengoganisasikan bantuan

hukum dan afokasi bagi korban kekerasan, ketidakadilan dan penindasan, serta

pemberdayaan dan pedampingan hak-hak mayarakat baik yang berada didalam dan

diluar jemaat.

Selain Diaken, juga terdapat jabatan pengajar yang memiliki kewenangan

untuk melaksanakan kegiatan pengajaran dalam jemaat, mengikuti persidangan

jemaat dan turut mengambil keputusan, mengawasi ajaran dalam jemaat, serta

mengemban jabatan keorganisasian dalam mejelis jemaat. Sedangkan tugas

pengajar adalah bersama-sama dengan pendeta unutk melaksanakan panca

pelayanan, mengorganisasikan pelayanan pengajaran dalam jemaat, melaksanakan

pengajaran iman kristen bagi anggota sidi dan kelompok kategorial funsional, serta

bersama pendeta mempersiapkan dan membahas bahan-bahan peengajaran bagi

anggota jemaat, terutama PAR dan katekasasi.

Page 35: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

29

2.3.4. Pengertian Kabupaten

a. Pengertian Pemerintah Kabupaten

1) Pemerintah Kabupaten

Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah memegang

peranan yang paling utama disamping faktor nasyarakat, wilayah, maupun modal

kerja. Di Indonesia, penyelenggaraan pemerintah daerah didasarkan pada prinsip–

prinsip pemberian otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, yang dalam

pelaksanaannya dilakukan bersama – sama dengan atas desentralisasi, asas

dekonsentrasi dan atas asas tugas perbantuan. Prinsip dasar hukum berdirinya

pemerintah daerah tercantum dalam Undang - Undang Dasar1945 pasal 18

berbunyi :

Pembagian daerah di Indonesia atas daerah besardan kecil dengan bentuk susunan

pemerintahannya ditetapkan dengan Undang – Undang dengan mengingat dan

memandang dasar permusyawaratan dalam sistim pemerintahan Negara dan hak–

hak asal–usul dalam daerah daerah yang bersifat istimewa.

Untuk pelaksanaan pemerintah di daerah, maka diterbitkan Undang–

Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pasal 2 ayat 1

menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah–

daerah Propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang

masing masing mempunyai pemerintahan daerah dengan tugas antara lain sebagai

berikut :

a) Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan.

Page 36: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

30

b) Menjalankan otonomi seluas – luasnya kecuali urusan pemerintahan yang

menjadi urusan pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

c) Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki

hubungan dengan pemerintah dan dengan pemerintah daerah lainnya.

d) Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan

umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

e) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan

sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras.

f) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan

sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan

antarsusunan pemerintahan.

g) Negara menghormati dan mengakui satuan – satuan pemerintahan daerah

yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang –

undang.

h) Negara mengakui dan menghormati kesatuan – kesatuan masyarakat hukum

adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Undang–Undang No 32 Tahun 2004, daerah otonom, selanjutnya

disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam sistim Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mengetahui

Page 37: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

31

suatu daerah mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, terdapat

beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

(1) Kemampuan struktural organisasi, yaitu struktur organisasi pemerintahan

daerah yang mampu menampung segala aktivitas dan tugas – tugas yang

menjadi tanggung jawabnya.

(2) Kemampuan aparatur pemerintah daerah, aparat pemerintah mampu

menjalankan tugasnya dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah,

keahlian, moral, disiplin, dan kejujuran dapat menunjang tercapainya tujuan

pemerintah daerah.

(3) Kemampuan mendorong partisipasi masyarakat, maksudnya dengan struktur

organisasi dan kemampuan aparat pemerintah daerah menginginkan rakyat

mau berperan serta dalam kegiatan pembangunan.

(4) Kemampuan keuangan daerah, hal ini berkaitan dengan tercapainya semua

kegiatan guna mencapai tujuan tertentu dan memerlukan biaya yang tidak

sedikit, untuk itu diharapkan untuk itu pemerintah diharapkan mampu

membiayai semua kegiatan sebagai pelaksanaan pengaturan dan pengurusan

rumah tangga sendiri.

2) Kabupaten Manggarai Timur

a. Dasar Hukum Pembentukan Kabupaten dan Letak Geografis Kabupaten

Manggarai Timur

Kabupaten Manggarai Timur merupakan hasil pemekaran dari

kabupaten Manggarai,tepatnya pada tanggal 11 Nopember 2007. Secara

formal-legal, pembentukan Kabupaten Manggarai Timur ditetapkan dengan

Page 38: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

32

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2007 tentang

Pembentukan kabupaten Manggarai Timur (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun2007 Nomor 102, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725),dengan demikian Kabupaten Manggarai Timur

menjadi salah satu Kabupaten dari Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Secara Astronomis Kabupaten Manggarai Timur terletak antara 08°,

14’- 09°,00 Lintang Selatan dan 120°, 20’-120°, 55’ Bujur Timur, dan

berdasarkan posisi georgafisnya,kabupaten Manggarai Timur memiliki batas-

batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Laut Flores

Sebelah Selatan : Laut Sawu

Sebelah Timur : Kabupaten Ngada

Sebelah Barat : Kabupaten Manggarai

Pola topografi ini sedikit banyak mempengaruhi bentuk tata guna

lahan yang ada sebagai berikut :

Daerah Timur hingga barat kota Borong terutama sepanjang jalan lintas

Flores merupakan daerah pemukiman penduduk dimana daerah ini

mempunyai tingkat kemiringan yang relatif agak rendah.selain itu

disekitar pemukiman penduduk dimanfaatkan oleh warga untuk lahan

pertanian,seperti membuat sawah.

Lahan dengan tingkat kemiringan Tinggi yang berada di Utara,Kota

Borong adalah daerah kawasan hutan lindung,disamping itu merupakan

kawasan perkebunan kemiri,kopi dan cocoa,vanili.

Page 39: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

33

b. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah Penduduk suatu suatu daerah menjadi salah satu tolak ukur

pemerintah daerah dalam mengambil berbagai kebijakan strategis dalam

pembangunan. Dengan data kependudukan yang benar, akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan, akan memperbesar tingkat keberhasilan suatu

kebijakan yang nantinya tepat guna dan tepat sasaran.

Jumlah penduduk Kabupaten Manggarai Timur berdasarkan hasil

sensus penduduk tahun 2010 adalah sebesar 258.931 orang, yang terdiri atas

128.375 laki-laki dan 130.556 perempuan. Penyebaran penduduk Kabupaten

Manggarai Timur masih bertumpu di Kecamatan Borong yakni sebesar

59.867 orang atau 23,12 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Poco

Ranaka sebesar 59 193 orang atau 22,86 persen,kemudian Kecamatan Kota

Komba sebesar 48 898 orang atau 18,88 persen dan kecamatan lainnya di

bawah sepuluh persen.

c. Luas Wilayah

Luas wilayah KabupatenManggarai Timur sekitar 2.518,55 kilometer persegi

atau 100,00% yang didiami oleh 258.391 orang maka rata-rata tingkat

kepadatan penduduk Kabupaten Manggarai Timur adalah sebanyak 80 orang

per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan

penduduknya adalah Kecamatan Borong yakni sebanyak 565 orang per

kilometer persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan

Lambaleda yakni sebanyak 34 orang per kilometer persegi.

Page 40: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

34

d. Persebaran Kepadatan Penduduk

Distribusi penduduk Kabupaten Manggarai Timur dapat dikatakan

tersebar tidak secara merata untuk masing-masing kecamatan. Kecamatan

dengan jumlah penduduk paling banyak adalah Kecamatan Borong dengan

59.876 jiwa (23,12%), sedangkan Kecamatan Sambi Rampas merupakan

kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu27.226 jiwa

(10,51%). Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Manggarai Timur pada

Tahun 2010 adalah 102,81 jiwa/km2. Kepadatan penduduk paling tinggi

adalah di Kelurahan Rana Loba Kecamatan Borong dengan tingkat kepadatan

sebesar 5.490.jiwa/km2, sedangakan Desa Compang Congkar Kecamatan

Sambi Rampas memiliki tingkat kepadatan terendah dengan 1.167 jiwa/km2.

(Buku Putih Percepatan Perkembangan Sanitasi Permukiman Kabupaten

Manggarai Timur, 2010 : II-1).

2.3.5. Pengertian Masyarakat Adat

Masyarakat adat merupakan istilah umum yang dipakai di Indonesia untuk

paling tidak merujuk kepada empat jenis masyarakat asli yang ada di dalam negara-

bangsa Indonesia. Dalam ilmu hukum dan teori secara formal dikenal Masyarakat

Hukum Adat, tetapi dalam perkembangan terakhir, masyarakat asli Indonesia

menolak dikelompokkan sedemikian mengingat perihal adat tidak hanya menyangkut

hukum, tetapi mencakup segala aspek dan tingkatan kehidupan.

Pengertian ini tidak merujuk kepada defenisi secara tertutup tetapi lebih

kepada kepada kriteria, agar dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang besar

Page 41: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

35

kepada komunitas untuk melakukan self identification/ mengidentifikasikan dirinya

sendiri.

Pengertian Menurut AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) pada

Kongres I tahun 1999 dan masih dipakai sampai saat ini adalah: "Komunitas-

komunitas yang hidup berdasarkan asal usul leluhur secara turun-temurun di atas

suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam,

kehidupan sosial budaya yang diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat yang

mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”.

2.3.6.Sekilas Budaya Manggarai

Secara historis, pelaksanaan pemerintahan di wilayah Manggarai telah berjalan

sebelum kedatangan bangsa Eropa dan pengaruh kesultanan dari luar. Terdapat tiga

subjek pemerintahan yang berlaku di Manggarai yaitu Tu’a Golo, Tua’a Teno dan

Tu’a Panga. Tu’a Pangamemiliki peran memimpin Tu’a-Tu’a Kilo (Gabungan Kilo-

Kilo atau keluarga), Tu’a Teno memiliki tugas khusus berkaitan dengan pembagian

tanah masyarakat komunal dan Tu’a Golo adalah pemimpin atas seluruh Golo yang

tergabung dalam wilayah yang lebih luas.

1) Bentuk Rumah Adat Manggarai

Mbaru tembong adalah istilah untuk rumah adat manggarai baik manggarai barat

maupun manggarai timur. Mbaru tembong terdiri dari dua kata yaitu mbaru dan

tembong. Mbaru = rumah; tembong = gendang (sejenis tiffa/ketipung gendang adalah

sebuah alat kesenian daerah yang terbuat dari kulit kambing dan kayu enau/pohon aren.

Dalam tatacara membuka sebuah kampong baru, di manggarai timur biasanya

membangun mberu tembong terlebih dahulu. Letaknya harus berada ditengah nantaI

Page 42: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

36

atau halaman umum kampong. Mbaru tembong sederhananya adalah rumah untuk

menyimpan gendang, dibeberapa tempat di manggarai raya mbaru tembong biasa juga

disebut sebagai mbaru gendang. Setelah pembangunan selesai barulah dibangun

rumah-rumah tempat tinggal lainya yang disebut mbaru pa’ang agu pepa, karena

rumah-rumah tempat tinggal ini dibangun mengelilingi mbaru tembong.

Mbaru tembong adalah sebuah bangunan besar dan harus luas, didalamnya

dibikin bilik-bilik sejumlah turunan yang mendirikan kampong halaman tersebut.

Bangunan mbaru tembong berbentuk bulat, atapnya kerucut, yang ditengah atapnya

yang tinggi dipasang kepala hewan kurban untuk diatas atap dipasang kepala kerbau

sebagai hewan kurban awal dikampung halaman tersebut, dibawah atap dipasang

sayap ayam jantan putih/ atau ayam jantan berwarna /berbulu tiga. Dalam

pembangunan mbaru tembong semua warga kampong wajib mengambil bagian,

partisipasi warga dapat berupa tenaga, pangan, laukpauk atau material lainya.

Mbaru tembong beratapkan ijuk murni, berdindingkan papan/pelupu, berbentuk

mbaru niang, yaitu rumah yang berbentuk kerucut dan tidak dibangun langsung diatas

tanah tetapi diatas tiang-tiang batu atau kayu menyerupai panggung, atapnya dibuat

dari wunut/ijik dan diujung atas atap dipasang rangga kaba atau tanduk kerbau.

Dipilihnya kerbau karena bagi orang manggarai timur kerbau memiliki peranan lebih

dalam kehidupan sehari-hari, kerbau lambang kejantanan, kebesaran dan kerbau juga

dipakai sebagai maskawin (belis) saat upacara lamaran, kerbau juga dipakai dalam

upacara besar penti atau syukuran keluarga besar kerbau juga dipakai sebagai hewan

kurban dalam acara kelas (kenduri), untuk orang yang sudah meninggal.

Page 43: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

37

Jumlah kamar dalam mbaru tembong sesuai dengan jumlah panga atau

keluarga.Satu kepala keluarga mewakili satu panga untuk tinggal atau menjaga kamar

di mbaru temong.Mbaru tembong yang dihuni oleh lebih dari satu keluarga disebut

juga dengan mbaru neki, atau mbaru lappu artinya rumah tinggal bersama.Jumlah

panga dapat dilihat pada banyaknya kinang(kuda-kuda atap).

Pada umumnya orang yang tertua memperoleh kamar paling belakang, pintu

kamarnya menghadap kedepan.Ini merupakan tempat terhormat baginya.Bagian depan

dekat pintu masuk ditempati oleh mereka yang lebih muda sebagai symbol kadernisasi

dan mendorong peran anak cucu kepentas public. Ukuran kamar dalam mbaru

tembong sama, dan memiliki pembatas/sekat-sekat. Pada bagian tengah terdapat

ruangan yang luas yang diperuntukan untuk pertemuan atau aktivitas lainya yang

berkaitan dengan social kemasyarakatan komunitas.

Pada titik pusat dalam lingkaran mbaru tembong terdapat siri bongkok, (tiang

penyanggah utama). Didalam mbaru tembong ada juga disiapkan tempat untuk

perapian /tungku api untuk mengolah makan minum komunitas. Lengkap dengan

tungku masing-masing panga. Diatas tungku selalu ada leba/ loteng kecil untuk

menyimpan stock lauk pauk dan daging yang selalu diasapi (diawetkan secara alami)

untuk bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Dihalaman depan diluar rumah

dibangun compang (mesbah) sebagai pusat kegiatan ritus-ritus adat, yang berkaitan

dengan penti, tempal, barong wae, dan dipercaya sebagai tempat yang cocok untuk

berkomunikasi dengan leluhur sebelum memulai kegiatan bercocok tanam, mohon

berkat atas bibit yang digunakan di areal pertanian, sykururan hasil panen. Compang

Page 44: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

38

ini terbuat dari batu bersusun berbentuk melingkar, dan bahan utamanya adalah batu

kali dan batu gunung.

Ditengah-tengah compang terdapat batu yang berukuran besar untuk menutupi

bagian atas compang karena masyarakat adat manggarai timur percaya compang

adalah tempat untuk menaruh sesajian kepada Mori Kraeng (Mori Kraeng adalah

Tuhan Maha Pencipta, Maha Tahu, Maha kasih) bagi yang ada di bumi. Mori kraeng

dipahami sebagai yang punya alam semesta diperkuat dengan mantra awal setiap acara

adat.

2) Fungsi Rumah Gendang (mbaru tembong)

Mbaru tembong merupakan tempat untuk melaksanakan acara-acara adat

didalam kampung (beo), mbaru tembong juga sebagai tempat yang pertama dikunjungi

oleh tamu-tamu kalau untuk pertama kalinya datang ke kampung halaman tersebut.

Mbaru tembong juga memiliki dan menyimpan beberapa alat pertanian, alat berburu

dan kesenian setempat sebagai bagian dari budaya dan adat istiadat. Gong dan

gendang dan barang-barang pusaka lainya hanya bisa disimpan di mbaru tembong.

Dapat dimainkan pada waktu-waktu tertentu, untuk meramaikan suasana suatu acara,

bahkan gong dan gendang dibunyikan Kalau ada informasi tentang kegiatan yang

berlangsung ditengah masyarakat.pemuka adat biasanya membunyikan gong, yang

oleh anggota masyarakat dipahami dari banyak sedikitnya pukulan (bertalu-talu

artinya mendesak, tersendat-sendat artinya siap-siap, satu – tiga kali artinya sebagai

undangan untuk berkumpul. Oleh komunitas adat suara gong sama dengan panggilan

dari rumah tembong. Mbaru tembong juga dipandang sebagai tempat berlangsungnya

musyawarah adat untuk melahirkan suatu putusan (rinteng). Pengumuman dari tua

Page 45: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

39

adat atau tua gendang tentang suatu keputusan yang sudah diikuti (disepakati) oleh

seluruh tua panga. Contoh jika terjadi masalah antara keluarga, antar kelompok, antara

etnis mbaru tembong dipakai sebagai ruangan pengadilan adat. “ ..… doong tombo,

taang palak, coom ba le tua golo, sasa sangen sala wedus sanggen nggeluk coom

tombo molor ele tua teno…” ( ini diinterpretasikan jikalau pembicaraan sudah tak ada

jalan antara yang bermasalah, sebaiknya diselesaikan di mahkamah adat; supaya

menyelesaikan semua perkara dengan adil dan jujur, untuk mengembalikan/menjaga

keberlangsungan kehidupan bersama dalam suku dan adat istiadat yang sama).

Meski jaman terus berubah keberadaan mbaru tembong di pedalaman

manggarai timur masih berdiri kokoh dalam spiritualitas untuk keseimbangan jari agu

dedekdia yang cipta dia juga yang melipatgandakan hasil yang berlimpah, kalau kita

sungguh tekun dan telaten menyelesaikan segala pekerjaan kita.

3) Nilai hayati Mbaru Tembong

(a) Persatuan dan musyawarah

Bentuk dan keberadaan mbaru tembong menunjukan sifat orang manggarai yang

musyawarah untuk kata sepakat/mufakat; yang didukung dengan goet

(kiasan)”….bantang sama reje leleng, nai sa anggit, tuka sa leleng kudut, todo

kongko kope oles, neho muku sa puu neka woleng curup, teu sa ambo neka

woleng lako, rangka lama kaeng sama sa nantas, duat gula we’e mane, ejor beo

lonto remo, uwa gula bok leso, One sa beo lejong, sa nantas labar, sa mbaru

kapu…” Makna ungkapan tersebut adalah seia sekata dalam segala perkataan dan

perbuatan. Prinsip ini mengajak kita untuk selalu mengedepankan musyawarah

dalam memecahkan persoalan bersama.

Page 46: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

40

(b) Kepemimpinan

Siri bongkok didalam mbaru tembong adalah symbol pemimpin/ kepemimpinan.

Sebagai orang manggarai/ manggarai timur pemimpin dapat dimaknai sebagai

kepala keluarga, kepala suku, kepala pada suatu acara adat juga sebagai kepala

pemerintahan desa. Sebagai orang manggarai timur semuanya diutus untuk

menjadi kepala/perutusan dari masyarakat adat. Pemimpin yang baik harus seperti

siri bongkok yang menyanggah beban utama bangunan rumah adat. Dan harus

berada ditengah-tengah, pembela kebenaran dan keadilan, jujur dan tegas dalam

setiap putusan. Yang didukung dengan goet atau ungkapan “… olong anor po

lako; olong nuuk po curup, widang one wina ata dian, naa one anak ata pas,

kawe ase kae neka woleng tae, sa tuka sa nai teti wa, na’a eta, kudut sama-sama

tawa agu daler ali ghaengs taungs kawe, mena taungs depa; kudut toto molor

ngger olon, neka nuring kole musi; ndorik olon wenggong musi kudut sai morijari

tiba mori di’a…..hal ini dapat dimaknai Harus kuat dan selalu mendorong anggota

komunitas kepada hal-hal yang mendatangkan kebaikan bersama dalam rupa-rupa

karunia tetapi satu arah demi Kemuliaan Allah Yang Maha Tinggi.

4) Beberapa istilah dalam Adat Manggarai

(a) lingko

lingko adalah hamparan tanah pertanian yang dibagikan kepada anggota

kluarga komunitas suku adat, sebagai lahan garapan untuk kegiatan pertanian dan

peternakan.Lahan pertanian dibagi dalam dua kelompok garapan.Lodok dan sular.

Lingko adalah lahan garapan untuk pertanian dan peternakan, dibagi

kepada semua anggota komunitas suku, serta dibagi dengan cara moso. Moso

Page 47: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

41

adalah pembagian lahan pertanian seperti pembagian segitiga sama kaki, setiap

orang memperoleh bagian dan ukuran yang sama dari lodok sampai dengan sising.

(c) Lodok adalah titik pusat perkebunan lalu ditarik garis lurus kea rah sising dengan

sangat adil dan merata.Menyerupai jarring laba-laba di pusatnya kecil di luarnya

besar.Dipusat sering digunakan untuk upacara adat yang berkaitan dengan ritus-

ritus adat dalam kegiatan pertanian.

Keunggulan lodok adalah semua orang dapat, semua sama lebar dan

panjang, sama-sama mulai garap, sama-sama menuai hasil panen, dalam semangat

leles, kokor tago, yaitu kerjasama saling bantu antara anggota masyarakatdalam

mengelola lahan.Kepemilikan didalam lingko ini dilarang untuk menjual dengan

sesuka hati kecuali atas persetujuan komunitas adat yang memilikinya. Lodok

juga sering dimaknai sebagai tanah yang harus ditanami benih untuk ketahanan

pangan masyarakat setempat, dimaknai sebagai lahan garapan dari titipan leluhur,

untuk kehidupan yang berkecukupan.

(d) Sising adalah batas terluar wilayah lingko, bias berbatasan dengan lingko-longko

yang lain, bahkan dari komunitas adat gendang yang lain.

(e) Sular adalah lahan garapan yang didapat diluar wilayah lingko, sular ini tidak

wajib dibagikan kepada setiap anggota masyarakat adat.Karena sular sering

diperuntukan untuk keturunan weta garis keturunan mama anak wina.Asal rajin

dan mau bekerja keras silakan garap sepengetahuan tua teno/tetua adat.Dalam

kehidupan orang manggarai timur pengarap-penggarap lahan di daerah SULAR

ini sering dilakukannya transaksi jual beli tanah.

Page 48: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

42

Dengan demikian falsafah orang manggarai GENDANG ONE LINGKO

PEANG adalah spirit untuk hidup selalu berdampingan dengan alam semesta, saling

berbagi, saling melayani saling mendukung, dan saling menghormati.yang didukung

dengan goetyang membentuk karakter. Manggarai timur adalah karakter : karakter

tekun,ulet, pekerja keras cerdik pandai, terak puung etan, tango puung danong, artinya

kesuksesan itu adalah berkat leluhur, yang didukung oleh karakter tekun,ulet, pekerja

keras cerdik pandai

Page 49: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. DESAIN PENELITIAN

Rancangan penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas

terhadap pelaksanaan penelitian sehingga mampu menjawab pertanyaan dan permasalahan

setepat mungkin. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah studi deskriptif, karena

berusaha menjelaskan kondisi dari suatu fenomena yang akan diteliti. Dalam penelitian ini,

peneliti ingin mengetahui dan mendapatkan informasi tentang peran tokoh agama, tokoh

adat, dan guru terhadap political voluntarism di Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT.

3.2. METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data yang valid untuk

memecahkan permasalahan yang muncul, sehingga langkah-langkah yang ditempuh dalam

penelitian harus sesuai dengan masalah yang dirumuskan. Metode penelitian dipakai sebagai

acuan tentang rencana dan prosedur bagaimana penelitian itu dilaksanakan.

Sedangkan rancangan penelitian menggunakan pendekatan deksriptif kualitatif dalam

menjelaskan hubungan antara peran tokoh agama, tokoh adat, dan guru terhadap political

voluntarism di Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT yang menggunakan teknik

penelitian survey yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi

data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif, dan hubungan-hubungan antar variabel

sosiologis maupun psikologis. (Sugiyono, 2003: 7).

Page 50: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

44

3.3. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

3.3.1. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai selama Bulan Juni 2015.

3.3.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada beberapa kelompok yaitu :

a. Kelompok muda-mudi keagamaan yang terdiri dari Mudika Katolik yang tergabung

dalam organisasi OMK (Orang Muda Katolik), REMAS (Remaja Masjid/Pemuda

Masjid) untuk yang beragama Islam, dan GMIT untuk organisasi Kepemudaan Kristen;

b. Kelompok Masyarakat Adat yang terbagi dalam tiga Gendang yang terdiri dari

Masyarakat Adat Gendang Mano, Masyarakat Adat Gendang Riwu, dan Masyarakat

Adat Gendang Manus.

c. Kelompok Sekolah yaitu siswa-siswi pada SMUN 1 Sita Kaca, SMUN 4 Borong, dan

SMUK Pancasila Borong

Secara prosedural, kegiatan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai

berikut : (1) mengurus surat tugas atau ijin penelitian yang ditanda-tangani oleh Ketua

KPU Kabupaten Manggarai Timur (2) Melakukan pengumpulan data dan penelitian.

Pengumpulan data dilakukan selama satu minggu, yaitu dari tanggal 29 Juli 2015 sampai

dengan tanggal 4 juli 2015 melalui penyebaran kuesioner dan pertanyaan wawancara.

3.3.3. Gambaran Umum Obyek Penelitian

3.3.3.1. Kelompok Organisasi Keagamaan

a. Organisasi Kepemudaan Katolik Paroki St. Gregorius Borong

Gereja Katolik St. Gregorius Borong merupakan salah satu dari 76 paroki

yang bernanung dibawah Keuskupan Ruteng dengan luas wilayah mencapai 7.136

Page 51: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

45

KM2

, dengan wilayah keuskupan mencakup tiga kabupaten yaitu Kabupaten

Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat, dan Kabupaten Manggarai Timur dengan

batas wilayah meliputi Keuskupan Agung Ende di timur, Laut Flores di Utara,Laut

Sawu di selatan, dan Selat Sape di bagian barat.

PAROKI ST. GREGORIUS BORONG, Tahun Berdiri 15 Agustus 1964

dengan 50 orang umat perdana, dan sampai dengan sekarang pada Tahun 2015,

jumlah umat mencapai 14.022 orang. Secara administratif struktural, Paroki Borong

berada dibawah Kevikepan Borong. Kevikepan Borong sndiri berdiri pada tahun

1982 dengan Nama Dekenat Borong dan sampai saat ini dikenal dengan sebutan

KEVIKEPAN BORONG yang menaungi 28 Paroki diseluruh Kabupaten

Manggarai Timur. (Info P Robertus secretariat Paroki St. Gregorius Borong).

Dalam kegiatan pelayanan pastoral kepada umat, serta sebagai sebuah

bagian penting dalam wilayah Keuskupan Ruteng, Paroki St. Gregorius Borong

terdiri dari 4 wilayah stasi yaitu Stasi Jawang, stasi Toka, Stasi Peot, dan Stasi

Longko. Masing-masing stasi tersebut tetap merupakan kesatuan wilayah Paroki St.

Gregorius Borong dan dinahkodai oleh hanya seorang Pastor Paroki serta didukung

oleh berbagai elemen antara lain umat, wilayah paroki, dewan paroki, termasuk

organisasi kpemudaan Katolik bernama OMK (Orang Muda Katolik). Organisasi

Kepemudaan Katolik Paroki St Gregorius Borong bernaung dalam wadah bernama

Orang Muda Katolik (OMK) dan dikoordinir oleh seorang Ketua OMK dan Pastor

Paroki Borong sebagai pelindung. Menurut Pedoman Karya Kaum Muda (PKPKM)

dari Komisi Kepemudaan KWI, OMK adalah mereka yang berusia 13 sampai

dengan 35 tahun dan belum menikah, sambil tetap memperhatikan situasi dan

Page 52: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

46

kebiasaan masing-masing daerah. Dalam pendampingan OMK harus dipandang

sebagai pribadi yang sedang berkembang. Mereka memiliki ciri khas dan keunikan

yang tak tergantikan, kualitas, bakat dan minat yang perlu dihargai. Mereka

mempunyai perasaan, pola pikir, tata nilai dan pengalaman tertentu, serta masalah

dan kebutuhan yang perlu dipahami. Mereka memiliki hak dan kewajiban,

tanggung jawab dan peran tersendiri yang perlu diberi tempat. Semua itu

merupakan potensi untuk dikembangkan dalam proses pembinaan, sehingga kaum

muda dapat berperan aktif-positif dalam kehidupan Keluarga, Gereja dan

Masyarakatnya.

Berdasarkan berbagai potensi tersebut, maka hendaknya OMK diberi

kemungkinan, kesempatan, kepercayaan dan tanggung jawab sebagai subyek dan

pelaku utama proses bina diri dan saling bina. Mereka bukan lagi bejana kosong

yang perlu diisi atau lilin yang harus dibentuk menurut selera para pembina.

Dengan demikian, segala bentuk pembinaan yang sifatnya menggiring, mendikte,

mengobyekkan dan memperalat kaum muda demi suatu kepentingan di luar

perkembangan diri mereka dan peran serta tersebut di atas haruslah dihindari dan

dihilangkan. Hakekat pembinaan kaum muda, sebagai karya pastoral, adalah

pelayanan dan pendampingan.

Secara teritorial OMK, merupakan umat muda dalam suatu paroki,

walaupun mereka dapat juga menjadi anggota berbagai

wadah/kelompok/organisasi/gerakan kategorial sesuai minat, bakat dan keinginan

mereka. Dengan demikian, dimanapun mereka aktif dan melibatkan diri, bahkan

juga bila sama sekali belum aktif, secara teritorial merupakan warga paroki

Page 53: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

47

setempat dengan OMK paroki sebagai “home base” (pangkalan induk) mereka.

Oleh karena itu, OMK haruslah menjadi basis pembinaan serta sumber inspirasi dan

motivasi untuk keterlibatan dalam berbagai wadah/ kelompok/organisasi/gerakan

kategorial, baik intern maupun ekstern gerejawi. Apabila konsep akomodatif OMK

ini dipahami, maka berbagai wadah/kelompok/organisasi/gerakan kaum muda

katolik dalam berbagai tingkatan tidak perlu saling menganggap sebagai pesaing

apalagi ancaman, melainkan justru sebagai kekayaan dan kekuatan OMK.

b. Organisasi Kepemudaan GMIT Ebenhaezer Borong (Gereje Masehi Injili Timor)

Organisasi Kepemudaan GMIT Ebenhaezer Borong (Gereja Masehi Injili

Timor) Wilayah Kabupaten Manggarai Timur berpusat di Ibu kota Kabupaten

Manggarai Timur di Borong dan mencakup seluruh organisasi kepemudaan GMIT

lingkup Kabupaten Manggarai Timur yang tersebar di 9 kecamatan dan 176

Desa/Kelurahan. Organisasi Kepemudaan GMIT ini, sama seperti organisasi

kepemudaan pada umumnya memiliki struktur organisasi dan Pendeta GMIT

sekaligus merupakan pelindung organisasi kepemudaan ini.

Jemaat Ebenhaezer Borong awalnya merupakan sebuah jemaat yang berada

dalam wilayah pelayanan majelis jemaat wilayah Manggarai Tengah dan

Manggarai Timur tepatnya di Klasis Flores sebagai mata dari jemaat-jemaat dari

wilayah pelayanan jemaat Emanuel Ruteng. Dalam sejarah perkembangan awalnya,

GMIT Ebenhaezer Borong pertama kali beridiri pada tanggal 31 Januari 1956 yang

merupakan hasil kerjasama dari beberapa perintis awal yaitu Bapak Lukas Lodo

(Sabu), Bapak Nikolaus Mahulete (Maluku), Bapak Thobias Ledo (Rote), Bapak

Ompong Taka (Rote), serta Bapak R. Ully, Bapak Kolo Bunga, Bapak Bapak

Page 54: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

48

Mbuik, dan Bapak Ebenhaezer Baun (Pulau Semau). Sedangkan gedung gereja

darurat sendiri baru berdiri pada tanggal 29 Januari 1971. (Laporan Tahunan GMIT

Ebenhaezer Borong Tahun 2014).

Secara sruktural organisasi, Jabatan Keorganisasian menurut tata aturan

Gereja Masehi Injili Di timor (GMIT) lingkup jemaat Manggarai Timur terdiri

atas Jabatan pada kemajelisan, Jabatan pada Badan Pembantu Pelayanan (BPP), dan

Jabatan pada Pembantu Pelayanan (UPP). Jabatan kemajelisan tersebut berpola

pada dan pada prinsip presbiterialsinodal yaitu dilaksanakan secara kolektif dengan

jiwa saling menunjang dan saling melengkapi sebagai wujud tanggung jawab

timbal balik antara jemaat, klasis dan sinode. Jabatan pada badan pembantu

pelayanan (BPP) dibentuk oleh persidangan majelis jemaat atas rekomendasi

persidangan untuk membantu penyelenggaran pelayanan oleh majelis dalam bidan

tertentu, serta jabatan pada unit pembantu pelayanan (UPP) dibentuk oleh majelis

jemaat sebagai unit pelayanan lingkup jemaat unutk melaksanakan tugas majelis

jemaat pada kategorial dan funsional dan profesional tertentu.

Dalam pelaksanaan kegiatan keorganisasian GMIT Borong, pejabat pada

kemajelisan dan pejabat pada badan pembantu pelayanan (BPP) adalah prebister

sedangkan pejabat pada unit pembantu Pelayanan (UPP) diangkat oleh prebister

dan/atau anggota jemaat non prebister.

Dalam perkembangannya, GMIT Ebenhaezer Borong memiliki anggota

berumlah 68 Kepala Keluarga untuk GMIT Ebenhaezer Borong yang terdiri dari

257 jiwa, 231 anggota baptisan, serta 146 anggota Sidi. (Laporan Tahunan GMIT

Ebenhaezer Borong Tahun 2014).

Page 55: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

49

c. Remaja Masjid (REMAS)

Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan

aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan suatu masjid. Pembagian tugas dan

wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang

menggunakan konsep Islam dengan menerapkan asas musyawarah, mufakat, dan

amal jama'i (gotong royong) dalam segenap aktivitasnya. Di Indonesia, organisasi

pemuda remaja masjid seperti BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda remaja

Masjid Indonesia, Tahun berdiri 1977), dan JPRMI (Jaringan Pemuda Remaja

Masjid Indonesia, tahun berdiri 2003).

Khusus wilayah Borong, organisasi kepemudaan REMAS merupakan

wadah pengembangan generasi muda bidang Agama Islam dan sepenuhnya

berada dibawah pengawasan dan otoritas MUI Borong. MUI Borong sendiri pada

awalnya merupakan pengembangan dari MUI Manggarai (Ruteng), namun seiring

dengan pengembangan daerah otonomi baru yaitu Kabuaten Manggarai Timur,

maka MUI wilayah manggarai timur pun ikut terbentuk. Dengan demikian, maka

dapat dikatakan bahwa sejarah awal terbentuknya organisasi kepemudaan

REMAS dan Pemuda Masjid Borong terbentuk bersamaan dengan terbentuknya

MUI Borong yaitu sejak Kabupaten Manggarai Timur terbentuk secara definitif

yaitu pada saat ditetapkannya Kepres Nomor 3 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus

2007 tentang Pembentukkan Kabupaten Manggarai Timur di Provinsi NTT.

REMAS dan Pemuda Masjid Borong memiliki sekretariat di Masjid Jami

Borong yang terdiri dari Pemuda Masjid (usia 26-40 tahun) dan Remaja Masjid

dengan usia 15-25 tahun dan dalam pelaksanaan kegiatan keorganisasiannya,

Page 56: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

50

Imam Masjid Jami Borong merupakan pelindung utama organisasi kepemudaan

ini. Adapun dalam struktur organisasi pemuda dan remaja masjid bidang kerja

yang digunakan oleh pengurusan organisasi remaja masjid pada umumnya adalah

Bidang Pembinaan Anggota, Bidang Kemasyarakatan, Bidang An-Nisa', Bidang

Kesekretariatan, dan Bidang Keuangan. Namun dalam perkembangannya,

komposisi kesekretariatan tersebut dapat bertambah sesuai dengan kebutuhan

organisasinya.

3.3.3.2. Kelompok Masyarakat Adat

a. Gendang Mano

Gendang Mano menurut Hemo (1987:110) merupakan satu kesatuan

wilayah lingkup Kecamatan Lamba Leda dan Perwakilan Kecamatan Lamba Leda.

Kecamatan Lamba Leda merupakan bekas Kedaluan Lamba Leda dari pesisir Laut

Flores sampai sebelah utara Rejo, sebelah baratnya sepanjang Wae Naong dan Wae

Pesi, sebelah timurnya sepanjang Wae Togong sampai pesisir Laut Flores. Untuk

Perwakilan Kecamatan Lamba Leda, dari sebelah utara Rejo, sebelah Selatan Desa

Compang Necak (bagian utara), bagian barat dari kaki gunung sepanjang Wae Reno.

Bagian Selatan sepanjang pegunungan yang membujur dari hulu Wae Reno sampai

Desa Ngkiong Dora, bagian timur Desa Wunis dan sebelah barat Watunggong.

Secara administratif adat kedaluan di Kabupaten Manggarai (Hemo,

1987:41), cikal bakal kedaluan di Manggarai berkembang dari penguasa-penguasa

pada empat turunan yaitu Paju Lae (Cibal), Ra Ame Re alias Retung Masa (Todo),

Mbula (Lamba Leda), dan Latung Ame Redung (Bajo).

Page 57: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

51

b. Gendang Manus

Gendang Manus menurut Hemo (1987:110) merupakan satu kesatuan

wilayah lingkup Kecamatan Borong (saat ini) dan Perwakilan Kecamatan Borong

yang meliputi bekas Kedaluan Riwu, Sita, dan Torok Golo. Sedangkan Perwakilan

Kecamatan Borong meliputi bekas Kedaluan Manus, Rongga Koe, dan Kipo.

Secara administratif pemerintahan, Gendang Manus dan Gendang Riwu saat

ini berada dalam wilayah administratif masing-masing Kecamatan Kota Komba dan

Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur.

3.3.3.3. Kelompok Sekolah

Dalam penelitian ini, variabel kelompok sekolah terdiri dari 3 (tiga) Sekolah

Menengah Umum yang terdiri dari SMUN 1 Borong, SMUN 1 Sita, Kaca, dan SMUK

Pancasila Borong.

a. SMUN 4 Borong

SMAN 4 BORONG, Tahun Berdiri 4 Mei 2011, dengan 3 Rombongan

Belajar (Rombel) sebagai kelas perdana. Sampai dengan Bulan Juli Tahun 2015,

SMAN 4 Borong telah memiliki 12 Rombongan Belajar, dan perkelas diisi oleh 30

Siswa/i.

Dalam kaitanya dengan penelitian ini, responden penelitian yang diambil

dari SMUN 4 Borong berjumlah 20 (dua puluh) responden dengan rincian 11

(sebelas) responden laki-laki, dan 9 (sembilan) responden wanita.

b. SMUN 1 Sita, Kaca

SMUN 1 Sita Kaca didirikan pada tanggal 20 Agustus 2006 dan pada tahun

2015 ini telah merayakan ulang tahun yang ke 9 serta telah tiga kali berganti Kepala

Page 58: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

52

Sekolah. Adapun NPSN SMUN 1 Sita Kaca adalah 30.01.24.20.07.001 serta NSS

50308592.

Keadaan siswa SMUN 1 Kaca pada priode Juli 2015 berjumlah 530 orang

siswa dengan rincian 290 siswa laki-laki dan 240 siswa perempuan yang terbagi ke

dalam 13 rombongan belajar (Rombel). Sedangkan tenaga guru pendukung SMUN

1 Kaca berjumlah 28 orang guru dengan rincian 15 orang guru laki-laki dan 13

orang guru perempuan.

Dan untuk mendukung terlaksananya penelitian ini, responden penelitian

yang diambil dari SMUN 1 Sita Kaca berjumlah 50 (lima puluh) responden dengan

rincian 22 (dua puluh dua) responden laki-laki, dan 28 (dua puluh delapan)

responden wanita.

c. SMUK Pancasila Borong

SMUK Pancasila Borong terletak di Golo Karot, Kelurahan Rana Loba,

Borong didirikan pada Tahun 1980 dengan ijin operasional dikeluarkan oleh

Kanwil Depdikbud Provinsi NTT Nomor 22/1 No. 19829/1.21 4/I c 81 dan

diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Yaspen St. Stanislaus Borong dengan

NSS/NPSN 302242008018/50 30 85 92.

Keadaan sekolah SMUK Pancasila Borong pada Bulan Juli 2015, memiliki

490 (empat ratus Sembilan puluh) orang siswa dengan rincian 294 (dua ratus

Sembilan puluh empat) orang siswa perempuan dan 196 (seratus Sembilan puluh

enam) orang siswa laki-laki yang terbagi dalam tiga jurusan yaitu umum, IPA, dan

IPS. Jumlah siswa dan siswi tersebut didukung dengan jumlah guru sebanyak 33

(tiga puluh tiga) orang guru dengan rincian 22 (dua puluh dua) orang guru laki-laki

Page 59: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

53

dan 11 (sebelas) orang guru perempuan; serta didukung pula oleh pegawai tetap dan

pegawai perpustakaan berjumlah 6 (enam) orang pegawai. (Laporan Bulanan

SMUK Pancasila Borong, tanggal 10 Juli 2015).

Adapun responden penelitian yang diambil dari SMUK Pancasila Borong

berjumlah 31 (tiga puluh satu) responden dengan rincian 5 (lima) responden laki-

laki, dan 26 (dua puluh enam) responden wanita.

3.3.3.2. Letak Geografis

Letak geografis kabupaten Manggarai Timur terletak antara 080.14

’ LS dan 09

0.00

LS dan 080.14

’ LS dan 120

0.20

’ BT – 120

0.55

’ BT dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Ngada

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Manggarai

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Sawu

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Flores

Kabupaten Manggarai Timur terdiri dari 9 kecamatan dan 176 Desa/Kelurahan,

dengan total jumlah penduduk mencapai 232.020 jiwa dan kepadatan penduduk

mencapai 87,77 jiwa/KM2.

. (wikipedia.org: jumat, 17 Juli 2015)

3.4. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.4.1. Populasi

Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan. Sugiyono (2004:72) mendefinisikan “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

Page 60: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

54

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Sedangkan Arikunto (2004:115) mendefinisikan populasi

sebagai “ Keseluruhan obyek penelitian”.

Dalam penelitian ini, jumlah populasinya sebanyak 3360 orang yang sekaligus

merupakan jumlah populasi dari organisasi kepemudaan bidang keagamaan, masyarakat

adat dari 3 Gendang Adat, serta jumlah populasi siswa SMU dari 3 sekolah model di

Kabupaten Manggarai Timur, sedangkan jumlah informan adalah sebanyak 8 orang yang

terdiri dari 2 Pastor (Pastor Paroki Borong dan Romo Vikep Borong), 1 orang pendeta

Kristen, 1 orang Imam Masjid Borong, serta 4 orang guru pada ketiga sekolah model

(SMUN 1, SMUN 4, dan SMUK Pancasila Borong).

3.4.2. Sampel

Jika jumlah subyeknya besar, sampel dapat diambil antara 10 %-15 % atau 20 %-

25% atau lebih (Arikunto, 2004:115).Sehingga berdasarkan pertimbangan tersebut maka

jumlah sampel penelitian ini hanya diambil sebesar 10% dari total populasi yaitu

sebanyak 336 orang sampel penelitian.

3.5. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan

memberikan pertanyaan wawancara kepada beberapa tokoh agama, tokoh masyarakat adat,

dan beberapa guru serta memberikan angket atau kuesioner kepada responden yaitu

kelompok masyarakat adat, organisasi kepemudaan bidang keagamaan, dan siswa/siswi

sekolah. Angket ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana peran tokoh agama, tokoh adat,

dan guru terhadap political voluntarism di Kabupaten Manggarai Timur. Model angket yang

Page 61: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

55

digunakan adalah angket tipe skala Guttman dengan memberikan 2 (dua) alternative jawaban

yang tegas sebagai berikut :

a. Ya

b. Tidak

3.6. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh penulis antara lain:

a. Studi Kepustakaan yaitu dengan menggunakan berbagai literatur kepustakaan yang sesuai

dengan obyek penelitian

b. Observasi yaitu pengamatan langsung pada obyek penelitian.

c. Kuesioner atau angket yaitu memberikan pertanyaan yang sudah ada jawabannya

(kuesioner tertutup), Sehingga responden dalam hal ini tidak diberi kesempatan untuk

menjawab selain pilihan jawaban yang telah disiapkan dalam angket/kuesioner tersebut.

3.7. PROSEDUR PENELITIAN

3.7.1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan suatu kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengumpulkan sejumlah informasi tentang obyek dan subyek penelitian sebelum

melakukan penelitian.Dengan melakukan studi pendahuluan, seorang peneliti dapat lebih

memahami gejala atau permasalahan sehingga drapkan dapat merumuskan masalah dengan

lebih tepat. Senada dengan hal demikian, Surachmad (1997:17) menyatakan bahwa studi

pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar

masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.

Page 62: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

56

3.7.2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dalah salah satu prosedur yang dilakukan oleh peneliti sebelum

mengadakan penelitian.Tahap ini merupakan langkah awal bagi peneliti untuk mengkaji

lebih dalam referensi pokok yang lebih relevan dengan masalah penelitian.

3.7.3. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan salah satu proses dalam memperoleh data yang berkaitan

dengan masalah penelitian. Studi lapangan yang digunakan penulis adalah dengan

menggunakan metode kuesioner atau angket pada obyek yang diteliti guna memperoleh

informasi mengenai perumusan masalah.

3.8. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

kuantitatif dan kualitatif yaitu menggambarkan data jawaban responden dalam bentuk angka-

angka. Untuk menghitung rata-rata jawaban responden setiap pemilih jawaban adalah :

x 100

Page 63: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

57

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. DESKRIP SI DATA

Pada bagian ini, penulis mendeskripsikan hasil jawaban responden. Jawaban responden

akan dideskripsikan menurut identitas reponden, jenis kelamin, serta jumlah responden.

Adapun dalam penelitian ini, jumlah responden berjumlah 336 orang responden.

4.1.1. Kelompok Masyarakat Adat

Kelompok Masyarakat Adat merupakan komunitas-komunitas yang hidup

berdasarkan asal usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang

memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang

diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat yang mengelolah keberlangsungan

kehidupan masyarakatnya.

Dalam penelitian ini, kelompok masyarakat adat dibagi kedalam tiga Gendang

Adat yaitu Gendang Adat Mano, Gendang Adat Riwu, dan Gendang Adat Manus.

Adapun peran kelompok masyarakat adat dalam penelitian political voluntarism ini

dijelaskan sebagai berikut :

4.1.1.1 Peran Tokoh Adat dalam Masayarakat Adat

Pada tabel 1 berikut dijelaskan mengenai item-item pertanyaan tentang

peran tokoh adat terhadap political voluntarism di Kabupaten Manggarai

Timur :

Page 64: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

58

Tabel 1

Item Pertanyaan Tentang

peran tokoh adat terhadap political voluntarism di Kabupaten Manggarai

Timur

Item

Pertanyaan

Pertanyaan

12 Setujukah anda dengan pernyataan ini : bahwa Tua Adat

adalah salah satu penggerak utama dari terwujudnya pemilu

yang aman dan tertib?

13 Apakah Tua Adat sering menghimbau atau mengajak anda

untuk turut serta terlibat dalam mewujudkan pemilu yang

aman dan tertib?

14 Apakah dalam kegiatan-kegiatan seremonial adat (misalnya

penti, teing hang,cear cumpe, dll) , para tua adat

pernah menyampaikan himbauan tentang seruan untuk

mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

15 Apakah himbauan/ajakan dari Tua Adat mempengaruhi anda

untuk menolak berbagai bentuk kampanye hitam?

16 Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa

perlu untuk membentuk kegiatan-kegiatan khusus bagi

masyarakat adat terkait kepemiluan?

4.1.1.1.1. Setujukah anda dengan pernyataan ini : bahwa Tua Adat adalah salah satu

penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan tertib?

Jawaban responden terhadap pertanyaan setujukah anda dengan

pernyataan ini : bahwa Tua Adat adalah salah satu penggerak utama dari

terwujudnya pemilu yang aman dan tertib, dijelaskan pada tabel 2 sebagai

berikut :

Page 65: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

59

Tabel 2

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Setujukah anda dengan pernyataan ini : bahwa Tua Adat adalah salah satu

penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan tertib?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 69 98,6

2 Tidak 1 1,4

Jumlah 70 100

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 1 sebagai berikut :

Diagram 1

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Setujukah anda dengan pernyataan ini : bahwa Tua Adat adalah salah satu

penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan tertib?

Dari Tabel 2 di atas diketahui bahwa sebanyak 69 responden (98,6

persen) mengatakan Ya bahwa mereka setuju dengan pernyataan bahwa Tua

Adat adalah salah satu penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang

Page 66: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

60

aman dan tertib. Sedangkan sisanya sebanyak 1 responden (1,4 persen)

mengatakan penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan tertib

bukan digerakkan oleh Tua Adat.

Untuk menjelaskan jawaban responden tersebut, kemudian

dibandingkan dengan data hasil wawancara pada tiga gendang obyek

penelitian ini. Wawancara dilakukan pada tanggal 16 dan 17 Juni 2015

terhadap 3 (tiga) nara sumber yaitu Yohanes Djeharum (Mantan Tua

Golo/Mantan Kepala Desa Bangka Pau), Bapak Hironimus Pengko (Tua

Teno/Kepala Desa Bangka Pau sekarang), dan Bapak Wensislaus Burhanu

(Tomas/ Mantan BPD Desa Bangka Pau).

Hasil wawancara terhadap ketiga nara sumber tersebut, ketiganya

sepakat mengatakan bahwa mereka setuju dengan pernyataan dalam lingkup

masyarakat adat, Tua Adat adalah salah satu penggerak utama dari

terwujudnya pemilu yang aman dan tertib.

Lebih lanjut, ketiga nara sumber tersebut memberikan penjelasan

lebih lugas tentang bagaimana sejatinya peran Tua Adat dalam adat istiadat

Manggarai merupakan jabatan adat yang dipercayakan masyarakat kepada

mereka. Umumnya kepercayaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain :

Jabatan yang dimiliki seperti tua golo atau tua teno adalah jabatan/status

yang diwariskan dari para nenek moyang/leluhur (warisan genelogis) ,

sehingga jabatan yang diberikan tidak saja bersifat lahiriah tapi juga

sakral-magis.

Page 67: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

61

Memiliki kemampuan dalam melaksanakan riual-rual adat yang

diuangkapkan dalambahasa-bahasa adat (goet). Itu berarti dia adalah

perantara manusia dengan roh nenek moyang atau leluhur.

Memiliki kearifan/kebijakan adat dalam penyelesain konflik/perselisihan

dalam liangkungan adat seperti konflik lahan/tanah, rumah tangga dan

bebebagai permasalahan sosial lainnya.

Memiliki wilayah (golo) dan persekutuan/ komunitas adat yang jelas,

sehingga secara sosial, lembaga ada diakui keberadaanya.

Karena memiliki kepercayaan tersebut maka tua adat berperan penting

dalam memberikan himbuan dalam keamanan dan ketertipan sosial,

termasuk dalam menentukan keamanan dan ketertipan dalam pelaksanaan

Pemilu. Peran strategis inilah yang menjadi dasar kepatuhan warga adat atau

komunitas adat (pang olo ngaung musi , gendang onen lingko peang).

Oleh karena itu, setelah membandingkan jawaban responden dengan

hasil wawancara, diketahui bahwa ada kesesuaian jawaban yang diberikan

responden dengan hasil wawancara.

Di Gendang Gendang deru ara – jong bentengraja Rongga Koe,

wawancara terhadap Bapak Yohanes Ngalas pada tanggal 17 Juni 2015,

terhadap pertanyaan apakah Tua Adat merupakan salah satu penggerak

utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan tertib benar adanya dan

beliau sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Hal tersebut karena tua adat

sangat memiliki pengaruh dalam masyarakat adat khususnya di gendang

deru ara – jong bentengraja . Tua adat atau tokoh masyarakat adat

merupakan tokoh yang berpengaruh dalam menggerakan atau mengarahkan

anggota masyakatnya untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu. Biasanya dalam masyarakat kami disini, mereka selalu

berkoordinasi dengan tua adat menyangkut hal-hal penting dalam kehidupan

bermasyarat. Sehingga berkaitan dengan pemilu tahun 2014 yang lalu,

beliau dan beberapa tokoh masyarakat selalu memberikan himbauan kepada

Page 68: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

62

warga untuk selalu menjaga keamanan dan ketertiban dalam pemilu mulai

dari kampanye hingga pelaksanaan di hari pemungutan suara di TPS.

Sedangkan untuk Tua Adat Gendang Suku Agos Kipo, Kota Komba

pada tanggal 17 Juni 2015 (Bapak Yohanes Ngalas), pun memberikan

jawaban setuju, karena hal ini sudah diatur dalam UU bahwa Lembaga Adat

Desa yang keanggotaannya terdiri dari tokoh Adat, berkewajiban untuk

melaksanakan setiap kegiatan pembangunan termasuk untuk melaksanakan

pemilu yang aman dan tertib.

Dengan membandingkan hasil kuesioner dan wawancara yang

dilakukan pada tiga Tua Gendang Adat, maka dapat diketahui terdapat

hubungan keterkaitan dan kesesuaian jawaban yang diberikan.

4.1.1.1.2. Apakah Tua Adat sering menghimbau atau mengajak anda untuk turut serta

terlibat dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Jawaban responden terhadap pertanyaan apakah Tua Adat sering

menghimbau atau mengajak anda untuk turut serta terlibat dalam

mewujudkan pemilu yang aman dan tertib, dijelaskan pada Tabel 3 sebagai

berikut :

Tabel 3

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

. Apakah Tua Adat sering menghimbau atau mengajak anda untuk turut serta

terlibat dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 66 94,3

2 Tidak 4 5,7

Jumlah 70 100

Page 69: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

63

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 2 sebagai berikut :

Diagram 2

. Apakah Tua Adat sering menghimbau atau mengajak anda untuk turut serta

terlibat dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Pada tabel 3 di atas, sebanyak 66 responden (94,3 persen) menjawab

Tua Adat sering menghimbau untuk turut serta terlibat dalam mewujudkan

pemilu yang aman dan tertib, sedangkan 1 responden (5,7 persen) menjawab

Tua Adat tidak sering menghimbau untuk turut serta terlibat dalam

mewujudkan pemilu yang aman dan tertib.

Untuk membandingkan jawaban responden, maka dilakukan

wawancara di Gendang Bealaing pada tanggal 16 dan 17 Juni 2015

terhadap 3 (tiga) nara sumber yaitu Yohanes Djeharum (Mantan Tua

Golo/Mantan Kepala Desa Bangka Pau), Bapak Hironimus Pengko (Tua

Teno/Kepala Desa Bangka Pau sekarang), dan Bapak Wensislaus Burhanu

(Tomas/ Mantan BPD Desa Bangka Pau). Jawaban ketiga nara sumber

Page 70: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

64

hampir seragam bahwa Tua Adat sering menghimbau untuk turut serta

terlibat dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib, tapi tidak sering.

Tidak sering karena kami sebagai tokoh masyarakat tidak memiliki

kepentingan langsung dengan Pemilu. Seruan-seruan atau himbuan itu

dilakukan secara informal baik kepada individu maupun kelompok dalam

kehidupan masyarakat adat.

Di Gendang Gendang deru ara – jong bentengraja Rongga Koe,

wawancara terhadap Bapak Yohanes Ngalas pada tanggal 17 Juni 2015, pun

memberikan jawaban yang hampir sama dengan jawaban dari Tua Adat

Gendang Bealaing, namun dengan penekanan bahwa untuk secara khusus

tidak pernah seorang Tua Adat sering menghimbau untuk turut serta terlibat

dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib, melainkan hanya

dilakukan pada saat semua anggota gendang semua berkumpul bersama dan

bertemu saat bertamu atau dalam kegiatan-kegiatan adat.

Demikian pun dengan wawancara dengan Tua Adat Suku Agos Kipo,

Kota Komba pada tanggal 17 Juni 2015 (Bapak Yohanes Ngalas), menurut

beliau dalam setiap kegiatan Pemilu Tua Aadat selalu menghimbau

masyarakat dalam lingkup suku Agos Kipo untuk memperlakukan setiap

caleg atau calon-calon Kepala Daerah yang datang dengan baik dan sopan.

Dan pada hari pelaksanaan pemilu selalu menghimbau anggota suku agar

menggunakan hak pilihnya dengan baik dan menjaga keamanan dan

ketertiban, karena sampai saat ini masyarakat dalam suku Agos Kipo sangat

Page 71: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

65

taat dan patuh pada tua adat untuk mengambil keputusan dan ketetapan

yang berkaitan dengan aturan-aturan adat.

Dengan membandingkan hasil kuesioner dan wawancara yang

dilakukan pada tiga Tua Gendang Adat, maka dapat diketahui terdapat

hubungan keterkaitan dan kesesuaian jawaban yang diberikan.

4.1.1.1.3. Apakah dalam kegiatan-kegiatan seremonial adat (misalnya penti, teing

hang,cear cumpe, dll) , para tua adat pernah menyampaikan himbauan

tentang seruan untuk mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Jawaban responden terhadap pertanyaan apakah dalam kegiatan-

kegiatan seremonial adat (misalnya penti, teing hang,cear cumpe, dll) , para

tua adat pernah menyampaikan himbauan tentang seruan untuk mewujudkan

pemilu yang aman dan tertib, dijelaskan pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

. Apakah dalam kegiatan-kegiatan seremonial adat (misalnya penti, teing hang,cear

cumpe, dll) , para tua adat pernah menyampaikan himbauan tentang seruan untuk

mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 38 54,3

2 Tidak 32 45,7

Jumlah 70 100

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 3 sebagai berikut :

Page 72: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

66

Diagram 3

.Apakah dalam kegiatan-kegiatan seremonial adat (misalnya penti, teing

hang,cear cumpe, dll) , para tua adat pernah menyampaikan himbauan

tentang seruan untuk mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Terhadap pertanyaan ini, menarik untuk disimak dimana jika

diperhatikan, jawaban terhadap pertanyaan apakah dalam kegiatan-kegiatan

seremonial adat (misalnya penti, teing hang,cear cumpe, dll) , para tua adat

pernah menyampaikan himbauan tentang seruan untuk mewujudkan pemilu

yang aman dan tertib, menunjukkan jawaban yang hampir berimbang

dimana sebanyak 38 responden (54,3 persen) mengatakan bahwa tua adat

pernah menyampaikan himbauan tentang seruan untuk mewujudkan pemilu

yang aman dan tertib, sedangkan sisanya sebanyak 2 responden (45,7

persen) mena bahwa tua adat tak menyampaikan himbauan tentang seruan

untuk mewujudkan pemilu yang aman dan tertib.

Untuk membandingkan jawaban ini, maka dilakukan wawancara

pada tanggal 16 dan 17 Juni 2015 di tiga gendang yaitu Gendang Bealaing

dengan nara sumber Bapak Yohanes Djeharum (Mantan Tua Golo/Mantan

Page 73: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

67

Kepala Desa Bangka Pau), Bapak Hironimus Pengko (Tua Teno/Kepala

Desa Bangka Pau sekarang), dan Bapak Wensislaus Burhanu (Tomas/

Mantan BPD Desa Bangka Pau); Gendang Gendang deru ara – jong

bentengraja Rongga Koe (Bapak Yohanes Ngalas pada tanggal 17 Juni

2015), serta Tua Adat Suku Agos Kipo, Kota Komba pada tanggal 17 Juni

2015 (Bapak Yohanes Ngalas). Jawaban-jawaban nara sumber tersebut

dijelaskan pada tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 4

Rekapitulasi Hasil Wawancara Terhadap Pertanyaan

pada saat kegiatan-kegiatan apa saja, tua adat membicarakan tentang himbauan pemilu

yang aman dan tertib?

GENDANG BEALAING

(Bapak Yohanes Djeharum,

Bapak Hironimus Pengko,

Bapak Wensislaus Burhanu)

GENDANG AGOS KIPO

(Bapak Yohanes Ngalas) GENDANG GENDANG

DERU ARA – JONG

BENTENGRAJA

(Bapak Nikolaus Anggal)

Ya, tapi tidak sering. Tidak

sering karena kami sebagai

tokoh masyarakat tidak

memiliki kepentingan

langsung dengan Pemilu.

Seruan-seruan atau himbuan

itu dilakukan secara informal

baik kepada individu maupun

kelompok dalam kehidupan

masyarakat adat.

Saya melakukan himbauan

ini pada saat bekumpul

bersama yakni pada saat

tatap muka para Caleg saya

menyempatkan diri untuk

memberikan himbaun

tersebut dan juga pada saat

pesta-pesta adat seperti Wa’u

anak, Penti dan pesta dat

lainnya.

Kami memberi himbauan

kepada anggota suku kami

pada saat acara Penti dan

acara- acara adat lainnya

dan pada saat ada tamu

yang berkunjung untuk

memberitahu kepada Naga

Beo tentang himbauan

untuk melaksanakan Pemilu

dengan aman dan tertib agar

pembicaraan ini di dengar

oleh Wura seki atau para

leluhur kami

Page 74: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

68

Berdasarkan tabel 4 tersebut, dapat diketahui bahwa jawaban dari

para tua adat di tiga gendang di atas umumya menekankan jawaban pada

kegiatan-kegiatan seremonial untuk tujuan dan kepentingan individu tertentu

dalam menyampaikan pesan terselenggaranya pemilu yang aman dan tertib

misalnya pada saat para calon anggota legislatif yang akan mengikuti

pemilu, calon kepala daerah, dan perayaan-perayaan adat khusus lainnya.

Artinya bahwa, dengan membandingkan jawaban dari 38 responden yang

menjawab kegiatan-kegiatan seremonial adat (misalnya penti, teing

hang,cear cumpe, dll), para tua adat menyampaikan himbauan tentang

seruan untuk mewujudkan pemilu yang aman dan tertib dan dibandingkan

denga hasil wawancara terdapat kesesuaian jawaban yang pada intinya

menekankan bahwa ritual adat tetaplah ritual adat, sedangkan untuk

kepentingan individu (caleg maupun calon kepala daerah), ritual adat yang

dilakukan disesuaikan dengan kepentingan para caleg atau calon kepala

daerah tersebut.

Dengan demikian, untuk jawaban tidak dari 32 responden dapat

dijelaskan bahwa ritual adat tetaplah ritual adat dengan berbagai ungkapan

adat kepada leluhur (wura seki), sedangkan untuk kepentingan lain,

penggunaan doa adat disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan dari

individu yang bersangkutan serta tidak merubah tata aturan doa adat yang

sudah menjadi tradisi dari masing-masing gendang tersebut.

Pada saat pertemuan keluarga, para tua adat tidak jarang

menyarankan agar jangan terlibat dalam berbagai bentuk keributan/konflik

Page 75: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

69

antar partai politik atau calon legislatif. Bahkan tua adat kerap

menyarankan kepada warganya untuk tidak terlibat dalam tim sukses/tim

kampanye bila bukan pengurus Parpol. Selain itu pula, pada saat

kunjungan Caleg ke rumah adat (gendang), tua teno atau tua golo sering

dimintah untuk melakukan kegiatan/ritual teing hang (pemberian sesajian)

atau selek. Kegiatan atau riual seperti ini adalah bentuk penghormatan dari

Caleg terhadap roh nenek moyang dari komunitas adat dan memintah

dukungan leluhur (wura agau ceki) . Rutual ini biasanya dalam bentuk

persembahan binatang seperti ayam atau babi dan tuak (laru) yang

prosesnya langusng ditangani oleh tua adat. Dalam kesempatan seperti di

atas, tua adat tidak pernah mengarahkan pilihan warganya untuk memilih

atau memenangkan calon tertentu. Dengan kata lain netralitas tua adat dalam

Pemilu sudah tampak dalam pernyataan-pernyatan saat seremoni adat teing

hang atau acara selek berlangsung. Tua adat adalah fugur teladan di

komunitasnya karena itu dia menjadi pemimpin adat untuk semua bukan

untuk kepentingan partai atau calon tertentu.

Netralitas seorang tua adat ,tampak dalam ungkapan Tuat Adat

Bealaing saat teing hang salah satu calon anggota legislatif, berikut:

“ Io, denge lite ase kaen. Hoo ase kae dita ata Celeg ata mai tegi papi

agu kinda dite. Ite kali ga ngaji kudu weang gerak agu nggalis naid

kudu neka manga doong le ronggo agu renang cengkang nia pa agu

lakon kreng Caleg hoo. Jadi , toe tombo bon ite, hoo tuak lele agu

manuk kapun. Kepok ite.”

Inti dari ungkapan itu, bahwa tua adat merestui dan mendoakan

calon anggota legislatif yang datang ke tengah komunitas adat. Komunitas

Page 76: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

70

adat mengharapkan tidak ada aral dan rintangan dalam perjuangan sang

Caleg. Jadi pilihan politik warga sama sekali tidak diarahkan oleh tua adat.

4.1.1.1.4. Apakah himbauan/ajakan dari Tua Adat mempengaruhi anda untuk menolak

berbagai bentuk kampanye hitam?

Jawaban responden terhadap pertanyaan apakah apakah

himbauan/ajakan dari Tua Adat mempengaruhi anda untuk menolak

berbagai bentuk kampanye hitam, dijelaskan pada Tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

. Apakah apakah himbauan/ajakan dari Tua Adat mempengaruhi anda untuk

menolak berbagai bentuk kampanye hitam?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 60 85,7

2 Tidak 10 14,3

Jumlah 70 100

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 4 sebagai berikut :

Page 77: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

71

Diagram 4

Apakah apakah himbauan/ajakan dari Tua Adat mempengaruhi anda untuk

menolak berbagai bentuk kampanye hitam?

Pada tabel 5 dan diagram 4 tersebut di atas, diketahui bahwa sebanyak

60 responden (85,7 persen) mengatakan bahwa himbauan atau ajakan dari tua

adat berpengaruh terhadap penolakan berbagai bentuk kampanye hitam,

sedangkan sisanya sebanyak 10 responden (14,3 persen) mengatakan bahwa

himbauan tersebut tidak berpengaruh terhadap berbagai bentuk penolakan

kampanye hitam.

Sebagai pembanding terhadap jawaban responden tersebut, berikut

disajikan data hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 16-17 Juni 2015

dan dirangkum dalam tabel 6 sebagai berikut :

Page 78: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

72

Tabel 6

Rekapitulasi Hasil Wawancara Terhadap Pertanyaan

Apakah himbauan/ajakan dari Tua Adat mempengaruhi anda untuk menolak berbagai

bentuk kampanye hitam?

GENDANG BEALAING

(Bapak Yohanes Djeharum,

Bapak Hironimus Pengko,

Bapak Wensislaus Burhanu)

GENDANG AGOS KIPO

(Bapak Yohanes Ngalas) GENDANG GENDANG

DERU ARA – JONG

BENTENGRAJA

(Bapak Nikolaus Anggal)

Ya. Bentuk kampanye hitam

seperti menjelek-jeleksan

nama Parpol atau caleg, upaya

menghasut, pengerusakan

fasilitas umum, keributan dan

sebagainya adalah larangan

yang ditegaskan oleh undang-

undang. Larangan tersebut

juga dibenarkan oleh norma-

norma adat yang berlaku.

Kehidupan yang serasi,

harmoni dan penuh

kekeluragaan antara sesama

warga adalah prinsip hidup

yang dipegang teguh dalam

persekutuan masyarakat adat.

Susasana ini terbawa juga

dalam hajatan politik Pemilu.

Sesungguhnya norma-norama

ini tidak saja dipahami oleh

tua-tua adat, tetapi juga sangat

dijunjung tinggi oleh semua

warga termasuk para Caleg

dan timnya. Ada keyakinan

bahwa apabila seorang Caleg/

anggota Parpol melangkahi

tatanan ini maka dia akan

mendapat kutukan leluhur.

Ya justru itulah yang sering

saya himbaukan, karena

kampanye hitam seringkali

merusak situasi dan bahkan

membawa perpecahan dalam

kehidupan bermasyarakat.

Sehingga saya sering

menghimbau untuk

menghindari politik uang dan

hasutan-hasutan yang

membawa perpecahan.

Ya, karena sudah diatur

dalam UU bahwa tua adat

untuk tidak melakukan

kampanye hitam kepada

masyarakat karena ada

sanksi yang diberlakukan

oleh negara dan juga ada

sanksi yang berkaitan

dengan adat jika kami

menghimbau atau mengajak

anggota suku kami untuk

melakukan dan mengikuti

kampanye hitam yang kami

lakukan karena setiap

tingkah laku dan perkataan

kita didengar oleh para

leluhur

Berdasarkan tabel 6 tersebut, jawaban dari ke 5 Tua Adat pada

masing-masing Gendang sepakat mengatakan bahwa himbauan/ajakan dari

Tua Adat berpengaruh terhadap sikap untuk menolak berbagai bentuk

Page 79: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

73

kampanye hitam sehingga dapat diketahui kesesuaian jawaban responden

dengan hasil wawancara.

Informasi tambahan yang turut berhasil digali adalah bahwa

masyarakat adat telah memiliki norma-norma adat yang sangat dijunjung

tinggi oleh semua warga termasuk para Caleg dan timnya. Ada keyakinan

bahwa apabila seorang Caleg/anggota Parpol melangkahi tatanan ini, maka

akan mendapat kutukan leluhur. Selain itu pula, karena sudah diatur dalam

UU bahwa tua adat untuk tidak melakukan kampanye hitam kepada

masyarakat, maka akan ada sanksi yang diberlakukan oleh negara dan juga

ada sanksi yang berkaitan dengan sanksi adat jika para tua adat menghimbau

atau mengajak anggota suku mereka untuk melakukan dan mengikuti

kampanye hitam, karena setiap tingkah laku dan perkataan seluruh

masyarakat adat didengar oleh para leluhur.

Jadi, setelah membandingkan jawaban responden dengan hasil

wawancara, maka dapat diketahui bahwa terdapat kesesuaian jawaban antara

kedua kelompok tersebut dengan persentase jawaban ya lebih dari 85 persen.

4.1.1.1.5. Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

membentuk kegiatan-kegiatan khusus bagi masyarakat adat terkait

kepemiluan?

Jawaban responden terhadap pertanyaan apakah Untuk pemilu-

pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk membentuk

kegiatan-kegiatan khusus bagi masyarakat adat terkait kepemiluan,

dijelaskan pada Tabel 7 sebagai berikut :

Page 80: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

74

Tabel 7

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

membentuk kegiatan-kegiatan khusus bagi masyarakat adat terkait kepemiluan?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 56 80

2 Tidak 14 20

Jumlah 70 100

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 5 sebagai berikut :

Diagram 5

Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

membentuk kegiatan-kegiatan khusus bagi masyarakat adat terkait

kepemiluan?

Pada tabel 7 dan diagram 5 tersebut di atas, diketahui bahwa

sebanyak 56 responden (80 persen) mengatakan bahwa untuk pemilu-pemilu

Page 81: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

75

di masa yang akan datang, perlu membentuk kegiatan-kegiatan khusus bagi

masyarakat adat terkait kepemiluan, sedangkan sisanya sebanyak 14

responden (20 persen) mengatakan bahwa himbauan tersebut tidak perlu

membentuk kegiatan-kegiatan khusus bagi masyarakat adat terkait

kepemiluan.

Sebagai pembanding terhadap jawaban responden tersebut, berikut

disajikan data hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 16-17 Juni

2015 dan dirangkum dalam tabel 8 sebagai berikut :

Tabel 8

Rekapitulasi Hasil Wawancara Terhadap Pertanyaan

Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

membentuk kegiatan-kegiatan khusus bagi masyarakat adat terkait kepemiluan?

GENDANG BEALAING

(Bapak Yohanes Djeharum,

Bapak Hironimus Pengko,

Bapak Wensislaus Burhanu)

GENDANG AGOS KIPO

(Bapak Yohanes Ngalas) GENDANG GENDANG

DERU ARA – JONG

BENTENGRAJA

(Bapak Nikolaus Anggal)

Ya, perlu dibentuk kegiatan

khusus. Wujudnya bisa dalam

bentuk sosialisasi atau

pendidikan politik pemilih di

lingkup komunitas gendang.

KPU dan pihak terkait

diharapkan dapat mewujudkan

kegiatan ini secara terpadu

dengan pihak pemerintah

setempat

Ya, kami sebagai anggota

masyarakat khususnya saya

sebagai tua adat sangat

mengharapkan agar ada

kegiatan-kegiatan khusus

berkaitan dengan pemilu di

pemilu yang akan datang

khususnya kegiatan

sosialisasi yang berkaitan

dengan kepemiluan. Karena

warga kami masih banyak

yang tidak tahu tentang

bagaiman yang baik dalam

menghadapi pemilu dan para

caleg yang seringkali nakal

Bergantung kepada KPU,

tetapi menurut kami perlu,

seperti sosialisasi di rumah

adat agar masyarakat dalam

suku kami memahami

dengan baik tentang

pentingnya pemilu

Dengan 56 responden (80 persen) yang mengatakan bahwa untuk

pemilu-pemilu di masa yang akan datang perlu membentuk kegiatan-

Page 82: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

76

kegiatan khusus bagi masyarakat adat terkait kepemiluan, serta

membandingkan hasil wawancara pada kelima tua adat tersebut, maka

diketahui bahwa terdapat kesesuaian jawaban. Informasi tambahan yang

turut diperoleh adalah perlunya dilakukan kegiatan sosialisasi di rumah-

rumah adat (Gendang) yang dilakukan oleh pyelenggara (KPU) dan

pemerintah guna meminimalisir terjadinya penyelenggaraan pemilu yang

tidak jujur/curang.

4.1.2. Kelompok Pendidikan

Pada tabel 9 berikut dijelaskan mengenai item-item pertanyaan tentang

peran guru terhadap political voluntarism siswa sekolah di Kabupaten

Manggarai Timur. Dan untuk mengetahui peran guru tersebut, diuraikan dalam

6 (enam) pertanyaan sebagai berikut :

Tabel 9

Item Pertanyaan Tentang

peran guru terhadap political voluntarism di Kabupaten Manggarai Timur

Item

Pertanyaan

Pertanyaan

1 Apakah disekolahmu pada pemilu 2014 ada kegiatan-kegiatan

khusus tentang kepemiluan demi menciptakan pemilu yang

aman dan tertib?

2 Apakah kegiatan khusus kepemiluan tersebut digerakkan oleh

guru-guru di sekolahmu?

3 Selain kegiatan khusus tentang kepemiluan, apakah ada mata

pelajaran yang turut membantu anda untuk memahami tentang

pemilu?

4 Apakah ada momen-momen tertentu seperti pada saat apel

bendera kepala sekolah atau guru sering menghimbau anda

untuk turut menjaga terselenggaranya pemilu yang aman?

5 Apakah himbauan atau ajakan dari guru dan mata pelajaran

yang kalian dapat, berpengaruh terhadap anda untuk menolak

kekerasan dalam pemilu?

Page 83: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

77

6 Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa

perlu untuk menyediakan kurikulum/mata pelajaran khusus

terkait kepemiluan?

4.1.2.1 Apakah disekolahmu pada pemilu 2014 ada kegiatan-kegiatan khusus tentang

kepemiluan demi menciptakan pemilu yang aman dan tertib?

Jawaban responden terhadap pertanyaan apakah disekolahmu pada

pemilu 2014 ada kegiatan-kegiatan khusus tentang kepemiluan demi

menciptakan pemilu yang aman dan tertib, dijelaskan pada Tabel 10 sebagai

berikut :

Tabel 10

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Apakah disekolahmu pada pemilu 2014 ada kegiatan-kegiatan khusus tentang

kepemiluan demi menciptakan pemilu yang aman dan tertib?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 67 66,3

2 Tidak 35 34,7

Jumlah 101 100

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 6 sebagai berikut :

Page 84: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

78

Diagram 6

Apakah disekolahmu pada pemilu 2014 ada kegiatan-kegiatan khusus

tentang kepemiluan demi menciptakan pemilu yang aman dan tertib?

Pada tabel 10 dan diagram 6 di atas, diketahui bahwa 67 responden

(66,3 persen) manjawab pada pemilu 2014 terdapat kegiatan-kegiatan

khusus tentang kepemiluan demi menciptakan pemilu yang aman dan tertib,

dan sisanya sebanyak 35 responden (34,7 persen) mengatakan sebaliknya

yaitu tidak ada kegiatan terkait kepemiluan pada pemilu 2014 lalu.

Sebagai pembanding terhadap jawaban responden tersebut, maka

dilakukan wawancara kepada beberapa guru di 3 (tiga) sekolah yaitu Bapak

Felianus Jiman, S.Pd (Wakasek SMUN 1 Sita Kaca) dan Ibu Rosana

Dalima, S.Pd (Guru PPkN SMUN 1 Sita Kaca), Bapak Drs. Simon Sabur

(Guru PPkN SMUK Pancasila), dan Ibu Edith Saka, S.Pd (Kepala Sekolah

SMUN 4 Borong), dan Bapak Charles L. S. Fil (Guru PPkN SMUN 4

Borong).

Page 85: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

79

Berikut ini disajikan data hasil wawancara yang dilakukan pada

tanggal 10 Juni 2015 dan dirangkum dalam tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 11

Rekapitulasi Hasil Wawancara Terhadap Pertanyaan

Apakah disekolah Bapak/Ibu pada pemilu 2014 ada kegiatan-kegiatan khusus tentang

kepemiluan demi menciptakan pemilu yang aman dan tertib?

SMUK PANCASILA

(Bapak Drs. Simon Sabu) SMUN 4 BORONG

(Ibu Edith Saka, S.Pd, Bapak

Charles L. S.Fil)

SMUN 1 SITA KACA

(Bapak Felianus Juman,

S.Pd, Ibu Rosana Dalima,

S.Pd)

Ada.Kegiatan tersebut

bernama Sosialisasi Gerakan

Sejuta Relawan Panwas

Pemilu Untuk Pemilih Pemula

dalam lingkup SMUK

Pancasila Borong.

Ada. Kegiatan tersebut

bernama Sosialisasi Gerakan

Sejuta Relawan Panwas

Pemilu Untuk Pemilih

Pemula dalam lingkup

SMUN 4 Borong.

Ada. Nama kegiatanya

adalah Tim Relawan

Sekolah Dalam Pemilu

berupa pemilihan

beberapa siswa/i dengan

prestasi akademik maupun

non akademik untuk

menjadi duta di

lingkungan sekolah

maupun luar sekolah yang

menyuarakan pentingnya

pelaksanaan pemilu yang

aman dan tertib. Dengan

adanya pelimpahan tugas

ini, maka tugas para guru

hanyalah memantau para

duta sekolah yang telah

diberikan tugas khusus

tersebut.

Ada. Kegiatan tersebut

diberi nama Sosialisasi

Gerakan Sejuta Relawan

Panwas Pemilu Untuk

Pemilih Pemula dalam

lingkup SMUN 1 Kaca,

Borong

Hasil wawancara terhadap para nara sumber pada tabel 11 tersebut di

atas jika disandingkan dengan jawaban responden pada tabel 10, ditemukan

bahwa terdapat kesesuaian jawaban dimana pada pemilu 2014 terdapat

Page 86: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

80

kegiatan khusus tentang kepemiluan demi menciptakan pemilu yang aman

dan tertib yang diberi nama Sosialisasi Gerakan Sejuta Relawan Panwas

Pemilu Untuk Pemilih Pemula.

Dengan demikian, dengan jumlah persentase jawaban responden

yang mengatakan terdapat kegiatan khusus di sekolah masing-masing

dengan persentase lebih dari 66 persen, dapat dibuktikan dengan jawaban

hasil wawancara terhadap para guru.

4.1.2.2. Apakah kegiatan khusus kepemiluan tersebut digerakkan oleh guru-guru di

sekolahmu?

Jawaban responden terhadap pertanyaan apakah kegiatan khusus

kepemiluan tersebut digerakkan oleh guru-guru di sekolahmu, dijelaskan

pada Tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 12

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Apakah kegiatan khusus kepemiluan tersebut digerakkan oleh guru-guru di

sekolahmu?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 66 65,3

2 Tidak 34 33,7

Jumlah 101 100

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 7 sebagai berikut :

Page 87: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

81

Diagram 7

Apakah kegiatan khusus kepemiluan tersebut digerakkan oleh guru-guru di

sekolahmu?

Sebanyak 66 responden (65,3 persen) menjawab bahwa kegiatan

khusus kepemiluan yang diselenggarakan di sekolah digerakkan oleh para

guru di sekolah, dan 34 responden (33,7 persen) menjawab tidak digerakan

oleh guru di sekolah.

Sebagai pembanding jawaban responden tersebut, maka

digunakanlah hasil wawancara seperti yang telah terekapitulasi pada tabel

13 sebagai berikut :

Tabel 13

Rekapitulasi Hasil Wawancara Terhadap Pertanyaan

Apakah kegiatan khusus kepemiluan tersebut digerakkan oleh guru-guru di

sekolahmu?

SMUK PANCASILA

(Bapak Drs. Simon Sabur) SMUN 4 BORONG

(Ibu Edith Saka, S.Pd, Bapak

Charles L. S.Fil)

SMUN 1 SITA KACA

(Bapak Felianus Juman,

S.Pd, Ibu Rosana Dalima,

S.Pd)

Ya. Kegiatan Sosialisasi

Gerakan Sejuta Relawan

Panwas Pemilu Untuk Pemilih

Pemula dalam lingkup SMUK

Ya. Kegiatan Sosialisasi

Gerakan Sejuta Relawan

Panwas Pemilu Untuk

Pemilih Pemula dalam

Bapak Felianus Juman,

S.Pd. :

Tidak, kegiatan Sosialisasi

Gerakan Sejuta Relawan

Page 88: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

82

Pancasila Borong merupakan

hasil kerjasama SMUK

Pancasila dengan Panwas

Kabupaten Manggarai Timur.

lingkup SMUN 4 Borong

merupakan hasil kerjasama

SMUN 1 Kaca dengan

Panwas Kabupaten

Manggarai Timur serta

digagas oleh Panwas

Kabupaten Manggarai

Timur.

Panwas Pemilu Untuk

Pemilih Pemula dalam

lingkup SMUN 1 Kaca,

Borong merupakan hasil

kerjasama SMUN 1 Kaca

dengan Panwas Kabupaten

Manggarai Timur serta

digagas oleh Panwas

Kabupaten Manggarai

Timur. Di sini, peran

sekolah hanyalah sebagai

pendamping kegiatan

Panwaslu serta siswa/I

pemilih pemula sebagai

Subyek Pelaksana.

Ibu Rosana Dalima, S.Pd :

Ya. Kegiatan Tim

Relawan Sekolah tersebut

lebih banyak dilakukan

pada saat jam pelajaran

terutama pada kegiatan-

kegiatan ekstrakurikuler

siswa/i

4 (empat) nara sumber pada wawancara yang telah dilakukan,

memberikan jawaban yang sama dengan sebagian besar jawaban responden

bahwa kegiatan khusus kepemiluan tersebut digerakkan oleh para guru di

sekolah, sebaliknya, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah

SMUN 1 Sita Kaca (Bapak Felianus Juman, S.Pd), lebih menekankan pada

peran sekolah hanyalah sebagai pendamping kegiatan Panwaslu serta

siswa/I pemilih pemula sebagai Subyek Pelaksana.

Jadi berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diketahui bahwa

terdapat kesesuaian jawaban responden dengan hasil wawancara kepada

para guru di ketiga sekolah obyek penelitian ini.

Page 89: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

83

4.1.2.3. Selain kegiatan khusus tentang kepemiluan, apakah ada mata pelajaran yang

turut membantu anda untuk memahami tentang pemilu?

Jawaban responden terhadap pertanyaan selain kegiatan khusus

tentang kepemiluan, apakah ada mata pelajaran yang turut membantu anda

untuk memahami tentang pemilu, dijelaskan pada Tabel 14 sebagai berikut :

Tabel 14

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Selain kegiatan khusus tentang kepemiluan, apakah ada mata pelajaran yang turut

membantu anda untuk memahami tentang pemilu?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 94 93,1

2 Tidak 7 6,9

Jumlah 101 100

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 8 sebagai berikut :

Diagram 8

selain kegiatan khusus tentang kepemiluan, apakah ada mata pelajaran yang

turut membantu anda untuk memahami tentang pemilu

Page 90: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

84

Rekapitulasi jawaban responden dengan persentase jawaban

responden lebih dari 90 persen (tepatnya 93,1 persen) menunjukkan bahwa

pertanyaan tentang mata pelajaran khusus tentang kepemiluan membantu

siswa untuk memahami pemilu benar adanya. Hal ini dibuktikan dengan

jawaban 94 responden yang menjawab bahwa ada mata pelajaran khusus

tentang pemilu dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sedangkan 7

responden (6,9 persen) menjawab tidak ada mata pelajaran khusus tentang

pemilu di sekolah.

Guna membandingkan jawaban para responden tersebut, maka

digunakanlah teknik wawancara kepada kelima nara sumber penelitian ini

pada tanggal 10 Juni 2015 dan dengan kompak menjawab bahwa mata

pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPkN) merupakan

mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan menengah dan di dalam

mata pelajaran PPkN tersebut terdapat materi tentang kepemiluan.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dilihat

hubungan antara jawaban 7 responden yang menjawab tidak ada mata

pelajaran khusus tentang pemilu. Penjelasan terhadap perbedaan pandangan

ini hanyalah pada cara siswa menterjemahkan kuesioner yang telah

dibagikan yaitu karena materi tentang pemilu hanya merupakan salah satu

muatan wajib dari sekian banyak muatan wajib lainnya dalam mata

pelajaran PPkN di sekolah menengah umum.

Page 91: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

85

4.1.2.4. Apakah ada momen-momen tertentu seperti pada saat apel bendera kepala

sekolah atau guru sering menghimbau anda untuk turut menjaga

terselenggaranya pemilu yang aman?

Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut, dijelaskan pada

Tabel 15 sebagai berikut :

Tabel 15

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Apakah ada momen-momen tertentu seperti pada saat apel bendera kepala sekolah

atau guru sering menghimbau anda untuk turut menjaga terselenggaranya pemilu

yang aman?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 79 78,2

2 Tidak 22 21,8

Jumlah 101 100

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 9 sebagai berikut :

Diagram 9

Apakah ada momen-momen tertentu seperti pada saat apel bendera kepala

sekolah atau guru sering menghimbau anda untuk turut menjaga

terselenggaranya pemilu yang aman

Page 92: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

86

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 101 responden, 78

responden (78,2 persen) menjawab pada saat apel bendera atau moment-

moment tertentu, kepala sekolah atau guru sering menghimbau untuk turut

menjaga terselenggaranya pemilu yang aman, sedangkan sisanya sebanyak

22 responden (21,8 persen) mengatakan tidak.

Pembanding jawaban responden-responden tersebut adalah

berdasarkan hasil wawancara kepada para nara sumber pada tanggal 10 Juni

2015 sebagai berikut :

Tabel 16

Apakah ada momen-momen tertentu seperti pada saat apel bendera kepala sekolah

atau guru sering menghimbau anda untuk turut menjaga terselenggaranya pemilu yang

aman?

SMUK PANCASILA

(Bapak Drs. Simon Sabur) SMUN 4 BORONG

(Ibu Edith Saka, S.Pd, Bapak

Charles L. S.Fil)

SMUN 1 SITA KACA

(Bapak Felianus Juman,

S.Pd, Ibu Rosana Dalima,

S.Pd)

Ya ada dan bersifat situasional

sesuai dengan kondisi pada

saat penyampaian himbauan

tersebut diberikan kepada

siswa.

Ya ada pada apel bendera

dan kegiatan belajar

mengajar.

Bapak Felianus

Juman, S.Pd. :

Ya, Ada. Himbauan

tersebut umumnya berupa

upaya menjaga keamanan

dan ketertiban sekolah dan

lingkungan sekitar dengan

tidak melakukan kegiatan-

kegiatan yang berpotensi

menimbulkan kekacauan

seperti Konvoi sepeda

motor, kebut-kebutan, dan

bahkan melarang

penggunaan berbagai

atribut calon atau partai

tertentu dalam lingkungan

sekolah.

Ibu Rosana Dalima,

S.Pd :

Ya, ada. Himbauan tersebut

sama dengan penyampaian

Page 93: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

87

wakil kepala sekolah

Bapak Felianus Juman,

S.Pd. Selain itu pula,

himbauan lisan pada saat

Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) sedang

berlangsung, meskipun

bukan pada saat KBM

PPkN.

Jawaban para nara sumber menunjukkan bahwa 78,2 persen jawaban

responden yang mengatakan bahwa terdapat moment-moment tertentu

kepala sekolah dan guru menyampaikan himbauan demi terselenggaranya

pemilu yang aman, dapat dipertanggungjawabkan. Artinya bahwa terdapat

kesesuaian jawaban responden dengan jawaban dari para nara sumber.

Dengan demikian, terkait pertanyaan apakah ada momen-momen

tertentu seperti pada saat apel bendera kepala sekolah atau guru sering

menghimbau anda untuk turut menjaga terselenggaranya pemilu yang aman,

adalah benar adanya.

4.1.2.5. Apakah himbauan atau ajakan dari guru dan mata pelajaran yang kalian dapat,

berpengaruh terhadap anda untuk menolak kekerasan dalam pemilu?

Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut, dijelaskan pada

Tabel 17 sebagai berikut :

Page 94: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

88

Tabel 17

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Apakah himbauan atau ajakan dari guru dan mata pelajaran yang kalian dapat,

berpengaruh terhadap anda untuk menolak kekerasan dalam pemilu?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 79 78,2

2 Tidak 22 21,8

Jumlah 101 100

Himbauan dan mata pelajaran yang telah diperoleh responden

berpengaruh terhadap perilaku responden dalam menolak kekerasan dalam

pemilu ditunjukkan dengan jawaban responden yang mencapai 78,2 persen

(79 responden), sebaliknya, 21,8 persen (22 responden) mengatakan jka

himbauan tersebut tidak berpengaruh dalam perilaku menolak kekerasan

dalam pemilu. Perlu digarisbawahi bahwa dengan jawaban responden yang

mencapai lebih dari 78 persen, termasuk cukup tinggi dalam menjelaskan

pengaruh himbauan guru terhadap perilaku menolak kekerasan dalam

pemilu.

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 10 sebagai berikut :

Page 95: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

89

Diagram 10

Apakah himbauan atau ajakan dari guru dan mata pelajaran yang kalian

dapat, berpengaruh terhadap anda untuk menolak kekerasan dalam pemilu

Sebagai pembanding jawaban responden, hasil wawancara kepada

kelima responden di tiga sekolah obyek penelitian ini pun menunjukkan

jawaban yang hampir sama dengan jawaban responden. Bapak Felianus

Juman, S.Pd dan Ibu Rosana Dalima, S.Pd pada wawancara tanggal 10 Juni

2015, menggarisbawahi penekanan pada terselenggaranya Pemilu yang

aman dan tertib, terutama lingkungan di sekitar sekolah, tidak adanya

konvoi kendaraan yang dilakukan oleh siswa/I, tidak adanya kebut-kebutan,

serta tidak adanya atribut-atribut dari calon legislatif dan partai tertentu di

lingkungan sekolah. Sedangkan pada ketiga nara sumber lainnya (Ibu Edith

Saka, S.pd, Bapak Charles L. S.Fil, serta Bapak Drs. Simon Sabur)

menekankan pada peran guru dalam pendampingan siswa baik di dalam

maupun diluar lingkungan sekolah termasuk perilaku siswa dalam

peneyelanggaraan proses pemilu.

Page 96: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

90

Dengan demikian, setelah memperhatikan mayoritas jawaban

responden dengan hasil wawancara, maka dapat dikatakan bahwa himbauan

atau ajakan dari guru dan mata pelajaran berpengaruh terhadap siswa untuk

menolak kekerasan dalam pemilu.

4.1.2.6. Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

menyediakan kurikulum/mata pelajaran khusus terkait kepemiluan?

Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut, dijelaskan pada

Tabel 18 sebagai berikut :

Tabel 18

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

menyediakan kurikulum/mata pelajaran khusus terkait kepemiluan?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 50 50,5

2 Tidak 51 49,5

Jumlah 101 100

Menarik untuk disimak, bahwa pada tabel 18 tentang rekapitulasi

jawaban responden, menunjukkan bahwa dari total jumlah responden

sebanyak 101 responden, jumlah dan persentasenya hampir sama serta

dengan selisih hanya sebesar 1 responden. Sebanyak 51 responden (50,5

persen) menjawab tidak perlu ada mata pelajaran atau kurikulum khusus

tentang pemilu, dan 50 responden (49,5 persen) menjawab perlu ada

kurikulum atau mata pelajaran khusus tentang pemilu.

Page 97: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

91

Untuk membandingkan jawaban responden-responden tersebut,

jawaban dari para nara sumber dapat dijadikan sebagai tolok ukur

perbandingan. Bapak Felianus Juman, S.Pd dan Ibu Rosana Dalima, S.Pd

pada wawancara tanggal 10 Juni 2015 di SMUN 1 Sita Kaca, memberikan

penjelasan bahwa penambahan mata pelajaran atau kurikulum khusus

tentang pemilu tidak perlu untuk dilakukan. Terobosan yang dapat

dilakukan kedepan adalah dengan sosialisasi yang berkesinambungan yang

dilakukan oleh penyelenggara pemilu (KPU) yang tidak hanya terpusat pada

saat menjelang pelaksanaan pemilu, sudah ada materi khusus tentang pemilu

yang termuat dalam Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPkN), perlunya kerjasama antar berbagai pihak demi

terselenggaranya pemilu yang aman dan tertib seperti sosialisasi oleh

penyelenggara KPU dan PANWAS, kepolisian, serta instansi terkait seperti

Kesbangpolinmas Kabupaten, serta yang paling utama adalah penambahan

jam pelajaran PPkN. Jawaban senada juga diperoleh dari hasil wawancara

dengan tiga nara sumber di SMUK Pancasila (Drs. Simon Sabur) dan

SMUN 4 Borong (Ibu Edith Saka, S.Pd dan Bapak Charles L. S.Fil) pada

tanggal 10 Juni 2015. Menurut para nara sumber tersebut, tidak perlu ada

mata pelajaran khusus tentang pemilu karena sudah terintegrasi dengan mata

pelajaran PPkN di tingkat SMU.

Oleh karena itu, setelah membandingan mayoritas jawaban

responden dengan jawaban nara sumber, maka dapat ditarik kesimpulan

Page 98: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

92

bahwa penambahan mata pelajaran khusus tentang kepemiluan belumlah

diperlukan karena sudah terintegrasi dengan mata pelajaran PPkN.

Tabulasi jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dijelaskan

pada diagram 11 sebagai berikut :

Diagram 11

Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

menyediakan kurikulum/mata pelajaran khusus terkait kepemiluan

4.1.3. Kelompok Agama

Pada tabel 19 berikut dijelaskan mengenai item-item pertanyaan tentang

peran tokoh agama terhadap political voluntarism di Kabupaten Manggarai

Timur dengan jumlah sampel kelompok masyarakat keagamaan dalam

penelitian ini berjumlah 165 responden. Dan untuk mengetahui peran tokoh

agama tersebut, diuraikan dalam 5 (lima) item pertanyaan sebagai berikut :

Page 99: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

93

Tabel 19

Item Pertanyaan Tentang

peran tokoh agama terhadap political voluntarism di Kabupaten

Manggarai Timur

Item

Pertanyaan

Pertanyaan

7 Setujukah anda dengan pernyataan ini : bahwa pemimpin

agama adalah salah satu penggerak utama dari terwujudnya

pemilu yang aman dan tertib?

8 Apakah pemimpin agama sering menghimbau atau mengajak

anda untuk turut serta terlibat dalam mewujudkan pemilu yang

aman dan tertib?

9 Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus bagi kaum muda yang

dibentuk oleh pemimpin agama untuk mewujudkan pemilu

yang aman dan tertib?

10 Pemilu 2014 telah selesai dilaksanakan dengan aman dan

tertib. Salah satu faktor kuncinya adalah karena kaum muda

tidak terprovokasi untuk melakukan kekerasan. Apakah sikap

menolak kekerasan dalam pemilu dipengaruhi oleh himbauan

pemimpin agama masing-masing?

11 Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa

perlu untuk membentuk organisasi khusus kepemudaan terkait

kepemiluan?

4.1.3.1. Setujukah anda dengan pernyataan ini : bahwa pemimpin agama adalah salah

satu penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan tertib?

Rekapitulasi distribusi jawaban responden yang berjumlah 165

responden, dijelaskan pada tabel 20 sebagai berikut :

Page 100: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

94

Tabel 20

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Setujukah anda dengan pernyataan ini : bahwa pemimpin agama adalah salah satu

penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan tertib?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 162 98,2

2 Tidak 0 0

3 Tidak Menjawab 3 1,8

Jumlah 165 100

Pada tabel 20 di atas, dari keseluruhan responden yang berjumlah

165 orang, frekuensi jawaban terbanyak adalah pada jawaban bahwa

responden setuju dengan pernyataan bahwa pemimpin agama merupakan

salah satu faktor penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan

tertib dengan jumlah jawaban sebanyak 162 responden (98,2 persen).

Kemudian secara berturut-turut, responden yang tidak menjawab sebanyak 3

responden (1,8 persen) serta tidak ada responden yang mengatakan pemimpin

agama bukan merupakan salah satu faktor penggerak pemilu yang aman dan

tertib.

Penjelasan grafis distribusi jawaban responden tersebut dijelaskan

pada diagram 12 sebagai berikut :

Page 101: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

95

Diagram 12

Setujukah anda dengan pernyataan ini : bahwa pemimpin agama adalah

salah satu penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan tertib

Sebagai pembanding jawaban responden, maka digunakan hasil

wawancara dengan nara sumber yang berperan sebagai pelindung/pimpinan

serta penasehat utama pada tiga kelompok organisasi kepemudaan

keagamaan pada tanggal 12 Juni 2015, yaitu :

a. Agama Katolik :

Romo Yohanes Mastaram, Pr (Pastor Paroki Borong sekaligus

Pelindung organisasi kepemudaan bernama Orang Muda Katolik/OMK),

serta Rm. Simon Nama, Pr (Pastor VIKEP Borong);

b. Agama Islam :

Imam Masjid Jami Borong (Ustad Muhammad Ali) sekaligus pelindung

organisasi kepemudaan Islam yaitu Remaja Masjid (REMAS) dan

Pemuda Masjid Borong.

Page 102: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

96

c. Agama Protestan :

Pelindung organisasi kepemudaan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)

Eben Haezer Borong, Pendeta Melkisedek Smith.

Tabel 21

Rekapitulasi Jawaban Nara Sumber Terhadap Pertanyaan

Setujukah anda dengan pernyataan ini :bahwa pemimpin agama adalah salah satu

penggerak utama dari terwujudnya pemilu yang aman dan tertib?

Pemimpin Agama Katolik

(Rm Yohanes Mastaram, PR

dan Rm. Simon Nama, PR)

MUI Borong

(Ustad Muhammad Ali) GMIT Ebenhaezer

Borong

(Pendeta Melkisedek Smith)

YA Setuju, kami melihat

semua berperan. Bahwa

pemimpin agama salah

satu penggerak pada

dasarnya iya, tetapi ada

peran Allah sendiri,

melalui pemerintah,

parpol, penyelenggara dan

masyarakat umum juga

dari tokoh pendidikan,

memiliki semangat yang

sama yaitu menjaga

suasana yang aman tertib

pada semua segi kehidupan

di manggarai timur. ini

sungguh Tuhan terlibat.

Kita tau Pemilu selain

untuk memilih wakil

rakyat dan penimpin

bangsa pemilu juga

dipandang sebagai

pendidikan politik dalam

keberagaman agama demi

mencerdaskan kehidupan

bangsa, kebaikan bersama;

bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, beraklak

mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, inofatif,

produktif, energik, mandiri

dan demokratis serta

Ya, bahwa pemimpin agama

adalah salah satu penggerak

utama dari terwujudnya

pemilu yang aman dan tertib

iya setuju, Gereja

Protestan melalui Surat

Gembala PGI dan

himbauan dari para

pendeta, untuk para jemaat

agar memilih dengan hati,

dan menerima kekelahan

bagi yang maju caleg dan

kalah.

Page 103: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

97

bertanggungjawab pada

dan negara.

Pada rekapitulasi tabulasi jawaban nara sumber terhadap wawancara

yang telah dilakukan kepada ketiga kelompok agama tersebut pada tabel 21 di

atas, diketahui bahwa jawaban seluruh nara sumber sejalan dengan jawaban

responden. Artinya bahwa, para pemimpin agama juga merupakan salah satu

faktor pendorong terciptanya pemilu yang aman dan tertib. Sehingga dengan

demikian dapat diketahui bahwa terdapat kesesuaian jawaban antara jawaban

responden dengan jawaban nara sumber penelitian ini.

4.1.3.2. Apakah pemimpin agama sering menghimbau atau mengajak anda untuk turut

serta terlibat dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Tabel 22 berikut menggambarkan total rekapitulasi jawaban dari 165

resonden penelitian ini yang diuraikan sebagai berikut :

Tabel 22

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Apakah pemimpin agama sering menghimbau atau mengajak anda untuk turut serta

terlibat dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 162 98,2

2 Tidak 0 0

3 Tidak Menjawab 3 1,8

Jumlah 165 100

Distribusi jawaban responden terbanyak yang mencapai 162

responden (98,2 persen) adalah pada jawaban bahwa pemimpin agama

Page 104: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

98

sering menghimbau atau mengajak responden untuk turut serta terlibat

dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib, 3 responden (1,8 persen)

tidak menjawab, dan tidak ada responden yang menjawab tidak ada

himbauan dari pemimpin agama.

Dengan demikian, setelah melihat distribusi jawaban responden

tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa menurut para responden,

pemimpin agama merupakan orang yang sering menghimbau umat termasuk

organisasi kepemudaan keagamaan pada masing-masing obyek penelitian

ini untuk turut terlibat dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib.

Penjelasan grafis dalam bentuk diagram atas distribusi jawaban

responden penelitian ini, dijelaskan pada diagram 13 sebagai berikut :

Diagram 13

Apakah pemimpin agama sering menghimbau atau mengajak anda untuk

turut serta terlibat dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Page 105: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

99

Sebagai pembanding jawaban responden, hasil wawancara dengan

keempat nara sumber pada tanggal 12 Juni 2015, dijelaskan sebagai

berikut :

Tabel 23

Rekapitulasi Jawaban Nara Sumber Terhadap Pertanyaan

Apakah pemimpin agama sering menghimbau atau mengajak anda untuk turut serta

terlibat dalam mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Pemimpin Agama Katolik

(Rm Yohanes Mastaram, PR

dan Rm. Simon Nama, PR)

MUI Borong

(Ustad Muhammad Ali) GMIT Ebenhaezer

Borong

(Pendeta Melkisedek Smith)

Rm. Yohanes Mastaram,

PR : iya selalu kita lakukan

itu, dalam kegiatan

katekese KBG, mimbar

sabda pada pengumuman

akhir perayaan ekaristi

setiap selesai kurban misa.

dan kegiatan lainnya

bersama umat dan para

tokoh umat. Hal ini bentuk

kepedulian kita sebagai

pemimpin umat pada

pemilu, dalam semangat

kebhinekaan suku-suku

dan agama, sesuai

kebhinekaan kita sesama

anak bangsa.

Rm. simon nama, PR : iya

selalu kita lakukan itu,

dalam kegiatan katekese

para pastor paroki dan

dalam sidang kevikepan

setiap bulan. sehingga di

tingkat paroki ada kegiatan

di kelompok-kelompok

basis. hal ini bentuk

kepedulian kita sebagai

pemimpin umat pada

pemilu, negara, sesuai

kebhinekaan kita, juga kita

dituntun oleh iman

kristiani “jadilah saksi-

iya sering menghimbau dan

mengajak umat untuk turut

serta terlibat dalam

mewujudkan pemilu yang

aman dan tertib, melalui

kotbah-kotbah jumaat,

ceramah-ceramah, terawih

pada bulan ramadhan, dan

pengajian pada majelis

tas’lim

Gereja Protestan dalam

ibadah selalu menghimbau

dan mengajak jemaat,

untuk memilih dengan

melihat visi misi calon

Page 106: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

100

saksi Kristus dan

mewartakan keselamatan

allah kepada manusia”.

kita juga diinspirasi oleh

surat gembala dan tema-

tema katekese umat.

Hasil wawancara terhadap keempat tokoh pada ketiga kelompok

agama sesuai rekapitulasi pada Tabel 23 tersebut di atas menunjukkan

bahwa masing-masing pemimpin agama dengan cara agamanya masing-

masing selalu menghimbau umatnya masing-masing demi terlaksananya

pemilu yang aman dan tertib. Sehingga dengan demikian, maka dapat

diketahui bahwa terdapat kesesuaian jawaban antara jawaban responden

dengan jawaban nara sumber, artinya bahwa pemimpin agama sering

menghimbau atau mengajak umatnya untuk turut serta terlibat dalam

mewujudkan pemilu yang aman dan tertib.

4.1.3.3. Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus bagi kaum muda yang dibentuk oleh

pemimpin agama untuk mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Tabel 24 berikut menggambarkan total rekapitulasi jawaban dari

seluruh responden yang berjumlah 165 resonden penelitian dan yang

diuraikan sebagai berikut :

Page 107: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

101

Tabel 24

Distribusi Jawaban Atas Pertanyaan

Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus bagi kaum muda yang dibentuk oleh

pemimpin agama untuk mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 154 93,3

2 Tidak 8 4,8

3 Tidak Menjawab 3 1,8

Jumlah 165 100

Terkait pertanyaan apakah ada kegiatan-kegiatan khusus bagi kaum

muda yang dibentuk oleh pemimpin agama untuk mewujudkan pemilu yang

aman dan tertib, sebagian besar responden (93,3 persen) atau sekitar 154

responden memberikan jawaban bahwa untuk mewujudkan pemilu yang

aman dan tertib, pemimpin agama membentuk kegiatan-kegiatan khusus.

Selanjutnya, 8 responden (3,8 persen) menjawab pemimpin agama tidak

membuat kegiatan-kegiatan khusus guna terwujudnya pemilu yang aman

dan tertib, serta 3 responden (1,8 persen) yang tidak menjawab.

Secara grafis, distribusi jawaban responden tersebut dijelaskan pada

diagram 14 sebagai berikut :

Page 108: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

102

Diagram 14

Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus bagi kaum muda yang dibentuk oleh

pemimpin agama untuk mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Sebagai pembanding jawaban responden, hasil wawancara dengan

keempat nara sumber pada tanggal 12 Juni 2015, dijelaskan sebagai

berikut :

Tabel 25

Rekapitulasi Jawaban Nara Sumber Terhadap Pertanyaan

Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus bagi kaum muda yang dibentuk oleh

pemimpin agama untuk mewujudkan pemilu yang aman dan tertib?

Pemimpin Agama Katolik

(Rm Yohanes Mastaram, PR

dan Rm. Simon Nama, PR)

MUI Borong

(Ustad Muhammad Ali) GMIT Ebenhaezer

Borong

(Pendeta Melkisedek Smith)

Iya ada. Tema – tema

pemilu selalu kita bawakan

dalam katekese umat, yang

khusus untuk mendalami

pemilu, kelompok

kategorial, dan diperkuat di

mimbar-mimbar ibadah,

(untuk kita ada buku

pegangannya) juga ada umat

kita yang kita dorong

menjadi penyelenggara

tingkat desa dan kecamatan.

Iya ada, melalui kegiatan

lomba-lomba dilingkungan

masing-masing mesjid dalam

rangka terciptanyan

keamanan dan persaudaraan

Ada, melalui perkumpulan

remaja saat kegiatan

ibadah untuk memilih

dengan bijak, dan turut

menjaga ketertiban saat

pemilu

Page 109: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

103

Terdapat berbagai kegiatan-kegiatan khusus bagi kaum muda yang

dibentuk oleh pemimpin agama untuk mewujudkan pemilu yang aman dan

tertib dan disesuaikan dengan metode dan cara dari masing-masing agama.

Misalnya melalui kegiatan mimbar ibadah untuk agama Katolik, lomba

dilingkungan masjid untuk agama Islam, serta kegiatan ibadah untuk agama

Protestan.

Inti dari berbagai jenis kegiatan-kegiatan tersebut adalah guna

terwujudnya pemilu yang aman dan tertib. Dan berdasarkan rekapitulasi

seluruh nara sumber penelitian ini seperti yang tersaji pada tabel 25 tersebut

di atas, diketahui bahwa jawaban atas pertanyaan apakah ada kegiatan-

kegiatan khusus bagi kaum muda yang dibentuk oleh pemimpin agama

untuk mewujudkan pemilu yang aman dan tertib, secara gamblang masing-

masing pemimpin agama mengatakan ada. Sehingga dengan demikian,

maka diketahui bahwa seluruh jawaban nara sumber tersebut mampu

menjelaskan dan menguatkan jawaban responden penelitian ini.

4.1.3.4. Pemilu 2014 telah selesai dilaksanakan dengan aman dan tertib. Salah satu

faktor kuncinya adalah karena kaum muda tidak terprovokasi untuk

melakukan kekerasan. Apakah sikap menolak kekerasan dalam pemilu

dipengaruhi oleh himbauan pemimpin agama masing-masing?

Jawaban responden terhadap pertanyaan ini bervariasi, dan pada

tabel 26 berikut dijelaskan mengenai distribusi jawaban responden tersebut :

Page 110: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

104

Tabel 26

Pemilu 2014 telah selesai dilaksanakan dengan aman dan tertib. Salah satu faktor

kuncinya adalah karena kaum muda tidak terprovokasi untuk melakukan kekerasan.

Apakah sikap menolak kekerasan dalam pemilu dipengaruhi oleh himbauan

pemimpin agama masing-masing?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 161 97,6

2 Tidak 1 0,6

3 Tidak Menjawab 3 1,8

Jumlah 165 100

Frekuensi jawaban responden dengan persentase di atas 95 persen

(tepatnya 97,6 persen) yang dijawab oleh responden, termasuk kedalam

kategori tinggi. Artinya bahwa, sikap menolak kekerasan dalam pemilu

merupakan pengaruh dari himbauan masing-masing pemimpin agama

kepada umat atau organisasi kepemudaan bidang keagamaan masing-masing.

Hal ini cukup dimaklumi mengingat peran para pemimpin agama, cukup

vital dalam kehidupan beragama masing-masing agama.

Selanjutnya, 3 responden (1,8 persen) tidak menjawab, dan sisanya

sebanyak 1 responden (0,6 persen) dari total rekapitulasi jawaban responden

menjawab himbauan pemimpin agama tidak berpengaruh terhadap sikap

menolak kekerasan dalam pemilu.

Dengan demikian, penjelasan grafis dalam bentuk diagram atas

jawaban-jawaban responden tersebut dijelaskan pada diagram 15 sebagai

berikut :

Page 111: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

105

Diagram 15

Pemilu 2014 telah selesai dilaksanakan dengan aman dan tertib. Salah satu

faktor kuncinya adalah karena kaum muda tidak terprovokasi untuk

melakukan kekerasan. Apakah sikap menolak kekerasan dalam pemilu

dipengaruhi oleh himbauan pemimpin agama masing-masing

Sebagai pembanding jawaban responden, hasil wawancara dengan

keempat nara sumber pada tanggal 12 Juni 2015, dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 27

Rekapitulasi Jawaban Nara Sumber Terhadap Pertanyaan

Pemilu 2014 telah selesai dilaksanakan dengan aman dan tertib. Salah satu

faktor kuncinya adalah karena kaum muda tidak terprovokasi untuk

melakukan kekerasan. Apakah sikap menolak kekerasan dalam pemilu

dipengaruhi oleh himbauan pemimpin agama masing-masing?

Pemimpin Agama Katolik

(Rm Yohanes Mastaram, PR

dan Rm. Simon Nama, PR)

MUI Borong

(Ustad Muhammad Ali) GMIT Ebenhaezer

Borong

(Pendeta Melkisedek Smith)

Rm. Yohanes Mastaram,

PR : iya ada tema – tema

pemilu selalu kita bawakan

dalam katekese umat,

kelompok kategorial, dan

diperkuat di mimbar-

mimbar ibadah.

Rm. Simon Nama, PR : iya

ada. Himbauan berupa

melarang kampanye hitam

Iya; tokoh agama senantiasa

dekat dan turut serta dalam

segala kegiatan yang

dilakukan oleh kaum muda

sebagai tindakan prefentif.

Iya; sebagai pendeta kami

selalu memberi informasi

kepemiluan dan hasilnya.

kelompok remaja kami

tidak mudah terprovokasi

oleh isu-isu dalam saat

pemilu. Hal yang paling

pokok dalam pemilu dari

kacamata tokoh agama

adalah pendewasaan pribadi

Page 112: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

106

dan melarang menghasut

sesama pasangan calon dan

caleg. Kita perdalam

pemahaman pemilu bersama

komisi Kerasulan Awam

dan komisi kepemudaan. di

paroki-paroki kita sudah ada

itu.

manusia, beriman,

memberikan kesaksian,

merubah, dunia menurut

tata nilai yang luhur. kita

semua terutama kpu

kabupaten, propinsi dan

pusat memberikan kita

semua harapan; diakui juga

masih cukup banyak

orang/kelompok yang

belum memahami pemilu,

hal ini menjadi agenda kita

semua diwaktu yang akan

datang. hal ini kalau dalam

gereja katolik kita di

inspirasi dengan adanya

surat gembala, kotbah

tematis ttg pemilu yang

tetap mendorong

independensi dan

kemerdekaan kita dalam

memilih.

Hasil rekapitulasi jawaban nara sumber tersebut di atas seperti yang

tersaji pada tabel 27, diketahui bahwa seluruh nara sumber menjawab bahwa

sikap menolak kekerasan dalam pemilu dipengaruhi oleh himbauan

pemimpin agama masing-masing. Dan berdasarkan jawaban tersebut, maka

diketahui bahwa terdapat kesesuaian antara jawaban responden dengan hasil

wawancara kepada para nara sumber sehingga terhadap pertanyaan apakah

sikap menolak kekerasan dalam pemilu dipengaruhi oleh himbauan

pemimpin agama masing-masing, dapat dibuktikan.

Page 113: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

107

4.1.3.4. Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

membentuk organisasi khusus kepemudaan terkait kepemiluan?

Jawaban responden terhadap pertanyaan ini distribusikan pada tabel

28 sebagai berikut :

Tabel 28

. Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

membentuk organisasi khusus kepemudaan terkait kepemiluan?

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 111 67,3

2 Tidak 26 15,8

3 Tidak Menjawab 28 17

Jumlah 165 100

Penjelasan tabel 24 tersebut di atas, 111 responden atau sekitar 67,3

persen dari seluruh total responden penelitian ini menjawab perlu untuk

membentuk organisasi khusus kepemudaan terkait kepemiluan di masa yang

akan datang, 28 responden atau sekitar 17 persen responden tidak menjawab,

serta 26 responden atau sekitar 15,8 persen yang menjawab tidak perlu

membentuk organisasi kepemudaan khusus pemilu.

Secara grafis, distribusi jawaban responden tersebut dijelaskan pada

diagram 16 berikut :

Page 114: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

108

Diagram 16

Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

membentuk organisasi khusus kepemudaan terkait kepemiluan?

Sebagai pembanding jawaban responden, hasil wawancara dengan

keempat nara sumber pada tanggal 12 Juni 2015, dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 29

Rekapitulasi Jawaban Nara Sumber Terhadap Pertanyaan

. Untuk pemilu-pemilu di masa yang akan datang, apakah dirasa perlu untuk

membentuk organisasi khusus kepemudaan terkait kepemiluan?

Pemimpin Agama Katolik

(Rm Yohanes Mastaram, PR

dan Rm. Simon Nama, PR)

MUI Borong

(Ustad Muhammad Ali) GMIT Ebenhaezer

Borong

(Pendeta Melkisedek Smith)

Rm. Yohanes Mastaram,

PR : Iya ada, kita fokus

pada ajakan hindari

kampanye hitam,

kampanye menghasut,

kampanye mengadudoma.

karena kita melihat itu

tidak menguntungkan

siapa-siapa karena ada

kelompok yang terluka,

secara manusia itu pasti

menimbulkan rasa

dendam, oleh semua

orang,: orang tua,

masyarakat, guru, lsm,

Tidak perlu, bagaimana

memanfaatkan lembaga

kepemudaan yang ada untuk

ditingkatkan perannya?

Iya bisa diinisiatifkan,

untuk membangun dialog

antar pemuda, antar agama,

tetapi sekarang sesuaikan

dengan kebutuhan kita, itu

kita sangan mendukung

keputusan lembaga yang

terkait

Page 115: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

109

komite dan pemerintah,

semua komponen

masyarakat harus

mendukungnya; tanpa

membeda-bedakan sara

dan pilihan.

Rm. Simon Nama, PR :

tergantung, tidak bisa

dikatakan apakah perlu

atau tidak. untuk sekerang

bagaimana kalau

tingkatkan peran kelompok

dialog antara umat

beragama yang sudah ada

dan selama ini melakukan

kegiatan bersama

KESBANGPOLINMAS

Kabupaten Manggarai

Timur

.

Membandingkan hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang

telah dibagikan dengan hasil wawancara kepada para nara sumber, diketahui

bahwa terdapat beberapa ketidak cocokan jawaban. Pada tabulasi jawaban

responden, terkait pertanyaan untuk pemilu-pemilu di masa yang akan

datang, apakah dirasa perlu untuk membentuk organisasi khusus

kepemudaan terkait kepemiluan, persentase jawaban responden hanya

sebesar 67,3 persen (kurang dari 75 persen). Hal ini jika dikaitkan dengan

jawaban para nara sumber, pun memberikan gambaran yang sama. Sebagai

contoh, jawaban Ketua MUI Borong dengan tegas menjawab bahwa tidak

perlu membentuk organisasi kepemudaan yang baru khususnya bidang

kepemiluan karena tinggal memaksimalkan peran organisasi kepemudaan

yang sudah ada. Sementara tokoh Agama Katolik Rm. Simon Nama, PR,

Page 116: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

110

pun memberikan jawaban yang tidak pasti apakah perlu atau tidak

membentuk organisasi khusus kepemiluan, tetapi lebih khusus menekankan

pada peningkatan pola kerjasama yang sudah ada baik dengan organisasi

pemerintah maupun dengan dialog lintas agama.

Namun, perlu digarisbawahi, jawaban dari keempat nara sumber

dari tiga kelompok agama di atas, semuanya menekankan pada pentingnya

dialog lintas agama demi mewujudkan pemilu yang aman dan tertib.

Pernyataan tersebut dapat diterjemahkan sebagai peningkatan peran dari

oragnisasi keagamaan yang sudah ada saat ini melalui kerjasama dan dialog

yang berkelanjutan munuju terlaksananya pemilihan umum yang lebih baik

di masa datang.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Sejauh manakah Pemimpin agama, guru dan pemimpin adat mengambil peran

sentral dalam menggerakkan kesukarelaan politik masyarakat Manggarai Timur

dalam pemilu legislatif dan pemilu Presiden 2014

Dari data yang diperoleh, secara umum terlihat bahwa kesukarelaan politik

masyarakat (political voluntarism) berdasar pada ketertarikan personalnya terhadap

pelaksanaan pemilihan umum. Kelompok masyarakat desa umumnya sangat tertarik

dan mengikuti setiap perkembangan politik walaupun memiliki akses informasi

yang terbatas. Di Kabupaten Manggarai Timur, peran pranata adat masih

sedemikian dominan sehingga pola laku dan cara pandang masyarakat terhadap

suatu isu sangat ditentukan oleh pandangan tradisional yang dilegitimasi oleh para

pemuka adat. Masyarakat pedesaan yang dalam konsepsi sosiologis berciri

Page 117: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

111

solidaritas mekanik kemungkinan besar akan sangat terdorong menentukan

pandangan politiknya berdasarkan kebutuhan komunal dan tradisional. Segala

aktualitas politik masyarakat desa digerakkan oleh suatu arahan yang bersifat sosial.

Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis jawaban responden dan wawancara

terhadap para nara sumber, maka dapat dikatakan bahwa pemimpin adat mengambil

peran sentral dalam menggerakkan kesukarelaan politik masyarakat Manggarai

Timur dalam pemilu legislatif dan pemilu Presiden 2014.

Sementara itu di komunitas pendidikan yang secara formal menjadi tempat

penanaman dan implementasi nilai-nilai sosial secara sadar dan terencana

melakukan upaya-upaya untuk menjaring keterlibatan peserta didiknya. Pendidikan

menempatkan dirinya dalam sebuah dimensi keilmuan yang benar-benar baku,

artinya pendidikan menjadi agen yang secara etis baik bagi tempat bersemainya

nilai-nilai demokrasi serta isu yang berkembang terkait nilai-nilai kepemiluan.

Selain itu. kelompok pendidikan menjadi tumpuan bagi pemerintah untu

menyosialisasikan pemilihan umum dan tahapan-tahapannya Terdapat berbagai

macam saluran yang dapat digunakan untuk menginisiasi nilai-nilai yang bermuara

pada lahirnya kesukarelaan politik para peserta didik seperti dalam pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler

termasuk Gerakan Sejuta Relawan Pemilu yang pernah dilaksanakan oleh Panwas

Kabupaten Manggarai Timur. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis jawaban

responden dan wawancara terhadap para nara sumber, maka dapat dikatakan bahwa

guru mengambil peran sentral dalam menggerakkan kesukarelaan politik

Page 118: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

112

masyarakat Manggarai Timur khususnya siswa dan siswi pemilih pemula dalam

pemilu legislatif dan pemilu Presiden 2014

Lembaga keagamaan juga merupakan salah satu agen sosialisasi yang

efektif untuk menginjeksi nilai-nilai baru terkait pemilu. Masyarakat di Kabupaten

Manggarai Timur sebagian besar tinggal di pedesaan serta sangat patuh pada nilai-

nilai keagamaan yang dianutnya. Para pemuka agama (pastor, pendeta, dan ustad)

pun menjadi salah satu referensi dalam setiap keputusan yang akan diambil oleh

individu-individu dalam pemilu. Komunalisme sebagai karakteristik dasar

masyarakat Manggarai Timur sangat jelas terlihat dalam pola pergaulan kelompok

atau komunitas antar agama. Konsensus yang dibangun ini tidak terlepas dari peran

para pemuka agama yang berupaya sekuat tenaga menjalin kerukunan yang

berbasiskan komunalisme termasuk dalam pemilu, sehingga masyarakat akan

sangat menaruh kepercayaan kepada mereka sebagai penentu pelaksanaan pemilu

yang aman dan damai. Untuk itu, segenap penyelenggara pemilihan umum (KPU)

sudah seharusnya melihat kelompok agama sebagai saluran yang tepat bagi

penanaman kesadaran akan demokrasi yang mengilhami terciptanya kesadaran akan

pentingnya pemilu bagi kesejahteraannya sehingga menggiring terciptanya

kesukarelaan politik yang masif. Peran lembaga keagamaan sebagai kultural sangat

terlihat dalam fungsinya sebagai penentu kecenderungan politik yang berbasiskan

pandangan religius. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis jawaban

responden dan wawancara terhadap para nara sumber, maka dapat dikatakan bahwa

pemimpin agama (pastor, pendeta, dan ustad) telah turut mengambil peran sentral

Page 119: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

113

dalam menggerakkan kesukarelaan politik masyarakat Manggarai Timur dalam

pemilu legislatif dan pemilu Presiden 2014.

Page 120: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

114

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. KESIMPULAN

Dari telaah lapangan yang dilakukan serta hasil analisa jawaban responden dan

wawancara kepada nara sumber penelitian, terdapat sejumlah temuan baru yang

mengkonfirmasi peran para tokoh agama, pemuka adat dan aktor pendidikan. Komunitas,

agama, pendidikan dan adat adalah kelompok-kelompok yang secara kreatif merumuskan

langkah-langkah spontan untuk mengartikulasi partisipasi dalam menciptakan kondisi aman-

damai dalam pemilu di Kabupaten Manggarai Timur.

Lembaga agama sebagai salah satu pilar kehidupan masyarakat Manggarai Timur

telah sangat kuat mempengaruhi cara pandang, pola sikap–tingkah laku penganutnya.

Agama bukan hanya mengajar dan menuntun bagaimana berelasi dengan Tuhan, tetapi juga

bagaimana berelasi dengan sesama dan mengambil peran yang tepat (sesuai ajaran

agamanya) dalam berbagai segi kehidupan salah satunya hajatan pesta demokrasi yakni

pemilu. Salah satu yang pasti dari setiap agama adalah bahwa agama selalu berpihak pada

kebenaran, keadilan dan perdamaian di dunia. Untuk dapat mewujudkan misi keberpihakan

kepada kebenaran, menegakan keadilan dan menciptakan perdamain, para pemimpin agama

mengambil peran yang sangat sentral. Para pemimpin agama ( Pastor, Pendeta dan Imam

Mesjid) dipercaya sebagai utusan Tuhan untuk menuntun umat dalam mempejuangkan

kebenaran, menegakan keadilan dan menabur kedamaian di bumi. Pemimpin agama

memiliki kuasa, kekuatan untuk menggerakan dan mempengaruhi umat. Kekuatan

mempengaruhi, menggerakan, menuntun dari pemimpin agama sangat dirasakan oleh

Page 121: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

115

masyarakat Manggarai Timur dalam pemilu legislatif dan Pilpres 2014. Lewat ajarannya,

seruan-seruan moral dan khotbah-khotbah di tempat ibadat, pemimpin agama telah sanggup

menahkodai gerakan kesukarealaan politik masyarakat pada pemilu 2014. Gerakan

kesukarelaan politik yang dimotori oleh para pemimpin agama telah menuntun umat

beragama untuk berpihak kepada kebenaran, menolak kekerasan dalam pemilu, dan merajut

harmoni damai dalam pemilu di Manggarai Timur.

Selain lembaga agama yang telah dijelaskan di atas, lembaga pendidikan adalah juga

merupakan sebuah komunitas kritis yang lahir dan tumbuh di dalam hiruk pikuk aktivitas

masyarakat. Guru sebagai elemen penting dalam pendidikan diharapakan mampu

membentuk dan mengembangkan kepribadian individu peserta didik. Apabila pendidikan

ditelaah dalam konteks politik terutama pemilu , maka peran guru adalah membentuk

generasi kritis dan sadar politik. Generasi yang sadar poiltik dan kritis akan sanggup

mengambil peran yang benar dalam hajatan pemilu, tidak mudah terprovokasi dan menolak

segala bentuk kekerasan dalam pemilu. Pada pemilu 2014 di Manggarai Timur, para murid

pemilih pemula dan pemilih potensial di Sekolah Menengah Atas menyadari peran sentral

guru sebagai agen penggerak kesukarelaan politik di lembaga pendidikan. Lewat pengajaran

di sekolah terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan guru

telah sanggup menanamkan kesadaran politik dan berdemokrasi peserta didik. Bahkan pada

pemilu 2014 para sisiwa bersama guru tampil sebagai relawan demokrasi yang mengawal

seluruh tahapan pemilu di Manggarai Timur. Dengan berperan sebagai pengawal demokrasi,

guru dan siswa telah terlibat aktif mewujudkan pemilu yang aman dan damai di bumi

Manggarai Timur.

Page 122: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

116

Peran pemimpin agama dan guru seperti yang dijelaskan di atas pasti juga dirasakan

oleh masyarakat di luar Kabupaten Manggarai Timur. Ada yang unik khas Manggarai Timur

yang kami temukan dalam pergumulan riset ini yakni dalam dinamika kehidupan

masyarakat adat. Kekuatan sosio-politik di Kabupaten Manggarai Timur tidak terletak di

Kota Borong sebagai ibu kota. Masyarakat yang hidup di kota Borong adalah masyarakat

multi kultural. Masyarakat multikultural seperti di kota Borong tidak memiliki ikatan

pemersatu yang kuat seperti ikatan emosional kekerabatan atau ikatan kesukuan. Lemahnya

ikatan pemersatu ini juga menyebabkan rendahnya rasa solidaritas sebagai satu rumpun

keluarga dalam satu kampung. Sebagai contoh bila seorang dari Golo Karot (salah satu nama

tempat di Borong) dipukul oleh orang dari kampung bugis, ini tidak menyulut rasa

solidaritas dari masyarakat Golo Karot untuk mengintimidasi masyarakat kampung Bugis.

Dalam konteks pemilu keadaan masyarakat kota Borong ini justru sangat membantu

mencipatakan suasana aman-damai dalam pemilu. Hal ini disebabkan masyakat tidak mudah

terprovokasi untuk menciptakan kekacauan dalam pemilu. Kekuatan sosio-politik justru ada

disetiap desa yang dibangun oleh ikatan emisonal kekerabatan, dalam satu suku dan adat

atau dalam istilah Manggarai Gendang One Lingko Peang. Konsep Gendang One Lingko

Peang menggambarkan bahwa setiap masyarakat pedesaan di Manggarai Timur berasal dari

rumah Gendang yang sama (ikatan emosional kekerabatan) dan bermata pencaharian di

ladang yang sama. Dalam rumah Gendang terjadi relasi tunduk-taat antara tua adat sebagai

pemimpin dan masyarakat adat. Tua adat merupakan posisi terhormat yang memiliki

kekuatan sakral-magis. Kekuatan sakral-magis yang dimiliki oleh pemimpin adat

memampukan dia untuk memimpin, menuntun, dan menggerakan para masyarakat adat

untuk tunduk-taat kepadanya. Jadi Kekuatan sosio-politik masyarakat desa di Manggarai

Page 123: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

117

Timur terdapat pada dua hal penting yakni ikatan emosional yang kuat dalam satu gendang

dan pemimpin kharismatik pada diri tua adat. Sangatlah membanggakan bahwa dalam

konteks pemilu 2014 kekuatan sosio-politik tersebut tidak diarahkan kepada kegiatan-

kegiatan yang mengacaukan proses pemilu. Tetapi sebaliknya masyarakat adat yang

dimotori oleh pemimpin adat bersama-sama terlibat dalam gerakan kesukarelaan politik.

Aksi kesukarelaan politik ini dapat dilihat dari seruan dan ajakan tua adat kepada

masyarakat adat untuk menolak kekerasan dalam pemilu, tidak mudah terprovokasi dan

bersama-sama penyelenggara dan pemerintah mengawal proses pemilu sehingga berjalan

aman dan damai.Tua adat bukanlah orang terdepan yang memprovokasi masyarakat untuk

menciptakan kekacauan dalam pemilu. Tetapi sebaliknya, tua adat adalah orang terdepan

yang menggerakan masyarakat untuk turut merajut simpul-simpul perdamaian dalam pemilu.

Selain itu tua adat juga tidak terjebak pada kepentingan politik yang sempit seperti memaksa

masyarakat adat untuk memilih kandidat yang telah memberi uang atau memiliki kedekatan

personal kepadanya. Justru sebaliknya, tua adat memberi kebebasan kepada masyarakatnya

untuk memilih calon sesuai kehendak hati nuraninya. Sikap netralitas yang ditunjukan oleh

tua-tua adat sangat membantu mematikan benih-benih kekacauan dalam pemilu.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

diketahui bahwa pemimpin agama, guru dan tokoh adat mengambil peran sentral

dalam menggerakkan kesukarelaan politik masyarakat Manggarai Timur dalam

pemilu legislatif dan pemilu Presiden 2014.

Page 124: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

118

5.2. Rekomendasi Dan Saran

Dalam menimbang pemilu sebagai wacana bersama, masyarakat sebagai warga

negara haruslah tampil dalam wajah yang partisipatif, artinya pemilu bukanlah monopoli

segelintir orang, ia hadir dalam dimensi sosial kultural yang tak terlepas dari massa. Untuk

itu, pemerintah sebagai eksponen negara harus hadir dalam aktivitas masyarakat. Untuk

mewujudkan pemilu yang baik, partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan guna menunjang

iklim demokrasi yang baik.

Pemilu sebagai program kolektif dan terencana mesti dimaksimalkan oleh

pemerintah dan penyelenggara (baca: KPUKabupatenManggarai Timur) guna menjaring

pertisipasi masyarakat secara masif. Sosialisasi oleh pihak penyelenggara perlu digalakkan

dan harus seintensif mungkin. Dalam kaitannya dengan pranata-pranata sosial (adat,

keagamaan dan pendidikan), perannya sebagai agen kreatif harus digunakan sebaik mungkin

sehingga pembiayaan dari pemerintah terhadap kegiatan-kegiatannya mutlak diperlukan.

Kelompok kreatif yang tercermin dalam pranata keagamaan, adat dan pendidikan sejatinya

lahir dalam situasi masyarakat yang heterogen dan demokratis. Apabila daya kreatifnya

diaktualisasikan, tujuannya hanya berupa ketertarikan personal terhadap isu yang sedang

berkembang tanpa adanya ekspektasi finansial. Demokrasi lahir dalam tatanan dunia yang

semakin global dan kapitalistik sehingga kebutuhan akan uang menjadi sebuah kemutlakan

dalam demokrasi politis. (Sheldon, Arthur. 1998 :21)

Pandangan Sheldon lahir dari kekhawatiran terhadap perluasan kekuasaan

pemerintah yang cenderung memanfaatkan kekuasaan untuk memperoleh keuntungan

finansial. Dalam kaitannya dengan pendanaan kelompok kreatif, pemerintah perlu

menghindari asumsi masyarakat yang berlebihan terhadap kekuasaan dan politik, sehingga

Page 125: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

119

setiap upaya kreatif masyarakat perlu didanai oleh pemerintah untuk menghilangkan

kecurigaan publik.

Umumnya, masyarakat Manggarai Timur adalah masyarakat yang religius,

berpendidikan dan berbudaya. Penghayatan nilai-nilai adat yang tinggi dipadukan dengan

pengalaman intelektualnya menjadikan masyarakat paham dan sadar akan tugasnya. Dalam

konteks sosiologis, peran lembaga kemasyarakatan sangat penting dalam penentuan pilihan

politik serta partisipasinya. Ketika peran lembaga-lembaga ini tereksploitasi dengan baik,

pemerintah dan KPU hanya perlu mengeluarkan sedikit tenaga dan anggaran guna

mensosialisasikan pemilu. Untuk itu, kesadaran sebagai modal utama berdemokrasi perlu

ditumbuhkembangkan melalui mekanisme yang relevan dengan status sosial masyarakat.

Situasi sosial pun memungkinkan lahirnya kekerasan yang diperparah oleh adanya tekanan

dan intimidasi oleh pihak-pihak tertentu. Untuk itu, perlu ada penyelarasan fungsi

kelembagaan sehingga tidak ada tumpang tindih peran yang berujung pertikaian.

Untuk itu, dalam menjalankan perannya sebagai agen sosialisasi, pranata adat, agama

dan pendidikan , maka saran penelitian ini adalah :

1. Perlunya perubahan pola prioritas intervensi baik dana, informasi, sistim kerja, prosedur,

serta segala hal terkait kepemiluan dari yang semula hanya terkonsentrasi pada sektor

pendidikan dan bidang keagaman ke kelompok adat;

2. Perubahan pola dan prioritas intervensi kepada kelompok adat ini disebabkan oleh hasil

penelitian ini yang menunjukkan tingginya peran tokoh adat dalam menciptakan

penyelenggaraan pemilu yang damai di Kabupaten Mangarai Timur;

Page 126: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

120

3. Perlu dilakukanya penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan menggunakan analisis

statistik kuantitatif terhadap ketiga kelompok penelitian ini sehingga hasil pengukurannya

dapat menghasilkan data yang lebih reliabel.

4. Pengetahuan yang cukup bagi tiga kelompok penelitian ini yaitu kelompok adat, agama,

dan pendidikan terkait pemilu dan seluk beluknya, hal ini dibutuhkan guna menjaring

keterlibatan publik dalam skala besar.

5. Pihak penyelenggara pemilu (KPU) yang menjadi sumber pengetahuan tersebut harus

bersinergi dengan para petinggi setiap kelompok penelitian ini (kelompok adat, agama,

dan pendidikan) untuk benar-benar menaruh perhatian pada proses dan prosedur terkait

kepemiluan.

6. Pemerintah perlu mendukung tambahan dana pendidikan pemilih dalam kegiatan

sosialisasi tahapan pemilu, guna mendorong pemilu yang berintegritas.

7. Pengadaan Modul pendidikan pemilih serta agenda kerja relawan demokrasi yang

berbasiskan masyarakat adat, tokoh pendidikan dan pemimpin agama perlu dilakukan

secara intensif.

Page 127: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

121

DAFTAR RUJUKAN

1. BUKU-BUKU

A. Mangunhardjana. 1997. Isme-Isme dalam Etika dari A sampai Z. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta

Albert E. Avey. 1954. Handbook in the History of Philosophy. New York: Barnes &

Noble.

Arthur Sheldon. 1998. The Dilemma of Democracy. The Institute of Economic Affairs.

London England.

Hemo, Doroteus. 1988. Sejarah Daerah Manggarai Propinsi NTT. Percetakan Sendiri.

Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT

Jilis A.J. Verheijen. 1991. Manggarai dan Wujud Tertinggi. LIPI-RUL. Jakarta;

Kanis Lina Bana (Ed). Makna Bertapak (Jejak Langkah Membangun Manggarai).

(Yogyakarta: Penerbit Lamalera,2009) Hlm. 68.

Kanisius Teobaldus Deki. 2011. Tradisi Lisan Orang Manggarai. Parrhesia Institute

Jakarta. Jakarta.

Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta;

Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Kelas XI Semester I

dalam Kurikulum 2013. 2013. Membahas materi Pemilu dalam Bab

Menelusuri Dinamika Demokrasi dalam Kehidupan Bermasyarakat,

Berbangsa dan Bernegara;

Richard Foley.1995. 'Voluntarism'. Robert Audi,ed. In The Cambridge Dictionary of

Philosophy. Cambridge:Cambridge University Press. 844-855.

Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Kanisius. Yogyakarta;

Page 128: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

122

Sugiyono.1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Suharsimi, Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian. Tanpa penerbit

2. INTERNET

kpu.go.id, Diakses pada tanggal 18 Juli 2015;

Wikipedia.org. Diakses pada hari Selasa, tanggal 21 Juli 2015;

3. INFORMAN

Charles L. S.Fil. Guru PPKn SMUN 4 Borong. Kabupaten Manggarai Timur;

Drs. Simon Sabu. Kepala Sekolah SMUK Pancasila Borong. Kabupaten Manggarai

Timur;

Edith Saka, S.Pd. Kepala Sekolah SMUN 4 Borong. Kabupaten Manggarai Timur;

Felianus Juman, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah SMUN 1 Sita, Kaca, Kabupaten

Manggarai Timur;

Hironimus Pengko (Tua Teno/Kepdes Bangka Pau sekarang) Kecamatan Poco Ranaka,

Kabupaten Manggarai Timur;

Nikolaus Anggal. Tokoh Adat Gendang Kobok Rongga Koe. Kecamatan Kota Komba,

Kabupaten Manggarai Timur;

Pendeta Melkisedek Smith. Ketua GMIT Ebenhaezer Borong. Kabupaten Manggarai

Timur;

Rm. Simon Nama, PR. Pastor Vikep Borong, Kabupaten Manggarai Timur;

Rm. Yohanes Mastaram, PR. Pastor Paroki Borong. Kabupaten Manggarai Timur;

Ustad Syafrudin Ali. Sekretaris MUI Borong. Kabupaten Manggarai Timur;

Rosana Dalima, S.Pd. Guru PPKn Sekolah SMUN 1 Sita, Kaca, Kabupaten Manggarai

Timur;

Page 129: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam

123

Wensislaus Burhanu (Tomas/Mantan BPD Desa Bangka Pau) Kecamatan Poco Ranaka,

Kabupaten Manggarai Timur;

Yohanes Djeharum (Mantan Tua Golo/Mantan Kepdes Bangka Pau), Kecamatan Poco

Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur;

Yohanes Ngalas. Tokoh Adat Gendang Agos Kipo. Kecamatan Kota Komba,

Kabupaten Manggarai Timur;

4. DOKUMEN-DOKUMEN

KPU. Modul Pendidikan Pemilih KPU RI. Buku 1. Jakarta. 2010

Laporan Tahunan GMIT Ebenhaezer Borong. Tahun 2014.

Pedoman Riset KPU tentang political vluntarism kesukarelaan berpolitik. 2015

Undang–Undang No 32 Tahun 2004, daerah otonom. 2004

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pembentukan

kabupaten Manggarai Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun2007 Nomor 102, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4725)

Page 130: Peran Pemimpin Agama, Guru dan Pemimpin Adat dalam