peran pendidikan akhlak dalam mengembangkan...
TRANSCRIPT
PERAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN
EMOSI PADA ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA
MUSLIM
(Survey RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH
IKA WIEBOWO
NIM : 106011000106
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2010 M
LEMBAR PERSETUJUAN
PERAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI PADA ANAK DI
LINGKUNGAN KELUARGA MUSLIM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
IKA WIEBOWO
106011000106
Di bawah bimbingan
Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A.
NIP. 19560119 199403 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ika Wiebowo
Tempat / Tgl Lahir : Mojokerto, 12 Januari 1987
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Peran Pendidikan Akhlak dalam Mengembangkan
Kemampuan Mengendalikan Emosi pada Anak di
Lingkungan Keluarga Muslim
Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 14 Desember 2010
IKA WIEBOWO
NIM. 106011000106
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Ika Wiebowo (106011000106) yang berjudul “Peran Pendidikan Akhlak
dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Emosi pada Anak di
Lingkungan Keluarga Muslim (Survey RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 23 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.i) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 23 Desember 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Jurusan PAI Bahrissalim, M.Ag .................. ..……………..
NIP. 19680307 199803 1 002
Sekretaris Jurusan PAI Drs. Sapiudin Sidiq, MA .................. ..…………….. NIP. 19670328 200003 1 001
Penguji I
Drs. Sapiudin Sidiq, M.A .................. .……………... NIP. 19670328 200003 1 001
Penguji II Tanenji, M.A
NIP. 19720712 199803 1 004 .................. .……………...
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP. 19571005 198703 1 003
i
ABSTRAK
Ika Wiebowo. Peran Pendidikan Akhlak dalam Mengembangkan
Kemampuan Mengendalikan Emosi pada Anak di Lingkungan Keluarga
Muslim . Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Masalah pengendalian emosi bagi anak khususnya di RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong merupakan permasalahan yang harus ditangani dengan serius. Beragam
persoalan anak yang menyangkut pengendalian emosi akibat dari pengaruh pengalaman yang didapat di keluarga, sekolah, pergaulan dan media massa
(seperti radio, televisi, majalah, gambar dll) yang kurang baik, berdampak negatif terhadap perkembangan emosi anak akhir-akhir ini. Salah satu aspek yang mempengaruhi kemampuan anak dalam mengendalikan emosi adalah pendidikan
akhlak yang diberikan orangtua. Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi maka salah satu caranya adalah dengan meningkatkan
pendidikan akhlak di lingkungan keluarga. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat merumuskan masalah yaitu: bagaimana peranan pendidikan akhlak dapat mengendalikan emosi pada anak di lingkungan keluarga Muslim.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang erat antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan
kemampuan anak dalam mengendalikan emosi dan untuk menganalisis bagaimana signifikansi dari peranan pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan emosi pada anak. Penelitian ini
dilaksanakan di RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong pada tahun 2010. Teknik yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah teknik angket,
observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah penelitian populasi dimana populasinya anak-anak yang berusia 7-12 tahun yang berjumlah 40 anak. Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 kategori yaitu instrumen pendidikan akhlak
dan instrumen pengendalian emosi. Data penelitian pendidikan akhlak dan pengendalian emosi ini diperoleh dengan menggunakan alat ukur pendidikan
akhlak berbentuk skala yang terdiri dari 24 item yang koefisien reliabilitasnya sebesar 0,92 dan alat ukur pengendalian emosi yang terdiri dari 15 item dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,76. Data yang diperoleh kemudian dianalisa
menggunakan formula Product Moment Karl Pearson. Berdasarkan hasil analisa data dengan Product Moment Karl Pearson diperoleh hasil r hitung= 0,597 dan r
tabel= 0,325 dengan df= 38 dan dengan perhitungan Coefficient of Determination diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 36%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara pendidikan akhlak
di lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak dalam
mengendalikan emosi dapat ditingkatkan dengan pendidikan akhlak di lingkungan keluarga.
Kata kunci: pendidikan akhlak, pengendalian emosi.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahi walhamdulillah.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Kiranya tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah sebagai manifestasi rasa syukur kita
kehadirat Illahi Rabbi yang telah menghadiahkan anugerah yang begitu
mahal harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul ”Peran Pendidikan Akhlak dalam Mengembangkan Kemampuan
dalam Mengendalikan Emosi pada Anak di Lingkungan Keluarga
Muslim”. Shalawat salam semoga senantiasa tercurah pada sang reformer
sejati Muhammad saw yang dengan kecerdasan dan kesabarannya mampu
mendobrak kejahiliyahan manusia.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa
pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kebijakan yang dibuat
selalu mengarah pada kontinuitas eksistensi mahasiswanya.
3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam Jakarta. Terima kasih atas waktu luang yang telah
diberikan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada kami
selaku mahasiswa.
4. Ibu Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A. selaku pembimbing. Terima kasih tak
terkira untuk kesediaannya berbagi ilmu dan waktu, berbagi
iii
pengalaman hidup sehingga penulis dapat mengambil hikmah dari
semuanya.
5. Ketua RT 02 RW 03 Kelurahan Cilodong dan semua warga RT 02 RW
03 Kelurahan Cilodong, yang telah bersedia meluangkan waktunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segera.
6. Bapak, mama dan adikku tercinta Rusdi, yang selalu memberikan
motivasi bagi penulis untuk dapat menghadapi segala cobaan dengan
hati yang lapang. Terima kasih untuk semua pengorbanan yang telah
diberikan.
7. Teman seperjuangan dalam menuntut ilmu, Dadut , Daso, Lili, Lesti,
Mariah, LB, Mui, Nana dan semua teman kelas PAI C. Terima kasih
atas bantuan dan keakraban selama ini.
8. Semua teman di kos-kosan ibu Dahlan, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang
berguna bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 14 Desember 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PERAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI PADA ANAK
di LINGKUNGAN KELUARGA MUSLIM
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 3
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Pendidikan Akhlak .................................................................... 5
1. Pengertian Pendidikan Akhlak ............................................ 5
2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak .................................... 12
3. Metode Pendidikan Akhlak ................................................. 14
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Akhlak ................................................................................. 15
B. Emosi ........................................................................................ 20
1. Pengertian Emosi ................................................................ 20
2. Perkembangan Emosi .......................................................... 21
3. Macam-macam Emosi ......................................................... 24
4. Pengendalian Emosi (Emotional Control) .......................... 25
C. Keluarga Muslim ....................................................................... 27
1. Pengertian Keluarga Muslim .............................................. 27
2. Bentuk-bentuk Keluarga ..................................................... 28
v
3. Fungsi Keluarga .................................................................. 29
D. Kerangka Berpikir ..................................................................... 32
E. Pengajuan Hipotesis .................................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 34
B. Metode Penelitian ..................................................................... 34
C. Variabel Penelitian .................................................................... 34
D. Populasi dan Sampel ................................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 35
F. Prosedur Penelitian ................................................................... 36
G. Analisa Instrumen Penelitian .................................................... 38
H. Uji Hipotesis ............................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 42
B. Deskripsi dan Analisa ............................................................... 44
C. Interpretasi Data ........................................................................ 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 82
B. Saran .......................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kriteria penilaian angket ...................................................................... 36
Tabel 2 Jumlah warga atau penduduk ............................................................... 42
Tabel 3 Tingkat pendidikan orangtua ............................................................... 43
Tabel 4 Mata pencaharian orangtua .................................................................. 43
Tabel 5 Sarsansa umum, ibadah dan pendidikan .............................................. 44
Tabel 6 Orangtua mengajari anaknya mengaji ................................................. 44
Tabel 7 Orangtua mengajari anaknya agar bersikap baik pada temannya ........ 45
Tabel 8 Orangtua mengingatkan anaknya jika belum melaksanakan shalat ..... 46
Tabel 9 Orangtua menyuruh anaknya mengambil kembali sampah yang ia
buang sembarangan ............................................................................ 47
Tabel 10 Orangtua mengajari anaknya untuk meminta maaf jika berbuat
salah ................................................................................................... 48
Tabel 11 Orangtua mengajari anaknya agar mengambil sampah yang
berserakan .......................................................................................... 49
Tabel 12 Orangtua mengajak anaknya bersilsaturrahmi ke rumah saudara ...... 50
Tabel 13 Orangtua bersikap masa bodoh (acuh tak acuh) saat melihat
anaknya merusak tanaman ................................................................. 50
Tabel 14 Orangtua memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah ................ 51
Tabel 15 Orangtua membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila
anaknya belum mengerjakan shalat ................................................... 52
Tabel 16 Orangtua mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim .............. 53
Tabel 17 Orangtua berbicara sopan terhadap orang lain .................................. 54
Tabel 18 Orangtua mengajarkan pada anaknya untuk membuang sampah
pada tempatnya .................................................................................. 54
Tabel 19 Orangtua mengajarkan pada anaknya agar selalu bersyukur ............. 55
Tabel 20 Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap
Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya ........................................... 56
Tabel 21 Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana
ketekunan Nabi dalam beribadah ....................................................... 57
vii
Tabel 22 Orangtua memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan ...... 58
Tabel 23 Orangtua memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak
mengerjakan shalat ............................................................................. 59
Tabel 24 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya
binatang .............................................................................................. 60
Tabel 25 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yang
sedang kesusahan ............................................................................... 61
Tabel 26 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur
dimanapun ia berada .......................................................................... 62
Tabel 27 Orangtua mengajarkan agar berhati-hati dalam berbicara agar
tidak menyinggung perasaan orang lain ............................................. 63
Tabel 28 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung jawab
atas segala perbuatannya .................................................................... 64
Tabel 29 Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar segera bertaubat
jika melalaikan perintah Allah SWT .................................................. 65
Tabel 30 Saya mencoba berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang
tidak menyenangkan .......................................................................... 65
Tabel 31 Saya akan berlapang dada jika apa yang saya inginkan tidak
tercapai ............................................................................................... 66
Tabel 32 Saya mencoba meredam emosi saya yang sedang memuncak saat
saya sedang marah ............................................................................. 67
Tabel 33 Saya berusaha mengalihkan perasaan sedih saya dengan
melakukan hal-hal yang bermanfaat .................................................. 68
Tabel 34 Wajah saya akan memerah saat saya sedang marah .......................... 69
Tabel 35 Saya mengungkapkan kesedihan saya dengan berbicara pada
orang yang dapat dipercaya ................................................................ 69
Tabel 36 Saya berusaha untuk tetap tenang pada situasi yang tidak
menyenangkan ................................................................................... 70
Tabel 37 Nada suara saya akan meninggi saat saya sedang marah .................. 71
Tabel 38 Saya akan langsung bergerak menghindar saat bertemu orang
yang saya benci .................................................................................. 72
viii
Tabel 39 Jika saya mendapat masalah saya akan berusaha
menyelesaikannya .............................................................................. 72
Tabel 40 Saya tidak akan berbicara kepada orang yang membuat saya
kesal ................................................................................................... 73
Tabel 41 Perasaan saya menjadi lebih baik ketika tidak berburuk sangka
pada tindakan teman saya .................................................................. 74
Tabel 42 Saya tidak dapat menahan emosi saat menghadapi keadaan yang
tidak menyenangkan .......................................................................... 75
Tabel 43 Saat merasa sedih saya cenderung melukai diri sendiri ..................... 76
Tabel 44 Saya akan mencaci maki orang yang membuat saya marah .............. 77
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Pengumpulan Data
a. Kisi-kisi Angket
b. Angket Validasi
c. Angket Penelitian
Lampiran 2. Validitas
a. Uji Validitas Angket Pendidikan Akhlak
b. Uji Validitas Angket Pengendalian Emosi
Lampiran 3. Reliabilitas
a. Perhitungan Varian Total Instrumen Pendidikan Akhlak
b. Perhitungan Reliabilitas Angket Pendidikan Akhlak
c. Perhitungan Varian Total Instrumen Pengendalian Emosi
d. Perhitungan Reliabilitas Angket Pengendalian Emosi
Lampiran 4. Data Hasil Angket Pendidikan Akhlak
Lampiran 5. Data Hasil Angket Pengendalian Emosi
Lampiran 6. Persiapan Perhitungan Koefisien Korelasi
Lampiran 7. Perhitungan Koefisien Korelasi Pendidikan Akhlak dengan
Kemampuan Anak Mengendalikan Emosi
Lampiran 8. Perhitungan Koefisien Determinasi
Lampiran 9. Berita Wawancara
Lampiran 10. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 11. Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia yang berkualitas dari segi intelektual maupun
spiritual (akhlak) merupakan kebutuhan yang mutlak di zaman sekarang ini.
Sedangkan untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia dibutuhkan
waktu yang panjang, oleh karena itu pendidikan akhlak harus diberikan sejak
kecil.
Keluarga sebagai lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh anak
memiliki potensi yang besar untuk menanamkan nilai-nilai dasar dari akhlak
mulia. Karena aktivitas rutin dalam kehidupan keluarga dapat dijadikan dasar
bagi pembentukan kebiasaan yang baik. Demikian dominannya fungsi dan
peran keluarga dalam pembentukan nilai, hingga Gilbert Highest menyatakan,
bahwa sekitar Sembilan puluh persen dari kebiasaan anak berasal dari
pendidikan yang diperolehnya dalam keluarga. 1
Allah SWT berfirman dalam al-Qur‟an surat At-Tahrim ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
Prof. Dr. H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
h. 203
1
2
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)2
Berdasarkan ayat di atas, maka dalam pendidikan Islam orang tua
ditempatkan sebagai basis dalam membina pendidikan. Pendidikan akhlak di
lingkungan keluarga diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal dalam
membentuk akhlak anak. Akan tetapi kurangnya tauladan orang tua dalam
mendidik akhlak menyebabkan tidak terbentuknya kestabilan emosi, sehingga
menyebabkan anak mudah marah dan tersinggung. Imam Ja‟far Shadiq
berkata: “Kemarahan adalah pemusnah hati orang bijak, orang yang tidak
dapat menguasai marahnya, tak akan dapat menguasai pikirannya.”3
JB. Watson menyatakan bahwa manusia memiliki 3 emosi dasar, yaitu:
Takut, Kemarahan, dan Cinta.4 Tiga emosi dasar inilah yang sejatinya
mempengaruhi sikap manusia. Jika seseorang tidak dapat mengendalikan dan
menempatkan emosinya dengan baik maka ia akan kehilangan keharmonisan
dalam bergaul dengan orang-orang disekitarnya.
Amarah sebenarnya dapat membantu manusia menjaga eksistensinya.
Karena jika seseorang sedang marah maka kekuatannya akan bertambah,
karena secara tak sadar kekuatan dirinya yang terpendam meluas keluar,
sehingga memungkinkannya untuk membela diri atau menaklukkan segala
hambatan yang merintanginya.
Al-Qur‟an menganjurkan untuk menggunakan “kekuatan” kepada orang-
orang kafir yang menentang penyebaran ajaran Islam. 5 Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah Qur‟an Surat At-Taubah ayat 123
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syamil Cipta Media,
2005), h. 560 Dra. Nety Hartati, M.Si, dkk, Islam dan Psikologi, (Tangerang: UIN Jakarta Press, t.t),
h. 120 4 Dra Nety Hartati, M.Si, dkk, Islam dan..., h. 94
5 Muhammad Utsman Najat i, Ilmu Jiwa dalam al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2006), h. 75
3
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang
yang bertaqwa.” (QS. At-Taubah: 123)6
Namun kenyataannya, pada zaman sekarang manusia cenderung merespon
amarahnya dengan melakukan tindakan aniaya pada hal-hal yang dianggap
merintangi motivasinya. Bahkan kemarahan kadang ditimpakan kepada orang
yang sama sekali tidak terkait dengan masalah yang sedang dihadapinya.
Contoh: Seorang anak yang sedang marah kepada ayahnya biasanya akan
melampiaskan amarahnya kepada adiknya, hal tersebut karena si anak tidak
berani meluapkan amarahnya kepada ayahnya. Dalam Ilmu jiwa proses ini
dikenal dengan istilah “displacement” (salah penempatan).7
Atas dasar pemikiran diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian
dengan judul “PERAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI
PADA ANAK di LINGKUNGAN KELUARGA MUSLIM”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kepekaan orang tua terhadap emosi anak karena kurangnya
pengetahuan orangtua bagaimana cara mendidik anak yang baik.
2. Kurang maksimalnya pendidikan akhlak di lingkungan keluarga.
3. Banyaknya orang tua yang lebih memfokuskan perhatiannya pada
pendidikan intelektual tetapi kurang memperhatikan perkembangan emosi
anak.
4. Kurangnya pemberian suri teladan yang baik oleh orang tua, padaha l hal
tersebut merupakan modal utama dalam membentuk kepribadian anak.
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan ..., (Jakarta: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h.
207 7 Dr. Muhammad Utsman Najati, Ilmu Jiwa dalam..., h. 75
4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis merasa perlu
membatasi dan merumuskan terlebih dahulu permasalahan yang hendak
dibahas agar arah dan sasaran yang hendak dicapai lebih jelas dan terarah:
Pembatasan Masalah
1. Kurangnya kepekaan orang tua terhadap emosi anak karena kurangnya
pengetahuan orangtua bagaimana cara mendidik anak yang baik.
2. Kurang maksimalnya pendidikan akhlak di lingkungan keluarga.
3. Banyaknya orang tua yang lebih memfokuskan perhatiannya pada
pendidikan intelektual tetapi kurang memperhatikan perkembangan emosi
anak.
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka perumusan masalahnya
adalah:
“Bagaimana peranan pendidikan akhlak dapat mengendalikan emosi pada
anak di lingkungan keluarga Muslim.”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang erat antara pendidikan
akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam
mengendalikan emosi
2. Untuk menganalisis bagaimana signifikansi dari peranan pendidikan
akhlak di lingkungan keluarga muslim dalam mengembangkan
kemampuan mengendalikan emosi pada anak.
Manfaat Penelitian:
1. Menambah referensi bagi para penulis lain yang berminat melakukan
penelitian sejenis.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi keluarga
dalam rangka mendidik anak.
3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka mengoptimalkan
pelaksanaan pendidikan akhlak di dalam keluarga.
5
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
a. Pengertian Pendidikan
Di dalam diri manusia terdapat dua jenis potensi yaitu potensi baik
dan potensi buruk, sebagaimana dalam Al-qur‟an disebutkan:
“Dan kami Telah menunjukkan kepadanya dua jalan”(QS. al-Balad:10)1
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”(QS. Al-Syams:7-8)2
Dua jalan yang dimaksud dari ayat ini adalah jalan baik dan jalan yang
buruk. Namun pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan
kepada kebaikan karena fitrah keagamaan yang melekat pada dirinya akan
menuju kepada beragama yang lurus atau kebaikan.3 Maka dari itu dapat
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syamil Cipta
Media, 2005), h. 594 2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., h. 595
3 Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2009), h. 8
6
dikatakan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi
manusia, tanpa adanya pendidikan mustahil bagi manusia untuk dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan
mengarahkan potensi dirinya kepada potensi yang baik. Pendidikan
merupakan suatu proses untuk menjadikan manusia menjadi lebih baik
dari yang sebelumnya, baik kepribadiannya ataupun kehidupannya di
masa mendatang.
Untuk memajukan semua potensi itu, maka pendidikan menjadi
suatu sarana yang penting yang perlu direncanakan dengan baik sesuai
dengan lingkungan hidup manusia tersebut. Manusia adalah makhluk
yang dinamis yang bercita-cita untuk mendapatkan kehidupan yang
sejahtera dan juga bahagia baik secara lahiriah maupun batiniah,
duniawi atau ukhrawi.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan akhlak,
maka harus dipahami terlebih dahulu apa yang sebenarnya disebut
dengan pendidikan dan apa yang disebut dengan akhlak itu sendiri.
Secara etimologi pendidikan berasal dari kata dasar “didik”
mendapat awalan (pe) dan akhiran (an) maka menjadi pendidikan
yang berarti perbuatan (hal-hal cara dan sebagainya) mendidik. 4
Di dalam Ilmu Pendidikan, seringkali pendidikan
diartikan/didefinisikan orang berbeda-beda. Di dalam Dictionary of
Education pendidikan diartikan:
Serangkaian proses dengannya seseorang/anak mengembangkan
kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang
bernilai/berguna di masyarakat. Pendapat lain mengatakan pendidikan
adalah proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi
dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya
4 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka,
1976), h. 250.
7
oleh guru di sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuan-
kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal. 5
Menurut Langeveld, pendidikan adalah pemberian bimbingan atau
bantuan rohani bagi yang masih memerlukan.6
Dalam buku “Modern Pholosophies of Education”, Brubacher
menyatakan sebagai berikut:
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap
pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman,dan dengan alam semesta. Pendidikan merupakan perkembangan yang terorganisasi dan dan
kelengkapan dari semua potensi manusia; moral, intelektual dan jasmani (panca indera), oleh dan untuk kepribadian
individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan guna menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan terakhir) Pendidikan adalah proses dalam
mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya
disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri
mencapai tujuan yang ditetapkan. 7
Selanjutnya Ahmad D. Marimba menyatakan “Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”.8
Pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar
yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (daya intelektual)
maupun daya emosional (perasaan) yang diarahkan kepada tabiat
manusia dan kepada sesamanya. 9
5 M. Alisuf sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 4
6 M. Alisuf sabri, Ilmu..., h. 6
7 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya:
Usana Offset Printing, 1988), Cet. III, h. 6-7. 8 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1980), Cet. IV, h. 19. 9 Asrorun Niam Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam; “Mengurai Relevansi Konsep al-
Ghazali dalam Konteks Kekinian”, (Jakarta: Elsas, 2006), Cet. III, h. 57.
8
Menurut Al-Ghazali, pendidikan yang benar merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pendidikan juga dapat mengantarkan manusia untuk menggapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pendidikan juga sarana untuk menebar keutamaan. Maka untuk mencapai hal itu,
dunia pendidikan harus memperhatikan beberapa faktor yang cukup urgens. Al-Ghazali berpandangan bahwa dunia pendidikan harus menempatkan ilmu pengetahuan pada posisi
yang sangat terhormat. Maka penghormatan pada ilmu merupakan sesuatu yang niscaya dan pasti. Konsekuensi atas
penghormatan ilmu adalah penghormatan terhadap guru. 10 Dan pengertian pendidikan menurut ketentuan umum, Bab I pasal
1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,
menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”11
Dengan kata lain bahwa pendidikan merupakan usaha
membimbing, mengarahkan potensi peserta didik yang berupa
kemampuan dasar dan kehidupan kepribadiannya sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial agar menjadi pribadi yang bertanggung
jawab. Walaupun pendidikan telah diartikan secara berbeda-beda oleh
berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi oleh dunianya masing-
masing, namun pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu
bertemu dalam satu pandangan bahwa pendidikan merupakan proses
penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara efektif dan efisien.
10
Asrorun Niam Sholeh, Reorientasi Pendidikan..., h. 57. 11
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Pendid ikan Nasional, 2003), h. 5.
9
b. Pengertian Akhlak
Masalah akhlak adalah masalah yang sangat penting bagi
kehidupan umat manusia. Apabila akhlak manusia itu baik maka
keluarga, masyarakat dan bangsa akan baik. Akhlak merupakan sifat
yang menyatu dengan diri seseorang. Dari sifat yang menyatu dalam
diri itulah memancar akhlak seseorang seperti sabar, kasih sayang atau
sebaliknya marah, benci dan dendam.
Agama Islam senantiasa mengajarkan agar setiap umatnya selalu
berusaha memperbaiki akhlaknya. Untuk itu kita selaku umatnya
diharuskan untuk mengikuti akhlak Rasulullah Saw. Sebagai suri
teladan, seperti disebutkan di dalam al-Qur‟an sebagai berikut:
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).12
Perkataan akhlaq secara etimologi berasal dari kata khulk. Di
dalam kamus al-munjid kata khulk berarti “budi pekerti, perangai
tingkah laku atau tabiat.”13 Sedangkan secara terminologi, Al-Jahizh
mengatakan bahwa “akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang selalu
mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa pertimbangan lama
atau keinginan.”14
Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak adalah
budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu
kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar
terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia.
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., h. 420. 13
Louis Maluf, Kamus al-Munjid, (Beirut : Dasar al-Masyriq, 1975), h. 194 14
Mahmud al-Mishri Abu Ammar, Ensiklopedia Akhlak Muhammad Saw, (Jakarta: Pena
Pundi Aksara,2009), Cet. I, h. 6
10
Sebagian ulama berpendapat sebagai berikut: akhlak dalam
perspektif Islam adalah sekumpulan asas dan dasar yang diajarkan
oleh wahyu Ilahi untuk menata perilaku manusia. Hal ini dalam
rangka mengatur interaksinya dengan orang lain. Tujuan akhir dari
semua itu adalah untuk merealisasikan tujuan diutusnya manusia
diatas bumi ini.
Selanjutnya Ibnu Taimiyah juga menyatakan bahwa akhlak
berkaitan erat dengan iman karena iman terdiri dari beberapa unsur
berikut ini:
Pertama, Berkeyakinan bahwa Allah adalah sang pencipta satu-
satunya, pemberi rezeki dan penguasa seluruh kerajaan.
Kedua, Mengenal Allah dan meyakini bahwa hanya Allah yang
patut disembah.
Ketiga, Cinta kepada Allah melebihi segala cinta terhadap semua
makhluk-Nya.Tidak ada rasa cinta yang dirasakan seorang hamba,
kecuali didasarkan atas cintanya kepada Allah.
Keempat, Cinta hamba terhadap Tuhannya akan mengantarkannya
pada tujuan yang satu, yaitu demi mencapai ridho Allah. Baik
terhadap hal-hal kecil maupun hal-hal besar dalam kehidupan sehari-
hari.
Kelima, Arahan ini mengalahkan egoisme pribadi, nafsu keji
dalam diri, dan segala tujuan semu dunia. Kekuatan dasar ini yang
memudahkan seseorang untuk melahirkan persepsi objektif dan
langsung atas pandangan terhadap esensi segala sesuatu. Keseluruhan
poin ini merupakan fondasi utama dalam tataran akhlak.
Keenam, Ketika telah berhasil tercipta sesuatu pandangan objektif
dan langsung akan esensi sesuatu maka perilaku dan perbuatan
seseorang telah menjadi bagian dari akhlak.
Ketujuh, Dengan kata lain, Jika perbuatan seseorang telah menjadi
bagian dari akhlak, hal itu merupakan pertanda bahwa dia telah
11
melalui jalan-jalan yang harus ditempuh menuju kesempurnaan
manusia.15
Imam al-Ghazali dalam bukunya “Ihya „Ulum al-Din” mengatakan
“Al-Khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”16
Keseluruhan definisi diatas tampak tidak ada yang bertentangan,
melainkan memiliki kemiripan satu sama lainnya, secar substansial
saling melengkapi. Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ciri
perbuatan akhlak, yaitu:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah
tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan dan tekanan dari
luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
5. Sejalan dengan ciri keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak
yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-
mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena
ingin mendapatkan sesuatu pujian.17
Jadi pada hakikatnya akhlak ialah merupakan perbuatan yang timbul
dari dalam hati tanpa ada pertimbangan dan unsur pemaksaan, yang
diwujudkan dalam bentuk perbuatan yang berulang-ulang sehingga
menjadi kebiasaan yang kemudian menjadi sifat meresap dalam jiwa
yang kemudian menjadi kepribadian.
15
Mahmud al-Mishri Abu Ammar, Ensiklopedia Akhlak ..., h. 6 16
Imam al-Ghazali, Ihya Ulumudin, jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t ), h. 52 17
Abudin Nata, Akhlak..., h. 4-6
12
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak
adalah suatu proses bimbingan, latihan dan keteladanan yang diberikan
orang dewasa terhadap peserta didik mengenai tingkah laku yang baik
dan buruk sehingga dengan pengetahuannya peserta didik dapat
bertindak dengan benar sesuai apa yang telah diajarkan.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
Ruang lingkup pendidikan akhlak itu adalah sama dengan ruang
lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola
hubungan. Berbagai bentuk dari akhlak Islami itu dapat dipaparka sebagai
berikut:
a. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk,
kepada Tuhan sebagai khalik. Sebagai makhluk-Nya kita wajib
menempatkan diri kita pada posisi yang tepat, yaitu sebagai
penghamba dan menempatkan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan yang
kita sembah.
Ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak terhadap Allah:
1) Karena Allah- lah yang menciptakan manusia
2) Karena Allah- lah yang telah memberikan perlengkapan panca
indera berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati
sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna
kepada manusia
3) Karena Allah- lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan
sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti
bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan sebagainya.
4) Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan menguasai daratan dan lautan.18
18
Abudin Nata, Akhlak..., h. 149-150
13
Namun demikian sungguhpun Allah telah memberikan berbagai
kenikmatan kepada manusia sebagaimana disebutkan diatas bukanlah
menjadi alasan Allah perlu dihormati. Bagi Allah dihormati atau tidak,
tidak akan mengurangi kemulian-Nya. Akan tetapi sebagai manusia
sudah sewajarnya menunjukkan akhlak yang baik terhadap Allah
b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Manusia adalah mahluk sosial yang secara kodratnya tidak mampu
untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Maka akhlak yang baik
diperlukan dalam membina keselarasan hidup dengan manusia lain.
Akhlak terhadap sesama manusia pada dasarnya bertolak kepada
keseluruhan budi dalam menempatkan diri kita dan menempatkan diri
orang lain pada posisi yang tepat.19
c. Akhlak Terhadap Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang
berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa. Akhlak terhadap lingkungan juga
merupakan refleksi dari totalitas penghambaan diri kita kepada Allah
SWT. Sehingga semua yang kita perbuat dialam ini adalah semata-
mata didasari akhlak kita kepada Allah.
Akhlak kita terhadap lingkungan yang diajarkan oleh Al-Qur‟an
bersumber dari fungsi manusia itu sendiri sebagai khalifah di dunia.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan yang dimaksud
mengandung pengertian pengayoman, pemeliharaan serta bimbingan
agar setiap makhkuk mencapai tujuan penciptaannya. 20
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkam bahwa
ruang lingkup pendidikan akhlak terdiri dari: akhlak terhadap Allah,
akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap lingkungan.
19
Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah..., h. 14 20
Heny Narendrani Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah..., h. 14-15
14
3. Metode Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam
Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi
Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia. Dalam salah satu haditsnya beliau menegaskan:
(رواه احوذ ) ق األخال تون هكارم أل إنوا بعثت
“Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti. (HR. Ahmad).21
Pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan pembiasaan sejak kecil dan
berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan hal ini Prof. Dr. H.
Abudin Nata mengutip pernyataan al-Ghazali yang menyatakan bahwa
kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha
pembentukan melalui pembiasaan. Jika ia membiasakan berbuat jahat,
maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan
agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan
atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia
menjadi pemurah, maka ia harus biasakan dirinya melakukan pekerjaan
yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan menjadi
tabiatnya.
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, dapat dilakukan
dengan cara paksaan yang kelama-lamaan tidak lagi terasa terpaksa. Cara
lain yang tak kalah ampuhnya dari cara di atas dalam hal pembinaan
akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat di
bentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa
untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru
mengatakan kerjakan ini dan kerjakan itu. Pendidikan itu tidak akan
sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik
dan nyata
21
Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, juz III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t ), h. 323
15
Selain itu pembinaan akhlak dapat pula dilakukan dengan
memerhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan di bina. Menurut hasil
penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut
perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai
kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu akhlak dapat
dilakukan dalam bentuk permainan. Hal ini pernah dilakukan para ulama
di masa lalu. Mereka menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi
sifat-sifat Allah dan Rasul, akhlak mulia dan lain- lain.
Berdasarkan dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode-
metode yang digunakan dalam pendidikan akhlak diantaranya adalah
pembiasaan, latihan, paksaan, keteladanan dan permainan. Selain itu
dalam mendidik akhlak anak penting sekali untuk memerhatikan kondisi
kejiwaannya. Hal ini sangat penting karena dengan memilih metode
pendidikan yang tepat dengan kondisi kejiwaan si anak, hasilnya pun akan
lebih baik.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan baik itu
fisik ataupun psikologis. Perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia
ini di pengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari diri manusia
(internal) atau yang berasal dari luar (eksternal). Faktor- faktor itulah yang
menentukan kemana arah proses perubahan manusia. Apakah kearah
positif atau kearah yang negatif.
Untuk menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan
akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran
yang sangat populer:
a. Aliran Nativisme
Tokoh aliran nativisme adalah Arthur Schopenhauer (seorang
filosof Jerman).22 Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari
dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 43
16
lain- lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau
kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi baik 23
b. Aliran Empirisme
Kata empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman.
Tokoh dari aliran ini adalah John Locke (seorang filosof
Inggris).24Menurut aliran tersebut faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu
lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak
itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya.25
c. Aliran Konvergensi
Tokoh aliran konvergensi adalah William Stern (seorang filosof
dan psikolog Jerman).26 Menurut aliran ini akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar
(eksternal) yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara
khusus, atau melalui interaksi dengan lingkungan sosial. Fitrah dan
kecenderungan kearah yang baik yang ada didalam diri manusia
dibina secara intensif melalui berbagai metode. 27
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi tampak sesuai dengan
ajaran Islam sebagaimana bisa dipahami dari ayat dibawah ini:
23
Abudin Nata, Akhlak ..., h. 167 24
Tri Prasetya, Filsafat Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Set ia, 1997), h. 188 25
Abudin Nata, Akhlak ..., h. 167 26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan..., h.46 27
Abudin Nata, Akhlak ..., h. 167
17
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.”(QS. An-Nahl: 78)28
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi
untuk dididik. Potensi itu harus disyukuri dengan cara
mengembangkannya melalui pendidikan.
Kesesuaian teori konvergensi tersebut diatas, juga sejalan dengan
hadits Nabi yang berbunyi:
الفطرة فابىاه يهىدانو اوينصرانو كل هىلىديىلذعل
(رواه البخاري) اويوجسانو
“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada
kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR.
Bukhari).29
Dalam buku “Etika Islam” disebutkan, aspek-aspek yang dapat
mempengaruhi akhlak seseorang adalah sebagai berikut:
a. Insting (Naluri)
Naluri ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu kearah tujuan
itu tanpa didahului latihan perbuatan itu.30
Insting merupakan kemanpuan yang melekat sejak lahir dan
dibimbing oleh naluriahnya. Dalam ilmu akhlak insting berarti akal
pikiran. Akal dapat menerima naluri tertentu, sehingga terbentuk
kemauan yang melahirkan tindakan. Akal dapat mengendalikan naluri
sehingga terwujud perbuatan yang diputuskan oleh akal. Hubungan
naluri dan akal membentuk kemauan. Kemauan melahirkan tingkah
28
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan..., h. 275. 29
Bukhori, Shahih Bukhori, juz I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 127 30
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar),
(Bandung: CV. Diponegoro, 1988), Cet IV, h. 58.
18
laku perbuatan. Karena itu naluri pada manusia harus dididik dan
dilatih sebab naluri merupakan sifat pertama yang membentuk
akhlak.31
b. Kebiasaan
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia adalah
kebiasaan atau adat kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan ialah
perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah
dikerjakan.32
Sejalan dengan pendapat di atas Yatimin Abdullah dalam bukunya
“Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an” menyatakan kebiasaan
ialah perbuatan yang berjalan dengan lancar seolah-olah berjalan
dengan sendirinya. Perbuatan kebiasaan pada mulanya dipearuhi oleh
kerja pikiran, didahului oleh pertimbangan akal dan perencanaan yang
matang. Kebiasaan ialah tingkah laku yang sudah distabilkan.
Lancarnya perbuatan dikarenakan perbuatan itu seringkali diulang-
ulang.33
c. Keturunan
Salah satu faktor ysang diselidiki dalam etika adalah masalah
keturunan. Keturunan ini menjadi salah satu faktor yang dapat
membentuk akhlak. Adapun yang diturunkan itu bukanlah sifat yang
dimiliki yang telah tumbuh dengan matang karena pengaruh
lingkungan, adat atau pendidikan, melainkan sifat-sifat bawaan sejak
lahir.
Sifat-sifat yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua
macam:
1. Sifat-sifat jasmaniah: yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat
syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya.
31
Yat imin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), Cet
I, h. 76-82 32
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 61 33
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam...,h. 86
19
Begitupun orang tua yang kekar ototnya, kemungkinan
mewariskan kekekaran itu kepada anak cucunya.
2. Sifat-sifat ruhanaih: yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat
diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah
laku anak cucunya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa setiap
manusia mempunyai naluri (insting), tetapi kekuatannya berbeda-
beda.34
d. Lingkungan
Faktor lain yang mempengaruhi akhlak seeorang adalah lingkungan.
Lingkungan adalah sesuatu yang melingkupi tubuh yang hidup.
Lingkungan ada dua macam yaitu:
1. Lingkungan alam. Alam ialah seluru ciptaan Tuhan baik di langit
dan di bumi. Alam dapat menjadi aspek yan memengaruhi dan
menentukan tingkah laku manusia.
2. Lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan meliputi pergaulan
manusia di rumah, sekolah, di tempat kerja, dan lain- lain.35
e. „Azam
Salah satu kekuatan yang berada di balik tingkah laku manusia
adalah kemauan keras („azam). Itulah yang menggerakkan manusia
berbuat dengan sungguh-sungguh. Demikianlah seseorang dapat
mengerjakan sesuatu yang berat dan hebat menurut pandangan orang
lain karena digerakkan oleh kemauan yang keras. 36
f. Suara Batin (dhamir)
Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu
memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah laku manusia berada
diambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah suara
batin atau suara hati. Fungsi dari suara batin ialah memperingatkan
bahayanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika
seseorang terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak
34
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 68-69. 35
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam..., h. 89-90 36
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 73
20
senang (menyesal). Selain memberikan isyarat untuk mencegah dari
keburukan dan sebaliknya juga merupakan kekuatan yang mendorong
manusia melakukan perbuatan yang baik.37
g. Pendidikan
Yang dimaksud dengan pendidikan di sini ialah segala tuntunan dan
pengajaran yang diterima seseorang dalam membina kepribadian.
Pendidikan itu mempunyai pengaruh yang besar dalam akhlak, sehingga
ahli-ahli etika memandang bahwa pendidikan adalah faktor yang turut
menentukan dalam etika disamping faktor- faktor lainnya sebagaimana
telah diutarakan.38
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor
yang mempengaruhi akhlak terdiri dari faktor interinsik dan eksterinsik.
Faktor interinsiknya berupa naluri (insting), keturunan, „azam (kehendak
yang keras) dan suara batin (dhamir) . Sedangkan faktor- faktor
eksterinsiknya adalah lingkungan dan pendidikan.
B. Emosi
a. Pengertian Emosi
Kemampuan seseorang untuk berhubungan baik dengan orang-orang
yang ada disekitarnya dipengaruhi oleh kematangannya dalam mengelola
emosi yang ada di dalam dirinya. Akan tetapi untuk berhubungan baik
dengan sesama selain membutuhkan kemampuan mengatur emosi, kita
juga harus berusaha memahami kondisi emosional orang lain.
Emosi merupakan bagian dari perasaan dalam arti luas. Emosi tampak
karena rasa yang bergejolak sehingga yang bersangkutan mengalami
perubahan dalam situasi tertentu mengenai perasaan, tetapi seluruh pribadi
menanggapi situasi tersebut.
Kata emosi secara sederhana bisa didefinisikan sebagai menerapkan
“gerakan” baik secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan
37
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 78
38 Hamzah Ya‟qub, Etika Islam..., h. 82
21
perasaan. Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan
sehingga dalam bahasa latin, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang
arti harfiahnya “Jiwa yang menggerakkan kita”. 39Para ahli psikologi
mendefinisikan emosi sebagai berikut:
Beck mengungkapkan pendapat James & Lange yang menjelaskan
bahwa “Emosi adalah persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam
memberi tanggapan (respons) terhadap suatu peristiwa. 40
Dan Crow & Crow mengartikan bahwa emosi merupakan suatu
keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner
adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan
keselamatan individu.41
Emosi dapat didefinisikan sebagai perasaan atau afeksi yang timbul
ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi
yang dianggap penting olehnya.42
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan emosi adalah perasaan
yang meliputi reaksi fisiologis, pengalaman sadar, dan perilaku yang
mana bercampur menjadi satu dan mempengaruhi seseorang dalam
memberi respons terhadap suatu keadaan atau peristiwa.
b. Perkembangan Emosi
Tidak dapat disangkal lagi jika emosi memang memainkan peran yang
sedemikian penting dalam kehidupan, maka penting diketahui bagaimana
perkembangan emosi itu. Karena pada dasarnya tidak hanya emosi yang
positif saja yang mempengaruhi perkembangan anak tetapi juga harus
diingat bahwa masih ada juga emosi negatif yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Maka dari itu para orangtua khususnya harus benar-
benar memahami perkembangan emosi anaknya dalam rangka
39
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), h. 62 40
Hamzah B. Uno, Orientasi baru..., h. 62 41
Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Ciputat: UIN Jakarta Press), h. 94 42
John W. Santrock, Perkembangan Anak, jilid II,, Terj. dari Child Development,
eleventh edition oleh Mila Rachmawat i dan Anna Kuswanti, (Jakarta: Erlangga,2007) ,h. 6
22
mengembangkan kemampuan si anak untuk bersosialisasi dengan
lingkungannya.
Emosi berkembang sejak anak lahir. Emosi ditimbulkan oleh adanya
rangsangan. Pengalaman-pengalaman dapat mempengaruhi efektifnya
rangsangan di dalam menimbulkan emosi maupun menghambat timbulnya
emosi itu.43
Perkembangan emosi, seperti juga pada pada tingkah laku lainnya,
ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar, seorang bayi yang
baru lahir dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan
tertentu untuk dapat tertawa. Setelah anak itu lebih besar , maka ia akan
belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-
maksud tertentu atau untuk situasi-situasi tertentu.
Perubahan penting pada masa kanak-kanak awal adalah meningkatnya
kemampuan untuk membicarakan emosi diri dan orang lain dan
peningkatan pemahaman tentang emosi. Pada rentang 2-4 tahun, terjadi
penambahan yang pesat mengenai jumlah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab
dan konsekuensi dari perasaan –perasaan yang dialami. Ketika menginjak
usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan
dalam merefleksikan emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa
kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap
orang yang berbeda. Lebih dari itu, mereka juga mulai menunjukkan
kesadaran bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi
standar sosial.44
Pada masa kanak-kanak madya dan akhir terdapat perubahan penting
dalam perkembangan emosinya, diantaranya adalah: meningkatnya
kemampuan untuk memahami emosi kompleks, meningkatnya
pemahaman bahwa mungkin saja seseorang mengalami lebih dari satu
emosi dalam situasi tertentu, meningkatnya kecenderungan untuk lebih
43
Dra. Sit i Sundari HS. M. Pd, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2005), h. 33. 44
John W. Santrock, Perkembangan..., h.17
23
mempertimbangkan kejadian-kejadian yang menyebabkan reaksi emosi
tertentu , meningkatnya kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi
emosional yang negatif dan penggunaan strategi personal untuk
mengalihkan perasaan tertentu.45
Makin besar anak itu, makin besar pula kemampuannya untuk belajar
sehingga perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan emosi
melalui proses kematangan hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah
itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan oleh proses belajar.
Pengalaman sangat mempengaruhi perkembangan dan kematangan
emosi. Pengalaman yang didapat dari keluarga, sekolah, pergaulan, akan
mempengaruhi perkembangan emosi. Dan adanya barang-barang disekitar
kita seperti radio, televisi, majalah, gambar dll, sedikit banyak akan
memberi pengaruh terhadap perkembangan emosi.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Emosi berkembang sejak anak dilahirkan.
2. Pada usia 2-4 tahun terjadi penambahan yang pesat mengenai jumlah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan emosi. Mereka juga
mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan-
perasaan yang dialami.
3. Pada usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan
kemampuan dalam merefleksikan emosi. Mereka juga mulai
memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan
yang berbeda terhadap orang yang berbeda. Lebih dari itu, mereka
juga mulai menunjukkan kesadaran bahwa mereka harus mengatur
emosi mereka untuk memenuhi standar sosial.
4. Dimasa kanak-kanak madya dan akhir, perkembangan emosi anak
ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan untuk memahami
emosi kompleks, meningkatnya pemahaman bahwa mungkin saja
seseorang mengalami lebih dari satu emosi dalam situasi tertentu,
meningkatnya kecenderungan untuk lebih mempertimbangkan
45
John W. Santrock, Perkembangan..., h. 18
24
kejadian-kejadian yang menyebabkan reaksi emosi tertentu,
meningkatnya kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi
emosional yang negatif dan penggunaan strategi personal untuk
mengalihkan perasaan tertentu.
c. Macam-Macam Emosi
Di dalam diri manusia terdapat berbagai macam emosi yang dapat
mempengaruhi kepribadiannya. Emosi-emosi itu pun muncul sebagai
respon dari suatu kejadian atau peristiwa yang dihadapinya. Tetapi
sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwasanya satu peristiwa bisa
saja menimbulkan lebih dari satu respon dari emosi itu.
Sejumlah ahli psikologi menggunakan diagram roda untuk
mengklasifikasikan emosi yang dialami manusia. Salah satunya adalah
Robert Plutchik. Ia percaya emosi mempunyai empat dimensi:
1. Emosi adalah sesuatu yang bersifat positif atau negatif.
2. Emosi adalah sesuatu yang bersifat primer atau campuran.
3. Banyak diantaranya yang bersifat saling berlawanan.
4. Emosi saling bertukar sesuai dengan intensitasnya. 46
Emosi positif yang berupa perasaan bahagia dan juga antusias dapat
meningkatkan rasa kagum kita terhadap diri sendiri sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri selain itu emosi positif juga dapat
membuat hubungan kita dengan orang-orang disekitar menjadi baik, lain
halnya dengan emosi negatif seperti perasaan duka cita ataupun marah,
yang dapat membuat rasa kekaguman terhadap diri kita sendiri menurun
selain itu emosi negatif juga dapat menekan mutu hubungan seseorang
dengan orang-orang disekitarnya.
Plutchik percaya bawha emosi itu seperti warna yang dapat dibuat
dengan mencampurkan warna-warna primer. Seperti itu juga emosi dapat
dibentuk dengan mencampurkan emosi-emosi primer. Contoh: perasaan
cemburu yang lahir dari perpaduan rasa cinta dan marah
46
Jane S. Halonen & John W. Santrock, Psychology: Contexts & Aplications, (New
York: McGraw-Hill Companies.Inc, 1999), h. 353.
25
Akan tetapi ada beberapa emosi yang sifatnya saling berlawan seperti
halnya perasaan optimis dan kecewa, cinta dan penyesalan. Plutchik
berpendapat bahwasanya manusia tidak mungkin dapat merasakan emosi
yang berlawanan secara serempak. Misalnya: kamu tidak akan dapat
merasakan perasaan sedih disaat yang sama saat kamu merasa gembira.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa emosi
yang dialami oleh manusia terdiri dari empat dimensi, yaitu:
1. Emosi adalah sesuatu yang bersifat positif atau negatif. Emosi yang
bersifat positif contohnya adalah perasaan bahagia. Sedangkan
perasaan yang bersifat negatif contohnya adalah rasa marah.
2. Emosi adalah sesuatu yang bersifat primer atau campuran. Seperti
halnya warna yang dapat dibuat dengan mencampurkan warna-warna
primer. Seperti itu juga emosi dapat dibentuk dengan mencampurkan
emosi-emosi primer. Contoh: perasaan cemburu yang lahir dari
perpaduan rasa cinta dan marah.
3. Banyak diantara yang bersifat saling berlawanan. Contohnya: perasaan
optimis dan kecewa
4. Emosi saling bertukar sesuai dengan intensitasnya. Misalnya:
seseorang tidak akan dapat merasakan perasaan sedih disaat yang
sama saat kamu merasa gembira.
d. Pengendalian Emosi
Dasar bagi berbagai pola emosi terletak pada masa awal-awal
pertumbuhan (anak-anak), maka awal-awal pertumbuhan adalah periode
yang penting dalam dalam menentukan perkembangan pribadinya. Untuk
itu orang tua selaku pendidik pertama bagi anak-anaknya diharapkan
dapat benar-benar membimbing anaknya sehingga si anak dapat mengatur
atau mengontrol emosinya.
Secara bahasa kata control berarti “pengaturan, pengawasan atau
pembatasan”.47 Di dalam buku “Perkembangan Anak” karya Elizabeth B
47
John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka utama, t. t ), h. 145
26
hurlock, kata control didefinisikan dengan ”berusaha sekuat-kuatnya
mengendalikan atau mengarahkan pengaruh terhadap sesuatu”. Maka
yang dimaksud dengan pengendalian emosi itu adalah mengarahkan
energi ekspresi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima
secara sosial.48
Konsep pengendalian emosi lebih menitik beratkan pada bagaimana
cara seseorang mengarahkan energi emosi seseorang ke arah ekspresi
yang dapat diterima, hal itu tidak sama artinya dengan menekan. Apabila
seseorang mengendalikan emosinya yang tampak, mereka juga berusaha
mengalihkan energi yang ditimbulkan oleh tubuh mereka menjadi
persiapan untuk bertindak ke arah pola perilaku yang bermanfaat dan
dapat diterima secara sosial. Hal ini sangat berbeda dengan konsep
populer yang mengharuskan penekanan emosional di dalam diri.
Dalam buku Psychological Science, James Gross mengemukakan
pendapatnya tentang lima strategi untuk mengatur emosi, yaitu:
1. Memilih situasi, yaitu meliputi mengetahui tipe-tipe orang, tempat-
tempat, objek-objek yang dapat memancing emosimu dan mencari
cara untuk menghindarinya. Misalnya: Anda ingin mengadakan makan
malam yang romantis dengan kekasih anda. Untuk mewujudkannya
maka anda memilih sebuah restoran dimana anda sebelumnya pernah
mengalami makan malam yang menyenangkan di tempat itu.
2. Memodifikasi situasi, yaitu usaha-usaha aktif untuk mengubah suatu
situasi dalam suatu peristiwa untuk mengubah pengaruhnya secara
emosional. Misalnya: Anda mengharapkan dapat makan dengan
tenang tapi orang disebelah anda terus saja berisik dengan rekannya
sedangkan anda tidak enak untuk menegurnya, maka anda bisa pindah
ke meja yang lain.
3. Mengalihkan perhatian, hal ini dapat membantu mengisolasikan
aspek-aspek tertentu dari suatu situasi sehingga dapat membantu orang
tersebut mengatur emosionalnya. Contoh: Seorang yang takut terbang
48
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, jilid I, (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 231
27
dapat mengalihkan diri dari kehawatirannya dengan cara menonton
film-film yang berhubungan dengan penerbangan
4. Mengubah pola pikir, yaitu sebuah metode untuk mengatur mood, hal
ini bermanfaat ketika tidak satupun dari cara-cara di atas dapat
diterapkan, yautu dengan merekonstruksi suatu situasi dengan jalan-
jalan alternatif. Contoh: Dengan menganggap masalah-masalah yang
terjadi sebagai sesuatu yang lucu.
5. Memodulasi respon, yaitu mengontrol respon emosional secara
langsung ketika ia mula merasakan perasaan emosional. Contoh:
Seseorang bisa mencoba untuk meningkatkan perasaan bahagianya
dan melemahkan perasaan kecewanya jika sesuatu yang ia rencanakan
tidak berjalan dengan semestinya.49
Akan tetapi riset Gross ini menunjukkan bahwa efektivitas dari setiap
metode ini bergantung pada situasi yang terjadi dan kepribadian setiap
orangnya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pengendalian emosi adalah adalah mengarahkan energi
ekspresi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara
sosial. Adapun cara-cara yang digunakan untuk mengatur emosi,
diantaranya adalah: memilihan situasi, memodifikasi situasi, mengalihkan
perhatian, mengubah pola pikir, memodulasi respon. Akan tetapi
efektivitas dari setiap metode ini bergantung pada situasi yang terjadi dan
kepribadian setiap orangnya.
C. Keluarga Muslim
a. Pengertian Keluarga Muslim
Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi
seorang anak. Tempat dimana dasar-dasar agama diajarkan untuk
49
Michael S. Gazzaniaga & Todd F. Heatherton, Psychological Science: The Mind,
Brain, and Behavior, (United States of America: W. W. Norton & Company. Inc, 2003), h.
326
28
mendidik anak-anak agar dapat menjadi manusia yang tidak hanya taat
kepada Allah tetapi juga menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Dalam literatur Al-Qur‟an (Arab) keluarga diistilahkan dengan al-ahlu
jamaknya ahluna dan ahal yang memiliki arti: famili, keluarga dan
kerabat. Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang
sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. 50 Menurut
Alisuf Sabri keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah
adanya suatu perkawinan.51 Syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan merinci
definisi keluarga muslim sebagai keluarga yang mengetahui hak-hak
Allah SWT dan menunaikannya, mengetahui hak-hak masing-masing
suami istri dan memenuhinya, melaksanakan pendidikan anak dengan
pendidikan Islam, menta‟ati hukum-hukum Allah SWT, memurnikan
tauhid kepada-Nya dan menjauhi serta memerangi berbagai bentuk
kemusyrikan.52
Berdasarkan definisi-definisi diatas yang dimaksud dengan keluarga
muslim adalah keluarga yang meletakkan segala aktivitas pembentukan
keluarganya sesuai dengan syari‟at Islam yang berdasarkan al-Quran dan
as-Sunnah. Keluarga tersebut dibangun di atas aqidah yang benar dan
semangat untuk beribadah kepada Allah serta semangat untuk
menghidupkan syiar dan adab-adab Islam Islam sebagaimana telah
dicontohkan Rasulullah SAW.
b. Bentuk-bentuk Keluarga
Keluarga dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Keluarga inti, yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak, atau hanya
ibu atau bapak atau nenek dan kakek
2. Keluarga inti terbatas, yang terdiri dari ayah dan anak-anaknya, atau
ibu dan anak-anaknya
50
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 15 51
Drs. H.M. A lisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h.
14 52
Ahmad, “Membentuk Akhlak Islami”, www.haroqi.multip ly.com, 7 Desember 2010.
29
3. Keluarga luas (extended family), yang cukup banyak ragamnya seperti
rumah tangga nenek yang hidup dengan cucu yang masih sekolah,
atau nenek dengan cucu yang elah kawin, sehingga istri dan anak-
anaknya hidup menumpang juga.53
Sejalan dengan pendapat diatas para ahli sosiologi membagi bentuk-
bentuk keluarga kedalam dua kategori:
1. Keluarga batih (nuclear family), keluarga batih merupakan satuan
keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak.
2. Keluarga luas (extended family), keluarga luas terdiri atas keluarga
batih.54
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk-
bentuk keluarga dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: keluarga inti atau dapat
disebut dengan keluarga batih, keluarga inti terbatas dan keluarga luas.
c. Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-
pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan atau tugas yang harus
dilakukan itu biasa disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu
pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam
atau oleh keluarga itu.
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat
digolongkan / dirinci ke dalam beberapa fungsi, yaitu:
1) Fungsi Biologis
Dengan fungsi ini diharapakan agar keluarga dapat menyelenggarakan
persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. Karena dengan
perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan. Dan setiap
manusia pada hakikatnya terdapat semacam tuntutan biologis bagi
kelangsungan hidup keturunannya, melalui perkawinan.
2) Fungsi Pemeliharaan
53
Mufidah Ch, Psikologi Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN-Malang Press,
2008), Cet I, h. 40 54
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (jakarta: Fakultas ekonomi Universitas
indonesia, 2004), h. 63-64.
30
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat
terlindung dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan cara
mendirikan rumah sebagai tempat berlindungnya anggota
keluarganya.
3) Fungsi Ekonomi
Fungsi ini berkaitan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok.
Dimana orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar setiap
anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta
tempat tinggal.
4) Fungsi Keagamaan
Keluarga diwajibkan untuk mendalami serta mengamalkan ajaran-
ajaran agamanya agar menjadi manusia yang taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Hal ini berlandaskan padaideologi Pancasila agar
warganya mendalami dan megamalka Pancasila di dalam perilaku dan
kehidupan keluarganya.
5) Fungsi Sosial
Keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal
selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap
yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang
diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa.55
Sedangkan keluarga sebagai suatu kesatuan bersama, menurut St.
Vembriarto, mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan
kehidupan si anak, yaitu:
1) Fungsi Biologik, yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-
anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya.
2) Fungsi Afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan
sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang
dan rasa aman).
3) Fungsi Sosialisasi, yaitu fungsi keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak
55
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 89-91.
31
mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan
nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan
kepribadiannya
4) Fungsi Pendidikan, yaitu keluarga sejak dulu merupakan institusi
pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk
mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di
masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar
kepribadian anak.
5) Fungsi Rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat / medan rekreasi
bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan
kegembiraan.
6) Fungsi Keagamaan, yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan,
upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, disamping peran
yang dilakkan institusi agama. Fungsi ini penting artinya bagi
penanaman jiwa agama pada si anak; sayangnya sekarang ini fungsi
keagamaan ini mengalami kemunduran akibat pengaruh sekularisasi.
7) Fungsi Perlindungan, yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat
dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh
keluarga tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukakn oleh badan-
badan sosial seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh
mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi.56
Berdasarkan dari penjelasan berbagai fungsi keluarga diatas maka
dapat kita dapat menyimpulkan fungsi- fungsi keluarga sebagai berikut:
fungsi biologis, fungsi afeksi, fungsi sosialisasi, fungsi pendidikan, fungsi
rekreasi, fungsi keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi ekonomi
56
Drs. H.M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999. h.
15-16
32
D. Kerangka Berpikir
Keberhasilan anak dimasa yang akan datang tidak hanya ditentukan oleh
kecerdasan intelektualnya saja. Pengendalian sikap dan penguasaan diri
adalah yang teramat penting. Karena pengendalian diri itu sangat menentukan
dalam menuju kesuksesan hidup. Menurut Letjen TNI Harseno
(Purnawirawan) 60% keberhasilan hidup itu ditentukan oleh keberhasilan kita
dalam pergaulan. Sedangkan pengendalian diri adalah salah satu kunci dari
keberhasilan pergaulan. 57
Pengendalian diri erat sekali kaitannya dengan sikap atau tingkah laku.
Sedangkan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari akhlak yang
dimilikinya.
Pengendalian diri dalam hidup bermasyarakat ini tidak jauh dari peran
orangtua di dalam memberikan pendidikan akhlak bagi anak. Orangtua
sebagai pendidik dilingkungan keluarga berperan penting dalam menanamkan
sikap bagi anak agar kelak anak dapat mengerti bagaimana harus bersikap di
dalam bermasyarakat.
Pendidikan akhlak akan sangat berpengaruh terhadap kemampuannya
dalam mengendalikan emosi. Karena orang yang memiliki akhlak yang baik
cenderung lebih bisa mengendalikan dirinya dan lebih dapat memahami
bagaimana cara bergaul yang baik.
Dari uraian diatas dapat disimpulankan bahwa pendidikan akhlak di
lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam
meningkatkan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi. Karena
pengendalian emosi sesuatu yang seharusnya dimiliki untuk dapat hidup
dengan baik dalam bermasyarakat.
E. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang
mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan
penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut: “Semakin tinggi tingkat pendidikan akhlak di lingkungan
57
Let jen TNI Harseno (Purn), Menuju Watak dan Sikap Negarawan, tt.p:t.p., t.t.
33
keluarga muslim maka akan semakin tinggi pula kemampuan anak dalam
mengendalikan emosi”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipotesis
alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak di
lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam
mengendalikan emosi.
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak di
lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam
mengendalikan emosi.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakakukan di RT 02 RW 03 kec. Cilodong kota Depok.
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 7 Oktober 2010 sampai dengan
tanggal 4 November 2010.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian field research dengan menggunakan
analisis deskriptif, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan teknik survey. Melalui penelitian ini penulis mencoba menganalisis
gejala-gejala yang ada hubungannya dengan pembahasan.
C. Variable Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi kedalam 2 (dua) variable, yaitu
a. Pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim sebagai variable x
(variable bebas).
b. Mengembangkan kemampuan mengendalikan emosi pada anak sebagai
variable y (variable terikat).
34
35
D. Populasi dan Sample
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Pada penelitian ini
yang menjadi populasinya adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun dari
keluarga muslim di RT 02 RW 03 kec. Cilodong yang berjumlah 40 anak.
Menurut Suhsarsimi Arikunto di dalam bukunysa “ Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan praktek” dijelaskan bahwa apabila subjeknya kurang dari
100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-
15% atau 20%-25% atau lebih.1 Berdasarkan penjelasan di atas penulis
mengambil seluruh subjek dari populasi tersebut. Sehingga penelitian ini
merupakan penelitian populsasi
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian field research, yaitu suatu penelitian yang
dilakukan langsung ke objek penelitian. Untuk memperoleh data-data
lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang
kondisi keluarga muslim di RT 02 RW 03 Kec. Cilodong
b. Wawancara, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara ini dilakukan guna memfilter jawaban-jawaban yang
diberikan dalam angket serta untuk memperoleh data-data yang lebih rinci
yang berkaitan dengan pembahasan. Wawancara ini dilakukan kepada
orangtua, anak usia 7-12 tahun di RT 02 RW 03 Kec. Cilodong
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), h. 134
36
c. Angket atau kuesioner, yaitu merupakan suatu daftar atau rangkaian
pertanyaan yang disusun secara tertulis mengenai sesuatu yang berkaitan
dengan penelitian. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket dengan bentuk daftar cek dimana pertanyaan diurai dalam
bentuk daftar dan tugas responden hanyalah membubuhi tanda-tanda cek
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh peneliti.
Adapun kriteria skor alternatif jawaban pernyataan angket dapat dilihat
pada table berikut:
Tabel 1
Kriteria Penilaian Angket
Alternatif Jawaban Pernyataan
Positif Negatif
Selalu
Sering Kadang-kadang
Tidak pernah
4
3 2
1
1
2 3
4
F. Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk
memulai pelaksanaan penelitian, dimulai dengan merumuskan masalah,
menentukan variable penelitian, studi kepustakaan untuk mendapatkan
gambaran dan landasan teoritis mengenai variabel penelitian. Selanjutnya
menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan dipakai
dalam penelitian, yaitu skala sikap mengenai kecerdasan emosional yang
dikaitkan dengan akhlak siswa dan menentukan lokasi penelitian dan
menyelesaikan administrasi perizinan.
b. Tahap Pengambilan Data
Pada tahap ini dimulai dengan melakukan uji coba alat ukur penelitian
kepada anak-anak usia 7-12 tahun di RW 03. Setelah data terkumpul,
dilakukan analisis item untuk menguji validitas dan reliabilitas tiap-tiap
item pada alat ukur penelitian (skala pendidikan akhlak dan pengendalian
emosi) yang di ujicobakan.
37
c. Tahap Pengolahan Data
Untuk mengolah data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pengecekan terhadap pengisian angket. Setiap angket
harus diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan, dan
kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kekeliruan dan
kesalahan dalam mendapat informasi, sehingga diperolehlah data yang
akurat.
b. Koding, teknik ini digunakan penulis untuk mengklasifikasikan
jawaban-jawaban para responden menurut macam-macamnya.
c. Skoring, setelah melalui tahap editing dan juga koding maka langkah
selanjutnya adalah skoring, yaitu memberi skor terhadap data yang ada
di angket.
d. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan skor
kedalam bentuk tabel untuk kemudian diketahui hasil perhitungannya
dengan menggunakan rumus prosentase.
Rumus Prosentase:
P =F
N x 100%
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Number of cases
Selain menggunakan rumus prosentase, penulis juga menghitung range
dari tiap-tiap variabel untuk mengetahui tinggi rendahnya skor yang
dimiliki masing masing sampel dalam setiap variabel.
Rumus Range:
R= Xmaks-Xmin
38
Keterangan:
R = Range
Xmaks = Nilai skor maksimal
Xmin = Nilai skor minimal
G. Analisis Instrumen Penelitian
Agar mendapatkan instrument angket Pendidikan Akhlak dan
Pengendalian Emosi yang memadai, maka sebelum instrument tersebut
digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba dan kemudian
dianalisis dengan metode analisis sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukan pengukuran tersebut. Instrumen yang sahih tidak sekedar
mengukur apa yang seharusnya diukur, tetapi mengandung pengertian
sejauh mana informasi yang diperoleh dari pengukuran dapat
diinterpretasikan sebagai tingkah laku atau karakteristik yang diukur. 2
Untuk menguji validitas tiap butir maka skor-skor yang ada pada butir
yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang
sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. Dengan
diperolehnya indeks validitas tiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-
butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Pada
uji validasi angket ini menggunakan rumus PEARSON, yaitu:
22 xixt
xixtrit
Keterangan:
rit = Angka indeks korelasi antara skor butir soal dengan skor total
xi = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xi
2 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa….hal. 32.
39
xt = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xt
Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila hasil perhitungan
didapat angka koefisien korelasi rit > rtab yang dikonsultasikan pada taraf
signifikansi 0,05.
Dapat juga perhitungan validitas tersebut dilakukan dalam program
Microsoft Office Excel dengan menggunakan rumus PEARSON yang
terdapat dalam formula excel.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Reliabilitas mempunyai berabgai arti
yaitu keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsisten dan
sebagainya.3 Dalam rangka menentukan apakah sebuah instrumen
memiliki daya keajegan mengukur (reliabilitas) yang tinggi atau belum,
maka pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach, dengan rumus: 4
2
2
11 11 St
Si
n
nr
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir pernyataan
1 = Bilangan Konstan
2
Si = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir pernyataan
2St = Varian total
Hasil perhitungan uji reliabilitas angket pendidikan akhlak pada
sampel sebanyak 40 anak diperoleh harga koefisien reliabilitas sebesar
0,92. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen skala pendidikan akhlak yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas sangat tinggi sehingga 3 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah …hal. 32
4 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996),
hal. 207-208.
40
memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian. Perhitungan lebih
jelasnya terdapat dalam lampiran.
Sedangkan perhitungan uji reliabilitas angket pengendalian emosi pada
sampel sebanyak 40 anak diperoleh harga koefisien reliabilitas sebesar
0,76. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen skala pengendalian emosi
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi pula
sehingga memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian.
Perhitungan lebih jelasnya terdapat dalam lampiran.
H. Uji Hipotesis
a. Uji Korelasi
Perhitungan korelasi menggunakan Product Moment. Dimana Product
Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi
antara dua variable yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini
dikembangkan oleh Karl Pearson. 5
Rumus korelasi Product Moment Karl Pearson, yaitu:
𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑𝑋𝑌− ∑𝑋 (∑𝑌)
𝑁∑𝑋2−(∑𝑋)2 [𝑁∑𝑌2 – ∑𝑌2 ]
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
N = Number of Cases
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑X = Jumlah seluruh skor X
∑Y = Jumlah seluruh skor Y
Adapun perhitungan korelasi dengan product moment dalam penelitian
ini dilakukan secara manual.
5Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
hal. 177-178.
41
b. Perhitungan Koefisien Determinasi
Perhitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan
dalam bentuk persen. Dimana rumus yang digunakan adalah rumus
“Coefficient of Determination” atau koefisien penentu yang dalam hal ini
digunakan untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks
korelasi „r‟ product moment pada uji hipotesis di atas.
Rumus Coefficient of Determination yaitu:
KD = r² x 100 %
Keterangan:
KD = Koefisien determinasi
r² = Koefisien korelasi
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
RT 02 adalah salah satu RT yang berada dalam kelompok RW 03. RT
02 terletak di wilayah kota Depok. Dimana wilayah ini merupakan
komplek perumahan tentara. Wilayah RT 02 RW 03 ini memiliki luas
sekitar 145.000 . Wilayah ini berbatasan dengan:
a. Sebelah barat berbatasan dengan RT 03.
b. Sebelah utara berbatasan dengan RT 04.
c. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kesatuan Yonif Linud 328
d. Sebelah selatan berbatasan dengan kantor besar Divif I Kostrad.
2. Jumlah Warga atau Penduduk
Jumlah penduduk RT 02 RW 03 kelurahan Cilodong adalah 78 kepala
keluarga, 315 jiwa dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 2
No Jenis Data Jumlah
1 Kepala Keluarga 78
2 Laki- laki 160
3 Perempuan 155
4 Warga Keseluruhan 315
42
43
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan para orangtua di RT 02 RW 03 terbilang cukup
baik, berikut adalah perincian tingkat pendidikan akhir yang dimiliki oleh
para orangtua di RT 02 RW 03:
Tabel 3
4. Mata Pencaharian
Mata pencaharian dari kepala keluarga di RT 02 RW 03 memang
terbilang homogen. Hal tersebut dikarenakan wilayah RT 02 RW 03
adalah komplek perumahan tentara. Meskipun wilayah RT 02 RW 03
adalah komplek perumahan tertara tetapi di dalamnya ada juga yang
bermata pencaharian sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Berikut data
selengkapnya:
Tabel 4
No Mata Pencaharian Jumlah
1 ABRI 76
2 PNS 2
5. Sarana Umum, Ibadah dan Pendidikan
Semua sarana yang ada dan yang dapat digunakan oleh seluruh warga
RT 02 RW 03 adalah sarana yang berada di bawah naungan yayasan
Kartika Candra Kirana, yaitu sebuah yayasan milik Angkatan Darat (AD).
Berikut adalah perincian berbagai macam sarana yang dapat digunakan
oleh warga RT 02 RW 03:
No Subjek Pendidikan Jumlah
1 Ayah
SD 1
SMP 8
SMA 64
S 1 5
2 Ibu
SMP 12
SMA 43
S 1 13
D1, D2 dan D 3 8
44
Tabel 5
No Sarana Umum, Pendidikan dan Ibadah
Jumlah
1. Taman Kanak-kanak 1
2 Masjid 2
3 Gereja 1
4 Gelanggang Olah Raga (GOR) 1
5 Lapangan sepak bola 1
6 Lapangan voli 1
7 Ruang fitness 1
B. Deskripsi dan Analisa Data
Pada pengumpulan data pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim
dan kemampuan mengendalikan emosi pada anak penulis menggunakan
instrumen yang berbentuk angket yang disusun berdasarkan indikator-
indikator yang berlandaskan dari kajian teori yang tercantum di dalam bab II.
Berikut adalah data hasil angket yang dijelaskan dengan menggunakan rumus
prosentase dan juga Range sehingga dapat diketahui hasilnya secara per item
ataupun per orangnya. Berikut adalah deskripsi datanya:
1. Deskripsi dan Analisa Data dengan Menggunakan Rumus Prosentase
Pada pengumpulan data pendidikan akhlak, penulis menggunakan
angket.. Angket disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada teori
yang terdapat pada bab II. Dan data dari hasil angket ini akan dijabarkan
dengan menggunakan rumus prosentase. Berikut penjabaran data
selengkapnya:
Tabel 6
Orangtua mengajari anaknya mengaji.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 9 22,5%
2 Sering 14 35%
3 Kadang-kadang 13 32,5%
4 Tidak Pernah 4 10%
Jumlah 40 100%
45
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
orangtua selalu mengajari anaknya mengaji (22,25%) dan sebagian kecil
dari orangtua sering mengajari anak-anaknya mengaji (35%) sedangkan
sebagian kecil lainnya hanya kadang-kadang saja mengajari anaknya
mengaji (32,5%) lalu sedikit sekali dari para orangtua yang tiidak pernah
mengajari anaknya mengaji.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak
orangtua yang meluangkan waktu untuk mengajarkan anaknya mengaji.
Walaupun masih ada juga orangtua yang belum meluangkan waktunya
untuk mengajarkan anak-anaknya mengaji. Mengajarkan anak mengaji
adalah hal yang penting terlebih jika orangtua dapat menjelaskan isi
kandungan dari ayat-ayat al-Qur‟an yang dibacanya. Dengan begitu
diharapkan anak-anak dapat memahami ajaran-ajaran di dalamnya dengan
baik dan dapat menjadikannya sebagai pegangan dalam menjalani hidup.
Tabel 7
Orangtua mengajari anaknya agar bersikap baik kepada
teman-temannya.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 21 52,5%
2 Sering 12 30%
3 Kadang-kadang 6 15%
4 Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah
para orangtua selalu mengajarkan anak-anaknya bersikap baik kepada
teman-temannya (52%) sedangkan sebagian kecil dari para orangtua sering
mengajarkan anak-anaknya agar bersikap baik kepada temannya (30%)
dan sebagian kecilnya lagi yang kadang-kadang mengajari anaknya agar
bersikap baik kepada temannya (15%) dan juga sedikit sekali dari orangtua
yang tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar berbuat baik kepada
temannya (2,5%).
46
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah
orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya agar bersikap baik terhadap
temannya. Gambaran tersebut menjelaskan betapa besarnya perhatian
orangtua terhadap cara bersosialisasi putra-putrinya. Kemampuan
bersosialisasi sangatlah penting dalam pergaulan. Seseorang dapat
diterima atau ditolak di masyarakat karena cara bersosialisasinya. Jika
seseorang merasa tertolak atau terabaikan oleh kelompoknya maka emosi
yang tidak menyenangkan dapat mendominasi dirinya. Untuk mencegah
hal tersebut maka seyogyanya orangtua dapat lebih memperhatikan putra-
putrinya dalam bersosialisasi.
Tabel 8
Orangtua mengingatkan anaknya apabila ia belum melaksanakan
shalat.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 20 50%
2 Sering 15 37,5%
3 Kadang-kadang 4 10%
4 Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa setengah dari orangtua
selalu mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan shalat
(50%), dan sebagian kecil dari orangtua lainnya sering mengingatkan
anaknya apabila anaknya belum mengerjakan shalat (37,5%), sedangkan
sebagian kecilnya lagi terkadang mengingatkan anaknya apabila anaknya
belum melaksanakan shalat (10%) dan sedikit sekali dari orangtua yang
tidak pernah mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan
shalat (2,5%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kebanyakan dari orangtua akan mengingatkan anaknya apabila
anaknya belum melaksanakan shalat.
Data di atas menunjukkan bahwa perhatian orangtua terhadap rutinitas
ibadah wajib yang dilakukan anaknya cukup besar. Perhatian orangtua
terhadap rutinitas ibadah anaknya sangatlah penting, karena shalat dapat
47
mempengaruhi akhlak anak tersebut. Di dalam al-Qur‟an pun telah
dijelaskan bahwa shalat itu dapat mencegah seseorang dari perbutan keji
dan munkar. Maka dari itu sudah semestinya jika orangtua lebih
memperhatikan shalat anak-anaknya. Karena shalat dapat mempengaruhi
perkembangan pribadinya di masa mendatang.
Tabel 9
Orangtua menyuruh anaknya mengambil kembali sampah dan
membuangnya ketempat sampah apabila melihat anaknya membuang
sampah sembarangan.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 19 47,5%
2 Sering 9 22,5%
3 Kadang-kadang 6 15%
4 Tidak Pernah 6 15%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari
orangtua selalu menyuruh anaknya untuk mengambil kembali sampah
yang ia buang sembarangan (47,5%) sedangkan sebagian kecilnya sering
menyuruh anaknya mengambil kembali sampah yang ia buang
sembarangan (22,5%) dan sebagian kecilnya lagi hanya kadang-kadang
saja menyuruh anaknya untuk mengambil kembali sampah yang ia buang
sembarangan (15%) lalu sebagian kecil dari orangtua juga ada yang tidak
pernah menyuruh anaknya mengambil kembali sampah yang ia buang
sembarangan (15%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa cukup banyak orangtua yang akan menyuruh anaknya
untuk mengambil kembali sampah yang ia buang sembarangan apabila
melihatnya.
Data di atas menunjukkan cukup banyak orangtua yang mengajarkan
anak-anaknya agar menjaga kebersihan lingkungan disekitarnya. Ajaran
untuk menjaga kebersihan lingkungan sangatlah penting guna
menanamkan sikap kepedulian terhadap keadaan sekitar. Seseorang yang
peduli terhadap keadaan sekitar cenderung lebih memperhatikan orang-
48
orang disekitarnya sehingga orang tersebut biasanaya akan lebih berhati-
hati dalam berbicara dan bersikap agar tidak menyinggung atau menyakiti
orang lain. Sikap seperti ini sangatlah penting untuk dilestarikan untuk
tetap menjaga keutuhan hubungan yang telah terjalin.
Tabel 10
Orangtua mengajari anaknya untuk meminta maaf apabila ia berbuat
salah.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 22 55%
2 Sering 9 22,5%
3 Kadang-kadang 7 17,5%
4 Tidak Pernah 2 5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah dari
orangtua selalu mengajari anaknya untuk meminta maaf apabila berbuat
salah (55%) dan sebagian kecilnya sering mengajarkan kepada anaknya
agar meminta maaf apabila berbuat salah (22,5%) sedangkan sebagian
kecil lainnya hanya kadang-kadang saja mengajarkan anak-anaknya untuk
meminta maaf apabila berbuat salah (17,5%) dan sedikit sekali dari para
orangtua yang tidak pernah mengajari anaknya untuk meminta maaf
apabila berbuat salah (5%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orang
tua telah mengajarkan kepada anak-anaknya untuk segera meminta maaf
jika ia berbuat salah. Penanaman sikap tersebut akan berdampak positif
bagi pribadi anak. Karena dengan begitu anak akan memahami bagaimana
ia harus bersikap jika seandainya ia berbuat salah terhadap orang lain.
Selain itu hal tersebut juga dapat membantu anak tetap menjaga hubungan
baiknya dengan teman-teman disekitarnya.
49
Tabel 11
Orangtua mengajarkan pada anaknya agar mengambil sampah yang
berserakan dan membuangnya ke tempat sampah jika melihatnya.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 9 22,5%
2 Sering 14 35%
3 Kadang-kadang 11 27,5%
4 Tidak Pernah 6 15%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
orangtua mengajarkan kepada anaknya agar mengambil sampah yang
berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya
(22,5%) dan sebagian kecil lainnya sering mengajari anaknya agar
mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah
apabila melihatnya (35%) lalu sebagian kecilnya lagi hanya kadang-
kadang saja mengajarkan anaknya untuk mengambil sampah yang
berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya
(27,5%) dan ada sebagian kecil dari orangtua juga yang tidak pernah
mengajarkan anaknya untuk mengambil sampah yang berserakan dan
membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya (15%).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa banyak dari
orangtua yang berusaha mengajarkan anaknya untuk menjaga kebersihan
lingkungannya. Penanaman sikap tersebut sangatlah penting. Karena pada
dasarnya selain dengan sesamanya, manusia juga harus harmonis dengan
lingkungannya. Kebersihan lingkungan akan sangat mempengaruhi
kenyamanan tempat tinggal. Seandainya saja seseorang merasa tidak
nyaman dengan lingkungannya maka hal tersebut dapat berdampak buruk
pada perkembangan emosinya. Karena seseorang yang berada dalam
kondisi tidak nyaman cenderung lebih mudah terpancing emosinya.
50
Tabel 12
Orangtua mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 17 42,5%
2 Sering 17 42,5%
3 Kadang-kadang 5 12,5%
4 Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari
orangtua selalu mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara
(42,5%) dan hampir setengahnya juga dari orangtua sering mengajak
anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara (42,5%) sedangkan sebagian
kecilnya terkadang mengajak anaknya bersilaturrahmi kerumah saudara
(12,5%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengajak
anaknya untuk bersilaturrahmi kerumah saudara (2,5%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
orangtua biasa mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara. Hal
tersebut sangat baik sekali bagi perkembangan sosialisasi anak. Dengan
mengajak anak pergi bersilaturrahmi ke rumah saudara secara tidak
langsung orangtua telah mengajarkan kepada anaknya bagaimana ia harus
bersosialisasi untuk tetap menjaga hubungan baik dengan orang lain
ataupun saudaranya. Dan dengan begitu diharapkan anak dapat mengerti
bagaimana etika-etika dalam bersosialisasi.
Tabel 13
Orangtua bersikap masa bodoh (acuh tak acuh) saat melihat anaknya
merusak tanaman.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu - -
2 Sering 1 2,5%
3 Kadang-kadang 6 15%
4 Tidak Pernah 33 82,5%
Jumlah 40 100%
51
Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan bahwa tidak ada sama
sekali dari orangtua yang selalu bersikap acuh tak acuh saat melihat
anaknya merusak tanaman (0%) dan sedikit sekali dari orang tua yang
sering bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman
(2,5%) lalu sebagian kecil dari orangtua yang kadang-kadang bersikap
acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman (15%) sedangkan
lebih dari setengah orangtua tidak pernah bersikap acuh tak acuh saat
melihat anaknya merusak tanaman (82,5%).
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
orangtua tidak akan bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak
tanaman. Hal ini megajarkan bagaimana anak harus bersikap terhadap
alam disekitarnya. Manusia tidak hanya harus hidup harmonis dengan
sesamanya akan tetapi ia juga harus dapat hidup harmonis dengan alam.
Jika manusia melakukan perusakan terhadap alam maka yang akan terkena
dampaknya adalah manusia itu sendiri. Belajar mencintai alam berarti
belajar untuk peduli terhadap keadaan sekitar. Dengan demikian anak-
anak diharapkan akan lebih meperhatikan dirinya dan juga orang-orang
disekitarnya.
Tabel 14
Orangtua memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 16 40%
2 Sering 10 25%
3 Kadang-kadang 13 32,5%
4 Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari
orangtua selalu memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya (40%)
dan sebagian kecil dari orangtua memelihara tanaman yang ada di sekitar
rumahnya (25%) sedangkan sebagian kecilnya lagi hanya kadang-kadang
saja memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah (32,5%) dan sedikit
52
sekali dari orangtua yang tidak pernah memelihara tanaman yang ada di
sekitar rumahnya (2,5%).
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa banyak dari para
orangtua yang memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya. Hal
tersebut menunjukkan bagaimana usaha orangtua dalam mendidik anaknya
agar mencintai alam disekitarnya. Upaya tersebut bukan hanya dilakukan
dengan memberikan nasehat saja tetapi juga dengan memberikan teladan
yang baik. Mengajarkan mencintai alam kepada anak sangatlah penting.
Karena dengan belajar mencintai alam anak juga akan belajar untuk lebih
mencintai dirinya sendiri dan orang lain. Ketia ia mulai belajar mencintai
orang lain maka ia akan belajar bagaimana caranya agar ia dapat menjadi
orang yang berguna bagi orang lain. Sehingga hal tersebut dapat
meningkatkan kepekaan sosial yang ada di dalam dirinya.
Tabel 15
Orangtua membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya
belum mengerjakan shalat.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 17 42,5%
2 Sering 7 17,5%
3 Kadang-kadang 16 40%
4 Tidak Pernah - -
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari
orangtua selalu membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila
anaknya belum mengerjakan shalat (42,5%) sedangkan sebagian kecilnya
sering membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum
mengerjakan shalat (17,5%) dan hampir setengah dari orangtua akan
membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum
mengerjakan shalat (40%) dan tidak ada sama sekali dari orangtua yang
tidak pernah membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila belum
mengerjakan shalat (0%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
53
disimpulkan bahwa kebanyakan dari orangtua akan membangunkan
anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa orangtua memiliki perhatian
yang besar terhadap rutinitas ibadah yang dilakukan oleh anak-anaknya.
Hal ini menunjukkan bahwa orangtua secara tidak langsung telah
menyadari pentingnya shalat bagi anak-anak mereka. Shalat adalah sebuah
kewajiban bagi setiap umat muslim. Dan dengan melaksanakan shalatlah
seseorang dapat mencegah dirinya untuk melakukan perbuatan keji dan
munkar.
Tabel 16
Orangtua mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 3 7,5%
2 Sering 13 32,5%
3 Kadang-kadang 22 55%
4 Tidak Pernah 2 5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sedikit sekali dari
orangtua yang selalu mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim
(7,5%) sedangkan sebagian kecilnya lagi sering mengajak anaknya pergi
menyantuni anak yatim (32,5%) dan lebih dari setengah orangtua yang
kadang-kadang mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim (55%)
dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak perah mengajak anaknya pergi
menyantuni anak yatim (5%).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cukup
banyak dari orangtua yang mengajak anaknya pergi menyantuni anak
yatim. Mengajak anak untuk menyantuni anak yatim secara tidak langsung
mengajarkan kepada anak untuk selalu bersyukur dan lebih
memperhatikan serta menyayangi orang-orang disekitarnya. Hal ini
sangatlah penting karena pengajaran tersebut sedikit banyak akan
mempengaruhi perkembangan pribadinya.
54
Tabel 17
Orangtua berbicara sopan terhadap orang lain.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 28 70%
2 Sering 12 30%
3 Kadang-kadang - -
4 Tidak Pernah - -
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah
orangtua selalu berbicara sopan terhadap orang lain (70%)sedangkan
sebagian kecilnya lagi sering berbicara sopan terhadap orang lain (30%)
dan tidak ada sama sekali dari orangtua yang terkadang berbicara sopan
kepada orang lain (0%) dan tidak ada sama sekali juga orangtua yang tidak
pernah berbicara sopan terhadap orang lain (0%).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa
kebanyakan dari para orangtua akan berbicara sopan terhadap orang lain.
Dengan orangtua berbicara sopan terhadap orang lain hal tersebut secara
tidak langsung mengajarkan kepada anaknya bagaimana ia harus berbicara
kepada orang lain. Pemberian teladan dalam pendidikan akhlak bagi anak-
anak tergolong cukup efektif. Hal tersebut dikarenakan anak-anak
cenderung meniru apa yang dilihatnya. Karena biasanya orangtua adalah
idola bagi anak-anaknya Maka para orangtua harus memberikan contoh
yang baik bagi anaknya. Agar anak dapat mengikuti jejak kebaikan dari
orangtuanya.
Tabel 18
Orangtua mengajarkan pada anaknya untuk membuang sampah pada
tempatnya.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 18 45%
2 Sering 15 37,5%
3 Kadang-kadang 3 7,5%
4 Tidak Pernah 4 10%
Jumlah 40 100%
55
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari
orangtua selalu mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada
tempatnya (45%) sedangkan sebagian kecil lainnya sering mengajarkan
anaknya agar membuang sampah pada tempatnya (37,5%) dan sedikit
sekali dari orangtua yang kadang-kadang mengajarkan anaknya agar
membuang sampah pada tempatnya (7,5%) dan sebagian kecil dari
orangtua tidak pernah mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada
tempatnya (10%).
Dari data di atas dapat diketahui bahwa banyak dari orangtua yang
mengajarkan kepada anaknya agar membuang sampah pada tempatnya.
Hal tersebut secara tidak langsung mengajarkan anak-anak untuk menjaga
kebersihan lingkungannya. Penanaman sikap tersebut sangatlah penting.
Karena pada dasarnya selain dengan sesamanya manusia juga harus
harmonis dengan lingkungannya. Kebersihan lingkungan akan sangat
mempengaruhi kenyamanan tempat tinggal. Seandainya saja seseorang
merasa tidak nyaman dengan lingkungannya maka hal tersebut dapat
berdampak buruk pada perkembangan emosinya. Karena seseorang
cenderung meluapkan emosinya jika ia merasa tidak nyaman.
Tabel 19
Orangtua mengajarkan pada anaknya agar selalu bersyukur.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 20 50%
2 Sering 16 40%
3 Kadang-kadang 3 7,5%
4 Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan bahwa setengah dari
orangtua selalu mengajarkan anaknya agar selalu bersyukur (50%) dan
hampir setengah dari orangtua sering mengajarkan anaknya agar selalu
bersyukur (40%) sedangkan sedikit sekali dari orangtua yang terkadang
mengajarkan anak-anaknya agar selalu bersyukur (7,5%) dan sedikit sekali
56
juga dari orangtua yang tidak pernah mengajarkan anaknya agar bersyukur
(2,5%).
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
orangtua mengajarkan anaknya agar selalu bersyukur. Dengan
mengajarkan kepada anaknya untuk selalu bersyukur atas apa yang
dimilikinya, dapat membantunya menimbulkan rasa Qanaah di dalam
dirinya. Orang yang selalu Qanaah terhadap segala pemberian Allah akan
cenderung lebih dapat mengendalikan emosinya dibandingkan orang-
orang yang suka mengeluh atas apa yang diterimanya.
Tabel 20
Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi
terhadap orang-orang di sekitarnya.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 5 12,5%
2 Sering 11 27,5%
3 Kadang-kadang 20 50%
4 Tidak Pernah 4 10%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
orangtua selalu menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap
Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (12,5%) dan sebagian kecilnya
lagi sering menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi
terhadap orang-orang di sekitarnya (27,5%) sedangkan setengah dari
orangtua hanya kadang-kadang saja menceritakan kepada anaknya tentang
bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (50%) dan
sebagian kecil lainnya tidak pernah menceritakan kepada anaknya tentang
bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (10%).
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa cukup banyak
dari orang tua yang memberikan pendidikan akhlak (akhlak terhadap
sesama manusia) dengan menceritakan kisah-kisah Nabi. Dengan
mengetahui bagaimana sikap Nabi terhadap sesamanya diharapkan anak-
anak dapat mengikuti jejak dari pada sikap Nabi tersebut. Metode cerita
57
sebagaimana yang digunakan orangtua diatas akan sangat membantu anak-
anak untuk memahami bagaimana cara bersikap terhadap sesamanya.
Dengan menggunakan metode cerita orangtua dapat memotivasi anaknya
untuk bersikap sebagaimana tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Selain
itu hal tersebut dapat menambah kedekatan emosional antara anak dan
orang tuanya.
Tabel 21
Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan
Nabi dalam beribadah.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 7 17,5%
2 Sering 14 35%
3 Kadang-kadang 14 35%
4 Tidak Pernah 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
orangtua selalu menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana
ketekunan Nabi dalam beribadah (17,5%) dan sebagian kecil lainnya
sering menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi
dalam beribadah (35%) sedangkan sebagian kecilnya lagi terkadang
mengajarkan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam
beribadah (35%) dan sebagian kecilnya lagi tidak pernah menceritakan
kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah
(12,5%).
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa banyak dari
orangtua yang menceitakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan
Nabi dalam beribadah. Dengan mengetahui bagaimana ketekunan Nabi
dalam beribadah diharapkan anak-anak dapat mengikuti jejak dari pada
ketekunan Nabi tersebut. Metode cerita sebagaimana yang digunakan
orangtua di atas akan sangat membantu anak-anak untuk lebih menyadari
makna sesungguhnya dari ibadah tersebut. Dengan menggunakan metode
58
cerita orangtua dapat memotivasi anaknya untuk bersikap sebagaimana
tokoh yang ada dalam cerita tersebut.
Tabel 22
Orangtua memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 18 45%
2 Sering 15 37,5%
3 Kadang-kadang 6 15%
4 Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari
orangtua selalu memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan
(45%) sedangkan sebagian kecilnya sering memarahi anaknya jika
anaknya bersikap tidak sopan (37,5%) dan sebagian kecil lainnya hanya
kadang-kadang saja memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan
(15%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah memarahi
anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan (2,5%).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa
kebanyakan dari orangtua akan memarahi anaknya jika anaknya bersikap
tidak sopan. Gambaran data di atas menunjukkan bahwa orangtua sangat
memperhatikan sikap anak-anaknya dalam bersosialisasi, terutama dalam
bertutur kata. Tutur kata seseorang mencerminkan pribadi dari orang
tersebut. Kebanyakan orang akan beranggapan jika seseorang memiliki
tutur kata yang baik maka orang tersebut pasti memiliki kepribadian yang
baik pula. Karena biar bagaimana pun saat pertama kali berkenalan
seseorang akan menilai orang yang baru dikenalnya berdasarkan caranya
bertutur kata dan berpenampilan.
59
Tabel 23
Orangtua memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan
shalat.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 21 52,5%
2 Sering 16 40%
3 Kadang-kadang 1 2,5%
4 Tidak Pernah 2 5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah
orangtua selalu memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan
shalat (52,5%) dan hampir setengah dari orangtua sering memarahi
anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat (40%) sedangkan
sedikit sekali dari orangtua yang terkadang memarahi anaknya jika tahu
anaknya tidak mengerjakan shalat (2,5%) dan sedikit sekali pula orangtua
yang tidak pernah memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan
shalat (5%).
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
orangtua akan memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan
shalat. Kemarahan orangtua terhadap anaknya sebagaimana di atas
merupakan bentuk dari sebuah perhatian orangtua terhadap anaknya.
Setiap orangtua pasti ingin anak-anaknya menjadi anak yang cerdas
sehingga kelak dapat mencapai kesuksesan. Akan tetapi harapan terbesar
orangtua yang sesungguhnya adalah ingin agar anak-anaknya dapat
menjadi hamba Allah yang berakhlak mulia disamping dari kesuksesan
yang diraihnya. Maka dari itulah orangtua akan marah jika anak-anaknya
melalaikan shalat. Karena sesungguhnya shalat itu dapat mencegah
seseorang dari segala macam perbuatan keji dan munkar.
60
Tabel 24
Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya
binatang.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 14 35%
2 Sering 13 32,5%
3 Kadang-kadang 6 15%
4 Tidak Pernah 7 17,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya
binatang (35%) dan sebagian kecil lainnya sering mengajarkan kepada
anaknya agar tidak menganiaya bianatang (32,5%) sedangkan sebagian
kecilnya lagi terkadang mengajarkan kepada anaknya agar tidak
menganiaya binatang (15%) dan sebagian kecil dari orangtua juga ada
yang tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya
binatang (17,5%).
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
orangtua mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganiaya binatang.
Hal tersebut baik sekali bagi perkembangan pribadi anak. Manusia tidak
hanya harus hidup harmonis dengan sesamanya akan tetapi ia juga harus
dapat hidup harmonis dengan makhluk hidup lainnya. Kita tidak boleh
menganiaya hewan karena hewan telah memberikan banyak manfaat bagi
kehidupan kita. Dengan belajar menyayangi hewan maka seseorang dapat
meningkatkan perasaan kasih sayangnya terhadap sesama manusia.
61
Tabel 25
Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang
yang sedang kesusahan.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 21 52,5%
2 Sering 10 25%
3 Kadang-kadang 7 17,5%
4 Tidak Pernah 2 5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah
orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yng
sedang kesusahan (52,5%) dan sebagian kecil dari orangtua sering
mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yang sedang
kesusahan (25%) sedangkan sebagian kecilnya lagi terkadang
mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yang sedang
kesusahan (17,5%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah
mengajarkan kepada anaknya agar menolong orang yang sedang
kesusahan (5%).
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya agar menolong orang yang
sedang kesusahan. Tolong-menolong merupakan salah satu cara untuk
mengurangi adanya kesenjangan diantara masyarakat Mengajarkan
seorang anak untuk menolong orang yang kesusahan dapat meningkatkan
kepekaan sosialnya. Dengan begitu ia akan memiliki rasa empati yang
tinggi terhadap orang-orang disekitarnya.
62
Tabel 26
Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur
dimanapun ia berada.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 21 52,5%
2 Sering 9 22,5%
3 Kadang-kadang 8 20%
4 Tidak Pernah 2 5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah
orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur
dimanapun ia berada (52,5%) dan sebagian kecil dari orangtua sering
mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur dimanapun berada
(22,5%) sedangkan sebagian kecilnya lagi hanya kadang-kadang saja
mengajarkan kepada anaknya agar berbicara jujur dimanapun berada
(20%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengajarkan
kepada anaknya agar berbicara jujur dimanapun ia berada (5%).
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
orangtua mengajarkan kepada anaknya agar selalu berbicara jujur
dimanapun ia berada. Penanaman sikap jujur ini sangatlah penting. Karena
kejujuran merupakan modal utama dalam bergaul. Seseorang yang tidak
jujur tidak akan di percaya oleh orang-orang disekitarnya. Seseorang yang
tidak dipercaya oleh orang-orang di sekitarnya maka ia akan merasa
terkucilkan. Dan hal tersebut dapat menghambat peluangnya dalam
menuju kesuksesan. Karena tidak akan ada orang yang mau bekerjasama
dengan orang yang tidak ia dipercaya.
63
Tabel 27
Orangtua mengajarkan agar berhati-hati dalam berbicara agar tidak
menyinggung perasaan orang lain.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 19 47,5%
2 Sering 12 30%
3 Kadang-kadang 5 12,5%
4 Tidak Pernah 4 10%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari
orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar berhati-hati dalam
berbicara agar tidak menyakiti oranglain (47,5%) dan sebagian kecil dari
orangtua sering mengajarkan kepada anaknya agar berhati-hati dalam
berbicara agar tidak menyakiti orang lain (30%) sedangkan sebagian kecil
lainnya hanya kadang-kadang saja mengajarkan anaknya agar berhati-hati
dalam berbicara agartidak menyakiti orang lain (12,5%) dan sebagian
kecilnya lagi tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar berhati-hati
dalam berbicara agar tidak menyakiti orang lain (10%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
orangtua mengajarkan kepada anaknya agar berhati-hati dalam berbicara
supaya tidak menyakiti perasaan orang lain. Etika atau tata krama dalam
berbicara sangatlah penting untuk menjaga hubungan baik kita dengan
orang-orang disekitar kita. Selain itu saat pertama kali berkenalan dengan
orang lain penilaian pertama orang tersebut pasti akan tertuju pada
kesopanan kita dalam berbicara. Maka dari itu ajaran untuk berbicara
sopan penting untuk dilatih sejak dini.
64
Tabel 28
Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung jawab
atas segala perbuatannya.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 18 45%
2 Sering 16 40%
3 Kadang-kadang 5 12,5%
4 Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari
orangtua selalu mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung jawab atas
segala perbuatan yang telah diperbuatnya (45%) dan hampir dari setengah
orangtua juga sering mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung
jawab atas segala perbuatannya (40%) sedangkan sebagian kecil dari
orangtua yang kadang-kadang mengajari anaknya agar bertanggung jawab
atas segala perbuatannya (12,5%) dan sedikit sekali dari orangtua yang
tidak pernah mengajarkan anaknya agar bertanggung jawab atas segala
perbuatannya (2,5%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
orangtua mengajarkan kepada anaknya agar bertanggung jawab atas segala
perbuatannya. Dengan mengajarkkan kepada anak untuk selalu
bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Anak akan menyadari bahwa
setiap tindakan yang ia lakukan selalu memiliki konsekuensinya masing-
masing. Dengan begitu anak akan lebih berhati-hati dalam setiap
tindakannya. Berhati-hati dalam bertindak sangatlah penting dalam
pergaulan. Karena suatu tindakan yang menyinggung perasaan orang lain
dapat merusak hubungan baik yang telah terjalin.
65
Tabel 29
Orangtua mengajarkan kepada anaknya agar segera bertaubat jika
melalaikan perintah Allah SWT.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 14 35%
2 Sering 11 27,5%
3 Kadang-kadang 7 17,5%
4 Tidak Pernah 8 20%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
orangtua selalu mengajarkan anaknya agar bertaubat jika melalaikan
perintah Allah (35%) dan sebagian kecil lainnya juaga sering mengajarkan
kepada anaknya agar bertaubat jika melalaikan perintah Allah (27,5%)
sedangkan sebagian kecilnya lagi kadang-kadang mengajarkan kepada
anaknya agar bertaubat jika melalaikan perintah Allah (17,5%) dan
sebagian kecil dari orangtua tidak pernah mengajarkan kepada anaknya
agar segera bertaubat jika melalaikan perintah Allah (20%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak
orangtua yang telah mengajarkan kepada anaknya agar segera bertaubat
jika ia melalaikan perintah Allah. Seorang anak perlu di beri pengertian
bahwa setiap orang yang hidup pasti terikat oleh berbagai kewajiban. Baik
kewajibannya sebagai hamba Allah ataupun kewajibannya sebagai
makhluk sosial. Dengan begitu anak akan mengetahui bagaimana ia harus
memposisikan dirinya dihadapan Tuhannya.
Tabel 30
Saya mencoba berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak
menyenangkan.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 7 17,5%
2 Sering 10 25%
3 Kadang-kadang 15 37,5%
4 Tidak Pernah 8 20%
Jumlah 40 100%
66
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak selalu berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak
menyenangkan (17,5%) dan sebagian kecil dari anak-anak sering berbaik
sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan (25%)
sedangkan sebagian kecil lainnya terkadang berbaik sangka saat
menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan (37,5%) dan sebagian
kecilnya lagi tidak pernah berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang
tidak menyenangkan (20%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa cukup banyak dari anak-anak sulit untuk berbaik
sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa 37,5% dari anak anak
menyatakan kadang-kadang berbaik sangka saat menghadapi keadaan
yang tidak menyenangkan dan 20% lainnya menyatakan tidak pernah
berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa cukup banyak anak-anak yang sulit untuk
berbaik sangka saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Hal
ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah kurangnya
bimbingan yang diberikan oleh pihak orangtua ataupun guru. Bimbingan
yang diberikan orangtua ataupun guru sangatlah penting karena dengan
adanya bimbingan-bimbingan yang diberikan sedikit banyak akan
mempengaruhi cara pandang anak terhadap suatu masalah.
Tabel 31
Saya akan berlapang dada jika apa yang saya inginkan tidak tercapai.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 5 12,5%
2 Sering 8 20%
3 Kadang-kadang 26 65%
4 Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak selalu berlapang dada jika apa yang diinginkan tidak tercapai
(12,5%) dan sebagian kecil dari anak-anak sering berlapang dada saat apa
67
yang diinginkannya tidak tercapai (20%) sedangkan lebih dari setengah
anak-anak terkadang berlapang dada saat apa yang diinginkannya tidak
tercapai (65%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang tidak pernah
berlapang dada saat apa yang diinginkannya tidak tercapai (2,5%).
Berdasarkan data di atas frekuensi anak-anak yang menyatakan
kadang-kadang lebih besar dibandingkan dengan alternative jawaban yang
lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa anak anak masih agak sulit untuk
berlapang dada saat apa yang diinginkannya tidak tercapai. Hal ini bisa
saja disebabkan karena kurangnya pemahaman anak bahwa apa yang
terjadi mungkin adalah yang terbaik bagi dirinya saat itu. Dengan
memberikan pengertian dan motivasi, orangtua dapat membantu anaknya
untuk menerima keadaan tersebut. Sehingga dengan begitu anak akan
terhindarkan dari rasa frustasi yang akan mempengaruhi keseimbangan
emosinya.
Tabel 32
Saya mencoba meredam emosi saya yang sedang memuncak saat
saya sedang marah.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 7 17,5%
2 Sering 10 25%
3 Kadang-kadang 20 50%
4 Tidak Pernah 3 7,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak selalu mencoba meredam emosinya yang memuncak saat
sedang marah (17,5%) dan sebagian kecil lainnya sering mencoba
meredam emosinya yang memuncak saat sedang marah (25%) sedangkan
terdapat setengah dari anak-anak yang terkadang mencoba untuk meredam
emosinya yang memuncak saat sedang marah (50%) dan sedikit sekali dari
anak-anak yang tidak pernah mencoba meredam emosinya yang
memuncak saat sedang marah (7,5%).
68
Data di atas menjelaskan bahwa cukup banyak dari anak anak yang
berusaha mengendalikan emosinya yang memuncak saat sedang marah.
Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik dapat
berdampak pada penolakan sosial terhadap dirinya. Adanya penolakan
sosial tersebut dapat menyebabkan orangnya merasa terkucilkan dari
masyarakat. Seseorang yang merasa terkucilkan maka dirinya akan lebih
mudah didominasi oleh emosi-emosi yang negative. Untuk mencegah hal
itu perlu adanya bimbingan-bimbingan yang dapat membantu anak dalam
menemukan cara meredam emosinya yang sedang memuncak.
Tabel 33
Saya berusaha mengalihkan perasaan sedih saya dengan melakukan
hal-hal yang bermanfaat.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 9 22,5%
2 Sering 13 32,5%
3 Kadang-kadang 16 40%
4 Tidak Pernah 2 5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak selalu mengalihkan perasaan sedihnya dengan melakukan hal-
hal yang bermanfaat (22,5%) dan sebagian kecilnya lagi menyatakan
sering mengalihkan perasaan sedihnya dengan melakukan hal-hal yang
bermanfaat (32,5%) sedangkan hampir setengah dari anak-anak yang
kadang-kadang mengalihkan perasaan sedihnya dengan melakukan hal-hal
yang bermanfaat (40%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang tidak
pernah mengalihkan perasaan sedihnya dengan melakukan hal-hal yang
bermanfaat (5%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak dari
anak-anak yang terbiasa mengalihkan perasaan sedihnya dengan
melakukan hal-hal yang bermanfaat. Mengalihkan perasaan sedih dengan
melakukan hal-hal yang bermanfaat merupakan salah satu cara
pengendalian emosi yang baik. Karena dengan menyibukkan diri dengan
69
melakukan sesuatu yang positif dapat membantu mengurangi intensitas
tekanan yang dialami karena perasaan sedih tersebut.
Tabel 34
Wajah saya akan memerah saat saya sedang marah.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 6 15%
2 Sering 6 15%
3 Kadang-kadang 11 27,5%
4 Tidak Pernah 17 42,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak wajahnya akan selalu memerah saat sedang marah (15%) dan
sebagian kecilnya lagi wajahnya sering memerah saat sedang marah (15%)
sedangkan sebagian kecil lainnya wajahnya terkadang memerah saat
sedang marah (27,5%) dan hampir setengah dari anak-anak wajahnya tidak
pernah memerah saat sedang marah (42,5%).
Data di atas menjelaskan bahwa kebanyakan dari anak-anak wajahnya
tidak akan memerah walaupun mereka sedang marah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kebanyakan dari anak-anak dapat mengendalikan
rasa marah yang bergejolak didalam dirinya. Karena jika seseorang tidak
dapat mengendalikan kemarahannya maka wajahnya cenderung akan
memerah.
Tabel 35
Saya mengungkapkan kesedihan saya dengan berbicara pada orang
yang dapat dipercaya.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 8 20%
2 Sering 8 20%
3 Kadang-kadang 18 45%
4 Tidak Pernah 6 15%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak selalu mengungkapkan kesedihannya dengan berbicara pada
70
orang yang dapat dipercaya (20%) dan sebagian kecilnya lagi sering
mengungkapkan kesedihannya dengan berbicara pada orang yang dapat
dipercaya (20%) sedangkan hampir dari setengah anak-anak
mengungkapkan kesedihannya dengan berbicara pada orang yang dapat
dipercaya (45%) dan sebagian kecil dari anak-anak tidak pernah
mengungkapkan kesedihannya dengan berbicara pada orang yang dapat
dipercaya (15%).
Data di atas menunjukkan bahwa kebanyakan dari anak-anak
menyatakan kadang-kadang mengungkapkan kesedihannya dengan
berbicara pada orang yang dapat dipercaya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa anak-anak akan berusaha mengatasi segala kesedihan dengan
kemampuannya sendiri terlebih dahulu. Namun jika seandainya tidak
berhasil maka barualah ia menceritakan segala kesedihannya pada orang
yang dapat dipercaya untuk mengurangi intensitas tekanan yang
dihadapinya.
Tabel 36
Saya berusaha untuk tetap tenang pada situasi yang tidak
menyenangkan.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 9 22,5%
2 Sering 13 32,5%
3 Kadang-kadang 13 32,5%
4 Tidak Pernah 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak selalu berusaha tetap tenang saat mengalami situasi yang tidak
menyenangkan (22,5%) dan sebagian kecil lainnya sering berusaha untuk
tetap tenang saat mengalami situasi yang tidak menyenangkan (32,5%)
sedangkan sebagian kecilnya lagi terkadang berusaha untuk tetap tenang
saat mengalami situasi yang tidak menyenangkan (32,5%) dan sebagian
kecil dari anak-anak tidak pernah berusaha untuk tetap tenang saat
mengalami situasi yang tidak menyenangkan (12,5%).
71
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari
anak-anak akan berusaha untuk tetap tenang saat mengalami situasi yang
tidak menyenangkan. Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan dari
anak-anak menyadari tanpa ketenangan seseorang tidak dapat berpikir
dengan jernih dalam menghadapi masalah yang ada di depannya. Sikap
tenang dalam mengatasi segala hal yang tidak diinginkan sangatlah
penting. Karena hal tersebut dapat membantu seseorang untuk menjaga
keseimbangan emosinya.
Tabel 37
Nada suara saya akan meninggi saat saya sedang marah.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 6 15%
2 Sering 12 30%
3 Kadang-kadang 16 40%
4 Tidak Pernah 6 15%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak nada suaranya selalu meninggi saat sedang marah (15%) dan
sebagian kecilnya lagi nada suaranya sering meninggi nada saat sedang
marah (30%) sedangkan hampir setengah dari anak-anak yang terkadang
nada suaranya meninggi saat sedang marah (40%) dan sebagian kecil dari
anak-anak nada suaranya tidak pernah meninggi saat sedang marah (15%).
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa cukup banyak anak-
anak yang masih kesulitan dalam mengendalikan nada suaranya saat
sedang marah. Jika hal ini terus berlanjut maka akibatnya akan tidak baik
bagi pergaulannya. Karena seorang anak yang tidak dapat mengendalikan
emosinya dengan baik cenderung akan mendapatkan penolakan sosial dari
kelompok teman sebayanya. Selain itu tingkat emosionalitas yang tinggi
juga akan berakibat buruk pada pribadinya.
72
Tabel 38
Saya akan langsung bergerak menghindar saat bertemu orang yang saya
benci.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 4 10%
2 Sering 2 5%
3 Kadang-kadang 20 50%
4 Tidak Pernah 14 35%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak selalu bergerak menghindar saat bertemu orang yang ia benci
(10%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang sering bergerak menghindar
saat bertemu orang yang ia benci (5%) sedangkan setengah dari anak-anak
terkadang bergerak menghindar saat bertemu orang yang ia benci (50%)
dan sebagian kecil dari anak-anak tidak pernah bergerak menghindar saat
bertemu orang yang ia benci (35%).
Berdasarkan penjabaran data di atas dapat diketahui bahwa
kebanyakan dari anak-anak tidak akan menghindari orang yang
dibencinya. Sikap tersebut memang seyogyanya dilakukan oleh setiap
anak. Karena menghindari orang yang dibenci sama sekali tidak
menyelesaikan masalah. Justru akan memperpanjang masalah.
Tabel 39
Jika saya mendapat masalah saya akan berusaha menyelesaikannya.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 18 45%
2 Sering 12 30%
3 Kadang-kadang 7 17,5%
4 Tidak Pernah 3 7,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari
anak-anak selalu berusaha untuk menyesaikan masalah yang dimilikinya
(45%) dan sebagian kecil dari anak-anak sering berusaha untuk
menyelesaikan masalah yang dimilikinya (30%) sedangkan sebagian
73
kecilnya lagi tekadang berusaha menyelesaikan masalah yang dimilikinya
(17,5%) dan sedikit sekali dari anak-anak yang tidak pernah berusaha
untuk menyelesaikan masalah yang dimilikinya (7,5%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari anak-
anak akan berusaha untuk menyelesaikan masalahnya. Jika seandainya
sebuah masalah tidak diselesaikan dengan baik dan kemudian ditambah
lagi dengan masalah-masalah lainnya maka hal tersebut dapat
mempengaruhi keseimbangan emosinya. Jika hal tersebut terus terjadi dan
anak tersebut tidak bisa mengatasinya maka bukan hal mustahil jika
emosi-emosi negatif akan mendominasi dirinya.
Tabel 40
Saya tidak akan berbicara kepada orang yang membuat saya kesal.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 3 7,5%
2 Sering 7 17,5%
3 Kadang-kadang 17 42,5%
4 Tidak Pernah 13 32,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sedikit sekali dari
anak-anak yang selalu tidak berbicara kepada orang yang membuatnya
kesal (7,5%) dan dan sebagian kecil dari anak-anak sering tidak berbicara
kepada orang yang membuatnya kesal (17,5%) sedangkan hampir dari
setengahnya terkadang tidak berbicara kepada orang yang membuatnya
kesal (42,5%) dan sebagian kecil lainnya tidak pernah tidak berbicara
kepada orang yang membuatnya kesal (32,5%).
Dari data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari anak-anak
dapat mengendalikan dirinya untuk tetap berbicara kepada orang yang
telah membuat ia kesal. Pengendalian dirinya tersebut dapat membantunya
untuk tetap menjaga hubungan baiknya dengan sesama. Jika hal tersebut
terus dikembangkan maka lama-lama ia akan terbiasa melakukannya.
Maka dengan begitu tidak akan begitu sulit bagi dirinya untuk tetap
berbicara seperti biasa dengan orang yang telah membuatnya kesal.
74
Tabel 41
Perasaan saya menjadi lebih baik ketika tidak berburuk sangka pada
tindakan teman saya.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 8 20%
2 Sering 15 37,5%
3 Kadang-kadang 12 30%
4 Tidak Pernah 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari
anak-anak perasaannya selalu lebih baik ketika tidak berburuk sangka
terhadap tindakan temannya (20%) dan sebagian kecil dari anak-anak
sering merasa lebih baik ketika tidak berburuk sangka terhadap tindakan
temannya (37,5%) sedangkan sebagian kecil lainnya terkadang merasa
lebih baik ketika tidak berburuk sangka terhadap temannya (30%) dan
sebagian kecil lagi tidak pernah merasa lebih baik ketika tidak berburuk
sangka terhadap temannya (12,5%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari anak-
anak perasaannya akan lebih baik jika ia tidak berburuk sangka terhadap
tindakan temannya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sikap berbaik
sangka terhadap suatu masalah telah tertanam di dalam dirinya. Jadi jika ia
berburuk sangka terhadap sesuatu maka hal tersebut akan mengganggu
perasaannya. Jika hal tersebut terus dikembangkan maka hal tersebut akan
menumbuhkan kebiasaan untuk selalu berpikir positif terhadap setiap
masalah yang dihadapinya. Dengan begitu jika ia merasa kecewa terhadap
sesuatu ia akan lebih cenderung untuk melihat hikmah dari setiap masalah
yang terjadi.
75
Tabel 42
Saya tidak dapat menahan emosi saat menghadapi keadaan yang tidak
menyenangkan.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu 1 2,5%
2 Sering 12 30%
3 Kadang-kadang 18 45%
4 Tidak Pernah 9 22,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sedikit sekali dari anak-anak
yang selalu tidak dapat menahan emosinya saat menghadapi keadaan yang
tidak menyenangkan (2,5%) dan sebagian kecil dari anak-anak sering tidak
dapat menahan emosinya saat menghadapi keadaan yang tidak
menyenangkan (30%) sedangkan hampir setengah dari anak-anak
terkadang tidak dapat menahan emosinya saat menghadapi keadaan yang
tidak menyenangkan (45%) dan sebagian kecil lainnya tidak pernah tidak
dapat menahan emosinya saat menghadapi keadaan yang tidak
menyenangkan.
Data di atas menjelaskan bahwa kebanyakan dari anak-anak dapat
mengendalikan emosinya saat menghadapi keadaan yang tidak
menyenangkan. Kemampuan mengendalikan emosi yang baik dapat
membantu seseorang dalam bersosialisasi dengan orang lain. Dengan
begitu ia tidak akan dikucilkan oleh orang-orang disekitarnya karena
dianggap menyebalkan. Dan dengan kemampuan bersosialisasi yang baik,
seseorang dapat membuka jalan kesuksesan bagi karirnya dimasa yang
akan datang. Maka dari itu sangatlah penting untuk meningkatkan
kemampuan kita dalam mengendalikan emosi.
76
Tabel 43
Saat merasa sedih saya cenderung melukai diri sendiri.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu - -
2 Sering 2 5%
3 Kadang-kadang 9 22,5%
4 Tidak Pernah 29 72,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tidak sama sekali dari
anak-anak yang selalu melukai diri sendiri saat merasa sedih (0%) dan
sedikit sekali dari anak-anak yang cenderung sering melukai dirinya saat
merasa sedih (5%) sedangkan sebagian kecil dari anak-anak terkadang
cenderung melukai dirinya saat merasa sedih (22,5%) dan lebih dari
setengahnya tidak pernah melukai dirinya saat merasa sedih (72,5%).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari
anak-anak tidak memiliki kecenderungan untuk melukai dirinya ketika
sedang sedih.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 72,5% dari anak-anak tidak
pernah melukai dirinya saat sedang sedih. Hal ini mengindikasikan bahwa
keseimbangan emosi yang dimiliki oleh anak dalam tingkat rata-rata baik.
Kecenderungan melukai diri sendiri biasanya disebabkan karena anak
tersebut tidak dapat mengatasi kesedihan-kesedihan yang dialaminya. Jika
hal tersebut terus berlanjut bukan hal yang tidak mungkin jika suatu saat
anak tersebut mencoba untuk bunuh diri. Untuk mencegah hal-hal tersebut
terjadi maka orangtua diharapkan dapat lebih memperhatikan masalah-
masalah yang dihadapi oleh anak-anaknya.
77
Tabel 44
Saya akan mencaci maki orang yang membuat saya marah.
No Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Selalu - -
2 Sering 2 5%
3 Kadang-kadang 13 32,5%
4 Tidak Pernah 25 62,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tidak sama sekali dari
anak-anak selalu memaki orang yang membuatnya marah (0%) dan sedikit
sekali dari anak-anak yang sering memaki orang yang membuatnya marah
(5%) sedangkan sebagian kecil dari anak-anak terkadang memaki orang
yang membuatnya marah (32,5%) dan lebih dari setengah anak-anak tidak
pernah memaki orang yang membuatnya marah (62,5%).
Data di atas menunjukkan bahwa 62,5% dari anak anak tidak pernah
mencaci maki orang yang membuatnya marah. Hal tersebut menandakan
bahwa tingkat pengendalian emosi anak-anak terbilang baik. Dengan cara
seperti itu anak-anak tetap dapat menjaga hubungan baik dengan
seseorang walaupun ia tidak menyukai orang tersebut. Karena biar
bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan.
Dan pada dasarnya manusia itu saling bergantung satu sama lainnya.
2. Deskripsi Data dengan Menggunakan Range
a. Deskripsi Data Pendidikan Akhlak di Lingkungan Keluarga
Muslim
Pada pengumpulan data pendidikan akhlak, penulis menggunakan
angket. Angket disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada
teori yang terdapat pada bab II. Diantaranya mengukur akhlak terhadap
Allah, akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap
lingkungan.
Untuk menentukan tingkat pendidikan akhlak di lingkungan
keluarga muslim dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah penulis
menggunakan range. Dengan rumus:
78
R = Xmaks - Xmin
R = 96 – 24
= 72
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu rendah, sedang dan tinggi, maka rentang skor menjadi:
Rendah : 24 - 47
Sedang : 48 - 71
Tinggi : 72 - 96
Berdasarkan kriteria di atas dapat diketahui bahwa kualitas
pendidikan akhlak yang diterima anak dan mendapatkan skor antara 72
sampai dengan 96 sebanyak 26 anak dengan prosentase sebesar 65%
dan termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan anak yang mendapat
skor antara 48 sampai dengan 71 sebanyak 14 anak dengan prosentase
sebesar 35% dan termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian
dalam penelitian pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim ini
tidak ada yang termasuk kedalam kategori rendah dalam menerima
pendidikan akhlak.
b. Deskripsi Data Kemampuan Anak dalam Mengendalikan Emosi
Pada pengumpulan data akhlak siswa penulis menggunakan angket
yang disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada teori yang
tersirat pada bab II. Diantaranya mengukur tentang berpikir positif,
mengimplementasikan masalah, mengatur tingkah laku, mengarahkan
tingkah laku, ekspresi wajah, gerak tubuh dan ekspresi verbal.
Untuk menentukan tingkat kualitas dari kemampuan anak dalam
mengendalikan emosi dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah
penulis menggunakan range. Pengukuran ini sama halnya dengan
pengukuran pada data pedidikan akhlak diatas.
R = Xmaks-Xmin
R = 60 – 15
= 45
79
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu rendah, sedang dan tinggi, maka rentang skor menjadi:
Rendah : 15 - 29
Sedang : 30 - 44
Tinggi : 45 – 60
Berdasarkan kriteria di atas dapat diketahui bahwa kemampuan
anak dalam mengendalikan emosinya dan mendapatkan skor antara 45
sampai dengan 60 sebanyak 17 anak dengan prosentase sebesar 42,5%
dan termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan anak yang mendapat
skor antara 30 sampai dengan 44 sebanyak 23 anak dengan prosentase
sebesar 57,5% dan termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian
dalam kemampuan anak dalam mengendalikan emosi ini tidak ada
yang termasuk kedalam kategori rendah dalam tingkat kemampuan
mengendalikan emosi.
3. Deskripsi Data Pendidikan Akhlak dan Kemampuan Mengendalikan
Emosi.
Peneliti mengadakan perhitungan nilai koefisien korelasi antara
pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan kemapuan
mengendalikan emosi pada anak dengan menggunakan rumus koefisien
korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil perhitungan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara variabel X dan variabel
Y dengan menggunakan rumus korelasi Product moment diketahui tidak
bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi
positif. Dengan memperhatikan besarnya r hitung (0,597) yang besarnya
berkisar antara 0,40-0,70 menjelaskan adanya korelasi positif yang sedang
antara variabel X dan variabel Y. Dan kemudian jika dirujuk dengan r
tabel pada taraf signifikansi 0,05 = 0,325 menggambarkan bahwa r hitung
lebih besar dari pada r tabel. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa
hopotesis nihil (Ho) yang menyatakan “Tidak ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim
80
dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi” ditolak sedangkan
hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan “Terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim
dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi” diterima. Dengan
tingkat pengaruh sebesar 36%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak di
lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak dalam mengontrol
emosi dengan taraf signifikansi cukup atau sedang.
C. Interpretasi Data
Dari hasil analisa dan interpretasi data di atas diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat hubungan yang cukup signifikan antara pendidikan akhlak di
lingkungan keluarga muslim dengan kemampuan anak mengendalikan emosi.
Dengan kata lain kemampuan anak dalam mengendalikan emosi dapat
ditingkatkan dengan pendidikan akhlak. Hal ini berarti anak yang menerima
kualitas pendidikan akhlak yang tinggi akan memiliki kemampuan
mengendalikan emosi yang tinggi dan sebaliknya anak yang menerima
kualitas pendidikan akhlak yang rendah akan memiliki kemampuan
mengendalikan emosi yang rendah atau kurang.
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan skor pendidikan akhlak dimana 65%
anak menerima kualitas pendidikan dalam kategori tinggi, 35% berada pada
kategori sedang dan tidak ada anak di lingkungan keluarga muslim yang
menerima pendidikan akhlak dalam kategori rendah. Jika disandingkan
dengan hasil perhitungan skor kemampuan anak dalam mengendalikan emosi
dimana 42,5% memiliki kemampuan mengendalikan emosi dalam kategori
tinggi, 57,5% berada pada kategori sedang dan tidak ada dari anak-anak yang
berada pada kategori rendah dalam kemampuan mengendalikan emosi. Pada
perhitungan koefisien korelasi didapat nilai r sebesar 0,597 dengan koefisien
determinasi sebesar 36 %. Dimana tingkat keterpengaruhan pengendalian
emosi oleh peningkatan pendidikan akhlak anak cukup tinggi.
81
Dari data hasil wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa para orangtua di RT 02 RW 03 kelurahan Cilodong ini
telah melakukan berbagai cara yang secara langsung menunjukkan keterkaitan
dengan pendidikan akhlak untuk membantu anak-anaknya dalam
meningkatkan pengendalian emosi. Diantaranya adalah dengan memantau
pergaulan anak, memberikan contoh yang baik pada anak dan menasehati
serta mengingatkan anak apabila melakukan sesuatu yang kurang baik.
Berdasarkan penjelasan di atas maka pernyataan yang menyatakan bahwa
pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim memegang peran yang
cukup signifikan dalam mengembangkan kemapuan mengendalikan emosi
diterima.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan akhlak di lingkungan keluarga muslim dengan
kemampuan anak dalam mengendalikan emosi. Hal ini dilandaskan atas:
1. Pendidikan akhlak dan juga kemampuan mengendalikan emosi memiliki
keterkaitan yang cukup besar karena antara akhlak dan emosi memiliki alur
yang sejalan. Sehingga memunculkan anggapan bahwa pendidikan akhlak
memiliki peran yang signifikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan
mengontrol emosi.
2. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Oleh
karena itu di lingkungan keluarga terdapat kesempatan yang cukup besar
untuk menanamkan landasan- landasan akhlak bagi bekal anak dalam
kehidupan bermasyarakat.
3. Adanya hubungan emosional antara orangtua dan anak akan lebih
memudahkan bagi orangtua untuk melakukan interaksi edukatif dengan
anaknya. Sehingga apa yang disampaikan oleh orangtua kepada anaknya akan
lebih dapat mengena kedalam hati anak dibandingkan dengan orang lain.
79
83
B. Saran
Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan akhlak siswa, maka penulis memberikan beberapa saran kepada semua
pihak yan bersangkutan sebagai berikut:
1. Saran Bagi Orangtua
a. Diharapkan dalam proses mendidik anak orangtua dapat memberikan
pendidikan yang berimbang antara pendidikan intelektual dan juga
pendidikan akhlak dan tidak memprioritaskan salah satunya saja.
b. Hendaknya orangtua menjadi suri teladan yang baik bagi anak-
anaknya. Dengan demikian anak akan memiliki figur yang tepat dan
baik untuk dicontoh.
2. Saran Bagi Anak
a. Keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup tidak akan terlepas dari
bagaimana seseorang dapat mengendalikan emosinya. Apabila
seseorang tidak dapat mengendalikan emosinya dalam bergaul maka
akan menyebabkan buruknya penilaian masyarakat terhadap dirinya.
Karena biar bagaimanapun, penilaian masyarakat terhadap dirinya
akan berimbas pada keberhasilan yang ingin perolehnya. Selain itu
emosi yang tidak terkontrol dengan baik dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh seseorang.
b. Berbaik sangkalah terhadap segala sikap dan tindakan orangtuamu
karena dibalik semua itu pasti terdapat nilai-nilai pendidikan yang
tidak kamu sadari, karena pada dasarnya tidak ada orangtua yang ingin
menyakiti anaknya. Semua hal yang dilakukan oleh orangtua pasti
dimaksudkan untuk mendidik anaknya agar menjadi orang suskses
yang memiliki budi pekerti yang baik. Maka dari itu hormati dan
sayangilah ia karena sesungguhnya orangtuamu sangat menyayangi
dirimu.
c. Jagalah ketaatanmu terhadap Allah dan kendalikan emosimu dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Amzah,
Cet I, 2007.
Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.
Ammar, Muhammad al-Misri Abu, Ensiklopedia Akhlak Muhammad Saw, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1996.
Bukhori, Shahih Bukhari Juz I, Beirut: Dar al-Fikr, 1994.
Ch, Mufidah, Psikologi Islam Berwawasan Gender, Malang: UIN-Malang Press, Cet I, 2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT Syamil Cipta
Media, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional, 2003.
Al-Ghazali, Ihya Ulumudin (Jjilid III), Beirut: Dar al-Fikr, t. t.
Hidayati, Heny Narendrani, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2009.
Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak jilid I, Jakarta: Erlangga, 1978.
Hanbal, Ahmad bin, al-Musnad juz III, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Jalaludin, Telogi pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Jane S. Halonen & John W. Santrock, Psychology: Contexts & Aplications, New York: McGraw-Hill Companies.Inc, 1999.
Maluf, Louis, Kamus al-Munjid, Beirut: Dasar al-Masyriq, 1975.
Marimba, Ahmad D, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1980.
Michael S. Gazzaniaga & Todd F. Heatherton, Psychological Science: The Mind, Brain, and Behavior, United States of America: W. W. Norton & Company. Inc, 2003.
Najati, M. Utsman , Ilmu Jiwa dalam al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Nety Hartati dkk, Islam dan Psikologi, Tangerang: UIN Jakarta Press, t.t.
Poerwadarminta, W. J. S., KamusUmum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Balai
Pustaka,1976.
Prasetya, Tri, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997.
Sabri, M. Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999.
Santrock, John W, Perkembangan Anak jilid II, Terj. dari Child Development,
eleventh edition, Jakarta: Erlangga,2007.
Sholeh, Asrorun Niam, Reorientasi Pendidikan Islam “Mengurai Relevansi
Konsep al-Ghazali dalam Konteks Kekinian”, Jakarta: Elsas, 2006.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Summa, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
Sundari, Siti, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1995.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, Surabaya: Usana Offset Printing, 1988.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN 2007, tt.p: t.p, 2007.
Uno, Hamzah B, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Ahmad, Membentuk Meluarga Islami, www.haroqi.multiply.com, 7 Desember
2010
Ya’qub, Hamzah, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar),
Bandung: CV. Diponegoro, Cet I, 1988.
Lampiran 1.a
Kisi-kisi Angket
No Variabel Sub Pokok No Pertanyaan
Jumlah Positif Negatif
1 Pendidikan Akhlak
- Akhlak terhadap Allah 20, 3, 1, 14, 16,
5, 13, 22, 24, 30
19, 12 12
- Akhlak terhadap sesama manusia
2, 7, 17, 9,21, 23, 26, 27, 28, 29
4, 15 12
- Akhlak terhadap
lingkungan
18, 6, 8, 11, 25 10 6
2 Pengendalian
Emosi
- Berpikir positif 31, 32 40 3
- Mengimplementasikan masalah
42, 45 2
- Mengatur tingkah laku 33, 38 46 3
- Mengarahkan tingkah
laku
34 47 2
- Ekspresi wajah 44, 48 35 3
- Gerak tubuh 36, 50 41 3
- Ekspresi verbal 37 39, 43, 49 4
Jumlah 37 13 50
Kisi-kisi Angket Hasil Uji Validitas
No Variabel Sub Pokok No Pertanyaan
Jumlah Positif Negatif
1 Pendidikan Akhlak
- Akhlak terhadap Allah 20, 3, 1, 14, 16∗,
5∗, 13, 22, 24, 30
19∗, 12∗ 12
- Akhlak terhadap
sesama manusia
2, 7, 17, 9, 21, 23,
26, 27, 28, 29
4∗, 15∗ 12
- Akhlak terhadap lingkungan
18, 6, 8, 11, 25 10 6
2 Pengendalian Emosi
- Berpikir positif 31, 32 40∗ 3
- Mengimplementasikan
masalah
42, 45 2
- Mengatur tingkah laku 33, 38 46 3
- Mengarahkan tingkah laku
34 47 2
- Ekspresi wajah 44∗, 48∗ 35 3
- Gerak tubuh 36∗, 50∗ 41 3
- Ekspresi verbal 37 39, 43, 49 4
Jumlah 37 13 50
*: Tidak valid
Lampiran 1.b
Angket Validasi
Petunjuk: Mohon kiranya saudara menjawab semua pertanyaan dengan memilih jawaban yang sesuai atu cocok dengan keadaan saudara yang sesungguhnya.
I. Identitas Diri : Jenis Kelamin : Usia :
II. Petunjuk Pengisian
Beri tanda (√) pada pilihan jawaban yang tersedia
a. Selalu (S)
b. Sering (SR)
c. Kadang-kadang (K)
d. Tidak pernah (TP)
No Pertanyaan S SR K TP
1 Orang tua saya biasa mengajari saya mengaji
2 Orang tua saya mengajari saya untuk bersikap baik terhadap teman-teman.
3 Jika saya belum shalat, orang tua saya akan mengingatkan saya
4 Orangtua saya suka bergosip dengan tetangga
5 Jika perlu, orangtua saya akan mengantarkan saya sampai tempat
pengajian jika saya tidak mau berangkat mengaji
6 Jika orangtua saya melihat saya membuang sampah sembarangan, maka orangtua saya akan menyuruh saya untuk mengambilnya kembali dan membuangnya ke tempat sampah
7 Orangtua saya mengajari saya untuk meminta maaf jika saya berbuat salah
8 Jika melihat sampah saya akan mengambil dan membuangnya ke tempat sampah
9 Saya biasa ikut orangtua untuk bersilaturrahmi ke rumah saudara
10 Orangtua saya bersikap masabodoh (acuh tak acuh) saat melihat saya merusak tanaman
11 Orangtua saya suka memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah
12 Orang tua saya tidak berpuasa di bulan Ramadhan
13 Orang tua saya akan terus membangunkan saya untuk shalat walaupun saya sangat mengantuk
14 Saya biasa diajak menyantuni anak yatim oleh orang tua saya
15 Orangtua saya suka berbicara kasar jika sedang marah
16 Orangtua saya biasa mengerjakan shalat lima waktu
17 Orangtua saya biasa berbicara sopan terhadap orang lain
18 Orangtua saya menasehati saya agar membuang sampah pada
tempatnya
19 Jika saya malas shalat, orangtua saya akan memukul saya
20 Orang tua saya mengingatkan saya agar selalu bersyukur
21 Orang tua saya suka menceritakan bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang disekitarnya (baik yang menyukainya
ataupun yang tidak menyukainya)
22 Orangtua saya suka menceritakan bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah
23 Orangtua saya akan memarahi saya jika saya bersikap tidak
sopan
24 Orangtua saya akan memarahi saya jika tahu saya tidak mengerjakan shalat
25 Orangtua saya mengajarkan agar saya tidak menganiaya binatang
26 Orangtua saya mengajarkan agar saya menolong orang yang sedang kesusahan
27 Orangtua saya mengajarkan agar saya berbicara jujur dimanapun berada
28 Orangtua saya mengajarkan agar saya berhati-hati dalam
berbicara agar tidak menyinggung perasaan orang lain
29 Orangtua saya mengajarkan agar saya bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah saya lakukan
30 Orangtua saya mengajarkan agar saya segera bertaubat jika saya
melalaikan perintah Allah SWT
31 Saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, saya mencoba berbaik sangka
32 Jika apa yang saya inginkan tidak tercapai saya akan berlapang
dada
33 Dalam keadaan marah saya mencoba meredam emosi yang memuncak
34 Saya berusaha mengalihkan perasaan sedih saya dengan
melakukan hal-hal yang bermanfaat
35 Wajah saya akan memerah saat saya sedang marah
31 Saya tidak akan memukul sesuatu meskipun merasa sangat marah
37 Saya mengungkapkan kesedihan saya dengan berbicara pada
orang yang dapat dipercaya.
38 Pada situasi yang tidak menyenangkan, saya berusaha tetap tenang
39 Nada suara saya akan meninggi ketika sedang marah
40 Pikiran yang buruk terhadap suatu masalah membuat saya
merasa tidak nyaman
41 Saat bertemu orang yang saya benci saya langsung bergerak menghindar
42 Jika saya mendapat masalah saya akan berusaha
menyelesaikannya
43 Saya tidak akan berbicara kepada orang yang membuat saya kesal
44 Saya masih dapat tersenyum meskipun sedang sedih
45 Perasaan saya menjadi lebih baik ketika tidak berburuk sangka
pada tindakan teman saya
46 Saya tidak dapat menahan emosi saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan
47 Saat merasa sedih saya cenderung melukai diri sendiri
48 Wajah saya tidak terlihat murung meskipun sedang banyak
masalah
49 Saya akan mencaci maki orang yang membuat saya marah
50 Gerak tubuh saya tidak tergesa-gesa meskipun sedang panik
Lampiran 9
Berita Wawancara
1. Menurut anda, hal-hal apa yang biasa membuat anak anda marah?
2. Pendidikan dan bimbingan apa saja yang anda berikan untuk membantu anak-anak
mengatur keseimbangan emosinya?
3. Apa yang anda lakukan untuk memantau perkembangan emosi anak anda?
4. Saat anak anda sedang emosi, apa yang anda lakukan untuk membantu menstabilkan
emosinya?
Jawaban
1. 23 dari 40 orangtua menjawab bahwa anak-anak mereka biasanya akan marah jika apa
yang dikehendaki tidak tercapai sesuai dengan harapannya (tidak dibelikan mainan yang
diinginkan, minta dibuatkan susu tapi tidak segera dibuatkan, minta uang buat jajan tapi
tidak diberikan dan lain- lain) dan sisanya menjawab bahwa anak-anak akan marah jika
disuruh melakukan hal-hal yang tidak mereka ingin lakukan (jika disuruh shalat, disuruh
berdisiplin, disuruh belajar dan lain- lain).
2. Para orangtau mendidik dan membimbing anak-anaknya dengan cara memberikan
pendidikan akhlak seperti: memberi pengertian tentang ajaran-ajaran agama, sering
menasehsati dan mengarahkannya kepada hal-hal yang baik, mengarahkannya untuk
mengaji di masjid dengan alasan jika mengaji di masjid selain diajarkan mengaji disana
juga anak sering dinasehati dan diberikan arahan kepada hal-hal yang baik dan
sebagainya
3. Para orangtua menggunakan berbagai cara guna memantau perkembangan emosi anaknya
diantaranya adalah dengan sering mengajak anaknya berbicara, lebih meluangkan waktu
untuk anak-anaknya dan memperhatikan pergaulan dengan orang-orang disekitarnya.
4. 34 dari 40 orangtua akan membiarkan dulu anaknya agar sedikit lebih tenang. Setelah itu
baru mengajaknya berbicara untuk menasehati dan mengarahkannya. Sedangkan sisanya
akan langsung menasehati dan mengajak anaknya berbicara untuk membantu
mentsabilkan emosi anaknya.
Lampiran 1. c
Angket Penelitian
Petunjuk: Mohon kiranya saudara menjawab semua pertanyaan dengan memilih jawaban yang sesuai atu cocok dengan keadaan saudara yang sesungguhnya.
III. Identitas Diri : Jenis Kelamin : Usia :
IV. Petunjuk Pengisian
Beri tanda (√) pada pilihan jawaban yang tersedia a. Selalu (S) b. Sering (SR)
c. Kadang-kadang (K) d. Tidak pernah (TP)
No Pertanyaan S SR K TP
1 Orang tua saya biasa mengajari saya mengaji
2 Orang tua saya mengajari saya untuk bersikap baik terhadap
teman-teman.
3 Jika saya belum shalat, orang tua saya akan mengingatkan saya
4 Jika orangtua saya melihat saya membuang sampah sembarangan, maka orangtua saya akan menyuruh saya untuk
mengambilnya kembali dan membuangnya ke tempat sampah
5 Orangtua saya mengajari saya untuk meminta maaf jika saya berbuat salah
6 Jika melihat sampah saya akan mengambil dan membuangnya ke
tempat sampah
7 Saya biasa ikut orangtua untuk bersilaturrahmi ke rumah saudara
8 Orangtua saya bersikap masabodoh (acuh tak acuh) saat melihat saya merusak tanaman
9 Orangtua saya suka memelihara tanaman yang ada di sekitar
rumah
10 Orang tua saya akan terus membangunkan saya untuk shalat walaupun saya sangat mengantuk
11 Saya biasa diajak menyantuni anak yatim oleh orang tua saya
12 Orangtua saya biasa berbicara sopan terhadap orang lain
13 Orangtua saya menasehati saya agar membuang sampah pada
tempatnya
14 Orang tua saya mengingatkan saya agar selalu bersyukur
15 Orang tua saya suka menceritakan bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang disekitarnya (baik yang menyukainya
ataupun yang tidak menyukainya)
16 Orangtua saya suka menceritakan bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah
17 Orangtua saya akan memarahi saya jika saya bersikap tidak sopan
18 Orangtua saya akan memarahi saya jika tahu saya tidak mengerjakan shalat
19 Orangtua saya mengajarkan agar saya tidak menganiaya binatang
20 Orangtua saya mengajarkan agar saya menolong orang yang sedang kesusahan
21 Orangtua saya mengajarkan agar saya berbicara jujur dimanapun
berada
22 Orangtua saya mengajarkan agar saya berhati-hati dalam berbicara agar tidak menyinggung perasaan orang lain
23 Orangtua saya mengajarkan agar saya bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah saya lakukan
24 Orangtua saya mengajarkan agar saya segera bertaubat jika saya melalaikan perintah Allah SWT
25 Saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, saya mencoba berbaik sangka
26 Jika apa yang saya inginkan tidak tercapai saya akan berlapang
dada
27 Dalam keadaan marah saya mencoba meredam emosi yang memuncak
28 Saya berusaha mengalihkan perasaan sedih saya dengan
melakukan hal-hal yang bermanfaat
29 Wajah saya akan memerah saat saya sedang marah
30 Saya mengungkapkan kesedihan saya dengan berbicara pada orang yang dapat dipercaya.
31 Pada situasi yang tidak menyenangkan, saya berusaha tetap
tenang
32 Nada suara saya akan meninggi ketika sedang marah
33 Saat bertemu orang yang saya benci saya langsung bergerak menghindar
34 Jika saya mendapat masalah saya akan berusaha
menyelesaikannya
35 Saya tidak akan berbicara kepada orang yang membuat saya kesal
36 Perasaan saya menjadi lebih baik ketika tidak berburuk sangka
pada tindakan teman saya
37 Saya tidak dapat menahan emosi saat menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan
38 Saat merasa sedih saya cenderung melukai diri sendiri
39 Saya akan mencaci maki orang yang membuat saya marah
Lampiran 2.a
Uji Validitas Instrumen Pendidikan Akhlak
A 1 4 4 4 3 4 2 4 2 2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 105
A 2 2 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 105
A 3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 4 2 4 3 3 4 4 4 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 82
A 4 2 4 4 4 2 2 2 2 3 4 2 4 2 2 3 4 3 1 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 78
A 5 1 2 4 3 2 2 2 2 3 4 2 4 3 2 3 3 4 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 77
A 6 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 1 2 3 3 3 3 4 4 3 4 101
A 7 4 4 4 4 4 3 2 1 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 3 4 4 2 2 2 88
A 8 3 3 2 3 1 1 2 2 2 4 2 4 3 2 4 3 4 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 75
A 9 2 4 4 3 1 4 4 1 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 1 1 4 4 3 4 4 4 4 2 97
A 10 3 3 2 3 1 2 4 2 3 4 4 4 3 2 4 3 3 2 4 2 1 1 2 2 4 3 4 4 3 2 84
A 11 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 108
A 12 3 2 3 1 2 3 2 2 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 78
A 13 3 4 4 3 1 3 4 2 4 4 2 3 2 2 2 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 98
A 14 3 4 3 3 2 3 4 2 4 3 2 4 4 2 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 2 4 4 4 4 4 99
A 15 2 4 4 2 1 4 2 3 2 4 4 4 1 1 2 3 3 3 3 4 1 1 4 4 2 2 3 3 2 2 80
A 16 3 2 3 4 2 1 4 2 4 4 2 4 2 2 3 4 3 1 3 3 2 2 1 2 1 1 2 3 2 1 73
A 17 3 2 3 4 2 1 2 2 2 2 2 4 3 2 2 4 2 3 1 3 2 2 3 3 1 2 2 1 3 2 70
A 18 2 4 4 4 2 2 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 1 3 2 3 4 4 2 3 3 2 3 4 95
A 19 2 3 4 4 3 1 2 3 4 4 2 4 3 2 3 4 4 2 3 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 81
A 20 2 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 1 4 2 2 4 3 4 4 3 4 4 3 100
A 21 2 3 3 3 4 3 3 2 4 4 2 4 2 2 3 4 4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 87
A 22 2 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 108
A 23 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 113
A 24 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 111
A 25 4 4 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 90
A 26 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 114
A 27 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 114
A 28 2 2 3 4 2 1 1 1 3 4 2 4 2 2 3 4 3 1 1 3 1 1 3 3 1 1 2 2 2 2 66
A 29 4 4 2 3 1 4 4 2 2 4 2 4 1 2 3 2 4 4 4 4 1 2 4 2 4 4 4 4 4 4 93
A 30 3 4 3 4 2 3 3 2 3 1 3 1 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 85
A 31 2 4 4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 2 1 3 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 3 97
A 32 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 112
A 33 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 69
A 34 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 76
A 35 1 2 4 3 2 2 2 1 3 4 1 4 1 2 3 4 3 2 1 3 2 2 3 1 2 2 1 3 2 3 69
A 36 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 113
A 37 3 4 3 4 1 3 4 3 4 4 4 4 2 4 2 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 105
A 38 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 3 3 4 4 105
A 39 3 4 3 3 2 4 4 1 4 3 4 3 3 1 3 2 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 97
A 40 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 1 2 3 3 3 3 4 4 3 4 101
rit 0.342 0.725 0.437 0.212 0.072 0.748 0.819 0.574 0.478 0.342 0.796 0.213 0.361 0.55 0.188 0.305 0.693 0.863 0.044 0.597 0.542 0.682 0.661 0.647 0.775 0.854 0.808 0.74 0.802 0.839
rtab 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325
Kategori Valid Valid Valid Drop Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Drop Drop Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
No Rsp 1 16 17 181514132 3 19 20 21 22 23 244 ∑25 302926 27 2865 121110987
Lampiran 2.b
Uji Validitas Pengendalian Emosi
A 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 1 4 1 4 4 3 4 2 4 2 63
A 2 4 4 2 4 4 4 4 2 4 1 4 4 4 2 4 3 4 2 4 2 66
A 3 4 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 1 3 4 2 4 1 52
A 4 2 2 3 2 2 1 2 2 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 4 1 50
A 5 1 2 1 2 2 2 1 3 4 3 3 2 4 2 1 2 2 2 4 1 44
A 6 3 2 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 65
A 7 2 3 2 2 4 2 3 2 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 48
A 8 2 1 2 3 3 1 2 2 2 1 3 1 3 3 1 2 3 1 3 1 40
A 9 1 2 3 3 4 1 4 3 1 1 3 4 3 2 2 2 4 1 4 4 52
A 10 2 3 4 3 4 1 3 2 2 1 3 3 2 2 2 2 4 3 2 4 52
A 11 4 4 4 4 3 3 4 2 1 2 3 4 3 2 4 3 3 2 3 1 59
A 12 2 1 3 2 3 3 2 1 3 2 3 3 4 2 3 3 3 2 3 2 50
A 13 3 2 3 3 1 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 50
A 14 4 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 4 3 2 3 48
A 15 1 1 2 3 3 3 3 3 1 1 2 3 1 2 2 2 4 2 2 2 43
A 16 3 2 3 4 4 2 3 2 2 3 2 1 3 2 3 3 4 1 4 1 52
A 17 2 3 2 1 2 2 2 2 2 4 2 2 4 3 2 4 3 2 3 1 48
A 18 2 1 1 2 2 3 2 2 3 1 3 2 4 2 3 3 4 1 4 2 47
A 19 1 3 2 1 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 1 3 4 2 2 2 51
A 20 3 4 2 2 1 2 2 2 1 1 3 2 3 2 4 1 4 2 4 2 47
A 21 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 1 4 2 2 2 47
A 22 3 3 3 3 4 4 3 4 2 2 4 3 4 4 3 2 3 2 4 3 63
A 23 4 4 3 4 1 3 4 3 2 1 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 65
A 24 1 4 3 4 3 1 2 4 3 2 4 4 4 1 1 4 4 2 4 2 57
A 25 2 2 4 2 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 3 4 2 3 3 54
A 26 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 1 1 4 2 4 4 4 2 4 2 64
A 27 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 70
A 28 1 2 1 3 3 1 2 2 3 2 3 3 4 2 3 4 2 1 3 1 46
A 29 4 2 4 1 4 2 1 2 3 1 3 2 3 1 4 3 4 4 4 3 55
A 30 4 3 2 2 4 2 1 2 2 3 4 3 4 4 2 3 4 1 3 1 54
A 31 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 4 2 4 2 54
A 32 4 4 4 2 3 1 3 3 3 2 4 4 3 2 3 3 4 2 4 2 60
A 33 2 2 2 2 4 2 3 3 2 3 3 2 3 1 3 2 3 3 3 2 50
A 34 3 4 3 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 1 3 4 3 2 3 2 49
A 35 2 2 1 1 3 3 2 1 1 4 2 2 3 1 3 3 3 2 4 2 45
A 36 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 4 3 4 3 51
A 37 3 1 4 4 4 3 4 4 2 1 1 4 3 3 1 1 4 1 4 2 54
A 38 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 2 72
A 39 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 3 2 2 3 3 2 4 2 3 3 46
A 40 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 66
rit 0.637 0.596 0.642 0.542 0.403 0.214 0.551 0.621 0.540 0.118 0.390 0.602 0.342 0.226 0.531 0.513 0.384 0.043 0.480 0.155
rtab 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325 0.325
Kategori Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Drop Valid Drop
No Rsp ∑49 5043 44 45 46 47 4837 38 39 40 41 4231 32 33 34 35 36
Lampiran 3.a
Perhitungan Varian Total pada Instrumen Pendidikan Akhlak
n
n
xtxt
St
2
2
2
40
40
3699350515
2
2
St
40
03,342065350515 .2 St
25,2112 St
Jadi varian total = 211, 25
Lampiran 3.b
Perhitungan Reliabilitas Angket Pendidikan Akhlak
2
2
11 11 St
Si
n
nr
25,211
21,221
140
4011r
11,0103,111 r
89,003,111 r
92,011 r
Dengan angka reliabilitas 0,92 maka dapat disimpulkan bahwa angket instrument
pendidikan akhlak pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang sangat tinggi.
Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi
“r” Product Moment pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut:
Basarnya “r” Product Moment Interpretasi
0,00–0,20 Tidak ada korelasi
0,20–0,40 Lemah atau rendah
0,40–0,70 Sedang atau cukupan
0,70-0,90 Kuat atau tinggi
0,90–1,00 Sangat kuat atau sangat tinggi
(Anas Sudijono, 2008)
Lampiran 3.c
Perhitungan Varian Total pada Instrumen Pengendalian Emosi
n
n
xtxt
St
2
2
2
40
40
2149117899
2
2
St
40
02,115455117899 .2 St
1,612 St
Jadi varian total = 61, 1
Lampiran 3.d
Perhitungan Reliabilitas Angket Pengendalian Emosi
2
2
11 11 St
Si
n
nr
1,61
07,161
140
4011r
74,0103,111 r
74,003,111 r
76,011 r
Dengan angka reliabilitas 0,76 maka dapat disimpulkan bahwa angket instrument
pengendalian emosi pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi.
Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi
“r” Product Moment pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut:
Basarnya “r” Product Moment Interpretasi
0,00–0,20 Tidak ada korelasi
0,20–0,40 Lemah atau rendah
0,40–0,70 Sedang atau cukupan
0,70-0,90 Kuat atau tinggi
0,90–1,00 Sangat kuat atau sangat tinggi
(Anas Sudijono, 2008)
Lampiran 4
Data Hasil Angket Pendidikan Akhlak
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 ∑ Kategori
1 A. D. Pramana Putra 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 84 Tinggi
2 Akres Yudha. P 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 2 2 4 4 3 3 4 3 3 2 81 Tinggi
3 Andi 4 3 2 1 3 1 3 3 2 2 2 4 1 3 1 1 3 4 1 2 2 1 3 1 53 Sedang
4 Anggoro Febrianto 2 1 3 2 2 1 4 4 4 3 2 4 3 3 2 3 3 4 1 2 3 1 3 1 61 Sedang
5 Arief Ramadhan 3 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 4 3 1 2 3 2 3 2 4 2 3 1 2 56 Sedang
6 Astifa Deswanti. T 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 93 Tinggi
7 Bunga. A. Y 3 4 4 4 4 4 3 4 2 2 2 4 4 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 78 Tinggi
8 Daffa Ardina. P 2 3 4 3 2 3 1 4 3 2 3 4 3 4 1 1 3 4 2 1 2 1 3 2 61 Sedang
9 Desi Arti Rosadi 2 4 3 4 2 3 2 4 2 4 2 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3 3 77 Tinggi
10 Devit. P 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 67 Sedang
11 Fahria Widyanti 3 4 3 4 4 2 3 4 2 2 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 82 Tinggi
12 Gelar Satria. W 3 2 1 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 68 Sedang
13 Hary Hikmah 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 89 Tinggi
14 Hilda Nurrosita 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 3 4 83 Tinggi
15 Ihdar Rafdi. F 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 72 Tinggi
16 Ilham Maulana. B 2 4 4 3 4 2 4 4 3 4 2 4 4 4 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 81 Tinggi
17 Intan 2 3 3 2 2 2 3 4 2 2 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 59 Sedang
18 Iqbal 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 84 Tinggi
19 Irsan Maulana. Y 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 3 4 1 2 3 3 3 1 2 3 2 3 2 1 59 Sedang
20 Melida Putri 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 2 3 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 83 Tinggi
21 M. Arfian al-Ghafar 4 3 4 4 4 1 4 4 3 4 2 4 3 4 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 82 Tinggi
22 M. Rizky Ramadhan. T 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 91 Tinggi
23 Nada Salwa 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 87 Tinggi
24 Noviyanto 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 90 Tinggi
25 Ramanda Putra. B 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 87 Tinggi
26 Rasti 2 2 3 1 1 3 2 4 2 2 2 3 1 3 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 49 Sedang
27 Ridho Maulana. P 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 3 3 4 83 Tinggi
28 Rizky Dwi. K 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 69 Sedang
29 Rizky Firmansyah 2 4 3 4 4 2 3 4 2 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 82 Tinggi
30 Sambang Fajar 1 2 3 1 2 1 2 4 2 2 2 3 2 3 2 1 3 3 1 2 2 2 2 1 49 Sedang
31 Satyo Wahyu Saputra 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 87 Tinggi
32 Shafa Widad Rhaga. N 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 1 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 83 Tinggi
33 Shinta Yulistiani 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 91 Tinggi
34 Vira Rizki Vanika 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 79 Tinggi
35 Wahyu Ningrum 3 4 3 2 4 3 2 4 3 4 2 3 4 4 2 2 2 4 3 4 2 3 4 2 73 Tinggi
36 Winda Widya Ningsih 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 85 Tinggi
37 Yulianto Arfi 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 82 Tinggi
38 Yudha Eka Satria 1 2 3 3 2 3 3 4 1 3 2 4 1 2 1 1 3 2 1 2 3 2 4 2 55 Sedang
39 Zaky Abqori. P 1 2 3 1 1 1 4 3 3 2 2 4 2 3 1 1 3 4 1 1 1 2 2 1 49 Sedang
40 Zikri 1 3 2 1 3 1 3 3 2 2 1 4 2 2 2 2 2 3 1 2 1 1 3 1 48 Sedang
Jumlah 108 133 134 121 131 106 130 152 121 121 97 148 127 135 97 103 130 136 115 130 129 126 131 111 2972
Lampiran 5
Data Hasil Angket Pengendalian Emosi
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ∑ Kategori
1 A. D. Pramana Putra 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 2 3 4 3 51 Tinggi
2 Akres Yudha. P 2 2 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 45 Tinggi
3 Andi 2 2 3 2 4 2 1 4 3 2 2 4 2 3 3 39 Sedang
4 Anggoro Febrianto 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 2 4 4 34 Sedang
5 Arief Ramadhan 3 2 2 3 4 2 1 3 4 2 3 2 2 3 3 39 Sedang
6 Astifa Deswanti. T 3 2 2 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 51 Tinggi
7 Bunga. A. Y 3 2 2 3 2 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 48 Tinggi
8 Daffa Ardina. P 1 1 1 2 2 4 2 3 3 3 3 2 4 3 4 38 Sedang
9 Desi Arti Rosadi 3 2 2 3 4 4 3 2 4 3 4 4 3 4 4 49 Tinggi
10 Devit. P 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 32 Sedang
11 Fahria Widyanti 2 2 2 3 3 2 2 2 3 4 3 3 2 4 4 41 Sedang
12 Gelar Satria. W 3 3 3 3 2 2 3 2 1 3 2 3 3 4 2 39 Sedang
13 Hary Hikmah 4 4 4 4 1 4 4 1 4 4 4 2 4 3 4 51 Tinggi
14 Hilda Nurrosita 3 2 4 2 3 4 3 1 3 4 3 3 2 4 4 45 Tinggi
15 Ihdar Rafdi. F 2 3 1 3 4 3 3 3 4 3 4 2 4 4 3 46 Tinggi
16 Ilham Maulana. B 1 2 2 2 4 1 2 1 3 4 3 4 1 4 4 38 Sedang
17 Intan 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 2 4 3 3 38 Sedang
18 Iqbal 2 2 1 2 4 1 2 3 4 1 3 1 3 4 3 36 Sedang
19 Irsan Maulana. Y 1 2 3 2 4 3 2 4 2 2 2 2 3 2 4 38 Sedang
20 Melida Putri 4 2 2 4 3 1 4 1 3 4 4 4 2 4 4 46 Tinggi
21 M. Arfian al-Ghafar 2 2 2 2 4 2 2 1 4 2 3 1 3 4 4 38 Sedang
22 M. Rizky Ramadhan. T 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 3 2 3 4 48 Tinggi
23 Nada Salwa 2 3 4 4 1 3 3 2 1 4 1 3 2 4 3 40 Sedang
24 Noviyanto 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 2 4 3 43 Sedang
25 Ramanda Putra. B 2 3 4 4 1 3 3 2 1 4 1 3 2 4 3 40 Sedang
26 Rasti 2 2 3 2 4 2 2 3 3 3 3 2 3 4 4 42 Sedang
27 Ridho Maulana. P 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 49 Tinggi
28 Rizky Dwi. K 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 4 4 48 Tinggi
29 Rizky Firmansyah 2 2 2 3 3 2 2 2 3 4 3 3 2 4 4 41 Sedang
30 Sambang Fajar 1 2 3 1 3 2 3 4 3 1 2 1 3 4 4 37 Sedang
31 Satyo Wahyu Saputra 4 2 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 3 4 3 51 Tinggi
32 Shafa Widad Rhaga. N 2 2 2 2 4 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 41 Sedang
33 Shinta Yulistiani 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 51 Tinggi
34 Vira Rizki Vanika 2 2 2 2 3 2 1 2 4 4 4 4 3 4 3 42 Sedang
35 Wahyu Ningrum 4 4 2 4 1 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 51 Tinggi
36 Winda Widya Ningsih 4 4 2 4 3 4 4 3 3 4 1 2 3 2 4 47 Tinggi
37 Yulianto Arfi 1 4 3 4 4 4 3 3 1 4 3 4 4 4 4 50 Tinggi
38 Yudha Eka Satria 2 2 2 1 3 2 2 3 4 3 2 1 2 3 4 36 Sedang
39 Zaky Abqori. P 1 2 2 2 1 2 1 1 4 2 4 1 4 4 3 34 Sedang
40 Zikri 1 2 2 3 2 2 1 4 3 3 3 3 3 4 3 39 Sedang
Jumlah 96 97 101 109 119 101 106 102 124 126 120 106 115 147 143 1712
Lampiran 6
Persiapan Perhitungan Korelasi
No. Resp X Y XY X² Y²
A 1 84 51 4284 7056 2601
A 2 81 45 3645 6561 2025
A 3 53 39 2067 2809 1521
A 4 61 34 2074 3721 1156
A 5 56 39 2184 3136 1521
A 6 93 51 4743 8649 2601
A 7 78 48 3744 6084 2304
A 8 61 38 2318 3721 1444
A 9 77 49 3773 5929 2401
A 10 67 32 2144 4489 1024
A 11 82 41 3362 6724 1681
A 12 68 39 2652 4624 1521
A 13 89 51 4539 7921 2601
A 14 83 45 3735 6889 2025
A 15 72 46 3312 5184 2116
A 16 81 38 3078 6561 1444
A 17 59 38 2242 3481 1444
A 18 84 36 3024 7056 1296
A 19 59 38 2242 3481 1444
A 20 83 46 3818 6889 2116
A 21 82 38 3116 6724 1444
A 22 91 48 4368 8281 2304
A 23 87 40 3480 7569 1600
A 24 90 43 3870 8100 1849
A 25 87 40 3480 7569 1600
A 26 49 42 2058 2401 1764
A 27 83 49 4067 6889 2401
A 28 69 48 3312 4761 2304
A 29 82 41 3362 6724 1681
A 30 49 37 1813 2401 1369
A 31 87 51 4437 7569 2601
A 32 83 41 3403 6889 1681
A 33 91 51 4641 8281 2601
A 34 79 42 3318 6241 1764
A 35 73 51 3723 5329 2601
A 36 85 47 3995 7225 2209
A 37 82 50 4100 6724 2500
A 38 55 36 1980 3025 1296
A 39 49 34 1666 2401 1156
A 40 48 39 1872 2304 1521
Jumlah 2972 1712 129041 228372 74532
Lampiran 7
Perhitungan Korelasi antara Pendidikan Akhlak dengan Kemampuan
Mengendalikan Emosi
𝑟𝑥𝑦 = N ∑XY − ∑X (∑Y)
N∑X2−(∑X)2 [N∑Y2 –(∑Y)2]
𝑟𝑥𝑦 = 40 𝑋 129041 −2972 𝑋 1712
40𝑋228372 −2972 2 [40𝑋74532 –1712 2 ]
𝑟𝑥𝑦 = 5161640 −5088064
9134880 −8832784 [2981280 –2930944 ]
𝑟𝑥𝑦 = 73576
302096 X 50336
𝑟𝑥𝑦 = 73576
15206304256
𝑟𝑥𝑦 = 73576
123313 ,845
𝑟𝑥𝑦 = 0,597
Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosional (X)
dan variabel akhlak (Y) didapat angka koefisien korelasi sebesar 0,597
Lampiran 8
Perhitungan Koefisien Determinasi
Diket:
r = 0,597
Rumus:
KD = r² x 100 %
= 0,597² x 100 %
= 0,36 x 100 %
= 36 %
Dari hasil perhitungan koefisien determinasi, didapat sekitar 36% variabel
pendidikan akhlak dapat mempengaruhi kemampuan mengendalikan emosi anak.