peran taman bacaan masyarakat (tbm) warabal dalam...
TRANSCRIPT
Peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Warabal dalam
Mengembangkan Minat Baca Anak
Melalui Pendar dan Dongeng
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh
Riri Rizky Maulida
NIM: 1112025100062
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1438 H / 2017 M
i
ABSTRAK
Riri Rizky Maulida (1112025100062). Peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
WARABAL Dalam Mengembangkan Minat Baca Anak Melalui Pendar
dan Dongeng. Di bawah bimbingan Alfida, MLIS. Program Studi Ilmu
Perpustakaan Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) WARABAL dalam mengembangkan minat baca anak melalui kegiatan
Pendar (Pendampingan Belajar) dan Dongeng. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian data dianalisis dengan metode
deskriptif naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TBM WARABAL
berperan penting dalam pengembangan minat baca melalui Pendar dan Dongeng.
Kegiatan ini disambut oleh antusiasme tinggi anak-anak dan respon positif dari
para orang tua, serta didukung layanan koleksi buku bacaan yang sudah
memenuhi kebutuhan bacaan anak-anak. Pendar dan Dongeng masih mengalami
hambatan dalam pelaksanaannya, yaitu terbatasnya ruangan karena banyaknya
anak-anak, terbatasnya pengajar yang hanya berjumlah 7 orang dalam
mendampingi anak dengan jumlah kurang lebih 100 orang. Kemudian lokasi
TBM berada di pedalaman dan belum ada transportasi umum, hal ini menjadi
kendala bagi anak-anak yang tinggal jauh dari TBM. Karena saat ini, 80% anak
yang terlibat dalam kegiatan Pendar dan Dongeng bertempat tinggal jauh dari
TBM.
Kata Kunci : Taman Bacaan Masyarakat, Minat Baca.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur memberikan rahmat kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi guna melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana. Peneliti menyadari
bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Sehingga peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Peneliti menyadari penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan
semua pihak yang meluangkan waktunya dalam membantu peneliti. Maka pada
kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kepada Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
4. Ibu Alfida, MLIS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
kemudahan pada proses penulisan. Dengan memberikan informasi, kritik,
saran, dandukungan kepada peneliti.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada Peneliti.
6. Terimakasih kepada Orang tua tercinta, Bapak Mulyadi dan Ibu Ai
Murtafi’ah serta Kepada Adikku Khairul Hanafi atas doa, perhatian,
motivasi dan dukungan penuh kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi.
iii
7. Kepada Pa Atim, Mah Iyus, Mang Meen, Bi Iyuk, Bi Embi dan seluruh
keluarga, yang telah memberikan semangat juga dukungan moril dan
materil kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
8. Ibu Kiswanti, selaku pendiri TBM WARABAL yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir dan memberikan informasi serta
izin dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh keluarga besar TBM WARABAL yang telah membantu peneliti
dalam memberikan informasi dan kemudahan dalam melakukan
penelitian.
10. Terimakasih kepada teman-teman penulis, Alyasa Gustiyono, Raka Dewo
Putranto, Rizka Amalia, Gustianty Khairunnisa, dan seluruh teman
Jurusan Ilmu Perpustakaan 2012 terutama IPI B, yang sama-sama
memberikan semangat dalam berjuang menyelesaikan skripsi.
11. Terimakasih juga kepada kawan-kawan KKN BUMERANG, Rizka, Gusti,
Eky, Ayu, Anisa, Maliha, Amir, Rahman, Izuddin, Irfan, Topik, Firman,
Tendi, dan Onay, yang telah melakukan pengabdian bersama selama satu
bulan penuh guna melengkapi persyaratan skripsi.
12. Tidak lupa pula kepada sahabat-sahabat tersayang Adhitya Prayitno,
Rahmawati, Rizky Dayu Utami, yang selalu memberikan dukungan dan
menghibur peneliti selama proses penyelesaian skripsi.
iv
13. Dan semua pihak yang sudah banyak membantu dan mendukung dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Mohon maaf atas keterbatasannya, peneliti
tidak dapat mengucapkan satu persatu. Terimakasih untuk segalanya,
semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan dan doa yang sudah
diberikan kepada peneliti. Aamiin
Jakarta, 08 Januari 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAAN UJIAN SKRIPSI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8
D. Definisi Istilah ........................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ............................................................ 11
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Taman Bacaan Masyarakat .................................................... 13
1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat ............................ 13
2. Perandan Fungsi Taman Bacaan Masyarakat .................. 14
3. Tujuan dan Sasaran Taman Bacaan Masyarakat .............. 16
B. Minat Baca ............................................................................. 17
1. Pengembangan Minat baca .............................................. 17
2. Fungsi PengembanganMinat Baca .................................. 19
3. Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca ......................... 19
C. Bimbingan Belajar ................................................................. 22
1. Pengertian Bimbingan Belajar ......................................... 22
2. Fungsi Bimbingan Belajar................................................ 23
3. Tujuan Bimbingan Belajar ............................................... 24
D. Dongeng .................................................................................. 24
1. Pengertian Dongeng ......................................................... 24
2. Jenis-Jenis Dongeng ......................................................... 25
3. Manfaat Dongeng ............................................................. 27
4. Tahapan dalam Mendongeng ........................................... 29
5. Teknik Mendongeng ......................................................... 34
E. PenelitianTerdahulu ............................................................... 36
vi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................. 40
1. Jenis Penelitian .................................................................... 40
2.Pendekatan Penelitian .......................................................... 40
B. Sumber Data ........................................................................... 40
1. Sumber Data Primer .......................................................... 40
2. Sumber Data Sekunder ..................................................... 41
C. Pemilihan Informan ................................................................ 41
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 42
1. Wawancara ....................................................................... 42
2. Obsevasi ........................................................................... 43
3. Dokumntasi ....................................................................... 44
E. Teknik Analisa Data .............................................................. 44
1. Reduksi Data .................................................................... 44
2. Penyajian Data (Display Data) ......................................... 45
3. Penarikan Kesimpulan ...................................................... 45
F. Jadwal Penelitian .................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Objek Penelitian ..................................................................... 46
1. Sejarah Singkat Taman Bacaan Masyarakat .................... 46
2. Visi Misi ........................................................................... 47
3. Kegiatan-Kegiatan Taman Bacaan Masyarakat ............... 48
4. Sumber Daya Manusia ..................................................... 49
5. Struktur Organisasi .......................................................... 50
6. Sarana Prasarana ............................................................... 50
7. Layanan-Layanan .............................................................. 50
8. Koleksi .............................................................................. 52
B. HasilPenelitian dan Pembahasan............................................ 52
1. Peran Taman Bacaan Masyarakat WARABAL
Terhadap Pengembangan Minat Baca Melalui Pendar
dan Dongeng .............................................................. .......52
a) Pendar ........................................................................... 54
b) Dongeng ........................................................................ 58
2. Kendala yang Dihadapi Taman Bacaan Masyarakat
WARABAL Terhadap Pengembangan Minat Baca Melalui
Pendar ................................................................................ 62
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 71
B. Saran ....................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Inisial Nama Informan .............................................................. 42
Tabel 4.1 Waktu dan Kegiatan TBM WARABAL .............................................. 47
Tabel 4.2 Daftar Nama Pengajar Kegiatan Pendar ............................................. 48
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana TBM WARABAL............................................. 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Minat baca merupakan suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai
dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan
seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Minat baca sebaiknya
ditanamkan diusia dini pada anak, karena pada saat usia dini merupakan usia ideal
anak untuk menerima hal baru dan mengajarkan secara tidak langsung nilai-nilai
dan norma dalam kehidupan sehari-harinya.
Di Indonesia, minat baca dapat dikatakan masih rendah, hal ini pernah
disampaikan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan
dalam surat kabar Online Republika pada 31 maret 2016 silam, bahwa minat
membaca masyarakat sangat rendah karena berdasarkan 61 negara di dunia yang
memiliki daftar literatur, kedudukan Indonesia berada pada peringkat nomor 60.
Anies Baswedan menyatakan bahwa Indonesia tidak kekurangan dalam literatur
seperti sarana dan prasarana perpustakaan. Bahkan, saat ini Indonesia memiliki
perpustakaan yang cukup bagus dengan menduduki nomor 35 dari seluruh dunia,
di atas negara Malaysia, Portugis, Singapur, Jerman, Australia dan Selandia Baru.
Namun, pengunjung dan pemanfaatan perpustakaan masih sedikit sekali
dibandingkan dengan negara tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan negara
lainnya, mereka memiliki infrastuktur prasarana perpustakaan sedikit, tetapi minat
2
membacanya cukup tinggi.1 Padahal, sarana perpustakaan tersebut dibangun oleh
pemerintah guna mendorong masyarakat gemar membaca.
Taman Baca Masyarakat (TBM) merupakan salah satu program pendidikan
non formal, yang bertujuan untuk melestarikan pendidikan melalui salah satu
pemberdayaan masyarakat dengan gerakan pengembangan literasi dan budaya
baca pada masyarakat demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini merupakan
tanggung jawab negara, baik itu pusat maupun tingkat daerah dan komponen
bangsa untuk memenuhinya. Salah satu implementasi pemerintah dalam
meningkatkan pembangunan dunia pendidikan yaitu dengan mengembangkan
TBM. Program gerakan pendidikan melalui TBM ini mengacu juga pada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 26 ayat 4, yang menyebutkan bahwa satuan pendidikan non formal
terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.2
Di Indonesia sendiri, terbentuknya suatu Taman Bacaan Masyarakat bermula
dari kurangnya penyedia layanan informasi seperti perpustakaan umum. Melihat
dari pengertian perpustakaan umum yaitu sebagai unit/lembaga layanan informasi
yang diselenggarakan ditempat tinggal penduduk baik Kota/Desa yang
diperuntukan bagi semua golongan masyarakat tanpa memandang latar belakang,
agama, pendidikan, maupun status sosial ekonomi sebagai sarana pemenuhan
kebutuhan informasi yang dibutuhkan masyarakat/penduduk pada umumnya.
Peran dan fungsi perpustakaan daerah seharusnya mencapai pemenuhan-
1 Anies Baswedan, “Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah” artikel diakses pada
16/09/20 18.20 WIB dari http:// Republika.co.id/ berita/pendidikan/education16/03/31 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
pasal 26. ayat 4.
3
pemenuhan yang sesuai dengan tujuan perpustakaan pada umumnya, yaitu fungsi
pendidikan, fungsi informasi, fungsi rekreasi dan fungsi kebudayaan.3 Dari
penjelasan tersebut sebaiknya masyarakat mendapatkan informasi secara
menyeluruh sesuai dengan kebutuhannya, namun jika dilihat dari kondisi
lapangan sendiri jumlah perpustakaan sebagai penyedia informasi masih sedikit
dan tidak menyeluruh. Misalnya layanan informasi seperti perpustakaan tersedia
tidak hanya di tingkatan kota, tetapi juga pada tingkat kecamatan, kelurahan
bahkan sampai ketingkat desa, peran perpustakaan desa itu sendiri juga untuk
menambah waktu belajar disekolah yang sangat terbatas bagi mereka yang masih
bersekolah, juga untuk menciptakan suasana masyarakat yang harmonis dan
seimbang tidak boleh terisolasi karena terbatasnya akses informasi. Hal ini harus
diwarnai dengan kemajuan dan penguasaan ilmu pengetahuan yang bersumber
dari perpustakaan desa itu sendiri.4 Sehingga semua lapisan masyarakat bisa
mengakses informasi yang dibutuhkannya.
Atas kurangnya penyedia layanan informasi yang menjangkau ke wilayah-
wilayah pedesaan atau pedalaman itulah, akhirnya tumbuh kesadaran akan
pentingnya informasi untuk masyarakat luas dan membuat beberapa orang atau
kelompok mendirikan beberapa taman bacaan yang ditampilkan dengan berbagai
macam kreatifitas, guna menunjang kebutuhan informasi dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dilakukan oleh
pemerintah, golongan/kelompok, dan masyarakat melalui berbagai bentuk
pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
3Sulistyo basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993),
h. 48. 4Sutarno NS. Membina Perpustakaan Desa (Jakarta: Sagung Seto, 2008), h. 52.
4
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi: pendidikan non formal adalah jalur
pendidikan diluar pendidikan formal yang dilakukan terstruktur dan berjenjang:
dan pendidikan informal adalah pendidikan keluarga dan lingkungan. Salah satu
instrumen untuk menunjang pelaksanaan pendidikan non formal adalah Taman
Bacaan Masyarakat (TBM), yaitu merupakan taman bacaan yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan untuk memberi kemudahan
akses kepada warga untuk memperoleh bahan bacaan.5
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah sebuah wadah yang didirikan oleh
masyarakat atau pemerintah guna memberikan akses layanan bahan bacaan bagi
masyarakat di sekitar TBM, ataupun sebagai sarana pembelajaran sepanjang masa
dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup masyarakat. TBM biasanya
mengolah secara mandiri setiap kegiatan yang dilakukannya, TBM juga sebaiknya
dapat menganalisis kebutuhan masyarakat karena berorientasi kepada kebutuhan
informasi masyarakat sekitarnya. Saat ini tercatat tidak kurang dari 5.000 TBM
ada di Indonesia, jumlah ini menunjukkan tingginya kepedulian masyarakat
terhadap minat baca. TBM bisa dikategorikan sebagai perpustakaan masyarakat
karena sasaran utamanya adalah warga masyarakat, terutama bagi masyarakat di
daerah yang sulit dijangkau oleh perpustakaan kota maupun perpustakaan daerah.
TBM hadir sebagai tempat baca dengan suasana yang sederhana dan lebih
fleksibel.6 Namun sebagai suatu lembaga yang bergerak dibidang pelayanan
informasi TBM, memiliki kelemahan yang perlu diperbaiki agar terciptanya
peningkatan kualitas dan pemenuhan informasi kepada masyarakat sesuai dengan
5Fhrisdyanto Nugroho, Irena Yolanita Maureen, “Kurikulum dan Teknologi Pendidikan”,
Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Nergeri Surabaya, V, No2. artikel diakses
pada 16/09/03 dari http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jmtp/article/view/1596/311. 6Moh. Mursyid, “Wisata Asyik Taman Bacaan Masyarakat” artikel diakses pada 16/09/02
23.19 WIB dari http://jadi berita.com/13914/wisata-asyik-taman-bacaan masyarakat.html
5
perkembangan zaman. Adapun beberapa kelemahan TBM yaitu, rata-rata TBM
masih menggantungkan fundarishing organisasi pada organisasi lainnya,
sukarelawan pelaksanaan kegiatan kurang terdidik dan jarang ada peningkatan
kemampuan (Training) serta tidak menentunya masyarakat yang berpartisipasi7
Taman Baca Masyarakat Warung Baca Lebakwangi (WARABAL)
merupakan salah satu contoh TBM yang ada di Indonesia, TBM WARABAL
banyak menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam meningkatkan minat baca
anak di lingkungan sekitar. Salah satunya yaitu dengan cara Pendampingan
Belajar (Pendar) dan Dongeng. Taman baca ini juga memberikan berbagai
fasilitas yang dapat digunakan oleh anak-anak dalam mencapai minat baca dan
literasi pada anak. Kegiatan TBM WARABAL dilakukan secara continue,
sehingga dapat mengontrol perkembangan pada anak pada setiap kegiatannya.
Keberadaan TBM WARABAL sendiri berlokasi di daerah Kampung Saja,
Lebakwangi Parung Kabupaten Bogor, daerah ini masih dapat dikatakan memiliki
nilai minat baca belum stabil. Hal ini disampaikan oleh pemilik TBM
WARABAL sendiri ketika beliau pindah ke daerah tersebut dan mendapati minat
baca yang masih sangat rendah, kemudian mendorongnya untuk mendirikan
Taman Bacaan Masyarakat.
Pendirian TBM WARABAL ini ditujukan untuk umum dan masyarakat
sekitar, selain dari banyaknya jumlah buku yang dimiliki oleh Ibu Kiswanti,
beliau juga menyampaikan bahwa keinginan untuk mendirikan serta
mengembangkan TBM ini berangkat dari kondisi anak-anak sekitar yang dinilai
7Muhsin Kalida. Fundarishing: Taman Bacaan Masyarakat (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2012), h. 11-12
6
kurang baik dalam bertutur kata pada saat itu. Menurutnya, hal ini bermula dari
kurangnya penanaman pengetahuan berbahasa dan informasi bagi anak.
Ketersediaan bahan bacaan atau sarana informasi untuk anak merupakan
faktor dari kurangnya informasi yang didapat, bisa karena kurang pedulinya orang
tua dalam menyediakan bahan bacaan atau juga mahalnya harga buku bacaan.
Padahal Konvensi Hak Anak yang telah di ratifikasi oleh Pemerintah Indonesia
sebenarnya telah disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakikatnya berhak
memperoleh pendidikan yang layak dan mereka pada seyogianya tidak terlibat
dalam aktivitas ekonomi secara dini.8 Ternyata mayoritas yang mendatangi adalah
anak-anak, hal ini dikatakan lebih bagus karena memang pada masa anak-anak
itulah merupakan dunia tumbuh kembang dan berdampak pada penanaman
karakteristik seseorang kelak. Setelah berjalan selama kurang lebih 13 tahun,
TBM WARABAL sukses dalam menjalankan perannya sebagai lembaga yang
memberikan pelayanan dibidang informasi dan pengetahuan. Berdasarkan
informasi yang didapatkan dari informan yaitu pendiri TBM tersebut, berjalannya
semua kegiatan adalah dari dukungan antusias anak-anak yang mengunjungi
TBM, warga sekitar dan para volunteer yang memberikan ketersediaan bantuan
berupa pengajaran secara sukarela. Sedangkan masalah atau kendala yang
dirasakan selama mendirikan TBM dan menjalankan kegiatan-kegiatannya, yaitu
masih kurangnya kesadaran dari masyarakat sekitar terhadap pentingnya ilmu
pengetahuan.
Penelitian yang berhubungan dengan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan
minat baca untuk anak sudah beberapa kali dilakukan, seperti penelitian yang
8Bagong Suyanto, Maslah Sosial Anak. (Jakarta: Kencana, 2010), h.340.
7
dilakukan oleh Ludfia tahun 2015, penelitian ini berfokus pada pembinaan minat
baca melalui program-program yang dilakukan di TBM Sanggar Baca Jendela
Dunia dan TBM Jendela Ilmu. Kendala yang dialami dalam penelitian ini yaitu
kurangnya sosialisasi, perkembangan tekhnologi informasi, kurangnya dukungan
dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat, kurangnya dukungan dan
kerjasama pemerintah, rendahnya sikap dan minat anak-anak terhadap bahan
bacaan dan ketidak pedulian orangtua terhadap pendidikan anak. Kemudian
penelitian yang dilakukan oleh Kania Rianthi tahun 2010, penelitian ini berfokus
pada kegiatan yang dilakukan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca anak
melalui kegiatan mendongeng di perpustakaan. Dalam penelitian ini, penulis tidak
menjelaskan kendala yang dihadapi saat pelaksanaan mendongeng, hanya saja
pelaksanaan mendongeng melalui layanan perpustakaan keliling belum dapat
menjangkau sekolah ataupun tempat-tempat tinggal yang berada jauh di pedesaan.
Dari pertimbangan dua penelitian tersebut juga karena masalah yang dialami di
TBM WARABAL, penulis memutuskan untuk menulis tentang kegiatan
mendongeng dan pendampingan belajar yang dilakukan di Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) WARABAL guna menumbuhkan minat baca pada anak. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “Peran
Taman Baaan Masyarakat (TBM) WARABAL dalam Mengembangkan Minat
Baca Anak Melalui Pendar dan Dongeng”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian lebih fokus dan tidak memunculkan penafsiran yang luas dari
pembahasan yang dimaksud, peneliti memberikan batasan masalah penelitian
8
mencakup pengembangan minat baca untuk anak usia Sekolah Dasar (SD) di
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL.
Kemudian agar penelitian ini dapat dilakukan dengan lancar, peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL dalam
mengembangkan minat baca anak melalui Pendar dan Dongeng?
2. Apa saja kendala yang dihadapi Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
WARABAL dalam mengembangkan minat baca anak melalui Pendar dan
Dongeng?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengungkapkan upaya yang dilakukan Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
WARABAL dalam mengembangkan minat baca anak melalui Pendar dan
Dongeng.
2. Mengetahui kendala dan upaya dalam mengatasi kendala yang dialami
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL dalam mengembangkan
minat baca anak melalui Pendar dan Dongeng.
Sebuah penelitian yang dilakukan bisa memberikan manfaat bagi lembaga
tempat penelitian, bagi kelompok masyarakat lebih luas, maupun bagi peneliti
sendiri.
1. Manfaat bagi lembaga yang diteliti:
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa kegiatan Pendar dan Dongeng di Taman Bacaan Masyarakat
9
(TBM) dapat dijadikan sebagai bantuan bagi anak-anak untuk memperoleh
informasi dan pembelajaran.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai dasar
rujukan kepada masyarakat yang melakukan kegiatan bantuan
mengembangkan minat baca dan literasi informasi untuk anak.
2. Manfaat bagi peneliti:
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pembelajaran bagi mahasiswa
ilmu perpustakaan untuk lebih mengembangkan kegiatan Pendar dan
Dongeng.
b. Penelitian ini diharapkan bisa menyampaikan bagaimana kegunaan Pendar
dan Dongeng memberikan pengaruh positif bagi anak.
c. Penelitian ini diharapkan memberikan ide baru bagaimana kegiatan Pendar
dan Dongeng dapat dijadikan alat untuk membantu peningkatan minat
baca anak.
D. Definisi Istilah
1. Taman Baca Masyarakat
Taman Baca Masyarakat adalah sebuah lembaga yang memberikan
layanan kebutuhan informasi dan berguna bagi setiap orang perorang atau
kelompok masyarakat didesa atau wilayah taman bacaan dalam rangka
meningkatkan minat baca dan mewujudkan masyarakat berbudaya baca.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL merupakan lembaga yang
bergerak di bidang pelayanan informasi dengan tujuan memberikan
kemudahan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan masyarakat sekitar,
10
guna membangun masyarakat berbudaya baca dan mampu menyesuaikan diri
terhadap perkembangan zaman yang semakin modern.
2. Pengembangan Minat baca
Pengembangan minat baca adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan perasaan/ketertarikan terhadap kegiatan membaca. Sehingga
dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri.
Pengembangan minat baca melalui kegiatan Pendar dan Dongeng merupakan
salah satu cara yang dilakukan oleh TBM WARABAL kepada anak, agar
mereka mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhannya dengan cara
formal maupun non formal.
3. Pendampingan Belajar (Pendar)
Pendampingan belajar adalah suatu bentuk bantuan pengarahan antara satu
individu dengan individu atau kelompok, yang bertujuan agar mampu
menguasai dan menjawab masalah-masalah dalam belajar.
4. Dongeng
Dongeng merupakan cerita mengenai suatu kisah yang tidak benar-benar
terjadi. Mendongeng merupakan suatu kegiatan yang di wariskan secara turun
temurun oleh nenek moyang, dongeng sendiri merupakan sesuatu yang
bernilai sastra yang mengemas unsur pendidikan, hiburan dan pembentukan
karakteristik bagi seorang sejak kecil. Selain sebagai hiburan, kegiatan
mendongeng yang dilakukan oleh TBM merupakan cara untuk mendapatkan
antusias anak terhadap ketertarikannya dalam membaca dengan cara
menyenangkan.
11
E. Sistematika penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan ini,
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisi landasan teori terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
objek yang diteliti meliputi konsep taman bacaan masyarakat, peran
taman bacaan masyarakat dalam mengembangkan minat baca anak,
kegiatan pendampingan belajar, dan dongeng.
Bab III Metodelogi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang jenis dan pendekatan yang digunakan
oleh peneliti, sumber data, informan, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan jadwal penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
peran taman bacaan masyarakat dalam mengembangkan minat baca
anak, kegiatan pendampingan belajar, dan kegiatan dongeng di
Taman Bacaan Masyarakat WARABAL.
12
Bab V Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang didapat
dari hasil penelitian. Pada penelitian ini, peneliti juga memberikan
kritik dan saran yang dapat membangun taman bacaan masyarakat.
13
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Taman Baca Masyarakat
1. Pengertian Taman Baca Masyarakat (TBM)
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah suatu lembaga penyedia
informasi yang didirikan atau dikelola oleh masyarakat atau pemerintah, guna
memberikan akses informasi melalui bahan bacaan kepada masyarakat sekitar
TBM. Pendirian TBM merupakan salah satu media yang digunakan dalam
program pembangunan pendidikan dengan tujuan meningkatkan budaya baca.
TBM ini merupakan tempat dimana masyarakat dapat mengakses berbagai
bahan bacaan seperti buku bacaan: buku pelajaran, buku keterampilan praktis,
buku pengetahuan, buku keagamaan, buku hiburan, karya-karya sastra serta
bahan bacaan lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
sekitar secara umum tanpa batasan usia.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) mempunyai tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak masyarakat setempat dalam membangun, mengelola dan
mengembangkannya. Dalam hal ini perlu dikembangkan rasa untuk ikut
memiliki dan rasa ikut bertanggung jawab.9 Dari penjelasan tersebut, dapat
dipahami bahwa TBM merupakan lembaga atau unit layanan yang didirikan
serta dikelola oleh masyarakat atau pemerintah dengan menyediakan bahan
bacaan untuk sekelompok masyarakat di suatu wilayah tertentu guna
meningkatkan minat baca masyarakatnya. Minat masyarakat terhadap TBM
9Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Sagung Seto, 2006), hal. 19
14
harus terus dibina dan dikembangkan, sehingga masyarakat memperoleh
informasi yang mereka butuhkan. TBM dan perpustakaan sama-sama bergerak
dibidang pelayanan informasi, bedanya adalah TBM memiliki aktivitas yang
lebih banyak dan bervariasi. Kegiatan-kegiatan TBM biasanya dirancang
untuk menjawab kebutuhan pengembangan dan masalah masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itulah, kegiatan TBM berbeda-beda antara TBM satu
dengan TBM lainnya karena masyarakatnya yang dilayani pun berbeda-beda
kebutuhan.10
2. Peran dan Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
Secara umum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) memiliki peranan
sebagai sumber informasi, pendidikan, penelitian, preservasi dan pelestarian
khazanah budaya bangsa serta tempat rekreasi sehat, murah dan bermanfaat.11
a. Memiliki peranan sebagai media atau jembatan yang menghubungkan
antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung didalam
koleksi pustaka.
b. Memiliki peran sebagai lembaga untuk membangun minat baca kegemaran
membaca, kebiasaan membaca dan budaya membaca melalui penyedia
berbagai bahan bacaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat
c. Memiliki peranan aktif sebagai fasilitator, mediator, motivator bagi
masyarakat yang ingin mencari, memanfaatkan, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan pengalamannya.
d. Berperan sebagai agen perubahan, agen pengembangan dan agen
kebudayaan manusia.
e. Memilki peran sebagai lembaga pendidikan non formal bagi anggota
masyarakat. Memungkinkan masyarakat belajar mandiri, melakukan
penelitian, menggali dan memanfaatkan informasi dan ilmu pengetahuan.12
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui peran TBM merupakan suatu
fasilitator yang menghubungkan antara masyarakat dengan informasi. Yaitu
10
Nur Listiawati. “Kondisi Lima Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Tanggerang dan
Bandung dalam Upaya Meningkatkan Minat Baca Masyarakat,” Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan V. 16, no 1 (Januari 2010): hal. 17 11
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat ( Jakarta: Sagung seto, 2006), hal. 68 12
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
(Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, 2006), h.2
15
sebagai suatu unit lembaga yang memberikan pelayanan berupa akses untuk
pemenuhan informasi, dalam meningkatkan mutu pendidikan atau kecerdasan
pada suatu kelompok masyarakat.
Untuk memenuhi peranannya seperti yang telah dijabarkan tersebut,
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) memiliki fungsi sebagai tempat mencari
informasi secara mandiri dan pembelajaran masyarakat. Baik masalah yang
berhubungan dengan pendidikan maupun masalah yang tidak berkaitan
dengan pendidikan. Adapun fungsi TBM yaitu:
a. Sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk belajar mandiri, dan sebagai
penunjang kurikulum program pendidikan luar sekolah, khususnya
program keaksaraan.
b. Sumber informasi yang bersumber dari buku dan bahan bacaan lainnya
yang sesuai dengan kebutuhan belajar warga dan masyarakat setempat.
c. Sumber penelitian dengan menyediakan buku-buku dan bahan bacaan
lainnya dalam studi kepustakaan.
d. Sumber rujukan yang menyediakan referensi bagi pembelajaran dan
kegiatan akademik lainnya.
e. Sumber hiburan (rekreasi) yang menyediakan bahan-bahan bacaan yang
sifatnya rekreatif untuk memanfaatkan waktu senggang guna memperoleh
pengetahuan/informasi baru yang menarik dan bermanfaat.13
Keberadaan TBM ditengah masyarakat dengan fungsi yang sama yaitu
memberikan akses informasi berupa berbagai buku bacaan, sumber referensi,
penggalian pengetahuan dan hiburan ini,yang sangat berpengaruh terhadap
kesadaran dari masyarakat sekitar. Dimana masyarakat juga harus ikut serta
dalam memanfaatkan TBM dengan sebaik mungkin demi menunjang fungsi
dari keberadaan TBM tersebut.
13
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
(Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, 2006), h.2
16
3. Tujuan dan Sasaran Taman Bacaan Masyarakat
Selain memiliki peran dan fungsi sebagai lembaga penyedia informasi,
pelayanan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ditujukan bagi semua
masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kecerdasan,
kemampuan berfikir dan keterampilan melalui sumber-sumber informasi yang
telah disediakan. Oleh karena itu TBM juga memilki beberapa tujuan,
diantaranya:
a. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga
tercipta masyarakat yang cerdas dan selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b. Menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat.
c. Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru.
d. Memberantas buta aksara sehingga tidak menjadi buta aksara.14
Pada Perkembangan zaman yang semakin modern, setiap orang memiliki
hak asasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, termasuk
didalamnya yaitu hak dalam mendapatkan informasi. Untuk mencapai standar
hidup yang lebih baik, setiap orang membina kecakapan berkomunikasi,
keterampilan, menambah ilmu pengetahuan dan budi pekerti secara terus-
menerus. Bahkan seseorang perlu mendapatkan pemenuhan informasi sesuai
kebutuhannya guna menjawab setiap masalah yang terjadi pada diri mereka
sendiri dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Perkembangan zaman di
dunia saat ini, perpustakaan atau TBM terus menjadi kunci untuk membantu
orang memahami, mengubah dan memimpin masyarakat ke masa depan.
Sedangkan teknologi yang semakin maju adalah untuk menunjang kelancaran
14
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
(Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, 2006), h.1
17
akses ke sumber daya mana saja dan kapan saja pada setiap perangkat, untuk
menjaga pengetahuan mereka dan keterampilan up to date.15
Pencapaian informasi bagi masyarakat ini dapat diatasi dengan cara mudah
dan ekonomis, yaitu dengan melalui layanan-layanan baca yang menyediakan
bahan bacaan. Sasaran TBM sendiri adalah masyarakat dari berbagai tingkatan
tanpa mengenal batas usia, baik untuk sebelum, selama dan sesudah
menempuh jalur pendidikan formal maupun non formal atau pun masyarakat
yang tidak berkepentingan. Layanan TBM ini, biasanya memiliki koleksi
bacaan yang sesuai dengan kondisi masyarakat tertentu guna menjawab
masalah yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di sekitar TBM.
B. Minat Baca
1. Pengembangan Minat Baca
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
melalui pendidikan ataupun latihan. Pengembangan yaitu proses, cara, atau
upaya untuk meningkatkan mutu. Minat adalah sumber motivasi yang
mendorong seseorang melakukan apa yang diinginkan ketika bebas
memilih.16
Membaca adalah suatu kegiatan yang berfungsi sebagai nutrisi bagi
mental anak. Asupan nutrisi anak berasal dariapa yang didengar, dilihat,
dibaca dan dirasakan. Ilmu dan semua informasi yang diperoleh dari membaca
memiliki nilai positif dan sangat bermanfaat dalam merangsang
perkembangan akal dalam menyikapi persoalan hidupnya, sehingga anak
15
Kathi Rosa, “American Libraries in 2016: Creating Their Future by Connecting,
Collaborating and Building Community”, International Federation of Library Associations and
Institutions V, no.42 (Juli 2016), h.85-86. 16
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 1989), h.115.
18
dapat belajar memahami dan membuat solusi terhadap permasalahannya.17
Sedangkan minat baca adalah suatu sikap positif dan adanya rasa keterikatan
dalam diri seseorang terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku
bacaan. Aspek minat baca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan
manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah
dibaca. Kemudian minat baca pada anak diartikan sebagai suatu perhatian kuat
dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca,
sehingga membangun kesadaran anak yang kemudian mengarahkan anak
untuk membaca dengan kemauannya sendiri.18
Ketertarikan dalam membaca tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan
dengan cara menanamkan dan mengembangkan minat baca kedalam diri anak
dan tidak semestinya menunggu pada usia sekolah atau denganhanya
mengandalkan pelajaran yang diberikan guru disekolah. Penanaman minat
baca diusia anak-anak akan membentuk karakter pada anak sehingga anak
memiliki keinginan atau minat untuk membaca.
Peran orang tua sangat berpengaruh terhadap minat baca anak, maka
sebaiknya para orang tua menuntun anak. Misalnya dengan cara mengajak
anak untuk bercerita dengan buku, menyediakan buku sebanyak mungkin
dengan cara melanggan buku-buku, majalah atau bacaan lainnya untuk anak,
sering mengajak anak ke toko buku atau perpustakaan sehingga anak dapat
memilih sendiri buku yang diinginkannya, sampai akhirnya mereka sudah
17
Noviar Masjidi, Agar Anak Suka Membaca: Sebuah Panduan Bagi Orang Tua
(Yogyakarta: Media Insani, 2007), h.43. 18
Lilawati, Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua, Stimulasi Membaca dari
Orang Tua dan Intelegensi dengan Minat Membaca pada Anak (Yogakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada, 1988)
19
mandiri dan pergi sendiri ke toko buku atau perpustakaan agar keinginan
membacanya terpenuhi.19
2. Fungsi Pengembangan Minat Baca
Kesadaran dalam mengembangkan minat baca pada anak di Indonesia saat
ini masih rendah. Faktor paling besar yang menyebabkan kurangnya minat
baca pada anak adalah kurangnya motivasi dari orang tua dalam memberikan
perhatian terhadap bacaan anak. Sebagian besar orang tua hanya menyerahkan
anak untuk belajar dengan guru disekolah. Sebaiknya tidak hanya di sekolah
saja anak mendapatkan pendidikan dalam hal membaca dan lainnya, tetapi
juga memberikan bimbingan belajar atau dengan cara mendongengkan
sebelum tidur. Hal ini bukan hanya berdampak pada pengaruh minat baca
anak, tetapi juga akan memberikan hubungan yang lebih dekat antara
orangtua dengan anak.
Minat baca dikatakan sangat penting, karena dengan membaca seseorang
dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengenal diri dan lingkungannya.
Selain itu dengan membaca membuat seseorang dapat membandingkan,
meneliti, dan menguji berbagai hal yang bermanfaat bagi kehidupan, yang
sekaligus artinya meningkatkan kemampuan untuk membedakan hal yang baik
dan yang buruk.20
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Minat Baca
Ada beberapa hal yang mendorong penumbuhan minat baca, yaitu rasa
ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan dan informasi.
19
Mary Leonhard, Kiat Menumbuhkan Kegemaran Membaca Pada Anak (Jakarta: Grasindo,
1999). 20
Oktiviane Anita Sinaga, Minat dan Kebiasaan Membaca Pelajar Sekolah Menengah
Umum di Bogor (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1997)
20
Keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya bahan bacaan
yang menarik, berkualitas, dan beragam. Keadaan lingkungan sosial yang
lebih kondusif, maksudnya adanya iklim yang selalu dimanfaatkan dalam
waktu tertentu untuk membaca. Rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama
yang aktual dan berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan
rohani.21
Secara umum, minat baca masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
a. Ekonomi
Tingkat perekonomian atau pendapatan masyarakat yang masih
relatif rendah, sehingga dapat berpengaruh kepada daya beli atau prioritas
kebutuhan utama. Buku bukan sebagai salah satu kebutuhan primer, jadi
masyarakat baru akan memenuhi apabila kebutuhan sehari-hari telah
terpenuhi. Jadi dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi masyarakat
menjadi salah satu faktor yang bertautan langsung dengan minat baca.
b. Pendidikan
Faktor pendidikan yang masih relatif rendah khususnya didaerah
terpencil di Indonesia. Rendahnya pendidikan menyebabkan tidak adanya
minat untuk mencintai bahkan membaca buku.
c. Ketersedian Bacaan
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana seperti perpustakaan
dan taman bacaan dengan buku-buku yang bermutu, bervariasi, menarik,
dan memadai membuat perkembangan minat baca sangat minim. Anak
21
Soetarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 29.
21
tidak dapat menemukan buku ataupun bacaan lain yang menarik
perhatiannya.
d. Pustakawan/Pengelola Informasi
Minimnya jumlah pustakawan sebagai pengelola informasi.
Jangankan pengelola informasi di daerah plosok atau terpencil, jika kita
melirik perpustakaan-perpustakaan sekolah pun masih sangat minim.
Sebagian besar belum dikelola oleh pengelola informasi yang
berkompeten dibidangnya. Sebenarnya dari sinilah seharusnya
pembudayaan membaca itu dimulai pada garis formal, akan tetapi belum
banyak kita temukan perpustakaan sekolah dengan koleksi yang memadai
dan dikelola oleh sumber daya pustakawan.
e. Arus Hiburan dan Perkembangan Teknologi
Arus hiburan dan perkembangan teknologi memiliki nilai negatif
dan positif bagi perkembangan minat baca anak. Apalagi jika tidak
diimbangi dengan pengawasan dan pembatasan dari orang tua, maka arus
teknologi lebih banyak mengarah kepada dampak negatif untuk anak.
Pasalnya ketika anak dikenalkan dengan games ataupun gadget maka anak
akan malas untuk membaca buku dan memilih untuk menghabiskan
waktunya bermain games. Padahal banyak cara lain untuk meminimalisir
bahkan mengubah dampak negatif tersebut menjadi nilai positif, misalnya
dengan memanfaatkan gadget sebagai media pembelajaran anak men-
download buku-buku dari e-book.
22
C. Pendampingan Belajar
1. Pengertian Pendampingan Belajar
Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat
bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam individu atau kelompok
yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan mengontrol.22
Pendampingan belajar sebaiknya diberikan bukan hanya di sekolah melainkan
juga di rumah.
Pada masa usia anak-anak akan lebih mudah menerima pengetahuan, yang
kemudian mengaplikasikan dalam kesehariannya sehingga membentuk
karakter dalam berbahasa. Pada saat kegiatan belajar mengajar juga harus
dirancang untuk menciptakan pendekatan pada saat proses penyampaian
materi, agar tercapainya hasil dari apa yang dituju. Misalnya pada saat guru
menyampaikan isi buku pelajaran, siswa mungkin tidak akan membaca teks
melainkan hanya fokus dengan lisan guru dan catatan mereka, hal seperti ini
membutuhkan teknik agar anak juga ikut membaca dalam menyimak buku
bacaan.23
Teknik yang digunakan guru pendamping bisa dirancang sendiri
sesuai dengan kretifitas masing-masing, sesuai dengan kondisi anak yang
sedang dibimbing. hal ini dimaksudkan agar terciptanya tujuan pembelajaran
antara guru pembimbing dengan anak yang dibimbing.
Hubungan antara kemampuan berbahasa dan kecerdasan sangat erat, hal
ini juga disampaikan oleh Pretty, seorang ahli bahasa dalam buku karangan
22
Ahmad Abtokhi, “Peran Ibu dalam Kegiatan Pendampingan Belajar Anak Melalui Prinsip
Individual Learning-Centered”, Jurnal Kesetaraan Gender (PSG) Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang V. 4, no. 2 (2009): h. 170 23
Julian Hermida, “The Importance of Teaching Academic Reading Skills,” First-Year
University Courses, V, no.3 (September 2009), hal. 25.
23
Anita Lie mengatakan bahwa, pemerolehan bahasa yang baik pada masa
prasekolah merupakan modal dasar yang baik bagi proses perkembangan
kemampuan anak di sekolah. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa itu
sangat vital bagi anak.24
2. Fungsi Pendampingan Belajar
Pendampingan secara umum memiliki beberapa fungsi, adapun fungsi
tersebut yaitu:
a. Fungsi Penyembuhan (Healing)
Keadaan ini dipakai oleh pendamping ketika melihat keadaan yang perlu
dikembalikan keadaan semula atau mendekati keadaan semula.
b. Fungsi Membimbing (Guiding)
Fungsi membimbing ini dilakukan pada waktu orang harus mengambil
keputusan tertentu tentang masa depannya. Dalam hal ini, klien sedang
dalam proses pengambilan keputusan.
c. Fungsi Menopang (Sustaining)
Fungsi ini dilakukan bila klien tidak mungkin kembali ke keadaan semula.
Fungsi menopang digunakan sebagaimana adanya, kemudian berdiri diatas
kaki sendiri dalam keadaan baru, bertumbuh secara penuh dan utuh.
d. Fungsi Memperbaiki Hubungan (Renconciling)
Fungsi ini digunakan untuk membantu klien bila mengalami konflik batin
dengan pihak lain yang mengakibatkan putus dan rusaknya hubungan.25
Dari uraian tersebut, yang paling mendekati dengan fungsi pendampingan
belajar adalah fungsi Guiding, yaitu dimana pendampingan berfungsi agar
anak mampu mengambil keputusan dalam suatu tindakan. Sedangkan
Pendampingan belajar memiliki beberapa fungsi bagi siswa, antara lain:
a. Meningkatkan kualitas belajar anak di kelas secara keseluruhan
b. Membantu menangani kondisi kekhususan yang seringkali menjadi
gangguan pada kegiatan belajar anak.
c. Membantu anak dalam hal seperti konsentrasi, komunikasi, partisipasi
dalam kelas, sosilisasi, bersopan santun dan mengendalikan perilakunya.
d. Memudahkan penyampaian pelajaran-pelajaran di kelas kepada anak
dengan tujuan untuk memaksimalkan pemahaman sang anak.26
24
Anita Lie, Memudahkan Anak Belajar (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008), h. 52. 25
Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit (Yogyakarta: Kanisius,
2006), h. 87.
24
3. Tujuan Pendampingan Belajar
Tujuan pendampingan belajar secara umum adalah membatu siswa untuk
mencapai penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap
siswa dapat belajar dengan efisien sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Adapun tujuan dari pendampingan, antara lain:
a. Agar siswa bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri dan dapat
menggunakan penegetahuan mereka secara efektif bagi dirinya dan
lingkungan sosialnya.
b. Agar siswa terbiasa mempersiapkan diri secara efektif dalam menghadapi
tugas-tugas sekolah selanjutnya.
c. Agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal meliputi semua
aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.27
Dari uraian tujuan pendampingan belajar diatas, dapat disimpulkan
bahwa bimbingan belajar memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas di sekolah dan lebih berani dalam
mengaplikasikan kemampuan/ potensi yang dimilikinya dalam kehidupan
sehari-hari.
D. Dongeng
1. Pengertian Dongeng
Mendongeng merupakan sebuah seni bercerita yang dapat digunakan
sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai pada anak yang dilakukan tanpa
perlu menggurui sang anak.28
Mendongeng dan dongeng adalah dua hal yang
26
Sekretariat College of Allied Educators Indonesia, “Guru Pendamping atau Shadow
Teacher” artikel diakses pada 17/02/06 22.59 WIB dari https://cae-indonesia.com/apa-itu-guru-
pendamping-atau-shadow-teacher/ 27
Yusuf Ramadhan. “Program Bimbingan Belajar Melalui Pendampingan Pada Proses
Belajar Mengajar” artikel diakses pada 17/02/03 dari http://sanancity.co.id/2009/04/program-
bimbingan-belajar-melalui.html 28
Andi Yudha Asfandiyar, Cara Pintar Mendongeng (Bandung: Dari Mizan, 2007), h.2.
25
saling berkaitan,dongeng sendiri merupakan cerita yang dituturkan atau
dituliskan, bersifat hiburan dan biasanya tidak benar-benar terjadi dalam
kehidupan. Selain itu dongeng adalah bentuk karya sastra yang ceritanya tidak
benar-benar terjadi/fiktif yang bersifat menghibur dan memiliki ajaran moral
yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut. Cerita yang dituturkan atau
dituliskan yang bersifat hiburan dan biasanya tidak benar-benar terjadi dalam
kehidupan. Sedangkan mendongeng merupakan seni paling tua yang
diwariskan oleh leluhur sebagai suatu sarana transfer informasi mengenai
sejarah atau kejadian-kejadian kepada generasi turun-temurun.
Mendongeng dapat memberikan pengaruh besar terhadap keterampilan
membaca dan pembentukan karakteristik pada anak, jadi akan lebih baik jika
tradisi mencintai buku dipupuk sedini mungkin. Namun, hal ini perlu
diimbangi dengan adanya kerjasama yang baik antara anak dengan
pendongeng, baik itu orang tua maupun guru pendongeng. Menciptakan
suasana gemar membaca dengan keluarga, yaitu dengan banyak melibatkan
aktivitas anak yang berhubungan dengan buku adalah salah satu cara terbaik
untuk membangkitkan minat baca anak.29
2. Jenis-Jenis Mendongeng
Terdapat beberapa macam jenis dongeng yang dapat digunakan seseorang
untuk didongengkan kepada audience atau anak, pemilihan jenis dongeng ini
biasanya telah dipersiapkan oleh pendongeng sebelum menyampaikan cerita
29
Murti bunanta, Buku Dongeng dan Minat Membaca (Jakarta: Pustaka Tangga,2005), h.3.
26
agar kegiatan mendongeng berjalan dengan lancar. Berdasarkan isinya
dongeng dapat digolongkan ke dalam jenis-jenisnya,30
yaitu sebagai berikut:
a. Dongeng Tradisional
Dongeng tradisional adalah dongeng yang berkaitan dengan cerita
rakyat dan biasanya turun-menurun. Dongeng ini sebagian besar berfungsi
untuk melipur lara dan menanamkan semangat kepahlawanan. Biasanya,
dongeng tradisional disajikan sebagai pengisi waktu istirahat, dibawakan
secara romantik, penuh humor dan sangat menarik. Misalnya,
Malinkundang, Calon Arang, Jaka Tingkir, Sangkuriang dan lain-lain.
b. Dongeng Futuristik (Modern)
Dongeng futuristik atau dongeng modern disebut juga dengan dongeng
fantasi. Dongeng ini biasanya bercerta tentang suatu cerita yang fantastik,
misalnya tiba-tiba menghilang. Dongeng futuristik bisa juga bercerita
tentang masa depan, misalnya Bumi abad ke-25.
c. Dongeng Pendidikan
Dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan satu misi
pendidikan bagi dunia anak-anak. Misalnya, menggugah sikap hormat
kepada orang tua.
d. Fabel
Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan
dapat berbicara seperti manusia. Cerita-cerita fabel sangat luwes
digunakan untuk menyindir perilaku manusia tanpa membuat manusia
tersinggung. Misalnya, dongeng kancil, kelinci dan kura-kura.
30
Andi Yudha Asfandiyar, Cara Pintar Mendongeng, (Bandung: Dari Mizan, 2007), h.85-
87
27
e. Dongeng Sejarah
Dongeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah.
Dongeng ini banyak yang bertemakan kepahlawanan. Misalnya kisah-
kisah para sahabat Rosulullah SAW, sejarah perjuangan Indonesia, sejarah
pahlawan atau tokoh-tokoh dan sebagainya.
f. Dongeng Terapi (Traumatic Healing)
Dongeng terapi adalah dongeng yang diperuntukan bagi anak-anak
korban bencana atau anak-anak yang sedang sakit. Dongeng terapi adalah
dongeng yang bisa membuat rileks saraf-saraf otak dan membuat tenang
hati mereka. Oleh karena itu, dongeng ini didukung pula dengan kesabaran
pendongengnya dan musik yang sesuai dengan terapi itu sehingga
membuat anak-anak merasa nyaman dan enak.
3. Manfaat Mendongeng
Dongeng banyak memberikan manfaat, tidak hanya bagi anak-anak tetapi
juga bagi pendongengnya sendiri. Menurut Josette Frank, seperti halnya orang
dewasa,anak-anak memperoleh pelepasan emosional melalui pengalaman
fiktif yang tidak pernah mereka alami secara nyata. Dongeng ternyata
merupakan salah satu cara efektif untuk mengembangkan aspek-aspek
pengetahuan, perasaan, sosial dan aspek penghayatan. Adapun manfaat yang
diperoleh dari dongeng, antara lain:
a. Penanaman Nilai-Nilai
Mendongeng atau memberikan dongeng kepada anak akan
memberikan pengetahuan langsung kepada anak tanpa perlu dipaparkan
maksud dari nilai yang terkandung didalam suatu cerita. Di sini anak akan
28
menyerap secara otomatis nilai tanpa merasa digurui melainkan dengan
cara penyampaian cerita melalui dongeng.
b. Membangun Kemampuan Literasi
Mendongeng dapat juga meningkatkan kemampuan berbahasa pada
anak, hal ini secara tidak langsung berkontribusi pada hal pendidikan.
Dengan mendengarkan dongeng anak akan menyerap bahasa yang
disampaikan pada saat dongeng dan kemudian anak menerapkan
kemampuan berbahasanya dalam kesehariannya.
c. Memicu Daya Berpikir Kritis Anak
Dongeng dapat mempengaruhi pola pikir pada anak, karena pada
umumnya anak senang mendengarkan cerita, karena kesenangannya
dengan cerita biasanya mereka anak menanyakan terkait hal apa uang
tidak dia ketahui sehingga anak akan terlatih dalam berfikir.
d. Merangsang Imajinasi, Fantasi dan Kreativitas Anak
Dongeng memiliki cerita yang bervariasi, anak akan sangat mudah
melakukan imajinasi terhadap sesuatu yang belum diketahuinya. Dongeng
membuat anak membayangkan dan berimajinasi dengan kreativitasnya
masing-masing atas tokoh, suasana dan tempat yang digambarkan dalam
dongeng.
e. Mampu Melatih Daya Konsentrasi
Ketika seorang anak mendengarkan dongeng, maka dia akan terfokus
dan menyimak atas cerita yang didongengkan dan saat itulah anak belajar
untuk berkonsentrasi dengan baik.
29
f. Membuka Cakrawala Pengetahuan Anak
Setiap anak pada umumnya sangat menyukai hal-hal yang baru
diketahui disekitarnya. Rasa ingin tahu dan penasaran mereka sangat
besar. Mendongeng adalah salah satu yang dapat digunakan sebagai sarana
pengetahuan baru melalui serangkaian cerita. Untuk mengembangkan
pengetahuan anak sebaiknya cerita yang disampaikan benar adanya, agar
anak mendapatkan informasi yang riil. Misalnya cerita terjadinya hujan,
maka anak akan mengetahui bagaimana proses terjadinya hujan dengan
kemasan yang berbeda.
g. Mendorong Anak Mencintai Buku dan Meningkatkan Minat Baca
Anak
Mendongeng dengan menggunakan buku atau membacakan cerita
kepada anak mampu mendorong anak untuk mencintai buku dan menarik
minat baca. Setelah mendengarkan, anak memiliki penasaran yang besar
sehingga dia dengan sendirinya mengambil, melihat dan mulai membaca
cerita dalam buku.
4. Tahapan dalam Mendongeng
Ada tiga tahapan dalam mendongeng, yaitu tahap persiapan sebelum
mendongeng, tahap pada saat dongeng berlangsung dan tahap sesudah
mendongeng selesai.31
Berikut uraian pada tahapan mendongeng :
a. Persiapan Sebelum Mendongeng
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam proses ini yaitu
memilih judul buku.Untuk dapat menemukan judul yang menarik dapat
31
Murti Bunanta, Buku Dongeng dan Minat Membaca (Jakarta: Pustaka Tangga,2005),
h.37.
30
dilakukan dengan cara memilah-milah judul dari beberapa judul yang
ada kemudian pilih buku yang kiranya banyak disukai atau menarik dan
mudah diingat. Pada saat akan mendongeng akan lebih baik pendongeng
memberikan cerita yang memang telah diketahui.32
Bahkan memang
sebaiknya, pendongeng memilih jenis cerita yang bukanhanya
diketahuimelainkancerita yang sangat ia kuasai.33
Hal ini agar
pendongeng memahami atas cerita yang akan diceritakan dan untuk
mempermudah pada saat proses mendongeng.
Hal kedua yang perlu diperhatikan dalam persiapan sebelum
mendongeng yaitu memahami karakter tokoh-tokoh dalam cerita yang
akan disampaikan. Memahami karakter pada sebuah tokoh dianggap
sangat penting karena salah satu kekuatan sebuah cerita yaitu dengan
mendalami karakter tokoh dalam cerita tersebut dimainkan. Selain untuk
mempermudah peran pendongeng, pendalaman sebuah karakter ini juga
bermaksud agar anak atau pendengar mampu memahami tokoh yang
ada. Hal ini berangkat dari konsep mendongeng sendiri, yaitu
menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu
kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan
pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.34
Untuk itu pendongeng
harus dapat menghayati sifat, perasaan, pikiran, emosi, tempat kejadian
32
Margaret Read MacDonald, The Parents Guide Storrytelling (USA: Herper Collins
Publisher, 1995), h. 62. 33
Eka Ratnawati, Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng dalam Pelajaran
Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar Negeri 2 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali
(Surakarta: UNS, 2010), h.20. 34
S Bachtiar Bachri, Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya (Jakarta:
Depdikbud, 2005), h. 10.
31
suatu tokoh pada saat mendongeng, kemudian pemilihan kata yang baik
dalam menyampaikan cerita atau dongeng.
Tahapan ketiga atau terakhir pada persiapan sebelum mendongeng
yaitu latihan. Walaupun seorang pendongeng bisanya akan dengan
mudah memberikan dongengnya tanpa harus melakukan sesi latihan,
namun latihan sebelum mendongeng tetap dianggap penting. Apalagi
bagi pustakawan dan pendongeng awal yang baru akan melakukan
kegiatan mendongeng, karena dengan latihan kita dapat mengevaluasi
kekurang apa pada saat mendongeng, memperkirakan durasi yang
dibutuhkan dan mengingat kembali cerita dalam memparaktikannya
sehingga pada saat tampil akan membuat pendongeng lebih yakin dan
percaya diri.
b. Saat Mendongeng Berlangsung
Pada saat dongeng berlangsung ini merupakan tahap paling penting
dalam mendongeng. Setelah membahas mengenai tahap persiapan
sebelum mendongeng dan sekarang saatnya dongeng dimulai. Pada saat
hendak memulai, sebaiknya pendongeng memberikan waktu beberapa
menit sampai audience tenang, agar audience atau anak mampu
menyimak dengan baik dongeng yang akan disampaikan. Kemudia
ketika acara dimulai pendongeng memberikan salam sapa kepada
audience, bisa juga dibuka dengan kegiatan-kegiatan menarik perhatian
dan setelah audience terbawa dengan suasananya barulah pendongeng
memasuki jalan cerita secara perlahan. Pada saat berlangsungnya
32
kegiatan dongeng ada beberapa hal yang dapat membuat jalan cerita
menjadi lebih menarik untuk disimak, antara lain:
1) Kontak Mata
Saat sesi mendongeng, pendongeng harus melakukan kontak
mata kepada audience, karena dengan adanya kontak mata tersebut
audience akan merasa dirinya diajak untuk berinteraksi. Dengan
kontak mata pula pendongeng dapat mengetahui audience,
menyimak atau tidak pada dongeng yang disampaikan.
2) Mimik Wajah
Pendongeng harus memainkan mimik wajah pada saat
penyampaian dongeng, mimik wajah akan membantu hidup atau
tidaknya suatu dongeng yang disampaikan. Hal ini akan membuat
ekspresi wajah dalam menggambarkan situasi perasaan dalam
dongeng.
3) Gerak Tubuh
Gerakan tubuh pendongeng dapat membantu penggambaran
jalan cerita atas dongeng yang disampaikan. Hal ini akan terlihat
lebih menarik, ketika pendongeng menggerakkan bagian dari
tubuhnya untuk mengikuti tingkah laku tokoh cerita dalam
dongeng. jika pendongeng hanya diam dan menceritakan jalan
cerita saja, hal ini akan cepat membuat audience atau anak merasa
bosan.
33
4) Suara
Tinggi rendahnya suara dalam menceritakan suatu dongeng sangat
membantu mengajak audienceatau anakuntuk merasakan keadaan
dalam dongeng. Pendongeng bisa meninggikan intonasi pada saat
bagian menarik dalam dongeng dan kemudian kembali pada
intonasi semua lagi. Selain tinggi rendahnya intonasi, pendongeng
sebaiknya memberikan suara-suara yang menyerupai tokoh dalam
dongeng, misalnya suara katak, ayam dan lainnya, atau juga
menyerupai suara alam, seperti suara angin, suara ombak, suara
hujan dan lain sebagainya.
5) Kecepatan
Kecepatan dalam mendongeng juga berpengaruh pada menarik
atau tidaknya dongeng. Untuk itu pendongeng perlu menyesuaikan
waktu tingkat kecepatan dari setiap bagian dalam cerita dongeng
yang disampaikan. Pengaturan durasi dalam dongeng bisa
disesuaikan dengan cara latihan sebelum memulai atau pada tahap
persiapan.
6) Alat Peraga
Mendongeng dengan menggunakan alat peraga dapat
menjadikan dongeng menjadi lebih menarik, karena anak-anak atau
audience dapat dengan langsung melihat bentuk atau karakter yang
menyerupai tokoh dalam dongeng. Alat peraga dalam dongeng
misalnya seperti wayang, gambar, kain, boneka atau bisa langsung
diperankan oleh orang seperti tokoh Pak Raden.
34
c. Sesudah Kegiatan Mendongeng
Setelah selesai menceritakan isi dari dongeng, pendongeng dapat
mengajak audience atau anak untuk mengingat kembali bagian tertentu
dari dongeng yang telah disampaikan. Pendongeng juga dapat
melakukan kegiatan tanya jawab setelah dongeng selesai, karena anak
akan terus menerus dilibatkan dalam cerita yang didongengkan serta
menstimulasi pikiran dan imajinasi mereka. Ada banyak hal yang dapat
ditanyakan kepada anak-anak, misalnya dengan menayakan nama tokoh
yang telah didongengkan, menanyakan perasaan audience atau anak atas
dongeng yang disampaikan, atau juga dapat meminta anak untuk
membuat ilustrasi gambar atas dongeng yang telah disampaikan.
Kemudian menanyakan kepada anak secara individu dan disinilah
mengajarkan anak untuk tambil berani dihadapan banyak orang dan
meningkatkan percaya diri pada anak.
5. Teknik Mendongeng
Dalam proses kegiatan mendongeng memerlukan teknik yang dapat
menarik perhatian anak dan menjadikan cerita yang dibawakan menjadi
menarik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam mendongeng,35
yaitu:
a. Membaca Dari Buku Cerita
Teknik ini adalah teknik membacakan dongeng secara langsung dari
buku cerita. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan buku cerita yang
mengandung pesan-pesan baik di dalamnya.
35
Jasmin Hana, Terapi Kecerdasan Anak dengan Dongeng (Yogyakarta: Berlian Media,
2011), hal. 58-60
35
b. Mendongeng Dengan Ilustrasi Buku
Teknik ini menggunakan ilustrasi dari buku yang telah pendongeng
pilih. Ilustrasi itu harus menarik dan lucu sehingga anak bisa
mendengarkan dan memusatkan perhatian lebih besar dibanding buku
cerita. Ilustrasi gambar yang digunakan sebaiknya cukup besar dilihat oleh
anak dan berwarna serta susunannya berurut dalam menggambarkan jalan
cerita yang disampaikan.
c. Menceritakan Dongeng
Mendongeng merupakan suatu cara untuk meneruskan warisan budaya
yang bernilai luhur dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Menceritakan dongeng pada anak dapat membantu anak mengenal budaya
leluhurnya dan mengetahui sejarah dari kejadian lampau serta menyerap
pesan-pesan yang terkandung didalamnya.
d. Mendongeng Dengan Menggunakan Boneka Atau Alat Peraga
Pemilihan cerita dengan menggunakan boneka atau alat peraga lainnya
tergantung pada usia dan pengalaman anak. Boneka atau alat peraga yang
digunakan mewakili tokoh cerita yang akan disampaikan. Adapun alat
peraga yang sering digunakan sebagai alat bantu untuk mendongeng yaitu
menggunakan boneka tangan atau boneka jari.
e. Dramatisasi Dongeng
Teknik ini digunakan untuk memainkan perwatakan tokoh dalam suatu
dongeng yang disukai anak. Biarkanlah anak berimajinasi, jika ia ingin
dongengnya berkembang berdasarkan yang ia inginkan, ikuti saja
khayalan akan dongengnya. Hasilnya, ia akan merasa dilibatkan dan bisa
36
mengekspresikan dirinya. Tak masalah menggunakan aneka macam suara
aneh atau gerakan-gerakan yang ekspresif untuk menggambarkan tokoh-
tokoh di dalam dongeng. Jika anak suka dengan kisah Superhero yang bisa
terbang, jangan segan menggendongnya lalu “menerbangkannya”.
f. Mendongeng Dengan Memainkan Jari-Jari Tangan
Teknik ini memungkinkan pendongeng berkreasi dengan
menggunakan jari-jari tangan, tergantung kreativitas sesuai dengan
perwatakan tokoh yang ada di dalam dongeng.Memainkan jari pada tangan
ketika memerankan suatu tokoh dalam dongeng juga akan memberikan
kejelasan kepada audienceatau anak.
E. Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelusuran, peneliti menemukan 2 hasil penelitian yang
relevan, yang berkaitan dengan tema yang dijadikan penelitian ini. Hasil ini
diperoleh peneliti melalui hasil penelusuran online. Adapun 2 hasil penelitian
yang relevan, yaitu:
Penelitian pertama dilakukan oleh Ludfia tahun 2015, dengan judul
penelitian ”Upaya Pembinaan Minat Baca di Taman Bacaan Masyarakat Study
Kasus TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu” penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan purposive sampling
yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penghambat minat baca. Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa upaya pembinaan minat baca di TBM SBJD dan
TBM JI adalah menyelenggarakan pentas seni, membuat mading, membaca buku
37
selama 15 menit kemudian membuat ringkasan, mensirkulasi buku selama 1
minggu sekali dengan tema yang berbeda, menyelenggarakan kelas pekerjaan
tangan, lomba memasak, pemutaran film/video, dan story telling. Kendala yang
dialami dalam penelitian ini yaitu kurangnya sosialisasi, perkembangan teknologi
informasi, kurangnya dukungan dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat,
kurangnya dukungan dan kerjasama pemerintah, rendahnya sikap dan minat
anak-anak terhadap bahan bacaan dan ketidak pedulian orangtua terhadap
pendidikan anak.
Penelitian ke-dua dilakukan oleh Kania Rianti tahun 2010, dengan judul
“Peningkatan Minat Baca Anak Melalui Mendongeng: Studi Kasus di
Perpustakaan Rawamangun”. Penelitian ini membahas peningkatan minat baca
anak melalui mendongeng. Metode yang digunakan adalah studi kasus, dibatasi
pada kelompok anak yang merupakan anggota Perpustakaan Pustaka Kelana
untuk meningkatkan minat baca anak melalui kegiatan mendongeng di
perpustakaan. Berdasarkan hasil penelitian, anak yang gemar mendengarkan
dongeng memiliki minat baca yang cukup baik, sehingga kegiatan mendongeng
harus terus dilakukan dan dikembangkan secara rutin di perpustakaan.
Perbedaan antara penelitian saya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ludfia (2015) dengan judul ”Upaya Pembinaan Minat Baca di Taman Bacaan
Masyarakat Study Kasus TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela
Ilmu” yaitu, tempat penelitian saya yaitu di Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
WARABAL, sedangkan tempat penelitian Lutfia (2015) di Sanggar Baca Jendela
Dunia (SBJD) dan TBM Jendela Ilmu (JI). Penelitian saya dan penelitian Lutfia
(2015) menggunakan metode Purposive sampling. Tujuan penelitian saya adalah
38
mengungkapkan upaya yang dilakukan dan mengetahui kendala serta upaya
dalam mengatasi kendala yang dialami TBM WARABAL dalam melakukan
pengembangan minat baca anak melalui Pendar dan Dongeng, sedangkan
penelitian Lutfia (2015) bertujuan untuk mengetahui upaya TBM SBJD dan TBM
JI dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat melalui
program-program yang dilaksanakan dan dikembangkan dan untuk
mengidentifikasi faktor penghambat minat baca. Hasil penelitian saya
menunjukkan bahwa TBM WARABAL berperan penting dalam pengembangan
minat baca melalui Pendar dan Dongeng. Kegiatan ini disambut oleh antusiasme
tinggi anak-anak dan respon positif dari para orang tua, serta didukung layanan
koleksi buku bacaan yang sudah memenuhi kebutuhan bacaan anak-anak,
sedangkan hasil dari penelitian Lutfia (2015) adalah menunjukan bahwa upaya
pembinaan minat baca melalui program-program di TBM SBJD dan TBM JI
adalah menyelenggarakan pentas seni, membuat MADING, membaca buku
selama 15 menit kemudian membuat ringkasan, mensirkulasi buku selama satu
minggu sekali dengan tema yang berbeda, menyelenggarakan kelas pekerjaan
tangan, lomba memasak, pemutaran film/video story telling, pameran buku dan
bedah buku fiqih.
Perbedaan antara penelitian saya dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kania Rianti (2010), dengan judul “Peningkatan Minat Baca Anak Melalui
Mendongeng: Studi Kasus di Perpustakaan Rawamangun”, yaitu tempat
penelitian saya di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL sedangkan
Kania Rianti (2010) yaitu di Perpustakaan Rawamangun. Penelitian saya
menggunakan metode Purposive sampling dan dibatasi untuk anak-anak yang
39
mengikuti kegiatan Pendar dan Dongeng usia sekolah dasar, sedangkan penelitian
Rianti (2010) menggunakan metode studi kasus dan dibatasi pada anak yang
merupakan anggota perpustakaan Pustaka Kelana. Perbedaan tujuan penelitian
saya adalah mengungkapkan upaya yang dilakukan dan mengetahui kendala serta
upaya dalam mengatasi kendala yang dialami TBM WARABAL dalam
melakukan pengembangan minat baca anak melalui Pendar dan Dongeng,
sedangkan penelitian Rianti (2010) bertujuan untuk menggambarkan kegiatan
yang dilakukan perpustakaan Pustaka Kelana. Hasil penelitian saya menunjukkan
bahwa TBM WARABAL berperan penting dalam pengembangan minat baca
melalui Pendar dan Dongeng. Kegiatan ini disambut oleh antusiasme tinggi anak-
anak dan respon positif dari para orang tua, serta didukung layanan koleksi buku
bacaan yang sudah memenuhi kebutuhan bacaan anak-anak, sedangkan hasil dari
penelitian Rianti (2010) menunjukan bahwa anak yang gemar mendengarkan
mendongeng memiliki minat membaca yang cukup baik, sehingga kegiatan ini
harus terus dikembangkan dan dilakukan secara rutin.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yang berarti
pengumpulan data yang benar-benar terjadi di lapangan. Penelitian deskriptif
yaitu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu
hal seperti apa adanya.36
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ialah pendekatan penelitian tentang
riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Perspektif
subyek lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan
sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
Keberadaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) belum banyak dijumpai di
daerah Parung, maka dari itu TBM WARABAL merupakan TBM yang cukup
populer di daerah setempat. Atas kesadaran yang kuat untuk melakukan gerakan
membangun masyarakat yang berbudaya baca, pendiri TBM mulai mendirikan
TBM WARABAL dengan modal buku bacaan yang dimilikinya dalam jumlah
yang tidak sedikit.
B. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang diambil langsung, tanpa melalui
perantara dari sumbernya. Data ini diambil langsung dari informan yaitu
36
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA-LAN, 2004), h.58.
41
pemilik sekaligus pengelola, staf, pengajar, murid dan orang tua murid TBM
WARABAL.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder ini dapat diambil dari buku, jurnal, artikel, majalah,
website dan sebagainya.
C. Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dijadikan subjek penelitian untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Agar
mendapatkan informasi yang akurat, faktual, dan mendalam. Peneliti
mempertimbangkan informan yang menguasai yaitu pendiri sekaligus kepala
TBM, staf TBM, pengajar TBM, orang tua murid TBM, dan murid TBM. Teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tersebut disebut juga purposive
sample.37
Informan berarti orang yang memberikan informasi. Dengan demikian,
agar mendapatkan hasil penelitian yang relevan, penelitian ini membutuhkan
informan yang memiliki banyak pengalaman sesuai dengan subjek penelitian.
Selain itu juga, orang yang dijadikan informan harus memiliki kejujuran serta
bersedia sepenuhnya atas ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini
diharuskan demi mendapatkan informasi riil dan sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian. Dalam penelitian ini pemilihan informan dilakukan dengan cara
purposive. Prosedur purposive adalah salah satu strategi menentukan informan
yang paling umum dalam penelitian kualitatif, yaitu menetukan kelompok peserta
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: CV.Alfabeta, 2009), h.
85.
42
yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan
masalah penelitian tertentu.38
Peneliti melakukan wawancara mendalam terkait dengan banyaknya
informasi yang dimiliki informan melalui kegiatan pengembangan minat baca
anak di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL. Sehubung dengan hal
tersebut, peneliti memilih beberapa informan dengan beberapa pertimbangan yang
relevan, yaitu:
1. Pendiri Taman Bacaan Masyarakat WARABAL yaitu, Ibu Kiswanti.
2. Staf Taman Bacaan Masyarakat WARABAL yaitu, Mas Ajir .
3. Orang tua murid di Taman Bacaan Masyarakat WARABAL, yaitu Ibu
Jamilah.
4. Pengajar Pendampingan Belajar (Pendar) di Taman Bacaan Masyarakat
WARABAL, yaitu Ariestty Agilietha Zahra.
5. Murid di Taman Bacaan Masyarakat WARABAL, yaitu Shaleh.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan informasi atau data-data penelitian ini adalah:
1. Riset Lapangan
a) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab untuk memperoleh
pemahaman dan tujuan tertentu.39
Proses wawancara ini dilakukan untuk
38
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan ilmu
Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2011), h.107. 39
Putu Laxman Pendit. Merajut Makna: Penelitian Kualitatif Bidang Perpustakaan dan
Informasi ( Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri, 2009) , h.73.
43
memperoleh dan mengumpulkan informasi atau data, dengan tanya jawab
melalui tatap muka secara langsung.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara semi
terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka. Dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat dan ide-idenya.40
Dalam melakukan wawancara, ada
beberapa informan yang tidak ingin identitasnya dipublikasi, maka peneliti
menyamarkan identitas informan dengan menggunakan inisial.41
Berikut
rincian informan :
Tabel 3.1 Daftar Nama Inisial Informan
No. Nama Inisial Jabatan
1 Kiswanti KW Pendiri Taman Bacaan Masyarakat
WARABAL
2 Ajir AR Staf Taman Bacaan Masyarakat
WARABAL
3 Agiel AL Pengajar Pendar dan dongeng
4 Shaleh SL Murid pendar dan dongeng
5 Jamilah JM Orang Tua Murid TBM WARABAL
b) Observasi
Dalam proses ini, peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap
pelaksanaan pengembangan minat baca melalui pendampingan belajar dan
dongeng di TBM WARABAL yang dilakukan oleh informan.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Menejemen (Bandung: Alfabeta, 2014), h.387. 41
Samiaji Santosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar (Jakarta, Indeks, 2012), h. 21.
44
c) Dokumentasi
Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi ini dimaksudkan
untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Dokumentasi ini
digunakan untuk memperoleh data dan informasi secara riil, terkait dengan
peran Taman Bacaan Masyarakat WARABAL terhadap anak.
2. Riset Perpustakaan
Riset perpustakaan yaitu proses analisis dokumen yang dilakukan oleh
peneliti dengan mempelajari dokumen, dokumen yang dimaksud berkaitan
dengan kegiatan dongeng yang ditemukan dalam media cetak maupun
elektronik. Agar lebih terfokus, setelah data terkumpul kemudian dilakukan
reduksi, pemusatan data dan penyajian data. Setelah semua kegiatan tersebut
dilakukan data baru bisa ditarik menjadi sebuah kesimpulan pada akhir
penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan wawancara terhadap informan, selanjutnya peneliti
menganalisis data yang telah terkumpul baru kemudian disajikan dalam bentuk
laporan. Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan cara reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
1) Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.42
Reduksi
juga berarti proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-
42
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2010), h.92.
45
catatan tertulis di lapangan. Dalam reduksi data, peneliti melakukan
pemeriksaan kembali data yang telah terkumpul, memilih data yang dianggap
penting dan membuang data yang tidak perlu.
2) Display Data (Penyajian Data)
Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya yaitu menyajikan
data. Dalam penelitian ini data disajikan bentuk uraian naratif dan lain
sejenisnya.
3) Penarikan kesimpulan
Ditahap ini peneliti melakukan pemeriksaan data dengan menggunakan
berbagai informasi dari berbagai sudut pandang yang berbeda, kemudian
mengaitkan pandangannya terhadap subjek penelitian yang di dapat. Data-data
yang terangkum, dijabarkan dalam bentuk naratif kemudian peneliti buatkan
kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.43
F. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL.
Berdasarkan tema penelitian mengenai Peran Taman Bacan Masyarakat (TBM)
terhadap pengembangan minat baca anak melalui Pendar dan Dongeng di TBM
WARABAL, maka peneliti menentukan jadwal penelitian di TBM tersebut.
Setelah menentukan tempat penelitian, peneliti melakukan observasi awal
dan disusul dengan permintaan izin untuk melakukan penelitian di tempat yang
telah ditentukan. Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2016 sampai dengan
November 2016.
43
Emzir. Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali press, 2010), h. 129.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Objek Penelitian
1. Sejarah berdirinya Taman Bacaan Masyarakat WARABAL
Kegiatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL dimulai
pada tahun 1997, saat itu kegiatan dilakukan di teras rumah hingga kemudian
pada tahun 2005 memiliki ruangan 4x10 yang sekarang dijadikan ruang
komputer. Baru pada tahun 2011 TBM WARABAL menempati bangunan 2
lantai di atas lahan 200 m². TBM WARABAL berlokasi di Jl. Kamboja No. 71
RT 01/01, Kp. Saja, Ds. Pemagarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor (16330). TBM
ini didirikan oleh pemiliknya yang bernama Ibu Kiswanti atas hobinya
membaca buku. Pada awalnya ketersediaan buku atau koleksi di TBM
merupakan milik pribadinya sendiri yang gemar membaca buku dan memiliki
jumlah buku yang cukup banyak.
Kemudian didorong oleh kondisi lingkungan kediamannya, yang
dinilai masih sangat kurang pengetahuan masyarakatnya terutama dikalangan
anak-anak pada saat itu. Dengan adanya kegiatan yang digerakkannya, beliau
berharap dapat merubah sikap anak-anak dalam bertutur kata, karena
menurutnya santun merupakan awal kedamaian untuk siapa saja. Dalam
membantu proses kegiatan yang ada, TBM WARABAL memiliki staf dan
beberapa tim pengajar atau relawan yang mendedikasikan dirinya secara
sukarela demi kelangsungan kegiatan setiap harinya.
47
TBM WARABAL memiliki peran sebagai jembatan antara masyarakat
dengan akses informasi yang lebih mudah, tujuannya agar masyarakat dapat
mengoptimalkan diri dalam bermasyarakat di kehidupan sehari-hari. Kegiatan
yang dilakukan di TBM ini bervariasi mulai dari kegiatan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), Pendampingan Belajar (Pendar), TPQ Remaja, Majelis
Ta’lim untuk Ibu-ibu, dan kelas kreasi serta perpustakaan keliling. Koleksi
yang dimiliki saat ini mencapai 12.000 eksemplar buku yang terdiri dari
10.500 judul yang didominasi oleh koleksi bacaan anak.
Sejauh ini, TBM WARABAL mendapatkan dukungan dari masyarakat
sekitar dalam setiap kegiatannya. Bahkan TBM merasa diakui keberadaannya
oleh masyarakat luas, karena banyaknya masyarakat terutama anak-anak yang
berkunjung ke TBM setiap harinya dari berbagai wilayah tertentu. Dari
penyampaian pendirinya, TBM WARABAL belum pernah melakukan
promosi melalui pamplet dan sebagainya, jadi orang tahu tentang keberadaan
TBM yaitu hanya dari mulut ke mulut saja.
2. Visi dan Misi Taman Bacaan Masyarakat WARABAL
a. Visi
Memberikan kemudahan akses literasi dan informasi untuk meningkatkan
kemampuan, kreatifitas dan kemandirian masyarakat.
b. Misi
1) Menyebarluaskan informasi melalui buku sebagai sarana ilmu
pengetahuan;
48
2) Meningkatkan pengetahuan anak-anak dan anggota PKMW
WARABAL dengan berbagai kegiatan yang ada di PKMW
WARABAL;
3) Sebagai sarana pendidikan informal bagi warga sekitar;
3. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Taman Bacaan Masyarakat
WARABAL
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL, memiliki beberapa
kegiatan yang diberikan kepada masyarakat dari berbagai tingkatan. Kegiatan
yang diberikan yaitu, pendidikan anak usia dini, TPQ, majelis ta’lim, kelas
kreasi dan pendampingan belajar. Berikut daftar kegiatan beserta waktu
pelaksanaannya:
Tabel 4. 1 Waktu dan Kegiatan TBM WARABAL
Hari Waktu Jenis Kegiatan
Senin -Jum’at 7.30-10.30 Pendidikan Anak Usia Dini
Seni - Jum’at 18.15-20.15 TPQ Remaja
Kamis 18.30-20.30 Majelis Ta’lim Ibu-ibu
Sabtu 08.00-10.00 Kelas Kreasi (Dongeng,
Kerajinan Tangan, dan Kelas
Menari).
Minggu 7.30-10.30 Pendampingan Belajar (Pendar)
Minggu Disesuaikan Perpustakaan Keliling
49
4. Sumber Daya Manusia Taman Bacaan Masyarakat WARABAL
Sumber daya manusia pengajar yang ada di Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) WARABAL tercatat 32 orang, namun hanya sebagian saja yang
dianggap masih berperan aktif. Untuk pengajar kegiatan pendar dan dongeng
sendiri hanya berjumlah 7 orang. Berikut nama-nama yang terdaftar sebagai
pengajar pendar dan dongeng, yaitu:
Tabel 4. 2 Daftar Nama Pengajar Pendar
No. Nama Pendidikan
1 Safriah Nur A Pelajar SMA
2 Ariesty Agielietha Z Pelajar SMA
3 Bagus Priyono Pelajar SMA
4 Ariel Rusdias Tito Pelajar SMA
5 Aditya Septiawan Mahasiswa
6 Saswi Ariyanti Mahasiswa
7 Nurry Wahyuningsih Karyawan
50
5. Struktur Organisasi Taman Bacaan Masyarakat WARABAL
6.
7. Sarana dan Prasarana Taman Bacaan Masyarakat WARABAL
Selain memberikan layanan informasi, Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
WARABAL memberikan fasilitas sebagai penunjang setiap kegiatan yang
berlangsung di TBM. Berikut daftar fasilitasnya:
Tabel 4. 3 Sarana dan Prasarana TBM WARABAL
No. Jenis Barang Jumlah
1 Rak Buku 9
2 Rak Majalah 3
3 Rak Audio Visual 2
Bendahara
Dwi Septiani
Koordinator Pusteling
Safriah Nur Amaliah
Ketua
Kiswanti
Koordinator Pendar
Nurry Wahyuningsih
Sekretaris
Ahmad Muhajir
Bagus
Priyono
Ariel
Rudiastito
Agieleta
Azzahra
Dwi Septiani Muhammad
Jihad Al Qodr
51
4 Meja Baca 11
5 Meja Kerja 3
6 Rak Etalase 6
7 Kipas 7
8 Papan Tulis 3
9 Rak Mungkena 2
10 Lemari penitipan tas 2
11 Komputer 9
12 OPAC 1
8. Layanan Taman Bacaan Masyarakat WARABAL
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL memberikan layanan-
layanan kepada masyarakat, adapun jenis-jenis layanan yang diberikan TBM
yaitu:
a) Layanan Informasi
b) Layanan Sirkulasi (Peminjaman dan Pengembalian Buku)
c) Layanan Perpustakaan Keliling
d) Layanan Internet
e) Layanan Keanggotaan
f) Layanan Pendidikan Anak Usia Dini
g) Layanan Bimbingan Belajar (Tingkat Sekolah Dasar)
h) Layanan kelas Kreasi (Storytelling, Kerajinan tangan, Teater)
52
9. Koleksi Taman Bacaan Masyarakat WARABAL
Koleksi yang dimiliki Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL
saat ini tercatat 12.000 eksemplar dengan 10.500 judul buku. Koleksi ini
terdiri dari 50% koleksi buku anak, 20% koleksi buku keterampilan, 20%
buku agama, 10% koleksi buku olahraga, kesusastraan, dan sejarah. Koleksi
bahan pustaka tersebut didapat dari anggaran belanja pribadi, hadiah, dan dari
uang hasil kreasi/ kerajinan tangan anak-anak yang kemudian dikumpulkan
untuk dibelikan buku bacaan. TBM rutin mendapatkan informasi mengenai
judul-judul buku baru dari Jakarta International Book Fair, Islamic Book
Fair, dan Gramedia Kompas Fair. Kemudian anak-anak dilibatkan untuk
memilih judul-judul buku yang mereka inginkan dan judul buku terbanyak
yang dipilih anak akan dipertimbangkan untuk dibeli.
Koleksi di TBM WARABAL sudah tersusun di rak secara rapih dan
sesuai dengan kelasnya masing-masing. Pengelompokan koleksi
menggunakan pedoman sistem klasifikasi DDC (Dewey Decimal
Classification).
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Peran Taman Bacaan Masyarakat WARABAL Dalam Mengembangkan
Minat Baca Anak melalui Pendar dan Dongeng
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) memiliki peran sebagai
penghubung antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan dengan
masyarakat, guna memenuhi kebutuhan informasi dan membangun kesadaran
minat baca masyarakat sekitarnya.
53
Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan sejauh mana peran TBM
WARABAL terhadap pengembangan minat baca anak melalui Pendar dan
Dongeng. Berikut hasil wawancara dengan informan KW, selaku Pendiri
TBM WARABAL, mengenai peran TBM WARABAL, yaitu:
“Ingin memberikan kemudahan akses bahan bacaan yah, agar
masyarakat bisa lebih mengoptimalkan dirinya, juga memberikan
kesadaran akan pentingnya eee.., budaya baca”
Menurut peneliti, TBM WARABAL memiliki keinginan kuat untuk
mencapai pemenuhan informasi ataupun ilmu pengetahuan masyarakat sekitar.
Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang telah disampaikan langsung oleh
pendiri TBM tersebut. TBM WARABAL ditujukan untuk umum, namun
seiring berjalannya waktu, yang datang sebagian besar adalah anak-anak. Hal
ini yang kemudian memberikan ide-ide pendirinya untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan anak. Berikut yang disampaikan oleh informan KW, selaku
pendiri TBM WARABAL:
“TBM ini ditujukan untuk umum, tapi memang, ya ternyata yang
datang kesini adalah anak-anak, menurut kami itu akan lebih bagus.
Karena dunia anak ini adalah dunia tumbuh kembang”
Dari penjelasan informan KW diatas, peneliti setuju bahwa akan lebih
bagus apabila yang lebih banyak mendatangi TBM adalah anak-anak, karena
pada saat usia dini, anak akan lebih mudah menerima informasi yang akan
mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari kemudian membentuk suatu
karakter. Hal ini juga di dukung oleh pengakuan informan JM, selaku orang
tua yang anaknya mengikuti kegiatan Pendar dan Dongeng. berikut
wawancaranya:
“....Sebelum tahu ada Warabal kan dia main aja kerjanya gitu, pulang
sekolah langsung main. Setelah ada warabal, paling enggak dia
54
seminggu 2 kali kesana....jadi bedanya dia punya kegiatan yang lebih
bermanfaat setelah ada Warabal itu.”
Menurut pengekuan JM, keberadaan TBM WARABAL sangat
memberikan pengaruh terhadap minat baca anak, karena dengan adanya TBM
anak-anak memiliki kegiatan yang lebih bermanfaat daripada sebelumnya.
Mengenai keberadaannya yang masih di pedalaman, nama TBM
WARABAL memang sudah banyak didengar oleh masyarakat, bukan hanya
masyarakat sekitar tetapi juga oleh masyarakat yang berada di
kampung/wilayah yang berbeda.
Masyarakat mengetahui keberadaan TBM WARABAL, yang memiliki
peran sangat penting sekali dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
peningkatan budaya baca masyarakat terutama anak-anak. Hal ini juga
didukung oleh masyarakat sekitarnya dalam memanfaatkan TBM, mereka
sangat berantusias berkunjung baik itu sekedar membaca buku ataupun ikut
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Seperti Pendampingan
Belajar (pendar), dongeng, kelas kreasi, TPQ ataupun majelis ta’lim.
a. Pendampingan Belajar (Pendar)
Pendampingan belajar sebaiknya diberikan kepada anak bukan
hanya di sekolah melainkan juga di rumah, salah satunya memberikan
bimbingan belajar membaca dan berbahasa pada anak di usia dini. Pendar
itu sendiri dimaksudkan untuk membantu anak mendapatkan pandangan
yang jelas tentang sikap yang dimilikinya apakah baik atau buruk.
Pendampingan belajar atau Pendar juga merupakan salah satu
bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh TBM WARABAL dalam proses
pengembangan minat baca anak-anak. Ada beberapa macam kegiatan
55
pendar yang diberikan TBM ini, seperti bimbingan Matematika, Bahasa
Inggris dan Komputer.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam kegiatan Pendar
yaitu adalah anak kelas 1-6 sekolah dasar, sedangkan dari tim pengajarnya
merupakan dari kalangan siswa SMA, Mahasiswa, dan Ibu rumah tangga.
Saat ini tercatat 7 orang relawan yang mengajar, dimana mereka
memberikan ilmu dan waktunya kepada anak-anak secara sukarela dan
tidak mendapat bayaran sepeser pun.
Kegiatan bimbingan belajar atau yang disebut dengan Pendar ini
merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dapat berpengaruh terhadap
minat baca. Pernyataan ini juga sesuai dengan hasil wawancara kepada
pendiri TBM, berikut menurut informan KW sebagai pendiri TBM
mengenai upaya meningkatkan minat baca anak melalui kegiatan pendar,
adalah:
“... dengan adanya pendar ini. Nanti kita arahkan anak-anak,
misalnya kamu cari arti kata ini, coba kamu cari di kamus. Terus
misal mereka dapet PR negara Australia, makanannya apa?, khas
oleh-olehnya apa?, wisata yang terkenal apa?, iconnya? terus
mereka cari dibuku dan akhirnya mereka membaca buku”
Menurut dari hasil wawancara dengan Pendiri TBM, menyatakan
bahwa kegiatan Pendar memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
pengembangan minat baca anak. dimana anak-anak dapat menggali ilmu
pengetahuan di luar sekolah, namun masih dalam pendampingan pengajar.
Hal serupa juga disampaikan oleh tim pengajar, yang mengatakan betapa
berpengaruhnya kegiatan Pendar terhadap minat baca anak. Berikut adalah
hasil wawancaranya:
56
Menurut Informan AL, selaku pengajar Pendar upaya
meningkatkan minat baca anak melalui kegiatan pendar, adalah:
“kalo aku sih, pertamanya kalo meningkatkan minat baca kita
rayu dia dulu nih si anaknya, aku baca-bacain ke dia, nanti
mereka kepo gitu, “ apaan sih ka” jadi dia buka buku deh”
Menurut peneliti, upaya yang dilakukan oleh TBM WARABAL
dalam melakukan pengembangan minat baca melalui Pendar cukup
efektif, karena yang dilakukan dapat membuat anak ingin membaca tanpa
merasa dipaksa. Menurut hasil wawancara dengan informan, peneliti juga
mengetahui bahwa yang paling penting dari kegiatan pendampingan
belajar adalah untuk mengawasi anak dalam proses belajar termasuk
didalamnya membaca, karena biasanya anak-anak belum bisa menafsirkan
apa yang sedang dibacanya.
Fasilitas sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan Pendar.
Jenis fasilitas yang diperlukan berupa buku bimbingan belajar, ruangan,
papan tulis, meja, kursi, spidol, penghapus dan lainnya. Selama ini fasilitas
yang digunakan oleh anak-anak dalam proses kegiatan diperoleh dari uang
kas yang dipungut sebesar Rp. 10.000,-/ bulan dari anak-anak yang
terdaftar dalam absen kegiatan, yang kemudian jika uang sudah terkumpul
akan dibelikan fasilitas yang belum terpenuhi atau yang memang sudah
harus diganti dengan yang baru.
Mengenai kegiatan-kegiatan yang dijalaninya, TBM WARABAL
tidak menggunakan promosi melalui pamplet atau pun brosur.
Keberadaannya dalam melakukan pengembangan minat baca kepada anak
hanya dari mulut kemulut saja. Kemudian banyak orang yang
57
mempercayakan dalam menitipkan anaknya untuk mengikuti kegiatan
Pendar di TBM. Beberapa anak yang datang bukan hanya berasal dari
daerah sekitar saja, melainkan dari tempat yang lumayan jauh dari lokasi
TBM. Hal ini pula yang membuat pihak TBM merasa bahwa
keberadaanya diakui oleh masyarakat.
Antusias anak-anak khususnya usia pendidikan Sekolah Dasar
(SD) yang mengikuti kegiatan Pendar memang terbilang cukup tinggi.
Dari hasil pengamatan peneliti, anak-anak yang datang sangat memiliki
semangat yang kuat dalam belajar. Apalagi disela-sela jam istirahat yang
diberikan oleh pengajar, mereka lebih banyak yang memanfaatkan waktu
istirahatnya untuk pergi ke ruang koleksi buku bacaan dan memilih untuk
membaca buku. Bahkan yang pergi keluar untuk bermain atau sekedar
jajan diluar bisa dihitung jari. Antusias anak juga dapat dilihat dari jumlah
anak yang cukup banyak yaitu sekitar 100 orang anak yang mengikuti
kegiatan ini.
Berikut adalah hasil wawancara dengan informan AL, sebagai
Pengajar Pendar di TBM WARABAL:
“Ya bagus, nih hampir setiap minggu jumlah anak yang dateng aja
nambah-nambah mulu”
Penyampaian yang diberikan oleh informan AL, menyatakan
bahwa antusias anak untuk datang mengikuti kegiatan Pendar memang
sangat tinggi sekali, terlihat ketika anak-anak datang lagi dan lagi setiap
minggunya dan bahkan jumlah anak yang datang pun terus bertambah.
Jadi kegiatan pendar tidak membuat anak-anak yang mengikutinya merasa
bosan. Proses kegiatan Pendar memang memerlukan kesabaran dan
58
ketekunan dalam menghadapi anak-anak, dari kesabaran dan ketekunan
para pengajar inilah yang kemudian berhasil membuat anak-anak mampu
menerima setiap materi atau ilmu pengetahuan dengan baik.
b. Dongeng
Dongeng merupakan suatu kegiatan bercerita, yang digunakan
TBM WARABAL dalam upaya menumbuhkan minat baca anak dan
menanamkan nilai-nilai pada anak tanpa perlu mengguruinya. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memberikan hiburan kepada anak tanpa
menghilangkan nilai pengetahuan didalamnya, dengan kegiatan dongeng
ini pula dapat dijadikan salah satu cara dalam mengembangkan minat baca
anak.
Dongeng melibatkan beberapa orang dalam setiap kegiatannya,
beda halnya dengan Pendar yang hanya diikuti oleh anak usia sekolah
dasar. Kegiatan Dongeng justru diikuti oleh semua kalangan tanpa dibatasi
usia. Biasanya yang bertugas menceritakan Dongeng adalah pendiri TBM
sendiri, kadang ada juga pendongeng dari luar yang datang untuk
membawakan cerita Dongeng kepada anak-anak. Namun ini hanya
sesekali saja. Hal tersebut membuat pengajar kegiatan Pendar juga ikut
turun tangan membawakan Dongeng untuk anak-anak. Walaupun
Dongeng terbuka untuk semua masyarakat tanpa membatasi usia dan
tingkatan pendidikan, namun mayoritas yang ikut serta mendengarkan
dongeng adalah anak-anak. Berikut penjelasan yang disampaikan oleh
informan KW, sebagai pendiri TBM WARABAL melalui wawancara:
“Biasanya yang ikut itu anak-anak, anak SD dan PAUD. Terutama
kalo anak PAUD itu kognitipnya dapet, eee kosa kata yang
59
didapatnya bertambah, emosionalnya mereka dapet, karena
mereka bermain peran, mulai dari mimik muka, mimik sedih,
marah kan lagi-lagi itukan membangun karakteristik”
Menurut penyampaian melalui wawancara tersebut, informan
mengatakan bahwa peminat kelas kreasi Dongeng memang banyak
diminati oleh anak usia dini dan sekolah dasar. Menurutnya ketika anak
usia dini yang mengikuti kegiatan Dongeng akan membentuk karakter diri
seorang anak yang didapatkan melalui pesan-pesan yang terkandung
dalam suatu cerita.
Dongeng dilakukan sebanyak satu kali dalam dua minggu, itu
artinya dalam satu bulan hanya ada 2 kali pertemuan untuk kelas Dongeng.
Itu pun jika salah satu pendongeng berhalangan hadir dan yang lain juga
berhalangan maka Dongeng tidak dilaksanakan, karena masih terbatasnya
pendongeng yang dapat menyampaikan cerita kepada anak. Kegiatan
dongeng dilakukan di dalam ruangan TBM WARABAL yang masuk
kedalam bagian kelas kreasi, namun kegiatan yang hanya dilakukan
didalam kelas saja sangat membatasi orang yang ingin mengikutinya. Jadi
TBM juga mengadakan perpustakaan keliling untuk mencapai anak-anak
yang berada jauh dari TBM agar mendapatkan pengetahuan tentang
dongeng dan buku bacaan lainnya. Hal ini disampaikan oleh informan AL,
sebagai pengajar kelas pendar dan perpustakaan keliling, berikut hasil
wawancaranya:
“Aku perpus keliling pake motor, langsung bawa papan tulis kayak
ngajar-ngajar gitu, sama bawa buku-buku dibawa di tas, nah nanti
disana kita bagiin dan tanya mau belajar atau mau baca buku apa
nih”
60
Menurut hasil wawancara yang didapat dari informan AL, untuk
menempuh tempat-tempat yang akan dikunjunginya petugas perpustakaan
keliling menggunakan kendaraan sepeda motor, kemudian memberikan
cerita kepada anak-anak yang berada di tempat tersebut dengan cara
membacakan dari buku dan jarang menggunakan alat peraga.
Informan AL, juga menambahkan:
“... Misalkan aku perpus keliling nih, terus aku bacain dongeng ke
anak kecil yang belum bisa baca, kan dia belum bisa baca nih
nanti kita ajarin baca nih, apalagi ada gambarnya jadi mereka
semangat gitu karena ada gambar.. Cuma bacain buku aja sih
keseringan, kalo alat peraga itu jarang”
Informan AL, juga mengatakan bahwa kegiatan Dongeng
meningkatkan minat baca pada anak. Buku cerita bergambar merupakan
buku yang paling banyak diminati, hal ini berdasarkan pengalamannya
dalam menyampaikan cerita melalui buku bergambar. Kemudian
menularkan keingintahuan anak dalam membaca buku cerita dan maksud
dari gambar yang ada didalamnya.
Fasilitas untuk melakukan Dongeng terbilang cukup lengkap, alat
peraga yang membantu kegiatan Dongeng seperti boneka tangan, replika
rumah adat, baju-baju adat, peta, globe sudah tersedia di TBM. Hal ini
berdasarkan hasil yang didapat dari wawancara dengan informan AR,
sebagai staf di TBM WARABAL. Berikut hasil wawancaranya:
“Kalo fasilitas, alhamdulillah sih sudah mencukupi. Kayak boneka
di laci-laci bawah itu, seperti replika rumah adat, juga ada peta
dan globe, jadi kurang lebih sudah memenuhi”
Menurut informasi yang peneliti dapat pula, penyediaan alat peraga
Dongeng bukan hanya untuk menarik anak-anak mendengarkan Dongeng,
61
tetapi juga untuk memperkenalkan kepada anak dalam memperluas lagi
pengetahuan anak.Misalnya dengan melibatkan antara alat peraga satu
dengan lainnya bagaimana hubungannya dengan dunia.
Antusias anak cukup besar dalam menerima Dongeng, walaupun
dalam kegiatan Dongeng lebih banyak dipadati anak usia dini
dibandingkan dengan anak yang duduk di sekolah dasar. Antusias anak
yang besar dalam menerima Dongeng di akui oleh informan AL, sebagai
pengajar pendar sekaligus petugas perpustakaan keliling yang suka
mendongeng, berikut hasil wawancaranya:
“Seneng! Kadang-kadang gini, “ka besok kesini lagi yak” kadang-
kadang ada juga yang jalan, ada juga yang naik sepeda gitu untuk
dateng ke lokasi perpus keliling”
Informan AL menjelaskan, bahwa saat mendatangi salah satu
tempat untuk mendongeng pun ada juga anak-anak yang datang dari beda
tempat, mereka datang dengan berjalan kaki bahkan menggunakan sepeda.
Kegiatan dongeng dan antusias anak dalam menerimanya juga
disambut oleh respon positif masyarakat sekitar. Banyak masyarakat yang
mendukung kegitan tersebut dengan cara mengajak anak-anaknya untuk
mengikuti kegitan dongeng di TBM, ataupun Dongeng yang dilakukan di
perpustakaan keliling. Berikut merupakan pengakuan salah satu informan
JM, sebagai masyarakat yang anaknya juga mengikuti kegitan Pendar dan
Dongeng di TBM WARABAL, berikut hasil wawancaranya:
“Seneng ya mbak.... setelah dia diajarkan dongeng kan pasti
dirumah tuh dia ceritain lagi sama Ayah, sama Kakak, sama
Ibunya apa yang dia dengerin tadi. Terus dia cari bukunya mau
baca setelah dapet cerita itu”
62
Menurut peneliti, dari hasil wawancara tersebut kegiatan Dongeng
disambut hangat oleh masyarakat, terutama orang tua yang melibatkan
anaknya dalam kegiatan Dongeng. Ini dikarenakan kegiatan Dongeng
dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan minat baca pada anak-
anak. Mereka akan menerima pesan-pesan yang terkandung dalam cerita
yang disampaikan. Pesan-pesan tersebut kemudian menjadi informasi atau
ilmu pengetahuan yang didapat secara tidak langsung.
Dari hasil yang didapat melalui wawancara kepada beberapa
informan mengenai kegiatan Pendar dan Dongeng, antusias anak dalam
menerima Pendar dan Dongeng cukup baik. Menurut pengamatan
langsung antusias anak dalam menerima dongeng tidak setinggi saat
menerima kegiatan Pendar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anak yang
datang untuk mengikuti kegiatan Dongeng lebih sedikit dan didominasi
oleh anak-anak usia dini. Kegiatan Pendar dan Dongeng pula mendapat
tanggapan baik dari masyarakat setempat bahkan dari tempat-tempat yang
didatangi selama proses kegitan di perpustakaan keliling.
2. Kendala-Kendala yang Dihadapi Taman Bacaan Masyarakat Dalam
Mengembangkan Minat Baca Anak Melalui Pendar dan Dongeng.
Secara umum, ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat baca,
yaitu ekonomi, pendidikan, ketersediaan bacaan, pengelola informasi, dan arus
hiburan/perkembangan teknologi. Perpustakaan Daerah atau TBM bisa
dijadikan tolak ukur tinggi rendahnya minat baca masyarakat yang tinggal di
63
sekitarnya, begitu juga yang dialami oleh masyarakat sekitar TBM
WARABAL.
Menurut informan KW, faktor yang mempengaruhi minat baca
masyarakat sekitar TBM adalah:
“Menurut saya ekonomi itu tidak menjadi kendala yah, ee yang
menjadi tantangan itu adalah belum semua menyadari bahwa
membaca itu salah satu kebutuhan. Pendidikan justru tidak, malah
kalau keluarga merasa kurang berpendidikan justru mereka sangat
support anaknya untuk datang kesini. Kalau koleksi juga tidak, koleksi
dan SDM juga kan akan selalu berproses yah, sekarang sudah
menguasai ini ya dunianya pun terus berkembang jadi kami berusaha
mengembangkan apa yang kami bisa. Teknologi sampai saat ini tidak
begitu berpengaruh, karenakan gadget memang kita perlukan di
zaman sekarang ini, malah kita sebisa mungkin memanfaatkan gadged
itu bernilai positif. Seperti membaca cerita dari e-book, tapi itupun
menurut saya tidak mengurangi nilai buku karena anak-anak lebih
tertarik membaca buku dibanding e-book”
Dari hasil wawancara, informan menjelaskan bahwa faktor ekonomi
tidak menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap minat baca di
masyarakat sekitar TBM WARABAL. Menurutnya masih banyak masyarakat
yang merasa bahwa membaca bukan merupakan kebutuhan. Kemudian faktor
pendidikan yang juga merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap
minat baca, tingkat pendidikan yang masih rendah bukan menjadi penghambat
pengembangan minat baca. Menurut penjelasan informan KW, keluarga yang
masih memiliki tingkat pendidikan rendah malah menjadi alasan mengapa
mereka sangat mendukung anak-anak mereka untuk datang dan mengikuti
kegiatan pendar di TBM. Guna mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat
membatunya lebih pandai lagi dalam menunjang pelajaran yang diberikan dari
sekolah.
64
Ketersediaan bacaan di TBM bukan menjadi salah satu faktor
penghambat pengembangan minat baca anak, karena koleksi yang dimiliki
TBM WARABAL cukup banyak yaitu mencapai 12.000 eksemplar dan
didominasi dengan koleksi bacaan anak. Sehingga ketersediaan koleksi bukan
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi minat baca anak. Justru
banyaknya jumlah koleksi yang dimiliki TBM menjadi alasan anak-anak
untuk datang dan membaca serta meminjam buku, ini diakui oleh SL, murid
yang mengikuti pendar dan dongeng di TBM WARABAL. Berikut pendapat
SL melalui wawancara:
“... bukunya di sana lengkap jadi buat belajar sama baca cerita udah
terpenuhi. Jadi aku seneng belajar disana”
Sama halnya dengan faktor pendidikan dan ketersediaan bacaan, faktor
arus hiburan dan perkembangan teknologi yang terus berkembang saat ini pun
bukan menjadi hambatan dalam pengembangan minat baca anak di
lingkungan TBM WARABAL. Saat ini, kemajuan teknologi dapat
mempengaruhi minat baca pada sebagian besar masyarakat perkotaan. Beda
halnya dengan sebagian besar anak-anak yang berada lingkungan TBM,
mereka lebih senang mendatangi TBM dengan alasan mengikuti bimbingan
belajar atau hanya sekedar membaca buku, komik dan buku cerita bergambar.
Hal ini berdasarkan hasil pemaparan dari informan dan pengamatan langsung
peneliti saat melakukan observasi langsung kelapangan, serta menanyakan
langsung kepada anak-anak yang sedang membaca sambil menceritakan
kembali buku yang dibacanya kepada salah satu kawannya.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL memiliki beberapa
kendala yang mempengaruhi dalam pengembangan minat baca , yaitu:
65
a. Sarana dan Prasarana
Beberapa kegiatan di TBM masih mengalami kekurangan ruang
dalam pelaksanaannya, misalnya seperti kegiatan Pendar komputer.
Hal ini seperti yang dikatan oleh informan AR, sebagai staf TBM
dalam wawancara yaitu:
“Sejauh ini sih kaya PC komputer masih kurang, karena tempatnya
juga kurang luas. Disini pendar komputer juga dibagi 2 bagian,
karna kurang komputer jadi dibagi dua kelompok”
Menurut informan AR, terbatasnya ruangan dan terlalu banyaknya
anak-anak yang mengikuti kegiatan membuat suasana ruangan menjadi
kurang nyaman, bahkan untuk kegiatan komputer harus dibagi menjadi
dua kelompok. Hal serupa disampaikan juga oleh informan SL,
sebagai murid Pendar dan Dongeng dii TBM WARABAL melalui
hasil wawancara mengenai sarana dan prasarana TBM pendar dan
dongeng, yaitu:
“Papan tulis kurang, seharusnya papan tulisnya dibagi dua, jadi
kurang jelas kalo liat tulisan. Ruangannya juga masih sempit
karena kebanyakan murid”
Menurut keterangan yang didapat dari informan SL, yang juga
mendukung keterangan dari informan AR, ruangan dalam kegiatan
Pendar masih kurang luas. Menurutnya akan lebih baik jika ruangan
lebih luas sehingga menciptakan susana nyaman dalam kegiatan
pendar dan dongeng. Dari hasil wawancara tersebut SL juga
menambahkan bahwa, banyaknya anak yang mengikuti Pendar
membuat dirinya merasa jauh dari papan tulis, sehingga tidak dapat
dengan jelas melihat materi yang dituliskan pengajar di papan tulis.
66
Berbeda halnya dengan ruangan, koleksi buku yang disediakan di
TBM WARABAL sudah memadai karena jumlahnya yang begitu
banyak. Begitu juga dengan alat pendukung untuk mendongeng yang
sudah cukup lengkap, hanya saja masih kurang dimanfaatkan ketika
melakukan Dongeng pada saat perpustakaan keliling, ini dikarenakan
masih menggunakan motor dalam kegiatannya dan tidak
memungkinkan membawa fasilitas terlalu banyak.
b. Ketersediaan SDM
SDM yang ada di TBM WARABAL saat ini tercatat 32 orang
pengajar yang berasal dari kalangan Mahasiswa, Pelajar SMA dan Ibu
rumah tangga. SDM atau tim pengajar merupakan relawan yang
memberikan ilmunya secara cuma-cuma, tidak ada bayaran yang
diterima oleh semua pengajar. Ada pungutan biaya Rp. 10.000,-/ bulan
dan itupun dimasukan uang kas yang akan digunakan untuk fasilitas
yang dibutuhkan kegiatan TBM. Untuk pengajar pendarnya sendiri
hanya berjumlah 7 orang dan itupun tidak setiap minggu hadir semua,
melainkan bergilir antara satu dengan yang lainnya. Keterbatasan
SDM ini merupakan kendala paling dirasakan. Berikut hasil
wawancara dengan informan AL.
Menurut informan AL, sebagai pengajar Pendar dan Dongeng
mengenai SDM di TMB WARABAL:
“Kalo menurut aku dari segi SDM masih kurang banget ka, karna
kebanyakan murid. Banyak yang antusias belajar ke sini tapi kita
disini dari tim pengajarnya masih kurang, sedikit banget. Bisa
sampe 15 anak satu pembimbing”
67
Menurut informan AL, SDM pengajar masih sangat kurang
sehingga membuatnya sebagai pengajar merasa kurang dalam
menghadapi anak-anak. Hal serupa juga disampaikan oleh informan
SL, berikut hasil wawancaranya.
Menurut SL, sebagai murid yang mengikuti Pendar dan Dongeng
terkait SDM di TBM WARABAL:
“Eh terlalu banyak murid, jadi kurang fokus belajar dan yang
ngajar juga sedikit, satu yang ngajar muridnya banyak. Gurunya
kurang jadinya”
Dari pemaparan yang diperoleh melalui wawancara dengan
informan, SDM pengajar masih sangat kurang. Hal ini dapat
mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berlangsung seperti Pendar dan
Dongeng, kegiatan Pendar dengan pengajar yang terbatas membuat
anak merasa memiliki sedikit kesempatan untuk bertanya tentang apa
yang mereka ingin tanyakan. Hal serupa juga dirasa saat kegiatan
dongeng, pada saat Dongeng dengan jumlah pengajar yang terbatas
membuat kegiatan Dongeng ini berjalan kurang stabil, apalagi
dongeng hanya dilakukan 2 minggu sekali saja. Terbatasnya SDM
yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan Pendar dan Dongeng diakui
masih sangat belum memadai, namun keterbatasan itu tidak ingin
dijadikan sebagai patokan kendala dalam setiap kegiatannya. Hal ini
disampaikan berdasarkan wawancara dengan informan, yaitu:
Menurut KW, sebagai Pendiri TBM WARABAL mengenai SDM
pengajar di TBM WARABAL, yaitu:
“Tenaga pengajar, karna orang yang punya pengetahuan, punya
ilmu belum tentu punya waktu. Orang yang punya waktu belum
68
tentu punya pengetahuannya. Ada yang punya waktu dan punya
pengetahuan belum punya skill berkomunikasi dengan anak-anak,
bagaimana menghadapi anak-anak. Nah.. karena beberapa faktor
jugakan, jadi ya balik lagi memang, bagi orang yang punya waktu,
punya pengetahuan pun belum tentu bisa, karna mereka
menghadapi makhluk hidup yang setiap detik mereka berubah pikir
dan sebagainya”
Menurut peneliti berdasarkan hasil wawancara yang didapat,
keterbatasan pengajar merupakan salah satu masalah yang dialami
kegiatan Pendar dan Dongeng. Namun hal ini tidak menjadikan
keterbatasan itu sebagai kendala yang kemudia membuat lunturnya
semangat pengajar dan anak-anak dalam melakukan kegiatan di TBM.
Justru hal tersebut dapat membangun semangat anak yang telah lama
mengikuti kegiatan Pendar. Ketika besar, mereka ingin
mendedikasikan dirinya dalam membantu kegiatan yang berlangsung
di TBM dengan kemampuan yang dimilikinya, seperti ikut mengajar
dan mendongeng untuk anak-anak dan masyarakat sekitar TBM
WARABAL.
c. Lokasi Taman Baca
Letak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL berada di
Desa Kampung Saja. Desa ini masih dapat dikatakan berada di
pedalaman, hal ini dirasakan langsung oleh peneliti pada saat
melakukan observasi dan penelitian. Tidak ada kendaraan umum untuk
sampai ke lokasi TBM, jadi untuk dapat sampai ke TBM kita harus
menggunakan kendaraan pribadi.
Keberadaan TBM ini ternyata bukan hanya menjadi masalah bagi
peneliti saja, tetapi juga dirasakan oleh masyarakat dan anak-anak
69
yang mengikuti Pendar dan Dongeng. Hal ini disampaikan oleh
informan JM, sebagai orang tua murid yang mengikuti Pendar dan
Dongeng di TBM WARABAL, berikut hasil wawancaranya:
“Yang jelas tuh akses, ya.. jauh lumayanlah ya ke warabal kalo
untuk anak-anak mbak”
Dari informasi yang didapat melalui hasil wawancara tersebut,
akses menuju TBM memang merupakan masalah bagi anak-anak yang
tinggalnya jauh dari TBM. Walaupun masih banyak anak yang tetap
mengikuti kegiatan di TBM walau aksesnya jauh, namun hal ini
membuat para orang tua merasa khawatir kepada anak-anaknya dalam
perjalanan pergi dan pulang. Para orang tua juga berharap akan ada
TBM-TBM lainnya yang dapat memberikan akses informasi kepada
masyarakat terutama anak-anak guna meningkatkan minat baca
masyarakat.
Lokasi TBM WARABAL yang dianggap menjadi masalah bagi
beberapa anak yang tempat tinggalnya jauh dari TBM ini, membuat
kegiatan perpustakaan keliling penting sebagai perantara untuk dapat
menyalurkan kegiatan yang dapat mempengaruhi pengembangan minat
baca. Berikut adalah salah satu pernyataan informan AL, melalui
wawancara :
“...nih yah, aku setiap sabtu, tapi gak setiap sabtu banget, aku
sama mba nur (salah satu pengajar juga) itu ngadain perpus
keliling, iya perpus keliling. Kalo perpus keliling agak jauh-jauh,
karena kan anak-anak jauh dan susah kesini makanya kita yang
nyamperin gitu”
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh informan,
perpustakaan keliling merupakan salah satu cara untuk dapat
70
menjangkau anak-anak yang tinggal jauh dari TBM dan memberikan
pelajaranserta Dongeng melalui buku juga cerita-cerita. Hal ini
dimaksudkan karena setiap anak perlu mendapatkan hak atas informasi
yang dibutuhkannya, walaupun dalam keadaan yang jauh dari jalur
akses informasi.
71
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, peneliti melakukan beberapa penarikan kesimpulan yang
berdasarkan analisis tentang Peran TBM WARABAL dalam mengembangkan
minat baca anak melalui Pendar dan Dongeng. Selain itu peneliti memberikan
beberapa saran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas TBM
WARABAL dalam menjalankan perannya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan analisis sebagai hasil penelitian di atas, maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL melakukan
pengembangan minat baca anak melalui kegiatan Pendar dan Dongeng.
Hal ini dimaksudkan agar anak dapat mengoptimalkan dirinya dan
memberikan kesadaran akan pentingnya membaca. Peran TBM dalam
pengembangan minat baca memiliki peran sangat penting. Hal ini dapat
dilihat dari kegiatan Pendar dan Dongeng yang mendapat antusias tinggi
oleh anak-anak, mendapat respon positif dari para orang tua, serta
banyaknya jumlah koleksi buku yang dipinjam.
2. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL, memiliki kendala dalam
mengembangkan minat baca melalui Pendar dan Dongeng, diantaranya
yaitu terkait ketersediaan fasilitas ruangan, SDM (Sumber Daya
Manusia), dan lokasi. Sebagai berikut penjabarannya:
72
a) Fasilitas Ruangan
Penyediaan ruangan dalam kegiatan Pendar dan Dongeng belum
begitu terpenuhi, hal ini yang kemudian menimbulkan kurang
nyamannya anak selama berlangsungnya kegiatan Pendar dan
Dongeng. Keterbatasan ruangan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya
antusias anak yang datang mengikuti Pendar dan Dongeng, karena
jika dilihat dari ukuran luas ruangan, TBM sudah terbilang cukup
luas yaitu memiliki 2 lantai di atas lahan 200m².
b) Kegiatan Pendar dan Dongeng masih sangat kurang dari segi
pengajarnya. Hal in sangat dirasa oleh pihak pengajar maupun anak-
anak yang mengikuti kegitan tersebut. Kurangnya pengajar yang
hanya berjumlah 7 orang dan banyaknya anak-anak yang mengikuti
kegiatan Pendar dan Dongeng yaitu sekitar 100 orang anak, membuat
kegiatan berjalan tidak stabil. Dikatakan tidak stabil, karena dari 7
orang pengajar tidak semua hadir dalam setiap pertemuannya,
melainkan hanya sekitar 4-5 orang.
c) Letak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL menjadi
masalah bagi anak-anak yang mengikuti kegiatan Pendar dan
Dongeng. Sulitnya akses untuk dapat sampai ke TBM ini karena
belum ada kendaraan umum hingga sampai kesana. Kondisi seperti
ini, membuat para orang tua anak-anak yang kediamannya jauh dari
TBM merasa khawatir apabila anak mereka berjalan menuju TBM.
Karena tercatat hampir 80% anak yang mengikuti kegiatan Pendar
dan Dongeng, berasal dari kediaman yang cukup jauh.
73
B. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diberikan, maka peneliti
memberikan beberapa saran kepada Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
WARABAL sebagai berikut:
1. Penyediaan ruangan dan sarana prasarana oleh TBM WARABAL sudah
cukup memenuhi, hanya saja banyaknya anak yang mengikuti kegiatan
Pendar dan Dongeng membuat ruangan terasa kurang luas, sehingga anak
merasa kurang nyaman. Hal ini juga tidak selalu mengharuskan TBM
menambah ruangan, melainkan bisa dilakukan dengan cara membagi jam
belajar sesuai tingkat, sehingga kelas terkontrol dan tidak terlalu sesak
dengan banyaknya anak.
2. Dalam menjalankan perannya dalam mengembangkan minat baca anak,
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sudah memberikan kegiatan yang
dapat mempengaruhi minat baca anak seperti Pendar dan Dongeng.
Namun sebaiknya dalam kegiatan Dongeng, pengajar yang memberikan
dongeng lebih memanfaatkan alat peraga yang dimiliki TBM untuk
menarik lebih banyak lagi anak dalam kegiatan dongeng.
3. Dalam menunjang kegiatan agar tetap berjalan, sebaiknya Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) WARABAL perlu mengadakan promosi. Misal
promosi yang bersifat mengajak orang untuk berkesempatan melibatkan
dirinya dalam membatu mengajar Pendar dan Dongeng, serta
menyantumkan syarat-syarat sebagai pengajar untuk menunjang kualitas
TBM. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan informasi anak yang berada
jauh dan tidak memungkinkannya untuk dapat datang ke TBM, sebaiknya
74
perpustakaan keliling dapat beroperasi lebih sering lagi dari yang saat ini
berjalan, misalnya setiap satu minggu sekali.
75
DAFTAR PUSTAKA
Abtokhi, Ahmad. “Peran Ibu dalam Kegiatan Pendampingan Belajar Anak
Melalui Prinsip Individual Learning-Centered”, Jurnal Kesetaraan Gender
(PSG) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Vol 4,
No 2, 2009.
Asfandiyar, Andi Yudha. Cara Pintar mendongeng. Bandung: Mizan, 2007.
Bachri, S Bachtiar. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya.
Jakarta: Depdikbud, 2005.
Baswedan, Anies. “Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah” artikel diakses
pada 16 September 2016 dari http:// Republika.co.id/
berita/pendidikan/education16/03/31.
Bunanta, Murti. Buku Dongeng dan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka Tangga,
2005.
Direktorat Pendidikan Masyarakat. Pedoman pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, 2006.
H. Prayitno. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004.
Hana, Jasmin. Terapi Kecerdasan Anak Dengan Dongeng. Yogyakarta: Berlian
Media, 2011.
Hermida, Julian. “The Importance of Teaching Academic Reading Skills,” First-
Year University Courses, Vol, No 3, September 2009.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, 1989.
Indonesia, Sekretariat College of Allied Educators. “Guru Pendamping atau
Shadow Teacher” artikel diakses pada 17/02/06 22.59 WIB dari
https://cae-indonesia.com/apa-itu-guru-pendamping-atau-shadow-teacher/.
Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang
Pendidikan Nasional. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2010.
Kalida, Muhsin. Fundarishing: Taman Baca Masyarakat. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2012.
Leonhard, Mary. Kiat Menumbuhkan Kegemaran Membaca Pada Anak. Jakarta:
Grasindo, 1999.
Lie, Anita. Memudahkan Anak Belajar. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008.
76
Lilawati. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua, Stimulasi Membaca
Dari Orang Tua Dan Intelegensi Dengan Minat Membaca Pada Anak.
Yogakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1988.
Listiawati, Nur. Kondisi Liman Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Tanggerang
dan Bandung dalam Upaya Meningkatkan Minat Baca Masyarakat. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010.
MacDonald, Margaret Read. The Parents Guide Storrytelling. USA: Herper
Collins Publisher, 1995.
Masjidi, Noviar. Agar Anak Suka Membaca: Sebuah Panduan Bagi Orang Tua.
Yogyakarta: Media Insani, 2007.
Mursyid, Muhammad. “Wisata Asyik Taman Bacaan Masyarakat” artikel diakses
pada 2 September 2016 dari http://jadiberita.com/13914/wisata-asyik-
taman-bacaanmasyarakat.html.
Nugroho, Fhrisdyanto dan Yolanita Maureen, Irena. “Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan” , Jurnal Mahasiswa Teknologi pendidikan Universitas Negeri
Surabaya, Vol 1, No 2. Dari http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jm
tp/article/view/1596/311.
Ramadhan, Yusuf. “Program Bimbingan Belajar Melalui Pendampingan Pada
Proses Belajar Mengajar” artikel diakses pada 17/02/03 00.20 WIB dari
http://sanancity.co.id/2009/04/program-bimbingan-belajar-melalui.html.
Ratnawati, Eka. Meningkatkan kemampuan berbicara melalui dongeng dalam
Pelajaran Swakelas 1 Sekolah Dasar Negeri 2 Bendosari Kecamatan
Sawit Kabupaten Boyolali. Surakarta: UNS, 2010.
Rosa, Kathi. “American libraries in 2016: Creating their future by connecting,
collaborating and building community”, International Federation of
Library Associations and Institutions, Vol, No 42, Juli 2016.
Sinaga, Oktiviane Anita. Minat dan Kebiasaan Membaca Pelajar Sekolah
Menengah Umum di Bogor. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia,
1997.
Sugiyono. Metode Penelitian Menejemen. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sulistiyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991.
Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
_________. Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan Masyarakat
Informasi. Jakarta: PantaRei, 2005.
77
Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana, 2010.
LAMPIRAN
Transkip Wawancara
Informan : Kiswanti
Jabatan : Pendiri TBM WARABAL
Tanggal Wawancara : 18 Sept 2016 dan 22 Nov 2016
1. Bagaimana awal mula berdirinya TBM WARABAL?
Jawab : “Sejarah singkat sebenarnya sih ini, dimulai kegiatannya yah,
bukan berdirinya. Mulainya tahun 97, 1997 itu di teras rumah hingga 2005
memiliki ruangan 4x10 mnjadi ruang komputer skarang. Baru 2011 baru
kami, ee menempati, bukan memiliki. yaitu bangunan 2 lantai diatas lahan
200m². Awalnya sih saya memiliki banyak buku dan buku saya sudah
banyak. Seseorang itukan adalah kebermanfaat untuk orang lain ya,
berangkat dari hobi saya sendiri. Orang yang membaca pasti akan
mendapatkan dari apa yang dia baca itu, lebih utama lagi sepanjang hayat.
Untuk orang tua juga bisa mengetahui penyakit yang bisa menyerang kala
tua kayak al zeimer dan pikun. apalagi muslim, kan surat pertama yang
keluarkan ikro, artinya membaca. Membaca itu kan nggak hanya Al
Qur’an, tapi bisa juga yang tersirat. Semua pelajaran sudah ada di Al
Qur’an tapikan akan lebih bagus lagi jika dijabarkan menurut zamannya,
dan itu bisa kita pelajari melalui buku.”
2. Dari mana saja bahan pustaka yang didapatkan untuk koleksi TBM
WARABAL?
Jawab : “Kami belanja sendiri, ada sumbangan. Walaupun buku yang
disumbangkan terkadang tidak relevan, kayak buku politik itukan tidak
relevan untuk orang kampung ini kan. Tidak tepat sasaran untuk buku itu.
Kami akan lebih suka jika buku itu tentang keterampilan, komunikasi,
bacaan anak. karena Akan membantu anak berimajinasi. dunia luas dan
bukan cuma indonesia.”
3. Dari mana anggran untuk membeli buku?
Jawab : “Anggaran belanja dari pribadi, masyarakat, sama dari anak-anak.
Anak disini suka mengumpulkan sampah, seperti gelas bekas air mineral
,terkadang orang tuanya ada bekas belanja karton-karton, nah nanti itu
dikumpulkan disini dan disimpan, kemudian dijual untuk beli buku yg
mereka sukai. Kebetulan kami juga selalu dapat informasi mengenai
Jakarta Internasional Book Faar, Islamic Book Fair, Gramedia Kompas
Fair dan kami selalu dikirimkan judul-judul buku baru. nanti anak-anak
suruh pilih dan pilihan terbanyak akan kami pertimbangkan untuk kami
beli.”
4. Selain anggaran pribadi, adakah anggaran dari pemerintah yang
diterima TBM?
Jawab : “kami hanya menerima satu kali bantuan APBN pada tahun 2007
yaitu sebesar Rp. 10.000.000. udah!.... kami tidak pernah mengajukan
APBN lagi, kemarin itu pun karena direkturnya tau profil saya dikoran
terus saya dipanggil, cukup sekali-kalinya itu. tapi itu menguras waktu
yang cukup banyak yah mba, lempar sana-lempar sini. saya buka idealis
yang tidak realistis ya mba, tapi seandainya gini yah,. ketika kita dapat
dana itukan sudah ada plot-plotnya untuk beli buku, untuk beli rak dan
lainnya. nah dalam pengirimannya kita kan bayar sendiri, untuk biaya
antar rak bukunya juga kan ongkos sendiri. jadi ya itulah kita lebih
memilih misalnya, dengan cara bikin coklat untuk kita jualkan agar kita
uang kas sendiri. nanti kalo ada uang kas kan seandainya kita mau evaluasi
,ayo nih kita hangout dimana, entah beli bakso atau apa kan jadi pake uang
kas itu mba. dan transpot untuk mereka ya.. nggak ada, jadi bener-bener
membangun kerelawanan.”
5. Bagaimana Upaya anda dalam mengembangkan minat baca anak
sekitar TBM WARABAL?
Jawab : “Kalo membangun minat baca itu memang kita tidak bisa
memulai dari diri kita. Itu jugaperan paling penting adalah dari keluarga
sendiri. nonton TV 45 menit gak berasa, nah kalo baca buku 15 menit
udah ngantuk.Nah dari situ kita membuat berbagai program dan dalam
waktu setengah jam itu kita usahakan dimulai dengan membaca. Satu cara
strategi kami dalam membaca, terutama segmen sasaran utama kami
memang anak-anak. Anak-anak itu kalo membaca 3 bulan sekali membuat
esai dari buku yg mereka baca, kalo enggak mereka membuat drama dari
buku yang mereka baca. Dan itu Alhamdulillah anak warabal beberapa
kali mendapat prestasi bercerita dari buku yang mereka baca. Walaupun
bukan juara yangg kami tuju, tapi proses itulah yang kami prioritaskan.
Misalnya kemarin dapet prestasi juara bercerita,dongeng nusantara
Walopo dari Maluku, Pujang Permai dari Sumatra Selatan, eee.. Anak
Kucing Manja dari Sumatra Barat, Marasenandi dari Papua dan kemarin
Dayang sumbi dari Jawa Barat. Mereka menang disitu. Mereka dari usia 3
tahun dan tidak terbatas.”
6. Bagaimana problematika Minat baca anak sekitar TBM WARABAL?
Jawab : “Sebenernya mereka tuh sadar yah pentingnya membaca, tapi
kembali lagi tuntutan hidup dan suasana yah, karna membaca itukan bukan
kebutuhan utama meluangkan waktu dan berpikir. Membaca juga gak bisa
sembarang orang loh mba, membaca itu perlu adanya kayak, saya perlu
membaca. Tapikan kadang mereka kerja di pabrik, di apa... kan udah cape
baca.Jadi harus sejahtera hidupnya barulah membaca bisa jadi salah satu
kebutuhan. Maka dari itukan kebalik, nah kalo saya kebalikannya
membaca dulu baru sejahtera. Saya belajar seperti itu saya sendiri bukan
agen perubahan tapi saya mencoba mengubah, karena apa yang telah
menjadi pranata lingkungan akan sulit dirubah. Yang mungkin bisa
dirubah adalah pola pikir.”
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi minat baca anak sekitar TBM
WARABAL? Dari faktor ekonomi, pendidikan, pengelola informasi
(SDM) dan perkembangan teknologi?
Jawab : “Ekonomi, kalo menurut saya faktor ekonomi itu tidak menjadi
kendala yah. Tapi, ee yang menjadi tantangan itu adalah belum semuanya
menyadari bahwa membaca itu menjadi salah satu kebutuhan. Itu untuk
kalangan remaja dan dewasa yah. Kalo anak-anak sih, Alhamdulillah
sudah terbangun kebutuhan membacanya, bahkan kami ini bisa dibilang
terlambat dalam Update koleksi buku baru. itu. Jadi ee, minat bacanya ke
anak-anak udah terbangun.
Pendidikan: justru malah, kalo keluarganya merasa tidak dan kurang
berpendidikan justru mereka sangat support datang kesini. Bahkan yang
Mbak Riri lihat, kalo hari minggu tuh puluhan anak datang kesini, jadi
justru kalo kearah sana tuh kalo orang yang dulu merasa nggak tau sangat
mendorong. Begitupun orang yang berpendidikan, juga lebih sangat men-
support anaknya untuk pada datang kesini. Bahkan itu juga pihak sekolah
merekomendasikan untuk kesini. Kalo menurut saya ada beberapa
penyebab mereka tidak sempet membaca, iya seperti hanya anak SMP dan
SMA, mereka sekolah dari pagi sampe sore, palingan mereka minggu kalo
ada tugas baru dateng kesini. yang datang kesini juga bukan cuma
masyarakat sini, anak-anak dari luar kecamatan parung juga dateng kesini.
Dan kami tidak pernah sebar brosur, pamplet, linkplat, tapi mereka tau dari
mulut kemulut. Bahkan jika Mbak Riri dan temen Mbak Riri dari Ciputat,
didepan gang masjid tanya warabal, pasti orang sudah pada tau. Berarti
saya melihatnya dari situlah sudah ada pengakuan dari masyarakat
mengenai keberadaan Warabal.
Ketersediaan pengelola informasi dan SDM: Kalo untuk peningkatan
SDM akan selalu berproses yah. Sekarang sudah menguasai ini, dunia
berkembang. Tapi kami itu tidak menjadikan itu kendala. Kami selalu
berusaha mengembangkan apa yang kami bisa. Untuk perpustakaan kami
disini harus ada tenaga disini, dan kami untuk standarnya pelayanan
sudah memenuhi. Standarnya tadi itu, walaupun tidak dalam skala yang
elit, seperti ber-AC dan sebagainya. Tapi kalo dari pendapat orang yang
memiliki perpustakaan daerah, ini sudah dikatakan lebih dari cukup. Kami
sudah pake barkode, sudah pake member, kami harus memiliki kelompok
baca minimal ya tiga orang. Biar ada ketua yang bisa bertanggung jawab.
Tekhnologi :Mmm, kalo sampe saat ini minat baca hampir sama yang
dateng, stabil yah. Kalopun ada gadget dan inilah peran kita sebagai
pengelola taman bacaan atau pengelola perpus, gadget memang kita
perlukan untuk zaman sekarang ini, seperti saya juga gunakan untuk
layangan e-book yah, terus saya ajak baca ebook, dengan 15 menit mereka
udah kunang-kunang dan lebih pusing. Tapi dengan membaca buku
mereka bisa kuat 1-2 jam, jadi kalo menurut saya, tidak semua orang ee,
langsung mamanfaatkan teknologi itu tadi. Ee... disini juga untuk yang
punya android atau laptop kami menyediakan wifi, tapi itu masih dalam
pengontrolan kami.”
8. Menurut anda bagaimana upaya meningkatkan minat baca melalui
pendar?
Jawab : “Ee..menurut saya, Justru selama ini aktifitas untuk anak
meningkatkan minat baca dengan bimbingan belajar. Terkadangkan anak
kalau belajar tanpa pendampingkan mereka tidak paham apa maksud
kandungan yang mereka baca. Nah disitu harapan kami dengan adanya
pendar ini, nanti kita arahkan. Misalnya coba kamu cari di kamus, terus
misal mereka daper PR negara Australi, makanannya, khas, wisata yang
menjadi paporit, icon, terus mereka cari dibuku. Buku sebenarnya bukan
menjadi icon pertama tapi menjadi penunjang. Nah kalo anak-anak
keinginan mereka kita penuhi, Insyaallah kita akan mudah
mengarahkannya. Dan dari pendar itulah kami tau, ....Wah ini anak ada
bakat. Apa mereka bisa jadi penulis, jadi konseptor atau eksekutoirdan dari
situ informasi kita dapat mereka cenderung bakatnya kelak. Misalnya
kamu mau jadi pemain bola, bangun jam berapa, makanannya apa, ayo
cari buku mengenai cara sehat menjadi olahragawan.
tapi yah, antusias anak selama ini dalam kegiatan pendar ini cukup tinggi
yah. Bahkan kalo boleh saya bilang, banyak sekali anak yang datang dari
tempat tinggal yang cukup jauh dari sini. Malah lebih banyak yang jauh,
ada sekitar 80% an lah...”
9. Bagaimana sarana dan prasarana kegiatan pendar?
Jawab : “Untuk kegiatan pendar, kami sudah berusaha untuk melengkapi
dengan buku pelajaran, papan tulis, spidol dan komputer.”
10. Apa saja kendala yang dihadapi dalam kegiatan pendar?
Jawab : “Tantangan, adalah belum banyaknya orang mau ,ee.. belum
banyaknya orang memprioritaskan pendidikan, kebanyakan pendidikan itu
cuma disekolah aja, to. gitu. Karena kan sebenarnya butuh keterlibatan
semua orang/ pihak.
Belum terlalu banyak orang yang terlibat dalam menjadi relawan, tapi
balik lagi saya tidak mau menyebut itu adalah kendala. Tapi memang
masih belum adanya kesadaran. Karenakan yang mau menjadikan taman
baca bukan orang, bagaimana kalo nanti saya di balikkan seperti itu?,
makanya saya tidak meyebut itu sebagai kendala tapi yaa.. tantangan.”
11. Menurut anda bagaimana upaya meningkatkan minat baca melalui
dongeng?
Jawaban : “Sebenernya kalo dari dongeng, dari membaca dan kita
kemas menjadi dongeng, karena ada beberapa yang kita sisipkan.
Terutama kalo anak PAUD itu kognitipnya dapet, ee.. kosa kata
bertambah, emosionalnya mereka dapet, karena mereka bermain peran,
mimik suka, mimik sedih, marah. Kan lagi-lagi itukan membangun
karakteristik.”
12. Bagaimana sarana dan prasarana kegiatan dongeng?
Jawaban : “Fasilitas, kami lengkapi dengan beberapa boneka jari.
Dengan beberapa boneka-boneka dan untuk mengenal Indonesia lebih luas
boneka baju adat Nasional, kami gunakan peta dan globe. Kami berusaha
melengkapi ada keterkaitan satu dengan lainnya.”
13. Apa saja kendala yang dihadapi dalam kegiatan dongeng?
Jawab : “Tenaga pengajar, karena orang yang punya pengetahuan, punya
ilmu, belum tentu punya waktu. Orang yang punya waktu belum tentu
punya pengetahuannya. Ada yang punya waktu dan punya pengetahuan
belum punya skill berkomunikasi dengan anak-anak. Bagaimana
menghadapi anak-anak. Nah, kan ada beberapa faktor jugakan, nah jadi
ya.. balik lagi memang, bagi orang yang punya waktu, punya pengetahuan,
karena mereka menghadapi makhluk hidup yang setiap detik mereka
berubah pikir dan sebagainya. Keberhasilannya kita gabisa ukut 1-2 tahun,
tapi 5-7 tahun mendatang. Dan kami ini lebih cenderung membangun
karakter anak, itu sendiri yang menjadi prioritas. Bukan mereka pandai
diakademik, tapi minimal mereka jujur, berani mengakui kekurangan dan
kelebihan teman.”
14. Menurut anda lebih efektif pendar atau dongeng dalam
pengembangan minat baca anak?
Jawab : “Lebih dominan pendar/ dongeng.., dua-duanya itu menurut saya
dominan sangat penting. Karena saat pendar itu juga kita bercerita.”
15. Adakah program-program lain TBM WARABAL untuk
kedepannya?
Jawab : “Kami sih untuk program sih ndak, yah. Kami memaksimalkan
kegiatan yang sudah dimulai ini tetap berjalan tdk menjadi turun. Minimal
stabis, terus ada perbaikan sesuai dengan era zamannya. Itu!”
16. Apa saja harapan anda untuk TBM WARABAL kedepan?
Jawab : “Ini harapan saya, warabal ini menjadi cikal bakal. Banyak orang
ingin mendirikan perpustakaan, karena perputakaan adalah jantungnya
pendidikan. Dengan orang jika semua dapet fasilitas dengan mudah dan
murah, orang akan semakin memberdayakan dirinya sndiri. dan semua
orang jika sudah dapat pengetahuan, pembekalan akan menjadi insan yang
mandiri.”
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Ajir
Jabatan :Staf Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
WARABAL
Tanggal Wawancara : 22 November 2016
1. Menurut pandangan anda bagaimana minat baca masyarakat di
lingkungan TBM WARABAL?
Jawab : “Kalo minat bacanya sih cukup tinggi, (ehem) terutama untuk
anak-anak. seusia PAUD sampai SMA”
2. Maksudnya dari mulai usia dini sudah memiliki minat baca yang tinggi?.
Jawab : “Iya, dari mulai paud itu sudah tinggi gitu minat bacanya. minat
bacanya cukup tinggi, anak SMA nya banyak.Cuma mungkin pulang sekolah
sore. Tapi lebih banyak sih anak SD dan SMP (hem).”
3. Menurut pandangan anda bagaimana cara menarik minat baca
masyarakat sekitar TBM WARABAL?
Jawab : “Mungkin dengan, adanya buku-buku baru, sama mungkin
dengan melakukan perpustakaan keliling. Itu setiap sabtu dilaksanakan 2
minggu sekali.”
4. Daerah mana saja yang dikunjungi oleh perpustakaan keliling?
Jawab : “Itu tidak tertentu sih, paling disekitar desa ini kelilingnya. Tapi
banyak yang minta daerahnya didatengi,karena berhubung tenaga relawannya
sedikit, baru bisa dilakukan 2 minggu sekali aja.”
5. Jenis koleksi apa saja yang dibawa saat perpustakaan keliling?
Jawab : “Biasanya membacakan cerita, membawa buku-buku gitu
biasanya yang dibawa 100 eksemplar buku. Dan relawan pelaksananya juga
dari yang berkegiatan disini sebagai tutor pendar itu.”
6. Menurut Mas, apa yang melatarbelakangi anak datang berkunjung ke
TBM?
Jawab : “Salah satunya banyak buku bacaan, dan juga mungkin kegiatan
disini banyak, seperti komputer, pendar bahasa inggris, matematika, sama
kelas kreasi , itu.”
7. Menurut mas, apa tujuan di bentuknya TBM WARABAL?
Jawab : “Kalo menurut saya sih, TBM ini dibentuk untuk membangun
minat baca sejak usia dini, betapa pentingnya membaca itu untuk menambah
wawasan dan pengetahuan. Karenakan TBM ini didirikan tujuannya untuk
membuat masyarakat berkehidupan lebih baik lagi.”
8. Bagaimana problematika minat baca anak sekitar TBM WARABAL?
Jawaban : “Kalo anak-anak sih lebih tertarik datang kesini, apalagi kayak
komik gitu banyak diminati. Ya.. pokoknya buku anak-anak yang ada
gambarnya itu biasanya anak suka.”
9. Berapa Jumlah buku bacaan anak yang paling banyak dipinjam?
Jawab : ”Kalo jumlahnya sih, hampir sama yah, tapi yang paling sering
dipinjam dan dibaca itu buku anak-anak.Bisa diliat sendiri, itu koleksi dirak
yang paling berantakan itu buku anak, karena sering di baca.”
10. Menurut anda bagaimana upaya meningkatkan minat baca melalui
pendar?
Jawab : “Mungkin cara menariknya aja yang bagaimana anak itu bisa
rajin, karenakan kalo hari minggu anak-anak itu pengennya main,jadi agak
susah. Tapi disini juga dari PAUD, SD, SMP sampe SMA masih disini terus
ikut belajar.”
11. Bagaimana sarana dan prasarana kegiatan pendar?
Jawab : “Kalo pendar, sejauh ini sih kaya PC komputer masih kurang,
karna tempatnya juga kurang luas. Disini pendar komputer juga dibagi 2
bagian, 2 kelompok. Karena kurang komputer jadi dibagi dua kelompok.”
12. Menurut anda bagaimana upaya meningkatkan minat baca melalui
dongeng?
Jawab : “Kalo dongeng, biasanya ibu sendiri (Ibu Kiswanti) yang
menceritakan dongeng. Disela-sela kegiatan PAUD atau disetiap kegiatan
kelas kreasi.”
13. Bagaimana sarana dan prasarana kegiatan dongeng?
Jawab : “Kalo fasilitas, Alhamdulillah sih sudah mencukupi. Kayak
boneka di laci-laci bawah itu, seperti replika rumah adat, juga ada peta, jadi
kurang lebih sudah memenuhi.”
14. Apa saja kendala yang dihadapi dalam kegiatan dongeng?
Jawab : “Ada, setiap tutor hampir semua mengambil alih dngeng. kalo
tenaga kerja sih memang diakui masih kurang.”
15. Menurut anda lebih efektif pendar atau dongeng dalam pengembangan
minat baca anak?
Jawab : “Sebenernya semuanya bisa menarik minat baca anak, cuma
mungkin perpustakaan yang lebih dominan. Jadi masuk kependar kali yah.”
16. Ada program yang belum dijalani atau masih direncanakan ?
Jawab : “eee... Sejauh ini sih belum ada, tapi mungkin akan menyusul
hehe. Tapi dari semua kegiatan yang ada masih berjalan lancar.”
17. Adakah kegiatan untuk promosi TBM WARABAL?
Jawab : “Setahu saya sih belum pernah, karena disini udah pada tau
sendiri, disini ramai terus, apalagi kalo libur sekolah anak-anak banyak banget
yang dateng kesini.”
18. Apa saja harapan anda untuk TBM WARABAL kedepan?
Jawab : “Lebih maju lagi, lebih banyak lagi yang datang keperpustakaan.
Pengennya juga sih perpustakaan keliling itu, dilaksanakan gak cuma 2
minggu sekali, supaya menyadarkan masyarakat betapa pentingkah membaca
buku. Karena buku adalah jendela dunia, kalo kita mau tau jangan langsung
nyari ke google, karena gak semua itu ada di google dan gak akurat juga.”
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Jamilah
Jabatan : Orang Tua Murid TBM WARABAL
Tanggal Wawancara : 30 November 2016
1. Apa yang anda ketahui tentang TBM WARABAL?
Jawab : “Yaa, Warabal itukan ibaratnya tempat kita membaca buku, cari
ilmu. Yang punya warabalnya juga enak mbak buat sharing, Bude Kis-nya
enaklah buat sharing, itu aja. Jadi saya suka nanya-nanya sama Bude.”
2. Apa TBM seperti ini diperlukan atau tidak di lingkungan sekitar?
Jawab : “Penting bgt , ee sayakan tadinya gatau jadi tahu gara-gara baca
buku. Tapi saya gak ikut kalo kegiatan rutin ta’lim itu karenakan saya
lumayan jauh dari sana.”
3. Menurut Anda perlukan ada TBM lainnya atau cukup hanya dengan
TBM WARABAL?
Jawab : ”Sebenernya sih kurang yah, karenakan perpustakaan itu penting.
Jadi akan lebih bagus kalau ada banyak didirikan perpustakaan, kayak
perpustakaan keliling itu, yaaa, membantu banget gitu.”
4. Sudah berapa lama Anak Ibu belajar di TBM WARABAL?
Jawab : “Udah lama, 2 tahun lebih.”
5. Pengaruh apa yang dirasakan oleh ibu sebagai masyarakat sebelum dan
setelah adanya TBM WARABAL ?
Jawab : “Ya.. Dia tambah pinter, maksudnyakan kita jadi puas kalo dia
tambah pinter gitu, nambah ilmunya, iya .
Jelas ada lah bedanya, sebelum saya tahu ada Warabal kan dia main aja
kerjanya gitu, pulang sekolah langsung main. Setelah ada warabal, paling
enggak dia seminggu 2 kali kesana. Sebelum dia ikut bimbingan belajarkan
adenya juga sekolah PAUD disana, jadi ya.. dia suka ikut dateng baca dan
pinjem buku. jadi bedanya dia punya kegiatan yang lebih bermanfaat setelah
ada Warabal itu.”
6. Menurut anda apakah kegiatan pendar dapat meningkatkan minat baca
anak ? alasannya?
Jawab : “iya, mempengaruhi. Sering baca, memang demen baca buku dia.
Tapi memang ke warabalkan agak jauh mba, dia juga temennya udah jarang
yang mau kesana, jadi kita jugakan sebagai orang tua rada ngeri, khawatir kalo
dia pergi sendiri.”
7. Menurut anda bagaiman dengan sarana dan prasarana dalam kegiatan
pendar?
Jawab : “Sudah mencukupi kalo menurut saya, tapi perlu ditambah kalo
muridnya makin lama makin bertambah.”
8. Sebagai orang tua apa yang menjadi kendala atau penghambat anak
dalam proses pengembangan minat baca melalui pendar ?
Jawab :”Sebenarnya yang tadi saya bilang itu si mba, khawatir aja kalau
anak ke Warabal, karena jauh itu.”
9. Menurut anda apakah kegiatan dongeng dapat mempengaruhi minat
baca?
Jawab :”Ya... Mempengaruhi mbak, setelah dia diajarkan dongengkan
pasti dirumah tuh dia ceritain lagi sama Ayah, sama Kakak,sama Ibunya, apa
yg dia dengerin tadi dan dia cari bukunya. Mau baca setelah dapet cerita itu,
kayak cerita kura-kura dan kunang-kunang yang pernah di ikutinya.”
10. Menurut anda bagaiman dengan sarana dan prasarana dalam kegiatan
dongeng?
Jawab : ”Kurang yah mbak, masih kurang masih pake buku, boneka
tangan jadi masih yang simple-simple aja biasanya.”
11. Sebagai orang tua apa yang menjadi kendala atau penghambat anak
dalam proses pengembangan minat baca melalui dongeng ?
Jawab : “Yang jelas tuh akses, ya.. jauh lumayanlah ya ke warabal kalo
untuk anak-anak. Sama waktunya karena hari minggu aja soalnya dalam
seminggu.”
12. Menurut anda efektif pendar atau dongeng dalam pengembangan minat
baca anak?
Jawab : “eee menurut saya bimbingan belajarnya yang buat keminat baca.
Sebenernya sih dua-duanya, tapi kalo dongeng biasanya kan hiburan gitu
supaya anak-anak gak bosen. karena mungkinkan anak itu bosen terus
didongengin gitu. Biar ga bosen.”’
13. Apa saja harapan anda untuk TBM WARABAL?
Jawab : “Semoga Warabal semakin maju. Buat apa namanya?... ilmu,
buat yah..mengasih anak-anaklah. Yang jelas harus ditambah pengajarnya, ya..
muridnya kan semakin banyak juga sekarang.
Terus dipungut biaya terlalu kecil itu mbak, 10 ribu/ bulan, sangat terjangkau,
jadi yahh.. terlalu baik warabal itu mbak hehe.”
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Ariesty Agiellietha Zahra
Jabatan : Pengajar/ Volunteer di TBM WARABAL
Tanggal Wawancara : 27 November 2016
1. Sudah berapa lama mengenal TMB WARABAL?
Jawab : “Sebenernya mah dulu bukan ngajar sih, murid. Dari SD, eh tau-
tau udah ngajar aja hehe.”
2. Bagaimana minat baca anak di sekitar TBM WARABAL?
Jawab : “kalo menurut agil sih bagus. Apah, soalnya anak-anak kadang-
kadang suka kesini. Udah gitu kalo pinjem buku gak cuma satu, kadang dua
atau lebih. Disini juga dari jauh-jauh banyak yang pinjem buku kesini, jadi
banyak yang dateng kesini kak.”
3. Menurut pandangan anda bagaimana cara menarik minat baca
masyarakat sekitar TBM WARABAL?
Jawab : “nih yah, aku setiap sabtu, tapi gak setiap sabtu banget. Aku sama
Mbak Nur (salah satu pengajar juga) itu ngadain perpus keliling, iya perpus
keliling. Kalo perpus keliling agak jauh-jauh, karenakan jauh dan susah kesini,
makanya kita yang nyamperin gitu.”
4. Kegiatan perpus keliling ini menggunakan kendaraan apa?
Jawab : “Pake motor, langsung bawa papan tulis kayak ngajar ngajar gitu,
sama bawa buku-buku. Dibawa di tas, nah nanti disana kita bagiin dan tanya
mau belajar atau mau baca buku apa nih, seru deh.”
5. Bagaimana Tanggapan anak-anak yang menerima perpus keliling?
Jawab : “Seneng! Kadang-kadang gini, “ ka besok kesini lagi yak” kadang
kadang ada yang jalan ada juga yg naik sepeda gitu.”
6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan minat baca
anak di sekitar TBM WARABAL ?
Jawab : “Ekonomi : Aku gak tau deh ka kalo itu.
Pendidikan: iya, ada yang kayak gitu ,he’eh
Ketersediaan koleksi: Kalo kata aku sih, kalo buku buku disini lengkap banget
disini. Jadi sudah menunjang anak-anak.
Sumber daya manusia: Kalo menurut aku, dari segi SDM masih kurang banget
ka, karena kebanyakan murid.
Perkembangan teknologi: Iya sih berpengaruh, tapi kita disini kalo lagi belajar
gak boleh buka hp. Kuncinya baca, misal kayak Bahasa Inggris, biasanyakan
orang translete, tapi disini gak boleh pokonya harus cari dikamus. Gitu klo
disini , gaboleh buka hp tapi kalo gurunya boleh.”
7. Berapa lama waktu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan pendar?
Jawab : “Dari jam 8.30-10-30, tapi balik lagi ke anaknya ka, jadikan anak
itu ada yg cepet tangkep ada yang lama, jadi ya.. itu kita mesti ngajarinnya
sabar banget. Kadang, yang lain udah selesai, karena dia belum bisa kita
mesti ngajarin smpe dia bener-bener paham. Misal kelas 4, harusnya udah bisa
perkalian, karena dia belum bisa jadi mesti ngajarin dari awal lagi gitu. Jadi
dia lebih lama gitu daripada temen-temennya. Iya ka kayak gitu.”
8. Bagaimana upaya pengembangan minat baca anak melalui pendar?
Jawab : “Kalo akusih, pertamanya kalo meningkatkan minat baca kita
rayu dia dulu nih. Aku baca-bacain kedia, nanti mereka kepo gitu, “ apaan sih
ka” jadi dia buka buku. Langsung aku ajak cerita, misal aku kasih tebakan
cari dibuku terus nanti mereka cari dan baca buku, jadi dia minat bacanya
nambah. Jadi dipancing dulu. Tapi ada orang yang mau baca mau baca terus
tanpa disuruh jadi balik ke anak itu sendiri kak.”
9. Bagaimana sarana dan prasarana kegiatan pendar?
Jawab : “Kalo menurut agil si, udah memenuhi cuma mungkin dari kita
dan anak-anaknya yang harus merawatnya.”
10. Bagaimana antusias anak dalam menerima pendar?
Jawab : “Ya bagus, nih hampir setiap minggu jumlah anak yang dateng
aja nambah-nambah mulu. Kalo sekarang sih kurang lebih ada sekitar 154
anak yang ikut kak.“
11. Apa saja kendala yang dihadapi dalam kegiatan pendar?
Jawab : “Kalo menurut aku dari segi SDM masih kurang banget ka, karna
kebanyakan murid. banyak yang antusias belajar kesini tapi kita disini dari tim
pengajarnya masih kurang, sedikit banget. Bisa sampe 15 anak satu
pembimbing.”
12. Menurut anda bagaimana upaya meningkatkan minat baca melalui
dongeng?
Jawab : “Aku dulu juga bisa dongeng diajarin dari sini, pernah ikut lomba
diluar. Kalo cara meningkatkan melalui dongeng... gimana yah, misalkan aku
perpus keliling nih, terus aku bacain dongeng ke anak kecil yang belum bisa
baca, kan dia belom bisa baca nih, nanti kita ajarin baca nih, apalagi ada
gambarnya jadi mereka semangat gitu karena ada gambar.”
13. Adakah Teknik khusus yang digunakan saat mendongeng?
Jawab : “Tekhnik bisanya, cuma bacain buku aja sih keseringan, kalo alat
peraga itu jarang. Kalo aku juga kan dongeng jarang yak 2 minggu sekali aja.”
14. Bagaimana antusias anak dalam menerima dongeng?
Jawab : “Kalo menurut akusih lebih banyak orang yang pengen apa?..,
kegiatan pendar. Kayak iseng-isengan doang gitu dongeng kak, hiburan lah
gitu.”
15. Bagaimana sarana dan prasarana kegiatan dongeng?
Jawab : “Sebenernya sih alat peraga ada, tapi kalo aku pribadi jarang
gunain ka, apalagi kalo dongengnya sambil perpus keliling, jarang juga
dibawa alat-alatnya.”
16. Apa saja kendala yang dihdapi dalam kegiatan dongeng?
Jawab : “Sama sih ka kayak pendar, dongeng juga masih kurang yang
buat dongenginnya gitu. Pokoknya kita kurang banget SDM deh.”
17. Menurut anda lebih efektif pendar atau dongeng dalam pengembangan
minat baca anak?
Jawab : “Kan gini ka, misalnya kalo pendar kan sebelum belajar mulai
baca baca buku dulu ya, kan gitu ka. Terus mereka nanya ini maksudnya apa
sih ka. Pokonya kalo dongeng ya skedar ngisi waktu aja gitu gak seperti
pendar.”
18. Apa saja harapan anda untuk TBM WARABAL?
Jawab : “Makin maju pastinyakan yak, semoga aja SDM nya, iya SDM
nya bertambah lagi, soalnyakan anak-anaknya minat banget yak. Walaupun
sebenrnya kayak gini aja udah bersyukur banget yah.”
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Shaleh
Jabatan : Anak/ Murid di TBM WARABAL
Tanggal Wawancara :30 November 2016
1. Apa yang kamu ketahui tentang TBM WARABAL?
Jawab : “Perpustakaan, Tempat PAUD, Tempat bimbingan belajar.”
2. Perlu atau tidak didirikannya TBM WARABAL? mengapa?
Jawab : “Perlu, biar bisa baca buku. Biar bisa belajar dan menambah ilmu
dan membantu PR, tugas skolah juga.”
3. Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti kegiatan pendar?
Jawab : “Nambah pengalaman, ilmu, nambah temen juga kalo di
WARABAL.”
4. Menurut kamu, sarana dan prasarana pendar sudah memenuhi atau
belum?
Jawab : “Papan tulis kurang, seharusnya papantulisnya di bagi 2. masih
kurang, jadi kurang jelas kalo liat tulisan. Ruang masih sempit karena
kebanyakan murid.”
5. Kendala apa yang kamu rasakan setelah mengikuti pendar?
Jawab : “Nggak ada yang kurang, eh terlalu banyak murid jadi kurang
pokus belajar dan yang ngajar juga sedikit. Satu yang ngajar muridnya
banyak. Gurunya kurang, masih sedikit. Gak luas juga ruangannya, karena
banyak muridnya jadi kurang nyaman kalo pendampingan belajar.”
6. Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti kegiatan dongeng?
Jawab : “Jadi tau cerita-cerita, suka diajarin juga caranya dongeng terus
aku suka cari bukunya lagi buat dibaca.”
7. Menurut kamu, sarana dan prasarana dongeng sudah memenuhi atau
belum?
Jawab : “Sudah, Cuma ruangannya aja yang kurang kalo dongeng mah.”
8. Kendala apa yang kamu rasakan setelah mengikuti dongeng?
Jawab : Jauh kalo ke Warabal, soalnya dari sini temennya sudah sedikit
banget yang mau ke sana.
9. Kegiatan pendar atau dongeng yang lebih kamu sukai? Mengapa?
Jawab : “Pendar aja, soalnya yang ngajar disana enak, bukunya lengkap
jadi buat belajar udah terpenuhi. jadi aku seneng benlajar disana.”
10. Apa saja harapan kamu untuk TBM WARABAL?
Jawab : “Lebih maju, kayak gurunya makin banyak lagi, terus ditambah
papan tulisnya sama bukunya juga mesti banyak lagi yang baru. Sekarang juga
udah banyak banget, tapi yang baru harus lebih banyak lagi. Aku sering
pinjem bawa pulang buat dibaca dirumah. Seminggu nanti didenda, tapi
dendanya seikhlasnya.“
LAMPIRAN
Rak Penyimpanan Mungkena
Koleksi Buku dan Ruang Baca
Etalase Penyimpanan Audio Visual dan Alat Peraga Dongeng
Kegiatan Pendar
Kelas Kreasi dan Dongeng
BIODATA PENULIS
Riri Rizky Maulida. Lahir di Bogor, 31 Agustus 1994, putri
pertama dari dua besaudara pasangan Bapak Mulyadi dan Ibu
Ai Murta’fiah. Penulis bertempat tinggal di Desa Duren Seribu,
Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Saat ini penulis tinggal
bersama orang tua dan satu saudara laki-laki, yang bernama
Khairul Hanafi.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SDN Duren Seribu 01 (2000-2006),
MTS Darul Himmah (2006-2009), dan SMAN 6 Depok (2009-2012), setelah lulus
sekolah menengah atas, penulis melanjutkan pendidikan pada Program studi (S1)
Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012. Penulis menyelesaikan
program S1 bidang Ilmu Perputakaan dengan menghasilkan skripsi berjudul
“Peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) WARABAL dalam Mengembangkan
Minat Baca Anak Melalui Pendar dan Dongeng”.
Pengetahuan yang telah diperoleh penulis di bidang ilmu perpustakaan, diterapkan
ketika melaksanakan praktek kerja lapangan di Perpustakaan Nasional RI selama
kurang lebih satu bulan.