peranan guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERANAN GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN
KETAATAN IBADAH SHALAT SISWA KELAS IX
MTs MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG
LAMPUNG TIMUR
Oleh:
MITA SARI
NPM. 14114801
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO LAMPUNG
1439 H/ 2018 M
ii
PERANAN GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN KETAATAN
IBADAH SHALAT SISWA KELAS IX
MTs MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG
LAMPUNG TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MITA SARI
NPM. 14114801
Pembimbing I : Dr. Hj. Akla, M.Pd
Pembimbing II : Buyung Syukron, S.Ag, SS, MA
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO LAMPUNG
1439 H/ 2018 M
iii
ABSTRAK
PERANAN GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN KETAATAN
IBADAH SHALAT SISWA KELAS IX
MTs MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG
LAMPUNG TIMUR
Oleh :
MITA SARI
Ibadah shalat merupakan pendidikan dan bimbingan yang di berikan oleh
guru fiqih kepada peserta didik, agar peserta didik paham akan ibadah tersebut
dan pelaksanaanya dalam kehidupan sehari-hari. bahwa sebagai makhluk yang
sudah mampu berfikir secara baik dan manusia baliq awal maka hendaknya telah
tertanam kesadaran diri mengenai kewajibannya kepada Allah SWT yaitu
menyembahnya (shalat).
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan guru fiqih
dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa kelas IX MTs Ma’arif NU 5
Sekampung Lampung Timur?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peranan guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa kelas IX
MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Lampung Timur.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan dengan
sifat penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber, teknik dan waktu. Teknik analisa data
menggunakan reduksi data, penyajian data kemudian kesimpulan.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Peranan Guru Fiqih dalam
meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa dikatakan baik. Hal ini bisa dilihat dari
guru yang memberikan teladan dengan mengikuti shalat berjama’ah bersama,
membiasakan dengan mewajibkan siswa/siswinya dalam melaksanakan shalat
berjama’ah bersama, menegakkan disiplin dengan mengajarkan shalat tepat waktu
agar tidak tertinggal mata pelajaran berikutnya, memotivasi siswa dengan
memberikan cerita teladan dan memberikan nasehat, memberikan hadiah dengan
memberikan nilai tambahan dan memberikan pujian, menghukum dengan
memberikan hukuman berupa membersihkan halaman sekolah seperti mencabuti
rumput dan mengerjakan shalat sendirian.
iv
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. KH. Dewantara 15A Kampus Kota Metro Telp. (0725) 41507
Telp.(0725) 4726 Email: [email protected],
Website:www.stainmetro.ac.id
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : PERANAN GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN
KETAATAN IBADAH SHALAT SISWA KELAS IX
MTs MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG LAMPUNG
TIMUR
Nama : MITA SARI
NPM : 14114801
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
MENYETUJUI Untuk dimunaqosyahkan dalam sidang munaqosyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
Pembimbing I
Metro, Mei 2018
Pembimbing II
Dr. Hj. Akla, M.Pd
NIP. 19691008 200003 2 005
Buyung Syukron, S.Ag, SS, MA
NIP. 19721112 200003 1 004
Mengetahui
Ketua Jurusan PAI
Muhammad Ali, M.Pd.I
NIP. 19780314 200710 1 003
v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. KH. Dewantara 15A Kampus Kota Metro Telp. (0725) 41507
Telp.(0725) 4726 Email: [email protected],
Website:www.stainmetro.ac.id
NOTA DINAS
Nomor :-
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Pengajuan Munaqosyah
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
Di Metro
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami mengadakan pemeriksaan dan bimbingan seperlunya, maka
skripsi yang disusun oleh:
Nama : MITA SARI
NPM : 14114801
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Judul Skripsi : PERANAN GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN
KETAATAN IBADAH SHALAT SISWA KELAS IX
MTs MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG LAMPUNG
TIMUR
Sudah kami setujui dan dapat dimunaqosyahkan. Demikian harapan kami dan atas
perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Metro, Mei 2018
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Hj. Akla, M.Pd
NIP. 19691008 200003 2 005
Buyung Syukron, S.Ag, SS, MA
NIP. 19721112 200003 1 004
vi
Pengesahan
vii
ORISINILITAS PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mita Sari
NPM : 14114801
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa Skripsi ini secara keseluruhan adalah asli hasil penelitian saya
kecuali bagian-bagian tertentu yang di rujuk dari sumbernya dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Metro, Mei 2018
Yang Menyatakan
Mita Sari NPM. 14114801
viii
MOTTO
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(Q.S . Al- Baqarah ayat 45)1
1 Qs. al-Baqarah (1):45.
ix
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia dan hidayah-Nya, Keberhasilan ini penulis persembahkan
sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasihku kepada:
1. Kedua orangtua ku, Ayahanda Mul Yadi dan Ibu Watini tercinta yang telah
memberikan kasih sayang, dorongan moriil maupun imateriil, do’a tulus yang
tiada henti-hentinya dan segalanya yang tak mungkin dapat dibalas oleh
penulis.
2. Bapak Supardi dan Ibu Turasih yang yang selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan studi dan selalu mendo’akan demi keberhasilanku.
3. Keluarga Deti Munandar yang selalu memberikan semangat, motivasi dan
tambahan ilmu serta pengalaman yang berharga.
4.
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahman dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Pengurun Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro guna memperoleh gelar
S.Pd.
Dalam upaya menyelesaikan skripsi ini penulis menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Metro
2. Dra. Hj. Akla, M.Pd, selaku Dekan Fakutlas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
3. Dra. Hj. Akla, M.Pd, dan Buyung Syukron, S.Ag, SS, MA selaku pembimbing
I dan II yang telah memberikan bimbingan yang sangat berharga dalam
mengarahkan dan memberi motivasi bagi penulis.
4. M. Ali, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
5. Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan Institut Agama Islam Negeri Metro yang
telah menyediakan waktu, fasilitas serta membekali ilmu pengetahuan kepada
penulis.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen IAIN Metro yang telah memberikan ilmunya
dengan ikhlas dan penuh kesabaran
Kritik dan saran demi memperbaiki skripsi ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan lapang dada penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Metro, 28 Mei 2018
Penulis
Mita Sari
NPM. 14114801
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
PERSETUJUAN ............................................................................................. iii
NOTA DINAS ................................................................................................. iv
PENGESAHAN ............................................................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ORISINILITAS PENELITIAN ................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6
D. Penelitian Relevan ................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Ketaatan Ibadah Shalat ........................................................... 9
xii
1. Pengertian Ketaatan Ibadah Shalat.................................. 9
2. Tujuan dan Hikmah Melaksanakan Ibadah Shalat .......... 10
3. Indikator Ketaatan Ibadah Shalat ................................... 13
4. Cara Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat ................... 13
B. Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan
Ibadah Shalat .......................................................................... 19
1. Konsep Guru .................................................................. 19
2. Pengertian Guru Fiqih ................................................... 19
3. Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan
Ibadah Shalat .................................................................. 20
4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Fiqih Dalam
Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat ........................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ........................................................ 31
B. Sumber Data ............................................................................ 33
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 34
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data .......................................... 36
E. Teknik Analisis Data ............................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ....................... 41
1. Sejarah MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ........................... 41
2. Visi dan Misi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ................. 42
3. Letak Geografis MTs Ma’arif NU 5 Sekampung .............. 43
4. Struktur Organisasi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ......... 44
5. Keadaan Siswa MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ............... 45
xiii
6. Keadaan Guru MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ................ 46
7. Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Ma’arif NU 5
Sekampung ......................................................................... 46
B. Gambaran Umum Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan
Ketaatan Ibadah Shalat Siswa .................................................. 46
C. Analisis Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan
Ketaatan Ibadah Shalat Siswa ................................................. 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 59
B. Saran ........................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Keadaan Siswa Sekolah MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Tahun Pelajaran 2017/2018........................................................................ 45
2. Keadaan Guru MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran
2017/2018 ................................................................................................... 46
3. Keadaan sarana dan prasarana MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Tahun Pelajaran 2017/2018........................................................................ 46
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Oraganisasi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung ............................... 44
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Pra Survey
2. Surat Balasan Pra Survey
3. Pengesahan Proposal Penelitian
4. Surat Bimbingan
5. Outline
6. APD (Alat Pengumpul Data)
7. Lembar Observasi
8. Hasil Wawancara
9. Tabel Triangulasi
10. Surat Izin Research
11. Surat Tugas
12. Surat Keterangan Pelaksanakan Penelitian
13. Formulir Konsultasi Bimbingan Sekripsi
14. Surat Keterangan Bebas Pustaka
15. Surat Keterangan Bebas Jurusan PAI
16. Dokumentasi
17. Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian
proses pemberdayaan akal, mental, maupun moral, untuk menjalankan
fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan
Khaliqnya sebagai pemelihara alam semesta, dalam menjalankan
fungsi tersebut, maka pendidikan Islam sangat dibutuhkan dalam
proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan.
Pendidikan agama islam merupakan upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
menghayati, memahami, mengimani, bertakwa, berahlak mulia, dan
mengamalkan ajaran agama islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Al-Hadist melalui bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman.
Tantangan yang dihadapi dalam pendidikan agama Islam
adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam.
Bukan hanya sekedar mengajarkan pengetahuan tentang agama, akan
tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas
iman, taqwa,dan akhlak mulia supaya mereka dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
2
Sebagai mahluk yang diciptakan untuk memelihara alam ini
remaja pun tidak lepas dari keterkaitannya sebagai mahluk yang
diciptakan untuk selalu menyembah kepada Allah. Sebagaimana
firman Allah SWT:
Artinya: Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah
kepada-Ku. (QS. Al-Dzariat ayat 56)2
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa manusia
diciptakan Allah adalah untuk menyembah sepenuh hati. Pengabdian
dapat dilakukan dalam segala aspek kehidupan, baik yang berupa
ketentuan pokok dan berupa ketentuan anjuran ibadah yang paling
pokok adalah shalat, karena “ diantara ibadah dalam islam, shalatlah
yang membawa manusia terdekat kepada Tuhan.”
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang sudah
baligh, dan amalan ibadah shalatlah yang akan dimintai pertanggung
jawaban pertama kelak di akhirat. Oleh karena itu, dalam
meningkatkan ketaatan ibadah shalat perlu penaganan serius,
sistematis, dan berkesinambungan sehingga apa yang terjadi menjadi
tuuan pendidikan agama Islam dapat terealisasi dengan baik.
Problematika agama di sekolah selama ini hanya dipandang
melalui aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka saja, kurang
2 QS. Adz-Dzariat (51) : 56.
3
mendorong bagaimana siswa dididik mengamalkan dan meningkatkan
ketaatan pada ajaran-ajaran agama dalam dunia nyata terutama dalam
hal shalat, sehingga belajar agama sebatas menghafal dan mencatat.
Hal ini mengakibatkan pelajaran agama hanya menjadi pelajaran
teoritis, bukan pengamalan atau penghayatan terhadap agama itu
sendiri.
Tingkat ketaatan ibadah siswa yang beragam disebabkan
oleh pengetahuan yang berbeda-beda. Lembaga pendidikan perlu
meletakkan upaya peningkatan siswa dengan berbasis nilai-nilai
keagamaan menjadi landasan yang perlu dibentuk melalui proses
belajar mengajar, dalam hal ini perlu adanya peran guru agama Islam,
terlebih guru bidang studi fiqih.
Selain dituntut untuk member ikan materi pelajaran, guru
bidang studi fiqih juga harus mampu memberikan bimbingan serta
teladan dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat kepada siswanya,
dengan harapan para siswa dapat semangat dan antusias dalam
melaksanakan dan meningkatkan ketaatan ibadah dengan baik dan
benar menurut ajaran Islam baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Tugas yang diemban seorang guru fiqih selain ia
menyampaikan, ia juga harus memberi keteladanan dalam kehidupan
sehari-hari terhadap peserta didik yang ia didik, seperti pembinaan
kesadaran dalam shalat berjamaah, tidak sedikit siswa yang kurang
faham akan pentingnya shalat berjamaah dan tidak melaksanakan
4
shalat, mereka berfikir saya belum wajib, saya masih kecil, saya
masih muda nanti saja pastua shalatnya, saya malas, pakaian saya
kotor nanti saya shalat dirumah saja, takut dikatan orang alim, dan lain
sebagainya ini adalah bagian dari teori peserta didik dalam
menghindari shalat berjamaah dan bagian dari kurang sadarnya
peserta didik dalam shalat berjamaah.
MTs Ma’arif NU 5 Sekampung merupakan salah satu
Sekolah Menengah Tsanawiyah yang berada di bawah Naungan
Kementrian Agama. Di dalam MTs Ma’arif NU 5 Sekampung, dalam
hal keagaamaan menggunakan kurikulum Aqidah, Akhlak, Ibadah,
Tarikh, Al Qur’an, dan Bahasa Arab. Dengan adanya jumlah jam
pelajaran agama yang lebih banyak di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
diharapkan para siswa dapat lebih mendalami keagamaan di samping
akademik. Masalah shalat sangat ditekankan sekali bagi siswa di MTs
Ma’arif NU 5 Sekampung, juga dilaksanakan shalat Dhuhur secara
berjamaah secara rutin. Selain dengan kegiatan rutin tersebut, para
guru terutama guru-guru Ismuba sangat menekankan pentingnya
shalat disela-sela pelajaran. Akan tetapi, berdasarkan wawancara
dengan guru Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung, ternyata masih
banyak siswanya yang belum bisa menjalankan shalat wajib dengan
baik dan masih ada siswa yang kurang sadar akan pentingnya shalat
5
berjamaah, masih banyak siswa yang di perintah untuk shalat
berjamaah, ada yang membolos karena tidak ikut shalat berjamaah.3
Peranan guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah
shalat berjama’ah siswanya dengan memberikan nasehat-nasehat
tentang shalat berjama’ah dan tindakan langsung saat shalat dzuhur
tiba, seperti menyuruh para siswa untuk menunaikan shalat
berjama’ah.
Berdasarkan hasil prasurvey yang penulis lakukan di MTs
Ma’arif NU 5, Ketatan Ibadah Shalat Siswa MTs Ma’arif NU 5 ada
siswa yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan shalat dzuhur
berjama’ah di masjid sekolah. MTs Ma’arif NU 5 adalah sekolah yang
berbasis Islam, maka seharusnya dalam kegiatan shalat siswanya bisa
lebih baik dari pada sekolah umum lainnya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
tertarik untuk mlakukan penelitian tentang bagaimana peranan guru
fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah siswa-siswinya agar
mereka dapat terbiasa disiplin untuk melaksanakan ibadah shalat yang
sesuai dengan ajaran agama Islam. Harapan guru dan orang tua, untuk
itu judul dalam penelitian ini adalah “Peranan Guru Fiqih Dalam
Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat Siswa Kelas IX MTs
Ma’arif NU 5 Sekampung”
3 Pra Survei, 14 Oktober 2017 di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
6
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas, ada beberapa pokok
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat
Siswa Kelas IX MTs Ma’arif NU 5 Sekampung”?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di
atas, maka dapat dijelaskan tujuan yang hendak dicapai yaitu:
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui Peranan Guru Fiqih dalam meningkatkan ketaatan
ibadah shalat siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat atau dampak positif yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah:
a. Menambah khazanah akademik dan wawasan dalam ilmu
pendidikan bagi penulis dan pembaca.
b. Menjadi bahan masukan bagi lembaga pendidikan islam dan guru
fiqih.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih cara yang tepat bagi
guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat.
7
D. Penelitian Relevan
Bagian ini memuat secara sistematis mengenai hasil
penelitian terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan
dikaji. Peneliti mengemukakan dan menunjukan dengan tegas bahwa
masalah yang akan dibahas belum pernah diteliti atau berbeda dengan
penelitian sebelumnya.4 Penelitian yang akan penulis lakukan mengenai
Peranan Guru Fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa
kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.
Terkait dengan judul penelitian tersebut maka penulis
mengutip skripsi terkait dengan persoalan yang akan diteliti. Sehingga
akan dilihat dari penelitian tersebut perbedaan permasalahannya serta
tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing penulis. Adapun
kutipan hasil penelitian yang relevan yaitu: penelitian yang dilakukan
oleh Rahmat Hidayat, NPM: 0731781 dengan judul “Pengaruh
Kegiatan Risma Terhadap Peningkatan Ibadah Shalat Berjamaah
Remaja DI Masjid Desa Wonosari Pekalongan Lampung Timur “
Menyatakan bahwa kegiatan risma yang lebih mendekatkan diri
dengan kegiatan dakwah yang dimulai dengan pembekalan personal
yang dapat berupa kajian islam intensif yang dilaksanakan sepekan
sekali yang bertumpu pada penanaman moral sangat berpengaruh
4 Zuhairi, et.al. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2016),
h.39
8
terhadap perilaku anggota dalam kehidupan sehari-hari terutama
dalam melaksanakan ibadah shalat di masjid.5
Penelitian di atas dapat dipahami bahwa pembahasan
berkaiatan . akan tetapi, penulis belum menemukan kajian yang secara
spesifik membahas mengenai peranan guru fiqih dalam meningkatkan
ketaatan ibadah shalat siswa. Hal ini yang membedakan skripsi ini dan
sebelumnya pada skripsi ini lebih spesifik mengenai Peranan Guru
Fiqih dalam meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat Siswa Mts Ma’arif
NU 5.
5 Rahmat Hidayat, pengaruh kegiatan risma terhadap peningkatan ibadah shalat berjama’ah
remaja di masjid desa wonosari kecamatan pekalongan lampung timur tahun 2012,(metro: STAIN
Jurai Siwo Metro,2013),h.27
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ketaatan Ibadah Shalat
1. Pengertian Ketaatan Ibadah Shalat
Pengertian “ketaatan”, sebagaimana disebutkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, berarti kepatuhan, kesetiaan.6 Orang yang
memiliki sifat taat dalam hatinya, niscaya perilakunya akan menunjukkan
ketaatan dan kepatuhan pada peraturan.
Kata “ibadah” dalam istilah bahasa Arab dapat diartikan
dengan berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan
merendahkan diri. Dalam istilah indonesia diartikan sebagai berbuatan
untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan untuk
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.7
Shalat ialah “berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dlam
bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan syara’ ”. 8 pendapat lain menyatakan bahwa:
Shalat adalah upaya membangun hubungan baik antara manusia
dengan Tuhannya. Dengan shalat kelezatan munajat kepada Allah
akan terasa, pengabdian kepada-Nya dapat diekspresikan, begitu
juga dengan penyerahan segala urusan kepada-Nya. Shalat juga
mengantarkan seseorang kepada keamanan, kedamaian, dan
keselamatan dari-Nya. Shalat menghubungkan mushalli kepada
6 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Departemen Agama, 1996), hlm. 253
7 Muhammad Ali, Fiqih,(Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2013),h. 1
8 Ibid.,h, 15
10
kesuksesan, kemenangan, dan pengampunan dari segala
kesalahan.9
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang
dimaksud ketaatan ibadah shalat yaitu kepatuhan seorang hamba dalam
menunaikan kewajiban ibadah shalat yang diperintahkan Allah SWT,
yang merupakan upaya untuk membangun hubungan baik antara manusia
dengan Tuhannya.
2. Tujuan dan Hikmah Melaksanakan Ibadah Shalat
Tidak ada satupun kewajiban yang dibebankan kepada
manusia kecuali di dalamnya terdapat kebaikan, hikmah, atau manfaat
bagi manusia itu sendiri. Meskipun kadang-kadang sebagian manusia tak
mampu melihat hikmah yang terkandung karena kurang diperhatikannya
atau belum dapat dirasaknnya.
Allah SWT mewajibkan kita untuk selalu mensyukuri atas
segala yang diciptakan oleh-Nya di bumi ini. Terlebih apabila yang
diberikan Allah tersebut datang dalam suatu bentuk kewajiban.
Sebagaimana yang didatangkan Allah SWT kepada hamba-Nya, atau
sebagai sebuah kewajiban yang secara langsung dijemput oleh Nabi
SAW. Pastilah shalat tersebut mengandung banyak manfaat bukan hanya
dalam kehidupan dunia melainkan juga untuk kepentingan di akhirat.
Diantaranya hikmah-hikmah yang terkandung di dalam ibadah shalat
antara lain:
9 Khairunnas Rajab, Psikologi Ibadah; Memakmurkan Kerajaan Ilahi Di Hati Manusia,
(Jakarta: Amzah, 2011),h.93
11
a. Memberikan jiwa dan menyucikannya dari sifat-sifat buruk.
Allah SWT berfirman:
Artinya “ sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri
(dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
sembahyang.” (QS. Al-A’laa ayat 14-15)10
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa seseorang
yang melakukan shalat yang benar tidak akan pernah rugi, karena
shalat dapat, menjadi obat sebagai pembersih jiwa dan penyebab
lahirnya kebahagiaan dalam diri.
b. Mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.11
“Shalat yang khusyuk akan dapat membentuk pribadi yang
mampu mencegah dirinya dari perbuatan yang mungkar, atau tidak
patut”.
Allah SWT berfirman:
Artinya : Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
10
QS. Al-A’laa (87): 14-15.
11
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih,( Jakarta: Kencana, 2003), h.23
12
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.( QS. Al-Ankabut ayat 45)12
Ayat di atas menegaskan bahwa melaksanakan shalat
dariwaktu-kewaktu sebenarnya merupakan sebuah upaya untuk
membiasakan diri bersama dengan Allah yaitu untuk berinteraksi
dengan diri kita dan mengendalikan niat serta perbuatan kita. Dengan
kenyataan bahwa setiap rakaat dari shalat yang dilakukan, kita
senantiasa memohon pertolongan dan petunjuk kepada jalan yang
lurus. Artinya shalat telah menciptakan sebuah benteng yang
melindundungi diri manusia dan bisikan selain Allah, terlebih yang
berorientasi pada kemaksiatan dan kemungkaran.
Demikian beberapa hikmah dan manfaat diisyaratkannya
shalat. Betapa Allah Maha bijaksana dan Maha hikmah. Segala
perintah atau larangan-Nya akan memberikan manfaat yang luar biasa
kepada hamba-hamba-Nya.
Pengetahuan yang utuh tentang hikmah shalat akan
menambah khidmat dan khusyu’ ketika shalat, karena setiap kali
orang muslim memperhatikan shalatnya, dia akan semakin merasakan
manfaatnya. Sebaliknya jika ia tidak memperhatikan shalatnya, dia
tidak akan dapat merasakan hikmah dan manfaatnaya.
12
QS. Al-Ankabut(29):45
13
3. Indikator Kataatan Ibadah Shalat
Seseorang dikatakan taat adalah mampu beriman kepada Allah
serta merta memupuk dan menumbuhkan kesadaran individual akan tugas-
tugas pribadi untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di dunia dan
di akhirat. Karena itu, ibadah dapat disebut sebagai bingkai dan
pengembangan iman, yang membuat mewujudkan diri dalam bentuk-
bentuk tingkah laku dan tindak-tanduk nyata.
Dalam hal ini yang menjadi indikator ketaatan beribadah siswa
adalah:
a. Melaksanakan shalat fardhu tepat pada waktunya
b. Kesadaran dalam melaksanakan shalat berjama’ah
c. Untuk mengetahui betapa pentingnya melaksanakan ibadah shalat
berjama’ah.
d. Menegakkan disiplin dan menguasai diri.13
4. Cara Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
menanamkan iman atau meningkatkan ketaatan beribadah anak didik
yaitu, memberikan contoh atau teladan dengan melaksanakan sholat fardu
tepat pada waktunya , membiasakan (tentunya yang baik), menegakkan
disiplin, memberikan motivasi, memberikan hadiah terutama psikologis,
13
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011),h.127
14
menghukum, menciptakan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan
positif.14
a. Memberikan contoh atau teladan
Teladan adalah sesuatu yang patut ditiru atau dicontoh.15
Konsep atau persepsi pada diri seoranganak remaja dipengaruhi oleh
unsur dari luar mereka. Hal ini terjadi karena sejak usia dini telah
melihat, mendengar, mengenal, dan mempelajari hal-hal yang berada di
luar diri mereka. Mereka telah mendengar dan mengikuti apa-apa yang
dicontohkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu.
b. Membiasakan
Dapat dipahami bahwa pembiasaan merupakan cara yang
dapat dilakukan dalam pembentukan sikap dan perilaku baik sesuai
dengan ajaran agama islam dalam menghadapi permasalahan
kehidupan.
Penanaman ibadah kepada siswa dapat dilakukan dalam
bentukpembiasaan, karena pembiasaan akan berjalan dan berpengaruh
semata-mata oleh kebiasaan itu sendiri. Membiasakan siswa selalu taat
melakukan ibadah shalat di sekolah diharapkan ibadah bukan hanya
menjadi sebuah kewajiban tetapi dapat menjadi kebutuhan bagi siswa.
14 Ibid.
15
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014),h.93
15
c. Menegakkan disiplin
Disiplin adalah “suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan
kehidupan pribadi dan kelompok”.16
Berdasarkan kutipan tersebut,dapat
dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib yang dapat mengatur tatanan
kehidupan pribadi dan kelompok, seperti haolnya tata tertip di dalam
sekolah untuk selalu mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjama’ah di
sekolah agar dapat mengatur siswaa untuk mengikutinya.
Menegakkan disiplin merupakan usaha yang sifatnya
pembiasaan tapi dalam hal ini pembiasaan dengan mendisiplinkan
siswa. Agar siswa mampu mendisiplinkan diri dalam hal beribadah
seperti shalat tepat pada waktunya dan shalat berjama’ah. Diharapkan
dengan menegakkan kedisiplinan akan tertanam dalam hati siswa untuk
mendisiplinkan diri, baik dalam ur usan ibadah maupun dalam urusan
yang lain.
d. Motivasi
Motivasi adalah “perubahan susatu tenaga di dalam
diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-
reaksi dalam usaha mencapai tujuan”.17
Pendapat lain mengatakan
bahwa motivasi adalah “pendorongan” yaitu suatu usaha yang disadari
untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya
16 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional,2002),h.12
17
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Renika Cipta, 2012), h.203
16
untuk bertindak melakukan sesutu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu.18
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa
motivasi adalah kekutan baik dari dalam diri/pribadi maupun dari luar
yang menjadi pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
dalam mencapai tujuan.
Motivasi peserta didik adalah suatu kegiatan memberi
dorongan agar peserta didik bersedia dan mau mengerjakan kegiatan
atau perilaku yang diharapkan oleh orang tua atau guru karena anak
yang memiliki motivasi akan memungkinkan ia akan mengembangkan
diri. Dapat dipahami bahwa motivasi dalam proses pendidikan
berfungsi memberiakan dorongan kepada anak didik untuk melakukan
aktifitas dalam pendidikan sehingga dapat menghasilkan perubahan
bagi siswa secara kognitif, afektif, psikomotor.
e. Memberikan hadiah terutama psikologis
Hadiah adalah “alat pendidikan represif yang menyenangkan,
diberikan kepada anak yang memiliki prestasi tertentu dalam
pendidikan, memiliki kemajuan dan tingkah laku yang baik sehingga
dapat dijadikan teladan bagi teman-temannya”.19
Memberi hadiah merupakan cara yang dapat diberikan
kepada siswa yang berprestasi atau yang rajin melaksanakan ibadah
18 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet.23, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007),h.71
19
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002),h.182
17
dengan tujuan agar siswa tatap rajin melaksanakan ibadah shalat dan
mempengaruhi siswa lain agar mencontoh siswa yang mendapat hadiah.
Dalam memberikan hadiah, siswa diharapkan tidak hanya mencari
hadiah akan tetapi benar-benar sadar bahwa shalat merupakan
kewajiban bagi umat islam yang sudah baligh.
f. Menghukum
Hukuman diberikan kepada siswa yang bersalah merupakan
cara yang diberikan apabila terpaksa dan hukumannya bersifat
mendidik dalam rangka mendisiplinkan siswa sehingga hukuman itu
memberikan kesadaran siswa bahwa mereka telah melakukan
kesalahan, dengan harapan tidak akan mengulangi kesalahan yang
sama.
g. Menciptakan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif
Sekolah adalah suatu lembaga yang mempunyai tujuan yang
jelas. “kepala sekolah, guru-guru dan aparata lainnya berkewajiban
mencapai tujuan pendidikan yaitu pembentukan siswa yang merupakan
suatu kepribadian . ini artinya pencapaian itu harus dilakukan dalam
sutau kerja sama”.20
Semua guru dapat saling membantu dan kompak dalam
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Karena hal ini dapat
menciptakan suasana yang harmonis di dalam lingkungan sekolah yang
dapat berpengaruh bagi pertumbuhan positif siswa.
20 Ahmad Tafsir, op.cit,.h.132
18
Berdasarkan rincian di atas, dalam menanamkan ketaatan
ibadah pada siswa, cara di atas sangatlah besar pengaruhnya, tetapi
karena siswa hanya sebentar saja di sekolah, maka yang paling besar
pengaruhnya adalah bila cara-cara tersebut dilakukan juga oleh orang
tua di rumah.
19
B. Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat
1. Konsep Guru
Guru dalah seorang yang memiliki kemampuan dan
pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya
membimbing muridnya. Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa
berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja bersama dengan
orang lain. Selain itu, perlu diperhatikan pula dalam hal mana ia memiliki
kemampuan dan kelemahan.21
Pendidik atau guru adalah orang yang memiliki tanggung jawab
melaksanakan proses pendidikan peserta didik dan memiliki tugas
menumbuhkan dan mengembangkan aspek jasmani dan rohani peserta
didik.22
Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi anak didiknya
agar bermanfaat dimasa yang akan datang.
2. Pengertian Guru Fiqih
Guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didiknya dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi anak didiknya
agar bermanfaat dimasa yang akan datang.
Definisi fiqih menurut bahasa adalah “faham atau pengartian”,23
sedangkan menurut istilah fiqih adalah “ilmu tentang hukum syara’ yang
bersifat amaliah yang diambil dari dalil-dalil yang tafsili (terinci)”.24
21 Zakiah darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam ,(Jakarta: Bumi Aksara,
2008),h.266 22
Sri Andri Astuti, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja,
2013),h.68
23
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Cet 52, (Bandung: Sinar Baru Grafindo,2011),h.12
20
“Pengertian mata pelajaran Fiqih secara harfiah berarti
pemahaman yang benar terhadap apa yang dimaksud. Namun
secara teknis Fiqih menunjukkan pada ilmu tentang perumusan
hukum-hukum Islam dari dalil-dalil yang terdapat dalam
sumber-sumber hukum Islam. Dalam kaitan ini Fiqih juga
berarti hukum Islam yang telah dirumuskan”.25
Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat pahami bahwa
guru mata pelajaran Fiqih atau Guru Fiqih adalah seseorang yang
mempunyai pekerjaan yaitu mengajarkan ilmu- ilmu pengetahuan tentang
perumusan hukum-hukum Islam dari dalil-dalil yang terdapat dalam
sumber-sumber hukum Islam dan mendidik anak agar dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3. Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat
Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
suatu peristiwa.26
Pendapat lain mengatakan bahwa peranan (role) guru
artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru.27
Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
peranan adalah bagian dari tugas yang harus dilaksanakan oleh seseorang
karena kedudukan yang dimilikinya.
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan
peranan yang penting, peranan guru itu belum dapat digantikan oleh
teknologi seperti radio, televisi, internet, dan teknologi yang lainnya.
24 Muhammad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat,(Jakarta: Amzah, 2010),h.34
25 Amir Syarifuddin, Gari-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 7
26
Pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.3, cet.2, (Jakarta:Balai Pustaka,
2002),h.854
27
Tohirin, psikologi pembelajaran pendidikan agama islam,(Jakarta: Pt Rajagarafindo
persada, 2011),h.165
21
Banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan,
motivasi, kebiasaan, dan keteladanan yang diharapkan dari hasil proses
pembelajaran yang tidak dapat dicapai kecuali melalui pendidik. Banyak
peranan yang diperlukan dari guru sebagai seorang pendidik. Berikut
adalah peranan yang diharapkan dari seorang guru diantaranya:
a. Guru sebagai Demonstrator
Melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer, atau
pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal
ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa.
b. Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas(learning manager),
guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan
sekolah yang perlu diorganisasi. Tujuan umum pengelolaan
kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar
mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-
kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar,
serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan.
c. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan
karena media pendidikan merupakan alat kounikasi untuk
lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai
fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian
tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa nara
sumber, buku teks, majalah dll.
d. Guru sebagai Evaluator
Dalam dunia pendidikan, akan kita ketahui bahwa setiap
jenis pendidikan atau bentuk pendidikan waktu kewaktu
tertentu selama satu periode pendidikan orang akan
mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu
selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan
22
penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak
terdidik maupun oleh pendidik.28
Seorang guru fiqih dituntut perananya dalam menegakkan
agama Allah. Guru fiqih perlu bekerja sama yang harmonis baik degan
orang tua siswa, kepala sekolah, dengan guru-guru yang lain serta aparat
sekolah tempat ia megajar agar apa yang dicita-citakan dalam pendidikan
dapat tercapai.
4. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru Fiqih Dalam Meningkatkan
Ketaatan Ibadah Shalat
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan
oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun
kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan.
a. Adapun tugas guru dalam pendidikan agama Islam menurut
Abu Ahmadi yaitu:
1) Guru agama sebagai pengajar
2) Guru agama sebagai pendidik
3) Guru agama sebagai seorang da' i
4) Guru agama sebagai konsultan
5) Guru agama sebagai pemimpin pramuka
6) Guru agama sebagai pemimpin informal.29
Berdaasarkan penjelasan di atas dapat penulis pahami
bahwa tugas setiap guru berbeda dengan guru-guru bidang studi
lainnya. Guru bidang studi Fiqih selain mempunyai tugas
menyampaikan materi pengajaran di kelas, juga memberikan
28
Moh Uzer Usman. Menjadi guru profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003)
, h.9-11 29
Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Armico, 1996), h
98-99
23
pengetahuan keagamaan di luar kelas, misalnya membantu
pembentukan akhlak serta menumbuhkan dan mengembangkan
keimanan serta ketakwaan para anak didik siswa. Namur peran guru
bidang studi fiqih yang penulis maksud dalam penelitian ini hanya
guru bidang study fiqih sebagai pengajar dan pendidik, sebab
keterbatasan penulis untuk mencapai ketuntasannya.
1) Guru Sebagai Pengajar
Guru sebagai pengajar yaitu guru berperan memberikan pengajaran
didalam sekolah, ia menyampaikan pelajaran agar siswa memahami
dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu, selain
itu ia juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, ketrampilan,
kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya melalui
pengajaran yang diberikannya.30
Sebagai perencana pengajaran, guru diharapkan mampu
merencanakan kegiatan pembelajaran secara efektif. Untuk itu ia harus
memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar
dalam merancang kegiatan pembelajaran, seperti merumuskan tujuan,
memiliki bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan
sebagainya. Sebagai pengelola pengajaran, guru harus mampu
mengelola seluruh proses kegiatan pembelajaran. Guru juga harus
mampu memotivasi siswa agar dapat melaksanakan apa yang
dipelajari.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa
tugas guru sebagai pengajar yaitu seseoarang yang mampu
menyampaikan pelajaran atau pengetahuan agama terutama masalah
30
Oemar Hamalik, Proses Betajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 124
24
pelaksanaan ibadah shalat, agar siswa mengalami perubahan sikap,
akhlak, ketrampilan/kreatifitas, kebiasaan, dan cara bergaul. Apabila
peranan itu dapat dilaksanakan dengan baik, maka tujuan pendidikan
Islam akan lebih mudah dicapai terutama dalam pelaksanaan shalat
siswa.
2) Guru Sebagai Pendidik
Guru Sebagai Pendidik adalah mendidik. "Dalam
operasionalnya, mendidik merupakan rangkaian proses
mengajar, memberikan dorongan, memuji, mengganjar,
memberi contoh, membiasakan, dan lain sebagainya".31
Pembatasan ini penulis memberikan arti bahwa tugas
pendidik bukan hanya sekedar mengajar, namun juga bertugas sebagai
motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga
seluruh potensi siswa dapat terealisasi dengan baik dan dinamis. tugas
guru disini lebih digambarkan sebagai seseorang yang mempunyai
ilmu pengetahuan agama yang dapat diberikan kepada siswa melalui
pengajaran ataupun memberikan teladan dan juga dorongan agar siswa
dapat memahami dan melaksanakan ibadah shalat dengan baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian tugas guru Fiqih sebagai pengajar dan
pendidik ini diharapkan agar guru Fiqih tidak hanya mengajar di kelas
saja, namun ia juga sebagai orang yang mempunyai tugas dalam
meningkatkan kemampuan siswanya dan meningkatkan iman serta
31
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 43
25
takwa para siswanya. Untuk itu guru Fiqih harus dapat membina
siswanya dengan cara:
(a) Memberikan pengertian betapa pentingnya melaksanakan ibadah
shalat berjama’ah.
(b) Menanamkan perlunya memelihara ibadah dan rahasia-rahasia
yang terkandung di dalam shalat berjama’ah.
(c) Mendidik dan melatih orang yang yang dapat menghadapi segala
sesuatu dengan hati yang tenang.
(d) Memberikan santapan rohani yang berupa penggemblengan mental
spiritual agar anak didik tidak mudah meninggalkan ajaran agama
Allah SWT. Untuk itu seorang guru pendidikan agama Islam,
sekali lagi dituntut peranannya di dalam menegakkan agama Allah
SWT.
b. Tanggung Jawab Guru Fiqih
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan anak didik. Karena profesinya sebagai guru adalah
berdasarkan panggilan jiwa untuk selalu mencintai, menghargai,
menjaga, meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya.
Tanggung jawab guru adalah untuk memberiakan sejumlah norma
kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan
asuaila serta man aperbuatan yang bermoral dan amoral.
Bagi guru fiqih, tugas seperti yang telah disebutkan
sebelumnya merupakan amanah yang harus diterima guru atas
26
dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut
wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Hal ini sejalan
dengan firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah member
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat”.(QS.An-
Nisa:58)32
Ayat di atas mengandung makna bahwa tanggung jawab
guru adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, penuh keikhlasan dan mengharapkan ridha Allah SWT.
Tanggung jawab itu adalah sebagai berikut:
1) Guru harus menuntut murid-murid belajar
Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah menuntut murid-
muridnya untuk belajar. Bentuk tanggung jawab tersebut adalah
Tanggung jawab guru yang terpenting adalah merencanakan
dan menuntut muri-murid melakukan kegiatan-kegiatan
belajar guna mencapai petumbuhan dan berkembangan yang
diinginkan. Guru harus membimbing murid agar mereka
memperoleh keterampilan-keterampilan, pemahaman,
perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan
32
QS. An-Nisa’ (04):58.
27
yng baik, dan berkembangan sikap serasi. Oleh karena itu dia
harus melakukan banyak hal agar pengajaran berhasil.33
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa tanggung
jawab guru tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan kedalam
otak anak didik, tapi yang terpenting adalah membentuk jiwa dan
watak anak didik. Sebab pendidikan dilakukan tidak semata-mata
dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku, dan
perbuatan.
2) Turut serta membina kurikulim sekolah
Pada posisi ini guru merupakan seorang key person yang
paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai
dengan tingkat perkembangan murid. Oleh karena sewajarnya
apabila ia turut aktif dalam pembinaan kurikulum di sekolahnya,
dalam hubungan ini banyak hal-hal yang dapat dilakukan guru,
antara lain:
Menyarankan ukuran-ukuran yang mungkin dapat digunakan
dalam memilih bahan-bahan kurikulim, berusaha menemukan
minat, kebutuhan, dan kesanggupan murid, berusaha
menemukan cara-cara yang tepat agar antara sekolah dan
masyarakat terjalin hubungan kerjasama yang seimbang,
mempelajari isi dan bahan pelajaran pada setiap kelasdan
meninjaunya dalam hubungan dengan praktek sehari-hari.34
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa guru
adalah seorang yang paling mengetahui kebutuhan kurikulum yang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dalam hal ini guru perlu
33
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),h.127 34
Ibid.,h.278
28
memberbaiki proyek-proyek pelaksanaan kurikulum yang
berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Seperti halnya
guru fiqih, beliau tidak hanya mempelajari bahan pelajaran pada
setiap kelas tapi perlu meninjau keberhasilan kurikulum tersebut
melalui praktek sehari-hari.
3) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan
jasmaniah).
Memompakan pengetahuan kepada murid kiranya bukan
pekerjaan yang sulit. Tetapi membina siswa agar menjadi manusia
berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah.
Mengembangkan watak dan kepribadiannya, sehhingga mereka
memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan
bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas
dasar nilai-nilai moral yang tinggi, semua menjadi tanggung jawab
guru.
Agar aspek-aspek kebribadian ini dapat berkembang maka
guru perlu menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
mengalami, menghayati situasi-situasi yang hidup dan nyata.
Selai dari itu kepribadian, watak dan tingkah laku guru
sendiri akan menjadi contoh konkrit bagi murid.35
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa
membina siswa menjadi manusi berwatak (berkarakter ) bukan
pekerjaan yang mudah. Guru harus dapat menjadi teladan bagi siswa,
karena siswa lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam
35
Ibid
29
pergaulan di sekolah dan di masyarakat dari pada apa yang guru
katakana, tapi baik perkataan maupun apa yang guru tampilkan,
keduanya menjadi penilaian anak didik. Oleh karena itu apa yang
dilakukan guru hendaknya dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks inilah interaksi edukatif akan tercipta, dimana guru
selalu menunjukkan sikap yang dapat diteladani oleh peseta didik.
4) Memberikan bimbingan kepada murid
Bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal
dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu
menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosionalyang
baik, sangat diperlukan. Mereka perlu dibimbing kearah
terciptanya hubungan pribadi yang baik dengan temannya di
mana perbuatan dan perkataan guru dapat menjadi contoh
yang hidup.36
Kutipan di atas dapat dipahami bahwa salah satu tanggung
jawab guru yaitu memberikan bimbingan kepada murid. Pemberian
bimbingan harus dilakukan secara maksimal. Karena bimbingan
yang akan diberiakan oleh seorang guru akan membantu murid
dalam menemukan dan memecahkan masalah yang mereka hadapi
seta bertambah kemampuannya bertanggung jawab debgan dirinya.
Bimbingan yang baik adalah tidak ikut menentukan jalan
yang akan ditempuh oleh si terbimbing. Tetapi hanya membimbing
dalam bentuk permasalahannya saja. Seperti memberi arahan dan
nasehatketika siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah,
mendisiplinkan siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas,
36
Ibid.,h.129
30
menanamkan sikap toleransi, menghormati, dan memberikan contoh
tentang adab yang baik ketika di sekolah.
5) Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan
mengadakan penilaian atas kemajuan belajar.
Tanggung jawab guru dalam hal ini menyesuaikan semua
situasi belajar dengan minat, latar balakang dan kematangan
siswa, juga mempunyai tanggung jawab mengadakan
evaluasi terhadap hasil belajar dan kemajuan belajar serta
melakukan diagnosis dengan cermat terhadap kesulitan dan
kebutuhan siswa…37
Dalam hal ini guru bertanggung jawab tidak hanya
memberiakan materi kepada siswa, tetapi perlu mengetahui
kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dan membantunya.
Setelah itu perlu adanya evaluasi atas kemajuan belajar siswa.
37
Ibid.,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu “suatu penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok”. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai
“penelitian yang mengungkapkan suatu fenomena melalui deskripsi
bahasa non-statistik secara holistik”. Berdasarkan pengertian tersebut
maka penelitian kualitatif sangat menekankan pada proses analisis.
Penelitian kualitatif lapangan ini bertujuan “untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi
lingkungan sesuai unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau
masyarakat”.38
Penelitian ini dilakukan dengan menghimpun data dalam
keadaan sewajarnya, mempergunakan cara bekerja yang sistematis,
terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga tidak kehilangan
sifat ilmiahnya atau serangkaian kegiatan atau proses menjaring
data/informasi yang bersifat sewajarnya.
38
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), h.80.
32
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang penulis gunakan ini adalah penelitian yang
bersifat penelitian deskriptif karena bertujuan untuk membuat
pencandraan (deskriptif) secara sistematis, factual, dan akurat mengenai
fakta-fakta yang ada. Penelitian deskriptif adalah “penelitian yang
bermaksud untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian-
kejadian”.39
Pada umumnya dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek atau
subyek yang diteliti secara tepat, maka berkenaan dengan judul
penelitian, peneliti menekankan pada penelitian deskriptif.
Maka dalam penelitian ini lebih menekankan pada pandangan
mengenai gambaran peristiwa yang dibentuk oleh kata-kata secara
ilmiah. Jadi, penelitian deskriptif adalah penelitian yang menerangkan
tentang kejadian keadaan dan kenyataan prilaku manusia, memotivasi
serta memberikan gambaran bagi semua pihak yang membutuhkan serta
penelitian yang berusaha melihat makna yang terkandung dibalik objek
penelitian.
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah dengan cara atau
langakah sebagai berikut:
1. Mengumpulakan dan membaca literature yang berkaitan dengan
peranan guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa.
39
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian,,h.76
33
2. Meneliti dan menganalisa literature yang ada relevansinya dengan
permasalahan yang akan dibahas.
3. Melakukan survey lapangan dan menganalisis situasi yang terdapat di
lapangan serta mengidentifikasi pentebab kurangnya tingkat ketaatan
ibadah shalat siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian kualitatif
adalah penelitian yang diungkapkan dan dijelaskan melalui kata-kata.
Bentuk data yang akan digunakan bukan berbentuk bilangan angka atau
nilai yang bisanya dianalisis dengan perhitungan matematika statistik.
Penulis akan menungkap fenomena atau kejadian dengan cara
menjelaskan, memaparkan/menggambarkan dengan kata-kata secara jelas
dan terperinci melalui bahasa yang tidak berwujud angka, dengan
menggunakan jenis penelitian deskrptif dan menggunakan pendekatan
fenomenologi maka dapat diasumsikan bahwa sifat dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif lapangan.
B. Sumber Data
Sumber data adalah “subjek dari mana data dapat diperoleh”.40
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi
2 macam yaitu sumber data yang primer dan sumber data skunder. Klasifikasi
sumber data tersebut bermanfaat bagi penulis sebagai acuan untuk memilih
data yang seharusnya menjasi prioritas dalam penelitian.
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 14, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010 ) h.172
34
1. Sumber Data Primer
Sumber primer merupakan data pokok dalam sebuah
penelitian. “sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data pada pengumpul data”.41
Berdasarkan pemaparan di atas maka sumber data primer
yang penulis gunakan adalah guru fiqih dan siswa.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang dalam sebuah
penelitian. “ sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen”.42
Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data sekunder
dari dokumen-dokumen, buku-buku berkaitan dengan tema
penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah awal yang harus ditempuh
dalam sebuah penelitian, adapun teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Interview (wawancara)
“wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu interviewer
41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,Cet 20, (Bandung: Alfabeta, 2014),h.193 42
ibid
35
(pewawancara) yang mengajukan pertanyaan dan
interviewee(terwawancara) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu”.43
Kegunaan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh data
dan menemukan permasalahan yang di teliti. Tanya jawab yang
dilakukan oleh peneliti dengan pihak Guru Fiqih dan siswa MTs Ma’arif
NU 5 Sekampung Lampung Timur. Diharapkan banyak informasi dapat
di peroleh secara langsung dari sumber informasi melalui kegiatan
wawancara ini.
2. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan
melaui pengamatan dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau prilaku objek sasaran”. Metode observasi ini digunakan
untuk mendapatkan informasi-informasi yang peneliti butuhkan tentang
peranan guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa di
MTs Ma’arif NU 5 Sekampung, kegiatan yang terdapat di sekolah.
Sedangkan lembar observasi digunakan untuk merekam peristiwa selama
tindakan berlangsung. .
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah “metode mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya”.44
43
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cet.29, (Bandung: Rosda,
2011), h.186
36
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan peneliti
untuk memperoleh data yang terkait dengan:
1) Sejarah Berdirinya Mts Ma’arif NU 5
2) Letak geografis Mts Ma’arif NU 5
3) Visi, misi dan tujuan Mts Ma’arif NU 5
4) Struktur organisasi Mts Ma’arif NU 5
5) Data guru dan pegawai
6) Data siswa
7) Sarana dan prasarana
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Teknik penjamin keabsahan data merupakan cara-cara yang
dilakukan peneliti untuk mengukur derajat kepercayaan (credibelity) dalam
proses pengumpulan data penelitian. Teknik pemeriksaan keabsahan data
pada penelitian yang penulis lakukan ini adalah dengan menggunakan
trianggulasi. Trianggulasi data adalah “salah satu pengukuran derajat
kepercayaan (credibility) yang bisa digunakan dalam proses pengumpulan
data penelitian”.45
Trianggulasi yaitu “pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan waktu”. Sehingga ada trianggulasi dari
sumber/informasi, trianggulasi dari teknik pengumpulan data, dan
trianggulasi waktu.
44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis., h.188 45
Zuhairi, et.al. Pedoman Penulisan, h. 40.
37
1. Trianggulasi Sumber
Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan mencari
data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain.
Peneliti perlu melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari
beragam sumber. Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah siswa, guru, dan kepala sekolah.
2. Trianggulasi Teknik
Trianggulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik
pengumpulan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji
kredibilitas data dengan trianggulasi teknik yaitu mengecek data dengan
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik pengumpula data
yang penulis gunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. Trianggulasi Waktu
Peneliti dapat mengecek konsistensi, ke dalam dan
ketepatan/kebenaran suatu data dengan melakukan trianggulasi waktu.
Menguji kredibilitas data dengan trianggulasi waktu dilakukan dengan
cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai
sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-
38
macam (trianggulasi) dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya
jenuh.46
Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.
Analisis data kualitiatif adalah “proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain”.47
Analisis data juga dapat diartikan
sebagai bahwa “analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses
penelitian kualitatif”.48
Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan
konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.
Teknik analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensistensikan, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan menemukan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain.49
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif yaitu bertolak dari
hal-hal khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas.
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009),
h.333. 47
Ibid., h. 334. 48
Ibid. 49
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian, h. 248.
39
Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data
“Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”.50
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (Display Data)
Setelah data direduksi, maka tahap selanjutnya adalah display
data. Melalui data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam
bentuk pola hubungan sehingga akan mudah dipahami. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami tersebut.
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Tahap ketiga dalam analisis ini adalah pengambilan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila “kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
50
Sugiono, Metode Penelitian, h. 92.
40
didukung oleh bukti-bikti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel”.51
Kesimpulan dapat berupa
deskriptif atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Dengan demikian, setelah
data terkumpul maka penulis memilah-milahnya dan menyajikannya,
selanjutnya menarik kesimpulan.
Berdasarkan pendapat di atas, teknik analisa adalah suatu
usaha untuk memeproses data yang telah dikumpulkan oleh peneliti baik
dengan alat pengumpul data yang berupa interview, observasi maupun
dokumentasi, proses pertama adalah mereduksi data yaitu proses
merangkum, memilih hal-hal pokok dan mencari data yang dianggap
penting yang sesuia dengan fokus penelitian. Proses kedua yaitu data
display (penyajian data) yaitu dengan bentuk uraian singkat, bagan,
maupun naratif. Proses ketiga yaitu conclusion drawing/verification yaitu
penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
51
Sugiono, Metode Penelitian., h. 345.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
D. Profil Sekolah MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
1. Sejarah MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Madrasah Tsanawiyah Ma’arif NU 5 Sekampung, berdiri pada
tanggal 01 Januari 1968. Didirikan oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif
Koordinator Kecamatan Sekampung, dengan Kepala madrasah Bapak
Umar Ma’ruf. Madrasah Tsanawiyah Ma’arif NU 5 Sekampung terletak di
Jalan Kampus Sumbergede 56 A Kecamatan Sekampung. Faktor yang
mendorong didirikannya Madrasah Tsanawiyah Ma’arif NU 5 Sekampung
yaitu karena kebutuhan masyarakat serta banyaknya Sekolah Dasar atau
Madrasah Ibtida’iyah di Kecamatan Sekampung.
Sejak berdirinya MTs Ma’arif NU 5 Sekampung sampai sekarang
ini telah mengalami beberapa kali pergantian kepala sekolah yaitu :
1. Umar Ma’ruf dari tahun 1968 – 1972.
2. DinasSuryono dari tahun 1973 – 1975.
3. M. Mundir, BA dari tahun 1976 – 1977.
4. Drs. M. Rodjan dari tahun 1978 – 1992.
5. Drs. Hi. A. Mudjab. KH. dari tahun 1993 – 1995.
6. Drs. Abdul Djalal dari tahun 1996 - 2010.
7. Drs.Hi.Wasito 2010 – 2015
8. Hi.Subandi,S.Pd. dari tahun 2015 – sekarang
42
Nama Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Ma’arif NU 5
Sekampung
NIS : 210310
NSS : 212120403031
NSM : 121218070029
NPSN : 10806100/10816804 (Baru)
Desa : Sumbergede
Kecamatan : Sekampung
Kabupaten / Kota : Lampung Timur
Provinsi : Lampung
Status Sekolah : Swasta
Akreditasi : Terakreditasi B
Surat Keputusan / SK : 080/BAP-SM/12-LPG/2010
Penerbit SK ditandatangani : Kepala Bidang Pembinaan Agama Islam
Prov. Lampung
Tahun Berdiri : 01 Januari 1968
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
Organisasi Penyelenggara : Lembaga Pendidikan Ma’arif
2. Visi dan misi Ma’arif NU 5 Sekampung
Berdasarkan dokumentasi MTs Ma’arif NU 5 memiliki misi dan
visi sebagai berikut:
43
a. Visi Sekolah
Pendidikan yang berkualitas Islami, Populis dan Demokratis serta
mampu berkompetensi.
b. Misi Sekolah
1) Mengupayakan peningkatan penyelenggaraan Pendidikan baik
dilingkungan sekolah maupun secara nasional.
2) Mengembangkan sistem Pendidikan yang diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran kritis siswa sikap dan perilaku secara
Islami.
3) Menempatkan siswa sebagai subyek pencahari pengetahuan dan
membentuk dirinya melalui pengembangan seluruh
Intelegensinya.
4) Peningkatan kualitas pendidikan yang menghasilkan siswa yang
bermutu dan mewujudkan kehidupan masyarakat yang
berkeadilan dan demokratis.
5) Mengupayakan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan
dan keahlian serta pengetahuan untuk selanjutnya dapat
menymbangkan bagi pencerdasan kehidupan yang nyata di
masyarakat.
3. Letak Geografis MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
MTs Ma’arif NU 5 Sekampung terletak di Desa Sumbergede
Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Dari jalan raya
menuju ke sekolah + 100 M dengan batas - batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan MA Ma’arif NU 5 Sekampung.
44
d. Sebelah Timur berbatasan dengan rumah penduduk.
4. Struktur Organisasi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Gambar 1
Struktur Organisasi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
5. 6.
Staf TU Bag.Data Guru
A.Kumaidi,S.Pd.I
Staf
Bag.Keuangan Khusnul
Khotimah,S.kom
Waka Kurikulum
Sugiyanto,S.Pd.I.
Waka Humas
Kasah
Rahayu,S.Ag.
Kepala TU
Edi Julianto,S.Pd.
Staf TU
Tristi Monita
Staf TU Bag.data Siswa
Andi Fitriyanto,S.Pd.I.
BP/BK
M.Anshori,S.Pd.I.
Waka kesiswaan
A.Muksin,S.Pd.I.
Waka Sarpras
Hi.Sapari,S.H.I.
Kepala Perpustakaan
Ma’ruf Amin,S.Pd.I.
Komite Sekolah
Kasah Rahayu,S,Ag.
Ketua MWC LP
Fitriyanto,S.Ag.
Kepala Sekolah
Hi.SUBANDI,S.Pd.
Drs.Hi.Wasito
Wali kelas
GURU BP / BK
Suryani,S.Pd.
SISWA
45
5. Keadaan Siswa MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Tabel 1
Keadaan Siswa MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran
2017/2018
Tahun Pelajaran Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
2011-2012 229 164 223 616
2012-2013 261 198 160 619
2013-2014 136 246 178 560
2014-2015 139 134 249 522
2015-2016 265 184 141 590
2017-2018 220 175 202 597
6. Keadaan guru MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Jumlah Guru dan Karyawan Madrasah Aliyah Ma’arif NU 5
Sekampung yaitu 52 orang, dengan perincian sebagai berikut :
a. Guru Tetap/DPK : 3 orang
b. Guru tidak tetap : 42 orang
c. Pegawai tetap : - orang
d. Pegawai tidak tetap : 7 orang
Tabel 2
Keadaan Guru MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Tahun Pelajaran 2017/2018
Pendidikan/Jurusan Laki-laki Perempuan Jumlah
S2 3 2
S1/ Fakultas Tarbiyah 22 15 37
S1/ Fakultas Syariah 1 - 1
46
S1/ Fakultas Ushuludin - - -
S1/ IKIP - 3 3
S1/ STKIP 1 - 1
D3 - - -
D2/ SLTA 2
Jumlah 26 20 46
7. Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di MTs Ma’arif
dilakukan berbagai upaya dengan memenuhi sarana dan fasilitas belajar
mengajar. Untuk tercapainya kelancaran dan diadakan proses belajar
mengajar sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting.
Adapun sarana yang dimiliki MTs Ma’arif NU 5 Sekampung secara
terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Keadaan sarana dan prasarana MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Tahun Pelajaran 2017/2018
NO Jenis Ruangan Jumlah Kondisi
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat
1 Ruang belajar 17 17 - -
2 Ruang Kepala
Madrasah
1 1 - -
3 Ruang Staf/TU 1 1 - -
47
4 Ruang BP 1 1 - -
5 Ruang Wk. Madrasah 1 1 - -
6 Ruang Guru 1 1 - -
7 Ruang UKS 1 1 - -
8 Ruang Laboratorium 1 1 - -
9 Ruang Perpustakaan 2 2 - -
10 Ruang Aula 1 1 - -
11 Ruang Osis/Pramuka 1 1 - -
12 Masjid 1 1 - -
13 Kamar mandi/WC 2 2 - -
E. Gambaran Umum Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan
Ibadah Shalat Siswa
Guru adalah tokoh kunci dalam kegiatan-kegiatan bimbingan yang
sebenarnya di dalam kelas. Guru selalu dalam hubungan yang erat dengan
murid, ia banyak mempunyai kesempatan untuk mempelajari murid,
mengawasi tingkah laku dan kegiatannya, dan apabila ia teliti serta menaruh
perhatian ia akan mengetahui sifat-sifat murid, kebutuhannya, minatnya,
masalah-masalahnya, dan titik-titik kelemahan serta kekuatannya.
Guru Fiqih yang dalam peranannya memberikan pengetahuan
tentang Ilmu Agama Islam sehingga siswa dapat mengamalkan ajaran Agama
Islam dan juga membimbing dan mengarahkan siswa menjadi manusia yang
berkepribadian atau berbudi pekerti mulia.
48
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menanamkan
iman atau meningkatkan ketaatan beribadah anak didik yaitu, memberikan
contoh atau teladan, membiasakan (tentunya yang baik), menegakkan disiplin,
memberikan motivasi, memberikan hadiah terutama psikologis, menghukum,
menciptakan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif.52
1. Memberi teladan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Fiqih, ibu Kh: “Iya, pada
intinya seorang guru ada di tempat dan untuk shalat dzuhur berjama’ah.”53
Hal ini di kuatkan oleh pernyataan Bapak S selaku guru di MTs
Ma’arif NU 5, “ibu Kh selalu berada di sekolah dan melaksanakan shalat
dzuhur berjama’ah bersama siswa tetapi hanya saja terkadang beliau tidak
berangkat karena ada urusan.”54
Pernyataan ini di kuatkan kembali oleh El siswa kelas IX: “guru
Fiqih selalu mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjama’ah di sekolah dan
mengajak siswa melaksanakan shalat bersama. Jadi tidak ada alasan gurunya
saja tidak melaksanakan mau melaksanakan shalat, kenapa menyuruh kami
shalat.”55
Berdasarkan hasil wawancara dah observasi di atas dapat dipahami
bahwa setiap waktu dzuhur guru fiqih selalu berada di sekolah dan
52
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011),h.127 53
Hasil wawancara dengan Kh selaku Guru Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018. 54
Hasil wawancara dengan S selaku Guru di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung, pada
tanggal 05 April 2018.
55
Hasil wawancara dengan El selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018.
49
melaksanakan shalat berjama’ah bersama para siswa, hal ini dilakukan guru
fiqih untuk memberikan teladan yang baik bagi siswa.
2. Membiasakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fiqih ibu Kh:
Saya mewajibkan siswa melaksanakan shalat dzuhur di sekolah agar
mereka bias terbiasa shalat tepat waktu, meskipun tidak dipungkiri
kalau tidak semua siswa menerapkannya di rumah. Biasanya sebelum
shalat saya selalu memperhatikan siswa, shafnya sudah rapi atau
belum, jika belum saya suruh mereka merapikan shafnya.56
Hal ini dikuatkan oleh pernyataan guru di MTs Ma’arif NU 5 Bapak
S: “Karena salah satu tujuan sekolah adalah tercapainya kehidupan yang
religious, maka shalat dzuhur diwajibkan bagi semua siswa. Taapi namanya
anak pasti ada saja yang belum menaatinya.”57
Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan oleh Fa siswa kelas
IX: “Beliau sering berkata untuk meluruskan barisan pada saat shalat akan
segera dimulai. Agar menghindari keributan dan senggol kanan kiri dengan
teman. Sehabis shalat pun tidak boleh langsung pergi harus berdo’a terlebih
dahulu.”58
Berda sarkan hasil observasi, guru fiqih biasa meminta siswa untuk
merapihkan shafnya dan berdo’a ketika shalat berjam’ah. agar siswa terbiasa
untuk melakukan suatu hal yang positif dan bisa diterapkan di rumah.
3. Menegakkan disiplin
56
Hasil wawancara dengan Kh selaku Guru Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018. 57
Hasil wawancara dengan S selaku Guru di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung, pada
tanggal 05 April 2018. 58
Hasil wawancara dengan Fa selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018.
50
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fiqih ibu Kh:
Pada saat shalat dzuhur waktu itu sangat singkat karena akan dimulai
jam pelajaran selanjutnya. Sehingga siswa harus cepat melaksanakan
shalat berjama’ah. Untuk menegakkan disiplin shalat saya selalu
berkeliling kelas ketika bel jam istirahat telah berbunyi untuk
memantau siswa dan menyuruh mereka segera mengambil air wudhu
dan ke masjid.”59
Hal ini dikuatkan oleh pemaparan Fa siswa kelas IX: Setiap waktu
dzuhur ibu Kh memantau apa masih ada siswa yang di kelas atau tidak, dulu
sebelum beliau menegakkan displin seperti itu saya termasuk siswa yang
malas untuk shalat di sekolah, mending di asrama saja. Alhamdulillah
sekarang sudahmau ikut shalat berjama’ah walau terkadang ada rasa malas
untuk ikit shalat berjama’ah.60
Hal ini sesuai dengan pemaparan El siswa kelas IX: “Sebelum ada
pendisiplinan, saya dulu enggan melaksanakan shalat berjama’ah di sekolah
karena harus lepas jilbab setelah selesai harus memakai bedak. Tetapi
sekarang mau tidak mau harus melaksanakan karena guru selalu berkeliling
mengawasi siswa pada saat waktu shalat dzuhur.”61
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, cara
mendisiplinkan siswa dengan memberikan peringatan bahwa waktu yang
istirahat yang singkat karena akan ada jam pelajaran selanjutnya. Maka dari
itu jika bel istirahat kedua berbunyi guru fiqih selalu berkeliling kelas
59
Hasil wawancara dengan Kh selaku Guru Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018. 60
Hasil wawancara dengan Fa selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018. 61
Hasil wawancara dengan El selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018.
51
mengajak siswa untuk segera mengambil air wudhu dan shalat berjama’ah
di masjid. Namun masih ada siswa yang keluar dari pantauan dan tidak
melaksanakan shalat.
4. Motivasi
Hasil wawancara dengan guru fiqih ibu Kh:
Saya tidak pernah bosan untuk memberikan motivasi kepada siswa
dengan cara selalu menasehati mereka ketika di kelas, bercerita
tentang hal-hal yang berhubungan dengan shalat seperti keutamaan
shalat dan lain-lain. dengan memberi motivasi lama-lama hati siswa
bisa luluh. Jika sekarang siswa belum bisa benar-benar taat dalam
melaksanakan ibadah shalat saya yakin suatu saat nanti siswa akan
menaatinya.”62
Berdasarkan hasil wawancara dengan El siswa kelas IX: “guru fiqih
sering bercerita di kelas kami dan ceritanya selalu berganti-ganti meskipun
topik utamanya tentang shalat, tetapi ceritanya dapat membuat kami senang
dan tidak bosan untuk mendengarkannya. Ketika selesai bercerita guru fiqih
kami selalu memberikan nasehat kepada kami tentang hikmah cerita
tersebut. Sehingga membuat kami tergerak untuk mencontoh tokoh-tokoh
baik dalam cerita tersebut.”63
Berdasarkan wawancara dengan Fa siswa kelas IX: “Senang karena
guru fiqih bercerita tentang taqdim terhadap seorang guru dan keutamaan
shalat berjama’ah.”64
62
Hasil wawancara dengan Kh selaku Guru Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018. 63
Hasil wawancara dengan El selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018. 64
Hasil wawancara dengan Fa selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018.
52
Berdasarkan hasil observasi, dapat peneliti pahami bahwa pada saat
jam pelajaran berlangsung guru fiqih selalu menyisakan waktu beberapa
menit untuk menasehati dan memotivasi siswa agar mereka tidak bosan
untuk beribadah.
5. Memberikan hadiah terutama psikologis
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fiqih, ibu Kh: “Mendapat
pujian, bisa menjadi contoh untuk siswa yang lainnya. Siswa yang rajin
dalam melaksanakan ibadah shalat dzuhur akan saya berikan nilai plus
dalam pelajaran fiqih. Terkadang memberikan pujian sangat penting,
sebenarnya banyak teknik reward yang diajarkan islam, namun hanya itu
yang sering saya berikan kepada siswa. Hal sekecil ini pun sudah membuat
siswa senang. Cara ini saya lakukan dengan harapan agar siswa yang lain
dapat terpengaruhi dan mencontoh siswa yang mendapatkan reward
tersebut.”65
Hal ini dikuatkan oleh pernyataan El siswa kelas IX: “Semua siswa
pasti pernah mendapatkan pujian dari beliau. Terutama bagi siswa yang
rajin melaksanaknan shalat berjama’ah di sekolah. Saya senang dengan
beliau karena ramah.”66
65
Hasil wawancara dengan Kh selaku Guru Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018. 66
Hasil wawancara dengan El selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018.
53
Seperti yang di sampaikan oleh Fa siswa kelas IX: “Pernah
mendapatkan pujian dan mendapat nilai tambahan pada saat praktek
ibadah.”67
Berdasarkan hasil observasi setiap satu minggu sekali guru fiqih selalu
meminta absensi siswa yang rajin melaksanakan shalat berjama’ah
mengetahui siswa mendapatkan nilai tambahan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat dipahami
bahwa cara guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat dengan
memberikan hadiah terutama pujian dan nilai tambahan. Cara ini dapat
membuat siswa merasa senang dan mengulangi perbuatannya untuk
mengikuti shalat berjama’ah di sekolah.
6. Menghukum
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fiqih ibu Kh: “Menegur,
apa yang dilakukan ketika tidak shalat berjama’ah. Memberikan hukuman
pada siswa yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah. Banyak siswa yang
pernah tidak mengikuti kegiaatan shalat berjama’ah di sekolah, jadi perlu
adanya hukuman bagi siswa yang tidak mengikuti pelaksanaan ibadah shalat
berjama’ah setelah diadakan hukuman, presentase untuk siswa tidak
melaksanakan shalat dapat dikatakan menurun. Hukuman bagi siswa yang
tidak melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah berupa membersihkan
lingkungan sekolah.”68
67
Hasil wawancara dengan Fa selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018. 68
Hasil wawancara dengan Kh selaku Guru Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018.
54
Hal ini dikuatkan oleh pernyataan El siswa kelas IX: “iya, apabila
saya sedang berhadas besar (haid) saya diberi tugas membersihkan kelas.
Apabila tidak (haid) dan saya membolos untuk tidak mengikuti shalat
berjama’ah hukumannya membersihkan lingkungan sekolah seperti
mencabuti rumput.”69
Hal ini dikuatkan kembali oleh Fa siswa kelas IX: “Iya, disuruh shalat
berjama’ah sendiri. Kemudian membersihkan lingkungan sekolah.”70
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan masih terdapat
siswa yang tidak ikut melaksanakan shalat berjama’ah, sehingga mereka
mendapat hukuman.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah penulis
lakukan, dapat diketahui bahwa hukuman itu berlaku bagi siswa yang tidak
melaksanakan shalat berjama’ah. hukuman yang diberikan pun tidak
menyakiti siswa tetapi memberikan pelajaran tersendiri untuk mereka tidak
mengulangi perbuatan tersebut.
7. Menciptakan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif
Hasil wawancara peneliti dengan guru fiqih ibu Kh: “Semua guru ikut
berpartisipasi dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat dzuhur
69
Hasil wawancara dengan El selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018 70
Hasil wawancara dengan Fa selaku siswa kelas IX di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018.
55
berjama’ah. jadi semua guru pendidikan islam di sini dihimbau untuk
menasehati siswa terutama bagi siswa yang lumayan susah diarahkan.”71
Hai ini dikuatkan oleh pernyataan bapak S selaku guru MTs Ma’arif
NU 5:“Tetap kerjasama dilakukan oleh pihak guru dan elemen madrasah
yang bersangkutan. Sehingga lebih mudah untuk mengkondisikan siswa
pada saat adzan sudah berkumandang.”72
Pernyataan tersebut di kuatkan kembali oleh El siswa kelas IX: “Iya,
Guru lain ikut menertibkan siswanya, setelah adzan berkumandang siswa di
suruh pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah.”
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan menunjukan bahwa
guru-guru yang mendapat jam pelajaran siang juga mengikuti kegiatan
shalat berjama’ah di sekolah, guru yang ada di tempat juga menegur siswa
jika kedapatan tidak mengikuti shalat berjama’ah. Sedangkan ketaatan
ibadah shalat siswa merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah
dengan menaati segaala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya. Shalat
adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa
perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara’. Perlu adanya
bimbingan dan penanganan yang serius yang diberikan pendidik kepada
siswa. Melalui hasil observasi menunjukan bahwa meskipun guru telah
melakukan beberapa cara untuk meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa,
71
Hasil wawancara dengan Kh selaku Guru Fiqih di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung,
pada tanggal 05 April 2018. 72
Hasil wawancara dengan S selaku Guru di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung, pada
tanggal 05 April 2018.
56
masih tetap ada siswa yang belum taat dalam mengikuti kegiatan shalat
berjama’ah di sekolah.
F. Analisis Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan Ibadah
Shalat Siswa
Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa peranan guru fiqih
dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa cukup baik yang dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan memberikan teladan,
membiasakan, menegakkan disiplin, motivasi, memberikan hadiah terutama
psikologis, menghukum dan menciptakan suasana yang berpengaruh bagi
pertumbuhan positif.
1. Memberikan teladan
Guru fiqih memberikan teladan kepada siswa dengan selalu melaksanakan
shalat berjama’ah di sekolah, dengan begitu siswa tidak beranggapan
bahwa guru hanya memberi perintah tetapi juga ikut serta melaksanakan
shalat berjama’ah.
2. Pembiasaan
Guru Fiqih mewajibkan siswa mengikuti shalat berjama’ah di sekolah,
serta membimbing siswa untuk terbiasa meluruskan shaf saat shalat dan
berdoa bersama sesudah shalat. Hal ini dilakukan agar siswa beranggapan
bahwa shalat bukan sekedar kewajiban tetapi juga kebutuhan, jika mereka
meninggalkannya akan ada suatu hal yang kurang selain mendapatkan
dosa.
57
3. Menegakkan disiplin
Disiplin adalah “suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan
pribadi dan kelompok”.73
Kedisiplinan adalah suatu tata tertib yang mengatur tatanan kehidupan
individu dan kelompok, sehingga pendisiplinan yang dilakukan oleh guru
fiqih dengan memantau siswa agar segera mengambil air wudhu dan
bergegas ke masjid agar siswa tepat waktu dalam melaksanakan shalat.
Akan tetapi masih ada siswa yang keluar dari pantauan guru dan tidak
melaksanakan shalat berjama’ah.
4. Motivasi
Selain menegakkan disiplin guru fiqih juga sering memberikan motivasi di
sela-sela jam pelajaran berlangsung dengan memberikan motivasi tentang
pahala melaksanakan shalat berjama’ah tentu lebih banyak dari pada
melaksanakan shalat sendirian.
Bercerita dengan topik yang berganti-ganti meskipun topik utamanya
tentang shalat, tetapi ceritanya tidak membuat siswa bosan untuk
mendengarkannya. Ketika sudah selesai bercerita kemudian guru fiqih
selalu menjelaskan hikmah dari cerita yang disampaikan.
5. Memberikan hadiah terutama psikologis
Guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat dengan
memberikan pujian kepada siswa yang rajin melaksanakan shalat
berjama’ah dan nilai tambahan. Siswa yang rajin melaksanakan shalat
73 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional,2002),h.12
58
berjama’ah akan berbeda ketika ada ujian praktek ibadah, pasti sudah
menguasai karena kesehariannya melaksanakan.
6. Menghukum
Masih terdapat siswa yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah,
sehingga mereka akan mendapatkan hukuman dari guru kesiswaan.
Hukuman yang berlaku untuk siswa yang tidak melaksanakan shalat
berjama’ah adalah tidak menyakiti siswa. Hukuman yang diberikan
biasanya seperti membersihkan rumput di sekitar area sekolah, kemudian
melaksanakan shalat sendirian.
7. Menciptakan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif
Semua guru dapat saling membantu dan kompak dalam mencapai
tujuan pendidikan di sekolah. Karena hal ini dapat menciptakan suasana
yang harmonis di dalam lingkungan sekolah yang dapat berpengaruh bagi
pertumbuhan positif siswa.
Berdasarkan rincian di atas, dalam menanamkan ketaatan ibadah
pada siswa, cara di atas sangatlah besar pengaruhnya, tetapi karena siswa
hanya sebentar saja di sekolah, maka yang paling besar pengaruhnya
adalah bila cara-cara tersebut dilakukan juga oleh orang tua di rumah.
Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan
menaati segaala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya. Shalat adalah
berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa
perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara’. Perlu adanya
59
bimbingan dan penanganan yang serius yang diberikan pendidik kepada
siswa. Melalui hasil observasi menunjukan bahwa meskipun guru telah
melakukan beberapa cara untuk meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa,
masih tetap ada siswa yang belum taat dalam mengikuti kegiatan shalat
berjama’ah di sekolah.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat peneliti pahami bahwa peranan
guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa belum berjalan
secara optimal. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan masih terdapat siswa
yang berada di kantin sekolah pada saat shalat dzuhur dilaksanakan, dan ada
pula siswa yang keluar dari pantauan guru sehingga dia terlepas dari
hukuman yang diberlakukan. Akan tetapi perlu dipahami bahwa peranan
guru fiqih dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa sudah dapat
dikatakan cukup baik, hal ini dibuktikan berdasarkan 15 dari 20 siswa yang
mulanya enggan melaksanakan shalat berjama’ah, kini mereka menjadi
terbiasa melaksanakan shalat berjama’ah di sekolah.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengelolaan data yang telah dilaksanakan,
maka kesimpulan yang dapat diambil bahwa guru fiqih MTs Ma’arif NU 5
Sekampung memiliki tujuh cara yang dapat dilakukan dalam menanamkan
iman atau meningkatkan ketaatan beribadah anak didik yaitu:
1. Memberikan contoh atau teladan, setiap waktu dzuhur guru selalu berada
di sekolah dan melaksanakan shalat berjama’ah bersama para siswa, hal ini
dilakukan guru fiqih untuk memberikan teladan yang baik bagi siswa.
2. Membiasakan, mewajibkan siswa melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah
di sekolah dan membimbing siswa merapihkan shafnya dan berdo’a ketika
selesai shalat berjam’ah. agar siswa terbiasa untuk melakukan suatu hal
yang positif dan bisa diterapkan di rumah.
3. Menegakkan disiplin, ketepatan waktu yang di berikan guru kepada siswa
agar cepat melaksanakan shalat.
4. Motivasi siswa dengan memberikan nasehat dan cerita teladan agar siswa
dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut dan dapat mempraktekannya
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Memberikan hadiah terutama psikologis, untuk siswa yang rajin
melaksanakan shalat berjama’ah akan mendapatkan nilai tambahan dan
pujian.
61
6. Menghukum siswa yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah, dengan
memberikan hukuman seperti membersihkan kelas dan membersihkan
lingkungan sekolah.
7. Menciptakan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif,
kerjasama yang dilakukan semua elemen madrasah seperti guru, kepala
sekolah dan guru-guru lain untuk meningkatkan ketaatan ibadah shalat
siswa.
Berdasarkan tujuh cara di atas dapat dipahami bahwa peranan guru fiqih
dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa kelas IX MTs Ma’arif
NU 5 Sekampung sudah cukup baik, namun masih belum berjalan secara
optimal, hal ini dapat dilihat dari:
1. Masalah kedisiplinan siswa, masih ada yang membolos saat pelaksanaan
shalat berjama’ah berlangsung.
2. Hukuman yang diberikan belum begitu berefek kepada siswa karena masih
ada siswa yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah.
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan pada
simpulan sebagai berikut:
1. Guru Fiqih hendaknya menjalin kerjasama yang lebih erat dan kontinu
dengan orang tua/ wali siswa MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.
2. Madrasah hendaknya menjalin kerjasama yang lebih erat dengan
masyarakat sekitar dalam mengawasi dan menertibkan perilaku siswa-
siswi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung.
62
3. Madrasah hendaknya menambah koleksi buku-buku keagamaan di
perpustakaan serta media pembelajaran yang ada di MTs Ma’arif NU 5
Sekampung.
4. Bagi kepala sekolah dan pengurus , perlu adanya dukungan materiil yang
cukup dalam meningkatkan ketaatan ibadah shalat siswa.
5. Guru memberikan hukuman kepada siswa seharusnya yang dapat
membantu siswa dalam meningkatkan ketaatan ibadah seperti hafalan ayat
Al-Qur’an.
6. Guru lebih meningkatkan kedisiplinan siswa, seperti bekerja sama dengan
elemen kelas agar selalu kompak dalam melaksanakan shalat berjama’ah.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung: Armico,
1996.
Ahmad Tafsir. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.
Akmal Hawi. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers,
2014.
Amir Syarifuddin. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana, 2003.
Bukhari Umar. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2011.
Khairunnas Rajab. Psikologi Ibadah; Memakmurkan Kerajaan Ilahi Di Hati
Manusia. Jakarta: Amzah, 2011.
Lexi J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cet.29. Bandung:
Rosda, 2011.
M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan.Cet.23. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Mahmud Yunus. Kamus Arab Indonesia. Departemen Agama, 1996.
Moh Uzer Usman. Menjadi guru professional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003.
Muhammad Ali . Fiqih. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2013.
Muhammad Wardi Muslich . Fiqih Muamalat. Jakarta: Amzah, 2010.
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.3, cet.2. Jakarta:Balai Pustaka,
2002.
Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Sri Andri Astuti, Ilmu Pendidikan Islam. Bandar Lampung: Anugrah Utama
Raharja, 2013.
64
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Cet 20. Bandung: Alfabeta, 2014.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Cet. 14.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Sulaiman Rasjid .Fiqih Islam. Cet 52. Bandung: Sinar Baru Grafindo, 2011.
Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian. Jakarta:Rajawali Pers, 2013.
Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.Surabaya: Usaha
Nasional,2002.
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Pt
Rajagarafindo persada, 2011.
Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta, 2012.
Zakiah Darajat. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara,2008.
Zuhairi, et.al. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:RajaGrafindo Persada,
2016.
LAMPIRAN
66
67
68
69
70
OUTLINE
PERANAN GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN
KETAATAN IBADAH SHALAT SISWA KELAS IX
MTs MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG
LAMPUNG TIMUR
Halaman Sampul
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Halaman Abstrak
Halaman Orisinalitas Penelitian
Halaman Motto
Halaman Persembahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
D. Penelitian Relevan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Ketaatan Ibadah Shalat
1. Pengertian Ketaatan Ibadah Shalat
2. Tujuan Dan Hikmah Melaksanakan Ibadah Shalat
3. Indikator Ketaatan Ibadah Shalat
4. Cara Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat
71
B. Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat
1. Konsep Guru
2. Pengertian Guru Fiqih
3. Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan Ibadah
Shalat
4. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru Fiqih Dalam Meningkatkan
Ketaatan Ibadah Shalat
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Sifat Penelitian
B. Sumber Data
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
E. Teknis Analisis Data
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
1. Sejarah MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
2. Visi dan Misi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
3. Letak Geografis MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
4. Struktur Organisasi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
5. Keadaan siswa MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
6. Keadaan guru MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
7. Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
72
B. Gambaran Umum Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan
Ketaatan Ibadah Shalat Siswa
C. Analisis Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Ketaatan
Ibadah Shalat Siswa
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Metro, 14 Desember 2017
Penulis
Mita Sari
NPM. 14114801
Pembimbing I
Dr. Hj. Akla, M.Pd
NIP. 19691008 200003 2 005
Pembimbing II
Buyung Syukron, S.Ag, SS,MA
NIP. 19721112 200003 1 004
73
ALAT PENGUMPUL DATA
PERANAN GURU FIQIH
DALAM MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SHALAT
SISWA KELAS IX MTs MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG LAMPUNG
TIMUR
1. OBSERVASI
a) Pengamatan terhadap aktivitas ibadah shalat siswa
b) Pengamatan terhadap guru dalam memberikan teladan bagisiswa
c) Pengamatan terhadap cara guru dalam menegakkan disiplin kepada siswa
d) Pengamatan terhadap guru dalam membiasakan siswa untuk taat
beribadahpengamatan terhadap guru dalam memberikan hukuman
kepada siswa yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah
e) Pengamatan terhadap pemberian hadiah kepada siswa yang rajin dalam
ibadah shalat berjama’ah
f) Pengamatan terhadap pemberian motivasi kepada siswa
g) Pengamatan terhadap ketertiban guru-guru dalam pelaksanaan ibadah
shalat
2. INTERVIEW/ WAWANCARA
Pengantar:
1. Wawancara ditanyakan kepada guru, siswa, kepala sekolah dengan maksud
untuk mendapatkan informasi tentang “Peranan Guru Fiqih Dalam
74
Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat Siswa Kelas IX” di MTs Ma’arif NU 5
Sekampung Lampung Timur
2. Informasi yang diperoleh dari guru, siswa, kepala sekolah sangat berguna bagi
peneliti untuk mengetahui tentang “ Peranan Guru Fiqih Dalam Meningkatkan
Ketaatan Ibadah Shalat Siswa Kelas IX” di MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Lampung Timur
3. Data yang kami dapatkan semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian,
untuk itu guru, siswa, kepala sekolah tidak perlu ragu menjawab pertanyaan
ini.
3. INTERVIEW
1. Daftar Interview dengan Guru Fiqih
a) Apakah Ibu setiap waktu dzuhur selalu berada disekolah dan bersama
siswa melaksanakan shalat dzuhur secara berjama’ah di masjid?
b) Apakah Ibu mewajibkan siswa selalu sholat dzuhur di masjid?
c) Apa yang biasa Ibu lakukan dalam membimbing siswa shalat?
d) Bagaimana cara ibu dalam menumbuhkan semangat siswa dalam
beribadah?
e) Bagaimana Ibu mendisiplinkan siswa dalam beribadah?
f) Apa yang Ibu lakukan ketika mengetahui ada siswa yang tidak
melaksanakan shalat?
75
g) Bagaimana cara Ibu memberikan apresiasi kepada siswa yang sudah
rajin melaksanakan ibadah shalat berjama’ah di masjid?
h) Apakah guru-guru membantu ibu dalam meningkatkan ketaatan
ibadah shalat siswa?
2. Daftar Interview dengan Peserta Didik
a) Apakah anda selalu mengikuti kegiatan shalat berjama’ah di sekolah?
b) Apakah setiap waktu dzuhur guru fiqih anda selalu berada di sekolah
dan bersama melaksanakan shalat dzuhur secara berjama’ah di
masjid?
c) Apakah anda senang ketika diberi nasehat atau cerita teladan?
d) Apakah anda selalu mendapatkaan sanksi jika tidak melaksanakan
kegiatan shalat berjama’ah di sekolah?
e) Apakah guru-guru lain menegur anda tidak melaksanakan ibadah
shalat berjama’ah?
f) Apakah anda pernah mendapat pujian ketika rajin melaksanakan
shalat berjama’ah?
g) Apakah anda selalu meluruskan shaf ketika hendak shalat berjama’ah?
4. DOKUMENTASI
1. Dokumentasi tentang sejarah berdirinya MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Lampung Timur
2. Dokumentasi data siswa/siswi MTs Ma’arif NU 5 Sekampung Lampung
Timur
76
3. Dokumentasi data tentang lembaga dan guru MTs Ma’arif NU 5
Sekampung Lampung Timur
Metro, Maret 2018
Penulis
Mita Sari
NPM. 14114801
Pembimbing I
Dr. Hj. Akla, M.Pd
NIP. 19691008 200003 2 005
Pembimbing II
Buyung Syukron, S.Ag, SS, MA
NIP. 19721112 200003 1 004
77
78
HASIL WAWANCARA
PERANAN GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN
KETAATAN IBADAH SHALAT SISWA KELAS IX MTs
MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR IDENTITAS
1. Guru fiqih
a. Informan : ibu K dan Bapak S
b. Waktu Pelaksanaan : 05 April 2018
h. Aspek : meningkatkan ketaatan ibadah shalat dengan memberikan
contoh atau teladan, pembiasaan, menegakkan disiplin, motivasi,
memberikan hadiah terutama psikologis, menghukum, dan
Menciptakan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif.
No.
Soal
Pertanyaan Petikan Wawancara
1. Apakah anda
setiap waktu
dzuhur selalu
berada di sekolah
dan bersama
siswa
melaksanakan
shalat dzuhur
secara berjama’ah
di masjid?
Ibu K : iya, pada intinya seorang guru ada di
tempat dan untuk shalat dzuhur berjama’ah
Bapak S : iya, berada di sekolah dan mengikuti
sholat berjama’ah.
2. Apakah anda
mewajibkan
shalat dzuhur di
masjid?
Ibu k : saya mewajibkan shalat dzuhur
berjama’ah, hanya kelas yang waktu ada jam
saya ngajar.
Bapak S : Aturan sekolah wajib melaksanakan
shalat dzuhur.
3. Bagaimana anda
mendisiplinkan
siswa dalam
beribadah?
Ibu k : waktu yang terbatas sehingga siswa
harus cepat melaksanakan shalat berjama’ah.
Bapak S : pada saat shalat dzuhur waktu itu
sangat singkat karena akan dimulai jam
pelajaran selanjutnya. Sehingga siswa harus
cepat melaksanakan shalat berjama’ah.
4. Bagaimana cara
anda dalam
menumbuhkan
semangat siswa
dalam beribadah?
Ibu k : memberikan dorongan pada siswa bahwa
pahala shalat berjama’ah lebih banyak dari pada
shalat sendirian. Waktu pun sangat menjadi
pertimbangan, karena akan dimulai jam
pelajaran lagi sesudah shalat berjama’ah.
Bapak S : yang namanya ibadah tidak ada nilai
buruknya, malah mendapat pahala berlipat
ganda dengan melakukan shalat berjama’ah.
Agar siswa tetap menjaga shalatnya, karena
shalat itu seperti disiplin.
5. Bagaimana cara
anda memberikan
Ibu K : mendapat pujian, bisa menjadi contoh
untuk siswa yang lainnya.
79
apresiasi kepada
siswa yang sudah
rajin
melaksanakan
ibadah shalat
berjama’ah di
masjid?
Bapak S : penghargaan tetap dilakukan oleh
guru agar siswa yang aktif tersebut merasa tidak
sia-sia dalam tindakannya, dan memberikan
pujian.
6. Apa yang anda
lakukan ketika
mengetahui ada
siswa yang tidak
melaksanakan
shalat?
Ibu K : Menegur, apa yang dilakukan ketika
tidak shalat berjama’ah. Memberikan
hukuman Memberikan hukuman pada siswa
yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah.
Bapak S: Ada teguran karena mengingatkan
untuk melaksanakan shalat berjama’ah. Apa
alasan siswa tersebut tidak melaksanakan shalat
berjama’ah. Memberikan hukuman kepada siswa
yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah.
7. Apakah guru-guru
membantu anda
dalam
meningkatkan
ketaatan ibadah
shalat siswa?
Ibu K : semua guru ikut berpartisipasi dalam
meningkatkan ketaatan ibadah shalat dzuhur
berjama’ah.
Bapak S : Tetap kerjasama dilakukan oleh pihak
guru dan elemen madrasah yang bersangkutan.
2. Siswa
c. Informan : El dan Fa
d. Waktu Pelaksanaan : 05 April 2018
Aspek : meningkatkan ketaatan ibadah shalat dengan memberikan contoh atau
teladan, pembiasaan, menegakkan disiplin, motivasi, memberikan hadiah
terutama psikologis, menghukum, dan Menciptakan suasana yang
berpengaruh bagi pertumbuhan positif.
No.
Soal
Pertanyaan Petikan Wawancara
1. Apakah setiap
waktu dzuhur
guru fiqih adik
selalu berada di
sekolah dan
bersama
melaksanakan
shalat dzuhur
secara berjama’ah
di masjid?
El : iya, guru fiqih saya selalu melaksanakan
shalat dzuhur berjama’ah di sekolah.
Fa : guru fiqih selalu mengikuti kegiatan shalat
dzuhur berjama’ah di sekolah, ketika ada jadwal
mengajar.
2. Apakah adik
selalu mengikuti
shalat berjama’ah
di sekolah?
El : iya, saya melakukan shalat berjama’ah di
sekolah. Guru yang menyuruh shalat berjama’ah
pun mengikuti kegiatan tersebut. Jadi tidak ada
alasan bagi saya untuk tidak mengikuti shalat
berjama’ah di sekolah.
80
Fa : iya, saya melakukan shalat berjama’ah di
sekolah.
3. Apakah anda
selalu
mendapatkan
sanksi jika tidak
melaksanakan
kegiatan shalat
berjama’ah di
sekolah
El : iya, apabila saya sedang berhadas besar
(haid) saya diberi tugas membersihkan kelas.
Apabila tidak (haid) dan saya membolos untuk
tidak mengikuti shalat berjama’ah hukumannya
membersihkan lingkungan sekolah seperti
mencabuti rumput.
Fe : iya, di suruh shalat berjama’ah sendiri.
Kemudian membersihkan lingkungan sekolah. 4. Apakah anda
senang diberi
nasehat atau cerita
teladan?
El : guru fiqih sering bercerita di kelas kami dan
ceritanya selalu berganti-ganti meskipun topik
utamanya tentang shalat, tetapi ceritanya dapat
membuat kami senang dan tidak bosan untuk
mendengarkannya. Ketika selesai bercerita guru
fiqih kami selalu memberikan nasehat kepada
kami tentang hikmah cerita tersebut. Sehingga
membuat kami tergerak untuk mencontoh tokoh-
tokoh baik dalam cerita tersebut.
Fa : senang karena guru fiqih bercerita tentang
taqdim terhadap seorang guru dan keutamaan
shalat berjama’ah.
5. Apakah anda
pernah
mendapatkan
pujian ketika rajin
melaksanakan
shalat
berjama’ah?
El : pernah mendapatkan pujian dan mendapat
nilai tambahan pada saat praktek ibadah.
Fa : semua siswa pasti pernah mendapatkan
pujian dari beliau. Terutama bagi siswa yang
rajin melaksanaknan shalat berjama’ah di
sekolah. Saya senang dengan beliau karena
ramah.
6. Apakah guru-guru
lain menegur anda
tidak
melaksanakan
shalat
berjama’ah?
El : iya, guru lain ikut menertibkan siswanya,
setelah adzan berkumandang siswa di suruh
pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat
dzuhur berjama’ah.
Fe : Jika ada guru yang melihat siswa malas-
malasan ketika hendak melaksanakan shalat
dzuhur maka guru tersebut langsung
menegurnya dan mengajak untuk mengambil air
wudhu kemudian shalat di masjid. 7. Apakah anda
selalu meluruskan
shaf ketika
hendak shalat
berjama’ah?
El : selalu meluruskan shaf. Shaf termasuk
dalam menyempurnakan shalat. Sehingga kita
akan lebih khusyu’ dalam melaksanakan shalat.
Fa : meluruskan shaf, kita harus meluruskan shaf
karena termasuk dalam menyempurnakan shalat.
81
Triangulasi Sumber
No. Sumber Utama Sumber Pembanding
Pertanyaan Pernyataan Orangtua Pertanyaan Pernyataan anak
1. Apakah anda setiap waktu dzuhur selalu berada di sekolah dan bersama siswa melaksanakan shalat dzuhur secara berjama’ah di masjid?
Ibu K : iya, pada intinya seorang
guru ada di tempat dan untuk shalat
dzuhur berjama’ah
Bapak S : iya, berada di sekolah dan
mengikuti sholat berjama’ah.
Apakah setiap waktu
dzuhur guru fiqih
adik selalu berada di
sekolah dan bersama
melaksanakan shalat
dzuhur secara
berjama’ah di
masjid?
El : iya, guru fiqih saya selalu
melaksanakan shalat dzuhur
berjama’ah di sekolah.
Fa : guru fiqih selalu mengikuti
kegiatan shalat dzuhur berjama’ah
di sekolah, ketika ada jadwal
mengajar.
2. Apakah anda
mewajibkan shalat
dzuhur di masjid?
Ibu k : saya mewajibkan shalat
dzuhur berjama’ah, hanya kelas yang
waktu ada jam saya ngajar.
Bapak S : Aturan sekolah wajib
melaksanakan shalat dzuhur.
Apakah adik selalu
mengikuti shalat
berjama’ah di
sekolah?
El : iya, saya melakukan shalat berjama’ah di sekolah. Fa : iya, saya melakukan shalat berjama’ah di sekolah.
3. Apakah yang biasa
anda lakukan
dalam
membimbing
siswa shalat?
Ibu k : pada saat materi pelajaran
berlangsung, menjelaskan tentang
pentingnya shalat berjama’ah,
kemudian untuk tindakannya adalah
mengajak anak-anak untuk
melaksanakan shalat berjama’ah.
Bapak S : menyampaikan pada saat
materi, keseharian. Pada waktu shalat
praktek ibadah. Setelah selesai bias
Apakah anda senang
diberi nasehat atau
cerita teladan?
El : senang dan yang sering
diceritakan biasanya tentang
keagamaan.
Fa : bercerita tentang taqdim
terhadap seorang guru dan
keutamaan shalat berjama’ah.
82
menjadi hasil kompetensi (yang
awalnya tidak bias menjadi bisa).
Bagaimana cara
anda dalam
menumbuhkan
semangat siswa
dalam beribadah?
Ibu k : memberikan dorongan pada
siswa bahwa pahala shalat berjama’ah
lebih banyak dari pada shalat
sendirian. Waktu pun sangat menjadi
pertimbangan, karena akan dimulai
jam pelajaran lagi sesudah shalat
berjama’ah.
Bapak S : yang namanya ibadah tidak
ada nilai buruknya, malah mendapat
pahala berlipat ganda dengan
melakukan shalat berjama’ah. Agar
siswa tetap menjaga shalatnya, karena
shalat itu seperti disiplin.
4. Bagaimana anda
mendisiplinkan
siswa dalam
beribadah?
Ibu k : waktu yang terbatas sehingga
siswa harus cepat melaksanakan shalat
berjama’ah.
Bapak S : pada saat shalat dzuhur
waktu itu sangat singkat karena akan
dimulai jam pelajaran selanjutnya.
Sehingga siswa harus cepat
melaksanakan shalat berjama’ah.
Apakah anda selalu
mendapatkan sanksi
jika tidak
melaksanakan
kegiatan shalat
berjama’ah di
sekolah?
El : iya, jika saya tidak
melaksanakan shalat dzuhur
berjama’ah apabila saya sedang
berhadas besar saya diberi tugas
membersihkan kelas. Apabila tidak
berhadas membersihkan lingkungan
sekolah seperti mencabuti rumput.
Fe : iya, di suruh shalat berjama’ah
sendiri
5. Apa yang anda
lakukan ketika
mengetahui ada
siswa yang tidak
Ibu K : Menegur, apa yang dilakukan
ketika tidak shalat berjama’ah.
Memberikan hukuman.
Bapak S : Ada teguran karena
Apakah guru-guru
lain menegur anda
tidak melaksanaakan
shalat berjama’ah?
El : iya, guru lain ikut menertibkan
siswanya, setelah adzan
berkumandang siswa disuruh pergi
ke masjid untuk melaksanakan
83
melaksanakan
shalat?
mengingatkan untuk melaksanakan
shalat berjama’ah. Apa alasan siswa
tersebut tidak melaksanakan shalat
berjama’ah. Memberikan hukuman
kepada siswa yang tidak
melaksanakan shalat berjama’ah.
shalat dzuhur berjama’ah.
Fe : iya, para guru turut serta
menegur siswanya apabila ada yang
tidak mengikuti shalat berjama’ah.
6. Bagaimana cara
anda memberikan
apresiasi kepada
siswa yang sudah
rajin melaksanakan
ibadah shalat
berjama’ah di
masjid?
Ibu K : mendapat pujian, bisa menjadi
contoh untuk siswa yang lainnya.
Bapak S : penghargaan tetap dilakukan
oleh guru agar siswa yang aktif
tersebut merasa tidak sia-sia dalam
tindakannya, dan memberikan pujian.
Apakah anda pernah
mendapatkan pujian
ketika rajin
melaksanakan shalat
berjama’ah?
El : pernah mendapatkan pujian dan mendapat nilai tambahan pada saat praktek ibadah. Fa : saya sering mendapatkan pujian dan nilai praktek saya mendapat point tambahan.
7. Apakah guru-guru
membantu anda
dalam
meningkatkan
ketaatan ibadah
shalat siswa?
Ibu K : semua guru ikut berpartisipasi
dalam meningkatkan ketaatan ibadah
shalat dzuhur berjama’ah.
Bapak S : Tetap kerjasama dilakukan
oleh pihak guru dan elemen madrasah
yang bersangkutan.
Apakah anda selalu
meluruskan shaf
ketika hendak shalat
berjama’ah?
El : selalu meluruskan shaf. Shaf
termasuk dalam menyempurnakan
shalat.
Fa : meluruskan shaf, kita harus
meluruskan shaf karena termasuk
dalam menyempurnakan shalat.
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
DOKUMSENTASI
Bangunan MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Kabupaten Lampung Timur
Wawancara Dengan Guru MTs Ma’arif NU
Sekampung
Masjid MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Kabupaten Lampung Timur
102
Wawancara dengan Siswa MTs Ma’arif NU 5 Sekampung
Wawancara Dengan Guru Fiqih MTs Ma’arif NU
Sekampung
103
Siswa dan Guru MTs Ma’arif NU 5 Sekampung sedang
melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah
Siswa dan Guru MTs Ma’arif NU 5 Sekampung sedang
melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah
104
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Mita Sari, dilahirkan di Bekri, pada
tanggal 26 Mei 1996 anak tunggal dari pasangan Bapak Mul
Yadi dan Ibu Watini. Riwayat pendidikan Peneliti diawali di
TK IKI PTPN VII Bekri lulus tahun 2002, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Dasar (SDN 3) Sinar Banten Bekri
lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Al-ihsan lulus pada tahun 2011, kemudian sekolah menengah atas peneliti
melanjutkan di (SMK) Waskita lulus pada tahun pada tahun 2014. Kemudian di
tahun yang sama peneliti melanjutkan pendidikan di IAIN Metro, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.