peranan keluarga

131
PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009 TESIS Oleh KARMILA 077033020/IKM S E K O L A H P A S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Upload: faniyustia17

Post on 13-Apr-2016

32 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PK

TRANSCRIPT

Page 1: peranan keluarga

PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009

TESIS

Oleh

KARMILA 077033020/IKM

S

EK O L A

H

PA

SC A S A R JANA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 2: peranan keluarga

PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kekhususan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

KARMILA 077033020/IKM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 3: peranan keluarga

Judul Tesis : PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Karmila Nomor Pokok : 077033020 Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) Ketua

(Ir. Indra Chahaya, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus: 15 Juni 2009

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 4: peranan keluarga

Telah diuji pada

Tanggal : 11 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya, M.Si

2. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK

3. Drs. Eddy Sahrial, M.Kes

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 5: peranan keluarga

PERNYATAAN

PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2009

KARMILA NIM. 077033020

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 6: peranan keluarga

ABSTRAK

Demam berdarah dengue disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti sampai saat ini masih menjadi masalah yang belum dapat ditanggulangi. Di seluruh wilayah Sumatera Utara, kasus demam berdarah bermunculan dan memakan korban yang sangat banyak. Kecamatan Helvetia merupakan daerah endemis demam berdarah dan penyumbang korban yang cukup banyak pada tahun 2006. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, pada keluarga dan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran keluarga dan petugas kesehatan dalam penanggulangan demam berdarah dengue. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan selama Februari-April 2009, dengan subjek penelitian 4 keluarga, seorang petugas pemegang program penanggulangan demam berdarah dan seorang kepala lingkungan. Penganalisisan data dilakukan dengan tehnik “on going analysis”. Hasil penelitian menunjukkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya demam berdarah. Kebersihan rumah tangga dan sanitasi lingkungan mempunyai kontribusi terjadinya demam berdarah. Kebersihan rumah tangga yaitu rumah dan semua yang ada di dalamnya seperti kebersihan kamar mandi, bak mandi dan wadah-wadah penampungan air. Ketersediaan air yang kurang menyebabkan banyaknya wadah-wadah untuk menyimpan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk. Faktor penyebab yang lain yaitu sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Mengatasi hal di atas diharapkan petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada masyarakat dalam hal ini keluarga secara berkesinambungan sehingga keluarga menjadi lebih proaktif dalam penanggulangan demam berdarah.

Kata Kunci: Peran Keluarga, Petugas Kesehatan, Penanggulangan, Demam Berdarah Dengue.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 7: peranan keluarga

ABSTRACT

Up to now, Dengue Hemorrhage Fever (DHF) spread by the Aedes Aegypthi is still an unresolved problem. In the whole area of Sumatera Utara, the incident of DHF has brought about many cases with a great number of victims. Helvetia Sub-district is a DHF endemic area with a great number of victims in 2006.

The purpose of this descriptive study with qualitative approach conducted among the families and health workers in the working area of Helvetia Community Health Center from February to April 2009 is to analyze the roles of family and health workers in preventing prevent the incident of DHF. The respondents of this study consisted of 4 (four) families, an executive staff of DHF prevention program, and a neighborhood head. The data for this study were obtained through observation and in-depth interview. The data obtained were analyzed through an on-going analysis technique.

The result of the study shows that many factors which caused the incident of DHF. Household hygiene including the cleanliness of the house itself, its bathroom, its bathtub, and because of the unadequate water supply, the many water containers found in the house that can be the breeding place for the mosquitoes as well as the environmental sanitation that does not meet the sanitation requirement are the factors that contribute to the incident of DHF.

To solve the problem mentioned above, it is suggested that health workers provide the community especially the familie living in the area with a continuous extension that the families can be more proactive in preventing the incident of DHF. Key Words: Role of Family, Health Worker, Prevention, Dengue Hemorrhage Fever.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 8: peranan keluarga

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul “Peran Keluarga

dan Petugas Puskesmas terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD) di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2008”.

Dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan,

dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan

juga selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu

dengan sabar serta tulus hati membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis

ini.

3. Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan

tulus dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK., selaku Dosen Pembanding yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan saran-saran dan perbaikan bagi tesis ini.

5. Bapak Drs. Eddy Sahrial, M.Kes., selaku Dosen Pembanding yang telah

memberikan saran-saran dan perbaikan bagi tesis ini.

6. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.Si., yang telah banyak memberikan dukungan,

masukan dan saran dalam pelaksanaan tesis ini.

7. Bapak Dr. Fikarwin Zuska., yang telah bersedia membagi ilmu kualitatifnya

kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 9: peranan keluarga

8. Bapak dr. Edwin, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah

memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian.

9. dr. Anjelimery Paulina, selaku Kepala Puskesmas Helvetia, beserta stafnya,

yang telah memberikan izin dan keleluasaan bagi penulis dalam melakukan

pengumpulan data.

10. Irforman yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi

yang sangat dibutuhkan.

11. Ibunda (Alm) dan Abah tercinta yang senantiasa memberi semangat dan

dukungan serta doa kepada penulis.

12. Abang tersayang yang memberikan doa, dukungan dan warna yang indah dalam

kehidupan penulis.

13. Adikku yang telah memberikan dukungan dan semangat serta doa kepada

penulis.

14. Seluruh Dosen dan Administrasi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kekhususan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi pengajaran, bimbingan dan

arahan selama penulis dalam masa pendidikan.

15. Teman-teman seangkatan di peminatan Ilmu Kesehatan Masyarakat, yang selalu

memberikan saat-saat berbagi cerita dan penuh tawa.

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan tesis ini masih sangat

jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran-saran yang membangun sangat

diharapkan. Semoga semua ini bermanfaat bagi kita.

Penulis

Karmila

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 10: peranan keluarga

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 11: peranan keluarga

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

1. Nama : Karmila

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Agama : Islam

4. Tempat/Tgl lahir : Rantau, 13 April 1976

5. Alamat : Jl. Durung Gg. Amal No. 5 Medan

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD YPDP Pertamina Rantau Tahun 1982 - 1988

2. SMP Dharma Patra Rantau Tahun 1989 - 1991

3. SMA Negeri I Kuala Simpang Tahun 1992 - 1994

4. Akper DepKes RI Medan Tahun 1995 - 1998

5. DIV Perawat Pendidik USU Tahun 2000 - 2001

6. Fakultas Kesehatan Masyarakat Tahun 2002 - 2005

7. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kekhususan Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku Sekolah Pascasarjana USU Tahun 2007 - 2009

C. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Dosen Akademi Kebidanan Nusantara Tahun 2005 – sekarang

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 12: peranan keluarga

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK.......................................................................................................

i

ABSTRACT.....................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP...........................................................................................

v

DAFTAR ISI......................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL...............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................

xi

BAB 1

PENDAHULUAN.......................................................................

1

1.1. LatBelakang........................................................................

1

1.2. Permasalahan...........................................................................

7

1.3. TujuaPenelitian......................................................................

7

1.4. ManfaPenelitian...................................................................

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA................................................................

9

2.1. PeraKeluarga........................................................................

9

2.1.1. PengertiaKeluarga.......................................................

9

2.1.2. Peran PetugaKesehatan...............................................

12

2.1.3. Tanggung Jawab Petugas terhadaDBD.....................

14

2.2. Pengetahuan dan SikaMasyarakat........................................

14

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 13: peranan keluarga

2.3. PromoKesehatan..................................................................

16

2.3.1. Strategi PromoKesehatan..........................................

16

2.3.2. Promosi Kesehatan olePuskesmas.............................

18

2.4. Penyakit Demam Berdarah Dengu(DBD)............................

19

2.4.1. Tanda-tanda PenyakDBD...........................................

22

2.4.2. VektoPenular..............................................................

23

2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penulara Penyakit DBD............................................................... 2

5 2.5. Upaya Penanggulanga

DBD.................................................. 26

2.5.1. PenemuaPenderita.....................................................

26

2.5.2. Pelaporan dan Tindak Lanjut PenanggulangaDBD....

29

2.5.3. PenataaLingkungan....................................................

31

2.6. Faktor-faktor yang Menyebabkan Sulitnya PenanggulangaDBD........................................................................................ 3

3 2.7. Kerangka Pik

Penelitian........................................................ 35

BAB 3

METODE PENELITIAN...............................................................

36

3.1. JenPenelitian........................................................................

36

3.2. Lokasi Penelitian dan WaktPenelitian...................................

36

3.3. PemilihaInforman.................................................................

37

3.4. Metode PengumpulaData.....................................................

38

3.5. Metode Pengolahan dan AnalisData....................................

42

BAB 4

HASIL PENELITIAN.....................................................................

44

4.1. Gambara 4Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 14: peranan keluarga

Umum.................................................................... 4 4.1.1. Kecamatan Meda

Helvetia.......................................... 44

4.1.2. Kependudukan..............................................................

44

4.1.3. MaPencaharian..........................................................

45

4.1.4. Penduduk yanMutasi.................................................

46

4.2. SubjePenelitian.....................................................................

46

4.2.1. Deskripsi SubjePenelitian..........................................

46

4.2.2. Petugas Penanggulangan DemamBerdarah.................

55

4.3. Penyebab Terjadinya Demam Berdarah padKeluarga...........

61

4.3.1. Kebersihan dalam RumaKeluarga..............................

61

4.3.2. KetersediaaAir............................................................

62

4.3.3. PengetahuaKeluarga...................................................

63

4.3.4. SanitaLingkungan........................................................

64

4.4. Peran PetugaKesehatan..........................................................

66

4.5. Penanggulangan Demam Berdarah oleKeluarga...................

68

4.5.1. Menjaga Kebersihan Rumah Tangga dan KamMandi..

68

4.5.2. Mengantisipasi KetersediaaAir......................................

69

4.5.3. Menjaga Kebersihan SanitaLingkungan.........................

71

4.6. Perlindungan Keluarga terhadaDBD.....................................

72

4.7. Penanggulangan Demam Berdarah olePemerintah..............

74

BAB 5

PEMBAHASAN...........................................................................

77

5.1. Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti oleKeluarga............

77

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 15: peranan keluarga

5.1.1. Cara Pemberantasan Nyamuk Aedeaegypti..................

77

5.1.2. SanitaLingkungan........................................................

81

5.1.3. PengetahuaKeluarga....................................................

85

5.2. PeraPetugas...........................................................................

86

5.2.1. Tanggung JawaPetugas...............................................

86

5.2.2. PromoKesehatan........................................................

89

5.2.3. Pemberantasan SaranNyamuk......................................

90

5.3. Penanggulangan terhadaDBD..............................................

91

5.4. Promosi Kesehatan dalam Pencegahan DemamBerdarah.......

94

BAB 6

KESIMPULAN DASARAN.......................................................

96

6.1. Kesimpulan.............................................................................

96

6.1.1. PeraKeluarga..............................................................

96

6.1.2. Peran PetugaKesehatan................................................

97

6.1.3. PenanggulangaDBD...................................................

97

6.2. Saran........................................................................................

97

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

98

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 16: peranan keluarga

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul Halaman

4.1. Luas Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan PenduduPer Km2 di Kecamatan MedaHelvetia.......................................

45

4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian PadWilayah Kecamatan MedaHelvetia.............................................

45

4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mutasi pada WilayaKecamatan MedaHelvetia...........................................................

46

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 17: peranan keluarga

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul Halaman

2.1. Alur Pelaporan KasuDBD...........................................................

30

2.2. Kerangka Pikir Penelitia.............................................................

35

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 18: peranan keluarga

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul Halaman

1. Lembaran Wawancara..................................................................

101

2. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkunga.................................

102

3. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan KeluargBapak Sugi..................................................................................

104

4. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan KeluargBapak Apri..................................................................................

106

5. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan KeluargBapak Sitorus...............................................................................

108

6. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan KeluargBapak Nainggolan.......................................................................

110

7. Surat IzPenelitan.....................................................................

112

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 19: peranan keluarga

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius

di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah

banyak program dilakukan oleh pemerintah. Keluarga dan petugas kesehatan

memegang peranan yang sangat penting dalam penanggulangan demam berdarah

sehingga dengan melihat upaya-upaya yang mereka lakukan untuk mencegah

demam berdarah dapat mengurangi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di

masyarakat pada saat ini.

Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever

(DHF) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan

dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Kerugian sosial yang

terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian

anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan hidup penduduk. Dampak

ekonomi langsung pada penderita adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah

dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan

akomodasi selama perawatan penderita (Depkes RI, 2006).

Kejadian luar biasa atau KLB DBD di Indonesia terbesar terjadi pada

tahun 1998 yaitu dengan IR (Insident Rate) sebanyak 35,19 per 100.000 ribu Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 20: peranan keluarga

penduduk, lalu menurun pada tahun 1999 dengan IR 10,17 per 100.000 ribu

penduduk, mengalami peningkatan kembali pada tahun 2000 dengan IR 15,99 per

100.000 ribu penduduk dan kembali meningkat pada tahun 2001 dengan IR 21,66

per 100.000 ribu penduduk, kembali menurun pada tahun 2002 yaitu IR 19,24 per

100.000 ribu penduduk dan meningkat tajam kembali pada tahun 2003 yaitu IR

23,87 per 100.000 ribu penduduk. Data di atas menunjukkan bahwa penyakit

DBD di Indonesia menjadi fenomena yang sangat sulit diatasi di mana kejadian

DBD setiap tahunnya berfluktuasi (Depkes RI, 2004).

Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera

Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi.

Berdasarkan data di wilayah Propinsi Sumatera Utara terdapat 8 daerah endemis

DBD yaitu: Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten

Langkat, Kabupaten Asahan, Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan

Kabupaten Karo. Daerah Sporadis DBD sebanyak 15 daerah, yaitu: Kota Sibolga,

Tanjung Balai, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli

Tengah, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu,

Humbang Hasundutan, Pak-Pak Barat, Serdang Bedagai dan Kabupaten Samosir.

Daerah Potensial/Bebas DBD adalah Nias dan Nias Selatan dikarenakan daerah

tersebut berada di tempat dataran tinggi di mana suhu udara rendah sehingga tidak

memungkinkan nyamuk hidup dan berkembang biak (Dinkes Kota Medan, 2006).

Angka kejadian penyakit DBD di Sumatera Utara dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Tahun 2002 jumlah penderita (IR) adalah 3,6/100.000 Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 21: peranan keluarga

penduduk (353 penderita), tahun 2003 sampai 2004 naik menjadi 8,79/100.000

penduduk (1093 penderita). Pada tahun 2005 terjadi ledakan kasus yang sangat

tajam yaitu 30,75/100.000 penduduk (3.657) penderita dan tahun 2006 terjadi

penurunan yaitu 17,58/100.000 penduduk (2.091 penderita), tahun 2007 terjadi

kembali peningkatan kasus yaitu menjadi 34,5/100.000 penduduk. Angka ini

masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 yaitu 2/100.000 penduduk.

Sebaliknya, walaupun jumlah penderita naik, tapi angka kematian DBD (CFR)

mengalami penurunan sejak tahun 2002 yaitu 2,84% menjadi 1,53% pada tahun

2006 dan menurun lagi menjadi 0,83% pada tahun 2007. Penurunan CFR ini

menunjukkan bahwa penanganan kasus di sarana pelayanan kesehatan sudah

mengalami peningkatan, namun tingginya IR menunjukkan masih banyak tempat-

tempat berkembang biak (Breeding Places) dan tempat peristirahatan (Resting

Places) nyamuk Aedes aegypti di lingkungan penduduk (Dinkes Provinsi

Sumatera Utara, 2006).

Berdasarkan SK Menkes Nomor 581 Tahun 1992, kegiatan pokok upaya

penanggulangan penyakit DBD yang dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh

pemerintah adalah pencegahan, penemuan, pertolongan dan pelaporan,

penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit DBD, penanggulangan

seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan (Depkes, 1996).

Pemerintah pada tanggal 12 Nopember 1999 yang bertepatan dengan Hari

Kesehatan Nasional ke-40 mencanangkan Gerakan PSN DBD. Oleh karena itu

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 22: peranan keluarga

yang menjadi penggeraknya dipilih oleh pemerintah Jumantik (Juru Pemantau

Jentik) dan supervisor dari masyarakat sendiri (Depkes RI, 2006).

Upaya program penanggulangan penyakit DBD yang dilaksanakan sangat

banyak tetapi belum optimal karena lebih banyak mempengaruhi epidemiologi

penyakit DBD. Angka kematian DBD cenderung menurun walaupun kasus

bertambah, hal ini menunjukkan bahwa penatalaksanaan kasus cukup efektif

di pelayanan kesehatan yang ada tetapi peran serta masyarakat untuk pencegahan

penyakit demam berdarah belum ada (Depkes RI, 2000).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan melalui Kasubdin Program Pencegahan

Penyakit/P2P (Pulungan, 2007), bahwa DBD bukan hanya menyerang orang

dewasa, hal tersebut sesuai data tahun 2007, yang diketahui 27% penderita

penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti di Medan korbannya

balita, dan dari 27% tersebut, 9% balita 0-4 tahun dan 18% berusia 5-12 tahun

dan sisanya paling banyak berusia 20-24 tahun. Saat ini seluruh kecamatan di

Medan berstatus endemis DBD. Kecamatan tersebut adalah Medan Tuntungan

sebanyak 69 orang, Medan Johor sebanyak 74 orang, Medan Amplas sebanyak

69, Medan Denai sebanyak 92 orang, Medan Area sebanyak 27 orang, Medan

Kota sebanyak 68 orang, Medan Maimun sebanyak 12 orang, Medan Polonia

sebanyak 27 orang, Medan Baru sebanyak 113 orang, Medan Selayang sebanyak

83 orang, Medan Sunggal sebanyak 127 orang, Medan Helvetia sebanyak 213

orang, Medan Petisah sebanyak 77 orang, Medan Barat sebanyak 28 orang,

Medan Timur sebanyak 65 orang, Medan Perjuangan sebanyak 51 orang, Medan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 23: peranan keluarga

Tembung sebanyak 75 orang, Medan Deli sebanyak 53 orang, Medan Labuhan

sebanyak 12 orang, Medan Marelan sebanyak 28 orang dan Medan Belawan

sebanyak 15 orang. Kecamatan Helvetia merupakan daerah yang terbanyak

penderita demam berdarah (Dinkes Kota Medan, 2007).

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi dan mencegah

penyakit DBD oleh Dinas Kesehatan Kota Medan antara lain: (1) Pertolongan

pertama pada penderita DBD, dan selanjutnya dirujuk kerumah sakit apabila perlu

(2) Penyuluhan terus menerus kepada masyarakat (berkoordinasi dengan Sie.

Promosi Kesehatan dan Lintas Sektoral) (3) Fogging Foccus dan Fogging ULV

(4) Penaburan bubuk Abate pada tempat-tempat penampungan air (5)

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara bergotong royong yang

melibatkan masyarakat dan Lintas Sektoral. Namun upaya yang telah dilakukan

belum dapat merubah status daerah endemis DBD di Kota Medan. Kondisi di atas

mengingatkan bahwa kasus penyakit DBD belum dapat ditanggulangi secara

maksimal walaupun telah dilakukan berbagai upaya (Dinkes Kota Medan, 2006).

Pada tahun 2000, Sub Direktorat Arbovirus Departemen Kesehatan yang

membidangi upaya pemberantasan penyakit yang bersumber dari binatang

termasuk di dalamnya upaya pemberantasan penyakit DBD, mensosialisasikan

Rencana Strategis (Renstra) Program Pemberantasan Penyakit DBD Tahun 2001-

2005. Dalam Renstra tersebut dikemukakan banyak faktor yang mendukung

peningkatan kasus, antara lain kurangnya upaya penggerakan masyarakat dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD), kurangnya keterlibatan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 24: peranan keluarga

keluarga dalam pencegahan penyakit demam berdarah dan kurang aktif petugas

dalam menjalankan fungsinya.

Terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti tanggal 3 Nopember

2008 pada keluarga yang salah seorang anggota keluarganya terkena penyakit

demam berdarah dengue didapat bahwa pada awalnya si ibu tidak tahu akan

pentingnya PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dikarenakan kurangnya petugas

memberi informasi dan penyuluhan. Petugas menjadi aktif apabila ada kasus dan

petugas kesehatan di Puskesmas Helvetia yang bertugas untuk menangani

pencegahan demam berdarah dengue hanya 1 (satu) orang.

Pengadaan kampanye kebersihan yang intensif dan penyebaran leaflet

merupakan upaya di tingkat masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah,

tetapi hal ini sering gagal karena tidak adanya keterlibatan keluarga di dalamnya.

Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk mendorong mereka mau melaksanakan

kegiatan 3M secara intensif di rumah dan juga melibatkan keluarga agar turut

serta dalam kegiatan PSN yang ada di lingkungannya (Depkes, 2005).

Petugas mempunyai peran yang juga tidak kalah pentingnya. Selama ini

petugas hanyalah sebatas penyuluh kesehatan yang bertugas memberikan

informasi. Padahal seorang petugas kesehatan bukan hanya memberikan

informasi tetapi juga harus membagi pengetahuan mereka di setiap kesempatan di

manapun petugas berada. Pada dasarnya pemeliharaan kesehatan dasar adalah

keterlibatan masyarakat. Hubungan yang erat antara petugas pelayanan kesehatan

dan masyarakat sangat penting dan harus merupakan proses dua arah. Petugas Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 25: peranan keluarga

kesehatan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang mereka layani

(Tarimo, 1994).

Seharusnya melalui program pencegahan dan penanggulangan penyakit

DBD yang matang dan ditunjang oleh informasi kesehatan khususnya yang

menyangkut penyakit DBD, maka diharapkan keikut sertaan masyarakat terutama

keterlibatan keluarga dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M di

lingkungan tempatnya tinggal, sehingga penyebaran penyakit DBD dapat diatasi

(Depkes RI, 1992).

Berdasarkan paparan di atas, di mana program penanggulangan penyakit

demam berdarah dengue belum sepenuhnya dapat menanggulangi kasus penyakit

demam berdarah dengue maka sangat penting dilakukan upaya pemberdayaan

masyarakat khususnya keluarga, sehingga perlu dilakukan penelitian yang dapat

menggali peran keluarga dan petugas puskesmas dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit demam berdarah dengue.

1.2. Permasalahan

Bagaimana peran keluarga dan petugas Puskesmas dalam

penanggulangan penyakit demam berdarah dengue di Perumnas Helvetia Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran keluarga dan petugas

Puskesmas dalam upaya penanggulangan penyakit demam berdarah dengue, Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 26: peranan keluarga

sehingga didapat suatu model pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan

penyakit demam berdarah dengue yang tepat dan sesuai dengan keinginan

masyarakat.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Dinas Kesehatan Kota Medan mendapat masukan bagaimana kinerja petugas

pelayan kesehatan dan keberhasilan program penanggulangan serta

pencegahan penyakit demam berdarah dengue.

2. Memotivasi keluarga agar dapat mencegah penyakit demam berdarah dengue

secara berkelanjutan.

3. Sebagai bahan masukan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Helvetia

dalam pencegahan penyakit demam berdarah dengue tentang metode promosi

yang tepat sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

4. Menambah wawasan penulis dalam bidang penelitian kualitatif.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 27: peranan keluarga

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Keluarga

2.1.1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).

Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Setiawati (2008), fungsi

keluarga adalah:

1. Fungsi Afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan

keluarga. Di dalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung

dan saling menghargai antar anggota keluarga.

2. Fungsi Sosial adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam

keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi.

3. Fungsi Reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4. Fungsi Ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 28: peranan keluarga

5. Fungsi Keperawatan Kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah

terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan.

Menurut Setiawati (2008), ada beberapa alasan perlunya keterlibatan keluarga

dalam pelayanan kesehatan antara lain:

1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan.

Kasus meningkatnya angka kesakitan akibat DBD membuat pemerintah

dengan gencar menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam

skala nasional, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat berperan

dalam penyampaian pesan betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah

demam berdarah.

2. Keluarga sebagai satu unit antar anggota dalam keluarga.

Keluarga dipandang sebagai kesatuan dari sejumlah anggota keluarga, berada

dalam satu ikatan dan saling mempengaruhi.

3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya.

Peran keluarga sangat penting dalam tahapan-tahapan perawatan kesehatan,

mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai

dengan rehabilitasi.

4. Keluarga sebagai tempat penentuan kasus dini.

Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan

memungkinkan munculnya faktor resiko pada anggota keluarga lainnya. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 29: peranan keluarga

5. Individu dipandang dalam konteks keluarga.

Seorang dapat mencapai pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan

fungsinya apabila individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga

mereka.

6. Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya.

Peran keluarga dalam penanggulangan demam berdarah adalah sebagai

berikut (Depkes RI, 1992):

1. Keluarga turun serta melaksanakan pemberantasan nyamuk demam berdarah

dengan melakukan 3M + 1T yaitu menguras, menutup dan mengubur serta

telungkup.

2. Apabila ada keluarga yang anggota keluarganya menunjukkan gejala penyakit

demam berdarah maka keluarga mengerti cara pertolongan pertama (memberi

minum banyak, kompres dingin dan obat penurun panas yang tidak

mengandung asam siali silat) dan segera memeriksakan diri kepada dokter

atau unit pelayanan kesehatan.

3. Keluarga segera melaporkan kepada Lurah melalui kader atau kepala

lingkungan/kepala dusun.

4. Keluarga melakukan PSN secara serentak dan mengikuti petunjuk dalam

pelaksanaan pananggulangan demam berdarah.

5. Keluarga mengikuti/menghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh

petugas Puskesmas.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 30: peranan keluarga

Keterlibatan atau partisipasi keluarga ditujukan untuk memperkenalkan

perilaku baru (yang mungkin sebagai pengganti dari perilaku yang selama ini

dipraktikkan keluarga tersebut). Misalnya buang air besar dijamban,

mengkonsumsi garam beryodium, memelihara tanaman obat keluarga, menguras

bak mandi-menutup persediaan air-mengubur benda-benda buangan yang dapat

menahan/menampung air (Kutuk), mengkonsumsi makanan berserat (Depkes RI,

2005).

2.1.2. Peran Petugas Kesehatan

Penempatan tenaga atau personil merupakan bagian yang paling banyak

mengeluarkan biaya dalam kebanyakan sistem pemeliharaan kesehatan. Penting

bagi petugas kesehatan untuk turut mendukung dan berpartisipasi dalam proyek

masyarakat misalnya, mereka dapat membantu mengetahui penyebab masalah

kesehatan dan mengusulkan cara perbaikannya. Hendaknya, petugas kesehatan

terutama memikirkan keseluruhan masyarakat sebagai tanggung jawabnya, tidak

hanya sebagai penunjang klinik saja (Tarimo, 1994).

Hal yang membuat petugas kesehatan sangat berharga karena mereka

mengenal secara pribadi semua keluarga di daerah mereka. Petugas kesehatan

merupakan anggota yang sangat penting dalam Tim Kesehatan karena

pengetahuan yang mereka miliki tentang keadaan setempat. Sebagai

tenaga/petugas kesehatan kunjungan rumah merupakan tugas tambahan yang

penting bagi pemeliharaan kesehatan dan membutuhkan orang tertentu untuk

melaksanakan dengan baik (Tarimo, 1994). Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 31: peranan keluarga

Keterlibatan petugas dalam hal ini adalah petugas puskesmas adalah dengan

melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari individu

pengunjung Puskesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja

Puskesmas. Dalam kunjungan rumah ini dikumpulkan semua anggota keluarga

dan diberikan informasi berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan.

Pemberian informasi dilakukan secara sistematis sehingga anggota-anggota

keluarga itu bergerak dari tidak tahu ke tahu, dan dari tahu ke mau. Bila sarana

untuk melaksanakan perilaku yang bersangkutan tersedia, diharapkan juga sampai

tercapai fase mampu melaksanakan (Depkes RI, 2005).

Peran petugas kesehatan dan sektor terkait dalam penanggulangan demam

berdarah adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992):

1. Camat dan Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan rencana

penanggulangan, memerintahkan warga setempat melalui kepala lingkungan/

kepala dusun untuk melakukan PSN dan membantu kelancaran pelaksanaan

penanggulangan demam berdarah.

2. Petugas kesehatan atau tenaga terlatih melakukan penyemprotan insektisida 2

siklus dengan interval 1 minggu dan memberikan penyuluhan kepada

masyarakat.

3. Kepala lingkungan/Kepala Dusun dibantu pemuka masyarakat dan kader

menyampaikan informasi tentang rencana penanggulangan demam berdarah

dan membantu pelaksanaan penyuluhan.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 32: peranan keluarga

4. Kepala Lingkungan dan kader mendampingi petugas kesehatan dalam

pelaksanaan penyemprotan.

5. Keluarga melakukan PSN secara serentak sesuai petunjuk pelaksanaan

penanggulangan demam berdarah.

2.1.3. Tanggung Jawab Petugas terhadap DBD

Tanggung jawab petugas Kesehatan dalam penangulangan DBD adalah

(Depkes RI, 2006):

1. Petugas DBD mempunyai tanggung jawab untuk melakukan kunjungan

rumah.

Kunjungan rumah ini dimaksudkan agar keluarga mengerti dan mau

melaksanakan penanggulangan DBD.

2. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala di rumah-rumah.

Untuk melihat ada tidaknya jentik dibak-bak penampungan air yang ada

rumah keluarga yang ada di wilayah kerjanya.

3. Berperan sebagai penggerak dan pengawas dalam pemberantasan sarang

nyamuk DBD.

4. Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik.

5. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik kepada puskesmas sebulan sekali.

2.2. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat

Analisis dari Green (1980), menyatakan bahwa kesehatan dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu, faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor non perilaku Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 33: peranan keluarga

(non behaviour causes). Sedangkan perilaku itu sendiri, khusus perilaku

kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yakni:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya dari

seseorang.

b. Faktor-faktor penunjang (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan

fisik.

c. Faktor-faktor pendukung (Reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lainnya termasuk di dalamnya

keluarga dan teman sebaya.

Green (1980), kemudian berkesimpulan bahwa setiap perilaku kesehatan

dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor. Gagasan

penyebab kolektif itu penting terutama karena perilaku merupakan suatu

fenomena yang majemuk.

Jika menelaah dari ketiga faktor tersebut maka proses perubahan perilaku

sangat berhubungan dengan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Kepercayaan terhadap kesehatan dengan dimensi pembentukan (determinant)

adalah pengetahuan dan sikap. Kedua dimensi ini berkaitan erat dengan

karakteristik demografis individu.

b. Kemampuan mendapatkan informasi, kemudahan mendapatkan pelayanan

serta ketersediaan alat dan bahan dalam melakukan pencegahan.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 34: peranan keluarga

Pengetahuan dan sikap masyarakat yang kurang mengetahui tentang

tanda/ gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit DBD mempunyai resiko

terkena penyakit DBD. Dengan demikian upaya peningkatan pengetahuan

mengenai gejala/ tanda, cara penularan dan pencegahan serta pemberantasan

penyakit DBD perlu mendapat perhatian utama agar masyarakat lebih berperan

aktif untuk melakukan pembersihan dan pemberantasan sarang nyamuk.

Kebiasaan menggantungkan pakaian di dalam rumah merupakan kesenangan

nyamuk Aedes aegypti untuk beristirahat (Depkes, 1992).

2.3. Promosi Kesehatan

2.3.1. Strategi Promosi Kesehatan

Menurut Depkes RI (2005), kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah

menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu:

1. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemeberian informasi secara terus

menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta

proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tahu menjadi

tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude),

dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan

(aspek practice). Sarasan utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga,

serta kelompok masyarakat.

2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang

mendorong individu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 35: peranan keluarga

diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu apabila

lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang yang

menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain

bahkan masyarakat umum) memiliki opini positif terhadap perilaku tersebut.

Terdapat tiga pendekatan bina suasana, antara lain:

a. Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokoh

masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarkan

opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan seperti

“gerakan 3M +1T”. Di samping itu diharapkan mereka juga bersedia

memperkenalkan atau mau mempraktekkan perilaku yang sedang

diperkenalkan tersebut (misal seorang pemuka agama rajin melakukan 3M

yaitu menguras, mengubur dan menutup serta telungkup).

b. Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti

Kepala Lingkungan, majelis pengajian, majelis gereja, organisasi pemuda

dan lain-lain. Pendekatan ini dilakukan bersama tokoh masyarakat

sehingga mereka perduli dan mau mendukung perubahan perilaku yang

sedang diperkenalkan dan menyetujui untuk mempraktekkan perilaku

yang sedang diperkenalkan yaitu 3M + 1 T tersebut.

c. Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum

dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi seperti

radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga

dengan media komunikasi tersebut diharapkan media-media massa Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 36: peranan keluarga

tersebut perduli dan mendukung perubahan perilaku yang diperkenalkan.

Dengan demikian media massa tersebut dapat menjadi mitra dalam rangka

penyebarluasan informasi dan akhirnya diharapkan terbentuklah sebuah

opini publik yang positif terhadap perubahan perilaku baru yang

diperkenalkan dan akhirnya mereka masyarakat mau melaksanakan

perilaku baru tersebut dalam kehidupannya.

3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untuk

mendapatkan komitmen adan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

(stakeholders). Advokasi diarahkan untuk mendapatkan dukungan yang

berupa kebijakan (misal dalam bentuk perundang-undangan), dana,

sarana, dan lain-lain sejenisnya. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa

tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu

kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah. juga dapat berupa

tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya berperan sebagai

penentu kebijakan di bidangnya.

2.3.2. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas

adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi “Indonesia Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 37: peranan keluarga

Sehat”. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga

fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,

(2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata

pertama.

2.4. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang

ditandai dengan deman mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang

jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai dengan tanda-tanda

perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lembam (ecchymosis)

atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,

kesadaran menurun/renjatan atau syok (Depkes, 2006).

Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Virus ini termasuk kelompok

Arthropoda. Borne Viruses (Arbovirosis). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype

virus yaitu: (1). Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944 (2). Dengue 2

diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944 (3). Dengue 3 diisolasi oleh Sather (4).

Dengue 4 diisolasi oleh Sather

Keempat type virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di Indonesia

dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia

menunjukkan dengue type 3 merupakan serotype virus yang dominan

menyebabkan kasus yang berat. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 38: peranan keluarga

Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti

maupun Aedes albopictus. Yang paling berperan dalam penularan penyakit ini

adalah nyamuk aedes aegypti karena hidupnya di dalam dan sekitar rumah,

sedangkan aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga jarang kontak

dengan manusia. Kedua jenis nyamuk terdapat hampir di seluruh pelosok

Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di

atas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah

sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak

(Depkes RI, 1991).

Penularan penyakit DBD dapat terjadi apabila seorang penderita yang

di dalam darahnya mengandung virus dengue, yang kemudian menularkan kepada

orang lain dengan perantaraan gigitan nyamuk Ae. Aegypti atau Ae.albopictus.

Dalam darah penderita, virus dengue mengalami inkubasi selama 4-7 hari

(viremia) yang disebut dengan masa inkubasi intrinsik. Pada masa viremia ini

penderita berperan sebagai sumber infeksi kepada orang lain (Sumarmo, 1999).

Penularan demam berdarah dengue melalui bermacam cara antara lain:

a. Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina.

b. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah

orang yang sakit DBD dan tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat

virus dengue.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 39: peranan keluarga

c. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar keseluruh

tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya.

d. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus akan

berpindah bersama air liur nyamuk.

e. Bila orang yang tertular itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak)

maka virus itu akan menyerang sel pembeku darah dan merusak dinding

pembuluh darah kecil (kapiler). Akibatnya terjadi pendarahan dan kekurangan

cairan yang ada dalam pembuluh darah orang itu.

f. Bila orang yang tertular mempunyai zat anti kekebalan yang cukup maka virus

tersebut dibuat tidak berdaya sehingga orang tersebut tidak sakit.

g. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu

lebih kurang satu minggu (Depkes RI, 2006).

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan

sumber penular penyakit DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari

mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,

maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk.

Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaraingan

tubuh nyamuk termasuk dalam kelenjar liurnya (Depkes RI, 1992).

Penyakit Demam Berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit, mengisap darah orang

yang sakit demam berdarah dengue atau tidak sakit tetapi dalam darahnya

terdapat virus dengue. Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 40: peranan keluarga

dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue

berada dalam darah selama 4-7 hari mulai hari 1-2 hari sebelum demam. Bila

penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut

terhisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak

diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar

liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut

siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini

akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu

nyamuk aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue itu menjadi penular

(infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk

menusuk/mengigit, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui

alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur

inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Depkes RI, 1992).

2.4.1. Tanda-tanda Penyakit DBD

Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus menerus dan

badan terasa lemah dan lesu. Pada hari kedua dan ketiga akan timbul bintik-bintik

perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan

nyeri ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah. Antara hari

ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang

selanjutnya adalah penderita sembuh atau keadaan memburuk yang ditandai

dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 41: peranan keluarga

Bila keadaan berlanjut, akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah

atau tidak teraba). Kadang-kadang kesadarannya menurun (Depkes, 1992).

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatik dan suportif yaitu

pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat

diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau neyeri perut yang

berlebihan, maka cairan intravena (biasanya cairan ringer laktat atau NaCL) perlu

diberikan. Transfusi darah diberikan kepada penderita yang mengalami

perdarahan yang membahayakan seperti hematemesis, melena, serta penderita

yang menunjukkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht) pada

pemeriksaan berkala. Indikasi pemberian transfusi pada penderita yaitu jika ada

perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang semakin tegang dengan

penurunan kadar Hb yang mencolok (Depkes RI, 2004).

Pada fase demam dianjurkan (Depkes RI, 2006): (1) Istirahat di tempat

tidur (bed rest) selama masih demam (2) Obat antipiretik atau kompres hangat

diberikan bila diperlukan (3) Memberikan minum sebanyak-banyaknya, karena

penderita DBD mengalami kekurangan cairan di dalam tubuh. Oleh sebab itu

pertolongan pertama yang paling penting adalah memberi minum sebanyak-

banyaknya. Minuman dapat berupa jus buah, air teh manis, sirop, susu, serta

larutan oralit.

2.4.2. Vektor Penular

Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor

penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 42: peranan keluarga

Aedes aegypti merupakan faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban)

sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes

tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak

di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus

berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam bambu, dalam lipatan daun dan

dalam genangan air lainnya (Soedarto, 1995).

Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti adalah tempat-

tempat penyimpanan air di dalam atau di luar rumah, atau di tempat-tempat

umum, biasanya berjarak tidak lebih 500 meter dari rumah. Nyamuk ini tidak

dapat berkembang biak di genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah

(Depkes, 1992).

Nyamuk-nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat-tempat

gelap yang lembab, baik di dalam maupun dekat rumah. Nyamuk betina

meletakkan telurnya di bejana-bejana atau tempat-tempat penyimpanan air di

dalam atau di sekitar rumah, sekolah atau gedung perkantoran. Tempat yang

sering dijadikan bertelur adalah batok kelapa, drum, kaleng bekas, pot bunga,

ember, vas bunga, tatakan pot bunga, tangki air, tempat penampungan air pada

lemari es, baskom, pipa air, benda-benda yang terbuang dari kaca atau plastik,

ban-ban bekas dan botol-botol kosong, dan talang atap rumah yang tergenang sisa

air hujan (Depary, 2003).

Nyamuk ini mendapatkan virus dengue pada waktu mengisap darah penderita

DBD. Jika nyamuk kelak menggigit orang lain, maka virus dengue akan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 43: peranan keluarga

dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang

tersebut dapat menderita sakit DBD. Virus DBD memperbanyak diri dalam tubuh

manusia dan akan ada dalam darah selama 1 minggu. Setelah nyamuk menggigit

dan menghisap darah penderita yang sedang dalam masa viremia, lalu dalam

tubuh nyamuk akan mangalami multiplikasi dan menyebar di berbagai jaringan

tubuh termasuk dalam kelenjar air liur. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap

darah penderita, nyamuk tersebut telah siap untuk menularkan virus kepada orang

lain dengan tenggang waktu itu disebut masa inkubasi ekstrinsik (Sumarmo,

1999).

Virus dengue akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.

Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang menghisap virus dengue ini menjadi

penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk

menggigit, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui salauran

alat tusuknya (probocis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air

liur itulah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Nyamuk Aedes

aegypti hidupnya antara 1-2 bulan (Depkes RI, 1992).

2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit DBD

Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan

manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. Hal-hal yang

diperhatikan di lingkungan yang berkaitan dengan vektor penularan DBD antara

lain:

a. Sumber air yang digunakan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 44: peranan keluarga

Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah

merupakan tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD.

b. Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)

Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya

DBD dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik.

c. Kebersihan Lingkungan

Kebersihan halaman dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan lain-lain juga

merupakan faktor terbesar terjadinya DBD (Depkes, 1997).

2.5. Upaya Penanggulangan DBD

2.5.1. Penemuan Penderita

Selama hampir dua abad, penyakit dengue digolongkan sejajar dengan

demam, pilek atau diare. Penyakit ini dianggap sebagai penyesuaian diri

seseorang terhadap iklim tropis. Tetapi, hal ini berubah sejak timbulnya wabah

demam dengue di Manila pada tahun 1953-1954, yang disertai renjatan (shock)

dan perdarahan gastrointestinal yang berakhir dengan kematian penderita,

menyebabkan pandangan ini berubah (Soedarmo, 1988).

Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik. Oleh

karena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat tanda/gejala

yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit DBD (Depkes RI, 1992).

Apabila keluarga/masyarakat menemukan tanda/gejala di atas, maka penderita

segera diberi obat penurun panas golongan parasetamol. Beri kompres hangat dan

minum banyak seperti air teh, susu, sirop, oralit dan lain-lain. Jika dalam dua hari Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 45: peranan keluarga

panas tidak turun atau timbul tanda/gejala lanjut seperti perdarahan kulit (seperti

gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera dibawa

berobat ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS) atau sarana

pelayanan kesehatan lain untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan

(Depkes RI, 2006).

Dokter atau petugas kesehatan yang menentukan penderita DBD maka wajib

dilaporkan dalam 1 kali 24 jam ke Puskesmas sesuai dengan tempat tinggal

penderita. Pelaporan resmi dilakukan dengan jalan mengirim formulir

pemeriksaan spesimen DBD atau tanpa spesimennya kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun

1984 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 Tahun 1989 (Depkes RI, 1992).

Penanggulangan seperlunya adalah kegiatan untuk mencegah atau membatasi

penularan penyakit DBD di rumah penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya

yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan lebih lanjut.

Jenis kegiatan yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi

sebagai berikut (Depkes RI, 1992):

a. Bila ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan satu atau

lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik, dilakukan

penyemprotan (fogging focus) di rumah penderita dan sekitarnya dalam radius

200 meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu (siklus 1 untuk mematikan

nyamuk Aedes aegypti yang ada dan siklus II untuk mematikan nyamuk Aedes

aegypti pada siklus 1 belum menjadi nyamuk atau masih berstadium pupa), Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 46: peranan keluarga

penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk Pemberantasan Sarang

Nyamuk.

b. Bila ditemukan penderita tetapi tidak ditemukan jentik, dilakukan

penggerakan masyarakat PSN dan penyuluhan.

c. Bila tidak ditemukan penderita dan tidak ditemukan jentik dilakukan

penyuluhan terhadap masyarakat.

Penanggulangan lain yang dilakukan di desa/kelurahan rawan dilaksanakan

oleh petugas kesehatan dibantu masyarakat untuk mencegah terjadinya KLB dan

membatasi penyebaran penyakit ke wilayah lain. Jenis kegiatan disesuaikan

dengan stratifikasi daerah rawan sebagai berikut (Soegijanto, 2004):

a. Desa/kelurahan rawan I (endemis) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir setiap

tahun terjangkit DBD maka dilakukan:

i. Penyemprotan massal sebelum musim penularan, yaitu penyemprotan yang

dilakukan di sebagian atau di seluruh wilayah Desa/Kelurahan rawan I

sebelum masa penularan untuk membatasi penularan dan mencegah KLB.

ii. Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan di tempat umum yaitu pemeriksaan

tempat-tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-

kurangnya tiga bulan sekali untuk mengetahui populasi jentik nyamuk penular

DBD dengan menggunakan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ).

iii. Penyuluhan pada masyarakat.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 47: peranan keluarga

b. Desa/kelurahan rawan II (sporadis) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir

terjangkit DBD tetapi tidak setiap tahun maka dilakukan:

i. Pemeriksaan jentik berkala.

ii. Penyuluhan pada masyarakat.

c. Desa/Kelurahan rawan III (potensial) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir

tidak pernah terjangkit penyakit DBD tetapi penduduknya padat, mempunyai

hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain dan persentase ditemukan

jentik lebih dari 5%, maka dilakukan:

i. Pemeriksaan Jentik Berkala di rumah dan tempat umum akan tetapi

pemeriksaan di rumah di lakukan jika ada Desa/Kelurahan rawan I atau II

di kecamatan yang sama.

ii. Penyuluhan kepada masyarakat.

d. Desa/Kelurahan bebas yaitu desa/kelurahan yang tidak pernah terjangkit DBD,

dan ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut atau yang

ketinggiannya kurang dari 1000 meter tetapi persentase rumah yang ditemukan

jentik kurang dari 5% maka dilakukan:

i. Pemeriksaan jentik berkala di tempat umum.

ii. Penyuluhan kepada masyarakat.

2.5.2. Pelaporan dan Tindak Lanjut Penanggulangan DBD

Dokter atau petugas kesehatan yang menemukan kasus/tersangka DBD

diwajibkan melapor kepada Puskesmas setempat sesuai dengan domisili (tempat

tinggal) pasien dan membuat surat pengantar untuk disampaikan kepada kepala Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 48: peranan keluarga

desa/kelurahan melalui keluarga pasien. Laporan kasus/tersangka DBD dari

Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan lalu dikirim kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota, dengan tembusan kepada Puskesmas sesuai dengan tempat

tinggal pasien yang bersangkutan. Pelaporan dilakukan 24 jam setelah diagnosa

sementara ditegakkan.

Puskesmas yang menerima laporan adanya kasus DBD melaksanakan

penyelidikan Epidemiologis dan penanggulangan focus untuk membatasi

penularan penyakit DBD:

1. Penyelidikan Epidemiologi: meliputi kegiatan pencarian penderita DBD

tambahan/tersangka DBD, serta pemeriksaan jentik di rumah pasien dan 20

rumah sekitarnya. Tujuan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui ada/

tidaknya risiko penularan lebih lanjut.

2. Penanggulangan fokus di lapangan meliputi kegiatan:

a. Penyemprotan insektisida (fogging focus) bila sesuai indikasi, yaitu:

ditemukan ≥ 1 kasus DBD lainnya, ditemukan 3 penderita panas tanpa

sebab yang jelas (tersangka DBD) serta ditemukan jentik > 5% rumah/

bangunan yang diperiksa.

b. Penggerakan masyarakat untuk PSN secara bersama-sama yang

dikoordinasi olrh Kepala Desa/Kelurahan setempat.

c. Jika diperlukan dilakukan larvadinasi (terutama untuk daerah sulit air).

d. Penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala/tanda dini DBD dari

pertolongan pertama oleh masyarakat serta PSN DBD. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 49: peranan keluarga

Dinas Kesehatan

Desa Puskesmas dan Penyelidikan Epidemiologi

Puskesmas Perawatan

Keluarga RS/Unit pelayanan Kesehatan

Gambar 2.1. Alur Pelaporan Kasus DBD

2.5.3. Penataan Lingkungan

Penataan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut

upaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor sehingga

mengurangi kontak antara vektor dengan manusia adalah dengan melakukan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi

tempat perkembangbiakan buatan manusia, dan perbaikan desain rumah (Depkes

RI, 2003).

Pencegahan perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD adalah dengan

cara modifikasi lingkungan yaitu (Depkes RI, 2003):

1. Perbaikan saluran air: Apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanya

tersedia sedikit, maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air tersebut

pada berbagai jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkan

perkembangbiakan aedes. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 50: peranan keluarga

2. Talang air/tangki air bawah tanah atau sumber air bawah tanah anti nyamuk:

Perindukan jentik Ae.aegypti termasuk di talang air/tangki air bawah tanah

bangunan dari batu (masonary), saluran pipa air, maka strukturnya harus

dibuat anti nyamuk.

Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2003):

1. Mengeringkan instalasi penampungan air: genangan air/kebocoran di ruang

berdinding batu, pipa penyaluran, katup, katup pintu air, kotak keran hidran,

meteran air dan lain-lain, akan dapat menampung air dan menjadi tempat

perindukan jentik Ae.aegypti bila tidak dirawat.

2. Tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga: Sumber utama

perkembangbiakan Ae. Aegypti sebagian besar adalah wadah-wadah

penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari

keramik, tanah liat dan bak semen, galon dan wadah-wadah yang lebih kecil

sebagai penampungan air bersih atau hujan. Wadah penampungan air harus

ditutup dengan penutup rapat atau kasa.

3. Jamban/vas bunga dan perangkap semut: Merupakan sumber

perkembangbiakan Ae.aegypti yang banyak dijumpai. Semua harus dilubangi

sebagai lubang pengeringan. Untuk vas bunga dapat diberi campuran pasir dan

air. Jambangan bunga dari kuningan, bukan merupakan tempat perindukan

larva yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti wadah dari kaca.

Perangkap semut dapat dibubuhi garam atau minyak.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 51: peranan keluarga

4. Diwadah tertentu lainnya: Alat pendingin air, wadah kondensasi air di bawah

kulkas, dan pendingin ruangan harus secara teratur diperiksa, dikeringkan dan

dibersihkan.

5. Pembuangan sampah padat: Sampah padat seperti kaleng, botol, ember atau

sejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur

di dalam tanah.

6. Pembuangan Ban: Ban bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama

Aedes. Ban dapat didaur ulang untuk menghasilkan barang-barang.

7. Mengisi lubang pagar: Pagar atau pembatas pagar yang terbuat dari tanaman

berlubang seperti bambu harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton harus

dipenuhi dengan pasir, pecahan gelas, atau semen untuk mengurangi

perindukan Aedes.

8. Botol, Kaca dan Kaleng: Semuanya merupakan wadah penampung air yang

harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur-ulang untuk

keperluan industri.

Pengawasan kualitas lingkungan adalah cara pemberantasan vektor DBD

melalui pengawasan kebersihan lingkungan oleh masyarakat. Cara ini bertujuan

untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk Ae.aegypti dari daerah

pemukiman penduduk. Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) Pengawasan

kebersihan lingkungan disetiap rumah termasuk sekolah, tempat-tempat umum

(TTU) dan tempat-tempat industri (TTI) oleh masyarakat seminggu sekali, (2)

Penyuluhan kebersihan lingkungan dan penggerakan masyarakat dalam Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 52: peranan keluarga

kebersihan lingkungan dan masyarakat dalam kebersihan lingkungan melalui

gotong royong secara berkala, (3) Pemantauan kualitas menggunakan indikator

kebersihan dan indeks vektor DBD (Chahaya, 2003).

2.6. Faktor-faktor yang Menyebabkan Sulitnya Penanggulangan DBD

Faktor manusia erat kaitannya dengan peran serta dalam penanggulangan

vektor DBD di masyarakat. Mobilitas penduduk yang tinggi dapat memudahkan

penyebarluasan DBD dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Depkes RI

(2003), bahwa populasi penduduk, kepadatan penduduk di suatu wilayah dengan

mobilitas yang tinggi mempunyai potensi yang besar untuk meningkatnya jumlah

kasus serta bertambahnya wilayah terjangkitnya penyakit DBD.

Dari laporan Depkes RI tahun 2003, penyebab sulitnya pemberantasan DBD

disebabkan antara lain:

1. Tenaga pemantau jentik tetap di masyarakat yang bertugas untuk memantau

jentik secara berkala ada tapi belum berjalan maksimal.

2. Faktor biaya juga salah satu penghambat pelaksanaan program pemberantasan

penyakit DBD. Tidak adanya dana khusus menyebabkan banyaknya pokja-

pokja (kelompok kerja) DBD yang telah dibentuk di kecamatan tidak berjalan

dan berfungsi seperti yang diharapkan, padahal peran serta masyarakat pada

pokja sangat potensial dalam memberantas penyakit DBD.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 53: peranan keluarga

3. Sistem surveilans yang sangat penting belum dilakukan dengan baik, terlihat

dari beberapa perencanaan kegiatan surveilans yang tidak direalisasikan dan

minimnya dana operasional kegiatan surveilans.

4. Penentuan diagnosis yang cepat dan tepat sebagai deteksi dini kasus dan

pemutusan rantai penularan juga belum dilakukan secara optimal. Tidak

adanya peralatan untuk menghitung trombosit dan hematokrit, yang

merupakan penunjang diagnosis secara laboratorium di puskesmas sangat

mempengaruhi kecepatan penetapan diagnosis (Depkes RI, 2003).

2.7. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan landasan teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

didapat kerangka pikir penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian

Peran Keluarga

- Pemberantasan sarang Nyamuk

- Sanitasi Lingkungan

Peran Petugas Kesehatan

- Tanggung Jawab Petugas - Promosi Kesehatan - Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN)

Penanggulangan 

Terhadap 

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 54: peranan keluarga

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang berupaya melihat sedalam mungkin

kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat. Dengan melihat fenomena

kehidupan pribadi individu dan kelompok, serta bagaimana kehidupan itu

mempengaruhi motif, tindakan, serta komunikasi mereka (Daymon, 2001).

Pendekatan dengan melihat fenomena yang ada di masyarakat ditujukan untuk

membantu memasuki sudut pandang orang lain, dan berupaya untuk memahami

bagaimana mereka menjalankan kehidupannya dengan cara mereka, serta

pemahaman bahwa realitas pemahaman setiap individu berbeda.

Penelitian ini, fenomena yang akan digali adalah faktor-faktor penyebab

terjadinya penyakit demam berdarah dengue dan upaya-upaya penanggulangan

yang telah dilakukan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perumnas Helvetia Medan. Alasan pemilihan

lokasi penelitian di Perumnas Helvetia dikarenakan Perumnas merupakan

perumahan dengan padat penduduk yang juga mobilitas masyarakatnya sangat

tinggi sehingga sampai saat ini masih ditemukan penderita penyakit demam Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 55: peranan keluarga

berdarah dengue, walaupun telah dilakukan upaya-upaya penanggulangan

penyakit demam berdarah dengue.

Pengamatan dan wawancara saya lakukan di wilayah kerja Puskesmas

Helvetia yaitu di sekitar Perumnas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia,

penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Februari 2009 – April 2009.

3.3. Pemilihan Informan

Informan pada penelitian ini adalah keluarga yang dapat memberikan

informasi ataupun keterangan yang dibutuhkan yaitu keluarga baik itu ibu, bapak

maupun anggota keluarga yang lain yang tinggal dalam satu rumah baik yang

pernah menderita demam berdarah dengue maupun yang tidak menderita demam

berdarah dengue. Informan selanjutnya dan petugas penunjang lain yaitu kepala

lingkungan yang juga sebagai petugas Jumantik.

Informan atau keluarga yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 4

(empat) keluarga yang diambil dari warga Perumnas Helvetia. Dari kempat

keluarga yang menjadi subjek penelitian ini, ternyata secara kebetulan ada dua

keluarga yang anggota keluarganya pernah menderita penyakit demam berdarah

dan dua keluarga lagi belum pernah menderita demam berdarah. Walaupun

ternyata secara kebetulan terdapat jumlah yang sama antara yang pernah

menderita dan tidak pernah menderita demam berdarah bukanlah suatu

kesengajaan apalagi untuk membuat perbandingan perilaku keluarga dalam

penanggulangan penyakit demam berdarah. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 56: peranan keluarga

Selain mewawancarai keluarga saya juga mewawancarai petugas

kesehatan yaitu petugas penanggung jawab program demam berdarah di

Puskesmas Helvetia dan Kepala lingkungan yang juga bertindak sebagai

jumantik.

Untuk melengkapi data yang dibutuhkan saya juga mewawancarai

tetangga keluarga sehingga informasi yang didapat lengkap sehingga kedalaman

informasi tercapai sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Untuk keabsahan data

saya melakukan teknik triagulasi data. Saya memastikan bahwa catatan harian

wawancara dengan informan dan catatan observasi telah terhimpun. Kemudian

dilakukan uji silang terhadap materi catatan harian, untuk memastikan tidak ada

informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dengan catatan

harian observasi.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data saya lakukan dengan cermat atas kegiatan-kegiatan yang

berlangsung dan didapat pada rumah keluarga dan tempat kerja petugas

kesehatan. Data-data yang saya dapat lalu dikumpulkan untuk mengkaji penelitian

ini. Hasil wawancara saya peroleh dari 4 keluarga dan 1 orang petugas

penanggulangan demam berdarah. Wawancara juga saya lakukan kepada seluruh

keluarga yang tinggal di rumah keluarga tersebut juga kepada tetangga keluarga.

Wawancara saya lakukan langsung di dalam rumah keluarga, di halaman rumah

atau di luar rumah keluarga, sedangkan untuk petugas kesehatan saya lakukan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 57: peranan keluarga

wawancara di Puskesmas Helvetia kalau kepada petugas penunjang lain yaitu

jumantik saya juga melakukan di rumah jumantik tersebut dan di kantor

Kelurahan dikarenakan jumantik juga sebagai Kepala Lingkungan.

Hasil wawancara atau percakapan mendalam serta hasil observasi, saya tulis

langsung di tempat, tetapi ada juga percakapan yang saya tulis setelah berlalu

beberapa saat atau agak lama. Hal ini sangat beresiko terhadap kemungkinan

terlupakannya beberapa data yang telah diperoleh, oleh sebab itu kemungkinan

saya mengingat atas apa yang baru saya lihat dan dengar dari informan sangat

dibutuhkan. Pengambilan data yang saya lakukan, kemungkinan besar bahwa ada

beberapa data yang lupa dan lolos dari pencatatan saya, karena semua

pembicaraan tidak didukung dengan alat rekaman. hal ini saya lakukan atas dasar,

ketika saya melakukan wawancara dengan merekam mereka menolak

pembicaraan mereka direkam karena mereka merasa seperti diwawancarai oleh

wartawan. Dan ketika saya tidak menggunakan alat perekam tersebut mereka

lebih rileks dan lebih leluasa menjawab pertanyaan yang saya berikan, sehingga

saya memutuskan untuk tidak menggunakan alat perekam tersebut.

Hambatan-hambatan yang saya temukan pada penelitian ini adalah setelah

saya memperoleh data tentang keluarga yang terkena demam berdarah dari data

Puskesmas lalu saya mencari rumah mereka tetapi kebanyakan mereka susah saya

temui dikarenakan pada umumnya rumah mereka kosong dan terkunci

dikarenakan keluarga tersebut bekerja dan setelah saya temukan keluarga yang

ada dirumah mereka menolak untuk saya wawancarai dengan alasan repot tetapi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 58: peranan keluarga

pada kenyataannya mereka merasa risih dan tidak bersedia menjawab pertanyaan

apalagi bila rumah mereka di lihat-lihat terutama kamar tidur, kamar mandi dan

dapur mereka. Walaupun begitu keluarga baru mau bekerjasama setelah saya

mengajak petugas Puskesmas untuk menemani pertama sekali kerumah keluarga

tersebut dan memperkenalkan saya merupakan bagian dari petugas Puskesmas

yang sedang melakukan pendataan penderita demam berdarah.

Dalam pengumpulan data di lapangan, saya lakukan dengan pengamatan atas

aktivitas yang dilakukan keluarga sehari-hari sedangkan kepada petugas

kesehatan selain saya mewawancarai mereka di Puskesmas, saya juga melakukan

pengamatan yang mereka lakukan di lapangan dengan mengikuti kegiatan mereka

sewaktu melakukan penyelidikan Epidemiologi serta melakukan

penyemprotan/fogging

di rumah keluarga yang menderita demam berdarah. Aktivitas yang dilakukan

oleh keluarga maupun oleh petugas kesehatan dan petugas penunjang, cara-cara

penanggulangan demam berdarah yang dilakukan oleh objek menjadi catatan

lapangan peneliti.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh keluarga dan petugas kesehatan,

meliputi bagaimana cara keluarga melakukan pencegahan demam berdarah yaitu

3M, kebersihan rumah tangga dan sanitasi lingkungan serta penanggulangan

demam berdarah yang dilakukan petugas saya catat langsung ketika melakukan

pembicaraan. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya kelupaan yang

menyebabkan berkurangnya data yang saya peroleh. Selanjutnya data yang saya Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 59: peranan keluarga

kumpulkan melalui pengamatan dan wawancara, kemudian ditarik kesimpulan

yang perlu dikoreksi, dan dijadikan sebagai catatan penulisan dalam pengkajian

pada penelitian.

Dalam pengumpulan data saya memulainya dari semua keluarga yang

bersedia saya wawancarai lalu kemudian setelah saya mendapatkan respon yang

cukup positif dari mereka maka saya memilih keluarga yang terkena demam

berdarah terlebih dahulu yang saya amati untuk mengetahui bagaimana mereka

sampai terkena demam berdarah dan melihat bagaimana keadaan sanitasi dan

kebersihan rumah mereka serta tindakan 3 M keluarga tersebut, sedangkan

keluarga yang tidak terkena saya dapati keluarga mereka telah melakukan 3M

serta kepada petugas peneliti mengikuti kegiatan mereka dalam penanggulangan

demam berdarah.

Dari 2 keluarga yang terkena demam berdarah dari hasil perbincangan, saya

berpendapat bahwa keluarga Bapak Sugi dan Bapak Apri tidak mengetahui secara

pasti apa yang menjadi penyebab anak mereka sakit demam berdarah. Sehingga

keluarga mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan

pencegahan dikarenakan kurangnya petugas kesehatan memberikan penyuluhan

walaupun informasi bukan hanya bisa didapat dari petugas kesehatan tetapi

petugas kesehatan seharusnya juga merasa bahwa mereka juga bagian dari

masyarakat sehingga masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan.

Untuk memperoleh data secara mendalam dari 4 keluarga tersebut saya

mendatangi mereka secara kontinu sehingga mereka merasa dekat dengan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 60: peranan keluarga

peneliti, terutama kepada 2 keluarga yang menderita demam berdarah yaitu

keluarga Bapak Sugi dan Bapak Apri yang menerima saya dengan sangat terbuka.

Hal ini memungkinkan penelitian yang dilakukan dapat lebih mendalam.

Jumlah informan yang peneliti ambil berdasarkan azas kecukupan, yaitu bila

dalam proses pengumpulan data tidak ditemukan lagi variasi informasi maka saya

tidak perlu mencari informan lagi, saya akan terus mencari informan apabila

informasi yang diterima masih berubah-ubah (bervariasi), sampai diperoleh hasil

yang sama serta tidak bervariasi. Oleh karena itu walaupun informan kunci hanya

4 keluarga tetapi saya sudah mendapat data yang cukup mengenai peran keluarga

dalam penanggulangan demam berdarah. Begitu juga dengan petugas dikarenakan

untuk penanggung jawab program hanya satu orang maka saya hanya menggali

informasi kepada petugas tersebut karena petugas tersebutlah yang turun langsung

ke lapangan sedangkan Kepala Puskesmas hanya mengetahui segala tindakan

yang dilakukan petugasnya serta menerima laporan dari petugas dan untuk

melengkapi maka saya juga menggali informasi kepada kepala lingkungan yang

juga bertugas sebagai jumantik.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis jawaban-jawaban yang

diberikan informan. Penganalisisan data dilakukan dengan tehnik “on going

analysis” yaitu analisis yang terjadi di lapangan berdasarkan data-data yang

diperoleh. Metode analisis yang digunakan adalah analisis bingkai, yaitu suatu Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 61: peranan keluarga

metode yang digunakan untuk menemukan bingkai dari suatu perspektif untuk

melihat sebuah perspektif yang digunakan untuk melakukan pengamatan, analisis,

dan interpretasi terhadap sebuah realitas di masyarakat (Bungin, 2007).

Cara analisis bingkai yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

mengidentifikasi dan mengkategori penyebab masalah, faktor-faktor pendukung

yang menjadi kemungkinan masalah tersebut ada di masyarakat. Kemudian

dilakukan penilaian dan evaluasi terhadap penyebab-penyebab masalah.

Hal yang ingin dicapai dalam melakukan analisis data kualitatif adalah

menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena dan memperoleh gambaran

tuntas terhadap proses tersebut, serta menganalisis makna yang ada dibalik

informasi, data dan proses suatu fenomena.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 62: peranan keluarga

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Kecamatan Medan Helvetia

Kecamatan Medan Helvetia luasnya ± 11,55 km2 (1.155 Ha), terdiri dari 7

kelurahan. Kecamatan Medan Helvetia dibagi berdasarkan wilayah kerja

Puskesmas. Puskesmas Helvetia mengelola 7 kelurahan sebagai wilayah kerjanya.

Puskesmas Helvetia terletak di jalan Kemuning Raya Perumnas Helvetia.

Kecamatan Medan Helvetia merupakan daerah padat penduduk dengan

ketinggian 27 meter dari permukaan laut, letak Lintang Utara: 030 – 2´ LU

Lintang Selatan: 620 – 41¨ LS Bujur Timur: 980 – 39´ BT. Adapun batas-batas

kecamatan ini, yaitu:

Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Sunggal

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Sunggal

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Barat dan Medan Petisah

4.1.2. Kependudukan

Berdasarkan data statistik maka jumlah penduduk pada Kecamatan Medan

Helvetia adalah sebesar 130.581 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar

65.548 jiwa dan perempuan sebesar 65.033 jiwa. Adapun luas kelurahan, jumlah

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 63: peranan keluarga

penduduk dan kepadatan penduduk per Km2 di Kecamatan Medan Helvetia,

seperti terlihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1. Luas Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per

Km2 di Kecamatan Medan Helvetia

No Kelurahan Luas

(Km2)

Jumlah

Pendudu

k

Kepadatan

(Km2)

1 Helvetia 1,25 13.149 10.519

2 Helvetia Tengah 1,50 22.275 14.850

3 Helvetia Timur 1,82 22.094 12.140

4 Dwikora 2,00 23.137 11.568

5 Sei Sikambing 0,98 13.179 13.448

6 Cinta Damai 1,80 17.708 9.838

7 Tanjung Gusta 2,20 19.309 8.654

Jumlah 11.55 130.581 11.306

Sumber: Kantor Camat Medan Helvetia, 2007

4.1.3. Mata Pencaharian

Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian pada wilayah kerja

Puskesmas Medan Helvetia, seperti pada Tabel 4.2:

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 64: peranan keluarga

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian pada Wilayah

Kecamatan Medan Helvetia

Mata Pencaharian

No Desa/Kelurahan

PNS A

B

RI

Swa

sta

Pet

ani

Pedaga

ng

Pensiun

an

1

Helvetia 1.23

6

14

5

1.93

2

- 1.364 530

2

Helvetia Tengah 2.48

8

24

5

758 - 496 840

3

Helvetia Timur 661 45

2

607 15 1.085 91

4 Dwikora 460 76 536 24 377 105

5 Sei Sikambing 361 16 203 - 1.923 93

6

Cinta Damai 396 26

6

663 26 582 318

7

Tanjung Gusta 403 10

3

298 40 141 110

Jumlah

6.00

5

1.

30

3

4.99

7

103 5.266 2.056

Sumber: Kantor Lurah Se Kec. Medan Helvetia, 2007

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 65: peranan keluarga

Pada Tabel 4.2. terlihat bahwa distribusi mata pencaharian penduduk yang

berada pada Kecamatan Medan Helvetia yang terbesar adalah sebagai PNS,

diikuti oleh Pedagang dan yang terkecil adalah petani. Pada penelitian ini

pekerjaan informan adalah Swasta dan PNS.

4.1.4. Penduduk yang Mutasi

Distribusi penduduk berdasarkan mutasi di wilayah kerja Puskesmas

Medan Helvetia, seperti yang terlihat pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mutasi pada Wilayah Kecamatan

Medan Helvetia

N Kelurahan Lahir Mati Datang Pindah1 Helvetia 53 54 384 274 2 Helvetia

Tengah 87 6 519 317

3 Helvetia Timur

94 44 689 204

4 Dwikora 78 23 734 156 5 Sei

Sikambing 5 29 428 136

6 Cinta Damai 34 26 441 190 7 Tanjung

Gusta 58 52 456 87

Jumlah 409 289 8.054 1.364 Sumber: Kantor Camat Medan Helvetia, 2007.

Pada Tabel 4.3. Terlihat bahwa mutasi (pindah) penduduk yang berada

di Medan Hevetia cukup banyak tetapi tetap saja Datang lebih besar.

Menunjukkan tingginya mobilisasi dari penduduk sehingga memungkinkan

menjadi daerah endemis demam berdarah.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 66: peranan keluarga

4.2. Subjek Penelitian

4.2.1. Deskripsi Subjek Penelitian

Keluarga yang menjadi subjek penelitian ada 4 keluarga serta satu orang

petugas pemegang program penanggulangan DBD di Puskesmas Helvetia

Kecamatan Medan Helvetia. Keluarga yang menjadi subjek penelitian ini

semuanya bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia.

Walaupun subjek bertempat tinggal di Perumnas di mana semuanya tertata

dengan baik dengan kehomogenan dari lingkungan mereka tetapi tetap saja

demam berdarah terjadi. Perumnas Helvetia merupakan perumahan masyarakat

dengan tatanan letak rumah yang berdempetan dan memanjang sebanyak 25

rumah dan didepannya juga memanjang rumah sebanyak 25 rumah. Perumnas

Helvetia dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dan mobilisasi dari

warganya yang tinggi sehingga memungkinkan terjangkitnya demam berdarah.

Perumnas Helvetia tidak menyediakan ruang atau halaman bagi penghuninya

sehingga warga hanya memiliki halaman yang sangat kecil dan juga sempit.

Halaman warga merupakan jalan yang memisahkan rumah yang ada didepan.

Halaman yang sempit tersebut juga dimanfaatkan warga Perumnas untuk banyak

hal seperti untuk bermain oleh anak-anak. Adapun gambaran umum dari subjek

penelitian dapat dilihat di bawah ini:

1. Informan I (Keluarga Bapak Sugi)

Bapak Sugi berumur 41 tahun bekerja sebagai penarik becak mesin,

pendidikan Bapak Sugi adalah SMA dan bersuku Jawa. Bapak Sugi mempunyai Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 67: peranan keluarga

seorang istri yang bernama Ibu Dita yang berusia 44 tahun, bersuku Jawa dengan

pendidikan terakhir adalah PGTK (Pendidikan Guru TK) atau setingkat DI dan

bekerja sebagai guru TK sebelum menikah dengan Bapak Sugi, tetapi setelah

menikah berhenti menjadi guru TK dan hanya sebagai ibu rumah tangga. Bapak

Sugi dan Ibu Dita mempunyai seorang anak yang bernama Rizdin berusia 5 tahun

dan bersekolah di TK Paut Muhabah. Rizdin inilah yang terkena demam berdarah

dengue. Bapak Sugi dan keluarga bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan.

Semua pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh Ibu Dita, dari mulai

membersihkan rumah sampai mengantar jemput anaknya sekolah. Ibu Dita dalam

melakukan pekerjaan rumah juga dibantu oleh suami dan seorang keponakannya

seperti dalam hal membersihkan kamar mandi dan bak mandi.

Rumah Bapak Sugi berada di Perumnas Helvetia dengan type rumah 36,

terdapat ruang tamu, dapur, dua kamar tidur dan dua buah kamar mandi. Kamar

mandi yang satu berukuran kecil yaitu 1x 1 M2 yang bertugas membersihkan

adalah Bapak Sugi, sedangkan bak yang lebih besar yaitu berukuran 2½ x 1 M2

dan dalam keadaan baik serta air selalu penuh berada satu ruang dengan tempat

mencuci pakaian dan mencuci piring serta tempat menjemur pakaian. Kamar

mandi tersebut dalam keadaan lembab dan kotor serta baru terang ketika

dinyalakan lampu. Adapun yang bertugas membersihkan kamar mandi tersebut

adalah sang keponakan tetapi di karenakan banyaknya kegiatan di sekolah maka

keponakan tersebut sangat jarang memberihkan kamar mandi tersebut. Ibu Dita

menjemur pakaian di dalam rumah dikarenakan Ibu Dita jarang di rumah serta Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 68: peranan keluarga

halaman rumah yang tidak ada sehingga Ibu Dita harus menjemur dipagar

rumahnya tetapi karena takut hilang dan merasa bahwa kalau dijemur di dalam

rumah pakaian lebih awet.

Didekat kamar mandi selain berfungsi sebagai tempat menjemur juga

merupakan tempat mencuci piring Ibu Dita sehingga banyak ember berserakan

untuk menampung air dikarenakan air PAM yang sering mati, piring-piring

tersebut akan dicuci setelah air hidup. Keluarga Bapak Sugi baru melakukan

secara rutin membersihkan bak mandi dan wadah yang menampung air setelah

anaknya terkena demam berdarah sedangkan menutup wadah/ember yang

digunakan untuk menampung air tidak dilakukan karena menurut Ibu Dita air

yang mereka tampung langsung habis dipakai jadi tidak pernah lama disimpan.

Ibu Dita mengatakan mereka tidak pernah mengubur barang-barang bekas karena

barang-barang bekas selalu dibuang ditempat sampah di depan rumah mereka dan

kemudian diangkut petugas sampah hal ini juga dikarenakan ketidakadaan lahan

mereka, bahkan ketika mereka ingin membuat sumur untuk mengantisipasi

seringnya mati air tidak dapat mereka lakukan karena ketidakadaan lahan

tersebut.

Selokan di depan rumah keluarga Bapak Sugi dalam keadaan lancar karena

tetangga depan dan samping rumah “rajin” membersihkan selokan.

Tetapi selokan belakang rumah dalam keadaan yang tidak terurus dan

mampet juga banyak sampah di dalam selokan tersebut bahkan banyak sampah

yang dapat menampung air seperti bekas cup aqua, plastik bahkan dikarenakan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 69: peranan keluarga

selokan tersebut seluruhnya dibuat dari semen sehingga bila air tidak mengalir

dapat menjadi perindukan nyamuk. Semua keluarga yang tinggal merasa tidak

penting dan tidak memperhatikan selokan yang mampet tersebut karena berada di

belakang rumah mereka.

2. Informan II (Keluarga Bapak Apri)

Bapak Apri berusia 32 tahun, bekerja sebagai supir dengan pendidikan SMA.

Bapak Apri mempunyai istri yang bernama Ibu Ida yang berusia 25 tahun dengan

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, adapun pendidikan Ibu Ida adalah SLTP.

Bapak Apri dan Ibu Ida bersuku Jawa dan bertempat tinggal di Perumnas Helvetia

Medan.

Keluarga Bapak Apri mempunyai dua orang anak yang bernama Arif

berumur 6 tahun tetapi belum bersekolah menurut Ibu Ida nanti tahun ajaran baru

Arif langsung masuk SD, dan anak kedua bernama Yolanda berumur 3 tahun,

adapun anak Bapak Apri yang terkena demam berdarah adalah Yolanda. Keluarga

Bapak Apri tinggal di sebelah rumah orang tua Bapak Apri, mereka menumpang

di rumah orang tuanya Bapak Apri tetapi tidak satu rumah.

Rumah Bapak Apri sangat kecil yang hanya terdiri dari tiga ruangan yaitu

ruang depan tamu yang mereka “jadikan” kamar tidur, ruang tengah yang

merupakan dapur tempat Ibu Ida memasak dan yang terakhir adalah kamar mandi

di mana mereka tidak menggunakan bak mandi tetapi hanya “ember sedang”

tanpa penutup dan dibiarkan terbuka untuk mempung air dan “jamban”. Ibu Ida

mencuci pakaian di kamar mandi tersebut, kamar mandi tersebut juga berfungsi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 70: peranan keluarga

untuk menjemur pakaian kelurga Ibu Ida apabila belum kering ataupun Iibu Ida

malas menjemur di halaman. Kamar mandi tersebut ada ventilasi yang juga

merupakan sumber cahaya bagi kamar mandi tersebut dan tanpa “kawat kasa”

padahal ventilasi tersebut langsung berhubungan dengan rumah tetangga mereka

yang terkena demam berdarah empat orang yaitu bapak, ibu dan dua ponakan

mereka kejadian tersebut sebelum “Yolanda” terkena demam berdarah.

Rumah Bapak Apri tidak mempunyai “jendela” sama sekali karena rumah

mereka terhimpit antara rumah orang tua Bapak Apri dan “warung sarapan pagi”

orang tua Bapak Apri, satu-satunya sumber ventilasi adalah pintu masuk

rumahnya.

Rumah Bapak Apri terlihat bersih dan rapi dikarenakan Ibu Ida “rajin”

menjaga kebersihan rumah mereka. Walaupun bersih tetapi rumah mereka

langsung berhadapan dengan gudang tempat penyimpanan barang-barang berkas

milik ibu mertua Ibu Ida di ruang gudang tersebut tidak berdinding rapat

melainkan setengah terbuka karena bekas “warung sarapan pagi” mereka yang

tidak dipakai lagi. Di dalam gudang berukuran 2 x 3 m2 tersebut banyak

berserakan barang-barang tidak terpakai lagi seberti kaleng bekas cat, tumpukan

kayu, tumpukan kardus, bekas tempat “rak” piring dan ada kran air serta ember

untuk menampung air karena ibu mertua sering mencuci piring dan kadang-

kadang pakaian di tempat tersebut, gudang tersebut gelap dan lembab.

Sebelum Yolanda terkena demam berdarah Ibu Ida mengatakan bahwa

mereka pulang kampung dikarenakan ibu kandung Ibu Ida meninggal dunia Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 71: peranan keluarga

sehingga mereka meninggalkan rumah dalam kedaan terkunci selama lebih dari

seminggu. Sewaktu pulang kembali kerumah mereka Ibu Ida mengatakan bahwa

ember penampung air yang ada di kamar mandi dalam keadaan penuh terisi air

walaupun Ibu Ida tidak bisa memastikan ada tidaknya jentik nyamuk di dalam

ember tersebut. Dikarenakan hari sudah malam mereka langsung tidur sehingga

tidak sempat membuang air yang ada dalam ember penampung tersebut dan

keesokan harinya ketika mau “memasak” barulah air dalam ember tersebut

dibuang dan diganti baru.

Selokan di sekitar rumah Bapak Apri dalam keadaan lancar walaupun

sebelumnya dalam keadaan mampet hal itu dilakukan setelah kepala lingkungan

mereka meminta seluruh warganya agar bergotong royong. Selokan di belakang

rumah Ibu Ida lancar hanya selokan ibu mertuanya dalam keadaan mampet karena

tersumbat “batu besar”.

3. Informan III (Keluarga Bapak Sitorus)

Bapak Sitorus berusia 44 tahun bersuku Batak Toba, pekerjaan Bapak Sitorus

adalah Polisi yang bertugas di Binjai adapun pendidikan terakhir Bapak Sitorus

SMA. Bapak Sitorus memiliki istri yang bernama Ibu Lasma yang berusia 43

tahun, bekerja sebagai penjahit pakaian wanita dan kebaya. Ibu Lasma juga

bersuku Batak Toba dengan pendidikan terakhir adalah SMA. Keluarga Bapak

Sitorus bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan. Bapak Sitorus dan Ibu

Lasma mempunyai tiga orang anak yaitu anak pertama dan kedua mereka adalah

kembar yaitu Nila dan Nola yang berusia 8 tahun dan sekolah di SD, sedangkan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 72: peranan keluarga

adik mereka yang bernama Ketrin berusia 4 tahun belum bersekolah. Keluarga

Bapak Sitorus tidak ada yang menderita demam berdarah.

Walaupun Bapak Sitorus merupakan seorang polisi yang bertugas di Binjai,

dan pekerjaannya sebagai polisi membuat Bapak Sitorus jarang di rumah tetapi

Bapak Sitorus “sangat suka” bersih-bersih terutama membakar sampah, walaupun

sampah di rumah mereka diangkut oleh pengangkut sampah tetapi mereka

memisahkan sampah yang bisa dibakar untuk dijadikan pupuk dari sisa-sisa

pembakaran sampah yang digunakan untuk tanaman “bunga” istri Bapak Sitorus

selain itu juga biasa mengusir nyamuk karena asap dari pembakaran sampah

tersebut.

Rumah Bapak Sitorus bertipe 36 di Perumnas Helvetia. Rumah tersebut terdiri

dari ruang tamu, ruang keluarga, dua kamar tidur, dapur dan satu kamar mandi.

Di dalam ruang tamu yang juga merangkap sebagai tempat istri Bapak Sitorus

menjahit ada empat buah mesin jahit, dua buah lemari kaca untuk menyimpan

baju-baju yang telah dijahit dan tertutup rapat. Dalam melakukan pekerjaannya

Ibu Lasma dibantu oleh adiknya baik dalam menjahit pakaian maupun

membersihkan rumah mereka.

Ibu Lasma selalu membersihkan kamar mandi serta menguras bak mandi

dikarenakan Ibu Lasma tidak bisa melihat bak mandi yang kotor. Ibu Lasma

setiap habis mandi selalu menguras bak mandi mereka yang dibuat sengaja kecil

sehingga hanya menampung air yang tidak terlalu banyak. Di dalam kamar mandi

Ibu Lasma ada beberapa ember yang ditelungkupkan untuk menampung air Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 73: peranan keluarga

apabila terjadi mati air tetapi sudah agak jarang sehingga ember tersebut

ditelungkupkan.

Halaman rumah Ibu Lasma walaupun tidak luas di samping merupakan

tempat untuk menjemur pakaian juga terdapat banyak tanaman bunga. Walaupun

Ibu Lasma suka tanaman tetapi pot-pot bunga tempat menanam bunga tersebut

tidak menyimpan air dan tanaman tersebut selalu digemburkan dan ketika

menyiram tanaman hanya secukupnya saja. Untuk menyiram tanaman Ibu Lasma

juga menggunakan kran air yang diberi ember dan setelah selesai menyiram

tanaman embernya ditelungkupkan kembali.

Selokan di depan rumah keluarga Bapak Sitorus dalam keadaan lancar

karena dengan rutin masyarakat dan Bapak Sitorus membersihkannya tetapi

karena rumah keluarga Bapak Sitorus dekat dengan pasar Helvetia di mana

kurangnya kesadaran pedagang dan pengelola pasar untuk membersihkan selokan

tersebut sehingga selokan tersebut tersumbat dan penuh dengan sampah,

walaupun “masyarakat” sudah “protes” kepada pengelola pasar Helvetia tetapi

tindakan pengelola belum juga ada.

4. Infoman IV (Keluarga Bapak Nainggolan)

Bapak Nainggolan berprofesi sebagai pengacara bersuku Batak, berumur 40

tahun dengan pendidikan Sarjana. Sedangkan istri Bapak Nainggolan bernama

Ibu Lisbet berusia 32 tahun bekerja sebagai PNS dengan pendidikan terakhir

Sarjana dan bersuku Batak juga, rumah yang mereka tempati sekarang ini di

Perumnas Hevetia bukan rumah mereka pribadi tetapi mereka “sewa”. Keluarga Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 74: peranan keluarga

Bapak Nainggolan menempati rumah tersebut sejak tahun 2004 setelah mereka

menikah. Rumah yang mereka tempati tersebut bertipe 36 dengan ruang tamu, 2

kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur. Semua ventilasi di rumah ini kami

pasangi dengan “kasa” nyamuk supaya nyamuk tidak bisa masuk kerumah.

Kamar mandi mempunyai sebuah bak yang tidak terlalu besar dan selalu

dikuras oleh Bapak Nainggolan. Ibu Lisbet mengatakan “maklumlah air PAM

suka kotor”, di dalam kamar mandi tersebut juga terdapat “tong penampung air”

dan banyak ember. Ibu Lisbet mengatakan bahwa air PAM “suka mati” sehingga

mereka harus menampung air untuk keperluan rumah tangga mereka seperti

mencuci pakaian dan lain-lain kedalam “tong penampung air” dan ember-ember

tersebut.

Ibu Lisbet menjemur pakaian diteras rumah mereka dengan menggunakan

jemuran dari besi, hal tersebut dikarenakan ketiadaan halaman rumah mereka.

Sampah rumah tangga Ibu Lisbet diangkut oleh petugas sampah yang

datang secara rutin sehingga tidak ada barang-barang bekas yang berserakan.

Sampah padat seperti kaleng bekas, botol bekas dan ember bekas selalu mereka

kumpulkan selanjutnya setelah banyak mereka jual, sehingga tidak perlu mereka

kubur juga dikarenakan tidak ada lahan untuk mengubur benda-benda bekas

tersebut.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 75: peranan keluarga

4.2.2. Petugas Penanggulangan Demam Berdarah

1. Petugas Puskesmas (Informan I)

Petugas yang bertugas sebagai pemegang program penanggulangan demam

berdarah di puskesmas bernama Ibu Herta. Ibu Herta berusia 41 tahun dengan

pendidikan DIII Keperawatan dan sekarang ini sedang mengambil S1

Keperawatan. Ibu Herta baru bekerja di puskesmas tersebut sejak tahun 2006

sebelumnya Ibu Herta bekerja di Puskesmas pembantu. Sehari-harinya ibu Herta

selain bertugas sebagai pemegang program pencegahan demam berdarah, Ibu

Herta juga bertugas mendampingi dokter umum maupun dokter spesialis yang

bertugas di puskesmas tersebut. Ibu Herta mempunyai dua orang anak yang sudah

besar yaitu Samuel berumur 16 tahun dan Rut berumur 13 tahun.

Ibu Herta bertugas menjadi pemegang program sudah hampir 1 tahun 6 bulan

yang mencakup seluruh wilayah kerja puskesmas yaitu Helvetia, Helvetia

Tengah, Helvetia Timur, Dwikora, Sei Sikambing, Cinta Damai dan Tanjung

Gusta. Ibu Herta dalam menjalankan tugasnya sebagai pemegang program

mendapat fasilitas berupa kendaraan roda dua dikarenakan luasnya wilayah kerja

Puskesmas tersebut sehingga dengan adanya kendaraan roda dua akan

memudahkan Ibu Herta dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan

peninjauan dan melakukan penyelidikan apabila ada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas yang terkena ataupun melapor menderita demam berdarah.

Ibu Herta mengatakan bahwa tugasnya sebagai pemegang program antara

lain adalah membuat laporan tiap bulan tentang DBD ke pada Dinas Kesehatan, Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 76: peranan keluarga

mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan lapangan setiap bulan, apabila

ada kasus DBD maka Ibu Herta akan turun untuk melakukan Penyelidikan

Epidemiologi (PE) lalu dilaksanakanlah fogging kepada rumah keluarga yang

terkena demam berdarah, setiap Jumat Ibu Herta dan petugas Puskesmas secara

bergantian melaksanakan PSN dengan kegiatan Jumat bersih dan pemberian abate

secara gratis kepada warga, setiap ada kasus DBD maka setelah dilaksanakan PE

maka hasilnya harus segera diantar ke Dinas Kesehatan Kota Medan, serta setiap

bulan membuat laporan berapa jumlah kasus DBD dan berapa yang difogging.

Ibu Herta mengatakan mengapa sampai sekarang masih saja terjadi demam

berdarah adalah karena masyarakat kurang perduli tentang masalah kebersihan

di lingkungannya seperti membersihkan bak kamar mandi dan menjaga

lingkungan rumahnya seperti selokan yang banyak sampah plastik dan cup-cup

aqua sehingga selokan tersebut menjadi tersumbat. Ibu Herta juga mengatakan

kalau ada kasus DBD pada masyarakat, mereka hanya merasa bahwa fogginglah

yang paling perlu tanpa menyadari bahwa kebersihan rumah dan lingkunganlah

yang harusnya dijaga.

Ibu Herta mengatakan promosi tentang DBD tidak ada yang ada hanyalah

promosi kesehatan pada anak sekolah dengan pemberian hadiah seperti tas yang

bertuliskan pencegahan DBD.

Program-program yng telah Ibu Herta jalankan antara lain adalah dengan

kegiatan kebersihan lingkungan seperti Jumat bersih, lalu penyuluhan pada

masyarkat dan anak sekolah setiap bulannya. Pemeriksan jentik yang rutin Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 77: peranan keluarga

dilakukan setiap hari jumat sekalian jumat bersih dan ketika ada kasus di suatu

lingkungan rumah warga maka seluruh warga yang ada di lingkungan tersebut

akan diperiksa bak mandinya untuk melihat ada jentik atau tidak, dan bila ada

maka akan diberikan bubuk abate kepada setiap warga dan mengadakan fogging

kepada warga yang terkena kasus DBD. Ibu Herta mengatakan bahwa jumantik

(juru pemantau jentik) juga secara rutin memeriksa jentik di rumah-rumah warga

di lingkungan jumantik tersebut. Dan bila ada kasus jumantik dan petugas

pemegang program penanggulangan DBD akan turun melihat bagaimana kasus

tersebut terjadi.

Ibu Herta mengatakan bahwa penanggulangan DBD selalu dilakukan dan

apabila pada Jumat bersih dilakukan pemeriksaan bak mandi dan di dalam baknya

ada jentik maka akan diberikan bubuk abate serta memberikan penyuluhan

dengan memberitahukan untuk membersihkan bak kamar mandi minimal dua kali

seminggu serta membuang air yang telah mengandung jentik tersebut.

Bila ada kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Helvetia ibu Herta

mengatakan bahwa bila ada laporan dari Kepling masuk bahwa ada penderita

DBD pada pagi hari maka petugas puskesmas akan langsung turun ke tempat yag

berkasus bersama Kepling lalu dilakukan pemeriksaan epidemiologi lalu

dilaksanakanlah fogging dirumah warga yang terkena kasus dan petugas akan

langsung melaporkan hasil PE nya kepada Dinas Kesehatan Kota Medan.

Ibu Herta mengatakan bila ada kasus DBD lalu dilakukanlah PE oleh petugas

Puskesmas dan diperiksalah bak mandi warga tersebut dan bila terdapat jentik Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 78: peranan keluarga

ketika “aku menyuruh mereka untuk mengosongkan bak mandi tersebut segera

tetapi mereka suka menolak dengan alasan sayang airnya bisa kami jadikan untuk

membersihkan kain lap dan kain pel, maklum saja di Perumnas air sering mati

karena itu mereka merasa sayang membuang air walaupun sudah berjentik.

2. Kepala Lingkungan (Informan II)

Kepala Lingkungan merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah.

Kepala lingkungan sangat dibutuhkan keterlibatan mereka karena mereka sangat

mengenal masyarakat yang ada di wilayah mereka.

Bapak Dodot berusia 43 tahun bersuku Jawa dengan pendidikan SMA.

Bapak Dodot merupakan salah seorang kepala lingkungan yang sudah

mengabdikan diri selama sepuluh tahun di lingkungannya. Selain sebagai seorang

Kepala Lingkungan Bapak Dodot juga sebagai salah seorang tenaga pemanjau

jentik atau disebut juga “jumantik”. Program jumantik mulai berjalan sejak tahun

2002 dan Bapak Dodot sudah mulai menjalaninya setelah mereka dikader oleh

petugas Puskesmas sehingga mereka memiliki pengetahuan dan seiring dengan

waktu mereka juga semakin berpengalaman di bidang “jumantik” tersebut.

Walaupun gaji sebagai Kepala Lingkungan tidak terlalu memadai dan dibayar tiga

bulan sekali tetapi Bapak Dodot mengatakan setiap mereka membantu warga

mereka membuat KTP ataupun surat lain mereka diberi imbalan yang cukup

lumayan dan menutupi kebutuhan mereka.

Keluarga Bapak Dodot bertempat tinggal di Perumnas Helvetia, istri Bapak

Dodot bernama Ibu Ani berusia 36 tahun juga terlibat menjadi kader baik kader Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 79: peranan keluarga

Posyandu juga merupakan kader yang melakukan pendataan bila melakukan

pemeriksaan jentik dari rumah kerumah masyarakat di Kelurahan Helvetia selain

itu juga Ibu Ani membuka warung kecil-kecilan di dekat Kelurahan. Pak Dodot

dan istri mempunyai dua orang anak yang pertama berusia 15 tahun bernama Tuti

dan anak kedua berusia 10 tahun bernama Iwan.

Pak Dodot memiliki rumah bertipe 36 dengan 2 kamar, ruang tamu dan 1

buah kamar mandi. Ibu Ani setiap pagi membersihkan rumah mereka seperti

menyapu dan mengepel baru setelah itu Ibu Ani pergi ke Kelurahan untuk

berjualan. Kamar mandi keluarga Bapak Dodot selalu dikuras seminggu sekali

bergantian oleh seluruh keluarga tetapi menurut Bapak Dodot setiap kali kamar

mandi dan bak mandi terlihat kotor maka selalu dibersihkan oleh Bapak Dodot.

Bapak Dodot sebagai seorang Kepling selalu mengajak warganya untuk

bergotong royong tetapi dikarenakan warganya kebanyakan adalah pekerja maka

gotong royong tersebut jarang dilakukan kecuali bila sudah banjir karena selokan

mampet penuh sampah barulah warganya mau ikut serta bergotong royong semua.

Kepala lingkungan sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah sudah

bekerja secara maksimal tetapi “adakalanya” kesadaran masyarakatlah yang

sangat kurang, bahkan ada masyarakat yang ketika diperiksa bak mandi mereka

untuk melihat ada atau tidak jentik mereka menolak tetapi setelah “ditelusuri”

ternyata mereka takut diperiksa bak mandinya karena “sangat jorok” dan banyak

jentik-jentiknya.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 80: peranan keluarga

Pak Dodot juga merasa sudah sangat banyak hal yang telah mereka

lakukan seperti memberikan penyuluhan dan setiap minggu turun ke rumah warga

untuk memeriksa jentik di bak mandi sekalian memberikan penyuluhan kepada

warga akan bahaya demam berdarah dan pentingnya kebersihan rumah dan

lingkungan bahkan, Bapak Dodot pernah menyebarkan “selebaran” yang salah

satu isinya tentang pencegahan demam berdarah.

Kepala lingkungan mengatakan banyaknya warga mereka yang terkena

demam berdarah dikarenakan rumah yang ditinggalkan dalam waktu yang lama

seperti pulang kampung ataupun rumah yang sudah tidak disewakan kembali dan

dalam keadaan kosong, di mana penghuninya lupa mengosongkan air bak mandi

sehingga menjadi perindukan dari nyamuk demam berdarah.

Kepala lingkungan mengatakan bahwa jumantik sekarang ini tidak berjalan

lagi semenjak “Pak Walikota masuk bui” juga disebabkan tidak ada lagi perintah

dari Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan secara rutin kerumah-rumah warga

untuk melihat jentik, tetapi sama sekali tidak ada aktivitas yaitu semenjak bulan

sepuluh tahun 2008. Dulu semasa masih ada Pak Walikota Kepala Lingkungan

“menurut” Pak Dodot masih diberikan “uang jalan” sebesar Rp. 20.000.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 81: peranan keluarga

4.3. Penyebab Terjadinya Demam Berdarah pada Keluarga

4.3.1. Kebersihan dalam Rumah Keluarga

Narasi berikut ini menggambarkan bagaimana keluarga dalam menjaga

kebersihan rumah dan kamar mandi di rumah mereka:

I Rumah keluarga Bapak Sugi mempunyai dua kamar mandi

yang dipakai oleh keluarga mereka, istri Bapak Sugi tidak

pernah membersihkan kamar mandi mereka karena

menyerahkan tugas tersebut kepada sang suami dan

keponakannya. Bapak Sugi selalu membersihkan kamar

mandi terutama baknya seminggu sekali sedangkan

keponakannya Bapak Sugi baru membersikan kamar mandi

beserta bak mandi ketika Ibu Dita istri dari Bapak Sugi sudah

“memperingatkan” berulang-ulang. Padahal bak mandi yang

menjadi tugas keponakaannya tersebut lah yang besar dan

selalu menjadi tempat penampungan air dan selalu penuh

dengan air. Kamar mandi keluarga Bapak Sugi juga dalam

keadaan lembab dan tanpa penerangan. Ibu Dita juga

menjemur pakaian mereka di dalam rumah di depan kamar

mandi dikarenakan rumah mereka tidak mempunyai halaman

dan biasanya menjemur dipagar rumah tetapi karena ibu Dita

sering tidak dirumah maka Ibu Dita merasa lebih aman

menjemur pakaian di dalam rumah dan lebih awet serta tidak Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 82: peranan keluarga

cepat pudar warna bajunya disebabkan tidak terkena sinar

matahari secara langsung ……

II Kamar mandi keluarga Bapak Apri sangat sederhana disana

tidak ada bak mandi hanya ada ember sedang untuk

menampung air tetapi kamar mandi tersebut dalam keadaan

lembab dan tanpa penerangan, di dalam kamar mandi

tersebut istri Bapak Apri yaitu Ibu Ida juga suka menjemur

pakaian walaupun tidak setiap hari hanya digunakan bila

pakaiannya masih belum kering saja, tetapi untuk menjemur

handuk setiap hari dilakukan oleh Ibu Ida di dalam kamar

mandi tersebut………

III Kamar mandi keluarga Bapak Sitorus selalu membersihkan

kamar mandi terutama bak mandi yang dibuat tidak terlalu

bersar sehingga tidak menyimpan air terlalu banyak, walau

banyak wadah penampung air didalam kamar mandi tersebut

tetapi dalam keadaan ditelungkupkan dan tidak ada air

di dalamnya….

IV Kamar mandi keluarga Bapak Nainggolan dalam keadaan

bersih dan ventilasi di dalam kamar mandi tersebut dipasangi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 83: peranan keluarga

dengan kasa nyamuk. Bapak Nainggolan beserta istri selalu

membersihkan kamar mandi tersebut minimal 2 hari sekali,

karena kotornya air PAM….

Dari narasi di atas terlihat bahwa ada 2 keluarga yang kurang menjaga kebersihan

kamar mandi keluarga mereka sehingga dalam keadaan lembab dan kemungkinan

nyamuk untuk berkembang biak sangat besar sedangkan 2 keluarga selalu

menjaga kebersihan kamar mandi keluarga mereka.

4.3.2. Ketersediaan Air

Narasi di bawah ini menggambarkan bagaimana keadaan ketersediaan air

di Perumnas Helvetia:

I Maka nya “kami” jarang membersihkan bak mandi dikarenakan

air PAM yang selalu mati pagi hari lalu hidup kembali jam 10

pagi dan mati lagi jam 2 siang barulah hidup kembali jam 4 sore.

Jadi kalau air yang ada di bak mandi digunakan untuk

membersihkan bak mandi otomatis untuk yang lain pakai air

apa? Sedangkan untuk menampungnya udah susah bahkan aku

aja harus bangun pagi-pagi untuk mencuci pakaian supaya ada

air, dan mencuci piring serta mengepel lantai aku lakukan sore

hari karena air selalu mati kalaupun hidup airnya sangat kecil.

Wadah penampung air dalam keadaan terbuka tanpa penutup

karena tidak ada penutupnya…… Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 84: peranan keluarga

II Aku menampung air selain yang didalam bak mandi tersebut,

aku tampung juga dengan ember-ember dan tong besar untuk

menyimpan air. Maklumlah perumnas Helvetia sering mati air,

sehingga untuk mandi, mencuci dan kakus harus ditampung

dalam “tong” dan ember-ember dan tidak aku tutup karena

memakai ember tong dan ember yang tidak ada tutupnya…….

III Saya selalu menyediakan tong ataupun ember-ember karena

di Perumnas Helvetia ini sering kali mati air terutama kalau

pagi karena semua masyarakat Perumnas pake air PAM. Jadi

kalau tidak ditampung dalam ember pada waktu air hidup

maka tidak bisa mandi nanti kami semua. Wadah penampung

air selalu aku tutup rapat dan setelah dipakai airnya maka aku

tutup kembali dan dibersihkan secara teratur minimal

seminggu sekali atau setelah airnya habis…..

IV Walau sekarang sudah jarang mati air tapi tetap aja aku selalu

menampung air di dalam tong air di dalam kamar mandi karena

takut kalau tiba-tiba mati air sedangkan persediaan air tidak

ada. Tong air selalu aku tutup kembali setelah aku gunakan

airnya dan dibersihkan bila air sudah habis….. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 85: peranan keluarga

Keempat keluarga di atas semuanya menampung air dengan wadah-wadah

penampung air dikarenakan kurangnya ketersediaan air di Perumnas Helvetia

di mana dengan sering mati air PAM pada saat-saat masyarakat sangat

membutuhkan air untuk beraktivitas maupun untuk keperluan rumah tangga

seperti memasak dan mencuci. Ada dua keluarga yang selalu menutup dan

membersihkan wadah penampung air secara teratur dan dua keluarga lagi tidak

menutup wadah penampungan air ataupun membersihkan wadah tersebut.

4.3.3. Pengetahuan Keluarga

Pengetahuan keluarga tentang penyakit demam berdarah terlihat dari narasi

keluarga berikut ini:

I Ibu Dita merasa panik setelah anaknya demam turun naik tanpa

penyebab, setelah dibawa ke bidan ternyata anaknya menderita

demam berdarah. Ibu Dita mengatakan tidak tahu dengan pasti

di mana anaknya terkena demam berdarah dan bagaimana

pencegahannya demam berdarah tersebut padahal Ibu Dita juga

pernah terkena demam berdarah sewaktu remaja di Surabaya. Ibu

Dita mengatakan belum pernah mendapat penyuluhan ataupun

informasi apapun dari petugas kesehatan tentang demam berdarah …

II Setelah pulang dari kampung beberapa hari kemudian anak Ibu Ida

yaitu Yolanda mulai menderita demam lalu dibawa ke bidan tetapi

bidan mengatakan hanya demam biasa, bahkan ketika Ibu Ida

menanyakan tentang “bintik-bintik merah” dikaki putrinya ibu bidan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 86: peranan keluarga

mengatakan “tidak apa-apa” biasa digigit nyamuk. Aku mulai

khawatir karena kakak pernah terkena demam berdarah dan tanda-

tandanya “bintik-bintik merah”. Tetapi karena kata sibidan tidak

apa-apa aku “tenang” saja, tetapi karena demam putriku terus turun

naik maka kami bawa lagi ke bidan yang lain dan setelah periksa

darah maka “positif” putriku demam berdarah lalu diopname

di Rumah sakit. Tetapi setelah sembuh dan suamiku “melapor” ke

Puskesmas tetap aja tidak ada penyuluhan atau pun informasi

tentang demam berdarah dari petugas kesehatan….

III Demam berdarah saya ketahui dari televisi dan dari bacaan tentang

demam berdarah, di mana penderita biasanya panas turun naik tanpa

sebab yang jelas dan adanya bintik-bintik merah seperti gigitan

nyamuk di tangan dan kaki. Biasanya kalau demam harus diberi

minum banyak, dikompres dan obat penurun panas. Kalau

penyuluhan dari petugas saya tidak pernah mendapatkan…..

IV Penyakit demam berdarah disebabkan oleh nyamuk aedes kalau

terkena biasanya demam tanpa sebab yang jelas dan turun naik

sebaiknya diberi minum banyak dan dikompres. Kalau mau

memastikan harus diperiksa darah ke laboratorium karena kadang-

kadang tanda bintik-bintik merah itu tidak ada….. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 87: peranan keluarga

Narasi keluarga di atas terlihat bahwa 2 keluarga mempunyai

pengetahuan yang kurang sedangkan 2 keluarga lagi mempunyai

pengetahuan yang sudah baik bahkan mereka sudah mengetahui

tentang penanggulangan demam berdarah bila keluarga mereka

terkena demam berdarah.

4.3.4. Sanitasi Lingkungan

Narasi berikut ini menggambarkan bagaimana sanitasi lingkungan kurang

terjaga oleh keluarga:

I Kebersihan lingkungan ditempat kami tinggal ini kami lakukan

sendiri-sendiri oleh masing-masing keluarga. Kalau sempat saja

kami lakukan karena kami jarang di rumah. Ada beberapa keluarga

didepan tempat tinggal keluarga Bapak Sugi yang selalu

membersihkan lingkungannya tetapi ada keluarga yang tidak mau

membersihkan sama sekali sehingga selokan mereka mampet

seperti “orang Batak” yang jualan, sampahnya dibuang diselokan

dan malas membersihkannya. Selama Ibu Dita tinggal di Perumnas

Helvetia baru sekali kepala lingkunganya turun meminta warga

untuk bergotong royong membersihkan selokan yaitu setelah “si

Rizdin” sembuh dari demam berdarahnya dan Ibu Dita melaporkan

bahwa anaknya terkena demam berdarah…..

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 88: peranan keluarga

II Selokan kami ini jarang kami dibersihkan karena kebanyakan

keluarga yang tinggal di sini sibuk dan jarang di rumah. Kalaupun

mau membersihkan selokan harus keluarga masing-masing. Karena

kejadian anak saya terkena demam berdarah makanya kepala

lingkungan turun dan mengajak warga membersihkan selokan.

Padahal Ibu Ida selalu membersihkan selokan bersama ibu

mertuanya tetapi hanya selokan di belakang rumah tetapi kalau

di depan jarang…..

III Kebersihan lingkungan kami karena kami secara rutin mengadakan

gotong royong setiap hari minggu kalaupun tidak semua keluarga

yang tinggal di sini ikut tetapi kami selalu melakukannya

sehingga selokan tidak mampet dan bersih. Hanya karena kami

tinggal didekat pasar Helvetia di mana banyak pedagang yang

buang sampah sembarangan, makanya selokan dekat pasar

Helvetia itu mampet dan bila hujan maka airnya mengalir

kerumah keluarga yang berdekatan dengan pasar tersebut, padahal

kami sudah mengajukan keberatan kepada pengelola pasar

Helvetia tetapi belum juga ada tanggapan……

IV Semua keluarga di lingkungan kami selalu membersihkan selokan

rumahnya walaupun sendiri-sendiri, tetapi umumnya selokan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 89: peranan keluarga

kami ditutupi dengan semen sehingga susah untuk

membersihkannya. Hal itulah yang kadang-kadang membuat

selokan kurang lancar…..

Dari narasi keluarga di atas terlihat 2 keluarga tidak pernah melakukan kegiatan

gotong royong di lingkungan tempat mereka tinggal dan 2 keluarga secara rutin

melakukannya. Sanitasi lingkungan harus dijaga oleh masing-masing keluarga

karena kesibukan dari masing-masing keluarga menyebabkan mereka tidak tidak

sempat bergotong royong apalagi untuk melakukan 3M bersama-sama, padahal

3M tersebut sangat penting untuk pemberantasan demam berdarah.

4.4. Peran Petugas Kesehatan

Berikut ini narasi dari Petugas Kesehatan dan petugas penunjang demam

berdarah terhadap masyarakat yang tidak perduli akan kesehatan mereka sendiri:

I Masyarakat tidak perduli akan pentingnya kebersihan bahkan ada

masyarakat yang ketika mau diperiksa bak mandi mereka

“menolak”, setelah dipaksa ternyata memang bak mandinya tidak

pernah dibersihkan. Ketika ada ditemukan jentik di dalam bak

mandinya disuruh buang airnya juga menolak karena nanti mau

digunakan untuk mencuci kain lap dan mengepel lantai, setelah itu

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 90: peranan keluarga

apakah bak mandinya dikeringkan atau tidak aku tidak tahu lah

“habis” dikasih tahu pemilik rumahnya “membandel”….

II Siapa yang ingin warganya terkena demam berdarah kata pak Dodot

tetapi bila terjadi bagaimana? apa saya yang salah padahal mereka

pergi ke Tembung lalu digigit oleh nyamuk Tembung terus mereka

pulang ke Helvetia dan mereka demam selanjutnya positif demam

berdarah “nah” kalau seperti ini siapa yang salah? makanya kalau

warga saya terkena demam berdarah saya selalu tanyakan pergi

kemana mereka sebelumnya…..

Dari kedua narasi petugas terlihat bahwa peran petugas kesehatan terhadap

penanggulangan demam berdarah sudah berjalan walaupun belum maksimal, hal

ini dikarenakan kurangnya penyuluhan yang petugas berikan sehingga masyarakat

merasa bahwa yang mereka lakukan sudah benar.

Sedangkan petugas penunjang penanggulangan demam berdarah menurut

Ibu Herta sebagai Petugas Kesehatan yang bertanggung jawab terhadap

penangulangan demam berdarah bahwa Jumantik berjalan seperti narasi berikut:

I Tenaga jumantik berjalan dan pemeriksaan jentik selalu dilakukan

setiap hari Jumat dan sekalian Jumat bersih. Dan apabila ada

kasus pada suatu lingkungan maka seluruh rumah dilingkungan

warga tersebut akan diperiksa bak mandinya untuk melihat ada Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 91: peranan keluarga

jentik atau tidak, hal ini dilakukan bersama kepala lingkungan

wilayah setempat….

Tetapi kenyataan yang didapati di lapangan bahwa jumantik sudah tidak

berjalan lama, seperti narasi Pak Dodot sebagai Kepala Lingkungan yang juga

sebagai tenaga jumantik berikut:

II Kami para Jumantik sudah lama tidak melakukan pemeriksaan

jentik lagi sejak bulan Nopember 2008 dikarenakan tidak ada lagi

perintah dari Pemerintah daerah, selama ini kami bekerja sebagai

pemantau jentik karena ada tugas dari Bapak Walikota tetapi

sekarang tidak berjalan lagi…..

Petugas juga terlihat kurang aktif dan tidak memberikan penyuluhan

tentang pencegahan dan penanggulangan demam berdarah pada masyarakat di

wilayah kerjanya terlihat dari narasi dua keluarga yang terkena demam berdarah

ketika meraka melapor kepada Puskesmas:

I Setelah kakak melapor ke Puskesmas bahwa anak kakak terkena

demam berdarah maka datanglah petugas Puskesmas. Selanjutnya

rumah kakak diperiksa begitu juga “dua puluh” rumah yang ada

di lingkungan sekitar rumah kakak dan dikatakan oleh petugas

Puskesmas itu hanya dua rumah saja yang tidak ada jentik, lalu

sore hari sekitar jam 14.00 wib dilakukan penyemprotan tetapi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 92: peranan keluarga

“herannya” hanya rumah kakak saja padahal hampir semua rumah

berjentik kata petugasnya bahkan ada yang “mau” memberikan

“uang” kalau rumah mereka disemprot juga tetapi petugasnya

menolak. Waktu dilakukan penyemprotan semua kamar dibuka

begitu juga kamar mandi tetapi mereka tidak meminta kakak untuk

menyimpan dan menutup makanan hanya inisiatif kakak sendiri

untuk menyimpan makanan. Waktu dilakukan penyemprotan

hanya penyemprotnya saja yang turun sedangkan petugas

puskesmas tidak turun lagi. Setelah dilakukan penyemprotan dan

asapnya hilang maka seluruh perabotan dapur kakak cucu kembali

seperti piring, gelas dan lain-lainnya karena kakak khawatir ada

sisa-sisa zat kimia nya menempel. Dan setelah itu petugas

kesehatan tidak pernah muncul lagi apalagi untuk memberikan

penyuluhan demam berdarah kepada kami…..

II Suami melapor ke Puskesmas bahwa anak saya terkena demam

berdarah tetapi baru dua hari kemudian petugas Puskesmasnya

turun memeriksa kerumah setelah suami saya kembali datang ke

Puskesmas dengan membawa hasil laboratorium anak saya sebagai

bukti bahwa anak saya memang benar terkena demam berdarah.

Tetapi karena saya tidak di rumah dan pulang kampung karena

meninggalnya ibu saya di mana rumah saya dalam keadaan kunci Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 93: peranan keluarga

maka Petugas penyemprot tidak dapat masuk kedalam rumah

sehingga yang disemprot hanya luarnya rumah saja dan selokan

seluruhnya, petugas penyemprot berjanji akan datang untuk

menyemprot kembali tetapi sampai sekarang mereka tidak pernah

datang lagi untuk menyemprot ulang apalagi untuk memberikan

penyuluhan tentang demam berdarah kapada keluarga kami….

4.5. Penanggulangan Demam Berdarah oleh Keluarga

4.5.1. Menjaga Kebersihan Rumah Tangga Dan Kamar Mandi

Narasi keluarga berikut menggambarkan penanggulangan demam

berdarah yang dilakukan dalam menjaga kebersihan kamar mandi dan wadah-

wadah penampungan air:

I Supaya jangan terkena demam berdarah lagi Ibu Dita selalu

mengawasi dan memeriksa kamar mandi dan apabila bak mandi

kelihatan air nya kotor maka ibu Dita segera meminta suami dan

keponakannya membersihkan bak mandi. Dan untuk menjaga

agar kamar mandi mereka terang dan tidak lembab maka ibu Dita

mengganti atap kamar mandinya dengan seng plastik sehingga

cahaya matahari bisa masuk ke kamar mandi, sedangkan ember-

ember penampung air selalu ditelungkupkan oleh Ibu Dita setelah

ember tidak dipakai lagi….. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 94: peranan keluarga

II Walaupun kami tidak pakai bak mandi tetapi sekarang kami bila

ember penampung air sudah habis airnya langsung aku

telungkupkan, pakaian yang dijemur di kamar mandi selalu aku

angkat bila sudah kering dan tidak aku biarkan pakaian sampai

bermalam dan handuk setelah dipakai dijemur diluar. Aku

khawatir sekarang “takutnya” nyamuk bersarang dipakaian lembab

itu. Kamar mandi kami pun sudah diganti atap seng nya dengan

atap plastik supaya terang….

III Kakak selalu membersihkan bak mandi bahkan bak mandinya

sengaja kakak minta kecil saja karena tidak tahan kakak melihat

bak mandi yang kotor itupun hampir setiap hari kakak bersihkan

maklum sekarang air PAM airnya selalu kotor padahal sudah

kakak buat penyaring dikran air tetapi tetap saja tidak bertahan

lama. Bak mandi selalu kakak bersihkan bahkan lebih bersih bak

mandi dari lantai kamar mandinya. Ember-ember penampung air

diwaktu air mati kakak telungkupkan supaya jangan sampai air

masuk dan lupa dibuang bisa-bisa ada jentik pula….

IV Kamar mandi beserta bak mandinya selalu kami bersihkan bersama-

sama setiap kali airnya terlihat kotor dan biasanya air sudah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 95: peranan keluarga

terlihat kotor dalam dua hari padahal kami memakai PAM. Air

PAM disini sering mati karena itu selalu aku sediakan “tong air”

yang kami tutup rapat dan ember-ember yang bila sudah tidak ada

airnya kami langsung telungkupkan kembali. Kamar mandi kami

juga atap sengnya sudah kami ganti dengan tap seng plastik

sehingga matahari bisa masuk dan kamar mandi terang serta tidak

lembab….

Dari keempat keluarga di atas terlihat bahwa telah ada upaya pencegahan demam

berdarah yang dilakukan oleh keluarga sehingga mereka dapat mencegah

terjadinya demam berdarah di keluarga mereka.

4.5.2. Mengantisipasi Ketersediaan Air

Selama ini yang menjadi masalah yang cukup “rumit” di Perumnas

Helvetia adalah ketersediaan air yang cukup, sehingga banyak warga atau

keluarga menyediakan tempat penampungan air seperti tong air dan ember-ember

yang banyak di kamar mandinya sehingga dapat menjadi tempat perindukan

jentik. Hal ini terlihat dari narasi keluarga berikut:

I Air selalu mati sehingga kami sangat kesulitan untuk memperoleh

air tetapi untuk menyimpan air di “tong” tidak kami lakukan

karena takut kalau tidak langsung habis airnya bisa-bisa jadi

tempat jentik nyamuk. Untuk mengantisipasi agar air tetap cukup

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 96: peranan keluarga

maka saya bangun pagi untuk mencuci pakaian dan

membereskan rumah serta membersihkan kamar mandi beserta

bak mandinya disore hari sehingga air ada….

II Air selalu mati jadi harus berhemat dan supaya tidak harus

menampung air dengan banyak wadah maka disimpan dalam

tong besar dan ditutup rapat dan seminggu sekali “tong air”

dikuras airnya dan dibersihkan…

III Supaya air tetap ada maka aku selalu berusaha untuk menampung

air diwaktu air hidup, biasanya memakai ember dan tong air.

Kalau membersihkan kamar mandi dan bak mandi selalu aku

lakukan bila kotor dan airnya mulai “jorok”. Bak mandinya

dikuras dan airnya dibuang setiap 3 hari sekali atau paling lama

seminggu sekali supaya tidak ada jentik-jentik nyamuk….

IV Kami selalu menampung air di tong air karena PAM sering mati.

Walaupun kami menampung air aku selalu membersihkan tong

air dan mengeringkannya bila tidak kami pakai……

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 97: peranan keluarga

Dengan banyaknya wadah tempat penampungan air tersebut dikhawatirkan akan

menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes tetapi bila setiap keluarga tetap

menbersihkan secara teratur dan menutup tempat penampungan air tersebut maka

dapat dicegah terjadinya perkembangbiakan nyamuk tersebut.

4.5.3. Menjaga Kebersihan Sanitasi Lingkungan

Berikut narasi bagimana sanitasi lingkungan dan pembuangan sampah

padat yang dilakukan keluarga sehingga penyakit demam berdarah tidak terjadi:

I Sampah keluarga saya kata ibu Dita, selalu diangkut oleh

pengangkut sampah, sedangkan sampah yang kering seperti

botol bekas, plastik bekas ataupun ember bekas selalu saya

kumpulkan saya periksa dulu ada atau tidak air di dalamnya

kalau tidak saya satukan didalam “kotak” dan saya susun rapi

di dalam gudang setelah terkumpul banyak barulah saya jual ke

tukang “Botot”, sedangkan sampah-sampah yang menyumbat

selokan seperti bungkus plastik, minuman dan jajanan anak-

anak dalam “cup” yang bisa menampung air dan dibuang

sembarangan kedalam selokan selalu saya angkut dan masukkan

ke dalam tempat sampah….

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 98: peranan keluarga

II Kalau sampah saya selalu dibuang ditempat sampah dan diangkut

pengangkut sampah, tetapi kalau sampah yang bisa saya jual

selalu saya pisahkan dengan sampah biasa dan saya kumpulkan

didalam “karung” supaya tidak berserakan dipermainkan anak-

anak saya setelah banyak baru saya jual ke tukang “botot”.

Selokan kami memamg selalu penuh dengan sampah karena

banyak yang jualan tetapi saya meminta mereka membersihkan

selokan setelah mereka selesai berjualan dan memasukkan

sampah tersebut ke tempat sampah….

III Sampah kakak selalu diangkut tukang sampah tetapi hanya yang

bisa membusuk aja seperti sisa sayuran dan nasi sedangkan kalau

sampah-sampah yang bisa kakak bakar akan kakak bakar untuk

kakak jadikan kompos dan menurut kakak tanah bekas sampah

yang dibakar tersebut membuat tanaman bunga kakak subur

kalau tanah yang dibeli kurang bagus menurut kakak. Kalau

sampah kaleng, botol bekas dan ember bekas ataupun sampah

yang laku dijual selalu kakak kumpulkan ke dalam karung

disimpan rapi jangan sampai diganggu anak-anak lalu setelah

banyak kakak jual ke “botot”….

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 99: peranan keluarga

IV Bapak Sitorus selalu membuang sampah rumah tangga mereka ke

tempat sampah dan kemudian akan diangkut oleh pengangkut

sampah, bila ada sampah yang bisa mereka manfaatkan seperti

sampah kering (botol, ember-ember bekas dan plastik) akan

mereka kumpulkan lalu mereka jual. Keluarga Bapak Naigolan

juga selalu menjaga kebersihan lingkungan mereka seperti

selokan mereka dari sampah yang bisa menampung air sehingga

selokan depan rumah mereka selalu bersih….

Dari narasi keempat keluarga tersebut dapat terlihat bahwa pengelolan sanitasi

lingkungan dan sampah yang baik dapat memberikan manfaat yang sangat besar

selain terhindar dari penyakit demam berdarah juga menghasilkan pemasukan

bagi keluarga yaitu dengan mengumpulkan sampah yang laku dijual.

4.6. Perlindungan Keluarga terhadap DBD

a. Menggunakan Pakaian Pelindung

Berikut narasi bagaimana keluarga melindungi anggota keluarganya dari

gigitan nyamuk demam berdarah:

I Kalau tidak sekolah si Rizdin dan aku bepergian ke “Binjai” selalu

aku pakaikan Rizdin celana panjang dan baju panjang tangan

karena takut nanti Rizdin nya di gigit nyamuk…..

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 100: peranan keluarga

II Setiap bepergian ke tempat saudara saya selalu memberi pakaian

kepada anak-anak saya dengan pakaian tangan panjang dan celana

panjang dan sedikit besar dan tebal supaya kalau nyamuk mau

menggigit terhalang pakaian yang dipakai anak saya….

III Biasanya kalau bepergian aja aku pakaikan anak-anak pakaian

yang agak tebal dan tertutup, karena takut juga mereka digigit

nyamuk tapi tidak selalu karena anak-anak malas pakai pakaian

yang seperti itu…..

IV Karena anakku masih sangat kecil maka aku sangat khawatir

anakku digigit nyamuk, makanya selalu aku pakaikan pakaian

yang tebal dan menutupi seluruh badannya kecuali di rumah

karena anakku suka rewel kalau kepanasan….

Narasi di atas terlihat bahwa keempat keluarga tersebut berupaya agar

anak-anak mereka memakai pakaian yang tebal dan longgar serta menutup

seluruh badan ketika berpergian ketempat-tempat yang belum pernah mereka

datangi ataupun daerah yang mereka takuti banyak nyamuk.

b. Menggunakan Obat Anti Nyamuk dan Kelambu

Narasi berikut menggambarkan keluarga yang menggunakan obat nyamuk

baik bakar maupun elektrik serta Kelambu: Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 101: peranan keluarga

I Kalau aku tidak suka dengan obat nyamuk bakar karena khawatir

dengan asapnya kasihan pula anakku nanti “sesak nafas” pula

dan kalau obat anti nyamuk oles seperti “autan” juga takut

karena belum tahu akan efek sampingnya, jadi kami biasa pakai

obat nyamuk “hit” elektrik karena aku rasa lebih aman….

II Kalau keluarga kakak selalu pakai obat nyamuk bakar karena

“murah” dan gampang memperolehnya kalau kakak pakai obat

nyamuk semprot anak-anak tidak tahan bau dari obat nyamuk

semprot tersebut tetapi kalau pakai obat nyamuk bakar anak-anak

bisa tidur hanya supaya asapnya jangan sampai terhirup anak-

anak diletakkan saja obat nyamuk bakarnya sedikit agak jauh dan

disudut ruangan atau kamar…..

III Saya takut sekali kalau anak saya kembali terkena demam

berdarah, sehingga anak-anak saya biarkan bermain didalam

kelambu bahkan ketika makan juga mereka di dalam kelambu.

Saya tidak membiarkan anak-anak saya bermain di luar kecuali

mereka jajan di sebelah itupun tidak saya biarkan mereka lama

diluar. Saya menggunakan kelambu ini karena keluarga saya

tidak tahan dengan obat nyamuk bakar, semprot dan obat

nyamuk lainnya. karena saya belum tahu efek dari pakai obat Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 102: peranan keluarga

nyamuk tersebut lagian semuanya mengandung zat kimia. Kalau

pakai kelambu saya merasa lebih aman untuk anak-anak hanya

kelihatan berserakan rumah karena ada kelambu ini….

IV Aku lebih suka pakai obat nyamuk semprot karena bisa aku pakai

sampai sebulan dan hemat. Kalau di televisi dikatakan bahwa

obat nyamuk semprot sisa-sisa aerosol bisa nempel di bantal atau

di mana-mana maka selalu aku semprot satu jam sebelum tidur

lalu aku kibas-kibas dulu bantal dan “seprei” sehingga yang sisa-

sisa zat kimia yang tertinggal bisa “hilang” setelah itu aku sapu

kembali ruangan yang disemprot baru aku tidur begitu juga kalau

aku seprot obat nyamuk siang hari supaya jangan terhirup oleh

anakku….

Dari narasi keluarga di atas terlihat bahwa keluarga biasa keluarga untuk

mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat anti nyamuk baik bakar,

elektrik maupun semprot, tetapi ternyata ada keluarga yang memang

menggunakan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk demam berdarah di siang

hari.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 103: peranan keluarga

4.7. Penanggulangan Demam Berdarah oleh Pemerintah

a. Pencegahan

Narasi berikut menggambarkan bagaimana petugas Puskesmas turun ke

warga untuk melakukan pemeriksaan jentik:

I Seluruh petugas Puskesmas secara kontinu melaksanakan

pemeriksaan jentik setiap hari Jumat. Puskesmas Helvetia

memiliki 7 wilayah kerja dan kami membaginya menjadi empat

kelompok dan setiap Jumat secara bergiliran kelompok tersebut

mengadakan PSN kepada warga di wilayah kerja puskesmas …..

II Kami sekarang tidak pernah melakukan pemeriksaan jentik lagi

tetapi setahu kami petugas Puskesmaslah yang sekarang turun

melakukannya setiap hari Jumat melakukan pemeriksaan jentik

ke rumah-rumah warga…

Dari narasi di atas memang untuk pemeriksaan jentik sudah dilakukan oleh

petugas Puskesmas tetapi belum merata mereka lakukan karena keterbatasan

tenaga dan waktu. Sudah seharusnya petugas pemantau jentik ini diaktifkan

kembali dan diberikan insentif yang memadai sehingga mereka bisa bekerja

maksimal.

Pemberantasan sarang nyamuk walaupun dikatakan oleh petugas telah

dilakukan melalui Jumat bersih tetapi kenyataannya yang dilakukan hanyalah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 104: peranan keluarga

sebatas pemeriksaan jentik bukan kegiatan bergotong royang dengan melakukan

kegiatan 3M yaitu menguras bak mandi, menutup wadah-wadah penampungan

air, dan mengubur barang-barang tidak terpakai dan dapat menampung air.

b. Penemuan, Pertolongan dan Pelaporan

Berikut narasi petugas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap

penanggulangan demam berdarah:

I Apabila ada masyarakat yang berobat ke Puskesmas dan terindikasi

penyakit demam berdarah maka diberikan pengobatan yaitu

pemberian obat penurun panas, dan apabila harus dirujuk ke rumah

sakit maka dirujuklah penderita ke rumah sakit. Tetapi bila ada

laporan dari Lurah bahwa ada warga mereka yang terkena demam

berdarah maka kakak lihat hasil laboratoriumnya benar atau tidak

terkena demam berdarah dari hasil trobositnya yang menurun,lalu

kalau laporannya diterima pagi maka kakak akan langsung

menjumpai kepala lingkungannya dan bersama kepala lingkungan

kakak akan turun kerumah penderita demam berdarah tersebut

setelah itu kakak melakukan penyelidikan epidemiologi seperti

menanyakan kapan sakitnya, sejak kapan terkenanya dan

bepergian kemana. Setelah dilakukan PE tersebut maka dilakukan

fogging ke rumah warga yang terkena demam berdarah tersebut

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 105: peranan keluarga

selanjutnya maka dibuatlah laporan langsung ke Dinas Kesehatan

Kota tentang penderita demam berdarah serta foggingnya….

II Kalau ada warga yang terkena demam berdarah maka saya langsung

melapor ke Puskesmas dan selanjutnya bersama petugas Puskesmas

kami turun melihat rumah dan penderita demam berdarah, dan

biasanya kami memeriksa bak mandinya ada tidak jentik begitu

juga tempat-tempat yang ada mengandung air bersih seperti tempat

penampung air Dispenser, selanjutnya petugas kesehatanlah yang

bekerja yaitu untuk fogging…..

Dari narasi di atas petugas kesehatan hanya menunggu laporan dari kelurahan

ataupun ada penderita demam berdarah yang datang ke Puskesmas, petugas tidak

pernah menjemput bola sehingga kejadian demam berdarah dapat diantisipasi

secara dini.

c. Pengamatan Penyakit dan Penyelidikan Epidemiologi

Berikut merupakan narasi dari petugas kesehatan yang menjadi penanggung

jawab program penanggulangan demam berdarah tentang pengamatan dan

penyelidikan epidemiologi yang dilakukannya:

I Bila ada masyarakat yang menderita penyakit demam berdarah

maka saya turun kelapangan untuk melakukan penyelidikan

Epidemiologi serta melakukan pengamatan kepada seluruh warga Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 106: peranan keluarga

yang ada di lingkungan tersebut ada tidak yang sebelumnya

terkena demam berdarah dan pemeriksaan jentik ke seluruh

rumah warga…..

Dari narasi petugas kesehatan tersebut dapat dilihat bahwa pengamatan penyakit

demam berdarah baru dilakukan apabila ada masyarakat yang terkena demam

berdarah saja kalau tidak maka petugas kesehatan tidak turun. Sedangkan

penyelidikan Epidemiologi memang dilakukan setelah ada masalah untuk melihat

perjalanan penyakit demam berdarah tersebut dan apa penyebabnya.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 107: peranan keluarga

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti oleh Keluarga

5.1.1. Cara Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti

Seperti influenza atau penyakit infeksi lain, infeksi virus dengue dapat

berulang, mungkin seseorang bisa mengalami infeksi virus dengue dua, tiga, atau

empat kali. Virus dengue dapat menyerang siapapun melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti sebagai vektornya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan

segala upaya untuk menghindari demam berdarah berulang.

Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang dapat tertular demam berdarah,

termasuk orang yang pernah mengalami sakit demam berdarah. Dua faktor ini

sangat menentukan seseorang akan terkena DBD atau tidak, terutama saat

penyakit DBD meningkat. Dua faktor tersebut adalah faktor ekternal dan internal.

Faktor eksternal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang. Jika kita

mampu menjaga kondisi badan tetap bugar, kemungkinan kecil untuk terkena

demam berdarah. Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh

manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena melibatkan lingkungan dan

perilaku orang-orang disekitar kita. Oleh karena itu, untuk menghindarinya perlu

usaha yang lebih keras (Satari, 2004).

Penyakit DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat karena jumlah

penderitanya tinggi dan penyebarannya yang makin luas, terutama di musim Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 108: peranan keluarga

penghujan. Sejumlah pakar kesehatan setuju bahwa kondisi ini juga dipengaruhi

oleh budaya masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah

tangga dan kebersihan dirinya. Hal ini menjadi faktor eksternal yang

memudahkan seseorang menderita DBD. Masyarakat kita lebih senang mandi

dengan menampung air dahulu ke dalam bak mandi daripada menggunakan

shower. Padahal kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk Aedes

aegypti untuk hidup dan berkembang (Satari, 2004).

Hal tersebut sesuai dengan yang ditemukan di masyarakat Perumnas

Helvetia yang menampung air dengan wadah penampung air yaitu tong walaupun

hal tersebut terpaksa mereka lakukan karena keterbatasan air bersih seperti narasi

keluarga berikut: “Maklumlah perumnas Helvetia sering mati air, sehingga untuk

mandi, mencuci dan kakus harus ditampung dalam “tong” dan ember-ember”.

Nyamuk ini sangat senang berkembang biak ditempat penampungan air

karena tempat itu tidak terkena sinar matahari langsung. Nyamuk ini tidak dapat

hidup dan berkembang biak di daerah yang berhubungan langsung dengan tanah.

Dan dari berbagai tempat berkembang biak, bak mandi merupakan tempat

penampungan air yang paling banyak mengandung larva Aedes aegypti. Hal ini

dikarenakan kamar mandi masyarakat kita umumnya lembab, kurang sinar

matahari dan sanitasi atau kebersihannya kurang terjaga.

Nyamuk Aedes lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab,

tepat bersembunyi di dalam rumah atau bagunan, termasuk tempat tidur, kloset,

kamar mandi dan dapur. Walaupun jarang, juga ditemukan di luar rumah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 109: peranan keluarga

ditanaman atau tempat berlindung lainnya, tempat beristirahat di dalam rumah

adalah di bawah perabotan, benda-benda yang digantung seperti baju dan tirai dan

dinding.

Keluarga memegang peranan penting dalam menjaga kebersihan rumah,

apabila keluarga selalu menjaga kebersihan rumahnya maka nyamuk penyebab

demam berdarah tidak dapat berkembang biak dikarenakan sifat dari nyamuk

demam berdarah sendiri yang sangat senang hidup dan berkembang biak ditempat

yang lembab dan bersih. Selama ini kita terlalu banyak berharap kepada

Pemerintah agar dapat mencegah penyebaran demam berdarah padahal hal

tersebut dapat dicegah oleh keluarga melalui kebersihan rumah dan lingkungan

(Anonim, 2007).

Kebersihan di dalam rumah bukan hanya dalam menjaga rumah tersebut

bersih tetapi juga dari semua hal yang dapat menjadi peristirahatan nyamuk

seperti baju yang bergantungan dan kurangnya ventilasi sehingga rumah lembab.

Biasanya kebersihan di dalam rumah terdiri dari membersihkan rumah secara

teratur setiap hari dan menjaga kebersihan rumah lainnya yaitu antara lain kamar

mandi.

Adapun cara membersihkan bak mandi yaitu secara berkala keluarga

melakukan pengurasan dan pembersihan dinding dalamnya, lalu taburi air dengan

larvasida untuk membunuh jentik-jentik yang ada, serta bila rumah akan

ditinggalkan untuk beberapa hari maka bak mandi harus dikosongkan/keringkan.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 110: peranan keluarga

Mungkin hampir setiap rumah di Indonesia memiliki tempat

penampungan air. Itu artinya di setiap rumah jentik Aedes aegypti dapat

berkembang biak. Oleh karena itu, gerakan memberantas nyamuk harus dilakukan

pada setiap keluarga di rumahnya. Kegiatan ini harus dilakukan secara serempak

mengingat nyamuk ini mempunyai kemampuan terbang yang cukup jauh dengan

radius 100-200 meter. Jadi, jika anda sudah membersihkan seluruh rumah, bukan

tidak mungkin salah satu keluarga kita atau bahkan kita sendiri tetap tertular

DBD.

Penelitian Satari (2004), menunjukkan di daerah dengan persediaan air tanpa

pipa atau PAM, perkembangan nyamuk Aedes aegypti-nya lebih tinggi karena

penampungan air lebih banyak dibandingkan di daerah yang sudah tersedia air

dengan saluran pipa. Hal ini tidak sejalan dengan hasil pengamatan saya karena

walaupun masyarakat Perumnas Helvetia menggunakan PAM tetap saja

masyarakatnya terkena demam berdarah.

Apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanya tersedia pada jam-jam

tertentu atau sedikit, maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air pada

berbagai jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkan perkembangan

Aedes. Kebanyakan wadah tersebut besar dan berat (seperti tangki penyimpanan

air) dan sulit untuk dikeringkan atau dibersihkan, bahkan sumur bersih apabila

tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi tempat kembang biak nyamuk. Sangat

penting tersedianya air minum dalam jumlah yang cukup, berkualitas baik dan

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 111: peranan keluarga

terus menerus untuk mengurangi kemungkinan penyimpanan air dalam wadah

yang dapat berfungsi sebagai tempat perindukan jentik (Depkes RI, 2007).

Sumber utama perkembangbiakan Ae. aegypti sebagian besar adalah

wadah-wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah

dari keramik, tanah liat dan bak semen yang berkapasitas besar. Wadah

penampungan harus ditutup dengan penutup yang rapat atau kasa. Setelah

menggunakan air harus dijaga agar wadah tertutup kembali (Depkes RI, 2003).

Dari hasil penelitian yang saya lakukan maka di Perumnas Helvetia dari

empat keluarga tersebut yang diamati seluruhnya melakukan penampungan air

untuk kebutuhan sehari-hari. Sudah seharusnya keluarga dalam mengantisipasi

ketersediaan air tersebut dengan menggunakan wadah penampungan air yang

tertutup dan terjaga baik. Walaupun menggunakan tong yang besar untuk

menampung air karena keterbatasan air tetapi selama tong penampung air tersebut

tertutup rapat dan bila selesai mengambil air lalu tong tersebut ditutup kembali

serta membersihkan dan membuang air sisa yang ada di dalam tong secara

berkala dan menyikat tong penampung air tersebut maka jentik demam berdarah

tidak akan ada di dalamnya.

5.1.2. Sanitasi Lingkungan

Menurut Depkes (2003), kebersihan lingkungan dari media seperti kaleng,

ban bekas, plastik, tempurung dan lain-lain merupakan aspek lingkungan yang

mempengaruhi terjadinya DBD.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 112: peranan keluarga

Sanitasi lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh keluarga

dan warga, sanitasi lingkungan biasanya dilakukan secara bergotong royong oleh

seluruh warga di lingkungan tersebut, tetapi tidak semua warga yang merasa

bertanggung jawab akan keadaan sanitasi lingkungannya apalagi yang tinggal di

perumahan. Warga baru mau bergotong royong apabila kepala lingkungan mereka

aktif dan mau bersama-sama warga bergotong royong. Kepala lingkungan sebagai

tokoh masyarakat seharusnya berperan aktif tetapi hal tersebut sangat jarang

sekarang ini.

Sanitasi lingkungan yaitu bagaimana menjaga kebersihan lingkungan

di sekitar keluarga. Selama ini kejadian yang terjadi di masyarakat mereka kurang

sadar akan pentingnya sanitasi lingkungan. Masyarakat hanya mau membersihkan

lingkungan di rumah mereka saja. Masyarakat tidak sadar bahwa nyamuk Aedes

aegypti bisa terbang dalam radius sampai 100 meter, jadi bukan mereka saja yang

bisa terkena tetapi tetangga mereka juga bisa terkena.

Menurut Soegijanto (2004), dari semua pengendalian nyamuk Aedes

seperti pengendalian kimiawi tetap saja yang paling penting dari semua itu adalah

menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memperhatikan

kebersihan lingkungannya dan memahami tentang mekanisme penularan penyakit

DBD sehingga dapat berperan aktif menanggulangi penyakit DBD.

Sejalan dengan hal di atas maka kepala lingkungan dianggap sebagai

orang yang sangat dekat dengan masyarakat dan merupakan perpanjangan dari

Pemerintah. Selama ini masyarakat merasa bahwa kepala lingkungan merekalah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 113: peranan keluarga

yang harusnya berperan serta aktif untuk mengajak warganya membersihkan dan

menjaga sanitasi lingkungan. Kepala lingkungan sudah seharusnya tanggap akan

situasi yang ada pada warganya apalagi warga merasa mereka yang mengangkat

kepala lingkungan melalui musyawarah bersama.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahidin (2003) dan Kusdi (2003),

menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor keadaan

lingkungan berupa kebersihan halaman rumah dari sampah yang dapat

menampung air seperti botol bekas, tempurung dan lain-lain.

Hal tersebut berlawanan dengan yang peneliti dapatkan karena sampah

juga dapat menimbulkan DBD bila sampah tersebut dibiarkan berserakan dan

tanpa memeriksa ada tidak air di dalamnya serta menempatkan sampah tersebut

dengan baik, keluarga hanya membuang sampah yang tidak berguna seperti

sampah sayuran, sisa nasi, dan sampah belanjaan seperti bekas kantongan dan

sampah kertas, tetapi sampah seperti kaleng bekas cat, botol plastik, botol kaca

dan benda-benda yang bisa mereka jual selalu mereka simpan padahal bila benda-

benda tersebut tidak disimpan dengan benar dan benar-benar bersih dari air maka

akan menyebabkan demam berdarah karena jentik nyamuk bisa tinggal ditempat

tersebut.

Menurut Satari H (2004), penanggulangan demam berdarah pada keluarga

sampai saat ini masih belum berjalan dengan baik, penyakit demam berdarah

terus saja terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan

oleh keluarga. Penderita demam berdarah menjadi sangat tinggi dan menyebar Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 114: peranan keluarga

sangat luas biasanya pada musim penghujan. Kondisi ini dipengaruhi oleh budaya

masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah tangga dan

kebersihan dirinya.

Pemberantasan nyamuk demam berdarah yang paling efektif adalah

dengan tindakan PSN sehingga tempat-tempat perindukan dan peristirahatan

nyamuk dapat dihilangkan.

Menjaga lingkungan sekitar menjadi prioritas agar kasus DBD tidak

terjadi lagi. Memang, tidak mudah karena usaha ini membutuhkan kerjasama. Jika

mau bergerak sendiri akan sulit. Oleh karena itu, sebaiknya meminta aparat

setempat memberikan himbauan atau gerakan langsung mengajak masyarakat

untuk melakukan aksi 3 M.

Sampah merupakan masalah bagi setiap keluarga, apalagi masyarakat kita

masih mempunyi sifat “sayang” membuang “masih” bisa dipakai, padahal

sampah merupakan sumber penyakit bila tidak dibuang pada tempatnya dan

dengan benar.

Masyarakat yang tinggal diperumahan biasanya tidak terlalu pusing

dengan sampah karena “biasanya” selalu diangkut oleh pengangkut sampah tetapi

kalau pengangkut sampahnya selalu tepat waktu mengangkut sampah, ketika hal

tersebut tidak terjadi maka sampah akan bertumpuk di pekarangan dan

menimbulkan masalah.

Sampah padat, kering seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang

tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah atau Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 115: peranan keluarga

sebelum dimusnahkan harus disimpan secara baik. Perlengkapan rumah tangga

harus disimpan terbalik seperti mangkok, ember dan alat penyiram tanaman

sehingga tidak menampung air hujan. Sedangkan botol, kaca, kaleng dan wadah

kecil lainnya harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur ulang

untuk keperluan industri (Depkes RI, 2004).

Pembuangan sampah padat di Perumnas Helvetia tidak dapat dilakukan

dengan cara mengubur/menanam karena keterbatasan lahan dari warga

masyarakat Perumnas sehingga pencegahan yang mereka lakukan hanya

menguras bak mandi dan kontainer lain yang mengandung air, menutup wadah

penampung air dan penyimpanan air lainnya serta telungkupkan wadah-wadah

yang tidak terpakai serta dapat menyimpan air.

5.1.3. Pengetahuan Keluarga

Penelitian yang dilakukan Paiman (2000), menjelaskan bahwa penderita DBD

umumnya mempunyai pengetahuan yang kurang, sehingga berdampak terhadap

upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. Pengetahuan yang kurang

merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian DBD. Masyarakat dengan

tingkat pengetahuan tinggi cenderung lebih memahami dan mengerti dalam

menjaga kesehatan dirinya dan anggota keluarganya, apabila mengenai penyakit

menular seperti DBD.

Sesuai dengan penelitian di atas, didapati bahwa dari keluarga yang

terkena demam berdarah, setelah ditanyakan kepada keluarga tersebut ternyata

keluarga mengetahui dan mengenal demam berdarah selama ini hanya dari Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 116: peranan keluarga

“televisi”, tetapi begaimana tanda/gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit

demam berdarah tidak mereka ketahui secara jelas. Pengetahuan mereka dapatkan

selain dari televisi biasanya dari “mulut ke mulut” melalui tetangga ataupun

saudara mereka yang pernah terkena demam berdarah serta pengalaman pribadi.

Tetapi kalau pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan sangatlah jarang

bahkan tidak pernah mereka dapatkan.

Dari dua keluarga yaitu keluarga Ibu Dita dan Ibu Ida dalam mengobati

demam berdarah hanya secara naluriah sebagai seorang ibu yang anaknya

mengalami sakit dengan membawa anak mereka berobat tanpa pengetahuan yang

cukup sehingga kemungkinan untuk terulang kembali demam berdarah kepada

keluarga mereka sangat besar, karena demam berdarah bisa menular keanggota

keluarga yang lain bila mereka tidak tahu akan penyebab demam berdarah dan

gejala-gejalanya.

Pengetahuan yang kurang dan sikap ibu yang tidak mau tahu akan pentingnya

penanggulangan demam berdarah juga menjadi kendala yang sangat besar

dikarenakan mereka ketidak mau tahuan keluarga akan pentingnya 3 M, bukan

kalau telah di fogging mereka sudah dapat terhindar dari demam berdarah.

Sedangkan dua keluarga yang tidak terkena demam berdarah yaitu

keluarga Bapak Sitorus dan Bapak Nainggolan didapati bahwa pengetahuan

mereka sudah baik terhadap penanggulangan demam berdarah bahkan mereka

telah mengetahui bagaimana cara pencegahan demam berdarah tersebut sehingga

keluarga mereka tidak terkena demam berdarah. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 117: peranan keluarga

5.2. Peran Petugas

5.2.1. Tanggung Jawab Petugas

Petugas kesehatan dalam penanggulangan DBD mempunyai tanggung jawab

yaitu melakukan kunjungan rumah dalam hal ini untuk melakukan penyuluhan

kepada masyarakat yaitu keluarga agar mereka mengerti dan melaksanakan

penanggulangan DBD, melakukan pemeriksaan jentik di rumah-rumah

masyarakat, menggerakkan dan mengawasi pemberantasan sarang nyamuk serta

membuat laporan hasil pemeriksaan jentik serta melaporkannya setiap bulan

(Depkes RI, 2006).

Dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010

diakui oleh Departemen Kesehatan bahwa kelemahan pembangunan kesehatan

dari sudut tenaga adalah yang menyangkut penyebaran yang belum merata, mutu

pendidikan yang belum memadai, komposisi tenaga kesehatan yang timpang

(Depkes RI, 1999).

Hal tersebut sesuai dengan yang peneliti dapati di lapangan di mana tenaga

kesehatan program penanggulangan DBD hanya satu orang dengan pendidikan

DIII keperawatan dengan luas wilayah kerja yang sangat luas yaitu 7 wilayah,

dengan minim pengetahuan dan pengalaman serta sering berganti-ganti petugas

penanggung jawab sehingga kinerja petugas kesehatan tersebut kurang.

Petugas kesehatan selama ini merasa bahwa tugas mereka bukan hanya

untuk mengontrol masyarakat agar mau menjaga keluarga mereka terhadap

demam berdarah. Petugas merasa bahwa masyarakat lah yang tidak aktif dan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 118: peranan keluarga

sangat pasif, karena selama masyarakat merasa bahwa “fogginglah” yang paling

penting dalam pencegahan demam berdarah maka demam berdarah akan terus

terjadi, padahal fogging hanya membunuh nyamuk dewasa tetapi tidak

membunuh jentik-jentik nyamuk jadi semua harus “berpulang” ke masyarakat

kembali untuk menjaga rumah dan lingkungannya sehingga tidak menjadi tempat

perindukan nyamuk demam berdarah.

Petugas dalam menjalankan tanggung jawabnya sudah seharusnya

melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan tentang

pemberantasan demam berdarah kepada keluarga tetapi pada kenyataannya hal itu

tidak mereka lakukan, hanya ketika terjadi kasus demam berdarah saja mereka

melakukan kunjungan rumah hal itu pun dikarenakan harus melakukan

penyelidikan Epidemiologi.

Selain melakukan kunjungan rumah petugas kesehatan juga melakukan

pemeriksaan jentik berkala ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan secara

rutin yaitu pada waktu yang telah ditetapkan bersama. Ibu Herta selaku petugas

penanggung jawab penanggulangan demam berdarah di Puskesmas Helvetia

mengatakan, mereka secara rutin melakukan pemeriksaan jentik pada hari Jumat,

di mana dikerahkan seluruh petugas yang ada di Puskesmas dan dijadwalkan

secara terperinci kapan saja mereka turun melakukan melakukan pemeriksaan

jentik tersebut karena mereka dibagi sebanyak empat kelompok di seluruh

wilayah kerja Puskesmas.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 119: peranan keluarga

Selain itu petugas kesehatan juga merupakan penggerak dan pengawas

dalam pemberantasan sarang nyamuk tetapi melihat kenyataan di lapangan di

mana petugas penanggung jawab penanggulangan demam berdarah hanya satu

orang saja maka hal tersebut sulit dilakukan. Di mana seharusnya petugas

kesehatan mengawasi dan mengajak masyarakat agar mau melakukan PSN secara

serentak dan mengingat wilayah kerja Puskesmas Helvetia yang sangat luas

dengan 7 wilayah kerja maka petugas sangat kewalahan untuk melakukannya.

Petugas kesehatan dalam hal ini penanggung jawab program

penanggulangan demam berdarah setiap melakukan pemeriksaan jentik yaitu

setiap hari Jumat membuat catatan atau hasil rekapan pemeriksaan jentik, tetapi

dari hasil yang saya lihat sewaktu saya mengikuti pemeriksaan jentik yang

mereka lakukan rekap itu hanya sekedar catatan berapa jumlah rumah yang

diperiksa dan itu dicatat hanya pada selembar kertas bukan pada kertas rekapan

tetap dan nama pemilik rumah tidak dicatat secara lengkap.

Setiap selesai melakukan pemeriksaan jentik maka hasil catatan

pemeriksaan itu lalu diserahkan kepada petugas penanggulangan DBD lalu si

petugas tersebutlah yang merekap hasil pemeriksaan jentik tersebut lalu

dilaporkanlah kepada Kepala Puskesmas.

5.2.2. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan di Puskesmas Helvetia tidak berjalan di mana seharusnya

hal ini dilakukan mengingat angka kejadian demam berdarah yang tinggi

di Puskesmas Helvetia. Promosi kesehatan sangat penting dilakukan sehingga Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 120: peranan keluarga

masyarakat tergugah untuk mengubah perilaku mereka dari yang tidak baik

menjadi perilaku yang baik.

Petugas kesehatan penanggung jawab program penanggulangan DBD

di Puskesmas Helvetia bahkan tidak tahu apa itu promosi kesehatan atau apa saja

yang dilakukan dalam melakukan promosi kesehatan, bahkan ketika ditanya hal

yang paling sederhana tentang penyuluhan apa saja yang mereka lakukan

sepertinya petugas tersebut juga kurang mengerti.

Promosi kesehatan yang mereka lakukan hanya sekedar himbauan kepada

keluarga agar melakukan 3 M tanpa menunjukkan dan mempraktekkan apa-apa

saja 3M tersebut. Bahkan brosur dan leafleat Puskesmas Helvetia mengenai DBD

tidak ada, padahal itu sangatlah banyak di Dinas Kesehatan tinggal bagaimana

cara mereka untuk bisa memperoleh dan membagi-bagikan kepada masyarakat

yang datang ke Puskesmas Helvetia.

Promosi kesehatan yang mereka akui hanya pada waktu “Gerakan Bulan

DBD” berupa pergerakkan yang dilakukan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan

dengan pemberian tas dan kaos yang bertuliskan pencegahan demam berdarah

kepada anak-anak SD dan hal tersebut telah sangat lama tidak ada lagi.

Promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan sangat penting dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal tersebut merupakan proses jangka

panjang untuk mencapai perubahan perilaku manusia, yang harus dilaksanakan

secara berkelanjutan. Penuluhan kesehatan dinilai cukup efektif untuk daerah-

daerah endemis dan beresiko terjangkitnya DBD (Depkes RI, 2003). Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 121: peranan keluarga

Penyuluhan kesehatan dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi

personal meliputi kegiatan pendidikan kelompok dan berbagai media massa

seperti televisi, Koran dan majalah.

5.2.3. Pemberantasan Sarang Nyamuk

Dari hasil pengamatan saya petugas kesehatan melakukan kegiatan PSN

setiap hari Jumat sudah dilaksanakan dengan baik tetapi karena setiap melakukan

yang “kata mereka” adalah PSN tetapi kenyataannya hanyalah pemeriksaan

“jentik”

di dalam rumah dikarenakan pelaksanaan“PSN” tersebut dilakukan pada wilayah

kerja Puskesmas yang didapati penderita demam berdarah. Ketika petugas

Puskesmas ditanya mengapa hanya di wilayah atau lingkungan yang terkena

kasus demam berdarah saja yang dilakukan Jumat bersih “kata” petugas

Puskesmas karena luasnya wilayah kerja Puskesmas.

PSN sebenarnya bagaimana mengajak masyarakat agar turut serta dalam

pemberantasan sarang nyamuk dengan bergotong royong bersama membersihkan

lingkungan tetapi karena umumnya warga Perumnas Helvetia adalah pekerja

maka hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan bersama dengan warga. Salah satu

cara hanya dengan memeriksa ada tidaknya jentik di wadah penampungan air

warga serta memberikan penyuluhan langsung kepada keluarga agar selalu

melakukan 3M+1T.

PSN dapat dilakukan secara serentak oleh warga hanya harus diatur dan

disepakati waktu yang tepat seperti hari Minggu atau hari libur di mana Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 122: peranan keluarga

masyarakat tidak bekerja dan berada di rumah, sehingga semua masyarakat dapat

bersama melakukan kegiatan PSN tersebut karena tindakan PSN tersebut harus

serenpak sehingga nyamuk demam berdarah tidak dapat berpindah tempat dan

dapatlah diputuskan rantai kehidupan nyamuk demam berdarah tersebut.

Masyarakat sebenarnya mau untuk diajak melakukan kegiatan PSN tersebut jika

semua warga turun dan kepala lingkungan mereka juga mau turut serta bersama

mereka.

5.3. Penanggulangan terhadap DBD

Penanggulangan DBD pada dasarnya adalah pemutusan mata rantai penularan

dari nyamuk demam berdarah yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara

sebagai berikut:

a. Perlindungan Perorangan

Nyamuk Aedes aegypti menghisap darah manusia dan merupakan spesies

yang aktif disiang hari. Nyamuk betina mempunyai waktu menggigit, yaitu

beberapa jam diwaktu pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap. Pada umumnya

Aedes aegypti tidak menggigit di malam hari, namun mungkin menggigit dalam

ruangan yang terang di malam hari (Depkes RI, 2003).

Menurut Depkes RI (2003), pakaian dapat mengurangi resiko gigitan nyamuk

bila pakaian tersebut cukup tebal dan longgar, lengan panjang dan celana panjang

dengan kaki yang merupakan daerah gigitan nyamuk.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 123: peranan keluarga

Merujuk hal di atas maka anak sekolah seharusnya mengenakan pakaian

semacam itu. Selama ini pakaian anak sekolah tidak seperti itu apalagi kalau anak

TK dan SD di mana seragam anak TK dan SD adalah jelana pendek untuk anak

laki-laki dan rok pendek untuk anak perempuan. Tidak banyak anak TK dan SD

yang memakai seragam yang menutup seluruh badannya, sehingga nyamuk

dengan mudah menggigit mereka.

Produk insektisida rumah tangga, seperti obat nyamuk bakar, semprotan

pyrentrum dan aerosol (semprot) banyak digunakan sebagai alat perlindungan diri

terhadap nyamuk (Depkes RI, 2003).

Membunuh nyamuk dewasa dengan memanfaatkan penyemprot aerosol yang

dijual dan tersedia secara aman. Adapun cara penggunaannya dengan

menyemprot kamar-kamar tidur termasuk kamar mandi, kloset dan dapur selama

beberapa detik dan tutup kamar-kamar tersebut selama 15 – 20 menit. Waktu

penyemprotan harus berbarengan dengan saat puncak waktu menggigit diawal

pagi hari dan sore hari. Hal tersebut dilakukan oleh keluarga Bapak Nainggolan

untuk mencegah gigitan nyamuk.

Menurut Depkes RI (2003), dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit

demam berdarah, tirai yang telah dicelupkan ke larutan insektisida mempunyai

manfaat yang terbatas dalam program pemberantasan dengue karena spesies

vector menggigit pada siang hari. Walaupun demikian, kelambu dapat digunakan

secara efektif melindungi bayi dan pekerja malam. Yang sedang tidur siang

kelambu tersebut dapat juga secara efektif. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 124: peranan keluarga

Keluarga Bapak Sugi untuk mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan

kelambu nyamuk yang mereka pakai setiap hari dan anak-anak Bapak Sugi juga

bermain di dalam kelambu hal tersebut menunjukkan bahwa ketakutan yang amat

sangat dari Ibu Ida terhadap kemungkinan anak-anaknya terkena demam berdarah

kembali, terlihat dari narasi berikut: Saya takut sekali, sehingga anak-anak saya

bermain di dalam kelambu bahkan ketika makan juga mereka di dalam kelambu.

b. Pemberantasan Vektor Jangka Panjang

Cara yang harus dilakukan terus menerus untuk meniadakan Ae. aegypti

adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban dan semua yang memungkinkan

dapat menjadi tempat bersarang nyamuk. Vas bunga satu minggu sekali ditukar

airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air lain

digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur

nyamuk. Sebelum mengisi kembali, tempat penyimpanan air sebaiknya

dikosongkan terlebih dahulu untuk menyingkirkan larva (Soedarmo, 2005).

Hal ini merupakan pemberantasan vector yang paling tepat dilakukan

di samping biaya murah dan sangat gampang melakukannya hanya membutuhkan

kemauan yaitu dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN secara

kontinu di setiap keluarga.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 125: peranan keluarga

5.4. Promosi Kesehatan dalam Pencegahan Demam Berdarah

a. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dengan mengajak masyarakat serta memberikan

penyuluhan secara terus menerus melalui berbagai media komunikasi massa

seperti televisi, koran, majalah dan lain-lain, sehingga masyarakat dalam hal ini

adalah keluarga menjadi tahu akan pemberantasan dan pencegahan demam

berdarah, setelah tahu maka diharapkan masyarakat menjadi mau melakukan

tindakan pencegahan yaitu dengan melakukan kegiatan PSN serta 3M. Setelah

masyarakat mau melakukan tindakan pencegahan maka diharapkan hal tersebut

menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya.

Upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat berdaya dalam

penanggulangan demam berdarah yaitu dengan membentuk organisasi

kemasyarakatan yang di dalamnya terlibat tokoh agama, masyarakat dan orgamas

pemuda serta ibu-ibu kader di mana organisasi tersebut merupakan organisasi

yang sadar lingkungan sehingga penanggulangan demam berdarah dapat

dilakukan secara terus menerus dan jangka panjang.

b. Bina Suasana

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 126: peranan keluarga

Bina suasana dalam hal ini adalah dengan mengajak tokoh masyarakat agar

mau menyebarkan opini-opini yang positif terhadap perlunya perubahan perilaku

dalam hal ini adalah melakukan 3M dan pemberantasan sarang nyamuk.

Tokoh masyarakat yang berperilaku menguras, menutup dan mengubur

sehingga dengan perilaku tersebut tokoh masyarakat dan keluarganya terhindar

dari demam berdarah akan menjadi perhatian bagi masyarakat dan akhirnya

diharapkan masyarakat/keluarga mau meniru perilaku dari tokoh masyarakat

tersebut.

c. Advokasi

Melakukan berbagai lobi sehingga penanggulangan demam berdarah dapat

berjalan yaitu kepada Lurah sehingga Lurah mau memberikan keputusan yang

mendukung penanggulangan demam berdarah dengan cara pemberantasan sarang

nyamuk setiap hari Jumat yang disebut juga jumat bersih secara kontinu di

wilayah kerjanya. Bersama Lurah mengadakan advokasi untuk mendapatkan

dukungan dari Camat sehingga didapatkan dukungan yang lebih besar dan pada

akhirnya didapat sebuah kesepakatan bersama sehingga terbentuk sebuah

ketetapan yang bisa mengikat seluruh masyarakat seperti peraturan yang melarang

masyarakat membuang sampah secara sembarangan terutama sampah yang dapat

menampung air di dalamnya seperti ban bekas, ember bekas dan sampah padat

lainnya sehingga akhirnya masyarakat sadar dan mau melakukan tindakan

pencegahan demam berdarah yaitu PSN serta 3M.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 127: peranan keluarga

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan berdasarkan

aspek penelitian, sebagai berikut:

6.1.1. Peran Keluarga

1. Dua keluarga yang tidak terkena demam berdarah merupakan keluarga yang

menjaga kebersihan rumah dan kamar mandi, sedangkan dua keluarga kurang

menjaga kebersihan rumah dan kamar mandi sehingga keluarga tersebut

terkena demam berdarah.

2. Sanitasi lingkungan yang terjaga ada dua keluarga sehingga keluarga tidak

terkena demam berdarah, sedangkan dua keluarga yang terkena demam

berdarah tidak menjaga sanitasi lingkungan karena kesibukan dan jarang

di rumah.

3. Dua keluarga yang terkena demam berdarah mempunyai pengetahuan yang

kurang di mana keluarga tidak mengetahui penanggulangan demam berdarah,

sedangkan dua keluarga mempunyai pengetahuan yang baik serta mengetahui

penanggulangan demam berdarah.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 128: peranan keluarga

6.1.2. Peran Petugas Kesehatan

1. Peran petugas tidak berjalan dengan baik di mana petugas kurang memberikan

penyuluhan kepada masyarakat sehingga masyarakat masih banyak yang

menderita demam berdarah.

2. Petugas kurang aktif dalam menjalankan tugasnya terutama dalam hal

melakukan pemberantasan sarang nyamuk sehingga pemberantasan sarang

nyamuk tidak berhasil.

6.1.3. Penanggulangan DBD

1. Penanggulangan DBD hanya dilakukan ketika terjadi wabah demam berdarah

sehingga penanggulangan tidak berjalan secara terus menerus.

6.2. Saran

1. Pemerintah melalui Dinas Kesehatan lebih meningkatkan kualitas dan

kuantitas petugas kesehatan terutama dalam penanggulangan demam

berdarah.

2. Diharapkan masyarakat lebih proaktif dalam mencari tahu upaya

penanggulangan demam berdarah sehingga masyarakat mempunyai motivasi

yang baik dalam hal penanggulangan demam berdarah tersebut.

3. Petugas kesehatan agar mau memberikan penyuluhan kepada masyarakat

tentang penanggulangan demam berdarah secara berkesinambungan.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 129: peranan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Alsa A, 2003, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Bungin B, 2007, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,

dan Ilmu Sosial Lainnya, Kencana, Jakarta.

Chahaya, I, 2003, Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia, Digitized by USU Digital Library, Medan.

Depkes RI, 1992, Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular dan

Pelaporan DBD, Ditjen PPM & PLP Depkes RI, Jakarta. ________, 1992, Kumpulan Surat Keputusan/Edaran tentang Pemberantasan

Penyakit Demam Berdarah Dengue, DepKes RI, Jakarta. ________, 1999, Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah

Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. ________, 2003, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan

Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. ________, 2004, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Jakarta. ________, 2005, Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

di Indonesia, Depkes RI, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. ________, 2005, Rencana Strategis 2005-2009 Program Pencegahan dan

Pemberantasan Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta.

, 2006, Buku Saku Promosi Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Dinkes Medan, 2006, Profil Kesehatan Kota Medan, Medan. Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2006, Profil Kesehatan Sumatera Utara,

SUMUT. Dever G. E Alan, 1984, Epidemiology in Health Services Management an Aspen

Publication, Aspen Sytems Corporation Rockville, Maryland Royal Tunbridge Wells.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 130: peranan keluarga

Green, L, 1991, Health Promotion Planning and Education and Environtment

Approch, Institue of Health Promotion Research University of British Colombia.

Notoadmodjo S, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar,

Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2003, Pendidikan dan perilaku Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2005, Promosi Kesehatan dan Aplikasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta,

Jakarta. Nawar, S, 2005, Kajian Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Daerah

Endemis dan Non Endemis di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005, Tesis, USU.

Soedarmo S.P. Sumarmo, Demam Berdarah (Dengue) pada Anak, UI, Jakarta,

1988. Sumodiningrat G, 1999, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial,

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutomo S, 2003, Rencana Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Demam

Dengue/Demam Berdarah Dengue 2004-2008: Laporan Konsultan WHO Project INO CPC 001 September-Desember 2003, Ditjen P2M & PLP.

Soegijanto, S, 2003, Demam Berdarah Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru

di Era 2003. Airlangga University Press, Surabaya. Soegijanto, S, 2006, Demam Berdarah Dengue, Airlangga University Press,

Surabaya. Suhardiono, 2004, Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit

Demam Berdarah Dengue oleh Puskesmas di Kabupaten/Kota Endemis Sumatera Utara tahun 2002, Tesis, USU.

Siregar, F.A, 2004, Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

Indonesia, Digitized by USU Digital Library.

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Page 131: peranan keluarga

Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008

Soedjajadi dkk, 2005, Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2, NTB.

Tarimo E, 1994, Pemanduan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dengan

Pemeliharaan Kesehatan Dasar, Pertimbangan-pertimbangan praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Wang W, 1997, Control of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever in China, Dengue

Bulletin, Volume 21 Desember 1997, www, Whosea.org. WHO, 2000, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah

Dengue. Terjemahan dari WHO regional Publication SEARO No. 29: Prevention Control of dengue and Dengue Haemorrhagic Fever, Depkes RI, Jakarta.