peranan majelis taklim miftahul jannah...
TRANSCRIPT
PERANAN MAJELIS TAKLIM MIFTAHUL JANNAH DALAMMENINGKATKAN PEMAHAMAN AGAMA MASYARAKAT
DI KELURAHAN PATTE’NE KECAMATANPOLONGBANGKENG SELATAN
KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh GelarSarjana Sosial Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah dan KomunikasiUIN Alauddin Makassar
Oleh :
IDAWATI50200113008
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : IDAWATI
NIM : 50200113008
Tempat/Tgl. Lahir : TAKALAR, 11 July 1993
Jur/Prodi/Konsentrasi : Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas/Program : Dakwah dan Komunikasi
Alamat : Samata Gowa
Judul : PERANAN MAJELIS TAKLIM MIFTAHUL JANNAH
DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN AGAMA
MASYARAKAT DI KELURAHAN PATTE’NE
KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN
KABUPATEN TAKALAR.
Menyatakan dengan sesungguhnya dan dengan penuh kesadaran bahwa
skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata-Gowa, April 2018
Penulis,
IdawatiNIM: 50200113008
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul ”Peranan Majelis Taklim Miftahul Jannah dalamMeningkatkan Pemahaman Agama Masyarakat Di Kelurahan Patte’neKecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar”, yang disusun olehIdawata, NIM: 50200113008, mahasiswa Jurusan Bimbingan & Penyuluhan Islampada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dandipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Rabu, 28Maret 2018 M, bertepatan dengan 11 Rajab 1439 H dinyatakan telah dapat diterimasebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada FakultasDakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan & Penyuluhan Islam (dengan beberapaperbaikan).
Samata Gowa, 11 April 2018 M25 Rajab 1439 H
DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. A. Syahraeni, M. Ag (.......................................)
Sekertaris : Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd ( .......................................)
Munaqisy I : Dr. Hj. Murniaty Sirajuddin, M.Pd (........................................)
Munaqisy II : Dr. Tasbih, M.Ag (........................................)
Pembimbing I : Dr. Hamiruddin, M. Ag.,MM (........................................)
Pembimbing II : St Rahmatiah, S. Ag., M.Sos.I (.......................................)
Diketahui OlehDekan Fakultas Dakwah dan KomunikasiUIN Alauddin Makassar
Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si., M.MNIP. 19690827 199603 1 004
iv
KATA PENGANTAR
من شر نه ونستـغفره ونـعوذ حنمده ونستعيـ هللا فال أنـفسنا وسيـئات أعمالنا من يـهده ور إن احلمد مدا عبده ورسوله أما بـعد ...مضل له ومن يضلل فال هادي له أشهد أن ال إله إال هللا وأشهد أن حم
Segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan
rahmat dan karunia serta kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang berjudul "Peranan Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam
Meningkatkan pemahaman Agama Masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar”. Salam dan salawat kepada Nabi
Muhammad saw. yang diutus oleh Allah swt. ke permukaan bumi sebagai suri
tauladan yang patut dicontoh dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Skripsi ini merupakan suatu karya tulis ilmiah yang diajukan sebagai syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Sosial pada UIN Alauddin Makassar Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Berhasilnya
penulis dalam perkuliahan dan juga dalam menyelesaikan skripsi ini, adalah berkat
ketekunan dan juga bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moral
maupun material. Oleh karena itu, dengan tulus dari hati penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar
beserta Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof.
v
Dr. H. Lomba Sultan, M.A., sebagai Wakil Rektor Bidang Administrasi dan Prof.
Aisyah Kara, M. A, Ph.D, sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan yang telah
menyediakan fasilitas belajar sehingga penulis dapat mengikuti kuliah dengan baik.
2. Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si., M.M. sebagai Dekan, beserta
Dr. H. Misbahuddin, M.Ag., sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. H.
Mahmuddin, M.Ag., sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan , dan
Dr. Nur Syamsiah, M.Pd.I., sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang telah mengelola Fakultas
Dakwah dan Komunikasi serta memimpin dengan penuh tanggung jawab.
3. Dr. Andi Syahraeni, M.Ag dan Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd sebagai Ketua dan
Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) yang telah membimbing,
mengarahkan dan memotivasi penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
4. Dr. Hamiruddin, M.Ag., M.M dan St. Rahmatiah, S.Ag., M.Sos.I sebagai
pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dalam
membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan seperti saat
ini.
5. Dr. Hj. Murniaty Sirajuddin, M.Pd sebagai munaqisy I dan Dr. Tasbih, M.Ag
sebagai munaqisy II yang telah menguji dengan penuh kesungguhan demi
kesempurnaan skripsi ini.
vi
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak berjasa dalam memberikan
bimbingan dan wawasan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
7. Seluruh pengelola Perpustakaan UIN dan staf Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin atas kontribusinya kepada penulis dalam membantu
menyediakan berbagai literatur ilmiah.
8. Syafaruddin S.Sos., M.A.P sebagai Kepala Kelurahan Patte’ne Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar atas data dan informasi yang telah
diberikan sehingga membantu peneliti.
9. Hj. Halijah Habsyi, S.Pd.I sebagai Ketua Majelis Taklim Miftahul Jannah di
Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng selatan Kabupaten Takalar yang
menjadi informan peneliti atas kesediannya untuk diwawancarai.
10. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Rizal Dg Lallo dan Ibunda Dina Dg
Ngintang, ucapan terima kasih yang tak terhingga atas jerih payahnya serta
pengorbanannya yang telah membesarkan, mencurahkan kasih sayangnya dan
mendoakan, memberikan dukungan moril maupun materil, motivasi dan membiayai
pendidikan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, serta kepada adik Rian Saldi terimakasih atas dukungannya selama
ini.
vii
Akhirnya hanya kepada Allah swt. jualah penulis serahkan segalanya dengan
segala kerendahan hati. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Samata-Gowa, April 2018
Penulis,
Idawati
NIM: 50200113008
viii
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................. iPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... iiPENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................. iiiKATA PENGANTAR .................................................................................... ivDAFTAR ISI ................................................................................................... viiiPEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN............................................. xiABSTRAK .................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1A. Latar Belakang ............................................................................ 1B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ........................................ 4C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5D. Kajian Pustaka ............................................................................ 5E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 11
BAB II TINJAUAN TEORETIS ................................................................... 13A. Majelis Taklim sebagai Organisasi Keagamaan ......................... 13B. Pentingnya Peningkatan Pemahaman Agama Masyarakat ........ 19C. Upaya Majelis Taklim dalam Meningkatkan
Pemahaman Agama Masyarakat ................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 29A. Jenis dan Lokasi Penelitian ......................................................... 29B. Pendekatan Penelitian ................................................................. 30C. Sumber Data................................................................................ 32D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 33E. Instrumen Penelitian.................................................................... 36F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 39A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 39B. Upaya yang dilakukan Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam
Meningkatkan Pemahaman Agama Masyarakat di KelurahanPatte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan KabupatenTakalar……………………………………...………………….. 47
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Majelis Taklim MiftahulJannah dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Masyarakatdi Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng SelatanKabupaten Takalar ………………………………………….…. 54
ix
BAB V PENUTUP......................................................................................... 59A. Kesimpulan ................................................................................. 59B. Implikasi Penelitian..................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61LAMPIRAN-LAMPIRANDAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Batas wilayah di Kelurahan Patte’ne Tahun 2017.………………. 41
Tabel 2.2 : Jumlah penduduk di Kelurahan Patte’ne Tahun 2017.…………… 41
Tabel 3.3 : Agama di Kelurahan Patte’ne Tahun 2017 ... ...…..……................ 42
Tabel 4.4 : Sarana dan prasarana di Keluraha Patte’ne Tahun 2017….………. 44
Tabel 5.5 : Struktur organisasi di Kelurahan Patte’ne Tahun…………………. 46
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ث Sa S es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ح Ha H ha (dengan titk di bawah)
خ Kha Kh ka dan ha
د Dal D De
ذ Zal Z zet (dengan titik di atas)
ر Ra R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy es dan ye
ص Sad S es (dengan titik di
bawah)
ض Dad D de (dengan titik di
bawah)
ط Ta T te (dengan titik di bawah)
xii
ظ Za Z zet (dengan titk di
bawah)
ع ‘ain ‘ apostrop terbalik
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ه Ha H Ha
ء Hamzah , Apostop
ي Ya Y Ye
Hamzah yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun.
Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda( ‘ ).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
xiii
Vokal tungggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut :
Tanda Nama Huruf Latin Nama
◌ Fathah A A
◌ Kasrah I I
◌ Dammah U U
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat
dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :
Tanda Nama Huruf Latin Nama
◌ ي fathah dan ya Ai a dan i
◌ و fathah dan wau Au a dan u
xiv
Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama
◌, ا / ي fathah dan alif
atau ya
A a dan garis di
atas
◌ ي kasrah dan ya I i dan garis di
atas
و◌ dammah dan
wau U
u dan garis di
atas
4. Ta Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup atau
mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah [t].
Sedangkan ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun
transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta
marbutah itu transliterasinya dengan [h].
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydid ( ◌), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan
perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
xv
Jika huruf ي ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah( ي ), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah(i).
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال (alif
lam ma’arifah).Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah Maupun huruf
qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya.Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-).
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop (,) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak
di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa
Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi
ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-
Qur’an), sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi
bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara
utuh.
xvi
9. Lafz al-Jalalah (هللا)
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau
berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf
hamzah.
Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz a-ljalalah,
ditransliterasi dengan huruf [t].
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan
huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku
(EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal
nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat.
Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan
huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata
sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang
tersebut menggunakan huruf kapital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku
untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-,
baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,DP,
CDK, dan DR).
xvii
ABSTRAK
Nama :IdawatiNim :50200113008Judul :Peranan Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam Meningkatkan
Pemahaman Agama Masyarakat Di Kelurahan Patte’ne KecamatanPolongbangkeng Selatan Kabupten Takalar
Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana peranan Majelis TaklimMiftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat di KelurahanPatte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar?. Pokok masalahtersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam sub masalah yaitu: 1) Bagaimana upayaMajelis Taklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakatdi Kelurahan Patte’ne? 2) Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambatMajelis Taklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakatdi Kelurahan Patte’ne?. Tujuan penelitian yaitu: untuk mengetahui upaya MajelisTaklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat diKelurahan Patte’ne dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat MajelisTaklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat diKelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan mengunakanpendekatan Bimbingan Penyuluhan Islam dan pendekatan Sosiologi. Pengambilandata menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan teknikanalisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh MajelisTaklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat diKelurahan Patte’ne adalah dengan mengadakan: pengajian rutin, tadarrusan, salatberjamaah, melaksanakan kegiatan seperti kerja bakti, memberikan ceramah agamadan menanamkan pemahaman agama kepada masyarakat terhadap nilai-nilai ajaranislam yang kesemuanya itu sangat berpengaruh, sedangkan faktor yang mendukungperanan Majelis Taklim Miftahul Jannah yaitu: penduduk Kelurahan Patte’nemayoritas beragama Islam, penceramah/muballig dan motivasi yang kuat daripengurus dan pembina majelis taklim. Adapun yang menjadi faktor penghambat darikegiatan Majelis Taklim Miftahul Jannah yaitu kurangnya dana dan kurangnyakesadaran sebagian anggota majelis taklim aktif menghadiri setiap kegiatan.
Implikasi penelitian, diharapkan kepada Majelis Taklim Miftahul Jannah agartetap meningkatkan peranannya dalam membina dan meningkatkan pemahamanagama masyarakat serta tetap aktif dan konsisten dalam melaksanakan setiapkegiatan. Selain itu diharapkan pula kepada semua pihak yang berkompeten sepertipembina dan guru/muballig, agar dapat membantu membina anggota Majelis TaklimMiftahul Jannah.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Majelis taklim termasuk organisasi pendidikan luar sekolah atau lembaga
pendidikan Islam yang bersifat nonformal. Keberadaan majelis taklim cukup penting,
karena sumbangsihnya sangat besar dalam menanamkan akidah dan akhlak yang
luhur (al-karimah); meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan
jamaahnya serta memberantas kebodohan umat Islam agar dapat meningkatkan
pemahaman agama dan memperoleh kebahagiaan serta ridha Allah swt. Apabila
dilihat dari tujuannya, majelis taklim termasuk lembaga atau sarana dakwah
islamiyah yang secara self standing (kedudukan sendiri) dan self disciplined (disiplin
diri) dapat mengantar dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam bentuk pembinaan,
pengarahan dan bimbingan.
Berdasarkan sejarah kelahirannya, majelis taklim merupakan lembaga
pendidikan tertua dalam Islam, sebab telah dilaksanakan sejak zaman Nabi
Muhammad saw, meskipun pada waktu itu tidak disebut dengan istilah majelis
taklim. Pengajian-pengajian Nabi Muhammad saw berlangsung secara sembunyi-
sembunyi di rumah Arqam ibnu Abu al-Arqam.1 Tempat itu dapat dianggap sebagai
majelis taklim dalam konteks pengertian sekarang.
1Musthafa as –Siba, Sirah Nabawiah Pelajaran dari Nabi (Solo: Era Adicitra Intermedia,2011), h. 38.
2
Pengajian dilakukan secara terang-terangan oleh Nabi setelah adanya perintah
Allah swt untuk menyiarkan agama Islam secara terang-terangan.2 Sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Hijr/94:14.
Terjemahnya:“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yangdiperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”.3
Majelis taklim berkembang di berbagai tempat dan tidak lagi dilaksanakan
secara diam-diam. pada periode madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan politik
dalam masyarakat waktu itu, penyelenggaraan majelis taklim dalam bentuk pengajian
dan dakwah Rasulullah saw berlangsung lebih pesat. Rasulullah saw duduk di
Masjid Nabawi untuk memberikan pengajian kepada para sahabat dan kaum muslim.
Metode dan sistem yang digunakan oleh Nabi Muhammad saw telah berhasil
menyiarkan agama Islam, sekaligus berhasil membentuk dan membina para pejuang
Islam yang tidak saja gagah berani dan perkasa di medan perang dalam membela dan
menegakkan Islam, tetapi tampil prima dalam mengatur pemerintahan dan membina
kehidupan sosial kemasyarakatan.
Membentuk masyarakat yang kuat dalam konteks spiritual, terdapat banyak
cara yang dapat ditempuh, salah satunya dengan mendatangi dan mengikuti kegiatan-
kegiatan majelis organisasi Islam juga di dalamnya terdapat pembelajaran agama
2Ibnu Ishaq dan Samson Rahman, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah(Jakarta: Akbar Media, 2015), h. 160.
3Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Semarang Toha Putra, 2015), h. 15
3
yang berperan dalam membentuk kualitas spiritual masyarakat, biasanya dalam
majelis pembelajaran dilakukan dengan model satu arah yakni dalam bentuk ceramah.
Penceramah sebagai pemberi materi, yang menyampaikan materinya kepada jamaah,
akan tetapi ada juga yang dilakukan dengan bentuk tanya jawab dan diskusi.
Melalui pembelajaran tersebut secara tidak langsung bimbingan keagamaan
telah diperoleh masyarakat. Bimbingan keagamaan atau bimbingan Islam merupakan
proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan,
melainkan sekedar membantu individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah swt yang berarti hidup sesuai dengan pedoman yang telah
ditentukan Allah melalui RasulNya.4
Begitupun kurangnya pemahaman agama bagi masyarakat di Kelurahan
Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar, sehingga mereka
tidak terlalu peduli dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan di Masjid,
pada hal semestinya masyarakat harus mempelajari ilmu agama. Salah satu jalannya
mempelajari ajaran Islam adalah dengan hadirnya sebuah majelis taklim di Kelurahan
Patte’ne yang bernama Majelis Taklim Miftahul Jannah yang bertujuan untuk
menjawab persoalan keagamaan masyarakat, sehingga diperlukan penelitian untuk
menentukan jawaban yang otentik berdasarkan data yang akurat. Signifikansi
penelitian ini secara kronologis dianggap penting mengingat peranan majelis taklim
dalam meningkatkan paham keagamaan bagi masyarakat dan upaya-upaya yang
4Thohari Musnawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta:UII Press, 1992), h. 5.
4
dilakukan dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat di Kelurahan Patte’ne
Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk meneliti lebih jauh
tentang peranan Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan paham
keagamaan masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan
Kabupaten Takalar.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif,
maka penelitian ini difokuskan pada upaya yang ditempuh oleh Majelis Taklim
Miftahul Jannah dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Masyarakat di Kelurahan
Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
2. Deskripsi Fokus
Berdasarkan pada fokus penelitian maka dapat didesripsikan bahwa
a. Upaya yang ditempuh majelis taklim dalam meningkatkan pemahaman agama
masyarakat yang dimaksudkan disini adalah berbagai kegiatan yang di lakukan
dengan bentuk memberikan ceramah, pengajian rutin, kegiatan salat berjamaah di
Masjid dan pendalaman baca Alquran dan tadarrus bersama.
b. Peningkatan pemahaman agama yang dimaksudkan adalah dimana suatu
masyarakat bisa memahami tentang arti nilai-nilai ajaran islam yang lebih mendalam
setelah mendapatkan penjelasan dari seorang penceramah atau muballig tentang
5
agama Islam itu sendiri. Sehingga masyarakat bisa mengaplikasikan apa yang
mereka pelajari tentang keagamaan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan yang akan diteliti yaitu “Bagaimana Peranan Majelis Taklim
Miftahul Jannah dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Masyarakat di
Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar?
Adapun sub-sub pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan
pemahaman agama masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar?
2. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat Majelis Taklim
Miftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat di
Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar ?
D. Kajian Pustaka
Judul yang penulis akan teliti ini belum pernah diteliti oleh orang lain
sebelumnya. Karya ilmiah ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di
Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
Mengenai peranan Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman
agama masyarakat. Adapun penelitian sebelumnya dianggap relevan dengan
penelitian yaitu :
1. Hubungan dengan Buku-buku
6
Menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas yang sama
dari objek yang penulis teliti, maka penulis akan memaparkan beberapa tinjauan
pustaka yang sudah ada agar menjadi sandaran teori dan sebagai perbandingan dalam
mengupas permasalahan tersebut. Beberapa judul buku yang telah dikemukakan oleh
para ahli di antaranya:
a. Buku Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim yang disusun oleh Tuty
Alawiyah yang memuat antara lain pengertian majelis taklim dan stragegi dakwah di
lingkungan. Buku ini menjelaskan tentang majelis taklim sebagai wadah masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannya dan mengarahkan masyarakat pada tujuan yang benar
menurut Islam itu sendiri.5
b. Buku Manajemen dan Silabus Majelis Taklim yang disusun oleh Hanny Fitriah,
Rakhmad Zailani Kiki, yang menjelaskan tentang pengertian, fungsi, dan peranan
majelis taklim untuk membina akhlak beragama masyarakat.
c. Buku “Perempuan dalam Dinamika Beragama, Suatu Tinjuan Antropologi
Agama” yang disusun oleh Dewi Anggriani yang menjelaskan tentang peran
perempuan yang merupakan jumlah mayoritas umat Islam Indonesia yang juga ikut
mencerdaskan bangsa Indonesia melalui dakwah dan pendidikan. Di dalamnya juga
dijelaskan bahwa organisasi majelis taklim berkembang sebagai lembaga pendidikan
Islam, non formal yang menitikberatkan pada pewarisan-pewarisan nilai-nilai agama
5Tuty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim (cet, 1; Bandung Mizan,1997), h. 78
7
yang tidak terlepas dari kedudukannya sebagai alat dan media pembinaan kesadaran
beragama baik di kota-kota maupun di desa-desa.6
2. Hubungan dengan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini
antara lain:
a. Penelitian yang dilakukan oleh: Nurelisa Syamsul Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam dengan judul “Eksistensi Majelis Taklim Annisa dalam
Meningkatkan Kesadaran Beragama pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ulidang
Kecamatan Tammerodo Sendana Kabupaten Majene”.7 Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui keberadaan Majelis Taklim Annisa yang mampu meningkatkan
kesadaran beragama pada ibu rumah tangga di Desa Ulidang dan faktor-faktor yang
menghambat serta mendukung Majelis Taklim Annisa dalam meningkatkan
kesadaran beragama ibu rumah tangga dengan menggunakan pendekatan bimbingan
dan pendekatan psikologi. Pengambilan datanya menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Majelis Taklim Annisa dalam meningkatkan
kesadaran beragama adalah pengajian, tadarrus, salat berjamaah dan mengikuti lomba
keagamaan. Terdapat banyak faktor yang mendukung eksistensi Majelis Taklim
Annisa yaitu penduduk yang ada di Desa Ulidang seratus persen beragama Islam,
6Dewi Anggariani, Perempuan dalam Dinamika Beragama suatu Tinjauan AntropologiAgama (Cet, 1; Makassar: Alauddin University Press, 2013), h.162.
7Nurelisa Syamsul,”Ekseistensi Majelis Taklim Anni’sa dalam Meningkatkan KesadaranBeragama pada Ibu Rumah Tangga di Desa Ulidang Kecamatan Tammerodo’ Sendana KecamatanMajene” ”Skripsi” Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, Makassar, 2016.
8
dukungan dari Pembina BKMT (Badan Kontak Majelis Taklim) Kabupaten Maje’ne
dalam pembentukan BKMT di tingkat Kecamatan dan Desa, bantuan dari Kementrian
Agama Provinsi Sulawesi Barat berupa bantuan materil serta dukungan dari pejabat
daerah dan beberapa partai politik. Penelitian ini memiliki kesimpulan bagi Majelis
Taklim Annisa agar tetap meningkatkan perannya dalam membina dan meningkatkan
kesadaran beragama ibu rumah tangga, diharapkan pula kepada semua pihak yang
berkompeten seperti Pembina dan guru/ muballig, agar dapat membantu menbina ibu
rumah tangga sebagai anggota majelis taklim.
b. Penelitian yang dilakukan oleh: Salmia Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
dengan judul “Peran Majelis Taklim Ni’matullah dalam Memberikan bimbingan dan
konseling Islam mengatasi perilaku menyimpang Remaja di Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar”.8 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bentuk perilaku menyimpang remaja di Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar dan faktor yang memengaruhi perilaku menyimpang remaja dan
upaya yang dilakukan oleh Majelis Taklim NI’matullah dalam memberikan
bimbingan dan konseling Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang remaja di
Kelurahan Tamangapa Manggala Kota Makassar dengan menggunakan pendekatan
bimbingan Agama dan pendekatan psikologi. Pengambilan datanya menggunakan
metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini bentuk
perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh remaja berupa merokok, mencuri,
8Salmia,”Peranan Majelis Taklim Ni’matullah dalam Memberikan Bimbingan dan KonselingIslam (Mengatasi Perilaku Menyimpang Remaja) Di Kelurahan Tamangapa Kecamatan ManggalaKota Makassar” ”Skripsi” Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, Makassar, 2016.
9
dan perkelahian remaja. Faktor yang memengaruhi perilaku menyimpang remaja di
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar adalah faktor keluarga,
lingkungan, media dan faktor kontak sosial. Upaya yang dilakukan oleh Majelis
Taklim Ni’matullah dalam memberikan bimbingan dan konseling Islam (mengatasi
perilaku menyimpang remaja di Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota
Makassar adalah memberikan ceramah, memberikan penanaman agama Islam pada
remaja berupa pengajian dasar, cara berwudhu, salat, tadarrus dan perawatan jenazah
serta mengadakan bakti sosial khusus bagi remaja bermasalah). Penelitian ini
diharapkan kepada pengurus Majelis Taklim Ni’matullah serta anggotanya agar tetap
aktif dalam melaksanakan setiap kegiatannya, agar tetap meningkatkan perannya
dalam memberikan bimbingan dan konseling Islam untuk mengatasi perilaku
menyimpang khususnya pada remaja dan untuk meningkatkan kualitas Majelis
Taklim Ni’matullah dalam memberikan BKI (mengatasi perilaku menyimpang
remaja) maka diharapkan kepada pihak yang berkompeten seperti anggota majelis
taklim, agar dapat membantu dan berperan seefektif mungkin dalam membina dan
menanamkan ahklakulkarimah pada remaja yang termasuk remaja yang berperilaku
menyimpang.
c. Penelitian yang dilakukan oleh: Saifudin jurusan pendidikan agama Islam dengan
judul “Pendidikan Majelis Taklim sebagai Upaya Mempertahankan Nilai-nilai
Keagamaan: Studi di Majelis Taklim Raudhatut Thalibin Dusun Tempuran
10
Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal”.9 Penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan pendidikan Majelis Taklim Raudhatut Thalibin dan peran
pendidikan Majelis Taklim Raudhatut Thalibin Dusun Tempuran Kecamatan
Singorojo Kabupaten Kendal. pengambilan datanya menggunakan metode observasi,
wawancara, angket dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini, dapat menunjukkan
bahwa pendidikan majelis taklim identik dengan pendidikan non formal sebagai
pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian professional yang diselenggarakan dalam
masyarakat. Kesimpulan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan dan
bahan informasi bagi Khazanah ilmu pengetahuan untuk semua pihak yang
membutuhkan.
Penelitian yang akan dibahas oleh penulis yaitu upaya majelis taklim dalam
meningkatkan pemahaman agama masyarakat dan faktor pendukung dan penghambat
dalam peranan majelis taklim. Penelitian ini bertempat di Kelurahan Patte’ne
Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
9Saifudin,”Pendidikan Majelis Taklim sebagai upaya Mempertahankan Nilai-nilaiKeagamaan: Studi di Majelis Taklim Raudhatut Thalibin Dusun Tempuran Kecamatan SingorojoKabupaten Kendal”. http://www.google.com.pdf (10 Agustus 2017), h. 18.
11
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui upaya Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan
pemahaman agama masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng
Selatan Kabupaten Takalar.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Majelis Taklim Miftahul
Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat di Kelurahan Patte’ne
Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabuten Takalar.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Penelitian Teoritis
1) Memberikan pengetahuan tentang peranan majelis Taklim miftahul jannah
dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi ilmiah dalam upaya
memperkaya kepustakaan sebagai bahan untuk memperluas wawasan bagi mahasiswa
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Khususnya pada mahasiswa bimbingan
dan penyuluhan Islam.
b. Kegunaan Praktis
1) Dengan meneliti peranan Majelis Taklim Miftahul Jannah, maka dapat
menambah wawasan dan pemahaman yang lebih komprehensip tentang peran
majelis taklim.
12
2) Hasil penelitian tentang peranan Majelis Taklim Miftahul Jannah, diharapkan
dapat membantu para praktisi pendidikan dan akademi dalam memposisikan majelis
taklim sebagai upaya mempertahankan pemahaman agama.
3) Hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi para majelis taklim di Kelurahan
Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
13
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Majelis Taklim sebagai Organisasi Keagamaan
1. Pengertian Majelis Taklim
Menurut bahasa Majelis Taklim terdiri dari dua kata yakni: “majelis” berarti
tempat duduk atau sidang, “taklim berarti pelajaran”.1 majelis taklim berarti suatu
komunitas muslim yang secara khusus menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
tentang ajaran Islam. Menurut istilah, majelis taklim adalah suatu lembaga
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dibimbing oleh alim ulama,
yang bertujuan membina dan mengajarkan hubungan antara manusia dengan Allah
swt. Manusia dengan sesama manusia yang bertujuan untuk membina masyarakat
yang bertakwa dan beriman kepada Allah swt.2
Pertumbuhan majelis taklim sebagai media bimbingan penyuluh agama di
kalangan masyarakat, menunjukkan kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat akan
siraman-siraman rohani dan ajaran Islam, bahkan dalam perkembangan selanjutnya
menunjukkan kebutuhan dan hasrat masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu usaha
memecahkan masalah menuju kehidupan yang lebih bahagia.
1Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap (Yogyakarta: Unitpengadaan Buku Ilmiah Ponpes Al-Munawwir Krapyak, 1994), h. 126.
2Tim Penyusun Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan, Pedoman Pembinaan MajelisTaklim (Direktorat Jenderal BImas Islam dan Urusan Haji Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan;Jakarta, 1995),h. 9.
14
Majelis taklim adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang memiliki
kurikulum tersendiri, dan memunyai banyak jamaah serta diselenggarakan secara
berkala dan teratur.
Majelis taklim sebagai lembaga pendidikan tertua dan berkesinambungan
dengan pendidikan yang dilaksanakan oleh Rasulullah saw yang pertama-tama
dipusatkan di rumah Arqam bin Abi Arqan.3
Majelis taklim sebagai wadah untuk menuntut ilmu, tumbuh dan berkembang
yang didasarkan pada asas kekeluargaan untuk memenuhi kebutuhan beragama. Atas
dasar ini, majelis taklim tumbuh dengan pesat. Melihat perkembangan tersebut
timbul inisatif Tuti Alawiah untuk mengorganisir kelompok-kelompok majelis taklim
yang ada di Jakarta ibu kota Negara Indonesia dibentuk badan kontak majelis taklim
(BKMT) dengan tujuan khusus meningkatkan kemampuan dan peranan majelis
taklim serta mewujudkan masyarakat baldatun thayyaibaan wa rabbul ghafur (AD
BKMT), adapun tujuan umumnya untuk meningkatkan kualitas pemahaman dan
amalan keagamaan setiap pribadi muslim Indonesia yang mengacu pada
keseimbangan antara imam dan takwah dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terbentuknya BKMT dan diangkatnya Tuty Alwiyah sebagai ketua umum
BKMT pusat, Tuty Alwiyah melihat pada potensi besar yang dapat dikembangkan
dari majelis taklim. Perkembangan majelis taklim dengan anggota yang didominasi
oleh kaum perempuan.
3Tim Penyusun Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan, Pedoman Pembinaan MajelisTaklim, h.9.
15
Mengenal majelis taklim lebih jauh dan membedakannya dengan lembaga-
lembaga pengkajian agama, akan dikemukakan salah satu contoh perbedaannya di
tinjau dari sudut pandang kurikulumnya atau materi yang diajarkan dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian diantaranya:
1. Majelis taklim tidak mengajarkan sesuatu secara rutin, tetapi hanya sebagai
tempat berkumpul, membaca shalawat bersama-sama atau atau membaca surat yasin,
atau membaca maulid nabi saw, dan salat sunah berjamaah. Biasanya sebulan sekali
pengurus majelis taklim mengundang seorang guru untuk berceramah. Ceramah ini
merupakan isi taklim.
2. Majelis taklim mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dasar ajaran
agama, seperti belajar membaca al-qur’an atau penerangan fikih.
3. Majelis taklim mengajarkan pengetahuan agama tentang fikih, tauhid dan
akhlak yang diberikan dalam pidato-pidato muballig dan terkadang dilengkapi pula
dengan tanya jawab.
4. Majelis taklim memiliki dan menggunakan kitab-kitab tertentu sebagai
rujukan ditambah pidato-pidato dan ceramah.
5. Majelis taklim menyelenggarakan kegiatan pidato dan bahan pelajaran pokok
diberikan dengan situasi actual berdasarkan ajaran Islam.4
4Jajat Burhanuddin [ed], Ulama Perempuan Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2002), h. 2006
16
Islam memunyai berbagai macam aspek di antaranya adalah pendidikan
Islam. Pendidikan Islam bermula sejak Nabi Muhammmad saw, menyampaikan
ajaran kepada umatnya.5
Upaya memperoleh pembinaan agama, maka kaum wanita masuk di majelis
taklim, mereka tergerak hatinya untuk membentuk majelis taklim di wilayahnya.
Dengan mengadakan pengajian dan mengundang ibu-ibu dan mengajaknya masuk ke
majelis taklim. Apabila sudah terkumpul, kelompok majelis taklim dan kemudian
dilantik oleh kepala kelurahan di wilayahnya. Pembentukan kelompok majelis taklim
yang tidak sulit, maka tidak heran apabila majelis taklim tumbuh dan berkembang
dengan pesat.6
Peningkatan peranan majelis taklim sebagai media bimbingan penyuluhan
agama, menimbulkan inisiatif dan kesadaran para ibu-ibu rumah tangga akan
pentingnya kesadaran dalam beragama untuk menata kehidupan yang lebih baik lagi,
sehingga keberadaan majelis taklim sebagai media bimbingan dapat mungkin
menjalankan fungsi dan tanggung jawab di dalam membina umat.
Berdasarkan uraian tersebut menggambarkan, bahwa eksistensi majelis taklim
sebagai media peningakatan kesadaran beragama tentu memiliki susunan personalita
sebagaimana dengan lembaga-lembaga lainnya, sehingga aktivitas bimbingan dan
5Tuty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, h. 79
6Mappanganro, Implementasi Pendidikan Islam di Sekolah (Ujung Pandang: YayasanAhkam,1996), h. 1
17
kegiatan lainnya dapat terkontrol dan terlaksana dengan baik. Kepengurusan majelis
taklim dilengkapi oleh ketua, sekertaris, bendahara, dan seksi-seksi dianggap penting.
Beberapa masalah yang dihadapi majelis taklim di antaranya adalah:
a. Pendidikan nonformal sehingga minimnya aspek material dan kedisiplinan.
b. Kurikulum yang disajikan tidak tersusun secara sistematis.
c. Sebagian majelis taklim tidak memiliki ustad yang mumpuni (memiliki
kompetensi sesuai yang diinginkan) sehingga proses pengajaran dan pengajiannya
seadanya.
d. Kendala sarana dan prasarana.
e. Metode pengajaran kurang dinamis, biasanya metode pengajaran di majelis taklim
bersifat monoton sehingga membuat bosan anggota majelis.7
2. Peranan Majelis Taklim
Menurut Abu Ahmadi peranan adalah:
“Kompleks penghargaan manusia terhadap caranya individu harus bersifat dan
berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosial”.8
Majelis taklim adalah lembaga non formal. Majelis taklim memunyai peranan
yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, peranan majelis taklim yaitu:
a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam
rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah.
7Dadang Gani, Manajemen Majelis Taklim dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa,http://dadanggani.blogspot.co.id/2013/10/peluang-dan-taantangan-majelis-taklim_24.html (09 agustus2017).
8Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 106.
18
b. Taman rekreasi rohaniyah, karena penyelenggarakannya bersifat santai.
c. Wadah silaturahim yang menghidupkan syi’ar Islam.
d. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat.9
Menurut Mayor Polak juga berpendapat bahwa peranan memiliki dua arti
yaitu:
a. Dari sudut individu berarti sejumlah peranan yang timbul dari berbagai pola yang
di dalamnya individu tersebut ikut aktif.
b. Peranan secara umum menunjuk pada keseluruhan peranan itu dan menentukan
apa yang dikerjakan seseorang untuk masyarakatnya, serta apa yang dapat diharapkan
dari masyarakat itu.10 Dengan demikian peranan adalah perilaku yang memunyai
kedudukan untuk memberikan arahan dan perintah kepada seseorang untuk
melaksanakan sesuatu sehingga dapat memberikan hasil yang baik melaksanakan
atau yang memberikan perintah.
3. Fungsi dan Tujuan Majelis Taklim
Keberadaan majelis taklim dalam masyarakat telah membawa manfaat dan
kemaslahatan bagi umat, khususnya bagi kaum perempuan, apalagi bagi mereka yang
menjadi anggota dan jamaahnya. Sedangkan dalam buku pedoman majelis taklim
disebutkan bahwa fungsi dan tujuan dari majelis taklim secara garis besar adalah:
9Hanny Fitriah, Rakhmad Zailani kiki, Manajemen dan Silabus Majelis Taklim (Jakarta: PusatPengkajian dan Pengembangan Islam, 2012), h. 19.
10Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: Sosiologi tentang Berbagi Problem Pendidikan(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 41.
19
1. Sebagai tempat Kegiatan belajar mengajar
2. Sebagai lembaga pendidikan dan keterampilan
3. Sebagai wadah berkegiatan dan beraktivitas
4. Sebagai pusat pembinaan dan pengembangan
5. Sebagai jaringan komunikasi, ukhuwah dan wadah silaturrahmi
4. Majelis Taklim sebagai Organisasi Keagamaan Masyarakat
Majelis taklim merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sebagai
organisasi keagamaan masyarakat. Dimana organisasi pada dasarnya digunakan
sebagai tempat atau wadah bagi orang-orang untuk berkumpul, berkerja sama secara
rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan terkendali.11 Organisasi keagamaan
masyarakat memiliki tujuan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik
untuk bersama.
B. Pentingnya Peningkatan Pemahaman Agama Masyarakat
1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman merupakan terjemahan dari kata understanding yang diartikan
sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pemahaman berarti mengerti dengan tepat. Pemahaman secara istilah
adalah pengertian yang menggambarkan pengambilan dari suatu bentuk kesimpulan
terhadap sesuatu hal.
11M. Arifin, Filsafat pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara , 1994), Cet. Ke-4, h. 83
20
Sadiman mengemukakan Bahwa pemahaman adalah suatu kemampuan
seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu
dengan cara sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.12
Suharsimi mengemukakanBahwa pemahaman (comprehension) adalah:
bagaimana seseoarang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates),
menerangakan, memberikan contoh, menuliskan kembali dan memperkirakan.13
Pemahaman juga diartikan sebagai alat menggunakan fakta, kita dapat
mengatakan seseorang memahami suatu objek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat
bagaimana menggunakan fakta itu dalam berbagai tujuan. Pemahaman tumbuh dari
pengalaman, karena di samping berbuat seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik
dari perbuatannya. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan
seseorang sehingga ia dapat berbuat secara intelengen melalui pengalaman kejadian.14
Pemahaman terhadap agama Islam sangat penting, ketika melakukan
pemahaman terhadap perintah agama, akal tidak mungkin melepas diri dari
keterkaitan dengan pengetahuan yang telah dicapai. Sesungguhnya pemahaman
agama akan dapat dilakukan oleh pandangan akal secara sempurna. Akal manusia
dalam penciptaannya dibangun atas logika yang benar, akan tetapi masih bisa
dipengaruhi secara menyeluruh oleh kenyataan hidup manusia dan kondisi yang
12Arif Sukadi Sadiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar (Cet,I: JakartaMediyatama Sarana Perkasa, 1946), h. 109.
13Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Cet:Ix Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 118.
14Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar (Bandung: Sinar Baru,1989), h. 46.
21
melingkupinya, hal ini akan memengaruhi pemahaman secara umum, termasuk
pemahaman agama Islam.15
2. Tingkatan-tingkatan dalam Pemahaman
Menurut Daryanto, kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan
dan derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan yaitu:
a. Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa
yang lain. Konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk memperoleh orang
mempelajari. Contohnya dalam menerjemahnya Bhineka Tunggu Ika menjadi
berbeda-beda tetapi tetap satu.
b. Menafsirkan (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan
untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh
berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan
sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok dalam pembahasan.
c. Mengekstrapolasi (extrapolation)
Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi karena
seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu di balik yang tertulis. Membuat
15Abd.Al-Majid Al- Najjar, Pemahaman Agama antara Rakyu dan Wahyu (Bandung: RemajaRosdakarya, 1997), h. 71
22
ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi,
kasus ataupun masalahnya.
3. Agama
Istilah agama berasal dari bahasa Indonesia dari kata dasar agama “agama”,
dalam bahasa Arab berasal dari kata Al-din dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama
juga berasal dari bahasa Sankrit. Satu pendapat menyatakan bahwa kata itu tersusun
dari dua kata,”a” yang berarti tidak, dan “gam” yang berarti pergi. Agama adalah
tidak pergi, tetap di tempat diwarisi turun-temurun.16
Menurut Syamsuddin Anwar agama adalah merupakan sarana yang
menghubungkan antara hidup yang sementara dan hidup yang baka, antara kebenaran
sementara dan kebenaran baka.17
Defenisi agama tersebut dapat diambil pengertian, bahwa agama merupakan
seperangkat kepercayaan yang menghubungkan antara Tuhan dan makhluk yang
dilakukan dengan ritual tertentu.
Pemahaman terhadap agama Islam sangat penting, begitu banyak masalah
yang dihadapi kaum muslim pada saat ini, bukan karena tidak adanya jalan yang
mengarah kepada tujuan yang akan dicapai. Seseorang yang melakukan proses
pemahaman kepada suatu perintah agama. Akal pikiran pastilah mengaitkan dengan
16Harun Nasution. Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta:UII Press, 1985),h. 9
17Syamsuddin Anwar, Ahlus Sunnah Wal jama’ah Konteksnya dengan Sumber Daya Manusiadan Lingkungan Hidup, (Semarang: Yayasan pendidikan tinggi NU jawa tengah, 1999), h. 25
23
pengetahuan yang telah dicapai. Seseorang harus selalu berfikir, niscahya
pemahaman yang diterapkan akan tercapai secara perlahan-lahan.
4. Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari kata “syaraka” yang berarti ikut serta,
berpartisipasi atau musyarakah yang berarti saling bergaul. Masyarakat dalam
bahasa Inggris dipakai istilah “socity” yang berarti kawan sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan
terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama terpelajar. Pendapat sejenis
juga terdapat dalam buku sosiologi kelompok dan masalah sosial karangan Abdul
syani, dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata musyarak (Arab),
yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya
berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, dan selanjutnya menjadi kesempatan masyarakat (Indonesia).18
Pendapat lain juga dijelaskan oleh Auguste Comte, bahwa masyarakat
merupakan kelompok-kelompok mahkluk hidup dengan realitas-realitas baru yang
berkembang menurut pola perkembangan tersendiri. Masyarakat dapat membentuk
kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya kelompokan, manusia
dengan sendirinya bertalian secara golongan besar atau kecil dari beberapa manusia
dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.19
18Basrowi, Pengantar Sosiologi (Bogor, Galia Indonesia: 2005), h.37.
19Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.120.
24
5. Ciri-ciri Masyarakat
Menurut Soerjono Soekarto, ciri-ciri masyarakat antara lain:
a. Manusia yang hidup bersama, di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang muklak
ataupun angka yang pasti, secara teoritis angka minimunnya ada dua orang yang
hidup bersama.
b. Bercampur untuk waktu yang lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama
dengan kumpulan-kumpulan benda-benda mati. Manusia itu juga dapat bercakap-
cakap, merasa, dan mengerti keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan
atau perasaannya.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Mereka mempunyai suatu sistem hidup bersama. Sistem kedidupan bersama
menimbulkan kebudayaan, karena setiap manusia merasa dirinya terikat satu sama
lain.
e. Manusia hakikatnya adalah makhluk bermasyarakat dan berbudaya, dan
masyarakat menuntut setiap individu mampu hidup demikian. Manusia tidak secara
otomatis mampu hidup bersama.
f. Masyarakat dan berbudaya, maka masyarakat melakukan pendidikan atau
sosialisasi atau enkulturasi. Diharapkan setiap individu mampu hidup bermasyarakat
dan berbudaya sehingga tidak terjadi penyimpangan tingkah laku terhadap sistem
nilai dan norma masyarakat.20
20S. Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 150.
25
6. Peningkatan Pemahaman Agama Masyarakat
Pemahaman agama masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sangat penting
agar terhindar dari ajaran yang tersesat, pemahaman agama sangat diperlukan untuk
peningkatan kualitas umat beragama, sebagai sumber motivasi dan sumber inspirasi
di dalam menyelesaikan suatu masalah.
Peningkatan pemahaman masyarakat dapat dilihat jika masyarakat tersebut
bisa mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-
harinya.
C. Upaya Majelis Taklim dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Masyarakat
Adapun upaya yang dilakukan di mejelis taklim, yaitu :
1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya salat
berjamaah di Masjid
Salat berjamaah adalah termasuk dari sunnah yaitu (jalan dan petunjukNya)
Rasulullah dan para sahabatnya selalu melaksanakannya, tidak pernah
meninggalkannya kecuali jika ada ‘udzur yang syar’i. Bahkan ketika Rasulullah
sakitpun beliau tetap melaksanakan salat berjamaah di Masjid dan ketika sakitnya
semakin parah beliau memerintahkan abu bakar untuk mengimani para sahabatnya.
Para sahabatpun bahkan ada yang dipapah oleh dua orang (karena sakit) untuk
melaksanakan salat berjamaah di Masjid. Kalau kita membaca dan memperhatikan
dengan sebaik-baiknya Alquran dan Assunnah serta pendapat dan amalan Salafush
26
Shalih maka akan didapati bahwa dalil tersebut menjelaskan tentang pentingnya salat
berjamaah.
1. Perintah Allah swt untuk bersama orang-orang yang ruku
Dalil yang menunjukkan pentingnya salat berjamaah adalah sebagaimana
firman Allah swt dalam QS.Al-Baqarah/2:43,
Terjamaahnya:Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'.
Al-Iman Abu Bakr Al-Hanafiy ketika menjelaskan pentingnya melaksanakan
salat berjamaah: adapun (dalil) dari Al-kitab adalah firmanNya “Dan ruku’lah
bersama orang-orang yang ruku’.” Allah swt memerintahkan ruku’ bersama-sama
orang yang ruku’, yang demikian itu dengan bergabung dalam ruku’ maka ini
merupakan perintah menegakkan salart berjamaah. Mutlaknya perintah menunjukkan
pentingnya mengamalkannya.
Salat berjamaah disyariatkan Islam dalam berbagi kesempatan dengan tujuan
berkumpulnya umat Islam untuk saling memupuk rasa persaudaraan, persatuan,
bertukar pendapatdan persamaan. Salat berjamaah lebih utama dari pada salat
sendirian karena salat berjamaah pahalanya 27 derajat, selain itu dengan adanya salat
berjamaah masyarakat bisa berkumpul bersama antara fakir dan orang-orang kaya
27
tanpa ada perbedaan atau pemisah antara keduanya, dengan demikian terjalin
Ukhuwah Islamiah.
2. Memberikan Ceramah atau Pengajian Rutin
Ceramah adalah kegiatan yang digunakan dalam proses pembelajaran dalam
suatu kelompok karena dianggap paling mudah dan pratis untuk digunakan.
Sedangkan pengajian menurut bahasa dari kata “kaji” yang berarti membaca, mengaji
berarti membaca Alquran. Kata “kaji” diberi awalan pe- dan akhiran –an menjadi
“pengajian” yang berarti mengkaji Alquran dan berarti pula mengkaji Islam. Arti
pengajian adalah proses pengajaran agama Islam, menanamkan norma agama melalui
dakwah
Pemberian ceramah atau pengajian rutin ini adalah salah satu upaya yang
dilakukan majelis taklim dalam meningkatkan paham keagamaan masyarakat yang
ditinjau dari sisi spiritualnya. Kegiatan ini dilaksanakan rutin setiap bulan dengan
mendatangkan muballiq dari luar yang bertujuan untuk memperoleh ilmu dan
kemampuan khususnya ilmu agama Islam dan para jamaah bisa mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pendalaman Baca Tulis Alquran dan Tadarrus bersama
Pemahaman baca tulis Alquran dan tadarrus bersama adalah belajar membaca
dan menulis Alquran dengan baik dan benar belajar memahami ayat-ayat Alquran,
kegiatan ini dilakukan setiap pesan bertujuan untuk menambah ilmu dan keyakinan
kepada Allah swt. Anggota majelis taklim dapat memperbaiki cara membaca
28
Alquran dengan baik dan benar. Arti tadarrus sendiri sebenarnya agak berbeda antara
bentuk yang kita saksikan sehari-hari dengan makna bahasanya, tadarrus biasanya
berbentuk sebuah majelis taklim dimana para pesertanya membaca Alquran
bergantian. Satu orang membaca dan yang lain menyimak, atau membaca Alquran
secara serentak dan bersama-sama serta didampingi oleh pembimbing.
Jadi upaya ini dilakukan majelis taklim adalah untuk membuat masyarakat
semakin paham terhadap ajaran Islam, dan sebagai tempat bertukar informasi juga
tempat bersilahturahmi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif yang lebih
dikenal dengan istilah naturalistic inquiry (ingkuiri alamiah).1 Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan dengan angka-angka, karena
penelitian kualitatif adalah penelitian yang memberikan gambaran tentang kondisi
secara faktual dan sistematis mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang dimiliki untuk melakukan akumulasi dasar-dasarnya saja.2
Pandangan lain menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian untuk
melakukan eksplorasi dan memperkuat prediksi terhadap suatu gejala yang berlaku
atas dasar data yang diperoleh di lapangan.3
Berdasarkan pada kedua pandangan di atas, maka penelitian kualitatif dalam
tulisan ini dimaksudkan untuk menggali suatu fakta, lalu memberikan penjelasan
terkait berbagai realita yang ditemukan, peneliti langsung mengamati peristiwa-
peristiwa di lapangan yang berhubungan langsung dengan metode serta aktivitas
1Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdaya Karya,1995),h. 15
2Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 11
3Sukardi, Metodologi Penelitian Kompetensi dan Prakteknya (Cet.IV; Jakarta: Bumi Aksara,2007), h. 14
30
Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat
di Kelurahan Patte’sne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
2. Lokasi Penelitian
S. Nasution berpendapat bahwa ada tiga unsur penting yang perlu
dipertimbangkan dalam menetapkan lokasi penelitian yaitu: tempat, pelaku dan
kegiatan.4 Penelitian tentang Peranan Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam
meningkatkan pemahaman agama masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar yang berlokasi di Masjid Nurul
Muhammad Lingkungan Pangkaje’ne. Oleh karna itu penulis ingin mengetahui
bagaimana upaya majelis taklim dalam meningkatkan pemahaman agama
masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten
Takalar.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini diarahkan kepada pengungkapan pola fikir
yang dipergunakan peneliti dalam menganalisis sasarannya atau dalam ungkapan lain
pendekatan ialah disiplin ilmu yang dijadikan acuan dalam menganalisis objek yang
diteliti sesuai dengan logika ilmu itu. Pendekatan penelitian biasanya disesuaikan
dengan profesi peneliti namun tidak menutup kemungkinan peneliti menggunakan
multi disipliner.5
4S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsinto, 1996), h. 43
5Muliati Amin, Dakwah Jamaah (Disertasi) (Makassar, PPS. UIN Alauddin, 2010), h. 129
31
Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :
1. Pendekatan Bimbingan Penyuluhan Islam
Pendekatan bimbingan adalah salah satu pendekatan yang mempelajari
pemberian bantuan terhadap individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam hidupnya agar dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.6
Pendekatan bimbingan yang dimaksudkan adalah sebuah sudut pandang yang
melihat fenomena gerakan bimbingan sebagai sebuah bentuk pembinaan, dalam
memberikan bimbingan penyuluhan terhadap masyarakat. Pendekatan ilmu ini
digunakan karena objek yang diteliti membutuhkan bantuan jasa ilmu tersebut untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan individu sehingga diberikan bantuan atau bimbingan.
2. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan sosiologi dibutuhkan untuk mengetahui peranan Majelis Taklim
Miftahul Jannah sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman agama masyarakat.
Pendekatan sosiologi menggunakan logika-logika dan teori sosiologi baik teori klasik
maupun modern untuk menggambarkan fenomena sosial keagamaan serta pengaruh
suatu fenomena terhadap fenomena lain.7 Pendekatan yang dimaksudkan disini
adalah peneliti melihat gejala gejala sosial yang pernah dilakukan oleh majelis taklim
dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat, kemudian melakukan
6Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Ed.IV (Cet.II, Yogyakarta: PT. AndiOffset,1993) h.2
7Maman Kh. Metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktek ( Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada,2006),h. 128
32
pendekatan kemasyarakatan dalam memberikan bimbingan terhadap anggota majelis
taklim tersebut.
Mengutip pandangan Hasan Shadily bahwa “pendekatan sosiologi adalah
suatu pendekatan yang mempelajari tatanan kehidupan bersama dalam masyarakat
dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya”.8 Menurut
Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei bahwa “pendekatan sosiologi dalam
suatu penelitian sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk membaca gejala sosial yang
sifatnya kecil, pribadi hingga kepada hal-hal yang bersifat besar”.9
C. Sumber Data
Sumber data dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber utama yang mesti diwawancarai secara
mendalam.10 Dan yang menjadi informan kunci adalah : Ketua Majelis Taklim
Miftahul Jannah. Sedangkan yang menjadi informan tambahan adalah : kepala Lurah
Patte’ne, Sekertaris Majelis Taklim Miftahul Jannah, Bendahara Majelis Taklim
Miftahul Jannah dan 3 anggota Majelis Taklim Miftahul Jannah.
8Hasan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia (Cet. IX; Jakarta: Bina Aksara, 1983),h. 1
9Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmadi Safei, Metode Penelitian Dakwah (Cet. I; Malang:Pustaka Pelajar, 2003), h. 60.
10Sifuddin Azsar, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 91
33
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yang dimaksud yaitu terdiri dari pustaka yang memiliki
relevansi dan menunjang penelitian ini, yaitu: berupa buku, majalah, internet, serta
sumber data lain yang bisa dijadikan data pelengkap. Sumber data sekunder dapat
dibagi kepada: pertama, kajian pustaka konseptual yaitu kajian terhadap artikel-
artikel atau buku-buku yang diteliti oleh para ahli yang ada hubungannya dengan
pembahasan judul ini. Kedua, kajian kepustakaan dari hasil penelitian terdahulu atau
penelusuran hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan pembahasan
penelitian ini, baik yang telah diterbitkan maupun yang tidak diterbikan dalam bentuk
buku atau majalah ilmiah beserta dokumen-dokumen maupun data-data yang terkait
dengan penelitian tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut J. Supranto data yang baik dalam suatu penelitian adalah data yang
dapat dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu, mencakup ruang yang luas
serta dapat memberikan gambaran yang jelas untuk menarik kesimpulan.11 Oleh
karena itu, data yang dibutuhkan dalam penulisan ini secara umum terdiri dari data
yang bersumber dari penelitian lapangan. Di dalam penelitian ini, maka pengumpulan
data yang dilakukan oleh penulis melalui observasi, wawancara dengan mengajukan
beberapa pertanyaan penelitian dan dokumentasi, sebagai berikut:
11J. Supranto, Metode Riset, Aplikasinya Dalam Pemasaran ( Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 1998), h. 47.
34
1. Observasi
Observasi merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Hal yang
hendak di observasi haruslah diperhatikan secara detail. Metode observasi ini, bukan
hanya hal yang didengar saja yang dapat dijadikan informasi tetapi gerakan-gerakan
dan raut wajah pun mempengaruhi observasi yang di lakukan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan tekhnik pengumpulan data untuk mendapatkan
keterangan lisan melalui tanya jawab langsung dengan orang yang dapat memberikan
keterangan.12 Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview, wawancara
merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya
bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan
narasumber. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) jawaban atas pertanyaan
itu.13 Jenis wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman, yaitu wawancara yang digunakan berpegang pada pedoman
yang telah disiapkan sebelumnya di dalam pedoman tersebut telah tersusun secara
sistematis, hal-hal yang akan ditanyakan.14
12S. Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodology Penelitian Sosial (Cet. IV;Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h. 73.
13Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, h. 186.
14Nana Syaodih Sukmadin, Metode Penelitian Pendidikan ( Cet. III; Jakarta: PT. BumiAksara, 2007), h. 186.
35
Wawancara mendalam merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan secara mendalam
dan detail. 15
Teknik semacam ini menurut Frey ibarat bola salju yang menggelinding saja
dalam menentukan subjek penelitian. Jumlah sampel tidak ada batas minimal atau
maksimal, yang penting telah memadai dan mencapai data jenuh, yaitu tidak
ditentukan informasi baru lagi tentang subjek penelitian.16
3. Dokumentasi
Dokumentasi sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumen. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cendramata, foto dan lain sebagainya. Sifat utama ini tak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga memberi ruang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam, Secara detail bahan dokumenter terbagi
beberapa macam yaitu autobiografi, surat-surat pribadi, buku catatan harian,
memorial, klipping, dokomen pemerintah atau swasta, data diserver dan flashdisk,
data tersimpan di website dan lain-lain.17 Teknik ini digunakan untuk mengetahui
15Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Cet. VIII; Jakarta: PT. BumiAksara, 2007 ), h. 82.
16Suwardi Endarsawara, Penelitian Kebudayaan Idiologi, Epistimologi dan Aplikasi(Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), h. 116.
17Penalaran UNM, Metode Penelitian Kualitatif” Situs resmi penalaran, http//www.penalaran-unm .org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metode-penelitian,kualitatif.html (27 Juli 2017)
36
sejumlah data tertulis yang ada dilapangan yang relevan dengan pembahasan
penelitian ini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, yakni
peneliti yang berperan sebagai perencana, pelaksana, menganalisis, menafsirkan data
hingga pelaporan hasil penelitian. Peneliti sebagai instrumen harus memunyai
kemampuan dalam menganalisis data. Barometer keberhasilan suatu penelitian tidak
terlepas dari instrumen yang digunakan, karena itu instrumen yang digunakan dalam
penelitian lapangan ini meliputi: daftar pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan,
(pedoman wawancara) laptop, kamera, alat perekam, buku catatan dan pulpen.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan bahkan merupakan
bagian yang sangat menentukan dari beberapa langkah penelitian sebelumnya.
Penelitian kualitatif, analisis data harus seiring dengan pengumpulan pengumpulan
fakta-fakta di lapangan, dengan demikian, analisis data dapat dilakukan sepanjang
proses penelitian. Menurut Hamidi sebaiknya pada saat menganalisis data peneliti
juga harus kembali lagi kelapangan untuk memperoleh data yang dianggap perlu dan
mengolahnya kembali.
Sebagian besar data yang diperoleh dan digunakan dalam pembahasan
penelitian ini bersifat kualitatif. Data kualitatif adalah data yang bersifat abstrak atau
tidak terukur seperti ingin menjelaskan; tingkat nilai kepercayaan masyarakat
terhadap nilai rupiah menurun. Oleh karena itu, dalam memperoleh data tersebut
37
penulis menggunakan metode pengolahan data yang sifatnya kualitatif, sehingga
dalam mengolah data penulis menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data yang dimaksud disini ialah proses pemilihan, pemusatan
perhatian untuk menyederhanakan, mengabstrakan dan transformasi data “ kasar”
yang bersumber dari catatan tertulis di lapangan.18 Reduksi ini diharapkan untuk
menyederhanakan data yang telah diperoleh agar memberikan kemudahan dalam
menyimpulkan hasil penelitian. Dengan kata lain seluruh hasil penelitian dari
lapangan yang telah dikumpulkan kembali dipilih untuk menentukan data mana yang
tepat untuk digunakan.
2. Penyajian Data ( Data Display)
Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan seluruh
permasalahan penelitian dipilih antara mana yang dibutuhkan dengan yang tidak, lalu
dikelompokkan kemudian diberikan batasan masalah.19 Penyajian data tersebut,
maka diharapkan dapat memberikan kejelasan dan mana data pendukung.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Vervication)
Langkah selanjutnya dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verivikasi, setiap kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada
18Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatip dan Kualitatif dan R&D,(Cet.VI; Bandung :Alfabeta,2008), h. 247
19Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatip dan Kualitatif dan R&D, h. 249.
38
tahap pengumpulan data berikutnya. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan apalagi
dalam sebuah penelitian ilmiah, diharuskan untuk menarik kesimpulan dan seluruh
data yang telah dikumpulkan, mulai dari data yang telah disimpulkan akan
melahirkan saran-saran dari peneliti kepada yang diteliti (Peranan Majelis Taklim
Miftahul Jannah dalam meningkatkan Pemahaman agama di Kelurahan Patte’ne
Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar) demi perbaikan-perbaikan
itu sendiri khususnya pada tataran penyelenggaraan proses pembinaan pemahaman
agama masyarakat.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Kelurahan Patte’ne
Kelurahan Patte’ne adalah hasil pemekaran induk kelurahan Maradekaya
yang berada di Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar. Kelurahan
Patte’ne terdiri dari 8 Lingkungan yaitu:
a) Lingkungan Campagaya
b) Lingkungan Pangkaje’ne
c) Lingkungan Bontocinde
d) Lingkungan Mallaka
e) Lingkungan Damme
f) Lingkungan Pangkarode’
g) Lingkungan Patte’ne
h) Lingkungan Bone-Bone II
Berikut ini gambaran sejarah perkembangan Kelurahan Patte’ne :
1) Tahun 1979-1989 Kelurahan Patte’ne adalah sebuah kelurahan yang dikepalai
oleh seorang yang berkarismatik yang bernama H. Abdul Hamid Manja Dg. Jarre,
dengan gelar kepala Lurah.
40
2) Tahun 1989-1998 kepala Lurah dijabat oleh Alimuddin yang menjabat selama
10 tahun.
3) Tahun 1998-2003 kepala Lurah dijabat oleh Abdul Salim Dg. Tumpu yang
menjabat selama 5 tahun.
4) Tahun 2003-2008 kepala Lurah dijabat oleh Arifin Yacob Dg. Serang yang
menjabat selama 5 tahun.
5) Tahun 2008-2013 kepala Lurah dijabat oleh Jalaluddin Hafid.
6) Tahun 2013-2017 kepala Lurah dijabat oleh Syarief Haris, SE,M.A.P.
7) Tahun 2017 sampai sekarang kepala Lurah dijabat oleh Syafaruddin,
S.Sos.M.A.P.1
2. Keadaan Geografis Kelurahan Patte’ne
Secara geografis Kelurahan Patte’ne cukup strategis, terbagi kedalam delapan
Lingkungan. Kedelapan Lingkungan yang ada dapat dijangkau dengan mudah,
meskipun sebagian jaraknya agak jauh dan harus dengan menggunakan kendaraan
roda dua dan roda empat. Kelurahan Patte’ne memunyai luas wilayah 433,33 km
persegi.
1Profil Kantor Kelurahan Patte’ne Keacamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar,19 Desember 2017.
41
a. Letak Kelurahan Patte’ne dan batas-batasnya:
Tabel I. Batas wilayah Kelurahan Patte’ne Tahun 2017
Letak Batas Desa/Kelurahan/Kecamatan
Sebelah Timur Desa Moncongkomba
Sebelah Utara Kecamatan Polongbangkeng Selatan
Sebelah Barat Kelurahan Maradekaya
Sebelah Selatan Kelurahan Pappa
Sumber Data: Dokumen Kantor Kelurahan Patte’ne, 2017
3. Keadaan Demografis Kelurahan Patte’ne
a. Jumlah penduduk pada Kelurahan Patte’ne dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel II. Jumlah Penduduk di Kelurahan Patte’ne Tahun 2017
No LingkunganJumlah Penduduk JumlahL P
1 Lingkungan Campagaya 228 237 465
2 Lingkungan Pangkaje’ne 176 226 304
3 Lingkungan Bontocinde 165 221 386
4 Lingkungan Mallaka 185 190 375
5 Lingkungan Damme 127 130 257
6 Lingkungan Pangkarode’ 210 246 456
42
7 Lingkungan Patte’ne 170 201 371
8 Lingkungan Bone-Bone II 150 170 320
Jumlah 1411 1621 3032
Sumber Data: Dokumen Kantor Kelurahan Patte’ne, 2017
b. Agama
Secara keseluruhan penduduk Kelurahan Patte’ne memeluk agama Islam.
Hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel III. Agama Penduduk di Kelurahan Patte’ne Tahun 2017
No Uraian Jumlah Satuan Keterangan
1. Agama Islam 3032 Jiwa Laki-laki 1411jiwa,
Perempuan1621 jiwa
2. KristenKatolik
0 Jiwa
3. Kristen Protestan 0 Jiwa
4. Hindu 0 Jiwa
5. Budha 0 Jiwa
6. Konghucu 0 Jiwa
Sumber Data: Dokumen Kantor Kelurahan Patte’ne, 2017
c. Keadaan sosial, ekonomi dan budaya
Secara sosial dan ekonomi masyarakat yang ada di Kelurahan Patte’ne cukup
bervariasi dengan latar belakang ekonomi yang berbeda-beda pula. Dengan
mengandalkan sistem perekonomian yang diperoleh dari hasil pertanian. Pertanian
43
merupakan sumber mata pencaharian yang paling dominan. Hal itu ditunjang dengan
wilayah yang sebagian besar terdiri dari lahan perkebunan dan persawahan.
d. Sarana dan fasilitas kesehatan
Sarana dan fasilitas kesehatan yang ada di Kelurahan Patte’ne Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar meliputi:
1. Satu buah Puskesmas yang melayani kebutuhan rawat inap dan rawat jalan
dan BPS bagi penduduk yang membutuhkan layanan kesehatan.
2. Satu buah Pustu yang melayani masyarakat.
3. Sarana penunjang pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat yakni
delapan buah posyandu yang berlokasi di Lingkungan Patte’ne. Lingkungan Bone-
Bone II, Lingkungan Pangkaje’ne, Lingkungan Campagaya, Lingkungan Bontocinde,
Lingkungan Pangkarode’, Lingkungan Damme dan Lingkungan Mallaka.
e. Sarana pendidikan
Sarana lain yang ada di Kelurahan Patte’ne untuk kepentingan umum
meliputi:
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 4 buah yang berlokasi di Lingkungan Patte’ne,
Lingkungan Campagaya, Lingkungan Pangkaje’ne, Lingkungan Bontocinde,
Lingkungan Damme, Lingkungan Mallaka. Sekolah TK satu buah yang berada di
Lingkungan Patte’ne, serta satu buah Mts di Lingkungan Bontocinde.
44
f. Sarana ibadah
Sarana ibadah digunakan di Kelurahan Patte’ne yakni Masjid sebanyak 8 buah
disetiap Lingkungan yang ada di Kelurahan Patte’ne.
Adapun jumlah sarana lain yang ada di masing-masing Lingkungan pada
Kelurahan Patte’ne dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel IV. Sarana Lain di Kelurahan Patte’ne Tahun 2017
No Lingkungan Sarana Jumlah
1 Lingkungan Patte’neSekolah 2 buah
Mesjid 1 buah
2 Lingkungan Bone-Bone II Mesjid 1 buah
3 Lingkungan Pangkaje’neSekolah 1 buah
Mesjid 1 buah
4 Lingkungan Campagaya Mesjid 1 buah
5 Lingkungan BontocindeSekolah 2 buah
Mesjid 2 buah
6 Lingkungan MallakaSekolah 1 buah
Mesjid 2 buah
7 Lingkungan Damme Mesjid 1 buah
8 Lingkungan Pangkarode’ Mesjid 1 buah
Jumlah 16 buah
Sumber Data: Dokumen Kantor Kelurahan Patte’ne, 2017
45
g. Struktur Organisasi Kelurahan Patte’ne
Adanya stuktur organisasi memunyai arti penting bagi lembaga pemerintahan,
sebab dengan adanya struktur tersebut diharapkan rencana dan kegiatan yang
berkenaan dengan tugas dan fungsi suatu lembaga atau pemerintahan untuk mencapai
tujuan dalam suatu lembaga masyarakat dapat berjalan dengan baik dan terarah, atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Untuk tidak terja ditumpang tindih dalam pelaksanaan tugas, maka lembaga
pemerintahan desa membuat job description untuk masing-masing dikasih pada
Kantor Kelurahan Patte’ne. adapun struktur organisasi Kantor Kelurahan Patte’ne
adalah sebagai berikut :
46
Tabel V. Sturuktur Organisasi Kelurahan Patte’ne Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar
Sumber Data: Dokumentasi Kantor Kelurahan Patte’ne, 2017
LURAHSYAFARUDDIN, S.Sos.,M.A.P
SEKRETARIS LURAHMUHAMMAD NUR,S.E
KASIPEMERINTAHANMUH. ANWAR, S.H
KASIPEMBANGUNAN
NISYATUL FADILAH,S.STP
KASI EKON& KESRA
AHMAD, S.E
KEPALALINGKUNGANPANGKARODE
ABD SALAM
KEPALALINGKUNGAN
PATTE’NEH PARAMANSA
KEPALALINGKUNGAN
MALLAKABASRI
KEPALALINGKUNGANBONE BONE 2
AHMAD
KEPALALINGKUNGAN
DAMMEMUHISIDI
KEPALALINGKUNGAN
BOTNTOCINDEHASAN
KEPALALINGKUNGANCAMPAGAYA
ISMAIL
KEPALALINGKUNGANPANGKAJE’NE
SATTU
47
B. Upaya yang dilakukan Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam Meningkatkan
Pemahaman Agama Masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
Keberadaan Majelis Taklim Miftahul Jannah sangat potensial dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat dewasa ini, karena
melalui majelis taklim ini sebagian masalah yang dihadapi oleh para anggota seperti
hal-hal yang merusak akidah dan masalah yang berkaitan dengan kehidupan, akhirnya
bisa diatasi melalui dialog/tanya jawab yang berkesinambungan antara
penceramah/muballig dengan ibu-ibu serta remaja yang termasuk dalam anggota.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh Majelis Taklim Miftahul Jannah
dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat di Kelurahan Patte’ne
Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
1. Mengadakan pengajian rutin
Pengajian atau taklim merupakan suatu aktivitas islami, di mana seseorang
memberikan pengetahuan tentang agama kepada orang lain dalam rangka memelihara
kehidupan beragama yang baik serta dapat memupuk semangat ukhuwah islamiyah
atau persaudaraan Islam, sehingga dapat memberikan nilai-nilai keruhanian yang
luhur bagi pribadi seseorang.
Menurut Hj.Halijah bahwa salah satu langkah yang dilakukan Majelis Taklim
Miftahul Jannah dalam meningkatkan pemahaman agama masyarakat adalah dengan
mengadakan pengajian rutin. Pengajian ini mengarah pada bidang pengembangan
ajaran Islam untuk seluruh lapisan masyarakat terutama para ibu-ibu dan remaja yang
48
tergabung sebagai anggota. Pengajian ini memunyai pengurus di tingkat Kecamatan
dan di Kelurahan yang rutin dilaksanakan satu kali dalam seminggu yaitu pada hari
Jumat sore.2
Kegiatan pengajian di bidang dakwah juga dilakukan dengan jalan
membentuk kelompok-kelompok pengajian di tingkat kelurahan dan desa sampai di
tiap-tiap dusun yang dilakukan secara rutin dari masjid ke masjid disetiap
lingkungan, dengan penceramah (guru/muballig) yang didatangkan oleh pengurus
majelis taklim masing-masing secara bergiliran.
Menurut Jumriati.S bahwa pengajian yang dilakukan oleh majelis taklim di
tingkat lingkungan dilakukan setiap satu kali dalam seminggu dengan mengundang
majelis taklim disetiap Lingkungan yang dirangkaikan pula dengan acara arisan
antara sesama anggota majelis taklim yang digelar setiap satu bulan sekali. Pada
pengajian tersebut diadakan sesi tanya jawab yaitu para anggota dalam hal ini ibu-ibu
dan remaja diberi kesempatan untuk bertanya masalah-masalah yang berkaitan
dengan materi yang dibawakan oleh pembawa materi.3
2. Mengadakan Kegiatan Tadarrus
Tadarrus berasal dari kata darasa-yadrusu, yang artinya mempelajari,
meneliti, menelaah, mengkaji dan mengambil pelajaran dari wahyu-wahyu Allah swt.
Lalu kata darasa ketambahan huruf “Ta” di depannya sehingga manjadi tadarasa
2Hj. Halijah (55 Tahun), Ketua Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara di KelurahanPatte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
3Jumriati. S (23 Tahun), Sekertaris Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara di KelurahanPatte’ne, tanggal 20 Desember 2017.
49
yatadarasu, maka maknanya bertambah menjadi saling belajar atau mempelajari
secara mendalam.4 Istilah tadarrus sebenarnya agak berbeda antara bentuk yang kita
saksikan sehari-hari dengan makna bahasanya. Tadarrus biasanya berbentuk sebuah
majelis di mana para pesertanya membaca Alquran bergantian. Satu orang membaca
dan yang lain menyimak, membaca Alquran secara serentak dan bersama-sama serta
didampingi oleh pembimbing.
Menurut Dg Ngintang bahwa kegiatan tadarrus yang dilakukan oleh Majelis
Taklim Miftahul Jannah di Kelurahan Patte’ne umumnya dilaksanakan setiap hari
Selasa dan tempat pelaksanaan hanya dilakukan di Masjid setiap Lingkungan. Para
anggota majelis taklim tidak hanya melakukan tadarrus saja, namun para anggota
juga diajar cara mengaji dengan baik salah satunya dengan belajar ilmu tajwid,
sehingga anggota mampu bertadarrus dengan baik dan benar.5
Dapat dipahami bahwa dengan kegiatan tadarrus yang diadakan oleh majelis
taklim adalah untuk meningkatkan pemahaman agama masyarakat di Kelurahan
Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
4Imam Nawawi, Menjaga Kemuliaan Al-quran (Bandung: Al-Bayan, 1996), h. 101.
5Dg Ngintang (59 Tahun), Anggota Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara diKelurahan Patte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
50
3. Melaksanakan salat berjamaah dengan para anggota majelis taklim pada setiap
waktu salat fardu
Salat berjamaah disyariatkan Islam dalam berbagi kesempatan dengan tujuan
berkumpulnya umat Islam untuk saling memupuk rasa persaudaraan, persatuan,
bertukar pikiran dan persamaan.
Menurut S Dg Ngintang bahwa peningkatan kualitas ibadah anggota Majels
Taklim Miftahul Jannah adalah melakukan salat berjamaah dengan seluruh anggota
dan dilaksanakan di masjid, satu kali dalam satu minggu setiap hari Kamis pada
waktu salat dzuhur. Pelaksanaan salat berjamaah dimaksudkan agar anggota majels
taklim sadar bahwa salat berjamaah lebih diutamakan dari pada salat sendiri-sendiri.
Adanya program demikian, sebagian ibu rumah tangga mulai rajin untuk beribadah
dan melaksanakan salat berjamaah di masjid walaupun bukan pada waktu yang
ditentukan oleh majelis taklim.6
4. Melaksanakan Kegiatan Sosial
Kegiatan sosial adalah untuk memberdayakan masyarakat (laki-laki dan
perempuan) melalui penguatan modal sosial dan pelaksanaan tindakan bersama
seluruh masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan peningkatkan kualitas
hidup masyarakat, melalui penguatan modal sosial dan pelaksanaan tindakan bersama
seluruh masyarakat yang dilakukan secara swadaya dan berkelanjutan.
6S Dg Ngintang (40 Tahun), Bendahara Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara diKelurahan Patte’ne, pada Tanggal 23 Desember 2017.
51
Menurut Fatmawati bahwa kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh Majelis
Taklim Miftahul Jannah adalah dengan membersihkan masjid dan tempat sekitar
kompleks Kelurahan Patte’ne. kegiatan ini dilakukan untuk menanamkan kesadaran
para anggota akan pentingnya menjaga kebersihan tempat ibadah seperti masjid dan
tempat di sekitar kita karena semua manusia pada akhirnya akan kembali ketempat
peristirahatan terakhir yaitu di alam kubur.7
Menurut Jumriati.S bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh Majelis Taklim
Miftahul Jannah yang kesemuanya itu bersifat ibadah sangat memengaruhi tingkat
kesadaran dalam memberikan pemahaman agama kepada masyarakat, karena semua
ilmu yang didapat dalam setiap kegiatan agama Islam yang mengatur tata cara
kehidupan di dunia dan persiapan bekal di akhirat.8 Dengan demikian dapat
dipahami, bahwa upaya yang dilaksanakan oleh Majelis Taklim Miftahul Jannah
kesemuanya itu bernilai ibadah yang sangat memengaruhi peningkatan pemahaman
agama masyarakat, khususnya para ibu-ibu dan remaja. Dengan pendekatan
penanaman agama seperti : pengajian rutin, salat berjamaah, tadarrus, dan kegiatan
sosial, semua ilmu yang didapat dalam setiap kegiatan mengarah pada ajaran agama
Islam yang mengatur tata cara kehidupan di dunia dan persiapan di akhirat, disamping
kegiatan khusus lainnya yang dilakukan dalam meningkatkan pemahaman agama
masyarakat.
7Fatmawati (35 Tahun), Anggota Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara di KelurahanPatte’ne, pada Tanggal 22 Desember 2017.
8Jumriati. S (23 Tahun), Sekertaris Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara di KelurahanPatte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
52
5. Memberikan ceramah agama
Pemberian ceramah biasa dilakukan oleh muballig ataupun salah satu anggota
majelis taklim yaitu Jumriati.S, isi ceramah yang disampaikan terhadap masyarakat
yang banyak berhubungan dengan masalah dosa-dosa dan pengampunan Allah swt
seperti barang siapa yang melakukan perbuatan kejahatan dan bertaubat maka akan
diampuni oleh Allah swt, sebagaimana firman Allah swt dalam QS.Az-Zumar/39: 53,
Terjemahnya :
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri merekasendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allahmengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang MahaPengampun lagi Maha Penyayang.9
Kegiatan tersebut dilakukan sekali dalam seminggu yaitu sesudah salat dzuhur
pada setiap hari Kamis, dan di hadiri anggota Majelis Taklim Miftahul Jannah.
Dengan kegiatan seperti ini bisa merubah pola pemikiran masyarakat dari yang tidak
pernah kemasjid salat berjamaah bisa sekidit demi sedikit memengaruhinya untuk
datang ke masjid setelah mendengar beberapa ceramah yang diadakan di Majelis
Taklim Miftahul Jannah tersebut.
9Kementrian Agama RI., Al-qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Direttorat JendralBimbingan Masyarakat Islam, 2015), h. 666.
53
6. Menanamkan Pemahaman Agama kepada Masyarakat terhadap Nilai-nilai
Ajaran Islam.
Penanaman nilai-nilai kemanusian oleh majelis taklim lebih bersifat
horizontal, yang mengatur hubungan antar sesama. Usaha ini dilakukan agar terjalin
hubungan yang harmonis dan tercipta lingkungan yang kondusif, tentram, bahagia,
dan sejahtera. Nilai-nilai kemanusiaan yang lebih ditekankan oleh Majelis Taklim
Miftahul Jannah sebagi berikut :
a. Menanamkan Pemahaman kepada Masyarakat pentingnya Menjaga tali
silahturahmi
Menjaga tali silahturahmi adalah perbuatan yang dianjurkan oleh agama.
Kecenderungan masyarakat dewasa ini yang serba individualistik atau materialistik
harus dihindarkan, sebab manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang
membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya.
Menurut Jumriati. S bahwa usaha menjaga tali silaturahmi dapat dilakukan
dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Majelis Taklim Miftahul
Jannah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa majelis taklim adalah wadah untuk
saling mengenal sesama umat Islam, sehingga dengan mengikuti kegiatan Majelis
Taklim Miftahul Jannah diharapkan terjadi hubungan yang erat antara sesama.10
10Jumriati. S (23 Tahun), Sekertaris Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara diKelurahan Patte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
54
b. Menanamkan Pemahaman tentang Pentingnya Saling menghormati antara
sesama tetangga
Usaha untuk menghormati antar tetangga merupakan hal yang sangat penting
guna menciptakan kondisi masyarakat yang aman, tentram dan sejahtera. Penanaman
nilai saling menghormati antar tetangga biasa ditanamkan melalui ceramah-ceramah
keagamaan yang diisi oleh penceramah/muballig menyadari bahwa dalam
bermasyarakat gangguan yang dihadapi lebih kompleks, sehingga perlu penyadaran
melalui bimbingan bagi mereka.11 Agar tercipta persaudaraan yang kuat dari
persaudaraan karena keturunan
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam
Meningkatkan Pemahaman Agama Masyarakat di Kelurahan Patte’ne
Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar
1. Faktor pendukung
a. Semua masyarakat beragama Islam
Semua masyarakat beragama Islam membuat lebih mudah untuk mengajak
mereka hadir dalam suatu majelis taklim yang membahas tentang ajaran Islam, agar
dapat membantu masyarakat untuk menata hidup yang lebih baik dan berpedoman
kepada ajaran Islam.
Menurut Hj. Halijah bahwa masyarakat yang ada di Kelurahan Patte’ne 100%
beragama Islam sehingga sangat mendu`kung peranan Majelis Taklim Mitahul
11Hj. Halijah (55 Tahun), Ketua Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara di KelurahanPatte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
55
Jannah. Dengan demikian, setiap kegiatan yang bernuansa islami akan selalu
direspon baik oleh masyarakat termasuk anggota majelis taklim. Anggota majelis
taklim merasa sangat bahagia dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh Majelis Taklim Miftahul Jannah karena mereka bisa lebih memperdalam
pengetahuan tentang ajaran Islam itu sendiri.12
b. Penceramah/Muballig
Penceramah atau muballig adalah salah satu faktor penunjang keberhasilan
suatu majelis taklim. Sebagian besar muballig yang diundang/didatangkan oleh
Majelis Taklim Miftahul Jannah untuk menyampaikan materi tidak semua berasal
dari Kecamatan Polongbangkeng Selatan.
Menurut Jumiati.S bahwa sumber daya penceramah/muballig yang berada di
Kecamatan Polongbangkeng Selatan masih kekurangan, sehingga
penceramah/muballig yang sering mengisi pengajian di majelis taklim itu kadang-
kadang tidak diganti selama tiga kali mengisi pengajian.13 Di Kecamatan
Polongbangkeng Selatan sendiri memiliki banyak sarjana agama, namun hanya
sedikit yang mampu mengisi dan membawakan materi dalam pengajian majelis
taklim. Pada hal kehadiran penceramah/muballig sangat dibutuhkan oleh
organisasi/lembaga majelis taklim.
c. Motivasi yang kuat dari para pengurus
12Hj. Halijah (55 Tahun), Ketua Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara di KelurahanPatte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
13Jumriati. S (23 Tahun), Sekertaris Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara diKelurahan Patte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
56
Menurut Hj. Halijah bahwa faktor pendukung lainnya adalah motivasi yang
kuat dari pengurus dan pembina Majelis Taklim Miftahul Jannah. Terlaksananya
setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Majelis Taklim Miftahul Jannah,
semuanya tidak terlepas dari motivasi dan semangat dari pengurus majelis taklim
dalam menyelenggarakan setiap kegiatan, meskipun kadang-kadang terjadi suatu
halangan/hambatan, namun tetap antusias untuk menyelenggarakan setiap kegiatan
yang sudah mereka sepakati bersama meskipun terkadang hanya sedikit anggota yang
datang menyukseskan setiap kegiatan.14
2. Faktor Penghambat
Setiap organisasi atau lembaga dalam menjalangkan kegiatannya pasti akan
menghadapi suatu tantangan atau hambatan, begitu pula dengan majelis taklim dalam
menjalankan kegiatan rutinitasnya menghadapi beberapa hambatan. Penghambat
utama yang dihadapi Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam meningkatkan
pemahaman agama masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng
Selatan Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut :
a. Faktor kurangnya dana
Majelis Taklim Miftahul Jannah sebagai organisasi atau lembaga dakwah
tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk membiayai kegiatan
operasionalnya, kegiatan rutinitas majelis taklim tersebut akan terlaksana dengan baik
jika tersedia dana dengan jumlah yang mencukupi. Sumber dana yang diperoleh
14Hj. Halijah (55 Tahun), Ketua Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara di KelurahanPatte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
57
majelis taklim sebagian berasal dari iuran para anggotanya. Para anggota tidak semua
berasal dari orang yang berkecukupan dan kebanyakan berasal dari keluarga
sederhana, untuk itu jika hanya mengharapkan iuran dari para anggota tidak akan
mengefisienkan pelaksanaan setiap kegiatan.
Menurut Jumriati.S bahwa pengajian yang sering dilakukan oleh majelis
taklim juga membutuhkan dana karena mereka tidak hanya mendengarkan ceramah
namun harus ada konsumsi untuk menjamu para undangan dan
penceramah/mubaligh, apalagi kalau anggota majelis taklim diutus mengikuti
perlombaan keagamaan seperti qasida rebana sangat diperlukan adanya untuk
membeli alat rebana yang akan digunakan untuk latihan dan mengikuti pertandingan.
Anggota majelis taklim juga membutuhkan baju seragam untuk dipake setiap
mengikuti kegiatan maupun perlombaan. Keseragaman pakaian juga akan menambah
nilai estetika bagi anggota karena terlihat rapi dan seragam.15
b. Faktor kurangnya kesadaran
Faktor kurangnya kesadaran adalah salah satu yang sangat penting dan
menghambat jika seorang anggota majelis taklim tidak memiliki kesadaran akan
dirinya untuk datang menghadiri majelis taklim yang telah ditentukan waktunya.
Menurut Hj. Halijah bahwa kurangnya kesadaran sebagian anggota majelis
taklim untuk aktif menghadiri setiap kegiatan yang dilakukan oleh Majelis Taklim
Miftahul Jannah. Sebagian di antara mereka yang tidak aktif disebabkan karena
15Jumriati. S (23 Tahun), Sekertaris Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara diKelurahan Patte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
58
kesibukan mereka masing-masing, baik dari segi pekerjaan maupun mengurus rumah
tangga, kebanyakan dari ibu-ibu majelis taklim memang berfrofesi sebagai ibu rumah
tangga yang otomatis kesibukan mereka tercurah pada urusan rumah tangga termasuk
merawat suami dan anak-anak mereka.16 Pengurus atau Pembina majelis taklim
menghimbau kepada seluruh anggota Majelis Taklim Miftahul Jannah agar
meluangkan sedikit waktunya untuk datang pada setiap pengajian atau bimbingan
keagamaan di majelis taklim dan bertanggung jawab dalam setiap pelaksanaan
kegiatan.
16Hj. Halijah (55 Tahun), Ketua Majelis Taklim Miftahul Jannah, Wawancara di KelurahanPatte’ne, pada Tanggal 20 Desember 2017.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam
meningkatkan pemahaman agama masyarakat di Kelurahan Patte’ne kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Upaya yang dilakukan oleh Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam
meningkatkan pemahaman agama masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar adalah pengajian rutin, tadarrus, salat
berjamaah, melaksanakan kegiataan sosial, memberikan ceramah, memberikan
penanaman pendidikan agama kepada masyarakat dan menanamkan nilai-nilai
kemanusiaan.
2. Faktor yang menjadi pendukung Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam
meningkatkan pemahaman agama masyarakat, masyarakat yang ada di Kelurahan
Patte’ne: 100% beragama Islam, peran penceramah/muballig, motivasi yang kuat dari
pengurus dan Pembina Majelis Taklim Miftahul Jannah. Adapun yang menjadi
faktor penghambat adalah dana dan kurangnya kesadaran sebagian anggota untuk
aktif menghadiri setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Majelis Taklim Miftahul
Jannah.
60
B. Implikasi Penelitian
1. Untuk meningkatkan kualitas Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam
meningkatkan pemahaman agama masyarakat, maka diharapkan kepada semua pihak
yang berkompeten seperti Pembina dan penceramah/muballig, agar dapat membantu
dan berperan seefektif mungkin dalam membina dan menanamkan ahklakulkarimah
pada masyarakat yang termasuk dalam anggota majelis taklim.
2. Di Kelurahan Patte’ne masih kekurangan muballig, oleh karena itu diharapkan
adanya partisipasi dari pemerintah untuk mengadakan pelatihan muballig bagi
masyarakat, agar di Kelurahan Patte’ ne tidak lagi kekurangan penceramah/muballig.
61
DAFTAR PUSTAKA
Al quran Al karim
Alawiyah, Tuty. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim (Cet, 1; Bandung:Mizan, 1997).
Anwar, Syamsuddin. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Konteksnya dengan Sumber DayaManusai dan Lingkungan Hidup, (Semarang : Yayasan 2007).
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Cet:Ix Jakarta: BumiAksara, 2009).
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).
Arifin, M. Filsafat pendidikan islam (Jakarta: Bumi Aksara , 1994).
Basrowi. Pengantar Sosiologi (Bogor, Galia Indonesia: 2005).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2002).
Endarsawara, Suwardi. Penelitian Kebudayaan Idiologi, Epistimologi dan Aplikasi(Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006).
Fitriah, Hanny dan Rakhmad Zailani Kiki, Manajemen dan Silabus Majelis Taklim(Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam, 2012).
Gunawan, Ary H. Sosiologi Pendidikan: Sosiologi tentang Berbagi ProblemPendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Ishaq. Ibnu dan Samson Rahman, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap KehidupanRasulullah (Jakarta: Akbar Media, 2015).
J. Supranto, Metode Riset, Aplikasinya Dalam Pemasaran ( Jakarta: LembagaPenerbit FE-UI, 1998).
Jajat, Burhanuddin [ed]. Ulama Perempuan Indonesia (Jakarta : Gramedia PustakaUtama, 2002).
Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1996).
Kementrian Agama RI. Al-quran dan Terjemahnya (Semarang Toha Putra, 2015).
Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja RosdayaKarya,1995).
Maman Kh. Metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktek ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,2006).
Muhtadi, Asep Saeful dan Agus Ahmadi Safei, Metode Penelitian Dakwah (Cet. I;Malang: Pustaka Pelajar, 2003).
Mappanganro. Implementasi pendidikan Islam disekolah (Ujung Pandang: YayasanAhkam,1996).
62
Musnawar, Thohari. Dasar-dasar konseptual Bimbingan dan Konselin Islam(Yogyakarta: UII Press, 1992).
Munawir, Warson. Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap (Yogyakarta:Unit pengadaan Buku Ilmiah Ponpes Al-Munawwir Krapyak, 1994).
Al-Najjar, Abd.Al-Majid. Pemahaman Agama antara Rakyu dan Wahyu (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1997).
Nawawi, Iman. Menjaga Kemuliaan Al-quran (Bandung: Al-Bayan, 1996).
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Cet. VIII; Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007 ).
Penalaran UNM, Metode Penelitian Kualitatif” Situs resmi penalaran,http//www.penalaran-unm .org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metodepenelitian,kualitatif.html (27 mei 2017).
Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Cet.1 Jalan Sultan Alauddin No.36, 2013)
Profil Kantor Kelurahan Patte’ne Keacamatan Polongbangkeng Selatan KabupatenTakalar, 19 Desember 2017.
Purwo Darminto, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka,1999).
Rosehan Anwar dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Umat (Cet. 1; Jakarta: RifqiJaya Jakarta, 2002).
As-Siba, Musthafa. Sirah Nabawiah Pelajaran dari Nabi (Solo: Era AdicitraIntermedia, 2011).
Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: UI Press, 1996).
Sadiman, Arif Sukadi. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar (Cet,I:Jakarta Mediyatama Sarana Perkasa, 1946).
Sumardi, Suryabrata. Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 1987).
S. Nasution, Sosiologi pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).
S. Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodology Penelitian Sosial (Cet.IV; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001).
Sukardi. Metodologi Penelitian Kompetensi dan Prakteknya (Cet.IV; Jakarta : BumiAksara,2007).
Sifuddin, Azsar. Metodologi Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998).
Sugiono. Metodologi Penelitian Kuantitatip dan Kualitatif dan R&D (Cet.VI;Bandung : Alfabeta,2008).
Sukmadin, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan ( Cet. III; Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007).
Shadily, Hasan. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia (Cet. IX; Jakarta: BinaAksara, 1983).
63
Tim Penyusun Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan, Pedoman PembinaanMajelis Taklim (Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji ProyekPeningkatan Tenaga Keagamaan; Jakarta, 1995).
Tim Penulis Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama RI, PedomanPembinaan Majelis Taklim (Jakarta: Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan,1995).
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Ed.IV (Cet.II, Yogyakarta :PT. Andi Offset,1993).
Zaqzuq, Mahmud Hamdi. Islam dan Tantangan dalam Menghadapi Pemikiran Barat,(Bandung : Pustaka Setia, 2003).
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap Idawati lahir di Panaikan Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar pada tanggal 11
juli 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara,
adik bernama Rian Saldi dari pasangan suami istri R Dg Lallo
dan D Dg Ngintang.
Penulis menempuh pendidikan pertama pada tahun 2001
di SD Inpres La’nyara tepatnya di Kecamatan Polongbangkeng Selatan dan menimba
ilmu selama 6 tahun dan lulus pada tahun 2006 pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 04 Takalar dan lulus pada tahun 2009.
Setelah selesai penulis melanjutkan penddidikan di SMA Negeri 01 Polongbangkeng
Selatan dan akhirnya selesai pada tahun 2012.
Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan di SMA 01 Polongbangkeng
Selatan pada tahun selanjutnya, penulis kemudian memilih melanjutkan pendidikan
kejenjang perguruan tinggi yakni Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UIN)
Aluddin Makassar, penulis mengambil Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan judul karya ilmiah (skripsi) “Peranan
Majelis Taklim Miftahul Jannah dalam Meningkatkan Pemahaman Agama
Masyarakat di Kelurahan Patte’ne Kecamatan Polongbangkeng Selatan
Kabupaten Takalar”.Penulis sangat bersyukur telah diberikan kesempatan menimba ilmu pada
perguruan tinggi tersebut sebagai bekal penulis dalam mengarungi samudra
kehidupan di masa yang akan datang. Pengalaman demi pengalaman banyak
diperoleh penulis selama mengenyam pendidikan di UIN Alauddin Makassar.