peranan mata kuliah mengarang ( sakubun ) dalam ...a-research.upi.edu/operator/upload/campuran.pdfe....
TRANSCRIPT
PERANAN MATA KULIAH MENGARANG ( SAKUBUN )
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG
M A K A L A H
Oleh :
Wawan Meidani
011318
PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2006
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Peranan Mata
Kuliah Mengarang ( Sakubun ) dalam Pembelajaran Bahasa Jepang’’.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujuan
siding sarjana Program Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia.
Meskipun penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya,tetapi tidak menutup
kemungkinan terdapat kekurangan didalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang dapat diajadikan pedoman penulisan makalah yang lebih baik di
masa yang akan datang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ketua Program Pendidikan Bahasa Jepang, Bapak Drs. Mulyana Adimiharja, Med.
2. Bapak Drs. Ahmad Dahidi M.A sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Pendidikan Bahasa Jepang.
4. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan
5. “Kiki” Thanks for your presence.
6. My all Best Friend Naya dan Keluarga, Fadya, Udung, Pawz, Nina, Chibi, Ndie,
Beni, Ade, Manong, Sandi, Udut, dan seluruh rekan-rekan di Angkatan 2001.
7. Rekan seperjuangan yang mengambil jalur non skripsi Rani dan Rina.
Serta kepada seluruh pihak yang terlibat dan menyumbangkan pikiran, tenaga,
dan juga materi dalam penyelesaian makalah ini.Semoga Allah SWT membalas amal an
kebaikan yang bersangkutan.
Penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembelajar Bahasa Jepang
khususnya, juga bagi para pembaca umumnya.
Bandung, 20 Juli 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
BAB II MENULIS KARANGAN
A. Menulis ……………………………………………………………….. 4
B. Pengertian Karangan …………………………………………………. 5
C. Pengertian Karangan Dalam Bahasa Jepang (Sakubun) ……………… 7
D. Bentuk Bentuk Karangan (Sakubun) …………………………………. 7
E. Hal-Hal yang Harus Dipehatikan Ketika Membuat Karangan ………… 8
BAB III PENGAJARAN MENGARANG
A. Pengajaran Mengarang ( Sakubun ) …………………………………… 11
B. Pentingnya Mata Kuliah Mengarang ( Sakubun ) …………………….. 14
C. Tujuan Mata Kuliah Mengarang ( Sakubun ) ………………………….. 15
D. Peranan Mata Kuliah Mengarang (Sakubun) Dalam
Pembelajaran Bahasa Jepang…………………………………………… 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 18
B. Saran …………………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 20
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa sebagai alat komunikasi bagi manusia memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari hari,dengan bahasa manusia dapat mengemukakan pikiran, perasaan
dan kehendaknya terhadap orang lain, bahasa mungkin tidak perlu bagi kehidupan alam
semesta, akan tetapi merupakan hal yang paling vital bagi kehidupan manusia
(Samsuri,1983:3).
Bahasa Jepang termasuk bahasa yang memiliki bentuk bahasa yang berbeda
dengan bahasa asing lainya. Bentuk bahasa tersebut dapat diamati dari pelafalan,
kosakata, gramatikal, tata bahasa, cara-cara pengungkapan dan ragam bahasa yang
digunakannya. Ragam bahasa Jepang sangat dipengaruhi oleh factor social budaya
seperti : wilayah atau daerah, kelas social, perbedaan jenis kelamin dan usia. (Sudjianto,
2002 : 83)
Bahasa-bahasa yang dipergunakan oleh manusia pada dasarnya bisa dibagi tiga
kawasan, yaitu bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Bahasa nasional yang
dipergunakan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia.Bahasa asing untuk Indonesia
adalah semua bahasa kecuali bahasa Indonesia, bahasa daerah, termasuk bahasa Melayu
(Halim, 1980:150).
Bahasa Jepang merupakan bahasa asing yang mempunyai peranan penting di
Indonesia. Dalam kedudukanya sebagai bahasa asing bahasa Jepang diantara bahasa-
bahasa asing lainya berfungsi sebagai :
a. Alat penghubung antar bangsa
b. Alat pembantu pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern.
c. Alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan
nasional.
Jika dilihat dari bentuk bahasa Jepang yang sangat berbeda dengan bahasa
Indonesia , tidak menutup kemungkianan para pembelajar bahasa Jepang menemukan
kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang. Dalam pengajaran bahasa Jepang pun, yang
penulis tujukan pada proses belajar mengajar di kelas, tidak terlepas dari berbagai
kesulitan yang harus dihadapi.
Kesulitan dalam mempelajari bahasa Asing khususnya bahasa Jepang disebabkan
oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari bahasa itu sendiri maupun dari luar bahasa.
Kesulitan yang berasal dari faktor bahasa itu sendiri, misalnya huruf, tata bahasa,
ungkapan dan lain-lain. Sedangkan kesulitan yang berasal dari luar bahasa yaitu sosial
budaya.
Secara umum, keterampilan berbahasa terdiri dari empat keterampilan yaitu
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan
keterampilan menulis. Dalam pendidikan bahasa Jepang keterampilan menulis dikenal
dengan istilah Sakubun. Pada mata kuliah sakubun dilihat dari pemahaman materi,
menurut pengalaman empiris telah membuktikan bahwa para mahasiswa sering
mengalami kesulitan ketika mereka menuangkan gagasanya dalam sebuah karangan
bebas dalam bahasa Jepang. (Dahidi, 2004 : 14)
Faktor-faktor kesulitan belajar yang dihadapi beraneka ragam, kesulitan belajar
dapat muncul karena pengaruh faktor intrinsik mahasiswa seperti : motivasi, minat, dan
kondisi psikologis. Juga faktor ekstrinsik mahasiswa seperti : lingkungan kampus,
keluarga dan teman.
BAB II
MENULIS KARANGAN (SAKUBUN)
A. Menulis
Menurut pendapat Morita (1993, P. 294) mengemukakan tentang pengertian
menulis yaitu ’’Kegiatan atau perbuatan yang pada pokoknya menggambarkan apa-apa
yang dilihat dan dipikirkan dengan menggunakan gambar, daftar, tanda atau lambang
huruf’’.
Secara singkat ada pula ahli yang merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik sebagai
berikut :
1. Jujur, jangan coba memalsukan gagasan atau ide anda.
2. Jelas, jangan membingungkan para pembaca.
3. Singkat, jangan memboroskan waktu pembaca
4. Usahakan keanekaragaman, panjang kaliamt yang beraneka ragam.
Jadi menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa disamping kegiatan
mendengar, berbicara dan membaca. Di dalam kegiatan menulis terdapat kegiatan yang
dilakukan secara bertingkat mulai dari belajar mengenal dan melukiskan lambing-
lambang bunyi, melukiskan kata-kata dan melukiskan struktur kalimat dengan menulis
sebuah karangan yang terdiri dari gabungan huruf-huruf dan kalimat.
Menurut Y Ogawa (1993, P:639) Pengembangan menulis dalam bahasa Jepang
dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu :
1. Tahap Dasar (Shokyuu)
Pertama-tama kita belajar menuliskan huruf Kana dan kanji antara 300-500 huruf,
penggunaan pola-pola kalimat dasar, kosa kata dan pengetahuan tentang tata bahasa.
2. Tahap Intermediate ( Chuukyuu)
Dalam tahap ini adalah lanjutan dari pengembangan menulis dari tahap dasar, dengan
menggunakan pola-pola kalimat dasar yang telah dikembangkan, mempelajari pola
kalimat baru , isi dari karangan menjadi lebih spesifik.
3. Tahap Advance ( Jookyuu )
Pada tahap ini diusahakan dapat menuliskan sebuah laporan, skripsi serta
mengungkapkan tema secara teoritis.
B. Pengertian Karangan
Setiap pengertian mengandung kebenaran dan juga kelemahan, tergantung dari
sudut pandang mana kita memandangnya. Semakin kita pikirkan dalam dalam, terasa
betapa sulitnya memberikan jawaban yang memuaskan terhadap pengertian sesuatu,
termasuk mengarang.
Mengarang merupakan kegiatan pengungkapan gagasan secara tertulis. Pada
waktu mengarang tidak hanya mengungkapkan pikiran, perasaan, khayal dan sebagainya.
Melainkan mencoba mencari dan kemudian menyatakan sesuatu yang baru. Pada waktu
mengarang disamping menggunakan kemampuan berfikir rasional dan logis, juga
berimajinasi untuk membawa apa yang dipikirkan dan dirasakan, dalam mengarang atau
menuangkan gagasaan, ungkapan dalam suatu kalimat harus dipahami, sehingga gagasan
dapat tersampaikan. Mengarang termasuk kegiatan menulis yang merupakan salah satu
dari empat komponen keterampilan berbahasa. Menulis dapat dijadikan cara untuk
membiasakan diri mempraktekan kemampuan berbahasa.
Menurut pendapat Drs. Marwoto MS (1987, P. 12) pengertian mengarang
adalah ’’Kemampuan seseorang dalam menuturkan pengalaman kehidupanya dalam
bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami oleh orang lain’’.
Sedangkan DR. Hendry Guntur Tarigan (1986, P : 21) menyatakan bahwa
mengarang adalah “Merumuskan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
memahami lambang-lambang grafik tersebut dan memahami bahasa dan gambaran yang
terkandung dalam grafik tersebut’’.
Menurut pendapat Rusyana (1985 : P : 6) ’’Karangan itu menggunakan bahasa
tulis yang tersusun , berupa pikiran, gagasan , perasaan ,pengalaman dan lainya. Oleh
karena itu pada saat mengarang kita berusaha menyusun pikiran dan mewujudkanya
dalam bahasa tulis’’.
Dari penjelasan diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa pengertian mengarang
adalah kemampuan mengungkapkan isi pikiran dan perasaan dituangkan ke dalam
bentuk tulisan dengan memperhatikan struktur bahasa dan kosa kata yang kemudian
disusun menjadi kalimat, yang pada akhirnya kalimat itu disusun menjadi paragrap.
Demikianlah karangan tersusun dari kata, kalimat , hingga paragrap yang tersusun
menjadi sebuah karangan yang utuh, mengandung makna dan dapat dibaca oleh orang
lain.
C. Pengertian Karangan Dalam Bahasa Jepang (Sakubun)
Menurut Ogawa ( 1993, P :607 ) dalam buku Nihonggo Kyooiku Jiten,
menyebutkan bahwa ’’Mnegarang adalah kegiatan mengekspresikan kalimat yang dasar
pikiranya diambil dari kegiatan pemahaman ( menyimak, membaca) dan kegiatan
ekspresi lain’’.
Dalam kamus Nihonggo Dai Jiten Mengarang adalah kegiatan membuat kalimat ,
dan selanjutnya menjadi sebuah kumpulan-kumpulan kalimat.
Pada dasarnya mengarang dalam bahasa Indonesia ataupun mengarang dalam
bentuk bahasa Jepang (Sakubun) pada dasarnya hampir sama saja, hanya yang
membedakan dari huruf, tata bahasa, struktur kalimat dan lainya.Dari definisi diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa mengarang merupakan keterampilan merubah pikiran atau
perasaan menjadi sebuah tulisan, mungkin lebih jauh lagi menjadi sebuah buku.
Kemampuan mengarang merupakan kemampuan menuangkan pikiran perasaan dan
pengalaman dalam bahasa yang baik secara tertulis.
D. Bentuk Bentuk Karangan (Sakubun)
Menurut Kimura dalam bukunya yang berjudul Nihonggo Kyoojuhoo,
menerangkan bahwa karangan ( Sakubun ) itu terbagi menjadi beberapa bentuk yaitu :
1. Karangan Tiruan
Karangan ini biasanya diambil dari apa yang kita dapat dari yang kita lihat disekitar
kita. Biasanya topic karangan sudah ditemukan.
2. Karangan Ringkasan
Karangan ini ditulis setelah kita memahami sumber yang kit abaca, kemudian
meringkasnya menjadi sebuah karangan.
3. Karangan Kesan Setelah Membaca
Setelah kita membaca sumber bacaan, kemudian meringkasnya. Hampir mirip
dengan karangan ringkasan tetapi disini ungkapan kesan dari si pembaca.
4. Karangan Pengalaman
Karangan yang menyatakan pengalaman sendiri seperti dalam bentuk catatan harian,
surat, laporan, catatan perjalanan dan lain-lain.
5. Karangan Hasil Pemikiran
Karangan yang mengungkapkan kalimat yang berdasarkan pemikiran secara
abstrak. Bentuk karangan ini merupakan tingkat yang paling tinggi dalam hal
mengekspresikan huruf.
E. Hal-Hal yang Harus Dipehatikan Ketika Membuat Karangan ( Sakubun )
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika membuat suatu tulisan karngan
menurut Okuaki ( 1993, P. 5-32) dalam bukunya yang berjudul Nihonggo Bunshoojutsu,
bahwa dalam menulis sebuah karangan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Harus mempunyai sesuatu yang akan disampaikan
Di dalam komunikasi, khususnya dalam bahasa tulis syarat pertama yang paling
penting adalah memastikan dengan sadar apa yang ingin disampaikan dalam
menulis itu.
2. Menulis sesuatu yang mudah dimengerti
Apa yang dijadikan sebagai tujuan kita dalam menulis hendaknya pembaca dapat
menerima isi tulisan yang akan disampaikan penulis.
3. Harus memiliki alur cerita
Hubungan antar kata-kata seperti halnya kita dalam naik kendaraan, tentunya ada
arah yang akan dituju. Begitu pula halnya dalam sebuah kalimat, kalau kita tidak
memastikan tujuan yang akan kita capai, mungkin akan berputar- putar disuatu
tempat yang sama.
4. Mengkarakterkan dengan menggunakan kata-kata dan pengungkapan
Bagimanapun bagusnya tulisan yang sudah jadi, dalam penggunaan kata-kata harus
efektif dan penuturanya mengungkapkan suatu kepribadian dan pendidikan.
5. Dalam menulis harus membuat susunan yang penting
Di dalam sebuah bangunan ada beberapa susunan yang sangat penting diantaranya
atap, lantai, dan dingding. Dalam tulisan pun sama, yaitu yang disebut sebagai
konstruksi kalimat.
6. Mementingkan sebuah bukti
Menilis harus memberi bukti-bukti yang kuat dari apa-apa yang akan kita
sampaikan.
7. Janganlah Meniru
Meniru tulisan yang telah ada akan menjadikan sebuah karangan itu menjadi
sesuatu yang tidak menarik untuk dibaca bagi mereka yang telah mengetahui isi
karangan tersebut.
8. Diusahakan tidak mengundang salah pengertian
Isi sebuah karangan janganlah salah dalam menyampaikanya, pilihlah penggunaan
bahasa yang tepat serta menuliskan lambang-lambang atau tanda-tanda baca yang
tepat pula.
9. Penggunaan huruf dan kata-kata tepat
Cara penggunaan huruf dan kata-kata penting sekali, karena huruf dan kata-kata
akan membentuk suatu rangkaian kalimat yang baik bila dalam penggunaanya tepat
dan sesuai.
10. Dengan menggunakan kalimat-kalimat yang tepat
Kalimat-kalimat itu akan menjadi sebuah paragraph dan didalamnya terdapat suatu
pikiran utama. Suatu tulisan atau karangan itu terbentuk dari :
Subjek + Predikat = Kalimat
Kalimat + Kalimat = Karangan
Karangan = ( Subjek + Predikat ) + ( Subjek + Predikat )….
Bagaimanapun sulitnya menulis sebuah karangan ( Sakubun) apabila kita
memperhatikan hal-hal tersebut, maka akan dapat menulis sebuah karangan yang
baik.
BAB III
PENGAJARAN MENGARANG (SAKUBUN)
A. Pengajaran Mengarang ( Sakubun )
Pengajaran mengarang merupakan bagian dari pengajaran bahasa. Berikut ini
penulis akan mencoba menguraikan bagaimana cara menyampaikan atau melaksanakan
pengajaran mengarang terutama mengarang dalam pembelajaran bahasa Jepang yang
disebut Sakubun.
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pelajaran mengarang
(Sakubun) adalah pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
Setiap langkah tersebut hanya akan mencoba melatih siswa agar dapat mengungkapkan
daya tertentu yang ada dalam pikirannya.
• Langkah pertama : Mengungkapakan daya pengetahuan.
Dalam langkah ini menitik beratkan pada pengungkapan
pengalaman dan pengetahuan siswa.
• Langkah kedua : Megungkapkan daya pemahaman.
Langkah ini yang paling dini untuk melatih daya pemahaman siswa,
ialah dengan menampilkan gambar.
Sebelum siswa ditugaskan mengarang secara individual bimbingan berupa
pertanyaan-pertanyaan pemahaman perlu diberikan terlebih dahulu. Pertanyaan-
pertanyaan ini merupakan suatu ide yang akan menunjang karangan siswa.
• Langkah ketiga : Mengungkapakan daya aplikasi.
Pengajaran yang membekas dalam ingatan siswa adalah pengajaran
yang diberikan melalui contoh atau aplikasi. Dalam langkah ini
hendaknya siswa diberikan berupa contoh karangan yang
berbentuk seperti surat, pengumuman dan lain-lain. Sehingga siswa
nantinya dapat menerapkan yang telah diketahui dan dipahaminya
ke dalam karangan yang berupa surat atau pengumuman.
• Langkah keempat : Mengungkapakan daya analisis.
Untuk membawa siswa mengarang yang bertitik tolak pada
pengungkapan daya analisis, dapat ditempuh dengan cara yang
pertama siswa mengemukakan data tertulis berupa cerita, dan
selanjutnmya dengan data itu pengajar menugaskan siswa untuk
menyusun sebuah karangan, dan yang terakhir pengajar
mengemukakan pertanyaan pertanyaan analisis tentang data itu
yang jawabanya dapat dijadikan isi karangan.
• Langkah kelima : Mengungkapakan daya sintesis.
Langkah ini tidak jauh berbeda dengan langkah yang keempat .
Hanya pada langkah ini siswa harus dibimbing kearah
pengungkapan yang lebih kreatif.
• Langkah keenam : Mengungkapkan Daya Penilaian
Mengungkapakan daya penilaian tentang suatu karangan dapat
berupa pendapat yang menyatakan setuju atau tidak setuju.
Akan tetapi pada kenyataanya ketika seseorang mengarang tidak dapat terpaku
pada keenam langkah diatas, selain itu dalam pelajaran mengarang sama seperti
pengajaran-pengajaran yang lain, selalu ada hambatanya .
Apalagi untuk mengarang dalam bahasa Jepang, tentunya banyak sekali kendala
yang dihadapi seperti pengetahuan kosa kata, tata bahasa dan masih banyak lagi.
Kebanyakan dalam mengarang berbahasa Jepang dituangkan dahulu kedalam bahasa
Indonesia, setelah itu baru diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Sebenarnya hal itu
boleh-boleh saja, tetapi banyak kelemahan untuk menulis karangan seperti itu selain
menyita waktu hal itu sudah melenceng jauh dari keenam langkah-langkah mengarang di
atas.
Untuk bisa mengarang dalam bahasa Jepang harus memahami dahulu tata bahasa
dalam Bahasa Jepang tentunya, oleh karena itu pengajaran mengarang (sakubun )
berkaitan erat dengan pengajaran pengajaran yang lainya terutama pengajaran tata
bahasa.
Penguasaan kosa kata dan tata bahasa merupakan syarat yang paling utama dalam
mengarang, penguasaan kosa kata merupakan unsur yang paling mendasar karena ia
menjadi dasar untuk pembetukan suatu kalimat. Kurangnya penguasaan kosa kata terjadi
karena kurang diberi penekanan dalam pengajaran tata bahasa, untuk penguasaan kata-
kata secara aktif maupun pasif.
Kelemahan keduanya sangat mempengaruhi dalam kemampuan mengarang, untuk
mengatasi hal ini metode pengajaran harus ditekankan pada penguasaan kaidah-kaidah
gramatikal, dengan penguasaan kosa kata dan tata bahasa Jepang yang baik dan benar itu
merupakan hal yang sangat menunjang dalam pengajaran mengarang yang kita harapkan.
B. Pentingnya Mata Kuliah Mengarang ( Sakubun )
Mengarang merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus
diajarkan disamping ketiga aspek keterampilan yang lain : keterampilan menyimak,
berbicara, dan membaca.
Keterampilan dan kemampuan mengarang yang dimiliki oleh siswa pada
hakekatnya bukanlah merupakan hasil bimbingan dari pengajar yang diberikan secara
sedikit demi sedikit., tetapi secara terus menerus. Hal ini berarti bahwa keterampilan
mengarang itu harus ditumbuhkan dan dibina secara terencana.
Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus dan banyak latihan,
keterampilan mengarang yang diharapkan dapat dimiliki atau dikuasai oleh siswa
sebagian besar dititik beratkan pada keterampilan mengarang yang bersifat kreatif.
Apalagi dalam mengarang berbahasa Jepang banyak sekali kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh siswa, tentunya cara pengajaranya harus baik.
Pentingnya pengajaran mengarang diberikan kepada siswa adalah untuk melatih
siswa agar dapat mengungkapakan gagasan/idenya ke dalam bentuk tulisan yang baik dan
benar, keterampilan mengarang juga dapat menjadi bekal di dalam dunia pendidikan agar
siswa dapat mengajarkan keterampilan menulis, dan juga mengajarkan menulis atau
menyusun laporan.
C. Tujuan Mata Kuliah Mengarang ( Sakubun )
Brdasarkan satuan Acuan Perkuliahan Mata Kuliah Sakubun di Program
Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, tujuan mata
kuliah Sakubun pada mahasiswa tingkat II, III dan IV adalah sebagai berikut :
Tujuan mata kuliah Sakubun I pada mahasiswa tingkat II adalah mahasiswa
mampu mengutarakan maksud, pikiran dan perasaan dalam kalimat sederhana dengan
pola kalimat sederhana, kurang lebih 335 kanji dan kira kira 1506 kosa kata. Karangan
dengan judul tertentu diberikan sebagai latihan yang mencakup lingkungan kehidupan
dari pengalaman mahasisiwa sehari-hari.
Tujuan mata kuliah Sakubun II pada mahasiswa tingkat II adalah siswa mampu
mengutarakan maksud, pikiran perasaan dalam kalimat mejemuk dengan pola kalimat
lanjutan 1 kurang dari 500 kanji dan kira-kira 2500 kosakata. Karangan dengan judul
tertentu, diberikan sebagai latihan yang mencakup lingkungan kehidupan dan
pengalaman mahasiswa sehari-hari dengan ruang lingkup yang cukup luas.
Tujuan mata kuliah Sakubun II pada mahasiswa tingkat III adalah mahasiswa
mampu mengutarakan maksud, pikiran dan perasaan dalam pola kalimat mejemuk
denganpola kalimat yang lebih luas, kurang dari 1000 kanji dan kira-kira 4500 kosakata.
Karangan denganjudul bebas, yang mencakup lingkungan kehidupan lebih luas dalam
berbagai bidang.
Tujuan mata kuliah Sakubun Enshu pada mahasiswa tingkat II adalah mahasiswa
mampu mengutarakan maksud dan pikiran juga kalimat yang baik dan benar dengan
pola kalimat lanjutan III, kurang dari 1500 kanji dan 8000 kosakata. Karangan dengan
topik bebas yang berhubungan dengan mahasiswa tingkat akhir, misalnya : tata cara
penulisan karya ilmiah.
Tujuan mata kuliah Bunsho Sakubun Sakuseiho pada mahasiswa tingkat IV
sebagai mata kuliah sakubun yang terakhir adalah untuk memberikan keterampilan
menulis tingkat tinggi/mahir pada diri mahasiswa. Materi yang diberikan tentang karya
tulis dalam bahasa Jepang berupa tulisan ilmiah serta analisis hasil karya orang lain.
D. Peranan Mata Kuliah Mengarang (Sakubun) Dalam Pembelajaran Bahasa Jepang
Telah disadari bahwa dalam mengarang tidak semata-mata berupa kegiatan
mengarang saja, melainkan juga mencakup kegiatan-kegiatan lainya seperti membaca,
menyimak, dan berbicara. Mengarang dapat menjadi media yang mengantarkan siswa
kearah keterampilan membaca. Pada akhir tiap pengajaran mengarang dapat diberikan
pengajaran membaca.
Untuk bisa membuat karangan dalam bahasa Jepang yang baik dan benar,
tentunya kita harus bisa memahami terlebih dahulu kosa kata, tata bahasa dalam bahasa
Jepang. Oleh karena itu mata kuliah Sakubun sangat erat hubunganya dengan
pembelajaran mata kuliah lainya terutama dengan mata kuliah tata bahasa.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan mata kuliah Sakubun
dalam pembelajaran bahasa Jepang, selain kita bisa menuangkan ide, pikiran dan
perasaan ke dalam bentuk tulisan yang berbentuk karangan yang utuh, juga diharapkan
dapat membaca, dan menyimak serta berbicara dengan baik dan benar dalam bahasa
Jepang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah mempelajari penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa disamping kegiatan mendengar,
berbicara dan membaca. Di dalam kegiatan menulis terdapat kegiatan yang
dilakukan secara bertingkat mulai dari belajar mengenal dan melukiskan lambing-
lambang bunyi, melukiskan kata-kata dan melukiskan struktur kalimat dengan
menulis sebuah karangan yang terdiri dari gabungan huruf-huruf dan kalimat.
2. Mengarang adalah kemampuan mengungkapkan isi pikiran dan perasaan
dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan memperhatikan struktur bahasa dan
kosa kata yang kemudian disusun menjadi kalimat, yang pada akhirnya kalimat itu
disusun menjadi paragrap. Demikianlah karangan tersusun dari kata, kalimat ,
hingga paragrap yang tersusun menjadi sebuah karangan yang utuh, mengandung
makna dan dapat dibaca oleh orang lain.
3. Bentuk karangan menurut Kimura dalam buku Nihonggo Kyoujuhoo ada 5 macam
yaitu : 1. Karangan Tiruan
2. Karangan Ringkasan
3. Karangan Kesan Setelah Membaca
4. Karangan Pengalaman
5. Karangan Hasil Pemikiran
4. Dalam pengajaran mengarang yang paling penting adalah panyampaian langkah-
langkah membuat karangan, agar nantinya tidak akan mengalami kesulitan jika
hendak mengungkapkan gagasanya ke dalam bentuk-bentuk karangan yang baik dan
benar.
5. Peranan mata kuliah mengarang ( Sakubun ) dalam pembelajaran bahasa Jepang
adalah selain kita bisa menuangkan ide, pikiran dan perasaan ke dalam bentuk
tulisan yang berbentuk karangan yang utuh, juga diharapkan dapat membaca, dan
menyimak serta berbicara dengan baik dan benar dalam bahasa Jepang.
B. Saran
1. Mata Kuliah sakubun merupakan salah satu komponen yang dapat menumbuhkan
dan meningkatkan keterampilan berbahasa Jepang. Untuk itu perlu diperhatikan
cara-cara pengajaran yang dapat memotivasi kreativitas dalam mengarangt.
2. Mata kuliah Sakubun hendaknya lebih praktis,sesering mungkin diberikan kepada
mehasiswa.
3. Mata kuliah Sakubun akan lebih baik jika dalam pengajaranya tidak terlalu dititk
beratkan hanya pada kegiatan mengarang saja, tetapi mencakup juga kegiatan lain
seperti menyimak, membaca dan berbicara.
DAFTAR PUSTAKA
Dahidi, Ahmad ; Ihwal Pembelajaran Bahasa Jepang Dalam KOnteks KBK
( Pengalaman Empiris Pada Mata Kuliah Sakubun di PPBJ UPI) dalam Jurnal
Pendidikan Bahasa Jepang di Indonesia 2004 : Bandung : PPBJ FPBS UPI
Halim, Amran. (1980). Politik Bahasa Nasional II Jakarta : PN Balai Pustaka
Ms, Marwoto, Dkk (1985) Komposisi Praktis, Hanandita : Jogjakarta
Muneo, Kimura : 1988 : Kyoujuhou Nyumon : Jepang : Japan Foundation
Ogawa, Y ; 1982 : Nihonggo Kyouiku Dai Jiten : Tokyo : Kodansa
Rusyana, Yus (1985). Bahasa Dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung : CV
Dipenogoro
Samsuri. (1983) Analisis bahasa. Jakarta : Airlangga
Sudjianto ; 2002 : Pendidikan Bahasa Jepang Dengan Pemahaman Sosial Kulturalnya
dalam Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang di Indonesia ; Bandung : PPBJ FPBS UPI
Tarigan, Henry Guntur. ( 1983) Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung : Angkasa