peranan ruang dalam desain

Upload: christ-yulius-beza

Post on 09-Mar-2016

46 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ga

TRANSCRIPT

Minggu II

PERANAN RUANG DALAM DISAINPENGERTIAN DASAR RUANG

Ruang pada dasarnya sudah ada sejak awal. Ruang tidak dibuat oleh manusia tetapi manusia dapat merasakannya. Seseorang akan dapat merasakan adanya ruang di alam bebas, dengan mengibaratkan awan sebagai langit-langit, pegunungan atau lembah sebagai dinding, dan tanah tempat berpijak sebagai lantai, walaupun ruang-ruang yang dirasakan itu kadang-kadang tidak dapat dirasakan orang lain.ARISTOTLE berpendapat bahwa ruang adalah wadah bagi objek-objek kegiatan.

Sebagai contoh: Dalam suatu toko terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan di dalam ruang, seperti penjualan, pembelian, pengepakan, penyimpanan, pembayaran, dan ruang untuk display.

DASAR-DASAR PEMBENTUKAN RUANG

Pembentukan ruang dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan. Suatu program yang dipindahkan dari alam khayal menjadi organisasi ruang, dan terwujud dalam suatu bentuk (form) atau kesatuan ruang.

Paham fungsionalisme didasarkan pada pelayanan kepada pemakai, berkaitan dengan reaksi psikologis pikiran-pikiran manusia, sama halnya dengan kegiatan fisik dan mekanik tubuh manusia. Proses psikologis manusia merupakan faktor utama, kepuasan bekerja atau dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dan dalam kehidupan, lebih sering bersumber dari ini, dibanding dengan kerja fisik semata.

Idealismenya perencanaan yang efisien menuntut penyajian yang imajinatif dari fungsi pengembangan berbagai macam ruang. Bahkan melebihi persyaratan yang biasanya dijelaskan dalam sebuah program, agar berbagai macam aktivitas dimengerti secara mendalam.

Ruang berhubungan erat dengan ukuran-ukuran manusia, kegiatan yang dilakukan dan dengan kebutuhan mental. Batasan ruang sangat relatif, dan berbeda satu dengan yang lain. Volume ruang dapat dianggap memuaskan oleh seorang tetapi belum tentu dapat diterima oleh orang lain.

Ruang sempit akan memberi tekanan psikis, sedang ruang yang luas akan memberi keleluasaan dan kebebasan. Seorang perancang tidak boleh segan-segan mengadakan wawancara dengan calon penghuni, mengenai luas-luas ruang yang dikehendaki, unsur pewarnaan, pencahayaan, dan penyusunan perlengkapan. Kesemua data yang diperoleh perlu diperhitungkan agar ruang berkesan atau terasa luas.

Contoh: Sebuah restoran terdiri dari ruang makan dan dapur

Secara keseluruhan interior tersebut harus dapat memberikan gambaran akan adanya sekumpulan besaran minimum. Setiap pengurangan dari persyaratan tersebut, akan membahas akan kesehatan, tidak nyaman, tidak efisien, dan sebagainya.

Fungsionalisme yang manusiawi sesungguhnya selalu menciptakan nilai lebih dari suatu ruang seberapa pun besarnya, agar mampu memuaskan kebutuhan dasar psikologis dan fisik manusia.

Daerah-daerah dalam suatu bangunan dapat dibagi dalam beberapa kelompok utama:

1. Ruang publik (public area)

2. Ruang semi pribadi (semi private area)

3. Ruang pribadi (private area)

4. Ruang sangat pribadi (most private area)

5. Ruang layanan (service area)

6. Ruang lalu lintas (circulation area)

Yang disebut daerah umum (public area) sebuah bangunan adalah ruang yang berukuran relatif luas dan digunakan untuk kepentingan umum. Di dalam disain, gambar denah posisi ruang publik merupakan faktor utama yang sangat menentukan. Penyediaan ruang untuk menampung orang banyak, berarti akan mengurangi efisiensi, kenyamanan bangunan serta efek estetika dari interiornya.Pemecahan masalah yang istimewa antara lain yang berkaitan dengan kebutuhan umum manusia:

Persyaratan mengenai keselamatan / kebakaran / kenyamanan

Sirkulasi yang mudah, sederhana, dan praktis

Pemeliharaan yang efisien

Daerah umum, termasuk hall dan ruang-ruang untuk berbagai jenis kegiatan dikategorikan sebagai berikut:

Ruang berkumpul untuk umum

Ruang kerja

Ruang belajar

Gallery untuk memamerkan karya-karya seni atau pengatahuan ilmiah

Daerah makan dan minum

Ruang rekreasi

Ruang tunggu

Untuk setiap ruang, kita pelajari jenis kegiatan yang akan terjadi di dalamnya dan menyusun prioritas-prioritas berdasarkan fungsi, kebutuhan kerja, peralatan, suasana yang diinginkan, yang disusun dalam lajur sebagai berikut:Eksistensi tiap ruang berfungsi melayani aktivitas tertentu. Oleh karena itu, peranan tiap ruang sebagian besar ditentukan oleh kebutuhan aktivitas yang bersangkutan.

Sistem sirkulasi di dalam interior ruang umum suatu bangunan harus mencukupi dan ditentukan secara baik, dengan mempertimbangkan bentuk, dan kapasitas ruang. Sirkulasi diarahkan langsung menuju ke ruang-ruang di sekitarnya sehingga garis pengaliran lalu lintas tidak terkekang dan tampak santai.Jalan keluar tidak boleh berhubungan kembali dengan ruang apa pun yang dilayani atau sebaliknya. Ruang umum utama yang dilayani harus diarahkan ke hall yang luas lewat koridor. Akan lebih baik bila diarahkan langsung ke luar bangunan.Kebanyakan ruang umum membutuhkan semacam lobby, foyer, atau vestibule dan elemen sirkulasi lain untuk mencapai ruang tersebut.

Dalam theatre / auditorium perlu disediakan ruang di mana para pengunjung menunggu dengan santai, sebelum bergegas ke bangku masing-masing.

Di gereja dan ruang kuliah, lobby berfungsi memberi kesempatan kepada jemaah dan pendengar untuk bertemu dan berbincang-bincang.

ORGANISASI ANTAR RUANG

Pada organisasi ruang terdapat beberapa jenis ruang yang penentuannya tergantung pada tuntutan program bangunan, dengan memperhatikan faktor-faktor berikut:

Pengelompokan fungsi ruang, hirarki ruang, kebutuhan pencapaian, pencahayaan dan arah pandangan.

Bentuk organisasi dapat dibedakan antara lain sebagai berikut:

1. Organisasi ruang terpusat

Sebuah ruang besar dan dominan sebagai ruang-ruang sekitar yang mengelilingi

Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran, dan fungsi sama satu dengan yang lain

Ruang sekitar berbeda satu dengan yang lain, baik bentuk, ukuran maupun fungsi.

2. Organisasi ruang linier

Merupakan deretan ruang-ruang

Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain yang bersebelahan, dan bersifatnya memanjang.

Masing-masing ruang berhubungan secara langsung

Ruang mempunyai bentuk dan ukuran berbeda, tapi yang fungsinya penting diletakkan pada ujung deretan ruang.

3. Organisasi ruang secara radial

Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan linier

Organisasi terpusat mengarah ke dalam sedangkan organisasi radial mengarah ke luar

Lengan radial dapat berbeda satu sama lain, tergantung pada kebutuhan dan fungsi ruang

4. Organisasi ruang mengelompok

Organisasi ini merupakan pengulangan bentuk, dan fungsi yang sama, tetapi terdiri dari komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukuran, bentuk dan fungsi.

Pembuatan sumbu membantu susunan organisasi

5. Organisasi ruang secara grid

Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid (3 dimensi)

Organisasi ruang membentuk hubungan antar ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi

Penggunaan ruang yang tersusun secara grid banyak kita jumpai pada interior ruang perkantoran untuk karyawan yang menduduki jabatan dan terdiri dari beberapa divisi-divisi atau bagian.

JENIS-JENIS RUANG

Ruang dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Ruang Fisik

2. Ruang Psikologis

Pengertian ruang fisik adalah ruang yang terwujud secara fisik:

Pengertian ruang psikologis yaitu ruang yang hanya dapat dirasakan keberadaannya

Menurut Rudolf Arnbein ruang dapat dibayangkan sebagai:

Satu bentuk kesatuan

Terbatas atau tidak terbatas

Seperti kendaraan kosong yang sudah disiapkan, dan mempunyai kapasitas untuk disi barang

Manusia adalah makhluk sosial, ia perlu berhubungan dengan orang lain saat melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi manusia juga sebagai individu yang membutuhkan privacy dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti : mandi, berpakaian, makan, bekerja, dan sebagainya. Manusia memerlukan ruang yang dapat menjamin privacy atau kebebasan pribadinya.Kegiatan yang bersifat pribadi membutuhkan ruang khusus yang tertutup, sehingga meniadakan hubungan atau komunikasi dengan orang lain. Agar bebas, tenang dan menyendiri, karena ada yang dikonsentrasikan. Pada ruang-ruang tertentu di mana orang

berkumpul, kadang kala juga dibutuhkan privacy bagi individu / kelompok orang, agar bisa bebas berbicara, bertindak atau berbuat tanpa ada gangguan.Kebutuhan inilah yang menyebabkan fungsi ruang bisa dibedakan sebagai ruang sosiofugal atau ruang sosiopetal.

Ruang sosiofugal : Cenderung untuk memisahkan masing-masing individu sehingga

tercipta suasana yang lebih private.

Misalnya: perpustakaan, ruang tunggu, terminal, cafetaria.

Orang mengunjungi perpustakaan untuk membaca atau belajar dan orang pergi ke stasiun / terminal untuk menunggu. Dalam keadaan tersebut orang tidak berharap untuk berhubungan dengan orang lain, karena pada umumnya orang-orang trsebut tidak saling kenal.

Ruang fisik yang bersifat sosiofugal dapat dibentuk dengan:

Membentuk sekat / dinding sebatas pandangan mata

Pengaturan perabot (kursi, meja, lemari). Tempat duduk diatur agar tidak saling bertatapan satu sama lain. Caranya antara lain dengan menghadapkan ke dinding atau saling membelakangi, tetapi dapat juga saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh.

Ruang Sosiopetal : Cenderung untuk menyatukan individu-individu sehingga tercipta interaksi sosial.

Hal ini jelas terlihat pada : ruang keluarga, ruang pertemuan, ruang sidang.

Ruang keluarga dimana orang memang mengharap adanya hubungan timbal-balik di antara anggota keluarga secara intim.

SIRKULASI DALAM RUANG

Sirkulasi mengarahkan dan membimbing perjalanan atau tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi menunjukkan kesinambungan fungsi ruang kepada pengunjung, caranya antara lain dengan penggunaan tanda-tanda pada ruang, sebagai penunjuk arah jalan:

Le Corbusier tokoh terkenal dunia arsitektur bernama telah mengidam-idamkan terjadinya suatu sirkulasi yang terorganisir secara baik, yang satu sama lain dihubungkan dengan sistem lalu lintas yan kontinu (berkesinambungan). Semua dianalisa, disesuaikan dengan perkembangan atau perubahan-perubahan yang bisa terjadi dalam kehidupan. Kegemaran penghuni dan masyarakat, menggunakan jalan pintas (langsung) merupakan kebiasaan dalam sistem sirkulasi.

Pengarahan atau pembimbingan jalan dapat diperkuat dengan perletakan pintu-pintu, permainan lantai, permainan plafond / langit-langit, permainan dinding, lampu-lampu / penyinaran, gambar-gambar atau lukisan-lukisan berwarna dan berbeda-beda di dalam ruang.

Koridor yang memanjang dan menjemukan, bisa diubah kesannya dengan menggunakan elemen-elemen disain seperti, warna yang bervariasi, bentuk pencahayaan, pemberian tekstur atau dengan menempatkan berbagai macam tanaman di sepanjang koridor.

RUANG SIRKULASI HORIZONTAL

Gambar di sebelah atas menunjukkan jarak bersih sebesar 60 inci atau 152,4 cm yang diperlukan oleh pengguna kruk atau penopang untuk berjalan berdampingan atau melewati oran gyang berkursi roda. Jarak bersih sebesar 42 inci atau 106,7 cm dibutuhkan untuk mengakomodasi orang yang berdiri menyamping, saat memberi ruang bagi orang yang berkursi roda untuk lewat. Dua gambar yang lain menunjukkan jarak bersih yang diperlukan untuk mengakomodasi sebuah kursi roda dalam ruang dengan dua pintu yang terletak berurutan. Salah satu gambar memberikan ilustrasi tentang situasi dua pintu dalam posisi berurut dalam satu baris, sedangkan yang lainnya dua pintu yang posisinya saling tegak lurus. Jarak bersih sebesar 84 inci atau 213,4 cm diperlukan untuk memungkinkan kursi roda menjauhi pintu pertama saat pintu tersebut bergeerak menutup. Oleh karena panjang kursi roda tersebut adalah 42 inci atau 106,7 cm, ukuran sebesar 84 inci itu akan memungkinkan pintu mempunyai lebar 36 inci atau 91,4 cm dan tambahan jarak bersih sebesar 6 inci atau 15,2 cm. Jarak bersih minimal sebesar 12 inci atau 30,5 cm pada kedua sisi pintu tersebut menyediakan tempat yang cukup bagi ruang perputaran kursi roda untuk mencapai pintu pada sudut yang tepat dan si pemakai kursi roda tersebut menggapai tombol pintu atau menariknya dan kemudian berbalik. Hal ini dapat membantu saat mendekati pintu dengan sisi bukaan di sebelah dalam. Jika pintu-pintu letaknya membentuk sudut tegak lurus, penting untuk menyediakan ruang yang memadai untuk menghindari persilangan antara kedua pintu tersebut.

RUANG SIRKULASI HORIZONTAL

Tujuan gambar di sebelah atas ini adalah untuk menunjukkan beberapa gagasan tentang hubungan fisik antara dimensi manusia dan lebar koridor yang berkaitan dengan jumlah lajur yang dapat diakomodasi. Bari yang terdiri dari tiga orang yang bersisian ini didasarkan pada data persentil ke-95 dari rentang tubuh maksimal kelompok orang yang mengenakan pakaian, sedangkan baris yang terdiri dari empat orang yang bersisian didasarkan pada data persentil ke-5 kelompok pengukuran yang sama. Lebar koridor dipilih secara acak sebesar 96 inci atau 243,8 cm. Gambar-gambar ini tidak boleh diterima begitu saja. Keberadaan berbagai ukuran tubuh tersebut mungkin sekali segera dipindahkan kecuali ruang tersebut memang khusus diperuntukkan bagi satu populasi, yaitu khusus hanya untuk yang berbadan lebih kecil atau yang berbadan lebih besar. Lebih lanjut lagi, jalur berukuran 24 inci atau 61 cm dengan jarak bersih sebesar 1,6 inci tidak dimaksudkan digunakan sebagai standar.Gambar di sebelah bawah dimaksudkan untuk memberikan wawasan tentang kepadatan relatif yang mungkin dalam suatu antrian sebesar 120 inci atau 308,4 cm. Lajur A menunjukkan sebanyak mungkin orang yang dapat berbaris, tanpa mempertimbangkan kenyamanan atau kontak tubuh. Jika kelonggaran untuk pakaian diberikan pada rentang tubuh maksimal, orang-orang yang berada pada lajur A tersebut akan benar-benar berbaris rapat satu sama lain, mengabaikan ruang perorangan dan unsur kenyamanan. Lajur B dan C menunjukkan jumlah orang yang dapat berbaris, berdasarkan pada kepadatan sebesar 3 dan 7 kaki atau 28 dan 65 m2 per orang.

RUANG SIRKULASI VERTIKAL

Gambar eskalator dua lajur berukuran 48 inci atau 121,9 cm dimaksudkan untuk memberikan ilustrasi bahwa ukuran sebesar 48 inci ini tidak memadai untuk mengakomodasi dengan nyaman orang yang berbadan lebih besar pada satu undakan yang sama dan lebih lanjut lagi. Jarak bersih 40 inci atau 101,6 cm di bagian bawahnya membatasi cara berdiri pemakainya sehingga mengurangi stabilitas tubuh. Gerakan tangga, kontak tubuh, serta tidak adanya stabilitas yang terjadi bersamaan dapat menimbulkan gangguan keselamatan. Ukuran ini dapat disebabkan bahwa pada kenyataannya jarang sekali didapati dua orang berada pada satu undakan yang sama.

Pengarang mengusulkan lebar tangga standar sebesar 44 inci atau 117,7 cm yang didasarkan pada dua lebar tubuh yang masing-masing sebesar 22 inci atau 55,9 cm, tidak akan mengakomodasi kelompok yang berukuran tubuh lebih besar. Argumentasi terhadap lebar 22 inci ini dihadirkan pada teks yang berkaitan dengan gambar pertama pada bab 8.1.

Jarak bersih pegangan tangga (railing) harus mengakomodasi ketebalan tangan pemakai yang lebih besar dan ukuran pegangan tangga, serta mengakomodasi diameter sebelah dalam genggaman tangan pemakai yang lebih kecil. Dengan menambahkan jarak bersih ketebalan sarung tangan sebesar 2 inci atau 5,1 cm seperti yang ditunjukkan pada gambar dan diameter pegangan tangga sebesar 1,5 inci atau 3,8 cm, akan mengakomodasi sebagian besar orang.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMBIr. GEGER PERBOWO ROSATATA RUANG DALAM 1