perancangan sistem pendukung keputusan pemilihan … · 2016. 10. 14. · juga digambarkan...
TRANSCRIPT
1
1. Pendahuluan
Perkembangan pembangunan di Indonesia yang semakin pesat telah
membawa dampak yang sangat berpengaruh dalam bidang usaha jasa konstruksi.
Potensi usaha jasa konstruksi sangat berperan dalam kegiatan perekonomian,
khususnya dalam kegiatan pembangunan infrastruktur. Selain berperan
mendukung berbagai bidang pembangunan, jasa konstruksi juga berperan untuk
mendukung tumbuh dan berkembangnya berbagai industri barang dan jasa yang
diperlukan dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Perkembangan jasa
konstruksi membawa implikasi pada persaingan antara perusahaan jasa pelaksana
konstruksi (kontraktor). Persaingan itu sendiri merupakan metode atau alat bagi
penyeleksian dan efisiensi daya saing perusahaan. Keuntungan dari adanya
persaingan dalam tender suatu proyek adalah untuk mendapatkan harga yang
paling menguntungkan bagi pemilik proyek (swasta atau Negara) dengan kualitas
hasil proyek yang baik agar dapat menjadi pemenang tender.
Sebagai langkah dalam pemilihan perusahaan jasa konstruksi, panitia
lelang/tender Dinas PU Provinsi Maluku secara berkala melakukan evaluasi
terhadap beberapa perusahaan. Pada proses pemilihan perusahaan jasa konstruksi,
pihak panitia lelang/tender akan menentukan beberapa kriteria penilaian yang
harus dipenuhi oleh perusahaan yang akan mengikuti proyek tender. Setiap
penawaran tender yang memenuhi kriteria persyaratan administratif dan teknis
yang terbaik akan dipilih sebagai pemenang tender. Data-data yang berhubungan
dengan pemenang tender proyek tentu saja sangat diperlukan, untuk memenuhi
kebutuhan dalam pemilihan pemenang tender proyek sangat dibutuhkan suatu
sistem. Proses pemilihan perusahaan jasa konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Maluku masih menggunakan cara manual karena belum dilakukan secara
komputerisasi sehingga mempengaruhi proses evaluasi penawaran untuk
pemilihan pemenang tender proyek, pihak panitia lelang menggunakan HPS (hasil
perhitungan sendiri) dalam menilai kewajaran penawaran.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dikembangkanlah sebuah sistem
pendukung keputusan yang dapat membantu pihak panitia lelang/tender Dinas PU
Provinsi Maluku dalam mengolah dan menganalisis data yang ada. Sistem
pendukung keputusan ini menggunakan metode TOPSIS (Technique for Order
Preference by Similarity to Ideal Solution). TOPSIS merupakan suatu bentuk
metode pendukung keputusan yang didasarkan pada konsep bahwa alternatif yang
terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif tetapi juga
memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif yang dalam hal ini akan dapat
memberikan keputusan mengenai pemilihan perusahaan jasa konstruksi.
Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas dapat
dicapai. Metode TOPSIS banyak digunakan untuk menyelesaikan pengambilan
keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah
dipahami, komputasinya efisien, dan memiliki kemampuan mengukur kinerja
relatif dari alternatif-alternatif keputusan. Rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana merancang Sistem Pendukung Keputusan pemilihan
perusahaan jasa konstruksi untuk pembangunan infrastruktur daerah
menggunakan metode TOPSIS (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
2
Maluku). Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria
penilaian administrasi perusahaan, penilaian penawaran harga dalam pengalaman
perusahaan. Perusahaan Jasa Konstruksi yang mengikuti tender proyek yaitu PT.
Hutama Karya, PT. Waskita Karya, dan PT. Wijaya Karya. Penelitian yang
dilakukan menghasilkan sebuah sistem yang dapat digunakan oleh pihak panitia
lelang/tender Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku dalam penentuan
pemilihan perusahaan jasa konstruksi pemenang tender proyek. Hasil dari
penelitian ini berupa rating dari alternatif pengambilan keputusan pemilihan
perusahaan jasa konstruksi untuk pembangunan infrastruktur daerah.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terkait Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dengan berbagai
metode telah dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang berjudul SPK
pemenang tender proyek menggunakan metode Analityc Hierarchy Process
(AHP) pada Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Aceh Selatan. Sistem pendukung
keputusan ini dibuat untuk meningkatkan proses serta kualitas hasil pengambilan
keputusan dengan memadukan data-data yang berhubungan dengan pemenang
tender proyek. Data-data yang berhubungan dengan pemenang tender proyek
tentu saja sangat diperlukan, untuk memenuhi kebutuhan dalam pemilihan
pemenang proyek sangat dibutuhkan suatu sistem. Sistem tersebut harus dapat
diandalkan untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan baik rutin maupun strategis. AHP merupakan satu metode
yang fleksibel yang memungkinkan pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok
untuk membentuk gagasan-gagasan dan membatasi masalah dengan membuat
asumsi (dugaan) mereka sendiri dan menghasilkan pemecahan yang diinginkan.
Metode AHP dapat membantu menyusun suatu prioritas maupun tujuan dari
berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria [1].
Penelitian sebelumnya yang juga dilakukan berjudul SPK pemilihan
supplier beras C4 menggunakan metode Fuzzy AHP dan Fuzzy TOPSIS.
Pemilihan supplier yang baik akan melancarkan seluruh proses produksi
perusahaan, menghasilkan produk jadi maupun jasa yang berkualitas dan
mengahasilkan keuntungan bagi perusahaan. Dalam mengambil keputusan untuk
memilih supplier, pengambil keputusan membutuhkan alat analisis yang
memungkinkan mereka untuk memecahkan masalah yang bersifat kompleks
sehingga keputusan yang diambil optimal. Seleksi supplier adalah aktifitas
penting didalam perusahaan. Pemilihan supplier yang salah akan memberikan
hasil yang kurang berkualitas. Terdapat juga kelemahan dalam pemilihan supplier
yang dilakukan oleh CV. Mulia Catering yaitu pengambil keputusan menilai
hanya berdasarkan pada harga yang ditawarkan dan kualitas yang dimiliki bahan
baku beras C4 secara subyektif. Pemilihan supplier pada penelitian ini
menggunakan metode Fuzzy TOPSIS untuk menentukan supplier yang dipilih dan
Fuzzy AHP sebagai pembobotnya [2].
Implementasi SPK juga diterapkan pada pemilihan kontraktor untuk jasa
konstruksi, yaitu penelitian yang berjudul Pemilihan Kontraktor untuk jasa
konstruksi dengan menggunakan metode AHP studi kasus di proyek PLN.
Permasalahan yang timbul pada pemilihan kontraktor adalah kesalahan
3
pengambilan keputusan untuk memilih kontraktor tepat dengan menggunakan
kriteria yang ada sehingga dapat mengganggu pengoperasian Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Ngimbang-Babat. Hal tersebut sangat penting
bagi PLN dikarenakan dengan beroperasinya Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) 150 kV Ngimbang-Babat tersebut akan bermanfaat PLN dapat melayani
sambungan tegangan tinggi dari konsumen besar yaitu Pabrik Semen Holcim dan
Pabrik Semen Gresik yang berlokasi di Tuban dan manfaat kedua adalah tidak
dioperasikannya pembangkit Pembangkit berbahan bakar minyak di PLTU Perak
dan PLTU Gresik sebesar 200 MW. Untuk menerpakan pengambilan keputusan
yang sesuai dengan tujuan maka dilakukan analisa sensitivitas AHP terhadap
masing-masing kriteria dari setiap calon penyedia barang/jasa yang diteliti. Model
analisa AHP dapat dipergunakan untuk mengetahui kecendrungan pemilihan
kontraktor berdasarkan perubahan pada setiap penawaran yang diajukan [3].
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang membahas tentang SPK
dengan berbagai metode (AHP, Fuzzy AHP dan Fuzzy TOPSIS), maka
dilakukanlah penelitian terkait dengan Sistem Pendukung Keputusan dengan
menggunakan metode TOPSIS. Sistem Pendukung Keputusan menggunakan
metode TOPSIS didasarkan pada konsep bahwa alternatif terpilih yang terbaik
tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif tetapi juga memiliki
jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. Hasil dari TOPSIS ini berupa rating dari
alternatif pengambilan keputusan pemilihan perusahaan jasa konstruksi untuk
pembangunan infrastruktur daerah.
Penelitian yang dilakukan membahas tentang Sistem Pengambilan
Keputusan (SPK). Konsep SPK ditandai dengan sistem interaktif berbasis
komputer yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan data dan model
untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Pada dasarnya SPK
dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari
mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan
yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi
pemilihan alternatif [4]. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki tiga
subsistem utama, yaitu Subsistem Manajemen Basis Data, Subsistem Manajemen
Basis Model, dan Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog.
Adapun tujuan dari SPK adalah membantu manajer dalam pengambilan
keputusan atas masalah semi-terstruktur, memberikan dukungan atas
pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi
manajer, meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih dari
pada perbaikan efisiensinya, kecepatan komputasi yakni komputer memungkinkan
para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat
dengan biaya yang rendah, peningkatan produktifitas, dukungan kualitas, berdaya
saing, dan mengatasi keterbatasan kognitif dalam melakukan proses dan
penyimpanan [5].
Ciri-ciri SPK yang dirumuskan oleh Alters Keen adalah SPK ditujukan
untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur dan umumnya
dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat puncak. SPK merupakan
gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data. SPK memiliki
fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara manusia dengan
4
komputer. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi. Proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga fase
sebagai berikut yakni Intelligence, tahap ini merupakan proses penelusuran dan
pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data
masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan
masalah. Design, tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan
menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses
untuk mengerti masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.
Choice, pada tahap ini dilakukan proses pemilihan di antara berbagai alternatif
tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian
diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan [6]. Proses pengambilan
keputusan pada tahap Choice menggunakan metode TOPSIS. Alasan
menggunakan metode TOPSIS yaitu : 1) Logikanya bersifat sederhana dan mudah
dipahami; 2) Proses hitungannya mudah; 3) Dengan metode ini, alternatif terbaik
yang terpilih merupakan model matematika sederhana; 4) Penilaian yang
terpenting berada pada prosedur yang diperbandingkan. Sehingga metode
pemilihan perusahaan jasa konstruksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
TOPSIS.
Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak
berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna
menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif. Dalam model ini
juga digambarkan kontribusi Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Ilmu
Manajemen terhadap proses pengambilan keputusan seperti terlihat pada Gambar
1
Gambar 1 Fase Proses Pengambilan Keputusan [7]
Berdasarkan penjelasan Pasal 22 UU No. 5/1999, tender adalah tawaran
mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-
barang atau menyediakan jasa. Pengertian tender tersebut mencakup tawaran
mengajukan harga untuk: 1) memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan; 2)
mengadakan barang dan jasa; 3) membeli suatu barang dan jasa; 4) menjual suatu
barang dan jasa. Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berlangsung
dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu yang
dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan
5
dengan jelas. Proyek dapat diartikan pula sebagai sederetan aktifitas yang
diarahkan pada suatu hasil dimana jangka waktu penyelesaian ditentukan.
Proses pemilihan perusahaan jasa pelaksana konstruksi (kontraktor) pada
dasarnya merupakan proses penilaian terhadap serangkaian kriteria yang akan
dijadikan pertimbangan dalam permasalahan pemilihan. Di antara kriteria-kriteria
tersebut terdapat hubungan ketergantungan atau saling mempengaruhi dengan
kriteria lainnya maupun alternatif yang dapat dimodelkan dan dinilai besarnya
berdasarkan subjektifitas dan preferensi para pengambil keputusan. Hal yang
paling berpengaruh dalam proses pemilihan perusahaan jasa konstruksi adalah
penetapan kriteria dan bobot penilaian yang tepat pada evaluasi administrasi,
evaluasi penawaran harga, dan evaluasi pengalaman perusahaan.
Metode yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan yang
dibangun adalah Metode TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity
to Ideal Solution). TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan
multikriteria yang pertama diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang pada tahun 1981.
TOPSIS menggunakan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai
jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dari
sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean untuk
menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal. Solusi
ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat
dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari seluruh
nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. TOPSIS mempertimbangkan
keduanya, yaitu jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal
negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif.
Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif
bisa dicapai [8].
Secara umum, prosedur dari metode TOPSIS mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut [8] : menentukan matriks keputusan yang ternormalisasi. Elemen
rij hasil dari normalisasi decision matrix R dengan metode Euclidean length of a
vector adalah seperti terlihat pada Rumus 1.
i = 1,2,…,m j = 1,2,…,n
Langkah selanjutnya adalah menghitung matriks keputusan ternormalisasi
terbobot. Dengan bobot W = (w1, w2, ......, wn), maka normalisasi bobot matriks
Yij adalah : w1r11, seperti pada Rumus 2.
Setelah menghitung matriks keputusan maka langkah selanjutnya adalah
menghitung matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif. Solusi
w1r11 w2r12 .... wnr1n
w1r21 .... .... ....
.... .... .... ....
w1m11 W2rm2 .... Wnrmn
Yij =
(1)
(2)
6
ideal positif dinotasikan A+, sedangkan solusi ideal negatif dinotasikan A-
seperti
yang terlihat pada Rumus 3.
(3)
Langkah berikutnya adalah menghitung jarak antara nilai setiap alternatif
dengan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif. adalah
jarak (dalam pandangan Euclidean) alternatif dari solusi ideal positif seperti yang
terlihat pada Rumus 4.
√ ∑ (
) dengan i = 1,2,3,...m (4)
Rumus untuk menghitung jarak terhadap solusi ideal negatif didefinisikan
seperti yang terlihat pada Rumus 5.
√ ∑ (
) dengan i = 1,2,3,...m (5)
Selanjutnya adalah menghitung nilai preferensi untuk setiap alternatif
seperti yang terlihat pada Rumus 6.
(6)
Langkah yang terakhir adalah merangking alternatif. Alternatif dapat
dirangking berdasarkan urutan Vi, alternatif terbaik adalah salah satu yang
berjarak terpendek terhadap solusi ideal positif dan berjarak terjauh dengan solusi
ideal negatif.
3. Metode dan Perancangan Sistem
Penelitian yang dilakukan, diselesaikan melalui tahapan penelitian yang
terbagi dalam empat tahapan, yaitu: (1) Analisis kebutuhan dan pengumpulan
data, (2) Perancangan sistem, (3) Implementasi sistem yaitu pembuatan
aplikasi/program dan (4) Pengujian sistem Serta Analisis Hasil Pengujian.
Gambar 2 Tahapan Penelitian [5]
Analisis Kebutuhan dan Pengumpulan Data
Perancangan Sistem meliputi Perancangan SPK Menggunakan Metode
TOPSIS, Perancangan Proses (UML), Perancangan Database dan
Perancangan Antarmuka
Implementasi Sistem yaitu Pembuatan Aplikasi/Program
Pengujian Sistem Serta Analis Hasil Pengujian
7
Tahapan penelitian pada Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tahap pertama : analisis kebutuhan dan pengumpulan data, yaitu melakukan
analisis kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dari pihak panitia lelang/tender
Dinas PU Provinsi Maluku serta data yang terkait dengan proses sistem
pendukung keputusan menggunakan metode TOPSIS. Selain itu pada tahap ini
dilakukan proses wawancara dengan panitia lelang/tender Bpk Tesco Pattiruhu,
Dinas PU Provinsi Maluku. Data yang dikumpulkan adalah informasi mengenai
proses penilaian terhadap perusahaan yang mengikuti proyek tender. Tahapan
penilaian pemilihan pemenang tender yaitu: penilaian administrasi, penawaran
harga dan pengalaman perusahaan; Tahap kedua : perancangan SPK
menggunakan metode TOPSIS berdasarkan kriteria-kriteria penilaian pemilihan
perusahaan jasa konstruksi pemenang tender proyek, perancangan sistem
menggunakan diagram Unified Modeling Language UML untuk mengetahui
setiap proses beserta semua aktifitas dari masing-masing user yang akan dibangun
pada sistem. Perancangan database untuk merancang tabel-tabel yang berfungsi
untuk menyimpan data yang dibutuhkan dalam aplikasi sistem. Perancangan
antarmuka, yaitu merancang antarmuka yang berfungsi sebagai penghubung
interaksi antara user dengan sistem; Tahap ketiga : implementasi sistem, yaitu
mengimplementasikan tahapan penelitian kedua dengan membuat
aplikasi/program sesuai kebutuhan sistem berdasarkan perancangan sistem yang
telah dilakukan; dan Tahap keempat : pengujian sistem, yaitu melakukan
pengujian terhadap sistem yang telah dibangun untuk mengetahui apakah sistem
sudah sesuai dengan kebutuhan sistem yang diharapkan, serta dianalisis untuk
melihat apakah aplikasi yang telah dibuat sudah sesuai dengan perancangan
sistem.
Perancangan sistem yang digunakan dalam penelitian telah disesuaikan
dengan karakteristik objek penelitian sehingga proses analisis dapat dilakukan
secara lebih mudah dengan hasil yang lebih akurat. Semua kriteria pada aplikasi
diberi nilai 1-5, dimana 1 merupakan nilai terendah dan 5 merupakan nilai
tertinggi seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Keterangan Nilai TOPSIS
Deskripsi Nilai
Sangat Tidak Cocok 1
Kurang Cocok 2
Cocok 3
Sedikit Lebih Cocok 4
Sangat Cocok 5
Kriteria yang pertama adalah Kriteria Administrasi. Penilaian dalam kriteria
administrasi dapat dilihat pada Tabel 2. Jika penilaian administrasi sangat tidak
cocok maka diberi nilai 1, jika penilaian administrasi kurang cocok maka diberi
nilai 2, jika penilaian administrasi cocok maka diberi nilai 3, jika penilaian
administrasi sedikit lebih cocok maka diberi nilai 4, jika penilaian administrasi
sangat cocok maka diberi nilai 5.
8
Tabel 2 Penilaian Kriteria Administrasi
Administrasi Nilai
Sangat Tidak Cocok 1
Kurang Cocok 2
Cocok 3
Sedikit Lebih Cocok 4
Sangat Cocok 5
Kriteria yang kedua adalah Penawaran Harga Tender. Penilaian dalam kriteria
penawaran harga tender disesuaikan dengan perhitungan biaya untuk suatu paket
pekerjaan konstruksi oleh konsultan perencanaan OE (Owner Estimate), seperti
terlihat pada Tabel 3. Jika penilaian harga penawaran < 5% maka diberi nilai 1
(sangat tidak cocok), jika penilaian harga satuan penawaran 5-9% maka diberi
nilai 2 (kurang cocok), jika penilaian harga satuan penawaran 10-14% maka diberi
nilai 3 (cocok), jika penilaian harga satuan penawaran 15-19% maka diberi nilai 4
(sedikit lebih cocok), jika penilaian harga satuan penawaran ≥ 20% maka diberi
nilai 5 (sangat cocok).
Tabel 3 Penilaian Kriteria Penawaran Harga Tender
Administrasi Nilai
<5% 1
5 – 9% 2
10 – 14% 3
15 – 19% 4
≥ 20% 5
Kriteria yang ketiga adalah Pengalaman Perusahaan. Penilaian dilakukan
atas pengalaman perusahaan dalam melaksanakan pekerjaan sejenis dengan
pekerjaan yang akan ditangani, dalam tahun sebelumnya. Penilaian juga dilakukan
terhadap jumlah proyek/pekerjaan yang sedang dilaksanakan oleh perusahaan, di
samping mengukur pengalaman juga dapat dipergunakan untuk mengukur
kemampuan/kapasitas perusahaan yang bersangkutan dalam melaksanakan
tugasnya, dapat dilihat pada Tabel 4. Jika penilaian pengalaman perusahaan < 1
tahun maka diberi nilai 1 (sangat tidak cocok), jika penilaian pengalaman
perusahaan 1-3 tahun maka diberi nilai 2 (kurang cocok), jika penilaian
pengalaman perusahaan 4-5 tahun maka diberi nilai 3 (cocok), jika penilaian
pengalaman perusahaan 6-7 tahun maka diberi nilai 4 (sedikit lebih cocok), jika
penilaian pengalaman perusahaan ≥ 8 tahun maka diberi nilai 5 (sangat cocok).
Tabel 4 Penilaian Kriteria Pengalaman Perusahaan
Administrasi Nilai
< 1 Tahun 1
1 – 3 Tahun 2
4 – 6 Tahun 3
7 – 9 Tahun 4
≥ 9 Tahun 5
9
Implementasi TOPSIS pada sistem dapat dilihat dalam contoh perhitungan
pada Tabel 5.
Tabel 5 Tabel Penilaian Perusahaan
I1 I2 I3
J1 Sangat Cocok 13% Pengalaman pekerjaan 9 Tahun
J2 Sedikit Lebih Cocok 8% Pengalaman pekerjaan 5 Tahun
J3 Sangat Cocok 23% Pengalaman pekerjaan 7 Tahun
I1, I2, dan I3 merupakan kriteria penilaian yang digunakan pada aplikasi,
dimana; I1 adalah Kriteria Penilaian Administrasi, I2 adalah Kriteria Penilaian
Penawaran Harga, dan I3 adalah Kriteria Penilaian Pengalaman Perusahaan.
Sedangkan J1, J2, dan J3 merupakan alternatif perusahaan yang akan dijadikan
sebagai objek penilaian, dimana; J1 adalah PT. Hutama Karya, J2 adalah PT.
Waskita Karya, dan J3 adalah PT. Wijaya Karya. Penilaian setiap perusahaan
yang ada pada Tabel 5 terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk matriks yang
sesuai dengan aturan penilaian kriteria. Tabel matriks penilaian perusahaan dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Tabel Matriks Penilaian Perusahaan
I1 I2 I3
J1 5 3 4
J2 4 2 3
J3 5 5 4
Langkah berikut adalah menentukan bobot untuk masing-masing kriteria.
Adapun bobot yang digunakan adalah sebagai berikut : (I1, I2, I3) = (5, 5, 5).
Nilai 5 pada semua bobot menunjukkan bahwa semua kriteria yang digunakan
pada penilaian mempunyai kepentingan yang sama, sehingga tidak ada satu
kriteria yang lebih penting dari kriteria lain. Langkah selanjutnya dari
perancangan TOPSIS adalah menentukan nilai Xij untuk masing-masing kriteria,
seperti terlihat pada Tabel 7
Tabel 7 Tabel Xij Penilaian Perusahaan
I1 I2 I3
Xij 8.124038 6.164414 6.403124
Nilai 8.124038 pada kolom I1 baris Xij didapat dengan cara
menjumlahkan kuadrat semua nilai penilaian perusahaan yang ada di kriteria I1
dan kemudian dicari akar dari hasil penilaian tersebut, seperti pada contoh berikut:
√( ) ( ) ( )
√
Cara yang sama dapat digunakan untuk menghitung nilai pada kolom I2
baris Xij, kolom I3 baris Xij. Setelah menghitung nilai Xij, langkah selanjutnya
10
adalah menentukan matriks keputusan ternormalisasi. Hasil dari perhitungan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Tabel Matriks Keputusan Ternormalisasi
I1 I2 I3
Xij 8.124038 6.164414 6.403124
J1 0.615457 0.486664 0.624695
J2 0.492365 0.324442 0.468521
J3 0.615457 0.811107 0.624695
Nilai 0.615457 pada kolom I1 baris J1 diperoleh dengan cara membagi
nilai penilaian pada masing-masing perusahaan per kriteria seperti pada Tabel 8
dengan nilai Xij per kriteria. Contoh perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut :
r11 = 5 / 8.124038 = 0.615457
r22 = 2 / 6.164414 = 0.324442
r33 = 4 / 6.403124 = 0.624695
Langkah selanjutnya adalah mencari nilai Yij. Nilai Yij didapat dengan cara
melakukan perkalian antara Rij dengan nilai bobot. Hasil dari perhitungan Yij
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Tabel Matriks Yij
I1 I2 I3
Bobot 5 5 5
J1 3.077285 2.43332 3.123475
J2 2.461825 1.622215 2.342605
J3 3.077285 4.055535 3.123475
Nilai 3.0777285 pada kolom I1 dan baris J1 didapat dengan cara
mengalikan bobot nilai I1 dengan baris J1 pada Tabel 8. Mengingat bahwa nilai
masing-masing kriteria sama dengan 5 maka nilai dari Tabel 9 didapat dengan
cara mengalikan nilai IiJi dari Tabel 8 dengan nilai 5. Nilai 5 pada Tabel 9
menunjukkan bahwa semua kriteria mempunyai tingkat kepentingan yang sama
satu dengan yang lainnya. Nilai 5 adalah nilai tertinggi dari perancangan aplikasi
sehingga semua kriteria mendapatkan nilai tertinggi. Langkah selanjutnya adalah
mencari nilai Y+ dan Y
- untuk masing-masing kriteria. Jika kriteria bersifat
Benefit (makin besar makin baik) maka Y+ = max dan Y- = min. Jika kriteria
bersifat Cost (makin kecil makin baik) maka Y+ = min dan Y- = max. Dalam
penelitian ini bersifat Benefit seperti yang terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Tabel Matriks Yij
Kriteria Y+ Y-
I1 3.077285 2.461825
I2 4.055535 1.622215
I3 3.123475 2.342605
11
Langkah selanjutnya dari perancangan SPK dengan TOPSIS adalah
menghitung nilai D+ dan D
- seperti yang terlihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Tabel Matriks D+ dan D
-
Perusahaan Kriteria D+ D-
J1 I1 1.622215 1.283134
J2 I2 2.628615 0
J3 I3 0 2.628615
Nilai D+ dan D- pada Tabel 11 merupakan hasil perhitungan yang
dilakukan dengan menggunakan rumus jarak alternatif solusi ideal positif dan
solusi ideal negatif seperti terlihat pada Rumus 4 dan Rumus 5 . Langkah terakhir
dari perhitungan TOPSIS adalah menghitung nilai preferensi untuk masing-
masing perusahaan dengan persamaan Vi = Di- / Di
- + Di
+ seperti terlihat pada
Rumus 6.
Tabel 12 Tabel Matriks D+ dan D
-
Perusahaan Kriteria D+ D- Vi
J1 I1 1.622215 1.283134 0.441646
J2 I2 2.628615 0 0
J3 I3 0 2.628615 1
Tabel 12 merupakan hasil akhir dari perhitungan TOPSIS. Hasil akhir
menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada perusahaan J3 (Wijaya Karya),
perusahaan tersebut mempunyai kesempatan semakin besar untuk menjadi
pemenang.
Perancangan sistem dibuat berdasarkan kebutuhan yang telah dianalisis
sebelumnya, menggunakan diagram Unified Modeling Language (UML), yaitu
use case diagram, activity diagram, sequence diagram dan class diagram. Use
case diagram digunakan untuk menspesifikasi perilaku sistem atau bagian dari
sistem secara keseluruhan dan merupakan deskripsi dari sekumpulan aksi yang
diharapkan oleh calon pengguna sistem/perangkat lunak yang akan dikembangkan
[9].
Gambar 3 Use Case Diagram
12
Gambar 3 menunjukkan use case diagram, dijelaskan sebagai berikut.
Sistem memiliki dua aktor yakni user dan admin. User adalah panitia lelang Dinas
PU Provinsi Maluku. Sedangkan admin adalah orang yang mempunyai hak untuk
melakukan input semua data-data master yang dibutuhkan oleh sistem, dalam hal
ini dilakukan oleh panitia lelang Dinas PU Provinsi Maluku. Admin mempunyai
hak dalam akses dalam mengolah data pegawai, data kriteria, data detail kriteria,
data bobot, data tender, data vendor, data user dan pengolahan report. Sedangkan
user mempunyai hak dalam pengolahan data pegawai, data detail kriteria, data
vendor, data tender, proses pengajuan tender, proses penilaian vendor dan cetak
report.
Gambar 4 Class Diagram
Class diagram merupakan gambaran perbedaan yang mendasar antara
class-class, hubungan antara class, dan di mana sub-sistem class tersebut [10].
Gambar 4 merupakan class diagram yang menggambarkan relasi antara satu class
dengan class yang lainnya beserta atribut-atribut dan metode dari masing-masing
class yang digunakan untuk pengembangan aplikasi. Pada class diagram terlihat
class pegawai berelasi dengan class user dengan derajat relasi one to one yang
berarti bahwa satu pegawai hanya memiliki satu user. Class kriteria berelasi
dengan class detail kriteria dengan derajat relasi one to many yang artinya satu
kriteria dapat memiliki banyak detail kriteria. Class tender berelasi dengan class
pengajuan dengan derajat one to many yang artinya satu tender dapat memiliki
banyak pengajuan. Class vendor berelasi dengan class pengajuan dengan derajat
relasi one to many yang artinya satu vendor dapat memiliki banyak pengajuan.
Selain itu, Class tender dan class vendor berelasi dengan class penilaian dengan
derajat relasi one to many yang artinya satu tender dan satu vendor dapat memiliki
banyak penilaian. Derajat relasi antara class yang satu dengan class yang lainnya
dapat dilihat pada Gambar 4
13
4. Hasil dan Pembahasan
Data penilaian awal yang dimasukkan ke dalam sistem adalah master data
kriteria penilaian yang akan digunakan sebagai acuan penilaian setiap perusahaan.
Gambar 5 Form Master Kriteria Gambar 6 Form Master Detail Kriteria
Gambar 5 merupakan form master kriteria penilaian, yang digunakan
untuk menyimpan semua data kriteria penilaian perusahaan yang ada pada sistem
penilaian. User dapat memasukkan id dan deskripsi dari kriteria yang akan
digunakan untuk penilaian. Setelah memasukkan data kriteria, langkah
selanjutnya adalah memasukkan detail kriteria yang akan digunakan pada proses
penilaian.
Gambar 6 merupakan halaman pengolahan data form master detail
kriteria. Setiap penilaian terhadap perusahaan yang mengikuti proyek tender akan
menggunakan data detail kriteria. Pada Gambar 6 terlihat kolom range yang
digunakan untuk memasukkan batas nilai dari detail kriteria yang dimasukkan.
Aplikasi secara otomatis melakukan pengecekan atas nilai yang dimasukkan oleh
user dengan nilai range yang ada pada form detail kriteria. Kolom nilai pada
Gambar 6 merupakan nilai penilaian perusahaan yang dimasukkan oleh user.
Setelah menentukan kriteria dan detail kriteria, langkah selanjutnya adalah
memasukkan bobot penilaian yang digunakan pada aplikasi.
14
Gambar 7 Form Master Bobot Gambar 8 Form Master Vendor
Gambar 7 merupakan form master bobot yang digunakan sebagai nilai
bobot pada setiap kriteria penilaian yang dipakai untuk proses perhitungan data
TOPSIS. Terlihat pada Gambar 7 bahwa nilai bobot dari setiap kriteria adalah
nilai maksimal (nilai 5). Nilai 5 berarti semua kriteria mempunyai kepentingan
yang sama dalam proses penilaian, sehingga tidak terdapat kriteria yang satu lebih
penting dari kriteria yang lainnya. Setelah memasukkan nilai bobot pada masing-
masing kriteria, langkah selanjutnya adalah proses pengolahan master data vendor
yang akan dijadikan sebagai objek penilaian.
Gambar 8 merupakan form master vendor perusahaan yang mengikuti
proyek tender. Setiap data perusahaan yang akan mengikuti tender harus
didaftarkan ke sistem. User dapat memasukkan kode vendor perusahaan, nama
perusahaan yang mengikuti tender, alamat perusahaan, no telpon dan tahun
operasi. Tahun operasi merupakan penilaian pengalaman perusahaan dalam
melakukan pekerjaan sejenis dan jumlah proyek/pekerjaan yang sedang
dilaksanakan oleh perusahaan.
Setelah memasukkan data master vendor perusahaan yang mengikuti
tender, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data tender yang akan
digunakan pada proses penilaian.
Gambar 9 Form Master Tender Gambar 10 Form Proses Pengajuan Tender
15
Gambar 9 merupakan form master tender yang digunakan untuk
menyimpan data tender. User dapat memasukkan id tender, nama tender,
deskripsi, jangka waktu pelaksanaan tender, biaya/harga untuk suatu pekerjaan
proyek tender, dan lokasi tender. Setelah memasukkan data tender, maka langkah
selanjutnya adalah memasukkan data proses pengajuan tender yang akan
digunakan pada proses penilaian.
Gambar 10 merupakan form proses pengajuan tender. Proses pengajuan
tender digunakan untuk melakukan evaluasi berdasarkan dokumen penawaran dari
masing-masing perusahaan. Setiap data evaluasi dokumen penawaran masing-
masing perusahaan harus didaftarkan ke sistem. Sistem akan menyimpan data id
tender, nama vendor yang mengikuti tender, administrasi perusahaan berdasarkan
dokumen penawaran dengan memberikan score untuk setiap detail kriteria dapat
dilihat pada Gambar 6, dan biaya/harga penawaran masing-masing vendor. Data-
data tersebut adalah seluruh data yang dibutuhkan untuk penilaian terhadap
masing-masing kriteria. Hal ini mempermudah user dalam melakukan proses
penilaian perusahaan yang mengikuti tender. Sistem dapat mengambil informasi
dari master pengajuan tender untuk proses penilaian tanpa harus dimasukkan
terlebih dahulu oleh user. Langkah terakhir dalam sistem adalah melakukan
proses penilaian atas setiap alternatif perusahaan yang telah didaftarkan pada
sistem.
Gambar 11 Form Master Penilaian
Gambar 11 merupakan form penilaian data menggunakan metode
TOPSIS. Informasi yang dibutuhkan pada proses penilaian adalah kode tender,
nama vendor, kriteria, detail kriteria, dan nilai atas kriteria tersebut. Setelah user
memasukkan informasi yang dibutuhkan pada proses penilaian, maka sistem akan
menghitung dan memberikan hasil keputusan kepada user yang membutuhkan.
Hasil pengolahan sistem berupa rating nilai perusahaan yang akan dijadikan
sebagai pemenang tender proyek.
Setelah melakukan proses penilaian atas setiap alternatif perusahaan pada
sistem, maka perancangan selanjutnya adalah menampilkan hasil perhitungan
16
sistem dan history penilaian yang dimasukkan oleh user. Hasil perhitungan pada
sistem dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Report Hasil Perhitungan
Gambar 12 merupakan laporan hasil penilaian yang dilakukan pada sistem
dengan menggunakan metode TOPSIS. Hasil rekomendasi pemilihan vendor
ditampilkan data vendor dengan nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah.
Vendor dengan nilai tertinggi merupakan hasil rekomendasi sistem yang dapat
digunakan sebagai alternatif untuk pemilihan pemenang perusahaan jasa
konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku. Hasil yang diperoleh yaitu
PT. Wijaya Karya dengan score tertinggi yaitu 1.00, sedangkan PT. Hutama
Karya dengan score 0,44 pada urutan ke dua dari ke tiga vendor, dan PT. Waskita
Karya dengan score 0,00 pada urutan ke tiga. Hasil perhitungan rekomendasi
pemilihan vendor ini dapat dilihat vendor dengan nilai tertinggi adalah PT. Wijaya
Karya dengan nilai 1,00, dengan demikian PT. Wijaya Karya merupakan alternatif
pemenang perusahaan jasa konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku.
Proses perhitungan sistem digunakan dengan memanfaatkan view yang ada
pada database. View dibuat sesuai dengan urutan proses TOPSIS. Tahap awal
dalam proses perhitungan adalah menentukan nilai Xij untuk setiap kriteria seperti
terlihat pada Kode Program 1. Kode Program 1 Perintah Untuk View Xij
Perintah pada baris ke-1 sampai dengan baris ke-3 pada Kode Program 1
merupakan proses perhitungan nilai Xij untuk masing-masing kriteria. Hasil
perhitungan diperoleh dengan cara mencari nilai akar dari hasil penjumlahan
kuadrat setiap nilai kriteria dari masing-masing alternatif vendor. Setelah
mendapatkan nilai Xij, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai dari
matriks keputusan ternormalisasi seperti yang terlihat pada Kode Program 2. Kode Program 2 Perintah Untuk View Matriks Keputusan Ternormalisasi
1. SELECT KodeKriteria, round(sqrt(sum(power(nilai,2))),6) Xij, IDTender
2. FROM Tbl_Penilaian 3. group by KodeKriteria, IDTender
1. select a.IDTender,KodeVendor ,a.KodeKriteria,
round(a.Nilai/b.xij,6) Nilai
2. from Tbl_Penilaian a, vw_xij b
3. where a.KodeKriteria = b.kodekriteria
4. and a.IDTender = b.IDTender
17
Perintah pada baris ke-1 sampai dengan baris ke-4 pada Kode Program 2
merupakan proses perhitungan nilai matriks keputusan ternormalisasi yang
didapatkan dengan cara membagi nilai penilaian dengan nilai Xij untuk setiap
kriteria penilaian. Setelah menghitung nilai matriks keputusan ternormalisasi,
maka langkah selanjutnya adalah menghitung nilai Yij, yaitu dengan cara
mengalikan semua nilai matriks dengan bobot per kriteria seperti yang terlihat
pada Kode Program 3. Kode Program 3 Perintah Untuk View Yij
Perintah pada baris ke-1 sampai dengan baris ke-3 pada Kode Program 3
merupakan proses perhitungan nilai Yij dimana nilai bobot setiap kriteria
dikalikan dengan nilai matriks keputusan ternormalisasi. Setelah menentukan nilai
Yij, maka langkah selanjutnya adalah menentukan nilai maksimum dan minimum
dari setiap nilai kriteria, seperti terlihat pada Kode Program 4 Kode Program 4 Perintah Untuk View Yij Maksimum dan Minimum
Perintah pada baris ke-1 sampai dengan baris ke-2 pada Kode Program 4
merupakan proses penentuan nilai maksimum dan minimum dari nilai Yij. Setelah
nilai maksimum dan minimum ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan nilai D+
dan D- seperti yang terlihat pada Kode Program 5.
Kode Program 5 Perintah Untuk View D+
dan D-
Perintah pada ba
Perintah pada baris ke-1 sampai dengan baris ke-7 pada Kode Program 5
merupakan proses penentuan Nilai D+ dan D
-. Nilai D
+ dan D
- dihitung
menggunakan Rumus 4 dan Rumus 5 dengan perintah pada baris ke-2 dan baris
ke-3 pada Kode Program 5. Langkah terakhir proses perhitungan adalah
menghitung nilai akhir dengan menggunakan proses perhitungan seperti terlihat
pada Kode Program 6.
Kode Program 6 Perintah Untuk View Hasil Akhir
Perintah pada baris ke-1 sampai dengan baris ke-5 pada
1. select kode, kodeVendor, a.kodekriteria, nilai * b.Bobot nilai
2. from vw_mkt a, Tbl_Bobot b 3. where a.kodekriteria = b.KodeKriteria
1. select IDTender, kodekriteria, MAX(nilai) y_max,
MIN(nilai) y_min
2. from vw_yij group by IDTender, kodekriteria
1. SELECT a. IDTender, a.KodeVendor, 2. ROUND( sqrt(SUM( power(nilai - y_max,2))),6) d_plus, 3. ROUND(sqrt(SUM( power(nilai - y_min,2))),6) d_min 4. FROM vw_yij a, y_max_min b 5. where a.kodekriteria = b.kodekriteria 6. and a.IDTender = b.IDTender 7. group by a.IDTender,a.KodeVendor ;
1. SELECT IDTender, a.KodeVendor, b.Nama 2. ,d_plus, d_min 3. ,ROUND(d_min / (d_plus + d_min),6) as hasil 4. FROM vw_d_plus_min a, Tbl_Vendor b 5. where a.KodeVendor = b.KodeVendor
18
Perintah pada baris ke-1 sampai dengan baris ke-5 pada Kode Program 6
merupakan proses hasil akhir dari perhitungan TOPSIS. Perintah pada baris ke-3
merupakan perintah untuk menghitung nilai akhir dari proses penilaian yang
dilakukan oleh user. Selain menampilkan hasil akhir dari proses penilaian, user
dapat menampilkan history penilaian rekomendasi pemilihan vendor.
Gambar 13 Report History Penilaian
Gambar 13 merupakan laporan history penilaian yang telah dilakukan oleh
user. Semua proses penilaian akan ditampilkan sesuai dengan kode penilaian yang
dimasukkan oleh user.
Sistem yang dibangun perlu diuji dan dianalisis untuk melihat apakah
sudah memenuhi kebutuhan dan perancangan sistem. Pengujian sistem
menggunakan pengujian black box yaitu metode pengujian yang berfokus pada
persyaratan fungsional perangkat lunak yang dibuat. Hasil pengujian sistem yang
telah dibuat, ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13 Hasil Black Box Testing untuk Proses Output
No Poin
Pengujian
Validasi
Input Data Input Hasil Uji
Status
Uji
1 Pengujian
Form Login
Verifikasi
username
dan
password.
Username
dan
password
Sistem akan
memberikan peringatan
kepada user apabila
tidak mengisi username
atau password. Selain
itu apabila username
dan password sesuai
dengan yang terdaftar
pada database, maka
user dapat mengakses
halaman utama.
Valid
2
Pengujian
Form
Master
Data
Data yang
dibutuhkan
untuk
masing-
masing
form.
Data yang
diisi
merupakan
primary
key pada
masing-
masing
Sistem akan
memberikan peringatan
kepada user apabila
data yang diisi tidak
lengkap/tidak valid,
data tersebut tidak akan
disimpan dalam
Valid
19
tabel yang
ada di
dalam
database.
database. Sebaliknya
sistem akan menyimpan
data yang valid ke
dalam database.
3
Pengujian
Perhitungan
TOPSIS
Data
Penilaian
Data
Penilaian
yang
dimasukan
oleh user.
Aplikasi dapat
memberikan hasil
perhitungan yang sesuai
dengan perhitungan
manual menggunakan
metode TOPSIS.
Valid
4 Pengujian
Laporan
Laporan
yang
ditampilkan
Kode
Penilaian
Aplikasi dapat
menghasilkan laporan
penilaian dan history
penilaian berdasarkan
kode penilaian yang
dimasukkan oleh user.
Valid
Berdasarkan hasil pengujian Black Box yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem ini sudah berjalan dengan fungsional dan dapat
menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan. Setelah sistem diuji,
diperoleh hasil yang seimbang dengan penilaian yang sebelumnya dilakukan
secara manual. Hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai data pendukung bagi
pengambil keputusan untuk pemilihan perusahaan jasa konstruksi yang mengikuti
proyek tender. Selain menampilkan hasil pengujian sistem dengan metode black
box, pengujian sistem juga dilakukan melalui wawancara langsung dengan
user/panitia lelang tender, Dinas PU Provinsi Maluku, Bpk Tesco Pattiruhu.
Adapun hasil analisis atas pengujian berdasarkan wawancara yang dilakukan,
sistem ini dapat membantu panitia lelang tender dalam melakukan proses
pengambilan keputusan berdasarkan data dari dokumen penawaran masing-
masing perusahaan dan kemudian diolah dengan menggunakan sistem SPK yang
telah dibuat, sehingga keputusan yang dibuat dapat diambil berdasarkan proses
pengolahan data dan informasi yang akurat.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan pengujian, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem pengambilan keputusan dengan metode TOPSIS, dapat
mengolah setiap nilai dari kriteria administrasi, penawaran harga, dan pengalaman
perusahaan sehingga dapat memberikan keputusan mengenai pemilihan
perusahaan jasa konstruksi untuk pembangunan infrastruktur daerah. Hasil dari
penilaian tiap kriteria dijadikan sebagai masukan awal dalam membuat matriks
ternormalisasi yang merupakan matriks awal dalam perhitungan metode TOPSIS
untuk mencari alternatif terbaik, yaitu pemilihan perusahaan jasa konstruksi yang
mengikuti proyek tender yang layak memenangkan tender yang hasilnya
dirangking dari nilai tertinggi hingga nilai terendah. Saran pengembangan sistem
20
ke depan adalah sistem dapat dibuat menggunakan sistem berbasis web sehingga
semua proses penilaian dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
6. Daftar Pustaka
[1] Sahputra, Teuku, M. 2011, Sistem Penunjang Keputusan Pemenang
Tender Proyek Menggunakan Metode Analityc Hirarchy Process (AHP)
Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan, Universitas
Serambi Mekkah, Banda Aceh.
[2] Sangaji, Yusuf, M. 2013, Alternatif Pemilihan Supplier Beras C4
Menggunakan Metode Fuzzy AHP Dan Fuzzy TOPSIS Studi Kasus : CV
Mulia Catering, Yogyakarta : Fakultas Teknik Industri, UIN
[3] Widodo, Bambang. Pemilihan Kontraktor Untuk Jasa Konstruksi dengan
Menggunakan Metode AHP Studi Kasus : Proyek PLN. Surabaya, 2011.
[4] Hasan, I., 2002, Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan,
Jakarta : Ghalia Indonesia.
[5] Turban, E., dkk., 2005, Decision Support Systems and Intelligent Systems.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
[6] Tamauka, Jessica, 2011, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Objek
Wisata Wamena, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
[7] Anonimous, 2010. Peraturan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta : Penerbit
Visimedia.
[8] Kusumadewi, Sri, 2006, Fuzzy Multy-Attribute Decision Making (Fuzzy
MADM). Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
[9] Hasibuan, Zaenal, A. 2007, Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu
Komputer dan Teknologi Informasi : Konsep, Teknik, dan Aplikasi, Jakarta
: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
[10] Indrajani, 2011, Pengantar dan Sistem Basis Data, Jakarta : Elex Media
Komputindo.