perancangan standar penilaian kinerja berdasarkan...
TRANSCRIPT
PERANCANGAN STANDAR PENILAIAN KINERJA BERDASARKAN KEY PERFORMANCE INDICATORS
PADA PROYEK REVITALISASI PASAR TRADISIONAL DENGAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA DI SURABAYA
Daras Lebda Auliawati – 2509 100 083
Public service obligation
KPS
Revitalisasi Pasar
Meningkatkan kinerja dan
kualitas pasar
Belum berfungsi secara optimal
Sumber : (Ekomadyo 2012)
EVALUASI KINERJA
Pengukuran
Penilaian Feedback
Standar penilaian kinerja
• berguna untuk mengevaluasi faktor-faktor
mana yang paling signifikan berpengaruh terhadap keberhasilan
proyek.
KPI
Penulis Jurnal / Penelitian Penemuan Utama
(Negoro, 2009) Analisa Indikator Penting dalam Proses Revitalisasi Pasar Tradisional dengan Pendekatan Analythical Hierarchy Process (AHP)
menentukan indikator-indikator penting yang terdapat dalam proyek revitalisasi pasar yang dapat memicu dampak positif bagi ekonomi masyarakat dan produktivitas perusahaan
(English dkk, 2010) Performance Audit of The Operational Stage of Long-Term Partnership forThe Private Sector Provision of Public Service
mengkaji mengenai tantangan dalam merancang sebuah sistem untuk mengevaluasi proyek KPS pada tahap operasional yang sering kali diabaikan oleh performance audit
Yuan (2012) Developing Key Performance Indicators for Public-Private Partnership: Questionnaire Survey and Analysis
pentingnya key performance indicators sebagai kunci utama dalam manajemen dan pengukuran kinerja yang merupakan metode yang efektif dalam membantu proyek KPS untuk mencapai value for money.
(Penelitian ini, 2013) Perancangan Standar Penilaian Kinerja Berdasarkan Key Performance Indicators Pada Proyek Revitalisasi Pasar Tradisional Dengan Skema Kerjasama Pemerintah Swasta Di Surabaya
perancangan standar penilaian kinerja yang berguna sebagai pedoman atau patokan yang digunakan dalam evaluasi kinerja pada proyek revitalisasi pasar dengan skema KPS kedepannya
Perumusan Masalah
Bagaimana merancang standar penilaian kinerja
berdasarkan key performance indicators pada proyek revitalisasi
pasar dengan skema KPS
Tujuan • Menentukan kriteria serta indikator penting yang ada
di dalam proyek revitalisasi berbasis skema
KPS •Melakukan pembobotan atas kriteria serta indikator
yang telah ditentukan untuk melihat kriteria serta
indikator mana yang menjadi priotitas
•Merancang standar penilaian kinerja yang
digunakan sebagai tolak ukur pada evaluasi kinerja
proyek
Manfaat • Dapat mengetahui kriteria dan indikator
penting apa saja yang dapat mempengaruhi
keberhasilan proyek
•Mendapatkan hasil standar perancangan penilaian kinerja yang dapat digunakan untuk
tahapan selanjutnya pada evaluasi kinerja
Batasan
Asumsi
• Kinerja proyek yang dibahas di dalam penelitian adalah pada tahap operasional dari proyek KPS
•Penelitian ini dilakukan hanya pada tahap perancangan, tidak sampai melakukan implementasi
• Tidak terjadi perubahan manajemen selama masa penelitian berlangsung yang berdampak signifikan
•Tidak terjadi perubahan kontrak kerjasama antara pihak pemerintah dengan pihak swasta
Harfiah Menghidupkan kembali bagian atau unit yang penting
Pasar Tradisional
Menghidupkan kembali peran penting pasar tradisional dalam sektor ekonomi kemasyarakatan
dengan menggali potensi-potensi yang dimiliki agar memilki daya
saing yang tinggi terhadap persaingan yang ada.
Harapan Dampak finansial & taraf perekonomian
Fokus Memperbaiki jalur distribusi ,
mengembangkan model kemitraan, mengelola dengan
cara modern dan kreatif
Revitalisasi Sumber : (Negoro dkk, 2009)
>100
82 Sumber : (Negoro dkk, 2009)
Ps. Tambahrejo
Ps. Burung Bratang
Ps. Ampel
Ps. Kapasan
Ps. Darmo trade center
Sumber : (Negoro dkk, 2009)
KPI
• Merupakan kunci utama pada manajemen & pengukuran kinerja
•KPI diterapkan sebagai metrik yang berguna untuk mengevaluasi faktor-faktor penting untuk mencapai keberhasilan proyek sehingga dapat diketahui faktor mana yang paling signifikan berpengaruh terhadap
keberhasilan proyek
Indikator
KPI
• suatu metode pembobotan yang sering digunakan dalam merancang sistem
pengukuran kinerja
• Dari sekian banyak KPI yang telah ditentukan, pembobotan dengan AHP dilakukan
untuk melihat bagian manakah yang paling dianggap sebagai prioritas
Analythical Hierarchy Process (AHP)
Kelebihan Kekurangan
Hasil yang didapat lebih rinci karena dapat dilihat pembobotan untuk tiap alternatif
Untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap awal
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas
Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga melibatkan subyektifitas dari sang ahli tersebut
Dapat melihat perbandingan tiap kriteria untuk masing-masing alternatif
Penilaian Kinerja
Biaya KualitasLayananPemeliharaanWaktuFasilitas
KPI B1
KPI B4
KPI B3
KPI B2KPI F2
KPI F1 KPI W1
KPI W3
KPI W2
KPI P1
KPI P3
KPI P2
KPI L1
KPI L3
KPI L2
KPI K1
KPI K4
KPI K3
KPI K2
KPI K5
Langkah-langkah dalam Metode AHP
• Menyusun hirarki dari masalah yang dihadapi
• Penilaian kriteria dan alternatif
• Konsistensi Logis
• Pembobotan Prioritas
Metodologi Penelitian
Langkah pendahuluan
Pedoman & Informasi
Studi literatur Wawancara
Kriteria & indikator eksisting
Primer & sekunder
wawancara
=< 0.1
Kriteria & indikator
Nilai standar in depth interview
Analisa hasil perancangan standar penilaian kinerja terhadap kondisi
eksisting
Pairwise comparisons
Sumber Data
Expert judgment dimana respondennya adalah kepala pasar Kapasan, kepala pasar
DTC dan PT. Surya Nagari sebagai pihak swasta atau investor dari pasar Kapasan
Wawancara & Kuisioner
Studi Lapangan
objek amatan adalah DTC & Kapasan
Studi Literatur
Berasal dari research yang dilakukan oleh Negoro dkk
(2009), dan juga dari Peraturan walikota
surabaya nomor 15. th 2007
Indikator NO.
45
8
10
13
11
12
14
9
Mengkoordinasi kegiatan pengaturan & pemberian ijin tempat usaha serta membina pedagangMengidentifikasi peluang usahaMerencanakan kegiatan usaha yang dapat menarik minat pihak lain untuk berinvestasi
1
2
3
6
7
Mengendalikan keamanan dan ketertiban
INDIKATORPengawasan pembangunan fisik pasar dan fasilitas perdaganganAnalisa & evaluasi pembangunan pasar dan fasilitas perdaganganPenyusunan program pembangunan serta pemeliharaan sarana & prasarana perdaganganMembina cabang dan unit pasar
Mengkoordinasi pengelolaan keuangan perusahaan daerah (pendapatan & beban)
Mengawasi pengelolaan keuangan (bank, giro, dan lain-lain)
Menyusun data statistik kegiatan keuangan & laporan keuangan perusahaan daerah secara periodik
Merencanakan anggaran keuangan perusahaan daerah
Mengelola & meningkatkan SDM di perusahaan daerahMengendalikan sumber pendapatan & mengawasi pembelanjaan kekayaan perusahaan daerah
NO.
16
18
222324
2627
29303132
3435363738
Motivasi kerja yang dimiliki oleh SDMEfisiensi pemanfaatan SDM yang adaPengidentifikasi kebutuhan pedagangLoyalitas pelangganSarana dan prasarana pengelolaan
Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan rutinBiaya operasional
28 SDM yang loyal dan disiplin dalam bekerja baik secara individu maupun timSDM yang mampu berkomunikasi dengan baikTingkat kepuasan pedagangKeluhan PedagangTanggap dalam menghadapi permasalahan yang muncul
33 Pemberian tanda tertentu pada area berjualan untuk memudahkan pengunjung mengenali area berjualan
20 Kecepatan penanganan keluhan yang disampaikan oleh pedagang
21 Penataan alur area berjualan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi para pengunjungBiaya stanKemudahan pembayaran pada tiap transaksiKompetensi yang dimiliki oleh SDM
25 penyediaan fasilitas umum yang mendukung fungsi pasar
INDIKATOR
15 Memasarkan stand. Tempat usaha serta produk perusahaan daerahMelakukan sosialisasi kepada pemakai tempat usaha
17 Menetapkan program kerja di bidang pemberdayaan pedagangKenyamanan pasar
19 Kemudahan pedagang dalam mendapatkan layanan yang dibutuhkan
Penentuan KPI dilakukan melalui wawancara dengan
pengelola unit pasar dan pihak swasta
berdasarkan indikator-indikator yang
telah diidentifikasi sebelumnya.
NO. KRITERIA Kode KPI
4 T45 T5
9 P2
Teknik & Usaha
Administrasi & Keuangan
7
Pembinaan Pedagang
1
2
3
6
8
INDIKATORPengawasan pembangunan fisik pasar dan fasilitas perdaganganAnalisa & evaluasi pembangunan pasar dan fasilitas perdaganganPenyusunan program pembangunan serta pemeliharaan sarana & prasarana perdaganganMembina cabang dan unit pasar
Pengeluaran biaya pada unit pasar A1
T1
T2
T3
T6
Tingkat kepuasan pedagang akan kondisi pasar
Mengkoordinasi kegiatan pengaturan & pemberian ijin tempat usaha serta membina pedagang
Mengendalikan keamanan dan ketertibanPenyediaan fasilitas umum yang mendukung fungsi pasar
P1
Sub Indikator
Merupakan hasil breakdown dari KPI
yang diperoleh dan merupakan dasar
perancangan standar penilaian kinerja
NO. KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR KODE SI
1
Teknik & Usaha
Pengawasan pembangunan fisik pasar dan fasilitas perdagangan
frekuensi pengecekan bangunan dan fasilitas perdagangan per bulan T1A
2 Tingkat kesiapan mutu proyek T1B
3 Persentase seringnya keterlambatan waktu dalam proses pembangunan T1C
4 Kesesuaian biaya yang dikeluarkan dengan biaya yang dianggarkan T1D
5
Analisa & evaluasi pembangunan pasar dan fasilitas perdagangan
Jumlah keluhan per bulan T2A
6 Besar risiko yang ada dari adanya pembangunan pasar dan fasilitas perdagangan
T2B
7 Tingkat efisiensi SDM dalam pembangunan pasar dan fasilitas perdagangan
T2C
8 Frekuensi pengecekan masalah atau kendala dalam pelaksanaan kegiatan operasional per bulan T2D
9
Penyusunan program pembangunan serta pemeliharaan sarana & prasarana perdagangan
Jumlah kerusakan fasilitas yang terjadi per tahun T3A
10 Frekuensi terjadinya listrik mati per bulan T3B
11 Frekuensi dilakukannya identifikasi kekurangan pasar per bulan T3C
12 Frekuensi dilakukannya perbaikan fasilitas per tahun T3D
13
Membina cabang dan unit pasar
Rasio peningkatan pendapatan unit pasar per tahun T4A
14 Frekuensi melakukan pembinaan pedagang per bulan T4B
15 Frekuensi dilakukannya audit per tahun T4C
16 Frekuensi dilakukannya program pengembangan SDM per tahun
T4D
17 Mengendalikan keamanan dan ketertiban
Jumlah pencurian yang terjadi per bulan T5A
18 Tingkat gangguan keamanan pasar T5B
19 Penyediaan fasilitas umum yang mendukung fungsi
pasar
Tingkat penanganan sampah T6A
20 jumlah toilet yang disediakan T6B
21 jumlah mobil yang mampu di tampung T6C
Sub Indikator
NO. KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR KODE SI
22
Administrasi Keuangan Pengeluaran biaya pada unit pasar
Rasio biaya yang dikeluarkan untuk maintenance per tahun A1A
23 Rasio biaya yang dikeluarkan untuk operasional pasar per tahun A1B
24
Pembinaan Pedagang
Mengkoordinasi kegiatan pengaturan & pemberian ijin tempat usaha serta membina pedagang
Lama tunggu pedagang dalam mendapatkan surat ijin usaha P1A
25 Tingkat pemanfaatan ruang dagang P1B
26 Jumlah sosialisasi dan himbauan yang dilakukan untuk pedagang per bulan P1C
27
Kepuasan pedagang akan kondisi pasar
Jumlah keluhan yang terjadi tiap bulannya P2A
28 Kecepatan penanganan keluhan yang disampaikan oleh pedagang P2B
29 Tingkat kenyamanan pedagang terhadap kondisi pasar P2C
Merancang standar
penilaian kinerja
KRITERIA 2Administrasi
Keuangan
KRITERIA 3Pembinaan Pedagang
KRITERIA 1Teknik dan
Usaha
mengelola unit-unit pasar dan menyediakan fasilitas
perdagangan
merencanakan , mengolah serta menelaah
kebijaksanaan teknis dan program kerja
melakukan pembangunan, perbaikan dan perawatan fisik sarana dan prasarana
perpasaran
koordinasi untuk mewujudkan kesatuan
gerak dalam meningkatkan pelayanan perpasaran
pengawasan pengamanan dalam pelaksanaan tugas
pokok
Level 0
Level 1
Level 2
Level 3
Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk maintenance per tahun
Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk operasional pasar per tahun
frekuensi pengecekan bangunan dan fasilitas perdagangan
Tingkat kesiapan mutu proyek
Frekuensi sering terjadinya keterlambatan waktu dalam proses pembangunan
Kesesuaian biaya yang dikeluarkan dengan biaya yang dianggarkan
Jumlah keluhan per bulan
Besar risiko yang ada dari adanya pembangunan pasar dan fasilitas perdagangan
Tingkat efisiensi SDM dalam pembangunan pasar dan fasilitas perdagangan
Jumlah kerusakan fasilitas yang terjadi per tahun
Frekuensi dilakukannya perbaikan fasilitas per tahun
Frekuensi terjadinya listrik mati per bulan
Rasio peningkatan pendapatan unit pasar per tahun
Frekuensi melakukan pembinaan pedagang per bulan
Frekuensi dilakukannya sidak per tahun
Frekuensi dilakukannya program pengembangan SDM per tahun
Jumlah pencurian yang terjadi per tahun
Tingkat gangguan keamanan pasar
Tingkat penanganan sampah
jumlah toilet yang disediakan
jumlah mobil yang mampu di tampung dalam area parkir
Lama tunggu pedagang dalam mendapatkan surat ijin usaha
Tingkat pemanfaatan ruang dagang
Jumlah sosialisasi dan himbauan yang dilakukan untuk pedagang per bulan
Jumlah keluhan yang terjadi tiap bulannya
Kecepatan penanganan keluhan yang disampaikan oleh pedagang
Tingkat kenyamanan pedagang terhadap kondisi pasar
Frekuensi pengecekan masalah atau kendala dalam pelaksanaan kegiatan operasional per
bulan
Frekuensi dilakukannya identifikasi kekurangan pasar per tahun
Struktur Hirarki
Penyusunan hirarki atau struktur
keputusan dilakukan untuk
menggambarkan elemen sistem atau
alternatif keputusan yang teridentifikasi
Dibedakan menjadi 4 level :
• level 0 = tujuan utama dari adanya penelitian ini.
• level 1 = menggambarkan tujuan utama dari
adanya perusahaan (PDPS) yang dibentuk dalam
rangka untuk membantu pembangunan
perekonomian di Surabaya
• level 2 = bidang utama dari PDPS
• level 3 = sub indikator yang merupakan pecahan
dari indikator-indikator penting pada revitalisasi
pasar dengan skema KPS.
Pembobotan
Pembobotan kriteria, KPI dan sub indikator
dilakukan dengan menggunakan metode
Analithycal Hierarky Process (AHP). AHP ini
merupakan metode pembobotan yang
sering digunakan dalam merancang sistem
pengukuran kinerja. Pembobotan kriteria, KPI
dan sub indikator didasarkan pada tingkat
kepentingan nilai elemen KPI yang
mempengaruhi kinerja operasional revitalisasi
pasar dengan skema KPS.
Suatu pembobotan
dapat diterima jika
memiliki nilai
inconsistency ratio
lebih kecil atau sama
dengan 0,1
Inconsistensy Ratio
Bobot Keseluruhan
Nilai bobot secara keseluruhan ini
merupakan perkalian antara nilai
bobot suatu KPI dengan sub kriteria
dari KPI tersebut dengan nilai bobot
kriteria dimana KPI tersebut
dikelompokkan
•Penentuan prioritas nilai bobot kriteria KPI dan bobot secara
keseluruhan diperoleh dari hasil perhitungan dengan
menggunakan software expert choice. Nilai bobot tersebut diurutkan dari yang terbesar
hingga yang terkecil
Prioritas
Kode SI Nilai Bobot
P1A 0,1106
T3D 0,0617T1B 0,0581T2A 0,0517
A1A 0,0420
T3A 0,0350
T6A 0,0190P1B 0,0160T5A 0,0152T4B 0,0141
P2C 0,0118
T3B 0,0095
T4C 0,0068T4A 0,0049T6C 0,0042P2A 0,0040T6B 0,0036T5B 0,0023
T1A
T1C
T1D
T2C
T4D
A1B Rasio biaya yang dikeluarkan untuk operasional pasar per tahun 0,0420
Rasio biaya yang dikeluarkan untuk maintenance per tahun
P2B
T2D 0,1401
Definisi
Lama tunggu pedagang dalam mendapatkan surat ijin usaha
Frekuensi dilakukannya perbaikan fasilitas per tahun
Frekuensi pengecekan masalah atau kendala dalam pelaksanaan kegiatan operasional per bulan
Frekuensi melakukan pembinaan pedagang per bulan
Frekuensi dilakukannya program pengembangan SDM per tahun
Jumlah sosialisasi dan himbauan yang dilakukan untuk pedagang per bulan 0,0422
0,1050Besar risiko yang ada dari adanya pembangunan pasar dan fasilitas perdaganganT2B
P1C
Tingkat kesiapan mutu proyekJumlah keluhan per bulan
T3C Frekuensi dilakukannya identifikasi kekurangan pasar per bulan 0,0425
Tingkat gangguan keamanan pasar
Tingkat kenyamanan pedagang terhadap kondisi pasar
Kesesuaian biaya yang dikeluarkan dengan biaya yang dianggarkan 0,0098
Frekuensi terjadinya listrik mati per bulanFrekuensi seringnya keterlambatan waktu dalam proses pembangunan 0,0092
Frekuensi dilakukannya audit per tahunRasio peningkatan pendapatan unit pasar per tahunjumlah mobil yang mampu di tampung Jumlah keluhan yang terjadi tiap bulannyajumlah toilet yang disediakan
0,0137
Jumlah kerusakan fasilitas yang terjadi per tahunTingkat efisiensi SDM dalam pembangunan pasar dan fasilitas perdagangan 0,0280
frekuensi pengecekan bangunan dan fasilitas perdagangan per bulan 0,0278
Kecepatan penanganan keluhan yang disampaikan oleh pedagang 0,0265
Tingkat penanganan sampahTingkat pemanfaatan ruang dagangJumlah pencurian yang terjadi per bulan
•Sub indikator dengan bobot
tertinggi adalah frekuensi
pengecekan masalah atau
kendala dalam pelaksanaan
kegiatan operasional per bulan
dengan nilai bobot sebesar
0,1401. Sedangkan untuk bobot
terendah dimiliki oleh sub
indikator tingkat gangguan
keamanan pasar dengan nilai
bobot sebesar 0,0023.
Standar Penilaian Kinerja
• Standar penilaian kinerja merupakan salah satu
prosedur yang terdapat dalam penilaian kinerja.
Standar penilaian kinerja menjelaskan tingkat-tingkat
kinerja yang diharapkan dan merupakan bahan
pembanding atau tujuan atau target yang
tergantung dari pendekatan yang diambil.
• Ditentukan target dari masing-masing sub indikator
yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam penentuan
target dilakukan wawancara kepada pakar dengan
memperhatikan kondisi pasar yang telah terevitalisasi.
Hasil Perancangan Standar Penilaian Kinerja
Hasil Perancangan Standar Penilaian Kinerja
Pengambilan indikator kunci dilakukan
dengan wawancara bersama dengan
pakar yang memahami betul kondisi
operasional revitalisasi pasar. Terpilih 9 KPI
dari 3 kriteria yang ada dengan rincian 6
KPI untuk kriteria teknik dan usaha, 1 KPI
untuk kriteria administrasi keuangan dan 2
KPI untuk kriteria pembinaan pedagang.
Analisa Penentuan KPI
NO. KRITERIA INDIKATOR
1
Teknik & Usaha
Pengawasan pembangunan fisik pasar dan fasilitas perdagangan
2 Analisa & evaluasi pembangunan pasar dan fasilitas perdagangan
3 Penyusunan program pembangunan serta pemeliharaan sarana & prasarana perdagangan
4 Membina cabang dan unit pasar
5 Mengendalikan keamanan dan ketertiban
6 Penyediaan fasilitas umum yang mendukung fungsi pasar
7 Administrasi & Keuangan
Pengeluaran biaya pada unit pasar
8 Pembinaan Pedagang
Mengkoordinasi kegiatan pengaturan & pemberian ijin tempat usaha serta membina pedagang
9 Tingkat kepuasan pedagang akan kondisi pasar
Pengawasan pembangunan fisik pasar dan fasilitas : karena proses pengecekan atau pemantauan merupakan hal yang penting di dalam operasional pasar. Sehingga jika terjadi kerusakan atau ketidaksesuaian dengan apa yang telah direncanakan pihak pengelola dapat segera bertindak untuk mengantisipasi hal-hal tersebut
Analisa dan evaluasi pembangunan pasar dan fasilitas perdagangan: penting untuk kegiatan pengambilan keputusan. Sehingga apa yang menjadi keputusan pihak pengelola dalam menghadapi permasalahan dapat berjalan secara efisien, efektif dan tepat sasaran
Kriteria teknik & usaha
Penyusunan program pembangunan serta pemeliharaan sarana dan prasarana
perdagangan : Jika sarana dan prasarana yang tersedia di dalam pasar lengkap,
maka para pedagang nyaman. Pasar bergerak di bidang jasa, sehingga perlu
adanya penyusunan program pembangunan yang dilakukan untuk dapat terus
memenuhi kebutuhan konsumen.
Kriteria teknik & usaha
Membina cabang dan unit pasar : dengan adanya pembinaan tersebut akan
membantu unit pasar dalam mengelola pasar secara maksimal dengan
pengetahuan yang diberikan baik untuk SDM pengelola maupun pedagang
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari pasar tersebut.
Mengendalikan keamanan dan ketertiban : pasar memberikan peluang bagi
para penjahat untuk melakukan tindak kriminalitas seperti mencuri yang
dimana hal ini sangat tidak diinginkan baik bagi pengelola, pedagang
maupun pembeli
Penyediaan fasilitas umum : fasilitas umum wajib dimiliki di oleh pasar
yang telah terivitalisasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehingga
dapat membantu fungsi pasar dapat berjalan dengan lebih baik.
pengeluaran biaya pada unit pasar : pada tahap
operasional terdapat biaya-biaya tertentu yang
mempengaruhi operasional pasar itu sendiri, yaitu
seperti biaya untuk maintenance dan biaya untuk
operasional pasar termasuk biaya tenaga kerja.
Kriteria administrasi Keuangan
Kriteria Pembinaan Pedagang
Mengkoordinasi kegiatan pengaturan dan pemberian ijin tempat usaha serta
pembinaan pedagang : dalam pasar perlu adanya setting zone sehingga
luasan pasar dapat digunakan semaksimal mungkin. pembinaan pedagang
juga perlu dilakukan, selain untuk sosialisasi antara pedagang dan pengelola
pembinaan pedagang juga penting agar pedagang dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai manajemen pengelolaan usaha dagang mereka..
Tingkat kepuasan pedagang: penting untuk diukur karena pihak pengelola
dapat mengetahui seberapa bagus operasional yang telah dijalankan
Analisa Nilai Pembobotan
Kriteria teknik dan usaha memiliki nilai bobot yang terbesar karena elemen ini
berhubungan langsung dengan proses operasional dari pasar dimana kriteria
ini biasanya berhubungan dengan kondisi pasar baik kondisi fisik maupun
fasilitas.
KPI dengan nilai terbesar secara keseluruhan adalah KPI pengeluaran biaya
pada unit pasar. Hal ini terjadi karena pada KPI pengeluaran biaya pada unit
pasar hanya memiliki dua sub indikator yang dibandingkan, dimana sub
indikator tersebut dalam kondisi berimbang sehingga besar bobot untuk KPI
pengeluaran biaya adalah sebesar 1.
Analisa Nilai Pembobotan
Sub indikator dengan bobot tertinggi adalah frekuensi pengecekan masalah atau kendala
dalam pelaksanaan kegiatan operasional per bulan dengan nilai bobot sebesar 0,1401.
Proses pengecekan masalah atau kendala dalam pelaksanaan kegiatan operasional per
bulan merupakan langkah awal bagi pihak pengelola sebelum dilaksanakannya analisa
dan evaluasi. Selain itu dengan adanya pengecekan akan menjadikan pihak pengelola
lebih siaga dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang muncul yang dapat
mengganggu fungsi pasar
sub indikator dengan bobot terendah adalah tingkat gangguan keamanan pasar dengan
nilai obot sebesar 0,0023. dikarenakan jarang terjadinya tingkat gangguan keamanan
pasar (selain pencurian) sehingga jika dibandingkan dengan sub indikator lain, tingkat
gangguan keamanan memiliki bobot kecil. Namun hal ini tidak lantas menjadikan
gangguan kemanan pasar tidak diperhatikan. Perlu adanya pengecekan serta
pengawasan untuk meminimalisir gangguan keamanan tersebut sehingga tidak
menganggu aktivitas yang terjadi di dalam pasar.
Analisa Standar Penilaian Kinerja
sub indikator persentase kesiapan mutu proyek ditargetkan 100%. Kesiapan mutu proyek ini
berguna untuk memfasilitasi para pedagang seperti contohnya sanitasi dan saluran air.
sub indikator persentase terjadinya keterlambatan waktu dalam proses pembangunan
ditargetkan 0%, namun untuk pihak pengelelola terkadang masih bisa mentolerir keterlambatan
tersebut asalkan selama rancangan anggaran biaya (RAB) tidak berubah.
persentase selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan biaya yang dianggarkan ditargetkan
0% walaupun hal ini susah untuk dicapai mengingat adanya beberapa hal yang muncul
seperti perubahan teknis yang mengharuskan perubahan biaya.
sub indikator persentase risiko yang muncul dari adanya pembangunan pasar dan fasilitas
perdagangan ditargetkan 0%. Risiko yang dimaksud dalam konteks ini adalah risiko yang buruk.
Namun dalam kenyataannya, hanya sedikit efek buruk yang terjadi dari adanya pembangunan ini
jika dibandingkan dengan efek positif yang diperoleh.
Analisa Standar Penilaian Kinerja
sub indikator frekuensi terjadinya listrik mati pada stand dagang ditargetkan hanya terjadi satu kali selama bulan.
Karena dengan listrik mati akan mengganggu kegiatan pasar dan merugikan baik bagi konsumen maupun
pengelola
Sub indikator frekuensi dilakukannya pembinaan pedagang ditargetkan paling tidak dalam sebulan
dilaksanakan sebanyak satu kali. Salah satu tujuan adanya pembinaan pedagang ini adalah agar para
pedagang agar mampu mengelola usaha mereka secara efektif
sub indikator frekuensi pengecekan bangunan dan fasilitas perdagangan per bulan harus sering untuk dilakukan.
Semakin sering akan semakin bagus sehingga proses pengecekan ini harus dilaksanan minimal satu minggu
sekali.
Pada sub indikator jumah keluhan dari pedagang dalam satu bulan ditargetkan satu bulan hanya sekali.
Karena jika terlalu sering adanya keluhan makan hal ini mengindikasikan bahwa operasional dari pihak
pengelola belum berjalan dengan baik.
Analisa Standar Penilaian Kinerja
sub indikator persentase kesesuaian pengalokasian SDM ditargetkan sebesar 40% dengan melihat
kondisi eksisting bahwa pengalokasian tersebut belum terlaksanakan.
Sub indikator frekuensi dilakukannya pengecekan masalah atau kendala dalam kegiatan operaional dilakukan
minimal 2 kali seminggu dalam satu bulan. Hal yang paling krusial untuk di cek adalah keuangan.
sub indikator kerusakan fasilitas yang terjadi dalam setahun ditargetkan maksimal 15%. Biasanya kerusakan ini
terjadi karena pedagang yang kurang disiplin dalam memanfaatkan sarana dan prasarana pendukung
fungsi pasar.
sub indikator dilakukannya perbaikan fasilitas perdagangan yang rusak ditargetkan satu tahun sekali minimal.
Hal ini dikarenakan sulitnya prosedur unit pasar dalam mengajukan perbaikan kepada pusat.
Sub inidkator peningkatan pendapatan unit pasar ditargetkan naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Analisa Standar Penilaian Kinerja
Sub indikator pelaksanaan audit ditargetkan dilakukan dua kali dalam satu tahun dari pusat kepada unit
pasar. Sehingga pusat dapat memantau kondisi unit pasar apakah mengalami kemajuan atau stagnan atau
bahkan mengalami kemunduran.
Frekuensi dilakukannya pelatihan atau diklat bagi para karyawan ditargetkan dilakukan sebanyak sembilan kali
dalam setahun. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa SDM yang ada masih belum berkompeten secara
maksimal.
Jumlah pencurian yang terjadi diharapkan tidak terjadi dalam setahun, sehingga pihak pengelola harus
memperketat pengawasan pasar. Namun untuk persentase gangguan keamanan secara general ditargetkan
sebesar 25%.
sub indikator penanganan sampah ditargetkan sebesar 85% karena penanganan sampah ini penting di
dalam pasar untuk menjaga kebersihan yang menjadikan pedagang juga merasa nyaman dengan
lingkungannya
Analisa Standar Penilaian Kinerja
Dengan minimal pedagang sebanyak 1500, jumlah toilet yang disediakan minimal 20 kamar dan
disediakan pada tiap lantai. Untuk pasar yang telah terivitalisasi, harus memiliki lahan parkir sendiri
dengan kapasitas mobil minimal sebanyak 250-300 unit
sub indikator persentase pengeluaran biaya untuk maintenance ditargetkan sebesar 20%-25% dari income. Dan
persentase pengeluaran biaya untuk operasional pasar sebesar 35% dimana biaya ini termasuk biaya tenaga
kerja.
Lama tunggu pedagang dalam mendapatkan surat ijin ditargetkan maksimal 3-4 minggu. Penargetan ini
dengan memperhatikan lama prosedur pembuatan surat ijin dan diimbangi dengan memberikan pelayanan
yang maksimal kepada para pedagang
Pemanfaatan ruang dagang terhadap luas total belum maksimal, sehingga pakar menargetkan untuk koefisien
dasar bangunan (KDB) sebesar 60-80% dan koefisien lantai bangunan (KLB) sebesar 35-65%
Analisa Standar Penilaian Kinerja
Jumlah sosialisasi dan himbauan bagi para pedagang minimal harus dilakukan oleh pihak pengelola adalah
setiap hari. Kegiatan tersebut sekaligus berupaya untuk mengidentifikasi hal-hal yang sekiranya dapat
mengganggu fungsi pasar.
Sub indikator kecepatan dari pihak pengelola dalam menanggapi keluhan pedagang
dilakukan maksimal 2 hari.
sub indikator yang terakhir adalah tingkat kepuasan pelanggan terhadap kondisi pasar minimal
80%. Semakin tinggi tingkat kepuasan pedagang baik terhadap kondisi pasar dan juga pelayanan
yang diberikan pihak pengelola, maka semakin baik pula kinerja operasional pasar tersebut
Kesimpulan & Saran
KESIMPULAN
• 3 kriteria utama yaitu teknik dan usaha, administrasi keuangan serta pembinaan pedagang
dan KPI sebanyak 9.
Dengan rinician KPI untuk kriteria teknik dan usaha yang terdiri dari pengawasan
pembangunan fisik pasar dan fasilitas perdagangan, analisa dan evaluasi pembangunan pasar
dan fasilitas perdagangan, penyusunan program pembangunan serta pemeliharaan sarana
dan prasaran perdagangan, membina cabang dan unit pasar, mengendalikan keamanan
dan ketertiban serta penyediaaan fasilitas umum yang mendukung fungsi pasar. Kemudian 1
KPI untuk kriteria administrasi keuangan yaitu pengeluaran biaya pada unit pasar. Dan 2 KPI
untuk kriteria pembinaan pedagang yang terdiri dari Mengkoordinasi kegiatan pengaturan dan
pemberian ijin tempat usaha serta pembinaan pedagang.
• kriteria dengan bobot terbesar adalah kriteria teknik dan usaha dengan besar nilai bobot 0,705
kemudian diikuti oleh kriteria pembinaan pedagang dengan besar nilai bobot 0,211 dan yang
terakhir kriteria administrasi keuangan dengan besar nilai bobot 0,084. Untuk KPI dengan nilai
terbesar secara keseluruhan adalah KPI pengeluaran biaya pada unit pasar yaitu sebesar 1.
Dan untuk Sub indikator dengan bobot tertinggi adalah frekuensi pengecekan masalah atau
kendala dalam pelaksanaan kegiatan operasional per bulan dengan nilai bobot sebesar
0,1401.
frekuensi dilakukannya pengecekan terhadap fisik bangunan dan fasilitas perdagangan dalam 1 bulan
(empat kali / satu kali dalam seminggu).
Persentase kesiapan mutu proyek (100%).
Persentase terjadinya keterlambatan waktu dalam proses pembangunan (0%).
Persentase selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan biaya yang dianggarkan (0%).
Jumlah keluhan pedagang per bulan (1 kali dalam sebulan).
Persentase risioko yang muncul dari adanya pembangunan pasar dan fasilitas perdagangan (0%).
Persentase kesesuaian pengalokasian SDM dalam organisasi untuk proses pembangunan pasar dan
fasilitas perdagangan (40%).
Frekuensi dilakukannya pengecekan kendala dan masalah dalam proses pelaksanaan kegiatan
operasional dalam 1 bulan ( 2 kali / satu kali dalam dua minggu).
Jumlah kerusakan fasilitas perdagangan yang terjadi dalam 1 tahun ( 15%).
Frekuensi terjadinya lsitrik mati pada stand dagang dalam satu bulan (1 kali).
Frekuensi dilakukannya pengecekan terhadap kekurangan pasar per bulan (satu kali).
Frekuensi dilakukannya perbaikan fasilitas perdagangan yang rusak dalam 1 tahun (satu kali).
Frekuensi dilakukannya pembinaan pedagang dalam satu bulan (1 kali).
Peningkatan pendapatan unit pasar terhdapa tahun sebelumnya (dua kali lipat).
Frekuensi dilakukannya audit pada unit pasar dalam satu tahun (dua kali).
Frekuensi dilakukannya pelatihan atau diklat bagi para karyawan dalam satu tahun (sembilan kali).
Jumlah total pencurian yang terjadi di dalam pasar selama 1 tahun (0 – zero crime).
Persentase terjadinya gangguan keamanan (25%).
Persentase penanganan sampah yang mampu ditangani (85%).
Jumlah toilet yang disediakan di dalam pasar (20 kamar).
Jumlah mobil yang mampu ditampung dalam area parkir (250-300 unit).
Persentase pengeluaran biaya untuk maintenance terhadap total pendapatan (20-25% dari income).
Persentase pengeluaran biaya untuk operasional terhadap total pendapatan (35% dari income).
Lama tunggu pedagang dalam medapatkan surat ijin (3-4minggu).
Persentase pemanfaatna ruang dagang terhadap luas total ruang dagang yang tersedia (KDB 60-
80% ; KLB 35-65%).
Jumlah sosialisasi dan himbauan yang diberikan oleh pihak pengelola kepada para pedagang
(setiap hari).
Kecepatan pihak pengelola dalam menanggapi keluhan pedagang (2 hari).
Persentase kepuasanpelanggan terhadap kondisi pasar (80%).
SARAN
• Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat dilanjutkan sebagai acuan untuk melakukan pengukuran kinerja pada revitalisasi pasar dengan skema KPS.
• Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan
objek amatan yang lebih luas agar dapat
tergambarkan secara lebih terperinci.
• Koordinasi dengan pihak swasta maupun
pemerintah untuk menentukan jadwal pertemuan
• Diputra, I Gede Astawa, 2009. Sistem Penilaian Kinerja Konsultan Perencana dalam Menangani Proyek Perencanaan Bangunan Gedung. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol.13, No.2, Juli.
• Ekomadyo, Agus S., Sutan Hidayatsyah. 2012. Isi, Tujuan dan Kriteria Perancangan Pasar Tradisional. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI.
• English, Linda M., James Guthrie, Jane Broadbent, richard Laughlin. 2010. Performance Audit of The Operational Stage of Long-Term Partnership forThe Private Sector Provision of Public Service. Australian Accounting Review, No.5, Vol.20, Issue.1.
• Gunsairi. 2011. Sustaining Partnership Media informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta. Jakarta: IRSDP BAPPENAS.
• Istianto, Bambang. 2011. Privatisasi dalam Model Public Private Partnership. Jakarta : Mitra Wacana Media. • Moleenar, Keith, Michael Garfin, Gordon Proctor, Desiderio Navarro. 2011. Key Performance Indicators in Public-
Private Partnerships. Federal Highwah administration. March. • Nawawi, Hadari. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press. • Negoro, Nugroho Priyo, Moses Laksono Singgih, Christianto Utomo. 2011. Model Optimasi Masa Konsesi Proyek
Kerjasama Pemerintah dan Swasta yang Memaksimumkan Kinerja Pihak yang Bekerjasama. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah.
• Negoro, Nugroho Priyo., Abdul Syukur, Agus Budi P., Sulham Rimalio R. 2009. Analiasa Indikator Penting dalam Proses Revitalisasi Pasar Tradisional dengan Pendekatan Analythical Hierarchy Process (AHP). Eksekutif Journal of Business and Management, Vol.6, No. 2, Juni. Surabaya : IBMT International University.
• Parmenter, David. 2010. Key Performnace Indicators. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Daftar Putaka
Daftar Putaka • Ramadian. 2012. Perancangan Standar Penilaian Kinerja Pemeliharaan Lampu Jalan Berdasarkan
Key Performance Indicators. Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol.11, No. 2, Oktober. • Rochmasari, Lia., Suprapedi, Hendro Subagyo. 2010. Penentuan Prioritas Usulan Sertifikasi Guru
dengan Metode AHP. Jurnal Teknologi Informasi, Vol.6, No.1, April. • Rostiyanti, Susy F., Rizal Z. Tamin, Purnomo Soekirno, dan Senator Nur Bahagia. 2012. Kerangka
Pengukuran Kinerja Sistem Penyelenggaraan Jalan Tol Melalui Kerjasama Pemerintah Swasta di Indonesia. Jurnal Teknik Sipil, Vol.11, No.2, April.
• Santosa, Budi. 2009. Manajemen Proyek Konsep dan Implementasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. • Song, Jinbo. Haiyang Zheng. 2011. Review on BOT Projects Performance Evaluation. International
Conference on Management and Service Science (MASS). hal. 1-4. • Subiyanto. 2002. Penggunaan Metode Analythical Hierarchy Process (AHP) dalam Pemilihan
Obyek Argowisata. Jurnal Saint dan Teknologi BPPT, Vol.4, No.5, Agustus. • Tang, LinYaning et all. 2010. A Review of Studies on Public-Private Partnership Projects in the
Construction Industry. International Journal of Project Management, Vol. 28, Issue. 7, hal.683-694. Oktober.
• Vanany, Iwan. 2003. Aplikasi Analytic Network Process (ANP) pada Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja (Studi Kasus pada PT.X). Jurnal Teknik Industri, Vol.5, No.1, Juni.
• Wibowo dan Phil,M. 2007. Manajemen Kinerja – Edisi Ketiga. Jakarta : RajaGrafindo Persada. • Yuan, Jingfeng, Chao Wang, Miroslaw J. Skibniewski. 2012. Developing Key Performance Indicators
for Public-Private Partnership: Questionnaire Survey and Analysis. Journal of Management in Engineering. hal.252-264. July.