perancangan video sosialisasi berbagai bentuk ......pergerakan kamera karena posisi perangkat kamera...

23
Perancangan Video Sosialisasi Berbagai Bentuk Pelanggaran Kampanye Politik di Kota Semarang Berbasis 3d Motion Camera Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain Oleh : Leonardo Adwin Wibisono NIM: 692014003 Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Agustus 2019

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Perancangan Video Sosialisasi Berbagai Bentuk Pelanggaran

    Kampanye Politik di Kota Semarang Berbasis 3d Motion Camera

    Artikel Ilmiah

    Diajukan kepada

    Fakultas Teknologi Informasi

    untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

    Oleh :

    Leonardo Adwin Wibisono

    NIM: 692014003

    Program Studi Desain Komunikasi Visual

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    Agustus 2019

  • 1

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

    1. Pendahuluan

    `Indonesia adalah negara demokrasi, secara etimologi demokrasi berasal dari

    kata demos yang berarti rakyat dan kratein yang berarti pemerintahan. Secara

    harafiah demokrasi berarti pemerintahan rakyat [1]. Pemilihan umum atau

    pemilu merupakan suatu bentuk wujud demokrasi dimana dalam rentang waktu

    tertentu rakyat Indonesia bisa turut berpartisipasi memilih kepala pemerintahan

    dari bupati/walikota, gubernur, hingga presiden. Namun, dalam proses

    pemilihan umum mulai dari kampanye hingga hari pencoblosan ternyata masih

    ada pelanggaran-pelanggaran yang ditemukan. Kota Semarang pernah menjadi

    kota yang memiliki kasus pelanggaran terbanyak di Jateng pada tahun 2015

    silam dengan jumlah sebanyak 32 pelanggaran dan Bawaslu Kota Semarang

    akan terus mengupayakan agar hal tersebut tidak terulang lagi di tahun-tahun

    berikutnya [2].

    Ketua Bawaslu Kota Semarang mengatakan bahwa dari pihak dari Bawaslu

    Kota Semarang belum ada media sosialisasi dalam bentuk video yang menarik,

    untuk bisa disebarkan melalui media sosial supaya masyarakat dapat ikut

    memantau dan mengawasi jalannya kampanye politik. Bawaslu sendiri sudah

    berupaya untuk melakukan sosialisasi di acara di setiap kecamatan dan

    membuat poster-poster secara berkala, namun yang terjadi selama ini Bawaslu

    Kota Semarang menemukan pelanggaran melalui pengamatan yang dilakukan

    oleh petugasnya dan tidak adanya keterlibatan masyarakat untuk ikut

    melaporkan pelanggaran yang terjadi disekitarnya.

    Salah satu bentuk pemanfaatan multimedia adalah dengan merancang video

    sosialisasi dalam bentuk animasi. Animasi merupakan salah satu output dari

    multimedia itu sendiri, untuk video sosialisasi yang akan dirancang jenis

    animasi yang digunakan adalah motion graphic. Berdasarkan dengan

    permasalahan yang ada maka dilakukan perancangan video sosialisasi tentang

    apa saja bentuk pelanggaran dalam proses pemilihan umum di Kota Semarang.

    Video sosialisasi merupakan cara yang cukup efektif untuk menyikapi

    permasalahan yang ada karena pada dasarnya tujuan dari sosialisasi itu sendiri

    adalah untuk mengajak masyarakat agar waspada dan peka akan pelanggaran

    yang terjadi disekitarnya dan dari pihak Bawaslu ingin adanya keterlibatan

    masyarakat dalam mengawasi pelanggaran selama kampanye.

    Direktur Center for Election and Political Party (CEPP) FISIP Universitas

    Indonesia (UI) Reni Suwarso menuturkan dengan cukup besarnya pemilih

    pemula ini, yang sebagiannya adalah mahasiswa, maka edukasi ke pemilih

    pemula dan meningkatkan kesadaran untuk terlibat secara aktif dalam

    mengawal proses Pilkada sangat penting [3]. Maka dari itu video sosialisasi

    dirancang untuk mengajak para pemilih pemula agar bisa terhindar dari sikap

    apatis dan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap pelanggaran yang terjadi

    di sekitar. Video sosialisasi akan berbentuk motion graphic dan ditambah

    dengan teknik 3d motion camera. Diharapkan dengan adanya video sosialisasi

    ini dapat mempermudah proses sosialisasi yang dilakukan oleh Bawaslu Kota

    Semarang.

  • 6

    2. Tinjauan Pustaka

    “Pemantauan Dalam Proses Penyelenggaraan Pemilu” yang dirancang

    oleh Novembri Yusuf Simanjuntak [4] dari hasil pembahasan dapat

    disimpulkan bahwa pemilihan umum sebagai tempat bagi rakyat untuk

    menggunakan hak politiknya sebagai warga negara untuk memilih sosok

    pemimpin selain itu salah satu bentuk keterlibatan atau partisipasi masyarakat

    dalam pemilu adalah ikut memantau jalannya proses pemilu dan jika selama

    proses pemilu itu berlangsung dapat dijaga, dipantau, dan diawasi agar tidak

    ada indikasi kecurangan maka bukan tidak mungkin apabila terwujud pemilu

    yang sukses dan juga berkualitas. Jika dibandingkan antara penelitian yang

    terdapat di atas dan penelitian yang sedang dilakukan terdapat persamaan yaitu

    tentang pengawasan selama proses pemilu dan juga permasalahan yang sama

    yakni kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pemantauan pemilu.

    Ada juga penelitian lainnya yang berjudul “Perancangan Animated

    Motion Graphic Sebagai Media Alternatif Pembelajaran Anak Tunagrahita”

    oleh Ghaisani [5] dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa salah

    satu cara untuk membantu anak tunagrahita dalam proses belajar adalah

    menggunakan media motion graphic dikarenakan media ini dapat menarik

    perhatian mereka dan selain itu mudah dimengerti dan diingat. Berdasarkan

    penelitian di atas dan penelitian yang sedang dilakukan terdapat persamaan dan

    perbedaannya. Persamaannya adalah menggunakan motion graphic untuk

    menyelesaikan permasalahan yang ada sedangkan perbedaannya terdapat pada

    objek penelitian yaitu media alternatif pembelajaran.

    Kemudian penelitian yang ketiga yang berjudul “Perancangan Video

    Sosialisasi Taman-Taman Tematik di Kota Bandung” oleh Sheyla dan Rizki [6]

    kesimpulan dari penelitian di atas adalah dengan merancang video sosialisasi

    ini masyarakat kota Bandung dapat mengetahui informasi mengenai hadirnya

    taman-taman tematik yang ada di kota Bandung dan sekaligus dapat mengajak

    masyarakat untuk berkunjung ke taman tematik tersebut. Penelitian di atas

    memiliki persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan yakni cara

    menyelesaikan masalah yang sama-sama menggunakan video sosialisasi yang

    bertujuan untuk mengajak masyarakat berperan serta dan memberi informasi

    yang bermanfaat bagi masyarakat.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media merupakan alat (sarana)

    komunikasi, perantara, atau penghubung. Multimedia dalam konteks komputer

    adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks,

    grafik, audio, video, dengan menggunakan tool yang memungkinkan

    pemakaian berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi [7].

    Video adalah sekumpulan citra yang direkam selama satu satuan waktu

    tertentu. Citra merupakan representasi dari informasi yang terkandung di

    dalamnya sehingga mata manusia menganalisis dan menginterprestasikan

    informasi tersebut sesuai tujuan yang diharapkan [8]. Sedangkan pengertian

    dari sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan,

    keterampilan, dan sikap yang diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai orang

    dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam satu kedudukan atau

    peranan tertentu di masyarakatnya [9]. Maka pengertian dari video sosialisasi

  • 7

    adalah rekaman yang berisi suatu informasi yang bertujuan untuk menyebarkan

    suatu hal yang baru entah itu pengetahuan, keterampilan atau hal lainnya

    kepada masyarakat agar masyarakat dapat memahami dan menghayati

    sekaligus dapat ikut aktif dan terlibat dalam bermasyarakat.

    Flat design, bila ditinjau dari suku katanya, flat berarti datar dan design

    berarti desain atau rancangan. Secara singkat flat design diartikan sebagai

    desain datar. Flat design adalah salah satu tren terbesar dari tahun 2010-an dan

    masih terus berkembang sampai saat ini. Akar atau asal mula flat design

    sendiri bersumber dari berbagai pengaruh. Salah satunya yaitu The Swiss Style

    atau International Design, desain ini adalah desain yang mendominasi

    sepanjang tahun 1940-an dan 1950-an yang berasal dari Swiss [10].

    Motion graphic merupakan salah satu media atau salah satu sub dari ilmu

    desain grafis yang banyak digunakan dalam periklanan (TVC), film berupa title

    sequence, opening atau promo program TV, ataupun stasiun TV dan ada juga

    digunakan untuk video clip music, atau profil perusahaan. Ini dapat dicapai

    dengan memasukkan sejumlah elemen yang berbeda seperti 2d/3d, animasi,

    video, film, tipografi, ilustrasi, fotografi, dan musik. Ada beberapa karakteristik

    kunci untuk lebih mendefinisikan sifat motion graphic :

    Motion graphic dua dimensi, tetapi dapat menciptakan illusi elemen gerakan tiga dimensi. hal tersebut ada sebagai gambar pada layar dan

    proyeksi yang memiliki lebar dan panjang, tetapi tidak ada kedalaman.

    hanya terlihat seperti space/objek 2dimensi yang terletak pada 3d space.

    Motion graphic tidak harus benar-benar berpindah posisi, asalkan ada sesutau yang berubah dalam jangka waktu tertentu pada objek tersebut.

    Sebagai contoh, pada layar terdapat sebuah objek font, font tersebut hanya

    diam tidak berpindah tempat melainkan ada 15 perubahan dalam dirinya

    seperti dalam durasi tertentu font tersebut berubah warna .

    Motion graphic yang sering digunakan dalam interaktif multimedia, tetapi tidak juga selalu interaktif. hanya disajikan secara linear dan user tidak

    memilik kemudi penuh atas motion graphic tersebut [11].

    3d (Tiga Dimensi) diartikan sebagai ruang yang memiliki panjang, lebar,

    dan kedalaman yang berwujud ruangan yang bisa dilihat oleh manusia sebagai

    bentuk-bentuk raut berada dan ruangan yang ditempati [12]. Motion Camera

    pada dasarnya sama seperti pergerakan kamera (camera movement), disebut

    pergerakan kamera karena posisi perangkat kamera yang berubah dalam proses

    pengambilan gambar [13]. Namun, perbedaannya disini adalah kamera yang

    digunakan merupakan kamera virtual yang terdapat didalam sebuah software

    editing. 3d motion camera merupakan bentuk lain dari teknik camera

    movement yang memanfaatkan pergerakan kamera virtual digabungkan dengan

    efek 3d sehingga video yang dihasilkan seolah-olah memiliki kedalaman atau

    ruang.

    Pemilu menurut KBBI adalah pemilihan yang dilakukan serentak oleh

    seluruh rakyat suatu negara (untuk memilih wakil rakyat dan sebagainya) [14].

    Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 pemilu adalah

    sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung,

    umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik

  • 8

    Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945 [15]. Singkatnya, pemilu bisa diartikan sebagai sarana

    bagi rakyat untuk melaksanakan haknya untuk memilih pemimpin, wakil

    rakyat, atau partai yang dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun sekali.

    Kampanye menurut KBBI adalah gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan,

    mengadakan aksi, dan sebagainya) [16]. Berdasarkan UU pasal 1 ayat 26 No.

    10 tahun 2008 pengertian kampanye adalah kegiatan yang dilakukan oleh

    peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi

    dan program yang ditawarkan oleh calon peserta pemilu [17].

    Tabel 1 Tabel Jumlah Total Pelanggaran Kampanye Pilkada 2018 di Kota Semarang [18]

    Pelanggaran Jumlah

    APK (Alat peraga kampanye) 270 pelanggaran

    APK (Alat peraga kampanye)

    selama hari tenang 1076 pelanggaran

    Pemberitaan di media yang tidak

    berimbang 2 pelanggaran

    ASN (Aparatur Sipil Negara) yang

    tidak netral 2 pelanggaran

    Penggunaan fasilitas negara 2 pelanggaran

    Money Politic (pembagian uang,

    doorprize, sembako, dan lain-lain) 1 pelanggaran

    Bawaslu Kota Semarang juga sebenarnya melakukan upaya-upaya untuk

    mensosialisasikan tentang jenis-jenis pelanggaran yang terjadi selama

    kampanye. Berikut poster yang telah dibuat oleh Bawaslu pada saat Pilkada

    2018 silam.

    Gambar 1 Poster Sosialisasi Pelanggaran Kampanye [19]

  • 9

    3. Metode Penelitian

    Metode penelitian dalam perancangan video sosialisasi ini adalah

    menggunakan metode kualitatif, dengan melakukan wawancara langsung

    kepada narasumber yakni dari pihak Bawaslu sendiri dan para pemilih pemula.

    Untuk strategi penelitian menggunakan linear stategy.

    Gambar 2 Tahapan Penelitian

    Pengumpulan data, proses pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

    permasalahan yang dialami oleh Bawaslu Kota Semarang terkait dengan proses

    kampanye pemilu yang terjadi di Kota Semarang dan untuk mencari tahu

    tentang sejauh mana pemahaman para pemilih pemula tentang aturan-aturan

    yang ada selama kampanye. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara

    wawancara langsung kepada narasumber-narasumber yang berkaitan secara

    langsung dengan penelitian yang sedang dilakukan.

    Wawancara pertama kepada Bapak Muhammad Amin selaku Ketua

    Badan Pengawas Pemilu Kota Semarang dengan tujuan untuk mengetahui

    permasalahan yang dihadapi oleh Bawaslu Kota Semarang. Berdasarkan

    wawancara ditemukan masalah yang dihadapi Bawaslu Kota Semarang yakni

    tidak adanya media sosialisasi yang cukup baik dan menarik untuk mengajak

    masyarakat dalam melakukan pengawasan selama kampanye.

    Wawancara berikutnya dilakukan kepada Bapak Arif Rahman yang

    bertugas dibagian hukum dan data informasi Bawaslu Kota Semarang untuk

    mendapatkan data soal laporan pelanggaran yang terjadi selama kampanye

    Pilkada 2018 lalu dan aturan/pelanggaran apa saja yang harus diketahui oleh

    para pemilih pemula. Berdasarkan wawancara yang kedua, semua pelanggaran

    yang terjadi pada saat Pilkada 2018 yang lalu adalah hasil temuan dari tim

    Bawaslu itu sendiri, tidak ada keterlibatan atau laporan dari masyarakat yang

    masuk ke Bawaslu. Menurut Bapak Arif, masyarakat kota Semarang terutama

    pemilih pemula banyak yang tidak tahu tentang aturan soal kampanye.

    Kemudian dilakukan wawancara kepada 5 pemilih pemula yang belum

    pernah memilih sebelumnya dan pada rentang umur 17-21, dengan

    menanyakan sejauh mana para pemilih pemula paham aturan-aturan yang ada

    selama kampanye dan apakah sosialisasi yang dilakukan Bawaslu sampai

    kepada masyarakat terutama pemilih pemula. Dari wawancara tersebut para

    responden hanya mengetahui 1-3 peraturan larangan selama kampanye dan

    semua responden tidak pernah melihat sosialisasi yang dilakukan Bawaslu

    mengenai aturan larangan selama masa kampanye.

    Tahap kedua merupakan analisis data, berdasarkan wawancara dengan

    ketiga narasumber yakni Bapak Muhammad Amin selaku Ketua Bawaslu Kota

    Semarang, Bapak Arif Rahman selaku anggota Bawaslu Kota Semarang bagian

    hukum dan data informasi, dan kepada 5 pemilih pemula yang berusia 17-21

    Pengumpulan

    Data

    Perancangan Analisis

    Data

    Pengujian

  • 10

    tahun dipilih secara acak, permasalahan yang dihadapi Bawaslu adalah sulitnya

    mengajak masyarakat untuk terlibat dalam proses pemilu terutama saat

    kampanye karena kampanye memiliki jangka waktu yang cukup panjang

    sehingga masyarakat terutama pemilih pemula seharusnya dapat banyak terlibat

    dalam pengawasan saat kampanye. Sedangkan dari masyarakat sendiri

    terutama pemilih pemula kurang memiliki pengetahuan soal aturan-aturan

    selama kampanye berlangsung. Maka dari itu ada yang harus ditekankan

    dalam video sosialisasi ini yaitu yang pertama bersifat bersifat informatif,

    audience dapat memahami informasi yang terdapat dalam video terkait aturan-

    aturan yang ada selama kampanye serta bagaimana cara untuk melapor dengan

    proses yang mudah dan yang kedua adalah bersifat persuasif, bagaimana video

    sosialisasi ini dapat mengajak orang-orang yang menjadi target audience

    melakukan sesuai yang ditampilkan dalam video tersebut.

    Tahap ketiga merupakan perancangan, proses perancangan memiliki

    tahapannya sendiri yakni pra-produksi, produksi, dan pasca produksi.

    Gambar 3 Proses Perancangan

    Pra produksi, yang pertama dilakukan dalam proses pra produksi adalah

    merancang konsep terlebih dahulu. Ide dalam video sosialisasi ini adalah untuk

    mensosialisasikan bentuk-bentuk pelanggaran selama kampanye pemilu dan

    cara melaporkannya dengan menggunakan animasi motion graphic.

    Sedangkan konsep untuk perancangan video sosialisasi ini berbentuk animasi

    3d dan 2d, untuk 3dnya menggunakan teknik motion camera sedangkan untuk

    2dnya menggunakan ilustrasi yang mendukung visualisasi konten yang terdapat

    dalam video sosialisasi. Selain itu ada voice over untuk memperjelas informasi

    atau pesan yang ingin disampaikan kepada audience.

  • 11

    Proses selanjutnya yaitu membuat storyline. Video sosialisasi ini dimulai

    dengan penjelasan singkat mengenai pemilu 2019. Kemudian pemberitahuan

    informasi tentang masa kampanye yang dimulai dari tanggal 23 September

    2018 sampai dengan 13 April 2019 agar masyarakat tahu sejak kapan dan

    sampai kapan kampanye ini berlangsung. Lalu dilanjutkan dengan ajakan

    kepada audience untuk ikut serta mengawasi jalannya kegiatan kampanye dan

    juga ajakan untuk ikut melaporkan pelanggaran jika melihat pelanggaran yang

    tengah terjadi. Kemudian ditampilkan bagaimana bentuk-bentuk kampanye,

    seperti pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan

    kampanye, dan aturan untuk pemasangan alat peraga kampanye. Setelah itu

    menginformasikan lokasi kampanye yang tidak diperbolehkan seperti fasilitas

    negara, sekolah, dan tempat ibadah dan ada aturan-aturan soal netralitas ASN

    dan TNI-Polri yang dimunculkan dan juga pelanggaran-pelanggaran lain

    seperti black campaign/hoax, hate speech, dan money politic. Selanjutnya

    diarahkan kemana masyarakat harus melapor jika melihat pelanggaran

    kampanye, dengan menginformasikan untuk langsung datang menuju kantor

    Bawaslu Kota atau dengan cara yang paling mudah dengan menggunakan

    media sosial yang dimiliki Bawaslu Kota Semarang yakni facebook, instagram,

    atau e-mail . Video sosialisasi ini ditutup dengan tagline dari milik Bawaslu

    “Gandengkan tangan bersama kita sukseskan pemilu. Bersama rakyat awasi

    pemilu, bersama bawaslu tegakkan keadilan pemilu”.

    Tahap selanjutnya adalah perancangan storyboard merupakan rangkaian

    gambar ilustrasi yang berusaha menerjemahkan adegan-adegan yang telah

    dirumuskan didalam skenario. Sebuah storyboard yang dihasilkan dapat

    memuat informasi mengenai pelaku, lokasi, properti maupun sudut

    pengambilan gambar [20]. Storyboard dari video sosialisasi ini dapat dilihat

    pada gambar 4.

  • 12

    Gambar 4 Storyboard

    Setelah storyboard selesai lalu masuk tahap produksi. Setelah merancang

    storyboard dilanjutkan tahap pembuatan asset. Asset digunakan untuk konten

    ilustrasi 2d yang terdapat dalam perancangan video sosialisasi. Sketsa asset

    dapat dilihat pada gambar 5.

    Gambar 5 Sketsa Asset

    Sketsa-sketsa yang sudah dirancang kemudian dirubah dalam bentuk

    digital dengan melakukan proses tracing dan coloring menggunakan gaya flat

    design karena selain mudah dalam proses pembuatan, flat design juga

    berbentuk lebih sederhana dan tidak terlalu rumit sehingga mudah untuk

    dipahami. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 6.

  • 13

    Gambar 6 Desain Asset

    Kemudian tahap selanjutnya adalah produksi yang terdiri dari animasi dan

    pengambilan voice over. Asset-asset yang sudah dalam bentuk digital kemudian

    dianimasikan sesuai durasi dan kebutuhan scene. Proses animasi asset bisa

    dilihat pada gambar 7.

    Gambar 7 Proses Animasi Asset

    Untuk font yang dipilih adalah Cocogoose karena font tersebut

    menggunakan jenis huruf sans serif yang bersifat sederhana, lebih mudah

    terbaca terutama untuk jarak jauh, dan memiliki kesan modern. font

    Cocogoose dapat dilihat pada Gambar 8.

    Gambar 8 Font Cocogoose

    Setelah proses animasi pada asset selesai dilakukan, kemudian dilanjutkan

    pada tahap compositing. Asset yang ada dijadikan satu dalam sebuah

    compotition untuk mengatur penempatan dan kapan asset tersebut muncul.

    Pada tahap ini juga dilakukan penataan background, background ditata agar

    dapat berbentuk ruang sehingga kesan 3 dimensi lebih terlihat karena memiliki

    kedalaman. Proses compositing dapat dilihat pada gambar 9.

  • 14

    Gambar 9 Proses Compositing

    Penggunaan 3d motion camera dimasukkan setelah semua asset dan

    background disusun dengan baik. 3d motion camera merupakan fitur yang

    terdapat dalam software editing yang berfungsi menggerakan kamera secara

    virtual sehingga seolah-olah video tersebut memiliki kedalaman atau ruang.

    Efek tersebut dimasukkan dengan cara membuat layer sendiri untuk tools

    kamera kemudian mengatur focus distance kamera untuk mendapatkan efek

    blur pada background, sehingga dapat menambah kesan 3 dimensi saat

    menggerakan kamera. Untuk gerakan kamera bisa diatur berdasarkan sumbu

    x,y, dan z dan menggunakan pengaturan rotasi masing-masing sumbu agar

    kamera dapat bergerak dan berputar sesuai sesuai keperluan.

    Gambar 10 Proses Motion Camera

    Kemudian pada tahap paska produksi animasi yang sudah ada masuk ke

    dalam tahap editing, animasi ditata dan dilakukan pemotongan dan

    penambahan durasi pada scene yang dianggap perlu dan ditambahkan

    background music agar video yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan tidak

    membosankan.

  • 15

    Gambar 11 Proses Editing

    Selain itu dilakukan mixing pada audio untuk mengatur audio terutama

    voice over untuk mengurangi noise yang ada. Berikut proses mixing yang

    ditampilkan pada gambar 12 dan 13.

    Gambar 12 File Audio sebelum diberi noise reduction

    Gambar 13 File Audio sesudah diberi noise reduction

    Tahap selanjutnya adalah rendering, Proses rendering merupakan proses

    akhir setelah melalui proses editing, dari semua file yang ada mulai dari

    ilustrasi, animasi, audio, background music digabungkan yang outputnya

    berbentuk video. Untuk format video dibutuhkan format yang fleksibel agar

    bisa mudah ditayangkan diberbagai media sehingga format yang digunakan

    adalah H.264 (Mp4) yang beresolusi 1280x720 pixel. Berikut gambar 13

    menampilkan proses rendering.

  • 16

    Gambar 14 Proses Rendering

    Dari hasil perancangan video sosialisasi dilakukan evaluasi. Evaluasi

    dilakukan dengan Bapak Muhammad Amin selaku Ketua Badan Pengawas

    Pemilihan Umum Kota Semarang mengenai video sosialisasi tentang

    kampanye pemilu. Informasi dan pesan yang disampaikan sudah sesuai dengan

    yang dibutuhkan dengan menampilkan aturan-aturan dan pelanggaran yang

    sering terjadi di lapangan dan mengajak audience untuk ikut berpartisipasi

    menjaga ketertiban selama kampanye. Namun ada yang perlu dikoreksi

    sehingga perlu dilakukan revisi pada video sosialisasi ini yaitu pada tanggal

    masa kampanye kemudian keterangan tambahan soal pemilu 2019 pada awal

    video dan mencantumkan jenis pelanggaran selama masa kampanye.

    4. Hasil dan Pembahasan

    Video sosialisasi ini berisi tentang aturan-aturan, pelanggaran yang

    berlaku, serta mekanisme pelaporan pelanggaran selama masa kampanye

    pemilu supaya masyarakat terutama para pemilih pemula paham tentang aturan

    yang berlaku. Opening Scene dalam video ini menjelaskan singkat tentang

    pemilu 2019.

    Gambar 15 Opening Scene penjelasan singkat tentang Pemilu 2019

    Kemudian scene selanjutnya dimulai dengan transisi dip to white lalu

    kamera bergerak dolly in dan melakukan sedikit gerakan rotate kemudian

    menampilkan informasi tentang rentang waktu mulai hingga berakhirnya masa

    kampanye. Scene 2 dapat dilihat pada gambar 16.

  • 17

    Gambar 16 Menampilkan informasi tentang waktu masa kampanye

    Pada scene 2 kamera dolly out dan menampilkan ajakan audience untuk

    ikut mengawasi jalannya kampanye kemudian kamera bergerak dolly out

    sedikit dan menampilkan ajakan untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi

    selama kampanye lalu transisi ke scene selanjutnya dengan gerakan kamera

    dolly in sekaligus rotating. Scene 2 dapat dilihat pada gambar 17.

    Gambar 17 Ajakan kepada audience untuk mengawasi jalannya kampanye

    Scene 3 diawali dengan transisi kamera bergerak dolly out sekaligus

    melakukan gerakan rotate kemudian menanyakan seberapa tahukah audience

    tentang peraturan yang ada dengan menampilkan gambar tanda tanya pada

    video. Pertanyaan ini bertujuan untuk menarik perhatian dengan melakukan

    interaksi kepada audience. Scene 3 dapat dilihat pada gambar 18.

    Gambar 18 Pertanyaan kepada audience

    Scene 4 diawali dengan transisi gerakan kamera panning left dan

    menampilkan bentuk-bentuk kampanye yang dilakukan oleh calon legislatif

    maupun calon presiden dan wakil presiden sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Scene 4 dapat dilihat pada gambar 19

  • 18

    Gambar 19 Bentuk-bentuk kampanye

    Scene 5 diawali dengan transisi kamera panning left menampilkan hal-hal

    apa saja yang diperbolehkan untuk dipasang atau digunakan selama kampanye

    seperti pemasangan baliho, spanduk, umbul-umbul, poster, dan videotron.

    Scene 4 dapat dilihat pada Gambar 20.

    Gambar 20 Hal-hal yang boleh digunakan selama kampanye

    Scene 6 kamera bergerak dolly in dan menjelaskan mengenai hal-hal yang

    tidak boleh dilakukan selama kampanye pemilu dengan memunculkan jenis-

    jenis pelanggarannya satu persatu kemudian diberi tanda “silang” yang berarti

    hal tersebut merupakan sebuah pelanggaran yang tidak boleh dilakukan

    selama kampanye atau dengan tulisan tambahan untuk memberi penekanan

    sebuah larangan pada audience. Scene 6 dapat dilihat pada gambar 19.

    Gambar 21 Hal-hal yang tidak diperbolehkan selama kampanye

    Scene 7 transisi kamera dolly out menampilkan informasi tentang jenis

    pelanggaran yang nantinya dapat dijatuhkan kepada para pelanggar aturan

    kampanye. Jenis pelanggarannya ada tiga yakni pelanggaran administratif,

    pelanggaran pidana, dan pelanggaran kode etik. Scene 7 dapat dilihat pada

    gambar 22.

  • 19

    Gambar 22 Jenis pelanggaran selama kampanye

    Scene 8 diawali dengan transisi kamera panning right kemudian masuk

    dalam isi dari scene 8 yakni mengingatkan kembali audience untuk melaporkan

    setiap pelanggaran yang terjadi selama kampanye pemilu dan lebih

    menjelaskan kemana harus melapor serta bagaimana caranya. Scene ini

    menjelaskannya dengan cara menampilkan alamat kantor Bawaslu Kota

    Semarang dan juga sosial media yang dimiliki oleh Bawaslu sehingga

    masyarakat bisa tahu apa yang harus dilakukan ketika ingin melaporkan suatu

    pelanggaran dalam kampanye pemilu. Scene 8 diakhiri dengan transisi

    pergerakan kamera kamera tilt down. Scene 8 dapat dilihat pada gambar 23.

    Gambar 23 Cara melapor melalui kantor dan sosial media Bawaslu Kota Semarang

    Scene 9 diawali dengan transisi menggunakan gerakan kamera dolly in

    dari scene sebelumnya, scene ini merupakan scene penutup yang berisi tagline

    milik Bawaslu yang merupakan sebuah ajakan kepada masyarakat untuk ikut

    mengawasi dan ikut menyukseskan pemilu yang sedang berlangsung. Scene 9

    dapat dilihat pada gambar 24.

    Gambar 24 Tagline dari Bawaslu

    Untuk hasil akhir video sosialisasi tentang kampanye politik dengan teknik

    3d motion camera diimplementasikan pada media sosial seperti facebook dan

    instagram. Video sosialisasi ini diberikan kepada Bawaslu Kota Semarang

    untuk nantinya dipergunakan dalam kegiatan sosialisasi diberbagai tempat di

  • 20

    Kota Semarang. Bentuk implementasi video sosialisasi pada media sosial

    dapat dilihat pada gambar 25.

    Gambar 25 Implementasi pada media sosial instagram dan facebook

    5. Pengujian

    Pengujian menggunakan metode kualitatif. Pengujian kualitiatif yang

    pertama dilakukan dengan wawancara kepada Bapak Arif Rahman selaku

    bagian hukum, data, dan informasi Badan Pengawas Pemilihan Umum Kota

    Semarang. Menurut Bapak Arif, video sosialisasi mengenai aturan selama

    kampanye sudah menarik dan mudah dipahami dari bahasa yang disampaikan

    selain itu informasi yang ditampilkan cukup jelas. Untuk konten atau isi dari

    video sosialisasi ada beberapa hal yang bisa dicantumkan namun berdasarkan

    pelanggaran yang terjadi di lapangan, aturan-aturan yang ditampilkan sudah

    sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

    Pengujian kedua dilakukan dengan wawancara kepada Muhamad Anwar

    Ibrahim selaku editor dan animator dari Spin Productions Jakarta untuk

    mendapat masukan dari segi animasi, ilustrasi, dan audio. Penggunaan ilustrasi

    pada video ini menggunakan gaya flat design yang banyak menggunakan

    outline stroke pada objek sehingga terlihat kurang menyatu dengan

    background, untuk background dalam video ini mempunyai warna yang bagus

    dan nyaman untuk dilihat. Untuk animasi dalam video ini memiliki gerakan

    yang halus namun banyak gerakan yang diulang-ulang sehingga menjadi

    terkesan monoton. Untuk pengaturan audio pada animasi ini cukup bagus dan

    jernih, backsound tidak menutupi voice over sehingga informasi yang

    disampaikan dapat terdengar dengan baik.

    Pengujian ketiga dilakukan kepada target audience yaitu para pemilih

    pemula berjumlah 5 orang yang berusia 17-21 tahun, yang diantaranya

    merupakan siswa kelas XII SMA, mahasiswa semester awal, dan karyawan di

    Kota Semarang. Hal-hal yang diwawancarai kepada beberapa pemilih pemula

    yakni tentang ilustrasi, animasi, dan informasi dan pesan yang disampaikan.

    Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa video sosialisasi tersebut

    terlihat menarik dan tidak membosankan karena menggunakan ilustrasi yang

    sederhana dan juga menggunakan animasi sehingga lebih terlihat menarik.

    Kemudian dari segi konten dan bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami

    dan juga informatif sehingga pesan yang disampaikan dapat tersampaikan

    dengan baik kepada para pemilih pemula, dan sekaligus mendapat pengetahuan

  • 21

    tentang aturan dan juga pelanggaran yang ada dan mengetahui kemana harus

    melapor jika melihat suatu pelanggaran.

    Dari pengujian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa video sosialisasi

    ini dapat diterima oleh berbagai kalangan mulai dari anak SMA, mahasiswa,

    dan karyawan yang merupakan pemilih pemula yang berusia 17-21 tahun.

    Walaupun ada beberapa kekurangan seperti ilustrasi yang kurang menyatu

    dengan background dan gerakan animasi yang diulang-ulang namun, pesan

    yang disampaikan dalam video ini masih bisa tersampaikan dengan baik

    melalui voice over yang ada. Konten yang disajikan dalam video sosialisasi ini

    juga sudah sesuai dengan pelanggaran-pelanggaran yang sering terjadi dan

    yang sedang diwaspadai oleh Bawaslu Kota Semarang.

    6. Simpulan

    Dari hasil penelitian, perancangan video sosialisasi dirancang telah

    membantu Bawaslu Kota Semarang untuk melakukan sosialisasi kepada

    masyarakat terutama pemilih pemula. Video ini merupakan media sosialisasi

    yang baru bagi Bawaslu Kota Semarang untuk ditampilkan pada saat proses

    sosialisasi. Selain itu, penyebarannya bisa dilakukan dengan mudah melalui

    media sosial. Dengan demikian audience juga mendapat informasi yang

    penting tentang pelanggaran kampanye. Penyampaian informasi yang jelas dan

    penggunaan animasi 3d motion camera serta menggunakan flat design pada

    ilustrasinya membuat video sosialisasi ini terasa lebih ringan dan juga menarik.

    Selain itu juga terdapat saran untuk penelitian selanjutnya yang bisa

    dipertimbangkan yaitu menggunakan media sosialisasi lain dalam bentuk

    media yang interaktif untuk menambah interaksi terhadap audience.

    Daftar Pustaka

    [1] Pureklolon, Tokan Thomas. (2016) Komunikasi Politik, Jakarta, Gramedia

    Pustaka Utama.

    [2] Aktual. (2015) Kota Semarang Ranking Tertinggi Pelanggaran Pilkada

    (Online) https://aktual.com/204844-2/ . Diakses pada tanggal 21 Juli 2018.

    [3] Sam, Budi. (2018) Pemilih Pemula di Pilkada 2018 Cenderung Apatis dan

    Pragmatis http://wartakota.tribunnews.com/2018/04/29/pemilih-pemula-

    di-pilkada-2018-cenderung-apatis-dan-pragmatis. Diakses pada tanggal 21

    Juli 2018.

    [4] Simanjuntak, Novembri Yusuf. (2017) Pemantauan Dalam Proses

    Penyelenggaraan Pemilu, Jurnal Bawaslu 3:305-321.

    [5] Miranti, Ghaisani Dwi dan Putra, I Dewa Alit Dwija (2017) Perancangan

    Animated Motion Graphic Sebagai Media Alternatif Pembelajaran Anak

    Tunagrahita. Universitas Telkom.

    [6] Putri, Sheyla dan Yantami, Rizki (2017) Perancangan Video Sosialisasi

    Taman-Taman Tematik di Kota Bandung. Universitas Telkom.

    [7] Hofstetter, Fred Thomas. (2001) Multimedia Literacy. 3 ed. New York:

    McGraw- Hill.

  • 22

    [8] Madenda, Sarifuddin. (2015. Pengolahan Citra & Video Digital. Penerbit

    Erlangga.

    [9] Ardiyanto, Elvinaro. (2007) Komunikasi Massa, Bandung, Simbiosa

    Rekatama Media.

    [10] Anindita, Marsha dan Riyanti, Menul Teguh (2016). Tren Flat Design

    Dalam Desain Komunikasi Visual. Universitas Trisakti.

    [11] Krishna, Pandji. (2010) History of Motion Design (Online)

    https://issuu.com/motionbydesign/docs/mbd1 . Diakses pada tanggal 21

    Juli 2018.

    [12] Sanyoto, Sadjiman Ebdi. (2009) Nirmana Elemen Elemen Seni dan

    Desain,Yogyakarta, Jala Sutra.

    [13] Widagdo, M. Bayu dan Winastwan Gora. (2007) Bikin Film Indie itu

    Mudah! Yogyakarta, CV Andi Offset.

    [14] Kemdikbud. (2018) Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online)

    https://www.kbbi.web.id/pemilu. Diakses pada tanggal 23 Juli 2018

    [15] Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang

    Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

    Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Lembaran Negara RI Tahun 2012.

    Sekretariat Negara. Jakarta.

    [16] Kemdikbud. (2018) Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online)

    https://www.kbbi.web.id/kampanye. Diakses pada tanggal 23 Juli 2018

    [17] Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Tentang

    Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

    Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Lembaran Negara RI Tahun 2008.

    Sekretariat Negara. Jakarta.

    [18] Badan Pengawas Pemilu Kota Semarang. (2018) Laporan Akhir

    Pengawasan: Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa

    Tengah Tahun 2018, Semarang.

    [19] Badan Pengawas Pemilu Kota Semarang. (2018) Dokumen Badan

    Pengawas Pemilu Kota Semarang Tahun 2018, Semarang.

    [20] Nugroho, Fajar. (2007). Cara Pintar Bikin Film Dokumenter, Yogyakarta,

    Indonesia Cerdas.