perbandingan kinerja keuangan sebelum dan sesudah …
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)
Oleh:
Nur Khamary Dwi Putri
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Dosen Pembimbing:
Andarwati
The aims of this study is to determine the differences in the financial performance of
acquiring companies as measured by Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Total
Assets Turnover (TATO), Debt To Equity Ratio (DER), Economic Value Added (EVA)
and Market Value Added (MVA) between before and after the acquisition. The type of
research used in this study is comparative with quantitative approach. Population used is
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange between 2008-2015.
The sampling technique used is a purposive sampling method and obtained a sample of 2
companies. Analiysis is conducted for 3 years before and after the acquisition. The Paired
Sample T-Test is used to test the hypotesis. The result there is no significant difference on
CR 3 years berfore and after acquisitions. Another result, shows that there are significant
differences on ROE, TATO, DER, EVA and MVA 3 years before and after acquisitions.
Keywords: Acquisition, Financial Performance, Financial Ratio, Economic Value
Added, Market Value Added.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan
pengakuisisi yang diukur dengan Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Total
Assets Turnover (TATO), Debt To Equity Ratio (DER), Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) sebelum dan sesudah akuisisi. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah komparatif dengan pendekatan kuantitatif.
Populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia antara tahun 2008-2015. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
purposive sampling dan didapatkan sampel sebanyak 2 perusahaan. Perhitungan
dilakukan selama 3 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah akuisisi. Metode analisis data
yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji Paired Sample T-Test.
Hasil penelitian ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada CR pada
periode 3 tahun sebelum dan sesudah perusahaan melakukan akuisisi. Hasil lainnya,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada ROE, TATO, DER, EVA
dan MVA 3 tahun sebelum dan sesudah perusahaan melakukan akuisisi.
Kata Kunci: Akuisisi, Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, Economic Value Added,
Market Value Added.
2
I. PENDAHULUAN
Era globalisasi membuat
semakin terbukanya pasar dunia
sehingga berdampak positif bagi
perekonomian. Kondisi tersebut
berdampak pada persaingan yang
semakin luas dan ketat, terutama
pada sektor industri.
Peranan sektor industri dalam
ekonomi nasional dapat diketahui
dari signifikansi kontribusi terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB).
Sektor manufaktur merupakan sektor
industri yang memiliki kontribusi
terbesar terhadap PDB dibandingkan
dengan keseluruhan industri secara
nasional.
Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik (BPS), diperoleh
informasi bahwa kinerja industri
manufaktur semakin menurun dari
tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat kontradiksi antara
peran penting yang dimiliki oleh
industri manufaktur yang tidak
diikuti dengan kinerjanya.
Menurut Lestari dan Isnina
(2017:186), industri manufaktur
Indonesia masih memiliki harapan
untuk meningkatkan kinerjanya
dengan cara menciptakan strategi
jangka panjang untuk
mempertahankan kelangsungan
hidupnya, meningkatkan efisiensi
serta memperbaiki kinerja agar tetap
mencapai keunggulan yang
kompetitif agar tidak tertinggal
dengan negara-negara lainnya
terutama di wilayah Asia Tenggara.
Salah satu strategi yang dapat
dilakukan oleh perusahaan
manufaktur untuk mempertahankan
eksistensinya dan memperbaiki
kinerjanya ditengah kondisi
persaingan yang ketat adalah
akuisisi.
Akuisisi dikenal sebagai salah
satu bentuk restrukturisasi
perusahaan. Restrukturisasi
digunakan oleh perusahaan untuk
mencari solusi bagi perusahaan yang
tidak berkembang atau untuk
menghadapi berbagai ancaman yang
timbul dalam persaingan usaha.
Beberapa tahun terakhir tren
akuisisi telah mengalami pergeseran
ditandai dengan berkurangnya aksi
akuisisi pada sektor keuangan dan
mulai tahun 2011 peningkatan tren
akuisisi terjadi pada sektor industri
barang konsumsi (KPPU, 2011).
Industri barang konsumsi memilik
peran yang penting karena industri
tersebut merupakan penyedia
3
kebutuhan pokok masyarakat sehari-
hari sehingga memicu pertumbuhan
investasi yang signifikan.
Pada sektor industri barang
konsumsi subsektor kosmetik dan
keperluan rumah tangga, PT
Unilever Indonesia melakukan
akuisisi kepada PT Sara Lee Body
Care Indonesia pada 6 Januari 2011
dengan mengakuisisi 89% sahamnya
dengan nilai Rp. 7,7 triliun. Akuisisi
ini dilakukan untuk memperluas
pangsa pasar karena Unilever dan
Sara Lee memiliki kegiatan usaha
yang sama, khususnya di tiga
kategori yaitu, body wash dan
shower gel, deodorant roll on, serta
men’s hair style cream. Unilever
memfokuskan akuisisi melalui dua
brand unggulan yang dimiliki oleh
Sara Lee yaitu Switzal yang
merupakan merek yang dikenal di
Indonesia dengan produk shampo
bayinya dan She yang dikenal
sebagai produk personal care yang
dikhususkan untuk wanita.
Akuisisi pada sektor industi
barang konsumsi selanjutnya
dilakukan oleh PT Kalbe Farma
terhadap PT Hale Internasional pada
3 Agustus 2012 dengan mengakuisisi
100% sahamnya senilai Rp. 93,9
miliar. Kalbe Farma mengakuisisi
Hale Internasional yang bergerak
dalam bidang produksi minuman
kesehatan berupa jus buah-buahan
dalam kemasan botol, dimana merek
dagangnya adalah Original Love
Juice. Strategi akuisisi yang
dilakukan ini untuk memperluas
pangsa pasar Kalbe Farma dalam
memperkuat bisnis minuman
kesehatan siap saji.
Keberhasilam perusahaan dalam
melakukan strategi akuisisi yang
dilakukan dapat dilihat dari kinerja
perusahaan tersebut. Maka dari itu
perlu untuk dilakukan pengukuran
kinerja keuangan perusahaan yang
digunakan untuk menilai
implementasi strategi perusahaan
dalam hal akuisisi.
Penelitian ini akan melakukan
perbandingan kinerja keuangan
sebelum dan sesudah akuisisi
dilakukan dengan menggunakan
rasio keuangan. Melalui analisis
perubahan rasio keuangan,
perusahaan dapat melihat apakah
akuisisi memberikan perbedaan saat
sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan akuisisi. Selain itu,
evaluasi kinerja keuangan dapat
dilakukan untuk melihat kekuatan
4
dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan terkait akuisisi.
Indikator-indikator pengukuran
kinerja keuangan sebelum dan
sesudah akuisisi dalam penelitian ini
diantaranya likuiditas, profitabilitas,
aktivitas dan solvabilitas.
Likuiditas dalam penelitian ini
menggunakan indikator Current
Ratio (CR). CR penting untuk
diperhatikan karena CR
menunjukkan seberapa jauh aktiva
lancar perusahaan dapat digunakan
untuk menutupi hutang lancarnya,
dengan dilakukannya aktivitas
akuisisi maka aset lancar kedua
perusahaan akan bergabung sehingga
nilai aset lancarnya akan semakin
besar.
Selanjutnya, profitabilitas dalam
penelitian ini menggunakan indikator
Return On Equity (ROE). ROE dapat
mengkaji mengenai sejauh mana
perusahaan mampu menggunakan
sumber daya yang dimiliki untuk
menghasilkan laba bersih dari modal
sendiri dan berguna untuk
mengetahui besarnya pengembalian
yang diberikan perusahaan untuk
modal yang telah ditanamkan oleh
investor.
Tingkat aktivitas menggunakan.
indikator Total Assets Turnover
(TATO). TATO dapat mengukur
perputaran dari semua aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan serta
mengukur berapa jumlah penjualan
yang didapat dari setiap rupiah aktiva
yang dimiliki perusahaan.
Solvabilitas menggunakan Debt
to Equity Ratio (DER) sebagai
indikator pengukuran dalam
penelitian ini. DER digunakan untuk
mengukur kemampuan pemilik
perusahaan dengan modal yang
dimiliki untuk membayar hutang
kepada kreditor.
Brigham dan Houston
(2014:161) mengungkapkan bahwa
alat analisis rasio keuangan dalam
praktiknya belum dapat
menggambarkan kondisi dan posisi
keuangan yang sesungguhnya.
Analisis rasio keuangan memiliki
kelemahan karena tidak
memperhatikan risiko yang dihadapi
perusahaan dengan mengabaikan
adanya unsur biaya modal (cost of
capital). Maka dari itu, cara
mengatasi kelemahan tersebut
dikembangkan konsep pengukuran
berdasarkan nilai tambah, yaitu
5
Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA).
Menurut Rudianto (2013:340),
Economic Value Added (EVA)
adalah suatu sistem manajemen
keuangan untuk mengukur laba
ekonomi dalam suatu perusahaan
yang menyatakan bahwa
kesejahteraan dapat tercipta jika
perusahaan mampu memenuhi semua
biaya operasional (operating cost)
dan biaya modal (cost of capital).
Sedangkan, menurut Brigham dan
Houston (2014:110) MVA adalah
perbedaan antara nilai pasar
perusahaan (termasuk utang dan
ekuitas) dan modal keseluruhan yang
diinvestasikan dalam perusahaan.
Leepsa dan Mishra (2012)
melakukan penelitian pada
perusahaan manufaktur di India yang
melakukan akuisisi dengan tujuan
untuk mengetahui perbedaan kinerja
keuangan perusahaan sebelum dan
sesudah melakukan akuisisi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rasio
likuiditas menunjukkan tidak adanya
perbedaan sesudah melakukan
akuisisi.
Hasil yang sama juga terjadi
pada penelitian yang dilakukan oleh
Aprilita, et al (2013) yang
melakukan penelitian terhadap 17
perusahaan publik menujukan hasil
penelitian perbedaan pada seluruh
pengukuran kinerja keuangan.
Dewi (2015) menganalisis
kinerja keuangan setelah melakukan
akuisisi pada 15 perusahaan
pengakuisisi periode 2003-2013.
menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan pada nilai Return on
Equity, Retun on Investment, Debt to
Equity Ratio, Total Asset Turnover,
dan Earning Per Share setelah
melakukan akuisisi.
Selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Wardani (2018) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan signifikan pada nilai
Economic Value Added (EVA) pada
perusahaan sebelum dan sesudah
akuisisi namun terdapat perbedaan
signifikan pada Market Value Added
(MVA). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Soewito dan
Kusumawati (2017) menghasilkan
adanya perbedaan yang signifikan
pada nilai Economic Value Added
(EVA) dan Market Value Added
(MVA) pada periode penelitian 3
tahun sebelum dan sesudah akuisisi.
Hal tersebut berarti dalam jangka
waktu 3 tahun sesudah akuisisi,
6
perusahaan sudah memberikan hasil
yang optimal ditandai dengan
kenaikan nilai EVA dan MVA.
Mengacu dengan adanya
pertentangan antara temuan empiris
serta inkonsistensi hasil pada
penelitian-penelitian terdahulu yang
beberapa hal disebabkan karena
periode waktu pengamatan dalam
penelitian yang terlalu pendek
sehingga mengakibatkan hasil
pengukuran kinerja keuangan yang
kurang maksimal untuk melihat
perbedaan atau dampak dari
keputusan strategi akuisisi yang
dilakukan serta karakteristik industri
yang diteliti pada masing-masing
variabel yang sama. Berdasarkan
indikasi tersebut, maka diperlukan
sebuah penelitian lanjutan mengenai
perbedaan kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dengan rasio
likuiditas yang diproksikan Current
Ratio (CR), rasio profitabilitas yang
diproksikan Return On Equity
(ROE), rasio aktivitas yang
diproksikan Total Assets Turnover
(TATO) dan rasio solvabilitas yang
diproksikan Debt to Equity Ratio
(DER), Economic Value Added dan
Market Value Added yang
mempengaruhi keputusan akuisisi
pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
II. KAJIAN PUSTAKA
Akuisisi
Menurut PSAK No. 22 paragraf
8 menyebutkan bahwa akuisisi
adalah suatu bentuk penggabungan
usaha dimana salah satu perusahaan
yaitu pengakuisisi memperoleh
kendali atas aktiva neto dan operasi
perusahaan yang diakuisisi, dengan
memberikan aktiva tertentu,
mengakui suatu kewajiban, atau
mengeluarkan saham.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan
suatu gambaran mengenai kondisi
keuangan perusahaan yang dianalisis
menggunakan alat-alat analisis
keuangan untuk dapat mengetahui
mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu (Brigham dan
Houston, 2015:2).
Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) adalah salah
satu dari rasio likuiditas. CR
menunjukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan melunasi
hutang lancar dengan aktiva lancar
7
yang dimiliki. Rumus CR adalah
sebagai berikut (Brigham dan
Houston, 2014:134)
Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE)
merupakan salah satu pengukuran
rasio profitabilitas. ROE mengukur
seberapa banyak laba bersih yang
dihasilkan dari investasi oleh para
pemegang saham dalam perusahaan.
Rumus ROE adalah sebagai berikut
(Brigham dan Houston, 2014:134)
Total Assets Turnover (TATO)
Total Assets Turnover (TATO)
adalah salah satu pengukuran dari
rasio aktivitas. TATO mengukur
seberapa efektif aktiva perusahaan
mampu menghasilkan pendapatan
operasional yaitu pendapatan yang
diperoleh dari kegiatan utama
perusahaan. Rumus TATO adalah
sebagai berikut (Brigham dan
Houston, 2014:139)
Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER)
merupakan salah satu pengukuran
dari rasio solvabilitas. DER
menunjukkan besarnya sebuah
perusahaan yang didanai dengan
utang. Rumus DER adalah sebagai
berikut (Brigham dan Houston,
2014:154)
Economic Value Added
Menurut Brigham dan
Houston (2014:111), EVA
merupakan estimasi laba ekonomi
usaha yang sebenarnya untuk tahun
tertentu dan sangat jauh berbeda dari
laba bersih akuntansi dimana laba
akuntansi tidak dikurangi dengan
biaya ekuitas sementara dalam
perhitungan EVA biaya ini akan
dikeluarkan. EVA dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (Invested Capital
x WACC)
Market Value Added
Menurut Brigham dan
Houston (2014:111), MVA adalah
perbedaan antara nilai pasar ekuitas
suatu perusahaan dengan nilai buku
seperti yang disajikan dalam neraca.
MVA dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
MVA = Market Value of Equity –
Book Value of Equity
Hipotesis
H₁: Terdapat perbedaan pada rasio
likuiditas yang diproksikan dengan
8
current ratio sebelum dan sesudah
akuisisi.
H₂: Terdapat perbedaan pada rasio
profitabilitas yang diproksikan
dengan return on equity sebelum dan
sesudah akuisisi.
H₃: Terdapat perbedaan pada rasio
aktivitas yang diporoksikan dengan
total assets turnover sebelum dan
sesudah akuisisi.
H₄: Terdapat perbedaan pada rasio
solvabilitas yang diproksikan dengan
debt on equity ratio sebelum dan
sesudah akuisisi.
H₅: Terdapat perbedaan pada
Economic Value Added sebelum dan
sesudah akuisisi.
H₆: Terdapat perbedaan pada Market
Value Added sebelum dan sesudah
akuisisi.
III. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian komparatif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini
dilakukan di Galeri Bursa Efek
Indonesia Fakulta Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya.
Populaso dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling dengan kriteria:
perusahaan manufaktur subsektor
barang konsumsi yang melakukan
akuisisi pada periode tahun 2011-
2012, motif dilakukannya akuisisi
adalah untuk diversifikasi produk,
perusahaan pengakuisisi tidak
melakukan aktivitas akuisisi dalam
jangka waktu 3 tahun sebelum dan 3
tahun sesudah tanggal akuisisi yang
dipilih. Dari hasil seleksi tersebut,
terdapat 2 perusahaan yang menjadi
sampel. Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik dokumentasi. Metode
analisis yang digunakan adalah uji
beda dengan Paired Sample T Test
dengan melakukan uji normalitas
sebagai syarat pengujian data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan
sebelum data diolah yang bertujuan
untuk mengetahui distribusi data
dalam variabel yang akan digunakan
dalam penelitian. Untuk mendeteksi
normalitas data digunakan uji dengan
metode Kolmogorov-Smirnov Test.
Sampel berdistribusi normal jika
Asymptotic Sig > taraf signifikan
dalam hal ini adalah 95% atau
α=0.05.
9
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
Periode Variabel Sig Taraf
Sig
Kesimpulan
Sebelum
Akuisisi
CR 0,994 0,05 Normal
ROE 0,692 0,05 Normal
TATO 0,870 0,05 Normal
DER 0,823 0,05 Normal
EVA 0,899 0,05 Normal
MVA 0,931 0,05 Normal
Sesudah
Akuisisi
CR 0,929 0,05 Normal
ROE 0,846 0,05 Normal
TATO 0,970 0,05 Normal
DER 0,964 0,05 Normal
EVA 0,729 0,05 Normal
MVA 0,911 0,05 Normal
Sumber: Data diolah, 2019.
Tabel 1, menunjukan hasil uji
normalitas untuk periode sebelum
dan sesudah akuisisi untuk semua
variabel penelitian yaitu Current
Ratio, Return On Equity, Total
Assets Turnover, Debt to Equity
Ratio, Economic Value Added, dan
Market Value Added berdistribusi
normal. Hal ini terlihat dari semua
variabel yang memiliki nilai
Asymptotic Sig > taraf signifikansi
(α=0.05). Maka dari itu, selanjutnya
dilakukan pengujan hipotesis dengan
Paired Sample T-Test karena data
yang menyebar normal.
Paired Sample T Test
Paired Sample T Test dilakukan
untuk melihat mengenai adanya
perbedaan kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah
akuisisi dilakukan dengan enam
pengukuran yaitu, rasio likuiditas,
rasio profitabilitas, rasio aktivitas,
economic value added, dan market
value added.
Tabel 2
Hasil Paired Sample T Test
Variabel Mean Sig Taraf
Sig
Kesimpulan
CR 0,5970 0,120 0,05 Tidak
Signifikan
ROE 0,2238 0,033 0,05 Signifikan
TATO 0,0090 0,023 0,05 Signifikan
DER 0,4695 0,040 0,05 Signifikan
EVA 1.013.747 0,035 0,05 Signifikan
MVA 33.728.648 0,042 0,05 Signifikan
Sumber: Data diolah, 2019.
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Hasil dari Paired Sample T-Test
pada rasio likuiditas yang proksikan
dengan Current Ratio (CR)
menghasilkan tingkat signifikansi
sebesar 0,120. Nilai Sig. t yang lebih
besar dari 0,05 (0,120 > 0,05) dan
perbandingan rata-rata menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada rasio likuiditas antara
sebelum dan sesudah akuisisi
sehingga disimpulkan bahwa H₁
ditolak.
Hasil yang tidak signifikan dapat
disebabkan karena perusahaan yang
belum optimal dalam menggunakan
aset lancar untuk melunasi kewajiban
lancar setelah melakukan akuisisi.
Hal tersebut disebabkan karena
aktivitas akuisisi membutuhkan
biaya yang cukup besar sehingga hal
tersebut dapat menimbulkan beban
hutang dan beban bunga dengan
10
jumlah yang cukup besar berasal dari
pinjaman untuk membiayai akuisisi.
Penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Dewi (2015) serta
penelitian yang dilakukan oleh
Leespa dan Mishra (2012).
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Hasil dari Paired Sample T-Test
pada rasio profitabilitas yang
dihitung dengan Return On Equity
(ROE) menghasilkan tingkat
signifikansi sebesar 0,033. Nilai Sig.
t yang lebih kecil dari 0,05 (0,033 <
0,05) dan perbandingan rata-rata
menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada rasio
profitabilitas antara sebelum dan
sesudah akuisisi sehingga
disimpulkan bahwa H₂ diterima.
Hal ini menyatakan bahwa setelah
melakukan akuisisi perusahaan telah
mampu meningkatkan laba yang
berasal dari modal sendiri.
Keputusan akuisisi diharapkan akan
membawa nilai tambah terhadap
perusahaan yang salah satunya
dicerminkan dengan jumlah laba
yang meningkat dibandingkan
dengan sebelum dilakukannya
akuisisi. Peningkatan nilai laba
tersebut juga didukung dengan
kondisi manajemen yang baik karena
hal tersebut menjadi tolak ukur
mengenai efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan.
Hasil penelitian ini
bertolakbelakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mahesh dan
Prasad (2012) serta Esterlina dan
Firdausi (2017).
c. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hasil dari Paired Sample T-Test
pada rasio aktivitas yang dihitung
dengan Total Assets Turnover
(TATO) menghasilkan tingkat
signifikansi sebesar 0,023. Nilai Sig.
t yang lebih kecil dari 0,05 (0,023 <
0,05) dan perbandingan rata-rata
menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada rasio
aktivitas antara sebelum dan sesudah
akuisisi sehingga disimpulkan bahwa
H₃ diterima.
TATO merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan penjualan
berdasarkan aset yang dimiliki
perusahaan. Artinya perusahaan telah
berhasil menghasilkan volume usaha
yang cukup untuk ukuran investasi
sebesar total aktivanya namun
penjualan harus tetap ditingkatkan
atau beberapa aktiva harus dijual.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
11
penelitian yang dilakukan oleh Dewi
(2015).
d. Pengujian Hipotesis Keempat
Hasil dari Paired Sample T-Test
pada rasio solvabilitas yang dihitung
dengan Debt On Equity Ratio (DER)
menghasilkan tingkat signifikansi
sebesar 0,040. Nilai Sig. t yang lebih
kecil dari 0,05 (0,040 < 0,05)
sehingga disimpulkan bahwa H₄
diterima.
Adanya perbedaan yang
signifikan tersebut menunjukkan
kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka panjangnya
menggunakan total aktiva atau modal
sendiri sudah tergolong baik dan
perubahan tingkat solvabilitas lebih
baik sesudah melakukan akuisisi.
Semakin rendah nilai DER, maka
semakin tinggi proporsi modal
sendiri untuk membiayai total utang.
Penelitian ini bertolak belakang
dengan hasil penelitian Rey Arinta
(2017).
e. Pengujian Hipotesis Kelima
Hasil dari Paired Sample T-Test
pada Economic Value Added
menghasilkan tingkat signifikansi
sebesar 0,035. Nilai Sig. t yang lebih
kecil dari 0,05 (0,035 < 0,05) dan
perbandingan rata-rata menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada Economic Value
Added antara sebelum dan sesudah
akuisisi sehingga disimpulkan bahwa
H₅ diterima.
Maka dari itu, dapat dikatakan
bahwa keputusan perusahaan untuk
melakukan akuisisi telah mampu
menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan. Perhitungan nilai EVA
menunjukkan nilai yang positif serta
mengalami kenaikan setiap tahunnya.
EVA yang positif dan meningkat
mengindikasikan bahwa tingkat
pengembalian yang dihasilkan oleh
perusahaan melebihi tingkat biaya
modal atau tingkat pengembalian
yang diharapkan investor. Menurut
Rudianto (2013:340), EVA
merupakan suatu sistem manajemen
keuangan untuk mengukur laba
ekonomi dalam suatu perusahaan
yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta
jika perusahaan mampu memenuhi
semua biaya operasional dan biaya
modal. EVA mencerminkan laba
residu yang tersisa setelah biaya dari
seluruh modal, termasuk modal
ekuitas setelah dikurangkan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan
12
Wardani (2018) juga Soewito dan
Wati (2017).
f. Pengujian Hipotesis Keenam
Hasil dari Paired Sample T-Test
pada Market Value Added
menghasilkan tingkat signifikansi
sebesar 0,042. Nilai Sig. t yang lebih
kecil dari 0,05 (0,042 < 0,05) dan
perbandingan rata-rata menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan pada
Market Value Added antara sebelum
dan sesudah akuisisi sehingga
disimpulkan bahwa H₆ diterima.
MVA digunakan untuk menilai
kinerja keuangan perusahaan dari
segi eksternal (pasar). Jika dilihat
dari rata-rata MVA menunjukkan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sebelum melakukan akuisisi.
Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh akuisisi dalam
meningkatkan nilai MVA karena
perusahaan mampu memperoleh nilai
pasar saham perusahaan lebih besar
dari modal yang diinvestasikan
pemegang saham sehingga mampu
menciptakan kekayaan bagi para
pemegang saham, karena nilai pasar
merupakan indeks yang tepat untuk
mengukur efektifitas perusahaan
dalam hal ini adalah sesudah
perusahaan melakukan akuisisi. Hal
tersebut bertolak belakang dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wardani (2018).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tidak terdapat perbedaan pada
rasio likuiditas yang diproksikan
dengan Current Ratio (CR)
sebelum dan sesudah akuisisi.
Akuisisi tidak memberikan
perbedaan yang berarti pada
kemampuan perusahaan dalam
melunasi hutang jangka
pendeknya melalui aset jangka
pendek yang dimiliki perusahan.
2. Terdapat perbedaan pada rasio
profitabilitas yang diproksikan
dengan Return on Equity (ROE)
sebelum dan sesudah akuisisi.
Akuisisi memberikan perbedaan
yang berarti pada kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan
laba atas modal yang dimiliki
perusahan.
3. Terdapat perbedaan pada rasio
aktivitas yang diproksikan dengan
Total Assets Turnover (TATO)
sebelum dan sesudah akuisisi.
Akuisisi tidak memberikan
perbedaan yang berarti pada
kemampuan penjualan perusahaan
13
melalui aset yang diterima
perusahaan.
4. Terdapat perbedaan pada rasio
solvabilitas yang diproksikan
dengan Debt to Equity Ratio
(DER) sebelum dan sesudah
akuisisi. Akuisisi telah mampu
memberikan perbedaan yang
berarti pada kemampuan
perusahaan dalam membayar
hutangnya melalui modal sendiri
yang dimiliki perusahan.
5. Terdapat perbedaan pada
Economic Value Added (EVA)
sebelum dan sesudah akuisisi.
Kinerja perusahaan setelah
akuisisi telah memberikan nilai
tambah ekonomis perusahaan dan
kekayaan para pemegang saham.
6. Terdapat perbedaan pada Market
Value Added (MVA) sebelum dan
sesudah akuisisi. Kinerja
perusahaan setelah akuisisi telah
memberikan nilai tambah
ekonomis perusahaan dan
kekayaan para pemegang saham.
Saran
1. Bagi manajemen perusahaan
Perusahaan yang akan melakukan
aktivitas penggabungan usaha
dengan cara akuisisi sebaiknya
melakukan persiapan yang matang
sebelum memutuskan untuk
melakukan akuisisi. Perusahaaan
juga harus lebih berhati-hati
dalam memilih perusahaan target
yang akan diakuisisi dengan cara
mempertimbangkan kondisi
kinerja keuangannya agar
nantinya dapat memberikan
sinergi bagi perusahaan.
2. Bagi investor
Investor sebaiknya lebih berhati-
hati dalam menyikapi kegiatan
akuisisi, karena keputusan
tersebut tidak selalu membawa
dampak yang baik bagi
perusahaan setelah melakukan
akuisisi. Investor juga dapat
mempertimbangkan keputusan
akuisisi agar pengembalian atas
saham yang diterima dapat
mencapai target dan menghindari
resiko kerugian.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya
melakukan pengukuran kinerja
keuangan dengan menambahkan
variabel pengukuran yang lain dan
melakukan pengamatan pada
periode yang lebih panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilita, Ira, Rina Tjandakirana, dan
Aspahani. 2013. ‘Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan
14
Perusahaan Sebelum dan Sesudah
Akuisisi (Studi pada Perusahaan
Pengakuisisi yang Terdaftar di
BEI Periode 2000-2011)’. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya.
Vol. 11, No. 2, p. 99-114.
Brigham, Eugene F. dan Houston,
JF. 2014. Fundamental of
Financial Management. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Chui, B. S. 2011. ‘A Risk
Management Model for Merger
and Acquisition’. Journal of
Engineering Business
Management. Vol. 3, No. 2, p. 37-
44.
Dewi, Sevika Ranita. 2015. ‘Analisa
Perbandingan Kinerja Keuangan
Beberapa Perusahaan Sebelum
dan Sesudah Akuisisi (Studi pada
Perusahaan Pengakuisisi yang
Terdaftar di BEI Periode 2003-
2013)’. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Dian
Nuswantoro, p. 1-18.
Djohanputro, Bramantyo. 2004.
Restrukturisasi Perusahaan
Berbasis Nilai Strategi Menuju
Keunggulan. Jakarta: PPM.
Esterlina, Prisya dan Nila Nuzula
Firdausi. 2017. ‘Analisis Kinerja
Keuangan Perusahaan Sebelum
dan Sesudah Merger dan
Akuisisi’. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB). Vol. 47, No. 2, p.
39-48.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi
Multivariate dengan Program
SPSS. Edisi Ketujuh. Semarang:
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Kumara. N. V, dan M.
Satyanarayana. 2013.
‘Comparative Study of Pre and
Post Corporate Integration
through Mergers and
Acquisition’. International Journal
of Business and Management
Invention. 2(3), p. 31-38.
Leepsa, N. M. dan Chandra Sekhar
Mishra. 2012. ‘Post Merger
Financial Performance: A Study
with Reference to Select
Manufacturing Companies in
India’. International Research
Journal of Finance and
Economics Issue 83, p. 6-18.
Lestari, E. P. dan Isnina. 2017.
‘Analisis Kinerja Industri
Manufaktur di Indonesia’. Jurnal
Riset Ekonomi dan Manajemen
Vol. 17, No. 1, p. 183-198.
Mahesh R. dan Daddkar Prasad.
2012. ‘Post Merger and
Acquisition Financial
Performance Analysis: A Case
Study of Select Indian Airline
Companies’. International Journal
of Engineering and Management
Sciences. Vol. 3, No.3, p. 362-
369.
Mardianto, Natalis Christian, dan
Edi. 2018. ‘Dampak Merger dan
Akuisisi Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan’. Jurnal
Benefita. Vol. 3, No. 1, p. 44-
52.
15
Moin, Abdul. 2007. Merger, Akuisisi
& Divestasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Soewito dan Aprisa Kusumawati.
2017. ‘Pengukuran Kinerja
Keuangan dengan Pendekatan
Economic Value Added (EVA)
dan Market Value Added (MVA)
Sebelum dan Setelah Merger pada
Perusahaan GoPublic yang
Tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2010-2012’.
Sosialita Jurnal Ilmu
Administrasi. Vol. 9, No. 2, p. 1-
9.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D .
Bandung: Alfabeta.
Johan, Suwinto. 2011. ‘Implementasi
Strategi Bisnis dan Korporasi
Melalui Merger dan Akuisisi’.
Ultima Management Vol. 3, No.
1, p. 68-81.
Wardani, Ika Kusuma. 2018.
‘Analisis Perbandingan Economic
Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA) pada
Perusahaan Sebelum dan Sesudah
Merger maupun Akuisisi Periode
Tahun 2010-2012 (Perusahaan
Publik yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)’. Jurnal Ilmu
Manajemen Vol. 6, No. 1, p. 1-8.