perbedaan hasil belajar antara menggunakan model pembelajaran modified inquiry dan pembelajaran...
TRANSCRIPT
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 1
PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN MODIFIED INQUIRY DAN
PEMBELAJARAN EKSPOSITORI
Oleh:
Abdul Azis Alumni Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika
Tahun Lulus 2012
Hamidillah Ajie Dosen Pendidikan Teknik Elektronika sebagai Dosen Pembimbing I
Sri Sujanti Dosen Pendidikan Teknik Elektronika sebagai Dosen Pembimbing II
Ditulis Ulang Oleh:
Syaefur Rozak (5215097003) Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
Abstract
The aim of this study is to find out the differences of learning result between
the students who use modified inquiry learning model and expository
learning model. The learning results by using both of these learning models
will be compared to find out which is an appropriate learning model used in
basic vocational competency with competence standard applying electricity
basic and basic competency using the laws of alternating current in electric
circuits. Population or the data subject of this study is 10th class Audio
Video Engineering at SMK Taruna Bangsa. Samples taken by 30 students in
the first Audio Video Engineering class and 30 students in the second Audio
Video Engineering class at random. After the post-test, the average data
learning result for the control class is 65,73 and the average learning
results of experiment class is 79,2. After counted the hypothesis test, it was obtained thitung (6,545) > ttabel (1,671). So it can be concluded that the
learning results of electricity basic to the 10th class Audio Video
Engineering at SMK Taruna Bangsa school year 2011/2012 using modified
inquiry learning model is higher than expository learning model.
Kata kunci : hasil belajar, rangkaian listrik arus bolak-balik, model pembelajaran, model
pembelajaran modified inquiry, model pembelajaran ekspositori.
Pendidikan merupakan salah satu
pondasi yang sangat penting dalam
pembangunan suatu bangsa dan negara.
Pendidikan sebagai salah satu sarana
untuk mencapai tujuan negara yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945
yang disebutkan bahwa salah satu tujuan
negara yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Dalam UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 disebutkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 2
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Proses
belajar dapat lebih bermakna jika siswa
mengalami apa yang dipelajarinya
bukan sekedar mengetahuinya. Dalam
kaitannya dengan proses pembelajaran,
cara termudah mengukur
keberhasilannya yaitu dengan melihat
hasil belajar siswa untuk kemudian
membandingkan dengan standar
nasional yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah. Proses pembelajaran
senantiasa menuntut guru untuk
menerapkan model pembelajaran dalam
pelaksanaanya agar pembelajaran dapat
berjalan dengan sistematis, nyaman,
serta dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran adalah keberhasilan
peserta didik dalam membentuk
kompetensi dan mencapai tujuan, serta
keberhasilan guru dalam membimbing
peserta didik dalam pembelajaran.
Dengan demikian guru haruslah benar-
benar mampu menemukan cara-cara
untuk mendorong dan mengembangkan
pemenuhan seluruh kebutuhan siswa
berdasarkan potensi yang dimilikinya.
Proses pengajaran merupakan perpaduan
dua aktivitas yaitu aktivitas mengajar
dan aktivitas belajar. Suatu pengajaran
akan disebut berjalan dan berhasil
dengan baik manakala ia mampu
merubah diri siswa atau mampu
menumbuhkembangkan kesadaran siswa
untuk belajar. Kunci pokok pengajaran
itu ada pada seorang guru, tetapi bukan
berarti dalam proses pengajaran hanya
guru yang aktif, sedangkan siswa pasif.
Proses pengajaran menuntut keaktifan
dua belah pihak yang sama-sama
menjadi subyek pengajaran. Proses
pembelajaran yang cenderung berpusat
pada guru (teacher centered), guru masih
dijadikan sebagai satu-satunya sumber
belajar aktif, akibatnya siswa hanya
terlibat sebagai penerima informasi dari
guru. Konsep yang diajarkan guru hanya
digambarkan pada papan tulis dan
disampaikan secara lisan. Di sini guru
berperan mentransfer materi namun
terkadang kurang melibatkan keaktifan
siswa dan cenderung sangat teoretis,
tidak mengharmoniskan dengan realitas
sesungguhnya yang akhirnya siswa
hanya menerima secara pasif dan hanya
aktif mencatat materi yang disampaikan
guru. Ini yang terjadi pada proses
pembelajaran di SMK Taruna Bangsa
pada kelas X Teknik Audio Video ketika
dilakukan observasi, guru menggunakan
model pembelajaran ekspositori yang
merupakan bentuk dari pendekatan
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 3
pembelajaran yang berorientasi pada
guru, karena dalam model pembelajaran
ini guru memegang peran yang sangat
dominan. Dari penggunaan model
pembelajaran ekspositori yang banyak
bersifat ceramah, siswa kurang terlibat
secara langsung dalam kegiatan
pembelajaran dan kurang digali
pemikirannya. Siswa lebih banyak
mendengar dan menulis apa yang
diinformasikan oleh guru. Aktivitas guru
lebih menonjol daripada siswa, dan
terbatas pada hafalan semata.
Pembelajaran masih bersifat
ekspositoris, sehingga belum mampu
membangkitkan budaya belajar pada diri
siswa. Disamping itu hasil belajar siswa
belum memenuhi KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan
pada standar kompetensi produktif di
SMK Taruna Bangsa yaitu 75.
Perkembangan dalam kegiatan proses
belajar mengajar diharapkan siswa
mengalami perubahan pada kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi siswa dalam kegiatan
proses belajar mengajar yaitu model
yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi. Ketika model
yang digunakan tidak melibatkan siswa
secara aktif, mungkin saja tujuan yang
diharapkan tidak tercapai.
Dari pandangan tersebut, maka
permasalahan yang timbul adalah
bagaimana upaya guru untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu
kegiatan belajar mengajar sehinga dapat
meningkatkan aktivitas dan pada
akhirnya meningkatkan hasil belajar
siswa. Dalam proses pembelajaran, guru
tidak hanya berperan sebagai teladan
bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga
sebagai pengelola pembelajaran
(manager of learning). Efektivitas proses
pembelajaran terletak pada kreativitas
guru. Baik tidaknya suatu model
pembelajaran atau pemilihan suatu
model pembelajaran akan tergantung
pada tujuan pembelajarannya,
kesesuaian dengan materi yang hendak
disampaikan, perkembangan peserta
didik dan juga kemampuan guru dalam
mengelola dan memberdayakan sumber
yang ada. Oleh karena itu, seorang guru
harus tepat dalam memilih model
pembelajaran agar sesuai dengan yang
diharapkan. Saat ini konsep
pembelajaran inquiry dengan jenis
modified inquiry sudah banyak
diterapkan dalam proses pembelajaran di
sekolah. Dalam model pembelajaran
modified inquiry, siswa dirangsang
untuk memecahkan masalah melalui
pengamatan, eksplorasi dan atau melalui
prosedur penelitian untuk memperoleh
jawabannnya. Pemecahan masalah
dilakukan atas inisiatif atau caranya
sendiri. Peran guru pada model
pembelajaran modified inquiry ini
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 4
sebagai pemberi motivasi, nara sumber
(resource person) dan memberikan
bantuan yang diperlukan untuk
kelancaran proses belajar mengajar.
Oleh karena itu, model pembelajaran
modified inquiry sangatlah penting pada
saat di dalam kelas, bila model
pembelajaran modified inquiry berjalan
maka memungkinkan dapat dianalisa
sehingga dapat terlihat dan mampu
diukur seberapa besar dalam
meningkatkan motivasi dalam hasil
belajar dan penguasaan materi
pembelajaran di sekolah khususnya di
SMK Taruna Bangsa. Berdasarkan
uraian di atas, untuk memperoleh
gambaran lengkap tentang penggunaan
model pembelajaran modified inquiry
dalam proses pembelajaran pada kelas X
Teknik Audio Video di SMK Taruna
Bangsa, maka penelitian mengangkat
judul “Perbedaan Hasil Belajar
Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan
Antara yang Menggunakan Model
Pembelajaran Modified Inquiry dan
Pembelajaran Ekspositori pada kelas X
Teknik Audio Video di SMK Taruna
Bangsa”
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada kelas X
Jurusan Teknik Audio Video di SMK
Taruna Bangsa Kota Bekasi. Waktu
pelaksanaan penelitian dilaksanakan
pada semester genap tahun ajaran
2011/2012, yakni bulan April sampai
bulan Juni 2012. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian adalah
metode penelitian eksperimen. Jenis
metode eksperimen yang digunakan
adalah metode kuasi eksperimen atau
dapat disebut juga eksperimen semu.
Dalam metode kuasi eksperimen
terdapat dua kelompok yang diteliti
yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, penggunaan subyek
pada kedua kelompok tersebut tidak
ditentukan secara random tetapi
menggunakan kelas yang telah ada. Hal
ini berbeda dengan penelitian
eksperimen murni yang harus
membentuk kelas baru. Metode
eksperimen dalam penelitian
memberikan dua perlakuan yang
berbeda terhadap dua kelompok siswa.
Kelompok pertama, yang diberikan
model pembelajaran ekspositori adalah
kelompok kontrol, sedangkan kelompok
yang diberikan model pembelajaran
modified inquiry adalah kelompok
eksperimen. Variabel penelitian adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya. Variabel
dalam penelitian terdiri dari variabel
bebas (X) dan variabel terikat (Y).
Variabel bebas adalah faktor stimulus
atau input yaitu faktor yang diplih oleh
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 5
peneliti untuk melihat pengaruh
terhadap gejala yang diamati. Variabel
terikat adalah faktor yang diamati dan
diukur untuk mengetahui efek variabel
bebas. Berdasarkan rumusan masalah
dalam penelitian, peneliti menetapkan:
Variabel bebas (X): Model
pembelajaran yang dikategorikan :
Model pembelajaran modified inquiry
dan Model pembelajaran ekspositori
Variabel terikat (Y): Hasil belajar siswa
pada standar kompetensi menerapkan
dasar-dasar kelistrikan dengan
kompetensi dasar menggunakan
hukum-hukum rangkaian listrik arus
bolak-balik.
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi maknanya berkaitan dengan
elemen, yakni unit tempat diperolehnya
informasi. Elemen tersebut dapat berupa
individu, keluarga, rumah tangga,
kelompok sosial, sekolah, kelas, dan
organisasi. Dengan kata lain populasi
adalah kumpulan dari sejumlah elemen.
Sesuai dengan lingkup penelitian,
populasi atau wilayah data yang menjadi
subyek penelitian ini adalah siswa kelas
X program keahlian Teknik Audio
Video (TAV) pada dasar kompetensi
kejuruan dengan standar kompetensi
menerapkan dasar-dasar kelistrikan dan
kompetensi dasar menggunakan hukum-
hukum rangkaian listrik arus bolak-balik
di SMK Taruna Bangsa Bekasi tahun
ajaran 2011/2012, yaitu kelas X TAV 1
dengan jumlah murid 30 siswa dan kelas
X TAV 2 dengan jumlah murid 30
siswa. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Menurut Sudjana, tidak ada
ketentuan yang baku atau rumus pasti,
sebab keabsahan sampel terletak pada
sifat dan karakteristiknya, mendekati
populasi atau tidak, bukan pada jumlah
atau banyaknya. Dalam penelitian,
penarikan sampel dilakukan dengan
teknik cluster sampling. Teknik cluster
sampling adalah teknik penarikan
sampel dari populasi yang cukup besar
sehingga dibuat beberapa kelas atau
kelompok. Teknik tersebut sangat cocok
untuk digunakan dalam penelitian,
karena populasi yang ada telah dibagi
berdasarkan kelas. Dengan demikian,
analisis sampel bukan individu, tetapi
kelompok, yaitu berupa kelas yang
terdiri dari beberapa individu. Instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah dalam bentuk Tes
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 6
objektif. Untuk mengetahui hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran maka digunakan tes
objektif sebanyak 25 soal dengan tingkat
kesukaran yang berbeda-beda. Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Suatu instrumen yang
valid atau sahih mempunyai validitas
yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang
kurang valid berarti memiliki validitas
rendah. Valid menunjukkan derajat
ketepatan, yaitu ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada obyek
dengan data yang dapat dikumpulkan
oleh peneliti. Misalnya data yang dalam
obyek berwarna biru, maka data yang
terkumpul oleh peneliti juga harus
berwarna biru. Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) valid.
Validitas berarti ukuran yang
menunjukkan sejauh mana instrumen
tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur.
Perhitungan uji validitas instrumen pada
penelitian dilakukan dengan cara
menghitumg koefisien validitas,
menggunakan rumus Korelasi
Parametrik Pearson Product Moment,
sebagai berikut: Tingkat kesukaran
adalah suatu parameter untuk
menyatakan bahwa item soal adalah
mudah, sedang, dan sukar. Sebuah soal
yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Jika soal
terlalu mudah tidak akan merangsang
siswa untuk memecahkan soal tersebut,
sedangkan jika soal terlalu sukar akan
menyebabkan keputusasaan pada siswa
yang mengakibatkan menurunnya
keinginan siswa untuk mencoba lagi.
Besarnya indeks kesukaran antara 0.00
sampai dengan 1.00 soal yang
mendekati indeks 0.00 diartikan soal itu
sukar. Dan soal yang mendekati nilai
1.00 diartikan soal itu mudah. Daya
pembeda suatu butir soal menyatakan
seberapa jauh kemampuan butir soal
tersebut mampu membedakan antara
siswa yang dapat menjawab soal dengan
siswa yang tidak dapat menjawab soal.
Reliabel menunjukkan derajat
konsistensi (keajegan), yaitu konsistensi
data dalam interval waktu tertentu.
Misalnya data yang terkumpul dari
obyek kemarin berwarna biru, maka
sekarang pun atau besok juga masih
tetap berwarna biru. Instrumen yang
reliabel berarti instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.
Reliabilitas menunjuk pada adanya
konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala
pengukuran tertentu. Reliabilitas
berkonsentrasi pada masalah akurasi
pengukuran dan hasilnya. Maka
pengertian reliabilitas tes, berhubungan
dengan masalah ketetapan hasil tes.
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 7
Atau seandainya hasilnya berubah-ubah,
perubahan yang terjadi dapat dikatakan
tidak berarti.
Tabel 3.6 Hasil Uji Soal Instrumen
No.
Soal
Kriteria Penilaian
Keputusan
Validitas Daya
Pembeda
Tingkat
kesukaran Reliabilitas
1. Rendah Sangat Tinggi Mudah
0.8
995
56
37
8 (
Tin
gg
i)
Digunakan
2. Rendah Tinggi Mudah Digunakan
3. Rendah Tinggi Sukar Digunakan
4. Rendah Tinggi Sedang Digunakan
5. Rendah Tinggi Mudah Digunakan
6. Sangat Rendah Sangat Tinggi Sukar Tidak
7. Sedang Cukup Sedang Digunakan
8. Sedang Cukup Sedang Digunakan
9. Sedang Tinggi Sukar Digunakan
10. Sangat Rendah Sangat Tinggi Sukar Tidak
11. Sangat Rendah Tinggi Sedang Tidak
12. Rendah Sangat Tinggi Sedang Digunakan
13. Sedang Cukup Sedang Digunakan
14. Sedang Tinggi Sedang Digunakan
15. Sangat Rendah Sangat Tinggi Sukar Tidak
16. Sangat Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan
17. Rendah Tinggi Sedang Digunakan
18. Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan
19. Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan
20. Sedang Tinggi Sukar Digunakan
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 8
21. Rendah Tinggi Sukar Digunakan
22. Rendah Tinggi Sedang Digunakan
23. Sangat Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan
24. Tidak Valid Sangat Tinggi Sukar Tidak
25. Sedang Cukup Mudah Digunakan
26. Sedang Sangat Tinggi Mudah Digunakan
27. Sedang Cukup Mudah Digunakan
28. Sangat Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan
29. Sedang Cukup Mudah Digunakan
30. Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan
Data yang diperoleh dari hasil tes
setelah pembelajaran, selanjutnya
diolah dan dianalisis untuk menguji
hipotesis penelitian. Tujuan yang
ingin dicapai dengan analisis data
adalah untuk menyederhanakan data
ke dalam bentuk yang dapat
dimengerti dan ditafsirkan, sehingga
hubungan- hubungan yang ada dalam
masalah penelitian dapat dipelajari
dan diuji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian diawali dengan melakukan
uji instrumen soal pada kelas XI
TAV (Teknik Audio Video) 3
sebanyak 30 siswa di SMK Taruna
Bangsa. Jenis instrumen yang
digunakan adalah tes obyektif
(pilihan ganda) dengan jumlah item
soal 30 item dan 5 pilihan jawaban.
Pengujian instrumen soal ini
diperlukan untuk mengetahui baik
tidaknya alat ukur hasil belajar
berdasarkan kriteria valid, tingkat
kesukaran, daya pembeda dan
reliabel dalam penyusunan instrumen
post-test. Penyusunan instrumen
post-test melewati beberapa
pertimbangan diantaranya penilaian
ahli terhadap ketepatan soal
berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi dan penilaian guru
pengajar terhadap kesesuaian materi
dengan soal yang dibuat. Instrumen
soal post-test tersebut akan diberikan
pada siswa yang sudah diperlakukan
sebagai kelompok kontrol yang
menggunakan model pembelajaran
ekspositori yaitu kelas X TAV 1 dan
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 9
siswa yang diperlakukan sebagai
kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran
modified inquiry yaitu kelas X TAV
2 pada dasar kompetensi kejuruan
dengan standar kompetensi
menerapkan dasar-dasar kelistrikan
dan kompetensi dasar menggunakan
hukum-hukum rangkaian listrik arus
bolak-balik. Setelah dilakukan post-
test pada kelas kontrol dan
eksperimen, didapat hasil
perhitungan rata-rata kelas kontrol
sebesar 65,733 dan kelas eksperimen
sebesar79,2.
Tabel 4.1 Hasil Rata-Rata Post-Test
Kelas N Nilai Rata-rata Standar Deviasi Varians
Kontrol 30 65,733 8,578 73,582
Eksperimen 30 79,2 7,308 53,407
Berdasarkan tabel 4.1 dapat
dijelaskan bahwa, rata-rata nilai post-
test antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen berbeda. Kelas kontrol
atau kelas yang menggunakan model
pembelajaran ekspositori sebesar
65,733, sedangkan kelas eksperimen
atau kelas yang menggunakan model
pembelajaran modified inquiry
sebesar 79,2. Standar deviasi untuk
kelas kontrol yaitu 8,578 dan kelas
eksperimen 7,308. Varians untuk
kelas kontrol 73,582 dan kelas
eksperimen 53,407. Dalam uji
normalitas post-test di kelas kontrol
diketahui jumlah siswa (n) di kelas
eksperimen yaitu 30 siswa, dengan
rata-rata nilai 65,733. Nilai maksimal
pada kelas kontrol yaitu 80 dan nilai
minimalnya 52. Banyaknya kelas
interval setelah dihitung
menggunakan aturan Struges yaitu
sebanyak 6 kelas dengan panjang
kelas masing-masing 4 interval.
Derajat kebebasan (dk) yang
digunakan yaitu bernilai 3 dengan α
= 0,05.
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 10
Tabel 4.3 Perhitungan Hasil Chi Kuadrat Post-Test Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel 4.3, dari hasil
perhitungan didapat Chi Kuadrat
(X2) = 4,669. Dengan α = 0,05 dan
dk = 3, maka didapat Xtabel = 5,99.
Jika Xhitung < Xtabel maka sampel
berdistribusi normal. Dari
perhitungan didapat Xhitung = 4,669,
dan Xtabel = 5,99 (4,669 < 5,99).
Maka dapat disimpulkan bahwa
sampel berdistribusi normal. Sama
dengan uji normalitas pada kelas
eksperimen, diketahui dalam uji
normalitas post-test di kelas
eksperimen diketahui jumlah siswa
(n) yaitu 30 siswa, nilai rata-rata
post-test di kelas eksperimen 79,2.
Dengan nilai maksimal pada kelas
eksperimen sebesar 92 dan nilai
minimalnya sebesar 68. Banyaknya
kelas interval setelah dihitung
menggunakan aturan Struges yaitu
sebanyak 5 kelas dengan panjang
kelas masing-masing 5 interval.
Derajat kebebasan (dk) yang
digunakan yaitu bernilai 2 dengan α
=0,05.
Batas
Kelas
Z
(hitung) Z (tabel) Luas fh f0-fh (f0-fh)
2 ((f0-fh)
2)/fh
51,5 -1,66 -0,4515 0,0916 2,748 2,252 5,071 1,845
56,5 -1,08 -0,3599 0,172 5,16 0,84 0,705 0,136
61,5 -0,49 -0,1879 0,2238 6,714 -0,714 0,509 0,075
66,5 0,09 0,0359 0,2127 6,381 -2,381 5,669 0,888
71,5 0,67 0,2486 0,1476 4,428 0,572 0,327 0,073
76,5 1,26 0,3962 0,0709 2,127 1,873 3,508 1,649
81,5 1,84 0,4671
Chi Kuadrat (X2) 4,669
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 11
Tabel 4.5 Perhitungan Hasil Chi Kuadrat Post-Test Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel 4.5, dari hasil
perhitungan didapat Chi Kuadrat
(X2) = 1,651. Dengan α = 0,05 dan
dk = 2, maka didapat Xtabel = 5,99.
Jika Xhitung < Xtabel maka sampel
berdistribusi normal. Dari
perhitungan didapat Xhitung = 1,651,
dan Xtabel = 5,99 (1,651 < 5,99) .
Maka dapat disimpulkan bahwa
sampel berdistribusi normal. Pada
perhitungan homogenitas diketahui
jumlah siswa (n) 30 siswa, dengan
derajat kebebasan (dk) pembilang 29
dan derajat kebebasan (dk) penyebut
29. Derajat kebebasan (dk)
pembilang dan penyebut digunakan
untuk mengetahui nilai Ftabel
sehingga nantinya dapat
dibandingkan dengan nilai Fhitung.
Untuk nilai varians masing-
masing kelas, setelah dilakukan
perhitungan kelas kontrol atau kelas
yang menggunakan model
pembelajaran ekspositori memiliki
nilai varians sebesar 73,582
sedangkan kelas eksperimen atau
kelas yang menggunakan model
pembelajaran modified inquiry
memiliki nilai varians sebesar
53,407. Setelah dilakukan
perhitungan didapat nilai Fhitung
sebesar 1,378 dan nilai Ftabel
sebesar 1,85. Jika nilai Fhitung <
Ftabel maka sampel bersifat
homogen. Diketahui bahwa 1,378 <
1,85 maka dapat disimpulkan bahwa
sampel bersifat homogen. Pada
Batas
Kelas
Z
(hitung) Z (tabel) Luas fh f0-fh (f0-fh)
2 ((f0-fh)
2)/fh
67,5 -1,60 -0,4452 0,1629 4,887 2,113 4,464 0,913
73,5 -0,78 -0,2823 0,2983 8,949 -0,949 0,90 0,10
79,5 0,04 0,016 0,2891 8,673 -0,673 0,452 0,052
85,5 0,86 0,3051 0,1484 4,452 0,548 0,30 0,067
91,5 1,68 0,4535 0,0403 1,209 0,791 0,625 0,517
97,5 2,50 0,4938
Chi Kuadrat (X2) 1,651
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 12
perhitungan homogenitas diketahui
jumlah siswa (n) 30 siswa, dengan
derajat kebebasan (dk) pembilang 29
dan derajat kebebasan (dk) penyebut
29. Derajat kebebasan (dk)
pembilang dan penyebut digunakan
untuk mengetahui nilai Ftabel
sehingga nantinya dapat
dibandingkan dengan nilai Fhitung.
Untuk nilai varians masing-masing
kelas, setelah dilakukan perhitungan
kelas kontrol atau kelas yang
menggunakan model pembelajaran
ekspositori memiliki nilai varians
sebesar 73,582 sedangkan kelas
eksperimen atau kelas yang
menggunakan model pembelajaran
modified inquiry memiliki nilai
varians sebesar 53,407.
Setelah dilakukan perhitungan
didapat nilai Fhitung sebesar 1,378 dan
nilai Ftabel sebesar 1,85. Jika nilai
Fhitung < Ftabel maka sampel bersifat
homogen. Diketahui bahwa 1,378 <
1,85 maka dapat disimpulkan bahwa
sampel bersifat homogen. Uji
hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan uji satu pihak karena
data yang telah diolah akan
dibandingkan untuk mengukur model
pembelajaran mana yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Hipotesis statistika pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hipotesis Statistika
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar menerapkan dasar-dasar
kelistrikan antara yang menggunakan model pembelajaran
modified inquiry dan pembelajaran ekspositori.
H1 : Hasil belajar menerapkan dasar-dasar kelistrikan yang
menggunakan model pembelajaran modified inquiry lebih
tinggi dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori.
Tolak H0 jika : thitung > ttabel
Diketahui bahwa kedua sampel
memiliki jumlah siswa (n) yang
sama, berdistribusi normal, dan
homogen, maka untuk uji hipotesis
digunakan rumus t-test. Rincian
perhitungan untuk uji hipotesis post-
test dapat dilihat pada lampiran 8.
Diketahui nilai-nilai yang didapat
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 13
dari perhitungan awal yaitu
ditunjukkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rata-Rata dan Varians Hasil Post-Test
Kelas Rerata Varians N
Eksperimen 79,2 53,407 30
Kontrol 65,733 73,582 30
Dari perhitungan hipotesis untuk
post-test didapat nilai thitung sebesar
6,545 dan ttabel sebesar 1,671. Dapat
dilihat bahwa 6,545 > 1,671. Maka
dapat dikatakan bahwa H0 ditolak,
dan dapat disimpulkan “ Hasil
belajar menerapkan dasar-dasar
kelistrikan yang menggunakan model
pembelajaran modified inquiry lebih
tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran
ekspositori”. Rekapitulasi data hasil
belajar siswa kelas kontrol atau kelas
yang menggunakan model
pembelajaran ekspositori dan kelas
eksperimen atau kelas yang
menggunakan model pembelajaran
modified inquiry dapat dilihat pada
tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen
Komponen
Post-Test Kelas
Kontrol Eksperimen
Jumlah Siswa 30 30
Rata-Rata 65,733 79,2
Standar Deviasi 8,578 7,308
Nilai Tertinggi 80 92
Nilai Terendah 52 68
Uji Normalitas
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 14
X2 hitung 4,669 1,651
X2 tabel 5,99 5,99
Kesimpulan Normal Normal
Uji Homogenitas
Fhitung 1,378
Ftabel 1,85
Kesimpulan Fhitung < Ftabel Homogen
Uji Hipotesis
thitung 6,545
ttabel 1,671
Kesimpulan thitung > ttabel H1 diterima
Penelitian yang dilakukan
merupakan penelitian eksperimen.
Penelitian memberikan dua
perlakuan yang berbeda terhadap dua
kelompok siswa. Kelompok pertama,
yang diberikan model pembelajaran
ekspositori adalah kelompok kontrol,
sedangkan kelompok yang diberikan
model pembelajaran modified
inquiry adalah kelompok
eksperimen.
Populasi atau wilayah data
yang menjadi subyek penelitian
adalah siswa kelas X program
keahlian Teknik Audio Video (TAV)
pada dasar kompetensi kejuruan
dengan standar kompetensi
menerapkan dasar-dasar kelistrikan
dan kompetensi dasar menggunakan
hukum-hukum rangkaian listrik arus
bolak-balik di SMK Taruna Bangsa
Bekasi tahun ajaran 2011/2012, yaitu
kelas X TAV 1 dengan jumlah murid
30 siswa dan kelas X TAV 2 dengan
jumlah murid 30 siswa.
Penelitian bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar
pada standar kompetensi menerapkan
dasar-dasar kelistrikan dan
kompetensi dasar menggunakan
hukum-hukum rangkaian listrik arus
bolak-balik dari dua model
pembelajaran yang berbeda yaitu
model pembelajaran ekspositori pada
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 15
kelas kontrol dan model
pembelajaran modified inquiry pada
kelas eksperimen.
Pembelajaran pada kelas
kontrol maupun kelas eksperimen
dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan yang telah ditentukan
pada RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), untuk pertemuan
pertama materinya adalah rangkaian
AC dan rangkaian R,L,C, pertemuan
kedua tentang rangkaian osilator dan
multivibrator dan pertemuan terakhir
mengenai rangkaian yang bersifat
resistif, induktif, dan kapasitif serta
tentang resonansi pada rangkaian seri
R,L,C. Setelah pemberian materi
dengan menggunakan model
pembelajaran ekspositori untuk kelas
kontrol dan model pembelajaran
modified inquiry untuk kelas
eksperimen, hasil belajar kedua
kelompok mengalami perbedaan.
Perbedaan hasil belajar ditunjukkan
oleh rata-rata nilai post-test antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen,
kelas kontrol atau kelas yang
menggunakan model pembelajaran
ekspositori sebesar 65,733,
sedangkan kelas eksperimen atau
kelas yang menggunakan model
pembelajaran modified inquiry
sebesar 79,2. Dan pada hasil uji
hipotesis untuk post-test didapat nilai
thitung sebesar 6,545 dan ttabel
sebesar 1,671. Dapat dilihat bahwa
6,545 > 1,671. Maka dapat dikatakan
bahwa H0 ditolak, dan dapat
disimpulkan “Hasil belajar
menerapkan dasar-dasar kelistrikan
pada kelas X TAV 1 dan kelas X
TAV 2 di SMK Taruna Bangsa Kota
Bekasi dengan waktu pelaksanaan
penelitian pada semester genap tahun
ajaran 2011/2012 yang menggunakan
model pembelajaran modified
inquiry lebih tinggi dibandingkan
dengan pembelajaran ekspositori”.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis terhadap
data hasil penelitian yang diperoleh
maka dapat disimpulkan bahwa:
Penelitian yang dilaksanakan pada
kelas X TAV 1 dan kelas X TAV 2
di SMK Taruna Bangsa Kota Bekasi
dengan waktu pelaksanaan penelitian
pada semester genap tahun ajaran
2011/2012, yakni hasil belajar pada
standar kompetensi menerapkan
dasar-dasar kelistrikan dan
kompetensi dasar menggunakan
hukum-hukum rangkaian listrik arus
bolak-balik yang menggunakan
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 16
model pembelajaran modified
inquiry lebih tinggi dibandingkan
dengan pembelajaran ekspositori.
Hasil belajar yang dicapai oleh
siswa dengan model pembelajaran
modified inquiry pada standar
kompetensi menerapkan dasar-dasar
kelistrikan dan kompetensi dasar
menggunakan hukum-hukum
rangkaian listrik arus bolak-balik di
kelas X TAV 2 SMK Taruna Bangsa
pada semester genap tahun ajaran
2011/2012 mengalami peningkatan.
Model pembelajaran modified
inquiry meningkatkan hasil belajar
siswa secara signifikan karena
membangkitkan keinginan belajar
secara mandiri dan melibatkan siswa
secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar yang
dicapai siswa dengan model
pembelajaran ekspositori pada
standar kompetensi menerapkan
dasar-dasar kelistrikan dan
kompetensi dasar menggunakan
hukum-hukum rangkaian listrik arus
bolak-balik di kelas X TAV 1 SMK
Taruna Bangsa pada semester genap
tahun ajaran 2011/2012 lebih rendah
dari model pembelajaran modified
inquiry. Peningkatan hasil belajar
yang tidak signifikan disebabkan
oleh pembelajaran yang hanya
terpusat pada guru dan banyak
bersifat ceramah.
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 17
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi.
2010. Proses Pembelajaran
Inovtif dan kreatif Dalam Kelas.
Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Bandung: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-
Dasar Evaluasi Pendidikan,
(Edisi Revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dahlan, M.D. 1990. Model-Model
Mengajar. Bandung: CV.
Diponegoro.
Daryanto, dkk. 2005. Modul Fisika
SMK Teknik 2. Jakarta: PT.
Galaxy Puspa Mega.
Dimyati dan Mudjiono. 1999.
Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru
Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
NK, Roestiyah. 2008. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. 2001. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Rusmono. 2012. Strategi
Pembelajaran dengan Problem
Based Learning itu Perlu.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara.
2007. Buku Ajar Teori Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta.
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 18
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sudirman, dkk. 1979. Ilmu
Pendidikan. Bandung: CV.
Remadja Karya.
Sudjana. 1996. Metode Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sudjana. 2001. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sugiyono. 2008. Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.