perbedaan individu

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya. Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni horizontal dan vertical. Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat, 1

Upload: mila-milvy

Post on 04-Aug-2015

392 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Individu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki

perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut

bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-

cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar,

masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam

menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia

pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan

perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan

bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas

memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.

Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat

dari dua segi, yakni horizontal dan vertical. Perbedaan segi horizontal

adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat

kesadaran, bakat, minat, ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan

vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti:

bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan sebagainya. Masing-

masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya terhadap kegiatan

dan keberhasilan belajar.

Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor

keturunan atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. 1

Page 2: Perbedaan Individu

Kedua faktor ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan siswa/peserta didik. Mungkin salah satu factor ada

yang lebih dominan, namun tetap kedua faktor tersebut masing-

masing berpengaruh, dan pada gilirannya ternyata tidak ada dua

individu yang sama.

Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang

perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan.

Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini

disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka

“perbedaan” dalam “perbedaan individual” menurut Landgren (1980)

menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun

psikologis. Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui

perbedaan individu, sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental

yang mempengaruhi penilaian sekolah, adalah menghitung umur

kronologi. Seorang anak memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun

dan ia diperkirakan dapat mengalami kemajuan secara teratur dalam

tugas-tugas sekolahnya dilihat dalam kaitannya dengan faktor umur.

Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak diharapkan mampu

menangkap/mengerti bahan-bahan pelajaran yang mempunyai

kesamaan materi dan penyajiannya bagi semua siswa pada kelas yang

sama. Ketidakmampuan yang jelas tampak pada siswa untuk

menguasai bahan pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian

faktor-faktor seperti kemalasan atau sikap keras kepala. Penjelasan itu

tidak berdasarkan pada kenyataan bahwa para siswa memang

berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk menguasai satu atau 2

Page 3: Perbedaan Individu

lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu tingkat

perkembangan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbedaan individu dalam aspek intelegensi, gaya

belajar, dan kepribadian?

2. Bagaimana implikasi dari perbedaan individu dalam pembelajaran?

3

Page 4: Perbedaan Individu

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang

menonjol, yaitu:

1. semua diri manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan didalam pola

perkembangannya,

2. di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan

manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai

kecenderungan berbeda.

Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat

kuantitatif dan bukan kualitatif.

Murid pada tingkat yang sama memiliki ketertarikan yang berbeda-

beda. Mereka sama pada banyak hal, tetapi bahkan ada juga yang sangat

berbeda. Salah satu keberanian utama seorang guru adalah menghadapi

tugas besar dalam melayani perbedaan diantara siswa di dalam kelas.

Perbedaan-perbedaan tersebut dalam hal intelegensi, gaya belajar, dan

kepribadian.

A. Perbedaan Individu dari Aspek Intelegensi

Menurut para ilmuwan, dewasa ini manusia  menggunakan 10

persen dari kemampuan otaknya. Dari 10 persen itu sebagian besar hanya

mengoptimalkan belahan otak kiri (Stanford Research Institute). Pada

dasarnya setiap orang dapat menjadi jenius. Idealnya memang harus

dipersiapkan sejak kecil dengan mengaktifkan fungsi otak untuk

mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang menunjang proses 4

Page 5: Perbedaan Individu

pembelajaran. Usia remaja juga dapat memberdayakan otak secara

optimal, untuk itu kita harus mengetahui terlebih dahulu cara kerja otak

tersebut (Sidiarto L. 2008).

Salah satu bentuk nyata untuk melihat perbedaan anak adalah

dengan memeriksa hasil pencapaian dalam tes standar. Tingkat

pencapaian anak merupakan suatu fungsi yang menunjukkan nilai belajar

anak. Murid dalam posisi puncak di suatu kelompok biasanya mampu

belajar dengan cepat, sementara murid dengan posisi rendah di dalam

kelas biasanya merupakan pebelajar yang lambat. Pada posisi tengah-

tengah, sekitar 50 persen diantaranya memiliki kemampuan yang merata

dalam pencapaian.

Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap

lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf

intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu

bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara

yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya,

demikian pula sebaliknya .Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan

yang tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat

maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).

Garrett (1946) dalam Dalyono. 2007, mengemukakan “Intelegence

includes at least the abilities demanded in the solution of problems which

requer the comprehension and use of symbols”. (Intelegensi itu setidak-

tidaknya mencakup kemampuan kemampuan yang diperlukan untuk

pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta

mengunakan simbol-simbol. Karena manusia hidup senantiasa 5

Page 6: Perbedaan Individu

menghadapi permasalahan, setiap permasalahan harus dipecahkan agar

manusia manusia memperoleh keseimbangan (homeostasis) dalam hidup.

Menurut Jean Piaget dalam Suryabrata, 2010, “intelligence atau

inteligensi diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan

berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang

kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis,

mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan”. Pendapat ini

mempertegas bahwa inteligensi adalah seluruh kemungkinan koordinasi

yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai

adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam arti sempit inteligensi sering

kali diartikan sebagai inteligensi operasional, termasuk pula di dalamnya

tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensorimotoris sampai dengan

operasional formal.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga

mengakibatkan adanya perbedaan inteligensi seseorang dengan yang

lainnya yaitu :

1. Pembawaan : pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri yang

dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat dan tidaknya

memecahkan suatu soal atau masalah, pertama-tama ditentukan oleh

pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada pula yang bodoh,

meskipun sama-sama menerima latihan dan pelajaran yang sama,

tetapi perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.

2. Kematangan : Setiap organ di dalam tubuh manusia mengalami

pertumbuhan dan perkembangan, setiap organ ( fisik maupun psikis )

6

Page 7: Perbedaan Individu

dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan

untuk menjalankan fungsinya masing-masing.

3. Pembentukan : yaitu segala keadaan di luar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan inteligensi.

4. Minat dan pembawaan yang khas, minat mengarahkan perbuatan

kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

Anak-anak berbeda dalam tingkat kecerdasannya. Kapasitas

intelektual anak secara tradisional diukur dengan menggunakan tes IQ.

Namun, validitas tes IQ merupakan subjek yang masih diperdebatkan

secara terus-menerus, dan beberapa kritik serta klaim bahwa tes IQ

merupakan diskriminasi dan berlawanan bagi anak dengan latar belakang

sosial ekonomi rendah. Perbedaan kecerdasan dapat dilihat dari

perbedaan skor IQ.

Tingkatan intelegensi (IQ) anak menurut Lewis Terman, antara lain:

Intelegensi (IQ) Klasifikasi

Over 140 Genius

120 – 139 Very superior

110 – 119 Superior

90 – 109 Average

80 – 89 Dull normal

70 – 79 Bordederline deficiency

50 – 69 Maron

20 – 49 Imbecile

Below 20 Idiot

Tingkatan intelegensi (IQ) anak menurut Wechsler, antara lain:

Intelegensi (IQ) Klasifikasi

130 and Over Very superior

7

Page 8: Perbedaan Individu

120 – 129 Superior

110 – 119 High average

90 – 109 Average

80 – 89 Low average

70 – 79 Bordederline

60 and under Extremely low

Siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih

lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih

lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi. Siswa yang memiliki

tingkat kecerdasan yang tinggi pada umumnya memilki perhatian yang

lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu

menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik

kesimpulan dan melakukan abstraksi.

Intelegensi Majemuk menurut Gardner

Howard Gardner (1999) menyatakan bahwa orang memiliki

kemampuan yang berbeda-beda, atau disebut juga intelegensi majemuk

(multiple intelligence) yang relative independen satu sama lain. Gardner

berpendapat bahwa berbagai intelegensi memiliki manifestasi yang

berbeda-beda dalam budaya-budaya yang berbeda. Gadner menyajikan

bukti untuk mendukung adanya intelegensi majemuk. Sebagai contoh, ia

mendeskripsikan orang yang sangat terampil dalam suatu bidang,

misalnya dalam membuat komposisi music, namun ahaknya memiliki

kemampuan rata-rata dalam bidang-bidang lainnya.

Tabel intelegensi majemuk menurut Gardner

Jenis intelegensi Contoh perilaku yang relevan

Intelegensi bahasa: Berargumentasi secara persuasive

8

Page 9: Perbedaan Individu

Kemampuan berbahasa secara efektif Menulis puisi Memperhatikan nuansa-nuansa halus

dalam makna kataIntelegensi spasial:

Kemampuan memperhatikan detail-detail pada hal-hal yang dilihat, membayangkan, dan memanipulasi objek-objek visual dalam benak seseorang

Menggabungkan bayangan2 mental Menggambar sebuah objek secara

mirip Membuat perbedaan yang halus

diantara objek-objek secara visual mirip

Intelegensi logika-matematika:

Kemampuan bernalar secara logis, khususnya dalam bidang matematika dan sains

Memecahkan soal-soal matematika secara cepat

Menghasilkan pembuktian matematis Merumuskan dan menguji hipotesis

mengenai gejala yang diobservasiIntelegensi music:

Kemampuan menciptakan, memahami, dan menghargai musik

Memainkan instrument music Membuat komposisi karya music Memiliki kesadaran yang tajam

mengenai struktur yang melandasi musik

Intelegensi ragawi:

Kemampuan menggunakan tubuh secara terampil

Berdansa Bermain bola basket Bermain pantomim

Intelegensi interpersonal:

Kemampuan memperhatikan aspek-aspek yang halus dan tidak kentara (subtle) dari perilaku orang lain

Membaca suasana hati orang lain Mendeteksi maksud dan hasrat orang

lain Menggunakan pengetahuan

mengenai orang lain untuk mempengaruhi pikiran dan perilakunya

Intelegensi intrapersonal:

Kesadaran terhadap perasaan, motif, dan hasrat sendiri

Membedakan emosi-emosi yang mirip seperti sedih dan menyesal

Mengidentifikasi motif-motif yang menggambarkan perilakunya sendiri

Menggunakan pengetahuan mengenai diri sendiri agar dapat berelasi secara lebih efektif dengan orang lain

Intelegensi naturalis:

Kemampuan mengenali pola-pola di alam dan perbedaan-perbedaan diantara berbagai bentuk kehidupan dan objek-objek alami

Mengidentifikasi anggota-anggota dari spesies tumbuhan atau hewan tertentu

Mengklasifikasikan bentuk-bentuk alam (seperti batu, jenis-jenis gunung)

Menerapkan kemampuan yang dimiliki mengenai alam dalam

9

Page 10: Perbedaan Individu

aktivitas-aktivitas seperti bertani, semi bertanam, dan melatih hewan

B. Perbedaan Individu dari Aspek Gaya Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan

berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan

belajar. Ausubel membedakan belajar menjadi dua, yakni belajar

menerima dan belajar menemukan. Pada belajar menerima, bentuk akhir

dari sesuatu yang diajarkan itu diberikan, sedangkan belajar menemukan

bentuk akhir itu harus dicari sendiri oleh siswa.

Selain itu, Ausubel (dalam Dahar, 1989) juga membedakan antara

belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna adalah suatu

proses dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian

yang sudah dimiliki siswa yang sedang belajar. Sedangkan belajar

menghafal diperlukan untuk memperoleh informasi baru, seperti definisi,

teorema, posutulat, dan dalil. Menurut teori belajar bermakna, belajar

menerima dan belajar menemukan keduanya dapat menjadi belajar

bermakna apabila konsep baru atau informasi baru dikaitkan dengan

konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Dalam

penelitian ini, teori belajar David Ausubel berhubungan erat ketika

menyusun hasil temuan atau hasil diskusi kelompok, mereka selalu

mengaitkan dengan pengertian-pengertian yang telah mereka miliki

sebelumnya.

10

Page 11: Perbedaan Individu

Pada prinsipnya, tidak ada dua individu yang memiliki kecerdasan

sama. Suatu individu mengaku belajar lebih baik dengan satu cara

tertentu, sebagian yang lain mengaku bisa belajar dengan cara yang lain

pula. Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya

belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain.

Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu

secara potensial pasti berbakat, tetapi ia mewujud dengan cara yang

berbeda-beda. Tidak ada individu yang pintar, individu yang bodoh. Ada

individu yang cerdas secara logika-matematika, namun ada juga individu

yang cerdas di bidang kesenian. Pandangan-pandangan baru yang

bertolak dari teori Howard Gardner mengenai inteligensi ini telah

membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal

melayani keberbedaan gaya belajar pebelajar. Suatu cara pandang baru

inilah yang mengakui keunikan setiap individu manusia.

Secara umum, gaya belajar dapat dikelompokkan berdasarkan

kemudahan dalam menyerap informasi (perceptual modality), cara

memproses informasi (information processing), dan karakteristik dasar

kepribadian (personality pattern). Pengelompokan berdasarkan perceptual

modality didasarkan pada reaksi individu terhadap lingkungan fisik dan

cara individu menyerap data secara lebih efisien. Pengelompokan

berdasarkan information processing didasarkan pada cara individu

merasa, memikirkan, memecahkan masalah, dan mengingat informasi.

Sedangkan pengelompokan berdasarkan personality pattern didasarkan

pada perhatian, emosi, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.

11

Page 12: Perbedaan Individu

Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap,

mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat

dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar

visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku

tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang

memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak

memiliki karakteristik cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya

merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik

yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang

sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap

pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar

yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia

menjadi "pintar" sehingga kursus-kursus atau pun les private secara

intensif mungkin tidak diperlukan lagi.

Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah

kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat

tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu

dalam memproses informasi (perceptual modality), yaitu:

1. Gaya Belajar Visual (Visual Learners)

Seorang individu yang biasa berbicara cepat dan melirik keatas

bila berbicara, biasanya memiliki gaya belajar visual. Oleh karena

mata/penglihatan yang memegang peranan penting bagi individu yang

dominan di visual, maka ia akan lebih cepat menyerap suatu informasi

melalui tampilan-tampilan visual seperti media gambar, video,

diagram, penggunaan alat peraga, dan warna. Individu ini harus 12

Page 13: Perbedaan Individu

melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka orang yang memberikan

informasi (bisa guru atau orangtua) untuk dapat mengerti informasi

yang disampaikan oleh lawan bicaranya.

Gaya belajar visual menitikberatkan pada ketajaman

penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih

dahulu agar mereka paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan

penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa

mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-

orang yang menyukai gaya belajar visual ini, yaitu: (1) kebutuhan

melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk

mengetahuinya atau memahaminya, (2) memiliki kepekaan yang kuat

terhadap warna, (3) memiliki pemahaman yang cukup terhadap

masalah artistik, (4) memiliki kesulitan dalam berdialog secara

langsung, (5) terlalu reaktif terhadap suara, (6) sulit mengikuti anjuran

secara lisan, (7) seringkali salah menginterpretasikan kata atau

ucapan.

Sedangkan karakteristik perilaku individu dengan gaya belajar

visual, antara lain:

1. rapi dan teratur (mementingkan penampilan)

2. berbicara dengan cepat

3. mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik

4. teliti dan rinci

5. lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang

didengar

6. mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual13

Page 14: Perbedaan Individu

7. memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik

8. biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

ketika sedang belajar

9. sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta

instruksi secara tertulis)

10. merupakan pembaca yang cepat dan tekun

11. lebih suka membaca daripada dibacakan

12. dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu

bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang

tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan.

13. jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan

tanpa arti selama berbicara

14. lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

15. sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau

"tidak’

16. lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada

berpidato/berceramah

17. lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada

musik

18. seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

menuliskan dalam kata-kata 

Ciri-ciri gaya belajar visual ini yaitu :

1. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang

mengajar

2. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi14

Page 15: Perbedaan Individu

3. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan

melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang

bertindak

4. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan

orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.

5. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan

6. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan

7. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang ribut dan ramai tanpa

terganggu.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual:

1.    Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

2.   Gunakan warna untuk menandai bagian-bagian atau hal-hal

penting.

3.   Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

4.   Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

5.   Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam

gambar atau menggunakan metode mind-mapping.

2. Gaya Belajar Auditori (Auditory Learners)

Seorang individu yang bicaranya sedang-sedang saja

(tidakterlalu cepat dan tidak terlalu lambat) dan melirik ke kiri/ke

kanan ketika berbicara, biasanya memiliki gaya belajar auditori.

Telinga adalah organ tubuh yang paling penting dalam penyerapan

dan pemprosesan informasi bagi individu dengan gaya belajar auditori.

Oleh karena itu, individu ini akan lebih mudah dan cepat menyerap

15

Page 16: Perbedaan Individu

suatu informasi melalui kegiatan diskusi atau mendengarkan orang

lain (guru atau orangtua) berbicara. Individu ini peka dengan nada

suara, tinggi rendahnya suara, dan kecepatan bicara. Sedangkan,

informasi tertulis akan memberikan makna yang sangat terbatas bagi

individu dengan gaya belajar ini.

Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa

memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini

benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama

menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, anak harus

mendengar, baru kemudian dia bisa mengingat dan memahami

informasi itu.

Karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya

belajar auditori ini, yaitu: (1) orang yang memiliki gaya belajar ini

adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, (2)

memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan

secara langsung, (3) memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

Sedangkan karakteristik perilaku individu dengan gaya belajar

auditori, antara lain:

1. sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja

2. mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

3. lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca

4. jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras

5. dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara

6. mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat

pandai dalam bercerita16

Page 17: Perbedaan Individu

7. berbicara dalam irama yang terpola dengan baik

8. berbicara dengan sangat fasih

9. lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya

10. belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang

didiskusikan daripada apa yang dilihat

11. senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara

panjang lebar

12. mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang

berhubungan dengan visualisasi

13. lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras

daripada menuliskannya

14. lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku

humor/komik.

Gaya belajar auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas,

atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas

2. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/lagu di

televisi/radio

3. Cenderung banyak bicara

4. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang

baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru

saja dibacanya

5. Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis

6. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain

17

Page 18: Perbedaan Individu

7. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan

sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan

pengumuman di pojok kelas.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori:

1. Menghafal akan lebih cepat dengan cara membaca materi dengan

diucapkan keras-keras (sehingga terdengar kembali oleh

telinganya).

2.      Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam

kelas maupun di dalam keluarga.

3.      Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

4.      Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

5.      Biarkan anak merekam materi pelajarannya kedalam kaset dan

dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Gaya Belajar Kinestetik

Individu yang berbicara lambat dan saat berbicara lebih sering

melirik ke bawah, biasanya mempunyai gaya belajar kinestetik.

Individu ini menyerap informasi melalui menyentuh, bergerak, dan

melakukan sesuatu. Oleh karena itu, individu yang gaya belajar

kinestetik ini sulit untuk diam berjam-jam (misalnya duduk diam di

dalam kelas berjam-jam).

Gaya belajar kinestetik mengharuskan individu yang

bersangkutan, menyentuh sesuatu yang memberikan informasi

tertentu agar ia bisa mengingatnya. Karakteristik yang khas bagi

orang-orang yang menyukai gaya belajar kinestetik ini adalah 18

Page 19: Perbedaan Individu

menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar

bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja,

seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus

membaca penjelasannya.

Sedangkan karakteristik perilaku individu dengan gaya belajar

kinestetik, antara lain:

1. berbicara dengan perlahan

2. menanggapi perhatian fisik

3. menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka

4. berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain

5. banyak gerak fisik

6. memiliki perkembangan otot yang baik

7. belajar melalui praktek langsung atau manipulasi

8. menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung

9. menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang

membaca

10. banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)

11. tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama

12. sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut

13. menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

14. pada umumnya tulisannya jelek

15. menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara

fisik)

16. ingin melakukan segala sesuatu.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik ini antara lain:19

Page 20: Perbedaan Individu

1. Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar

2. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak

3. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif.

Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan

sambil tangannya asyik menggambar

4. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar

5. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing

6. Menyukai praktek/percobaan

7. Menyukai permainan dan aktivitas fisik

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

2.      Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya

(contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek

sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

3.      Izinkan anak untuk mengunyah permen karet atau sediakan

camilan pada saat belajar.

4.      Gunakan warna terang untuk menandai bagian-bagian atau hal-hal

penting dalam bacaan.

5.      Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap

informasi. Tetapi, secara umum, individu mempunyai kecenderungan lebih

kuat pada salah satu gaya belajar. Sebagian individu mudah menangkap

informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain menyukai informasi

20

Page 21: Perbedaan Individu

bentuk verbal dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan cara aktif dan

interaktif.

Dengan mengetahui gaya belajar yang dimiliki anak, maka guru

maupun orangtua dapat menentukan cara-cara atau strategi

pembelajaran yang sesuai. Guru dapat memberikan materi-materi

pelajaran dengan metode yang bervariasi disesuaikan dengan gaya

belajar tiap-tiap anak di kelasnya. Sedangkan orangtua dapat

mendampingi anak belajar dengan metode-metode yang juga disesuaikan

dengan gaya belajar anak, sehingga penyerapan materi dan proses belajar

anak pun menjadi optimal serta efektif.

Temuan Riset Gaya Belajar

Beberapa penelitian yang mengungkapkan tentang gaya belajar

seorang pebelajar dalam proses pembelajaran, telah dilakukan para ahli.

Uraian mengenai temuan riset para ahli adalah sebagai berikut:

a. Penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Profesor Ken dan

Rita Dunn dari Universitas St. John, di Jamaica, New York, dan para

pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti, Richard Bandler, John

Grinder, dan Michael Grinder, telah mengidentifikasi tiga gaya belajar

dan komunikasi yang berbeda:

Visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar

atau diagram. Kita suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan

video;

Auditori. Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka

mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan

instruksi (perintah) verbal; dan 21

Page 22: Perbedaan Individu

Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan

langsung. Kita suka “menangani”, bergerak, menyentuh dan

merasakan/mengalami sendiri. (Rose & Nicholl, 2002).

b. Grinder dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa,

22 di antaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya

menghadirkan kegiatan belajar yang mengkombinasikan antara

visual, auditorial, dan kinestetik. Namun 8 siswa sisanya sedemikian

menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya

sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran

bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan

cara yang mereka sukai. Untuk memenuhi kebutuhan ini, pengajaran

harus bersifat multisensori dan penuh dengan variasi (Silberman,

2006).

c. Lynn O’Brien, Direktur Studi Diagnostik Spesifik Rickville, Maryland,

melakukan studi yang dilakukan lebih dari 5.000 siswa di Amerika

Serikat, Hongkong, dan Jepang, kelas 5 hingga 12. Hasil studi yang

diperoleh menunjukkan kecenderungan belajar berikut: Visual

sebanyak 29%, Auditori sebanyak 34%, dan Kinestetik sebanyak 37%.

Namun, pada saat mereka mencapai usia dewasa, kelebihsukaan

pada gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi, menurut

tersebut (Rose & Nicholl, 2002).

d. Hudson melakukan penelitian gaya kognitif kepada para pebelajar di

London yang menemukan bahwa 30% subjek penelitian memiliki

gaya konvergen, 30% memiliki gaya divergen, dan 40% memiliki gaya

campuran divergen-konvergen. Hudson juga menemukan bahwa para 22

Page 23: Perbedaan Individu

pebelajar dari domain seni, termasuk desain, cenderung bergaya

divergen, sementara itu para pebelajar dari domain sains cenderung

bergaya konvergen. Ia menunjukkan bahwa para pebelajar dari

domain seni cenderung lebih bebas menggunakan imajinasi mereka

mengenai kegunaan-kegunaan berbeda dari suatu objek tertentu

karena mereka merasa tidak terikat untuk bersikap praktis.

Sebaliknya, para pebelajar domain sains lebih cenderung memikirkan

kegunaan yang benar dari suatu objek serta terhambat untuk

melakukan saran yang tidak praktis.

C. Perbedaan Individu dari Aspek Kepribadian

Menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia kepribadian adalah sifat

hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang

membedakan dari orang/bangsa lain. Dengan demikian kepribadian

merupakan suatu ciri-ciri individu/kelompok yang tampak dapat dilihat

berdasarkan sikap atau perilaku seseorang/suatu bangsa.

Menurut Santrock (2008), kepribadian merujuk pada pemikiran,

emosi, dan perilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu

beradaptasi dengan dunia. Konsep interaksi individu-situasi menyatakan

bahwa cara terbaik untuk menggambarkan kepribadian individu bukanlah

dari sifat-sifatnya saja, tetapi juga dari sifat dan situasi yang terlibat.

Dalam psikologi kontemporer, Model Big Five oleh Lewis Goldberg

atau biasa disebut “Lima Besar” faktor (atau Lima Faktor Model, FFM)

kepribadian adalah lima domain yang luas atau dimensi kepribadian yang

digunakan untuk menggambarkan kepribadian manusia. Model Lima

23

Page 24: Perbedaan Individu

Faktor adalah model kepribadian deskriptif, psikolog telah

mengembangkan sejumlah teori untuk menjelaskan Big Five. ”Lima besar”

faktor memberi para guru sebuah kerangka kerja untuk memikirkan

karakteristik kepribadian seorang siswa. Model Big Five oleh Lewis

Goldberg terbagi menjadi:

1. Extraversion, Senantiasa ingin bergerak dan mengikuti stimulus yang

diterima sementara ada pula yang bersikap pasif dan menjauhi apapun

stimulus dalam dirinya.

Extraversion Introversion• Menikmati keberadaan bersama

org lain

•Antusias

•Suka bicara dalam kelompok

•Penuh energi

•Menarik diri dari dunia sosial

•Kurang gembira

•Aktifitas rendah

•Cenderung tenang

•Kurang energi

2. Agreeableness, Senantiasa senang berkawan, menghormati

pandangan orang lain dan senantiasa ingin menjalin hubungan yang

baik dengan semua orang, sementara ada pula yang terlalu agresif,

egois atau hanya tahu dirinya saja yang betul dan tidak mau

mengalah.

Agreeable Disagreeable•Penuh perhatian

•Bersahabat

•Dermawan

•Suka menolong

•Mau menyesuaikan keinginannya

dengan orang lain

•Kurang perhatian pada orang

lain

•Mudah curiga

•Kurang bersahabat

•Kurang kooperatif

•Menempatkan keinginannya di

atas orang lain

24

Page 25: Perbedaan Individu

3. Conscientiousness, Senantiasa bertanggungjawab, selalu merancang

dan merencanakan dengan baik, sebaliknya ada pula yang bersikap

acuh tak acuh dalam semua masalah, menyerahkan segalanya tanpa

mencoba untuk merancang apa-apa dan sentiasa tidak relevan dalam

tindakan yang diambil.

Conscientious Unconscientious•Perencanaan yang penuh tujuan

•Orang yang cerdas

•Dapat dipercaya

•Perfeksionis

•Pekerja keras yang kompulsif

•Sulit dipercaya

•Kurang ambisi

•Cepat menyerah

•Mengalami kesenangan

jangka pendek

•Tidak kaku

4. Neoroticism, Senantiasa beremosi, menghadapi masalah dengan

emosi yang agak keterlaluan sementara dalam masa yang sama ada

pula yang senantiasa tenang dan optimis dalam segala tindakannya.

Neoroticism tinggi Neoroticism rendah

• Mudah mengalami beberapa

emosi negatif

•Reaktif secara emosional

•Mudah frustrasi

•Bad mood

•Tidak mudah terganggu

•Cenderung tenang

•Emosi stabil

•Bebas dari emosi negatif yang

menetap

5. Opennes to experience, Senantiasa bersikap terbuka, menerima

segala idea baru yang baik untuk dicoba sedang ada yang agak kaku

dalam bertidak, tidak mau menerima pembaharuan.

25

Page 26: Perbedaan Individu

Opennes to experience tinggiOpennes to experience

rendah•Selalu ingin tahu

•Memiliki apresiasi terhadap seni

•Tidak konvensional

•Minat sempit

•Sederhana

•Membingungkan

•konvensional

Jung seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian

tipe-tipe manusia menjadi dua tipe. Yang menjadi dasar tipologi Jung ialah

arah perhatian manusia. Ia mengatakan bahwa perhatian manusia tertuju

kepada dua arah, yakni keluar dirinya disebut extrovert dank ke dalam

dirinya disebut introvert.

1. Tipe extrovert; orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar

dirinya, kepada oang lain, kepada masyarakat.

2. Tipe introvert; orang yang perhatiannya lebih mengarah kepada

dirinya, kepada ‘aku’nya.

Extrovert Introvert lancar, lincah dalam bicara

bebas dari

kekhawatiran/kecemasan

tidak cepat malu dan tidak

canggung

umumnya bersifat konservatif

mempunyai minat pada atletik

dipengaruhi oleh data objektif

ramah dan suka berteman

suka bekerja sama dengan orang

lain

kurang mempedulikan

Lebih lancar menulis dari pada

berbicara

Cenderung diliputi

kekhawatiran/kecemasan

cepat malu dan canggung

cenderung bersifat radikal

suka membaca buku2 dan majalah

lebih dipengaruhi oleh perasaan

subjektif

agak tertutup jiwanya

suka bekerja sendiri

sangat menjaga/berhati-hati

26

Page 27: Perbedaan Individu

penderitaan dan milik sendiri

mudah menyesuaikan diri dan

luwes (fleksibel)

terhadap penderitaan dan miliknya

sukar menyesuaikan diri dan kaku

dalam pergaulan

Perbedaan pokok dari kedua tipe itu kadang-kadang kelihatan

nyata, kadang-kadang tidak. Disamping orang yang benar-benar terlihat

sifat-sifat yang menunjukkan tipe extrovert atau introvert, ada pula orang-

orang yang menunjukkan adanya sifat campuran/gabungan dari kedua

tipe tersebut. Bahkan mungkin dikatakan bahwa kebanyakan orang

termasuk ke dalam tipe campuran. Oleh karena itu, di samping adanya

dua tipe tersebut maka ditambahkan lagi dengan tipe ambivert yang

berarti tipe campuran antara extrovert dan introvert.

D. Implikasi perbedaan Individu dalam Pembelajaran

Program percepatan (acceleration), yaitu pemberian

pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat

istimewa yang dimiliki oleh siswa, dengan memberikan

kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan program

reguler dalam angka waktu yang lebih singkat dibandingkan

teman-temannya.

Remedial, yaitu pemberian layanan pendidikan kepada siswa yang

mengalami kesulitan/hambatan dengan memberikan pelajaran dan

atau tugas tambahan sehingga mereka dapat menyelesaikan

program sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Program Pengayaan (enrichment), yaitu pemberian layanan

pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimiliki siswa,

dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan

27

Page 28: Perbedaan Individu

yang bersifat perluasan/ pendalaman, setelah ybs menyelesaikan

tugas-tugas yag diprogramkan untuk siswa lainnya.

Implikasi perbedaan individu dalam pembelajaran dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Menggunakan pendekatan pembelajaran ekletik dan fleksibel; disertai

penggunaan multimedia dan multimetode

2. Memahami pilihan gaya belajar siswa kemudian menyediakan

lingkungan belajar yang mendukung gaya belajar mereka.

3. Memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang menggabungkan

pilihan cara belajar siswa, menggunakan metode mangajar, insentif,

alat, dan situasi yang direncanakan sesuai dengan pilihan siswa.

4. Gunakan kombinasi cooperative learning, pembelajaran individual, dan

pembelajaran kelompok, atau antara aktifitas-aktifitas belajar yang

berpusat pada guru dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

5. Berikan waktu yang cukup untuk memproses dan memahami

informasi.

6. Gunakan alat-alat multi sensory untuk memproses, mempraktekkan

dan memperoleh informasi.

28

Page 29: Perbedaan Individu

BAB III

PENUTUP

1. Perbedaan Induvidu dalam Intelegensi

Anak-anak berbeda dalam tingkat kecerdasannya. Howard Gardner

(1999) menyatakan bahwa orang memiliki kemampuan yang berbeda-

beda, atau disebut juga intelegensi majemuk (multiple intelligence)

yang relative independen satu sama lain. Gardner membagi

intelegensi menjadi 8 bagian yaitu Intelegensi bahasa, Intelegensi

spasial, Intelegensi logika-matematika, Intelegensi music, Intelegensi

ragawi, Intelegensi interpersonal, Intelegensi intrapersonal, Intelegensi

naturalis.

2. Perbedaan Individu dalam Gaya Belajar

Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah

kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi.

Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang

digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality),

yaitu: visual, auditori, dan kinestetik.

3. Perbedaan Individu dalam Kepribadian

Menurut Santrock (2008), kepribadian merujuk pada pemikiran,

emosi, dan perilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu

beradaptasi dengan dunia. Lewis Goldberg mengembangkan Model Big

29

Page 30: Perbedaan Individu

Five untuk membagi jenis kepribadian anak, yaitu extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to

expeience.

4. Implikasi Perbedaan Individu dalam Pembelajaran

Adanya perbedaan individu dari berbagai aspek telah memberikan

pengaruh bagi pendidikan di Indonesia. Adanya pengaruh tersebut

maka dikembangkan program-program pembelajaran untuk

memberikan layanan pembelajaran bagi anak-anak yang memiliki

perbedaan, diantaranya program percepatan (acceleration), program

remedial, dan program pengayaan (enrichment).

30

Page 31: Perbedaan Individu

DAFTAR PUSTAKA

http://belajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-belajar.html. Diakses pada tanggal 28 September 2012.

https://prayudi.wordpress.com/2007/11/27/gaya-belajar-individu.html. Diakses pada tanggal 28 September 2012.

http://masthoni.wordpress.com/2009/08/25/mengenali-keunikan-gaya-belajar-individu.html. Diakses pada tanggal 28 September 2012.

Dahar, Ratna Willis. 1988. Teori-teori Belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Dalyono. M. 2007. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.

DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2007. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2007. Kaifa: Bandung.

Ormorod, E Jeanne. 2008. Psikologi Pendidikan – Membantu Siswa tumbuh dan Berkembang. Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Rose, Colin & Nicholl, Malcolm J. 1997. Accelerated Learning for the 21st Century, Cara Belajar Cepat Abad XXI. Terjemahan oleh Dedy Ahimsa. 2002. Nuansa: Bandung.

Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Terjemahan oleh Raisul Muttaqien. 2006. Nusamedia: Bandung.

Santrock, Jhon W. 2008. Psikologi Pendidikan. Erlangga: Jakarta.

31

Page 32: Perbedaan Individu

Suryabrata, S. 2010.Psikologi Pendidikan. Raja  Grafindo Persada: Jakarta.

32