perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara
TRANSCRIPT
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGATASI KONFLIK
ANTAR KELOMPOKANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS
KRISTEN DAN MAHASISWA UNIVERSITAS PERSADA
INDONESIA YAYASAN ADMINISTRASIINDONESIA
SALEMBAJAKARTAPUSAT
Oleh
MUKHTAR
NIM. 102070025916
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGATASI KONFLIK ANTAR KELOMPOK
ANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA DAN
MAHASISWA UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA
YAYASAN ADMINISTRASI INDONESIA
SALEMBA JAKARTA PUSAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhisyarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh
MUKHTARNIM 102070025916
Oi Bawah Bimbingan
Pembimbing I
M.Si
Pembimbing II
phazy Salem, M.Si
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 H - 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konflik Antar
Kelompok Antara Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Dan
Mahasiswa Universitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi
Indonesia Salemba Jakarta Pusat" telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada :
Tanggal 31 Januari 2007 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana psikologi.
Jakarta, 04 Februari 2007
SIDANG MUNAQASYAH
Sekretaris Merangkap Anggota
Anggota
Penguji I
~:~B~di,Ph.D
NIP. 150326891
Pembimbing I
M.Si azy Salom, M.Si
M.Si
:;Motto:
Peru6alian fiaafali 'Kfniscayaan, 'Te6arlWnSenyuman, SemailWn 'Kfaamaian
(])an 'Ta6urlWn 1(asili Sayang
Setiap detifi.pun (j)ia sefalu me1l{jawasi,tanpa dlmintapun (j)ia seCafu mem6eri, mestinya setiap udara
ya1lfJ kjta fiirup dan setetes air ya1lfJ kjta minum cu~p mem6uatkjta me1l{jenafdan mencintai-:Nya
1(arya seaerliana ini ltupersem6alikgn teruntultayali aan i6ultu tercinta serta I?gl?g~
atfiFt:atfiltltuyang altu sayangi
ABSTRAKSI
(A) Fakultas Psikologi(8) Januari 2007(C) Mukhtar(0) Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konflik Antar Kelompok antara
Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan MahasiswaUniversitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia(UPI YAI) Salemba Jakarta Pusat
(E) xi + 90
(F) Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak terlepas berinteraksidengan orang lain atau dengan masyarakat sekitarnya. Demikian puladalam kelompok, setiap anggota kelompok dapat berinteraksi sesamaanggota kelompok maupun antar kelompok. Namun hidup di kota-kotabesar/metropolitan yang memiliki beragam tatanan nilai, perbedaan latarbelakang sosial-budaya dan ekonomi, serta persaingan yang cukuptinggi. Hal ini merupakan potensi terjadinya konflik, baik konflik psikologis,konflik antar pribadi dan konflik antar kelompok. Parahnya ketika terjadikonflik antar kelompok pihak kelompok sendiri (mahasiswa UKI danMahasiswa YAI) dan perangkatnya belum mampu meredam konflik yangterjadi puluhan tahun yang lalu, bahkan hampir menjadi tradisi tahunan.
Dengan melihat potensi kemampuan mengatasi konflik yang dimiliki olehmahasiswa, melalui gambaran pola interaksi, komunikasi dan caramereka mengatasi konflik akan diketahui secara jelas aspek-aspek yangmempengaruhi proses penyelesaian konflik selama ini.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran perbedaan kemampuanmengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI denganmahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Pendekatan penelitian yangdipakai adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian iniadalah mahasiswa UKI dan YAI salemba Jakarta Pusat, sedangkansampellresponden yang dipakai sebanyak 60 mahasiswa dengan rincianmahasiswa Universitas Kristen (UKI) 30 orang dan Yayasan AdministrasiIndonesia (YAI) 30 orang.
Pengambilan sampellresponden dalam penelitian ini adalah denganmenggunakan desain sampling tetap (fixed sampling design), metodeyang digunakan yaitu restricted random sample, artinya sampel yangdipilih dari populasi dikelompokkan terlebih dahulu. Teknik pengambilansampel dengan multiple stage sample yang berarti sampel ditarik dari
kelompok-kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompokpopulasi menjadi sampel. Cara tersebut direalisasikan dengan equalprobability artinya dari tiap kelompok populasi dapat dimasukkan menjadisampel dan setiap anggota kelompok mempunyai probability yang samauntuk menjadi sampel. Dalam mengumpulkan data penelitian, penelitimenggunakan instrumen berupa skala model Likert dengan 4 alternatifjawaban. Skala kemampuan mengatasi konflik antar kelompok berjumlah41 item dengan nilai realibilitas 0.9409.Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 11.5yang meliputi korelasi Pearson untuk menguji validitas item, AlphaCronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, dan uji-t(t-test) untuk pengujian hipotesis penelitian.
Data yang didapat diolah dengan prosedur statistik dengan menggunakanSPSS versi 11.5 Dari uji hipotesis diketahui bahwa nilai t-hitung yangdidapat adalah sebesar -1,645 sedangkan t-tabel untuk N=60 adalah2,021 dengan taraf signifikansi 5% (-1,645 < 2,021). Dengan demikian thitung lebih keeil dari pada t tabel, artinya tidak ada perbedaan yangsignifikan antara kemampuan mengatasi konflik antar mahasiswa UKIdengan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat.
Penelitian ini dilakukan pada dua kampus/universitas yaitu UniversitasKristen Indonesia (UKI) dan Yayasan Administrasi Indonesia (YAI)Salemba Jakarta Pusat. Akan lebih lengkap dan detail apabila penelitianini dilakukan dengan penambahan metode kualitatif dan dengan mengikutsertakan universitas-universitas lainnya yang pernah terlibat konflikdengan UKIIYAI seperti Universitas Bung Karno (UBK). Penelitian inihanya mengukur satu aspek yaitu untuk melihat perbedaan kemampuanmengatasi konflik antar-kelompok saja, untuk penelitian selanjutnyadiharapkan dapat meneari pengaruh atau peranan dari kerjasama antaruniversitas, adanya kegiatan bersama dan institusi masyarakat sekitardalam meneegah konflik antar kelompok sehingga adanya satu komitmenbersama dalam menyelesaikan masalah tersebut.
(G) Daftar Pustaka, 31 buku (1980 - 2006), 2 Buletin Psikologi, dan 21Situs Website Internet
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT., Dzat yang menebarkan kasih sayang,
Dzat yang selalu memberi kepada makhlukNya meski tanpa diminta, Dzat
yang mengetahui segala gerak-gerik kita, shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada sosok pribadi mengesankan (Muhammad) SAW. yang
menjadi panutan dan tauladan umat manusia.
Perubahan adalah keniscayaan ada siang ada ma..lam, ada kehidupan ada
kematian, ada perjumpaan ada perpisahan, setelah sekian lama berada di
Iingkungan Fakultas Psikologi, namun tak terasa rasanya begitu sebentar,
akhirnya untuk mengakhiri pendidikan ini penulis menyelesaikan skripsi ini
dengan judul "Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konflik Antar
Kelompok Antara Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) Dan
Mahasiswa Universitas Persada Indonesia Vayasan Administrasi
Indonesia (UPI VAl) Salemba Jakarta Pusat".
Skripsi ini dapat selesai karena adanya dukungan dari semua pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ora. Netty Hartati, M.Si (Oekan
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus Oosen Penasehat Akademik), terima kasih kepada Oosen
Pembimbing Skripsi dan Pembantu Oekan Bidang Akademik, Ibu Ora.
Zahrotun Nihayah, M.Si, yang ditengah-tengah kesibukannya selalu
memberikan semangat, senyuman dan dorongan yang tulus kepada penulis,
demikian juga kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Bapak Ghozy Salom,
M.Si yang telah mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa
kepada semua dosen psikologi yang telah banyak memberikan makna hidup.
Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas semuanya. Cinta, kasih sayang,
ketulusan, pengorbanan dan doa yang selalu engkau berikan.
Demikian juga untuk kakakku, adik-adikku dan semua keluargaku terima
kasih, semoga Allah membalas ketulusan dan kebaikan kalian.
Kepada pengurus AI-HamZah Group, (Bapak Andi Kosala, MM, Bapak
Bambang Budiarso, MM, Bapak Adang Karyana S.SST dan lainnya) yang
telah mendidik dan membinaku, kepada arek-arek FORMALA, WASIAT,
kepada sahabat-sahabatku di Fakultas Psikologi khususnya angkatan 2002,
Ikhwan Jatibening conection, adik-adikku yang selama ini telah setia
menemaniku, untuk sahabat, ternan dan kawan-kawanku seperjuangan,
penulis mengucapkan terima kasih karena kalian telah menjaga, membantu
dan memberi banyak pelajaran hidup kepada penulis.
Untuk kawan-kawanku di UKI dan YAI dari BEMF (Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas) Ekonomi, IImu Komunikasi, Psikologi. IImu Sosial dan
Politik serta Hukum, yang tidak pernah bosan membantu penulis. Terima
kasih atas kerjasamanya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi
ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Penulis hanya dapat
mengucapkan Jazakumullah khairan katsira, semoga Allah membalas yang
lebih baik bagi kalian semua. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat
bagi semuanya. Amien.
Jakarta,4 Januari2007
Penulis
DAFTAR lSI
HALAMAN JUDUL.. ..HALAMAN PERSETUJUAN......... iiHALAMAN PENGESAHAN.............................. iiiMOnO....................................................................................... ivABSTRAKSI.... vKATA PENGANTAR...... viDAFTAR ISI................................................................................. viiiDAFTAR TABEL........................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN :.............................. 01-09
1.1. Latar Belakang Masalah................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah.. 6
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah........... 6
1.3.1. Pembatasan masalah penelitian.......... 6
1.3.2. Perumusan masalah penelitian............... 7
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................ 7
1.4.1. Tujuan penelitian.......... 7
1.4.2. Manfaat penelitian............................................... 7
1.5. Sistematika Penulisan...... 8
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA........................................................... 10-59
2.1. Konflik................................. 10
2.1.1. Pengertian Konflik...... 10
2.1.2. Pengertian Konflik Antar kelompok 11
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Konflik....... 15
2.1.4. Resolusi Konflik.................. 24
2.2. Kemampuan Mengatasi Konflik 34
2.2.1. Pola Interaksi 34
2.2.2. Pola Komunikasi...... 41
DAFTAR TABEl, SKEMA DAN GRAFIK
BAB2
2.1 Skema Penyebab Konfiik Antar Kelompok... 24
2.1 Cara mendiagnostik konfiik , 52
2.2 Bentuk pendekatan konfiik... 53
2.2 Skema kerangka berpikir. ,. 58
BAB3
3.1 Bobot nilai skala..... 66
3.2 Blue print skala kemampuan mengatasi konfiik antar kelompok....... 67
3.3 Rel/abel/tas skala mengatasi konfiik.................................................. 70
BAB4
4.1 Jumlah sampel. 72
4.2 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin, usia,
fakultas, agama, dan suku bangsa... 73
4.3 Gambaran umum responden berdasarkan alasan konfiik dan Tingkal
kemampuan mengatasi konfiik...... 76
4.4 Uji normalitas... 79
4.1 Grafik penyebaran item-item skala kemampuan mengatasi konfiik... 79
4.5 Uji homogenitas '" ,. 80
4.6 Uji-t... ... ... ... ... 81
LAMPIRAN
• Surat izin penelitian
• Foto Tawuran
• Angket penelitian
• Blue print hasil tryout kemampuan mengatasi konflik
• Blue print revisi kemampuan mengatasi konfli~
• Skor try out skala kemampuan mengatasi konflik
• Skor penelitian skala kemampuan mengatasi konflik
• Hasil uji validitas skala kemampuan mengatasi konflik
• Reliabilitas instrumen skala kemampuan mengatasi konflik
• Hasil uji-t, normalitas, homogenitas
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hidup di tengah-tengah kota metropolitan yang memiHki beragam tata nilai
(nilai sosial dan agama), latar belakang sosial dan.budaya yang berbeda,
kesenjangan ekonomi yang semakin melebar dan tingkat persaingan hidup
cukup tinggi, hal ini merupakan salah satu potensi pemicu terjadinya konflik.
Berbagai pemicu konflik lainnya yang sering terjadi seperti tidak terpenuhinya
kebutuhan (psikologis/sosial) seseorang, harapan yang terlalu besar, konsep
diri yang labil dan ketidak-seimbangan dalam menghadapi realitas hidup.
Ketika konflik antar kelompok yang tidak teratasi akan berpengaruh luas pada
aspek kehidupan lainnya, bahkan sering mendorong terjadinya perilaku
agresif dan tindak kriminal, adanya konflik antar kelompok yang tidak
terkendali dapat merugikan setiap kelompok yang sedang konflik atau
kelompok lain yang tidak terlibat dalam konflik ini seperti masyarakat
sekitarnya. Pemicu lainnya dapat berupa pola interaksi kelompok yang
ekslusif, sehingga bentuk interaksinya berupa polarisasi ketidak-percayaan
dan permusuhan yang terus-menerus terjadi diantara kelompok yang
2
berbeda atau akibat dari prasangka social dari anggota kelompok yang
merasa identitasnya terancam (www.suaramerdeka.com/harian).
Konflik antar kelompok ini banyak terjadi pada usia muda (ramaja & dewasa
dini), pemicunya lebih banyak pada perilaku kompensasi-kompensasi,
kompensasi ini bisa dari dalam diri individu (internal) atau dari luar individu
(eksternal), kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior, merupakan
salah satu pemicu terjadinya konflik ini (Kartono, 2002: 104).
Fenomena konflik mahasiswa UKI dengan mahasiswa VAl Salemba Jakarta
sepertinya menjadi "tradisi" tahunan, hampir setiap tahun terjadi konflik.
Liputan 6 menyebutkan alasan terjadi konflik tidak diketahui penyebabnya
secara jelas. namun yang memicu timbulnya konflik ini biasanya masalah
sepeleh yang bersifat individual yang dapat memicu dan mampu
menyebabkan perkelahian massal seperti ejekan antar mahasiswa (UKIIYAI),
kejadian ini sempat membuat tertutupnya jalan raya dan mengganggu
keberadaan masyarakat sekitarnya. (http://www.kompas.co.id). Tetapi dalam
(www.suarapembaruan.com) disebutkan alasan konflik adalah akibat dendam
lama. "Tawuran antar mahasiswa UKI dengan VAl dipicu dendam lama.
Mereka sudah sering tawuran". kata Wandi (35) pedagang aksesori
handphone, "Mungkin yang seniomya ingin meneruskan kebiasaan buruk itu
kepada adik-adik mereka yang baru". kata salah seorang petugas.
3
Konflik antar mahasiswa UKI dan YAI memunculkan perilaku agresif dan
cenderung pada perilaku kriminal. Diantara mereka ada yang membawa
potongan besi dan senjata tajam lainnya yang digunakan dalam tawuran itu.
Perbedaan ideologi dan keyakinan (agama) merupakan potensi timbulnya
konflik antar kelompok. Demikian juga perbedaan kebudayaan dan eksistensi
diri sebagai kelompok mayoritas atau minoritas juga rawan menimbulkan
konflik (Sanusi, 1999 : 88).
Menurut Pickering (2001) konflik bisa terjadi bila kebutuhan psikologis
seseorang terhambat, yaitu kebutuhan untuk dihargai dan memiliki harga diri.
Hal ini rawan menimbulkan konflik antar individu dan kelompok. Pada masa
dewasa dini, menurut Hurlock (1980) mereka memasuki ambang dunia
pekerjaan kehidupan (dewasa), mereka banyak mengalami ketegangan
emosional, dan kebingungan. Masa ini mereka sering melihat kehidupan
nyata orang dewasa dari sisi idealis, mereka berkeinginan kuat untuk
mengubahnya. Sedangkan menurut Robby (1992) secara psikologis, individu
berada pada tahapan dewasa dini, memiliki peluang konflik yang cukup
besar, dimana individu memiliki kebutuhan yang beragam, khususnya
kebutuhan psikologis manusia terutama pada kebutuhan sosial, sebagai motif
yang mempengaruhi perilaku individu, maka ketika kebutuhan psikologis tidak
terpenuhi akan berdampak pada perilaku agresif.
4
Beragamnya pemicu konflik antar kelompok yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat perkotaan merupakan persoalan yang layak untuk diperhatikan.
Karena secara langsung atau tidak langsung merupakan masalah sosial yang
memiliki pengaruh besar pada berbagai aspek kehidupan di lingkungan
masyarakat. Masa dewasa dini merupakan masa peralihan dan masa yang
menentukan bagi masa depan selanjutnya. Apalagi bila konflik yang terjadi
pada mahasiswa UKI dan YAI dibiarkan terus menerus akan berdampak lebih
buruk pada perilaku mahasiswa yang mengalami konflik dan pada
mahasiswa lainnya serta dapat memicu prilaku agresif.
Solusi yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak mampu meredam gejolak
konflik yang lebih besar (etniklras/agama), namun nampaknya belum berhasil
menyelesaikan permasalahan secara menyeluruh. Dari sinilah diperlukan
pemecahan konflik dari potensi mahasiswa sendiri. Modal sosial yang dimiliki
mereka serta potensi kerjasama dalam membangun kegiatan bersama masih
terbuka lebar. Disamping itu banyak pihak sebenarnya yang bisa terlibat
dalam mengatasi konflik ini, misalnya keterlibatan pihak orang tua, teman
dekat, kelompok kegiatan, pihak universitas dan masyarakat sekitarnya.
Pengaruh lingkungan pergaulan dan lingkungan universitas merupakan salah
satu faktor motif perilaku mahasiswa. Konflik yang terjadi antar kelompok
mahasiswa merupakan konflik yang sudah lama terjadi dan hampir terjadi
setiap tahun, namun sepertinya konflik ini tidak kunjung mereda.
5
Pola interaksi dan komunikasi yang menjadi tolak ukur sepertinya belum
dilakukan secara sistematis oleh kedua kelompok.
Modal sosial yang tersisa, tentu bisa dijadikan sebagai mekanisme integrasi
sosial, dan yang terpenting adalah cara menyelesaikan konflik yang mereka
gunakan. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh mahasiswa sendiri dan
bagaimana pola penyelesaian konflik yang telah dilakukan selama ini?
bagaimana peran serta pihak universitas sendiri dalam menyelesaikan
konflik? apakah mereka (mahasiswa) memahami orang di luar kelompoknya
sebagai ancaman atau ada penyebab lain yang kemudian merembet pada
konflik antar kelompok seperti pada kasus-kasus akhir-akhir ini yang ada di
Indonesia [konflik Poso/Maluku] (http://www.hamline.edu).
Disinilah peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan kemampuan
mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI
Salemba Jakarta Pusat?
6
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah yang
dijelaskan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara
mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Jakarta Pusat?
2. Apa alasan mereka melakukan konflik ini, sehingga setiap tahun terjadi
konflik antar kelompok?
3. Apakah ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok
antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Jakarta Pusat?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih spesifik dan terarah, maka peneliti membatasi dan
merumuskan pada permasalahan utama.
1.3.1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
1. Kemampuan mengatasi konflik antar kelompok
Yang dimaksud kemampuan mengatasi konflik antar kelompok adalah
kemampuan mengatasi perselisihan atau pertentangan yang dialami oleh
mahasiswa UKI dan YAI selama ini. Hal ini ditandai dengan kemampuan
mahasiswa dalam pola interaksi (Supardi, 2002), pola komunikasi (Devito,
A. 1996) dan cara (gaya) mengatasi konflik (Pickering, 2001).
7
2. Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan mahasiswa
Universitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia (UPI YAI)
Salemba Jakarta Pusat.
Peneliti membatasi pada mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat.
3. Mahasiswa
Mahasiswa yang dimaksud di sini adalah yang masih berstatus
mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat.
1.3.2. Perumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah yaitu "Apakah ada perbedaan kemampuan
mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI
Salemba Jakarta Pusat?."
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kemampuan
mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI
Salemba Jakarta Pusat.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Dari hasH penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
Dapat bermanfaat bagi pengembangan teori psikologi, khususnya dalam
pengembangan psikologi sosial.
2. Secara Praktis
a. Bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat, khususnya
bagi mahasiswa terkait (UKI dan YAI), pen€lelola universitas, dosen
terkait dan pemerhati permasalahan sosial dan psikologi.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan perbandingan
untuk peneliti yang tertarik di bidang psikologi sosial atau
permasalahan sosial serta untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulis menggunakan pedoman penyusunan penulisan skripsi Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasil penelitian ini disusun menjadi lima Bab, dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
Bab 1 PENDAHULUAN, meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah Penelitian, Perumusan Masalah
Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika
Penulisan.
8
9
Bab 2 KAJIAN PUSTAKA, meliputi landasan Teori Konflik, Pengertian
Konflik, Pengertian Konflik Antar Kelompok. Faktor-Faktor Yang
Menyebabkan Konflik Antar Kelompok, Resolusi Konflik.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Mengatasi Konflik,
Pola Interaksi, Pola Komunikasi Dan Gaya (Pendekatan) Mengatasi
Konflik.
Pola Mahasiswa Dalam Mengatasi Konflik
Kerangka Berfikir, dan Hipotesa.
Bab 3 METODE PENELITIAN, meliputi Pendekatan dan Metode Penelitian,
Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, Instrumen
Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan Analisa Data, Prosedur
Penelitian.
Bab 4 HASIL PENELITIAN, meliputi Gambaran Umum Subyek, Presentasi
Data, dan Uji Hipotesis.
Bab 5 PENUTUP meliputi Kesimpulan, Diskusi dan Saran.
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konflik
2.1.1. Pengertian Konflik
Dalam buku Chaplin (2000) konflik adalah adanya dua atau lebih motif secara
bersamaan yang antagonis (saling bertentangan). Sudarsono (1993)
mengartikan konflik adalah pertentangan atau percekcokan. Satu keadaan
dimana individu atau kelompok dihadapkan pada dua atau lebih pilihan atau
tujuan dan individu tersebut harus memilih satu diantara beberapa pilihan.
Dalam pandangan kedua tokoh di atas bahwa konflik berarti adanya
pertentangan atau perselisihan baik dalam diri seseorang. dengan orang lain
maupun antar kelompok. Demikian juga menurut Caiman (2001) konflik
adalah "the situation that exist when two contradictory tendencies oppose
each other in a person's mind". Caiman lebih cenderung mengartikan konflik
pada pertentangan dalam diri seseorang sendiri. Sedangkan Webster yang
dikutip oleh Pickering (2001) menjelaskan konflik sebagai berikut :
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu
sama lain.
2. Perselisihan akibat kebutuhan. dorongan. keinginan atau tututan yang
bertentangan.
11
2.1.2. Pengertian Konflik Antar Kelompok
Menurut Irfan dan Chaeder (2006) konflik adalah hubungan antara dua pihak
atau lebih, baik individu maupun kelompok yang merasa memiliki
kepentingan-kepntingan yang tidak sejalan. Dengan demikian kepentingan
kelompok yang berbeda akan timbul konflik. Sedangkan menurut Ritha F.
(2003) konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), akibat adanya
ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan
lain diantara dua pihak. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara
kedua belah pihak, sampai kepada tahap dimana pihak-pihak yang terlibat
memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu
tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Pickering (2001) sendiri mengartikan konflik adalah adanya beberapa pilihan
yang saling bersaing atau tidak selaras. Di buku konflik dalam hidup sehari
hari (1992) menurut Wehn bahwa konflik adalah suatu konsekuensi dari
komunikasi yang buruk, salah pengertian, salah perhitungan dan proses
proses lain yang tidak disadari. Sedangkan Robby I. Chandra (1992) sendiri
mengidentifikasi tipikal konflik sebagai berikut :
1. Ketegangan yang diekspresikan, konflik terjadi bila pihak-pihak yang
terlibat melihat bentuk sikap atau tindakan dalam hubungan yang bisa
diangap sebagai tindakan konflik.
2. Sasaran atau kebutuhan yang berbeda, konflik terjadi karena adanya
12
tabrakan atau benturan tujuan atau cara pemenuhan kebutuhan.
3. Adanya penghambat, yaitu penghambat dari pihak lain dalam meneapai
tujuan, akan berakibat timbulnya konflik.
4. Saling ketergantungan dan saling mempengaruhi.
Pengertian kelompok menurut Bales dalam Hamdani Yasun (2003)
menyebutkan kelompok merupakan sejumlah orang yang menerima kesan
atau persepsi mengenai anggota yang lain berbeda-beda, sehingga reaksi
kepada setiap anggota yang lain akan berbeda pula meskipun kesan itu
berupa ingatan tentang keberadaan anggota lain.
Me. David dkk. (1968) mengartikan kelompok adalah suatu sistem yang
terorganisir yang terdiri dua orang atau lebih yang saling berhubungan
sehingga dapat melaksanakan fungsi dan peran anggotanya.
Soekanto (1986) memandang kelompok merupakan hubungan individu,
adanya kesadaran akan manfaat bersama. Sedangkan Hamdani Yasun
(2003) sendiri mengungkapkan kelompok terdiri dari dua orang atau lebih
yang saling berinteraksi atau saling mempengaruhi sehingga terjadi
perubahan perilaku.
Kelompok sosial menurut Biersted dalam Sunarto (2000) fenomena
perkelahian antar kelompok seperti konflik mahasiswa YAI dan UKI
13
dikategorikan sebagai kelompok asosiasi (associational group) kelompok ini
biasanya memiliki kesadaran jenis, persamaan kepentingan dan adanya
kontak dan komunikasi antar anggotanya.
Sumner (1940) memberikan identifikasi mengenai kelompok yaitu ada in
group dan out-group, ada kecenderungan dikalangan anggota kelompok (in
group) ada kerjasama, persahabatan, keteraturan·namun ketika melihat
kelompok luar (out-group) cenderung ditandai dengan kebencian,
permusuhan dan konflik. Hal ini akibat dari berkembangnya perasaan
kelompok (in-group feeling) yang kuat, yang terwujud dalam solidaritas,
kesetiaan, pengorbanan namun sikap terhadap kelompok luar
mengembangkan sikap permusuhan.
Pengertian konflik antar kelompok merupakan konflik massal antara satu
kelompok dengan kelompok lain, hal ini memiliki arti penyesuaian diri
terhadap kelompoknya, dimana individu merasa aman dan terlindungi.
Individu merasa memiliki peranan yang diharapkan oleh kelompoknya,
kelompok dijadikan pijakan dasar sebagai martabat dan harga diri. Sehingga
kesadaran individu mamiliki arti, maka tumbuhlah proses identifikasi terhadap
kelompok sendiri, secara perlahan-Iahan dapat memunculkan rasa aku
sosial, dengan bentuk sikap, kebiasaan, sentimen, cara berf/kir dan pola
tingkah laku tersendiri (Kartono, 2002 : 108).
14
Perkelahian mahasiswa UKI-YAI memang kerap terjadi antara kedua kampus
yang saling berdekatan tersebut dan seperti menjadi kebiasaan tahunan pada
penerimaan mahasiswa baru, penyelesaian dan pemecahan masalah yang
dilakukan oleh pihak rektorat dari kedua belah pihak terbukti belum
menuntaskan konflik ini, bahkan polisi sudah dilibatkan dalam menangani
konflik ini, sebagai mana yang dikutip oleh (http://www.liputan6.com/view)
menyebutkan "sejauh ini polisi tefah bekerja sama dengan pihak rektorat dan
mahasiswa dari kedua universitas itu untuk menjaga keamanan dan
ketertiban ".
Adanya satu kesatuan masing-masing kelompok dan pengakuan menyatu
dari suatu kelompok menjadi dukungan moril tersendiri bagi mahasiswa,
maka ketika terjadi konflik yang melibatkan kelompoknya, individu terpanggil
sebagai bagian dari komunitasnya, dan hal ini memberikan arti (memainkan
peranan kelompoknya), perkelahian massal antar kelompok merupakan
pengalaman yang memberikan semangat hidup tersendiri bagi mahasiswa,
khususnya mahasiswa yang merasa bangga akan peranan besar untuk
kelompoknya, lebih-Iebih bila ditonton oleh orang banyak.
Menurut Kartono (2002) kegemaran perkelahian massaI antar kelompok
mencerminkan dua peristiwa penting :
1. Merupakan cerminan miniatur dari perilaku masyarakat orang dewasa
15
pada saat sekarang.
2. Sebagai pelampiasan dan peningkatan ambisi dan reaksi-frustrasi negatif,
juga pelampiasan tekanan psikologis.
Oari beberapa pendapat, maka pengertian konflik antar kelompok berarti
pertentangan kepentingan, kebutuhan dan motif yang melibatkan satu atau
lebih komunitas terhadap komunitas yang lain dalam bentuk sikap, ucapan
dan perilaku. Hal ini penulis gunakan merujuk pada konteks realitas konflik
(pertentangan) massal yang telah terjadi dari fenomena konflik antar
kelompok antara mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat dan dari
penelitian M. Hasballah (2003) yang meneliti perkelahian antar pelajar, potret
siswa SMU yang ada di OKI Jakarta.
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Konflik
Oalam pandangan Ichsan Malik (2005) teori tentang prasangka, dan
stereotip, pada dasarnya dapat menjelaskan tentang sumber terjadinya
konflik. Ketika interaksi antar individu, ada kecenderungan untuk mengambil
jalan pintas dalam mempersepsi seseorang atau kelompok, dengan cara
memberikan "label" tertentu kepada individu lain berkaitan dengan sifat-sifat
yang khas yang seakan-akan menempel pada individu atau kelompok.
Persepsi yang salah ini atau label yang diberikan sesuai sifat disebut sebagai
16
stereotip yang memunculkan penilaian yang tidak memiliki dasar obyektif dan
pengambilan dengan cermat. Akibatnya terjadi penyimpangan pandangan
yang obyektif serta terjadi generalisasi. Kecenderungan generalisasi akan
memberikan dampak negatif jika sasaran prasangka adalah kelompok
minoritas, karena akibatnya adalah tindakan diskriminasi. Sedangkan
Realistic Conflict Theory (ReT) dari Muzafer Sherif (1970) menyatakan
bahwa dalam hubungan antar dua kelompok selalu terdapat kepentingan
yang berbeda, akan terjadi upaya dari satu kelompok meraih keuntungan
yang sebesar-besarnya dengan mengorbankan kelompok lainnya.
Persaingan terjadi karena ada keterbatasan atau kelangkaan sumberdaya
yang diperebutkan oleh kelompok.
Konflik terjadi disebabkan adanya penegasan individualisme. Konflik itu
sebagai bentuk prates yang berlandaskan rasa frustasi terhadap kurangnya
kesempatan untuk perkembangan dan kurangnya pengakuan identitas.
Bentuk tersebut dapat berupa ketegangan, atau kekerasan dari persoalan
kelas, status, etnik, agama, atau nasionalisme, bahkan berurusan dengan
soal-soal kebutuhan yang mendasar (www.manajemenkonflik.com).
Dalam sebuah situs (www.suaramerdeka.com/harian) menurut Kartikasari
(2001 : 8) memahami penyebab konflik di tengah-tengah masyarakat itu ada
beberapa alasan, antara lain:
17
Pertama, teori hubungan masyarakat. Memiliki pandangan bahwa konflik
yang sering muncul di tengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus
terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara kelompok yang berbeda.
Kedua, teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras di
masyarakat tidak lain disebabkan identitas yang terancam, yang sering
berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak
terselesaikan dan rendahnya penghargaan terhadap yang lain.
Ketiga, teori kesalahpahaman antar-budaya. Teori ini melihat konflik
disebabkan ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara
berbagai budaya yang berbeda. Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu
membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya.
Keempat, teori transformasi sosial yang memfokuskan pada penyebab terjadi
konflik adalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Konflik bisa muncul dari perasaan tentang apa yang benar dan apa yang
salah, dan predisposisi untuk bertindak positif maupun negatif terhadap suatu
kejadian, dapat dengan mudah menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai
yang dipegang dapat menciptakan ketegangan-ketegangan di antara
individual dalam suatu kelompok. Konflik muncul karena adanya perbedaan
yang sangat besar antara kebutuhan dan kepribadian setiap orang, yang
bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan antar pribadi dan kelompok.
18
Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik Sejalan
dengan meningkatnya asosiasi diantara pihak-pihak yang terlibat, semakin
mengikat pula terjadinya konflik. Dalam bentuk interaksi yang aktif dan
kompleks seperti pengambilan keputusan bersama (joint decision-making),
potensi terjadinya koflik bahkan semakin meningkat (Ritha F., 2003).
Menurut Pickering (2001) faktor yang menyebabkan konflik adalah karena
pengalaman, minat, tujuan atau nilai yang dimiliki bertentangan satu sama
lainnya, hal ini menciptakan perbedaan mengenai apa yang diharapkan,
diucapkan dengan apa yang akan dilakukan untuk mewujudkannya. Konflik
antar kelompok merupakan pertentangan antara dua kelompok yang melatar
belakanginya adalah pencapaian kebutuhan psikologis yang tidak sesuai,
kebutuhan ini berupa kebutuhan sosial, kebutuhan sosial yaitu kebutuhan
ketika menjalani interaksi dengan kelompok lain:
1. Kebutuhan untuk dihargai
2. Kebutuhan ingin menguasai atau mengendalikan
3. Kebutuhan akan harga diri
4. Kebutuhan untuk konsisten
Menurut Abdul Salam (2003) Untuk menjelaskan penyebab konflik, ada
beberapa teori. Teori frustrasi-agresi mengungkapkan bahwa semua agresi,
baik antar individu/kelompok maupun antar bangsa, berakar pada rasa
19
frustasi pencapaian tujuan salah satu atau lebih. Artinya, konflik itu dapat
ditelusuri pada tidak tercapainya tujuan pribadi atau kelompok dan rasa
frustasi yang ditimbulkannya. Sedangkan teori identitas sosiallebih
menekankan pada menyederhanakan hubungan eksternal. Lebih jauh lagi,
ada kebutuhan manusia untuk memiliki rasa harga diri (self esteem and self
worth) yang ditransfer ke dalam kelompok sendiri. Hal ini juga berguna untuk
menata lingkungan dengan perbandingan sosial antar kelompok. Konsep
dalam kelompok (ingroups) dan luar kelompok (outgroups) merupakan uraian
tentang proses yang menempatkan individu dalam kelompok dan pada saat
yang sama menempatkan kelompok dalam individu. Hubungan-hubungan
kelompok adalah akar dari masalah-masalah berbagai konflik. Tidak
diragukan lagi bahwa system yang tidak stabil dari perpecahan sosial antara
kelompok mayoritas dan minoritas lebih mungkin dipandang tidak sah
(illegitimate) yang akan mengandung benih-benih ketidakstabilan.
Teori sistem musuh memandang akar konflik berasal dari persaingan
kelompok dan perebutan kekuasaan serta sumber-sumber kebutuhan.
Asumsi-asumsi ini menggambarkan pada factor-faktor motivasi sadar dalam
lingkungan yang berorientasi material. Akibatnya, salah satu tujuan utama
konflik adalah berusaha menguasai. Kelompok berusaha menguasai agar
dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya, biasanya dengan
merugikanlmerusak kelompok-kelompok pesaingnya. Konflik atas
20
penguasaan seringkali dipandang sebagai zero sum conflict. Artinya,
kemenangan suatu kelompok berarti kekalahan kelompok yang lain. Konflik
seperti ini bukan sama-sama menang (win-win) untuk kedua kelompok. Rasa
frustasi tidak bisa memenuhi kebutuhan primordial ini mengarah pada agresi
dan akhirnya terjadilah konflik.
Pickering (2001) menambahkan adapun reaksi lesih lanjut tentang kebutuhan
yang diperoleh seseorang sebagai berikut :
a. Membalas, membalas merupakan perilaku seseorang yang menyebabkan
kepuasan sementara namun menyimpan konflik yang lebih besar.
b. Menguasai, reaksi ini bersifat memaksakan kehendak, sebagai tindakan
mengamankan dan penyelamatan tapi umumnya berakibat merusak
hubungan jangka panjang.
c. Menghindar atau mengucilkan diri, reaksi tidak menanggapi situasi yang
timbul adalah cara yang cukup baik, akan tetapi satu hal yang perlu
diingat yaitu tidak menjadi tekanan psikologis dalam diri sendiri tapi
terkadang akan menjadi "boom" yang sewaktu-waktu akan merusak atau
meledak.
d. Kerja sama, yaitu membawa persoalan ke hadapan semua fihak yang
terlibat atau yang berkempentingan untUk diselesaikan dan dibahas
bersama-sama, sehingga seseorang akan menyadari kekurangan dan
memahami persoalan secara jelas.
21
Andi Widjajanto (2004) menyebutkan penyebab konflik dari beberapa
pandangan (teori), yang melandasinya sebagai berikut :
Teori hubungan masyarakat, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh
polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara
kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sedangkan teori negosiasi
prinsip, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak
selaras dan perbedaan pandangan tentang konfli~ oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik.
Teori kebutuhan manusia, berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam
disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental, dan sosial) yang
tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi,
dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. Demikian juga teori
identitas, berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang
terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di
masa lalu yang tidak diselesaikan
Teori kesalah-fahaman antar budaya, menganggap bahwa konflik disebabkan
oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya
yang berbeda. Dan teori transformasi konflik, berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang
muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
22
Dalam pandangan A. Devito (1997) penyebab rusaknya hubungan antar
individu dan kelompok atau kemungkinan terjadinya konflik adalah :
1. Penyebab konflik bisa bersifat berangsur-angsur atau mendadak.
2. Bila terjadi hubungan yang tidak produktif baik untuk salah satu pihak atau
keduanya.
3. Daya tarik meluntur, alasan untuk terus menjaga hubungan telah luntur.
4. Hubungan yang tak terkatakan, kadang-kadang harapan atau keinginan
satu pihak dengan pihak lain tidak tercapai dan sering tidak menjadi
kanyataan.
Penyebab konflik menurut Dean Pruitt dan Rubin (2004) adalah :
1. Prestasi masa lalu, aspirasi akan bangkit ketika prestasi naik, jatuh atau
menurun yang menyebabkan orang akan memiliki harapan ketika terjadi
hal tersebut, sehingga aspirasi meningkat dan alternatif tidak mampu
memuaskannya maka timbul konflik
2. Adanya persepsi mengenai kekuasaan, hal ini terjadi sebagai akibat dari
adanya ambiguitas mengenai sifat kekuasaan, atau menganggap sesuatu
yang berharga, sehingga setiap pihak merasa berhak dan lebih kuat untuk
mendapatkannya.
3. Adanya aturan atau norma, secara konstan kelompok akan
mengembangkan aturan untuk mengatur perilaku anggotanya supaya ada
keselarasan, namun bila norma berubah dan mengalami penurunan
23
fungsi maka konflik akan cepat terjadi.
4. Perbandingan dengan orang lain, sering seseorang atau kelompok yang
mengidentifikasikan dengan orang atau kelompok lain, sehingga
mengakibatkan adanya perbedaan kemajuan, atau prestasi maka akan
menstimulasi peningkatan aspirasi yang cenderung mengarah ke konflik.
5. Terbentuknya kelompok pejuang, hal ini banyak mengarah pada penilaian
tentang suatu nlai yang dianut oleh seseorang.atau kelompok merasa
lebih baik atau lebih benar sehingga yang lain salah dan harus diperbaiki
hal ini yang akan cepat memicu konflik.
Menurut Kartono (2002) penyebab terjadinya perkelahian (konflik) antar
kelompok ada dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksterna!.
Pertama, faktor internal merupakan faktor dari proses internalisasi-diri yang
keliru merespon peristiwa penyimpangan perilaku sosial yang ada di tengah
tengah masyarakat. Hal ini bentuk dari ketidakmampuan mereka beradaptasi
dengan Iingkungan, sehingga melakukan perilaku mekanisme pelarian dan
pembelaan diri yang salah dan irrasional, muncul kemudian perilaku mal
adaptif, agresi, pelanggaran terhadap norma sosial, hukum dan kebiasaan
perkelahian. Kedua, faktor eksternal, dikenal dengan pengaruh luar
(lingkungan), dan sosia!. Hal ini berupa semua stimulus (rangsangan) dan
pengaruh diluar dirinya yang menimbulkan tingkah laku tertentu (tindak
kekerasan, kejahatan, dan perkelahian massal).
24
Kartono (2002) menggambarkan perkelahian massal antar kelompok sebagai
2.1.4. Resolusi Konflik
Menurut Burton dalam Abdul Salam (2003) resolusi konflik artinya
menghentikan konflik dengan cara-cara yang analitis dan masuk ke akar
permasalahan. Dalam pandangan pihak-pihak yang terlibat, merupakan
solusi permanen terhadap suatu masalah. Resolusi konflik bersifat dalam
jangka panjang, suatu proses perubahan politik, social, dan ekonomi.
Resolusi konflik adafah suatu proses analisis dan penyelesaian masalah yang
mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu dan kelompok seperti
identitas dan pengakuan, juga perubahan-perubahan institusi yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar.
25
Teori kebutuhan manusia John Burton (1990), teori ini menekankan bahwa
manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk
memelihara masyarakat yang stabil. Keterlibatan manusia dalam situasi
konflik mendorongnya berjuang pada setiap tataran sosial untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan primordial dan universal, kebutuhan seperti keamanan,
identitas, pengakuan, dan perkembangan. Mereka terus berusaha menguasai
Iingkungannya yang diperlukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan
kebutuhan ini.
Ada nilai-nilai atau kebutuhan manusia universal yang mendasar yang harus
dipenuhi jika ingin menciptakan masyarakat yang stabil, apalagi dalam
masyarakat yang multi etnik ketidakstabilan dan konflik tidak bisa dihindari,
kecuali jika kebutuhan identitasnya terpenuhi dan dalam setiap sistem
sosialnya ada keadilan yang merata, rasa penguasaan, serta kemungkinan
memperoleh semua kebutuhan sosial lainnya. Karena setiap kelompok yang
bertikai berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Maka perlu aturan main,
dimana kebutuhan-kebutuhan ini tidak dipenuhi dengan cara mengorbankan
kelompok lain, tetapi diwujudkan bersamaan dengan pemenuhan kebutuhan
kelompok lainnya. Kebutuhan-kebutuhan ini tidak ekslusif bagi kedua pihak
atau diperoleh dengan mengorbankan pihak lain. Namun perlakuan seperti ini
hanya untuk sementara menghentikan permusuhan, yaitu dengan cara
memberikan keseimbangan antara budaya, bahasa, agama dan simbol-
26
simbol etnik lainnya yang bersifat lokal di satu pihak dan yang bersifat
nasional di lain pihak. Salah satu solusi yang sangat penting adalah
kelompok-kelompok itu menyelesasikan masalahnya sendiri secara analitis,
didukung oleh pihak ketiga yang bertindak sebagai fasilitator dan bukan
penguasa. Tujuan proses ini adalah untuk memungkinkan partisipan konflik
memahami bahwa semua partisipan mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang
sah yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan konflik itu.
Pendekatan-pendekatan lain seperti berdialog antar kelompok, hanya akan
berjalan jika pihak-pihak yang berkonflik setuju untuk bernegosiasi dan
mempunyai sesuatu yang nyata yang dapat mereka tawarkan (bargain).
Untuk itu perlu memahami sifat dan ruang lingkup konflik, tetapi tujuannya
adalah menggunakan analisa ini untuk menyelesaikan konflik. Cara diplomasi
dilakukan dengan interaksi tidak resmi dan tidak formal antara anggota
anggota kelompok yang bertikai yang bertujuan mengembangkan strategi
strategi, mempengaruhi pendapat umum, dan mengorganisasikan sumber
sumber materi manusia dengan cara-cara yang mungkin membantu
menyelesaikan konflik. Harus dipahami bahwa Diplomasi sama sekali bukan
pengganti untuk hubungan resmi dan formal. Apalagi jika konflik yang tidak
berdasarkan kepentingan material, tetapi berdasarkan kebutuhan, terutama
kebutuhan yang berkenaan dengan identitas kelompok etno-nasional atau
komunal. Seperti golongan identitas, baik yang dibentuk berdasarkan agama,
27
etnik, ras, budaya, atau ciri-ciri lainnya. Kelompok akan bertindak untuk
memperoleh dan menjamin identitas mereka di dalam masyarakat. Ketika
keamanan fisik dan ekonomi, partisipasi politik, dan pengakuan dari golongan
lainnya ditolak, identitasnya yang penting itu hilang, dan mereka akan
melakukan apa saja dalam wewenang kekuasaan untuk merebutnya kembali.
Singkatnya, inilah awal dari konflik sosial yang berlarut-Iarut.
Dalam pandangan Abdul Salam (2003) cara lainnya adalah diplomasi,
diplomasi dengan proses tiga tahap, yang memungkinkan perwakilan
perwakilan kelompok bekerja ke arah penyelesaian konflik intergroup dalam
lingkungan yang tidak mengancam, tidak menekan, dan tidak konfrontasi.
Proses tiga tahap itu adalah, tahap pertama, berupa serangkaian lokakarya
atau forum tentang penyelesaian masalah. Lokakarya-Iokakarya ini dirancang
untuk membawa orang-orang berpengaruh dari kedua kelompok yang
sedang konflik, tetapi bukan para pengambil keputusan utama, bersama
sama meneari cara-cara alternatif yang membatasi konfliknya. Tujuannya
adalah untuk merubah persepsi mereka mengenai konflik dari habis-habisan
(zero-sum) ke sama-sama menang (win-win). Hal ini bisa dieapai melalui
proses pertemuan yang difasilitasi sebagai bagian dari lokakarya. Lokakarya
ini difasilitasi oleh sebuah panel para ahli tentang psikologi konflik intergroup
dan tentang pokok-pokok konflik yang dibahas. Para fasilitator tidak berusaha
memaksakan atau bahkan menawarkan solusi untuk (mengakhiri) konflik,
28
namun tujuannya sekedar untuk memudahkan komunikasi dan seeara halus
membimbing para peserta ke arah perubahan sikapnya (attitude) dan
persepsi tentang dirinya sendiri. Melalui perubahan ini akan muncul
kemampuan melihat konflik dalam bingkai baru (new term). Dari hasil
pertemuan tidak resmi ini membukakan jalan bagj negosiasi-negosiasi resmi
dengan memulai perubahan sikap (attitude) pendapat umum dan para
pengambil keputusan, diperlukan lokakarya yang terdiri, pertemuan pleno,
atau kelompok kecil selama beberapa hari. Pertemuan-pertemuan resmi ini
ditunjang dengan aeara-aeara social informal seperti makan malam dan
tamasya.
Setelah mendefinisikan kembali konflik dalam rumusan ini, diharapkan bisa
mulai menearj solusi yang akan membolehkan satu pihak menyatakan
identitas tanpa membahayakan pihak lain, dengan mengedepankan kejujuran
(veracity) persepsinya, menggunakan komunikasi massa, media massa,
jurnal-jurnal lainnya yang ikut dalam penyebaran transformasi pendapat
umum untuk mempengaruhi massa. Namuan tindak lanjut yang nyata dibuat
dalam proses ketiga yaitu pembangunan kerjasama sosial ekonomi,
membangun kerjasama sosial ekonomi yang memiliki tujuan untuk
meringankan penderitaan material dari kelompok-kelompok yang
bermusuhan. Usaha inj biasanya diarahkan kepada kelompok yang secara
historis menjadi korban dan terpinggirkan, usaha ini untuk memenuhi
29
kebutuhan dasar pihak yang menjadi korban, bisa juga dengan melibatkan
jalur komunal, memulai dengan memberi pekerjaan atau kerjasama.
Perubahan-perubahan ini penting sekali untuk menciptakan lingkungan yang
lebih positif dimana negosiasi-negosiasi yang substansial dapat terjadi.
Pendekatan internal memberikan pemahaman tentang konflik yang lebih baik
dan ada kesepakatan mengenai sebab-sebab konflik.
Menurut Simon Fisher dalam Widjajanto (2004) langkah-Iangkah untuk
resolusi konflik adalah :
1. Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok
kelompok yang mengalami konflik. Mengusahakan toleransi dan agar
masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.
2. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan
perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan
mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan
kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap.
Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang menguntungkan
kedua belah pihak atau semua pihak.
3. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan
mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan
menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
30
Agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk
memenuhi kebutuhan dasar semua pihak.
4. Melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami
konflik mereka diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan
ketakutan yang mereka rasakan masing-masing dan untuk membangun
empati dan rekonsiliasi di antara mereka. Meraih kesepakatan bersama
yang mengakui kebutuhan identitas pokok semua pihak.
5. Menambah pengetahuan pihak-pihak yang mengalami konflik mengenai
budaya pihak lain. Mengurangi stereotip negatifyang mereka miliki
tentang pihak lain. Meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.
Mengubah berbagai struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan
ketidaksetaraan dan ketidakadilan, termasuk kesenjangan ekonomi.
Meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang diantara pihak
pihak yang mengalami konflik. Mengembangkan berbagai proses dan
sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan , perdamaian,
pengampunan, rekonsiliasi dan pengakuan.
Ichsan Malik (2003) menjelaskan resolusi konflik dengan beberapa teori, teori
realistic conflict dari Muzafer Sherif (1970), memandang proses kerjasama,
merupakan solusi untuk menyelesaikan konflik antar kelompok, yaitu dengan
menciptakan tujuan (goal) bersama yang menyangkut kepentingan bersama
(superordinate goal). Sementara Morton Deutsch (1973) menyumbangkan
31
idenya tentang resolusi konflik dan rekonsiliasi. Dengan mengetahui kadar
dan permainan konflik sendiri. Konflik dengan kadar kompetisi yang sangat
tinggi cenderung akan menjadi destruktif, sementara konflik dalam iklim
kooperasi yang tinggi justru akan menjadi konstruktif. Menurut teori ini tujuan
utama dari resolusi konflik adalah bagaimana mengubah dinamika konflik dari
yang kompetitif menjadi yang lebih kooperatif.
Untuk melakukan resolusi konflik maka yang harus diupayakan pertama kali
adalah terciptanya kondisi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonflik
untuk saling memenuhi kebutuhan-kebutuhannya secara konstruktif. Untuk
mengurangi timbulnya kekerasan dan konflik terbuka perlu dilakukan langkah
"provention"yaitu suatu upaya untuk menghilangkan sumber konflik dan
secara lebih proaktif mempromosikan Iingkungan yang positif untuk
memungkinkan masyarakat secara konstruktif memenuhi kebutuhan
kebutuhannya.
Herbert Kelman (1990) memperkenalkan teknik lokakarya sebagai solusi
dalam penyelesaian konflik. Lokakarya mengandalkan kepada proses
mediasi non-formal oleh pihak ketiga yang disebut sebagai fasilitator dalam
mempertemukan orang-orang yang berpengaruh pada kelompok-kelompok
yang berkonflik. Tujuan utama dari lokakarya mencapai kesepahaman timbal
balik, mengubah persepsi dan sikap terhadap konflik, serta pacta akhirnya
32
mengubah pola hubungan diantara pihak yang berkonflik. Lebih lanjut
Kelman mengatakan bahwa perubahan pola hubungan akan membuka jalan
untuk penyelesaian konflik yang lebih konstruktif. Hal ini menekankan bahwa
yang terpenting adalah pemenuhan kebutuhan kolektif, bukan pemenuhan
kebutuhan individu partisipan.
Langkah selanjutnya meneiptakan kondisi rill dalam kehidupan sehari-hari,
tahap pertama, adalah membangun kesadaran kritis, proses dan media yang
digunakan adalah media lokakarya kritis yang berupaya untuk membongkar
sumber konflik, melakukan identifikasi dari para pelaku yang terlibat,
mengukur kapasitas bersama untuk meneari solusi melalui berbagai analisis,
serta membuat perencanaan untuk kerja bersama.
Tahap kedua, dengan modalitas kesepakatan minimal yang telah dibuat pada
saat lokakarya. kedua belah pihak yang berkonflik dan para korban kemudian
melakukan konsolidasi didalam kelompoknya masing-masing, termasuk
kepada kelompok yang bukan merupakan pelaku dan korban langsung.
Biasanya berupa sosialisasi sumber konflik. serta diskusi peluang dan
ancaman yang ada bila akan mengambil ki?putusan untuk mengambil
alternatif lain selain melanjutkan konflik. Proses sosialisasi dilakukan seeara
bertingkat-tingkat. sehingga akhirnya seluruh pihak yang terlibat baik
33
langsung maupun tidak langsung telah mendapatkan informasi, dan mulai
terbuka kesadarannya.
Tahap ketiga, adalah negosiasi atau berunding antara kedua belah pihak
yang berkonflik untuk memecahkan masalah, mengambil pilihan yang terbaik
untuk pemecahan masalah, serta mengambil keputusan untuk menetapkan
langkah-Iangkah ke depan untuk mencegah agar konfiik tidak terulang
kembali. Negosiasi mensyaratkan kesadaran kritis dari kedua belah pihak
perihal sumber konflik, serta mensyaratkan kapasitas atau kekuatan yang
berimbang dari kedua belah pihak yang sedang melakukan perundingan.
Negosiasi harus menolak intimidasi, atau represi dari pihak-pihak yang
sedang bernegosiasi .
Proses selanjutnya melakukan intervensi, yaitu mencari bahasa yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Langkah ini untuk
melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat menjamin konsistensi dari
proses intervensi yang dilakukan, sehingga program dapat terus
berkelanjutan, proses ini berupaya melibatkan seluruh kelompok masyarakat
yang menjadi korban maupun kelompok yang terlibat dalam konflik.
Komponen masyarakat seperti pimpinam konflik, jurnalis, serta lembaga
lainnya yang representatif.
34
2.2. Faktor Mempengaruhi Kemampuan Mengatasi Konflik
2.2.1. Pola Interaksi
Manusia tidak pernah dapat hidup seorang diri sejak kehadirannya di muka
bumi, manusia harus hidup berkelompok dan membina kerjasama dalam
menghadapi tantangan beradaptasi terhadap Iingkungannya, setiap individu
tidak bebas dari dan senantiasa terlibat dalam interaksi sosial dengan.
sesama warga kelompoknya. Sejak dini. setiap individu mulai belajar tentang
berbagai kedudukan dan peran-peran sosial yang melandasi pola-pola
interaksi sosial dalam lingkungannya. Pada waktunya ia pun harus mampu
memainkan peran-peran sosial sesuai dengan kedudukan-kedudukan sosial
yang disandangnya. Keterlibatan dalam interaksi sosial dalam sebagian
besar waktunya, tanpa disadari telah memperkuat kesadaran akan identitas
kelompoknya yang membedakan dengan kelompoknya lainnya.
Dengan demikian, setiap aksi yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
kelompok sosial akan mengandung reaksi dari pihak lain, dan aksi serta
reaksi yang berlangsung antar dua individu atau lebih itu akan mewujudkan
interaksi sosial dalam kelompoknya. Betapapun kecilnya suatu kelompok
sosial, senantiasa menunjukkan adanya struktur atau pola-pola interaksi
antar sesama anggotanya (www.paskaI8.com).
Pola-pola interaksi telah mengembangkan pola-pola interaksi yang membaku,
35
sehingga dapat menjamin ketertiban interaksi sesama anggota kelompok.
Sebagaimana halnya dengan kebutuhan akan identitas individu dalam
penataan kehidupan bermasyarakat, setiap kelompok sosial juga
memerlukan identitas kolektif (group identity) sebagai sarana penataan sosial
(organizing reference) untuk mempermudah pergaulan Iintas kelompok sosial
kesadaran menjadi anggota kelompok itu menjamin rasa aman atau setidak
tidaknya kenyamanan bagi yang bersangkutan, betapapun masing-masing
suku bangsa merasa bahwa mereka memiliki simbol-simbol tertentu yang
diyakini perbedaannya dengan simbol-simbol sukubangsa lainnya, dan
berfungsi sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial
mereka. Walaupun demikian, sesungguhnya kesetiakawanan sosial antar
sesama warga sesukubangsa (www.paskaI8.com).
Musthafa Fahmi (1982) memandang bahwa manusia berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan Iingkungan sekitarnya agar bisa bertahan dan
tetap hidup. Penyesuaian diri merupakan interaksi yang berlangsung terus
menerus dan bersifat timbal balik dengan Iingkungan sekitarnya, sebagai
pemenuhan kebutuhan penyesuaian diri sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk mengatur keharmonisan dalam berhubungan dengan
orang lain maka dibuat norma, dengan norma ini setiap individu diharapkan
dapat memberikan respon dan mampu melakukan kemampuan penyesuaian
diri dengan baik.
36
Kemampuan menyesuaikan diri berarti mampu meyesuaikan diri dengan
Iingkungan dengan akrab, dekat dan satu kesatuan dengannya. Sehingga
mampu mengubah tingkah laku yang sesuai dan selaras antar diri sendiri
dengan lingkungan, sedangkan Hurlock (1980) memberikan rumusan tentang
penyesuaian diri sebagai kemampuan menyesuaikan diri terhadap orang lain
secara umum maupun terhadap kelompoknya, dan ia mampu
memperlihatkan sikap, tingkah laku yang menyenangkan, sehingga dapat
diterima oleh kelompok dan Iingkungannya. Ragam pola-pola interaksi di
masa lampau yang meninggalkan bekas-bekas yang positif maupun negatif,
Konsep ketegangan inilah yang selanjutnya akan memainkan peranan
penting dalam menciptakan arena sosial yang dapat menjamin kebutuhan
akan rasa aman anggota kelompoknya, bebas dari kecurigaan dan
prasangka sosial, golongan maupun perbedaan kebudayaan, disamping
kesamaan ideologi, bahasa dan ketetanggaan sebagai suatu kesatuan sosial
yang nyata merupakan media sosial yang dapat diandalkan dalam
membangun interaksi Iintas budaya pada masyarakat perkotaan yang
heterogen penduduknya.
Menurut Singgih (1993) ciri-ciri penyesuaian diri yang baik akan berdampak
seseorang mudah bergaul, lebih hangat, dan terbuka dengan orang lain.
Hurlock (1980) memberikan kriteria penyesuaian diri yang baik yaitu perilaku
seseorang bisa memenuhi harapan kelompok dan diterima oleh
37
kelompoknya. Mampu menyesuaikan diri antar kelompok, baik sebaya
ataupun dengan kelompok lain.
Woodworth dalam Gerungan (2004) membagi jenis hubungan antara individu
dengan Iingkungannya ada 4 (empat).
Pertama, individu yang bertentangan dengan Iingkungannya. Kedua, individu
yang dapat menggunakan lingkungannya. Ketiga,-individu yang dapat
berpartisipasi dengan Iingkungannya. Keempat, individu yang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Menurut Gerungan (2004) interaksi dapat dipengaruhi oleh :
a. Imitasi, kehidupan ini lebih banyak pada imitasi, seperti berbicara pada
anak-anak.
b. Sugesti, yaitu penerimaan akan pendapat atau pikiran orang lain.
c. Simpati, yaitu perasaan tertarik terhadap orang lain.
Hubungan interpersonal dalam pandangan Chaplin (2000) adalah adanya
kaitan yang berhubungan antara dua pribadi, sebagai hasil proses interaksi
individu dengan individu yang lain, sedangkan David O. dkk (1985)
mengartikan hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih yang
memiliki arti yang mendalam, dengan demikian seseorang bisa merasakan
orang lain akan penghargaan, kasih sayang, dan ekspresi akan kebutuhan
bersama.
38
Menurut Levinger dan Snock dalam David O. dkk (1985) bahwa tahapan
hubungan interpersonal itu sebagai berikut :
1. Zero contact, yaitu ketika seseorang berada pada kondisi saling
peningkatan, adanya kesadaran, namun belum te~adi kontak tetapi saat
ini akan berlanjut bila terjadi kesan yang baik.
2. Kontak dasar, pada tahap ini kedua individu mulai berinteraksi, baik
melalui percakapan atau tulisan.
3. Interdependensi, adanya peningkatan intensitas, sehingga adanya
keakraban, nyaman dan penuh penghargaan.
Pada tahapan selanjutnya hUbungan ini bisa berupa, mulai hanya sebatas
sapaan, kemudian saling mencari informasi tentang diri sendiri, adanya saling
penyelaman antar pribadi, muncul perasaan yang sama dan kesepakatan
yang sama. Proses hubungan ini juga melibatkan kesan yang akan diambil,
perhatian sepintas apakah hubungan ini akan dilanjutkan atau tidak, adanya
saling ketertarikan, yang dilanjutkan dengan penyesuaian antar individu.
Menurut Supardi (2002) menyebutkan ketika konflik terjadi maka pola
interaksi yang sedang berada dalam keadaan konflik berlanjut sebagai
berikut:
1. Eskalasi, peningkatan kadar intensitas konflik yang terjadi. Kondisi
eskalasi dapat terjadi bila argumentasi yang terjalin antarkelompok tidak
39
dapat dikendalikan lagi. Kondisinya ditandai oleh salah satu kelompok
ingin menempatkan diri diatas kelompok lainnya dengan cara menyerang
sambil melecehkan.
2. Invalidasi, meremehkan pola pikir, perasaan, dan perilaku kelompok.
Invalidasi akan menyebabkan menurunnya rasa harga diri dan keyakinan
diri salah satu kelompok. Biasanya sebelum dirinya'direndahkan, salah
satu kelompok akan dengan cepat untuk mendahului merendahkan
kelompok yang lain.
3. Menarik diri dan menghindar terjadi bila salah satu anggota tidak mau
berpartisipasi dalam interaksi. Salah satu kelompok dapat menarik diri
dari interaksi dan partisipasi bersama-sama.
4. Interpretasi negatif, terjadi bila salah satu kelompok yakin bahwa kelompk
lain akan bersikap lebih negatif daripada positif. Kondisi ini dapat tercipta,
bila sebelumnya telah terbentuk interpretasi negatif terhadap beberapa
perilaku kelompok sehingga kelompok mulai mempertanyakan motif dari
setiap perilaku atau reaksi kelompok yang lain. kedua kelompok akan
mengalami kesulitan dalam mengelola konflik.
Pandangan Paul (2002) dalam (www.indomedia.com/poskup) salah satu
bentuk interaksi adalah kompetisi atau persaingan. Persaingan adalah usaha
memenangkan atau mengalahkan lawan dalam rangka mencapai satu tujuan.
Biasanya orang berinteraksi mengikuti pola partikular. Maksudnya, orang
40
pada umumnya cenderung bergaul serta berinteraksi dengan orang-orang
yang mempunyai hubungan partikular atau hubungan khusus dengannya,
misalnya daerah yang sama, kepentingan yang sama, dan sejenisnya.
Namun Hidayat (2001) mengatakan bahwa pola-pola komunikasi dan
interaksi sosial masyarakat pun terus berubah. Pelan-pelan pola lama mulai
ditinggalkan, meskipun secara mentalitas, sebetulnya, belum tentu juga kalau
perubahan itu sudah dilengkapi kesiapan yang memadai. Akibatnya, tidak
jarang kita temukan perilaku anomie, yaitu perilaku yang diwarnai sikap
mendua karena ketidakjelasan orientasi". (www.pikiran-rakyat.com).
Interaksi sosial antar anggota komunitas yang sangat heterogen terutama
latar belakang yang dimilikinya memiliki dampak yang berbeda meskipun
sering berinteraksi, bahkan dengan menggunakan bahasa yang sama
misalnya bahasa Indonesia, ternyata tidak secara otomatis bisa membentuk
saling pengertian diantara mereka. setiap kelompok budaya cenderung
etnosentris yakni mengganggap nilai-nilai budayanya sendiri yang lebih baik
dari pada budaya lain, bahkan menggukur budaya orang lain berdasarkan
rujukan budayanya sendiri. (www.penulislepas.com).
bila dilihat dari sini konflik yang terjadi antar-kelompok antara mahasiswa UKI
dan YAI memiliki pola interaksi yang kurang ada timbal-balik dan pembauran
secara langsung (konstruktif).
41
2.2.2 Pola Komunikasi
Dalam (www.id.wikipedia.org/wiki/komunikasi) pengertian komunikasi
adalah:
1. Proses sistematik bertukar informasi diantara pihak-pihak, biasanya lewat
sistem simbol biasa.
2. Secara i1miah dapatjuga berarti proses penyampaian pesan atau
informasi dari pengirim (komunikatorISender) Kepada penerima
(komunikanlreceiver) dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu
baik secara langsung maupun tidak langsung (menggunakan media)
untuk mendapatkan umpan balik (feedback).
3. Untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Sentuk umum komunikasi
manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan
broadcasting. Komunikasi dapat berupa interaktif, trans-aktif, bertujuan,
atau tak bertujuan.
Menurut Nugroho (2003) salah satu efek televisi adalah sebagai medium
urbanisasi. Televisi sebagai medium urbanisasi nilai melahirkan gelombang
migrasi kecemasan luar biasa dj ruang-ruang keluarga seperti
kecenderungan dewasa ini, menjadi salah satu medium yang melahirkan
berbagai keterasingan sosial yang dipenuhi kegoncangan adaptif terhadap
dunia sekitarnya. Masyarakat semacam ini dipenuhi cara komunikasi yang
42
penuh kekerasan, vulgar, instan, serba massal, dan penuh konsumerisme.
Hal ini berdampak lahirnya masyarakat yang tidak toleran, kehilangan sifat
respek, rendahnya tingkat kompetisi dan produksi, berpuncak pada rentan
dan terasingnya kepribadian warga serta goncangnya integrasi sosial
berbangsa. la juga menganggap solusi krisis sosial yang mencemaskan saat
ini bukan diselesaikan dengan cara penambahan undang-undang melainkan
dengan strategi kebudayaan yang mampu melahirkan pendidikan etika
komunikasi sejak dini, guna melahirkan masyarakat komunikatif, masyarakat
dengan interaksi sosial yang penuh etika.
Dalam pandangan Devito (1996) untuk mengatasi konflik diperlukan
kemampuan komunikasi yang baik, dengan mengedepankan indikasi sebagai
berikut:
1. Adanya kesadaran diri, yaitu adanya keinginan mengenal diri sendiri,
sehingga bisa mengendalikan sikap dan prilaku.
2. Pengungkapan diri, faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah
kelompok keell, adanya perasaan mencintai, adanya dialektika yang
seimbang, memiliki kelebihan, pandai bergurau atau berkepribadian
menarik.
3. Memahami ruang komunikasi, yaitu jarak komunikasi ada empat, yaitu
jarak intim, mulai fase dekat (bersentuhan). Kedua, jarak pribadi, yaitu
jarak untuk melindungi dari sentuhan. Ketiga, jarak sosial, untuk
43
berinteraksi sosial atau bisnis. Jarak publik, untuk menghindari sesuatu
yang mengancam.
4. Memiliki daya tarik antar pribadi
Memiliki fisik atau kepribadian yang menarik, pembentukan citra yang
positif, ada kedekatan, penghargaan, kesamaan, saling melengkapi.
5. Komunikatif
Untuk mengidentifikasi komunikasi yang efektif adalah dengan
menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, memuaskan,
kesegaran interaksi, pencapaian tujuan.
Fenomena konflik antara kelompok yang dialami oleh mahasiswa UKI dan
YAI Salemba seperti rutinitas, kejadian ini belum mampu diredam secara total
sehingga hal ini memunculkan resolusi yang lebih mendalam oleh kedua
pihak, bagaimana menjelaskan perbaikan kembali kepercayaan sosial dan
proses komunikasi selama ini? bagaimana proses terjadinya kehancuran dan
pemulihan kembali modal sosial yang dimiliki oleh kedua kampus yang
berdekatan ini?
Dalam Democracy and Education, Dewey (1972) melihat komunitas
terbangun dari ikatan-ikatan (commonalities) yang secara rumit saling terkait
melalui komunikasi. Dewey mengamati bahwa masyarakat tidak terus ada
karena penyebaran, karena komunikasi, tetapi cukup layak jika dikatakan
44
bahwa masyarakat terwujud dalam komunikasi. Seperti konflik maluku, dapat
teratasi dengan partisipasi langsung mereka dalam pembangunan prasarana
untuk mencapai tujuan itu lebih jauh memperkuat rasa memiliki dan rasa
"peran" mereka pada sekolah komunitas bersama. Keberhasilan rekonsiliasi
sebagian didukung oleh penyediaan dana untuk bahan-bahan bangunan
sekolah. Melalui kerjasama yang penuh tenggang rasa, sukarela, dan
partisipatif lewat komunikasi, telah menunjukkan apa yang membuat
komunitas terbentuk dan bagaimana komunitas yang tercabik bisa dipulihkan.
(www.scripps.ohiou.edu/news).
Devito (1996) menyimpulkan bahwa pola komunikasi yang baik diperlukan
suatu persyaratan tertentu yaitu :
1. Keterbukaan, yang menekankan pada mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan atau menekankan pada pengungkapan diri.
2. Berempati berarti kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang
dialami orang lain, dengan menggunakan pandangan orang tersebut.
3. Sikap mendukung adalah sikap dengan mengungkapkan secara deskritif
(hanya sebatas menguraikan) bukan sebagai pengevaluasi.
4. Spontanitas, yaitu secara alami, terus terang serta terbuka mengutarakan
pemikirannya.
46
daya yang perlu dikelola untuk meneapai tujuan lembaga. Sudah saatnya
dikenalkan manajemen konflik yakni suatu upaya untuk mengelola dan
menggerakkan berbagai sumber dan elemen yang terlibat dalam konflik untuk
meneari jalan penyelesaian dalam rangka meneapai tujuan. Dibutuhkan
kemampuan persuasif untuk mewujudkan mediasi yang bisa diterima
berbagai kalangan.
Menurut John (1999 : 478) menawarkan konsepsi tentang komunikasi
langsung yang memiliki tiga keuntungan, antara lain:
Pertama, komunikasi sifatnya simbolis dan tidak mendatangkan konsekuensi
yang sesungguhnya dari gerakan nyata. Komunikasi merupakan eara untuk
meneoba sebuah pemikiran ketimbang melakukan gerakan yang mungkin
belakangan akan disesali. Dengan saling berkomunikasi segala kepentingan
yang menemui jalan buntu akan mampu dimengerti dan dipahami pihak lain.
Kedua, komunikasi mengubah kemungkinan gerakan dan bisa mengurangi
tingkat persaingan dari pihak-pihak yang terlibat konflik, dengan terjadi kontak
antar pimpinan universitas dan stafnya mampu mengerem laju persaingan
keras yang mengarah pada kekerasan dan konflik antar mahasiswa.
Ketiga, komunikasi bisa menghasilkan perubahan orientasi dari pihak-pihak
yang terlibat terhadap masalah. Dengan komunikasi bisa langsung membujuk
atau mengubah apa yang ingin dilakukannya mengeluarkan imbauan moral
pada pihak mahasiswa yang terlibat konflik dimana hadir didalamnya wakil
47
universitas adalah satu format komunikasi yang diharapkan bisa mengubah
orientasi dan keinginan yang akan dilakukan berkaitan dengan dinamika
perkembangan masyarakat yang damai dan saling menghargai.
2.2.3. Gaya (Pendekatan) Mengatasi Konflik
Menurut Pickering (2001) strategi menangani konflik adalah :
1. Membuat iklim yang membuat semua pihak merasa nyaman, rasa
pereaya diri pada semua pihak, hal ini bisa dilakukan dengan membuat
suasana informal dan membuat aturan main.
2. Menggali fakta, dengan pendekatan prilaku yang asertif dan lunak untuk
menggali fakta secara rinci.
3. Melakukan kesepakan sebagai satu tim bersama, memberi
tanggungjawab bersama dengan meneari solusi sebanyak-banyaknya
sehingga bisa diterima semua pihak.
4. Memfokuskan pada jalan tengah atau jalan yang disepakati bersama
sama.
5. Memberikan waktu yang cukup untuk membahas.
6. Pihak yang sedang berselisih hendaknya tidak saling berhadap-hadapan,
gunakan meja berdampingan atau meja bundar.
48
Pickering (2001) memberikan identifikasi tipe gaya mengatasi konflik, ada
lima gaya mengatasi konflik yang bisa digunakan namun tergantung situasi
dan motivasi dari pihak-pihak yang berkonflik, pendekatan mana yang sesuai
untuk menyelesaikan konflik, atau pendekatan mana yang sesuai dengan
kepribadian seseorang. Lima pendekatan dalam menyelesaikan konflik
tersebut adalah :
1. Pendekatan kolaborasi (kerja sarna)
Pendekatan ini menekankan pada keuntungan atau kemenangan kedua
pihak, dengan eara mengadakan pertukaran informasi, mencoba melihat
sedalam mungkin perbedaan yang ada dengan meneari pemecahan yang
disepakati bersama. Gaya ini mendorong untuk berfikir kreatif, semua
yang terlibat berusaha mencari solusi alternatif sebanyak mungkin, namun
pendekatan ini kurang sesuai bila salah satu pihak yang terlibat tidak
memiliki niat untuk untuk menyelesaikan konflik atau hanya memilki waktu
yang terbatas. Yang paling penting bahwa pihak yang terlibat memiliki
motif positif dan semua pihak diikut-sertakan dalam pemeeahan masalah.
2. Pendekatan placating (mengikuti kemauan orang lain)
Gaya ini sebagai solusi bila kondisi tidak dalam bahaya, membuat pihak
lain merasa lebih unggul, dengan mengikuti kemauan orang lain dengan
berusaha menyembunyikan sejauh mungkin perbedaan yang ada dalam
meneari titik persamaan, perhatian besar pada kepentingan pada pihak
lain menyebabkan hubungan menjadi lebih harmonis, dengan menerima
49
kehendak pihak lain, berarti menerima kekuasaan orang lain namun harus
menjadi catatan penting ini merupakan strategi mengulur waktu dengan
melihat perkembangan keadaan, dengan mencari solusi yang lebih jitu.
Gaya ini juga mampu membangun kepercayaan dan rasa percaya diri
pada pihak lain.
3. Pendekatan mendominasi (sesuai kemauan sendiri)
Pendekatan ini kebalikan dari pendekatan mengikuti kemauan orang lain,
pendekatan ini menekankan pada kepentingan diri sendiri, dengan
mengesampingkan kepentingan orang lain, gaya ini efektif bila keputusan
perlu segera diambil atau persoalan tidak penting. Bersifat reaksioner,
didorong untuk menyelematkan diri sendiri, gaya ini dianggap penting bila
ada perbedaan yang besar pada tingkat pengetahuan, kemampuan
menyajikan fakta, menimbang suatu persoalan dan menggerakkan konflik.
Namun pendekatan ini sebaiknya digunakan bila sangat diperlukan, bila
memiliki hak dan kekuasaan yang besar, ada wewenang dan kebijakan
yang jelas, gaya ini sesuai dengan konflik yang menekankan pada
keselamatan dahulu.
4. Pendekatan menghindar
Gaya ini menekankan pada ketenangan, tidak merusak suasana. Menarik
diri dengan membiarkan orang lain menyelesaikan konflik yang ada. Bila
persoalan tidak penting mengulur-ulur waktu dapat mendinginkan
suasana, efektif bila untuk strategi penangguhan. Namun pendekatan ini
50
banyak memberikan ketidakpuasan, sehingga konflik cenderung berlanjut.
5. Pendekatan kompromi
Pendekatan ini menekankan pada nilai kepentingan orang lain atau
kepentingan diri sendiri. Memungkinkan kedua belah pihak memiliki
sesuatu untuk ditawarkan, pendekatan ini efektif bila kedua belah pihak
dalam posisi sama-sama benar. Efektif bila persoalan komplek dan
kekuasaan sama-sama berimbang, kompromi berarti membagi dan
menawarkan konsesi, harus ada yang dikorbankan. Dalam pendekatan ini
keahlian bernegosiasi dan tawar menawar sangat diperlukan, dengan ini
kedua belah pihak didorong untuk bertemu dan mencapai kesepakatan,
pendekatan ini sebaiknya digunakan apabila kerugian bagi kedua belah
pihak dapat ditekan sekecil-kecilnya.
Untuk mengatasi konflik menurut M. Hasballah (2003) yaitu :
Pertama, diperlukan suatu kondisi Iingkungan yang dapat mengembangkan
sikap dan prilaku yang positif, sebab Iingkungan yang baik dan berkualitas
makin rendah kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif.
Kedua, meningkatkan kualitas hubungan mahasiswa dengan orang tua,
dengan suasana keakraban, semakin akrab individu, menjadi mudah
menyesuaikan diri dengan Iingkungan akan semakin mandiri pribadi
mahasiswa. Ketiga, konsep diri yang positif, pengetahuan tentang diri sendiri,
harapan, penilaian diri yang positif maka akan rendah kecenderungan
51
mahasiswa untuk berperilaku agresif.
Hal ini bisa diwujudkan dengan :
1. Program kegiatan di rumah yang membuat mahasiswa merasa nyaman
dan senang, lebih luas pada tetangga atau masyarakat sekitar tempat
tinggal.
2. Adanya kesesuaian antara nilai yang dianut di universitas dengan di
rumah, dan program yang menjembatani pola hUbungan antara orang tua,
dosen dan mahasiswa sendiri.
3. Suasana keterbukaan yang dimulai dalam kehidupan rumah, universitas
dan masyarakat.
4. Adanya kegiatan yang bersifat meningkatkan pengembangan ketrampilan
berkomunikasi baik dengan teman sendiri, keluarga dan komunitas
mayarakat yang lain.
5. Kemampuan interpersonal, kemampuan berkomunikasi dan penyesuaian
diri.
Pendekatan mengatasi konflik menurut Chandra (1992) sebagai berikut:
Tabel2.2Cara Mendiagnostik Konflik
1. Cara Mendiagnostik Konflik
52
Unsur Siklus Tujuan Diagnostik Tujuan Penanganan KonflikKonflik
Membedakan anlara Penanganan melalui dialog lenangMasalah masalah dasar dengan perbedaan yang mendasar,
dalam konflik masalah yang simptomatis kerangka yang digunakan danMembedakan anlara membereskan masalah emosimasalah yang bisa melalui usaha persepsi ulangdiselesaikan dan yang tidak Penganalan dan pengakuan akanbisa diselesaikan sejarah dari konflik
Mengidentifikasi hambatan Pengendalian melalui pencegahanPemicu dan rintangan konflik dan munculnya pemicu baru yang
kejadian yang menjadi dapal menambah konflik barupenyebabnya kecuali bila tujuan konslruklif dapat
dicapaiTaklik dan Mengerti kekhasan lingkah Pengendalian dengan membalasigaya konflik laku konflik yang mungkin laklik yang merusak dan
menimbulkan masalah baru mendorong munculnya taktik yangkonstruktif
Keseimbangan alau berat Memperjelas situasi dan relasiKekuatan sebelah, mengakui distribusi akibat konstalasi yang ada
kuasa atau kekuasaan yangada
Komunikasi Mengidentifikasi semantik, Memperjelas bahasa masing-dan bahasa isarat non-Iisan atau yang masing
lainnvaKonsekuensi Mengerti akibat-akibal Mengendalikan melalui usaha
yang emosional yang sisebabkan menolong pemeran konflik untukdiakibatkan oleh konflik yang lerjadi, menyadari dan meneari pengertian
bagaimana mereka menjadi alas konsekuensi dari konflikpenyulut konflik yang baru tersebut
54
2. Konflik secara aktif, mau membuka diri, membuka pikiran dan
pendengaran tentang permasalahan yang terjadi.
3. Bertanggungjawab, berani mengungkapkan pikiran atau pendapat yang
berbeda namun harus bertanggungjawab terhadap konsekuensi pikiran.
4. Langsung dan spesifik, mengena dan pada tujuannya langsung.
5. Kemampuan humor sebagai pereda ketegangan.
la juga memberikan sebuah pendekatan dalam menganalisa pemecahan
masalah yaitu :
a. Mulai dengan menganalisa masalah
b. Kemudian menyusun kriteria untuk mengevaluasi pemecahan
masalah
c. Mengidentifikasi pemecahan yang mungkin bisa dilanjutkan
d. Evaluasi pemecahan masalah
e. Memilih pemecahan yang terbaik
f. Menguji pemecahan yang dipilih jika belum berhasil dan
g. Mengkaji ulang pemecahan tersebut.
Dari setiap rumusan pemecahan masalah yang pernah dilakukan kemudian
dievaluasi, mana yang kurang dan mana yang potensial, sehingga mampu
mengatasi konflik secara bertahap.
55
2.3. Pola Mahasiswa Dalam Mengatasi Konflik
Mahasiswa yang dikenal sebagai komunitas idealis dan memiliki semangat
yang tinggi, ditambah dengan kemampuan intelektualnya akan berdampak
pada pola pikir dan perilakunya yang terkontrol. Usia mahasiswa juga masuk
dalam kategori usia dewasa awal, usia dimana memiliki tugas perkembangan
yang berpusat pada harapan-harapan masyarakat, sebagai orang tua dan
memiliki kelompok sosial yang sesuai dengannya:( Hurlock, 1980).
Kemampuan mahasiswa baik secara akademis maupun dari pengalaman
bergesekan dengan kaum terpelajar berpengaruh juga pada pola pemecahan
masalah yang dihadapinya, pemikiran yang matang dan luas semakin
menambah kemampuan mengatasi masalah berbeda dengan masyarakat
luas, sikap menemukan solusi sebanyak mungkin, keinginan melakukan yang
terbaik merupakan pola pikir yang dewasa (Steven & Howard, 2002). Mereka
bisa berperilaku asertif dimana mereka saling menghormati dan berusaha
agar komunikasi tetap berlangsung, menghargai sesama manusia, sadar
akan hak dan kewajiban sendiri, keberanian untuk berperilaku jUjur dan
obyektif dalam tindakan dan ucapan (Netty, 2004).
Namun konflik antara mahasiswa UKI dengan mahasiswa YAI Salemba
merupakan tindakan yang kurang positif, karena kerugian yang didapat,
bahkan kerugian orang-orang atau masyarakat sekitar yang tidak tahu
56
menahu. Hal ini sangat memperihatinkan. seharusnya mereka bisa
menggunakan tenaga dan pikiran mereka untuk kemajuan dirinya dan
masyarakat luas bukan sibuk dengan konflik antar mahasiswa
{www.ghofarism.blogdrive.eom).
Sangat berbeda ketika mahasiswa menjelma sebagai hati nurani bangsa.
partisipasi mereka memberi wajah baru perjuangan rakyat, pendampingan
dan advokasi masyarakat yang teraniaya, mahasiswa merupakan kaum
terpelajar yang jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah pendudukan
keseluruhan. Mereka berani memikul tanggungjawab untuk memperbaiki
kondisi masyarakat (Anwar. 1981). Pengakuan seeara sosial (socially
acknowlegement) pada mahasiswa merupakan bagian dari komunitas
intelektual yang bergerak untuk memihak masyarakat itu sendiri dengan
kekuatan moral (moral force) bukan memihak pada kelompok tertentu, yang
tidak banyak memiliki keberpihakan pada masyarakat luas.
Laoda Ida dalam Fahruz (1999) mengatakan mereka adalah ealon
eendekiawan yang tengah bergelut berbagai persoalan teoritis maka
sebenarnya seeara sadar atau tidak sadar mereka terlatih kepekaannya
terhadap permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.
Meski dalam kondisi keterbatasan namun mereka mampu meneari akar
persoalan dan meneari jalan keluar untuk meneapai harapan-harapan
58
Pergantian periode (masa) mahasiswa baru juga memungkinkan keterlibatan
senior-seniornya dalam terjadinya konflik ini. Dengan keberanian untuk
membuka diri dan menjalin komunikasi dalam forum bersama, melakukan
kegiatan yang memiliki nilai lebih dan timbal balik, maka segala keinginan
dan harapan kedua belah pihak bisa tercapai, hal ini sekaligus sebagai
kesanggupan mahasiswa menerima perbedaan dan bahkan mampu
meredamkan gejolak konflik didalam kelompoknya masing-masing.
Untuk lebih mempermudah memahami proses terjadinya konflik antar
kelompok maka dibawah ini gambaran skema tersebut :
Skema 2.4.Kerangka Berfikir
MAHASISWA
PENYEBAB KONFLIK
POTENSI KONFLIK 1
IMAHASISWA
! INTERAKSI )PEMICU INTERNAl..
(KEtMMPUAN MENGATASI KONFUK ] _----'J
59
Perbedaan latar belakang sosial budaya, keyakinan, dan pola pikir antar
mahasiswa UKI dengan VAl merupakan pemicu yang menyebabkan
terjadinya konflik, adanya interaksi sosial, kampus yang berdekatan adalah
faktor lain yang ikut menjadi pemicu. Konflikltawuran yang terjadi hampir
setiap tahun adalah faktor pengidentifikasian mahasiswa terhadap
kelompoknya, kelompok dianggap sebagai harga diri sehingga sering
persoalan yang terjadi pada anggota kelompoknya adalah bagian dari dirinya,
ditambah lagi perilaku emosional yang dikedepankan sehingga secara
langsung ikut terbawa dalam perkelahian. Disinilah akan dapat dilihat
kemampuan mereka mengatasi konflik, bagaimana pola interaksi yang bisa
dibangun untuk mencegah konflik, pola komunikasi sangat efektif untuk
meredam pemicu dan merumuskan penyelesaian konflik selama ini, sehingga
bisa memilih cara yang tepat untuk meredam konflik yang destruktif berubah
menjadi kerjasama yang konstruktif.
2.5. Hipotesa
Hipotesa H1 : "Tidak ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar
kelompok antara mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta
Pusaf'.
Hipotesa Ho : "Ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok
antara mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusal".
BAB3
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan metode yang digunakan adalah metode diskriptif analisis
dengan jenis penelitian komparatif.
Metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam
rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan. Sedangkan penelitian
komparatif adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat
perbandingan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla
et.al. 1993).
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu karakteristik yang mempunyai dua atau lebih nilai
atau sifat yang satu sama lain terpisah (Sevilla, 1993 : 26). Variabel terbagi
dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable).
61
Pada penelitian ini variabel tersebut adalah sebagai berikut :
Variabel bebas : Mahasiswa UKI dan Mahasiswa YAI yang terlibat konflik (x).
Variabel terikat : Tingkat Kemampuan Mengatasi Konflik Antar Kelompok (y).
3.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasionallebih merujuk pada pemberian batasan atas suatu
variabel dengan cara merinci hal-hal yang berkaitan dengan batasan
penelitian. Untuk pendekatan mengatasi konflik, peneliti menggunakan teori
yang diungkapkan oleh Pickering (2001) strategi menangani konflik dan
identifikasi pendekatannya, hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi, motivasi
pihak-pihak yang terlibat, serta faktor kepribadian seseorang. Sedangkan
pola komunikasi, teorinya berasal dari pandangan Devito (1996) mengenai
pola-pola komunikasi yang efektif dalam meredam konflik, dengan
mengedepankan sikap asertif, kesadaran, kepercayaan serta sikap
komunikatif dan pola interaksi mengadopsi dari teorinya Rose (1965) dalam
(www.paskaI8.com), (www.kompas.com/kesehatan/news). dan pengertian
dari Musthafa Fahmi (1982), yang menggambarkan bagaimana perasaan dan
kesadaran kelompok mampu menjadi pemacu solidaritas (kesetiakawanan)
yang erat, penyesuaian diri juga salah satu inti interaksi, yang paling penting
adalah pola interaksi antar kelompok ketika konflik sedang berlangsung.
62
Definisi operasional adalah :
1. Pola Interaksi
Pola ini lebih banyak mengurai tentang adanya kesadaran kelompok,
penyesuaian diri, hubungan dengan orang lain, serta pola hubungan yang
terjalin ketika konflik terjadi seperti eskalasi/suhu/suasana konflik yang
semakin memanas, invalidasi/meremehkan, menarik diri, penafsiran
kejadian/sikap yang negatif, keberpihakan pada kepentingan/partikular,
dan sikap yang etnosentris.
2. Pola Komunikasi
Pola ini mengenai bagaimana pesan/informasi ditangkap oleh kedua
belah pihak, timbal balik dalam menerima dan menyampaikan pesan dari
masing-masing kelompok, sikap komunikatif, kesadaran akan identitas
kelompok, partisipatif, spontanitas/terbuka dan apa adanya adalah kunci
komunikasi tersebut.
3. Pendekatan Konflik
Meneakup mengkondisian suasana supaya semua pihak merasa saling
pereaya, pereaya diri dan merasa nyaman, meneari solusi sebanyak
banyaknya, memilih jalan tengah, obyektif, situasional, kolaborasi
(kerjasama), placating (mengikuti pihak lain), mendominasi (keinginan
sesuai kemauan sendiri).
63
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi merupakan kelompok dimana peneliti akan men-generalisasikan
hasil penelitiannya (Gay dalam Sevilla, 1993). Sedangkan sampel merupakan
bagian keeil atau euplikan yang ditarik dari populasi (Fenguson, dalam
Sevilla, 1993).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UKI dan YAI
Salemba Jakarta Pusat. Mahasiswa UKI berjumlah kurang lebih 3.000 orang,
dengan peineian 2.260 mahasiswa dari fakultas Hukum dan 725 mahasiswa
dari fakultas IImu Sosial dan Politik. Sedangkan dari mahasiswa YAI
berjumlah sekitar 10.800 mahasiswa, yang terdiri dari fakultas Ekonomi,
fakultas IImu Komunikasi dan fakultas Psikologi.
Pengambilan sampel/responden dalam penelitian ini dengan menggunakan
desain sampling tetap (fixed sampling design), yaitu dengan menggunakan
aturan atau sistem yang tidak berubah selama penarikan sampel berlaku.
Metode yang digunakan yaitu restricted random sample, artinya sampel yang
dipilih dari populasi dikelompokkan terlebih dahulu. Pengelompokan sampel
berdasarkan fakultas yang terlibat konflik. Teknik pengambilan sampel
dengan multiple stage sample yang berarti sampel ditarik dari kelompok
kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi
65
3.3. Intrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan prosedur sistematis untuk memperoleh data,
data yang terkumpul harus valid dan reliabel, oleh sebab itu dibuat alat ukur
masing-masing variabel yang diuji-cobakan terlebih dahulu agar menjadi alat
ukur yang valid dan reliabel. Alat ukur pada penelitian ini berupa skala
psikologi yaitu berupa pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk item-item
yang kemudian akan direspon atau diisi oleh sampel.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala
kemampuan mengatasi konflik antar kelompok :
Untuk mengukur kemampuan mengatasi konflik antar kelompok, peneliti
membuat skala kemampuan mengatasi konflik antar kelompok yang terdiri
dari 60 item yang mencakup dimensi atau substansi dari kemampuan
mengatasi konflik antar kelompok yaitu :
1. Kemampuan pola interaksi sosial, gambaran tentang bagaimana
seseorang berperilaku dan bersikap agar diterima oleh orang lain atau
lingkungan sosialnya.
2. Kemampuan berkomunikasi, mengurai tentang bagaimana kemampuan
seseorang mengungkapkan diri dan menjalin kontak atau komunikasi
dengan orang lain atau kelompok lain.
3. Cara (gaya) menyelesaikan konflik antar kelompok, merupakan
66
kemampuan (pendekatan) dan solusi yang dilakukan oleh kedua belah
pihak dalam mengatasi konflik.
Format respon untuk distribusi item kemampuan mengatasi konflik antar
kelompok yang digunakan merujuk pada Model Skala Likerl yang
dimodifikasi. Skala model ini mempunyai 4 (empat) alternatif pilihan jawaban
yaitu (SS [sangat setuju], S [setuju], TS [tidak setuju], STS [sangat tidak
setuju]). Item-item diskoring (dinilai) berdasaran jawaban yang dipilih dari
jenis pernyataan, favorable atau unfavorable. Untuk jawaban favorable
skornya bergerak dari kanan ke kiri (SS....S....TS....STS) dengan nilai
(1 .... 2 ....3....4).
Sedangkan untuk unfavorable cara skoringnya bergerak sebaliknya dari kiri
ke kanan, (STS....TS....S....SS) dengan nilai (4.... 3....2.... 1).
Tabel3.1 Bobot NilaiSkala Kemampuan Mengatasi Konflik
PilihanPernyataan
Favorable UnfavorableSS (Sangat Setuiul 4 1
S (Setuju) 3 2TS (Tidak Setuiul 2 3
STS (Sanaat Tidak Setuiul 1 4
Secara lebih jelas mengenai distribusi item skala kemampuan mengatasi
konflik antar kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel3.2Komposisi dan Distribusi Item Skala Kemampuan Mengatasi
Konflik Antar Kelompok
67
No. ASPEK INDIKATOR Favorable UnfavorableKesadaran kelomook 1,2,7,Penvesuaian diri 3,16,8,17, 6,31,Hubungan anlar-
4,19,13,Pola personal
1Inleraksi Eskalasilkadar inlensitas 20,
Invalidasi/meremehkan 12, 18,Inleorelasi negalif 11,21, 9,Parlikular/kepenlingan . 10, 14,Sosialisasi 5,35,57, 56,Kesadaran Kelomook 36, 22,
2Pola Penounokaoan Diri 23,52,
Komunikasi Komunikalif 24,32,34, 53, 51,Parlisioalif 15,26, 33,Soontanilas 25, 58,Kondisioning 27,49,54, 47,48,55,
Cara JSerjasama 30,41,45,60, --
3 Mengalasi Kolaborasi 42,43,44, 37,Obveklif 28,29,KonflikMenghindar 38,39,Siluasi 40,50,59, 46,
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisa statistik, karena
data yang diperoleh berupa angka-angka. Setelah dilakukan uji coba, data-
data yang diperoleh diskor kemudian ditabulasikan dan dilanjutkan dengan
menguji validitas dan reliabelitasnya.
68
1. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui aspek suatu skala psikologi
mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukuran.
Uji validitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-
masing item dengan skor total.
Rumus yang digunakan mencari korelasi adalah Product Moment Coofisicient
Correlation dan Pearson dan penghitungannnya menggunakan SPSS for
Windows Versi 11.5,
yaitu dengan rumus :
Ket. :
rxy : Angka indeks korelasi (r) product moment
N : Jumlah subyek
I xy : Jumlah hasil perkalian antara skare x dan y
Ix : Jumlah seluruh score x
Iy : Jumlah seluruh score y
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi, keajegan atau kepercayaan hasil ukur yang
mengandung makna kecermatan pengukuran, Untuk menghitung reliabilitas
instrumen penelitian, digunakan teknik Alpha Cronbach.
70
:M1-:M2t
D: _
srE :M1-:M2
to : t-hitung (hasil perhitungan)
M1 : Mean variabel1 (mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat)
M2 : Mean variabel 2 (mahasiswa UKI Salemba Jakarta Pusat)
SEM : Standar error mean variabel
Penghitungan t-test in! juga menggunakan SPSS for windows Versi 11.5.
Adapun hasil Skala kemampuan mengatasi konflik yang digunakan dalam
penelitian ini sangat reliabel menurut Guilford & Frutcher dalam Kuncono,
(2004), (> 0.9 = sangat reliabel) yaitu 0.9409.
Tabel3.3Reliabelitas Skala Mengatasi Konflik
N of Cases N of Items Reliabilitas AlphaJumlah Sampel Jumlah Item Scala
HasH Penelitian 70 41 0.9409
Hasil pengujian intrumen kemampuan mengatasi konflik, dari data try out
yang diperoleh, item-item yang valid sebanyak 41 item sedangkan 19 item
tidak valid, yaitu nomor : 1,4,5,6,7,8,9,10,12,17,21,37,47,48,51,54,56,57,58.
sehingga item yang digunakan untuk penelitian sebanyak 41 item.
Dalam penelitian ini jumlah sampel try out yang diambil sebanyak 70 orang,
kemudian sampel tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
71
mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Setiap
kelompok berjumlah 35 orang.
3.5. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terbagi menjadi tiga tahap :
1. Persiapan, menyiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian
misalnya try-out skala, pembuatan skala, perizinan dan sebagainya.
2. Tahap pelaksanaan, memberikan skala kepada sampel penelitian
sekaligus melakukan observasi dan wawancara sebagai tambahan data.
3. Tahap pengolahan data, setelah hasil skala sudah memenuhi prosedur
penelitian maka dilakukan pengolahan data yang terdiri dari melakukan
skoring terhadap hasil angket penelitian, menghitung hasil, dan membuat
tabulasi data.
4. Tahap Analisa, yaitu menganalisis data dan membuat hasil analisis,
membuat kesimpulan dan saran.
5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian.
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Responden
Tabel4.1Jumlah Sampel
No. Kelompok Jumlah Sampel Prosentasi1 Mahasiswa UKI 30 50%2 Mahasiswa YAI 30 50%
Total 60 100%
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 orang,
kemudian sampel tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Setiap
kelompok berjumlah 30 orang.
Gambaran umum responden penelitian akan diuraikan secara deskriptif dan
dibantu dengan penyajian dalam bentuk label. Gambaran umum responden
meliputi jenis kelamin, usia, fakultas, semester, agama dan suku bangsa.
Berikut ini label gambaran umum responden :
Tabel4.2Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Fakultas,
Agama Dan Suku Bangsa
73
No. GambaranMahasiswa UKI Mahasiswa VAl
Frek. Prosentasi Frek. Prosentasi1 Jenis Kelamin
Laki - laki 24 80% 30 100%
Perempuan 6 20% 0 0%
Total 30 100% 30 100%
2 Rentang Usia
19 - 21 17 56.7% 16 53.3%
22-24 10 33.3% 11 36.7%
25-28 3 10% 3 10%
Total 30 100% 30 100%
3 Fakultas
Ekonomi.-.-._~'-
0% 11-
0 36.7%
IImu Komunikasi 0 0% 10 33.3%
Psikologi 0 0% 9 30%
Hukum 22 73.3% 0 0%
IImu Sosial & Politik 8 26.7% 0 0%
total 30 100% 30 100%
4 Agama
Islam 3 10% 26 86.7%
Kristen 26 86.7% 4 13.3%
Kong huchu 1 3.3% 0 0%
Total 30 100% 30 100%
5 Suku Bangsa
Jawa 3 10% 15 50%
Sunda 0 0% 4 13.3%
Bali 0 0% 1 3.3%Betawi 0 0% 1 3.3%Manado 0 0% 1 3.3%Satak 20 66.7% 2 6.7%
74
Maluku 0 0% 1 3.3%Minang 1 3.3% 1 3.3%
Palembang 0 0% 1 3.3%
Medan 0 0% 2 6.7%
Ambon 0 0% 1 3.3%Papua 3 10% 0 0%Flores 1 3.3% 0 0%Cina 1 3.3% 0 0%Nias 1 3.3% 0 0%Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan usia, responden pada penelitian ini dari mahasiswa UKI berusia
19 - 21 tahun berjumlah 17 atau 56.7 % dan mahasiswa YAI berjumlah 16
atau 53.3 %, mahasiswa UKI yang berusia 22 - 24 tahun berjumlah 10 orang
atau 33.3 % dan mahasiswa YAI berjumlah 11 orang atau 36.7%, mahasiswa
UKI yang berusia 25 - 28 tahun berjumlah 3 orang atau 10% dan mahasiswa
YAI berjumlah 3 orang atau 10%.
Melalui data tersebut dapat diketahui bahwa sampel mayoritas dalam rentang
usia 19 - 21 tahun. Hal ini dapat menggambarkan bahwa sampel pada
penelitian ini mayoritas berada pada tahap perkembangan dewasa awal/dini.
Berdasarkan fakultas pada responden mahasiswa UKI yaitu fakultas Hukum
berjumlah 22 orang atau 73.3% dan dari fakultas IImu Sosial & Politik
berjumlah 8 orang atau 26.7%, sedangkan pada responden mahasiswa YAI
yaitu fakultas Ekonomi berjumlah 11 orang atau 36.7%, fakultas IImu
Komunikasi 10 atau 33.3% dan dari fakultas Psikologi berjumlah 9 orang
atau 30%.
75
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan
sampel dalam penelitian ini baik dari mahasiswa UKI ataupun mahasiswa YAI
memiliki latar pendidikan yang berbeda.
Jumlah responden dari mahasiswa UKI yang beragama Islam berjumlah 3
orang atau 10%, beragama Kristen berjumlah 26 orang atau 86.7% dan yang
beragama Kong Huchu 1 orang atau 3.3%. Sedangkan mahasiswa YAI yang
beragama Islam berjumlah 26 orang atau 86.7%, Kristen 4 orang atau
13.3%.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas mahasiswa UKI
beragama Kristen (86.67%), sebaliknya mahasiswa YAI moyoritas beragama
Islam (86.67%).
Dari data responden yang berdasarkan suku bangsa maka mahasiswa UKI
berasal dari suku jawa 3 orang atau 10%, Batak 20 orang atau 66.7%,
Minang 1 orang atau 3.3%, Papua 3 orang atau 10%, Flores 1 orang atau
3.3%, Cina 1 orang atau 3.3%, Nias 1 orang atau 3.3%, sedangkan dari
mahasiswa YAI berasal dari suku Jawa 15 orang atau 50%, Sunda 4 orang
atau 13.3%, Bali 1 orang atau 3.3%, Betawi 1 orang atau 3.3%, Manado 1
orang atau 3.3%, Batak 2 orang atau 6.7%, Maluku 1 orang atau 3.3%,
Minang 1 orang atau 3.3%, Palembang 1 orang atau 3.3%, Medan 2 orang
atau 6.7% dan Ambon 1 orang atau 3.3%.
76
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa UKI secara
mayoritas berasal dari suku Batak (66.7%) sedangkan dari mahasiswa YAI
berasal dari suku Jawa (50%).
Dan untuk melihat kategori kemampuan mengatasi konflik dan alasan konflik
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel4.3Gambaran Alasan Konflik dan Tingkat Kemampuan
Mengatasi Konflik
No. GambaranMahasiswa UKI Mahasiswa YAI
Frek. Prosentasi Frek. Prosentasi1 Alasan Konflik
Solidarltas teman 5 16.7% 7 23.3%
Diajak teman 3 10% 1 3.3%
Ingin tahu 1 3.3% 0 0%
Membela diri 3 10% 1 3.3%
Mereka mengejek 1 3.3% 0 0%
Ikut-ikutan 6 20% 7 23.3%
Sudah biasa 1 3.3% 0 0%
Disuruh senior 1 3.3% 1 3.3%
Seru aja 1 3.3% 0 0%
Mereka menyerang duluan 3 10% 1 3.3%
Membantu teman 1 3.3% 5 16.7%
Melindungi kampus 1 3.3% 3 10%
Pantang untuk diam 1 3.3% 0 0%
Benei melihat perilaku sok 1 3.3% 0 0%Manjaga kendaraoo---e--" 1--,,-f-.
1 3.3% 0 0%
Balas dendam 0 0% 1 3.3%
Kondisi diserang 0 0% 1 3.3%Keadaan terpaksa 0 0% 2 10%Jumlah 30 100% 30 100%
77
2 Tingkat KemampuanTinggi 24 80% 27 90%Sedang 0 0% 0 0%Rendah 6 20% 3 10%Jumlah 30 100% 30 100%
Menjawab pertanyaan mengapa mereka terlibat konflikltawuran, maka
berdasarkan alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut dari
mahasiswa UKI lebih banyak karena ikut-ikutan berjumlah 6 orang atau 20%,
solidaritas teman berjumlah 5 orang atau 16.7%, diajak teman berjumlah 3
orang atau 10%, membela diri 3 orang atau 10%, karena diserang 3 orang
atau 10%, selebihnya alasan yang lain, namun dari pihak mahasiswa YAI
alasan mereka melakukan konflik adalah solidaritas teman 7 orang 23.3%,
ikut-ikutan 7 orang atau 23.3%, melindungi teman 5 orang atau 16.7%,
membela kampus 3 orang atau 10%, selebihnya alasan yang lain.
Berdasarkan data diatas, konflik ini terjadi akibat dari solidaritas membela
teman, dari mahasiswa UKI berjumlah 5 orang atau 16.7%, dan paling
banyak adalah karena ikut-ikutan 7 orang atau 23.3%, sama halnya dengan
mahasiswa UKI mahasiswa YAI pun demikian, alasannya dalah mereka
membela kelompoklsolidaritas 7 orang atau 23.3%, ikut-ikutan 7 orang atau
23.3%, membantu teman 5 orang atau 16.7%, lainnya adalah alasan lain.
Mahasiswa UKI yang menempati kategori tinggi dalam kemampuan
mengatasi konflik sebanyak 24 orang (80%), dan 6 orang (20%) berada pada
78
kategori rendah. Sedangkan Mahasiswa YAI yang menempati kategori tinggi
sebanyak 27 oran'g (90%), dan 3 orang (10%) berada pada kategori rendah.
jadi tingkat kemampuan mengatasi konflik mahasiswa UKI dan YAI relatif
sama, dalam hal ini sama-sama berada pada tingkat tinggi. Dengan
demikian berarti tingkat kemampuan mengatasi konflik mahasiswa UKI dan
mahasiswa YAI relatifsama.
4.2. Presentasi Data
4.2.1. Uji Persyaratan
Dalam mengola data maka diperlukan uji persyaratan, uji ini adalah syarat
untuk melakukan analisis lebih lanjut. Uji persyaratan yang digunakan di sini
adalah uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan SPPS versi
11.5 for windows.
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal,
yaitu distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau ke kanan, Ashari (2005 :
34). Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak.
79
Tabel4.4Uji Normalitas
Tests of Normalih
Asal tempatKolmogorov - Smirnov (a) Shapiro - Wilk
kuliah Statistic df S19·Statlsti
df Sig.c
Kemampuan UKI Salemba .097 30 .200(*) .969 30 .509mengatasi
YAI Salemba .113 30 .200(*) .981 30 .857konflik
• This is a lower bound of the true significance.a Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan data di atas, dapat terlihat bahwa skala kemampuan mengatasi
konflik berdistribusi normal. Berdasarkan tabel uji persyaratan normalitas di
alas, larat signifikansi variabel kemampuan mengalasi konflik (mahasiswa
UKI dan YAI) 0.097 dan 0.113> 0.05. Dengan demikian tarat signifikansi
variabel lersebul lebih besar dari 0.05, maka penyebaran datanya
berdistribusi normal.
Grafik4.1Kemampuan Mengatasi Konflik
Normal Q-Q Plots
Normal Q-Q Plot of kemampuan mengatasi konflik Norrrel Q-Q Plot of kerral'llluan rrengatasl konflik
ForVAROD002= UKISatemba
"r--------------,ForVAROOOO2= YAI Salemba
"'0
,,,,w""
.'
""
~0z~
.,.! .,w
"" llJO 'w '" '" " '"
00
1 _5
Z"'tI -10
i _1.5
~ ·20 !--c;:.----:'.C--o;;60 70 aD
Obsorwd Valuo ObsOMd Value
Ket.: Dar! grafik diatas terfhat bahwa sebaran data dari variabel kemampaun mengatasi konflik bergerak ke kanan atasdi sekitar garis uji. Item-item berada dekat dar! garis uji. Hal ini membuktlkan bahwa data ini dikatakan normal.
80
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variabilitas mean dari data
dalam suatu kelompok. Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah :
Ho = Varians data bersifat homogenH1 = Varians data bersifat tidak homogen
Kesimpulan yang dapat diambil adalah jika probabilitas > 0,05, maka Ho
diterima, tetapi kalau lebih besar maka Ho ditolak. Uji homogenitas digunakan
untuk menguji apakah data yang diperoleh mempunyai varians yang sama
diantara anggota kelompok tersebut atau tidak.
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan melalui program SPSS
versi 11.5 diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel4.5Uji Homogenitas Kemampuan Mengatasi Konflik
Test of Homogeneity of Variance
Levenedf1 df2 Sig.
StatisticKemampuan Based on MeanMengatasi .069 1 58 .793Konflik
Based on Median .054 1 58 .817Based on Median and with
.054 1 57.813 .817adjusted dfBased on trimmed mean .060 1 58 .807
Dari tabel nilai uji homogenitas di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan
mengatasi konflik memiliki nilai probabilitas (0,793) > 0,05 sehingga Ho
diterima, artinya varians data bersifat homogen.
4.2.2. Uji Hipotesis
Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan
rumus uji t (f-fest), yaitu dengan cara membandingkan jumlah skor skala
kemampuan mengatasi konflik. Sehingga dapat diketahui apakah ada
perbedaan kemampuan mengatasi konflik mahasiswa UKI dan mahasiswa
YAI. Adapun hasil uji-t yang diperoleh dengan menggunakan program
SPSS for windows versi 11,5 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel4.7Hasil Uji-t Group Statistics
Mahasiswa Asal Tempat Kuliah N Mean Std. Deviation
Kemampuan Mengatasi KonfiikUKI Salemba 30 87.6 10.4
YAI Salemba 30 92.1 10.3
Tampilan diatas menunjukan variabel yang terikat "kemampuan mengatasi
konflik" yang diuji signifikansinya antara kelompok mahasiswa UKI dan
kelompok mahasiswa YAI, dengan jumlah kasus (N) sama, rata-rata hitung
dan simpangan baku. Uji perbedaan ini dilihat berdasarkan asumsi bahwa
keduanya memiliki varians yang sama (equal variences assumed) dan
varians yang berbeda (equal variances not assumed.
Independent Samples Test
81
Levene's Test forI-test for equalily of meanEquality of Variances
F 8ig. t df 81g. Mean(2-tailed) Difference
Kemampuan Equal variances.069 .793 -1.645 58 .105 -4.4000Mengatasi assumed
Konflik Equal variancesnot assumed -1.645 57.999 .105 -4.4000
_. ._.._.._---
82
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tes perbedaan varians untuk kedua
kelompok ini berdasarkan tes Levene, yaitu tes homogenitas, sebesar F =
0.069, dan P =0.793 > 0.05 (5%). Berarti kedua varians itu tidak berbeda
atau homogen. t-hilung skala kemampuan mengatasi konflik sebesar -1,645
sedangkan t-tabel dengan df (degrees offreedom) sebesar 58 (30 + 30 - 2)
pada taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 2,021 dengan demikian t-hilung lebih
kecH dari t-tabel (-1,645 < 2,021). Sedangkan tingkat kepercayaan adalah
95% antara -9.75397 (batas bawah, lower) dan 0.995397 (batas atas, upper).
HasH perhitungan lewat program SPSS tersebut menunjukkan bahwa nHai t
baik dihitung dengan asumsi varians yang tidak berbeda (equal) maupun
yang berbeda (unequal) menghasHkan taraf signifikansi yang sama-sama
signifikan (negatif), t hilung = -1,645. Dengan demikian terdapat signifikansi
negatif dari hasH penelitian ini, maka hipotesa awal (Ho) yang menyatakan
bahwa "Tidak ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok
antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat"
DITERIMA, dan hipotesa kedua (H1) yang menyatakan bahwa "Ada
perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa
UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat" DITOLAK.
84
Kristen demikian pula mahasiswa YAI86.7% beragama Islam, kemudian dari
segi disiplin ilmu, mahasiswa UKI berasal dari 2 Fakultas yaitu Hukum dan
IImu Sosial Politik sedangkan mahasiswa YAI dari 3 Fakultas, yaitu Ekonomi,
IImu komunikasi dan Psikologi.
Dalam situs (www.paskaI8.com). disebutkan setiap perilaku (aksi) seseorang
dalam suatu kelompok mengandung reaksi dari pihak lainnya, pola-pola
interaksi antar sesama anggota akan membaku dan menjadi suatu identitas
individu, kemudian akan menimbulkan kesadaran sebagai kebutuhan
psikologis, kesadaran menjadi anggota kelompok akan menjamin rasa aman
dan kesetiakawanan (solidaritas kelompok). Individu kemudian cenderung
etnosentris, bahkan mengukur budaya/nilai yang lain dengan rujukan
budaya/nilainya sendiri.
Yasraf (2003) mengatakan bila bingkai kesatuan sesama suku bangsa hilang
maka yang timbul adalah sikap kecurigaan, kebencian terhadap sesuatu yang
berbau "yang lain" (the other), yang kemudian muncul segmentasi sosial yang
masif dan primordialisme sempit, sehingga "orang luar" dianggap "sang
musuh" (the enemy).
Konflik antar kelompok yang terjadi pada mahasiswa UKI dengan YAI yang
sudah terjadi sekitar puluhan tahun, bila dipandang dari pendapat Rose dan
85
Yasraf (2003) adalah karena setiap kelompok memprodusir prasangka
kelompok yang negatif sehingga memunculkan sikap saling mencurigai dan
saling bermusuhan, apalagi ketika perilaku tersebut mendapat respon positif
dan prestise dari anggota kelompoknya, akan semakin memperkuat suhu
terjadinya konflik ini. Hal ini sesuai dengan beberapa situs media seperti
(kompas, indomedia, suara merdeka dan suara pembaharuan) bahwa konflik
antar-kelompok sering terjadi akibat dari (pemicu) masalah yang remeh
seperti ejekan antar anggota kelompok, perilaku atau ucapan yang bernada
meremehkan, sama seperti yang dimuat di beberapa media, menurut
penuturan AM (20 tahun) pemicu konflik ini terjadi akibat perselisihan
individual, bahkan SA (28 tahun) mengatakan konflik yang terbesar selama
ini terjadi pada tahun 2000, ketika kondisi sosial politik kacau, mahasiswa UKI
dan YAI saling melempar bom molotov (gas air mata), batu dan membawa
senjata tajam, kondisi saat itu paling parah. Mahasiswa yang luka-Iaku akibat
konflik ini biasanya yang dari YAI dirawat di RSCM, sedangkan mahasiswa
UKI di rawat di RS Carolus, mereka pada awalnya memperoleh biaya subsidi
dari masing-masing kampus, hal ini juga sebagai salah satu reinforcement
konflik tersebut.
Menurut Lacan dalam Yasraf (2003) energi utama penggerak sosial dan
penggerak kebudayaan, setidak-tidaknya ada dua bentuk utama yaitu hasrat
menjadi (to be) sebagai model pencitraan (image) dirinya ke dalam sesuatu
87
mereka bisa menghentikan konflik yang selama ini terjadi, apalagi bila pihak
rektorat memberikan sanksi yang berat, maka akan semakin mempersempit
terjadinya konfik ini, hal inilah yang terjadi pada tahun 2006, sampai tahun ini
belum ada tawuran sama sekali. Dari beberapa informasi yang peneliti
dapatkan dari mahasiswa UKI dan YAI, alasan mengapa tahun 2006 tidak
terjadi konflik adalah pertama, karena memang secara mayoritas kedua
kelompok tidak menginginkan adanya tawuran/perkelahian ini. Kedua, ketika
terjadi perkelahian dan ada yang terluka/menjadi korban maka ia akan
menanggung resiko sendiri. Ketiga, kontrol masyarakat yang mulai secara
tegas dilakukan terhadap kedua kelompok mahasiswa, sehingga bisa
meredam pemicu-pemicunya.
Akhirnya dari beberapa data yang diperoleh peneliti, kiranya menjadi
masukan tersendiri bagi pihak rektorat/mahasiswa dan pemerhati masalah
social untuk meneliti lebih jauh lagi dalam mengeksplore permasalahan yang
ada dan peran serta psikologi sosial dalam menyumbangkan
(mengintervensi) kondisi yang ada akan mampu memberikan solusi riil untuk
mengatasi konflik yang ada di tengah-tengah masyarakat kita.
88
5.3. Saran
Dari penelitian ini ada beberapa saran yang dapat peneliti dikemukakan :
Saran Teoritis
Untuk Peneliti Selanjutnya
1. Pene/itian ini hanya mengambil satu aspek dari fenomena konflik antar
kelompok, jadi akan lebih utuh bila aspek-aspek lain juga diteliti atau
mengikutsertakan universitas-universitas lain yang pernah terlibat dengan
UK/IVAI, dari hasil pene/itian ini, konflik antar ke/ompok bukan berarti
konflik antar-etnis/ras, antar-budaya atau antar-agama, unik memang
secara etnis/ras, budaya dan agama antara mahasiswa UKI dan YAI
saling bertolak belakang, bahkan peluang konflik bisa terjadi setiap hari,
sebenarnya apa yang paling dominan da/am mempengaruhi konflik ini,
bukankah konflik ini sudah terjadi pu/uhan tahun yang lalu, namun pada
tahun 2006 konflik ini tidak terjadi sama sekali, ada apa sebenarnya,
benarkah ini bisa dijadikan titik awal untuk mengakhiri konflik selama ini,
atau fenomena break sebentar kemudian berlanjut pada konflik lagI.
2. Diharapkan melakukan penelitian rnetode kualitatif sehingga bisa
menggali data-data yang lebih mendalam, atau menggunakan
metode/teori yang lebih konperhensif, sehingga mampu melihat akar
permasalahan yang sebenarnya, dilihat juga bagaimana pengaruh atau
89
peranan kontrol universitas, pengaruh kegiatan bersama antar mahasiswa
dan pengaruh institusi masyarakat sekitar dalam mencegah konflik
sehingga persoalan tersebut terlihat secara utuh dan mendalam.
Saran Praktis
Untuk Pihak RektoratlDekanat
1. Pihak rektorat/dekanat dapat menerapkan adanya motif untuk saling
kerjasama dalam menyelesaian konflik, menerapkan sanksi yang
humanis, berat dan tegas pada mahasiswa yang ikut terlibat sehingga
sefain menjadi panutan mahasiswa, juga mampu mengontrol perilaku
mahasiswa.
2. Diharapkan pihak rektorat/dekanat dapat membantu mahasiswa
merealisasikan rencananya atau cita-citanya dengan menerapkan
pendidikan, program kegiatan dan sarana prasarana yang lebih banyak
serta sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat mahasiswa. Dengan
demikian mereka akan sibuk dengan hal-hal yang produktif.
3. Kedua belah pihak (Rektorat UKI bersama Rektorat YAI) membuat
kesepakatan bersama secara umum, yang melibatkan elemen-elemen
mahasiswa dan masyarakat sekitar.
90
Untuk Mahasiswa
1. Mahasiswa diharapkan tidak mudah terpengaruh oleh prasangka
kelompok yang negatif dan terjebak secara incidental ketika ada konflik
antar individu maupun kelompok.
2. Potensi modal sosial hendaknya dijadikan mahasiswa sebagai pola
pencegahan konflik, seperti ke~a sama, pola interaksi dan pola
komunikasi baik secara formal maupun informal,
3. Komunitas mahasiswa seperti BEMF/PM dan UKM lainnya hendaknya
menjadi prakarsa (pelopor) dalam memprogandakan issu untuk
penyelesaian konflik.
Untuk Masyarakat Sekitar
1. Masyarakat sekitar universitas diharapkan lebih merasa memiliki dan
memperhatikan masalah ini, dengan cara memberikan kontrol yang ketat
sehingga meredam pemicu-pemicu konflik antar kelompok melalui
kerjasama dengan para pedagang dan aparat pemerintah setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adelson, Yoseph. (1980). Handbook Of A Adolescent Pshychology. Canada: John Wiley & Sons. Inc.
Anwar, Yozar. (1981). Pergolakan Mahasiswa Abad Ke-20: KisahPerjuangan Anak-Anak Muda Pemberang. Jakarta: Sinar Harapan
Ashari, dkk. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.Yogyakarta: Andi
Amir, Pialang. (2003). HIPER-MORALITAS: Mengadili Bayang-Bayang.Yogyakarta: Belukar
Burhan, Gunawan, Marzuki, (2002). Statistik Terapan : Untuk IImu-ilmuSosial. Jakarta Gramedia
Caiman. A. A. (2001). A Dictionary of Psychology. The United State; OxfordUniversity Press
Chandra, I. Robby. (1992). Konflik Dalam Hidup Sehari-Hari. Yogyakarta :Kanisius
Chaplin, J.P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. RajaGrafindoDavidoff, Linda. (1991). Psikologi Suatu Pengantar. (terj.) Ed.11. Ji1.1. Jakarta:
Erlangga
........................ (1991). Psikologi Suatu Pengantar. (terj.) Ed.ll.J i1.2. Jakarta:Erlangga
Devito, A. Joseph. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta; ProfesionalBooks
Fadhly, Fahruz. (1999). Mahasiswa Menggugat: Potret Gerakan MahasiswaIndonesia 1998. (editor), Bandung : Pustaka Hidayah
Fahmi, Musthafa. (1982). Penyesuaian Did: Pengertian & Peranannya DalamKesehatan Mental. (terj.) Jakarta: Bulan Bintang
Gerungan, Dr. WA (2004). Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.
Gunarso, Singgih. (1993). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta:PT. Gunung Mulia
Hurlock. B.E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupasn. (te~.). Ed.5. Jakarta: Erlangga
S. Chaider & Abubakar (2006). Resolusi Konflik Agama & Etnis di Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN Jakarta.
Kartono, Kartini, Dra. (1991). Psikologi Sosial Untuk Manajemen PerusahaanDan Industri. Jakarta: CV. Rajawali
Kuncono, S.Psi. (2004). Analisis Butir. Jakarta: Badan Penerbit & PublikasiYayasan Administrasi Indonesia (BPP-YAI)
M. Saad, Hasballah. (2003). Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di OKIJakarta. Yogyakarta : Galang Offiset
Mappiare, Andi, Drs. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha nasionalO. Sears, David. A1.al. (1985). Psikologi Sosia/. (terj.) ed.5. Jil.l. Jakarta:
Erlangga
.................................. (1985). Psikologi Sosia/. (terj.) ed.5. Jil.ll. Jakarta:Erlangga
Nazir, Moh. Ph.D (1999) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia IndonesiaPickering, Peg. (2001). How To Manage Conflict: Kiat Menangani Konflik.
Jakarta: Erlangga
Pruitt, Dean.G. Jeffrey. Z.R. (2004). Teori Konflik Sosia/. Yogyakarta :Pustaka Pelajar
Rakhmat, Jalaludin, Drs.M.Sc. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Sevilla, C.G. e1.al. (1993). Pengantar Metode Penelitian. (terj.). Jakarta:Universitas Indonesia Press
Stein, J. Steven. Howard. E. (2002). Kecerdasan EQ: 15 Prinsip OasarKecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung : Kaifa
Sudarsono, Drs. SH. (1993). Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Sunarto, Kamanto. Prof. Dr. (2000). Pengantar Sosi%gi. Ed. 2. Jakarta:Universitas Indonesia
Yasun, Hamdani. Prof. H. (2003). Dinamika Ke/ompok dan Kepemimpinan.Lampung : Universitas Lampung
Jurnal Psikologi :Hartaty, Netty, M.Si. (2004). Asertivitas. Tazkiya : Jurnal Psikologi, VolA,
Nomor 1. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Jakarta
Mulyono, Rahmat. (2002). Agama dan Penyimpangan Seks Remaja : SuatuPendekatan Psik%gis. Tazkiyah : Jurnal Psikologi Vo\.2 No.3.Jakarta: Psikologi UIN Jakarta
Situs Internet:http://www.e-psikologi.com :Dalimunthe, Ritha F. SE, M.Si, CD. (2003). Peranan Manajemen Konflik
Pada Suatu Oranisasi © Digitized by USU digital library.Malik, Ichsan, Drs. M.Si (2005). Kontribusi Psikososia/ da/am Penanganan
Konflik © Universitas Indonesia, all right reservedMu'tadin, Zainun S.Psi., M.Si. (2002). Tanda-Tanda Kedewasaan Seorang
Pemimpin.Mu'tadin, Zainun S.Psi., M.Si. (2002). Perkembangan Mora/.Pitaloka, Ardiningtiyas, S.Psi. (2003) Pembe/aan Demi /dentitas Ke/ompok.Ubaydillah, AN. (2006). Permusuhan Batin.Ubaydillah, AN. (2006). Cukupkah Berpikir Positif?http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasihttp://www.detikinet.comlindex.php/detik. read/tahun/2004/bulan/09/tg1/1 O/ti
me/142631/idnews/206246/idkanaI/10http.l/www.ghofarism.blogdrive.com/coments.id=9http://www.hamline.edu/apakabar/basisdatal2001/03/11/0055.htmlhttp://www.indomedia.com/poskup/9902/19/EDISI19/19pini1.htmhttp://www.kompas.com/kesehatan/news/0408/15/223207.htmhttp://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/25/opini/2538037.htmhttp://www.liputan6.com/view/11.110001.1.0.1128148417.htmlhttp://www.liputan6.com/view/6.85648.1.0.1128066452.htmlhttp://www.paskaI8.com/hasilkajian_31.htmhttp://www.penulislepas.com/more.php?id=973 0 10Mhttp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1002/07/0304.htmhttp://www.scripps.ohiou.edu/news/cmdd/Artikel-ann.htmhttp://www.suaramerdeka.com/harian/0307/25/kha2.htmhttp://www.suarapembaruan.com/News/2004/09/08/Jabotabe/iab01.htmhttp://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2003/1 0/17/brk.20031 017-
04,id.html
nEPARTEMEN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGEIU (UIN)SYARIF HlDAYATULLAH JAKARTA
FAI<ULTAS PSII<OLOGI
Jl. Kerta Mukti No.5 Cirendeu Cil'utat Jakarta Sdatan 15419 Tell'. (021) 7433060 Fax. 74714714 .-'
i ..
Nomor : FI7l.10T.01.7/""g N1I2006Lamp.Hal : Izin Penelitian
Yang Terhomlat.Pimpinan Lembaga YAIDi
Jakarta
Assalamu 'aIaikum Wr. WB.
Der.gan Hormat, kami sampaikan bahwa :
Jakarta, 12 Juni 2006-
NamaTempatfI'gl LahirAlamat
: Muktar: Lamongan, 9 Juli 1980: JI. Mentawai B-20 Jatibening Pd. Gede Bekasi
Adalah benar mahasiswa Faku.tas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SemesterNomor PokokTahun AkademikProgram
VIII: 10207C 025916: 2005/2006: Strata I (S-I)
Sehubungan dengan tugas penyelesaian ikripsi yang berjudul : 'PerbedaanKemampuan Mengatasi Konl1ik Antar Ke,ompok Antara Mahasiswa VAl.Dengan UKI Jakarta Pusat" mahajiswa tersebut memerIukan sejumlah data dilembaga yang BapakilbuiSaudara Pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaanBapakilbuiSaudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikanbantuannya.
Demikian atas perhatian dan bantuan BapaklIbuiSaudara kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
DEPARTEMEN AGAMA!lNIVlmSITAS ISLAM NI<:(;I<:RI (!lIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAI<ULTAS PSIKOLOGI
JI. Kerta Mokti No.5 Cirendeo Cillo tat Jakarta Sclntan 15419 Teill. (021) 7433060 Fax. 74714714
Nomor : PI. 71 10T.0 1.71 71-?-1V1ll/2006Lamp.Hal : Izin Penelitian
Kepada Yth.Pimpinan Lembaga UKIdiJakarta
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan harmat, kami sampaikan bahwa :
Jakarta, 9 Agustus 2006
NamaTempat/Tgi LahirAlamat
: MukhtarLamonpl , <) Juli 1<)80
: JI. Mentawai B-20 Jati Bening-Pondok Gede, Bekasi
adalah benar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SemesterNomor PokokTahun AkademikProgram
IX (sembi Ian)10207002591620(6/2007Strala I (S-I)
SehubJngan dengan tugas penyelesaian skripsi ) lng berjudul : 'PerbedaanKemarnpuan Mcngatasi Konflik Antar-Kclompok Antara Mahasiswa YAI nan UK!Jakarta" mahasiswa tcrscbut memerlukan izin penelitian di Iembaga yangl3apakifbu/Suudara Pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan BapakJlbuiSaudarauntuk n:cnerima mnhasiswa tcrscbut dan memberikan bantuannya.
Demik ian mas perhatian dan bantuan Bapak/IbuiSaudara kami ucapkan terima kasih.
\\'assalamu'alaikum Wr. Wb.
A.n. Debn
/" Titrv lbantu Dekan
G.
>:. "q'l.~ , Akademik'/'~ .~ •••<'.- ;-,,1:1
• (" /'r", ') ." .. iJ;... ·~~1.,~. U"",,:. " ,::"V', ~1 \- .....-""'-:!
\:;'\ ..~~:.Jt /"...·/>....~ ...· or ,~ / _,'Tj' -In "~:mp ~ ,Z rotUI'7'~ayah'
IP. 150 238ff:fh
Tembusan :1, Dekan Fakullas Psikolor,i2. Keoala Biro Admini_~1m·;:i A k~rif">rnilr rbn !.-prY>-:th" .. ;"'."..,,., ....
M,Si"
,.r'/"':':"""""""""'"''
'i'>".._+!t~;,",,·_"_""·"·i; --- ..
WwN.sctv,com/view
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 36 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 !3 1 2 1 1 1 1 2 2 2 5 1 2 3 2 3 3 1 1 2 2 1 3 3 2 1 3 2 1 2 2 5 2 2 53 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 33 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 22 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 2 4 2 2 3 2 2 1 3 3 2 1 2 3 2 2 1 3 2 2 3 3 2 33 1 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 1 2 1 2 3 2 2 3 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 22 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 3 3 2 2 1 1 1 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 2 33 1 2 1 1 3 1 2 2 2 3 3 3 2 1 2 1 1 2 2 2 1 3 3 3 1 1 2 2 3 3 2 3 3 23 2 3 1 2 2 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 33 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 1 2 2 1 1 3 2 2 1 1 3 2 3 2 2 3 2 22 1 2 1 4 1 2 3 2 1 3 1 2 2 2 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 12 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 4 3 2 1 2 2 2 1 2 3 1 34 3 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 4 1 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 4 1 33 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 23 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 33 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 4 1 2 1 2 2 3 2 2 1 3 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 3 22 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 33 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 32 2 3 1 3 3 3 1 2 1 4 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 3 3 1 2 1 2 2 3 2 3 42 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 3 4 1 1 1 2 1 1 2 3 3 2 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 13 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 3 2 33 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 3 22 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 3 1 3 1 1 1 2 4 1 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2 4 2 21 1 2 1 1 1 1 3 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 3 3 2 1 1 2 1 1 2 2 3 3 22 3 1 2 3 2 2 4 1 3 1 2 3 2 3 2 1 2 3 2 4 2 2 4 2 3 2 2 1 3 2 4 2 2 22 4 2 4 4 4 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 23 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1 2 1 2 2 1 1 2 23 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 23 4 2 2 4 2 2 3 2 4 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 4 4 2 4 2 2 4 4 4 42 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 32 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 3 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 56 56 57 58 592 2 2 2 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 2 2 1 1
4 2 2 2 2 1 4 2 4 2 3 4 2 3 3 4 1 2 3 3 2 4 4 1 1 1 4 4 4 2 2 4 2 4 1
4 4 1 1 1 1 1 4 4 1 2 4 4 2 4 1 1 1 4 4 2 4 4 1 1 1 4 4 4 4 3 1 1 4 13 3 3 3 3 1 4 1 2 2 1 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 3 2 1 2 1 3 3 3 2 3 2 1 2 13 4 1 2 1 2 2 3 1 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 12 2 2 2 1 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 1 1 4 4 1 2 2 3 2 4 3 3 2 2 3 21 2 1 1 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 22 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 3 1 4 3 1 3 3 4 4 3 4 1 23 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 1 2 2 3 3 4 2 3 2 2 3 23 2 1 2 4 1 3 2 2 2 2 2 4 3 1 1 2 1 3 2 2 2 3 1 2 3 3 1 2 3 1 3 1 3 32 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 2 2 3 2 3 3 2 4 4 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 1 32 2 3 3 2 3 1 3 2 3 2 3 1 2 3 3 3 3 4 2 3 1 3 1 4 1 1 4 4 2 2 4 4 1 44 4 4 4 4 4 2 4 3 3 1 1 4 4 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 1 4 1 4 2 1 2 3 4 1 44 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 1 4 4 1 3 3 3 3 3 3 1 3 2 1 1 3 2 1 1 3 2 4 22 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 3 1 3 4 3 3 12 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 4 1 1 3 3 4 1 3 2 3 4 1 2 2 2 3 2 4 4 1 4 4 1 42 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 21 2 1 1 2 2 2 3 2 1 1 2 1 2 4 1 1 1 1 4 1 2 4 1 1 1 2 2 2 1 3 4 1 2 11 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 3 2 3 1 3 4 2 3 12 2 1 1 1 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 2 3 2 3 1 3 12 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 1 3 3 2 1 1 2 2 2 2 3 3 2 3 13 2 1 1 1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 4 2 2 22 2 2 2 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 1 3 2 3 1 1 3 2 2 2 3 4 1 2 12 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 32 2 1 2 1 2 2 4 2 2 1 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 3 2 1 2 1 3 3 3 2 3 2 1 3 12 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 21 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 3 1 3 1 2 1 1 3 12 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 32 3 2 2 2 2 2 4 2 2 1 3 2 3 3 1 1 4 4 1 4 3 1 4 1 4 1 3 2 2 2 4 3 3 13 4 2 2 2 2 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 2 1 4 4 3 4 4 1 1 1 4 4 4 4 4 4 1 4 13 1 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 21 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 4 1 2 1 1 2 2 2 4 4 1 32 1 2 3 1 2 1 2 2 4 1 3 2 4 2 3 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 3 11 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 24 2 2 2 2 1 3 2 3 2 3 3 3 4 4 2 3 4 1 2 3 1 2 2 1 2 2 4 3 2 4 2 2 3 2
DATA PENELITIAN MAHASISWA YAI SALEMBA
NO. NAMA JK USIA SUKU FAK. SEM. AGAMA ALASAN DATA INSTRUMENT1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 A L 20 Jawa Ekonomi 5 Islam Solldaritas teman 3 3 3 2 3 3 2 2 32 B L 20 Batak Ekonoml 3 Kristen Diaiak teman 3 3 3 4 3 3 2 1 43 C L 20 Ambon Ekonomi 5 Kristen Inoin tahu 1 1 1 2 3 1 2 2 24 D L 24 Jawa Ekonomi 7 Islam Membela diri 2 2 2 3 2 4 3 3 35 E L 19 Jawa Ekonomi 3 Islam Mereka menoeiek 2 3 2 1 2 3 2 1 16 F L 20 Betawi Ekonomi 5 Islam Diajak teman 3 2 2 2 3 2 2 3 47 G L 20 Jawa Ekonomi 5 Islam Diaiak teman 3 3 2 2 2 4 4 2 38 H L 20 Medan Ekonomi 3 Islam Ikut-ikutan 3 3 1 3 3 2 3 2 39 I L 20 Manado Ekonomi 5 Islam Solldaritas teman 2 4 4 4 4 1 4 2 410 J L 22 Batak Ekonomi 5 Kristen Solldaritas teman 2 2 2 3 2 3 3 2 311 K L 22 Sunda Ekonomi 7 Islam Sudah blasa 3 3 2 2 3 3 2 2 312 L L 23 Maluku Fikom 7 Kristen Disuruh senior 3 2 2 3 2 1 1 4 313 M L 22 Jawa Fikom 7 Islam Ikut-ikutan 3 4 3 3 3 3 3 3 314 N L 19 MlnanQ Fikom 3 Islam Seru aja 4 3 3 2 2 2 2 2 415 0 L 20 Jawa Fikom 5 Islam Ikut-ikutan 3 3 3 3 3 3 3 3 316 P L 21 Jawa Fikom 7 Islam Membela diri 2 3 3 3 3 2 1 2 317 Q L 23 PalembanQ Fikom 7 Islam Solidaritas teman 2 2 2 3 2 3 2 2 318 R L 22 Jawa Fikom 7 Islam Mereka menyeranQ duluan 2 3 3 3 3 3 3 3 319 S L 21 Sunda Fikom 7 Islam Membantu teman 2 2 2 3 1 3 1 2 320 T L 23 Sunda Fikom 7 Islam Ikut-ikutan 4 4 2 4 3 2 3 3 321 U L 20 Sunda Fikom 5 Islam MelindunQi kamous 3 2 2 3 2 2 2 2 322 V L 23 Jawa Psikologi 7 Islam Mereka mulai duiu 4 3 2 3 3 2 3 2 323 X L 23 Jawa Psikolooi 7 islam Pantano untuk diam 2 2 2 2 3 2 3 4 124 Y L 26 Bali PsikoloQi 11 Isiam Solldaritas teman 2 1 2 1 2 1 2 3 425 Z L 24 Jawa Psikolooi 7 Islam ikut-ikutan 4 3 3 3 4 3 3 3 426 AA L 21 Jawa PsikoloQi 5 Islam Mreka melempari dulu 4 4 4 3 4 1 4 1 427 BB L 20 Jawa Psikolooi 5 Islam Benel mellhat oerilaku sok 3 3 3 2 3 3 2 2 328 CC L 20 Sumatra PsikoloQi 5 Islam Ikut-ikutan teman 2 2 2 2 3 3 2 3 229 DD L 25 Jawa Psikolooi 7 Islam Membela diri 4 4 4 4 4 4 2 4 330 EE L 25 Jawa PsikoloQi 7 Islam ManiaQa kendaraan 3 3 3 3 3 3 2 2 3
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 412 1 1 1 2 1 3 4 3 2 2 2 4 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 12 2 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 1 1 3 2 2 2 3 4 2 4 3 2 4 2 1 1 1 12 3 1 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 2 3 4 4 1 4 4 4 4 42 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 21 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 12 1 2 1 2 3 2 4 4 2 3 2 3 3 1 2 3 3 1 2 2 3 2 2 3 1 4 2 1 2 2 21 1 2 2 1 1 2 4 3 1 3 1 2 2 2 1 4 1 1 1 2 3 1 2 2 2 4 1 1 2 1 12 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 1 2 1 12 1 4 2 3 2 4 1 4 3 1 2 3 1 4 4 2 1 2 2 4 3 3 4 4 4 3 3 2 2 4 13 2 3 2 4 3 2 3 3 2 2 1 3 3 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 22 2 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1 11 1 2 1 1 4 3 4 1 2 1 1 2 1 4 1 3 2 1 2 3 4 4 3 2 1 3 1 1 2 2 11 1 1 1 1 4 3 4 3 1 2 2 3 4 2 2 4 2 2 2 3 3 1 3 3 2 4 1 1 1 1 12 1 2 2 2 2 3 4 2 2 4 4 3 4 1 3 2 2 2 2 2 4 1 3 3 1 4 1 1 1 1 22 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 21 1 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 3 2 4 1 2 1 2 22 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 22 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 1 3 1 1 2 1 12 1 1 3 3 1 2 3 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 3 4 2 2 1 2 2 2 3 1 22 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 1 2 3 2 1 4 3 3 3 1 3 2 11 1 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 2 2 3 1 13 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 4 2 2 2 2 22 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 1 2 3 1 1 1 2 3 4 3 2 3 2 1 2 3 1 21 2 4 1 2 2 1 3 3 1 3 3 1 3 1 2 4 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 23 1 2 1 1 1 3 3 2 1 2 2 3 2 3 1 4 1 1 1 1 3 1 2 2 1 3 1 1 1 1 11 1 3 2 1 1 3 4 4 4 4 1 4 1 1 1 4 1 1 1 4 4 1 3 4 1 4 1 1 1 1 12 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 32 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 32 1 2 1 3 1 3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 4 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 1 12 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2
DATA PENELITIAN MAHASISWA UKI SALEMSA
NO. NAMA JK USIA SUKU FAK. SEM. AGAMA ALASANDATA INSTRUMENT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 A L 20 Satak Hukum 5 Kristen Membela Kampus 3 3 1 4 3 3 3 2 2
2 S L 22 Batak HUkum 5 Kristen Ikut-ikutan 1 1 2 2 3 2 3 3 43 C L 20 Batak Hukum 5 Kristen Solidaritas teman 2 2 2 2 3 3 3 2 2
4 0 L 22 Jawa Hukum 5 Kristen Ikut-ikutan 4 3 1 2 3 1 2 3 35 E L 22 Batak HUkum 5 Kristen Ikut-ikutan 2 2 1 1 2 2 2 2 26 F L 21 Jawa HUkum 5 Kristen Solidaritas teman 3 2 2 3 2 3 2 3 37 G L 19 Papua HUkum 3 Islam Salas dendam 2 2 2 2 3 3 2 2 28 H L 22 Batak Hukum 5 Kristen Kondisi diserano 2 3 2 3 3 2 3 1 49 I L 21 Batak Hukum 5 Kristen Keadaan terpaksa 2 2 2 2 2 3 3 2 210 J L 21 Batak HUkum 5 Kristen Ikut membantu teman 2 2 2 2 2 2 2 3 211 K L 21 Batak Hukum 5 Kristen Tuntutan keadaan 2 3 3 3 3 4 3 3 312 L P 20 Batak HUkum 5 Kristen Solidaritas teman 2 2 2 2 3 3 2 3 313 M L 21 Batak HUkum 5 Islam Solidaritas ternan 2 2 2 2 2 3 3 2 314 N P 20 Mlnang HUkum 5 Islam Dialak teman 2 2 1 2 2 3 3 2 315 0 P 23 Flores HUkum 9 Kristen Ikut membantu teman 2 2 2 1 2 2 3 2 116 P L 22 Batak HUkum 7 Kristen Diserano dahulu 3 3 2 2 4 3 2 2 317 Q L 22 Batak HUkum 7 Kristen Ikut membantu teman 2 2 1 2 2 4 2 2 218 R L 21 Batak HUkum 5 Kristen Ikut membantu teman 2 2 2 2 1 3 2 2 319 S L 21 Nias Hukum 3 Kristen Solidaritas ternan 3 3 3 3 2 3 2 2 320 T P 20 Satak HUkum 5 Kristen Ikut-ikutan 3 3 2 2 3 3 3 3 321 U L 20 Batak HUkum 5 Kristen Membela Kampus 2 2 1 2 2 3 1 1 322 V L 21 Batak HUkum 5 Kristen Ikut-ikutan 2 2 2 2 2 3 2 1 323 X L 26 Batak Fisiool 7 Kristen Ikut membantu teman 2 2 2 2 2 3 2 2 324 Y L 27 Cina Fisipol 11 Konghu chu Diajak senior 3 4 3 1 4 3 2 1 325 Z L 21 Jawa Fisiool 5 Kristen Membela diri 2 2 1 2 2 2 2 2 226 AA P 21 Satak Fisipol 7 Kristen Membela Kampus 2 2 2 1 3 4 " 2 2<.
27 SB L 28 Papua Flsipol 11 Kristen Ikut-ikutan 2 2 2 1 3 4 1 2 228 CC L 22 Batak Fisipol 7 Kristen Solidaritas ternan 2 2 2 2 2 3 3 2 329 DO L 23 Papua Fisipol 5 Kristen Solidaritas ternan 2 2 3 1 3 4 2 2 330 EE P 22 Satak Fisipol 7 Kristen Ikut-ikutan 2 2 2 3 3 2 2 2 2
Daftar 4.1 Validitas Skala Mengatasi Konf1ikR ELI A B I LIT Y A N A L Y SIS - seA L E (A L P H A)
Item-total Statistics
CorrectedItem
TotalCorrelation
Alphaif ItemDeleted Keterangan
VAROOOOlVAROOOD2VARDaD03VAR00004VARonoosVAROODOSVARoaOO?VAROOOOSVAR00009VAnDaOlavARDOOllVAR00012VAR00013VAR00014VAR00015VAR00016VAR00017VARODDlaVAR00019vAR0002aVAR00021VAR00022VAR00023VAR00024vAR0002sVAR00026VAROG02?VAR00028VAR00029VAR0003Q
-.0720.6190.6613
-.3481-.0701
.1907-.0952
.1978
.0661- .1667
.6199
.0636
.6908
.3590
.5930
.6651
.0757
.2394
.6641
.7079-.2248
.5536
.6216
.4014.7660.4206.6173.4872.3479.3030
.9061
.8987
.8986
.9074
.9055
.9031
.9063
.9032
.9046
.9069
.8986
.9043
.8981
.9016
.8988
.8987
.9043
.9029
.8986
.8980
.9084
.8995
.8990
.9012
.8970
.9011
.8993
.9001
.9017
.9021
tidak vaJ.idvalidvalidtidak vaJ.idtidak validtidak va1idtidak validtidak val.idtidak va1idtidak validvalidtidak va1.idvalidvalidvalidvalidtidak validvalidvalidvalidtidak validvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalid
VAR00031VAROD032VAROD033VAR00034VARQ0035VAROD036VAR00037VAROOD38VAR00039VAR00040VAR00041VARDOD42VAR00043VAROD044VAR00045VAR00046VAR00047VAR00048VAR00049VARDOD50VAR00051VAR00052VAROODS3
VAROOOS4VAR00055VAR00056VAROOOS7VAROOOS8VARQ0059VAR00060
.2421
.4747
.4877
.3017
.6464
.5889-.0865
.3838
.3708
.5791.5585.4335.7058.4464.6439.4313.0847
-.2428.3505.3931.1602.7465.4651
.2290
.2652
.13?0
.2113
.2234
.3418
.6057
.9027
.9005
.9006
.9022
.8988
.8994
.9053
.9014
.9015
.8996
.9000
.9009
.8982
.9006
.8989
.9009
.9045
.9080
.9017
.9012
.9034
.8975
.9007
.9028
.9025
.9040
.9032
.9030
.9018
.8986
validvalidvalidvalidvalidvalidtidak validvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidtidak validtidak val.idvalidvalidtidak validvalidvalidtidak val.idvalidt.idak validt.idak validt.idak validvalidvalid
Reliabili tyN of CasesAlpha
coefficients70.0
.9032N of Itemsr tabel
60.235
Reliabilitas Skala Mengatasi KonflikReliability CoefficientsN of Cases 70.0Reliabilitas Alpha .9409
N of Itemsr tabel.
41.235
Validitas Skala Mengatasi Konflik
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R ELI A B I LIT Y A N A L Y SIS S CAL E (A L P H A)
Statistics forSCALE
Mean135.2000
Variance367.9884
N ofStd Dev Variables19.1830 60
Item-total Statistics
ScaleMean
if ItemDeleted
ScaleVarianceif ItemDeleted
CorrectedItemTotal
Correlation
Alphaif ItemDeleted
VAR00001VAR00002VAR00003VAR00004VAR00005VAR00006VAR00007VAR00008VAR00009VAR00010VAR00011VAR00012VAR00013VAROOOHVAR00015VAR00016VAR00017VAR00018VAR00019VAR00020VAR00021VAR00022VAR00023VAR00024VAR00025VAR00026VAR00027VAR00028VAR00029VAR00030VAR00031VAR00032VAR00033VAR00034VAR00035VAR00036VAR00037VAR00038VAR00039VAR00040VAR00041
132.9429132.7000132.6286132.1286132.0714133.2571132.5000132.7714132.8429132.7571132.8429133.1571132.9286132.6857132.9714132.9429132.5000132.6429132.8714133.0857133.0286133.0571132.9143132.5143133.1429133.0857133.4857133.2000133.3429133.3143132.9714132.9429133.2286133.0000133.2857132.7000132.9714132.9571132.5286133.3714133.4714
369.6489345.7493347.3963376.8093369.4586361.9039370.4275360.9325365.0909372.7952345.6126365.5257344.9948356.5954345.0716348.1706365.0942358.7257347.2441345.0940375.6513348.8083348.7462356.3404341.2547355.8186350.2244349.8145356.7793358.5375360.5789353.2141354.6137357.4203348.2070349.8652369.7963355.6648357.1224350.9035352.8035
-.0720.6190.6613
-.3481-.0701
.1907-.0952
.1978
.0667-.1667
.6199
.0636
.6908
.3590
.5930
.6651
.0757
.2394
.6641
.7079-.2248
.5536
.6216
.4014
.7660
.4206
.6173
.4872
.3479
.3030
.2421
.4747
.4877
.3017
.6464
.5889-.0865
.3838
.3708
.5791
.5585
.9061
.8987
.8986
.9074
.9055
.9031
.9063
.9032
.9046
.9069
.8986
.9043
.8981
.9016
.8988
.8987
.9043
.9029
.8986
.8980
.9084
.8995
.8990
.9012
.8970
.9011
.8993
.9001
.9017
.9021
.9027
.9005
.9006
.9022
.8988
.8994
.9053
.9014
.9015
.8996
.9000
VAROO042 133.3571 354.4358 .4335 .9009VAROO043 132.9714 346.2890 .7058 .8982VAROO044 133.0000 351.6232 .4464 .9006VAROO045 133.3429 348.9532 .6439 .8989VAROO046 132.7000 353.8362 .4313 .9009VAROO047 132.7286 364.2876 .0847 .9045VAROO048 133.0286 375.6513 -.2428 .9080VAROO049 133.4000 357.4319 .3505 .9017VAROO050 133.4429 354.5402 .3931 .9012VAROO051 132.9143 363.0360 .1602 .9034VAROO052 132.9571 343.4909 .7465 .8975VAROO053 132.6714 354.5427 .4651 .9007VAROO054 133.0714 360.9948 .2290 .9028VAROO055 132.7429 358.. 9764 .2652 .9025VAROO056 132.3571 362.4068 .1370 .9040VAROO057 133.0286 360.1151 .2113 .9032VAROO058 132.7000 359.7493 .2234 .9030VAROO059 133.3286 355.8180 .3418 .9018VAROO060 133.3143 343.8128 .6057 .8986
Reliability CoefficientsN of Cases 70.0 N of Items 60Alpha .9032 r tabel .235
Exploreasal tempat kuliah
Case Processina SummarvCases
asal tempatValid Missing Total
kuliahN Percent N Percent N Percent
kemampuan UKI Salemba 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%mengatasi YAI Salemba 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%konflik
D . fescnp Ives
asal temoat kuliah Statistic Std. Errorkemampuan UKI Salemba Mean 87.6333 1.89584mengatasi konflik 95% Confidence Lower Bound 83.7559
Interval lor Mean Upper Bound 91.51085% Trimmed Mean 87.5185Median 89.5000Variance 107.826Std. Deviation 10.38395Minimum 69.00Maximum 111.00Range 42.00Interquartile Range 11.5000Skewness -.036 .427Kurtosis -.121 .833
YAI Salemba Mean 92.0333 1.8867395% Confidence I Lower Bound 88.1745Interval lor Mean I Upper Bound 95.89215% Trimmed Mean 92.2222Median 94.5000Variance 106.792Std. Deviation 10.33402Minimum 68.00Maximum 114.00Range 46.00Interquartile Range 14.2500Skewness -.275 .427Kurtosis -.038 .833
Tests 01 Narmalitv
asal tempat KolmoQorov-Smirnov(a) ShaDiro-Wilkkuliah Statistic dl Sia. Statistic dl SiQ.
kemampuan UKI Salemba .097 30 .200(") .969 30 .509mengatasi konflik VAl Salemba .113 30 .200(") .981 30 .857
* This IS a lower bound of the true significance.a Lillielors Significance Correction
Test of Homogeneitv of Variance
LeveneStatistic df1 df2 Sic.
kemampuan mengatasi Based on Mean . .069 1 58 .793konflik Based on Median .054 1 58 .817
Based on Median andwith adjusted df .054 1 57.813 .817
Based on trimmed.060 1 58 .807mean
Kemampuan Mengatasi KonflikNormal Q-Q Plots
Normal Q-Q Plot of kemampuan mengatasi konflik
For VAR00002= UKI Salemba2.0 r------------------------,
1.5
1.0
.5
0.0roE -.50Z'0 -1.0OJ
" -1.5OJQ.xW -2.0
60
./
70
..
.80
.90
.100 110
.12(
Obsel'\ed Value
a .. ""
Normal Q-Q Plot of kemampuan mengatasi konflik
ForVAR00002= YAI Salemba2.,----------------------,
/o
roE0Z"0 -1OJ-0OJ0-XW -2 .
60 70 80 90 100 110 12C
Observed Value
Detrended Normal Q-Q Plots
Detrended Normal Q-Q Rot of kema"l'uan mangatasl konfllk
For VAR00002= UKI Salemba.6,--------------------,
.4
.2.'
" '.ro 0.0 !-------------~--------jEOozE -.2o
'"~o -.4I-__~"-----_--~--__--_--_l
60 70 60 90 100 110 12C
Observed Value
[etrended Normal Q-Q Plot of kemaOlJuan mangatasi konflik
For VAR00002= YAI Salemba.4 ,-----------------.,
.2
-.0
rn -.2E(;zE -.40'=>w
-.60
60 70 80 90
oo
100 110 12C
Observed Value
Spread VS. Level Plot of VAROOOO 1 By VAR000022.7,--------------------
2.6
2.5
4.5~4.544.53
"0OJ~
[J; 2.4 I---~.----.~--~.---~---~--_l4.49 4.50 4.51 4.52
Level
* Piol of LN of Spread vs LN of Level
Slope = 3.944 Power for transformation ::: -2.944
T·Test
Group Statistics
Asal Tempat Kuliah N Mean Std. Deviation Std. ErrorMean
Kemampuan UKi Salemba 30 87.6333 10.38395 1.89584Mengatasi Konflik YAI Salemba 30 92.0333 10.33402 1.88673
Independent Samples TestLevene's Test for
Equality of t-test for Equality of MeansVariances
95% Confidence
F Sig.Sig. Mean Std. Error Interval of the
t df(2·tailed) Difference Difference Difference
Lower Upper
Kemampuan Equal variances .069 .793 -1_645 58 .105 -4.4000 2.67469 -9.75397 .95397Mengatasi assumedKonflik Equal variances -1.645 57.999 .105 -4.4000 2.67469 -9.75397 .95397not assumed