perbedaan pengaruh metode latihan dan kekuatan otot lengan terhadap prestasi tolak peluru ·...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU
(Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust dan
Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Disusun Oleh :
N A N G I M
NIM: A.120809115
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU
(Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust dan
Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan)
Disusun Oleh :
N A N G I M
NIM: A.120809115
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal : Pebruari 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr.H.M. Furqon H, M.Pd Prof. Dr.H. Muchsin Doewes, dr ,AIFO NIP : 19600727 198702 1 001 NIP. 19480531 197603 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr.Sugiyanto NIP. 19491108 197609 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU
(Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust dan
Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan)
Disusun Oleh :
N A N G I M
NIM: A.120809115
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. Sugiyanto ............................ Sekretaris : Dr. Kiyatno, M.Or,AIFO .............................
Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd. .............................
2. Prof. Dr. H. Muchsin Doewes, dr, AIFO. ............................
Direktur PPs UNS,
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
Surakarta, Pebruari 2011 Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 19491108 197609 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : N A N G I M
NIM : A.120809115
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU (Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan)
Adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan pada daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Pebruari 2011
Pembuat Pernyataan
Nangim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang
lebih terhormat daripada adab dan tidak ada kawan yang lebih bagus daripada
akal, tidak ada yang mulia kecuali Iman dan taqwa.
( Al Imam Al Mawardi )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada :
Ibu dan Bapak Tercinta,
Isteri dan Anakku Tersayang,
Saudara-saudaraku Tersayang,
Almamaterku Tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya, sehingga
penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penyelesaian tesis mengalami berbagai
kesulitan dan hambatan, berkat bantuan dari berbagai pihak berbagai kesulitan dan
hambatan yang timbul tersebut dapat diatasi. Dalam kesempatan ini diucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp. KJ (K). selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian pengarahan dan
bantuannya.
3. Prof. Dr. Sugiyanto selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr.H.M. Furqon H, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis.
5. Prof. Dr. H. Muchsin Doewes, dr,AIFO selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis.
6. Drs. Wachidin selaku Kepala SMA Negeri Punung Kab. Pacitan yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
7. Teman-teman yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
8. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan
penulisan tesis ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan balasan-Nya kepada mereka
dengan yang lebih baik. Amin.
Surakarta, Pebruari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
NANGIM, NIM: A.120809115, 2011. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP PRESTASI TOLAK PELURU (Study Eksperimen Metode Latihan Plyometrik Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass pada Siswa Putra SMA Negeri Punung, Kabupaten Pacitan)
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara Latihan Heavy Bag Thrust dan Medecine Ball Chest Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. (2) Perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah. (3) Pengaruh interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Punung Kab. Pacitan selama 2 bulan. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 X 2. Populasi penelitian ini adalah siswa putra SMA Negeri Punung Kab. Pacitan yang berjumlah 64 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling, sampel yang diambil sebanyak 40 siswa, terdiri dari 20 siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan 20 siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah. Variabel yang diteliti yaitu variabel bebas : variabel manipulatif dan variabel atributif, serta satu variabel terikat. Variabel manipulatif terdiri dari latihan Heavy Bag Thrust dan latihan Medicine Ball Chest Pass. Variabel atributif terdiri dari kelompok sampel dengan kekuatan otot lengan tinggi dan rendah. Variabel terikat yaitu prestasi tolak peluru . Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis varians ( ANOVA ) dua jalur.
Kesimpulan: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru (Fhitung = 13,4812 > F tabel = 4.11 ) . (2) Ada perbedaan hasil prestasi tolak peluru yang signifikan ( Fhitung = 10,3802 > F tabel = 4.11 ) antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah, dimana siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi lebih baik dari siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah. (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan latihan dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru (Fhitung = 62,4512 > F tabel = 4.11 ), dimana latihan Heavy Bag Thrust lebih cocok diterapkan pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi sedangkan latihan Medicine Ball Chest Pass lebih cocok diterapkan pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Kata Kunci : Latihan Plyometrics, Latihan Heavy Bag Thrust, Latihan Medicine Ball Chest Pass , Kekuatan otot lengan, Prestasi Tolak Peluru
ABSTRACT
NANGIM, NIM: A. 120809115, 2011. THE EFFEECT OF PLYOMETRICS TRAINING AND ARM MUSCLE POWER TO IMPROVING SHOOT PHUT ACHIEVEMENT. (Study Experiment Heavy Bag Thrust Training and Medicine Ball Chest Pass , Student SMA Negeri Punung Kab. Pacitan).
The aims of this research are to find out : (1) The differences of effect between Heavy Bag Thrust Training and Medicine Ball Chest Pass to improve shoot phut achievement. (2) The differences shoot phut achievement between student who have high and low arm muscle power. (3) The effect of interaction between Plyometric training and arm muscle power to improve shoot phut achievement.
This research was held at SMA Negeri Punung Kab. Pacitan for two months. This research used experiment method 2 X 2 factorial design. The population of this research were 64 boys student to SMA Negeri Punung Kab. Pacitan. The sampling technique was purposive random sampling, the samples taken as 40 student, consisted of 20 student who have high arm muscle power and 20 student who have low arm muscle power. The variables were independent variables consisted of two factors, there were manipulative variable and attributive variables and one bound variable. Manipulative variables consisted of Heavy Bag Thrust Training and Medicine Ball Chest Pass . Attributive variables consists of groups of samples with high and low arm muscle power. Bound Variables in this research is shoot phut achievement. Technique of data analysis in this research were used varians analysis (ANAVA) two lanes.
Conclusion: (1) There is a significant of difference effect between Heavy Bag Thrust. Training and Medicine Ball Chest Pass to shoot phut achievement, (Fhitung = 13,4812 > F tabel = 4.11 ) . (2) There is a significant difference of shoot phut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
achievement ( Fhitung = 10,3802 > F tabel = 4.11 ) between student who have high and low arm muscle power, which student who have high arm muscle power was better than student who have low arm muscle power. (3) There is a significant interaction effect between Plyometric training and arm muscle power to improve shoot phut achievement (Fhitung = 62,4512 > F tabel = 4.11 ), where the Heavy Bag Thrust Training more suitable to be applied to the student who have high arm muscle power while Medicine Ball Chest Pass Training more suitable to be applied to the student who have low arm muscle power.
Key word : Plyometric training, Heavy Bag Thrust Training, Medicine Ball Chest Pass Training, arm muscle power, Shoot Phut Achievement .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berolahraga merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
setiap orang untuk menunjang derajat kesehatan dan kebugaran jasmani nya.
Pentingnya peran kesehatan, dalam lembaga pendidikan maka dilaksanakan
kegiatan olahraga yang disebut pendidikan jasmani dan kesehatan .Pendidikan
jasmani merupakan salah satu jenis pendidikan yang mengutamakan gerak tubuh
atau aktivitas jasmani yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara
keseluruhan.
Pendidikan jasmani mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan
jasmani anak dan potensi lainnya seperti afektif, kognitif dan psikomotor.
Aktivitas gerak sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani telah
dituangkan dalam silabus pembelajaran. Mata pelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan salah satu program pendidikan umum dalam kurikulum pendidikan
yang diberikan pada setiap jenjang sekolah. termasuk mata pelajaran pendidikan
jasmani dan kesehatan harus diberikan kepada siswa adalah cabang olahraga
atletik, salah satu nomor atletik adalah tolak peluru.
Cabang olahraga atletik perlu dikembangkan dan ditingkatkan prestasinya
di masyarakat, termasuk di lingkup pendidikan sekolah. Hal ini tepat sekali
karena selain sebagai sarana pembinaan fisik,mental dan sosial masyarakat
sekolah adalah kader-kader penerus bangsa seperti yang disebutkan dalam
GBHN (Tap MPR RI No. II/MPR/1993) sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Pembinaan dan pengembangan Olahraga yang merupakan bagian upaya
peningkatan kualitas manusia Indonesia pada peningkatan kesehatan
jasmani, mental dan rokhani ,serta ditunjukkan untuk pembentukan
watak dan kepribadian,disiplin dan sportivitas yang tinggi serta
peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggan
Nosional.
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang wajib diajarkan
dalam pendidikan jasmani. Atletik diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) Sekolah Menengan Atas (SMA/SMK).
Nomor-nomor atletik yang diajarkan meliputi jalan, lari, lompat dan lempar. Dari
tiap-tiap nomor tersebut didalamnya terdapat beberapa nomor yang dilombakan
atau dipertandingkan. Untuk nomor lari terdiri atas : lari jarak pendek, jarak
menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung dan lari cross
country. Nomor lompat meliputi lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit,
lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing,
tolak peluru dan lontar martil.
Berkaitan dengan nomor-nomor atletik tersebut, penelitian ini akan
mengkaji dan meneliti nomor lempar . Melempar merupakan salah satu aktivitas
pengembangan kemampuan daya gerak siswa yaitu bertindak melakukan suatu
bentuk gerakan dengan anggota badan nya secara lebih terampil.
Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar yang mempunyai istilah
berbeda dengan nomor lempar lainnya. Hal ini karena gerakan menolak tidak
melempar. Ditinjau dari gaya tolak peluru dibedakan atas dua gaya yaitu : gaya
ortodhox (menyamping) dan gaya obrein (membelakang). Dikatakan gaya
menyamping karena, sikap badan pada waktu menolak menyamping dari sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
lemparan, sedangkan dikatakan gaya mebelakangi karena pada waktu menolak
posisi badan membelakangi sektor lemparan.
Berkaitan dengan gaya tolak peluru, penelitian ini akan mengkaji dan
meneliti tolak peluru gaya menyamping (orthodox). Untuk menolakkan peluru
sejauh-jauhnya tidaklah mudah. Ada beberapa unsur yang dapat mempengaruhi
pencapaian prestasi tolak peluru. Kemampuan fisik yang memadai dan menguasai
teknik yang benar merupakan bagian yang dapat mempengaruhi pencapaian
prestasi tolak peluru. Kemampuan fisik dan teknik merupakan komponen yang
saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Teknik tolak peluru dapat dikuasai
dengan baik, jika didukung kemampuan fisik yang memadai. Hal ini karena,
dalam pelaksanaan teknik tolak peluru pasti melibatkan kemampuan fisik. Adapun
teknik tolak peluru terdiri dari : cara memegang dan meletakkan peluru, sikap
badan pada waktu akan menolak, cara menolak peluru dan sikap akhir setelah
menolak. Untuk mencapai tolakkan yang sejauh-jauhnya, maka teknik-teknik
tersebut harus dikuasai.
Untuk dapat menolakkan peluru sejauh-jauhnya tidaklah mudah .
kemampuan fisik yang memadai dari otot-otot lengan sangat dibutuhkan. Pada
saat menolakkan peluru otot-otot lengan harus dikerahkan secara maksimal.
Sadoso Sumosardjuno (1994:58) menyatakan bahwa “otot-otot bagian atas yang
sangat penting untuk gerakan melempar adalah otot punggung bagian atas, otot
trapesius, otot pektoralis bagian atas, otot deltoideus, otot tricep, serta otot pada
lengan dan pergelangan”. Hal ini berarti, untuk menolakkan peluru secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
maksimal otot-otot lengan dan otot pergelangan tangan harus dikerahkan secara
maksimal dalam satu pola gerakan yang tepat.
Pada umumnya seorang atlet tolak peluru memiliki perawakan tubuh yang
tinggi besar dan kuat. Tamsir Riyadi ( 1985:121 ) menyatakan “ Dalam usaha
pencapaian prestasi secara maksimal, bentuk tubuh seseorang (besar,tinggi,kekar
dan berat) juga sangat besar pengaruhnya terhadap hasil lemparan “ Hal ini
berarti, bentuk tubuh yang tinggi dan kekar sudah barang tentu disertai bagian-
bagian tubuh yang ideal diantaranya lengan dan tungkai nya panjang. Lengan
yang panjang harus mampu dimanfaatkan secara optimal pada teknik yang benar.
Lengan yang panjang tentu mempunyai jarak jangkauan yang lebih panjang,
sehingga hal ini dapat mempengaruhi jauhnya tolakan.
Ditinjau dari Gerakan tolak peluru gaya ortodhok terdiri atas pada gerakan
kaki berdiri dengan satu kaki dan kaki lainnya diayun, untuk selanjutnya digeser
kedepan. Hal ini berarti, kemampuan berdiri dengan stabil sangat penting untuk
dapat melakukan teknik menolak dengan baik. Kemampuan seseorang atlet berdiri
dengan stabil dengan tetap menjaga keseimbangan akan mendukung gerakan
menolakkan peluru. Semakin tubuh seimbang saat akan menolakkan peluru, maka
gerakan menolakkan peluru dapat dilakukan dengan baik, sehingga dapat
mendukung pencapaian prestasi yang optimal.
Peningkatan prestasi merupakan salah satu tujuan pendidikan dan olahraga.
Salah satu nomor dalam cabang atletik yang belum mampu menunjukkan prestasi
terbaiknya diarena Internasional adalah di nomor tolak peluru salah satu jalan
dapat ditempuh adalah dengan berlatih yang teratur dan terus menerus dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
asuhan seorang pelatih atau guru olahraga yang profesional, dalam arti
mempunyai pengetahuan yang luas dan memahami dengan benar azas-azas
olahraga untuk tujuan prestasi yang diharapkan.
Berusaha dan terus berusaha mendapatkan jalan baru untuk meningkatkan
prestasi keolahragaan di Indonesia adalah tanggung jawab Negara, sebagai
pelatih,guru olahraga, pembinaan olahraga dan ilmuwan olahraga khususnya atlet
itu sendiri. .
Untuk mencapai prestasi tinggi pada nomor tolak peluru maka unsur
kekuatan otot lengan dengan usaha eksplosif (ledakan) sangat diperlukan.
Sedangkan dua gerak yang dimaksud adalah gaya gerak otot atau muscule
explosive power.
Dari pendapat diatas apabila diamati pada atletik tolak peluru akan terlihat
sekali pada saat setelah melakukan awalan dengan membungkuk, lalu dengan
cepat dan tenaga sekuat-kuatnya melontarkan peluru terjadilah daya ledak otot
lengan yang diikuti dengan kaki kanan bagi pelontar yang menggunakan tangan
kanan) berfungsi untuk mendorong tubuh naik keatas yang diikuti dengan
meluruskan lengan pemegang peluru sedangkan lengan satunya sebagai
keseimbangan.
Dalam berbagai cabang olahraga, kualitas unsur gerak fisik yang dituntut
mencapai prestasi secara khusus berbeda-beda. Sama halnya dengan ciri-ciri
biologis yang diperlukan dalam gerak menyangkut kualitas serta ketetapan dalam
melaksanaakan suatu gerak olahraga. Demikian halnya dalam suatu latihan fisik,
meskipun dalam latihan prinsip-prinsip sama, tetapi dalam latihan pada unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
geraknya tertentu akan berbeda atau porsi latihan yang diberikan kepada setiap
cabang olahraga.
Dengan mengenal dan mengetahui uraian tenatang analisis gerakan dari
suatu cabang olahraga diharapkan pelatih atau guru olahraga untuk selanjutnya
menganalis sendiri tentang teknik olahraga yang diajarkan. Mengingat tolak
peluru sebagian besar telah diajarkan disekolah-sekolah baik disekolah negeri
maupun swasta, maka untuk memperbaiki prestasi tolak peluru di Indonesia
sebaiknya juga dimulai dari sekolah dasar.
Selanjutnya tolak peluru itu sendiri salah satu faktor pokok yang
mempengaruhi prestasi adalah struktur dan postur tubuh. Hal ini dapat dibuktikan
memperhatikan penampilan bagi sebagian besar atlet yang mengikuti nomor
lempar dan tolak peluru di arena Sea Games, Asean Games, maupun Olimpiade
memperhatikan bentuk tubuh yang besar dan kuat. Sebab tubuh yang besar dan
kuat dengan otot-otot tubuh, utamanya otot lengan dan bahu akan menghasilkan
lemparan maupun tolakan yang terjauh. Sedangkan di nomor tolak dan lempar
yang menjadi ukuran prestasi adalah jauh lemparan atau tolakan nya. Sehingga
untuk melakukanya menuntut kekuatan otot dan teknik lemparan atau menolak
yang tepat.
Mengenai pentingnya kekuatan otot pada nomor-nomor lempar dan tolak
peluru menurut Sadoso Sumosardjono (1990:27) dikatakan bahwa: “Nomor tolak
peluru adalah kegiatan olahraga yang lebih condong kekuatan terutama dengan
usaha eksplosif (ledakan)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahawa untuk mencapai prestasi
tinggi pada nomor tolak peluru maka unsur kekuatan otot lengan dengan usaha
ekssplosif (ledakan) sangat diperlukan. Sedangkan gaya gerak yang dimaksud
daya gerak otot atau muscule explosive power.
B. Identivikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Pendidikan jasmani dan kesehatan belum dioptimalkan di sekolah untuk
meningkatkan derajat kesehatan pada siswa.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi untuk meningkatkan tolak peluru.
3. Siswa belum diketahui kondisi fisiknya dan kekuatan otot lengan yang
dapat mendukung kemampuan tolak peluru.
4. Siswa belum memanfaatkan kemampuan kekuatan otot lengan secara
maksimal dalam melakukan tolak peluru.
5. Untuk meningkatkan prestasi tolak peluru dengan melakukan latihan
plyometrik.
6. Jenis latihan plyometrik Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass
C. Pembatasan Masalah.
Pembatasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan pengaruh Metode latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball
Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
2. Perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot
lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah.
3. Pengaruh interaksi antara metode latihan dan kekuatan otot lengan
terhadap prestasi tolak peluru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat
merumuskan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan Heavy Bag Thrust dan
Medicine Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru.
2. Adakah perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki
kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah.
3. Adakah pengaruh interaksi antara metode latihan dan kekuatan otot
lengan terhadap prestasi tolak peluru.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh metode latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine
Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru pada siswa putra kelas XI
SMA Negeri Punung, Kabupaten Pacitan.
2. Perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot
lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah.
3. Pengaruh interaksi antara metode latihan dan kekuatan otot lengan
terhadap prestasi tolak peluru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
F. Manfaat Penelitian.
Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat ;
1. Bagi Guru dan pelatih dapat memberikan dan menambah wawasan
tentang pengaruh metode latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest
Pass terhadap prestasi tolak peluru.
2. Memberikan sumbangan pengetahuan kepada para pelatih / guru
pendidikan jasmani tentang pentingnya metode latihan yang tepat untuk
meningkatkan prestasi tolak peluru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Tolak Peluru
a. Pengertian Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu nomor lempar yang terdapat dalam cabang
olahraga siswaik. Meski pun termasuk dalam nomor lempar, namun
penggunaan istilahnya bukan lempar peluru, tetapi tolak peluru. Hal ini karena,
peluru tidak dilemparkan, tetapi ditolakkan atau didorong dari bahu. Menurut
istilah tolak peluru, Aip Syarifuddin (1992:144) “ Tolak peluru adalah suatu
bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat
tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang dilakukan dari bahu dengan satu
tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya”
Berdasarkan pengertian tolak peluru tersebut menunjukkan bahwa,
peluru adalah suatu alat yang bundar terbuat dari logam, tembaga atau
kuningan yang memiliki berat tertentu yang dalam pelaksanaannya harus
ditolakkan dari bahu untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Adapun berat
peluru yang dipergunakan dalam perlombaan resmi yang diselenggarakan
PASI peluru untuk putra sebesar 7,257 kg dan bagi peserta wanita 4 kg,
menurut Soegito (1992:22) yaitu “ Pengguanaan peluru yang digunakan di
sekolah-sekolah menengah, bagi anak laki-laki digunakan peluru seberat 5 kg
dan untuk anak perempuan seberat 3 kg” Sedangkan dalam pelaksanakan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
menolakkan peluru dapat dilakukan dengan menyamping (gaya orthodox) atau
membelakangi sektor lemparan (gaya obrein)
b. Tolak Peluru Gaya Ortodhox
Untuk mencapai prestasi tolak peluru yang maksimal adalah dengan
menolakkan peluru sejauh-jauhnya dan dinyatakan sah berdasarkan peraturan
yang berlaku. Dalam pelaksanaan menolakkan peluru disebut dengan gaya
tolak peluru ada dua macam yaitu gaya ortodhox dan gaya obrein. Dikatakan
gaya orhodhox atau menyamping karena sikap saat akan melakukan tolakan
menyamping sektor lemparan. Menurut Tamsir Riyadi (1985:126) disebut gaya
menyamping karena :”sikap permulaan berdiri miring, sehingga arah tolakan
disebelah samping”. Hal senada dikemukakan Jonath U Haag E, dan Krempel
R (1988:46) bahwa “teknik ortodhox yaitu menolak peluru lepas kesamping
setelah loncatan datar”
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tolak
peluru gaya ortodhox atau gaya menyamping merupakan cara menolak peluru,
dimana posisi badan saat akan menolakkan peluru menyamping dari sektor
lemparan. Gaya ortodhox ini sering digunakan untuk siswa-siswa sekolah,
karena gerakannya lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan gaya
membelakangi atau obrein. Seperti dikemukakan Tamsir Riyadi (1985:126)
bahwa “Gaya menyamping masih sering dipakai, terutama bagi siswa anak-
anak sekolah (SMP,SMA) .
c. Teknik Tolak Peluru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional
yang memungkinkan tercapainya hasi-hasil yang baik didalam suatu
perlombaan maupun latihan. Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut
adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya.
Peningkatan prestasi tolak peluru selalu menuntut perubahan teknik dari gaya
depan, gaya menyamping, dan gaya membelakang. Hal ini berarti, setiap saat
teknik selalu berkembang sesuai dengan tuntutan peningkatan prestasi olahraga
atau terjadi sebaliknya dengan diketemukan nya teknik-teknik baru, maka
prestasi olahraga menjadi meningkat.
Untuk mencapai prestasi tolak peluru gaya orthodox, maka harus
menguasai teknik tolak peluru dengan baik dan benar. Dengan menguasai
teknik tolak peluru akan memberi peluang pencapaian prestasi yang optimal.
Menurut Aip Syarifudin (1992:145) “ teknik tolak peluru yaitu :(1) cara
memegang peluru, (2) sikap badan pada waktu akan menolak peluru, (3) cara
menolak peluru, (4) sikap badan setelah menolakkan peluru”.
Untuk lebih jelas teknik pelaksanaan tolak peluru gaya ortodhox
dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
1). Cara Memegang Peluru
Cara memeggang peluru merupakan tahap awal dalam gerakan
tolak peluru. Menurut Jerver J,(2005:80) salah satu tujuan memegang peluru
yaitu “mendapatkan pegangan yang paling efisien, sehingga penyaluran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
tenaga cukup efektif sewaktu peluru tersebut ditolak kan”. Adapun cara
memegang peluru meurut Agus Mukholid (2004:109) sebagai berikut:
(1) Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas atau pada ujung telapak tangan, yang dekat dengan jari-jari tangan. Jari-jari tangan direnggangkan atau dibuka. Jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang atau menahan bagian samping agar peluru tidak tergelincir kedalam atau keluar, sedangkan jari-jari yang lain bertugas menahan, menekan dan memegang peluru bagian belakang, ibu jari menahan ke dalam dan jari kelingking menahan keluar.
(2) Setelah peluru dapat di pegang dengan baik, letakkan pada bahu dan menempel (melekat) di leher. Siku diangkat ke samping sedikit agak serong kedalam. Lengan yang tidak memegang peluru menjaga keseimbangan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi cara memegang peluru
sebagai berikut :
Gambar 1. Cara Memegang Peluru
(Agus Mukholid, 2004:108)
2). Sikap Badan pada Waktu Akan Menolak Peluru.
Sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru berkaitan dengan gaya
tolak peluru, Seperti telah dijelaskan di atas bahwa, cara menolakkan peluru
ada dua cara yaitu menyamping dan membelakangi sektor lemparan. Dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
ini akan diuraikan cara atau sikap padan pada waktu akan menolakkan peluru
menyamping. Menurut Agus Mukholid (2004:109) sikap badan pada waktu
akan menolakkan peluru menyamping sebagai berikut:
(1) Berdiri tegak menyamping kearah tolakan, kedua kaki di buka lebar. Kaki
kiri lurus kedepan, sedangkan kaki kanan lututnya dibengkokkan kedepan
sedikit agak serong ke samping kanan,badan agag condong kesamping
kanan.
(2) Tangan kanan memegang peluru pada bahu, sedangkan lengan kiri dengan
siku dibengkokkan didepan sedikit agak serong keatas.
(3) Tangan dan lengan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga
keseimbangan, pandangan ditunjukkan ke arah tolakan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi sikap badan pada
waktu akan menolakkan peluru sebagai berikut:
Gambar : 2 Sikap Badan pada Waktu Akan Menolak Gaya Menyamping
(Agus Mukholid, 2004:109)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
3). Cara Menolakkan Peluru
Cara menolakkan peluru merupakan tahapan ke tiga dari serangkaian
gerakan tolak peluru. Menurut Aip Syarifudin (1992:148) pelaksanaan
cara menolakkan peluru gaya ortodhox sebagai berikut :
(1) Bersamaan dengan memutar ke arah tolakan, siku ditarik serong ke
atas ke belakang (ke arah samping kiri), pinggul dan pinggang serta perut
didorong ke depan agak keatas hingga dada terbuka menghadap ke depan
serong ke atas ke arah tolakan. Dagu di angkat atau agak ditengadahkan,
pandangan ke arah tolakan.
(2) Pada saat seluruh badan (dada) menghadap kearah tolakan,
secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat-kuatnya ke atas ke depan ke arah
tolakan (parabola) bersamaan dengan bantuan menolakkan kaki kanan
dan melonjakkan seluruh badan ke atas serong kedepan (kalau menolak
dengan tangan kanan, sedangkan jika dengan tangan kiri sebaliknya)
Untuk lebih jelas berikut ini disajiakn ilustrasi gerakan cara
menolakkan peluru gaya menyamping sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
Gambar : 3 Cara Menolakkan Peluru Gaya Ortodhox.
(Agus Mukholid, 2004:110)
4). Sikap Badan Setelah Menolakkan Peluru
Sikap akhir setelah menolakkan peluru merupakan salah satu faktor yang
menentukan sah dan tidaknya tolakan yang dilakukan. Menurut Agus
Mukholid (2004:110) sikap badan setelah menolakkan peluru sebagai berikut:
(1) Setelah peluru lepas dari tangan kanan, secepatnya kaki yang digunakan
untuk menolak itu diturunkan dan diletakkan kembali pada tempat bekas
injakan kaki kiri , dengan lutut agak dibengkokkan.
(2) Kaki yang berada didepan (kaki kiri) diangkat kebelakang lurus dan
santai, untuk membantu menjaga keseimbangan.
(3) Badan condong ke depan, dagu diangkat dan badan agak miring ke
samping kiri, pandangan kearah jatuhnya peluru.
(4) Tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit
agak dibawah badan, lengan kiri lemas dan lurus kebelakang untuk
membantu menjaga keseimbangan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi sikap badan menolakkan peluru sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
Gambar : 4 Sikap Badan Setelah Menolakkan Peluru
(Agus Mukholid, 2004:111)
Teknik pelaksanaan tolak peluru tersebut penting untuk dikuasai oleh
setiap siswa tolak peluru. Penguasaan teknik yang baik akan dapat mendukung
pencapaian prestasi tolak peluru lebih maksimal. Dalam pelaksanaannya teknik
tolak peluru gaya ortodok tersebut harus dirangkaikan dengan baik dan
harmonis.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Tolak Peluru.
Mencapai prestasi yang semaksimal mungkin adalah salah satu tujuan
dalam perlombaan atletik termasuk tolak peluru. Untuk mencapai prestasi yang
tinggi terlepas dari dukungan berupa faktor. Menurut Jonath U. Haag E. and
Krempel R. (1988:44- 45) faktor-faktor terpenting yang menentukan prestasi
pada tolak peluru antara lain: “(1) lintasan percepatan pelurunya, (2) tinggi
berangkat dan sudut berangkat peluru, (3) putaran antara poros bahu dan poros
pinggangnya, (4) percepatan peluru dan waktu mulai ditolak dan, (5)
pengakhiran semua tolakan tenaga bagian serta bersama dan pada saat yang
tepat, dan terutama koordinasi antara gerak lengan dan kaki”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mencapai
prestasi tolak peluru yang maksimal seorang siswa harus mampu menolak
peluru sejauh-jauhnya pada teknik yang tepat. Dalam hal ini seorang siswa
harus menguasai teknik menolak yang benar, pola gerakan yang benar dan
sudut tolakan yang tepat, sehingga peluru dapat terlontar sejauh mungkin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
Kesalahan teknik menolak dapat mempengaruhi kualitas tolakan yang
dilakukan.
2. Hakikat Latihan
Menurut Nossek. J (1995:3) “ Latihan adalah suatu proses atau
dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa
tahun,sampai siswa tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi ”.
Menurut Sukadiyanto (2002:1) menerangkan bahwa,” Pada prinsipnya latihan
merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk
meningkatkan: kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan
kualitas psikis anak latih”. Sedangkan menurut Harsono, (1988:102)
menyatakan bahwa,” Latihan juga bisa dikatakan sebagai sesuatu proses
berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian hari
jumlah beban latihannya kian bertambah ”.
Bompa Tudor O. (1990:3) menyatakan pula, “ Latihan adalah merupakan
kegiatan yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif
dan individual yang mengarah pada cirri-ciri fisiologis dan psikologis manusia
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan ”. Namun ada pula yang
menyatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan
tujuan meningkatkan fitness/kesegaran seorang siswa dalam suatu aktivitas
yang dipilih. Ini adalah proses jangka panjang yang semakin meningkat
(progresif) dan mengakui kebutuhan individu-individu siswa dan
kemampuanya. Program latihan dilakukan mengunakan latihan atau praktik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
untuk mengembangkan kualitas yang dituntut oleh suatu even ”. (Thomson,
Peter,J.L. 1993:61)
Latihan secara luas diartikan sebagai suatu intruksi yang diorganisasikan
dengan tujuan meningkatkan kemampuan fisik, psikis serta keterampilan baik
intelektual maupun keterampilan gerak olahraga. Dalam pembinaan olahraga
prestasi latihan didefinisikan sebagai persiapan fisik, teknik, intelektual, psikis,
dan moral. Selanjutnya dikatakan bahwa, ” Latihan adalah proses persiapan
secara sistematis dalam mempersiapkan siswa menuju kearah tingkat
keterampilan yang paling tinggi ” (Harre D. 1982:11). Melalui latihan
kemampuan seseorang dapat meningkatkan sebagian besar sestem dapat
menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa
dijumpai dari biasanya. ” Latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang
sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan
daya tahan ”. (Pate R., Clenaghan M.B., 1993:317)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan
(olahraga) adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar,
sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk
mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu peningkatan prestasi yang
optimal. Agar latihan mencapai hasil prestasi yang optimal, maka
program/bentuk latihan disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan
dasar individu, dengan memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau
azas-azas pelatihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
a. Prinsip-Prinsip Latihan
Keberhasilan dalam mencapai prestasi tertinggi bagi seorang siswa banyak
dipengaruhi oleh kesiapan program latihan, kemampuan pelatih serta
kemampuan fisik siswa. Semakin spesifik program latihan tersebut, semakin
besar pengaruh yang dicapai dalam penampilan. Untuk mencapai tujuan latihan
haruslah menganut prinsip-prinsip latihan. Prinsip-prinsip latihan merupakan
pedoman untuk menyusun program latihan yang terorganisir dengan baik.
Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan fisik, serta efektifitas
latihan dapat dicapai, maka dalam pelaksanaanya harus memperhatikan
prinsip-prinsip latihan.
Menurut Nossek. J (1995: 4) prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri dari:
1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut 2) Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu latihan
tersebut 3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus dengan
kemajuan spesialisasi 4) Prinsip pendekatan indivudal dan pembebanan individual 5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan intelektual
(kecerdikan) termasuk kemauan. Menurut Sukadiyanto (2002:12-22) menjelaskan bahwa ada beberapa
prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman
dalam satu kali tatap muka antara lain:
(a) Prinsip kesiapan (readiness), (b) Prisip individual, (c) Prinsip adaptasi, (d).
Prisip beban lebih (Overload), (e). Prinsip progresif (peningkatan), (f) Prinsip
spesifikasi (kekhususan), (g) Prinsip variasi, (h) Prinsip pemanasan dan
pendinginan, (i) Prinsip latihan jangka panjang (Long Term Training), (j)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
Prinsip berkebalikan (Reversibility), (k) Prinsip tidak berlebihan (Moderat), (l)
Prinsip sistematik.
Menurut Suharno HP. (1993: 7-13) prinsip-prinsip latihan adalah:
1) Latihan sepanjang tahun tanpa berseling (prinsip kontinyu dalam latihan) 2) Kenaikan beban latihan secara teratur 3) Prinsip individual (perorangan siswa) 4) Prinsip interval 5) Prinsip stress (penekanan) 6) Prinsip spesialisasi
Sedangkan menurut Harsono (1998:102-112) adalah:
1) Prinsip beban lebih (overload principle) 2) Prinsip perkembangan menyeluruh 3) Prinsip spesialisasi 4) Prinsip individualisasi
Menurut Nossek. J (1982:14) prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri dari:
1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut 2) Prinsip periodesasi dan penataan beban selama peredaran waktu latihan
tersebut 3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus dengan
kemajuan spesialisasi 4) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual 5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan intelektual
(kecerdikan) termasuk kemauan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan adalah
kaidah-kaidah atau prosedur yang harus diperhatikan dalam melaksanakan latihan
agar sasaran latihan dapat tercapai dengan maksimal. Prinsip-prinsip tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip latihan sepanjang tahun
Karena sifat adaptasi siswa terhadap beban latihan yang diterima adalah labil
dan sementara, maka untuk mencapai suatu prestasi maksimal, perlu ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
latihan sepanjang tahun dan terus menerus secara teratur, terarah, dan
berkesinambungan. Terus menerus dan berkesinambungan bukan berarti tidak
ada istirahat sama sekali. Agar dapat diketahui dengan jelas suatu latihan yang
sistematis, perlu ada periode-periode latihan.
2) Prinsip beban lebih
Beban latihan yang diberikan pada siswa harus cukup berat dan diberikan
berulang-ulang dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga merangsang
adaptasi fisik terhadap beban latihan. Kenaikan beban harus bertahap sedikit
demi sedikit agar tidak tejadi over training, dan proses adaptasi terhadap beban
terjamin keteraturannya.
3) Prinsip perkembangan menyeluruh
Prinsip perkembangan menyeluruh memberikan kebebasan kepada siswa untuk
melibatkan diri dalam berbagai aspek kegiatan agar ia memiliki dasar yang
kokoh guna menunjang ketrampilan khususnya kelak. Dengan melibatkan diri
dalam berbagai aktivitas, siswa mengalami perkembangan yang komprehensif
terutama dalam hal kondisi fisiknya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan,
kelincahan gerak dan sebagainya.
4) Prinsip individual
Setiap orang berbeda-beda baik fisik, mental, potensi, karakteristik belajarnya,
ataupun tingkat kemampuannya, karena perbedaan-perbedaan tersebut harus
diperhatikan oleh pelatih agar di dalam memberikan beban dan dosis latihan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
metode latihan, serta cara berkomunikasi dapat sesuai dengan keadaan dan
karakter siswa sehingga tujuan prestasi dapat tercapai.
5) Prinsip interval
Prinsip interval sangat penting dalam merencanakan latihan, karena berguna
dalam pemulihan fisik dan mental siswa. Dalam prinsip ini latihan-latihan yang
dilakukan menggunakan interval berupa waktu istirahat. Istirahat dapat
dilakukan dengan istirahat aktif maupun istirahat pasif. Perbandingan waktu
kerja atau latihan dengan waktu istirahat dapat pula menjadi beban latihan
untuk meningkatkan kemampuan fisik.
6) Prinsip tekanan
Prinsip tekanan atau stress menuntut latihan harus menimbulkan kelelahan
secara sungguh-sungguh baik kelelahan lokal maupun kelelahan total jasmani
dan rohani. Hal ini penting untuk meningkatkan prestasi, beban yang berat
berguna meningkatkan kemampuan organisme, situasi dan kondisi yang berat
untuk menggembleng mental yang diperlukan dalam menghadapi
pertandingan-pertandingan, meskipun demikian pemberian tekanan harus
disesuaikan dengan kondisi siswa.
7) Prinsip kekhususan
Latihan harus mempunyai bentuk dan ciri yang khusus sesuai dengan sifat dan
karakter masing-masing cabang olahraga.
b. Tujuan Latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
Tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah mencapai prestasi yang
maksimal, di samping itu Harre D. (1982:10) secara rinci mengemukakan
tujuan utama latihan adalah:
1) Untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, kekuatan dan daya tahan fisik 2) Untuk meningkatkan teknik dan koordinasi gerakan yang sesuai dengan
teknik dasar setiap cabang olahraga 3) Untuk meningkatkan taktik individu maupun kelompok 4) Untuk meningkatkan mental siswa 5) Untuk mengembangkan kepribadian siswa.
Latihan fisik mempunyai tujuan memberikan tekanan fisik secara teratur,
sistematik dan berkesinambungan, sehingga meningkatkan kemampuan di
dalam melakukan kerja atau atkivitas gerak. Tanpa kondisi fisik yang baik
siswa tidak dapat mengikuti proses latihan kondisi fisik dengan sempurna.
Latihan teknik bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk sikap
dan gerak melalui pengembangan motorik dan sistem saraf menuju gerakan
otomatis. Kesempurnaan teknik dasar tiap cabang olahraga akan menentukan
kesempurnaan gerak keseluruhan. Karenanya teknik dasar yang diperlukan
oleh tiap cabang olahraga harus dipelajari dan dikuasai dengan baik oleh siswa.
Taktik dapat diartikan sebagai suatu siasat yang digunakan untuk
memperoleh keberhasilan atau kemenangan secara sportif dengan
menggunakan kemampuan teknik individu. Teknik-teknik gerakan yang telah
dikuasai dengan baik, dikembangkan dan dilatih lebih keras lagi dalam setiap
latihan, sedangkan kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang
ada sebisa mungkin ditekan dan dicari suatu cara untuk menutup kekurangan
atau kelemahan tersebut. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
ada maka dapat dikembangkan suatu taktik untuk dapat menguasai dan
mengalahkan lawan atau mencapai kemenangan, bahkan dengan senjata
kekurangan yang ada sekalipun.
Latihan mental bertujuan untuk menjaga kestabilan emosi dan
meningkatkan motivasi. Harsono (1988:101) mengemukakan bahwa “Latihan
mental adalah latihan yang menekankan pada perkembangan kedewasaan
siswa, emosional, dan impulsif guna mempertinggi efisiensi mental siswa
terutama apabila siswa dalam situasi stress yang kompleks”. Jadi pada
prinsipnya latihan mental adalah untuk menghilangkan atau mengurangi beban
psikologis itu mental siswa yang dapat mengganggu penampilan atau prestasi
selama berlomba atau bertanding. Mental yang tinggi merupakan modal
tambahan yang sangat penting untuk menuju tahap kematangan juara, karena
sifat-sifat yang berupa semangat bertanding yang bernyala-nyala, tak kenal
menyerah dan berputus asa, selalu waspada, dan rasa percaya diri yang tinggi
menandakan bahwa siswa siap untuk menjadi seorang berkuasa.
Demikian pentingnya latihan sehingga para ahli olahraga dan ilmuwan
berusaha untuk meneliti lebih jauh cara metode yang dapat meningkatkan
kemampuan fisik yang lebih efektif dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta penemuan-penemuan sebelumnya.
Aktivitas latihan dipengaruhi oleh bentuk latihan, jenis latihan dan waktu
pelaksanaan latihan. Dengan demikian latihan akan merangsang kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
adaptasi fisik terhadap perkembangan fisiologis maupun psikologis untuk
melawan tekanan dalam latihan.
c. Metode Latihan
Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat yang digunakan
untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya latihan adalah sama dengan belajar, dimana
latihan adalah belajar dalam skala yang lebih intesif Rusli Lutan, (1988:397)
mendefinisikan ” Metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan dapat tercapai ”. Hal yang senada dikemukakan oleh
Winarno Surakhmad (1994:96) bahwa ” Metode adalah cara yang didalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan ”.
Dalam kamus bahasa Indonesia ” Metode diartikan sebagai cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam rangka mencapai
suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya ”.
Mengadopsi pendapat Singer , Robert, N (1980:25) jika dihubungkan
dengan latihan, maka ” Untuk mencapai tujuan latihan secara efektif dan
efisien, prosedur dan teknik yang harus dikerjakan pelatih dan siswa mencakup
tiga aspek, yakni akurat, efisien dan komunikatif ”.
Akurat mengandung arti bahwa informasi mengenai program latihan yang
disusun harus dapat dipahami dan diterima siswa dengan mudah, serta tepat
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Efisien berarti bahwa penggunaan
waktu dan tenaga diusahakan sesingkat mungkin tetapi diharapkan tujuan dapat
dicapai dengan baik dan hasil yang maksimal tanpa kelelahan yang berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
Komunikasi dalam hal ini adalah situasi lingkungan latihan yang diciptakan
harus dapat memberikan motivasi latihan yang baik bagi siswa, ada
kesepahaman antara pelatih dengan siswa dalam melaksanakan program latihan
yang disusun. Bila ada bentuk komunikasi antara pelatih dan siswa akurat,
efisien dan menarik maka semangat latihan dapat meningkat. Keberhasilan
pelatih dalam melatih didukung atas beberapa faktor diantaranya adalah
metode latihan.
Dalam masalah metode latihan fisik, dapat dibedakan menjadi dua macam
program latihan. Pertama program latihan peningkatan kondisi fisik, baik per
komponen maupun secara keseluruhan untuk meningkatkan status kondisi fisik
siswa bersangkutan untuk menghadapi pertandingan. Kedua, program latihan
mempertahankan kondisi fisik, yatu program latihan yang disusun sedemikian
rupa untuk mempertahankan kondisi fisik siswa berada dalam puncaknya.
Peningkatan kondisi fisik yang diperoleh melalui latihan dapat dilihat
berupa peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat merasa lelah, dan
peningkatan ketrampilan. Untuk itu diperlukan suatu program latihan yang
benar dan sesuai dengan tujuan dari latihan itu sendiri. Memperhatikan
beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang
sistematis untuk kelancaran pelaksanaan proses belajar atau berlatih dalam
mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Pada kenyataannya latihan harus mempunyai sasaran dan tujuan yang
nyata, yang mana pemenuhan sasaran dan tujuan jangka pendek maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
jangka panjang sangat penting untuk memotivasi seorang siswa dan
memungkinkan pelatih mendapatkan umpan balik apakah latihan yang
direncanakan itu efektif meningkatkan prestasi atau tidak.
d. Program Latihan Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan maka program
latihan disusun. Dalam penyusunan program latihan perlu diperhatikan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program latihan
tersebut dalam meningkatkan prestasi. Faktor-faktor tersebut adalah:
1). Intensitas latihan
Intensitas pelatihan adalah suatu dosis (jatah) pelatihan yang harus
dilakukan seorang siswa menurut program yang telah ditentukan.
Intensitas pelatihan yang dilakukan setiap kali berlatih harus cukup, apabila intensitas suatu pelatihan tidak memadai, maka pengaruh pelatihan terhadap peningkatan kualitas fisik sangat kecil atau bahkan tidak sama sekali. Sebaliknya apabila intensitas pelatihan terlalu tinggi kemungkinan dapat menimbulkan cidera atau sakit (M.Sajoto, 1995: 133).
Menurut Djoko Pekik Irianto (2002:54) “ Intensitas pelatihan adalah
ukuran kualitas latihan meliputi prosentase kinerja maksimum (Kg.m/detik),
prosentase detak jantung maksimal, prosentase VO2 max, kadar laktat darah
dan lain-lain “.
Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa dicapai sebagai
patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam laktat, dan ambang
rangsang anaerobik. “ Cara yang termudah untuk mengetahui intensitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
pelatihan sudah cukup atau belum yaitu dengan menghitung denyut nadinya
pada waktu pelatihan” Ngurah Nala, (1998:45). Selanjutnya kualitas suatu
intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan dari suatu aktivitas
ditentukan berdasarkan persentase dari denyut nadi. Makin kecil persentasenya
disebut intensitas rendah, sedangkan makin tinggi persentasenya disebut
intensitas supermaksimal. Tingkat intensitas ini terdiri dari terendah sampai
tertinggi Ngurah Nala, (1998: 45), terdiri atas :
a). Intensitas Rendah : 30% - 50% Denyut Nadi
b). Intermedium : 50% - 70% Denyut Nadi
c). Medium : 70% - 80% Denyut Nadi
d). Submaksimal : 80% - 90% Denyut Nadi
e). Maksimal : 90% - 100% Denyut Nadi
f). Supermaksimal : 100% - 105% Denyut Nadi
Ngurah Nala (1992:38) menyatakan bahwa apabila intensitas suatu
pelatihan diambil berdasarkan denyut nadi maka, dapat diukur dengan
menggunakan dalil sebagai berikut:
Teknik menghitung denyut nadi yang digunakan adalah dengan cara memegang dan merasakan denyut nadi dengan menggunakan ketiga jari tangan (telunjuk, jari tengah, jari manis) pada nadi pergelangan tangan, pada daerah pengumpul, radialis, lalu dirasakan dan setelah detakan baru dihitung selam 30 detik. Hitungan selama 30 detik, lalu dikalikan 2, sehingga hasil perkalian tersebut merupakan jumlah denyutan per menit Ngurah Nala, (1992:72).
Denyut Nadi Maksimal : 220 – Umur.
Denyut Nadi Optimal : (220 – Umur) – 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
Sedangkan penghitungan denyut nadi yang lain biasanya dilakukan dengan
palpasi pada arteri radialis atau arteri coratid selama 15 detik selanjutnya
hasilnya dikalikan empat.
Tabel 1.
Zona Latihan Berdasarkan Denyut Nadi
Zona Tingkat Denyut Nadi (Dt/Mnt)
01 Rendah 120-150
02 Sedang 150-170
03 Tinggi 170-185
04 Maksimum > 185
Sumber : Djoko Pekik Irianto, 2002:57
Dari pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: “ Pelatihan
Plyometric Heavy Bag Trhust dan Medicine Ball Chest Pass dapat
meningkatkan daya ledak (power) otot lengan secara efektif, apabila intensitas
pelatihan adalah 50% - 70% “. Ngurah Nala, (1992:38).
2) Lama latihan
Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau bulan
program latihan itu dijalankan sehingga seorang siswa dapat mencapai kondisi
yang diharapkan. Lama latihan ditentukan berdasarkan kegiatan latihan per
minggu, per bulan atau aktivitas latihan yang dilakukan dalam jangka waktu
per menit atau jam. Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan.
Bila intensitas latihan tinggi maka durasi latihan lebih singkat, sebaliknya bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
intensitas latihan rendah maka durasi latihan lebih panjang. Fox E.L, Mathew,
DK dalam M. Sajoto (1995:70) menyatakan bahwa “ Lama latihan hendaknya
dilakukan 4 – 8 minggu ”, sedangkan Harsono (1988:117) berpendapat bahwa
“ Untuk tujuan olahraga prestasi, lama latihan 45-120 menit dan untuk olahraga
kesehatan lama latihan 20-30 menit dan training zone ”.
Berdasarkan uraian di atas, maka waktu pelatihan pada penelitian ini
adalah 2 bulan atau selama 18 kali pelatihan dengan frekuensi pelatihan 3 kali
seminggu dimana tidak termasuk tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).
“Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan Plyometrik Heavy Bag Thrus dan
Medicine Ball Chest Pass , hingga mencapai daerah pelatihan (training zone),
yaitu 50% - 70% .” Ngurah Nala, (1992:38)
3) Frekuensi latihan
Yang dimaksud dengan frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif
yang dilakukan dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus
memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak
harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang
tidak sama dalam beradaptasi dengan program latihan. Bila frekuensi latihan
terlebih dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila frekuensi kurang maka tidak
memberikan hasil karena otot sudah kembali pada kondisi semula sebelum
latihan.
Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter
olahraga yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
minggu untuk memberi kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan beban
latihan. M.Sajoto (1995:35) mengemukakan bahwa: ” Program latihan yang
dilaksanakan 4 kali setiap minggu selama 6 minggu cukup efektif, namun para
pelatih cenderung melaksanakan 3 kali setiap minggu untuk menghindari
terjadinya kelelahan yang kronis, dengan lama latihan yang dilakukan selama 6
minggu atau lebih ”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa latihan dalam
penelitian ini adalah suatu program latihan berbeban secara isotonik yang
disusun dengan sistematis guna meningkatkan daya ledak otot, khususnya daya
ledak otot tungkai. Adapun penentuan berat beban, repetisi, ulangan dan
jumlah latihannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip latihan berbeban dan
pendapat para ahli di atas.
Pelaksanaan masing-masing berat beban untuk program latihan
plyometrik dalam penelitian ini dilakukan selama 6 minggu. Hal ini
disesuaikan dengan pendapat Pate R., Clenaghan M.B. (1984:324) bahwa: ”
Lama latihan 6-8 minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi
siswa, yaitu untuk latihan power dapat meningkat 10%-25%. Untuk frekuensi
latihannya sebanyak 3 kali perminggu ”. Hal ini untuk memberi kesempatan
pada tubuh untuk beradaptasi terhadap beban yang diterima otot. Selanjutnya
untuk peningkatan beban latihan perminggu adalah kurang dari 5% beban
sebelumnya. Untuk penambahan beban adalah dengan jenjang bergelombang
seperti gambar 1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa latihan minggu ke
dua meningkat sedikit dari minggu pertama, kemudian minggu ke tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
meningkat sedikit dari minggu ke dua, selanjutnya minggu ke empat turun
yaitu dengan berat beban sama dengan minggu ke dua, demikian dilanjutkan
sampai masa latihan selesai.
Beb
an L
atih
an Kecepatan
Beban Latihan
Gambar 5. Kurva Kecepatan Beban Latihan yang Diikuti Dengan Peningkatan Prestasi (Bompa Tudor O., 1994:46).
Metode latihan yang akan dilibatkan dalam penelitian ini yaitu metode latihan
plyometric dengan model latihan Heavy Bag Trhus dan Medicine Ball Chest Pass ,
yang nantinya diharapkan metode latihan ini dapat meningkatkan prestasi tolak peluru.
e. Sistematis Latihan.
Pelatihan akan menghasilkan suatu manfaat yang maksimal apabila
mengikuti sistem pelatihan yang tepat. Sistematika pelatihan yang salah akan
menyebabkan terjadinya suatu cidera. Adapun sistematika yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut Kanca, (1990:22).
1) Pelatihan Peregangan (Streching).
Sebelum melakukan pelatihan yang berat, sebaiknya terlebih dahulu melakukan
pelatihan peregangan karena bermanfaat untuk :
Prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
a) Meningkatkan kelenturan (elastisitas) otot-otot, sendi dan menambah mutu
gerakan.
b) Mengurangi ketegangan otot dan membantu tubuh merasa rileks, serta mencegah
terjadinya cidera.
c) Meningkatkan kesiap-siagaan tubuh, serta melancarkan sirkulasi darah.
Peregangan mutlak harus dilakukan, gerakan peragangan tidak boleh dilakukan
secara tiba-tiba harus perlahan - lahan. Peregangan dapat dilakukan secara aktif dan
juga bisa dilakukan secara pasif dengan bantuan orang lain. ”Pada setiap akhir dari
usaha peregangan otot pada satu sendi posisinya ditahan selama 20-30 detik ”. Ngurah
Nala, (1998:51).
2) Pelatihan Pemanasan (Warning-Up).
Pemanasan atau warming-up amat perlu dilakukan oleh setiap siswa baik
sebelum berlatih (pra-latihan) maupun sebelum bertanding (pra-pertandingan).
“Sistem tubuh pada saat istirahat berada dalam keadaan tidak begitu aktif (inersia).
Untuk mengaktifkan kembali maka perlu dilakukan pemanasan”. Ngurah Nala,
(1998:49).
Proses pemanasan ini sebenarnya berawal di tingkat lapisan luar otak atau
korteks otak. Untuk mengantisipasi gerakan pada saat pemanasan, saraf simpatis
dirangsang yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah
diseluruh pembuluh skeletal. Bila aktivitas sesungguhnya dimulai, maka akan terjadi
vasokontriksi di organ otot skeletal yang tidak bekerja dan tetap terjadi vasodilatasi di
otot skeletal yang berkontraksi.Ngurah Nala, (1998: 49)
Selama pemanasan akan terjadi peningkatan intensitas secara progresif,
menaikkan kapasitas kerja organ tubuh serta fungsi saraf, diikuti pula proses
metabolik yang cepat. Akibat pemanasan aliran darah meningkat, suhu tubuh naik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
yang akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan pemasokan oksigen
kepada sel otot dan organ tubuh yang lainnya. Peningkatan oksigen dan aliran darah
ini akan berdampak memperbesar potensi kerja organ tubuh sehingga penampilan dan
kinerja siswa menjadi lebih efektif.
Menurut Fox E.L, Mathew, DK, 1984, (1998:50) Prosedur pemanasan dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu pemanasan aktif dan pemanasan pasif. Senam
pemanasan (calisthenic) merupakan gerakan yang aktif. Sedangkan pemanasan
dengan cara pasif yang bertujuan semata-mata untuk meningkatkan suhu tubuh,
seperti mandi air panas, selimut tebal, infra merah bahan kimia dan pijat. Pelatihan
pemanasan harus melibatkan kelompok otot utama, khususnya yang langsung
menyangkut cabang olahraga yang bersangkutan.
Intensitas dan durasi pelatihan sangat lah bervariasi sesuai dengan cabang
olahraga. Intensitas dan durasi pelatihan menurut Ngurah Nala (1998:50) yang diambil
dari berbagai penelitian ilmiah pakar olahraga, antara lain:
a) Lama waktu pemanasan untuk menggerakkan seluruh otot tubuh yaitu berkisar
20-30 menit . Fox E.L, Mathew, DK, (1993:54) atau 10-20 menit Ngurah Nala,
(1998:50), dimana 5 menit terakhir dipergunakan untuk pemanasan khusus sesuai
dengan aktifitas yang akan dilakukan.
b) Malahan menurut Ngurah Nala, (1998:49) pemanasan cukup dilakukan 5 menit
saja apabila cuma melatih beberapa otot skeletal atau otot yang erat kaitannya
dengan gerakan khas atau khusus dari cabang olahraga yang akan dilaksanakan.
c) Pelatihan pemanasan dilakukan antara 5-30 menit tergantung berat ringannya
pelatihan inti yang akan dilakukan (Fox E.L, Mathew, DK, 1984:89).
d) Ada pula yang menggunakan patokan kenaikan frekuensi denyut nadi. Jika
denyut nadi telah meningkat 20 – 40 denyutan diatas denyut nadi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
(istirahat). Apabila denyut nadi istirahat yakni 60 denyutan pemanasan cukup
dilakukan apabila denyut nadi mencapai 80 denyutan per menit Ngurah Nala,
(1998: 50).
Banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan untuk
menentukan lama dan tife gerakan pemanasan. ” Jadi pemanasan itu tidak selalu lama,
bisa berkisar antara 10 – 15 menit ” Ngurah Nala, (1998:50). Lamanya pemanasan
pada pelatihan ini selama 10 menit.
3) Aktivitas formal (Formal Activity).
Fase terakhir dari pelatihan pemanasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan cabang olahraga yang akan dilatihkan.
4) Pelatihan inti.
Pelatihan yang dilakukan merupakan aktivitas pokok dari cabang olahraga yang
dilatihkan. Bentuk pelatihan inti ini adalah pelatihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan
Medicine Ball Chest Pass yang dilakukan dalam 4-6 set dengan repetisi 10-20 kali
dimana istirahat antar set adalah 1-2 menit. Sedangkan intensitas pelatihannya adalah
50% sampai dengan 70% dari denyut nadi minimal.
5) Pelatihan Pendinginan (Cooling-Down),
Pendinginan dilakukan setelah melakukan pelatihan atau aktivitas fisik lainnya.
Pelatihan pendinginan yang dimaksud adalah melakukan pelatihan yang ringan
sesudah masa berat. Dengan melakukan pelatihan pendinginan, derajat keasaman (Ph)
darah menurun lebih cepat, sehingga kelelahan akibat dari pada pelatihan cepat hilang.
“ Lamanya pendinginan tergantung cepatnya asam laktat dirubah, maka lama
waktu dibutuhkan untuk pendinginan adalah 10-30 menit”, menurut Ngurah Nala,
(1998:52). Lamanya pendinginan pada pelatihan ini adalah selam 5 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
f. Latihan untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Lengan.
Menurut Harsono, (1988:200) “ Ada dua unsur dalam kekuatan : 1)
Kekuatan otot, dan 2) Kecepatan otot dalam mengerahkan tenaga maksimal
untuk mengatasi tahanan “. Dengan demikian secara singkat dapat disimpulkan
batasan kekuatan sebagai berikut: Kekuatan adalah kemampuan otot untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat.
Kekuatan atau daya ledak adalah kemampuan otot didalam mengatasi
tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Dalam
kegiatan olahraga, kekuatan atau daya ledak digunakan untuk melompat,
melempar, menendang dan lain sebagainya. Didalam melatih dan
mengembangkan kekuatan otot lengan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain adalah penerapan latihan yang cocok. Seorang pelatih
harus mampu memilih bentuk latihan yang sesuai dan cocok untuk
karakteristik dari olahraga yang dibinanya.
Kecermatan dan ketepatan dalam memilih latihan yang sesuai merupakan
factor yang sangat penting untuk memperoleh peningkatan kekuaran otot lengan
yang lebih baik. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa latihan Plyometric
merupakan suatu latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesegaran
biomotorik siswa termasuk kekuatan (strength), kecepatan (speed) dan kekuatan.
Cara kerja latihan Plyometrics disebut dengan “reflek peregangan” (stretch
reflex), juga disebut “refleks spindle” atau “reflek miotatik” (spindle reflek or miotatik
reflek). Alat-alat atau perangkat reflek poros dan reflek regangan itu merupakan
komponen-komponen utama dari kontrol keseluruhan sistem syaraf terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
gerakan tubuh. Pada saat melakukan gerakan reaktif ekplosif , otot-otot mengalami
peregangan yang cepat sebagai akibat adanya semacam beban yang dikenakan pada
otot-otot tersebut.
Ciri-ciri latihan eksplosif kekuatan menurut Suharno (1993:59) antara lain:1) Melawan beban relative ringan yaitu dengan berat badan sendiri atau dapat pula dengan tambahan beban luar yang ringan. 2) Gerakan latihan aktif, dinamis dan cepat. 3) Gerakannya merupakan satu gerakan yang singkat, serasi dan utuh. 4) Bentuk gerakannya bias cycic atau acyclic. 5) Intensitas kerja submaksimal atau maksimal.
3. Latihan Plyometric
a. Pengertian Plyometric
” Plyometric merupakan suatu metode untuk mengembangkan daya
ledak
atau explosive kekuatan, yang merupakan komponen penting dari sebagian
besar prestasi/kinerja olahraga ” (Radcliffe J. C & Farentinos R. C.,1985: 1).
Dari sudut pandang praktis latihan plyometric memang relatif mudah
diajarkan dan dipelajari, serta menempatkannya juga lebih sedikit tuntutan
fisik tubuh daripada latihan kekuatan dan daya tahan.
”Plyometric berasal dari kata Yunani “pleythyein” yang berarti
meningkatkan atau membangkitkan. kata ini berasal dari kata “plio” berarti
lebih dan “metric” berarti pengukuran ” ( Radcliffe J. C & Farentinos R. C.,
1985:3). ” Latihan plyometric menunjukkan karakteristik kekuatan penuh
dari kontraksi otot dengan respon yang sangat cepat, beban dinamis
(dynamic loading) atau penguluran otot yang sangat rumit ” (Radcliffe J. C
and Farentinos R. C., 1985:111).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
Plyometric adalah latihan yang menghasilkan pergerakan otot
isometric dan menyebabkan refleks regangan dalam otot. Perhatian latihan
plyometric dikhususkan pada latihan yang menggunakan pergerakan otot-
otot untuk menahan beban ke atas dan menghasilkan kekuatan atau kekuatan
eksplosif. Plyometric adalah latihan yang tepat untuk orang-orang yang
dikondisikan dan dikhususkan untuk menjadikan siswa dalam meningkatkan
dan mengembangkan tolakan dan kekuatan maksimal.
Menurut yang dikutip oleh Fauzi Idris (2000:7) Latihan plyometric memberikan keuntungan ganda yaitu; pertama, plyometric memanfaatkan gaya dan kecepatan yang dicapai dengan percepatan berat badan melawan grafitasi, ini menyebabkan gaya dan kecepatan latihan beban tersedia. Kedua, plyometric merangsang berbagai aktifitas olahraga seperti melompat, berlari dan melempar lebih sering dibanding dengan latihan beban. Ini adalah latihan khusus yang dapat menghasilkan kekuatan lebih besar dan kecepatan lebih tinggi.
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa latihan plyometric adalah
bentuk latihan explosive kekuatan dengan menggunakan kontraksi otot yang
sangat cepat dan kuat dalam mengatasi tahanan, yakni otot selalu berkontraksi
baik saat memanjang maupun pada saat memendek dalam waktu yang cepat.
Menurut Sukadiyanto (2002:96) bentuk latihan plyometric dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu latihan dengan intensitas rendah (low impact) dan
latihan dengan intensitas tinggi (high impact).
1. Bentuk latihan plyometric dengan intensitas rendah (low impact) antara lain: a) Skipping b) Rope Jumps ( lompat tali) c) Loncat-loncat ( Hops) atau lompat-lompat d) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 25-35 cm e) Melempar ball medicine 2- 4 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
f) Melempar bola tennis yang ringan. 2. Bentuk latihan plyometric dengan intensitas tinggi (high impact) meliputi:
a) Lompat tinggi tanpa awalan (Standing Jump/ long jump) b) Triple Jump (lompat tiga kali) c) Lompat tinggi dan langkah panjang d) Loncat-loncat dan lompat-lompat e) Melempar bola medicine 5-6 kg f) Drop Jumps dan Reactive Jumps g) Melompat di atas bangku atau tali setinggi di atas 35 cm h) Melempar benda yang relatif berat.
Latihan plyometric akan efektif apabila pelatih dapat menyusun
periodisasi latihan yang tepat. Pelatih perlu memadukan antara frekuensi,
volume, intensitas beserta pengembangannya. Perpaduan yang tepat akan
menghasilkan penampilan yang maksimal. Tidak ada riset yang menunjukkan
secara rinci mengenai aturan volume yang berkaitan dengan set dan repetisi.
Literatur lebih menganjurkan agar pelatih menyesuaikan dengan kondisi dan
tingkat keberhasilan latihan. ” Intensitas latihan dalam plyometric selalu diukur
dengan tingkat kesulitan gerakan. Semakin sulit gerakan, intensitasnya semakin
tinggi ” (Radcliffe J. C & Farentinos R. C., 1995:28). Untuk durasi latihan
tergantung pada lamanya pemain mengeksekusi gerakan cabang olahraga
tertentu. Tidak ada waktu pasti, tergantung pada tingkat kesulitan dan intensitas
latihan dalam sistem energi predominan cabang olahraga tertentu, karena tiap
cabang mempunyai sistem pedominan yang berbeda-beda.
b. Sistem Energi Latihan Plyometric.
Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang memerlukan energi. Energi
diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja, sedangkan
kerja didefinisikan sebagai penerapan dari suatu gaya melalui suatu jarak. Energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin. (1996:113) didefinisikan ” Sebagai
abilitas untuk melakukan kerja, sedangkan kerja (work) adalah produk dari sesuatu
kekuatan (force) melalui suatu jarak (W = F x d) ”. Dengan demikian energi dan kerja
tidak dapat dipisahkan. Banyaknya energi yang dikeluarkan untuk kerja otot
tergantung pada intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Menurut Pate
R., Clenaghan M.B. (1993:237) mengatakan ” Kontraksi otot menyebabkan
perubahan bentuk energi kimia menjadi energi mekanik yaitu ikatan energi ATP
digunakan untuk menambah bahan bakar gerakan tubuh manusia. Tenaga maksimal
berarti kecepatan terbesar dimana sistem energi dapat menyediakan energi bagi
kerja otot”. Kalau kita kaji secara mendasar bahwa, seluruh energi yang digunakan
oleh tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia berasal dari matahari. Manusia
memeperoleh energi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, hidup kita tergantung dari
mereka, oleh karena itu kita harus mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Sebagian besar energi yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan kita
gunakan untuk: mengalirkan darah, bernafas, pembuatan enzim, kontraksi otot-otot,
bergerak dan aktivitas yang lain.
Energi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang kita konsumsi, di
dalam tubuh kita dipecah, dimana peristiwa ini dikenal dengan istilah pemecahan
makanan. ” Energi yang berasal dari pemecahan makanan digunakan untuk
membentuk persenyawaan kimia adenosin trifosfat (ATP) yang ditimbun di dalam
otot ” (Sukarman, 1987:21). ” Di dalam tubuh terdapat suatu zat kimia yang
membuat otot dapat berkontraksi atau berrelaksasi, yaitu adenosin trifosfat atau
ATP. Zat ini merupakan suatu senyawa yang selama aktivitas otot diubah menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
adenosine difosfat atau ADP sambil menghasilkan energi siap pakai untuk otot ”
(Janssen, 1987:12). Secara sistematis proses ini dapat digambarkan sebagai berikut;
ATP ADP + energi.
Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk
aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam otot,
dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk
keperluan energi berikutnya.
Menurut Janssen (1987:12) mengatakan jumlah ATP yang langsung tersedia adalah cukup untuk kira-kira 1-2 detik aktivitas maksimal, dan jumlah kreatin fosfat habis setelah kira-kira 6-8 detik . Otot yang aktif, energi yang dihasilkan dari glikogen ini memproduksi asam laktat (LA). LA mengakibatkan kelelahan. Aktivitas maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan akumulasi LA maksimal. Untuk menghilangkannya perlu waktu 45 – 60 detik.
Tabel 2
Prediksi Pulih Asal dan Diet (Fox E.L, Mathew, DK et al, 1981:235)
Proses Pulih Waktu Pulih Asal Jenis Diet
Minimum Maksimum
ATP-PC 1:2 (work 1: relief 2) - -
Cadangan fosfagen 3 menit 5 menit -
Cadangan glycogen otot 5 jam (cab. Or intermiten) 24 jam Karbohidrat
10 jam (cab. Or. Kontinyu) 48 jam karbohidrat
Cadangan glycogen hati tidak diketahui 24 jam -
Pengangkutan asam 30 menit (rest aktif) 1 jam -
Laktat 1 jam (rest pasif) 2 jam -
Cadangan 02 10 – 15 detik - -
Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk aktivitas
otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam otot, dan diisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk keperluan
energi berikutnya.
Tabel 3
Klasifikasi Aktivitas Maksimal pada Berbagai Durasi Serta
Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas (Janssen, 1987:14)
Durasi Aerob/Anaerob Energi Observasi
1 – 4 detik Anaerob, alaktik ATP -
4 – 20 detik Anaerob, alaktik ATP + PC -
20 – 45 detik Anaerob, alaktik
+ Anaerob
ATP + PC
+ glikogen otot
Dengan meningkatkat nya durasi, produksi laktat menurun
120 – 140 detik Aerob
+ anaerob, laktik Glikogen otot
Dengan meningkatkat nya durasi, produksi laktat menurun
240 – 600 detik Aerob Glikogen otot
+ asam lemak
Dengan meningkatkatnya durasi, dibutuhkan andil lemak yang tinggi
Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif adalah
karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per unit waktu.
Bilamana intensitas eksersi lebih rendah, pembakaran lemak mulai memegang peran
penting.
Tabel 4
Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-Cirinya
Substrat Dekomposisi Ketersediaan Kecepatan produksi energi
Kreatin fosfat (CP) Anaerob, alaktik Sangat terbatas Sangat cepat
Glikogen/glukosa Anaerob, laktik Terbatas Cepat
Glukosa/glikogen Aerob, alaktik Terbatas Lambat
Asam lemak Aerob, alaktik Tak terbatas Sangat lambat
“ ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua diantaranya secara
anaerob, maksudnya adalah oksigen tidak mutlak diperlukan dalam menghasilkan ATP,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
yaitu sisten ATP-PC dan sistem LA, sedang yang ketiga adalah sistem aerob
(memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP) ”. (Smith. 1983:184). ATP (Adenosin Tri
Phosfat) dapat disediakan melalui 3 cara seperti gambar berikut;
Gambar 6 : Penyediaan ATP
(Smith. 1983:184).
Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari
ATP-ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih banyak, maka
persediaan ATP lebih besar. Padahal yang tersedia dalam otot sangat terbatas
jumlahnya, maka untuk dapat berkontraksi berulang-ulang ATP yang digunakan otot
harus dibentuk kembali. Pembentukan ATP kembali (resistensis ATP) juga diperlukan
energi. Supaya otot dapat berkontraksi dengan cepat atau kuat maka ATP harus
dibentuk lebih cepat guna membantu pembentukan ATP lebih cepat ada senyawa
Phospho Creatin (PC) yang terdapat dalam otot. Phospho Creatin adalah senyawa kimia
yang mengandung fosfat (P), maka senyawa tersebut disebut sebagai “Phosphagen
system”. Apabila PC pecah akan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen
PC ini jumlahnya sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk
membentuk ATP kembali.
Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat
ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk bekerja yang cepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi kalau cadangan PC habis, maka
dilakukan pemecahan glukosa tanpa oksigen atau disebut sebagai “Anaerobics
glycolisis”.
Tabel 5
Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga Per Menit Dalam Sistem Energi
Sistem Energi Kapasitas ATP
(jumlah mol) Tenaga Mol/Menit
Timbunan phospagen / ATP-PC 0,6 3,6
Glikolisis anaerobics 1,2 1,6
Aerobics - 1,0
Penyediaan energi dalam tubuh dapat dipenuhi dengan sistem sebagai berikut :
” sistem ATP-PC (phosphagen), sistem glykolisis anaerobic (asam laktat), dan sistem
aerobic”. (Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin,, 1996:113).
1) Sistem ATP-PC (phosphagen)
Energi dari makanan diperlukan untuk melakukan aktivitas tidak dapat
diserap langsung dari makanan tapi diperoleh dari persenyawaan kimia yang disebut
ATP (Adenocine Tri Phosphat), ATP disimpan dalam otot dalam jumlah terbatas bila
kurang akan terus ditambah melalui senyawa kimia dari zat-zat lain diantaranya PC
(Phosfo Creatine) yang juga tersimpan dalam otot.
Bila ATP diuraikan, seperti fosfat dilepas dari molekul, maka dengan sendirinya
telah dilepaskan antara 7-12 kalori energi senyawa kimiawi dapat ditunjukkan
sebagai berikut : ATP ADP + Pi + Energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
Disamping energi yang dilepas, sebagai produk sampingan adalah ADP
(Adenosine Diphosphate) dan Pi (Phosphat Inorganic) energi dari ATP ini digunakan
untuk kontraksi otot.
Penampilan yang memakan waktu singkat dan intensitas tinggi energinya
perlu disediakan segera. Energi ini didapat dari ATP dan PC. ATP dan PC keduanya
mengandung kelompok fosfat, maka sistem ini disebut phosphagen.
Produk akhir dari penguraian kedua kelompok ini adalah careatine (C) dan
fosfat inorganic (Pi). Energi akan segera tersedia dan secara biokimia akan dirangkai
untuk mensintesis ADP + P ATP. Rangkaian reaksi kimia dapat digambarkan
sebagai berikut : PC Pi + C + Energi
TP ADP + Pi + Energi
Sistem energi ini berlangsung sekitar 8-10 detik pada latihan intensitas tinggi
(Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin,, 1996:113-114).
2) Sistem anaerobic (asam laktat)
Istilah glikolisis berarti menguraikan glikogen atau glukosa (karbohidrat), dan
anaerobic berarti tanpa oksigen. Jadi dalam glikolisis anaerobic, glikogen atau
glukosa diuraikan tanpa bantuan oksigen. Energi dilepas untuk mensintesis ATP dan
hasil akhirnya adalah asam laktat. Waktu sistem ini berlangsung sekitar 40 detik.
Bila asam laktat tertimbun dalam otot dan darah dalam jumlah yang tinggi
maka akan menyebabkan kelelahan secara temporer. ” Sistem asam laktat
pembentukan energinya lebih lambat dari sistem ATP-PC, jadi kontraksi otot yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
cepat mempergunakan sistem ATP-PC dan kontraksi otot lambat mempergunakaan
sistem asam laktat ”. (Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin,, 1996:114)
3) Sistem aerobic (oksigen).
Pembentukan ATP pada sistem ini terjadi dengan metabolisme aerobik.
Metabolisme aerobik ini terjadi dalam otot, pengaruhnya juga lebih lambat dan tidak
dapat digunakan secara cepat.
Siswa yang memanfaatkan oksigen melalui latihan aerobik, hasil yang dicapai
adalah :
a) Jantung menjadi lebih kuat sehingga darah dapat dipompa lebih banyak.
b) Pembuluh nadi akan bertambah lebih lebar sehingga banyak darah melaluinya.
c) Sel darah merah akan meningkat jumlahnya sehingga oksigen bertambah.
Sistem aerobik merupakan sumber energi untuk aktivitas yang lama antara 2
menit sampai 2-3 jam. Menurut Janssen dalam Mutalib Peni K.S. (1993:13) ”Jumlah
ATP dalam otot terbatas, dan jika tidak terjadi pembentukan ATP, sumber energi
akan segera habis. Dalam otot secara konstan ATP akan terbentuk kembali dari ADP
yang sudah ada sehingga jumlah ATP tetap cukup bagi otot untuk melanjutkan
aktivitas itu ”.
Menurut Janssen dalam Mutalib Peni K.S. (1993:14) ATP dapat terbentuk dari :
a) Kreatin fosfat + ADP Kreatin + ATP Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan oksigen) dan alaktik (tanpa membentuk laktat).
b) Glukosa + ADP laktat + ATP (glikolisis) Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan oksigen) dan laktik (membentuk laktat).
c) Glukosa + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan alaktik (tanpa membentuk laktat).
d) Lemak + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan alaktik (tanpa membentuk laktat).
Dari menganalisa sistem pembentukan energi yang ada, aktivitas olahraga yang
kita kerjakan ada kalanya bersifat anaerobik atau aerobik. Supaya kita dapat
memepersiapkan sistem energi yang digunakan dalam olahraga tersebut, maka perlu
diketahui sistem energi manakah yang dominan dalam olahraga tersebut.
Secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut, jika kita ingin mengetahui energi predominan dari berbagai macam olahraga:
a) Kekuatan yang besar untuk jangka waktu yang pendek menggunakan energi yang berasal dari ATP-PC maupun asam laktat atau dikenal sebagai anaerobik.
b) Kekuatan yang kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama menggunakan energi yang berasal dari pembakaran dengan O2 atau sistem aerobik (Sukarman, 1987:53).
Tabel 6.
Berbagai Olahraga dan Aktifitas dan Sistem Energi yang Dominan
(Fox E.L, Mathew, DK, 1981:263)
Kegiatan Olahraga ATP-FC & Lactic acid Lactic acid O2 O2
1. Baseball
2. Basketball
3. Fencing
4. Field hockey
5. Football
6. Golf
7. Gymnastics
8. Ice hockey
80
85
90
60
90
95
90
20
15
10
20
10
5
10
-
-
-
20
-
-
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
a. Forward, defense
b. Goalie
9. Lacrosse
a. Goalie,defence,attackman
b. Midfielders, man-down
10. Rowing
11. Skiing
a. Slalom, jumping, downhill
b. Cross-country
c. Pleasure skiing
12. Soccer
a. Goalie, wings, strikers
b. Halfbacks, or link men
13. Swimming and diving
a. 50 m. diving
b. 100 m, 100 yd (all stroke)
c. 200 m,200 yd (all stroke)
d. 400m,400-500yd Free style
e. 1500, 1650 yd
14. Tennis
15. Track and field
a. 100m,100yd,200yd,200yd
b. Field events
c. 200m, 440 yd
d. 800m, 880 yd
e. 1500m, 1 miles
f. 2 miles
g. 3 miles, 5000 m
h. 6 miles (cross-country),
i. Marathon
16. Volleyball
17. Wrestling
80
95
80
60
20
80
-
34
80
60
98
80
30
20
10
70
98
90
80
30
20
20
10
5
-
90
90
20
5
20
20
30
20
5
33
20
20
2
15
65
55
20
20
2
10
15
65
55
40
20
15
5
10
10
-
-
-
20
50
-
95
33
-
20
-
5
5
25
70
10
-
-
5
5
25
40
70
80
95
-
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
18. Softball 80 20 -
Dari tabel diatas Fox E.L, Mathew, DK , (1981:263) menarik kesimpulan antara lain:
a) Untuk siswa yang mengeluarkan seluruh tenaga dalam waktu yang pendek, seperti lompat tinggi, tolak peluru, angkat besi, maka yang diperlu diterapkan adalah sistem energi ATP-PC.
b) Untuk siswa yang penampilannya 30 detik sampai setengah menit yang perlu didtingkatkan ATP-FC dan asam laktat.
c) Untuk siswa dengan waktu penampilan setengah menit sampai dengan 3 menit, maka yang perlu ditingkatkan adalah asam laktat O2.
d) Pada olahragawan aerobik, lebih dari 3 menit, maka yang perlu ditingkatkan adalah kapasitas aerobiknya.
Jadi untuk pelatihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest
Passs menggunakan sistem energi predominanya adalah sistem ATP-PC
(phosphagen) dan sistem anaerobic (asam laktat) karena memerlukan waktu singkat
dalam melaksanakan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass .
c. Bentuk-Bentuk Latihan Plyometric
Plyometric adalah sebuah metode untuk mengembangkan eksplosive
kekuatan yang penting dalam komponen penampilan olahraga (Radcliffe dan
Farentinos, 1985:1). Dengan melihat bentuk latihannya, sangatlah mudah untuk
dilakukan. Ada beberapa bentuk gerakan dasar latihan atau bentuk latihan
plyometric untuk panggul dan kaki. Bentuk latihan plyometric menurut
Radcliffe J. C & Farentinos R. C., (1985:15-17), Bompa Tudor O., (1994:78-
141) adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
1). Swinging.
Adalah merupakan gerakan-gerakan togok yang bersifat menyamping
horisontal, atau vertikal, dengan keterlibatan sekunder pada bahu, dada, dan
lengan. Otot yang terlibat anatomi fungsionalnya adalah :
a) Putaran: spine dan pelvis
Melibatkan otot-otot : Oblingus abdominus, transversus abdominus,
seratus anterior dan posteor.
b) Fleksi ekstensi punggung
Melibatkan otot-otot : rectus abdominus, transversus abdominus,
ablingus exsternus, spinalis, longisimus thoracis, racropinalis dan
semispinalis.
Untuk latihan ini dibutuhkan dumbell 15-2 pon, dumbel atau benda
pemberat yang lain. Latihan ini melibatkan otot-otot bahu dan lengan serta
togok posterior lateral dan togok anterior. Sangat cocok untuk
mengembangkan kekuatan togok dan dapat diterapkan untuk olahraga bolavoli,
hoky, tolak peluru, lempar cakram, sepak bola dan renang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
Gambar 7. Bentuk Latihan Swinging. ( Radeliffe J C dan Robert C Farentinos ,1985:65)
Posis awal : Kedua kaki dan pinggul harus membentuk segi empat denga tubuh
pada posisi yang enak, kedua lengan dijulurkan, peganglah dumbell
setinggi dada dengan kedua tangan dan lengan terentang didepan
tubuh, kedua siku agak ditekuk.
Pelaksanaan : Mulailah gerakan togok dengan menarik kesalah satu sisi dengan
bahu dan lengan. Begitu momentumnya meningkat, mulailah
mengecek gerakan dengan menarik ke arah yang berlawanan dengan
bahudan lengan yang lain. Mulailah gerakan-gerakan mengecek
sebelum togok diayunkan sepenuhnya ke satu arah sebagai beban
(gerakan mengangkat) untuk membangkitkan respons plaiometrik
pada arah yang lain. Untuk itu gunakan bahu dan lengan serta torso,
sedangkan keterlibatan pinggul dan tungkai hanya minimal. Lakukan
3-6 set dengan ulangan 10-20 kali dan istirahat kira-kira 1 menit di
antara set.
2). Twisting.
Adalah sebagai gerakan putaran dan atau menyamping dari togok tanpa
melibatkan bahu dan tangan. Dalam kebanyakan olahraga hasil akhir kekuatan
dibangkitkan oleh pinggul dan tungkai dan ditransfer melalui togok sebagai
gerakan yang melibatkan dada, bahu, punggung dan lengan. Dengan demikian
gerakan-gerakan seperti melempar, menangkap, mendorong, menarik dan
mengayun merupakan aktivitas utama tubuh bagian atas , namun analisis yang
lebih berhati-hati menyatakan bahwa togok, pinggul dan tungkai juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
memainkan peran penting yang menyangga, mentransfer beban dan
memberikan keseimbangan. Mempercayai bahwa lemparan, pukulan pasing
dan ayunan semuanya terkait dengan berbagai kelompok otot tubuh bagian
atas. Dearajat gerakan lengan dan bahu yang membedakan rangkaian gerak.
Menurut Radcliffe dan Farentinos (2002:15-16). Otot yang terlibat adalah :
a) Fleksi Ekstensi dan Abduksi lengan melibatkan otot : pectoralis major,
dan minor, serratus anterior, trichep brachii, brachialis dan biceps
brachii.
b) Fleksi dan Ekstensi penyangga lengan. Deltoideus, rhomboideus
major, dan minor trapecius coracobrachialis subclavius dan latissimus
dorsi.
Untuk latihan ini bola medesin (Medicine Ball) seberat 9-15 pon ideal
untuk latihan ini yang melatih otot perut, laticimus oblique, punggung bagian
bawah, pinggul, biceps lengan dan pectoralis. Mediceni Ball dapat diterapkan
latihan untuk lempar dan ayun.
Gambar 8. Bentuk Latihan Twisting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
( Radeliffe J C dan Robert C Farentinos ,1985:58)
Posisi Awal : Buailah bola disamping tubuh kira-kira se tinggi pinggan. Kedua
kaki sedikit di renggangkan sehungga lebih lebar dari bahu.
Pelaksanaan :Mulailah gerakan dengan cepat meliukkan togok ke arah
yangberlawanan dengan arah lontaran. Segeralah mengecek
gerakan pertama dengan liukan yang cepat dan kuat ke arah
yangberlawanan, kemidian bola dilepaskan setelah pilinan
maksimal tercapai, konsentrasikan pada kaki mengangkat yang
cepat dan reaktif sebelum meliuk ke arah lemparan. Gunakan
pinggul serta bahu dan lengan. Lakukan 3-6 set dengan ulangan 10-
20 kali dan istirahat kira-kira 1 menit di antara set.
d. Latihan Heavy Bag Thrust
Latihan ini membutuhkan sansak yang di gantungkan dengan tali dan
melibatkan otot-otot triceps pectoralis, deltoid biceps (lengan) trapicius perut
oblinques exsternal serta exsternal pinggul. Latihan ini sangat sesuai untuk
siswa-siswa lempar cakram, tolak peluru, anggkat berat serta pemain sepak
bola dan bola basket.
Latihan Heavy Bag Thrust adalah latihan dengan kedua kaki diam dan
terbuka doronglah sansak menjauh dari tubuh secepat mungkin lengan dan
bahu terjulur penuh. Tangkaplah pentalan sansak dengan tangan terbuka dan
pecahkan momentumnya dengan menggunakan togok, lengan dan bahu.
Geserlah posisi dan ulangi dengan menitik beratkan kecepatan dan
keekplositan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
Gambar 9. Bentuk Latihan Heavy Bag Thrust. ( Radeliffe J C dan Robert C Farentinos ,1985:64)
Posisi Awal : Menghadap ke sansak dengan kedua tungkai pada posisi
setengah terbuka, kaki yang berada di samping dekat sansak
ditarik kebelakang. Letakkan tangan bagian dalam setinggi
dada pada sansak dengan jari-jari menunjuk keatas siku harus
dekat dengan tubuh dan lengan harus di tekuk penuh.
Pelaksanaan : Kedua kaki diam dan dengan menggunakan togok, doronglah
sansak menjauh dari tubuh secepat mungkin, lengan dan bahu
terjulur penuh. Tangkaplah pentalan sansak dengan tangan
terbuka dan pecahkan momentumnya dengan menggunakan
togok lengan dan bahu. Doronglah sansak kedepan lagi
sebelum mencapai posisi awal, jaga agar posisi tubuh tetap
sama selama latihan. Geserlah posisi dan ulangi dengan
menitik beratkan kecepatan dan keekplositan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvi
Berdasarkan rangkaian gerakan Heavy Bag Thrust diatas, kita bisa
menyimpulkan beberapa faktor yang harus dipahami oleh pelatih atau siswa sendiri
agar pada pelaksanaan latihan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan antara lain:
1. Sebelum melakukan latihan, badan dikondisi dalam keadaan siap, melalui aktifitas
pemanasan/waming-up dan streaching yang cukup.
2. Latihan Heavy Bag Thrust merupakan salah satu dari latihan Plyometric dengan
intensitas tinggi (Sukadiyanto, 2002:96) namun mempunyai beban yang lebih,
karena pada saat melakukan gerakan dorongan sansak lengan menahan beban
sansak. Hal ini sangat berbahaya apabila kondisi fisik sebelum latihan tidak dalam
keadaan siap.
3. Dari latihan tersebut diharap kekuatan otot lengan akan meningkat baik dari
kekuatan dan kecepatannya, yang dibarengi dengan peningkatan prestasinya dalam
melakukan tolakan pada olahraga tolak peluru.
4. Memperhatikan beberapa hal diatas latihan Plyometric Heavy Bag Thrust ini sangat
cocok untuk siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan tinggi. Karena dalam
latihan ini penekanannya pada beban yang lebih/ over load, bukan jumlah repetisi
dari gerakan yang dilakukan.
5. Sebaliknya latihan Plyometric Heavy Bag Thrust ini kurang sesuai untuk siswa yang
mempunyai kekuatan otot lengan rendah, karena beban yang lebih ini pada akhir
latihan bukan meningkatkan daya eksplosifnya, melainkan akan menemui keadaan
over load yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan otot lengan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvii
Kelebihan dan Kekurangan Dari Latihan Heavy Bag Thrust adalah :
Kelebihan dari latihan Heavy Bag Thrust Kekurangan dari Heavy Bag Thrust
a. Meningkatkan power otot lengan di
antaranya : triceps pectoralis, deltoid
biceps (lengan) trapicius perut
oblinques exsternal serta exsternal
pinggul
b. Tolakan kedua dan seterusnya sangat
kuat dan cepat karena efek beban
dari sansak.
c. Latihan ini lebih menekankan pada
beban otot lengan saat melakukan
dorongan.
d. Saat mendorong dengan satu tangan
yang tinggi dan eksplosif akan
meningkatkan power otot lengan
setimpal usaha latihan tersebut.
e. Sehingga latihan ini sangat efektif
sekali bagi siswa yang memiliki
power lengan tinggi untuk lebih
meningkat power otot lengan yang
sebelumnya bisa dikategorikan sudah
baik.
a. Bagi siswa yang power otot
lengannya rendah akan
mengalami hambatan untuk
melakukan dorongan sansak.
b. Membutuhkan kesiapan yang
lebih serius sebelum melakukan
latihan.
c. Siswa mudah sekali mengalami
cidera apabila sebelum latihan
tidak melakukan latihan
streaching dan pemanasan yang
cukup.
d. Membutuhkan pengerahan
tenaga yang banyak.
e. Latihan Medicine Ball Chest Pass
Latihan Medicine Ball Chest Pass adalah latihan dengan mendorong bola
secepatnya keluar oleh salah seseorang menjulurkan kedua lengan sepenuhnya.
Yang seorang lagi mengecek momentum bolanya dan sebelum sepenuhnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxviii
melemaskan kedua tangannya, mendorong keluar yang berlawanan,
melintaskannya kembali denga gerak ikutan penuh urutan tersebut diulang-
ulang dengan cara menangkap. Mendorong bola ada unsur menolak yang
dibutuhka tolak peluru.
Gunakan bola medesin seberat 9-15 pon untuk latihan ini, sebaiknya
dilakukan dengan seorang pasangan. Otot-otot yang dilibatkan adalah triceps
pictoralis, latissimus deltoid dan pergelangan tangan serta lengan bawah.
Gerakannya cukup spisifik untuk operan bola dada pada bola basket, tetapi
juga bermanfaat untuk angkat berat dan tolak peluru.
Gambar 10. Bentuk Latihan Medecine Ball Chest Pass. ( Radeliffe J C dan Robert C Farentinos ,1985:63)
Posisi awal : Pasangan berdiri atau duduk saling berhadapan. Salah seorang
memegang bola setinggi dada dengan kedua tangan sedikit
dibelakang bola dan kedua lengan ditekuk dengan bagian
belakang tangan menyentuh dada. Tangan yang satu lagi
mengantisipasi tangkapan dengan kedua lengan telunjur kearah
horisontal di dada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxix
Pelaksanaan : Bola didorong secepatnya keluar oleh salah seorang peserta
yang menjulurkan kedua lengan sepenuhnya. Yang seorang
lagi mengecek momentum bolanya dan sebelum sepenuhnya
melemaskan kedua tangannya, mendorong keluar kearah yang
berlawanan, melintaskannya kembali dengan gerak ikutan
penuh. Urutan tersebutdiulang-ulang dengan cara menangkap.
Lakukan dalam 2 sampai 4 set dengan ulangan 20-30 kali dan
istirahat 2 menit diantara set.
Gerakan latihan plyometric Medicine Ball Chest Pass pada prinsipnya sama
dengan gerakan latihan Heavy Bag Thrust, yang membedakan adalah alat yang
digunakan. Pada latihan Heavy Bag Thrust menggunakan sansak sebagai alat yang di
dorong, sedangkan pada latihan Medicine Ball Chest Pass , bola medesin yang
didorong. Latihan Medicine Ball Chest Pass mempunyai beban yang lebih ringan
dibandingkan dengan latihan Heavy Bag Thrust. Latihan Medicine Ball Chest Pass
dilakukan dengan tidak menggunakan beban lebih (overload) untuk kelompok otot
tertentu, tetapi latihan ini ditekankan pada intensitas/repetisi dari latihan yang
dilakukan. Dengan menambah intensitas dan repetisi latihan, diharapkan akan
meningkatkan daya eksplosif pada otot lengan. Secara fisiologis latihan Medicine Ball
Chest Pass gerakannya tampak ringan, namun akan memberikan pengaruh yang baik
dalam meningkatan kualitas power otot lengan, dimana power otot lengan sangat
dibutuhkan untuk meningkatan prestasi siswa tolak peluru.
Agar hasil latihan optimal, maka dalam melakukan gerakan Medicine Ball Chest
Pass ada beberapa faktor yang harus dipahami oleh pelatih dan siswa, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxx
1. Sebelum melakukan latihan, badan dikondisikan dalam keadaan siap, melalui
aktifitas pemanasan/waming-up dan streaching yang cukup.
2. Latihan Medicine Ball Chest Pass merupakan salah satu dari latihan Plyometric
dengan intensitas rendah (low impact) ( Sukadiyanto ( 2002:96). Oleh karena itu
dalam melakukan latihan Medicine Ball Chest Pass gerakan-gerakannya harus
benar, dengan gerak yang benar maka otot-otot yang digerakkan akan sesuai
dengan tujuan latihan sehingga dihasilkan peningkatan prestasi yang diharapkan.
3. Latihan Medicine Ball Chest Pass akan efektif apabila pelatih dapat menyusun
periodisasi latihan yang tepat. Indikator dari periodisasi yang tepat jika telah terjadi
perpaduan antara frekuensi, volume, intensitas beserta pengembangannya.
4. Memperhatikan beberapa hal diatas latihan Plyometric Medicine Ball Chest Pass ini
sangat cocok untuk siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan rendah. Karena
dalam latihan ini penekanannya pada jumlah repetisi gerakan yang dilakukan,
bukan pada beban yang lebih/over load.
5. Sebaliknya latihan Plyometric Medicine Ball Chest Pass ini kurang sesuai untuk
siswa yang mempunyai kekuata otot lengan tinggi, karena kondisi kekuatan lengan
yang tinggi cenderung memerlukan beban latihan yang lebih berat sehingga kurang
cocok apabila kepada siswa diberikan model latihan repetisi.
Kelebihan Dan Kekurangan Dari Latihan Medicine Ball Chest Pass adalah
Kelebihan dari latihan Medicine Ball
Chest Pass
Kekurangan dari latihan Medicine
Ball Chest Pass
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxi
a. Meningkatkan power otot lengan di
antaranya : triceps pictoralis,
latissimus deltoid dan pergelangan
tangan serta lengan bawah.
b. Dapat dilakukan dengan mudah oleh
siswa yang memiliki power otot
lengan rendah.
c. Dengan dorongan yang eksplosif
akan meningkatkan power otot
lengan setimpal usaha latihan
tersebut.
d. Latihan ini lebih menekankan pada
banyaknya repetisi dilakukan. Jadi
penambahan beban pada otot lengan
dilakukan dengan latihan gerakan
yang sama berkali-kali.
e. Banyaknya jumlah ulangan
dorongan akan meningkatkan daya
tahan anaerobik otot lengan.
f. Jumlah dorongan lebih banyak.
g. Pengerahan tenaga untuk mendorong
lebih efisien karena beban otot
lengan yang ditimbul dari saat
mendorong, tidak seberat dorongan
pada Heavy Bag Thrust.
a. Dengan dorongan eksplosif
yang kurang maksimal akan
menghasilkan peningkatan
power yang kurang maksimal
juga.
b. Membutuhkan kesiapan yang
serius dengan tujuan latihan
lebih terpusat untuk
meningkatkan kemampuan
kekuatan dan daya tahan otot-
otot yang terlibat.
Berdasarkan uraian di atas maka muncul pemikiran untuk mengetahui
dengan mengkaji lebih jauh tentang perbedaan pengaruh latihan plyometric Heavy
Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxii
pada siswa SMA Negeri Punung Kab. Pacitan dengan membandingkan siswa yang
memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah.
f. Latihan Biomotorik
a) Pengertian Latihan Biomotorik
Definisi latihan menurut Bompa (1990:3), adalah latihan merupakan
kegiatan yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan
individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Melalui latihan kemampuan
seseorang dapat meningkatkan sebagian besar sistem fisiologi dapat
menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa
dijumpai dari biasanya (Pate, Rottela dan Clenaghan. 1993:318). Peningkatan
kemampuan tubuh tersebut terjadi sebagai wujud dari adaptasi tubuh terhadap
beban yang diberikan.
Latihan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
dan dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologi terhadap intensitas,
durasi dan frekwensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologis individu.
Namu ada pula yang menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses yang
sistematis dengan tujuan meningkatkan fitness/kesegaran seorang siswa dalam suatu
aktivitas yang dipilih. Ini adalah proses jangka panjang yang semakin meningkat
(progresif) dan mengakui kebutuhan individu-individu siswa dan kemampuanya.
Program latihan dilakukan mengunakan latihan atau praktek untuk mengembangkan
kualitas yang dituntut oleh suatu even. (Thompson, Peter, 1993:61)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiii
Latihan secara luas diartikan sebagai suatu intruksi yang diorganisasikan dengan
tujuan meningkatkan kemampuan fisik, psikis serta keterampilan baik intelektual
maupun keterampilan gerak olahraga. Dalam pembinaan olahraga prestasi latihan
didefinisikan sebagai persiapan fisik, teknik, intelektual, psikis, dan moral. Selanjutnya
dikatakan bahwa latihan adalah proses persiapan secara sistematis dalam
mempersiapkan siswa menuju kearah tingkat keterampilan yang paling tinggi. (Harre
1982:11)
Berdasarkan didaktik umum, terdapat tiga bentuk metode dasar untuk
mengarjakan keterampilan olahraga, yakni (1) Prestasi (2), peguasan gerak, dan (3)
penyempurnaan gerak. Untuk setiap metode dasar terserbut beberapa metode dapat
ditambah, bahkan dapat dipilah-pilah menjadi beberapa tindakan metode yang berbeda
(Harre 1982:161).
Latihan merupakan metode utama dalam tahap penguasaan dan penyempurnaan
suatu keterampilan olahraga. Karena itu latihan ialah seperangkat kegiatan fisik yang
wujudnya teramati secara langsung, dilakukan secara berulang ulang, sistematis, dan
makain lama makin bertambah beban dan intensitas kerjanya. Tentunya, repetiasi
kegiatan fisik yang dilakukan terus menerus dan relatif lama akan menimbulkan
konsikuensi logis, baik secara fisiologis maupun Psikologis, seperti
kelelahan,kebosanan dan kejenuhan.
Dari hal-hal tersebut di atas, maka dapat diuraikan bahwa latihan
olahraga adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan dengan berulang-ulang
secara kontinyu dengan peningkatan beban secara periodik dan berkelanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiv
yang dilaksanakan berdasarkan pada jadwal, pola dan sistem serta metodik
tertentu yang mengarah pada fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai
tujuan yaitu meningkatkan prestasi olahraga.
b). Tujuan Latihan
Tujuan latihan menurut Bompa (1990:3-5) disampaikan bahwa dalam
rangka mencapai tujuan utama latihan yaitu puncak penampilan prestasi yang
lebih, perlu kiranya memperhatikan tujuan-tujuan latihan sebagai berikut :
1) Mencapai dan merperluas perkembangan fisik secara menyeluruh.
Tujuan ini merupakan dasar-dasar latihan yang sangat Penting karena
menyangkut peningkatan daya tahan umum, kekuatan dan kecepatan,
memperbaiki fleksibilitas untuk pelaksanaan gerak memiliki tingkat
koordinasi yang tinggi dan akhirnya mencapai perkembangan tubuh secara
harmonis.
2) Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu
kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktik olahraga.Pengembangan yang
perlu ditekankan adalah pengembangan kekuatan absolut dan relatif, masa otot
dan elastisitasnya, pengembangan kekuatan daya tahan otot, memperbaiki waktu
reaksi dari pengembangan terhadap koordinasi dan fleksibilitas.
3) Menanamkan kualitas kemauan melalui latihan yang mencukupi serta
disiplin untuk tingkah laku, ketekunan dan keinginan untuk menanggulangi
kerasnya latihan dan menjamin persiapan psikologis yang cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxv
4) Mempertahankan keadaan kesehatan.
Realisasi tujuan ini menuntut tes kesehatan yang teratur, tepat antara intensitas
latihan dengan kapasitas usaha individual, latihan berat yang secara selang-
seling dengan fase program yang diperhatikan dengan tepat, menelusuri penyakit
atau cidera, dan yang lebih penting adalah melalui latihan harus membuat orang
menjadi lebih sehat.
5) Mencegah cidera melalui pengamanan terhadap penyebabnya dan juga
meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan
gerakan yang lebih penting, memperluas otot, tendon dan ligamen khususnya
selama fase-fase awal, mengembangkan kekuatan dan elastisitas otot sampai
tingkat tertentu sehingga akan mengnindarkan diri dari kemungkinan cidera
sewaktu melakukan gerakan-gerakan yang tak terbiasa.
6) Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar
fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi. Pendekatan
yang perlu mendapat perhatian untuk mencapai tujuan latihan yang utama
adalah mengembangkan dasar-dasar latihan secara fungsional yang diarahkan
untuk mencapai tujuan khusus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga
tertentu. Pengembangan daya tahan mnum kemudian menuju pada persiapan
yang lebih khusus atau anaerobiknya.
c). Prinsip- prinsip Latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvi
Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan latihan yang
dilakukan hams memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikui:
1) Prinsip pemanasan dan pendinginan
Setiap latihan harus didahului dengan latihan pendahuluan, hal ini
penting yaitu untuk mempersiapkan kondisi fisik siswa untuk melakukan
aktivitas yang lebih berat di dalam latihan inti. Sejalan dengan hal tersebut
Fox (1998:278) Menyebutkan latihan pemanasan atau warming-up
meningkatkan suhu badan dan otot, meningkatkan enzira, meningkatkan
jumlah darah dan oksigen ke otot rangka. Efek lain dari suhu yang
meningkat adalah peningkatan kontraksi dan kecepatan refleks dari otot.
Cidera pada otot dan sendi akan jarang terjadi apabila selama berlatih atau
bertanding didahului dengan pemanasan.
Pada umumnya pemanasan bagi siswa yang akan berlatih dilakukan
dengan latihan pemanasan baik aktif maupun pasif seperti peregangan,
senam dan sebagainya. Kemudian setelah latihan inti diakhiri dengan
latihan pendinginan yaitu dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi fisik
siswa ke keadaan semula dan juga untuk mempercepat penggusuran zat
kelelahan (asam laktat) dari tubuh sehingga kelelahan yang amat sangat
setelah berlatih dapat lebih cepat berkurang. Hal ini sesuai pendapat Fox
(1998:279) bahwa "keadaan asam laktat akan menurun lebih cepat selama
pulih kerja".
2) Prinsip intensitas tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvii
Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan, kecepatan
pelaksanaan dengan kerja maksimal sangat penting untuk memperoleh efek
latihan yang optimal. Kecepatan peregangan otot lebih penting daripada
besarnya peregangan. Respons refleks yang dicapai makin besar jika otot
diberi beban yang cepat. Karena latihan-latihan harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh (intensif), maka penting untuk diberikan kesempatan
beristirahat yang cukup diantara serangkaian latihan yang terus menerus.
3) Prinsip beban lebih secara progresif
Dengan pemberian beban tubuh akan beradaptasi dengan beban
yang diberikan tersebut jika itu sudah terjadi maka beban tersebut harus
ditambah sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan
perkembangan kemampuan tubuh. Sebab sesuai pendapat Bompa (1990:44)
yaitu penggunaan beban secara overload, akan merangsang penyesuaian
fisiologis dalam tubuh, selain itu juga peningkatan prestasi terus menerus
hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan. Dengan demikian
dalam latihan harus ada pemberian beban yang lebih berat secara terprogram
untuk dapat meningkatkan prestasinya.
4) Prinsip memaksimalkan gaya / meminimalkan waktu
Baik gaya maupun waktu sangat penting dalam latihan. Dalam berbagai
hal, titik beratnya adalah kecepatan.
5) Prinsip pengulangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxviii
Gerakan yang dilatihkan harus dilakukan berulang-ulang sehingga terjadi
otomatisasi gerakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1988:102)
bahwa dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan
(repetition) yang konstan maka organisasi mekanisme neurophysiologis akan
menjadi bertambah baik, gerakan-gerakan yang diulang lama kelamaan akan
merupakan gerakan yang otomatis maka gerakan tersebut akan dapat dilakukan
dengan cepat dan efisien dalam penggunaan tenaga hal ini akan memungkinkan
pencapaian prestasi olahraga yang lebih baik.
6) Prinsip Istirahat yang Cukup
Periode istirahat 1-2 menit di sela-sela set biasanya sudah memadai untuk
sistem neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan untuk pulih kembali.
Periode istirahat yang cukup juga penting untuk pemulihan yang semestinya untuk
otot, ligemen, dan tendon.
7) Prinsip bangun landasan yang kuat terlebih dahulu
Karena dasar atau landasan penting dan bermanfaat dalam latihan maka
suatu program latihan harus dirancang untuk mendukung, dan bukannya
menghambat pergembangan keterampilanya. Mewujudkan landasan sebelum
latihan tidak perlu berlebihan. Tetapi pemberian resep program latihan harus
dipertimbangkan dengan matang. Permulaan seyogyanya memulai dengan
latihan-latihan rendah,sedang, kemudian sampai yang lebih tinggi.
8) Prinsip perbedaan individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxix
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi siswa. Oleh
karena itu faktor-faktor karakteristik individu siswa harus dipertimbangkan
dalam menyusun dan memberikan latihan secara rinci. Bompa (1990:36 - 37)
mengemukakan bahwa faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk
tubuh kedewasaan, latar belakang pendidikan, kemampuan berlatih, tingkat
kesegaran jasmani, ciri-ciri psikologisnya semua itu harus ikut
dipertimbangkan dalam mendesain program latihan.
9) Prinsip kekhususan
Untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan latihan harus
bersifat khusus yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai
dengan tuntutan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Menurut
Pyke, (1990:119) latihan harus ditujukan khusus terhadap sistem energi atau
serabut otot yang digunakan juga dikaitkan dengan peningkatan ketrampilan
motorik khusus. Maka latihan yang dilakukan akan mendapat hasil sesuai
dengan yang diharapkan jika latihan tersebut mengembangkan kemampuan
tubuh dan ketrampilan sesuai akteristik cabang olahraga yang bersangkutan.
10) Prinsip makanan yang baik (Nutrisium)
Untuk menunjang tercapainya tujuan latihan fisik, maka prinsip ini
harus diperhatikan. Sebab dalam melakukan aktivitas olahraga sangat
dibutuhkan energi yang cukup. Dimana dalam hal ini menurut Pate,
Clanaghan, Rottela, (1993:272) bahwa makanan olahragawan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxx
menyediakan cukup masukan energi untuk memelihara keseimbangan
kalori dan mengandung cukup zat makanan yang dibutuhkan untuk
mendukung metabolisme tubuh. Maka aktivitas fisik dengan makanan yang
baik dan memadai merupakan faktor yang tak boleh diabaikan untuk
pertumbuhan otot dan tulang. Dengan demikian unsur gizi harus diperhatikan
dengan sungguh-sungguh di dalam proses latihan olahraga.
d). Pengaruh Latihan.
Latihan yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu
dengan dosis yang cukup akan menyebabkan perubahan-perubahan tubuh yang
mengarah pada peningkatan kemampuan tubuh untuk melaksanakan kerja yang
lebih berat dengan lebih baik. Perubahan-perubahan ini antara lain adalah :
1) Perubahan sistem dan fungsi organisme dalam tubuh.
Pengaruh latihan terhadap perubahan sistem dan fungsi organisme dalam
tubuh tersebut terdiri dari:
a) Perubahan biokimia dan sistem otot rangka.
Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur dan kontinyu dapat
merangsang kerja enzim di dalam tubuh dan merangsang pertumbuhan sel otot
(hypermetropi). Hal ini sesuai dengan pendapat Guyton (1983:190) bahwa
dengan latihan akan terdapat peningkatan jumlah mitochondria dalam otot
rangka dan meningkatkan aktivitas enzim untuk metabolisme energi baik
secara aerobik maupun anaerobik. Selanjutnya disampaikan pula otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxi
yang terlatih pada umumnya menjadi lebih besar dan lebih kuat daripada
yang tidak terlatih karena ukuran penampang lintang maupun volumenya
menjadi lebih besar.
b) Perubahan kardiorespirasi.
Latihan secara fisik akan dapat meningkatkan kapasitas total
paru-paru dan volume jantung, sehingga kesegaran siswa akan meningkat
pula. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang diberikan
terhadap tubuh. Sehubungan dengan hal ini Fox. (1998:24) menyampajkan
bahwa adaptasi siswa yang baik ditandai adanya perubahan fisiologis, yaitu :
- Frekwensi denyut nadi berkurang dan denyut jantung keras waktu
istirahat.
- Pengembangan otot jantung (delatasi)
- Haemoglobin (HB) dan glikogen dalam otot bertambah.
- Frekwensi pernapasan turun dan kapasitas vita bertambah.
Dari uraian tersebut bahwa dengan latihan fisik akan dapat
menyebabkan kemampuan kerja jantung dan pernapasan. Sehingga hal itu
akan dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa secara umum.
2) Perubahan mekanisme organisme sistem syaraf.
Dalam melakukan latihan olahraga gerakan yang dilatih selalu
diulang-ulang secara teratur. Melalui pengulangan gerakan secara teratur
tersebut akan dapat memperoleh koordinasi gerakan sehingga terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxii
otomatisasi dalam gerakan. Hal tersebut sesuai dengan, pendapat Bompa
(1990:132) bahwa dengan berlatih secara teratur dan waktu pengulangan
(repetition) yang resisten, maka organisme-organisme mekanisme
neurophysiologis kembali akan bertambah baik gerakan yang semula
sukai- dilakukan lama-kelamaan akan merupakan gerakan yang otomatis dari
reflektif yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi pasif syaraf
daripada sebelum melakukan latihan tersebut.
e). Latihan Kekuatan Otot
Cara yang paling populer dan paling berhasil dalam meningkatkan kekuatan
adalah dengan latihan-latihan tahanan (resestence exercises). Latihan adalah latihan
dimana seseorang siswa harus mengangkat mendorong menarik suatu beban, baik itu
badan siswa itu sendiri maupun bobot lain dari luar (external resistence). Latihan
eksternal harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa harus mengeluarkan usaha
maksimal atau submaksimal untuk menahan beban tersebut. Beban harus sedikit demi
sedikit bertambah berat, agar perkembangan otot terjamin. Karena itu latihan tahanan
harus selalu merupakan latihan yang kian meningkat bobot latihannya.
Latihan tahanan, menurut kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam dua
katagori, yaitu kontraksi isotonis dan kontraksi isometris. Dalam kontraksi isotonis
akan tampak terjadi suatu gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan oleh karena
otot memanjang dan memendek sehingga terdapat perubahan dalam panjangnya otot.
Kontraksi ini disebut kontrksi dinamis (dinamic contraction).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiii
Dalam kontraksi isometris tidak tampak suatu gerakan yang nyata karena otot
tidak memanjang atau memendek, dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh,
kontraksi demikian disebut kontraksi statis.
Meskipun telah dibuktikan bahwa kontraksi isometris, dapat mengembangkan
kekuatan yang paling populer adalah latihan isotonis, karena bentuk latihan ini
mempunyai keuntungan – keuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan bentuk
latihan kontraksi isometris, diantaranya adalah :
1) Ruang geraknya lebih luas, hal ini menjamin tetap terlatihnya fleksibilitas.
2) Perbaikan daya tahan bersamaan dengan perkembangan kekuatan.
3) Lebih memberikan kepuasan dalam mengatasi bobot–bobot yang ditahan, dan
yang sedikit demi sedikit bertambah.
4) Lebih memberikan kepuasan dalam menggerakan bagian-bagian tubuh terhadap
suatu beban.
5) Gerakan-gerakannya lebih menjamin fungsi peredaran zat-zat dalam alat-alat
tubuh kita.
Salah satu macam latihan tahanan isotonis yang paling populer dalam olahraga
adalah weight training. Weight training yang dimaksud disini, haruslah dibedakan
dengan latihan tahanan lainnya yang disebut angkat besi (weight lifting). Untuk
menghindarkan salah pengertian tentang latihan beban dengan latihan angkat besi,
diterangna terlebih dahulu tentang perbedaan kedua bentuk latihan tahanan tersebut.
Weight lifting adalah latihan yang menekankan pada beban-beban latihan yang
berat. Sedangkan weight training adalah latihan-latihan yang sistematis, dimana beban
hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot, untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiv
mencapai tujuan tertentu. Pelaksanaan dan penerapan latihan beban, harus dilakukan
dengan tepat, dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan agar tujuan latihan
beban, benar-benar tercapai. Dengan demikian akan dapat memberikan kepercayaan
kepada pelatih, maupun kepada siswa tentang kegunaan yang sebenarnya dari latihan
beban.
Latihan beban, kalau dilaksanakan dengan benar, kecuali dapat mempertinggi
kesehatan fisik secara keseluruhan, akan dapat mengembangkan kecepatan, daya ledak
otot, kekuatan dan keuletan, yang merupakan faktor-faktor penting untuk meningkatkan
prestasi tolak peluru.
Beberapa syarat dan prinsip yang penting diperhatikan dalam latihan beban untuk
meningkatkan prestasi tolak peluru adalah :
1) Latihan beban harus didahului oleh pemanasan yang menyeluru.
2) Prinsip beban lebih, harus diterapkan.
3) Sebagai patokan, dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 tidak kurang dari 8
ulangan, untuk setiap bentuk latihan.
4) Setiap mengangkat, mendorong beban, harus dilaksanakan dengan teknik yang benar.
5) Ulangan dorongan sedikit, dengan beban maksimal akan menghasilkan adaptasi
terhadap kekuatan, artinya akan membentuk kekuatan otot lengan, sedangkan ulangan
banyak dengan beban ringan, pada umumnya daya tahan otot lengan.
6) Setiap bentuk latihan harus dilakukan dalam ruang gerak seluas-luasnya, yaitu sampai
batas gerak sendi-sendi, sehingga otot-otot lengan tersa tertarik.
7) Setelah latihan, pengaturan pernafasan harus diperhatikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxv
8) Pada akhir melakukan suatu bentuk latihan, siswa harus berada dalam keadaan lelah
otot lengan yang berlangsung hanya untuk sementara.
9) Latihan beban sebaikknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi dengan
satu hari istirahat.
10) Latihan beban harus diawasi oleh pelatih, pembina yang mengerti betul dengan
latihan beban.
Dari uraian diatas latihan beban dan latihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan
Medicine Ball Chest Pass sangat berperan untuk meningkatkan prestasi tolak peluru
4. Kekuatan Otot Lengan
a. Pengertian Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan fisik yang menyangkut kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot dinamik dan eksplosif serta melibatkan
pengeluaran kekuatnan otot maksimal.
Dalam satu durasi waktu yang singkat. Berkaitan dengan kekuatan
Harsono (1988:200) menyatakan “ Kekuatan adalah kemampuan otot untuk
menggerakkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat “.
Sudjarwo (1993:27) menyatakan “ekplosive kekuatan merupakan
kemampuan otot (segerombolan otot) untuk melakukan beban / tahanan
dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan (penggunaan force dan
velocity)”. Menurut Iskandar Z Sapoetra dkk (1999:9) menyatakan, “
Kekuatan adalah kemampuan yang memungkinkan otot atau sekelompok
otot untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosif”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvi
Pada prinsipnya pendapat yang dikemukakan oleh ketiga ahli tersebut
mempunyai pengertian yang hampir sama. Bertolak dari pengertian
kekuatan tersebut dapat disimpulkan kekuatan otot lengan adalah
kemampuan otot atau kelompok otot lengan menghasilkan kerja fisik
dengan mengarahkan kekuatan dari otot – otot lengan secara maksimal
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kekuatan otot lengan ini penting
untuk cabang-cabang olahraga dimana siswa harus mengarahkan tenaga
secara ekplosif dari otot-otot lengan.
b. Komponen Otot Lengan.
Otot merupakan bagian tubuh yang sangat penting untuk aktivitas
sehari-hari. Hampir sebagian berat badan kita terdiri dari banyaknya otot dalam
tubuh. Soekarman (1987:27) menyatakan “Otot merupakan 40-45 % dari berat
badan tubuh seseorang. Didalam tubuh kita terdapat 217 pasang otot rangka”.
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu kontraksi,dan
dengan jalan berkonstrasi maka gerakan terlaksana. Menurut Waharsono
(1999:98) “otot adalah suatu sel yang mempunyai sifat tersendiri yaitu jaringan
yang bersifat dapat mengkerut (kontraksi) dan memanjang (steigrung).
Kontraksi ke satu arah sesuai dengan arah serabutnya”. Hal senada di
kemukakan Syarifudin (1997:35) bahwa “otot merupakan suatu organ atau alat
yang memungkinkan tubuh dapat bergerak.
Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari seluruh lengan,
mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Menurut Doewes H,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvii
(2008: 22) bahwa “rangka daripada anggota gerak atas dibagi 3 bagian besar :
(1) sceleton brachii, (2) shelaton ante brachii, (3) sceleton mani”. Tulang-
tulang pada lengan tersebut dilapisi berbagai macam otot. Otot-otot yang
terdapat pada lengan menurut Evelyn Pearce (1993:112) yaitu :” otot deltoid,
otot trisep, otot brochioradialis, otot exstensor karpi radialis longus, otot
exstensor digitorum, otot exstensor dan abduktor ibu jari, otot ankonecus, otot
exstensor karpiulnaris, otot exstensor retinakulum”.
Gambar : 11 Bagian Lengan
(Evelyn Pearce ,1993:112)
c. Kontraksi Otot Lengan
Terjadinya kontraksi otot dalam tubuh manusia akibat otot bekerja
melawan beban yang diterimanya. Misalnya mendorong atau menolak suatu
benda, manahan beban, menarik benda dan lain sebagainya. Syaifudin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxviii
(1997:35) menyatakan bahwa, “ otot dapat mengadakan kontraksi dengan
cepat, apabila mendapat rangsangan dari luar”. Mekanisme kontraksi otot tidak
sederhana, tetapi cukup komplek. Hal terpenting dan harus diperhatikan saat
otot berkontraksi adalah dibutuhkannya cadangan energi.
Berdasarkan cara kerjanya, kerja otot dibedakan menjadi dua yaitu
bekerja secara aerobik an aerobik. Menurut Soekarman (1987:29)
mengistilahkan sistem kerja otot yaitu “serabut otot yang aerobik dinamakan
tipe I, serabut otot lambat, otot merah, serabut oksidasi lambat (slow twitch).
Yang anaerobik dinamakan Tipe II, otot putih, serabut cepat (flast twitch FT)
atau otot glikolisis cepat (fast glycolitic FG) Distribusi otot cepat dan lambat
sangat beraneka ragam”. Menurut M. Furqon H. (1995:41) bahwa,
“Berdasarkan jenis serabut otot dibedakan menjadi dua. Serabut dengan
kontraksi lambat dengan warna merah dan serabut dengan kontraksi cepat
berwarna putih. Serabut-serabut yang merah berkontraksi secara pelahan-lahan,
tetapi untuk waktu lebih lama daripada serabut-serabut yang putih, yang
berkontraksi dengan cepat, tetapi segera menjadi lelah”.
Berdasarkan jenis kerja otot tersebut menunjukkan bahwa, pada gerakan
tolak peluru gaya ortodhox, maka keterlibatan serabut otot merah mempunyai
peran yang penting untuk memperoleh daya tolak yang maksimal. Jika seorang
siswa memiliki serabut otot merah yang banyak akan mampu mengerahka
kekuatan disertai kecepatan untuk melakukan gerakan secara maksimal dalam
waktu yang singkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxix
Bertolak dari definisi kekuatan yang dikemukakan para ahli diatas
menunjukkan bahwa unsur utama kekuatan adalah kekuatan dan kecepatan.
Seperti dikemukakan M. Sajoto (1995:9) bahwa, “kekuatan adalah hasil
perkalian antara kekuatan dan kecepatan (P = F x V). Menurut hasil penelitian
Sarwono dan Ismaryati (1999:6) bahwa,” unsur-unsur penentu kekuatan adalah
kekuatan otot, kecepatan rangsangan syaraf, kecepayan kontraksi otot,
produksi energi secara biokimia dan pertimbangan mekanik gerak.” Pendapat
lain dikemukakan Suharno HP (1993:59-60) faktor yang menentukan baik
tidaknya power adalah:
1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih dari siswa.
2) Kekuatan dan kecepatan otot siswa
Ingat rumus P = F x V
P = Power, F = force, V = velocity
3) Waktu rangsangan maksimal 34 detik, misalnya waktu rangsangan
hanya 15 detik, power akan lebih baik dibandingkan dengan waktu
rangsangan selama 34 detik.
4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan.
5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi power tersebut dapat
disimpulkan bahwa, unsur penentu baik tidaknya power yang dimiliki
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kemampuan otot untuk
berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang singkat setelah menerima
rangsangan serta produksi energi biokimia dalam otot akan sangant
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xc
menentukan kekuatan yang dihasilkan. Jika unsur-unsur seperti diatas dimiliki
seseorang, maka ia akan memiliki kekuatan yang baik. Namun sebaliknya jika
unsur-unsur tersebut tidak dimiliki maka kekuatan yang dihasilkan juga tidak
baik.
d. Peranan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Kemampuan Tolak Peluru
Kemampuan fisik yang baik selalu dibutuhkan dalam setiap cabang
olahraga termasuk tolak peluru. Prestasi tolak peluru dapat dicapai jika peluru
terlontar sejauh-jauhnya dan dinyatakan sah berdasarkan peraturan yang
berlaku. Untuk menolakkan peluru sejauh-jauhnya membutuhkan tenaga yang
besar. Dalam hal ini kemampuan lengan sangat dibutuhkan untuk menolakkan
peluru sejauh-jauhnya. Otot lengan harus dikerahkan secara maksimal dalam
satu pola gerakan yang baik dan benar.
Ditinjau dari gerakan tolak peluru terutama saat peluru ditolakkan yaitu
peluru didorong atau ditolakkan dengan kekuatan penuh dan diakhiri lecutan
dari pergelangan tangan. Tamsir Riyadi (1985:125) menyatakan teknik
pelaksanaan menolakan peluru yaitu :” setelah meluruskan kaki dengan kuat,
dan saat itu pula lengan kanan diluruskan untuk menolak peluru, disertai
dengan lecutan pergelangan tangan dan jari-jari terutama (jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis)”. Menurut Jerver J, (2005:85) salah satu hal yang harus
dipeerhatikan dalam menolakkan peluru yaitu “ gerakan menolakkan peluru
merupakan suatu gerakan bahu mendorong dengan sekuat tenaga, disertai
dengan gerakan merentangkan lengan, dan pergelangan tangan serta jari-jari
yang terarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xci
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,keberadaan
power otot lengan berperan terutama saat menolakkan peluru. Pada saat
menolakkan peluru otot-otot lengan harus dikerahkan secara maksimal saat
menolakkan peluru pada teknik yang benar, maka peluru akan dapat terlontar
semaksimal mungkin. Pengerahan kekuatan otot lengan dan lecutan
pergelangan tangan ini dilakukan dalam satu rangkaian gerakan yang eksplosif.
Salah satu hal yang harus diperhatikan saat menolakkan peluru dengan sudut
yang tepat, maka akan mendukung pencapaian prestasi tolak peluru lebih
optimal. Menurut Soegito (1992:25) bahwa,” Untuk memperoleh tolakkan
yang maksimal usahakan agar sudut tolakkannya ± 45º
e. Panjang Lengan
a) Pengertian Panjang Lengan
Pada umumnya setiap cabang olahraga menuntut syarat-syarat khusus,
salah satu diantaranya proporsi tubuh yang ideal dengan cabang olahraga
yang dipelajarinya. Menurut hasil penelitian Sarwono dan Ismaryati
(1999:13) bahwa, “Tipe tubuh merupakan kapasitas fisik umum dan hanya
sebagai satu indikasi kecocokan seorang siswa dengan prestasi yang tinggi.
Dengan demikian tipe tubuh memainkan peran yang penting, tidak hanya
dalam pemilihan cabang tetapi juga pemilihan posisi pada cabang olahraga
tertentu guna mencapai prestasi yang tinggi”.
Untuk mencapai prestasi tolak peluru menurut proporsi tubuh yang
tinggi besar memiliki otot-otot yang kuat. Hal ini karena, pada cabang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcii
olahraga siswaik khususnya nomor tolak peluru membutuhkan kekuatan dan
power. Mulyono B (1994:51) menyatakan bahwa, “kelompok mesomorph
memperoleh nilai tinggi dalam nomor-nomor yang memerlukan streight dan
power”. Menurut Sheldon dalam Mulyono B (1994:50) kelompok
mesomorph ini memiliki ciri antara lain : “tubuh tinggi besar memiliki otot-
otot yang kuat, tulang-tulang yang besar dan tertutup otot-otot yang tebal
pula”.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut berarti seorang yang memiliki tubuh
yang tinggi dan besar tentunya disertai bagian-bagian tubuh yang ideal
yaitu, lengan dan tungkai yangnya panjang. Lengan yang panjang dan
tulangnya besar disertai otot-otot yang kuat mempunyai peran penting
dalam cabang olahraga tolak peluru.
Ditinjau dari anatomis, lengan merupakan anggota gerak atas yang
terdiri dari seluruh lengan mulai dari pangkal lengan sampai dengan ujungjari
tangan. Berkaitan panjang lengan Amari (1996:155) menyatakan, “panjang
lengan diukur dari acromion sampai di ujung jari tengah”. Hal senada
dikemukakan Hasnan Said (1997:57) “panjang lengan adalah dari sudut sendi
bahu (osacraminon) sampai ke ujung jari”.
Berdasarkan pengertian panjang lengan yang dikemukakan dua ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, panjang lengan adalah proporsi lengan yang
diukur dari sendi bahu sampai dengan ujung jari. Lengan yang panjang
mempunyai peran penting dalam usaha mencapai prestasi yang tinggi termasuk
tolak peluru. Hal ini karena lengan yang panjang memiliki jarak jangkauan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciii
yang lebih panjang. Jarak jangkauan panjang mempunyai peluang yang besar
untuk menolakkan peluru lebih jauh. Oleh karena itu seorang siswa tolak
peluru yang memiliki lengan panjang harus mampu dimanfaatkan serta
maksimal pada teknik yang benar sat menolakkan peluru agar peluru dapat
dilontarkan sejauh-jauhnya.
b) Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Panjang Lengan
Meningkatkan struktur tubuh seseorang seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada usia balita dan remaja mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
tersebut tidak terlepas dari makanan organ lainnya. Dangsina Moeloek dan
Arjatmo Tjikronegoro (1984:47) menyatakan “ keadaan gizi dan kesehatan
pada saat pertumbuhan akan menentukan kesiapan otot rangka dan organ tubuh
lainnya untuk menerima beban olahraga”. Pendapat lain dikemukakan
Sugiyanto (1998:37) bahwa, “ Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan fisik
dibedakan menjadi 4 macam pengaruh yaitu, (1) kecepatan pertumbuhan, (2)
ukuran tubuh setelah dewasa, (3) bentuk tubuh dan, (4) komposisi jaringan
tubuh”.
Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat menentukan
keadaan fisik seseorang. Keturunan mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap keadaan seseorang. Seperti dikemukakan Sugiyanto (1998:37)
bahwa,” Terhadap sifat dan pertumbuhan fisik, faktor keturunan sangat
berpengaruh. Pengaruh yang nyata adalah terhadap ukuran, bentuk dan
kecepatan atau irama pertumbuhan.” Hal ini berarti, jika kedua orang tuanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciv
tinggi-tinggi, maka anak-anaknya cenderung tinggi pula. Namun sebaliknya,
jika kedua orang tuanya pendek maka anak-anaknya juga pendek.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
dapat disimpulkan bahwa, kondisi atau segmen tubuh seseorang (termasuk
panjang lengan) dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor gizi atau
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Jika kedua orang tuanya tinggi-tinggi
kemungkinan besar memiliki postur tubuh yang tinggi. Postur tubuh yang
tinggi umumnya disertai segmen-segmen tubuh yang panjang termasuk tungkai
dan lengannya. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, maka
pertumbuhan dan perkembangan akan berjalan dengan normal dan baik postur
tubuh maupun bagian-bagian tubuh lainnya.
c) Peranan Panjang Lengan Terhadap Kemampuan Tolak Peluru
Lengan merupakan salah saru bagian tubuh yang dominan dalam tolak
peluru. Untuk menolakkan peluru sejauh-jauhnya lenganharus dimanfaatkan
secara maksimal baik kemampuannya maupun proporsinya. Kemampuan
lengan harus dikerahkan secara maksimal dan mampu memanfaatkan panjang
lengan yang dimiliki pada teknik yang benar.
Lengan yang panjang mempunyai nilai lebih jika dibandingkan dengan
lengan pendek. Ditinjau dari mekanika gerakan dalam tolak peluru bahwa, bila
suatu benda dilemparkan ke depan, maka kecepatan awalnya berbanding
langsung dengan panjang radius. Hal ini berarti,sebagai radiusnya adalah
panjang lengan, sehingga lengan yang panjang akan dapat mempengaruhi
pencapaian jarak tolakan. Seperti dikemukakan Dangsina Moeloek dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcv
Arjatmo Tjokronegoro (1984:81) bahwa,” Penolak peluru, pelempar lembing
dan cakram, sebaiknya berlengan panjang, bertungkai panjang dan berotot
kuat. sudut lemparan sebaiknya 45º “. Oleh karena itu, seorang siswa yang
memiliki lengan yang panjang harus mampu dimanfaatkan secara optimal
dengan teknik menolak yang benar agar dapat diperoleh jarak tolakan sejauh-
jauhnya.
Keseimbangan
1) Pengertian Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem
neuromuscular dalam kondisi statis atau mengontrol sistem neuromuscular
tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi bergerak. Berkaitan
dengan keseimbangan Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro
(1984:10) menyatakan bahwa, ‘keseimbangan adalah kemampuan
mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan’.
Menurut Waharsono (1999:133) bahwa,” keseimbangan merupakan
kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot”.
Berdasarkan batasan keseimbangan tersebut dapat disimpulkan bahwa,
keseimbangan merupakan kemampuan seseorang untuk mempertahankan sikap
dan posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri atau pada saat melakukan
gerakan. Keseimbangan ini dibutuhkan tidak hanya dalam kegiatan olahraga,
tetapi juga dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan jenisnya keseimbangan dikelompokkan menjadi dua
macam. Seperti dikemukakan Sarwono dan Ismaryati (2006:47) bahwa, “
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvi
Terdapat dua macam keseimbangan yaitu keseimbangan statis dan dinamis”.
Keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu
tanpa atau sekecil mungkin terjadi gerakan bergoyang,sedangkan
keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan postur tubuh agar
tidak terjatuh selama melakukan gerakan ketrampilan.
Berdasarkan jenis keseimbangan tersebut menunjukkan bahwa,
keseimbangan dinamis merupakan bagian yang penting dalam tolak peluru. Hal
ini dapat dilihat terutama pada gerakan menggeser atau menolakkan kaki kanan
ke depan dan dilanjutkan menolakkan peluru tersebut, menjaga keseimbangan
tubuh sangat penting agar tolakan dapat dilakukan dengan mantap dan setelah
peluru terlontar badan atau tubuh masuk ke dalam sektor lemparan.
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan
Keseimbangan merupakan unsur kondisi fisik yang sangat kompleks.
Keseimbangan beroperasi tidak hanya terdiri dari satu unsur saja, melainkan
beroperasi dengan unsur lainnya. Sarwono dan Ismaryati (2006:47)
menyatakan bahwa, “ Kualitas keseimbangan dinamis bergantung pada
mekanisme dalam saluran semisirkular, persepsi kinestik, tendon, dan
persendian, persepsi visual selama melakukan gerakan dan kemampuan
koordinasi”. Menurut Suharno HP. (1993:67) bahwa untuk mempertahankan
keseimbangan perlu memperhatikan faktor-faktor yaitu : “(1) tingginya letak
titik berat badan. (2) luas tempat tumpu, (3) Hubungan antara garis berat dan
temapat menumpu. (4) Gaya yang bekerja pada badan, (5) Susunan anatomis
secara segmental dan, (6) Koordinasi susunan syaraf otot dan indera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvii
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, faktor yang
mempengaruhi keseimbangan bersifat internal dan eksternal. Baik faktor
internal maupun faktor eksternal keduanya saling mempengaruhi baik tidaknya
keseimbangan yang dimiliki seseorang.
3) Keseimbangan Terhadap Kemampuan Tolak Peluru
Keseimbangan sangat dibituhkan kegiatan olahraga maupun aktivitas
sehari-hari. Keseimbangan berperan pada keadaan atau posisi diam maupun
bergerak. Dengan keseimbangan yang dimiliki, maka aktivitas yang dilakukan
hasilnya akan lebih baik dan efisien. Tolak peluru merupakan cabang olahraga
yang membutuhkan keseimbangan. Keseimbangan ini berperan pada teknik
gerakan mengayunkan kaki yang satu, sedangkan kaki lainnya manumpu
menahan tubuh dan selanjutnya bergeser untuk menolakkan peluru. Gerakan
mengayunkan kaki ini sebagai gerakan pendahuluan untuk memperoleh
keseimbangan yang stabil, sehingga memudahkan gerakan menolakkan kaki
kanan ke depan. Seperti dikemukakan Tamsir Riyadi (1985:128) “ayunan kaki
kiri ini hanya merupakan gerakan pendahuluan saja, untuk mencari
keseimbangan”. Apabila pada sat gerakan mengayun atau menggerak-gerakkan
kaki kiri tersebut keseimbangan tetap terjaga dengan stabil, untuk gerakan
menggeser kaki kanan ke depan dan menolakkan peluru dapat dilakukan
dengan baik dan mantap. Selain itu juga dengan menjaga keseimbangan akan
mencegahtubuh masuk sektor lemparan, sehingga akan didiskualifikasi. Seperti
dikemukakan Rusli Lutan dkk, (1992:140) bahwa, “segera setelah peluru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcviii
ditolakkan, tubuh tetap seimbang dan tidak ada bagiannya yang menyentuh
daerah diluar lingkaran tempat tolak peluru dilakukan’.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teori yang
dikemukan, hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Penelitian yang
dilakukan oleh Rumpis Agus Sudarko, 2003 dengan menggunakan sampel penelitian
sejumlah 75 siswa putra umur antara 15-18 tahun. Hasil kesimpulan yang diperoleh
adalah sebagai berikut : (1) Latihan Mendorong dan Latihan melempar keduanya dapat
meningkatkan kekuatan otot lengan sangat signifikan (p<0,01), (2) Latihan mendorong
dan melempar tidak diperoleh adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) dalam
meningkatkan hasil tolak peluru, (3) Latihan mendorong lebih efektif dalam
meningkatkan kekuatan otot lengan dibanding dengan Latihan melempar (p<0,01).
C. Kerangka Pemikiran
Dari kajian teori yang diuraikan diatas, maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai
berikut :
1. Perbedaan pengaruh latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass
terhadap prestas tolak peluru.
Prestasi tolak peluru bisa meningkat jika latihan-latihan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan gerak kekuatan dan kecepatan. Heavy Bag Thrust dan Medicine
Ball Chest Pass adalah latihan yang sangat tepat terutama untuk meningkatkan
power otot lengan dalam tolak peluru, tetapi masing-masing memiliki kelemahan
dan kekurangan dalam pelaksanaan penerapan latihannya sehingga dapat dipastikan
akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcix
Latihan Heavy Bag Thrust memiliki kelebihan membiasakan mendorong
beban sansak yang berat menggerakkan mendorong dan menekuk siku lengan akan
menambah kekuatan otot lengan.Kelemahannya jika diterapkan pada kekuatan otot
tinggi kecepatannya mendorong kurang efektif karena fleksibelitasnya ke depannya
kecil.
Latihan Medicine Ball Chest Pass memiliki kelebihan gerak kecepatan karena
beban dorongan bola bebannya lebih ringan dibandingkan mendorong sansak
gerakan dorongan dengan mudah dilakukan. Kelemahannya adalah ketika
diterapkan pada siswa yang kekuatan otot lengannya tinggi kecepatannya kurang
kareana fleksibelitasnya otot tangan kurang.
2. Perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan
tinggi dan rendah.
Berdasarkan pembahasan kekuatan otot lengan di atas, menyebutkan bahwa
orang yang kekar umumnya mempunyai kekuatan otot lengan yang kuat, Prestasi
tolak peluru membutuhkan postur tubuh yang kekar sehingga menambah kekuatan
dan kecepatan untuk menolak. Apalagi ditunjang dengan latihan yang benar yang
bisa meningkatkan power dan kecepatan lengan tangan maka akan dicapai prestasi
yang diharapkan.
Kekuatan otot lengan tinggi dan rendah memiliki kelebihan dan kelemahan
sehingga akan menimbulkan perbedaan prestasi. Jika menyangkut perbandingan
kekuatan dan kecepatan, untuk siswa yang kekuatan otot lengan tinggi jika diberi
latihan kecepatan akan lebih efektif hasil tolakannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c
Untuk siswa yang memilki kekuatan otot lengan rendah memiliki kelebihan
jika diberi latihan plyometric dengan kategori mendorong dapat meningkatkan
kekuatan otot lengan yang optimal. Kelemahannya adalah jika diberikan latihan
yang membutuhkan kecepatan yang ditimbulkan kecil jadi kurang efektif.
3. Pengaruh interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan terhadap
prestasi tolak peluru.
Setiap siswa memiliki kekuatan otot lengan yang berbeda-beda, sehingga
memiliki karakteristik yang berbeda pula, apalagi diberi latihan yang berbeda maka hasil
prestasinya pasti berbeda. Jadi pengaruh interaksinya dapat dipastikan selalu ada.
Sesuai dengan kajian teori yang disebutkan di atas untuk Heavy Bag Thrust lebih
cocok diterapkan pada siswa dalam kelompok sampel yang memiliki kekuatan otot
lengan rendah, karena gerakannya ada unsur gerak mendorong dengan beban sehingga
cocok pada siswa yang kekuatannya kurang yang bisa sangat efektif dalam pencapaian
kekuatan otot lengan.
Latihan Medicine Ball Chest Pass lebih cocok diterapkan pada siswa yang
kekuatan otot tinggi, gerakan Medicine Ball Chest Pass membutuhkan gerakan
kecepatan yang besar. Jika diterapkan pada kelompok kekuatan otot lengan tinggi maka
akan terjadi beban kecepatan semakin besar dan akan menjadi gerakan yang efektif.
Tolak peluru merupakan salah satu nomor lempar pada cabang olahraga
siswaik. Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam tolak peluru dibutuhkan
beberapa unsur baik, fisik, teknik, mental dan proporsi tubuh yang ideal. Dalam
tolak peluru ada dua macam gaya yang sering digunakan yaitu, gaya ortodhox dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ci
gaya obrein. Pada prinsipnya gaya tersebut merupakan usaha agar peluru dapat
terlontar sejauh-jauhnya.
Ditinjau dari gerakan dalam tolak peluru gaya ortodhox ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi diantaranya power otot lengan,
panjang lengan dan keseimbangan. Faktor-faktor tersebut beroperasi dalam satu
rangkaian gerakan yang harus dikerahkan pada teknik yang benar agar diperoleh
hasil tolakan yang maksimal. Alat untuk mengukur kekuatan otot lengan dan otot
bahu menggunakan alat Hendy Dynamometer dilakukan pre test dan post test
untuk memperoleh data penelitian.
Dengan pembebanan metode latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball
Chest Pass dapat meningkatkan kekuatan atau power otot lengan dan otot bahu untuk
meningkatkan hasil prestasi tolak peluru.
D. Perumusan Hipotesis
Dari deskripsi teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian yang
diajukan adalah :
1. Ada perbedaan pengaruh latihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine
Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru.
2. Ada perbedaan prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot
lengan tinggi dan rendah.
3. Ada pengaruh interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan
terhadap prestasi tolak peluru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Punung, Kabupaten Pacitan
Propinsi Jawa Timur
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2010/2011, selama 2 bulan mulai akhir bulan Nopember 2010 sampai bulan
Januari 2011. Pelaksanaan perlakukan selama 8 minggu dengan frekuensi 3
kali seminggu dan 2 minggu untuk pretes dan postes. Pertemuan dilaksanakan
pada hari Senin, Rabu dan Jumat selama 90 menit tiap pertemuan yang
dilaksanakan pada sore hari pukul 15.00 – 16.30 WIB agar tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Secara keseluruhan pertemuan dilaksanakan sebanyak 18 kali
pertemuan dengan pertemuan awal untuk pretes dan akhir untuk postes.
Sehingga untuk pelaksanaan program latihan inti sebanyak 18 kali pertemuan.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dasar
penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan
memberikan perlakuan pada subyek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna
mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Isaac Stephen and William
B, (1984:77) menjelaskan bahwa:”Desain faktorial 2 x 2 untuk meneliti pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ciii
dari dua perlakuan, di mana masing-masing perlakuan atau variabel terdiri dari
dua level.”Menurut Hadi Sutrisno (2000:462) mengatakan bahwa:” Desain
faktorial adalah suatu yang menyediakan kemungkinan bagi penyelidik untuk
sekaligus menyelidiki pengaruh dari dua jenis variabel eksperimen atau lebih”.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dua faktor dan dua
level. Faktor pertama merupakan variabel manipulatif, yaitu latihan Plyometric.
Sedangkan faktor kedua adalah variabel atribut, yaitu kekuatan otot lengan.
Latihan Plyometric terdiri dari latihan Plyometric Heavy Bag Trust dan Medicine
Ball Chest Pass, sedangkan variabel atribut terdiri dari power otot lengan tinggi
dan rendah. Sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan semua level
yang ada dalam eksperimen. Desain faktorial dua atau lebih variabel dimanipulasi
secara simultan untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel
terikat “(Furchan, 1982:362). Dan secara skematis rancangan penelitian ini dapat
digambarkan pada tabel berikut :
Tabel : 7 Rancangan Faktorial 2 x 2
KEKUATAN OTOT LENGAN
(B)
LATIHAN PLYOMETRICS (A)
Heavy Bag Thrust
( a1 )
Medicine Ball Chest Pass
( a2 )
Kekuatan Otot Lengan Tinggi
( b1 )
a1 b1
(10)
a2 b1
(10)
Kekuatan Otot Lengan
Rendah a1 b2 a2 b2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
civ
( b2 ) (10) (10)
Keterangan :
a1b1 : Latihan Heavy Bag Thrust dengan kekuatan otot lengan tinggi
a1b2 : Latihan Heavy Bag Thrust dengan kekuatan otot lengan rendah
a2b1 : Latihan Medicine Ball Chest Pass dengan kekuatan otot lengan tinggi
a2b2 : Latihan Medicine Ball Chest Pass dengan kekuatan otot lengan rendah
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri atas dua variabel bebas (independen) dan satu
variabel terikat (dependen) dengan perincian sebagai berikut :
1. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi veriabel yang
lain :
a. Variabel manipulatif, yaitu : latihan plyometrics yang terdiri dari dua
level :
1) Latihan Plyometric Heavy Bag Thrust
2) Latihan Plyometric Medicine Ball Chest Pass .
b. Variabel atributif, yaitu kekuatan otot lengan yang terdiri dari :
1) Kekuatan otot lengan tinggi
2) Kekuatan otot lengan rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cv
2. Variabel terikat (dependen)
Variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain adalah prestasi tolak peluru
D. Definisi Operasional Variabel
1. Latihan Plyometric adalah salah satu bentuk latihan yang didalamnya terdapat
kontraksi dan regangan otot secara cepat yang memungkinkan otot mencapai
kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat
a. Heavy Bag Thrust
Latihan Heavy Bag Thrust adalah latihan dengan kedua kaki diam dan
terbuka doronglah sansak menjauh dari tubuh secepat mungkin lengan dan
bahu terjulur penuh. Tangkaplah pentalan sansak dengan tangan terbuka dan
pecahkan momentumnya dengan menggunakan togok, lengan dan bahu.
Geserlah posisi dan ulangi dengan menitik beratkan kecepatan dan
keekplositan.
b. Medicine Ball Chest Pass
Latihan Medicine Ball Chest Pass adalah latihan dengan mendorong bola
secepatnya keluar oleh salah seseorang menjulurkan kedua lengan
sepenuhnya. Yang seorang lagi mengecek momentum bolanya dan sebelum
sepenuhnya melemaskan kedua tangannya, mendorong keluar yang
berlawanan, melintaskannya kembali denga gerak ikutan penuh urutan
tersebut diulang- ulang dengan cara menangkap. Mendorong bola ada unsur
menolak yang dibutuhka tolak peluru.
2. Kekuatan Otot Lengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvi
Kekuatan dan kecepatan dari otot-otot lengan harus dikerahkan pada
teknik yang benar agar diperoleh tolakan sejauh-jauhnya. Perpaduan antara
kekuatan dan kecepatan dari otot-otot lengan harus dikerahkan dalam satu
rangkaian gerakan yang kuat dan eksplosif. Dalam hal ini kekuatan otot lengan
yang dimiliki seorang siswa akan mempengaruhi pencapaian hasil
tolakan.Kekuatan otot ini berorientasi pada saat lengan diluruskan mendorong
peluru hingga mencapai tolakan + 45º. Pada akhir tolakkan diakhiri dengan
lecutan dari pergelangan tangan dan jari-jari tangan untuk memperoleh
tolakkan sejauh-jauhnya. Pengerahkan kekuatan otot-otot lengan dan lecutan
pergelangan tangan ini harus dilakukan dalam satu pola gerakan yang utuh dan
eksplosif. Kemampuan mengerahkan kekuatan dan kecepatan dari otot-otot
lengan secara baik dan benar akan mendukung pencapaian prestasi tolak peluru
lebih optimal. Untuk memperoleh hasil tolakan yang baik peneliti melakukan
pengukuran kekuatan otot lengan dengan menggunakan tes alat pengukur
kekuatan otot lengan (Hendy Dynamometer).
3. Prestasi tolak peluru : hasil tolakan diperoleh siswa melalui tes awal, dan tes
akhir melakukan tolak peluru setelah diberi latihan.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMA Negeri
Punung Kabupaten Pacitan yang berjumlah 64 orang.
2. Sampel penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvii
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random
sampling (Sutrisno Hadi, 1982:81-83). Yang menggunakan sampel penelitian
berdasarkan ketentuan-ketentuan antara lain :
a. Jenis kelamin laki-laki
b. Berminat mengikuti latihan plyometric
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Bersedia menjadi sampel penelitian
e. Memiliki gerak dasar yang baik, didasarkan dari hasil observasi dan
informasi.
Dari jumlah 64 anak yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
sebelumnya, selanjutnya dilakukan tes kekuatan otot lengan untuk mengetahui anak
yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah. Kemudian siswa disusun
berdasarkan urutan rangking hasil tes kekuatan oto lengan. Sampel yang diambil yaitu
siswa yang berkekuatan otot lengan tinggi sebanyak 20 dan siswa yang berkekuatan otot
lengan rendah sebanyak 20, sedangkan 20 siswa dengan kekuatan otot lengan sedang
(di tengah) tidak diambil sebagai sampel dengan tujuan untuk memberikan rentang
perbedaan yang nyata antara kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan
rendah.
Selanjutnya 20 orang siswa yang termasuk ketegori kekuatan otot lengan tinggi dan 20
orang kategori kekuatan otot lengan rendah, masing-masing dilakukan random untuk
mendapatkan dua bentuk Latihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Plyometric
Medicine Ball Chest Pass .
F. Teknik Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cviii
1. Instrumen tes penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan otot lengan
Dalam pengukuran kekuatan otot lengan, alat yang digunakan adalah
Pull Dynamometer. Ketentuan dalam pengukuran otot lengan adalah
sebagai berikut :
1). Testee berdiri tegak, posisi kaki terbuka kurang lebih 30 centimeter.
2). Alat dipegang oleh kedua buah tangan di muka dada, posisi push
dynamometer menghadap ke depan dan kedua lengan atas dan bawah
fleksi sejajar dengan bahu.
3). Lakukan gerakan menarik (pull) pada alat Dynamometer oleh kedua
tangan sekuat-kuatnya dengan gerakan perlahan dan badan berdiri
tegak. Gerakan dianggap gagal apabila Dynamometer menyentuh
dada, posisi lengan atas dan bawah tidak sejajar dengan bahu dan
melakukan gerakan sentuhan
4). Dari hasil tes yang dilakukan dua kali diambil yang terbaik, dinyatakan
dalam satuan ukuran kilogram (Kg).
5). Petugas mencatat hasil dalam blangko pengukuran.
b. Data prestasi tolak peluru
Dengan melakukan pretes dan postes tolak peluru dengan kesempatan
masing-masing dua kali dan diambil tolakan terjauh.
c. Mencari reliabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cix
Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data kekuatan
otot lengan dengan Pull Dynamometer harus dicari reliabilitasnya sesuai
dengan karakteristik dari populasi penelitian. “Penghitungan koefisien
reliabilitas intraklas dicari dengan ANAVA ( Baumgartner, 1998:84).
Rumus reliabilitasnya adalah:
P
WP
MSMSMS
R-
=
R = Reliabilitas
MSP = Mean Square antar subyek
MSW = Mean Square di dalam subyek
Tabel . 8 Koefisien Korelasi Reliabilitas
KOEFISIEN RELIABILITAS
95 - 99 Excellent
90 - 94 Very good
80 - 89 Acceptable
70 - 79 Poor
60 - 69 Questionable
( Stand et all. 1993 dalam Mulyono, 1984:38)
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cx
a. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan terhadap setiap sel untuk mengetahui apakah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak.
Teknik yang digunakan adalah statistik Anderson-Darling yang dilakukan dengan
menggunakan bantuan software MINITAB (Siswandari, 2009:202).
b. Uji Homogenitas
Tujuan pengujian ini adalah untuk menaksir selisih rata-rata dan menguji
kesamaan atau perbedaan dua rata-rata. Perlu ditekankan adanya asumsi
bahwa kedua kelompok mempunyai variansi yang sama agar kegiatan
menaksir dan menguji dapat berlangsung. Untuk menghitung uji
homogenitas digunakan rumus uji Bartlett pada taraf signifikansi α = 0.05.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika X2h < X2
t pada taraf
signifikansi α = 0.05 yang berarti penyebaran data dalam penelitian
bersifat homogen.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji homogenitas variansi dan uji normalitas, maka pemanfaatan
ANAVA dalam analisis data sudah bisa dilakukan. Data hasil tes akhir hasil tolak
peluru dianalisis dengan statistika ANAVA DUA JALUR dan pengujian hipotesis
dengan perhitungan uji F pada taraf signifikan 0,05% yang sebelumnya telah
dilakukan uji prasyarat. Welkowitz, (1982:271), mengemukakan prosedur ANAVA
DUA JALUR secara rinci sebagai berikut :
Tabel : 9
Analisis Variansi Dua Jalur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxi
Source of Variance SS Df MS F
Between groups SSB dfB MSB FB
A SS1 Df1 MS1 F1
B SS2 Df2 MS2 F2
A*B SS1x2 df1x2 MS1x2 F1x2
Within groups SSw dfw MSw
Total SST dfT
Langkah-langkah perhitungannya :
a. Sum of Square
(1) Total Sum of Square (SSr)
( )
å å-=N
XXSSr
2
2
(2) Between Group Sum of Square (SSB)
( ) ( ) ( ) ( )N
X
N
X
N
X
N
XSS
k
kB
22
2
2
2
1
2
1 åååå -++=
(3) Within group Sum Square (SSw)
Brw SSSSSS -=
(4) Sum of Square for Factor 1 (SS1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxii
( ) ( )
å å-=N
X
eachcolumninNeachcolumnofsum
SS22
1
(5) Sum of Square for Factor 2 (SS2) ( ) ( )
å å-=N
X
eachcolumninNeachcolumnofsum
SS22
2
(6) Sum of Square for Interactions (SS1x2)
. SS1x2 = SSB – SS1 – SS2
b. Degrees of Freedom
(1) Total Degrees of Freedom
dfr = N – 1
(2) Degrees of Freedom Within Groups
dfw = N – K
(3) Degrees of Freedom for Factor 1
df1 = one less than the number of levels for factor 1
(4) Degrees of Freedom for Factor 2
df1 = one less than the number of levels for factor 2
(5) Degrees of Freedom for Interaction
df1x2 = df1 x df2
(6) Degrees of Freedom between Groups
dfB = k – 1
c. Mean Square
(1) Mean Square between Group (MSB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiii
B
BB df
SSMS =
(2) Mean Square Within Group (MSW)
W
WW df
SSMS =
(3) Mean square for factor 1 (MS1)
1
1
df
SSMSB =
(4) Mean Square for Factor 2 (MS2)
2
2
df
SSMSB =
(5) Mean Square for Interaction (MS1x2)
21
2121
x
xx df
SSMS =
d. F rations and Tests of Significance
(1) Effect of Between Group (FB)
W
B
MS
MSF =
(2) Effect of factor 1 (F1)
WMS
MSF 1=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiv
(3) Effect of Factor 2 (F2)
WMS
MSF 2=
(4) Effect of Interaction (F1x2)
W
x
MS
MSF 21=
· Penggunaan Anava harus memenuhi persyaratan : 1) observasi untuk masing-
masing kelompok independent, 2) setiap kelompok perlakuan memiliki variansi
yang sama (homogen), 3) populasi berdistribusi normal. Namun demikian
analisis variansi (Anava) tetap tegar (Robust) dan akan tetap memberikan hasil
yang akurat walaupun variansi tidak homogen Welkowitz (1982:251).
H. Validitas Rancangan Penelitian
Untuk mendapatkan keyakinan bahwa skor peningkatan kemampuan
prestasi tolak peluru merupakan hasil perlakuan yang dapat digeneralisasikan ke
populasi yang ada, maka dilakukan pengontrolan terhadap kemungkinan yang
dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu validitas internal dan eksternal.
1. Validitas internal
Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap variabel-
variabel pengganggu yeng meliputi :
a. Pengaruh sejarah
Selama mengikuti program pelatihan sampel tidak diperbolehkan
mengikuti aktivitas angkat besi di luar jadwal eksperimen. Hal ini
dilakukan dengan tidak memberikan materi tersebut pada saat kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxv
belajar mengajar dan siswa ditekankan untuk tidak melakukan aktivitas
angkat berat pada waktu senggang.
b. Pengaruh pertumbuhan, perkembangan dan kematangan
Untuk menghindari adanya pengaruh proses pertumbuhan, perkembangan
dan kematangan motorik, perlakuan diberikan dalam waktu tidak terlalu
lama yaitu selama 8 minggu atau selama dua bulan.
c. Testing
Hasil dari sebuah percobaan berurutan dengan pengambilan dari tes yang
sama
d. Pengaruh instrumen
Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji tingkat keajegannya.
e. Pengaruh pemilihan subyek
Dikontrol dengan penempatan subyek yang memiliki kemampuan awal
yang sama dan berimbang terhadap kelompok eksperimen.
f. Pengaruh kehilangan peserta eksperimen
Dikontrol terus-menerus memotivasi dan memonitor kehadiran sampel
melalui daftar hadir yang ketat sejak awal sampai akhir eksperimen.
g. Pengaruh perlakuan
Dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama kepada kelompok
eksperimen.
h. Penurunan statistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvi
Suatu kenyataan bahwa grup yag terpilih berdasarkan skor yang tinggi
sebenarnya tidak mempunyai tinggi skor yang sama dalam percobaan
selanjutnya.
i. Dugaan/ harapan
Dikontrol dengan cara mengantisipasi pelaku percobaan terhadap
penampilan partisipan-partisipan tertentu yang mungkin akan lebih bagus.
2. Validitas eksternal
Pengontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa
faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Hal ini dilakukan dengan
tindakan sebagai berikut :
a. Pengaktifan kembali atau efek balik dari percobaan
Pre tes mungkin akan membuat partisipan lebih waspada atau sensitif
dengan percobaan yang akan datang sehingga perlakuan tidak efektif tanpa
tes awal.
b. Interaksi terhadap prasangka dan perlakuan percobaan
Ketika grup dipilih berdasarkan beberapa karakteristik percobaan mungkin
hanya berlaku pada grup yang mempunyai karakteristik tersebut.
c. Efek balik dari penyusunan percobaan
Perlakuan yang efektif dalam situasi yang bebas dan dalam seting yang
leluasa seperti kenyataan.
d. Gangguan percobaan yang berlipat
Ketika para partisipan menerima lebih dari satu percobaan efek dari
percobaan yang lebih dulu mungkin mempengaruhi percobaan selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil tes dan pengukuran
dengan menggunakan instrument pengukuran yang sudah diukur tingkat validitasnya,
selanjutnya hasil pengukuran dari latihan Plyometrics, kekuatan otot lengan dan
prestasi tolak peluru akan dijelaskan dalam deskripsi data selanjutnya diuraikan
mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Pengambilan data dilakukan pada tes
awal dan tes akhir prestasi tolak peluru. Penyajian hasil penelitian berdasarkan hasil
analisis statistik yang dilakukan dengan manual dan agar lebih yakin tentang
kebenaranya dari hasil yang diperoleh dilanjutkan dengan uji statistik dengan bantuan
software MINITAB (Siswandari, 2009 : 202). Berturut-turut berikut disajikan mengenai
deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data prestasi tolak peluru dilakukan sesuai dengan
sel/kelompok perlakuan, dalam penelitian diberikan latihan plyometric dihubungkan
dengan kekuatan otot lengan, yang disajikan pada tabel 8. Yang berisikan tentang
deskripsi data hasil tes prestasi tolak peluru tiap kelompok berdasar kan penggunaan
latihan plyometric dan kekuatan otot lengan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxviii
Tabel 10. Deskripsi Hasil Tes Prestasi Tolak Peluru Tiap Kelompok Berdasarkan
Penggunaan Latihan Plyometric dan Kekuatan Otot Lengan.
Latihan Kekuatan
Lengan Statistik
Tolak Peluru (Pre-test)
Tolak Peluru (Post-test)
Heavy Bag Thrust
Rendah
Jumlah 73,63 79,62
Mean 7,363 7,962
Std. Deviation 0,424 0,627
Tinggi
Jumlah 87,14 98,66
Mean 8,714 9,866
Std. Deviation 0,538 0,253
Medicine Ball Chest Pass
Rendah
Jumlah 77,66 87,32
Mean 7,766 8,732
Std. Deviation 0,327 0,536
Tinggi
Jumlah 74 80,36
Mean 7,400 8,036
Std. Deviation 0,367 0,581
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxix
Gambar 12: Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi Tolak Peluru Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan dan Kekuatan Otot Lengan.
Keterangan:
Heavy Bag Thrust = Kelompok pelatihan dengan latihan Heavy Bag Thrust
Medicine Ball Chest Pass = Kelompok pelatihan dengan latihan Medicine Ball
Chest Pass
Kekuatan Tinggi = Kekuatan otot lengan tinggi
Kekuatan Rendah = Kekuatan otot lengan rendah
= Hasil tes awal
= Hasil tes akhir
Agar lebih jelas dalam memahami tabel 10 diatas, gambaran menyeluruh dari
nilai rata-rata prestasi tolak peluru awal latihan (pre-test) dan sesudah latihan (Post-test)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxx
dari keempat kelompok, maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai yang
ditunjukan pada gambar 12.
Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan prestasi tolak
peluru yang berbeda. Nilai peningkatan prestasi tolak peluru masing-masing sel
(kelompok perlakuan) adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Nilai Peningkatan Prestasi Tolak Peluru Masing-Masing
Sel (Kelompok Perlakuan)
No Kelompok perlakuan (Sel) Nilai peningkatan
prestasi tolak peluru ( Gain Score )
1 A1B1 (KP1) 1,152
2 A1B2 (KP2) 0,599
3 A2B1 (KP3) 0,636
4 A2B2 (KP4) 0,966
Agar lebih jelas gambaran nilai rata-rata peningkatan prestasi tolak peluru yang dicapai
tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxi
Gambar 13 : Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Tolak Peluru
pada Tiap Kelompok Perlakuan.
Keterangan :
KP1 = Kelompok siswa dengan latihan Heavy Bag Thrust pada kekuatan otot lengan
tinggi
KP2 = Kelompok siswa dengan latihan Heavy Bag Thrust pada kekuatan otot lengan
rendah
KP3 = Kelompok siswa dengan latihan Medicine Ball Chest Pass pada kekuatan otot
lengan tinggi
KP4 = Kelompok siswa dengan latihan Medicine Ball Chest Pass pada kekuatan otot
lengan rendah
Latihan Heavy Bag Thrust dan latihan Medicine Ball Chest Pass memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. Jika antara
kelompok siswa yang mendapat latihan dengan latihan Heavy Bag Thrust dan dengan
latihan Medicine Ball Chest Pass dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxii
perlakuan latihan dengan latihan Heavy Bag Thrust memiliki peningkatan prestasi tolak
peluru yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan perlakuan latihan dengan
latihan Medicine Ball Chest Pass.
Antara kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah
juga memiliki peningkatan prestasi tolak peluru yang berbeda. Jika antara kelompok
siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan rendah dibandingkan, maka dapat
diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi memiliki
peningkatan prestasi tolak peluru yang lebih baik ( Gain score = 1,152 ) dibandingkan
kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah ( Gain score = 0,966 ).
Tapi perlu diperhatikan dari hasil bacaan grafik diatas juga ditunjukkan bahwa,
tidak selamanya siswa yang mempunyai kekuatan otot lengan tinggi akan mengalami
peningkatan lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kekuatan otot
lengan rendah, sebagai hasil digambarkan dalam grafik bahwa siswa yang mempunyai
kekuatan otot lengan tinggi diberikan perlakuan dengan latihan Medicine Ball Chest Pass
(Gain score = 0,599) peningkatan prestasinya lebih rendah dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai kekuatan otot lengan rendah dengan diberikan perlakuan latihan
Medicine Ball Chest Pass ( Gain score = 0,966 ).
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum data dianalisis dengan ANOVA, terlebih dahulu dilakukan pengujian
persyaratan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap semua
kelompok yang akan dibandingkan. Asumsi-asumsi bahwa populasi berdistribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiii
dan homogenitas varians telah melancarkan teori dan latihan, sehingga banyak
persoalan yang dapat diselesaikan dengan lebih mudah.
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sebaran data dari setiap
variabel penelitian normal atau tidak. Adapun data penelitian yang diuji
normalitasnya adalah meliputi data keseluruhan latihan (latihan Heavy Bag Thrust
dan Medicine Ball Chest Pass) yang dihubungkan dengan kekuatan otot lengan tinggi
dan kekuatan otot lengan rendah.
Selanjutnya menurut Siswandari (2009:134) seandainya dalam melakukan uji
persyaratan analisis maka peneliti dapat menggunakan uji Anderson Darling
(pendekatan grafis) untuk uji normalitas.
a. Uji normalitas pada kelompok perlakuan latihan Plyometrics Heavy Bag
Thrust dengan kekuatan otot lengan tinggi.
C1
Per c ent
10,6 10,410,2 10,0 9,89,69,49,2
99
95
90
80
70
605040
30
20
10
5
1
Mean
0,983
9,866 StDev 0,2526
N 10AD 0,118 P-Value
Uj Norm Dt Tes Harvey & Pwr TgNormal
C1
P ercent
9,5 9,08,58,0 7,5 7,06,5
99
95
90
80
70
605040
30
20
10
5
1
Mean
0,685
7,962StDev 0,6270N 10AD 0,244P-Value
Uji Normalitas Heavy Bag Thrust dan Kekuatan Otot TinggiNormal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiv
Gambar 14 : Uji Normalitas Latihan Plyometrics Heavy Bag Thrust dengan Kekuatan
Otot Lengan Tinggi
Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,621 > 0,05 maka Ho
diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.
b. Uji normalitas kelompok perlakuan latihan Plyometrics Heavy Bag Thrust
kekuatan otot lengan rendah.
Gambar 15: Uji Normalitas Latihan Plyometrics Heavy Bag Thrust dengan
Kekuatan Otot Lengan Rendah
Berdasarkan gambar diatas karena p-value > 0.05 atau 0,685 > 0,05 maka Ho diterima
dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.
c. Uji normalitas pada kelompok perlakuan latihan Plyometrics Medicine Ball
Chest Pass dengan kekuatan otot lengan tinggi
C1
Perc ent
9,59,08,5 8,07,57,06,5
99
95
90
80
70
605040
30
20
10
5
1
Mean
0,685
7,962 StDev 0,6270N 10AD 0,244 P-Value
Uji Normalitas Heavy BagThrust dan Kekuatan Otot Redah Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxv
Gambar 16 : Uji Normalitas Latihan Plyometrics Medicine Ball Chest Pass
dengan Kekuatan Otot Lengan Tinggi
Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,983 > 0,05, maka Ho
diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.
d. Uji normalitas kelompok perlakuan latihan Plyometrics Medicine Ball Chest
Pass dengan kekuatan otot lengan rendah
C1
Perc ent
10,610,410,2 10,0 9,89,69,49,2
99
95
90
80
70
6050
40
30
20
10
5
1
Mean
0,983
9,866 StDev 0,2526N 10AD 0,118 P-Value
Uji Normalitas Medicine Ball Chest Pass & Kekuatan TinggiNormal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxvi
Gambar 17 : Uji Normalitas Latihan Plyometrics Medicine Ball Chest Pass dengan
Kekuatan Otot Lengan Rendah
Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,636 > 0,05 maka Ho
diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas vasiansi dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians
antara kelompok A dengan kelompok B. Uji homogenitas pada penelitian ini
dilakukan dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas antara kelompok A dan
kelompok B adalah sebagai berikut
Tabel 12 : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi
∑ Kelompok Ni SD2gab χ2
o χ2tabel 5% Kesimpulan
4 10 0,4993 2,070 7.81 Varians homogeny
C1
P e rc e nt
10,0 9,5 9,0 8,5 8,0 7,5
99
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
Mean
0,636
8,732 StDev 0,5363 N 10AD 0,257 P-Value
Uji Normalitas Medicine Ball Chest Pass & Kekuatan Otot Rendah Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxvii
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o 2,070. Sedangkan dengan K - 1 = 4
– 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2
o = 2,070 lebih kecil dari χ2tabel
5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar kelompok dalam penelitian ini
memiliki varians yang homogen. ( Penghitungan uji homoginitas varians. Lampiran 25:
Hal 187).
C. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian, maka
syarat untuk analisis varians (ANOVA) telah terpenuhi. Agar uji hipotesis dapat
dilaksanakan dengan baik maka terlebih dahulu harus ditentukan bagaimana
penerimaan dan penolakan hipotesis. Perhitungan lengkap ANOVA desain Faktorial blok
2 x 2, digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh antara latihan Plyometrc Heavy Bag
Thrust dan latihan Medicine Ball Chest Pass, juga untuk melihat interaksi antara latihan
dengan kekuatan otot lengan. Hasil perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 25, hal
187.
Sesuai dengan rumusan dalam BAB III bahwa hipotesis yang akan diuji adalah;
Menurut Siswandari (2009:125)
1. Hipotesis 1 : :
01H α = 0 Versus :
11H α ± 0
Atau dengan kata lain: Latihan Plyometrics tidak berpengaruh terhadap prestasi
(Ho) versus latihan Plyometrics berpengaruh terhadap prestasi (H1),
2. Hipotesis 2 : :
02H β = 0 Versus :
12H β ± 0
3. Hipotesis 3 : :
03H αβ = 0 Versus :
13H αβ ± 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxviii
Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ( Prestasi Tolak Peluru )
Sumber Variasi
dk JK RJK Fo
Ft
Rata-rata
Perlakuan 1 2992,2080 2992,2080
A 1 3,6482 3,648 13,4812 * 4,11
B 1 2,8090 2,809 10,3802 * 4,11
AB 1 16.9000 16,900 62,4512 * 4,11
Kekeliruan 36 9,7420 0,271
Total 40 3025,3072
Keterangan : Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05.
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis
sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Antara Latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball
Chest Pass Terhadap Peningkatan Prestasi Tolak Peluru.
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara
latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap peningkatan
prestasi tolak peluru, digunakan analisis variansi Two Way. Berdasarkan hasil
perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 13,4812. Hasil perhitungan
ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang = 1 dan Dkpenyebut = 36,
dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 4,11, karena F observasi > F tabel atau 13,4812
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxix
> 4,11, sehingga dapat dikatakan ada perbedaan pengaruh antara latihan Heavy Bag
Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru.
2. Perbedaan Pengaruh Prestasi Tolak Peluru Antara Siswa yang Memiliki Kekuatan
Otot Lengan Tinggi dengan Rendah.
Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh prestasi
tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dengan rendah
digunakan analisis variansi Two Way. Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi
dua jalan, diperoleh Fobservasi = 10,3802. Hasil perhitungan ini kemudian
dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang = 1 dan Dkpenyebut = 36, dan taraf
signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 4,11, karena F observasi > F tabel atau 10,3802 > 4,11,
sehingga dapat dikatakan ada perbedaan pengaruh prestasi tolak peluru antara siswa
yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dengan rendah.
3. Pengaruh Interaksi Antara Latihan Plyometric dan Kekuatan Otot Lengan Terhadap
Peningkatan Prestasi Tolak Peluru.
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada pengaruh interaksi antara latihan
dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru, digunakan
analisis variansi two Way. Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi dua jalan,
diperoleh Fobservasi = 62,4512, Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan
tabel F dengan Dk pembilang = 1 dan Dkpenyebut = 36, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh
F tabel = 4,11, karena F observasi > F tabel atau 62,4512 > 4,11, sehingga dapat dikatakan
ada pengaruh interaksi Antara latihan dan kekuatan otot lengan terhadap
peningkatan prestasi tolak peluru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxx
D. Rangkuman Pengujian Hipotesis
Dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel maka dapat diketahui keputusan
ditolak atau diterimanya hipotesis nihil. Untuk itu secara keseluruhan dapat dilihat
rangkuman dari hasil uji statistik secara uji F seperti yang tampak dalam tabel berikut ini.
Tabel 14. Tabel Kesimpulan Hasil Penelitian
No. Hipotesis Nihil Fhitung Ftabel Kesimpulan pada a=0,05
1.
2.
3.
Tidak ada perbedaan pengaruh antara latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru.
Tidak ada perbedaan pengaruh prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dengan rendah
Tidak ada pengaruh interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan prestasi tolak peluru
13,4812
10,3802
62,4512
4,11
4,11
4,11
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dapat diketahui adanya pengaruh
interaksi antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxi
prestasi tolak peluru, selanjutnya dilakukan analisis lanjut dengan menggunakan
software MINITAB (Siswandari, 2009:210-212). untuk mengetahui sejauh mana
perbedaan interaksi masing-masing kelompok perlakuan..
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perbedaan Pengaruh Antara Latihan Heavy Bag Thrus dan Medicine Ball Chest Pass
Terhadap Peningkatan Prestasi Tolak Peluru
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok siiswa yang di latih dengan latihan Heavy Bag Thrus dan
kelompok siswa yang mendapatkan pelatihan dengan latihan Medecine Ball Chest
Pass terhadap peningkatan prestasi tolak peluru. Pada kelompok siswa yang
mendapat pelatihan dengan latihan Heavy Bag Thrus mempunyai peningkatan
prestasi tolak peluru yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang
mendapat pelatihan dengan latihan Medicine Ball Chest Pass.
Latihan Heavy Bag Thrust merupakan latihan fisik dengan cara melakukan
mendorong sansak, kedua tungkai pada posisi setengah terbuka, kaki disamping
dekat sansak ditarik kebelakang. Letakkan tangan bagian dalam setinggi dada pada
sansak dengan jari-jari menunjuk keatas siku harus dekat dengan tubuh dan lengan
harus ditekuk penuh. Doronglah sansak kedepan menjauh dari tubuh secepat
mungkin. Gerakan mendorong dilakukan dengan tenaga eksplosif dan kecepatan
penuh melalui kontraksi maksimal otot-otot triceps pectoralis, detoid biceps (lengan).
Latihan ini akan memberi pengaruh yang baik terhadap peningkatan prestasi
tolak peluru terutama pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dari
pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah, karena pada saat melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxii
tolakan beban lengan lebih berat sehingga pada latihan ini bisa dikatakan lebih
mengutamakan beban tolakan, bukan repetisi/pengulangan latihan. Dengan latihan
yang terus menerus diharapkan akan dapat merangsang kemampuan otot yang
dibutuhkan untuk mencapai hasil prestasi tolak peluru yang maksimal.
Selain latihan Heavy Bag Thrust dalam penelitian ini juga diterapkan latihan
Medicine Ball Chest dimana latihan Medicine Ball Chest Pass adalah latihan fisik
dengan mendorong bola berpasangan duduk saling berhadapan, pegang bola setinggi
dada dengan kedua tangan sedikit dibelakang bola dan kedua lengan ditekuk dengan
bagian belakang tangan menyentuh dada, Gerakan meledak ke depan dilakukan
dengan tenaga eksplosif dan kecepatan penuh melalui kontraksi maksimal otot yang
dilatih adalah triceps pictoralis, lattisimus deltoid dan pergelangan tangan serta
lengan bawah.
Latihan Medicine Ball Chest Pass juga memberi pengaruh yang baik terhadap
peningkatan prestasi tolak peluru terutama pada siswa yang memiliki kekuatan otot
lengan rendah dibading siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi, karena pada
saat melakukan tolakan beban tangan lebih ringan dibandingkan dengan latihan
Heavy Bag Thrust, sehingga pada latihan ini bisa dikatakan lebih mengutamakan
repetisi/pengulangan latihan, bukan beban tolakan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan latihan Heavy Bag Thrust
prestasi tolak peluru akan lebih dapat ditingkatkan dibandingkan dengan latihan
dengan latihan Medicine Ball Ches Passt, hal ini dapat dilihat dari rerata yang
menunjukkan bahwa dengan latihan Heavy Bag Thrust ( 8,914 ) lebih baik
dibandingkan dengan Medicine Ball Chest Pass ( 8,384).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxiii
Perbedaan pengaruh prestasi tolak peluru antara siswa yang memiliki kekuatan
otot lengan tinggi dengan rendah
Selain latihan yang sangat penting dalam peningkatan prestasi tolak peluru,
selain itu juga sangatlah penting adanya kemampuan dasar beberapa anggota badan
untuk menghasilkan tingkat gerak yang tinggi. Dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan kemampuan siswa pada kekuatan otot lengan. Dalam kemampuan dasar
tubuh kekuatan otot lengan merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan
gerakan otot lengan dengan kekuatan dan kecepatan sejauh-jauhnya (Eksplosive).
Faktor penentu baik dan tidaknya kekuatan yang dimiliki seseorang bergantung
pada intensitas kontraksi otot dan kemampuan otot untuk berkontraksi secara maksimal
dalam waktu yang singkat setelah menerima rangsangan serta produksi energi biokimia
dalam otot sangat menentukan kekuatan yang dihasilkan. Jika unsur-unsur seperti
tersebut diatas dimiliki seseorang, maka ia akan memiliki kekuatan yang baik. Namun
sebaliknya jika unsur-unsur tersebut tidak dimiliki maka kekuatan otot yang dihasilkan
pun juga tidak baik.
Berdasarkan uraian di atas bahwa kekuatan otot lengan sangatlah penting dalam
nomor tolak peluru yakni pada saat melakukan awalan ataupun pada saat siswa
melakukan tolakan.apabila tumpuan/tolakan dilakukan dengan cepat dan kuat sehingga
untuk mencapai tolakan yang jauh sangat memungkin sekali. Siswa yang memiliki
kekuatan otot lengan tinggi, akan mampu melakukan awalan dengan baik dan tolakan
yang jauh, dalam hal ini prestasi tolak peluru.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kekuatan otot
lengan tinggi akan mendapatkan hasil prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang memiliki kekuatan otot lengan yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari rerata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxiv
yang menunjukkan bahwa kekuatan otot lengan yang tinggi (8,951) lebih baik
dibandingkan dengan kekuatan otot lengan rendah (8,347).
Pengaruh interaksi antara latihan dan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan
prestasi tolak peluru.
Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor
utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata antara
faktor model latihan (A) dan faktor kekuatan otot lengan (B). Untuk kepentingan
pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel berikut ini.
Tabel 15 . Interaksi Antar A dan B Terhadap
Peningkatan Prestasi Tolak Peluru
Faktor A = Latihan Plyometric
B = Kekuatan
Otot lengan
Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2
B1 9,886 8,036 8,961 1,85
B2 7,962 8,732 8,347 -0,77
Rerata 8,924 8,204 8,654 0,72
B1 – B2 1,924 -0,696 0,614
Interaksi Antara Dua Faktor Penelitian Dapat Dilihat pada Gambar Berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxv
Gambar 18 :Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan
Prestasi Tolak peluru
Keterangan :
: A1 = Latihan Heavy Bag Thrust
: A2 = Latihan Medicine Ball Chest Pass
: B1 = Kekuatan otot lengan tinggi
: B2 = Kekuatan otot lengan rendah
Heavy Bag
KEKU
ATA
N O
TOT
LEN
GAN
KEKUATAN OTOT LENGAN
LATI
HA
N P
LYO
MET
RIC
LATIHAN PLYOMETRIC
Kek Tggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxvi
Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan memiliki suatu titik
pertemuan atau persilangan. Antara latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan
memiliki titik persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa latihan Plyometric dan kekuatan otot lengan
berpengaruh terhadap peningkatan nilai akhir prestasi tolak peluru.
Nilai akhir prestasi tolak peluru pada masing-masing sel dapat dibandingkan
sebagai berikut :
Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi mendapatkan latihan Heavy
Bag Thrust, memiliki rata-rata nilai akhir prestasi tolak peluru sebesar 9,866. Siswa yang
memiliki kekuatan otot lengan tinggi mendapatkan latihan Medicine Ball Chest Pass
memiliki rata-rata nilai akhir prestasi tolak peluru sebesar 7,962.
Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah mendapatkan latihan Heavy
Bag Thrust memiliki rata-rata nilai akhir prestasi tolak peluru sebesar 8,036. Siswa yang
memiliki kekuatan otot lengan rendah mendapatkan latihan Medicine Ball Chest Pass
memiliki rata-rata nilai akhir prestasi tolak peluru sebesar 8,732
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, Siswa yang memiliki kekuatan otot
lengan tinggi lebih cocok jika diberikan pelatihan dengan latihan Heavy Bag Thrust.
Siswa dengan kekuatan otot lengan rendah lebih cocok jika diberikan pelatihan dengan
latihan Medicine Ball Chest Pass
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxvii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut diatas serta dengan adanya
keterbatasan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan Heavy Bag Thrust dan
Medicine Ball Chest Pass terhadap prestasi tolak peluru.
2. Ada perbedaan peningkatan prestasi tolak peluru yang signifikan antara kekuatan
otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah terhadap prestasi tolak peluru.
3. Ada pengaruh interaksi antara latihan Plyometrics dengan kekuatan otot lengan
terhadap peningkatan prestasi tolak peluru.
a. Latihan Heavy Bag Thrust lebih efektif apabila diterapkan pada siswa yang memiliki
kekuatan otot lengan tinggi.
b. Latihan Medicine Ball Chest Pass lebih efektif apabila diterapkan pada siswa yang
memiliki kekuatan otot lengan rendah.
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang
lebih luas jika dikaji tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxviii
telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya dalam upaya meningkatkan prestasi
tolak peluru, sebagai berikut:
Latihan Plyometric dapat memberikan pengaruh yang lebih baik dalam
meningkatkan prestasi tolak peluru. Kelebihan latihan Plyometric dapat dipergunakan
sebagai solusi bagi pembina dan pelatih dalam upaya meningkatkan prestasi tolak
peluru.
Latihan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi tolak peluru .Kekuatan otot lengan tinggi dan
rendah dapat ditingkatkan dengan Plyometric Heavy Bag Thrust dan Madicine Ball
Chest Pass untuk meningkatkan prestasi tolak peluru.
Untuk peningkatan prestasi tolak peluru dengan latihan Heavy Bag Thrust lebih
efektif dibandingka dengan latihan Medicine Ball Chest Pass jika diterapkan pada
materi tolak peluru.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar,pelatih dan pembina
olahraga khususnya tolak peluru diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Upaya meningkatkan prestasi tolak peluru bisa ditempuh melalui proses latihan
plyometric yang tepat disesuaikan dengan kemampuan kekuatan otot lengan siswa.
2. Pada dasarnya latihan plyometric Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, tetapi pembina dan pelatih
bisa memilih latihan plyometric sebagai alternatif yang bisa dipilih untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxix
meningkatkan prestasi tolak peluru dengan latihan Heavy Bag Thrust karena
memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi tolak peluru.
3. Pembina dan pelatih disarankan agar latihan Heavy Bag Thrust dalam rangka
meningkatkan kekuatan otot lengan, diharapkan kekuatan otot lengan yang baik
dapat meningkatkan prestasi tolak peluru.
4. Sebelum melakukan latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine Ball Chest Pass harus
diperhatikan pembina dan pelatih pada saat melakukan latihan:
a. Membuat program latihan berdasarkan prinsip-prinsip latihan, tujuan
latihan dan cocok dengan metode latihan plyometrics, yang selanjutnya
dilaksanakan sesuai dengan sistematika latihan.
b. Sebelum latihan dilaksanakan,penjelasan gerakan latihan Heavy Bag Thrust
dan Medicine Ball Chest pass yang benar terlebih dahulu agar siswa
melakukan latihan dengan gerakan yang benar sehingga hasil latihan bisa
tercapai dengan maksimal.
c. Sebelum melakukan latihan inti, sebaiknya terlebih dahulu melakukan
latihan peregangan (Streaching) dan latihan pemanasan (Warning-Up)
dengan intensitas yang cukup ( sesuai berat ringannya latihan inti ), hal ini
untuk mempersiapkan kondisi fisik siswa sehingga terhindar dari cedera
pada saat melakukan latihan inti.
d. Lakukan latihan inti, dalam hal ini latihan Heavy Bag Thrust dan Medicine
Ball Chest pass yang sesuai dengan program latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxl
e. Lanjutkan dengan Aktivitas formal (Formal Activity), tahap ini adalah bentuk
latihan yang sesuai dengan cabang olahraga yang sedang dilatihkan
khususnya tolak peluru.
f. Kemudian lakukan penenangan (cooling down ) yang dilanjutkan dengan
pengarahan dan koreksi dari latihan yang telah dilaksanakan.
g. Pantau hasil latihan masing-masing dengan sesuai program latihan dan
melakukan tes tolak peluru .
h. Lanjutkan latihan sesuai dengan program latihan yang telah ditetapkan dan
terus dipantau sesuai dengan interval waktu yang telah direncanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxli
DAFTAR PUSTAKA
Agus Mukholid. 2004. Pendidikan Jasmani. Penerbit Yudistia
Aip Syarifuddin1992, Atletik, Jakarta; Depdikbud, Dirjendikti, Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan
Aip Syarifuddin.1997. Pengetahuan Olahraga. Jakarta : CV Baru
Amari, 1996, Pengukuran dalam Bidang Olahraga, Surabaya ; CV. Toko Mawar
Baumgartner, T.A. & Jackson, A.S. 1998. Measurement For Evaluation In
Physical Education and Exercise Science. New York: Brown
Communications, inc.
Bompa Tudor.O, 1983. Theori and methodologi of Training. The Key to Atletics Performance Dubugue, lowa : Kendall Hunt. Publishing Company.
Bompa Tudor.O.1984. Power Training For Spot. Plyometrics For Maximum Power Development. Dubugu, Lowa : Kendall Hunt. Publishing Company.
Bompa Tudor.O.1990. Theory and Methodology of Training. Kendall/Hant: IOWA of University
Bompa Tudor.O,1994. Theory and Methodology of Training. The Key to Athletic Performance. Kendall/Hunt Publishing Company.
Dagsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro, 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran UniversitAs Indonesia.
Djoko Pekik Irianto. 2002. Dasar Kepelatihan. Yogyakarta : Perpustakaan FIK Universitas Yogyakarta.
Doewes. 2008. Metode Olahraga II . Bahan mengajar PPS IOR Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Evelyn, Pearce. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pusat Utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlii
Fauzi Idris. 2000. Pengaruh Latihan Plyometric Terhadap Peningkatan Power Lengan Atlet Bolavoli Selabora. Laporan Penelitian. Yogyakarta. FIK UNY.
Fox, Edward L. & Mathew, D. 1981. The Physiological Basic of Physical Educations and Athletics,4th Edition, Philadelphia : Sounder College Publishing.
Fox, Edward L. & Mathew, D. 1984. Sport Physiology. Saunders College Publishing.
Fox, Edward L. & Mathew, D. 1988. The physiological basic Of Physical Education and Athletics. New York : Sounders College Publishing.
Fox, Edward L. & Mathew, D. 1993. The physiological Basic For Exercise and Sports. Winconsin : WBC. Brown and Bechmak.
Fox, Edward L. & Mathew, D. 1998. Physiological Basic for Exercise and Sport, New York: McGraw-Hill Companies, Inc.,
Furchan, 1982 , Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Gayton, Arthur C. M. D. 1983. Text Book of Medical Physiologi. Fifth Edition Toronto : W.B. Sounders Campany.
GBHN Tap MPR RI No. II/MPR/1993. Jakarta
Hadi Sutrisno, 2000, Metodologi Riset. Jilid IV. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset.
Harre, D. 1982. Principles of Sport Training : Introduksion to Theory of Methodes Training. Berlin : Sport Verlag.
Harsono.1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Hasnan Said. 1997. Tes Kesegaran Jasmani A.S.C.P.T.B. Jakarta : KONI Pusat.
Isaac, S. & Mitchel, William B. 1984, Handbook in Research and Evaluation. San Diego, California : Edits Publishers.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxliii
Iskandar Z. Saputra dkk. 1999. Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani. Jakarta : Pusat Pengkajian dan Pengembangan Iptek Olahraga Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga.
Janssen, Peter,GJM. 1987. Training Lactate Pulse Rate by Electro Polar: Publisher.
Jerver,J. 2005, Belajar dan Berlatih Atletik (Terjemahan BE. Handoko). Bandung : CV. Pionir Jaya.
Johnson, Barry L. & Nelson, Jack K. 1969. Practical Measurements For Evaluation In Physical Education. Burgess Publishing Company.
Johnson, Barry L. and Nelson, Jack K. 1986. Practical Measurement for Evaluation in Phisycal Education. New York : Macmillan Publishing Company, a devision of Macmillan, Inc.
Jonath U. Haag E. & Krempel R. 1987. Atletik: Lari dan loncat,Lempar ; Latihan, Teknik, Taktik (Edisi terjemahan oleh Soeparmo). Jakarta: PT. Rosda Jayaputra.
Jonath U. Haag E. & Krempel R. 1988. Atletik II (Edisi terjemahan oleh Soeparmo). Jakarta: PT. Rosda Jayaputra.
Kanca, I Nyoman. 1990. Pengaruh pelatihan Aceleration Sprint dan Pelatihan Hollow Sprint Terhadap Power Dan Speed. Fakultas Pasca sarjana, UNAIR, Surabaya.
M. Furqon H. 1995. Teori Umum Latihan. Surakarta : UNS Press.
M. Sajoto, 1988. Perkembangan dan Penbinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dikti. P2LPTK
M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Effhar & Dahara Prize Offset.
M. Sajoto. 2002. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga.. Semarang: Dahara Prize.
Mulyono B. 1994. Tes & Pengukuran Dalam Olahraga. Surakarta : UNS Press.
Ngurah Nala,. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. DENPASAR: KONI Propinsi Bali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxliv
Ngurah Nala. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program Pasca Sarjana Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana Denpasar.
Nossek, Josef. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan Afrikan Press Ltd. Nossek, Josef. 1995. General Theory of Training. Lagos: Pan Afrikan Press Ltd.
Pate R., Clenaghan M.B. 1984, Dasar-Dasar Kepelatihan (Terjemahan Kasiyo DW). Semarang : IKIP Semarang Press.
Pate R., Clenaghan M.B. 1993. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan (Edisi terjemahan olah Kasiyo Dwijonoto). Semarang: IKIP Semarang Press.
Pyke, Fs. 1980. Towards Better Coaching: The Art and Science of Coaching. Canberra: Australian Goverenment Publishing Service
Pyke, Fs. . 1991. Batter Coaching: Advanced Coachs Manual. Autralia:
Coaching Caucil Ins.
Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985). Plyometrics Explosive Power Training, 2nd ed. Champaign, Illionis: Human kinetics Published, Inc.
Rusli Lutan dkk. 1992 Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB dan FPOK/IKIP Bandung
Rusli Lutan. 1988: Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud, Dirjendikti Proyek Pengembangan LPTK.
Sadoso Sumasardjuno. 1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta : PT Gramedia.
Sarwono & Ismaryati, 1999. Laporan Penelitian Pengaruh Metode Kombinasi Latihan Sirkuit Pliometrik Berat Badan dan Waktu Reaksi Terhadap Kelincahan, Surakarta; FKIP UNS.
Sarwono & Ismaryati. 2006. Tes & Pengukuran Olahraga. LPP & UPT UNS. Surakarta
Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance. New York: Me Mil lan Publishing Company, Inc.
Siswandari, 2009, Statistika Computer Based. Surakarta : UNS Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlv
Smith, N.J. 1983. Sports Medicine: Health Care for Young Athletes. Evanston Illinois: American Academy of Pediatrics.
Soegito. 1992. Atletik I. Surakarta : UNS Press. Soekarman. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta :
Haji Masagung. Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : UNS Press.
Sugiyanto. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik.Deparyemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
Suharno HP. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Jakarta : KONI Pusat.
Suharno HP. 1993, Metodologi Pelatihan. Yogyakarta : FPOK IKIP.
Sukadiyanto. (2002). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK UNY.
Sutrisno Hadi. 1982. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset. Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : Penerbit
Kedokteran EGC. Tamsir Riyadi . 1985. Petunjuk Atletik. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Thompson, Peter, J.L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Kepelatihan, terjemahan Suyono. Jakarta: Persatuan Atletik Seluruh Indonesia.
Waharsono. 1999. Materi Pelatihan Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD/Pelatih Klub Olahraga Usia Dini. Jakarta : Depdikbud. Direktoral Pendidikan Dasar.
Welkowitz, Joan, Ewen, Robert B, and Cohen, Jacob. 1982. Measurement and Evaluation for Physical Education, Second Edition. Champaign Illionos: Human Kinetic Publishers, Inc
Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin, 1996, Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Depdikbud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlvii