perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah …digilib.unila.ac.id/55442/3/skripsi tanpa bab...

65
PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN MENGENAI IMUNISASI LENGKAP BALITA PADA KADER POSYANDU DESA GUNUNG TIGA, KECAMATAN ULUBELU, KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG (Skripsi) Oleh Alvin Widya Ananda (1518011108) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 14-Jan-2020

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH

PELATIHAN MENGENAI IMUNISASI LENGKAP BALITA PADA

KADER POSYANDU DESA GUNUNG TIGA, KECAMATAN

ULUBELU, KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Alvin Widya Ananda

(1518011108)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

ii

ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF KNOWLEDGE BEFORE AND AFTER TRAINING

ABOUT COMPLETE IMMUNIZATION OF CHILDREN ON POSYANDU

CADRES AT GUNUNGTIGA VILLAGE, ULUBELU DISTRICT,

TANGGAMUS REGENCY, LAMPUNG

By

Alvin Widya Ananda

Background: The coverage of infant immunization in 2015 in Lampung province

in the form of BCG immunization was 95.20%, DPT3 was 99.70% and measles

was 99.6%. However, there are still districts that do not reach the target of

measles immunization (<90%), namely Tanggamus, Pesawaran, Tulang Bawang

Barat and Bandar Lampung districts. the implementation of immunization in

children is an effort to reduce the incidence of diseases that can be prevented by

immunization, namely tuberculosis, diphtheria, pertussis, measles, polio, tetanus

and hepatitis B. However, the distribution of health workers is uneven and the

knowledge of health cadres about under-five childhood immunization so

immunization coverage is still low.

Method: This study used the quassy experimental method with the design of one

group pretest-posttest design. The sampling technique is total sampling. The

research was conducted from April to July 2018, located in Gunungtiga Village,

Ulubelu District, Tanggamus Regency, Lampung. The samples that were obtained

were 18 Posyandu cadres.

Results: The mean value of the knowledge pre-test is 36,67, while the mean value

of the post-test knowledge is 83,33. The results of the bivariate analysis p = 0,000.

Conclusion: There was a significant difference between the training regarding the

complete immunization of Child for the knowledge of Posyandu cadres in

Gunungtiga Village.

Keywords: complete immunization , training, knowledge, posyandu cadres.

iii

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH

PELATIHAN MENGENAI IMUNISASI LENGKAP BALITA PADA KADER

POSYANDU DI DESA GUNUNGTIGA KECAMATAN ULUBELU

KABUPATEN TANGGAMUS LAMPUNG

Oleh

Alvin Widya Ananda

Latar Belakang: Cakupan Imunisasi Bayi pada tahun 2015 pada provinsi

lampung berupa imunisasi BCG sebesar 95,20% , DPT3 sebesar 99,70% dan

campak sebesar 99,6%. Namun masih ada kabupaten yang tidak mencapai target

imunisasi campak (< 90%) yaitu kabupaten Tanggamus, Pesawaran, Tulang

Bawang Barat dan Bandar Lampung. pelaksanaan imunisasi pada anak merupakan

upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

,yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.

Akan tetapi, distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata dan rendahnya

pengetahuan kader kesehatan tentang imunisasi lengkap balita, sehingga cakupan

imunisasi masih rendah.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode quassy experimental dengan

rancangan one group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel adalah

total sampling. Penelitian dilaksanakan periode April- Juli 2018, bertempat di

Desa Gunungtiga, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Sampel

yang berhasil didapatkan adalah 18 orang kader posyandu.

Hasil: Hasil nilai mean dari pre-test pengetahuan sebesar 36,67, sedangkan nilai

mean dari post-test pengetahuan adalah 83,33. Hasil analisis bivariat p=0,000.

Simpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara pelatihan mengenai

imunisasi lengkap balita terhadap pengetahuan kader posyandu Desa Gunungtiga.

Kata Kunci: imunisasi lengkap , pelatihan, pengetahuan, kader posyandu.

iv

PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH

PELATIHAN MENGENAI PENTINGNYA IMUNISASI LENGKAP

BALITA PADA KADER POSYANDU DESA GUNUNGTIGA,

KECAMATAN ULUBELU, KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG

Oleh

ALVIN WIDYA ANANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Jurusan Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

v

vi

vii

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Alvin Widya Ananda dengan nama panggilan Alvin,

lahir di Jakarta pada 15 Maret 1998, dan berdomisili di Kota Administrasi

Jakarta Barat. Tepatnya di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora. Penulis

merupakan anak pertama dari Bapak Slamet Widodo Radoel SH., dan Ibu

Maria Suyanti. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 01

Angke pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri

82 Jakarta diselesaikan pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

di SMA Negeri 78 Jakarta diselesaikan pada tahun 2015.

Penulis melanjutkan jenjang Strata Satu (S1) pada tahun 2015, sebagai mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) melalui jalur Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi

mahasiswa penulis aktif berorganisasi, diawali dengan menjadi staff

Leadership Development Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia

(ISMKI) pada tahun 2015/2016, Kepala bidang Biro Bina Baca Quran (BBQ)

Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina FK Unila periode 2016/2017, dan menjadi

Staff Ahli bidang PSDM Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kabinet Atyasa

periode 2017/2018.

ix

SANWACANA

Puji serta rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi ridho, karunia,

serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perbedaan Pengetahuan Antara Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Mengenai

Imunisasi Lengkap Balita Pada Kader Posyandu Di Desa Gunungtiga Kecamatan

Ulubelu Kabupaten Tanggamus Lampung” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes, Sp.PA., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

3. dr. Fitria Saftarina, S.Ked., M.Sc., selaku Pembimbing Utama yang bersedia

membimbing serta meluangkan waktunya untuk mengajarkan, mengarahkan,

serta memberi masukan yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi

ini.

x

4. Dr. dr. Betta Kurniawan, M.Kes., selaku Pembimbing Kedua atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta mengarahkan

dalam penulisan selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.PH. , selaku Penguji Utama pada ujian

skripsi yang telah bersedia menjadi penguji utama penulis serta untuk motivasi

dan saran-saran yang telah diberikan.

6. Dr. dr. Susianti, S.Ked., M.Sc. , selaku Pembimbing Akademik yang telah

mengarahkan dan membimbing saya selama menempuh kuliah di fakultas

kedokteran.

7. Kepada ayahanda Slamet Widodo Radoel SH. dan ibunda Maria Suyanti yang

selalu memberi dukungan moral maupun material untuk kelancaran penulis

dalam menyelesaikan skripsi

8. keluarga besar almarhum H. Abdul Ghani (Radoel) di Pemalang, Jawa Tengah

dan keluarga besar Sutrisno di Cilacap, Jawa Tengah yang tidak bisa saya

sebutkan satu per satu yang memberi dukungan dan motivasi

9. Kepala Desa Gunungtiga Bapak Hendri Tamsidi, seluruh Aparatur

pemerintahan Pekon Gunungtiga Bidan Desa Gunungtiga, dan Bidan Suyati

yang membantu dalam penelitian ini.

10. Kader posyandu Desa Gunungtiga yang telah meluangkan waktunya untuk

penelitian ini.

11. Seluruh Dosen FK Unila atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah

diberikan kepada penulis.

xi

12. Seluruh Staf Akademik, Tata Usaha, dan Administrasi FK Unila, serta

pegawai yang turut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam proses penyusunan skripsi ini.

13. Teruntuk Sahabat saya sejak kecil yaitu Nanda Yuditya Pramesti, Dandi

Septianto, dan Muhammad Farhan.

14. Teman dan kakak seperjuangan di Lampung, Muryadi Saputra, Aris, Brian

Raynold Pangondian, dan Abdul Rois Romdhon. Semoga silaturahmi selalu

terjaga.

15. Terimakasih kepada tim PKM-M PERIKARDIUM, Haekal Alfhad,

Charisatus Sidqotie, M. Yogi Maryadi, dan Rika Rahmawati, serta seluruh

kontingen PIMNAS ke-31 Universitas Lampung.

16. Sahabat-sahabat penulis yaitu M. Pridho Gaziansyah, M. Rizki Fathurrohim,

M. Irfan Adi Shulhan, Mustofa, Leonardo Arwin Hadi Wijaya, Bagas Adji

Prasetyo, Nyoman Mupu Murtane, Pramastha Candra Sasmita, Geri Indra

Herlambang, A. Rialdi Prananda, Joko Widodo, Thoriq Aziz, Thare Pratama

Petisa dan Sukma Nugroho. Terimakasih untuk kebaikannya dalam

mengajarkan makna kehidupan di perantauan.

17. Keluarga sekaligus rekan kerja organisasi , FSI Ibnu Sina FK Universitas

Lampung, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia, dan BEM FK

Universitas Lampung. Terima kasih atas kebersamaan dan pengalamannya.

18. Teman-teman angkatan 2015 serta kakak-kakak dan adik-adik tingkat

(angkatan 2002-2018) yang bersama-sama turut membantu, berjuang dalam

satu visi, dan mengajarkan arti solidaritas.

xii

Demikian yang bisa saya sampaikan, Penulis sebagai manusia biasa menyadari

sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun,

Penulis berharap skripsi ini tidak hanya semata-mata hanya untuk memenuhi

persyaratan saja. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah ilmu

pengetahuan dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Aamiin.

Bandar Lampung, 9 Januari 2019

Penulis

Alvin Widya Ananda

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

2.1 Pengetahuan .......................................................................................... 7

2.2 Pendidikan dan Promosi Kesehatan .................................................... 10

2.3 Imunisasi ............................................................................................. 15

2.4 Posyandu ............................................................................................. 31

2.5 Kerangka Teori ................................................................................... 37

2.6 Kerangka Konsep ................................................................................ 38

2.7 Hipotesis ............................................................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 39

3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 39

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 39

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 40

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ................................................. 40

3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel .................... 41

3.6 Instrumen dan Prosedur Penelitian ..................................................... 42

3.7 Alur Penelitian .................................................................................... 43

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 44

3.9 Etik Penelitian ..................................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 48

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 48 4.2 Hasil .................................................................................................... 49

4.3 Pembahasan ......................................................................................... 54 4.4 keterbatasan ......................................................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 60

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 60

5.2 Saran .................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62

LAMPIRAN ......................................................................................................... 64

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep. ............................................................................... 37 Gambar 2. Kerangka Teori. ................................................................................... 38 Gambar 3.Model Rancangan The One Group Pretest-posttest Design

(Syamsuddin dan Damayanti, 2011). .................................................................... 39 Gambar 4. Alur Penelitian……………………………………………………… 43

Gambar Halaman

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 41

Tabel 2. Interpretasi nilai R (Arikunto, 2010)....................................................... 45 Tabel 3. Kategori Nilai Spearman brown (Nurcahyo, 2015) ................................ 45

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (N=18) ........................... 50

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Kuisioner Imunisasi ................................................. 51 Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner Imunisasi ............................................. 51

Tabel 7. Hasil Skor Pretest dan Posttest Kader Posyandu Desa Gunungtiga ....... 52 Tabel 8. Hasil Uji T Berpasangan ......................................................................... 53

Tabel Halaman

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program imunisasi dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956.

Kementerian Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi

(PPI) pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I) ,yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis,

campak, polio, tetanus serta hepatitis B (Riskesdas, 2013).

Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan

untuk mencegah terjadinya peyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi

dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan

anak. Penyelenggaraan imunisasi tertang dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 42 Tahun 2013 (Kemenkes RI, 2009).

Sekitar 21,7 juta anak pada tahun 2013 tidak mendapatkan imunisasi.

Pelaksanaan imunisasi dapat mencegah 2-3 juta kematian setiap tahun akibat

penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan campak pada tahun 2014, namun pada

tahun 2014 terdapat 18,7 juta bayi diseluruh dunia tidak mendapat imunisasi

rutin DPT3, yang lebih dari 60% dari anak-anak ini tinggal di 10 negara yaitu

2

Republik Demokrasi Kongo, Eutopia, India, Indonesia, Iraq, Nigeria,

Pakistan, Philipina, Uganda, dan Afrika Selatan (WHO, 2018).

Dari 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan imunisasi

Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Imunisasi

Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga

mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Immunization (UCI)

desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di

tahun 2019 (Depkes RI, 2015).

Berdasarkan statistik, jenis imunisasi persentase tertinggi adalah BCG

(87,6%) dan terendah adalah DPT-HB3 (75,6%). Papua mempunyai cakupan

imunisasi terendah untuk semua jenis imunisasi, meliputi HB-0 (45,7%),

BCG (59,4%), DPT-HB 3 (75,6%), Polio 4 (48,8%), dan campak (56,8%).

Provinsi DI Yogyakarta mempunyai cakupan imunisasi tertinggi untuk jenis

imunisasi dasar HB-0 (98,4%), BCG (98,9%), DPT-HB 3 (95,1%), dan

campak (98,1%) sedangkan cakupan imunisasi polio 4 tertinggi di Gorontalo

(95,8%) (Riskesdas, 2013).

Hasil statistik dari Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Indonesia

menyatakan bahwa cakupan imunisasi dasar pada balita berdasarkan provinsi

tahun 2017 adalah 4.299.095 bayi (90,8%) dengan rincian Imunisasi BCG

(89,1%), HB < 7 hari (86,6%), DPT-HB-HiB (90,7%), Polio (88,3%) dan

Campak (86,8%) (Kemenkes RI, 2017).

3

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Susenas (Survei Sosial Ekonomi

Nasional), Persentase balita yang pernah mendapatkan imunisasi campak

pada tahun 2014 adalah 78,65%, tahun 2015 sebesar 71,63%, tahun 2016

sebesar 72,75% dan tahun 2017 sebesar 70,57% (BPS Indonesia, 2017).

Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan pada

provinsi lampung yaitu 62,4% balita mendapatkan cakupan imunisasi

lengkap, 31,1% balita mendapatkan cakupan imunisasi yang tidak lengkap,

dan 6,5% balita tidak mendapatkan cakupan imunisasi (Riskesdas 2013).

Cakupan Imunisasi Bayi pada tahun 2015 pada provinsi lampung berupa

imunisasi BCG sebesar 95,20% , DPT3 sebesar 99,70% dan campak sebesar

99,6%. Namun masih ada kabupaten yang tidak mencapai target imunisasi

campak (< 90%) yaitu kabupaten Tanggamus, Pesawaran, Tulang Bawang

Barat dan Bandar Lampung (Dinkes Lampung, 2015).

Kebijakan penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan oleh semua sektor baik

pemerintah (pusat dan daerah), swasta dan masyarakat. Program imunisasi

juga mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait dan

pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi baik terhadap sasaran masyarakat

maupun sasaran wilayah (Hargono, et al, 2012).

Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan cakupan imunisasi

adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu (Pos Pelayanan

Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat,

untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna

4

memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita (Depkes RI,

2012).

Desa Gunungtiga terletak di Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus,

Provinsi Lampung. Jumlah penduduk Desa Gunungtiga adalah 2.253 jiwa

dengan 620 jumlah kepala. Puskesmas adalah satu-satunya pelayanan

kesehatan masyarakat Gunungtiga yang letaknya cukup jauh dari desa dan

hanya ada satu di kecamatan Ulubelu. Selain itu, Desa Gunungtiga memiliki

3 posyandu balita dan kader posyandu di Desa Gunungtiga berjumlah 18

orang, yang terdiri dari 6 orang kader di setiap posyandu. Hal ini dikarenakan,

desa Gunungtiga berada jauh dari ibukota kabupaten, yang letaknya di daerah

pegunungan, akses jalan menuju pusat kabupaten cukup jauh. Latar belakang

pendidikan warga desa Gunungtiga pun relatif rendah. Hal ini berdampak

pada minimnya pengetahuan masyarakat termasuk kader posyandu akan

kesehatan, terutama pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan anak.

Berdasarkan hal diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah pelatihan

mengenai imunisasi lengkap balita pada kader posyandu Desa Gunungtiga,

Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan

mengenai imunisasi lengkap balita pada kader posyandu Desa Gunungtiga?

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pengetahuan

sebelum dan sesudah pelatihan mengenai imunisasi lengkap balita pada

kader posyandu Desa Gunungtiga

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui deskripsi pengetahuan sebelum pelatihan mengenai

imunisasi lengkap balita pada kader posyandu Desa Gunungtiga.

b. Mengetahui deskripsi pengetahuan sesudah pelatihan mengenai

imunisasi lengkap balita pada kader posyandu Desa Gunungtiga.

c. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah

pelatihan mengenai imunisasi lengkap balita pada kader posyandu

Desa Gunungtiga.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi peneliti

Menambah pengetahuan mengenai imunisasi lengkap balita dan

menerapkan dalam penulisan ilmiah

6

1.4.2 Bagi masyarakat

Memberikan wawasan masyarakat khususnya di Desa Gunungtiga di

bidang kesehatan mengenai pentingnya pengetahuan mengenai

imunisasi lengkap balita

1.4.3 Bagi Instansi

Menambah bahan kepustakaan di lingkungan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi yang ditemui dan diperoleh oleh manusia

melalui pengamatan akal untuk mengenali suatu benda atau kejadian yang

belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Seringkali pengetahuan

dijadikan sebagi acuhan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang

(Notoatmojo, 2010). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan

adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan

dengan hal (mata pelajaran) (KBBI, 1988).

Aspek pengetahuan dalam taksonomi Bloom adalah sebagai berikut

(Notoatmojo, 2010) :

a. Pengetahuan

Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang dituntut

untuk mengetahui atau mengenal fakta tanpa dapat menggunakannya.

b. Pemahaman

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat

menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui.

8

c. Penerapan

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut

dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui

pada situasi yang lain

d. Analisis

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu objek.

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.

f. Penilaian

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria

atau norma-norma yang berlaku di masyarakat

Faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut

(Fitriani, 2011) :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

keperibadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

9

belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah

orang tersebut untuk menerima informasi.. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan

seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap

seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif

dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif

terhadap objek tersebut.

b. Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek, sehingga

menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan

teknologi menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru.

Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

pelatihan, dan lain-lain pempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang.

c. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

10

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi

karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai

pengetahuan.

e. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun

pengalaman orang lain.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan

semakin banyak

2.2 Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat,

sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan,

yang tersirat dalam pendidikan adalah : input adalah sasaran pendidikan

(individu, kelompok, dan masyarakat), pendidik adalah (pelaku pendidikan),

proses adalah (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain),

output adalah (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo,

11

2012). Berbeda dengan definisi pendidikan, Pelatihan adalah suatu proses

dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu

mencapai tujuan organisasi oleh karna itu, proses ini terikat dengan berbagai

tujuan organisasi (Mathis, 2002).

Menurut Green (Notoatmodjo, 2007), promosi kesehatan adalah segala

bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan

ekonomi, politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan

perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Green juga

mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi

pengetahuan dan sikap seseorang.

b. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana,

prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan

perilaku.

c. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat

bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat,

undang-undang, peraturan-peraturan dan surat keputusan.

Menurut Lawrence Green (Notoatmojo, 2007), promosi kesehatan adalah

segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait

dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan

perubahan perilaku dan lingkungan yang baik bagi kesehatan. Pada dasarnya

tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :

a. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat

12

b. Peningkatan perilaku masyarakat

c. Peningkatan status kesehatan masyarakat

Menurut Lawrence Green tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan,

yaitu (Notoatmojo, 2007) :

a. Tujuan Program

Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam

periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

b. Tujuan Pendidikan

Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai untuk mengatasi

masalah kesehatan yang ada.

c. Tujuan Perilaku

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai

(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu tujuan perilaku

berhubungan dengan pengetahuan dan sikap..

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan

meliputi (Notoatmojo, 2007) :

a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif.

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah

pada kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka

mampumeningkatkan kesehatannya.

b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif.

13

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini selain pada orang

yangsehat juga bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil,

paraperokok, para pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya.

Tujuan utama dari promosi kesehatan pada tingkat ini adalah

untukmencegah kelompok-kelompok tersebut agar tidak jatuh

sakit(primary prevention).

c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif.

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para

penderitapenyakit, terutama yang menderita penyakit kronis seperti

asma,diabetes mellitus, tuberculosis, hipertensi dan sebagainya.

Tujuan dari promosi kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini

mampu mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah

(secondary prevention).

d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif.

Beberapa metode pendidikan dan media promosi kesehatan yang biasa

digunakan antara lain (Notoatmojo, 2007) :

a. Metode pendidikan individual, merupakan metode pendidikan

yang bersifat perorangan diantaranya: bimbingan atau penyuluhan,

dan wawancara

b. Metode pendidikan kelompok, dalam metode ini harus diingat

bahwa jumlah populasi yang akan ditujukan haruslah

dipertimbangkan. Untuk itu dapat dibagi menjadi kelompok besar

dan kelompok kecil serta kelompok massa. Apabila peserta lebih

14

dari 15 orang maka dapat dimaksudkan kelompok besar, dimana

dapat menggunakan metode ceramah dan seminar. Sedangkan

disebut kelompok kecil apabila jumlah kurang dari 15 orang dapat

menggunakan metode diskusi kelompok, curah pendapat, bola

salju, kelompok kecil, serta memainkan peran. Apabila

menggunakan metode pendidikan massa ditujukan kepada

masyarakat ataupun khalayak yang luas dapat berupa ceramah

umum, pesawat televisi, radio, tulisan tulisan majalah atau koran,

dan lain sebagainya.

Selanjutnya dalam media yang digunakan terdapat 3 macam media, antara

lain (Notoatmojo, 2007) :

a. Media bantu lihat (visual) yang berguna dalam menstimulasi indra

mata pada waktu terjadinya proses pendidikan. Media bantu lihat ini

dibagi menjadi 2 yaitu media yang diproyeksikan misalnya slide, film,

film strip dan sebagainya, sedangkan media yang tidak diproyeksikan

misalnya peta, buku, leaflet, bagan dan lain sebagainya.

b. Media bantu dengar (audio) dimana merangsang indra pendengaran

sewaktu terdapat proses penyampaian, misalnya radio, piring hitam,

pita suara

c. Media lihat-dengar seperti televisi, video cassete dan lain sebagainya .

15

2.3 Imunisasi

2.3.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak

di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal

terhadap suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain

(Notoatmodjo, 2003).

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit

(Atikah, 2010).

2.3.2 Tujuan Imunisasi

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada

saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan

(pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis. (Notoatmodjo,

2003)

Secara umum tujuan imunisasi antara lain (Atikah, 2010) :

a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular

b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular

c. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan

mortalitas (angka kematian) pada balita

Manfaat imunisasi (Atikah, 2010) :

a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,

dan kemungkinan cacat atau kematian.

16

b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi

pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga

apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa

kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan

negara

2.3.3 Jenis Imunisasi

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan

efek-efek yang merugikan yang terbagi menjadi dua macam, yaitu

(Atikah 2010):

a. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah

dilemahakan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh

berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap

antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat

mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah

imunisasi polio dan campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat

beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu:

1. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan

dimatikan, eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau

endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti

polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak

17

komponen-komponen organisme dari suatu antigen.

Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari

organisme yang dijadikan vaksin.

2. Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang

digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah

ataumenstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya

mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa dan

antibiotik yang biasa digunakan.

3. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa

cairan kultur jaringan yang digunakan sebagai media

tumbuh antigen, misalnya antigen telur, protein serum, dan

bahan kultur sel.

4. Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi

meningkatkan sistem imun dari antigen. Ketika antigen

terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan

perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan

maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.

b. Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan

cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan

melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma

manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta)

atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba

yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi

18

pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang

yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat

pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai

jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa

kandungan, misalnya antibodi terhadap campak..

2.3.4 Imunisasi Dasar Lengkap

Lima macam imunisasi dasar lengkap adalah (Atikah, 2010) :

a. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)

Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan

Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok

bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis complex. Pada

manusia, TBC terutama menyerang sistem pernafasan (TB

paru), meskipun organ tubuh lainnya juga dapat terserang

(penyebaran atau ekstraparu TBC). Mycobacterium

tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk seseorang.

Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit

paru-paru dan terdapat bakteria didahaknya. Kondisi

lingkungan yang gelap dan lembab juga mendukung terjadinya

penularan. Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak

dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang

mengandung bakteri tuberkulosis. Bakteri ini dapat menyerang

berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi),

kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput

selaput otak (yang terberat). Infeksi primer terjadi saat

19

seseorang terjangkit bakteri TB untuk pertama kalinya. Bakteri

ini sangat kecil ukurannya sehingga dapat melewati sistem

pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berkembang.

Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang

telah dilemahkan. Cara pemberiannya melalui suntikan.

Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus dilarutkan terlebih

dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan

orang dewasa. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2

bulan, akan tetapi biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3

bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang dewasa jika sudah

melalui tes tuberkulin dengan hasil negatif.

Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan

kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan

penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan

intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus

menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran

26). Kerjasama antara ibu dengan petugas imunisasi sangat

diharapkan, agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat.

Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi menderita

penyakit kulit yang berat atau menahun seperti eksim,

furunkulosis, dan sebagainya serta pada orang atau anak yang

sedang menderita TBC

20

b. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus,

yaitu difteri, pertusis, tetanus. Difteri merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Difteri

bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran

napas bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung

dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak

langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi bakteri

difteri.

Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih

kurang 380 C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat

pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring dan tonsil,

tidak mudah lepas dan mudah berdarah, leher membengkak

seperti leher sapi disebabkan karena pembengkakan kelenjar

leher dan sesak napas disertai bunyi (stridor). Pada

pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman

difteri. Pada proses infeksi selanjutnya, bakteri difteri akan

menyebarkan racun kedalam tubuh, sehingga penderita dapat

menglami tekanan darah rendah, sehingga efek jangka

panjangnya akan terjadi kardiomiopati dan miopati perifer.

Cutaneus dari bakteri difteri menimbulkan infeksi sekunder

pada kulit penderita.

21

Difteri disebabkan oleh bakteri yang ditemukan di mulut,

tenggorokan dan hidung. Difteri menyebabkan selaput tumbuh

disekitar bagian dalam tenggorokan. Selaput tersebut dapat

menyebabkan kesusahan menelan, bernapas, dan bahkan bisa

mengakibatkan mati lemas. Bakteri menghasilkan racun yang

dapat menyebar keseluruh tubuh dan menyebabkan berbagai

komplikasi berat seperti kelumpuhan dan gagal jantung. Sekitar

10 persen penderita difteri akan meninggal akibat penyakit ini.

Difteri dapat ditularkan melalui batuk dan bersin orang yang

terkena penyakit ini.

Pertusis, merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh

kuman Bordetella Perussis. Kuman ini mengeluarkan toksin

yang menyebabkan ambang rangsang batuk menjadi rendah

sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan akan terjadi batuk

yang hebat dan lama, batuk terjadi beruntun dan pada akhir

batuk menarik napas panjang terdengar suara “hup” (whoop)

yang khas, biasanya disertai muntah. Batuk bisa mencapai 1-3

bulan, oleh karena itu pertusis disebut juga “batuk seratus hari”.

Penularan penyakit ini dapat melalui droplet penderita.

Pada stadium permulaan yang disebut stadium kataralis yang

berlangsung 1-2 minggu, gejala belum jelas. Penderita

menunjukkan gejala demam, pilek, batuk yang makin lama

makin keras. Pada stadium selanjutnya disebut stadium

22

paroksismal, baru timbul gejala khas berupa batuk lama atau

hebat, didahului dengan menarik napas panjang disertai bunyi

“whoops”. Stadium paroksismal ini berlangsung 4-8 minggu.

Pada bayi batuk tidak khas, “whoops” tidak ada tetapi sering

disertai penghentian napas sehingga bayi menjadi biru

(Muamalah, 2006). Akibat batuk yang berat dapat terjadi

perdarahan selaput lendir mata (conjunctiva) atau

pembengkakan disekitar mata (oedema periorbital). Pada

pemeriksaan laboratorium asupan lendir tenggorokan dapat

ditemukan kuman pertusis (Bordetella pertussis).

Batuk rejan adalah penyakit yang menyerang saluran udara dan

pernapasan dan sangat mudah menular. Penyakit ini

menyebabkan serangan batuk parah yang berkepanjangan.

Diantara serangan batuk ini, anak akan megap-megap untuk

bernapas. Serangan batuk seringkali diikuti oleh muntah-

muntah dan serangan batuk dapat berlangsung sampai

berbulan-bulan. Dampak batuk rejan paling berat bagi bayi

berusia 12 bulan ke bawah dan seringkali memerlukan rawat

inap dirumah sakit. Batuk rejan dapat mengakibatkan

komplikasi seperti pendarahan, kejang-kejang, radang paru-

paru, koma, pembengkakan otak, kerusakan otak permanen,

dan kerusakan paru-paru jangka panjang. Sekitar satu diantara

200 anak di bawah usia enam bulan yang terkena batuk rejan

23

akan meninggal. Batuk rejan dapat ditularkan melalui batuk

dan bersin orang yang berkena penyakit ini.

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

kuman Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob,

sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat

asam (oksigen). Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak

bahkan orang dewasa. Pada bayi penularan disebabkan karena

pemotongan tali puat tanpa alat yang steril atau dengan cara

tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional

yang terkontaminasi spora kuman tetanus. Pada anak-anak atau

orang dewasa bisa terinfeksi karena luka yang kotor atau luka

terkontaminasi spora kuman tetanus, kuman ini paling banyak

terdapat pada usus kuda berbentuk spora yang tersebar luas di

tanah.

Penderita akan mengalami kejang-kejang baik pada tubuh

maupun otot mulut sehingga mulut tidak bisa dibuka, pada bayi

air susu ibu tidak bisa masuk, selanjutnya penderita mengalami

kesulitan menelan dan kekakuan pada leher dan tubuh. Kejang

terjadi karena spora kuman Clostridium tetani berada pada

lingkungan anaerob, kuman akan aktif dan mengeluarkan

toksin yang akan menghancurkan sel darah merah, toksin yang

merusak sel darah putih dari suatu toksin yang akan terikat

24

pada syaraf menyebabkan penurunan ambang rangsang

sehingga terjadi kejang otot dan kejang-kejang, biasanya terjadi

pada hari ke 3 atau ke 4 dan berlangsung 7-10 hari. Tetanus

dengan gejala riwayat luka, demam, kejang rangsang, risus

sardonicus (muka setan), kadang-kadang disertai perut papan

dan opistotonus (badan lengkung) pada umur diatas 1 bulan.

Tetanus disebabkan oleh bakteri yang berada di tanah, debu

dan kotoran hewan. Bakteri ini dapat dimasuki tubuh melalui

luka sekecil tusukan jarum. Tetanus tidak dapat ditularkan dari

satu orang ke orang lain. Tetanus adalah penyakit yang

menyerang sistem syaraf dan seringkali menyebabkan

kematian. Tetanus menyebabkan kekejangan otot yang mula-

mula terasa pada otot leher dan rahang. Tetanus dapat

mengakibatkan kesusahan bernafas, kejang-kejang yang terasa

sakit, dan detak jantung yang tidak normal. Karena imunisasi

yang efektif, penyakit tetanus kini jarang ditemukan di

Australia, namun penyakit ini masih terjadi pada orang dewasa

yang belum diimunisasi terhadap penyakit ini atau belum

pernah disuntik ulang (disuntik vaksin dosis booster).

Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi

intramuskular. Suntikan diberika pada paha tengah luar atau

subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian vaksin DPT

25

dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan sampai 11 bulan

dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena

pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih sangat rendah,

pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga

diperoleh cukupan antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cukup

baik yiatu sebesar 80-90%, daya proteksi vaksin tetanus 90-

95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis masih rendah

yaitu 50-60%, oleh karena itu, anak-anak masih

berkemungkinan untuk terinfeksi batuk seratus hari atau

pertusis, tetapi lebih ringan

c. Imunisasi Campak

Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit campak. Campak, measles atau rubelal

adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.

Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa

prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.

Infeksi disebarkan lewat udara (airborne). Virus campak

ditularkan lewat infeksi droplet melalui udara, menempel dan

berkembang biak pada epitel nasifaring. Tiga hari setelah

infasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe

regional dan terjadi vitemia yang pertama. Virus menyebar

pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia

kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan

26

proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan

infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan

dan perdarahan yang tersebar pada otak.

Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan

batuk, pilek, mata merah (3C = coryza, cough and conjuctivitis)

dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas,

batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak

awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber

infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.

Virus juga dapat berbiak pada susunan syaraf pusat dan

menimbulkan gejala klinik ensefalitis. Setelah masa konvalesen

menurun, hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam

menjadi semakin gelap, berubah menjadi desquamasi dan

hiperpigmentasi. Proses ini disababkan karena pada awalnya

terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

1.Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5,

pada saat ruam keluar

2. Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold

yang berat. Membaik dengan cepat pada saat panas

menurun.

3. Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva

disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan

fotofobia.

27

4. Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran

nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang

setelah beberapa minggu.

5. Munculnya bercak koplik (koplik’s spot) umumnya pada

sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan

cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Koplik’s

spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel

bukal yang merah, merupakan tanda klinik yang

patognomonik untuk campak.

6. Ruam makulopapular semula berwarna kemerahan. Ruam ini

muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta

belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada

kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka

dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan

rubella yang ruamnya diskreta dan tidak mengalami

desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami

desquamasi.

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat

dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC.

Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan

dengan pelarut steril yang telah tersedia yang derisi 5 ml cairan

pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas

secara subkutan

28

d. Imunisasi Polio

Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit

yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang sistem

pencernaan dan sistem syaraf. Polio menyebabkan demam,

muntah-muntah, dan kakuatan otot dan dapat menyerang

syaraf-syaraf, mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit

ini dapat melumpuhkan otot pernapasan dan otot yang

mendukung proses penelanan, menyebabkan kematian.

Diantara dua sampai lima persen penderita polio akan

meninggal akibat penyakit ini dan sekitar 50% pasien yang

masih bertahan hidup menderita kelumpuhan seumur hidup.

Polio dapat ditularkan jika tinja penderita mencemari makanan,

air atau tangan.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan terserang poliomyelitis

antara lain dikarenakan malnutrisi, tonsilektomi, kurangnya

sanitasi lingkungan, karena suntikan dan juga virus bisa

ditularkan melalui plasenta ibu, sedangkan antibodi yang

diberikan pasif melalui plasenta tidak dapat melidungi bayi

secara adekuat

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III dan IV)

dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan

diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada

29

saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD

(12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin.

Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung

kemulut anak atau dengan atau dengan menggunakan sendok

yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus

menggunakan penetes (dropper) yang baru.

Imunisasi Polio merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah

penyakit poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat

dikombinasikan dengan vaksin DPT.

e. Imunisasi Hepatitis

Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh

berkenalan terhadap penyakit hepatitis B, disebakan oleh virus

yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan

tinggal selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit virus

hepatitis berisiko terkena kanker hati atau kerusakan pada hati.

Virus hepatitis B ditemukan didalam cairan tubuh orang yang

terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani. Virus hepatitis B

biasanya disebarkan melalui kontak dengan cairan tubuh

(darah, air liur, air mani) penderita penyakit ini, atau dari ibu ke

anak pada saat melahirkan. Kebanyakan anak kecil yang

terkena virus hepatitis B akan menjadi ”pembawa virus”. Ini

berarti mereka dapat memberikan penyakit tersebut pada orang

30

lain walaupun mereka tidak menunjukan gejala apapun. Jika

anak terkena hepetitis B dan menjadi ”pembawa virus”, mereka

akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit

hati dan kanker nantinya dalam hidup.

Ibu yang terjangkit Hepatitis B dapat menularkan virus pada

bayinya. Hepatitis B dapat menular melalui kontak antara darah

dengan darah, sebagai contoh apabila luka pada tubuh kita telah

terkontaminasi cairan yang dikeluarkan oleh penderita hepatitis

B, seperti jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, tranfusi

darah dan gigitan manusia, hal ini termasuk hubungan seksual

Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis

hepatitis, kenker hati dan menimbulkan kematian.

Secara umum orang yang dapat atau berisiko tertular hepatitis

B, dapat diidentifikasi dari perilakunya. Individu yang

dimaksud, termasuk dalam beberapa kriteria, seperti para

pengguna narkoba suntik, pasangan seks orang yang terinfeksi

hepatitis, bayi yang dilahirkan dari ibu yang terifeksi hepatitis,

orang yang suka berganti-ganti pasangan seks. Laki-laki

homoseksual, atau laki-laki yang berhubungan seks dengan

laki-laki juga berisiko tertular penyakit ini, jika seorang

petugas kesehatan tidak menggunakan standar perlindungan

diri dengan tepat. Petugas kesehatan yang sedang merawat

31

pasien dalam kondisi terinfeksi hepatitis, harus menggunakan

standar perlindungan diri, seperti sarung tangan, dan jangan

pernah menyentuh cairan tubuh dari pasien secara langsung.

Gejala mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah,

rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam, urine

menjadi kuning dan sakit perut

Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui

injeksi intramuskular. Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam

bentuk cair. Terdapat vaksin Prefill Injection Device (B-PID)

yang diberikan sesaat setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-

7 hari. Vaksin B-PID disuntikan dengan 1 buah HB PID.

Vaksin ini, menggunakan Profilled Injection Device (PID),

merupakan jenis alat suntik yang hanya diberikan pada bayi.

Vaksin juga diberikan pada anak usia 12 tahun yang dimasa

kecilnya belum diberi vaksin hepatitis B. Selain itu orang –

orang yang berada dalam rentan risiko hepatitis B sebaiknya

juga

2.4 Posyandu

Posyandu yang merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat

sekaligus dapat memperoleh pelayanan keluarga berencana dan kesehatan.

Disamping itu, posyandu dapat dimanfaatkan sarana untuk tukar pendapat

dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan masalah yang

duhadapi masyarakat (Depkes RI,2012).

32

Posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk

menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan

status gizi balita (Adisasmito, 2007).

Prinsip dasar posyandu adalah sebagai berikut (syafrudin, 2009) :

a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat

perpaduan antara pelayanan professional dan nonprofessional (oleh

masyarakat)

b. Adanya kerja sama lintas program yang baik, kesehatan Ibu Anak

(KIA), Keluarga Berencana (KB), gizi imunisasi, penanggulangan

diare maupun lintas sektoral

c. Kelembagaan masyarakat ( pos desa, kelompok timbang/pos timbang,

pos imunisasi, pos kesehatan lain-lain ).

d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama ( Bayi 0-1 tahun, anak balita

1-4 tahun, ibu hamil, pasangan usia subur (PUS)

e. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pengembangna

Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) / Primary Health Care

Secara umum tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah sebagai berikut

(Depkes RI, 2006):

a. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita

dan angka kelahiran.

b. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), Ibu hamil dan

nifas.

33

c. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera (NKKBS).

d. Meneingkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang mengunjang sesuai

kebutuhan.

e. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan. Sasaran dalam

pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi (usia kurang dari 1

tahun) anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan

wanita PUS (pasangan usia subur).

Kegiatan dalam posyandu sesuai dengan tahap-tahap kegiatan kader antara

lain (Depkes RI, 2006) :

a. Kesehatan KIA

b. Keluarga Berencana

c. Imunisasi

d. Pelayanan Gizi

e. Penanggulangan Diare

Peran kader dalam posyandu adalah sebagai berikut (Depkes, 2012) :

a. Sebelum Hari Buka Posyandu

Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu,

menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu, Melakukan

koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait

dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan, menyiapkan bahan

penyuluhan dan pemberian makanan tambahan, menyiapkan buku

34

catatan posyandu, serta melakukan pembagian tugas antar kader,

meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan,

pemberian makanan tambahan, atau pelayanan yang dapat dilakukan

oleh kader.

b. Saat Hari Buka Posyandu

Melakukan pendaftaran, melakukan bimbingan atau penyuluhan untuk

memotivasi orang tua agar paham mengenai pola asuh anak,

pencatatan infomasi posyandu, Pelayanan kesehatan ibu dan anak

yaitu penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar

kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi

anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang

dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita,

dan lain sebagainya.

c. Setelah Hari Buka Posyandu

Melakukan pencatatan data Sistem Infomasi Posyandu (SIP),

Melakukan pertemuan dengan masyarakat, tokoh masyarakat, ataupun

pimpinan wilayah untuk menyampaikan evaluasi posyandu, dan

melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari

buka Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami

gizi buruk rawat jalan.

35

Sistem lima meja dalam posyandu yaitu (Depkes, 2012) :

a. Meja 1 : Pendaftaran Anak Balita

Pendaftaran anak balita dimaksudkan agar semua anak balita yang ada

dalam desa diketahui tanggal lahir, umur saat itu, nama orang tua dan

anak keberapa. Daftar anak balita ini dimasukan di dalam buku

Register dengan diberikan nomor register. Berdasarkan pendaftaran

anak balita yang bersangkutan ditulis pada kolom 1, Nomor

pendaftaran. Sedangkan Nomor register adalah Nomor yang diberi

indek yang ditulis selain dari buku pendaftaran juga dibagian depan

kartu menuju sehat pada kolom yang disediakan.

b. Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita

Penimbanagan anak balita (meja 2) dilakukan setelah dipanggil oleh

petugas pendaftaran dengan menyerahkan KMS masingmasing anak.

Penimbangan dengan menggunakan dacin dengan ketepatan kalibrasi

untuk memastikan bahwa hasil penimbangan berat badan benar sesuai

dengan kondisi saat anak tersebut ditimbang. Penimbangan sebaiknya

menggunakan sarung timbang yang telah disediakan oleh proyek gizi,

hasil penimbangan anak, dimasukan ke dalam buku register di Meja 3

untuk mendapatkan hasil akurat.

c. Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan anak balita

Meja 3 adalah pencatatan hasil penimbangan dan analisa perbandingan

antara penimbangan bulan sebelumnya dengan penimbangan bulna ini.

Apabila terjadi penurunan BB anak yang bersangkutan, maka kader di

meja 3 wajib menanyakan histori terjadinya penurunan BB kepada

36

ibunya (yang membawa anak balita ke Posyandu). Selain itu di meja 3

dilakukan pemeriksaan terhadap: Imunisasi yang sudah diterima,

Pemberian kapsul vitamin A, Pernah tidaknya dirujuk ke Puskesmas,

dan Hal-hal lain yang menyangkut kesehatan dan perkembangan anak

balita yang bersangkutan. Dari hasil pengamatan KMS inilah, balita

yang bersangkutan perlu mendapat immunisasi, kapsul vitamin A,

nasehat tentang pola makan dan lain-lain yang dilaksanakan di meja 4.

d. Meja 4 : Penyuluhan kesehatan dan gizi

Di meja ini berdasarkan saran dari meja 3 dilakukan penyuluhan

kesehatan tentang: Bagaimana menjaga kesehatan anak, Pemberian

makanan dirumah tangga. Di meja 4 ini juga diberikan pelayanan

pemberian vitamin A dosis tinggi. Setiap bulan vitamin A (Februari

dan Agustus) pemberian oralit dan obat-obatan sderhana disiapkan di

Posyandu, serta membuat surat rujukan ke Puskesmas bila diperlukan

dengan menggunakan formulir rujukan anak balita.

e. Meja 5 : Pelayanan immunisasi dan KB

Pada dasarnya pelaksanaan pelayanan immunisasi dan KB dilakukan

di Puskesmas, namun momen penimbangan bulan anak balita dapat

dilakukan dengan memberikan pelayanan immunisasi dan KB, baik

kecamatan (PPLKB) dengan kader KB desa. Petugas pada meja 1-4

dilaksanajan oleh para kader PKK sedangkan meja 5 merupakan meja

pelayanan Perawat atau Bidan

37

2.5 Kerangka Teori

3

4

5

6

Gambar 1. Kerangka Teori

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

Promosi Kesehatan

Pelatihan

Kognitif afektif Psikomotorik

Tingkat

Pengetahuan :

1. Tahu

2. Memahami

3. Aplikasi

4. Analisis

5. Sintesis

6. Evaluasi

38

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Independen : Variabel Terikat :

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. Ho : Tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah

pelatihan imunisasi lengkap balita pada kader posyandu Desa Gunungtiga

b. Ha : Terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah

pelatihan imunisasi lengkap balita pada kader posyandu Desa Gunungtiga

Pelatihan tentang imunisasi

lengkap balita Pengetahuan

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini digunakan jenis quassy experimental dengan rancangan one

group pre-test post-test. Pemberian perlakuan pertama pada sampelnya adalah

melalui pre-test, lalu sampel diberikan perlakuan dalam bentuk pelatihan

imunisasi lengkap balita, setelah itu diberi post-test (Notoatmodjo, 2012).

Pengukuran sampel dalam hal pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan

pelatihan dengan pola rancangan sebagai berikut:

Sumber : Syamsuddin dan Damayanti, 2011

Gambar 3. Model rancangan the one group pretest-posttest design

Keterangan:

O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)

X = Perlakuan (Treatment)

O2 = Nilai post-test (setelah diberi perlakuan)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2018 di Desa Gunungtiga,

Kecamatan Ulubelu, Tanggamus.

O1 X O2

40

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini merupakan 18 kader

posyandu Desa Gunungtiga yang menjadi peserta dalam pelaksanaan

program pemberdayaan kader posyandu guna menyukseskan program

kesehatan pemerintah

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010). Jumlah sampel

pada penelitian ini adalah 18, pada penelitian ini teknik sampling yang

digunakan ialah total sampling, yaitu pengambilan sampel yang

mencakup semua anggota populasi. Alasan digunakannya total

sampling dikarenakan menurut Sugiyono (2011) jumlah populasi

kurang dari 100, sehingga semua peserta pelatihan dijadikan sampel.

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Kader posyandu Desa Gunungtiga

b. Bersedia menjadi subjek penelitian dan menandatangani informed

consent.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Peserta yang tidak hadir pada pelatihan

41

3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.5.2 Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas : Pelatihan kepada Kader Posyandu

b. Variabel terikat : Pengetahuan kader posyandu

3.5.3 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional pada penelitian ini digunakan dengan tujuan

memudahkan dalam melakukan penelitian. Tabel definisi operasional

terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil

Ukur

1 Pelatihan

Imunisasi

lengkap

balita

suatu proses

mencapai

kemampuan tertentu

untuk membantu

mencapai tujuan

organisasi

2 Pengetahu

an

informasi yang

ditemui dan diperoleh

oleh manusia melalui

pengamatan akal

untuk mengenali

suatu benda atau

kejadian yang belum

pernah dilihat atau

dirasakan sebelumnya

Kuesioner

yang

berupa

soal benar

salah yang

terdiri dari

10 butir

pertanyaan

, dengan

masing-

masing

pertanyaan

memiliki

skor 10

Rasio 0-100

42

3.6 Instrumen dan Prosedur Penelitian

3.6.1 Instrumen Penelitian

a. Lembar Informed consent untuk meminta persetujuan responden

dalam melakukan penelitian.

b. Lembar formulir data responden untuk menyesuaikan identitas

responden dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

c. Alat tulis

d. Kuisioner dalam bentuk Pretest dan Posttest dalam bentuk soal

benar-salah sebanyak 10 butir pertanyaan dan telah diuji validitas

dan reliabilitasnya dengan program SPSS

3.6.2 Prosedur Penelitian

a. Pengumpulan data dan pengisian data responden

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan lembaran

formulir yang berisikan tentang identitas responden dan hal-hal

yang berhubungan dengan kriteria inklusi agar tidak terjadi

kekeliruan dalam penelitian. Sebelum dilakukan pengumpulan,

responden lebih dulu dijelaskan mengenai penelitian yang

akandilakukan dan diberi lembar informed concent untuk

meminta kesediaan dalam mengikuti penelitian.

b. Pengisian kuisioner Pretest dan Posttest

Pengisian kuisioner dilakukan oleh kader posyandu Desa

Gunungtiga sebelum dan setelah pelatihan. Kuisioner berisikan

10 butir pertanyaan benar atau salah dan tiap pertanyaan

memiliki skor 10

43

c. Pelatihan mengenai imunisasi lengkap balita

Pelatihan imunisasi lengkap balita dilakukan dengan teknik

ceramah dan diskusi dan diikuti oleh responden yang bersedia

menjadi subyek penelitian selama satu kali pertemuan

3.7 Alur Penelitian

Gambar 4. Alur Penelitian

Pengajuan Proposal

Pengurusan Ethical Clearance

Pengurusan Izin, di Kabupaten

Tanggamus

Penentuan sampel penelitian

dan informed consent

Melakukan penyuluhan Cakupan imunisasi

lengkap dan pengisian kuisioner pretest

dan post test

Pengumpulan hasil data

Tabulasi Data

Penulisan Hasil Penelitian

44

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan Data

Proses pengolahan data menggunakan komputer dengan melakukan

beberapa langkah yaitu:

a. Pengeditan, mengoreksi data untuk memastikan kelengkapan

data.

b. Pengkodean, memberi kode pada data sehingga menjadi lebih

mudah dalam pengolahan data.

c. Pemasukan data, memasukan data dalam program komputer

d. Tabulasi, menyajikan data dalam bentuk tabel.

3.8.2 Analisa Data

Perolehan hasil didapat dari analisa statistik sebagai berikut :

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menganalisis validitas item soal tes dengan mencari

korelasi antara item soal dengan seluruh soal tes dengan bantuan

program SPSS. Adapun kriteria uji validitas menggunakan hasil

perhitungan rpbis (rhitung) dikonsultasikan dengan harga rtabel

produk momen jika rhitung > rtabel maka item soal tersebut

valid, item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium

(skor total), serta korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa item

tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula, biasanya syarat

minimum untuk anggap memenuhi syarat validitas apabila

rhitung ≥ 0,2709. (Sugiono, 2008) Selanjutnya untuk mengetahui

45

tingkat validitas item soal nilai rhitung diinterpretasikan dengan

tabel berikut ini:

Tabel 2. Interpretasi Nilai R

Sumber : (Arikunto, 2010)

Analisis reliabilitas pada penelitian ini digunakan jenis

reliabilitas dengan belah dua yang pelaksanaannya hanya

memerlukan satu kali. Kriteria uji reliabilitas adalah hasil

perhitungan (rhitung) dibandingkan dengan harga rtabel produk

momen dengan taraf signifikan 5%. Jika rhitung > rtabel maka

tes tersebut reliabel atau konsisten (handal) (Arikunto, 2010).

Analisis reliabilitas (keterandalan) perangkat tes dengan

menggunakan rumus Spearman Brown dengan kategori sebagai

berikut:

Tabel 3. Kategori Nilai Spearman Brown

Nilai Klasifikasi Nilai

-1,00—0,20

Tidak reliabel

0,21—0,40

Rendah

0,41—0,60

Sedang

0,61—0,80

Tinggi

0,81—1,00 Sangat tinggi

Sumber : (Nurcahyo, 2015)

rhitung Interpretasi

0,000—0,199

Sangat Rendah

0,200—0,399

Rendah

0,400—0,599

Cukup

0,600—0,799 Tinggi

0,800—0,999 Sangat tinggi

46

b. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok

eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan berdistribusi normal

karena syarat untuk analisis data dalam penelitian ini salah

satunya adalah data harus berdistribusi normal. Terdapat dua

jenis uji normalitas berdasarkan jumlah sampel yang diuji yaitu

Kolmogrov-Smirnov dan Shapro-Wilk.

Dalam penelitian ini menggunakan Uji Shapro-Wilk dikarenakan

uji tersebut memenuhi syarat dari sampel yang akan peneliti

ambil adalah kurang dari 50 sampel. Sedangkan Uji Kolmogrov-

Smirnov harus memiliki lebih dari 50 sampel. Jika hasil pada

penelitian didapatkan <0,05 maka artinya data tidak terdistribusi

dengan normal.

c. Analisis Univariat

analisa ini diperlukan untuk menentukan distribusi frekuensi

variabel terikat (variabel dependen) dan variabel bebas (variabel

independen). Analisa akan pengetahuan pada kader posyandu

Desa Gunungtiga sebelum dan sesudah diberikan pelatihan

tentang imunisasi lengkap balita.

d. Analisis Bivariat

Pengujian hipotesis menggunakan uji t berpasangan, yaitu

membandingkan mean antara kelompok satu dan kelompok dua.

Apabila nilai t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ha ditolak,

47

jika t hitung lebih besar dibanding t tabel maka Ha diterima. Bila

tidak memenuhi syarat (selisih nilai pret-test dan nilai post-test)

yaitu uji parametrik yang datanya tidak terdistribusi normal.

Maka digunakan uji nonparametrik ialah Uji Wilcoxon.

3.9 Etik Penelitian

Penelitian ini mendapatkan persetujuan ethical clearance dari Komisi Etik

Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan No.

5278/UN26.18/PP.05.02.00/2018

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pengetahuan kader posyandu

antara sebelum dan sesudah pelatihan imunisasi lengkap balita

5.2 Saran

Adapun saran dari peneliti, yaitu:

1. Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian

mengenai peningkatan pengetahuan mengenai imunisasi lengkap balita

secara spesifik.

2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan pengetahuan dari

berbagai jenis media pelatihan atau pembelajaran.

61

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Atika. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka

Cipta.

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistika. 2015. Statistik Indonesia 2015. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS. Jakarta:

Balitbang Kemenkes RI.

Depkes RI. 2012. Ayo ke posyandu setiap bulan. Jakarta : Pusat Promosi

Kesehatan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Depkes RI. 2015. Bersama Tingkatkan Cakupan Imunisasi, Menjaga Anak Tetap

Sehat. Jakarta : Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan RI

Dinkes Lampung. 2016 Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015 . Bandar

Lampung : Dinas Kesehatan Lampung.

Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hargono, Arief., Windhu Purnomo, Suradi, Achsan, Yudi Efriyanto. 2012. Survei

Cepat Cakupan imuisasi dasar pada bayi di kabupaten lumajang tahun

2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 15(1) : 55–60.

Josiman A. 2012. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi

dengan status kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah kerja

Puskesmas Depok [skripsi]. Padang : Universitas Andalas.

KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) [Online] [Diunduh 7

Desember 2019]. Tersedia dari: http://kbbi.web.id/pengetahuan.

Kemenkes RI .2009. Undang-undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

62

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI.

Mathis, Robert L. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba

Muliani, Zulkifli Abdullah, Ida Leida. Hubungan Pelayanan Imunisasi Dengan

Pemberian Imunisasi HB0 Di Wilayah Puskesmas Ponre Kabupaten

Bulukumba [Diunduh 9 Januari 2019] [online Journal] Tersedia dari :

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4248.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta :

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurcahyo, Daniel Satyo. 2015. Hubungan Asistensi Skills Lab Dengan Nilai

Objective Structured Clinical Examination (Osce) Di Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret [Skripsi]. Surakarta : UNS

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabeta

Syafrudin S. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Syamsuddin AR., Damayanti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Untari, Ida., Ratih Prananingrum, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati. 2017.

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu Balita

Melalui Praktek Pijat Bayi Menuju Balita Sehat. The 6th

University

Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang.

249-254

Wardani, Nur Indah., Dwi Sarwani, Siti Masfiah. 2014. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Kader Kesehatan Tentang

Thalassaemia Di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.

Kesmasindo. 6(3) : 194-206

WHO. 2018. Immunization Coverage 2018. Geneva : WHO Library Cataloguing

Data.