perbedaan self-efficacy akademik siswa sma yang mengikuti bimbingan belajar dan … · 2016. 10....
TRANSCRIPT
-
PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK SISWA SMA YANG
MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DAN TIDAK MENGIKUTI
BIMBINGAN BELAJAR DI KOTA SALATIGA
OLEH
CHRISTINA CHANDRA DEWI
802008005
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
-
PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK SISWA SMA YANG
MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DAN TIDAK MENGIKUTI
BIMBINGAN BELAJAR DI KOTA SALATIGA
Oleh:
Christina Chandra Dewi
Sutriyono
Berta Esti A.P
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
-
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Self-efficacy
Akademik antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa SMA
yang tidak mengikuti bimbingan belajar di Kota Salatiga. Sampel dalam penelitian ini
adalah 40 responden siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan 40 responden
siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Teknik pengumpulan data
penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket Self-efficacy Akademik.
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji t-test. Berdasarkan hasil
penelitian, maka diperoleh nilai t hitung = 6,013 dengan p = 0,000 (p < 0,05), artinya
ada perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang mengikuti
bimbingan belajar dengan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar di Kota
Salatiga. Dalam penelitian ini rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh
siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar lebih tinggi daripada rata-rata skor Self-
efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.
Kata kunci: self-efficacy akademik, bimbingan belajar, siswa SMA.
-
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine differences academic self-efficacy
between high school students who follow tutoring and high school students who not
follow tutoring in Salatiga City. In this study, sample consisted of 40 respondents high
school students who follow tutoring and 40 respondents high school students who not
follow tutoring. Data collection techniques in this study conducted by distributing
academic self-efficacy questionnaires. Data analysis techniques in this study using t-
test. Based on the research results, obtained t count amounting 6,013 and significance
level at p = 0,000 (p < 0,05) which means that there is a difference academic self-
efficacy between high school students who follow tutoring and high school students who
not follow tutoring in Salatiga City. In this research, the average value of academic
self-efficacy high school students who follow tutoring higher than high school students
who not follow tutoring.
Keywords: academic self-efficacy, tutoring, high school students.
-
1
PENDAHULUAN
Fenomena menjamurnya lembaga bimbingan belajar (bimbel) di Indonesia,
merupakan salah satu fenomena menarik, karena siswa-siswi yang mengambil
pendidikan tambahan di luar sekolah bisa ditafsirkan sebagai cermin ketidakyakinan
terhadap materi pelajaran yang selama ini mereka peroleh di sekolah. Berdasarkan hasil
survey tahun 2007 yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan
Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal Kemendiknas terdapat 13.446 lembaga
kursus yang tersebar di seluruh Indonesia, 11.207 lembaga (83,35%) telah memiliki izin
operasi. Dari data jumlah lembaga kursus yang memiliki izin tersebut dapat diketahui
bahwa jumlah Bimbel adalah sebesar 10,13%, jumlah Bimbel seluruhnya diperkirakan
sebanyak 1.362 lembaga (Bank Indonesia, 2010). Di Kota Salatiga, beberapa Lembaga
Bimbingan Belajar juga bermunculan dengan menawarkan berbagai macam program
unggulan, seperti: Neutron, Ganesha Operation, Primagama, SSC, dan IPIEMS
(Widyaningrum, 2012). Penulis memilih kajian Bimbel di Salatiga, karena fenomena
menjamurnya lembaga bimbingan belajar (bimbel) di Salatiga merupakan salah satu
fenomena menarik, sebab siswa yang mengambil pendidikan tambahan di luar sekolah
bisa ditafsirkan sebagai cermin ketidakyakinan terhadap pengajaran yang selama ini
mereka peroleh di sekolah.
Bimbingan belajar menurut Hamalik (2004) adalah bimbingan yang ditujukan
kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat,
kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan
efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa. Melalui bimbingan
belajar, diharapkan self-efficacy akademik siswa akan mengalami peningkatan
-
2
(Matthews, 2001). Di dunia pendidikan self-efficacy akademik mempunyai peranan
penting dalam mencapai prestasi belajar.
Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan memperlihatkan prestasi belajar
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki self-efficacy rendah
(Zimmerman, 2000). McQuiggan dan Lester (2006) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa bimbingan belajar dapat meningkatkan self-efficacy siswa. Menurut Bandura
(1995) efikasi diri menentukan apakah seseorang mampu menunjukkan perilaku
tertentu, sekuat apa seseorang dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan,
dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan mempengaruhi perilaku seseorang di masa
depan. Efikasi diri terbentuk dari pengalaman-pengalaman terdahulu yang diperoleh
seseorang (Britner & Pajares, 2006). Bila seorang siswa mengikuti bimbingan belajar,
maka siswa akan memliki pengalaman dan terbentuk self-efficacy akademik yang tinggi.
Ia akan merasa mampu dalam memecahkan masalah-masalah pada mata pelajaran.
Pada penelitian sebelumnya, Matthews (2001) menemukan bahwa bimbingan
belajar bahasa asing meningkatkan self-efficacy akademik 258 siswa FL (Foreign
Language) di Southeastern United States. Penelitian So dan Kim (2011),
membandingkan perbedaan bimbingan rekan sebaya dengan lembaga bimbingan belajar
di Korea (KORI), hasil penelitiannya menemukan bahwa siswa yang melakukan
bimbingan belajar di lembaga bimbingan belajar (KORI) memiliki skor self-efficacy
akademik lebih tinggi daripada siswa yang bimbingan belajar dengan rekan sebaya.
Namun dalam penelitian Hidayati (1998) menunjukkan hasil yang berbeda, ia meneliti
perbedaan self-efficacy (bidang IPA) antara siswa yang mengikuti bimbingan belajar
dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar di SMU Negeri 28 Jakarta, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam self-
-
3
efficacy antara siswa yang mengikuti dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan
belajar di SMU Negeri 28 Jakarta.
Meskipun sudah ada penelitian sebelumnya mengenai self-efficacy berkaitan
dengan bimbingan belajar, tetapi penulis tetap tertarik untuk meneliti kembali. Hal ini
dikarenakan, pertama, siswa yang mengambil pendidikan tambahan di luar sekolah bisa
ditafsirkan sebagai cermin ketidakyakinan terhadap pengajaran yang selama ini mereka
peroleh di sekolah. Kedua, adanya perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya.
Sehingga peneliti ingin memastikan perbedaan yang signifikan dalam self-efficacy
antara siswa yang mengikuti dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar.
Ketiga, penulis ingin meneliti kembali karena adanya perbedaan tempat penelitian, serta
subjek yang akan diteliti. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, maka penulis ingin
melihat perbedaan self-efficacy akademik siswa SMA yang mengikuti bimbingan
belajar dan tidak mengikuti bimbingan belajar di Kota Salatiga.
TINJAUAN PUSTAKA
Self-Efficacy Akademik
Bandura (1995) mendefinisikan self-efficacy sebagai penilaian individu terhadap
keyakinan diri akan kemampuannya dalam melaksanakan tugas sehingga memperoleh
hasil sesuai dengan yang diharapkan, atau penilaian individu akan kemampuan dan
kompetensinya untuk melakukan suatu tugas dalam mencapai tujuan. Strecher (dalam
Noer, 2012) mengatakan bahwa self-efficacy mempengaruhi pilihan seseorang dalam
pengaturan perilaku, banyaknya usaha mereka untuk menyelesaikan tugas, dan lamanya
waktu mereka bertahan dalam menghadapi hambatan.
-
4
Oettingen (dalam Bandura, 1995) mendefinisikan self-efficacy sebagai
kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam menghadapi keadaan
tertentu. Dalam hubungannya dengan proses belajar di sekolah, Zimmerman (dalam
Bandura, 1995) mendefinisikan self-efficacy akademik sebagai tingkat dimana siswa
yakin bahwa mereka dapat mengontrol hasil belajarnya. Menurut Zimmerman (2000),
self-efficacy akademik akan membuat siswa termotivasi untuk belajar melalui
penggunaan pengaturan diri sebagai proses penetapan tujuan, self-monitoring, evaluasi
diri, dan strategi yang digunakan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy
akademik merupakan keyakinan atau harapan siswa akan kemampuannya sehingga
dapat mempengaruhi dan mengatur fungsi kemampuan siswa melalui cara berpikir,
memotivasi diri sendiri, merasakan, dan proses pengambilan keputusan dalam
mengontrol hasil belajarnya.
Menurut Bandura (dalam Zimmerman, 2000; Chen, Gully & Eden, 2001) self-
efficacy memiliki tiga dimensi sebagai berikut:
a. Level or magnitude, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu (Chen,
Gully & Eden, 2001). Dimensi ini mengacu pada kesulitan tugas tertentu, seperti
misalnya meningkatnya tingkat kesulitan pada ejaan kata (Zimmerman, 2000).
b. Strength, yaitu dimensi yang berkaitan kepastian keberhasilan melakukan
tingkat kesulitan tugas (Chen, Gully & Eden, 2001). Keberhasilan yang
dirasakan diukur dengan jumlah kepastian seseorang mampu melakukan tugas
yang diberikan (Zimmerman, 2000).
c. Generality, yaitu dimensi yang berkaitan sejauh mana besarnya kekuatan
keyakinan menggeneralisasi seluruh tugas dan situasi (Chen, Gully & Eden,
-
5
2001). Dimensi ini berkaitan dengan pengalihan keyakinan self-efficacy pada
seluruh kegiatan, seperti misalnya dari aljabar ke statistik (Zimmerman, 2000).
Proses yang diaktifkan oleh self-efficacy menurut Bandura (1995) adalah sebagai
berikut :
a. Proses Kognitif
Self-efficacy mengaktifkan proses kognitif, misalnya adalah cita-cita (Bandura,
1995).
b. Proses Motivasi
Self-efficacy memainkan peran kunci dalam pengaturan motivasi diri. Individu
memotivasi diri dan membimbing tindakan mereka melalui latihan pemikiran
(Bandura, 1995).
c. Proses Afeksi
Persepsi self-efficacy memiliki kontrol atas stres memainkan peran sentral dalam
mengatasi kecemasan (Bandura, 1995).
d. Proses Seleksi
Pilihan karir dan pengembangan adalah salah satu contoh dari kekuatan
keyakinan self-efficacy untuk mempengaruhi jalan hidup melalui proses pilihan
yang terkait (Bandura, 1995).
Menurut Bandura (dalam Britner & Pajares, 2006) ada 4 sumber penting yang
digunakan dalam membentuk efikasi diri:
a. Mastery Experience (Pengalaman keberhasilan)
Pengalaman umumnya dapat meningkatkan kepercayaan, Untuk mendapatkan
self-efficacy, individu harus mempunyai pengalaman untuk mengatasi hambatan
-
6
dengan usaha yang tekun. Dalam hal ini bimbingan belajar dapat menjadi
sumbangsih bagi mastery experience (pengalaman keberhasilan) siswa.
b. Vicarious Experience (Meniru)
Vicarious experience merupakan pengalaman orang lain yang seolah-olah
dialami sendiri dengan mengamati prestasi sukses yang dialami orang lain.
c. Social Persuasion (Persuasi sosial)
Persuasi sosial menunjuk pada suatu aktivitas di mana individu dipimpin
mendapat dorongan untuk menimbulkan kepercayaan bahwa individu dapat
mengalami kesuksesan dengan tugas-tugas yang spesifik, pelatihan dan
pemberian umpan balik yang evaluatif.
d. Physiological States (Kondisi fisiologis)
Kondisi fisiologis seperti kecemasan, stres, gairah, dan kondisi suasana hati
dapat mempengaruhi keyakinan akan self-efficacy. Reaksi emosi yang negatif
seperti kecemasan, akan membawa individu pada penilaian negatif mengenai
kemampuannya untuk menyelesaikan tugas.
Keikutsertaan Dalam Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar menurut Hamalik (2004) adalah bimbingan yang ditujukkan
kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat,
kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan
efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa. Menurut Paidi (dalam
Hilma, 2010), bimbingan belajar adalah jalur pendidikan non formal, yang
diselenggarakan di luar sekolah, melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tidak
harus berjenjang dan berkesinambungan.
-
7
Menurut Suherman (2008), bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian
bantuan dari guru/guru pembimbing kepada siswa dengan cara mengembangkan
suasana belajar yang kondusif dan menumbuhkan kemampuan agar siswa terhindar dari
dan atau dapat mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dihadapinya sehingga
mencapai hasil belajar yang optimal. Santoso (1988) menjelaskan bahwa bimbingan
belajar dirasakan perlu atau dibutuhkan dalam keseluruhan proses pendidikan karena
kegiatan belajar merupakan kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan, karena
suatu bimbingan bertujuan untuk mengarahkan individu yang sesuai dengan potensinya
secara optimal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar
merupakan jalur pendidikan non formal yang diselenggarakan di luar sekolah
ditujukkan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan,
bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang
efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa dalam
mencapai hasil belajar yang optimal.
Secara lebih spesifik lagi, sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka definisi
keikutsertaan dalam bimbingan belajar adalah keikutsertaan dalam jalur pendidikan non
formal yang diselenggarakan di luar sekolah untuk mendapat pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk
menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang
dialami oleh siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
Menurut Suherman (2008) bimbingan belajar mempunyai fungsi sebagai berikut
:
-
8
a. Fungsi Pencegahan (Preventive Function)
Bimbingan belajar berupaya untuk mencegah atau mereduksi kemungkinan
timbulnya masalah-masalah dalam kegiatan belajar siswa.
b. Fungsi Penyaluran (Distributive Function)
Fungsi penyaluran berarti menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
menyalurkan bakat dan minat sehingga mencapai hasil belajar yang sesuai
dengan kemampuannya.
c. Fungsi Penyesuaian (Adjustive Function)
Salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam studinya adalah faktor
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Guru pembimbing
berupaya membantu siswa menyerasikan program pengajaran dengan kondisi
obyektif mereka agar dapat menyesuaikan diri, memahami diri dengan tuntutan
program pengajaran yang sedang dijalaninya.
d. Fungsi Perbaikan (Remedial Function)
Kenyataan di sekolah menunjukan bahwa sering ditemukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Dalam hal ini betapa pentingnya fungsi perbaikan
dalam kegiatan pengajaran. Tugas guru pembimbing adalah upaya untuk
memahami kesulitan belajar, mengetahui faktor penyebab, dan bersama siswa
menggali solusinya.
e. Fungsi Pemeliharaan (Maintencance and Development Function)
Belajar dipandang positif harus tetap dipertahankan, atau bahkan harus
ditingkatkan agar tidak mengalami kesulitan lagi, contohnya adalah mengoreksi
dan memberi informasi tentang cara-cara belajar kepada siswa.
-
9
Tujuan bimbingan belajar bagi siswa adalah tercapainya penyesuaian akademis
secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Suherman, 2008). Menurut
Suherman (2008), secara lebih khusus tujuan bimbingan belajar, di antaranya ialah agar
siswa:
a. Mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasikan potensi
dirinya secara optimal sesuai dengan program pengajaran.
b. Mampu mengembangkan berbagai keterampilan belajar.
c. Mampu memecahkan masalah belajar.
d. Mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif.
e. Memahami lingkungan pendidikan.
Pengkondisian layanan bimbingan belajar berbeda antara kelas X, XI dan XII.
Layanan bimbingan belajar bagi kelas X, terutama diarahkan untuk: a) mengembangkan
rencana untuk mengatur waktu belajar; b) mengembangkan motivasi yang mendorong
agar terciptanya konsentrasi sebaik mungkin; c) mempelajari cara-cara lain belajar
secara efektif; c) menggambarkan cara-cara belajar menghadapi ujian (Suherman,
2008). Layanan bimbingan belajar bagi kelas X, terutama diarahkan untuk: a) mengatur
keseimbangan antara waktu belajar dengan kegiatan ekstrakurikurer; b) merencanakan
pendidikan lanjutan setelah tamat, sesuai bakat, minat dan kemampuannya; c)
memahami teknik-teknik belajar dengan menggunakan sumber-sumber belajar baik di
dalam maupun di luar sekolah; d) mengembangkan keterampilan belajar untuk
memperkirakan bahan yang mungkin ditanyakan dalam ulangan (Suherman, 2008).
Layanan bimbingan belajar bagi kelas XII, terutama diarahkan untuk: a) mengevaluasi
kebiasaan belajar dan merencanakan perubahan bila diperlukan; b) mengenal dan
mencari informasi di luar sekolah yang menunjang pencapaian tujuan belajar; c)
-
10
mempelajari cara-cara belajar yang praktis; d) menelaah hasil ulangan dan
merencanakan upaya perbaikan (Suherman, 2008).
Perbedaan Self-efficacy Akademik Siswa Yang Mengikuti Bimbingan Belajar
dengan Siswa yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar
Santoso (1988) menjelaskan bahwa bimbingan belajar dirasakan perlu atau
dibutuhkan dalam keseluruhan proses pendidikan karena kegiatan belajar merupakan
kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan, karena suatu bimbingan bertujuan
untuk mengarahkan individu yang sesuai dengan potensinya secara optimal. Menurut
Suherman (2008) bimbingan belajar mempunyai lima fungsi, yaitu fungsi pencegahan
(preventive function), fungsi penyaluran (distributive function), fungsi penyesuaian
(adjustive function), fungsi perbaikan (remedial function) dan fungsi pemeliharaan
(maintencance and development function).
Melalui fungsi penyaluran (distributive function), bimbingan belajar
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan bakat dan minat sehingga
mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuannya (Suherman, 2008). Melalui
fungsi penyesuaian (adjustive function), guru bimbingan belajar berupaya membantu
siswa menyerasikan program pengajaran dengan kondisi obyektif mereka agar dapat
menyesuaikan diri, memahami diri dengan tuntutan program pengajaran yang sedang
dijalaninya (Suherman, 2008). Melalui fungsi perbaikan (remedial function), guru
bimbingan belajar berupaya untuk memahami kesulitan belajar, mengetahui faktor
penyebab, dan bersama siswa menggali solusinya (Suherman, 2008). Fungsi dari
bimbingan belajar tersebut tentunya dapat meningkatkan self-efficacy akademik siswa
-
11
yang mengikuti bimbingan belajar dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti
bimbingan belajar.
Selanjutnya self-efficacy terbentuk dari pengalaman-pengalaman terdahulu yang
diperoleh seseorang. Mastery experience (pengalaman keberhasilan) dan vicarious
Experience (meniru) merupakan sumber dari self-efficacy (Bandura, dalam Britner &
Pajares, 2006). Bila seorang siswa mengikuti bimbingan belajar, maka akan terbentuk
self-efficacy akademik yang tinggi melalui proses sumber mastery experience
(pengalaman keberhasilan) dan vicarious experience (meniru). Siswa akan merasa jadi
mampu dalam memecahkan masalah-masalah pada mata pelajaran di sekolah. Melalui
bimbingan belajar, diharapkan self-efficacy akademik siswa akan mengalami
peningkatan (Matthews, 2001). McQuiggan dan Lester (2006) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa bimbingan belajar dapat meningkatkan self-efficacy siswa.
Pada penelitian sebelumnya, Matthews (2001) menemukan bahwa bimbingan
belajar bahasa asing meningkatkan self-efficacy akademik 258 siswa FL (Foreign
Language) di Southeastern United States. Penelitian So dan Kim (2011),
membandingkan perbedaan bimbingan rekan sebaya dengan lembaga bimbingan belajar
di Korea (KORI), hasil penelitiannya menemukan bahwa siswa yang melakukan
bimbingan belajar di lembaga bimbingan belajar (KORI) memiliki skor self-efficacy
akademik lebih tinggi daripada siswa yang bimbingan belajar dengan rekan sebaya.
Berdasarkan paparan di atas dan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa siswa yang mengikuti lembaga bimbingan belajar akan memiliki self-efficacy
akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang yang tidak mengikuti
lembaga bimbingan belajar.
-
12
Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang diuji
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ho : Jika µ = µo, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan self-efficacy
akademik antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa
yang tidak mengikuti bimbingan belajar di Kota Salatiga.
H1 : Jika μ ≠ μo, maka terdapat perbedaan yang signifikan self-efficacy akademik
antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa yang tidak
mengikuti bimbingan belajar di Kota Salatiga.
METODE PENELITIAN
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA di Kota Salatiga.
Prosedur Sampling
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling insidental yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber (Sugiyono, 2012).
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok sampel, yaitu kelompok sampel
pertama (kelompok 1) merupakan siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar
dengan jumlah 40 siswa, kelompok sampel kedua (kelompok 2) merupakan siswa SMA
yang tidak mengikuti bimbingan belajar dengan jumlah 40 siswa. Adapun cara mencari
siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan tidak mengikuti bimbingan belajar di
-
13
kota Salatiga dengan mengunjungi SMA yang ada di kota Salatiga (SMA 1, SMA 2 dan
SMA 3).
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Self-efficacy
Akademik. Skala Self-efficacy Akademik berdasarkan dimensi-dimensi self-efficacy
menurut Bandura (dalam Zimmerman, 2000; Chen, Gully & Eden, 2001) yaitu : level or
magnitude, strength, dan generality. Skala pengukuran ini diadaptasi oleh penulis
berdasarkan NGSE scale (New General Self-Efficacy scale) milik Chen, Gully & Eden
(2001) yang telah dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti mengembangkan NGSE scale (New General Self-Efficacy scale)
milik Chen, Gully & Eden (2001) yang berisi 8 item menjadi 18 item.
Angket Self-efficacy Akademik terdiri atas 18 item yang terbagi menjadi 9 item
favourable dan 9 item unfavourable. Adapun skoring Self-efficacy Akademik untuk
favourable adalah: satu (1) untuk Sangat Tidak Setuju (STS), dua (2) Tidak Setuju (TS),
tiga (3) untuk Setuju (S), dan empat (4) untuk Sangat Setuju (SS). Sebaliknya untuk
unfavourable adalah empat (4) untuk Sangat Tidak Setuju (STS), tiga (3) untuk Tidak
Setuju (TS), dua (2) untuk Setuju (S), dan satu (1) untuk Sangat Setuju (SS). Artinya
semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi tingkat self-efficacy
akademik dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin
rendah tingkat self efficacy akademik.
Azwar (2012) menyatakan bahwa semua korelasi item yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan, sedangkan item yang kurang
dari 0,30 diinterprestasikan sebagai item yang memiliki daya beda rendah. Jadi kalau
-
14
korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3, maka butir pernyataan dalam
instrumen penelitian ini dinyatakan gugur.
Pada uji daya diskriminasi item Angket Self-efficacy Akademik, dari 18 item
terdapat 16 item yang memiliki daya beda lebih dari 0,30 dan 2 item yang memiliki
daya beda rendah yaitu kurang dari 0,30. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Sebaran Item Self-efficacy Akademik
No Aspek Nomor Item Total Item
Lolos Uji Favourable Unfavourable
1 Level or magnitude 1, 3, 5. 2, 4, 6. 6
2 Strength 7, 9, 11*. 8, 10, 12. 5
3 Generality 13, 15, 17. 14, 16, 18*. 5
Total Item 16 Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur
Syarat minimum reliabilitas berdasar pada pernyataan Azwar (2012) yang
mengatakan bahwa minimal koefisien konsistensi internal paling tidak setinggi 0,80.
Hasil perhitungan reliabilitas dari 16 item Skala Self-efficacy Akademik yang lolos uji
daya diskriminasi item dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 dapat dilihat
pada tabel 2, Angket Self-efficacy Akademik adalah reliabel dengan koefisien
konsistensi internal sebesar 0,865.
Tabel 2
Hasil Uji Realibilitas
Cronbach's Alpha N of Items
.865 16
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data secara interfensial digunakan untuk pengujian hipotesis atau
penarikan kesimpulan. Sebelum analisis uji beda dilakukan, peneliti akan melakukan uji
asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi dilakukan
bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah memenuhi asumsi analisis sebagai
-
15
syarat untuk melakukan uji hipotesa data. Metode analisis data menggunakan uji-t
dengan bantuan software SPSS versi 17.0.
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang dihitung
dengan bantuan program SPSS 17.0. Data berdistribusi normal, jika signifikansi (Sig) >
0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
Siswa SMA Yang Mengikuti Bimbel
Siswa SMA Yang Tidak Mengikuti
Bimbel
N 40 40
Normal Parametersa Mean 53.10 45.60
Std. Deviation 5.768 5.382
Most Extreme Differences Absolute .117 .083
Positive .080 .083
Negative -.117 -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .743 .524
Asymp. Sig. (2-tailed) .639 .947
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada Tabel 3, variabel Self-efficacy
Akademik siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar memiliki koefisien sebesar
0,743 dengan signifikansi sebesar 0,639 (p > 0,05), sedangkan Self-efficacy Akademik
siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar memiliki koefisien sebesar 0,524
dengan signifikansi sebesar 0,947 (p > 0,05). Oleh karena nilai signifikansi > 0,05,
maka data Self-efficacy Akademik siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar
maupun siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar berdistribusi normal.
-
16
Hasil Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan Levene’s test yang dihitung
dengan bantuan program SPSS 17.0. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi
lebih dari 0,05 (p > 0,05), maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua kelompok data
adalah homogen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Hasil Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.509 1 78 .478
Hasil pengujian dengan menggunakan Levene’s test, diperoleh nilai Levene’s
Test sebesar 0,509 dengan signifikasi sebesar 0,478 (p > 0,05) yang menunjukkan
bahwa varian dari dua kelompok yang diteliti adalah homogen. Dengan demikian
analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi varian sama (equal variance
assumed).
Hasil Deskriptif
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel Self-efficacy
Akademik mempunyai 16 item valid dengan penilaian pada setiap item diberikan angka
berjenjang dari nilai 1 hingga 4 menurut jenis itemnya. Jumlah subjek (N) sebanyak 80
yang terdiri dari 40 siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan 40 siswa SMA
yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Hasil statistik deskriptif masing-masing
variabel disajikan pada tabel 5, sedangkan hasil kategorisasi Skala Self-efficacy
Akademik dapat dilihat pada tabel 6.
-
17
Tabel 5
Statistik Deskriptif Self-efficacy Akademik
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Siswa SMA Yang
Mengikuti Bimbel 40 39 62 53.10 5.768
Siswa SMA Yang Tidak
Mengikuti Bimbel 40 35 57 45.60 5.382
Total N 80
Tabel 6
Kategorisasi Skala Self-efficacy Akademik
No Interval Kategori Siswa SMA
Yang
Mengikuti
Bimbel
Siswa SMA
Yang Tidak
Mengikuti
Bimbel
f (%) f (%)
1 54,4 ≤ x ≤ 64 Sangat Tinggi 18 45 % 2 5 %
2 44,8 ≤ x < 54,4 Tinggi 19 47,5 % 23 57,5 %
3 35,2 ≤ x < 44,8 Sedang 3 7,5 % 15 37,5 %
4 25,6 ≤ x < 35,2 Rendah 0 0 % 0 0 %
5 16 ≤ x < 25,6 Sangat Rendah 0 0 % 0 0 %
Total 40 100 % 40 100%
SD = 5,768
Min = 39
Max = 62
Mean = 53,10
SD = 5,382
Min = 35
Max = 57
Mean = 45,60 Keterangan : x = Skor Self-efficacy Akademik; f = Jumlah Subjek, (%) = Prosentase
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa 18 siswa SMA yang mengikuti
bimbingan belajar memiliki skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan prosentase 45 %, 19 siswa SMA yang mengikuti bimbingan
belajar memiliki skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori tinggi dengan
prosentase 47,5 % dan 3 siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar memiliki skor
Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori sedang dengan prosentase 7,5%.
Tidak ada satu pun siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar memiliki skor Self-
efficacy Akademik yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Skor yang
diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 39 sampai dengan skor
-
18
maksimum sebesar 62 dengan standar deviasi 5,768. Rata-rata skor Self-efficacy
Akademik yang diperoleh siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar sebesar 53,10.
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa 2 siswa SMA yang tidak mengikuti
bimbingan belajar memiliki skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan prosentase 5 %, 23 siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan
belajar memiliki skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori tinggi dengan
prosentase 57,5 % dan 15 siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar memiliki
skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori sedang dengan prosentase 37,5
%. Tidak ada satu pun siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar memiliki
skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Skor
yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 35 sampai dengan skor
maksimum sebesar 57 dengan standar deviasi 5,382. Rata-rata skor Self-efficacy
Akademik yang diperoleh siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar sebesar
45,60.
Hasil Uji Beda t-test
Dalam penelitian ini uji beda Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang
mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar
dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0. Jika p > 0,05 maka Ho diterima,
yang berarti bahwa tidak ada perbedaan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang
mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.
Jika p < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan Self-efficacy
Akademik antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang
tidak mengikuti bimbingan belajar. Hasil uji beda Self-efficacy Akademik antara siswa
-
19
SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti
bimbingan belajar dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7
Hasil Uji Beda
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Self-Eficacy Akademik
Equal variances assumed
.509 .478 6.013 78 .000 7.500 1.247 5.017 9.983
Equal variances not assumed
6.013 77.628 .000 7.500 1.247 5.017 9.983
Berdasarkan tabel 7 diperoleh nilai t hitung = 6,013 dengan p = 0,000 (p < 0,05),
hal ini berarti ada perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang
mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian mengenai perbedaan Self-efficacy Akademik antara
siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti
bimbingan belajar di Kota Salatiga, maka diperoleh nilai t hitung = 6,013 dengan p =
0,000 (p < 0,05), maka dapat diartikan ada perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik
antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak
mengikuti bimbingan belajar.
Hal ini sesuai dengan perkiraan pada awal penelitian ini bahwa ada perbedaan
antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan tidak mengikuti bimbingan
belajar. Santoso (1988) menjelaskan bahwa bimbingan belajar dirasakan perlu atau
dibutuhkan dalam keseluruhan proses pendidikan karena kegiatan belajar merupakan
-
20
kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan, karena suatu bimbingan bertujuan
untuk mengarahkan individu yang sesuai dengan potensinya secara optimal. Hasil dari
penelitian ini mendukung pernyataan Matthews (2001) yang mengungkapkan bahwa
melalui bimbingan belajar, diharapkan self-efficacy akademik siswa akan mengalami
peningkatan. Selain itu, McQuiggan dan Lester (2006) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa bimbingan belajar dapat meningkatkan self-efficacy siswa.
Ada tiga dimensi menurut Bandura (dalam Zimmerman, 2000; Chen, Gully &
Eden, 2001) yang kemungkinan berperan terhadap perbedaan signifikan antara siswa
SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan tidak mengikuti bimbingan belajar.
Dimensi yang pertama yaitu level or magnitude, berkaitan dengan derajat kesulitan
tugas individu (Chen, Gully & Eden, 2001). Seperti yang diungkapkan oleh Suherman
(2008), bimbingan belajar melalui fungsi perbaikan (remedial function), guru
bimbingan belajar berupaya untuk memahami kesulitan belajar, mengetahui faktor
penyebab, dan bersama siswa menggali solusinya. Kenyataan di sekolah menunjukkan
bahwa sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dalam hal ini
betapa pentingnya bimbingan belajar melalui fungsi perbaikan yang dapat membantu
siswa berkaitan dengan derajat kesulitan tugas-tugasnya. Dalam hal ini pula yang
menyebabkan lebih tingginya self-efficacy akademik siswa SMA yang mengikuti
bimbingan belajar dibanding siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.
Dimensi yang kedua yaitu strength, dimensi yang berkaitan kepastian
keberhasilan melakukan tingkat kesulitan tugas (Chen, Gully & Eden, 2001).
Keberhasilan yang dirasakan diukur dengan jumlah kepastian seseorang mampu
melakukan tugas yang diberikan (Zimmerman, 2000). Menurut Bandura (dalam Britner
& Pajares, 2006) pengalaman keberhasilan (mastery experience) merupakan sumber
-
21
dari self-efficacy. Siswa terlibat dalam tugas-tugas dan kegiatan sekolah lalu mereka
menginterpretasikan hasil dari tindakan mereka, kemudian menggunakan interpretasi ini
untuk mengembangkan dan menggunakan keyakinan mereka tentang kemampuan
mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas atau kegiatan berikutnya. Dalam hal ini
dibandingkan dengan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar, siswa SMA
yang mengikuti bimbingan belajar akan lebih memiliki pengalaman keberhasilan
(mastery experience). Melalui bimbingan belajar, diharapkan self-efficacy akademik
siswa akan mengalami peningkatan (Matthews, 2001).
Dimensi yang ketiga yaitu generality, yaitu dimensi yang berkaitan sejauh mana
besarnya kekuatan keyakinan menggeneralisasi seluruh tugas dan situasi (Chen, Gully
& Eden, 2001). Dimensi ini berkaitan dengan pengalihan keyakinan self-efficacy pada
seluruh kegiatan, seperti misalnya dari aljabar ke statistik (Zimmerman, 2000). Seperti
yang diungkapkan Suherman (2008), bimbingan belajar melalui fungsi penyesuaian
(adjustive function), guru bimbingan belajar berupaya membantu siswa menyerasikan
program pengajaran dengan kondisi obyektif mereka agar dapat menyesuaikan diri,
memahami diri dengan tuntutan program pengajaran yang sedang dijalaninya. Dalam
hal ini bimbingan belajar melalui fungsi penyesuaian (adjustive function) dapat
memberikan kekuatan keyakinan dalam menguasai tugas-tugas dan situasi serta
memahami diri terhadap proses belajar mengajar yang sedang dijalani, sehingga siswa
SMA yang mengikuti bimbingan belajar memiliki tingkat self-efficacy akademik yang
lebih tinggi dibanding dengan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.
Adanya perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang
mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar
dapat ditunjukkan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu rata-rata skor Self-efficacy
-
22
Akademik yang diperoleh siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar lebih tinggi
daripada rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang tidak
mengikuti bimbingan belajar. Rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh
siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar sebesar 53,10, sedangkan rata-rata skor
Self-efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan
belajar sebesar 45,60.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Ada perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang
mengikuti bimbingan belajar dengan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan
belajar.
2. Rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang mengikuti
bimbingan belajar lebih tinggi daripada rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang
diperoleh siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Rata-rata skor Self-
efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar
sebesar 53,10, sedangkan rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh
siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar sebesar 45,60.
Saran yang dapat diajukan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi pihak sekolah
Sebaiknya pihak sekolah juga memberikan tambahan materi dan bimbingan
belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar di luar jam sekolah, sehingga
Self-efficacy Akademik siswa dapat meningkat.
-
23
2. Bagi pihak lembaga bimbingan belajar
Hendaknya guru bimbingan belajar dapat lebih mengenali siswa dan berupaya
memahami kesulitan belajar siswa, mengetahui faktor penyebab, serta bersama
siswa menggali solusinya, hal ini dapat meningkatkan Self-efficacy Akademik
siswa.
3. Bagi pihak siswa
Hendaknya siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memiliki Self-efficacy
Akademik yang rendah dapat mensiasati dengan memanfaatkan jasa lembaga
bimbingan belajar untuk meningkatkan Self-efficacy Akademiknya.
4. Bagi pihak orangtua
Orangtua dapat mendorong anaknya yang mengalami kesulitan dalam belajar
untuk mengambil bimbingan belajar di luar sekolah, melalui bimbingan belajar
diharapkan Self-efficacy Akademik siswa akan mengalami peningkatan.
5. Untuk penelitian selanjutnya
Bagi peneliti lain yang tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang Self-efficacy Akademik siswa, maka disarankan untuk menyertakan
variabel selain keikutsertaan dalam bimbingan belajar, yaitu variabel yang belum
disertakan dalam penelitian ini, seperti misalnya kecemasan dan pengaruh
dukungan sosial keluarga.
-
24
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bandura, A. (1995). Self-efficacy in changing societies. New York: Cambridge
University Press.
Bank Indonesia. (2010). Komoditas jasa bimbingan belajar. Jakarta: Bank Indonesia.
Britner, S.L & Pajares, F. (2006). Sources of science self-efficacy beliefs of middle
school students. Wiley InterScience Journal. Vol 43.
http://www.weizmann.ac.il/weizsites/blonder/files/2011/02/pajares.pdf.
Chen, G, Gully, S.M & Eden, D. (2001). Validation of a new general self-efficacy scale.
Organizational Research Methods Journal. Vol. 4 No 1. Sage Publications, Inc.
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayati, U. (1998). Perbedaan self-efficacy antara siswa yang mengikuti bimbingan
belajar dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar (suatu penelitian
di SMU Negeri 28 Jakarta). Skripsi (Tidak dipublikasikan). Jakarta: Universitas
Indonesia.
Hilma, R.F. (2010). Pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan
depresi siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN tahun
2010. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Matthews, P.H. (2001). Effects of tutoring discourse structure on motivation among
university foreign language learners. A Dissertation. Georgia: The University of
Georgia.
Noer, S.H. (2012). Self-efficacy mahasiswa terhadap matematika. Makalah Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 10 November
2012. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Santoso, T. (1988). Bimbingan belajar di sekolah menengah. Semarang: Satya Wacana.
Suherman. (2012). Bimbingan belajar. Makalah (Tidak dipublikasikan) Bandung: FIP
UPI. http://file.upi.edu/.
http://www.weizmann.ac.il/weizsites/blonder/files/2011/02/pajares.pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195903311986031-SUHERMAN/Bimbingan_Belajar.pdf
-
25
Mcquiggan, S.W. & Lester, J.C. (2006). Diagnosing self-efficacy in intelligent tutoring
systems: an empirical study. Proceedings of the 8 th International Conference on
Intelligent Tutoring Systems. Raleigh: North Carolina State University.
Schunk, D. H. (1991). Self-efficacy and academic motivation. Educational
Psychologist. http://libres.uncg.edu/ir/uncg/f/d_schunk_self_1991.pdf.
So, Y & Kim, Y. The effects of peer tutoring and teachable agent on interest and task
performance. New jersey: Cognitive Science Society, Inc.
http://mindmodeling.org/cogsci2011/papers/0837/paper0837.pdf.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
r&d. Bandung : Alfabeta.
Widayaningrum, I.S. (2012). Metode pembelajaran yang digunakan pada pelajaran
matematika di lembaga bimbingan belajar salatiga. Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Salatiga: Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UKSW.
Zimmerman, B.J. (2000). Self-efficacy: an essential motive to learn. Contemporary
Educational Psychology. Vol 25. Academic Press. http://www.idealibrary.com.
http://libres.uncg.edu/ir/uncg/f/d_schunk_self_1991.pdfhttp://mindmodeling.org/cogsci2011/papers/0837/paper0837.pdfhttp://www.idealibrary.com/
-
LAMPIRAN 1.
HASIL UJI DAYA DISKRIMINASI ITEM DAN RELIABILITAS
A. Self-efficacy Akademik Sebelum Item Gugur
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.864 18
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 53.10 36.116 .529 .854
VAR00002 53.22 35.518 .585 .852
VAR00003 53.25 36.316 .491 .856
VAR00004 53.20 35.048 .496 .856
VAR00005 53.11 36.506 .543 .854
VAR00006 53.30 34.694 .622 .850
VAR00007 53.19 35.572 .622 .850
VAR00008 53.39 37.481 .362 .861
VAR00009 53.34 35.923 .561 .853
VAR00010 53.16 37.556 .338 .862
VAR00011 53.16 38.467 .253 .865
VAR00012 53.31 35.964 .502 .855
VAR00013 53.14 37.766 .346 .861
VAR00014 53.47 37.189 .384 .860
VAR00015 53.28 37.746 .376 .860
VAR00016 53.45 35.061 .609 .850
VAR00017 53.24 35.981 .570 .853
VAR00018 53.28 38.101 .291 .864
-
B. Self-efficacy Akademik Setelah Item Gugur
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.865 16
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 46.76 31.753 .538 .856
VAR00002 46.89 31.266 .584 .853
VAR00003 46.91 32.081 .480 .858
VAR00004 46.86 30.981 .475 .860
VAR00005 46.78 32.379 .512 .857
VAR00006 46.96 30.340 .641 .850
VAR00007 46.85 31.167 .644 .851
VAR00008 47.05 33.213 .346 .864
VAR00009 47.00 31.519 .579 .854
VAR00010 46.82 33.159 .339 .865
VAR00012 46.97 31.772 .489 .858
VAR00013 46.80 33.554 .318 .865
VAR00014 47.14 32.601 .415 .861
VAR00015 46.94 33.249 .393 .862
VAR00016 47.11 30.835 .608 .852
VAR00017 46.90 31.610 .583 .854
-
LAMPIRAN 2.
HASIL UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS
A. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Siswa SMA Yang
Mengikuti Bimbel
Siswa SMA Yang
Tidak Mengikuti
Bimbel
N 40 40
Normal Parametersa Mean 53.10 45.60
Std. Deviation 5.768 5.382
Most Extreme Differences Absolute .117 .083
Positive .080 .083
Negative -.117 -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .743 .524
Asymp. Sig. (2-tailed) .639 .947
a. Test distribution is Normal.
B. Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
SELF-EFICACY AKADEMIK
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.509 1 78 .478
-
LAMPIRAN 3.
HASIL DESKRIPTIF DAN UJI BEDA
A. Hasil Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Siswa SMA Yang Mengikuti
Bimbel 40 39 62 53.10 5.768
Siswa SMA Yang Tidak
Mengikuti Bimbel 40 35 57 45.60 5.382
B. Hasil Uji Beda
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Self-Eficacy Akademik
Equal variances assumed
.509 .478 6.013 78 .000 7.500 1.247 5.017 9.983
Equal variances not assumed
6.013 77.628 .000 7.500 1.247 5.017 9.983
-
LAMPIRAN 4.
SURAT IJIN PENELITIAN