perbedaan successful aging pada lansia ditinjau dari jenis...

123
i PERBEDAAN SUCCESSFUL AGING PADA LANSIA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Aji Darma Agus A 1550408097 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Upload: nguyentruc

Post on 13-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PERBEDAAN SUCCESSFUL AGING PADA LANSIA

DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Aji Darma Agus A

1550408097

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi yang saya susun dengan

judul “Perbedaan Successful Aging Pada Lansia Ditinjau dari Jenis Kelamin”

adalah benar-benar hasil karya saya sendiri bukan buatan orang lain, dan tidak

menjiplak karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya atau sebagian. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Semarang, 4 September 2013

Aji Darma Agus.A

1550408097

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 4 September 2013.

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Drs. Budiyono, M.S. Dr. Edy Purwanto, M.Si.

NIP. 19631209 198703 1 002 NIP. 196301211987031001

Penguji Utama

Amri Hana Muhammad, SPsi., M.A.

NIP.19820531 200912 2 001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Dra.Tri Esti Budiningsih, M.A Andromeda, S.Psi., M.Psi.

NIP. 19581125 198601 2 001 NIP. 1980531 200912 2 001

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Moto:

Tetap menjadi diri sendiri (Penulis).

Selalu yakin apa yang kita inginkan akan tercapai karena keyakinan yang kuat merupakan

sebuah doa (Penulis).

Ada kalanya pendapat orang lain itu penting namun pendapat yang hanya ingin

menjatuhkan anggap saja itu sampah (Penulis).

Persembahan:

Untuk Bapak, Ibu, dan

Adik

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi mengenai Perbedaan

Successful Aging Lansia Ditinjau dari Jenis Kelamin.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini secara langsung ataupun

tidak langsung kepada:

1. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu pendidikan Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Edi Purwanto, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Psikologi.

3. Dra. Tri Esti Budiningsih, M.A., selaku Dosen Pembimbing I dalam

penulisan skripsi ini.

4. Andromeda, S.Psi., M.PSi., selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan

skripsi ini.

5. Amri Hana Muhammad, SPsi, M.A selaku penguji utama.

6. H.M Sukaeri,S.Pd., selaku ketua PWRI ranting Kecamatan Tambakromo

yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa dan dukungannya.

8. Sahabat-sahabatku, Rifky, Popa, Latif, Tatag, Gunawan, Bintang .

9. Teman-teman Psikologi UNNES angkatan 2008.

10. Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

vi

Akhirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus penulis berharap

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang

bersangkutan.

Semarang, .4 September 2013

Penulis

vii

ABSTRAK

Awibowo, Aji Darma Agus. 2013. Perbedaan Successful Aging pada Lansia

Ditinjau dari Jenis Kelamin. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I : Dra. Tri Esti Budiningsih,

M.A., dan Dosen Pembimbing II : Andromeda, S.Psi., M.PSi.

Kata kunci: successful aging, lansia, jenis kelamin.

Peningkatan pertumbuhan lansia secara kuantitas belum diikuti dengan

peningkatan kualitas hidup. Menurunnya produktivitas menyebabkan buruknya

kondisi sosial, ekonomi, derajat kesehatan dan kemandirian. Successful aging atau

menjadi tua dengan sukses merupakan tujuan dari perkembangan tahap akhir pada

lansia. Lansia yang telah memiliki pencapaian successful aging yang tinggi

tentunya akan merasa bahagia dengan kehidupannya di masa sekarang di dalam

successful aging ini terdapat empat aspek meliputi : functional well, selection

optimimatization compensation, psychological well-being, primary and secondary

control. Perbedaan pencapaian successful aging dipengaruhi oleh perbedaan

perubahan salah satunya adalah pada lansia pria tidak semuanya mengalami

andropause sedangkan pada lansia wanita kebanyakan telah terjadi menopause,

salah satu perubahan pada aspek functional well merupakan salah satu indikator

terjadinya perbedaan pencapaian successful aging Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perbedaan successful aging pada lansia pria dan lansia wanita.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif subjek pada

penelitian ini adalah sebanyak 90 orang anggota PWRI ranting Kecamatan

Tambakromo Kabupaten Pati. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian

ini adalah total sampling atau penelitian populasi, skala yang diberikan adalah

skala successful aging. Hasil dari uji normalitas lansia pria yaitu K-Sz = 0,976 dan

signifikansinya sebesar 0,296 sedangkan pada lansia wanita K-Sz = 0,857 dan

signifikansinya 0,454 dan karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,087 (> =

0,05), maka dapat dikatakan bahwa sebaran data berdistribusi normal. Uji

homogenitas menghasilkan angka signifikasi di atas 0,05 (0,550 > 0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian ini homogen. Hasil dari

perhitungan uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan successful aging pada

lansia pria dan wanita, dengan taraf signifikansi p = 0,001. Hasil nilai p < 0,05,

berarti bahwa Ha diterima yang artinya ada perbedaan successful aging antara

lansia pria dan wanita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum terdapat perbedaan

pencapaian successful aging antara lansia pria dan lansia wanita, hal ini

diakibatkan oleh perbedaan perubahan yang terjadi seperti perubahan fisik,

mental, kondisi sosial dan ekonomi. Terdapat perbedaan hasil hitung dari mean

lansia pria dan wanita.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... . iv

PRAKATA ............................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 9

1.4 Kontribusi Penelitian......................................................................................... 9

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Lanjut Usia..................................................................................................... 10

2.1.1 Ciri-ciri lanjut usia ....................................................................................... 15

2.1.2 Perkembangan usia lanjut yang berhasil...................................................... 24

2.2 Successful Aging........... .............................................................................. 27

2.2.1 Pengertian Successful Aging ....................................................................... 27

2.2.2 Aspek- aspek Successful Aging................................................................... 30

ix

2.3 Kerangka Konseptual ................................................................................. 38

2.4 Hipotesis...................................................................................................... 39

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian.........................................................40

3.1.2 Desain Penelitian..........................................................................................41

3.2 Variabel Penelitian .......................................................................................41

3.2.1 Identifikasi Variabel .................................................................................... 41

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 42

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 42

3.3.1 Populasi ..................................................................................................... 42

3.3.2 Sampel ........................................................................................................ 43

3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 43

3.4.1 Alat Pengumpul Data................................................................................. 45

3.4.2 Penyusunan instrument............................................................................... 45

3.5 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 47

3.5.1 Validitas ................................................................................................... 47

3.5.2 Reliabilitas ............................................................................................... 48

3.6 Metode Analisis Data ................................................................................ 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Penelitian.................................................................................... 51

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian....................................................................... 51

4.1.2 Proses Perijinan.......................................................................................... 52

4.2 Pelaksanaan Penelitian................................................................................ 53

x

4.2.1 Pengumpulan Data.......................................................................................52

4.2.2 Pelaksanaan Skoring................................................................................... 52

4.3 Hasil Penelitian...........................................................................................53

4.3.1 Hasil Uji Asumsi........................................................................................ 54

4.3.1.1 Uji Normalitas............................................................................................54

4.3.1.2 Uji Homogenitas........................................................................................55

4.3.1.3 Uji Hipotesis..............................................................................................56

4.3.1.4 Uji Perbedaan t-test................................................................................... 56

4.4 Analisis Deskriptif.....................................................................................57

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan.................................................................................................... 88

5.2 Saran..........................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................90

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ......................................................54

4.2 Hasil Perhitungan Uji t........................................................................56

4.3 Penggolongan Kriteria Analisis...........................................................58

4.4 Distribusi Successful Aging Lansia Pria .............................................59

4.5 Distribusi Frekuensi Functional Well Lansia......................................61

4.6 Distribusi Frekunsi SOC Lansia Pria...................................................63

4.7 Distribusi Frekuensi PSC Lansia Pria.................................................65

4.8 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being Lansia Pria...............67

4.9 Ringkasan Penjelasan Deskriptif Successful Aging Lansia Pria.........69

4.10 Distribusi Successful Aging Lansia Wanita........................................71

4.11 Distribusi Frekuensi Functional Well Lansia Wanita........................73

4.12 Distribusi Frekuensi SOC Lansia Wanita..........................................75

4.13 Distribusi Frekuensi PSC Lansia Wanita..........................................76

4.14 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being Lansia Wanita........78

4.15 Ringkasan Deskriptif Successful Aging Lansia Wanita....................79

xii

DAFTAR GAMBAR

Gamba Halaman

2.2 Kerangka Konseptua.................................................................... 38

4.1 Diagram Successful Aging Lansia Pria ............................................... 60

4.2 Diagram Aspek Functional Well Lansia Pria ..................................... 62

4.3 Diagram Aspek SOCLansia Pria ......................................................... 64

4.4 Diagram Aspek Primary and Secondary Control Lansia Pria ............ 66

4.5 Diagram Aspek Psychological Well-being ......................................... 68

4.6 Diagram Ringkasan 4 Aspek Successful Aging Lansia Pria.................70

4.7 Diagram Successful Aging Lansia Wanita .......................................... 71

4.8 Diagram Aspek Functional Well Lansia Wanita..................................73

4.9 Diagram Aspek SOC Lansia Wanita ................................................... 75

4.10 Diagram Aspek Primary and Secondary Control Lansia Pria ............ 77

4.11 Diagram Aspek Psychological Well- being Lansia Pria ..................... 79

4.12Diagram Ringkasan 4 aspek Successful Aging Lansia Pria................. 81

4.13 Diagram Perbedaan Successful Aging Lansia Pria.............................. 81

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Instrumen Penelitian ............................................................................... 92

2. Tabulasi Data .......................................................................................... 97

3. Uji Validitas ............................................................................................ 117

4. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 117

5. Uji Normalitas ......................................................................................... 118

6. Uji Homogenitas ..................................................................................... 119

7. Uji Beda t-test ......................................................................................... 119

8. Surat Penelitian ....................................................................................... 121

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemajuan dunia ilmu pengetahuan telah mengurangi derita dan beban

yang diakibatkan kematian karena penyakit menular pada bayi dan anak,

meningkatnya taraf hidup dan taraf kesehatan menyebabkan turunnya angka

kematian yang diakibatkan oleh penyakit, dengan menurunnya tingkat kematian

dan menurunnya jumlah kelahiran menyebabkan pertumbuhan penduduk usia

lanjut hampir di setiap negara meningkat, pertumbuhan penduduk usia 60 tahun

keatas tumbuh lebih pesat dari kelompok umur lainnya. Tahun 2010, dari

penduduk dunia sebesar 6.9 milyar terdapat 759 juta berusia 60 tahun ke atas

(11%) dan 105 juta berusia 80 tahun ke atas (1.5 %). Pada 2050 diperkirakan

penduduk dunia telah meningkat menjadi 9.1 milyar, penduduk 60 tahun keatas

sebanyak 2 milyar (22%), bahkan 400 juta orang berusia 80 tahun ke atas (4%),

untuk Indonesia tahun 2010 diperkirakan penduduk diatas 60 tahun telah

berjumlah 20.9 juta dari keseluruhan 235,7 juta orang (8.9 %) sedangkan pada

pertengahan abad, total penduduk berjumlah 284.6 juta dan 67.3 juta (24%)

berusia 60 tahun (UNITED NATION, 2009, World Population Prospects, The

2008 Revision). Secara implisit berarti bahwa total penduduk hanya tumbuh pada

tingkat 0.5% per tahun, sedangkan penduduk 60 tahun ke atas tumbuh pada

tingkat 2.9% per tahun. Inilah ledakan penduduk lansia yang akan terjadi dalam

waktu tidak terlalu lama lagi. Suatu negara memasuki era aging population

2

(penduduk tua) jika proporsi penduduk lansianya telah berada pada patokan

penduduk berstruktur tua yakni tujuh persen dari total populasi. Penduduk dengan

usia 60 tahun keatas mengalami peningkatan, dilihat dari proporsi dari total

populasi.

Lansia menurut UU RI no 13 tahun 1998 adalah mereka yang telah

memasuki usia 60 tahun ke atas. Banyak istilah yang dikenal masyarakat untuk

menyebut orang lanjut usia, antara lain lansia yang merupakan singkatan dari

lanjut usia. Istilah lain adalah manula yang merupakan singkatan dari manusia

lanjut usia. Apapun istilah yang dikenakan pada individu yang telah memasuki

usia 60 tahun ke atas tersebut tidak lebih penting dari realitas yang dihadapi oleh

kebanyakan individu usia ini. Mereka harus menyesuaikan dengan berbagai

perubahan baik yang bersifat fisik, mental, maupun sosial. Perubahan-perubahan

dalam kehidupan yang harus dihadapi oleh individu usia lanjut khususnya

berpotensi menjadi sumber tekanan dalam hidup karena stigma menjadi tua adalah

sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan, ketidakberdayaan, dan munculnya

penyakit-penyakit. Masa lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran,

terutama pada keberfungsian fungsi-fungsi fisik dan psikologis.

Hurlock (2004: 307) mengemukakan bahwa: “penyebab fisik

kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh

bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua.

Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Sikap

tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan

penghidupan pada umumnya dapat menuju kepada keadaan uzur,

karena terjadi perubahan pada lapisan otak, akibatnya, orang

menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera

mati.”Masa lansia bisa jadi juga disertai dengan berbagai penyakit

yang menyerang dan menggerogoti kehidupan lansia sekalipun

tidak semua lansia adalah berpenyakit, tapi kebanyakan lansia

rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu akibat kondisi organ-

3

organ tubuh yang telah aus atau mengalami kemunduran juga

fungsi imun (kekebalan tubuh) yang juga menurun. Masalah-

masalah lain seperti kemundurun dari aspek sosial ekonomi.

Secara ekonomi, masa lansia merupakan masa pensiun, produktivitasnya

menurun, otomatis penghasilan juga berkurang bahkan bisa jadi nihil. Perubahan

tersebut menyebabkan lansia menjadi tergantung atau menggantungkan diri pada

orang lain seperti anak atau keluarga yang lain. Kemunduran dari segi sosial

ditandai dengan kehilangan jabatan atau posisi tertentu dalam sebuah organisasi

atau masyarakat, yang telah menempatkan dirinya sebagi individu dengan status

terhormat, dihargai, memiliki pengaruh, dan didengarkan pendapatnya. Sekalipun

mengalami kemunduran pada beberapa aspek kehidupannya, bukan berarti lansia

tidak bisa menikmati kehidupannya. Lansia pasti memiliki potensi yang bisa

dimanfaatkan untuk mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan

menghibur. Banyak lansia yang masih potensial serta memiliki energi dan

semangat untuk berprestasi.

Memasuki masa lansia yang bahagia identik dengan kesiapan untuk

menerima segala perubahan dalam aspek-aspek kehidupan. Aspek kehidupan

sosial merupakan salah satu aspek yang mengalami perubahan cukup signifikan

pada masa lansia. Perubahan sosial ini tentu tak lepas dari adanya perubahan fisik-

kognitif juga. Perubahan sosial yang dialami individu usia lanjut bisa menjadi

sumber stres tersendiri jika tidak disikapi dengan positif. Banyak lansia yang

mampu tetap optimal dalam bidang-bidang sosial dan mencapai kondisi yang

dikatakan sejahtera.

Kesejahteraan sosial mengacu pada evaluasi seseorang tentang

penerimaan sosial (social acceptance), aktualisasi sosial (social

4

actualization), kontribusi sosial (social contribution), hubungan

sosial (social coherence), dan integrasi sosial (social integration) di

dalam rentang kehidupannya, (Keyes, dalam Indriana 2003: 1).

Peningkatan kuantitas lansia belum tentu diikuti dengan meningkatnya

kualitas hidup. Di Indonesia, kualitas lansia masih dianggap rendah. Hal ini dapat

dilihat dari berbagai indikator antara lain banyaknya lansia yang memiliki

ketergantungan yang kuat terhadap anak atau keluarga yang lain, selain kurang

produktif. Dari segi pendidikan kebanyakan lansia berpendidikan rendah.

Rendahnya tingkat pendidikan ini berkorelasi positif dan signifikan terhadap

buruknya kondisi sosial, ekonomi, derajat kesehatan dan kemandirian (Kemensos

RI, 2012: 1)

Perubahan fisik dan psikologis yang dialami lansia menentukan, sampai

taraf tertentu, apakah lansia akan melakukan penyesuaian sosial yang baik atau

buruk. Menurut Hurlock (2004: 308), ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan

membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan kepada

kesengsaraan daripada kebahagiaan. Karena itu masa usia lanjut lebih ditakuti

daripada usia madya, khususnya masyarakat berkebudayaan di Amerika.

Perasaan tidak berguna dan tidak diinginkan membuat banyak lansia

mengembangkan perasaan rendah diri dan marah. Perasaan ini tentu saja tidak

membantu untuk penyesuaian sosial dan pribadi baik.

Sehubungan dengan itu, menurut Butler (dalam Hurlock, 2004: 384) menyatakan

bahwa orang lansia secara tidak proporsional menjadi subjek bagi masalah

emosional dan mental yang berat. Insiden psikopatologi timbul seiring dengan

bertambahnya usia. Gangguan fungsional-keadaan depresi dan paranoid terus

5

bertambah sama seperti penyakit otak di usia 60 tahun. Kasus bunuh diri juga

meningkat seiring bertambahnya usia. Disfungsional dan psikopatologi yang

dialami lansia, disebabkan oleh beberapa bahaya yang terjadi di masa lansia

antara lain masalah kesehatan, ekonomi, hubungan dalam keluarga dan masalah

psikologis.

Bahaya psikologis pada lansia dianggap memiliki dampak lebih besar

dibandingkan dengan usia muda, karena penyesuaian pribadi dan sosial pada

lansia jauh lebih sulit. Dengan demikian dibutuhkan kondisi hidup yang

menunjang agar lansia dapat menjalani masa lansia dengan baik dan memuaskan,

kondisi hidup yang menunjang juga dibutuhkan agar lansia tidak tertekan karena

memasuki masa lansia. Kondisi hidup ini antara lain adalah sosial ekonomi,

kesehatan, kemandirian, kesehatan mental (Kemensos RI, 2012: 1)

Succesful aging atau memasuki masa tua dengan sukses tentu menjadi

dambaan bagi semua individu yang memasuki usia dewasa akhir. Bagaimanapun

tua tetap sebagai bagian dari rentang kehidupan individu sehingga tidak ubahnya

seperti masa-masa sebelumnya bahwa kesejahteraan juga menjadi impian bagi

yang menjalani masa ini. Memasuki masa lansia yang bahagia identik dengan

kesiapan untuk menerima segala perubahan dalam aspek-aspek kehidupan sosial,

merupakan salah satu aspek yang mengalami perubahan cukup signifikan pada

masa lansia. Banyak lansia yang mampu tetap optimal dalam bidang-bidang sosial

dan mencapai kondisi yang dikatakan sejahtera atau dengan kata lain lansia

tersebut mencapai kesejahteraan sosial. Kesejahteraan pada masa ini sangat

6

dipengaruhi oleh bagaimana individu lansia mampu untuk menyesuaikan

keadaannya dengan keadaan di sekitarnya.

Pria selalu diasosiasikan dengan kekuatan agresif sementara wanita

diasosiasikan dengan positif, sabar, lembut. Pada masa lansia terjadi perubahan

baik perubahan fisik maupun perubahan psikis hal ini erat kaitannya dengan

terjadinya andropause dan menopause.

Andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria. Pada pria

penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon – hormon

lainnya sedemikian perlahan berbeda dengan wanita yang mengalami menopause,

dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid yang akan

berhenti dengan cara yang relatif mendadak, sedangkan menopause adalah haid

terakhir yang dialami oleh wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon

reproduksi yang terjadi pada usia menjelang atau pada usia lima puluhan. Seorang

wanita dikatakan telah menopause bila tidak mendapat haid lagi sejak satu tahun

terakhir. Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah

mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang

(tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena

menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh

suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi

reproduksi yang hilang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis di kantor

perwakilan PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia) Kecamatan

Tambakromo Kabupaten Pati, terhadap 20 lansia pria dan wanita menunjukkan

7

ada perbedaan kecenderungan pencapaian successful aging antara lansia pria dan

wanita. Lansia pria menunjukkan kecenderungan aspek functional well yang lebih

tinggi yakni sebanyak 60%, sedangkan pada aspek ini lansia wanita yang

memiliki kecenderungan functional well yang tinggi sebesar 40%; kemudian pada

aspek psychological well-being menunjukkan kecenderungan hasil yang lebih

tinggi juga dimiliki oleh lansia pria yakni sebesar 60%, dan pada lansia wanita

hanya sebesar 40%; Meskipun telah memasuki masa pensiun dimana masa

pensiun diidentikkan dengan kegiatan yang tidak melakukan apapun, namun

dalam studi pendahuluan ini ditemukan bahwa rata-rata para lansia yang

tergabung dalam organisasi PWRI ini aktif mengikuti kegiatan yang diadakan

oleh organisasi PWRI rutin setiap bulan sekali. Kebanyakan masa pensiun diisi

para lansia dengan kegiatan yang umumnya kurang produktif namun disini

ditemukan bahwa lansia ternyata masih melakukan suatu hal yang yang

berhubungan dengan kegiatan sosial.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyoardi (dalam Purnama

2010:1) bahwa kualitas hidup lansia pria lebih tinggi dibandingkan dengan lansia

wanita, dilaporkan bahwa lansia pria secara signifikan lebih memiliki kualitas

hidup yang lebih tinggi terutama pada aspek hubungan sosial, keadaan ekonomi

kondisi kehidupan dan kesehatan, sedangkan wanita lansia memiliki nilai lebih

tinggi pada aspek kesepian, ekonomi yang rendah dan kekhawatiran terhadap

masa depan. Perbedaan gender ternyata memberikan andil yang nyata dalam

kualitas hidup lansia. Kualitas hidup lansia merupakan salah satu prediktor di

dalam menilai pencapaian successful aging. Berdasarkan penelitian yang

8

terdahulu yang menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin secara signifikan

mempengaruhi pencapaian kualitas hidup pada lansia dan hasil studi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan

perbedaan pencapaian successful aging antara lansia pria dan wanita.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik

untuk melakukan kajian lebih mendalam mengenai perbedaan successful aging

lansia pria dan wanita pada anggota PWRI (Persatuan Wredatama Republik

Indonesia) ranting Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini akan menjawab permasalahan dari fenomena yang diangkat

oleh peneliti yang telah dituangkan dalam latar belakang masalah di atas. Adapun

rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: ”Apakah ada

perbedaan successful aging pada lansia ditinjau dari jenis kelamin?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan successful aging

pada lansia ditinjau dari jenis kelamin.

1.4 Kontribusi Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan yang bermanfaat

bagi pengembangan teori-teori dalam bidang psikologi pada umumnya, dan secara

khusus kaitannya dengan gerontologi.

9

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu organisasi PWRI

(Perstuan Wredatama Republik Indonesia) ranting Kecamatan Tambakromo

Kabupaten Pati, tentang betapa pentingnya pencapaian successful aging pada

lansia untuk tetap menjadi aktif dan optimal dalam menghadapi perubahan-

perubahan dalam setiap sendi kehidupan. Agar dapat digunakan sebagai acuan

dalam penyusunan program yang bermanfaat bagi anggotanya.

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

Penelitian ilmiah memerlukan suatu landasan yang mendukung peneliti

untuk menuju ke lapangan. Teori-teori yang digunakan sebagai landasan yang

akan mengarahkan alur berfikir pada proses penelitian yang dilakukan, sehingga

memunculkan hipotesis yang kemudian akan diuji dalam penelitian. Dalam bab 2

ini akan dibahas tentang konsep teoritis mengenai pokok variable penelitian yang

diteliti yaitu mengenai successful aging.

2.1 Lansia

Lansia merupakan istilah akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lansia menurut Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek

biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis

penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus

menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin

rentannya terhadap serangan penyait yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini

disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta

sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lansia lebih dipandang sebagai beban

dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa masa tua tidak

lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa

kehidupan masa tua seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban

keluarga dan masyarakat.

11

Neugarten (dalam Azizah, 2011: 15) masa tua adalah masa dimana orang

dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini

adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran,

masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan

ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lansia bukanlah kelompok orang

yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang

berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia dalam konteks eksistensi

manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi kesempatan-kesempatan untuk

tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lansia yang memandang usia

tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan

pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam

diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan

jasmani dan mental mereka sendiri.

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita, Nugroho (dalam Azizah, 2011:

18). Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara

alamia. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk hidup,

(Nugroho dalam Azizah, 2000: 18).

Para ahli sosial yang mengkhususkan pada studi aging (Papalia & Olds,

2004: 440) menunjuk pada tiga kelompok dewasa akhir, yaitu the “young” , “old

old”, dan “oldest old” Biasanya ditujukan pada orang yang berusia 65-74 tahun,

12

yang biasanya aktif, vital, dan bersemangat. The old old, usia 75-84 tahun, dan the

oldest old, usia 85 tahun ke atas, adalah kemungkinan lebih besar menjadi lemah

dan mempunyai kesulitan melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Klasifikasi yang berarti lebih adalah functional age, seberapa baik fungsi orang

itu dalam hal fisik dan lingkungan sosialnya dibandingkan dengan orang lain yang

sama usia kronologisnya.

Santrock (2004: 190) menyebutkan bahwa beberapa ahli perkembangan

membedakan antara orang tua muda atau usia tua (usia 65-74 tahun) dan orang tua

yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih). Secara pasti seseorang yang

telah memasuki masa lansia akan mengalami kemunduran kemampuan fisik hal

ini akan berpengaruh terhadap kemampuan lansia untuk bergaul dengan

masyarakat luas, seiring dengan menurunnya perhatian masyarakat luas terhadap

individu lansia maka perhatian dari lingkungan dekatpun makin lama makin

turun, maka akan berpengaruh terhadap diri pribadi lansia menjadi semakin

kompleks.

Dalam tahap perkembangannya umur manusia dibagi menjadi tiga kriteria

umum yaitu umur kronologis, umur biologis, umur psikologis.

a. Umur kronologis, umur yang dihitung dari jumlah tahun yang sudah dilewati

seseorang. Ini adalah umur yang umum di kenal misalnya 50 tahun, 60 tahun

dan sebagainya.

b. Umur biologis, umur yang ditentukan berdasarkan kondisi tubuh. Hal ini dapat

terjadi jika seseorang menjadi tua karena merasa tua.

13

c. Umur psikologis, umur yang diukur berdasarkan sejauh mana kemampuan

seseorang yang sudah berusia 80 tahun tapi merasa lebih muda dari orang yang

umurnya berada dibawah umurnya.

Dari ketiga macam umur tersebut, diketahui bahwa proses penuaan tidak

dapat dilihat atau diukur hanya dari umur kronologis. Organisasi kesehatan Dunia

(WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age)

45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun dan usia

sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Nugroho (dalam

Azizah, 2011: 18) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan

lansia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan

dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya

sehari-hari. Demikian juga batasan lansia yang tercantum dalam Undang-Undang

No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa

yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas.

Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lansia adalah

yang berumur 56 tahun ke atas.

Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan

usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lansia. Dalam

penelitian ini digunakan batasan umur 60 tahun -75 tahun untuk menyatakan

orang lansia. Bila ditinjau menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) usia

diatas termasuk kedalam usia lansia (elderly) 60-74 tahun.

Usia biologis mengacu pada keadaan kesehatan tubuh seseorang, usia

biologis tidak selalu sama dengan usia kronologis (tanggal lahir) bisa lebih muda

14

atau lebih tua tergantung dari kondisi organ tubuh seseorang.Usia biologis

ditentukan dengan membandingkan kesehatan fisik seseorang dari berbagai usia

dan menentukan apa usia biologis orang tersebut. Penuaan biologis tidak terikat

waktu, hal ini lebih berkaitan dengan seberapa baik sel memperbaharui diri dan

seberapa efisien sel tersebut menggunakan oksigen. Jika kondisi organ tubuhnya

sehat walaupun sudah tua itu berarti usia biologisnya muda. Sebaliknya jika organ

tubuhnya sakit padahal usianya masih muda itu artinya usia biologisnya lebih tua

dari usia sebenarnya. Tidak seperti usia kronologis, usia biologis dapat diubah

menjadi lebih baik (lebih muda) atau lebih buruk (lebih tua). Individu bisa muda

dan memiliki usia biologis yang tinggi, atau di 50-an tahun tetapi memiliki usia

biologis 20-an tahun. Usia biologis pada dasarnya adalah ukuran vitalitas batin

dan energi. Semakin tinggi tingkat vitalitas seseorang maka semakin rendah usia

biologisnya. Hidup sehat dan mampu mengendalikan stres dapat membuat usia

biologisnya seseorang selalu muda meski usia kronologisnya sudah tidak muda

lagi.

Usia psikologis seseorang berkisar pada keterampilan psikologis atau

kejiwaan dan mekanisme individu ketika dalam menangani stres atau masalah.

Usia psikologis juga tidak selalu sama dengan usia kronologis ataupun usia

biologis. Orang yang gampang marah dan selalu meledak-ledak, emosional,

gampang tersinggung diartikan sebagai usia psikologis yang muda. Usia

psikologis muda identik dengan umur anak-anak yang tidak mampu menguasai

emosinya. Jadi usia psikologis bagi lansia ditinjukkan dengan kemampuan lansia

untuk menjadi apa yang seharusnya

15

Batasan lansia yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan UU RI

No. 13/1998 adalah usia 60 (enam puluh) tahun ke atas, karena disesuaikan

dengan karakteristik subyek penelitian, yaitu pensiunan pegawai yang tergabung

dalam organisasi PWRI, di Indonesia rata-rata pegawai pensiun pada usia 60

tahun.

2.1.1 Ciri-ciri Lansia

Hurlock (2004: 387) menguraikan perubahan-perubahan dalam periode

lansia ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

2.1.1.1 Perubahan fisik, meliputi perubahan penampilan, perubahan bagian

tubuh, perubahan fungsi fisiologis, perubahan panca indera dan

perubahan seksual.

1. Perubahan penampilan

Perubahan-perubahan penampilan yang umum terjadi dalam periode

lansia meliputi (Hurlock, 2004: 388)

a) Perubahan pada daerah kepala

1. Hidung menjulur lemas,

2. Bentuk mulut berubah akibat hilangnya gigi atau karena terus

menggunakan gigi palsu.

3. Mata kelihatan pudar, dan tak bercahaya dan sering

mengeluarkan cairan.

4. Dagu berlipat dua atau tiga.

5. Pipi berkerut, longgar dan bergelombang

6. Kulit berkerut dan kering, berbintik hitam, banyak tahi lalat

dan ditumbuhi kutil

16

7. Rambut menipis, berubah menjadi putih atau abu-abu dan kaku,

tumbuh rambut halus dalam hidung, telinga dan pada alis.

b) Perubahan pada daerah tubuh

1. Bahu membungkuk dan tampak mengecil.

2. Perut membesar dan membuncit.

3. Pinggul tampak melebar daripada sebelumnya dan mengendur.

4. Garis pinggang melebar, menjadikan badan tampak seperti terisap.

5. Payudara, bagi wanita menjadi kendur dan melorot.

c) Perubahan pada daerah persendian

1. Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat, sedangkan

ujung tangan tampak mengerut.

2. Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol,

terutama yang ada di sekitar pergelangan kaki.

3. Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena di

sepanjang bagian belakang tangan menonjol.

4. Kaki membesar karena otot-otot mengendor, timbul

benjolan-benjolan, ibu jari membengkak, dan bisa meradang

serta timbul kelosis.

5. Kuku dan tangan dari kaki menebal, mengeras dan mengapur.

d) Perubahan fungsi fisiologis

Disamping berbagai perubahan yang sudah dijelaskan tadi juga

terjadi perubahan pada fungsi organ. Pengaturan temperatur badan

dipengaruhi oleh memburuknya sistem pengaturan organ-organ. Orang

17

yang sudah tua tidak akan tahan terhadap temperatur yang sangat panas

atau yang sangat dingin, hal ini disebabkan oleh menurunnnya fungsi

pembuluh darah pada kulit berkurangnya tingkat metabolisme dan

menurunnya kekuatan otot-otot juga mengakibatkan pengaturan suhu

badan menjadi sulit.

e) Perubahan panca indera

Pada usia lanjut fungsi seluruh organ penginderaan kurang

mempunyai sensitivitas dan efisiensi kerja dibanding yang dimiliki oleh

orang yang lebih muda, hal ini dapat dilihat dengan menurunnya

ketajaman penglihatan dan pendengaran yang ditandai dengan penggunaan

alat bantu untuk mengoptimalkan fungsi alat-alat indera.

f) Perubahan seksual

Masa berhentinya reproduksi keturunan (klimaterik) pada pria

datang lebih lama dibanding masa menopause pada wanita, dan

memerlukan masa yang lebih lama. Pada umumnya ada penurunan potensi

seksual selama usia enam puluhan, kemudian berlanjut sesuai dengan

bertambahnya usia.

2..1.1.2. Perubahan kemampuan motorik

Hurlock (2004: 390) menambahkan bahwa terjadi juga perubahan-

perubahan pada kemampuan motorik di usia lanjut, yaitu :

18

1. Kekuatan

Penurunan kekuatan yang paling nyata dirasakan lansia adalah

pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang

menopang tegaknya tubuh. Seorang lansia menjadi lebih cepat letih dan

membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memulihkan diri dan rasa

letih dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

2. Kecepatan

Penurunan kecepatan motorik pada lansia diukur berdasarkan

waktu reaksi dan ketrampilan dalam gerakan-gerakan seperti menulis

dengan tangan, kecepatan motorik akan sangat menurun setelah usia enam

puluhan.

3. Kemampuan belajar ketrampilan baru

Bahkan pada waktu orang usia lanjut percaya bahwa belajar

ketrampilan baru akan menguntungkan pribadi mereka, mereka lebih

lambat dalam belajar dibanding orang yang lebih muda dan hasil akhirnya

cenderung urang memuaskan.

4. Kekakuan

lansia cenderung menjadi canggung dan kagok, yang menyebabkan

sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh dan melakukan

sesuatu dengan tidak hati-hati, dan dikerjakan secara tidak teratur.

Kerusakan dalam ketrampilan motorik terjadi dengan susunan terbalik,

terhadap ketrampilan yang telah dipelajari, dimana ketrampilan yang lebih

19

dulu dipelajari justru lebih sulit dilupakan dan ketrampilan yang baru

dipelajari lebih cepat dilupakan.

2.1.1.2. Perubahan kemampuan mental.

Perubahan mental pada lansia, terdiri dari perubahan ingatan. Kenangan

(memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–jam sampai berhari–hari

yang lalu mencakup beberapa perubahan), dan kenangan jangka pendek atau

seketika (0-10 menit, kenangan buruk). Perubahan–perubahan mental pada lansia

berkaitan dengan 2 hal yaitu kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat

kenangan masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan

intelegensia tidak berubah namun terjadi perubahan dalam gaya membayangkan.

(Nugroho dalam Azizah, 2011: 18).

2.1.1.3 Perubahan minat

Seperti perubahan fisik, mental dan gaya hidup pada orang-orang

yang berusia lanjut, juga terjadi perubahan minat dan keinginan yang tidak

dapat dihindari.

a. Minat pribadi. Minat atau keterikatan pribadi pada usia lanjut

antara lain meliputi minat terhadap diri sendiri, minat terhadap

penampilan, minat pada pakaian dan minat pada uang.

1. Minat dalam diri sendiri. Orang menjadi semakin dikuasai

oleh diri sendiri apabila ia semakin tua.Orang mungkin akan

menjadi sangat berorientasi pada egonya (egocentric) dan pada

dirinya (self centered) dimana mereka lebih banyak berpikir

tentang dirinya daripada orang lain dan kurang memperhatikan

20

keinginan dan kehendak orang lain.Minat pada penampilan.

Walaupun pada beberapa orang yng berusia lanjut menganggap

penting tentang penampilan mereka seperti dulu biasa dilakukan,

tetapi banyak juga yang menunjukkan sikap tidak peduli terhadap

penamilannya.

2. Minat terhadap uang. Minat terhadap uang selama usia tua

semakin berkurang yang biasanya kesadaran tentang itu semakin

besar sejalan dengan bertambahnya usia.

b. Minat untuk rekreasi. Pria dan wanita berusia lanjut cenderung

untuk tetap tertarik pada kegiatan rekreasi yang bisa dinikmati ada

masa mudanya, mereka hanya akan mengubah minat tersebut kalau

betul-betul diperlukan.

c. Minat untuk mati. Semakin lansia seseorang, biasanya mereka

menjadi kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan lebih

mementingkan tentang kematian itu sendiri serta kematian dirinya.

2.1.1.4 Perubahan-perubahan peran psikososial

Pekerjaan yaitu memasuki masa pensiun. Idealnya masa pensiun

merupakan waktu untuk menikmati hal ini dalam hidup, tetapi yang diharapkan

adalah kebalikannya. Pensiun sering diasosiasikan dengan kehilangan seperti

penghasilan, peran, kerugian, dan harga diri. (Nugroho dalam Azizah, 2011:

19).

21

a. Pensiun

Pensiun sering dikaitkan secara salah dengan kepasifan dan pengasingan,

dalam kenyataanya pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya

transisi dan perubahan peran yang dapat menyebabkan stress psikososial. Stres

ini meliputi perubahan peran pada pasangan atau keluarga dan masyarakat

isolasi sosial. Perencanaan pra pensiun sebaiknya pada usia baya dan esensial

pada usia baya akhir. Seseorang yang merencanakan aktivitas pensiun juga

mempunyai dampak pasangan. Contohnya ketegangan dapat terjadi karena

adanya perubahan peran dan dukungan serta karena ibu rumah tangga mungkin

merasa beban pekerjaan bertambah. Faktor paling kuat yang mempengaruhi

kepuasan hidup seorang pensiun adalah status kesehatan, pilihan untuk terus

bekerja, pendapatan yang cukup.

b. Isolasi sosial

Banyak lansia mengalami isolasi sosial yang meningkat sesuai dengan

usia. Tipe isolasi sosial yaitu sikap, penampilan, perilaku, dan geografi.

c. Isolasi sikap

Isolasi sikap terjadi karena nilai pribadi atau budaya. Lansiaisme adalah

sikap yang berlaku yang menstigmatisasi lansia. Suatu bias yang meningkat

pada lansia. Karena itu isolasi sosial sikap terjadi ketika lansia tidak secara

mudah diterima dalam interaksi sosial karena bias masyarakat. Seiring lansia

semakin ditolak, harga diripun berkurang, sehingga usaha bersosialisasi

berkurang.

d. Isolasi penampilan

22

Isolasi penampilan diakibatkan oleh penampilan yang tidak diterima atau

faktor lain yang termasuk dalam penampilan diri sendiri pada orang lain.

Faktor kontribusi lain adalah citra tubuh, hygiene, tanda penyakit yang terlihat

dan kehilangan fungsi. Seseorang disolasi kerena penolakan oleh orang lain

atau karena sedikit interaksi yang dapat dilakukan akibat kesadaran diri.

e. Isolasi perilaku

Diakibatkan oleh perilaku yang tidak dapat diterima pada semua kelompok

usia dan terutama pada lansia, perilaku yang tidak diterima secara sosial

menyebabkan seseorang menarik diri.

f. Isolasi geografis

Terjadi karena jauh dari keluarga, kejahatan di kota dan karier institusi.

Dalam masyarakat kini yang suka berpindah, umumnya anak hidup sangat jauh

dari orang tuanya. Sehingga kesempatan untuk yang mempunyai keterbatasan

fisik atau mengalami kematian pasangannya

Tugas pengembangan dan adaptasi bagi lansia meliputi dengan keadaan

kehilangan teman atau keluarga melalui kematian atau perpindahan lokasi,

penyusunan terhadap masa pensiun, mengatasi keadaan dengan pendapatan

yang menurun, bergelut dengan perubahan-perubahan peran sosial,

memanfaatkan waktu senggan yang ada dengan baik, penyesuaian terhadap

fungsi seksualitas dan fisik, dan menerima kenyataan akan kematian yang tidak

terelakkan

Perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh seiring dengan penambahan usia

sering kali disertai dengan penyimpanan fisik dan psikologis

23

2.1.1.5 Aspek psikologis pada penuaan

Aspek psikologis pada penuaan pada lansia tidak dapat langsung tampak

salah pengertian yang umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai

kemampuan memori dan kecerdasan mental yang kurang adalah benar bahwa

banyak lansia mempunyai cara yang berbeda dalam memecahkan masalah bahkan

mereka dapat melakukannya dengan baik meskipun kondisinya telah menurun.

Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental

yang substansial atau luas.

2.1.3 Perkembangan Usia Lanjut yang Berhasil

Pada mumnya setiap orang menginginkan umur panjang. Setiap ulang

tahun doa yang dipanjatkan juga menyebut semoga panjang umur. Bagi usia lanjut

yang diperlukan bukan hanya umur panjang, tetapi juga kondisi sehat yang

memungkinkan untuk melakukan kegiatan secara mandiri tetap berguna dan

memberikan manfaat bagi keluarga dan kehidupan sosial. Kondisi demikian

sering disebut sebagai harapan hidup untuk tetap aktif (active live expectancy)

sebaliknya orang tidak menghendaki umur panjang apabila umur panjang itu

dilalui dengan keadaan sakit. Menjadi tua dengan berhasil (successful aging)

merupakan tujuan (goal) dari perkembangan tahap akhir lansia, terdapat 3 teori

yang mendeskripsikan tentang usia lanjut berhasil yang dikemukakan oleh

beberapa ahli:

1. Teori yang pertama adalah teori disengangement yang diajukan oleh

Cumming dan Henry (dalam Ouwehand et al, 2007:873) semakin tinggi

usia manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin

24

mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia.

Terdapat satu proses saling menarik diri atau pelepasan diri, baik individu

dari masyarakat maupun masyarakat dari individu. Individu

mengundurkan diri karena kesadarannya akan berkurangnya kemampuan

fisik maupun mental yang dialami, yang membawanya secara berangsur-

angsur kepada konsisi fisik tergantung, baik fisik maupun mental.

Sebaliknya masyarakat menarik diri karena lansia memerlukan orang yang

lebih muda, yang lebih mandiri untuk mengganti bekas jejak orang yang

lebih tua. Teori ini berpendapat bahwa adalah hal yang normal dan bahkan

dirasa perlu bagi seseorang untuk mengundurkan diri dari masyarakat

ketika usia lanjut.

2. Teori yang kedua adalah teori activity, yang dikemukakan oleh

Havighurst (dalam Ouwehand et al, 2007:873) teori ini menyatakan bahwa

semakin tua seseorang akan semakin memelihara hubungan sosial, fisik

atau emosionalnya. Teori ini berpendapat, bahwa kegiatan adalah esensi

hidup sepanjang hidup dan sepanjang umur. Seseorang yang tetap aktif,

baik secara fisik, mental maupun sosial akan melakukan penyesuaian yang

lebih baik seiring dengan bertambahnya usianya.

3. Teori lain yang menjelaskan usia lanjut berhasil adalah teori

kesinambungan (continuity) yang dikemukakan oleh Atchley (dalam

Suardiman, 2010:177). Seseorang yang sukses saat lansia adalah yang

mampu mengatur beberapa kontinuitas, atau hubungan dengan masa lalu

atau masa sebelumnya dalam struktur kehidupan mereka baik internal atau

25

eksternal. Struktur internal termasuk di dalamnya adalah pengetahuan,

harga diri, dan perasaannya tentang sejarah personal oleh Erikson hal ini

disebut “ego integrity” struktur eksternal termasuk di dalamnya adalah

peran, hubungan dengan orang lain, aktivitas dan sumber-sumber

dukungan sosial atau lingkungan fisik. Atchley menyatakan bahwa orang

lansia untuk mencari sebuah kepuasan keseimbangan antara kontinuitas

dan perubahan struktur kehidupan mereka. Terlalu banyak perubahan

membuat hidup menjadi sangat tidak bisa diprediksi, sangat sedikit

perubahan membuat hidup terlalu hambar. Karena itu, meskipun beberapa

perubahan terkadang menjadi sesuatu hal yang diinginkan dan tidak dapat

dielakan, terdapat sebuah dorongan internal untuk konsistensi, sebuah

kebutuhan untuk menghindari istirahat total dengan masa lalu. Dorongan

ini diperkuat oleh lingkungan sosial, sejak orang lain cenderung berharap

seseorang untuk berpikir dan bertindak yang selalu sama.

Successful aging mungkin akan bermakna berbeda untuk orang yang

berbeda aktivitas tidak hanya penting untuk dirinya sendiri, akan tetapi untuk

penting untuk menyambung bahwa successful aging merupakan representasi

sebuah kontinuitas dari sebuah gaya hidup seseorang. Untuk orang lansia yang

selalu aktif dan diliputi peran sosial, mungkin hal ini akan penting untuk

melanjutkan atau meneruskan tingkat aktivitas yang tinggi. Selain itu, seseorang

yang memiliki aktivitas sedikit pada masa lalunya, mungkin akan lebih bahagia

pada “kursi goyang”. Pemikiran ini mendapat dukungan dari sebuah penelitian

yang menunjukkan bahwa banyak orang-orang yang pensiun mengikuti pekerjaan

26

atau aktivitas luang sama dengan hal yang mereka nikmati pada saat-saat

sebelumnya. Ketika proses menua membawa serangkaian perubahan fisik atau

kognitif mungkin akan sulit memelihara kontinuitas pada lingkungan eksternal.

Orang lansia mungkin akan menjadi tergantung pada orang yang memberikan

mereka kasih sayang, dan mungkin harus membuat rencana hidup yang baru.

Adaptasi yang berhasil tergantung pada dukungan dari keluarga, teman ataupun

institusi sosial. Pemikiran ini sejalan dengan banyak trend yang berkembang pada

banyak negara yang berusaha untuk menjaga orang lansia keluar dari intitusi dan

berada dalam komunitas serta menolong mereka hidup semandiri mungkin.

Pendekatan lain yang juga membahas mengenai lansia berhasil oleh

Erikson (dalam Suardiman, 2011: 180) usia lanjut berhasil didefinisikan sebagai

kepuasaan dari dalam (inner satisfaction) daripada penyesuaian eksternal

(eksternal adjustment), sedangkan tugas-tugas perkembangan lansia adalah

memantapkan cita integritas, satu cita hidup tentang kebermaknaan dan

kepuasaan.

2.2 Successful Aging

2.2.1 Pengertian Successful Aging

Menurut Suardiman (2011: 174) successful aging adalah suatu kondisi

dimana seorang lansia tidak hanya berumur panjang tetapi juga umur

panjang dalam kondisi sehat, sehingga memungkinkan untuk

melakukan kegiatan secara mandiri, tetap berguna dan memberikan

manfaat bagi keluarga dan kehidupan sosial. Kondisi demikian sering

disebut sebagai harapan hidup untuk tetap aktif. Sebaliknya orang tidak

menghendaki umur panjang, apabila umur panjang ini dilalui dalam

keadaan sakit.

27

Sedangkan Havigurst (dalam Ouwehand et al 2007:873) mendefinisikan

“successful aging sebagai seseorang yang memiliki perasaan kebahagiaan dan

kepuasaan hidup baik pada masa sekarang maupun masa lalu.”

Successful aging bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada

pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa

menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan

berkualitas. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia

untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri

dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya

penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut,

lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta memahami kebutuhan dan

kondisi psikologis lansia dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk

mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Kesempatan yang

diberikan akan memiliki fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi

yang dimiliki oleh lansia. “Penelitan terhadap usia lanjut mengungkapkan bahwa

rangsangan dapat membantu mencegah kemunduran fisik dan mental. Mereka

secara fisik dan mental tetap aktif dimasa tua tidak terlampau menunjukkan

kemunduran fisik dan mental dibanding dengan mereka yang menganut filsafat

“kursi goyang” terhadap masalah usia tua dan menjadi tidak aktif karena

kemampuan-kemampuan fisik dan mental mereka sedikit sekali memperoleh

rangsangan” (Hurlock 2004: 410)

Winn (dalam Hamidah, 2012: 110) mendefinisikan successful aging

adalah menggambarkan seseorang merasakan kondisinya terbebas dari penurunan

28

kesehatan fisik, kognitif dan sosial namun mereka tetap memperhatikan faktor-

faktor penentu successful aging yang tidak terkontrol yang dapat mempengaruhi

successful aging secara signifikan. Sementara ahli lain Shu (dalam Hamidah,

2012: 110) mengatakan bahwa successful aging didefinisikan sebagai suatu

kondisi lengkap atau sempurna secara fisik, mental dan social well-being. Lebih

spesifik dikatakan bahwa successful aging meliputi empat bidang kesehatan dan

indikator sosial, yaitu fungsi fisik, fungsi kognitif, fungsi kepribadian dan adanya

dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan.

Dorris (dalam Hamidah, 2012: 110) mengatakan bahwa successful

aging adalah kondisi yang tidak ada penyakit, artinya secara fisik

sehat, aman secara finansial, hidupnya masih produktif, mandiri

dalam hidupnya, mampu berpikir optimis dan positif dan masih aktif

dengan orang lain yang dapat memberikan makna dan dukungan

secara sosial dan psikologis dalam hidupnya. Secara lebih mendasar

dapat dikatakan bahwa successful aging adalah kondisi yang

seimbang antara aspek lingkungan, emosi, spiritual, sosial, fisik,

psikologis dan budaya.

Successful aging yaitu keadaan lansia yang tercegah dari berbagai penyakit

serta tetap berperan aktif dalam kehidupan dan memelihara fungsi fisik dan

kognitif yang tinggi. Artinya, para lansia masih dapat bekerja aktif terutama pada

sektor informal (productive aging), berbagai pengalaman dalam kebijaksanaan

pendalaman spiritual dan kehidupan (consious aging) serta mengoptimalkan

kesempatan dalam keikutsertaan program kesehatan dan kesejahteraan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia (active aging).

Mac Arthur Foundation Research Network on USA telah mengidentifikasi

tiga komponen utama dalam successful aging, yaitu: terhindar dari penyakit

ataupun penyakit-penyakit yang menghalangi kemampuan ataupun kemandirian,

29

terpeliharanya fungsi fisik dan psikologis yang tinggi, dan aktif dalam kehidupan

sosial dan aktivitas yang produktif (yang dibayar ataupun tidak) yang dapat

menciptakan nilai-nilai sosial (Papalia, 2004: 444)

Lansia yang sukses (successful agers) cenderung memiliki dukungan

sosial baik emosional maupun material yang dapat membantu kesehatan mental,

dan sepanjang mereka merasa aktif dan produktif maka mereka tidak akan merasa

sebagai orang yang sudah tua (Papalia, 2004: 444)

Menurut pengertian yang telah dijelaskan oleh para ahli dapat disimpulkan

bahwa pengertian successful aging bisa diartikan sebagai kondisi fungsional

lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, yang tercegah dari berbagai

penyakit serta memiliki fungsi kognitif yang tinggi, sehingga memungkinkan

lansia bisa menikmati masa tua dengan penuh makna, membahagiakan, berguna

dan berkualitas serta tetap berperan aktif dalam kegiatan sosial.

2.2.2. Aspek-aspek Successful Aging

Lawton (dalam Weiner, 2003: 610) memaparkan successful aging dalam 4

(empat) aspek yaitu meliputi :

1. Functional well

Functional well disini didefinisikan sebagai keadaan lansia yang masih

memiliki fungsi baik fungsi fisik, psikis maupun kognitif yang masih tetap

terjaga dan mampu bekerja dengan optimal di dalamnya temasuk juga

kemungkinan tercegah dari berbagai penyakit, kapasitas fungsional fisik

dan kognitif yang tinggi dan terlibat aktif dalam kehidupan.

2. Psychological well-being.

30

Kondisi individu yang ditandai dengan adanya perasaan bahagia,

mempunyai kepuasaan hidup dan tidak ada gejala-gejala depresi. Kondisi

tersebut dipengaruhi adanya 6 (enam) fungsi psikologis yang positif yaitu:

a. Self acceptance

Dimensi ini merupakan ciri utama kesehatan mental dan juga sebagai

karakteristik utama dalam aktualisasi diri, berfungsi optimal, dan

kematangan. Penerimaan diri yang baik ditandai dengan kemampuan

menerima diri apa adanya. Kemampuan tersebut memungkinkan seseorang

untuk bersikap positif terhadap diri sendiri dan kehidupan yang dijalani.

Individu yang mempunyai tingkat penerimaan diri yang baik ditandai

dengan bersikap positif terhadap diri sendiri, mengetahui serta menerima

aspek-aspek yang terdapat dalam dirinya, baik positif maupun negatif dan

memiliki pandangan positif terhadap masa lalu.

b. Positive relationship with other

Individu yang tinggi atau baik dalam dimensi ini ditandai dengan adanya

hubungan hangat, memuaskan dan saling percaya dengan orang lain. Ia

juga memiliki rasa afeksi dan empati yang kuat. Sebaliknya, individu yang

hanya mempunyai sedikit hubungan dengan orang lain, sulit untuk

bersikap hangat, dan enggan untuk mempunyai ikatan dengan orang lain,

menandakan bahwa ia kurang baik dalam dimensi ini.

c. Autonomy

Dimensi outonomi menjelaskan mengenai kemampuan untuk menentukan

diri sendiri, kemandirian dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku.

31

Individu yang baik dalam dimensi ini mampu menolak tekanan sosial

untuk berfikir dan bertingkah laku dengan cara tertentu serta dapat

mengevaluasi dirinya sendiri dengan standar personal. Sebaliknya individu

yang kurang baik dalam dimensi outonomy akan memperhatikan harapan

dan evaluasi orang lain, membuat keputusan berdasarkan penilaian orang

lain dan cenderung berharap konformis.

d. Control over one’s enviroment

Individu yang baik dalam dimensi ini mampu untuk memanipulasi

keadaan sehingga sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi yang

dianutnya dan mampu untuk mengembangkan diri secara kreatif melalui

aktivitas fisik maupun mental. Sebaliknya individu yang kurang baik

dalam dimensi ini akan menampakkan ketidakmampuan untuk megatur

kehidupan sehari-hari dan kurang memiliki kontrol terhadap lingkungan

luar.

e. Purpose in live

Individu yang baik dalam dimensi ini mempunyai peraaan bahwa

kehidupan saat ini dan masa lalunya memiliki keberartian, memegang

kepercayaan yang memberikan tujuan hidup, dan mempunyai targer yang

ingin dicapai dalam kehidupan, maka ia dapat dikatakan mempunyai

tujuan hidup yang baik. Sebaliknya individu yang kurang baik dalam

dimensi ini mempunyai perasaan bahwa tidak ada tujuan yang ingin

dicapai dalam hidup, tidak melihat adanya manfaat dalam masa lalu

32

kehidupannya, dan tidak mempunyaikepercayaan yang membuat hidup

lebih berarti.

f. Personal growth

Dimensi pertumbuhan pribadi menjelaskan mengenai kemampuan individu

untuk mengembangkan potensi dalam diri dan berkembang sebagai

seorang manusia. Dimensi ini dibutuhkan oleh individu agar dapat optimal

dalam berfungsi secara psikologis. Salah satu hal penting dalam dimensi

ini adalah adanya kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, misalnya

dengan keterbukaan terhadap pengalaman.

Individu yang baik dalam dimensi ini mempunyai perasaan untuk terus

berkembang, melihat diri sendiri sebagi sesuatu yang bertumbuh,

menyadari potensi yang terdapat di dalam dirinya dan mampu melihat

peningkatan dalam diri dan tingkah laku dari waktu ke waktu. Sebaliknya,

individu yang kurang baik dalam dimensi ini akan menampilkan

ketidakmampuan untuk mengembangkan sikap dan tingkah laku baru,

mempunyai perasaan bahwa ia adalah seorang pribadi yang stagnan, tidak

tertarik dengan kehidupan yang dijalani.

3. Selection optimatization compensation.

Model SOC merupakan model pengembangan yang mendefinisikan proses

universal regulasi perkembangan. Proses ini bervariasi fenotipe biasanya,

tergantung pada konteks sosio-historis dan budaya, domain fungsi

(misalnya, hubungan sosial fungsi kognitif), serta pada tingkat analisis

(misalnya, masyarakat, kelompok, atau tingkat individu). Mengambil

33

perspektif aksi-teoretis, seleksi, optimasi, dan kompensasi mengacu pada

proses pengaturan, mengejar, dan memelihara tujuan pribadi.

a. Seleksi

Seleksi mengacu pada pengembangan, menguraikan, dan berkomitmen

untuk tujuan pribadi. Sepanjang masa hidup, peluang biologi, sosial,

dan individu dan kendala menentukan berbagai domain alternatif

berfungsi. Jumlah pilihan, biasanya melebihi jumlah sumber daya

internal dan eksternal yang tersedia untuk individu, perlu dikurangi

dengan memilih subset dari domain tersebut yang untuk memfokuskan

sumber daya seseorang. Hal ini sangat penting di usia tua, waktu dalam

hidup ketika sumber daya menurun.

b. Optimasi

Untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam domain yang dipilih,

berarti tujuan yang relevan perlu diperoleh, diterapkan, dan halus. Cara

yang paling cocok untuk mencapai tujuan seseorang bervariasi sesuai

dengan domain tujuan tertentu (misalnya, keluarga, olahraga),

karakteristik pribadi (misalnya, umur, jenis kelamin), dan konteks

sosial budaya (misalnya, sistem dukungan kelembagaan). Contoh

prototipikal optimasi adalah investasi waktu dan energi ke dalam

akuisisi berarti tujuan yang relevan, pemodelan sukses orang lain, dan

praktek keterampilan tujuan yang relevan.

34

c. Kompensasi

Pemeliharaan fungsi positif dalam menghadapi kerugian mungkin

sama pentingnya bagi penuaan sukses sebagai fokus pertumbuhan

yang berkelanjutan.

4. Primary and Secondary Control

Dalam semua kegiatan yang relevan untuk kelangsungan hidup dan

prokreasi, seperti mencari makan, bersaing dengan saingan, atau menarik

pasangan, organisme berjuang untuk kontrol dalam hal mewujudkan hasil

yang diinginkan dan mencegah yang tidak diinginkan. Kecenderungan

motivasi paling mendasar dan universal berhubungan dengan dasar ini

berusaha untuk mengendalikan lingkungan, atau dalam istilah yang lebih

spesifik, untuk menghasilkan konsistensi antara perilaku dan peristiwa di

lingkungan. Hal ini disebut sebagai primary control. Sedangkan secondary

control merujuk kepada kemampuan seseorang untuk mengatur keadaan mental,

emosi dan motivasi.

2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Successful Aging

Berk (dalam Suardiman, 2011: 181) mendeskripsikan faktor-faktor

yang mempengaruhi pencapaian successful aging :

1) Optimis serta perasaan efikasi diri dalam meningkatkan kesehatan

dan fungsi baik.

2) Optimisasi secara selektif dengan kompensasi untuk membangun

keterbatasan energi fisik dan sumber kogntif sebesar besarnya.

35

3) Penguatan konsep diri yang meningkatkan penerimaan diri dan

pencapaian harapan.

4) Memperkuat pengertian emosianal dan pengaturan emosianal diri,

yang mendukung makna, menghadirkan ikatan sosial.

5) Menerima perubahan, yang membantu perkembangan kepuasaan

hidup.

6) Perasaan spiritual dan keyakinan yang matang harapan akan

kematian dengan ketenangan dan kesabaran.

7) Kontrol pribadi dalam hal ketergantungan dan kemandirian.

8) Kualitas hubungan yang tinggi, memberikan dukungan sosial dan

persahabatan yang menyenangkan.

Masa lansia merupakan masa mempertahankan kehidupan (defensive

strategy) dalam arti secara fisik berusaha menjaga kesehatan agar tidak sakit-

sakitan dan menyulitkan atau membebani orang lain. Pada saat itu memang terjadi

berbagai penurunan status yang disebabkan oleh penurunan aspek seperti

fisiologis, psikis dan fungsi-fungsi sensorik motorik yang diikuti oleh penurunan

fungsi fisik, kognitif, emosi, minat, sosial, ekonomi dan keagamaan.

Usia lanjut berhasil difasilitasi oleh konteks sosial yang memberi peluang

para usia lanjut untuk mengelola perubahan hidupnya secara efektif. Lansia

memerlukan perencanaan jaminan sosial yang baik, layanan kesehatan baik,

perumahan yang aman, dan layanan sosial yang bermacam-macam.

36

1.2 Kerangka Konseptual

2.

3.

4.

5.

Succcessful

Aging

Perbedaan perubahan yang

terjadi pada lansia

berdasarkan aspek-aspek

Lansia pria

1. Functional well

Para lansia pria tidak semuanya

mengalami andropause hal ini membuktikan

bahwa dalam aspek ini lansia pria relatif lebih

baik

2. Psychological well being

Lansia pria relatif lebih sejahtera

dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat masih tetap ikut berperan aktif

seperti masih tetap dipercaya untuk menjadi

anggota dari sebuah organisasi.

3. SOC

Ditemukan juga bahwa lansia masih

melakukan hal-hal yang bermakna seperti

yang ditemukan dalam penelitian ini rata-rata

lansia pria yang masih mengerjakan sawah

dalam mengisi kehidupan sehari-hari.

4. Primary and secondary control

Lansia pria juga ditemukan memiliki

motivasi yang lebih baik dari lansia wanita.

Lansia wanita

1. Functional well

Dibandingkan dengan lansia

pria yang tidak semuanya mengalami

andropause, pada masa ini hampir

semua lansia wanita mengalami

menopause hal ini menyebabkan

pencapaian lansia wanita dalam aspek

ini lebih rendah dibandingkan dengan

lansia pria.

2. Psychological well -being

Lansia wanita relatif tidak aktif

terhadap kegiatan sosial sehari-hari

dalam kehidupn masyarakat

3. SOC

Lansia wanita pada umumnya

kurang mengisi waktunya dengan

kegiatan yang produktifi sehingga

pada aspek ini lansia pria lebih tinggi

pencapaiannya.

4. Primary and secondary control.

Lansia wanita ditemukan lebih

memiliki motivasi yang rendah

dibandingkan dengan lansia pria

Ada empat aspek yaitu :

1. Functional well

2. Psychological well being

3. Selection optimatization compensation

4. Primary and secondry control

Successful aging Lansia pria

Successful aging Lansia wanita

37

Masa lansia adalah tahapan terakhir dari perkembangan individu. Pada masa

ini terjadi banyak perubahan pada lansia diantaranya adalah adanya perubahan

fisik perubahan psikis dan perubahan pada sosial ekonomi lansia. successful aging

merupakan tujuan dari perkembangan tahap akhir yang akan dicapai oleh para

lansia, successful aging merupakan kondisi yang optimal dimana para lansia bebas

dari penyakit fisik maupun penyakit mental serta aktif di dalam kehidupan sosial

sehari-hari.

Di dalam successful aging terdapat empat aspek yaitu functional well,

psychological well-being, dan selection optimatization compensation, primary

and secondary control. Diantara perbedaan perubahan per aspek adalah lansia pria

pada umumnya tidak semuanya mengalami andropause sedangkan menopause

umumnya terjadi pada lansia wanita. Sedangkan pada aspek psychological well-

being lansia pria relatif lebih sejahtera dibandingkan dengan lansia wanita

dikarenakan lansia pria lebih dipercaya untuk aktif diorganisasi lain setelah

mereka pensiun. Perbedaan perubahan yang terjadi per aspek antara lansia pria

dan lansia wanita menyebabkan terjadinya perbedaan di dalam pencapaian

successful aging.

2.6 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah “ada perbedaan successful aging pada lansia

pria dan wanita”

38

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam memilih metodologi yang digunakan di dalam semua penelitian

juga diperlukan ketelitian sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang sesuai

dengan hasil tujuan yang diharapkan. Agar diperoleh tujuan penelitian yang

sesuai dengan yang diharapkan maka penggunaan metodologi penelitian juga

harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian dan juga harus dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Metode penelitian merupakan usaha yang harus ditempuh dalam

penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran

pengetahuan. Ketepatan dalam menggunakan metode dalam suatu penelitian

yang disesuaikan dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dapat

menghasilkan hasil yang optimal. Oleh karena itu dengan penguasaan

metodologi penelitian secara mantap diharapkan penelitian dapat berjalan

dengan baik, terarah dan sistematis

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Peneltian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang.

Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu

penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan

dala penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan

39

sebagai prosedur penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka)

yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2004: 5).

3.1.2 Desain Penelitian

Menurut Christensen (dalam Seniati, 2011: 45) desain penelitian adalah

rencana atau strategi yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian Desain

atau perencanaan diperlukan sebelum melakukan atau melakukan sesuatu agar

hasilnya sesuai dengan keinginan atau harapan. Desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian kali ini menggunakan desain penelitian kuantitatif komparatif.

Penelitian kuantitatif komparatif merupakan penelitian yang berusaha

mencari perbedaan suatu variabel tertentu dari dua buah kelompok atau lebih.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan successful aging pada lansia ditinjau dari jenis kelamin.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu karakteristik dari dari suatu objek yang harganya

untuk tiap objek bervariasi dapat diamati atau di bilang, atau diukur. Sutrisno

Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi, misalnya jenis

kelamin, berat badan dan sebagainya (Arikunto, 2006: 116). Penelitian kali ini

menggunakan satu variabel yaitu successful aging.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

1. Successful Aging

Sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau

optimal, sehingga memungkinkan lansia bisa menikmati masa tuanya dengan

40

penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. Setidaknya ada beberapa

faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya,

yakni; kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan

kemunduran yang dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari

lingkungan lansia tersebut, lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta

memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia dan tersedianya media atau

sarana bagi lansia untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang

dimiliki.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai

generalisai hasil penelitian (Azwar, 2010a: 77). Sedangkan menurut Arikunto

(2006: 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam

penelitian kali ini adalah seluruh anggota Persatuan Wredatama Republik

Indonesia ranting Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel dapat diartikan sebagai

bagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006 : 131). Pengambilan

sampel pada penelitian kali ini, dimaksudkan peneliti untuk menggeneralisasi

hasil penelitian dengan mengangkat kesimpulan penelitian. Sampel juga dapat

diartikan sebagai bagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:

131). Berdasarkan dari populasi penelitian dan karakteristik dari populasi yang

disebutkan diatas, maka pengambilan sampel dalam penelitian kali ini teknik

41

dengan menggunakan teknik total sampling atau disebut juga dengan penelitian

populasi, yaitu menggunakan kesuluruhan subjek penelitian dari populasi, yaitu

anggota organisasi PWRI ranting Kecamatan Tambakromo.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan paling penting dalam sebuah penelitian adalah

pengumpulan data. Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian

mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Azwar,

010a: 91).

Metode sangat penting dalam suatu penelitian karena merupakan langkah

yang digunakan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data penelitian.

Perolehan data dalam penelitian kali ini adalah dengan menggunakan skala yang

digunakan untuk mendapatkan suatu alat pengumpul data yang berupa sejumlah

pernyataan yang harus dijawab oleh subjek yang menjadi sasaran atau responden

penelitian. Mengumpulkan data merupakan pekerjaan penting bagi peneliti. .

Dalam penelitian ini menggunakan skala sebagai alat ukur, menurut .

Azwar (2010b: 3) menyebutkan krakteristik skala sebagai alat ukur psikologi,

yaitu:

a. Stimulus berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung

mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indicator

perilaku dari atribut yang bersangkutan. Meskipun subjek yang diukur

memahami pertanyaan atau pernyataan namun tidak mengetahui arah

jawabannya yang dikehendaki oleh pertanyaan yang diajukan sehingga

jawaban yang diberikan akan tergantung pada interpretasi subjek terhadap

42

pertanyaan tersebut dan jawabannya lebih bersifat proyektif, yaitu berupa

proyeksi diri perasaan atau kepribadiannya.

b. Dikarenakan atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat

indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan

dalam bentuk item-item, maka skala psikologi selalu berisi banyak item.

Jawaban subyek terhadap suatu item baru merupakan sebagian dari

banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir

sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua item telah

direspons.

c. Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban ”benar” atau

“salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara

jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan

diinterpretasikan berbeda pula.

Skala yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian

merupakan model skala sikap. Skala model skala sikap disusun untuk

mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju

terhadap suatu objek sosial. Skala model sikap berisi pernyataan- pernyataan sikap

(attitude statements), yaitu suatu pernyataan mengenai objek sikap yang sifatnya

tertutup (Azwar, 2010a: 98 untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

menggnakan skala successful aging.

3.4.1 Alat Pengumpul data Successful Aging

Skala successful aging disusun melalui pernyataan favorable (mendukung)

dan unfavorable (tidak mendukung) dengan respon jawaban mulai dari Sangat

43

Sesuai (SS), Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Ragu-ragu (R) dan Cukup Tidak

Sesuai (CTS), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor

untuk aitem favorable adalah SS=7, S=6, CS=5, R=4, CTS=3, TS=2,

STS=1,untuk aitem unfavorable SS=1, S=2, CS=3, R=4, CTS=5, TS=6, STS=7

Skala yang digunakan sebagai alat pengumpul data untuk melihat

successful aging dalam penelitian ini adalah skala successful aging, yang

dikembangkan oleh Gary T Reker yakni model successful aging scale.

3.4.2 Penyusunan Instrumen

Penyusunan instrumen dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa

tahap, yaitu:

a. Adaptasi skala terstandar

Karena dalam penelitian ini telah ada skala yang terstandar, maka peneliti

menggunakan acuan ini dalam penelitian.

b. Menyusun format instrumen

Format skala dalam penelitian ini disusun untuk memudahkan responden

dalam mengisi skala. Format skala ini bertujuan untuk mengukur successful

aging. Format skalanya terdiri atas:

1) Halaman sampul skala

Halaman sampul skala berisi judul skala yang digunakan dalam penelitian ini,

namun judul tidak dituliskan secara eksplisit mengenai variabel apa yang

diukur, melainkan hanya ditulis skala psikologi. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari responden menjawab skala dengan apa adanya atau dibuat-buat.

44

2) Identitas Responden

Identitas Responden meliputi: inisial, jenis kelamin, usia.

3) Petunjuk pengisian

Petunjuk pengisian memberikan penjelasan kepada responden mengenai cara

mengisi skala yang benar, meminta untuk membaca dengan seksama

memberikan jawaban yang tidak dibuat-buat, petunjuk mengganti jawaban

apabila terdapat kekeliruan dalam menjawab serta contoh memberikan

jawaban dengan tepat.

4) Butir instrumen

Butir item merupakan serangkaian pernyataan mengenai successful aging

sebanyak 14 aitem.

5) Menyebarkan instrumen penelitian kepada responden

Setelah instrumen disusun dan didapatkan instrumen yang sesuai maka

instrumen penelitian siap untuk disebarkan kepada responden.

3.5 Validitas dan Reliabilitas

3.5.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan/

keshahihan instrument (Arikunto, 2006 : 168). Suatu instrumen yang valid atau

sasih mempunyai validitas tinggi. Sebaiknya instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah. Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan

validitas logis (konstrak) dimana item-item skala yang digunakan benar-benar

mewakili teori yang digunakan sebagai landasan pembuatan tes atau alat ukur

45

(instrumen). Untuk mengetahui validitas empirik instrumen tersebut maka diukur

validitas butirnya dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

Rumus :

N

Y)(- Y

N

X)(- X

N

Y))( X( - XY

r2

22

2

xy

(1)

Keterangan

rxy : koefisien korelasi antara x dan y

N : jumlah subjek

X : skor item

Y : skor total

X : jumlah skor items

Y : jumlah skor total

X2 : jumlah kuadrat skor item

Y2 : jumlah kuadrat skor total (Azwar, 2010b: 100

Hasil perhitungan validitas dengan taraf signifikansi 5% dengan bantuan

SPSS versi 17.0. diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Skala Successful Aging

Berdasarkan uji validitas terhadap skala yang telah diadaptasi diperoleh

hasil bahwa skala successful aging yang terdiri dari 14 item menunjukkan bahwa

semua item valid. Hal ini sesuai dengan hasil uji validitas terhadap skala aslinya

yang kesemua itemnya valid. Item dinyatakan valid apabila signifikansi item

tersebut lebih kecil dari α 0,05. Sebaliknya, apabila signifikansi item lebih besar α

0,05 maka item dinyatakan tidak valid. Item yang dinyatakan valid memiliki

koefisien validitas tertinggi sebesar 0,541 dengan taraf signifikansi 0,000,

sedangkan koefisien validitas terendah sebesar 0,230 dengan taraf signifikansi

0,029.

46

3.5.2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu intrumen

penelitian cukup dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2006 : 178). Pengujian dalam

penelitian ini menggunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara

menganalisis data dari hasil suatu pengetesan dengan rumus alpha. Rumus alpha

digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0.

Rumus :

Keterangan

r 11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya soal

: jumlah varians butir 2

t : Varians total

Hasil uji reliabilitas terhadap skala successful aging hasil adaptasi menunjukkan

angka sebesar 0,603 sedangkan skala yang telah terstandar memiliki reliabilitas

sebesar 0,701

3.4 Metode Analisis Data

Data kasar yang diperoleh kemudian dianalisa, agar bisa dibaca dan

diinterpretasi untuk menjawab masalah dan hipotesis yang telah dirumuskan.

Untuk itu diperlukan suatu teknik analisa data. Dalam hal ini adalah teknik

statistik yang merupakan cara untuk mengolah data dan menarik kesimpulan

yang logis dari pengolahan data.

r 11 = ( k ) (1- )

(k-1) 2 t

(k-1)

2 t

(2)

47

Analisa data yang relevan adalah teknik t-test untuk menguji signifikansi

perbedaan dua mean dari sampel-sampel yang independen.

Keterangan :

Mx : Mean dari kelompok yang satu

MY : Mean dari kelompok yang lainnya

SB : Simpang baku (Standart deviation)

SBbM : Simpang baku beda mean

SBbM diperoleh dari : √

SB2

diperoleh dari :

SB2MX diperoleh dari :

Mean diperoleh dari :

Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah menggunakan

metode statistik agar hasil yang diperoleh obyektif. Analisis data untuk

hipotesis, metode statistik yang digunakan untuk mengolah data yang

diperoleh adalah teknik t-test. Teknik ini digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan successful aging antara lansia pria dan wanita.

48

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hal yang berhubungan dengan proses penelitian, hasil

analisis data dan pembahasan mengenai “Perbedaan Successful Aging Pada Lansia

Ditinjau dari Jenis Kelamin”. Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil

sesuai dengan tujuan penelitian, oleh karena itu diperlukan analisis data yang

tepat serta pembahasan mengenai analisis data tersebut secara jelas agar tujuan

dari penelitian dapat tercapai.

Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

skala psikologi. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode yang

telah ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil

penelitian akan diuraikan sebagai berikut.

4.1 Persiapan Penelitian

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian

Orientasi kancah penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan.

Tujuan dilaksanakan orientasi kancah penelitian adalah untuk mengetahui

kesesuaian karakteristik subjek penelitian dengan lokasi penelitian. Penelitian ini

dilakukan pada sebagian anggota PWRI ranting Kecamatan Tambakromo

Kabupaten Pati.

PWRI yang didirikan di Jogjakarta pada tanggal 24 Juli 1962 adalah

organisasi kemasyarakatan berhimpunnya para pensiunan PNS seluruh Indonesia

yang berazaskan pancasila, bersifat nasional, mandiri, demokratis, menjunjung

49

tinggi HAM dan bersifat nirlaba, modern dan tetap menjaga dan menjunjung

tinggi persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI. Pemilihan anggota PWRI

sebagai subjek penelitian dikarenakan kesesuaian anggota PWRI sebagai

organisasi yang menaungi para lansia yang merupakan pensiunan pegawai,

sehingga para pensiunan yang tergabung dalam organisasi ini merupakan para

lansia yang masih aktif dalam kegiatan sehri-hari, juga dalam kegiatannya PWRI

juga memiliki agenda dalam bidang sosial hal ini tentunya membuat para

anggotanya aktif terlibat dalam kegiatan sosial.

Pemilihan subyek ini juga melihat bahwa tujuan penelitian ini adalah

untuk melihat perbedaan pencapaian successful aging antara lansia pria dan

wanita, tentunya untuk melihat perbedaannya diperlukan subjek yang sama-sama

aktif antara lansia pria maupun lansia wanita.

4.1.2 Proses Perijinan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa tahap untuk

mempersiapkan perijinan penelitian. Pertama, peneliti meminta surat ijin

penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang

ditanda tangani oleh Dekan Fakultas Ilmu pendidikan dengan nomor :

3251A/UN37.1.1/PP/2013 yang ditujukan kepada Ketua PWRI Ranting

Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. Setelah mendapatkan ijin dari Ketua

PWRI Ranting Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati, serta mendapatkan data

tentang keanggotaan, maka langkah yang selanjutnya adalah peneliti melakukan

pengambilan data.

50

4.2 Pelaksanaan Penelitian

4.2.1 Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2013 sampai 16 Juli 2013.

Penelitian ini menggunakan skala successfull aging yang terdiri dari 14 aitem

dengan tujuh alternatif jawaban. Yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Cukup

Sesuai (CS), Ragu-ragu (R) dan Cukup Tidak Sesuai (CTS), Tidak Sesuai (TS),

Sangat Tidak Sesuai (STS).

Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mendatangi anggota PWRI yang

telah melaksanakan pertemuan rutin tiap bulan, dengan cara meminta para

anggota PWRI untuk mengisi lembar kuesioner yang digunakan sebagai

instrumen penelitian.

4.2.2 Pelaksanaan Skoring

Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala yang telah diisi

responden kemudian dilakukan penyekoran. Langkah-langkah penyekoran

dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi

oleh responden dengan rentang skor satu sampai dengan tujuh pada skala

successful aging yang selanjutnya ditabulasi. Setelah dilakukan tabulasi langkah

selanjutnya adalah melakukan olah data yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas,

uji homogenitas, uji normalitas dan uji hipotesis.

4.3 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada anggota PWRI

ranting Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. Tentang apakah ada perbedaan

51

mengenai successful aging antara lansia pria dan wanita, dibawah ini dijelaskan

hasil penelitian sebagai berikut.

4.3.1 Hasil Uji Asumsi

4.3.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat kenormalan distribusi data

variabel penelitian. Data yang terdistribusi secara normal akan membentuk

distribusi normal, dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. Hal ini

untuk melihat apakah subjek penelitian memenuhi syarat sebaran normal untuk

mewakili populasi. Hasil pengujiannya dapat dilihat dari tabel uji normalitas data

dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang

pengolahannya dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0 for windows. Kaidah yang

digunakan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data adalah jika nilai p >

0,05 maka sebaran data berdistribusi normal, sedangkan jika p < 0,05 maka

sebaran data tidak berdistribusi normal.

Tabel 4.1 Hasil perhitungan uji normalitas

one-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Wanita Laki-laki

N 45 45

Normal

Parametersa,,b

Mean 741.556 774.889

Std.

Deviation 515.203 439.846

Most Extreme Absolute .128 .146

52

Differences Positive .108 .086

Negative -.128 -.146

Kolmogorov-Smirnov Z .857 .976

Asymp. Sig. (2-tailed) .454 .296

Berdasarkan tabel diatas hasil uji normalitas variabel menggunakan One-

Sample Kolmogorov-Smirnov Test memperlihatkan bahwa successful aging lansia

pria mempunyai koefisien K-Sz = 0,976 dan signifikansinya sebesar 0,296, pada

successful aging pada lansia wanita mempunyai koefisien K-Sz = 0,857 dan

signifikansinya sebesar 0,454. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

(> = 0,05), maka dapat dikatakan bahwa sebaran data berdistribusi normal.

4.3.1.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variasi sampel

yang diambil dari populasi yang sama memiliki keseragaman atau tidak. Menurut

Arikunto (2006: 320) bahwa pengujian homogenitas menjadi sangat penting

apabila peneliti bermaksud melakukan generalisasi untuk hasil penelitiannya serta

penelitian yang data penelitiannya diambil dari kelompok–kelompok terpisah

yang berasal dari satu populasi.

Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan levene test. Maka jika

probabilitas < 0,05 berarti Ho ditolak atau data tidak berdistribusi homogen. Hasil

uji homogenitas data pada penelitian dapat dilihat dalam lampiran. Pada tabel

diketahui bahwa kolom sig. adalah 0,087 untuk variabel successful aging. Jika

53

angka signifikasi diatas 0,01 (0,087 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data

hasil penelitian ini adalah dinyatakan homogen.

4.3.1.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis successful aging pada penelitian ini menggunakan

teknik statistik t-test dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows. Dengan hasil

sebagai berikut:

Hasil dari perhitungan uji t-test pada successful aging pada lansia pria dan

wanita, diperoleh dengan taraf signifikansi p = 0,001. Hasil nilai p < 0,05, berarti

bahwa Ha diterima yang artinya ada perbedaan successfull aging antara lansia

pria dan wanita

4.3.2 Uji Perbedaan data t-test.

Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data t-test dapat disajikan

pada Tabel 4.21.

Tabel 4. 2. Hasil perhitungan uji perbedaan t-test

Independent Samples Test

Succesful Aging

Equal

variances

assumed

Equal

variances

not

assumed

Levene's

Test for

Equality

of

Variances

F 3.000

Sig. .087

54

t-test for

Equality

of Means

T -3.301 -3.301

Df 88 85.888

Sig. (2-

tailed) .001 .001

Mean

Difference -333.333 -333.333

Std. Error

Difference 100.984 100.984

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lower -534.018 -534.087

Upper -132.649 -132.580

Hipotesis yang digunakan :

Ho: Tidak terdapat perbedaan successful aging antara lansia pria dan lansia

wanita.

Ha: Terdapat perbedaan successful aging pada lansia pria dan wanita.

Kriteria pengambilan keputusan:

Dengan tingkat kepercayaan = 95% atau () = 0,05 dan n = 90 diperoleh t tabel =

1,987.

H0diterima apabila – ttabel ≤ thitung ≤ ttabel

H0 ditolak apabila (thitung< – ttabel atau thitung> ttabel)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sig = 0.01 < 0,05 maka Ho ditolak.

Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan successful aging

55

pada lansia pria dan wanita. Dengan demikian dapat dikatakan pencapaian

successful aging pada lansia pria dan lansia wanita pada dasarnya adalah berbeda,

dimana Pencapaian successful aging pada lansia pria lebih tinggi dibandingkan

dengan Pencapaian successful aging pada lansia wanita.

4.4 Analisis Deskriptif

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Untuk menganalisis hasil

penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan

kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik.

Metode statistik digunakan untuk menghitung besarnya mean hipotetik (mean

teoritik), dan standard deviasi (σ) dengan mendasarkan pada jumlah aitem, dan

skor maksimal serta skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban.

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi model

distribusi normal (Azwar, 2009 : 108-109). Penggolongan subjek ke dalam tiga

kategori adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Penggolongan kriteria analisis berdasar mean hipotetik

Interval Kategori

X < (µ - 1,0 σ ) Rendah

(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ+ 1,0 σ) Sedang

(µ+ 1,0 σ) ≤ X Tinggi

Keterangan:

M = Mean

σ = Standar Deviasi

X = Skor

Deskripsi data di atas memberikan gambaran penting mengenai distribusi

skor skala pada kelompok subjek yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai

56

informasi mengenai keadaan subjek pada aspek atau variabel yang diteliti (Azwar,

2009: 105).

4.4.1 Deskriptif Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai deskripsi tingkat successful

aging pada lansia pria dan wanita, serta perbedaan successful aging pada lansia

pria dengan lansia wanita.

4.4.1.1 Gambaran successful aging pada lansia pria

Dari penggolongan kategori analisis berdasarkan mean hipotetik yang

sudah disajikan pada tabel 4.1 diperoleh gambaran umum dari successful aging

pada lansia ditinjau dari jenis kelamin sebagai berikut:

Jumlah Item = 14

Skor tertinggi = 7 X 14 = 98

Skor terendah = 1 X 14 = 14

Mean Teoritik = (Skor Teringgi + Skor Terendah) : 2

= (98 + 14) : 2

= 56

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (98– 14) : 6

= 14

Gambaran secara umum successful aging pada lansia ditinjau dari jenis

kelamin berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M =56 dan SD = 14.

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Mean – 1,0 SD = 56 – (1,0 X 14) = 42

57

Mean + 1,0 SD = 56 + (1,0 X 14) = 70

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh distribusi frekuensi successful

aging pada lansia ditinjau dari jenis kelamin.

Tabel 4.4 Distribusi successful aging lansia pria

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

Rendah X < 42 - -

Sedang 42 ≤ X <70 4 8,8%

Tinggi 70≤ X 41 91,2%

Jumlah 45 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar lansia pria memiliki

successful aging yang tergolong tinggi dan sebagian lagi berada dalam kategori

Sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase di bawah ini:

Gambar 4.1 Diagram successful aging lansia pria

Successful Aging Lansia Pria

Rendah

Sedang

tinggi

58

4.4.1.2 Gambaran spesifik successfull aging lansia pria ditinjau dari aspek

Successful aging meliputi 4 aspek yaitu: diantaranya adalah functional

well, selection optimization compenzation, primary and secondry control, dan

psychological well-being. Berikut ini diuraikan satu persatu gambaran diskriptif

aspek successful aging.

1) Functional Well

Gambaran successful aging berdasarkan aspek functional well dijelaskan

sebagai berikut:

Jumlah aitem dalam functional well = 5

Skor tertinggi = 5 x 7 = 35

Skor terendah = 5 x 1 = 5

Mean teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= 35 + 5 : 2

= 20

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (35 - 5) : 6

= 5

Gambaran successful aging ditinjau dari functional well, berdasarkan

perhitungan di atas diperoleh M = 20 dan SD = 5. Selanjutnya dapat diperoleh

perhitungan sebagai berikut:

Mean - 1,0 SD = 20 – (1,0 x 5) = 15

Mean + 1,0 SD = 20 +(1,0 x 5) = 25

59

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi aspek functional well lansia pria

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

Rendah X < 15

- -

Sedang 15 ≤ X < 25

5 11%

Tinggi 25 ≤ X

40 89%

Jumlah 45 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa lansia pria memiliki successful aging yang

tinggi ditinjau dari functional well tergolong pada kategori tinggi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase di bawah ini:

Gambar 4.2 Diagram aspek functional well lansia pria.

Mean empirik = Skor total aspek functional well : Jumlah subjek

= 1255 : 45

Aspek Functional Well Lansia Pria

Rendah

Sedang

tinggi

60

= 27,8

Rata-rata skor = Mean empirik : Jumlah aitem

= 27,8 : 5

= 5,6

2) Selection Optimization Compensation.

Gambaran successful aging berdasarkan aspek SOC dijelaskan sebagai

berikut:

Jumlah aitem dalam SOC = 3

Skor tertinggi = 3 x 7 = 21

Skor terendah = 3 x 1 = 3

Mean teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= 21 + 3 : 2

= 12

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (21 - 3) : 6

= 3

61

Gambaran perilaku successful aging lansia pria ditinjau dari aspek SOC

berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 12 dan SD = 3. Selanjutnya dapat

diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Mean - 1,0 SD = 12 – (1,0 x 3) =9

Mean + 1,0 SD = 12 + (1,0 x 3) = 15

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi aspek SOC lansia pria

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

Rendah X < 9

- -

Sedang 9 ≤ X <15

9 20%

Tinggi 15 ≤ X

36 80%

Jumlah 45 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar lansia pria memiliki successful

aging ditinjau dari aspek SOC tergolong pada kategori tinggi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase di bawah ini:

62

Gambar 4.3 Diagram aspek SOC lansia pria

Mean empirik aspek SOC sebesar 17. Mean empirik ini diperoleh dengan

perhitungan sebagai berikut:

Mean empirik = Skor total aspek SOC : Jumlah subjek

= 748 : 45

= 17

Rata-rata skor = Mean empirik : Jumlah aitem

= 17 : 3

= 6

3) Primary and Secondary control

Gambaran successful aging lansia pria berdasarkan aspek primary and

scondary control dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah aitem dalam aspek primary and secondary control = 3

Aspek SOC Lansia Pria

Rendah

Sedang

tinggi

63

Skor tertinggi = 3 x 7 = 21

Skor terendah = 3 x 1 = 3

Mean teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= 21 + 3 : 2

= 12

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (21 - 3) : 6

= 3

Gambaran successful aging lansia pria ditinjau dari aspek primary and

secondary control berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 12, dan SD = 3

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Mean - 1,0 SD = 12– (1,0 x 3) = 9

Mean + 1,0 SD = 12+(1,0 x 3) = 15

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi aspek primary and secondary control lansia pria.

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

Rendah X <9

- -

Sedang 9 ≤ X <15

10 22%

Tinggi 15 ≤ X

35 78%

Jumlah 40 100 %

64

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar successful aging pada

lansia pria ditinjau dari aspek primary and secondary control tergolong pada

kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase di

bawah ini:

Gambar 4.4 Diagram aspek primary and secondary control lansia pria.

Mean empirik ini diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Mean empirik = Skor total aspek primary and secondary control : Jumlah

subjek

= 746 : 45

= 16,6

Rata-rata skor = Mean empirik : Jumlah aitem

= 16,6: 3

Aspek Primary and Secondary Control Lansia Pria

Rendah

Sedang

tinggi

65

= 5,5

4) Psychological well-Being

Gambaran successful aging pada lansia pria berdasarkan aspek

psychological well-being sebagai berikut:

Jumlah aitem dalam aspek psychological well- being = 3

Skor tertinggi = 3 x 7 = 21

Skor terendah = 3 x 1 = 3

Mean teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= 21 + 3 : 2

= 12

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (21 -3) : 6

= 3

Gambaran successful aging pada lansia pria ditinjau dari aspek

psychological well-being di atas diperoleh M = 12 dan SD = 3 Selanjutnya dapat

diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Mean - 1,0 SD = 12 – (1,0 x 3 ) = 9

Mean + 1,0 SD = 12+ (1,0 x3) = 15

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi aspek psychological well-being

66

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

Rendah X <9

- -

Sedang 9 ≤ X < 15

15 33%

Tinggi 15 ≤ X

30 67%

Jumlah 45 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar lansia pria memiliki

successful aging ditinjau dari aspek psychological well-being. pada kategori

tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase di bawah ini:

Gambar 4.5 Diagram Aspek psychological well-being lansia pria

Mean empirik ini diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Mean empirik = Skor total aspek psychological well being : Jumlah subjek

= 738 : 45

Aspek Psychologial Well- being Lansia Pria

Rendah

Sedang

tinggi

67

= 16,4

Rata-rata skor = Mean empirik : Jumlah aitem

= 16,4 : 3

= 5,43

Tabel 4.9 Ringkasan penjelasan deskriptif successful aging pada lansia pria

No. Aspek

Distribusi

Frekuensi

F %

Mean

Empirik

Mean

Teoritik

1. Functional well

Rendah - -

27,8 20 Sedang 5 11%

Tinggi 40 89%

2.

SOC

Rendah - -

17

12

Sedang 9 20%

Tinggi 36 80%

3.

Primary and

Secondary control

Rendah - -

16,6 12 Sedang 10 22%

Tinggi 35 78%

4. Psychological Rendah - - 16,4 12

68

well- being Sedang 15 33%

Tinggi 30 67%

Berdasarkan penjelasan dari masing-masing aspek successful aging di atas,

secara lebih jelas dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

Diagram 4.6. Ringkasan 4 aspek successfull aging lansia pria

4.4.1.3 Gambaran successful aging pada lansia Wanita

Dari penggolongan kategori analisis berdasarkan mean hipotetik yang

sudah disajikan pada tabel 4.1 diperoleh gambaran umum dari successful aging

pada lansia ditinjau dari jenis kelamin sebagai berikut:

Jumlah Item = 14

0

5

10

15

20

25

30

AspekFunctional

Well

Aspek SOC Aspek Primaryand

Secondarycontrol

AspekPsychological

Well-Being

Mean Teoritik

Mean Empirik

69

Skor tertinggi = 7 X 14 = 98

Skor terendah = 1 X 14 = 14

Mean Teoritik = (Skor tertinggi + Skor terendah) : 2

= (98 + 14) : 2

= 56

Standar Deviasi = (Skor tertinggi – Skor terendah) : 6

= (98– 14) : 6

= 14

Gambaran secara umum successful aging pada lansia ditinjau dari jenis

kelamin berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M =56 dan SD = 14.

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Mean – 1,0 SD = 56 – (1,0 X 14) = 42

Mean + 1,0 SD = 56 + (1,0 X 14) = 70

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh distribusi frekuensi successful

aging pada lansia wanita.

Tabel 4.10 Distribusi successful aging lansia wanita.

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

Rendah X < 42 - -

Sedang 42 ≤ X <70 13 28%

Tinggi 70≤ X 32 72%

Jumlah 45 100 %

70

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar lansia wanita memiliki

successful aging yang tergolong tinggi dan sebagian lagi berada dalam kategori

Sedang .Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase di bawah ini:

Gambar 4.7 Diagram successful aging lansia wanita

4.4.1.4 Gambaran spesifik successful aging lansia wanita ditinjau dari aspek

Successful aging meliputi 4 aspek yaitu: diantaranya adalah functional

well, selection optimization compenzation, primary and secondry control, dan

psychological well-being. Berikut ini diuraikan satu persatu gambaran diskriptif

aspek successful aging.

1) Functional Well

Successful Aging Lansia Wanita

Rendah

Sedang

tinggi

71

Gambaran successful aging berdasarkan aspek functional well dijelaskan

sebagai berikut:

Jumlah aitem dalam aspek functional well = 5

Skor tertinggi = 5 x 7 = 35

Skor terendah = 5 x 1 = 5

Mean teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= 35 + 5 : 2

= 20

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (35 - 5) : 6

= 5

Gambaran successful aging ditinjau dari functional well, berdasarkan perhitungan

di atas diperoleh M = 20 dan SD = 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan

sebagai berikut:

Mean - 1,0 SD = 20 – (1,0 x 5) = 15

Mean + 1,0 SD = 20 +(1,0 x 5) = 25

Tabel 4.11 Distribusi frekuensi aspek functional well lansia wanita

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

72

Rendah X < 15

- -

Sedang 15 ≤ X < 25

18 40%

Tinggi 25 ≤ X

27 60%

Jumlah 45 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa lansia wanita memiliki successful aging yang

tinggi ditinjau dari functional well tergolong pada kategori tinggi. Dan sebagian

pada kategori sedang.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase

di bawah ini:

Gambar 4.8 Diagram aspek functional well lansia wanita

Mean empirik = Skor total aspek functional well : Jumlah subjek

= 1177 : 45

= 26,1

Rata-rata skor = Mean empirik : Jumlah aitem

Aspek Functional Well Lansia Wanita

Rendah

Sedang

tinggi

73

= 26,1 : 5

= 5,23

2) Selection, Optimization Compensation.

Gambaran successful aging berdasarkan aspek SOC dijelaskan sebagai

berikut:

Jumlah aitem dalam SOC yang diperhitungkan= 3

Skor tertinggi = 3 x 7 = 21

Skor terendah = 3 x 1 = 3

Mean teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= 21 + 3 : 2

= 12

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (21 - 3) : 6

= 3

Gambaran perilaku successful aging lansia wanita ditinjau dari aspek SOC

berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 12 dan SD = 3. Selanjutnya dapat

diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Mean - 1,0 SD = 12 – (1,0 x 3) =9

Mean + 1,0 SD = 12 + (1,0 x 3) = 15

Tabel 4.12 Distribusi frekuensi aspek SOC lansia wanita

74

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

Rendah X < 9

- -

Sedang 9 ≤ X <15

19 42,2%

Tinggi 15 ≤ X

26 57,8%

Jumlah 45 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar lansia wanita memiliki

successful aging ditinjau dari aspek SOC tergolong pada kategori tinggi,

sedangkan sebagian tergolong pada kategori sedang.Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada diagram prosentase di bawah ini:

Gambar 4.9 Diagram aspek SOC lansia wanita

Mean empirik aspek SOC sebesar 17. Mean empirik ini diperoleh dengan

perhitungan sebagai berikut:

Mean empirik = Skor total aspek SOC : Jumlah subjek

Aspek SOC Lansia Wanita

Rendah

Sedang

tinggi

75

= 718 : 45

= 15,9

Rata-rata skor = Mean empirik : Jumlah aitem

= 15,9 : 3

= 5,3

3) Primary and Secondary control

Gambaran successful aging lansia wanita berdasarkan aspek primary and

secondary control dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah aitem dalam aspek primary and secondary control = 3

Skor tertinggi = 3 x 7 = 21

Skor terendah = 3 x 1 = 3

Mean teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= 21 + 3 : 2

= 12

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (21 - 3) : 6

= 3

76

Gambaran successful aging lansia wanita ditinjau dari aspek primary and

secondary control berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 12, dan SD = 3

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Mean - 1,0 SD = 12– (1,0 x 3) = 9

Mean + 1,0 SD = 12+(1,0 x 3) = 15

Tabel 4.13 Distribusi frekuensi aspek primary and secondary control lansia

wanita

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

Rendah X <9

- -

Sedang 9 ≤ X <15

17 37,7%

Tinggi 15 ≤ X

28 62,3%

Jumlah 45 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar successful aging pada

lansia wanita ditinjau dari aspek primary and secondary control tergolong pada

kategori tinggi sedangkan sebagian pada kategori sedang.Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada diagram prosentase di bawah ini:

77

Gambar 4.10 Diagram aspek primary and secondary control lansia wanita

Mean empirik ini diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Mean empirik = Skor total aspek primary and secondary control : Jumlah

subjek

= 704 : 45

= 15,6

Rata-rata skor = Mean empirik : Jumlah aitem

= 15,6: 3

= 5,2

4) Psychological well- Being

Gambaran successful aging pada lansia wanita berdasarkan aspek

psychological well-being sebagai berikut:

Jumlah aitem dalam aspek psychological well-being = 3

Aspek Primary and Secondary Control Lansia Wanita

Rendah

Sedang

tinggi

78

Skor tertinggi = 3 x 7 = 21

Skor terendah = 3 x 1 = 3

Mean teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= 21 + 3 : 2

= 12

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (21 -3) : 6

= 3

Gambaran successful aging pada lansia wanita ditinjau dari aspek

psychological well-being di atas diperoleh M = 12 dan SD = 3 Selanjutnya dapat

diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Mean - 1,0 SD = 12 – (1,0 x 3 ) = 9

Mean + 1,0 SD = 12+ (1,0 x3) = 15

Tabel 4.14 Distribusi frekuensi aspek psychological well-being

Distribusi

Frekuensi

Interval ∑ Subjek %

Rendah X <9

- -

Sedang 9 ≤ X < 15

15 33,3%

Tinggi 15 ≤ X

30 66,7%

Jumlah 45 100 %

79

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar lansia wanita memiliki

successful aging ditinjau dari aspek psychological well-being. pada kategori tinggi

dan sebagian dalam kategori sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

diagram prosentase di bawah ini:

Gambar 4.11 Diagram aspek psychological well-being lansia wanita

Mean empirik ini diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Mean empirik = Skor total aspek psychological well-being : Jumlah subjek

= 734 : 45

= 16,3

Rata-rata skor = Mean empirik : Jumlah aitem

= 16,3 : 3

= 5,43

Aspek Psychologial Well-being Lansia Wanita

Rendah

Sedang

tinggi

80

Tabel 4.15 Ringkasan Penjelasan Deskriptif succesful aging pada lansia wanita

No. Aspek

Distribusi

Frekuensi

F %

Mean

Empirik

Mean

Teoritik

1. Functional well

Rendah - -

26,1 20 Sedang 18 40%

Tinggi 27 60%

2.

SOC

Rendah - -

15,9

12

Sedang 19 42,2%

Tinggi 26 57,8%

3.

Primary and

Secondary control

Rendah - -

15,6 12 Sedang 17 37,7%

Tinggi 20 62,3%

4. Psychological well

being

Rendah - -

11,3 12 Sedang 15 33,3%

Tinggi 30 66,7%

Berdasarkan penjelasan dari masing-masing aspek successful aging di atas,

secara lebih jelas dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

81

Tabel 4.7.Diagram ringkasan 4 aspek successful aging pada lansia wanita

Tabel 4.8 Perbedaan successful aging pada lansia

0

5

10

15

20

25

30

AspekFunctional

Well

Aspek SOC Aspek Primaryand

Secondarycontrol

AspekPsychological

Well-Being

Mean Teoritik

Mean Empirik

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

pria wanita

tinggi

sedang

rendah

82

4.7 Pembahasan

4.7.1 Perbedaan successful aging antara lansia pria dan wanita

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan

successful aging antara lansia pria dan lansia lansia. Berdasarkan data yang

didapat dari hasil penelitian, peneliti akan medeskripsikan perbedaan successful

aging dari Lansia Pria maupun lansia wanita.

Berdasarkan hasil analisis data dari successful aging lansia pria dan lansia

wanita maka dapat disimpulkan bahwa successful aging dari lansia pria yaitu

tergolong tinggi sedangkan hasil analisis dari successful aging pada lansia wanita

juga tergolong tinggi.

Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa aspek pertama

yaitu functional well pada lansia pria berada pada kategori tinggi sedangkan lansia

wanita juga berada pada kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa para lansia

tidak ada yang mengalami masalah dengan kesehatan baik kesehatan fisik maupun

juga kesehatan mental. Meskipun sama-sama berada dalam kategori yang tinggi

pada aspek functional well, aspek ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan

perubahan yang dialami oleh lansia baik lansia pria maupun lansia wanita. Tidak

semua lansia pria mengalami andropause sedangkan pada lansia wanita dengan

usia yang sama mengalami menopause sehingga hal ini berpengaruh terhadap

pencapaian successful aging pada lansia berbeda, perubahan yang lebih dominan

terjadi pada lansia wanita yang mengalami menopause seperti perubahan fisik

tentunya mempengaruhi kehidupan lansia wanita sehari-hari.

83

Dalam aspek yang kedua yaitu selection optimatization compensation

yang dideskripsikan sebagai kunci untuk menuju usia lanjut berhasil adalah

dengan menggunakan waktu sebanyak mungkin untuk melakukian hal yang

bermakna. Kegiatan yang dilakukan sekedar untuk mengisi waktu luang

cenderung mengurngi rasa tidak bahagia pada usia lanjut. Akhirnya seseorang

dikatakan memiliki successful aging yang baik apabila mereka tetap mampu

untuk memelihara kemampuan mengontrol dalam setiap sendi kehidupannya.

Schulz (dalam Suardiman, 2010: 183)

Di dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa lansia pria mayoritas berada

dalam kategori tinggi pada aspek ini meskipun pada aspek ini lansia wanita

mayoritas juga dalam kategori tinggi namun pada kategori sedang terdapat lebih

banyak lansia wanita yang ada di dalam kategori sedang. Hal ini kemungkinan

terjadi karena mayoritas lansia pria masih terlibat aktif di dalam kehidupan sosial

masyarakat di sekitarnya sehari-hari pada umumnya kegiatan yang dilakukan oleh

para pensiunan yang tinggal di pedesaan rata-rata memiliki sawah atau kebun

yang menjadi sarana bagi para lansia pria untuk tetap bisa bekerja setelah mereka

pensiun. Dengan adanya pekerjaan yang dilakukan setelah memasuki masa

pensiun memungkinkan lansia untuk tetap memiliki pencapaian successful aging

khususnya pada aspek selection optimatization compensation.

Berdasarkan hasil penelitian pada aspek primary and secondary control

yang dapat diartikan sebagai keinginan seseorang untuk tetap memiliki motivasi

yang kuat serta tetap berusaha untuk bisa mengendalikan lingkungan, atau dalam

istilah yang lebih spesifik, untuk menghasilkan konsistensi antara perilaku dan

84

peristiwa di lingkungan. Hal ini disebut sebagai primary control. Sedangkan

secondary control merujuk kepada kemampuan seseorang untuk mengatur

keadaan mental, emosi dan motivasi. Di dalam aspek ini juga mayoritas lansia

pria juga berada dalam kategori tinggi sedangkan pada lansia wanita meskipun

sebagian besar berada pada kategori tinggi namun banyak diantara mereka yang

juga masuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan pada aspek primary and

secondary control pencapaian successful aging pada lansia pria lebih tinggi

daripada lansia wanita. Hal ini diakibatakan oleh kehidupan sehari-hari dimana

lansia pria lebih bisa menempatkan diri terhadap lingkungan seperti tetap aktiv

dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga memungkinkan lansia pria

mendapatkan pencapaian yang lebih tinggi dibanding lansia wanita.

Aspek yang terakhir dalam pengukuran successful aging adalah

psychological well-being atau kesejahteraan psikologis adalah kondisi dimana

individu atau lansia merasa puas akan kehidupannya baik kehidupan di masa

sekarang maupun kehidupan di masa lalu. Kesejahteraan psikologis berhubungan

erat dengan gaya hidup aktif usia lanjut yang aktif pergi berorganisasi menghadiri

pertemuan ddan sebagainya lebih puas hidupnya daripada yang hanya tinggal di

rumah saja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa mayoritas lansia pria

berada dalam kategori tinggi dan pada lansia wanita sebagian berada dalam

kondisi tinggi namun banyak juga yang berada dalam kategori sedang. Sesuai

dengan konsep teori kepuasaan hidup yang dikemukakan oleh Suardiman

(2010:185) bahwa kesejahteraan psikologis lansia dipengaruhi oleh gaya hidup

aktif, di masyarakat pada umumnya lansia pria lebih banyak memnpunyai peran

85

di masyarakat daripada lansia wanita yang peranannya di masyarakat lebih

terbatas. Perbedaan peranan di masyarakat antara lansia pria dan lansia wanita

menyebabkan terjadinya perbedaan pencapaian successful aging.

Successful aging bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada

pada kondisi maksimum atau optimal, tercegah dari berbagai penyakit serta

memiliki fungsi kognitif yang tinggi sehingga memungkinkan mereka bisa

menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan

berkualitas serta tetap berperan aktif dalam kegiatan sosial. Serta di dalamnya

terdapat empat aspek yaitu functional well, selection optimatization compensation,

primary and secondary control, psychological well-being.

Successful aging sebagai tujuan dari perkembangan tahap akhir lansia juga

berkaitan erat dengan adanya kebahagiaan. Menurut Erikson (dalam Hurlock

2004:442) orang yang berusia lanjut yang telah mencapai standar yang telah

mereka tetapkan sewaktu muda dan mereka percaya bahwa keadaannya sesuai

dengan keadaan pribadi ideal maka mereka akan mengalami kebahagiaan,

sebaliknya orang yang berusia lanjut yang merasa gagal dengan harapan-harapan

yang ditanam sewaktu muda dan putus asa dengan keadaannya, menyadari bahwa

kesempatan mereka telah hilang mereka akan cenderung tidak bahagia.

Dan kebahagiaan pada lanjut usia dipengaruhi oleh penerimaan diri baik

pada usia muda mauupun usia sekarang, selain oleh penerimaan diri (self

acceptance) kebahagiaan juga dipengaruhi oleh achievment, dan menurut sensus

dari BPS menunjukkan bahwa ada perbedaan penghasilan antara lansia pria dan

86

lansia wanita. Hal inilah yang menyebabkan adanya pebedaan dalam aspek

psychological well-being.

Hal yang ditemukan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Purnama (2011: 1) selain ditinjau dari perbedaan jumlah dan

angka harapan hidupnya, lansia pria dan lansia wanita juga memiliki perbedaan

pada tingkat kualitas hidup dan usia harapan hidup, serta jumlah lansia wanita

yang lebih tinggi daripada lansia pria. Dilaporkan secara signifikan bahwa lansia

pria memiliki hubungan personal, dukungan keluarga, keadaan ekonomi,

pelayanan sosial kondisi kehidupan dan kesehatan yang lebih baik. Sedangkan

wanita lansia memiliki kekhawatiran terhadap masa depan. Pada hasil sensus

yang dilkukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2009 ditemukan hasil bahwa

lansia pria di Indonesia yang masih bekerja mendapat gaji yang secara signifikan

lebih tinggi dibanding dengan yang didapatkan oleh lansia wanita yang masih

bekerja hal ini menunjukkan bahwa lansia pria lebih mandiri secara ekonomi

sehingga mereka tidak khawatir terhadap masa depannya, Lanjut usia yang secara

finansial terjamin, dapat memanfaatkan waktu bebasnya untuk hal-hal yang

konstruktif, merasa bahagia dengan kontak sosialnya dan dapat mengembangkan

jasa-jasanya bagi kepentingan orang lain, ia akan dapat bertahan pada konsep diri

yang superior, tetap termotivasi tinggi dan merasa bahagia dengan hidupnya.

(Hurlock, 2004: 443)

Secara akumulatif perbedaan pencapaian successful aging pada lansia

dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi baik pada lansia pria maupun

lansia wanita, perubahan yang terjadi dalam tiap aspek pada successful aging

87

menyebabkan adanya perbedaan, perbedaan perubahan baik perubahan fisik,

maupun psikis, tidak semua lansia pria mengalami andropause sedangkan pada

lansia wanita mengalami menopause selain perubahan fisik dan psikis juga terjadi

perubahan kondisi sosial ekonomi, pada umumnya kondisi sosial ekonomi lansia

pria lebih baik dibanding lansia wanita perubahan-perubahan inilah yang

meyebabkan terjadinya perbedaan pencapaian successful aging.

Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian yang mengemukakan bahwa

lansia pria dan lansia wanita memiliki perbedaan yang signifikan di dalam

pencapaian successful aging, menurut apa yang dikemukakan oleh Havigrust

(dalam Hurlock, 2004: 442) bahwa kepuasaan hidup merupakan salah satu

prediktor di dalam melihat pencapaian successful aging antara lansia pria dan

lansia wanita, dapat disimpulkan bahwa memang perbedaan yang ditemukan

dalam penelitian ini sesuai dengan konsep teoritis.

88

88

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian, analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan

sebagai berikut:

Terdapat perbedaan successful aging antara lansia pria dan lansia wanita,

lansia pria lebih tinggi successful aging-nya dibandingkan dengan successful

aging lansia wanita. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan perubahan

baik perubahan fisik maupun psikis, tidak semua lansia pria mengalami

andropause sedangkan pada lansia wanita mengalami menopause selain

perubahan fisik dan psikis juga terjadi perubahan kondisi sosial ekonomi.

Pada umumnya kondisi sosial ekonomi lansia pria lebih baik dibanding lansia

wanita perubahan-perubahan inilah yang meyebabkan terjadinya perbedaan

pencapaian successful aging.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan

mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1) Bagi PWRI

Bagi organisasi PWRI diharapkan untuk tetap aktif dalam membina

lanjut usia yang menjadi anggotanya, selain itu juga lebih banyak

mengadakan kegiatan bagi para anggotanya. Terutama kegiatan bagi

89

lansia wanita sehingga lansia wanita dapat lebih aktif dan dapat

meningkatkan pencapaian successful aging-nya.

2) Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut,

sebaiknya peneliti menyesuaikan instrumen penelitian yang akan

digunakan sesuai dengan budaya dari subjek penelitian sehingga data

yang diambil lebih akurat. Selain itu hendaknya peneliti selanjutnya

memperbanyak jumlah subjek, sehingga memungkinkan untuk

mengadakan try out.

90

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Cetakan ke-12. Jakarta: Rineka

Cipta

Azizah, Lilik. M.2011 . Keprawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Azwar, S. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Cetakan ke-

10.Yoyakarta:Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2010a. Metode Penelitian. Cetakan ke-10. Yoyakarta: Pustaka

Pelajar.

---------------2010b. Penyusunan Skala Psikologi. Cetakan ke-10.Yoyakarta:

Pustaka Pelajar.

Hamidah. Successful aging melalui dukungan sosial. Jurnal Psikologi Unair.

Volume 14 no.02 Hal108-118

Hurlock. B .2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Indriana,Yeniar.2003. Religiositas, Keberadaan Pasangan dan Kesejahteraan

Sosial (Social Well-being) Pada Lansia Binaan.Jurnal Psikologi

Undip. Volume 22 no.03 Hal 110-119

Ouwehand et al. 2006. Clinical Psychology Review. Utrecht: Elsiever

Papalia, D.E .2004. Adult Development and Aging .New York: MC. Graw-

Hill Book.

Purnama, Ahmad. 2009. Kepuasaan Hidup dan Dukungan Sosial Lanjut

Usia.Yogyakarta:B2P3KS Press.

Rowe, J.W Kahn,R.L.(1998) Successful aging :The Mc arthur Foundation

Study.Online. http:egyptianaaa.org/healthsuccessfulaging2.htm

Reker, Gary T. 2009. Successful Aging Scale. Peterborough:Trent

University.

Santrock, JW. 2003. Life Span Development Perkembangan edisi keenam.

Jakarta: Erlangga

Seniati, Liche;dkk. 2011. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks

91

Suardiman, SP. 2011. Psikologi Usia Lanjut.Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Weiner. 2003 .Handbook of Psychology. New Jersey: John Willey and sons

http://Kemsos.go.id/read/detail/2012/03/09/10505134/Penduduk Berusia

lanjut di indonesia.htm diunduh 03/09/2012

92

INSTRUMENT

PENELITIAN

93

Skala psikologi

JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

94

Assalamualaikum.Wr.Wb

Salam sejahtera bagi kita semua.

Sebelumnya saya minta maaf apabila saya mengganggu aktivitas Bapak/Ibu.

Bagi usia lanjut yang diperlukan bukan hanya umur panjang, tetapi juga kondisi

sehat yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan secara mandiri tetap

berguna dan memberikan manfaat bagi keluarga dan kehidupan sosial. Kondisi

demikian sering disebut sebagai harapan hidup untuk tetap aktif (active lie

expectancy) sebaliknya orang tidak menghendaki umur panjang apabila umur

panjang itu dilalui dengan keadaan sakit. Menjadi tua dengan berhasil (Successful

Aging) merupakan tujuan (goal) dari perkembangan tahap akhir lansia.

Untuk itu saya meminta tolong kepada Bapak/Ibu untuk bersedia mengisi

lembar pernyataan ini sebagai bagian dalam penelitian pencapaian Successful

aging pada bapak/ibu..

Demikianlah, sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya,

semoga Tuhan membalas kebaikan Bapak/Ibu dengan hal yang lebih baik. Amin.

Peneliti,

AjiDarma Agus.A

95

Nama : Jenis Kelamin : Usia :

PETUNJUK PENGISIAN

Pada halaman berikut ada 14 (empat belas) pernyataan yang

menggambarkan diri bapak/ibu. Peneliti mengharapkan kesediaan

bapak/ibu untuk mengisi pernyataan-pernyataan tersebut dengan

sebenar-benarnya sesuai dengan keadaan bapak/ibu. Berikut ini adalah

petunjuk cara pengisiannya:

1. Bacalah pernyataan-pernyataan berikut ini..

2. Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang bapak/ibu anggap paling

sesuai dengan keadaan bapak/ibu.

SS : Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri Bapak/ibu..

S : Jika pernyataan tersebut sesuai dengan diri Bapak/ibu.

CS : Jika Pernyataan tersebut cukup sesuai dengan diri Bapak/ibu.

N : Jika Bapak/ibu belum menentukan secara pasti.

CTS : Jika Pernyataan tersebut cukup tidak sesuai dengan diri

Bapak/ibu.

KS : Jika Pernyataan tersebut Kurang sesuai dengan diri bapak/ibu..

STS : Jika Pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri

Bapak/ibu.

3. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti, jangan sampai ada yang

terlewat.

4. Pernyataan-pernyataan ini tidak ada jawaban yang benar atau

salah. Semua jawaban adalah benar, tetapi jawaban yang paling benar

adalah yang paling sesuai dengan perasaan Bapak/ibu. Untuk itu saya

meminta Bapak/Ibu untuk menjawab dengan jujur pilihan jawaban

yang ada sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu rasakan

96

No PERNYATAAN

SS S CS R CTS TS STS

1. Saya tidak dapat membuat pilihan tentang hal-hal yang mempengaruhi bagaimana usia saya, seperti diet saya, olahraga dan merokok

2.. Ketika sesuatu tidak berjalan serta mereka digunakan untuk, saya terus mencoba cara lain sampai saya mencapai hasil yang sama.

3. Dalam masa-masa sulit, saya mengembangkan ketangguhan mental dalam menghadapi situasi

4. Saya menjaga hubungan yang hangat dan saling percaya dengan orang lain yang signifikan

5. Saya aktif terlibat dengan kehidupan melalui kegiatan produktif.

6 Saya berusaha untuk tetap independen selama mungkin

7 Saya membuat upaya untuk tetap relatif bebas dari penyakit dan kecacatan.

8 Saya mencoba untuk mempertahankan fungsi fisik dan mental yang baik seperti usia saya

9 Saya aktif terlibat dengan kehidupan melalui kontak sosial biasa

10 Saya melakukan segala upaya untuk mencapai tujuan

yang penting bagi saya

11 Saya merasa bahwa saya tidak bisa mengendalikan

lingkungan terdekat saya

12 Saya dapat menangani apa pun yang datang dengan cara

saya.

13 Saya membuat upaya untuk terlibat dalam kebiasaan

gaya hidup sehat.

14 Saya nyaman dalam menerima kualitas baik saya baik dan

buruk

97

TABULASI DATA

98

DATA SUCCESSFUL AGING LANSIA PRIA ANGGOTA PWRI RANTING KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI

SUBJEK ITEM 1 ITEM 2 ITEM 3 ITEM 4 ITEM 5 ITEM 6 ITEM 7 ITEM 8 ITEM 9 ITEM 10 ITEM 11 ITEM 12 ITEM 13 ITEM 14

S46 6 5 6 4 5 4 4 4 5 6 5 4 5 6

S47 6 7 7 5 5 4 6 4 5 6 5 5 5 4

S48 7 5 5 7 6 5 7 6 5 7 5 6 4 5

S49 5 7 7 6 5 4 7 5 6 6 7 5 7 5

S50 4 6 5 5 6 5 4 5 6 4 5 6 6 7

S51 5 7 6 6 7 5 4 5 5 7 7 6 5 7

S52 5 6 6 7 6 5 6 5 7 5 6 7 6 6

S53 6 5 4 6 5 4 6 5 5 4 5 4 6 4

S54 7 6 5 7 5 6 5 7 6 5 4 5 6 7

S55 7 5 6 4 4 5 6 6 7 6 5 4 5 6

S56 6 4 5 7 5 4 6 5 4 6 7 4 5 6

S57 6 5 6 7 7 6 5 6 7 5 7 6 5 4

S58 5 5 4 6 5 7 5 4 7 6 7 5 5 4

S59 5 6 5 4 7 6 5 5 6 7 6 5 7 6

S60 7 5 6 6 5 6 6 5 7 6 5 6 6 5

S61 6 7 4 7 6 6 5 6 6 7 6 6 5 7

S62 4 5 6 6 5 7 6 5 7 6 5 4 6 7

S63 3 4 5 5 5 5 6 5 5 4 5 5 4 4

S64 6 5 6 5 4 4 5 6 5 4 6 5 4 6

S65 7 6 5 6 5 5 6 7 7 6 5 5 6 5

S66 6 5 6 4 6 6 5 5 6 7 7 5 5 5

S67 6 6 5 5 6 5 6 7 6 5 4 7 6 5

S68 5 5 6 7 6 5 6 6 4 5 5 6 5 6

S69 5 4 5 7 6 4 6 5 4 5 6 7 6 5

99

S70 7 6 4 5 4 6 5 7 6 4 5 6 5 4

S71 4 5 6 5 6 6 5 6 5 7 5 5 6 5

S72 5 6 5 6 7 6 5 5 6 5 6 6 6 6

S73 6 6 5 6 5 6 7 6 5 7 6 5 5 4

S74 5 5 4 6 5 6 5 6 7 6 5 4 5 4

S75 6 6 5 6 7 6 5 7 6 5 7 6 5 4

S76 7 5 5 7 6 5 7 6 5 7 5 6 4 5

S77 5 7 7 6 5 4 7 5 6 6 7 5 7 5

S78 4 6 5 5 6 5 4 5 6 4 5 6 6 7

S79 5 7 6 6 7 5 4 5 5 7 7 6 5 7

S80 5 6 6 7 6 5 6 5 7 5 6 7 6 6

S81 6 5 4 6 5 4 6 5 5 4 5 4 6 4

S82 7 6 5 7 5 6 5 7 6 5 4 5 6 7

S83 6 5 6 4 6 6 5 5 6 7 7 5 5 5

S84 6 6 5 5 6 5 6 7 6 5 4 7 6 5

S85 5 5 6 7 6 5 6 6 4 5 6 6 5 6

S86 5 4 5 7 6 4 6 5 4 5 6 7 6 5

S87 7 6 4 5 4 6 5 7 6 4 5 6 5 4

S88 4 5 6 5 6 6 5 6 5 7 6 5 6 5

S89 5 6 5 4 7 6 5 5 6 7 6 5 7 6

S90 7 5 6 6 5 6 6 5 7 6 5 6 6 5

100

DATA SUCCESSFUL AGING LANSIA WANITA ANGGOTA PWRI RANTING KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI

SUBJEK ITEM 1 ITEM 2 ITEM 3 ITEM 4 ITEM 5 ITEM 6 ITEM 7 ITEM 8 ITEM 9 ITEM 10 ITEM 11 ITEM 12 ITEM 13 ITEM 14

S1 4 5 6 5 6 6 6 5 6 5 4 5 5 5

S2 6 6 4 7 6 7 7 5 7 6 6 6 6 5

S3 4 4 7 5 5 4 6 5 4 4 5 6 5 4

S4 7 6 4 6 7 6 5 4 5 6 7 6 5 5

S5 4 6 5 4 5 6 5 4 5 4 5 6 4 5

S6 6 4 4 5 6 6 6 4 5 6 6 5 4 5

S7 3 5 4 4 5 5 6 5 6 5 6 5 4 5

S8 4 5 4 4 5 5 6 5 5 4 5 6 6 6

S9 5 5 5 6 5 7 5 5 4 5 4 4 5 5

S10 6 5 5 6 5 4 5 5 6 5 6 5 6 7

S11 5 6 5 4 4 5 6 5 5 6 6 5 6 6

S12 6 6 5 6 6 7 6 5 5 5 5 6 6 5

S13 5 5 6 5 5 6 5 6 4 5 5 6 5 7

S14 4 6 6 7 6 6 5 5 6 6 4 5 5 6

S15 6 6 5 5 5 7 7 5 6 5 6 7 5 6

S16 5 5 5 5 5 5 4 4 5 6 5 4 6 5

S17 5 6 4 5 6 7 6 5 6 6 6 5 6 6

S18 6 6 5 5 7 6 7 6 5 6 7 6 5 6

S19 5 6 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4

S20 5 4 5 5 5 4 4 6 5 5 5 5 6 5

S21 5 4 4 4 4 5 5 6 5 4 5 6 5 4

S22 6 5 5 5 4 4 5 6 5 4 5 4 4 6

S23 5 6 6 7 5 5 7 5 6 4 5 5 4 5

S24 4 6 5 7 5 7 6 6 6 7 5 5 5 6

S25 7 6 5 6 7 6 5 6 6 5 5 6 5 5

S26 6 5 7 6 5 5 6 5 6 5 6 6 6 5

S27 5 4 5 7 6 5 5 6 6 6 6 6 5 6

101

S28 5 6 7 7 5 6 6 5 4 5 5 4 6 5

S29 5 5 4 5 7 6 5 4 6 6 7 7 7 5

S30 5 6 5 6 4 4 5 4 5 4 6 5 5 7

S31 4 6 5 4 5 6 5 4 5 4 5 6 4 5

S32 6 4 4 5 6 6 6 4 5 6 6 5 4 5

S33 3 5 4 4 5 5 6 5 6 5 6 5 4 5

S34 7 6 5 6 7 6 5 6 6 5 5 6 5 5

S35 6 5 7 6 5 5 6 5 6 5 6 6 6 5

S36 5 4 5 7 6 5 5 6 6 6 6 6 5 6

S37 4 4 7 5 5 4 6 5 4 4 5 6 5 4

S38 7 6 4 6 6 6 5 4 5 6 7 6 5 5

S39 4 6 5 4 5 5 5 4 5 4 5 6 4 5

S40 6 4 4 5 6 5 6 4 5 6 6 5 4 5

S41 6 6 5 6 6 7 6 5 5 5 5 6 6 5

S42 5 5 6 5 5 6 5 6 4 5 5 6 5 7

S43 4 6 6 7 6 6 5 5 6 6 4 5 5 6

S44 6 6 5 5 6 6 4 4 5 6 5 6 5 6

S45 5 6 5 5 6 6 4 4 5 6 5 4 6 5

102

HASIL UJI

103

UJI VALIDITAS

total

VAR00001 Pearson Correlation

.426**

Sig. (2-tailed)

,000

N 90

VAR00002 Pearson Correlation

.458**

Sig. (2-tailed)

,000

N 90

VAR00003 Pearson Correlation

.230*

Sig. (2-tailed)

,029

N 90

VAR00004 Pearson Correlation

.541**

Sig. (2-tailed)

,000

N 90

VAR00005 Pearson Correlation

.522**

Sig. (2-tailed)

,000

N 90

VAR00006 Pearson Correlation

.395**

Sig. (2-tailed)

,000

N 90

VAR00007 Pearson Correlation

.256*

Sig. (2-tailed)

,015

N 90

VAR00008 Pearson Correlation

.344**

Sig. (2-tailed)

,001

N 90

VAR00009 Pearson Correlation

.466**

Sig. (2-tailed)

,000

104

N 90

VAR00010 Pearson Correlation

.531**

Sig. (2-tailed)

,000

N 90

VAR00011 Pearson Correlation

.320**

Sig. (2-tailed)

,002

N 90

VAR00012 Pearson Correlation

.396**

Sig. (2-tailed)

,000

N 90

VAR00013 Pearson Correlation

.422**

Sig. (2-tailed)

,000

N 90

VAR00014 Pearson Correlation

.320**

Sig. (2-tailed)

,002

N 90

total Pearson Correlation

1

Sig. (2-tailed)

N 90

UJI RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 90 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 90 100,0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,603 14

105

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Wanita Laki-laki

N 45 45

Normal Parameters

a,,b

Mean 74,1556 77,4889

Std. Deviation

5,15203 4,39846

Most Extreme Differences

Absolute ,128 ,146

Positive ,108 ,086

Negative -,128 -,146

Kolmogorov-Smirnov Z ,857 ,976

Asymp. Sig. (2-tailed) ,454 ,296

106

UJI HOMOGENITAS DAN PERBEDAAN t-test

Independent Samples Test

Succesful Aging

Equal variances assumed

Equal variances

not assumed

Levene's Test for Equality of Variances

F 3,000

Sig. ,087

t-test for Equality of Means

t -3,301 -3,301

df 88 85,888

Sig. (2-tailed)

,001 ,001

Mean Difference

-3,33333 -3,33333

Std. Error Difference

1,00984 1,00984

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -5,34018 -5,34087

Upper -1,32649 -1,32580

107

SURAT IJIN

PENELITIAN

108

109