perbedaan testis muda dan dewasa pada ikan mas.pdf

32
GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.L RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: gennapramanugroho

Post on 24-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA

PADA IKAN MAS Cyprinus carpioL

RAHMAT HIDAYAT

SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpioL adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini Bogor Desember 2008 RAHMAT HIDAYAT C14103044

RAHMAT HIDAYAT C14103044 Gambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus carpioL (Dibimbing oleh Dinar Tri Soelistyowati dan Alimuddin)

Tekanan pada populasi ikan diberbagai ekosistem perairan baik didarat maupun dilautan yang disebabkan oleh meningkatnya pencemaran kerusakan habitat predasi maupun penangkapan yang berlebih berpotensi mengancam kepunahan suatu spesies Dalam konteks pengelolaan sumberdaya perikanan suatu spesies ikan perlu dipertahankan atau ditingkatkan produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi umat manusia serta bebas dieksploitasi untuk kebutuhan generasi mendatang Solusi dari permasalahan tersebut adalah rehabilitasi dan konservasi biologi stok terutama pada spesies ikan yang memiliki fekunditas kecil dan fertilitas yang rendah sehingga perbanyakan populasi menjadi kendala yang serius Salah satu teknologi pengembangbiakan dalam akuakultur adalah menghasilkan keturunan suatu spesies ikan dengan menitipkan gametnya pada spesies ikan lain yaitu melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia ini akan menurunkan informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran histologis testis terkait dengan populasi sel spermatogonia pada ikan mas Ciprynus carpio L muda dan dewasa Penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai Agustus 2008 di Laboratorium Pengembangbiakan Ikan dan Genetika Ikan Laboratorium Kesehatan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Sampel ikan mas yang digunakan terdiri dari ikan muda dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya Preparat histologis testis dibuat dengan cara fiksasi menggunakan larutan Bouin selama plusmn 24 jam dehidrasi dengan alkohol secara bertingkat (70 80 90 95 ) dan alkohol absolut (alkohol 100 ) I II III Clearing dengan larutan xylol infiltrasi dalam parafin cair embedding dalam blok parafin pemotongan blok parafin deparafinisasi rehidrasi dengan xylol dan alkohol bertingkat pewarnaan menggunakan Hematoksilin-eosin (HE) dan Pengamatan dengan mikroskop

Gambaran histologis testis muda dan dewasa menunjukkan populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan pada ikan mas yang lebih muda yang memiliki nilai GSI paling kecil yaitu pada ikan berukuran terkecil sedangkan pada ikan yang berukuran besar terdapat perbedaan GSI yang mencolok pada ikan yang telah mengalami pemijahan dibandingkan dengan yang belum memijah nilai GSI yang lebih kecil menunjukkan siklus reproduksi telah berulang paska pemijahan yaitu menunjukkan populasi spermatogonia yang lebih tinggi sebaliknya GSI lebih besar menunjukkan puncak kematangan yaitu lebih banyak ditemukan spermatozoa

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GSI kecil merupakan indikator ketersediaan spermatogonia yang lebih banyak sedangkan pada penggunaan ikan dewasa perlu mempertimbangkan korelasi GSI dengan bobot tubuhnya untuk meminimalisasi kesalahan pemilihan donor pada transplantasi sel dan meningkatkan keberhasilannya

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA

PADA IKAN MAS Cyprinus carpioL

RAHMAT HIDAYAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Budidaya Perairan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

SKRIPSI

Judul Skripsi Gambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus carpio L

Nama Mahasiswa Rahmat Hidayat NRP C14103044 Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Dinar Tri Soelistyowati Dr Alimuddin NIP 131413353 NIP 132133953

Mengetahui Wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof Dr Ir Indra Jaya MSc NIP 131578799

Tanggal lulus

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT dengan perkenan-Nya jua penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini

Skripsi ini berjudul ldquoGambaran Histologi Testis Muda dan Dewasa pada

Ikan Mas Cyprinus carpioLrdquo yaitu gambaran secara deskriptif morfologi dan

jumlah populasi sel spermatogonia testis ikan mas muda dan dewasa Berkenaan

dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Ibu Dr Dinar Tri Soelistyowati dan Bapak Dr Alimuddin yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahannya dalam penelitian dan penulisan skripsi

ini

2 Bapak Ir Irzal Effendi MSi yang telah berkenan menguji penulis dan

memberikan masukannya

3 Bapak Adi Winarto PhD atas arahan dan masukannya

4 Abah dan Mamah Teteh Aa tercinta atas dukungan dan dorsquoanya selama ini

5 Teman-teman dan adik- adik BDP (Firman Anna Bambang Erik Dwi Marsquoul

Hendi Uu) atas segala bantuannya

6 Abang-abang dan teman-temanku (mas Warsito mas Geru mas Insan Dekri

Yanuar Adit Wasis Komar Hilman) atas dorongan dan bantuannya

7 Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini

Skripsi ini tidak luput dari kekurangan namun penulis berharap dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan

Bogor Desember 2008

Penulis

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cikedal Pandeglang Banten pada tanggal 8

Agustus 1985 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari

ayah bernama Ardin dan ibu bernama Badriyah

Pendidikan Taman Kanak-kanak penulis selesaikan di TK Mathlarsquoul

Anwar pada tahun 1992 dan pendidikan Dasar di SDN Tunas Karya pada tahun

1997 Tahun 2000 lulus dari SMPN 1 Menes dan menyelesaikan pendidikan

menengah umum di SMUN 1 Menes pada tahun 2003 Pendidikan di Institut

pertanian Bogor (IPB) penulis tempuh sejak tahun 2003 melalui Undangan

Saringan Masuk IPB (USMI) dengan memilih Departemen Budidaya perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Selama mengikuti pendidikan penulis pernah aktif dalam keanggotaan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM - C)

(2006 - 2007) Penulis juga pernah aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam

(2005 - 2006 dan 2006 - 2007) Untuk menambah wawasan tentang dunia perikanan

penulis lakukan dengan mengikuti Praktek Lapang (PL) di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan Juni sampai bulan

September 2006 dengan judul ldquoPembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Tikus

Cromileptes altivelis di Balai Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampungrdquo Penulis melaksanakan tugas akhir dengan judul penelitian

ldquoGambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus

carpioLrdquo

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

DAFTAR GAMBAR helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 1 Latar Belakang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 2 Tujuan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II TINJAUAN PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 1 Sel Stem helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 2 Testis helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

2 3 Transplantasi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 4 Transplantasi Stem Sel Spermatogonia helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

III METODOLOGI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 1 Waktu dan Tempat helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 2 Prosedur Kerja helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 3 Analisis Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 1 Gonado Somatic Index (GSI) helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 2 Morfologi Sel germinal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

V KESIMPULAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar histologis testis ikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada

ikan mas ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas

ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

ii

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpioL adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini Bogor Desember 2008 RAHMAT HIDAYAT C14103044

RAHMAT HIDAYAT C14103044 Gambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus carpioL (Dibimbing oleh Dinar Tri Soelistyowati dan Alimuddin)

Tekanan pada populasi ikan diberbagai ekosistem perairan baik didarat maupun dilautan yang disebabkan oleh meningkatnya pencemaran kerusakan habitat predasi maupun penangkapan yang berlebih berpotensi mengancam kepunahan suatu spesies Dalam konteks pengelolaan sumberdaya perikanan suatu spesies ikan perlu dipertahankan atau ditingkatkan produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi umat manusia serta bebas dieksploitasi untuk kebutuhan generasi mendatang Solusi dari permasalahan tersebut adalah rehabilitasi dan konservasi biologi stok terutama pada spesies ikan yang memiliki fekunditas kecil dan fertilitas yang rendah sehingga perbanyakan populasi menjadi kendala yang serius Salah satu teknologi pengembangbiakan dalam akuakultur adalah menghasilkan keturunan suatu spesies ikan dengan menitipkan gametnya pada spesies ikan lain yaitu melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia ini akan menurunkan informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran histologis testis terkait dengan populasi sel spermatogonia pada ikan mas Ciprynus carpio L muda dan dewasa Penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai Agustus 2008 di Laboratorium Pengembangbiakan Ikan dan Genetika Ikan Laboratorium Kesehatan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Sampel ikan mas yang digunakan terdiri dari ikan muda dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya Preparat histologis testis dibuat dengan cara fiksasi menggunakan larutan Bouin selama plusmn 24 jam dehidrasi dengan alkohol secara bertingkat (70 80 90 95 ) dan alkohol absolut (alkohol 100 ) I II III Clearing dengan larutan xylol infiltrasi dalam parafin cair embedding dalam blok parafin pemotongan blok parafin deparafinisasi rehidrasi dengan xylol dan alkohol bertingkat pewarnaan menggunakan Hematoksilin-eosin (HE) dan Pengamatan dengan mikroskop

Gambaran histologis testis muda dan dewasa menunjukkan populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan pada ikan mas yang lebih muda yang memiliki nilai GSI paling kecil yaitu pada ikan berukuran terkecil sedangkan pada ikan yang berukuran besar terdapat perbedaan GSI yang mencolok pada ikan yang telah mengalami pemijahan dibandingkan dengan yang belum memijah nilai GSI yang lebih kecil menunjukkan siklus reproduksi telah berulang paska pemijahan yaitu menunjukkan populasi spermatogonia yang lebih tinggi sebaliknya GSI lebih besar menunjukkan puncak kematangan yaitu lebih banyak ditemukan spermatozoa

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GSI kecil merupakan indikator ketersediaan spermatogonia yang lebih banyak sedangkan pada penggunaan ikan dewasa perlu mempertimbangkan korelasi GSI dengan bobot tubuhnya untuk meminimalisasi kesalahan pemilihan donor pada transplantasi sel dan meningkatkan keberhasilannya

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA

PADA IKAN MAS Cyprinus carpioL

RAHMAT HIDAYAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Budidaya Perairan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

SKRIPSI

Judul Skripsi Gambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus carpio L

Nama Mahasiswa Rahmat Hidayat NRP C14103044 Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Dinar Tri Soelistyowati Dr Alimuddin NIP 131413353 NIP 132133953

Mengetahui Wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof Dr Ir Indra Jaya MSc NIP 131578799

Tanggal lulus

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT dengan perkenan-Nya jua penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini

Skripsi ini berjudul ldquoGambaran Histologi Testis Muda dan Dewasa pada

Ikan Mas Cyprinus carpioLrdquo yaitu gambaran secara deskriptif morfologi dan

jumlah populasi sel spermatogonia testis ikan mas muda dan dewasa Berkenaan

dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Ibu Dr Dinar Tri Soelistyowati dan Bapak Dr Alimuddin yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahannya dalam penelitian dan penulisan skripsi

ini

2 Bapak Ir Irzal Effendi MSi yang telah berkenan menguji penulis dan

memberikan masukannya

3 Bapak Adi Winarto PhD atas arahan dan masukannya

4 Abah dan Mamah Teteh Aa tercinta atas dukungan dan dorsquoanya selama ini

5 Teman-teman dan adik- adik BDP (Firman Anna Bambang Erik Dwi Marsquoul

Hendi Uu) atas segala bantuannya

6 Abang-abang dan teman-temanku (mas Warsito mas Geru mas Insan Dekri

Yanuar Adit Wasis Komar Hilman) atas dorongan dan bantuannya

7 Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini

Skripsi ini tidak luput dari kekurangan namun penulis berharap dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan

Bogor Desember 2008

Penulis

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cikedal Pandeglang Banten pada tanggal 8

Agustus 1985 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari

ayah bernama Ardin dan ibu bernama Badriyah

Pendidikan Taman Kanak-kanak penulis selesaikan di TK Mathlarsquoul

Anwar pada tahun 1992 dan pendidikan Dasar di SDN Tunas Karya pada tahun

1997 Tahun 2000 lulus dari SMPN 1 Menes dan menyelesaikan pendidikan

menengah umum di SMUN 1 Menes pada tahun 2003 Pendidikan di Institut

pertanian Bogor (IPB) penulis tempuh sejak tahun 2003 melalui Undangan

Saringan Masuk IPB (USMI) dengan memilih Departemen Budidaya perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Selama mengikuti pendidikan penulis pernah aktif dalam keanggotaan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM - C)

(2006 - 2007) Penulis juga pernah aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam

(2005 - 2006 dan 2006 - 2007) Untuk menambah wawasan tentang dunia perikanan

penulis lakukan dengan mengikuti Praktek Lapang (PL) di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan Juni sampai bulan

September 2006 dengan judul ldquoPembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Tikus

Cromileptes altivelis di Balai Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampungrdquo Penulis melaksanakan tugas akhir dengan judul penelitian

ldquoGambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus

carpioLrdquo

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

DAFTAR GAMBAR helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 1 Latar Belakang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 2 Tujuan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II TINJAUAN PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 1 Sel Stem helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 2 Testis helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

2 3 Transplantasi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 4 Transplantasi Stem Sel Spermatogonia helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

III METODOLOGI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 1 Waktu dan Tempat helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 2 Prosedur Kerja helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 3 Analisis Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 1 Gonado Somatic Index (GSI) helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 2 Morfologi Sel germinal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

V KESIMPULAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar histologis testis ikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada

ikan mas ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas

ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

ii

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

RAHMAT HIDAYAT C14103044 Gambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus carpioL (Dibimbing oleh Dinar Tri Soelistyowati dan Alimuddin)

Tekanan pada populasi ikan diberbagai ekosistem perairan baik didarat maupun dilautan yang disebabkan oleh meningkatnya pencemaran kerusakan habitat predasi maupun penangkapan yang berlebih berpotensi mengancam kepunahan suatu spesies Dalam konteks pengelolaan sumberdaya perikanan suatu spesies ikan perlu dipertahankan atau ditingkatkan produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi umat manusia serta bebas dieksploitasi untuk kebutuhan generasi mendatang Solusi dari permasalahan tersebut adalah rehabilitasi dan konservasi biologi stok terutama pada spesies ikan yang memiliki fekunditas kecil dan fertilitas yang rendah sehingga perbanyakan populasi menjadi kendala yang serius Salah satu teknologi pengembangbiakan dalam akuakultur adalah menghasilkan keturunan suatu spesies ikan dengan menitipkan gametnya pada spesies ikan lain yaitu melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia ini akan menurunkan informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran histologis testis terkait dengan populasi sel spermatogonia pada ikan mas Ciprynus carpio L muda dan dewasa Penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai Agustus 2008 di Laboratorium Pengembangbiakan Ikan dan Genetika Ikan Laboratorium Kesehatan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Sampel ikan mas yang digunakan terdiri dari ikan muda dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya Preparat histologis testis dibuat dengan cara fiksasi menggunakan larutan Bouin selama plusmn 24 jam dehidrasi dengan alkohol secara bertingkat (70 80 90 95 ) dan alkohol absolut (alkohol 100 ) I II III Clearing dengan larutan xylol infiltrasi dalam parafin cair embedding dalam blok parafin pemotongan blok parafin deparafinisasi rehidrasi dengan xylol dan alkohol bertingkat pewarnaan menggunakan Hematoksilin-eosin (HE) dan Pengamatan dengan mikroskop

Gambaran histologis testis muda dan dewasa menunjukkan populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan pada ikan mas yang lebih muda yang memiliki nilai GSI paling kecil yaitu pada ikan berukuran terkecil sedangkan pada ikan yang berukuran besar terdapat perbedaan GSI yang mencolok pada ikan yang telah mengalami pemijahan dibandingkan dengan yang belum memijah nilai GSI yang lebih kecil menunjukkan siklus reproduksi telah berulang paska pemijahan yaitu menunjukkan populasi spermatogonia yang lebih tinggi sebaliknya GSI lebih besar menunjukkan puncak kematangan yaitu lebih banyak ditemukan spermatozoa

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GSI kecil merupakan indikator ketersediaan spermatogonia yang lebih banyak sedangkan pada penggunaan ikan dewasa perlu mempertimbangkan korelasi GSI dengan bobot tubuhnya untuk meminimalisasi kesalahan pemilihan donor pada transplantasi sel dan meningkatkan keberhasilannya

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA

PADA IKAN MAS Cyprinus carpioL

RAHMAT HIDAYAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Budidaya Perairan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

SKRIPSI

Judul Skripsi Gambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus carpio L

Nama Mahasiswa Rahmat Hidayat NRP C14103044 Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Dinar Tri Soelistyowati Dr Alimuddin NIP 131413353 NIP 132133953

Mengetahui Wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof Dr Ir Indra Jaya MSc NIP 131578799

Tanggal lulus

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT dengan perkenan-Nya jua penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini

Skripsi ini berjudul ldquoGambaran Histologi Testis Muda dan Dewasa pada

Ikan Mas Cyprinus carpioLrdquo yaitu gambaran secara deskriptif morfologi dan

jumlah populasi sel spermatogonia testis ikan mas muda dan dewasa Berkenaan

dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Ibu Dr Dinar Tri Soelistyowati dan Bapak Dr Alimuddin yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahannya dalam penelitian dan penulisan skripsi

ini

2 Bapak Ir Irzal Effendi MSi yang telah berkenan menguji penulis dan

memberikan masukannya

3 Bapak Adi Winarto PhD atas arahan dan masukannya

4 Abah dan Mamah Teteh Aa tercinta atas dukungan dan dorsquoanya selama ini

5 Teman-teman dan adik- adik BDP (Firman Anna Bambang Erik Dwi Marsquoul

Hendi Uu) atas segala bantuannya

6 Abang-abang dan teman-temanku (mas Warsito mas Geru mas Insan Dekri

Yanuar Adit Wasis Komar Hilman) atas dorongan dan bantuannya

7 Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini

Skripsi ini tidak luput dari kekurangan namun penulis berharap dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan

Bogor Desember 2008

Penulis

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cikedal Pandeglang Banten pada tanggal 8

Agustus 1985 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari

ayah bernama Ardin dan ibu bernama Badriyah

Pendidikan Taman Kanak-kanak penulis selesaikan di TK Mathlarsquoul

Anwar pada tahun 1992 dan pendidikan Dasar di SDN Tunas Karya pada tahun

1997 Tahun 2000 lulus dari SMPN 1 Menes dan menyelesaikan pendidikan

menengah umum di SMUN 1 Menes pada tahun 2003 Pendidikan di Institut

pertanian Bogor (IPB) penulis tempuh sejak tahun 2003 melalui Undangan

Saringan Masuk IPB (USMI) dengan memilih Departemen Budidaya perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Selama mengikuti pendidikan penulis pernah aktif dalam keanggotaan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM - C)

(2006 - 2007) Penulis juga pernah aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam

(2005 - 2006 dan 2006 - 2007) Untuk menambah wawasan tentang dunia perikanan

penulis lakukan dengan mengikuti Praktek Lapang (PL) di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan Juni sampai bulan

September 2006 dengan judul ldquoPembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Tikus

Cromileptes altivelis di Balai Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampungrdquo Penulis melaksanakan tugas akhir dengan judul penelitian

ldquoGambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus

carpioLrdquo

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

DAFTAR GAMBAR helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 1 Latar Belakang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 2 Tujuan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II TINJAUAN PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 1 Sel Stem helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 2 Testis helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

2 3 Transplantasi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 4 Transplantasi Stem Sel Spermatogonia helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

III METODOLOGI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 1 Waktu dan Tempat helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 2 Prosedur Kerja helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 3 Analisis Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 1 Gonado Somatic Index (GSI) helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 2 Morfologi Sel germinal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

V KESIMPULAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar histologis testis ikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada

ikan mas ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas

ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

ii

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA

PADA IKAN MAS Cyprinus carpioL

RAHMAT HIDAYAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Budidaya Perairan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

SKRIPSI

Judul Skripsi Gambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus carpio L

Nama Mahasiswa Rahmat Hidayat NRP C14103044 Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Dinar Tri Soelistyowati Dr Alimuddin NIP 131413353 NIP 132133953

Mengetahui Wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof Dr Ir Indra Jaya MSc NIP 131578799

Tanggal lulus

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT dengan perkenan-Nya jua penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini

Skripsi ini berjudul ldquoGambaran Histologi Testis Muda dan Dewasa pada

Ikan Mas Cyprinus carpioLrdquo yaitu gambaran secara deskriptif morfologi dan

jumlah populasi sel spermatogonia testis ikan mas muda dan dewasa Berkenaan

dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Ibu Dr Dinar Tri Soelistyowati dan Bapak Dr Alimuddin yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahannya dalam penelitian dan penulisan skripsi

ini

2 Bapak Ir Irzal Effendi MSi yang telah berkenan menguji penulis dan

memberikan masukannya

3 Bapak Adi Winarto PhD atas arahan dan masukannya

4 Abah dan Mamah Teteh Aa tercinta atas dukungan dan dorsquoanya selama ini

5 Teman-teman dan adik- adik BDP (Firman Anna Bambang Erik Dwi Marsquoul

Hendi Uu) atas segala bantuannya

6 Abang-abang dan teman-temanku (mas Warsito mas Geru mas Insan Dekri

Yanuar Adit Wasis Komar Hilman) atas dorongan dan bantuannya

7 Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini

Skripsi ini tidak luput dari kekurangan namun penulis berharap dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan

Bogor Desember 2008

Penulis

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cikedal Pandeglang Banten pada tanggal 8

Agustus 1985 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari

ayah bernama Ardin dan ibu bernama Badriyah

Pendidikan Taman Kanak-kanak penulis selesaikan di TK Mathlarsquoul

Anwar pada tahun 1992 dan pendidikan Dasar di SDN Tunas Karya pada tahun

1997 Tahun 2000 lulus dari SMPN 1 Menes dan menyelesaikan pendidikan

menengah umum di SMUN 1 Menes pada tahun 2003 Pendidikan di Institut

pertanian Bogor (IPB) penulis tempuh sejak tahun 2003 melalui Undangan

Saringan Masuk IPB (USMI) dengan memilih Departemen Budidaya perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Selama mengikuti pendidikan penulis pernah aktif dalam keanggotaan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM - C)

(2006 - 2007) Penulis juga pernah aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam

(2005 - 2006 dan 2006 - 2007) Untuk menambah wawasan tentang dunia perikanan

penulis lakukan dengan mengikuti Praktek Lapang (PL) di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan Juni sampai bulan

September 2006 dengan judul ldquoPembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Tikus

Cromileptes altivelis di Balai Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampungrdquo Penulis melaksanakan tugas akhir dengan judul penelitian

ldquoGambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus

carpioLrdquo

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

DAFTAR GAMBAR helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 1 Latar Belakang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 2 Tujuan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II TINJAUAN PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 1 Sel Stem helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 2 Testis helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

2 3 Transplantasi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 4 Transplantasi Stem Sel Spermatogonia helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

III METODOLOGI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 1 Waktu dan Tempat helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 2 Prosedur Kerja helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 3 Analisis Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 1 Gonado Somatic Index (GSI) helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 2 Morfologi Sel germinal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

V KESIMPULAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar histologis testis ikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada

ikan mas ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas

ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

ii

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

SKRIPSI

Judul Skripsi Gambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus carpio L

Nama Mahasiswa Rahmat Hidayat NRP C14103044 Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Dinar Tri Soelistyowati Dr Alimuddin NIP 131413353 NIP 132133953

Mengetahui Wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof Dr Ir Indra Jaya MSc NIP 131578799

Tanggal lulus

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT dengan perkenan-Nya jua penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini

Skripsi ini berjudul ldquoGambaran Histologi Testis Muda dan Dewasa pada

Ikan Mas Cyprinus carpioLrdquo yaitu gambaran secara deskriptif morfologi dan

jumlah populasi sel spermatogonia testis ikan mas muda dan dewasa Berkenaan

dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Ibu Dr Dinar Tri Soelistyowati dan Bapak Dr Alimuddin yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahannya dalam penelitian dan penulisan skripsi

ini

2 Bapak Ir Irzal Effendi MSi yang telah berkenan menguji penulis dan

memberikan masukannya

3 Bapak Adi Winarto PhD atas arahan dan masukannya

4 Abah dan Mamah Teteh Aa tercinta atas dukungan dan dorsquoanya selama ini

5 Teman-teman dan adik- adik BDP (Firman Anna Bambang Erik Dwi Marsquoul

Hendi Uu) atas segala bantuannya

6 Abang-abang dan teman-temanku (mas Warsito mas Geru mas Insan Dekri

Yanuar Adit Wasis Komar Hilman) atas dorongan dan bantuannya

7 Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini

Skripsi ini tidak luput dari kekurangan namun penulis berharap dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan

Bogor Desember 2008

Penulis

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cikedal Pandeglang Banten pada tanggal 8

Agustus 1985 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari

ayah bernama Ardin dan ibu bernama Badriyah

Pendidikan Taman Kanak-kanak penulis selesaikan di TK Mathlarsquoul

Anwar pada tahun 1992 dan pendidikan Dasar di SDN Tunas Karya pada tahun

1997 Tahun 2000 lulus dari SMPN 1 Menes dan menyelesaikan pendidikan

menengah umum di SMUN 1 Menes pada tahun 2003 Pendidikan di Institut

pertanian Bogor (IPB) penulis tempuh sejak tahun 2003 melalui Undangan

Saringan Masuk IPB (USMI) dengan memilih Departemen Budidaya perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Selama mengikuti pendidikan penulis pernah aktif dalam keanggotaan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM - C)

(2006 - 2007) Penulis juga pernah aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam

(2005 - 2006 dan 2006 - 2007) Untuk menambah wawasan tentang dunia perikanan

penulis lakukan dengan mengikuti Praktek Lapang (PL) di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan Juni sampai bulan

September 2006 dengan judul ldquoPembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Tikus

Cromileptes altivelis di Balai Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampungrdquo Penulis melaksanakan tugas akhir dengan judul penelitian

ldquoGambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus

carpioLrdquo

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

DAFTAR GAMBAR helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 1 Latar Belakang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 2 Tujuan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II TINJAUAN PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 1 Sel Stem helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 2 Testis helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

2 3 Transplantasi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 4 Transplantasi Stem Sel Spermatogonia helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

III METODOLOGI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 1 Waktu dan Tempat helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 2 Prosedur Kerja helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 3 Analisis Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 1 Gonado Somatic Index (GSI) helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 2 Morfologi Sel germinal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

V KESIMPULAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar histologis testis ikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada

ikan mas ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas

ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

ii

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT dengan perkenan-Nya jua penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini

Skripsi ini berjudul ldquoGambaran Histologi Testis Muda dan Dewasa pada

Ikan Mas Cyprinus carpioLrdquo yaitu gambaran secara deskriptif morfologi dan

jumlah populasi sel spermatogonia testis ikan mas muda dan dewasa Berkenaan

dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Ibu Dr Dinar Tri Soelistyowati dan Bapak Dr Alimuddin yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahannya dalam penelitian dan penulisan skripsi

ini

2 Bapak Ir Irzal Effendi MSi yang telah berkenan menguji penulis dan

memberikan masukannya

3 Bapak Adi Winarto PhD atas arahan dan masukannya

4 Abah dan Mamah Teteh Aa tercinta atas dukungan dan dorsquoanya selama ini

5 Teman-teman dan adik- adik BDP (Firman Anna Bambang Erik Dwi Marsquoul

Hendi Uu) atas segala bantuannya

6 Abang-abang dan teman-temanku (mas Warsito mas Geru mas Insan Dekri

Yanuar Adit Wasis Komar Hilman) atas dorongan dan bantuannya

7 Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini

Skripsi ini tidak luput dari kekurangan namun penulis berharap dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan

Bogor Desember 2008

Penulis

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cikedal Pandeglang Banten pada tanggal 8

Agustus 1985 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari

ayah bernama Ardin dan ibu bernama Badriyah

Pendidikan Taman Kanak-kanak penulis selesaikan di TK Mathlarsquoul

Anwar pada tahun 1992 dan pendidikan Dasar di SDN Tunas Karya pada tahun

1997 Tahun 2000 lulus dari SMPN 1 Menes dan menyelesaikan pendidikan

menengah umum di SMUN 1 Menes pada tahun 2003 Pendidikan di Institut

pertanian Bogor (IPB) penulis tempuh sejak tahun 2003 melalui Undangan

Saringan Masuk IPB (USMI) dengan memilih Departemen Budidaya perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Selama mengikuti pendidikan penulis pernah aktif dalam keanggotaan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM - C)

(2006 - 2007) Penulis juga pernah aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam

(2005 - 2006 dan 2006 - 2007) Untuk menambah wawasan tentang dunia perikanan

penulis lakukan dengan mengikuti Praktek Lapang (PL) di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan Juni sampai bulan

September 2006 dengan judul ldquoPembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Tikus

Cromileptes altivelis di Balai Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampungrdquo Penulis melaksanakan tugas akhir dengan judul penelitian

ldquoGambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus

carpioLrdquo

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

DAFTAR GAMBAR helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 1 Latar Belakang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 2 Tujuan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II TINJAUAN PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 1 Sel Stem helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 2 Testis helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

2 3 Transplantasi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 4 Transplantasi Stem Sel Spermatogonia helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

III METODOLOGI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 1 Waktu dan Tempat helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 2 Prosedur Kerja helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 3 Analisis Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 1 Gonado Somatic Index (GSI) helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 2 Morfologi Sel germinal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

V KESIMPULAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar histologis testis ikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada

ikan mas ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas

ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

ii

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cikedal Pandeglang Banten pada tanggal 8

Agustus 1985 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari

ayah bernama Ardin dan ibu bernama Badriyah

Pendidikan Taman Kanak-kanak penulis selesaikan di TK Mathlarsquoul

Anwar pada tahun 1992 dan pendidikan Dasar di SDN Tunas Karya pada tahun

1997 Tahun 2000 lulus dari SMPN 1 Menes dan menyelesaikan pendidikan

menengah umum di SMUN 1 Menes pada tahun 2003 Pendidikan di Institut

pertanian Bogor (IPB) penulis tempuh sejak tahun 2003 melalui Undangan

Saringan Masuk IPB (USMI) dengan memilih Departemen Budidaya perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Selama mengikuti pendidikan penulis pernah aktif dalam keanggotaan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM - C)

(2006 - 2007) Penulis juga pernah aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam

(2005 - 2006 dan 2006 - 2007) Untuk menambah wawasan tentang dunia perikanan

penulis lakukan dengan mengikuti Praktek Lapang (PL) di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan Juni sampai bulan

September 2006 dengan judul ldquoPembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Tikus

Cromileptes altivelis di Balai Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampungrdquo Penulis melaksanakan tugas akhir dengan judul penelitian

ldquoGambaran Histologis Testis Muda dan Dewasa pada Ikan Mas Cyprinus

carpioLrdquo

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

DAFTAR GAMBAR helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 1 Latar Belakang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 2 Tujuan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II TINJAUAN PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 1 Sel Stem helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 2 Testis helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

2 3 Transplantasi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 4 Transplantasi Stem Sel Spermatogonia helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

III METODOLOGI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 1 Waktu dan Tempat helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 2 Prosedur Kerja helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 3 Analisis Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 1 Gonado Somatic Index (GSI) helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 2 Morfologi Sel germinal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

V KESIMPULAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar histologis testis ikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada

ikan mas ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas

ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

ii

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

DAFTAR GAMBAR helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

I PENDAHULUAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 1 Latar Belakang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

1 2 Tujuan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 2

II TINJAUAN PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 1 Sel Stem helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 3

2 2 Testis helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 4

2 3 Transplantasi helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 4 Transplantasi Stem Sel Spermatogonia helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

III METODOLOGI helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 1 Waktu dan Tempat helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 2 Prosedur Kerja helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 10

3 3 Analisis Data helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 1 Gonado Somatic Index (GSI) helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

4 2 Morfologi Sel germinal helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

V KESIMPULAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

DAFTAR PUSTAKA helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 21

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar histologis testis ikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada

ikan mas ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas

ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

ii

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar histologis testis ikan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada

ikan mas ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas

ukuran kecil dan besar helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

ii

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan dilakukan dengan tujuan memproduksi ikan sesuai

dengan performa yang diinginkan seperti morfologi pertumbuhan pertambahan

jumlah dan kelangsungan hidup yang tinggi Namun untuk mendapatkan tingkat

produksi yang optimal ternyata banyak sekali kendala yang dihadapi Pada jenis

ikan tertentu terdapat ikan yang memiliki fekunditas yang kecil dan tingkat

fertilitas yang rendah masa kritis pada fase larva yaitu masa peralihan dari kuning

telur menuju pakan alami sebagai sumber energi serta siklus reproduksi yang

terganggu akibat faktor lingkungan seperti predasi atau overeksploitasi oleh

manusia sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah yang

besar Selain itu beberapa jenis ikan budidaya juga membutuhkan waktu lama

untuk mencapai matang kelamin pertama Teknologi dalam akukultur telah

berhasil menghasilkan keturunan suatu spesies ikan yang salah satu sel gametnya

dihasilkan pada spesies ikan lain yaitu dengan melalui transplantasi sel

spermatogonia Teknologi ini mungkin dapat digunakan untuk menjadi alternatif

program pengembangbiakan ikan yang jumlahnya terus berkurang dan

diharapkan dapat merevolusi teknik pemeliharaan ikan yang dikembangkan

selama ini sehingga dapat mengkonservasi populasi ikan yang terancam punah

Sel spermatogonia dihasilkan dalam proses spermatogenesis yaitu

merupakan sel yang mengandung populasi sel stem Dalam proses

spermatogenesis spermatogonia berkembang menjadi spermatosit spermatid

hingga sperma Sel spermatogonia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi dan sel spermatogonia yang telah

terdiferensiasi Sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi akan mengalami

perbanyakan melalui pembelahan mitotik dan meiotik hingga menjadi

spermatozoa Sedangkan sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan

memperbaharui diri sepanjang hidup organisme dan berkembang menjadi

spermatozoa sama dengan sel spermatogonia yang telah terdiferensiasi Stem sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini dapat menurunkan informasi genetik

1

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi Apabila sel

spermatogonia yang belum terdiferensiasi ini ditransplantasikan ke embrio ikan

lain maka akan berkembang menjadi sel gonia dan sel gamet yang sesuai dengan

jenis kelaminnya Kemudian melalui pembuahan secara buatan dengan ikan

donor yang menginjeksikan sel spermatogonia-nya maka akan menghasilkan

keturunan dari ikan donor tersebut Teknologi rekayasa ini diprediksi akan sangat

berguna untuk menyimpan (back-up) material genetik berbagai jenis ikan yang

saat ini terancam kepunahan disebabkan karena sel spermatogonia mudah

diawetkan dengan pembekuan (cryopreserve) pada suhu yang amat rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Goro Yoshizaki dan koleganya dari

Tokyo University of Marine Science and Teknologi telah berhasil membuat ikan

salmon jantan memproduksi sperma ikan trout aktif setelah menyuntiknya dengan

sel spermatogonia dari ikan trout Sperma itu mampu membuahi telur ikan trout

dan menghasilkan anak-anak ikan trout yang sehat Kemudian Prof Goro

Yoshizaki juga telah menghasilkan seratus persen sel sperma dan sel telur ikan

trout dari ikan salmon jantan dan betina yang mandul menggunakan teknologi

triploidisasi

Penerapan teknologi transplantasi memerlukan informasi dasar mengenai

gambaran sel spermatogonia pada ikan Informasi ini diperlukan untuk

mengetahui donor yang baik dengan porsi sel spermatogonia yang banyak Donor

dengan porsi sel yang banyak dapat menghasilkan induk semang (Surrogate

broodstock) yang lebih banyak

12 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran histologis

testis terkait dengan jumlah populasi sel spermatogonia pada ikan mas Cyprinus

carpioL pada tingkat kedewasaan yang berbeda

2

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Sel Stem

Sel stem ialah sel yang belum berdiferensiasi dan memiliki potensi untuk

berdiferensiasi menjadi jenis sel lain Kemampuan berdiferensiasi tersebut

memungkinkan sel stem ini menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan

sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup Sel stem ini merupakan suatu

jenis sel yang spesial dengan kemampuannya yang sangat unik untuk

memperbanyak dan memperbaharui dirinya sendiri Keunikan lainnya adalah

kemampuannya untuk dapat berubah menjadi berbagai macam jenis sel yang

berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya Bila sel stem di tanam dalam

jaringan otak maka akan menjadi sel otak bila ditanam di jantung akan menjadi

sel jantung dan bila ditanam di jaringan tulang maka berkembang menjadi sel

tulang (Faried 2007)

Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

tersebut maupun berdasarkan asalnya Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh sel

stem terdapat 4 macam sel induk yaitu 1) Sel induk ber-totipotensi (toti = total)

adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis

sel Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma 2) Sel induk ber-pluripotensi (plur I = jamak) 3) Sel induk

ber-multipotens 4) Sel induk ber-unipotensi (uni = tunggal) adalah sel induk

yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk

Sedangkan berdasarkan jenis dan asal sel stem sel induk dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu 1) Embryonal stem cells yaitu berasal dari embrio pada fase

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian

dalam dan dikultur secara in vitro Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa seperti sel-sel darah sel-

sel otot sel-sel hati sel-sel ginjal dan sel-sel lainnya Embryonal stem cells ini

terbagi dua yaitu (Faried 2007) a) Embryonic stem cells berasal dari kumpulan

sel bernama inner cell mass yang merupakan bagian dari embryo fase awal yang

3

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

dikenal sebagai blastocyte b) Embryonic germ cells berasal dari jaringan fetus

Sel tersebut diisolasi dari primordial stem cells yang di ambil dari jaringan gonad

2) Adult stem cells yaitu berasal dari sel yang belum berdiferensiasi pada sel

individu dewasa tetapi memiliki sifat-sifat menyerupai sel stem (Faried

2007) Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik yaitu a) Sel-sel

tersebut dapat berproliferasi dalam periode yang panjang untuk memperbarui

diri b) Sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial

22 Testis

Testis merupakan sepasang organ memanjang yang terletak pada dinding

dorsal (Tang dan Affandi 2002) Pada ikan mas testis berbentuk lonjong dan

berwarna putih susu Testis sebagai gonad jantan memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai penghasil spermatogonia dan mensekresi hormon androgen (Nalbandov

1990) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel spermatogonia dan sel

sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtyas 2006) Tubulus biasanya belum

mengandung rumen dan terdapat jaringan ikat yang tebal di sekitar tubulus

(Prasetyaningtyas 2001) Terdapat beberapa jaringan di dalam testis (Pergiwa

2003) yaitu

1) Tubuli seminiferi epitelnya terdiri dari dua macam sel yang berbeda yaitu

sel germinatif dan sel sertoli Sel Germinatif merupakan sel yang akan

mengalami perubahan selama proses spermatogenesis sebelum siap untuk

mengadakan fertilisasi Sel sertoli merupakan sel yang berbentuk panjang dan

kadang-kadang seperti piramid terletak dekat atau diantara sel germinatif Sel

ini memberi makan kepada spermatozoa yang masih muda memfagosit sel-sel

spermatozoa yang telah mati atau mengalami degradasi 2) Sel stroma atau

tenunan pengikat di luar tubuli seminiferi yang mengandung pembuluh darah

limfe sel saraf dan sel makrofag 3) Sel interstitial dan sel-sel Leydig Sel

Leydig dapat menghasilkan hormon testosteron yang juga dihasilkan oleh

spermatozoa dan kelenjar adrenal

Sel spermatozoa merupakan hasil perkembangan dari sel spermatogonia

yang diproduksi oleh tubul seminiferi dari testis pada epitel germinatif dengan

4

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

cara pembelahan Hal ini terjadi melalui proses spermatogensesis secara

sempurna setelah individu mencapai dewasa kelamin Proses spermatogenesis

dibagi menjadi empat tahap (Ownby 1999) yaitu

1) Tahap proliferasi yaitu dimulai sejak sebelum lahir sampai saat setelah

lahir Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli seminiferi

melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan banyak

sel spermatogonia

2) Tahap tumbuh yaitu spermatogonia membelah diri secara mitosis

sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia

3) Tahap menjadi masak yaitu sel spermatogonia menjadi sel spermatosit

Pada tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer

berubah menjadi sel spermatosit sekunder Kemudian sel spermatosit

sekunder akan berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan

jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n)

4) Tahap transformasi yaitu terjadi proses metamorfosa seluler dari sel

spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa

Menurut Djuwita dkk (2000) proses spermatogenesis dibagi menjadi dua

tahap yaitu 1) Spermatositogenesis adalah pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan mitosis yang diikuti dengan pembelahan reduksi (meiosis)

Pada fase ini spermatogonia mempunyai kemampuan memperbaharui diri

sehingga menjadi dasar spermatogonial stem cell (Ogawa et al 1997) Pada

pembelahan meiosis jumlah kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid

(2n) menjadi haploid (n) sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial

juga berkembang menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer Spermatosit primer akan berkembang menjadi

spermatosit sekunder Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan

menghasilkan spermatid 2) Spermiogenesis yaitu sel spermatid akan

mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna

Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom kepala badan

dan ekor dari spermatozoa

5

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

Gambar 1Gambar Histologis Testis Ikan (Takayama dan Hibiya 1995 )

2 Sel spermatogonium primer 3 Sel spermatogonium sekunder 4 Sel spermatosit

primer 6 Sel spermatosit sekunder 8 Sel spermatid 9 Sel spermatozoa

23 Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan sel jaringan maupun organ hidup dari

donor kepada resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan

tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang (Nurcahyo 2007) Jaringan atau

organ yang didonorkan bisa berasal dari tubuh yang masih hidup maupun yang

belum lama mati Yang lebih efektif adalah jaringan yang berasal dari tubuh yang

masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi Transplantasi sel induk dapat

berupa (Arifin 2004) 1) Transplantasi autologus menggunakan sel induk pasien

bersangkutan yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi 2)

Transplantasi alogenik menggunakan sel induk dari donor yang cocok yaitu

berasal dari induk yang memiliki hubungan keluarga atau tanpa hubungan

6

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

keluarga 3) Transplantasi singenik menggunakan sel induk dari saudara kembar

identik

Masalah terbesar dalam transplantasi adalah rejeksi (penolakan)

sebagaimana kuman atau benda asing yang memasuki tubuh dan tubuh penerima

akan mengembangkan berbagai reaksi penolakan atau rejeksi terhadap organ dan

jaringan yang baru dicangkokkan tersebut Untuk mengurangi besarnya penolakan

tersebut maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki

kesesuaian yang semaksimal mungkin Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang

semaksimal mungkin dilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien

Transplantasi yang paling baik dilakukan bila organ atau jaringan pengganti

berasal dari tubuh sendiri (Anonimous 2002) karena tidak akan menimbulkan

rejeksi Sebaliknya organ atau jaringan yang berasal dari orang lain (kecuali

saudara kembar satu telur) sering menimbulkan reaksi penolakan yang mungkin

mengakibtakan berbagai komplikasi

Jika seseorang menerima jaringan dari donor maka antigen pada jaringan

yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien

bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing (Nurcahyo 2007) Antigen

adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia Tiga antigen spesifik

pada permukaan sel darah merah adalah A B dan Rh yang menentukan apakah

akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah Karena itu

darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut Jaringan lainnya

memiliki berbagai antigen sehingga penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi

Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan

antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah

Semakin sesuai antigen HLA-nya maka kemungkinan besar pencangkokan akan

berhasil Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan jaringan dari donor dan

resipien diperiksa jenis HLA-nya Pada kembar identik antigen HLAnya benar-

benar sama

Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung beberapa memiliki

antigen yang sama 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang

sama Meskipun jenis HLA agak mirip tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

7

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

dikendalikan maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak Penolakan

biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian Penolakan bisa

bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif

meskipun telah dilakukan pengobatan Penolakan tidak hanya dapat merusak

jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan

komplikasi

24 Transplantasi Sel Stem Spermatogonia

Dalam setiap proses reproduksi pada umumnya benih ikan dihasilkan dari

embrio yang berkembang dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma induknya

atau yang dikenal dengan istilah fertilisasi Sel sperma dan sel telur ini

berkembang dari sel gonia masing - masing yaitu merupakan sel pertama yang

berkembang dari proses gametogenesis Pada ikan betina disebut sel oogania dan

pada ikan jantan disebut sel spermatogonia

Teknologi dalam budidaya telah berhasil menghasilkan keturunan suatu

spesies ikan yang salah satu induknya berasal dari spesies lain yaitu dengan

melalui transplantasi sel spermatogonia Sel spermatogonia secara alamiah akan

berkembang akan menjadi sperma tetapi apabila disuntikkan ke dalam perut

embrio ikan betina akan berkembang menjadi sel telur Namun tak semua spesies

bisa menerima transplantasi semacam itu jika tak menemukan kerabat dekat suatu

spesies bersangkutan untuk menjadi orang tua pengganti

Sel spermatogonia merupakan sel pertama dari proses spermatogenesis

Sel spermatogonia akan tetap dalam masa dorman hingga masa pubertas

(Slomianka 2006) Pada testis muda biasanya terlihat hanya ada sel

spermatogonia dan sel sertoli pada tubulusnya (Prasetyaningtias 2006) Di dalam

epitel seminiferus sel spermatogonia terbagi menjadi dua tipe sel yaitu sel

spermatogonia tipe A dan tipe B (Slomianka 2006)

1) Sel spermatogonia tipe A memiliki nukleus yang berbentuk bulat dengan

rangkaian benang-benang kromatin dengan satu atau dua nukleoli

Spermatogonia tipe A merupakan sel yang dapat membentuk generasi baru baik

berupa sel spermatogonia tipe B maupun sel spermatogonia tipe A Sel ini

8

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup

organisme dan juga dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti halnya

sel spermatogonia terdiferensiasi Sel spermatogonia tipe A ini dapat menurunkan

informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi

2) Sel spermatogonia tipe B memiliki nuklei yang berbentuk bulat dan benang-

benang kromatin berbagai ukuran biasanya terikat pada membran nuklear dan

satu nukleolus Meskipun sel spermatogonia tipe B dapat meregenerasi akan

tetapi tidak dapat berfungsi seperti se steml dan pembelahan mitosis akhirnya

akan selalu berbentuk spermatosit primer

Transaplantasi sel spermatogonia telah berhasil dilakukan diantaranya oleh

Goro Yoshizaki dari Universitas Tokyo yaitu dengan mengisolasi spermatogonia

dari testis ikan rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dan mentransplantasikan

dalam rongga perut ikan jantan dan betina lainnya Pada tubuh ikan jantan sel

yang ditransplantasikan berkembang menjadi sperma sedangkan pada ikan betina

menjadi sel telur (Wah 2006) Dalam riset Yoshizaki sperma ikan salmon jantan

yang ditransplantasi dengan bakal gonad atau primordial germ cell tahap awal

pembentukan sperma dan digunakan untuk membuahi telur trout hanya

menghasilkan 04 persen anak ikan trout sehat sisanya adalah ikan hibrida yang

tidak berumur panjang Untuk meningkatkan persentase itu tim Yoshizaki

berupaya membuat salmon yang didesain memiliki tiga set kromosom sehingga

menjadi mandul Ketika diinjeksi dengan sel spermatogonia ikan itu

memproduksi sperma aktif dan telur seluruhnya dari ikan trout Anak-anak yang

dihasilkan pun 100 persen ikan trout tak ada lagi ikan hibrida salmon - trout

(Dewi 2007)

9

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

III METODOLOGI

31 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2008 di

Laboratorium Kesehatan ikan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika

Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan dan

di Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

32 Prosedur kerja

Sampel ikan yang digunakan ialah ikan mas yang terdiri dari ikan muda

dan dewasa masing-masing sebanyak 3 ekor yang bervariasi bobot tubuhnya

Setiap ekor ikan mas ditimbang bobot tubuhnya kemudian dibedah untuk diambil

testisnya dan ditimbang untuk menghitung nilai GSI-nya Testis yang didapatkan

di fiksasi ke dalam larutan Bouin untuk kemudian dibuat preparat histologis

(Lampiran)

Dengan menggunakan mikroskop cahaya maka secara histologis

didapatkan gambaran mikroskopik morfologi dan jumlah populasi sel germinal

dari jaringan testis pada ikan mas Penentuan gambaran morfologi dan jumlah

populasi sel germinal ini dtentukan berdasarkan perbedaan warna bentuk dan

letak dari masing-masing kelompok sel-nya Penggunaan pewarna HE

dimaksudkan karena pewarna ini dapat menggambarkan struktur dan komponen

dari suatu jaringan

Hematoksilin-Eosin (HE) termasuk pewarna mordant dimana terdapat

mordant (metal) sebagai perantara untuk mengikat molekul zat warna

Hematoksilin adalah zat warna alami yang bersifat basa (basofili) yang akan

mewarnai jaringan yang bersifat asam (asidofilik) yang memberikan warna biru

pada inti Sedangkan eosin merupakan zat warna sintetik yang bersifat asam

(asidofilik) yang akan mewarnai komponen basa dalam jaringan yaitu yang

terdapat pada protein sitoplasma sehingga sitoplasma berwarna merah

10

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

34 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yang meliputi parameter berat

tubuh berat gonad dan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan disajikan dalam

bentuk grafik dan foto gambaran mikroskopis morfologi dan jumlah sel

spermatogonia secara visual pada sampel histologis Nilai GSI dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut

GSI = WgW x 100

Keterangan

Wg = Bobot testes

W = Bobot ikan

11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 1 Gonado Somatic Index (GSI)

Perkembangan testis berhubungan dengan nilai GSI GSI merupakan

perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh (Effendie 1997)

Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan mas ukuran

kecil dan besar disajikan pada Gambar 1

Gambar 2 Grafik perbandingan bobot testis dengan nilai GSI pada ikan

mas ukuran kecil dan besar

Bobot testis ikan kecil yang terdiri dari 3 ukuran ikan dengan bobot le 30 g

bervariasi dari 013 g sampai 099 g Sedangkan pada ikan besar yang mempunyai

bobot ge 150 g bobot testisnya berkisar antara 956 g sampai 2789 g

Nilai GSI berkisar antara 165 sampai 899 Nilai GSI terkecil terdapat

pada ikan mas berukuran kecil dengan bobot testis 013 g sedangkan nilai GSI

terbesar terdapat pada ikan mas berukuran besar dengan bobot testis 2789 g

Pada ketiga ukuran ikan besar terdapat perbedaan nilai GSI yaitu GSI

lebih kecil pada ikan berbobot 270 g dibandingkan dengan ikan yang berbobot

150 g Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan gambaran histologisnya bahwa pada

ikan dengan bobot 270 g (ikan besar ke-III) telah mengalami pemijahan

sedangkan pada ikan dengan bobot 150 g (ikan besar 1) masih dalam

perkembangan untuk menjadi matang

12

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

4 2 Morfologi sel germinal

Morfologi sel germinal dari setiap organisme secara histologis adalah

spesifik Sel ini berdiferensiasi mulai dari sel spermatogonia hingga menjadi sel

spermatozoa Perkembangan testis ikan mas berdasarkan gambaran histologisnya

secara mikroskopis disajikan pada gambar 3 Pada ikan yang masih muda (gambar

3a) terlihat sel spermatogonia lebih dominan daripada sel lainnya Sedangkan

pada gambar 3b dan 3c terlihat populasi sel spermatid spermatosit primer dan

sekunder dalam jumlah yang berimbang Selain itu ditemukan pula sel

spermatogonia dalam jumlah lebih sedikit Sebaliknya pada ikan yang lebih

dewasa (gambar 3d dan 3e) sel spermatozoa tampak lebih dominan juga

ditemukan sel spermatogonia Fase tersebut menggambarkan gonad ikan yang

sedang mencapai puncak kematangan dan akan segera memijah Sedangkan

gambar 2 f memperlihatkan sel spermatozoa yang lebih sedikit dan tampak sel-sel

germinal lain yang sudah mulai terbentuk menunjukkan ikan sudah melewati

masa pemijahan dan kembali pada siklus awal

Menurut Wodzicka-Tomaszewska dkk (1991) sel spermatogonia

merupakan sel yang paling awal yang terdiri dari dan terletak satu lapis dibawah

membran dasar sedangkan turunan berikutnya secara cepat mendekati lumen Sel

spermatosit primer terletak di sekitar sel spermatogonia tetapi lebih dekat ke

lumen setiap sel membelah secara meitotik menjadi dua sel yang lebih kecil

Sedangkan sel spermatosit sekunder membelah segera setelah pembentukannya

sehingga jarang terlihat Sel spermatid merupakan sel yang jauh lebih kecil sangat

dekat dan berhubungan dengan sel sertoli kebanyakan dari sel ini mempunyai inti

dan tidak menunjukkan gambaran mitotik sel-sel ini mengalami perubahan

bentuk menjadi spermatozoa

Yani (1994) dalam Tang dan Affandi (2002) menjelaskan gambaran

gonad jantan ikan bentulu Barbichtys laevis dalam 5 fase yaitu 1) Pada ikan

muda sel spermatogonia telah terlihat dengan jelas (pembesaran 200 x) tubulus

seminiferus jelas terlihat yang merupakan tempat spermatozoa dihasilkan banyak

dijumpai pada jaringan ikat 2) Tahap perkembangan gonad gonad lebih

berkembang jaringan ikat semakin sedikit kantung tubulus seminiferus sudah

mulai di isi spermatosit primer 3) Dewasa spermatosit primer berkembang

13

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

menjadi spermatosit sekunder Spermatosit sudah menyebar namun masih

terbungkus oleh kista 4) Fase matang spermatosit sudah berkembang menjadi

spermatid dan spermatozoa Kantung tubulus seminiferus sudah diisi oleh

spermatozoa 5) Fase pemijahan gonad didominasi oleh spermatosit tapi sudah

muncul lagi spermatogonium Sebagian ruangan gonad terlihat banyak yang

kosong

14

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

3a 3 b

3 c 3 d

3 e 3 f

a Sel spermatogonia b Sel Spermatosit primer c Sel Spermatosit sekunder

d Sel Spermatid e sel Spermatozoa

Gambar 3 Gambar testis secara histologis pada ikan mas ukuran kecil dan besar

15

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

Secara kuantitatif perkembangan testis ikan dapat dilihat dengan

membandingkan gambaran histologis testis secara mikroskopis dengan nilai GSI

Pada gambar 3a terlihat populasi sel spermatogonia yang lebih dominan hampir

di seluruh tubulus dengan bentuk bulat dan seragam terlihat sebuah nukleus di

dalamnya Menurut Chinabut et al (1991) kebanyakan sel spermatogonia

mempunyai sebuah nukleus yang bentuknya tidak beraturan serta mempunyai

sebuah nukleolus Proses akhir sel spermatogonia akan tumbuh dan membelah

menjadi spermatosit primer spermatosit sekunder spermatid dan spermatozoa

dan bergerak kedalam mendekati lumen Pada gambar 3b populasi sel

spermatogonia jumlahnya jauh lebih sedikit dan populasi sel lainnya sudah mulai

berkembang dan mengelompok dengan warna yang berbeda dan bentuk yang

spesifik Populasi sel spermatosit primer sudah terlihat cukup banyak dengan

warna biru keunguan terletak dekat dengan sel spermatogonia dan bentuknya

lebih kecil daripada sel spermatogonia Sel spermatosit sekunder bentuknya lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder sedangkan sel spermatid terlihat lebih

kecil daripada sel spermatosit sekunder dengan warna biru pekat dan jumlahnya

lebih banyak daripada sel germinal lainnya Gambar 3c memperlihatkan jumlah

populasi dari sel spermatogonia yang lebih sedikit dan semakin berkurang dan sel

germinal lainnya yang semakin bertambah Pada gambar 3d terlihat populasi sel

spermatozoa yang sangat banyak dengan bentuk yang sangat kecil dan berwarna

merah pekat hampir memenuhi seluruh ruang tubulus dan populasi sel germinal

lain yang sudah sangat jarang Populasi sel spermatozoa yang semakin bertambah

banyak dan menyebar terlihat pada gambar 3e Sedangkan pada gambar 3f

populasi dari sel spermatozoa jumlah populasinya menjadi menurun terlihat

dengan adanya ruang-ruang kosong pada tubulusnya sedangkan germinal lainnya

mulai muncul kembali

Semakin meningkat nilai GSI dan akan mencapai batas maksimum

menunjukkan saat akan terjadi pemijahan (Effendi 1997) Perkembangan testis ini

terlihat jelas pada gambar 3d dan 3e Nilai GSI juga terlihat meningkat dengan

bertambahnya bobot tubuh dan bobot testis Nilai terkecil terdapat pada ikan

berukuran kecil I yaitu 165 dan terbesar terdapat pada ikan berukuran besar II

yaitu 899 Hal ini sesuai yang digambarkan secara histologis (Gambar 3 a)

16

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

bahwa pada ikan kecil I memperlihatkan testis yang lebih muda yaitu terlihat

dengan adanya populasi sel spermatogonia dalam jumlah yang lebih banyak

Pada nilai GSI yang paling besar yaitu ikan besar II terlihat adanya jumlah

populasi sel spermatozoa yang lebih banyak (Gambar 3e) hal ini memperlihatkan

bahwa ikan tersebut sedang mencapai puncak pematangan dan akan mulai

memijah Diantara kelompok ikan besar ikan besar III nilai GSI-nya lebih kecil

padahal bobot tubuh dan bobot testisnya lebih besar dari ikan besar I yang nilai

GSI-nya lebih besar (gambar 3f) Dalam hal ini nilai GSI yang lebih kecil ini

dikarenakan ikan besar III tersebut sudah melewati proses pemijahan sehingga

bobot tubuh dan bobot testisnya pun menjadi menurun Secara histologis sel- sel

spermatozoa-nya terlihat lebih sedikit kemudian terlihat pula sel-sel germinal lain

yang mulai terbentuk kembali

17

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

V KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran histologis testis ikan mas Cyprinus carpioL

jumlah populasi sel spermatogonia yang paling banyak ditemukan adalah pada

ikan yang memiliki nilai GSI yang paling kecil dengan bobot ikan 788 g (ikan

yang lebih muda)

18

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

VI DAFTAR PUSTAKA

Anonimous 2002 Transplantasi httpwwwrepublikacoid

2008 Pengobatan Regeneratif Dengan Sel Induk

httpwwwristekgoid

Arifin P 2004 Potensi Transplantasi Sel Induk httpwwwkompascom

Chinabut S C Limsuwan and P Kitsawat 1991 Histology Of The Walking

Catfish Clarias batrachus International Development Research

Centre Canada

Dewi T 2007 Demi Sepotong Sushi Tuna httpwwwtempointeraktifcom

Djuwita I Boediono A Mohamad K 2000 Bahan Kuliah Embriologi

FKHIPB Bogor

Effendie M I 1997 Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusatama

Faried A 2007 Cancer Stem cells And Cancer Stem Cells

httpwwwahmadfariedcom

Nalbandov AV 1990 Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia Dan Unggas

Keman S Penerjemah Jakarta UI Press

Nurcahyo 2007 Pencangkokkan httpwwwindonesiaindinesiacom

Ogawa T Arechaga JM Avarbock MR Brinster RL 1997 Transplantation

of Testis Germinal Cells In To Mouse Seminiferous Tubules Int J

Dev Biol 41 111-122

19

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

Ownby C 1999 Spermatogenesis httpwwwcvmarkstateedu

Pergiwa SG 2003 Gambaran Morfologi Tahapan Spermatogenesis Pada

Kucing Lokal Felis catus Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2001 Studi Histokimia Lektin Pada Distribusi

Glikokonjugat Di Epitel Tubuli Seminiferi Testis Babi Rusa

Babyrousa babyrussa Skripsi Bogor FKH IPB

Prasetyaningtias WE 2006 Transplantasi Testis Muda Sebagai Upaya

Preservasi Gonad In Vivo Laporan Penelitian Dosen Muda Institut

Pertanian Bogor IPB

Slomianka 2006 Blue Histology - Male Reproduction System School Of

Anatomy And Human Biology ndash The University Of Western

Australia Australia

Takashima F and Hibiya T 1995 An Atlas Of Fish Histology Normal and

Features Second Edition Tokyo Kondasha Ltd

Tang M U Affandi Ridwan 2002 Biologi Reproduksi Ikan

Wah 2006 Spermatogonia ikan Jantan Bisa Betina Bisa

httpwwwkompascoid

Wodzicka-Tomaszewska Manika Sutama IK Putu IG Chaniago TamrinD

1991 Reproduksi Tingkah Laku Dan Produksi Ternak Di

Indonesia Jakarta Gramedia Pustaka Utama

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

Lampiran 1 Pembuatan Preparat Histologis dengan Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)

a Fiksasi

Ikan mas yang telah diambil testisnya dimasukan kedalam larutan fiksatif

(Bouin) selama 24 jam Setelah fiksasi beberapa bagian dari testis dipotong dan

dilabeli kemudian dimasukkan kedalam basket untuk selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan dehidrasi

b Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan potongan testes yang telah difiksasi

kedalam alkohol 70 sebagai stopping point selama jangka waktu yang tidak

ditentukan Setelah itu potongan testes dipindahkan ke dalam alkohol 80 90

95 masing-masing selama 24 jam sedangkan pada alkohol 100 (absolut I

II III) lama pemaparan masing-masing I jam

c Clearing atau Penjernihan

Clearing atau penjernihan dilakukan dengan memindahkan jaringan dari

alkohol absolut III ke larutan penjernih (Xylol) Pemaparan dilakukan dalam

xylol I (30 menit) xylol II (30 menit) dan xylol III (1 jam)

d Infiltrasi dan Embedding

Infiltrasi dilakukan dalam parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator

bersuhu 60-70 oC dan dilakukan secara bertahap (3 tahap) dengan lama

pemaparan masing-masing selama 1 jam Embedding dilakukan dengan

memasukkan potongan jaringan ke dalam cetakan embedding yang sebelumnya

telah diisi parafin cair hingga cembung di atas plate panas pada embedding tissue

console Cetakan embedding selanjutnya dipindahkan ke plate dingin dan setelah

parafin setengah membeku label jaringan dtempelkan dan diapungkan di atas air

dingin Setelah parafin beku sempurna hasil embedding dapat dilepas dari

cetakannya dan diris-iris berbentuk segi empat lalu ditempelkan pada blok kayu

e Pemotongan Blok Parafin

Proses pemotongan diawali dengan memasang blok jaringan pada mikrotom

selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 microm Proses pemotongan

dilakukan berkali-kali hingga diperoleh potongan yang sempurna Hasil potongan

21

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc

diambil dengan cara melekatkan pada kertas basah dan ditempatkan diatas

permukaan air dingin selama beberapa saat pindahkan ke atas permukaan air

hangat dan selanjutnya ditempelkan pada gelas objek dan diamati di bawah

mikroskop Hasil potongan yang baik dilabeli pada bagian yang terdapat sediaan

dikeringkan dan disimpan di dalam inkubator

f Deparafinisasi dan Rehidrasi

Proses deparafinisasi dan rehidrasi pada dasarnya membalik rangkaian proses

sebelumnya dengan tujuan sediaan bersih dari parafin dan terisi air kembali

sehingga agen pewarna dapat bekerja untuk mewarnai sel-sel komponen

ekstraseluler Sediaan dimasukan kedalam xylol sebanyak 3 kali untuk melarutkan

parafin Rehidrasi dilakukan bertahap dengan cara memasukkan sediaan ke dalam

larutan alkohol bertingkat dari alkohol absolut tiga kali 95 90 80 dan 70

dengan lama pada masing-masing tahap 3-5 menit setelah itu dilakukan

rehidrasi dalam air kran selama 10 menit dan aquades 5 menit

g Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

Pewarnaan diawali dengan mencuci preparat pada air mengalir selama 10

menit dan destilated water selama 5 menit Preparat direndam dalam hematoksilin

selama 5-10 menit kemudian direndam dalam air mengalir selama 15-30 menit

dan DW selama 5 menit Setiap tahapan harus diamati di bawah mikroskop untuk

mengetahui apakah pewarnaan sudah cukup baik atau belum Tanda bahwa

preparat telah terwarnai dengan baik bila inti berwarna biru Bila sudah member

hasil yang dikehendaki dilanjutkan dengan pewarnaan dengan eosin plusmn 5 menit

kemudian dilakukan dehidrasi dimulai dengan alkohol konsentrasi mulai 70 80

90 95 dan alkohol absolut I II dan III Untuk clearing dilakukan dengan

xylol I II dan III

22

  • 1 coverdoc
  • 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASIdoc
  • 3 ringkasandoc
  • 4 cover dalamdoc
  • 5 Lembar pengesahandoc
  • 6 KATA PENGANTARdoc
  • 7 RIWAYAT HIDUPdoc
  • 8 DAFTAR ISIdoc
  • 9 DAFTAR GAMBARdoc
  • 10 PENDAHULUANdoc
  • 11 TINJAUAN PUSTAKAdoc
  • 12 METODOLOGIdoc
  • 13 HASIL DAN PMBAHASANdoc
  • 14 KESIMPULANdoc
  • 15 DAFTAR PUSTAKAdoc
  • 16 LAMPIRANdoc
  • 17 LAMPIRAn1doc