percaya diri gi
DESCRIPTION
Percaya Diri GiTRANSCRIPT
A. JUDUL PENELITIAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GRUP
INVESTIGATION PADA PELAJARAN IPA TERHADAP RASA PERCAYA
DIRI SISWA KELAS IV SD NEGERI O2 KEC. SUNGAI APIT, KAB. SIAK
B. BIDANG KAJIAN : PGSD/IPA
C. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau disebut
juga dengan proses humanisasi. Pendidikan memegang peranan penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu pendidikan menuntut orang-
orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sama secara maksimal dan
penuh rasa tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Terdapat berbagai faktor yang dapat menimbulkan resiko kegagalan anak disekolah.
Suyanto (2009) menyebutkan bahwa faktor-faktor tersebut bukan terletak pada kecerdasan
otak, tetapi pada karakter yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan
bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Rasa percaya diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai
berbagai tujuan didalam hidupnya . Anak yang penuh percaya diri akan memiliki sifat-
sifat antara lain: (1) Bersifat lebih independen, tidak terlalu tergantung orang
lain; (2) Mampu memikul tanggung jawab yang diberikan; (3) Bisa menghargai diri
dan usahanya sendiri; (4) Tidak mudah mengalami rasa frustasi; (5) Mampu menerima
tantangan atau tugas baru; (6) Memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap
stabil; (7) Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain. Tingginya hasil
belajar dipengaruhi oleh percaya diri siswa yang tinggi dan sebaliknya hasil
belajar rendah karena dipengaruhi oleh rendahnya percaya diri siswa dalam
belajar. Pembentukan karakter di bidang pendidikan khususnya di sekolah bukan
hanya tugas dari salah satu disiplin ilmu saja. Pembentukan karakter merupakan
kewajiban semua disiplin ilmu termasuk disiplin Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
1
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama bulan Maret 2015 di
di SDN 02 Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak pada siswa kelas V yang
berjumlah 19 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 9 perempuan. Terungkap
bahwa hasil belajar siswa rendah dikarenakan tidak ada rasa percaya diri untuk
menerima tantangan dalam belajar seperti tidak mau mengeluarkan pendapat
sebab tidak percaya akan kemampuan yang dimiliki, kurangnya keingingan
siswa untuk bertanya kepada guru tentang materi yang tidak dimengerti,
kurangnya keinginan untuk mencatat materi yang dijelaskan, siswa suka
bermenung saat guru menerangkan pelajaran, dan siswa kebanyakan suka
menyontek saat ujian. Perilaku menyontek merupakan salah satu fenomena
pendidikan yang sering dan bahkan selalu mencul menyertai aktivitas proses
belajar mengajar. Hal ini menggambarkan ketidaksiapan terutama pada diri
siswa dalam menghadapi ujian. Selain itu rendahnya rasa percaya diri yang
dimiliki siswa, mendorong siswa untuk melakukan kecurangan dalam
mengerjakan soal-soal ujian. Kurangnya kepercayaan diri siswa akan
kemampuan dirinya akan berpengaruh terhadap hasil yang diperolehnya.
Karena siswa banyak menggantungkan pencapaian hasil belajarnya pada orang
lain atau sarana tertentu dan bukan kemampuan dirinya sendiri.
Masalah di atas disebabkan karena pada saat pembelajaran guru belum
maksimal dalam menggunakan model pembelajaran yang melatih kemampuan
siswa dalam berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
didahului dengan kegiatan penyelidikan. Pembelajaran lebih cenderung
didominasi oleh guru, sehingga guru masih menjadi sumber utama dalam
proses pembelajaran. Siswa kurang terlatih dalam memecahkan suatu masalah
dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajari di sekolah ke dalam dunia
nyata. Siswa belum sepenuhnya berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, saat
guru memberikan pertanyaan, hanya sedikit siswa yang mau menjawab
pertanyaan dari guru. Demikian pula dalam hal berpendapat dan bertanya,
hanya sebagian kecil siswa yang menunjukan keaktifan berpendapat dan
2
bertanya, kebanyakan dari siswa masih malu, takut dan ragu untuk mengajukan
pertanyaan atau pendapat mereka.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu diadakannya perbaikan dalam
proses pembelajaran agar dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga
hasil belajar siswa pun dapat dicapai secara maksimal. Salah satu caranya yaitu
dengan menggunakan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat menumbuhkan sikap percaya diri
siswa. Dalam hal ini mendorong penulis untuk menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI).
Komalasari (2011: 75) menyatakan bahwa Group Investigation adalah
strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dengan demikian siswa
ditempatkan ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu
topik, sehingga peran guru tidak terlalu dominan dalam pembelajaran, selain
itu siswa akan lebih mampu mengembangkan sikap percaya diri dalam
bertanya, mengemukakan pendapat dan ide-ide baru dalam kerja kelompok,
berani mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan secara langsung akan
membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Inverstigation Pada Pelajaran IPA
Terhadap Rasa Percaya Diri Siswa Kelas IV SD Negeri O2 Kec. Sungai Apit,
Kab. Siak.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi pokok
permasalahan adalah :
1. “apakah ada perbedaan rasa percaya diri siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai Apit, Kab. Siak?”
3
2. “apakah ada perbedaan peningkatan rasa percaya diri siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai
Apit, Kab. Siak?”
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:
1. “Untuk mendeskripsikan perbedaan rasa percaya diri siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai
Apit, Kab. Siak?”
2. “Untuk mendeskripsikan peningkatan rasa percaya diri siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai
Apit, Kab. Siak?”
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
a. Dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.
b. Mengajak siswa untuk belajar aktif, kreatif, dan inovatif dalam
pembelajaran IPA
2. Bagi guru
a. Sebagai alternatif dan bahan pertimbangan dalam pemilihan model
pembelajaran yang tepat guna meningkatkan rasa percaya diri siswa.
b. Dapat dijadikan tambahan wawasan model pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan bagi siswa.
3. Bagi sekolah
a. Dapat dijadikan sumbangan yang lebih baik bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran
b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
4. Bagi Peneliti
4
a. Dapat memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya dan
diharapkan peneliti juga dapat memperoleh pengetahuan dan
pengalaman baru yang sangat berarti dan berguna dimasa datang.
b. Mampu menerapkan pembelajaran kreatif pada pembelajaran IPA.
G. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pengaruh
Pengaruh adalah sesuatu yang menunjukkan adanya korelasi/hubungan
sebab akibat, yaitu keadaan yang menjadi sebab bagi keadaan lain.
Pengaruh disini adalah akibat yang timbulkan karena adanya penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe grup investigation terhadap rasa
percaya diri.
2. Model kooperatif tipe Grup Investigation
Menurut Tianto (2006:78), model pembelajaran kooperatif tipe gi
merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan,
baik dalam menentukan topik maupun cara-cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi.
3. Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk
hidup dan proses kehidupan dialam semesta.
4. Rasa percaya diri
kepercayaan diri adalah bagaimana kita merasakan tentang diri kita sendiri,
dan perilaku kita akan merefleksikannya tanpa kita sadari (Adywibowo,
2010:40). Rasa percaya diri bisa juga diartikan sebagai sikap percaya dan
yakin akan kemampun yang dimiliki, yang dapat membantu seseorang
untuk memandang dirinya dengan positif dan realitis sehingga ia mampu
bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri adalah rasa percaya terhadap diri sendiri untuk melakukan
sesuatu, dalam situasi tertentu, serta mencapai tujuan tertentu.
5
H. KAJIAN TEOROTIS
1. Model Pembelajaran Kooperatif
1.1 Pengertian model pembelajaran kooperatif
Salah satu metode pembelajaran yang berkembang saat ini adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mengacu kepada
berbagai metode mengajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil.
Mereka saling membantu melakukan kegiatan akademis dan saling
mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam pembelajaran sehingga
mereka saling mengerti dan memahami pembelajaran tersebut. Dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, meningkatkan hubungan antar siswa dengan kelompoknya,
menghilangkan rintangan yang terjadi dalam pergaulan sesama siswa.
(Giman dkk, 2009:55)
Menurut Slavin (dalam Isjori, 2009:15), pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang
dengan struktur kelompok secara heterogen. Sedangkan pembelajaran
kooperatif menurut Suprijono (2010:267) adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Dalam pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa
dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana kelas
merupakan cerminan dari masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium
untuk belajar dalam kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran
kooperatif dapat membentuk siswa agar dapat memiliki keterampilan
sosial yang tinggi, dapat mengembangkan sikap demokratis dan terampil
berpikir logis.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
6
menggunakan strategi pengajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa
bekerja sama dalam kelompok kecil dan untuk mencapai tujuan bersama
dalam memahami materi pelajaran.
1.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Menurut Noor (Giman dkk, 2009:57) terdapat enam langkah utama
dalam pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut ditunjukkan
pada tabel berikut:
Tabel 1.2
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menayampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa dalam belajar
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana cara membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat siswa
mengerjakan tugas
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau setiap kelompok
7
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu atau
kelompok
1.3 Penghargaan Kelompok Dalam Pembelajaran Kooperatif
Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-
masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor
kemajuan kelompk yaitu dengan mengumpulkan skor kemajuan
masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata
kelompok.
Tabel 1.3
Kriteria Penentuan Nilai Perkembangan
Skor Kuis Nilai Perkembangan
Lebih 10 poin dibawah skor dasaer 5
10 poin sampai 1 poin dibawah skor dasar 10
Sampai 10 poin diatas skor dasar 20
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30
Hasil sempurna (tanpa memperhatikan skor
dasar)
30
Menurut Slavin (Dalam Giman dkk, 2009:59) bahwa guru boleh
mengubah kriteria tersebut sebagai berikut:
Tabel 1.4
Tingkat penghargaan Kelompok
Nilai Rata-rata Kelompok Penghargaan
5 < X ≤ 15 Baik
5 < X ≤ 25 Hebat
5 < X ≤ 30 Super
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation (GI)
8
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation
Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah model Group
Investigation. Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang
kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan
pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran
demokratis. Model ini dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert A.
Thelen yang menggabungkan pandangan- pandangan proses sosial yang
demokratis dengan penggunaan strategi- strategi intelektual atau ilmiah
untuk membantu manusia menciptakan pengetahuan dan masyarakat yang
teratur dengan baik.
Grup investigation (GI) adalah model pembelajaran yang melibatkan
siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe GI dapat merangsang imajinasi anak dan meberikan
kesempatan kepada kelompok diskusi untuk berpikir kritis dalam
memecahkan dan menemukan hasil dari soal yang diberikan guru.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI
mengharuskan setiap anggota dalam kelompok ikut andil dalam
pemecahan masalah hingga menemukan hasil yang akurat. Siswa
dilibatka sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Komalasari (2011: 75) menyatakan bahwa Group Investigation adalah
strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok
untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dengan demikian
siswa ditempatkan ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi
terhadap suatu topik, sehingga peran guru tidak terlalu dominan dalam
pembelajaran, selain itu siswa akan lebih mampu mengembangkan sikap
percaya diri dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan ide-ide baru
9
dalam kerja kelompok, berani mempresentasikan hasil kerja kelompok,
dan secara langsung akan membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation (GI) ini
dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dilakukan secara
diskusi dengan kelompoknya. Sehingga dapat mendorong siswa untuk
aktif dalam pembelajaran. Serta model pembelajaran kooperatif teknik
Group Investigation (GI) ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu
metode pengajaran yang mendukung terjadinya komunikasi dan interaksi
selama proses belajar, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif. Selain itu model pembelajaran kooperatif dapat
merangsang siswa untuk lebih termotivasi dan lebih antusias terhadap
mata pelajaran IPA.
2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup
Investigation
Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Grup Investigation (GI)
Fase Kegiatan Pembelajaran
Fase 1:
Mengidentifikasi topik dan
mengatur murid ke dalam
kelompok
- Siswa meneliti beberapa sumber,
mengusulkan sejumlah topik, dan
mengkategorikan saran-saran.
- Siswa bergabung dengan
kelompoknya untuk mempelajari
topik yang telah mereka pilih
- Komposisi kelompok didasarkan
pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen.
- Guru membantu dalam
pengumpulan informasi dan
memfasilitasi pengaturan
10
Fase 2:
Merencanakan tugas yang
akan dipelajari
- Para siswa merencanakan bersama
mengenai:
Apa yang kita pelajari?
Bagaimana kita mempelajarinya?
Siapa melakukan apa? (pembagian
tugas)
Untuk tujuan atau kepentingan apa
kita melakukan investigasi topik ini?
Fase 3:
Melaksanakan investigasi
- Para siswa menyimpulkan
informasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan
- Tiap anggota kelompok
berkonstribusi untuk usaha-usaha
yang dilakukan kelompoknya
- Para siswa saling bertukar,
berdiskusi, mengklarifikasi, dan
mensisntesis semua gagasan
Fase 4:
Menyiapkan laporan akhir
- Anggota kelompok menentukan
pesan-pesan esensial dari proyek
mereka
- Anggota kelompok merencanakan
apa yang akan mereka laporkan, dan
bagaimana mereka akan membuat
presentasi mereka
- Wakil-wakil kelompok membentuk
panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-renca
presentasi
Fase 5:
Mempresentasikan laporan
akhir
- Presentasi yang dibuat untuk seluruh
kelas dalam berbagai macam bentuk
- Bagian dari presentasi tersebut harus
11
dapat melibatkan pendengarannya
secara aktif
- Para pendengar tersebut
mengaevaluasi kejelasan dan
penampilan presentasi berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya oleh seluruh anggota
kelas
Fase 6:
Evaluasi
- Para siswa saling memberikan
umpan balik mengenai topik
tersebut, mengenai tugas yang telah
mereka kerjakan, mengenai
keefektifan pengalaman-pengalaman
mereka
- Guru dan siswa berkolaborasi dalam
mengevaluasi pembelajaran siswa
- Penilaian atas pembelajaran harus
mengevaluasi pembelajaran siswa
- Penilaian atas pembelajaran harus
mengevaluasi pemikiran paling
tinggi.
2.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation
a. Pembelajaran kooperatif dengan model Grup Investigation
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa
b. Penerapaan model pembelajaran koopreatif tipe Grup
Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa
12
c. Mengembangkan antusiasme dan rasa tertarik pada pelajaran yang
disajikan.
d. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja
sama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa
mengenal latar belakang
e. Model pembelajaran grup investigation melatih siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan
mengemukakan pendapatnya
f. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar
mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
2.4 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation
Model pembelajaran grup investigation merupakan model
pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran grup investigation juga membutuhkan waktu yang
lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Guru
membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman untuk dapat
menerapkan pembelajaran kooperatif dengan baik.
3. Rasa Percaya Diri
3.1 Pengertian Rasa Percaya Diri
Percaya diri berasal dari bahasa Inggris yakni self confidence yang
artinya percaya pada kemampuan, kekuatan dan penilaian diri sendir. Jadi
dapat dikatakan bahwa penilaian tentang diri sendiri adalah berupa
penilaian yang positif. Penilaian positif inilah yang nanti akan
menimbulkan sebuah motivasi dalam diri individu untuk lebih mau
menghargai dirinya. Pengertian secara sederhana dapat dikatakan sebagai
suatu keyakinan seseorang terhadap gejala aspek kelebihan yang dimiliki
oleh individu dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk
bisa mencapai berbagai tujuan hidupnya. Adler menyatakan bahwa
13
kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan rasa
percaya diri dan rasa superioritas. Rasa percaya diri juga dapat diartikan
sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap orang
dalam kehidupan serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya
secara utuh dengan mengacu pada konsep dirinya.
Menurut Thursan Hakim (2004:6), “Rasa percaya diri adalah suatu
keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya
dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai
berbagai tujuan dalam hidupnya”. Selain itu, Daniel Goleman (2005:83)
mengatakan, “Rasa percaya diri adalah keberanian yang dating dari
kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan kita”. Dari beberapa
pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah
suatu keyakinan dalam diri dengan kemampuan untuk mencapai suatu
tujuan dalam hidup. Maslow mengatakan bahwasannya kepercayaan diri
itu diawali oleh konsep diri. Menurut Centi konsep diri adalah gagasan
seseorang tentang dirinya sendiri, yang memberikan gambaran kepada
seseorang mengenai kepada dirinya sendiri. Sullivan mengatakan bahwa
ada dua macam konsep diri, konsep diri Positif dan konsep diri Negatif.
Konsep diri yang positif terbentuk karena seseorang secara terus menerus
sejak lama menerima umpan balik yang positif berupa pujian dan
penghargaan. Sedangkan konsep diri yang negatif dikaitkan dengan
umpan balik negatif seperti ejekan dan perendahan.
Menurut Basavanna (dalam Aggarwal, 2012:2), “Self-Confidence
refers to an individual’s perceived ability to act effectively in a situation
to overcome obstacles and to get things go all right”, yang berarti
kepercayaan diri merupakan kemampuan individu untuk bertindak secara
efektif dalam situasi tertentu, serta mengatasi hambatan dan berharap
semuanya akan berjalan baikbaik saja. Lauster (dalam Yulianto dan
Nashori, 2006:58) menjelaskan kepercayaan diri merupakan suatu sikap
atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang
14
bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat
merasa bebas melakukan hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang dan
memiliki dorongan untuk berprestasi. Rubin (dalam Apollo, 2005:49)
mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah kekuatan dalam diri individu
yang dapat menentukan langkah dalam mengatasi masalah. Rasa percaya
diri (self-confidence) adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang
dimiliki untuk menampilkan perlaku tertentu atau untuk mencapai target
tertentu. Dengan kata lain, kepercayaan diri adalah bagaimana kita
merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku kita akan
merefleksikannya tanpa kita sadari (Adywibowo, 2010:40).
Dari berbagai definisi di atas secara umum percaya diri adalah sikap
percaya dan yakin akan kemampun yang dimiliki, yang dapat membantu
seseorang untuk memandang dirinya dengan positif dan realitis sehingga
ia mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Rasa percaya diri
seseorang juga banyak di pengaruhi oleh tingkat kemampuan dan
ketrampilan yang dimiliki. Orang yang percaya diri selalu yakin pada
setiap tindakan yang dilakukannya, merasa bebas untuk melakukan hal-
hal yang sesuai dengan keinginannya dan bertanggung jawab atas
perbuatannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah rasa percaya
terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu, dalam situasi tertentu,
serta mencapai tujuan tertentu. Dari beberapa pengertian di atas, penulis
mencoba untuk mengungkapkan suatu pengertian percaya diri, yaitu suatu
perilaku individu dalam kaitan keyakinan atas potensi positif yang
dimiliki untuk bersikap yang seimbang dengan struktur emosional yang
ada pada diri individu dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi secara yakin bahwa individu yakin akan kemampuan yang
dimiliki untuk menghadapi dan memecahkan suatu permasalahan. Ciri-
ciri Kepercayaan Diri
15
3.2 Ciri-ciri Rasa Percaya Diri
Menurut Lauster (dalam Rondonuvu, 2013:16), ciri-ciri orang yang
mempunyai kepercayaan diri adalah sebagai berikut:
a. Percaya pada kemampuan sendiri
Suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang
terjadi, yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk
mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi. Kemampuan
adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk meraih atau dapat
diartikan sebagai bakat, kreativitas, kepandaian, prestasi,
kepemimpinan dan lain-lain yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu.
Kepercayaan atau keyakinan pada kemampuan yang ada pada diri
seseorang adalah salah satu sifat orang yang percaya diri. Apabila
orang yang percaya diri telah meyakini kemampuan dirinya dan
sanggup untuk mengembangkannya, rasa percaya diri akan timbul bila
seseorang melakukan kegiatan yang bisa dia lakukan. Artinya
keyakinan dan rasa percaya diri itu timbul pada saat seseorang
mengerjakan sesuatu dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan
Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang
dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain,
dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil. Individu terbiasa
menentukan sendiri tujuan yang bisa dicapai, tidak selalu harus
bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan masalah yang ia
hadapi. Serta mempunyai banyak energi dan semangat karena
mempunyai motivasi yang tinggi untuk bertindak mandiri dalam
mengambil keputusan seperti yang ia inginkan dan butuhkan.
c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri
Adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari
pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa
16
positif terhadap diri sendiri. Sikap menerima diri apa adanya itu,
akhirnya dapat tumbuh berkembang sehingga orang percaya diri dan
dapat menghargai orang lain dengan segala kekurangan dan
kelebihannya. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri, jika
mendapat kegagalan biasanya mereka tetap dapat meninjau kembali
sisi positif dari kegagalan itu. Setiap orang pasti pernah mengalami
kegagalan baik kebutuhan, harapan dan cita-cita. Untuk menyikapi
kegagalan dengan bijak diperlukan sebuah keteguhan hati dan
semangat untuk bersikap positif.
d. Berani mengungkapkan pendapat
Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri,
yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau
rasa yang dapat menghambat pegungkapan tersebut. Individu dapat
berbicara di depan umum tanpa adanya rasa takut, berbicara dengan
memakai nalar dan secara fasih, dapat berbincang-bincang dengan
orang dari segala usia dan segala jenis latar belakang. Serta
menyatakan kebutuhan secara langsung, terbuka, berani mengeluh jika
merasa tidak nyaman dan dapat berkampanye didepan orang banyak.
Menurut Derry dkk (dalam Rachman, 2010:10), seseorang dikatakan
percaya diri jika memiliki:
a. Menyadari kemampuan yang ada pada dirinya, baik itu bakat,
keterampilan, bahkan kemahiran pada diri sendiri.
b. Merasa mampu melakukan sesuatu karena pengalaman. Mampu
memetik hikmah dari berbagai pengalaman yang pernah dilalui, rasa
percaya diri yang ada di dalam dirinya bisa berkembang secara
perlahan-lahan.
c. Self-esteem (rasa menghargai diri sendiri). Apabila di dalam pikiran
ada rasa menghargai diri sendiri sehingga menciptakan kesan yang
baik, maka percaya diri akan tumbuh. Kesan yang baik tersebut
berhubungan dengan kondisi diri, fisik, ataupun dengan status
sosialnya.
17
d. Kemampuan dalam beraktualisasi. Seseorang yang percaya diri
akan berusaha sekeras mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat
yang dimilikinya karena dengan adanya rasa percaya diri yang cukup
tinggi seseorang akan terdorong untuk mengembangkan potensinya
secara maksimal.
e. Prestasi. Hal ini cukup jelas mendukung seseorang untuk
berkembang menjadi orang yang percaya diri. Semakin banyak
merebut prestasi, semakin terdorong dirinya untuk menunjukan
kemampuan dalam dirinya. Sama halnya seperti komentar dan pujian
yang positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri seseorang.
f. Realistik. Mampu melihat kenyataan yang ada pada dirinya
sehingga tidak akan berusaha menjangkau sebuah tujuan yang
terlampau tinggi serta tidak sesuai dengan kapasitas kemampuan yang
dimilikinya. Konsep diri yang baik memang dapat melahirkanharga
diri. Harga diri yang baik dan positif selanjutnya melahirkan
kepercayaan diri pada seseorang.
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
Menurut Frenson (dalam Rondonuvu, 2013:18-19) ada beberapa hal
yang dapat menyebabkan sikap kurang percaya diri pada remaja, yaitu:
a. Faktor internal, faktor yang ada dalam individu itu sendiri, antara
lain perasaan dan sikap batin yang kurang sehat. Untuk membentuk
sikap batin yang sehat akan dipengaruhi oleh rasa harga diri dan
minat. Rasa harga diri dan minat akan dipengaruhi sikap batin yang
sehat, karena dengan rasa harga diri dan minat yang tinggi maka
kepercayaan diri seseorangpun akan meningkat.
b. Faktor eksternal, faktor yang ada di luar individu. Faktor-faktor
dari luar dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.
1) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan hidup pertama dan
utama dalam kehidupan setiap manusia. Lingkungan sangat
mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang.
18
Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap
berbagai aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan
dalam tingkah laku sehari-hari.
2) Pendidikan formal
Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, di mana
sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah
lingkungan keluarga di rumah. Sekolah memberikan ruang pada anak
untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap temanteman
sebayanya.
3) Pendidikan non formal
Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan
kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan
tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri
akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan
yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau
keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui
pendidikan non formal misalnya; mengikuti kursus bahasa asing,
jurnalistik, bermain alat musik, seni vokal, keterampilan memasuki
dunia kerja, pendidikan keagamaan dan lain sebagainya. Hal-hal
tersebut sebagai penunjang timbulnya rasa percaya diri pada diri
individu yang bersangkutan. Menurut Mangunharjana (dalam Apollo,
2005:50), beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
remaja adalah:
a. Faktor fisik: seseorang akan percaya diri jika mempunyai bentuk
fisik yang sempurna
b. Faktor mental: seseorang akan percaya diri jika mempunyai
kemampuan yang cenderung tinggi, bakat, atau keahlian khusus.
c. Faktor sosial: seseorang akan percaya diri karena dapat berinteraksi
dengan orang lain, teman sebaya, lingkungan, dan masyarakat.
3.4 Aspek-aspek Kepercayaan Diri
19
Adapun aspek-aspek kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Lauster
(dalam Rondonuvu, 2013:20), adalah sebagai berikut:
a. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang
tentang dirinya bahwa dia mengerti sungguhsungguh akan apa yang
dilakukannya.
b. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan
baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan
kemampuan.
c. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan
atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan
menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
d. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e. Rasional dan
realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu
kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan
sesuai dengan kenyataan.
3.5. Cara meningkatkan rasa percaya diri
Menurut Santrock (dalam Rondonuvu, 2013:22-24), ada empat cara
untuk meningkatkan rasa percaya diri remaja yaitu:
a. Mengidentifikasikan penyebab rendahnya rasa percaya diri dan
domain-domain kompetensi diri yang penting. Harter berpendapat
bahwa untuk meningkatkan rasa percaya diri remaja yang harus
diperhatikan yaitu penyebab dari rendahnya rasa percaya diri.
Kemudian mengidentifikasi hal-hal apa saja yang menjadi bagian dari
kelemahan dan kelebihan remaja tersebut. Remaja memiliki tingkat
rasa percaya diri yang paling tinggi ketika mereka berhasil di dalam
domain-domain diri yang penting. Oleh sebab itu, remaja harus
didukung untuk mengidentifikasikan dan menghargai kompetensi-
kompetensi mereka.
b. Dukungan emosional dan penerimaan sosial. Menurut Harter,
dukungan emosional dan persetujuan sosial dari orang lain merupakan
20
pengaruh yang penting bagi rasa percaya. Sumber dukungan alternatif
dapat dimunculkan secara informal seperti dukungan dari guru,
pelatih, atau orang dewasa lainnya yang berpengaruh. Sedangkan
secara formal melalui beberapa program. Dukungan orang dewasa dan
teman sebaya menjadi faktor yang berpengaruh terhadap rasa percaya
diri remaja. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa dukungan
orang tua dan teman sebaya sama-sama berhubungan dengan harga
diri remaja secara keseluruhan.
c. Prestasi
Menurut Bednar, Wells, & Peterson, prestasi dapat memperbaiki
tingkat rasa percaya diri remaja. Rasa percaya diri remaja meningkat
lebih tinggi karena mereka tahu tugastugas apa yang penting untuk
mencapai tujuan dan karena mereka telah melakukan tugas-tugas
tersebut. Pentingnya sebuah prestasi dalam meningkatkan rasa percaya
diri remaja memiliki kesamaan dengan konsep teori belajar sosial
kognitif Bandura mengenai kualitas diri (self-efficacy) yang
merupakan keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai suatu
situasi dan menghasilkan sesuatu yang positif.
d. Mengatasi masalah (coping)
Rasa percaya diri juga dapat meningkat ketika remaja menghadapi
masalah dan berusaha untuk mengatasinya, bukan menghindarinya
(Bednar, Wells, & Peterson; Lazarus dalam Santrock, 2003). Ketika
remaja memilih mengatasi masalahnya dan bukan menghindarinya,
remaja menjadi lebih mampu menghadapi masalah secara nyata, jujur,
dan tidak menjauhinya. Perilaku ini menghasilkan suatu evaluasi diri
yang menyenangkan yang dapat mendorong terjadinya persetujuan
terhadap diri sendiri yang bisa meningkatkan rasa percaya diri dan
perilaku yang sebaliknya dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya
diri.
4. Hubungan Antara Model Kooperatif Tipe Grup Investigation dengan rasa
percaya diri
21
Pembelajaran berfungsi sebagai salah satu alat ajar yang dapat
menyalurkan pesan dan dapat membantu siswa untuk meningkatkan karakter
yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan
berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Rasa percaya diri adalah
keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam
hidupnya. Tingginya hasil belajar dipengaruhi oleh percaya diri siswa yang
tinggi dan sebaliknya hasil belajar rendah karena dipengaruhi oleh rendahnya
percaya diri siswa dalam belajar.
Group Investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan
siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.
Dengan demikian siswa ditempatkan ke dalam kelompok untuk melakukan
investigasi terhadap suatu topik, sehingga peran guru tidak terlalu dominan
dalam pembelajaran, selain itu siswa akan lebih mampu mengembangkan
sikap percaya diri dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan ide-ide baru
dalam kerja kelompok, berani mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Dengan meningkatnya rasa percaya diri siswa menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe gi ini secara langsung akan membantu
meningkatkan hasil belajar siswa.
5. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan diatas, maka diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut: “Terdapat perbedaan peningkatan rasa
percaya diri yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan model kooperatif tipe grup investigation dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa”.
22
I. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 02 Kec. Sungai Apit, Kab. Siak
kelas IV dan waktu penelitiannya dilaksanakan pada semester 2 (genap)
tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Dasar Negeri 02 Kec. Sungai Apit,
Kab. Siak
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Kec. Sungai
Apit, Kab. Siak yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan
9 perempuan dengan kemampuan akademik yang heterogen.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen kuasi. Desain penelitian
eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized
pretest-posttest control group (Rusffendi dalam hermita, 2008:40). Mula-
mula dipilih secara acak kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian
dilakukan penilaian awal terhadap kedua kelas dengan memberikan
angket rasa percaya diri, setelah itu kedua kelas diberi perlakuan yang
beda, dan diakhiri dengan pemberian penialian akhir terhadap kedua kelas
dengan memberikan angket rasa percaya diri yang sama. Untuk penilaian
awal dan penialain akhir digunakan angket yang sama yaitu angket rasa
percaya diri. Bagan desain penelitian ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel
Desain Penelitian
Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhirEksperimen O X1 O
Kontrol O X2 O
Keterangan:
O : Penilaian awal dan penilaian akhir
X1 : Model kooperatif tipe grup investigation
23
X2 : Pembelajaran biasa
Adapun tahapan dalam mewujudkan desain penelitian tersebut sebagai
berikut:
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusun perangkat
pembelajaran serta pengembangan instrument penelitian. Untuk menyusun
perangkat pembelajaran maka beberapa hal yang diperlukan antara lain materi
pelajaran dan model pembelajaran yang akan diterapkan. Sedangkan
pengembangan instrumen pembelajaran meliputi langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Penyusunan instrumen
b. Penimbangan instrumen penelitian oleh pakar
c. Uji coba instrumen
d. Revisi instrumen
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini
dilakukan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigation
pada kelas eksperimen. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
yaitu :
a. Pemberian tes awal untuk mengetahui rasa percaya diri awal siswa pada
kedua kelas.
b. Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigation
pada kelas eksperimen, sementara pada kelas kontrol sebagai kelas
pembanding menggunakan pembelajaran konvensional.
c. Melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah.
24
d. Memberikan penilaian akhir untuk meninjau dan membandingkan
peningkatan rasa percaya diri siswa di kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Memberikan skor angket awal (pretest) dan angket akhir (posttest) rasa
percaya diri siswa pada pelajaran IPA
b. Menghitung skor indeks gain rasa percaya diri siswa pada pelajaran
IPA
c. Mengolah data aktifitas guru dan siswa.
d. Menarik kesimpulan hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis.
25
Studi Kepustakaan Menyusun Proposal
Rancangan model pembelajaran biasa Rancangan model kooperatif tipe grup investigation
Pretest
Kelas kontrol(Pembelajaran biasa)
Analisis data
Kesimpulan
Kelas eksperimen(model kooperatif tipe gi)
Menentukan subjek, penyusunan, uji coba, revisi dan pengesahan
Adapun langkah-langkah dalam mewujudkan desain penelitian tersebut
ditunjukkan dalam alur penelitian pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Alur Proses Penelitian
D. Data dan Instrumen Penelitian
1. Data
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).
26
Posttest
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran angket
rasa percaya diri kepada responden, dalam hal ini adalah siswa
kelas IV SDN 02 Sungai Apit.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari dokumen-dokumen lembaga seperti gambaran
sekolah dan struktur organisasi.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam proses pembelajaran ini
meliputi:
a. Silabus
Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, serta materi pokok yang
perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Silabus adalah pedoman untuk menyusun RPP yang
mencakup standar komptensi, kompetensi dasar, meteri pokok/
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
(Sanjaya, 2008:167).
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan
dijabarkan dalam silabus. RPP disusun atas komponen-komponen
yaitu: identitas mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi
dasar, materi pembelajaran, sarana dan sumber pembelajaran,
penilaian dan tindak lanjut (Sanjaya, 2008:173)
27
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa adalah pedoman siswa dalam belajar dan juga
merupakan langkah-langkah kegiatan yang harus dikerjakan oleh
siswa. (Sanjaya, 2008:17)
3. Instrumen Pengumpulan data
a. Lembar observasi aktivitas guru
Memuat aktivitas guru yang diamati yaitu melihat kesesuaian
antara perencanaan dengan tindakan pelaksanaan proses pembelajaran
berlangsung dan terlaksana dengan semestinya. Lembar observasi ini
merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur aktivitas guru
dalam pembelajaran dengan memberi skor pada setiap kategori
aktivitas guru yang diamati.
b. Lembar observasi aktivitas siswa
Memuat aktivitas siswa yang diamati dengan menggunakan lembar
pengamatan antara lain memperhatikan aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini merupakan
instrumen yang digunakan untuk mengukur aktivitas siswa dalam
pembelajaran dengan memberi skor pada setiap kategori aktivitas
siswa yang diamati.
c. Angket
Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur rasa
percaya diri siswa adalah angket. Angket ini bertujuan untuk
mengukur perbedaan peningkatan rasa percaya diri siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran dengan model kooperatif tipe grup
investigation. Angket disusun berdasarkan indikator ciri-ciri percaya
diri yang dikemukakan oleh Derry dkk (dalam Rachman, 2010:10).
Jawaban pada angket dapat diberi skor dengan menggunakan skor
Skala Model Likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu: sangat tidak
28
sejutu (STS), tidak setuju (TS), ragu-ragu (RR), setuju (S), dan sangat
setuju (SS).
Kisi-kisi Angket Percaya Diri
No Indikator Kisi-kisi Favorable (+)
Unfavorable (-)
Jumlah
1 Self Actualization
Mampu berkreasiMampu mengaktualisasikan diri
1719
1820
4
2 Asteem Needs
Mampu berprestasi dengan baik
5 6 2
3 Kecerdasan emosi (social skill)
Mampu menjalin hubungan dengan orang lainMampu menyesuaikan dengan lingkungan baruAsertif/penerimaan diri
11
13
15
14
12
16
6
4 Motivasi Mampu memecahkan masalahMampu berpikir positif dan optimisme
7
9
8
10
4
5 Karakteristik extrovert
Mampu keluar dari rasa khawatirMampu berbicara lancar
1
3
4
2
4
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Teknik observasi ini yaitu mengamati aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran. Observasi harus dilakukan pada saat kegiatan itu
berlangsung (Sudjana, 1989:84-85). Observasi atau pengamatan
29
dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran Grup Investigation.
2. Teknik angket
Angket adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang suatu
hal yang diteliti yaitu angket untuk mengetahui rasa percaya diri siswa.
Metode pengumpulan data dengan angket ini dilakukan dengan cara
meminta responden untuk memilih salah satu jawaban alternatif yang
telah disediakan. Angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat rasa
percaya diri siswa sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan belajar
mengajar dengan penerapan model kooperatif tipe grup investigation.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi atau catatan penting dipergunakan untuk melihat rasa
percaya diri siswa dan kemampuan diri siswa sebelum dilakukan tindakan
sehingga dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki kelemahan dan kekurangan sebelumnya. Dokumentasi
diperoleh dari data yang dikumpulkan guru atau sekolah yang
bersangkutan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dengan teknik analisis deskriptif
yaitu mendeskripsikan tentang aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran dan data tentang rasa percaya diri siswa didasarkan dari angket
rasa percaya diri dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Grup Investigation (GI). Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian antara
perencana dan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai
jika aktivitas dalam proses pembelajaran Kooperatif tipe Grup Investigation
(GI) terlaksana. Komponen-komponen yang dianalisis adalah sebagai berikut:
a. Analisis aktivitas guru dan siswa
30
Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar pada observasi
dengan rumus:
Aktivitas guru/siswa selama kegiatan belajar mengajar dibukukan pada
observasi dengan rumus:
P = FN
x 100%
Keterangan :
P = Nilai aktivias guru/siswa
F = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan
N = Skor maksimal aktivitas guru/siswa
Tabel 3.2
Interval dan Kategori Aktivitas Guru dan Siswa
No Interval Kategori
1 ≥ 81,25 – 100 Sangat Baik
2 ≥ 61,25 – 81,25 Baik
3 ≥ 43,75 – 62,5 Cukup
4 ≥ 25 – 43,75 Kurang Baik
Sumber : KTSP (2006:226)
b. Analisis Rasa percaya diri siswa
1. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1996:158). Alat
pengumpul data harus memiliki kriteria reliabel dan valid agar
kesimpulan penelitian tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang
jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Adapun untuk mengukur
31
kesahihan angket adalah dengan menggunakan rumus Product Moment
dari Pearson, yaitu:
rxy = n⅀XY −(⅀ X )(⅀Y )
√(n X 2¿−(⅀ X ) 2).¿¿¿
Keterangan:
rxy= koefisien korelasi
X = Skor item butir soal
Y = Jumlah skor total tiap soal
n = Jumlah responden
kemudian, untuk mengetahui apakah butir angket tersebut valid atau
tidak dilanjutkan dengan uji t, yaitu:
thitung = r √n−2√1−r 2
Keterangan:
r = Koefisien korelasihasil r hitung
n = Jumlah responden
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang berarti
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam penelitian ini
angket penelitian di uji reliabilitas menggunakan uji Alpha dengan rumus:
r11 = ( nn−1 ) (1−⅀ s i2
s i2 )Keterangan:
r11 = reliabelitas instrumen
n = banyaknya butir pertanyaan⅀si2 = jumlah varians iten
si2 = varians total
3. Analisa data rasa percaya diri siswa, dilakukan dengan beberapa
langkah sebagai berikut:
32
1. Menentukan distribusi jawaban dari setiap butir yang dijawab
siswa
2. Pemberian bobot untuk setiap kategori dari setiap butir pertanyaan
3. Menghitung rata-rata skor tiap kategori dengan memberi skor total
yang diperoleh setiap kategori. Pemberian skor rasa percaya diri
siswa didasarkan pada skala Likert yang disusun sebagai berikut:
Tabel 3.3 Bobot rasa percaya diri siswa
PernyataanSkor Jawaban
STS TS RR S SSPositif 1 2 3 4 5Negatif 5 4 3 2 1
Keterangan: STS = Sangat Tidak Sejutu
TS = Tidak Setuju
RR = Ragu-ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Setelah diketahui skor untuk masing-masing item, maka dianalisa
dengan menggunakan rumus:
M = FxN
Keterangan: M = Rata-rata yang ingin dicari
Fx = Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing⅀
skor dengan frekuensinya
33
N = Banyak individu
Dari hasil pengisian angket oleh siswa, skor dianalisis dalam bentuk
persentase dengan persamaan:
% komponen percaya diri = Skor y ang dicapai
Skor maksimum x 100 %
Interpretasi rasa percaya diri ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4 Interpretasi Persentase Rasa Percaya Diri Siswa
Persentase Kategori
0% - 20% Sangat Kurang
21% - 40% Kurang
41% - 60% Cukup
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat Baik
34
35